SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. ·...

137
SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK LINGKUNGAN RUMAH DAN RIWAYAT PENYAKIT DENGAN KEJADIAN TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALEREJO Oleh : NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS NIM : 201403079 PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN PRODI KESEHATAN MASYARAKAT STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2018

Transcript of SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. ·...

Page 1: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK LINGKUNGAN RUMAH DAN

RIWAYAT PENYAKIT DENGAN KEJADIAN TBC DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS BALEREJO

Oleh :

NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS

NIM : 201403079

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2018

Page 2: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK LINGKUNGAN RUMAH DAN

RIWAYAT PENYAKIT DENGAN KEJADIAN TBC DI WILAYAH

KERJA PUSKESMAS BALEREJO

Diajukan untuk memenuhi

Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

Oleh :

NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS

NIM : 201403079

PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN

PRODI KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2018

Page 3: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

i

Page 4: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak
Page 5: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

iii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Puji Syukur Alhamdulillah atas nikmat dan shalawat pada Nabi

Muhammad SAW. Teriring do’a dan dzikir penuh Khauf dan Roja’ kepada Allah

SWT, sebagai penuntut ilmu atas seruan-Nya dan atas segala Ridho-Nya yang

telah memberiku kekuatan dan senantiasa mengiringi dalam setiap langkahku.

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

1. Kedua Orang Tua saya, Bapak dan Ibu yang selalu membimbing dan

memberikan do’a serta semangat buat saya dengan tak pernah lelah

mendidik saya untuk mencari ilmu, belajar, ibadah dan berdo’a.

2. Dosen pembimbing skripsi Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes

dan Riska Ratnawati. S.KM.,M.Kes yang telah senantiasa memberikan

bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Kakak saya Agitha Yusuf Rahardian, Ristya Mega Pratiwi dan Irsyad

Islami yang selalu memberikan doa serta dukungan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

4. Seluruh Keluarga Besar “Roespandi dan Sungkono” yang selalu

memberikan doa, motivasi dan support kepada saya.

5. Almamater saya, STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

6. Seluruh anggota Himpha yang selalu mendukung dan memotivasi saya.

7. Semua mahasiswa STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Program Studi

Kesehatan Masyarakat Angkatan 2014 senasib, seperjuangan, terimakasih

atas solidaritas yang luar biasa, bersama-sama bahu membahu saling

membantu demi terselesaikan skripsi ini.

8. Untuk semua teman dekat saya yaitu Lisa, Ambar, Devi, Daniar, Rela,

Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman

yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Page 6: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak
Page 7: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nyimas Sukma Pamungkas

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 16 September 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. SasonoMulyo Blok G. 44 RT 30 RW 9 Kota

Madiun

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. TK Islamiyah Kota Madiun 2001-2002

2. SD Negeri 04 Madiun Lor Kota Madiun 2002-2008

3. SMP Negeri 8 Kota Madiun 2008-2011

4. SMA Negeri 4 Kota Madiun 2011-2014

5. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2014-2018

Page 8: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang

berjudul “Hubungan Antara Kondisi Fisik Lingkungan Rumah Dan Riwayat

Kontak Dengan Kejadian TBC Di Wilayah Kerja Puskesmas Balerejo”. Penelitian

ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan jenjang Sarjana di

Prodi Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu proses penulisan ini :

1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes (Epid), selaku Ketua STIKES Bhakti

Husada Mulia Madiun.

2. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes, selaku Ketua Prodi S1 Kesehatan

Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun dan selaku pembimbing I

yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Riska Ratnawati, S.KM.,M.Kes,, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Beny Suyanto, S.Pd.,M.Si selaku Ketua Dewan Penguji dalam skripsi

ini.

5. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, peneliti ucapkan

terima kasih yang sedalam-dalamnya.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan penelitian skripsi ini

masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, berbagai saran, tanggapan, dan kritik

Page 9: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

vii

yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan hasil

penelitiaan ini.

Penulis juga berharap semoga penelitian skripsi ini bermanfaat bagi

pembaca pada umumnya dan bagi penulis serta orang-orang yang peduli dengan

dunia kesehatan masyarakat pada khususnya.

Madiun, 29 Agustus 2018

Penyusun

Page 10: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN 2018

ABSTRAK

Nyimas Sukma Pamungkas

HUBUNGAN ANTARA KONDISI FISIK RUMAH DAN RIWAYAT

KONTAK DENGAN PENYAKIT TBC DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS BALEREJO

89 halaman + 20 tabel + 4 gambar + 8 lampiran

Latar belakang: Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis), Kasus tersebut

terbanyak terdapat pada tiga provinsi yaitu sebesar 44% dari jumlah seluruh

kasus baru di Indonesia. Kasus di Propinsi Jawa Timur pada tahun 2017

ditemukan kasus baru penderita tuberkulosis paru sebanyak 23.183 penderita.

Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun untuk wilayah kerja Puskesmas

Balerejo diperoleh jumlah kasus TBC pada tahun tahun 2017 jumlah kasus

dengan total 34.

Tujuan penelitian: Mengidentifikasi hubungan kondisi fisik lingkungan rumah

dan riwayat kontak dengan kejadian TBC di wilayah kerja Puskesmas Balerejo,

Kabupaten Madiun.

Metode penelitian: Desain penelitian ini menggunakan pendekatan case control.

dalam menentukan sampel dengan menggunakan teknik total sampling. Jumlah

sampel penelitian sejumlah 68 responden.

Hasil penelitian: Menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara suhu p value =

0,005 pada kelompok kasus 4,12 kali lebih besar beresiko dibandingkan dengan

kelompok kontrol, kelembaban p value = 0,015 pada kelompok kasus 3,88 kali

lebih besar beresiko dibandingkan dengan kelompok kontrol, pencahayaan (p

value = 0,027 pada kelompok kasus 3,52 kali lebih besar beresiko dibandingkan

dengan kelompok kontrol, riwayat kontak p value = 0,001 pada kelompok kasus

5,96 kali lebih besar beresiko dibandingkan dengan kelompok kontrol, hygiene

sanitasi p value = 0,015 pada kelompok kasus 3,88 kali lebih besar beresiko

dibandingkan dengan kelompok kontrol, dengan variable yang tidak berhubungan

yaitu Kepadatan Hunian p value = 0,790.

Kesimpulan: Penyakit TBC dapat menular dengan sangat mudah terutama pada

kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat dan hygiene sanitasi dari kasus

maupun kontrol sehingga masyarakat yang mempunyari resiko tertular TBC

sebainknya meningkatkan kesadaran diri terutama pada yang berhubugan dengan

kondisi fisik dan riwayat kontak penderita TBC.

Kata Kunci : Kondisi Fisik Rumah, Penyakit TBC, Riwayat Kontak

Kepustakaan : 47 ( 2008-2017)

Page 11: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

ix

PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM

HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE BHAKTI HUSADA MULIA

MADIUN 2018

ABSTRACT

Nyimas Sukma Pamungkas

The Relationship Between Physical Conditions Of House And Contact History

Of Tuberculosis Diseases In Work Area Of Balerejo Health Center

89 page + 20 table + 4 image + 8 attachment

Background: Tuberculosis is a direct infectious disease caused by Tuberculosis

bacteria (Mycobacterium tuberculosis), Most cases of tuberculosis are found in

three provinces, namely 44% of the total number of new cases in Indonesia. The

case in East Java Province in 2017 found a new case of 23,183 patients with

pulmonary tuberculosis. The data of the Madiun District Health Office for the

work area of Balerejo Health Center, showed the number of TB cases in then in

2017 the number of cases increased by a total 34 cases.

Research objective: To identify the relationship between physical condition of

house environment and contact history with Tuberculosis in work area of Balerejo

Health Center, Madiun Regency.

Research Methodology: The research design was using case control approach. In

determined the sample by using total sampling technique. The number of research

samples were 68 respondents

The Result of Research: Showed that there was a relationship between

temperature p value = 0.005 in the case group 4.12 times greater risk compared

to the control group, humidity p value = 0.015 in the case group 3.88 times

greater risk compared to the control group, lighting (p value = 0.027 in the case

group 3.52 times greater risk than the control group, contact history p value =

0.001 in the case group 5.96 times greater risk compared to the control group,

sanitation hygiene p value = 0.015 in the case group 3.88 times greater risk

compared to the control group, with unrelated variables was Residental Density p

value = 0.790.

Conclusion: Tuberculosis disease could be transmitted very easily, especially on

the unqualified physical condition ofhouse and hygiene sanitationfrom the case

and control so that people who have risk of contracting tuberculosis should

increase self awareness, especially on those who related to physical condition and

contact history of tuberculosis patients.

Key Words : Physical Condition House, Tuberculosis Disease, Contact

History

Literature : 47 ( 2008-2017)

Page 12: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 6

1.3 Tujuan .................................................................................................. 6

1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................ 6

1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................... 6

1.4 Manfaat ............................................................................................... 7

1.4.1 Manfaat Bagi Puskemas Balerejo.. ............................................. 7

1.4.2 Manfaat Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia.. ........................... 7

1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti.. ................................................................ 7

1.5 Keaslian Penelitian .............................................................................. 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis ......................................................................................... 12

2.1.1 Definisi ..................................................................................... 12

2.1.2 Bakteri Tuberkulosis Paru (TB Paru) ....................................... 12

2.1.3 Etiologi dan Patogenesis........................................................... 13

2.1.4 Diagnosis .................................................................................. 16

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Penyakit TBC ......................... 19

2.2.1 Karakteristik Individu ............................................................... 16

2.2.2 Kondisi Fisik Rumah ................................................................ 21

2.2.3 Hygiene Sanitasi ....................................................................... 28

2.3 Kerangka Teori..................................................................................... 32

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep ................................................................................. 33

3.2 Hipotesis ............................................................................................... 34

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ................................................................................. 35

4.2 Populasi dan Sampel ........................................................................... 35

4.3 Teknik Sampling .................................................................................. 37

4.4 Kerangka Kerja Penelitian .................................................................. 38

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ....................... 40

4.6 Instrumen Penelitian ............................................................................ 43

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 45

Page 13: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

xi

4.8 Prosedur Pengumpulan Data ............................................................... 46

4.9 Teknik Analisis Data ............................................................................ 49

4.10 Etika Penelitian .................................................................................. 52

BAB 5 HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 54

5.2 Hasil Penelitian Karakteristik Responden ............................................ 57

5.3 Hasil Penelitian Variabel Responden ................................................... 59

5.4 Hasil Analisis Bivariat ......................................................................... 62

5.5 Pembahasan .......................................................................................... 67

5.6 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 82

5.7 Rekomendasi Penelitian ....................................................................... 83

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ........................................................................................... 84

6.2 Saran ..................................................................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .......................................................................... 7

Tabel 1.2 Perbedaan dengan Penelitian sebelumnya. ...................................... 11

Tabel 4.1 Definisi Operasional ....................................................................... 35

Tabel 4.2 Data Validitas Instrumen Penelitian ................................................ 44

Tabel 4.3 Data Reliabilitas Instrumen Penelitian ............................................. 45

Tabel 4.4 Waktu Kegiatan................................................................................ 46

Tabel 4.5 Koding Variabel Kondisi Fisik Rumah dan Riwayat Kontak .......... 50

Tabel 5.1 Distribusi Responden berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja

Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun Tahun 2018 ..................... 57

Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan umur di wilayah kerja

Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun Tahun 2018 ..................... 58

Tabel 5.3 Distribusi Responden berdasarkan pekerjaan di wilayah kerja

Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun Tahun 2018 ..................... 58

Tabel 5.4 Distribusi Responden berdasarkan pendidikan di wilayah kerja

Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun Tahun 2018 ..................... 59

Tabel 5.5 Suhu rumah responden diwilayah kerja Puskesmas Balerejo

Kabupaten Madiun Tahun 2018 ...................................................... 60

Tabel 5.6 Kelembaban rumah responden diwilayah kerja Puskesmas

Balerejo Kabupaten Madiun Tahun 2018 ........................................ 60

Tabel 5.7 Pencahayaan rumah responden diwilayah kerja Puskesmas

Balerejo Kabupaten Madiun Tahun 2018 ........................................ 61

Tabel 5.8 Kepadatan hunian responden diwilayah kerja Puskesmas Balerejo

Kabupaten Madiun Tahun 2018. ..................................................... 61

Tabel 5.9 Riwayat Kontak responden diwilayah kerja Puskesmas Balerejo

Kabupaten Madiun Tahun 2018. ..................................................... 62

Tabel 5.10 Hygiene Sanitasi responden diwilayah kerja Puskesmas Balerejo

Kabupaten Madiun Tahun 2018. ..................................................... 62

Tabel 5.11 Hubungan antara suhu terhadap kejadian penyakit TBC di

wilayah kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun Tahun

2018. ................................................................................................ 63

Page 15: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

xiii

Tabel 5.12 Hubungan kelembaban terhadap kejadian penyakit TBC di

wilayah kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun Tahun

2018. ................................................................................................ 63

Tabel 5.13 Hubungan antara pencahayaan rumah terhadap kejadian penyakit

TBC di wilayah kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun

Tahun 2018. ..................................................................................... 64

Tabel 5.14 Hubungan antara kepadatan hunian terhadap kejadian penyakit

TBC di wilayah kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun

Tahun 2018. ..................................................................................... 65

Tabel 5.15 Hubungan antara riwayat kontak terhadap kejadian penyakit

TBC di wilayah kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun

Tahun 2018. ..................................................................................... 65

Tabel 5.16 Hubungan antara hygiene sanitasi terhadap kejadian penyakit

TBC di wilayah kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun

Tahun 2018. ..................................................................................... 66

Page 16: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian ............................................................ 27

Gambar 3 1 Kerangka Konsep ......................................................................... 28

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 33

Gambar 5.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Balerejo ..................................... 55

Page 17: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pernyataan Persetujuan

Lampiran 2 Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 Lembar Observasi

Lampiran 4 Lembar Konsultasi

Lampiran 5 Output Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 6 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian

Lampiran 8 Output Penelitian

Page 18: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak
Page 19: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis yang telah menginfeksi hampir sepertiga

penduduk dunia dan pada sebagian besar negara di dunia tidak dapat

mengendalikan penyakit TBC ini disebabkan banyaknya penderita yang tidak

berhasil disembuhkan. Bakteri tuberkulosis tumbuh secara perlahan di tubuh

yang banyak mengandung pembuluh darah dan oksigen. Oleh karena itu TB

sering menyerang paru-paru. Penyakit TB juga bisa menyerang bagian badan

diluar paru-paru diantaranya pada kelenjar getah bening, tulang dan sendi,

dan selaput otak. (Krishna, 2013).

Kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara, yaitu melalui

percikan dahak yang mengandung kuman-kuman Mycobacterium

tuberculosis. Kuman Mycobacterium tuberculosis biasanya berupa lemak

atau lipid sehingga tahan terhadap asam

Penyakit TB Paru atau yang lebih dikenal dengan TBC masih menjadi

salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia bahkan dunia dimana

TB paru di Indonesia menjadi penyebab kematian utama ketiga setelah

penyakit jantung dan saluran pernafasan. Pada waktu batuk atau bersin,

pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet

nuclei) dimana sekali batuk dapat menghasilkan 3000 percikan dahak dan

Page 20: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

umumnya penularan terjadi dalam ruangan yang biasanya percikan dahak

berada dan bertahan dalam waktu yang lama pada keadaan gelap dan lembab.

Ventilasi dapat meng-urangi jumlah percikan sementara sinar matahari

langsung dapat membunuh kuman.

Menurut WHO (2016) menyatakan bahwa penyakit tuberkulosis paru saat

ini telah menjadi ancaman global, karena hampir sepertiga penduduk dunia

telah terinfeksi. Sebanyak 6,3 juta kasus tuberkulosis paru didunia, terjadi

pada negara-negara berkembang. Negara dengan kasus pertama di dunia

adalah India dengan presentasi kasus 23%, Indonesia menempati urutan ke

dua dengan presentasi kasus 10% dan Cina menempati urutan ke tiga dengan

presentase 10%, Indonesia dari seluruh penderita tuberkulosis berjumlah

351.893.

Menurut Departemen Kesehatan (2016) jumlah kasus tertinggi yang

dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang besar yaitu

Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kasus tuberculosis di tiga provinsi

tersebut sebesar 44% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia. Kasus di

Propinsi Jawa Timur berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Timur (2017) ditemukan kasus baru penderita tuberkulosis paru sebanyak

23.183 penderita.

Kejadian tuberculosis dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan rumah,

lingkungan rumah yang kurang sehat misalnya kurang adanya fasilitas

ventilasi yang baik, pencahayaan yang buruk di dalam ruangan, kepadatan

hunian dalam rumah dan bahan bangunan didalam rumah. Selain lingkungan

Page 21: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

3

rumah yang mempergaruhi kejadian tuberculosis keadaan lingkungann fisik,

lingkungan biologis dan lingkungan sosial yang kurang baik juga akan dapat

merugikan kesehatan dan dapat mempengaruhi penyakit tuberkulosis dan

pada akhirnya mempengaruhi tingginya kejadian tuberkulosis (Muaz, 2014).

Berdasarkan data penderita TBC yang diperoleh dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Madiun, Jumlah total keseluruhan kasus TBC pada tahun 2016

dengan jumlah 936 dan pada tahun 2017 dengan jumlah 1071 total kasus

TBC. Penyebab tingginya jumlah penderita TBC dikarenakan kurangnya

pengetahuan penderita TBC dalam penyebaran penyakit yang disebabkan

karena kondisi fisik rumah dan lingkungan rumah penderita TBC (Dinas

Kesehatan Kabupaten Madiun Target Semua Kasus TB, 2017).

Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun untuk wilayah kerja

Puskesmas Balerejo diperoleh jumlah kasus TBC pada tahun 2016 dengan

jumlah 32 jumlah kasus, kemudian pada tahun 2017 jumlah kasus meningkat

dengan total 34 total kasus, dengan 11 penderita perempuan dan 23 penderita

laki-laki.

Penelitian Lusi Ika pada tahun 2016 di Puskesmas Sangkrah Kota

Surakarta menyimpulkan bahwa ada bahhwa ada hubungan antara jenis lantai

jendela kamar dan pencahayaan alamiah dengan kejadian tuberkulosis paru.

Penelitian Erlin Fitria pada tahun 2016 di Kota Magelang menyimpulkan

bahwa ada hubungan antara tuberkulosis paru dengan jenis dinding,

kelembaban rumah, dan suhu rumah. Penelitian Erni Wingki pada tahun 2016

di Kelurahan Lempake Kota Samarinda menyimpulkan bahwa adanya

Page 22: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

hubungan antara pencahayaan alami, ventilasi dan jenis dinding dengan

kejadian TBC. Kualitas fisik rumah yang tidak sehat memegang peranan

penting dalam penularan dan perkembangbiakan Mycobacterium

tuberculosis. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan

antara pencahayaan alami, ventilasi, dan jenis dinding dengan penyakit TB

paru serta tidak terdapat hubungan antara jenis lantai dengan penyakit TB

paru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada

kelompok kasus tinggal di rumah dengan suhu yang tidak memenuhi syarat.

Suhu yang rendah di dalam rumah menyebabkan kelembaban di dalam rumah

yang tinggi. Lingkungan dengan kelembaban yang tidak memenuhi syarat

merupakan media yang baik bagi pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis.

Konstruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan

merupakan faktor risiko penularan berbagai jenis penyakit khususnya

penyakit berbasis lingkungan seperti Demam Berdarah Dengue, Malaria, Flu

Burung. TBC, ISPA dan lain-lain (Dinkes Jateng, 2013).

Untuk itu sangat perlu menjaga lingkungan yang sehat seperti pengaturan

syarat-syarat rumah yang sehat sesuai dengan Peraturan Mentri Kesehatan RI

Nomor:.1077/Menkes/Per/V/2011 di antaranya luas bangunan rumah,

ventilasi, pencahayaan dengan jumlah anggota keluarga, Kebersihan

lingkungan tempat tinggal. Melalui pemberdayaan keluarga sehingga anggota

rumah yang lain dapat turut serta dan berperan dalam melakukan pengawasan

terhadap si penderita dalam minum obat.

Page 23: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

5

Berdasarkan uraian diatas, kejadian TBC di Puskesmas Balerejo faktor-

faktor lingkungan penyebab TBC yang memperluas penyebaran penyakit

TBC. Maka peneliti tertarik melakukan penelitian “Hubungan antara kondisi

fisik lingkungan rumah dan riwayat kontak dengan kejadian TBC di wilayah

kerja Puskesmas Balerejo”.

Page 24: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara kondisi fisik lingkungan rumah dan riwayat

kontak dengan kejadian TBC di wilayah kerja Puskesmas Balerejo,

Kabupaten Madiun ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi hubungan kondisi fisik lingkungan rumah dan

riwayat kontak dengan kejadian TBC di wilayah kerja Puskesmas

Balerejo, Kabupaten Madiun.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi kondisi fisik lingkungan rumah penderita TBC

di wilayah kerja Puskesmas Balerejo, Kabupaten Madiun.

2. Mengidentifikasi riwayat kontak penderita TBC di wilayah kerja

Puskesmas Balerejo, Kabupaten Madiun.

3. Mengidentifikasi hygiene sanitasi dengan kejadian TBC di

wilayah kerja Puskesmas Balerejo, Kabupaten Madiun

4. Menganalisis hubungan antara kondisi fisik lingkungan rumah

dengan kejadian TBC di wilayah kerja Puskesmas Balerejo,

Kabupaten Madiun

5. Menganalisis hubungan antara riwayat kontak dengan kejadian

TBC di wilayah kerja Puskesmas Balerejo, Kabupaten Madiun.

Page 25: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

7

6. Menganalisis hubungan antara hygiene sanitasi rumah dengan

kejadian TBC di wilayah kerja Puskesmas Balerejo, Kabupaten

Madiun

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Puskesmas Balerejo

Memberikan informasi yang dapat dijadikan bahan evaluasi dalam

menjalankan program penurunan penyebaran penyakit TBC.

1.4.2 Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia

Sebagai sumber referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti

hubungan kondisi fisik lingkungan rumah dan riwayat kontak dengan

kejadian TBC.

1.4.3 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran

masyarakat yang menderita TBC tentang faktor lingkungan dan

riwayat kontak dengan penyebaran penyakit.

Page 26: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul Tempat

Penelitian

Desain

Penelitian Variabel Sampling

Hasil

Penelitian

1 Anisa Nurul

(2016)

Hubungan dan

gambaran

lingkungan fisik

Rumah dengan

penderita tb paru

bta positif

Yang berobat di

RSUP dr. Kariadi

Semarang.

RSUP dr.

Kariadi

Semarang.

Cross

sectional

1. Ventilasi rumah

2. Pencahayaan

3. Kelembaban

4. Kepadatan Hunian

Purposive

Sampling

Hasil penelitian

ini

menunjukkan

hubungan yang

signifikan antara

ventilasi rumah

(p=0,009),

pencahayaan

rumah

(p=0,007),

kelembaban

rumah

(p=0,024), dan

kepadatan

hunian rumah

(p=0,016).

Page 27: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

9

2 Lusi Ika

(2016)

Hubungan Antara

Kondisi Fisik

Rumah Dan

Perilaku Dengan

Kejadian

Tuberkulosis

Paru Di Wilayah

Kerja Puskesmas

Sangkrah Kota

Surakarta

Puskesmas

Sangkrah

Kota

Surakarta

Case Control 1. Jenis Lantai

2. Jendela Kamar Tidur

3. Ventilasi Rumah

4. Suhu Rumah

5. Kelembaban

6. Pencahayaan

7. Kepadatan Hunian

8. Perilaku Meludah

Proposive

Sampling

Hasil penelitian

ini

menunjukkan

bahwa ada

hubungan antara

jenis lantai (p-

value = 0,024),

jendela kamar

ttidur (p-value =

0,031), dan

pencahayaan

alamiah (p-

value = 0,002)

dengan kejadian

tuberkulosis

paru. Tidak ada

hubungan antara

ventilasi rumah

(p-value =

0,121), suhu

rumah (p-value

= 0,212),

kelembaban

rumah (p-value

= 0,095),

Page 28: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

kepadatan

hunian (p-value

= 495), tindakan

membuka

jendela (p-value

= 0,064), dan

perilaku

meludah (p-

value = 1,000).

3 Erni Wingki

(2016)

Hubungan

Kondisi

Lingkungan

Rumah Dengan

Penyakit Tb Paru

Bta Positif Di

Kelurahan

Lempake

Kecamatan

Samarinda Utara

Kota Samarinda

Di Kelurahan

Lempake

Kecamatan

Samarinda

Utara Kota

Samarinda

Cross

Sectional

1. Pencahayaan Alami

2. Ventilasi

3. Jenis Lantai

4. Jeni dinding

Cluster random

sampling

Hasil Penelitian

menunjukkan

variabel

pencahayaan

alami p value

0.007 < 0.05;

variabel

ventilasi p value

0.047 < 0.05;

variabel jenis

lantai p value

1.000 > 0.05;

dan variabel

jenis dinding p

value 0.026 <

Page 29: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

11

0.05.

4 Erlin Fitria

(2016)

Hubungan Faktor

Lingkungan

Rumah Dengan

Kejadian Tb Paru

Di Kota

Magelang

Di Kota

Magelang

Case Control 1. Sumber infeksi

2. Jenis Dinding

3. Jenis Lantai

4. Luas Ventilasi

5. Tingkat

Pencahayaan

6. Kelembaban

7. Suhu

Proposive

Sampling

Penelitian ini

menunjukkan

bahwa adanya

hubungan antara

pencahayaan

alami p-value =

(0.007);

ventilasi (p-

value = 0.047)

dan jenis

dinding (p-value

= 0.026)

Page 30: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

Tabel 1.2 Perbedaan dengan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang

dilakukan adalah

1. Judul Penelitian Hubungan Antara Kondisi Fisik Lingkungan

Rumah dan Riwayat Kontak Dengan Kejadian

TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Balerejo

Kabupaten Madiun

2. Variabel Bebas Sanitasi Lingkungan dan Riwayat Penderita

3. Sampling Total Sampling

4. Tempat Penelitian Wilayah Kerja Puskesmas Balerejo

Kabupaten Madiun

5. Desain Penelitian Case Control

Page 31: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak
Page 32: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuberkulosis

2.1.1 Definisi

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung paru

yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium

tuberculosis). Sebagian besar kuman ini menyerang paru, tetapi

dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

2.1.2 Bakteri Tuberculosis Paru (TB Paru)

Bakteri TB paru yang disebut Micobacterium

tuberculosis dapat dikenali karena berbentuk batang berukuran

panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron, tahan terhadap

pewarnaan yang asam, sehingga dikenal sebagai bakteri tahan

asam (BTA). Sebagian besar bakteri terdiri dari asam lemak dan

lipid, yang membuat lebih tahan asam. Bisa bertahan hidup

bertahun-tahun. Sifat lain adalah bersifat aerob, lebih menyukai

jaringan kaya oksigen (Achmadi, 2008). Bila dijumpai BTA

atau Mycobacterium tuberculosis dalam dahak orang yang

sering batuk-batuk, maka orang tersebut di diagnosis sebagai

penderita TB paru aktif dan memiliki potensi yang sangat

berbahaya (Achmadi, 2012).

Page 33: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

13

Secara khas bakteri berbentuk granula dalam paru

menimbulkan nekrosis atau kerusakan jaringan. Bakteri

Mycobacterium tuberculosis akan cepat mati dengan sinar

matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di

tempat gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh dapat

dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun (Achmadi,

2008).

2.1.3 Etiologi dan Patogenesis

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menular

secara langsung. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni

tahan terhadap asam pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk

identifikasi dahak secara mikroskopis sehingga disebut sebagai

basil tahan asam (BTA). Kuman dapat dormant atau tertidur

sampai beberapa tahun dalam jaringan tubuh. Sumber

penularan adalah penderita tuberkulosis BTA positif pada

waktu batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke

udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang

mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar

selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet

tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah kuman

tuberkulosis masuk ke dalam tubuh manusia melalui

pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat menyebar dari

Page 34: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

14

paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah,

saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian

tubuh lainnya. (Rahmad Anres. 2012)

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh

banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin

tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular

penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak

terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak

menular.

Seseorang terinfeksi tuberculosis ditentukan oleh

konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara

tersebut. Secara klinis, tuberkulosis dapat terjadi melalui

infeksi primer dan pasca primer. Infeksi primer terjadi saat

seseorang terkena kuman tuberkulosis untuk pertama kalinya.

Setelah terjadi infeksi melalui saluran pernafasan, di dalam

alveoli (gelembung paru) terjadi peradangan. Hal ini

disebabkan oleh kuman tuberkulosis yang berkembang biak

dengan cara pembelahan diri di paru. Waktu terjadinya infeksi

hingga pembentukan komplek primer adalah sekitar 4-6

minggu. (Najmah, 2016).

Kelanjutan infeksi primer tergantung dari banyaknya

kuman yang masuk dan respon daya tahan tubuh dapat

menghentikan perkembangan kuman TB dengan cara

Page 35: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

15

menyelubungi kuman dengan jaringan pengikat. Ada beberapa

kuman yang menetap sebagai “persister” atau “dormant ”,

sehingga daya tahan tubuh tidak dapat menghentikan

perkembangbiakan kuman, akibatnya yang bersangkutan akan

menjadi penderita tuberkulosis dalam beberapa bulan.

Pada infeksi primer ini biasanya menjadi abses

(terselubung) dan berlangsung tanpa gejala, hanya batuk dan

nafas berbunyi. Tetapi pada orang-orang dengan sistem imun

lemah dapat timbul radang paru hebat, ciri-cirinya batuk kronik

dan bersifat sangat menular. Infeksi pasca primer terjadi

setelah beberapa bulan atau tahun setelah infeksi primer.

Ciri khas tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan

paru yang luas dengan terjadinya efusi pleura. Risiko terinfeksi

tuberkulosis sebagian besar adalah faktor risiko eksternal,

terutama adalah faktor lingkungan seperti rumah tak sehat,

pemukiman padat dan kumuh. (Rahmad Anres. 2012)

Penderita tuberkulosis paru dengan kerusakan jaringan

luas yang telah sembuh (BTA negatif) masih bisa mengalami

batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus

kambuh. Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan obat

antituberkulosis (OAT) tidak diperlukan, tapi cukup diberikan

pengobatan simtomatis. Resistensi terhadap OAT terjadi

umumnya karena penderita yang menggunakan obat tidak

Page 36: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

16

sesuai atau patuh dengan jadwal atau dosisnya. Resistensi ini

menyebabkan jenis obat yang biasa dipakai sesuai pedoman

pengobatan tidak lagi dapat membunuh kuman.

2.1.4 Diagnosis

Diagnosis TB paru ditegakkan melalui pemeriksaan gejala

klinis, mikrobiologi, radiologi, dan patologi klinik.

2.1.5.1 Gambaran Klinik

Gejala klinik TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu

gejala respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala

sistemik.

1. Gejala respiratorik meliputi batuk lebih dari 3 minggu,

batuk disertai darah, sesak napas, dan nyeri dada.

Semua gejala ini sangat bervariasi, dimulai tidak ada

gejala sampai gejala cukup berat tergantung luasnya

perlukaan pada paru.

2. Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ

yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosa

akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri

dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa

akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis

tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri

dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.

Page 37: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

17

3. Gejala sistemik meliputi demam dari rendah sampai

tinggi, dan disertai dengan gejala sistemik yang lain

seperti malaise, anoreksia, keringat malam, dan berat

badan menurun yang merupakan ciri khas TB selain

batuk berkepanjangan (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2005).

2.1.5.2 Pemeriksaan Fisik

Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung

luas kelainan struktur paru. Apabila dilakukan pemeriksaan pada

awal perkembangan penyakit biasanya sulit atau tidak

ditemukan kelainan.. Kelainan paru pada umumnya terletak di

daerah lobus superior terutama daerah apex dan segmen

posterior , serta daerah apex lobus inferior. Pada pemeriksaan

fisik dapat ditemukan kelainan dengan mendengarkan suara

nafas dengan menggunakan stetoskop, ditemukan antara lain

suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki

basah, dan pada tanda lain adalah penarikan paru, diafragma &

mediastinum (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2008).

2.1.5.3 Pemeriksaan Bakteriologik

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan

diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan

potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan

diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak

Page 38: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

18

yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan

sewaktu-pagi-sewaktu (SPS) (Kementrian Kesehatan RI, 2012).

Laboratorium Mikroskopis merupakan penunjang utama

untuk tata laksana pasien Tuberkulosis. Ketersediaan perangkat

laboratorium mikroskopis tidak dapat dipisahkan dalam

memberikan pelayanan tata laksana pasien TB selain obat anti

tuberkulosis (OAT).

2.1.5.4 Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. Pemeriksaan

lain atas indikasi ialah foto lateral, top lordotik, oblik, CT-Scan.

Pada kasus dimana pada pemeriksaan sputum SPS positif, foto

toraks tidak diperlukan lagi. Pada beberapa kasus dengan

hapusan positif perlu dilakukan foto toraks bila :

1. Curiga adanya komplikasi (misal: efusi pleura,

pneumotoraks).

2. Hemoptisis berulang atau berat.

3. Didapatkan hanya 1 spesimen BTA +.

Interpretasi hasil foto toraks yang diduga TB aktif :

1. Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior

lobus atas dan segmen superior lobus bawah paru.

2. Kaviti terutama lebih dari satu, dikeliling bayangan opak

berawan atau nodular.

3. Bayangan bercak milier.

Page 39: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

19

4. Efusi Pleura.

2.2 Faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit TB Paru

Munurut Achmadi (2008), banyak faktor yang dapat

memengaruhi kejadian penyakit TB paru. Pada dasarnya berbagai faktor

saling berkaitan satu sama lain. Faktor yang berperan dalam kejadian

penyakit TB paru diantaranya adalah karakteristik individu, sanitasi

lingkungan rumah, penghasilan keluarga dan upaya pengendalian

penyakit terhadap diri sendiri. Rumah yang sehat menurut Winslow dan

APHA (American Public Health Assosiation) harus memenuhi beberapa

kriteria kesehatan antara lain memenuhi kebutuhan physiologis,

psychologis,mencegah penularan penyakit dan mencegah terjadinya

kecelakaan (Chandra, 2008).

2.2.1 Karakteristik Individu

Beberapa karakteristik individu yang dapat menjadi faktor

resiko terhadap kejadian TB paru. Adalah

2.2.1.1 Umur dan Jenis Kelamin

Variabel umur berperan dalam kejadian penyakit TB

paru. Dari hasil penelitian yang di laksanakan di New York

pada panti penampungan orang-orang gelandangan

menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi TB

paru aktif meningkat secara bermakna sesuai umur.

Prevalensi TB paru tampaknya meningkat seiring dengan

Page 40: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

20

peningkatan usia. Pada wanita prevalensi mencapai

maksimum pada usia 40-50 tahun dan kemudian berkurang

sedangkan pada pria prevalensi terus meningkat sampai

sekurang-kurangnya mencapai usia 60 tahun (WHO, 2011)

2.2.1.2 Riwayat Kontak Penderita

Lama kontak merupakan kurun waktu tinggal bersama

dengan penderita secara terus menerus, pada proses

penyebaran kuman di udara melalui batuk ataupun bersin

dalam bentuk percikan dahak. Faktor yang memungkinkan

seseorang terpapar kuman TB paru ditentukan oleh

konsentrasi percikan dalam udara dan lama menghirup udara

tersebut karena risiko tertular tergantung dari tingkat pajanan

dengan percikan dahak dimana pasien TB paru BTA positif

memberikan kemungkinan risiko penularan lebih besar dari

pasien TB negatif. Faktor yang memungkinkan seseorang

terpapar kuman TB paru ditentukan oleh konsentrasi percikan

dalam udara dan lama menghirup udara tersebut karena risiko

tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan

dahak dimana pasien TB paru BTA positif memberikan

kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB

negatif. (Haris S. 2014)

Faktor yang memungkinkan seseorang terpapar kuman

TB paru ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara

Page 41: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

21

dan lama menghirup udara tersebut karena risiko tertular

tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak

dimana pasien TB paru BTA positif memberikan

kemungkinan risiko penularan lebih besar dari pasien TB

negatif.Masa inkubasi mulai dari masuknya bibit kuman TB

Paru sampai timbul gejala infeksi TB diperkirakan 2-10

minggu.

2.2.2 Kondisi Fisik Rumah

Lingkungan rumah menurut WHO adalah suatu struktur fisik

dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung.

Lingkungan dari struktur tersebut juga semua fasilitas dan

pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk

kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosial yang baik

untuk keluarga dan individu, oleh karena itu lingkungan rumah

merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kesehatan

penghuninya (Notoatmodjo, 2011). Dan lingkungan rumah yang

kurang baik merupakan salah satu tempat yang baik dalam

menularkan penyakit seperti penyakit TB paru (Soemirat, 2009).

2.2.2.1. Kepadatan Penghuni Rumah

Cepat lambatnya penularan penyakit salah satunya ditentukan

oleh faktor kepadatan yang ditentukan oleh jumlah dan distribusi

penduduk. Dalam hal ini kepadatan hunian yang apabila tidak

dapat suplai rumah sehat yang memadai dan terjangkau, dapat

Page 42: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

22

menyebabkan timbulnya berbagai penyakit seperti penyakit TB

paru (Soemirat, 2009). Kepadatan adalah perbandingan antara

luas lantai rumah dengan jumlah anggota keluarga dalam satu

rumah tinggal. Persyaratan untuk kepadatan hunian untuk seluruh

perumahan biasa dinyatakan dalam m2 per orang. Luas minimum

per orang sangat relatif, tergantung dari kualitas bangunan dan

fasilitas yang tersedia. Untuk perumahan sederhana minimum 9

m2 per orang. Untuk kamar tidur di perlukan minimum 3 m

2 per

orang. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni ≥ 2 orang kecuali

untuk suami istri dan anak di bawah 2 tahun. Jarak antara tempat

tidur satu dengan lainnya adalah 90 cm. Apabila ada anggota

keluarga yang menderita penyakit TB paru sebaiknya tidak tidur

dengan anggota keluarga lainnya (Kepmenkes, 2011). Kepadatan

penghuni dalam satu rumah tinggal akan memberikan pengaruh

bagi penghuninya. Luas rumah yang tidak sebanding dengan

jumlah penghuninya akan menyababkan overcrowded. Hal ini

tidak sehat karena di samping menyebabkan kurangnya konsumsi

oksigen, juga bila salah satu anggota keluarga menderita suatu

penyakit infeksi terutama TB paru akan mudah menular kepada

anggota keluarga yang lain, karena seorang penderita rata-rata

dapat menularkan kepada dua sampai tiga orang di dalam

rumahnya (Notoatmodjo, 2011). Kepadatan merupakan pre-

requisite untuk proses penularan penyakit, semakin padat maka

Page 43: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

23

perpindahan penyakit khususnya penyakit melalui udara akan

semakin mudah dan cepat. Oleh sebab itu kepadatan hunian

dalam rumah merupakan variabel yang berperan dalam kejadian

penyakit TB paru.

2.2.2.2. Lantai Rumah

Lantai merupakan dinding penutup ruangan bagian bawah,

konstruksi lantai rumah harus rapat air dan selalu kering agar

mudah di bersihkan dari kotoran dan debu. Selain itu dapat

menghindari meningkatnya kelembaban dalam ruangan. Untuk

mencegah masuknya air ke dalam rumah, maka lantai rumah

sebaiknya di naikkan 20 cm dari permukaan tanah. Keadaan lantai

rumah perlu dibuat dari bahan yang kedap terhadap air sehingga

lantai tidak menjadi lembab dan selalu basah seperti tegel, semen

dan keramik (Suyono, 2008). Lantai rumah jenis tanah memiliki

peran terhadap proses kejadian penyakit TB paru, melalui

kelembaban dalam ruangan. Lantai tanah cenderung

menimbulkan kelembaban, dengan demikian viabilitas bakteri

Mycobacterium tuberculosis di lingkungan juga sangat

mempengaruhi (Achmadi, 2008).

Lantai yang tidak memenuhi syarat dapat dijadikan tempat

hidup dan perkembang biakan bakteri terutama bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Menjadikan udara dalam ruangan

lembab, pada musim panas lantai menjadi kering sehingga

Page 44: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

24

menimbulkan debu yang berbahaya bagi penghuninya (Suyono,

2008).

2.2.2.3. Ventilasi

Menurut Sarudji (2010), rumah harus memiliki sistem

pertukaran udara yang baik, karena penghuni memerlukan udara

yang segar. Setiap ruang/ kamar memerlukan ventilasi yang

cukup untuk menjamin kesegaran dan menyehatkan penghuninya.

Menurut Permenkes nomor 1077/2011 pertukaran udara yang

tidak memenuhi syarat dapat menjadi pertumbuhan

mikroorganisme yang menyebabkan gangguan kesejhatan

manusia.

Menurut indikator, luas ventilasi yang memenuhi syarat

kesehatan adalah ≥ 10% luas lantai rumah dan luas ventilasi yang

tidak memenuhi syarat kesehatan adalah <10% luas lantai rumah

(Kepmenkes, 2011).

Menurut Notoatmodjo (2011) rumah dengan luas ventilasi

yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh

bagi penghuninya. Salah satu fungsi ventilasi adalah menjaga

aliran udara dalam rumah tersebut tetap segar. Fungsi kedua

ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-

bakteri, terutama bakteri patogen, karena disitu selalu terjadi

aliran udara yang terus-menerus dan bakteri yang terbawa oleh

udara akan selalu mengalir, fungsi lainya adalah untuk menjaga

Page 45: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

25

agar ruangan selalu tetap didalam kelembaban (humidity) yang

optimum. Salain itu luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat

kesehatan akan mengakibatkan terhalangnya proses pertukaran

aliran udara dan sinar matahari yang masuk ke dalam rumah,

akibatnya bakteri Mycobacterium tuberculosis yang ada di dalam

rumah tidak dapat keluar dan ikut terhisap bersama udara

pernapasan.

Perjalanan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang setelah

di batukkan akan terhirup oleh orang disekitarnya sampai ke paru-

paru, sehingga dengan adanya ventilasi yang baik akan menjamin

pertukaran udara, sehingga konsentrasi droplet dapat dikurangi.

Konsentrasi droplet bervolume udara dan lamanya waktu

menghirup udara tersebut memungkinkan seseorang akan

terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Selain itu

pengaruh buruk berkurangnya ventilasi adalah berkurangnya

kadar oksigen, bertambahnya gas CO2, adanya bau pengap, suhu

udara ruangan naik, dan kelembaban udara bertambah.

Kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi media yang baik

untuk tumbuh dan berkembang biaknya bakteri-bakteri patogen

termasuk bakteri Mycobacterium tuberculosis (Depkes, 2011).

2.2.2.4. Pencahayaan

Menurut Permenkes RI No.1077/Menkes/Per/V/2011 tentang

Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang, pencahayaan alami

Page 46: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

26

dan buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi

seluruh ruangan dengan intensitas minimal 60 lux. Sinar matahari

sangat dibutuhkan agar kamar tidur tidak menjadi lembab, dan

dinding kamar tidur menjadi tidak berjamur akibat bakteri atau

kuman yang masuk ke dalam kamar. Semakin banyak sinar

matahari yang masuk semakin baik. Sebaiknya jendela ruangan

dibuka pada pagi hari antara jam 6 dan jam 8.

Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah, terutama

cahaya matahari dapat memicu berkembangnya bibit-bibit

penyakit, namun bila cahaya yang masuk ke dalam rumah terlalu

banyak dapat menyebabkan silau dan merusak mata

(Notoatmodjo, 2007). Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni:

a. Cahaya alamiah

Cahaya alamiah berasal dari cahaya matahari. Cahaya ini

sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri

patogen dalam rumah. Rumah yang sehat harus mempunyai

jalan masuk cahaya (jendela) luas sekurang-kurangnya 15%

hingga 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam rumah

tersebut. Usahakan cahaya yang masuk tidak terhalang oleh

bangunan maupun benda lainnya.

b. Cahaya buatan

Page 47: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

27

Cahaya buatan didapatkan dengan menggunakan sumber

cahaya bukan alami, seperti lampu minyak, listrik, dan

sebagainya.

2.2.2.5. Kelembaban

Kelembaban udara berpengaruh terhadap konsentrasi

pencemar di udara. Kelembaban berhubungan negatif (terbalik)

dengan suhu udara. Semakin tinggi suhu udara, maka kelembaban

udaranya akan semakin rendah. Kelembaban yang standar apabila

kelembaban udaranya akan semakin rendah. Kelembaban

merupakan sarana baik untuk pertumbuhan mikroorganisme

terutama Mycobacterium tuberculosis. Kelembaban rumah yang

tinggi dapat mempengaruhi penurunan daya tahan tubuh

seseorang dan meningkatkan kerentanan tubuh terhadap penyakit

terutama penyakit infeksi. Kelembaban juga dapat meningkatkan

daya tahan hidup bakteri. Kelembaban dianggap baik jika

memenuhi 40%-70% dan buruk jika kurang dari 40% atau lebih

dari 70% (Sarudji, 2010).

Kelembaban berkaitan erat dengan ventilasi karena sirkulasi

udara yang tidak lancar akan mempengaruhi suhu udara dalam

rumah menjadi rendah sehingga kelembaban udaranya tinggi

(Achmadi, 2008).

Rumah yang tidak memiliki kelembaban yang memenuhi

syarat kesehatan akan mambawa pengaruh bagi penghuninya.

Page 48: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

28

Rumah merupakan media yang baik bagi pertumbuhan

mikroorganisme, antara lain bakteri, spiroket, ricketsia dan virus.

Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam tubuh melalui

udara. Seperti yang telah diuraikan oleh (Gould, 2003, dalam

Ayunah, 2008), bakteri Mycobacterium tuberculosis seperti

halnya bakteri lain, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan

dengan kelembaban tinggi karena air membentuk lebih dari 80%

volume sel bakteri dan merupakan hal essensial untuk

pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri.

2.2.2.6. Suhu

Salah satu faktor yang menentukan kualitas udara dalam

rumah adalah suhu. Di katakan nyaman apabila suhu udara

berkisar antara 18 oC -30

oC, dan suhu tersebut di pengaruhi oleh

suhu udara luar, pergerakan udara dan kelembaban udara. Bakteri

Mycobacterium tuberculosis hidup dan tumbuh baik pada kisaran

suhu 31oC - 37

oC. Suhu dalam rumah akan mempengaruhi

kesehatan dalam rumah, dimana suhu yang panas tentu akan

berpengaruh pada aktivitas (Depkes, 1999, dalam Ayunah, 2008).

2.2.3 Hygiene Sanitasi

Tindakan atau praktik terdiri dari 4 tingkatan yaitu :

persepsi (perception), respon terpimpin (guided respons),

mekanisme (mecanism), adaptasi (adaptation). Tindakan kesehatan

pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus yang

Page 49: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

29

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan serta lingkungan kesehatan. Tindakan kesehatan terhadap

lingkungan seperti hindari kerumunan orang banyak (yang

sekaligus dapat mengurangi penyakit saluran pernapasan yang

menular), terhadap ventilasi rumah dengan cara menutup dan

membuka jendela di pagi dan siang hari, serta ajakan agar setiap

orang tidak meludah disembarang tempat (Notoatmodjo, 2011).

Hygiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang

mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan

manusia, upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh

lingkungan kesehatan tersebut, serta membuat kondisi lingkungan

sedemikian rupa sehingga terjamin pemelih araan kesehatan.

Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit tuberculosis

adalah buang ludah sembarangan, dan tidak menutup mulut saat

batuk (Depkes RI, 2007).

Hygiene dan sanitasi mempunyai hubungan yang erat dan

tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Higiene dan

sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat yang bertujuan

untuk mencegah terjadinya penyakit pada manusia. Usaha

kesehatan masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi

lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah

timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan

tersebut, serta membuat kondisi lingkungan yang sedemikian rupa

Page 50: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

30

sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan lingkungan disebut

hygiene (Depkes RI, 2009).

Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada

waktu batuk atau bersin, penderita mengeluarkan bakteri ke udara

dalam bentuk droplet (percikan dahak). TB Paru dapat ditularkan

melalui percikan ludah pada waktu berbicara, batuk, dan bersin.

Droplet yang mengandung bakteri dapat bertahan di udara pada

suhu kamar selama beberapa jam (Achmadi, 2011).

Orang dapat terinfeksi jika droplet tersebut terhirup ke

dalam saluran pernafasan. Daya penularan dari seorang penderita

ditentukan oleh banyaknya bakteri yang dikeluarkan dari parunya.

Pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita

TB dewasa yang tinggal satu rumah. Meningkatnya penularan

infeksi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, antara lain kondisi

social ekonomi yang buruk, meningkatnya jumlah penduduk yang

tidak mempunyai btempat tinggal, dan adanya epidemi dari infeksi

HIV.

Menurut Chin (2008), ada beberapa langkah yang bisa

dilakukan dalam pengendalian penyakit TB paru yaitu dengan cara

pencegahan penyebaran dan penularan penyakit sebagai upaya agar

penderita tidak menularkan kepada orang lain dan meningkatkan

derajat kesehatan pribadi dengan cara:

Page 51: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

31

a) Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin dengan sapu

tangan atau tissu.

b) Tidak batuk di hadapan anggota keluarga atau orang lain.

c) Tidur terpisah dari keluarga terutama pada dua minggu

pertama pengobatan.

d) Tidak meludah disembarang tempat, tetapi dalam wadah

yang diberi lysol, dan dibuang dalam lubang dan ditimbun

dalam tanah.

e) Menjemur alat tidur secara teratur pada siang hari karena

bakteri mycobacterium tuberculosis akan mati bila terkena

sinar matahari.

f) Membuka jendela pada pagi hari dan mengusahakan sinar

matahari masuk keruang tidur dan ruangan lainnya agar

rumah mendapat udara bersih dan cahaya matahari yang

cukup sehingga bakteri mycobacterium tuberculosis dapat

mati.

g) Tidak merokok dan minum minuman keras.Minum obat

secara teratur sampai selesai dan sembuh bagi penderita TB

paru.

Page 52: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

32

2.3 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber: Segitiga Epidemiologi, Notoadmodjo 2011, Permenkes No. 1077/2011

Penyakit TBC

Host

Agent

Mycobacterium

tuberculosis Riwayat Kontak

Manusia

Tidak Memenuhi

Syarat

Kondisi Fisik Rumah

1. Kepadatan Hunian

2. Jenis Lantai

3. Kelembaban

4. Ventilasi

5. Suhu

6. Pencahayaan

Hygiene Sanitasi Lingkungan

Environment

Page 53: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

33

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Menurut Notoatmodjo (2010) kerangka konsep penelitian adalah suatu

hubungan atau terkaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang

akan diamati (diukur) melalui penelitian yang dimaksud. Dalam menyusun

kerangka konsep peneliti hendaknya memahami variabel yang akan diukur,

karena kerangka konsep memberikan dasar konseptual bagi penelitian.

Kerangka konsep juga mengidentifikasi jaringan antara variabel yang

dianggap peting bagi studi terhadap situasi masalah apapun, sehingga sangat

penting memahami apa arti variabel dan apa saja jenis variabel yang ada.

Variabel Dependen

Penyakit TBC

Variabel Independen

Hygiene Sanitasi

Lingkungan

Riwayat Kontak

Penderita

Kondisi Fisik Rumah

1. Kelembaban

2. Suhu

3. Kepadatan

Hunian

4. Pencahayaan

Page 54: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

34

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Berhubungan

Gambar 3 1 Kerangka Konsep

3.2 Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan hipotesa penelitian

sebagai berikut:

Hipotesis Ha:

1. Adanya hubungan antara kelembaban dengan penyakit TBC di wilayah

kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun.

2. Adanya hubungan antara pencahayaan dengan penyakit TBC di wilayah

kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun.

3. Adanya hubungan antara suhu dengan penyakit TBC di wilayah kerja

Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun.

4. Adanya hubungan antara kepadatan hunian dengan penyakit TBC di

wilayah kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun.

5. Adanya hubungan antara riwayat kontak penderita dengan penyakit TBC

di wilayah kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun.

6. Adanya hubungan antara hygiene sanitasi lingkungan dengan penyakit

TBC di wilayah kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun

Page 55: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

35

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah metode survei analitik observasional dengan

rancangan case control yaitu survei analitik yang menyangkut bagaimana

faktor resiko dipelajari dipelajari dengan meng menggunakan pendekatan

restrospective. Dengan kata lain, efek ( penyakit atau status kesehatan)

diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor resiko diidentifikasi ada atau

terjadinya pada waktu yang lalu (Notoadmodjo, 2012).

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua

penderita TBC yang tercatat dalam catatan medik di wilayah kerja

Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun dengan periode 1 Januari 2017-

April 2018 (1 tahun terakhir) yaitu 34 responden.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2014). Kriteria sampel yang diambil

sebagai responden adalah kriteria inklusi yaitu karakteristik umum

subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan

diteliti sedangkan kriteria eksklusi yaitu menghilangkan atau

Page 56: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

36

mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena

sebab (Nursalam, 2012).

Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yang diambil 34

responden untuk kelompok kasus dan 34 responden kelompok

pembanding atau kontrol adalah responden yang tidak/ belum pernah

ada yang menderita kasus dengan perbandingan 1:1. Sehingga jumlah

sampel yang memungkinkan pada penelitian ini adalah 68 sampel.

Sebenarnya, sampel yang lebih besar akan memberikan hasil yang lebih

akurat, tetapi memerlukan lebih banyak waktu, tenaga, biaya, dan

fasilitas-fasilitas lain (Notoatmodjo, 2012). Ada beberapa kriteria

penelitian sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti

(Nursalam, 2003) Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini

antara lain :

1. Untuk Kasus

a. Penderita TBC dengan BTA Positif

b. Penderita yang telah menjalani pengobatan maupun

sudah selesai menjalani pengobatan.

2. Untuk Kontrol

a. Tidak atau belum menderita TBC.

b. Berusia diatas 30 tahun.

c. Tinggal bersama dengan Penderita TBC.

Page 57: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

37

d. Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Balerejo

Kabupaten Madiun.

e. Bersedia untuk menjadi Responden

2. Kriteria Eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek

yang memenuhi kriteria inklusi dari penelitian karena sebab-

sebab tertentu (Nursalam, 2003).

1. Untuk Kasus

a. Tidak berada diwilayah kerja Puskesmas Balerejo

Kabupaten Madiun.

2. Untuk Kontrol

a. Tidak bersedia menjadi responden.

b. Berusia dibawah 30 tahun.

4.3 Teknik Sampling

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Menurut

Notoatmodjo (2012) Teknik sampling adalah cara atau teknik-teknik

tertentu dalam mengambil sampel penelitian sehingga sampel tersebut

sedapat mungkin mewakili populasinya. Teknik sampling sampel diambil

dengan menggunakan teknik total sampling. Total sampling yaitu semua

anggota populasi dijadikan sebagai sampel penelitian karena jumlah

populasi yang kurang dari 100, maka populasi dijadikan sampel penelitian.

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 68 responden.

Page 58: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

38

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja atau operasional adalah kegiatan penelitian yang

akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang akan diteliti untuk

mencapai tujuan penelitian (Nursalam, 2013). Adapun kerangka kerja pada

penelitian ini sebagai berikut :

Page 59: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

39

Gambar 4.1 Kerangka Penelitian

Populasi

Semua Penderita TBC dan Tidak Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas

Balerejo Kabupaten Madiun berjumlah 34 orang.

Sampel

Penderita TBC dan Tidak Penderita TBC di wilayah kerja Puskesmas Balerejo

Kabupaten Madiun sebanyak 34 orang sebagai kasus dan 34 orang sebagai

kontrol dengan perbandingan 1 : 1

Teknik Sampling

Total Sampling

Uji Validitas dan Uji Reabilitas Kuesioner

Pengumpulan Data

Wawancara, Observasi, dan Pengukuran

Pengolahan Data

Editing, Coding, Entry, Tabulating

Analisis data

Chi-square

Hasil Penelitian dan

Kesimpulan

Desain Penelitian

Case Control

Page 60: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

40

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional Variabel

4.5.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian mengandung pengertian ukuran atau ciri-ciri yang

dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang

dimiliki oleh kelompok lain (Notoatmodjo, 2012). Variabel ini dibedakan

menjadi dua yaitu variabel independent (variabel bebas) dan variabel

dependent (variabel terikat).

1. Variabel Independen / Variabel Bebas

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(Sugiyono, 2013). Variabel Independen dalam penelitian ini

adalah kelembaban, pencahayaan, suhu, kepadatan hunian, riwayat

kontak penderita dan hygiene sanitasi lingkungan.

2. Variabel Dependen / Variabel Terikat

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013).

Dalam penelitian ini variabel dependen adalah penyakit TBC.

4.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah menjelaskan semua variabel dan semua

istilah yang akan digunakan dalam penelitian secara optimal, sehingga

mempermudah pembaca, penguji dalam mengartikan makna penelitian

(Nursalam, 2008). Adapun definisi operasional penelitian ini akan diuraikan

dalam tabel berikut :

Page 61: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

41

Tabel 4.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala

Data Skor Kriteria

1 Kelembaban Kandungan uap air yang

terdapat di udara pada

ruangan dalam rumah,

kelembaban yang baik

adalah ≥40%- 70%.

(Sarudji. 2010).

Thermohygro

meter

Nominal 0 = Tidak

1 = Ya

0 = Kurang Baik (<40%)

1 = Baik (≥40%-70%)

(Sarudji. 2010).

2. Pencahayaan Cahaya yang cukup untuk

penerangan ruang di dalam

rumah merupakan

kebutuhan kesehatan,

pencahayaan yang baik

adalah ≥60 lux

(Permenkes RI No 1077,

2011).

Lux Meter Nominal 0 = Tidak

1 = Ya

0= Kurang Baik (<60 lux)

1 = Baik (≥60 lux)

(Permenkes RI No 1077, 2011).

3. Suhu Derajat panas dan

dinginnya udara dalam

ruangan yang dinyatakan

Thermohygro

meter

Nominal 0 = Tidak

1 = Ya

0 = Kurang Baik (<18 oC)

1 = Baik (≥18-30oC)

Page 62: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

42

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala

Data Skor Kriteria

dalam °C (Permenkes RI No 1077, 2011).

4. Kepadatan

Hunian

Banyaknya penghuni yang

tinggal serumah

dengan responden.

Besarnya luas lantai rumah

8m2 untuk setiap 2 orang

yang berada didalamnya.

(Kepmenkes RI No. 829

1999).

Observasi Nominal 0 = Tidak

1 = Ya

0 = Kurang Baik (luas lantai 8m2

untuk > 2 anggota keluarga)

1 = Baik (luas lantai 8m2

untuk

≤ 2 anggota keluarga)

(Kepmenkes RI No. 829 1999).

5. Riwayat Kontak

Penderita

Faktor yang

memungkinkan seseorang

terpapar kuman TB paru

ditentukan oleh

konsentrasi percikan

dalam udara dan lama

menghirup udara tersebut

karena risiko tertular

Kuesioner Nominal 0 = Tidak

1 = Ya

0 = Kurang Baik <50%

1 = Baik ≥50%

(Sunyoto,Danang, 2012).

Page 63: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

43

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala

Data Skor Kriteria

(Haris S, 2014)

6. Hygiene

Sanitasi

Lingkungan

Tindakan kesehatan pada

dasarnya adalah respon

seseorang terhadap

stimulus yang berkaitan

dengan sakit dan penyakit,

sistem pelayanan

kesehatan, makanan serta

lingkungan kesehatan.

(Notoadmodjo, 2011)

Kuesioner Nominal 0 = Tidak

1 = Ya

0 = Kurang Baik <50%

1 = Baik ≥50%

(Sunyoto,Danang, 2012).

7. Kejadian

Penyakit TBC

Penderita penyakit

tuberculosis yang

dinyatakan dokter dengan

pemeriksaan dahak dan

hasil catatan medik.

Catatan

Medik

Puskesmas

Balerejo

Nominal 0 = Kasus

1 = Kontrol

0=Kasus, Warga yang tercatat

sebagai penderita di wilayah

puskesmas Balerejo

1= Kontrol, Warga yang tidak

pernah tercatat sebagai penderita

di wilayah puskesmas Balerejo

Page 64: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak
Page 65: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

43

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data, instrumen penelitian tersebut dapat berupa kuesioner

(daftar pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan

dengan pencatatan data dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012). Dalam

penelitian ini pengumpulan data menggunakan sumber data primer, lembar

kuesioner dan lembar observasi. Kuesioner diartikan sebagai daftar

pertanyaan yang tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden

tinggal memberikan jawaban. Kuesioner berisi daftar pertanyaan terkait

identitas responden dan variabel dalam penelitian yang diajukan peneliti

terhadap responden. Pertanyaan yang digunakan adalah angket tertutup atau

berstruktur dimana angket tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga

responden hanya tinggal memilih atau menjawab yang sudah ada (responden

hanya memberikan tanda (√) pada jawaban yang telah disediakan). Lembar

observasi ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap

responden.

4.6.1 Uji Validitas

Pada pengamatan dan pengukuran observasi, harus diperhatikan

beberapa hal yang secara prinsip sangat penting yaitu uji validitas, reabilitas

dan ketepatan fakta dan kenyataan hidup (data) yang dikumpulkan dari alat

dan cara pengumpulan data maupun kesalahan-kesalahan yang sering terjadi

pada pengamatan atau pengukuran oleh pengumpul data (Nursalam, 2013).

Page 66: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

44

Untuk mengukur validitas soal pertanyaan menggunakan rumus

korelasi product moment pearson. Hasil r hitung dibandingkan r tabel dimana

df = n-2 dengan sig 5%. Jika r hitung > r tabel maka valid (Sujarweni, 2014).

Dengan menggunakan jumlah responden sebanyak 15 untuk kasus dan

15 untuk kontrol sehingga total keseluruhan ada 30, untuk kuesioner riwayat

kontak maka nilai r tabel dapat di peroleh melalui tabel r product moment

pearson dengan df (degree of freedom) = n-2, sehingga df = 15-2 = 13, dan

untuk kuesioner hygiene sanitasi diperuntukkan untuk keseluruhan responden

kasus maupun kontrol sehingga df = 30-2 = 28. Butir pertanyaan dikatakan

valid jika r hitung > r tabel. Dapat dilihat dari Corrected Item Total

Correlation. Hasil output validitas sebagai berikut :

Tabel 4.2 Data Validitas Instrumen Penelitian

No Variabel Pertanyaan r hitung r tabel keterangan

1. Riwayat kontak (kasus)

Pertanyaan 1

Pertanyaan 2

Pertanyaan 3

Pertanyaan 4

0,687

0,760

0,859

0,760

0,441

0,441

0,441

0,441

Valid

Valid

Valid

Valid

2. Riwayat kontak (kontrol)

Pertanyaan 1

Pertanyaan 2

Pertanyaan 3

Pertanyaan 4

0,642

0,670

0,730

0,742

0,441

0,441

0,441

0,441

Valid

Valid

Valid

Valid

3. Hygiene Sanitasi

Page 67: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

45

Pertanyaan 1

Pertanyaan 2

Pertanyaan 3

Pertanyaan 4

Pertanyaan 5

Pertanyaan 6

Pertanyaan 7

Pertanyaan 8

Pertanyaan 9

Pertanyaan 10

0,601

0,687

0,603

0,589

0,567

0,623

0,634

0,659

0,768

0,831

0,312

0,312

0,312

0,312

0,312

0,312

0,312

0,312

0,312

0,312

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa masing-masing butir pertanyaan

untuk r hitung > r tabel sehingga seluruh butir pertanyaan dinyatakan valid.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2012). Uji

reabilitas dapat dilihat pada nilai cronbach alpha, jika nilai Alpha > 0,60

maka kontruk pernyataan yang merupakan dimensi variabel adalah reliabel.

Hasil reliabilitas sebagai berikut

4.3 Tabel Reliabilitas Instrumen Penelitian

No. Variabel pertanyaan Cronbach’s

alpha

r tabel Keterangan

1. Riwayat Kontak

(Kasus)

0,804 0,60 Reliabel

2. Riwayat Kontak 0,776 0,60 Reliabel

Page 68: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

46

(Kontrol)

3. Hygiene Sanitasi 0,761 0,60 Reliabel

Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa masing-masing butir pertanyaan

untuk Cronbach’s alpha < r tabel sehingga seluruh butir pertanyaan

dinyatakan reliabel.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Balerejo,

Kabupaten Madiun.

4.7.2 Waktu Penelitian

Tabel 4.4 Waktu Kegiatan

KEGIATAN TANGGAL

ACC

1. Pembuatan dan konsul judul Februari 2018

2. Penyusunan dan bimbingan

proposal 9 Maret – 24 Mei 2018

3. Ujian proposal 28 Mei 2018

4. Revisi proposal 29 Mei - 25 Juni 2018

5. Pengambilan data 25 Juli - 28 Juli 2018

6. Penyusunan dan konsul

skripsi 30 Mei – Juli 2018

7. Ujian skripsi 29 Agustus 2018

8. Revisi skripsi 28 Agustus – 5 September

Page 69: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

47

2018

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

4.8.1 Cara Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan

melakukan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian

untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Pengumpulan

data dengan cara observasi ini dapat digunakan apabila objek penelitian

adalah benda atau proses kerja. Observasi di lapangan secara langsung

mengenai kepadatan hunian, kelembaban, pencahayaan dan suhu.

2. Wawancara

Adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data, dimana

peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari

responden, berhadapan atau tatap muka dengan orang tersebut (face to

face). Wawancara untuk memperoleh data tentang mengenai riwayat

kontak penderita dan hygiene sanitasi lingkungan.

3. Pengukuran

Melakukan pengukuran yang meliputi pengukuran kelembaban dan

pencahayaan.

1) Prosedur Kelembaban dan Suhu

a. Alat : Thermohygrometer

b. Objek : Pada ruangan 1 titik yaitu pada bagian

tengah

Page 70: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

48

c. Waktu : Siang hari Pukul 10.00 – 13.00

d. Lokasi : Kamar Tidur

e. Prosedur Kerja :

1. Siapkan alat Thermohygrometer

2. Tekan tombol ON

3. Untuk mengetahui suhu udara tekan tombol °C

4. Catat angka yang muncul

5. Kemudian untuk mengetahui kelembaban udara tekan

tombol RH%

6. Catat angka yang muncul

7. Setelah pengukuran selesai tekan tombol OFF

2) Prosedur Pengukuran Pencahayaan

a. Alat : Lux Meter

b. Objek : Pada ruangan 1 titik yaitu pada bagian

tengah

c. Waktu : Siang hari Pukul 10.00 – 13.00

d. Lokasi : Kamar Tidur

e. Prosedur Kerja :

1. Siapkan alat Lux Meter

2. Atur jarak pengukuran dengan alat ± 1 meter

3. Hidupkan alat lux meter dengan menekan tombol ON

4. Angka akan menunjukkan 000 (sebelum sensor cahaya

dibuka) bukan sensor cahaya

Page 71: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

49

5. Perhatikan angka yang muncul pada layer lux meter

6. Angka yang berhenti paling lama menunjukkan

besarnya intensitas cahaya yang diukur

7. Kemudian catat angka yang muncul tersebut

8. Setelah selesai tekan tombol OFF

4.8.2 Jenis Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari survei ke lokasi di Kecamatan Balerejo,

Kabupaten Madiun dan wawancara langsung kepada responden

dengan menggunakan lembar kuesioner dan lembar observasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperoleh melalui instansi kesehatan seperti

WHO, Dinas Kesehatan Jawa Timur, Dinas Kesehatan Kabupaten

Madiun dan Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun berupa jumlah

penderita TBC, profil kesehatan berupa data kesakitan TBC, dan

instansi pemerintah yaitu desa berupa data alamat penderita TBC yang

berada di wilayah kerja Puskemas Balerejo.

4.9 Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan dianalisa

menggunakan SPSS for windows. Teknik pengolahan data yang dilakukan

pada penelitian yaitu meliputi : (Notoatmodjo, 2012)

1. Editing

Page 72: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

50

Editing adalah upaya untuk memeriksa atau pengecekan kembali data

maupun kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat

dilakukan pada tahap pengumpulan data, pengisian kuesioner, dan

setelah data terkumpul (Notoatmodjo, 2012).

2. Coding

Coding adalah kegiatan memberikan kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri dari beberapa kategori, coding atau mengkode data

bertujuan untuk membedakan berdasarkan karakter ( Notoatmodjo,

2012 ). Coding pada penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan

kode angka pada setiap jawaban untuk mempermudah dalam

pengolahan dan analisis data. Data yang masuk dalam pengkodingan

adalah kelembaban, pencahayaan, kepadatan hunian, riwayat kontak

dan sanitasi lingkungan

Tabel 4.5 Koding Variabel Kondisi Fisik Rumah dan Riwayat Kontak

dengan kejadian TBC.

NO Variabel Koding Kategori Kriteria

1. Kelembaban 0 Kurang baik < 40%

1 Baik ≥40-70%

2 Suhu 0 Kurang baik <18

oC

1 Baik ≥18-30oC

2. Pencahayaan 0 Kurang baik <60 lux

1 Baik 60 lux

3. Kepadatan Hunian 0 Kurang baik

luas lantai 8m2

untuk > 2 anggota

keluarga

1 Baik luas lantai 8m2

Page 73: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

51

NO Variabel Koding Kategori Kriteria

untuk ≤ 2 anggota

keluarga

4. Riwayat Kontak 0 Kurang baik <50%

1 Baik ≥50%

5. Hygiene Sanitasi

Lingkungan

0 Kurang baik <50%

1 Baik ≥50%

3. Entry

Mengisi masing-masing jawaban dari responden dalam bentuk “kode”

(angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau “software”

komputer (Notoatmodjo, 2012).

4. Tabulating

Tabulating adalah mengelompokkan data setelah melalui editing dan

coding ke dalam suatu tabel tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikinya,

sesuai dengan tujuan penelitian. Tabel ini terdiri atas kolom dan baris.

Kolom pertama yang terletak paling kiri digunakan untuk nomer urut atau

kode responden. Kolom yang kedua dan selanjutnya digunakan untuk

variabel yang terdapat dalam dokumentasi. Baris digunakan untuk setiap

responden.

4.9.1 Analisa Data

1. Analisa Univariat

Page 74: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

52

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi frequensi dan presentase dari setiap variabel

(Notoatmodjo, 2010). Analisis yang telah dianalisis dilakukan dengan

distribusi frekuensi dari tiap tiap variabel independen (kelembaban,

pencahayaan, kepadatan hunian, riwayat kontak dan sanitasi

lingkungan), dependen ( kejadian penyakit TBC) dan karakteristik

responden (jenis kelamin, umur, pekerjaan dan pendidikan).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square (x2) untuk

mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel

bebas dengan variabel terikat. Dasar pengambilan hipotesis penelitian

berdasarkan pada tingkat signifikan dengan derajat kepercayaan (α, <

0,05), hubungan dikatakan bermakna apabila nilai p < 0,05 (Sugiyono,

2011).

Variabel independen dan variabel dependen menggunakan uji

statistik Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% (α, < 0,05).

Penelitian antara dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai

p < 0,05. Pada studi case control estimasi resiko relatif dinyatakan

dengan ood rasio (OR). Syarat pembacaan hasil output chi-square dalam

SPSS yaitu :

- OR > 1, artinya ada hubungan dan variabel tersebut menjadi faktor

resiko.

Page 75: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

53

- OR < 1, artinya ada hubungan namun variabel tersebut tidak menjadi

faktor resiko.

- OR = 1, artinya variabel bebas tersebut tidak menjadi faktor resiko.

Berdasarkan hasil penelitian untuk tabel 2x2 menyatakan bahwa nilai

expected count < 5 dengan jumlah sel 0 (.0%), maka nilai p-value dilihat

dari continuity correction. Data diambil berdasarkan kunjungan langsung

peneliti dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan langsung.

4.10 Etika Penelitian

Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk

tahap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang

dieliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak

dari hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2012).

1) Informed consent (informasi untuk responden)

Informed consent merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan

informan dengan memberikan lembar persetujuan melalui inform

consent, kepada responden sebelum penelitian dilaksanakan. Setelah

calon responden memahami penjelasan peneliti terkait penelitian ini,

selanjutnya peneliti memberikan lembar Informed consent untuk

ditandatangani oleh sampel penelitian.

2) Anonymity (Tanpa Nama)

Anonymity merupakan usaha menjaga kerahasiaan tentang hal-hal

yang berkaitan dengan data responen. Pada aspek ini peneliti tidak

Page 76: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

54

mencantumkan nama responden melainkan inisial nama responden

dan nomor responden pada kuesioner.

3) Confidentiality (Kerahasiaan Informasi)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti. Pada aspek ini, data yang sudah

terkumpul dari responden bersifat rahasia dan penyimpanan dilakukan

di file khusus milik pribadi sehingga hanya peneliti dan responden

yang mengetahuinya.

Page 77: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak
Page 78: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

54

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun

yang berlokasi di jalan Jalan Raya Madiun-Surabaya no. 82 Desa / Kecamatan

Balerejo Kabupaten Madiun. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan

Februari, penelitian berlangsung selama kurang lebih selama 5 bulan yang

dimulai dengan tahap persiapan, penyusunan proposal penelitian, sampai

dengan penyajian hasil penelitian. pada penelitian diperoleh sampel 68

responden yang terdiri dari 34 kasus dan 34 kontrol. Adapun gambaran umum

Lokasi Penelitian Madiun sebagai berikut :

5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Puskesmas Balerejo terletak didesa Balerejo, Kecamatan Balerejo

Kabupaten Madiun dengan jarak 13 km ke ibu kota Kabupaten. Wilayah kerja

Puskesmas Balerejo ter letak pada ketinggian 50 – 70 m diatas permukaan laut.

Luas wilayah 2876,918 Ha, meliputi tanah sawah, pekarangan dan lainnya.

Terbagi dalam 10 desa dengan batas administrasi wilayah Puskesmas Balerejo

adalah sebagai berikut:

Page 79: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

55

Sumber : Data Profil Puskesmas Balerejo

Gambar 5.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Balerejo

Sebelah Utara : Kecamatan Pilang Kenceng

Sebelah Timur : Puskesmas Wonoasri

Sebelah Selatan : Kecamatan Madiun

Sebelah Bara : Kecamatan Madiun dan Kecamatan

Sawahan

A. Visi, Misi dan Nilai Puskesmas Balerejo

Visi Puskesmas Balerejo adalah :

“Terwujudnya Kecamatan Balerejo Lebih Sehat dan Mandiri 2020”

Misi Puskesmas Balerejo adalah :

Page 80: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

56

1. Meningkatkan derajat kesehatan keluarga melalui peningkatan

pelayanan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat sadar gizi.

2. Mendorong kemandirian masyarakat dalam memelihara kesehatan

untuk berperilaku hidup bersih, sehat dan produktif serta

mewujudkan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan.

3. Meningkatkan pencegahan dan pengendalian penyebaran penyakit

serta peningkatan kualitas penyehatan lingkungan.

4. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan

merata;

5. Menyelenggarakan administrasi dan manajemen yang bersifat

transparan dan akuntabel.

6. Mengembangkan program inovasi dan produk layanan.

B. Sarana Kesehatan

Sarana dan Prasarana yang dimiliki UPTD Puskesmas Balerejo

Kabupaten Madiun sebagai kekuatan internal yang mendukung

pelayanan kesehatan masayarakat antara lain :

1) Poli Umum

2) Poli Gigi dan Mulut

3) Poli Gizi

4) Farmasi

5) Ruang Bersalin

6) Ruang Rawat Inap

7) Ruang Isolasi

Page 81: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

57

8) Laboratorium

9) Klinik Sanitasi

10) IVA/Papsmear

11) Poli KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)

12) Konsultasi Spesialis Kandungan

5.2 Hasil Penelitian Karakteristik Responden

Data ini Berikut hasil analisis univariat menyajikan karakteristik

responden berdasarkan jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan, suhu,

kelembaban, kepadatan hunian, riwayat kontak, hygiene sanitasi dan

kejadian penyakit TBC di wilayah kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten

Madiun :

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Data hasil penelitian distribusi responden berdasarkan jenis

kelamin tersaji pada tabel 5.1

Tabel 5.1 Distribusi Responden berdasarkan jenis kelamin di wilayah

kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun Tahun 2018

No Jenis Kelamin

f %

1 Laki-laki 39 57,4

2 Perempuan 29 42,6

Jumlah 68 100

Sumber : Data Primer

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis

kelamin laki-laki yaitu sebesar 57,4% atau sebanyak 39 responden dan

sisanya perempuan 29 responden (42,6%).

Page 82: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

58

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Data hasil penelitian distribusi responden berdasarkan umur tersaji

pada tabel 5.2

Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan umur di wilayah kerja

Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun Tahun 2018

No Usia F %

1 Dewasa Akhir (36-45 tahun) 14 20,6

2 Lansia Awal (46-55 tahun) 26 38,2

3 Lansia Akhir (56-65 tahun) 19 27,9

4 Manula (> 66 tahun) 9 13,2

Jumlah 68 100

Sumber : Data Primer

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia

lansia awal (46-55 tahun) yaitu sebesar 38,2 % atau sebanyak 26

responden. Dan paling sedikit responden berusia manula (> 66 tahun)

yaitu sebesar 13,2% atau sebanyak 9 responden.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Data hasil penelitian distribusi responden berdasarkan pekerjaan

tersaji pada tabel 5.3

Tabel 5.3 Distribusi Responden berdasarkan pekerjaan di wilayah

kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun Tahun 2018

No Pekerjaan f %

1 Tidak bekerja

Buruh

8

20

11,8

2 29,4

3 Petani 29 42,6

Page 83: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

59

4 Pegawai negeri (PNS) 1 1,5

5 Swasta 10 14,7

Jumlah 68 100

Sumber : Data Primer

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja

sebagai petani yaitu sebesar 42,6% atau sebanyak 29 responden. Dan

paling sedikit responden bekerja sebagai Pegawai negeri (PNS) yaitu

sebesar 1,5% atau sebanyak 1 responden.

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Data hasil penelitian distribusi responden berdasarkan pendidikan

tersaji pada tabel 5.4

Tabel 5.4 Distribusi Responden berdasarkan pendidikan di wilayah

kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun Tahun 2018

No Pekerjaan f %

1 Dasar (SD.SMP) 48 70.6

2 Menengah (SMA/Sederajat) 19 27.9

3 Tinggi (Sarjana/Sederajat) 1 1.5

Jumlah 68 100

Sumber : Data Primer

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berpendidikan tamat sekolah dasar yaitu sebesar 70,6% atau sebanyak

48 responden. Dan paling sedikit berpendidikan Diploma/Sarjana

yaitu sebesar 1,5% atau sebanyak 1 responden.

5.3 Hasil Penelitian Variabel Responden

Page 84: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

60

1. Suhu Rumah Responden

Data hasil penelitian untuk identifikasi suhu rumah responden

diwilayah kerja Puskesmas Balerejo tersaji dalam tabel 5.5

Tabel 5.5 Suhu rumah responden diwilayah kerja Puskesmas Balerejo

Kabupaten Madiun Tahun 2018

No Suhu Rumah f %

1 Baik 25 36,8

2 Kurang baik 43 63,2

Jumlah 68 100

Sumber : Data Primer

Tabel 5.5 Menunjukkan bahwa sebagian besar Suhu rumah

responden di wilayah kerja Puskesmas Balerejo dalam ketegori

kurang baik yaitu sebesar 63,2% atau sebanyak 43 responden. Dan

kategori baik sebesar 36,8% atau 25 responden.

2. Kelembaban Rumah Responden

Data hasil penelitian untuk identifikasi kelembaban rumah

responden diwilayah kerja Puskesmas Balerejo tersaji dalam tabel 5.6

Tabel 5.6 Kelembaban rumah responden diwilayah kerja Puskesmas

Balerejo Kabupaten Madiun Tahun 2018

No Kelembaban Rumah f %

1 Baik 31 54,4

2 Kurang baik 37 45,6

Page 85: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

61

Jumlah 68 100

Sumber : Data Primer

Tabel 5.6 Menunjukkan bahwa sebagian besar rumah responden di

wilayah kerja Puskesmas Balerejo dalam ketegori kurang baik yaitu

sebesar 45,6% atau sebanyak 37 responden. Dan kategori baik sebesar

54,4% atau 31 responden.

3. Pencahayaan Rumah Responden

Data hasil penelitian untuk identifikasi pencahayaan rumah

responden diwilayah kerja Puskesmas Balerejo tersaji dalam tabel 5.7

Tabel 5.7 Pencahayaan rumah responden diwilayah kerja Puskesmas

Balerejo Kabupaten Madiun Tahun 2018

No Pencahayaan Rumah f %

1 Baik 28 41,2

2 Kurang baik 48 58,8

Jumlah 68 100

Sumber : Data Primer

Tabel 5.7 Menunjukkan bahwa sebagian besar rumah responden di

wilayah kerja Puskesmas Balerejo dalam ketegori kurang baik yaitu

sebesar 58,8% atau sebanyak 48 responden. Dan kategori baik sebesar

41,2% atau 28 responden.

4. Kepadatan Hunian

Data hasil penelitian untuk identifikasi kepadatan hunian

responden diwilayah kerja Puskesmas Balerejo tersaji dalam tabel 5.8

Tabel 5.8 Kepadatan hunian responden diwilayah kerja Puskesmas

Balerejo Kabupaten Madiun Tahun 2018.

Page 86: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

62

No Kepadatan Hunian f %

1 Baik 48 70,6

2 Kurang baik 20 29,4

Jumlah 68 100

Sumber : Data Primer

Tabel 5.8 Menunjukkan bahwa sebagian besar rumah responden di

wilayah kerja Puskesmas Balerejo dalam ketegori kurang baik yaitu

sebesar 29,4% atau sebanyak 20 responden. Dan kategori baik sebesar

70,6% atau 48 responden.

5. Riwayat Kontak

Data hasil penelitian untuk identifikasi Riwayat kontak responden

diwilayah kerja Puskesmas Balerejo tersaji dalam tabel 5.9

Tabel 5.9 Riwayat Kontak responden diwilayah kerja Puskesmas

Balerejo Kabupaten Madiun Tahun 2018.

No Riwayat Kontak f %

1 Baik 38 55,9

2 Kurang baik 30 44,1

Jumlah 68 100

Sumber : Data Primer

Tabel 5.9 Menunjukkan bahwa sebagian besar Riwayat Kontak

responden di wilayah kerja Puskesmas Balerejo dalam ketegori kurang

baik yaitu sebesar 44,1% atau sebanyak 30 responden. Dan kategori

baik sebesar 55,9% atau 38 responden.

6. Hygiene Sanitasi

Page 87: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

63

Data hasil penelitian untuk identifikasi Riwayat kontak responden

diwilayah kerja Puskesmas Balerejo tersaji dalam tabel 5.11

Tabel 5.10 Hygiene Sanitasi responden diwilayah kerja Puskesmas

Balerejo Kabupaten Madiun Tahun 2018.

No Hygiene Sanitasi f %

1 Baik 37 54,4

2 Kurang baik 31 45,6

Jumlah 68 100

Sumber : Data Primer

Tabel 5.11 Menunjukkan bahwa sebagian besar Hygiene Sanitasi

responden di wilayah kerja Puskesmas Balerejo dalam ketegori kurang

baik yaitu sebesar 45,6% atau sebanyak 31 responden. Dan kategori

baik sebesar 54,4% atau 37 responden.

5.4 Hasil Analisis Bivariat

Hasil Analisis bivariat ini digunakan untuk mengetahui hubungan

dan besarnya Odd Ratio (OR), dan digunakan untuk mencari hubungan

antara variabel Independent dan Dependent dengan uji statistik yang

digunakan adalah Chi – Square dan penentuan Odd Ratio (OR) dengan

taraf kepercayaan (CI) 95% dan tingkat kemaknaan 0,05.

Tabel 5.11 Hubungan antara suhu terhadap kejadian penyakit TBC di

wilayah kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun Tahun

2018.

Suhu

TBC

Total OR 95% CI P Kasus Kontrol

N % N %

Baik 8 23,5 19 55,9 27 4,12 1,45-11,67 0,013

Page 88: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

64

Kurang Baik 26 76,5 15 44,1 41

Total 34 100,0 34 100,0 68

Sumber : Data Primer 2018

Prosentase responden yang kurang baik pada kelompok kasus

sebanyak 26 (76,5%), lebih besar dari kelmpok kontrol yang hanya 15

(55,9%). Berdasarkan uji Chi-Square yang sudah dilakukan dilihat

(continuity correction) dengan P Value 0.013 < 0.05 berarti ada hubungan

antara frekuensi suhu dengan kejadian penyakit TBC di wilayah kerja

Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun. Jadi, responden yang suhu

rumahnya kurang baik memiliki resiko 4,12 kali lebih besar disbanding

dengan responden yang suhu rumahnya baik (95% CI=1,45-11,67).

Tabel 5.12 Hubungan kelembaban terhadap kejadian penyakit TBC di

wilayah kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun

Tahun 2018.

Kelembaban

TBC

Total OR 95% CI P Kasus Kontrol

N % N %

Baik 10 29,4 21 38,2 31 3,88 1,41-10,65 0,015

Kurang Baik 24 70,6 13 61,8 37

Total 34 100,0 34 100,0 68

Sumber : Data Primer 2018

Prosentase responden yang kurang baik pada kelompok kasus

sebanyak 24 (70,6%), lebih besar dari kelmpok kontrol yang hanya 13

(38,25%). Berdasarkan uji Chi-Square yang sudah dilakukan dilihat

(continuity correction) dengan P Value 0.015 < 0.05 berarti ada hubungan

antara frekuensi kelembaban dengan kejadian penyakit TBC di wilayah

kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun. Jadi, responden yang

Page 89: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

65

kelembaban rumahnya kurang baik memiliki resiko 3,88 kali lebih besar

dibanding dengan responden yang kelembaban rumahnya baik (95%

CI=1,41-10,65).

Tabel 5.13 Hubungan antara pencahayaan rumah terhadap kejadian penyakit

TBC di wilayah kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun

Tahun 2018.

Pencahayaan

TBC

Total OR 95% CI P Kasus Kontrol

N % N %

Baik 9 26,5 19 55,9 28 3,52 1,27-9,75 0,027

Kurang Baik 25 73,5 15 44,1 48

Total 34 100,0 34 100,0 68

Sumber : Data Primer 2018

Prosentase responden yang kurang baik pada kelompok kasus

sebanyak 25 (73,5%), lebih besar dari kelmpok kontrol yang hanya 15

(44,1%). Berdasarkan uji Chi-Square yang sudah dilakukan dilihat

(continuity correction) dengan P Value 0.027 < 0.05 berarti ada hubungan

antara frekuensi pencahayaan dengan kejadian penyakit TBC di wilayah

kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun. Jadi, responden yang

pencahayaan rumahnya kurang baik memiliki resiko 3,52 kali lebih besar

disbanding dengan responden yang pencahayaan rumahnya baik (95%

CI=1,27-9,75).

Tabel 5.14 Hubungan antara kepadatan hunian terhadap kejadian

penyakit TBC di wilayah kerja Puskesmas Balerejo

Kabupaten Madiun Tahun 2018.

Kepadatan

Hunian

TBC

Total OR 95% CI P Kasus Kontrol

N % N %

Baik 23 67,6 25 73,5 48 1,33 0,47-3,79 0,790

Page 90: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

66

Kurang

Baik

11 32,4 9 26,5 20

Total 34 100,0 34 100,0 68

Sumber : Data Primer 2018

Prosentase responden yang kurang baik pada kelompok kasus

sebanyak 11 (32,4%), lebih besar dari kelmpok kontrol yang hanya 9

(26,5%). Berdasarkan uji Chi-Square yang sudah dilakukan dilihat

(continuity correction) dengan P Value 0.790 < 0.05 berarti tidak ada

hubungan antara frekuensi kepadatan hunian dengan kejadian penyakit

TBC di wilayah kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun.

Tabel 5.15 Hubungan antara riwayat kontak terhadap kejadian penyakit

TBC di wilayah kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten

Madiun Tahun 2018.

Riwayat

Kontak

TBC

Total OR 95% CI P Kasus Kontrol

N % N %

Baik 12 35,3 26 76,5 38

5,96 2,06-17,19 0,001 Kurang

Baik

22 76,7 8 23,5 30

Total 34 100,0 34 100,0 68

Sumber : Data Primer 2018

Prosentase responden yang kurang baik pada kelompok kasus

sebanyak 22 (76,7%), lebih besar dari kelmpok kontrol yang hanya 8

(23,5%). Berdasarkan uji Chi-Square yang sudah dilakukan dilihat

(continuity correction) dengan P Value 0.001 < 0.05 berarti ada hubungan

antara riwayat kontak dengan kejadian penyakit TBC di wilayah kerja

Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun. Jadi, responden yang terdapat

anggota keluarga yang menderita TBC memiliki resiko 5,96 kali lebih

Page 91: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

67

besar dibanding dengan responden yang tidak memilik anggota keluarga

yang menderita TBC (95% CI=2,06-17,19).

Tabel 5.16 Hubungan antara hygiene sanitasi terhadap kejadian penyakit

TBC di wilayah kerja Puskesmas Balerejo Kabupaten

Madiun Tahun 2018.

Hygiene

Sanitasi

TBC

Total OR 95% CI P Kasus Kontrol

N % N %

Baik 13 38,2 24 70,6 37

3,88 1,41-10,66 0,015 Kurang

Baik

21 67,7 10 29,4 31

Total 34 100,0 34 100,0 68

Sumber : Data Primer 2018

Prosentase responden yang kurang baik pada kelompok kasus

sebanyak 21 (67,7%), lebih besar dari kelmpok kontrol yang hanya 10

(29,4%). Berdasarkan uji Chi-Square yang sudah dilakukan dilihat

(continuity correction) dengan P Value 0.015 < 0.05 berarti ada hubungan

antara hygiene sanitasi dengan kejadian penyakit TBC di wilayah kerja

Puskesmas Balerejo Kabupaten Madiun. Jadi, responden yang hygiene

sanitasinya kurang baik memiliki resiko 3,88 kali lebih besar dibanding

dengan responden yang hygiene sanitasinya baik (95% CI=1,41-10,66).

5.5 Pembahasan

5.5.1 Kejadian TBC (Tuberculosis)

Page 92: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

68

Berdasarkan data yang diberikan oleh puskesmas Balerejo jumlah

penderita TBC (Tuberculosis) adalah 34. Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan pada 68 responden, diperoleh bahwa responden yang

berjenis kelamin laki laki sebanyak 39 (57,4%) responden dan responden

yang bejenis kelamin perempuan sebanyak 29 (42,6%) responden.

Sehingga dapat diketahui bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki

lebih banyak dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin

perempuan. Berdasarkan pendidikan responden yang menjadi responden

penelitian mayoritas memiliki pendidikan terakhir dasar sebanyak 48

(70,6%) responden. Berdasarkan usia yang menjadi responden penelitian

mayoritas berusia antara 46-55 sebanyak 26 (38,2%) responden.

Berdasarkan pekerjaan yang menjadi responden penelitian mayoritas

bekerja sebagai petani sebanyak 29 (42,6%).

Tuberculosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang

disebabkan oleh kuman Mycrobacterium Tuberculosis. Sebagian bersar

kuman tuberculosis menyerang paru tetapi juga dapat menyerang organ

tubuh lainnya (Depkes, 2008). Tuberkulosis merupakan infeksi yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang pada

berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ di luar paruseperti kulit,

tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut

dengan ekstrapulmonal TBC (Tuberculosis) (Chandra,2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian TBC (Tuberculosis)

di Balerejo masih cukup banyak, yaitu sebesar 34 orang. Hal ini

Page 93: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

69

dikarenakan sebanyak 64,7 % penderita terpapar oleh penderita lain dan

sebanyak 23.5% terpapar oleh akumulasi dari penyakit yang diderita

responden. Keadaan tersebut di perparah oleh kondisi rumah dengan suhu

ruangan yang kurang baik sebanyak 76,5% dan kelembaban yang kurang

baik sebanyak 70,6%. Selain itu, kebanyakan responden bekerja sebagai

petani yang nantinya dapat terpapar oleh debu dan pestisida, hal ini dapat

memperparah penyakit tersebut. Dan pengetahuan responden yang minim

tentang TBC juga didasari dari latar belakang pendidikan SLTA.

5.5.2 Hubungan Suhu Ruangan dengan Kejadian TBC (Tuberculosis)

Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square untuk

mengetahui hubungan antara suhu ruangan dengan kejadian TBC

(Tuberculosis) diperoleh nilai P-Value 0.013 < 0,05 yang berarti ada

hubungan yang signifikan antara suhu rumah dengan kejadian TBC

(Tuberculosis) di wilayah kerja Puskesmas Balerejo. Dan diketahui nilai

OR sebesar 4,12 berarti bahwa responden yang di suhu rumahnya kurang

baik pada kelompok kasus 4,12 kali lebih besar beresiko terkena TBC

(Tuberculosis) dibandingkan dengan responden yang suhu rumahnya

kurang baik pada kelompok kontrol.

Hal ini didukung oleh peneliti yang melalukan pengukuran suhu ruang

kamar responden. Dari hasil pengukuran suhu ruang kamar sebagian besar

tidak memenuhi syarat. Hal ini dapat dilihat dari distribusi frekuensi

dengan kelompok kasus sebanyak 26 (76,5%) rumah responden yang

Page 94: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

70

tidak memenuhi syarat dan 8 (23,5%) rumah responden yang memenuhi

syarat.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1077/Menkes/PER/2011

Pedoman Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah. Suhu ruangan dalam

rumah yang memenuhi persyaratan kesehatan yaitu 18⁰C dan 30⁰C.Suhu

dalam ruang rumah yang terlalu rendah dapat menyebabkan gangguan

kesehatan hingga hypotermia, sedangkan suhu yang terlalu tinggi dapat

menyebabkan dehidrasi sampai dengan heat stroke.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mudiyono (2015) mengenai

Hubungan antara Kondisi Fisik dan Prilaku Ibu terhadap TBC pada Anak.

Hasil uji statistic chi-square menunjukkan p value 0,036yang artinya

adanya hubungan bermakna antara suhu ruangan dengan kejadian TBC.

Dimana orang yang tinggal didalam rumah dengan suhu ruangan < 18o C

dan .> 30o

C memiliki resiko 2,29 kali untuk terkena TBC dibandingkan

dengan orang yang tinggal dirumah dengan suhu antara 18o

C – 30o C.

peneliti lainnya yang mendukung penelitian ini adalah penelitian Greis

(2013) yang meneliti Kondisi fisik rumah dengan kejadian Tuberkulosis

paru. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa adanya hubungan yang

bermakna antara suhu ruang tidur dengan kejadian Tuberkulosis Paru.

Berdasarkan distribusi frekuensi sebanyak 8 (23,5%) rumah responden

yang memenuhi syarat suhu ruangan dan menderita TBC (Tuberculosis)

disebabkan oleh faktor lain yaitu keadaan suhu pada saat diluar rumah

seperti pada saat kerja, kondisi tempat kerja tertutup dan panas.

Page 95: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

71

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden kemungkinan penularan

TBC (Tuberculosis) ditempat kerja karena sebagian responden

menghabiskan waktu hingga 10 jam di tempat kerja dan berada pada satu

ruang kerja dengan penderita TBC

Berdasarkan hasil observasi atau pengamatan bahwa beberapa dari

responden yang tidak menderita TBC (Tuberculosis) didapatkan bahwa

suhu ruangan rumah tidak memenuhi syarat hal ini dikarenakan mereka

memiliki ventilasi yang sangat kurang dan kurangnya menjaga kebersihan

di area dalam rumah. Hasil wawancara rumah responden yang tidak

memenuhi syarat dengan kejadian penyakit TBC (Tuberculosis) yaitu

disebebkan karena jendela pada ruangan kamar tidur jarang sekali dibuka

dengan alasan pada siang hari tidak ada orang dirumah, tidak ada waktu

untuk membuka jendela karena pekerjaan dan melakukan aktifitas lainnya.

Bakteri Mycobacterium tuberculosis hidup dan tumbuh baik pada kisaran

suhu 31oC - 37

oC. Suhu dalam rumah akan mempengaruhi kesehatan

dalam rumah, dimana suhu yang panas tentu akan berpengaruh pada

aktivitas. Sebaiknya masyarakat meningkatkan kesadaran diri terutama

pada penyebaran penyakit TBC (Tuberculosis) yang dapat dengan mudah

menular melalui udara terutama pada suhu ruangan yang panas dan

lembab.

5.5.3 Hubungan Kelembaban dengan Kejadian TBC (Tuberculosis)

Page 96: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

72

Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square untuk

mengetahui hubungan antara kelembaban ruangan dengan kejadian TBC

(Tuberculosis) diperoleh nilai P-Value 0.015 < 0,05 yang berarti ada

hubungan yang signifikan antara kelembaban rumah dengan kejadian TBC

(Tuberculosis) di wilayah kerja Puskesmas Balerejo. Dan diketahui nilai

OR sebesar 3,88 berarti bahwa responden yang di kelembaban rumahnya

kurang baik pada kelompok kasus 3,88 kali lebih besar beresiko terkena

TBC (Tuberculosis) dibandingkan dengan responden yang kelembaban

rumahnya baik pada kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil observasi bahwa beberapa responden yang tidak

menderita TBC (Tuberculosis) didapatkan bahwa kelembaban dirumah

responden tidak memenuhi syarat hal ini dikarenakan rumah tersebut

kurang mendapatkan sinar matahari secara langsung. Hal ini didukung

oleh peneliti yang melalukan pengukuran kelembaban ruang kamar

responden. Dari hasil pengukuran kelembaban ruang kamar sebagian besar

tidak memenuhi syarat. Hal ini dapat dilihat dari distribusi frekuensi

dengan kelompok kasus sebanyak 24 (70,6%) rumah responden yang

tidak memenuhi syarat dan 10 (29,4%) rumah responden yang memenuhi

syarat.

Rumah yang tidak memiliki kelembaban yang memenuhi syarat

kesehatan akan mambawa pengaruh bagi penghuninya. Rumah merupakan

media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme, antara lain bakteri,

Page 97: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

73

spiroket, ricketsia dan virus. Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke

dalam tubuh melalui udara. Ayunah (2008).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fatimah (2013) mengenai

faktor kesehatan lingkungan rumah yang berhubungan dengan kejadian Tb

Paru. Hasil uji statistic chi-square menunjukkan p value 0,029 yang

artinya adanya hubungan bermakna antara kelembaabam ruangan dengan

kejadian TBC (Tuberculosis). Dimana orang yang tinggal didalam rumah

dengan kelembaan ruangan < 40% dan .> 70% memiliki resiko 2,57 kali

untuk terkena TBC (Tuberculosis) dibandingkan dengan orang yang

tinggal dirumah dengan kelembaban antara 40% – 70%. Peneliti lainnya

yang mendukung penelitian ini adalah penelitian Elena (2015) yang

meneliti kondisi lingkungan fisik rumah dan kontak serumah dengan

kejadian Tuberkulosis paru. Berdasarkan hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa adanya hubungan yang bermakna antara kelembaban dengan

kejadian Tuberkulosis Paru.

Berdasarkan distribusi frekuensi sebanyak 10 (29,4%) rumah

responden yang memenuhi syarat kelembaban ruangan tidur dan

menderita TBC (Tuberculosis) disebabkan karena kondisi ruang tidur

sesuai dengan kriteria rumah sehat dimana jendela pada setiap paginya di

buka dan ditutup pada sore hari. Sehingga pertukaran udara berjalan

normal dan suhu ruangan berada di batas normal. Berdasarkan observasi

yang dilakukan peneliti terdapat ruangan yang kondisi udaranya lembab

yaitu ruang keluarga yang biasanya digunakan untuk menonton tv dan

Page 98: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

74

makan, kemungkinan ruangan tersebut menjadi tempat berkembangnya

bakteri Mycobacterium tuberculosis.

Berdasarkan hasil wawancara rumah responden yang tidak memenuhi

syarat dengan kejadian penyakit TBC (Tuberculosis) yaitu disebebkan

karena jendela pada ruangan kamar tidur jarang sekali dibuka dengan

alasan pada siang hari tidak ada orang dirumah, tidak ada waktu untuk

membuka jendela karena pekerjaan dan melakukan aktifitas lainnya.

Seperti yang telah diuraikan oleh (Gould, 2003, dalam Ayunah, 2008),

bakteri Mycobacterium tuberculosis seperti halnya bakteri lain, akan

tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban tinggi karena

air membentuk lebih dari 80% volume sel bakteri dan merupakan hal

essensial untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri. Sama

hal dengan suhu sebaiknya masyarakat meningkatkan kesadaran diri

terutama pada penyebaran penyakit TBC yang dapat dengan mudah

menular melalui udara terutama pada suhu ruangan yang panas dan

lembab, dengan cara membuka jendela terutama pada kamar tidur

sehingga bakteri yang mengkomintasi udara tidak dapat berkembang.

5.5.4 Hubungan Pencahayaan Ruangan dengan Kejadian TBC

(Tuberculosis)

Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square untuk

mengetahui hubungan antara pencahayaan ruangan dengan kejadian TBC

(Tuberculosis) diperoleh nilai P-Value 0.027 < 0,05 yang berarti ada

Page 99: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

75

hubungan yang signifikan antara pencahayan rumah dengan kejadian TBC

(Tuberculosis) di wilayah kerja Puskesmas Balerejo. Dan diketahui nilai

OR sebesar 3,52 berarti bahwa responden yang di pencahayaan rumahnya

kurang baik pada kelompok kasus 3,52 kali lebih besar beresiko terkena

TBC (Tuberculosis) dibandingkan dengan responden yang pencahayaan

rumahnya kurang baik pada kelompok kontrol.

Hal ini didukung oleh peneliti yang melalukan pengukuran

pencahayaan ruang kamar responden. Dari hasil pengukuran pencahayaan

ruang tidur sebagian besar tidak memenuhi syarat. Hal ini dapat dilihat

dari distribusi frekuensi dengan kelompok kasus sebanyak 25 (73,5%)

rumah responden yang tidak memenuhi syarat dan 9 (26,5%) rumah

responden yang memenuhi syarat.

Menurut Permenkes RI No.1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman

Penyehatan Udara dalam Ruang, pencahayaan alami dan buatan langsung

maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas

minimal 60 lux. Sinar matahari sangat dibutuhkan agar kamar tidur tidak

menjadi lembab, dan dinding kamar tidur menjadi tidak berjamur akibat

bakteri atau kuman yang masuk ke dalam kamar. Semakin banyak sinar

matahari yang masuk semakin baik. Sebaiknya jendela ruangan dibuka

pada pagi hari antara jam 6 dan jam 8.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Greis (2013) mengenai Kondisi

fisik rumah dengan kejadian Tuberkulosis paru.. Hasil uji statistic chi-

square menunjukkan p value 0,004 yang artinya adanya hubungan

Page 100: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

76

bermakna antara pencahayaan alamiah ruangan tidur dengan kejadian

TBC. Dimana orang yang tinggal didalam rumah dengan suhu ruangan <

60 lux memiliki resiko 7,00 kali untuk terkena TBC dibandingkan dengan

orang yang tinggal dirumah dengan pencahayaan ≥ 60 lux. peneliti lainnya

yang mendukung penelitian ini adalah penelitian Amalia (2015) yang

meneliti Kondisi fisik rumah dengan kejadian TBC BTA+, hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna

antara pencahayaan ruangan dengan kejadian Tuberkulosis Paru.

Berdasarkan distribusi frekuensi sebanyak 9 (26,5%) rumah responden

yang memenuhi syarat pencahayaan ruangan dan menderita TBC

(Tuberculosis) disebabkan karena kondisi rumah sesuai dengan kriteria

rumah sehat dimana terdapat jendela yang digunakan untuk ventilasi

ruangan pada setiap paginya di buka dan ditutup pada sore hari. Sehingga

pertukaran udara berjalan normal dan ruangan tersebut tidak gelap.

Berdasarkan hasil observasi penyebab terjadinya penyakit tbc dikarenakan

ventilasi yang ada ditutupi dengan plastik sehingga mengakibatkan udara

tidak dapat membawa bakteri. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Eko

Sasmito (2013) yang meneliti kondisi fisik rumah pasien penderita

penyakit TB Paru yang menyatakan bahwa kondisi pencahayaan yang

memenuhi syarat dapat terpapar bakteri TB apabila udara tidak dapat

masuk dalam ruangan dengan sempurna. Berdasarkan hasil pengamatan

bahwa beberapa dari responden yang tidak menederita TBC (Tuberculosis)

didapatkan pencahayaan ruangan rumah tidak memenuhi syarat hal ini

Page 101: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

77

dikarenakan ventilasi yang minim dan juga dikarenakan posisi letak rumah

yang tidak mendukung cahaya masuk kedalam rumah. Menurut penelitian

rumah responden yang tidak memenuhi syarat dengan kejadian penyakit

TBC (Tuberculosis) yaitu disebabkan karena jendela pada ruangan kamar

tidur jarang sekali dibuka dengan alasan pada siang hari tidak ada orang

dirumah, tidak ada waktu untuk membuka jendela karena pekerjaan dan

melakukan aktifitas lainnya. Sehingga ruangan tersebut panas dan gelap

karena ventilasi yang ada tidak dibuka menyebabkan pencahayaan yang

masuk kedalam ruangan tersebut minim. Hal tersebut dapat memicu

perkembangan bakteri Mycrobacterium tuberculosis jadi sebaiknya

masyarakat memanfaatkan ventilasi yang ada seperti jendela untuk dibuka

sehingga cahaya alamiah dapat masuk kedalam ruangan tempat tidur.

5.5.5 Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian TBC (Tuberculosis)

Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square untuk

mengetahui hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian TBC

(Tuberculosis) diperoleh nilai P-Value 0.790 < 0,05 yang berarti tidak ada

hubungan yang signifikan antara kepadatan hunian dengan kejadian TBC

(Tuberculosis) di wilayah kerja Puskesmas Balerejo. Dan diketahui nilai

OR sebesar 1,33 berarti bahwa responden yang di kepadatan hunian

rumahnya kurang baik pada kelompok kasus 1,33 kali lebih besar beresiko

terkena TBC (Tuberculosis) dibandingkan dengan responden yang

kepadatan hunian rumahnya kurang baik pada kelompok kontrol.

Page 102: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

78

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Amalia (2015) yang meneliti

Kondisi fisik rumah dengan kejadian TBC BTA+ mengatakan bahwa

seluruh responden yang diteliti memenuhi syarat dalam kepadatan hunian.

Berdasarkan teori, rumah yang dihuni oleh banyak orang dan ukuran luas

rumah tidak sebanding dengan jumlah orang maka akan mengakibatkan

dampak buruk bagi kesehatan dan berpotensi terhadap penularan penyakit

dan infeksi. Semakin bertambah jumlah penghuni rumah, maka akan cepat

udara dalam rumah tercemar, karena jumlah penghuni semakin banyak

berpengaruh terhadap kadar O2, uap air dan suhu ruangan.

Berdasarkan distribusi frekuensi sebanyak 11 (32,4%) responden yang

menderita TBC (Tuberculosis) dan kepadatan hunian tidak memenuhi

syarat dikarenakan dalam satu rumah padat penghuni dengan kondisi

rumah yang tidak luas, berdasarkan wawancara dengan responden yang

satu rumah dihuni oleh beberapa KK (Kepala Keluarga) dikarenakan tidak

ada tempat tinggal lain yang dapat digunakan lagi.

Menurut peneliti berdasarkan pengukuran dan wawancara lapangan

responden yang berada diwilayah kerja Puskesmas Balerejo kepadatan

huniannya sudah memenuhi syarat. Karena jumlah penghuni dalam satu

rumah sudah sesuai dengan luas lantai rumah. Dan karena di desa sebagian

besar rumah responden sangat luas. Berdasarkan hasil penelitian dalam

variabel kepadatan hunian yang sudah memenuhi ysarat tetapi menderita

TBC (Tuberculosis) hal ini dikarenakan ada faktor lain yang memicu

Page 103: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

79

terjangkitnya TBC yaitu perkembangan virus dikarenakan kondisi

lingkungan yang mendukung penyebaran penyakit TBC.

5.5.6 Hubungan Riwayat Kontak dengan Kejadian TBC (Tuberculosis)

Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square untuk

mengetahui hubungan antara riwayat kontak ruangan dengan kejadian

TBC (Tuberculosis) diperoleh nilai P-Value 0.001 < 0,05 yang berarti ada

hubungan yang signifikan antara riwayat kontak dengan kejadian TBC

(Tuberculosis) di wilayah kerja Puskesmas Balerejo. Dan diketahui nilai

OR sebesar 5,96 berarti bahwa responden yang di riwayat kontak

rumahnya kurang baik pada kelompok kasus 5,96 kali lebih besar beresiko

terkena TBC (Tuberculosis) dibandingkan dengan responden yang riwayat

kontak kurang baik pada kelompok kontrol.

Hal ini didukung oleh peneliti yang melalukan wawancara dengan

responden. Dari hasil dari hasil wawancara sebagian besar tidak memenuhi

syarat. Hal ini dapat dilihat dari distribusi frekuensi dengan kelompok

kasus sebanyak 22 (64,7%) responden yang tidak memenuhi syarat dan 12

(35,3%) responden yang memenuhi syarat.

Tingkat penularan TB di lingkungan keluarga cukup tinggi dimana

seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang di dalam

rumahnya, sedangkan besar resiko untuk terjadi penularan untuk rumah

tangga dengan penderita lebih dari satu orang adalah empat kali

dibandingkan dengan rumah tangga yang hanya satu orang penderita TB.

Hal tersebut terjadi karena adanya penderita tuberkulosis di rumah dan

Page 104: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

80

sekitarnya meningkatkan frekuensi dari durasi kontak dengan kuman

tuberkulosis yang merupaka faktor penting patogenesis tuberkulosis. Eka

Fitrani (2013).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Herlina (2015) mengenai

hubungan kontak serumah, luas ventilasi, dan suhu ruangan dengan

kejadian tuberkulosis paru. Hasil uji statistic chi-square menunjukkan p

value 0,016 yang artinya adanya hubungan bermakna antara riwayat

kontak dengan kejadian TBC. Dimana orang yang tinggal dengan

penderita TBC memiliki resiko 3,49 kali untuk terkena TBC

(Tuberculosis) dibandingkan dengan orang yang tidak tinggal dengan

penderita TBC.

Berdasarkan distribusi frekuensi sebanyak 12 (35,5%) responden yang

menderita TBC (Tuberculosis) disebabkan karena tertular TBC

(Tuberculosis) pada saat bekerja di luar kota dan berada diluar lingkungan

rumah, hal ini sejalan dengan penelitian Jumriana (2012) yang meneliti

faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian TB Paru menyatakan

bahwa lingkungan tempat bekerja dapat menjadi faktor utama penyebaran

penyakit TBC (Tuberculosis) dikarenakan meningkatnya waktu

berhubungan kontak dengan orang lain pada saat diluar lingkungan rumah.

Dari hasil penelitian bahwa pada keluarga yang terdapat penderita TBC

namun responden tersebut tidak menderita TBC ini dikarenakan responden

tersebut memiliki kebiasaan hidup yang baik dan dapat mengantisipasi

agar tidak tertular penyakit TBC. Selain itu responden tersebut sering

Page 105: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

81

melakukan aktifitas fisik yang terpapar langsung dengan matahari hal ini

dapat membunuh kuman TBC yang mungkin ditularkan oleh penderita

TBC. Menurut hasil wawancara responden yang tidak memenuhi syarat

dengan kejadian penyakit TBC yaitu disebebkan karena berkontak

langsung dengan penderita yang tinggal bersama dalam satu rumah.

Sebaiknya masyarakat meningkatkan kewaspadaan terutama pada

penyebaran penyakit TBC (Tuberculosis) yang dapat dengan mudah

menular melalui udara terutama pada saat berkontak langsung dengan

penderita TBC (Tuberculosis).

5.5.7 Hubungan Hygiene Sanitasi dengan Kejadian TBC (Tuberculosis)

Berdasarkan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square untuk

mengetahui hubungan antara hygiene sanitasi dengan kejadian TBC

(Tuberculosis) diperoleh nilai P-Value 0.015 < 0,05 yang berarti ada

hubungan yang signifikan antara hygiene sanitasi dengan kejadian TBC

(Tuberculosis) di wilayah kerja Puskesmas Balerejo. Dan diketahui nilai

OR sebesar 3,88 berarti bahwa responden yang di hygiene sanitasi kurang

baik pada kelompok kasus 3,88 kali lebih besar beresiko terkena TBC

(Tuberculosis) dibandingkan dengan responden yang riwayat kontak

kurang baik pada kelompok kontrol.

Hal ini didukung oleh peneliti yang melalukan wawancara dengan

responden. Dari hasil dari hasil wawancara sebagian besar tidak memenuhi

syarat. Hal ini dapat dilihat dari distribusi frekuensi dengan kelompok

Page 106: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

82

kasus sebanyak 21 (61,8%) responden yang tidak memenuhi syarat dan

13 (38,2%) responden yang memenuhi syarat.

Hygiene adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari

pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya

mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan

tersebut, serta membuat kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga

terjamin pemelih araan kesehatan. Faktor yang dapat menyebabkan

terjadinya penyakit tuberculosis adalah buang ludah sembarangan, dan

tidak menutup mulut saat batuk.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Daim (2013) mengenai studi

tentang praktik hygiene, sanitasi lingkungan dan dukungan keluarga

penderita TB BTA+ dan TB BTA-. Yang menyatakan bahwa responden

penderita TBC BTA+ masih kurang dalam pemakaian masker dan

pembuangan dahak sehingga penularan TBC menjadi cepat dan di dukung

dengan kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.

Berdasarkan distribusi frekuensi sebanyak 13 (38,2%) responden yang

menderita TBC (Tuberculosis) disebabkan responden memahami perilaku

hygiene sanitasi diri sendiri maupun lingkungan disampaikan berdasarkan

hasil kuesioner yang diisi ≥ 50% dari pertanyaan yang disampaikan.

Berdasarkan hasil observasi kondisi rumah dan perilaku responden belum

menujukan tindakan hygiene sanitasi yang benar terutama pada saat batuk

dan membuang dahak, responden belum melakukan tindakan menutup

mulut dan membuang dahak pada tempat yang khusus. Hal ini sejalan

Page 107: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

83

dengan penelitian Daim (2013) yang menyatakan bahwa memahami

perilaku hygiene sanitasi harus juga mampu malukakan tindakan seperti

membuang dahak pada tempat yang benar agar dapat mengurangi

penyebaran penyakit TBC (Tuberculosis).

Berdasarkan hasil wawancara responden yang tidak memenuhi syarat

dengan kejadian penyakit TBC (Tuberculosis) yaitu disebebkan karena

responden tidak mengetahui bahwa penyakit TBC (Tuberculosis) dapat

menular melalui udara dengan cepat sehingga hygiene sanitasi responden

kurang baik terutama pada saat batuk responden kasus tidak menutup

mengunakan tangan, sarung tangan maupun tissue. Untuk itu pentingnya

penyuluhan dari kader puskesmas terutama pada tindakan hygiene sanitasi

untuk responden kasus, sehingga dapat mengurangi penyebaran penyakit

TBC (Tuberculosis).

5.6 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang mungkin dapat

mempengaruhi hasil penelitian, yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian ini menggunakan metode case control yaitu penelitian satu kali

waktu yang mana penelitian ini kurang memiliki hasil yang akurat terhadap

kondisi riil responden pada saat dilakukan penelitian. Namun untuk

meminimalisir hal tersebut peneliti melakukan pengamatan dengan

menggunakan lembar observasi, untuk memperkuat hasil dari penelitian.

2. Dalam penelitian ini menggunakan uji non parametrik untuk mengetahui

hubungan antar variabel dependen dan independen. Namun untuk

Page 108: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

84

memperkuat hasil penelitian, peneliti melengkapinya dengan teori dan

penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini.

5.7 Rekomendasi Penelitan

Berdasarkan hasil penelitian maka diperlukan rekomendasi hal-hal sebagai

bererikut :

1. Mengingat masih kurangnya pengetahuan responden terutama pada

penyebaran penyakit TBC melalui kondisi fisik rumah maka sangat perlu

adanya penyuluhan kesehatan perihal penyebaran penyakit TBC dan

resiko perkembangan virus (Mycrobacterium Tuberculosis) melalui

kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.

2. Puskesmas dapat memberikan penyuluhan kepada responden yang tidak

menderita TBC terutama pada responden yang kondisi fisik rumah dan

hygiene sanitasinya tidak memenuhi syarat, hal ini dapat menekan tingkat

penularan kepada responden yang tidak memenuhi syarat.

Page 109: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak
Page 110: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

84

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitia

hubungan antara kondisi fisik rumah dan riwayat kontak dengan penyakit TBC di

wilayah kerja Puskesmas Balerejo adalah sebagai berikut:

6. 1 Kesimpulan

1. Adanya hubungan antara suhu ruangan dengan penyakit TBC

(Tuberculosis) di wilayah kerja Puskesmas Balerejo karena nilai p value

0,013, OR= 4,18 (95% CI = 1,45-11,67).

2. Adanya hubungan antara kelembaban ruangan dengan penyakit TBC

(Tuberculosis) di wilayah kerja Puskesmas Balerejo karena nilai p value

0,015, OR= 3,88 (95% CI = 1,41-10,66).

3. Adanya hubungan antara pencahayaan ruangan dengan penyakit TBC

(Tuberculosis) di wilayah kerja Puskesmas Balerejo karena nilai p value

0,027, OR= 3,52 (95% CI = 1,27-9,75).

4. Tidak adanya hubungan antara kepadatan hunian dengan penyakit TBC

(Tuberculosis) di wilayah kerja Puskesmas Balerejo karena nilai p value

0,790, OR= 1,33 (95% CI = 0,47-3,79).

5. Adanya hubungan antara riwayat kontak dengan penyakit TBC

(Tuberculosis) di wilayah kerja Puskesmas Balerejo karena nilai p value

0,001, OR= 5,96 (95% CI = 2,06-17,19).

Page 111: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

85

6. Adanya hubungan antara hygiene sanitasi dengan penyakit TBC

(Tuberculosis) di wilayah kerja Puskesmas Balerejo karena nilai p value

0,015, OR= 3,88 (95% CI = 1,41-10,66).

6. 2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti dapat mengajukan saran

antara lain sebagai berikut :

1. Bagi Puskesmas Balerejo

Diharapkan dapat memberikan informasi atau penyuluhan tentang

penyebaran penyakit TBC (Tuberculosis) dikarenakan kondisi fisik rumah

yang tidak memenuhi syarat terutama pada kelompok kasus sehingga

dapat menekan penularan TBC (Tuberculosis) pada orang lain.

2. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia

Perlu meningkatkan referensi yang berkaitan dengan penyebaran

penyakit TBC (Tuberculosis) yang dapat dengan mudah menular kepada

masyarakat yang beresiko tinggi tertular.

3. Bagi Peneliti Lainnya

Untuk peneliti selanjutnya masih dapat mengkaji ulang berkaitan

dengan penyakit TBC (Tuberculosis) menggunakan variable yang lain

terutama pada kondisi rumah seperti kondisi lantai rumah, jenis dinding

dan kondisi lingkungan diluar rumah.

Page 112: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi. 2012. Dasar- dasar Penyakit Berbasis Lingkungan.

Jakarta : Rajawali Press.

Amalia Kartika. 2015. Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian

Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali.

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Anisa Nurul. 2016. Hubungan Dangambaran Lingkungan Fisik Rumah Dengan

Penderita Tb Paru Bta Positif Yang Berobat Di Rsup Dr. Kariadi

Semarang. Universitas Diponegoro Semarang.

Ayunah Y. 2008. Hubungan Antara Faktor-Faktor Kualitas Lingkungan Fisik

Rumah Dengan Kejadian TB Paru BTA Positif di Kecamatan Cilandak

Kotamadya Jakarta Selatan. Skripsi. Universitas Indonesia. Jakarta.

Bachtiar,I., Erniwati,I., Ruslan. 2011. Hubungan Perilaku dan Kondisi

Lingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian TB paru di Kota Bima Provinsi

NTB. Skripsi. Universitas Hasanudin Makasar.

Chandra Budiman. 2008. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta. EGC

Daim. 2013. Studi Tentang Praktik Higiene, Sanitasi Lingkungan Dan Dukungan

Keluarga Penderita Tb Bta Positif Dan Tb Bta Negatif Di Wilayah Kerja

Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Depkes RI, 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan TBC di Indonesia. Jakarta:

Depkes RI.

Depkes RI, 2016. Pengendalian Penyakit Tuberkulosis di Indonesia. Jakarta:

Depkes RI.

Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun. 2017. Data Semua Kasus TBC Kabupaten

Madiun Tahun 2016 dan 2017. Dinkes Kab. Madiun: Madiun.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2013. Prevalensi Tuberkulosis. Dinkes

Jateng: Semarang.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2017. Profile Kesehatan Jawa Timur.

Dinkes Jatim: Surabaya.

Eka Fitriani. 2013. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian

Tuberkulosis paru. Universitas Negeri Semarang.

Eko Sasmito. 2013. Gambaran Kondisi Fisik Rumah Pasien Penderita Penyakit

Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Tasikmadu Karanganyar.

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Page 113: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

87

Elena Pangastuti. 2015. Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik Rumah Dan Kontak

Serumah Dengan Penderita Tb Dengan Kejadian Tb Paru Bta Positif.

Universitas Negeri Semarang.

Erlin Fitria. 2016. Hubungan Faktor Lingkungan Rumah Dengan Kejadian Tb

Paru Di Kota Magelang. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang

Erni Wingki. 2016. Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah dengan Penyakit TB

Paru BTA(+) Di Kelurahan Lempake Kecamatan Samarinda Utara.

Skripsi. Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda.

Fatimah S. 2013. Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah yang Berhubungan

dengan Kejadian TB paru di Kabupaten Cilacap Tahun 2013. Tesis.

Semarang: Universitas Diponegoro Semarang.

Fauziyah. 2015. Hubungan Efek Samping Obat Anti Tuberkulosis Terhadap

Kepatuhan Berobat Pada Pasien TB Rawat Jalan di RSUD Banda Aceh.

Skripsi. Univeritas Syiahkuala Aceh.

Greis Dawlie. 2013. Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah Dengan Kejadian

Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Tobelo Kabupaten

Halmahera Utara. Universitas Sam Ratulangi Manado.

Haris Suwondo. 2014. Hubungan Antara Riwayat Kontak, Kelembaban,

Pencahayaan, Dan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Tuberkulosis

Paru Pada Anak Di Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Herlina. 2015. Hubungan Kontak Serumah, Luas Ventilasi, Dan Suhu Ruangan

Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Desa Wori. Universitas Sam

Ratulangi Manado.

Ika Lusi. 2016. Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah dan Prilaku dengan

kejadian Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Sangrah Kota

Semarang. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Jumriana. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Maccini Sawah Kota

Makassar. UIN Alauddin Makassar.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1077/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman

Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 13/MENKES/SK/IX/2014 tentang Sanitasi

Total Berbasis Masyarakat

Krishna Anand, 2013, Mengenali Keluhan Anda, Jakarta, Informasi Medika.

Page 114: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

88

Muaz. 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Tuberculosis Paru

BTA Positif Di Puskesmas Wilayah Kecamatan Serang Tahun 2014.

Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Mudiyono. 2015. Hubungan Antara Perilaku Ibu dan Lingkungan Fisik Rumah

dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Anak di Kota Pekalongan.

Universitas Diponegoro Semarang

Najmah. 2016. Epidemiologi Penyakit Menular. CV Trans Info Media. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka

Cipta.

Notoatmodjo. S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Pneumonia Komuniti: Pedoman

Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI;

Rahmad Anres. 2012. Laporan Praktik Kerja Profesi Rumah Sakit Di Rsup H.

Adam Malik Medan Studi Kasus Tuberkulosis. Universitas Sumatra Utara

Medan.

Sarudji Didik. 2010. Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Media Ilmu Pustaka.

Saryono dan dwi Anggraeni, Mekar. 2013. Metodelogi Penelitian Kualitatif dan

Kuantiatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta. Nuha Medika.

Soemirat. 2009. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Sugiyono. 2014. Statistika Untuk Penelitian, Cetakan ke 25. Bandung: Alfabeta

Sujarweni Wiratna. 2014. Metodelogi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta :

Gava Media.

Sujarweni Wiratna. 2015. Statistik Untuk Kesehatan. Yogyakarta: Gava Media.

Sunyoto, Danang. 2013. Teori, Kuesioner, dan Analisis Data Sumber Daya

Manusia (Praktik Penelitian). Yogyakarta : Center of Academic

Publishing Service.

Suyono dan Budiman. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Dalam Konteks

Kesehatan Lingkungan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Page 115: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

89

Suyono. 2008. Pencemaran Kesehatan Lingkungan. Jakarta. Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

World Health Organization. 2011. Global Tuberculosis Report. Online, Health

Statistic and Information System.

World Health Organization. 2016. Global Tuberculosis Report. Online, Health

Statistic and Information System.

Page 116: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak
Page 117: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak
Page 118: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak
Page 119: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

Lampiran 1

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Yang menandatangani di bawah ini, saya:

No. Responden :

Nama :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta hak dan

kewajiban sebagai responden. Dengan ini menyatakan dengan sungguh- sungguh

bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang berjudul

“Hubungan Antara Kondisi Fisik Rumah, Riwayat Kontak dan Hygiene

Sanitasi dengan Kejadian TBC di Wilayah Kerja Puskesmas Balerejo”.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan penuh kesadaran tanpa ada

paksaan dari pihak lain. Saya percaya apa yang saya buat dijamin kerahasiaannya.

Madiun, 2018

Responden

(……………………..)

Page 120: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN RIWAYAT KONTAK

DENGAN KEJADIAN TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BALEREJO

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar dan jujur!

2. Berilah tanda centang (√ ) pada kolom pertanyaan yang sesuai!

3. Setelah mengisi jawaban pada kuesioner ini, mohon diperiksa kembali

agar pertanyaan yang belum terisi tidak terlewat (kosong)!

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. No. Responden : ....................................................

2. Kelompok : ( kasus / kontrol ) coret salah satu

3. Nama Responden : ....................................................

4. Alamat : ....................................................

5. Umur : ....................................................

6. Jenis Kelamin : L / P (Lingkari Salah Satu)

7. Pendidikan Terakhir : (Lingkari Salah Satu)

a. Tidak sekolah/tidak tamat SD

b. SD/sederajat

c. SLTP/sederajat

d. SMA/SMK

e. Akademik/perguruan tinggi

8. Pekerjaan : (Lingkari Salah Satu)

a. Buruh e. PNS

b. Petani f. Tidak bekerja

c. Pedagang g. Lain-lain,...

d. Pegawai Swasta

Page 121: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

PERTANYAAN

B. RIWAYAT KONTAK PENDERITA LAIN

a. Untuk Kasus

NO. Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

1. Sebelum anda menderita tuberculosis paru

apakah dalam keluarga anda ada yang

mengalami gejala tuberculosis paru seperti:

batuk berdahak, batuk darah, nyeri dada yang

menahun ?

2. Jika ya, anda serumah dengan penderita

tersebut.

3. Sebelum anda menderita tuberculosis paru

apakah Anda mempunyai teman atau tetangga

yang mengalami gejala tuberkulosis paru

seperti: batuk berdahak, batuk darah, nyeri

dada yang menahun.

4. Anda pernah berhubungan atau kontak

langsung dengan penderita.

b. Untuk Kontrol

NO. Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

1. Apakah anda pernah mengalami gejala

tuberculosis paru seperti: batuk berdahak,

batuk darah, nyeri dada yang menahun ?

2. Jika ya, apakah anda pernah memeriksakan

gejala tersebut pada petugas kesehatan ?

3. Apakah mempunyai keluarga, teman atau

tetangga yang mengalami gejala tuberkulosis

paru seperti: batuk berdahak, batuk darah,

nyeri dada yang menahun.

4. Apakah anda pernah berhubungan atau

kontak langsung dengan penderita.

C. HYGIENE SANITASI LINGKUNGAN

NO. Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

1. Apakah anda membuang dahak/ludah

di tempat khusus (tidak sembarangan) ?

2. Apakah anda menutup mulut saat batuk ?

3. Apakah anda menggunakan masker saat

batuk?

4. Apakah anda menutup mulut saat bersin ?

5. Apakah anda menutup mulut dengan tisu/sapu

tangan saat batuk dan bersin ?

Page 122: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

NO. Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

6. Ketika anda menderita penyakit pernapasan

apakah anda minum obat secara teratur

sampai sembuh?

7. Apakah anda menghindari konsumsi

minuman beralkohol dan merokok ketika

menderita penyakit pernapasan?

8. Ketika anda menderita penyakit pernapasan

apakah anda tidur terpisah dengan orang

sehat?

9. Apakah anda menjemur alat tidur secara

teratur?

10. Apakah anda membuka ventilasi dan jendela

setiap pagi sertiap hari?

Lembar Observasi

1. Suhu : oC

2. Kelembaban : %

3. Pencahayaan : Lux

4. Kepadatan Hunian :

a. Luas Lantai : m2

b. Jumlah Anggota Keluarga : orang

Page 123: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

Lampiran 3

Coding Penelitian

No. Nama Jenis

Kelamin

Usia Pendidikan Pekerjaan Suhu Kelembaban Pencahayaan Kepadatan

Hunian

Riwayat

Kontak

Hygiene

Sanitasi

1. S 1 2 1 2 1 0 0 1 1 1

2. D 2 3 1 5 0 0 0 1 0 0

3. T 1 4 1 1 0 1 1 0 0 0

4. R 2 2 1 5 1 0 0 1 0 0

5. S 1 2 2 2 0 1 1 0 1 0

6. Y 1 1 2 3 0 0 0 1 0 0

7. J 1 2 1 2 0 0 0 1 1 0

8. L 2 1 1 3 0 0 1 1 0 1

9. C 1 1 3 4 0 0 0 1 0 0

10. H 2 3 2 3 0 1 0 0 0 1

11. D 1 1 2 3 0 0 0 1 1 0

12. S 1 3 1 2 0 1 0 0 0 0

13. P 1 4 1 1 0 0 0 1 0 0

14. D 1 2 1 2 1 1 1 1 0 0

15. S 1 2 1 1 0 0 0 1 0 0

16. S 2 1 1 5 0 0 0 0 1 1

17. P 1 2 1 1 1 1 1 1 0 0

18. S 1 3 1 2 0 0 0 1 1 0

19. S 2 2 1 1 0 0 0 0 0 0

20. Y 1 3 1 2 0 0 0 1 0 1

21. L 2 2 2 3 1 1 0 1 0 1

22. P 2 3 1 2 0 0 0 1 0 0

Page 124: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

No. Nama Jenis

Kelamin

Usia Pendidikan Pekerjaan Suhu Kelembaban Pencahayaan Kepadatan

Hunian

Riwayat

Kontak

Hygiene

Sanitasi

23. S 1 1 1 3 0 0 0 0 0 1

24. S 1 3 1 2 0 0 0 1 1 0

25. S 1 2 2 2 0 1 1 1 1 1

26. K 2 1 1 1 0 0 0 0 0 0

27. D 1 2 2 2 0 0 0 1 1 1

28. S 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1

29. N 1 3 1 1 1 1 1 1 1 0

30. T 2 3 1 2 1 0 0 0 0 1

31. G 1 4 2 1 0 0 0 1 1 0

32. T 2 2 1 2 1 0 0 1 0 1

33. A 1 2 1 2 0 0 1 0 0 0

34. K 1 4 2 1 0 1 1 1 1 1

35. R 2 3 1 5 1 0 0 0 1 1

36. A 1 2 1 2 0 0 0 1 1 1

37. H 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1

38. B 1 2 2 2 1 0 0 1 1 0

39. R 2 1 2 1 1 1 1 0 1 0

40. Y 1 4 1 1 0 0 0 1 1 1

41. T 2 3 2 2 0 1 1 1 0 0

42. Y 2 2 1 5 1 0 0 0 1 0

43. R 1 2 2 2 1 1 0 1 0 1

44. H 1 2 2 2 1 1 1 0 1 1

45. K 1 3 1 2 0 0 0 1 1 1

46. I 2 2 2 2 1 1 1 0 0 1

47. R 1 4 1 1 0 1 0 1 1 1

Page 125: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

No. Nama Jenis

Kelamin

Usia Pendidikan Pekerjaan Suhu Kelembaban Pencahayaan Kepadatan

Hunian

Riwayat

Kontak

Hygiene

Sanitasi

48. Y 2 1 2 2 1 0 1 1 1 1

49. S 2 4 1 5 0 1 1 1 1 1

50. S 2 3 1 2 1 0 0 1 0 1

51. K 1 4 1 1 0 1 1 1 1 1

52. G 1 2 1 3 1 1 1 1 1 0

53. L 1 3 1 1 1 0 0 0 1 1

54. T 2 3 1 3 0 1 1 1 1 1

55. D 2 4 1 5 1 0 1 1 1 0

56. P 1 3 1 3 0 1 1 1 1 1

57. I 2 3 1 3 1 1 1 0 1 1

58. A 2 3 1 1 0 1 0 1 1 1

59. N 2 1 2 2 1 1 1 1 0 0

60. Z 1 2 1 1 1 0 0 1 1 1

61. S 1 1 2 1 1 1 0 1 0 0

62. A 1 2 1 2 0 1 0 1 1 1

63. S 2 2 1 5 1 1 1 1 1 1

64. K 1 3 1 2 0 0 1 0 1 0

65. H 1 2 1 2 0 1 1 1 1 1

66. T 2 1 1 1 1 1 1 1 0 1

67. K 2 3 1 2 0 0 0 0 1 1

68. N 2 1 2 2 0 1 1 1 1 1

Page 126: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

Lampiran 4

Lembar Konsultasi

Page 127: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak
Page 128: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

Lampiran 5

Hasil Validitas dan Reliabilitas

A. VALIDITAS RIWAYAT KONTAK (KASUS)

Correlations

P1 P2 P3 P4 TOTAL

P1 Pearson Correlation 1 .075 .853** .075 .687

**

Sig. (2-tailed) .789 .000 .789 .005

N 15 15 15 15 15

P2 Pearson Correlation .075 1 .354 1.000** .760

**

Sig. (2-tailed) .789 .196 .000 .001

N 15 15 15 15 15

P3 Pearson Correlation .853** .354 1 .354 .859

**

Sig. (2-tailed) .000 .196 .196 .000

N 15 15 15 15 15

P4 Pearson Correlation .075 1.000** .354 1 .760

**

Sig. (2-tailed) .789 .000 .196 .001

N 15 15 15 15 15

TOTAL Pearson Correlation .687** .760

** .859

** .760

** 1

Sig. (2-tailed) .005 .001 .000 .001

N 15 15 15 15 15

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

B. RELIABILITAS RIWAYAT KONTAK (KASUS)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.804 5

Page 129: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

C. VALIDITAS RIWAYAT KONTAK (KONTROL)

Correlations

P1 P2 P3 P4 TOTAL

P1 Pearson Correlation 1 .055 .289 .444 .642**

Sig. (2-tailed) .847 .297 .097 .010

N 15 15 15 15 15

P2 Pearson Correlation .055 1 .472 .327 .670**

Sig. (2-tailed) .847 .075 .234 .006

N 15 15 15 15 15

P3 Pearson Correlation .289 .472 1 .289 .730**

Sig. (2-tailed) .297 .075 .297 .002

N 15 15 15 15 15

P4 Pearson Correlation .444 .327 .289 1 .742**

Sig. (2-tailed) .097 .234 .297 .002

N 15 15 15 15 15

TOTAL Pearson Correlation .642** .670

** .730

** .742

** 1

Sig. (2-tailed) .010 .006 .002 .002

N 15 15 15 15 15

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

D. RELIABILITAS RIWAYAT KONTAK (KONTROL)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.776 5

Page 130: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

E. VALIDITAS HYGIENE SANITASI

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 TOTAL

P1 Pearson Correlation 1 .526** .106 .813

** .196 -.005 .196 .367

* .342 .367

* .601

**

Sig. (2-tailed) .003 .578 .000 .300 .980 .300 .046 .064 .046 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P2 Pearson Correlation .526** 1 .132 .683

** .190 .247 .190 .439

* .476

** .577

** .687

**

Sig. (2-tailed) .003 .486 .000 .314 .189 .314 .015 .008 .001 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P3 Pearson Correlation .106 .132 1 -.029 .463** .558

** .772

** .208 .463

** .356 .603

**

Sig. (2-tailed) .578 .486 .878 .010 .001 .000 .270 .010 .053 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P4 Pearson Correlation .813** .683

** -.029 1 .189 -.018 .047 .327 .472

** .327 .589

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .878 .317 .923 .804 .077 .008 .077 .001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P5 Pearson Correlation .196 .190 .463** .189 1 .342 .550

** .289 .250 .289 .567

**

Sig. (2-tailed) .300 .314 .010 .317 .064 .002 .122 .183 .122 .001

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P6 Pearson Correlation -.005 .247 .558** -.018 .342 1 .489

** .367

* .489

** .649

** .623

**

Page 131: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

Sig. (2-tailed) .980 .189 .001 .923 .064 .006 .046 .006 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P7 Pearson Correlation .196 .190 .772** .047 .550

** .489

** 1 .144 .400

* .433

* .634

**

Sig. (2-tailed) .300 .314 .000 .804 .002 .006 .447 .029 .017 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P8 Pearson Correlation .367* .439

* .208 .327 .289 .367

* .144 1 .433

* .722

** .659

**

Sig. (2-tailed) .046 .015 .270 .077 .122 .046 .447 .017 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P9 Pearson Correlation .342 .476** .463

** .472

** .250 .489

** .400

* .433

* 1 .722

** .768

**

Sig. (2-tailed) .064 .008 .010 .008 .183 .006 .029 .017 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P10 Pearson Correlation .367* .577

** .356 .327 .289 .649

** .433

* .722

** .722

** 1 .831

**

Sig. (2-tailed) .046 .001 .053 .077 .122 .000 .017 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

TOTAL Pearson Correlation .601** .687

** .603

** .589

** .567

** .623

** .634

** .659

** .768

** .831

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .001 .000 .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Page 132: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

F. RELIABILITAS HYGIENE SANITASI

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.761 11

Page 133: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

Lampiaran 6

Surat Ijin Penelitian

Page 134: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak
Page 135: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

Lampiran 7

Dokumentasi Penelitian

Gambar 1 Pengukuran Suhu Ruang Tidur Responden

Gambar 2 Wawancara dengan Responden Kontrol

Page 136: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak

Gambar 3 Pengukuran Pencahayaan Kamar Tidur Responden

Gambar 4 Wawancara dengan Responden Kasus

Page 137: SKRIPSI - STIKES BHMrepository.stikes-bhm.ac.id/315/1/NYIMAS SUKMA PAMUNGKAS... · 2019. 1. 27. · Anisa, Yuda, Arika, Rany, Fara, Wahyu, Ninis dan seluruh teman-teman yang tidak