Skripsi Satria Atilu Edit
-
Upload
jones-pontoh -
Category
Documents
-
view
234 -
download
0
description
Transcript of Skripsi Satria Atilu Edit
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan bagian dari pembangunan
di bidang pendidikan. Usaha ini mutlak dilaksanakan mengingat peranan
pendidikan bagi bangsa dan negara sangat berpengaruh dalam mempercepat
proses pembangunan nasional baik fisik maupun mental.
Kualitas sumber daya manusia sangat perlu diperhatikan seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tapi dengan tidak meninggalkan
nilai-nilai budaya dan agama.Demi menciptakan manusia beriman, bertaqwa serta
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dewasa ini pemerintah secara terus-menerus berusaha untuk meningkatkan
mutu pendidikan melalui peningkatan keberhasilan pelaksanaan program
pengajaran.Hal ini tercermin dalam penyempurnaan kurikulum serta perbaikan
fasilitas pendidikan yang merupakan jawaban atas tuntutan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat.
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang mengembanmisi menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas, memiliki pengetahuan, dan
keterampilan.Salah satu unsur penting dalam sekolah adalah guru. Guru
merupakan perancang belajar mengajar karena itu perannya cukup besar dan
sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Kenyataan-kenyataan ini
seringkali menjadikan guru sebagai pusat dalam proses belajar mengajar.
1
Selama ini orientasi mengajar lebih terpusat pada guru, yaitu guru yang aktif
sedangkan siswa pasif.Cara ini bertentangan dengan prinsip dari CBSA dimana
siswalah yang harus aktif baik secara emosional intelektual terlibat dalam pross
belajar mengajar.
Dari beberapa pengamatan yang dilakukan, kebanyakan guru menggunakan
metode mengajar yang kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk
melibatkan diri dalam proses belajar mengajar. Kecenderungan yang terjadi
bahwa proses belajar itu sendiri kurang produktif karena siswa tidak memiliki
antusias untuk mencari hal-hal baru atau memperluas wawasan dengan cara
memperkaya materi pelajaran dan akibatnya sulit untuk mencapai kompetensi
yang diharapkan.
Seperti yang terjadi di SMP Kaidipang , dimana berdasarkan data yang
diperoleh, melalui pra survey dari 26 siswa hanya 10 siswa yang mampu
menyerap materi / pokok bahasan yang diajarkan dengan nilai 65. Kenyataan ini
membuktikan bahwa hasil belajar siswa yang rendah adalah tantangan bagi guru
untuk membenahi sistem pembelajaran yang digunakan. Pemberlakuan kurikulum
tingkat satuan pendidikan seyogyanya mengharuskan guru untuk dapat merancang
suatu program pembelajaran yang memberi kesempatan sebanyak-banyaknya bagi
siswa untuk memperkaya atau menggembangkan materi yang diberikan oleh guru.
Memahami permasalahan yang telah dikemukakan, maka perlu diupayakan
perbaikan dalam proses pembelajaran. Perbaikan dimaksud adalah menyangkut
peran guru dan peran siswa dalam proses belajar mengajar. Salah satu model
2
pembelajaran yang melibatkan peran aktif peserta didik dalam pembelajaran
adalah model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda
latar belakang dan kondisi siswa untuk bekerjasama saling bergantung satu sama
lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan
kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. Selain unggul dalam
membantu siswa memahami konsep-konsep sulit, strategi ini sangat berguna
untuk membatu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw. Dengan cara seperti ini, proses pembelajaran akan
berlangsung dengan baik dan para siswa akan benar-benar menguasai pelajaran
yang diperoleh dari proses belajar mengajar serta mampu menerapkannya dalam
situasi kehidupan nyata.
Berdasarkan pemikiran diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaran Tipe Jig Saw Untuk
Meningkatkan Hasil belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu di SMP
Negeri 2 Kaidipang”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang muncul
dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Hasil belajar siswa rendah,
2. Guru kurang tepat dalam menggunakan model pembelajaran,
3
3. Penerapan model pembelajaran yang tidak efektif,
4. Siswa bersikap pasif bahkan lebih banyak diam,
5. Siswa tidak memiliki antusias untuk mencari hal-hal baru atau wawasan
materi dan akibatnya sulit untuk mencapai komptensi yang diharapkan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka masalah dalam
penelitian ini dibatasi pada penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw pada mata pelajaran IPS Terpadu dalam meningkatkan hasil belajar siswa
di SMP Negeri 2 KAIDIPANG .
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka masalah penelitian tindakan kelas ini
dirumuskan sebagai berikut: “Apakah Penggunaan Model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw pada mata pelajaran IPS Terpadu dapat meningkatkan
hasil belajar siswa di SMP 2 Kaidipang ?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa di SMP Negeri 2 Kaidipang pada mata pelajaran
IPS Terpadu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
4
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:
a. Guru
Mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sebagai salah satu upaya
peningkatan kualitas pembelajaran Ekonomi kearah yang lebih
baik.
Dengan pengalaman baru, guru dapat meningkatkan
profesionalismenya.
Mempermudah tugas guru dalam penjelasan materi.
b. Siswa
Dapat menguasai materi pelajaran.
Dapat menggunakan materi pelajaran dalam praktek hidup sehari-
hari.
Tercipta motivasi belajar dan lebih bertanggung jawab dengan apa
yang dipelajari.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
A. Tipe Jigsaw (Tim Ahli)
Tipe jigsaw telah dikembangkan dan di ujicoba oleh Elliot Aroson dan
teman – teman dati Universitas Texas dan diadopsi oleh slavin dan teman – eman
di Universitas Jhon Hopkins.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model pembelajaran di
mana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 5 orang dengan
memperhatikan keheterogenan, bekerja sama positif dan setiap anggota
bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan
dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
Keunggulan tipe jigsaw meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajaranya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan tetapi juga mereka harus siapmemberikan dan
mengajar materi tersebut pada anggota kelompok lain. Pada tipe ini terdapat
kelompok ahli dan kelompok asal, kelompok asal adalah kelompok ahli dan
kelompok asal, kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari beberapa
anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhaikan keragaman dan latar
belakang siswa aga tercipta suasana yang terbaik bagi setiap anggota kelompok.
Sedangkan kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota
6
kelompok lain ( kolompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami topic tertentu
kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
1. Para anggota dari kelompok asal yangberbeda bertemu dengan topik yang
sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang
ditugaskan kepada masing – masing anggota kelompok, saling membantu satu
dengan yang lain di dalam mempelajari topic yang telah ditentukan. Guru
adalah memfasilitasi dan motivasi para anggota kelompok ahli agar mudah
untuk memahami materi yang diberikan, setelah pembahasan selesai para
anggota kelompok kembali kepada kelompok asal dan mengajarkan kepada
teman – teman sekelompoknya tentang apa yang telah mereka dapatkan pada
pertemuan dikelompokan ahli. Para kelompok saat melakukan diskusi di
kelompok ahli
a. JIGSAW (Gigi Gergaji)
Metode jigsaw dikembangkan pertama kali oleh Elliot Aronson.Metode ini
merupakan metode pembelajaran kooperatif yang dikembangkan agar
dapat membangun kelas sebagai komunitas belajar yang menghargai
semua kemampuan siswa. Pemikiran dasar dari metode ini adalah
kesempatan siswa untuk berbagi dengan yang lain, mengajar serta diajar
oleh sesama siswa untuk berbagi dengan yang lain., mengajar serta diajar
oleh sesama siswa merupakan bagian penting dalam proses belajar dan
sosialisasi yang berkesinambungan sehingga pengetahuan tersebut
diterima oleh setiap anggota pada kelompok asal.
7
Tipe jigsaw (tim ahli) dapat dilakukan dengan mengikuti langkah –
langkah sebagai berikut :
1. Siswa dikelompokan kedalam kelompok 4 – 5 orang satu tim.
2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.
3. Tiap orang dalam tim membaca bagian materi yang ditugaskan.
4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian / sub
bab yang sama bertemu dalam kelompok baru / kelompok ahli untuk
mendiskusikan materi.
5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke
kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim tentang materi
yang mereka kuasai.
6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
7. Guru memberi evaluasi.
8. Penutup.
2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Arends dalam Tambelu (2003), pembelajaran yang
menggunakan model kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan
materi belajarnya
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang
dan rendah
c. Bilamana mungkin, anggota berasal dari segi badaya, suku, jenis kelamin
yang berbeda
8
d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu
3. Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw
Pembelajaran kooperatif model Jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang
dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota
bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang
diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang
lain.
Keunggulan kooperatif model jigsaw meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.
Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga
harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota
kelompoknya yang lain. Meningkatkan bekerja sama secara kooperatif untuk
mempelajari materi yang ditugaskan
Dalam model pembelajaran kooperatif model jigsaw, terdapat kelompok
ahli dan kelompok asal.Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri
dari berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan
keragaman dan latar belakang. Guru harus trampil dan mengetahui latar
belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota
kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari
anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk mendalami
topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.
9
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik
yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang
ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama
lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Disini, peran guru adalah
mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk
memahami materi yang diberikan.
Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali
pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang
telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok
ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat
melakukan diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima
oleh setiap anggota pada kelompok asal.
4. Tinjauan Umum Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas,
struktur tujuan dan struktur penghargaan (Ibrahim ; 2000).
a. Struktur tugas mengacu kepada dua hal, yaitu cara pembelajaran itu
diorganisasikan dan jenis kegiatan yang dilakukan di kelas.
b. Struktur tujuan, yaitu sejumlah kebutuhan yang ingin dicapai oleh siswa
dan guru pada akhir pelajaran atau siswa menyelesaikan tugas.
Struktur tujuan dapat dikategorikan ke dalam tiga macam, yaitu:
1. Struktur tujuan individualistic, yaitu tujuan yang dicapai siswa secara
individu.
10
2. Struktur tujuan kompetitif, jika seseorang dapat mencapai tujuan
sedangakan siswa lain tidak mencapai tujuan.
3. Struktur kooperatif, jika siswa bersama-sama mencapai tujuan
tersebut, model-model individu ikut adil menyumbang pencapaian
tujuan.
c. Struktur penghargaan jika keberhasilan kelompok akibat keberhasilan
bersama-sama anggota kelompok.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan
instruksional penting, yaitu kemampuan akademik, penerimaan terhadap
perbedaan individu dan pengembangan keterampilan social.
a. Kemampuan Akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademik.Model ini unggul dalam membantu siswa
memahami konsep-konsep yang sulit.Pengajaran kooperatif ini dapat
memberikan keuntungan bagi siswa kelompok bawah dan siswa kelompok
atas.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Salah satu efek yang sangat penting bagi model pembelajaran
kooperatif adalah penerimaan terhadap perbedaan individu seperti budaya,
status social, ras, kemampuan dan ketidakmampuan. Hal ini memberi
peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk
bekarja saling tergantung satu sama lain atas tugas bersama.
11
c. Pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja
sama dan kolaborasi. Keterampilan ini harus dimiliki masyarakat dimana
orang dewasa bekerja, pengorganisasian, saling tergantung dan kondisis
budaya yang berbeda. Disamping itu juga sangat berguna Belajar dalam
rangka membantu siswa menumbuhkembangkan kemampuan bekarja sama,
berpikir kritis dan membantu yang kurang..
.
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian dari keberhasilan siswa.Siswa dikatakan
berhasil apabila dapat menciptakan tujuan yang telah ditetapkan dengan
memperoleh nilai yang cukup tinggi.Hasil belajar diartikan sebagai nilai yang
diperoleh siswa setelah mengikuti belajar mengajar dalam selang waktu tertentu
(Wirawan, 1994:43).
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemampuann siswa menguasai materi pelajaran yang diberikan dan
merupakan gambaran yang ingin dicapai oleh siswa yang mengikuti proses belajar
mengajar.
Evaluasi pencapaian siswa adalah salah satu kegiatan yang merupakan
kewajiban bagi setiap guru atau pelajar.Dikatakan kewajiban, karena setiap
pengajar pada akhirnya harus dapat memberikan informasi kepada lembaganya
ataupun kepada siswa itu sendiri sampai dimana penguasaan dan kemampuan dari
12
siswa tersebut dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.Nawawi (1981:100)
mengemukakan hasil belajar sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam
mempelajari pengajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai
yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi tertentu.Pada akhirnya,
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah siswa tersebut menerima pengalaman
belajarnya.Pengalaman belajar siswa dapat diperoleh dari hasil pengetahuan,
sikap, dan keterampilan.
B. KERANGKA BERPIKIR
Kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
13
PEMBELAJARAN
PROSES BELAJAR MENGAJAR TANPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
HASIL BELAJAR
PROSES BELAJAR MENGAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
PENINGKATAN
B. Hipotesis Penelitian
Bertolak dari alur pikiran diatas, maka diajukan hipotesis penelitian
tindakan kelas ini sebagai berikut :
“Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil
belajar siswa SMP Negeri 2 Kaidipang“
14
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Refleksi
RefleksiPelaksanaan
?
PelaksanaanSIKLUS I
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek dan Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas VII SMP Negeri
2 Kaidipang tahun pelajaran 2011-2012 semester I yang berjumlah 26 orang.
Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada bulan September – Oktober
2012 dan disesuaikan dengan jadwal pelajaran di sekolah.
Para siswa dibagi dalam 4 kelompok kecil, 3 kelompok masing-masing
terdiri dari 6 siswa dan 1 kelompok terdiri dari 5 siswa.
B. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.Pendekatan
yangdigunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan
kuantitatif.Adapun pelaksanaan penelitian tindakan ini dilakukan dalam dua siklus
tindakan yang berurutan.
(SuharsiminArikunto,2007:1)
15
Pelaksanaan penelitian ini mengikuti prosedur sebagai berikut:
1. Perencanaan
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah:
Membuat bahan ajar yang telah disesuaikan dengan pokok bahasan yang
akan dipelajari
Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajara koperatif dengan teknik jigsaw
Membuat lembaran observasi sesuai dengan model pembelajaran yang
digunakan
Membuat evaluasi
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam penulisan ini adalah pengimplementasian
kegiatan pembelajaran yang termuat dalam rencana pembelajaran dan skenario
meskipun demikian, tindakan bisa berubah bergantung pada situasi yang dihadapi
pada saat pelaksanaan. Pelaksanaan tindakan disusun dalam proses pembelajaran
berdasarkan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Jigsaw sebagai berikut:
Guru memberikan informasi sehubungan dengan materi permintaan dan
penawaran serta menggali sejauh mana siswa sudah mengetahui materi
tersebut.
Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5 orang siswa.
Guru membagikan materi kepada anggota kelompok sesuai yang diajarkan.
16
Masing-masing siswa dalam kelompok mendapatkan materi yang berbeda-
beda dan memahami informasi yang ada didalamnya.
Kumpulkan masing-masing siswa yang memiliki materi yang sama dalam satu
kelompok sehingga terbentuk kelompok ahli sesuai dengan materi yang telah
dipersiapkan oleh guru.
Dalam kelompok ahli ini ditugaskan agar siswa belajar bersama untuk menjadi
ahli sesuai dengan materi yang menjadi tanggung jawabnya.
Tugaskan bagi semua anggota kelompok ahli untuk memahami dan dapat
menyampaikan informasi tentang hasil dari materi yang telah dipahami kepada
kelompok kooperatif (kelompok awal).
Apabila tugas sudah selesai dikerjakan dalam kelompok ahli masing-masing
siswa kembali kekelompok kooperatif (awal).
Beri kesempatan secara bergilir masing-masing siswa untuk menyampaikan
hasil dari tugas kelompok ahli.
Apabila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya, secara keseluruhan masing-
masing kelompok melaporkan hasilnya dan guru memberi klarifikasi.
3. Observasi
Pemantauan atau observasi dalam penelitian adalah kegiatan mengamati dan
mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan tindakan yang
dilakukan.Kegiatan pemantauan ini mencakup pemantauan mengenai kegiatan
siswa dan peneliti selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Dalam
penelitian ini yang akan dipantau, secara garis besar adalah (1) mengetahui
17
kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan, dan (2) mengetahui
seberapa besar pelaksanaan tindakan yang sedang dilaksanakan akan
menghasilkan perubahan yang diharapkan. Hal ini dapat diartikan bahwa lembar
observasi untuk mengamati dan mendokumentasikan segala sesuatu yang
berkaitan dengan tindakan.Pemantauan dilakukan oleh dosen pembimbing dan
guru mata pelajaran.
4. Analisis Dan Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan, penulis dibawah
koordinator guru bidang studi melakukan refleksi terhadap proses dan hasil
tindakan yang dilakukan. Jika tindakan yang dilaksanakan hasilnya telah
mencapai apa yang di harapkan dalam penelitian ini maka peneliti tidak
melanjutkan lagi.Apabila belum tercapai apa yang diharapkan, maka dalam
refleksi dibahas masalah dan hambatan yang ditemui untuk selanjutnya di
rumuskan alternatif yang harus dilakukan dalam putaran selanjutnya agar tujuan
penelitian ini tercapai.
C. Indikator Keberhasilan Belajar
Indikator yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah ketuntasan
belajar secara klasikal .Ketuntasan belajar secara berkelompok yaitu apabila
terdapat 85% siswa pada kelompok tersebut telah memperoleh nilai 65 (Arikunto
1998). Kriteria keberhasilan yang diharapkan melalui penelitian tindakan kelas ini
dianalisis secara deskriptif presentase nilai akhir.
18
D. Teknik pengumpulan data
1. Sumber data
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan
guru (peneliti).
2. Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan kualitatif .Data
kuantitatif berupa hasil pekerjaan siswa dalam mengerjakan Lembar Kerja
Siswa (LKS), mengikuti tes awal sebelum tindakan dan tes akhir sesudah
tindakan.Sedangkan data kualitatif adalah hasil observasi.
3. Cara pengumpulan Data
a. Data hasil belajar diperoleh dengan memberikan tes kepada siswa yang
terdiri tes produk dan tes proses.
b. Data tentang situasi proses pembelajaran diperoleh melalui lembar
observasi.
c. Data tentang keterkaitan perencanaan dengan pelaksanaan tindakan
melalui lembar observasi.
E. Teknik pengolahan data
Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
deskriptif dengan cara menghitung persentase capaian hasil belajar siswa
berdasarkan indikator kerja.
Capaian hasil belajar =Capaian target
Targetidealx 100 %
(Arikunto, 1997:245)
19
tingkatpenguasaanmateri= jumla h siswayangber h asiljumlah keseluruh ansiswa
x100 %
(Arikunto, 1988)
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Perencanaan Penelitian
Kegiatan perencanaan tindakan diawali dengan mengadakan observasi
mengenai kemamapuan siswa dan karakteristik siswa. Kemudian menyiapkan
silabus, serta menyesuaikan tujuan yang akan dicapai dengan menggunakan
lembar kerja siswa yang merupakan panduan belajar siswa pada mata
pelajaran IPS Terpadu dan menyiapkan RPP dengan materi ikhtisar siklus
akunansi yang dilaksanakan dalam dua kali putaran. Setelah tindakan pada
putaran pertama selanjutnya dilaksanakan penilaian. Hasil penelitian dalam
bentuk hasil belajar siswa dianalisa tercapai keberhasilannya. Apabila hasil
belajar siswa sudah memenuhi kriteria perorangan 65% – 90% maka
penelitian ini tindakan ini tidak akan dilanjutkan. Namun apabila tercapai
keberhasilannya belum memenuhi kriteria tersebut, diadakan refleksi bersama
kepala sekolah, pembimbing dan guru mata pelajaran. Hasil dan refleksi
tersebut menjadi bahan masukan untuk perbaikan dalam tindakan putaran
kedua.
21
2. Impelementasi Tindakan
a. Siklus I
Penggunaan model pembelajaran dalam proses pembelajaran sebagai
tindakan di kelas dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Penyampaian tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa.
2. Menyampaikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bacaan.
3. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap keompok agar melakukan transisi serta
kerja sama.
4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar saat mereka
mengerjakan tugas mereka.
5. Evaluasi
Guru mengevalusi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mengumpulkan hasil kerjanya.
6. Memberikan penghargaan.
22
Tabel I Hasil Tes Evaluasi Siklus I
No Nama NilaiKetuntasan
No Nama Nilai Ketuntasan
1 Arif Buhang 65 Tuntas 15Dindan
Mooduto62
Tidak Tuntas
2 Jul Ruata 63 Tuntas 16Yolanda Abdula
67 Tuntas
3Diki
Rumengan40
Tidak Tuntas
17 Siti Safitri 40Tidak Tuntas
4 Candra Jere 85 Tuntas 18Desi
Panegoro65 Tuntas
5 Ardan Buhang 55Tidak Tuntas
19 Kristina 60Tidak Tuntas
6 Jumardi Atilu 50Tidak Tuntas
20 Nur Intan 65 Tuntas
7 Wito Prasetyo 30Tidak Tuntas
21 Safira 70 Tuntas
8 Eka Isingga 35Tidak Tuntas
22 Irawati 40Tidak Tuntas
9 Jevlin 40Tidak Tuntas
23 Fitria 85 Tuntas
10 Julian 87 Tuntas 24 Cindra 63Tidak Tuntas
11 Alfianto 40Tidak Tuntas
25 Rindy 73 Tuntas
12 Tahar 55Tidak Tuntas
26 Firawati 63Tidak Tuntas
13 Ningsih Adam 45Tidak Tuntas
Jumlah 1520
14 Dinda Adam 50 Tidak Tuntas
Rata-Rata58,462
Tabel 2. Rekapitulasi Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I
Capaian Jumlah %
Tuntas 10 38,46%
Tak tuntas 16 65,54%
23
Setelah melihat hasil evaluasi dari 26 orang siswa, di mana rentang nilai yang
diperoleh setiap siswa pada siklus I, berada pada rentangan nilai antara 30 - 87
dari rentang nilai yang diperoleh itu ada 16siswa yang tidak tuntas belajar,
sebab kriteria tuntas belajar adalah nilai 6,5 atau 65%, dan yang tuntas belajar
hanya 10siswa, yaitu siswa yang mendapatkan nilai antara 65- 87. Selanjutnya
secara klasikal karena yang tuntas belajar hanya 10 orang atau 38,46% dari
jumlah siswa di kelas, dapat disimpulkan bahwa dalam siklus I belum dicapai
ketuntasan belajar secara klasikal. Kemudian penelitian dilanjutkan.
b. Siklus II
Penelitian putaran kedua ini dilakukan dengan memperhatikan hal-hal yang
harus diperbaiki sebagai kekurangan pada pelaksanaan putaran pertama.
Setelah guru memberikan informasi yang jelas tentang model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dalam kegiatan pembelajaranIPS TERPADU maka
suasana pembelajaran menjadi semakin kondusif. Pada akhir kegiatan
pembelajaran diadakan tes, dan hasilnya adalah sebagai berikut
Tabel 3 Hasil Tes Evaluasi Siklus II
No Nama Nilai Ketuntasan No Nama Nilai Ketuntasan
1Arif
Buhang73 Tuntas 15
Dindan Mooduto
70 Tuntas
2 Jul Ruata 75 Tuntas 16Yolanda Abdula
67 Tuntas
3Diki
Rumengan65 Tuntas 17
Siti Safitri
63Tidak Tuntas
4Candra
Jere90 Tuntas 18
Desi Panegoro
75 Tuntas
5Ardan
Buhang75 Tuntas 19 Kristina 70 Tuntas
6Jumardi
Atilu65 Tuntas 20
Nur Intan
73 Tuntas
7 Wito 55 Tidak 21 Safira 82 Tuntas
24
Prasetyo Tuntas
8Eka
Isingga65 Tuntas 22 Irawati 62
Tidak Tuntas
9 Jevlin 65 Tuntas 23 Fitria 95 Tuntas10 Julian 95 Tuntas 24 Cindra 73 Tuntas11 Alfianto 65 Tuntas 25 Rindy 87 Tuntas12 Tahar 70 Tuntas 26 Firawati 70 Tuntas
13Ningsih Adam
70 Tuntas Jumlah 1890
14Dinda Adam 75 Tuntas
Rata-Rata 72,692
Tabel 4. Rekapitulasi Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II
Capaian Jumlah %
Tuntas 23 88,46
Tak tuntas 3 11,54
Setelah melihat hasil evaluasi dan kegiatan-kegiatan kelompok sehari-hari di
dalam kelas dari 26 orang siswa, pada siklus II ini memperoleh peningkatan
dengan nilai rata-rata yang diperoleh di kelas adalah 72,692.
Berdasarkan pada Tabel II tersebut diatas, nampak banyak siswa yag
mendapat nilai ¿ 65 sebanyak 23 siswa (88,46).Berdasarkan pada kriteria
keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan di atas bahwa apabila 85% dari
jumlah siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran telah mendapat nilai ¿
65 maka secara kelompok telah tercapai ketuntasan belajar. Oleh karena itu,
dikaitkan dengan kriteria ketuntasan belajar tersebut maka hasil penelitian ini
ternyata telah memenuhi kriteria tersebut. Dengan demikian dapat
25
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
dapat membantu guru menjelaskan bahan ajar kepada siswa-siswa yang lain.
Dalam pengertian bahwa penerapan model kooperatif dalam pembelajaran IPS
Terpadu dapat meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan kriteria
ketuntasan belajar.
Penelitian tindakan dalam penerapan model pembelajaran (sebagai tindakan) pada
siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kaidipang Menghasilkan bahwa kelompok siswa
yang mendapat nilai ¿ 65 sebanyak 23 siswa (88,46 %), sedangkan mendapat
nilai < 65 sebanyak 3 siswa (11,54%). Berdasarkan pada kriteria keberhasilan
penelitian ini bahwa apabila 85 % dari jumlah siswa yang mengikuti kegiatan
pembelajaran telah mendapat ¿ 65 maka secara kelompok telah tercapai
ketuntasan belajar. Oleh karena itu, dikaitkan dengan kriteria ketuntasan belajar
tersebut maka hasil penelitian ini ternyata telah memenuhi kriteria tersebut.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPS Terpadu dapat meningkatkan hasil
belajar siswa berdasarkan kriteria ketuntasan belajar.
Kesimpulan penelitian tersebut mengarahkan kepada kita bahwa siswa-siswa yang
berpotensi akademik yang baik hendaknya diberdayakan oleh guru dalam
membantu menjelaskan bahan ajar kepada teman-temannya. Mungkin penjelasan
materi/bahan ajar oleh guru kurang dapat dipahami oleh siswa-siswa pada
umumnya, namun dengan bantuan atau bahasa temannya sendiri yang telah
memahami padakesempatan pertama dapat membantu menjelaskan materi
tersebut kepada teman-teman yang lain.
26
B. MONITORING PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas ini dalam pelaksanaannya dimonitoring oleh
pengamat dan dosen pembimbing dengan menggunakan lembar observasi.
Adapun monitoring yang dimaksud adalah untuk mengetahui:
a. Kesesuaian pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan
b. Seberapa besar pelaksanaan tindakan yang sedang belangsung dapat
diharapkan akan menghasilkan perubahan yang diharapkan.
C. REFLEKSI HASIL PENELITIAN
Kegiatan penelitian ini telah dilakukan dalam dua siklus dan dalam setiap
siklus ada dua kali pertemuan untuk mengetahui efektivitas penerapan model
pembelajarankooperatif dalam pengajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPS Terpadu Ternyata pada langkah-langkah pembelajaran
dengan model pembelajarankooperatif tipe jigsaw sebagaimana yang telah
direncanakan dan diterapkan dalam kegiatan pembelajaran hasilnya dapat
mengoptimalkan hasil belajar Mata Pelajaran IPS Terpadu.
Penelitian tindakan dalam penerapan model pembelajaran (sebagai
tindakan) pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kaidipang menghasilkan bahwa
kelompok siswa yang mendapat nilai ¿ 65 sebanyak 23 siswa (88,46 %),
sedangkan mendapat nilai < 65 sebanyak 3 siswa (11,54%). Berdasarkan pada
kriteria keberhasilan penelitian ini bahwa apabila 85 % dari jumlah siswa yang
mengikuti kegiatan pembelajaran telah mendapat ¿ 65 maka secara kelompok
telah tercapai ketuntasan belajar. Oleh karena itu, dikaitkan dengan kriteria
27
ketuntasan belajar tersebut maka hasil penelitian ini ternyata telah memenuhi
kriteria tersebut.
Dari hasil di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa terdapat
peningkatan dan telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal.
Dengan demikian peneliti merasa tidak perlu lagi diadakan siklus selanjutnya.
Tabel 5. Format Wawancara
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana kesan anda terhadap
pembelajaran hari ini?
Kesan Kami setelah mengikuti
proses pembelajaran ini yaitu;
kami merasa lebih mudah dalam
memahami materi atau konsep-
konsep yang sulit. selain itu kami
juga menjadi lebih aktif dalam
kelompok dan dalam
melaksanakan setiap tugas yang
diberikan.
Selain itu,kami merasa lebih
bertanggung jawab akan tugas
penguasaan materi yang diberikan,
selanjutnya kami dilatih untuk bisa
membantu dan menjelaskan bagi
teman-teman yang belum terlalu
memahami materi yang diajarkan.
28
2.
3.
Apa yang menjadi hambatan atau
kendala yang anda hadapi dengan
pembelajaran kelompok?
Apa yang menjadi harapan
ataupun pesan anda?
Yang menjadi hambatan yaitu :dalam
kelompok masih ada diantara kami
yang memiliki sikap saling berharap
satu sama lain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan.
Yang menjadi harapan kami adalah
kiranya metode pembelajaran ini
dapat dilaksanakan dan terus
dikembangkan bukan hanya pada
materi ekonomi tapi pada mata
pelajaran lain, karena kami merasa
belajar dengan metode koperatif tipe
jigsaw lebih efektif. Dan pesan
kepada mahasiswa peneliti agar dapat
mengembangkan pembelajaran ini
dan ditinggalkan disekolah sebagai
acuan bagi guru mata pelajaran.
Tabel V merupakan hasil tanggapan siswa setelah dilaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan model koperatif tipe jigsaw.
29
Respon Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran Kopertif Tipe Jigsaw
Mata pelajaran : IPS Terpadu
Pokok Bahasan : Manusia sebagai mahluk social dan mahluk ekonomi
Kelas/semester : VII/1
Petunjuk.
Berilah tanda cek (√)pada kolom yang sesuai dengan pendapat kalian pada
tempat tersedia.
Tabel VI. Respon Siswa
No Uraian Skala Penilaian
I Bagaimana pendapat kalian mengenai: Tidak senang Senang
1. Materi/bahan ajar
2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
3. Latihan/Diskus
4. Cara guru mengajar
√
√
√
√
II Bagaimana pendapat kalian mengenai: Tidak Baru Baru
1. Materi/bahan ajar
2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)
3. Latihan/Diskusi
4. Cara guru mengajar
√
√
√
√
Tabel VI menunjukan respon siswa rerhadap perangkat pembelajaran yang
digunakan dalam penelitian.
30
D. PEMBAHASAN
Pada saat dilaksanakan observasi di sekolah, ternyata pembelajaran terutama
didominasi oleh guru saja, sehingga siswa kurang diberi kesempatan untuk
mengembangkan semua kemampuan yang mereka miliki. Siswa lebih cenderung
menerima apa yang disampaikan oleh guru. Selain itu, pembelajaran juga hanya
terfokus pada buku teks dan gurupun belum ada yang mengembangkan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran koperatif tipe jigsaw.
Sehingga dengan rancangan pembelajaran seperti ini siswa menjadi sangat aktif.
Pada siklus pertama, peneliti merasa hasil yang dicapai kurang memuaskan.
Dimana presentasi penilaian proses belajar dari keempat kelompok masih
kurang(dapat dilihat pada table I). Selain itu evaluasi hasil belajar siswa hanya
mencapai 57% (dapat dilihat pada table II).Hal ini dikarenakan siswa belum
terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.Siswa masih kaku
serta tidak percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya.Selain itu juga ada
anak-anak yang tidak serius dalam berdiskusi sehingga hal ini sangat merugikan
teman sekelompoknya.
Setelah melihat hasil evaluasi siklus pertama tidak mencapai standar
ketuntasan belajar secara klasikal maka peneliti melanjutkan penelitian siklus
kedua.Pada penelitian siklus kedua ini peneliti masih menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.Setelah melakukan refleksi terhadap hasil
penelitian siklus pertama peneliti mulai melakukan pendekatan kepada siswa yang
masih malu-malu, serta memberi motivasi dan dorongan kepada mereka.Peneliti
meyakinkan siswa bahwa mereka mempunyai kemampuan dan keyakinan mereka
31
bahwa teman sekelompoknya membutuhkan dia dalam mencapai ketuntasan
belajar secara klasikal. Dengan melakukan pendekatan kepada siswa tadi ternyata
ada peningkatan yaitu dari 23 siswa secara keseluruhan, ada 20 siswa yang telah
mencapai ketuntasan belajar. ∑ X2=2000dan nilai rata-rata X=87, serta
presentase capaian klasikal siswa yang telah tuntas belajar mencapai 87 %(table
IV).Selain terjadi peningkatan pada hasil evaluasi belajar,terjadi juga peningkatan
pada presentase proses pembelaran dari keempat kelompok yatiu di atas 85 %
(table III).
Peningkatan hasil belajar siswa disebabkan karena pembelajaran tidak hanya
terpusat pada guru saja tetapi dari siswa itu sendiri.Selain itu juga karena siswa
merasa bahwa dirinya di dalam kelompok sehingga dia berusaha untuk tidak
mengecewakan teman sekelompoknya. Melalui potensi yang ada pada dirinya,
siswa bisa menjadi sumber belajar itu sendiri. Untuk menggali potensi yang ada
pada diri siswa, guru perlu menciptakan kondisi belajar yang efektif.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model pembelajaran ini memiliki
banyak manfaat bagi siswa maupun bagi guru (dapat dilihat pada tabel format
wawancara dan tabel respon siswa).Dengan demikian dapat dikatakan bahwa,
kegiatan belajar mengajar dapat lebih bermanfaat, menyenangkan, tidak kaku,
siswa menjadi aktif, tidak malu-malu, dan akhirnya mampu memberikan hasil
belajar yang optimal untuk meningkatkan mutu pendidikan.
32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan data yang diperoleh pada saat penelitian, ternyata dalam
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pokok bahasan
manusia sebagai mahluk social dan mahluk ekonomidapat memberi hasil yang
memuaskan atau dengan kata lain mampu memperbaiki hasil belajar siswa kelas
SMP Negeri 2 Kaidipang yakni sebesar 87 %. Dengan diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat memudahkan siswa untuk lebih percaya
akan dirinya sendiri, siswa dilatih untuk dapat bersosialisasi, selain itu juga siswa
diajar untuk dapat lebih bertanggungjawab. Oleh sebab itu penulis menarik
kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dapat diterapkan
dan dikembangkan pada pelaksanaan pembelajaran ekonomi selanjutnya,
khususnya di SMP Negeri 2 Kaidipang
B. Saran
Dari kesimpulan di atas dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagi guru, dalam proses pembelajaran hendaknya menggunakan model
pembelajaran yang bervariasi, hal ini dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya kejenuhan atau kebosanan dari siswa pada waktu belajar.
2. Model pembelajaran kooperatif sangat relevan diterapkan pada mata
pelajaran IPS terpadu.
33
3. Perlunya mengupayakan penerapan model pembelajaran khususnya tipe
jigsaw dalam proses kegiatan belajar mengajar
34
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Arikunto, S. (2006) Penelitian Tindakan kelas (Classroom action research-car). Jakarta: PT Bumi Aksara
Arikunto, S. (1998) Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara
Bahri, S. (1995) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta
Budiningsih, A. (2005) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Ibrahim, H.M, dkk. 2000. Pembelajaran kooperatif. Surabaya:University Press
Kunandar.2007. Guru Profesinal Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Nurhadi dan Senduk, Agus Gerrad. 2003. Pembelajaran Kontekstual (CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM
Nurcahyawan, T. (2007) Akademika Jurnal Pendidikan Universitas Taruma Nagara. Jakarta: UPT-Pusat Sumber Daya Belajar Universitas Taruma Nagara.
Rustana, C. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual). Jakarta: Depdiknas
Syaiful, S. (2006) Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: PT Alfabeta
Suhardjono.(2006) Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan PengembanganProfesi Guru. Jakarta: PT Bumi Aksara
Trianto.(2007) Model-Model Pembelajaran Inovatif BerorientasiKonstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
Wirawan, 1994.Proses Belajar Mengajar. Bandung: tarsito
Wirawan, Y. G. (1994) Evaluasi Belajar. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
35
Zubaedah. (2008) Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research): Salah Satu Bentuk Karya Tulis Ilmiah Untuk Pengembangan Profesi Guru.
INTERNET
http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/07/kelompok-jigsaw.jpg
http://ardhana12.wordpress.com
http://Media.Diknas.go.id/Media/Document/5214.pdf
http://www.aft.org/publications
36
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................... iii
ABSTRAK.................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR.............................................................................. v
DAFTAR ISI………………………………………………………………vii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………...1
A. Latar Belakang Masalah………………………..…………………1
B. Identifikasi Masalah…………………………….………………..3
C. Pembatasan Masalah……………………………………………,,,4
D. Perumusan Msalah………………………………………………..4
E. Tujuan Penelitian………………………………………………...4
F. Manfaat Penelitian……………………………………………….4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar Pembelajarn……………………………...5
2. Pengertian Pembelajaran Kooperatif.......................................8
3. Ciri-ciriPembelajaran Kooperatif.......................………….....9
B. Kerangka Berpikir…………..…………………………………...24
C. Hipotesis Penelitian ………………………………………….....24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian…………………………………………...…25
37
B. Definisi Operasional Variabel…………………………….…...25
C. Rancangan Penelitian……………………………………...…..26
D. Teknik Pengambilan Sampel……………………………….…27
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………28
F. Teknik Analisis Data………………………………………….28
G. Tempat dan Jadwal Penelitian…………………………….....29
BAB IV PELAKSANAAN DAN HASILPENELITIAN
A. Hasil Penelitian……………………………………………..…30
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan……………………………………………………......39
B. Saran………………………………………………………….......40
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….....41
38