SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

164
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI SKRIPSI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA ETNIS MELAYU DAN ETNIS MADURA PASCA KONFLIK SAMBAS TAHUN 1999 (Studi Kasus Pada Masyarakat Melayu dan Madura di Kalimantan Barat) Diajukan Oleh : NAMA : INGKA PRATIWI NIM : 2013-41-272 KONSENTRASI : HUBUNGAN MASYARAKAT Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Jakarta 2017

Transcript of SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

Page 1: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

SKRIPSI

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA ETNIS MELAYU DAN ETNIS

MADURA PASCA KONFLIK SAMBAS TAHUN 1999 (Studi Kasus Pada Masyarakat Melayu dan Madura di Kalimantan Barat)

Diajukan Oleh :

NAMA : INGKA PRATIWI

NIM : 2013-41-272

KONSENTRASI : HUBUNGAN MASYARAKAT

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi

Jakarta 2017

Page 2: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

i

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan

rahmatnya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini. Adapun penulisan

skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai

gelar sarjana S1 (Strata Satu) pada program studi Hubungan Masyarakat,

Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

Skripsi yang berjudul “Komunikasi Antar Budaya Etnis Melayu Dan

Etnis Madura Pasca Konflik Sambas Tahun 1999 (Studi Kasus Pada

Masyarakat Melayu Dan Madura Di Kalimantan Barat). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana komunikasi yang terjadi pada etnis

Melayu Sambas dan etnis Madura pasca konflik Sambas di Kalimantan

Barat.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari sempurna. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan

pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karenanya dengan lapang dada

dan tangan terbuka penulis menerima setiap kritikan dan saran untuk

perbaikan penulisan skripsi ini.

Wassalamualaikum wr.wb

Jakarta, Juli 2017

Penulis

Ingka Pratiwi

Page 3: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

ii

UCAPAN TERIMAKASIH

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada allah SWT karena berkat

dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan

skripsi ini penulis menyadari bahwa banyak pihak-pihak yang telah

mendukung baik secara materil maupun imateril. Untuk itu pada kesempatan

ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Orang tuaku tercinta Bapak Asan dan Ibu Sabariah yang tiada henti-

hentinya selalu memberikan kasih iiaying, mendoakan dan selalu

memberikan dukungan baik secara materil maupun imateril sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

2. Kakakku Khamarudin AP dan adikku Shopian AP yang selalu

mendukung dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Prof. Dr. Rudy Harjanto, MM, M.Sn, selaku Rektor Universitas Prof. Dr.

Moestopo (Beragama).

4. Dr. Prasetya Yoga Santoso, MM, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

5. Dr. Hendri Prasetya, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Komunikasi Universitas. Prof. Dr. Komunikasi sekaligus pembimbing I

dan Dra. Aminah Swarnawati, M.Si. selaku pembimbing II. Terimakasih

atas waktu bimbingan yang telah diberikan kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

6. Drs. Freddy Richardo, M.Si selaku Ketua Konsentrasi Hubungan

Masyarakat Universitas. Prof. Dr. Moestopo (Beragama).

Page 4: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

iii

7. Dika, Bang Angga, Abang Fiktor, Abang Icung, Bapak Sukartono, Ibu

Saniah selaku informan yang telah menyediakan waktunya untuk

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

8. Mas Eko Agus dan Dika yang sudah menyediakan waktu dan tempat

tinggal selama berada di Pontianak, Kalimantan Barat.

9. Terimakasih kepada Haidar Ali selaku orang terdekat yang bersedia

menyediakan waktu dan ikut membantu dalam mencari referensi

penyusunan skripsi ini.

10. Terimakasih kepada sahabat-sahabatku: Mangi, Aprilia, Puspita, Alia,

Warlan dan masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan satu persatu

terima kasih atas semua bantuan dan dukungannya.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih

atas segala bantuannya.

Page 5: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................ i

UCAPAN TERIMAKASIH ................................................................. ii

DAFTAR ISI .................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .............................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... ix

ABSTRAK ........................................................................................ x

ABSTRACT ..................................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...................................................... 1

1.2. Fokus Penelitian .................................................... 12

1.3. Pertanyaan Penelitian ............................................ 13

1.4. Tujuan Penelitian ................................................... 13

1.5. Signifikansi Penelitian ............................................ 13

1.5.1. Signifikansi Teoritis ..................................... 13

1.5.2. Signifikansi Praktis ...................................... 14

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN

TEORI

2.1. Kajian Pustaka / Penelitian Sejenis ....................... 15

Page 6: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

v

2.2. Kerangka Konsep ................................................... 18

2.2.1. Komunikasi Antar Budaya ........................... 18

2.2.2. Pola Komunikasi ........................................ 22

2.2.3. Budaya ........................................................ 23

2.2.4. Kelompok Etnis ........................................... 25

2.2.4.1. Etnis Melayu di Kalimantan Barat . 26

2.2.4.2. Etnis Madura di Kalimantan Barat 29

2.2.5. Mindfulness Budaya .................................... 36

2.2.6. Face Negotiation Theory ............................. 43

2.3. Kerangka Pemikiran ............................................. 51

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Paradigma Penelitian ............................................. 54

3.2. Pendekatan Penelitian ........................................... 55

3.3. Metode Penelitian .................................................. 56

3.4. Objek dan Subjek Penelitian .................................. 57

3.5. Teknik Pengumpulan Data .................................... 58

3.6. Teknik Keabsahan Data ........................................ 59

3.7. Teknik Analisis Data .............................................. 59

BAB IV. HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ..................................... 65

4.1.1. Asal-Usul Kerusuhan Konflik Sambas 1999 65

4.2. Deskripsi Subjek Penelitian ................................... 68

Page 7: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

vi

4.2.1. Pemahaman Etnis Melayu Sambas Terkait

Etnis Melayu Sambas dan Etnis Madura .... 73

4.2.2. Pemahaman Etnis Madura terhadap Etnis

Madura dan Melayu Sambas ...................... 81

4.2.3. Pengalaman Komunikasi Antar Etnis .......... 86

4.2.4. Mindfulness yang Muncul dalam Interaksi

dsdfdsdfsfgdsfgdAntar Etnis Melayu

Sambas dan Etnis Madura .......................... 89

4.2.4.1. Pengetahuan Budaya Antar Etnis . 92

4.2.4.2. Motivasi Antar Etnis ...................... 93

4.2.4.3. Kecakapan Berinteraksi ............... 95

4.2.4.4. Memahami Perbedaan ................. 96

4.2.4.5. Membngun Kedekatan Personal .. 97

4.2.5. Etnik Melayu Sambas dan Etnik Madura;

Face Negotiation Theory ............................. 114

BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan .......................................................... 114

5.2. Saran ..................................................................... 115

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 8: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu .................................................... 15

Page 9: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

viii

DAFTAR LAMPIRAN 1. Transkrip Wawancara.

2. Lampiran Foto

Page 10: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

ix

UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

KONSENTRASI HUMAS

ABSTRAK

Nama : Ingka Pratiwi NIM : 2013-41-272 Konsentrasi : Humas Judul : Komunikasi Antar Budaya Etnis Melayu Sambas

dan Etnis Madura Pasca Konflik Sambas Tahun1999

Jumlah Halaman : V BAB + 116 Halaman Bibliografi : 25 Buku + 2 website Pembimbing I : Dr. Hendri Prasetya, M.Si. Pembimbing II : Dra. Aminah Swarnawati, M.Si.

Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam

suku yang memiliki ciri dan kekhasan budaya masing-masing. Aneka ragam

suku yang ada bukan suatu hal yang mudah untuh dipahami dan bukanlah

suatu hal yang mudah untuk diseragamkan begitu saja. Banyak pemahaman

budaya yang berbeda antar individu membuat semakin timbulnya konflik

antar etnis di Indonesia, salah satunya yaitu konflik antar etnis Melayu

Sambas dan Madura pada tahun 1988 yang menimbulkan adanya

perbedaan dan jarak antar kedua etnis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana situasi

komunikasi yang mindful berjalan antara antara etnis Melayu Sambas dan

Madura serta mengetahui teori negosiasi muka yang berjalan dalam

komunikasi antar etnis Melayu Sambas dan etnis Madura pasca konflik

Sambas tahun 1999. Landasan teori yang peneliti gunakan adalah

Mindfulness budaya dan Face Negotiation Theory.

Paradigma dalam penelitian ini adalah paradigm post positivism.

Selain itu penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan metode

yang peneliti gunakan adalah studi kasus.

Dari hasil penelitian maka peneliti menyimpulkan bahwa lattar atau

tempat tinggal mempengaruhi komunikasi yang mindful antara etnis Melayu

Sambas dan etnis Madura dan harus adanya sikap saling terbuka untuk

mengurangi prasangka negative terhadap sesams etnis.

Kata kunci : Komunikasi Antar Budaya, Etnis Melayu Sambas dan Etnis

Madura pasca Konflik Sambas 1999.

Page 11: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

x

PROF. DR. MOESTOPO UNIVERSITY FACULTY OF COMMUNICATION

PUBLIC RELATIONS CONCENTRATION

ABSTRACT

Name : Ingka Pratiwi NIM : 2013-41-272 Concentration : Public Relations Title : Intercultural Communication between Malay Sambas

Ethnic and Maduranese Ethnic Post Sambas Conflict in 1999

Number of Pages : V CHAPTER + 116 Pages Bibliography : 25 Books + 2 websites I Mentor : Dr. Hendri Prasetya, M.Si. II Mentor : Dra. Aminah Swarnawati, M.Si.

The Unitary State of the Republic of Indonesia consists of a wide variety of tribes that have their own characteristics and cultural distinctiveness. The variety of tribes that exist is not an easy thing to understand and uniform just like that. Many different cultural understandings between individuals create an increasingly inter-ethnic conflict in Indonesia, one of which is the conflict between Malay Sambas ethnic and Madura ethnic in 1988 that caused a difference and distance between the two ethnic groups.

This study aims to find out how mindful communication situation runs between Melayu Sambas and Madura ethnic as well as to knowing the theory of advance negotiation in communication between Melayu Sambas ethnic and Maduranese ethnic after Sambas conflict in 1999. Theoretical basis that researcher use is Mindfulness culture and Face Negotiation Theory.

Paradigm in this research is post positivism paradigm. Meanwhile, the study uses a qualitative approach, while the method that researchers use is case study.

From the result of this research, concludes that residence affects mindful communication between Sambas Malay ethnic and Maduranese ethnic and should be open mutual attitude to reduce negative prejudice against fellow ethnicity. Keywords : Intercultural Communication, Malay Sambas and Maduranese

ethnic after Sambas Conflict in 1999.

Page 12: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas beraneka ragam

suku yang memiliki ciri dan kekhasan budaya masing-masing. Aneka ragam

suku yang ada bukan suatu hal yang mudah untuh dipahami dan bukanlah

suatu hal yang mudah untuk diseragamkan begitu saja. Sifat masyarakat

Indonesia yang heterogen atau multikultur ini rentan terhadap kemungkinan

terjadinya berbagai konflik antarbudaya di dalamnya. Dengan kata lain dapat

dikatakan faktor perbedaan budaya, potensial untuk menimbulkan

kesalahpahaman, pertentangan, perselisihan, pertikaian, peperangan,

bahkan tidak mustahil juga menjadi pemicu dan memegang peranan penting

bagi munculnya konflik antarbudaya tersebut.

Konflik utamanya disebabkan oleh perbedaan budaya, di antaranya

pertikaian etnis seperti Madura, Makassar, Banten, Dayak, Melayu di

Kalimantan Barat, dan suku-suku di Papua. Bahkan kini, konflikpun terjadi

dalam berbagai lapisan sosial di masyarakat, dengan tidak memandang

perbedaan etnis sebagai dasar masalah. Masalah yang kini muncul adalah

adanya kecenderungan berbagai pihak memandang budaya yang tercermin

dalam tradisi suatu kelompok dianggap lebih baik dibandingkan dengan

tradisi kelompok lainnya, yang bisa menimbulkan etnosentrisme kelompok.

Page 13: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

2

Salah satu konflik yang terjadi di Indonesia yaitu konflik budaya antar

etnis di Sambas, Kalimantan Barat. Konflik antar etnik ini sudah tidak bisa

dilepaskan dalam realitas sosial masyarakat di Kalimantan Barat. Di provinsi

yang juga dikenal sebagai “bumi khatulistiwa” ini, masyarakat dari berbagai

suku, agama dan etnis hidup bersama. Di dalam bingkai etnisitas sendiri,

Kalimantan Barat, khususnya Kabupaten Sambas memiliki keanekaragaman

etnis yang cukup berwarna, ada etnis Dayak dan Melayu sebagai “penduduk

asli” pulau Kalimantan, namun tak sedikit pula etnis lain yang menjadi “kaum

pendatang” di bumi Sambas, antara lain etnis Jawa, Sunda, Tionghoa, Bugis

dan Madura. Namun pada dasarnya, hubungan antara berbagai etnis yang

hidup berdampingan di Sambas gagal dalam menghasilkan proses adaptasi

etnisitas yang sehat. Berkurangnya daya dukung terhadap akses lingkungan

dan upaya marginalisasi penduduk asli setempat malah memunculkan

prasangka antar-etnik, khususnya ditujukan kepada etnik Madura.

Konflik antaretnik di Kalimantan Barat, yakni Dayak versus Madura

“episode paling akhir” bermula sejak tahun 1996. Konflik mencapai

puncaknya pada tahun 1999 dan 2000 dengan korban jiwa terbunuh sangat

kejam; harta benda dan hak milik musnah dibakar, dijarah, atau dirusak; dan

ratusan ribu jiwa dari etnik Madura masih terlunta sebagai pengungsi di

berbagai tempat (Singkawang, Pontianak, Surabaya, dan Pulau Madura).

Konflik antara etnis Melayu dan etnis Madura di Kab. Sambas pada

tahun 1999, dimana implikasinya sangat memprihatinkan dan mendesak

untuk diselesaikan. Terutama dalam rangka mengantisipasi konflik serupa

Page 14: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

3

dimasa mendatang. Konflik tersebut sangat memprihatinkan karena telah

menimbulkan dampak yang kompleks, baik secara fisik maupun nonfisik,

belum diselesaikan.

Secara fisik, berbagai jenis fasilitas umum dan harta benda yang

berjumlah ribuan telah rusak dan musnah, serta ratusan nyawa tewas. Tidak

sedikit gelombang pengungsian dimana-mana, dan menciptakan masalah

seperti sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.

Disamping secara fisik, dampak nonfisik antara lain adalah aspek

agama, ekonomi, social budaya, hukum dan politik juga sangat terasa dan

memprihatinkan. Dari konflik tersebut, tidak sedikit warga yang mengalami

trauma bahkan gangguan kejiwaan. Sehingga menghambat interaksi

sosialnya, serta menimbulkan rasa benci dan dendam yang mendalam.

Dampak ekonominya terasa pada hancurnya sumber-sumber

kehidupan dan mata pencaharian, disamping menurunnya kepercayaan

investor untuk menanam modalnya karena dirasa tidak aman dan tidak

stabil. Kemudian dari aspek politik membawa pada perasaan superior yang

ingin mendominasi dari warga etnis aslidalam sistem demokrasi dan

pemerintahan. Sehingga sistem yang ada cenderung tidak professional,

karena diperankan oleh orang-orang yang dipilih atas dasar keterwakilan

kelompok, bukan mengutamakan pertimbangan kapabilitas dan kemampuan

profesionalisme.

Bahkan sangat mengherankan, terjadinya perilaku kanibalisme. Orang

bisa makan organ dan isi tubuh orang lain hanya karena lain etnis. Orang

Page 15: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

4

dengan tega mengarak kepala tanpa tubuh orang lain dengan bangga, rasa

gembira, dan beramai-ramai, juga hanya lain etnis. Hampir tidak bisa

dipercaya hal tersebut terjadi pada masyarakat yang heterogen dan telah

melalui proses pembangunan dengan paradigma modernisasi.

Demikian, betapa nyata dan mendesaknya penyelesaian masalah di

atas. Namun harus diakui bahwa bagaimanapun upayanya, penyelesaian

konflik tidak akan secepat mengembalikkan telapak tangan.

Pecahnya konflik terbuka antara etnis Melayu Sambas dengan etnis

Madura di Sambas dilatar belakangi oleh beberapa faktor yang sangat

kompleks. Akar permasalahan timbulnya konflik di Sambas adalah tidak

adanya saling pengertian antara warga asli dengan warga pendatang.

Penghormatan terhadap budaya asli yang kurang dihargai oleh penduduk

pendatang cepat menyulut konflik ini terjadi. Kejadiannya spontan karena

akumulasi dendam sejak lama.

Kemudian menurut Abas, yang pernah meneliti etnis Dayak dan

Madura di Kalbar, dapat di simpulkan bahwa akar masalah dari semua

konflik yang terjadi di Kalimantan Barat adalah perebutan sumber-sumber

ekonomi yang tidak elegan dengan dukungan situasi dan kondisi yang hanya

menguntungkan pihak tertentu, serta tidak tegaknya supremasi hukum.

Hampir senada dengan itu, dan secara lebih mendetail, kiranya konflik

antara etnis Melayu Sambas dan Madura di Kabupaten Sambas juga dapat

dipilih uraikan anatominya dalam 4 kelompok faktor utama, yaitu:

Pertama, pola pemukiman yang berperan sebagai fasilitating faktor,

Page 16: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

5

dalam realitanya adalah pola pemukiman penduduk etnis Madura di

Kabupaten Sambas sebelum terjadinya konflik. Mereka mendirikan rumah-

rumah secara mengelompok dengan tempat ibadah berupa masjid yang

orang-orang lain tidak beribadah disitu. Pendapat demikian juga

dikemukakan Suparlan bahwa: “Kebiasaan Madura itu hidup dalam

komunitas kecil-kecil. Mereka membangun masjid sendiri, surau sendiri,

masjid atau surau itu berfungsi sekaligus sebagai tempat pendidikan atau

pesantren bagi anggota keluarga komunitas”. Sehingga menimbulkan

ekslusifime bagi etnis Madura dan membuat mereka tidak berinteraksi

secara intens dengan warga lainnya sebagaisalah satu faktor pendukung

terjadinya proses interaksi yang sosiatif.

Kedua, menyempitnya ruang hidup (lebensraum) penduduk asli,

sementara mereka tidak dapat bersaing ditempat lain baik dikarenakan latar

belakang mereka maupun situasi dan kondisi yang tidak kondusif. Sehingga

frustasi secara perlahan tapi pasti mulai menggumpal dan siap berubah

menjadi konflik.

Banyak pihak mengakui bahwa karakteristik etnis Madura sebagai

pekerja keras diberbagai bidang lapangan pekerjaan. Menurut Pelly:

“kombinasi antara peluang yang terbuka dan karakteristik orang Madura,

ternyata telah mengantar dominan di Kalimantan Barat. Penduduk asli

menjadi terpojok, frutasi. Tidak berdaya dan enjadi penonton.

Namun demikian, sebagaimana hipotesis dikson yang dikutip

Boedishantoso, tentang keberingasan sosial (social conflict) yang

Page 17: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

6

disebabkan oleh pertamabahan jumlah penduduk yang semakin tinggi

angkanya dan semakin cepat temponya, sementara sumber daya dan

lingkungan terbatas (enfironmental scarcity), sehingga memacu orang untuk

memperebutkannya. Oleh karenanya, seiring dengan pertambahan jumlah

penduduk kabupaten Sambas yang tinggi dalm tempo singkat, terutama dari

etnis Madura yang berimigrasi dari beberapa kabupaten lain di Kalimantan

Barat, karena konflik dengan etnis Dayak, telah menyebabkan kesempatan

kerja dan “hak-hak kepemilikan secara perlahan tapi pasti dari etnis Melayu

Sambas ke etnis Madura. Melalui cara-cara yang tidak wajar, bahkan sering

dilakukan dengan kekerasan dan intimidasi”.

Proses demikian terjadi dalam waktu yang lama, sehingga ada

ungkapan yang terkenal di kaiangan masyarakat Kabupaten Sambas dan

Kalimantan Barat umumnya yang memperjelas hal di atas: “sewaktu ternak

masih kecil atau padi, buah-buahan masih muda adalah milik kita (Melayu

Dayak dan kelompok etnis lainya), tetapi setelah ternak atau hasil tanaman

itu besar atau masak mereka menjadi milik orang”.

Ketiga, tergesernya identitas diri masyarakat lokal sambas (etnis

Melayu) yang berperan sebagai faktor sumbu pencetus. Sebelum terjadinya

konflik terbuka, adat-istiadat dan budaya Melayu Sambas semakin lama

semakin pudar di masyarakat. Simbol-simbol budaya seperti Keluarga

Keraton Sambas sebagai pemimpin tradisional/lokal.

Tergesernya identitas diri etnis ini terjadi seiring dengan masuknya

migran dan budaya luar melalui berbagai media maupun secara langsung

Page 18: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

7

dari etnis lain, sehingga terjadi pergeseran budaya.. Hal ini jelas diakui oleh

Raden Winata Kusumah sebagai pewaris Kesultanan Sambas bahwa:

"keberadaan Istana schenarnya hanya 0,001%. Yang ada hanya pengakuan

saja. Istana Sambas itu hanya simbol cagar budaya untuk tempat

pariwisata".

Keempat, lembaga penegak hukum yang lumpuh akibat aparat yang

korup yang horperan schagai mekanisme penumpuk kekesalan (grudges

yang terus membukit. Banyaknya kasus-kasus kriminal mulai dari perjudian.

mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian, perampokan, pemerkosaan, hingga

pembunuhan tidak ditangani secara ad di bawah koridor hukum yang

berlaku. Hal ini menyuburkan budaya premanisme. kriminalitas dan

kekerasan lainya di kalangan masyarakat, baik secara perorangan maupun

berkelompok untuk melakukan main hakim sendiri. Hal tcrsebut menurut

Alkadri terbukti dari hasil penelitian Tim Kapolri terhadap konflik etnis di

Kabupaten Sambas. Demikian pula, bahwa secara nyata hal ini telah

menjadi salah satu pemicu dari konflik terbuka antara c nis melayu dan etnis

madura di Kabupaten Sambas, di mana pencuri yang tertangkap basah

dihakimi oleh massa dan kemudian dilepas oleh aparat keamanan.

Sebagai manusia kita hidup saling berdampingan dan membutuhkan

antara satu manusia dengan yang lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari,

manusia saling berinteraksi dengan orang tertentu yang berasal dari

kelompok, ras, etnik, atau budaya yang berbeda-beda dan komunikasi

Page 19: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

8

menjadi satu hal yang sangat diperlukan ketika manusia saling berinteraksi.

Dalam berinteraksi dengan orang lain, individu pastinya memiliki

kepentingan, serta cara bergaul yang berbeda-beda antara satu individu

dengan individu yang lainnya. Dan semua itu harus dicapai untuk mencapai

suatu kehidupan.

Peristiwa komunikasi yang dapat diamati dalam ilmu komunikasi juga

sangat luas dan kompleks karena menyangkut berbagai aspek, seperti

sosial, budaya, ekonomi, politik, psikologi, dan sebagainya dari berbagai

aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, ilmu komunikasi merupakan

salah satu cabang ilmu pengetahuan yang termasuk dalam kelompok ilmu-

ilmu social (social sciences). Lebih lanjut, ilmu komunikasi juga merupakan

ilmu pengetahuan social yang bersifat multidisipliner. Artinya, pendekatan

yang digunakan dalam ilmu komunikasi berasal dari dan menyangkut

berbagai disiplin (bidang keilmuan) lainnya, seperti linguistic, politik,

sosiologi, psikologi, antro;ology, ekonomi, budaya dan sebagainya.

Menurut Aang (2013:92) komunikasi adalah suatu proses

menyampaikan informasi (pesan,ide,gagasan) dari suatu pihak kepada pihak

lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya,

komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat

dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang

dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan

menggunakan gerak-gerik badan, menunjukan sikap tertentu, misalnya

tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti itu

Page 20: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

9

disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.

Menurut Fiske (2012:1) komunikasi adalah salah satu dari aktivitas

manusia yang dikenali oleh semua orang namun sangat sedikit yang dapat

mengidentifikasikannya secara memuaskan.

Komunikasi sangatlah penting bagi seseorang dalam pergaulan hidup

di masyarakat. Kemampuan tersebut tidak hanya penting bagi orang yang

berkecimpung dalam dunia komunikasi, misalnya para awak media, guru,

dan lain-lain. Tetapi, untuk semua bidang profesi karena komunikasi dapat

mempengaruhi peningkatan karier seseorang dalam profesinya.

Berkomunikasi merupakan kebutuhan yang fundamental bagi

seseorang yang hidup bermasyarakat, tanpa komunikasi tidak mungkin

masyarakat terbentuk, sebaliknya tanpa masyarakat, maka manusia tidak

mungkin dapat mengembangkan komunikasi. Manusia adalah makhluk

sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalu

berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup

berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil.

Manusia dalam berkomunikasi itu melayani segala sesuatu,

akibatnya orang bilang komunikasi itu sangat mendasar dalam kehidupan

manusia, komunikasi merupakan proses yang universal. Komunikasi

merupakan pusat dari seluruh sikap, perilaku, dan tindakan yang terampil

dari manusia (communication involves both attitudes and skills). Manusia

tidak dikatakan berinteraksi social kalau dia tidak berkomunikasi dengan cara

Page 21: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

10

atau melalui pertukaran informasi, ide-ide, gagasan, maksud serta emosi

yang dinyatakan dalam simbol-simbol dengan orang lain.

Indonesia memiliki berbagai macam keberagaman seperti suku,

bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Indonesia terkenal

dengan keberagaman budayanya. Budaya merupakan suatu cara hidup yang

berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang dan diwariskan

dari generasi ke generasi. Untuk mengenal budaya yang satu dengan yang

lainnya diperlukan adanya komunikasi. Dengan berkomunikasi seseorang

dapat memahami perbedaan antar budaya yang satu dengan yang

lainnya.

Menurut deddy dan jallaludin (2005:20) dalam bukunya yang berjudul

komunikasi antar budaya edisi ketiga menyatakan budaya adalah suatu

konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya didefinisikan

sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap,

makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan ruang, konsep alam

semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar

orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok.

Budaya menampakkan diri dalam pola-pola bahasa dan dalam pola-

pola bahasa dan dalam bentuk-bentuk kegiatan dan perilaku yang berfungsi

sebagi model-model bagi tindakan-tindakan penyesuain diri dan gaya

komunikasi yang memungkinkan orang-orang tinggal dalam suatu

masyarakat di suatu lingkungan geografis tertentu pada suatu tingkat

perkembangan teknis tertentu dan pada suatu saat tertentu.

Page 22: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

11

Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik. Budaya

menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan komunikasipun turut

menentukan budaya. Komunikasi antar budaya terjadi manakala bagian yang

terlibat dalam kegiatan komunikasi membawa latar belakang budaya

pengalaman yang berbeda dan mencerminkan nilai yang dianut oleh

kelompoknya.

Budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbal balik, seperti

dua sisi dari satu mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku

komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan,

memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya.

Budaya yang berbeda-beda memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda

dan karenanya ikut menentukan tujuan hidup yang berbeda. Cara kita

berkomunikasi sangat bergantung pada budaya kita, seperti bahasa, aturan,

dan norma kita masing-masing.

Selama perang suku terjadi, komunikasi antara Etnik Dayak dan Etnik

Madura terputus sama sekali, atau bahkan dapat dikatakan “tidak ada

komunikasi”. Tidak adanya komunikasi ini terjadi karena Etnik Dayak dan

Etnik Madura “tidak bisa bertemu”. Jika terjadi pertemuan, maka yang

kemudian terjadi adalah saling bunuh di antara keduanya.

Tidak terjalinnya komunikasi antaretnik Dayak dan Etnik Madura ini

berlangsung dalam kurun waktu yang sangat panjang yakni sepanjang

Perang Suku (1996-2000). Namun, saat ini konflik antaretnik Dayak dan

Etnik Madura sudah reda. Penyerangan-penyerangan massal antaretnik

Page 23: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

12

yang bertikai tersebut sudah tidak terjadi dan suasana berangsur-angsur

kembali damai, meski di beberapa daerah, Etnik Madura masih benar-benar

ditolak kedatangannya. Beberapa orang Madura yang mencoba pulang

kampung untuk menengok bekas rumah atau kebunnya, ternyata tidak

pernah kembali (dengan kata lain : dibunuh).

Sehuhungan dengan kompleksnya akar permasalahan, sehingga tidak

mustahil bilamana realita menunjukkan bahwa eksplosi konflik antara etnis

Melayu dan etnis Madura tidak mampu untuk diantisipasi oleh berbagai pihak

terkait. Bahkan pada saat teriadinya konflik terbuka.

Tetapi, setelah sekian tahun konflik berlalu, lambat laun banyak

penduduk etnis Melayu Sambas dan etnis Madura yang sudah mulai hidup

saling berdampingan dan membutuhkan satu sam lain. Berdasarkan latar

belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti masalah ini dalam

sebuah bentuk skripsi yang berjudul Komunikasi Antar Budaya Etnis Melayu

Sambas dan Etnis Madura Pasca Konflik Sambas Tahun 1999 (Studi Kasus

pada Masyarakat Melayu dan Madura di Kalimantan Barat).

1.2 Fokus Penelitian

Dalam uraian latar belakang tersebut, maka fokus masalah dalam

penelitian ini yaitu pada situasi komunikasi yang mindful dan teori negosiasi

muka dalam komunikasi yang terjadi antara etnis Melayu Sambas dan etnis

Madura pasca konflik Sambas tahun 1999 di Kalimantan Barat.

Page 24: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

13

1.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus permasalahan dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana situasi komunikasi yang mindful terjadi antara etnis Melayu

Sambasdan etnis Madura di Kalimantan Barat pasca konflik Sambas

th.1999?

2. Bagaimana konsep teori negosiasi muka berjalan dalam komunikasi

antar etnis Melayu Sambas dan etnis Madura di Kalimantan Barat pasca

konflik Sambas th.1999?

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana situasi komunikasi yang mindful berjalan

antara antara etnis Melayu Sambas dan Madura serta

2. Untuk mengetahui teori negosiasi muka yang berjalan dalam komunikasi

antar etnis Melayu Sambas dan etnis Madura pasca konflik Sambas

tahun 1999.

1.5 Kegunaan Penelitian

1.5.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis yang akan dilakukan oleh penulis diharapkan

dapat memberikan manfaat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

pada umumnya dan khususnya mengenai komunikasi antar budaya

etnis Melayu Sambas dan etnis Madura pasca konflik Sambas tahun

Page 25: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

14

1999 ( studi kasus pada masyarakat Melayu Sambas dan Madura di

Kalimantan Barat)

1.5.2 Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis yang dimaksud adalah berkaitan dengan hal-

hal yang dapat diaplikasikan kedalam kehidupan yang nyata atau

terhadap suatu individu, kelompok, maupun organisasi dan

sebagainya.

Page 26: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEP DAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka/ Penelitian Sejenis

Penelitian sejenis berfungsi memberikan landasan teoritis tentang

mengapa penelitian tersebut perlu dilakukan dalam kaitannya dengan

kerangka pengetahuan. Sebelum penulis mengulas bahasan penelitian yang

akan dilakukan, penulis mengacu pada teori-teori yang termuat dalam

penelitian terdahulu sehingga dari hasil penelitian terdahulu tersebut, dapat

dibandingkan hasilnya dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis

sekarang. Berikut hasil perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian

penulis.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Elizabeth Puspa

Kirana

Muchammad

Arief Sigit

Muttaqien

Ingka Pratiwi

Judul

penelitian

Pola Komunikasi

Antarbudaya di

Jakarta (Studi

Fenomenologi

Etnis Cina-Medan

dengan Etnis

Betawi di Rawa

Komunikasi Antar

Budaya (Studi

pada pola

komunikasi

Masyarakat

Muhammadiyah

dan NU di Desa

Komunikasi Antar

Budaya Etnis

Melayu dan Etnis

Madura Pasca

Konlik Sambas

1999 (Studi Kasus

pada Masyarakat

10

Page 27: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

16

Belong Pringapus,

Semarang, Jawa

Tengah

Melayu dan

Madura di

Kalimantan Barat)

Tahun

Penelitian

2015 2009 2017

Rumusan

Masalah

Bagaimana pola

antarbudaya dan

akulturasi budaya

yang terjadi pada

Etnis Cina-Medan

dalam lingkungan

pribumi (Rawa

Belong, Kebon

Jeruk, Jakarta

Barat)

- Bagaimana pola

komunikasi yang

dilakukan

masyarakat dari

kalangan

Muhammadiyah

dengan

masyarakat

dikalangan NU

dalam kehidupan

sehari-hari?

- Faktor-faktor

apa saja yang

menjadi

penghambat dan

pendukung

komunikasi yang

terjadi antara

-Bagaimana

situasi komunikasi

yang mindful

terjadi antara etnis

melayu dan etnis

Madura di

Kalimantan Barat

pasca konflik

Sambas th.1999?

-Bagaimana

konsep teori

negosiasi muka

berjalan dalam

komunikasi antar

etnis Melayu

Sambas dan etnis

Madura di

Kalimantan Barat

Page 28: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

17

masyarakat

Muhammadiyah

dengan

Masyarakat NU?

pasca konflik

Sambas th.1999?

Tujuan

Penelitian

untuk mengetahui

pola komunikasi

antarbudaya dan

akulturasi etnis

Cina-Medan dalam

berinteraksi

dengan orang-

orang pribumi di

wilayah Rawa

Belong, Kebon

Jeruk, Jakarta

Barat

-Untuk

mengetahui

bagaiman pola

komunikasi yang

terjadi di

Masyarakat

Muhamadiyah

dan NU

-untuk

mengetahui faktor

pendukung dan

penghambat

antara

Mudamadiyah

dan NU

-untuk mengetahui

bagaimana situasi

komunikasi yang

mindful berjalan

antara antara etnis

Melayu Sambas

dan Madura

-untuk mengetahui

teori negosiasi

muka yang

berjalan dalam

komunikasi antar

etnis Melayu

Sambas dan etnis

Madura pasca

konflik Sambas

tahun 1999.

Page 29: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

18

2.2 Kerangka Konsep

2.2.1 Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antarbudaya tidak dapat terlepas dari faktor-faktor

budaya yang melekat pada diri individu. Budaya adalah suatu pola

hidup menyeluruh.Budaya bersifat kompleks, abstrak dan luas. Dalam

bahasa Sansekerta kata budaya berasal dari kata buddhayah yang

berarti akal budi. Dalam filsafat Hindu, akal budi melibatkan seluruh

unsur panca indera, baik dalam kegitan pikiran (kognitif), perasaan

(afektif), maupun perilaku (psikomotori). Sedangkan kata lain yang

juga memiliki makna yang sama dengan budaya adalah ‟kultur‟ yang

berasal dari Romawi, cultura, biasanya digunakan untuk menyebut

kegiatan manusia mengolah tanah atau bercocok tanam. Kultur

adalah hasil penciptaan, perasaan dan prakarsa manusia berupa

karya yang bersifat fisik maupun nonfisik (Andrik Purwasito,2003:95).

Dalam setiap prosesnya komunikasi selalu melibatkan

ekspetasi, persepsi, tindakan dan penafsiran. Maksudnya adalah

ketika kita berkomunikasi dengan orang lain maka kita dan orang yang

menjadi komunikan kita akan menafsirkan pesan yang diterima baik

berupa pesan verbal maupun non verbal degan standar penafsiran

dari budayanya sendiri. Kitapun dalam memaknai dan menyandikan

tanda atau lambang yang akan kita jadikan pesan menggunakan

standar budaya yang kita punyai. Pada dasarnya komunikasi antar

budaya adalah komunikasi biasa, yang menjadi perbedaannya adalah

Page 30: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

19

orang-orang yang terlihat dalam komunikasi tersebut berbeda dalam

hal latar belakang budayanya. Ada banyak pengertian yang diberikan

para ahli komunikasi dalam menjelaskan komunikasi antar budaya,

diantaranya adalah :

1. Menurut Guo-Ming Chen dan William J. Starosta dalam Alo Liliweri (2005:368) berpendapat bahwa komunikasi antar budaya adalah proses negosiasi atau pertukaran system simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok.

2. Menurut Deddy Mulyana, komunikasi antar budaya (Inter Cultural Communication) adalah proses pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang yang berbeda budayanya.

3. Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss mendefinisikan komunikasi antar budaya sebagai komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik atau perbedaan sosio ekonomi) (Stewart L. Tubbs-Sylvia Moss, 2001:182).

Hammer (1989) mengutip perumpamaan Wilbur Scharmm

(1982) menggambarkan bahwa lapangan studi komunikasi itu ibarat

sebuah oasis, dan studi komunikasi antar budaya itu di bentuk oleh

ilmu-ilmu tentang kemanusiaan yang seolah nomadic lalu bertemu

disebuah oase. Ilmu-ilmu social “nomadic” itu adalah antropologi,

sosiologi, psikologi, dan hubungan international oleh karna itu

sebagian besa pemahaman tentang komunukasi antar budaya

bersumber dari ilmu-ilmu tersebut sebagaimana terlihat dalam

beberapa definisi berikut ini:

1. Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa dalam buku Larry A.

Samovar dan Richard E. Porter Intercultural communication, A

Reader – komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara

Page 31: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

20

orang-orang yang berbeda kebudayaan, misalnya antar suku

bangsa, antar etnik dan ras, antar kelas social. (Armawah Arbi,

2003:182)

2. Samovar dan Porter juga mengatakan bahwa komunikasi antar

budaya terjadi diantara produser pesan dan penerima pesan yang

latarbelakang kebudayaannya berbeda.(Samovar dan

Porter,1976:4)

3. Charley H. Dood mengatakan bahwa komunikasi antar budaya

meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang

mewakili pribadi, antar pribadi, dan kelompok, dengan tekanan

pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi

prilaku komunikasi pada para peserta (Dood, 1991:5)

4. Komunikasi antar budaya adalah suatu proses komunikasi

simbolik, interpretative, transaksional, kontekstual yang dilakukan

oleh sejumlah orang – yang karena memiliki perbedaan derajat

kepentingan tertentu – memberikan interpretasi dan harapan

secara berbeda terhadap apa yang disampaikan dalam bentuk

perilaku tertentu sebagai makna yang dipertukarkan. (Lustig dan

Koester Intercultural Communication Competence, 1993)

5. Intercultural Communication yang disingkat “ICC”, mengartikan

komunikasi antar budaya merupakan interaksi antara peribadi

antara seorang anggota dengan kelompok yang berbeda

kebudayaan

Page 32: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

21

6. Guo – Ming Chen dan William J. Starosta mengatakan bahwa

komunikasi antar budaya adalah proses negosiasi atau pertukaran

system simbolis yang membimbing perilaku manusia dan

membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai

kelompok. Selanjutnya komunikasi antar budaya itu dilakukan:

a. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia didalam

pertemuan antar budaya yang membahas satu tema

(penyampaian tema melalui symbol) yang sedang di

pertentangkan. Symbol tidak sendirinya mempunyai makna

tetapi dia dapat berarti kedalam satu konteks, dan makna-

makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan;

b. Melalui pertukaran system symbol yang tergantung dari

persetujuan antar subjek yang terlibat dalam komunikasi,

sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses

pemberian makna yang sama;

c. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram

namun bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap

perilaku kita;

d. Menunjukan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat

membedakan diri dari kelompok lain dan mengidentifikasinya

dengan berbagai cara.

Dari beberapa definisi yang penulis kutipkan tadi, penulis

berkesimpulan bahwa komunikasi antar budaya adalah proses

Page 33: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

22

interaksi antar beberapa orang yang memiliki latar belakang budaya

yang berbeda.

2.2.2 Pola Komunikasi

Pola komunikasi diartikan sebagai bentuk hubungan dua orang

atau lebi dalam proses pengiriman dan penerimaan yang tepat,

sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami (Djamarah, 2004:1)

Dimensi pola komunikasi terdiri dari dua macam, yaitu pola

yang berorientasi pada konsep dan pola pada social yang mempunyai

arah hubungan yang berlainan (Sunarto,2006:1)

Tubb dan Moss mengatakan bahwa pola komunikasi atau

hubungan itu dapat diciptakan oleh komplemetaris atau simetri. Dalam

hubungan komplementer, satu bentuk perilaku yang diikuti oleh

lawannya. Vontohnya perilaku dominan dari satu partisipan

mendatangkan perilaku tunduk atau dan lainnya. Dalam simetri,

tingkatan sejauh mana orang berinteraksi atas dasar kesamaan.

Dominasi bertemu dengan dominasi, atau kepatuhan dengan

kepatuhan (Tubb dan Moss, 2001:26). Disini kita mulai melibatkan

bagaiman aproses interaksi menciptakan struktur system. Bagaimana

orang merespon satu sama lain menentukan jenis hubungan yang

mereka miliki.

Dari pengertian diatas maka suatu pola komunikasi adalah

bentuk atau pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam proses

Page 34: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

23

pengiriman yang mengaitkan pesan dua komponen, yaitu gambaran

atau rencana yang meliputi langkah-langkah pada suatu aktivitas,

dengan komponen-komponen yang =merupakan bagian penting atas

terjadinya hubungan komunikasi antar manusia atau kelompok

organisasi.

2.2.3 Budaya

Secara etimologis budaya atau culture berasal dari kata budi,

yang diambil dari bahasa sangsekerta, artinya kekuatan budi atau

akal, sehingga budaya diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan

dengan akal. Sedangkan Culture, bahasa Inggris, yang asalnya

diambil dari bahasa latin, colere yang berarti mengolah dan

mengerjakan tanah pertanian. Dari sini pengertian culture

berkembang menjadi, segala upaya serta tindakan manusia untuk

mengolah tanah dan merubah alam. (Razak, 2008: 152).

Secara terminologis, budaya berarti suatu hasil dari budi dan

atau daya, cipta, karya, karsa, pikiran dan adat istiadat manusia yang

secara sadar maupun tidak, dapat diterima sebagai suatu perilaku

yang beradab. Budaya merupakan nilai- nilai dan kebiasaan yang

diterima sebagai acuan bersama yang diikuti dan dihormati. Menurut

Taylor seperti yang dikutip Achmad Sobirin (2007: 52), budaya adalah

kompleksitas menyeluruh yang terdiri dari pengetahuan, keyakinan,

seni, moral, hukum, adat kebiasaan dan berbagai kapabilitas lainnya

Page 35: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

24

serta kebiasaan apa saja yang diperoleh manusia sebagai bagian dari

sebuah masyarakat. Menurut Stoner dalam Moeldjono (2003:16),

budaya adalah gabungan kompleks asumsi, tingkah laku, cerita,

mitos, metafora, dan berbagai ide lain yang menjadi satu untuk

menentukan apa arti menjadi anggota masyarakat tertentu..

Pace dan Faules (2000: 90) menjabarkan tiga perspektif

budaya secara luas mengenai budaya, yaitu:

1. Perspektif holistik, yaitu memandang budaya sebagai cara-cara terpola mengenai berpikir, menggunakan perasaan dan berkreasi;

2. Perspektif variabel, yaitu terpusat pada pengekspresian budaya;

3. Perspektif kognitif, yaitu memberi penekanan pada gagasan konsep, cetak biru, keyakinan, nilai-nilai, dan norma-norma, “pengetahuan yang diorganisasikan” yang ada dalam pikiran orang-orang untuk memahami realitas.

Menurut Malinowski dalam Cica Nayati (2012: 9) budaya adalah

keseluruhan kehidupan manusia yang terdiri dari berbagai peralatan

dan barang-barang konsumen, berbagai peraturan untuk kehidupan

masyarakat, ide-ide dan hasil karya manusia, keyakinan dan

kebiasaan manusia.

Menurut Edwar dalam Cica Nayati (2012: 10) budaya adalah

gabungan kompleks menyeluruh yang terdiri dari pengetahuan,

keyakinan, seni, moral, hukum, adat kebiasaan dan berbagai

kapabilitas lainnya serta kebiasaan apa saja yang diperoleh seorang

manusia sebagai bagian dari sebuah masyarakat. Wibowo (2007: 15)

menjelaskan budaya merupakan kegiatan manusia yang sistematis

Page 36: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

25

diturunkan dari generasi ke generasi melalui berbagai proses

pembelajaran untuk menciptakan cara hidup terentu yang paling

sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya.

Dari beberapa definisi diatas mengenai budaya, penulis

menyimpulkan bahwa budaya adalah segala sesuatu yang ada dalam

masyarakat yang menjadi sistem nilai yang dianut bersama, menjadi

kebiasaan dan menjadi identitas bagi masyarakat tersebut. Berbagai

pendapat diatas dapat menggambarkan bahwa budaya organisasi dan

kinerja organisasi memiliki keterkaitan yang sangat erat, tercapainya

tujuan organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki

oleh organisasi yang digerakan atau dijalankan karyawan yang

berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan

organisasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah

penilaian hasil kerja seseorang dalam suatu organisasi sesuai dengan

tugas dan tanggungjawabnya dalam rangka mencapai tujuan

organisasi.

2.2.4 Kelompok Etnis

Menurut Anthony Smith, komunitas etnis adalah suatu konsep

yang digunakan untuk menggambarkan sekumpulan manusia yang

memiliki nenek moyang yang sama, ingatan social yang sama

(Wattimena, 2008), dan beberapa elemen kultural. Elemen-elemen

Page 37: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

26

kultural itu adalah keterkaitan dengan tempat tertentu, dan memiliki

sejarah yang kurang lebih sama.

Dari pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa etnis adalah

sekumpulan manusia yang memiliki kesamaan ras, adat agama,

bahasa, keturunan dan memiliki sejarah yang sama, sehingga mereka

memiliki keterkaitan social sehingga mampu menciptakan sebuah

system budaya dan mereka terikat didalamnya.

2.2.4.1 Etnis Melayu di Kalimantan Barat

Dalam konteks Kalimantan, Melayu adalah sebutan untuk

penduduk asli Kalimantan yang datang setelah dayak. Sebagian besar

warga melayu, terutama Melayu Mempawah dan Melayu Sambas

mengakui bahwa suku Dayak adalah penduduk asli Kalimantan.

Makanya warga Melayu Mempawah dan Sambas menyebut “abang”

(saudara tua) pada orang Dayak meskipun usianya lebih muda

darinya.

Dikalimantan, suku melayu identik dengan penganut Islam dan

pada umumnya bermukim dipesisir sungai atau pantai. Di Kalimantan

Barat suku Melayu terdiri dari berbagai subsuku. Yang jadi pembeda

utama subsuku Melayu adalah bahasa.

Subsuku Melayu yang besar di Kalbar adalah Melayu

Pontianak di Kodya Pontianak, Melayu Mempawah di Kabupaten

Pontianak, Melayu Sanggau di Kabupaten Sanggau, Melayu Sintang

di kabupaten Sintang, Melayu Ketapang di kabupaten Ketapang dan

Page 38: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

27

Melayu Putusibau di Kabupaten Kapuas Hulu, Melayu Ngabang di

Ngabang dan lainnya. Yang terlibat dalam pertikaian dengan Madura

sebetulnya hanya terbatas pada Melayu Sambas saja.

Kini, selain bahasa, ciri khas subsuku Melayu di Kalbar juga

dapat dibedakan dari gelar bangsawannya. Misalnya, Melayu

Pontianak bergelar syarif; Melayu Sambas bergelar Uray.

Beberapa subsuku Melayu tersebut dahulu mempunyai

kerajaan. Kerajaan Melayu yang terkemuka adalah Kerajaan Melayu

Pontianak (Keraton Karadiyah), Kerajaan Melayu Sambas (Keraton

Sambas), Kerajaan Melayu Mempawah (Keraton Amant Billah),

Kerajaan Tanjungpura di Ketapang. Kerajaan Melayu itu runtuh

bersamaan runtuhnya kekuasaan kerajaan-kerajaan yang beralih ke

dalam kekuasaan Negara Republik Indonesia.

Keruntuhan itu juga berakibat fatal bagi kelembagaan ajaran

Agama Islam, yang tadinya telah membuat berdiri tegaknya umat

islam di daerah Kalbar sampai sekarang. Menurut sejumlah tokoh

Melayu Pontianak inilah salah satu sebab keruntuhan total kekuasaan

generasi keraton yang juga membawa petaka social bagi masyarakat

suku bangsa Melayu yang Muslim.

Kapan Melayu datang ke Kalbar? Untuk menelusurinya dapat

diketahui dengan sejarah masuknya islam. Islam masuk ke

Kalimantan akhir Abad XIV M karena beberapa Kerajaan di

Kalimantan berada dibawah pengaruh kerajaan Sriwijaya (Sumatera)

Page 39: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

28

dan Majapahit (Jawa). Tepatnya ketika Raja Kutai (Kaltim)

Kertanegara menganut agama islam. Disusul Raja Brunei pada tahun

1410. Di Kalbar Raja Landak, Raden Ismahana (1472-1542) masuk

Islam, kemudian menyusul Raja Kerajaan Tanjungpura, Giri Kusuma

masuk Islam pada tahun 1550.

Berbarengan dengan masuknya islam, masuklah Melayu ke

Kalbar dari Sumatera dan Jasirah Malaka. Kerajaan Islam Sambas

didirikan pada 1687 oleh Raden Sulaiman, yang kemudian bergelar

Sultan Muhamad Syaefudin I. melalui proses Islamisasi inilah Melayu

masuk ke Kalbar.

Kerajaan Islam Sambas didirikan pada 1687 oleh Raden

Sulaiman, yang kemudian bergelar Sultann Muhammad Syaefudin I.

melalui proses Islamisasi inilah terbentuk subsuku Melayu Sambas.

Kata “Sambas” mempunyai tiga versi pengertian. Versi pertama

dikatakan bahwa Sambas berasal dari kalimat “Sam‟an Basmallah.

Sam‟an (Sam) artinya dengarkanlah; dan Basmallah (bas) artinya

dengan nama Allah. Sambas artinya “dengarkan dengan nama Allah”

atau “dengarkan dan jalankan pemerintahan kerajaan Islam Hanya

karena Allah semata”.

Versi ke dua menyatakan, nama Sambas berasal dari nama

tiga orang sahabat, salah seorangnya bernama Abas. Masing-masing

mereka dari suku Melayu, Dayak dan Tionghoa. Tiga dalam bahasa

tionghoa adalah Sam. Lalu muncul istilah bekerja sama dengan Abas-

Page 40: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

29

Sambas‟ sehingga lama kelamaan menjadi perkataan Sambas. Versi

inilah yang beredar dan diketahui secara luas di kabupaten Sambas,

baik di kalangan Melayu Sambas maupun Dayak dan Tionghoa.

Keturunan orang bertiga inilah yang kemudian di sebut Melayu

Sambas.

2.2.4.2 Etnis Madura di Kalimantan Barat

Agak sukar diketahui kapan orang Madura datang ke Sambas

karena belum ada sumber-sumber yang benar-benar bisa dipercaya.

Namun ada beberapa sumber yang bisa menjelaskan perihal

kedatangan mereka ke Kalimantan Barat. Yang menarik kisah

dituturkan Haji Tarap, tokoh Madura di Singkawang yang kini usianya

hamper seratus tahun. Tarap berkisah, anak pertamanya, lahir ketika

pertama kali pesawat terbang Jepang melintas di Kota Pontianak.

Warga yang ketakutan serempak berteriak agar semua tiarap ditanah.

Sesaat setelah kejadian itu, sang bayipun lahir.

Untuk mengenang masuknya pesawat Jepang tadi, bayi lelaki

itupun diberi nama Tarap, dari kata tiarap wargapun memanggilanya

pak Tarap. Dari kisah Tarap itu diketahui bahwa anaknya itu lahir di

masa Jepang (1942-1945). Memang sebelum pesawat itu sudah

datang sudah bayak warga Madura yang bermukim di Kalbar. Di

Sukadana (Ketapang) misalnya tahun 1933 sudah ratusan warga

Page 41: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

30

Madura bermukim disana. Di Sukadanalah konflik pertama Melayu

dan Madura pada 1933.

Dari P. Madura mereka ke Pontianak dengan perahu layar

tradisional. Hal itupun masih berlangsung hingga kini. 2 pelabuhan

yang sering digunakan untuk berangkat adalah Pelabuhan Sepulu dan

Pelabuhan Telaga Biru, Tanjung Bumi (Bangkalan). Pelabuhan Sepulu

ini memang dikenal sebagai gerbangnya kayu Kalimantan di Madura

dan bahkan Jawa.

Meningkatnya jumlah warga Madura yang merantau ke Kalbar

terjadi sekitar 1980 menjelang 1990. Waktu itu hampi rsetiap perahu

yang berangkat ke Kalbar dari Tanjung Bumi rata-rata ditumpangi 50

orang. Kapal-kapal tradisional dari Tanjung Bumi itu sebenarnya

mengangkut sapi atau hasil bumi khas Madura seperti jagung, garam,

ketela atau manga. Tapi mereka juga mengangkut penumpang

sekadar menjadi tambahan penghasilan bagi pemilik kapal. Karena

itulah mereka harus rela berjejal dengan sapi, dalam terpaan panas

dan dingin di geladak kapal.

Perahu-perahu tradisional yang berangkat dari Tanjung Bumi

rata-rata mengangkut 400 ekor sapi. Kapal ini dikategorikan sebagai

kapal jenis besar. Sedangkan jenis ini dibawahnya hanya mengangkut

maksimal 150 ekor. Muatan utama dari Madura adalah sapi. Tariff

perekor 100.000,-. Apabila berangkat dengan muatan sapi, maka

Page 42: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

31

pulangnya perahu-perahu itu mengangkut kayu dengan ongkos

60.000,- permeter kubik.

Selain berdagang, melalui jalur laut ini warga Madura juga

menyebarkan agama islam hingga ke Pontianak. Banyak sekali santri

Madura yang mengembangkan Islam dengan membuka pondok

pesantren di Pontianak. Tak heran kalau kyai karismatik asal Madura

seperti KH. Abdullah Schal (Alm.) KH. Kholil Ag, atau puteranya KH

Imam Bukhori, sering berdakwah ke Pontianak memenuhi undangan

mantan santerinya.

Masyarakat Madura di Pontianak sendiri punya kebiasaan

menitipkan anak mereka di pondok pesantren yang ada di Madura.

Setelah mencari ilmu 6-10 tahun, anak tersebut akan kembali ke

orang tuanya. Bila anak tersebut dewasa dan berkeluarga, ganti

mereka yang mengirim anaknya ke Madura untuk menuntut ilmu.

Kekerabatan diantara warga madurapun sangat erat.

Seseorang yang telah “berhasil” ditanah sebrang akan dengan senang

hati mengirim uang ke tempat asalnya. Mereka juga akan memberikan

tempat penampungan hingga saudaranya tadi bisa mandiri.

Versi lain sejarah orang Madura di Kalbar dapat dibaca pada

disertasi prof. dr. Henro Suroyo Sudagung (Alm.), guru besar

Sosiologi Fisipol Univ. Tanjung Pura Pontianak. Dalam penelitiannya

bertajuk Migrasi Swakarsa Orang Madura ke Kalbar ( 1988)

Page 43: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

32

disebutkan bahwa kedatangan orang Madura ke Kalbar berlangsung

dalam 3 tahap. Tahap pertama antara 1902-1942. Tahun 1902 dari

bangkalan mereka dengan perahu layar tradisional mendarat di

kerajaan Sukadana (Kab. Ketapang Kalbar), pada 1910 ke Kota

Pontianak dan pada 1930 ke Sambas. 3 daerah ini mudah di jangkau

disbanding kabupaten lain karena bisa dilayari langsung dari P.

Madura. Motif mereka ke Kalbar untuk berdagang dan mencari kerja.

Pada awal perintisan orang Madura bertualang ke Kalbar

penuh dengan kegetiran. Kala itu para saudagar bugis, melayu dan

arab membawa orang Madura ke Kalbar sebagai buruh kontrakan

dengan upah murah. Mereka membuka hutan untuk dijadikan hutan

dan ladang. Terkadang mereka tidak diberi upah, hanya diberi makan.

Tak heran pada 1933 terjadi pemberontakan para pekerja Madura ini

disekitar kerajaan Sukadana (Ketapang). Kala itu, seperti dituturkan

seorang pelaku kepada Prof. Henro S Sudagung, 25 pekerja lelaki dan

perempuan memberontak dan melarikan diri dari juragan perahu

mereka. Si juragan pun kalang kabut langsung melapor ke polisi. Tak

sulit polisi menangkap mereka. Namun polisi yang menangkap

mereka mendapat hadiah seorang gadis Madura yang ikut dalam

pelarian itu dimana pemberontakan seperti itu kerap terjadi.

Permintaan akan tenaga buruh murah pada etnis Madura

semakin banyak. Itulah yang menyebabkan migrasi besar-besaran

Page 44: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

33

orang-orang Madura ke Ketapang pada 1902, ke Pontianak dan

sekitarnya pada 1910 dan ke Sambas pada 1930.

Setiap lebaran, terutama lebaran haji bagi orang Madura lebih

penting ketimbang lebaran idul fitri, orang-orang Madura juga pulang

kampong. Dikampung halamannya mereka bercerita perihal

kesuksesannya hidup didaerah baru sekaligus mengajak keluarga dan

temannya. Makin deraslah para migran Swakarsa Madura ke Kalbar.

Tahap kedua terjadi pada 1942 sampai 1950 migrasi warga

Madura ke Kalbar agak terhenti karena perang dunia II. Tahap ketiga

antara 1950 sampai 1980 arus migrasi makin lancar. Sasaran mereka

bukan lagi desa, tapi kota-kota kabupaten sebagai penarik becak atau

penambang sampan.

Mata pencaharian yang banyak menampung tenaga kerja

Madura adalah penarik becak, tukang sampan, buruh kasar, dan sopir

angkutan kota, terutama di Pontianak dan Singkawang. Menurut data

Polresta Pontianak (1992) ada 1587 warga Madura sebagai tukang

becak dan 1650 sebagai tukang sampan.

Karena keuletan mereka orang Madura di Kalbar boleh dibilang

banyak yang sukses. Ada Hj. Sulaiman dikalangan pengusaha garam,

kayu dan pelayaran. Pria lahiran Pontianak ini pernah menjadi ketua

Kadim Kodya Pontianak dan pada pemilu 1997 duduk sebagai

Anggota DPRD Kodya Pontianak dari Golkar. Lalu ada kol. Inf.

Page 45: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

34

Baisoeni yang pernah menjabat Bupati Sanggau (1993-1998). Ada

juga K.H. hambali dan H. Zainal Abidin juga bergiat dibidang politik

dan jadi Anggota DPRD. Selain itu, disektor pekerjaan lain itu sudah

ada orang Madura seperti dosen, pengacara, guru, pegawai negri dan

swasta.

Pemukiman etnis Madura di wilayah Kalbar, terutama dikodya

Pontianak, kabupaten Pontianak, kabupaten Sambas, kabupaten

Saunggau dan kabupaten Ketapang. Di kabupaten Sintang dan

Kapuas Hulu warga Madura masih sangat sedikit.

Hingga 1997 diperkirakan jumlah etnis Madura di Kalbar

sebesar 90.570 jiwa atau 2,75 % dari 3,3juta penduduk Kalbar.

Dikabupaten Sanggau, diperkirakan 1000 orang dari penduduk yang

berjumlah 322.032 jiwa.

Berdasarkan daftar biro pemerintahan pemda Kalbar, hingga

1980 perkiraan jumlah warga Madura di Kalbar 62.135 jiwa. Atau 2,5

% dari totak penduduk Kalbar. Perinciannya antara lain kodya

Pontianak 21.369 jiwa, kabupaten Pontianak 10.000 kabupaten

Sambas 20.000, kabupaten Sanggau 1.000, kabupaten Ketapang

19.666. di kodya Pontianak dari total 21.369 penduduknya kantong-

kantong Madura terbanyak di kecamatan Pontianak. Utara atau

Siantan (17 %), Pontianak Timur 13,8 %, Pontianak Barat 4,5% dan

Pontianak Selatan 1,8 %.

Page 46: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

35

Pada 1989 jumlah penduduk Madura di kodya Pontianak

26.745 atau 6,4 % dari total penduduk kodya Pontianak sampai 1989

yang berjumlah 421.185 jiwa. Komposisi etnisnya melayu (26,5 %),

china (31,2%), Jawa (11,7%), Bugis (13,1%), Madura (6,4%), Dayak

(2,9%), Minangkabau (2,1%), Sunda (1,2%) dan lainnya (7%).

Di kabupaten Pontianak diperkirakan jumlah orang Madura

17.403 atau 2,84% dari total penduduk 612.509 jiwa. Mereka tersebar

dikecamatan Toho (1227), Sui. Ambawang (2000), Sui. Pinyuh (2000),

Sui. Kakap (1000), Sui. Raya (7.333), Sui. Kunyit (500), Teluk Pakedai

(67), Menjalin (67), Toho (500), dan Kubu (1.750).

Di kabupaten Sambas orang Madura diperkirakan mencapai

20.000 jiwa. Atau 3,3 % dari penduduk sebesar 601.831 jiwa. Yakni

kecamatan Singkawang (31%), Tebas (6,3%), Sanggau Ledo (8%),

Samalatan (21%), Sambas (0,8%), Jawai (4,4%), Pemangkat (2,3%),

Sui. Raya (4%) dan Selakau (5%).

Di bidang keagamaan, hampir semua orang Madura di kalbar

beragama islam. Disambas, mereka penganut tarekat

Naqsyabandiyyah Khalidiyah. Berdasarkan penelitian Prof. Dr. Parsudi

Suparlan pada kerusuhan Dayak-Madura di sambas pada 1997, aliran

ini melahirkan eksklusivisme orang Madura di sambas. Menurutnya

aliran ini diduga kuat menjadi salah satu pemicu konflik Madura

dengan melayu sambas yang notabene sesame musli.

Page 47: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

36

Pola pemukiman Madura di Kalbar adalah Mengelompok,

terpisah dari etnis lainnya. Walau bertempat tinggal menyisip di

tengan warga lainnya, namun pada umumnya tetap berkelompok.

Artinya tinggal diantara sesamanya secara berdekatan. Pola

pemukiman begini juga memperkuat eksklusivisme suku Madura.

2.2.5 Mindfulness Budaya

Komunikasi antar budaya yang mindful akan muncul ketika

masing-masing pihak yang menjalin kontak atau interaksi dapat

meminimalkan kesalahpahaman budaya, yaitu usaha untuk mereduksi

perilaku etnosentris, prasangka, dan stereotip. Disamping itu,

mindfulness dalam komunikasi antar budaya juga akan tercapai

apabila kedua belah pihak dapat mengelola dengan baik kecemasan

dan ketidakpastian yang dihadapi.

Usaha untuk menciptakan situasi komunikasi antar budaya

yang mindful dapat dilakukan dengan merujuk pada pemikiran Martin

Buber. Pendekatan etika Buber memfokuskan pada relasi antara

individu-individu, lebih dari sekedar kode moral mengenai tingkah

laku. “awalnya adalah relasi”, kata Buber. Sebab, relasi adalah tempat

lahir dari kehidupannya yang sebenarnya (Turnomo Rahardjo,

2005:63).

Buber mengkontraskan 2 tipe relasi: I-It (Aku-Itu) dan I-Thou

(Aku-Engkau). Dalam relasi I-It, kita memperlakukan orang lain

Page 48: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

37

sebagai suatu benda yang digunakan, sebuah objek yang

dimanipulasikan. Karena diciptakan melalui monolog, maka relasi I-It

tidak mempunyai saling pengertian. Ketidakjujuran adalah sebuah

cara untuk memelihar penampakan masing-masing. Sedangkan

dalam relasi I-Thou, kita menghormati orang lain sebagai subjek. Kita

melihat orang lain sebagai diciptakan dalam citra Tuhan dan

memutuskan untuk memperlakukannya sebagai pihak yang berharga,

lebih dari sekedar sarana untuk memenuhi tujuan akhir kita. Prinsip

tersebut menegaskan bahwa kita akan berupaya mengalami relasi

sebagaimana yang dialami orang lain. Dan kita hanya bisa

melakukannya melalui dialog. Bagi Buber, dialog adalah sinonim dari

komunikas yang etis (Ethical Communication). Dialog tidak hanya

secara moral merupakan tindakan yang pantas, tetapi juga sebuah

cara untuk menemukan sesuatu yang etis dalam relasi kita. Dengan

demikian, dialog mempersyaratkan pengungkapan diri (Self-

Disclosure) dan konfirmasi dengan orang lain.

Pada tataran yang ideal, komunikasi antar budaya yang mindful

perlu dipahami dalam konteks hubungan Aku-Engkau, karena dalam

hubungan tersebut orang lain diterima, diakui, dan diperlakukan

sebagai pribadi yang memiliki ruang gerak untuk menjadi dirinya

sendiri. Hubungan Aku-Engkau bersifat timbal balik, langsung, actual,

dinamis, intensif, dan tak terkatakan. Sebaliknya, dalam hubungan

Aku-Itu, orang lain diperlakukan sebagai objek untuk memenuhi

Page 49: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

38

kebutuhan dan keinginan Aku. Hubungan Aku-Itu bersifat sepihak,

tidak actual, dan posesif. Menurut Buber, sepanjang sejarah manusia,

yang ditandai oleh relasi Aku-Engkau semakin menyempit dan relasi

Aku-Itu semakin menjadi dominan.

Dialog, kata Buber mempersyaratkan pihak-pihak yang

berkomunikasi untuk melakukan pengungkapan diri. Secara

konseptual, pengungkapan diri (Littlejohn, 1999: 262-263) merupakan

pemikiran teoritik yang dilandasi oleh gagasan dari psikologi

humanistic yang memberi penekanan pada ideology honest

communication. Ideology tersebut mengajarkan bahwa tujuan

komunikasi adalah memahami diri sendiri dan orang lain secara

akurat; dan bahwa pemahaman tersebut hanya bisa berlangsung

melalui komunikasi yang sejati atau tulus (genuine communication).

Bagi kebanyakan orang, interaksi dengan orang yang berasal

dari budaya atau kelompok etnis lain merupakan situasi yang baru

(novel situation). Situasi yang baru tersebut di cirikan oleh munculnya

tingkat ketidakpastian dan kecemasan yang tinggi (Gudykunst & Kim,

1997:14). Ketidakpastian merupakan ketidakmampuan seseorang

untuk memprediksi atau menjelaskan perilaku, perasaan, sikap, atau

nilai-nilai orang lain. Sedangkan kecemasan merujuk pada perasaan

gelisah, tegang, khawatir, atau cemas terhadap sesuatu yang akan

terjadi. Tingkat ketidakpastian dan kecemasan yang tinggi inilah yang

Page 50: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

39

menjadi penghambat terciptanya situasi komunikasi antar budaya

yang mindful.

Ketidakpastian dan kecemasan, merupakan sebab-sebab

mendasar dari kegagalan komunikasi antar budaya. Namun demikian,

ketidakpastian dan kecemasan tidak selalu berkonotasi negative.

Kemampuan untuk mengelola ketidak pastian dan kecemasan justru

akan memberikan motifasi kepada individu-individu dalam usaha

mereka untuk mengurangi kesalahpahaman budaya. Dengan

demikian jalinan komunikasi antar budaya antara keduabelah pihak

akan berlangsung dengan baik.

Howell, salah seorang penasihat (mentor) Gudykunst,

menyebutkan 4 tatarandari kompetensi komunikasi, yaitu:

unconscious incompetence. Seseorang salah menginter-

pretasikan perilaku orang lain dan tidak menyadari apa yang sedang

ia lakukan.

Conscious incompetence. Seseorang mengetahui bahwa ia

salah menginterpretasikan perilaku orang lain, namun ia tidak

melakukan sesuatu.

Conscious competence. Seseorang berpikir tentang

(kecakapan) komunikasinya dan secara terus menerus berusaha

mengubah apa yang ia lakukan supaya menjadi lebih efektif.

Unconscious competence. Seseorang telah mengembangkan

kecakapan komunikasinya.

Page 51: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

40

Gudykunst mendefinisikan mindfulness sebagai tahap ketiga

dari model Howell. Sesuai dengan nama teorinya, Gudykunst

meyakini bahwa ketidak pastian dan kecemasan merupakan sebab-

sebab mendasar dari kegagalan komunikasi dalam situasi

antarkultural menurutnya, 2 sebab kesalahan interpretasi tersebut

saling berkaitan. Ketidakpastian bersifat kognitif, sedangkan

kecemasan bersifat afektif. Ketidakpastian merupakan pikiran,

sementara kecemasan merupakan perasaan. Pengalaman

menunjukan bahwa ketidakpastian dan kecemasan merupakan

berkaitan dengan tingkat perbedaan kultur dari in-group dengan

budaya dari the stranger.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, mindfulness adalah

proses di mana seseorang secara sadar mengelola anxiety dan

uncertainty terhadap orang lain dalam sebuah situasi komunikasi

(Griffin, 2006: 431). Komunikasi efektif salah satunya sangat

ditentukan oleh apakah seseorang mindful atau mindless dalam

mengelola anxiety dan uncertainty.

Langer (Gudykunst & Kim, 1997: 40) menyatakan bahwa ketika

seseorang menghadapi situasi komunikasi yang relatif baru, ia dengan

sadar mencari isyarat-isyarat untuk menuntunnya berperilaku. Akan

tetapi, apabila seseorang berulang kali menghadapi situasi

komunikasi yang relatif sama, kesadarannya dalam berperilaku akan

berkurang (mindless). Dalam hal ini, seseorang berperilaku

Page 52: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

41

sebagaimana ia berperilaku pada saat berada dalam situasi yang

relatif sama (habitual/ scripted behavior). Gudykunst (dalam Griffin,

2006: 431) menyatakan bahwa percakapan yang mindless dalam

situasi antarbudaya akan meningkatkan ketegangan dan

kebingungan. Seseorang yang mindless dalam berkomunikasi tidak

sepenuhnya memperhatikan apa yang ia katakan dan lakukan.

Langer (dalam Gudykunst & Kim, 1997: 40) mengklasifikasikan

tiga karakteristik dari mindfulness, yaitu: creating new categories

(membuat kategori-kategori baru), being open to new information

(terbuka terhadap informasi baru), dan being aware of more than one

perspective (menyadari akan adanya beragam perspektif).

Salah satu kondisi yang membuat seseorang mindless dalam

berkomunikasi adalah penggunaan kategori-kategori (kategorisasi)

yang terlalu luas (broad categories). Kategorisasi yang dimaksud

ditujukan kepada orang yang dihadapi saat berkomunikasi.

Kategorisasi tersebut biasanya didasarkan pada karakteristik fisik

(misalnya gender, ras), karakteristik kultural (latar belakang etnis atau

budaya), sikap, dan gaya atau cara hidup. Langer (dalam Gudykunst,

1997: 40) menyatakan bahwa mengkategorisasikan adalah hal yang

fundamental dan alamiah dalam kehidupan manusia. Hal tersebut

merupakan cara bagaimana seseorang dapat mengetahui tentang

dunia sekitarnya. Untuk menjadi mindful dalam berkomunikasi,

dibutuhkan pengkategorisasian yang lebih banyak. Ketika seseorang

Page 53: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

42

mindless dalam berkomunikasi, ia akan cenderung menggunakan

broad categories seperti yang disebutkan di atas. Sebaliknya, ketika

seseorang mindful dalam berkomunikasi, ia akan mampu membuat

kategori-kategori baru yang lebih spesifik dan lebih personal. Semakin

bervariasinya kategori yang digunakan, maka akan semakin spesifik

informasi yang digunakan untuk membuat prediksi-prediksi.

Terbuka terhadap informasi baru juga dibutuhkan untuk

menjadi mindful dalam berkomunikasi, khususnya komunikasi

antarbudaya. Seseorang yang mindless akan cenderung menilai

sesuatu berdasarkan hal yang sama yang pernah ia alami

sebelumnya. Jika seseorang secara sadar terbuka terhadap informasi

yang baru, ia dapat menyadari perbedaan-perbedaan yang

sebenarnya sulit dilihat antara perilakunya dengan perilaku orang

yang dihadapinya, meskipun dalam situasi yang sama yang pernah

dialaminya sebelumnya.

Terbuka terhadap informasi baru berarti fokus pada proses

komunikasi yang terjadi, bukan pada outcome dari interaksi. Ketika

seseorang hanya berfokus pada outcome, ia pun akan kesulitan

menyadari dan memahami isyarat-isyarat tertentu sehingga

mengakibatkan kesalahpahaman. Berfokus pada proses komunikasi

membuat seseorang menjadi mindful akan perilakunya dan

memperhatikan situasi di mana ia berkomunikasi (Langer, dalam

Gudykunst, 1997:41).

Page 54: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

43

Untuk menjadi mindful dalam berkomunikasi, seseorang juga

harus dapat mengakui bahwa ada beragam atau lebih dari satu

perspektif untuk menciptakan maupun menginterpretasikan pesan

dalam suatu situasi komunikasi. Ketika seseorang mindless, ia

cenderung sulit untuk mengakui beragam perspektif. Pola pikir yang

sempit dalam berkomunikasi membatasi kemampuan seseorang

untuk berperilaku sesuai dengan situasi yang sedang ia hadapi.

Sebaliknya, apabila seseorang berkomunikasi dengan mindful, ia akan

dapat berperilaku sesuai dengan situasi yang ia hadapi dikarenakan ia

tidak terbatasi dengan apa yang hanya dipikirkannya. Dengan kata

lain, seseorang yang mindful juga mempertimbangkan apa yang

dipikirkan oleh orang yang dihadapinya dalam berkomunikasi.

2.2.6 Face Negotiation Theory

Negosiasi Muka adalah satu dari sedikit teori yang secara

ekspilist mengakui bahwa orang dari budaya yang berbeda memiliki

bermacam pemikiran mengenai “muka” orang lain. Pemikiran inilah

yang menyebabkan mereka menghadapi konflik dengan cara yang

berbeda.

Ting-Toomey mendasarkan banyak bagian dari teorinya pada

muka dan facework. Muka jelas merupakan fitur yang penting dalam

kehidupan, sebuah metaforabagi citra diri yang diyakini David Ho

(1976) melingkupi seluruh aspek kehidupansosial. Konsep muka telah

berevolusi dalam hal interpretasi selama bertahun-tahun.Konsep ini

Page 55: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

44

bermua dari bangsa Cina, yang sebagaimana dikemukakan oleh Ho,

memilikikonseptualisasi mengenai muka: lien Dan mien-tzu , dua

istilah yang mendeskripsikan identitas an ego.

Ho mengamati bahwa muka (face) adalah citra diri yang

ditunjukkan orang dalam percakapannya dengan orang lain. Ting-

Toomey dan koleganya (Oetzel, Yokochi,Masumoto dan Takai, 2000)

mengamati bahwa muka berkaitan dengan nilai diri yangpositif

dan/atau memproyeksikan nilai lain dalam situasi interpersonal.

Rupa dan karya rupa adalah fenomena universal. Sebuah

perspektif teori negosiasi rupa menekankan dampak budaya terletak

pada arti dari rupa dan digunakannya karya rupa. Dengan demikian,

teori ini mengasumsikan bahwa:

a. Komunikasi dalam semua budaya didasarkan pada

“memelihara” dan bernegosiasi rupa.

b. Rupa diri yang bermasalah ketika identitas dipertanyakan.

c. Perbedaan antara individualistis dan kolektif, dan kekuasaan

kecil dengan kekuasaan besar memberi jarak budaya dalam

membentuk manajemen rupa.

d. Budaya individualistis membentuk karya rupa sendiri, dan

budaya kolektif membentuk karya rupa yang lain pula.

e. Kekuasaan yang kecil lebih memilih kerangka "individu adalah

sama", sedangkan budaya pada kekuatan besar lebih memilih

kerangka hirarkis.

Page 56: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

45

f. Perilaku juga dipengaruhi oleh variasi budaya, individu,

relasional, dan faktor situasional.

g. Kompetensi dalam komunikasi antarbudaya adalah puncak dari

pengetahuan dan kesadaran.

Asumsi dari teori face negotiation theory adalah, melalui

adanya perbedaan yang terjadi dalam tiap budaya atau kelompok,

dalam komunikasi yang terjadi, terkadang ada proses penyampaian

pesan yang tidak tersampaikan sehingga menimbulkan mis

communication atau salah pengertian di dalam kelompok tersebut.

Sebuah budaya akan memiliki adat, kebiasaan, nilai, norma, dan hal

lain yang mengikat yang mengidentifikasi mereka menjadi sebuah

budaya tersebut. Konflik akan muncul saat dua kelompok atau lebih

memiliki perbedaan dan tidak bisa menerima identitas dari kelompok

lain.

Dalam Em. Griffin, Ting-Toomey mengasumsikan bahwa setiap

orang dalam tiap budaya akan selalu menegosiasikan atau

merundingkan identitas mereka (face). Istilah ini mengacu pada

pencitraan diri, cara kita meminta orang lain agar “melihat”

keberadaan kita dan berprilaku menyenangkan terhadap kita. Maka

dari hal ini muncullah istilah facework, yang berarti penyampaian

pesan verbal dan nonverbal yangdikemukakan secara spesifik yang

akan membantu menjaga dan memperbaiki wajah yang kalah atau

Page 57: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

46

saat posisi terlihat lebih rendah dan berusaha untuk memperoleh

wajahyang penuh dengan penghargaan (Em. Griffin, 2004:435).

Secara garis besar Face Negotiation Theory memiliki 3 asumsi

yang pada intinya terdiri dari konsep kunci teori ini, yaitu wajah, konflik

dan budaya:

1. Self identity is important in interpersonal interactions, with

individuals negotiating their identities differently across culture.

Identitas diri merupakan sesuatu hal yang penting penting

di dalam interaksi interpersonal. Namun dalam interaksinya,

individu-individu menegosiasikan identitas mereka secara berbeda

sesuai dengan budaya asalmereka. Melekat dengan asumsi

pertama adalah keyakinan bahwa paraindividu di dalam semua

budaya memiliki beberapa citra diri yang berbedadan bahwa

mereka menegosiasikan citra ini secara terus-menerus.

Dalambanyak budaya yang berbeda, orang-orang membawa citra

yang mereka presentasikan kepada orang lain secara kebiasaan

atau strategis. Ting-Toomey percaya bahwa bagaimana kita

memersepsikan rasa akan diri kita dan bagaimana kita ingin orang

lain untuk memersepsikan kita merupakanhal yang sangat penting

dalam pengalaman komunikasi kita.

2. The management of conflict is mediated by face and culture

Konflik merupakan peristiwa yang dapat merusak dan

menyebabkan kerenggangan antar orang yang semula

Page 58: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

47

berhubungan sangat dekat. Dalam konteks ini, konflik yang terjadi

memiliki hubungan yang sangat erat dengan wajah dan budaya.

Hal ini dikarenakan (sama seperti yang telahdisebutkan di atas)

cara seseorang menghadapi dan menyelesaikan konflik sangat

berhubungan erat dengan cara bagaimana ia dibesarkan. Atau

dengan kata lain, orang yang dibesarkan dalam kebudayaan barat

memilikicara mengatasi konflik yang berbeda dengan orang yang

dibesarkan dalam kebudayaan timur.

Menurut Ting-Toomey, konflik dapat merusak muka sosial

seseorang dan dapat mengurangi kedekatan hubungan antara

dua orang. Sebagaimana ia nyatakan, konflik adalah “forum” bagi

kehilangan muka dan penghinaan terhadap muka. Konflik

mengancam muka kedua pihak dan ketika terdapat negosiasi

yang tidak bersesuaian dalam bagaimana menyelesaikan konflik

tersebut. Contohnya, dalam budaya Amerika, menganggap bahwa

menunjukkan perbedaan di antara dua orang sebagai hal yang

penting,sementara budaya lain yakin bahwa konflik harus

ditangani secara diam-diam.

3. Certain acts threaten one’s projected self-image (face).

Asumsi ketiga berkaitan dengan dampak yang dapat

diakibatkan olehsuatu tindakan terhadap muka. Setiap orang

memiliki kemampuan untuk menampilkan beraneka macam

ekspresi. Menurut asumsi ini, terdapat duapola dalam face

Page 59: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

48

threatening process yaitu face saving & face restoration. Face

saving merupakan usaha untuk mencegah terjadinya sesuatu

yang memalukan sedangkan face restoration merupakan strategi

yang dilakukan untuk melindungi otonomi atas diri sendiri dan

mencegah jatuhnya harga diri karena malu.

Menurut Ting-Toomey (West & Turner, 2014), budaya bukanlah

variable yang statis. Budaya diinterpretasikan melalui banyak dimensi.

Budaya dapat diorganisasikan dalam dua kelompok yaitu:

1. Budaya Individualistik

Budaya individualistik adalah budaya kemandirian. Ting-

Toomey (West & Turner, 2014) menjelaskan bahwa individualism

merujuk pada kecenderungan orang untuk mengutamakan

identitas individu dibandingkan kebutuhan kelompok. Nilai

individualistik menekankan adanya kebebasan, kejujuran,

kenyamanan, dan kesetaraan pribadi. Orang dengan budaya

individualistik cenderung berkomunikasi secara low contect,

misalnya berbicara secara to the point atau terus terang (blak-

blakan).

Ting-Toomey dan Chung (West & Turner, 2014),

mengatakan bahwa anggota dari budaya yang mengikuti nilai

individualistik cenderung lebih berorientasi pada muka diri dalam

sebuah konflik. Manajemen muka dilakukan secara terbuka yang

Page 60: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

49

melibatkan melindungi muka seseorang, bahkan apabila harus

melakukan tawar menawar.

2. Budaya Kolektivistik

Budaya kolektivistik adalah budaya saling ketergantungan.

Ting-Toomey (West & Turner, 2014) menjelaskan kolektivistik

menekankan pada tujuan kelompok dibandingkan tujuan individu,

kewajiban kelompok dibandingkan hak individu, dan kebutuhan

kelompok dibandingkan kebutuhan pribadi. Nilai kolektivistik

menekankan adanya keselarasan, menghargai keinginan orang

tua, dan pemenuhan kebutuhan orang lain. Orang dengan budaya

kolektivistik cenderung berkomunikasi secara high contect,

misalnya berbicaranya berbelit-belit, tersirat, dan sebagainya.

Ting-Toomey dan Chung (West & Turner, 2014),

mengatakan bahwa anggota dari budaya yang mengikuti nilai

kolektivistik cenderung lebih berorientasi pada muka orang lain

atau muka bersama dalam sebuah konflik. Anggota dari komunitas

kolektivistik mempertimbangkan hubungan mereka dengan orang

lain ketika mereka mendiskusikan sesuatu dan merasa bahwa

suatu percakapan membutuhkan keberlanjutan dari dua

komunikator.

Teori negosiasi muka menggabungkan konflik dan

menjelaskannya dari dua budaya yang berbeda. Ting-Toomey

menyatakan bahwa nilai budaya yang berbeda terdapat dalam konflik,

Page 61: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

50

dan peristiwa yang dipenuhi dengan konflik juga dipengaruhi oleh

kepedulian akan muka dan kebutuhan akan muka dari komunikasi

(West & Turner, 2014).

1. Heurisme

Teori negosiasi muka yang dicetuskan oleh Ting-Toomey

membuat peneliti banyak berminat meneliti komunikasi lintas

budaya. Pembatasan konflik dan muka mendorong para peneliti

untuk menyelidiki antar lain:

Perbedaan antara orang yang berasal dari budaya

individualistik dan kolektivistik (oleh Morizaki & Gudykunst,

1994).

Berbagai kelompok etnis di Amerika (oleh Kim, Lee, Kim &

Hunter, 2004; Oetzel & Ting-Toomey, 2003; Ting-Toomey,

Yee-Jung, Shpiro, Garcia, Wright & Oetzel, 2000)

Mempelajari dampak pemertahanan muka oleh penengah

konflik (oleh Ringo Ma, 1992)

Melihat muka diri dan ancaman terhadap muka dalam latar

public yang formal dan tidak intim (oleh Mark Cole, 1989)

Interaksi tatap muka dari orang Cina (oleh Yuling Pan, 2000).

2. Konsistensi Logis

Teori negosiasi muka menggunakan pengalaman dan

persepsi beda budaya individualitistik dan kolektivistik dalam

Page 62: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

51

menyusun esensi dari teorinya (West & Turner, 2014). Oleh sebab

itu, aspek budaya mungkin tidak sepenuhnya menjelaskan

perbedaan budaya. dalam penelitiannya Ting-Toomey menemukan

bahwa tipe budaya tidak selamanya menentukan gaya

penyelesaian konflik.

Ting-Toomey dan para peneliti menyatakan teori negosiasi

muka harus berangkat dari sudut pandang bahwa facework dalam

penelitian merefleksikan pemikiran individualistik dan kolektivistik

(West & Turner, 2014).

Teori negosiasi muka membantu menjelaskan saat orang

yang berasal dari budaya yang berbeda terlibat konflik. Teori ini

membantu memahami orang tersebut saat mempertahankan dan

menegosiasikan muka yang akan berdampak pada pertemuan

selanjutnya. Teori ini membantu dalam menengahi kesulitan

komunikasi yang muncul pada udaya yang berbeda.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka Teori adalah uraian tentang model yang digunakan sebagai

bahan acuan dari penelitian. Menurut Kerlinger, “tujuan utama ilmu

sebenarnya teori, sedangkan teori itu sendiri : Himpunan konstruksi

(konsep), definisi dan proposisi yang mengungkapkan pandangan sistematis

tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variable, menjelaskan

dan meramalkan gejala tersebut.” (Rahkmat, 1996:6)

Page 63: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

52

Teori sendiri berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu

pengetahuan yang sitematis dan diharapkan dapat membimbing penelitian

ini. Teori dapat memberikan arah pada suatu sisipan ilmu tertentu, teori juga

memungkinkan seseorang dapat menghubungkan data-data yang

sebenarnya mempunyai kaitan satu sama lain.

Oleh karena itu kerangka pemikiran merupakan uraian mengenal

dasar atau model yang digunakan sebagai acuan utama penelitian dan

berfungsi sebagai alat untuk mencapai satuan pengetahuan yang sitematis

dan untuk membimbing penelitian, untuk itu maka penulis menjelaskan teori

apa saja yang digunakan dalam penelitian ini.

Page 64: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

53

Gambar III.1. Kerangka Pemikiran

Komunikasi Antar Budaya

Mindfulness Budaya

Pengetahuan Budaya Antar Etnis

Motivasi Antar Etnis

Kecakapan Berinteraksi

Face Negotiation

Budaya Individualistik dan

Budaya Kolektivistik

Etnis Melayu dan Etnis

Madura di Kalimantan Barat

Komunikasi yang mindful dan Face

Negotiation Etnis Melayu dan Etnis

Madura Pasca Konflik Sambas 1999

di Kalimantan Barat

Page 65: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Paradigma menurut Guba dan Lincoln dalam Hidayat (2004:57),

mengajukan tipologi yang mencakup 4 paradigma, yaitu positivism, post

positivism, kritikal, dan konstruktivisme. Dikemukakan oleh Guba, bahwa

setiap paradigma membawa implikasi metodologi masing-masing.

Paradigma merupakan suatu perspektif yang biasa juga disebut

dengan cara pandang. Paradigm terbentuk untuk mempengaruhi persepsi

seseorang terhadap sesuatu yang pada akhirnya mempengaruhi tindakan

seseorang. Paradigm sendiri mempengaruhi metode dalam penelitian yang

dimana pada akhirnya akan mempengaruhi hasil dari penelitian itu sendiri.

Penelitian ini menggunakan paradigma post positivisme. paradigma ini

merupakan aliran yang ingin memperbaiki kelemahan-kelemahan positivism

yang memang hanya mengandalkan kemampuan pengamatan langsung

atas objek yang diteliti.

Secara ontologis, cara pandang aliran ini bersifat critical realism.

Sebagaimana cara kaum realis, aliran ini juga melihat realita sebagai hal

yang memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hokum alam, namun

menurut aliran ini, adalah mustahil bagi manusia (peneliti) untuk melihat

realita secara benar. Oleh Karena itu, secara metodologi pendekatan

experimental melalui observasi dipandang tidak mencukupi, tetapi harus di

34

Page 66: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

55

lengkapi dengan metode triangulasi yaitu penggunaan beragam metode,

sumber data, priset dan teori.

Aliran ini juga memandang bahwa secara epistemologis hubungan

antara priset dan objek yang diteliti tidak bisa di pisahkan. Namun, aliran ini

menambahkan pendapatnya bahwa suatu kebenaran tidak mungkin bisa

dituangkan apabila periset berada di belakang layar, tanpa terlibat dengan

objeknya secara langsung. Aliran ini menegaskan arti penting dari hubungan

interaktif antara periset dan objek yang diteliti, sepanjang dalam hubungan

tersebut periset bisa bersifat netral. Dengan cara ini, tingkat subjektivitas

setidaknya dapat dikurangi.

3.2 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian dikenal dua jenis, yaitu:

1. Penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Terkait dengan jenis

Penelitian ini, Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif

menyarankan sebagai berikut:

“Realitas dalam penelitian kualitatif tidak hanya yang tampak (teramati), tetapi juga sampai dibalik tampak tersebut. Misalnya, melihat orang yang sedang memancing itu merupakan kegiatan mencari ikan, sedangkan dalam penelitian kualitatif akan melihat yang lebih dalam mengapa ia memancing. Ia memancing mungkin untuk realitas itu merupakan konstruksi dari pemahaman terhadap semua data dan maknanya” (Sugiyono, 2005:5)

Pemilihan penelitian kualitatif karena dapat memberikan

gambaran secara menyeluruh tentang tujuan penelitian, dengan

menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif

Page 67: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

56

bertujuan hanya memaparkan situasi atau peristiwa secara mendalam

mengenai subjek penelitian yang berusaha untuk memecahkan

persoalan dengan menggunakan metode-metode penelitian untuk

menjelaskan suatu permasalahan secara lebih jelas dan akurat.

Ciri-ciri penelitian deskriptif yakni:

1. Berhubungan dengan keadaan yang terjadi saat itu. 2. Menguraikan satu variabel saja atau beberapa variabel namun

satu persatu. 3. Variabel yang diteliti tidak dimanipulasi atau tidak ada

perlakuan (treatmenty. (Ronny Kountur, 2003 105)

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah studi kasus. Yin dalam Agus Salim

(2006:118), studi kasus berlaku apabila suatu pertanyaan „bagaimana‟ (how)

dan „mengapa‟ (why) diajukan terhadap seperangkat peristiwa masa kini.

Yang mustahil atau setidaknya sukar dikontrol periset. Secara spesifik,

dalam pembahasan ini pemaparan metode studi kasus diarahkan pada

konsep dasar, metodologi dan proses studi, aplikasinya dalam penelitian

bidang pendidikan, serta kelebihan dan kekurangannya.

Schramm dalam Yin (1981), mengatakan secara umum, studi kasus

dapat diartikan sebagai metode atau strategi penelitian dan sekaligus hasil

suatu penelitian pada kasus tertentu. Studi kasus lebih dipahami sebagai

pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasi suatu

„kasus‟ dalam konteksnya yang alamiah tanpa adanya intervensi pihak luar.

Diantara semua ragam studi kasus, kecendrungan yang paling menonjol

Page 68: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

57

adalah upaya untuk menyoroti suatu keputusan atau seperangkat keputusan,

yakni mengapa keputusan itu diambil, bagaimana ia diterapkan, dan apa

pula hasilnya.

Alasan peneliti menggunakan metode studi kasus dalam penelitian,

karena peneliti ingin memaparkan serta menggambarkan secara jelas

mengenai pola komunikasi yang terjadi antar etnis melayu dan etnis Madura

pasca Konflik Sambas 1999.

3.4 Objek dan Subjek Penelitian

Didalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan berbagai informasi

yang dibutuhkan berupa data-data, gambaran atau wawancara sangat

dibutuhkan informan. Penentuan informan tidak dapat dilakukan sembarang,

dalam menentukan informan dalam sebuah penelitian sangat diharapkan

dapat memberikan kontribusi berupa informasi-informasi yang akurat dan

dapat menjelaskan secara gambling dalam bentuk uraian kata-kata. Bisa

dikatakan informan merupakan sebagian dari populasi yang memiliki sebagai

sumber data (Darsono, 1999:144).

Subjek dari penelitian ini adalah masyarakat etnis Melayu Sambas

dan etnis Madura yang menjadi korban pengungsian konflik Sambas 1999

yang tinggal di Kalimantan barat. Dengan berjumlah 7 orang yang terbagi

menjadi 3 orang berasal dari etnis Melayu Sambas, 3 orang berasal dari

etnis Madura dan 1 orang berasal dari guru Sosiologi di Pontianak yang

terbagi sebagai berikut:

Page 69: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

58

NO. NAMA JENIS

KELAMIN

USIA ETNIS

1 Uray Suhandika P 22 Melayu Sambas

2. Uray Angga Saputra L 32 Melayu Sambas

3. Fiktor Uray Bella L 29 Melayu Sambas

4. Icung L 34 Madura

5. Sukartono L 42 Madura

6. Saniah P 42 Madura

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan sebuah tekhnik yang biasa digunakan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik wawancara mendalam.

Seorang peneliti tidak melakukan wawancara berdasarkan sejumlah

pertanyaan yang telah disusun dengan mendetail dengan alternative

jawaban yang telah dibuat sebelum melakukan wawancara, melainkan

berdasarkan pertanyaan yang umum yang kemudian didetailkan dan

dikembangkan ketika melakukan wawancara untuk melakukan wawancara

berikutnya. Mungkin ada sejumlah pertanyaan yang telah dipersiapkan

sebelum melakukan wawancara (sering disebut pedoman wawancara), tetapi

pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak terperinci dan berbentuk pertanyaan

terbuka (tidak ada alternative jawaban). Hal ini berarti wawancara dalam

Page 70: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

59

penelitian kualitatif dilakukan seperti dua orang yang sedang bercakap-cakap

tentang sesuatu (Afrizal, 2016:20).

3.6 Teknik Keabsahan Data

Dalam analisis data ini juga peneliti melakukan pemeriksaan

keabsahan data melalui triangulasi. Melalui triangulasi ini peneliti

memanfaatkan sesuatu yang lain guna memeriksa keabsahan data. Cara

yang digunakan dengan membandingkannya dengan sumber-sumber lain.

Triangulasi yang digunakan adalah dengan menggunakan sumber,

disini peneliti melakukan perbandingan dan mengecek kembali derajat

kepercayaan dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan

wawancara, kedua adalah dengan melakukan perbandingan terhadap apa

yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan orang lain

secara pribadi, ketiga adalah dengan membandingkan hasil wawancara

dengan isi dokumen yang diperoleh.

Teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang menggunakan

sesuatu yang lain dari luar data itu, untuk keperluan pengecekan sebagai

perbandingan terhadap data itu. (Moleong, 2011:178)

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data kulitatif (Bogdan & Biklen, 1982) dalam buku Metodologi

Penelitian Kualitatif (Lexy, J. Moleong, 2011:248) adalah upaya yang

dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

Page 71: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

60

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,

mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.

Dalam Miles dan Huberman (Emzir, 2013:129) menyatakan bahwa terdapat

tiga macam kegiatan analisis data kualitatif, yaitu:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk

itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti :

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu.

Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya,

dan mencarinya bila diperlukan.

Reduksi data bisa dibantu dengan alat elektronik seperti :

komputer, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Dengan

reduksi, maka peneliti merangkum, mengambil data yang penting,

membuat kategorisasi, berdasarkan huruf besar, huruf kecil dan angka.

Data yang tidak penting dibuang.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah

mendisplaykan data.Display data dalam penelitian kualitatif bisa

dilakukan dalam bentuk : uraian singkat, bagan, hubungan antar

Page 72: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

61

kategori, flowchart dan sebagainya. Miles dan Huberman (1984)

menyatakan : “the most frequent form of display data for qualitative

research data in the pas has been narative tex” artinya : yang paling

sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

dengan teks yang bersifat naratif. Selain dalam bentuk naratif, display

data dapat juga berupa grafik, matriks, network (jejaring kerja).

Fenomena sosial bersifat kompleks, dan dinamis sehingga apa

yang ditemukan saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung agak

lama di lapangan akan mengalami perkembangan data. Peneliti harus

selalu menguji apa yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan

yang masih bersifat hipotetik itu berkembang atau tidak. Bila setelah

lama memasuki lapangan ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu

didukung data pada saat dikumpulkan di lapangan, maka hipotesis

tersebut terbukti dan akan berkembang menjadi teori yang grounded.

Teori grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif, berdasarkan

data-data yang ditemukan di lapangan, dan selanjutnya diuji melalui

pengumpulan data yang terus menerus. Bila pola-pola yang ditemukan

telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut menjadi

pola yang baku yang tidak lagi berubah.

3. Kesimpulan

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

Page 73: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

62

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun bila kesimpulan

memang telah didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat

peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan

yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (dapat

dipercaya).

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab

rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga

tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif

masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian

berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang

diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum

pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek

yang sebelumnya masih belum jelas, sehingga setelah diteliti menjadi

jelas.

Page 74: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

63

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Objek Penelitian

Asal - Usul Kerusuhan Konflik Sambas 1999

Cerita bermula dari terjadinya penangkapan seorang warga

Madura oleh masyarakat di Dusun Parit Setia, Kecamatan Jawai,

Kabupaten sambas, sehari sebelum hari raya Idul Fitri yang jatuh pada

19 januari 1999. Semula masyarakat Parit Setia tidak pernah berpikir

bahwa penangkapan seorang pencuri itu akan memicu terjadinya

peristiwa besar yang bakal menghebohkan. Sebelum pecah “perang”

dengan warga Madura di Parit Setia itu, sebenarnya sudah ada saling

pengertian di antara kedua belah pihak. Konon sehari sebelum Idul

Fitri, ada seorang Madura ikut bersama memotong sapi didesa itu.

Ketika sebagian orang sedang melakukan shalat Ashar, tiba-tiba

sekitar 200 orang warga Madura asal Desa Rambeyan desa tetangga

Parit Setia yang berjarak sekitar 30 km berbondong-bondong

mendatangi Desa Parit Setia. Kehadira ratusan orang itu sempat

membuat panic warga. Apalagi rombongan itu membawa senjata tajam

berupa celurit dan golok. Anak kecil dan para wanita sambil membawa

bayinya berlarian keluar rumah melalui pintu belakang. Mereka mencari

tempat persembunyian dihutan atau semak-semak belakang rumah,

Page 75: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

64

sementara kaum lelaki mencoba menghadapi kedatangan rombongan

tamu tak diundang dengan senjata seadanya.

Akibat kejadian ini tiga penduduk Parit Setia jatuh tersungkur

dan meninggal, setelah kejadian ini orang-orang Madura itu kembali

menaiki kendaraan yang mereka tumpangi sebelumnya dan pergi

meninggalkan Parit Setia.

Sejumlah tokoh masyarakat di kedua desa. Desa Rambeyan

dan Desa Parit Setia bertemu. Mereka sepakat untuk tidak

meneruskan kasus yang telah menghilangkan 3 nyawa penduduk

mereka itu. namun abar tentang penyerbuan di Parit Setia itu dengan

cepat telah menyebar ke seluruh Kabupaten Sambas. Angkutan

umum, pasar dan toko-toko menjadi tempat menjadi kabar tersebut,

tentu dengan bumbu-bumbu pemanis. Karena emosi masyarakat

Melayu Sambas mulai tumbuh, apalagi aparat keamanan hanya

menyerbu Desa Parit Setia, sementara tiga orang Melayu yang

diserbu justru ditahan sebanyak tiga orang. Peristiwa ini kemudian

berakhir begitu saja. Polisi sepertinya sengaja membiarkan peristiwa

ini berakhir dalam ketidakjelasan.

Sebulan kemudian, minggu 21 Februari 1999 sekitar pukul

17.30 WIB seorang warga Madura bernama Rodi alias Tacong turun

dari bus umum di Desa Pusaka, kecamatan Tebas. Ketika turun ia

langsung pergi tanpa membayar ongkos. Bujang lebik, kenek bus

Page 76: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

65

yang kebetulan suku Melayu merasa di remehkan secara spontan,

Bujang melototi pemuda Madura yang baru turun itu.

Ternyata Rodi alias Kacong, ia kembali lagi ke jalan Raya

mencegat Bus Triyono yang ia tumpangi sebelumnya. Ketika bus

datang, Rodi nekat menghadang ditengah jalan. Buspun berhenti,

Kacong yang membawa senjata tajam itu langsung mencari Bujang

Ledik, sang kenek bus tanpa disangka-sangka Rodi langsung

mengayunkan celuritnya. Sabetan celurit Rodi ditangkis Bujang dan

Hanya mengenai jari tangan, dan kaki kanan Bujang. Beberapa orang

mencoba melerai perkelahian sepihak itu, Bujang yang berdarah-

darah karena sabetan celurit ditangan dan lututnya langsung dilarikan

ke Rumah Sakit Pemangkat dengan menggunakan bus.

Kejadian di Tebas ini cepat meluas ke seluruh Sambas. Isu

yang berkembang, menyebut Bujang Lebik telah dibunuh oleh Rodi,

pemuda Madura. Bak Bara dalam sekam disiram bensin, masyarakat

Melayu Sambas yang masih marah dengan peristiwa Parit Setia

makin memuncak emosinya. Senin (22,1) dini hari, sekitar 300 orang

beramai-ramai mengepung rumah Rodi di Dusun Senggobang, Desa

Sempadung. Mereka minta agar Rodi menyerahkan diri ke Plsek

Tebas.

Page 77: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

66

Senapan Lantak Mulai Digunakan

Namun bukan Rodi yang keluar dari dalam rumah, massa

malah disambut dengan tembakan senapan yang biasa dipakai orang-

orang kalbar untuk berburu, kebetulan tembakan tersebut mengenai

pelipis Hamsiar, warga Melayu yang ikut mengepung rumah Rodi,

kontan saja, berita tertembaknya Hamsiar segera beredar dikawasan

Pemangkat, khususnya Desa Semparuk.

Akhirnya, semenjak kejadian tersebut massa tidak terelakkan

lagi. Massa Melayu mulai membakari rumah warga Madura di Dusun

Semparuk, Kelambu, Panjajab dan semua rumah milik warga Madura

di Kecamatan Tebas. Perkelahan di sejumlah tempat berlangsung

secara terbuka dengan bersenjatakan tempat berlangsung secara

terbuka dengan bersenjatakan golok, parang dan senjata api.

Korbanpun berjatuhan, baik warga Melayu maupun warga Madura.

Namun demikian gelombang pengungsian terus mengalir.

Warga Madura yang berada di desa-desa dipedalaman Sambas mulai

diangkuti ke Polres Sambas maupun ke tempat-tempat lain yang

dianggap aman.

Upaya Perdamaian Yang Gagal

Untuk meredam emosi masyarakat, Sabtu, 13 Maret 1999,

beberapa organisasi adat dan tokoh masyarakat berupaya

mengadakan perjanjian damai. Salah satu isi kesepakatan para tokoh

Page 78: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

67

Melayu dan Madura di Sambas itu adalah masing-masing pihak

dilarang membawa senjata tajam dimuka umum.

Belum berselang sehari, pada Minggu 14 Maret 1999, seorang

pemuda asal Madura asak Desa Pusaka (Tebas) berkunjung ke Desa

Semparuk (Pemangkat) dengan membawa golok panjang. Ketika

diperingatkan, pemuda ini tidak terima dan perkelahianpun tak

terhindarkan. Peristiwa ini menyulut amarah orang-orang Melayu yang

ada didaerah sekitar. Sebuah mobil pickup aparat keamanan yang

datang untuk menetralkab, tidak luput dari amukan massa mobil itu

malah dibakar.

Suasana yang sempat mereda di Sambas ini, mulai memanas

lagi. Di sana-sini kembali mengepul asap dari rumah-rumah orang

Madura. Antara lain di Desa Pantai, Semparuk, Harapan, Lonam dan

Perapakan (pedalaman pemangkat). Dalam peristiwa ini dikabarkan 4

orang tewas. Dua ditempat kejadian dan 2 lagi di RS Singkawang,

serta puluhan rumah hangus terbakar.

Kerusuhan ini terus terjadi, sehingga semua orang Madura

yang ada di Sambas harus di ungsikan. Dan menurut Posko

Penanggungan Kerusuhan Pemda Kalbar, sampai 26 Maret 1999,

sudah terdata 186 orang tewas, 2490 rumah dibakar/dirusak, 10 mobil

dibakar/dirusak, 10 sepeda motor dibakar/dirusak. Sedangkan jumlah

Page 79: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

68

pengungsi mencapai 26.410 orang yang tersebar di Kodya Pontianak,

Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Sambas.

Di berbagai daerah pedalaman aparat keamanan yang menyisir

hutan masih terus menemukan warga Madura yang menjadi mayat

korban kerusuhan yang dibuang atau dihabisi di sungai dan dihutan.

Menurut aparat, sebenarnya masih banyak mayat yang sukit

dievakuasi karena berada di tempat yang sulit dijangkau. Pada saat

yang sama para pengungsi masih terus berdatangan ke Pontianak,

baik atas inisiatif sendiri maupun dikoordinir pasukan tentara. Sampai

Minggu(28/3), jumlah pengungsi mencapai 28.000. konflik sudah reda,

namun menurut Kapolda Kalbar Chaerul Rasyid, potensi konflik masih

sangat besar.

4.2. Deskripsi Subjek Penelitian

Informan Melayu Sambas

Informan 1:

Informan pertama yang terlibat dalam penelitian ini adalah Uray

Suhandika. Dika merupakan mahasiswi asli keturunan Melayu Sambas yang

tinggal di Suingai Jawi Pontianak Barat dan kuliah di Universitas Tanjung

Pura, Kota Pontianak. Dika merupakan anak keempat dari empat

bersaudara, dimana dika dilahirkan dalam keluarga Melayu Sambas

keturunan dari orang tuanya yang juga lahir di Sambas. Bahasa yang

digunakanpun beragam, ketika bersama keluarganya di Sambas Dika

Page 80: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

69

menggunakan bahasa Melayu Sambas. Tetapi, ketika Dika berada di Kota

Pontianak dika menggunakan bahasa Melayu Kalimantan sehari-hari.

Dika lahir di Sambas dan besar di kota Pontianak, dika pun sekarang

tinggal saling bertetanggan dengan orang-orang Madura yang dulu pernah

tinggal di Sambas. Dika banyak bersosialisasi dengan orang-orang Madura

di tempat ia kuliah.

Dika adalah salah seorang yang ada ketika kerusuhan Sambas

terjadi, dan dia senang hati bertetanggaan dengan orang Madura yang

pernah ikut serta dalam kerusuhan Sambas.

Peneliti melihat Dika untuk pertama kali sebagai sosok wanita yang

mudah bersosialisasi dan banyak akan pengetahuan. Tidak hanya itu,

wajahnya juga menunjukan sosok yang sangat bahagia sehingga membuat

proses wawancara berlangsung nyaman. Menurut dika, etnis Melayu dan

Madura memiliki banyak perbedaan, dimana ia selalu menekankan bahwa

etnis Madura banyak yang menyendiri dan berkumpul hanya kepada sesama

orang Madura saja.

Informan 2:

Informan kedua dalam penelitian ini adalah Uray Hangga Pratama

yang biasa dipanggil Angga. Angga merupakan seorang polisi di kabupaten

Singkawang yang kotanya bertetanggaan dengan orang Kab. Sambas.

Angga sudah berkeluarga dan memiliki dua anak perempuan, Angga dan

Page 81: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

70

istrinya merupakan sama-sama asli keturunan Melayu Sambas, dimana

mereka sama-sama lahir di Kab. Sambas.

Angga merupakan salah satu orang yang ikut turun langsung dalam

konflik Sambas 1998 dan menyaksikan pamannya terkena tembakan pistol

yang dilakukan oleh orang Madura. Pada saat Angga didalam kerusuhan ini

dia belum menjadi Polisi, karena usia Angga pada saat itu masih 19 tahun.

Seiring berjalan waktu angga memiliki banyak teman orang Madura,

ada beberapa teman dekatnya yang merupakan orang asli keturunan

Madura yang pernah tinggal di Sambas. Dan anggapun tidak

mempermasalahkan itu. hingga kini, Angga sendiri masih berhubungan

dengan teman-teman lamanya yang merupakan orang Madura yang dulu

pernah bertetanggan dengannya di Kab. Sambas.

Angga merupakan sosok polisi yang pintar dan berpengalaman,

karena Angga selalu turun tangan dalam berbagai kerusuhan etnis di

Kalimantan Barat.

Informan 3:

Informan ketiga yang menjadi bagian penelitian ini adalah Fiktor

Sandi. Fiktor merupakan Guru Olahraga di SMAN4 Pontianak Kalimantan

Barat, dan ia lulusan S1 di Univ. Tanjung Pura Pontianak. Ia merupakan

keturunan Melayu Sambas yang sampai ini masih sering pulang dan pergi

Pontianak-Sambas dalam kurun waktu seminggu sekali.

Page 82: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

71

Selama di Pontianak ia tinggal di tempat kos yang tak jauh dari

sekolah tempatnya mengajar dan selama ia menjadi guru, banyak muridnya

dari etnis Madura dan merupakan korban pengungsian Konflik Sambas

1998.

Fiktor sendiri merupakan sosok guru yang ramah kepada muridnya

dan ia mudah sekali dekat dengan para wali dari murid-murid yang diajarnya.

Fiktor lumayan terkenal dikalangan persatuan Volly di Pontianak, karena

Fiktor sendiri merupakan Guru Les Volly disekolahnya mengajar.

Informan Madura

Informan 1:

Informan etnis Madura pertama yang terlibat dalam penelitian ini

adalah icung. Icung adalah seorang karyawan salah satu bengkel di

Pontianak yang sudah berkeluarga dan asli keturunan Madura. Icung

merupakan salah satu korban pengungsian akibat Kerusuhan Sambas yang

terjadi pada tahun 1999 dan pindah ke Kota Pontianak.

Icung memiliki banyak teman dekat orang-orang keturunan asli

Melayu Sambas, bahkan ada beberapa yang sudah dianggap menjadi

keluarga dekatnya. Hampir setiap hari icung bersosialisasi dengan orang-

orang Melayu, baik Melayu Pontianak maupun Melayu Sambas.

Menurut icung, keberagaman budaya yang ada di sekitar rumahnya

sekarang tidak berbeda jauh dengan yang pernah ia alami sebelumnya di

Page 83: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

72

Sambas. Tetapi icung sendiri agak sedikit kurang percaya diri dan ada rasa

takut tinggal disekitar orang-orang Sambas mengingat kerusuhan Sambas

yang pernah terjadi. Tetapi icung selalu mencoba untuk bersosialisasi seiring

berjalannya waktu, meskipun terkadang icung agak menutup diri untuk

terbuka dengan orang-orang Melayu Sambas.

Informan 2:

Informan Etnis Madura kedua adalah Sukartono, Sukartono adalah

seorang pegawai swasta di Pontianak. Ia sudah mempunyai keluarga,

dimana istrinya merupakan asli keturunan Melayu Sambas. Sukartono dan

istrinya adalah korban pengungsian Konflik Sambas 1999 yang sekarang

tinggal di Pontianak.

Sukartono dan istrinya merasa sangat nyaman tinggal di Pontianak,

karena jauh dari tempatnya dulu tinggal. Ia merasa sewaktu tinggal di

Sambas sering dikucilkan oleh warga sekitar karena etnis Madura yang

kental didalam dirinya.

Sampai saat ini Sukartono masih bersosialisasi dengan banyak orang

Melayu Sambas, terutama dalam kunjungan keluarga istrinya yang

semuanya berletak di daerah Kab. Sambas.

Informan 3:

Informan etnis Madura ketiga adalah Saniah. Saniah adalah seorang

Ibu Rumah Tangga ber-etnis Madura yang menikah dengan seorang petani

Page 84: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

73

Melayu Sambas yang beretnis Melayu, sekarang Saniah tinggal bersama

suaminya di Kota Sambas.

Saniah tinggal bersama para tetangga yang rata-ratanya beretnis

Melayu Sambas, dan Saniah merasa nyaman tinggal di Kota Sambas.

4.2.1 Pemahaman Etnis Melayu Sambas Terkait Etnis Melayu Sambas

dan Etnis Madura

1. Dika

Dalam lingkup keluarga, Dika merupakan seorang individu

yang lahir dan besar dalam budaya Melayu Sambas yang kental.

Budaya yang tertanam dalam keluarga tidak hanya karena kedua

orangtuanya asli Melayu Sambas, karena adanya budaya bahasa

yaitu bahasa Melayu Sambas yang masih dipertahankan.

“Dari kecil dirumah sudah biasa berbahasa melayu sambas, sampai akhirnya dika pindah ke kota pontianakpun dirumah sudah dibiasakan berbahasa melayu sambas. Jadi sampai sekarang dika lancar berbahasa Melayu Sambas”.

Proses penanaman dan pemahaman budaya yang didapat

Dika merupakan lingkungan dimana ia terbentuk sebagai bagian

dari anggota keluarga sehingga pemahaman budaya dan praktek

penggunaan bahasa dan budaya Melayu Sambas mengakar tidak

hanya secara individu, namun dalam tataran keluarga. Tataran

tersebut membuat dika semakin kenal akan kebiasaan yang ada

pada etnisnya sendiri

Page 85: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

74

“Ramah, tapi rata-rata semua orang Melayu dimanapun itu ramah, lembut juga. Baik enggaknya kan tuh masing-masing orang ya, cuman kalo kebanyakan untuk Melayu sih ya ramah sesame Melayu misalnya, sesame Madura juga.

Sebagai seorang Melayu Sambas dan hidup yang

menjungjung tinggi budaya Melayu Sambas, Dika ternyata adalah

seorang turunan Kerajaan Melayu Sambas.

“Dika nih lumayan paham kebiasaan keturunan dika, karena kebetulan Dika nih turunan langsung dari kerajaan Melayu Sambas, makanye nama Dika nih ada Uraynya. Nama Uray di Kalimantan Barat sendiri biase dipakai same orang-orang keturunan keraton Melayu Sambas”.

Dalam kehidupan sehari-hari selama bertetanggan dengan

orang Madura Dika menganggap bahasa atau nada yang

digunakan orang Madura terlalu kasar dan beda dengan Melayu

dengan nada rendah atau halus. Selain itu Dika melihat etnis

Madura menganggap orang Melayu sambas itu adalah orang yang

lemah tidak seperti kebanyakan Madura yang suka menggunakan

kekerasan jika mendapati suatu masalah.

Namun demikian dari segi pekerjaan mayoritas yang

dijalani oleh orang Madura sangat berbeda dengan etnis Melayu,

orang Madura dianggapnya kebanyakan yang bekerja di kebun

dan memiliki kebun serta memiliki rumah yang kecil. Beda dengan

Melayu rumahnya selalu ingin terlihat bagus didepan siapapun.

Dan dalam urusan agama meskipun sesame agam islam mereka

sering menjalankan ibadah secara sama-sama, namun etnis

Page 86: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

75

Madura lebih religious ketimbang dengan etnis Melayu, etnis

Madura sangat menonjolkan sisi keagamaannya daripada

etnisnya sendiri yang tidak memperlihatkan sisi keagamannya.

Dalam konteks hidup bertetangga dengan orang Madura,

Dika sudah merasa biasa dengan hidup bersama mereka tetapi

ada hal yang tidak disukainya yaitu seperti jahil, karena atas

pengalaman yang sudah dialami oleh Dika selama beberapa

tahun bertetanggaan dengan orang Madura.

Meskipun ada beberapa hal yang tidak ia sukai dari etnis

Madura, Dika adalah seorang yang sangat menerima datangnya

orang baru meskipun etnis tersebut negative dimatanya. Dia tidak

memilih teman dari etnis manapun, karena menurutnya semua

etnis sama yang membedakan hanya sifat dan kebiasaannya.

2. Angga

Sebagai seorang individu yang terlahir dalam etnis Melayu

Sambas, Angga tidak jauh berbeda dengan seorang lainnya yang

juga berasal dari budaya yang sama. Angga juga mengakui

bahwa etnis Melayu Sambas sama saja dengan etnis Melayu

biasa pada umumnya. Namun dalam hal pernikahan, Angga

mempunyai pendapat sendiri mengenai hal tersebut. Angga

berpendapat bahwa ada perbedaan antara adat pernikahan yang

Page 87: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

76

dianutnya, yaitu Melayu Sambas rata-rata pernikahannya harus

sesuai dengan adat pernikahan keturunan kerajaan Melayu

Sambas.

Kalau etnis Melayu sih sama aja kaya etnis Melayu

Lainnya. Tapi untuk segi pernikahan Melayu Sambas rata-rata

harus mengikut adat yang dipakai oleh leluhur. Dan untuk melayu

lainnya kebanyakan mereka melakukan pernikahan memakai adat

semau mereka.

Dalam memandang perbedaan antara Melayu Sambas dan

Melayu pada umumnya, Angga sangat bersemangat dalam

menjelaskan perbedaan keduanya. Dalam menjelaskan

perbedaan keduanya, Angga menggambarkan dalam bahasa

yang sederhana.

“Pernah lihat film upin-ipin kan? Kurang lebih Melayu biasa dengan Melayu Sambas sama aja, sama-sama menggunakan bahasa yang berujung “e” tetapi Melayu biasa kurang lebih itu lebih halus pengucapannya sama kaya yang ada di upin-ipin. Tapi kalau Melayu Sambas agak sedikit susah dan sulit, pengucapannya pada huruf “e” di ujung lebih kasar seperti pengucapan e di ujung pada orang Betawi yang ada di Jakarta. Dan Melayu biasa tuh banyak yang tidak mengerti bahasa Melayu kita, tapi orang kita ngerti sama ucapan mereka.”

Interaksi komunikasi yang dilakukan Angga terhadap

keluarganya, seperti istri dan kedua anak-anaknya menggunakan

bahasa Melayu biasa yang sering di pakai kebanyakan di

Kalimantan Barat, sehingga bahasa Melayu biasa sangat umum

Page 88: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

77

digunakan dalam keluarganya maupun di kehidupan sehari-

harinya sebagai polisi. Tetapi, meskipun dalam kesehariannya

Angga sering menggunakan bahasa Melayu biasa Angga tidak

pernah melupakan bahasanya sendiri. Jika berkumpul bersama

keluarga Melayu Sambas Angga sering dan lancar menggunakan

bahasanya.

“Dirumah sih sama anak-anak dan istri saya udah biasa berbicara bahasa Melayu yang biasa dipakai di Pontianak ya, soalnya kami inikan diam di Kota Singkawang bukan di Kota Sambas. Jadi udah biasa dengan bahasa Melayu biasa, apalagi kalau saya sedang dinas emang sudah biasa menggunakan bahasa Melayu. Dan buat bahasa Melayu Sambas Alhamdulillah lancar, karena saya kan asli sana. Jadi kalau kumpul keluarga udah biasa menggunakan bahasa Melayu Sambas. Itu ajasih”.

Bukan hanya paham pada bahasa yang digunakannya

saja, Angga juga sangat memahami karakteristik etnis Melayu

yang juga sudah melekat pada dirinya.

“Setau abang semua Melayu sih sama aja, cuma yang

bedakannya tuh apa ya. Ramahnya mungkin ya, sama

orang Melayu kan sabar-sabar beda dengan orang Madura

yang sukanya gak sabaran mudah marah. Kalo kita tuh

apa-apa diselesaikan dulu dengan kepala dingin, kalo

sudah naik pitam baru kita marah, sama aja kaya kejadian

kerusuhan Sambas dengan Madura tuh. Kita beberapa kali

loh diserang Madura tapi kita diam sampai akhirnya Melayu

Sambas tak terima kenalah mereka dengan kita.”

Sebagai seorang warga asli keturunan Keraton Melayu

Sambas, ada beberapa hal yang menurutnya membedakan antara

etnisnya dengan etnis Madura. Angga sendiri beranggapan etnis

Page 89: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

78

Madura merupakan etnis yang jorok ketika bersama dengan

sesam etnis Madura, tetapi yang membuat Angga sendiri bangga

yaitu etnis Madura bisa menyesuaikan jika berada dilingkungan

yang bukan berisi etnis mereka.

Tentang pekerjaan yang digeluti orang Madura sangat

beragam, tetapi Madura banyak yang ditemukan sebagai

wiraswasta dimana lebih condong ke freelance karena jarang

ditemuinya yang menjadi pegawai swasta ataupun negri yang

bekerja didalam kantoran. Dan dari segi agamapun etnis Madura

sangat taat karena ditanam sejak lahir yang mengikuti tata cara

sunnah rasul.

Sebagai seorang polisi, Angga banyak menemui etnis

Madura yang masuk dalam tindak pidana dan tidak jarang etnis

Madura terkena tindak pidana atas hal mencuri. Etnis Madura

menurutnya mempunyai dua sisi berbeda yang saling berlawan

arah dimana etnis Madura sangatlah patuh agama tapi disisi lain

mereka suka melakukan pencurian. Dan hal ini sering kali ia temui

dikota manapun yang berada di Kalimantan Barat.

Dari sekian banyak hal negatif yang ia temui, Angga tidak

pernah membedakan mana teman, tapi angga tetap berhati-hati

karena Angga tidak adalah seorang yang tidak mudah terjerumus

oelh sesuatu yang berbau hal negatif.

Page 90: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

79

3. Fiktor

Sedikit berbeda dengan dua informan sebelumnya, Fiktor

merupakan seorang individu yang berasal dari keturunan Melayu

Sambas (ayah) dan Madura (Ibu) yang besar di Kota Sambas.

Fiktor mengerti kedua bahasanya tapi hanya bisa berbahasa

Melayu biasa dan Melayu Sambasnya saja, karena kesehariannya

Fiktor dari kecil sudah dibiasakan dikenalkan bahasa dan budaya

Melayu Sambas.

“Saya sendiri sih sebenerannya keturunan budaya campuran, ayah saya dari Melayu Sambas dan Ibu saya asli Madura. Tetapi saya sendiri lahir dan besar di Kota Sambas, begitu pula dengan bahasa yang saya gunakan selama di Kota Sambas yaitu Melayu Sambas. Untuk bahasa Madura saya hanya paham tapi tidak bisa berbicara. Mungkin itu karena saya sudah biasa berbicara bahasa Melayu Sambas makanya tidak bisa bahasa Madura, tetapi untuk bahasa Melayu yang biasa digunakan di Pontianak saya bisa.” Tidak hanya berbicara, Fiktorpun memahami budayanya

sendiri seperti perbedaan nada bahasa yang digunakan

“Perbedaannya ada ya, dari bahasa pasti ada. Mereka Madura cenderung berbahasa Madura dan melayu Sambas cenderung berbahasa Melayu. Untuk nada tingginya mereka ngomong ada nadanya, nada bicaranya mungkin kedengeran orang kasar tapi ada lagunya gitu. Kalo Melayu apa adanya seperti itulah agak halus atau nadanya rendah ya”. Dalam konteks berbahasa Fiktor sama seperti dua informan

etnis Melayu lainnya, Fiktor beranggapan bahwa Madura

menggunakan nada yang tinggi sehingga orang-orang

Page 91: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

80

beranggapan bahwa Madura itu kasar beda dengan melayu yang

seringkali menggunakan nada rendah.

Adapula tanggapan Fiktor mengenai cara pandang Etnis

Madura melihat orang Melayu, orang Melayu dimata mereka

sangatlah ramah karena tidak membedakan etnis manapun.

Dalam konteks pekerjaan Etnis Madura kebanyakan adalah

bertani dan berternak, etnis Madura kebanyakan tinggal didaerah

tempat etnis Madura tinggal. Jarang etnis Madura yang ditemui

tinggal campur bersama etnis lain maupun etnisnya sendiri.

Sesama agama islam dengan orang-orang Madura

kebanyakan yang pernah ia temui, ia beranggapan agamanya

semua sama hanya tata cara shalat yang dilakukan oleh orang

Madura sangatlah cepat baik dalam pembacaan solat maupun

gerakan shalat. Begitupula dalam kegiatan yang diadakan etnis

Madura seperti Isra Mi‟raj, etnis Madura selalu menyediakan

masakan khas Madura itu sendiri berbeda dengan etnisnya yang

selalu menyediakan makanan apa adanya.

Fiktor melihat banyak sekali perbedaan yang ditemui, dari

semua perbedaan adapun Fiktor melihat dari segi berpakaian

yang etnis Madura kenakan. Etnis Madura lebih condong

gemerlap karena sering memakai perhiasan dimanapun tempat.

Meskipun begitu, Fiktor adalah orang yang terbuka kepada

Page 92: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

81

siapapun termasuk kepada etnis Madura, orang-orang yang

pernah mencuri hasil padi di Sawahnya tempat ia dulu tinggal.

4.2.2 Pemahaman Etnis Madura terhadap etnis Madura dan Melayu

Sambas

1. Icung

Icung merupakan seorang kepala keluarga asli keturunan

Madura dari kedua orangtuanya, dari kecil Icung sudah biasa

diajarkan bahasa Madura oleh kedua orangtuanya sampai-sampai

sudah dibiasakan sehari-hari didalam lingkungan keluarganya

sendiri.

“Abang itu pintar berbahasa Madura dan Melayu, tetapi untuk Melayu tetap logat lebih condong ke Madura, karena dari kecil ketika di Sambas bersama keluarga sudah dibiasakan berbahasa Madura tetapi bergaul dengan orang-orang Melayu Sambas disana. Untuk bahasa saya sendiri nih pandai sekali bahasa Madura karena sampai sekarang kalau dirumah bersama keluarga abang ada pakai bahasa Madura.

Icung sudah menikah dengan istri yang asli keturunan

Madura, komunikasi yang sering digunakan dirumah yaitu bahasa

Madura. Dan selalu dibiasakan setiap hari kepada anaknya yang

semata wayang.

:Kebetulan istri saya juga asli keturunan Madura tetapi lahir di Pontianak, jadi berbicara dirumahpun kami nih menggunakan bahasa Madura. Kami memang sengaja

Page 93: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

82

sering menggunakan bahasa Madura agar anak kami yang semata wayang terbiasa berbahasa Madura”.

Icung memang pandai berbahasa Madura dan rajin

berkumpul bersama keluarganya yang sesame madura, tetapi

ternyata Icung tidak mengikuti kebiasaan seperti berbusananya

orang Madura. Karena menurut Icung kebiasaan berbusana orang

Madura adalah busana yang ketinggalan jaman.

“Biarpun abang ini pandai bahasa Madura dan sering kumpul keluarga sesame madura, tetapi abang ndak pernah memakai celana mengatung apalagi kemana-mana selalu pakai peci terus senang memakai kemeja kotak-kotak seperti orang Madura disini. Karena menurut saya hal itu sangatlah norak. Dan itu bener adanya kah, Madura memang rata-rata pake celana suka ngatung.”

Didalam berbusana icung memang tidak mengikuti busana

etnisnya sendiri, tapi icung ternyata tinggal disekitar kerumunan

yang isinya orang Madura semua.

“Kalo itusih abang sendiri tinggal dikomplek yang isinya Madura semua, paling ada tetangga abang nih beberapa jak cuma 3-4 keluarga yang berasal dari Melayu Sambas.”

Adapula tanggapan Icung mengenai etnisnya dimata orang-

orang Melayu dimana orang Madura dimata orang Melayu itu

berbahasa kasar.

“satu tuh keras terus istilahnya itu kasar. Emang ciri khas orang Madura gitu ndak mau ngalah”

Icung adalah seorang mekanik bengkel yang sering

bertemu dengan etnis Melayu, dan Icung beranggapan bahwa

etnis Melayu suka menjaga tingkah laku serta pedendam berbeda

Page 94: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

83

dengan Madura yang apa adanya. Icung mengakui tentang berita

bahwa etnis Madura kebanyakan suka mencuri karena Icung

sendiri sering mengalami hal tersebut ketika ia tinggal di Kota

Sambas.

Icung merupakan korban kerusuhan masih mempunyai

rasa sakit hati atas kejadian dimana icung diusir paksa dari

tempatnya dulu tinggal, tapi lambat laun Icung bisa

memendamnya dan menerima kejadian tersebut. Sekarang Icung

bergaul seperti orang lain pada umumnya, sama-sama menerima

siapapun untuk berteman dengannya.

2. Sukartono

Sukartono adalah seorang kepala keluarga yang terlahir

dari keturunan Madura yang menikah dengan orang Melayu

Sambas. Dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam lingkup

keluarganya hidup menggunakan bahasa campuran.

“Madura asli, ketemu jodoh kebetulan orang Melayu dari Sambas.” “sebelum, kalau tidak salah tahun 1997. Saye menikah dengan dia sewaktu saye nih ada tinggal di Kota Sambas sebelum terjadinya kerusuhan di Sambas. Sampai akhirnya saye nih diusir secara halus karena kerusuhan tuh, lalu tinggal lah saya di Kota Pontianak bersama istri saya itu. Saya ade paham semua bahasa dimulai dari Melayu biase sampai Melayu Sambas begitupula ucap Madura sangat pandai.” Mengenai kebiasaan orang Madura Sukartono mengakui

kebenaran bahwa orang Madura mempunyai logat yang kasar

atau bernada tinggi beda dengan Melayu.

Page 95: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

84

“kalo orang sini bilang kan kami agak kasar, kalo Melayu ini kan endak agak haluslah.”

Sukartono menjelaskan, selain berpakaian orang Madura

juga senang tinggal menyendiri dengan orang-orang Madura saja.

Seperti kebanyakan acara keagamaan yang diadakan oleh orang

Madura pun rata-rata diperuntukan untuk orang Madura saja,

karena isi ceramahnya pun digunakan dengan bahasa Madura

sendiri.

“Wah, saya bukannya tak mau gabung dengan orang selain Madura. Tetapi, saya nyaman tinggal bersama kawan-kawan sesame kamik. Merasa aman jak pasca kerusuhan di Sambas tuh. Dan bukan cuma Madura di Komplek saya jak yang tinggal menyendiri, banyak tempat sampai pelosok-pelosok didalam hutan tuh, beberapa daerah isinya Madura semue. Emang orang kamik nih suka bekumpul bersame kawan dari orang Madura. Begitupun acara Maulid atau pengajian bulanan, ya kamik ada pakai ustad-ustad dari Madura. Tak jarang isi ceramahnya pun pakai bahasa kamik.”

Dalam hal pekerjaan menurut Sukartono sendiri ada

pembagiannya sendiri antara Melayu Sambas dan Madura.

“Gak pengaruh sih sama. Kalo Madura rata-rata petani tapi ndak ada nelayan terus banyak yang ada buka usaha juga dan kalo Melayu campur banyak pegawai, nelayan ya seimbang.”

Dalam konteks kehidupannya tinggal bersama orang

Melayu Sambas, Sukartono beranggapan etnis Melayu

kebanyakan suka mengalah dan berbeda dengan etnisnya yang

terkadang mudah tersinggung. Meskipun begitu, Sukartono masih

tidak terima jika etnisnya itu suka dikatakan sebagai pencuri,

Page 96: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

85

karena menurutnya walaupun etnis Madura sudah meninggalkan

Kota Sambas pencurian tetaplah masih sering terjadi.

3. Saniah

Saniah adalah orang asli keturunan Madura yang tinggal di

Kota Sambas yang bekerja sebagai petani bersama suaminya.

Saniah bertempat tinggal bersama orang Melayu disekitarnya.

“Iya benar, bapak ibu saya Madura asli dan dari kecil ada tinggal sama orang-orang yang dikelilingin sama Melayu.”

Sebagai seorang individu yang lahir sebagai orang Madura,

Saniah paham betul akan sifat yang dimiliki oleh etnisnya

“bahasasih jelas beda, kitapun udah lama diam di Sambas

pakai Melayu Sambas masih banyak tau kalo sayanih

orang Madura karena keliatankan dari logat medoknya

agak tinggi nadanya beda dengan orang Melayu Sambas.”

“ya biasa jak, tadi sih itu paling gesit orangnya sama

banyak yang muka dua itupun katanya, tapi saya akuin sih

rata-rata nih ya ndak semue ya gak sabaran apa-apa mau

cepat dan gampang sekali tersinggung. Penilaiain orang

kan macam-macam ya itu yang saya tausih.”

Dari banyak pekerjaan yang ada di Kalimantan ada

pendapat Saniah yang membedakan mengenai pekerjaan yang

masing-masing digeluti oleh kedua etnis masing-masing.

“Sayasih litanya sama semua, tapi Madura banyak jadi petani dan buka usaha sih kaya sate atau buka lamongan. Kalo Melayu kan banyak yang jadi pegawai kantoran, tp ada juga Madura yang kantoran cuman endak banyak kaya Melayu.”

Page 97: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

86

Sehubungan rata-rata orang Madura dan Melayu sambas

beragama islam, tapi ada yang membedakan dari tata cara

menjalankan ibadahnya.

“Adasih kaya tata cara solat Madura tuh cepat tapi kalo ikut di Melayu lama, tapi kalo urusan taat Madura ikut sekali sama sunah rasul yang ada ya. Kaya taat agama gitu, semua orang kita tuh tentang agama islam ya nomor satu. Liat sendiri kan pesantren-pesantren disini tuh banyak diisi sama yang punya pasti orang kita.”

Sebagai etnis Madura yang tinggal di sekliling etnis Melayu,

Saniah masih suka merasa ada yang berbeda dengan etnisnya

sendiri, ia merasa etnis Melayu Sambas sering ditemukan suka

merasa curiga dengan etnis Madura, begitupula dengan sikap

etnis Melayu Saniah merasa etnis Melayu adalah etnis yang

lamban dalam mengerjakan sesuatu dan itu sudah dialaminya

selama serumah dengan suaminya yang beretnis Melayu

Sambas.

Meskipun berada di sekeliling etnis Melayu Sambas,

Saniah tidak pernah merasa takut jika suatu saat diusir Karena

sudah merasa dekat dengan etnis Melayu sambas sampai

dianggap sanak saudaranya sendiri.

4.2.3. Pengalaman Komunikasi Antar Etnis

1. Dika

Page 98: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

87

Dalam kehidupan sehari-hari, ia mengaku seringkali

bergaul dengan etnis Madura dengan membagikan makanan

karena saling bertetanggan. Dan dalam lingkungan kampusnya

dika memiliki banyak teman dari etnis Madura, Dika tidak pernah

mempermasalahkan berteman dengan etnis Madura meskipun

kebanyakan etnis Madura yang ditemukannya bersifat negatif.

Dika sendiri tidak pernah tertutup dalam melakukan hal apapun

yang berhubungan dengan etnis Madura, ketika hari raya tibapun

Dika sering mengunjungi satu sama lain untuk bersilaturahmi dan

berinteraksi sesama agama muslim.

Kemampuan Dika sendiri mengenal budaya Melayu

Sambas sangatlah luas dan kompleks karena kebiasaannya yang

sering selalu menjunjung tinggi budayanya sendiri

2. Angga

Sebagai seorang polisi, angga mengaku banyak berteman

dengan etnis Madura. Angga sering berkunjung satu sama lain

ketika ada pertemuan, ia juga mengaku senang bertamu dengan

etnis Madura karena etnis Madura sangatlah menerima

keberadaannya walaupun berasal dari Melayu Sambas dan ia

sendiri belum pernah mendapat perlakuan yang tidak

menyenangkan sehingga sampai ini ia masih berteman baik

dengan etnis Madura yang ia kenal.

Page 99: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

88

3. Fiktor

Fiktor merupakan seorang guru yang mengajar olahraga,

dan dalam lingkungan sekolah tempat ia mengajar ia menemukan

banyak etnis Madura dan saling berinteraksi satu sama lain.

Banyak pembicaraan yang Fiktor lakukan dengan muridnya,

namun lebih banyak mengenai hal olahraga. Selain itu ia juga

sering melakukan interaksi dengan Madura dalam melakukan

kegiatan ibadah dan membicarakan tentang kagamaan yang

dianutnya yaitu agama islam.

4. Icung

Icung merupakan seorang mekanik bengkel yang bekerja

dengan orang Melayu Sambas, icung sering melakukan

percakapan denga etnis Melayu Sambas dalam kegiatan otomotif.

Adapula pertemuan-pertemuan kecil yang sering icung lakukan

dalam berinteraksi dengan etnis Melayu Sambas, dan hal itu

sudah menjadi biasa rutinitas sehari-hari yang sering ia jalani baik

dengan customer ataupun dengan pemilik bengkel tempat ia kerja.

5. Sukartono

Dalam kehidupan sehari-hari Sukartono sering melakukan

interaksi dengan etnis Melayu Sambas, karena istrinya yang

tinggal dirumahnya berasal dari Melayu Sambas. Sukartono tidak

pernah mempermasalahkan pengusiran yang pernah terjadi

Page 100: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

89

terhadapnya, karena sampai sekarang Sukartono masing sering

melakukan interaksi dengan etnis Melayu Sambas ketika

mengantar istrinya pulang ke kampong halamannya.

6. Saniah

Interaksi yang dilakukan Saniah dengan etnis Melayu

Sambas terbilang cukup sering, karena Saniah sendiri tinggal di

Kota Sambas yang mayoritas beretnis Melayu Sambas. Dan

saniah tidak pernah mempersalahkan perbedaan ras yang terjadi,

Saniah merasa sangat aman karena tetangga disekitarnya sangat

dekat dengannya, hampir setiap sore Saniah berinteraksi dengan

tetangganya yang beretnis Melayu Sambas. Meskipun ada

beberapa hal yang ia tidak sukai mengenai etnis Melayu Sambas,

Saniah tidak pernah mendapat perlakuan yang tidak

menyenangkan dari tetangganya.

4.2.4 Mindfulness Yang Muncul Dalam Interaksi Antar Etnis Melayu

Sambas Dan Etnis Madura

Ketika setiap pihak dari etnis berbeda telah merasakan adanya

mindful, maka bentuk kecemasan dan ketidakpastian di dalam

komunikasi antar etnis pun semakin memudar. Interaksi dan

komunikasi yang terjadi lebih mengarah pada bagaimana proses

sosial suatu etnis merasa diterima di etnis lainnya. Hal ini kemudian

Page 101: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

90

menimbulkan dampak positif didalam interaksi antar etnis. Kondisi

positif ini, secara spesifik, lebih di sebabkan karena adanya

perubahan pola pikir dalam melihat nilai positif sebuah budaya serta

adanya motivasi untuk berinteraksi, dan didukung oleh adanya

kecakapan berinteraksi masing-masing pihak.

Pengalaman di masa lalu yang memiliki ketertarikan erat

dengan suatu kebiajakan dimana etnis Madura tidak diperbolehkan

lagi tinggal di Kota Sambas yang berdampak pada cara pandang etnis

Melayu Sambas yang cenderung diskriminatif terhadap etnis Madura

memberikan sebuah penggambaran bahwa hubungan komunikasi

antar kedua etnis cenderung memberikan atmosfer kecemasan dan

ketidakpastian. Kondisi itu diperparah dengan adanya prasangka

negatif etnis tertentu terhadap etnis lainnya. Dengan kata lain, ada

sebuah bentuk ketidaktulusan didalam komunikasi antar etnis

sehingga hubungan yang tercipta lebih mengarah pada hubungan

konflik daripada keharmonisan antar etnis. Kondisi yang telah

berlangsung cukup lama ini kemudian mengalami sebuah perubahan

yang juga dipicu oleh adanya perubahan waktu dan adanya

komunikasi antar sesama etnis.

Kondisi mindful dalam hubungan antar etnis Melayu Sambas

dan Madura mulai dirasakan ketika terhadap perubahan itu memiliki

dampak positif didalam interaksi dan komunikasi antar etnis Melayu

Sambas dan etnis Madura. Atmosfer positif yang lahir dalam interaksi

Page 102: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

91

dan komunikasi social antar etnis tersebut mengarah pada adanya

bentuk kebebasan dalam menjalankan budaya, terutama etnis Madura

dalam menjalankan tradisi budayanya, serta minat dan ketertarikan

etnis Melayu Sambas dalam memahami dan bahkan mempelajari

budaya etnis Madura, berupa.

Setting atau latar permukiman seperti yang tercemin diwilayah

penelitian ini diambil sangat memungkinkan kontak atau adanya

komunikasi antar kelompok berlangsung dalam intensitas yang tinggi.

Ekspresi yang seperti itu pada gilirannya dapat mengurangi

hambatan-hambatan komunikasi antar budaya (etnis). Dalam tataran

konseptual, Gudykunst dan Kim (1997:286-287) mengajukan hipotesis

yang menyatakan bahwa jika kontak (komunikasi) berlangsung dalam

kondisi-kondisi yang menguntungkan, maka kontak tersebut dapat

menurunkan intensitas prasangka dan diskriminasi.

Selain itu, lingkungan pemukiman yang tercermin di wilayan

penelitian ini sudah terbentuk lama dan juga member kontribusi bagi

munculnya apresiasi terhadap perbedaan-perbedaan kultural, karena

setiap orang dari kelompok etnis yang berbeda sudah saling

mengenal dengan baik karakteristik kultural masing-masing. Namun,

pada sisi yang lain tentu tidak bisa diharapkan, lingkungan semacam

itu terdapat dimana-mana atau diterapkan di berbagai tempat. Dengan

demikian, faktor yang masih bisa dilihat dan memiliki peran dominan

Page 103: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

92

adalah kecakapan atau kompetensi yang dimiliki oleh setiap orang

ketika terlibat dalam komunikasi antar etnis.

4.2.4.1. Pengetahuan Budaya Antar Etnis

Dilihat dari interaksi atau komunikasi di antara mereka,

ternyata dapat berlangsung dalam intensitas yang tinggi. Hal

ini dimungkinkan karena kehidupan tempat mereka tinggal

yang dijalaninya sehari-hari dari kedua etnis tersebut.

Fenomena tersebut membantu memberikan sebuah

akses informasi menghadirkan rasa ketertarikan satu sama

lain dalam berinteraksi,sehingga kondisi masyarakat yang

tercipta mengalami pembaruan yang tidak lagi bersifat statis

hanya dengan mengetahui budaya dari etnis sendiri saja.

Ketertarikan yang muncul dan minat yang tinggi dalam

memahami satu sama lain berkonsekuensi positif terhadap

cara pandang dari setiap individu untuk secara bersama

membuka diri terhadap berbagai macam perbedaan budaya

yang ada.

Setiap informan yang memberikan penjelasan

menyepakati satu hal, yaitu memahami etnis satu sama lain

akan memberikan nilai positif bagi individu itu sendiri maupun

hubungan komunikasi antar etnis. Secara umum, para

informan menilai bahwa pengetahuan setiap etnis dalam

Page 104: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

93

memahami budaya lain dapat menjadi sebuah proses

pembelajaran mengenai suatu hal secara mendalam dan

memberikan dampak positif didalam mengenal karakter

seseorang. Nilai positif yang terkandung didalam memahami

budaya suatu etnis, tidak hanya memberikan pengetahuan

baru bagi etnis lain, juga memberikan pemahaman yang lebih

mendalam bagi etnis budaya tersebut. Adanya pemahaman

yang sama mengenai budaya akan menjadi modal awal dalam

memulai interaksi dengan etnis lainnya.

Selain itu, para informan juga menjelaskan bahwa

dengan memahami budaya lain akan memberikan

pemahaman sekaligus menyadarkan bahwa memang ada

perbedaan antar etnis. Dengan menyadari perbedaan yang

ada, maka diperlukan sebuah kesadaran dan keterbukaan dari

masing-masing pihak dalam memahami budaya etnis lainnya,

sehingga dapat tercipta pembaruan masyarakat antar etnis

dan sebuah keragaman budaya yang memiliki keunikan

masing-masing.

4.2.4.2. Motivasi Antar Etnis

Dalam interaksinya antara satu etnis dengan etnis lain,

masyarakat etnis Madura yang diwakili tiga informan

menjelaskan bahwa memang terdapat berbagai bentuk

Page 105: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

94

diskriminasi yang sering terjadi sekaligus masih adanya

prasangka-prasangka negative atau stereotipe yang

mengganggu interaksi dan komunikasi antar etnis. Meski

begitu, adanya perubahan cara pandang dari masyarakat

Melayu yang tidak memandang perbedaan etnis sebagai hal

yang patut dihindari, serta adanya keterbukaan didalam

memahami etnis Madura membuat batasan komunikasi yang

pernah ada, menjadi runtuh.

Disisi lain, adanya pola pikir etnis Madura yang

memandang bahwa tidak semua etnis Melayu Sambas

berpikir negatif terhadap etnis Madura dan seiring berjalannya

waktu dengan timbulnya komunikasi satu sama lain yang

saling membutuhkan kini sudah tidak lagi diskriminatif

membuat masyarakat etnis Madura tidak lagi membuat jarak,

namun justru berani berinteraksi dan berkomunikasi tanpa

melihat perbedaan etnis. Terlebih lagi hubungan yang tercipta

sama sekali tidak menekankan pada etnis dari individu

tersebut, namun lebih kepada karakter personal dari setiap

individu. Hal serupa juga menjadi dasar pemikiran etnis

Melayu Sambas. Setting atau latar kejadian yang dimiliki oleh

informan yang berdampak pada perubahan pola pikir

masyarakat Melayu Sambas berdampak linier terhadap pola

pikir etnis Melayu Sambas dalam memandang etnis tionghoa

Page 106: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

95

adanya keterbukaan dalam masing-masing pihak membuat

pola interaksi dan komunikasi antar etnis berubah menjadi

sebuah proses pembauran yang lebih cair.

Upaya mewujudkan motivasi-motivasi berkaitan dengan

kategori motivation to interact (motivasi untuk berinteraksi)

yang terdiri dari aksioma-aksioma need for predictability

(kebutuhan terhadap prediktabilitas), need for group inclusion

(kebutuhan untuk tergabung dalam kelompok), dan need to

sustain self-concept (kebutuhan untuk mempertahankan

konsep diri). Baik etnis Melayu Sambas maupun etnis Madura

memiliki motivasi yang besar untuk mengetahui tentang

berbagai hal baik tentang budaya maupun tentang hal-hal

personal. Motivasi tersebut mendorong mereka untuk

berkomunikasi satu sama lain agar memperoleh informasi dan

pengetahuan yang mereka ingin ketahui. Informasi dan

pengetahuan tersebut mereka butuhkan untuk dapat

memprediksi sikap dan perilaku satu sama lain.

4.2.4.3 Kecakapan Berinteraksi

Kesenjangan komunikasi yang pernah ada diantara

etnis Madura dan Melayu Sambas mulai diruntuhkan dengan

adanya motivasi dari masing-masing pihak untuk membuka

Page 107: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

96

diri terhadap perbedaan. Proses keterbukaan ini menjadi titik

poin bagi keharmonisan antar etnis. Motivasi yang muncul dari

masing-masing pihak tidak terlepas dari adanya pemahaman

etnis Melayu Sambas yang memandang bahwa budaya

tionghoa merupakan nilai positif yang perlu di ketahui

sekaligus dipelajari.

Pemahaman motivasi untuk saling membuka diri antar

etnis menjadi sebuah titik awal dalam memulai interaksi di

tengah-tengah masyarakat. Proses pembauran yang kini telah

Nampak, dapat menjadi gambaran bahwa masing-masing

etnis telah mampu menunjukan kecakapan interaksi dengan

etnis lainnya. Proses oprasional dalam bersosial antara etnis

tionghoa dan etnis non tionghoa memberikan gambaran luas

mengenai adanya proses interaksi antar etnis yang lebih cair

dan terbuka, meski semuanya belum maksimal.

4.2.4.4 Memahami Perbedaan

Berbagai macam perbedaan budaya diantara peserta

Indonesia dan Polandia merupakan hal yang paling sering

memunculkan anxiety dan uncertainty pada diri mereka.

Namun hal tersebut tidak menghambat komunikasi diantara

mereka dikarenakan mereka memiliki kesadaran budaya yang

tinggi bahwa budaya yang satu sangat berbeda dengan

Page 108: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

97

budaya-budaya yang lain. Kesadaran budaya tersebut

merupakan salah satu kecakapan komunikasi antarbudaya

yang mindful. Dengan memiliki kesadaran budaya yang tinggi,

kedua etnis dapat bersikap secara mindful dalam mengelola

anxiety (kecemasan) dan uncertainty (ketidakpastian) yang

disebabkan oleh perbedaanperbedaan tersebut. Sikap mereka

sesuai dengan karakteristik mindfulness, yaitu being open to

new information dan being aware of more than one

perspectives.

4.2.4.5 Membangun Kedekatan Personal

Terjalinnya kedekatan personal antara peserta

Indonesia dengan peserta Polandia merupakan hal penting

yang terjadi diantara mereka sebagaimana mereka telah

berkomunikasi antarbudaya secara mindful. Meskipun berasal

dari kebudayaan yang sangat jauh berbeda, akan tetapi

dengan adanya pengetahuan antar kedua budaya, motivasi

untuk berinteraksi, kecakapan berinteraksi dan pemahaman

terhadap perbedaan mereka dapat menjalin kedekatan

personal diantara satu sama lain.

Kedekatan antar kedua budaya tersebut tidaklah

seketika terjalin saat pertama mereka bertemu. Namun

mereka tidak memerlukan waktu yang lama untuk bisa akrab

satu sama lain. Hal itu disebabkan karena mereka sangat

Page 109: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

98

sering berkomunikasi. Hal itu sesuai dengan aksioma quality

and quantity of contact (kualitas dan kuantitas hubungan)

dalam AUM Theory. Semakin seringnya mereka

berkomunikasi, semakin banyak hal-hal yang mereka

bicarakan, dan semakin akrablah mereka. Semakin

banyaknya waktu untuk berkomunikasi menambah

pengetahuan tentang satu sama lain, sehingga mereka

semakin dapat mengelola anxiety dan uncertainty.

Selain itu, etnis Melayu Sambas dan etnis Madura juga

menjadi akrab dikarenakan situasi-situasi yang mengharuskan

mereka bekerjasama, misalnya saat bekerja ataupun dalam

berumah tangga. Hal tersebut sesuai dengan aksioma

cooperative tasks (bekerjasama). Dalam bekerjasama

tentunya mereka harus berkomunikasi dan memahami satu

sama lain. Adanya kedekatan personal memunculkan empati

pada diri antar kedua budaya tersebut ketika peserta lain

menceritakan permasalahannya. Hal tersebut sesuai dengan

aksioma empathy (empati). Bersikap empati juga merupakan

salah satu kecakapan komunikasi antarbudaya yang mindful.

4.2.5. Etnik Melayu Sambas dan etnik Madura; Face Negotiation Theory

Baik masyarakat etnik Melayu Sambas maupun etnik Madura

dipastikan terlibat langsung pada kerusuhan sambas 1999 baik

Page 110: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

99

sebagai pelaku penyerangan maupun sebagai korban. Pada saat itu

masing-masing etnik terlibat baik menjadi pelaku pada saat tawuran

massal, kontak bersenjata, penyerangan-penyerangan antar desa,

sebagian besar yang tidak ikut perang terbuka pergi mengungsi

termasuk diantaranya perempuan dan anak-anak. Di daerah-daerah

lain yang letaknya cukup jauh dari lokasi-lokasi pecahnya

pertempuran terlibat aktif sebagai penerima dan tempat menampung

para pengungsi, utamanya yang memiliki latar belakang etnik dan

agama yang sama dengan pengungsi, ada juga kasus-kasus khusus

dimana mereka membantu pengungsi yang berbeda identitas etnik

dan agamanya karena memiliki hubungan dekat maupun balas budi,

tetapi biasanya pengungsi seperti ini tidak lama, dan langsung

diungsikan ke tempat yang menurut mereka aman, karena mereka

juga tidak mau di cap penghianat oleh kelompoknya.

Ditinjau dari teori negosiasi wajah maka wajah-wajah kelompok

yang berkonflik berubah, „penampilan‟ masing-masing di mata

kelompok lainnya juga mengalami perubahan yang mencolok. Wajah-

wajah etnik Madura bergeser ke arah negatif dan Melayu Sambas ke

arah positif serta mengalami kerusakan. Proses-proses facework

kemudian terjadi baik pada saat kerusuhan maupun pasca kerusuhan

1999. Perubahan „wajah‟ secara drastis dari masing-masing kelompok

ini terjadi sejak konflik Sambas 1999, perubahan ini secara tidak

langsung mempengaruhi persepsi satu kelompok terhadap kelompok

Page 111: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

100

lainnya yang berada di wilayah-wilayah luar dari Kota Sambas,

sehingga kemudian memperluas ekskalasi konflik yang terjadi.

Di beberapa tempat proses-proses negosiasi dan interaksi dari

dua kelompok khususnya etnik Melayu Sambas dan Madura berjalan

lebih baik. Komunikasi yang terbangun antara kedua kelompok juga

sudah hampir seperti pada saat sebelum konflik. Di Kota Sambas

misalnya, disana terdapat 1 wanita yang beretnis Madura dan hidup

rukun bersama para tetangga lain yang beretnis Melayu Sambas.

Padahal ketika konflik sudah ada perjanjian yang berisikan etnis

Madura dilarang lagi menginjak tanah yang ada di Kabupaten

Sambas, tapi seiringnya berjalan waktu masyrakat etnis Melayu

Sambas bisa menerima keberadaan etnis Madura. Interaksi antar

kedua etnis ini sudah bisa dikatakan normal seperti sedia kala untuk

beberapa kota. Sehingga bisa dikatakan proses- proses facework

untuk mengembalikan „wajah‟ dari masing-masing kelompok terjadi

dalam frekuensi dan intensitas yang cukup tinggi.

Manusia memperoleh dan mengembangkan identitas mereka

melalui interaksi mereka dalam kelompok budaya mereka,

perkembangan identitas selanjutnya, menjadi proses dalam

bersosialisasi budaya yang dipengaruhi oleh budaya lain, dan

perkembangan pribadi. Identitas sosial, dibangun dari identitas pribadi

terdiri dari karakteristik yang membuat seseorang berbeda dari orang

lain di kelompoknya. Karakteristik itu membuatnya unik dan

Page 112: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

101

bagaimana seseorag memandang dirinya sendiri. Markus dan

Kitayama dalam Samovar (2010:192) menyatakan bahwa orang yang

berasal dari budaya yang berbeda memiliki pandangan yang berbeda

mengenai dirinya, orang lain, dan ketertarikan diantara keduanya.

Orang yang berasal dari etnis Melayu Sambas menunjukan

perbedaaan dengan etnis Madura, namun mereka yang berasal dari

budaya kolektif cendrung menekankan keanggotaan mereka dalam

suatu kelompok atau hubungan mereka dengan yang lainnya.

Identitas diri sebagai susunan gambaran diri masing-masing etnis

sebagai seseorang. Dalam budaya Yunani, identitas di pahami

sebagai sesuatu yang bersifat pribadi dan seseorang melihat diri

bertentangan atau berbeda dengan identitas yang lain.

Antar etnis Melayu Sambas dan etnis Madura, memiliki

kesamaan sekaligus perbedaan dalam membangun identitas sosial

sesame etnis. Fenomena ini dilatar belakangi oleh letak geografis,

sejarah serta bentuk pola pikir antar etnis masing-masing yang

ditanam sejak keciil. Misalnya pada etnis Madura sudah ditanamkan

sejak kecil harus membantu orang tua bertani atau berjualan sehingga

tertanam sampai besar menjadi seorang pedagang ataupun berkebun.

Hal itu berdampak besar pada kebutuhan sesame etnis, karena dari

kecil kebiasaan nenek moyangnya terlibat di dalamnya. Namun, hal ini

terkadang terjadi konflik karena identitas antar etnis yang dibangun

cenderung pada pola budaya individualisme. Sementara itu etnis

Page 113: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

102

Melayu Sambas sudah ditanam sejak kecil harus melakukan jenjang

pendidikan setinggi mungkin, sehingga terbiasa sampai besar

mendapat pekerjaan sesuai dengan pendidikan yang diambil dimana

kebanyakan etnis Melayu Sambas menjadi pegawai swasta ataupun

negri yang bekerja didalam ruangan (kantoran).

Adapula yang membangun identitas diri masing-masing seperti

etnis Madura yang kebanyakan tinggal disekitar sesame etnisnya

membuat pemikiran etnis Melayu Sambas bahwa etnis Madura adalah

etnis yang kurang terbuka. Ditambah lagi seperti banyaknya

pendidikan yang dibangun oleh etnis Madura serta di isi dengan etnis

Madura juga, seperti sekolah dan juga pesantren. Kebiasaan

kehidupan berkelompok orang Madura membuat pola pikir yang

negatif di kalangan etnis Melayu, tetapi seiringnya berjalan waktu hal

seperti itu tidak pernah dijadikan permasalahan dalam berkomunikasi

antar sesama etnis.

Ini semua tidak lepas dari keterkaitannya pasca konflik Sambas

1998, bahkan hal ini dapat berujung pada stereotype. Stereotype

merupakan pengelompokan bentuk kompleks dari pengelompokan

yang secara mental mengatur pengalaman seseorang dan

mengarahkan sikap orang tersebut dalam menghadapi orang tertentu

(Turner, 2008:159). Semenjak konflik tersebut terjadi banyak etnis lain

yang ada di Kalimantan Barat termasuk Melayu Sambas menganggap

Page 114: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

103

bahwa etnis Madura itu sebagai pencuri. Dan dalam melakukan

pencurian tersebut etnis Madura sangatlah identik melakukannya

secara berkelompok dan diam di suatu tempat yang berdominan

orang-orang yang berasal dari etnis Madura semua, sehingga

menimbulkan pola pikir yang negatif bagi etnis Melayu Sambas seperti

timbulnya rasa curiga dan cemas. Meskipun begitu, informan dalam

penelitian ini tetap terbuka dengan adanya Etnis Madura di sekitarnya.

Ini semua karena kebutuhan mereka masing-masing dalam saling

berinteraksi.

Adapula yang terlihat dalam melakukan wawancara masing-

masing etnis, etnis Melayu sangatlah antusias menjelaskan secara

detail mengenai konflik Sambas yang pernah terjadi. Berbeda dengan

etnis Madura mereka merasa ketakutan dalam melakukan

wawancaranya yang munggunakan nada rendah serta hanya ingin

melakukannya ditempat sepi. Meskipun konflik sudah berlalu begitu

lama, rasa sakit hati masih dirasakan oleh masing-masing kedua

pihak baik dari etnis Melayu Sambas maupun etnis Madura.

Keduanyapun sama-sama menjungjung tinggi budayanya masing-

masing.

Secara umum baik masyarakat etnik Melayu Sambas maupun

masyarakat etnis Madura cenderung dapat digolongkan sebagai

masyarakat yang bersifat kolektivis. Ketergantungan putusan kepada

Page 115: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

104

para pemuka agama dan pemuka adat masih cukup tinggi, hal ini

terlihat dari kurun waktu konflik Sambas sampai sekarang. Setelah

kesepakatan damai praktis tidak ada lagi konflik terbuka atau perang

langsung antar kedua komunitas, hal ini dapat dimaknai bahwa baik

masyarakat etnik Melayu Sambas dan Madura mematuhi kesepakatan

damai yang dibuat oleh para pemukanya. Meskipun demikian

tindakan-tindakan teror seporadis seperti pembunuhan, penculikan,

teror bom dan lain-lain masih kerap terjadi di kota-kota lain yang

berada di Kalimantan Barat.

Pada kasus ini keduanya sama-sama memiliki sifat kolektivisme

yang kuat, hal ini juga terlihat dari preferensi rekonsiliasi pasca konflik,

dimana masing-masing pihak merasa jadi korban, kemudian ketika

berupaya untuk memulihkan „wajah‟ yang rusak mereka cenderung

memilih untuk menjaga „wajah‟ kelompok lainnya dengan sama-sama

mengatakan tidak mengetahui mengapa mereka bisa terjebak dalam

kondisi konflik. Mereka juga sama-sama bermain salah-salahan

mengenai penyebab konflik tersebut. Ketika ditanya mengapa bisa

terjadi seperti ini, semua dari mereka mengatakan ini perbuatan lawan

etnisnya. Meskipun mereka sama-sama mengakui terlibat dalam

konflik dan mengakui masing-masing melakukan tindakan kekerasan

atas kelompok lainnya, tetapi lambat laun kedua etnis hidup saling

berdampingan karena mengingat hidup yang saling bergantungan.

Page 116: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

105

seperti menjalin keluarga suami-istri, bertetanggan dengan lawan

etnisnya dan juga dalam bekerja.

Asumsi lain dari Teori Negosiasi Wajah adalah jauh dan

dekatnya jarak kekuasaan akan mempengaruhi preferensi proses

facework yang terjadi apakah proses facework yang lebih bercorak

horizontal pada jarak kekuasaan yang dekat ataukah proses facework

yang bercorak vertikal pada jarak kekuasaan yang jauh.

Pada kasus konflik Sambas, meskipun dalam internal masing-

masing etnik memiliki jarak kekuasaan yang jauh, dimana masyarakat

umum sangat tergantung kemada pemuka-pemuka suku maupun

agama dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dalam situasi

konflik, tetapi apabila kita bandingkan dan setarakan antara etnik

Melayu Sambas dan Madura cenderung sejajar sehingga jarak

kekuasaan etnik Melayu Sambas dan Madura dalam masyarakat di

Kalimantan Barat secara umum dekat, meskipun kondisi ekonomi

etnik Melayu Sambas secara umum lebih baik dari etnik Madura

namun tidak dapat dikatakan bahwa etnik Melayu Sambas menguasai

etnik Madura maupun sebaliknya, sehingga dua kelompok yang

berkonflik ini memiliki kesejajaran dan jarak kekuasaan yang dekat.

Proses-proses facework yang terjadi antara etnis Melayu Sambas dan

etnis Madura juga menunjukkan proses-proses facework yang

memiliki preferensi horizontal dan setara.

Page 117: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

106

Asumsi selanjutnya dari Teori Negosiasi Wajah adalah dimensi

nilai pada faktor-faktor individual, relasional, topikal dan situasional

mempengaruhi penggunaan facework secara partikular dalam daerah-

daerah konflik budaya yang berbeda.

Pada interaksi etnis Melayu Sambas dan etnis Madura pasca

konflik penggunaan facework sangat situasional dan temporal dimana

berlangsungnya interaksi tersebut. Hal ini bergantung pada lokasi

serta seberapa parah ekskalasi konflik pada saat perang terbuka

terjadi. Faktor daerah sangat berpengaruh, interaksi yan terjadi antar

kedua suku ini di beberapa kota yang ada di Kalimantan Barat

cenderung berbeda. Umumnya interaksi yang berlangsung di daerah-

daerah utama konflik seperti di Kota Sambas dan sekitarnya

berlangsung lebih kaku dan lambat, berbeda dengan apa yang terjadi

di daerah-daerah yang meskipun memiliki dampak kerusuhan yang

cukup parah namun daerah-daerah tersebut dianggap hanya sebagai

„imbas‟ atau rembetan kerusuhan dari apa yang dibagikan kepada

kelompok-kelompok etnik mereka yang tidak terlibat dalam konflik.

Namun demikian di beberapa daerah terlihat bahwa keterbukaan dan

sifat mindfulness dalam memahami kelompok lain sebagai sama-

sama „korban konflik‟ dan sama-sama menderita dari berbagai hal

termasuk penderitaan ekonomi justru dapat dilihat sebagai katalisator

atau pemercepat proses-proses negosiasi dan rekonsiliasi. Perbedaan

yang terjadi di beberapa daerah ini dapat dimaknai sebagai seberapa

Page 118: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

107

besar mereka „menanggung beban‟ akibat konflik terbuka yang pernah

terjadi di Sambas, faktor ekonomi juga kerapkali menjadi alasan

mengapa mereka menutup diri dan tidak mau terbuka terhadap

kelompok lainnya, namun demikian faktor ekonomi pula yang sering

menjadi alasan bagaimana etnik etnis Melayu Sambas dan etnis

Madura saling membuka diri dan mencoba memahami satu sama lain

serta menghadirkan pemahaman bahwa mereka saling membutuhkan

di beberapa daerah. Faktor trauma dan keamanan juga sering muncul

ketika mengungkapkan alasan mengapa para etnis Madura masih

berada di Kalimantan Barat dan belum mau kembali ke kampung

asalnya. Meskipun saat ini dapat dikatakan kondisi keamanan

Sambas sudah dapat dinilai kondusif, namun „rasa aman‟ yang hadir

dalam hati masing-masing korban konflik tidak dapat terukur dengan

pasti.

Page 119: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

108

PEDOMAN WAWANCARA

A. MINDFULNESS

1. Apakah anda sering melakukan pertemuan dengan etnis

Madura/Melayu Sambas (Pengajian, solat jamaah, dll)?

2. Apa perbedaan berteman dengan orang melayu dan Madura?

3. Bagaimana jika anda mendapati 1 pekerjaan/bisnis dengan etnis

Madura/ Melayu Sambas, apakah anda bersedia?

4. Apa anda bersedia menikah dengan etnis Madura/Melayu

Sambas?

5. Apa anda sering berkunjung ketika lebaran tiba?

6. Apa anda sering mengikuti kegiatan yang diadakan oleh etnis

Melayu Sambas/ Madura (isra mi‟raj, maulid, dll)?

7. Setelah konflik di Sambas tahun 1999 kenapa anda masih ingin

berteman dengan etnis Madura/ etnis Melayu Sambas?

8. Apa ada budaya yang anda tidak sukai dari orang Madura/ Melayu

Sambas?

B. FACE NEGOTIATION THEORY

1. Menurut bapa seperti apakah etnis Madura dan Melayu

Sambasitu? (Penggunaan bahasa dan nada bicara)

2. Menurut anda seperti apa etnis Melayu Sambas dimata orang

Madura?

Page 120: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

109

3. Menurut anda seperti apa etnis Madura dimata orang Melayu

Sambas?

4. Ada atau tidak perbedaan ekonomi antara Melayu Sambas dan

Madura?

5. Dari segi agama, apa ada perbedaan islam Madura dengan

Melayu Sambas?

6. Apa saja perbedaan budaya antara Madura dan Melayu Sambas

di Kalimantan?

7. Bagaimana menurut anda tentang pandangan orang mengenai

etnis Madura yang katanya suka mencuri?

8. Apa ada hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan

etnis Melayu Sambas/ Madura?

9. Apa yang anda lakukan ketika bertemu orang Melayu

Sambas/Madura yang bukan merupakan salah satu kerabat dekat

anda?

10. Apa yang anda lakukan ketika berpapasan dengan orang Melayu

Sambas/Madura?

11. Apakah anda sering berdebat mengenai perbedaan pendapat

dengan etnis Melayu Sambas/Madura?

Page 121: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

110

PERTANYAAN WAWANCARA ETNIS MELAYU

1. Sudah berapa lama tinggal di kota Pontianak?

2. Sudah berapa lama meninggalkan kota Sambas?

3. Apakah bapak asli keturunan melayu sambas?

4. Sudah berapa lama bertetanggaan dengan etnis Madura?

5. Menurut bapa seperti apakah etnis Madura dan Melayu itu?

(Penggunaan bahasa dan nada bicara)

6. Apakah anda sering melakukan pertemuan dengan etnis Madura

(Pengajian, solat jamaah, dll)?

7. Menurut anda seperti apa etnis melayu dimata orang Madura?

8. Apa perbedaan berteman dengan orang melayu dan Madura?

9. Bagaimana jika anda mendapati 1 pekerjaan/bisnis dengan etnis

Madura, apakah anda bersedia?

10. Ada atau tidak perbedaan ekonomi antara melayu dan Madura?

11. Apa anda bersedia menikah dengan etnis Madura?

12. Dari segi agama, apa ada perbedaan islam Madura dengan Melayu?

13. Apa anda sering berkunjung ketika lebaran tiba?

14. Apa anda sering mengikuti kegiatan yang diadakan oleh etnis mudra

(isra mi‟raj)?

15. Apa saja perbedaan budaya antara Madura dan melayu di

Kalimantan?

16. Apa ada budaya yang anda tidak sukai dari orang Madura?

Page 122: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

111

17. Bagaiman menurut anda tentang pandangan orang Madura yang

katanya suka mencuri?

18. Setelah konflik di Sambas tahun 1999 kenapa anda masih ingin

berteman dengan etnis Madura?

19. Apa ada hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan

etnis melayu?

20. Apa yang anda lakukan ketika bertemu orang melayu/Madura yang

bukan merupakan salah satu kerabat dekat anda?

21. Apa yang anda lakukan ketika berpapasan dengan orang

melayu/Madura?

22. Apakah anda sering berdebat mengenai perbedaan pendapat dengan

etnis Madura/melayu

23. Apa anda pribadi pernah mengalami konflik dengan etnis

Madura/melayu, jika ada apa yang kamu lakukan?

24. Apa anda bangga menjadi etnis melayu?

25. Apa yang anda lakukan ketika sedang berdebat dengan etnis

Madura/melayu?

Page 123: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

112

PERTANYAAN WAWANCARA ETNIS MADURA

1. Sudah berapa lama tinggal di kota Pontianak?

2. Sudah berapa lama meninggalkan kota Sambas?

3. Apakah anda asli keturunan madura?

4. Sudah berapa lama bertetanggaan dengan etnis Madura?

5. Menurut anda seperti apakah etnis Madura dan Melayu itu?

(Penggunaan bahasa dan nada bicara)

6. Apakah anda sering melakukan pertemuan dengan etnis Melayu

(Pengajian, solat jamaah, dll)?

7. Menurut anda seperti apa etnis Madura dimata orang Melayu?

8. Apa perbedaan berteman dengan orang melayu dan Madura?

9. Bagaimana jika anda mendapati 1 pekerjaan/bisnis dengan etnis

Melayu, apakah anda bersedia?

10. Ada atau tidak perbedaan ekonomi antara melayu dan Madura?

11. Apa anda bersedia menikah dengan etnis Melayu?

12. Dari segi agama, apa ada perbedaan islam Madura dengan

Melayu?

13. Apa anda sering berkunjung satu sama lain ketika lebaran tiba?

14. Apa anda sering mengikuti kegiatan yang diadakan oleh etnis

melayu?

15. Apa saja perbedaan budaya antara Madura dan melayu di

Kalimantan?

16. Apa ada budaya yang anda tidak sukai dari orang Melayu?

Page 124: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

113

17. Bagaimana tanggapan anda mengenai pandangan etnis melayu

yang bilang etnis Madura kebanyakan pembuat onar?

18. Setelah konflik di Sambas tahun 1999 kenapa anda masih ingin

berteman dengan etnis Melayu?

19. Apa ada hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan

etnis madura?

20. Apa yang anda lakukan ketika bertemu orang melayu/Madura yang

bukan merupakan salah satu kerabat dekat anda?

21. Apa yang anda lakukan ketika berpapasan dengan orang

melayu/Madura?

22. Apakah anda sering berdebat mengenai perbedaan pendapat

dengan etnis melayu

23. Apa anda pribadi pernah mengalami konflik dengan etnis melayu,

jika ada apa yang kamu lakukan?

24. Apa anda bangga menjadi etnis madura?

25. Apa yang anda lakukan ketika sedang berdebat dengan etnis

melayu?

Page 125: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

114

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bab ini merupakan bab penutup yang menjelaskan atas pertanyaan-

pertanyaan penelitian yang diajukan. Penelitian ini menggambarkan

bagaimana konsep mindfulness dan negosiasi wajah oleh etnis Melayu

Sambas dan etnis Madura sebagai terciptanya komunikasi yang efektif,

bagaimana mindfulness muncul dalam interaksi dan negosiasi wajah yang

dilakukan dari kedua etnis tersebut.

Secara umum, etnis Melayu Sambas merasakan adanya diskriminasi

karena kebanyakan Madura yang ditemukannya selalu hidup

berkelompok, sebaliknya etnis Madura Sambas mengakui adanya etnis

mereka kebanyakan hidup secara berkelompok. Tetapi, penelitian ini

menyatakan bahwa tidak semua etnis Madura hidup berkelompok, dan

juga etnis Melayu menerima keberadaan etnis Madura di sekitarnya.

Pada mindfulness, kedua etnis sama-sama memiliki pemikiran terbuka

dalam menerima keberadaan sesame etnis. Baik etnis Melayu Sambas

maupun etnis Madura memiliki saling berkubutuhan dalam menjalankan

aktifitasnya sehari-hari. Hal ini membangun motivasi tersendiri dalam

membangun komunikasi antar budaya etnis Melayu Sambas dan etnis

Madura.

Page 126: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

115

Etnis Melayu Sambas dan etnis Madura telah secara mindful mengelola

anxiety dan uncertainty dengan berupaya untuk mewujudkan motivasi-

motivasi menjadi tindakan nyata, melakukan pengungkapan diri

terhadap satu sama lain, membangun kedekatan personal diantara satu

sama lain. Melalui upaya yang telah dilakukan tersebut, para kedua

budaya tersebut dapat berkomunikasi antarbudaya dengan mindful.

Terbangunnya kedekatan personal diantara mereka merupakan salah

satu indikator penting bahwa komunikasi antarbudaya diantara mereka

berlangsung secara efektif.

Sedangkan dalam negosiasi wajah, kedua etnis memiliki perbedaan

yang cukup signifikan. Dan pengalaman pada konflik Sambas 1998,

membentuk pola pikir masing-masing individu dalam bersosial. Dimana

etnis Madura beranggapan bahwa etnis Melayu memiliki rasa curiga

terhadap etnis Madura, sebaliknya etnis Melayu menganggap

kebanyakan etnis Madura sebagai pencuri.

Lambat laun seiring berjalannya waktu, dampak konflik ini tidak hanya

menimbulkan pemikiran negative. Adanya keterbukaan dan penerimaan

keberadaan sesama etnis membuat mereka saling berkomunikasi satu

sama lain.

5.2. Saran

Perlu adanya sikap saling terbuka antar sesama etnis sehingga saling

adanya keterbukaan di dalam berlangsungnya komunikasi antar etnis Melayu

Page 127: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

116

Sambas dan etnis Madura. Hal ini akan menimbulkan kurangnya prasangka

buruk yang tidak diinginkan seperti hal-hal negatif antar sesama Etnis.

Page 128: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

117

DAFTAR PUSTAKA

Abas, Muhamad. 2002. Latar Belakang dan Dampak Sosial Konflik Etnis Di Kalimantan Barat (Studi Kasus Konflik Etnik Di Kabupaten Sambas tahun 1999). Tesis. Depok: Universitas Indonesia.

Afrizal. 2016. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Agus, Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Ananda, Tiara Yuri, 2011. Mindfulness di Kalangan Remaja dan Non Tionghoa di Jakarta (Studi pada Pembaca Tabloid Hi Young Mandarin). Disertasi. Depok: Universitas Indonesia.

Cica Nayati. 2012. Peran Budaya Organisasi terhadap Strategi Pemasaran dalam Upaya Mencapai Keberhasilan Perusahaan. Skripsi. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi (Teori dan Praktek). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Emzir, 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan. Depok: PT. Raja Grafindo Persada.

Fiske, John. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers.

Griffin, EM. 2006. A First Look at Communication Theory. McGraw-Hill, New York.

Hidayat, Eko Purwito. 2013. Manajemen Konflik dan Negoisasi Wajah dalam Komunikasi Antar Budaya Pasca Konflik Etnik Pamona dan Bugis di Poso. Tesis. Depok: Universitas Indonesia.

Liliweri, Alo. 2001. Gatra Gatra Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya

Liliweri, Alo. 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Littlejohn SW & Karen A. Foss. 2011. Teori Komunikasi (edisi ke 9). Jakarta: Salemba Humanika.

Page 129: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

118

Moeljono, Djokosantoso. 2003. Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Moleong, L.J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat, 2005. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurhayati, Siti Mekah. 2002. Konflik Sosial dan Alternatif Penyelesaiannya. Tesis, Depok: Universitas Indonesia.

Patebang, Edi & Sutrisno, Eri. 2000. Konflik Etnis di Sambas. Jakarta: ISAI.

Purwosito, Andrik. 2003. Komunikasi multikultural. Surakarta: Muhammadiyah

Rahardjo, Turnomo.2005. menghargai Perbedaan Kultural Mindfulness Komunikasi Antaretnis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Richard West, Lynn H.Turner. 2008 Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi (Buku 2) (Edisi 3) Jakarta: Salemba Humanika.

Ridwan, Aang. 2013. Filsafat Komunikasi. Bandung: Pustaka Setia.

Samovar, Porter, McDaniel. 2010. Komunikasi Lintas Budaya (Edisi 7). Jakarta : Salemba Humanika.

Sihabudin, Ahmad, (ed). 2011. Komunikasi Antarbudaya Satu Perspektif Multidimensi. Jakarta: Bumi Aksara

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung, 2006 .

Wattimena, Reza SS. 2008. Filsafat Sains sebuah Pengantar. Jakarta: PT Grasindo.

Website:

http://digilib.uin-suka.ac.id/13031/1/BAB%20I%2C%20IV%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf

https://www.academia.edu/20290697/Teori_Negosiasi_Rupa_Face_Negotiation_Theory_

Page 131: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

120

LAMPIRAN I

TRANSKIP WAWANCARA

Page 132: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

121

Transkip Wawancara

Informan 1

Nama : Uray Suhandika

Umur : 22 tahun

Pekerjaan : Mahasiswi Univ. Tanjung Pura Pontianak

Lokasi Wawancara : Rumah Dika, Sungai Jawi, Pontianak Kalimantan Barat

Tanggal wawancara : 14 Mei 2017

I : menurut Dika etnis Madura tuh seperti apasih dik?

D : etnis Madura biasa ajasih sebenernya kalo Madura sama Melayu ya,

cuman bedanya dia tuh suka kaya menyendiri, istilahnya misalnya kaya

orang Melayu Jawa dalam satu Komplek tuh dia rumahnya didepan semua.

Sedangkan kalo Madura tuh lebih sukanya ke bbelakang dia tuh sama dia,

Madura sama Madura dia tinggalnya di belakang. Jarang mau bergabung

rumahnya yah maksudnya rumahnya dempetan sama orang-orang Melayu.

Tapi kalo orang Melayu biasa dempetan sama orang Madura tapi kalo

Madura dia enggak biasa dempetan-dempetan sama Melayu.

I : kalo menurut Dika orang Melayu sendiri orang-orang dika sendiri tuh

seperti apa?

D : ramah, tapi rata-rata semua orang Melayu dimanapun itu ramah, lembut

terus walaupun gak. Baik enggaknya kan tuh masing-masing orang ya,

cuman kalo kebanyakan untuk Melayu sih ya ramah sesame Melayu

misalnya, sesame Madura juga.

I : nah kalo, kaya nada bicaranya. Penggunaan bahasanya, orang-orang

Madura tuh gimana?

Page 133: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

122

D : kalo Madura tuh lebih kasar, dia nadanya lebih tinggi. Kalo Melayu itu

kasarnya masih ada halus gitu, misalnya marah-marah nih. Tapi kalo

Madura itu marah udah dalam bahasanya misalnya bahasa dia itu „pantek‟

maksudnya „anjing‟ dia maki dalam bahasa kaya gitu. Kalo kita Melayu

paling marah dengan nada tinggi udah artinya marah gitu. Terus kalo kita

tuh misalnya udah marah nada tinggi aja kenal kalo orang Melayu tuh lagi

marah nada tinggi gitukan. Apalagi kalo ditambah bahasa kasar misalnya

contoh nih “Kimak”, ah itu kimak udah marah banget gitu. Ditambah lagi

nada kasar ditambah lagi bahasanya kimak itu udah pasti marah banget.

Tapi kalo Madura cuma dengan nadanya tinggi aja tak tau itu dia lagi

marah.

I : nah kalo kaya buat kontak matanya missal Dika ngeliat orang Madura,

orang Madura tuh tanggepannya seperti apa?

D : ngga ada bedasih, sama.

I : kalo menurut Dika nih yah, dika kan Melayu nih. Etnis Melayu sendiri tuh

dimata orang Madura tuh diliat sama mereka tuh kaya gimanasih?

D : kalo mungkin ni mungkin bagi mereka kita tuh lemah karena engga pernah

mau kasar, engga pernah apa ya istilahnya kalo kita tuh lembut. Jadi orang

tuh mungkin mikirnya kitanih lemah. Karena enggak pernah cari masalah,

enggak pernah apa-apa gitu. Jadi kalo misalnya mereka itu kita bilang

sebenarnya sopan jugasih sama kita, cuma kadang mereka itu ini kalo kata

dia marah ya dia bisa main fisik gitu.

I : Kalo orang Melayu?

D : Kalo orang Melayu piker-pikir dululah, jadi misalnya udah marah-marah

banget atau marah udah kesal sekali gitu baru ini apa nunjukin pake fisik

atau gimana.

I : Kalo Dika sendiri gimana rasanya bertetanggaan sama orang Madura?

D : Kalo disini sih mayoritas kan bersebelah nih gangnya Dika banyak orang

Melayu campuranlah gitukan. Terus paling belakang gang Dika itu banyak

Madura, terus disamping gang ininih sebelah sini banyak juga mungkin

Page 134: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

123

mayoritas 80% isinya Madura semua. Jadi biasa ajasih, istilahnya mereka

sopan karena bapak Dika juga dikenal sama orang-orang sekitar kan., jadi

mereka juga tau. Padahal bapak Dika sendiri kan karena Dika kan

keluarganya bermarga nih, jelas-jelas uray gitu. Enggak ada dibedain,

enggak diasingin sama orang-orang Madura. Dan kita juga enggak pernah

asingin sama mereka.

I : gimana perasaan Dika kalo misalnya Dika punya pacar orang Madura?

D : Tak boleh, pertama yah dika dibolehkan bertemanan sama orang Madura

dan Dika ndak pernah milih rasa apa, dia dari suku mana gitukan. Cuma

selalu dipesanin enggak boleh pacaran sama orang Madura.

I : Tapi pernah dekat sama orang Madura?

D : Pernah, tapi misalnya pacaran sama orang Madura udah pasti endak

dibolehin. Berani sih berani tapi pasti endak direstuin karena kita nih

orangnya kuat banget. Ras kita Melayu, karena apalagi dika kan keturunan

Melayu Sambas dan bapak Dika orang Sambas bermarga masih turunan

keraton dan endak boleh sama sekali misalnya pacaran pdkt sama orang

Madura endak boleh.

I : tapi nih ya, kalo misalnya kaya emang ternyata keadaan orangtua Dika nih

ya ngizinin gitu ya Dika nikah sama orang Madura gitu. Dika mau enggak

nikah sama orang Madura?

D : kalo Dika antara mau endak mausih, kalo yang namanya mungkin kalo

pacaran atau udah cinta terus pacaran sama orang Madura ya mungkin.

Tapi kalo seandainya bisa milih, endak usah deh masih cari yang lainlah.

I : tapi mau nggak sih satu pekerjaan satu bisnis sama orang Madura

D : mausih, karena Dika kalo temenan ndak pernah milih Ras. Apalagi kalo

cuma dalam kerjaan kan, orang-orang disini juga rata-rata udah banyak

kerja sama Madura misalnya yang punya restoran pegawainya orang-

orang Madura. Nah Madura tuh kebanyakan kaya gitu. Gimanasih udah

endak jarang lagi tapi udah banyak banget gitu.

Page 135: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

124

I : kalo misalnya kaya dari segi ekonomi, ada gak sih perbedaan ekonomi

antara Melayu sama Madura?

D : ada, kalo Madura itu kebanyakan orangnya sederhana tapi punya kebun.

Dari keadaan rumahnya ya, kebanyakan rumahnya mereka kecil cuma

papan. Rata-rata sih Madura yang Dika tau gitu, tapi kalo ada yang kaya ya

kaya sekali misalnya ada rumahnya gede terus anaknya dipakein gelang

sampe ke ini banyak gitukan. Tapi ada yang orangnya sederhana, tapi dia

punya misalnya peternakan atau punya ladang atau puny kebun. Tapi kalo

dia kebanyakan mayoritas gitu, kalo orang Melayu misalnya sederhana

kaya dari rumah-rumahnya itu menengah ke atas deh gitu.

I : kan ada nih orang yang kaya ditunjukin, itutuh lebih kemana? Ke Madura

atau Melayu?

D : melayu, kebanyakan orang Melayu sok kaya. Kalo orang Madura tuh

jarang, kayaya mereka apa adanya. Kalo Melayu misalnya pas-pasan

kadang hidupnya mewah gitu.

I : terus kalo kaya dari segi agama Dika kan orang Madura disini rata-rata

muslim kan, Dika juga muslim kan. Agama islamnya Dika dengan mereka

ada perbedaannya enggaksih?

D : Islamnya tuh kalo mereka tuh alim-alim ya sering make ininih gamis kalo

laki-lakinya sering acara-acara ke masjid marawis gitu kaya orang FPI,

pesantren banyak Madura. Kalo Melayu paling enggak terlalu Nampak gitu.

I : tapi Dika pernah shalat satu masjid gitu?

D : oh sering, karena masjid kitakan dekat gang. Terus sebelah Dika kan

banyak Madura, jadi kita sering gunakan masjid sama-sama. Lebaran pasti

biasa mereka juga datang kerumah, kan kebetulan orangnya banyak

dikenal baik disekitar. Jadi orang Madura biasanya baik sama orang rumah

biasa main kerumah, negor semua.

I : tapi Dika sendiri sering enggak ngunjungin tetangga Dika orang Madura

kaya ngasih makanan?

Page 136: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

125

D : jarang, karena dika sering ngasih makan dekat-dekat rumah sebelah atau

rumah depan.

I : kalo buat budaya sendiri ada gak bedanya budaya Melayu Dika sama

budaya Melayu dia?

D : mungkin misalnya kaya acara isra mi‟raj gitu, kalo Madura nih gotong

royongnya banget. Jadi kalo ada Isra Mi‟Raj nih mereka besar-besaran,

mereka kan punya surau di gangnya sendiri kan jadi dia ngadain di

suraunya sendiri itu mewah. Tapi kalo Melayu tuh enggak semewah

mereka. Mereka tuh agamanya nampak, Melayu kan enggak terlalu.

I : kaya buat nikahannya ada bedanya gak?

D : enggaksih, samalah nikahannya kaya orang Madura.

I : ada enggak sih sesuatu yang Dika enggak suka dari Madur?

D : kebanyakan dari mereka itu istilahnya jahil ya, jadi gini ka karena dika kan

tinggalnya daerah mereka inikan mayoritas orang mereka dan Dika nih

Sambas. Kebanyakan orang baru pindah rumah atau baru berkeluarga

itutuh rata-ratanya hm maafnih bukannya mau suudzon. Cuma kebanyakan

udah sampe ketawan gitukan nyuri, ada nih lebih parah lagi yang udah

ketawan Dika punya manga. Mangganya udah mateng kan, nah sering

ilang ditungguin dah sama bapak. Rupanya anak-anak bujangnya mereka,

suka ngintai, metik dan terus pas bapak udah keluar mereka lari. Bapak

udah liat bapak kejar sampe kerumahnya, sampe ngomong sama orang

tuanya. Bapak nih marah bukan karena mangganya tapi udah keseringan

mereka gitu, jadi bapaknya mereka yang anak bujang Madura ini minta

maaf sama bapak Dika. Karena mungkin bapak Dika nengok sendiri sampe

bapak Dika ngejarin kerumahnya sampe masuk kerumahnya. Kalo

ketawannya ada lagi nih misalnya jaket di jemuran hilang mama Dika liat

dipake sama dia (orang Madura) lewat pake sepeda. Kebanyakan

kasusnya mereka ada yang nyuri ayam, dulu Dika punya kelinci kadang

kelinci Dika suka ilang. Kucing angora ilang terus ketawan, ketawannya tuh

gini dari penjual “kemarin ada yang jual kelinci angora dibelakang warna

abu-abu, berarti ternyata itu kucing punya sepupu Dika dijual mereka dicuri.

Page 137: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

126

Jahil sih sebenarnya. Sering banget dari mereka jahil suka bikin onar, dan

mereka kalo kelahi itu benar-benar missal mau kelahi fisik ya kelahi fisik.

Kalo kitakan masih ada bacot adu mulut bisalah masih kita redakan secara

kekeluargaan. Kalo mereka tuh missal mau adu badan ya adu badan gitu.

I : terus dika sendiri, dika tau kaya gitu kenapa Dika masih mau temenan

sama mereka

D : ya sebenernya sih, itu lagi lah teman endak milih kaya pencuri. Tapi

kawan-kawan Dika yang Madura tuh endak ada yang kaya gitu sama Dika.

Jadi kalo mau Dika bekawan sama Madura ya banyak yang dari kecil

sampe sekarang. Tapi kalo yang dia nyuri ya Dika endak kawanin lah,

siapa juga mau bekawan sama pencuri kan.

I : terus kalo misalnya nih, Dika ketemu sama orang Madura belum kenal

sama orang Madura itu. apa tanggapan Dika pertama kali?

D : kalo Dikasih missal dia perempuan, misalnya bibi-bibi dia lagi mandang

Dika. Ya Dika senyumsih atau lewat “misi bi”. Tapi kalo laki-laki paling

bapak-bapak dan yang muda Dika endak tegor.

I : Respon Dika pertama kali pas ngalamin konflik sama orang Madura tuh

apa?

D : Kalo ketawan ya langsung kejar, tapi dika ada suruh bapak karena kan dia

laki-laki.

I : Dika pernah enggak debat kaya adu pendapat gitu sama orang Madura?

D : kalo debat besar sih endak pernah, debat kecil misalnya hal yang lucu

udah biasa.

Transkip Wawancara

Informan 2

Page 138: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

127

Nama : Uray Angga Saputra

Umur : 32 tahun

Pekerjaan : Polisi

Lokasi Wawancara : Singkawang Kalimantan Barat.

Tanggal wawancara : 15 Mei 2017

I : menurut abang nih perbedaan segi ekonomi sama orang Madura ada

nggak bang, dari segi pekerjaan

A : kalo Madura pekerjaannya lebih condong ke freelance, atau di wiraswasta.

Kalo di negri mereka agak kurang care, kalo Melayu kan banyak yang di

usaha pemerintah.

I : abang bersedia gaksih kalo misalnya suatu saat nanti menikah sama orang

Madura

A : tergantung dari orangnya sih, tapi kebanyakan dari Madura nih laki-lakinya

sifatnya agak kasar. Tergantung dari orangnya kalo kepribadiannya bagus

sih enggak masalah.

I : kalo dari segi agama, ada perbedaan gak sih agama islam abang dengan

islam Madura

A : kalo mereka sih dari segi religious mereka lebih taat, mungkin sudah

ditanam dari lahir ya. Jadi kalo Ibadah endak pernah mereka tinggal

I : kalo lagi lebaran abang suka berkunjung nggak?

A : biasa

I : kalo abang sendiri sering nggak ikut kegiatannya yang diadain sama orang

Madura kaya Isra Mi‟Raj biasa

I : abang kalo bertemu etnis Madura biasa dimana?

A : Kalo ada pertemuan kumpul-kumpul suka ketemu, kebetulan kawan polisi

abang ada etnis Madura sebagian. Kaya kawan biasa jak.

I : ada enggak perbedaan budaya antara Madura dengan Melayu?

Page 139: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

128

A : kalo Madura nih lebih condong sunnah, kalo kitanih ikut adat.

I : ada nggak sih yang abang ngga suka dari kebiasaannya orang Madura?

A : Kalo orang Madura nih agak sedikit ceroboh, bahasa Indonesianya lebih

kejorok. Jadi dia ini, kalo dirumah berhari-hari yang laki-laki mereka jarang

pakai pakaian. Dirumah tuh dia lebih identic pakai kain jak, kalo yang

perempuan itu biasa gunakan bra terusan (kemban) dan suka ndak pake

baju. Tapi kalo tinggal diperkumpulan mereka, kalo bukan tempat mereka

biasa nyesuaikan.

I : kalo untuk masalah yang katanya orang Madura sering masuk pidana itu

menurut abang gimana?

A : Wah itusih sering abang temui kalo abang lagi tugas diikota manapun yang

ada di Kalimantan Barat ni, itu udah kaya bawaan kali ya, mereka nih untuk

hal kaya gitu kaya misalnya kerja. Kaya punya 2 sisi berbeda gitunih, satu

sisi taat pada agama satu sisi melakukan tindak kejahatan.

I : Abang kenapa masih mau berteman dengan orang Madura, padahal

sebelumnya abang sendiri ikut langsung dalam konflik Sambas waktu

dulu?

A : kalo untuk berteman dengan siapa aja bisa, kalo teman dengan itutuh

apalagi kalo kita datang kerumahnya. Mereka lebih menghormati tamu,

apalagi kitanih dari jauh untuk dari silaturahminya.

I : ada gaksih hambatan komunikasi dengan etnis Madura?

A : ada, kalo kita nimbrung dikumpulan mereka. Mereka sering menggunakan

bahasa daerah. Mungkin karena kebiasaan dirumah atau ada yang

ditutupin.

I : apa yang abang lakuin ke orang Madura ketika baru pertama kali bertemu?

A : kalo abang sih biasa ketemu orang ya abang tegur, cuma kalo orang

Madura nih lebih ke aroma badan.

I : Kalo papas an sama kawan abang dari Madura tegur ndak bang

A : tegurlah

I : pernah ngalamin perbedaan pendapat sama mereka gak?

Page 140: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

129

A : sering, tapi mereka sering dengar pendapat abang. Karena menurut

mereka mungkin pendapat abang lebih logis.

Page 141: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

130

Transkip Wawancara

Informan 3

Nama : Fiktor Uray Bella

Umur : 29 tahun

Pekerjaan : Guru Olahraga di SMAN 3 Pontianak

Lokasi Wawancara : Tanjung hulu II, Pontianak Kalimantan Barat

Tanggal wawancara : 16 Mei 2017

I : abang udah berapa lama tinggal di kota Pontianak

F : semenjak awal kuliah 2007.

I : dan semenjak itu abang ninggalin kota Sambas

F : ninggalin sih enggak, kan sering pulang juga

I : abang asli keturunan melayu Sambas?

F : iya

I : abang masih bekawan kan sama orang etnis Madura?

F : masih, kalo yang korban sambas waktu itu beberapa bisa dihubungi

I : terus abang suka gak melakukan pertemuan sama etnis Madura, kalo iya

apa aja yang diomongin?

F : waduh banyaklah, orang sayanih guru olahraga jadi ketemu sama etnis

mana aja. Biasa suka ketemu mereka sih kalo lagi shalat ataupun acara

keagamaan kaya mauled nabi semacam itu. yang diomongin banyak, kalo

sama anak murid sih suka bicarakan olahraga terutama bola dan volley.

Page 142: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

131

I : menurut abang etnis Madura dan melayu bahasa dan nada bicaranya tuh

kaya gimana?

F : perbedaannya ada ya, dari bahasa pasti ada. Mereka Madura cenderung

berbahasa Madura dan melayu Sambas cenderung berbahasa Melayu.

Untuk nada tingginya mereka ngomong ada nadanya, nada bicaranya

mungkin kedengeran orang kasar tapi ada lagunya gitu. Apa adanya

seperti itulah.

I : abang sering ketemu sama orang etnis Madura kah?

F : ketemu di singkawang, kebetulan temen sekelas waktu kejadian 1998.

Semenjak kejadian mereka di ungsikan nah saya ketemu lagi pas lebaran

2009.

I : abang pernah gak ketemu sama orang Madura yang mampir ke sambas?

F : gak ada, sampe sana kan mereka enggak mau mengenalkan identitas jati

diri mereka.

I : menurut abang etnis Melayu dimata orang Madura tuh gimana?

F : kalo menurut abang dimata merek akita orangnya welcome sekali.

I : ada gak bang perbedaan berteman dengan orang Madura dan Melayu?

F : ada, mereka itu lebih cenderung menyendiri secara tidak langsung sistem

berkelompok itu ada. Nimbrung satu kelompok, ada juga beberapa yang

iktu gabung sama yang lain.

I : kalau untuk soal pekerjaan, mau kerjabareng gak sama orang Madura

bang?

F : ya maulah

I : ada gak si bang perbedaan ekonomi dengan orang Madura

F : kalo dari sebelum kejadian jelas-jelas ada, karena mereka di Sambas

mayoritas cenderung bertani dan bertenak.

Page 143: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

132

I : abang bersedia tidak kalau suatu saat nanti mendapati pasangan dari etnis

Madura?

F : enggak bersedia, karena belum pernah tertarik sama orang Madura. Ya

mungkin itu tadi karena sistem berkelompok mereka, mereka juga kan

secara pendidikan mereka ada tempat khusus untuk mereka. Mereka lebih

ke religiusnya.

I : kalau dari segi agama, muslim abang dengan dia ada perbedaannya ndak

bang?

F : yang pernah diikuti tata cara solat, bukan gerakaannya tapi dalam

kelafazan ayat sucinya itu, kita kan ikut solat di masjid yang dominan

Madura semua mereka lebih cepat dari segi gerakan bacaan.

I : sering berkunjung ketika lebaran sama mereka gak bang?

F : dulu sebelum kejadian sering, tapi kalo sekarang jarang. Paling pas lagi

ada acara nikahan kawan dari yang Madura itu pasti jumpa kan.

I : kalau untuk kegiatan orang Madura seperti mauled atau isra mi‟raj pernah

ikut gak bang?

F : pernah kok isra mi‟raj

I : ada perbedaannya tidak bang?

F : ada, dari segi penyajian makanannya. Ada makanan khas khusus mereka

yang disajikan. Kalau Melayu kan apa adanya.

I : kalau untuk perbedaan budayanya ada gaksih bang?

F : cara berpakaian, mereka itu kalo bisa dibilang untuk bahasa sini tuh sopan

tapi gemerlap. Cara berpakaian perhiasan mereka cenderung wah gitu.

Kalo Melayu gini-gini apa adanya.

I : kalau untuk hal yang tidak disuka dari mereka ada gak bang?

Page 144: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

133

F : oh ada, karena kebetulan kita kan punya ladang dan diladang kita

kebanyaan kalo udah mau musim panen itu sering diambil. Ya biasa kaya

padi atau sayur gitu.

I : hal yang seperti itu apa gak ditegor bang?

F : gapernah, kalo didalam keluarga kitatuh yaudah. Kalo udah diambil

yaudah.

I : kalau untuk hal-hal seperti katanya orang Madura tuh kebanyakan pencuri

benar atau tidak sih bang?

F : ada benarnya, kalau untuk daerah pertanian kita semuanya didominasi

orang-orang Madura. Mereka ditempat-tempat seperti itu cenderung

berkelompok.

I : abang sendiri ada gaksih ngebatesin dekat sama orang Madura?

F : oh enggak ada, terbuka sekali. Cuma kadang-kadang agak minder ya kita,

mindernya takut hal-hal yang waktu di Sambas kebayang. Jangan terlalu

dekat jaga-jaga aja gitu.

I : hambatan dalam berkomunikasi dengan orang Madura sendiri tuh ada gak

bang?

F : enggak adasih, mungkin karena sekarang jaman modern ya. Kalo dulu iya,

kaya berkomunikasi ke mereka agak susah karena sekalinya ketemu

mereka ngomong mereka ya gak ngerti.

I : apa yang abang lakuin kalo kepapasan sama orang Madura itu?

F : sewajarnya aja, ya negor sapa aja

I : abang sendiri pernah gak berdebat sama orang Madura?

F : pernah, adu argument gitu kan. Kekeh gitu mereka, kalau ngomong gak

punya dasar.

I : mereka tipe orang yang mau mengalah atau tidak bang?

Page 145: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

134

F : susah, mereka itu kalau tidak punya dasar.

I : abang sendiri pernah tidak mengalami konflik dengan etnis mereka

F : kalo ngalamin sih enggak, tapi menyaksikan pernah.

I : abang bangga tidak menjadi etnis melayu.

F : bangga sekali, ketimbang etnis mereka.

Page 146: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

135

Transkip Wawancara

Informan 4

Nama : Icung

Umur : 34 tahun

Pekerjaan : Mekanik bengkel

Lokasi Wawancara : Tanjung Pura, Pontianak Kalimantan Barat

Tanggal wawancara : 15 Mei 2017

I : abang udah brp lama bang tinggal di kota Pontianak?

O : belasan tahun dah kah, semenjak kerusuhan sambas tuh.

I : abang ikut keh yang pengungsian tuh?

A : ikut, sama keluarga semua orang tua ikut.

I : bang, kalau untuk bahasa sendiri abang paham sama Melayu Sambas

nggak?

A : abang itu pintar berbahasa Madura dan Melayu, tetapi untuk Melayu tetap

logat lebih condong ke Madura, karena dari kecil ketika di Sambas

bersama keluarga sudah dibiasakan berbahasa Madura tetapi bergaul

dengan orang-orang Melayu Sambas disana. Untuk bahasa saya sendiri

nih pandai sekali bahasa Madura karena sampai sekarang kalau dirumah

bersama keluarga saya ada pakai bahasa Madura.

I : abang masih kenal ndak sama orang-orang Sambas?

A : masih cuman ndak banyak, paling yang masih sampai sekarang kawan-

kawan balap jak tuh.

I : menurut abang etnis Madura tuh kaya gimanasih?

Page 147: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

136

A ; bahasa sih kerasan Madura dan nada bicaranya pun keras

I : kalau untuk pertemuan pernah ndak ke Melayu?

A : biasasih, paling pas pernikahan jak. Ketemu sama orang Melayu paling

ngumpul-ngumpul biasa kaya nongkrong. Lagipula bos abang nih kan

orang Melayu juga jadi biasalah nongkrong bareng. Apalagi kalo udah ada

balap ya abang ikut nongkrong nonton tuh balap sama mereka ngumpul

sama-sama.

I : Nah bang, kalo untuk kebiasaan bajunya kalo kata orang-orang Madura

suka pake celana ngatung, abang sendiri gimana?

A : Biarpun abang ini pandai bahasa Madura dan sering kumpul keluarga

sesame madura, tetapi abang ndak pernah memakai celana mengatung

apalagi kemana-mana selalu pakai peci terus senang memakai kemeja

kotak-kotak seperti orang Madura disini. Karena menurut saya hal itu

sangatlah norak. Dan itu bener adanya kah, Madura emang rata-rata pake

celana suka ngatung.

I : itukan bajunya ya bang, kalo kaya buat yang katanya Madura tinggal

menyendiri cuma sesame orang Madura apa abang ikut?

A : kalo itusih abang sendiri tinggal dikomplek yang isinya Madura semua,

paling ada tetangga abang nih beberapa jak cuma 3-4 keluarga yang

berasal dari Melayu Sambas.

I : menurut abang etnis Madura dimata orang Melayu gimana yah

A : satu tuh keras terus istilahnya itu kasar. Emang ciri khas orang Madura gitu

ndak mau ngalah

I : kalo melayu menurut abang gimana

A : ada yang keras ada yang lembut. Cuma kata orang tuh pendendam.

I : kalau untuk bekawan ada perbedaannya ndak bang?

Page 148: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

137

A : adalah, kalo orang Madura kita udah tau pasti. Sifatnya kelakuan tabiatnya.

Kalo melayu kata orang tuh pasti jaga tingkah laku.

I : ada ndak bang hal yang abang ndak suka dari Melayu Sambas?

A : itu tadi pendendam, dulu kan perkara yang kerusuhan Sambas karena

mereka dendam sama Madura makanya kita semua diusir. Mau gak

maulah pergi pindah ke Pontianak aman banyak kawan juga.

I : masih merasa sakit hati ndak sih bang atas kejadian tersebut?

A : ya masihlah sikit, cuma abangni tak mau ingat. Kalo ingat ya kecewalah,

kitanih dari kecil diam disana enggak pernah buat kerusuhan apa-apa kok

di usir, mungkin ya salah orang Madura sendiri juga disana suka mencuri.

Walaupun gak semua yang berhubungan mencuri dari orang Madura ya

abang akui dari Madura banyak yang punya tabiat mencuri, karena abang

sendiri ada ngalamin. Tetep aja gak gini caranya, kami semua sampe

ngumpet dalam kolong rumah, saking takutnya dibunuh dan dibakar

rumahnya. Tapi udahlah ya, kalo ingat suka kesal tapi udah lalu abang

udah punya kehidupan baru.

I : Abang udah tau kesal tapi abang masih mau bekawan sama orang Melayu

ya

A : ya maulah, orang abangnih butuh. Abang jak kerja dengan orang Melayu

dari Sambas. Lagipula itu udah lewat jauh, kehidupan udah beda dengan

dulu jadi abangsih welcome jak sama mereka.

I : Biasanya apa aja yang diomongin sama orang Melayu bang?

A : ya banyak, kebayakan ada urusan sama orang-orang bengkel paling

ngomongin mesin motor atau balapan. Ya biasa nongkrong macam anak-

anak muda sekarang jak.

Page 149: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

138

Transkip Wawancara

Informan 5

Nama : Sukartono

Umur : 42 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Lokasi Wawancara : Tanjung hulu II, Pontianak Kalimantan Barat

Tanggal wawancara : 19 April 2017

I : sudah berapa lama bapak tinggal di kota Pontianak?

O : waktu kerusuhan 98 99 tuh, semenjk itu pindah ke Pontianak.

I : bapak ini asli keturunan Madura ya?

O : asli, ketemu jodoh kebetulan orang Melayu dari Sambas.

I : bapak sama ibu sendiri menikah sebelum atau sesudah kerusuhan?

O : sebelum, kalau tidak salah tahun 1997. Saye menikah dengan dia sewaktu

saye nih ada tinggal di Kota Sambas sebelum terjadinya kerusuhan di

Sambas. Sampai akhirnya saye nih diusir secara halus karena kerusuhan

tuh, lalu tinggal lah kamik di Kota Pontianak bersama istri saya itu. Saya

ade paham semua bahase dimulai dari Melayu biase sampai Melayu

Sambas begitupula ucap Madura sangat pandai.”

I : menurut bapak, Madura nih seperti apa dan Melayu tuh seperti apa?

O : kalo orang sini bilang kan kami agak kasar, kalo Melayu ini kan endak agak

haluslah.

I : bapak sendiri sering tidak bertemu sama orang-orang Melayu Sambas

Page 150: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

139

O : sering, saya pulang ke Sambas kayak sodara sendiri.

I : kalau ikut bersama orang Melayu seperti acara pegajian suka ikut ndak

pak?

O : biasa, jum‟atan misalnya. Kalo ada orang ninggal ya tahlilan.

I : menurut bapak etnis Madura dimata orang melayu gimana sih?

O : kalo penilaian orang Melayu tuh kamik suka monopoli, kaya menguasai

gitu. Ndak mau ngalah maunya menang, hidupnya berkelompok.

I : ada tidak berteman dengan melayu dan Madura?

O : ada. Kalo orang Madura nih mudah tersinggung kebanyakan. Kalo melayu

kebanyakan mengalah.

I : dari segi hal ekonomi, menurut om gimana

O : gak pengaruh sih sama. Kalo Madura rata-rata petani tapi ndak ada

nelayan terus banyak yang ada buka usaha juga dan kalo Melayu campur

banyak pegawai, nelayan ya seimbang.

I : kalau untuk segi hal agama menurut om gimana?

O : sama jak, cuma itu kitatuh mudah tersinggung orangnya.

I : kalau untuk tata cara solatnya atau yang berhubungan sama agama ada

perbedaannya gak om?

O : ndak kok sama aja. Solat ya ikut solat bareng.

I : kalau untuk berkunjung gitu om masih suka sama-sama kunjung?

O : oh sering, sering sekali antar pulang istri kekampung.

I : ada yang om gak suka dari melayu gak?

O : kalau dari melayu sih om suka semua.

I : tanggapan om sendiri yang katanya orang melayu pada bilang orang

Madura nih suka mencuri gimana?

Page 151: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

140

O : oh itu sih endak benar, karena sekarang banyak tinggal disana banyak pula

yang kecurian. Orang Madura udah endak disana masih jak yang mencuri

disana kok.

I : om sendiri masih tersinggung nggak sama kejadian sambas tahun 1988

tuh?

O : kalo sakit hati adalah sikit, pasti ada. Cuma kan berjalan waktu tinggal di

Pontianak ilanglah. Tapi awal-awal sih iya, karena orang kita orang tua kita

menjadi korban kan kaya rumahnya kebakar. Dan disini semenjak di

Pontianak lebih amansih.

I : kalo om sendiri ada hambatan gak om berkomunikasi dengan orang

Melayu?

O : endak sih biasa jak, karena kebetulan bahasa Sambas saya nih agak

melotok dan madurapun sama jak saya bisa semua.

I : berarti om ketemu orang Melayu Sambas tetep tegur ya om?

O : tegurlah, apalagi ketemu sama orang Sambas saya ada ajak ngomong

Sambas.

I : om pernah berdebat sama orang Melayu?

O : oh ndak pernah saya.

I : kalo om sendiri untuk konflik pernah?

O : enggak pernah saya, enggak sama sekali.

I : Om apa benar om tinggal ditempat yang areanya rata-rata orang Madura,

menurut om gimana?

O : “Wah, saya bukannya tak mau gabung dengan orang selain Madura.

Tetapi, saya nyaman tinggal bersama kawan-kawan sesame kamik.

Merasa aman jak pasca kerusuhan di Sambas tuh. Dan bukan cuma

Madura di Komplek saya jak yang tinggal menyendiri, banyak tempat

sampai pelosok-pelosok didalam hutan tuh, beberapa daerah isinya

Page 152: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

141

Madura semue. Emang orang kamik nih suka bekumpul bersame kawan

dari orang Madura. Begitupun acara Maulid atau pengajian bulanan, ya

kamik ada pakai ustad-ustad dari Madura. Tak jarang isi ceramahnya pun

pakai bahasa kamik.”

Page 153: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

142

Transkip Wawancara

Informan 6

Nama : Saniah

Umur : 42 tahun

Pekerjaan : Petani

Lokasi Wawancara : Sambas, Kalimantan Barat

Tanggal wawancara : 8 Mei 2017

I : Ibu sudah berapa lama tinggal di Kota Sambas?

S : Sudah dari lahir tinggal disini

I : Apa benar ibu keturunan Madura?

S : Iya benar, bapak ibu saya Madura asli dan dari kecil ada tinggal sama

orang-orang yang dikelilingin sama Melayu.

I : Apa ibu ada ketika kerusuhan Sambas terjadi?

S : Adadong, tapi saya disuruh ngungsi dulu sama warga sini. Kebetulan kan

suami orang Melayu Sambas asli dan udah dekat banyak sama warga

Melayu Sambas sekitar sini jadi mereka semua lindungin saya.

I : Berarti sudah deket banget ya bu sama warga Melayu Sambas sekitar sini,

lalu apa yang memutuskan ibu untuk kembali lagi ke Kota Sambas?

S : Gapapa sih, orang suami saya asli sini. Suami bilang ikut dia jak, lagipula

suami ngejamin saya aman lagi juga banyak saudaranya yang ada suruh

sayanih diam disini saja. Tapi untuk awal-awal emang saya nih diamankan

istilahnya tuh dilindungin mereka suruh saya ngumpet jangan kemana-

mana hampir sebulan dua bulanan.

Page 154: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

143

I : Untuk rasa trauma ibu ada tidak bu, soalnya dulu kan semua Madura diusir

paksa rumahnya banyak yang dibakar disini. Malah saya dengar hamper

tidak ada Madura yang berani mampir ke Sambas apalagi tinggal di

Sambas.

S : Kalo untuk daerah Jawai sama Pemangkat iya endak ada, tapi disini saya

aja kayanya yang berani tinggal di Sambas soalnya ndak pernah dengar

soal ada Madura tinggal disinisih. Semua biasa jak aman kok malah saya

suka saling bantu sesama tetangga.

I : Lalu menurut ibu, apa yang kira-kira membedakan mana Melayu sama

Madura? Entah nada bicara atau bahasanya.

S : bahasasih jelas beda, kitapun udah lama diam di Sambas pakai Melayu

Sambas masih banyak tau kalo sayanih orang Madura karena keliatankan

dari logat medoknya agak tinggi nadanya beda dengan orang Melayu

Sambas.

I : Kalo untuk sikap dan kebiasaan orang Melayu Sambas dengan Melayu

Madura ada yang membedakan ndak bu?

S : Banyak sih ya, kalo Melayu kan sabar dan saking pelannya suka lama

ngerjain sesuatu. Ya suami saya jak lelet orangnya. Kalo Madura kan

cekatan gesit ya makanya banyak yang jadi pengusaha, coba di Pontianak

ketemu ada yang buka usaha kalo gak cina, jawa atau ndak itu pasti

Madura. Jarang sayanih ada dengar Melayu buka usaha.

I : Kalo ibu sendiri suka ngumpul sama orang Melayu Sambas dimana

biasanya?

S : setiap hari sering ke tetangga-tetangga jak sore-sore ngumpul biasalah ibu-

ibu

I : Itu kira-kira apa aja bu yang diobrolin?

S : ya banyak, ibu-ibu gajauh dari gossip atau ngomongin masakan jak sih

biasa jak

Page 155: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

144

I : oh gitu ya bu, kalo ibu ngeliat orang Melayu Sambas nih nilai orang Madura

tuh gimana bu?

S : ya biasa jak, tadi sih itu paling gesit orangnya sama banyak yang muka dua

itupun katanya, tapi saya akuin sih rata-rata nih ya ndak semue ya gak

sabaran apa-apa mau cepat dan gampang sekali tersinggung. Penilaiain

orang kan macam-macam ya itu yang saya tausih.

I : Dari segi pekerjaan kalo Madura itu lebih kea pa sih bu, terus Melayu juga

rata-rata jadi apa menurut ibu?

S : Sayasih liatnya sama semua, tapi Madura banyak jadi petani dan buka

usaha sih kaya sate atau buka lamongan. Kalo Melayu kan banyak yang

jadi pegawai kantoran, tp ada juga Madura yang kantoran cuman endak

banyak kaya Melayu.

I : Untuk segi agama kan rata-rata sesame muslim nih ya bu, ada yang

membedakan tidak bu?

S : Adasih kaya tata cara solat Madura tuh cepat tapi kalo ikut di Melayu lama,

tapi kalo urusan taat Madura ikut sekali sama sunah rasul yang ada ya.

Kaya taat agama gitu, semua orang kita tuh tentang agama islam ya nomor

satu. Liat sendiri kan pesantren-pesantren disini tuh banyak diisi sama

yang punya pasti orang kita.

I : Oh iya bu, ada yang ibu nggak suka dari Melayu Sambas ini ndak bu?

S : suka pada curigaan sih sama kita, apalagi kan saya tinggal dilingkungan

orang Melayu Sambas jadi sudah biasa sih. Dan lelet ya kaya suami saya

jak suka kena omel karena kerja apa-apa lama kan kesal sendiri.

I : tanggapan menurut ibu sendiri yang katanya orang Madura suka mencuri

itu gimana bu?

S : ada benarnya ada endaknya, benarnya memang di Madura gimana ya.

Mungkin karena kebiasaan kali ya jadi ada kelompok-kelompoknya dan

ada kampung-kampungnya, mereka suka nyuri padi ayam atau ternak lain.

Endaknya tuh endak semua orang Madura kaya gitu, banyak orang Madura

Page 156: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

145

baik yang mau berbagi kok, sama jak kita ni sebenernya kaya orang

Melayu tapi mungkin karena yang kerusuhan disini sangat terkenal karena

ulah Madura jadi semua anggap gitu.

I : Ibu merasa sakit hati endak bu atas kejadian itu?

S : endak sih, mungkin iya pernah tapi dulu waktu awal-awal. Untungnya saya

dengan keluarga tuh bukan diusir tapi di asingkan jangan sampe kena jadi

korban makanya saya ikut ngungsi dan orang Melayu Sambas sini tuh ikut

amankan kami. Tapi lambat laun itu udah lama jadi sampe sekarang biasa

jak tuh.

I : untuk konflik sama orang Melayu Sambas apa ibu pernah ngalamin?

S : endak sama sekali

I : Kalo debat pernah endak bu? Kaya adu pendapat gitu?

S : sering sih tapi sama suami saya adu mulut pokonya sampe dia diam ya

saya baru diam, dia belum dia saya lanjut terus.

I : Ada tidak bu hambatan berhubungan sama orang Melayu Sambas?

S : endaklah, orang saya tetanggapun semua orang Melayu mana ada Madura

disini. Lancar sih, cuma kesendat waktu kerusuhan jak tuh.

Page 157: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

146

Transkip Wawancara

Informan 7

Nama : Julia Wuysang, M.Si.

Umur : 43 tahun

Pekerjaan : Guru di Sman3 Pontianak

Lokasi Wawancara : by phone

Tanggal wawancara : 25 Agustus 2017

I : Menurut anda seperti apakah etnis Melayu Sambas dan Madura itu?

J : Madura tuh saya melihat sih mereka itu hidupnya sangat mengelompok ya,

liat jak sendiri dimana-mana dikota pontianak banyak ditemui orang

madura yang tinggal satu kelompok dengan orang-orang mereka. Kalo

melayu sambas itu sangat ramah ya kalo boleh dibilang, dan mereka itu

gak suka ngelawan kalo dibilang jadi agak lemah dibanding orang madura.

I : Apakah anda sering melakukan pertemuan dengan etnis Melayu, kalau iya

ibu melihatnya seperti apa ya bu?

J : Wah sering dong, saya orangnya bersosialisasi sama aja. Apalagi

perkumpulan arisan saya suka ada ketemu mereka. Ya gitu kalo diliat tuh

dari Madura sendiri kaya punya rasa dendam sendiri yang mereka enggak

mau ungkapin atas kejadian kerusuhan sambas tuh, dan orang Melayu

juga ngga mau banyak omong. Mereka sendiri kebanyakan bersosialisasi

karena ditinjau dari tempat tinggal yang bertetanggan atau gak ada yang

suami istri terus ada juga yang karena ketemu dikerja, yang agak tertutup

ya lebih ke orang Madura.

I : Menurut anda seperti apa etnis Madura dimata orang Melayu?

Page 158: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

147

J : Orang melayu Sambas kebanyakan melihat orang Madura itu kasar ya,

kasar dari segi omongan maupun sikap. Itu semua ditinjau karena kisah

masa lalunya orang Madura yang kata mereka sering mencuri milik orang

Melayu.

I : Menurut anda seperti apa etnis Melayu dimata orang Madura?

J : Banyak sih, tapi intinya lebih ke lemah. Karena dulu kan sewaktu

kerusuhan sambas itu oang dari etnis Melayu Sambas tertindas sekali,

banyak hasil tanaman maupun ternak mereka diambil dan diakui sama

Madura, orang Madura tuh gak ada takutnya sama Melayu Sambas. Udah

gitu mereka menganggap Melayu Sambas itu kebanyakan tidak enakan

orangnya, jadi keliatannya lemah sekali.

I : Apa perbedaan berteman dengan orang melayu dan Madura?

J : Biasa sih, sama saja kalo bergaul. Tapi Melayu tuh bener tadi kata orang

Madura agak gak enakan gak kaya orang Madura main asal ceplos dan

nadanya tinggi. Kalo di Jakarta bilangnya mereka ada pakai bahasa tuh

nyolot ya.

I : Ada atau tidak perbedaan ekonomi antara melayu dan Madura?

J : Kalo ekonomi kaya atau miskin menurut saya sama aja, tapi bisa dilihat

dari sisi pekerjaan. Rata-rata Madura tuh ya berdagang atau guru ngaji,

kalo Melayu tuh suka kerja didalam ruang kaya di kantoran baik swasta

maupun pemerintah.

I : Dari segi agama, apa ada perbedaan islam Madura dengan Melayu?

J : Kalo agama mereka berdua mayoritas islam ya, tapi itu dia madura lebih

religius. Mereka kalo buat acara seperti Maulid tuh pasti rame isinya udah

gt mayoritas yang ikut maulid orang dari Madura juga, beda lagi sama

Melayu bangun maulid nggak seramai orang Madura bikin Maulid. Saking

religiusnya, kebanyakan ustad atau haji di Pontianak pasti dari Madura.

I : Apa anda sering melihat antara Melayu dan Madura saling berkunjung?

Page 159: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

148

J : Sering dong jelas sering banget, anak murid saya banyak kok. Mereka

mungkin karena pemikirannya masih jiwa muda kali ya, jadi berteman gak

pernah mandang kulit dan bergaul ya bergaul aja. Gapernah bahas soal

kerusuhan sambas waktu itu, mereka seakan-akan tutup kuping. Mereka

tuh melihat yang penting orang yang berkomunikasi dengan mereka tidak

berdampak negatif.

I : Apa saja perbedaan budaya antara Madura dan melayu di Kalimantan?

J : Budaya mah jelas beda, dari kebiasaan sampai cara mereka menghormati

leluhur masing-masing ya beda.

I : Bagaimana tanggapan anda mengenai pandangan etnis melayu yang

bilang etnis Madura kebanyakan pembuat onar?

J : Saya kira itu benar adanya, tapi yang namanya manusia tidak pernah luput

dari kesalahan loh ya, saya gak ngerti kenapa banyak orang dari etnis

Madura bisa dianggap gitu. Mungkin karena mereka kebawa dari

lingkungannya atau dari keluarganya. Intinya mereka punya pepatah

sendiri dimana milik orang lain itu adalah milik tuhan dan mereka boleh

ambil.

Page 160: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

149

LAMPIRAN II

FOTO LAMPIRAN

Page 161: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

150

INFORMAN 1

Uray Dika

INFORMAN 2

ANGGA URAY

Page 162: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

151

INFORMAN 3

FIKTOR

Page 163: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

152

INFORMAN 5

SUKARTONO

Page 164: SKRIPSI - Perpustakaan Universitas Prof.DR. Moestopo ...

153

INFORMAN 6

SANIAH