SKRIPSI PENGEMBANGAN METODE ANALISIS …repository.unair.ac.id/10930/2/FF FT 03 15 Dwi p.pdf ·...
Transcript of SKRIPSI PENGEMBANGAN METODE ANALISIS …repository.unair.ac.id/10930/2/FF FT 03 15 Dwi p.pdf ·...
SKRIPSI
PENGEMBANGAN METODE ANALISIS
SENYAWA MARKER SPESIFIK
PIPER RETROFRACTUM VAHL DAN
PIPER NIGRUM L. DALAM CAMPURAN
MENGGUNAKAN KLT-DENSITOMETRI DAN
VISUALIZER
M. REZKI DWITYA
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN FARMAKOGNOSI DAN FITOKIMIA
SURABAYA
2014
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
SKRIPSI
PENGEMBANGAN METODE ANALISIS
SENYAWA MARKER SPESIFIK
PIPER RETROFRACTUM VAHL DAN
PIPER NIGRUM L. DALAM CAMPURAN
MENGGUNAKAN KLT-DENSITOMETRI DAN
VISUALIZER
M. REZKI DWITYA
050911289
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA
DEPARTEMEN KIMIA FARMASI
SURABAYA
2014
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui
skripsi/karya ilmiah saya, dengan judul :
PENGEMBANGAN METODE ANALISIS
SENYAWA MARKER SPESIFIK PIPER RETROFRACTUM VAHL
DAN PIPER NIGRUM L. DALAM CAMPURAN MENGGUNAKAN
KLT-DENSITOMETRI DAN VISUALIZER
Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media yang lain
yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Airlangga untuk
kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang – Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya
buat dengan sebenarnya.
Surabaya, September 2014
M. Rezki Dwitya
NIM. 050911289
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : M. Rezki Dwitya
NIM : 050911289
Fakultas : Farmasi
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil tugas akhir yang saya tulis
dengan judul:
PENGEMBANGAN METODE ANALISIS
SENYAWA MARKER SPESIFIK PIPER RETROFRACTUM VAHL
DAN PIPER NIGRUM L. DALAM CAMPURAN MENGGUNAKAN
KLT-DENSITOMETRI DAN VISUALIZER
adalah benar – benar merupakan hasil karya sendiri. Apabila di kemudian
hari diketahui bahwa skripsi ini menggunakan data fiktif atau merupakan
hasil dari plagiarisme, maka saya bersedia menerima sanksi berupa
pembatalan kelulusan dan atau pencabutan gelar yang saya peroleh.
Demikian surat ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surabaya, September 2014
M. Rezki Dwitya
NIM. 050911289
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
LEMBAR PENGESAHAN
PENGEMBANGAN METODE ANALISIS
SENYAWA MARKER SPESIFIK PIPER RETROFRACTUM VAHL
DAN PIPER NIGRUM L. DALAM CAMPURAN MENGGUNAKAN
KLT-DENSITOMETRI DAN VISUALIZER
SKRIPSI
Dibuat Untuk Memenuhi
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
Surabaya
2014
Oleh :
M. REZKI DWITYA
NIM : 0510911289
Skripsi ini telah disetujui oleh :
Pembimbing Utama Pembimbing Serta
Dr. Idha Kusumawati, S.Si., M.Si., Apt. Prof. Dr. Gunawan Indrayanto, Apt.
NIP. 197004081995122001 NIP. 194707031976031001
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. atas
segala berkat dan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “PENGEMBANGAN METODE ANALISIS SENYAWA
MARKER SPESIFIK PIPER RETROFRACTUM VAHL. DAN PIPER
NIGRUM L. DALAM CAMPURAN DENGAN MENGGUNAKAN KLT
– DENSITOMETRI DAN VISUALIZER” ini dengan baik.
Dalam menyusun skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
baik moril maupun materiil. Oleh karena itu pada kesempatan ini
perkenankanlah saya menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada:
1. Ibu Dr. Idha Kusumawati, S.Si., M.Si., Apt. selaku pembimbing
utama yang berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing
saya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, serta memberi
semangat kepada saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik.
2. Bapak Prof. Dr. Gunawan Indrayanto, Apt. selaku pembimbing serta
yang berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing saya
dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, serta memberi semangat
kepada saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Bapak Drs. Abdul Rahman, M.Si., Apt. selaku penguji yang
memberikan saran serta masukan yang membangun untuk skripsi
yang saya kerjakan.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
viii
4. Bapak Dr.rer.nat Mulja Hadi Santosa. selaku penguji yang
memberikan saran serta masukan yang membangun untuk skripsi
yang saya kerjakan.
5. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Dr. Umi Athiyah,
MS., Apt yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk
mengikuti pendidikan program sarjana di Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga.
6. Mama, papa, kakak, adik dan seluruh keluarga saya yang dengan
penuh kesabaran selalu mendoakan, memberikan semangat serta
dukungan dalam berbagai hal sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
7. Whina Puti Rum Kirana Banse yang selalu mendukung, memberi
saran dan memberi semangat, sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
8. Teman-teman seperjuangan anak bimbing Bu Idha: Rizki, Subhan,
Lendra, Imam, Vrian, Rohman, Faris, Mas Aji, Mas Tito, Mbak
Icha.
9. Teman-teman angkatan 2009, 2010 dan semua pihak yang tidak
dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah membantu baik
langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
ix
Akhir kata, skripsi ini saya persembahkan kepada Almamater
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga dengan harapan semoga
bermanfaat bagi kita semua.
Surabaya, September 2014
Penyusun,
M. Rezki Dwitya
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
x
RINGKASAN
PENGEMBANGAN METODE ANALISIS
SENYAWA MARKER SPESIFIK PIPER RETROFRACTUM VAHL.
DAN PIPER NIGRUM L. DALAM CAMPURAN DENGAN
MENGGUNAKAN KLT – DENSITOMETRI DAN VISUALIZER
M. Rezki Dwitya
Kontrol kualitas obat herbal, dalam beberapa kasus, memungkinkan untuk melakukan identifikasi senyawa spesifik, yang biasa disebut senyawa marker yang dapat digunakan untuk membantu pembuatan produk yang konsisten. Senyawa marker adalah senyawa atau golongan senyawa yang dapat digunakan untuk mengontrol konsistensi tiap batch produk jadi tanpa harus mengetahui adanya aktifitas atau tidak senyawa tersebut.
Senyawa marker diklasifikasikan menjadi dua, yang pertama adalah senyawa marker aktif, yaitu senyawa atau golongan senyawa yang diketahui secara umum mempunyai kontribusi dalam aktifitas terapetik. Yang kedua adalah senyawa marker analisis yaitu senyawa atau golongan senyawa yang digunakan untuk tujuan analisis tanpa perlu mengetahui adanya kontribusi aktifitas terapetik atau tidak (Natural Health Product Directorate’s Canada, 2012).
Untuk evaluasi gel polyherbal yang mengandung Terminalia arjuna, Centella asiatica dan Curcuma longa, dilakukan identifikasi senyawa marker setiap tanaman pada gel tersebut. Untuk Curcuma longa, digunakan standard reference curcumin sebagai senyawa marker, yang kita ketahui bahwa curcumin merupakan main component didalam tanaman tersebut (Patel et al., 2011).
Prasaplai merupakan salah satu produk obat herbal tradisional di Thailand yang mengandung empat tanaman yang berada pada dua genus yang sama, yaitu Piper retrofractum Blume dan P. nigrum L., serta Zingiber cassumunar Roxb. dan Z. officinale Roscoe. Sehingga untuk melakukan identifikasi senyawa spesifik tanaman yang berada pada genus yang sama, tidak bisa dilakukan mengunakan senyawa utama / senyawa
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
xi
mayor nya. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan identifikasi tanaman Piper retrofractum Blume dan P. nigrum L. pada campuran nya berdasarkan senyawa marker karakteristik / senyawa marker spesifik menggunakan instrumen KLT-Densitometri dan Visualizer.
Dengan demikian, tujuan dari penelitian ini adalah Mendapatkan metode analisis yang valid untuk penentuan senyawa marker pada formula campuran menggunakan KLT-Densitometri dan Visualizer.
Konsentrasi sampel yang digunakan adalah 10.000 ppm dan jumlah larutan yang akan ditotolkan pada plat KLT adalah 35,0 µL. Sedangkan fase gerak yang terpilih adalah n-Heksan, kloroforom (0.5:3.5). Kondisi ini dapat menampakkan senyawa marker spesifik dari tiap tanaman dan memiliki pemisahan yang baik antara senyawa marker spesifik dan senyawa lainnya. Dari hasil eluasi dengan fase gerak terpilih tersebut, senyawa marker spesifik merica hitam memiliki resolusi 0,84, sedangkan senyawa marker spesifik cabe jawa memiliki resolusi 3,60.
Pada penelitian ini, ditentukan senyawa marker spesifik merica hitam berada pada Rf 0,09, sedangkan senyawa marker spesifik pada cabe jawa berada pada Rf 0,52. Dari hasil scanning profil spektra, diketahui panjang gelombang maksimum senyawa marker spesifik tanaman merica hitam dan cabe jawa berada pada 340 nm. Selanjutnya, untuk analisis kuantitatif akan dilakukan scanning senyawa marker spesifik masing-masing tanaman pada panjang gelombang tersebut.
Validasi metode analisis merupakan persyaratan utama untuk membuktikan kehandalan dan kesesuaian suatu metode untuk digunakan (Renger, 2006). Pada penelitian ini, validasi yang dilakukan meliputi : Uji stabilitas, presisi, batas deteksi dan batas kuantifikasi, peak identity dan peak purity, linearitas dan akurasi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan yaitu : Dengan menggunakan KLT-Densitometri, dapat diperoleh metode analisis yang valid untuk menentukan senyawa marker spesifik Piper retrofractum Vahl. dan Piper nigrum L. dengan nilai %KV pada tanaman merica hitam adalah 1,12 – 3,96%, untuk cabe jawa adalah 1,12 – 3,91%. Nilai r dari senyawa marker spesifik merica hitam adalah 0,99869 dan untuk senyawa marker speisifk cabe jawa adalah 0,99921. Kemudian %akurasi yang didapatkan untuk tanaman merica hitam adalah 103,87 – 110,80% sedangkan untuk tanaman cabe jawa adalah 102,92 – 106,50%.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
xii
ABSTRACT
Analytical Method Development Specific Marker Compounds
Piper retrofractum Vahl. and Piper nigrum L. in mixture using
TLC - Densitometry and Visualizer
M. Rezki Dwitya
Piper retrofractum Vahl. and Piper nigrum L. are two plants that are in the same genus, which is often used in an herbal remedy. To detect or identify the plants that are in the same genus in a herbal medicine formula, required specific markers that could indicate the existence in a formula. This study aims to obtain a valid analytical method for the determination of specific markers in the mix formula using TLC - densitometry and Visualizer. Concentration of the sample used was 10,000 ppm and application volume injected on TLC plates was 35.0 μL. While the selected mobile phase is n-Hexane, Kloroforom (0.5: 3.5). Specific markers of Piper nigrum L. Rf values was found to be 0.09, and for specific markers of Piper retrofractum Vahl. was 0.52. The method was found to be precise, specific and accurate and can also be used for identitify both two plants of piper in the one mixture or formulation. Keywords: analytical method development, method validation, compound specific markers, identification, Piper retrofractum Vahl., Piper nigrum L, thin layer chromatography, densitometry.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
LEMBAR PERNYATAAN BUKAN HASIL PLAGIARISME
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR……………...………………............................ vii
RINGKASAN........................................................................................ x
ABSTRACT............................................................................................ xii
DAFTAR ISI………………………………………………………...... xiii
DAFTAR TABEL………………...…………………………………... xvii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. xviii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................. 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan tentang Tanaman Piper retrofractum Vahl ........... 6
2.1.1 Klasifikasi tanaman......................................................... 6
2.1.2 Penyebaran dan tempat tumbuh..................................... 7
2.1.3 Nama daerah.................................................................. 7
2.1.4 Kandungan tanaman........................................................ 8
2.2 Tinjauan tentang Tanaman Piper nigrum L......................... 9
2.2.1 Klasifikasi tanaman......................................................... 9
2.2.2 Penyebaran dan tempat tumbuh..................................... 10
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
xiv
2.2.3 Nama daerah.............................................................10
2.2.4 Kandungan tanaman........................................................ 12
2.2.4 Manfaat cabe jawa dan merica hitam............................ 12
2.3 Tinjauan Umum Kromatografi Lapis Tipis (KLT)................ 13
2.3.1 Definisi KLT................................................................. 13
2.3.2 Keuntungan metode KLT............................................... 13
2.3.3 Prinsip pemisahan pada KLT......................................... 14
2.3.4 Metode deteksi pada KLT............................................. 15
2.4 Tinjauan Umum Densitometri............................................... 17
2.5 Tinjauan Ekstraksi dengan Microwave................................. 17
2.6 Validasi Metode..................................................................... 18
2.6.1 Uji Stabilitas................................................................... 18
2.6.2 Presisi............................................................................ 18
2.6.3 Peak identity dan peak purity........................................ 19
2.6.4 Batas deteksi dan batas kuantitasi.................................. 19
2.6.5 Linearitas....................................................................... 20
2.6.6 Akurasi.......................................................................... 21
BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Uraian Kerangka Konseptual............................................... 22
3.2 Kerangka Konseptual........................................................... 25
3.3 Hipotesis.............................................................................. 26
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1 Bahan dan Alat Penelitian..................................................... 27
4.1.1 Bahan tanaman.............................................................. 27
4.1.2 Bahan kimia dan bahan lain............................................ 27
4.1.3 Alat-alat........................................................................... 28
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
xv
4.2 Metode Penelitian.................................................................. 28
4.2.1 Pembuatan serbuk simplisia........................................... 21
4.2.2 Penentuan kadar air serbuk simplisia............................. 21
4.2.3 Pembuatan formula campuran........................................ 21
4.2.4 Preparasi sampel............................................................ 21
4.2.5 Optimasi kondisi............................................................. 21
4.2.6 Penentuan senyawa marker spesifik................................ 21
4.2.7 Validasi metode............................................................. 21
4.2.7.1 Stabilitas................................................................. 12
4.2.7.2 Presisi...................................................................... 12
4.2.7.3 Peak purity dan peak identity................................... 12
4.2.7.4 Batas deteksi dan batas kuantitasi........................... 12
4.2.7.5 Linearitas................................................................. 12
4.2.7.6 Akurasi..................................................................... 12
4.3 Skema Metode Penelitian...................................................... 22
BAB V. Hasil Penelitian
5.1 Penentuan Kadar Air............................................................. 27
5.2 Optimasi Kondisi................................................................. 27
5.3 Penentuan Senyawa Marker Spesifik................................... 27
5.4 Hasil Validasi Metode.......................................................... 27
5.4.1 Uji Stabilitias................................................................. 21
5.4.2 Presisi............................................................................. 21
5.4.3 Peak purity dan peak identity........................................ 21
5.4.4 Batas deteksi dan batas kuantitasi................................. 21
5.4.5 Linearitas....................................................................... 21
5.4.6 Akurasi............................................................................ 21
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
xvi
BAB VI PEMBAHASAN...................................................................... 72
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN............................................. 80
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 82
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
IV.1 Spesifikasi tanaman yang diperoleh……………………………….27
IV.2 Komposisi tanaman untuk pembuatan formula campuran………...29
IV.3 Preparasi pembuatan kurva kalibrasi masing-masing tanaman……33
V.1 % Kadar air pada serbuk simplisia merica hitam dan cabe jawa….36
V.2 Rf senyawa marker spesifik dari tiap tanaman…………………….39
V.3 Rasio area senyawa marker spesifik pada tiap formula campuran...43
V.4 %KV rasio area masing-masing senyawa marker spesifik pada
tiap formula (n=3)………………………………………………....43
V.5 Peak purity senyawa marker spesifik merica hitam…………….....44
V.6 Peak purity senyawa marker spesifik cabe jawa…………………..44
V.7 Batas deteksi dan batas kuantitasi pada merica hitam………….….47
V.8 Batas deteksi dan batas kuantitasi pada cabe jawa………………...47
V.9 Linearitas senyawa marker spesifik merica hitam………….……...48
V.10 Linearitas senyawa marker spesifik cabe jawa…………………….49
V.11 Homogenity test konsentrasi terendah dan tertinggi yang
digunakan untuk kurva kalibrasi pada sampel merica hitam………50
V.12 Homogenity test konsentrasi terendah dan tertinggi yang
digunakan untuk kurva kalibrasi pada sampel cabe jawa………....51
V.13 Akurasi kadar merica hitam pada tiap formula ( n = 3 )…………..52
V.14 Akurasi kadar cabe jawa pada tiap formula ( n = 3 )………….......53
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
2.1 Piper retrofractum Vahl……………………………...........................6
2.1 Piper nigrum L………..……………………………...........................9
3.1 Skematik kerangka konseptual……………………………...............25
4.1 Skematik arah eluasi uji stabilitas pada plat KLT………..................31
4.2 Skematik peak purity..........................................................................32
4.3 Skematik metode penelitian………………………………………...35
5.1 Hasil visualisasi sampel merica hitam, formula campuran, cabe jawa
pada 366 nm menggunakan CAMAG TLC – Visualizer…………...37
5.2 Kromatogram masing-masing tanaman dan formula campuran pada
366 nm………………………………………………………………38
5.3 Hasil visualisasi uji stabilitas dalam pelarut pada 366 nm………….40
5.4 Kromatogram uji stabilitas dalam pelarut pada 366 nm…….……...41
5.5 Hasil visualisasi uji stabilitas pada 366 nm selama 2 jam…………..42
5.6 Hasil visualisasi uji stabilitas pada 366 nm selama 3 jam…………..42
5.7 Peak identity senyawa marker spesifik merica hitam………………45
5.8 Peak identity senyawa marker spesifik cabe jawa.............................45
5.9 Kurva kalibrasi merica hitam…………………………………….....48
5.10 Kurva kalibrasi cabe jawa…………………………………………..49
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, produk bahan alam semakin
sering digunakan sebagai produk obat-obatan, nutraceuticals dan juga
kosmetik. Sekitar 80% dari populasi manusia di dunia, masih
menggunakan tanaman obat dan obat tradisional lainnya untuk kebutuhan
utama dalam menjaga kesehatan mereka. Berdasarkan definisi WHO, ada
tiga macam pengobatan herbal: simplisia, ekstrak, dan produk jadi.
Pengobatan herbal telah meningkat tajam sejalan dengan tren global dari
masyarakat dunia yang “back to nature”. Produk herbal kini dijual dalam
bentuk tablet, kapsul, serbuk, teh, ekstrak dan tanaman segar atau kering.
Hal ini menyebabkan kekhawatiran karena semakin banyaknya orang yang
mengkonsumsi obat herbal tanpa menggunakan resep. Selain itu, beberapa
obat herbal juga dapat menyebabkan masalah kesehatan apabila
pemakaiannya tidak tepat. Beberapa obat herbal juga dianggap tidak efektif
dan dapat berinteraksi dengan obat lain (Sekhon, 2011).
Obat herbal, baik single herbal maupun poly herbal, mengandung
banyak senyawa dalam matriks yang kompleks dimana tidak ada senyawa
aktif tunggal yang bertanggung jawab atas efektifitas obat secara
keseluruhan (Ip et al., 2010). Kuantitas dan kualitas keamanan dan
efektifitasnya jauh dari cukup untuk memenuhi kriteria yang dibutuhkan
dalam penggunaannya secara luas. Alasan utamanya adalah kurangnya
metodologi penelitian yang dapat diterima untuk evaluasi obat tradisional
(Liang et al., 2004). Selalu ada kekhawatiran tentang komposisi yang tidak
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
2
konsisten dari obat-obatan herbal dan sering terjadi intoksikasi oleh
adulterant dan / atau komponen beracun. Kontrol kualitas obat herbal
bertujuan untuk memastikan konsistensi, keamanan dan efektifitasnya (Li
et al., 2008).
Ada kesulitan yang besar dalam menetapkan metode untuk kontrol
kualitas yang disebabkan oleh kompleksitas dari obat herbal. Teknik untuk
membuktikan keaslian bahan, tidak cukup kuat untuk mengidentifikasi
semua bahan yang terkandung dalam produk. Berdasarkan hal tersebut,
semakin banyak bermunculan “adulteration” dan obat dengan kualitas
rendah (Yongyu et al., 2011).
Obat herbal dengan kandungan senyawa multikomponen (multiple
compund) berbeda dengan obat sintesis atau obat yang hanya terdiri dari
satu komponen (single compund). Obat herbal memiliki banyak komponen
kimia yang terkandung didalamnya, seperti komponen yang mempunyai
aktivitas terapetik, komponen yang tidak mempunyai aktivitas, komponen
kimia yang belum teridentifikasi, dsb. Sehingga untuk menerapkan current
Good Manufacturing Practices (cGMP) pada obat herbal multikomponen
lebih sulit (Lazarowych, 1998).
Identifikasi dan uji kualitas bahan baku tanaman merupakan
syarat penting yang harus dilakukan oleh industri ketika berurusan dengan
obat herbal. Dan perlu diperhitungkan pula bahwa tanaman yang akan diuji
memiliki komposisi yang kompleks dan tidak konsisten berdasarkan
kandungan metabolit sekundernya. Oleh karena itu, batas analitis tidak
setepat saat kita berurusan dengan senyawa kimia tunggal. Hal ini adalah
fakta yang dapat diterima bahwa analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa
kimia dari tanaman merupakan bagian penting dan dapat diandalkan dari
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
3
uji kontrol kualitas (Mukherjee et al., 2007). Evaluasi fitokimia adalah
salah satu cara untuk menilai kualitas obat herbal, meliputi screening
fitokimia, chemoprofiling, dan analisis senyawa marker menggunakan
teknik analisis modern. Kromatografi lapis tipis (KLT) banyak digunakan
sebagai metode analisis cepat dan sederhana untuk berbagai bahan kimia
organik seperti obat-obatan, produk bahan alam dan biomolekul (Kim et
al., 2010).
Kontrol kualitas obat herbal, dalam beberapa kasus,
memungkinkan untuk melakukan identifikasi senyawa spesifik, yang biasa
disebut senyawa marker yang dapat digunakan untuk membantu pembuatan
produk yang konsisten. Senyawa marker adalah senyawa atau golongan
senyawa yang dapat digunakan untuk mengontrol konsistensi tiap batch
produk jadi tanpa harus mengetahui adanya aktifitas atau tidak senyawa
tersebut.
Senyawa marker diklasifikasikan menjadi dua, yang pertama
adalah senyawa marker aktif, yaitu senyawa atau golongan senyawa yang
diketahui secara umum mempunyai kontribusi dalam aktifitas terapetik.
Yang kedua adalah senyawa marker analisis yaitu senyawa atau golongan
senyawa yang digunakan untuk tujuan analisis tanpa perlu mengetahui
adanya kontribusi aktifitas terapetik atau tidak (Natural Health Product
Directorate’s Canada, 2012). Karena hanya sejumlah kecil senyawa kimia
yang terbukti memiliki aktifitas farmakologis yang jelas, sehingga senyawa
kimia lainnya juga dapat digunakan sebagai marker. Senyawa marker dapat
menjadi indikator kualitas obat herbal (Li et al., 2008).
Pada jurnal yang di tulis oleh Li (2008), dikatakan bahwa terdapat
delapan kategori senyawa yang bisa dikatakan senyawa marker dalam uji
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
4
kontrol kualitas obat herbal, yaitu therapeutic components, bioactive
components, synergistic components, characteristic components, main
components, correlative components, toxic components, and general
components (Li et al., 2008).
Pada penelitian Patel (2011) Untuk evaluasi gel polyherbal yang
mengandung Terminalia arjuna, Centella asiatica dan Curcuma longa,
dilakukan identifikasi senyawa marker setiap tanaman pada gel tersebut.
Untuk Curcuma longa, digunakan standard reference curcumin sebagai
senyawa marker, yang kita ketahui bahwa curcumin merupakan main
component didalam tanaman tersebut (Patel et al., 2011).
Prasaplai merupakan salah satu produk obat herbal tradisional di
Thailand yang berkhasiat untuk mengurangi dysmenorrhea dan mengatur
siklus mesntruasi. Obat ini mengandung sepuluh bahan tanaman mentah,
yaitu Acorus calamus L., Allium sativum L., Citrus hystrix DC., Curcuma
zedoaria Roscoe., Eleutherine palmifolia (L.) Merr., Nigella sativa L.,
Piper retrofractum Blume, P. nigrum L., Zingiber cassumunar Roxb. dan
Z. officinale Roscoe (Gritsanapan and Tangyuenyongwatana, 2009). Dari
formula tersebut, terkandung empat tanaman yang berada pada dua genus
yang sama, yaitu Piper retrofractum Blume dan P. nigrum L., serta
Zingiber cassumunar Roxb. dan Z. officinale Roscoe. Sehingga untuk
melakukan identifikasi senyawa spesifik tanaman yang berada pada genus
yang sama, tidak bisa dilakukan mengunakan senyawa utama / senyawa
mayor nya. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan identifikasi
tanaman Piper retrofractum Blume dan P. nigrum L. pada campuran nya
berdasarkan senyawa marker karakteristik / senyawa marker spesifik
menggunakan instrumen KLT-Densitometri dan Visualizer. Keuntungan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
5
menggunakan KLT untuk penentuan senyawa marker spesifik tanaman
dalam obat herbal: lebih sederhana, fleksibel, lebih cepat, kepekaan tertentu
dan preparasi sampel yang lebih sederhana (Liang et al., 2004).
1.2 Rumusan Masalah
Apakah dapat dikembangan metode analisis yang valid untuk
penentuan senyawa marker pada formula campuran menggunakan KLT-
Densitometri dan Visualizer?
1.3 Tujuan Penelitian
Mendapatkan metode analisis yang valid untuk penentuan
senyawa marker pada formula campuran menggunakan KLT-Densitometri
dan Visualizer.
1.4 Manfaat Penelitian
Untuk memberikan data ilmiah mengenai metode analisis yang
valid untuk penentuan senyawa marker pada formula campuran dan bisa
dimanfaatkan oleh industri untuk uji kontrol kualitas produk herbal.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan tentang Tanaman Piper retrofractum Vahl.
Gambar 2.1 Piper retrofractum Vahl. (Tropicalplantbook)
2.1.1 Klasifikasi tanaman
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnolipsida
Subclass : Magnoliidae
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
7
Order : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper L.
Species : Piper retrofractum Vahl
(United States Department of Agriculture, 2014).
2.1.2 Penyebaran dan tempat tumbuh
Cabe jawa memiliki beberapa nama daerah, yaitu: di Sumatera
disebut lada panjang, cabai jawa, cabai panjang. Di jawa, namanya cabean,
cabe alas, cabe areuy, cabe jawa, cabe sula. Di Madura dinamai cabhi
jhamo, cabhi ongghu, cabhi solah, sedangkan di Makassar dikenal dengan
nama cabai. Tumbuh di tempat-tempat yang tanahnya tidak lembap dan
berpasir seperti di dekat pantai, daerah datar sampai 600 meter di atas
permukaan laut (dpl). Tanaman ini dapat tumbuh dan menghasilkan dengan
baik di semua jenis lahan kering atau semua jenis tanah di pulau Jawa
(Nuraini, 2003).
2.1.3 Nama daerah
Madura : cabhi jhamo, cabhi ongghu, cabhi solah
Jawa : cabean, cabe alas, cae areuy
Sumatera : cabai panjang
Makasar : cabai
(Nuraini, 2003).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
8
2.1.4 Kandungan tanaman
Senyawa kimia yang terkandung dalam cabe jawa antara lain
asam amino bebas, damar, minyak atsiri, beberapa jenis alkaloid seperti
piperine, piperidin, piperatin, piperlonguminine, β-sitosterol, sylvatine,
guineensine, piperlongumine, filfiline, sitosterol, methyl piperate, minyak
atsiri (terpenoid), n-oktanol, linalool, terpinil asetat, sitronelil asetat, sitral,
alkaloid, saponin, polifenol, dan resin (kavisin). Alkaloid utama yang
terdapat di dalam buah cabe jawa adalah piperin (Isnawati et al., 2002).
Cabe jawa merupakan salah satu tanaman yang diketahui memiliki
efek stimulan terhadap sel-sel syaraf sehingga mampu meningkatkan
stamina tubuh. Efek hormonal dari tanaman ini dikenal sebagai afrodisiaka.
Berdasarkan penelitian secara ilmiah, cabe jawa digunakan sebagai
afrodisiaka karena mempunyai efek androgenik, untuk anabolik, dan
sebagai antivirus. Dari suatu tinjauan pustaka dikatakan bahwa secara
umum kandungan kimia atau senyawa kimia yang berperan sebagai
afrodisiak adalah turunan steroid, saponin, alkaloid, tannin dan senyawa
lain yang dapat melancarkan peredaran darah. (Nuraini, 2003).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
9
2.2 Tinjauan tentang Tanaman Piper nigrum L.
Gambar 2.2 Piper nigrum L. (US Departemen of Agriculture)
2.2.1 Klasifikasi tanaman
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Magnolipsida
Subclass : Magnoliidae
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
10
Order : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper L.
Species : Piper nigrum L.
(United States Department of Agriculture, 2014).
2.2.2 Nama daerah
Sumatera : Koro-koro,lada,lado ketek
Madura : Sakang
Jawa : Merica
Maluku : Marissanmau,emrisan,maricang puwe
Sulawesi : Malita lodawa
Bali : Mica
(Nuraini, 2003).
2.2.3 Penyebaran dan tempat tumbuh
Merica hitam (Piper nigrum) berasal dari pantai barat Ghats,
Malabar, India. Lada dibawa oleh para pendatang Hindu ke Pulau Jawa
antara tahun 100 SM dan 600 M. Daerah awal pemasukan tanaman lada di
Indonesia tidak diketahui dengan jelas, namun diperkirakan bahwa
tanaman lada pertama kali ditanam di daerah Karesidenan Banten (Wahid,
1996).
Penyebaran tanaman lada dari daerah Banten mula-mula mengarah
ke timur Pulau Jawa. Di daerah Banten, Jakarta, Cirebon, Jepara, Surakarta
dan Yogyakarta, lada pada mulanya diusahakan dalam bentuk perkebunan
sampai dengan abad ke-18. Bersamaan dengan itu pengusahaannya dalam
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
11
bentuk perkebunan rakyat dimulai di Sumatera (Aceh, Bengkulu, Bangka,
Lampung,Sumatera Barat, Sumatera Timur, dan Jambi) serta ke
Kalimantan (Pontianak,Banjarmasin, dan Pangkalan Bun di Kalimantan
Tengah) (Wahid 1996).
Daerah pengembangan lada saat ini adalah Lampung yang
terkenal dengan lada hitamnya (Lampong black pepper), dan Bangka yang
lebih dikenal dengan lada putihnya (Muntok white pepper). Selain itu,
banyak pengembangan pertanaman lada baru di Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, serta Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Tenggara (Manohara et al, 2005).
Merica hitam merupakan tanaman memanjat dari keluarga
Piperaceae yang dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Batang tanaman lada berbuku-buku dan berbentuk sulur. Sulur
panjat tumbuh lebih baik dalam keadaan nisbi udara kurang cahaya
(fototrof negatif) sedangkan sulur buah dalam keadaan cukup cahaya
(fototrof positif). Intensitas cahaya yang dibutuhkan berkisar dari 50%
sampai 75%. Lada dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan ketinggian
0-500 m dpl. Curah hujan yang paling baik untuk tanaman lada adalah
2000 - 3000mm/tahun dengan hari hujan 110-170 hari,dan musim kemarau
2-3 bulan/tahun. Kelembapan nisbi udara yang sesuai dari 70% sampai
90% dengan kisaran suhu 25-350C. Tanaman lada dapat tumbuh pada
semua jenis tanah, terutama tanah berpasir dan gembur dengan unsur hara
yang cukup. Tingkat kemasaman tanah (pH) yang sesuai berkisar 5-6.5.
Penggunaan tiang panjat hidup (tajar) dalam budi daya lada akan
membantu mengurangi intensitas cahaya yang berlebihan dan akan
membuat tanaman berumur lebih panjang karena tanaman tidak didorong
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
12
berproduksi lebih sementara input yang diberikan terbatas. Penanaman
tanaman penutup tanah akan mengurangi cekaman kekeringan akibat
kemarau dan menghambat penyebaran Phytophthora capsici selama musim
hujan. Pembuatan saluran drainase yang cukup dan terasering yang
disesuaikan dengan kondisi lahan diperlukan untuk menghindari genangan
air selama musim hujan (Wahyuno, 2009).
2.2.4 Kandungan tanaman
Senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman Piper nigrum
antara lain 1,8-Cineol, Acetophenone, Alpha-Pinene, Alpha-Terpineol,
Ascorbic-Acid Borneol, Caff eic-Acid, Camphor, Carvone, Caryophyllene,
Citral, Citronellal, Citronellol, Eugeno, Eugenol-Methyl-Ether, Gaba,
Geranyl-Acetate, Hyperoside, Limonene, Linalool, Linalyl-Acetate,
Magnesium, Methyl-Eugenol, Myrcene, Myristicin, Niacin, P-Cymene,
Perillaldehyde, Piperidine, Piperine, Quercetin, Quercitrin, Safrole,
Stigmasterol, Thiamin, Tocopherol, Zinc (Anonim, 2009).
2.2.5 Manfaat cabe jawa dan merica hitam
Buah, daun dan akar tanaman Cabe Jawa dapat digunakan untuk
pengobatan. Buah yang sudah tua dapat digunakan untuk pengobatan perut
kembung, mulas, muntah-muntah, diaforetik, karminatif, merangsang nafsu
makan, demam, influenza, migren, peluruh keringat, encok, infeksi pada
hati, tekanan darah rendah, urat saraf lemah, sukar bersalin, dan sebagai
afrodisiaka. Akar dapat digunakan untuk sakit gigi, luka, dan kejang,
sedangkan daunnya untuk obat kumur. Di India, Afrika Utara, Afrika
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
13
Timur, dan Asia Tenggara, Cabe Jawa juga digunakan untuk bumbu
masak.
2.3 Tinjauan Umum Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
2.3.1 Definisi KLT
KLT adalah metode yang baik untuk memisahkan campuran
senyawa yang berbeda polaritas nya (Gabriela, 2010). KLT merupakan
metode kromatografi cair dimana sampel diberikan berbentuk spot kecil
atau garis pada plat penyerap pada kaca, plastik atau plat logam. Fase gerak
migrasi melalui fase diam melalui lubang kapiler, kadang dibantu oleh
gravitasi tekanan. Fase gerak pada metode KLT dapat terdiri dari pelarut
tunggal atau campuran pelarut organik. Saat ini, telah banyak penyerap
yang dapat digunakan antara lain silika gel, selulosa, alumina, poliamida,
penukar ion dan ikatan kimia yang dilapisi pada kaca atau polyester atau
lembaran aluminium (Fried dan Sherma, 1999). KLT juga dapat
dikembangkan menjadi fingerprinting kromatografi yang digunakan untuk
identifikasi (Gabriela, 2010; Wagner et al., 1996) dan kontrol kualitas
ekstrak tanaman (Liang et al., 2004).
2.3.2 Keuntungan metode KLT
Keuntungan menggunakan KLT sebagai penentuan senyawa
marker spesifik tanaman pada obat herbal : lebih sederhana, fleksibel, lebih
cepat, kepekaan tertentu, dan preparasi sampel yang lebih sederhana (Liang
et aL., 2004).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
14
2.3.3 Prinsip pemisahan pada KLT
Pemisahan senyawa pada kromatografi dipengaruhi oleh
kombinasi sifat kinetik dan termodinamik. Sifat termodinamik bertanggung
jawab atas nilai retensi dan selektifitas. Sedangkan sifat kinetik
menentukan pelebaran zona selama pemisahan (Spangenberg, 2011; Poole,
1992).
Pada saat pemisahan campuran komponen, setiap senyawa
terdistribusi dan berinteraksi pada kedua fase, yakni fase diam dan fase
gerak. Interaksi komponen senyawa dengan kedua fase meliputi dua
mekanisme yakni adsorpsi dan partisi (Spangenberg, 2011).
Adsorpsi merupakan fenomena permukaan. Adsorpsi pada KLT
terjadi pada permukaan partikel fase diam yang kontak dengan fase gerak.
Dalam mekanisme adsorpsi dapat terjadi ikatan van der waal’s interaksi
dipol-dipol dan interaksi ion komplek seperti ikatan hidrogen. Penerapan
pemisahan pada kromatografi, mekanisme adsorpsi harus bersifar
reversible dan hanya interaksi fisika. Sedangkan, pada kromatografi partisi,
pemisahan tergantung pada kelarutan senyawa pada dua eluen yang tidak
saling larut (Spangenberg, 2011).
Parameter yang digunakan untuk menunjukkan letak noda adalah
Rf, didapatkan dari rasio perbandingan :
Harga Rf mulai dari 0 (solut berada di titik penotolan) sampai
0,999 (solute berada digaris akhir fase gerak).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
15
2.3.4 Metode deteksi pada KLT ( Wall, 2005)
1. Teknik non-destructive
a.Deteksi visible
Deteksi ini digunakan untuk senyawa yang mempunyai warna,
misalnya pewarna alami dan sintesis dan senyawa nitrofenol.
b. Deteksi UV
Dalam membantu metode deteksi ini, plat mengandung indikator
senyawa inorganik fosforesensi atau indikator senyawa organik
fluoresensi. Proses fluoresensi diakibatkan gelombang
elektromagnetik yang memancarkan energi yang dibawa transisi
elektron dari ground state yang eksitasi singlet state. Eksitasi
elektron kembali pada ground state mengemisikan energi pada
panjang gelombang visible. Fosforesensi memiliki perbedaan
dengan fluoresensi, elektron kembali pada keadaan ground state
melalui keadaan triplet.
2. Reaksi reversible
a. Iodin
Iodin merupakan reagent yang sangat berguna untuk mendeteksi
keberadaan berbagai analit organik pada plat.
b. Amonia
Reagen amonia sering digunakan bersama reagen lain untuk
meningkatkan deteksi noda, antara lain bromocresol green dan
bromocresol blue.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
16
3. Reaksi non-reversible
a. Fluoresen
Metode ini digunakan untuk mendeteksi senyawa organik
substansial, salah satu reagen yang sering digunakan adalah
fluorescein digunakan untuk mendeteksi Lipid, purin, pyrimidin,
barbiturate, senyawa tak jenuh, klorinasi hidrokarbon dan
heterosiklik.
b. Indikator pH
Indikator ini hanya digunakan untuk mendeteksi keberadaan
senyawa asam dan basa. Reagen yang sering digunakan adalah
sulfonthalein.
4. Teknik destructive
a.Reaksi Charring
Metode reaksi charring biasanya digunakan reagen yang sesuai
kemudian diikuti dengan pemanasan pada temperatur tinggi untuk
merusak beberapa senyawa organik.
b. Aktivasi thermochemical
Metode ini membutuhkan pemanasan pada suhu tinggi untuk
merubah senyawa agar dapat berfluoresensi pada paparan lampu
UV.
5. Derivatisasi
Metode ini menggunakan reagen untuk mereaksikan analit agar
noda pada plat dapat terlihat. Metode ini terbagi menjadi dua:
analit direaksikan setelah dikromatografi dan direaksikan sebelum
dikromatografi.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
17
2.4 Tinjauan Umum Densitometri
Densitometri merupakan metode analisis instrumental yang
berdasarkan interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit ditentukan
adalah absorbs, transmisi, pantulan (refleksi) pendar fluor atau pemadaman
pendar fluor dari radiasi semula. Perajah dari densitometri akan mengubah
noda yang dibacanya menjadi kromatogram yang terdiri dari deretan
puncak. Letak noda sesuai dengan jarak tempuh noda dan tinggi atau luas
puncak sebanding dengan kadar analit pada noda yang bersangkutan
(Mulya dan Suharman, 1995).
Densitometer dioperasikan dengan sistem optis transmisi dan
reflektan. Komponen – komponen yang berwarna yang tidak menyerap
sinar ultraviolet dapat dianalisis dengan pantulan absorbs pada panjang
gelombang sinar tampak (visible) menggunakan sistem optis reflektan dan
transmisi. Komponen – komponen tidak berwarna akan menyerap
ultraviolet, dapat dianalisis dengan mengukur absorbansi sinar ultraviolet
yang direfleksikan (Touchstone dan Dobbins, 1983)
2.5 Tinjauan Ekstraksi dengan Microwave
Apabila dibandingkan dengan ekstraksi sonikasi, ekstraksi dengan
microwave memiliki beberapa kelebihan:
1. Mengurangi penggunaan pelarut
2. Tingkat efisiensi yang lebih tinggi
3. Mengurangi waktu ekstraksi
4. Peningkatan kemampuan analisis seperti: %perolehan kembali dan
keterulangan.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
18
2.6 Validasi Metode
Pengembangan metode analisis memerlukan syarat yang
menyatakan bahwa metode yang digunakan untuk analisis harus
tervalidasi. Validasi analisis merupakan persyaratan utama untuk
membuktikan kehandalan dan kesesuaian suatu metode untuk digunakan
(Renger et al, 2006). Pada penelitian ini, validasi yang dilakukan meliputi :
Uji stabilitas, presisi, peak identity dan peak purity, batas deteksi dan batas
kuantitasi, linearitas dan akurasi.
2.6.1 Uji stabilitas
Untuk memulai membuat prosedur analisis menggunakan KLT
tahap terpenting adalah mengecek kestabilan senyawa dalam setiap step
prosedur (Renger et al., 2006). Stabilitas yang perlu diuji adalah stabilitas
dalam pelarut dan dalam plat KLT. Parameter yang digunakan sebagai uji
stabilitas dalam pelarut, apabila tidak ada perbedaan noda pada sampel
larutan yang ditotolkan dengan penyimpanan dengan sampel yang baru
dilarutkan dan segera ditotolkan. Sedangkan uji stabilitas plat, jika noda
yang terbentuk dengan KLT bidimensional membentuk garis longitudinal
(Riech et al., 2008).
2.6.2 Presisi
Presisi dibagi menjadi tiga kategori: repeatability, intermediate
precision, dan reproducibility. Repeatability ditentukan ketika analisis
dilakukan di satu laboratorium oleh satu analis, dengan peralatan kerja
yang sama dan dilakukan dalam satu hari kerja. Intermediate precision
diperoleh ketika analisis dilakukan dalam satu laboratorium yang sama
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
19
oleh analis yang berbeda selama beberapa hari atau minggu, dengan
peralatan kerja yang berbeda. Reproducibility diperoleh dari hasil yang
diukur dalam laboratorium yang berbeda dengan tujuan memverifikasi
metode, apakah dapat memperoleh hasil yang sama dengan fasilitas yang
berbeda. Kriteria penerimaan (nilai RSD) uji presisi adalah ≤ 2%.
(Indrayanto dan Yuwono, 2005).
2.6.3 Peak identity dan peak purity
Untuk mendeteksi interaksi dari senyawa lain, kemurnian puncak
analit harus ditentukan. Konsekuensi dari persyaratan ini adalah bahwa
resolusi analit dari komponen lain harus lebih dari 1,5-2,0. Spektrum UV-
Vis dari puncak dapat digunakan untuk menentukan kemurnian dari puncak
tersebut, dalam hal ini koefisien korelasi “r” (istilah ini digunakan oleh
software DAD System Manager Hitachi dan WinCATS dari CAMAG).
Jika nilai r adalah 0.0000-0.8900 maka puncak tersebut tidak murni, dan
apabila nilai r adalah 0.9000-0.9500 berarti peak tersebut terkontaminasi.
Untuk menentukan identitas puncak, maka data seluruh puncak standar dan
analit harus dibandingkan, nilai r atau Match Factor dapat dihitung dengan
menggunakan perangkat lunak dari KCKT/KLT-Densitometer. (Indrayanto
dan Yuwono, 2005).
2.6.4 Batas deteksi dan batas kuantitasi
Batas deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi terendah dari
sebuah analit yang dapat dideteksi dalam kondisi analisis yang digunakan.
Keberadaan analit dapat dilihat pada batas deteksi, namun konsentrasi batas
deteksi tidak dapat diukur secara kuantitatif. Batas kuantifikasi adalah
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
20
konsentrasi terendah yang bisa ditentukan dengan akurasi yang diterima
dan presisi dalam kondisi analisis. Umumnya, batas kuantifikasi dapat
diperkirakan sebagai tiga kali lipat batas deteksi. Dengan menggunakan
analisis regresi linear pada konsentrasi analit yang relatif rendah dan
menghitung nilai Xp, batas deteksi dapat ditentukan sebagai ¼ dari Xp.
Disarankan menggunakan 5-10 sampel pada konsentrasi analit yang relatif
rendah untuk menentukan Xp dengan cara pengenceran sampai tidak ada
respon terdeteksi dari analit tersebut. Dalam hal ini, persyaratan parameter
linearitas (Vx0, r, nilai Xp, dll) dari garis regresi harus dipenuhi sebelum
batas deteksi dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai Xp.
(Indrayanto dan Yuwono, 2005).
2.6.5 Linearitas
Penentuan liniearitas dilakukan dengan menggunakan minimal
lima macam konsentrasi dimana kelima macam konsentrasi tersebut
berkisar antara 80-120% dari kadar analit yang diperkirakan. Sebagai
parameter adanya hubungan linear atau tidak digunakan koefisien korelasi r
pada analisis regresi linear,
y = bx + a, harga r yang diharapkan lebih besar dari r tabel (Carr,
1990). Parameter yang perlu ditentukan adalah deviasi rata-rata dari garis
regresi (Sy), standar deviadi fungsi (Sxo), dan koefisien variasi dari fungsi
(Vxo). Persamaan yang mempunyai nilai Vxo paling kecil dapat dipilih
untuk analisis selanjutnya. Harga Vxo sebaiknya tidak lebih dari 5%. Harga
r lebih besar dari r tabel tidak menjamin bahwa kurva linear yang diperoleh
mempunyai harga Vxo yang baik (Indrayanto dan Yuwono, 2005)
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
21
Persamaan-persamaan tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
Sy = 2
)( 2
−−∑
nYiYi
keterangan : Yi = bx + a
Sxo = bSy
Vxo = %100x
Sxo x
2.6.6 Akurasi
ICH mendefinisikan akurasi prosedur analisis sebagai kedekatan
antara nilai sebenarnya yang diketahui dan nilai yang diperoleh. Akurasi
juga dapat digambarkan sebagai sejauh mana hasil dari metode yang
digunakan dengan nilai sebenarnya yang diketahui. Penilaian akurasi dapat
dilakukan dengan beberapa cara. Salah satunya adalah dengan
membandingkan hasil dari metode yang dibuat dengan hasil dari metode
referensi yang sudah ditetapkan. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa
ketidakpastian dari metode referensi diketahui. Kedua, akurasi dapat dinilai
dengan menganalisis sampel yang sudah diketahui konsentrasi nya
(misalnya, sampel kontrol atau material referensi yang terjamin) dan
membandingkan nilai yang terukur dengan nilai yang sebenarnya seperti
yang terdapat pada material (Huber, 2007).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
22
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Uraian kerangka konseptual
Piper nigrum L. dan Piper retrofractum Vahl. merupakan 2
tanaman yang berada pada genus yang sama yaitu Piperaceae. Spesies
piper tersebar luas di wilayah tropis dan subtropis dunia, dan biasanya
digunakan sebagai obat dengan berbagai macam cara. Tanaman dengan
genus piper, terkenal dalam sistem pengobatan ayuverda di India.
Kontrol kualitas obat herbal, dalam beberapa kasus,
memungkinkan untuk melakukan identifikasi senyawa spesifik, yang biasa
disebut senyawa marker yang dapat digunakan untuk membantu pembuatan
produk yang konsisten. Senyawa marker adalah senyawa atau golongan
senyawa yang dapat digunakan untuk mengontrol konsistensi tiap batch
produk jadi tanpa harus mengetahui adanya aktifitas atau tidak senyawa
tersebut.
Senyawa marker diklasifikasikan menjadi dua, yang pertama
adalah senyawa marker aktif, yaitu senyawa atau golongan senyawa yang
diketahui secara umum mempunyai kontribusi dalam aktifitas terapetik.
Yang kedua adalah senyawa marker analisis yaitu senyawa atau golongan
senyawa yang digunakan untuk tujuan analisis tanpa perlu mengetahui
adanya kontribusi aktifitas terapetik atau tidak (Natural Health Product
Directorate’s Canada, 2012). Karena hanya sejumlah kecil senyawa kimia
yang terbukti memiliki aktifitas farmakologis yang jelas, sehingga senyawa
kimia lainnya juga dapat digunakan sebagai marker. Senyawa marker dapat
menjadi indikator kualitas obat herbal.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
23
Terdapat delapan kategori senyawa yang bisa dikatakan senyawa
marker dalam uji kontrol kualitas obat herbal, yaitu therapeutic
components, bioactive components, synergistic components, characteristic
components, main components, correlative components, toxic components,
and general components (Li et al., 2008).
Pada penelitian Patel (2011) Untuk evaluasi gel polyherbal yang
mengandung Terminalia arjuna, Centella asiatica dan Curcuma longa,
dilakukan identifikasi senyawa marker setiap tanaman pada gel tersebut.
Untuk Curcuma longa, digunakan standard reference curcumin sebagai
senyawa marker, yang kita ketahui bahwa curcumin merupakan main
component didalam tanaman tersebut (Patel et al., 2011).
Piperin adalah salah satu senyawa mayor yang dimiliki oleh
beberapa spesies tanaman yang berada pada genus Piperaceae dan
merupakan senyawa amida pertama yang diisolasi dari spesies piper. Dari
hasil studi farmakologi, dilaporkan bahwa piperin mempunyai aktivitas
sebagai depresan sistem saraf pusat, anti piretik, analgesik, dan anti
inflamasi (Parmar et al, 1997).
Prasaplai merupakan salah satu produk obat herbal tradisional di
Thailand yang berkhasiat untuk mengurangi dysmenorrhea dan mengatur
siklus mesntruasi. Dari formula tersebut, terkandung empat tanaman yang
berada pada dua genus yang sama, yaitu Piper retrofractum Blume dan P.
nigrum L., serta Zingiber cassumunar Roxb. dan Z. officinale Roscoe.
Sehingga untuk melakukan identifikasi senyawa spesifik tanaman yang
berada pada genus yang sama, tidak bisa dilakukan mengunakan senyawa
utama / senyawa mayor nya.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
24
Oleh karena itu, peneliti melakukan identifikasi tanaman Piper
retrofractum Vahl. dan Piper nigrum L. pada campuran nya berdasarkan
senyawa marker karakteristik / senyawa marker spesifik menggunakan
instrumen KLT-Densitometri dan Visualizer. Keuntungan menggunakan
KLT untuk penentuan senyawa marker spesifik tanaman dalam obat herbal:
lebih sederhana, fleksibel, lebih cepat, kepekaan tertentu dan preparasi
sampel yang lebih sederhana (Liang et al., 2004).
Pengembangan metode analisis memerlukan syarat yang
menyatakan bahwa metode yang digunakan untuk analisis harus
tervalidasi. Validasi analisis merupakan persyaratan utama untuk
membuktikan kehandalan dan kesesuaian suatu metode untuk digunakan
(Renger, 2006). Pada penelitian ini, validasi yang dilakukan meliputi : Uji
stabilitas, presisi, peak identity dan peak purity, batas deteksi dan batas
kuantitasi, linearitas dan akurasi.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
22
3.2 Kerangka Konseptual 25
Piperin merupakan senyawa marker aktif. Yang merupakan common compound dari tanaman yang berada pada genus piperaceae dan dianggap sebagai senyawa marker aktif.
Kontrol kualitas obat herbal memungkinkan untuk melakukan identifikasi senyawa spesifik, yang biasa disebut senyawa marker yang dapat digunakan untuk membantu pembuatan produk yang konsisten.
Senyawa marker aktif yaitu senyawa atau golongan senyawa yang diketahui secara umum mempunyai kontribusi dalam aktifitas terapetik.
Senyawa marker analisis yaitu senyawa atau golongan senyawa yang digunakan untuk tujuan analisis tanpa perlu mengetahui adanya kontribusi aktifitas terapetik atau tidak.
Piper retrofractum Vahl. dan Piper nigrum L. merupakan 2 spesies tanaman yang berada pada genus yang sama.
Identifikasi tanaman Piper retrofractum Vahl. dan P. nigrum L. pada campuran nya berdasarkan senyawa marker karakteristik / senyawa marker spesifik
Pengembangan metode analisis memerlukan syarat yang menyatakan bahwa metode yang digunakan untuk analisis harus tervalidasi. Validasi analisis merupakan persyaratan utama untuk membuktikan kehandalan dan kesesuaian suatu metode untuk digunakan.
Dapat dikembangan metode analisis yang valid untuk penentuan senyawa marker pada formula campuran menggunakan KLT-Densitometri dan Visualizer.
Tanaman yang berada pada takson yang sama, mempunyai common compound yang sama. Sehingga diperlukan senyawa karakteristik untuk dilakukan identifikasi.
Gambar 3.1 Skematik kerangka konseptual
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
22
3.3 Hipotesis Dapat dikembangan metode analisis yang valid untuk penentuan
senyawa marker pada formula campuran menggunakan KLT-Densitometri
dan Visualizer.
26
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
27
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Bahan dan Alat Penelitian
4.1.1 Bahan Tanaman
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah dari
tanaman cabe jawa dan merica hitam. Kedua tanaman tersebut diperoleh
dan diidentifikasi dari Balai penelitian tanaman rempah dan obat (Balittro)
Bogor.
Tabel IV.1 Spesifikasi buah tanaman yang diperoleh
Tanaman Umur saat panen
Musim panen Cara pengeringan
Cabe jawa 4 bulan Kemarau Menggunakan Oven 500
C
Merica hitam 6 bulan Kemarau Menggunakan Oven 500
C
4.1.2 Bahan kimia dan bahan lain
Bahan kimia yang digunakan untuk penelitian ini adalah n-Heksan
p.a (merck), kloroform p.a (malinckorf), Plate TLC Silica Gel GF 254
merck.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
28
4.1.3 Alat-alat
Moisture Analyzer HB43-S Mettler Toledo, Microwave Sharp
R230-R(S), Ayakan No. 13 mm; 2-μm pore; PTFE syringe filter, Linomat
5, Automatic Development Chamber 2, Camag TLC Visualizer, Camag
TLC scanner 3, software WinCATS versi 1436336, software VMA
solution versi 1.2.0b.
4.2 Metode Penelitian
4.2.1 Pembuatan serbuk simplisia
Buah cabe jawa dan merica hitam dalam kondisi kering. Kedua
buah tanaman tersebut kemudian dibuat menjadi serbuk simplisia
menggunakan blender. Setelah itu diayak menggunakan ayakan No. 100.
4.2.2 Penentuan kadar air serbuk simplisia
Pengukuran kandungan air yang berada di dalam serbuk simplisia
tanaman cabe jawa dan merica hitam. Dengan menimbang 500,0 mg
masing-masing serbuk simplisia, kemudian pengukuran menggunakan alat
Moisture Analyzer. Simplisia dinilai cukup aman bila mempunyai kadar air
kurang dari 10% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
29
4.2.3 Pembuatan Formula Campuran
Tabel IV.2 Komposisi tanaman untuk pembuatan formula campuran
BAHAN TANAMAN F1 F2 F3
Merica Hitam 75% 50% 25%
Cabe Jawa 25% 50% 75%
Membuat 3 formula campuran sebanyak 100,0 gram tiap
formulanya. Serbuk simplisia buah cabe jawa dan merica hitam ditimbang
sesuai dengan komposisi dari tiap formula campurannya. (Komposisi
tanaman untuk pembuatan formula campuran dilihat pada tabel IV.1).
Setelah itu, diaduk dan diayak menggunakan ayakan No. 100.
4.2.4 Preparasi Sampel
Serbuk sampel formula campuran ditimbang 50,0 mg, dimasukkan
kedalam labu ukur 5 mL, lalu ditambahkan n-Heksan p.a 3,0 mL,
diekstraksi menggunakan Microwave. Kemudian dalam labu ukur tersebut
ditambahkan n-Heksan ad 5 mL atau sampai garis tanda. Tiap sampel
disaring dengan menggunakan 13 mm, 2-μm pore, PTFE syringe filter.
4.2.5 Optimasi kondisi
Pada tahap ini dilakukan penentuan fase gerak, penentuan
konsentrasi sampel, penentuan jumlah larutan sampel yang ditotolkan dan
penentuan panjang gelombang pada analisis menggunakan densitometri.
Larutan sampel ditotolkan menggunakan Linomat-5 pada plat KLT silika
gel 60 F254. Setelah totolan kering plat dieluasi menggunakan ADC-2.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
30
Noda yang diperoleh diamati di TLC Scanner-3 pada panjang gelombang
254 nm dan 366 nm. Fase gerak yang terpilih adalah fase gerak yang dapat
memisahkan peak terpilih dengan peak lain, dengan pemisahan paling baik
berdasarkan nilai resolusi > 0,8 serta panjang gelombang sinar UV yang
dapat menampakkan senyawa marker spesifik dari masing-masing
tanaman.
4.2.6 Penentuan senyawa marker spesifik
Penentuan senyawa marker spesifik dengan memilih salah satu
senyawa pada masing-masing tanaman, yang hanya dimiliki tanaman itu
saja. Senyawa yang terpilih harus memiliki resolusi > 0,8 dan memiliki
peak purity ≥ 0,9900. Sehingga dengan adanya senyawa marker spesifik
didalam formula campuran, dapat menandakan keberadaan tanaman
tersebut
4.2.7 Validasi metode
4.2.7.1 Stabilitas
Pertama stabilitas dalam pelarut, sampel pertama adalah formula
campuran yang dilarutkan pada 8 jam sebelum penotolan, sampel kedua
adalah formula campuran yang dilarutkan satu jam sebelum penotolan,
sampel ketiga adalah formula campuran yang dilarutkan segera sebelum
penotolan. Ketiga larutan sampel tersebut kemudian ditotolkan sebesar 35,0
µL menggunakan Linomat-5 pada satu plat KLT yang sama. Selanjutnya,
dieluasi menggunakan fase gerak terpilih pada ADC-2, noda hasil
pemisahan dilihat menggunakan Camag TLC Visualizer.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
31
Kedua, stabilitas dalam plat. Larutan sampel ditotolkan
menggunakan Linomat-5 sebesar 35,0 µL pada plat KLT 10x10 cm
sebanyak satu kali disalah satu sudut. Kemudian dieluasi menggunakan
fase gerak yang terpilih pada ADC-2. Kemudian dilakukan eluasi kedua
pada sisi yang tegak lurus pada sisi yang kedua setelah 2 jam dan 3 jam.
Setelah eluasi, divisualisasikan menggunakan Camag TLC Visualizer.
Gambar 4.1 Skematik arah eluasi uji stabilitas pada plat KLT
4.2.7.2 Presisi
Ketiga sampel formula campuran ditotolkan menggunakan
Linomat-5 sebanyak 35,0 µl pada plat KLT silika gel 60 F254 10x10 cm.
Masing-masing sampel dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Selanjutnya,
dieluasi menggunakan fase gerak terpilih dalam ADC-2, kemudian
dilakukan analisis menggunakan Camag TLC Scanner-3 dan software
WinCATS. Hal ini dilakukan 3 kali di 3 hari yang berbeda dengan
komposisi eluen yang sama. Lalu nilai rasio area dari peak senyawa marker
spesifik akan dibandingkan dengan peak yang sama tiap replikasinya
sehingga diperoleh variabilitas interday dan intraday.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
32
4.2.7.3 Peak purity dan peak identity
Pada tahap ini dilakukan scanning spektra pada masing – masing
peak senyawa marker spesifik pada tiap tanaman. Untuk peak identity
dilakukan dengan mengkorelasikan peak yang digunakan untuk standard
dengan peak yang sama pada track yang berbeda. Sedangkan peak purity
dilakukan dengan mengkorelasikan spektra pada awal peak dengan
maksimum peak (r s,m) dan spektra pada maksimum peak dengan spektra
pada akhir peak (r m,e). Peak identity dan peak purity diterima apabila
memiliki nilai correlation limit > 0,9900.
Gambar 4.2 Skematik peak purity (Indrayanto dan Yuwono, 2005).
4.2.7.4 Batas deteksi dan batas kuantitasi
Untuk menentukan batas deteksi dan batas kuantitasi, masing-
masing larutan sampel tanaman tunggal ditotolkan sampai di konsentrasi
senyawa marker spesifik tidak tampak. Kemudian diambil 5 tingkat
konsentrasi yang akan dilakukan perhitungan regresi linear dengan
menggunakan software VMA Solution. Sehingga akan diketahui batas
deteksi dan batas kuantifikasi dari masing – masing larutan sampel
tanaman tunggal.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
33
4.2.7.5 Linearitas
Tabel IV.3 Preparasi pembuatan kurva kalibrasi masing-masing tanaman
Konsentrasi Berat serbuk Volume larutan yang ditotolkan
Area senyawa marker spesifik
2.500 ppm 12,5 mg 35,0 µL
5.000 ppm 25,0 mg 35,0 µL
10.000 ppm 50,0 mg 35,0 µL
12.500 ppm 62,5 mg 35,0 µL
Serbuk simplisia merica hitam dan cabe jawa ditimbang sebanyak
5 kali dengan berat serbuk yang sesuai pada tabel 4.3. Kemudian masing –
masing serbuk yang sudah ditimbang dimasukkan kedalam labu ukur 5 mL,
lalu ditambahkan n-Heksan p.a 3,0 mL, diekstraksi menggunakan
Microwave. Kemudian dalam labu ukur tersebut ditambahkan n-Heksan ad
5 mL atau sampai garis tanda. Tiap sampel disaring dengan menggunakan
13 mm, 2-μm pore, PTFE syringe filter. Langkah berikutnya adalah
menotolkan 5 tingkat konsentrasi larutan sampel tersebut pada plat KLT.
Kemudian dianalisis menggunakan densitometri pada lambda maksimum
masing-masing senyawa marker spesifik. Setelah itu dilakukan perhitungan
regresi linear antara area senyawa marker spesifik dengan berat serbuk
simplisia.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
34
4.2.7.6 Akurasi
Tiap formula campuran dilakukan penimbangan sebanyak 3 kali
seberat 50,0 mg. Kemudian masing-masing dimasukkan kedalam labu ukur
5 mL, lalu ditambahkan n-Heksan p.a 3,0 mL, diekstraksi menggunakan
Microwave. Kemudian dalam labu ukur tersebut ditambahkan n-Heksan ad
5 mL atau sampai garis tanda. Tiap sampel disaring dengan menggunakan
13 mm, 2-μm pore, PTFE syringe filter.
Langkah berikutnya adalah menotolkan tiap larutan sampel
formula campuran yang telah dibuat sebanyak 35,0 µL dengan
menggunakan Camag-Linomat 5 bersamaan dengan 4 tingkat konsentrasi
larutan sampel tanaman tunggal yang digunakan sebagai kurva kalibrasi
pada plat KLT ukuran 20 x 10 cm. Kemudian dieluasikan dengan
heksan:kloroform (0,5:3,5) menggunakan Camag ADC-2. Lalu setelah
eluasi, plat dianalisis menggunakan densitometri pada lambda maksimum
dari masing-masing senyawa marker spesifik. Area dari senyawa marker
spesifik tiap tanaman pada masing-masing formula akan dimasukkan
kedalam persamaan regresi yang didapat dari perhitungan regresi linear
antara area senyawa marker spesifik pada tanaman tunggal dengan berat
penimbangan masing-masing tingkat konsentrasinya. Selanjutnya
dilakukan perbandingan antara berat sebenarnya masing-masing tanaman
pada tiap formula dengan berat yang diperoleh dari hasil analisis
menggunakan densitometri.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
35
4.3 Skema Metode Penelitian
Gambar 4.3 Skematik metode penelitian
Pembuatan serbuk simplisia masing – masing tanaman
Penentuan kadar air serbuk simplisia masing – masing tanaman
Pembuatan formula campuran
Preparasi sampel
Optimasi Kondisi
Penentuan senyawa marker spesifik
Validasi Metode Stabilitas, Presisi, Peak identity dan purity,
batas deteksi dan kuantitasi, linearitas, akurasi
F1 : MH 25% CJ 75%
F2 : MH 50% CJ 50%
F3 : MH 75% CJ 25%
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
36
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Penentuan Kadar Air
Sebelum serbuk simplisia masing-masing tanaman dibuat formula
campuran, perlu dilakukan uji kadar air. Penentuan kadar air menggunakan
Moisture Analizer. Dari hasil pengamatan ditentukan kadar air pada serbuk
simplisia pada masing – masing tanaman :
Tabel V.1 % Kadar air pada serbuk simplisia merica hitam dan cabe jawa. TANAMAN KADAR AIR
Serbuk simplisia merica hitam 7,24 ± 0,28 % Serbuk simplisia cabe jawa 8,18 ± 0,26 %
Pada tabel V.1 diketahui bahwa kadar air serbuk simplisia merica
hitam dan serbuk simplisia cabe jawa memenuhi persyaratan FHI kurang
dari 10%. Setiap penimbangan yang dilakukan, serbuk tanaman tunggal
maupun formula campuran harus dilakukan perhitungan berat kering dari
berat serbuk yang ditimbang untuk menjamin kuantitasi yang hasil
didapatkan.
5.2 Optimasi Kondisi
Konsentrasi sampel yang digunakan adalah 10.000 ppm dan
jumlah larutan yang akan ditotolkan pada plat KLT adalah 35,0 µL.
Sedangkan fase gerak yang terpilih adalah n-Heksan, kloroforom (0.5:3.5).
Kondisi ini dapat menampakkan senyawa marker spesifik dari tiap tanaman
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
37
dan memiliki pemisahan yang baik antara senyawa marker spesifik dan
senyawa lainnya. Dari hasil eluasi dengan fase gerak terpilih tersebut,
senyawa marker spesifik merica hitam memiliki resolusi 0,84, sedangkan
senyawa marker spesifik cabe jawa memiliki resolusi 3,6. Persyaratan nilai
resolusi yang diterima adalah > 0,8. Kemudian dari hasil scanning, masing-
masing peak senyawa marker spesifik mempunyai nilai peak purity ≥
0,9900.
5.3 Penentuan Senyawa Marker Spesifik
Gambar 5.1 Hasil visualisasi sampel merica hitam, formula campuran dan
cabe jawa pada 366 nm menggunakan Camag TLC – Visualizer.
a) cabe jawa, b) formula campuran, c) merica hitam.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
38
Gambar 5.2 Kromatogram masing-masing tanaman dan formula campuran
pada 366 nm.
1) peak marker merica hitam, 2) peak marker cabe jawa.
Penentuan senyawa marker spesifik dilakukan dengan memilih
satu senyawa dari tiap tanaman tunggal merica hitam dan cabe jawa, yang
hanya dimiliki oleh salah satu tanaman itu saja. Sehingga dengan adanya
senyawa tersebut, bisa menandakan keberadaan tanaman tunggal di
formula campuran. Terlihat pada gambar 5.1, di Rf 0,09 sampel tanaman
tunggal merica hitam sama-sama noda dengan warna yang sama,
sedangkan noda tersebut tidak tampak pada sampel cabe jawa. Pada
gambar 5.2 juga membuktikan bahwa pada kromatogram sampel merica
hitam dan formula campuran sama-sama terdapat peak pada Rf 0,09 dan
peak tersebut tidak tampak di kromatogram sampel cabe jawa. Maka dapat
disimpulkan bahwa senyawa marker spesifik merica hitam terdapat pada Rf
0,09.
Sedangkan untuk senyawa marker spesifik cabe jawa, terlihat
pada gambar 5.1, pada Rf 0,52 baik sampel cabe jawa dan formula
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
39
campuran terdapat noda dengan warna yang sama tetapi noda tersebut tidak
tampak di sampel merica hitam. Pada gambar 5.2 juga membuktikan bahwa
pada kromatogram sampel cabe jawa dan formula campuran sama-sama
terdapat peak pada Rf 0,52 dan peak tersebut tidak tampak di kromatogram
sampel merica hitam. Maka dapat disimpulkan bahwa senyawa marker
spesifik merica hitam terdapat pada Rf 0,52.
Tabel V.2 Rf senyawa marker spesifik dari tiap tanaman TANAMAN Rf Merica Hitam 0,09
Cabe Jawa 0,52
5.4 Hasil Validasi Metode
5.4.1 Uji stabilitas
Pertama uji stabilitas pada pelarut. Untuk menguji ekstrak formula
campuran dalam pelarut Heksan p.a, dilakukan 3 sampel : sampel recenter
paratus (rp), sampel dengan waktu kontak 1 jam dan sampel dengan waktu
kontak 8 jam.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
40
Gambar 5.3 Hasil visualisasi uji stabilitas dalam pelarut pada 366 nm;
a. Sampel rp; b. Sampel dengan kontak pelarut dan serbuk simplisia
formula campuran selama 1 jam; c. Sampel dengan kontak pelarut dan
serbuk simplisia formula campuran selama 8 jam.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
41
Gambar 5.4 Kromatogram uji stabilitas dalam pelartu pada 366 nm.
Dari gambar 5.3 tersebut menunjukkan tidak adanya perbedaan
noda dari ketiga sampel dan pada gambar 5.4 juga menunjukkan tidak
terdapat perbedaan kromatogram dari ketiga sampel. Hal tersebut
menunjukkan sampel dapat stabil dalam penyimpanan suhu ruangan (250
C) selama 8 jam.
Selanjutnya uji stabilitas dalam plat KLT, untuk menguji stabilitas
serbuk simplisia dalam pelarut Heksan p.a, dilakukan menggunakan 2
sampel (sampel kontak dengan plat 2 jam dan 3 jam).
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
42
Gambar 5.5 Hasil visualisasi uji Gambar 5.6 Hasil visualisasi uji
stabilitas pada 366 nm selama 2 jam stabilitas pada 366 nm selama 3 jam
Pada gambar 5.5 menunjukkan sampel stabil selama 2 jam, hal
tersebut ditunjukkan dengan noda yang terbentuk berupa garis longitudinal.
Sedangkan pada gambar 5.6 menunjukkan bahwa terdapat noda diluar garis
longitudinal (degradan). Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa
serbuk simplisia formula campuran stabil dalam plat KLT selama 2 jam.
5.4.2 Presisi
Pada uji validasi presisi, dilakukan 3 kali replikasi tiap formula
dan dilakukan selama 3 hari. Kemudian area senyawa marker spesifik cabe
jawa akan dibagi dengan area senyawa marker spesifik merica hitam pada
tiap formulanya, sehingga didapatkan nilai rasio area dari senyawa marker
spesifik cabe jawa. Begitu juga sebaliknya untuk area senyawa marker
merica hitam, dibagi dengan area senyawa marker cabe jawa tiap
formulanya sehingga akan didapatkan nilai rasio area dari senyawa marker
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
43
spesifik merica hitam. Kemudian dihitung %KV dari rasio area pada
masing-masing intraday dan interday.
Tabel V.3 Rasio area senyawa marker spesifik pada tiap formula campuran MH F1 MH F2 MH F3 CJ F1 CJ F2 CJ F3
Intraday 1 4,40 2,15 1,03 0,23 0,46 0,97 4,63 2,15 1,00 0,21 0,46 1,00 4,29 2,22 1,05 0,23 0,45 0,95
Intraday 2 4,57 2,13 1,04 0,22 0,47 0,96 4,69 2,07 1,03 0,21 0,48 0,98 4,54 2,10 1,01 0,22 0,47 0,99
Intraday 3 4,63 2,20 0,98 0,21 0,45 1,02 4,61 2,18 0,97 0,22 0,46 1,03 4,75 2,23 1,00 0,21 0,45 1,00
Tabel V.4 %KV rasio area masing-masing senyawa marker spesifik pada tiap formula (n=3)
MH F1 MH F2 MH F3 CJ F1 CJ F2 CJ F3 Intraday 1 3,96 % 1,92 % 2,27 % 2,27 % 1,89 % 3,91 % Intraday 2 1,70 % 1,53 % 1,43 % 1,68 % 1,53 % 1,44 % Intraday 3 1,32 % 1,12 % 1,52 % 1,31 % 1,12 % 1,51 % Interday 3,13 % 2,47 % 2,61 % 2,62 % 2,49 % 3,22 %
Pada tabel V.4 menunjukkan bahwa KV area senyawa marker
spesifik kedua tanamanan, baik intraday dan interday ≤ dari 5%.
5.4.3 Peak purity dan peak identity
Pada tahap ini dilakukan scanning pada masing-masing peak
senyawa marker spesifik. Peak discan dengan menggunakan lambda 200
nm – 500 nm.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
44
Tabel V.5 Peak purity senyawa marker spesifik merica hitam
Tabel V.6 Peak purity senyawa marker spesifik cabe jawa
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
45
Gambar 5.7 Peak identity senyawa marker spesifik merica hitam
Gambar 5.8 Peak identity senyawa marker spesifik cabe jawa
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
46
Pada tabel V.4, menunjukkan bahwa peak purity dari peak
senyawa marker spesifik cabe jawa memiliki nilai correlation limit ≥
0,9900 dan panjang gelombang maksimum senyawa tersebut berada
disekitar 340 nm. Pada gambar 5.7 dilakukan overlay profil spektra antara
peak senyawa marker spesisik cabe jawa pada formula dengan senyawa
marker spesifik cabe jawa pada serbuk simplisianya. Nilai correlation limit
dari overlay kedua profil spektra tersebut adalah ≥ 0,9900.
Sedangkan pada tabel V.5 menunjukkan bahwa peak purity dari
peak senyawa marker spesifik merica hitam memiliki nilai correlation limit
≥ 0,9900 dan panjang gelombang maksimum senyawa tersebut berada
disekitar 340 nm. Terlihat pada gambar 5.8 dilakukan overlay profil spektra
antara peak senyawa marker spesisik merica hitam pada formula dengan
senyawa marker spesifik merica hitam pada serbuk simplisianya. Nilai
correlation limit dari overlay kedua profil spektra tersebut adalah ≥ 0,9900.
5.4.4 Batas deteksi dan batas kuantitasi
Untuk mengetahui batas deteksi dan batas kuantitasi dari masing-
masing senyawa marker tiap tanaman, dilakukan perhitungan regresi linear
dari 5 level konsentrasi sampel yang ditotolkan yang masih menampakkan
noda senyawa marker spesifik. Kemudian akan dilakukan perhitungan
regresi linear antara berat sampel dengan area yang didapatkan
menggunakan software VMA Solution.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
47
Tabel V.7 Batas deteksi dan batas kuantitasi pada merica hitam Konsentrasi sampel Volume totolan Berat sampel Area
186 ppm 35,0 µL 0,93 mg 356,56 462 ppm 35,0 µL 2,31 mg 837,15 928 ppm 35,0 µL 4,64 mg 1770,68
1392 ppm 35,0 µL 6,96 mg 2497,56 1856 ppm 35,0 µL 9,28 mg 3302,8
r 0,9992 sdv 0,15
Vx0 3,19 % Batas deteksi 0,92 mg Batas kuantitasi 2,76 mg
Dari tabel V.7 terlihat bahwa senyawa marker spesifik merica
hitam memiliki batas deteksi pada 0,92 mg dan batas kuantitasi pada 2,76
mg.
Tabel V.8 Batas deteksi dan batas kuantitasi pada cabe jawa Konsentrasi sampel Volume totolan Berat sampel Area
460 ppm 35,0 µL 2,30 mg 240,56 918 ppm 35,0 µL 4,59 mg 480,91 1378 ppm 35,0 µL 6,89 mg 650,23 1836 ppm 35,0 µL 9,18 mg 877,45 2296 ppm 35,0 µL 11,48 mg 1072,73
r 0,9989 sdv 0,19 Vx0 2,85 % Batas deteksi 1,29 mg Batas kuantitasi 3,86 mg
Dari tabel V.8 terlihat bahwa senyawa marker spesifik cabe jawa
memiliki batas deteksi pada 1,29 mg dan batas kuantifikasi pada 3,86 mg.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
48
5.4.5 Linearitas
Pada tahap ini dilakukan uji linearitas untuk 4 tingkat konsentrasi
masing-masing tanaman tunggal yang digunakan sebagai kurva kalibrasi
pada penentuan kadar tiap tanaman tunggal dalam formula campuran.
Tabel V.9 Linearitas senyawa marker spesifik merica hitam. Konsentrasi sampel Volume totolan Kadar sampel Area
2318 ppm 35,0 µL 11,59 mg 3820,25 4638 ppm 35,0 µL 23,19 mg 5197,40 9276 ppm 35,0 µL 46,38 mg 7304,12
11594 ppm 35,0 µL 57,97 mg 8432,00 Pers. regresi Y = 2789,6 + 97,717 * X r 0,9987 sdv 1,27 Vx0 3,68 %
Gambar 5.9 Kurva kalibrasi merica hitam
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
49
Tabel V.10 Linearitas senyawa marker spesifik cabe jawa Konsentrasi
sampel Volume totolan Kadar sampel Area
2296 ppm 35,0 µL 11,48 mg 1145,3 4590 ppm 35,0 µL 22,95 mg 2264,25 9182 ppm 35,0 µL 45,91 mg 4495,83
11476 ppm 35,0 µL 57,38 mg 5402,23 Pers. regresi Y = 103,07 + 93,634 * X
r 0,9993 sdv 0,93 Vx0 2,72 %
Gambar 5.10 Kurva kalibrasi cabe jawa
Pada merica hitam, 4 tingkat konsentrasi yang digunakan adalah
12,5 mg; 25,0 mg; 50,0 mg dan 62,5 mg. Dari perhitungan regresi linear,
pada 4 tingkat konsentrasi tersebut didapatkan persamaan regresi Y =
2789,6 + 97,717 * X , dengan nilai r = 0,9987 , sdv = 1,27 dan Vx0 = 3,68
%. Dari hasil yang didapat menunjukkan bahwa rentang konsentrasi yang
digunakan sebagai kurva kalibrasi untuk merica hitam memenuhi syarat.
Sedangkan pada cabe jawa, 4 tingkat konsentrasi yang digunakan
adalah 12,5 mg; 25,0 mg; 50,0 mg dan 62,5 mg. Dari perhitungan regresi
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
50
linear didapatkan persamaan regresi Y = 103,07 + 93,634 * X , dengan
nilai r = 0,9993 , sdv = 0,93 , dan Vx0 = 2,72 %. Dari hasil yang didapat
menunjukkan bahwa rentang konsentrasi yang digunakan sebagai kurva
kalibrasi untuk cabe jawa memenuhi syarat.
Selanjutnya dilakukan homogenity test pada konsentrasi terendah
dan konsentrasi tertinggi konsentrasi yang digunakan pada tiap tanaman,
masing masing dilakukan 4 kali replikasi. Kemudian data area yang
didapatkan diolah menggunakan software VMA Solution.
Tabel V.11 Homogenity test konsentrasi terendah dan tertinggi yang
digunakan untuk kurva kalibrasi pada sampel merica hitam.
Konsentrasi Area Konsentrasi Area 2318 ppm 3876,57 11594 mg 8445,23 2318 ppm 3921,64 11594 mg 8479,92 2318 ppm 3912,45 11594 mg 8391,34 2318 ppm 3882,36 11594 mg 8499,85 Rata – rata = 3898,25 Rata – rata = 8454,08
Testing value (TV) = 4,6065 F = 9,2766
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
51
Tabel V.12 Homogenity test konsentrasi terendah dan tertinggi yang digunakan untuk kurva kalibrasi pada sampel cabe jawa.
Konsentrasi Area Konsentrasi Area 2296 ppm 1123,45 11476 ppm 5463,23 2296 ppm 1178,96 11476 ppm 5432,64 2296 ppm 1099,45 11476 ppm 5545,13 2296 ppm 1075,34 11476 ppm 5342,56 Rata – rata = 1119,3 Rata – rata = 5445,89
Testing value (TV) = 3,5578 F = 9,2766
Dari hasil pengolahan data dengan software VMA Solution,
diketahui hasil homogenity test pada sampel tanaman tunggal cabe jawa
dan merica hitam memenuhi syarat, karena nilai testing value (TV) ≤ F.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
52
5.4.6 Akurasi
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui keakuratan metode yang
digunakan dengan cara menghitung persentase perbandingan antara kadar
tanaman tunggal sebenarnya yang terdapat di tiap formula dengan kadar
yang diperoleh. Kadar yang diperoleh didapat dengan memasukkan area
dari tiap senyawa marker spesifik tanaman tunggal kedalam persamaan
regresi dari kurva kalibrasi masing-masing tanaman yang sesuai.
Tabel V.13 Akurasi kadar merica hitam pada tiap formula ( n = 3 )
Konsentrasi Berat Sebenarnya
Area Senyawa Marker
Berat Diperoleh
% Akurasi
F1
34,78 mg
6256,53 35,48 mg 102,01 % 6956 ppm 6398,34 36,93 mg 106,18 %
6304,86 35,97 mg 103,43 %
Rata – rata 36,13 ± 0,74 mg 103,87 ± 2,12 %
F2
23,19 mg
5298,74 25,68 mg 110,73 % 4638 ppm 5264,55 25,33 mg 109,22 %
5338,19 26,08 mg 112,47 %
Rata – rata 25,69 ± 0,38 mg 110,80 ± 1,62 %
F3
11,59 mg
3968,25 12,06 mg 104,07 % 2318 ppm 4025,33 12,65 mg 109,11 %
3945,73 11,83 mg 102,08 %
Rata – rata 12,18 ± 0,42 mg 105,09 ± 3,62 %
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
53
Tabel V.14 Akurasi kadar cabe jawa pada tiap formula ( n = 3 )
Konsentrasi Berat Sebenarnya
Area Senyawa Marker
Berat Diperoleh
% Akurasi
F1
11,48 mg
1221,24 11,94 mg 104,02 % 2296 ppm 1167,4 11,37 mg 99,01 %
1239,67 12,14 mg 105,74 %
Rata – rata 11,81 ± 0,40 mg
102,92 ± 3,49 %
F2
22,95 mg
2452,42 25,09 mg 109,33 % 4590 ppm 2341,45 23,90 mg 104,16 %
2384,64 24,37 mg 106,17 %
Rata – rata 24,45 ± 0,60 mg
106,55 ± 2,60 %
F3
34,43 mg
3592,98 37,27 mg 108,25 % 6886 ppm 3423,22 35,46 mg 102,99 %
3494,56 36,22 mg 105,20 %
Rata – rata 36,31 ± 0,91 mg
105,48 ± 2,64 %
Dari tabel V.13 dan V.14, dapat disimpulkan bahwa metode yang
digunakan valid karena % akurasi perbandingan berat tanaman tunggal
sebenarnya yang terdapat didalam formula campuran dengan berat yang
diperoleh berkisar 80-120%.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
54
BAB VI
PEMBAHASAN
Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan metode yang valid
yang dapat menentukan senyawa marker spesifik dari tanaman yang berada
pada genus yang sama menggunakan KLT – Densitometri dan Visualizer.
Bahan tanaman yang digunakan adalah Piper retrofractum Vahl.(Cabe
Jawa) dan Piper nigrum L. (Merica Hitam) yang sama-sama berada pada
genus Piperaceae.
Cabe jawa dan merica hitam yang digunakan pada penelitian ini
diperoleh dan diidentifikasi dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat (Balittro) Bogor. Simplisia yang digunakan adalah buah dari masing-
masing tanaman. Simplisia merica hitam yang diperoleh berumur 4 bulan
saat panen, dipanen saat musim kemarau, kemudian dilakukan pengeringan
pada simplisia tersebut dengan menggunakan oven pada suhu 500 C.
Sedangkan untuk simplisia cabe jawa, diperoleh berumur 6 bulan saat
panen, dipanen saat musim kemarau, kemudian dilakukan pengeringan
pada simplisia tersebut dengan menggunakan oven pada suhu 500 C.
Setelah itu simplisia buah dari masing-masing tanaman dilakukan
pengecilan ukuran partikel dengan cara diblender, kemudian diayak
menggunakan ayakan no. 100, untuk menghomogenisasikan ukuran
partikel pada serbuk simplisia tersebut sehingga kemampuan ekstraksi
serbuk simplisia dengan pelarut diharapkan sama.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
55
Langkah berikutnya adalah uji kadar air masing-masing serbuk
simplisia tanaman merica hitam dan cabe jawa. Pada penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan Moisture Analizer, sehingga dapat
ditentukan kadar air dalam serbuk simplisia merica hitam adalah 7,24 ±
0,28 % dan kadar air dalam serbuk simplisia cabe jawa adalah 8,18 ± 0,26
%.
Setelah itu dibuat formula campuran dari kedua serbuk simplisia
tanaman tersebut sebanyak 3 macam formula. Komposisi masing-masing
tanaman dari formula 1 adalah 75% merica hitam dan 25% cabe jawa,
formula 2 adalah 50% merica hitam dan 50% cabe jawa, sedangkan
formula 3 adalah 25% merica hitam dan 75% cabe jawa.
Masing – masing formula dibuat sebanyak 100,0 gram, dengan
penimbangan masing-masing serbuk simplisia tanaman sesuai dengan
komposisinya. Kemudian setelah dicampurkan, kedua serbuk tersebuk
diaduk dan diayak untuk memastikan homogenisasi formula campuran
tersebut.
Preparasi sampel untuk analisis kuantitatif pada penelitian ini,
masing – masing formula ditimbang sebanyak 50,0 mg kemudian
dimasukkan labu ukur 5 mL. Setelah itu pada labu ukur ditambahkan
pelarut n-Heksan p.a sebanyak 3,0 mL. Kemudian diekstraksi dengan
menggunakan microwave, setelah pada labu ukur ditambahkan n-Heksan
p.a ad 5 mL atau garis tanda.
Tahap berikutnya adalah optimasi kondisi pada KLT, pada tahap
ini ditujukan untuk mendapatkan fase gerak yang sesuai, konsentrasi
larutan sampel, jumlah larutan sampel yang akan ditotolkan, dan penentuan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
56
panjang gelombang maksimum dari kedua senyawa marker spesifik
tanaman.
Pada pemilihan fase gerak, fase gerak yang akan dipilih harus
dapat memisahkan senyawa marker spesifik dari tiap tanaman dengan
senyawa lainnya dengan pemisahan yang paling baik. Pada tahap ini, fase
gerak yang terpilih adalah perbandingan heksan p.a : kloroform p.a
(0,5:3,5). Eluen yang terpilih ini memiliki polaritas sekitar 4,25. Dari hasil
eluasi dengan fase gerak tersebut, didapatkan nilai resolusi dari senyawa
marker spesifik merica hitam adalah 0.84 dan resolusi dari senyawa marker
spesifik cabe jawa adalah 3,60. Nilai resolusi dari kedua senyawa marker
spesifik memenuhi persyaratan > 0,8.
Penentuan senyawa marker spesifik dilakukan dengan memilih
satu senyawa yang hanya terdapat pada masing-masing tanaman. Sehingga
dengan adanya senyawa tersebut, bisa menandakan keberadaan tanaman
tersebut didalam formula campuran. Pada penelitian ini, ditentukan
senyawa marker spesifik merica hitam berada pada Rf 0,09, sedangkan
senyawa marker spesifik pada cabe jawa berada pada Rf 0,52.
Pada pemilihan panjang gelombang UV yang akan digunakan
untuk analisis kuantitatif KLT-Densitometri adalah panjang gelombang
maksimum dari senyawa marker spesifik masing-masing tanaman. Pada
penelitian pendahuluan dilakukan scanning pada panjang gelombang, yaitu
366 nm. Dari hasil scanning dengan panjang gelombang tersebut, peak dari
senyawa marker spesifik tiap tanaman akan discan spektra untuk
mengetahui profil spektra dari peak tersebut. Dari hasil scanning profil
spektra, diketahui panjang gelombang maksimum senyawa marker spesifik
tanaman merica hitam dan cabe jawa berada pada 340 nm. Selanjutnya,
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
57
untuk analisis kuantitatif akan dilakukan scanning senyawa marker spesifik
masing-masing tanaman pada panjang gelombang tersebut.
Pengembangan metode analisis memerlukan syarat yang
menyatakan bahwa metode yang digunakan untuk analisis harus
tervalidasi. Validasi metode analisis merupakan persyaratan utama untuk
membuktikan kehandalan dan kesesuaian suatu metode untuk digunakan
(Renger, 2006). Pada penelitian ini, validasi yang dilakukan meliputi : Uji
stabilitas, presisi, batas deteksi dan batas kuantifikasi, peak identity dan
peak purity, linearitas dan akurasi.
Tahap terpenting dalam membuat prosedur analisis menggunakan
KLT adalah mengecek kestabilan senyawa dalam setiap tahap prosedur.
Pertama dilakukan uji stabilitas dalam pelarut. Dilakukan 3 sampel untuk
menguji stabilitas formula campuran dalam pelarut heksan p.a : recentus
paratus, kontak dengan pelarut selama 1 jam dan kontak dengan pelarut
selama 8 jam. Dari gambar 5.3 dan 5.4 terlihat bahwa tidak ada perbedaan
noda maupun profil kromatogram dari ketiga sampel tersebut. Hal tersebut
menunjukkan sampel dapat stabil dalam penyimpanan suhu ruangan (250
C) selama 8 jam.
Kemudian selanjutnya dilakukan uji stabilitas pada plat KLT.
Pada gambar 5.5 menunjukkan sampel stabil selama 2 jam, hal tersebut
ditunjukkan dengan noda yang terbentuk berupa garis longitudinal.
Sedangkan pada gambar 5.6 menunjukkan bahwa terdapat noda diluar garis
longitudinal (degradan). Dari kedua gambar tersebut dapat disimpulkan
bahwa ekstrak formula campuran stabil dalam plat KLT selama 2 jam.
Presisi yang dilakukan adalah presisi intermediate. Presisi ini
dilakukan pada 3 hari yang berbeda, oleh analis yang sama, dan dengan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
58
peralatan yang sama. Pada tahap ini diperlukan nilai rasio area dari masing-
masing peak senyawa marker spesifik, kemudian rasio area tersebut akan
dibandingkan antar replikasinya pada intraday dan interday. Rasio area
diperoleh dengan cara membagi area dari senyawa marker spesifik dengan
area peak lain yang stabil.
Pada intraday 1, senyawa marker spesifik merica hitam memiliki
%KV sebesar 3,96% pada formula 1, 1,92% pada formula 2, dan 2,27%
pada formula 3. Sedangkan senyawa marker spesifik cabe jawa memiliki
%KV sebesar 2,27% pada formula 1, 1,89% pada formula 2, dan 3,91%
pada formula 3.
Pada intraday 2, senyawa marker spesifik merica hitam memiliki
%KV sebesar 1,70% pada formula 1, 1,53% pada formula 2, dan 1,43%
pada formula 3. Sedangkan senyawa marker spesifik cabe jawa memiliki
%KV sebesar 1,68% pada formula 1, 1,53% pada formula 2, dan 1,44%
pada formula 3.
Pada intraday 3, senyawa marker spesifik merica hitam memiliki
%KV sebesar 1,32% pada formula 1, 1,12% pada formula 2, dan 1,52%
pada formula 3. Sedangkan senyawa marker spesifik cabe jawa memiliki
%KV sebesar 1,31% pada formula 1, 1,12% pada formula 2, dan 1,51%
pada formula 3.
Sedangkan untuk interday, senyawa marker spesifik merica hitam
memiliki %KV sebesar 3,13% pada formula 1, 2,47% pada formula 2, dan
2,61% pada formula 3. Sedangkan senyawa marker spesifik cabe jawa
memiliki %KV sebesar 2,62% pada formula 1, 2,49% pada formula 2, dan
3,22% pada formula 3. Berdasarkan seluruh data %KV yang didapatkan,
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
59
dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan pada penelitian ini
mampu memberikan hasil yang valid.
Tahap berikutnya adalah melakukan scanning peak pada masing-
masing peak senyawa marker spesifik tiap tanaman. Scanning dilakukan
pada panjang gelombang 200-500 nm. Tujuan dari tahap ini adalah untuk
mendapatkan nilai kemurnian dari peak dan untuk mengetahui apakah peak
senyawa marker spesifik pada tanaman tunggal jika dibandingkan dengan
peak senyawa senyawa marker spesifik pada formula campuran memiliki
profil spektra yang identik.
Pada tabel V.4, menunjukkan bahwa peak purity dari peak
senyawa marker spesifik cabe jawa memiliki nilai correlation limit ≥
0,9900 dan panjang gelombang maksimum senyawa tersebut berada
disekitar 340 nm. Pada gambar 5.7 dilakukan overlay profil spektra antara
peak senyawa marker spesisik cabe jawa pada formula dengan senyawa
marker spesifik cabe jawa pada serbuk simplisianya. Nilai correlation limit
dari overlay kedua profil spektra tersebut adalah ≥ 0,9900.
Sedangkan pada tabel V.5 menunjukkan bahwa peak purity dari
peak senyawa marker spesifik merica hitam memiliki nilai correlation limit
≥ 0,9900 dan panjang gelombang maksimum senyawa tersebut berada
disekitar 340 nm. Terlihat pada gambar 5.8 dilakukan overlay profil spektra
antara peak senyawa marker spesisik merica hitam pada formula dengan
senyawa marker spesifik merica hitam pada serbuk simplisianya. Nilai
correlation limit dari overlay kedua profil spektra tersebut adalah ≥ 0,9900.
Selanjutnya penentuan batas deteksi dan batas kuantifikasi dari
senyawa marker spesisik tiap tanaman. Pada penentuan batas deteksi dan
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
60
batas kuantifikasi untuk senyawa marker spesifik merica hitam dilakukan
penotolan dari konsentrasi 9,28 mg sampai konsentrasi dimana senyawa
marker spesifik tersebut tidak tampak. Setelah itu akan dilakukan
perhitungan regresi linear antara konsentrasi sampel yang tertotol dengan
area senyawa marker yang didapatkan. Konsentrasi yang digunakan untuk
perhitungan regresi linear adalah 9,28 mg; 6,96 mg; 4,64 mg; 2,32 mg dan
0,93 mg.
Untuk senyawa marker spesifik cabe jawa, dilakukan penotolan
dari konsentrasi 11,48 mg sampai konsentrasi dimana senyawa marker
spesifik tersebut tidak tampak. Setelah itu akan dilakukan perhitungan
regresi linear antara konsentrasi sampel yang tertotol dengan area senyawa
marker yang didapatkan. Konsentrasi yang digunakan untuk perhitungan
regresi linear adalah 11,48 mg; 9,18 mg; 6,89 mg; 4,59 mg dan 2,30 mg.
Tahap berikutnya adalah uji linearitas. Rentang berat sampel pada
senyawa marker spesifik merica hitam yang digunakan sebagai kurva
kalibrasi adalah 11,59 mg; 23,19 mg; 57,97 mg dan 69,57 mg. Dari
perhitungan regresi linear 4 level konsentrasi tersebut, didapatkan
persamaan regresi Y = 3167,2 + 90,164 * X , nilai r = 0.99869 , sdv = 1,73
dan Vx0 = 4,27%. Sedangkan rentang berat sampel pada senyawa marker
spesifik cabe jawa yang digunakan adalah 11,48 mg; 22,95 mg; 45,91 mg
dan 57,38 mg. Dari perhitungan regresi linear 4 level konsentrasi tersebut,
didapatkan persamaan regresi Y = 155,32 + 37,088 * X, nilai r = 0,99921 ,
sdv = 1,02 dan Vx0 = 2,97 %.
Kemudian dilakukan homogenity test untuk konsentrasi terendah
dan konsentrasi tertinggi yang digunakan sebagai kurva kalibrasi, dari hasil
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
61
yang didapat dari software VMA Solution dapat diketahui bahwa
memenuhi persyaratan karena nilai testing value (TV) ≤ F.
Selanjutnya pada tabel V.12 dan V.13 menunjukkan hasil
perbandingan berat sebenarnya dari masing-masing tanaman yang terdapat
ditiap formula dengan berat yang diperoleh dari metode yang digunakan.
Berat yang diperoleh didapatkan dengan cara memasukkan area kedalam
persamaan regresi dari linearitas masing-masing tanaman tunggal.
Kemudian berat yang diperoleh akan dibandingkan dengan berat yang
sebenarnya sehingga akan didapatkan % akurasi. Dari hasil perhitungan
didapatkan rata – rata % akurasi senyawa marker spesifik pada merica
hitam pada formula 1 sebesar 103,87 ± 2,12 %, formula 2 sebesar 110,80 ±
1,62 %, dan formula 3 sebesar 105,09 ± 3,62 %. Sedangkan %Akurasi
senyawa marker spesifik cabe jawa pada formula 1 sebesar 102,92 ± 3,49
%, formula 2 sebesar 106,5 ± 2,60 %, dan formula 3 sebesar 105,48 ± 2,64
%.
Dari hasil validasi metode yang sudah didapatkan, hasil yang
didapat keseluruhan memenuhi syarat. Sehingga bisa disimpulkan bahwa
metode analisis yang digunakan valid. Hasil dari penelitian ini hanya
berlaku untuk bahan tanaman yang berada di ballitro dengan spesifikasi
tanaman yang telah disebutkan pada poin sebelumnya.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
62
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh
kesimpulan yaitu : Dengan menggunakan KLT-Densitometri, dapat
diperoleh metode analisis yang valid untuk menentukan senyawa marker
spesifik Piper retrofractum Vahl. dan Piper nigrum L. dengan nilai %KV
pada tanaman merica hitam adalah 1,12 – 3,96%, untuk cabe jawa adalah
1,12 – 3,91%. Nilai r dari senyawa marker spesifik merica hitam adalah
0,99869 dan untuk senyawa marker speisifk cabe jawa adalah 0,99921.
Kemudian %akurasi yang didapatkan untuk tanaman merica hitam adalah
103,87 – 110,80% sedangkan untuk tanaman cabe jawa adalah 102,92 –
106,50%.
7.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat saran
sebagai berikut:
Dilakukan isolasi dan elusidasi struktur senyawa marker spesifik
masing – masing tanaman sehingga akan diketahui nama dan rumus
molekul yang sebenarnya dari senyawa tersebut.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
63
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985. Cara Pembuatan
Simplisia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995. Farmakope Indonesia,
Edisi IV, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000. Parameter Standar
Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dhingra, Neelima., Gaba, Mokia., 2010. Microwave Chemistry: General Features and Applications. Indian Journal of Pharmaceutical Education and Research. Association of Pharmaceutical Teachers of India.
Fried, B. and Sherma, J., 1999. Thin layer Chromatography Fourth Edition, Revised and Expanded. New York: Marcel Dekker, Inc.
Gabriela, 2010. Plant Extracts: TLC Analysis, in : Caze, J. Encylopedia of Chromatography, Ed. 3rd, New York: Taylor and Francis grup, pp. 1821-1823.
Gritsanapan, Wandee., Tangyuenyongwatana, Prasan., 2009. An appropriate solvent for the preparation of Prasaplai extract. Songklanakarin Journal of Science and Technology.
Harmita, 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I No. 3, hal. 121-123.
Huber, L., 2007. Validation of Analytical Methods and Procedures. Diakses dari http://www.labcompliance.com/tutorial/methods/default.aspx, pada tanggal 27 Januari 2014.
Indrayanto, G. dan Yuwono, M., 2005. Validation of Chromatographic Methods of Analysis. Profiles of Drug Subtances, Excipients And Related Methodology, Volume 32.
Ip, S.P., et al., 2010. Quality Assurance for Chinese Herbal Formulae: Standardization of IBS-20, a 20-herb preparation. License BioMed Central Ltd.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
64
Isnawati A, Endreswari S, Pudjiastuti, Murhandini. Efek mutagen ekstrak etanol buah cabe jawa (Piper retrofractum Vahl.). Jurnal Bahan Alam Indonesia 2002;1(2):63-67. Kim, H.J., Jee, E.H., Ahn, K.S., Choi, H.S., Jang, Y.P., 2010. Identification
of Marker Compounds in Herbal Drugs on TLC with DART-MS. Arch Pharm Res Vol. 33, No. 9, p. 1355-1359.
Li, Songlin., Han, Quanbin., Qiao, Chunfeng., Song, Jingzheng., Cheng, Chuen, Lung., Xu, Hongxi., 2008. Chemichal Marker for The Quality Control of Herbal Medicines: An Overview. China: License BioMed Central Ltd.
Liang, Yi-Zeng., Xie., and Chan, K., 2004. Quality Control of Herbal Medicines. Journal of Chromatography B, 812 (2004) 53-70
Lazarowich., Natalie J., and Pekos, P., 1998. Use of Fingerprinting and Marker Compounds for Identification and Standardization of Botanical Drugs: Strategies for Applying Pharmaceutical HPLC Analysis to Herbal Products. Drug Information Journal, Vol. 32, pp. 497-512, 1998. USA.
Manohara, D., Wahyuno, D., Noveriza, R., 2005. Penyakit Busuk Pangkal Batang Lada dan Strategi Pengendaliannya. Perkembangan Teknologi Tanaman Rempah dan Obat. 17:41-51.
Mukherjee, K.P., Rai, Sujay., Bhattacharya, Sauvik., Wahile, Atul., Saha, Bishnu, Pada., 2008. Marker Analysis of Polyherbal Formulation, Triphala – A Well known Indian Traditional Medicine. Indian Journal of Traditional Knowledge, Vol. 7(3), p.379-383.
Mulja, M dan Suharman., 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga University Press.
Natural Health Products Directorate., 2012. Draft: Quality of Natural Health Products Guide.
Nuraini, A., 2003. Mengenal etnobotani beberapa tanaman yang berkhasiat sebagai aprodisiaka. InfoPOM, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, IV(10):1-4.
Parmar, V.S., Jain, S.C., Bisht, K.S., 1997. Phytochemistry of the Genus Piper. Phytochemistry, Vol. 46 Issue 4. p. 597-673
Patel, N.A., Patel, Megha., Patel, R.P., 2011. Formulation and Evaluation of Polyherbal Gel for Wound Healing. International Research Journal of Pharmaceuticals, Vol. 01, Issue 01.
Rashmin, Patel., Mrunali, Patel., Nitin, Dubey., Nidhi, Dubey., Bharat, Patel., 2012. HPTLC Method Development and Validation:
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya
65
Strategy to Minimize Methodological Failures. Journal of Food and Drug Analysis, Vol. 20, No. 4, p.794-804.
Riech, E., Schibli, A., Debatt, A., 2008. Validation of High-Performance Thin-Layer Chromatographic Methods for the Identification of Botanicals in a cGMP Environment. J AOAC Int. Vol. 91(1). p.13-20.
Sekhon, Bhupinder, Singh., Choudhary, Neeraj., 2011. An Overview of Advances in The Standardization of Herbal Drugs. J Pharm Educ Res Vol. 2, Issue No. 2.
Spagenberg, B., Poole, C.F., Weins, C., 2011. Quantitative Thin-Layer Chromatography: A Practical Survey. New York: Springer.
Touchestone, J.C., and Dobbins, M.F., 1983. Practice of Thin Layer Chromatography. 2nd Ed., New York: John Wiley and Sons.
United States Department Of Agriculture, 2014. Classification for Kingdom Plantae Down to Species Piper nigrum L. Diakses dari http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=PINI3, pada tanggal 12 Januari 2014.
United States Department Of Agriculture, 2014. Classification for Kingdom Plantae Down to Species Piper retrofractum Vahl. Diakses dari http://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet?source=profile&symbol=PIRE9&display=31, pada tanggal 12 Januari 2014.
United States Pharmacopoeial Convention Inc., 2006. United States Pharmacopoeia 29th ed. Washington D.C: American Pharmaceutical Association and Pharmaceutical Press.
Wahid, P., 1996. Sejarah Perkembangan dan Daerah Perkembangannya. Monograf Tanaman Lada. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Wahyuno, D. 2009. Pengendalian Terpadu Busuk Pangkal Batang Lada. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Perspektif Vol.8 No.1/Juni 2009. Hal. 17-29.
Wall, E.P., 2005. Thin-layer Chromatography A Modern Practical Approach. UK: The Royal Society of Chemistry.
Yongyu, Zhang., Shujun, Sun., Jianye, Dai., Wenyu, Wang., Huijuan, Cao., Jianbing, Wu., Xiaojun, Gou., 2011. Quality Control Method for Herbal Medicine – Chemical Fingerprint Analysis. Shanghai University of Traditional Chinese Medicine. China: InTech.
ADLN_Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengembangan metode analisis..... M.Rezki Dwitya