SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN LINDI DENGAN MOL DAN …repository.stikes-bhm.ac.id/348/1/SKRIPSI LUSI...
Transcript of SKRIPSI PENGARUH PENAMBAHAN LINDI DENGAN MOL DAN …repository.stikes-bhm.ac.id/348/1/SKRIPSI LUSI...
‘
SKRIPSI
PENGARUH PENAMBAHAN LINDI DENGAN MOL DAN LINDI TANPA
MOL TERHADAP PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK DI
TPA WINONGO
Oleh :
LUSI DEWI SAPUTRI
201403072
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
i
SKRIPSI
PENGARUH PENAMBAHAN LINDI DENGAN MOL DAN LINDI TANPA
MOL TERHADAP PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK
DI TPA WINONGO
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Oleh :
LUSI DEWI SAPUTRI
201403072
PEMINATAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
‘
ii
‘
iii
‘
iv
‘
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Tuhan yang Maha Agung nan
Maha Tinggi nan Maha Adil nan Maha Penyayang, atas takdirmu telah kau
jadikan aku manusia yang senantiasa berfikir, berilmu, beriman dan bersabar
dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah
awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.Tugas akhir ini saya persembahkan
untuk:
1. Ayahanda Alm Suyatno, Ibundaku Suprihatin tercinta dan Kakak Laki-laki
Fredi A, yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doá,
dorongan, nasehat, dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak
tergantikan hinga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada di
depanku. Dan tak lupa Keluarga Trimo yang selalu memberikan motivasi,
dan kasih sayang kepada saya agar tidak mudah putus asa.
2. Dosen pembimbing skripsi H. Edy Bachrun, S.KM.,M.Kes dan A. Agus
Widodo, S.KM.,M.Mkes., yang selama ini telah tulus dan ikhlas
meluangkan waktunya untuk menuntun dan mengarahkan saya,
memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai harganya, agar
saya menjadi lebih baik.
3. Semua mahasiswa STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Program Studi
Kesehatan Masyarakat Angkatan 2014 dan teman-teman dekat saya yang
bersama-sama bahu membahu saling membantu demi terselesaikan skripsi
ini.
‘
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama :Lusi Dewi Saputri
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 1 September 1995
Agama : Islam
Alamat : Ds. Gembel RT. 30 RW. 8 Kecamatan
Manguharjo Kota Madiun
Email : [email protected]
RiwayatPendidikan :
1. TK Kuntum Mekar 2001-2002
2. SD 05 Nambangan 2002-2008
3. SMP 9 Madiun 2008-2011
4. MAN 1 Kota Madiun 2011-2014
5. STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2014-2018
‘
vii
Program Studi Kesehatan Masyarakat Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
2018
ABSTRAK Lusi Dewi Saputri
PENGARUH PENAMBAHAN LINDI DENGAN MOL DAN LINDI TANPA
MOL TERHADAP PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK DI
TPA WINONGO
68 halaman + 20 tabel + 5 gambar + 6 lampiran
Lindi yang berada di TPA di kolam belum digunakan secara maksimal dan
masih ada yang tergenang dapat menimbulkan tercemarnya air dan tanah. Salah
satu dari bahan mikroorganisme local (MOL) adalah Lindi, Untuk bahan
pengomposan sayuran dan buah. Tujuan dari penelitian ini mengetahui pengaruh
mol dengan lindi dan mol tanpa lindi dan memanfaatkan sayuran untuk pembuatan
kompos.
Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Desain penelitian menggunakan one
shot case study, dengan perbandingan 2 formula dan replikasi 2 kali.Uji yang
digunakan pada penelitian ini adalah Uji t (test).
Pada penelitian hasil dari p value setelah mengguanakan uji t (test) Nilai
N=.005 ,Nilai P=.005, dan nilai K=.041, menunjukkan bahwa ada penggaruh
penambahan lindi dengan mol dan lindi tanpa mol untuk pembuatan kompos
sesuai dengan PERMEN RI No.70/PERMENTAN/sr 140/2011. Hasil uji t (test)
pengaruh yang memenuhi nitrogen yaitu MOL dengan lindi, untuk pengaruh yang
memenuhi phosphor dan kalium dari MOL tanpa lindi.
Saran bagi TPA Winongo agar menanggulangi masalah sampah organic
maka dilakukan pengelolaan sampah untuk pembuatan kompos, meningkatkan
wawasan kepada karyawan yang bekerja melakukan pelatihan dari pemerintah
kota dan pengembangan produk kompos yang dihasilkan dari TPA .
Kata Kunci : Lindi, MOL, Pengomposan, Sampah Organik.
Kepustakaan : 23 (2005-2017)
‘
viii
Public Health Program Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun 2018
ABSTRACT
Lusi Dewi Saputri
THE INFLUENCE OF ADDITION LEACHATE WITH MOL AND
LEACHATE WITH OUT MOL ON ORGANIC WASTE IN COMPOSTING
PROCEETHE TPA WINONGO
68 pages, 20 tables, 5 pictures and 6 appendix
Background: Leachate who are in the TPA in the pond has not been used
optimally and there are still stagnant water pollution and soil can cause. One of the
ingredients mikroorganisme local (MOL) is leachate, For composting of organic
such as vegetables and fruits. The purpose of this research is to know the effect of
moles with leachate and mole without leachate and use vegetables for composting.
Methods: This research type is experiment. The study design used one shot case
study, with 2 formula and replication 2 times. The test used in this study is t test
(test).
Results: In the study results from p value after using the t test (test) N =.005,
P=.005 , and K =.041, indicating that there is an effect of leachate addition with
moles and leachate without moles for composting according with PERMEN RI
No.70/PERMENTAN/sr 140/2011. The results of the t test (test) influence that
meets nitrogen, namely MOL with leachate, for the effect that fills phosphor and
kalium from MOL without leachate.
Conclusion: Suggestion for TPA Winongo to overcome the problem of organic
waste then do waste management for composting, improve insight to employees
who are working on training from municipalities and development of compost
products produced from landfill.
Keywords : Leachate, MOL, Composting, Organic Waste
Bibliography :23 (2005-2017)
‘
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal ini yang
berjudul “Pengaruh Penambahan Lindi Dengan MOL Dan Lindi Tanpa MOL
Terhadap Proses Pengomposan Sampah Organik Di TPA Winongo”. Penelitian
ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan jenjang Sarjana di
Prodi Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu proses penulisan ini :
1. Bapak Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes (Epid), selaku Ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
2. Ibu Avicena Sakufa Marsanti, S.KM.,M.Kes, selaku Ketua Prodi S1 Kesehatan
Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun dan selaku Ketua Dewan Penguji
dalam skripsi ini.
3. H. Edy Bachrun, S.KM,.M.Kes, selaku Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan sehingga skripsi dapat terselesaikan.
4. A. Agus Widodo, S.KM.,M.MKes, selaku Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan sehingga skripsi dapat terselesaikan.
5. Seluruh pihak karyawan TPA Winongo memberikan bantuan dalam
penyusunan skripsi.
6. Kedua Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan doa dan semangat.
7. Teman-teman yang telah memberikan dorongan dan bantuan berupa apapun
dalam penyusunan skripsi.
‘
x
8. Seluruh pihak yang sudah membantu dalam penyusunan ini, peneliti ucapkan
terimakasih .
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, berbagai saran, tanggapan, dan kritik yang bersifat
membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan penelitiaan ini.
Madiun, 24 Agustus 2018
Penyusun
‘
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
SAMPUL HALAMAN ........................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................. v
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................ vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN
a. Latar Belakang .................................................................................... 1
b. Rumusan Masalah .............................................................................. 8
c. Tujuan Penelitian
i. Tujuan Umum ......................................................................... 8
ii. Tujuan Khusus ........................................................................ 8
d. Manfaat Penelitian .............................................................................. 8
e. Keaslian Penelitian ........................................................................... 10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
a. Sampah
i. Pengertian.............................................................................. 12
ii. Sampah Berdasarkan Sumber .............................................. 12
iii. Jenis Sampah Berdasarkan Bahan Pembuatanya .................. 13
‘
xii
b. Kompos
i. Pengertian............................................................................. 14
ii. Bahan-Bahan Yang Tidak Ikut Komposting ........................ 14
iii. Manfaat Pupuk Kompos....................................................... 15
iv. Faktor-Faktor Pengomposan ................................................. 16
v. Spesifikasi Kompos............................................................... 19
vi. Prinsip pengomposan ............................................................ 22
c. Effektif Mikroorganisme (EM4)
2.3.1 Pengertian ............................................................................. 23
2.3.2 Sifat-Sifat Effektif Mikroorganisme (EM4) ........................... 25
d. Mikro Organisme Local
i. Pengertian............................................................................. 25
ii. Gula dan Bekatul ................................................................... 26
e. Air Lindi
i. Pengertian.............................................................................. 27
ii. Komposisi Lindi ................................................................... 28
2.6 Unsur Hara Makro N P K ................................................................. 28
2.7 Kerangka Teori ................................................................................. 31
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 32
3.2 Hipotesis .......................................................................................... 34
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian .............................................................................. 35
4.2 Populasi danSampel
4.2.1 Populasi ................................................................................ 36
4.2.2 Sampel ................................................................................... 36
4.3 Teknik Sampling .............................................................................. 36
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ................................................................ 37
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Variabel Penelitian ............................................................... 38
4.5.2 Definisi Operasional ............................................................ 38
‘
xiii
4.6 Instrumen Penelitian ........................................................................ 39
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.7.1 Lokasi penelitian .................................................................... 39
4.7.2 Waktu penelitian .................................................................... 39
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
4.8.1 Data Primer ............................................................................ 40
4.8.2 Data Sekunder......................................................................... 41
4.8.3 Observasi ................................................................................ 41
4.9 Alat dan Bahan Penelitian
4.9.1 Alat Penelitian ......................................................................... 41
4.9.2 Bahan Penelitian ...................................................................... 41
4.9.3 Langkah Kerja ......................................................................... 42
4.9.4 Metode Pengujian..................................................................... 43
4.10 Teknik Analisis Data
4.9.5 Analisis Data ......................................................................... 44
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ................................................... 44
5.2 Hasil Penelitian ........................................................................................ 45
5.3 Pembahasan ....................................................................................... 55
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 64
6.2 Saran .................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 66
LAMPIRAN
‘
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1Keaslian Penelitian ......................................................................... 10
Tabel 2.1 C/N Rasio bahanorganik ................................................................ 18
Tabel 2.2 Persyaratan teknis minimal pupuk organik ..................................... 20
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel ....................................................... 39
Tabel 4.2 Waktu Penelitian ............................................................................. 40
Tabel 5.1 C//N rasio ........................................................................................ 46
Tabel 5.2 Suhu kompos ................................................................................... 46
Tabel 5.3 Kelembaban kompos ....................................................................... 46
Tabel 5.5 NPK ................................................................................................. 48
Tabel 5.6 Uji normalitas C/N Rasio ................................................................ 48
Tabel 5.7 Uji normalitas suhu ......................................................................... 49
Tabel 5.8 Uji normalitas kelembaban ............................................................ 49
Tabel 5.9 Uji normalitas nitrogen ................................................................... 49
Tabel 5.10 Uji normalitas phospor .................................................................. 50
Tabel 5.11 Uji normalitas kalium ................................................................... 50
Tabel 5.12 Uji homogenitas C/N Rasio ......................................................... 51
Tabel 5.13 Uji homogenitas suhu dan kelembaban ........................................ 51
Tabel 5.14 Uji homogenitas NPK .................................................................. 52
Tabel 5.15 Uji t (test) C/N Rasio .................................................................... 53
Tabel 5.16 Uji t (test) suhu .............................................................................. 53
Tabel 5.17 Uji t (test) kelembaban .................................................................. 53
Tabel 5.18 Uji t (test) nitrogen ........................................................................ 54
Tabel 5.19 Uji t (test) phospor ...................................................................... 54
Tabel 5.20 Uji t (test) kalium .......................................................................... 54
‘
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar2.1 Kerangka Teori ........................................................................... 31
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ...................................................................... 33
Gambar 4.1 Desain Eksperimen .................................................................... 35
Gambar 4.2 Kerangk Kerja Penelitian .......................................................... 37
Gambar 5.1 Peta TPA Winongo .................................................................. 45
‘
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Bimbingan
Lampiran 2 Surat ijin Penelitiandi TPA Winongo
Lampiran 3 Hasil Analisis Uji Laboratorium
Lampiran 4 Hasil Pengukuran
Lampiran 5 Hasil Ouput Pengolahan data SPSS
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian
‘
xvii
DAFTAR ISTILAH
1. EM : (Effective Microorganisme)
2. MOL : (Mikro Organisme local)
3. O2 :(Oksigen)
4. °C : (Derajat Celcius)
5. K20 : (Kalium)
6. Mgo : (Magnesium)
7. C/N : (Karbon/Nitrogen)
8. pH : (Derajat Keasaman)
9. N : (Nitrogen)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah telah menjadi permasalahan di banyak tempat di Indonesia
seolah-olah tidak pernah dapat di temukan solusinya, Sampah merupakan
bagian yang tidak terpisahakan dari kehidupan manusia. Penambahan
jumlah penduduk merupakan salah satu factor bertambahnya sampah yang
dihasilkan, semakin banyak penduduk maka semakin banyak aktivitas
dilakukan. Menurut UU No 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah
bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses
alam yang berbentuk padat apabila sampah tidak dikelola dengan baik akan
membawa dampak yang buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Di satu sisi
sampah merupakan bahan-bahan yang tidak bernilai ekonomis, namun disisi
lain ada pihak yang menganggap bahwa sampah sebagai barang berguna
untuk di jual ke pengempul.
Tumpukan sampah akan menjadi tempat yang nyaman binatang-
binatang penganggu seperti kecoa, lalat, tikus. Sampah seringkali dikaitkan
sebagai pemicu penyebab terjadinya suatu pencemaran yang ada
dilingkungan khususnya lingkungan hidup. Selain itu permasalahan tentang
sampah lainnya adalah menimbulkan bau yang sama sekali tidak sedap dan
dapat menjadi sarang timbulnya penyakit dan berkembang biaknya vektor
pembawa penyakit yang ditularkan dari sampah tersebut.
‘
2
Berdasarkan pada data dari Kementerian Lingkungan Hidup (2012)
dalam kajian timbulan dan komposisi sampah perkotaan (2015), volume
sampah di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 200.000 ton/hari, dan
mengalami trend naik secara signifikan yakni pada tahun 2012 volume
sampah di Indonesia menjadi 490.0000 ton/hari atau 178.850.000 ton dalam
satu tahun. Produksi sampah di Indonesia dari tahun 2015 sampai tahun
2017, sampah pada tahun 2015 sebanyak 18% atau 13.5 juta/tahun, sampah
pada tahun 2016 sebanyak 30% atau 30 juta/ton, sampah pada tahun 2017
sebanyak 45% atau 34 juta/ton.(System Informasi Pengelolaan Sampah
Nasional, 2017). Produksi sampah di Indonesia mengalami peningkatan
yang signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan banyak faktor,
diantaranya pertambahan penduduk dan arus urbanisasi.
Sumber sampah yang dihasilkan di Indonesia pada sampah rumah
tangga 48%, pasar tradisional 24%, kawasan komersil 9%, sekolah 4%,
kantor 6%, jalan 7.5%, dan lain-lainya 1,5 %.(Data Nasional KLH, 2013).
Komponen sampah yang berada di Indonesia jenis sampah organik 60%,
plastik 14%, kertas 9%, logam 4.5 %, karet 5.5%, kain 3.5%, kaca 1.7%,
dan lain-lainya 2.4%.(Data Nasional KLH, 2013). Pengelolaan sampah pada
jumlah sampah yang ditimbun sebesar 66.69%, sampah yang tidak dikelola
19.62%, sampah terolah untuk komposting 7.02%, sampah terolah bank
sampah 2.39%, sampah terolah bahan bakar 2.17%, sampah terolah daur
ulang bahan baku 0.79%, sampah terolah daur ulang produksi kreatif 0.56%,
‘
3
sampah terolah biogas 0.19%, dan sampah terolah lainya 0.88%.(Data
Nasional Adipura KLHK, 2015)
Pulau jawa adalah terkecil diantara lima pulau besar di Indonesia tetapi
menghasilkan sampah paling banyak. Jumlahnya sangat signifikan, bahkan
hampir mencapai 21,2 juta ton per tahun. Ini berkolerasi dengan kepadatan
penduduk di pulau jawa. Besarnya timbunan sampah yang berada di jawa
timur sebesar 17.394.879,2 kg/hari atau 6.3349.130.908 ton/tahun dengan
asumsi komposisi sampah organik 60% dan sampah plastik 14%.
Sedangkan timbunan sampah padat sektor industri dari 85 perusahaan
(PROPER) mencapai 24,75 m3/hari, dengan asumsi sampah yang di
hasilkan adalah 0,5 liter/karyawan/hari(SNI 3242:2008). Timbunan sampah
yang di hasilkan dari sumber bergerak (terminal, bandara, stasiun, dan
pelabuhan) sebesar63.230 m3/hari, sedangkan timbunan sampah yang
dihasilkan dari sumber tidak bergerak (pariwisata) sebesar 16.42
m3/hari.(Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa
Timur, 2016)
Kota Madiun adalah salah satu kota yang berada di wilayah jawa timur
dimana memiliki luas wilayah 33,23 km2. Sejalan dengan penduduk dari
setiap tahunnya tercatat pada rentang waktu tahun 2016 sampai 2017
mengalami peningkatan jumlah 174.995 jiwa dan 209,809 jiwa ( Dinas
kependudukan dan pencatatan sipil). Produksi sampah yang dihasilkan
setiap harinya kota madiun kurang lebih 91.1 ton sampah. Dari jumlah
tersebut, sebanyak 94,37 % atau sekitar 85,98 ton masuk ke tempat
‘
4
pembuangan akhir (TPA) Winongo, sisanya di kelola dan diolah warga
(Dinas Kebersihan danpertamanan). Dengan meningkatnya jumlah
penduduk pada setiap tahunnya tidak menutup kemungkinan jumlah
sampah yang dihasilkan semakin banyak karena manusia hidup tak lepas
dari sampah, karena manusia salah satunnya yang membuat dan
menghasilkan sampah dalam kehidupanya, baik itu sampah pemukiman
maupun sampah non pemukiman.
Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Madiun mencatat banyaknya
sampah yang di tampung di tempat pembuangan akhir (TPA) Winongo.
Setiap harinya, sampah masuk rata-rata mencapai 100m3pada tahun 2010
..
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Winongo Kecamatan Manguharjo Kota
Madiun adalah satu-satunya tempat pembuangan akhir sampah yang berada
di kota madiun jawa timur dimana tempat pembuangan akhir ini berpotensi
menghasilkan sampah dalam jumlah yang banyak. Tempat pembuangan
akhir ini mulai beroperasi sejak tahun 2008.Tempat pembuangan akhir
Winongo sendiri memiliki luas lahan mencapai 6,4 ha dimana hanya 1,6 ha
yang bisa dimanfaatkan. Pengelolaan sampah menggunakan controlled
landfill yaitu system pembuangan yang lebih perkembang dibanding open
dumping. Pada metode ini, sampah yang datang setiap hari diratakan dan
dipadatkan dengan alat berat. Selain itu, dibuat juga saluran air lindi,
pembuatann gas metan tetapi masih ada genangan air lindi yang berada
dimana-mana dan aliran lindi tidak mengalir secara berkala menuju kolam
‘
5
yang sudah disediakan beberapa hewan yang masuk ke air lindi tersebut
mati.
Volume sampah ditempat pembuangan akhir winongo sudah hampir
penuh mencapai 80%. Data volume sampah yang berada di TPA winongo
pada tahun 2010 sebanyak 101.160 m3, 2011 sebanyak 93.960 m
3, 2012
sebanyak 97.920 m3, 2013 sebanyak 95.870 m
3
, 2014 sebanyak 93,640 m3, pada tahun 2015 sebanyak 91,956 m
3, pada
tahun 2016 sebanyak 91,1000 m3, pada tahun 2017 sebanyak 90,230
m3.(Dinas Kebersihan Dan Pertamanan Kota Madiun). Setiap harinya,
sampah yang masuk rata-rata mencapai 100 kubik. Sedangkan volume
sampah setiap tahun yang terangkat ke TPA Winongo rata-rata mengalami
penurunan karena semakin efektifnya kegiatan pengolahan sampah dengan
3R (reduce, reuse, recycle). Dan komposisi sampah yang berada di TPA
Winongo terdiri dari sampah organik, plastik, logam, sampah kebun dan
taman, kertas, kayu, tekstil.
Contoh pada TPA Benowo Surabaya menampung sampah seluruh kota
Surabaya sebesar 6.160 m3/hari sampah yang dihasilkan. Dari sampah
basahakan keluar sebagai air lindi sebanyak 70%. Menurut Dwirianti
(2010), lindi yang dihasilkan dari sampah yang dibuang ke TPA Benowo
adalah 300 m3. Penumpukan sampah inilah yang dapat menyebababkan
suatu cairan dimana sering dikatakan sebagai air lindi. Lindi atau sering
disebut cairan atau rembesan leachate terbentuk karena paparan hujan yang
terus-menerus di dalam tempat pembuangan akhir dan mengandung zat
‘
6
organik yang tinggi dan berbahaya didalamnya. Dampak dari air lindi
sendiri jika langsung di buang ke lingkungan bisa menyebabkan
pencemaran pada lingkungan sekitar yang terkontaminasi oleh air lindi.
Selain itu air lindi yang terbentuk dipengaruhi oleh sifat sampah dan curah
hujan serta iklim yang ada di sekitar tempat pembuangan akhir. Air lindi
juga memiliki bau yang menyengat.
Berdasarkan survey dan observasi hasil yang diamati berupa air lindi di
TPA Winongo kondisinya kolam terisi air lindi ada hewan kecil-kecil yang
berada di tampungan dan air lindi dibiarkan begitu saja tanpa diolah ataupun
belum di gunakan selain untuk menyiram sampah untuk gas metan saat
musim kemarau agar tidak kehabisan saat mengalirkan gas ke rumah
pemukiman. Air lindi di TPA winongo masih ada yang tergenang dimana-
mana sekitar tumpukan sampah berwarna coklat pekat, berbau saat musim
hujan dan alirannya saluran masih belum lancar saat mengalir ke dalam
kolam yang sudah disediakan.
Meningkatnya jumlah sampah menghasilkan peningkatan volume lindi
yang dapat menyebabkan tercemarnya air tanah, hilangnya estetika dan
perubahan keseimbangan hidup flora dan fauna di dalam air. Pada kasus
pencemaran air tanah, kontaminasi akan berjalan terus-menerus dalam
periode yang lama sehingga diperlukan suatu cara untuk mengatasi
permasalahan tersebut sehingga dapat menggurangi dampak yang
ditimbulkan dari air lindi dan dimanfaatkan kembali sebagai bahan untuk
membuat MOL (Mikro Organisme Local) dengan bahan EM4, gula dan
‘
7
katul untuk pembuatan kompos. Sampah organik yang berada di TPA
Winongo yang sudah dibuang untuk dimanfaatkan kembali sebagai salah
satu bahan untuk pengomposan dengan memanfaatkan air lindi untuk
pembuatan MOL. Berdasarkan dari latar belakang di atas maka penulis
tertarik untuk mengangkat judul “Pengaruh Penambahan Lindi Dengan
MOL Dan Lindi Tanpa MOL Terhadap Proses Pengomposan Sampah
Organik Di TPA Winongo”.
‘
8
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui apakah ada
Pengaruh Penambahan Lindi Dengan MOL Dan Lindi Tanpa MOL Terhadap
Proses Pengomposan Sampah Organik Di TPA Winongo.
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk
mengetahui Pengaruh Penambahan Lindi Dengan MOL Dan Lindi Tanpa MOL
Terhadap Proses Pengomposan Sampah Organik Di TPA Winongo.
1.3.2 Tujuan khusus.
1. Untuk mengetahui pengaruh EM4 100 ml, lindi 200 ml, 5 sendok gula,
10 sendok bekatul terhadap pengomposan di TPA winongo.
2. Untuk mengetahui pengaruh EM4 100 ml, tanpa lindi, 5 sendok gula, 10
sendok bekatul terhadap pengomposan di TPA Winongo.
3. Untuk menganalisis pengaruh penambahan lindi dengan MOL dan lindi
tanpa MOL terhadap pengomposan sampah organik.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi TPA Winongo
Hasil penelitian sebagai masukan dan evaluasi terhadap TPA Winongo
agar pengelolaan sampah lebih lanjut dimaksimalkan.
2. Bagi Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
‘
9
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bahan masukan dan refrensi untuk
penelitian yang lebih lanjut dan dapat menambah wacana dalam kajian
pengelolaan sampah TPA lebih lanjut.
3. Bagi peneliti
Sebagai saran untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama
kuliah, di bidang kesehatan masyarakat dalam bentuk pengetahuan dan
informasi dalam pengembangan dan penerapan tentang kesehatan
lingkungan.
4. Bagi peneliti lain
Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut.
‘
10
1.4 Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No
Judul Skripsi
Peneliti
Tahun
Dan
Tempat
Jenis Penelitian
Variable Bebas
Variable
Terikat
Hasil
1. Pemanfaatan
lindi sebagai
bahan EM4
dalam proses
pengomposan.
Evelin
Novitasari
2016,
Malang.
Ekperimental
semu (Quasi
Experiment)
Efektive
Microorganisme
(EM4), Lindi,
Pengomposan Hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan
bahwa lindi yang
berasal dari tumpukan
sampah dapat
dimanfaatkan sebagai
EM4 yang membantu
dalam proses
pengomposan.
2. Variasi
konsentrasi EM4
dalam proses
pembuatan
kompos lindi.
Candra
Rulyana.
2017,
Dusun
piyungan
Bantul.
Ekperimental
semu (Quasi
Experiment)
dengan
rancangan
penelitian
rangkaian waktu
dengan kelompok
pembanding.
Efektive
Microorganisme
(EM4), Lindi,
Kompos Hasil dari proses
dekomposisi sampah
organik dengan EM4
dengan konsentrasi 2%
lebih efektif
dibandingkan dengan
proses dekomposisi
dengan penambahan
EM4 dengan variasi
konsentrasi yang lain.
‘
11
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah sebagai berikut :
1. Penelitian di TPA Winongo memanfaatkan sampah organik sebagai bahan
baku pengomposan dan pemanfaatan lindi sebagai bahan pembuatan MOL
(Mikro Organisme Local).
2. Waktu pengomposan dilakukan selama kurang lebih 1 bulan
3. Penelitian ini menggunakan desain one shoot case study adalah suatu
kelompok diberi perlakuan dan selanjutnya diobservasi hasilnya.
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sampah
Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak di senangi
atau sesuatu yang di buang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya. Undang-undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008
menyatakan sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses
alam yang berbentuk padat.
Sampah merupakan bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar,
perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan, industri, puingan bahan
bangunan dan besi-besi tua bekas kendaraan bermotor. Sampah merupakan hasil
sampingan dari aktivitas manusia yang sudah terpakai.(Cecep dani, 2012).
2.1.2 Sumber sampah berdasarkan sumbernya digolongkan menjadi 2, pertama
berasal dari aktivitas kehidupan (rumah tangga) dan yang kedua berasal dari
aktivitas bisnis. Sampah yang merupakan hasil dari kegiatan bisnis dibagi menjadi
dua golongan yaitu general waste dari aktivitas bisnis (sampah industri non
proses).
1. Sampah dari hasil aktivitas kehidupan manusia secara individu maupun
kelompok yang berupa keluarga atau berasal dari kegiatan manusia dalam
berbisnis. General waste ini terdiri dari kotoran manusia, sampah rumah
tangga, dan sampah seperti furniture bekas.
‘
13
2. Sampah industri yang merupakan hasil dari proses industri tersebut. Sampah
industri ini berupa bahan-bahan seperti abu, lumpur, limbah minyak, limbah
kayu, limbah kertas, limbah tekstil, limbah plastik.(Cecep dani, 2012).
2.1.3 Jenis sampah berdasarkan bahan pembuatannya sebagai berikut :
1. Sampah Organik.
Sampah Organik merupakan sampah yang berasal dari limbah tanaman,
sisa kotoran hewan, dan kotoran manusia. Sampah organik dibedakan menjadi
dua jenis, yaitu organik basah dan organik kering. Organik basah masih
mengandung air dalam sampah, misalnya sampah sayuran, sampah buah-
buahan, sampah tanam-tanaman kebun. Sementara itu, sampah organik kering
seperti kertas, kayu, kardus, ranting, dan batang pohon kering.
2. Sampah Anorganik.
Sampah Anorganik bukan berasal dari makhluk hidup. Prinsip daur ulang
(recycle) berlaku dalam proses pengolahan sampah anorganik seperti plastik
dan logam. Ada beberapa bahan plastik yang hanya bisa didaur ulang 1-2 kali.
Namun, pada dasarnya plastik tidak boleh didaur ulang lebih dari dua kali
karena berbahaya bagi kesehatan.
3. Sampah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Sampah bahan berbahaya dan beracun (B3). Sampah jenis ini sangat
berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Pasalannya beberapa
bahan mengandung unsur merkuri sangat tinggi, seperti bekas kemasan cat
semprot, baterai bekas, bahan insektisida, dan bahan kimia pengawet lainnya.
Sampah di perkotaan dan pedesaan lebih banyak didominasi sampah organik,
‘
14
sampah organik inilah sebenarnya sumber uang yang diabaikan karena
masyarakat belum paham atau enggan mengolah sampah organik karena
kotor dan bau.(Mulyono, 2015)
2.2 Kompos
Kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alang-alang,
rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur, serta kotoran hewan yang
telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga
dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki tanah. (Setyorini, 2006).
Composting adalah suatu cara pengolahan sampah secara ilmiah menjadi
bahan yang sangat berguna bagi pertamanan/pertanian dengan memanfaatkan
bahan-bahan organik dari sampah tersebut dengan hasil akhir berupa pupuk
kompos yang tidak membahayakan. Syarat dari composting ini adalah harus
memisahkan bahan organik dengan bahan lainnya. Unsur-unsur yang diperlukan
dalam composting tersebut adalah bahan organik mikroorganisme, kelembaban,
oksigen, dan lain-lainya.(Suyono, 2012)
2.2.1. Bahan-bahan yang tidak ikut proses composting. Bahan-bahan ini harus
dipisahkan dari bahan organik dan tidak di lakukan dalam proses composting
karena tidak mudah busuk atau mengandung bahan kimiawi yang mengganggu
proses dekomposisi sebagai berikut menurut Suyono:
1. Plastik, kaca, logam, kain, kayu keras atau kayu yang mengandung bahan
kimia.
2. Daging, tulang, duri ikan, kulit kerang, kulit telur
3. Produk-produk yang berasal dari susu.
‘
15
4. Sisa makanan berlemak.
5. Rumput liar atau sayuran yang mengandung biji bakal tumbuh, bila tetap
akan dipakai maka biji-bijian ini haarus dimatikan dulu dengan
membungkus plastic hitam dan dijemur di terik matahari selama 2-3 hari
sampai yakin betul biji-bijian itu sudah mati.
6. Kotoran hewan peliharaan yaitu anjing atau kucing.
7. Kulit keras buah kenari, buah kemiri, batok kelapa, kulit durian.
8. Arang, abu, dan abu rokok
9. Tembakau, puntung rokok.
10. Tanaman yang sudah mengalami penyemprotan kimia.
2.2.2 Manfaat Pupuk Kompos
1. Memperbaiki struktur tanah. Lahan pertanian atau media tanam pada pot
yang sudah terlalu lama dipupuk kimia, terutama urea (pupuk dengan
kandungan N tinggi) akan menjadi keras, liat, dan asam. Pupuk kompos
yang remah dan gembur akan memperbaiki pH dan strukturnya.
2. Memiliki kandungan unsur mikro dan makro yang lengkap. Walaupun
kandungan unsur mikro dan makro akan terhambat pertumbuhannya,
bahkan dapat menyebabkan tanaman tidak bisa menyerap unsur hara yang
diperlukan.
3. Ramah lingkungan. Sesuai slogan “ Go Organic 2010 “ pemakaian kompos
dalam pertanian ataupun hobi bercocok tanam yang ramah lingkungan,
dibandingkan dengan pemakaian pupuk kimia, akan menjaga kelestarian
lingkungan.
‘
16
4. Murah dan mudah di dapat, bbahkan dapat dibuat sendiri.
5. Mampu menyerap dan menampung air lebih lama dibandingkan dengan
pupuk kimia.
6. Membantu meningkatkan jumlah mikroorganisme pada media tanam,
sehingga dapat meningkatkan unsur hara tanaman.
Kompos sangat baik digunakan sebagai pupuk pada tanah-tanah yang
berstekstur keras untuk memperbaki strukturnya. Biasanya penggunaan
kompos diimbangi dengan pemberian pupuk kandang. Hal ini akan membantu
meningkatkan kandungan unsur hara di dalam tanah.(AgroMedia, 2007)
2.2.3 Faktor-Faktor pengomposan menurut Mulyono, 2015 sebagai berikut :
1. Suhu, pH, dan Air
Proses penguraian bahan organik oleh mikroorganisme lebih optimal pada
suhu 30-40°C dengan tingkat kelembapan 40-60%. Artinnya, tidak terlalu
kering. Kecepatan pengggurai juga berkaitan dengan pH bahan organik. pH
awal sebaiknya sekitar 6,5-6,7 agar hewan pengurai seperti cacing dapat
bekerja sama dengan mikroorganisme pengurai. Jika bahan organik yang akan
dikomposkan terlalu asam di bawah 6,5 perlu dinaikkan terlebih dahulu dengan
memberi kapur. Pada pengomposan, pH akan menjadi agak asam karena bahan
organik diurai dan menghasilkan asam organik. Namun, semakin lama pH akan
netral.
2. Variasi Dan Ukuran Bahan Kompos
Ukuran sampah organik sebagai bahan baku kompos mempengaruhi cepat
atau lambat proses penguraian. Para produsen kompos biasanya mencacah
‘
17
sampah menjadi ukuran kecil terlebih dahulu. Selain itu, kombinasi sampah
organik juga menjadi faktor penting dalam proses penguraian. Semakin banyak
variasi campuran sampah organik, semakin baik kualitas kompos yang akan
dihasilkan.
3. Nitrogen dalam bahan organik
Bakteri pengurai membutuhkan unsur nitrogen selama proses penguraian.
Pasalnya, bakteri memerlukan nitrogen sebagai energi dalam proses
penguraian. Semakin banyak kandungan nitrogen dalam sampah organik,
semakin cepat proses penguraian. Selain itu, berdasarkan literatur lain
menyebutkan bahwa waktu malam hari dan kandungan senyawa lainnya juga
dapat mempercepat proses pengomposan.
4. Aerasi
Aerasi pada proses pengomposan berkaitan dengan pengaturan udara,
khususnya pada proses pengomposan aerobik yang memerlukan udara yang
mengalir. Dalam pelaksanaannya, aerasi dilakukan dengan membolak-balikkan
sampah organik yang akan dikomposkan agar seluruh bahan yang
terdekomposisi dapat dialiri oksigen. Selain itu, pada pengomposan aerobik,
karbondioksida harus dibuang dengan cara membalik bahan organik agar tidak
menyebabkan efek mematikan bagi mikroorganisme. Pengadukan atau
membalik bahan organik diperlukan karena C/N rasio dalam campuran bahan
kompos pasti berbeda-beda sehingga dengan mengaduk proses dekomposisi
akan menyebar dan merata.
‘
18
5. C/N rasio
C/N rasio merupakan perbandingan antara unsur karbon dan nitrogen. C/N
rasio dalam proses pengomposan menentukan kecepatan penguraian sampah
organik. C/N rasio yang terlalu tinggi akan menghambat laju proses
dekomposisi. Pasalnya pada C/N tinggi, mikroorganisme tidak berkembang
dengan optimal akibat kekurangan nitrogen. Sebaliknya, C/N rasio yang terlalu
rendah berisiko akan kehilangan nitrogen dalam bentuk amonia.
C/N sampah organik sebagai bahan baku kompos sebaiknya sekitar 25-35.
Jika sampah organik terdiri dari berbagai macam jenis, artinya terdapat
beberapa macam C/N rasio. Karena itu, selama proses dekomposisi perlu
dilakukan pengadukan secara berkala yang bertujuan untuk menurunkan C/N
rasio agar mikroorganisme dapat bekerja secara maksimal.
Tabel 2.1 C/N Rasio beberapa bahan organik.
Bahan Organik C/N rasio
Urine ternak 0,6
Kotoran ayam 5,6
Kotoran sapi 15,8
Kotoran babi 11,4
Tinja manusia 6-10
Darah 3
Tepung tulang 8
Urine manusia 0,8
Eceng gongok 17,6
Jerami gandum 80-130
Jerami padi 80-130
Ampas tebu 110-120
Jerami jagung 50-60
Sesbania sp. 17,9
Sisa buah-buahan 15-16
Limbah sayuran 11-27
Sumber : Gaur AC, Ir. Suhut MS, dan Ir Sunduk Msi (2006).
‘
19
2.2.4 Spefikasi Kompos
Kandungan unsur hara di dalam kompos sangat bervariasi. Tergantung dari
jenis bahan asal yang digunakan dan cara pembuatan kompos. Ciri fisik kompos
yang baik adalah berwarna coklat kehitaman, agak lembab, gembur, dan bahan
pembentuknya sudah tidak tampak lagi.(Novizan, 2005). Indonesia telah memiliki
standart kualitas kompos, yaitu SNI 19-7030-2004 dan Peraturan Menteri
Pertanian No.02/pert/HK.060/2/2006. Di dalam standar ini termuat batas-batas
maksimum atau minimum sifat-sifat fisik atau kimiawi kompos, termasuk di
dalamnya batas maksimum kandungan logam berat.
1. Warna
Warna merupakan salah satu satu parameter yang mudah untuk digunakan.
Parameter yang mudah digunakan untuk mengetahui kualitas kompos yang
dihasilkan karena hanya dengan melakukan pengamatan saja, kompos yang
telah matang akan berwarna kehitaman.
2. Tekstur
Tekstur merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menilai
kualitas kompos yang mudah untuk diamati, kompos yang telah matang
teksturnya akan menyerupai tanah.
3. Bau
Parameter yang sering digunakan untuk mengetahui kualitas kompos yang
dihasilkan adalah bau karena mudah dan dapat dilakukan sendiri, kompos yang
dihasilkan dari pengomposan sampah organik ini tidak berbau busuk.
‘
20
4. Kandungan Hara
Perubahah kandungan hara (C-organik, N-total, rasio C/N1P2O5 dan K2O)
merupakan parameter kimia yang diukur untuk mengetahui kualitas kompos
yang telah dihasilkan.(Endah Sulistyawati, dkk., 2008).
Tabel 2.2 Persyaratan teknis minimal pupuk organik padat menurut PERMEN RI
NO 70/Permentan/SR 140/2011.
NO
Parameter
Satuan
Standart Mutu
Granul/pelet Remah/curah
Murni Diperkaya
mikroba
Murni Diperkaya
mikroba
1 C-Organik % min 15 min 15 min 15 min 15
2 C/N Rasio % 15-25 15-25 15-25 15-25
3 Baha ikutan
(kaca,kerikil)
% maks 2 maks 2 maks 2 maks 2
4 Kadar Air % 8-20 8-20 8-20 8-20
5 Logam berat
As
Hg
Pb
Cd
ppm
ppm
ppm
ppm
maks 10
maks 1
maks 50
maks 2
maks 10
maks 1
maks 50
maks 2
maks 10
maks 1
maks 50
maks 2
maks 10
maks 1
maks 50
maks 2
6 pH - 4-9 4-9 4-9 4-9
7
Hara Makro
(N + P20 +
K20)
4
8 Mikroba
Kontaminan
-E.coli
-Salmonella
sp
MPN/g
MPN/g
Maks 102
Maks 102
Maks 102
Maks 102
Maks 102
Maks 102
Maks 102
Maks 102
‘
21
9 Mikroba
Fungsional
-penambat
-pelarut P
Cfu/g
Cfu-gg
-
Min 103
Min 103
Min 103
Min 103
10 Ukuran
butiran 2-5
mm
-
Min 80
min 80
-
-
11 Hara Mikro
-fe total
-fe tersedia
-Mn
-Zn
Ppm
ppm
ppm
ppm
Maks 900
Maks 500
Maks 500
Maks 500
Maks 900
Maks 500
Maks 500
Maks 500
Maks 9000
Maks 5000
Maks 5000
Maks 5000
Maks 9000
Maks 5000
Maks 5000
Maks 5000
12 Unsur lain :
-La
-Ce
Ppm
Ppm
0
0
0
0
0
0
0
0
Sumber :PERMEN RI no 70/PERMENTAN/Sr140/2011)
2.2.5 Prinsip Pengomposan
Bahan organik tidak dapat langsung digunakan atau dimanfaatkan oleh
tanaman, karena perbandingan C/N dalam bahan tersebut relatif tinggi atau tidak
sama dengan C/N tanah. Nilai C/N merupakan hasil dari perbandingan antara
karbohidrat dan nitrogen.Nilai C/N tanah sekitar 10-12. Apabila bahan organik
mempunyai kandungan C/N mendekati atau sama dengan C/N tanah maka bahan
tersebut dapat digunakan atau diserap tanaman. Selama proses dekomposisi,
temperatur dijaga sekitar 60°C selama 3 minggu. Pada temperatur tersebut, selain
bakteri bekerja secara optimal, akan terjadi penurunan C/N rasio dan
pemberantasan bakteri pathogen.
Faktor yang menghambat pengomposaan. Cuaca bahan baku atau campuran
kompos sebaiknya tidak terkena hujan. Air hujan yang masuk kedalam pori-pori
bahan baku akan menghilang O2 yang terdapat di dalamnya. Selain itu , air
mengakibatkan pencucian unsur hara bahan baku kompos. Kelembapan
‘
22
memegang peranan sangat penting dalam prroses metabolisme mikroba dan secara
tidak langsung berpengaruh pada suplai oksigen. kelembapan dibawah 40%,
aktivitas mikroba akan mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan kandungan air
akan menutupi rongga udara di dalam tumpukan kelembaban yang tinggi akibat
penyiraman menggenangi area tempat pengomposan. Jadi dalam hal ini,
kelembaban mikroba dan berhubungan erat dengan fluktuasi suhu pengomposan.
Menurut krieria SNI No. 19-7030-2004 dalam parameter kimia kompos.
komponenkadar air maksimum 50% + Ph maksimum 7,49 + C-organik
maksimum 32% + N total minimum 0,40 + C/N rasio maksimum 20 + P2O5
minimum 0,1% + K2O minimum 0,2%. Adapun komposisi unsur hara yang
terkandung dalam pupuk organik dari kompos ternak yaitu N (0.7- 1,3 %), P2O5
(1,5-2,0%), K2O (0,5-0,8), C organik (10,0-11,0%), MgO (0,5-0,7%), dan C/N
ratio (14,0-18,0%).(Hartatik dan widowati 2010).
2.3 Effektif Mikroorganisme-4 (EM4)
2.3.1. Effektif Mikroorganisme (EM4) merupakan bahan mengandung beberapa
mikroorganisme yang bermanfaat dalam proses pengomposan. Mikroorganisme
yang terdapat dalam EM4 terdiri dari lumbricus (bakteri asam laktat) serta sedikit
bakteri fotosintetik, Actinomycetes, streptomyces sp., dan ragi. Effektif
Mikroorganisme (EM4) dapat meningkatkan fermentasi limbah dan sampah
organik, meningkatkan ketersediaan unsur hara untuk tanaman, serta menekan
aktivitas serangga, hama, dan mikroorganisme pathogen. Perananan Effektif
Mikroorganisme (EM4) dalam pembuatan kompos adalah untuk menghilangkan
bau dan mempercepat proses pengelolaan limbah (Djuarnani dkk., 2005). EM4
‘
23
mengandung beberapa mikroorganisme utama yaitu bakteri fotosintetik, bakteri
asam laktat, ragi (yeast), actinomycetes dan jamur fermentasi. Dalam penelitian
ini EM4 yang gunakan sebanyak 100 ml, karena dalam penelitian yang sudah ada
belum ada yang menggunakan takaran tersebut dan semakin banyak menggunakan
EM4 dapat mempercepat pengomposan.
1. Bakteri fotosintetik
Bakteri ini merupakan bakteri bebas yang dapat mensintesis senyawa
nitrogen, gula, dan substansi bioaktif lainnya. Hasil metabolit yang diproduksi
dapat diserap secara langsung oleh tanaman dan tersedia sebagai substrat
untuk perkembangbiakan mikroorganisme yang menguntungkan.
2. Lactobacillus sp (Bakteri Asam Laktat)
Bakteri yang memproduksi asam laktat sebagai hasil penguraian gula dan
karbohidrat lain yang bekerja sama dengan bakteri fotosintesis dan ragi. Asam
laktat ini merupakan bahan strerilisasi yang kuat yang dapat menekan
mikroorganisme berbahaya dan dapat menguraikan bahan organik dengan
cepat.
3. Streptomyces s.
Streptomyces sp mengeluarkan enzim Streptomyces yang bersifat racun
terhadap hama dan penyakit yang merugikan.
4. Ragi/yeast
Ragi memproduksi substansi yang berguna bagi tanaman dengan cara
fermentasi. Substansi bioaktif yang dihasilkan oleh ragi berguna untuk
pertumbuhan sel dan pembelahan akar. Ragi ini juga berperan dalam
‘
24
perkembangbiakan atau pembelahan mikroorganisme menguntungkan lain
seperti Actinomycetes dan bakteri asam laktat.
5. Actinomycetes
Actinomycetes merupakan organisme peralihan antara bakteri dan jamur
yang mengambil asam amino dan zat serupa yang diproduksi bakteri
fotosintesis dan mengubahnya menjadi antibiotik untuk mengendalikan
pathogen, menekan jamur dan bakteri berbahaya dengan cara menghancurkan
khitin yaitu zat ensensial untuk pertumbuhannya. Actinomycetes juga dapat
menciptakan kondisi yang baik bagi perkembangan mikroorganisme
lain.(Cecep dani, 2012).
2.3.2 Sifat-sifat dari Effektif Mikroorganisme (EM4) adalah sebagai berikut:
1. Effektif Mikroorganisme (EM4) adalah cairan berwarna coklat dengan bau
yang enak. Apabila busuk atau tidak enak, berarti mikroorganisme-
mikroorganisme tersebut telah mati dan harus dicampur dengan air untuk
menghentikan tumbuhnya gulma(rumput liar).
2. Effektif Mikroorganisme (EM4) harus disimpan di tempat teduh dalam
wadah yang ditutup rapat.
3. Bahan-bahan organik dapat difermentasikan dalam waktu yang singkat
Effektif Mikroorganisme (EM4)
4. Makanan-makanan untuk Effektif Mikroorganisme (EM4) termasuk bahan
organik, molase, rabu hijau, kotoran hewan, dan bekatul.
5. Effektif Mikroorganisme (EM4) mampu bekerja secara efisien tanpa bahan
kimia.(Maman suparman, 1994)
‘
25
2.4Mikro Organisme local (MOL)
2.4.1 Mikro Organisme local adalah mikroorganisme hasil fermentasi dari bahan
yang ada di lingkungan sekitar dan mudah didapat.Penggunaan bahan bakunya
disesuaikan dengan potensi di suatu wilayah. Misalnya, apabila di wilayah
lingkungan terdapat air lindi, EM4, katul, dan gula bisa dibuat MOL untuk proses
pengomposan. Berdasarkan jenis bahan pembuat MOL terdapat 3 komponen
utama yaitu :
1. Karbohidrat
Dapat diperoleh dari air tajin (cucian beras), sisa gandum, kentang,
jagung, singkong, dan nasi yang telah basi.
2. Glukosa
Dapat di peroleh pada bahan yang mengandung gula, seperti molase
(ampas tebu), gula merah, gula pasir cair, air kelapa, dan seluruh bahan yang
mengandung gula.
3. Sumber Mikroorganisme
Dapat diperoleh pada sisa-sisa buah busuk, terasi, sisa ikan, rebung
bambu, bonggol pisang, dan ramin(cairan isi perut hewan).(Mulyono, 2015)
2.4.2 Gula dan Bekatul
1. Gula sebagai glukosa berfungsi untuk memperoleh energi bagi
perkembanganbiakan jumlah EM4 yang diaktifkan selama proses pembuatan
kompos dan sebagai nutrisi bakteri.(Murni Yurniawati dkk, 2012). Dalam
penelitian ini gula yang gunakan sebanyak 5 sendok, karena dalam penelitian
‘
26
mulyono menggunakan 5 sendok dan belum ada yang memakai takaran yang
dilakukan oleh penelitian tersebut.
2. Bekatul sebagai karbohidrat adalah bagian terluar dari bagian bulir yang
terbungkus oleh sekam. Bekatul berfungsi untuk sumber makanan yang
bergizi.(Modul Pendidikan Lingkungan Hidup Departemen Pendidikan Nasional).
Dalam penelitian ini bekatul yang digunakan sebanyak 10 sendok, karena melihat
dari bahan seperti gula, EM4, dan air lindi.
2.5Air lindi
2.5.1 Air lindi didefinisikan sebagai suatu cairan yang dihasilkan dari pemaparan
air hujan pada timbunan sampah. Dalam kehidupan sehari-hari air lindi ini dapat
dianalogikan seperti seduhan air teh.Air lindi membawa materi tersuspensi dan
terlarut yang merupakan produk degradasi sampah. Komposisi air lindi di
pengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah curah
hujan di daerah TPA dan kondisi spesifik tempat pembuangan tersebut. Air lindi
pada umumnya mengandung senyawa-senyawa organik (hidrokarbon, asam
humat) dan anorganik (natrium, kalium, kalsium, magnesium, khlor, sulfat, fosfat,
fenol, nitrogen dan senyawa logam berat) yang tinggi. Konsentrasi dari
komponen-komponen tersebut dalam air lindi bisa mencapai 1000 sampai 5000
kali lebih tinggi dari pada konsentrasi dalam air tanah (Maramis, 2008).
Lindi mengandung mikroba dan berbagai macam mineral yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan bakteri. Selain mengandung unsur organik dengan
konsenttrasi tinggi, lindi juga mengandung unsur logam seperti zn dan hg. Air
lindi dapat diproses menjadi gas bio, pupuk cair atau starter mikroba. Kuantitas air
‘
27
lindi yang dihasilkan sampah tergolong rendah tetapi dapat mencemari
lingkungan. Oleh karena itu, air lindi tersebut dimanfaatkan dalam pembuatan
MOL untuk proses pengomposan. Dalam penelitian ini lindi yang digunakan
untuk membuat MOL sebanyak 200 ml, semakin banyak lindi yang digunakan
akan berpengaruh dan mempercepat dalam proses pengomposan.
2.5.2 Komposisi Lindi
Komposisi lindi sangat bervariasi dari waktu ke waktu bergantung pada
aktivitas secara fisik, kimia dan biologis yang terjadi dalam sampah.Sangat sulit
untuk menyimpulkan atau mendefinisikan karakteristik lindi di TPA. Variasi
penggambaran kontaminan dari lindi telah ada dalam berbagai macam literatur
untuk beberapa kondisi di lokasi yang berbeda. Rentang jumlah kontaminan yang
cukup jauh manunjukkan sulitnya mendefinisikan atau memprediksikan
komposisi tipikal dari berbagai macam kontaminan yang ada dalam lindi.
Variasi komposisi lindi ini disebabkan oleh berbagai macam antara lain
interaksi antara komposisi sampah, umur dari sampah, kondisi hidrogeologi dari
lahan, iklim, musim dan air yang melalui timbunan. Selain itu penentuan tinggi
setiap sel, kedalaman keseluruhan timbunan, tanah penutup dan kompaksi sampah
juga turut berpengaruh. Setelah lindi keluar dari timbunan sampah, komposisi
lindi dipengaruhi oleh jenis tanah dan pengenceran oleh air tanah.
2.6 Unsur Hara Makro N P K
1. Nitrogen
Nitrogen merupakan sumber energi bagi mikroorganisme dalam tanah yang
berperan penting dalam proses pelapukan atau dekomposisi bahan organik. Unsur
‘
28
nitrogen bagi tanaman sangat bermanfat diantaranya meningkatkan pertumbuhan
tanaman, memproduksi klorofil, meningkatkan kadar protein, dan mempercepat
tumbuh daun. Volume udara sebanyak 78% berisi nitrogen. Nitrogen ini
diperlukan dalam prosses fotosintesis. Manfaat Nitrogen dalam tanaman sebagai
berikut :
6. Membuat tanaman lebih hijau
7. Mempercepat pertumbuhan tanaman
8. Menambah kandungan protein
2. Fosfor
Fosfor berperan untuk mempercepat pertumbuhan akar pada bibit, serta
memperkuat dan mempercepat pertumbuhan pada tanaman. Selain itu, fosfor
bermanfaat untuk menambah kualitas pada tanaman biji-bijian dan berpengaruh
pada peembentukan inti sel. Unsur P ini sangat mudah berinteraksi dengan zat
besi dan besi dan aluminium, tetapi sulit diserap oleh akar tanaman. Manfaat
fosfor dalam tanaman sebagai berikut :
1. Memacu pertumbuhan akar dan membentuk system perakaran yang baik.
2. Menggiatkan pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik
tumbuh tanaman.
3. Memacu pertumbuhan bunga dan pematangan bunga dan pematangan
buah/biji, sehingga mempercepat masa panen.
4. Memperbesar persentase terbentuknya bunga menjadi buah.
5. Menyusun dan menstabilkan dinding sel, sehingga menambah daya
tahan tanaman terhadap serangan hama penyakit
‘
29
3. Kalium
Kalium sangat berguna untuk mempercepat pembentukan karbohidrat
dalam tanaman, memperkokoh tanaman, serta menambah daya tahan terhadap
serangan hama dan penyakit. Selain itu, unsure kalium sangat berperan untuk
meningkatkan kualitas biji-bijian, seperti pada bulir pada menjadi mudah
bernas. Pada tanaman umbi-umbian, kalium bermanfaat untuk mempercepat
pembesaran umbi. Manfaat kalium dalam tanaman sebagai berikut :
1. Sebagai activator enzim.
2. Membantu penyerapan air dan unsur hara dari tanah oleh tanaman.
3. Membantu transportasi hasil asimilasi dari daun ke jaringan tanaman.
Sumber kalium dapat berasal dari berbagai jenis mineral sisa jasad renik,
dan air irigasi. Unsur kalium relative mudah bersenyawa dengan unsur lainnya
dan mudah larut oleh air serta mudah difaksasi dalam tanah.(Mulyono, 2015)
‘
30
2.7 Kerangka Teori
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
BAB 3
Sumber : Mulyono, 2015
Air lindi
TPA Winongo
MOL
MOL Air Lindi
Air lindi 200 ml
EM4 100 ml sebagai
mikroorganisme
Bekatul 10 sendok sebagai
karbohidrat
Gula 5 sendok sebagai glukosa
MOL Tanpa Air Lindi
Tanpa Air lindi
EM4 100 ml sebagai
mikroorganisme
Bekatul 10 sendok sebagai
karbohidrat
Gula 5 sendok sebagai glukosa
Kualitas fisik : suhu, warna, tekstur, dan bau
Mutu NPK menurut Permen RI No 70/permentan/SR 140/2011:
1. Kadar Nitrogen (N) minimal 4%
2. Kadar phosfor (P2O5) minimal 4 (ppm)
3. Kadar kalium (K2O) minimal 4%
2.
3.
Sampah organik yaitu sayuran & buah-
buahan
C/N Rasio
31
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan
atau kaitanya antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara
variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang di teliti. Konsep
adalah suatu abstraksi yang di bentuk dengan menggeneralisasikan suatu
pengertian oleh sebab itu, konsep tidak dapat diamati dan dapat diukur, maka
konsep tersebut harus disebarkan ke dalam variabel-variabel. Dari variabel itulah
konsep dapat diamati dan diukur. Jadi uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan
antara konsep-konsep atau variabel yang di amati (diukur melalui penelitian yang
dimaksud).(Notoadmodjo, 2012). Pengaruh penggunaan MOL dengan lindi dan
MOL tanpa Lindi terhadap proses pengomposan sampah organik di TPA
Winongo digambarkan dalam kerangka konsep sebagai berikut :
‘
32
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh penggunaan MOL lindi dan MOL tanpa Lindi
terhadap proses pengomposan sampah organik di TPA Winongo.
Keterangan ;
: ditelitii
: tidak di teliti
Berdasarkan gambar 3.1 dapat dijelaskan pembuatan MOL dari air lindi
dengan pencampuran EM4, gula dan katul dengan 2 perlakuan yang berbeda,
MOL tanpa lindi dan MOL yang ada lindi yang kemudian dilakukan proses
Variabel Dependent
Mutu NPK
Variabel Independent
MOL Air Lindi
Air lindi 200 ml
EM4 100 ml
Bekatul 10 sendok
Gula 5 sendok
Sampah Organik
Variabel pengganggu
1. Cuaca.
2. Kelembaban.
MOL Tanpa Air Lindi
Tanpa Air lindi
EM4 100 ml
Bekatul 10 sendok
Gula 5 sendok
Sampah Organik
‘
33
pengomposan dengan bahan sayuran yang berada di TPA. Pada proses
pengomposan akan ada pemberian MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi. Dan
dilakukan pengamatan kematangan kompos (warna, bau dan tekstur). Hasil dari
pemberian MOL terhadap pengomposan dilakukan perbandingan menurut dengan
standar PERMEN RI NO 70/Permentan/SR 140/2011.
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesa adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan
penelitian.(Notoadmodjo,2012). Dalam penelitian ini hipotesa yang diajukan
adalah.
H1 : Ada pengaruh MOL dengan Lindi dengan NPK terhadap pengomposan
sampah organik.
H2 : Ada pengaruh MOL tanpa Lindi dengan NPK terhadap pengomposan sampah
organik.
34
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu.(Sugiono, 2013)
4.1 Desain penelitian
Desain penelitian adalah suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang
telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada
seluruh proses penelitian.(Notoatmodjo,2010). Jenis dalam penelitian ini
menggunakan metode Eksperimen, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh perlakuan terhadap yang lain dalam kondisi
terkendali.(Sugiono, 2011). Penelitian menguji pengaruh MOL dengan lindi dan
MOL tanpa lindi terhadap pengomposan sampah organik.
Gambar 4.1 Desain Eksperimen pengaruh MOL lindi dan MOL tanpa lindi
terhadap pengomposan sampah organik
Keterangan :
X =MOL air lindi 200 ml, bekatul 10 sendok, EM4 100 ml, gula 5 sendok.
O1 = Sampah Organik.
X1 dan X2 = Hasil dari Pemberian MOL terhadap sampah organik dalam proses
pengomposan.
X O1 X1
X O2 X2
‘
35
Desain penelitian one shoot case study adalah suatu kelompok diberi
perlakuan dan selanjutnya diobservasi hasilnya. Dengan rancangan penelitian
Quasi (Quasi exsperiment) yaitu variabel yang diambil, dipilih secara tidak acak.
Peneliti melakukan pemberian MOL tanpa lindi dan terdapat lindi yang menjadi
perlakuan sampah organik untuk pengomposan. Masing-masing perlakuan
direplikasi 2 sehingga diperoleh 6 sampel dengan MOL dengan lindi dan MOL
tanpa lindi berdasarkan efisiensi bahan. Penilian secara fisik menurut kematangan
kompos yaitu : suhu, warna, tekstur dan bau. Hasil uji laboratorium NPK.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karekteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.(Sugiyono, 2003).
Populasinya yaitu sampah organik
4.2.2 Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti dan yang akan
dianggap dapat menggambarkan karakteristik populasinya. Sampelnya yaitu 6
sampel
4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya
sesuai ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan
memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar di peroleh sampel
representatif.(Margono, 2006). Dengan demikian teknik sampling penelitian ini
adalah non probability sampling dengan jenis total sampling.
‘
36
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian Pembuatan MOL
Air lindi, EM4, Bekatul, Gula, Sampah Organik
Bahan MOL untuk pemberian pada proses
pengomposan dengan bahan sampah organik.
MOL Air Lindi
Air lindi 200 ml + EM4 100 ml + Bekatul 10 sendok
+ Gula 5 sendok + Sampah Organik
MOL Tanpa Air Lindi
Tanpa Air lindi + EM4 100 ml + Bekatul 10 sendok
+ Gula 5 sendok + Sampah Organik
Sampah organik djadikan kompos
Proses pematangan
± 1bulan
+
Suhu 30-60°C, berwarna hitam,
tekstur tanah halus, bau tidak
busuk
Mutu NPK menurut Permen
RI No 70/permentan/SR
140/2011.
‘
37
4.5 Variabel penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1 Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang terbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. (Sugiono, 2014)
1. Variabel bebas adalah variabel yang akan diamati dan diukur untuk
mengetahui sejauh mana pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel
bebas pembuatan MOL dari bahan air lindi, EM4, bekatul, gula.
2. Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel
lain atau yang menjadi akibat, karena adannya variabel bebas.(Sugiyono,
2014). Variabel terikat sampah organik.
4.5.2 Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang di teliti,
atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.(Notoadmodjo,
2012).
‘
38
Tabel 4.1 Definisi operasional.
NO Variabel Definisi operasional Parameter Alat ukur Skala
1 MOL dengan
lindi 200 ml,
EM4 100 ml,
Bekatul 10
sendok, Gula 5
sendok, Sampah
Organik
Hasil dari MOL
terdiri dari air
lindi, EM4, katul,
dan gula.
Suhu 30-60°C,
Berwarna hitam,
tekstur halus, bau
tanah.
Thermometer
dan
Observasi
Rasio
2 MOL Tanpa
Lindi, EM4 100
ml, Bekatul 10
sendok, Gula 5
sendok, Sampah
Organik
Hasil dari MOL
terdiri dari Tanpa
air lindi, EM4,
katul, dan gula.
Suhu 30-60°C,
berwarna hitam,
tekstur halus, bau
tanah.
Thermometer
dan
Observasi
Rasio
3 Mutu NPK Kadar NPK
sesuai PERMEN
RI NO
70/Permentan/SR
140/2011.
Minimal 4%
1. kadar Nitrogen
(N) minimal 4%
2. Kadar phosfor
(P2O5)) minimal
4 (ppm)
3. Kadar kalium
(K2O) minimal
4%
Uji
laboratorium
Rasio
4.6 Instrumen Penelitian.
Instrumen penelitian berkaitan dengan kegiatan pengumpulan dan pengolahan
data, sebab instrumen penelitian merupakan alat bantu pengumpulan data dan
pengolahan data tentang variabel-variabel yang diteliti.(Subana, 2009). Dalam
penelitian ini menggunakan alat Thermometer dan Uji laboratorium.
‘
39
4.7 Lokasi dan Waktu penelitian
4.7.1 Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini peneliti akan melakukan Penelitian di TPA Winongo
Kecamatan Manguharjo Kota Madiun, sedangkan untuk pemeriksaan NPK di
lakukan di Laboratorium SMKN 3 Kimia Madiun
4.7.2 Waktu Penelitian
Tabel 4.2 Waktu Penelitian
No Kegiatan Tanggal Pelaksanaan
1. Pengajuan Judul dan konsul 8 - 24 Februari 2018
2. Penyusunan dan bimbingan
proposal 10 Maret 2018 - 11 Mei 2018
3. Ujian Proposal 15 Mei 2018
4. Revisi Proposal 21 Mei 2018 - 26 Mei 2018
5. Melakukan Eksperimen 1 Juli 2018 - 22 Juli 2018
6. Penyusunan dan Bimbingan Skripsi 24 Juli 2018 - 11 Agustus 2018
7. Ujian Skripsi 24 Agustus 2018
8. Revisi Skripsi 29 Agustus 2018
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
4.8.1 Data primer
Data yang diperoleh dari sumber data pertama, dari pengamatan atau
observasi, serta hasil pemeriksaan laboratorium meliputi :
10. Pembuatan MOL untuk proses pengomposan dengan sampah organik.
11. Data hasil pengamatan fisik kompos : suhu, warna, bau dan tekstur.
12. Pemeriksaan laboratorium kimia kompos : NPK dalam proses
pengomposan kurang lebih 1 bulan.
4.8.2 Data sekunder
‘
40
Data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
4.8.3 Observasi
Teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara
langsung ke objek penelitian. Variabel yang di amati saat pengomposan secara
fisik seperti bau, warna, suhu dan tekstur.
4.9 Alat dan bahan penelitian
4.9.1 Alat
1. Pisau
2. Telenan
3. Karung Goni
4. Wadah pengukur
5. Sarung tangan
6. Thermometer
7. Keranjang
8. Botol Aqua dan tutup aqua di lubangi untuk MOL
9. Wadah semprotan
4.9.2 Bahan
Bahan MOL
1. Air lindi
2. EM4
3. Bekatul
4. Gula
Bahan Kompos
1. Sampah Organik dan sayuran
‘
41
4.9.3 Langkah Kerja
1. Siapkan bahan pembuatan MOL
2. Masukan bahan MOL seperti air lindi, EM4, bekatul dan gula ke dalam botol
Aqua sesuai takaran yang akan diteliti ke wadah pengukur
3. Setelah bahan semua siap di tutup rapat .
4. Selama 3-7 hari, setiap 2 hari sekali di aduk MOL agar tidak mengendap.
5. Bahan MOL sudah menunjukan tanda-tanda berhasil bau seperti tape,
mengeluarkan gas
6. Mencacah sayuran dengan pisau dengan telenan dan dimasukan ke dalam
karung goni dan dimasukkan ke dalam keranjang.
7. MOL diberikan sebanyak 10 ml setiap 3 hari dengan di semprotkan ke sampah
organik yang sudah berada di karung goni dan di tutup rapat dan dimasukkan
ke dalam keranjang
8. Setelah 3 hari dilihat suhu, Tanda suhu yang baik 30-60°C. kelembaban
maksimal 50%, bila lebih dilakukan pembalikan.
9. Pembalikan dilakukan 3 hari sekali sampai tidak panas lagi.
10. Setelah kurang lebih 1 bulan proses pengomposan.
11. Menguji Kualitas fisik
Kompos dikatakan matang ditunjukan oleh hal-hal berikut :
1. Suhu 30-60°C
2. Berwarna hitam
3. Tekstur tanah halus
4. Bau tidak busuk
‘
42
12. Menguji kualitas kimia kompos.
Untuk mengetahui kualitas kompos, dapat dilakukan pengujian
dilaboratorium sesuai Permentan No 70/2011 antara lain :
2. Kadar Nitrogen (N) minimal 4%
3. Kadar phosfor (P2O5)) minimal 4(ppm)
4. Kadar kalium (K2O) minimal 4%
4.9.4 Metode Pengujian
Metode pengujian yang dilakukan adalah dengan melakukan penelitian
dilaboratoriummencakup :
1. Pengukuran nitrogen (N) dilakukan dengan menggunakan metode
spektrofotometri. Sebanyak 1 ml sampel dimasukkan ke dalam gelas
erlemeyer 250 ml, ditambahkan dengan 12,5 ml, HCI 25%, dikocok
dengan pengaduk magnit stirier selama 2 jam, disaring dengan kertas
saring whatman no. 40, ditampung ekstrak ke dalam labu takar 100 ml,
diencerkan dengan aquades hingga garis tanda, dan di kocok sampai
homogen.
2. Pengukuran fosfor (F) dilakukan dengan menggunakan metode
spektrofotometri. Dipipet1 ml sampel ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan 5 ml aqnedes, di tambahkan 1 ml larutan campuran,
didiamkan selama 15 menit, di absorbanisnya dengan spektrofotometri
pada ƛ= 400 nm.
3. Pengukuran Kalium (K) dilakukan dengan menggunakan metode
Spektrofotometer serapan atom (SSA). Sebanyak 5 ml sampel dimasukkan
‘
43
ke dalam labu erlemeyer 100 ml. ditambahkan 12,5, HCI 25% ke dalam
erlemeyer 100 ml yang berisi sampel. Larutan dibiarkan selama 1 malam,
kemudian diaduk dengan pengaduk magnit stirer selama 2 jam sampai
terbentuk suspensi lalu disaring dengan kertas saring whotm No 40, filtrate
masukkan ke labu bakar 100 ml sebanyak 3 kali dengan aquades, lain
tambahkan aquades sampai garis tanda. Filtrat disimpan didalam botol
plastik untuk penetapan kadar kalium. Konsentrasi kalium di dalam larutan
diukur dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada
panjang gelombang 766,5 nm.
4.10 Teknik Analisis Data
4.10.1 Analisis data pada penelitian ini analisis data yang digunakan adalah
analisis uji table perbandingan menggunakan SPSS dengan Uji t (test) yaitu
menguji perbedaan MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi dalam proses
pengomposan sampah organik.(Subana dkk, 2009). Uji t (tes) bersifat
memperbandingkan dua perlakuan kurang lebih 1 bulan dan akan diperiksa
dilaboratorium. Data dari laboratorium diolah menggunakan SPSS dengan Uji t
(test) dan disajikan dalam tabel. Syarat Uji t (test) yaitu
1. Variabel antar kelompok harus homogen.
2. Data masing-masing kelompok berdistribusi normal.
3. Membandingkan 2 perlakuan yang berbeda.
44
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 HASIL
5.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TPA Winongo, kota madiun merupakan salah satu
daerah di Provinsi Jawa Timur yang secara geografis kota madiun terletak pada
koordinasi 111°29´45” - 111°33´30” BT dan 7°40´ LS. Tempat pembuangan akhir
ini mulai beroperasi sejak tahun 2008. Tempat pembuangan akhir TPA Winongo
sendiri memiliki luas lahan mencapai 6,4 ha dimana hanya 1,6 ha yang bisa
dimanfaatkan. Kota madiun memiliki tiga kecamatan antara lain kecamatan
manguharjo, kecamatan kartoharjo dan kecamatan taman. Adapun batas-batas
wilayah TPA winongo:
a. Batas wilayah utara: Kec. Sawahan
b. Batas wilayah Timur: Kec. Wungu
c. Batas wilayah Selatan: Kec. Geger
d. Batas wilayah Barat: Kec. Jiwan.
Gambar 5.1 Peta TPA Winongo
45
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 (Analisis Univariat)
Menghitung C/N Rasio
( x.A ) + (( y. B ))/( x + y ) + y = C
X = bagian bahan I
A = C/N rasio bahan I
Y = bagian bahan II
C = C/N rasio yang diharapkan
a. Hasil perhitungan C/N rasio MOL dengan lindi
Replikasi 1 = ( I.15 ) + ( y.16 )/+y = 25
= 15 + 16 = 31
Replikasi 2 = ( I.11) + ( y.15)/+y = 25
= 11 + 15 = 26
Replikasi 3 = ( I.11 ) + ( y.12 )/+y = 25
= 11 + 12 = 23
b. Hasil perhitungan C/N rasio MOL tanpa lindi
Replikasi 1 = ( I.12 )+( y.13 )/+y = 25
= 12 + 13 = 25
Replikasi 2 = ( I.13 ) + ( y.13 )/+y = 25
= 13 + 13 = 26
Replikasi 3 = ( I.10 ) + ( y.13 )/+y = 25
= 10 + 13 = 23
‘
46
Tabel 5.1 C//N rasio
No C//N rasio Rata-rata
1 MOL dengan Lindi 26%
2 MOL tanpa Lindi 24%
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018.
Tabel 5.2 Suhu kompos
NO
Formula Rata-rata
Suhu
1. MOL dengan Lindi 37°C
2. MOL tanpa Lindi 36°C
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018.
Hasil pengukuran pada formula MOL dengan lindi Hari ke 1
sampai 21. Replikasi 1 yaitu 27°C, 25°C, 43°C, 40°C, 36°C, 39°C, 40°C,
36°C, 25°C, 36°C. Replikasi 2 yaitu 25°C, 36°C, 40°C, 43°C, 43°C, 36°C,
40°C, 40°C. Replikasi 3 yaitu 26°C, 35°C, 40°C, 44°C, 45°C, 40°C, 43°C,
39°C. Pada formula MOL tanpa lindi replikasi 1. Hari ke 1 sampai 21,
Replikasi 1 yaitu 25°C, 40°C, 40°C, 35°C, 35°C, 38°C, 36°C, 35°C.
Replikasi 2 yaitu 25°C, 34°C, 42°C, 40°C, 43°C, 35°C, 35°C, 36°C
Replikasi 3 yaitu26°C, 40°C, 35°C, 40°C, 42°C, 37°C, 34°C, 35°C.
Tabel 5.3 Kelembaban kompos
NO
Formula Rata-rata
Kelembaban
1. MOL dengan Lindi 44% RH
2. MOL Tanpa Lindi 44% RH
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018.
Hasil pengukuran pada formula MOL dengan lindi Hari ke 1
sampai 21. Replikasi 1 yaitu 45% RH, 40% RH, 42% RH, 40% RH, 48%
RH, 43% RH, 45% RH, 50% RH. Replikasi 2 yaitu 43% RH, 50% RH,
‘
47
46% RH, 40%RH, 43% RH, 45% RH, 47% RH, 50% RH. Replikasi 3 yaitu
50% RH, 43% RH, 48% RH, 44%RH, 45%RH, 45% RH, 46% RH, 43%
RH. Pada formula MOL tanpa lindi replikasi 1. Hari ke 1 sampai 21,
Replikasi 1 yaitu 50% RH, 43% RH, 42% RH, 45% RH 43% RH, 42% RH,
45% RH, 45%RH. Replikasi 2 yaitu 43% RH, 45% RH, 45% RH, 43%
RH, 44% RH, 43% RH, 45% RH, 45%RH. Replikasi 3 yaitu 50%RH, 46%
RH, 45% RH, 45% RH, 42% RH, 44% RH, 43% RH, 46%RH.
5.4 Hasil pengamatan warna, bau, tekstur
5.4.1 Hasil pengamatan warna pada formula MOL dengan lindi
hari 1 warna kompos hijau sayuran, hari ke 4, 9, 14 mulai
coklat kehitaman, dan hari 18 dan 21 warna kehitaman.
Pada formula tanpa lindi hari 1 warna kompos hijau
sayuran, hari 4 sampai 18 warna coklat kehitaman dan hari
ke 21 warna kehitaman 24
5.4.2 Hasil pengamatan bau pada formula MOL dengan lindi hari
ke 1 bau seperti bahan dasarnya, hari ke 4 bau fermentasi,
hari 9 dan 14 sedikit berbau tanah, hari ke 18 dan 21
berbau tanah. Pada formula MOL tanpa lindi hari ke 1 bau
seperti bahan dasarnya, hari ke 4 dan 9 bau fermentasi, hari
ke 14 bau sedikit berbau tanah, hari ke 18 dan 21 bau tanah
5.4.3 Hasil pengamatan tekstur pada formula MOL dengan lindi
hari ke 1 tekstur seperti bahan dasarnya, hari ke 4 mulai dan
9 tampak berubah dari bahan aslinya, hari ke 14 dan 18
‘
48
halus tetapi masih ada dari bahan dasarnya dan hari 21
halus. Pada formula MOL tanpa lindi hari ke 1 seperti
bahan dasarnya, hari ke 4 dan 9 mulai tampak berubah dari
bahan dasarnya, hari ke 14 dan 18 harus dan masih ada
kasarnya, hari ke 21 halus.
5.5 Tabel NPK
No Formula Nitrogen Phospor Kalium
1. MOL dengan Lindi 4,09 5,16 5,38
2. MOL Tanpa Lindi 7,55 3,32 3,75
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018.
Hasil pengukuran nitrogen pada formula MOL dengan lindi
replikasi 1, 2 dan 3 yaitu 4,82, 3,00, 4,45. Phospor 5,39, 5,50, 4,60. Kalium
5,40, 5.25, 6,00. Hasil pengukuran nitrogen pada formula MOL tanpa lindi
Replikasi 1, 2 dan 3 yaitu nitrogen 7,85, 7,80, 7,00. Phosphor 3.30, 3.30,
3.60. Kalium 3,38, 4,85, 3,03.
5.2.2 Analisis Bivariat
Tabel 5.6 Uji normalitas C/N Rasio
C/N Rasio
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
MOL dengan lindi .980 3 .726
MOL tanpa lindi .964 3 .637
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018.
Berdasarkan tabel 5.6 diatas, dalam penelitian ini menggunakan
uji statistik Shapiro-Wilk karena jumlah sampel < 50. Distribusi data pada
variabel C/N Rasio untuk MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi
berdistribusi normal karena nilai p < 0,05.
‘
49
Tabel 5.7 Uji normalitas suhu
Suhu
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
MOL dengan lindi .835 24 .001
MOL tanpa lindi .866 24 .004
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018.
Berdasarkan tabel 5.7 diatas, dalam penelitian ini menggunakan
uji statistik Shapiro-Wilk karena jumlah sampel < 50. Distribusi data pada
variabel suhu untuk MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi berdistribusi
normal karena nilai p < 0,05.
Tabel 5.8 Uji normalitas kelembaban
Kelembaban
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
MOL dengan lindi .932 24 .109
MOL tanpa lindi .828 24 .001
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018.
Berdasarkan tabel 5.8 diatas, dalam penelitian ini menggunakan
uji statistik Shapiro-Wilk karena jumlah sampel < 50. Distribusi data pada
variabel kelembaban untuk MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi
berdistribusi normal karena nilai p < 0,05.
Tabel 5.9 Uji normalitas nitrogen
Nitrogen
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
MOL dengan lindi .895 3 .370
MOL tanpa lindi .794 3 .100
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018.
Berdasarkan tabel 5.9 diatas, dalam penelitian ini menggunakan
uji statistik Shapiro-Wilk karena jumlah sampel < 50. Distribusi data pada
variabel nitrogen untuk MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi
berdistribusi normal karena nilai p < 0,05.
‘
50
Tabel 5.10 Uji normalitas phospor
Phospor Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
MOL dengan lindi .840 3 .214
MOL tanpa lindi 1.000 3 1.000
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018.
Berdasarkan tabel 5.10 diatas, dalam penelitian ini menggunakan
uji statistik Shapiro-Wilk karena jumlah sampel < 50. Distribusi data pada
variable phospor untuk MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi
berdistribusi normal karena nilai p < 0,05
Tabel 5.11 Uji normalitas kalium
Kalium Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
MOL dengan lindi .893 3 .363
MOL tanpa lindi .888 3 .348
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018.
Berdasarkan tabel 5.11 diatas, dalam penelitian ini menggunakan
uji statistik Shapiro-Wilk karena jumlah sampel <50. Distribusi data pada
variabel kalium untuk MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi berdistribusi
normal karena nilai p < 0,05.
5.2.3 Uji homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengentahui variasi pada variabel dari
mol dengan lindi dan mol tanpa lindi. Berikut tabel hasil hasil
homogenitas :
‘
51
Tabel 5.12 Hasil homogenitas C/N Rasio
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.207 1 4 .212
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018.
Berdasarkan tabel 5.12 diatas diketahui bahwa nilai signifikan
variabel C/N Rasio untuk MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi sebesar
213 ˃ 0,05 artinya variabel C/N Rasio untuk MOL dengan lindi dan MOL
tanpa lindi mempunyai varian yang sama atau homogen.
Tabel 5.13 Hasil homogenitas suhu dan kelembaban
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
1.183 1 46 .282
Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
4.048 1 46 .050
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018.
Berdasarkan tabel 5.13 diatas diketahui bahwa nilai signifikan
variabel suhu untuk MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi sebesar 282 ˃
0,05 artinya variabel suhu untuk MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi
mempunyai varian yang sama atau homogen.
Berdasarkan tabel 5.13 diatas diketahui bahwa nilai signifikan
variabel kelembaban untuk MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi sebesar
050 ˃ 0,05 artinya variabel suhu untuk MOL dengan lindi dan MOL tanpa
lindi mempunyai varian yang sama atau homogen.
‘
52
Tabel 5.14 Hasil homogenitas Nitrogen, Phosphor, dan Kalium
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.444 1 4 .193
Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
1.555 1 4 .280
Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
3.636 1 4 .129
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018.
Berdasarkan tabel 5.14 diatas diketahui bahwa nilai signifikan
variabel nitrogen untuk MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi sebesar
193 ˃ 0,05 artinya variabel nitrogen untuk MOL dengan lindi dan MOL
tanpa lindi mempunyai varian yang sama atau homogen.
Berdasarkan tabel 5.14 diatas diketahui bahwa nilai signifikan
variabel phospor untuk MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi sebesar
280 ˃ 0,05 artinya variabel phosphor untuk MOL dengan lindi dan MOL
tanpa lindi mempunyai varian yang sama atau homogen.
Berdasarkan tabel 5.14 diatas diketahui bahwa nilai signifikan
variabel kalium untuk MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi sebesar 129
˃ 0,05 artinya variabel kalium untuk MOL dengan lindi dan MOL tanpa
lindi mempunyai varian yang sama atau homogen.
5.2.4 Uji t (test)
Dalam pengambilan keputusan pada penelitian ini digunakan uji t
(test) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari dua kandungan
dengan cara mengetahui pengaruh antara MOL dengan lindi dan MOL
tanpa lindi. Berikut hasil uji statistik untuk uji t (test).
‘
53
Tabel 5.15 Uji t (test) C/N Rasio
Rerata(s..b)
Nilai p
Perbedaan
rerata(IK95%)
MOL dengan lindi 26,67(4,04) .468 2,49(4,04-1,52)
MOL tanpa lindi 24,67(1,52) .490
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018.
Dari tabel 5.15 menunjukkan p value dari masing-masing
kandungan < 0.05 maka dapat disimpulkan dari dua kelompok diatas
memiliki varian yang sama sehingga uji t (test) valid untuk menguji adanya
pengaruh MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi.
Tabel 5.16 Uji t (test) suhu
Suhu
Rerata(s..b)
Nilai p
Perbedaan
rerata(IK95%)
MOL dengan lindi 37,54(6,03) .325 1,59(6,03-4,94)
MOL tanpa lindi 35,96(4,94) .326
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018.
Dari tabel 5.16 menunjukkan p value dari masing-masing
kandungan < 0.05 maka dapat disimpulkan dari dua kelompok diatas
memiliki varian yang sama sehingga uji t (test) valid untuk menguji adanya
pengaruh MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi.
Tabel 5.17 Uji t (test) kelembaban
Kelembaban
Rerata(s..b)
Nilai p
Perbedaan
rerata(IK95%)
MOL dengan lindi 45,05(3,15) .520
.772(3,15-3,08) MOL tanpa lindi 44,54(2,08) .521
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018.
Dari tabel 5.17 menunjukkan p value dari masing-masing
kandungan < 0.05 maka dapat disimpulkan dari dua kelompok diatas
memiliki varian yang sama sehingga uji t (test) valid untuk menguji adanya
pengaruh MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi
‘
54
Tabel 5.18 Uji t (test) nitrogen
Nitrogen
Rerata(s..b)
Nilai p
Perbedaan
rerata(IK95%)
MOL dengan lindi 4.09(9,61) .005
-3.460(9,61-4,76) MOL tanpa lindi 7.55(4,76) .012
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018.
Dari tabel 5.16 menunjukkan p value dari masing-masing
kandungan < 0.05 maka dapat disimpulkan dari dua kelompok diatas
memiliki varian yang sama sehingga uji t (test) valid untuk menguji adanya
pengaruh MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi.
Tabel 5.19 Uji t (test) phospor
Phospor
Rerata(s..b)
Nilai p
Perbedaan rerata
(IK95%)
MOL dengan lindi 5,16(4,90) .005 1,863(4,90-3,00)
MOL tanpa lindi 3,30(3,00) .009
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018.
Dari tabel 5.19 menunjukkan p value dari masing-masing
kandungan < 0.05 maka dapat disimpulkan dari dua kelompok diatas
memiliki varian yang sama sehingga uji t (test) valid untuk menguji adanya
pengaruh MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi.
Tabel 5.20 Uji t (test) kalium
Kalium
Rerata(s..b)
Nilai p
Perbedaan rerata
(IK95%)
MOL dengan lindi 5,55(3,96) .041 1,79(3,96-9,65)
MOL tanpa lindi 3,75(9,65) .68
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018.
Dari tabel 5.20 menunjukkan p value dari masing-masing
kandungan < 0.05 maka dapat disimpulkan dari dua kelompok diatas
memiliki varian yang sama sehingga uji t (test) valid untuk menguji adanya
pengaruh MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi.
‘
55
5.3 PEMBAHASAN
a. Hasil pengamatan suhu, dan kelembaban
1. Suhu
Berdasarkan hasil pengukuran suhu tabel 5.1 perubahan suhu awal
formula MOL dengan lindi untuk replikasi 1, 2 dan 3 berkisar 25°C
sampai 27°C, kemudian secara berlahan suhu naik pada minggu
pertama dan minggu kedua naik selanjutnya terjadi penurunan untuk
replikasi 1 dan replikasi 2, 3 menggalami peningkatan dari replikasi 1
hingga matangnya kompos. Formula MOL tanpa lindi suhu untuk
replikasi 1, 2 dan 3 minggu pertama berkisar 25°C-26°C, kemudian
minggu kedua mengalami kenaikan 40°C-43°C dan minggu ketiga
mengalami penurunan sekitar 36°C-34°C hingga matangnya kompos.
Menurut cahaya dan nugroho (2008) menyatakan bahwa awal hingga
pertengahan proses pematangan kompos, seharusnya mikroorganisme
termofilik akan hadir dan berperan dalam degredasi bahan organik.
Mikroorganisme termofilik dapat hidup pada kisaran suhu 45°C-60°C.
Mikroorganisme ini mengkomsumsi karbohidrat serta protein bahan
kompos. Waktu meningkatan suhu kompos tidak sama antara
pengomposan satu dengan lainnya, karena banyak faktor yang me
mpengaruhi. Suhu yang tinggi dan rendah mengakibatkan dekomposer
tidak aktif, oleh karena itu suhu perlu diperhatikan saat pengomposan
berlangsung.
‘
56
2. Kelembaban
Berdasarkan hasil pengukuran pada tabel 5.1 dapat dilihat
formula MOL dengan lindi replikasi 1, 2 dan 3 mengalami perubahan
kelembapan yang terjadi berkisar 42%-50% dan formula MOL tanpa
lindi dari replikasi 1, 2 dan 3 berkisar 42%-50% sama seperti MOL
lindi yang artinya sesuai dengan syarat PERMEN RI
No.70/permentan/sr140/2011 tentang standart kualitas kompos, bahwa
maksimal kelembaban kompos 50% RH, Hal ini dikarenakan
kandungan air akan menutupi rongga udara di dalam tumpukan
kelembaban yang tinggi akibat penyiraman menggenangi area tempat
pengomposan. Jadi dalam hal ini, kelembaban mikroba dan
berhubungan erat dengan fluktuasi suhu pengomposan.
Menurut juanda et al. (2011), jika tumpukan kompos terlalu lembab
maka proses dekomposisi akan terlambat. Hal ini dikarenakan
kandungan air akan menutupi rongga udara di dalam tumpukan.
Kelembaban yang tinggi akibat penyiraman berlebihan dapat
mengakibatkan air sisa penyiraman menggenangi area tempat
pengomposan, jadi kelembaban sangat mempengaruhi perkembangan
mikroba .
b. Hasil pengamatan fisik Warna, bau dan tekstur
4. Warna
Hasil pengamatan warna dari kompos pada formula MOL dengan lindi
replikasi 1, 2 dan 3 pada minggu pertama masih sama dengan kondisi
‘
57
aslinya. Di minggu kedua pada hari 9 warna coklat kehitaman tampak
berbeda pada hari 21 minggu ketiga mulai berubah warna. Formula
MOL tanpa lindi replikasi 1, 2 dan 3 pada minggu pertama masih
seperti bahan dasarnya, pada hari 9 minggu kedua warna berubah
mulai coklat kehitaman dan minggu ketiga kompos menunjukan warna
kehitaman dari formula yang berbeda, hal ini menunjukkan
keberadaah mikroorganisme pengurai bekerja dengan baik. Menurut
evelin semakin banyak EM4 yang diberikan dan semakin lama waktu
pengomposan maka semakin bagus kualitas kompos yang dihasilkan.
5. Bau
Hasil pengamatan terhadap bau tabel 5.1 formula dengan lindi
replikasi 1, 2 dan 3 pada minggu pertama bau seperti bahan dasarnya
sayuran dan buah seperti bau fermentasi pengomposan, minggu kedua
hari ke 9 kompos berbau seperti perpaduan antara sampah sayuran dan
mol yang berbau seperti tape dan minggu ketiga hari 21 kompos
berbau seperti tanah. Formula MOL tanpa lindi pada replikasi 1, 2, dan
3 minggu pertama bau seperti bahan dasarnya dari bau fermentasi
antara mol dengan kompos, minggu kedua sedikit berbau tanah sama
seperti formula dengan mol lindi, minggu ketiga hari 21 kompos
berbau seperti tanah dan telah sesuai dengan SNI 1/20. Kompos yang
memiliki bau seperti tanah, karena material yang dikandungan sudah
memiliki unsur hara tanah dan warna kehitaman yang berbentuk
akibat pengaruh bahan organik yang sudah stabil.
‘
58
6. Tekstur
Hasil pengamatan tekstur pada tabel 5.1 pada formula mol dengan lindi
dengan replikasi 1,2 dan 3 hasilnya pada minggu pertama seperti bahan
dasarnya sayuran dan buah yang dicacah, minggu kedua hari ke 9
mulai tampak berubah dari bahan dasarnya kasar dan minggu ketiga
hari ke 21 bahan kompos halus. Pada formula mol tanpa lindi dengan
replikasi 1, 2 dan 3 hasilnya pada minggu pertama seperti bahan
dasarnya, minggu kedua teksturnya mulai tampak berubah dari bahan
dasarnya, dan minggu ketiga kompos mmenjadi halus.
Menurut Ismayana et.al (2012) tekstur kompos yang baik apabila
bentuk akhirnya sudah tidak menyerupai bahan, Karena sudah hancur
akibat pengurai alami oleh mikoorganisme yang hidup didalam
kompos maka perlu diperhatikan tekstur dan susunan dari bahan
mentah dimana semakin kecil ukuran potongan bahan baku kompos
maka akan semakin cepat proses pembusukan.
c. Hasil penngukuran parameter kimia
MOL dengan lindi dan MOL tanpa lindi dengan kompos dari bahan
sayuran dan buah. Pengukuran parameter kimia C/N rasio, Nitrogen,
Phospor, dan Kalium dengan mengacu PERMEN RI
No.70/permentan/sr140/2011
1. Nitrogen (N)
Pemeriksaan laboratorium parameter N pada formula mol dengan lindi
replikasi 1, 2 dan 3 menunjukan bahwa nitrogen sebesar yang berarti
‘
59
sesuai syarat yang telah di tentukan oleh PERMEN RI
No.70/Permentan/sr140/2011 artinnya ada pengaruh penambahan lindi
dalam proses pengomposan. Pada formula mol tanpa lindi dengan
replikasi 1, 2 dan 3 terdapat nitrogen 7% yang artinya melebihi syarat
yang ditentukan oleh PERMEN RI No.70/Permentan/sr140/2011. Hal
ini disebabkan perombakan bahan organik oleh bakteri nitritikasi yang
merubah ammonia menjadi nitrat pada akhir pengomposan.
Nitrogen merupakan unsur hara esensial yang sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman, karena mempercepat proses kehidupan.
Adapun fungsi dari pada unsur nitrogen pada tanaman adalah untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman, meningkatkan kadar protein
dalam tanah, meningkatkan tanaman penghasil dedaunan seperti
sayuran dan rerumputan ternak, meningkatkan perkembangbiakan
mikroorganisme dalam tanah, berfungsi untuk sintesa asam amino dan
protein dalam tanaman. Jika tanaman tumbuh pada tanah yang cukup
N maka daun berwarna lebih hijau, dan bila daun berwarna
kekuningan, pertumbuhan tanaman terhambat dan perkemnbangan
akar gagal maka tanaman mengalami defisiensi unsur hara N
(Handayanto, 1998).
2. Phospor
Hasil pemeriksaan laboratorium parameter phospor pada formula mol
dengan lindi yaitu replikasi 1 dan 2 sebesar 5 (ppm) yang artinya
melebihi batas syarat PERMEN RI No.70/Permentan/sr140/201. Hal
‘
60
ini adanya bahan lindi yang berpengaruh saat proses pengomposan dan
replikasi 3 menunjukan nilai N yaitu 4 artinya sesuai PERMEN RI
No.70/Permentan/sr140/2011. Pada formula mol tanpa lindi pada
replikasi 1, 2 dan 3 menunjukan niai P yaitu 3 memenuhi standart oleh
PERMEN RI No.70/permentan/sr140/2011 karena adanya bahan EM4
yang dapat mempercepat proses pengomposan semakin banyak bahan
organik yang terkomposisi oleh bakteri.
Fosfor merupakan unsur untuk pertumbuhan di dalam tanaman,
berfungsi untuk pembentukkan protein, lemak, biji-bijian. Fosfor di
jumpai dalam tanah dan tanaman dalam bentuk organik dan anorganik
yang berperan dalam proses pelepasan dan penyimpanan energi dalam
metabolisme sesluler. Fosfor (P) termasuk unsur hara makro esensial
yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman, tetapi kandungannya
didalam tanah lebih rendah dibandingkan Nitrogen (N), Kalium (K),
dan Kalsium (Ca). Fosfor sebagian besar dari pelapukan batuan
mineral alami, sisanya berasal dari pelapukam bahan organik.
Sebagian besar fosfor yang mudah larut diambil oleh mikroorganisme
tanah untuk pertumbuhan, fosfor ini akhirnya diubah menjadi
humus.(Novizan, 2002 dalam Syahfitri, 2008)
3. Kalium
Hasil pemeriksaan laboratorium parameter kalium pada formula mol
dengan replikasi 1, 2 dan 3 sebesar 5-6% artinya melampaui
persyaratan PERMEN RI No.70/permentan/sr140/2011, hal ini
‘
61
disebabkan mikroorganisme tidak terdekomposisi dengan baik dan
proses degradasi yang signifikan oleh mikroorganisme yang lainnya.
Formula mol tanpa lindi dengan replikasi 1, 2 dan 3 sebesar 3-4%
yaitu memenuhi standar oleh PERMEN RI
No.70/permentan/sr140/2011, hal ini disebabkan saat pengomposan
EM4 digunakan oleh mikroorganisme akan sangat berpengaruh
terhadap peningkatan kandungan kalium.
Kalium merupakan unsur hara esensial tanaman, bahkan semua
makhluk hidup. Tidak ada unsur lain yang dapat menggantikan fungsi
spesifiknya di dalam tanaman, dan merupakan salah satu dari 3 unsur
hara makro utama selain N dan P. Fungsi penting K dalam
pertumbuhan tanaman adalah pengaruhnya pada efisiensi penggunaan
air. Proses membuka dan menutup pori-pori daun tanaman, stomata,
dikendalikan oleh konsentrasi K dalam sel yang terdapat di sekitar
stomata (Winarso, 2005).
4. C/N Rasio
Hasil pengukuran didapat kadar C/N Rasio pada formula mol lindi
replikasi 1 dan 2 menunjukkan nilai C/N Rasio yaitu 31 dan 26 berarti
tidak memenuhi persyaratan hal ini perlu diperhatikan untuk mencacah
bahan agar halus dan dapat memproses mikroorganisme dengan baik,
replikasi 3 menunjukkan nilai C/N Rasio yaitu 23. Pada formula mol
tanpa lindi dengan replikasi 1 dan 3 menunjukan nilai C/N rasio yaitu
25 dan 23 berarti memenuhi persyaratan PERMEN RI
‘
62
No.70/permentan/sr140/2011, hal ini disebabkan variasi di tambahkan
aktivator selama pengomposan, replikasi 2 menunjukan nilai C/N rasio
yaitu 26 tidak memenuhi persyaratan. Selama proses pengomposan
CO2 menguap dan menyebabkan penurunan kadar karbon (C) dan
peningkatan kadar nitrogen (N) sehingga rasio C/N kompos menurun.
Rasio C/N yang terlalu tinggi akan memperlambat proses pembusukan,
sebaliknya jika terlalu rendah walaupun awalnya proses pembusukan
berjalan dengan cepat, tetapi akhirnya melambat karena kekurangan C
sebagai sumber energi bagi mikroorganisme (Pandebesie, 2012).
d. Rekomendasi
1. Hasil eksperimen pembuatan kompos dengan penambahan mol lindi
dan mol tanpa lindi dari 2 formula yang berbeda, maka dapat
disimpulkan untuk pembuatan kompos dengan penambahan mol lindi
dan mol tanpa lindi. Untuk pembuatan dengan kadar N ( nitrogen )
yang tinggi maka kompos yang digunakan mol tanpa lindi, untuk
pembuatan kompos dengan kadar P ( phosphor) yang tinggi maka
bahan yang digunakan dengan penambahan mol lindi dan untuk
pembuatan kompos dengan kadar K (Kalium) yang tinggi maka
digunakan mol dengan lindi.
2. Untuk pembuatan kompos dengan waktu yang cepat dan efisien maka
dapat digunakan mol lindi dengan bahan mol yaitu lindi 200 ml,
bekatul 10 sendok, EM4 100 ml, gula 5 sendok dan bahan kompos
yaitu sayuran dan buah.
‘
63
3. Pada penelitian ini pembuatan kompos terlalu panas karena
pengadukan tidak merata, kelembaban yang tidak menentu dapat
menghambat proses pengomposan oleh karena itu kompos di bolak-
balik agar kelembaban merata agar terjadi proses aerob dan anaerob
dan menghasilkan kelembapan yang stabil.
‘
64
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian :
1. Membuat MOL lindi dengan bahan baku air lindi 200 ml, EM4
100 ml, bekatul 10 sendok, gula 5 sendok dan untuk kompos
dengan bahan sayuran, buah menghasilkan Nitrogen sebesar
4,09% sesuai dengan syarat PERMEN RI
No.70/permentan/sr140/2011, nilai nilai phosphor sebesar
5,16% dan kalium sebesar 5,38% berarti tidak memenuhi syarat
PERMEN RI No.70/permentan/sr140/2011
2. Membuat MOL tanpa lindi dengan bahan baku EM4 100 ml,
bekatul 10 sendok, gula 5 sendok dan untuk kompos dengan
bahan sayuran, buah menghasilkan nitrogen sebesar 7,00%
berarti tidak sesuai syarat PERMEN RI No.70/permentan/sr
140/2011, nilai phosphor sebesar 3,30%, dan nilai kalium
sebesar 3,08% memenuhi syarat PERMEN RI
No.70/permentan/sr140/2011,
3. Ada pengaruh antara mol lindi dan mol tanpa lindi dalam
proses pengomposan untuk pengukuran NPK yang memenuhi
syarat maupun tidak memenuhi syarat menurut PERMEN RI
No.70/permentan/sr140/2011.
6.2 Saran
‘
65
1. TPA Winongo Kota Madiun
Kepada TPA Winongo kota madiun agar menanggulangi
masalah sampah organik maka dilakukan pengelolaan sampah
untuk pembuatan kompos, meningkatkan wawasan kepada
karyawan yang bekerja melakukan pelatihan dari pemerintah
kota dan pengembangan produk kompos yang dihasilkan dari
TPA . Lindi yang berada di TPA digunakan sebagai pupuk cair
sebagai bioaktivator untuk di aplikasikan ke kompos.
2. Bagi Institusi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan refrensi bagi
mahasiswa tentang pembuaatan kompos dan pembuatan mol
dengan bahan air lindi yang berada di TPA.
3. Bagi peneliti
Hasil peneliti ini belum sempurna karena keterbatasan peneliti,
diharapkan peneliti selanjutnya mampu mengembangkan
penelitian ini dengan menggunakan lindi untuk dijadikan MOL.
DAFTAR PUSTAKA
‘
66
BSN[Badan Standarisasi Nasional].2004.Spefikasi kompos dari sampah organic
domestik. SNI 19-7030-2004.
Candra Rulyana.(2017).Variasi konsentrasi EM4 dalam proses pembuatan
kompos lindi.sipsn.menlhk.go.id/?q=content/06071-tahun-2017 diakses
pada 15 maret 2018.19.00.
Cecep, Dani Sucipto. 2012.Teknologi pengelolaan daur ulang sampah.
Yogyakarta: Gosyen publishing
Djuarnani,dkk. 2005. Cara cepat membuat kompos. Jakarta: Argo Media Pustaka.
Hartatikdan L.R Widowati. 2010. Pupuk organic dan pupuk hayati.
Dewistasari, Shofiah.(2018).Peran Bank Sampah Matahari Dalam Meningkatkan
Modal Social Dan Partipasi Masyarakat Untuk Pengelolaan Sampah Di
Kelurahan Winongo Kecemata Manguharjo Kota Madiun.
ww.menlh.go.id/profil-bank-sampah-I ndonesia-2013.diakses pada 28
maret 2018.13:30.
Evelin Novitasari.(2016).Pemanfaatanl lindi sebagai bahan EM4 dalam proses
pengomposan.ditjenppi.menlhk.go.id/reddplus/images/resources/ws.../r4_0
2_sampah_klhk.pdf diaksespada 13 Maret 2018 13:30.
Endah sulistyawati, dkk.,(2008).Pengaruh Agen Decomposer Terhadap Kualitas
Hasil Pengomposan Sampah Organic Rumah Tangga.
Hartatik., Widowati.(2005).Pengaruh Kompos Pupuk Organik Yang Diperkaya
Dengan Bahan Mineral Dan Pupuk Hayati Terhadap Sifat-Sifat Tanah,
Serapan Hara, Dan Produksi Sayuran Organik. Laporan Proyek Program
Pengembangan Agribisnis.Balai Penelitian Tanah, TA 2005
Handayanto, Eko. 1998. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah Fakultas
Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Lakitan, B. 1993.Dasar-dasar fisiologi tumbuhan.Raja grafindo persada. Jakarta.
Notoatmodjo,S. 2012. Metodologipenelitiankesehatan. Jakarta: RinekaCipta.
‘
67
Novizan, 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Agro
Media Pustaka. Jakarta.
Pandebesie, E.S.,Rayuanti, D., Pengaruh Penambahan Sekam Pada Proses
Pengomposan Sampah Domestik. Jurnal Lingkungan Tropis, 2013,6(1), 31
–40.
Maman Suparman, 1994, EM4 Mikroorganisme yang efektif,sukabumi: KTNA
Maramis. 2008. Air lindi (leachate). Yogyakarta: UPN.
Mulyono. 2015. Membuat MOL dan kompos dari sampah rumah tangga. Jakarta:
Argomedia Pustaka.
Novizan. 2005. Petunjuk pemupukan yang efektif. Jakarta: Argo Media Pustaka.
Redaksi Agro Media, cara memupuk tanaman hias, Jakarta: Agromedia pustaka,
2007
Setyorinidkk. 2005. Kompos, dalam pupuk organic dan hayati. BBSDLP-Badan
Litbang Pertanian, 2006.
Simamora, Suhut dan salunduk, Meningktkan kualitas kompos, Jakarta:
AgroMedia pustaka,2006.
Subana, 2009.Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, Bandung:PustakaSetia
Suyono, Budiman.2012.Ilmu kesehatan masyarakat dalam Konteks kesehatan
lingkungan. Jakarta: EGC.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah. Jakarta: Sekretariat Negara.
Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah: Dasar Kesehatan dan Kualitas
‘
68
‘
69
Lampiran 1. Lembar bimbingan
‘
70
‘
71
Lampiran 2. Surat penelitian
‘
72
‘
73
Lampiran 3. Hasil Analisis Uji Laboratorium
‘
74
‘
75
Lampiran 4 Hasil pengukuran suhu, dan kelembapan
Formula Parameter
Terukur
Replikasi
Ke
Hasil Pengukuran/Pengamatan Hari Ke Rata-rata
1 3 6 9 12 15 18 21
Formula
Dengan
Air Lind
Suhu 1 27°C 25°C 43°C 40°C 36°C 39°C 40°C 36°C 35°C
2 25°C 36°C 40°C 43°C 43°C 36°C 40°C 40°C 37°C
3 26°C 35°C 40°C 44°C 45°C 40°C 43°C 39°C 39°C
Kelembapan 1 45%
RH
40%
RH
42%
RH
40%
RH
48%
RH
43%
RH
45%
RH
50%
RH
44%
RH
2 43%
RH
50%
RH
46%
RH
40%
RH
43%
RH
45%
RH
47%
RH
50%
RH
45%
RH
3 50%
RH
43%
RH
48%
RH
44%
RH
45%
RH
45%
RH
46%
RH
43%
RH
45%
RH
‘
76
Formula Parameter
Terukur
Replikasi
Ke
Hasil Pengukuran/Pengamatan Hari Ke Rata-rata
1 3 6 9 12 15 18 21
Formula
Tanpa
Air Lindi
Suhu 1 25°C 40°C 40°C 35°C 35°C 38°C 36°C 35°C 35°C
2 25°C 34°C 42°C 40°C 43°C 35°C 35°C 36°C 36°C
3 26°C 40°C 35°C 40°C 42°C 37°C 34°C 35°C 36°C
Kelembapan 1 50%
RH
43%
RH
42%
RH
45%
RH
43%
RH
42%
RH
45%
RH
45%
RH
44%
RH
2 43%
RH
45%
RH
45%
RH
43%
RH
44%
RH
43%
RH
45%
RH
45%
RH
44%
RH
3 50%
RH
46%
RH
45%
RH
45%
RH
42%
RH
44%
RH
43%
RH
46%
RH
45%
RH
Sumber: Tabel Observasi
‘
77
Hasil Pengamatan Bau, Warna, dan Tekstur.
Formula Hari Ke Keterangan/
permentan/sr140/2011
Warna
Replikasi 1 4 9 14 18 21
1 Hijau
sayuran
Coklat
kehitaman
Coklat
kehitaman
Coklat
kehitaman
Kehitaman Kehitaman
2 Hijau
sayuran
Coklat
kehitaman
Coklat
kehitaman
Coklat
kehitaman
Kehitaman Kehitaman
3 Hijau
sayuran
Coklat
kehitaman
Coklat
kehitaman
Coklat
kehitaman
Kehitaman Kehitaman
1 Seperti
bahan
dasarnya
Bau
fermenttasi
Sedikit
berbau
tanah
Sedikit
berbau
tanah
Berbau
tanah
Berbau
tanah
‘
78
Bau
2 Seperti
bahan
dasarnya
Bau
fermenttasi
Sedikit
berbau
tanah
Sedikit
berbau
tanah
Berbau
tanah
Berbau
tanah
Warna : Kehitaman
Bau : berbau tanah
Tekstur : halus
3 Seperti
bahan
dasarnya
Bau
fermenttasi
Sedikit
berbau
tanah
Sedikit
berbau
tanah
Berbau
tanah
Berbau
tanah
1 Seperti
bahan
dasarnya
Mulai
tampak
berubah dari
bahan
dasarnya
Mulai
tampak
berubah
dari bahan
dasarnya
Halus
tetapi
masih ada
kasarnys
Halus
tetapi
masih ada
kasarnys
Halus
2 Seperti
bahan
dasarnya
Mulai
tampak
berubah dari
Mulai
tampak
berubah
Halus
tetapi
masih ada
Halus
tetapi
masih ada
Halus
‘
79
Formula
Dengan
Air Lindi
Testur
bahan
dasarnya
dari bahan
dasarnya
kasarnys kasarnys
3 Seperti
bahan
dasarnya
Mulai
tampak
berubah dari
bahan
dasarnya
Mulai
tampak
berubah
dari bahan
dasarnya
Halus
tetapi
masih ada
kasarnys
Halus
tetapi
masih ada
kasarnys
Halus
‘
80
Formula
Hari Ke Keterangan/permentan
/sr140/2011
Warna
Replikasi
1 Hijau
sayuran
Coklat
kehitaman
Coklat
kehitaman
Coklat
kehitaman
Coklat
kehitaman
kehitaman
2 Hijau
sayuran
Coklat
kehitaman
Coklat
kehitaman
Coklat
kehitaman
Coklat
kehitaman
Kehitaman
3 Hijau
sayuran
Coklat
kehitaman
Coklat
kehitaman
Coklat
kehitaman
Coklat
kehitaman
Kehitaman
Seperti
bahan
Dasarnya
Bau
fermentasi
Bau
fermentasi
Sedikit
berbau
tanah
Berbau
tanah
Berbau
tanah
‘
81
Bau
1
Warna : Kehitaman
Bau : berbau tanah
Tekstur : halus
2 Seperti
bahan
dasarnya
Bau
fermentasi
Bau
fermentasi
Sedikit
berbau
tanah
Berbau
tanah
Berbau
tanah
3 Seperti
bahan
dasarnya
Bau
fermentasi
Bau
fermentasi
Sedikit
berbau
tanah
Berbau
tanah
Berbau
tanah
1
Seperti
bahan
Dasarnya
Mulai
tampak
berubah
dari bahan
dasarnya
Mulai
tampak
berubah
dari bahan
dasarnya
Halus
tetapi
masih ada
kasarnya
Halus
tetapi
masih ada
kasarnya
Halus
‘
82
Formula
Tanpa
Air
Lindi
Testur
2 Seperti
bahan
dasarnya
Mulai
tampak
berubah
dari bahan
dasarnya
Mulai
tampak
berubah
dari bahan
dasarnya
Halus
tetapi
masih ada
kasarnya
Halus
tetapi
masih ada
kasarnya
Halus
3 Seperti
bahan
dasarnya
Mulai
tampak
berubah
dari bahan
dasarnya
Mulai
tampak
berubah
dari bahan
dasarnya
Halus
tetapi
masih ada
kasarnya
Halus
tetapi
masih ada
kasarnya
Halus
Sumber: Tabel Observasi
‘
83
Hasil rekapitulasi pengamatan parameter fisik dan kimia dalam pembuatan kompos dengan bahan MOL lindi dam MOL tanpa lindi.
Formula
Suhu
Kelembapan
Warna
Bau
Tekstur
C/N Rasio
%
Nitrogen
%
Phospor
%
Kalium
%
MOL LINDI
1 35°C 44%
RH
Kehitaman Berbau tanah Halus 20,39 4,09 5,16 5,55
2 37°C 45%
RH
Kehitaman Berbau tanah Halus 20,39 4,09 5,16 5,55
3
39°C 45%
RH
Kehitaman Berbau tanah Halus 20,39 4,09 5,16 5,55
‘
84
MOL TANPA LINDI
1 35°C 44%
RH
Kehitaman Berbau tanah Halus 20,01 7,55 3,32 3,75
2 36°C 44%
RH
Kehitaman Berbau tanah Halus 20,01 7,55 3,32 3,75
3 36°C 45%
RH
Kehitaman Berbau tanah Halus 20,01 7,55 3,32 3,75
Sumber: Tabel Observasi
‘
85
Lampiran 5 Hasil Ouput Pengolahan data SPSS
UJI NORMALITY
Tests of Normality
Pengukuran_kompos
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
CN_Rasio MOL_DENGAN_LINDI .232 3 . .980 3 .726
MOL_TANPA_LINDI .253 3 . .964 3 .637
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Pengukuran_kompos
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Suhu MOL_DENGAN_LINDI .220 24 .004 .835 24 .001
MOL_TANPA_LINDI .221 24 .004 .866 24 .004
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Pengukuran_kompos
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kelembaban MOL_DENGAN_LINDI .130 24 .200* .932 24 .109
MOL_TANPA_LINDI .246 24 .001 .828 24 .001
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Tests of Normality
NPK
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nitrogen MOL_DENGAN_LINDI .313 3 . .895 3 .370
MOL_TANPA_LINDI .367 3 . .794 3 .100
a. Lilliefors Significance Correction
‘
86
I
Tests of Normality
NPK
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Phospor MOL_DENGAN_LINDI .345 3 . .840 3 .214
MOL_TANPA_LINDI .175 3 . 1.000 3 1.000
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
NPK
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kalium MOL_DENGAN_LINDI .314 3 . .893 3 .363
MOL_TANPA_LINDI .317 3 . .888 3 .348
a. Lilliefors Significance Correction
UJI HOMOGENITAS
Test of Homogeneity of Variances
CN_Rasio
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.207 1 4 .212
Test of Homogeneity of Variances
Kelembaban
Levene Statistic df1 df2 Sig.
4.048 1 46 .050
Test of Homogeneity of Variances
Suhu
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.183 1 46 .282
‘
87
Test of Homogeneity of Variances
Nitrogen
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.444 1 4 .193
Test of Homogeneity of Variances
Phospor
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.555 1 4 .280
Test of Homogeneity of Variances
Kalium
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.636 1 4 .129
‘
88
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Nitrogen Equal
variances
assumed
2.444 .193 5.582 4 .005 3.46000 .61989 1.73890 5.18110
Equal
variances
not
assumed
5.582 2.927 .012 3.46000 .61989 1.45926 5.46074
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Phospor Equal
variances
assumed
1.555 .280 -
5.609 4 .005 -1.86333 .33218
-
2.78562 -.94105
Equal
variances
not
assumed
-
5.609 3.311 .009 -1.86333 .33218
-
2.86650 -.86017
Independent Samples Test
‘
89
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Kalium Equal
variances
assumed
3.636 .129 -
2.980 4 .041 -1.79667 .60281
-
3.47033 -.12300
Equal
variances not
assumed
-
2.980 2.657 .068 -1.79667 .60281
-
3.86319 .26986
‘
90
LAMPIRAN 6. Dokumentasi Penelitian
4.1 Air Lindi
4.2 Bahan MOL Air lindi, EM4, Gula, bekatul, aqua
‘
91
4.3 Bahan Kompos : Sayuran dan buah
4.4 Sayuran dicacah
‘
92
4.5 Sayuran dan buah diaduk
4.6 MOL Lindi dan MOL tanpa lindi
‘
93
4.7 Pengukuran suhu
4.8 Pengukuran Kelembapan
‘
94
4.9 Kompos dalam waktu 21 hari
4.10 Pengepakan kompos
‘
95
‘
96