SKRIPSI -...

54
SKRIPSI IDENTIFIKASI PROTEIN ANTIGENIK LARVA STADIUM KEDUA (L 2 ) Toxocara cati DENGAN TEKNIK WESTERN BLOT Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO PROBOLINGGO – JAWA TIMUR FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS ARLANGGA SURABAYA 2004 ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Transcript of SKRIPSI -...

Page 1: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

SKRIPSI

IDENTIFIKASI PROTEIN ANTIGENIK LARVA STADIUM KEDUA (L2) Toxocara cati DENGAN

TEKNIK WESTERN BLOT

Oleh:

ANDRY BUDIHARTANTO

PROBOLINGGO – JAWA TIMUR

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS ARLANGGA

SURABAYA 2004

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 2: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

IDENTIFIKASI PROTEIN ANTIGENIK LARVA STADIUM KEDUA (L2) Toxocara cati DENGAN

TEKNIK WESTERN BLOT

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

Pada

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga

Oleh:

ANDRY BUDIHARTANTO

NIM. 069812570

Menyetujui

Komisi Pembimbing,

(Kusnoto, M.Si., Drh.)

Pembimbing Pertama

(Mufasirin, M.Si., Drh.)

Pembimbing Kedua

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 3: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

IDENTIFIKASI PROTEIN ANTIGENIK Toxocara cati DENGAN TEKNIK WESTERN BLOT

Andry Budihartanto

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui protein T. cati yang mempunyai antigenisitas tinggi dan antigen dominan yang dapat mengenali antibodi yang dihasilkan terhadap antigen dari berbagai stadium T. cati

Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah kucing liar dan kelinci ras Australia jantan umur kurang lebih tiga bulan sebanyak dua ekor. Penelitian ini dilakukan dalam berbagai tahap yaitu: isolasi larva stadium kedua (L2) T. cati, pembuatan ekstrak (whole ekstrak) L2 dan antibodi poliklonal, analisis protein L2 T. cati dan karakterisasi protein antigen dengan teknik Western Blot. Hasil analisis protein dengan SDS-PAGE menunjukkan adanya tujuh pita protein masing-masing pada 133,7 kDa, 96,9 kDa, 86,1 kDa, 60,7 kDa, 40,0 kDa, 30,3 kDa dan 24,0 kDa. Hasil identifikasi protein dengan teknik Western Blot diidentifikasi tiga macam protein yaitu pada BM 133,7 kDa, 30,3 kDa dan 24,0 kDa.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa L2 T. cati mengandung protein antigenik yang mempunyai spesifisitas tinggi yaitu pada 24,0 kDa dan 30,3 kDa. Protein antigen 30,3 kDa merupakan antigen dominan dari berbagai stadium T. cati yang dapat mengenali antibodi yang dihasilkan L2 T. cati.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 4: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan

karunia kepada penulis hingga terselelesaikannya skripsi ini. Keberhasilan dalam

penulisan skripsi ini tak luput dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Dengan

kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ismudiono, MS., Drh. selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga.

2. Bapak Kusnoto, M.Si., Drh sebagai pembimbing pertama dan Bapak

Mufasirin, M.Si., Drh. sebagai pembimbing kedua yang telah bersedia

meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis dengan

perhatian dan kesabaran hingga terselesaikannya skripsi ini.

3. Bapak Dr. Fedik Abdul Rantam, drh., Ibu Poedji Hastutiek M.Si., Drh

dan Bapak Dr. Bambang Sektiari L. DEA. drh atas saran dan masukan

demi sempurnanya skripsi ini.

4. Rekan tim penelitian, Toni, Achnu, Hendri dan Rendi serta angkatan 98

FKH Universitas Airlangga atas kerjasama dan persahabatan yang kalian

berikan.

5. Seluruh keluarga yang penulis cintai, Bapak, Ibu, Pongky, mas Yudi,

mbak Mitha, mbak Anik Sugiarti dan dinda Dewi atas semangat dan

dukungan serta doanya dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 5: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu penulis mengharapkan kritik atau saran guna memperbaiki isi dari tulisan ini

agar lebih sempurna.

Surabaya, Agustus 2004

Penulis

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 6: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii

ABSTRAK .......................................................................................................... iii

UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................... iv

DAFTAR ISI....................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... x

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ....................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 3

1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5

2.1 Toxocara cati .................................................................................... 5

2.1.1 Klasifikasi ............................................................................... 5

2.1.2 Morfologi dan Induk Semang Sejati T. cati ........................... 5

2.1.3 Siklus Hidup T. cati………………………………………..….6

2.1.4 Penularan T. cati………………………………………………7

2.2 Diagnosis Toxocariasis ..................................................................... 8

2.3 Antigen Parasit .................................................................................. 10

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 7: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

2.4. Antibodi ........................................................................................... 12

2.5 Tinjauan tentang visceral larva migran, ocular larva migran dan larva dorman……………………………………………………… 13

BAB 3. MATERI DAN METODE PENELITIAN…………………………… 16

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ……………………………………...16

3.2 Bahan dan Alat Penelitian ………………………………………….16

3.2.1 Unit Analisis…………………………………………………..16

3.2.2 Bahan Penelitian ...................................................................... 17

3.2.3 Alat Penelitian.......................................................................... 17

3.3 Metode Penelitian ............................................................................ 18

3.3.1 Isolasi Cacing T. cati................................................................ 18

3.3.2 Isolasi L2 T. cati ....................................................................... 18

3.3.3 Pembuatan Whole Ekstrak........................................................18

3.3.4 Pembuatan Antibodi Poliklonal………………………………19

3.3.5 Analisis Protein……………………………………………… 19

3.4 Skema Prosedur Penelitian…………………………………..…….22

BAB 4. HASIL PENELITIAN .......................................................................... 23

4.1 Isolasi Larva Stadium Kedua (L2) T. cati ........................................ 23

4.2 Pembuatan Ekstrak dan Pengukuran Kadar Protein L2 T. cati ........ 24

4.3 Produksi Antibodi Poliklonal pada Kelinci…………………………24

4.4 Identifikasi Protein L2 T. cati………………………………………. 24

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 8: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

BAB 5. PEMBAHASAN................................................................................... 26

5.1 Isolasi Larva Stadium Kedua (L2) dan Cacing Dewasa T. cati ........ 26

5.2 Pembuatan Ekstrak dan Pengukuran Kadar Protein L2 T. cati ........ 27

5.3 Produksi Antibodi Poliklonal L2 T. cati pada Kelinci....................... 28

5.4 Identifikasi Protein L2 T. cati………………………………………..29

BAB 6: KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 33

6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 33

6.2 Saran.................................................................................................. 33

RINGKASAN ..................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 35

LAMPIRAN ........................................................................................................ 39

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 9: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Siklus Hidup Toxocara cati…………………………………………….7

3.1 Skema Prosedur Penelitian ....................................................................22

4.1 Hasil Identifikasi Telur Cacing T. cati dan Perkembangannya Hingga Menjadi L2 ................................................................................23 4.2 Hasil Analisis Protein terhadap Antibodi Poliklonal Anti L2 T. cati ... 25

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 10: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Nilai optical density (OD)……………………………………………39

2. Hasil Analisis Protein L2 T. cati dengan teknik SDS-PAGE…………40

3. Hasil Preparasi Protein..........................................................................41

4. Uji Linier Regresi antara Nilai Rf (X) dan Berat Molekul (Log Y Da) untuk Menentukan Berat Molekul Protein Antigen L2 T. cati ................................................................................ 42

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 11: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Toxocariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Toxocara sp.

Terdapat beberapa spesies penyebab toxocariasis yaitu T. vitulorum menyerang

anak sapi dan anak kerbau, T. canis menyerang anak anjing, serta T. cati

menyerang anak kucing dan kucing jantan. Toxocariasis bersifat zoonosis dan

telah dikenal menimbulkan infeksi pada manusia disertai manifestasi klinis

visceral atau ocular toxocariasis (Playfair., 1992). Toxocariasis yang disebabkan

oleh T. cati perlu mendapat perhatian khusus karena populasi kucing di Indonesia

cukup tinggi dan kedekatan hewan kesayangan ini dengan manusia (Kusnoto,

2003).

Manusia dapat tertular Toxocara sp. karena makanan atau minuman yang

terkontaminasi oleh telur infektif (mengandung larva stadium kedua) atau larva

jaringan terutama apabila pemasakan kurang sempurna (Ito et al., 1986). Apabila

telur infektif yang mengandung larva stadium kedua (L2) tertelan manusia, maka

telur akan menetas dan mengeluarkan larva dalam usus halus, kemudian terjadi

penetrasi larva pada mukosa dan terbawa sirkulasi darah sampai hati melalui

sistem portal. Sebagian larva tinggal didalam hati dan menyebabkan pembentukan

granuloma, yang lain terbawa ke paru dan kemudian masuk sistem sirkulasi dan

terbawa ke berbagai organ tubuh hingga mencapai pembuluh darah kecil. Larva

menembus pembuluh darah dan migrasi menuju jaringan sekitarnya (Kilpatrick,

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 12: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

2

1992). Larva tidak kembali ke usus halus dan tidak mengalami perkembangan

lebih lanjut, sehingga tetap tinggal di jaringan dan statis yang disebut larva

dorman.

Cacing T. cati dalam hidupnya mengalami beberapa generasi, yakni

stadium telur, larva stadium pertama (L1), kedua (L2), ketiga (L3), keempat (L4)

dan cacing dewasa. Adanya perbedaan struktur morfologi pada berbagai generasi

menyebabkan perbedaan imunogenitas dalam memicu terbentuknya antibodi

(Warren, 1993). Oleh karena itu pengamatan terhadap protein antigen cacing

tersebut dapat dilakukan terhadap telur, larva (L1, L2, L3 dan L4), maupun cacing

dewasa.

L2 merupakan larva migran yang berasal dari saluran usus dan kemudian

masuk kedalam sistem portal hepatik, kedalam hati, paru dan organ viseral lain,

karena itu sangat memungkinkan L2 lebih dikenali imun tubuh hospes, sehingga

memicu terbentuknya antibodi lebih kuat. Hal ini dapat dibuktikan dengan

pemeriksaan terhadap T. vitulorum dengan ELISA, bahwa protein beberapa

stadium T. vitulorum dapat memicu timbulnya antibodi yang diukur berdasarkan

nilai optical density (Kusnoto dan Juniastuti, 2001). Berdasarkan pemeriksaan

antibodi dengan teknik Western Blot, terjadi reaksi antara antibodi terhadap L3 T.

vitulorum dengan protein 34 kDa dan 32 kDa dari L2 maupun L3, tetapi

memberikan hasil negatif dengan protein pada L1 (Trisunuwati, 1998). Respon

yang ditunjukkan ekstrak larva infektif T. vitulorum lebih tinggi dibanding antigen

Ekskresi Sekresi (E-S), hal ini tampak dari hasil uji skin test pada anak kerbau,

yaitu berupa reaksi hipersensitivitas (Starke et al., 1996). Kenyataan tersebut

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 13: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

3

menunjukkan bahwa ekstrak larva infektif dapat digunakan sebagai sumber

protein dengan imunogenitas dan antigenitas yang tinggi, tetapi perlu analisis

lebih lanjut untuk menemukan antigen yang spesifik untuk digunakan sebagai

bahan uji imunodiagnostik terhadap toxocariasis dengan sensitifitas dan

spesifisitas yang tinggi.

Bertitik tolak dari masalah di atas maka perlu kiranya dikaji lebih

mendalam mengenai protein T. cati yang bersifat spesifik, khususnya antigenitas

protein L2 dalam upaya mendapatkan perangkat diagnostik dini, cepat dan akurat.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apakah L2 T. cati mengandung protein antigenik dengan teknik Western

Blot ?

2) Apakah terdapat antigen dominan yang dapat mengenali antibodi yang

dihasilkan L2 T. cati terhadap antigen dari beberapa stadium T. cati

dengan teknik Western Blot ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1) Menentukan protein antigenik L2 T. cati yang dengan teknik

Western Blot.

2) Mengetahui antigen dominan yang dapat mengenali antibodi yang

dihasilkan L2 T. cati terhadap antigen dari beberapa stadium T. cati

dengan teknik Western Blot.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 14: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

4

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tolak ukur dalam studi

awal pembuatan perangkat diagnostik melalui pemeriksaan antibodi dengan uji

imunologik yang mempunyai sensitifitas dan spesifisitas tinggi untuk keperluan

diagnosis toxocariasis.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 15: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Toxocara cati

2.1.1 Klasifikasi

Klasifikasi cacing T. cati menurut Kusumamiharja (1993), adalah sebagai

berikut:

Filum : Aschelminthes

Kelas : Nematoda

Ordo : Ascaridia

Famili : Ascarididae

Genus : Toxocara

Spesies : T. cati

2.1.2 Morfologi dan Induk Semang Sejati T. cati

Nama lain dari T. cati adalah T. mystax. Cacing ini mempunyai cervical

alae sangat lebar dan bergaris. Panjang cacing jantan 3-6 cm dengan panjang

spicula unequal 1,63-2,08 mm. Panjang cacing betina 4-10 cm. Ukuran telurnya

adalah 65-75 mikron.

Induk semang sejati T. cati adalah anak kucing dan kucing jantan dewasa,

selain itu juga dapat menyerang felidae lain dan mustelidae. Cacing tanah, kecoa,

ayam, anak kambing dan tikus dapat berperan sebagai induk semang angkut

(Levine, 1978).

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 16: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

6

2.1.3 Siklus Hidup T. cati

Toxocara cati mempunyai ciri khusus pada siklus hidupnya yang setiap

kali berubah sesuai stadium hidupnya. T. cati dewasa mengeluarkan telur bersama

tinja hospes, mencapai tahap infektif dalam waktu 10-15 hari bila kondisi

lingkungan mendukung. Infeksi terjadi karena telur infektif yang mengandung

larva stadium kedua (L2) termakan bersama makanan atau minuman

terkontaminasi. Selama 2 hari pertama L2 ditemukan pada dinding lambung. Pada

hari ketiga, L2 ditemukan pada organ paru dan hati, pada hari kelima L2 ditemukan

pada trakea dan pada hari kesepuluh sudah ditemukan kembali dalam lambung

dan jumlahnya akan meningkat banyak pada hari ke-21. Sebagian larva ada yang

tertinggal di dalam organ paru hospes dan larva juga ditemukan pada isi usus dan

lambung.

Telur cacing T. cati, pada keadaan lingkungan mendukung akan

berkembang menjadi larva (L2) yang merupakan telur infektif dan L2 masih

berada di dalam telur hingga termakan oleh anak kucing atau kucing dewasa

jantan. Selain stadium kedua keluar dari telur setelah telur menetas di dalam

lambung hospes, sebagian besar larva tersebut berpindah melalui sistem portal

hati menuju ke organ hati dan paru menuju trakea dan kembali ke lambung.

Larva melalui dinding lambung dan usus halus, berubah menjadi larva stadium

ketiga (L3) dan kemudian larva stadium keempat (L4) dan kembali ke lumen usus

untuk menjadi dewasa (Levine, 1978).

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 17: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

7

Apabila infeksi terjadi pada selain induk semang sejati, maka setelah telur

menetas di lambung, L2 akan terjadi visceral larvae migrans dan L2 tinggal di

jaringan organ dalam maupun somatik bahkan dapat terjadi ocular larvae migrans

sehingga L2 dapat mencapai mata dan otak. Pada keadaan ini perkembangan L2

akan mengalami jalan buntu dan terbentuk larva jaringan yang statis (dorman)

(Levine, 1978). Siklus hidup T. cati secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Hewan memakan telur infektif,

menjadi dewasa

Telur infektif pada feses dan tanah

Telur tertelan

Sistem saraf pusat

Hati

Dewasa dalam usus halus anjing dan kucing

Mata

Larva migrasi ke semua organ melalui aliran darah

Larva menetas di usus halus dan menembus mukosa

Gambar 2.1 Siklus hidup T. cati (Pappas P.W and Wardrop, 2003)

2.1.4 Penularan T. cati

Manusia dapat tertular toxocariasis karena termakannya telur infektif yang

terdapat dalam feses anak anjing, anak kucing, kucing jantan dewasa, anak sapi

dan tanah terkontaminasi atau larva yang berada di jaringan (daging) maupun air

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 18: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

8

susu (Radman et al., 2000). Berdasarkan gejala klinis, toxocariasis pada manusia

diklasifikasikan menjadi visceral toxocariasis dan ocular toxocariasis. Kedua

penyakit tersebut didefinisikan sebagai visceral larvae migrans (VLM) dan ocular

larvae migrans (OLM) yang membutuhkan diagnosis secara imunologis (Uga et

al., 1990).

Kontak langsung dengan hewan tidak dianggap beresiko karena

pembentukan embrio dari telur Toxocara yang belum dikeluarkan membutuhkan

waktu minimum 2 minggu. Anak-anak sering terinfeksi karena kontak erat dengan

tanah terkontaminasi di halaman dan sandpits, higiene yang kurang dan karena

makanan yang kotor (Overgaauw, 1997b).

2.2 Diagnosis Toxocariasis

Pemeriksaan feses untuk menemukan telur T. cati hanya dapat dilakukan

terhadap anak kucing dan kucing dewasa jantan, karena cacing dewasa hanya

dapat ditemukan pada induk semang sejati. Pada induk betina dan hewan lain

maupun manusia, hal ini tidak dapat dilakukan karena dalam feses selain induk

semang sejati tidak dapat ditemukan telur cacing. Pada induk semang antara perlu

dilakukan teknik diagnosis lain selain pemeriksaan feses.

Diagnosis toxocariasis berdasarkan gejala klinis sulit dilakukan karena

gejala toxocariasis bervariasi (Uga et al., 1990), tidak spesifik dan organ yang

diinvasi berganti-ganti. Kegagalan larva untuk migrasi secara lengkap dalam

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 19: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

9

siklusnya pada manusia (selain hospes definitif) mengakibatkan diagnosis untuk

infeksi toxocariasis hanya tinggal secara serologis (Petithory et al., 1994).

Metode yang dapat dikembangkan untuk imunodiagnosis pada infeksi

nematoda secara umum adalah Uji aglutinasi cepat, Imunodifusi,

Imunoelektroforesis, ELISA, Imunobloting dan Imunohistokimia (Warren, 1993).

Namun sebagian besar dari teknik tersebut tetap memerlukan antigen yang lebih

spesifik agar reaksi antigen-antibodi yang diharapkan sebagai pertanda dapat

terwujud (Harlow and Lane, 1998).

Western Blot merupakan metode yang sangat efektif untuk mendeteksi

antigen yang mempunyai ukuran kecil dalam larutan yang banyak mengandung

protein. Antibodi yang digunakan harus mempunyai spesifisitas tinggi dan

mempunyai daya ikat yang stabil (10 8-10 10 M-1). Dengan demikian antibodi yang

mempunyai daya ikat rendah lebih baik dikerjakan dengan imunopresipitasi pada

gel agar, namun pada protein yang spesifikasinya rendah jika dilakukan denaturasi

sebelum dilakukan transfer dengan SDS-PAGE akan menolong protein terhadap

antibodi. Hal ini disebabkan kemungkinan terjadi fragmentasi protein sehingga

antibodi mengenali epitop (Rantam, 2003).

Metode ini digunakan untuk mendeteksi berat molekul protein dari

campuran antigen dan digunakan untuk membedakan reaksi silang di antara

protein dan digunakan untuk modifikasi protein selama protein disintesis dalam

sel. Keuntungan metode ini adalah membran nitroselulose setelah direaksikan

dengan substrat, pencucian dan pereaksian dengan antibodi dapat disimpan selama

beberapa bulan. Selain itu dengan metode ini mudah dilakukan pengecatan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 20: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

10

protein, autoradiography, kalorimetri pada uji enzim dan ligand binding assay

(Rantam 2003).

Tahap yang dilakukan pada metode Western Blot yaitu tahap pertama

dilakukan pemisahan protein dengan SDS-PAGE dan selanjutnya ditransfer ke

membran nitroselulose yang sesuai akhirnya dilabel dengan antibodi dan

divisualisasikan dengan pewarnaan yang diinginkan seperti fast-red atau

commasic blue (Rantam, 2003).

Antibodi poliklonal sering digunakan untuk bloting karena mempunyai

afinitas yang tinggi terhadap antigen, tetapi mengandung antibodi yang

nonspesifik berikatan dengan antigen yang tidak spesifik yang merupakan bagian

dari mikrobial, oleh karena itu antibodi poliklonal sering dilakukan purifikasi

terlebih dahulu. Antibodi monoklonal sangat spesifik terhadap antigen tetapi

mempunyai daya afinitas rendah, oleh karena itu sebelum digunakan dilakukan

klon agar didapatkan titer yang tinggi.

2.3 Antigen Parasit

Antigen adalah benda asing yang diukur berdasarkan keberhasilan dalam

mengikat antibodi. Adapun imunogen merupakan bagian dari antigen, diukur

berdasarkan kemampuan dalam memacu sistem imun adaptif untuk menghasilkan

antibodi (Abbas et al., 2000). Pada umumnya molekul bersifat imunogen apabila

terjamin keasingannya dan mempunyai berat molekul (BM) lebih dari 5 kDa.

Pada molekul yang lebih kecil dapat menjadi imunogenik apabila terikat pada

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 21: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

11

makromolekul sebagai karier (Tizard, 1982). Respon imun juga dipengaruhi oleh

tingkat solubilitas protein antigen transpor. Antibodi hanya akan mengikat pada

bagian khusus makromolekul, yang kemudian disebut sebagai penentu antigenik

(epitope). Pada satu makromolekul mungkin terdapat sejumlah epitope yang

masing-masing akan berikatan dengan antibodi yang sesuai (Abbas et al., 2000).

Berbagai jenis antigen yang berasal dari parasit dapat diperinci

berdasarkan sumber dan lokasi parasit serta siklus hidup parasit. Berdasarkan

sumber dan lokasi parasit antara lain terdiri dari 1) eksoantigen terlarut, berasal

dari parasit hidup atau parasit dalam media buatan merupakan produk ekskresi

berupa metabolit, 2) somatik antigen terlarut, berasal dari cacing stadium dewasa

atau larva yang hancur dari sel permukaan tubuh parasit, 3) parasit yang mati atau

fragmen-fragmen tubuhnya, 4) parasit yang hidup secara utuh, 5) cairan tubuh

nematoda dan 6) cairan kista larva cacing pita. Adapun berdasarkan stadium dan

siklus hidup parasit antara lain terdiri dari 1) spesifikasi genus, spesies dan

stadium hidup dan 2) parasit yang mengalami perubahan bentuk (Page et al.,

1991).

Cacing T. cati selama hidupnya mengalami beberapa generasi memiliki

perangkat antigen yang berbeda-beda, hal ini dimanfaatkan agar terhindar dari

sistem imun hospes. Adanya perbedaan struktur morfologi pada berbagai generasi

tersebut menyebabkan perbedaan imunogenitas dalam memicu terbentuknya

antibodi (Warren, 1993).

Mengingat siklus hidup yang komplek dari T. cati, maka pengamatan

terhadap protein antigen cacing tersebut dapat dilakukan terhadap telur larva pada

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 22: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

12

berbagai stadium (L1, L2, L3, L4) dan cacing dewasa. Pada telur cacing, protein

antigen dapat diperoleh pada kulit telur (egg shell), membran vitelin (vitelline

membrane) dan granular layer (Abdell-Rahman et al., 2000). Pada stadium larva

dan dewasa yang paling sering digunakan adalah E-S antigen, disamping ada

beberapa sumber antigen yang dipakai, misalnya; antigen somatik (El- Massry,

1999), surface antigen (Bowman et al., 1987); (Kennedy et al., 1987), ekstrak

larva (Starke et al., 1996) dan ekstrak cacing dewasa (Abdell-Rahman and

Megeed, 2000; Safar et al., 1992).

2.4 Antibodi

Bila darah dibiarkan membeku, akan meninggalkan serum yang mengandung

berbagai bahan larut tanpa sel. Bahan tersebut adalah molekul antibodi yang

digolongkan protein yang disebut globulin, dimana sekarang dikenal dengan

imunoglobulin. Antibodi berupa imunoglobulin yang mempunyai struktur gamma

globulin (γ globuline) dalam serum, karena berbentuk globulin. Antibodi

dihasilkan oleh sel limfosit B yang diaktivasi oleh sel Th2CD4 dalam mekanisme

imun dan selanjutnya akan diproduksi oleh sel plasma (Roitt et al., 1998).

Tipe imunoglobulin yang umum diketahui ada 5 tipe yaitu M

(makromolekul) G, A, D dan E (Roitt et al., 1998) yang bertanggung jawab atas

keberadaan antigen. Pada umumnya infeksi parasit terutama cacing, yang

berperan adalah imunoglobulin E (Ig E), tetapi menurut Rajapakse, 1992 yang

dikutip oleh Kusnoto dan Juniastuti, (2001), imunoglobulin G (Ig G) lebih

berperan pada infeksi T. vitulorum. Adapun fungsi antibodi ada 2 yaitu 1)

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 23: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

13

mengikat imunogen dan 2) berinteraksi dengan jaringan hospes dan sistem efektor

untuk fasilitas penolakan imunogen.

2.5 Tinjauan tentang visceral larva migrans, ocular larva migrans dan Larva

Dorman

Toxocariasis adalah penyakit paling penting diantara infeksi oleh

nematoda, karena menyebabkan gangguan yang luas pada anak-anak dan

kerusakan mata pada orang dewasa (Playfair, 1992). Perkembangan patologi

viseral pada tahap awal dari toxocariasis berhubungan dengan produksi modulator

yang tidak seimbang dan aksi langsung dari substansi agen parasitik.

Infeksi cacing dengan migrasi larva melalui jaringan merupakan salah satu

predisposisi penyebab pyogenic liver abcess, khususnya di negara tropis yang

umumnya banyak terdapat penyakit parasitik ini (Rayes, 2001). Aktivasi sel Th2

dan penurunan sel Th1 yang diinduksi oleh cacing dapat mengurangi aktivitas

fagositosis terhadap mikrobial, seperti reaksi granuloma di sekeliling larva

menyebabkan bakteri terperangkap dalam liver (Moreira-Silva dan Pereira, 2000).

Pembentukan portal fibrosis dan hipertensi organ paru seringkali

berhubungan dengan respon imun seluler terhadap deposit telur cacing dalam

jaringan (Chappell dan Haeney, 1992). Migrasi larva melalui paru menyebabkan

asthma-like reactions seperti pada T. canis dan tropical pulmonary eosinophilia

(Roitt et al., 1998; Playfair, 1992). Menurut Stites et al (1997), termakannya telur

infektif nematoda diikuti dengan menetasnya telur tersebut dan penetrasi larva

pada mukosa, yang mana akhirnya mencapai paru melalui aliran darah, reaksi

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 24: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

14

hipersensitifitas dalam paru akibat tingginya Ig E dapat menyebabkan pneumonia

serius.

Park et al., (1999) melaporkan adanya 5 kasus ocular toxocariasis pada

orang dewasa di Korea. Pada pemeriksaan fundoskopik, 4 kasus dinyatakan

mengalami retinal detachment bersama dengan eksudat. Atopi ini memberi kesan

ada hubungannya dengan level tinggi dari antibodi Ig E. Bilamana lesi uniocular

inflamatory ditemui pada retina periferal tanpa penyakit sistemik, maka perlu

dicermati adanya ocular toxocariasis. Yoshida et al., (1999) menyatakan, adanya

perbedaan profil klinik dari ocular toxocariasis yang terjadi di Jepang.

Berdasarkan lokasi lesi, dapat terjadi di posterior fundus, dan keduanya juga dapat

terjadi papillary oedema (redness), lesi chorioretinal dan traction retinal

detachment.

Ketidakberhasilan hospes untuk mengeliminasi larva Toxocara sp. secara

tuntas, serta gangguan patologi yang terjadi akibat respon imun merupakan

fenomena imunopatobiologik. Dilaporkan bahwa kegagalan tersebut

menimbulkan rangsangan terbentuknya jaringan ikat kolagen dan fibronektin yang

akan menyelubungi larva dorman berupa jaringan ikat granuloma (Warren, 1993).

Kegagalan tersebut akan berakibat terhadap resistensi antibodi hospes, misalnya

robeknya hidatid menyebabkan pelepasan sebagian antigen yang dapat memicu

timbulnya shock anafilaktik akut (Roitt et al., 1998). Penderita toxocariasis

ternyata juga menampakkan gejala urtikaria dan prurigo (Humbert et al., 2000),

hal ini didukung oleh Glickman et al., (1981) yang menyatakan bahwa pada

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 25: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

15

ascariasis terjadi reaksi hipersensitifitas cepat tipe 1, dengan gejala urtikaria dan

angioderma.

Infeksi larva Toxocara sp. Pada sapi betina dewasa juga memberikan

gambaran respon imun selular kronis, misalnya pembentukan jaringan granuloma

di sekitar lokasi larva (Roberts, 1993). Hipersensitifitas tipe lambat kemungkinan

juga terjadi pada infeksi bentuk larva, yaitu pada 2-3 minggu sebelum hospes

melahirkan. Fenomena ini besar kemungkinan berkaitan dengan keadaan hormon

laktogenik yang akan menurunkan respon imun secara tidak langsung dengan

kompetisi penggunaan kalsium (Ca) sebagai bahan penyusun air susu, hal ini

kemungkinan L2 aktif kembali menjadi L3. Tidak semua L2 yang berada di

jaringan paru, ginjal, dan hati akan terbebas keluar pada saat kelahiran. (Roberts,

1993). Terbentuknya sel fibroblas dari sel limfosit ikut berperan dalam

pembentukan kapsul dan jaringan granuloma yang mengelilingi larva. Apabila

kapsulasi tersebut terjadi pada waktu yang lama dapat terjadi pengapuran

(Soulsby, 1989).

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 26: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

16

BAB III

MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 5 bulan, dimulai bulan Agustus hingga

bulan Desember 2003. Isolasi cacing T. cati dari kucing penderita dan pemupukan

telur untuk memperoleh larva stadium kedua dilaksanakan di Laboratorium

Helmintologi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga. Sonikasi

spesimen cacing dewasa T. cati dan L2 T. cati dilaksanakan di Laboratorium

Intestinal Parasite, Tropical Disease Center, Universitas Airlangga. Analisis

protein dengan teknik SDS-PAGE, karakterisasi protein dengan teknik Western

Blot dan isolasi protein dengan teknik elektroforesis dilaksanakan di

Laboratorium Tissue Culture, Tropical Disease Center, Universitas Airlangga.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

3.2.1 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian ini adalah larva stadium kedua T. cati pada

media Phosphate Buffer Saline (PBS). Telur cacing yang didapat dari feses

penderita dan cacing dewasa yang diisolasi dari kucing penderita toxocariasis di

Surabaya.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 27: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

17

3.2.2 Bahan Penelitian

Hewan percobaan yang digunakan adalah kucing lokal dan kelinci ras

Australia jantan umur kurang lebih 3 bulan sebanyak 2 ekor. Kucing lokal

diperoleh dari wilayah Surabaya untuk diambil fesesnya dan dilakukan

pembedahan untuk memperoleh cacing dewasa. Kelinci ras Australia diperoleh

dari Batu Malang digunakan untuk pembuatan antibodi poliklonal.

Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah Amonium

persulfat, AgNO3, citroen acid, fast red, polyacrylamid, Natrium N-

lauroilsarkosin, sodium dedoxil sulfat (SDS), TEMED, NP40, K-proteinase, Tris-

HCl, bovine serum albumin (BSA), sukrosa, alkohol 70%, PBS, akuades, air

destilasi, formalin 10% dan 1 %, dan kloroform. Bahan lain yang digunakan

adalah kertas nitrocellulose, kertas Whatman ajuvan vaksin yaitu complete

Freund’s adjuvant dan incomplete Freund’s adjuvant.

3.2.3 Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah elektrophoresis

equipment (SDS-PAGE), inkubator, rapid trans-blot two dimension, dan

ultrasentrifus, Sentrifus, spuit disposable berbagai ukuran, gunting, skalpel,

pinset, petridish, gelas beker berbagai ukuran, tabung sentrifus, filter 25 μm, 120

μm dan 150 μm, water bath, pipet Eppendorf berbagai ukuran, pipet Pasteur,

mikroskop cahaya, mikroskop inverted dan autoklave.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 28: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

18

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Isolasi Cacing T. cati

Cacing T. cati dewasa diisolasi dari anak kucing penderita toxocariasis,

yang diperoleh dari Surabaya dengan teknik bedah saluran pencernaan. Cacing

diidentifikasi, kemudian diinkubasi di dalam inkubator pada 37 oC untuk

memperoleh telur cacing. Untuk memenuhi kebutuhan L2 T. cati juga dilakukan

isolasi telur cacing dari feses penderita.

3.3.2 Isolasi Larva Stadium Kedua (L2) T. cati

Telur cacing yang diperoleh dari cacing T. cati dewasa dan feses penderita

tersebut kemudian dimurnikan dengan teknik preparation of gradients

(Drenchrite, 1996). Kemudian telur cacing diidentifikasi, dan dipupuk dengan

media PBS pada suhu kamar selama 28 hari untuk memperoleh L2.

3.3.3 Pembuatan whole extract

a. Pembuatan ekstrak L2 T. cati

Hasil isolasi berupa L2 T. cati kemudian dihancurkan dengan cara

disonikasi 3 x 30 detik serta dipusingkan pada 5000 rpm selama 5 menit.

Supernatan diambil, ditambahkan etanol sama banyak dan dipusingkan kembali

pada 35000 rpm selama 30 menit. Pelet selanjutnya disimpan untuk bahan analisis

protein maupun untuk karakterisasi protein.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 29: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

19

b. Pembuatan ekstrak cacing dewasa T. cati

Hasil isolasi berupa cacing T. cati dihancurkan dengan mortir secara

manual, kemudian dilakukan sonikasi 3 x 30 detik serta dipusingkan selama 5

menit. Supernatan diambil, ditambahkan etanol sama banyak dan dipusingkan

kembali pada 35000 rpm selama 30 menit. Pelet selanjutnya disimpan untuk uji

reaksi silang pada karakterisasi protein dengan teknik Western Blot.

3.3.4 Pembuatan Antibodi poliklonal

Antibodi poliklonal dibuat dengan jalan menginjeksikan ekstrak L2 (hasil

isolasi) pada kelinci ras Australia jantan sebanyak 2 ekor. Imunisasi awal

diberikan sebanyak 200 μg/ml protein L2 T. cati dengan penambahan complete

Freud’s adjuvant sama banyak. Booster dilakukan 3 kali selama waktu 2 minggu

dengan dosis 200 μg/ml protein L2 T. cati dengan penambahan incomplete

Freund’s adjuvant sama banyak. Dua minggu setelah booster terakhir darah

kelinci diambil masing-masing sebanyak 5-10 ml, disentrifugasi pada 2000 rpm

selama 5 menit untuk mendapatkan serumnya. Pembuatan antibodi poliklonal

digunakan untuk proses blotting, direaksikan dengan protein L2 T. cati dan cacing

dewasa T. cati sehingga dapat dikarakterisasi derajat antigenitas dan

imunogenitasnya maupun reaksi silang dengan cacing dewasa dan cacing lain.

3.3.5 Analisis protein

Hasil penghancuran cacing dan telur cacing yang berupa pelet kemudian

dilisiskan dengan buffer lisis dan dilakukan SDS-PAGE. Protein kemudian

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 30: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

20

ditransfer pada kertas nitroselulose dan selanjutnya dilakukan blotting (Rantam,

1997).

a. SDS-PAGE ( Polyacrylamide gel elektrophoresis)

Analisis protein terhadap L2 T. cati dilakukan dengan teknik sodium

dodecyl sulphate polyacrylamide gel elektrophoresis (SDS-PAGE) dengan

komposisi separating gel 12 % (2.5 ml acrylamide; 1.2 ml Tris-HCl pH 8.8; 1.2

ml SDS 0,5 %;1,1 ml aquadest, 50 μl TEMED dan 30 μl APS 10 %) dan stacking

gel 12 % (0,66 ml acrylamide; 0,8 ml Tris-HCL pH 6,8; 0,8 ml SDS 0,5 %; 0,74

ml aquadest; 4 µl TEMED dan 20 µl APS 10 %). Setelah larutan gel pemisah 15

% dimasukkan dalam gel plate pada posisi vertikal kemudian di atasnya diberi

butanol dampai mengeras dan kemudian butanol dibuang dan dibersihkan dengan

PBS dan dikeringkan dengan kertas Whatman. Selanjutnya ditambahkan stacking

gel dan setelah itu dimasukkan comb dan ditunggu sampai betul-betul set. Plate

berisi gel kemudian dipasang pada Minigel Twin G-42 slab dan dituangkan

electrophoresis buffer (30,29 g Tris aminomethan; 144,13 g glisin; 10 g SDS

dalam 1000 ml aquadest). Sebanyak 15 µl sampel berupa ekstrak L2 T.cati

maupun T.cati dewasa ditambah Lammli buffer sama banyak. Kemudian sampel

didenaturasi dengan Lammli buffer (Tris-HCL pH 6,8 1,0 ml, gliserin 0,8 ml, SDS

10 % 1,6 ml, bromfenolblue 0,5 % 0,4 ml, merkaptoetanol 5 % 50 µl, aquadest

3,8 ml) pada pemanasan 100 oC selama 5 menit, dimasukkan kedalam sumuran

stacking gel. Sebagai marker digunakan protein dengan berat molekul pada

kisaran 14,5-200 kDa produksi BIO-RAD. Elektrophoresis dinyalakan dengan

tegangan 40 V dengan kuat arus 10 mA dan ditingkatkan menjadi 120 V 25 mA

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 31: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

21

ketika sampel telah melewati stacking gel; kira-kira selama 1-2 jam. Pencucian

terhadap gel hasil running dilakukan 3 tahap, yaitu: 1) Pencucian pertama,

menggunakan 25 ml metanol 50 %, 3,75 ml asam asetat 7,5 % dan 71,25 ml

aquadest selama 30 menit; 2) Pencucian kedua, menggunakan 2,5 ml metanol 5

%, 3,75 asam asetat 7,5 % dan 93,75 ml aquadest selama 20 menit; dan 3)

Pencucian ketiga, menggunakan glutaraldehida 10 % selama 25 menit.

b. Semi-dry blotting

Protein dari gel kemudian ditransfer ke membran nitroselulosa (PVDF)

dengan cara memotong kertas Whatman dan PVDF sesuai dengan lebarnya gel.

Enam sheets kertas absorben pada anoda bufer I dan 3 sheets pada anoda buffer II

dan 6 sheets pada katoda bufer. Membran PVDF diinkubasikan pada anoda bufer

II selama 5 menit kemudian disusun 6 sheets kertas absorben dari bufer I, 3 sheets

dari bufer II, PVDF, poliakrilamid dan 6 sheets kertas absorben dari katoda bufer.

Selanjutnya diberi aliran listrik dengan 0,8 mA/cm2 dari gel. Setelah protein

ditranfer, PVDF dicuci dengan aquadest selama 10 menit dan larutan TBS selama

10 menit yang selanjutnya dilakukan blotting.

c. Blotting

PVDF blot diblok dengan 10 % BSA kemudian dicuci dengan larutan TBS

dua kali. Direaksikan dengan antibodi poliklonal. PVDF diinkubasi pada suhu

ruang, dicuci dengan larutan TBS tiga kali, kemudian ditambahkan konjugat anti-

rabbit yang dilabel alkalin fosfatase dan substrat 4-NPP dan diwarnai dengan fast-

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 32: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

22

red. Akhirnya dikeringkan di udara pada suhu ruang. Dari hasil ini kemudian

ditentukan protein spesifik dan seterusnya dilakukan isolasi protein (Rantam,

1997).

3.4 Skema Prosedur Penelitian

Untuk memperjelas gambaran penelitian secara keseluruhan dapat dilihat

pada Gambar 3.1

uterus cacing dewasa dan telur cacing dalam feses

Dimurnikan dengan isolasi

gradien preparasi Telur Toxocara cati

Dipupuk dengan Inkubasi

Protein tidak murni

Ab poliklonal

Blotting

Larva stadium kedua Agar plate methods

Sonikasi

Whole extract

SDS-PAGE Imunisasi pada kelinci

Protein antigen dengan BM (Da) A B C D E F kDa kDa kDa kDa kDa kDa

Crude protein identifikasi

Protein Spesifik

Antigenitas ↑

Gambar 3.1 Skema prosedur penelitian

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 33: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

23

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Isolasi Larva Stadium Kedua (L2) T. cati

Hasil isolasi dan pemurnian telur cacing T. cati diperoleh larva stadium

kedua (L2) pada hari ke-28 pasca pemupukan. Perkembangan telur cacing hingga

menjadi L2 diikuti dengan memeriksa menggunakan mikroskop inverted

(M=100x). Untuk lebih jelasnya perkembangan telur cacing hingga menjadi L2

yang tampak pada 28 hari pasca pemupukan dapat dilihat pada Gambar 4.1.

A B

2

1

C D

Gambar 4.1 Hasil identifikasi telur cacing T. cati dan perkembangannya hingga menjadi L2 A= 1 sel, B= Morula, C= Gastrula, dan D1=L1, D2=L2 ( M= 100 x)

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 34: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

24

4.2 Pembuatan Ekstrak dan Pengukuran Kadar Protein L2 T. cati

Hasil pengukuran protein dari ekstrak yang telah diperoleh yaitu 206,5

µg/ml. Hasil ini digunakan sebagai dasar penentuan dosis imunisasi pada

pembuatan antibodi poliklonal.

4.3 Produksi Antibodi Poliklonal pada Kelinci

Hasil pengambilan serum darah kelinci dan setelah ditera terhadap kadar

antibodinya dengan teknik indirect-ELISA menggunakan konjugat Ig G anti-

rabbit yang dinyatakan dengan nilai optical density (OD) seperti terlihat pada

lampiran 2.

4.4 Identifikasi Protein L2 T. cati

Analisis protein terhadap antigen terhadap L2 telur infektif dan cacing

dewasa dengan menggunakan SDS-PAGE diperoleh hasil tujuh macam pita

protein masing-masing 133,7 kDa, 96,6 kDa, 86,1 kDa, 60,7 kDa, 40,0 kDa, 30,3

kDa dan 24,0 kDa. Hasil identifikasi protein L2 dan cacing dewasa T. cati dengan

teknik SDS-PAGE dapat dilihat pada Lampiran 1.

Analisis protein dengan teknik Western Blot yang menggunakan antibodi

poliklonal T. cati diperoleh hasil adanya tiga pita reaksi yaitu 133,7 kDa, 30,3

kDa dan 24,0 kDa. Hasil identifikasi protein yang telah dipreparasi dengan teknik

Western Blot dapat dilihat pada Gambar 4.2.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 35: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

25

kDa M 1 2 3 4 5 6 7

200,0 133,7

116,3

97,4

66,2

45,0 31,0 30,3 24,0 21,5 14,4 Gambar 4.2 Hasil analisis protein terhadap antibodi poliklonal L2 T. cati dengan

teknik Western Blot. M, marker; kolom 1-2, ekstrak L2 T.cati; kolom 3, ekstrak cacing dewasa T. cati; kolom 4-5, ekstrak L2 T. vitulorum; kolom 6, ekstrak cacing dewasa T. vitulorum dan kolom 7 ekstrak cacing dewasa F. gigantica (dengan pewarnaan Fast Red)

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 36: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

26

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Isolasi Larva Stadium Kedua (L2) Toxocara cati

Larava stadium kedua T. cati (L2) pada penelitian ini diperoleh dengan

carqa isolasi telur cacing baik dari inkubasi cacing dewasa maupun dari feses

kucing penderita toxocariasis. Telur dimurnikan dengan metode preparasi

gradient dan selanjutnya dipupuk dengan media PBS pada suhu kamar. Adapun

waktu yang ditempuh oleh telur hingga menjadi larva stadium pertama (L1) adalah

7-8 hari, sedangkan waktu yang dibutuhkan oleh telur hingga menjadi larva

stadium kedua adalah 21-28 hari. Urutan perkembangan telur hingga menjadi

larva yaitu tahap pembelahan, meliputi 1 sel, 2 sel, 4 sel, 8 sel, 32 sel, morula,

blastula dan gastrula (Kusumamiharja, 1993).

Pengamatan telur dilaksanakan hingga mencapai L2 yang diperjelas

dengan pemeriksaan mikroskop inverted dengan pembesaran 100 x dan 400 x.

pada larva stadium pertama (L1) terdapat membran vitelin yang masih tebal dan

kokoh seta bentukan larva didalamnya masih gemuk dan pendek dan

pergerakannya tidak begitu aktif dibandingkan L2 yang berbentuk panjang,

melingkar berbentuk seperti angka delapan atau melingkar berbentuk lingkaran

obat nyamuk bakar didalam cangkang, pergerakan aktif dan organ dalam sudah

mulai terlihat (Trisunuwati, 1998). Telur dinyatakan infektif apabila tersebut

sudah berisi L2 hidup.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 37: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

27

5.2 Pembuatan Ekstrak dan Pengukuran Kadar Protein L2 T. cati

Setelah L2 diperoleh langsung dilakukan sonikasi yaitu penghancuran L2

T. cati dengan alat sonikator. Hasil yang didapat dari sonikasi diperiksa dengan

mikroskop inverted pembesaran 400 x. Sonikasi terhadap L2 telur infektif

dilakukan lebih dari 1 kali karena pada sonikasi pertama tingkat kehancuran L2

kurang dari 95%, sehingga dirasa perlu untuk sonikasi ulang hingga mendapatkan

tingkat kehancuran lebih dari 95%.

Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kadar protein antigen tersebut dengan

spektrofotometer. Kadar protein yang dperoleh dari pemeriksaan ekstrak tersebut

adalah 206,5 μg/ml. Hasil ini digunakan sebagai dasar penentuan dosis imunisasi

pada pembuatan antibodi poliklonal dan pengenceran antigen pada ELISA.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap hasil running SDS-PAGE

menunjukkan bahwa keberhasilan isolat, tingkat kemurnian isolat dan kadar

protein dalam homogenate. Keberhasilan isolat mempengaruhi kualitas pita

protein yang terbentuk pada gel, pita terlihat tajam dengan gel terang, sehingga

memudahkan analisis protein dan dokumentasi. Isolat yang murni dan kadar

protein homogenat yang bagus akan menghasilkan pita protein yang baik dan jelas

sehingga dapat memudahkan analisis berat molekul (BM) pada pita yang

terbentuk (Kusnoto, 2003).

5.3 Produksi antibody poliklonal L2 T. cati pada kelinci

Pada penelitian ini antibody poliklonal dibuat dengan cara menginjeksikan

ekstrak L2 (hasil isolasi) pada kelinci ras Australia jantan sebanyak 2 ekor.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 38: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

28

Kualitas antibody yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kualitas antigen yang

digunakan, dosis protein, jumlah dan interval imunisasi. Protein yang lebih murni

dengan kadar yang cukup akan memberikan hasil antibody yang lebih baik.

Walaupun kadar antibody total cukup tinggi tetapi apabila protein antigen yang

digunakan kurang murni, biasanya pada proses blotting akan menghasilkan hasil

anti bodi yang lebih baik. Walaupun kadar antibodi total cukup tinggi tetapi

apabila protein antigen yang digunakan kurang murni, biasanya proses blotting

akan menghasilkan pita reaksi yang kurang jelas mengandung protein antigen

yang tidak spesifik. Karena kadar protein spesifik tidak memenuhi ambang respon

imun optimal, maka imunogenitas protein tersebut tidak memenuhi ambang

respon imun optimal, maka imunogenitas protein tersebut tidak maksimal (Abbas

et al.,2000).

Sesuai dengan Tung et al., 1995, terdapat beberapa faktor yang terlibat

dalam optimalisasi respon imun dari sudut kualitas dan kuantitas antibody yang

diperoleh. Faktor-faktor tersebut adalah sifat alami imunogen, adjuvan, hewan

yang dipilih dan dosis. Pada penelitian ini aplikasi imunisasi dilakukan secara

subcutan dengan harapan terbentuk depo protein yang dilepas secara bertahap,

kemudian dilakukan booster dengan interval 2 minggu sebanyak tiga kali

sehingga respon imun terhadap pembentukan antibody L2 dapat maksimal dan

kadarnya terjaga dalam darah.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 39: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

29

5.4. Identifikasi Protein L2 T. cati

Hasil analisis protein dengan teknik Western blot menunjukakan adanya

beberapa pita protein yang sejajar baik pada L2 T.cati, L2 T. vitulorum maupun

cacing dewasa T. cati, T. vitulorum , F. gigantica dan D. caninum. Beberapa pita

protein yang sejajar pada beberapa cacing tersebut lebih banyak terjadi pada

protein dengan BM tinggi (lebih dari 500 kDa), sedang pada L2 T. cati dan L2 T.

vitulorum lebih banyak terjadi protein dengan BM rendah.

Adanya kemiripan protein antigen antara L2 T.cati dan L2 T. vitulorum

serta cacing dewasa T. cati dan T. vitulorum terjadi karena kemungkinan memang

pada semua stadium selalu terdapat protein yang tetap disamping beberapa protein

yang berbeda. Hal ini sesuai denga pendapat Patterson (1989) yang menyatakan

bahwa profil protein antigen pada setiap stadium kehidupan parasit pada

umumnya mempunyai persamaan atau perbedaan tergantung pada tingkatan

stadium hidupnya.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap hasil running SDS-PAGE

menunjukkan bahwa keberhasilan running tersebut dipengaruhi beberapa hal

antara lain keberhasilan isolat, tingkat kemurnian isolat dan kadar protein dalam

homogenat. Keberhasilan isolat yang mempengaruhi kualitas pita protein yang

terbentuk pada gel, pita terlihat tajam dengan gel terang, sehingga memudahkan

analisis protein dan dokumentasi. Isolat yang murni dan kadar protein hemogenat

yang bagus akanmenghasilkan pita protein yang baik dan jelas sehingga dapat

memudahkan analisis berat molekul (BM) pada pita yang terbentuk (Kusnoto,

2003).

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 40: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

30

Hasil analisis protein untuk mengetahui berat molekul protein antigen

larva stadium kedua (L2) telur infektif dan cacing dewasa T. cati yang dilakukan

dengan teknik SDS-PAGE menunjukkan adanya tujuh macam pita protein

masing-masing 133,7 kDa, 96,6 kDa, 86,1 kDa, 60,7 kDa, 40,0 kDa, 30,3 kDa dan

24,0 kDa. Dari ketujuh jenis protein tersebut, protein 96,6 kDa dan 86,1 kDa

terlihat lebih dominan diantara protein yang lain, sedangkan protein yang lain

terlihat diekspresikan dengan bentuk yang lebih tipis dengan intensitas warna

yang kurang. Hal ini menunjukana perbedaan secar genetik diantara protein-

protein tersebut. Meskipun berat molekulnya sama tapi apabila ekspresinya

terdapat perbedaan maka secara genetik terdapat perbedaan pula (Tung et al.,

1995).

Pada penelitian ini, protein yang diperoleh diidentifikasi dengan teknik

Western Blot. Teknik ini dapat digunakan selain untuk menentukan reaksi antara

beberapa antigen dengan antibodi poliklonal dari serum darah kelinci yang telah

diimunisasi dengan protein L2 T. cati juga dapat memberikan gambaran tentang

imunogenitas dan antigenitas masing-masing protein yang telah dipreparasi dalam

bentuk garis reaksi antigen-antibodi pada kertas nitrosellulosa.

Hasil identifikasi protein didapatkan tiga pita reaksi yaitu protein BM

133,7 kDa, 30,3 kDa, dan 24,0 kDa. Pita reaksi pertama terjadi pada protein 133,7

kDa menggambarkan pita reaksi silang antara serum anti L2 T. cati dan protein

antigen cacing dewasa F. gigantica. Hasil ini memberi gambaran kemiripan

protein antigen L2 T. cati dan T. vitulorum. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan Abdell-Rahman and Mageed (2000) dalam penelitiannya bahwa

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 41: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

31

antiserum T. vitulorum dikenali oleh antigen F. gigantica pada 104,0 kDa dan 133

kDa. Reaksi silang antara antibodi anti L2 T. cati dengan antigen cacing lain dapat

terjadi karena sebagian besar jenis parasit mempunyai profil protein yang hampir

sama, sehingga dapat terjadi reaksi silang.

Pita reaksi antara serum L2 T. cati dengan protein antigen T. cati dan T.

vitulorum baik dari L2 maupun cacing dewasanya terdapat pada protein 30,3 kDa.

Pita protein ini menunjukkan bahwa terdapat kemungkinan protein antigen 30,3

kDa mempunyai sifat imunogenitas yang tinggi sehingga mampu memicu respon

imun kelinci dalam membentuk antibodi. Keuntungan penggunaan teknik Western

Blot dalam hal ini adalah teknik ini sangat membantu penentuan berat molekul

antibodi dalam serum yang dapat berikatan dengan protein antigen. Adanya ikatan

menunjukkan bahwa antibodi yang terbentuk sesuai dengan antigen yang

digunakan dengan kata lain adanya garis ikatan antigen-antibodi pada protein

tertentu dapat membuktikan bahwa protein tersebut bersifat antigenik dan

imunogenik serta dapat terjadinya reaksi silang antar stadium maupun cacing lain.

Sifat imunogenitas seperti ini berkaitan dengan tingkat keasingan protein terdapat

hospes, kelarutan, berat molekul dan konsentrasi protein.

Pita reaksi ketiga pada protein 24,0 kDa menunjukkan adanya pita reaksi

serum anti L2 T. cati dengan protein antigen L2 T. cati dan L2 T. vitulorum, tetapi

tidak terjadi reaksi dengan cacing dewasa Toxocara sp. Maupun cacing lain. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa protein 24,0 kDa merupakan protein spesifik antara

protein antigen stadium larva T. cati maupun T. vitulorum khususnya adalah L2

sedangkan protein 30,3 kDa kemungkinan merupakan protein antigen dominan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 42: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

32

yang dapat mengenali T. cati dan T. vitulorum pada berbagai stadium.

Berdasarkan hal tersebuit dapat dinyatakan bahwa protein antigen L2 24,0-30,3

kDa merupakan protein spesifik yang dapat dimanfaatkan sebagai antigen

diagnostik sesuai kebutuhan.

Analisis protein dengan teknik Western Blot pada penelitian ini

menunjukkan bahwa protein antigen L2 T. cati sekitar 133,7 kDa, 30,3 kDa dan

24,0 kDa merupakan protein antigenik dengan spesifisitas berbeda yang dapat

dinyatakan sesuai kebutuhan. Protein 24,0 kDa merupakan protein spesifik yang

dapat dimanfaatkan sebagai bahan diagnostik toxocariasis untuk protein dengan

spesifisitas tinggi dan bahan imunogen untuk pembuatan antibodi monoklonal

untuk tujuan diagnostik yang spesifik.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 43: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

33

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut

1. Protein antigenik L2 T. cati terdapat pada 133,7 kDa, 30,3 kDa dan 24,0

kDa.

2. Protein 30,3 kDa merupakan antigen dominan dari beberapa stadium T.

cati yang dapat mengenali antibodi yang dihasilkan L2 T. cati.

6.2 Saran

Saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini adalah perlu diadakan

penelitian lebih lanjut mengenai imunogenitas dan antigenitas terhadap protein

murni L2 T. cati yang telah diisolasi.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 44: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

34

RINGKASAN

Andry Budihartanto. Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium

Kedua (L2) Toxocara cati dengan Teknik Western Blot (Di bawah bimbingan

Bapak Kusnoto M.Si., Drh. sebagai pembimbing pertama dan Bapak Mufasirin

M.Si., Drh. sebagai pembimbing kedua).

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan protein L2 T. cati dan untuk

mengetahui antigen dominan yang dapat mengenali antibodi yang dihasilkan

terhadap antigen dari beberapa stadium T. cati.

Hewan coba yang digunakan adalah kucing liar dan kelinci ras Australia

jantan kurang lebih 3 bulan sebanyak 2 ekor. Larva stadium kedua (L2) diperoleh

dengan cara pemurnian telur T. cati menggunakan teknik gradien preparasi yang

kemudian dipupuk dan diinkubasi pada suhu kamar menggunakan media PBS

selama 28 hari. Larva stadium kedua (L2) yang telah terkumpul tersebut

selanjutnya diekstrasi dengan cara disonikasi untuk mendapat crude protein yang

berasal dari whole ekstrak tersebut. Analisis terhadap crude protein dilakukan

dengan tehnik SDS-PAGE (sodium dedocyl sulphate polyacrilamide gel

elektrophoresis), dan dilanjutkan dengan identifikasi proytein dengan teknik

Western Blot.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Protein antigenik T. cati terdapat

pada 133,7 kDa, 30,3 kDa dan 24,0 dan protein antigen 30,3 kDa merupakan

antigen dominan dari berbagai stadium T. cati yang dapat mengenali antibodi

yang dihasilkan L2 T. cati.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 45: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

35

DAFTAR PUSTAKA

Abbas A.K., Lichtman A.H, Pober J.S. 2000. Cellular and Mollecular Immunology. 4th ed. Philadelphia Saunders Company.

Abdel-Rahman, E.H., 2000. Isolation and structural characterization of Toxocara

vitulorum spesific antigen and its potency in diagnosis of toxocariasis among bufallo calves. J. Egypt. Soc. Parasitol. 30(2): 387-400

Abdel-Rahman, E.H., and Abdel-Megeed K.N. 2000. Molecular identity of major

cross-reactive adult antigens in Fasciola gigantica, Toxocara vitulorum and Moniezia expansa. Abstract. J. Egypt. Soc. Parasitol. 30(2): 561-71

Bowman D.D., Mika-Grieve M, and Grieve R.B. 1987. Toxocara canis:

monoclonal antibodies to larval excretory-secretory antigens that bind with genus and species specificity to the cuticular surface if infective larvae. Exp. Parasitol. 64(3): 458-65

Chappell H., Haeney M. 1992. Essential of Clinical Immunology. Melbouerne.

pp: 65. Drenchrite. 1996. Larval Development Assay. A Product of Csiro research.

Horison Technology Pty Limited. Roseville, Australia. el-Massry A.A. 1999. Characterization of antigenic property of Toxocara canis

and Toxascaris leonine adults and larvae through immunodiagnostic electrophoresis (SDS-PAGE) and western blot technique. J. Egypt. Soc. Parasitol. 29(2): 335-45

Glickman L.T., Dubey J.P., and Winslow L.J. 1981. Serological responses of

Ascarids free dog to Toxocara canis infection. J. Parasitol. 82; 382-387 Humbert P, Niezborala M, Salembier R, Aubin F, Piarroux R, Buchet S, and

Barale T. 2000. Skin manifestations associated with toxocariasis: a case-control study. Dermatol. 201(3): 230-4

Ito, K., K. Sakai, T. Okajima, K. Quchi, A. Funakoshi, J. Nishimura, H. Ibayashi,

and M. Tsuji. 1986. Three cases of visceral larva migrans due to ingestion of raw chicken or cow liver. Nihon Naikagaku Zassi. 75: 759-766

Kennedy M.W, Maizels R.M., Meghji M, Young L, Qureshi F, and Smith HV.

1987. Specific-specific and common epitopes on the secreted and surface antigens of Toxocara cati and Toxocara canis infective larvae. Parasite Immunol. 9(4): 407-20

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 46: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

36

Kilpatrick M.E. 1992. Toxocariasis. In: Tropical Medicine. 7th ed. London: W.B. Saunders Company. Pp. 761-4

Kusnoto, Suwarno dan Juniastuti T. 2001. Imunogenitas Suspensi Homogenat

berbagai stadium Toxocara Vitulorum sebagai pemicu pembentukan antibodi pada mencit. Laporan Penelitian Dosen Muda. Lemlit, Universitas Airlangga, Surabaya.

Kusnoto. 2003. Isolasi dan Karakterisasi Protein Imunogenik Larva Stadium

Kedua T. cati Isolat Local. Bogor: PAU Bioteknologi, IPB Kusumamiharja S. 1993. Parasi dan Parasitosis pada Hewan Ternak dan Hewan

Piaraan di Indonesia. Bogor: PAU Bioteknologi, IPB. Levine N.D. 1978. Textbook of Veterinary Parasitology. Burgers Publishing

Company. Diterjemahkan oleh : Ashadi G. 1990. Wardiarto Ed. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Morerira-Silva S.F., Pereira F.E 2000. Intestinal Nemathodes, Toxocara infection,

and pyogenic liver abcess in children : a possible association. J. Trop. Pediatr. 46(3) : 167-72

Overgaauw P.A. 1997b. Aspects of Toxocara epidemiologi : Human Toxocara

cariasis Crit. Rev. Microbiol. 23(3) : 215-31 Page A.P, Richards D.T, Lewis J.W, Omar H.M, and Maicel R.M 1991.

Comparison of Isolate and Species of Toxocara and Toxocariasis by Biosinthetic Labelling of Somatic and ES Protein from Infective Larvae. J. Parasitol. 103: 261-265

Pappas P.W. and Wardrop S.M. 2003. Journal of Toxocariasis. Patterson R.M. 1989. Immuno respon to helmint parasites. In: ELISA Technology

in Diagnosis and Research. Graham and Burgers Eds. Australia: James Cook University of North Queensland. Pp: 279-297.

Petithory J.C., Beddok A., and Quedoc M. 1994. Ascaridiasis zoonosis: visceral

larva migrans syndromes. Bull. Acad. Natl. Med 178(4): 635-47 Playfair J.H.L. 1992. Immunology at a Glance. 5th Ed. Blackwell Scientific

Publications. University Press, Cambridge. Radman N.E., Archelli S.M., Fonrouge R.D., del V Guardis M., Linzitto O.R.

2000. Human toxocariasis. Its seroprevalence in the city of La Plata. Mem. Inst. Oswaldo Cruz. 95(3): 281-5

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 47: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

37

Rajapakse R.P.V.J. 1992. Imunological Response of Buffalo Cows and Calves to Toxocara vitulorum Infection. Dissertation. Submitted for Degree or Doctor of Philosophy. University of Paradeniya. Sri Lanka.

Rantam, F.A. 1997. Bornavirus and Cells Culture, Isolation Infections Bornavirus

from human and animal and their characterization. Dissertation. Vet. Med. FV-Berlin.

Rantam, F.A. 2003. Metode Imunologi. Surabaya. Airlangga University Press,

Universitas Airlangga. Rayes A.A. , Teixeria D., Serufo J.C., Nobre V., Antunes C.M., and Lambertucci

J.R. 2001. Human Toxocariasis and Pyogenic liver abcess: a possible asscociation. Am J Gastroenterol; 96(2) : 563-6.

Robert J.A. 1993. Toxocara vitulorum in Ruminant. Vet Bull. 63(6): 545-568. Roitt I., Brostoff J., and Male D. 1998. Immunology 4th Ed. Bercelona, Spain:

Mosby, Times Mirror International Publisher Limited. Safar E.H., el-Rifaei F., and Makland K.M. 1992. Protein chromatographic study

on adult Ascaris lumbricoides, Ascaris vitulorum and Toxocara canis. J. Egypt. Soc. Parasitol. 22(1): 171-6

Soulsby E.J.L. 1989. Toxocariasis. Brit, Vet. J 139: 471-475 Strake W.A., Machado R.Z., Bechara G.H., and Zocoller M.C. 1996. Skin

Hypersensitivity test in buffaloes parasitized with Toxocara vitulorum. Vet. Parasitol; 63(3-4): 283-90.

Sites D.P., Terr A.I., and Parlow T.G. 1997. Medial Immunology. 9th Ed. USA: A

Simon & Schuster Company, Pentice-Hall International Inc. Tizard Ian R. 1982. An Introduction to Veterinary Immunology. WB Saunders

Company. Diterjemahkan oleh Masduki Pastodirejo dan Soehardjo Hardjosworo. 1987. Airlangga University Press. Hal. 303-324.

Trisunuwati P. 1997. Penentuan protein imunogen larva Toxocara votulorum,

sebagai usaha menemukan metode imunodiagnosis dini toxocariasis pada induk sapi. Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga.

Tung Y.C., Chang S.F., Ko Y.C., and Lin K.H. 1995. Comparison of the Genetic

variation in type 1 Dengue Virus Isolates in Taiwan 1987-1992. kaohsiung J . Med. Sci. 11: 243-249

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 48: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

38

Uga S., Matsumura T., Fujisawa K., Okubo K., Kataoka N., and Kondo K. 1990. Incidence of Seropositivity to Human Toxocariasis in Hyogo Perfecture, Japan, and Its Posible Role in Opthalmic Disease. Jpn. J Parsitol. 39(5) : 500-502

Waren K.S 1993. Immunology and Molecular Biology of Parasit infections.

Eidinburg, Bleckwell sc. Pp.55 Yoshida M., Shirao Y., Asai H., Nagase H., Nakamura H., Okazawa T., Kondo

K., Takayanagi T.H., Fujita K., and Akao N. 1999. A retrospective study of ocular toxocariasis in Japan: correlation with antibody prevalence opthalmological findings of patients with uveitis. J. Helminthol. 37(4) : 357 – 61.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 49: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

39

Lampiran 1. Nilai Opticaldensity Serum Kelinci Sebelum dan Sesudah Dipapar dengan Protein Antigen L2 T. Cati

Nilai OD No. Kelinci

Sebelum Sesudah

1 0,123 1,596

2 0,216 1,600

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 50: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

40

Lampiran 2. Analisis Protein L2 T. cati dengan SDS-PAGE

kDa

4 52M 1 3200.0116.3

97.4

66.2

45.0

31.0

21.5

14.36.5

133,796,686,1

60,7

30,324,0

40,0

Hasil analisis protein L2 T. cati dengan SDS-PAGE. M, marker; kolom 1-2, ekstrak cacing dewasa; kolom 3-5, ektrak L2 T. cati.

96,6 86,1 60,7 40,0 30,3 24,0

2 3 41M200.0

6.5

116.3

31.0

21.5

14.3

97.4

66.2

45.0

Hasil analisis protein L2 T. cati dengan SDS-PAGE. M, marker; kolom 1-2= ekstrak L2 T. cati; kolom 3, ekstrak cacing dewasa T.cati; kolom 4, protein antigen E-S cacing dewasa T.cati.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 51: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

41

Lampiran 3. Hasil Preparsi Protein

PP* ke Jarak pada gel Nilai Rf Y***Da (dari regresi

linier) Antilog y BM (kDa)

1 0,30 0,050 5,126 133659,55 133,7 2 1,00 0,167 4,985 96605,09 96,6 3 1,25 0,208 4,935 86099,09 86,1 4 2,00 0,333 4,783 60673,63 60,7 5 2,90 0,483 4,602 39994,48 40,0 6 3,50 0,583 4,481 30269,13 30,3 7 4,00 0,667 4,380 23988,33 24,0

*PP= Pita protein; **persamaan regresi : y=5,187 – 1,211 x, dimana x= nilai Rf

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 52: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

42

Lampiran 4. Uji Linier Regresi antara nilai Rf (x) dan Berat Molekul (log y Da) untuk Menentukan Berat Molekul Protein Antigen L2 T. cati

Summarize

Case Summariesa

.20 .033 200 200000 5.301

.40 .067 116 116300 5.066

.80 .133 97 97400 4.9891.55 .258 66 66200 4.8212.35 .392 45 45000 4.6533.20 .533 31 31000 4.4914.55 .758 22 21500 4.3325.20 .867 14 14400 4.158

8 8 8 8 8

12345678

NTotal

JARAK Rf BM (y KDa) BM (y Da) log y (Da)

Limited to first 100 cases.a.

Curve Fit MODEL: MOD_1. Independent: RF Dependent Mth Rsq d.f. F Sigf b0 b1 LOGY LIN .962 6 153.45 .000 5.1866 -1.2106

log y (Da)

Rf

1.0.8.6.4.20.0

5.4

5.2

5.0

4.8

4.6

4.4

4.2

4.0

Observed

Linear

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 53: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

43

Regression Variables Entered/Removedb

Rfa . EnterModel1

VariablesEntered

VariablesRemoved Method

All requested variables entered.a.

Dependent Variable: log y (Da)b.

Model Summaryb

.981a .962 .956 .081644Model1

R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), Rfa.

Dependent Variable: log y (Da)b.

ANOVAb

1.023 1 1.023 153.446 .000a

.040 6 .0071.063 7

RegressionResidualTotal

Model1

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Rfa.

Dependent Variable: log y (Da)b.

Coefficientsa

5.187 .047 110.244 .000-1.211 .098 -.981 -12.387 .000

(Constant)Rf

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: log y (Da)a.

Residuals Statisticsa

4.13695 5.14662 4.72638 .382256 8-.05900 .15438 .00000 .075588 8

-1.542 1.099 .000 1.000 8-.723 1.891 .000 .926 8

Predicted ValueResidualStd. Predicted ValueStd. Residual

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Dependent Variable: log y (Da)a.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto

Page 54: SKRIPSI - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/21286/2/gdlhub-gdl-s1-2006-budihartan-1363... · Pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga Oleh: ANDRY BUDIHARTANTO

44

Charts

Scatterplot

Dependent Variable: log y (Da)

log y (Da)

5.45.25.04.84.64.44.24.0

Reg

ress

ion

Stan

dard

ized

Pre

dict

ed V

alue

1.5

1.0

.5

0.0

-.5

-1.0

-1.5

-2.0

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

Skripsi Identifikasi Protein Antigenik Larva Stadium ... Andry Budihartanto