SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L....

90
i 1 KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENANGGULANGAN KASUS GIZI BURUK (Studi di Dinas Kesehatan Kabupatan Merangin) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Untuk Memperoleh Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Pemerintahan Oleh : MUHAMMAD IQBAL NIM. SIP.152025 Pembimbing : ALHUSNI, S.Ag., MH.I Mustiah, RH,S.Ag., M.Sy KONSENTRASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN DAERAH PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Transcript of SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L....

Page 1: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

i

1 KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENANGGULANGAN KASUS GIZI BURUK (Studi di Dinas Kesehatan Kabupatan Merangin)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Untuk Memperoleh Sarjana Strata Satu (S.1)

Dalam Ilmu Pemerintahan

Oleh :

MUHAMMAD IQBAL NIM. SIP.152025

Pembimbing :

ALHUSNI, S.Ag., MH.I Mustiah, RH,S.Ag., M.Sy

KONSENTRASI MANAJEMEN PEMBANGUNAN DAERAH PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS SYARIAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Page 2: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

2 ABSTRAK

Muhammad Iqbal, SIP.152025 Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan

Kasus Gizi Buruk (Studi di Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin)

Masalah gizi kurang tidak hanya sekedar kurangnya asupan kalori dan protein.

Banyak faktor yang menjadi penyebab mengapa masalah gizi kurang belum dapat

diatasi. Masalah gizi kurang disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik

secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dipengaruhi oleh penyakit

infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi secara kuantitas maupun kualitas, sedangkan

secara tidak langsung dipengaruhi oleh jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan,

pola asuh anak yang kurang memadai.

penelitian ini bertujuan yntuk mengetahui 1) Hambatan Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi buruk Kabupaten Mearngin. 2) upaya Dinas Kesehatan dalam dalam penanggulangan gizi buruk Kabupaten Merangin. 3) Untuk mengetahui kebijakan pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi buruk Kabupaten Merangin.

Penelitian ini menggunakan Pendekatan yuridis empiris digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk memahami secara mendalam mengenai kebijakan pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi buruk di Kabupaten Merangin. Adapun sumber data yang meliputi manusia antara lain : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin, data jumlah kasus gizi buruk dan data-data lain yang berhubungan dalam penelitian ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hambatan Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi buruk Kabupaten Merangin diantaranya adalah Regulasi Pemerintah Daerah yang Belum Optimal Dijalankan ke Masyarakat, SDM Masyarakat di Kabupaten Merangin, dan Infrastruktur Kesehatan yang belum memadai, bahwa upaya Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi buruk di Kabupaten Merangin ialah melalui promosi kesehatan pada tingkat puskesmas. Sebagaimana diketahui bahwa ujung tombak dari program penanggulangan gizi buruk adalah Puskesmas dan salah satu dari upaya kesehatan wajib Puskesmas yang harus ditingkatkan kinerjanya adalah promosi kesehatan, Kebijakan pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi buruk Kabupaten Merangin yaitu Pemberian Makanan Tambahan Anak dan Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) sejak ibu hamil sampai anak berumur 2 tahun Kata Kunci: Penanggulangan, Kasus, Gizi Buruk

Page 3: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,
Page 4: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

Page 5: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

26

Page 6: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

27 MOTTO

28

لوا ۞ د وك د كل مسجي ن كم عي ت م خذوا زيين ا بني آد ي

سريفوا واشربوا ول مسريفيي ت ب ال إينه ل يي

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan Al-A'raf Ayat 31

Page 7: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

29 PERSEMBAHAN

حي ن الر ح بسم الله الر

Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tua tercinta Ibunda Safera Ayahanda Usman Efendi yang telah memberikan dukungan, semangat, moral, materi, kasih

sayang, selalu bersabar, selalu mendoakanku disetiap shalatnya, pengorbanan dan nasehat-

nasehat yang membangun jiwa penulis agar lebih baik lagi. Terima kasih Ibunda, terima

kasih Ayahanda, terima kasih untuk kasih sayang yang tiada batas.

Kepada saudara-saudariku tersayang dan tercinta, Maryusnita, Reka Wahyuni dan

Muhammad Zainal, yang selalu hadir dalam suka dan duka, menjadi penyemangatku,

semoga kelak aku dalam suka duka, dan menjadi penyemangatku, semoga kelak aku

menjadi sukses dan membanggakan keluarga di masa depan.

Teman-teman Jurusan Ilmu pemerintahan Angkatan 2015 senasib, seperjuangan dan sepenanggungan, terimakasih atas gelak tawa dan solidaritas yang luar biasa sehingga membuat hari-hari semasa kuliah lebih berarti.

Page 8: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

30 KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang mana dalam

penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Disamping itu, tidak lupa pula iringan shalawat

serta salam Penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Besar Muhammmad SAW.

Menjadi kewajiban bagi setiap mahasiswa semester akhir untuk menyusun skripsi

sebagai syarat untuk memperoleh predikat Sarjana dalam bidang ilmu yang dituntut maka

penulis dapat persetujuan untuk menyusun skripsi dengan judul “Kinerja Pemerintah

Daerah Dalam Penanggulangn Kasus Gizi Buruk”(Studi di Dinas Kesehatan Kabupaten

Merangin)

Kemudian dalam penyelesaian skripsi ini, Penulis akui tidak sedikit hambatan dan

rintangan yang Penulis temui baik dalam mengumpulkan data maupun dalam

penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh Dosen

Pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, hal yang

pantas Penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu

penyelesaian skripsi ini terutama sekali kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof.DR.H. Suaidi Asary,MA.Ph.D,.selaku Rektor UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

2. Bapak Dr. A. A. Miftah, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah UIN Sultha Thaha

Saifuddin Jambi.

3. Bapak H. Hermanto Harun, Lc., M.HI., Ph.D., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik

Fakultas Syariah UIN Sultha Thaha Saifuddin Jambi.

4. Ibu Dr. Rahmi Hidayati, S.Ag., M.HI., selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi

Umum, Perencanaan Dan Keuangan Fakultas Syariah UIN Sultha Thaha Saifuddin

Jambi

5. Ibu Dr. Yuliatin, S.Ag., M.HI., selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan

Kerjasama Fakultas Syariah UIN Sultha Thaha Saifuddin Jambi

6. Ibu Mustiah, RH,S.Ag.,M.Sy., selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan

Fakultas Syariah UIN Sultha Thaha Saifuddin Jambi.

7. Ibu Tri Endah Karya Lestiyani S.IP.M.IP., selaku Sekretaris Program Studi Ilmu

pemerintahan Fakultas Syariah UIN Sultha Thaha Saifuddin Jambi.

8. Bapak Alhusni, S.Ag., M.HI., selaku Pembimbing I

9. Ibu Mustiah, RH,S.Ag., M.Sy., selaku Pembimbing II

Page 9: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

10. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen dan seluruh Karyawan/Karyawati Fakultas

Syariah UIN Sultha Thaha Saifuddin Jambi.

Disamping itu, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan kontribusi

pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT kita memohon ampunannya, dan

kepada manusia kita memohon kemaafannya. Semoga amal kebaikan kita dinilai seimbang

oleh Allah SWT.

Jambi, Oktober 2019

Yang Menyatakan

MUHAMMAD IQBAL

NIM. SIP.152025

Page 10: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................ ii

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .................................................................. iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................. iv

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... v

MOTTO .............................................................................................................. vi

PERSEMBAHAN .................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiv

BAB I.PENDAHULUAN

A. LatarBelakang ..................................................................................... 1

B. RumusanMasalah ............................................................................... 4

C. Batasan Masalah ............................................................................... 5

D. TujuanPenelitian ................................................................................ 5

E. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 5

F. Kerangka Teori ................................................................................... 6

G. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 22

BAB II. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Penelitian ................................................................................ 25

................................................................................................................ B.

Pendekatan Penelitian............................................................................ 25

C. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 26

D. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................... 27

E. Teknis Analisis Data ............................................................................ 29

F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 30

BAB III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah dan Geografis Kabupaten Merangin ..................................... 32

B. Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin ................ 34

C. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin ......................... 35

D. Struktur Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin ................................ 36

E. Uraian Tugas dan Fungsi ..................................................................... 39

BAB IV. TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBEHASAN

A. Hambatan Dinaas Kesehatan Dalam Penanggulangan

Gizi Buruk Kabupaten Merangin ....................................................... 45

B. Upaya Dinas Kesehatan Dalam Penanggulangan Gizi

Page 11: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

Buruk Di Kabupaten Merangin ...................................................................................... 53

C. Kebijakan Pemerintah Daerah Melalui Dinas Kesehatan Dalam

Penanggulangan Gizi Buruk Di Kabupaten Merangin ....................... 55

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ......................................................................................... 69

B. Saran ................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 70

LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

Page 12: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

DAFTAR TABEL DATA KASUS GIZI BURUK KAB. MERANGIN 2018 ....................................................... 56

Page 13: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

DAFTAR GAMBAR STRUKTUR ORGANISASI .............................................................................................. 38 DOKUMENTASI PENELITIAN ........................................................................................ 76

Page 14: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan

bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Selanjutnya juga diamanatkan bahwa setiap

kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip

nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan

sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing

bangsa bagi pembangunan nasional.

Kesehatan adalah hal yang sangat penting bagi setiap manusia. Undang-

Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 memberikan batasan, bahwa kesehatan

adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi

kesehatan, baik individu, kelompok, maupun masyarakat dikelompokkan

menjadi empat yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan.1

1 Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. (Jakarta : Rineka Cipta. 2007),

hlm. 3

Page 15: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

Persoalan gizi pada bayi dan balita masih menjadi persoalan utama dalam

tatanan kependudukan, salah satunya adalah masalah gizi kurang. Gizi

merupakan salah satu pilar pembangunan sosial dan ekonomi. Sehingga

penurunan gizi kurang pada bayi dan anak sangatlah penting demi mendukung

untuk terwujudnya Suistainable Development Goals (SDGs) yaitu mengakhiri

kelaparan, mencapai keamanan pangan dan perbaikan gizi, dan memajukan

pertanian berkelanjutan.2

Masalah gizi kurang tidak hanya sekedar kurangnya asupan kalori dan

protein. Banyak faktor yang menjadi penyebab mengapa masalah gizi kurang

belum dapat diatasi. Masalah gizi kurang disebabkan oleh banyak faktor yang

saling terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung

dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan tidak cukupnya asupan gizi secara

kuantitas maupun kualitas, sedangkan secara tidak langsung dipengaruhi oleh

jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan, pola asuh anak yang kurang

memadai, kurang baiknya kondisi sanitasi lingkungan serta rendahnya

ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Sebagai pokok masalah di

masyarakat adalah rendahnya pendidikan, pengetahuan dan keterampilan serta

tingkat pendapatan masyarakat. 3

Gizi kurang merupakan gangguan kesehatan akibat kekurangan atau

ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas

berpikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Gizi kurang dapat

2Osborne, R. H. Dkk., Distribution of health literacy strengths and weaknesses across socio-

demographic groups: a crosssectional survey using the Health Literacy Questionnaire (HLQ).

(2015). BMC public health. 15(1), hlm 678. 3 Supariasa. Penilaian Status Gizi. (Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2001), hlm. 117

Page 16: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

berdampak buruk pada bayi dan balita sehingga menimbulkan penyakit pada

anak, gangguan pertumbuhan fisik, dan kemampuan belajar, penurunan kognitif,

anggaran pencegahan dan perawatan yang meningkat, bahkan penurunan

produktivitas kerja yang pada akhirnya berdampak pada masalah ekonomi dan

sosial pada wilayah tersebut. Gizi kurang ditujukkan dengan berat badan dan

tinggi badan (BB/TB) dan berat badan menurut usia (BB/U) berdasarkan standar

deviasi unit (-2 s/d -3SD).

Indonesia merupakan negara berkembang yang masih menghadapi

masalah gizi. Prevalensi gizi anak balita dapat menggambarkan mengenai

kondisi gizi masyarakat di suatu daerah. Data Riskesdas menunjukkan di

Indonesia jumlah penderita gizi kurang tahun 2017 sebanyak 15,0% sedangkan

pada tahun 2018 meningkat menjadi 17,0%. Banyak faktor yang mempengaruhi

terjadinya gizi kurang, diantaranya adalah status ekonomi, rendahnya

pengetahan ibu tentang pemberian gizi yang baik untuk anak, dan Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR) (Kusriadi, 2010).4

Dikabuptaen Merangin pada tahun 2018 dengan jumlah sasaran sebanyak

18,763 dengan jumlah laki-laki sebanyak 93,30% dan jumlah perempuan

sebnayak 94,33%. Kabupaten Merangin merupakan salah satu kabupaten dengan

angka kejadian gizi buruk tertinggi di Provinsi Jambi berdasarkan data tahun

2016 dan 2017, dan pada tahun 2018, dimana pada tahun 2016 terdapat 7 kasus

kejadian gizi buruk dengan jumlah 3 laki-laki, dan 4 perempuan, meskipun pada

4 Kusriadi. Analisis faktor risiko yang mempengaruhi kejadian kurang gizi pada anak balita

di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) [Tesis]. (Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian

Bogor, 2010), hlm 45

Page 17: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

tahun 2017 terjadi penurunan yang hanya sebanyak 5 kasus gizi buruk dengan

jumlah 1 laki-laki dan 4 perempuan, dan pada tahubn 2018 kasusu gizi buruk

mencapai kenaikan sebanyak 15 kasus, dengan jumlah 5 laki-laki dan 10

perempuan5. Kondisi tersebut dapat digambarkan pada grafik berikut:

Gambar 1.

Grafik Perkembangan Kasus Gizi Buruk Kab. Merangin 2016-2018

Grafik di atas menunjukan terjadinya peningkatan yang sangat signifikan

pada tahun 2018. Berdasarkan hasil observasi pendahuluan peneliti di

Kabupaten Merangin pada tanggal 13 November 2018 diketahui bahwa pada

bulan Oktober 2018 terdapat kasus gizi buruk baru di Kabupaten Merangin.

Dimana seorang anak warga desa Ngaol, Kecamatan Tabir Barat, Kabupaten

Merangin, harus menjalani perawatan di Rumah Sakit Ar-Raudah, Bangko.

Balita berusia 4 tahun 10 bulan tersebut dinyatakan positif mengidap gizi buruk6.

5Wawancara dengan bapak Salahudin, selaku kepala dinas kabupaten meranfin, 12 Juli 2019)

7

5

15

0

2

4

6

8

10

12

14

16

2016 2017 2018

Laki-laki

Perempuan

Jumlah

Page 18: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

Berdasarkan kondisi tersebut perlu adanya upaya pemerintah daerah untuk

melakukan penanggulangan terhadap gizi buruk di Kabupaten Merangin. Oleh

karena itu, penulis berkeinginan untuk mengangkatnya dalam bentuk penelitian

dengan judul “Kinerja Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Kasus

Gizi Buruk (Studi di Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin)”

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan

permasalahan penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana hambatan Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi buruk di

Kabupaten Mearngin?

2. Bagaimana upaya Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi buruk di

Kabupaten Merangin?

3. Bagaimana kinerja pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan dalam

penanggulangan gizi buruk di Kabupaten Merangin?

C. Batasan Masalah

Untuk memudahkan dalam penulisan karya ilmiah sehingga mendapatkan

hasil yang diharapkan, maka perlu penulis memberi batasan permasalahan yang

akan dibahas, dimana dalam penelitian ini dibatasi pada Kebijakan Pemerintah

Daerah melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin dalam Penanggulangan

Gizi Buruk di Kabupaten Merangin Tahun 2016-2018

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

Page 19: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

1. Untuk mengetahui hambatan Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi

buruk di Kabupaten Mearngin.

2. Untuk mengetahui upaya Dinas Kesehatan dalam dalam penanggulangan

gizi buruk di Kabupaten Merangin.

3. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan

dalam penanggulangan gizi buruk di Kabupaten Merangin.

E. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini meliputi Tiga

hal, yaitu:

1. Secara praktis kegunaan penelitian diharapkan dapat memberikan

pemahaman kepada masyarakat luas mengenai kebijakan pemerintah daerah

melalui Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi buruk Kabupaten

Merangin.

2. Untuk menambah pengetahuan mengenai kebijakan pemerintah daerah

melalui Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi buruk Kabupaten

Merangin.

3. Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar strata satu (S1) dalam Ilmu

Pemerintahan Fakultas Syari’ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

F. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan uraian ringkas tentang teori yang digunakan

dan cara menggunakan teori itu dalam menjawab pertanyaan penelitian.7 Agar

7 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah, (Jambi: Syariah Press 2014),

hlm. 14

Page 20: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

penelitian ini lebih terarah dan tepat sasaran, maka penulis menganggap perlu

menggunakan kerangka teori sebagai landasan berfikir guna mendapatkan

konsep yang benar dan tepat dalam penyusunan skripsi ini sebagai berikut :

1. Teori Kebijakan

a. Definisi Kebijakan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kebijakan dijelaskan sebagai

rangkaian konsep dan azas yang menjadi garis dasar rencana dalam

pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, serta cara bertindak (tentang perintah,

organisasi dan sebagainya).8

Sedangkan menurut Anderson kebijakan adalah suatu tindakan yang

mempunyai tujuan yang dilakukan seseorang pelaku atau sejumlah pelaku

untuk memecahkan suatu masalah. Selanjutanya Anderson,

mengklasifikasikan kebijakan policy, menjadi dua : suntantif dan prosedural.

Kebijakan subtantif yaitu apa yang harus dikerjakan oleh pemerintah

sedangkan kebijakan prosedural yaitu siapa dan bagaimana kebijakan itu

diselenggarakan. Ini berarti, kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan

yang dikembangkan oleh badan–badan dan pejabat-pejabat pemerintah.9

Selanjutnya dikatakan bahwa terdapat lima hal yang berhubungan

dengan kebijakan publik. Pertama, tujuan atau kegiatan yang berorientasi

tujuan haruslah menjadi perhatian utama perilaku acak atau peristiwa yang

tiba–tiba terjadi. Kedua, kebijakan merupakan pola model tindakan pejabat

8 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,

Balai Pustaka, hlm. 231 9 Tahir Arivin. Kebijakan Publik & Transparansi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

(Bandung : Alfabeta, 2014), hlm. 21

Page 21: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

pemerintah mengenai keputusan–keputusan diskresinya secara terpisah.

Ketiga, kebijakan harus mencakup apa yang nyata pemerintah perbuat, atau

apa yang mereka katakan atau dikerjakan. Keempat, bentuk kebijakan publik

dalam bentuknya yang positif didasarkan pada ketentuan hukum dan

kewenangan. Kelima, tujuan kebijakan publik adalah dapat dicapainya

kesejahteraan masyarakat melalui produk kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah. Setiap kebijakan haruslah memperhatikan subtansi dari keadaan

sasaran, melahirkan sebuah rekomendasi yang memperhatikan berbagai

program yang dapat dijabarkan dan diiplementasikan sebagaimana tujuan

dari kebijakan tersebut.

b. Model Kebijakan Pemerintah

Membuat kebijakan pemerintah ini merupakan studi tentang proses

pembuatan keputusan, karena bukankah kebijakan pemerintah (publik policy)

itu merupakan pengambilan keputusan (decision making) dan pengambilan

kebijakan (policy making), yaitu memilih dan menilai informasi yang ada

untuk memecahkan masalah.

Menurut Harold Laswell yang dikutip oleh Miftha Thoha bahwa ada

beberapa tugas intelektual dalam persoalan tersebut di atas, yaitu penjelasan

tujuan, penguraian kecenderungan, penganalisaan keadaan, proyeksi

pengembangan masa depan dan penelitian, penilaian dan penelitian, serta

penilaian dan pemeilihan kemungkinan.10

10 Syafie, Inu Kencana. Pengantar Ilmu Pemerintahan. (Bandung : Refika Aditama, 2013),

hlm. 146

Page 22: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

Selain dari pada itu, ada beberapa model yang dipergunakan dalam

pembuatan public policy, yaitu sebagai berikut dibawah ini :

1) Model Elit, yaitu pemebentukan public policy hanya berada pada sebagian

kelompok orang–orang tertentu yang sedang berkuasa. Walaupun pada

kenyataannya mereka sebagai preferensi dari nilai–nilai elit tertentu tetapi

mereka masih saja berdalih merefleksikan tuntutan-tuntutan rakyat

banyak. Oleh karena itu mereka cenderung mengendalikan dengan

kontinyu, dengan perubahan–perubahan hanya bersifat tambal sulam.

Masyarakat hanya dibuat sedemikian rupa tetap miskin informasi.

2) Model Kelompok, yaitu berlainan dengan model elit yang dikuasai oleh

kelompok tertentu yang berkuasa, maka pada model ini terdapat beberapa

kelompok kepentingan (intereset group) yang saling berebutan mencari

posisi mainan. Jadi dengan demikian model ini merupakan interaksi antar

kelompok dan merupakan fakta sentral dari politik serta pembuatan public

policy. Antar kelompok mengikat diri secara formal atau informal dan

menjadi penghubung pemerintah dengan individu. Antar kelompok

berjuang mempengaruhi pembentukan public policy, bisa membentuk

koalisi mayoritas, tetapi juga dapat menimbulkan check and balance

dalam persaingan antar kelompok untuk menjaga keseimbangan.

3) Model Kelembagaan. Kelembagaan di sini adalah kelembagaan

pemerintah. Yang maksud dalam lembaga–lembaga pemerintah seperti

eksekutif (presiden, menteri–menteri dan depertrmrnnya), lembaga

legislatif (parlemen), lembaga yudikatif, pemerintah daerah dan lain–lain.

Page 23: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

Dalam model ini public policy dikuasai oleh lembaga–lembaga tersebut,

dan sudah barang tentu lembaga tersebut adalah satu–satunya yang dapat

memaksa serta melibatkan semua pihak. Perubahan dalam kelembagaan

pemerintah tidak berarti perubahan kebijakan.

4) Model proses. Model ini merupakan rangkaian kegiatan politik mulai dari

identifikasi masalah, perumusan usul pengesahan kebijakan, pelaksanaan

dan evaluasinya. Model ini akan memperhatikan bermacam–macam jenis

kegiatan pembuatan kebijakan pemerintah (public policy).

5) Model Rasialisme. Model ini bermaksud untuk mencapai tujuan secara

efisien, dengan demikian dalam model ini segala sesuatu dirancang dengan

tepat, untuk meningkatkan hasil bersihnya. Seluruh nilai diketahui seperti

dikalkulasi semua penorbanan politik dan ekonomi, serta menelusuri

semua pilihan dan apa saja konsekuensinya, perimbangan biaya dan

keuntungan (cost and benefit).

6) Model Inkrimentalisme. Model ini berpatokan pada kegiatan masa lalu

dengan sedikit perubahan. Dengan demikian hambatan seperti waktu,

biaya dan tenaga untuk memilih alternatif dapat dihilangkan. Dalam arti

model ini tidak banyak bersusah payah, tidak banyak berisiko, perubahan–

perubahannya tidak radikal tidak ada konflik meninggi kestabilan

terpelihara tetapi tidak berkembang (konsertatif) karena hanya menambah

dan mengurangi yang sudah ada.

7) Model Sistem. Model ini beranjak dari memprihatinkan desakan–desakan

lingkungan yang antara lain berisi tuntutan, dukungan, hambatan,

Page 24: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

tantangan, rintangan, gangguan, pujian, kebutuhan atau keperluan dan

lain–lain yang mempengaruhi public policy. Setelah diproses akan

mengeluarkan jawaban. Desakan lingkungan sebagaimana yang penulis

sampaiakn diatas, dianggap masukan (input) sedangkan jawabannya

dianggap keluaran (output), yang berisi keputusan–keputusan, peraturan-

peraturan, tindakan–tindakan, kebijaksanaan–kebijaksanaan.

2. Pemerintah Daerah

Istilah “pemerintah” ini pula yang oleh kebanyakan kalangan

mengedepankan dengan istilah governent (bahasa inggris) dan gouvernment

(bahasa Perancis) yang keduanya berasal dari perkataan latin gubermaculun,

yang artinya “ kemudi “. Istilah Pemerintah ini sering disinonimkan dengan

penguasa, kadang juga diartikan sama dengan ekeskutif, yakni pemegang atau

yang melaksanakan pemerintahan secara riil dan ada pula yang

mengistilahkan pemerintah dengan jawatan atau aparatur dalam susunan

pemerintah.

Dalam pengertian sederhana pemerintah merupakan upaya mengelola

kehidupan bersama secara baik dan benar guna mencapai tujuan yang

disepakati bersama. Untuk mencapai tujuan tadi pemerintah membutuhkan

instrumen berupa organisasi yang berfungsi merealisasikan semua konsesus

yang dimaksud. Dalam kegiatan itu pemerintah dapat ditinjau dari sejumlah

aspek penting seperti kegiatan (dinamika), struktur fungsional maupun tugas

dan kewenangannya. Kegiatan pemerintahan berkaitan dengan segala

aktivitas yang terorganisasi, bersumber pada kedaulatan dan berlandaskan

Page 25: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

pada dasar negara, mengenai rakyak dan negara, serta demi tujuan negara.

Struktur fungsional menyangkut pemerintahan sebagai sebagai seperangkat

fungsi negara yang satu sama lain berhubungan secara fungsional dan

melaksanakan fungsinya atas dasar tertentu demi tujuan negara. Sementara

tugas dan kewenangannya berhubungan dengan keseluruhan tugas dan

kewenangan negara yang dilakukan secara konkret oleh pemerintah.

Istilah Pemerintah Daerah menurut Bagirmanan sebagaimana yang

dikutip oleh Syarifudin, berasal dari kata dasar perintah yang mendapat

sisipan “ em “ yang berarti “ suatu system dalam menjalankan wewenang dan

kekuasaan untuk mengatur kehidupan social, ekonomi dan politik suatu

negara atau bagian–bagiannya, atau sekelompok orang yang secara bersama–

sama memikul tanggung jawab terbatas untuk memikull tanggung jawab

terbatas untuk menggunakan kekuasaan atau penguasa suatu negara”11

Menurut Bagir Manan dengan mengacu kepada beberapa pendapat para

sarjana, menjelaskan pula bahwa secara yuridis ada perbedaan yang sangat

nyata antara “ negara “ dan “ pemerintah “. Negara adalah sebuah badan

(body), sedangkan pemerintah adalah alat kelengkapan negara (organ).

Pemerintah sebagai alat kelengkapan negara dapat diberi pengertian luas atau

dalam arti sempit. Pemerintah dalam arti luas mencakup semua alat

kelengkapan negara yang pada pokoknya terdiri dari cabang–cabang

11 Arifin Tahir. Kebijakan Publik & Transparansi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

(Bandung : Alfabeta, 2014. ) hal. 117

Page 26: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif atau alat–alat kelengkapan

negara lain yang juga bertindak untuk dan atas nama negara.12

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

Tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa :

a. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang

kekuasaan Pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh

Wakil Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

b. Pemerintah Daerah adalah Penyelenggara urusan Pemerintahan oleh

Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya

dalam prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945.

c. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara

Peerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah otonom.

Dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan, khususnya

pemerintahan daerah terdapat asas-asas yang menjadi pedoman pelaksanaan

otonomi daerah. Tiga asas dalam pelaksanaan otonomi daerah, yakni sebagai

berikut :

12 Ibid, hal. 118

Page 27: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

a. Asas Desentralisasi adalah penyerahan urusan Pemerintah oleh

Pemerintah Pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi. Asas

otonomi adalah prinsip dasar penyelenggaraan pemerintahan daerah

berdasarkan otonomi daerah.

b. Asas Dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada gubernur sebagai

wakil pemerintah pusat, kepada instansi vertikal diwilayah tertentu,

dan/atau kepada gubernur dan bupati/wali kota sebagai penanggung jawab

urusan pemerintahan umum.

c. Asas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah

otonom untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah provinsi.

Semua negara pada hakikatnya memiliki keinginan untuk membentuk

pemerintahan yang kuat. Pemerintahan yang kuat tidaklah sekedar diukur dari

kekuatan militer yang banyak dan terlatih, tetapi lebih dari itu seberapa besar

akseptabilitas masyarakat dalam menyokong penyelenggaraan pemerintahan

itu sendiri. Hal ini hanya dapat tercipta apabila pemerintahan dapat

memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Terkait dengan itu, maka

pemerintah menggunakan perangkat birokrasi dari puncak kekuasaan (pusat)

hingga level terendah (daerah).

Untuk mengemban tugas negara tersebut, menurut Ndraha, pemerintah

memilki dua fungsi dasar, yaitu fungsi primer atau fungsi pelayanan, dan

fungsi sekunder atau fungsi pemberdayaan. Fungsi primer, yaitu fungsi

Page 28: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

pemerintah sebagai provider jasa-jasa publik yang tidak dapat

diprivatisasikan termasuk jasa hankam, layanan sipil, dan layanan birokrasi.

Sementara fungsi sekunder sebagai provider kebutuhan dan tuntutan yang

diperintah akan barang dan jasa yang tidak dapat dipenuhi sendiri karena

masih lemah dan tak berdaya (powerless) termasuk penyediaan dan

pembangunan sarana dan prasarana.13

Fungsi primer secara terus-menerus berjalan dan berhubungan positif

dengan keberdayaan yang diperintah. Artiya semakin berdaya masyarakat

semakin meningkat pula fungsi primer pemerintah. Sebaliknya, fungsi

sekunder berhubungan negatif dengan tingkat keberdayaan yang diperintah.

Maknanya semakin berdaya masyarakat semakin berkurang fungsi sekunder

pemerintah dari rowing (pengaturan) ke steering (pengendalian). Fungsi

sekunder secara perlahan-lahan dapat diserahkan pada masyarakat untuk

dipenuhi sendiri. Pemerintah berkewajiban secara terus-menerus berupaya

memberdayakan masyarakat agar meningkatkan keberdayaannya sehingga

pada gilirannya sendiri atau memenuhi kebutuhannya secara mandiri terlepas

dari campur tangan pemerintah. 14

Tujuan utama dibentuknya pemerintahan adalah untuk menjaga suatu

sistem ketertiban di dalam mana masyarakat bisa menjalani kehidupannya

secara wajar. pemerintahan modern dengan kata lain, pada hakekatnya adalah

pelayanan kepada masyarakat. pemerintahan tidaklah diadakan untuk

13 Labolo Muhadam. Memahami Ilmu Pemerintahan. (Jakarta : Raja Grafindo Persada,

2014), hlm. 37 14 Ibid., hal. 38

Page 29: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat, menciptakan

kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan

kemampuan dan kreativitasnya demi mencapai kemajuan bersama.15

Secara umum, tugas-tugas pokok pemerintahan mencakup tujuh bidang

pelayanan : pertama, menjamin keamanan negara dari segala kemungkinan

serangan dari luar, dan menjaga agar tidak terjadi pemberontakan dari dalam

yang dapat menggulingkan pemerintahan yang sah melalui cara-cara

kekerasan. Kedua, memelihara ketertiban dengan mencegah terjadinya

gontok-gontokan di antara warga masyarakat agar perubahan apapun yang

terjadi di dalam masyarakat dapat berlangsung secara damai. Ketiga,

menjamin diterapkannya perlakuan yang adil kepada setiap warga

masyarakat tanpa membedakan status apapun yang melatarbelakangi

keberadaan mereka. jaminan keadilan ini terutama harus tercermin melalui

keputusan-keputusan pengadilan, di mana kebenaran diupayakan

pembuktiannya secara maksimal, dan di mana konstitusi dan hukum yang

berlaku dapat ditafsirkan dan diterapkan secara adil dan tidak memihak, serta

di mana perselisihan bisa didamaikan.

Keempat, melaukan pekerjaan umum dan memberi pelayanan dalam

bidang-bidang yang tidak mungkin dikerjakan oleh lembaga non-pemerintah,

atau atau yang akan lebih baik jika dikerjakan oleh pemerintah. ini antara lain

mencakup pembangunan jalan, penyediaan fasilitas pendidikan yang

15 Ibid., hal. 38

Page 30: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

terjangkau oleh mereka yang berpendapatan rendah, pelayanan pos dan

pemcegahan penyakit menular.

Kelima, melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kesejahteraan

sosial, membantu orang miskin dan memelihara orang-orang cacat, jompo

dan anak-anak terlantar, menampung serta menyalurkan para gelandangan ke

sektor kegiatan yang produktif, dan semacamnya. Keenam, menerapkan

kebijakan ekonomi yang menguntungkan masyarakat luas, seperti

mengendalikan laju inflasi, mendorong penciptaan lapangan kerja baru,

memajukan perdangangan domestik dan antar bangsa, serta kebijakan lain

yang secara langsung menjamin penigkatan ketahanan ekonomi negara dan

masyarakat. Ketujuh, menerapkan kebijakan untuk pemeliharaan sumberdaya

alam dan lingkungan hidup, pemerintah juga berkewajiban mendorong

kegiatan penelitian dan pengembangan untuk pemanfaatan sumber daya alam

yang mengutamakan keseimbangan antara exploitasi dan reservasi.

Tujuh bidang yang terekam di atas menggambarkan adanya jangkaun

tugas yang luas dan kompleks, dengan tanggung jawab yang sangat berat,

terpikul di atas pundak setiap pemerintahan. untuk mengemban semua beban

itu, selain diperlukan konstitusi, hukum, etika dan lembaga-lembaga yang

canggih, juga dibutuhkan dukungan aparatur yang tangguh dan kualifaid.

Untuk yang terakhir ini, secara mendasar seyogianya pembinaan terhadap

mereka ditujukan pada upaya memahami misi, fungsi, dan tugas pokok

pemerintahan. Pada saat yang sama setiap aparatur sejak awal rekrutmennya

Page 31: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

perlu menjernihkan motivasi dibalik keputusannya untuk masuk ke bidang

pemerintahan.

Para aparatur pemerintahan, pada tingkat tertentu, harus menjadikan

semangat untuk melayani kepentingan umum sebagai dasar dari motivasi

mereka memilih karier di bidang pemerintahan. Seseorang yang masuk

bekerja kelapangan pemerintahan dengan motivasi untuk menjadi orang kaya,

pemerintah bahkan bukan lapangan pekerjaan yang menjanjikan kesenangan

hidup material yang berlebihan bagi para aparatur, karena komitmen

pengabdian dan pelayanan yang diharapkan dari mereka justru adalah

bagaimana memberi kesenangan kepada orang banyak.

Pemahaman tentang misi pemerintahan untuk memelihara ketertiban

dan mengusahakan tegaknya keadilan akan secara langsung menjadikan

pelayanan sebagai fungsinya yang utama. Tetapi, pelayanan yang baik,

melalui kemampuan optimal untuk melaksakan tugas pokok yang

dikemukakan di atas, hanya mungkin terwujud jika pemerintahan memiliki

power yang cukup. Disini, pemerintahan yang kuat jelas diperlukan, dengan

catatan bahwa kekuatan itu untuk mengutamakan pelayanan dan

perlindungan kepada kelompok-kelompok masyarakat yang paling lemah

posisinya dalam masyarakat, baik secara sosial ekonomi, budaya, maupun

politik.

3. Penanggulangan Gizi Buruk

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23

Tahun 2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi. Bahwa peningkatan derajat

Page 32: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

kesehatan masyarakat perlu dilakukan upaya perbaikan gizi perorangan dan

gizi masyarakat pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam kandungan

sampai dengan lanjut usia dengan prioritas kepada kelompok rawan gizi. Gizi

buruk adalah satu kondisi dimana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi,

atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata.

Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Selain

akibat kurang konsumsi jenis makanan bernutrisi seimbang, gizi buruk pada

anak juga bisa disebabkan oleh penyakit-penyakit tertentu yang

menyebabkan gangguan pencernaan atau gangguan penyerapan zat makanan

yang penting untuk tubuh. Status gizi anak sangat berpengaruh terhadap

proses tumbuh kembang nya.

Pada anak yang memiliki status gizi buruk biasanya akan terganggu nya

pertumbuhan tubuh secara fisik contohnya anak akan beresiko tumbuh kecil

(kerdil). Kemudian dalam perkembangan mental anak beresiko mengalami

gangguan kontrol emosi dan perasaan. Disekolah anak tersebut akan sulit

mengikuti pelajaran dan sulit untuk berkonsentrasi.Upaya penanggulangn

Gizi buruk dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pencegahan dan

penanganan. Pencegahan yang dimaksudkan seperti adanya Sistem

Kewaspadaan Pangan dan Gizi. SKPG adalah sistem informasi yang dapat

digunakan sebagai alat bagi pemerintah daerah untuk mengetahui situasi

pangan dan gizi masyarakat. Sedangkan Penanganan gizi buruk dimulai dari

tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dan pelayanan kesehatan.

Page 33: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan :16

Implementasi kebijakan sesungguhnya bukan sekedar berhubungan

dengan penerjemahan pernyataan kebijakan (policy statement) kedalam aksi

kebijakan (policy action). Dalam Aktifitas implementasi terdapat berbagai

faktor-faktor yang akan mempengaruhi terlaksananya kegiatan atau kebijakan

tersebut. Model implementasi kebijakan menurut pandangan Edwards III,

dipengaruhi empat variabel, yakni ; (1) komunikasi, (2) sumberdaya, (3)

disposisi dan kemudian (4) struktur birokrasi. Keempat variabel tersebut juga

saling berhubungan satu sama lain.

1) Komunikasi. Implemetasi kebijakan publik agar dapat mencapai

keberhasilan, mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus

dilakukan secara jelas. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan

harus diinformasikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga

akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila penyampaian tujuan dan

sasaran suatu kebijakan tidak jelas, tidak memberikan pemahaman atau

bahkan tujuan dan sasaran kebijakan tidak diketahui sama sekali oleh

kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi suatu penolakan atau

resistensi dari kelompok sasaran yang bersangkutan. Oleh karena itu

diperlukan adanya tiga hal, yaitu; (1) penyaluran (transmisi) yang baik

akan menghasilkan implementasi yang baik pula (kejelasan); (2) adanya

kejelasan yang diterima oleh pelaksana kebijakan sehingga tidak

16 Edwards III, George C. Implementing Publik Policy. (Congresinal, Quartely press, 2010),

hlm 65.

Page 34: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

membingungkan dalam pelaksanaan kebijakan, dan (3) adanya konsistensi

yang diberikan dalam pelaksanaan kebijakan. Jika yang dikomunikasikan

berubah-ubah akan membingungkan dalam pelaksanaan kebijakan yang

bersangkutan. 17

2) Sumber daya. Dalam implementasi kebijakan harus ditunjang oleh sumber

daya baik sumberdaya manusia, materi dan metoda. Sasaran, tujuan dan

isi kebijakan walaupun sudah dikomunikasikan secara jelas dan konsisten,

tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk melaksanakan,

implementasi tidak akan berjalan efektif dan efisien. Tanpa sumber daya,

kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja tidak diwujudkan

untuk memberikan pemecahan masalah yang ada di masyarakat dan upaya

memberikan pelayan pada masyarakat. Selanjutnya sumber daya tersebut

dapat berwujud sumber daya manusia, yakni kompetensi implementor dan

sumberdaya finansial. 18

3) Disposisi. Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh

implementor, seperti komitmen, kejujuran, sifat demokratis. Apabila

implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan menjalankan

kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat

kebijakan. Implementasi kebijakan apabila memiliki sikap atau perspektif

yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasinya

menjadi tidak efektif dan efisien.

17 Ibid, hlm. 65 18 Ibid, hlm. 66

Page 35: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

4) Struktur birokrasi. Organisasi, menyediakan peta sederhana untuk

menunjukkan secara umum kegiatan-kegiatannya dan jarak dari puncak

menunjukkan status relatifnya. Garis-garis antara berbagai posisi-posisi itu

dibingkai untuk menunjukkan interaksi formal yang diterapkan.

Kebanyakan peta organisasi bersifat hirarki yang menentukan hubungan

antara atasan dan bawahan dan hubungan secara diagonal langsung

organisasi melalui lima hal harus tergambar, yaitu; (1) jenjang hirarki

jabatan-jabatan manajerial yang jelas sehingga terlihat “Siapa yang

bertanggungjawab kepada siapa?”; (2) pelembagaan berbagai jenis

kegiatan oprasional sehingga nyata jawaban terhadap pertanyaan “Siapa

yang melakukan apa?”; (3) Berbagai saluran komunikasi yang terdapat

dalam organisasi sebagai jawaban terhadap pertanyaan “Siapa yang

berhubungan dengan siapa dan untuk kepentingan apa?”; (4) jaringan

informasi yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, baik yang

sifatnya institusional maupun individual; (5) hubungan antara satu satuan

kerja dengan berbagai satuan kerja yang lain. Dalam implementasi

kebijakan, struktur organisasi mempunyai peranan yang penting. Salah

satu dari aspek struktur organisasi adalah adanya prosedur operasi yang

standar (standard operating procedures/SOP). Fungsi dari SOP menjadi

pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Struktur organisasi

yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan

menimbulkan red-tape, yakni birokrasi yang rumit dan kompleks. Hal

Page 36: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

demikian pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak

fleksibel.19

F. TINJAUAN PUSTAKA

Pertama penelitian yang di lakukan oleh Yunita San Roja, Penelitian

ini dilakukan dengan tujuan mengetahui dan mengambarkan fungsi dan

peran Pemerintah Daerah dalam penanggulangan gizi buruk di Kabupaten

Sikka, serta untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi hambatan dan

tantangan Pemerintah Daerah Kabupaten Sikka dalam penanggulangan

gizi buruk. Tipe penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian kualitatif

dengan model pengsmbilsn data action research yang menjelaskan

langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk dalam penanggulangan

gizi buruk di Kabupetn sikka. Pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara analisis data, wawancara, dan observasi lapangan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kebijakan Pemerintah Daerah dalam penanggulangan

kasus gizi buruk di Kabupaten sikka belum optimal. Hal ini disebabkan

kurangnya regulasi yang jelas dari pemerintih Daerah, infrastruktur

kesehatan yang belum memadai dan kualitas SDM masyarakat Kabupaten

Sikka.20

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Maisyaroh (2016), dimana

hasil penelitian menunjukan bahwa kejadian gizi buruk akan

menyebabkan balita mengalami gangguan pertumbuhan dan

19 Ibid, hlm. 66 20 Yunita San Roja, Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Kasus Gizi Buruk

Di Kabupaten Sikka Provinsi Nusa Tenggara Timur. Skripsi. Program Studi Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar 2017

Page 37: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

perkembanganotak sehingga akan menurunkan intelektual dan

produktifitas. Penanggulangan memerlukan pendekatan yang menteluruh

yang meliputi penyembuhan dan pemulihan rawat inap dan rawat jalan

kejadian gizi buruk di Puskesmas Sugai Limau Tahun 2010 sebanyak 11

orang, dua diantaranya meninggal, dan pada tahun 2011 sebanyak 9 orang

1 diantaranya masih mengalami gizi buruk sampai tahun 2012. Tujuan

penelitin ini adalah mengetahui implementasi penanggulangan gizi buruk

diwilayah kerja puskesmas Sugai Limau. Metode penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif, pengumpulan datanya di dapat

dengan menggunakan teknik indepth interview terhadap 13 informan,

hasil dapat disimpulkan bahwa implementasi penanggulangan gizi buruk

belum maksimal. Diserahkan ke pemerintah kecematan dan puskesmas

perlunya koordinasi dan kerja sama semua lintas sektor dalam melengkapi

tenaga, dana, sarana dan prasarana serta keterlibatan dalam kegiatan

implementasi penanggulangan gizi buruk.21

21 Maisyaroh (2016), Implementasi Penanggulangan Gizi Buruk Di Wilayah Kerja

Puskesmas Sungai Limau Kabupaten Padang Pariaman, Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas,

ISSN : 1978 - 3833

Page 38: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Penelitian

Penelitian ini terfokus di Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin.

Penelitian ini direncanakan pada bulan Juni-Juli 2019

B. Pendekatan Penelitian

Dalam upaya mencari dan mengumpulkan data yang akurat, penelitian

yang penulis lakukan bersifat kualitatif. Peneliti kualitatif adalah peneliti yang

bermaksud untuk menggambarkan dan memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan

lain-lain. Secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai

metode ilmiah.22

Pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis dan

empiris bertujuan untuk memahami secara mendalam mengenai kebijakan

pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi buruk

di Kabupaten Merangin.

22Lexi J. Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2005), Ed. Revisi. hlm.6

Page 39: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sumbernya dialapangan.23 Karena penelitian ini peneliti kualitatif dimana

peneliti merupakan instrumen penelitian maka data primer pada penelitian

ini diperoleh dengan cara observasi dan wawancara. Dalam hal ini peneliti

mencari dan mengumpulkan data yang berkenaan dan langsung berkaitan

dengan pokok permasalahan dalam penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber lain

sebagai pendukung data primer yang dipandang berkaitan dengan pokok

kajian yang diteliti. Data sekunder bersumber dari dokumen-dokumen,

baik berupa dokumen-dokumen resmi maupun bahan perpustakaan

lainnya.24 Walaupun data tersebut diperoleh dari orang lain atau dokumen

lain tetapi data tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pendukung sumber

data utama.

2. Sumber Data

Sumber data berupa responden dan informan dikatakan juga sebagai

sumber dat berupa orang (person). Sumber data peristiwa-peristiwa atau

23Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah, (Jambi: Syariah Press 2014),

hlm. 178 24 Ibid., hlm. 179

25

Page 40: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

kejadian selama observasi berlangsung dikatakan juga sebagai sumber data

berupa tempat (palce). Sedangkan sumber data berupa dokumen-dokumen

atau berupa literatur-literatur pustaka dikatakan juga sebagai sumber data

berupa huruf, angka, gambar dan simbol-simbol.25

Jadi sumber data yang diambil oleh peneliti adalah manusia dan materi.

Adapun sumber data yang meliputi manusia antara lain : Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Merangin, data jumlah kasus gizi buruk dan data-data

lain yang berhubungan dalam penelitian ini.

D. Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengawasan,

peninjauan, penyelidikan riset. Observasi berasal dari bahasa latin yang

berarti “melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada

kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan

mempertimbangkan hubungan, antar aspek dalam fenomena tersebut.26

Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data

suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-chescking

atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh

25 Ibid., hlm. 36 26 Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara (Jatim: Bayumedia

Publishing, 2004), hlm. 1

Page 41: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

sebelumnya. Observasi disini diartikan sebagai kegiatan mengamati secara

langsung upaya penanggulangan gizi buruk di Kabupaten Merangin.

2. Dokumentasi

Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan metode dokumentasi

atau kepustakaan untuk memperkuat kebenaran data yang akan di analisis.

Metode dokumentasi adalah pengumpulan data melalui data peninggalan

tertulis seperti arsip, dan termasuk buku-buku tentang pendapat, teori, dan lai-

lain yang berhubungan dengan penelitian.27

Penggunaan metode dokumentasi ini sangat berguna untuk

mendapatkan data catatan gambaran yang ada kaitannya dengan penelitian

ini.

3. Wawancara

Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya

menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Pokok-pokok yang menjadi dasar pertanyaan diatur sangat terstruktur.

Wawancara ini bertujuan untuk mencari jawaban terhadap hipotesis kerja.

Sedangkan wawancara tidak terstruktur pertanyaan tidak disusun

terlebih dahulu. Wawancara ini menemukan informasi yang bukan baku atau

informasi tunggal. Responden biasanya terdiri atas mereka yang terpilih saja

karena sifat-sifatnya yang khas. Biasanya mereka memiliki pengetahuan dan

27 Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, at. 4 (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), hlm. 102

Page 42: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

mendalami situasi, dan mereka lebih mengetahui informasi yang

dibutuhkan.28

Metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh data atau

informasi langsung melalui tanya jawab. Peneliti melakukan wawancara ini

dengan Kepala Dinas dan Pegawai pada Dinas Kesehatan Kabupaten

Merangin yang mengetahui tentang penanggulangan gizi buruk di Kabupaten

Merangin.

E. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, data yang diperoleh dari berbagai sumber

dengan mengunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan

dilakukan secara berkala atau terus menerus. Tenik analisis data penelitian

menjelaskan tentang alat-alat analisis, perspektif dan model analisis.29

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapangan maka hasil

penelitian akan penulis analisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Analisis

ini akan penulis lakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Analisis Domain

Analisis domain pada umumnya digunakan untuk memperoleh

gambaran yang umum dn menyeluruh dari objek/penelitian ataupun situasi

sosial. Data ini diperoleh dari grandtour dan minitour, hasilnya berupa

gambaran umum tentang objek yang diteliti, yang sebelumnya belum pernah

diketahui. Dalam analisis ini data yang diperoleh belum mendalam, namun

28 Ibid., hlm. 192 29 Sayuti Una, Pedoman Penulisan Skripsi, Cet 1 (Jambi: Fakultas Syariah IAIN STS Jambi

dan Syariah Press, 2012), hlm. 68

Page 43: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

sudah menemukan domain-domain atau kategori dari situasi sosial yang

diteliti.30 Analisis domain ini peneliti gunakan untuk menganalisis data yang

diperoleh dari lapangan penelitian secara garis besarnya mengenai kondisi

di lapangan, yaitu kebijakan pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan

dalam penanggulangan gizi buruk di Kabupaten Merangin.

2. Analisis Taksonomi

Setelah peneliti melakukan analisis domain, dan menemukan domain-

domain atau kategori dari situasi sosial tertentu maka selanjutnya ditetapkan

sebagai fokus penelitian, perlu diperdalam lagi melalui pengumpulan data

di lapangan. Oleh karena itu pada tahap ini diperlukan analisis lagi yang

disebut taksonomi.31

3. Analisis Komponensial

Pada analisis komponensial, yang dicarai untuk diorganisasikan

dalam domain bukanlah keserupaan dalam domain, tetapi justru yang

memiliki perbedaan atau kontras. Data ini diperoleh melalui observasi,

wawancara dan dokumentasi yang terseleksi.32 Analisis komponensial ini

digunakan untuk menjawab permasalahan dan kelemahan kebijakan

pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi

buruk di Kabupaten Merangin.

F. Sistematika Penulisan

30 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, R dan D, (Alfabeta, Bandung, 2013)

hlm. 349 31 Ibid., hlm. 356 32 Ibid., hlm. 360

Page 44: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

Untuk lebih memudahkan penulis dan menyusun pemahaman tentang

sekripsi agar berjalan dengan apa yang telah penulis tentukan sebelumnya, maka

ditentukan susunan dan sitematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Rumusan

Masalah, Batasan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Kerangka Teori,

Tinjauan Pustaka.

Bab II Metode Penelitian, yang terdiri dari : Tempat dan Waktu penelitian,

Pendekatan Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Instrumen Pengumpulan Data,

Teknik Analisis Data, Tenik Pemilihan Informan, Sistematika Penulisan dan

Jadwal Penelitian.

Bab III Gambaran Umum Lokasi Penelitian, yang Terdiri dari : Sejarah dan

Geografis Kabupaten Merangin, Gambaran Umum Dinas Kesehatan, Struktur

Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin.

Bab IV Temuan Lapangan dan Pembahasan, terdiri dari: kebijakan pemerintah

daerah melalui Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi buruk di Kabupaten

Merangin, dan hambatan Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi buruk

Kabupaten Merangin.

Bab V Penutup, yang terdiri dari: Kesimpulan, Saran dan Kata Penutup.

Page 45: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah dan Geografis Kabupaten Merangin

Kabupaten Merangin terbentuk dari pemekaran Kabupaten Sarolangun

Bangko menjadi Wilayah Kabupaten Merangin. Terbentuknya Kabupaten

Merangin adalah berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 54 Tahun

1999 tanggal 4 Oktober 1999 Tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun,

Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung

Timur. Dalam hal ini Kabupaten Merangin sebagai kabupaten induk tetap

dengan Ibukota Pemerintahan di Kota Bangko, yang dulunya juga merupakan

ibukota Kabupaten Sarolangun Bangko sebelum dimekarkan.

Kabupaten Merangin merupakan salah satu Kabupaten dari 11 (sebelas)

Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Jambi. Wilayah Kabupaten Merangin

berada di bagian barat Provinsi Jambi dan secara geografis terletak antara 101,

32, 11 - 102, 50, 00 bujur timur dan 1, 28, 23 - 1, 52, 00 bujur selatan. Kabupaten

Merangin memiliki luas wilayah7.679 km2 atau 745,130 Ha yang terdiri dari

4.607 km2 berupa dataran rendah dan 3.027 km2 berupa dataran tinggi, dengan

ketinggian berkisar 46-1.206 m dari permukaan air laut dengan batas wilayah

meliputi

Page 46: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

- Sebelah Timur : Kabupaten Sarolangun

- Sebelah Barat : Kabupaten Kerinci

- Sebelah Utara : Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tebo

- Sebelah Selatan : Kabupaten Rejang Lebong (Provinsi Bengkulu)

Kondisi topografis wilayah Kabupaten Merangin secara umum dibagi

dalam 3 (tiga) bagian, yaitu dataran rendah, dataran sedang dan dataran tinggi.

Ketinggian berkisar antara 10-1.206 m dpl dengan bentang alam rata-rata

bergelombang. Pada dataran rendah terletak pada ketinggian 0-100 m dpl dengan

luasan 42.77 persen luas kabupaten. Wilayah dataran sedang yang terletak antara

100-500 m dpl seluas 32.53 persen luas kabupaten, sedangkan dataran tinggi

yang terletak lebih dari 500 m dpl seluas 14.5 persen dari luas Kabupaten

Merangin meliputi Kecamatan Jangkat, Muara Siau, Lembah Masurai, Sungai

Manau dan sebagian Tabir Ulu. Dataran rendah meliputi Kecamatan Bangko,

Pamenang, Tabir, Tabir Selatan dan sebagaian Tabir ulu.

Wilayah Kabupaten Merangin pada saat ini terdiri atas 24 Kecamatan, 203

Desa dan 10 Kelurahan dengan rincian :

1. Kecamatan Jangkat terdiri dari 12 Desa

2. Kecamatan Sungai Tenang terdiri dari 12 Desa

3. Kecamatan Muara Siau terdiri dari 17 Desa

4. Kecamatan Lembah Masurai terdiri dari 15 Desa

5. Kecamatan Tiang Pungpung terdiri dari 6 Desa

6. Kecamatan Pamenang terdiri dari 13 Desa dan 1 Kelurahan

7. Kecamatan Pamenang Barat terdiri dari 8 Desa

32

Page 47: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

8. Kecamatan Renah Pamenang terdiri dari 4 Desa

9. Kecamatan Pamenang Selatan terdiri dari 4 Desa

10. Kecamatan Bangko terdiri dari 4 Desa dan 4 Kelurahan

11. Kecamatan Bangko Barat terdiri dari 6 Desa

12. Kecamatan Nalo Tantan terdiri dari 7 Desa

13. Kecamatan Batang Mesumai terdiri dari 10 Desa

14. Kecamatan Sungai Manau terdiri dari 10 Desa

15. Kecamatan Renah Pembarap terdiri dari 12 Desa

16. Kecamatan Pangkalan Jambu terdiri dari 8 Desa

17. Kecamatan Tabir terdiri dari 6 Desa dan 5 Kelurahan

18. Kecamatan Tabir Ulu terdiri dari 6 Desa

19. Kecamatan Tabir Selatan terdiri dari 7 Desa

20. Kecamatan Tabir Ilir terdiri dari 7 Desa

21. Kecamatan Tabir Timur terdiri dari 4 Desa

22. Kecamatan Tabir Lintas terdiri dari 5 Desa

23. Kecamatan Margo Tabir terdiri dari 6 Desa

24. Kecamatan Tabir Barat terdiri dari 14 Desa33

B. Gambaran Umum Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin

Dinas Kesehatan Merangin sebagai salah satu Organisasi Pemerintah

Daerah (OPD) merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten Merangin

yang mempunyai tugas pokok merumuskan kebijaksanaan teknis dan

operasional kegiatan di bidang pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan

33 Merangin Dalam Angka 2018, BPS Kabupaten Merangin

Page 48: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

kesehatan, penanggulangan penyakit dan penyehatan lingkungan, fasilitasi dan

pembinaan kesehatan masyarakat, pengawasan dan pengendalian kesehatan

serta melaksanakan ketatausahaan dinas.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Dinas Kesehatan

mempunyai fungsi :

a. Perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan operasional dibidang

kesehataan masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan

kesehatan, kefarmasian, sarana dan prasarana dan sumber daya kesehatan;

b. Pelaksanaan kebijakan dibidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan

pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, kefarmasian, sarana dan

prasarana dan sumber daya kesehatan;

c. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan

administrasi kepada seluruh unsur organisasi dilingkungan Dinas Kesehatan;

d. Pengelolaan barang milik daerah yang menjadi tanggungjawab Dinas

Kesehatan;

e. Pelaksanaan pengendalian dan evaluasi dan pelaporan terhadap pelaksanaan

program dan kegiatan dibidang kesehatan dan

f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan

fungsinya. 34

C. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin

Visi adalah pandangan jauh tentang suatu instansi ataupun lembaga dan

lain-lain, visi juga dapat di artikan sebagai tujuan perusahaan atau lembaga dan

34 Dokumen Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin 2018-2023

Page 49: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuannya tersebut pada masa yang

akan datang atau masa depan.

Adapun visi Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin yaitu:

“Masyarakat Merangin Yang Sehat, Mandiri, Merata dan

Berkeadilan”

Untuk mewujudkan visi tersebut, maka Dinas Kesehatan Kabupaten

Merangin menetapkan misi yaitu:

1. Melaksanakan Tata Kelola Perencanaan, Keuangan, Kepegawaian dan Aset

Kesehatan yang efektif, efisien dan akuntabel

2. Menyelenggarakan Upaya pencegahan dan Pemberantasan Penyakit,

Penganggulangan Bencana serta Penyehatan Lingkungan

3. Menyelenggarakan Upaya Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan,

Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat yang berkualitas serta

menyiapkan sistem Informasi Kesehatan Terintegrasi

4. Meningkatkan Upaya Pelayanan dan Perlindungan Kesehatan Keluarga,

Kesehatan Reproduksi, Kesehatan Institusi dan Perbaikan Gizi Masyarakat

5. Meningkatkan Kualitas dan kuantitas Sarana Kesehatan, Kepersetaan

Jaminan kesehatan, Kefarmasian serta Pengawasan Makanan dan Minuman

6. Meningkatkan Kuantitas dan Kompetensi serta Pemerataan Sumber Daya

Manusia Kesehatan35

D. Struktur Dinas Kesehatan Kabupaten Merangin

35 Ibid.

Page 50: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

Dalam setiap lembaga atau organisasi mempunyai struktur organisasi di

mana terdapat satuan yang masing-masing satuan atau unit mempunyai tugas

yang berbeda-beda. Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan

antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan

dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di

harapakan dan di inginkan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas

pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana

hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik

harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa, jadi ada

satu pertanggung jawaban apa yang akan di kerjakan.

Adapun struktur organisasi yang terdapat pada dinas Kesehatan Kabupaten

Merangin mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Merangin Nomor 10

Tahun 2016 sebagaimana yang tertera pada bagan di bawah ini.

Page 51: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,
Page 52: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

Gambar 1. Struktur Organisasi

Kepala Dinas

dr. H. Solahuddin

Sekretaris Dinas

H. Abdaif, S.KM.,MKM

Subbag Prog dan Keu

Haris N.

Subbag Umum dan Aset

Afdal, SE.

Subbag Kepegawaian

Khoiriyah, S.Farm.

Kabid Kesmas

Sub Bid Kesga & Gizi

Sub Bid Promkes & PM

Sub Bid Kesling & K3

Kabid P2P

Sub Bid Surveilas &Imu

Sub Bid Pencegahan &P2M

Sub Bid Pencegahan &PTM

Kabid Pelkes

Sub Bid Pelkes Primer

Sub Bid Fasyankes

Sub Bid Pel Rujukan

Kabid SDM

Sub Bid Farmasi & Alkes

Sub Bid SDM Kesehatan

Sub Bid Sim Kesehatan

Unit Pelaksana Teknis Kepala Labkesda Kepala Puskesmas

Page 53: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

E. Uraian Tugas dan Fungsi

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan daerah dan tugas pembantuan dibidang kesehatan.

36

2. Sekretaris

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Tebo mempunyai tugas

melaksanakan koordinasi, pelaksanaan dan pemberi dukungan administrasi

kepada seluruh unsur organisasi dilingkungan Dinas Kesehatan.

Untuk melaksanakan tugasnya Sekretaris menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan perumusan kebijakan operasional tugas administrasi

dilingkungan Dinas Kesehatan;

b. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dan pemberian dukungan

administrasi kepada seluruh unsur organisasi dilingkungan Dinas

Kesehatan;

c. Pemantauan evaluasi dan pelaporan tugas administrasi dilingkungan Dinas

Kesehatan ;

d. Pengelolaan asset yang menjadi tanggungjawab Dinas Kesehatan dan

e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya. 37

36 Ibid. 37 Ibid.

Page 54: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

3. Bidang Kesehatan Masyarakat

Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas membantu Kepala

Dinas dalam melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan

operasional dibidang kesehatan masyarakat.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Bidang Kesehatan Masyarakat

menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana program, perumusan kebijakan dan kegiatan

operasional dibidang kesehatan keluarga, gizi masyarakat, promosi

kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan

kerja dan olahraga;

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional dibidang kesehatan

keluarga, gizi masyarakat, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat,

kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga;

c. Pengkoordinasian pelaksanaan program dan kegiatan bidang kesehatan

keluarag, gizi masyarakat, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat,

kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga;

d. Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi dibidang kesehtaan keluarga,

gizi masyarakat, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kesehatan

lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga;

e. Pemantauan evaluasi dan pelaporan dibidang kesehatan keluarga, gizi

masyarakat, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kesehatan

lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga;

Page 55: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya. 38

4. Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas

melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional dibidang

surveilans dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular

dan pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bidang Pencegahan dan

Pengendalian Penyakit menyelenggarakan fungsi :

a. Penyusunan rencana program kegiatan operasional dibidang surveilans

dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular,

pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa;

b. Penyiapan perumusan kebijakan operasional dibidang surveilans dan

imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, pencegahan

dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa;

c. Penyiapan pelaksanaan kebjakan operasional dibidang surveilans dan

imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, pencegahan

dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa;

d. Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi dibidang surveilans dan

imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, pencegahan

dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa;

38 Ibid.

Page 56: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

e. Pemantauan evaluasi dan pelaporan dibidang surveilans dan imunisasi,

pencegahan dan pengendalian penyakit menular, pencegahan dan

pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa;

f. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya. 39

5. Bidang Pelayanan Kesehatan

Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan operasional dibidang pelayanan

kesehatan primer dan jaminan kesehatan, pelayanan kesehatan rujukan serta

peningkatan mutunya dan pelayanan kesehatan tradisional.

Untuk melaksanakan tugas tersebut, Bidang Pelayanan Kesehatan

menyelenggarakan fungsi :

a. Penyiapan perumusan kebijakan operasional dibidang pelayanan

kesehatan primer dan jaminan kesehatan, pelayanan kesehatan rujukan

termasuk peningkatan mutunya dan pelayanan kesehatan tradisional;

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan operasional dibidang pelayanan

kesehatan primer dan jaminan kesehatan, pelayanan kesehatan rujukan

termasuk peningkatan mutunya dan pelayanan kesehatan tradisional;

c. Penyiapan bimbingan teknis dan supervisi dibidang pelayanan kesehatan

primer dan jaminan kesehatan, pelayanan kesehatan rujukan termasuk

peningkatan mutunya dan pelayanan kesehatan tradisional;

39 Ibid.

Page 57: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

d. Pemantauan evaluasi dan pelaporan dibidang pelayanan kesehatan primer

dan jaminan kesehatan, pelayanan kesehatan rujukan termasuk

peningkatan mutunya dan pelayanan kesehatan tradisional;

e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas

dan fungsinya. 40

6. Bidang Sumber Daya Kesehatan

Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan

upaya sumber daya kesehatan.

Untuk melaksanakan tugasnya, Bidang Sumber Daya Kesehatan

menyelenggarakan fungsi :

a. Menyiapkan perumusan kebijakan operasional dibidang sumber daya

kesehatan;

b. Menyiapkan pelaksanaan kebijakan operasional dibidang sumber daya

kesehatan;

c. Pelaksanaan koordinasi lintas program dan sektor dibidang sumber daya

kesehatan;

d. Menyiapkan bimbingan teknis dan supervisi dibidang sumber daya

kesehatan;

e. Pemantauan evaluasi dan pelaporan dibidang sumber daya kesehatan;

f. Pelaksanaan fungsi lain yang dberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan

fungsinya. 41

40 Ibid. 41 Ibid.

Page 58: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

BAB IV

TEMUAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

A. Hambatan Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi buruk Kabupaten

Merangin.

Peran Pemerintah Daerah untuk mengatasi permasalahan gizi buruk yang

ada dimasyarakat, tentunya tidak terlepas dari berbagai hambatan dan tantangan.

Hambatan dan tantangan yang terjadi tidak hanya semata-mata diukur dan dinilai

dari masyarakat dengan berbagai latar belakang pendidikan dan pemahaman

yang berbeda. Perlu juga dilihat sudah sejauh mana kinerja Pemerintah Daerah

dalam mengimplementasikan berbagai Kebijakan yang telah dibuat.

1. Regulasi pemerintah daerah yang belum optimal dijalankan ke masyarakat

Regulasi adalah suatu cara untuk mengendalikan masyarakat dengan

aturan tertentu. Dengan regulasi Pemerintah Daerah mempunyai

kewenangannya mengatur dan mengarahkan masyarakat, sehingga upaya

penanggulagan gizi buruk di Kabupaten Merangin dapat berjalan dengan

baik. Dalam rangka memperbaiki kualitas hidup masyarakat, termasuk

kampanye pentingnya pola hidup bersih dan sehat, sosialisasi serta pengadaan

sarana dan prasarana sanitasi. Hal tersebut terus dilakukan melalui berbagai

cara, salah satunya seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Merangin, dalam hal ini Dinas Kesehatan yakni Program Prormosi Kesehatan

berupa Billboard PHBS yang ditempatkan pada beberapa lokasi strategis.

45

Page 59: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

Namun dalam hal lai, seperti yang diutarakan oleh Bapak Syaidina Ali selaku

Kepala Bidang Kesehatan Masyarkat pada Dinkes Merangin, bahwa :

“terkait dengan kebijakan dalam mengatasi gizi buruk tersebut, tidak

adanya pertemuan lintas sektor, hanya berupa SK. Sudah ada regulasi

tetapi pada implementasinya tidak ada sosialisai yang optimal. Selain itu,

pelaksanaan tidak dievaluasi.”42

Berdasarkan hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa relasi antara

lembaga-lembaga dalam Pemerintah Daerah di Kabupaten Merangin belum

berjalan dengan baik. Berkaitan dengan Kebijakan Pemerintah Daerah dalam

penanggulangan gizi buruk di Kabupaten Merangin, perlu dibutuhkan suatu

model kebijakan pemerintah yang bisa menjadi regusi antara Pemerintah

Daerah dan Masyarakat. Model Kebijakan Pemeritah yang harus di terapkan

di Kabupaten Merangin adalah, Model Sistem. Model ini beranjak dari

memprihatinkan desakan-desakan lingkungan yang anatara berisi tuntutan,

dukungan, hambatan, tantangan, rintangan, gangguan, pujian, kebutuhan atau

keperluan dan lain-lain yang mempengaruhi public policy.

Setelah diproses akan mengeluarkan jawaban. Desakan lingkungan

sebagaimana sebagaimana yang penulis sampaikan diatas, dianggap masukan

(input) sedangkan jawabannya dianggap keluaran (output), yang berisi

keputusan-keputusan, peraturan-peraturan, tindakan-tindakan,

kebijaksanaan-kebijaksanaan. Dengan melihat pada model kebijakan, yaitu

model sistem menggambarkan bahwa fokus Pemerintah Daerah tidak hanya

berkaitan dengan masalah masyarakat. Relasi antara Pemerintah Daerah

42 Wawancara dengan Bapak Syaidina, Ali selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarkat pada

Dinkes Merangin, tanggal 2 Agustus 2019.

Page 60: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

dengan SKPD yang terkait pun harus memiliki regulasi yang lebih jelas.

Sehingga pada proses pembuatan Kebijakan tidak dinilai lamban tetapi tepat

sasaran. Seperti yang diutarakan oleh Kepala Dians Kesehatan Kabupaten

Merangin , mengemukakan bahwa :

“Kasus Gizi buruk yang terjadi di Kabupaten Merangin tidak hanya

berakar dari masalah asupan gizi pada balita. Ketahanan pangan,

ekonmi keluarga dan Sumber Daya Manusia merupakan faktor-faktor

yang memepengaruhi gizi buruk. Koordinasi antar lembaga hanya

ditingkat rapat-rapat, seharusnya langsung turun ke masyarkat dan

melihat secara langsung.”43

Hasil wawancara menunjukan bahwa : Penjelasan diatas merupakan

bagian dari tantangan Pemerintah Daerah dalama mengatasi kasus gizi buruk

di Kabupaten Merangin. Ketahanan pangan ditingkat keluarga perlu

diperhatikan tidak hanya dinas terkait, yaitu Dinas Kesehatan dan Dinas

Ketahanan Pangan, tetapi perlu juga dukungan dari lintas sektor. Sehingga

masyarakat bisa dan paham dalam pengaturan bahan makanan yang mereka

hasilkan dari kebun mereka serta cara pengolahan lebih lanjutnya seperti apa.

2. SDM Masyarakat di Kabupaten Merangin

Tingkat Sumber Daya Manusia Masyarakat menjadi salah satu poin

penting yang berpengaruh dalam Penanggulangan gizi buruk. Hal ini telah

dilihat dari cara hidup masyarakat setempat yang belum peduli dengan

kesehatannya. Ketahanan pangan dalam keluarga pun sangat tergantung dari

bagaimana masyarakat tersebut mengolah dan memanfaatkan Sumber Daya

43 Wawancara dengan Bapak Syaidina Ali selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarkat pada

Dinkes Merangin, tanggal 2 Agustus 2019

Page 61: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

Alam yang ada menjadi makanan bergizi yang bisa memenuhi kebutuhan

pangan dalam kelurga. Sehingga, Masyarakat dengan kehidupan ekonomi

terbatas pun bisa memenuhi kebutuhan pangan dalam keluarga tanpa

mengeluarkan biaya besar.

Selain masalah Sumber Daya Manusia yang terbatas dalam pengelolaan

bahan makanan lokal menjadi makanan bergizi, Mental masyarakat yang

malas untuk mengembangkan penyuluhan dari petugas kesehatan ditingkat

Puskesmas dan juga sikap kuang perhatian terhadap kesehatan dalam

keluarga terkhusus pada anak. Faktor lain yang menjadi tantangan bagi

Pemerintah Daerah untuk mengurangi gizi buruk di Kabupaten Merangin

adalah pola kehidupan masyarakat yang kurang sehat. Kebiasaan dari

keluarga yang kurang memperhatikan kebersihan rumah, cara memasak

makanan dengan peralatan dapur yang kurang bersih.

Adapun pandangan dan pendapat lain dari salah satu tokoh masyarakat

bahwa :

"Gizi buruk yang terjadi berkaitan dengan kpercayaan masyarakat

terhadap mitos. Misalnya seperti anak-anak dilarang makan telur,

karena menurut masyarakat telur dapat menyebabkan bisul. Padahal

protein yang terkandung dalam telur sangat membatu tumbu kembang

anak.”44

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang tokoh masyarakat

bahwa, kebiasaan masyarakat Kabupaten Merangin masih sangat

berpengaruh dengan mitos yang diangap sebagai cerita leluhur dan terus

dipertahankan dalam keseharian hidup masyarakat. Oleh sebab itu peran

44 Wawancara dengan Bapak Syaidina Ali selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarkat pada

Dinkes Merangin, tanggal 2 Agustus 2019

Page 62: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

pemerintah bukan hanya dari segi ketersediaan infrastuktur kesehatan, tetapi

juga perlu adanya himbauan kepada masyarakat untuk meninggalkan

kebiasaan yang diyakini dari mitos tersebut. Akan tetapi, himbauan tersebut

belum berisfat menyeluruh, hanya melalui mulut kemulut antara masyarakat

yang paham tentang menjaga kesehatan ballita terkhusus gizi buruk. Misalnya

seperti, petugas puskesmas yang berkunjung ke rumah warga memberikan

saran kepada orang tua yang anaknya terkena gizi buruk tentang perlu dan

pentinya konsumsi telur bagi balita. Pemerintah Daerah sampai seluruh

lapisan masyarakat pun harus berpatisipasi dalam membangun komunikasi

yang baik untuk bersama-sama membangun pola pikir masyarakat Kabupaten

Merangin yang lebih rasional, moderen dan tentunya berpikir bagaimna

untuk selalu menjaga kesehatan.

Masyarakat Kabupaten Merangin sangat berkaitan dengan Pola hidup

sehat. Pola hidup masyarakat secara kompleks dilihat dari status kesehatan

setiap rumah tangga. Rumah masyarakat yang harus bersih dan nyaman

sebagai tempat tinggal dan ketersediaan air bersih yang juga layak

dikonsumsi masyarakat. Seperti tutur Ibu Deice Lajung Sari selaku Kepala

Sub Bidang Kesehatan Keluarga dan Gizi pada Dinkes Merangin bahwa :

“Masalah gizi buruk dengan penyakit infeksi itu seperti lingkaran

setan. Kalau balita sudah terkena penyakit infeksi pasti berat badan

akan menurun. Ada juga kasus gizi buruk yang terinfeksi penyakit

lain, seperti : TBC, Malaria, dan influensa.”45

45Wawancara dengan Ibu Deice Lajung Sari, selaku Kepala Sub Bidang Kesehatan Keluarga

dan Gizi pada Dinkes Merangin, tanggal 2 Agustus 2019.

Page 63: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

Berdasarkan hasil wawancara menunjukan bahwa masyarakat belum

begitu peduli dengan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Bagi

masyarakat, masalah gizi buruk yang terjadi hanya perlu diatasi dengan

berobat ke Puskesmas dan rumah sakit. Sehingga, kebersihan rumah tangga

dan lingkungan sekitar tidak begitu dijaga oleh masyarakat. Kesehatan anak

tidak cukup hanya dengan pola makan, asuh dan asih. Selain kebersihan

rumah tangga dan lingkungan sekitar, kebersihan anak pun menjadi bagian

yang penting untuk mencegah masalah kesehatan terutam masalah gizi buruk.

Berbagai upaya terus dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten

Merangin dalam rangka memperbaiki kualitas hidup masyarakat. Orientasi

program dan pengembangan sanitasi dalam konteks Kabupaten Merangin

dijabarkan dalam beberapa komponen, yakni Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat serta promosi higiene, Peningkatan Pengelolaan air limbah domestik,

pengelolaan persampahan, pengelolaan drainase lingkungan serta komponen

sanitasi lainnya, termasuk air bersih, limbah medis (B3), kegiatan koordinasi,

penataan lingkungan permukiman serta program dan kegiatan lain terkait

sektor sanitasi. Pada dasarnya, program pengembangan yang sedang

dilaksanakan maupun yang direncanakan akan dilaksanakan merupakan

upaya memenuhi kebutuhan akses komponen sanitasi yang dinilai masih

sangat membutuhkan perhatian serius. Pendapat lain mengenai pola hidup

sehat juga diutarakan oleh salah satu masyarakat yang mengatakan bahwa :

“Mengenai kebersihan lingkungan hidup yang terkait dengan pola hidup

bersih memang masih jauh dari harapan kita bersama. Pemerintah dengan

segala upaya telah memberikan solusinya. Berbagai program pun telah

dijalankan. Namun, terkadang kembali lagi ke masyarakat itu sendiri

Page 64: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

terkhusus pada individu masing-masing. Para orang tua harus memilii

sikap yang lebih peka terhadap kesehatan anaknya sendri.”46

Hasil wawancara tersebut menunjuhkan, Ketersediaan sarana dan

prasarana yang masih jauh dari proporsional, wawasan, pola pikir dan tingkat

kesadaran masyarakat yang masih sangat membutuhkan banyak perhatian

dan peranan sesama masyarakat. Namun demikian, dengan kampanye

pentingnya Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta promosi higiene yang

terus menerus dilakukan, baik oleh pemerintah maupun lembaga non

pemerintah ataupun lembaga swadaya masyarakat lainnya serta informasi

yang diberikan oleh media diharapkan dapat mengakselerasi timbulnya

kesadaran dan inisiatif masyarakat untuk lebih mandiri dalam upaya

meningkatkan kualitas hidup. Sehingga pembangunan sektor sanitasi secara

keseluruhan tidak hanya menggunakan prinsip top down, dimana pemerintah

selalu memainkan peran dominan, tetapi juga button up dimana saat ini

masyarakatlah yang menjadi aktor utama, karena pada dasarnya semua akan

bermuara pada pencapaian kualitas hidup masyarakat.

3. Infrastruktur Kesehatan Yang Belum Memadai

Pelayanan kesehatan tidak akan berhasil tanpa ditunjang infrastruktur yang

memadai. Salah satu infrastruktur mendasar yang harus dipenuhi adalah akses

transportasi di daerah terpencil. Salah satu infrastruktur mendasar yang harus

dipenuhi adalah akses transportasi di daerah terpencil. Selain transportasi hal

46 Wawancara dengan Ibu Fatmawati, selaku masyarakat

Page 65: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

lain yang juga tidak kalah penting yaitu, tersedianya tenaga kesehatan dan

fasilitas kesehatan. Seperti yang ditarakan oleh Bapak Syaidina Ali selaku

Kepala Bidang Kesehatan Masyarkat pada Dinkes Merangin bahwa:

“Infrastruktur kesehatan pada umumnya di Kabupaten Merangin perlu perhatian

dari Pemerintah Daerah dan semua pihak (masyarakat).”47

Hasil wawancara menujukan bahwa pelayanan kesehatan dalam upaya

penanggulangan gizi buruk tidak terlepas dari tersedianya infrastruktur

keseahatan yang memadai. Infrastruktur tersebut dibagi menjadi dua bagian,

yaitu dalam infrastruktur fisik dan non fisik. Dalam mewujudkan pelayanan

kesehatan yang baik tentu harus diimbangi dengan infrastruktur yang tidak

hanya melihat pada pembangunan fisik ( Rumah Sakit, Puskesmas, Poskesdes )

tetapi juga, harus ada tenaga kesehatan yang merata di berbagai wilayah.

B. Upaya Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi buruk di Kabupaten

Merangin.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa upaya Dinas Kesehatan

dalam penanggulangan gizi buruk di Kabupaten Merangin diantaranya adalah:

1. Sosialisasi Program

47 Wawancara dengan Bapak Syaidina Ali selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarkat pada

Dinkes Merangin, tanggal 2 Agustus 2019

Page 66: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan dalam

penanggulangan gizi buruk di Kabupaten Merangin adalah dengan

melakukan sosialisasi program yang terdapat pada Dinas Kesehatan yang

berhubungan atau memberikan dampak positif terhadap penanggulangan gizi

buruk, hal ini sebagaimana disampaikan oleh Bapak Amroni selaku Kepala

Sub Bidang Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat pada Dinkes

Merangin:

“...kita tentunya berupaya dapat menanggulangi gizi buruk di

Kabupaten Merangin, salah satu upaya yang kita lakukan adalah

mensosialisasikan program kesehatan yang terdapat pada Dinas

Kesehatan Merangin yang memberikan dampak secara langsung

maupun tidak langsung terdahap penanggulang gizi buruk, seperti

sosialisasi perubahan perilaku hidup pada masyarakat”48

2. Pemberian Bantuan Makanan Bergizi untuk Anak Usia Dini

Selain mensosialisasikan program kesehatan yang terdapat pada Dinas

Kesehatan Merangin, maka upaya nyata yang dilakukan oleh Dinas

Kesehatan dalam penanggulangan gizi buruk di Kabupaten Merangin adalah

dengan memberikan berbagai bantuan makan bergizi untuk anak usia dini,

hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Deice Lajung Sari selaku Kepala

Sub Bidang Kesehatan Keluarga dan Gizi pada Dinkes Merangin:

“..dalam penanggulangan gizi buruk di Kabupaten Merangin salah satu

upaya yang kita lakukan adalah pemberian makan yang bergizi melalui

Pemberian makanan tambahan (PMT) pada anak, ibu hamil, ibu nifas,

gizi kurang, selain itu juga kita melakukan pemberian kapsul vitamin A

dosis tinggi pada anak umur 6-59 bulan dan ibu nifas. Bagi ibu hamil

48 Wawancara dengan Bapak Amroni selaku Kepala Sub Bidang Promosi Kesehatan dan

Pemberdayaan Masyarakat pada Dinkes Merangin, tanggal 2 Agustus 2019

Page 67: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

kita juga memberikan tablet tambah darah yang bertujuan agar tumbuh

kembang janin bagus” 49

Beliau melanjutkan:

“...bagi masyarakat luas tentunya kita mendorong dan menganjurkan

untuk menggunakan garam beryodium di rumah tangga, hal yang

kelihatannya sangat sepele ini namun memberikan dampak yang luar

biasa untuk jangka panjangnya, jangan sampai masyarakat kita tidak

paham dan tidak peduli akan kesehatan..”50

3. Promosi Kesehatan

Bentuk lain dari upaya Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi

buruk di Kabupaten Merangin ialah melalui promosi kesehatan pada tingkat

puskesmas. Sebagaimana diketahui bahwa ujung tombak dari program

penanggulangan gizi buruk adalah Puskesmas dan salah satu dari upaya

kesehatan wajib Puskesmas yang harus ditingkatkan kinerjanya adalah

promosi kesehatan. Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 1114 /MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman

Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah, promosi 4kesehatan adalah upaya

untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,

oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri

sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat,

sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang

berwawasan kesehatan.51

49 Wawancara dengan Ibu Deice Lajung Sari selaku Kepala Sub Bidang Kesehatan Keluarga

dan Gizi pada Dinkes Merangin, tanggal 2 Agustus 2019 50 Wawancara dengan Ibu Deice Lajung Sari selaku Kepala Sub Bidang Kesehatan Keluarga

dan Gizi pada Dinkes Merangin, tanggal 2 Agustus 2019 51 Wawancara dengan Bapak Syaidina Ali selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarkat pada

Dinkes Merangin, tanggal 2 Agustus 2019

Page 68: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

Bila diterapkan untuk daerah yang terdapat gizi buruk, maka menolong

diri sendiri artinya masyarakat yang terdapat gizi buruk mampu menghadapi

masalah-masalah kesehatan potensial (yang mengancam) dengan cara

mencegahnya dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang sudah terjadi

dengan cara menanganinya secara efektif serta efisien. Dengan kata lain,

masyarakat yang terdapat gizi buruk mampu berperilaku hidup bersih dan

sehat (PHBS) dalam rangka memecahkan masalah-masalah kesehatan yang

dihadapinya (problem solving), baik masalah-masalah kesehatan yang sudah

diderita maupun yang potensial (mengancam), secara mandiri (dalam batas-

batas tertentu).52

Jika definisi itu diterapkan di Puskesmas, maka dapat dibuat rumusan

sebagai berikut: Promosi Kesehatan oleh Puskesmas adalah upaya Puskesmas

untuk meningkatkan kemampuan pasien, individu sehat, keluarga (rumah

tangga) dan masyarakat di yang terdapat gizi buruk, agar (1) pasien dapat

mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, (2) individu

sehat, keluarga dan masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan

kesehatan, mencegah masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan

upaya kesehatan bersumber daya masyarakat, melalui (3) pembelajaran dari,

oleh, untuk dan bersama mereka, sesuai sosial budaya mereka, serta didukung

kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

52Wawancara dengan Bapak Syaidina Ali, selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarkat pada

Dinkes Merangin, tanggal 2 Agustus 2019.

Page 69: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah

pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari

masyarakat. Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang

tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Akan tetapi disadari bahwa mengubah perilaku bukanlah sesuatu yang

mudah. Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan keluarga (rumah

tangga) akan sulit dicapai jika tidak didukung oleh: Sistem nilai dan norma-

norma sosial serta norma-norma hukum yang dapat diciptakan/dikembangkan

oleh para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka

formal. Keteladanan dari para pemuka masyarakat, baik pemuka informal

maupun pemuka formal, dalam mempraktikkan PHBS. Suasana lingkungan

sosial yang kondusif (social pressure) dari kelompok-kelompok masyarakat

dan pendapat umum (public opinion).

Sumber daya dan atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS,

yang dapat diupayakan atau dibantu penyediaannya oleh mereka yang

bertanggung jawab dan berkepentingan (stakeholders), khususnya perangkat

pemerintahan dan dunia usaha.

C. Kebijakan pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan dalam

penanggulangan gizi buruk di Kabupaten Merangin.

Pertumbuhan dan masalah gizi merupakan masalah yang multi dimensi,

dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penyebab langsung gizi kurang adalah makan

Page 70: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

tidak seimbang, baik jumlah dan mutu asupan gizinya, di samping itu asupan zat

gizi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh secara optimal karena adanya

gangguan penyerapan akibat adanya penyakit infeksi. Penyebab tidak langsung

adalah tidak cukup tersedianya pangan di rumah tangga, kurang baiknya pola

pengasuhan anak terutama 3 dalam pola pemberian makan pada balita, kurang

memadainya sanitasi dan kesehatan lingkungan serta kurang baiknya pelayanan

kesehatan. Semua keadaan ini berkaitan erat dengan rendahnya tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan dan kemiskinan.

Berdasrkan data yang diperoleh pada Dinas Kesehaan Kabupaten

Merangin menunjukan bahwa, Gizi buruk di Tahun 2018 masih tinggi dimana

terdapat 15 kasus yang terjadi di beberapa Puskesmas yang terdapat dalam

wilayah Kabupaten Merangin. Sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Page 71: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

Tabel 4.1

Data Kasus Gizi Buruk Kab Merangin Tahun 2018

No Puskesmas Kecamatan L P JML mendapat

perawatan

1 Bangko Bangko

2 Pematang Kandis

3 Rantau Panjang Tabir 1 1 1

4 Pasar Baru

5 Sei. Bulian Tabir Selatan

6 Ma. Delang 1 1 1

7 Ma.Siau Muara Siau

8 Psr.Masurai Lembah Masurai 2 2 2

9 Sei.Manau Sungai Manau

10 Pamenang Pamenang 2 2 2

11 Meranti Renah Pamenang

12 Ma.Jernih Tabir Ulu

13 Ma. Madras Jan gkat

14 Sumber Agung Margo Tabir 1 1 1

15 Simp.Parit Renah Pamenang 1 1 1

16 Rt.Limau Manis Tabir Ilir 3 3 3

17 Kota Raja

18 Rt. Suli Jangkat Timur

19 Sekancing Tiang Pumpunng 1 1 1

20 Ma. Kibul Tabir Barat 1 1 1

21 Sei. Jering Pangkalan Jambu

22 Kederasan Panjang Batang Masumai

23 Simpang Limbur Pamenang Barat 1 1 1

24 Aur Berduri Nalo Tantan

25 Tamban Emas Pamenang Selatan 1 1 1

26 Tabir Lintas Tabir Lintas

27 Bangko Barat Bangko Barat 5 10 15 15

Data tersebut menunjukan masih terjadi kasus gizi buruk di Kabupaten

Merangin pada tahun 2018 yang didominasi anak berjenis kelamin, namun untuk

wilayah dengan kasus terbanyak di Puskesmas Rantau Limau Manis yang

terdapat di Kecamatan Tabir Ilir.

Hasil wawancara menunjukan bahwa, dengan berbagai upaya pemerintah

Daerah dalam penanganan kasus gizi buruk di Kabupaten Merangin diharapkan

Page 72: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

mampu menurunkan angka kejadian kasus gizi buruk. Namun, hal tersebut jika

dilihat dari jumlah balita yang terkena gizi buruk. Disisi lain masih banyak

kendala yang dihadapi Pemerintah Daerah Kabupaten Merangin, yaitu seperti :

mengupayakan untuk mengoptimalkan berbagai sarana dan prasaran kesehatan

di masyarakat, membangun kerja sama diberbagai lintas sektor dan Lembaga

Swadaya Masyarkat (LSM). Hal tersebut tidak hanya merupakan upaya untuk

penanganan gizi buruk, tetapi juga peningkatan kualitas SDM masyarakat di

Kabupaten Merangin.

Masalah gizi telah dibahas dalam Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) dijabarkan dalam renstra dinas kesehatan 2013-

2018 yang berhubungan dengan masalah gizi, yaitu Indikator sasaran ada

prevelensi gizi kurang, prevelensi gizi buruk dan stunting. Stunting (balita

pendek) menggambarkan kejadian kurang gizi pada balita yang berlangsung

dalam waktu yang cukup lama dan dampaknya bukan hanya secara fisik, tetapi

justru pada fungsi kognitif. Upaya lain adalah menjalin kerja sama antara Dinas

Kesehatan Kabupaten Merangin dengan Dinas Ketahanan Pangan dan juga

partisipasi dari Berbagai instansi. Pemerintah Desa pun turut memeberikan

anggaran dari dana ADD untuk penanggulan gizi buruk. Dalam penanggulangan

kasus gizi buruk. Berkaitan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Merangin yang

telah disampaikan oleh Bapak Syaidina Ali selaku Kepala Bidang Kesehatan

Masyarkat pada Dinkes Merangin bahwa :

“Selain berpedoman pada Peraturan Bupati Merangin No.4 Tahun 2014

tentang ASI sebagai makanan utama bagi bayi, Pemerintah Daerah telah

merancang Perda mengenai Paud Holistik Intgratif. Perda ini mengatur

tentang perlindungan anak balita dari usia 0-6 tahun untuk mendapatkan

Page 73: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

pelayanan kesehatan dan gizi, pola pengasuhan dan perlindungan untuk

anak.53

Hasil wawancara menunjukan bahwa : Belum adanya Peraturan Daerah

mengenai Balita dan gizi buruk. Pemerintah Daerah Kabupaten Merangin baru

merancang Perda tentang Paud Holistik yang tidak hanya dilihat dari masalah

anak dan kesehatan, tetapi hak anak mendapatkan perlindungan dari Pemerintah

Daerah. Sejauh ini penanganan gizi buruk oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Merangin yaitu sebagai berikut :

Menimbang begitu pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk

pertumbuhan dan kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang tua

memperhatikan hal-hal yang dapat mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada

anak. Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk dalam

Penyuluhan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Merangin :

1. Pemberian Makanan Tambahan Anak

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah kegiatan pemberian

makanan kepada balita dalam bentuk makanan yang aman dan bermutu

beserta kegiatan pendukung lainnya dengan memperhatikan aspek mutu dan

keamanan pangan. Serta mengandung nilai gizi yang sesuai dengan

kebutuhan sasaran. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ada dua macam

yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan dan Pemberian

Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan. Memiliki tujuan yang sama yaitu

untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh balita. Hal ini

53 Wawancara dengan Bapak Syaidina Ali selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarkat pada

Dinkes Merangin, tanggal 2 Agustus 2019

Page 74: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

sebagaimana disampaikan oleh Ibu Deice Lajung Sari selaku Kepala Sub

Bidang Kesehatan Keluarga dan Gizi pada Dinkes Merangin:

“...salah satu upaya yang kita lakukan untuk penanggulangan gizi buruk

di Kabupaten Merangina adalah dengan memberikan PMT. Pemberian

Makanan Tambahan (PMT) adalah kegiatan pemberian makanan

kepada balita dalam bentuk makanan yang aman dan bermutu beserta

kegiatan pendukung lainnya dengan memperhatikan aspek mutu dan

keamanan pangan. Serta mengandung nilai gizi yang sesuai dengan

kebutuhan sasaran. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ada dua

macam yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan dan

Pemberian Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan. Memiliki tujuan

yang sama yaitu untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan

oleh balita..”54

Menurut orang tua balita yang menerima PMT tersebut, dengan adanya

PMT sangat membantu orang tua balita dalam pemenuhan asupan gizi bagi

balita. Makanan yang diberikan dari petugas puskesmas sudah terjamin kualitas

dan gizinya. Selain itu, PMT juga dapat mengurangi biaya ekonomi dalam

keluarga, karena bahan-bahan untuk PMT bisa didapat dari bahan makanan lokal

sehari-hari dan juga ada pun pemberian dari petugas puskesmas. PMT yang

dilakukan secara rutin telah menambah gizi bagi balita, sehinga dapat megurangi

maslah gizi buruk yang dialami balita masyarakat tersebut. Hal ini sebagaimana

yang diutarakan ibu Najmi Laila warga Bangko yang menerima PMT:

“...kami setiap melakukan imunisasi bagi anak selalu mendapatkan arahan

dan sosialisasi bagi ibu untuk Pemberian PMT. dengan adanya PMT

sangat membantu orang tua balita dalam pemenuhan asupan gizi bagi

balita. Makanan yang diberikan dari petugas puskesmas sudah terjamin

kualitas dan gizinya. Selain itu, PMT juga dapat mengurangi biaya

ekonomi dalam keluarga, karena bahan-bahan untuk PMT bisa didapat

dari bahan makanan lokal sehari-hari dan juga ada pun pemberian dari

petugas puskesmas. PMT yang dilakukan secara rutin telah menambah gizi

54 Wawancara dengan Ibu Deice Lajung Sari selaku Kepala Sub Bidang Kesehatan Keluarga

dan Gizi pada Dinkes Merangin, tanggal 2 Agustus 2019

Page 75: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

bagi balita, sehinga dapat megurangi maslah gizi buruk yang dialami balita

masyarakat..”55

PMT pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita

sekaligus sebagai pembelajaran bagi ibu dari balita sasaran. PMT pemulihan

diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal. Hanya dikonsumsi

oleh balita gizi buruk dan sebagai tambahan makanan sehari-hari bukan sebagai

makanan pengganti makanan utama. Makanan tambahan pemulihan diutamakan

berbasis bahan makanan lokal. Jika bahan lokal terbatas dapat digunakan

makanan pabrikan yang tersedia di wilayah setempat dengan memperhatikan

kemasan, label dan masa kadaluarsa untuk keamanan pangan. Diuatamakan

berupa sumber protein hewani dan nabati serta sumber vitamin dan mineral

terutama berasaal dari sayur dan buah. PMT pemulihan ini diberikan sekali

dalam satu hari selama 90 hari berturut-turut atau 3 bulan. Hal ini sebagaimana

disampaikan oleh Bapak Amroni selaku Kepala Sub Bidang Promosi Kesehatan

dan Pemberdayaan Masyarakat pada Dinkes Merangin:

“...PMT yang diberikan ada dua jenis, pemulihan dan penyuluhan, kalau

penyuluhan hanya dilaksanakan saat penyuluhan saja serta saat sosialisasi,

sedangkan PMT pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi

balita sekaligus sebagai pembelajaran bagi ibu dari balita sasaran. PMT

pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal.

Hanya dikonsumsi oleh balita gizi buruk dan sebagai tambahan makanan

sehari-hari bukan sebagai makanan pengganti makanan utama. Makanan

tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan lokal. Jika

bahan lokal terbatas dapat digunakan makanan pabrikan yang tersedia di

wilayah setempat dengan memperhatikan kemasan, label dan masa

kadaluarsa untuk keamanan pangan. Diuatamakan berupa sumber protein

hewani dan nabati serta sumber vitamin dan mineral terutama berasaal dari

55 Wawancara dengan ibu Najmi Laila warga Bangko Merangin, tanggal 2 Agustus 2019

Page 76: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

sayur dan buah. PMT pemulihan ini diberikan sekali dalam satu hari

selama 90 hari berturut-turut atau 3 bulan..”56

Makanan tambahan pemulihan dapat berupa pabrikan dan lokal. PMT

pemulihan pabrikan merupakan yaitu makanan pendamping ASI dalam bentuk

biskuit yang mengandung 10 vitamin dan 7 mineral. Biskuit hanya untuk anak

usia 12 – 24 bulan melalui pengadaan Departemen Bina Gizi Masyarakat Depkes

RI, dengan nilai gizi : energi total 180 kkal, lemak 6 gram, protein 3 gr. Jumlah

persajinya mengandung 29 gr karbohidrat total, 2 gr serat pangan, 8 gr gula dan

120 mg natrium. Sedangkan PMT pemulihan berbasis bahan makanan lokal ada

dua jenis yaitu berupa Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk bayi

dan anak usia 6 – 23 bulan ) dan makanan tambahan untuk pemulihan anak balita

24-59 bulan berupa makanan keluarga. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh

Bapak Syaidina Ali selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarkat pada Dinkes

Merangin:

“....PMT untuk pemulihan itu sangat komplit namun banyak sekali

jenisnya, pemulihan dapat berupa pabrikan dan lokal. PMT pemulihan

pabrikan merupakan yaitu makanan pendamping ASI dalam bentuk biskuit

yang mengandung 10 vitamin dan 7 mineral. Biskuit hanya untuk anak

usia 12 – 24 bulan melalui pengadaan Departemen Bina Gizi Masyarakat

Depkes RI, dengan nilai gizi : energi total 180 kkal, lemak 6 gram, protein

3 gr. Jumlah persajinya mengandung 29 gr karbohidrat total, 2 gr serat

pangan, 8 gr gula dan 120 mg natrium. Sedangkan PMT pemulihan

berbasis bahan makanan lokal ada dua jenis yaitu berupa Makanan

Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk bayi dan anak usia 6 – 23 bulan

) dan makanan tambahan untuk pemulihan anak balita 24-59 bulan berupa

makanan keluarga..”57

56 Wawancara dengan Bapak Amroni selaku Kepala Sub Bidang Promosi Kesehatan dan

Pemberdayaan Masyarakat pada Dinkes Merangin, tanggal 2 Agustus 2019 57 Wawancara dengan Bapak Syaidina Ali selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarkat pada

Dinkes Merangin, tanggal 2 Agustus 2019

Page 77: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

PMT Penyuluhan adalah makanan tambahan yang diberikan kepada balita

yang disediakan oleh kader posyandu. Tujuan PMT Penyuluhan adalah sebagai

sasaran penyuluhan kepada orang tua blita tentang makanan kudapan (snack)

yang baik diberikan untuk balita, sebagai sarana untuk membantu mencukupi

kebutuhan gizi balita, dan sebagai sarana untuk menggerakkan peran serta

masayarakat dalam mendukung kesinambungan penyelenggaraan posyandu.

Namun, pada awal PMT ini berjalan banyak mendapat respon yang kurang

mendukung dari masyarakat. Hal tersebut seperti yang disampaikan oleh Bapak

Amroni selaku Kepala Sub Bidang Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan

Masyarakat pada Dinkes Merangin bahwa :

“Kegiatan Penyuluhan PMT pada balita gizi buruk pada awalnya sangat

susah diterapkan di masyarakat. PMT yang dibagikan tidak tepat sasaran.

Makanan seperti bumil cake yang seharusnya dikonsumsi balita, tetapi

juga dikonsumsi oleh orang tua. Ada pun kegiatan seperti mengelolah

makanan pokok menjadi makanan bergizi pun sifatnya tidak

berkelanjutan. Gizi buruk yang terjadi tidak hanya pada balita dengan

kehiupan ekonomi tidak mampu. Namun, ada juga balita terkena gizi

buruk dari kalangan orang tua dengan ekonomi berkecukupan. Hal

tersebut disebabakn oleh kurangnya perhatian dari orang tua terhadap

balita. Orang tua yang sibuk bekerja tidak memperhatihan dengan baik

pola dan kebersihan pada balita.”58

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan dapat

disimpulkan bahwa, perlu adanya pendampingan dan kunjungan terus menerus

ke rumah masyarakat yang kurang peduli dengan penyuluhan dari puskesmas.

Sosialisasi terhadap masyarakat mengenai pentingnya peran orang tua terhadap

58 Wawancara dengan Bapak Amroni selaku Kepala Sub Bidang Promosi Kesehatan dan

Pemberdayaan Masyarakat pada Dinkes Merangin, tanggal 2 Agustus 2019

Page 78: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

tumbuh kembang anak usia dini pun perlu dilakukan. Cara perhatian orang tua

terhadap anak akan berdampak pada karakter dan kebiasaan anak sehari-hari.

2. Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) sejak ibu hamil sampai anak

berumur 2 tahun

Anak merupakan potensi dan penerus untuk mewujudkan kualitas dan

keberlangsungan daerah Kabupaten Merangin. Sebagai manusia anak berhak

untuk mendapatkan pemenuhan, perlindungan serta penghargaan akan hak

asasinya. Sebagai generasi penerus daerah Kabupaten Merangin , anak harus

dipersiapkan sejak dini dengan upaya yang tepat, terencana, intensif dan

berkesinambungan agar tercapai kualitas tumbuh kembang fisik, mental,

sosial, dan spiritual tertinggi. Salah satu upaya mendasar untuk menjamin

pencapaian tertinggi kualitas tumbuh kembangnya sekaligus memenuhi hak

anak adalah pemberian makan yang terbaik sejak lahir hingga usia dua tahun.

Makanan yang tepat bagi bayi dan anak usia dini (0–24 bulan) adalah

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif yakni pemberian ASI saja segera setelah lahir

sampai usia 6 bulan yang diberikan sesering mungkin. Setelah usia 6 bulan,

selain ASI bayi diberi makanan pendamping ASI (MPASI). Selanjutnya pada

usia 1 tahun anak sudah diberi makanan keluarga dan ASI masih tetap

diberikan sampai anak usia 2 tahun atau lebih. Pola pemberian makan tersebut

mendukung pertumbuhan optimal bagi anak. Pada usia 0–6 tahun terjadi

pertumbuhan otak hingga mencapai sekitar 75%, masa ini disebut periode

emas atau golden periode. Hal ini sebagaimana diutarakan oleh Ibu Deice

Page 79: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

Lajung Sari selaku Kepala Sub Bidang Kesehatan Keluarga dan Gizi pada

Dinkes Merangin:

“....program lain yang kita lakukan untuk penanggulangan gizi buruk

Kabupaten Merangin yaitu memberikan sosialisasi penggunaan ASI

eksklusif serta diberi makanan pendamping ASI (MPASI), Makanan

yang tepat bagi bayi dan anak usia dini (0–24 bulan) adalah Air Susu

Ibu (ASI) eksklusif yakni pemberian ASI saja segera setelah lahir

sampai usia 6 bulan yang diberikan sesering mungkin. Setelah usia 6

bulan, selain ASI bayi diberi makanan pendamping ASI (MPASI).

Selanjutnya pada usia 1 tahun anak sudah diberi makanan keluarga dan

ASI masih tetap diberikan sampai anak usia 2 tahun atau lebih. Pola

pemberian makan tersebut mendukung pertumbuhan optimal bagi anak.

Pada usia 0–6 tahun terjadi pertumbuhan otak hingga mencapai sekitar

75%, masa ini disebut periode emas atau golden periode..”59

Menurut orang tua dari balita yang terkena gizi buruk, PMBA

merupakan salah satu dari beberapa program dari Pemerintah Daerah, yang

sangat mudah untuk dilakukan. Hal ini karena balita secara langsung

diberikan asupan ASI dari ibu balita itu sendiri. Orang tua balita mengatakan

bahwa, untuk PMBA ini orang tua tidak perlu mengeluarkan banyak biaya,

sebap makanan tambahan untuk balita dan anak bisa langsung diberikan dari

ibu dengan cara menyusui.

Pemberian makan yang optimal pada usia 0–2 tahun memberikan

kontribusi bermakna pada pertumbuhan otak anak. Pemberian ASI saja sejak

bayi lahir hingga usia 6 bulan (ASI eksklusif enam bulan) dapat memenuhi

seluruh kebutuhan gizi bayi, serta melindungi bayi dari berbagai penyakit

seperti diare dan infeksi saluran pernafasan akut yang merupakan penyebab

utama kematian balita di Indonesia. Kajian global telah membuktikan bahwa

59 Wawancara dengan Ibu Deice Lajung Sari selaku Kepala Sub Bidang Kesehatan Keluarga

dan Gizi pada Dinkes Merangin, tanggal 2 Agustus 2019

Page 80: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

pemberian ASI eksklusif merupakan intervensi kesehatan yang memiliki

dampak terbesar terhadap keselamatan balita, yakni 13% kematian balita

dapat dicegah dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan. Inisiasi Menyusu

Dini (IMD) dapat mencegah 22% kematian neonatal (neonatus adalah bayi

usia 0 sampai 28 hari). Pemberian makanan pendamping ASI yang tepat

waktu dan berkualitas juga dapat menurunkan angka kematian balita sebesar

6 % .

Pemberian makan yang tidak tepat mengakibatkan masih cukup banyak

anak yang menderita gizi buruk. Fenomena gagal tumbuh pada anak mulai

terjadi pada usia 4-6 bulan ketika bayi diberi makanan tambahan dan terus

memburuk hingga usia 18-24 bulan. Kekurangan gizi memberi kontribusi 2/3

kematian balita. Dua pertiga kematian tersebut terkait dengan praktek

pemberian makan yang tidak tepat pada bayi dan anak usia dini. Praktek

pemberian makan yang tepat pada bayi dan anak juga dapat mempengaruhi

ekonomi keluarga. Pemberian ASI ekslusif akan mengurangi beban keluarga

untuk membeli susu formula dan perawatan bayi sakit yang saat ini cukup

mahal. Dana untuk membeli susu formula 4-5 kali lebih besar dari pada dana

untuk membeli suplemen makanan untuk ibu menyusui. Sedangkan

pemberian MPASI yang tepat waktu dan aman merupakan investasi

kesehatan bagi anak dimasa depan. Sejalan dengan otonomi daerah

peningkatan pemberian ASI dapat mengurangi subsidi Pemerintah

Propinsi/Kabupaten/Kota untuk penanggulangan masalah kesehatan bayi dan

anak karena bayi lebih sehat. Kualitas anak yang optimal merupakan sumber

Page 81: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

daya manusia yang bermanfaat bagi Kabupaten Merangin. Hal ini

sebagaimana disampaikan oleh Bapak Syaidina Ali selaku Kepala Bidang

Kesehatan Masyarkat pada Dinkes Merangin:

“..Pemberian makan yang tidak tepat mengakibatkan masih cukup

banyak anak yang menderita gizi buruk. Fenomena gagal tumbuh pada

anak mulai terjadi pada usia 4-6 bulan ketika bayi diberi makanan

tambahan dan terus memburuk hingga usia 18-24 bulan. Kekurangan

gizi memberi kontribusi 2/3 kematian balita. Dua pertiga kematian

tersebut terkait dengan praktek pemberian makan yang tidak tepat pada

bayi dan anak usia dini. Praktek pemberian makan yang tepat pada bayi

dan anak juga dapat mempengaruhi ekonomi keluarga. Pemberian ASI

ekslusif akan mengurangi beban keluarga untuk membeli susu formula

dan perawatan bayi sakit yang saat ini cukup mahal. Dana untuk

membeli susu formula 4-5 kali lebih besar dari pada dana untuk

membeli suplemen makanan untuk ibu menyusui. Sedangkan

pemberian MPASI yang tepat waktu dan aman merupakan investasi

kesehatan bagi anak dimasa depan. Sejalan dengan otonomi daerah

peningkatan pemberian ASI dapat mengurangi subsidi Pemerintah

Propinsi/Kabupaten/Kota untuk penanggulangan masalah kesehatan

bayi dan anak karena bayi lebih sehat..”60

Keberhasilan PMBA dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain

pelayanan/petugas kesehatan, fasilitas menyusui di tempat kerja, pengetahuan

dan keterampilan ibu, dukungan keluarga dan masyarakat serta pengendalian

pemasaran susu formula. Selain beberapa cara diatas, Pemerintah Daerah

ditingkat Puskesmas pun petugas Kesehatan memberikan himbauan khusus

terhadap ibu rumah tangga mengenai perhatian ibu terhadap balita. Hal ini

seperti yang diutarakan Bapak Syaidina Ali selaku Kepala Bidang Kesehatan

Masyarkat pada Dinkes Merangin:

“gizi buruk yang terjadi bukan hanya masalah ekonomi keluarga, tetapi

juga masalah pernikahan dini di masyakarat yang menyebapkan seorang

wanita belum siap dan tidak mampu menjadi ibu dari anak yang di

60 Wawancara dengan Bapak Syaidina Ali selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarkat pada

Dinkes Merangin, tanggal 2 Agustus 2019

Page 82: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

lahirkan. Sehingga, bayi yang dilahirkan dan dibesarkan tersebut tidak

diperhatikan dengan baik terutama mengenai pola makan anak dan pola

asuh terhadap balita.”61

Dari hasil wawancara diatas, bahwa betapa pentingnya peran seorang ibu

dalam rumah tangga untuk mengurus dan membesarkan seorang balita. Balita

yang sehat tergantung dari Pola asuh, asa dan asi ibu terhadap balita tersebut. Di

Kabupaten Merangin masih banyak ibu rumah tangga yang tingkat

pemahamannya renda dalam menjaga kesehatan balita. Hal Itu pun dikatakan

serupa oleh Bapak Syaidina Ali selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarkat

pada Dinkes Merangin, bahwa :

Ada juga Kebiasaan kurang baik dari orang tua yang menitipkan anak

mereka kepada keluarga, sedangkan mereka pergi ke kebun untuk jangka

waktu yang lama.”62

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, bahwa gizi buruk tidak terlepas

dari faktor ekonomi dan Pola pemikiran Masyarakat. Hal tersebut karena

Sumber Daya Manusia yang terbatas. Oleh sebab itu Penyuluhan khusu ibu

rumah tangga pun tidak hanya mengenai kesehatan tetapi juga pemerintah

memberikan penyuluhan mengenai pemenuhan kebutuhan pangan yang

diprioritaskan dalam keluarga. Kebutuhan pangan tersebut tentunya memili gizi

yang baik bagi pekembangan anak. Dalam penyuluhan kesehatan mencega gizi

buruk, Pemerintah Daerah telah memberikan Dana BOK ( Bantuan Operasional

61 Wawancara dengan Bapak Syaidina Ali selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarkat pada

Dinkes Merangin, tanggal 2 Agustus 2019 62 Wawancara dengan Bapak Syaidina Ali selaku Kepala Bidang Kesehatan Masyarkat pada

Dinkes Merangin, tanggal 2 Agustus 2019

Page 83: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

Kesehatan) sehingga penyuluhan gizi dan sarana prasarana kepada masyarakat

dapat berjalan dengan lancar.

Page 84: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Hambatan Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi buruk Kabupaten

Merangin diantaranya adalah Regulasi Pemerintah Daerah yang Belum

Optimal Dijalankan ke Masyarakat, SDM Masyarakat di Kabupaten

Merangin, dan Infrastruktur Kesehatan yang belum memadai.

2. Upaya Dinas Kesehatan dalam penanggulangan gizi buruk di Kabupaten

Merangin ialah melalui promosi kesehatan pada tingkat puskesmas.

Sebagaimana diketahui bahwa ujung tombak dari program penanggulangan

gizi buruk adalah Puskesmas dan salah satu dari upaya kesehatan wajib

Puskesmas yang harus ditingkatkan kinerjanya adalah promosi kesehatan

3. Kebijakan pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan dalam

penanggulangan gizi buruk Kabupaten Merangin yaitu Pemberian Makanan

Tambahan Anak dan Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) sejak ibu

hamil sampai anak berumur 2 tahun.

B. Saran

1. Diharapkan dukungan dari berbagai pihak untuk dalam penanggulangan gizi

buruk Kabupaten Merangin

2. Diharapkan ada terobosan yang dilakukan Dinas Kesehatan untuk

meningkatkan kesadaran gizi masyarakat Kabupaten Merangin

69

Page 85: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Arifin Tahir. 2014. Kebijakan Publik & Transparansi Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah. Bandung : Alfabeta.

Edwards III, George C. 1980. Implementing Publik Policy. Congresinal, Quartely

press

Iin Tri Rahayu dan Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara (Jatim:

Bayumedia Publishing, 2004), hlm. 1

Kusriadi. 2010. Analisis faktor risiko yang mempengaruhi kejadian kurang gizi

pada anak balita di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) [Tesis]. Bogor:

Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Labolo Muhadam. Memahami Ilmu Pemerintahan. (Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 2014), hlm. 37

Lexi J. Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya,

2005), Ed. Revisi. hlm.6

Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. (Jakarta : Rineka Cipta.

2007), hlm. 3

Osborne, R. H. Dkk., Distribution of health literacy strengths and weaknesses

across socio-demographic groups: a crosssectional survey using the Health

Literacy Questionnaire (HLQ). (2015). BMC public health. 15(1), 678.

Sayutim Una, Pedoman Penulisan Skripsi, Cet 1 (Jambi: Fakultas Syariah IAIN

STS Jambi dan Syariah Press, 2012),

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), Cet 4,

hlm. 102

Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, R dan D, Alfabeta,

Bandung, 2015

Supariasa. Penilaian Status Gizi. (Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2001)

Syafie, Inu Kencana. Pengantar Ilmu Pemerintahan. (Bandung : Refika Aditama,

2013)

Page 86: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

Tahir Arivin. Kebijakan Publik & Transparansi Penyelenggaraan Pemerintah

Daerah. (Bandung : Alfabeta, 2014)

Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah, (Jambi: Syariah

Press 2014)

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan

Daerah

Page 87: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

DOKUMENTASI PENELITIAN

Page 88: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,
Page 89: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

CURRICULUM VITAE

Nama : MUHAMMAD IQBAL Tempat Tanggal Lahir : Tj. Pauh 05 Mie 1995 Email : [email protected] No. Kontak/ HP : 0823-8078-2667 Alamat : Pendidikan Formal:

1. SDN 175 Desa Ngaol Ilir Tahun 2003-2009

2. MTS (Ponpes) Al Munawwaroh 2009-2012

3. MAN (Ponpes) Azzakariah 2012-2015

4. Mahasiswa UIN STS Jambi 2015-sekarang

Pengalaman Organisasi:

1. Anggota SEMA (Senat Mahasiswa) Fakultas Syariah UIN STS Jambi Tahun 2018-

2019.

2. Pengurus HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas

Syariah UIN STS Jambi Tahun 2017-2018.

3. Wakil Ketua II HMPM Jambi (Himpunan Mahasiswa Pelajar Merangin) Tahun

2017-2018.

4. Ketua Umum HMPTB Jambi (Himpunan Mahasiswa Pelajar Tabir Barat) Tahun

2018-2019.

5. Pengurus Komisariat Syariah Korkom UIN STS Jambi HMI (Himpunan Mahasiswa

Islam) Cabang Jambi Tahun 2017-Sekarang.

Desa Ngaol Ilir Kecamatan Tabir Barat Kabupaten

Merangin

Page 90: SKRIPSI - repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/1795/1/SIP_152025... · Menurut H. L. Blum, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik individu,

6. Pengurus LDMI (Lembaga Dakwa Mahasiswa Islam) HMI Cabang Jambi Tahun

2017-2018.

Moto Hidup: Tiada keindahan yang lebih baik dari pada kecerdasan

31

Jambi, Oktober 2019 MUHAMMAD IQBAL NIM. SIP.152025