repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/74/2/(Referensi)PENDIDIKAN... · Web...

194
Plagiarism Checking Result for your Document Page 1 of 104 file://C:\Users\Refky Fielnanda\Documents\ PlagiarismCheckerX\report.html 29/01/2 019 Plagiarism Checker X Originality Report Plagiarism Quantity: 29% Duplicate Date Selasa, Januari 29, 2019 Words 15469 Plagiarized Words / Total 52803 Words Sources More than 902 Sources Identified. Remarks Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement. PENDIDIKAN KEADVOKATAN Ishaq, S.H., M.Hum.PENDIDIKANK E A D V O K ATA NSG. 02.16.0757PENDIDIKAN KEADVOKATANOleh:Ishaq, S.H., M.Hum.Diterbitkan oleh Sinar GrafikaJl. Sawo Raya No. 18Jakarta 13220Hak cipta dilindungi undang- undang. Dilarang memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya, dalam bentuk dan dengan cara apa pun juga, baik secara mekanis maupun elektronis, termasuk fotokopi, rekaman, dan lain-lain tanpa izin tertulis dari penerbit.Cetakan pertama, Juni 2010Perancang kulit, Kreasindo MediacitaDicetak oleh Sinar Grafika OffsetISBN 978-979-007-307-4Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) IshaqPendidikan keadvokatan/Ishaq;Editor, Leny Wulandari. -- Ed. 1. Cet. 1.-- Jakarta: Sinar Grafika, 2010xvi, 294 hlm.; 23 cmBibliografi: hlm. 223ISBN 978-979- 007-307-41. Pendidikan Keadvokatan 2. HukumI. Judul II. Leny WulandariPERSEMBAHANBuku ini saya persembahkan kepada:Ayahanda Dama (Almarhum) dan Ibunda Hj. Halwiah.Kakandaku M. YusufIstriku yang tercinta AsyirahPutra-putriku tersayang: Nurhikmah Ishaq, danFadhli Muhaimin IshaqPara guru-guruku danAlmamaterku.BAB 1PendahuluanA. ISTILAH DAN PENGERTIAN PENGACARA ATAU AD-VOKATSebelum keluarnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, maka penggunaan istilah advokat di dalam praktiknya belum ada yang baku untuk sebutan profesi tersebut. Dalam berbagai ketentuan perundang- undangan terdapat inkonsistensi sebutannya. Misalnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970, sebagaimana telah diganti dengan Undang- Undang Nomor 35 Tahun 1999, dan diganti lagi dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 serta terakhir diganti dengan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, tentang Kekuasaan Kehakiman, menggunakan istilah bantuan hukum dan advokat.Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- Undang Hukum Acara

Transcript of repository.uinjambi.ac.idrepository.uinjambi.ac.id/74/2/(Referensi)PENDIDIKAN... · Web...

Plagiarism Checker X Originality Report

Plagiarism Quantity: 29% Duplicate

Date Selasa, Januari 29, 2019

Words 15469 Plagiarized Words / Total 52803 Words

Sources More than 902 Sources Identified.

Remarks Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.

PENDIDIKAN KEADVOKATAN Ishaq, S.H., M.Hum.PENDIDIKANK E A D V O K ATA NSG.

02.16.0757PENDIDIKAN KEADVOKATANOleh:Ishaq, S.H., M.Hum.Diterbitkan oleh Sinar

GrafikaJl. Sawo Raya No. 18Jakarta 13220Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

memperbanyak buku ini sebagian atau seluruhnya, dalam bentuk dan dengan cara apa pun juga, baik secara mekanis maupun elektronis, termasuk fotokopi, rekaman, dan lain-lain tanpa izin tertulis dari penerbit.Cetakan pertama, Juni 2010Perancang kulit, Kreasindo MediacitaDicetak oleh Sinar Grafika

OffsetISBN 978-979-007-307-4Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

IshaqPendidikan keadvokatan/Ishaq;Editor, Leny Wulandari. -- Ed. 1. Cet. 1.-- Jakarta: Sinar

Grafika, 2010xvi, 294 hlm.; 23 cmBibliografi: hlm. 223ISBN 978-979-007-307-41.

Pendidikan Keadvokatan 2. HukumI. Judul II. Leny WulandariPERSEMBAHANBuku ini saya persembahkan kepada:Ayahanda Dama (Almarhum) dan Ibunda Hj. Halwiah.Kakandaku M. YusufIstriku yang tercinta AsyirahPutra-putriku tersayang: Nurhikmah Ishaq, danFadhli Muhaimin IshaqPara guru-guruku danAlmamaterku.BAB 1PendahuluanA. ISTILAH DAN PENGERTIAN PENGACARA ATAU AD-VOKATSebelum keluarnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, maka penggunaan istilah advokat di dalam praktiknya belum ada yang baku untuk sebutan profesi tersebut. Dalam berbagai ketentuan perundang-undangan terdapat inkonsistensi sebutannya.

Misalnya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970, sebagaimana telah diganti dengan Undang- Undang Nomor 35 Tahun 1999, dan diganti lagi dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 serta terakhir diganti dengan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, tentang Kekuasaan Kehakiman, menggunakan istilah bantuan hukum dan advokat.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Undang-Undang Nomor 2Tahun 1986 tentang Peradilan Umum, Undang-Undang Nomor 5Tahun 2004 tentang perubahan atas Undang- Undang Nomor 14 Tahun1985 tentang Mahkamah Agung menggunakan istilah penasihat hukum.

De parte me n Hukum da n HAM me nggunakan istilah pengacara, dan Pengadilan Tinggi menggunakan istilah advokat dan pengacara. Kemudian Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat menggunakan istilah advokat, di samping itu ada juga yang menyebutnya dengan istilah pembela.Bab 1 Pendahuluan 1Setelah dikeluarkannya Undang-Undang Advokat, yaitu Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor

49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4228, maka istilah advokat sudah menjadi baku dan berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang dijamin oleh hukum serta wilayah kerjanya meliputi seluruh wilayah negara Republik Indonesia.Istilah penasihat hukum/bantuan hukum dan advokat/pengacara merupakan istilah yang lebih tepat dan sesuai dengan fungsinya sebagai pendamping tersangka atau terdakwa dalam perkara pidana, atau sebagai pendamping penggugat atau tergugat dalam perkara perdata dalam pemeriksaan, daripada istilah pembela.Istilah pembela menurut Andi Hamzah sering disalahtafsirkan, seakan-akan berfungsi

sebagai penolong tersangka atau terdakwa bebas atau lepas dari pemidanaan, walaupun ia jelas bersalah melakukan yang didakwakan itu.1

Padahal fungsi pembela atau p e n a s ih a t h ukum i t u a d al a h m e mb a nt u ha k im d al a m us ah a menemukan kebenaran materiil,2 walaupun bertolak dari sudut pandangan subjektif, yaitu berpihak kepada kepentingan tersangka atau terdakwa.Istilah advokat bukan asli bahasa Indonesia. Advokat berasal dari bahasa Belanda, yaitu advocaat, yang berarti orang yang berprofesi

memberikan jasa hukum. Jasa tersebut diberikan baik di dalam atau di luar ruang sidang.3Pengertian

advokat menurut Blacks’s Law Dictionary adalah to speak in favour of or defend by argument (berbicara untuk keuntungan1 Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia , Jakarta: GhaliaIndonesia, 1985, hlm. 88.2

Yaitu kebenaran yang nyata atau betul-betul kebenaran dalam perbuatanpidana yang dilakukan oleh terdakwa, atau hubungan antara pihak yang terkaitdalam perbuatan pidana tersebut.3 Ari Yusuf Amir, Strategi Bisnis Jasa Advokat, Yogyakarta: Navila Idea, 2008,hlm. 18.2 Pendidikan

Keadvokatandari atau membela dengan argumentasi untuk seseorang). Adapunorang yang berprofesi sebagai advocate adalah one who assists, defends, or pleads for another.

One who renders legal advice and aid, pleads the cause of another before a court or a tribunal, a counselor (Seseorang yang membantu, mempertahankan, atau membela untuk orang lain. Seseorang yang memberikan nasihat hukum dan bantuan membela kepentingan orang lain di muka pengadilan atau sidang, seorang konsultan).Adapun pengertian advokat menurut Pasal 1 butir (1) Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan

undang-undang ini.Kemudian Frans Hendra Winarta menjelaskan, bahwa pekerjaan legal counseling (konsultan hukum) sudah termasuk di dalamnya mendampingi, membantu, dan menyatakan salah atau tidak bersalah seseorang di pengadilan maupun sidang umum lainnya.4Pengertian penasihat hukum menurut Pasal 1 butir 13 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana adalah seseorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh atau berdasar undang-undang untuk memberi bantuan hukum.5

Rumusan Pasal 1 butir 13 tersebut menjelaskan, bahwa untuk menjadi penasihat hukum itu haruslah orang yang telah memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh undang-undang.Selain pengertian penasihat hukum sebagaimana telah dijelaskan di atas, ada juga pengertian penasihat hukum yang dijelaskan para ahli, di antaranya adalah sebagai berikut.1 .

Sudikno Mertokusumo berpendapat, bahwa penasihat hukum adalah orang diberi kuasa untuk memberikan bantuan hukum4 Frans Hendra Winarta, Advokat Indonesia, Citra, Idealisme, dan Keprihatinan , Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995, hlm. 66.5 M. Budiarto, K. Wantjik Saleh, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana 1981, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981, hlm. 33.Bab 1

Pendahuluan 3dalam bidang hukum perdata maupun pidana kepada yangmemerlukannya, baik berupa nasihat maupun bantuan aktif, baik di dalam maupun di luar pengadilan dengan jalan mewakili, mendampingi, atau membelanya.62 . J.S.T. Simorangkir, dkk.,

menjelaskan bahwa penasihat hukum adalah seseorang yang bertindak dalam suatu perkara untuk kepentingan yang beperkara, dalam perkara perdata untuk penggugat atau tergugat dan dalam perkara pidana untuk terdakwa.73 . S ud a rs o no be rp e nd a pa t b a hw a p e na s ih a t huk um ad a la h seseorang yang memenuhi syarat yang ditentukan berdasarkan undang-undang untuk memberikan bantuan hukum.84 .

Martiman Prodjohamidjojo menjelaskan bahwa, penasihat hukum ialah mereka yang pekerjaannya (job) atau mereka yang karena profesinya memberikan jasa hukum, pelayanan hukum, bantuan hukum, serta nasihat hukum kepada pencari keadilan baik yang melalui pengadilan negeri, pengadilan agama, atau panitia penyelesaian perburuhan maupun yang di luar pengadilan.9Dari beberapa pendapat di atas dapatlah dijelaskan bahwa penasihat hukum adalah orang yang diberi

kuasa untuk memberikan bantuan hukum, baik dalam perkara perdata, perkara pidana, maupun perkara tata usaha negara dengan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh peraturan perundang- undangan.Berbicara tentang bantuan hukum sebenarnya tidak terlepas dari fenomena hukum itu sendiri.

Seperti telah diketahui keberadaan bantuan hukum adalah salah satu cara untuk meratakan jalan menuju6 Sudikno Mertokusumo, Bunga Rampai Ilmu Hukum, Yogyakarta: Liberty, 1984. hlm. 66.7

J.S.T. Simorangkir, dan kawan-kawan, Kamus Hukum, Jakarta: Aksara Baru,1987, hlm. 124.8

Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta: 1982, hlm. 349.9 Martiman Prodjohamidjojo, Penasihat Hukum dan Bantuan Hukum Indonesia,Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982, hlm. 5.4 Pendidikan Keadvokatank

e pa d a p e m e r a t aa n ke a d il a n y a n g p e nt i n g m a ks ud ny a ba g ipembangunan hukum, khususnya di Indonesia.Adapun pengertian bantuan hukum telah dijelaskan oleh Jaksa Agung

Republik Indonesia, yaitu pembelaan yang diperoleh seseorang terdakwa dari seseorang penasihat hukum, sewaktu perkaranya diperiksa dalam pemeriksaan pendahuluan atau dalam proses

pemeriksaan perkaranya di muka pengadilan.10Kemudian Lasdian Walas mengatakan bahwa,

bantuan hukum adalah jasa memberikan bantuan hukum dengan bertindak baik sebagai pembela dari seseorang yang tersangkut dalam perkara pidana maupun kuasa hukum dalam perkara perdata atau tata usaha negara di muka pengadilan atau memberi nasihat hukum di luar pengadilan.11Di samping

itu juga di dalam Pasal 1 butir 9 Undang-Undang Nomor18 Tahun 2003 tentang Advokat

memberikan suatu penjelasan bahwa bantuan hukum, adalah jasa hukum yang diberikan oleh

advokat secara cuma-cuma kepada klien yang tidak mampu.Secara konsepsional, apabila dilihat pada tujuan dan orientasi, sifat, cara pendekatan, dan ruang lingkup aktivitas program bantuan hukum,

khususnya bagi golongan miskin dan buta hukum di Indonesia, pada dasarnya dapat dikategorikan

pada dua konsep pokok, yaitu konsep bantuan hukum tradisional dan konsep bantuan hukum konstitusional.12Konsep bantuan hukum tradisional adalah pelayanan hukum yang diberikan kepada masyarakat miskin secara individual.

Sifat dari bantuan hukum ini pasif, dan cara pendekatannya sangat formal-legal, dalam arti melihat segala permasalahan hukum kaum miskin semata- mata dari sudut yang hukum yang berlaku. Orientasi dan tujuan10 Jaksa Agung RI, Pemberian Bantuan Hukum oleh Fakultas Hukum Negeri dan Penegakan Hukum dalam Pemberian Bantuan Hukum oleh Fakultas Hukum Negeri, Jakarta: Departemen Penerangan RI, 1976, hlm. 72.11 Lasdian Walas, Cakrawarala Advokat Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 1980, Cet. ke-1, hlm. 119.12

Bambang Sunggono, Aries Harianto, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia, Bandung: Mandar Maju, 1994, hlm. 26.Bab 1 Pendahuluan 5bantuan hukum ini adalah untuk menegakkan keadilan bagi si miskinmenurut hukum yang berlaku, kehendak mana dilakukan atas landasan semangat derma (charity).Konsep bantuan hukum konstitusional merupakan bantuan hukum untuk rakyat miskin yang dilakukan dalam kerangka usaha dan tujuan yang lebih luas, se perti (a) menyadarkan hak-hak masyarakat miskin sebagai subjek hukum, (b) penegakan dan pengembangan nilai-nilai hak asasi manusia sebagai sendi utama bagi tegaknya negara hukum.13Dengan demikian, seorang advokat harus memperhatikan kliennya yang tidak mampu.

Sebab dalam kenyataannya yang terlihat setiap hari di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung, bantuan hukum yang diberikan oleh advokat tampaknya hanya berkisar kepada orang- orang yang berada saja. Jarang sekali dilihat seorang advokat di dalam media massa, baik berupa televisi, surat kabar, dan majalah diberitakan memberikan jasa hukum kepada orang yang tidak mampu.Akan tetapi, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat telah menetapkan dengan tegas tentang bantuan hukum dengan cuma-cuma kepada pencari keadilan.

Hal ini telah dijelaskan di dalam Pasal 22 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun2003, yang berbunyi sebagai berikut.(1) Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara Cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu.(2) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian bantuan hukum secara Cuma-Cuma sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.Pasal 22 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 ini merupakan

sebuah sentuhan moral kepada advokat, agar dalam menjalankan profesinya harus tetap memperhatikan kepentingan orang-orang yang13 Bambang Sunggono, Aries Harianto, ibid., hlm.

28.6 Pendidikan Keadvokatantidak mampu.

Pasal ini juga merupakan imbauan moral dan sekaligusmengasah kepekaan sosial.Selanjutnya Lasdian Walas menyebutkan bahwa pemberi bantuan hukum itu dapat dibedakan menjadi dua golongan, sebagai berikut.1 . Pemberi bantuan hukum yang menjalankan pekerjaan sebagai mata pencaharian pokok adalah advokat, pengacara dan konsultan hukum.2 . Pemberi bantuan hukum yang menjalankan pekerjaan tersebut tidak sebagai mata pencarian pokok, yakni mereka yang secara insidentil memberikan bantuan hukum, yaitu pegawai negeri t e r m a suk TNI , s e t e l a h m e n da p a t i z in l e b i h d a h ul u da r i pimpinannya, komandan, dan orang-orang swasta.14Pada tahun

1969 Persatuan Advokat Indonesia (PERADIN) telah mengadakan kongres di Jakarta yang menghasilkan berdirinya Lembaga Bantuan Hukum bagi kaum miskin di Indonesia.

Lembaga Bantuan Hukum ini menurut Adnan Buyung Nasution adalah bertujuan (sebagai pilot project peradin) meliputi tiga hal yaitu:1 . memberikan bantuan hukum kepada masyarakat miskin yang buta hukum;2 . menumbuhkan dan membina kesadaran warga masyarakat akan hak-haknya sebagai subjek hukum;3 . mengadakan pembaruan hukum (modernisasi) sesuai dengan tuntutan zaman.15Pekerjaan memberikan bantuan hukum, pelayanan, atau jasa hukum termasuk pe ke rjaan be rwiraswasta. Pe kerjaan ini ada hubungan langsung dengan ketertiban hukum dan ketertiban umum. Oleh karena itu, dianut sistem pengangkatan yang merupakan izin untuk berpraktik.

Untuk dapat menjadi seseorang yang berprofesi sebagai penasihat hukum/advokat menurut Undang- Undang Nomor14 Lasdian Walas, op. cit., hlm. 121.15 Adnan Buyung Nasution, Bantuan Hukum di Indonesia, Jakarta: LP3ES, 1988,hlm. 110.Bab 1 Pendahuluan 718 Tahun 2003 tentang Advokat telah dijelaskan dalam Pasal 2 ayat(1) dan Pasal 3 ayat (1), sebagai berikut. Pasal 2 ayat (1) berbunyi:Yang dapat diangkat sebagai Advokat adalah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum dan setelah mengikuti pendidikan khusus profesi Advokat yang dilaksanakan oleh Organisasi Advokat.Pasal 3 ayat (1) berbunyi:Untuk dapat diangkat menjadi Advokat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:a . warga negara Republik Indonesia;b .

bertempat tinggal di Indonesia;c. tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau pejabat negara;d . berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima) tahun;e. berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1);f . lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat;g . magang sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terus-menerus padaKantor Advokat;h . tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;i.

berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyai integritas yang tinggi.Menurut penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 18Tahun 2003 tentang Advokat menegaskan bahwa, yang dimaksud dengan “berlatar belakang pendidikan tinggi hukum”, adalah lulusan fakultas hukum, fakultas syariah, perguruan tinggi hukum militer, dan perguruan tinggi ilmu kepolisian.Ada pun k e dudukan d an pe ran advok at/pe ngaca ra da lam hubungan dengan hakim dan jaksa dalam sistem peradilan pidana (criminal justice system) terhadap sikap dan penilaiannya masing-masing8

Pendidikan Keadvokatanpihak dalam suatu proses pidana adalah bahwa hakim berpangkaltolak pada posisinya yang objektif dan penilaiannya juga yang objektif, se dang kan jaks a pe nun tut umum yan g m e wak ili ne ga ra d an masyarakat berpangkal tolak pada posisinya yang subjektif, tetapi penilaiannya yang objektif.

Hal ini berbeda dengan penasihat hukum/ pengacara/advokat itu yang berpangkal tolak pada posisinya yang subjektif karena mewakili kepentingan tersangka/terdakwa atau klien, dan penilaiannya yang subjektif pula. Meskipun demikian, penasihat hukum/pengacara advokat itu berdasarkan legitimasi yang berpangkal pada etika, ia harus mempunyai penilaian yang objektif terhadap kejadian-kejadian di sidang pengadilan.Sebelum terbitnya Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2003 tentang Advokat, terdapat beberapa jenis penasihat hukum/pengacara yang berpraktik di

muka pengadilan, yaitu sebagai berikut.1 .

AdvokatSebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa advokat adalah salah satu istilah yang sering digunakan untuk seseorang yang memberikan bantuan atau layanan hukum kepada pencari keadilan yang beperkara.Advokat adalah penasihat hukum yang diangkat berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM dalam Surat Keputusan tersebut dijelaskan beberapa ketentuan-ketentuan sebagai berikut.a.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM ter- sebut, telah ditetapkan tempat kedudukannya atau domisilinya pada suatu kota tertentu di dalam wilayah Pengadilan Negeri.b . Pada dasarnya advokat tersebut dapat beracara di muka pengadilan di semua lingkungan badan, termasuk di Pengadilan Agama di seluruh wilayah Republik Indonesia.c. D a la m ra n g ka p e n e r ti b a n a d m in i s tr a s i p e ng a w as a n d a n pembinaan maka apabila advokat tersebut akan beracara di muka pengadilan di luar daerah hukum Pengadilan Tinggi di mana ia berdomisili, maka advokat tersebut wajib melaporkan diri kepada Ketua Pengadilan Tinggi secara tertulis dengan menyampaikan tembusan kepada:Bab 1 Pendahuluan 91) Mahkamah Agung RI,2) Ketua Pengadilan Tinggi Agama yang dituju,3) Pengadilan Agama yang dituju.Penyampaian surat pemberitahuan ini dilakukan dengan surat tercatat, diharapkan sudah diterima pada alamat yang dituju satu minggu sebelum ia mulai beracara.2 .

Pengacara PraktikP e ng a c ar a pr a k ti k ad a l ah p e n a s ih a t h uk um y an g di a n gk a t berdasarkan Surat Keputusan Ketua Pengadilan Tinggi. Berdasarkan Surat Keputusan Ketua Pengadilan Tinggi tersebut, pengacara praktik dimaksud telah ditetapkan tempat kedudukannya, atau domisilinya pada suatu kota tertentu di dalam wilayah Pengadilan Negeri. Pada dasarnya pengacara praktik tersebut dapat beracara di semua lingkungan badan peradilan, termasuk di Pengadilan

Agama, di seluruh wilayah Pengadilan Tinggi Agama.

Dalam rangka penertiban administrasi pengawasan dan pembinaannya, apabila pengacara praktik tersebut akan beracara di muka pengadilan di luar daerah hukum Pengadilan Negeri tempat domisilinya, ia wajib melaporkan secara tertulis dengan menyampaikan tembusan kepada:a. Mahkamah Agung RI,b . Ketua Pengadilan Tinggi Agama tempat domisilinya, c. Ketua Pengadilan Negeri tempat domisilinya,d. Ketua Pengadilan Agama yang dituju.3 . Kuasa InsidentilKuasa hukum yang dimintakan oleh seseorang yang beperkara untuk memberikan bantuan atau nasihat hukum selama perkara berjalan, dengan ketentuan sebagai berikut.a. Yang bersangkutan tidak harus sarjana hukum, dan tidak pula melakukan kegiatan memberikan bantuan ataupun jasa hukum sebagai profesinya.b .

Yang bersangkutan cukup memperoleh izin Ketua PengadilanAgama/Pengadilan Negeri, di wilayah hukum di mana yang10 Pendidikan Keadvokatanbersangkutan diminta untuk memberikan bantuan hukum, dandalam waktu satu tahun untuk satu perkara saja.c. Yang bersangkutan tidak perlu memiliki izin berpraktik dari Ketua Pengadilan Tinggi, akan tetapi wajib melaporkan izin dari Ketua Pengadilan Agama tersebut secara tertulis kepada Ketua Pengadilan Tinggi tersebut, dan mengirimkan tembusan kepada:1) Ketua Pengadilan Tinggi Agama,2) Ketua Pengadilan Negeri,3) Ketua Pengadilan Agama yang dituju.164 .

Lembaga Bantuan Hukum Perguruan TinggiLembaga Bantuan Hukum (LBH) Fakultas Hukum atau

Syariah dapat memberikan bantuan hukum di muka pengadilan di daerah hukum pengadilan, di

mana Lembaga Bantuan Hukum (LBH) tersebut terdaftar. Jika berpraktik di luar wilayah Pengadilan

Negeri namun masih dalam wilayah Pengadilan Tinggi tempat kedudukannya, maka ia harus mendapat izin praktiknya, dan menyampaikan izin praktik tersebut kepada (a) Ketua Pengadilan

Tinggi di luar Pengadilan Tinggi Umum, (b) Ketua Pengadilan Negeri tempat terdaftar, dan (c) Ketua Pengadilan di luar Pengadilan Negeri yang dituju.17Setelah adanya Undang-Undang Nomor

18 Tahun 2003 tentang Advokat, maka istilah advokat, penasihat hukum, pengacara praktik, dan konsultan hukum yang berpraktik di muka pengadilan, ditetapkan sebagai advokat, dan

pengangkatan advokat menurut Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2003 itu dilakukan oleh

Organisasi Advokat (Pasal 2 ayat (2)).16 H. A.

Mukti Arto, H. Praktik Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, Cet. Ke-VI, hlm. 53.1 7 Ahmad Mujahidin, Pembaharuan Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mah kama h Sy aria h di Ind ones i a, Jaka rta : Ik ata n Ha kim Ind ones ia, 200 8, hlm. 101.Bab

1 Pendahuluan 11B. S E L I N TA S S E J A R A H A D V O K AT ATA U B A N TU A NHUKUMIstilah advokat sesungguhnya telah dikenal semenjak zaman Romawi yang jabatannya atau profesinya disebut dengan nama officium nobile (profesi yang mulia), karena mengabdikan dirinya kepada kepentingan masyarakat dan bukan kepada dirinya sendiri, serta berkewajiban untuk turut menegakkan hak-hak asasi manusia, serta bergerak di bidang moral, khususnya untuk menolong orang-orang tanpa mengharapkan dan/atau menerima imbalan atau honorarium. Hal ini telah dijelaskan oleh Abdul Hakim G.

Nusantara yang mengatakan, bahwa bantuan hukum (baca advokat) sebagai kegiatan pelayanan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat miskin dan buta hukum.1 8Suatu penelitian yang mendalam tentang sejarah pertumbuhan program bantuan hukum atau advokat dilakukan oleh Mauro Cippelleti, yang dikutip oleh Adnan Buyung Nasution yang me- ngatakan bahwa:"Program bantuan hukum kepada si miskin telah dimulai sejak zaman Romawi. Juga ternyata bahwa pada tiap zaman, arti dan tujuan pemberian bantuan hukum kepada miskin erat hubungannya dengan nilai-nilai moral, pandangan politik dan falsafah hukum yang berlaku.Pada zaman Romawi pemberian bantuan hukum oleh Patronus hanyalah didorong oleh motivasi untuk mendatangkan pengaruh dalam masyarakat.

Pada zaman abad pertengahan masalah bantuan hukum ini mendapat motivasi baru sebagai akibat pengaruh agama Kristen, yaitu keinginan orang untuk berlomba-lomba memberikan derma (charity) dalam bentuk membantu si miskin dan bersamaan dengan itu pula tumbuh nilai-nilai kemuliaan (nobility) dan kesatriaan (chivalry) yang sangat diagungkan orang. Sejak revolusi Prancis dan Amerika sampai zaman modern sekarang ini, motivasi pemberian bantuan hukum bukan hanya charity atau rasa perikemanusiaan kepada orang yang tidak mampu, melainkan telah timbul aspek hak-18 Abdul Hakim G.

Nusantara, Beberapa Pemikiran Mengenai Bantuan Hukum: Ke arahBantuan Hukum Struktural, Bandung: Alumni, 1981, hlm. 16.12 Pendidikan Keadvokatanhak politik atau hak warga negara yang berlandaskan kepada konstitusimodern".19Pada tahun 1892 di kota Amsterdam dibentuk suatu biro bantuan hukum dari organisasi Toynbee, yang bernama Ons Huis. Biro-biro semacam itu juga dibentuk di kota Leiden dan Den Hag. Biro tersebut memberikan konsultasi hukum dengan biaya yang sangat rendah.Pada tahun 1905 di kota Keulen Jerman didirikan biro konsultasi h uk um y a ng

p e r t am a d e n ga n n a m a Re ch t s au s k un f s t eb l e f u r minderbemittleden dengan mendapat subsidi dari kotapraja.

Di Amerika Serikat juga dibentuk organisasi bantuan hukum swasta pada tahun1876, yang tujuannya untuk melindungi kepentingan-kepentingan para imigran Jerman, yang bernama Deutsche Rechtsschutz Verein.Pemberian advokat khususnya bagi rakyat kecil yang tidak mampu dan buta hukum tampaknya merupakan hal yang dapat dikatakan relatif baru di negara berkembang, demikian juga di Indonesia.

Bantuan hukum sebagai suatu legal institution (lembaga hukum) semula tidak dikenal dalam sistem hukum tradisional, dan baru dikenal di Indonesia sejak masuknya atau diberlakukannya sistem hukum Barat di Indonesia.Menurut Ari Yusuf Amir bahwa bantuan hukum merupakan p e l a y an a n h uk um y an g be r s if a t c um a- c uma . 2 0 S e mua w ar g a masyarakat atau warga negara,

memiliki aksesbilitas yang sama dalam memperoleh pelayanan hukum, baik di dalam maupun di luar

pengadilan.Kemudian Bambang Sunggono, dan Aries Harianto menjelaskan bahwa "Bantuan hukum sebagai kegiatan pelayanan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat miskin dan buta hukum dalam dekade terakhir ini tampak menunjukkan perkembangan yang amat p e sa t di I nd o n e s i a ,

a p al a g i s e j ak P e l i t a k e I I I , p e me r i nt a h me ncan angk an p rogr am bant uan hukum s e

bag ai j alur unt uk meratakan jalan menuju pemerataan keadilan di bidang hukum."2119 Adnan

Buyung Nasution, op. cit., hlm.

3–4.20 Ari Yusuf Amir, op. cit., hlm. 25.21 Bambang Sunggono, Aries Harianto, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia ,Bandung: Mandar Maju, 1994, hlm. 11.Bab 1 Pendahuluan 13Secara formal, bantuan hukum di Indonesia sudah ada sejakzaman penjajahan Belanda. Hal ini bermula pada tahun 1848 ketika di Belanda terjadi perubahan besar dalam sejarah hukumnya. Berdasarkan asas konkordansi, maka dengan firman raja tanggal 16Mei 1848 Nomor 1, perundang-undangan di negeri Belanda tersebut juga diberlakukan untuk Indonesia (waktu itu bernama Hindia Belanda), antara lain peraturan tentang susunan kehakiman dan kebijaksanaan pengadilan (Reglement op de Rechterlijke Organisatie en het beleid der justitie in Indonesia) yang disingkat dengan nama R.O. Stb. 1847 Nomor 23 Juncto Stb. 1848 Nomor 57, dengan segala perubahan dan tambahannya.Dalam reglement ini diatur persyaratan formal tentang kualifikasi sebagai advokat dan pengacara praktik, pengangkatan dan pember- hentiannya, jenis bantuan yang dilakukan, sistem pengawasannya, dan jenis hukuman atas pelanggaran yang dilakukannya.

Dengan demikian, dapatlah diperkirakan bahwa bantuan hukum dalam arti formal baru dimulai di Indonesia pada tahun-tahun itu, dan hal itu pun baru terbatas bagi orang-orang Eropa saja di dalam peradilan Raad Van Justitie.Menurut Adnan Buyung Nasution, bahwa advokat pertama bangsa Indonesia adalah Mr. Besar Mertokoesoemo yang baru membuka kantornya di Tegal dan Semarang pada sekitar tahun1923.22 Dalam hukum positif Indonesia masalah bantuan hukum telah diatur dalam Pasal 250 ayat (5) dan ayat (6) Het Herziene Indone- sische Reglemen (HIR atau Hukum Acara Pidana lama). Pasal tersebut dalam praktiknya lebih mengutamakan bangsa Belanda daripada bangsa Indonesia (Inlanders).

Daya laku pasal tersebut terbatas bila para advokat tersedia dan bersedia membela orang-orang yang dituduh dan diancam hukuman mati dan/atau hukuman seumur hidup.Keadaan gambaran di atas terjadi karena di zaman kolonial Belanda dikenal adanya 2 (dua) sistem peradilan yang terpisah satu dengan yang lainnya. Pertama, satu hierarki peradilan untuk orang-22 Adnan Buyung Nasution, op. cit., hlm. 24.14 Pendidikan Keadvokatanorang Eropa dan yang dipersamakan (Residentie Gerecht, Raad VanJustitie, dan Hoge Rechtshof).

Kedua, hierarki peradilan untuk orang- orang Indonesia dan yang dipersamakan (District Gerecht Regents cheps gerecht, dan lanraad).Meskipun HIR terbatas daya lakunya dan tidak diperlakukan secara penuh tetapi HIR masih dianggap sebagai pedoman dalam beracara sampai terbitnya Undang- Undang Nomor 14 Tahun 1970 te nta ng Un dan g- Und ang P oko k K e k uas aan K e ha kim an , d an sekarang telah diganti dengan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, di mana hak untuk mendapatkan ban- tuan hukum itu dijamin melalui Pasal 56 dan

Pasal 57 sebagai berikut.Pasal 56(1) Set iap o rang yang ters angku t per kara berh ak me mpero leh bantuan hukum.(2) Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu.Pasal 57(1) Pada setiap pengadilan negeri dibentuk pos bantuan hukum kepada pencari keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh bantuan hukum.(2) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan secara cuma-cuma pada semua tingkat peradilan sampai putusan terhadap perkara tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap.(3) Bantuan hukum dan pos bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.Demikian juga hak seorang tersangka atau terdakwa dibela dan di dampingi seorang advokat, juga telah dijamin dalam Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP) khususnya dalam Pasal 54, Pasal 55, Pasal 56, Pasal 57, dan Pasal 114.Bab 1 Pendahuluan

15Pasal 54Guna kepentingan pembelaan tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan,

menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini.Pasal 55Untuk mendapatkan penasihat

hukum tersebut dalam Pasal 54, tersangka atau terdakwa berhak memilih sendiri penasihat hukumnya.Pasal 56(1) Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau ancaman lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka

yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai

penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses

peradilan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka.(2) S et i a p p e na s i ha t hu k u m y a ng d it u n ju k un t u k b e rt i n da k sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), memberikan bantuannya dengan cuma-cuma.Pasal 57(1) Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak menghubungi penasihat hukumnya sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.(2) Tersangka atau terdakwa yang berkebangsaan asing yang dike- nakan penahanan berhak menghubungi dan berbicara dengan perwakilan negaranya dalam menghadapi proses perkaranya.Pasal 114Dalam hal seorang disangka melakukan suatu tindak pidana sebelum d im u l ai n y a p e me r i ks a a n o l eh p en y i di k , p e n yi d i k wa ji b me m - beritahukan kepadanya tentang haknya untuk mendapatkan

bantuan16 Pendidikan Keadvokatanhukum atau bahwa ia dalam perkaranya itu wajib didampingi olehpenasihat hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56.Apabila dilihat dari aspek institusional (kelembagaan) tentang bantuan hukum ini, dapat diketahui bahwa lembaga atau biro bantuan hukum dalam bentuk konsultasi hukum bernama Rechtsshooge School (Sekolah Tinggi Hukum) pernah didirikan di Jakarta pada tahun 1940 oleh Prof.

Zeyle Maker, seorang guru besar hukum dagang dan hukum acara perdata, yang bertugas untuk memberi nasihat hukum kepada masyarakat yang tidak mampu, di samping itu juga untuk memajukan kegiatan klinik hukum.Pada tahun 1953 ide untuk mendirikan semacam biro konsultasi hukum muncul kembali, dan pada tahun 1954 didirikan biro “Tjandra Naya,” yang dipimpin oleh Prof. Ting Swan Tiong, dengan ruang geraknya hanya mengutamakan konsultasi hukum bagi orang- orang keturunan Cina. Atas usulan Prof.

Ting Swan Tiong yang disetujui oleh Prof. Sujono Hadibroto (Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia), pada tanggal 2 Mei 1963 bertepatan dengan hari pendidikan nasional resmilah berdiri Biro Konsultasi Hukum di Universitas Indonesia dengan Prof. Ting Swan Tiong sebagai ketuanya. Pada tahun1968 biro ini berubah namanya menjadi Lembaga Konsultasi Hukum, dan pada tahun

1974 menjadi Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH).Kemudian T.

Mulia Lubis mengemukakan, bahwa di daerah- d ae r a h l a in b ir o ya n g s e r up a jug a d i d ir i k an P ro f . M uc ht a r Kusumaatmadja di Fakultas Hukum Universitas Pajajaran bisa disebut tokoh bantuan hukum yang banyak jasanya dalam memberi contoh teladan bagi biro-biro serupa di daerah lain. Meski Biro Konsultasi Hukum di Fakultas Hukum Unpad baru didirikan pada tahun 1967, tidaklah salah jika menyimpulkan bahwa Fakultas Hukum Unpad telah amat berhasil dalam tugas pengabdian masyarakat.2323 T.

Mulia Lubis, Gerakan Bantuan Hukum di Indonesia Sebuah Studi Awal, dalam Beberapa Pemikiran

Mengenai Bantuan Hukum: Ke arah Bantuan Hukum Struktural , Bandung: Alumni, 1981, hlm.

11.Bab 1 Pendahuluan 17Di luar kelembagaan bantuan hukum di Fakultas-FakultasHukum, lembaga bantuan hukum melakukan aktivitasnya dengan lingkup yang lebih luas di mulai sejak didirikannya

Lembaga Bantuan Hukum di jakarta pada tanggal 28 Oktober 1970 oleh Persatuan Advokat

Indonesia di bawah pimpinan Adnan Buyung Nasution.

Pada m a sa O rd e Ba r u i t u m a s al a h ba n t ua n huk um t umb uh d a n berkembang dengan pesat.Dewasa ini jasa bantuan hukum banyak dilakukan oleh organisasi- organisasi bantuan hukum yang tumbuh dari berbagai organisasi profesi maupun organisasi kemasyarakatan. Hal ini telah disebutkan dalam Pasal 32 ayat (3) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat, yaitu Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi Advokat Indonesia (AAI), Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI), Himpunan Advokat dan Pengacara Indone sia (HAPI), Serikat Pengacara Indonesia (SPI), Asosiasi Konsultan Hukum Indonesia (AKHI), Himpunan Konsultan Hukum Pasar Modal (HKHPM), dan Asosiasi Pengacara Syari’ah Indonesia (APSI).

Dengan demikian, para penikmat bantuan hukum dapat lebih leluasa dalam upaya mencari keadilan dengan memanfaatkan organisasi-organisasi bantuan hukum tersebut.18 Pendidikan KeadvokatanBAB 2Kebutuhan Akan SeorangAdvokatA JENIS-JENIS KEBUTUHANSe mua warga masyarakat yang me nghadapi masalah hukum, mengharapkan adanya advokat. Akan tetapi di dalam kenyataannya, tidak semua orang yang menghadapi masalah hukum, memperoleh advokat/penasihat

hukum. Oleh karena itu, sering kali dikatakan, bahwa kebutuhan akan advokat/penasihat hukum lebih bersifat subjektif, kekurangan akan advokat lebih bersifat institusional.

Maksudnya ada kekurangan-kekurangan pada penyelenggaraan proses penasihat hukum (dari sudut pihak yang berfungsi untuk menyelenggarakannya).Apabila berbicara masalah kebutuhan secara umum, maka menurut Maslow dikenal adanya 6 (enam) jenis kebutuhan manusia. Kebutuhan- kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:1 . kebutuhan fisiologis;2 . kebutuhan akan rasa aman;3 . rasa cinta dan mengerti;4 . ingin tahu dan ingin memiliki;5 . kebutuhan akan penghargaan;6 . kebutuhan akan kebebasan dalam bertingkah laku.11

Soerjono Soekanto, Bantuan Hukum Suatu Tinjauan Sosio Yuridis, Jakarta: GhaliaIndonesia, 1983, hlm. 34.Bab 2 Kebutuhan Akan Seorang Advokat 19Adanya kebutuhan-kebutuhan yang dikehendaki oleh manusiaakan menimbulkan suatu hasrat atau motivasi untuk berperilaku, yang pada gilirannya akan tercapai tujuan-tujuan yang dikehendaki. Kalau tujuan tersebut tercapai, maka sementara waktu terwujudlah suatu keserasian.Seandainya kebutuhan-kebutuhan manusia itu tidak tercapai atau

kurang tercapai, maka akan terjadi kekacauan.

Jika toleransi terhadap kekacauan tersebut tidak memadai, akan menimbulkan berbagai reaksi, misalnya agresi, dan kompensasi. Sarlito Wirawan Sarwono pernah menjelaskan, bahwa kalau pada suatu saat terjadi dua kebutuhan sekaligus yang sama maka akan timbul keadaan dalam diri orang yang bersangkutan dinamakan konflik.2Konflik tersebut dapat bersifat mendekat-mendekat, menjauh- menjauh atau mendekat-menjauh. Konflik mendekat-mendekat terjadi, apabila seseorang dihadapkan pada pemilihan yang sama kuat nilai positifnya.

Adapun konflik menjauh-menjauh, terjadi apabila pilihan melibatkan hal-hal yang sama nilai negatifnya.Secara psikologis kebutuhan akan bantuan hukum atau seorang advokat senantiasa harus dikaitkan dengan hal-hal di atas. Yang tidak kalah pentingnya adalah, akibat-akibat yang harus diperhitungkan apabila kebutuhan itu tidak terpenuhi.Adnan Buyung Nasution mengatakan antara lain, yaitu "...

ma- salah kesempatan mendapatkan keadilan bukan hanya masalah hukum melainkan juga merupakan masalah politik , bahkan lebih jauh lagi adalah pula masalah budaya ..., persoalannya bertambah rumit apabila kita melihat dari sudut ekonomi disebabkan oleh kemiskinan yang merembes luas, tingkat tuna huruf yang tinggi, dan keadaan kesehatan yang buruk."32 Sarlito Wirawan Sarwono, Topik-Topik Psikologi Social.

Proyek Normalisasi Kehidupan Kampus, Materi Dasar Pendidikan Program Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi, Jilid II, Jakarta: Departemen P dan K. 1982/1983, hlm. 6.3 Adnan Buyung Nasution, Bantuan Hukum di Indonesia, Jakarta: LP3ES, 1988, hlm. 49–50.20 Pendidikan KeadvokatanB. CARA-CARA MENGUKUR ADANYA KEBUTUHANSebagaimana telah diketahui, bahwa kebutuhan bukan hanya terbatas pada bantuan hukum (advokat), namun menyangkut juga masalah- masalah hidup lainnya, seperti kebutuhan akan pendidikan, pe- rawatan, kesehatan, dan rekreasi.Cara untuk mengukur adanya kebutuhan menurut Harvey adalah sebagai berikut:1 . mekanisme pasaran, melalui permintaan dan penawaran;2 .

menanyakan kepada orang-orang yang mempunyai kebutuhan, misalnya dengan mengadakan suatu survei;3 . menafsirkan data statistik;4 . menanyakan kepada mereka yang ahli.4Mengukur adanya kebutuhan berdasarkan mekanisme pasaran agaknya kurang memadai, karena kebutuhan akan bantuan hukum (advokat) diukur semata-mata atas dasar frekuensi datangnya warga masyarakat untuk meminta bantuan hukum.

Sudah dapat diduga, bahwa para pemberi bantuan hukum (dalam hal ini para advokat) akan mempertimbangkan dengan saksama antara bantuan hukum komersial dengan sosial, sehingga kurang menggambarkan keadaan yang sebenarnya dari kebutuhan akan bantuan hukum.Kebutuhan akan bantuan hukum dengan suatu penelitian survei, akan dapat mengatasi kelemahan-kelemahan

yang ditemukan pada mekanisme pasaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan akan bantuan hukum, akan dapat diungkapkan secara merata.

Akan tetapi ada pula bahayanya, yaitu bahwa kebutuhan akan bantuan hukum terlalu dibesar- besarkan oleh peneliti. Walaupun demikian, penelitian tersebut mempunyai arti penting, karena pertama, untuk mengidentifikasi secara ilmiah permasalahan-permasalahan serta sasaran utama strategi pemerataan khususnya pemerataan kesempatan untuk memperoleh keadilan; kedua, sebagai bagian dari upaya pengembangan pengetahuan mengenai gejala kemiskinan di Indonesia4 Soerjono Spekanto, op. cit., hlm. 37.Bab 2 Kebutuhan Akan Seorang Advokat 21dalam rangka pendayagunaan hukum untuk kepentingan masyarakatmiskin serta guna mengefektifkan operasionalisasi konsep pelayanan hukum dalam arti luas.5Kemudian kebutuhan akan advokat dapat juga diukur dari data statistik mengenai bantuan hukum yang ada.

Selain itu dapat juga digunakan berbagai data statistik mengenai kasus-kasus tertentu, seperti angka perceraian serta proyeksinya ke masa depan. Walaupun kadang-kadang data statistik hanyalah mengungkapkan aspek kuantitatif belaka, akan tetapi informasi ini pun akan sangat berguna.Sebagai contoh data statistik sebagaimana dikemukakan oleh Adnan Buyung Nasution mengenai Lembaga Bantuan Hukum Jakarta, yaitu sebagai berikut."Menurut catatan selama 5 (lima ) tahun yang lalu, ternyata ada rata-rata 2000 (dua ribu) orang pencari keadilan yang datang ke Lembaga Bantuan Hukum setiap tahunnya untuk meminta bantuan hukum. Sembilan puluh persen dari padanya diterima sebagai klien dan hanya 10% yang ditolak.

Alasan-alasan penolakan adalah karena mereka tidak termasuk orang miskin dan buta hukum, atau perkara yang diajukannya tidak ada dasar hukumnya untuk diurus.Jika dilihat jenis atau sifat perkara/persoalan-persoalan yang dibela dan diwakili oleh Lembaga Bantuan Hukum, maka kita peroleh perincian sebagai berikut:1 . 60% perkara-perkara perdata;2 . 20% perumahan;3 . 15% perkara pidana;4 . 5% perkara perburuhan.Dari jumlah perkara-perkara yang masuk tersebut di atas, menurut catatan rata-rata 75 % dapat diselesaikan setiap tahunnya."65 Tim Peneliti Lembaga Kriminologi UI, Kebutuhan Hukum Golongan Miskin, Jakarta: Seminar Evaluasi Penelitian L.K. UI,

1982, hlm. 2–3.6 Adnan Buyung Nasution, op.

cit., hlm. 11.22 Pendidikan KeadvokatanPerlu dijelaskan bahwa pengertian diselesaikan tidaklah berartibahwa semua perkara-perkara tersebut diselesaikan melalui proses peradilan, melainkan juga termasuk penyelesaian perkara di luar pengadilan, yaitu dengan melalui cara-cara pemberian advis- advis hukum, perdamaian ataupun teguran-teguran pada pihak-pihak yang bersangkutan.Mengukur kebutuhan dengan cara menanyakan pengalaman dari para ahli, merupakan suatu ukuran juga bagi kebutuhan akan bantuan hukum.

Mereka yang sehari-hari berkecimpung di bidang bantuan hukum maupun mereka yang meneliti masalah tersebut, akan dapat memberikan dasar-dasar tertentu bagi kebutuhan akan bantuan hukum. Lord Denning berpendapat bahwa kebutuhan akan bantuan hukum tidak hanya terbatas pada lapisan masyarakat terbawah.7Selanjutnya Adnan Buyung Nasution berpendapat sebagai berikut. "Bantuan bagi si miskin umumnya diartikan sebagai pemberianjasa-jasa hukum (legal services) kepada orang- orang yang tak mampuuntuk menggunakan jasa-jasa advokat atau professional lawyers.Meskipun motivasi ataupun rationale dari pemberian bantuan hukum kepada si miskin ini berbeda-beda dari zaman ke zaman, namun ada suatu hal yang kiranya tidak berubah sehingga merupakan suatu benang merah, yaitu dasar kemanusiaan (humanity)."8C.

KEBUTUHAN JASA HUKUM SEORANG ADVOKATDalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999–2004 dengan tegas dinyatakan, bahwa mengembangkan budaya hukum di semua lapisan masyarakat untuk terciptanya kesadaran dan kepatuhan hukum dalam kerangka supremasi hukum dan tegaknya negara hukum.Tujuan di atas adalah, agar warga masyarakat menghayati hak dan kewajibannya. Kecuali itu, tujuannya adalah agar sikap pelaksana7 Lord Denning, What Next In The Law, London: Butterworths, 1982, hlm. 114.8 Adnan Buyung Nasution, op. cit., hlm.

99.Bab 2 Kebutuhan Akan Seorang Advokat 23penegak hukum menuju pada tegaknya hukum, keadilan sertaperlindungan terhadap harkat dan martabat manusia.Sebagaimana diketahui, telah banyak lembaga-lembaga yang didirikan untuk melakukan bantuan hukum. Lembaga-lembaga tersebut ada yang berada di sektor swasta, dan ada juga yang berada di bawah naungan perguruan tinggi negeri ataupun swasta. Dalam memenuhi kebutuhan akan jasa advokat atau Lembaga Bantuan Hukum dari masyarakat diperlukan beberapa kualifikasi yang me m adai aga r se oran g ad voka t da pat me me nuhi ke b utuh an masyarakat tersebut.Menurut Ropaun Rambe menjelaskan bahwa, kebutuhan akan jasa hukum dari seorang advokat dapat berupa nasihat hukum, konsultasi hukum, pendapat hukum, legal audit, pembelaan baik di luar maupun di dalam pengadilan serta pendampingan di dalam perkara-perkara pidana atau malahan dalam arbitrase perdagangan dan perburuhan.9Selanjutnya Soerjono Soekanto pernah menjelaskan, bahwa kebutuhan akan jasa

hukum dari seorang advokat pada umumnya mencakup sebagai berikut.1 .

P e n e r an g a n, y ai t u m e m be r ik a n i n f or m a si k e p a d a w a rg a masyarakat yang tidak tahu hukum (yang kadang-kadang ditafsirkan sebagai “tidak tahu peraturan perundang- undangan”).2 . Pemberian nasihat, yang tujuannya adalah agar warga masyarakat tersebut dapat mengambil suatu keputusan.3 . Pemberian jasa, misalnya membantu menyusun surat gugatan.4 . Bimbingan yang merupakan suatu bentuk pemberian jasa yang bersifat permanen.5 . Memberi peraturan antara pencari keadilan dengan lembaga pemberi keadilan.9 Ropaun Rambe, Teknik Praktek Advokat, Jakarta: Grasindo, 2001, hlm. 10.24

Pendidikan Keadvokatan6 . Mewakili atau menjadi kuasa di dalam maupun di luar profesiperadilan.10Kebutuhan di atas pada dasarnya merupakan metode atau cara penyelenggaraan bantuan hukum yang dikenal. Dalam rangka memasuki era perdagangan bebas, kebutuhan akan jasa advokat khususnya advokat yang bergerak di bidang business law, investment law, cross-border acquisition, dan merger akan sedemikian meningkat sehingga tentunya dunia bisnis membutuhkan dan menuntut kualitas advokat yang tangguh dan berwawasan internasional.Advokat yang bergerak di bidang hukum bisnis disebut juga dengan konsultan hukum.

Terjadinya sengketa atau perselisihan di dalam berbagai kegiatan bisnis dapat merugikan pihak- pihak yang bersengketa, baik mereka yang berada pada posisi yang benar maupun pada posisi yang salah. Oleh karena itu, terjadinya sengketa bisnis perlu dihindari untuk menjaga reputasi dan relasi yang baik ke depan. Walaupun demikian, sengketa kadang-kadang tidak dapat dihindari karena adanya kesalahpahaman, pelanggaran perundang-undangan, ingkar janji, kepentingan yang berlawanan, dan/atau kerugian pada salah satu pihak.Apabila sengketa telah terjadi, maka pihak yang merasa dirugikan tentu melakukan konsultasi hukum kepada advokat, yang akan menawarkan dua cara yang dapat ditempuh dalam penyelesaian sengketa yang tepat, yaitu (1) Peradilan (litigasi), dan (2) Di luar peradilan (nonlitigasi) atau alternative dispute resolution (ADR),11 sebagai berikut.1

.

Peradilan (Litigasi)Pe radilan me rupakan jalur pe n ye le saian konve nsi onal untuk menyelesaikan berbagai macam sengketa misalnya yang timbul dari ingkar janji, keluhan konsumen, keluhan masyarakat terhadap lingkungan, sengketa pemborongan bangunan, dan sengketa sesama10 Soerjono Soekanto, Beberapa Aspek Sosio Yuridis Masyarakat, Bandung: Alumni,1983, hlm. 301.Bab 2

Kebutuhan Akan Seorang Advokat 25mitra bisnis. Apabila sengketa tersebut timbul, maka salah satu pihakyang merasa benar atau dirugikan oleh pihak lain dapat membawa sengketa tersebut ke Pengadilan Negeri.Seorang advokat akan memberikan jasa hukum kepada pelaku bisnis yang merasa dirugikan untuk membela hak-haknya, dan memper-juangkan kebenaran dan keadilan di pengadilan mulai dari tahap pengajuan gugatan, jawaban, replik, duplik, pembuktian, kesimpulan, dan putusan hakim.Contoh gugatan perkara ingkar janji (wanprestasi) atau cidera janji, sebagai berikut.Perihal: Gugatan Sungai Penuh, ........... 20 ....

Kepada Yth,Bapak Ketua Pengadilan Negeri Sungai Penuh di,Sungai Penuh.Dengan hormat,Yang

bertanda tangan di bawah ini:------------------------------ Ishaq, S.H.,M.Hum, ------------------------------

- Advokat, berkantor di jalan Depati Parbo Sungai Penuh Kerinci, berdasarkan Surat Kuasa tanggal

30 Desember 2009, bertindak untukdan atas nama: ------------------------------------------------------------

---------------------------------------------- Sudirman -------------------------------------- Pengusaha,

bertempat tinggal di Jalan KH.Ahmad Dahlan Koto RenahKecamatan Pesisir Bukit Kabupaten

Kerinci, selanjutnya disebutPenggugat, mohon menyampaikan gugatan terhadap: -----------------------

------------------------------- Abdul Kadir ------------------------------------ pedagang, bertempat tinggal di

Jalan Basuki Rahmat No.

10 Rt 2Sungai Penuh Kabupaten Kerinci, selanjutnya disebut Tergugat; -----Bahwa gugatan Penggugat tersebut adalah sebagai berikut:---------------- Bahwa pada tanggal 17 Agustus 2009 antara Penggugat dan26 Pendidikan KeadvokatanTergugat telah diadakan perjanjian di muka Notaris

Daman Huri, S.H.sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris Nomor 12 yang isinya Penggugat akan mengerjakan mendirikan sebuah bangunan di atas tanah milik Tergugat berukuran panjang 15 meter, lebar 7 meter. Semua bahan bangunan menjadi tanggung jawab Penggugat.

Bangunan tersebut harus selesai dan diserahkan Penggugat kepada Tergugat dalam waktu 2 (dua) bulan, yakni tanggal 17 Oktober 2009. Harga bangunan tersebut adalah sebesar Rp200.000.000,00 (dua ratus j ut a r up i a h) k e p a da P e n gg ug a t , s e d a n g ka n s i s an y a s e be s a r Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dilunasi Tergugat pada saatbangunan toko tersebut selesai dan diserahkan Penggugat kepa - danya; ------------------------------------------------------------------------

------------ Bahwa bangunan toko tersebut telah Penggugat selesaikan dan serahkan kepada Tergugat tepat pada waktunya, yakni tanggal 17Agustus 2009, tetapi ternyata Tergugat belum melunasi sisa harga bangunan toko sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) tersebut kepada Penggugat dengan alasan masih belum ada uang dan ia meminta waktu dua (2) minggu mendatang.

Permintaan Tergugat tersebut disetujui oleh Penggugat; ------------------------------------------------ Bahwa setelah tiba waktu dua (2) minggu sesuai yang dijanjikan, ternyata Tergugat ingkar janji.

Oleh karena itu, wajarlah bila Penggugat menuntutnya lewat Pengadilan Negeri Sungai Penuh; -------

-----------------Bahwa karena Penggugat khawatir Tergugat mengoperkan bangunan toko tersebut kepada orang lain, maka Penggugat mohon agar diletakkan sita jaminan atasnya; ------------------------

--------------------- Bahwa agar Tergugat mau melaksanakan putusan perkara ini nantinya, mohon agar Tergugat dihukum membayar uang paksa kepada Penggugat sebesar Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sehari, setiap ia lalai memenuhi isi putusan terhitung sejak putusan diucapkan sampai

dilaksanakan; ----------------------------------------------------------------- Bahwa mengingat gugatan

Penggugat ini cukup beralasan dan dikuatkan oleh alat-alat bukti yang sah, maka penggugat mohon putusan bijvoorrad; ----------------------------------------------------------------Berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Penggugat mohon kepadaBab 2 Kebutuhan Akan Seorang Advokat 27Pengadilan

Negeri Sungai Penuh berkenan memutuskan sebagaiberikut: ------------------------------------------------

-------------------------------PRIMAIR1 . Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya; ------------------

-----2 .

Menyatakan sah dan berharga semua alat bukti yang diajukanPenggugat dalam perkara ini; -----------

-----------------------------------3 . Me nyatakan sah me nurut hukum Akta Notaris Nomor 12 tertanggal

17 Agustus 2009 antara Penggugat dan Tergugat yang dibuat di muka Notaris Daman Huri, S.H.; ----

------------------------4 . Menyatakan Tergugat ingkar janji/cidera janji tidak melunasi sisa pe

mbayaran pe mbangunan toko se be sar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) kepada Penggugat; --

------------------------------5 .

Menghukum Tergugat untuk membayar kepada Penggugat sisa pe mbayaran pe mbangunan toko se be sar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) secara tunai/sekaligus; ----------------------------6 . Menyatakan sah dan berharga sita jaminan dalam perkara ini; ---7 . Menghukum Tergugat membayar uang paksa kepada Penggugat sebesar Rp200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sehari, setiap ia lalai memenuhi isi putusan, terhitung sejak putusan diucapkan hingga dilaksanakannya; ---------------------

----------------------------------------8 . Menyatakan bahwa putusan ini dapat dijalankan lebih dahulu

meskipun ada perlawanan, banding, atau kasasi; --------------------9 .

Menghukum Tergugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam perkara ini; -------------------

------------------------------------------SUBSIDAIRMohon supaya Pengadilan Negeri Sungai Penuh

dapat memberikan putusan yang seadil-adilnya; ----------------------------------------------------Terima kasih.Hormat kuasa penggugatISHAQ, S.H., M.Hum28 Pendidikan KeadvokatanSebagai advokat peran utamanya adalah mendampingi danmembela hak-hak klien dalam menjalani seluruh tahapan

proses pemeriksaan sidang tersebut.12

Kehadiran advokat (pengacara) dalam persidangan pengadilan diharapkan dapat membantu hakim dalam mencari kebenaran hukum.132 . Di Luar Peradilan (Nonlitigasi)Selain advokat memberikan jasa hukum di dalam persidangan pengadilan, advokat juga me mberikan jasanya di luar sidang pengadilan berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa yang mulai berlaku tanggal 12 Agustus 1999.Di dalam undang-undang tersebut mengatur mengenai pe- nyelesaian suatu sengketa antarpara pihak dalam hubungan tertentu yang telah mengadakan perjanjian arbitrase yang secara tegas menyatakan bahwa semua sengketa atau beda pendapat yang timbul atau mungkin timbul dari hubungan hukum akan diselesaikan dengan prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara negosiasi/perundingan (negotiation), mediasi/ penengahan (mediation), dan arbitrase (arbitration)

14.a.

Negosiasi/Perundingan (Negotiation)Seorang pengacara atau advokat di dalam memberikan jasa hukum kepada klien di luar sidang pengadilan, terlebih dahulu membuat surat somasi kepada pihak lawan untuk kompromi atau negosiasi guna mencari penyelesaian. Negosiasi ini merupakan proses tawar-menawar antara pihak-pihak yang bersengketa, di mana pihak yang satu dalam hal ini pengacara berhadapan dengan pihak lainnya berusaha untuk m e n c ap a i t it i k k e s e pa k at a n t e n t an g p e rs o al a n t e r t e n t u y an g12 Ari Yusuf Amir, Strategi Bisnis Jasa Advokat, Yogyakarta: Navila Idea, 2008, hlm. 19.13 H. Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, Jakarta: Kencana, 2005, hlm. 68.14

Sanusi Bintang, Dahlan, op. cit., hlm. 116–118.Bab 2 Kebutuhan Akan Seorang Advokat

29dipersengketakan. Misalnya negosiasi tentang pembayaran ingkarjanji. Contoh surat somasi dapat dilihat di bawah ini.Nomor : ...................... Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : SomasiSungai Penuh,

………20…Kepada Yth,Bapak AhmadJl. Depati Parbo No.10 Rt. 1 Koto Lebu Sungai Penuh diSungai Penuh KerinciDengan hormat,Bersama ini disampaikan kepada Bapak, bahwa berhubung

sampai saat ini Bapak masih wanprestasi kepada Bapak Burhan. Oleh karena itu, kami kuasa hukum

Bapak Burhan mengharapkan kehadiran Bapak pada:Hari/ tanggal : ...........................Jam/Pukul :

10.00

Wib sampai dengan selesai.Tempat : Jl Depati Parbo Rt 2 No.11 Karya Bakti Sungai PenuhTelp:

.................................. Fax ............................... Maksud : Musyawarah/Perdamaian.Kehadiran Bapak tepat pada waktunya sangat Kami hargai, guna untuk menyelesaikan permasalahan ini secara

kekeluargaan.Demikian disampaikan, terima kasih.30 Pendidikan KeadvokatanHormat Kami,Kuasa

Hukum BurhanISHAQ, SH., M.Hum.b. Mediasi/Penengahan (Mediator)Seorang advokat dapat juga memberikan jasa hukum kepada klien dengan cara mediasi sebagai kelanjutan proses negosiasi untuk

me mbantunya me nye le saikan pe rse ngketaan itu. Tugas-tugas mediator menurut Pasal 15

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2008 adalah sebagai berikut.1

. Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi kepada para pihak untuk dibahas dan disepakati.2 . Mediator wajib mendorong para pihak untuk secara langsung berperan dalam proses mediasi.3 . Apabila dianggap perlu, mediator dapat melakukan kaukus.4 . Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan mereka dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak.15Dalam proses mediasi yang digunakan adalah nilai-nilai yang hidup pada para pihak sendiri, yang terdiri dari hukum, agama, moral, etika, dan rasa adil terhadap fakta-fakta yang diperoleh untuk mencapai suatu kesepakatan.

Kedudukan mediator dalam mediasi hanya sebagai pembantu para pihak untuk mencapai konsensus, karena pada prinsipnya para pihak sendirilah yang menentukan putusannya bukan mediator.Upaya penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui mediator demikian dengan memegang teguh keberhasilan, dalam waktu paling15 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 01

Tahun 2008 ten- tang Prosedur Mediasi di Pengadilan, Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2008, hlm. 9–

10.Bab 2 Kebutuhan Akan Seorang Advokat 31lama 40 (empat puluh) hari kerja sejak mediator dipilih oleh parapihak.

Atas dasar kesepakatan para pihak, jangka waktu mediasi dapat diperpanjang paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak berakhir masa 40 (empat puluh) hari.16Jika mediasi berhasil menyelesaikan sengketa di luar pengadilan dengan kesepakatan perdamaian, dapat mengajukan perdamaian tersebut ke pengadilan yang berwenang, dalam hal ini pengadilan negeri, untuk memperoleh akta perdamaian dengan cara mengajukan gugatan. Pengajuan gugatan tersebut harus melampirkan kesepakatan perdamaian dan dokumen yang membuktikan adanya hubungan hukum antara para pihak dengan objek sengketa.Berdasarkan ketentuan di atas, maka menurut Pasal 23 ayat (3) Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 01 Tahun2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan menyebutkan bahwa, hakim di hadapan para pihak hanya akan menguatkan kesepakatan perdamaian dalam bentuk akta perdamaian apabila kesepakatan perdamaian tersebut memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

(a) se- suai kehendak para pihak, (b) tidak bertentangan dengan hukum, (c) tidak merugikan pihak ketiga, (d) dapat dieksekusi, (e) dengan iktikad baik.Apabila Advokat selaku mediator tidak berhasil mendamaikan para pihak yang bersengketa selama waktu maksimal 40 (empat puluh) hari kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, maka mediator itu wajib menyatakan secara tertulis bahwa proses mediasi telah gagal, dan memberitahukan kegagalan kepada hakim.

Selanjutnya advokat sebagai mediator menyerahkan kepada pengadilan negeri untuk selanjutnya diperiksa oleh hakim perkara tersebut sesuai dengan ketentuan hukum acara yang berlaku.16 Pasal

13 ayat (3) dan ayat (4) Peraturan Mahkamah Agung Republik Indo - nesia Nomor 01 Tahun 2008,

ibid., hlm. 9.32 Pendidikan Keadvokatanc. Arbitrase (Arbitration)Arbitrase merupakan sistem ADR (Alternative Dispute Resolution) yang paling formal sifatnya. Lembaga arbitrase tidak lain merupakan suatu jalur musyawarah yang melibatkan pihak ketiga sebagai wasitnya.17Jad i, di dalam

pros e s ar bitras e par a pih ak ya ng be r se ngk e ta menyerahkan penyelesaian sengketanya kepada

pihak ketiga yang bukan hakim, melalui advokat dengan sistem penyelesaian sengketa arbitrase walaupun dalam pelaksanaan putusannya harus dengan bantuan hakim.Pemberian jasa hukum advokat dalam membela kliennya untuk m e ny e l e s a i ka n se n g ke t a d e n ga n j al ur a r b it r a

se i ni d ap a t mempergunakan salah satu dari dua cara yang dapat membuka jalan timbulnya

perwasitan, yaitu sebagai berikut.1 .

Dengan mencantumkan klausula dalam perjanjian pokok, yang berisi bahwa penyelesaian sengketa yang mungkin timbul akan diselesaikan dengan peradilan wasit (pactum de compromittendo).2 . Dengan suatu perjanjian tersendiri di luar perjanjian pokok.Perjanjian ini dibuat secara khusus bila telah timbul sengketa dalam melaksanakan perjanjian pokok. Surat perjanjian semacam ini disebut “akta kompromis”. Akta kompromis ini ditulis dalam suatu akta dan ditandatangani oleh para pihak.

Kalau para pihak tidak dapat menandatangani, akta kompromis itu harus dibuat di muka notaris dan saksi. Akta kompromis tersebut berisi pokok- pokok dari perselisihan, nama dan tempat tinggal para pihak, demikian pula nama dan tempat tinggal wasit atau para wasit, yang jumlahnya selalu ganjil.18Perlu diketahui bahwa sengketa yang dapat diselesaikan melalui jalur arbitrase yaitu sengketa dalam dunia bisnis saja seperti masalah perdagangan, perindustrian, dan keuangan.

Sengketa perdata lainnya17 Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum dalam Bisnis, Jakarta: Bina

Cipta,2003, hlm. 42.18 Richard Burton Simatupang, ibid., hlm. 45.Bab 2 Kebutuhan Akan Seorang

Advokat 33seperti masalah warisan, pengangkatan anak, perumahan, perburuhandan lain-lainnya, tidak dapat diselesaikan oleh lembaga arbitrase.Perkembangan akan kebutuhan konsultan hukum bisnis adalah suatu kenyataan sebagai akibat dari perkembangan zaman. Pada akhir- akhir ini, permintaan akan seorang advokat secara kuantitatif sudah meningkat dan diharapkan akan meningkat terus.34

Pendidikan KeadvokatanBAB 3Fungsi dan Tanggung JawabProvesi AdvokatA. FUNGSI ADVOKATProfesi advokat/pengacara sesungguhnya dikenal sebagai profesi yang mulia (officium nobile), karena mewajibkan pembelaan kepada semua orang tanpa membedakan latar belakang ras, warna kulit, agama, budaya, sosial, ekonomi, kaya miskin, keyakinan politik, gender, dan ideologi.Profesi advokat/pengacara menurut Ropaun Rambe bukan sekadar mencari nafkah semata, tetapi juga harus memperjuangkan nilai kebenaran dan keadilan, karena di dalamnya terdapat adanya idealisme dan moralitas.1

Oleh karena itu, seorang advokat tidak dapat terpaku begitu saja kepada hukum positif yakni kepastian hukum dalam melakukan pembelaan terhadap kliennya. Akan tetapi seorang advokat harus juga mengutamakan kebenaran dan keadilan, sebab tujuan utama sebenarnya hukum itu adalah terciptanya kebenaran dan keadilan.Profesi advokat/pengacara berfungsi untuk membela kepentingan masyarakat (public defender) dan kliennya. Hampir setiap orang yang menghadapi suatu masalah di bidang hukum di era reformasi ini cenderung menggunakan jasa advokat.

Terlebih lagi dalam rangka1 Ropaun Rambe, Teknik Praktek Advokat, Jakarta: Gramedia

WidiasaranaIndonesia, 2001, hlm. 33.Bab 3 Fungsi dan Tanggung Jawab Profesi Advokat

35perdagangan bebas (free trade), keberadaan profesi advokat sangatdibutuhkan.Oleh karena itu, dalam pelaksanaan fungsi pengacara itu mutlak diperlukan adanya profesi advokat yang independen, artinya dalam menjalankan profe sinya membe la masyarakat dalam memper- juangkan keadilan dan

kebenaran hukum tidak mendapat tekanan dari pihak manapun juga.

Kebebasan profesi advokat itu sedemikian rupa harus dijamin dan dilindungi oleh undang-undang, agar jelas status dan kedudukannya dalam masyarakat sehingga bisa berfungsi secara maksimal.Dalam sistem peradilan pidana, masing-masing penegak hukum sudah mempunyai tugas masing-masing. Seperti polisi bertugas di bidang penyelidikan dan penyidikan, kejaksaan bertugas di bidang penuntutan, hakim mempunyai tugas akhir memutuskan perkara, sedangkan advokat dalam menjalankan tugasnya berada pada posisi masyarakat (klien).

Dalam rangka membela klien, seorang advokat harus memegang teguh prinsip equality before the

law (kesejajaran di depan hukum) dan asas presumption of innocene (praduga tidak bersalah), agar di dalam pembelaan dan tugasnya sehari-hari ia berani menjalankan profesi dan fungsinya dengan

efektif.Adapun fungsi advokat/pengacara dalam membela kepen- tingan masyarakat dan kliennya

dalam perkara pidana terdiri dari pemeriksaan tingkat penyidikan dan pengadilan. Pada tingkat pemeriksaan penyidikan telah disebutkan dalam Pasal 114 KUHAP yang berbunyi:Dalam hal seorang disangka melakukan suatu tindak pidana sebelum dimulainya pemeriksaan oleh penyidik,

penyidik wajib memberi- tahukan kepadanya tentang haknya untuk mendapatkan bantuan hukum

atau bahwa ia dalam perkaranya itu wajib didampingi oleh penasihat hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56. 22 M. Budiarto, K.Wantjik Saleh, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

1981, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981, hlm. 77.36

Pendidikan KeadvokatanSelanjutnya dalam Pasal 115 ayat (1) KUHAP dikatakan bahwa:D al a m h a l p e n yi d i k s e da n g m e l ak u k an p em e r ik s a an t er h a da p tersangka, penasihat hukum dapat mengikuti jalannya pemeriksaan dengan cara melihat serta mendengar pemeriksaan.3Berdasarkan pasal di atas, fungsi penasihat hukum (pengacara) dalam me ndampingi te rsangka dalam taraf pe me riksaan atau penyidikan adalah untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia, dan kedudukan penasihat hukum (pengacara) itu dalam mengikuti jalannya pemeriksaan hanya secara pasif saja.Selanjutnya dalam pemeriksaan di tingkat pengadilan, pengacara itu sudah mempunyai fungsi yang aktif sekali, yakni harus berusaha membantu terdakwa untuk meringankan,

bahkan membebaskan ancaman hukuman yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum kepada terdakwa, apalagi bagi terdakwa yang diancam dengan pidana lima tahun atau lebih, tanpa pengacara tentu terdakwa itu akan menerima ancaman hukuman yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum, sehingga keputusan hakim akan terasa sumbang, karena hanya mendengar dari sebelah pihak saja yakni dari pihak jaksa selaku penuntut umum.Padahal, tujuan hukum acara pidana adalah untuk mencari kebenaran yang materiil, yaitu kebenaran yang nyata atau betul-betul kebenaran dalam perbuatan pidana yang dilakukan oleh terdakwa, atau hubungan antara pihak yang terkait dalam perbuatan pidana tersebut.Bertitik tolak dari keterangan di atas, dapat dijelaskan bahwa fungsi pengacara itu dapat ditinjau dari dua segi, yaitu sebagai berikut.1 .

Dari Segi Kepentingan TersangkaDari segi ini pengacara berfungsi mendampingi dan membela hak- hak tersangka (klien) dalam menjalani seluruh tahapan proses sistem peradilan pidana (criminal justice system), yaitu mulai dari proses3 M. Budiarto, K. Wantjik Saleh, ibid.Bab 3 Fungsi dan Tanggung Jawab Profesi Advokat 37monitoring, evaluasi, penyelidikan, penyidikan dan penahanan dikepolisian, penahanan dan penuntutan di kejaksaan, proses peradilan di pengadilan, hingga pelaksanaan eksekusi.

Apabila seorang tersangka/ terdakwa telah ditahan oleh penyidik, maka salah satu upaya yang dilakukan oleh pengacara tersangka adalah melakukan permohonan penangguhan penahanan.Adapun contoh permohonan penangguhan penahanan adalah sebagai berikut.Kepada Yth,Bapak

Kapolres ............................... di..............................Nomor : .................................Perihal : Mohon ditangguhkan penahanannya terhadap tersang- ka/terdakwa ............................Lampiran : ................ lembar.Dengan hormat,Yang bertanda tangan di bawah ini saya bernama AN, S.H., Advokat pada Kantor Advokat ..........................................

(sebutkan nama kantornya), beralamat di jalan ................................... (sebutkan a l a m a t n y a ) b e r d a s a r k a n s ur a t k ua s a k h us us t e r t a n g g a l................................. (sebutkan tanggal, bulan, dan tahunnya), seperti t e r l a m p i r, b e r t i n d a k s e l a k u A d vo k a t t e r s a n g k a b e r n a m a................................... (sebutkan namanya), dengan ini mohon kepada B a p a k a g a r d a p a t k i r a n y a d i b e r i k a n k e b i j a k s a n a a n b e r up a penangguhan penahanan, mengingat tersangka tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan dokter menderita penyakit ................................ (sebutkan penyakitnya).Sebagai bahan pertimbangan Bapak, bersama ini Kami lampirkan surat jaminan ke sanggupan menjadi penjamin dari orang tua38 Pendidikan Keadvokatantersangka/terdakwa, begitu pula surat keterangan hasil pemeriksaandokter terlampir.Demikian permohonan kami, atas bantuan, pertimbangan, dan kebijaksanaan Bapak diucapkan terima kasih.Sungai Penuh,………………20… Kantor Advokat…………. Hormat Kami,Advokat Tersangka/TerdakwaAN, S.H.Seorang tersangka adalah orang yang masih diduga melakukan kesalahan. Oleh karena itu, untuk membuktikan apakah dia bersalah atau tidak maka digelarlah proses persidangan.

Dalam proses ini berdasarkan bukti-bukti yang dimilikinya seorang pengacara akan membela si tersangka. Dalam pembelaan tersebut seorang pengacara berusaha sedapat mungkin untuk mencari hal-hal yang dapat menguntungkan kepentingan tersangka (klien), bahkan diusahakan agar tersangka (klien) dapat dibebaskan.2 . Dari Segi Kepentingan PemeriksaanPengacara dari segi ini, membantu jalannya pemeriksaan dengan melakukan pendekatan terhadap terdakwa guna mengungkapkan keadaan yang sebenarnya dalam mencari kebenaran materiil yang menjadi tujuan hukum acara pidana, dan membantu hakim dalam m e n e m uk a n ke ya k in an ny a t e n ta n g ke a da an t e rs

an gk a , se rt a membantu alat negara atau penegak hukum untuk melaksanakan ketentuan hukum sebagaimana mestinya.

Dalam hal ini, pengacara berperan agar seorang tersangka (klien) dalam proses pemeriksaan tidak diperlakukan sewenang-wenang. Dalam konteks tersebut tugas pengacara sangatlah penting, karena apa jadinya dunia ini bila seseorang yang belum diadili dan masih diduga bersalah langsungBab 3

Fungsi dan Tanggung Jawab Profesi Advokat 39dijatuhi hukuman. Tentu umat manusia akan

kembali memasukizaman purba yang penuh dengan anarki, siapa yang kuat maka dialah yang selalu

benar.B.

A DV O K AT S E B A G A I P E N G AWA L K O N S TI TU S I DA N PENEGAK HAK ASASI MANUSIAAdvokat merupakan pengawal konstitusi dan penegak hak asasi manusia yang akan selalu menentang pembentukan suatu pe- merintahan diktator. Oleh karena itu, Shakespeare pernah me- ngatakan, Let’s kil all the lawyers dalam drama Cade’s Rebellion, di mana untuk mendirikan pemerintahan yang totaliter, hal yang perlu sekali dilakukan adalah membunuh para lawyers yang dikenal sebagai pengawal konstitusi.Hal tersebut merupakan kewajiban bagi advokat, dan pada kenya- taannya para advokat di negara manapun berpraktik mengutamakan tugasnya selaku “Garda Konstitusi”, seperti halnya advokat yang bergabung di PERADIN (Persatuan Advokat Indonesia) yang sekarang berubah nama menjadi IKADIN (Ikatan Advokat Indonesia) yang senantiasa menentang penguasa yang menyelewengkan Undang- Undang Dasar 1945.Keberadaan advokat sangat penting di tengah masyarakat, karena berusaha ikut memperkuat kesadaran hukum dan kemampuan kekuatan-kekuatan sosial, (buruh, tani, mahasiswa, cendikiawan, pers, dan sebagainya) dalam memperjuangkan hak-hak mereka yang sah.

Menurut Bambang Sunggono, dan Aries Harianto, bahwa gerakan bantuan hukum (baca advokat) juga tidak boleh henti-hentinya memperjuangkan tegaknya dan dihormatinya hak-hak asasi manusia oleh semua pihak, baik penguasa negara maupun anggota masyarakat.4Hal demikian berarti gerakan bantuan hukum harus senantiasa siap siaga sebagai penjaga, kapan saja, dan di mana saja yang mampu menyuarakan hati nurani rakyat apabila hak-hak asasinya dilanggar.4 Bambang Sunggono, Aries Harianto, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia, Bandung: Mandar Maju, 1994, hlm.

135.40

Pendidikan KeadvokatanBantuan hukum (baca advokat) adalah salah satu upaya mengisihak-hak asasi manusia (HAM) terutama bagi masyarakat yang tidak mampu supaya dapat memperoleh keadilan sama dengan masyarakat yang ekonominya sudah mapan. Dalam hal ini telah dijamin dalam Universal Declaration of Human Rigts (Deklarasi Umum tentang Hak- Hak Asasi Manusia), khususnya Pasal 6 dan Pasal 7.Pasal 6 menyebutkan Every one has the right to recognition every where as a person before the law, (setiap orang berhak atas pengakuan sebagai manusia pribadi terhadap undang-undang di mana saja berada).Pasal 7 berbunyi All are equal before the law and are entitled without any descrimination to equal protection of the law.

All are entitled to equal protection against any descrimination in violation of this Declaration and against in citement to such descrimination, (sekalian orang adalah sama terhadap undang-undang dan berhak atas perlindungan hukum yang s a ma d e n g a n t a k a d a p e rb e d aa n . S e m ua o ra n g

b e r ha k at a s perlindungan yang sama terhadap setiap perbedaan yang melanggar pernyataan ini dan terhadap segala hasutan yang ditujukan kepada perbedaan semacam ini).Di

samping itu, di dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar1 94 5 me n y e b ut ka n ba h w a, s e g a l a w a rg a ne g a ra b e r s a ma a n ke dudukannya di dalam hukum dan peme rintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada ke- cualinya. Oleh karena itu, pembelaan bagi orang tidak mampu baik itu di dalam ataupun di luar pengadilan merupakan hak asasi manusia dan bukan sekadar pertolongan.Sesungguhnya pengabaian hak-hak orang yang tidak mampu justru akan dapat mengakibatkan gejolak sosial yang tidak perlu.

Lembaga Advokasi sebenarnya sebagai alat peredam yang ampuh akan kemungkinan terjadinya gejolak sosial dan ketidakpuasan kaum miskin yang biasanya terlupakan.Dengan demikian advokat merupakan salah satu cara menuju masyarakat yang berkeadilan sosial, di mana terjadi pemerataan bukan saja di bidang ekonomi dan sosial, akan tetapi juga di bidang hukum dan keadilan.Bab 3

Fungsi dan Tanggung Jawab Profesi Advokat 41C. A DV O K AT S EB A G AI P EN G G ER A K

P E M BA N G UN A NHUKUM (AGEN OF LAW DEVELOPMENT)D i s a m pi n g a d v ok a t b e r fun g si unt uk m e m be l a k e p e n t i ng a n masyarakat (public defender) dan klie nnya, juga

berfungsi dan berkewajiban untuk berperan dalam pembangunan hukum ( law development ), pe

mbaruan hukum ( law reform) , dan pe mbuatan formulasi rumusan hukum (law

shoping/rechtvorming).Ropaun Rambe menjelaskan bahwa pembangunan hukum (law development) ialah mendorong dan mengarahkan perkembangan hukum melalui penyusunan dan pembentukan undang-undang dan pembe ntukan hukum kebiasaan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan- kebutuhan masyarakat (resing demand) yang berkembang ke arah modernisasi.Pembaruan hukum (law reform) ialah merombak, memperbarui hukum yang tertulis dan tidak yang sesuai dengan perubahan dan kemajuan kesadaran dan aspirasi hak yang hidup dalam masyarakat.Pembuatan formulasi rumusan hukum (law shoping/rechtsvorming) dalam undang-undang dan hukum kebiasaan yang dengan tegas dan jelas memuat dan menampung asas-asas, norma-norma, dan syarat- s y ar a t

h uk um y an g me m i ha k p ad a ya n g l e m ah , me l a ra n g penyalahgunaan kekuasaan, melarang perbuatan yang menindas, me larang s iste m pe re konomian yang monopolistis , me larang persaingan yang tidak wajar (unfair competition), melarang pemusatan kekuatan ekonomis dalam bentuk cartel, concern, trust, melarang perbuatan-perbuatan yang anti demokratis, melindungi hak-hak asasi manusia dan keadilan sosial.5D.

SIFAT DAN ASAS PROFESI ADVOKATDalam usaha mewujudkan prinsip-prinsip negara hukum dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara, maka peran dan fungsi advokat sebagai profesi yang bebas (free profession), yang berarti tanpa tekanan, ancaman, hambatan, tanpa rasa takut, atau perlakuan5 Ropaun Rambe, op. cit., hlm. 37.42 Pendidikan Keadvokatanyang merendahkan harkat martabat profesi. Kebebasan tersebutdilaksanakan sesuai dengan kode etik profesi dan peraturan per- undang-undangan.Menurut Frans Hendra Winarta, bahwa Kebebasan profesi ad- vokat me njadi s angat pe n ting arti nya bagi m asyarakat yang memerlukan jasa hukum (legal services) dan pembelaan (litigation) dari seorang advokat, sehingga seorang anggota masyarakat yang perlu dibela akan mendapat jasa hukum dari seorang advokat independen, yang dapat membela semua kepentingan kliennya tanpa ragu-ragu.6Dengan adanya kebebasan profesi

advokat tersebut, maka ia bebas berpartisipasi dan mendiskusikan hukum dan sistem peradilan secara terbuka untuk konsumsi umum, serta bebas juga mendirikan atau bergabung dengan organisasi advokat lokal, nasional, maupun internasional.

Ini dapat terwujud jika benar-benar penegakan hukum dan keadilan ingin dicapai secara merata dan tidak memihak, sebagai negara hukum yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Revolusi Kongres VII PBB tahun 1985 dinyatakan dengan tegas, bahwa asas kebebasan advokat merupakan syarat mutlak sebagai komplemen atau bagian yang tidak terpisahkan dari ke- bebasan peradilan atau sebagai complement of the independence of the judiciary.E.

TANGGUNG JAWAB PROFESI ADVOKATPe nge rti an ya ng dip e ro le h se ha ri- har i untuk k ata “ pe r tan g- gungjawaban” dari kata “tanggung jawab” merupakan beban psikis atau kejiwaan yang melandasi pelaksanaan kewajiban atau dalam melakukan kewajiban dan tugas tertentu.Tanggung jawab secara umum menurut Joko Tri Prasetya, dan kawan-kawan adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau pe rbuat annya yang dis e ngaja maupun yang tidak dis e ngaja.6 Frans Hendra Winarta, Advokat Indonesia, Citra, Idealisme, dan Keprihatinan , Jakarta: Sinar Harapan, 1995, hlm. 37.Bab 3 Fungsi dan Tanggung Jawab Profesi Advokat 43Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaranakan kewajibannya.7Berdasarkan pengertian di atas, maka dapatlah dijelaskan bahwa tanggung jawab profesi advokat adalah suatu

kesadaran seorang advokat akan tingkah lakunya atau perbuatannya yang disengaja ma up un y an g t id ak d is e ng aj a di d ala m me nj al ank an p ro fe si keadvokatan atau kepengacaraan.Pada hakikatnya bahwa seorang advokat itu adalah termasuk makhluk bermoral, dan juga seorang pribadi.

Karena merupakan seorang pribadi maka seorang advokat mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, yang dengan itu seorang advokat berbuat atau bertindak. Dalam hal ini seorang advokat tidak luput dari kesalahan, kekeliruan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena itu seorang advokat di dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada negara, masyarakat, pengadilan, klien, Tuhan, dan pihak lawannya.1 . Tanggung Jawab kepada NegaraSeorang advokat sebagai manusia dan individu adalah warga negara suatu negara.

Dalam berpikir, berbuat, bertindak, dan bertingkah laku, seorang advokat senantiasa terikat oleh

norma-norma atau aturan- aturan yang dibuat oleh negara. Seorang advokat tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Jika perbuatan seorang advokat itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada negara.2 . Tanggung Jawab kepada MasyarakatSuatu kenyataan bahwa seorang advokat adalah makhluk sosial. Seorang advokat merupakan anggota masyarakat. Di samping itu juga mendapat kepercayaan publik, bahwa advokat tersebut akan selalu berperilakuan jujur dan bermoral tinggi.

Oleh karena itu di dalam berpikir, bertingkah laku, dan berbicara seorang advokat terikat oleh7 Joko

Tri Prasetya, dkk., Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, cetakan ketiga, hlm. 154.44

Pendidikan Keadvokatanmasyarakat. Dengan demikian, segala tingkah laku dan perbuatanseorang advokat harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.3 . Tanggung Jawab kepada

PengadilanSuatu kenyataan bahwa seorang advokat adalah berstatus sebagai penegak hukum.

Dengan demikian advokat sebagai salah satu pe- rangkat dalam proses peradilan, yang mempunyai kedudukan setara dengan penegak hukum lainnya dalam menegakkan hukum dan keadilan.Oleh karena itu, seorang advokat dalam berpikir, bertingkah laku, dan be rbicara di persidangan wajib mematuhi prinsip-prinsip persidangan sebagaimana yang telah ditentukan oleh peraturan perundang- undangan yang berlaku. Di samping itu juga seorang advokat harus mendukung kewenangan pengadilan dan menjaga kewibawaan sidang4 .

Tanggung Jawab kepada KlienAdvokat yang mendampingi klie n di muka pe ngadilan harus mene mpatkan diri sebagai agen of service, yakni pelayan yang mengabdi kepada keadilan, serta berkewajiban untuk membela ke pe ntingan klien yang senantiasa ditimpa dengan nilai-nilai kebenaran dalam menegakkan hukum dan hak-hak asasi klien. Di s am p i ng i tu s e o r a ng a dv o k at w aj i b b e r us a h a m e mp e r ol e h pengetahuan yang sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya tentang kasus kliennya, sebelum memberikan nasihat dan bantuan hukum.Seorang advokat wajib memberikan pendapatnya secara terus terang tentang untung ruginya perkara yang akan dilitigasi dan kemungkinan hasilnya.

Dengan demikian segala tindakan dan perbuatan seorang advokat harus dipertanggungjawabkan kepada klien.5 . Tanggung Jawab kepada TuhanAdvokat merupakan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Sebagai ciptaan Tuhan advokat dapat mengembangkan diri sendiriBab 3 Fungsi dan Tanggung Jawab Profesi Advokat 45dengan sarana-sarana pada dirinya, yakni pikiran, perasaan, seluruhanggota tubuhnya, dan alam sekitarnya.Dalam mengembangkan dirinya advokat bertingkah laku dan berbuat.

Sudah tentu dalam perbuatannya advokat membuat banyak kesalahan baik yang disengaja maupun tidak. Sebagai hamba Tuhan, advokat harus bertanggung jawab atas segala perbuatan yang salah itu, atau dengan istilah agama atas segala dosanya.6 . Tanggung Jawab kepada Pihak LawanAdvokat merupakan penegak hukum yang sejajar dengan instansi penegak hukum lainnya. Hubungan antara teman sejawat advokat atau pihak lawan harus dilandasi menghormati, saling menghargai, dan saling mempercayai.

Advokat jika membicarakan teman sejawat atau pihak lawan berhadapan satu sama lain dalam sidang pengadilan, hendaknya tidak menggunakan kata-kata yang tidak sopan baik secara lisan maupun tertulis, serta tidak diperkenankan merebut seseorang klien dari teman sejawatnya.Oleh karena itu seorang advokat di dalam berbuat, bertindak, bertingkah laku, serta berkata-kata, harus mempertanggungjawabkan kepada teman sejawat atau kepada pihak lawan.Selain advokat itu mempunyai tanggung jawab sebagaimana telah disebutkan di atas, advokat juga berkedudukan sebagai pengawal konstitusi, sebagai pembela hak asasi manusia, dan profesi hukum yang paling dekat dengan masyarakat, maka dalam menjalankan profesinya, seorang advokat harus memegang teguh sumpah advokat dalam rangka menegakkan hukum, keadilan, dan kebenaran. Sumpah atau janji advokat sebagai mana lafalnya yang tercantum pada Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Nomor

18 Tahun 2003 sebagai berikut.Demi Allah saya bersumpah/saya berjanji:– Bahwa saya akan memegang teguh dan mengamalkan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia;– Bahwa saya untuk memperoleh profesi ini, langsung atau tidak langsung dengan menggunakan nama atau cara apa pun juga46 Pendidikan Keadvokatantidak memberikan atau menjanjikan sesuatu barang kepada siapapun juga;– Bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pemberi jasa hukum akan bertindak jujur, adil, dan bertanggung jawab berdasarkan hukum dan keadilan;– Bahwa saya dalam melaksanakan tugas profesi di dalam atau di luar pengadilan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada hakim, pejabat pengadilan atau pejabat lainnya agar memenangkan atau menguntungkan bagi perkara klien yang sedang atau akan saya tangani;– B a hwa sa y a a k a n m e nj a g a t i ng k a h l a ku s ay a da n ak a

n m en j a la n k an k ewa j ib a n s a y a s e su a i d e n ga n ke h o rm a t an , martabat, dan tanggung jawab saya sebagai advokat;– Bahwa saya tidak akan menolak untuk melakukan pembelaan atau memberi jasa hukum di dalam suatu perkara yang menurut hemat saya merupakan bagian dari tanggung jawab profesi saya sebagai seorang advokat.Berdasarkan sumpah advokat tersebut, jelaslah bahwa seorang advokat dalam menjalankan tugasnya harus selalu memasukkan ke dalam pe rtimbangannya kewajibannya te rhadap klie n, lawan berbicara, pengadilan, diri sendiri, Tuhan, dan terhadap negara.Bab 3 Fungsi dan Tanggung Jawab Profesi Advokat 47BAB 4Kode Etik dan

Sumber DayaAdvokatA.

KODE ETIK ADVOKATIstilah etik atau ethics berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang artinya adat, kebiasaan, perilaku, atau karakter. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).1Dalam bahasa Indonesia perkataan etika lazim juga disebut susila atau kesusilaan yang berasal dari bahasa Sanskerta: su (indah) dan sila (kelakuan). Jadi, kesusilaan mengandung arti kelakuan yang baik yang berwujud kaidah, dan norma (peraturan hidup kemasyarakatan).2Di samping itu, oleh James J.

Spillane SJ yang dikutip Surahwardi K. Lubis mengemukakan bahwa etika atau ethic memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam pengambilan k e p ut us a n m o r al . Et i k a m e ng e r ah k a n a t au m e n g h ub un gk a n p e n gg un aa n ak al budi i nd iv id ual d e n ga n ob je k ti vi ta s un tuk me nentukan “ke be naran” atau “kesalahan” dan tingkah laku seseorang terhadap orang lain.31

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,

1991, edisi kedua, hlm. 271.2 C.S.T. Kansil, Christine S.T. Kansil, Pokok-Pokok Etika Profesi

Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita, 2006, hlm. 1.3 James J. Spillane SJ, dalam Suhrawardi K. Lubis, Etika Profesi Hukum, Jakarta: Sinar Grafika 1994, hlm. 1.48 Pendidikan KeadvokatanBerdasarkan

penjelasan di atas, jelaslah bahwa etika adalah suatuperaturan yang mengandung petunjuk bagaimana manusia harus berlaku, bagaimana manusia bertindak. Etika itu terdiri dari peraturan tentang agama, kesusilaan, hukum, dan adat.

Etika itu menyangkut manusia sebagai perseorangan, sedangkan hukum positif dan hukum adat menyangkut masyarakat.Dalam perkembangannya, etika dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu (1) etika perangai, dan (2) etika moral. Etika perangai adalah adat istiadat atau kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam hidup bermasyarakat di daerah tertentu, pada waktu

tertentu pula. Etika perangai tersebut diakui dan berlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilaian perilaku. Contoh etika perangai adalah sebagai berikut:1 .

berbusana adat;2 . pergaulan muda-mudi;3 . perkawinan semenda;4 . upacara adat.Adapun etika moral berkenaan dengan kebiasaan berperilaku baik dan benar berdasarkan kodrat manusia. Jika etika ini dilanggar, maka dapat menimbulkan kejahatan, yakni perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan ini berasal dari kodrat manusia yang disebut moral. Contoh moral adalah sebagai berikut:1 . berkata dan berbuat jujur;2 .

menghormati orang tua atau guru;3 . menghargai orang lain;4 . membela kebenaran dan keadilan;5 . menyantuni anak yatim piatu.Dalam pe rkataan sehari-hari se ring kali orang salah atau mencampuradukkan antara kata etika dan etiket. Kata etika berarti moral, sedangkan kata etiket

berarti sopan santun, tata krama. Persamaan antara etika dengan etiket adalah sama-sama mengenai perilaku manusia. Etika maupun etiket mengatur perilaku manusia secara normatif, maksudnya memberi norma perilaku manusiaBab 4 Kode Etik dan Sumber Daya Advokat 49bagaimana sepantasnya berbuat atau tidak berbuat. Oleh karena itu,etika berfungsi sebagai pembimbing tingkah laku manusia agar dalam mengelola kehidupan ini tidak sampai bersifat tragis.Untuk menjaga dan mencegah jangan sampai harkat dan martabat serta kehormatan profesi advokat tidak tercoreng oleh anggota advokat itu sendiri, maka disusunlah kode etik profesi oleh organisasi advokat.

Kode etik tersebut bersifat mengikat serta wajib dipatuhi oleh mereka yang menjalankan profesi advokat/penasihat hukum sebagai pekerjaannya (sebagai mata pencahariannya) maupun oleh mereka yang bukan advokat/penasihat hukum, akan tetapi menjalankan fungsi sebagai advokat/penasihat hukum atas dasar kuasa insidentil atau diberikan izin secara insidentil dari pengadilan setempat.Dengan demikian, kode etik advokat merupakan kriteria prinsip profesional yang telah digariskan, sehingga dapat diketahui dengan pasti kewajiban profesional anggota lama, baru, atau calon anggota kelompok profesi.

Jadi kode etik advokat berfungsi untuk mencegah kemungkinan terjadi konflik kepentingan antara sesama anggota kelompok profesi, atau antara anggota kelompok profesi dan masyarakat. Anggota kelompok profesi atau anggota masyarakat dapat melakukan kontrol melalui rumusan kode etik profesi, apakah anggota kelompok profesi telah memenuhi kewajiban profesionalnya sesuai dengan kode etik profesi.Dalam Pasal 26 ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) Undang- Undang Nomor 18

Tahun 2003 tentang Advokat disebutkan bahwa:(1) Untuk menjaga martabat dan kehormatan profesi advokat, disusun kode etik profesi advokat oleh organisasi advokat.(2) Advokat wajib tunduk dan mematuhi kode etik profesi advokat dan ketentuan tentang Dewan Kehormatan Organisasi Advokat. (3) Kode etik profesi advokat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) t id a k b o l eh b er t e nt a n ga n de n g an p er a t ur a n p e r un d a ng - undangan.(4) P en g a wa s a n a t as p el a k sa n a an k od e et i k p r o fe s i a d v ok a t dilakukan oleh Organisasi Advokat.50

Pendidikan KeadvokatanBertitik tolak dari ketentuan dalam Pasal 26 ayat (1), ayat (2),ayat (3), dan ayat (4) di atas, terdapat gambaran bahwa campur tangan dari luar organisasi advokat dalam mengawasi advokat menjalankan profesinya telah tidak diperkenankan lagi. Akan tetapi yang perlu di- waspadai jangan sampai ketentuan ini disalahgunakan oleh kalangan advokat sendiri dalam membela anggotanya yang melakukan pe- langgaran kode etik profesi tersebut.Kode etik advokat merupakan kaidah yang telah ditetapkan untuk dipedomani oleh advokat dalam berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral profesi di mata masyarakat.

Kode etik advokat merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi.Selanjutnya Menurut Ropaun Rambe menjelaskan bahwa Kode etik advokat adalah pengaturan tentang perilaku anggota-anggota baik dalam interaksi sesama anggota atau rekan anggota organisasi advokat lainnya maupun dalam kaitannya di muka pengadilan, baik beracara di dalam maupun di luar pengadilan.4Untuk menindaklanjuti ketentuan yang tercantum dalam Pasal26 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat itu, maka pada tanggal 23

Mei 2003 terdapat 7 (tujuh