Skripsi Ida Rusfianti
Transcript of Skripsi Ida Rusfianti
1
SKRIPSI
HUBUNGAN KEHAMILAN MULTI GRAVIDA DENGAN
KEJADIAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DI RUMAH
SAKIT INDRASARI RENGAT
IDA RUSFIANTI
NIM : 100302028
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AL - INSYIRAH PEKANBARU
2011
2
SKRIPSI
HUBUNGAN KEHAMILAN MULTI GRAVIDA DENGAN
KEJADIAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DI RUMAH
SAKIT INDRASARI RENGAT
Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Sains Terapan
IDA RUSFIANTI
NIM : 100302028
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AL - INSYIRAH PEKANBARU
2011
3
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL-INSYIRAH PEKANBARU
Skripsi, April 2011
Ida Rusfianti
HUBUNGAN KEHAMILAN MULTI GRAVIDA DENGAN KEJADIAN
PERDARAHAN ANTEPARTUM DI RSUD INDRASARI RENGAT
PEMATANG REBA KECAMATAN RENGAT BARAT KABUPATEN
INDRAGIRI HULU TAHUN 2010
ABSTRAK
xii + 40 Halaman + 4 Tabel + 2 Bagan + 10 Lampiran
Data dari RSUD Indrasari Rengat tahun 2010 menyebutkan bahwa jumlah kasus
perdarahan adalah 56 kasus dan 24 kasus atau 42,9% adalah perdarahan
antepartum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kehamilan
multigravida dengan kejadian perdarahan antepartum di RSUD Indrasari Rengat
Pematang Reba Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2010.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasi dengan pendekatan
potong lintang (cross sectional) dengan menggunakan data sekunder berdasarkan
rekam medis (RM) dengan populasi seluruh ibu bersalin dengan perdarahan
antepartum. Variabel yang diteliti adalah kehamilan multigravida sebagai variabel
independent dan kejadian perdarahan antepartum sebagai variabel dependen.
Analisa dilakukan dengan dua tahap yaitu melalui analisa univariat dan analisa
bivariat dengan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari uji chi-square yang dilakukan untuk
menguji hubungan kehamilan multigravida dengan kejadian perdarahan
antepartum di RSUD Indrasari Rengat tahun 2010 didapatkan nilai p > 0,05 (p =
0,458) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara kehamilan
multi gravida dengan kejadian perdarahan antepartum di RSUD Indrasari Rengat
tahun 2010. Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa nilai RR = 0,909 yang
berarti ibu pada kehamilan multigravida mempunyai peluang 0,909 kali lebih
besar untuk mengalami perdarahan antepartum dibandingkan dengan ibu yang
primigravida.
Penelitian ini merekomendasikan pentingnya konseling yang dilakukan petugas
kesehatan terhadap ibu hamil tentang asuhan antenatal sehingga dapat mencegah
komplikasi persalinan seperti perdarahan antepartum.
Kata kunci : Kehamilan, Paritas, Multigravida, Perdarahan Antrepartum.
Daftar bacaan : 15 (2000-2010)
4
SCHOOL OF MIDWIFERY ( DIV PROGRAMME)
SCHOOL OF HEALTH SCIENCES AL-INSYIRAH PEKANBARU
Research Report April 2011
Ida Rusfianti
RELATIONSHIP MULTIGRAVIDA PREGNANCY WITH
ANTEPARTUM BLEEDING EVENTS IN HOSPITALS INDRASARI
RENGAT PEMATANG REBA RENGAT BARAT SUB DISTRICT
INDRAGIRI HULU REGENCY IN 2010
ABSTRACT
Xii + 40 pages 4 tables + 2 Chart + 10 Appendix
Based on data from hospitals Indrasari Rengat in 2010 the cases of hemorrhafe
deliveries is 56 cases and 24 cases or 42.9% were antepartum hemorrhage. The
aim of this research is to determine the relationship multigravida pregnancy with
antepartum bleeding events in hospitals Indrasari Rengat Pematang Reba Rengat
Barat Sub district Indragiri Hulu Regency in 2010. The method used is the
correlation method with cross sectional approach using secondary data based on
medical records (MR) with a population of all mothers giving birth with
antepartum hemorrhage. Variables studied were pregnancy multigravida as
independent variables and the incidence of antepartum hemorrhage as the
dependent variable. Analysis carried out by two steps through the analysis of
univariate and bivariate analysis with chi square. The results showed that the chi-
square test was conducted to examine the relationship multigravida pregnancy
with antepartum bleeding events in hospitals Indrasari Rengat is p value > 0.05 (p
= 0.458) so that it can be concluded that there was no relationship between
pregnancy multi gravida with incidence of antepartum haemorrhage in hospitals
Indrasari Rengat 2010. From the research also shows that the value of OR =
0.909, which means mother in pregnancy has a chance multigravida 0.909 times
more likely to experience antepartum bleeding compared to primigravida mothers.
The study recommends the importance of counseling by health workers towards
pregnant women about antenatal care which can prevent the complications of
childbirth such as antepartum haemorrhage
.
Key words: Pregnancy, Parity, Multigravida, Antepartum haemorrhage
Reference: 18 (2000-2010)
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah yang maha pemurah atas
limpahan rahmat, dan hidayah-Nya, yang mana telah membimbing hambaNya
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Tiada kalimat yang pantas peneliti ucapkan melainkan ungkapan syukur
kepada Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan, ketabahan dan petunjuk
pada peneliti untuk menyelesaikan penelitian dengan judul “Hubungan Kehamilan
Multi Gravida dengan Kejadian Perdarahan Antepartum di Rumah Sakit Indrasari
Rengat”.
Bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak telah peneliti rasakan selama
proses penyelesaian penelitian, maka pada kesempatan ini perkenankanlah peneliti
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. DR. Ir. H. Irwan Efendi, M.Sc, selaku Ketua Yayasan Al-Insyirah
Pekanbaru.
2. Bapak Dr. Imawan Hardiman, Sp.KK, selaku ketua Stikes Al-Insyirah
Pekanbaru.
3. Ibu Erika, M.Kep, Sp. Mat, selaku Pembimbing I sekaligus sebagai Penguji II
4. Ibu Ns. Rifa Yanti, S.Kep. M. Biomed, selaku Pembimbing II. Sekaligus
Penguji III.
5. Bapak Nopriadi, SKM, M.Kes selaku Penguji I dalam seminar skripsi ini .
6. Semua Staf Dosen dan civitas akademika Stikes Al-Insyirah Pekanbaru.
v
6
7. Suami dan putra - putriku tercinta yang telah memberikan segenap dukungan
dan kasih sayang sehingga peneliti mendapatkan dorongan demi selesainya
penelitian penelitian.
8. Rekan – rekan sesama mahasiswa program D-IV Stikes Al-Insyirah serta
semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penelitian ini.
Peneliti menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna
karena segala keterbatasan yang peneliti miliki, karenanya saran dan kritik
membangun demi kesempurnaan penelitian ini sangat peneliti harapkan.
Akhirnya hanya kepada Allah, peneliti berserah agar kiranya semua bantuan
yang telah diberikan oleh semua pihak mendapat limpahan karunia-Nya. Semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua
Pekanbaru, April 2011
Peneliti
vi
7
D A F T A R I S I
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
ABSTRAK …..................………………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR …………………………………………………….. v
DAFTAR ISI ………….………………………………………………….. vii
DAFTAR TABEL .....…………………………………………………….. ix
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …................……..……………………………… 1
B. Rumusan Masalah ….................…………………………………. 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
1. Tujuan Umum ............................................................................. 5
2. Tujuan Khusus .......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ................................................................................ 6
1. Pengertian Gravida ..................................................................... 6
2. Pengertian Multi Gravida ............................................................ 6
3. Perdarahan Antepartum............................................................... 7
B. Penelitian Terkait ........................................................................... 17
C. Kerangka Teori, Kerangka Konsep dan Definisi Operasional ...... 18
1. Kerangka Teori ............................................................................ 18
2. Kerangka Konsep ........................................................................ 19
3. Definisi Operasional..................................................................... 20
D. Hipotesis ......................................................................................... 21
vii
8
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................................... 22
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 22
C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 23
D. Etika Penelitian .............................................................................. 24
E. Alat pengumpul Data ..................................................................... 24
F. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 24
G. Rencana Analisa Data .................................................................... 26
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .............................................................................. 28
B. Pembahasan .................................................................................. 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 37
B. Saran ............................................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
9
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Matrik Definisi Operasional ...................................................... 21
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Ibu Bersalin dengan Perdarahan Ante
Partum di Rumah Sakit Umum Indrasari Rengat Tahun 2010
Berdasarkan Umur ....................................................................... 28
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Ibu Bersalin dengan Perdarahan Ante
Partum di Rumah Sakit Umum Indrasari Rengat Tahun 2010
Berdasarkan Paritas ...................................................................... 29
Tabel 4.3 Hubungan Ibu multi gravid Dengan perdarahan antepartum
Di RSUD Indrasari Rengat Tahun 2010 ....................................... 30
ix
10
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Teori Hubungan antara kehamilan multi gravida
dengan kejadian perdarahan antepartum ....................................... 19
Bagan 2.2 Kerangka Konsep Hubungan antara kehamilan multi gravida
Dengan Kejadian perdarahan antepartum .................................... 20
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu hamil dan melahirkan berkisar 536.000 orang
(World Health Organization (WHO), 2008) . Para ahli dari WHO dan
Menteri Kesehatan negara-negara Asia Tenggara yang bertemu di New Delhi
India pada tanggal 8 September 2008, melakukan pembahasan khusus tentang
Angka Kematian Ibu (AKI) di kawasan Asia Tenggara yang tergolong masih
tinggi (Sinaga, 2008).
Lebih lanjut WHO memperkirakan 37 juta kelahiran terjadi di kawasan
Asia Tenggara setiap tahun, sementara total AKI di kawasan ini diperkirakan
170.000 / tahun, 98% dari seluruhan kematian ibu di kawasan ini terjadi di
India, Bangladesh, Indonesia, Nepal dan Myanmar (Litbang Depkes RI,
2005).
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010, angka kematian
ibu masih berada pada angka 226/100.000 kelahiran hidup, Jika dibandingkan
dengan angka kematian ibu tahun 2007 sebesar 248/100.000 kelahiran hidup,
angka kematian ibu tersebut sudah mengalami penurunan tetapi masih belum
mencapai target nasional (Depkes RI, 2010).
Walaupun banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam
menemukan penurunan angka kematian ibu, namun tetap saja masih jauh dari
1
2
target nasional tahun 2010 untuk menurunkan angka kematian ibu menjadi
125/100.000 kelahiran hidup ( Bascom, 2008).
Pada tahun 2010 sesuai dengan keterangan Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi Riau tercatat jumlah angka kematian ibu melahirkan di Riau adalah
147/100.0000 kelahiran (Riau Terkini, 2010)
Penyebab utama kematian ibu di Indonesia adalah diantaranya akibat
perdarahan (25%), infeksi (14%), kelainan hipertensi dalam kehamilan
(13%), komplikasi aborsi yang tidak aman (13%) atau persalinan yang lama
(7%), apabila dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN dan negara-
negara maju maka angka kematian ibu/maternal di Indonesia adalah sekitar 3-
6 kali lebih besar dari negara-negara ASEAN dan lebih dari 50 kali angka
kematian ibu di negara maju. Pola penyakit penyabab-penyebab kematian ibu
84% karena komplikasi obstetrik langsung dan didominasi oleh Trias Klasik,
yaitu pendarahan (46,7%), Toxemia (24,5%) dan Infeksi (8%) (Jacob, 2006).
Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan
yang berbahaya, perdarahan pada kehamilan muda disebut Abortus,
sedangkan pada kehamilan tua disebut pendarahan antepartum. Batas teoritis
antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah kehamilan 22 minggu,
mengingat kemungkinan hidup janin di luar uterus (Wiknjosastro, 2005).
Perdarahan setelah kehamilan 22 minggu, biasanya lebih banyak dan
lebih berbahaya dari pada sebelum kehamilan 22 minggu. Perdarahan
antepartum yang berbahaya bersumber pada kelainan plasenta yaitu plasenta
previa dan solusio plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada
3
kelainan plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa
berbahaya. Oleh karena itu, klasifikasi klinis perdarahan antepartum dibagi
sebagai berikut : (1) plasenta previa; (2) solusio plasenta; dan (3) perdarahan
antepartum yang belum jelas sumbernya (Wiknjosastro, 2005).
Ibu hamil yang patut dicurigai akan mengalami perdarahan antepartum
ialah para ibu yang umurnya telah lebih dari 35 tahun dan multi gravida .
Menurut Kloosterman (1973) frekuensi plasenta previa pada primigavida
yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering dibandingkan
dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun. Pada grande
multipara yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 4 kali lebih sering
dibanding grande multipara yang berumur kurang dari 25 tahun
(Wiknjosastro, 2005).
Data yang didapatkan dari kasus solusio plasenta di RS Dr. Cipto
Mangunkusumo menunjukkan bahwa kejadian solusio plasenta meningkat
dengan meningkatnya umur dan paritas ibu, hal ini dapat dipahami karena
makin tua umur ibu makin tinggi frekuensi penyakit hipertensi menahun dan
makin tinggi paritas ibu makin kurang baik endometriumnya (Wiknjosastro,
2005).
Data dari RSUD Indrasari Rengat tahun 2010 menyebutkan bahwa
jumlah kasus perdarahan dirumah sakit ini adalah 56 kasus dengan 24 kasus
atau 42,9% diantaranya perdarahan antepartum. Salah satu penyebab
terjadinya perdarahan antepartum adalah makin tinggi paritas ibu hamil maka
4
makin kurang baik atau makin melemahnya fungsi endometrium
(Wiknjosastro, 2005).
Berdasarkan data diatas maka peneliti merasa tertarik untuk mencoba
meneliti mengenai hubungan kehamilan multi gravida dengan kejadian
perdarahan antepartum di RSUD Indrasari Rengat Pematang Reba Kecamatan
Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2010.
B. Rumusan Masalah
Data dari RSUD Indrasari Rengat Pematang Reba menunjukkan 42,9%
dari semua kasus perdarahan di rumah sakit ini adalah kasus perdarahan
antepartum yang disebabkan oleh tingginya paritas ibu hamil, oleh karena itu
penulis membuat rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut apakah
ada hubungan antara kehamilan multi gravida dengan kejadian perdarahan
antepartum di RSUD Indrasari Rengat Pematang Reba Kecamatan Rengat
Barat Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2010 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan kehamilan multi gravida dengan perdarahan
antepartum di RSUD Indrasari Rengat Tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui jumlah ibu dengan kehamilan multi gravida yang
bersalin di Instalasi Kebidanan RSUD Indrasari Pematang Reba
Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2010.
5
b. Untuk mengetahui angka kejadian perdarahan antepartum di RSUD
Indrasari Pematang Reba Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri
Hulu Tahun 2010.
c. Untuk mengetahui hubungan antara kehamilan multi gravida dengan
kejadian perdarahan antepartum di RSUD Indrasari Pematang Reba
Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2010.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Lahan Penelitian
Diharapkan bisa menjadi sumber informasi bagi RSUD Indrasari
Pematang Reba mengenai kasus perdarahan antepartum sehingga dapat
menyelesaikan masalah kehamilan multi gravida dengan mengalami
perdarahan antepartum.
2. Bagi Pendidikan
Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Mahasiswi Kebidanan
sehingga dapat digunakan sebagai informasi untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi Peneliti
Dapat dijadikan sebagai pengalaman penulis dan melakukan penelitian
mengenai hubungan kehamilan multi gravida dengan kejadian perdarahan
antepartum, dan sebagai penerapan ilmu yang didapat materi perkuliahan
ilmu ke situasi sebenarnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Gravida
Gravida atau kehamilan adalah suatu peristiwa alami dan fisiologis
yang terjadi pada wanita yang didahului oleh suatu peristiwa fertilisasi
yang membentuk zigot dan akhirnya menjadi janin yang mengalami proses
perkembangan di dalam uterus sampai proses persalinan (Herlina, 2006).
Teori dari Manuaba (2002) Gravida atau kehamilan merupakan mata
rantai yang berkesinambungan yang terjadi dari ovulasi, migrasi,
spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi pada
uterus, pembentukan plasenta serta tumbuh kembang hasil konsepsi
sampai aterm. Gravida atau kehamilan adalah proses pertambahan janin
dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) (Syaifuddin , 2002).
Keadaan wanita berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan.
Gravida adalah banyaknya anak lahir hidup oleh seorang wanita.
(Manuaba, 2002)
2. Pengertian Multi Gravida
Multigravida adalah seorang wanita yang sudah pernah hamil lebih
dari satu kali (Prawirohardjo, 2002).
Multigravida adalah wanita yang pernah hamil dan melahirkan bayi
genap bulan (Manuaba, 2002).
6
7
3. Perdarahan Antepartum
a. Pengertian
Perdarahan antepartum adalah perdarahan jalan lahir setelah
kehamilan 28 minggu. Karena perdarahan antepartum terjadi pada
kehamilan di atas 28 minggu maka sering disebut atau digolongkan
perdarahan pada trimester ketiga (Mochtar, 2000).
Walaupun perdarahannya sering dikatakan terjadi pada trimester
ketiga, akan tetapi tidak jarang juga terjadi sebelum kehamilan 28
minggu karena sejak itu segmen bawah uterus telah terbentuk dan mulai
melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen
bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai membuka.
Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen
bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta
yang melekat di situ tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding
uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan (Wiknjosastro, 2005).
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber
pada kelainan plasenta. Hal ini disebabkan perdarahan yang bersumber
pada kelainan plasenta biasanya lebih banyak, sehingga dapat
mengganggu sirkulasi O2 dan CO2 serta nutrisi dari ibu kepada janin.
Sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta
seperti kelainan serviks biasanya relatif tidak berbahaya. Oleh karena
itu, pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu
8
dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta
(Wiknjosastro, 2005)
b. Klasifikasi
Perdarahan antepartum yang bersumber pada kelainan plasenta
yang secara klinis biasanya tidak terlalu sukar untuk menentukannya
adalah plasenta previa dan solusio plasenta. Oleh karena itu, klasifikasi
klinis perdarahan antepartum dibagi sebagai berikut :
1). Plasenta Previa
Plasenta Previa ialah plasenta yang letaknya abnormal,
yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (ostium uteri
internal). Pada keadaan normal plasenta terletak di bagian atas
uterus (Wiknjosastro, 2005)
Belum ada kata sepakat diantara para ahli, terutama
mengenai berapa pembukaan jalan lahir. Oleh karena pembagian
tidak didasarkan pada keadaan anatomi, melainkan pada keadaan
fisiologi yang dapat berubah-ubah setiap waktu. Misalnya pada
pembukaan yang masih kecil, seluruh pembukaanditutupi
jaringan plasenta (plasenta previa totalis), namun pada
pembukaan yang lebih besar, keadaan ini akan menjadi plasenta
previa lateralis. Ada juga penulis yang menganjurkan bahwa
menegakkan diagnosa adalah sewaktu moment opname yaitu
tatkala penderita diperiksa (Manuaba, 2002).
9
Terdapat para ahli yang menyatakan klasifikasi dari
plasenta previa yaitu diantaranya :
a). De Snoo, berdasarkan pada pembukaan 4-5cm
(i). Plasenta previa sentralis (totalis), bila pembukaan 4-5cm
teraba plasenta menutupi seluruh ostium uteri internal.
(ii). Plasenta previa lateralis, bila pembukaan 4-5cm sebagian
pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi :
- Plasenta previa lateralis posterior : bila sebagian
menutupi ostium bagian belakang
- Plasenta previa lateralis anterior : bila sebagian
menutupi ostium bagian depan
(iii). Plasenta previa marginalis : bila sebagian kecil atau hanya
pinggir ostium yang ditutupi plasenta.
b). Beberapa penulis Amerika menyebutkan bahwa :
(i). Plasenta previa totalis : seluruh ostium ditutupi plasenta
(ii).Plasenta previa pertialis : sebagian ostium ditutupi plasenta
(iii).Plasenta letak rendah ( low-lying placenta) : tepi plasenta
berada 3-4cm diatas pinggir pembukaan, pada pemeriksaan
dalam tidak teraba.
Persoalan mengapa plasenta bertumbuh pada segmen bawah
uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan. Kenyataan
vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atrofi pada desidua
akibat persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta
10
previa, tidaklah selalu benar, karena tidak nyata dengan jelas
bahwa plasenta previa didapati untuk sebagian besar pada
penderita dengan paritas tinggi.
Memang dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke
plasenta tidak cukup atau diperlukan lebih banyak seperti pada
kehamilan kembar, plasenta yang letaknya normal sekalipun akan
memperluas permukaannya. Sehingga mendekati atau menutupi
sama sekali pembukaan jalan lahir.
Menurut Kloosterman (1973), frekuensi plasenta previa
pada primigravida yang berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 10
kali lebih sering dibandingkan dengan pramigravida yang
berumur kurang dari 25 tahun, pada grande multipara yang
berumur lebih dari 35 tahun kira-kira 4 kali lebih sering
dibandingkan dengan grande multipara yang berumur kurang dari
25 tahun (Wiknjosastro, 2005).
Disamping masih banyak penyebab plasenta previa yang
belum diketahui atau belum jelas, bermacam-macam teori dan
faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya :
a). Endometrium yang inferior
b). Chorion leave yang persisten
c). Korpus luteum yang bereaksi lambat
Strassmann (1998) mengatakan bahwa faktor terpenting
adalah vaskularisasi pada desidua yang menyebabkan atrofi dan
11
peradangan, sedangkan Browne (1992) menekankan bahwa faktor
terpenting ialah vili khorialis persisten pada desidua kapsularis.
Faktor-faktor etiologi dari placenta previa meliputi :
a). Umur dan paritas
(i). Pada primigravida, umur diatas 35 tahun lebih sering
lebih sering dari pada umur 25 tahun.
(ii). Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah
(iii). Di Indonesia, plasenta previa banyak dijumpai pada
umur muda dan paritas kecil : hal ini disebabkan banyak
wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana
endometrium masih belum matang (inferior)
b). Hipoplasia endometrium : bila kawin dan hamil pada usia
muda.
c). Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang,
bekas operasi, kuretase, dan manual plasenta.
d). Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum
siap menerima hasil konsepsi
e). Tumor-tumor : seperti mioma uteri, polip endonetrium
f). Kadang-kadang pada kasus malnutrisi (Wiknjosastro, 2005).
Perdarahan tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri merupakan
gejala utama dan pertama dari plasenta previa. Perdarahan
pertama biasanya tidak banyak, sehingga tidak akan berakibat
fatal. Akan tetapi, perdarahan berikutnya hampir selalu lebih
12
banyak daripada sebelumnya, apabila kalau sebelumnya telah
dilakukan pemeriksaan dalam (Manuaba, 2002).
Walaupun perdarahannya sering dikatakan pada triwulan
ketiga, akan tetapi jarang pula dimulai sejak kehamilan 20
minggu karena sejak itu segmen bawah uterus telah terbentuk dan
mulai melebar serta menipis. Dengan bertambah tuanya
kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan
servik mulai membuka (Wiknjosastro, 2005).
Darahnya berwarna merah segar, berlainan dengan darah
yang disebabkan oleh solusio plasenta yang berwarna kehitam-
hitaman. Sumber perdarahanya ialah sinus uterus yang terobek
karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena
robekan sinus marginalis dari plasenta (Wiknjosastro, 2005)
Turunnya bagian terbawah janin kedalam pintu atas panggul
akan terhalang karena adanya plasenta dibagian bawah uterus.
Apabila janin dalam presentasi kepala, kepalanya akan didapatkan
belum masuk kedalam pintu atas panggul yang mungkin karena
plasenta previa sentralis, menolak kesamping karena plasenta
previa persialis, menonjol diatas simfisis karena plasenta previa
posterior, atau bagian bawah janin sukar ditentukan karena
plasenta anterior. Tidak jarang terjadi kelainan letak, seperti letak
lintang atau letak sunsang (Wiknjosastro, 2005)
13
Apabila janin telah lahir, plasenta tidak selalu mudah
dilahirkan karena sering mengadakan perlekatan yang erat dengan
dinding uterus. Apabila plasenta telah lahir perdarahan post
partum sering kali terjadi karena kekurangmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan
perdarahan dari bekas (Wiknjosastro, 2005)
Insersio plasenta, atau karena perlukaan servik dan segmen
bawah uterus yang rapuh dan mengandung banyak pembuluh
darah besar, yang dapat terjadi bila persalinan berlangsung per-
vaginam (Wiknjosastro, 2005).
Pada setiap perdarahan anterpartum pertama kali harus
dicurigai bahwa penyebabnya ialah plasenta previa sampai
kemudian ternyata dugaan itu salah.
a). Anamnesis
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu
berlangsung tanpa nyeri, tanpa alasan, terutama pada muti
gravida. Banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari
anamnesis, melainkan dari pemeriksaan hematokrit.
b). Pemeriksaan luar
Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas
pangggul. Apabila presentasi kepala, biasanya kepala masih
terapung diatas pintu atas panggul atau menolak kesamping
dan sukar didorong kedalam pintu atas panggul. Tidak jarang
14
terdapat kelainan letak janin, seperti letak lintang atau letak
sunsang.
c). Pemeriksaan spekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum atau kelainan
serviks dan vagina seperti erosio persionis uteri, karsinoma
persionis uteri, polipus servisis uteri, varices vulva, dan
trauma. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai.
d). Penentuan letak plasenta tidak langsung
Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat
dilakukan dengan radiografi, radioisotope, dan ultrasonografi.
Nilai diagnostiknya cukup tinggi di tangan yang ahli, akan
tetapi ibu dan janin pada pemeriksaan radiografi dan
radioisotope masih dihadapkan pada bahaya radiasi yang
cukup tinggi pula, sehingga cara ini mulai ditinggalkan.
e). Penentuan letak plasenta secara langsung.
Untuk menegakkan diagnosis yang tepat tentang adanya dan
jenis plasenta previa ialah secara langsung meraba plasenta
melalui kanalis servikalis. Akan tetapi pemeriksaan ini sangat
berbahaya karena dapat menimbulkan perdarahan banyak.
Oleh karena itu pemeriksaan melalui kanalis servikalis hanya
dilakukan apabila penanganan pasif ditinggalkan, dan
15
ditempuh penanganan aktif. Pemeriksaanya harus dilakukan
dalam keadaan siap operasi. Pemeriksaan dalam dilakukan
dimeja operasi.
f). Perabaan fornises
Pemeriksaan ini hanya bermakna apabila janin dalam
presentasi kepala. Sambil mendorong sedikit kepala janin ke
arah pintu atas panggul, perlahan-lahan seluruh fornises
diraba dengan jari. Perabaannya terasa lunak apabila antara
jari dan kepala janin terdapat plasenta, dan akan terasa padat
(keras) apabila antara jari dan kepala janin tidak terdapat
plasenta. Bekuan darah dapat dikelirukan dengan plasenta.
Plasenta yang tipis mungkin tidak terasa lunak. Pemeriksaan
ini harus selalu mendahului pemeriksaan melalui kanalis
servikalis, untuk mendapatkan kesan pertama ada tidaknya
Plasenta Previa.
g). Pemeriksaan melalui kanalis servikalis
Apabila kanalis servikalis telah terbuka, perlahan-lahan jari
telunjuk dimasukan kedalam kanalis servikalis, dengan tujuan
kalau-kalau teraba kotiledon plasenta. Apabila kotiledon
plasenta teraba, segera jari telunjuk dikeluarkan dari kanalis
servikalis. Jangan sekali-kali berusaha menyelusuri pinggir
plasenta seterusnya karena mungkin plasenta akan terlepas
dari insersionya yang dapat menimbulkan perdarahan banyak.
16
2). Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasi yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan pada
kehamilan 22 minggu dan berat janin lebih besar 500 gram.
Ciri- ciri dari Solusio Plasenta adalah :
a). Perdarahan keluar
(i). Keadaan umum baik.
(ii). Plasenta terlepas sebagian/incamplit.
(iii). Jarang berhubungan dengan Hipertensi.
b). Perdarahan Tersembunyi
(i). Keadaan penderita lebih jelek.
(ii). Plasenta terlepas luas, uterus keras/tegang.
(iii) Sering berkaitan dengan hipertensi.
Terapi yang diberikan pada kasus Solusio Plasenta adalah :
a). Terapi Spesifik
(i). Atasi syok.
(iii). Tata laksana oliguria/nekrosis tubuler akut.
(iv). Atasi Hipofebrinogenimia
(v). Atasi Anemia.
b). Tindakan Obstetrik
(i). Seksio Cesaria (SC).
(ii). Partus pervaginam
17
B. Penelitian Terkait
Penelitian yang terkait dengan perdarahan antepartum dan
hubungannya dengan multigravida penulis temukan ada beberapa yaitu
diantaranya adalah penelitian dari Gultom (2009) dengan judul : Karakteristik
Penderita Perdarahan Antepartum Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan Tahun 2004-2008. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk
mengetahui karakteristik penderita perdarahan antepartum yang dirawat inap di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2004-2008. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa ada kecenderungan kunjungan penderita perdarahan
antepartum berdasarkan data tahun 2004-2008 mengalami penurunan dengan
persamaan garis y = -3,8x + 28,4. Proporsi sosiodemografi tertinggi : umur 20-
35 tahun 81,2%, paritas multipara 34,2%, usia kehamilan >28 minggu 82,4%
serta penyebab perdarahan plasenta previa 92,9%.
Penelitian lainnya adalah dari Kurniasari (2007) yang berjudul
Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu dengan Perdarahan Antepartum di
Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara umur dan paritas ibu dengan perdarahan
antepartum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus perdarahan antepartum
sebesar 2,83% yaitu 79 orang dari 2790 ibu bersalin. Perdarahan antepartum
tertinggi pada umur > 35 tahun yaitu 18,85% dan pada paritas ≥ 4 yaitu 16,85%
secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara umur dan paritas ibu
dengan perdarahan antepartum. Nilai Risiko Relatif (RR) meningkat pada umur
ibu > 35 tahun dan pada paritas ≥ 427. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
18
secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara umur dan paritas ibu
dengan perdarahan antepartum.
Penelitian terakhir yang diambil sebagai penelitian terkait adalah
penelitian dari Astalina yang berjudul Gambaran penatalaksanaan Placenta
Previa pada Multigravida fisiologi trimester III pada RSU Dr. SOETOMO
SurabayaTahun 2006-2007. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui
penatalaksanaan kasus soluti placenta pada multigravida di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi terapeutik yang
baik dalam melakukan penatalaksanaan solutio placenta mempunyai hubungan
yang signifikan terhadap kehamilan multigravida fisiologi trimester III.
C. Kerangka Teori, Kerangka Konsep dan Definisi Operasional
1. Kerangka Teori
Sebanyak 536.000 wanita di dunia meninggal karena hamil dan
melahirkan penyebab utama dikarenakan oleh perdarahan. Perdarahan dapat
terjadi pada masa kehamilan > 22 minggu yaitu perdarahan Antepartum
(Wiknjosastro, 2005).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perdarahan antepartum
diantaranya adalah paritas (yang mana pada multi gravida lebih tinggi
resiko terjadinya perdarahan antepartum) dan umur diagnosis serta
penanganan yang cepat serta tepat pada kejadian perdarahan antepartum
dapat menyelamatkan jiwa ibu maupun janin (Wiknjosastro, 2005).
19
Bagan 2.1 Kerangka Teori Hubungan antara kehamilan multi gravida
dengan kejadian perdarahan antepartum
Sumber : (Wiknjosastro, 2005).
2. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti.
Dari masalah yang diteliti, kerangka konsep penelitian ini mengacu
pada hubungan multi gravida dengan perdarahan antepartum. Sesuai
dengan materi yang didapatkan bahwa salah satu faktor penyebab
perdarahan antepartum adalah pada ibu yang telah melahirkan lebih dari
satu kali dan tidak lebih dari 4 kali (multi gravida ).
Perdarahan Pervaginam
Hamil
Anamnesa
HAP
Umur
- Beresiko : > 35 Thn
- Beresiko : < 20 Thn
- Tidak Beresiko
- (20-35)
Multi gravida dengan
usia kehamilan > 22
minggu
Plasenta Previa
- Perdarahan bercak
atau ringan
- Darah berwarna merah
segar
- Tidak nyeri
Solusia Plasenta
- Perdarahan banyak
- Darah berwarna
kehitam-hitaman
- Nyeri
20
Untuk lebih jelasnya tentang kerangka konsep dalam penelitian ini
dapat dilihat pada bagan berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Bagan 2.2 Kerangka Konsep Hubungan antara kehamilan multi gravida
dengan kejadian perdarahan antepartum
3. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu cara untuk mendefinisikan varibel
secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan
peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap
suatu obyek / fenomena.
Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah melihat defenisi
operasional tentang kehamilan mutigravida dan perdarahan postpartum.
Untuk lebih jelasnya defenisi operasional dalam penelitian ini dapat di lihat
pada tabel berikut :
Multi gravida
- Kehamilan ≥ 2-4 kali
Perdarahan Antepartum
- Plasenta Previa
- Solusio Plasenta
21
Table 2.1 Matriks Defenisi Operasional
NO Variabel
Defenisi
operasional
Alat ukur
Skala
ukur
Hasil ukur
1.
2.
Independen
Multi gravida
Dependen
Perdarahan
Antepartum
Wanita yang
telah
melahirkan 2-
4 kali
Perdarahan
pada masa
kehamilan
Data
Rekam
medik
tahun.
2010
Data
Rekam
medik
tahun.
2010
Ordinal
Nominal
Kehamilan ≥ 2 -4
1. Placenta Previa
2. Solutio Placenta
D. Hipotesis
Ha : Terdapat hubungan antara kehamilan multi gravida dengan
kejadian perdarahan antepartum
Ho : Tidak terdapat hubungan antara kehamilan multi gravida dengan
kejadian perdarahan antepartum
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini, desain yang digunakan adalah desain deskriptif
korelasi dengan pendekatan potong lintang (cross sectional) yang digunakan
untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor – faktor resiko dengan
efek, dengan cara pengumpulan data yang dilakukan sekaligus pada suatu saat
(point, time approach). Pemilihan desain ini berdasarkan pertimbangan faktor
kesulitannya relatif kecil, relatif mudah dilaksanakan, ekonomis dari sisi
biaya dan waktu sedangkan hasil dapat diperoleh dengan cepat (Arikunto,
2010)
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara
kehamilan multi gravida dengan kejadian perdarahan antepartum RSUD
Indrasari Pematang Reba Kabupaten Indragiri Hulu Tahun 2010.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RSUD Indrasari Pematang Reba
Kabupaten Indragiri Hulu, karena sebagai satu – satunya rumah sakit
pemerintah daerah yang ada di Kabupaten Indragiri Hulu, maka rumah
sakit ini menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan di Kabupaten
Indragiri Hulu termasuk rujukan pasien ibu hamil dengan permasalahan –
22
23
permasalahan perdarahan. Pada tahun 2010 telah terjadi kasus perdarahan
di RSUD Indrasari Rengat sebanyak 56 kasus dan 24 kasus atau 42,9%
diantaranya adalah kasus perdarahan antepartum.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Bulan Desember dan ditargetkan akan selesai
pada Bulan Februari 2011.
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian / objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2007).
Populasi dalam penelitan ini adalah seluruh kehamilan multi gravida yang
mengalami perdarahan antepartum di RSU Indrasari Rengat Tahun 2010
yang berjumlah 25 kasus.
2. Sampel
Sampel adalah keseluruhan objek penelitian (Notoatmodjo, 2007).
Teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan adalah metode Total
Sampling yang artinya seluruh populasi yaitu seluruh ibu dengan
kehamilan multi gravida yang mengalami perdarahan antepartum di RSU
Indrasari Pematang Reba Tahun 2010 yang berjumlah 25 ibu dijadikan
sebagai sampel.
24
D. Etika Penelitian
Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian harus
memegang teguh sikap ilmiah (scientific attitude) serta menggunakan prinsip-
prinsip etika penelitian. Meskipun intervensi yang dilakukan dalam penelitian
tidak memiliki risiko yang dapat merugikan atau membahayakan subyek
penelitian, namun peneliti perlu mempertimbangkan aspek sosioetika dan
menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan (Jacob, 2004).
Dalam penelitian ini peneliti senantiasa berusaha untuk tetap
menjunjung kerahasiaan pasien, ibu pasien dan keluarga pasien dengan tidak
menuliskan data – data pribadi pada penelitian ini.
E. Alat Pengumpul Data
Pengumpulan data yag dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan data sekunder dari kehamilan multi gravida yang mengalami
perdarahan antepartum di RSU Indrasari Pematang Reba yang diperoleh dari
rekam medik di RSU Indrasari Rengat Tahun 2010.
F. Prosedur Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan
komputerisasi, dalam pengolahan data ini, langkah -langkah yang ditempuh
meliputi :
25
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik atau angka
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.
3. Data Entry
Data Entry ini adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan ke dalam master tabel atau database software yang
digunakan kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau
dengan membuat tabel kontigensi.
4. Tabulating
Setelah editing selesai dilakukan langkah selanjutnya yang ditempuh
ialah mengelompokkan data tersebut ke dalam suatu label tertentu
menurut sifat-sifat yang dimilikinya, sesuai dengan tujuan penelitian.
Pekerjaan pengelompokkan data dalam bentuk tabel menurut sifat-sifat
tersebut
5. Melakukan Teknik Analisa
Dalam melakukan analisa, khususnya terhadap data penelitian akan
menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan
yang hendak dianalisis. Apabila penelitiannya analistik, maka akan
menggunakan statistik inferensial (menarik kesimpulan), yaitu statistika
26
yang digunakan untuk menyimpulkan parameter (populasi) berdasarkan
statistik (sampel).
G. Rencana Analisa Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi 2
tahap yaitu :
1. Analisa Univariat
Analisa Univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. Pada penelitian ini akan menjelaskan distribusi frekuensi
kehamilan multi gravida dan kejadian perdarahan antepartum.
2. Analisa Bivariat
Untuk melihat perbandingan dan hubungan antara dua variabel,
maka dilakukan uji statitstik Chi-Square, yang dilakukan untuk
melihat perbedaan dua proporsi antara dua variabel (dependen dan
independen). Data diolah dengan menggunakan komputerisasi
dengan Uji Chi Square, dengan derajat bermakna p < 0,05.
Rumus chi square yang digunakan dalam penelitian ini adalah
χ 2 =
2( )O E
E
−∑
Keterangan :
χ 2 :
Chi-kuadrat
∑ : Jumlah
O :
Frekuensi yang diobservasi
E : Frekuensi yang diharapkan.
27
Adapun prosedurnya sebagai berikut:
1. Menentukan Ho dan Ha (hipotesis nihil dan hipotesis alternatif)
2. Jika signifikansi nilai p < 0,05 maka ada pengaruh yang
signifikan antara variabel bebas (Multi gravida ) terhadap
variabel terikat (Perdarahan antepartum).
3. Jika signifikan nilai p > 0,05 maka tidak ada pengaruh yang
signifikan antara variabel bebas ( multi gravida ) terhadap
variabel terikat (Perdarahan antepartum).
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap data yang ada
pada rekam medik RSU Indrasari Rengat Kabupaten Indragiri Hulu periode 1
Januari sampai dengan 31 Desember 2010, peneliti mendapatkan hasil dari
penelitian yang akan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi sebagai
berikut :
1. Karakteristik Ibu Bersalin dengan Perdarahan Antepartum di
Rumah Sakit Umum Indrasari Rengat Tahun 2010 Berdasarkan
Umur
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Ibu Bersalin dengan Perdarahan Ante
Partum di Rumah Sakit Umum Indrasari Rengat Tahun 2010
Berdasarkan Umur
No Umur Frekuensi Persentase (%)
1
2
3
< 20 Tahun
20 – 35 Tahun
> 35 Tahun
1
17
6
4,2
70,8
25,0
Jumlah 24 100,0
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 56 ibu bersalin dengan
perdarahan di RSUD Indrasari Rengat Tahun 2010, terdapat 24 ibu
bersalin (42,9%) yang mengalami perdarahan antepartum. Dari semua
ibu bersalin dengan perdarahan antepartum, mayoritas berumur 20 – 35
tahun yaitu sebanyak 17 orang (70,8%), kemudian disusul dengan umur
29
29
> 35 tahun yaitu 25,0% dan sisanya adalah umur < 20 tahun yaitu sebesar
4,2 %.
Dari 17 orang orang ibu bersalin dengan perdarahan antepartum
yang berumur 20-35 tahun ini dapat dirincikan bahwa etiologi perdarahan
antepartum pada ibu bersalin tersebut adalah kesemuanya dengan
penyebab plasenta previa.
2. Karakteristik Ibu Bersalin dengan Perdarahan Ante Partum di
Rumah Sakit Umum Indrasari Rengat Tahun 2010 Berdasarkan
Paritas
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Ibu Bersalin dengan Perdarahan Ante
Partum di Rumah Sakit Umum Indrasari Rengat Tahun 2010
Berdasarkan Paritas
No Umur Frekuensi Persentase (%)
1
2
Primipara
Multi Gravida
11
13
45,8
54,2
Jumlah 24 100,0
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 24 ibu bersalin dengan
perdarahan antepartum mayoritas adalah multi gravida yaitu ibu bersalin
pada yang telah mengalami persalinan sebanyak 2 – 4 kali persalinan
sebanyak 13 orang (54,2%), kemudian disusul dengan primipara yaitu
45,8%.
30
3. Hubungan ibu multigravid dengan perdarahan antepartum di
RSUD Indrasari Rengat tahun 2010
Tabel 4.3 Hubungan Ibu multi gravid Dengan perdarahan antepartum Di
RSUD Indrasari Rengat Tahun 2010
NO
STATUS
PARITAS
IBU
Perdarahan Antepartum
TOTAL OR p Placenta
Previa
Solutio
Placenta
N % N %
1
2
Primigravida
Multigravida
10
13
90,1
100,0
1
0
9,9
0,0
11
13 0,909 0,458
Jumlah 23 95,8 1 4,2 24
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 24 ibu bersalin yang
mengalami perdarahan antepartum. Dari ibu bersalin multigravida yang
berjumlah 13 orang semuanya mengalami perdarahan antepartum dengan
etiologi placenta previa.
Dari hasil uji statistik di peroleh p > 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara ibu multi gravida dengan perdarahan
antepartum di RSUD Indrasari Rengat tahun 2010. Akan tetapi diperoleh nilai
Resiko Relatif (RR) sebesar 0,909 artinya ibu yang multigravida mempunyai
peluang 0,909 kali lebih besar untuk mengalami perdarahan antepartum
dibandingkan dengan ibu yang primigravida.
31
B. Pembahasan
Setelah peneliti melakukan pengolahan data dan diperoleh hasil
penelitian seperti yang digambarkan dalam tabel distribusi frekuensi diatas,
maka selanjutnya peneliti akan mencoba membahas hasil penelitian tersebut
yang secara lebih jelas dapat dilihat pada uraian dibawah ini.
1. Karakteristik Ibu Bersalin dengan Perdarahan Antepartum
Berdasarkan Umur
Berdasarkan Tabel 4.1 dari 24 orang ibu bersalin dengan perdarahan
antepartum, mayoritas berumur 20 – 35 tahun yaitu sebanyak 17 orang
(70,8%), kemudian disusul dengan umur > 35 tahun yaitu 25,0% dan
sisanya adalah umur < 20 tahun yaitu sebesar 4,2 %.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Widyastuti (2006) yang berjudul hubungan antara umur dan paritas
ibu dengan kejadian perdarahan antepartum di RSUD Palembang Bari
yang hasil penelitiannya menyebutkan bahwa kejadian perdarahan
antepartum seperti plasenta previa akan meningkat dua kali lipat apabila
umur ibu < 20 atau >35 tahun dan juga pada paritas ≥ 3
Hasil dari penelitian ini juga tidak sesuai dengan teori Manuaba
(2000) yang menyatakan bahwa umur ibu bersalin yang terlal muda atau
terlalu tua sangat mempengaruhi terjadinya perdarahan antepartum,
dimana wanita yang melahirkan anak pada usia < 20 tahun atau > 35 tahun
merupakan faktor resiko terjadinya perdarahan antepartum yang dapat
mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia < 20
32
tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan
sempurna. Sedangkan pada usia > 35 tahun fungsi reproduksi seorang
wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan dengan reproduksi
normal, sehingga kemungkinan untuk terjadinya perdarahan antepartum
akan lebih besar.
Tingginya angka kejadian ibu bersalin yang berumur 20 – 35 tahun
yang mengalami perdarahan antepartum di RSUD Indrasari Rengat ini
terjadi karena ibu bersalin yang mengalami perdarahan antepartum di
RSUD Indrasari Rengat sebagian besar merupakan kasus rujukan seperti
yaitu ibu inpartu dengan HDK, ibu inpartu gizi buruk serta ibu inpartu
yang dirujuk dalam kondisi placenta previa dan solutio placenta.
Kasus rujukan dari bidan dan dukun beranak dengan kondisi ibu
inpartu dengan kondisi sudah mengalami penyulit persalinan ini
disebabkan antara lain oleh kurangnya pengetahuan ibu bersalin tentang
pentingnya pemeriksaan kehamilan secara teratur agar segala
kemungkinan akan terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan dapat
dideteksi bidan sedini mungkin sehingga dapat diambil tindakan yang
tepat dan cepat dalam menjaga kelangsungan hidup ibu dan bayinya baik
selama kehamilan dan persalinan.
33
2. Karakteristik Ibu Bersalin dengan Perdarahan Antepartum
Berdasarkan Paritas
Berdasarkan tabel 4.2 dari 33 orang ibu bersalin dengan perdarahan
antepartum mayoritasnya adalah ibu multigravida yaitu sebanyak 13 orang
(54,2%), kemudian disusul dengan primigravid yaitu 11 orang atau sekitar
45,8%.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori, karena angka mayoritas
kejadian ibu bersalin dengan perdarahan antepartum di RSUD Indrasari
Rengat ini terjadi pada paritas multigravida yang memang mempunyai
resiko yang lebih tinggi sebagai penyebab perdarahan antepartum.
Faktor Paritas atau kehamilan / persalinan sebelumnya dari ibu
bersalin dapat mempengaruhi terjadinya perdarahan antepartum, menurut
Sumapraja (2005) kejadian perdarahan antepartum dengan etiologi
plasenta previa tiga kali lebih sering pada wanita multipara daripada
primipara. Pada multipara, plasenta previa disebabkan vaskularisasi yang
berkurang dan perubahan atrofi pada desidua akibat persalinan masa
lampau. Aliran darah ke plasenta tidak cukup dan memperluas
permukaannnya sehingga menutupi pembukaan jalan lahir.
34
3. Hubungan Ibu multigravida dengan Perdarahan Antepartum di
RSUD Indrasari Rengat.
Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa terdapat 24 ibu bersalin yang
mengalami perdarahan antepartum. Dari ibu bersalin multigravida yang
berjumlah 13 orang semuanya mengalami perdarahan antepartum dengan
etiologi plasenta previa.
Dari hasil uji statistik di peroleh p > 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara ibu multi gravida dengan perdarahan
antepartum di RSUD Indrasari Rengat tahun 2010. Dari hasil analisa
diperoleh nilai RR 0,909 artinya ibu yang multigravida mempunyai
peluang 0,909 kali lebih besar untuk mengalami perdarahan ante partum
dibandingkan dengan ibu yang primigravida.
Hasil uji resiko relatif yang mendapatkan fakta bahwa ibu
multigravida untuk mempunyai peluang 0,909 kali lebih besar untuk
mengalami perdarahan antepartum dibandingkan dengan ibu yang
primigravida sesuai dengan teori dari Sheiner (2001), yang menyatakan
bahwa kejadian plasenta previa sebagai salah satu etiologi dari perdarahan
antepartum meningkat dengan meningkatnya paritas ibu. Konsep “Migrasi
Plasenta” yang menjadi predisposisi plasenta previa pada multipara.
Mekansime pergerakan ini tidak jelas, tetapi ada yang mengatakan bahwa
perpindahan ke atas plasenta letak rendah adalah akibat dari proses
pembentukan segmen bawah rahim. Pada nulipara, perpanjangan segmen
bawah rahim terjadi jauh hari sebelum persalinan sedangkan pada
35
multipara, perkembangan segmen bawah rahim dan penipisan serviks
mungkin tertunda sampai pada proses persalinan.
Migrasi plasenta disebabkan karena pada bagian tepi bawah plasenta
mengalami atrofi sehingga kekurangan suplai darah yang menyebabkan
plasenta tumbuh ke atas mencari suplai darah. Migrasi plasenta ini
sesungguhnya tidak terjadi tetapi karena pergerakan ke atas akibat
pembentukan segmen bawah rahim sehingga seolah-olah plasenta
bermigrasi. Riwayat kehamilan sebelumnya menyebabkan plasenta letak
rendah dengan mekanisme lain. Beberapa kehamilan berakhir dengan
terminasi yang berbahaya bagi tempat implantasi. Tempat ini menjadi
tidak cocok untuk implantasi berikutnya yang mana kemudian terjadi
implantasi pada segmen bawah rahim (Manuaba, 2002).
Akan tetapi apabila dilihat dari uji chi square didapatkan fakta
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara ibu multigravida dengan
perdarahan antepartum di RSUD Indrasari Rengat tahun 2010. Hal ini
tidak sesuai dengan hasil penelitian dari Kurniasari (2007) yang berjudul
Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu dengan Perdarahan Antepartum di
Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Bandung. Penelitian ini menyimpukan
bahwa secara statistik terdapat hubungan yang bermakna antara umur dan
paritas ibu dengan perdarahan antepartum.
Tidak adanya hubungan yang signifikan atau bermakna antara ibu
multigravida dengan perdarahan antepartum di rumah sakit ini terjadi
karena banyak dari ibu inpartu yang mengalami perdarahan antepartum di
36
RSUD Indrasari Rengat merupakan ibu yang mempunyai resiko tinggi
komplikasi kehamilan dan persalinan akan tetapi tidak terdeteksi
sebelumnya. Hal ini disebabkan karena kemauan ibu inpartu dalam
melaksanakan asuhan antenatal yang masih rendah. Selain itu terdapat ibu
inpartu yang dirujuk dalam keadaan terlambat karena beberapa faktor
seperti faktor geografis dan keyakinan budaya setempat yang
mendahulukan pertolongan dengan dukun beranak yang kurang
memahami mekanisme rujukan yang tepat pada saat ibu inpartu
mengalami komplikasi persalinan.
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang hubungan kehamilan
multi gravida dengan kejadian perdarahan antepartum di RSUD Indrasari
Rengat Pematang Reba Kecamatan Rengat Barat Kabupaten Indragiri Hulu
Tahun 2010 maka dapat disimpulkan :
1. Dari semua ibu bersalin dengan perdarahan antepartum, mayoritas
berumur 20 – 35 tahun yaitu sebanyak 17 orang (70,8%), kemudian
disusul dengan umur > 35 tahun yaitu 25,0% dan sisanya adalah umur <
20 tahun yaitu sebesar 4,2 %.
2. Perdarahan ante partum di RSU Indrasari Rengat tahun 2010 mayoritas
terjadi pada multi gravida yaitu ibu bersalin pada yang telah mengalami
persalinan sebanyak 2 – 4 kali persalinan sebanyak 13 orang (54,2%),
kemudian disusul dengan primipara yaitu 45,8%.
3. Dari hasil uji statistik di peroleh p > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara ibu multi gravida dengan perdarahan ante
partum di RSUD Indrasari Rengat tahun 2010. Dari hasil analisa diperoleh
nilai RR 0,909 artinya ibu yang multigravida mempunyai peluang 0,909
kali lebih besar untuk mengalami perdarahan ante partum dibandingkan
dengan ibu yang primigravida.
37
38
6.2 SARAN
1. Bagi petugas kesehatan ibu, diharapkan tanggap terhadap tanda–tanda
patologi kehamilan, penyimpangan jalannya persalinan, dan segera
merujuk jika ada kelainan. Petugas kesehatan harus aktif memberikan
konseling kepada ibu hamil dan suami / keluarga untuk mencari
pertolongan segera jika timbul tanda–tanda bahaya.
2. Bagi RSUD Indrasari Rengat, diharapkan manajemen kegawat daruratan
persalinan disempurnakan agar dapat memperkecil resiko komplikasi
persalinan termasuk perdarahan antepartum ini.
3. Bagi Institusi Pendidikan, Diharapkan agar dapat lebih melengkapi buku –
buku sebagai sumber literatur dalam penyusunan penelitian khususnya
tentang perdarahan antepartum.
4. Bagi peneliti lain, Diharapkan untuk dapat lebih mengembangkan
penelitian ini sehingga lebih berguna bagi turunnya resiko perdarahan
antepartum pada pertolongan persalinan normal.
5. Bagi ibu hamil, diharapkan agar senantiasa berupaya memeriksakan
kehamilannya secara teratur sehingga dapat dideteksi secara lebih dini
apabila terjadi kelainan yang dapat menimbulkan resiko pada
persalinannya.
39
DAFTAR PUSTAKA
Astuty. ( 2007), Angka kematian ibu indonesia masih tinggi, Jakarta : melalui
(Http://www. Depkominfo.go.id) diakses tanggal 27 November 2010
Bascom. (2008). Kesehatan reproduksi. Jakarta, Http://www.Bascom metro.com
diakses tanggal 12 Desember 2010
Depkes RI. (2007), Survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 2007,
http://www.Litbang.depkes.go.id, 2007 diakses 08 Oktober 2010
Herlina. (2006), Karakteristik solusio plasenta di Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode 1 Januari 2002-31 Desember 2006.
http://kuliahbidan.wordpress.com. Diakses pada tanggal 15 November 2010.
Jacob, T. (2006), Status gizi ibu hamil, Jakarta : melalui
(Http://www.Depkes.go.id) diakses tanggal 27 November 2010
Litbang Departemen Kesehatan RI. (2005), Profil kesehatan indonesia, Jakarta :
Departemen Kesehatan RI.
Manuaba. IBG. (2002), Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga
berencana. Jakarta : EGC.
Mansjoer. A. et.al. (2000), Kapita selekta kedokteran Jilid 2.Jakarta : Media
Aesculapius.
Notoadmodjo. Soekidjo. (2005), Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Notoadmodjo. Soekidjo. (2002), Metodologi penelitian edisi kediua, jakarta :
Rineka Cipta.
Prawirahardjo. S. (2002), Ilmu kebidanan edisi ketiga. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirahardjo.
Sinaga, R. (2008), Faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan APN oleh
bidan di Kecamatan Tarutung Tahun 2009, Medan : Program DIV Bidan
Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas SumateraUtara.
Subdin Perencanaan dan Program. (2005), Profil kesehatan Provinsi Riau,
Pekanbaru : Dinas Kesehatan Provinsi Riau.
Wiknjosastro Hanifa, S. Dkk. (2005), Ilmu bedah kebidanan. Jakarta : Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
40
Nomor
Rekam
Medis
Nama Pasien Umur Jenis
Perdarahan Paritas Indikasi
1 042174 Desrawati 20 - 35 tahun Postpartum Primigravida Lain-lain
2 042178 Mayulis > 35 tahun Postpartum Primigravida Lain-lain
3 042199 Wiwik 20 - 35 tahun Postpartum Primigravida Lain-lain
4 042110 Rosita 20 - 35 tahun Postpartum Primigravida Lain-lain
5 042212 Sriatun 20 - 35 tahun Postpartum Multi Gravida Lain-lain
6 042527 Sabiah > 35 tahun Antepartum Primigravida Placenta previa
7 042528 Rahayu 20 - 35 tahun Antepartum Multi Gravida Placenta previa
8 044025 Yani > 35 tahun Postpartum Primigravida Lain-lain
9 044205 Masrina 20 - 35 tahun Antepartum Multi Gravida Placenta previa
10 044258 Samini 20 - 35 tahun Antepartum Multi Gravida Placenta previa
11 044297 Fatmawati 20 - 35 tahun Postpartum Multi Gravida Lain-lain
12 04583 Sriyani 20 - 35 tahun Postpartum Multi Gravida Lain-lain
13 04298 Lyunasti > 35 tahun Antepartum Primigravida Solutio Placenta
14 04928 Wahyuni 20 - 35 tahun Antepartum Multi Gravida Placenta previa
15 04913 Kurnia 20 - 35 tahun Postpartum Primigravida Lain-lain
16 04915 Rida 20 - 35 tahun Postpartum Multi Gravida Lain-lain
17 05813 Monaliza > 35 tahun Antepartum Multi Gravida Placenta previa
18 05814 Murni 20 - 35 tahun Postpartum Multi Gravida Lain-lain
19 045856 Salmawati > 35 tahun Postpartum Primigravida Placenta previa
20 045873 Susanti 20 - 35 tahun Postpartum Primigravida Lain-lain
21 045957 Susanti 20 - 35 tahun Postpartum Primigravida Lain-lain
22 046765 Kiti 20 - 35 tahun Postpartum Multi Gravida Lain-lain
23 0146826 Rohani 20 - 35 tahun Antepartum Primigravida Placenta previa
24 06693 Imas 20 - 35 tahun Postpartum Multi Gravida Lain-lain
25 07013 Fitri 20 - 35 tahun Antepartum Primigravida Placenta previa
26 07044 Riskinia 20 - 35 tahun Postpartum Multi Gravida Lain-lain
27 09001 Dwi < 20 tahun Antepartum Primigravida Placenta previa
28 047684 Marina > 35 tahun Antepartum Multi Gravida Placenta previa
29 047693 Romaida > 35 tahun Postpartum Multi Gravida Lain-lain
30 047820 Wiwik 20 - 35 tahun Antepartum Primigravida Placenta previa
31 042196 Emiwarni 20 - 35 tahun Antepartum Multi Gravida Placenta previa
32 076960 Sariani 20 - 35 tahun Postpartum Primigravida Lain-lain
33 047998 Mawar > 35 tahun Postpartum Multi Gravida Lain-lain
34 048621 martini < 20 tahun Postpartum Primigravida Lain-lain
35 08651 Anggi 20 - 35 tahun Antepartum Multi Gravida Placenta previa
36 0649 Atik 20 - 35 tahun Antepartum Multi Gravida Placenta previa
37 08692 Nurhidayah 20 - 35 tahun Antepartum Multi Gravida Placenta previa
38 08694 Reza Dewi Putri 20 - 35 tahun Antepartum Multi Gravida Placenta previa
39 0786 Nurhidayah 20 - 35 tahun Antepartum Multi Gravida Placenta previa
40 08778 Suryani 20 - 35 tahun Antepartum Multi Gravida Placenta previa
41 09092 Novia 20 - 35 tahun Antepartum Primigravida Placenta previa
41
42 049044 Yanti 20 - 35 tahun Postpartum Primigravida Lain-lain
43 090499 Rumiati > 35 tahun Postpartum Primigravida Lain-lain
44 049092 Novianti > 35 tahun Antepartum Primigravida Placenta previa
45 029059 Yulimah 20 - 35 tahun Postpartum Primigravida Lain-lain
46 049247 Muzidar > 35 tahun Postpartum Multi Gravida Lain-lain
47 09318 Suinta S 20 - 35 tahun Antepartum Primigravida Placenta previa
48 039325 EEn Suhaimi > 35 tahun Antepartum Primigravida Placenta previa
49 049331 Lisnawati < 20 tahun Postpartum Primigravida Lain-lain
50 044383 R. Susi < 20 tahun Postpartum Primigravida Lain-lain
51 049387 Diana 20 - 35 tahun Postpartum Multi Gravida Lain-lain
52 049438 Hamidah 20 - 35 tahun Postpartum Multi Gravida Lain-lain
53 051335 Ilas 20 - 35 tahun Postpartum Multi Gravida Lain-lain
54 01835 Heni Pertiwi 20 - 35 tahun Antepartum Primigravida Placenta previa
55 01837 Jamila 20 - 35 tahun Postpartum Primigravida Lain-lain
56 051967 Ira 20 - 35 tahun Postpartum Multi Gravida Lain-lain
Crosstab
Count
Jenis Perdarahan
Total Antepartum Postpartum
Umur < 20 tahun 1 3 4
20 - 35 tahun 17 22 39
> 35 tahun 6 7 13
Total 24 32 56
Crosstab
Count
Jenis Perdarahan
Total Antepartum Postpartum
Paritas Primigravida 11 17 28
Multi Gravida 13 15 28
Total 24 32 56
42
Paritas * Indikasi Crosstabulation
Count
Indikasi
Total Placenta previa Solutio Placenta
Paritas Primigravida 10 1 11
Multi Gravida 13 0 13
Total 23 1 24
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.233a 1 .267
Continuity Correctionb .007 1 .932
Likelihood Ratio 1.612 1 .204
Fisher's Exact Test .458 .458
Linear-by-Linear Association 1.182 1 .277
N of Valid Casesb 24
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,46.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort Cara Persalinan =
Placenta previa .909 .754 1.096
N of Valid Cases 24