SKRIPSI HUBUNGAN CITRA TUBUH DAN PENGETAHUAN GIZI …
Transcript of SKRIPSI HUBUNGAN CITRA TUBUH DAN PENGETAHUAN GIZI …
SKRIPSI
HUBUNGAN CITRA TUBUH DAN PENGETAHUAN GIZI
SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI REMAJA
DI SLTP NEGERI 2 WUNGU MADIUN
Oleh :
DAIMAN HAMDANI
NIM : 201502045
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN CITRA TUBUH DAN PENGETAHUAN GIZI
SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI REMAJA
DI SLTP NEGERI 2 WUNGU MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
DAIMAN HAMDANI
NIM : 201502045
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak
mengikuti Ujian Sidang
SKRIPSI
HUBUNGAN CITRA TUBUH DAN PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG
DENGAN STATUS GIZI REMAJA DI SLTP NEGERI 2 WUNGU
MADIUN
Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dian Anisia W, S.Kep., Ns., M.Kep
NIS. 20130100
Eulis Liawati, S.Kep., M.Kes
NIS. 20050010
Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan
Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep
NIS. 20130092
iv
PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tugas Akhir (Skripsi) dan
dinyatakan telah memenuhi sebagian syarat memperoleh Gelar (S.Kep)
Pada tanggal ……………………………
Dewan Penguji
1. Fitria Yuliana, S.Kep., Ns., M.Kep
(Ketua Dewan Penguji)
:
…………………………………
2. Dian Anisia W, S.Kep., Ns., M.Kep
(Dewan Penguji 1)
:
…………………………………
3. Eulis Liawati, S.Kep., M.Kes
(Dewan Penguji 2)
:
…………………………………
Mengesahkan,
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,
Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid)
NIS. 20160103
v
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Daiman Hamdani
NIM : 201502045
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri dan
di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar
sarjana keperawatan di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya.
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun
belum/tidak dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar
pustaka.
Madiun, 31 Agustus 2019
Daiman Hamdani
NIM : 201502045
vi
PERSEMBAHAN
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT.
Taburan kasih sayangmu telah memberiku kekuatan. Atas karunia yang kau
berikan akhirnya skripsi sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan
salam selalu terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Dengan segenap rasa cinta dan kasih, ku persembahkan karya kecil ini untuk orang-
orang terkasih…
IBU dan BAPAK Tercinta
Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga saya dapat
persembahkan karya kecil ini untuk ibu dan bapak yang telah memberikan kasih dan
sayang, dukungan serta cinta kasih yang diberikan yang tak terhingga yang tidak
mungkin terbalas dengan selembar kata cinta dan persembahan ini. Semoga ini
menjadi langkah awal untuk membuat IBU dan BAPAK bahagia amin yarobbal
alamin,,,
Kakak dan Adik Ku Tersayang
Untuk kakak dan Adikku, Tiada yang paling menyenangkan saat kumpul akur
bersama,walaupun sering bertengkar, tapi hal itu slalu memberikan warna yang tidak
akan bisa digantikan dengan apapun. Terimakasih dukungannya
Sahabat Ku…
Untuk sahabatku, terimaksih sudah menjadi sahabat terbaikku selama ini, terima
kasih atas dukungan, motovasi dan bantuannya selama ini sehingga saya dapat
menyelesaikan menyelasikan skripsi ini…
Untuk Teman-Temanku…..
Untuk semua teman-temanku yang tidak biasa aku sebutkan satu persatu namanya
terima kasih, selama ini sudah menjadi teman yang baik
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Daiman Hamdani
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 11 Maret 1997
Agama : Islam
Alamat : RT 34. RW 11. Desa Tanjungrejo Kecamatan
Kebonsari Kabupaten Madiun
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. TK R.A Babussalam Madiun
2. MI Babussalam Madiun
3. MTs Wali Songo Madiun
4. MA Wali Songo Madiun
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkat, rahmat serta
hidayah-Nya, Skripsi dengan judul “Hubungan Citra Tubuh dan Pengetahuan Gizi
Seimbang dengan Status Gizi Remaja Di SLTP Negeri 2 Wungu Madiun” ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Terselesaikannya skripsi ini tentu tidak
lepas dari bimbingan dan dukungan banyak pihak, untuk itu saya sampaikan
terima kasih kepada :
1. Kepala sekolah SLTP Negeri 2 Wungu Madiun beserta staf dan guru yang
telah menerima dan membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
2. Guru BK yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
3. Mega Arianti Putri M.Kep selaku Ketua Prodi Keperawatan STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun.
4. Fitria Yuliana, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji dalam menyusun skripsi
ini.
5. Dian Anisia W, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing 1 yang telah
memberikan arahan dalam penulisan penelitian ini.
6. Eulis Liawati, S.Kp., M.Kes selaku pembimbing 2 yang telah memberikan
arahan dalam penulisan penelitian ini.
7. Keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan dukungan.
Saya menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan.
Akhir kata, terima kasih semoga Allah SWT selalu meridhai segala usaha kita.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Madiun, 31 Agustus 2019
Penulis
ix
Program Studi Keperawatan
Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
2019
ABSTRAK
Daiman Hamdani
HUBUNGAN CITRA TUBUH DAN PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG
DENGAN STATUS GIZI REMAJA DI SLTP NEGERI 2 WUNGU
MADIUN Remaja termasuk kelompok yang rentan mengalami permasalahan gizi
dkarenakan remaja mengalami percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh,
sehingga membutuhkan energi dan gizi yang lebih banyak. Hal tersebut akan
mempengaruhi status gizi remaja. Selain itu, terdapat faktor lain yaitu persepsi
citra tubuh dan pengetahuan gizi seimbang. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan citra tubuh dan pengetahuan gizi seimbang dengan status
gizi remaja di SLTP Negeri 2 Wungu Madiun.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan
desain Cross Sectional. Teknik sampling penelitian ini adalah Simple Ramdom
Sampling. Analisa data penelitian ini menggunakan uji Regresi Linier Berganda
untuk mengetahui hubungan citra tubuh dan pengetahuan gizi seimbang dengan
status gizi remaja.
Hasil analisa dari regresi linier berganda dari penelitian ini didapatkan
nilai R2 koefisien determinasi 0,477. Dengan nilai p= 0,000 yang berarti p < a
(0,05) sehingga disimpulkan Ha diterima H0 ditolak yang berarti ada hubungan
antara citra tubuh dan pengetahuan gizi seimbang dengan status gizi remaja.
Kesimpulan dari penelitian ini terdapat hubungan antara antara citra tubuh
dan pengetahuan gizi seimbang dengan status gizi remaja di SLTP Negeri 2
wungu Madiun. Saran dari peneliti untuk sekolah SLTP Negeri 2 Wungu adalah
agar sekolah lebih meningkatkan pengetahuan tentang persepsi citra tubuh dan
pengetahuan gizi seimbang para siswa.
Kata kunci: citra tubuh, pengetahuan gizi seimbang, status gizi, remaja
x
Nursing Program
Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
2019
ABSTRACT
Daiman Hamdani
THE RELATIONSHIP OF BODY IMAGES AND BALANCE NUTRITION
KNOWLEDGE WITH ADOLESCENT NUTRITIONAL STATUS IN SLTP
NEGERI 2 WUNGU MADIUN Adolescents, including groups that are vulnerable to experiencing
nutritional problems, because adolescents experiencing accelerated growth and
development of the body, so it requires more energy and nutrition. This will affect
the nutritional status of adolescents. In addition, there are other factors, like the
perception of body image and knowledge of balanced nutrition. The purpose of
this study was to determine the relationship of body image and balanced nutrition
knowledge with the nutritional status of adolescents in SLTP Negeri 2 Wungu
Madiun.
This research is an analytic observational research with cross sectional
design. The sampling technique of this research is Simple Ramdom Sampling.
Analysis of the data in this study used the Multiple Linear Regression test to
determine the relationship of body image and balanced nutritional knowledge with
adolescent nutritional status.
The results of multiple linear regression of this study obtained the value of
R2 coefficient of determination of 0.477. With a value of p = 0,000 which means p
<a (0.05) so that it is concluded Ha is accepted H0 is rejected which means there
is a relationship between body image and balanced nutrition knowledge with
adolescent nutritional status.
The conclusion from this study there is a relationship between body image
and knowledge of balanced nutrition with the nutritional status of adolescents in
SLTP Negeri 2 Madiun. Suggestions from researchers for SLTP Negeri 2 Wungu
are the schools need to increase student knowledge about the perception of body
image and balanced nutrition knowledge.
Keywords: body image, balanced nutrition knowledge, nutritional status,
adolescents
xi
DAFTAR ISI
Sampul Depan .................................................................................................... i
Sampul Dalam ..................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................. iii
Lembar Pengesahan ........................................................................................... iv
Lembar Pernyataan.............................................................................................. v
Persembahan ....................................................................................................... vi
Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................ vii
Kata Pengantar .................................................................................................... viii
Abstrak ................................................................................................................ ix
Abstrac ................................................................................................................ x
Daftar Isi.............................................................................................................. xi
Daftar Tabel ........................................................................................................ xiii
Daftar Gambar ..................................................................................................... xiv
Daftar Istilah........................................................................................................ xv
Daftar Singkatan.................................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Remaja
2.1.1. Definisi Remaja .............................................................. 8
2.1.2. Pembatasan Usia Remaja ................................................ 8
2.1.3. Aspek Perkembangan Remaja ........................................ 9
2.1.4. Kebutuhan Gizi Remaja .................................................. 13
2.2. Status Gizi
2.2.1. Pengertian Gizi ............................................................... 14
2.2.2. Pengertian Status Gizi ..................................................... 15
2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ......................... 16
2.2.4. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Remaja ............ 18
2.2.5. Penilaian Status Gizi ....................................................... 22
2.2.6. Penilaian Status Gizi Menggunakan Antropometri ........ 25
2.3. Pengetahuan Gizi Seimbang
2.3.1. Pengertian ....................................................................... 27
2.3.2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ...................... 28
xii
2.3.3. Tingkat Pengetahuan ...................................................... 30
2.3.4. Cara Memperoleh Pengetahuan ...................................... 32
2.4. Citra Tubuh (Body Image)
2.4.1. Definisi Body Image ....................................................... 34
2.4.2. Aspek Body Image ......................................................... 36
2.4.3. Faktor yang Mempengaruhi Body Image ....................... 37
2.4.4. Gangguan Body Image ................................................... 39
2.4.5. Pengukuran Body Image ................................................. 40
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konseptual .................................................................. 42
3.2. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 43
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian ......................................................................... 44
4.2. Populasi dan Sampel.................................................................... 44
4.3. Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 47
4.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................. 48
4.5. Instrumen Penelitian .................................................................... 49
4.6. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 50
4.7. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 51
4.8. Pengolahan dan Analisa Data ...................................................... 52
4.9. Etika Keperawatan....................................................................... 56
BAB V METODE PENELITIAN
5.1. Gambaran Lokasi Penelitian ........................................................ 59
5.2. Hasil Penelitian
5.2.1. Data Umum ...................................................................... 59
5.2.2. Data Khusus ..................................................................... 60
5.3. Pembahasan
5.3.1. Citra Tubuh ...................................................................... 64
5.3.2. Pengetahuan Gizi Seimbang ............................................ 67
5.3.3. Status Gizi ........................................................................ 60
5.3.4. Hubungan Citra Tubuh dan Pengetahuan Gizi Seimbang
Dengan Status Gizi Remaja Di SLTP Negeri 2 Wungu
Madiun ............................................................................. 60
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan .................................................................................. 72
6.2. Saran ............................................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 74
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Usia 5 -
18 Tahun ....................................................................... 26
Tabel 4.1 Definisi Operaional Variabel Penelitian ....................... 48
Tabel 4.2 Kisi-Kisi Materi Body Image........................................ 50
Tabel 5.1 distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis
kelamin di SLTP Negeri 2 Wungu Madiun. ................ 61
Tabel 5.2 distribusi responden berdasarkan usia di di SLTP
Negeri 2 Wungu Madiun............................................... 60
Tabel 5.3 distribusi responden berdasarkan citra tubuh pada
remaja di SLTP Negeri 2 Wungu Madiun tahun 2019.. 61
Tabel 5.4 distribusi responden berdasarkan pengetahuan gizi
seimbang pada remaja di SLTP Negeri 2 Wungu
Madiun tahun 2019 ....................................................... 61
Tabel 5.5 distribusi responden berdasarkan status gizi remaja
pada remaja di SLTP Negeri 2 Wungu Madiun tahun
2019............................................................................... 62
Tabel 5.6 hasil dari koefisien determinasi R2................................ 62
Tabel 5.7 hasil analisa regresi linier berganda.............................. 63
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian...................................................... 42
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ......................................................... 47
xv
DAFTAR ISTILAH
Body Image : Citra Tubuh
Life style : gaya hidup
Underweight : kondisi berat badan seseorang kurang dari berat
badan normal pada umumnya.
Overweight : kondisi berat badan seseorang melebihi berat
badan normal pada umumnya.
Obesitas : suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak
tubuh yang berlebih, sehingga berat badan
seseorang jauh di atas normal.
Stress : Tekanan
Strain : Tegangan
Kognitif : perkembangan intelektual
Fast food : makanan siap santap
Malnutrition : gizi salah
Research methodology : metodologi penelitian
xvi
DAFTAR SINGKATAN
SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
IMT : Indeks Massa Tubuh
MBSRQ-AS : Multidimensional Body Self Relation Questionnaire-
Appearance Scales
IQ : Intelegent Quotient
WHO : World Health Organization
BB : Berat Badan
TB : Tinggi Badan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah gizi pada remaja masih banyak terjadi di Indonesia, baik gizi
kurang maupun gizi lebih. Hasil dari Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013
menunjukkan bahwa prevalensi remaja yang status gizinya kurus secara
nasional sebesar 9,4% sedangkan prevalensi gemuk pada remaja sebesar
7,3%. Remaja adalah transisi dari anak-anak menuju ke dewasa. Masa ini
merupakan masa terpenting di dalam kehidupan. Di masa ini, terjadi
pertumbuhan maupun perubahan biologis diantaranya pematangan seksual,
peningkatan berat badan, dan tinggi badan (Brown, 2013).
Remaja termasuk kelompok yang rentan mengalami permasalahan gizi.
Terdapat tiga alasan kenapa remaja rentan mengalami masalah gizi. Remaja
mengalami percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh, sehingga
membutuhkan energi dan gizi yang lebih banyak. Kemudian, remaja dihadapi
pada kondisi perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan yang menuntut
mereka untuk menyesuaikan asupan energi dan gizi. Terakhir, kondisi hamil,
ketergantungan alkohol dan obat terlarang, serta keikutsertaan dalam olahraga
juga meningkatkan kebutuhan asupan energi dan gizi. Gaya hidup yang tidak
sehat serta kurangnya kesadaran remaja akan kesehatan menyebabkan banyak
remaja makan secara berlebihan dan mengakibatkan obesitas (Arisman,
2010).
2
Masalah gizi remaja nasional dapat dikelompokkan berdasarkan umur
dan jenis masalahnya. Berdasarkan umur dikelompokkan menjadi remaja
umur 13-15 tahun dan 16-18 tahun; dan berdasarkan jenis masalah dapat
dikelompokkan pada masalah kurus dan kegemukan. Data yang dihimpun
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2013 yang menunjukkan prevalensi
kurus pada remaja umur 13-15 tahun adalah 11,1% terdiri dari 3,3% sangat
kurus dan 7,8% kurus. Sedangkan prevalensi gemuk pada remaja umur 13-15
tahun di Indonesia sebesar 10,8%, terdiri dari 8,3% gemuk dan 2,5% sangat
gemuk (obesitas). Prevalensi kurus pada remaja umur 16-18 tahun secara
nasional sebesar 9,4% (1,9% sangat kurus dan 7,5% kurus). Provinsi Jawa
Timur merupakan salah satu provinsi yang mengalami masalah di atas
prevalensi nasional, yaitu masalah anak gemuk untuk kelompok umur 13-15
tahun dan masalah gemuk pada kelompok umur 16-18 tahun (RISKESDAS,
2013).
Status gizi remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya yaitu:
faktor keturunan, gaya hidup (life style) dan faktor lingkungan. Untuk faktor
keturunan, orang tua yang gemuk akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk memiliki remaja yang kegemukan ataupun sebaliknya. Kemudian,
kebiasaan makan dan gaya hidup seperti body image dan aktivitas fisik akan
mempengaruhi jumlah asupan konsumsi makanan dan zat gizi. Faktor
lingkungan juga mempengaruhi perilaku remaja yang berakibat pada jumlah
makanan dan gizi yang dikonsumsi. Media berpengaruh besar dalam
perubahan sikap remaja (Febry dkk, 2013).
3
Body image adalah persepsi, pemikiran dan perasaan seseorang tentang
tubuhnya. Secara konsep psikologi body image berarti persepsi dan perilaku
terhadap tubuh yang merupakan perwujudan dari pengalaman. Konsep
persepsi body image diukur dengan menginvestigasikan penilaian relatif
seseorang terhadap ukuran tubuhnya dengan ukuran sebenarnya. Body image
mempengaruhi pandangan positif dan negatif terhadap individu tersebut.
Perilaku ini dapat dikelompokkan sebagai perilaku normal hingga ekstrim
(Grogan, 2008).
Ketidakpuasan terhadap body image, seperti merasa kegemukan akan
memotivasi seseorang untuk melakukan aktivitas fisik. Ketidakpuasan body
image juga mendorong seseorang untuk menggunakan steroid anabolik dan
obat lainnya untuk meningkatkan massa otot yang beresiko mengakibatkan
kerusakan hati dan ginjal. Body image positif mendorong seseorang untuk
berperilaku sehat (diet sehat) dan body image negatif (ketidakpuasan) akan
mendorong seseorang untuk melakukan pembatasan makan dan
memuntahkan dengan sengaja. Hal ini dapat mempengaruhi seseorang untuk
dapat mempertahankan dan merubah status gizi seseorang untuk menjadi
normal. Penilaian body image seseorang dapat berpengaruh terhadap status
gizi individu menjadi normal, underweight ataupun overweight dan obesitas
(Grogan, 2008).
Dalam jurnal Hubungan Body Image, Asupan Energi Dan Aktivitas
Fisik Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran ( Vicennia
Dkk, 2015) dari 166 responden 56% menyatakan tidak puas terhadap body
4
image-nya sendiri. Hubungan Antara Perilaku Makan dan Citra Tubuh
dengan Status Gizi Remaja Putri Usia 15-18 Tahun ( Yusintha, 2018) dari 93
responden 19% memiliki citra tubuh negatif.
Selain itu, kurangnya pengetahuan remaja tentang perilaku makan yang
sehat juga menyebabkan remaja cenderung memiliki perilaku makan yang
tidak baik. Pengetahuan gizi memberikan bekal pada remaja bagaimana
memilih makanan yang sehat dan mengerti bahwa makanan berhubungan erat
dengan gizi dan kesehatan. Beberapa masalah gizi dan kesehatan pada saat
dewasa sebenarnya bisa diperbaiki pada saat remaja melalui pemberian
pengetahuan dan kesadaran tentang kebiasaan makan dan kebiasaan hidup
yang sehat (Emilia, 2009).
Pengetahuan gizi memberikan bekal pada remaja bagaimana memilih
makanan yang sehat dan mengerti bahwa makanan berhubungan erat dengan
gizi dan kesehatan. Beberapa masalah gizi dan kesehatan pada saat dewasa
sebenarnya bisa diperbaiki pada saat remaja melalui pemberian pengetahuan
dan kesadaran tentang kebiasaan makan dan kebiasaan hidup yang sehat.
Salah satu penyebab timbulnya masalah gizi dan perubahan kebiasaan makan
pada remaja adalah kesadarannya terhadap gizi dan makanan yang rendah.
Remaja yang memiliki kesadaran gizi yang baik akan lebih mampu memilih
makanan sesuai dengan kebutuhannya (Rhida, 2012).
Pengetahuan tentang gizi dinilai menjadi faktor yang paling penting
yang mempengaruhi status gizi remaja dikarenakan pengetahuan gizi ini tidak
hanya mempengaruhi pemilihan makan oleh remaja, tetapi pengetahuan
5
tentang gizi juga mempengaruhi faktor-faktor lain yang behubungan dengan
status gizi remaja, yang di antaranya adalah citra tubuh dan aktivitas fisik
remaja.
Bani (2010) menyatakan bahwa status pengetahuan tentang gizi yang
baik dapat mengubah persepsi negatif remaja putri terhadap bentuk tubuhnya,
di mana mereka akan lebih memperhatikan asupan makanan yang bergizi dan
seimbang untuk tubuh mereka dan akan berpikir ulang ketika akan melakukan
diet ketat, sehingga persepsi negatif tentang citra tubuhnya tidak akan
menjadi penghalang bagi mereka untuk tetap mendapatkan asupan gizi yang
baik dan cukup. Pengetahuan gizi yang baik juga dapat mempengaruhi
aktivitas fisik remaja, di mana pengetahuan gizi tersebut membuat remaja
dapat memperkirakan kecukupan aktivitas fisiknya dengan baik (Sayogo,
2006).
Untuk itu sekolah perlu melakukan pendidikan kesehatan tentang
pengetahuan gizi seimbang agar memberikan bekal pada remaja bagaimana
memilih makanan yang sehat dan mengerti bahwa makanan berhubungan erat
dengan gizi dan kesehatan serta mengubah persepsi negatif remaja putri
terhadap bentuk tubuhnya, di mana mereka akan lebih memperhatikan asupan
makanan yang bergizi dan seimbang untuk tubuh mereka.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SLTP Negeri
2 Wungu Madiun terhadap 10 siswa menunjukkan terdapat 4 anak yang
memiliki citra tubuh negatif, dan 3 anak yang memiliki pengetahuan gizi
seimbang yang buruk. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan
6
penelitian tentang hubungan citra tubuh dan pengetahuan gizi seimbang
dengan status gizi remaja kelas VIII di SLTP Negeri 2 Wungu Madiun.
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah
“Apakah Ada Hubungan Citra Tubuh Dan Pengetahuan Gizi Seimbang
Dengan Status Gizi Remaja Kelas VIII di SLTP Negeri 2 Wungu Madiun ?”
1.3. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Citra Tubuh Dan Pengetahuan Gizi
Seimbang Dengan Status Gizi Remaja Kelas VIII di SLTP Negeri 2
Wungu Madiun.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi citra tubuh remaja di SLTP Negeri 2 Wungu
Madiun.
b. mengidentifikasi pengetahuan tentang gizi seimbang remaja di SLTP
Negeri 2 Wungu Madiun.
c. Mengidentifikasi status gizi remaja di SLTP Negeri 2 Wungu Madiun.
d. Menganalisis hubungan citra tubuh dan pengetahuan gizi seimbang
dengan status gizi remaja di SLTP Negeri 2 Wungu Madiun.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi serta
menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang citra tubuh dan
pengetahuan gizi seimbang serta hubungannya dengan status gizi remaja.
7
2. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan refrensi
pembaca dalam penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh
mahasiswa-mahasiswi di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
b. Manfaat bagi responden
Penelitian ini akan memberikan pengetahuan pada responden tentang
citra tubuh dan pengetahuan gizi seimbang dan hubungannya dengan
status gizi remaja.
c. Manfaat bagi tempat penelitian
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana pengembangan promosi
kesehatan ataupun pendidikan kesehatan kepada anak ataupun orang
tua tentang citra tubuh dan pentingnya pengetahuan gizi seimbang.
d. Manfaat bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian
selanjutnya guna mengembangkan teori yang lebih baru dalam
mengungkap aspek-aspek terkait dengan variabel penelitian.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Remaja
2.1.1. Definisi Remaja
Pengertian dasar tentang remaja (adolescence) adalah
pertumbuhan kearah kematangan. Remaja didefinisikan sebagai
masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Para remaja
bukan lagi kanak-kanak, tetapi juga belum menjadi orang dewasa.
Mereka cenderung dan bersifat lebih sensitive karena perannya
belum tegas. Mereka mengalami pertentangan nilai-nilai dan
harapan-harapan yang akibatnya lebih mempersulit dirinya yang
sekaligus mengubah perannya. Para remaja adalah individu-individu
yang sedang mengalami serangkaian tugas perkembangan yang
khusus (Huriyati, 2009). Periode ini oleh para ahli psikologi
digambarkan sebagai periode yang penuh dengan tekanan dan
ketegangan (stress and strain), karena pertumbuhan kematangannya
hanya pada aspek fisik, sedang psikologisnya masih belum matang
(Khomsan, 2007).
2.1.2. Pembatasan Usia Remaja
Menurut WHO, seseorang disebut sebagai remaja apabila telah
mencapai usia 10-18 tahun. Menuru Depkes RI usia remaja berada di
antara 10-19 tahun dan belum kawin (Widianti, 2012). Menurut
undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah
9
mencapai usia 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai
tempat tinggal, sedangkan menurut undang-undang perkawinan No.
1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang
untuk menikah, yaitu usia 16 tahun untuk anak perempuan dan 19
tahun untuk anak laki-laki (Proverawati, 2009). Undang-undang No.
4 tahun 1978 menyatakan bahwa remaja adalah individu yang belum
mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.
2.1.3. Aspek-Aspek Perkembangan Remaja
1. Perkembangan Fisik
Dalam perkembangan remaja, perubahan yang tampak
jelas adalah perubahan fisik. Tubuh berkembang pesat sehingga
mencapai bentuk tubuh orang dewasa yang disertai dengan
berkembangnya kapasitas reproduktif. Dalam perkembangan
seksualitas remaja, ditandai dengan ciri-ciri seks primer dan ciri-
ciri seks sekunder.
a. Hormon-hormon seksual
Dalam perkembangan hormon – hormon seksual remaja,
ditandai dengan ciriciri yaitu ciri-ciri seks primer dan
sekunder.
1) Ciri-Ciri Seks Primer
Pada masa remaja primer ditandai dengan sangat
cepatnya pertumbuhan testis yaitu pada tahun pertama
dan kedua, kemudian tumbuh secara lebih lambat, dan
10
mencapai ukuran matangnya pada usia 20 tahun. Lalu
penis mulai bertambah panjang, pembuluh mani dan
kelenjar prostat semakin membesar. Matangnya organ-
organ seks tersebut memungkinkan remaja pria (sekitar
14-15 tahun) mengalami “mimpi basah”. Pada remaja
wanita, kematangan organ-organ seksnya ditandai
dengan tumbuhnya rahim vagina dan ovarium secara
cepat pada masa sekitar 11-15 tahun untuk pertama
kalinya mengalami “menarche” (menstruaasi pertama).
Menstruasi awal sering disetai dengan sakit kepala, sakit
punggung dan kadang-kadang kejang serta merasa lelah,
depresi dan mudah tersinggung (Ali, 2010).
2) Ciri-Ciri Seks Sekunder
Pada remaja putra ditandai dengan tumbuhnya rambut
pubik atau bulu kopak di sekitar kemaluan dan ketiak,
terjadi perubahan suara, tumbuh kumis dan tumbuh
gondok laki atau jakun, sedangkan pada remaja putri
ditandai dengan tumbuh rambut pubik atau bulu
disekitar kemaluan dan ketiak, bertambah besar buah
dada dan bertambah besarnya pinggul (Ali, 2010).
b. Pubertas
Pada masa ini telah tercapai kematangan seksual yaitu
sistem reproduksi telah mampu membuat sel-sel kelamin
11
(gamet). Hal ini dipengaruhi oleh produksi hormon kelamin
dan kelenjar hipofisis (Arisman, 2009).
2. Perkembangan Psikis
a. Aspek Intelektual
Perkembangan intelektual (kognitif) pada remaja
bermula pada umur 11 atau 12 tahun. Remaja tidak lagi
terikat pada realitas fisik yang konkrit, remaja mulai mampu
berhadapan dengan aspek-aspek yang hipotesis dan abstrak
dari realitas. Bagaimana dunia ini tersusun tidak lagi dilihat
sebagai satu-satunya alternatif yang mungkin terjadi,
misalnya aturan-aturan dari orang tua, status remaja dalam
kelompok sebayanya dan aturan-aturan yang diberlakukan
padanya tidak lagi dipandang sebagai hal-hal yang mungkin
berubah. Kemampuan-kemampuan berpikir yang baru ini
memungkinkan individu untuk berpikir secara abstrak,
hipotesis dan kontrafaktual, yang nantinya akan
memberikan peluang pada individu untuk
mengimajinasikan kemungkinan lain untuk segala hal
(Sarwono, 2011).
b. Aspek Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial atau proses belajar
untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok,
12
moral dan tradisi. Meleburkan diri menjadi satu kesatuan
dan saling berkomunikasi dan bekerja sama. Aspek ini
meliputi kepercayaan akan diri sendiri, berpandangan
objektif, keberanian menghadapi orang lain, dan lain-lain.
Perkembangan sosial pada masa remaja berkembang
kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu
yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-
nilai atau perasaan sehingga mendorong remaja untuk
bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau
lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau
percintaan.
Pada masa ini, berkembang sikap cenderung menyerah
atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan,
kegemaran, dan keinginan orang lain. Ada lingkungan
sosial remaja (teman sebaya) yang menampilkan sikap dan
perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan misalnya taat
beribadah, berbudi pekerti luhur, dan lainlain, tapi ada juga
beberapa remaja yang terpengaruh perilaku tidak
bertanggung jawab teman sebayanya, seperti mencuri, free
sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja diharapkan
memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti
kemampuan untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas
13
sosial, situasi dan relasi baik di lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat (Sarwono, 2011).
2.1.4. Kebutuhan Gizi Remaja
Pada masa remaja, kebutuhan gizi perlu mendapat perhatian
khusus. Hal ini dikarenakan percepatan pertumbuhan dan
perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih baik
dan lebih banyak, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan
menurut penyesuaian masukan energi dan zat gizi, serta semakin
beragamnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh kelompok umur ini.
Atas dasar berbagai faktor tersebut, kebutuhan zat gizi perlu
diutamakan (Sayogo, 2006).
Bagi remaja, makanan merupakan suatu kebutuhan pokok
untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya. Kekurangan
konsumsi makanan, baik seacara kualitatif dan kuantitatif akan
menyebabkan terjadinya gangguan proses metabolisme tubuh, yang
tentunya mengarah pada timbulnya suatu penyakit, sehingga dalam
mengonsumsi makanan, yang perlu diperhatikan adalah
“kecukupannya”, agar didapatkan suatu fungsi tubuh yang optimal
(Almatsier, 2006). Agar seseorang dapat melakukan kegiatan sehari-
hari, maupun untuk proses metabolisme di dalam tubuh, diperlukan
energi. Secara umum, kebutuhan energi pada masa remaja
tergantung kecepatan dan tingkat aktivitas individu (Sayogo, 2006).
Selama masa remaja, kebutuhan protein meningkat karena proses
14
tumbuh kembang berlangsung cepat. Apabila asupan energi kurang,
protein akan digunakan sebagai energi (Amelia, 2008.)
2.2. Status Gizi
2.2.1. Pengertian Gizi
Gizi merupakan suatu zat yang terdapat dalam makanan yang
mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral yang
penting bagi manusia untuk pertumbuhan dan perkembangan
manusia, memelihara proses tubuh dan sebagai penyedia energi untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang diperlukan
tubuh makhluk hidup, khususnya glukosa yang merupakan nutrien
utama sel. Lemak adalah salah satu zat gizi yang mempu
memperlambat sekresi asam lambung dan memperlambat
pengosongan lambung sehingga memberikan efek kenyang lebih
lama konsultan kolesterol. Protein adalah zat gizi yang berperan
dalam pertumbuhan, pembentukan dan perbaikan semua jaringan,
dapat dijumpai misalnya pada kacang-kacangan. Vitamin adalah zat
gizi yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh, jadi vitamin dapat
didapatkan dengan cara mengonsumsi buah-buahan dan juga
sayuran. Seperti halnya vitamin, mineral adalah nutrisi penting untuk
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Mineral dan
vitamin bertindak secara interaksi (Krisnansari, 2010).
15
Kebutuhan gizi menjadi sangat penting terutama bagi
perkembangan atau pertumbuhan anak. Pada remaja, makanan
berkontribusi 30% atau lebih dari total asupan kalori remaja setiap
hari, tetapi makanan ini sering mengandung tinggi lemak, gula dan
natrium dan dapat meningkatkan resiko kegemukan dan karies gigi.
Oleh karena itu, remaja harus didorong untuk lebih memilih
konsumsi makanan yang sehat. Bagi remaja, makanan merupakan
suatu kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan perkembangan
tubuhnya. Kekurangan konsumsi makanan, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif, akan menyebabkan metabolisme tubuh
terganggu. Kecukupan gizi merupakan kesesuaian baik dalam hal
kualitas maupun kuantitas zat-zat gizi sesuai dengan kebutuhan faali
tubuh (Novella, 2012).
2.2.2. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan atau
perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa,
2011). Keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi
menentukan seseorang tergolong dalam kriteria status gizi tertentu,
dan merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka
waktu yang cukup lama (Sayogo, 2006). Status gizi baik atau status
gizi optimal terjadi apabila tubuh digunakan secara efisien, sehingga
memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
16
kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat yang setinggi
mungkin (Almatsier, 2006).
2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
1. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain
(Marmi, 2013):
a. Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya dalah taraf
ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli
keluarga tersebut.
b. Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah
pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat
tentang status gizi yang baik.
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja bagi ibu-
ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan
keluarga.
d. Budaya
Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah
laku dan kebiasaan.
17
2. Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi status gizi anatara lain
(Marmi, 2013):
a. Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman
yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi pada anak
dan remaja.
b. Kondisi fisik
Seseoarang yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan
dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus
karena status kesehatan mereka yang buruk. Anak dan
remaja pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan
untuk pertumbuhan cepat.
c. Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu
makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna
makanan.
2.2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Remaja
Berbagai faktor yang memicu terjadinya masalah gizi pada usia
remaja antara lain adalah:
a. Kebiasaan makan yang buruk
Kebiasaan makan yang buruk yang berpangkal pada kebiasaan
makan keluarga yang juga tidak baik sudah tertanam sejak kecil
18
akan terus terjadi pada usia remaja. Mereka makan seadanya
tanpa mengetahui kebutuhan akan berbagai zat gizi dan dampak
tidak dipenuhinya kebutuhan zat gizi tersebut terhadap
kesehatan mereka (Amelia, 2008).
b. Pemahaman gizi yang keliru
Tubuh yang langsing sering menjadi idaman bagi para remaja
terutama wanita remaja. Hal itu sering menjadi penyebab
masalah, karena untuk memelihara kelangsingan tubuh mereka
menerapkan pengaturan pembatasan makanan secara keliru,
sehingga kebutuhan gizi mereka tak terpenuhi. Hanya makan
sekali sehari atau makan makanan seadanya, tidak makan nasi
merupakan penerapan prinsip pemeliharaan gizi yang keliru dan
mendorong terjadinya gangguan gizi (Bani, 2010).
c. Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap makanan tertentu saja
menyebabkan kebutuhan gizi tak terpenuhi. Keadaan seperti itu
biasanya terkait dengan “mode” yang tengah marak dikalangan
remaja. Ditahun 1960 an misalnya remaja-remaja di Amerika
Serikat sangat menggandrungi makanan berupa hotdog dan
minuman coca-cola. Kebiasaan ini kemudian menjalar ke
remaja-remaja diberbagai negara lain termasuk di Indonesia
(Destayanti, 2011).
19
d. Promosi yang berlebihan melalui media massa
Usia remaja merupakan usia dimana mereka sangat tertarik pada
hal-hal baru. Kondisi tersebut dimanfaatkan oleh pengusaha
makanan untuk mempromosikan produk mereka dengan cara
yang sangat mempengaruhi remaja. Padahal, produk makanan
tersebut bukanlah makanan yang sehat bila dikonsumsi dalam
jumlah yang berlebihan (Hidayati, 2010). Hidayati (2010) juga
menyatakan bahwa masuknya produk-produk makanan baru
yang berasal dari negara lain secara bebas mempengaruhi
kebiasaan makan para remaja. Jenis-jenis makanan siap santap
(fast food) yang berasal dari negara barat seperti hotdog, pizza,
hamburger, fried chicken dan french fries, berbagai jenis
makanan berupa junk food sering dianggap sebagai lambang
kehidupan modern oleh para remaja. Padahal berbagai jenis fast
food tersebut mengandung kadar lemak jenuh dan kolesterol
yang tinggi disamping kadar garam. Zat-zat gizi itu memicu
terjadinya berbagai penyakit kardiovaskuler pada usia muda.
e. Konsumsi makanan
Pada dasarnya intake makanan dipengaruhi oleh dua hal, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan
faktor yang berasal dari dalam diri manusia itu sendiri, dapat
berupa emosi/kejiwaan yang memiliki sifat kebiasaan.
Sementara itu, faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari
20
luar manusia, seperti ketersediaan bahan pangan yang ada
dialam sekitar serta kondisi sosial ekonomi yang mempengaruhi
tingkat daya beli manusia terhadap bahan pangan (Ipa, 2010).
f. Pendidikan dan pengetahuan
Masalah gizi dapat timbul karena ketidaktahuan atau kurang
informasi tentang gizi yang memadai. Pendidikan sangat
diperlukan agar seseorang lebih tanggap terhadap adanya
masalah gizi (Imtihanti, 2012). Pentingnya pengetahuan gizi
terhadap konsumsi didasari atas tiga kenyataan:
1) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan
kesejahteraan.
2) Setiap orang hanya akan cukup gizi yang diperlukan jika
makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang
optimal, pemeliharaan, dan energi.
3) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu ,sehingga
penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik
bagi perbaikan gizi (Suhardjo, 1986).
g. Sosial ekonomi
Faktor yang berpengaruh dalam menentukan status kesehatan
seseorang adalah tingkat sosial ekonomi, dalam hal ini adalah
daya beli keluarga. Keluarga dengan pendapatan terbatas
kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan zat
gizi dalam tubuhnya. Pendapatan merupakan faktor yang paling
21
menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak
pendapatan berarti semakin baik makanan yang diperoleh (Hadi,
2010)
h. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik atau disebut juga aktifitas eksternal adalah sesuatu
yang menggunakan tenaga atau energi untuk melakukan
berbagai kegiatan fisik, seperti berjalan, berlari, berolahraga,
dan lain-lain. Setiap kegiatan fisik membutuhkan energi yang
berbeda menurut lamanya intensitas dan sifat kerja otot. Latihan
fisik dapat meningkatkan kemampuan fungsional kardiovaskular
dan menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung yang
diperlukan pada setiap penurunan aktifitas fisik seseorang
(Huriyati, 2009).
2.2.5. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari
data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara
untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko
status gizi kurang maupun gizi lebih (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Penilaian Langsung
a. Antropometri
Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status
gizi yang berhubungan dengan ukuran tubuh yang
22
disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada
umumnya antropometri mengukur dimensi dan komposisi
tubuh seseorang (Supariasa, 2001). Metode antropometri
sangat berguna untuk melihat ketidakseimbangan energi
dan protein. Akan tetapi, antropometri tidak dapat
digunakan untuk mengidentifikasi zat-zat gizi yang spesifik
(Gibson, 2005).
b. Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi
berdasarkan perubahan yang terjadi yang berhubungan erat
dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi.
Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang
terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ
yang dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar tiroid)
(Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
c. Biokimia
Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium.
Pemeriksaan biokimia pemeriksaan yang digunakan untuk
mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada kasus yang lebih
parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan dalam suatu
bahan biopsi sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau
adanya simpanan di jaringan yang paling sensitif terhadap
deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis. Cara lain adalah
23
dengan menggunakan uji gangguan fungsional yang
berfungsi untuk mengukur besarnya konsekuensi fungsional
dari suatu zat gizi yang spesifik Untuk pemeriksaan
biokimia sebaiknya digunakan perpaduan antara uji
biokimia statis dan uji gangguan fungsional (Baliwati,
2004).
d. Biofisik
Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status
gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan
melihat perubahan struktur jaringan yang dapat digunakan
dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja
(Supariasa, 2001).
2. Penilaian Tidak Langsung
a. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian
status gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang
dikonsumsi oleh individu maupun keluarga. Data yang
didapat dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif.
Data kuantitatif dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan
yang dikonsumsi, sedangkan data kualitatif dapat diketahui
frekuensi makan dan cara seseorang maupun keluarga
dalam memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi
(Baliwati, 2004).
24
b. Statistik Vital
Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status
gizi melalui data-data mengenai statistik kesehatan yang
berhubungan dengan gizi, seperti angka kematian menurut
umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian,
statistik pelayanan kesehatan, dan angka penyakit infeksi
yang berkaitan dengan kekurangan gizi (Hartriyanti dan
Triyanti, 2007).
c. Faktor Ekologi
Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi
karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa
faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan
lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi
digunakan untuk mengetahui penyebab kejadian gizi salah
(malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya akan
sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi (Supariasa,
2001).
2.2.6. Penilaian Status Gizi Menggunakan Antropometri
Penggunaan antropometri untuk menilai status gizi merupakan
pengukuran yang paling sering dipakai. Antropometri sebagai
indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia,
antara lain umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas,
25
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak bawah
kulit (Supariasa, 2011).
Dalam penelitian ini, ada dua parameter yang digunakan, yaitu:
1. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting
dan paling sering digunakan. Berat Badan menggambarkan
jumlah dari protein, lemak, air, dan mineral pada tulang. Berat
badan merupakan pilihan utama karena berbagai
pertimbangan, antara lain parameter yang paling baik, mudah
terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan-
perubahan konsumsi makanan dan kesehatan, menggambarkan
status gizi saat ini, serta ketelitian pengukuran tidak banyak
dipengaruhi oleh keterampilan pengukur.
2. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan
yang telah lalu dan sekarang, jika umur tidak diketahui secara
tepat. Selain itu, tinggi badan merupakan ukuran kedua yang
penting, karena dengan menggabungkan berat badan dan tinggi
badan, faktor umur dapat dikesampingkan (Supariasa, 2011).
Parameter antrorpometri merupakan dasar dari penilaian status
gizi. Penilaian status gizi pada remaja dapat dilakukan secara
antropometri dengan menggunakan indeks BB/TB2 yang dikenal
26
dengan Indeks Massa Tubuh menurut umur (BMI for age) yang
kemudian dinilai dengan ambang batas (Z-score) (Kemenkes, 2011).
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut:
IMT erat adan (kg)
Tinggi adan (m2 )
IMT menurut umur ini telah direkomendasikan sebagai dasar
indikator antropometri terbaik untuk remaja yang kurus dan gemuk.
Indeks IMT menurut umur ini memiliki kelebihan yaitu tidak
memerlukan informasi tentang usia kronologis karena bagaimanapun
indeks BB/TB akan berubah sesuai perubahan umur. Indikator ini
juga telah divalidasi sebagai indikator lemak tubuh total dan
memberikan data dengan kualitas yang tinggi dan berkesinambungan
dengan indikator yang direkomendasikan untuk dewasa (Kemenkes,
2011).
Berikut adalah kategori dan ambang batas status gizi anak usia
5 -18 tahun.
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Usia 5 -18
Tahun
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-score)
Indeks Massa
Tubuh Menurut
Umur (IMT/U)
Anak Usia 5-18
Tahun
Sangat Kurus <-3 SD
Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas >2 SD
Sumber: Kemenkes RI, 2011.
27
2.3. Pengetahuan Gizi Seimbang
2.3.1. Pengertian
Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan
dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang
aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara
mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak
hilang serta bagaimana hidup sehat (Notoatmojo, 2007:98).
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap
sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya
akan berpengaruh pada keadaan gizi yang bersangkutan.
Pengetahuan gizi yang tidak memadai, kurangnya pengertian tentang
kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tentang
kontribusi gizi dari berbagai jenis makanan akan menimbulkan
masalah kecerdasan dan produktivitas. Peningkatan pengetahuan gizi
bisa dilakukan dengan program pendidikan gizi yang dilakukan oleh
pemerintah. Program pendidikan gizi dapat memberikan pengaruh
terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku anak terhadap kebiasaan
makannya (Soekirman, 2011).
Pengetahuan tentang gizi yang seimbang sangat penting
dimiliki oleh setiap individu karena hal tersebut dapat
mempengaruhi status gizi individu. Individu dengan pengetahuan
gizi yang baik akan lebih memperhatikan jenis makanan dan jumlah
28
kalori yang dibutuhkan sehingga asupan zat gizi akan lebih
tercukupi.
2.3.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1. Faktor Internal
a. Umur
Semakin cukup umur tingkat kemampuan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir maupun bekerja.
Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih
dewasa akan dipercaya dari orang yang belum cukup umur
(Notoatmojo, 2007).
b. IQ (Intelegency Quotient)
Intelegency adalah kemampuan untuk berfikir abstrak. Untuk
mengukur intelegency seseorang dapat diketahui melalui IQ
(Intelegency Quotient) yaitu skor yang diperoleh dari sebuah
alat tes kecerdasan. Individu yang memiliki intelegency
rendah maka akan diikuti oleh tingkat kreativitas yang rendah
pula (Sunaryo, 2004).
c. Keyakinan (Agama)
Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke dalam
konstruksi kepribadian seseorang yang sangat berpengaruh
dalam cara berfikir, bersikap, berkreasi, dan berperilaku
individu (Sunaryo, 2004).
29
2. Faktor Eksternal
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-
cita tertentu. Kegiatan pendidikan formal maupun informal
berfokus pada proses belajar mengajar, dengan tujuan agar
terjadi perubahan perilaku yaitu dari tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari tidak dapat
menjadi dapat. Maka, makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak
pula pengetahuan yang dimiliki (Sunaryo, 2004).
b. Informasi
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh adanya informasi dari
sumber media sebagai sarana komunikasi yang dibaca atau
dilihat, baik dari media cetak maupun elektronik seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain (Azwar,
2003).
c. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada di masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi
(Notoatmodjo, 2007).
30
d. Pekerjaan
Adanya suatu pekerjaan pada seseorang akan menyita banyak
waktu dan tenaga untuk menyelesaikan pekerjaan yang
dianggap penting dan memerlukan perhatian tersebut,
sehingga masyarakat yang sibuk hanya mempunyai sedikit
waktu memperoleh informasi (Notoatmodjo, 2007).
2.3.3. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut
Notoadmodjo (2007) mempunyai enam tingkatan, yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Disebut juga dengan istilah recall
(mengingat kembali) terhadap suatu yang spesifik terhadap
suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar, tentang obyek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
telah paham terhadap obyek atau materi tersebut harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
31
3. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau konsulidasi riil
(sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisa
Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu obyek ke dalam komponen, tetapi masih di dalam struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitan satu sama lain.
Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata
karena dapat menggambarkan, membedakan, dan
mengelompokkan.
5. Sintesis
Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk
melaksanakan atau menghubungkan bagian suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang
ada.
6. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
32
Penilaian ini berdasarkan suatu keriteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria yang telah ada sebelumnya.
2.3.4. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), banyak yang digunakan untuk
memperoleh pengetahuan, namun sepanjang sejarah cara
mendapatkan pengetahuan dikelompokkan menjadi dua yaitu cara
tradisional atau non ilmiah dan cara modern atau yang disebut cara
ilmiah.
1. Cara Tradisional
Cara ini ada empat cara, yaitu:
a. Trial and error ata ucoba-salah
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Cara ini dilakukan
dengan menggunakan kemungkinan dengan memecahkan
masalah dan apabila tidak berhasil maka dicoba lagi dengan
kemungkinan yang lain sampai berhasil, oleh karena itu cara
ini disebut dengan metode trial (coba) dan error (gagal atau
salah) atau metode coba-salah. Pengalaman yang diperoleh
melalui penggunaan ini banyak membantu perkembangan
berfikir dan kebudayaan manusia ke arah yang lebih
sempurna.
33
b. Kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama,
pemegang pemerintahan, dan sebagainya. Dengan kata lain
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas
atau kekuasaan baik tradisional, otoritas pemerintah, otoritas
pemimpin agama, maupun ahli pengetahuan.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Adapun pepatah mengatakan “Pengalaman adalah guru yang
terbaik”, pepatah ini mengandung maksud bahwa
pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan atau
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan.
d. Jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikiran baik melalui induksi maupun
deduksi. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui
pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum
dinamakan induksi. Sedangkan deduksi adalah pembuatan
kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum kepada yang
khusus.
34
2. Cara Ilmiah atau Cara Modern
Dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini menggunakan cara
yang lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode
ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian
(Research Methodology).
2.4. Citra Tubuh (Body Image)
2.4.1. Definisi Body Image
Citra tubuh (body image) adalah dimensi psikososial yang
didefinisikan oleh Schilder pada tahun 1930 sebagai gambar tubuh
kita yang kita bentuk di pikiran kita sendiri. Namun dari penelitian
yang muncul di lapangan, dijelaskan bahwa citra tubuh adalah
konsep multidimensional yang tidak hanya mencerminkan definisi
Schilder. Citra tubuh dipandang sebagai pusat dari segala aspek
fungsi manusia meliputi emosi, pemikiran, perilaku, dan hubungan.
Oleh karena itu, pengaruh citra tubuh terhadap kualitas hidup sangat
luas (Grogan, 2008).
Menurut Germov dan William (2006), citra tubuh (body
image) adalah gambaran seseorang mengenai bentuk dan ukuran
tubuhnya sendiri. Gambaran ini dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran
tubuh aktualnya, perasaannya tentang bentuk tubuhnya serta harapan
terhadap bentuk dan ukuran tubuh yang diinginkan. Apabila harapan
tersebut tidak sesuai dengan kondisi tubuh aktualnya, maka hal ini
35
dianggap sebagai body image yang negatif. Remaja perempuan
memiliki kecenderungan untuk bersikap positif terhadap tubuh
mereka ketika sedang merasa mengalami kecenderungan
underweight. Kepuasan remaja akan citra tubuhnya menjadi sangat
penting dan dapat menunujukkan peranan yang signifikan dalam
memprediksi munculnya depresi, gangguan makan dan kepercayaan
diri. Secara umum, remaja putri sedikit senang dengan tubuh mereka
dan memiliki lebih banyak citra tubuh negatif dibandingkan remaja
putra selama pubertas (Grogan, 2008).
Sebagai hasil pubertas, remaja putri sering menjadi lebih tidak
puas dengan tubuh mereka. Hal ini mungkin dikarenakan lemak
tubuh mereka meningkat. Body image pada umumnya dialami oleh
mereka yang menganggap bahwa penampilan adalah faktor yang
paling penting dalam kehidupan. Hal ini terutama terjadi pada usia
remaja. Mereka beranggapan bahwa tubuh yang kurus dan langsing
adalah yang ideal bagi perempuan, sedangkan tubuh yang kekar dan
berotot adalah yang ideal bagi laki-laki (Germov dan William,
2006).
2.4.2. Aspek-aspek body image
McCabe (2004) mengemukakan tujuh aspek dari body image,
yaitu:
36
1. Physical attractiveness adalah penilaian seseorang mengenai
tubuh dan bagian tubuhnya (wajah, tangan, kaki, bahu, dan lain-
lain) apakah menarik atau tidak.
2. Body image satisfaction adalah perasaan puas atau tidaknya
seseorang terhadap ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan berat
badan.
3. Body image importance adalah penilaian seseorang mengenai
penting atau tidaknya body image dibandingkan hal lain dalam
hidup seseorang.
4. Body concealment adalah usaha seseorang untuk menutupi
bagian tubuhnya (wajah, tangan, kaki, bahu, dan lain-lain) yang
kurang menarik dari pandangan orang lain dan menghindari
diskusi tentang ukuran dan bentuk tubuhnya yang kurang
menarik.
5. Body improvement adalah usaha seseorang untuk meningkatkan
atau memperbaiki bentuk, ukuran, dan berat badannya sekarang.
6. Social physique anxiety adalah perasaan cemas seseorang akan
pandangan orang lain tentang tubuh dan bagian tubuhnya yang
kurang menarik jika berada di tempat umum.
7. Appearance comparison adalah perbandingan yang dilakukan
seseorang akan berat badan, ukuran tubuh, dan bentuk badannya
dengan berat badan, ukuran tubuh dan bentuk tubuh orang lain.
37
2.4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi body image
1. Jenis kelamin
Chase (2001) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah faktor
paling penting dalam perkembangan body image seseorang.
Wanita cenderung untuk menurunkan berat badan disebabkan
oleh iklan-iklan dalam berbagai media yang menstandarkan
bahwa wanita kurus, berkulit putih, dan berambut panjang
adalah idola dan disukai oleh lawan jenis.
2. Usia
Remaja dengan rentang usia 13-20 tahun mengalami
perkembangan yang pesat akan identitas, gambar diri, dan peran
ini sesuai pada tahap perkembangan menurut Erikson. Pada
tahap ini, body image menjadi penting (Papalia & Olds, 2001).
Hal ini berdampak pada usaha berlebihan pada remaja untuk
mengontrol berat badan. Umumnya terjadi pada remaja putri,
yang mengalami kenaikan berat badan pada masa pubertas
dimana remaja putri merasa tidak senang akan penampilannya
dan menyebabkan gangguan pola makan.
3. Media massa
Media yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal
mengenai figure perempuan dan laki-laki yang dapat
mempengaruhi body image seseorang (Cash & Purzinsky, 1990
dalam Lemberg & Cohn, 1999). Figur ini biasanya disebut
38
dengan idola. Remaja mengikuti setiap bentuk dan tindakan
yang dilakukan oleh idolanya tersebut, terutama penampilan.
Mereka percaya dengan mengikuti dan berpenampilan seperti
idolanya, mereka akan menjadi percaya diri dan disukai oleh
orang-orang. Remaja merupakan seorang individu yang berada
dalam masa transisi, dimana kepribadiannya masih belum stabil
atau masih mencari identitas diri. Dalam proses pencarian ini
seorang remaja akan mencari sosok orang lain selain dirinya
yang patut untuk ditiru, sehingga apapun yang dilakukan sang
idolanya akan dianggap paling bagus dan menjadi contoh
baginya. Hal ini juga diperkuat dan didukung oleh tayangan-
tayangan media baik media cetak maupun elektronik. Pengaruh
media sangat besar karena remaja adalah konsumen utama
dalam berbagai tayangan media-media tersebut. Acara televisi
biasanya lebih dominan dalam memberikan pengaruh ini.
4. Keluarga
Harapan, pandangan, dan pesan secara verbal atau nonverbal
dalam keluarga juga berkontribusi terhadap pembentukan body
image (Rieves & Kas, 1996; Striegel-Moore, Silberstein &
Rodin, 1986 dalam Lemberg & Cohn, 1999). Seorang ibu yang
mempunyai penampilan tinggi akan memberikan pengaruh
tentang kebiasaan diet, berjuang mengurangi berat badan, atau
kompetisi keluarga yang timbul berdasarkan daya tarik dapat
39
menyebabkan pengembangan body image negatif pada anak
perempuannya.
5. Hubungan interpersonal
Manusia sebagai makhluk sosial selalu berinteraksi dengan
orang lain. Agar dapat diterima oleh orang lain, ia akan
memperhatikan pendapat atau reaksi yang dikemukakan oleh
orang lain termasuk pendapat mengenai fisiknya. Remaja tidak
bisa lepas dari teman-temannya. Mereka lebih mendahulukan
kepentingan teman dan kelompok bermainnya daripada keluarga
sehingga pendapat atau reaksi dari lingkungan pribadinya, yaitu
teman atau kelompoknya sangat diperhatikan.
2.4.4. Gangguan body image
Gangguan body image adalah perubahan persepsi tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi,
keterbatasan, makna dan objek seseorang (Sunaryo, 2002).
Gangguan ini bisa terjadi kapan saja seperti penurunan atau
peningkatan berat badan yang tidak diinginkan, kehilangan anggota
tubuh, timbul jerawat, dan sakit. Jika sesorang mengalami gangguan
body image dapat dilihat dari tanda dan gejalanya, yaitu menolak
melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah, tidak menerima
perubahan yang telah terjadi atau yang akan terjadi, menolak
menjelaskan perubahan tubuh, persepsi negatif pada tubuh,
40
preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang, mengungkapkan
keputusasaan, dan mengungkapkan ketakutan.
2.4.5. Pengukuran body image
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
mengenai body image pada umumnya menggunakan
Multidimensional Body Self Relation Questionnaire-Appearance
Scales (MBSRQ-AS) yang dikemukan oleh Cash dalam Seawell dan
Danorf-Burg (2005) mengemukakan adanya lima dimensi body
image, yaitu:
1. Appearance evaluation (evaluasi penampilan)
Mengukur evaluasi dari penampilan dan keseluruhan tubuh,
apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan dan tidak
memuaskan. Penampilan pada saat dirinya memakai pakaian.
Apakah pakaian yang digunakan dapat membuat dirinya
menarik atau memuaskan.
2. Appearance orientation (orientasi penampilan)
Perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang
dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan
dirinya.
3. Body area satisfaction (kepuasan terhadap bagian tubuh)
Mengukur kepuasan terhadap bagian tubuh secara spesifik
seperti wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, paha,
pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh
41
bagian atas (dada, bahu, lengan), dan penampilan secara
keseluruhan.
4. Overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk)
Mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan
individu terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet
untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan.
5. Self-classified weight (pengkategorian ukuran tubuh)
Mengukur bagaimana individu mempersepsikan dan menilai
berat badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk. Ini
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Sprinthall dan Collins
dalam Potts dan Mandleco (2012), yaitu ada hubungan yang
kuat antara pikiran remaja tentang diri dan tubuh mereka.
42
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1. Kerangka Konseptual
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
: Hubungan
: Mempengaruhi
Pemilihan
Makanan/Konsumsi Citra Tubuh Status Gizi Remaja
Tingkat pengetahuan gizi
seimbang
Penyakit Infeksi dan
Penyakit Non Infeksi
Faktor Sosial Budaya:
1. Media Elektronik
dan Media Cetak
2. Teman Sebaya
3. Figur yang
Diidolakan
Remaja
43
Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan tingkat pengetahuan gizi seimbang akan
mempengaruhi remaja dalam pemilihan makanan yang akan di konsumsi yang
akan mempengaruhi status gizi remaja tersebut. Selain itu, adanya faktor sosial
budaya melalui media elektronik dan media cetak juga teman sebaya dan figur
yang diidolakan akan berpengaruh terhadap citra tubuh remaja yang akan
mempengaruhi status gizi remaja. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti
ingin mengetahui hubungan citra tubuh dan pengetahuan gizi seimbang dengan
status gizi remaja.
3.2. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusaan masalah
penelitian, dimana rumusaan masalah penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk pernyataan (Sugiyono, 2011).
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
Ha: Terdapat hubungan antara citra tubuh dan pengetahuan tentang gizi
seimbang dengan status gizi remaja.
44
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan
desain cross sectional. Penelitian cross-sectional adalah jenis penelitian
yang menekankan waktu pengukuran/ observasi data variabel independen
dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Pada jenis ini, variabel
independen dan dependen dinilai secara simultan pada suatu saat, jadi tidak
ada tindak lanjut (nursalam,2015 ). Pemilihan desain ini didasari oleh
kegunaan dari desain studi cross sectional itu sendiri, yaitu untuk
memperoleh gambaran pola penyakit dan determinan-determinannya pada
populasi sasaran serta untuk mempelajari hubungan antara penyakit (atau
karakteristik lain terkait status kesehatan) dengan variabel lain yang ingin
diteliti pada satu waktu.
4.2. Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di kelas VIII SLTP
Negeri 2 Wungu Madiun, dengan jumlah 147 siswa.
4.2.2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan simple random sampling. Sampel dalam penelitian ini
45
adalah siswa kelas VIII SLTP Negeri 2 Wungu Madiun yang memiliki
kriteria inklusi sebagai berikut:
1. Siswa kelas VIII di SLTP Negeri 2 Wungu Madiun.
2. Tidak sedang sakit infeksi/kronis.
3. Tidak sedang menjalani diet khusus.
4. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani lembar
persetujuan.
Adapun kriteria ekslusi adalah sebagai berikut:
1. Siswa tidak masuk saat dilakukan penelitian
2. Siswa dalam keadaan memiliki gerakan terbatas.
4.2.3. Besar Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini didapatkan melalui teknik
pengambilan sampel simple random sampling berdasarkan rumus
Slovin sebagai berikut:
keterangan:
n : besar sampel
N: besar populasi
d : tingkat kepercayaan (0,1)
Berdasarkan rumus di atas, dengan tingkat kepercayaan yang
dikehendaki sebesar 95% dan tingkat ketepatan relatif sebesar 10%,
maka jumlah sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
46
Sehingga berdasarkan hasil perhitungan di atas, jumlah sampel yang
diperlukan adalah sebanyak 60 siswa.
4.2.4. Teknik Sampling
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak
dengan menggunakan teknik simple random sampling. Sampel
diperoleh dengan menggunakan teknik undian. Cara pengambilan
sampel pada penelitian ini dimulai dengan menyusun daftar nama
siswa kelas VIII, kemudian memberi nomor urut pada anggota
populasi dan dipilih sejumlah sampel dengan diundi dan disesuaikan
dengan kriteria sampel.
47
4.3. Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 4.1 kerangka kerja penelitian hubungan citra tubuh dan
pengetahuan gizi seimbang dengan status gizi remaja di SLTP Negeri 2
Wungu Madiun
Hasil dan Kesimpulan
Analisis: uji regresi ganda
Pengolahan data : editing, coding, entry data, cleaning, scoring,tabulating
Peneliti memberikan queisoner kepada responden
Peneliti mengumpulkan responden ke dalam kelas
Pengumpulan data: kuesioner
Desain penelitian: cross sectional
Teknik sampling: simple random sampling
Sampel : siswa kelas VIII yang sesuai dengan kriteria inklusi dengan
jumlah 60 siswa
Populasi: seluruh siswa di kelas VIII SLTP Negeri 2 Wungu Madiun,
dengan jumlah 147siswa.
48
4.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.4.1. Identifikasi Variabel
1. Variabel independen (variabel bebas)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah citra tubuh dan
pengetahuan gizi seimbang.
2. Variabel dependen (variabel terikat)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah status gizi remaja
kelas VIII.
4.4.2. Definisi Operasional
Tabel 4.1. Definisi operasional tentang hubungan citra tubuh dan
pengetahuan gizi seimbang dengan status gizi remaja di SLTP Negeri
1 Wungu Madiun.
Variabel Definisi
operasional Indikator Alat ukur skala skoring
Variabel
Independen
(Bebas):
citra tubuh
Persepsi
responden
mengenai bentuk
dan ukuran
tubuhnya.
menggunakan
Multidimensional Body
Self Relation
Questionnaire-
Appearance Scales
(MBSRQ-AS)
1. Appearance
evaluation
(evaluasi
penampilan)
2. Appearance
orientation
(orientasi
penampilan)
3. Body area
satisfaction
(kepuasan terhadap
bagian tubuh)
4. Overweight
Kuesioner Rasio Skor
terendah:
11
Skor
tertinggi:
44
49
preoccupation
(kecemasan
menjadi gemuk)
5. Self-classified
weight
(pengkategorian
ukuran tubuh)
Variabel
Independen
(Bebas):
pengetahuan
gizi
seimbang
Pengetahuan atau
persepsi
responden
mengenai
kebutuhan zat
gizi.
Kuesioner berupa 10
pernyataan tertutup
(Benar/Salah).
Jika salah skor 0, jika
benar skor 1.
- Pernyataan positif :
soal no
1,2,5,6,7,8,9,10
- Pernyataan negatif:
soal no 3,4
Kuesioner Rasio Skor
terendah:
10
Skor
tertinggi:
20
Variabel
Dependen
(Terikat):
status gizi
remaja kelas
VIII.
Status gizi
responden saat
dilakukan
pengukuran
berdasarkan
pengukuran
antropometri
Hasil IMT/U responden
rumus IMT
Timbangan
dan
microtoise
Rasio
4.5. Instrumen Penelitian
Alat ukur dalam penelitian disebut dengan instrumen penelitian.
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur variabel
yang diamati. Instrumen atau alat penelitian adalah alat-alat yang akan
digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012). Variabel
independen untuk citra tubuh menggunakan kuesioner sebagai intrumen
penelitian dengan jumlah 11 pertanyaan. Variabel independen pengetahuan
gizi seimbang mengunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian dengan
50
jumlah 10 pertanyaan. Variabel dependen status gizi remaja menggunakan
instrumen penelitian pengukuran indeks massa tubuh atau disebut IMT.
Tabel 4.2. Kisi-kisi materi body Image
Variabel
penelitian
Materi No.
Soal
jumlah
Body Image - Appearance evaluation (evaluasi
penampilan)
1,2 2
- Appearance orientation (orientasi
penampilan)
3,4,11 3
- Body area satisfaction (kepuasan terhadap
bagian tubuh)
5,6,7 3
- Overweight preoccupation (kecemasan
menjadi gemuk)
9,8 2
- Self-classified weight (pengkategorian
ukuran tubuh)
10 1
Jumlah 11
4.6. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di SLTP Negeri 2 Wungu Madiun.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari – Agustus 2019.
4.7. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini prosedur yang ditetapkan adalah
sebagai berikut :
1. Mengurus surat ijin penelitian dengan membawa surat dari STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun untuk ditunjukkan kepada Kepala
sekolah SLTP Negeri 2 Wungu Madiun.
51
2. Setelah Mendapatkan persetujuan dari pihak Kepala sekolah SLTP
Negeri 2 Wungu Madiun. Peneliti melakukan pendataan pada siswa
kelas VIII.
3. Responden dipilih adalah siswa kelas VIII yang sesuai dengan kriteria
inklusi.
4. Peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian serta
meminta persetujuan dari responden untuk berpartisipasi dalam
penelitian.
5. Setiap responden diberikan kebebasaan untuk memberikan
persetujuan atau menolak menjadi subjek penelitian. Setelah calon
responden bersedian untuk mengikuti prosedur penelitian, maka
responden diminta untuk mendatangani lembar inform consent yang
telah disiapkan oleh peneliti, kemudian responden mengisi data
demografi yang ber isi nama, usia, dan jenis kelamin.
6. Penelitan menggunakan asisten berjumlah 4 orang, sebelum
melakukan penelitan penelitan menyamakan persepsi terlebih dulu
menggenai langkah-langkah pengukuran.
7. Peneliti melakukan pengukuran Indeks Massa Tubuh dan
membagikan kuesioner di hari yang sama.
8. Responden dibagi menjadi dua ruang kelas. Di masing masing kelas
terdapat timbangan, microtoise dan kuesioner.
52
9. Masing-masing responden masuk untuk diabsen, diberi kuesioner dan
diukur berat badan serta tinggi badannya. Kemudian responden
dipersilahkan menempati tempat duduk masing-masing.
10. Pengisian kuesioner yang dilakukan secara serentak dengan waktu
maksimal 20 menit.
11. Setelah selesai mengisi kuesioner, responden mengumpulkan kembali
kuesioner kepada peneliti untuk diolah dan dianalisis.
4.8. Pengelolaan Data dan Analisa Data
4.8.1. Pengelolaan Data
Menurut Notoatmojo (2012) Pengolahan data akan dilakukan
melalui beberapa tahap, antara lain :
a. Editing
Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan. Editing
dilakukan ditempat pengumpulan data sehingga jika ada
kekurangan dan dapat segera dilengkapi.
b. Coding
Yaitu merubah data dalam bentuk huruf menjadi angka untuk
mempermudah dalam analisis data. Setelah data terkumpul, masing
- masing jawaban diberi kode untuk memudahkan dalam analisis
data. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan kode terhadap
kelompok variabel sebagai berikut:
53
1) Jenis kelamin
Laki-laki : diberi kode 1
Perempuan : diberi kode 2
2) Citra tubuh
Sangat Setuju : 4
Setuju : 3
Tidak Setuju : 2
Sangat Tidak Setuju : 1
3) Pengetahuan gizi seimbang
Salah : diberi kode 1
Benar : diberi kode 2
c. Data entry
Yaitu proses memasukkan data kedalam komputer untuk dilakukan
pengolahan data sesuai kriteria dengan menggunakan.
d. Cleaning
Yaitu pengecekan kembali data untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan–kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya,
kemungkinan dilakukan pembetulan atau koreksi.
e. Scoring
Adalah melakukan penilaian untuk jawaban dari responden untuk
mengukur citra tubuh, pengetahuan gizi seimbang, dan status gizi
1) Penilaian citra tubuh
Skor tertinggi : 11
54
Skor terendah : 44
2) Penilaian pengetahuan gizi seimbang
Skor tertinggi : 10
Skor terendah : 20
3) Penilaian status gizi dengan IMT
Peneliti melakukan Penilaian status gizi menggunakan IMT
dengan rumus perhitungan IMT sebagai berikut:
IMT erat adan (kg)
Tinggi adan ( )
4.8.2. Analisa Data
1. Analisis Data Univariat
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan
presentase dari setiap variabel, baik variabel dependen maupun
variabel independen. Pada penelitian ini, peneliti menganalisa
citra tubuh, pengetahuan gizi seimbang dan status gizi.
Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi: jenis
kelamin, dan usia di SLTP Negeri 1 Wungu Madiun.
2. Analisis Multivariat
Untuk mengetahui hubungan lebih dari satu variabel independen
dengan satu variabel dependen, dilakukan dengan analisa
multivariat. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini
adalah regresi linier berganda adalah hubungan secara linier
55
antara dua atau lebih variabel independen dengan dependen.
Analisa ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen apakah masing-masing
variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk
memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel
independen mengalami kenaikan atau penurunan (Supranto,
2014).
4.9. Etika Penelitian
Masalah etika pada penelitian yang menggunakan subjek manusia
menjadi isu sentral yang berkembang saat ini. Pada penelitian ilmu
keperawatan, karena hampir 90% subjek yang dipergunakan adalah
manusia, maka peneliti harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian.
Jika hal ini tidak dilaksanakan, maka peneliti akan melanggar hak-hak
(otonomi) manusia yang kebetulan sebagai klien. Peneliti yang sekaligus
juga perawat, sering memperlakukan subjek penelitian seperti
memperlakukan kliennya, sehingga subjek harus menurut semua anjuran
yang diberikan. Padahal pada kenyataannya, hal ini sangat bertentangan
dengan prinsip-prinsip etika penelitian.
Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data dapat
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai
hak-hak subjek, dan prinsip keadilan.
1. Prinsip manfaat
56
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan
kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari keadaan
yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa
partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan,
tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek
dalam bentuk apa pun.
c. Risiko (benefits ratio)
Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan
yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responsden (right to self determination)
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak
memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak,
tanpa adanya sangsi apa pun atau akan berakibat terhadap
kesembuhannya, jika mereka seorang klien.
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right
to full disclosure)
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta
bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.
57
c. Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan
penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas
berpartisipasi atau menolak menjadi responsden. Pada informed
consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya
akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
3. Prinsip keadilan (right to justice)
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair treatment)
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan
sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi
apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari
penelitian.
b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan
harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonimity)
dan rahasia (confidentiality).
58
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN
5.1. Gambaran Lokasi Penelitian
Pada bab ini, penulis menyajikan hasil dan pembahasan tentang hubungan citra
tubuh dan pengetahuan gizi seimbang dengan status gizi remaja di SLTP Negeri 2
Wungu Madiun, dengan total sampel 60 responden.
Lokasi penelitian dilakukan di SLTP Negeri 2 Wungu Madiun Jalan Jend. D.I
Panjaitan RT 27 RW 7 Dusun Gedangan Desa Mojorayung Kecamatan Wungu
Kabupaten Madiun. Luas wilayah SLTP Negeri 2 Wungu Madiun sekitar 12245
m2. Waktu pembelajaran dimulai pukul 6.45 WIB sampai pukul 13.20 WIB.
Penelitian dilakukan pada tanggal 13-14 Agustus 2019. Data hasil penelitian
dibagi menjadi 2 bagian yaitu data umum dan data khusus. Data umum akan
menyajikan mengenai karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, dan
umur. Sedangkan data khusus menyajikan hasil pengukuran citra tubuh,
pengetahuan gizi seimbang serta status gizi responden.
5.2. Hasil Penelitian
5.2.1. Data Umum
Data umum akan menyajikan mengenai karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin dan usia.
1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
59
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di SLTP
Negeri 2 Wungu Madiun.
Jenis Kelamin Frekuensi (f) Prosentase (%)
Laki-laki 25 41,7%
Perempuan 35 58,3%
Total 60 100%
Tabel 5.1. Menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin
perempuan sebanyak 35 responden (58,3%).
2. Karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel 5.2. Distribusi responden berdasarkan usia di di SLTP Negeri 2 Wungu
Madiun.
Usia Frekuensi (f) Prosentase (%)
13 15 25%
14 45 75%
Total 60 100%
Tabel 5.2. Menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 14 tahun
sebanyak 45 responden (75%).
5.2.2. Data Khusus
1. Citra tubuh
citra tubuh dikategorikan ke dalam dua kategori yaitu positif dan
negatif.
60
Tabel 5.3. Distribusi responden berdasarkan citra tubuh pada remaja di SLTP
Negeri 2 Wungu Madiun tahun 2019.
Kategori N %
Negatif 22 36.7
Positf 38 63.3
Total 60 100.0
Berdasarkan tabel 5.3. Sebagian besar responden memiliki persepsi citra tubuh
positif sebanyak 38 responden (63,3%).
2. Pengetahuan gizi seimbang
Pengetahuan gizi seimbang dikategorikan dalam tiga kategori yaitu kurang,
cukup, dan baik.
Tabel 5.4. Distribusi responden berdasarkan pengetahuan gizi seimbang pada
remaja di SLTP Negeri 2 Wungu Madiun tahun 2019.
Kategori N %
Kurang 7 11.7
Cukup 19 31.7
Baik 34 56.7
Total 60 100.0
Berdasarkan tabel 5.4. Sebanyak 34 responden (56,7%) memiliki pengetahuan
gizi seimbang yang baik, sedangkan 7 (11,7%) responden memiliki pengetahuan
gizi seimbang yang kurang.
3. Status gizi remaja
Status gizi remaja dikategorikan dalam tiga kategori yaitu kurus, normal, dan
gemuk.
61
Tabel 5.5. Distribusi responden berdasarkan status gizi remaja pada remaja di
SLTP Negeri 2 Wungu Madiun tahun 2019.
Kategori N %
Kurus 13 21.7
Normal 42 70.0
Gemuk 5 8.3
Total 60 100.0
Bersarkan tabel 5.5. Diketahui paling banyak responden memiliki status gizi
normal sebanyak 42 responden (70%), sedangkan responden paling sedikit
memiliki status gizi gemuk sebanyak 5 responden (8,3%)
4. Hubungan antara pengetahuan citra tubuh dan pengetahuan gizi
seimbang dengan status gizi remaja
Data hasil penelitian selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisa regresi
linier berganda dan diolah.
Tabel 5.6. Hasil dari koefisien determinasi R2
R R Square Adj. R Square Standart Error
.691a .477 .459 1.411
Berdasarkan tabel 5.6. hasil analisis penelitian dapat dijelaskan bahwa nilai
koefisien determinasi (R Square) adalah 0,477 (47,7%). Artinya bahwa variasi
dari kedua variabel bebas yaitu citra tubuh dan pengetahuan gizi seimbang
memberikan kontribusi pada status gizi pada siswa kelas VIII di SLTP Negeri 2
Wungu sebesar 47,7% sedangkan 53,3% lainnya dapat dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak termasuk dalam penelitian.
62
Tabel 5.7. Hasil analisa regresi linier berganda
Variabel
Independen
B Standart
Error
Beta T p-value
(Constant) 11.888 1.325 8.972 .000
Citra Tubuh .070 .092 .152 .760 .450
Pengetahuan .816 .294 .554 2.778 .007
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pengetahuan memiliki p<0,05
sehingga variabel pengetahuan merupakan varibel yang dominan berhubungan
dengan status gizi. Nilai konstanta sebesar 11,888 menunjukkan bahwa apabila
variabel citra tubuh (X1) dan variabel pengetahuan gizi seimbang (X2) diabaikan
dalam anilisis, maka status gizi pada siswa kelas VIII di SLTP Negeri 2 Wungu
(Y) sebesar 11,888. Koefisien regresi variabel citra tubuh (X1) diketahui sebesar
0,070 artinya apabila citra tubuh meningkat maka status gizi pada siswa kelas VIII
di SLTP Negeri 2 Wungu akan meningkat sebesar 0,070 dengan catatan X2 tetap.
Koefisien regresi variabel pengetahuan gizi seimbang (X2) diketahui sebesar
0,816 artinya apabila pengetahuan gizi seimbang meningkat maka status gizi pada
siswa kelas VIII di SLTP Negeri 2 Wungu akan meningkat sebesar 0,816 dengan
catatan variabel X1 tetap.
Dari tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai p untuk variabel citra tubuh adalah
sebesar 0,450 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan antara citra tubuh dengan
status gizi remaja. Sedangkan untuk variabel pengetahuan p=0,007 (p<0,05) yang
artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi remaja.
63
Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa nilai p= 0,000 yang berarti nilai
signifikasi < 0,05 yang berarti ada hubungan antara citra tubuh dan pengetahuan
gizi seimbang dengan status gizi remaja.
5.3. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan kuesioner terhadap responden yang
telah diolah, maka penulis akan membahas mengenai hubungan antara citra tubuh
dan pengetahuan gizi seimbang dengan status gizi remaja di SLTP Negeri 2
Wungu Madiun.
5.3.1. Citra tubuh
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui sebagian responden memiliki citra tubuh
yang positif. Hasil yang memiliki citra tubuh positif sebanyak 38 responden
(63,3%), citra tubuh negatif sebanyak 22 responden (36,7%). Hal ini tidak sesuai
dengan karakteristik responden dimana responden perempuan lebih banyak (58,3
%).
Berdasarkan teori Setyawati (2016) menyatakan teman sebaya dan citra tubuh
merupakan faktor yang dapat menyebabkan remaja putri merasa kelebihan berat
badan dan merasa tidak puas terhadap bentuk tubuhnya. Remaja tersebut akan
menerapkan perilaku makan yang tidak sehat yang akhirnya berdampak pada
status gizi yang buruk. Mereka juga kerap menerapkan pola konsumsi yang
berlawanan dengan postur tubuh yang mereka idamkan. Studi di Semarang
menunjukkan temuan bahwa sebagian besar responden siswi SMA wilayah pusat
64
kota sering mengkonsumsi fastfood (95,4%) dan kurang mengkonsumsi serat
(84%) namun menginginkan bentuk tubuh ideal (Setyawati et al, 2016).
Citra tubuh (body image) pada umumnya dialami oleh mereka yang menganggap
bahwa penampilan adalah faktor yang paling penting dalam kehidupan. Hai ini
terutama terjadi pada usia remaja. Mereka beranggapan bahwa tubuh yang kurus
dan langsing adalah yang ideal bagi wanita, sedangkan tubuh yang kekar dan
berotot adalah yang ideal bagi pria (Germov & William, 2006). Dalam penelitian
ini, komponen citra tubuh yang dinilai adalah persepsi, yaitu berhubungan dengan
ketepatan individu dalam mempersepsi citra tubuhnya.
Berdasarkan fakta dan teori di atas, peneliti berpendapat citra tubuh tubuh tidak
mempengaruhi remaja putri di SLTP Negeri 2 Wungu dikarenakan masih pada
tahap awal pertumbuhan, sehingga tidak terlalu memikirkan persepsi citra tubuh
mereka.
Penelitian Bani (2010) menyatakan bahwa citra tubuh seorang remaja juga dapat
dipengaruhi oleh lingkungan seperti teman sebaya, figur idola dan juga media
massa, tetapi ketika seorang remaja sadar akan kebutuhan gizinya, hal-hal tersebut
tidak akan menjadi penghalang bagi remaja untuk tetap memenuhi kebutuhan
gizinya. Persepsi terhadap tubuh ideal yang salah tidak lantas membuat seorang
remaja mengonsumsi makanan dengan cara yang salah. Hal tersebut dibuktikan
dari besarnya presentase jumlah remaja yang berpersepsi negatif terhadap tubuh
ideal tetapi tetap mengonsumsi makanan yang memang sesuai dengan jenis dan
jumlah kebutuhan mereka. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa benar atau
65
salahnya cara seorang remaja dalam mengonsumsi makanan tidak banyak terkait
dengan benar atau salahnya persepsi mereka terhadap tubuh ideal.
5.3.2. Pengetahuan gizi seimbang
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui sebagian responden memiliki pengetahuan
gizi seimbang yang baik. Hasil yang memiliki pengetahuan gizi seimbang yang
baik sebanyak 34 responden (56,7%), pengetahuan gizi seimbang cukup sebanyak
19 responden (31,7%), dan pengetahuan gizi seimbang yang buruk sebanyak 7
responden (11,7%).
Hasil ini sesuai dengan karakteristik responden dimana responden paling banyak
berusia 14 tahun (75%). Hal ini sesuai dengan teori Fibriana (2012) yang
menyatakan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain yaitu usia,
pendidikan, lingkungan, intelegensia, pekerjaan, sosial ekonomi dan sosial
budaya. Dengan bertambahnya usia seseorang maka tingkat perkembangan akan
berkembang sesuai dengan pengetahuan yang pernah didapatkan dan juga dari
pengalaman sendiri.
Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan
gizi yang bersangkutan serta berpengaruh pembentukan kebiasaan makan
seseorang. Pengetahuan gizi yang tidak memadai, kurangnya pengertian tentang
kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tentang kontribusi gizi
dari berbagai jenis makanan akan menimbulkan masalah kecerdasan dan
produktivitas (Soekirman, 2011).
66
Berdasarkan fakta dan teori tersebut, peneliti beropini bahwa pengetahuan gizi
yang dimiliki seseorang dapat memberikan informasi yang memadai tentang
pilihan makanan yang sesuai dengan kondisi tubuhnya. Hal itu dapat membuat
orang tersebut mengubah jenis makanan yang biasa ia konsumsi dan memperbaiki
kebiasaan makan yang selama ini ia jalani, sehingga mampu melakukan diet
secara bijak dan hati-hati ketika ia ingin menjadikan tubuhnya menjadi ideal.
5.3.3. Status Gizi Remaja
Dari tabel 5.5 dapat diketahui sebagian besar responden memiliki status gizi
normal sebanyak 42 responden (70,0%), hal ini sesuai dengan karakteristik
responden dimana responden paling banyak adalah perempuan 35 (58,3)%. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2015) dalam jurnal
Gambaran Konsumsi Sumber Vitamin Dan Mineral, Status Gizi, Dan Kejadian
Dismenorea Pada Remaja Putri di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2015
Sebagian besar remaja putri (59,1%) memiliki status gizi normal, 11 orang (25%)
memiliki status gizi resiko gemuk, dan hanya 7 orang yang memiliki status gizi
gemuk.
Dari fakta dan teori tersebut, peneliti berpendapat hal ini dikarenakan karena
status gizi remaja putri sangat mempengaruhi terjadinya menstruasi baik dari
faktor usia terjadinya menstruasi, adanya keluhan-keluhan selama menstruasi
maupun lamanya hari menstruasi. Sehingga membuat remaja putri lebih
memperhatikan status gizi mereka.
67
5.3.4. Hubungan Citra Tubuh dan Pengetahuan Gizi Seimbang Dengan
Status Gizi Remaja Di SLTP Negeri 2 Wungu Madiun
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan antara citra tubuh dan
pengetahuan gizi seimbang dengan status remaja di SLTP Negeri 2 Wungu
Madiun tahun 2019. Dari hasil dari penelitian dapat dijelaskan bahwa jika citra
tubuh meningkat maka status gizi meningkat, jika pengetahuan gizi seimbang
meningkat maka status gizi meningkat lebih baik. Status gizi didapatkan karena
citra tubuh dan pengetahuan berhubungan. Sehingga dapat dijelaskan bahwa nilai
signifikansi koefisien determinasi (R2) yang diperoleh 0,477. Artinya bahwa
variasi dari kedua variabel bebas yaitu citra tubuh dan pengetahuan gizi seimbang
memberikan kontribusi pada status gizi pada siswa kelas VIII di SLTP Negeri 2
Wungu sebesar 47,7%. Hasil analisa dari penelitian ini didapatkan nilai p = 0,000
yang berarti nilai p<0,05 yang berarti bahwa ada hubungan antara citra tubuh dan
pengetahuan gizi seimbang dengan status gizi remaja.
Faktor yang mempengaruhi status gizi remaja antara lain kebiasaan makan yang
buruk, pemahaman gizi yang keliru, kesukaan yang berlebihan terhadap makanan
tertentu, promosi yang berlebihan melalui media massa, konsumsi makanan,
pendidikan dan pengetahuan, sosial ekonomi, aktifitas fisik (Huriyati, 2009).
Responden dalam penelitian ini termasuk dalam kelompok remaja, di mana pada
masa ini mereka sudah mulai masuk dalam masa pubertas. Masa pubertas
berpengaruh terhadap citra tubuh seseorang. Perubahan fisik yang terjadi pada
masa remaja akan berdampak pada kepuasan citra tubuh mreka karena belum
tentu perubahan yang terjadi sesuai dengan keinginan mereka, yang bahkan bisa
68
menimbulkan rasa malu. Tahap perkembangan remaja dianggap sebagai tahapan
yang memiliki risiko terbesar untuk berkembangnya masalah mengenai citra
tubuh (Santrock, 2008).
Pada masa remaja, remaja mengalami pertumbuhan fisik mulai dari pertambahan
berat dan tinggi badan yang drastis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan
karakteristik seksual seperti pembesaran payudara, perkembangan pinggang,
pertumbuhan rambut di area tertentu, dan menstruasi sehingga memerlukan nutrisi
yang banyak untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan
pengetahuan gizi seimbang yang baik untuk memenuhi kebutuhan gizi remaja.
Dengan begitu remaja akan dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya. Dengan
demikian maka siswa perlu diberikan informasi/pengetahuan yang benar tentang
perspektif citra tubuh yang baik dan pengetahuan gizi seimbang yang sesuai.
69
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
1. Persepsi citra tubuh di SLTP Negeri 2 Wungu Madiun dengan citra
positif berjumlah paling banyak, yaitu sebanyak 38 responden atau
63,3%.
2. Pengetahuan gizi seimbang di SLTP Negeri 2 Wungu Madiun dengan
pengetahuan baik sebanyak 34 responden atau 56,7%.
3. Status gizi remaja di SLTP Negeri 2 Wungu Madiun dengan status gizi
normal sebanyak 42 responden atau 70%.
4. Ada hubungan antara citra tubuh dan pengetahuan gizi seimbang
dengan status gizi remaja (p= 0,000 < 0,05) dengan nilai R2 0,477 yang
artinya citra tubuh, pengetahuan gizi seimbang memberikan kontribusi
pada status gizi remaja.
6.2. Saran
1. Guru BK SLTP Negeri 2 Wungu Madiun
Guru khususnya guru BK agar lebih meningkatkan peranan sebagai konselor bagi
siswa tentang status gizi dan persepsi citra tubuh yang baik dan pengetahuan
mengenai gizi seimbang.
2. Institusi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Stikes BHM Madiun dapat memberikan peran ke sekolah-sekolah dengan
meningkatkan kerjasama dengan sekolah khususnya di SLTP Negeri 2 Wungu.
3. Bagi Peneliti lain
70
Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian status gizi dengan menggali
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi status gizi di kalangan remaja.
71
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachim, R., Eka M., dan Rusmini, Y. 2018. Hubungan Body Image Dan
Sikap Terhadap Makanan Dengan Pola Makan Mahasiswi Jurusan Gizi
Politeknik. Gizi Indon 2018, 41(2):117-124.
Agustina, Fitratur Rahmah., Ernawati Nasution., Fitri Ardiani. 2015. Gambaran
Konsumsi Sumber Vitamin Dan Mineral, Status Gizi, Dan Kejadian Dismenorea
Pada Remaja Putri Di SMP Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2015. Kampus USU
Medan.
Ali, Muhammad. 2010. Psikologi remaja. Bandung: Bumi Aksara.
Almatsier, S. 2006. Prinsip dasar ilmu gizi 2. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Baliwati, Y.F. 2006. Pengantar pangan dan gizi edisi 2. Jakarta: PT Penebar
Swadaya.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Standar antropometri penilaian
status gizi anak. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak.
Khomsan, Ali. 2007. Peranan pangan dan gizi untuk kualitas hidup. Jakarta: PT.
Grasindo.
Meylda Intantiyana, Laksmi Widajanti, M. Zen Rahfiludin. 2018. Hubungan Citra
Tubuh, Aktivitas Fisik Dan Pengetahuan Gizi Seimbang Dengan Kejadian
Obesitas Pada Remaja Putri Gizi Lebih Di SMA Negeri 9 Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Volume 6, Nomor 5, Oktober 2018.
Nomate, Erni S., Marselinus L. Nur, dan Sarci M. Toy. 2017. Hubungan Teman
Sebaya, Citra Tubuh Dan Pola Konsumsi Dengan Status Gizi Remaja Putri.
Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017).
Notoatmodjo, S., 2007. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni . Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Notoatmojo, S. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
72
Ovita, Ade Nur., Nety Mawarda Hatmanti., Nur Amin. 2019. Hubungan Body
Image Dan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Remaja Putri Kelas VIII SMPN 20
Surabaya. Sport and Nutrition JournalVol 1 No 1 - Juni 2019 (27-32).
Sarah, D. 2009. Psikologi remaja dan masalahya. Yogyakarta: Tiara Wacana
Yogya.
Sarwono, W. 2011. Psikologi remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sayogo. 2014. Gizi remaja putri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Serly,Vicennia., Sofian, Amru., dan Ernalia, Yanti. 2015. Hubungan Body Image,
Asupan Energi Dan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2014. Jom FK Volume 2 No.2 Oktober
2015.
Soekirman. 2011. Ilmu gizi dan aplikasinya untuk keluarga dan masyarakat.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun. 2019. Buku Panduan Penyusunan Tugas
Akhir. Madiun.
Supariasa, I., 2011. Penilaian status gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Syahrir. 2013. Remaja dan permasalahannya. Jakarta: PT Gramedia.
Yusintha, Alivia Norma., Adriyanto. 2018. Hubungan Antara Perilaku Makan
dan Citra Tubuh dengan Status Gizi Remaja Putri Usia 15-18 Tahun. Open
access under CC BY – SA license.
73
LAMPIRAN
74
Lampiran 1
Surat Ijin Pengambilan Data Awal
75
Lampiran 2
Surat Izin Penelitian
76
Lampiran 3
Surat Keterangan Selesai Penelitian
77
Lampiran 4
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat,
Saya sebagai mahasiswa progamam Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun,
Nama : Daiman Hamdani
Nim : 201502045
Bermaksud melakukan penelitian tentang “Hubungan Citra Tubuh dan
Pengetahuan Gizi Seimbang dengan Status Gizi Remaja di SLTP Negeri 1 Wungu
Madiun”. Sehubungan dengan ini, saya mohon kesedian saudara untuk bersedia
menjadi responden dalam penelitian yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data
pribadi saudara akan sangat kami jaga dan informasi yang akan saya gunakan
kepentingan penelitian.
Demikian permohohan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara, saya ucapkan
terima kasih.
Madiun, April 2019
Peneliti
Daiman Hamdani
NIM. 201502078
78
Lampiran 5
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORM CONSENT)
Yang bertandatangan dibawah ini,
Nama :
Umur :
Setelah saya mendapatkan penjelasaan mengenai tujuan, manfaat jaminan
kerahasiaan dan tidak ada resiko dalam penelitian yang akan dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
yang bernama Daiman Hamdani mengenai “Hubungan Citra Tubuh dan
Pengetahuan Gizi Seimbang dengan Status Gizi Remaja di SLTP Negeri 1 Wungu
Madiun”. Saya mengetahui bahwa informasi yang saya berikan ini bermanfaat
bagi keperawatan Indonesia. Untuk itu saya akan memberikan data yang
diperlukan dengan sebenar-benarnya. Demikian pernyataan ini saya buat untuk di
pergunakan sesuai keperluaan.
Sehubungan dengan hal tersebut, apabila saudara setuju ikut serta dalam
penelitian ini domohon untuk menandatangani kolom yang disediakan.
Madiun, April 2019
Responden
.....................................
79
Lampiran 6
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN CITRA TUBUH (BODY IMAGE) DAN
PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG DENGAN STATUS GIZI REMAJA
I. IDENTITAS
1. Tanggal Penelitian : ………………………………………
2. Nama : ………………………………………
3. Jenis Kelamin : ………………………………………
4. Umur : ………………………………………
5. Tinggi badan : ……………………………………… cm
6. Berat badan : ……………………………………… kg
7. IMT : ………………………………………
II. PERTANYAAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI SEIMBANG.
Petunjuk : erilah tanda (√) pada jawaban yang menurutsaudara merupakan
jawaban yang paling tepat.
Keterangan : B : Benar S : Salah
No Aspek Pengetahuan Tentang Gizi Seimbang Jawaban
B S
1
Keanekaragaman makanan adalah apabila saat kita
makan pagi, siang, malam, makanan yang kita komsumsi
mengandung 5 unsur, yaitu karbohidrat (nasi,roti, mie,
gandum, jagung, umbi-umbian), protein hewani (ayam,
ikan, seafood, daging sapi, dll), protein nabati (tahu,
tempe, kacang-kacangan), sayur,dan buah.
2 Protein berperan penting untuk menjaga kesehatan
tulang agar tidak keropos.
3
Mengkomsumsi sayur dan buah secara rutin sangat baik
bagi tubuh karena sayur dan buah banyak mengandung
karbohidrat.
4 Selain kita dianjurkan makan dengan seimbang,kita juga
80
dianjurkan mengkomsumsi berbagai jenis sumber
karbohidrat yang berupa sayur dan buah.
5
Makanan yang tinggi kalori,lemak serta rendah protein
dapat memicu penyakit degeneratif ( jantung, stroke,
hipertensi dll) di kemudian hari.
6
Sarapan sangat penting dilakukan karena sarapan
merupakan makanan bagi otak agar otak kita siap
menjalani aktifitas kita sepanjang hari yang padat.
7
Air putih mencegah tubuh agar tidak dehidrasi atau
kekurangan air, karena air diperlukan untuk
mengedarkan berbagai zat gizi yang sudah diserap ke
seluruh tubuh kita.
8 Membaca label pada kemasan makanan penting untuk
dilakukan
9
Olahraga selama 30 menit dapat membantu
menghilangkan tumpukan lemak di perut, pinggang,
pinggul,paha dan lengan atas serta mempertahankan
berat badan
10 Mencuci tangan sebelum makan dilakukan dengan
menggunakan sabun dan air mengalir.
81
III. Pertanyaan Mengenai Citra Tubuh
Berikut terdapat 11 pernyataan.
Bacalah setiap pertanyaan dan tentukan sikap saudara terhadap pernyataan
tersebut dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu jawaban antara SS,
S, TS, dan STS.
Alternatif jawaban yang tersedia adalah:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS :Sangat Tidak Setuju
No. Pernyataan SS S ST STS
1 Menurut saya, penampilan saya menarik bagi lawan
jenis.
2 Saya percaya diri dengan penampilan saya saat ini
3 Saya menggunakan pakaian yang sesuai dengan
ukuran tubuh
4 Saya menyukai pakaian berwarna hitam untuk
menyamarkan tubuh kegemukan tubuh
5 Saya puas dengan bagian tubuh tengah (dari pinggang
hingga perut)
6 Secara keseluruhan, penampilan saya memuaskan
7 Berat badan saya saat ini merupakan berat badan ideal
8 Saya khawatir menjadi gemuk
9 Saya ingin diet untuk menurunkan berat badan
10 Saya merasa baik-baik saja bila berat badan saya naik
11 Saya menganggap berat badan saya tidak terlalu kurus
82
Lampiran 7
Hasil Data Siswa Kelas VIII SLTP Negeri 2 Wungu Madiun
No Nama
JK Usia TB BB Status Gizi
Pengetahuan
Hasil
Citra Tubuh
Hasil 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 EO P 14 141 45 23 B B B B B B B B B B 8 TS S SS TS TS SS S S SS TS SS 30
2 TR P 13 148 45 21 B B S S B B B B B B 10 STS SS TS TS SS SS SS TS TS SS SS 36
3 NY P 14 142 44 22 B B S S B B B B B B 10 TS SS SS STS SS TS SS STS STS TS SS 38
4 SA P 14 142 40 20 B B B B S B B B B B 7 STS S TS TS TS TS TS S S S TS 24
5 LUF P 13 139 40 21 B B B B B B B B B B 8 TS S SS TS S S S S TS TS S 31
6 INA P 14 135 39 21 B B B B S B B B B B 7 TS S TS TS TS S TS S S TS TS 25
7 MA P 13 132 41 24 B B S S B B B B B B 10 STS SS SS STS SS SS SS SS STS STS SS 35
8 NN P 14 145 42 20 B B B B B B B B B B 8 TS S S TS S S S S S S S 30
9 NDS P 13 141 34 17 B S B B B S S B B B 5 TS S S SS S S STS SS SS S TS 23
10 AP P 14 161 50 19 B B B B B B B B B B 8 TS S S TS S S S S S TS S 29
11 DTM P 13 143 52 25 B B S S B B B B B B 10 TS SS SS TS S S SS TS TS SS SS 37
12 AN P 14 146 41 19 B B B B B B B B B B 8 TS S S TS TS S S TS TS TS S 30
13 NA P 14 154 47 20 B B B S B B B B B B 9 TS SS SS TS S S SS SS TS TS S 32
14 NNH P 14 145 41 20 B B B B B B B B B B 8 TS SS S TS S S S TS TS S SS 34
15 IF L 13 140 39 20 B B B B S B B B B B 7 S TS S TS TS TS TS S S TS TS 25
16 MAP L 14 150 43 19 B B B B B B B B B B 8 S TS S S S S S TS S TS S 29
17 AKP L 14 143 37 18 B S B S B S B S B S 5 S S S SS TS S STS SS SS TS S 23
18 DAF L 14 142 41 20 S B B B B B B B B B 7 TS S S S S S S S S STS S 27
83
19 FW L 13 145 43 20 S B B B B B B B B B 7 S TS S S TS S STS S S TS TS 24
20 NF L 14 152 40 17 B B S B S S B S B S 5 TS S S SS STS S S S S TS S 25
21 FA L 14 142 35 17 B S B B S B B B B B 6 S S TS S TS S SS SS SS STS S 25
22 TRS L 13 152 55 24 B B B B B B B B B B 8 S S S STS S S S TS TS S S 34
23 K L 15 140 34 17 B S B B S B B B B B 6 S S TS S TS S SS SS SS STS S 25
24 SI L 14 143 37 18 B S B B S B B B B B 6 S S TS S TS S SS SS SS STS S 25
25 RP L 14 145 39 19 B S B B S B B B B B 6 S S TS S TS S SS SS SS STS S 25
26 FR L 14 147 43 20 B B B B B B B B B B 8 S S S TS S TS S TS S S TS 30
27 RA L 13 141 39 20 B B B B B B B B B B 8 S S S TS SS S SS SS SS STS S 29
28 BA L 13 154 40 17 B B B B B B S B S B 6 TS TS S S TS S S S S S S 27
29 AF L 13 145 37 18 B S B B B S B S B B 5 TS TS TS S S TS TS S S TS TS 23
30 TP P 14 146 39 18 B S B B B B S S B B 5 TS TS S S S TS TS S TS TS TS 25
31 CB P 14 143 41 20 B B B B B B B B B B 8 S S S S S S S TS TS S S 32
32 A P 14 144 40 19 B S S S B B B B B B 9 SS S S TS SS TS TS TS TS SS SS 35
33 IFN P 14 141 36 18 B B B B B S S S B B 5 TS TS SS SS TS S S SS SS TS SS 25
34 DR P 14 145 50 24 B B B B B B B B B B 8 SS S S TS TS TS SS TS TS S S 33
35 EY P 14 145 40 19 B B B B B B B B B B 8 SS STS SS TS SS SS SS SS STS STS SS 34
36 S P 14 149 46 21 B B B B B B B B B B 8 SS TS TS STS SS TS SS SS TS TS SS 32
37 AP P 14 159 49 19 B B B B S B B B B B 7 TS TS S TS TS S TS S S TS S 26
38 NN P 14 151 45 20 B B B B B B B B B B 8 TS S S S TS S S S STS S S 30
39 YMA P 13 147 40 19 B S B B S B B B B B 6 TS S TS S TS TS S S S TS S 25
40 RAZ P 14 156 46 19 B S S B S B B B B B 7 STS S SS STS TS TS S S SS STS SS 27
41 LP P 14 147 43 20 B B B B B B B B B B 8 TS S S TS S S S TS TS S S 32
84
42 MMA P 14 144 41 20 B B B B B B B B B B 8 S S SS TS S S S S TS S S 33
43 DPW P 13 144 39 19 B B B B B B B B B B 8 S S SS TS S S S S S SS SS 34
44 IRW P 14 149 45 20 B B B B B B B S B B 7 TS S SS STS TS STS STS TS SS STS TS 24
45 L P 14 147 46 21 B B B B B B B B B B 8 S S S STS S S TS TS STS S TS 33
46 AR P 14 144 38 18 B B B B S B B S S B 5 S S S SS TS TS S SS SS TS S 24
47 DATS P 14 145 40 19 B B B B B B B B B B 8 S S S TS TS TS S TS TS S S 31
48 SDL P 14 155 46 19 B B B B B B B B B B 8 SS S SS TS S S S S TS TS S 33
49 APP P 14 150 50 22 B B B B B B B B B B 8 TS S S TS S S S S TS TS S 30
50 AAR P 14 143 41 20 B B B B B S S B B B 6 TS S TS TS S TS S S S TS TS 26
51 AK L 14 143 43 21 B B B B B B B B B B 8 TS S SS TS S S S TS STS S S 34
52 SP L 13 145 42 20 B B B B B B B B B B 8 SS SS S TS TS S S TS TS S S 34
53 MH L 13 144 43 21 B B B B B S B B B B 7 TS TS S TS TS TS S S TS TS TS 26
54 KU L 14 142 44 22 B B B B B B B B B B 8 S S S TS S S SS S TS TS S 32
55 BT L 14 148 40 18 B B B B TS B B B S B 6 S S S S STS S SS SS TS TS TS 27
56 SR L 14 147 53 25 B B B B B B B B B B 8 SS SS S SS SS S S TS TS S S 34
57 AP L 14 153 48 21 B B B B B B B B B B 8 SS SS S S S S S S S S S 32
58 MF L 14 165 54 20 B B B B B B S B B B 7 S SS S TS S S S TS TS TS S 33
59 FAI L 14 140 39 20 B B S B S B B S B B 7 S S S STS TS S TS S S TS TS 28
60 VD L 14 147 45 21 B B B B B B B B B B 8 S S S TS S S S TS TS S S 33
85
Lampiran 8
Distribusi Frekuensi Responden Di SLTP Negeri 2 Wungu Madiun
JENIS_KELAMIN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-Laki 25 41.7 41.7 41.7
Perempuan 35 58.3 58.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
USIA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 13 15 25.0 25.0 25.0
14 45 75.0 75.0 100.0
Total 60 100.0 100.0
86
Lampiran 9
Data Khusus Responden
CITRA_TUBUH
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Negatif 22 36.7 36.7 36.7
Positf 38 63.3 63.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
PENGETAHUAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 7 11.7 11.7 11.7
Cukup 19 31.7 31.7 43.3
Baik 34 56.7 56.7 100.0
Total 60 100.0 100.0
STATUS_GIZI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurus 13 21.7 21.7 21.7
Normal 42 70.0 70.0 91.7
Gemuk 5 8.3 8.3 100.0
Total 60 100.0 100.0
87
Lampiran 10
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 PENGETAHUAN, CITRA_TUBUH
a
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: IMT
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
1 .691a .477 .459 1.411 2.270
a. Predictors: (Constant), PENGETAHUAN, CITRA_TUBUH
b. Dependent Variable: IMT
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 103.431 2 51.715 25.990 .000a
Residual 113.419 57 1.990
Total 216.850 59
a. Predictors: (Constant), PENGETAHUAN, CITRA_TUBUH
b. Dependent Variable: IMT
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 11.888 1.325 8.972 .000
CITRA_TUBUH .070 .092 .152 .760 .450 .231 4.331
PENGETAHUAN .816 .294 .554 2.778 .007 .231 4.331
a. Dependent Variable: IMT
Collinearity Diagnosticsa
Model Dimension Eigenvalue Condition Index
Variance Proportions
(Constant) CITRA_TUBUH PENGETAHUAN
1 1 2.981 1.000 .00 .00 .00
2 .016 13.632 .74 .01 .14
3 .003 32.743 .26 .98 .86
a. Dependent Variable: IMT
88
Lampiran 11
Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Judul Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1. Pengajuan Judul
2. Bimbingan Proposal
3. Ujian Proposal
4. Revisi Proposal
5. Penelitian
6. Bimbingan Skripsi
7. Ujian Skripsi
89
Lampiran 12
Dokumentasi
90
91
Lampiran 14
Lembar Konsul
92