gizi kurang Kedokteran Keluarga ASRI BUANA CITRA DEWI.doc

46
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT LAPORAN KEDOKTERAN KELUARGA GIZI KURANG OLEH ASRI BUANA CITRA DEWI H1A 009 048 Dosen Pembimbing: dr. NI KETUT WILMAYANI dr. Hj. WIWIN APRIANI DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM 1

Transcript of gizi kurang Kedokteran Keluarga ASRI BUANA CITRA DEWI.doc

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN KEDOKTERAN KELUARGAGIZI KURANG

OLEH

ASRI BUANA CITRA DEWIH1A 009 048Dosen Pembimbing:

dr. NI KETUT WILMAYANIdr. Hj. WIWIN APRIANIDALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

PUSKESMAS KEDIRI KABUPATEN LOMBOK BARAT

2014

BAGIAN 1LAPORAN KASUS

KASUS PASIEN DALAM KEDOKTERAN KELUARGATanggal 13-10-2014 diisi oleh:

Nama Dokter Muda

: Asri Buana Citra DewiNomor Induk Mahasiswa

: H1A 009 048Fasilitas Pelayanan Kesehatan: Puskesmas Kediri

1. Identitas pasienPasienKeterangan

NamaRaditya Irsad

Tanggal Lahir/Umur8-11-2013/ 11 bulan

AlamatKr. Kuripan Barat, RT 5 RW 4

Jenis KelaminLaki-laki

AgamaIslam

Pendidikan Terakhir-

Pekerjaan-

Status Perkawinan-

Diagnosis ISPA + Gizi Kurang

Alergi Obat-

Sistem PembayaranBPJS

2. Heteroanamnesis (Ibu Pasien ; 13-10-2014)Keluhan Utama

Demam

Riwayat Penyakit SekarangPasien dikeluhkan demam oleh ibunya sejak 3 hari yang lalu. Demam dikeluhkan hilang timbul terutama pada sore sampai malam hari. Demam tidak disertai menggigil, berkeringat dingin (-), ruam merah pada tubuh (-), bintik berisi air (-) dan bercak merah pada kulit. Pasien juga dikeluhkan batuk dan pilek sejak 1 hari sebelum demam, namun tidak disertai sesak. Batuk yang dialami pasien berdahak, dahaknya berwarna putih bening. Keluhan mual (-), muntah (-), mencret (-), nafsu makan menurun (+), rewel (+). BAB dan BAK pasien masih dalam batas normal. Selain itu, ibu pasien juga mengeluhkan berat badan pasien semakin menurun sejak 2 bulan yang lalu. Badan pasien dikeluhkan semakin kurus dan nafsu makannya berkurang. Pasien tidak mau makan selain mie instan dan snack yang dijual di warung dekat rumahnya. Ibu pasien juga mengatakan pasien juga malas minum susu formula.

Riwayat penyakit dahuluIbu pasien mengaku anaknya pernah akhir-akhir ini sering mengalami penyakit serupa terutama 2 bulan terakhir, sehingga berat badan pasien tidak bias naik. Riwayat sesak (-), kejang (-), penyakit kuning (-), riwayat rawat inap (-).Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa disangkal. Riwayat keluarga dengan batuk lama (-), kencing manis (-), tekanan darah tinggi (-), asma (-), penyakit jantung (-), keganasan (-).Riwayat PengobatanSelama sakit, pasien pernah dibawa berobat ke pelayanan kesehatan. Pasien diberikan obat puyer untuk pengobatan batuk dan pileknya, sirup paracetamol serta sirup vitamin untuk penambah nafsu makan. Riwayat Kehamilan dan PersalinanPasien adalah anak kedua dari dua bersaudara. Ibu pasien melahirkan sebanyak dua kali. Usia ibu saat hamil pertama adalah 25 tahun. Anak pertama berusia 6 tahun. Usia ibu saat hamil anak kedua adalah 25 tahun dan usia ayah 28 tahun. Anak yang pertama lahir dibantu oleh bidan desa, anak kedua lahir di tolong oleh bidan di polindes. Pasien lahir cukup bulan, langsung menangis, berat lahir 2800 gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala 33 cm. Riwayat kejang, biru, atau kuning setelah lahir disangkal.Selama mengandung pasien, ibu mengaku tidak pernah sakit berat selama masa kehamilannya dan rutin memeriksakan kehamilannya di polindes sebanyak > 4 kali. Nafsu makan ibu selama hamil biasa. Ibu pasien rutin mengkonsumsi vitamin yang diberikan oleh puskesmas selama kehamilan. Ibu pasien mengaku selama hamil jarang mengkonsumsi daging dan tidak mengkonsumsi susu, ibu pasien hanya mengkonsumsi sayur dan kadang-kadang telur, tahu, dan tempe. Riwayat minun obat-obatan maupun jamu-jamuan selama hamil disangkal. Riwayat NutrisiPasien mendapat ASI sejak lahir hingga sekarang. Saat berusia 6 bulan, pasien sudah diberikan nasi yang dilunakkan, kadang bubur SUN yang dibeli sendiri oleh ibu di warung yang diberikan 2-3 x/hari dengan mencampurkan 3 sendok bubur dengan setengah gelas air (50-100 cc). Bubur juga kadang tidak habis dimakan oleh pasien. Pasien selalu diberikan susu formula. Saat ini pasien masih menyusu dan rutin meminum susu formula. Saat ini pasien malas makan nasi, karena pasien hanya mau makan jika diberikan mie instan yang diseduh, tanpa menggunakan nasi serta snack yang dibeli di warung. Pasien juga tidak mau makan sayur dan bubur yang diberikan dan malas minum susu formula terutama saat sakit.Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan

Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ibu pasien sebagai ibu rumah tangga sedangkan ayah pasien bekerja sebagai buruh bangunan. Ibu pasien tidak memiliki penghasilan dan hanya mengerjakan pekerjaan di rumah serta menjaga anak-anaknya. Sedangkan penghasilan ayah pasien sebagai buruh bangunan sekitar Rp 25.000,- hingga Rp 50.000,- per hari. Ayah pasien biasanya pergi bekerja dari pagi hingga sore hari. Ibu pasien mengaku pasien hanya bermain di lantai dalam rumah. Pasien sering dititipkan ke tetangga dan keluarganya saat ibunya sedang mengerjakan pekerjaan rumah.

Keluarga An.R tinggal di desa Kr. Kuripan, Kecamatan Kediri, Lombok Barat. Tempat tinggalnya tersebut merupakan tempat tinggal sendiri yang dibangun dan ditempati sejak tahun 2011. Luas rumah An.R kira-kira 35 m2, tidak memiliki pekarangan. Rumah pasien berukuran 7 x 5 m, langit-langit tidak ada, terdiri dari 1 kamar tidur dan 1 kamar keluarga berdinding tembok (bata yang tidak di plester), berlantai semen, memiliki dua buah jendela di kamar keluarga berukuran 50 x 100 cm dan 1 di kamar tidur berukuran 25 x 100 cm yang hampir tidak pernah di buka. Kondisi dalam rumah lembab karena sinar matahari hampir tidak ada yang masuk. Ibu pasien memasak di dalam rumah, menggunakan kompor dan sering mengeluarkan asap yang memenuhi ruangan. Kamar mandi dan WC terdapat di luar rumah. Ibu pasien mengaku air untuk minum diambil di sumur dan selalu direbus. Ibu pasien juga mengaku air untuk masak, mandi, dan mencuci diambil dari sumur. Ibu pasien tidak selalu mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, jarang menggunakan sabun.Ayah pasien seorang perokok yang biasanya merokok 1-2 bungkus setiap hari. Ayah pasien sering merokok didalam rumah dan asapnya kadang memenuhi ruangan rumah.

Perkembangan dan KepandaianMenurut ibu, anaknya hingga saat ini belum bisa berdiri, bisa berbicara dengan memanggil ma, pa namun masih belum spesifik. Vaksinasi

A. Dasar :B. Ulangan

BCG (1x)

Usia 1 bulan (tgl 10-12-13)

DPT-HB (3x)

HB0 ( saat baru lahir (tgl 8-11-2013) DPT-Hb1 ( Usia 2 bulan (tgl 7-01-2014) DPT-Hb2 ( Usia 4 bulan (tgl 4-03-2014)) DPT-Hb3 ( Usia 5 bulan (tgl 4-04-2014))

Polio 4x

Polio 1 ( usia 1 bulan (tgl 10-12-13) Polio 2 ( Usia 2 bulan (tgl 7-01-2014)

Polio 3 ( Usia 4 bulan (tgl 4-03-2014)

Polio 4 ( Usia 5 bulan (tgl 4-04-2014)

Campak (1x)Usia 10 bulan (tgl 5-08-2014)

3. Pemeriksaan FisikKesan umum : Sedang

Kesadaran

: Compous MentisGCS

: E4V5M6Vital SignNadi

: 100 x/menit, isi dan tegangan kuat, irama teratur

Pernapasan : 36 x/menit, teratur tipe torakoabdominalTemperature: 37,8 oCCRT

: < 2 detikStatus Gizi

Berat Badan: 6,4 kg

Panjang Badan: 62 cm

Umur

: 11 bulan

Lingkar Kepala : 43 cm (microcephalic) (-2 SDGrafik 1. Grafik Peningkatan Berat Badan Pasien

Sumber: Buku KIAGrafik 2. Head circumference menurut Nell Haus

Kesimpulan status gizi berdasarkan Zscore (2011): BB/PB = BB/U = x 1 SD = PB/U = x 1 SD = - 0,2 SD ( NormalTabel 3. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

Sumber: Kementerian Kesehatan RI, 2011

Status Generalis :

a. Kepala dan Leher :

Bentuk: Microcephalic, bulat, tidak ada tanda-tanda trauma, ubun-ubun besar terbuka menonjol. Rambut: tidak ada, kulit kepala: papul (-), pustula (-), skuama (-). Mata: simetris, Rp (+/+) isokor, eksoftalmus (-/-), enoftalmus (-/-), strabismus -/-, nistagmus (-/-), ptosis bulbi (-/-), mata cowong (-/-), konjungtiva: anemia (-/-), sklera : ikterik (-/-), lensa : kekeruhan (-/-), air mata saat menangis (+/+).b. THT Telinga : Struktur dan ukuran telinga normal, otorhea (-)

Hidung : Simetris, deviasi septum (-/-), napas cuping hidung (-/-), perdarahan

(-/-), sekret (+/+).

Tenggorok: Faring hiperemis (-), tonsil tidak membesar Mulut: Pucat (-), mukosa bibir basah (+/+), sianosis sentral (-) Leher : Massa (-), pembesaran KGB superficial leher bagian servikal, mastoideal dan parotideal (-), pembesaran KGB supraklavikula (-).

c. Thorax :

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi subcostal (-), iga dan sela iga tampak prominen. Palpasi: Gerakan simetris, fremitus vokal sama antara kiri dan kanan, thrill (-); ictus cordis : ictus cordis teraba pada sela iga 4 garis midkavikuler kiri Perkusi:

Pulmo ( Sonor pada kedua lapang paruCor ( Sde (pasien tidak kooperatif) Auskultasi:Pulmo ( vesikuler (+/+), ronkhi basah halus di basal paru (-/-)Cor (S1S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)d. Abdomen :

Inspeksi : Massa (-),jejas (-), scar/luka bekas operasi (-), perut agak buncit. Auskultasi : Bisisng usus (+) normal Perkusi

: Timpani Palpasi

: nyeri tekan (-), H/L/R tak teraba, turgor kulit sedikit menurun.e. Anggota Gerak:Tungkai AtasTungkai Bawah

KananKiriKananKiri

Akral hangat++++

Edema----

Pucat----

Muscle wasting----

Baggy pants--

Kelainan bentuk----

Pembengkakan Sendi----

Pembesaran KGB

Aksiler

Axilla

Inguinal-

-

--

-

--

-

--

-

-

f. Kulit

: Ikterus (-), pustula (-), peteki (-) , flushing (-)g. Urogenital: Baggy pants (-), flank mass (-), nyeri tekan (-), genital normalh. Vertebrae : tidak tampak kelainan4. Pemeriksaan Penunjang Usulan Pemeriksaan Penunjang:

Pemeriksaan Laboratorium: DL, LED, GDS5. Diagnosis KerjaISPA dengan Gizi Kurang6. Terapi ISPA, usulan terapi: Ambroksol syr 3 x cth 1/2 Parasetamol syr 3 x cth 1/2 CTM tab 0,6 mg 3 x pulv.I

Gizi kurang, usulan terapi: Pemberian makanan tambahan Pemberian makanan yang bergizi seperti telur, sayur, dan nasi lunak kepada pasien dengan frekuensi yang ditingkatkan dari biasanya. Pemberian susu formula dan ASI dengan frekuensi yang ditingkatkan.

Pemberian vitamin penambah nafsu makan : Syr VICAL 3 x 1 cth

Saat ini pasien belum ada indikasi untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.

7. Prognosis PasienDubia ad bonam8. KonselingKonseling yang diberikan pada keluarga terutama pengasuh pasien : Menjauhkan pasien atau menjaga jarak dari anggota keluarga atau tetangga yang memiliki penyakit infeksi saluran pernafasan. Memberi informasi mengenai pentingnya ventilasi di dalam rumah dan menyarankan agar jendela yang ada dibuka setiap pagi. Memberikan informasi mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat seperti memberi ASI dan makanan tambahan, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan pakai sabun, menggunakan jamban sehat dan tidak merokok di dalam rumah. Menyarankan untuk tetap mengikuti posyandu walaupun imunisasi telah lengkap dilakukan. Segera ke pusat pelayanan kesehatan jika pasien sakit. Mencari tahu penyebab kekurangan gizi pada anak dan memberi nasihat sesuai dengan penyebab tersebutBAGIAN IIDATA KELUARGA BINAANA. Data Anggota Keluarga BinaanKeluarga yang akan dibina dalam kasus ini adalah keluarga An. Raditya. Keluarga An. Raditya merupakan bentuk keluarga Inti (nuclear family) yakni keluarga yang terdiri dari suami , istri dan anak-anaknya. An. Raditya tinggal bersama ayah (Tn. Sugiarto), ibu (Ny. Rismunah) dan saudara laki-laki (An. Rama). An. Raditya tinggal bersama dengan keluarganya dalam 1 rumah di wilayah Dusun Kr. Kuripan Barat, Desa Kr. Kuripan, Kec. Kediri, Kab. Lombok Barat. Dalam keluarga binaan ini terdapat 4 orang anggota keluarga. Berikut ini adalah identitas anggota keluarga yang diperoleh pada saat kunjungan pertama tanggal 14 Oktober 2014.Tabel 2. Data Anggota Keluarga

Anggota KeluargaKeterangan

NamaTn. SugiartoAyah Pasien (kepala keluarga dan pemegang keputusan keluarga)

Umur29 tahun

AlamatKr. Kuripan, Kec.Kediri

AgamaIslam

PendidikanSMA

PekerjaanWiraswasta (buruh bangunan)

StatusMenikah

Anggota KeluargaKeterangan

NamaNy. RismunahIbu Pasien

Umur26 tahun

AlamatKr. Kuripan, Kec.Kediri

AgamaIslam

PendidikanSMP

PekerjaanIRT

StatusMenikah

Anggota KeluargaKeterangan

NamaAn. RamaKakak laki-laki pasien

Umur6 tahun

AlamatKr. Kuripan, Kec. Kediri

AgamaIslam

Pendidikan-

Pekerjaan-

StatusBelum Menikah

Kelurga An.Raditya secara skematis dapat digambarkan dalam pohon keluarga / ikhtisar keluarga sebagai berikut:Bagan 1. Ikhtisar Keluarga

Keterangan:

: Laki-laki

: Perenpuan : Pasien

: Tinggal satu rumah dan keluarga yang dibina 1 ( Ayah pasien (Tn. Sugiarto, 29 thn)

2 ( Ibu pasien (Ny. Rismunah, 26 thn)

3 ( Kakak pasien (An. Rama, 6 thn)

4 ( Pasien (An. Raditya, 11 bulan)

B. Data Status Kesehatan Keluarga Status kesehatan pada laporan ini dinilai berdasarkan Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), Tekanan Darah (TD), Frekuensi Nadi (N), Respirasi (RR) dan Suhu (T). Data kesehatan awal diambil saat pertemuan pertama dengan masing-masing anggota keluarga binaan.Tabel 2. Data kesehatan keluarga An. A

(diambil saat kunjungan pertama ke rumah keluarga binaan)Aspek PemeriksaanAyah

(Tn.S)Ibu

(Ny.R)Saudara Laki

(An.R)An.Raditya

BB60 kg47 kg14 kg6,4 kg

TB/PB165 cm150 cm110 cm62 cm

TD120/80 mmHg110/70 mmHg--

N80x/mnt88x/mnt90x/menit100x/mnt

RR16x/mnt20x/mnt18x/menit30x/mnt

ZT36,70C36,50C36.50C37,80C

Status GiziBMI = 22,2(Normal)BMI = 20,8

(Normal)Berdasarkan CDC BB/U = NormalBerdasarkan Z-score(Gizi Kurang)

C. Kondisi Faktor Resiko Lingkungan, Sosial, Ekonomi, Dan Budaya Keluarga Keadaan Lingkungan Keluarga An.R tinggal di desa Kr. Kuripan, Kecamatan Kediri, Lombok Barat. Tempat tinggalnya tersebut merupakan tempat tinggal sendiri yang dibangun dan ditempati sejak tahun 2011. Luas rumah An.R kira-kira 35 m2, tidak memiliki pekarangan. Rumah pasien berukuran 7 x 5 m, langit-langit tidak ada, terdiri dari 1 kamar tidur dan 1 kamar keluarga berdinding tembok (bata yang tidak di plester), berlantai semen, memiliki dua buah jendela di kamar keluarga berukuran 50 x 100 cm dan 1 di kamar tidur berukuran 25 x 100 cm yang hampir tidak pernah di buka. Kondisi dalam rumah lembab karena sinar matahari hampir tidak ada yang masuk. Ibu pasien memasak di dalam rumah, menggunakan kompor dan sering mengeluarkan asap yang memenuhi ruangan. Kamar mandi dan WC terdapat di luar rumah. Ibu pasien mengaku air untuk minum diambil di sumur dan selalu direbus. Ibu pasien juga mengaku air untuk masak, mandi, dan mencuci diambil dari sumur. Ibu pasien tidak selalu mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, jarang menggunakan sabun.Denah Rumah An.R

Dokumentasi Lingkungan Tempat Tinggal An.A

Sosial EkonomiPasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ibu pasien sebagai ibu rumah tangga sedangkan ayah pasien bekerja sebagai buruh bangunan. Ibu pasien tidak memiliki penghasilan dan hanya mengerjakan pekerjaan di rumah serta menjaga anak-anaknya. Sedangkan penghasilan ayah pasien sebagai buruh bangunan sekitar Rp 25.000,- hingga Rp 50.000,- per hari. Ayah pasien biasanya pergi bekerja dari pagi hingga sore hari. Pasien sering dititipkan ke tetangga dan keluarganya saat ibunya sedang mengerjakan pekerjaan rumah.BudayaKeluarga An.R bersuku kebangsaan Sasak. Budaya dan adat istiadat setempat masih mengikuti kehidupan masyarakat di Lombok pada umumnya. Saat anak sakit, biasanya ibu pasien membuat ramuan dari daun-daunan yang dioleskan di tubuh anak yang sakit. Terkadang jika anak sakit, dibawa berobat ke orang pintar, dimana menurut kepercayaan bila tidak di obati ke orang pintar setempat maka penyakitnya dapat menjadi semakin parah. Hal ini masih dianut oleh nenek pasien dan berpengaruh kepada orang tua pasien. Namun orangtua pasien saat ini sudah mulai sering membawa anaknya ke Puskesmas jika sakit.D. Identifikasi Masalah Kesehatan KeluargaBerdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari kunjungan pertama dan kedua terhadap keluarga yang akan dibina, maka dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan dalam keluarga An. R tersebut beserta dengan kemungkinan penyebab masalah kesehatannya yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:Tabel 3. Masalah Kesehatan Keluarga An. RadityaNo.Anggota KeluargaMasalah KesehatanKemungkinan Penyebab Masalah KesehatanKeterangan

1.Anak (An.R)ISPA dan Gizi Kurang

Pemberian makanan yang tidak seimbang termasuk pola pengasuhan anak berupa perilaku ibu atau pengasuh lain saat pemberian makan Tidak langsung mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan saat anak sakit Lingkungan fisik rumah yang tidak mendukung. Ventilasi rumah tidak ada Jarak antar rumah padat Kebiasaan ayah pasien merokok dalam rumahMasalah diketahui saat kunjungan pasien ke Puskesmas.

2Ayah (Tn.S)Perokok Aktif Kebiasaan Merokok Setiap hariSaat kunjungan ke rumah tidak memiliki masalah kesehatan

3Ibu (Ny.S)- Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurangSaat kunjungan ke rumah tidak memiliki masalah kesehatan

4An.R- Perilaku hidup bersih dan sehat yang kurangSaat kunjungan ke rumah tidak ada masalah kesehatan

Dari tabel di atas, diperoleh data bahwa saat kunjungan rumah pertama masalah kesehatan dialami keluarga An.R. Dengan demikian 1 orang dari 4 orang anggota keluarga masih memilki masalah kesehatan. Melalui wawancara, dapat diketahui beberapa penyebab masalah yang dianggap menjadi kemungkinan penyebab masalah dalam keluarga tersebut.Dilihat dari aspek kesehatan masyarakat, maka masalah-masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga An. R. tersebut di atas terkait dengan determinan kesehatan yang ada yaitu aspek biologis, lingkungan, aspek perilaku / gaya hidup, dan aspek pelayanan kesehatan, dapat diuraikan sebagai berikut:1. An.R: ISPA dan Gizi Kurang

Berdasarkan determinan kesehatan, masalah kesehatan yang ada terutama disebabkan oleh aspek biologis, aspek lingkungan, aspek perilaku dan aspek pelayanan kesehatanTabel 4. Rencana Upaya Intervensi yang Akan DilakukanNo.Anggota

KeluargaMasalah Kesehatan Anggota KeluargaRencana Upaya

IntervensiKet

1.Anak (An.R)ISPA dan Gizi Kurang

Penyuluhan mengenai penyakit ISPA dan gizi kurang, faktor resiko dan pencegahan Menyarankan pengasuh untuk menghindari pasien dari asap rokok dan asap kompor

Memberitahu pengasuh mengenai pemberian pola makan yang benar, berupa ASI dan makanan pendamping Menyarankan pengasuh agar segera membawa pasien ke Puskesmas jika sakit atau kondisinya bertambah buruk

Penyuluhan mengenai Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) secara personal hygiene maupun lingkungan kepada pengasuh dan keluarga:

Membuka jendela setiap hari

Rutin membersihkan rumah Cuci tangan dengan sabun

BAB di jamban

2. Upaya Kesehatan yang Telah Dilakukan KeluargaUpaya kesehatan yang telah dilakukan oleh keluarga An.R bila terdapat anggota keluarga yang sakit adalah mencari pengobatan. Pengobatan tradisional masih menjadi pilihan pertama, namun karena ibu pasien merasa pasien sudah sering kali mengalami hal yang serupa maka ibunya memutuskan untuk membawa An. R ke puskesmas. Selama ini keluarga An.R juga sering membeli obat yang dijual di warung jika sakit.

BAGIAN III

PEMBAHASANKajian Kesehatan Keluarga PasienA. Genogram

Keluarga An. Adam secara skematis dapat digambarkan dalam pohon keluarga/ genogram atau ikhtisar keluarga sebagai berikut :

Keluarga An. Raditya merupakan bentuk keluarga Inti (nuclear family) yakni keluarga yang terdiri dari suami , istri dan anak-anaknya. An. Raditya tinggal bersama ayah (Tn. Sugiarto), ibu (Ny. Rismunah) dan saudara laki-laki (An. Rama). An. Raditya tinggal bersama dengan keluarganya dalam 1 rumah di wilayah Dusun Kr. Kuripan Barat, Desa Kr. Kuripan, Kec. Kediri, Kab. Lombok Barat. Ayah pasien dan ibu pasien menikah pada usia muda sekitar 23 tahun dan 20 tahun. Saat itu ibu pasien langsung hamil anak pertama, kakak pasien. Dan jarak antara kelahiran kakak pasien dan pasien sekitar 4 tahun. Saat ini kakak pasien yang pertama sudah berusia 6 tahun, sedangkan pasien sudah berusia 11 bulan. Sementara orang tua pasien berusia 29 tahun dan 26 tahun.B. Nilai stress dalam keluarga

Melalui genogram dapat dilihat adanya tingkat stress lebih kepada pengasuhan anak yang jarak lahirnya cukup jauh, dimana kakak pasien saat ini berusia 6 tahun dan pasien baru berusia 11 bulan. Dimana kedua usia ini masih butuh perhatian khusus dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Sementara yang mengurusi kebutuhan dan memperhatikan tumbuh kembang anaknya adalah sang ibu, yang memilki banyak pekerjaan rumah dan memiliki pengetahuan yang kurang tentang mengurus anak dan kebutuhannya. Ditambah apabila salah satu anak keluarga pasien sakit, maka ibu pasien akan semakin kesulitan dalam membagi waktu, tenaga dan pikiran.

Tingkat stress yang dialami ayah pasien juga cukup tinggi, dimana penghasilan yang didapatkan tidak tetap, sehingga terkadang untuk memenuhi kebutuhan setiap hari uang keluarganya tidak cukup. Disamping itu juga kebutuhan pasien dan kakaknya semakin meningkat, sehingga menyebabkan stress kepada kedua orangtuanya. Di keluarga An. R juga tidak memiliki tabungan sehingga apabila ada kebutuhan mendadak maka ayah dan ibu pasien tidak memiliki uang dan biasanya akan meminjam uang dari tetangga atau keluarganya. Tingkat stress dalam keluarga ini lebih kepada ekonomi dan anak, karena hingga saat ini ibu dan ayah pasien masih belum bisa memenejemen keuangan dan mengatur tugas untuk menjaga anak-anaknya dengan baik.C. Nilai fungsi dalam keluarga

Ayah pasien (Tn. Sugiarto) tidak bisa menjadi decision maker dalam pemecahan masalah keluarga, setiap anggota keluarga yang sakit sering dibiarkan dan tidak langsung dibawa ke fasilitas kesehatan.

Nilai fungsi dalam keluarga ini belum berjalan (functional family) karena hanya ibu yang lebih peduli dibandingkan ayah, selain itu tidak ada pembagian tugas dalam menjaga anak. D. Nilai lingkungan

Lingkungan kehidupan keluarga berisiko atau bahkan telah menimbulkan dampak bagi kesehatan karena ayah pasien merokok setiap hari. Ventilasi di setiap kamar dan langit-langit atap rumah pasien tidak ada, kemudian ibu mamasak menggunakan kompor di dalam rumah dan ventilasi asap tidak ada sehingga mengganggu sirkulasi udara. E. Nilai kemampuan memecahkan masalah (Index Coping) Keluarga dapat memecahkan masalah kesehatan yang ada sekarang dengan cara membawa pasien berobat dan kontrol ke Puskesmas.

Ayah pasien tidak bisa berhenti merkokok dan sering merokok di dalam rumah. Resiko infeksi saluran pernafasan semikin besar. F. Nilai sumber-sumber keluarga

Sumber-sumber yang dimiliki keluarga termasuk: Dukungan keluarga (informational, emotional, financial supports), rumah pasien dekat dengan Posyandu Kr. Kuripan Barat I sehingga memudahkan ibu untuk memperoleh informasi tentang masalah kesehatan pasien dan mengontrol status gizi pasien. Dukungan finansial, pasien merupakan pemegang kartu Jamkesmas, sehingga dari segi biaya pengobatan terbantu, sedangkan untuk biaya perawatan merupakan tanggungan orang tua pasien terutama ayah pasien. Availability & utilization support, tersedia kendaraan untuk akses pasien kontrol ke Puskesmas, yang dimiliki ayah pasien yakni sepeda motor.

G. Nilai perilaku kesehatan keluarga

Perilaku PHBS perlu ditingkatkan seperti pemberian makanan yang bergizi, rutin membawa pasien ke posyandu untuk menimbang BB, menggunakan air bersih sebagai sumber air untuk makan/minum, mencuci tangan menggunakan sabun dan tidak merokok di dalam rumah

Untuk health seeking behaviour keluarga ini sudah cukup baik, karena teratur datang ke posyandu dan sudah mau datang ke Puskesmas.BAGIAN IVDETERMINAN KESEHATANA. Pengkajian Masalah Kesehatan Pasien Kerangka Konsep Masalah Pasien

B. Diagnostik Holistik

Aspek PersonalPasien menderita demam sejak 3 hari yang lalu. Demam dikeluhkan hilang timbul terutama pada sore sampai malam hari. Pasien juga dikeluhkan batuk dan pilek sejak 1 hari sebelum demam, namun tidak disertai sesak. Batuk yang dialami pasien berdahak, dahaknya berwarna putih bening. Selain itu, ibu pasien juga mengeluhkan berat badan pasien semakin menurun sejak 2 bulan yang lalu. Badan pasien dikeluhkan semakin kurus dan nafsu makannya berkurang. Pasien tidak mau makan selain mie instan dan snack yang dijual di warung dekat rumahnya. Ibu pasien juga mengatakan pasien juga malas minum ASI dan susu formula. Ibu pasien sudah membawa pasien ke Puskesmas dengan harapan pasien dapat tumbuh dengan normal kembali.Aspek Klinik

ISPA dan Gizi KurangAspek Risiko Internal Pasien merupakan anak laki-laki yang berumur 11 bulan dimana pada usia ini rentan terkena berbagai penyakit. Selain itu pasien juga tidak mendapatkan aspek perilaku pengasuh dan keluarga serta aspek lingkungan menjadi aspek resiko bagi penyakit yang dialaminya saat ini.Aspek Psikososial keluarga Kurangnya pengetahuan pengasuh dan keluarga mengenai ISPA dan gizi kurang, faktor resiko dan pencegahannya.BAGIAN VFOLLOW UPA. Rencana Penatalaksanaan Pasien

No.KegiatanRencana intervensiSasaranWaktuHasil yang diharapkan

1.Aspek personal

Evaluasi:

Keluhan, harapan, dan kekhawatiran pengasuh dan keluarga.

Intervensi:

Edukasi kepada pengasuh dan keluarga mengenai ISPA dan gizi kurang serta bahaya yang terjadi apabila penyakit tersebut tidak diobatiPengasuh dan keluarga pasien

1 minggu

Keluarga dan pengasuh dapat mengetahui mengenai ISPA Menghilangkan anggapan penyakit pasien merupakan penyakit yang biasa saja

2.Aspek klinik

ISPA dengan gizi kurangEvaluasi:

Pemantauan kondisi klinis pasien

Keteraturan dalam pemberian asupan makanan dari ibu kepada pasien

Pemantauan pola asuh kepada pasien.

Terapi:

Non Farmakologis:

Pemberian asupan makanan bergizi Menghindari An.A dari asap rokok atau asap dari kompor Menganjurkan agar jendela rumah sering dibuka Menyarankan -membersihkan rumah tiap hari Terapi farmakologi : Ambroksol syr 3 x cth 1/2

Parasetamol syr 3 x cth 1/2

CTM tab 0,6 mg 3 x pulv.I Edukasi: menjelaskan tentang ISPA dan gizi kurang, pentingnya terapi non farmakologisPengasuh dan keluarga pasien1 minggu

Perbaikan kondisi klinis pasien Cara merawat anak dan pola pengasuhan yang benar

Melakukan pencegahan mengenai terjadinya ISPA Dilakukan kontrol kesehatan teratur

3.Aspek Resiko InternalEdukasi:

Mengenai keadaan kesehatan pada usia tersebut

Aspek perilaku pengasuh dan keluarga serta aspek lingkungan memiliki peranan penting terhadap terjadinya penyakitPengasuh dan keluarga pasien

1 minggu

pengasuh dan keluarga pasien mengerti bahwa usia pasien merupakan usia rentan terkena penyakit.

4.Aspek psikososial

Kurangnya pengetahuan mengenai penyakit yang diderita pasien

Edukasi:

Mengenai ISPA dan gizi kurang, faktor resiko, timbulnya pencegahan serta tatalaksana dan bahaya ISPA dan yang tidak tertangani

Pengasuh dan keluarga pasien

1 minggu

Pengasuh dan keluarga pasien mengerti mengenai ISPA dan gizi kurang, menghilangkan anggapan bahwa ISPA merupakan penyakit yang tidak perlu diobati

VII.4. Tindak Lanjut Dan Hasil Intervensi Pasien

TanggalIntervensi Yang Dilakukan, Diagnosis Holistik & Rencana Selanjutnya

Kunjungan I

(14-10-2014)

Tindakan: Pada kedatangan pertama ini, dilakukan penelaahan masalah kesehatan dari setiap anggota keluarga.

Menelaah lingkungan rumah dan perilaku dari pasien dan setiap anggota keluarga

Mengevaluasi apakah terdapat perbaikan gejala klinis dari pasien sepulang dari puskesmas Hasil :

Keluhan klinis pasien berkurang namun berat badan tetap Evaluasi mengenai PHBS

Keluarga pasien jarang membuka jendela setiap hari

Keluarga masih tidak cuci tangan pakai sabun Bapak pasien masih merokok dalam rumah

Intervensi: Melakukan penyuluhan mengenai ISPA dan gizi kurang, faktor resiko, pencegahan

Menganjurkan pasien untuk datang ke Puskesmas untuk kontrol setiap 3 hari Menganjurkan ibu agar menjauhkan pasien An. R dari asap rokok dan asap kompor Penyuluhan mengenai Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) secara personal hygiene maupun lingkungan kepada pengasuh dan keluarga: Mencuci tangan dengan sabun Membuka jendela setiap hari Menjaga kebersihan rumah Menyarankan untuk tidak merokok dalam rumah

TINDAK LANJUT II

(20-10- 2014)

Evaluasi:

Evaluasi dari intervensi sebelumnya

Hasil: Keluhan klinis berkurang, batuk (-), demam(-) Berat badan An.R naik menjadi 6,5 kg Perilaku PHBS personal hygiene maupun lingkungan kepada pengasuh dan keluarga:

Pengasuh masih jarang cuci tangan memakai sabun Pengasuh terlihat belum rutin membuka jendela kamar

Ayah pasien masih merokok dalam rumah

Intervensi: Memberikan pengobatan pada An.R dan rutin memantau kondisi klinis

Melakukan edukasi mengenai :

Melakukan penyuluhan mengenai ISPA dan gizi kurang, faktor resiko, serta pencegahan Edukasi kepada pengasuh dan keluarga tentang PHBS

TINDAK LANJUT III

(27-10-2014)

Evaluasi: Evaluasi dan intervensi sebelumnya

Berat badan An.R naik menjadi 6,7 kg Kondisi klinis An.R telah membaik

Pengasuh mulai rutin membuka jendela rumah Pengasuh masih jarang mencuci tangan memakai sabun

Pengasuh sudah tidak lagi membawa An.R ke dapur dan menghindari kontak dengan asap kompor Perilaku merokok dalam rumah masih dilakukan.

Intervensi:

Edukasi kepada pengasuh dan keluarga tentang PHBS.

Ny. Rusminah (Ibu pasien) (26 thn)

Tn. Sugiarto (Ayah pasien) (29 thn)

2

1

3

4

An. Rama (kakak pasien) (6 thn)

An. Raditya (pasien) (11 bulan)

Kamar Tidur

WC

Dapur

Ruang Keluarga

Rumah Pasien

Rumah Tampak Depan

Dapur

Ruang Tengah/Keluarga

Kamar Tidur

Kamar Mandi

sumur

ventilasi

ventilasi

pintu

pintu

pintu

Ny. Rusminah (Ibu pasien) (26 thn)

Tn. Sugiarto (Ayah pasien) (29 thn)

An. Rama (kakak pasien) (6 thn)

An. Raditya (pasien) (11 bulan)

4

3

2

1

BIOLOGIS

Usia

PELAYANAN

KESEHATAN

LINGKUNGAN

Pendidikan orang tua yang rendah

Pengetahuan orangtua yang kurang

Lingkungan yang tidak nyaman

Penyuluhan gizi dan PHBS

Mutu Pelayanan Kesehatan ( posyandu untuk balita

SDM

Akses

Sikap Provider

Kenyamanan

GIZI KURANG

PERILAKU

PHBS masih kurang

Pasien tidak mau makan makanan yang bergizi, lebih suka mie dan snack

18