SKRIPSI FULL TEKS -...
Transcript of SKRIPSI FULL TEKS -...
i
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN
TENTANG DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN
SIKAP PERAWAT DALAM PENDOKUMENTASIAN PROSES
KEPERAWATAN DI PUSKESMAS KARTASURA
DAN PUSKESMAS BAKI
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh :
Aprilina Dian Kusumaningrum
NIM. ST.13004
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
ii
iii
APRILINA DIAN KUSUMANINGRUM
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG
DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN SIKAP PERAWAT
DALAM PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN
DI PUSKESMAS KARTASURA DAN PUSKESMAS BAKI
Abstrak
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus menunjukkan sikap
profesional kepada seluruh pasien yang dirawatnya. Perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan memandang pasien sebagai pusat perhatian. Sikap dan
tingkah laku dalam memberikan pelayanan keperawatan meliputi rasa empati,
kepedulian, menghargai orang lain dan tenggang rasa. Pengetahuan tinggi yang
dimiliki perawat sebagai sarana mencapai profesionalisme keperawatan, melalui
pengetahuannya maka keperawatan tersebut diharapkan mempercepat proses
perubahan atau transisi menuju yang lebih baik
Tujuan dari penelitian ini secara umum untuk mengetahui hubungan antara
tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat
dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura Dan
Puskesmas Baki
Penelitian dilakukan pada perawat di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas
Baki. Analisis data dengan menggunakan uji statistik chi square dengan
signifikansi 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan perawat yang bekerja
di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki mayoritas termasuk kedalam
kategori baik yaitu 34 orang atau 70,8 %. Sikap perawat tentang proses
pendokumentasi keperawatam mayoritas masuk dalam kategori baik yaitu 36
orang atau 75 %.Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses
keperawatan di Puskesmas Kartasura Dan Puskesmas Baki dengan nilai chi
square (c2) sebesar 13,445 lebih besar chi square tabel 5,99 dengan signifikansi
0,001 lebih kecil dari 0,05.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pihak
manajemen puskesmas dalam upaya meningkatkan kualitas perawat dalam
pendokumentasian proses keperawatan
Kata kunci: Tingkat Pengetahuan, Sikap Perawat
Daftar Pustaka : 39 (2001 – 2014)
iPROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
iii
iv
BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA
2015
Aprilina Dian Kusumaningrum
Correlation between Nurses’ Knowledge Level of Nursing Documentation
and Their Attitude on Nursing Process Documentation at Community Health
Center of Kartasura and Community Health Center of Baki
ABSTRACT
When extending nursing care, a nurse should show his or her professional
attitudes to all of the clients he or she takes care. He or she views the clients as the center
of attention. The attitudes and behaviors when extending the nursing care include feeling
of empathy, concern, respect for others, and tolerance. High knowledge level is a medium
for him or her to achieve the nursing professionalism, and through the knowledge the
nursing care extended is expected to accelerate the healing process or the transition to a
better state. The objective of this research is to investigate the correlation between the
nurses’ knowledge level of nursing documentation and their attitude on the nursing
process documentation at Community Health Center of Kartasura and Community Health
Center of Baki.
This research was conducted at the two aforementioned Community Health
Centers. The data of research were analyzed by using the Chi square Test at the
significance level of 0.05.
The result of research shows that 34 nurses (70.8%) employed at the two
Community Health Centers had a good knowledge level. 34 nurses (75%) had a good
attitude on the nursing process documentation. Thus, there was a correlation between the
nurses’ knowledge level of nursing documentation and their attitude on the nursing
process documentation at Community Health Center of Kartasura and Community Health
Center of Baki as indicated by the value of Chi-square (c2) = 13.445 which was greater
than the value of the Chi-square table = 5.99 with the significance level of 0.001 which
was less than 0.05.
Thus, the result of this research was expected to give inputs to the management
of the two Community Health Centers in an effort of improving the quality of their nurses
in the nursing process documentation.
Keywords: Nurses, knowledge level, attitude
References: 39 (2001 – 2014)
v
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG
DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN SIKAP PERAWAT DALAM
PENDOKUMENTASIAN PROSES KEPERAWATAN DI PUSKESMAS
KARTASURA DAN PUSKESMAS BAKI
Oleh
Aprilina Dian Kusumaningrum
NIM. ST. 13004
Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 7 Agustus 2015
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Keperawatan
Pembimbing Utama
Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep.
NIK. 200981037
Pembimbing Pendamping
Rufaida Nur Fitriana, S.Kep., Ns.
NIK. 201187098
Penguji
Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep.
NIK. 201279102
Surakarta, 7 Agustus 2015
Ketua Program Studi S-1 Keperawatan
Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep.
NIK. 201279102
vi
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Aprilina Dian Kusumaningrum
NIM : ST.13004
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik (Sarjana), baik di STIKES Kusuma Husada Surakarta maupun di
perguruan tinggi lain.
2. Skripsi ini adalah gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan tim penguji.
3. Dalam skripsi ini tidak terdapt karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di
perguruan tinggi ini.
Surakarta, Juli 2015
Yang membuat pernyataan,
Aprilina Dian Kusumaningrum
NIM ST. 13004
vii
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdullilah puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah memberikan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-Nya, sehingga penulis berhasil
menyelesaikan Skripsi dengan judul: ”Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
Tentang Dokumentasi Keperawatan Dengan Sikap Perawat Dalam
Pendokumentasian Proses Keperawatan di Puskesmas Kartasura dan
Puskesma Baki”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat serta para
pengikutnya sampai akhir nanti. Amin.
Penulisan Skripsi ini dilaksanakan dalam rangka untuk memenuhi salah
satu syarat untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Keperawatan di
STIKES Kusuma Husada Surakarta. Pembuatan Skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga Skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Drs Agnes Sri Harti, M.Si. selaku Ketua STIKES Kusuma Husada Surakarta.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns. M.Kep. selaku Ketua Program Studi Ilmu
KeperawatanSTIKES Kusuma Husada Surakarta sekaligus selaku Penguji
Skripsi.
3. Meri Oktariani, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku Pembimbing Utama Skripsi ini
terima kasih atas segala bantuan dan masukan bagi penulis.
4. Rufaida Nur Fitriana, S.Kep. Ns. selaku Pembimbing PendampingKusuma
Husada Surakartaterima kasih atas segala bantuan dan masukan bagi penulis.
viii
5. Kepala Puskesmas Kartasura dan Baki beserta staff terutama sie Imunisasi dan
KIA.
6. Seluruh staf pengajar yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dan
segenap karyawan STIKES Kusuma Husada Surakarta.
7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah banyak
membantu penulis baik langsung maupun tidak langsung.
Akhirnya, sebagai manusia biasa penulis menyadari masih banyak
kekurangan-kekurangan, baik yang disengaja ataupun tidak, sehingga Skripsi ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat konstruktif demi perbaikan. Semoga Skripsi ini bermanfaat dan
mendapatkan ridho dari Allah SWT. Amin.
Wassalaamu ‘alaikum warrohma tullahi wabbarrokatuh.
Sukoharjo, Juli 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ................................................................................ iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 8
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 11
2.1 Tinjauan Teori ........................................................................ 11
2.1.1 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) .................. 11
2.1.2 Perawat dan Keperawatan ............................................ 16
2.1.3 Pendokumentasian Keperawatan ................................. 19
2.1.4 Sikap............................................................................. 31
2.1.5 Pengetahuan ................................................................. 36
x
2.2 Keaslian Penelitian ................................................................. 41
2.3 Kerangka Berpikir .................................................................. 42
2.4 Kerangka Konsep ................................................................... 43
2.5 Hipotesis ................................................................................. 43
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 44
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................. 44
3.2 Populasi dan Sampel ............................................................... 44
3.3 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran .......... 45
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 46
3.5 Alat Penelitian dan Cara Penelitian ........................................ 47
3.6 Teknik Pengolatan Data dan Analisis Data ............................ 51
3.7 Etika Penelitian ....................................................................... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN.................................................................... 56
4.1 Analisis Univariat ................................................................... 56
4.1.1 Karakteristik Responden .............................................. 56
4.1.2 Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Dokumentasi
Keperawatan ................................................................. 58
4.1.3 Sikap Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan ..... 58
4.2 Analisis Bivariat ..................................................................... 59
4.2.1 Analisis Chi Square ...................................................... 59
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................ 62
5.1 Demografi ............................................................................... 62
5.1.1 Usia .............................................................................. 62
5.1.2 Pendidikan .................................................................... 63
xi
5.2 Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Dokumentasi
Keperawatan ........................................................................... 65
5.3 Sikap Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan ................ 67
5.4 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Dokumentasi
Keperawatan dengan Sikap Perawat dalam Pendoku-
mentasianProses Keperawatan di Puskesmas Kartasura dan
Puskesmas Baki ...................................................................... 68
BAB VI PENUTUP ...................................................................................... 71
6.1 Simpulan ................................................................................. 71
6.2 Saran ....................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keaslian Penelitian ................................................................... 41
Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................ 46
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Usia .......................................................................................... 57
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan ................................................................................ 57
Tabel 4.3 Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Dokumentasi
Keperawatan ............................................................................. 58
Tabel 4.4 Sikap Perawat dalam Pendokumentasian Proses Keperawatan 59
Tabel 4.5 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Dokumentasi
Keperawatan dengan Sikap Perawat dalam Pendoku-
mentasianProses Keperawatan di Puskesmas Kartasura dan
Puskesmas Baki........................................................................ 60
Tabel 4.6 Hasil Uji Bivariat dengan Chi Square ...................................... 60
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Keaslian Berpikir ..................................................................... 42
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 43
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Penelitian
Lampiran 2 Surat Ijin Pendahuluan
Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 4 Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5 Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6 Kuesioner
Lampiran 7 Daftar Responden
Lampiran 8 Tabulasi Tingkat Pengetahuan
Lampiran 9 Tabulasi Sikap Perawat
Lampian 10 Distribusi Frekuensi
Lampiran 11 Hasil Analisis SPSS
Lampiran 12 Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat serta didukung oleh pendapat
Satrianegara (2014) dan Effendy (2008) yang telah mendefinisikan Pusat
Kesehatan Masarakat atau Puskesmas adalah suatu kesatuan kesehatan
fungsional yang langsung memberikan pelayanan kesehatan secara
menyeluruh dan terintegrasi kepada masyarakat di wilayah kerja tertentu
dalam usaha-usaha kesehatan pokok melalui Unit Pelayanan Teknis Daerah
yang mengurusi bidang pelayanan kesehatan.
Peran puskesmas adalah sebagai penanggungjawab penyelenggaraan
upaya kesehatan untuk jenjang pertama diwilayah kerjanya masing-masing
(Satrianegara, 2014). Demikian juga peran Puskesmas Kartasura berperan
penting dalam pembangunan kesehatan, guna mencapai keberhasilannya
dalam pembangunan kesehatan tersebut berbagai upaya bidang kesehatan
diselenggarakan secara menyeluruh, berjenang dan terpadu di wilayah
Kecamatan Kartasura. Setiap puskesmas memiliki visi dam misi, adapun visi
dari Puskesmas Kartasura adalah terwujudnya Kecamatan Kartasura sehat
tahun 2015 maksudnya masyarakat Kartasura hidup dalam lingkungan yang
sehat dan berperilaku bersih dan sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil, merata dan
terjangkau serta memiliki derajat kesehatan setinggi-tingginya. Untuk
1
2
mencapai visi, ada 4 misi, yaitu menggerakkan pembangunan berwawasan
kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk dapat berperilaku
hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang
bermutu, merata dan terjangkau, serta memelihara dan meningkatkan
kesehatan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya (Profil Puskesmas Kartasura, 2010).
Setiap instansi pelayanan publik memiliki program guna menjalankan
fungsi dan perannya. Program puskemas merupakan rencana komprehensif
yang meliputi penggunaan sumber daya untuk masa yang akan datang dalam
bentuk yang terintegrasi dan program kegiatan yang diperlukan sesuai jadwal
dalam mencapai tujuan puskesmas (Satrianegara, 2014). Program Puskesmas
Kartasura adalah pelayanan kesehatan kuratif, preventif, promotif dan
rehabilitatif. Pelayanan kesehatan kuratif merupakan suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan
penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian
penyakit,atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga
seoptimal mungkin.
Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan
terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit. Pelayanan kesehatan promotif
adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan
yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi
kesehatan. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam
masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang
3
berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
Perkembangan dunia kesehatan saat ini, memungkinkan pelayanan
yang lebih cepat bagi masyarakat dari sisi pencatatan data, pencatatan
keuangan, fungsi manajemen, informasi klinis atau terkait kesehatan untuk
mendukung proses diagnosis, pengobatan, pemantauan dan perawatan pasien.
Oleh sebab itu peran tenaga medis atau perawat sangat penting (Nursalam,
2013). Perawat merupakan tenaga kesehatan yang telah menyelesaikan
program pendidikan keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang
diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia, teregister dan diberi kewenangan
untuk melaksanakan praktik keperawatan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan (Dermawan dan Riyadi, 2010).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI NOMOR HK.02.02/-
MENKES/ 148/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat,
menjelaskan perawat dituntut untuk mampu menentukan kriteria dalam
menilai rencana keperawatan, menilai tingkat pencapaian tujuan,
mengidentifikasi perubahan-perubahan yang diperlukan, mengevaluasi data
permasalahan keperawatan, serta mendokumentasikan dalam proses
keperawatan. Perawat perlu memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap
profesional termasuk keterampilan teknikal dan interpersonal, hal ini guna
memenuhi tuntutan dan mengikuti perkembangan yang terjadi (Sumarni, dkk,
2014).
Perawat dituntut untuk mampu menentukan kriteria dalam menilai
rencana keperawatan yaitu dengan menentukan prioritas diagnosa
4
keperawatan pasien. Perawat dituntut mampu menilai tingkat pencapaian
tujuan yaitu perawat mampu menentukan kemajuan atau kurangnya
kemajuan pasien kearah pencapaian tujuan. Perawat dituntut mampu
mengidentifikasi perubahan-perubahan yaitu perawat meninjau kriteria hasil
pasien dan mengidentifkasi indikator yang relevan guna memantau
perubahan status kesehatan pasien (Christensen and Kenny, 2009)
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan kesehatan yang tersedia
selama 24 jam secara berkelanjutan selama masa perawatan pasien. Dengan
demikian pelayanan keperawatan memegang peranan penting dalam upaya
menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan di puskesmas ataupun rumah
sakit (Dermawan, 2012).
Proses pelayanan keperawatan kepada pasien selama 24 diperlukan
suatu pendokumentasian keperawatan. Dokumentasi keperawatan tidak
hanya merupakan dokumen sah tetapi juga instrumen untuk melindungi
pasien, dan perawat secara sah. Dokumentasi merupakan suatu informasi
lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan
keperawatan serta respons pasien terhadap asuhan yang diterimanya
(Dermawan, 2012). Dengan demikian dokumentasi keperawatan mempunyai
porsi yang besar dari catatan klinis pasien yang menginformasikan faktor
tertentu atau siatusi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan. Oleh karena
itu, perawat diharapkan dapat bekerja sesuai dengan standar profesional
(SEA-NURS, 2003).
Catatan pasien berisikan informasi yang mengidentifikasi masalah,
diagnosa keperawatan dan medik, respons pasien terhadap asuhan
5
keperawatan yang diberikan dan respon terhadap pengobatan serta berisi
beberapa rencana untuk intervensi lebih lanjutan (Dermawan, 2012). Selain
itu dokumentasi asuhan keperawatan juga merupakan bukti pencatatan dan
pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang
berguna untuk kepentingan pasien, perawat dan tim kesehatan dalam
memberikan pelayanan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap
secara tertulis sesuai dengan tanggung jawab perawat (Nursalam, 2013).
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus menunjukkan
sikap profesional kepada seluruh pasien yang dirawatnya. Sikap merupakan
konsep paling penting dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap
baik sebagai perawat (Wawan dan Dewi, 2010). Sikap merupakan reaksi atau
respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek
(Sunaryo, 2013). Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
memandang pasien sebagai pusat perhatian. Sikap dan tingkah laku dalam
memberikan pelayanan keperawatan meliputi rasa empati, kepedulian,
menghargai orang lain dan tenggang rasa. Pemahaman perawat tentang nilai,
klien, dan profesional akan sangat membantu dalam proses pelayanan
kesehatan atau yang lainnya (Wawan dan Dewi, 2010). Perawat bertanggung
jawab atas pelayanan kesehatan pasien selama duapuluh empat jam, maka
sikap dan perilakunya berpengaruh terhadap persepsi pasien terhadap dirinya
(Gaffar, 2009).
Selain sikap perawat terhadap faktor lain yang berhubungan dengan
proses pendokumentasian keperawatan yaitu pengetahuan yang dimiliki
6
perawat itu sendiri. Pengetahuan tinggi yang dimiliki perawat sebagai sarana
mencapai profesionalisme keperawatan, melalui pengetahuannya maka
keperawatan tersebut diharapkan mempercepat proses perubahan atau transisi
menuju yang lebih baik (Nursalam, 2013). Pengetahuan sangat erat
hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan
pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang
berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula (Wawan dan
Dewi, 2010).
Kinerja perawat dalam melakukan dokumentasian tentu tidak terlepas
dari tingkat pengetahuannya terhadap sistem pendokumentasian keperawatan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa kinerja seseorang akan dipengaruhi
oleh tingkat pengetahuannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
tersebut antara lain, yaitu pendidikan, pengalaman, pelatihan, dan lingkungan
(Notoatmodjo, 2007). Begitu pula pengetahuan perawat terhadap
dokumentasi keperawatan yang dapat dipengaruhi oleh latar belakang
pendidikan perawat, pengalaman perawat, pelatihan terkait
pendokumentasian yang pernah diikuti, dan juga lingkungan tempat perawat
tinggal atau bekerja (Dermawan, 2012).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dilihat dalam upaya
pengembangan kesehatan masyarakat, pengetahuan dan keterampilan
perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian dirasakan belum optimal. Hal
ini dikarenakan terdapat beberapa perawat di Puskesmas Kartasura dan
7
Puskesmas Baki dengan tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Studi
pendahuluan ini dilakukan lima orang perawat Puskesmas Kartasura dan 5
perawat rawat inap di Puskesmas Baki, keseluruhan berpendidikan tingkat
Sekolah Perawat Kesehatan. Kemampuan perawat Puskesmas Kartasura
dalam proses pendokumentasian diketahui 2 perawat yang belum memahami
tentang dokumentasi keperawatan seperti mengenai dasar-dasar dokumentasi
keperawatan. Sedangkan perawat Puskesmas Baki diketahui ada 3 perawat
yang kurangnya kesadaran perawat akan pentingnya dokumentasi
keperawatan menyebabkan pencatatan terkadang tidak lengkap. Menurut
Dermawan (2012) kesalahan dalam membuat atau pengisian dokumentasi
yang tidak lengkap akan membuat informasi tentang riwayat pasien menjadi
kabur. Berdasarkan temuan hasil studi pendahuluan ini peneliti tertarik untuk
mengetahui tingkat pengetahuan perawat tentang pendokumentasian
keperawatan serta dikaitkan dengan sikap perawat dalam proses
pelaksanaannya.
Berdasarkan hasil penelitian Sumarni, et al (2014) telah
menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pengetahuan perawat terhadap tindakan pendokumentasian keperawatan.
Andryani (2012) menemukan ada hubungan antara pengetahuan perawat
dengan diagnosa keperawatan pasien hipertensi serta sikap perawat dengan
diagnosa keperawatan pasien hipertensi. Zakiyah (2011) dalam hasil
penelitian menunjukkan bahwa sikap dan pendidikan perawat berpengaruh
terhadap praktik pendokumentasian asuhan keperawatan.
8
Perawat yang mempunyai sikap baik dan perawat dengan latar
belakang pendidikan keperawatan cenderung melakukan pendokumentasian
asuhan keperawatan dengan baik (Sumarni, dkk. 2014). Perawat yang
mempunyai sikap yang baik akan berfikir dan dan mempunyai keyakinan
bahwa dirinya harus bekerja dengan baik. Pendidikan dapat meningkatkan
kemampuan dan kualitas seseorang, sehingga semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula keinginan untuk
mengaplikasikan pengetahuannya dalam bekerja (Nursalam, 2013).
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi
keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses
keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki.
1.2. Rumusan Masalah
Kemampuan perawat dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan
keperawatan masih rendah, hal ini disebabkan karena pengetahuan dan sikap
perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan belum sepenuhnya
optimal. Kegiatan pendokumentasian keperawatan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain : tingkat pendidikan, pengalaman, pengetahuan, dan
pelatihan dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan. Berdasarkan
permasalahan tersebut, maka rumusan masalahnya sebagai berikut : “Apakah
ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan
9
dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di
Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki?”.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mempelajari hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam
pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan
Puskesmas Baki.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang
dokumentasi keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas
Baki.
2. Untuk mengetahui gambaran sikap perawat dalam pendokumen-
tasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas
Baki.
3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam
pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura
dan Puskesmas Baki.
1.4. Manfaat Penelitian
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi
pihak perawat dalam pengambilan keputusan guna menentukan sikap dalam
pendokumentasian proses keperawatan. Bagi pihak lain, diharapkan dapat
10
membantu pihak lain dalam penyajian informasi untuk mengadakan
penelitian serupa. Manfaat hasil penelitian ini diantaranya adalah:
1.4.1. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan bagi instansi pelayanan kesehatan khususnya
Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki tentang pentingnya
pendokumentasian proses keperawatan guna menjaga dan
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber bacaan penelitian selanjutnya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan khususnya tentang
pendokumentasian proses keperawatan.
1.4.3. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti lain melakukan penelitian lanjut dengan menambahkan
faktor selain pengetahuan yang berhubungan dengan sikap perawat
dalam pendokumentasian proses keperawatan.
1.4.4. Bagi Manajemen Puskesmas
Sesuai dengan wewenang yang dimiliki puskesmas dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan kesehatan maka
diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas, diharapkan
penelitian ini memberikan masukan pihak manajemen puskesmas
dalam meningkatkan kualitas pegawai baik medis maupun non medis
khususnya perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
2.1.1.1 Definisi
Ada beberapa pendapat yang mendefinisikan hampir
sama tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
diantaranya Azwar (2008) puskesmas adalah unit pelaksanaan
fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan
kesehatan, pusat pembinaan masyarakat, serta sebagai pusat
pelayanan kesehatan, tingkat pertama untuk masyarakat di
wilayah kerjanya yang dalam melaksanakan berbagai
kegiatannya diselenggarakan secara menyeluruh dan terpadu.
Menurut Satrianegara (2014) puskesmas adalah suatu
kesatuan kesehatan fungsional yang merupakan pengembangan
kesehatan masyarakat yang juga membina peranserta
masyarakat disamping memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok. Menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat pada Ketentuan Umum disebutkan
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
11
12
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.
Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di
samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan teradu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan
pokok.
2.1.1.2 Tujuan dan Tugas
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, pembangunan kesehatan
yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang:
1. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan
dan kemampuan hidup sehat;
2. mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
3. hidup dalam lingkungan sehat; dan
4. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014, Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan
13
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat.
2.1.1.3 Fungsi
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Puskesmas merumuskan fungsi
Puskesmas adalah penyelenggaraan unit kesehatan masyarakat
tingkat pertama di wilayah kerjanya dan penyelenggaraan UKP
tingkat pertama di wilayah kerjanya. Dalam menyelenggarakan
fungsi, Puskesmas berwenang untuk:
1. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah
kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan
yang diperlukan;
2. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
3. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan
pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;
4. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat
perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor
lain terkait;
5. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan
pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat;
6. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya
manusia Puskesmas;
14
7. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan
kesehatan;
8. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan
9. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan
masyarakat, termasuk dukungan terhadap sistem
kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 menjelaskan dalam menyelenggarakan fungsinya,
Puskesmas berwenang untuk:
1. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara
komprehensif, berkesinambungan dan bermutu;
2. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengu-
tamakan upaya promotif dan preventif;
3. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat;
4. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengu-
tamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan
pengunjung;
5. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip
koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi;
6. melaksanakan rekam medis;
7. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap
mutu dan akses Pelayanan Kesehatan;
15
8. melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
9. mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya;
dan
10. melaksanakan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan
Sistem Rujukan.
2.1.1.4 Ruang Lingkup Pelayanan
Menurut Satrianegara (2014) pelayanan kesehatan yang
diberikan Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang
menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan),
preventif (upaya pencegahan), promotif (peningkatan
kesehatan), dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
Menurut Efendi dan Makhfudli (2009) pelayanan
kesehatan kuratif merupakan suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat
penyakit, pengendalian penyakit,atau pengendalian kecacatan
agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
Menurut Efendi dan Makhfudli (2009) pelayanan
kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap
suatu masalah kesehatan/ penyakit. Pelayanan kesehatan
promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang
bersifat promosi kesehatan. Pelayanan kesehatan rehabilitatif
16
adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengem-
balikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat
berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk
dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya.
2.1.2 Perawat dan Keperawatan
2.1.2.1 Pengertian Perawat
Menurut Gaffar (2009) perawat (nurse) berasal dari
bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau
memelihara. Kusnanto (2008) mendefinisikan perawat adalah
seseorang (seorang profesional) yang mempunyai kemampuan,
tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan/
asuhan keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan
keperawatan. Suwignyo (2007) mengartikan perawat adalah
suatu profesi yang mempunyai fungsi autonomi yang
didefinisikan sebagai fungsi profesional keperawatan yaitu
membantu mengenali dan menemukan kebutuhan pasien yang
bersifat segera. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa perawat adalah tenaga kesehatan yang
secara langsung berhubungan dengan pasien.
2.1.2.2 Fungsi Perawat
Menurut Notoatmodjo (2007) fungsi adalah suatu
pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya, fungsi dapat
berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. Gaffar (2009)
menjelaskan fungsi perawat dalam melakukan pengkajian pada
17
individu sehat maupun sakit dimana segala aktifitas yang di
lakukan berguna untuk pemulihan.
Menurut Gaffar (2009) terdapat 3 fungsi perawat dalam
memberikan pelayanan kesehatan pada pasien, yaitu:
1. Fungsi Independen
Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada
orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya
dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam
melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan
dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis
(pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan
cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi,
pemenuhan kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan
kebutuhan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta
mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi
diri.
2. Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan
kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain.
Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan.
Hal ini biasanya silakukan oleh perawat spesialis kepada
perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat
pelaksana.
18
3. Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang
bersifat saling ketergantungan di antara satu dengan yang
lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan
membutuhkan kerja sama tim dalam pemberian pelayanan
seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada
penderita yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini
tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga
dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam
memberikan tindakan pengobatan bekerjasama dengan
perawat dalam pemantauan reaksi onat yang telah diberikan.
2.1.2.3 Pengertian Keperawatan
Menurut Nursalam (2013) keperawatan adalah bentuk
pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan dasar yang
diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang
mengalamí gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Bentuk pemenuhan
kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang
ada pada individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan
rehabilitasi dari suatu keadaan yang dipersepsikan sakit oleh
individu.
Dermawan dan Riyadi (2010) mengartikan keperawatan
adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
19
dari pelayanan kesehatan. Asmadi (2008) mengartikan
keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan
meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.
Berdasarkan pendapat di atas disimpulkan keperawatan
merupakan suatu bentuk layanan kesehatan profesional bagian
integral dari layanan kesehatan berbasis ilmu dan kiat
keperawatan berbentuk layanan bio-psiko-sosio-spiritual
komprehensif yang bertujuan bagi individu, keluarga,
kelompok, masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
keseluruhan proses kehidupan manusia.
2.1.3 Pendokumentasian Keperawatan
2.1.3.1 Pengertian
Dokumen adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan
atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. Pendokumentasian
adalah pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa dan objek
maupun aktivitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap
berharga dan penting (Dermawan, 2012). Pendokumentasian
dalam keperawatan mencakup informasi lengkap tentang status
kesehatan pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan
keperawatan serta respon pasien terhadap asuhan yang
diterimanya (Nursalam, 2013).
Dokumentasi keperawatan adalah catatan yang memuat
seluruh informasi yang dibutukan untuk menentukan diagnosis
keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan
20
dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang disusun secara
sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral
dan hukum (Mitsha, 2009).
2.1.3.2 Tujuan
Menurut Dermawan (2012) tujuan dari dokumentasi
keperawatan sebagai berikut:
1. Sebagai sarana komunikasi
a. Membantu koordinasi asuhan keperawatan yang
diberikan oleh tim kesehatan.
b. Mencegah informasi yang berulang terhadap pasien atau
anggota tim kesehatan atau mencegah tumpang tindih,
bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk mengurangi
kesalahan dan meningkatkan ketelitian dalam
memberikan asuhan keperawatan.
c. Membantu tim perawat dalam menggunakan waktu
sebaik-baiknya.
2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat
Sebagai upaya melindungi pasien terhadap kualitas
pelayanan keperawatan yang diterima dan perlindungan
terhadap keamanan perawat dalam melaksanakan tugasnya,
maka perawat diharuskan mencatat segala tindakan yang
dilakukan terhadap pasien. Hal ini penting berkaitan dengan
langkah antisipasi terhadap ketidakpuasan pasien terhadap
pelayanan yang diberikan dan kaitannya dengan aspek
21
hukum yang dapat dijadikan setle concern, artinya
dokumentasi dapat digunakan untuk menjawab
ketidakpuasan terhadap pelayanan yang diterima secara
hukum.
3. Sebagai informasi statistik
Data statistik dari dokumentasi keperawatan dapat
membantu merencanakan kebutuhan di masa mendatang
baik SDM, sarana, prasarana dan teknis.
4. Sebagai sarana pendidikan
Dokumentasi asuhan keperawatan dilaksanakan secara baik
dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan
pengetahuan dan membandingkannya, baik teori maupun
praktik lapangan.
5. Sebagai sumber data penelitian
Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat
digunakan sebagai sumber data penelitian. Hal ini erat
kaitannya dengan yang dilakukan terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan, sehingga melalui penelitian
dapat diciptakan satu bentuk pelayanan keperawatan dan
kebidanan yang aman, efektif dan etis.
6. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan
Melalui dokumentasi yang dilakukan dengan baik
dan benar, diharapkan asuhan keperawatan yang berkualitas
22
dapat dicapai, karena jaminan kualitas merupakan bagian
dari program pengembangan pelayanan kesehatan.
7. Sebagai sumber data perencanaan asuhan keperawatan
berkelanjutan
Dokumentasi akan didapatkan data yang aktual dan
konsisten mencakup seluruh kegiatan keperawatan yang
dilakukan melalui tahapan kegiatan proses keperawatan.
2.1.3.3 Manfaat dan Pentingnya
Menurut Dermawan (2012) dokumentasi keperawatan
mempunyai makna penting bila dilihat dari berbagai aspek:
1. Hukum
Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan profesi
keperawatan, di mana perawat sebagai pemberi jasa dan
pasien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi diperlukan
sewaktu-waktu. Dokumentasi tersebut dapat dipergunakans
ebagai barang bukti di pengadilan.
2. Jaminan mutu (kualitas pelayanan)
Pencatatan data pasien yang lengkap dan akurat, akan
memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu
menyelesaikan masalah pasien, hal ini akan membantu
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
3. Komunikasi
Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam
terhadap masalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat
23
atau tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang
ada dan sebagai alat komunikasi yang dijadikan pedoman
dalam memberikan asuhan keperawatan.
4. Keuangan
Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang, dan telah
diberikan dicatat dengan lengkap dan dapat digunakan
sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan.
5. Pendidikan
Isi pendokumentasian menyangkut kronologis dari kegiatan
asuhan keperawatan yang dapat digunakan sebagai bahan
atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi
keperawatan.
6. Penelitian
Data yang terdapat dalam dokumentoasi keperawatan
mengandung informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan
atau objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
7. Akreditasi
Melalui dokumentasi keperawatan dapat dilihat sejauhmana
peran dan fungsi keperawatan dalam memberikan askep
kepada pasien.
2.1.3.4 Tahapan Dokumentasi Keperawatan
Menurut Potter dan Perry (2010) proses keperawatan
merupakan pendekatan untuk pemecahan masalah yang
24
memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan
keperawatan. Ada 5 langkah proses asuhan keperawatan, yaitu :
1. Pengkajian
Menurut Potter dan Perry (2010) langkah pertama
dari proses keperawatan yaitu pengkajian, dimulai perawat
menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk
mengumpulkan data tentang pasien. Pengkajian dan
pendokumentasian yang lengkap tentang kebutuhan pasien
dapat meningkatkan efektivitas asuhan keperawatan yang
diberikan, melalui hal-hal berikut:
a. Menggambarkan kebutuhan pasien untuk membuat
diagnosis keperawatan dan menetapkan prioritas yang
akurat sehingga perawat juga dapat menggunakan
waktunya dengan lebih efektif.
b. Memfasilitasi perencanaan intervensi.
c. Menggambarkan kebutuhan keluarga dan menunjukkan
dengan tepat faktor-faktor yang akan meningkatkan
pemulihan pasien dan memperbaiki perencanaan pulang.
d. Memenuhi obligasi profesional dengan mendokumen-
tasikan informasi pengkajian yang bersifat penting.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Potter dan Perry (2010) diagnosa
keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan
25
objektif yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk
menegakkan diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan
melibatkan proses berpikir kompleks tentang data yang
dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan
pemberi pelayanan kesehatan lain. Adapun tahapannya:
a. Menganalisis dan menginterpretasi data.
b. Mengidentifikasi masalah klien.
c. Merumuskan diagnosa keperawatan.
d. Mendokumentasikan diagnosa keperawatan.
3. Perencanaan
Menurut Potter dan Perry (2010) perencanaan adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang
berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan
dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan
tersebut. Adapun tahapannya, yaitu :
a. Mengidentifikasi tujuan klien.
b. Menetapkan hasil yang diperkirakan.
c. Memilih tindakan keperawatan.
d. Mendelegasikan tindakan.
e. Menuliskan rencana asuhan keperawatan
4. Implementasi
Menurut Potter dan Perry (2010) implementasi yang
merupakan komponen dari proses keperawatan adalah
kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
26
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan
diselesaikan. Tahapannya yaitu :
a. Mengkaji kembali klien/pasien.
b. Menelaah dan memodifikasi rencana perawatan yang
sudah ada.
c. Melakukan tindakan keperawatan.
5. Evaluasi
Menurut Potter dan Perry (2010) langkah evaluasi
dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap
tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah
pencapaian tujuan. Adapun tahapannya, yaitu :
a. Membandingkan respon klien dengan kriteria.
b. Menganalisis alasan untuk hasil dan konklusi.
c. Memodifikasi rencana asuhan.
d. Syarat Dokumentasi Keperawatan
2.1.3.5 Peran Perawat dalam Pedokumentasian Proses Keperawatan
Peran perawat sebagaimana kita ketahui adalah salah
satunya dokumentasi sebagai pertanggungjawaban keperawatan,
Akan tetapi akhir-akhir ini tanggung jawab perawat tehadap
dokumentasi sudah berubah, Akibatnya, isi dan fokus dari
dokumentasi telah dimodifikasi, oleh karena perubahan tersebut,
maka perawat perlu menyusun suatu model dokumentasi yang
27
baru, lebih efisien dan lebih bermakna dalam pencatatan dan
penyimpanannya, Komponen yang digunakan mencakup tiga
aspek (Christence and Kenny, 2009):
1. Komunikasi
Kapan saja perawat melihat pencatatan kesehatan,
perawat memberi dan menerima pendapat dan pemikiran,
Lebih efektif penyaluran ide tersebut, perawat memerlukan
keterampilan dalam menulis. Semakin kompleknya
pelayanan keperawatan, peningkatan kualitas keperawatan,
perawat tidak hanya dituntut untuk meningkatkan mutu
pelayanan, tetapi dituntut untuk dapat mendokumentasikan
secara benar. Keterampilan dokumentasi yang efektif
memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada
tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah,
sedang dan yang akan dikerjakan oleh perawat.
2. Proses Keperawatan
Perawat memerlukan keterampilan dalam mencatat
proses keperawatan yang merupakan metode yang tepat
untuk pengambilan keputusan yang sistematis, problema
solving dan riset lebih lanjut, format proses keperawatan
merupakan kerangka atau dasar keputusan dan tindakan
termasuk juga pencatatan hasil berfikir dan tindakan
keperawatan. Pengkajian ulang dan evaluasi respon klien
28
terhadap tindakan keperawatan medis dapat sebagai
petunjuk dan kesinambungan dalam proases keperawatan,
dan dapat sebagai petunjuk adanya perubahan dari setiap
tahap. Pendokumentasian proses keperawatan yang efektif
adalah dengan penggunaan standar terminologi (pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi).
3. Standar Dokumentasi
Perawat memerlukan standar dokumentasi memperkuat pola
pencatatan, sebagai petunjuk/pedoman praktik pendokumen-
tasian dalam memberikan tindakan keperawatan.
2.1.3.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perawat dalam Pendoku-
mentasian Proses Keperawatan
Pendokumentasian proses keperawatan merupakan suatu
kegiatan yang sangat penting, karena dapat menjadi bukti bahwa
segala tindakan perawat telah dilaksanakan secara profesional
dan legal sehingga dapat melindungi klien selaku penerima jasa
pelayanan dan perawat selaku pemberi jasa pelayanan
keperawatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam
pendokumentasian proses keperawatan, adalah (Prihartin, 2007):
1. Karakteristik perawat
a. Tingkat pendidikan
Latar belakang pendidikan mempengaruhi pendoku-
mentasian proses keperawatan. Saat ini pendidikan
perawat dituntut minimal tingkat sarjana.
29
b. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan perawat yang tinggi dan mendapat
pendidikan tambahan tentang pendokumentasian
keperawatan akan lebih trampil dalam mendoku-
mentasikan proses keperawatan dibandingkan yang
hanya mengandalkan ilmu pendidikan formal tanpa
diperdalam lebih lanjut.
c. Pengalaman
Perawat yang lama bekerja bidang keperawatan
pengalaman banyak dalam keperawatan lebih trampil
dalam mendokumentasikan proses keperawatan, karena
sudah terbiasa dengan masalah yang ditemukan sehingga
untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan lebih
mudah.
d. Sikap perawat
Sikap perawat tentang pendokumentasian proses
keperawatan sangat diperlukan dalam keberhasilan
dokumentasi keperawatan, karena perawat yang tidak
memperhatikan standar dokumentasi keperawatan yang
baik menjadi faktor penyulit pencapaian dokumentasi
yang memuaskan yang dapat dijadikan bahan rujukan
bagi profesi kesehatan lain.
30
2. Faktor Lingkungan
a. Waktu
Seringkali perawat menghabiskan waktu 35 – 40 menit
untuk pencatatan per shift. Logisnya, keparahan kondisi
pasien akan menentukan pencatatan. Pada kenyataannya,
perawat menghabiskan paling banyak waktunya dalam
pencatatan duplikatif, pengulangan perawatan rutin dan
observasi. Akibatnya, tertalu sering observasi atau dialog
spesifik yang signifikan tidak tercatat karena
keterbatasan waktu.
b. Penghargaan
Penghargaan dari pengelola serta lingkungan kerja
diperlukan untuk meningkatkan motivasi perawat
melaksanakan dokumentasi keperawatan.
c. Fasilitas
Penyediaan fasilitas pendokumentasian berupa formulis
pendokumentasian yang tidak rumit dan mem-
bingungkan, membantu perawat dalam melakukan
dokumentasi proses keperawatan.
d. Beban kerja
Beban kerja yang terlalu tinggi menyebabkan perawat
tidak punya waktu lagi untuk melaksanakan
dokumentasi keperawatan.
31
e. Supervisi/Pengawasan
Supervisi diperlukan untuk memantau/menilai hasil
dokumentasi dan memberikan pengarahan atas pendo-
kumentasian yang dilakukan.
2.1.4 Sikap
2.1.4.1 Pengertian
Menurut Azwar (2012) sikap adalah suatu bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu
objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable)
maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
(unfavorable) pada objek tersebut. Wawan dan Dewi (2011)
mengartikan sikap (attitude) merupakan konsep paling penting
dalam psikologi sosial yang membahas unsur sikap baik sebagai
individu maupun kelompok. Notoatmodjo (2007) mengartikan
sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
2.1.4.2 Komponen Sikap
Menurut Notoatmodjo (2007) sikap mempunyai 3
komponen pokok yaitu: (1) keyakinan ide dan konsep terhadap
objek (2) kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap
objek, dan (3) kecenderungan bertindak (trend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersma-sama membentuk sikap
yang utuh (total attitude). Menurut Wawan dan Dewi (2011)
32
struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang
yaitu:
1. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang
dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif
berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu
mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan terutama
apabila menyangkut masalah yang kontroversial.
2. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut
aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya
berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan
merupakan aspek paling penting bertahan terhadap
pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap
seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan
yang dimiliki terhadap sesuatu.
3. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh
seseorang Berisi tendensi atau kecenderungan untuk
bertindak terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.
2.1.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Wawan dan Dewi (2011) faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya sikap:
1. Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi merupakan dasar pembentukan sikap
karena telah meninggalkan kesan yang kuat.
33
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Seseorang cenderung memiliki sikap konformis atau searah
dengan sikap orang yang dianggap penting.
3. Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.
4. Media massa
Pemberitaan media massa dalam pemberitaan disampaikan
secara obyektif yang seharusnya secara faktual, sehingga
mengakibatkan pengaruh terhadap sikap seseorang.
5. Lembaga pendidikan dan agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan
agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah
mengherankan jika konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6. Emosional
Kadang kala sikap merupakan pernyataan yang didasari
emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
2.1.4.4 Tingkatan Sikap
Menurut Azwar (2012), menguraikan beberapa tingkatan sikap
diantaranya:
1. Menerima (receving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus yang di berikan (objek). Misalnya
34
sikap orang terhadap dapat dilihat dari kesadaran dan
perbuatan terhadap ceramah-ceramah.
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang di berikan adalah suatu indikasi
dari sikap, karena mengerjakan tugas yang diberikan, lepas
pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima
ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah. Adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga, misalnya: seorang ibu yang
mengajak ibu yang lain (tetangganya, saudaranya dan
sebagainya) untuk pergi pergi menimbangkan anaknya ke
Posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu
bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif
terhadap gizi anak.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko adalah menunjukkan siakp yang paling
tinggi, misalnya: seorang ibu mau menjadi apseptor KB,
meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang
tuanya sendiri. Sikap mungkin terarah pada benda, orang,
tetapi juga peristiwa pandangan, lembaga, norma dan nilai.
35
2.1.4.5 Pengukuran Sikap
Menurut Azwar (2013) dijelaskan salah satu aspek yang
sangat penting guna memahami sikap dan perilaku seseorang
adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran
(measurement) sikap. Sikap merupakan respon evaluatif yang
dapat berbentuk positif maupun negatif. Hal ini berarti bahwa
dalam sikap terkandung adanya preferensi atau rasa suka tak
suka terhadap suatu objek sikap.
Berdasarkan pendapat Sunaryo (2014) penelitian sikap
ini menggunakan skala Likert dikenal dengan teknik Summated
Ratings yaitu pengukuran sikap dimana subjek diminta untuk
mengindikasikan tingkat kesetujuan atau ketidaksetujuan
terhadap masing-masing pernyataan. Sesuai pendapat Azwar
(2013) proses pengungkapan sikap merupakan proses yang
rentan terhadap berbagai kemungkinan kesalahan dikarenakan
sikap itu sendiri merupakan suatu konstrak hipotetik atau
konsep psikologis yang tidak mudah untuk dirumuskan secara
operaisonal. Oleh karena itulah, untuk mengurangi
kemungkinan adanya kesalahan pengukuran skala sikap harus
dirancang dengan sungguh-sungguh dan ditulis dengan
mengikuti kaidah penyusunan yang berlaku.
Menurut Azwar (2014) pengukuran sikap seseorang
berdasarkan respon positif (favorable). Bida dalam suatu skala
terdapat sebanyak k item, maka skor individu akan bergerak
36
antara (1 x k = k) sampai dengan (5 x k = 5k). Makin mendekati
5k maka skor individu dapat diinterpretasikan semakin positif
atau semakin favorable. Sebaliknya, semakin mendekati k maka
sikapnya semakin negatif atau semakin tak favorable.
2.1.5 Pengetahuan
2.1.5.1 Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah hasil
penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan
sebagainya). Ngatimin (2010) menjelaskan pengetahuan adalah
sebagai ingatan atas bahan-bahan yang telah dipelajari dan
mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan
bahan yang luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori, tetapi
apa yang diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang
sesuai. Pudjawidjana (2005) mengartikan pengetahuan adalah
reaksi dari manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar
melalui persentuhan melalui objek dengan indera dan
pengetahuan merupakan hasil yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan sebuah objek tertentu.
Beberapa pengertian pengetahuan di atas dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan segala sesuatu
yang diketahui yang diperoleh dari persentuhan panca indera
terhadap objek tertentu. Pengetahuan pada dasarnya merupakan
37
hasil dari proses melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir
yang menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak.
2.1.5.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) secara garis besarnya dibagi
dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu):
1. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil)
memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati
sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang
tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.
2. Memahami (comprehension)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap
objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi
orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar
tentang objek yang diketahui tersebut.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah
memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau
mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi
yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk
menjabarkan dan / atau memisahkan, kemudian mencari
hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam
38
suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai tingkat analisis
adalah apabila orang tersebut telah membedakan atau
memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram terhadap
pengetahuan atas objek tersebut.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang
merangkum/meletakkan satu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan
kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu
objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-
norma yang berlaku di masyarakat.
2.1.5.3 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi (2011) cara memperoleh
pengetahuan yaitu:
1. Cara kuno
a. Cara coba salah (trial and error)
Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
39
kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba lagi sampai
masalah itu dapat dipecahkan.
b. Cara kekuasaan atau otoritas
Pengetahuan yang bersumber dari pimpinan yang
berkuasa memiliki otoritas, tanpa menguji terlebih
dahulu atau membuktikan kebenarannya baik
berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.
c. Berdasarkan pengalaman pribadi
Upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.
2. Cara modern
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi
penelitian.
2.1.5.4 Pengukuran Pengetahuan
Menurut Nursalam (2013) pengukuran pengetahuan
dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek
penelitian atau responden. Arikunto (2006) menjelaskan
kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat
disesuaikan dengan tingkatan-tingkatannya yaitu:
Tingkat pengetahuan baik bila skor : 76 % - 100 %
Tingkat pengetahuan cukup bila skor : 56 % -75 %
Tingkat pengetahuan kurang bila skor : < 56%
40
2.1.5.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi (2011) faktor internal dan faktor
eksternal yang mempengaruhi terbentuknya pengetahuan yaitu:
1. Faktor Internal
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberkan
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke
arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk
berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai
keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan
untuk mendapat informasi seperti hal-hal yang
menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup.
b. Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan
terutama untuk menunjang kehidupannya dan
keluarganya.
c. Umur
Umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup
umur tingkat kemampuan, kematangan seseorang akan
lebih matang dalam berpikir dan menerima informasi.
2. Faktor Eksternal
a. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada
disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
41
mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau
kelompok.
b. Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
2.2 Keaslian Penelitian
Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan:
Tabel 2.1
Keaslian Penelitian
Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian
Sumarni,
Utami, Elita
(2014)
Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan
Sikap Perawat
tentang Pemberian
Obat terhadap
Tindakan
Pendokumentasian
Keperawatan
Dekriptif korelasi
Pendekatan cross
sectional
Ada hubungan yang
signifikan antara tingkat
pengetahuan perawat
terhadap tindakan
pendokumentasian
keperawatan. Ada
hubungan yang signifikan
antara sikap perawat
terhadap tindakan
pendokumentasian
keperawatan.
Adryani,
Irmayani,
Kadir (2012)
Hubungan
Pengetahuan dan
Sikap Perawat dalam
Diagnosa
Keperawatan pada
Pasien Hipertensi di
Instalasi Rawat Inap
Lontara I RSUP Dr.
Wahidin
Sudirohusodo
Makasar
Metode non
eksperimen
Pendekatan cross
sectional study
Ada hubungan antara
pengetahuan perawat
dengan diagnosa
keperawatan pasien
hipertensi serta sikap
perawat dengan diagnosa
keperawatan pasien
hipertensi.
Zakiyah
(2011)
Hubungan Sikap dan
Karakteristik Perawat
dengan
Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan
di Rumah Sakit
Umum Sidoharjo
Metode cross
sectional
Ada hubungan antara sikap
dan tingkat pendidikan
perawat dengan
pendokumentasian asuhan
keperawatan.
42
2.3 Kerangka Berpikir
Gambar 2.1
Kerangka Teori
Sumber: Suwignyo (2007), Prihartin (2007) Potter dan Perry (2010),
Azwar (2007), Wawan dan Dewi (2011)
Komponen Pengetahuan:
- Pengertian
- Tujuan
- Manfaat
- Tahapan dokumentasi :
Pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi,
evaluasi
- Peran perawat pendokumen-
tasian
Komponen Sikap:
- Menerima
- Merespon
- Menghargai
- Bertanggung jawab
Faktor-faktor yang
mempengaruhi :
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Umur
- Lingkungan
- Sosial budaya
- Pengalaman pribadi
- Pengaruh orang lain yang
dianggap penting
- Pengaruh kebudayaan
- Media massa
- Pendidikan dan agama
- Emosional
Tingkat Pengetahuan Sikap
Faktor-faktor yang
mempengaruhi :
43
2.4 Kerangka Konsep
Gambar 2.2
Kerangka Konsep Penelitian
2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Menurut Arikunto (2012) hipotesis nol (H0) sering disebut hipotesis statistik,
karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji
dengan perhitungan statistik. Hipotesis nol menyatakan tidak adanya
perbedaan antara dua variabel atau tidak adanya hubungan variabel X dengan
Y.
Menurut Arikunto (2012) hipotesis kerja (Ha) sering disebut sebagai
hipotesis alternatif yang menyatakan adanya hubungan antara variabel X
dengan variabel Y atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi
keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses
keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki.
Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi
keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses
keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki.
Variabel Independen Variabel Dependen
Tingkat Pengetahuan Perawat Sikap Perawat
44
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kuantitatif. Menurut Arikunto (2012) deskriptif kuantitatif adalah
untuk mengetahui gambaran masing-masing variabel dan mengetahui ada
tidaknya hubungan antara variabel yang diteliti. Pendekatan yang digunakan
adalah cross sectional. Menurut Notoatmodjo (2012) pendekanan cross
sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Sebagai variabel independen
adalah tingkat pengetahuan perawat tentang dokumentasi keperawatan dan
variabel dependen adalah sikap perawat dalam pendokumentasian proses
keperawatan.
3.2 Populasi dan Sampel
Sugiyono (2007) menjelaskan populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas; obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya, sedangkan Arikunto (2010) menjelaskan populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian. Populasi yang digunakan peneliti adalah
perawat di Puskesmas Kartasura yaitu 24 orang dan perawat Puskesmas Baki
yang berjumlah 24 orang.
44
45
Arikunto (2010) menjelaskan sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti, sedangkan Hidayat (2011) menjelaskan sampel
merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pengambilan sampel penelitian ini
adalah seluruh perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas
Baki sejumlah 48 orang dengan teknik total sampling adalah teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel
(Sugiyono, 2007). Dari data di atas maka peneliti menentukan kriteria inklusi
sebagai berikut:
Kriteria inklusi yaitu karakteristik umum subjek penelitian pada
populasi terjangkau. Jadi kriteria inklusinya adalah:
1. Sebagai perawat di Puskesmas Kartasura dan Baki
2. Bersedia menjadi responden.
3. Lama kerja lebih dari 1 tahun.
Kriteria eksklusi yaitu subjek yang memenuhi kriteria inklusi harus
dikeluarkan dari studi karena berbagai sebab. Jadi kriteria eksklusi adalah:
1. Perawat yang dalam tugas belajar.
2. Perawat yang sedang ijin atau cuti saat dilakukan penelitian ini.
3.3 Variabel, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dari
suatu penelitian (Arikunto, 2012).
46
3.3.1 Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab berubahnya variable
dependent/terikat (Arikunto, 2012). Variabel independen ini adalah
tingkat pengetahuan perawat tentang dokumentasi keperawatan.
3.3.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas (Arikunto, 2012). Variabel terikat
(Dependent) ini adalah sikap perawat.
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi
Operasional Alat Ukur Parameter Skala
1
Independen
Pengetahuan
Segala sesuatu
yang dipahami
oleh perawat
tentang
pendokumentasi
an proses
keperawatan
Kuesioner
Jumlah item 21
Skor tertinggi 21
Skor terendah 0
Dikategorikan
Baik : 14 - 21
Cukup : 7 – 13
Kurang : 0 - 6
Ordinal
2
Dependen
Sikap
Sikap adalah
persepsi atau
keinginan untuk
melakukan
pendokumentasi
an proses
keperawatan
Kuesioner
Jumlah item 14
Skor tertinggi 56
Skor terendah 14
Dikategorikan:
Baik: total 35 - 56
Buruk: total 14 - 34
Ordinal
3.4 Tempat dan Waktu Penelitian
3.4.1 Tempat Penelitian
Pengertian tempat berdasarkan kata benda menurut
Poerwodarminto (2004), tempat adalah ruang (bidang, rumah, daerah
47
dan sebagainya) yang didiami (ditinggali) atau ditempati. Sehingga
tempat penelitian menunjukkan lokasi dilakukannya, penelitian ini akan
dilaksanakan di Puskesmas Kartasura dan Puskesma Baki. Adapun
alasan pemilihan tempat penelitian ini berdasarkan studi pendahuluan
diketahui masih terdapat perawat dalam pelaksanaan pendokumentasian
proses keperawatan belum dilakukan secara optimal serta adanya
keterbukaan dari semua pihak terutama perawat terhadap penelitian yang
akan dilaksanakan.
3.4.2 Waktu Penelitian
Menurut Poerwodarminto (2004) waktu atau masa adalah seluruh
rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keradaan berada atau
berlangsung. Dengan demikian waktu pelaksanaan penelitian dilakukan
pada bulan Februari 2015 sampai dengan Agustus 2015.
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
3.5.1 Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner atau angket. Menurut Notoatmodjo (2012) kuesioner atau
angket adalah suatu cara pengumpulan atau suatu penelitian mengenai
suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum
(orang banyak). Kuesioner atau angket dalam penelitian ini mengacu
pada penelitian yang dilakukan Saragih (2008) meliputi kuesioner
tentang pengetahuan perawat tentang pendokumentasian keperawatan
sebanyak 21 item dan kuesioner mengenai sikap perawat dalam
48
pendokumentasian proses keperawatan sebanyak 14 item dengan skala
Likert.
Kuesioner variabel tingkat pengetahuan perawat ini terdapat dua
jawaban yaitu “Benar” atau “Salah”. Apabila jawaban “Benar” mendapat
skor 1 dan “Salah” dengan skor 0. Tingkatan pengukuran pengetahuan
perawat tentang dokumentasi keperawatan dibagi dalam 3 kategori
sesuai pendapat Arikunto (2006) yaitu:
1) Baik : apabila responden mampu menjawab dengan benar antara
14 – 21
2) Cukup : apabila responden mampu menjawab dengan benar antara
7 - 13
3) Kurang : apabila responden mampu menjawab benar kurang 0 - 6
Kuesioner tentang sikap perawat dalam pendokumentasian
proses keperawatan terbagi menjadi 2 jenis yaitu pernyataan favorable
(positif) dan unfavorable (negatif). Favorable merupakan pernyataan
mendukung pelaksanaan dokumentasi keperawatan yang baik dan benar.
Unfavorable merupakan pernyataan tidak mendukung pelaksanaan
dokumentasi keperawatan yang baik dan benar. Adapaun skala likert
penelitian ini yaitu:
Favorable Unfavorable
Sangat Setuju (SS) skor 4 Sangat Setuju (SS) skor 0
Setuju (S) skor 3 Setuju (S) skor 1
Netral (N) skor 2 Netral (N) skor 2
Tidak Setuju (TS) skor 1 Tidak Setuju (TS) skor 3
Sangat Tidak Setuju (STS) skor 0 Sangat Tidak Setuju (STS) skor 4
49
Adapun item pernyataan yang masuk kategori favorable adalah item
nomer 2, 4, 6, 7, 10, 13, 14. Sedangkan item pernyataan unfavorable
adalah item nomer 1, 3, 5, 8, 9, 11, 12.
Tingkatan pengukuran sikap perawat dalam pendokumentasian
proses keperawatan dibagi dalam 2 kategori sesuai pendapat Azwar
(2013) yaitu:
1) Baik : apabila skor yang diperoleh responden antara 35 – 56
sampai dengan 100 % dari total skor.
2) Buruk : apabila skor yang diperoleh responden kurang dari 14 –
34 dari total skor.
Kuesioner ini telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas oleh
peneliti sebelumnya kepada 30 sampel atau responden dengan lokasi
penelitian RSUD dr. H. Soemarno Sastroatmojo Kuala Kapuas.
Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan Product Moment
Pearson untuk variabel tingkat pengetahuan diketahui nilai r hitung
antara 0,489 – 0,872 sedangkan nilai r tabel adalah 0,361 dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa 10 pertanyaan yang diajukan
dinyatakan valid dengan dibuktikan nilai r hitung lebih besar dari r tabel.
Demikian halnya dengan variabel sikap perawat diketahui nilai r hitung
antara 0,397 – 0,758 sedangkan nilai r tabel adalah 0,361 dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa 6 pertanyaan yang diajukan
dinyatakan valid dengan dibuktikan nilai r hitung lebih besar dari r tabel.
Dari semua pertanyaan dalam penelitian Saragih dijadikan acuan dalam
50
penyusunan kuesioner dalam penelitian saat sekarang ini, namun isi dan
materi pertanyaan disesuaikan dengan kondisi dilapangan.
Uji reliabilitas oleh peneliti sebelumnya menggunakan alpha
cronbach’s masing-masing variabel diketahui nilai alpha cronbach’s
0,891 untuk variabel tingkat pengetahuan dan 0,822 untuk variabel sikap
perawat. Oleh karena nilai alpha cronbach’s masing-masing variabel
lebih dari 0,60 maka seluruh item kuesioner memberikan indikasi
reliabel. Dapat diartikan bahwa variabel tingkat pengetahuan dan sikap
perawat memiliki kemampuan konsistensi sebesar 89,1 % dan 82,8 %
apabila pengukuran diulang.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Saragih (2008)
dengan objek RSUD dr. H. Soemarno Sastroatmojo Kuala Kapuas dan
agar tidak plagiat maka dalam hal jumlah item pertanyaan pada
kuesioner yang telah disebarkan ditambah dari masing-masing variabel.
Item pertanyaan variabel tingkat pengetahuan menjadi 21 item dan
variabel sikap perawat adalah 14 item. Karena jumlah item yang berbeda
dilakukan pengulangan pengujian instrumen. Adapun hasil uji validitas
variabel pengetahuan penelitian ini adalah r antara 0,300 – 0,664 dan
hasilnya lebih dari 0,284 maka dari 21 item seluruhnya adalah valid.
Adapun hasil uji validitas variabel sikap penelitian ini adalah r
antara 0,502 – 0,744 dan hasilnya lebih dari 0,284 maka dari 14 item
seluruhnya adalah valid. Dengan uji reliabilitas masing masing variabel
memiliki nilai cronbach alpha variabel pengetahuan 0,836 dan variabel
51
sikap perawat 0,881 dan dinyatakan lebih dari nilai kritis 0,60 dengan
demikian kedua variabel dinyatakan reliabel.
3.5.2 Cara Pengumpulan Data
3.5.2.1 Data Primer
Menurut Sugiyono (2012) data primer adalah data yang
dikumpulkan secara langsung pada saat berlangsungnya
penelitian. Data primer dalam penelitian ini berupa jawaban
kuesioner yang telah disebarkan dan telah dijawab oleh
responden. Pada tanggal 8 Juni 2015 peneliti datang langsung ke
Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki untuk menyebarkan
angket kepada responden penelitian. Tanggal 10 Juni 2015
mendatangi kedua puskesmas tersebut untuk mengambil
jawaban kuesioner yang sudah diseberkan sebelumnya. Langkah
selanjutnya dilakukan skoring dan tabulating untuk data
persiapan analisis data.
3.5.2.2 Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2012) data sekunder adalah data
yang diperoleh dari bahan-bahan pendukung sesuai dengan
pokok permasalahan yang diteliti seperti hasil penelitian
terdahulu, literatur, internet, peraturan perundangan, dan lain
sebagainya. Adapun data sekunder dalam penelitian ini
diantaranya hasil penelitian terdahulu, hasil observasi,
wawancara, dokumentasi, buku-buku, literatur-literatur yang
berkaitan dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini.
52
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, kemudian dilanjutkan
dengan pengolahan data yang meliputi:
3.6.1 Pengolahan data
Menurut Notoatmodjo (2012), pengolahan data meliputi sebagai berikut:
3.6.1.1 Editing
Memeriksa data yang terkumpul untuk meneliti kelengkapan
jawaban responden yang diberikan yang bertujuan untuk
mengetahui apakah ada kesesuaian antara semua pertanyaan
yang diberikan dengan jawaban. Memilahkan kuesioner yang
telah dijawab dengan lengkap dan tidak lengkap.
3.6.1.2 Coding
Memberi tanda pada alat peneliti untuk memudahkan dalam
analisa data. Misalnya skala penilaian satu untuk jawaban benar
dan nol untuk jawaban salah. Dan melakukan skoring pada
kedua kuesiner berdasarkan ketentuan skala likert.
3.6.1.3 Entry data
Merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan
ke dalam master tabel atau database komputer, kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan
membuat tabel kontingensi.
3.6.1.4 Tabulating
Memasukkan data jawaban responden dalam tabel sesuai
dengan skor jawaban kemudian dimasukkan dalam master tabel
yang telah disiapkan.
53
3.6.2 Analisis Data
Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian
akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan
tujuan yang hendak dianalisis. Apabila penelitiannya deskriptif, maka
akan menggunakan statistik deskriptif. Statistika deskriptif
(menggambarkan) adalah statistika yang membahas cara-cara meringkas,
menyajikan, dan mendeskripsikan suatu data dengan tujuan agar mudah
dimengerti dan lebih mempunyai makna.
3.6.2.1 Analisa univariat
Penelitian analisis univariat digunakan untuk mengetahui
menganalisi setiap variabel yang dinyatakan dengan sebaran
frekuensi, baik secara angka-angka mutlak maupun secara
persentase disertai dengan penjelasan kualitatif (Notoatmodjo,
2012). Rumus yang digunakan :
%100xN
FP =
Keterangan :
P : Prosentase
F : Frekuensi
N : Jumlah responden
3.6.2.3 Analisis bivariat
Analisis bivariate digunakan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel. Pengujian data dilakukan dengan
Chi Square adalah salah satu jenis uji komparatif non parametris
54
yang dilakukan pada dua variabel, di mana skala data kedua
variabel adalah ordinal dengan tingkat kepercayaan 95 % atau a
= 5 % (Hidayat, 2011).
( )å
-=
e
eo
f
ff2
2c
Dalam penelitian ini ditentukan tingkat kepercayaan 95 % atau
α = 0,05 % dengan ketentuan:
a. Jika P value > α maka Ho diterima dan Ha ditolak yang
berarti 0 berarti tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap
perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di
Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki.
b. Jika P value < α maka Ho ditolak dan Ha diterima berarti
berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam
pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas
Kartasura dan Puskesmas Baki.
3.7 Etika Penelitian
Etika penelitian adalah etika yang mencakup norma untuk berperilaku,
memisahkan apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak
boleh dilakukan. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini
berkaitan dengan etika penelitian keperawatan.
55
3.7.1 Informed consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden
penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent
tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan
lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent
adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
dampaknya.
3.7.2 Anonimiti (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responsen pada lembaran
alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3.7.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-
masalah lainnya. Semua informsi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil penelitian.
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang hubungan
antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan
sikap perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas
Kartasura dan Puskesmas Baki. Berdasarkan data yang diambil selama 6
hari penelitian yaitu pada tanggal 8 Juni 2015 sampai dengan 13 Juni 2015
dengan 48 responden yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian.
Dari kegiatan penelitian didapatkan hasil sebagai berikut:
4.1 Analisis Univariat
4.1.1 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini seluruh perawat yang bekerja di
Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki dan bersedia menjadi sampel
dalam penelitian ini dan memenuhi kriteria, sesuai dengan data yang
telah dikumpulkan berikut disajikan karakteristik responden berdasarkan
usia, dan pendidikan responden.
4.1.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia berkaitan dengan kedewasaan atau maturitas
seseorang. Berdasarkan pendapat Kurnadi (2013: 180) rentang
usia dapat dibagi menjadi tiga yaitu kurang dari 25 tahun, antara
25 – 40 tahun dan di atas 40 tahun. Hasil penelitian diketahui
56
57
bahwa karakteristik responden berdasarkan usianya adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Usia
n = 48
No Usia (tahun) Frekuensi Prosentase
1
2
3
< 25
25 – 40
> 40
3
42
3
6,3 %
87,6 %
6,3 %
Total 48 100,0 %
Pada tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian
besar perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan
Puskesmas Baki berada pada rentang usia antara lebih dari 25
sampai dengan 40 tahun yaitu 42 orang atau 87,6 %. Sedangkan
usia kurang dari 25 tahun yaitu 3 orang atau 6,3 % dan lebih
dari 40 tahun terdapat 3 orang atau 6,3 %.
4.1.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik responden
berdasarkan tinkat pendidikannya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berdasarkan Pendidikan
n = 48
No Pendidikan Frekuensi Prosentase
1
2
Diploma
Sarjana
29
19
60,4 %
39,6 %
Total 48 100,0 %
58
Pada tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa sebagian
besar perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan
Puskesmas Baki tamatan Ahli Madya Keperawatan atau
Diploma sebanyak 29 orang atau 60,4 % dan yang lain tamat
Sarjana sebanyak 19 orang atau 39,6 %.
4.1.2 Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan
Hasil distribusi responden tentang tingkat pengetahuan perawat
mengenai dokumentasi keperawatan dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut.
Tabel 4.3
Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan
n = 48
No Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase
1
2
Cukup Baik
Baik
14
34
29,2 %
70,8 %
Total 48 100,0 %
Pada tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki
masuk dalam kategori tingkat pengetahuan yang baik yaitu 34 orang atau
70,8 %, terdapat 14 orang perawat atau 29,2 % masuk dalam kategori
pengetahuan yang cukup baik.
4.1.3 Sikap Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan
Hasil distribusi responden tentang sikap perawat mengenai
pendokumentasian proses keperawatan dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut.
59
Tabel 4.4
Sikap Perawat dalam Pendokumentasian Proses Keperawatan
n = 48
No Sikap Frekuensi Prosentase
1
2
Buruk
Baik
12
36
25,0 %
75,0 %
Total 48 100,0 %
Pada tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki
masuk dalam kategori memiliki sikap yang baik dalam proses
pendokumentasian keperawatan yaitu 36 orang atau 75 %, dan terdapat
12 orang perawat atau 25 % masuk dalam kategori memiliki sikap yang
buruk dalam proses pendolumentasian keperawatan.
4.2 Analisis Bivariat
4.2.1 Analisis Chi Square
Pengujian hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendoku
mentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas
Baki menggunakan uji statistik che square (c2) dapat dilihat hasilnya
sebagai berikut:
60
Tabel 4.5
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Dokumentasi
Keperawatan Dengan Sikap Perawat Dalam Pendokumentasian Proses
Keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki
Tingkat Pengetahuan Sikap Perawat Jumlah
Buruk Baik
Cukup baik
Baik
9
18,8 %
3
6,3 %
5
10,4 %
31
64,6 %
14
29,2 %
32
70,8 %
Jumlah 12
25 %
36
75 %
48
100,0 %
Berdasarkan tabel di atas maka di antara tingkat pengetahuan
perawat tentang dokumentasi keperawatan dikatakan cukup baik dengan
sikapnya buruk terdapat 9 orang atau 18,8 % sedangkan 5 orang atau
10,4 % perawat memiliki sikap baik. Selanjutnya tingkat pengetahuan
perawat tentang dokumentasi keperawatan dikatakan baik dengan sikap
buruk terdapat 3 orang atau 6,3 % dab 31 orang atau 64,6 % lainnya
memiliki sikap baik.
Tabel 4.6
Hasil Uji Bivariat dengan Chi Square
Value Df p value
Chi Square 13,445 1 0,000
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai chi square (c2)
sebesar 13,445 dengan p value 0,000. Berdasarkan ketentuan di bab
sebelumnya bahwa jika P value lebih dari α maka Ho diterima dan Ha
ditolak yang berarti 0 berarti tidak ada hubungan antara tingkat
61
pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat
dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura
dan Puskesmas Baki. Sebaliknya jika P value kurang dari α maka Ho
ditolak dan Ha diterima berarti berarti ada hubungan antara tingkat
pengetahuan tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat
dalam pendokumentasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura
dan Puskesmas Baki.
Berdasarkan ketentuan tersebut diketahui bahwa p value 0,000
kurang dari 0,05 berarti Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti 0
berarti tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumen-
tasian proses keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki
Dilihat dari perolehan c2 sebesar 13,445 dibanding dengan nilai
c2 tabel dengan 5,99. Pembandingan ini menggunakan derajat bebas = 2.
Maka nilai kritiknya pada tabel sebaran chi-square adalah 5,99 artinya
c2 hitung > c2
tabel atau 13,445 > 5,99. Dengan demikian Hipotesis Null
tidak bisa diterima.
62
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Demografi
5.1.1 Usia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar perawat
yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki berada pada
rentang usia antara lebih dari 35 tahun yaitu 23 orang atau 47,9 %.
Menurut Mubarak (2011), semakin dewasa usia seseorang maka tingkat
berfikirnya akan semakin matang. Semakin matang seseorang maka
semakin banyak pula pengalaman dalam hidup, sehingga semakin
tinggi pula tingkat pengetahuannya.
Hal ini didukung oleh pendapat Siagian (2012) bahwa umur
terkait dengan kedewasaan dalam melakukan pekerjaan maupun
kematangan psikologisnya, semakin lanjut umur seseorang maka
semakin meningkat kematangan psikologisnya dan kedewasaan dalam
menyelesaikan pekerjaan. Dengan demikian, perawat yang mempunyai
usia lebih tua umumnya lebih bertanggung jawab dan lebih teliti
dibanding dengan usia muda, hal ini kemungkinan disebabkan usia
yang lebih muda kurang berpengalaman. Didukung pula penelitian yang
dilakukan Zakiyah (2011) yang menunjukkan bahwa sebagian besar
perawat yang berusia 29-55 tahun mempunyai prosentase paling besar.
62
63
Usia berhubungan dengan usia kerja, kekuatan fisik dan
kecerdasan intelektual maupaun emosional. Kemampuan seorang
perawat dalam berpikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan
selama usia dewasa dengan banyaknya kasus dan pengalaman yang di
peroleh (Potter & Perry, 2010).
5.1.2 Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan
hasil bahwa 29 orang perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan
Puskesmas Baki atau 60,4 % memiliki tingkat pendidikan Diploma.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) pendidikan yaitu sebuah
proses pembelajaran bagi setiap individu untuk mencapai pengetahuan
dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek tertentu dan spesifik.
Pengetahuan yang diperoleh secara formal tersebut berakibat pada setiap
individu yaitu memiliki pola pikir, perilaku dan akhlak yang sesuai
dengan pendidikan yang diperolehnya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Adryani, dkk. (2012) yang diketahui bahwa pendidikan yang paling
dominan adalah Diploma sebanyak 41 orang atau 75,9 % dari
keseluruhan sampel yaitu 54 orang. Demikian juga yang dilakukan oleh
Sumarni, dkk. (2014) yang diketahui bahwa dari 58 orang responden
terhadap 50 orang atau 86,2 % berpendidikan akhir Diploma. Dengan
pendidikan tinggi maka dapat mempengarui tingkat pengetahuan
seseorang dalam berbagai hal. Menurut PPNI (2003) pendidikan tinggi
64
keperawatan Indonesia dimulai dari pendidikan jenjang diplima tiga
keperawatan dan atau mendapatkan pengetahuan yang sama dengan
jenjang S1 keperawatan. Pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain pendidikan yang diterima. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula tingkat
pengetahuannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin banyak pula pengetauan yang
dimilikinya. Sebaliknya, jika seseorang dengan tingkat pendidikannya
rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap
penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Mubarak,
dkk. 2007).
Sumarni, dkk (2014) menjelaskan pendidikan perawat yang
tinggi memegang peran penting dalam mempengaruhi sikap perawat
tentang pendokumentasian keperawatan. Pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi
untuk sikap berperan serta dalam keperawatan. Saragih dan Rumapea
(2011) terkait dengan kebijakan manajemen rumah sakit menganggap
bahwa D3 dan S1 Keperawatan dianggap memiliki standar kemampuan
yang seimbang sehingga manajemen lebih memilih D3 Keperawatan
dengan pertimbangan gaji yang relatif lebih kecil. Alasan manajemen
itu bertentangan dengan pendapat bahwa pendidikan yang tinggi dari
seorang perawat akan memberi pelayanan yang optimal.
65
Sejalan dengan teori Notoatmojo (2012) yaitu latar belakang
pendidikan yang dimiliki perawat mungkin dapat dijadikan sebagai
faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan bagi seorang perawat,
karena pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang
salah satunya adalah tingkat pendidikan sehingga semakin tinggi
pendidikan maka akan semakin baik pula tingkat pengetahuannya.
5.2 Tingkat Pengetahuan Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden
memiliki pengetahuan yang baik mengenai dokumentasi keperawatan yaitu 34
orang atau 70,8 %. Hal ini menunjukkan bahwa skor jawaban responden
antara 7 - 13 memiliki jawaban yang benar. Hal ini diasumsikan bahwa
perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki sudah
memahami tentang dokumentasi keperawatan.
Pengetahuan perawat di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki
masuk kategori baik dalam pemahaman dokumentasi keperawatan diantaranya
mengenai pengertian dokumentasi keperawatan, tujuan dari dokumentasi
keperawatan, manfaat dan kepentingan. Pemahaman yang baik dalam hal
strategi dokumentasi pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi dari keperawatan. Serta peran perawat dalam pendokumentasian
proses keperawatan. Menurut Damayanti (2013) pengetahuan pelaksanaan
pendokumentasian harus dimiliki oleh berbagai profesi tenaga kesehatan salah
satunya adalah perawat. Seorang perawat mempunyai peran dalam
66
melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan dalam rekam medis.
Menurut Nuryani dan Susanti (2014) pengetahuan perawat menentukan
tindakan perawat dalam memberikan pelayanan kepada pasien, sehingga
tindakan perawat yang dilandasi oleh pengetahuan akan memberikan
pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan perawat yang melakukan
tindakannya tanpa didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan perawat juga
sangat berperngaruh terhadap kelengkapan pengisian dokumentasi asuhan
keperawatan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Adryani, dkk. (2012) menunjukkan bahwa 33 responden (61,1%) menyatakan
perawat memiliki pengetahuan yang baik dalam diagnosa keperawatan pasien
hipertensi dan 25 responden (46,3%) memiliki pengetahuan cukup serta 8
responden (14,8%) yang memiliki diagnosa keperawatan pasien hipertensi
kurang baik.
Demikian halnya didukung juga dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Agung Pribadi (2008),melakukan penelitian tentang
pengetahuan perawat dengan pelaksanaaan dokumentasi asuhan keperawatan
di RSUD Kelet, dapat diketahui bahwa perawat yang melaksanakan
dokumentasi asuhan keperawatan baik, memiliki faktor pengetahuan baik
sebanyak 13 orang lebih besar dibanding perawat yang memiliki faktor
pengetahuan tidak baik sebanyak 5 orang, sebaliknya perawat yang
melaksanakan dokumentasi asuhan keperawatan tidak baik memiliki faktor
67
pengetahuan baik sebanyak 3 orang lebih kecil dibanding perawat memiliki
faktor pengetahuan tidak baik sebanyak 10 orang.
5.3 Sikap Perawat tentang Dokumentasi Keperawatan
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar perawat yang bekerja di
Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki masuk dalam kategori memiliki
sikap yang baik dalam proses pendokumentasian keperawatan yaitu 36 orang
atau 75 %, dan terdapat 12 orang perawat atau 25 % masuk dalam kategori
memiliki sikap yang buruk dalam proses pendolumentasian keperawatan.
Menurut Zakiyah (2011) menjelaskan suatu sikap yang dipunyai
individu mengenai pekerjaannya dihasilkan dari persepsi mereka terhadap
pekerjaannya, didasarkan pada faktor lingkungan kerja, gaya supervisi,
kebijakan dan prosedur Hal ini sesuai dengan teori sikap yang mengatakan
bahwa melalui tindakan dan belajar, seseorang akan mendapatkan
kepercayaan dan sikap terhadap sesuatu yang pada giliranya akan
mempengarui perilaku. Teori perubahan perilaku mengatakan berdasarkan
anggapan bahwa perubahan perilaku individu tergantung kepada kebutuhan.
Perilaku dilatar belakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan.
Menurut Azwar (2012), sikap seseorang adalah predisposisi untuk
memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan yang dapat
membimbing tingkah laku orang tersebut. Sikap merupakan salah satu
komponen dalam faktor predisposisi terbentuknya perilaku. Menurut Efendi
dan Makhfudli (2009), sikap adalah reaksi atau respon tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum tentu menunjukan suatu
68
tindakan atau aktivitas, akan tetapi menjadi predisposisi sebuah tindakan.
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Adryani, dkk. (2012) menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa 32 responden
(59,3%) mempunyai diagnosa keperawatan pasien hipertensi baik dan 23
responden (42,6%) memiliki sikap baik serta 9 responden (16,7%) yang
memiliki diagnosa keperawatan pasien hipertensi kurang baik. Temuan
Zakiyah (2011) hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap dan pendidikan
perawat berpengaruh terhadap praktik pendokumentasian asuhan keperawatan.
5.4 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Dokumentasi
Keperawatan dengan Sikap Perawat dalam Pendokumentasian Proses
Keperawatan di Puskesmas Kartasura Dan Puskesmas Baki
Hasil penelitian menunjukkan nilai chi square (c2) sebesar 16,269
lebih besar c2 tabel 5,99 dengan p value 0,001 lebih kecil dari 0,05. Hal ini
berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi
keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses
keperawatan di Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki. Dengan demikian
hipotesis alternatif (ha) yang diajukan terbukti kebenarannya. Hal ini
menunjukkan kecenderungan semakin baik pengetahuan perawat di
Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki, maka semakin baik pula sikap
perawat dalam proses pendokumentasian hasil keperawatannya.
69
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Utami dan Supratman
(2009) yang telah membuktikan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan
sikap perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien. Didukung pula
oleh Zakiyah (2011) menunjukkan bahwa sikap dan pendidikan perawat
berpengaruh terhadap praktik pendokumentasian asuhan keperawatan.
Perawat yang mempunyai sikap baik dan perawat dengan latar belakang
pendidikan S1 keperawatan cenderung melakukan pendoku-mentasian asuhan
keperawatan dengan baik. Perawat yang mempunyai sikap yang baik akan
berfikir dan dan mempunyai keyakinan bahwa dirinya harus bekerja dengan
baik. Pendidikan dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas seseorang,
sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi
pula keinginan untuk mengaplikasikan pengetahuannya dalam bekerja.
Pendidikan perawat yang tinggi memegang peran penting dalam
mempengaruhi sikap perawat tentang pendokumentasian keperawatan.
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang akan pola hidup terutama dalam
memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Ketiga hasil
penelitian di atas semakin menguatkan hasil penelitian yang peneliti lakukan,
bahwa pengetahuan memiliki hubungan dengan sikap seseorang.
Berdasarkan pengamatan Adryani, dkk. (2012), berasumsi bahwa
antara pengetahuan dan sikap perawat sangat mempengaruhi diagnosa
keperawatan pasien hiertensi sehingga dalam memberikan pelayanan, perawat
harus memiliki wawasan yang luas dan perawat harus bersikap profesional
agar tercipta harapan-harapan yang diinginkan baik perawat itu sendiri
70
maupun klien. Sadiman (2007) menyatakan bahwa pengetahuan akan
membutuhkan kepercayaan yang selanjutnya akan memberikan dasar bagi
pengembangan selanjutnya dan menentukan sikap terhadap objek.
Menilik beberapa penelitian terdahulu yang di sajikan di atas, peneliti
telah membuktikan dalam penelitian ini bahwa pengetahuan ada hubungannya
dengan sikap perawat dalam pelaksanaan proses pendokumentasian
keperawatan pada pasien. Semakin tinggi pengetahuan perawat tentang
dokumentasi keperawatan maka semakin baik pula sikap perawat dalam
pelaksanaan proses pendokumentasian keperawatan pada pasien
71
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan serta paparan
pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat memberikan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan perawat yang bekerja di Puskesmas Kartasura dan
Puskesmas Baki mayoritas termasuk kedalam kategori baik yaitu 34 orang
atau 70,8 %.
2. Sikap perawat tentang proses pendokumentasi keperawatam mayoritas
masuk dalam kategori baik yaitu 36 orang atau 75 %.
3. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang dokumentasi
keperawatan dengan sikap perawat dalam pendokumentasian proses
keperawatan di Puskesmas Kartasura Dan Puskesmas Baki dengan nilai
chi square (c2) sebesar 16,269 lebih besar chi square tabel 5,99 dengan
signifikansi 0,001 lebih kecil dari 0,05.
6.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas maka peneliti dapat memberikan beberapa saran
sebagai berikut:
6.2.1 Bagi Puskesmas
Diharapkan Puskesmas Kartasura dan Puskesmas Baki selalu
membimbing dan mengarahkan pada seluruh tenaga kesehatan
71
72
khususnya perawat tentang pentingnya pendokumentasian proses
keperawatan guna menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan. Bimbingan yang maksudkan dapat berbentuk
pendampingan sampai perawat paham mengenai proses
pendokumentasian keperawatan
6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dokumentasi keperawatan yang dilaksanakan secara baik dan benar
akan membantu para mahasiswa dalam proses belajar mengajar untuk
mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya baik teori maupun
praktik..
6.2.3 Bagi Peneliti Lain
Diharapkan dalam melakukan penelitian dengan pokok permasalahan
yang hampir mirip, maka perlu menambahan variabel, jumlah
responden, lokasi penelitian untuk menekankan tingkat pengetahuan
perawat tentang dokumentasi keperawatan dengan sikap perawat dalam
proses pendokumentasian keperawatan.
6.2.4 Bagi Manajemen Puskesmas
Sesuai dengan wewenang yang dimiliki puskesmas dalam
menyelenggarakan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi tentang
pembangunan kesehatan maka diperlukan sumber daya manusia yang
berkualitas, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan
pihak manajemen puskesmas dalam upaya meningkatkan kualitas
pegawai baik medis maupun non medis khususnya perawat dalam
73
pendokumentasian proses keperawatan dengan mengikutsertakan para
perawat secara periodik untuk mengikuti pendidikan maupun pelatihan
mengenai proses pendokumentasian keperawatan.
74
DAFTAR PUSTAKA
Agung Pribadi, 2008. “Analisis Pengaruh Faktor Pengetahuan, Motivasi, dan
Persepsi Perawat tentang Supervisi Kepala Ruang terhadap Pelaksanaan
Dokumentasi Asuhan Keperawatan di RSUD Kelet Provinsi Jawa Tengah
di Jepara”. Tesis. Tidak dipublikasikan.
Andryani, I.E., Imayani, dan Kadir, A. 2012. “Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Perawat dalam Diagnosa Keperawatan pada Pasien Hipertensi di Instalasi
Rawat Inap Lontara I RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar”. Jurnal
Ilmu Keperawatan. Vo 1 No 5. Pp 1-8.
Arikunto, S. 2012. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Azwar, S. 2008. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
_______. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Christensen, J.P., and Kenney, W.J. 2009. Proses Keperawatan : Aplikasi Model
Konseptual. Ed. 4. Alih bahasa Yuyun Yuningsih dan Yasmin. Jakarta:
EGC.
Dermawan, D. Dan Riyadi, S. 2010. Keperawatan Profesional. Magelang:
Gosyen Publishing.
Dermawan, D. 2012. Proses Keperawatan : Penerapan Konsep dan Kerangka
Kerja. Magelang: Gosyen Publishing.
Effendy, F. Dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Effendy, N. 2008. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Ed 2.
Jakarta : EGC.
Gaffar, L.O. J. 2009. Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.
Hidayat, A.A.A. 2011. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat
Kesehatan Masyarakat.
Kusnanto. 2008. Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta. EGC
75
Mitsha, Aaron. 2009. Documentation of nursing care current practices and
perceptions of nurses in a teaching hospital in Saudi Arabia. Stellenbosch
University.
Mubarak, I. W., & Chayatin, N. 2011. Ilmu Keperawatan Komunitas I: Pengantar
dan Teori. Jakarta: Salemba medika.
Ngatimin, Rusli. 2010. Diktat Kuliah Ilmu Perilaku Kesehatan. Makassar:
Yayasan PK3.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
__________________. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nursalam. 2013. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat
Potter, P. A., and Perry, A. G. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Poerwadarminta, W.J.S., 2004. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Prihartin, E. 2007. “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keberhasilan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Keperawatan Umum
PAV Kartika RSPAD GS Jakarta”. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Jakarta:
UI
Riwidikdo, H. 2010. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendika Press.
Saragih, E. Sondang. 2008. “Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Perawat
dengan Pelaksanaan Dokumen Keperawatan di RSUD Dr. H. Soemarno
Sastroatmojo Kuala Kapuas”. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
Saragih, Rosita dan Rumapea, Natalina. 2011. “Hubungan Karakteristik Perawat
Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah
Sakit Columbia Asia Medan”. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol 3, No. 1
Tahun 2011. Universitas Darma Agung Medan : Medan.
Satrianegara, F.M. 2014. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan:
Teori dan Aplikasi dalam Pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit.
Jakarta: Salemba Medika.
76
SEA-NUR. 2003. “Dokumentasi”. Materi Pelatihan Keterampilan Manajerial
SPMK. 001/1.2. pp 316-332.
Siagian, P. Sondang. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
_______. 2007. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sumarni, E.E.S., Utami, G.T., dan Elita, V. 2014. “Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Perawat tentang Pemberian Obat Terhadap
Tindakan Pendokumentasian Keperawatan”. Jurnal Ilmu Keperawatan.
Vol 2 No 6. Pp 1-7.
Sunaryo. 2013. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: ECG.
Suwignyo, G. 2007. Manajemen Kinerja Pelayanan Rumah Sakit. Jakarta: Sagung
Seto.
Umar, Husein. 2001. Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Utami, Y.W. dan Supratman. 2009. “Hubungan Antara Pengetahuan Dengan
Sikap Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien di BRSUD
Sukoharjo”. Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 2 No. 2, Juni
2009: 69-74
Wawan, A. dan Dewi, H. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Zakiyah, A. 2011. “Hubungan Sikap dan Karakteristik Perawat Dengan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum
Sidoarjo”. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol 2 No 4. Pp 1-8.