DI SUSUN OLEH -...

95
PEMBERIAN TE TERHADAP ASUHA H PROG SEKOLAH TIN ERAPI BEKAM DAN PIJAT REFL P PENURUNAN TEKANAN DARAH AN KEPERAWATAN Tn. S DENGA HIPERTENSI DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DI SUSUN OLEH : SEPTIA HANDAYANI P13115 GRAM STUDI DIII KEPERAWATA NGGI ILMU KESEHATAN KUSUM SURAKARTA 2016 LEKSI KAKI H PADA AN AN MA HUSADA

Transcript of DI SUSUN OLEH -...

Page 1: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

PEMBERIAN TERAP

TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA

ASUHAN KEPERAWATAN Tn. S DENGAN

HIPERTENSI

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

RIAN TERAPI BEKAM DAN PIJAT REFLEKSI KAKI

AP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA

ASUHAN KEPERAWATAN Tn. S DENGAN

HIPERTENSI DI PUSKESMAS

GAJAHAN SURAKARTA

DI SUSUN OLEH :

SEPTIA HANDAYANI

P13115

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

I BEKAM DAN PIJAT REFLEKSI KAKI

AP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA

ASUHAN KEPERAWATAN Tn. S DENGAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

Page 2: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

PEMBERIAN TERAPI BEKAM DAN P

TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA

ASUHAN KEPERAWATAN Tn. S DENGAN

HIPERTENSI DI PUSKESMAS

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

i

PEMBERIAN TERAPI BEKAM DAN PIJAT REFLEKSI KAKI

TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA

ASUHAN KEPERAWATAN Tn. S DENGAN

HIPERTENSI DI PUSKESMAS

GAJAHAN SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DI SUSUN OLEH:

SEPTIA HANDAYANI

NIM. P.13 115

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

IJAT REFLEKSI KAKI

TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA

ASUHAN KEPERAWATAN Tn. S DENGAN

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

Page 3: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

ii

Page 4: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

iii

Page 5: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis mampu menyelesaikan karya

tulis ilmiah yang berjudul “Pemberian terapi bekam dan pijat refleksi kaki

terhadap penurunan tekanan darah pada asuhan keperawatan Tn. S dengan

hipertensi di Puskesmas Gajahan Surakarta.”

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Ns. Wahyu Rima Agustin M. Kep, selaku Ketua STIkes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di

STIkes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ns. Meri Okatriani M. Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan

yang telah memberikan kesempatan untuk menimba di STIKes Kusuma

Husada Surakarta.

3. Ns. Alfyana Nadya R. M. Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat

menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

4. Ns. Fakhrudin Nasrul Sani, M. Kep selaku dosen pembimbing sekaligus

sebagai penguji yang telah membimbing penulis dengan cermat, memberikan

masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta

memfasilitasi penulis demi kesempurnaan studi kasus ini.

5. Ns. Diyah Ekarini S. Kep selaku dosen penguji yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam membimbing serta memfasilitasi penulis demi kesempurnaan studi

kasus ini.

6. Semua dosen program studi DIII Keperawtan STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat.

Page 6: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

v

7. Kedua orang tuaku (Sangadi dan Paryanti) berserta kakak (Joko Purwanto

dan Eni Prastyo) yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan dan do’a

serta menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan

pendidikan DIII Keperawatan.

8. Mahasiswa satu angkatan Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta khususnya Nur Halimah, Nurliana Khoiriyah, Ratih Eka

Sriyanti, Pipit Siti Nurlely dan berbagai pihak yang tidak mampu penulis

sebutkan satu persatu yang memberikan dukungan.

Semoga laporan karya tulis ilmiah ini bermanfaat untuk perkembangan

ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin

Surakarta, Mei 2016

Penulis

Page 7: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Tujuan Penulisan .......................................................................... 6

C. Manfaat Penulisan ........................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori ............................................................................... 8

1. Pengertian Hipertensi ............................................................ 8

2. Konsep Asuhan Keperawatan Hipertensi .............................. 20

3. Tekanan Darah ...................................................................... 28

4. Terapi Bekam Dan Pijat Refleksi .......................................... 30

B. Kerangka Teori ............................................................................. 37

BAB III METODE PENULISAN APLIKASI RISET

A. Subyek Aplikasi Riset .................................................................. 38

B. Tempat dan Waktu ....................................................................... 38

C. Media dan Alat yang digunakan ................................................... 38

D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset ........................... 39

E. Alat Ukur Evaluasi ....................................................................... 41

Page 8: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

vii

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien ............................................................................. 42

B. Pengkajian .................................................................................... 42

C. Daftar Perumusan Masalah .......................................................... 47

D. Perencanaan .................................................................................. 48

E. Implementasi ................................................................................ 50

F. Evaluasi ........................................................................................ 53

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian .................................................................................... 57

B. Perumusan Masalah Keperawatan ............................................... 59

C. Intervensi Keperawatan ............................................................... 63

D. Implementasi Keperawatan .......................................................... 66

E. Evaluasi ........................................................................................ 73

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................... 78

B. Saran ............................................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 9: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

viii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi .............................................................. 9

2. Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi .............................................................. 10

Page 10: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

ix

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Pijat Refleksi .......................................................................... 36

2. Gambar 2.2 Kerangka teori ........................................................................ 37

3. Gambar 4.1 Genogram ............................................................................... 43

Page 11: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Usulan Judul Aplikasi Jurnal

Lampiran 2. Lembar konsultasi Karya tulis Ilmiah

Lampiran 3. Lembar Surat Pernyataan

Lampiran 4. Jurnal Utama

Lampiran 5.Asuhan Keperawatan

Lampiran 6. Lembar Observasi Aplikasi Jurnal

Lampiran 7. Daftar Riwayat Hidup

Page 12: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan suatu kondisi tekanan darah seseorang berada

di atas angka normal yaitu 120/80 mmHg. Hipertensi penyebab utama

penyakit jantung koroner, cedera cerebro-vaskular, dan gagal ginjal.

Hipertensi menetap dan yang disertai dengan peningkatan tahapan perifer

menyebabkan gangguan pada endotelium pembuluh darah, mendorong

plasma dan lipoprotein kedalam intima dan lapisan subintima dari pembuluh

darah dan menyebabkan pembentukan plaque (aterosklerosis). Peningkatan

tekanan darah juga menyebabkan hyperplasia otot polos, yang membentuk

jaringan parut intima dan mengakibatkan penebalan pembuluh darah dengan

penyempitan lumen (Carpenito,2005 ).

Menurut Triyanto (2014), hipertensi adalah keadaan dimana seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan

peningkatan angka kesakitan (mordibitas) dan angka kematian (mortalitas).

Tekanan darah 140/90 mmHg di dasarkan pada dua fase dalam setiap denyut

jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukkan fase darah yang sedang dipompa

oleh jantung dan fase diastolik 90 menunjukkan fase darah yang kembali ke

jantung.

Page 13: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

2

Menurut WHO (2012), The Internasional Society of Hipertension

(ISH) sebagaimana dikutip Riskesdas (2011), saat ini terdapat 600 juta

penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta diantaranya meninggal

setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tidak mendapatkan

pengobatan secara adekuat. Penderita di Amerika, diperkirakan 1 dari 4

orang jantung, stroke, gangguan ginjal dan kebutaan, di Indonesia masalah

hipertensi cenderung meningkat jumlahnya yaitu sebanyak 31,7% tahun

2009 menjadi 39,2% tahun 2011 (Riskesdes, 2011).

Penderita hipertensi di Amerika diperkirakan sekitar 64 juta lebih

penduduknya yang berusia antara 18-75 tahun menderita hipertensi

(Vitahealth, 2004). Penderita hipertensi pada tahun 2006, menempati

urutan kedua yang paling sering di derita pasien rawat jalan Indonesia

(4,67%) setelah ISPA (9,32%) (Lubis Devi, 2008). Berdasarkan survei

faktor resiko penyakit kardiovaskular, pravelensi hipertensi di Indonesia

meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

2012).

Prevelensi kasus hipertensi primer di Provinsi Jawa Tengah

mengalami peningkatan dari 1,87% pada tahun 2006 menjadi 2,02% pada

tahun 2007, dan 3,30% pada tahun 2008. Prevelensi sebesar 3,30% artinya

setiap 100 orang terdapat 3 orang penderita hipertensi primer. Terdapat 4

kabupaten atau kota dengan prevelensi sangat tinggi diatas 10% yaitu

kabupaten Brebes sebesar 18,60%, kota Tegal 15,41%, kabupaten

Karanganyar 13,81%, dan kabupaten Sukoharjo 10,89% (Profil Kesehatan

Page 14: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

3

Provinsi Jawa Tengah, 2008). Berdasarkan data yang diperoleh di

Puskesmas Gajahan Surakarta hipertensi masuk dalam peringkat kedua

dari sepuluh penyakit.

Nilai atau batasan hipertensi sudah berubah, seseorang dikatakan

memiliki tekanan darah normal bila tekanan darahnya kurang dari 120/80

mmHg. Seseorang yang sudah menjelang hipertensi atau prehipertensi

adalah mereka yang memiliki tekanan darah 120-139/80-99 mmHg,

sedangkan orang yang mengalami hipertensi juga dapat dibedakan

berdasarkan derajat ketinggiannya. Hipertensi derajat 1 adalah mereka

yang memiliki tekanan darah 140-159/90-99 mmHg. Hipertensi derajat 2

adalah orang-orang yang memiliki tekanan darah lebih dari 160/90 mmHg

(Dewi, 2013).

Pengobatan awal pada hipertensi sangat penting karena dapat

mencegah timbulnya komplikasi pada beberapa organ tubuh seperti

jantung, ginjal dan otak. Pengobatan hipertensi tidak hanya menggunakan

obat-obatan, karena menimbulkan efek samping yang sangat berat, selain

itu menimbulkan ketergantungan apabila penggunaan obat dihentikan

dapat menyebabkan peningkatan resiko terkena serangan jantung atau

stroke (Surendra, 2007).

Pengobatan hipertensi secara non farmakologis adalah pengobatan

yang berasal dari bahan-bahan alami, biasanya bahan-bahan ini mudah

didapatkan dan biayanya relatif murah. Pengobatan dengan buah

mengkudu, daun salam, rumput laut, mentimun, temu hitam, bawang

Page 15: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

4

putih, jantung pisang, terapi dengan aroma mawar atau lavender, terapi

rendam kaki dengan air hangat, dan dapat juga dengan terapi bekam dan

pijat refleksi kaki (Susilo, 2011).

Trend pengobatan hipertensi saat ini yaitu dengan menggunakan

terapi alternatif dan komplementer. Terapi alternatif dan komplementer

adalah sebuah kelompok dari macam-macam sistem pengobatan dan

perawatan kesehatan, praktek dan produk secara umum tidak menjadi

bagian dari pengobatan konvensional (National Institute Of Health, 2008).

Salah satu terapi komplementer untuk menurunkan tekanan darah

tinggi adalah terapi bekam dan pijat refleksi. Terapi bekam adalah terapi

yang dapat memperbaiki mikrosirkulasi pembuluh darah dan vasodilatasi

secara umum sehingga akan menurunkan tekanan darah. Mekanisme

penyembuhan bekam pada hipertensi didasarkan atas teori aktivasi organ,

dimana bekam akan mengaktivasi organ yang mengatur aliran darah

seperti hati, ginjal, dan jantung agar organ-organ ini tetap aktif dalam

mengatur peredaran darah sehingga tekanan darah tetap terjaga. Terapi

bekam juga berusaha menyeimbangkan secara alamiah bila ada tekanan

darah yang meningkat. Umumnya tubuh mampu menurunkan tekanan

darah dengan cara alami, namun bila tekanan darahnya sangat tinggi, bisa

saja mekanisme alami proses penurunan darah tidak mampu dilakukan

secara alami, sehingga perlu dibantu dengan bekam. Dengan memilih titik

yang tepat, maka bekam bisa membantu penanganan hipertensi

(Wadda’a, 2015).

Page 16: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

5

Metode lain selain bekam adalah dengan pijat refleksi, pijat

refleksi merupakan terapi yang memberikan rangsangan yang mampu

memperlancar aliran darah. Pijat refleksi telah memberi peran yang

signifikan dalam mengatasi masalah kesehatan manusia. Berbagai

penyakit dapat diatasi dengan metode ini, dari penyakit ringan hingga

berat. Penyakit yang diderita bayi, orang dewasa, hingga lanjut usia. Pijat

refleksi telah memberi sumbangan besar dalam kesehatan manusia

(Ali, 2010).

Berdasarkan penelitian Putri dkk (2014), terapi bekam dan pijat

refleksi dapat menurunkan tekanan darah tinggi pada pasien hipertensi

dengan bukti ada perbedaan penurunan tekanan darah sebelum dan

sesudah dilakukan terapi bekam dan pijat refleksi pada pasien hipertensi.

Wadda’a (2015), terapi bekam dapat menurunkan tekanan darah tinggi

pada penderita hipertensi, mekanisme penyembuhan bekam pada

hipertensi didasarkan atas teori aktivasi organ, dimana bekam akan

mengaktifasi organ yang mengatur aliran darah seperti hati, ginjal dan

jantung agar organ-organ ini tetap aktif dalam mengatur peredaran darah

sehingga tekanan darah tetap terjaga. Berdasarkan latar belakang diatas

penulis tertarik untuk mengaplikasikan tindakan terapi bekam dan pijat

refleksi untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

Page 17: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

6

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan tindakan pemberian terapi bekam dan pijat refleksi kaki

terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada pasien hipertensi.

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien hipertensi

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien

hipertensi

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien

hipertensi

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien hipertensi

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien hipertensi

f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian terapi bekam dan pijat

refleksi kaki

C. Manfaat penulisan

Karya tulis ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai hipertensi pada

masyarakat umum sehingga masyarakat dapat lebih waspada terhadap

penyebab dan faktor resiko yang berhubungan dengan penyakit ini sehingga

dapat mencegah terjadinya hipertensi.

Page 18: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

7

1. Manfaat Praktis

a. Bagi perawat atau profesi

Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga

perawat dalam rangka meningkatkan mutu pemberian asuhan

keperawatan.

b. Sebagai bahan acuhan bagi pengembangan kurikulum pendidikan

kesehatan agar pendidik senantiasa peka terhadap kenyataan yang

ada dilapangan.

c. Bagi Pasien

Diketahuinya terapi bekam dan pijat refleksi kaki mampu

menurunkan tekanan darah, dapat di minimalkan dari obat

farmakologis dan mempercepat perubahan tekanan darah jika

dikombinasikan dengan obat non farmakologis.

Page 19: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan teori

1. Pengertian Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang

mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang

mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (mordibitas) dan angka

kematiaan (mortalitas). Tekanan darah 140/90 mmHg didasarkan pada

dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140 menunjukkan

fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90

menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto, 2014).

Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka

sistolik (bagian atas) mencapai 140 mmhg, dan angka bawah (diastolik)

mencapai diatas 90 mmHg pada pemeriksaan tekanan darah

(Ratna, 2013).

Hipertensi atau darah tinggi secara umum adalah dimana

tekanan darah berada di atas batas normal. Hipertensi di sebut juga

pembunuh gelap atau silent killer, karena hipertensi biasa terjadi secara

tiba-tiba tanpa adanya gejala terlebih dahulu (Yekti dkk, 2011).

Page 20: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

9

Hipertensi di kelompokkan dalam 2 tipe klasifikasi, yaitu:

a. Hipertensi Primary

Adalah suatu kondisi dimana tekanan darah tinggi sebagai akibat

dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.

b. Hipertensi Secondary

Adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah

tinggi sebagai akibat seseorang mengalami atau menderita penyakit

lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem

hormon tubuh (Ratna D, 2013).

2. Klasifikasi hipertensi

a. Klasifikasi hipertensi menurut Wadda’A (2015), yaitu:

Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi (Wadda’A, 2015).

Derajat Tekanan sistolik

(mmHg)

Tekanan diastolik

(mmHg)

Normal <120 Dan <80

Pre-hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi derajat II >160 Atau >100

Page 21: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

10

b. Menurut European Society Of Cardiology:

Tabel 2.2 klasifikasi hipertensi (ESC, 2007 dalam Wijay Putri,

2013).

Kategori Tekanan

sistolik mmHg

Tekanan

diastolik

mmHg

Optimal <120 Dan <80

Normal 120-129 Dan atau 80-84

Normal tinggi 130-139 Dan atau 85-89

Hipertensi

derajat I

140-159 Dan atau 90-99

Hipertensi

derajat II

160-179 Dan atau 100-109

Hipertensi

derajat III

>180 Dan atau >110

Hipertensi

sistolik terisolasi

>190 Dan >90

c. Klasifikasi hipertensi menurut WHO (2015), yaitu:

- Hipertensi derajat 1, yaitu jika tekanan diastoliknya 95-109

mmHg.

- Hipertensi derajat II, jika tekanan diastoliknya 110-119 mmHg.

Page 22: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

11

- Hipertensi derajat III, yaitu jika tekanan diastoliknya lebih dari

120 mmHg.

3. Penyebab hipertensi

Menurut Smeltzer dan Bare (2002), penyebab hipertensi dibagi

menjadi dua, yaitu:

a. Hipertensi esensial atau primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum

dapat diketahui. Kurang dari 90% penderita hipertensi tergolong

hipertensi esensial sedangkan 10% nya tergolong hipertensi

sekunder. Hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana

penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan. Pada hipertensi

primer tidak ditemukan penyakit renovaskuler, gagal ginjal dan

penyakit lainnya. Faktor yang mempengruhi yaitu: genetik,

lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis sistem renin.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat

diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah, ginjal, sindrom

cushing.

c. Faktor stress

Hubungan antara stress dan hipertensi diduga melalui aktifitas saraf

simpatik yang meningkatkan secara intermiten. Apabila stress

berkepanjangan akan berakibat tekanan tetap tinggi.

Page 23: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

12

d. Merokok

Secara pasti belum diketahui hubungan rokok dengan hipertensi.

Seorang yang merokok lebih dari satu bungkus sehari menjadi dua

kali lebih rentan dari pada mereka yang tidak merokok.

e. Alkohol

Peminum alkohol berat cenderung hipertensi walaupun mekanisme

timbulnya belum diketahui secara pasti.

f. Genetik dan keturunan

Peran faktor genetik terhadap hipertensi dibuktikan bahwa kejadian

hipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita kembar monozygot

daripada heterozygote, apabila salah satu diantaranya menderita

hipertensi maka yang satunya akan menderita hipertensi juga.

Menurut NANDA (2013), penyebab hipertensi adalah:

a. Hipertensi primer (esensial)

Disebut juga hipertensi idioatik karena tidak diketahui

penyebabnya, faktor yang mempengaruhi yaitu: genetik,

lingkungan. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler.

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko: obesitas, merokok,

alkohol dan polisitemia.

b. Hipertensi sekunder

Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom

cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Page 24: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

13

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas :

a) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari

140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar

dari 90 mmHg.

b) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih

besar dari 160 mmHg dan tekanan lebih rendah dari 90

mmHg.

Menurut NANDA (2013), penyebab hipertensi pada orang

dengan usia lanjut adalah terjadinya perubahan-perubahan

pada:

a. Elastisitas dinding aorta menurun

b. Katub janung menebal dan menjadi kaku

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah

e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

4. Manifestsi Klinis

Menurut NANDA (2013), tanda dan gejala hipertensi dibedakan

menjadi:

a. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh

Page 25: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

14

dokter yang memeriksa. Hal ini berarti terdiagnosa jika tekanan

arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

menyertai nyeri kepala dan kelelahan, dalam kenyataannya ini

merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang

mencari pertolongan medis. Beberapa pasien yang menderita

hipertensi yaitu: mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan,

sesak nafas, gelisah, mual, muntah, epistaksis, kesadaran menurun.

Menurut Yekti (2011), tanda dan gejala hipertensi adalah: nyeri

kepala atau sakit kepala, mual, muntah, mata berkunanag-kunang

atau gangguan penglihatan, kepucatan, berkeringat, tachikardi,

sesak nafas, gemetar, pusing dan kesemutan.

5. Pathofisiologi

Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa terjadi

melalui beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga

mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya arteri besar

kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga mereka tidak

dapat mengembang pada satu jantung memompa darah melalui arteri

tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui

pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya

tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya

telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis.

Page 26: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

15

Tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi

vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu

mengerut karena perangsangan saraf atau hormon didalam darah.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan

meningkatkan tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan

fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan

air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga

tekanan darah juga meningkat.

Aktifitas memompa jantung berkurang jika, arteri

mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka

tekanan darah akan menurun. Penyesuaian terhadap faktor-faktor

tersebut dilaksanakan oleh perubahan didalam fungsi ginjal dan sistem

saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi

tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan

tekanan darah melalui beberapa cara: jika tekanan darah meningkat,

ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan

menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan

tekanan darah normal.

Tekanan darah menurun jika ginjal akan mengurangi

pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan

tekanan darah kembali ke normal. Ginjal juga bisa meningkatkan

tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang

memicu pembentukkan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan

Page 27: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

16

memicu pelepasan hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ

penting dalam mengendalikan tekanan darah, karena itu berbagai

penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan terjadinya

tekanan darah tinggi, misalnya penyempitan arteri yang menuju ke

satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.

Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa

menyebabkan naiknya tekanan darah.

Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf

otonom yang untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan

darah selama respon fight or fight (reaksi fisik tubuh terhadap

ancaman dari luar), meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut

jantung, dan juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi

memperlebar arteriola didaerah tertentu (misalnya otot rangka yang

memerlukan pasokan darah yang lebih banyak), mengurangi

pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatakan

volume darah dalam tubuh, melepaskan hormon epinefrin (adrenalin)

dan norepinefrin (nonadrenalin), yang merangsang jantung dan

pembuluh darah. Faktor stress merupakan pencetus terjadinya

peningkatan tekanan darah dengan proses hormon epinefrin dan

norepinefrin (Triyanto, 2014).

6. Komplikasi

Komplikasi hipertensi menurut Triyanto (2014), yaitu:

Page 28: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

17

a. Stroke

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau

akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang

terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik

apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi

dan menebal, sehingga aliran darah ke darah-darah yang

diperdarahinya berkurang. Arteri otak yang yang mengalami

arteriosklerosis dapat menjadi lemah, sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentuknya aneurisma. Gejala terkena stroke

adalah sakit kepala secara tiba-tiba, orang bingung atau seperti

orang mabuk.

b. Infark miokard

Terjadi apabila arteri koroner yang arteriosklerosis tidak dapat

mensuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk

thrombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah

tersebut.

c. Gagal ginjal

Terjadi karena kerusakan progesif karena tekanan tinggi kapiler-

kapiler ginjal, glemorulus. Dengan rusaknya glemorulus, darah

akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu

dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan

rusaknya membran glomerolus, protein akan keluar melalui urin

Page 29: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

18

sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan

edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik.

7. Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan hipertensi sebagai berikut:

a. Hematokrit pada penderita hipertensi kadar hematokrit dalam

darah meningkat sering dengan kadar natrium dalam darah.

Pemeriksaan hematokrit diperlukan juga untuk mengikuti

perkembangan pengobatan hipertensi.

b. Kalium serum

Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.

c. Kreatinin serum

Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan kreatinin adalah kadar

kreatinin dalam darah meningkat sehingga berdampak pada

fungsi ginjal.

d. Urinalisa

Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau

adanya diabetes.

e. Elektrokardiogram

Pembesaran ventrikel kiri dan gambaran kardiomegali dapat

dideteksi dengan pemeriksaan ini, menggambarkan apakah

hipertensi telah lama berlangsung (Dewi, 2013).

8. Penatalaksanaan

Menurut Muttaqin (2009), tujuan penatalaksanaan medis pada pasien

dengan hipertensi adalah mencegah terjadinya mordibitas dan

Page 30: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

19

mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan

darah dibawah 140/90 mmHg. Efektifitas setiap program ditentukan

oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas

hidup sehubungan dengan terapi.

a. Modifikasi gaya hidup

Beberapa menunjukkan pendekatan nonfarmakologis yang dapat

mengurangi hipertensi adalah sebagai berikut :

1) Teknik-teknik mengurangi stress

2) Penurunan berat badan

3) Pembatasan alkohol, natrium, dan tembakau

4) Olahraga atau latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas

tinggi)

5) Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan

pada setiap terapi anti hipertensi

b. Terapi farmakologis

Terapi farmakologis menurut Muttaqin (2009), yaitu:

Obat-obatan anti hipertensi dapat dipakai sebagai alat obat

tunggal atau dicampur dengan obat lain, obat-obatan ini

diklasifkasikan menjadi 3 kategori:

1) Diuretik

Hidroklorotiazid adalah diuretic yang paling sering diresepkan

untuk mengobati hipertensi ringan. Hidroklorotiazid dapat

diberikan sendiri pada klien dengan hipertensi ringan atau

Page 31: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

20

pasien baru. Banyak obat anthihipertensi dapat menyebabkan

retensi cairan, karena itu sering kali diuretic diberi bersama

antihipertensi.

2) Menekan simpatik (simpatolitik)

3) Vasodilator arteriol yang bekerja langsung

Obat III yang bekerja langsung dengan merelaksasikan otot-

otot polos pembuluh darah, terutama arteri, sehingga

menyebabkan vasodilatasi.

9. Pemeriksaan penunjang

Menurut Dewi (2011), pemeriksaan penunjang pada hipertensi yaitu:

1. EKG (Elektro kardio graf atau rekam jantung)

2. Pemeriksaa darah kimia (kreatinin atau BUN)

3. Radio grafi dada

B. Konsep asuhan keperawatan hipertensi

Asuhan keperawatan adalah kegiatan professional perawat

dinamis, membutuhkan kreatifitas dan berlaku rentan kehidupan dan

keadaan. Adapun tahap dalam melakukan keperawatan, rencana,

implementasi, evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan

sehingga tahap yang saling menentukan bagi tahap berikutnya (Rohma

dan Walid, 2012). Pada pemeriksaan riwayat kesehatan pasien,

Page 32: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

21

biasanya didapat adanya riwayat peningkatan tekanan darah, adanya

riwayat keluarga dan penyakit yang sama, dan riwayat meminum obat

anti hipertensi.

2. Dasar-dasar pengkajian

a. Aktifitas atau istirahat

1) Gejala: kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton

2) Tanda: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,

takipnea.

a. Sirkulasi

1) Gejala: riwayat hipertensi, ateriosklerosis, penyakit jantung

koroner, dan penyakit serebrovaskuler.

2) Tanda: kenaikan tekanan darah (pengukuran serial dari

kenaikan tekanan darah) diperlukan untuk menegakkan

diagnosis. Hipotensi postural mungkin berhubungan dengan

regimen obat.

3) Nadi: denyut jelas dari karotis, jugularis, radial, perbedaan

denyutan radialis atau brakialis: denyut (popliteal, radial,

posterior, dan pedialis) tidak teraba atau lemah.

4) Frekuensi atau irama: tachikardi, berbagai distritmia.

5) Bunyi jantung: terdengar S2 pada dasar S3 (CHF dini), dan

S4 (pengerasan ventrikel kiri atau hipertropi ventrikel kiri).

6) Murmur stenosis valvular

Page 33: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

22

7) Desiran vaskuler terdengar diatas karotis, vemoralis, atau

epigastrium (strenosis arteri).

8) DJV (distensi jugularis dan kongesti vena).

9) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin

(vasokontriksi periver), pengisian atau tertunda

(vasokontriksi).

10) Kulit pucat, sianosis, dan diaphoresis (kongesti,

hipoksemia). Bisa juga kulit berwarna kemerahan

(feokromositoma).

b. Integritas ego

1) Gejala: riwayat kepribadian, depresi, euphoria, atau

marakronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral).

Selain itu, juga ada faktor-faktor multiple seperti hubungan,

keuangan, atau hal-hal yang berhubungan seperti keuangan,

atau hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan.

2) Tanda: letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu

perhatian, tangisan yang meledak, gerak tegang (khususnya

sekitar mata), gerak fisik cepat, pernafasan menghela,

peningkatan pola bicara.

c. Eliminasi

Gejala: adanya gangguan ginjal saat ini atau yang telah lalu

seperti infeksi atau obstruksi atau riwayat penyakit ginjal masa

lalu.

Page 34: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

23

d. Makanan atau cairan

1) Gejala:

a) Makanan yang disukai dapat mencakup makanan tinggi

garam, lemak dan tinggi kolesterol (seperti makanan

yang digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna

hitam dan kandungan tinggi kalori.

b) Mual muntah

c) Perubahan berat badan

d) Riwayat penggunaan obat diuretic

2) Tanda:

a) BB normal atau obesitas (meningkat atau menurun)

b) Adanya edema (mungkin umum atau edema tertentu

e. Neurosensori

Gejala: keluhan pusing atau pening, sakit kepala, berdenyut sakit

kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan menghilang secara

spontan setelah beberapa jam).

f. Hipertensi

1) Gejala

a) Episode kebas atau kelemahan pada satu sisi

b) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)

c) Episode epistakksis

Page 35: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

24

2) Tanda

a) Status mental: perubahan keterjagaan, orientasi, pola atau

isi bicara, afek, proses pikir, atau memori.

b) Respon motorik: penggunaan kekuatan gangguan tangan

atau reflek tendon dalam. Perubahan-perubahan retina optik

(dari penyempitan arteri ringan sampai berat dan perubahan

sklerotik dengan edema, eksudat, dan hemoragik tergantung

pada berat atau lamanya hipertensi.

g. Nyeri atau ketidaknyamanan

Gejala: angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala

oksipital berat, nyeri abdomen.

h. Pernafasan

Gejala: dipsnea yang berkaitan dengan aktifitas, takipnea,

ortopnea, dipsnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau dengan

sputum, riwayat merokok.

Tanda: disstres respirasi atau penggunaan otot aksesoris

pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.

i. Keamanan

Gejala: gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda: episode parastasia unilateral, hipotensi postural

Page 36: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

25

j. Pembelajaran atau penyuluhan

Gejala: faktor resiko keluarga; hipertensi, ateriosklerosis,

penyakit jantung, DM, penyakit ginjal. Faktor resiko etnik,

penggunaan pil KB atau hormon.

3. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang

menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola

interaksi aktual atau potensial) dari individu atau kelompok teman

perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk

mencegah perubahan (Rohma dan Walid, 2012).

1) Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan agen cidera biologis

(adanya peningktan tekanan vaskuler serebral).

2) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umun.

3) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang privasi.

4) Kurang pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi berhubungan

dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit.

4. Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1 Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan agen cidera

biologis (adanya peningkatan tekanan vaskuler serebral).

Tujuan : Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang.

Page 37: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

26

Kriteria Hasil:

a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

menggunaan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri).

b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

managemen nyeri.

c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas frekuensi dan tanda

nyeri).

d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

Intervensi :

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komphrehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan presipitasi.

b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.

c. Kurangi faktor presipitasi nyeri.

d. Ajarkan teknik nonfarmakologi.

e. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.

Diagnosa 2 Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

umum

Tujuan : Tidak terjadi intoleransi aktifitas.

Kriteria Hasil :

a. Tidak terjadi peningkatan tekanan darah, nadi, dan pernafasan.

b. Mampu melakukan ADL secara mandiri.

c. TTV dalam batas normal.

d. Mampu berpindah tempat tanpa dengan atau bantuan alat.

Page 38: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

27

e. Sirkulasi status baik.

Intervensi :

a. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang mampu

dilakukan.

b. Berikan dorongan untuk aktifitas atau perawatan diri bertahap jika

dapat di toleransi.

c. Berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan.

d. Kaji respon pasien terhadap aktifitas.

e. Monitor adanya pusing.

f. Observasi TTV tiap 2 jam.

Diagnosa 3 Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang prifasi

Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola tidur.

Kriteria Hasil :

a. Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6-8 per jam.

b. Dapat istirahat dengan cukup.

c. TTV dalam batas normal.

Intervensi:

a. Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman.

b. Berikan kesempatan klien untuk istirahat dan tidur.

c. Evaluasi tingkat stress.

d. Monitor keluhan nyeri.

e. Lengkapi jadwal tidur secara teratur.

f. Kolaborasi dengan obat sesuai indikasi.

Page 39: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

28

Diagnosa 4 Kurangnya pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi

berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan

perawatan diri.

Tujuan: Pasien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi.

Kriteria Hasil :

a. Pasien memahami proses penyakit dan penatalaksanaan.

b. Mampu mengidentifikasi efek samping obat komplikasi.

c. Mampu mempertahankan tekanan darah dalam rentang normal.

Intervensi:

a. Kaji kesehatan pasien dan keluarga untuk mempelajari lebih dalam

tentang gangguan yang dialami.

b. Diskusikan definisi batasan tekanan darah normal, jelaskan apa itu

hipertensi dan efek terhadap jantung, pembuluh darah, serta otak.

c. Hindari mengatakan tekanan darah normal.

(Ardiansyah, 2012).

.

C. Tekanan darah

Tekanan darah adalah sebuah tekanan yang dialami darah pada

pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota

tubuh. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya

diukur seperti berikut: 120/80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan

tekanan ke pembuluh darah arteri akibat denyutan jantung, dan disebut

tekanan sistolik. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung

Page 40: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

29

beristirahat diantara pemompaan jantung, dan disebut juga tekanan

diastolik. Kesalahan yang terjadi selama ini adalah hanya menyebutkan

tekanan darah sistolik saja, misalnya tekanan darah 120 mmHg, tanpa

menyebut tekanan diastoliknya. Padahal baik sistolik maupun diastolik

mempunyai kepentingan yang sama dalam diagnosa hipertensi (Wadda’a.

2015).

Tekanan darah adalah tekanan didalam pembuluh darah ketika

jantung memompa keseluruh tubuh. Umumnya semakin rendah tekanan

darah, semakin sehat anda untuk jangka panjang (kecuali dalam kondisi

tertentu ketika tekanan darah sangat rendah merupakan bagian suatu

penyakit).

Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan oleh darah

terhadap dinding pembuluh darah akibat kontraksi jantung dan

dipengaruhi oleh elastisitas dinding pembuluh. Secara klinis, pengukuran

tekanan dalam arteri adalah pada saat sistol ventrikel dan diastol ventrikel

(Tortora & Derrickson, 2009).

Pengukuran tekanan darah pada seseorang tidak dapat diukur

dengan adekuat melalui satu kali pengukuran saja. Tekanan darah berubah

dengan cepat bahkan pada kondisi kesehatan yang optimal. Perubahan

tekanan darah bisa terjadi pada seseorang, hal ini dipengaruhi oleh usia,

stress, etnik, jenis kelamin, variasi harian, obat-obatan, merokok, aktivitas

dan berat badan. Kemungkinan seseorang mengalami hipertensi akan

semakin tinggi saat usia semakin bertambah (Perry & Potter, 2010).

Page 41: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

30

D. Terapi bekam dan pijat refleksi

1. Terapi bekam

a. Pengertian

Bekam merupakan pengobatan yang sudah ada sejak 2000

tahun sebelum Masehi. Sebagai pengobatan yang lama, bekam

sudah dikenal luas di masyarakat dengan segala versinya, seperti

cupping therapy, kop, blood letting therapy, al-hijamah, canthuk,

dan lain-lain. Tidak hanya di Indonesia, pengobatan bekam juga

menyebar rata di semua benua.

Bekam yang sudah dipakai oleh masyarakat sejak ribuan

tahun lalu sering dipakai untuk menangani hipertensi. Secara

khusus, pembekaman pada titik yang dapat menurunkan tekanan

darah dengan segera. Mekanisme penyembuhan bekam pada

hipertensi didasarkan atas teori aktivasi organ, dimana bekam akan

mengaktivasi organ yang mengatur aliran darah seperti hati, ginjal

dan jantung agar organ-organ ini tetap aktif dalam mengatur

peredaran darah dan tekanan darah tetap terjaga. Selain itu bekam

juga berusaha menyeimbangkan secara alamiah bila ada tekanan

darah yang meningkat. Umumnya tubuh mampu menurunkan

tekanan darah secara alami, namum bila tekanan darahnya sangat

tinggi, bisa mekanisme alami proses penurunan darah tidak mampu

dilakukan secara alami, sehingga perlu dibantu tindakan bekam.

Page 42: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

31

b. Jenis bekam menurut Waada’a (2015), yaitu:

1) Bekam kering atau bekam angin (hijamah jaaffah), yaitu

menghisap permukaan kulit dan memijat tempat sekitarnya

tanpa mengeluarkan darah kotor. Bekam kering baik bagi

orang-orang yang tidak tahan suntikan jarum dan takut melihat

darah. Kulit yang dibekam akan tampak merah kehitam-

hitaman selama 3 hari atau kelihatan memar selama 1 atau 2

pekan. Bekam kering bermanfaat untuk terapi penyakit paru-

paru, radang ginjal, pembengkakan liver atau radang selaput

jantung, radang urat syaraf, radang sumsum tulang belakang,

nyeri punggung, rematik, masuk angin, wasir dan lain-lain.

Terdapat dua teknik bekam kering yang dapat dipraktikkan

untuk tempat tertentu yaitu bekam luncur dan bekam tarik.

2) Bekam luncur, caranya dengan mengkop pada bagian tubuh

tertentu dan meluncurkan kearah bagian tubuh yang lain.

Teknik bekam ini bisa digunakan untuk pemanasan pasien,

berfungsi untuk melancarkan peredaran darah, pelemasan otot,

dan menyehatkan kulit.

3) Bekam tarik, dilakukan seperti ditarik-tarik. Dibekam hanya

beberapa detik kemudian ditarik dan ditempelkan lagi hingga

kulit yang dibekam menjadi merah.

4) Bekam basah (hijamah rothbah), yaitu pertama kita melakukan

bekam kering, kemudian kita melukai permukaan kulit dengan

Page 43: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

32

jarum tajam atau sayatan pisau steril (surgical blade), lalu

disekitarnya dihisap dengan alat cupping set dan hand pum

untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh. Lamanya

setiap hisapan 3 sampai 5 menit, dan maksimal 9 menit, lalu

dibuang darah kotornya. Penghisapan tidak lebih dari 7 kali

hisapan. Darah kotor berupa darah merah pekat dan berbuih.

Bekam basah berkhasiat untuk berbagai penyakit, terutama

penyakit yang terkait dengan gangguanya sistem peredaran

darah di tubuh, bekam kering dapat menyembuhkan penyakit-

penyakit yang ringan, maka bekam basah dapat

menyembuhkan penyakit-penyakit yang lebih berat, akut,

kronis ataupun yang degenerative, seperti darah tinggi, kanker,

asam urat, diabetes mellitus (kencing manis), kolesterol, dan

osteoporosis

c. Manfaat bekam menurut Fatahillah (2006), yaitu:

1) Bekam kering bermanfaat bagi tubuh yaitu meringankan rasa

sakit dan mengurangi penumpukan darah, penyakit paru-paru

yang kronis, mengobati nephritis, mengatasi radang pada organ

bagian dalam (selaput, jantung, urat syaraf atau daerah

punggung bawah yang mulai sejajar dari pusar ke bawah dan

di sela tulang-tulang dada), menahan derasnya haid dan

hidung mimisan, mengatasi masuk angin, pemindahan darah

dari pembuluh darah pasien dan menginjeksikannya ke otot

Page 44: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

33

paha, serta khusus bagi anak-anak atau siapa saja yang urat

mereka sulit ditemukan.

2) Bekam luncur bermanfaat untuk membuang angin,

melemaskan otot, dan melancarkan peredaran darah.

3) Bekam basah:

Membersihan darah dan meningkatkan aktifitas syaraf tulang

belakang, memperbaiki permeabilitas pembulih darah,

menghilangkan kejang-kejang, menghilangkan memar pada

otot, asma, pneumonia, dan angina pectoris, penyakit mata dan

rabun, gangguan rahim dan berhentinya menstruasi bagi

wanita, rematik, sciatica (pegal di pinggang), encok, gangguan

tekanan darah arteriosclerosis (pengapuran pembuluh darah),

sakit bahu, dada, dan punggung, malas, lesu, dan banyak tidur,

luka (bisul, jerawat, gatal-gatal pada kulit, dan luka bernanah),

radang selaput jantung dan ginjal.

d. Indikasi bekam

Indikasi bekam menurut Wadda’A (2015), yaitu: kanker, kencing

manis (diabetes mellitus), penyakit liver, reumatik, asam urat

tinggi (hiperurisemia), kolesterol tinggi (hiperkolesterolemia),

tekanan darah tinggi (hipertensi).

e. Kontrak indikasi bekam

Kontrak indikasi bekam menurut Wadda’A (2015), yaitu:

mengantuk berlebihan, bekas memar di kulit, tubuh sangat lelah,

Page 45: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

34

nyeri otot, sulit tidur, keringat dingin malam hari, resiko penyakit

menular, ingin makan banyak, emosi tidak stabil, tidak nafsu

makan, demam, sering buang air kecil, bau badan tidak sedap,

perubahan warna kulit, anemia, sakit kepala.

2. Pijat refleksi

a. Pengertian

Pijat refleksi merupakan terapi yang akan memberikan

rangsangan yang mampu memperlancar aliran darah (Hayuaji,

2011). Pijat refleksi merupakan terapi pijat yang dilakukan pada

titik-titik tertentu pada bagian tubuh (telapak kaki), bisa

menggunakan alat-alat khusus. Pijat ini harus dilakukan oleh

praktisi yang sangat mengerti syaraf (Ruhito, 2009).

b. Manfaat pijat refleksi

Menurut Gangsar (2011), pijat refleksi berfungsi: merangsang

fungsi saraf, meningkatkan energi, meningkatkan sirkulasi darah,

merelaksasi, menghilangkan racun, merangsang sistem saraf pusat,

mencegah migrain, membersihkan kondisi saluran kemih,

mempercepat pemulihan setelah cidera atau pembedahan,

membantu meringankan gangguan tidur, mengurangi depresi, dan

mengurangi rasa sakit. Selain itu juga dapat membantu

meringankan pengobatan berbagai penyakit kanker, dan bahkan

membantu untuk menenangkan rasa sakit kehamilan, bahkan

setelah bayi lahir.

Page 46: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

35

c. Kontrak indikasi pijat refleksi

Kontrak indikasi pijat refleksi Gangsar (2011), yaitu: temperatur,

tinggi atau demam, infeksi penyakit kulit, bekas luka atau operasi

baru, kanker, refleksi dan relaksas otot.

Titik tekan untuk perawatan terapi tekanan darah tinggi:

G2 :lekuk sisi dalam telapak kaki, dibawah tulang perahu

dipijat keras

Lp6 :sisi dalam tulang kering 3 inci diatas mata kaki dalam

J7 :lekukan pergelangan tangan luar

Pr9 :lekukan pergelangan tangan dalam

UK17 :tepat dibelakang sudut rahang bawah setinggi sinus

karotis

Lb36 :3 inci di bawah tempurung lutut

Pemijatan tempat-tempat tersebut bertujuan untuk anti radang,

melebarkan pembuluh, menenangkan irama denyut jantung,

menguatkan pembuluh darah, menurunkan penciutan arteri, dan

memperlancar saraf sepanjang tulang belakang (Sunyoto, 2004).

Page 47: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

36

PIJAT REFLEKSI

Page 48: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

37

B. Kerangka teori

01a4

(Triyanto, 2014)

Faktor yang mempengaruhi

Hipertensi:

- Genetik

- Merokok

- Alkohol

- stres dan psikologis

- faktor lingkungan

- diet (peningkatan

penggunaan garam

dan berkurangnya

asupan kalium atau

kalsium).

Peningkatan

Tekanan darah

Pemberian terapi bekam

dan pijat refleksi kaki

Penurunan tekanan

darah

Page 49: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

38

BAB III

METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset

Subjek dari aplikasi riset ini adalah Tn atau Ny dengan diagnosa hipertensi.

B. Tempat dan Waktu

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti :

Tempat : Puskesmas Gajahan Surakarta

Waktu : pada tanggal 7-9 januari 2016

C. Media dan alat yang digunakan

1. Alat: tensimeter, set kop atau tabung penghisap, skapel, jarum, lancet

pen, sarung tangan, masker, mangkok atau cawan, tempat sampah, meja

dan kursi.

2. Bahan: kassa, kapas atau tissue, betadin, detol, sabun, zalf, alkohol,

minyak urut hangat (missal gandapura), minuman hangat.

Page 50: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

39

D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset

1. Tindakan Bekam

a. Persiapan

1) Menyiapkan alat, sarana dan ruangan

Alat yang dipersiapkan: set kop atau tabung penghisap, skapel,

lancet pen, pisau bedah, sarung tangan, masker, mangkok atau

cawan, tempat sampah, meja dan kursi.

2) Bahan yang disiapkan: kassa, kapas atau tissue, betadine, detol,

sabun, alkohol, minyak urut hangat (misal gandapura),

minuman hangat, baik jika disediakan madu dan susu.

3) Mensterilkan alat agar bebas kuman dan tidak menyebarkan

penyakit, dengan cara: merebus tabung kop paling sedikit

selama 30 menit setelah air mendidih terus menerus (karet

dilepas dulu). Sarung tangan, karet dan duk kain disterilkan.

4) Jarum, pinset, hanya boleh sekali pakai saja. Selesai satu pasien,

langsung dibuang.

5) Ruangan harus bersih, terang dan cukup aliran udara dan tidak

pengap.

b. Menyiapkan pasien

1) Pasien dijelaskan tentang bekam, efek yang terjadi, proses

kesembuhan.

2) Pasien disiapkan mentalnya agar tidak gelisah dan takut,

bimbing berdoa.

Page 51: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

40

3) Bagi pasien yang belum pernah dibekan cukup dibekam 1-2

gelas.

4) Pasien dipersiapkan makanan, minuman, kebersihan tubuh dan

kebersihan tempat yang akan dibekam.

c. Menyiapkan diri sendiri atau juru bekam

1) Juru bekam dalam keadaan sehat, tidak sakit.

2) Juru bekam telah menguasai ilmu bekam (professional).

3) Juru bekam sudah sering dibekam dan membekam.

Tindakan terapi bekam ini dilakukan tiga kali.

2. Pijat refleksi kaki

Titik tekan untuk perawatan terapi tekanan darah tinggi

G2 : lekuk sisi dalam telapak kaki, dibawah tulang perahu

dipijat keras

Lp6 : sisi dalam tilang kering 3 inci diatas mata kaki dalam

J7 : lekukan pergelangan tangan luar

Pr9 : lekukan pergelanagan tangan dalam

UK17 : tepat dibelakang sudut rahang bawah setinggi sinus

karotis

Lb36 : 3 inci dibawah tempurung lutut

Tindakan pijat refleksi ini dilakukan tiga kali

Page 52: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

41

E. Alat ukur evaluasi dari aplikasi tindakan berdasarkan riset

Alat ukur observasi menggunakan hasil pemeriksaan tensi dilakukan

sebelum dan sesudah terapi bekam dan pijat refleksi.

Page 53: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

42

BAB IV

LAPORAN KASUS

A. Identitas klien

Tn. S berumur 66 tahun, beragama islam, berjenis kelamin laki-laki

dengan pekerjaan buruh, alamat Joyosuran Solo, tingkat pendidikan tamat

SD, klien kontrol ke Pustu Joyosuran Solo pada tanggal 6 Januari 2016

dengan diagnosa hipertensi, yang bertanggung jawab atas klien adalah

istrinya bernama Ny. S, umur 58 tahun, pekerjaan buruh, pendidikan SD,

dan alamat sama dengan klien yaitu Joyosuran Solo.

B. Pengkajian

1. Riwayat kesehatan klien

Klien kontrol ke Pustu Joyosuran Solo pada tanggal 6 Januari

2016 dan pengkajian pada tanggal 6 Januari 2016 pukul 13.00 WIB,

hasil pengkajian yang dilakukan pada Tn. S dengan metode

alloanamnesa dan autoanamnesa keluhan utama yang dirasakan klien

adalah pusing. Riwayat pengkajian saat ini pasien mengatakan sejak

tanggal 3 Januari 2016 merasakan pusing, kemudian pasien datang

kepuskesmas pembantu Joyosuran untuk kontrol tekanan darah dan

dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah 190/100

mmHg, nadi 85 kali per menit, RR 20 kali per menit, suhu 36,5o C.

Lama keluhan 3 hari, timbul keluhan kepala pusing. Riwayat penyakit

Page 54: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

43

dahulu klien mengatakan bahwa belum pernah dirawat di rumah sakit.

Klien juga tidak pernah mengalami kecelakaan dan belum pernah

dioperasi. Klien mengatakan tidak mempunyai alergi makanan dan

obat-obatan tertentu. Riwayat kesehatan keluarga klien mengatakan

dalam keluarganya ada yang menderita hipertensi dan stroke, klien

juga mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai atau

menderita penyakit keturunan, seperti hepatitis dan TBC. Riwayat

kesehatan lingkungan klien mengatakan lingkungan tempat tinggal

dan lingkungan rumahnya selalu dibersihkan dan jauh dari polusi

udara.

Genogram

Keterangan : : Meninggal

: Perempuan

: Laki-laki

: riwayat keturunan yang sama

: Pasien

Page 55: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

44

: Garis pernikahan

: garis keturunan

: tinggal serumah

2. Pola pengkajian pola kesehatan fungsional

Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan klien mengatakan

bahwa kesehatan sangat penting bagi dirinya dan keluarga, apabila

kesehatan menurun tidak bisa melakukan aktifitas sehari-hari secara

maksimal. Pola nutrisi dan metabolism pola makan sebelum sakit

frekuensi 3 kali sehari, jenis nasi, sayur, lauk, porsinya sekali makan

habis, tidak ada keluhan.Selama sakit frekuensi makan sebanyak 3

kali sehari, jenis nasi, sayur, lauk, buah, porsi sekali makan habis,

tidak ada keluhan. Pola minum sebelum sakit frekuensi 7 sampai 8

kali sehari, jenis air putih dan teh, porsi satu gelas, tidak ada keluhan.

Selama sakit frekuensi 6 sampai 7 sehari, jenis air putih dan the, porsi

satu gelas, tidak ada keluhan.

Pola eliminasi BAK sebelum sakit frekuensi sebanyak 5

sampai 6 kali sehari, jumlah urin kurang lebih 250 cc sekali BAK,

warnanya kuning jernih, dan tidak mempunyai keluhan. Selama sakit

frekuensi BAK sebanyak 5 sampai 6 kali sehari, jumlah urin kurang

lebih 250 cc sekali BAK, warnanya kuning jernih, dan tidak ada

keluhan. BAB sebelum sakit frekuensi sebanyak 1 kali sehari,

konsistensi lunak berbentuk, dan berbau khas, tidak ada keluhan.

Page 56: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

45

Selama sakit BAB sebanyak 1 kali sehari, konsistensi lunak

berbentuk, dan berbau khas, tidak ada keluhan.

Pola aktifitas dan latihan sebelum sakit kemampuan perawatan

diri seperti makan atau minum, toileting, berpakaian, mobilitas

ditempat tidur, berpindah, ambulasi atau ROM selalu dilakukan

sendiri tanpa bantuan dari keluarga. Selama sakit kemampuan

perawatan diri seperti makan atau minum, toileting, berpakaian,

mobilisasi ditempat tidur, berpindah, ambulasi atau ROM selalu

dilakukan sendiri tanpa bantuan dari keluarga.

Pola istirahat tidur sebelum sakit jumlah jam tidur siang

kurang lebih 2 jam, jumlah jam tidur malam kurang lebih 6 sampai 7

jam per hari, tidak ada keluhan. Selama sakit jam tidur siang kurang

lebih 1 jam, jumlah jam tidur malam kurang lebih 5 jam per hari,

mengeluh saat bangun masih merasa ngantuk dan lemas.

Pola kognitif perseptual sebelum sakit, keluarga klien

mengatakan klien mulai berkurang pendengarannya, indra penciuman

dan perasa masih baik. Selama sakit, klien mengatakan pusing, P:

nyeri kepala saat duduk, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri terasa

dikepala, S: skala nyeri 5, T: nyeri hilang timbul kurang lebih 5 menit.

Pola persepsi dan konsep diri, citra tubuh klien mengatakan

senang dengan keadaannya dan tetap bersyukur, ideal diri klien

berharap cepat sembuh dan tekanan darah menurun, peran diri klien

mengatakan seorang kepala keluarga yang mempunyai istri dan 1

Page 57: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

46

orang anak laki-laki dan 2 anak perempuan, identitas diri klien

mengatakan seorang kepala keluarga dan bapak dari 3 orang anak,

harga diri keluarga pasien mengatakan menerima keadaan yang

sekarang ini.

Pola hubungan peran klien mempunyai hubungan baik dengan

keluarga dan warga sekitar. Pola seksualitas reproduksi klien

mengatakan menjadi seorang suami dan mempunyai satu anak laki-

laki dan 2 orang anak perempuan. Pola mekanisme koping klien

mengatakan jika ada masalah selalu bermusyawarah dengan

keluarganya. Pola keyakinan sebelum sakit, klien mengatakan

beragama islam dan beribadah. Selama sakit, klien mengatakan sholad

dan berdoa semoga selalu diberi kesehatan.

3. Hasil pemeriksaan fisik

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran composmentis,

tekanan darah 190/100 mmHg, frekuensi nadi 85 kali per menit,

frekuensi pernafasan 20 kali per menit, suhu 36,50 C.

Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih, tidak ada

ketombe, rambut berwarna putih, bersih. Mata palpebra ada kantung

mata, konjungtiva anemis, pupil isokor, diameter kanan dan kiri

simertis, reflek terhadap cahaya positif, penggunaan alat bantu

penglihatan tidak menggunakan. Hidung bersih, tidak ada polip, tidak

ada sekret, mulut simetris, bibir kering, tidak ada stomatitis. Gigi

bersih, tidak ada karies gigi. Telinga simetris, tidak ada serumen dan

Page 58: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

47

bersih. Leher tidak ada kaku kuduk, tidak ada pembesaran kelenjar

tyroid, nadi karotis teraba.

Pemeriksaan paru didapatkan inspeksi bentuk dada simetris,

tidak ada jejas, palpasi vocal premitus kanan dan kiri sama, perkusi

suara paru sonor, auskultasi vasikuler pada seluruh lapang paru.

Pemeriksaan dada jantung inspeksi bentuk simetris, tidak terlihat

ictuscordis, palpasi ictuscordis teraba di ICS 4 midclavicula, auskultasi

lup dup (vaskuler). Pemeriksaan abdomen inspeksi tidak ada jejas,

umbilikus tidak menonjol, auskultasi bising usus 15 kali per menit,

perkusi kuadran I pekak, II, III, IV tympani. Pemeriksaan genetalia

bersih, tidak terpasang kateter. Pemeriksaan rectum tidak ada

hemoroid.

Pemeriksaan ekstremitas atas, kekuatan otot kanan dan kiri 5

per 5, ROM kanan dan kiri normal, capylari refile kurang dari 3 detik,

perubahan bentuk tulang tidak ada perabaan akral hangat. Ekstremitas

bawah kekuatan otot kanan dan kiri 5 per 5, ROM kanan dan kiri

normal, capylari refile kurang dari 3 detik, perubahan bentuk tulang

tidak ada, perabaan akral hangat. Terapi yang didapatkan klien adalah

minum obat amlodipine 5 mg 1x1 tablet, vitamin B12 5 mg 1x1 tablet.

C. Daftar perumusan masalah

Hasil pengkajian pada tanggal 6 Januari 2016 didapatkan hasil

analisa data diagnosa pertama didapat nyeri akut berhubungan dengan

Page 59: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

48

agen cidera biologis. Data subyektif klien mengatakan pusing bila saat

duduk (P), nyeri seperti ditusuk-tusuk (Q), nyeri terasa dikepala (R), skala

nyeri 5 (S), nyeri hilang timbul kurang lebih 5 menit. Data obyektif pasien

tampak pucat, dan meringis kesakitan. Tekanan darah 190/100 mmHg,

frekuensi nadi 85 kali per menit, frekuensi pernafasan 20 kali per menit,

suhu 36,5o C.

Diagnosa kedua gangguan pola tidur berhubungan dengan

peningkatan tekanan vaskuler selebral. Data subyektif klien mengatakan

sulit tidur saat malam hari, tidur kurang lebih 5 jam. Data obyektif pasien

tampak menguap, mata cekung. Tekanan darah 190/100 mmHg, frekuensi

nadi 85 kali per menit, frekuensi pernafasan 20 kali per menit.

Diagnosa ketiga resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

berhubungan dengan hipertensi. Data subyektif klien mengatakan pusing.

Data obyektif tekanan darah 190/100 mmHg, frekuensi nadi 85 kali per

menit, frekuensi pernafasan 20 kali per menit, suhu 36,50 C.

D. Perencanaan

Rencana tindakan keperawatan pada diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera biologis setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri akut teratasi dengan

kriteria hasil nyeri berkurang dari skala 5 menjadi 2, tanda-tanda vital

dalam rentang normal tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 60

sampai 100 kali per menit, frekuensi pernafasan 16 sampai 24 kali per

Page 60: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

49

menit, suhu 36,50 C sampai 37

0 C. Intervensi lakukan pengkajian nyeri

secara komprehensif (P, Q, R, S, T) rasional untuk mengetahui skala nyeri

klien, pantau tanda-tanda vital rasional untuk mengetahui tanda-tanda vital

klien, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam rasional untuk mengurangi

nyeri pada klien, kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

seperti suhu dan kebisingan rasional agar klien merasa nyaman.

Rencana tindakan keperawatan pada diagnosa gangguan pola tidur

berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral setelah

dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan

pola tidur klien teratasi dengan kriteria hasil klien tidak menguap lagi,

tidur malam bisa kurang lebih 7 jam, mata tidak cekung. Intervensi

ciptakan lingkungan yang nyaman rasional agar klien dapat tidur dengan

nyaman, monitor pola tidur pasien rasional agar klien dapat menjaga pola

tidur, jelaskan pentingnya tidur yang adekuat rasional untuk memenuhi

kecukupan pola tiidur klien, pantau tanda-tanda vital untuk mengetahui

keadaan umum klien.

Rencana tindakan keperawatan pada diagnosa resiko

ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi

setelah dilakukan tindaka keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

hipertensi klien dapat teratasi dengan kriteria hasil klien tidak pusing lagi,

tanda-tanda vital dalam rentang normal tekanan darah 120/80 sampai

130/90 mmHg, frekuensi nadi 60 sampai 100 kali per menit, frekuensi

pernafasan 16 sampai 24 kali per menit, suhu 36,50 C - 37

0 C. Intervensi

Page 61: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

50

pantau tanda-tanda vital rasional untuk mengetahui keadaan umum pasien,

ajarkan teknik relaksasi nafas dalam rasional untuk mengurangi pusing

dikepala, berikan terapi bekam dan pijat refleksi kaki rasional untuk

menurunkan tekanan darah klien.

E. Implementasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis kepada klien pada

tanggal 7 Januari 2016 pukul 13.00 WIB untuk diagnosa pertama dan

ketiga memantau tanda-tanda vital klien didapatkan respon subyektif klien

mengatakan bersedia dipantau tanda-tanda vitalnya dan respon

obyektifnya tekanan darah 200/100 mmHg, frekuensi nadi 85 kali per

menit, frekuensi pernafasan 20 kali per menit, suhu 36,50 C. Pukul 13.30

WIB diagnosa pertama melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

(P,Q,R,S,T), didapatkan respon subyektif klien mengatakan pusing, nyeri

saat duduk, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri terasa dikepala, skala nyeri

5, nyeri hilang timbul kurang lebih 5 menit, respon obyektif klien tampak

meringis kesakitan. Pukul 13.45 WIB diagnosa kedua memonitor pola

tidur klien dengan respon subyektif klien mengatakan tidur malamnya

sulit, respon obyektif klien tampak lelah. Pukul 14.00 WIB diagnosa

pertama mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dengan respon

subyektif klien mengatakan bersedia diajari relaksasi nafas dalam dan

respon obyektif klien tampak mengikuti. Pukul 18.00 WIB untuk diagnosa

ketiga memberikan terapi bekam dan pijat refleksi kaki dengan respon

Page 62: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

51

subyektif klien mengatakan bersedia mendapat terapi bekam dan pijat

refleksi kaki dan respon obyektif klien tampak nyaman. Pukul 19.00 WIB

untuk diagnosa pertama dan ketiga memantau tanda-tanda vital dengan

respon subyektif klien mengatakan bersedia ditensi dan respon obyektif

tekanan darah 190/90 mmHg. Pukul 19.15 WIB untuk diagnosa pertama

mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu dan

kebisingan dengan respon subyektif klien mengatakan saat malam hari

kadang cuaca panas dan respon obyektif klien tampak nyaman.

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis kepada klien pada

tanggal 8 Januari 2016 pukul 12.30 WIB untuk diagnosa pertama dan

ketiga mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dengan respon subyektif

klien mengatakan nyaman dengan relaksasi dan respon obyektif klien

tampak nyaman dan rileks. Pukul 12.40 WIB untuk diagnosa kedua

menciptakan lingkungan yang nyaman dengan respon subyektif klien akan

menciptakan lingkungan yang tenang dan respon obyektif klien tampak

nyaman. Pukul 13.00 WIB untuk diagnosa pertama melakukan pengkajian

nyeri secara komprehensif (P,Q,R,S,T) dengan respon subyektif klien

mengatakan pusing mulai berkurang, P: nyeri saat duduk, Q: nyeri seperti

ditusuk-tusuk, R: nyeri dikepala, S: skala nyeri 4, T: nyeri hilang timbul

kurang lebih 5 menit dan respon obyektif klien tampak meringis kesakitan.

Pukul 15.30 WIB untuk diagnosa pertama dan ketiga memantau tanda-

tanda vital dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia dicek

tanda-tanda vitalnya dan respon obyektif tekanan darah 190/90 mmHg,

Page 63: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

52

frekuensi nadi 2 kali per menit, frekuensi pernafasan 19 kali per menit,

suhu 370 C. Pukul 16.00 WIB untuk diagnosa ketiga memberikan terapi

bekam dan pijat refleksi kaki dengan respon subyektif klien mengatakan

bersedia mendapat terapi dan respon obyektif klien tampak nyaman. Pukul

16.45 WIB untuk diagnosa pertama dan ketiga memantau tanda-tanda vital

dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia ditensi dan respon

obyektif tekanan darah 180/90 mmHg.

Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis kepada klien pada

tanggal 9 Januari 2016 pukul 10.00 WIB untuk diagnosa pertama

melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (P,Q,R,S,T) dengan

respon subyektif klien mengatakan sudah tidak pusing, P: saat duduk

sudah tidak pusing, Q: sudah tidak nyeri, S: skala nyeri menjadi 2, dan

respon obyektif klien tampak nyaman. Pukul 10.30 WIB untuk diagnosa

kedua menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat dengan respon subyektif

klien mengatakan sudah bisa tidur saat malam tidur kurang lebih 7 jam dan

respon obyektif klien tampak nyaman, mata tidak cekung. Pukul 16.00

WIB untuk diagnosa pertama dan ketiga memantau tanda-tanda vital

dengan respon subyektif klien mengatakan bersedia ditensi dan respon

obyektif tekanan darah 170/80 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per menit,

frekuensi pernafasan 19 kali permenit, suhu 370 C. Pukul 16.30 WIB untuk

diagnosa ketiga memberikan terapi bekam dan pijat refleksi kaki dengan

respon subyektif klien mengatakan bersedia diterapi bekam dan pijat

refleksi dan respon obyektif klien tampak nyaman. Pukul 17.00 WIB

Page 64: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

53

untuk diagnosa pertama dan ketiga memantau tanda-tanda vital dengan

respon subyektif klien mengatakan bersedia ditensi dan respon obyektif

tekanan darah 150/80 mmHg.

F. Evaluasi

Hasil evaluasi pada tanggal 7 Januari 2016, pukul 19.00 WIB untuk

diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

diperoleh data subyektif klien mengatakan pusing, P: nyeri saat duduk, Q:

nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri dikepala, S: skala nyeri 5, T: nyeri

hilang timbul kurang lebih 5 menit, data obyektif klien tampak pucat dan

meringis kesakitan,tekanan darah 190/90 mmHg, assessment masalah

belum teratasi skala nyeri 5, planning lanjutkan intervensi pantau tanda-

tanda vital, lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (P,Q,R,S,T),

ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.

Hasil evaluasi pada tanggal 7 Januari 2016, pukul 19.00 WIB untuk

diagnosa kedua gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan

tekanan vaskuler selebral diperoleh data subyektif klien mengatakan susah

tidur saat malam dan tidur kurang lebih 5 jam, data obyektif klien tampak

menguap dan mata cekung, assessmen masalah belum teratasi mata

cekung dan tidur kurang lebih 5 jam, planning lanjutkan intervensi

ciptakan lingkungan yang nyaman, monitor pola tidur pasien, jelaskan

pentingnya tidur yang adekuat, pantau tanda-tanda vital.

Page 65: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

54

Hasil evaluasi pada tanggal 7 Januari 2016, pukul 19.00 WIB untuk

diagnosa ketiga resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

berhubungan dengan hipertensi diperoleh data subyektif klien mengatakan

pusing, data obyektif sebelum dilakukan terapi bekam dan pijat refleksi

kaki tekanan darah 200/90 mmHg, setelah dilakukan tindakan terapi

bekam dan pijat refleksi kaki tekanan darah 190/90 mmHg, assessment

masalah belum teratasi tekanan darah 190/90 mmHg, planning lanjutkan

intervensi pantau tanda-tanda vital, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam,

beri terapi bekam dan pijat refleksi kaki.

Hasil evaluasi pada tanggal 8 Januari2016, pukul 16.45 WIB untuk

diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

diperoleh data subyektif klien mengatakan pusing mulai berkurang, P:

nyeri saat duduk, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri dikepala, S: skala

nyeri 4, T: nyeri hilang timbul kurang lebih 5 menit, data obyektif klien

tampak meringis kesakitan, tampak pucat, tekanan darah 180/90 mmHg,

assessment masalah belum teratasi skala nyeri 4, planning lanjutkan

intervensi pantau tanda-tanda vital, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam,

lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (P,Q,R,S,T).

Hasil evaluasi pada tanggal 8 Januari 2016, pukul 16.45 WIB

untuk diagnosa kedua gangguan pola tidur berhubungan dengan

peningkatan tekanan vaskuler selebral diperoleh data subyektif klien

mengatakan mulai bisa tidur, data obyektif mata cekung, klien masih

tampak menguap, assessment masalah belum teratasi mata cekung,

Page 66: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

55

planning lanjutkan intervensi ciptakan lingkungan yang nyaman, monitor

pola tidur pasien, jelaskan pentingnya tidur yang adekuat.

Hasil evaluasi pada tanggal 8 Januari 2016, pukul 16.45 WIB untuk

diagnosa ketiga resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

berhubungan dengan hipertensi diperoleh data subyektif klien mengatakan

pusing berkurang, data obyektif sebelum dilakukan tindakan bekam dan

pijat refleksi kaki tekanan darah 190/90 mmHg, sesudah dilakukan

tindakan bekam dan pijat refleksi kaki tekanan darah 180/90 mmHg,

maka dapat disimpulkan masalah belum teratasi tekanan darah 180/90

mmHg, assessment masalah belum teratasi tekanan darah 180/90 mmHg,

planning lanjutkan intervensi pantau tanda-tanda vital, berikan terapi

bekam dan pijat refleksi kaki.

Hasil evaluasi pada tanggal 9 Januari 2016, pukul 17.00 WIB untuk

diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

diperoleh data subyektif klien mengatakan sudah tidak pusing, P: saat

duduk sudah tidak pusing, Q: sudah tidak nyeri, S: skala nyeri 2, data

obyektif klien tampak rileks, dan tidak meringis kesakitan, tekanan darah

150/80 mmHg, assessment masalah teratasi klien tidak meringis kesakitan,

planning hentikan intervensi.

Hasil evaluasi pada tanggal 9 Januari 2016, pukul 17.00 WIB

untuk diagnosa kedua gangguan pola tidur berhubungan dengan

peningkatan tekanan vaskuler selebral diperoleh data subyektif klien

mengatakan sudah bisa tidur pada malam hari kurang lebih 7 jam, data

Page 67: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

56

obyektif klien tampak segar, tidak menguap berlebihan, assessment

masalah teratasi tidur malam kurang lebih 7 jam, tidak menguap

berlebihan, mata tidak cekung, planning hentikan intervensi.

Hasil evaluasi pada tanggal 9 Januari 2016, pukul 17.00 WIB untuk

diagnosa ketiga resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral diperoleh

data subyektif klien mengatakan sudah tidak pusing, data obyektif sebelum

dilakukan tindakan bekam dan pijat refleksi kaki tekanan darah 170/80

mmHg, sesudah dilakukan tindakan bekam dan pijat refleksi kaki tekanan

darah 150/80 mmHg, assessment masalah teratasi tekanan darah 150/90

mmHg, planning hentikan intervensi.

Page 68: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

57

BAB V

PEMBAHASAN

Bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Tn.

S dengan hipertensi di Puskesmas Gajahan Solo. Pembahasan pada bab

ini terutama membahas adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara

teori dengan kasus. Asuhan Keperawatan memfokuskan pada pemenuhan

kebutuhan dasar manusia melalui tahap pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses

keperawatan sehingga tahap yang paling menentukan bagi tahap

berikutnya (Rohma dan Walid, 2012). Keluhan utama klien pusing

dan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh tekanan darah

190/100 mmHg, frekuensi nadi 85 kali per menit, frekuensi

pernafasan 20 kali per menit, suhu 36,5O C. Berdasarkan hal tersebut,

kondisi Tn. S mengalami tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg

yang sudah dianggap tinggi dan disebut hipertensi (Dewi R, 2013).

Hasil pemeriksaan darah 190/100 menurut teori Triyanto (2014)

termasuk hipertensi derajat II.

Page 69: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

58

Pengkajian yang dilakukan penulis meliputi identitas klien,

keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,

riwayat penyakit keluarga dan 11 fungsi Gordon serta pemeriksaan

fisik head to toe (Potter dan Perry, 2005).

Keluhan utama yang dirasakan klien saat dilakukan pengkajian

klien mengatakan kepala pusing. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital

didapatkan tekanan darah 190/100 mmHg, nadi 85 kali per menit,

pernafasan 20 kali per menit, suhu 36,5O C.

Data tersebut sesuai dengan teori yang menyebutkan tekanan

darah di pembuluh arteri meningkat, peningkatan ini menimbulkan

masalah sehingga jantung dipaksa bekerja lebih keras dari biasanya

untuk mengedarkan darah keseluruh tubuh. Akibatnya darah

meningkat melebihi batas normal. Hal ini yang menyebabkan adanya

pusing atau nyeri kepala pada pasien hipertensi (Medkes, 2013).

Pengkajian pola Gordon yang mendukung keluhan utama klien

pusing yaitu pola fungsi kognitif dan perseptual dengan melakukan

pengkajian nyeri menggunakan P, Q, R, S, T (provoking, Quality,

Regio, Scala, Time) klien mengatakan kepala pusing. P: nyeri kepala

saat duduk, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri terasa dikepala, S:

skala nyeri 5, T: nyeri hilang timbul kurang lebih 5 menit. Pola

istirahat tidur klien mengatakan tidur siang kurang lebih 1 jam dan

tidur malam kurang lebih 5 jam, keluhan saat bangun masih merasa

ngantuk dan lemas. Data tersebut telah sesuai dengan teori yang

Page 70: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

59

menyebutkan bahwa pusing akan menyebabkan gangguan pola tidur

dan pusing semakin parah maka akan semakin parah juga tingkat

gangguan tidurnya (Albertie, 2006). Hasil pemeriksaan fisik paru,

jantung, dan abdomen tidak ada masalah.

Hasil pemeriksaan fisik diperoleh data pengukuran tekanan

darah 190/100 mmHg. Menurut Nugroho (2011), hipertensi

merupakan kondisi abnormal dari hemodinamik, dimana menurut

WHO tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari

90 mmHg untuk usia lebih dari 60 tahun. Tekanan darah meningkat

sebagai kompensasi kurangnya pasokan darah ditempat terjadinya

stroke dan biasanya tekanan darah turun dalam waktu 48 jam.

B. Perumusan masalah

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang

menggambarkan respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola

interaksi aktual atau potensial) dari individu atau kelompok teman

perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk

mengurangi, atau mencegah perubahan (Rohma dan Walid, 2012).

Perumusan masalah keperawatan yang diambil oleh penulis adalah

Page 71: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

60

a) Diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

biologis.

Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang

tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual

atau potensial atau gambaran dalam hal kerusakan sedemikian

rupa (international for the study of pain), awitan yang tiba-tiba

atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir

yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya

kurang dari 6 bulan (Herdman, 2010).

Perumusan masalah keperawatan yang diambil oleh penulis

adalah nyeri akut dengan alasan mengacu pada data pengkajian

yang didapatkan pada Tn. S berdasarkan data subyektif klien

mengatakan pusing, P: nyeri saat duduk, Q: nyeri seperti ditusuk-

tusuk, R: nyeri terasa dikepala, S: skala nyeri 5, T: nyeri hilang

timbul kurang lebih 5 menit. Data obyektifnya ditemukan klien

tampak pucat, meringis kesakitan, tekanan darah 190/100 mmHg,

frekuensi nadi 85 kali per menit, frekuensi pernafasan 20 kali per

menit, suhu 36,5O C.

Nyeri akut didefinisikan sebagai pengalaman sensori yang

tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan

(international Association For the Study of pain): yang tiba-tiba

atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat denga akhir yang

Page 72: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

61

dapat diantisipasi atau dapat diramaikan dan durasinya kurang dari

6 bulan (Wilkinson, 2007).

Batasan karakteristik nyeri akut menurut Herdman, (2012)

yaitu perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi jantung,

perubahan frekuensi pernafasan, perubahan selera makan perilaku

berjaga-jaga atau perilaku melindungi daerah yang nyeri, dilatasi

pupil, fokus pada diri sendiri, indikasi nyeri yang dapat diamati,

perubahan posisi untuk menghindari nyeri, gangguan tidur,

melaporkan nyeri secara verbal.

Berdasarkan data tersebut penulis memprioritaskan

diagnosa nyeri akut berdasarkan hirarki kebutuhan menurut

Maslow yaitu masuk dalam kebutuhan mencakup keamanan dan

keselamatan (fisik dan psikologis) yang merupakan paling dasar

kedua yang harus diprioritaskan (Potter dan Perry, 2005).

b) Masalah keperawatan gangguan pola tidur berhubungan dengan

peningkatan tekanan vaskuler serebral.

Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan

kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal (Herdman, 2010).

Gangguan pola tidur mengakibatkan perubahan-perubahan pada

siklus tidur biologiknya, menurunkan daya tahan tubuh, serta

menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang

konsentrasi, kelelahan (Japardi, 2002).

Page 73: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

62

Penulis mencantumkan masalah gangguan pola tidur

dengan alasan mengacu pada data subyektif klien mengatakan sulit

tidur saat malam hari, tidur kurang lebih 5 jam. Data obyektif

klien tampak menguap berlebihan, mata cekung, tekanan darah

190/100 mmHg, nadi 85 kali permenit, pernafasan 20 kali

permenit.

Batasan karakteristik gangguan pola tidur menurut

(Herdman, 2012) yaitu perubahan pola tidur abnormal, keluhan

verbal merasa sulit tidur saat malam hari, tidur kuramg lebih 5

jam, ketidakpuasan tidur. Nilai normal tidur malam yaitu 7 sampai

8 jam.

Berdasarkan data tersebut penulis menyimpulkan bahwa

diagnosa yang diangkat sudah sesuai dengan batasan karakteristik

yang sesuai dengan buku Herdman (2012).

c) Masalah keperawatan resiko ketidakefektifan perfusi jaringan

serebral berhubungan dengan hipertensi

Penulis mencantumkan masalah resiko ketidakefektifan

perfusi jaringan serebral dengan alasan mengacu pada data

subyektif klien mengatakan pusing. Data obyektifnya tekanan

darah 190/100 mmHg, frekuensi nadi 85 kali per menit, frekuensi

pernafasan 20 kali per menit, suhu 36,5O C. Pusing adalah keadaan

dimana seseorang merasa seperti mau pingsan namun satu hal

terpenting adalah tidak adanya sensasi berputar. Pusing kepala

Page 74: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

63

biasanya disebabkan stress, kadar gula darah yang rendah, tekanan

darah naik atau turun, penurunan aliran darah ke otak atau yang

dikenal sebagai insufisiensi vertebrobasiler dan pendarahan

(Lindsa, 2004).

Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral adalah

penurunan sirkulasi jaringan otak dengan batasan karakteristik

resiko ketikefektifan perfusi jaringan selebral yaitu, pusing,

perubahan status mental, perubahan perilaku, perubahan respon

motorik, perubahan reaksi pupil, kesulitan menelan, kelemahan

ekstremitas dan ketidak normalan dalam berbicara (Herdman,

2012).

Berdasarkan data tersebut penulis menyimpulkan bahwa

diagnosa yang diangkat sesuai dengan batasan karakteristik yang

sesuai buku Herdman (2012).

C. Intervensi keperawatan

Intervensi atau perencanaan adalah pengembangan strategi

desain untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-

masalah yang telah di identifikasi dalam diagnosis keperawatan

(Rohmah dan Walid, 2012).

Perencanaan adalah suatu proses didalam pemecahan

masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang

Page 75: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

64

akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang

melakukan dari semua tindakan keperawatan (Junaidi, 2011).

Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis

disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada. Tujuan dari

tindakan keperawatan menggunakan kaidah sesuai dengan

sistematika SMART, yaitu spesifik (jelas), measurable (dapat diukur),

acceptance, rasional, dan timing. Kriteria hasil merupakan gambaran

tentang faktor-faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa telah

tercapai dan digunakan dalam membuat pertimbangan (Hidayat,

2010).

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

Intervensi pada diagnosa keperawatan nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera biologis dengan tujuan setelah

dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang

dengan kriteria hasil melaporkan nyeri berkurang, tanda-tanda

vital dalam rentang normal tekanan darah 120/80 sampai 130/90

mmHg, frekuensi nadi 60-100 kali per menit, frekuensi

pernafasan 16-24 kali per menit, suhu 36,5-37O C.

Penulis menulis intervensi sesuai dengan kriteria NIC

(Nursing Intervensi Clacification) berdasarkan diagnosa

keperawatan yang pertama penulis menyusun perencanaan antara

lain lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (P,Q,R,S,T)

rasional nyeri merupakan respon subyektif yang dapat di kaji

Page 76: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

65

dengan menggunakan skala nyeri (Judha, dkk, 2012), pantau

tanda-tanda vital rasional untuk mengetahui keadaan umum

pasien, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam rasional untuk

meningkatkan asupan oksigen sehingga akan menurunkan nyeri

(Solehati & Kosasih, 2015), kontrol lingkungan yang dapat

mempengaruhi nyeri seperti suhu dan kebisingan.

b) Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan tekanan

vaskuler serebral.

Intervensi pada diagnosa keperawatan gangguan pola tidur

berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3x24 jam diharapkan klien dapat memenuhi kebutuhan tidur

dengan kriteria hasil, klien tidak menguap berlebihan, bisa tidur

kurang lebih 7 jam, mata tidak cekung (Herdman, 2012).

Intervensi yang dilakukan yaitu ciptakan lingkungan yang

nyaman dengan rasional agar klien dapat tidur dengan nyaman,

monitor pola tidur klien rasional agar klien dapat menjaga pola

tidur, jelaskan pentingnya tidur yang adekuat rasional untuk

memenuhi kecukupan pola tidur klien, pantau tanda-tanda vital.

c) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan

dengan hipertensi

Penulis menulis intervensi diagnosa keperawatan resiko

ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

Page 77: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

66

hipertensi dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam diharapkan tekanan darah klien menurun dalam

rentang normal tekanan darah 120/80-130/90 mmHg, frekuensi

nadi 60-100 kali per menit, frekuensi pernafasan 16-24 kali per

menit, suhu 36,5-37O C.

Intervensi yang dilakukan yaitu pantau tanda-tanda vital

rasional untuk mengetahui keadaan umum klien, ajarkan teknik

relaksasi nafas dalam rasional untuk meningkatkan asupan

oksigen sehingga akan menurunkan nyeri (Solehati & Kosasih,

2015), berikan terapi bekam dan pijat refleksi kaki rasional untuk

menurunkan tekanan darah klien.

Pemberian terapi bekam dan pijat refleksi kaki bertujuan

untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi (Ekka,

dkk, 2014). Pemberian terapi non farmakologis dengan terapi

bekam dan pijat refleksi kaki dengan cara mengukur tekanan

darah sebelum dilakukan terapi bekam dan pijat refleksi kaki

kemudian diukur kembali tekanan darah setelah terapi bekam

dan pijat refleksi kaki.

D. Implementasi keperawatan

Menurut Potter & Perry (1997) bahwa implementasi adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu

klien dari masalah status kesehatan yang lebih baik yang

Page 78: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

67

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Implementasi adalah

rencana realsasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliput pengumpulan

data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah

pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohma dan

Walid, 2012).

Proses implementasi penulis mengkaji kembali klien,

memodifikasi rencana asuhan, dan menuliskan kembali hasil yang

diharapkan dengan kebutuhan. Komponen implementasi dari proses

keperawatan mempunyai lima tahap: mengkaji ulang, menelaah dan

memodifikasi rencana asuhan yang sudah ada, mengidentifikasi area

bantuan, mengimplementasikan intervensi keperawatan, dan

mengkomunikasikan intervensi (Potter dan Perry, 2005).

Dalam pembahasan ini penulis berusaha menerangkan hasil

aplikasi riset keperawatan pemberian terapi bekam dan pijat refleksi

kaki terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.

Penulis melakukan implementasi berdasarkan dari intervensi yang

telah disusun dengan memperhatikan aspek tujuan dan kriteria hasil

dalam rentang normal yang diharapkan. Tindakan keperawatan yang

penulis lakukan selama 3 hari keloaan pada asuhan keperawatan Tn.

S dengan hipertensi adalah:

Page 79: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

68

a) Implementasi diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan

agen cidera biologis.

Tanggal 7 Januari 2016 penulis memantau tanda-tanda vital

klien mengatakan bersedia di pantau tanda-tanda vitalnya,

tekanan darah 200/90 mmHg, nadi 85 kali permenit, pernafasan

20 kali permenit,suhu 36,50 C, melakukan pengkajian nyeri

secara komprehensif, P: klien mengatakan nyeri saat duduk, Q:

nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri terasa dikepala, S: skala

nyeri 5, T: nyeri hilang timbul kurang lebih 5 menit, klien

tampak meringis kesakitan, mengajarkan teknik relaksasi nafas

dalam.

Tanggal 8 Januari 2016 penulis mengajarkan teknik

relaksasi nafas dalam klien mengatakan nyaman dengan

relaksasi, klien tampak nyaman dan rileks, melakukan

pengkajian nyeri secara komprehensif, P: klien mengatakan nyeri

saat duduk, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri terasa

dikepala, S: skala nyeri 4, T: nyeri hilang timbul kurang lebih 5

menit, klien tampak meringis kesakitan, memantau tanda-tanda

vital klien mengatakan bersesia dipantau tanda-tanda vitalnya,

tekanan darah 180/90 mmHg, nadi 82 kali permenit, pernafasan

19 kali permenit, suhu 37O C.

Tanggal 9 Januari 2016 melakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif, P: klien mengatakan saat duduk sudah tidak

Page 80: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

69

pusing, Q: sudah tidak nyeri, S: skala nyeri 2. Memantau tanda-

tanda vital klien mengatakan bersedia dipantau tanda-tanda

vitalnya, tekanan darah 150/80 mmHg, nadi 80 kali permenit,

pernafasan 19 kali permenit, suhu 37O C.

Teknik non farmakologis yang penulis lakukan yaitu

dengan mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Penggunaan

teknik relaksasi, maka saraf simpatis akan dihambat, sementara

saraf parasimpatis meningkat sehingga meningakibatkan

ketegangan otak dan otot seseorang akan berkurang. Aktifnya

saraf-saraf parasimpatis akan menyebabkan pasien merasakan

nyeri berkurang (Solehati dan Kosasih, 2015).

b) Implementasi gangguan pola tidur berhubungan dengan

peningkatan tekanan vaskuler serebral.

Tanggal 7 Januari penulis memonitor pola tidur klien

mengatakan tidur malam sulit, klien tampak lelah, memantau

tanda-tanda vital klien sebelum dilakukan terapi bekam dan pijat

refleksi kaki tekanan darah 200/90 mmHg, nadi 85 kali per

menit, pernafasan 20 kali per menit, suhu 36,50 C, sesudah

dilakukan terapi bekam dan pijat refleksi kaki tekanan darah

190/90 mmHg.

Tanggal 8 Januari 2016 menciptakan lingkungan yang

nyaman klien mengatakan akan menciptakan lingkungan yang

tenang, klien tampak nyaman, memantau tanda-tanda vital klien

Page 81: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

70

sebelum dilakukan terapi bekam dan pijat refleksi kaki tekanan

darah 190/90 mmHg, nadi 82 kali per menit, pernafasan 19 kali

per menit, suhu 370 C, sesudah dilakukan terapi bekam dan pijat

refleksi kaki tekanan darah 180/90 mmHg.

Tanggal 9 Januari 2016 menjelaskan pentingnya tidur yang

adekuat klien mengatakan sudah bisa tidur saat malam, tidur

kurang lebih 7 jam, klien tampak nyaman, mata tidak cekung,

memantau tanda-tanda vital klien sebelum dilakukan terapi

bekam dan pijat refleksi kaki tekanan darah 170/80 mmHg, nadi

80 kali per menit, pernafasan 19 kali per menit, suhu 370 C,

sesudah dilakukan terapi bekam dan pijat refleksi kaki tekanan

darah 150/80 mHg.

c) Implementasi resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral

berhubungan dengan hipertensi.

Tanggal 7 Januari 2016 penulis memantau tanda-tanda vital

klien mengatakan bersedia dipantau tanda-tanda vitalnya,

tekanan darah 200/90 mmHg, nadi 85 kali permenit, pernafasan

20 kali permenit, suhu 36,5O C, memberikan tindakan terapi

bekam dan pijat refleksi kaki klien mengatakan bersedia

mendapat terapi bekam dan pijat refleksi kaki, klien tampak

nyaman.

Tanggal 8 Januari 2016 penulis mengajarkan teknik

relaksasi nafas dalam klien mengatakan nyaman dengan

Page 82: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

71

relaksasi, klien tampak nyaman dan rileks, memantau tanda-

tanda vital klien mengatakan bersedia dipantau tanda-tanda

vitalnya, tekanan darah 180/90 mmHg, nadi 82 kali permenit,

pernafasan 19 kali permenit, suhu 37O C, memberikan terapi

bekam dan pijat refleksi kaki klien tampak nyaman.

Tanggal 9 Januari 2016 penulis memberikan terapi bekam

dan pijat refleksi kaki klien tampak nyaman, memantau tanda-

tanda vital, tekanan darah 150/80 mmHg, nadi 80 kali permenit,

pernafasan 19 kali permenit, suhu 37O C.

Hari pertama pemberian terapi bekam dan pijat refleksi

kaki dilakukan penulis kepada klien sebelum terapi bekam dan

pijat refleksi kaki memantau tanda-tanda vital didapat hasil

tekanan darah 200/90 mmHg, frekuensi nadi 85 kali per menit,

frekuensi pernafasan 20 kali per menit, suhu 36,5O C, kemudian

memberikan terapi bekam dan pijat refleksi kaki pada Tn. S

setelah dilakukan terapi bekam dan pijat refleksi kaki memantau

tanda-tanda vital dengan tekanan darah 190/90 mmHg. Hari

kedua sebelum diberikan terapi bekam dan pijat releksi kaki

tekanan darah klien 190/90 mmHg dan setelah dilakukan terapi

bekam dan pijat refleksi kaki tekanan darah 180/90 mmHg. Hari

ketiga sebelum diberikan terapi bekam dan pijat refleksi kaki

tekanan darah klien 170/80 mmHg, kemudian diberikan terapi

Page 83: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

72

bekam dan pijat refleksi kaki dan setelah mendapat terapi bekam

dan pijat refleksi kaki tekanan darah 150/80 mmHg.

Hasil penelitian Eka, dkk (2014), menunjukkan bahwa

terapi bekam dan pijat refleksi kaki dapat menurunkan tekanan

darah pada pasien hipertensi. Hasil dari tindakan tersebut

membuktikan bahwa tekanan darah dapat turun saat diberikan

terapi bekam dan pijat refleksi kaki. Hal tersebut karena terapi

bekam dan pijat refleksi kaki dapat menurunkan tekanan darah

pada penderita hipertensi, dengan terapi bekam dan pijat refleksi

kaki akan menciptakan suasana yang rileks.

Mekanisme penyembuhan terapi bekam dan pijat refleksi

didasarkan atas teori aktivasi organ. Terapi bekam akan

mengaktivasi organ yang mengatur peredaran darah dan tekanan

darah tetap terjaga, selain itu terapi bekam juga berusaha

menyeimbangkan secara alamiah bila ada tekanan darah yang

meningkat. Umumnya tubuh mampu menurunkan tekanan darah

secara alami, namun bila darahnya sangat tinggi, bisa mekanisme

alami proses penurunan darah tidak mampu dilakukan secara

alami, sehingga perlu dibantu tindakan bekam (Waada’a, 2015).

Hasil penelitian Rina, dkk (2015), menunjukkan bahwa

terapi pijat refleksi mampu menurunkan tekanan darah sistole

dan diastole, hal ini terbukti dengan adanya penurunan tekanan

darah setelah dilakukan terapi pijat refleksi. Menurut

Page 84: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

73

Widyaningrum (2013) menyebutkan bahwa terapi pijat refleksi

memberikan rangsangan bioelektrik apabila titik saraf zona

refleksi diberi pijatan memberikan saraf pembuluh darah terbuka.

Saat pemijatan maka timbul rasa nyeri, maka tubuh

mengeluarkan zat morfin yang menimbulkan perasaaan rileks.

Titik-titik pijat refleksi untuk penderita hipertensi berada

pada bagian kepala, telapak kaki, dan anggota tubuh lain,

(Atmojo, 2010). Meningkatnya tekanan darah yang disebabkan

karena elastisitas pembuluh darah yang menurun, viskositas yang

meningkat serta volume darah yang meningkat dapat diatasi

melalui relaksasi diberikan pada penderita hipertensi sebagai

terapi antihipertensi non farmakologi. Melalui pijat refleksi

pembuluh darah yang kaku akan menjadi rileks dan akan

menyebabkan terjadinya vasodilatasi pada pembuluh darah

tekanan darah akan menurun (Muttaqin, 2009).

E. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan

perubahan keadaan klien (hasil yang diamati) dengan tujuan yang

dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah dan Walid, 2012). Evaluasi

yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kondisi pasien

dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan

Page 85: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

74

dengan SOAP, subjective, objective, analisa, planning (Deden,

2012:136).

Evaluasi hari pertama masalah nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera biologis data subyektif klien mengatakan pusing,

P: nyeri saat duduk, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri dikepala,

S: skala nyeri 5, T: nyeri hilang timbul kurang lebih 5 menit, data

obyektif klien tampak pucat, meringis kesakitan, tekanan darah

190/90 mmHg, assessment masalah belum teratasi skala nyeri 5,

planning lanjutkan intervensi pantau tanda-tanda vital, lakukan

pengajian nyeri secara komprehensif (P,Q,R,S,T), ajarkan teknik

relaksasi nafas dalam.

Evaluasi hari kedua masalah nyeri akut berhubungan dengan

agen cidera biologis, data subyektif klien mengatakan pusing mulai

berkurang, P: nyeri saat duduk, Q: nyeri seperi ditusuk-tusuk, R:

nyeri terasa dikepala, S: skala nyeri 4, T: nyeri hilang timbul kurang

lebih 5 menit, data obyektif klien tampak meringis kesakitan, tampak

pucat, tekanan darah 180/90mmHg, assessment masalah belum

teratasi skala nyeri 4, planning lanjutkan intervensi pantau tanda-

tanda vital, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, lakukan pengkajian

nyeri.

Evaluasi hari ketiga masalah nyeri akut berhubungan dengan

agen cidera biologis, data subyektif klien mengatakan sudah tidak

pusing, P: saat duduk sudah tidak pusing, Q: sudah tidak nyeri, S:

Page 86: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

75

skala nyeri 2, data obyektif klien tampak rileks dan tidak meringis

kesakitan, tekanan darah 150/80 mmHg, assessment masalah teratasi,

klien tidak meringis kesakitan, planning hentikan intervensi.

Hasil akhir evaluasi diagnosa pertama nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera biologis setelah dilakukan

intervensi selama 3x24 jam terjadi penurunan skala nyeri dari skala 5

menjadi skala 2, hal ini sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang

diharapkan.

Evaluasi hari pertama masalah gangguan pola tidur

berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral data

subyektif klien mengatakan susah tidur saat malam dan tidur kurang

lebih 5 jam, data obyektif klien tampak menguap dan mata cekung,

assessment masalah belum teratasi mata cekung dan tidur kurang

lebih 5 jam, planning lanjutkan intervensi ciptakan lingkungan yang

nyaman, monitor pola tidur klien, jelaskan pentingnya tidur yang

adekuat, pantau tanda-tanda vital.

Evaluasi hari kedua masalah gangguan pola tidur

berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral, data

subyektif klien mengatakan mulai bisa tidur, data obyektif mata

cekung, klien masih tampak menguap berlebihan, assessment

masalah belum teratasi mata cekung, planning lanjutkan intervensi

ciptakan lingkungan yang nyaman, monitor tidur pasien, jelaskan

tidur yang adekuat, pantau tanda-tanda vital.

Page 87: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

76

Evaluasi hari ketiga masalah gangguan pola tidur

berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral, data

subyektif klien mengatakan sudah bisa tidur pada malam hari kurang

lebih 7 jam, data obyektif klien tampak segar, assessment masalah

teratasi tidur malam kurang lebih 7 jam, tidak menguap berlebihan,

mata tidak cekung, planning hentikan intervensi.

Hasil akhir evaluasi diagnosa kedua gangguan pola tidur

berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral setelah

dilakukan intervensi selama 3x24 jam klien bisa tidur malam kurang

lebih 7 jam, tidak menguap berlebihan, mata tidak cekung.

Evaluasi hari pertama masalah resiko ketidakefektifan perfusi

jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi data subyektif klien

mengatakan pusing, data obyektif sebelum dilakukan terapi bekam

dan pijat refleksi kaki tekanan darah 200/90 mmHg, setelah

dilakukan terapi bekam dan pijat refleksi kaki tekanan darah 190/90

mmHg, assessment masalah belum teratasi tekanan darah 190/90

mmHg, planning lanjutkan intervensi pantau tanda-tanda vital,

ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, beri terapi bekam dan pijat

refleksi kaki.

Evaluasi hari kedua masalah resiko ketidakefektifan perfusi

jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi, data subyektif klien

mengatakan pusing berkurang, data obyektif sebelum dilakukan

terapi bekam dan pijat refleksi kaki tekanan darah 190/90 mmHg,

Page 88: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

77

sesudah dilakukan terapi bekam dan pijat refleksi kaki tekanan darah

180/90 mmHg, assessment masalah belum teratasi tekanan darah

180/90 mmHg, planning lanjutkan intervensi pantau tanda-tanda

vital, berikan terapi bekam dan pijat refleksi kaki.

Evaluasi hari ketiga masalah resiko ketidakefektifan perfusi

jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi, data subyektif klien

mengatakan sudah tidak pusing, data obyektif respon obyektif

sebelum dilakuakan terapi bekam dan pijat refleksi kaki tekanan

darah 170/80 mmHg, sesudah dilakukan terapi bekam dan pijat

refleksi kaki tekanan darah 150/80 mmHg, pasien tampak rileks,

assessment masalah teratasi tekanan darah 150/80 mmHg, planning

hentikan intervensi.

Hasil evaluasi diagnosa ketiga resiko ketidakefektifan perfusi

jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi setelah dilakukan

intervensi selama 3x24 jam terjadi penurunan tekanan darah hari

pertama tekanan darah 200/90 mmHg dan hari ketiga tekanan darah

150/80 mmHg.

Berasarkan evaluasi diatas, diperoleh hasil bahwa terapi

bekam dan pijat refleksi kaki dapat menurunkan tekanan darah.

Tekanan darah Sebelum dilakukan terapi bekam dan pijat refleksi

kaki 200/ 90 mmHg, dan setelah dilakukan terapi bekam dan pijat

refleksi kaki selama 3 hari dan per hari 1 kaki, tekanan darah menjadi

150/80 mmHg. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Eka, dkk.

Page 89: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

78

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bab 6 ini penulis akan menyimpulkan proses keperawatan dari

pengkajian, penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi

pada asuhan keperawatan Tn. S dengan hipertensi di Puskesmas Gajahan

Solo selama tiga hari keloaan dengan menerapkan aplikasi riset

keperawatan efektifitas terapi bekam dan pijat refleksi kaki terhadap

penurunan tekanan darah, maka dapat disimpulkan :

1. Pengkajian

Hasil pengkajian tanggal 6 Januari 2016 pada Tn. S adalah klien

mengatakan pusing, nyeri saat duduk, nyeri seperti ditusuk-tusuk,

nyeri terasa dikepala, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul kurang lebih 5

menit. Tekanan darah 190/100 mmHg, frekuensi nadi 85 kali per

menit, frekuensi pernafasan 20 kali per menit, suhu 36,50 C.

2. Diagnosa

Hasil perumusan masalah sesuai dengan pengkajian

keperawatan pada Tn. S ditegakkan diagnosa keperawatan sesuai

dengan hirarki kebutuhan dasar menurut Maslow yaitu diagnosa

pertama nyeri akut berhubungan dengan agen cidera bIologis, diagnosa

kedua gangguan pola tidur berhubungan dengan peningkatan tekanan

Page 90: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

79

vaskuler serebral, diagnosa ketiga resiko ketidakefektifan perfusi

jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi.

3. Intervensi

Diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera biologis intervensi yang dilakukan kaji nyeri secara

komprehensif (P,Q,R,S,T), pantau tanda-tanda vital, ajarkan teknik

relaksasi nafas dalam, kontrol llingkungan yang dapat mempengaruhi

nyeri seperti suhu dan kebisingan.

Diagnosa keperawatan gangguan pola tidur berhubungan

dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral intervensi yang

dilakukan ciptakan lingkungan yang nyaman, monitor pola tidur

pasien, jelaskan pentingnya tidur yang adekuat, pantau tanda-tanda

vital.

Diagnosa keperawatan resiko ketidakefektifan perfusi jaringan

serebral berhubungan dengan hipertensi intervensi yang dilakukan

pantau tanda-tanda vital, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, berikan

terapi bekam dan pijat refleksi kaki.

4. Implementasi

Asuhan keperawatan Tn. S dengan hipertensi di Puskesmas

Gajahan Solo telah sesuai dengan intervensi yang penulis rumuskan.

Penulis menekankan penggunaan terapi bekam dan pijat refleksi kaki

untuk menurunkan tekanan darah, dengan melakukan terapi bekam dan

pijat refleksi kaki 1 kali sehari dalam 3 hari kelolaan.

Page 91: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

80

5. Evaluasi

Hasil evaluasi masalah keperawatan nyeri akut berhubungan

dengan agen cidera biologis teratasi. Klien mengatakan sudah tidak

pusing lagi, skala nyeri menjadi 2, takanan darah 150/80 mmHg, klien

tampak rileks dan tidak meringis kesakitan. Intervensi keperawatan

dihentikan.

Hasil evaluasi masalah keperawatan gangguan pola tidur

berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral teratasi

klien mengatakan sudah bisa tidur pada malam hari kurang lebih 7

jam. Intervensi keperawatan dihentikan.

Hasil evaluasi masalah keperawatan resiko ketidakefektifan

perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipertensi teratasi, klien

mengatakan pusing, sebelum dilakukan terapi bekam dan pijat refleksi

kaki tekanan darah 170/80 mmHg dan sesudah dilakukan terapi bekam

dan pijat refleksi kaki tekanan darah 150/80 mmHg. Intervensi

keperawatan dihentikan.

6. Analisa pemberian terapi bekam dan pijat refleksi kaki

Analisa hasil implementasi aplikasi jurnal penelitian yang telah

dilakukan oleh Eka, dkk (2014), dengan judul “Efektifitas Terapi

Bekam dan Pijat Refleksi Kaki terhadap Tekanan Darah di Semarang”

penulis mendapatkan hasil analisa dari implementasi yang dilakukan

selama 3 hari kelolaan yaitu terjadi penurunan tekanan darah. Terapi

bekam dan pijat refleksi kaki dilakukan secara rutin sehari sekali

Page 92: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

81

terjadi penurunan tekanan darah pada evaluasi hari pertama tekanan

darah 180/90 mmHg dan pada akhir evaluasi hari ketiga tekanan darah

150/80 mmHg. Hal tersebut sesuai dengan kriteria hasil yang

diharapkan dan terbukti sesuai teori yang ada terjadi penurunan darah

setelah dilakukan terapi bekam dan pijat refleksi kaki.

B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan

hipertensi, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif

kususnya dibidang kesehatan antara lain :

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (puskesmas)

Diharapkan Puskesmas Gajahan Solo dapat memberikan

pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik

antara tim kesehatan maupun klien serta keluarga klien. Khususnya

dalam proses rehabilitasi medik dengan melibatkan keluarga klien

untuk berperan aktif sehingga klien dan keluarga mengerti perawatan

lanjutan dirumah.

2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat

Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya

dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien agar lebih

maksimal, khususnya pada klien dengan hipertensi. Perawat

diharapkan dapat memberikan pelayanan professional dan

Page 93: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

82

komprehensif dan mampu bertindak sebagai fisioterapi dalam

pemberin terapi bekam dan pijat reflesksi secara homecare.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih

berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat

professional, trampil, inovatif, dan bermutu yang mampu memberikan

asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik

keperawatan.

4. Bagi penulis

Memberikan ilmu dan menambah wawasan penulis mengenai

konsep hipertensi dan penatalaksanaan dalam asuhan keperawatan

yang komprehensif.

Page 94: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medikal Bedah untuk Mahasiswa, Diva Press:

Yogyakarta.

Carpenito, Lynda juall. 2005. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik

Klinik. EGC: Jakarta.

Dalimarta, Setiawan. dkk, Care your Self H ipertensi. 2008. Penebar Plus:

Jakarta.

Dewi, Ratna. 2013. Proses Keperawatan Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja.

Gosyen Publising: Yogyakarta.

Fatahillah, A. 2006.Keampuhan Bekam Pencegahan Dan Penyembuhan Penyakit

Ala Rasulullah.Qultum Media: Jakarta.

Hayuaji, Gangsar R. 2011. Belajar Mudah Pijat Refleksi. Buku Biru: Yogyakarta.

Herdman, Heather, 2010. NANDA Diagnosa Keperawatan dan Klasifikasi 2009-

2011. Buku Kedokteran. EGC: Jakarta.

Hidayat, Aziz Alimut. 2010. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Salemba

Medika: Jakarta.

Junaidi, Mohammad, Sudarti, dkk. 2012. Teori Nyeri. Nuha Medika.

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klinik Gangguan Sistem

Kardiovaskuler. Salemba Medika: Jakarta.

Muttaqin, Arif. 2009. Buku Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Musculoskeletal. EGC: Jakarta.

NANDA.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Medis & NANDA.

Edisi Jilid I. Media Action Publising: Jakarta.

Ningrum, Agnesia, 2012. Seluk Beluk Hipertensi. Airlangga Publising:

Yogyakarta.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundametal Keperawatan: Konsep, Proses dan

Praktik. Volume 1.Edisi 4. EGC: Jakarta.

Page 95: DI SUSUN OLEH - digilib.stikeskusumahusada.ac.iddigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/39/01-gdl-septiahand... · meningkat menjadi (13,6%) pada pria dan (16%) pada wanita (Ningrum,

Potter & Perry. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan

Praktik.VolumE 1.Edisi 4. EGC: Jakarta.

Profil Kesehatan, Provinsi Jawa Tengah. 2008.

Putri, Eka, Dkk. 2014.Efektifitas Terapi Bekam Dan Pijat Refleksi Kaki Terhadap

Tekanan Darah Tinggi Di Semarang. Program Keperawatan: Stikes

Karya Husada Semarang.

Riskesdas. 2011. Riset Kesehatan Dasar: Jakarta.

Rohman, Nikmatur dan Saiful Walid. 2012. Proses Keperawatan Teori dan

Aplikasi. Ar-ruzz Media: Jakartra.

Smeltzer, S. C & Bare. B. G, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal

BedahBrunner & Suddrath, Edisi 8 vol 1. Ter. Agung Waloyo dkk. EGC:

Jakarta.

Susilo, Yekti dan Ari Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Darah Tinggi. CV

Andi: Yogyakarta.

Triyanto, Endang. 20114. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi

Secara Terpadu: Graha Ilmu.

Wadda’A, Umar. 2015. Sembuh Dengan Satu Titik Dua Bekam Untuk 7 Penyakit

Kronis.Thibia: Solo.

Wilkinson, J. M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC

dan Kriteria Hasil NOC Edisi 7. Buku Kedokteran. EGC: Jakarta.