SKRIPSI EDI TOMPO I111 13 333 · 2017-10-14 · Teman-teman dan sekaligus senior penelitian Gunawan...
Transcript of SKRIPSI EDI TOMPO I111 13 333 · 2017-10-14 · Teman-teman dan sekaligus senior penelitian Gunawan...
i
PRODUKSI BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK FODDER JAGUNG
DARI MEDIA HIDROPONIK DENGAN PENAMBAHAN
NUTRISI YANG BERBEDA
SKRIPSI
EDI TOMPO
I111 13 333
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
PRODUKSI BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK FODDER JAGUNG
DARI MEDIA HIDROPONIK DENGAN PENAMBAHAN
NUTRISI YANG BERBEDA
Oleh :
EDI TOMPO
I111 13 333
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
Makassar
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Skripsi. Penulis
dengan rendah hati mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan membimbing dalam menyelesaikan Skripsi ini utamanya kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Syahriani Syahrir, M.Si sebagai pembimbing utama dan Ibu
Marhamah Nadir, SP.,M.Si.Ph.D. selaku pembimbing anggota yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan
memberikan nasihat serta motivasi dalam penyusunan Skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Ahmad Ramadhan Siregar, M.Si sebagai Pembimbing
Akademik.
3. Kedua orang tua saya Paewai Dg. Tompo dan Mery dan saudara(i) Saya yang
telah memberikan doa, bantuan dan dukungan bagi penulis sehingga makalah
ini dapat terselesikan.
4. Teman-teman dan sekaligus senior penelitian Gunawan Busman, Afrian
Yunanda, Fitriadi, Nunu, Jisril, Wiwin, Alfian Adi Firanysa, Zhazadila,
Sukma, Ummi Kalsum, Abeng Daisuri, Nadra Juharis, Farna, Imha
Churiya, Insani, Nirwana, Cia, Purnama Isti, Hikmayani Iskandar dan
semua mahasiswa Fakultas Peternakan yang telah memberikan bantuan dan
banyak menjadi inspirasi bagi penulis.
vi
5. Saudara Syamsul Bahri, Erwin J, Kak Herdy Dwi Wibowo, Tilawati, Mita
Arifa Hakim dan Kak Muh. Nur Chaidir yang telah memberikan bantuan
selama penelitian.
6. Teman – teman Larfa 13 yang tidak dapat saya sebutkan namanya dan KKN
Miangas 93 khususnya teman divisi ku Eka ashari, Andi Wahyu, Fahira
Ulfa Mursalin, Imam, Ervan, Dahlia, Kak Yusman, Yoshinta, dan Ifka
Marizza serta rekan-rekan HUMANIKA, Charoen Pokphand Best Student
Appreciation (CPBSA) Thailand, Tim PKM Penelitian saya Kamsinar dan
Saioja serta FOSIL yang selalu memberikan dukungan dan motivasi selama
ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena itu penulis memohon saran untuk memperbaiki
kekurangan tersebut. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca terutama
bagi saya sendiri.
Aamin.
Makassar, Mei 2017
Penulis
Edi Tompo
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................. v
DAFTAR ISI ........................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. viii
ABSTRAK .............................................................................................. ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................. 1
Rumusan Masalah ......................................................................... 2
Tujuan dan Kegunaan .................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jagung dan Syarat Tumbuh ............................................ 4
Sistem Hidroponik ........................................................................ 6
Hidroponik Fodder Jagung ............................................................. 8
Pupuk Organik Cair ....................................................................... 8
Nitrogen ......................................................................................... 10
Bahan Kering dan Bahan Organik ................................................. 11
Hipotesis ......................................................................................... 13
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat ......................................................................... 14
Materi Penelitian ........................................................................... 14
Prosedur Penelitian......................................................................... 14
viii
Analisis Proksimat ......................................................................... 16
Analisis Data ................................................................................. 17
Parameter Yang Diukur ................................................................. 18
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produksi Bahan Kering ................................................................. 19
Produksi Bahan Organik ................................................................ 21
PENUTUP
Kesimpulan ................................................................................... 23
Saran ............................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 24
LAMPIRAN ............................................................................................. 28
ix
DAFTAR TABEL
No Halaman
Teks
1. Rataan produksi bahan kering dan bahan organik fodder jagung dari media
Hidroponik ....................................................................................... 19
x
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
Teks
1. Hidroponik Fodder Jagung .............................................................. 8
2. Skema Analisa Proksimat Bahan Pakan ........................................... 13
xi
ABSTRAK
EDI TOMPO (I 111 13 333). Produksi Bahan Kering dan Bahan Organik Fodder
Jagung Dari Media Hidroponik Dengan Penambahan Nutrisi Yang Berbeda.
Dibawah bimbingan Syahriani Syahrir dan Marhamah Nadir
Hydroponic fodder jagung dapat dijadikan sebagai teknologi alternatif untuk
memproduksi pakan hijauan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi
bahan kering dan bahan organik dari fodder jagung yang diberikan penambahan
nutrisi yang berbeda. Penelitian ini dirancang berdasarkan rancangan acak
kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan 5 kelompok. Perlakuan P1 = Media tanam
hidroponik tanpa penambahan nutrisi, P2 = Media tanam hidroponik dengan
penambahan nitrogen sebesar 200 ppm dan P3 = Media tanam hidroponik dengan
penambahan pupuk cair (POC) komersial 0,5 %. Sidik ragam menunjukkan
bahwa pemberian nutrient yang berbeda-beda pada perlakuan tidak memberikan
pengaruh nyata (P˃0,05) terhadap produksi bahan kering dan bahan organik
fodder jagung. Hasil penelitian ini memperlihatkan rata-rata produksi bahan
kering fodder jagung dengan sistem hidroponik pada P1 adalah 76,72 g, P2
sebesar 78,40 g, P3 sebesar 79,89 g dan produksi bahan organik pada P1 adalah
75,15 g, P2 sebesar 77,38 g, dan P3 sebesar 78,72 g. Disimpulkan bahwa produksi
bahan kering dan bahan organik fodder jagung dari media hidroponik dengan
penambahan nutrisi yang berbeda menunjukkan hasil yang tidak bebeda namun
kecendrungan adanya peningkatan produksi bahan kering dan bahan organik pada
perlakuan P3 dengan nutrient pupuk organik cair (POC).
Kata Kunci : Bahan Kering, Bahan Organik, Hidroponik, Fodder Jagung,
Nutrient
xii
ABSTRACT
EDI TOMPO (I 111 13 333). The Production Of Dry Materials And Organic
Fodder The Corn From The Media Hydroponic With The Addition Of Different
Nutrients. Under The Guidance Of Syahriani Syahrir And Marhamah Nadir
Hydroponic fodder can be used as alternative technology to produce feed of
forage. The study aims to determine the production of dry materials and organic
materials from corn fodder that given the addition diferent nutrients. This study
was designed based on randomized complete block design (RAK) with 3
treatment 5 groups. In each treatment plant P1 = Media hydroponics without the
addition of nutrients, P2 = Media hydroponic growing with the addition of 200
ppm nitrogen and P3 = Media hydroponic growing with the addition of liquid
fertilizer (POC) of commercial 0.5%. Variance showed that administration of
different nutrients in treatment does not give real effect (P˃0,05) towards the
production of dry matter and organic matter corn fodder. This study shows the
average production of fodder dry matter corn with hydroponics system at P1 was
76.72 g, P2 of 78.40 g, P3 of 79.89 g and the production of organic matter in P1
was 75.15 g, P2 for 77.38 g, and P3 of 78.72 g. It was concluded that the
production of dry matter and organic matter from the media hydroponic corn
fodder with the addition of different nutrients showed somewhat different results,
but the tendency of an increase in the production of dry matter and organic matter
in P3 treatment with nutrient liquid organic fertilizer (POC).
Keywords: Dry Materials, Materials Organic, Hydroponics, Fodder Corn,
Nutrient
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman jagung adalah salah satu tanaman yang potensial untuk di tanam
pada saat musim kemarau dengan menggunakan sistem hidroponik fodder jagung.
Jagung merupakan tanaman C4 yang mampu beradaptasi dengan baik meskipun
terdapat faktor pembatas pertumbuhan dan produksi (Goldsworthy dan Fisher
1980). Keunggulan lain dari jagung yang ditanam dengan sistem hidroponik
yaitu biji jagung memiliki waktu pertumbuhan yang cepat sehingga dapat
diproduksi dalam waktu singkat. Salah satu tantangan dalam memproduksi
hijauan pakan (green fodder) dengan sistem hidroponik yaitu tumbuhnya jamur.
Keadaan lingkungan (suhu, kelembaban dan cahaya) yang kurang mendukung
dapat menyebabkan jamur berkembang yang kemudian merusak tanaman dan
menyebabkan masalah kesehatan pada ternak yang diberi pakan berjamur.
Hydroponic fodder jagung dapat dijadikan sebagai teknologi alternatif
untuk memproduksi pakan hijauan. Hidroponik adalah suatu istilah yang
digunakan untuk bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media
tanamnya serta menggunakan campuran nutrisi esensial yang dilarutkan didalam
air (Sodarmodjo, 2008). Teknik hidroponik memiliki kemampuan untuk
menghasilkan produk berkualitas selain itu sistem hidroponik tidak tergantung
dengan musim sehingga tanaman dapat ditanam sepanjang tahun dan dapat
ditanam dilahan yang sempit dengan sistem green house. Budidaya tanaman
dengan sistem hidroponik umumnya dilakukan didalam greenhouse
(Suhardiyanto, 2009). Dari penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
penggunaan bioslurry lebih dari 50% dapat menurunkan jumlah produksi bahan
2
segar (Melisa 2014). Produksi hijauan jagung yang dihasilkan dari penanaman biji
sebanyak 713 gram hanya menghasilkan sekitar 2 kali lipat hijauan segar.
Produksi ini sama dengan percobaan sebelumnya yang mencapai produksi 2 kali
lipat dan berbeda dengan penelitian Sneath dan Mclntosh (2003) yang
menyatakan bahwa 1 kg biji yang ditanam dapat menghasilkan 6 sampai 10 kg
hijauan segar. Salah satu alternatif untuk memenuhi bahan pakan disaat
kurangnya ketersediaan hiajaun pakan karena keterbatasan lahan yaitu dengan
pembuatan fodder jagung yang diberikan beberapa perlakuan khusus yaitu
penambahan nutrient dalam media hidroponik untuk melihat produksi bahan
kering dan bahan organik dari pakan fodder jagung.
3
Perumusan Masalah
Beternak dilahan terbatas harus mengefisienkan pemanfaatan lahan untuk
penanaman hijauan secara berkelanjutan. Salah satu alternatif yang dapat
ditawarkan untuk pemenuhan nutrisi ternak kambing adalah fodder jagung.
Fodder jagung juga mengandung banyak nutrisi yang sangat potensial untuk
digunakan sebagai pakan ruminansia. Oleh karena itu diperlukan penelitian
tentang berapa produksi bahan kering dan bahan organik fodder jagung yang
diberikan nutrisi yang untuk menghasilkan hijauan pakan yang cukup banyak dan
relaif cepat.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produksi bahan kering dan
bahan organik dari fodder jagung yang diberikan penambahan nutrisi yang
berbeda.
Kegunaan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai
produksi bahan kering dan bahan kering fodder jagung yang diberikan
penambahan nutrisi yang berbeda untuk meningkatkan penggunaan fodder jagung
sebagai sumber hijauan pakan.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jagung dan Syarat Tumbuh
Tanaman jagung termasuk famili rumput-rumputan (graminae) dari sub
famili myadeae. Jagung termasuk tanaman C4 yang mampu beradaptasi baik pada
faktor-faktor pembatas pertumbuhan dan hasil. Salah satu sifat tanaman jagung
sebagai tanaman C4, antara lain daun mempunyai laju fotosintesis lebih tinggi
dibandingkan tanaman C3, fotorespirasi rendah, efisien dalam penggunaan air
(Muhadjir, 1988).
Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) akar
seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah
akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan
melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar
seminal akan berhenti. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari
buku di ujung mesokotil, kemudian setelah takar adventif berkembang dari tiap
buku secara berurutan dan terus keatas antara 7-10 buku, semuanya di bawah
permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar
seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif berperan
dalam pengambilan air dan hara. Perkembangan akar jagung (kedalaman dan
penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik dan kimia tanah,
keadaan air tanah, dan pemupukan. Akar jagung dapat dijadikan indikator
toleransi tanaman terhadap cekaman aluminium. Tanaman yang toleran
aluminium, tudung akarnya terpotong dan tidak mempunyai bulu-bulu akar
(Syafruddin, 2002).
5
Secara umum tanaman jagung dapat tumbuh pada daerah dengan
ketinggian 0-1.300 m dari permukaan laut dan dapat hidup baik di daerah panas
maupun dingin. Menurut Sutoro dkk, (1988) bahwa selama pertumbuhannya,
tanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari yang cukup karena sangat
mempengaruhi pertumbuhannya. Muhadjir (1988) menambahkan bahwa jumlah
radiasi surya yang diterima tanaman selama fase pertumbuhan merupakan faktor
yang penting untuk penentuan jumlah biji. Selanjutnya Mulyadi dkk, 2011)
menambahkan bahwa intensitas cahaya merupakan faktor penting dalam
pertumbuhan tanaman jagung oleh sebab itu tanaman jagung harus mendapatkan
cahaya matahari langsung. Bila kekurangan cahaya batangnya akan kurus, lemah,
dan tongkol kecil serta hasil yang didapatkan rendah.
Syarat tumbuh tanaman jagung adalah tanah gembur, banyak mengandung
bahan organik, aerase dan drainasenya baik. Jagung dapat tumbuh baik pada
berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan pengolahan yang baik. Tanah dengan
tekstur lempung berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. Tanah-tanah
dengan tekstur berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik bila
pengelolaan tanah dikerjakan secara optimal, sehingga aerase dan ketersediaan air
di dalam tanah berada dalam kondisi baik. Kemasaman tanah (pH) yang baik
untuk pertumbuhan tanaman jagung berkisar antara 5,6 – 7,5 (Rochani, 2007).
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoceous) karena bunga
jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina (tongkol)
muncul dari axillary apical tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik
tumbuh apikal diujung tanaman. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari
saluran stylar ovary yang matang pada tongkol. Hampir 95 % dari persariannya
6
berasal dari serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5 % yang berasal dari serbuk sari
tanaman sendiri. Karena itu disebut juga tanaman bersari bebas (cross pollinated
crop) (Aria dan Chozin 2009).
Buah jagung terdiri atas tongkol, biji, dan daun pembungkus. Biji jagung
mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung
pada jenisnya. Pada umumnya, biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat
secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8 – 20 baris biji. Biji
jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (seedcoat), endosperm dan
embrio (Murni dan Arif, 2008).
Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 ml/bulan. Oleh karena
itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan penyebarannya.
Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/bulan. Untuk
mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan pola distribusinya
selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam dapat ditentukan dengan baik dan
tepat (Parwati dkk, 2008).
Sistem Hidroponik
Hidroponik secara harfiah berarti Hydro = air, dan phonic = pengerjaan.
Sehingga secara umum berarti system budidaya pertanian tanpa menggunakan
tanah tetapi menggunakan air yang berisi larutan nutrient. Budidaya hydroponik
biasanya dilaksanakan di dalam rumah kaca (greenhouse) untuk menjaga supaya
pertumbuhan tanaman secara optimal dan benar – benar terlindung dari pengaruh
unsur luar seperti hujan, hama penyakit, iklim dan lain–lain. Keunggulan dari
beberapa budidaya dengan menggunakan system hidroponik antara lain:
Kepadatan tanaman per satuan luas dapat dapat dilipat gandakan sehingga
7
menghemat penggunaan lahan. Jenis hidroponik dapat dibedakan dari media yang
digunakan untuk berdiri tegaknya tanaman. Media tersebut biasanya bebas dari
unsur hara (steril), sementara itu pasokan unsur hara yang dibutuhkan tanaman
dialirkan ke dalam media tersebut melalui pipa atau disiramkan secara manual.
Media tanam tersebut dapat berupa kerikil, pasir, gabus, arang, zeolite atau tanpa
media agregat (hanya air). Yang paling penting dalam menggunakan media tanam
tersebut harus bersih dari hama sehingga tidak menumbuhkan jamur atau penyakit
lainnya (Idha, 2014).
Beberapa keuntungan yang diderikan oleh sistem hidroponik diantaranya
(1) keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin. (2)
perawatan lebih praktis dan gangguan hama lebih terkontrol. (3) pemakaian pupuk
lebih hemat (efisien). (4) tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman
yang baru . (5) tidak membutuhkan banyak tenaga kasar karena metode kerja lebih
hemat dan memiliki standarisasi. (6) tanaman dapat tumbuh lebih pesat dan
dengan keadaan yang tidak kotor dan rusak. (7) hasil produksi lebih continue dan
lebih tinggi disbanding dengan penanama ditanah. (8) harga jual hidroponik lebih
tinggi dari produk non hydroponic. (9) beberapa jenis tanaman dapat
dibudidayakan di luar musim. (10) tidak ada resiko kebanjiran,erosi, kekeringan,
atau ketergantungan dengan kondisi alam. (11) tanaman hidroponik dapat
dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas, misalnya di atap, dapur atau garasi.
Kelemahan sistem hidroponik yaitu (1) investasi awal yang mahal. (2)
memerlukan keterampilan khusus untuk menimbang dan meramu bahan kimia. (3)
Kketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik agak sulit (Idha, 2014).
8
Hidroponik Fodder Jagung
Hidroponik fodder dapat dijadikan sebagai teknologi alternatif untuk
memproduksi pakan hijauan. Hidroponik adalah suatu istilah yang digunakan
untuk bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya serta
menggunakan campuran nutrisi esensial yang dilarutkan di dalam air (Sodarmodjo,
2008). Teknik hidroponik memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk
kandungan nutrisi yang berkualitas selain itu sistem hidroponik tidak tergantung
dengan musim sehingga tanaman dapat ditanam sepanjang tahun dan dapat
ditanam di lahan yang sempit dengan sistem green house. Budidaya tanaman
dengan sistem hidroponik umumnya dilakukan di dalam green house
(Suhardiyanto, 2009). Berikut ditampilkan gambar 1. pertanaman fodder jagung
dalam media hidroponik .
Gambar 1. Hidroponik Fodder Jagung
Pupuk Organik Cair
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman
untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu
berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun
9
non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen. Pupuk mengandung bahan
baku yang diperlukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara
suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme.
Meskipun demikian, ke dalam pupuk, khususnya pupuk buatan, dapat
ditambahkan sejumlah material suplemen (Sutanto dan Rachman, 2002).
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah. Pupuk organik cair mengandung banyak bahan organik
didalamnya (Ayub, 2004).
Pupuk organik cair memiliki mamfaat bagi tanaman yaitu untuk
menyuburkan tanaman, Untuk menjaga stabilitas unsur hara dalam tanah, untuk
mengurangi dampak sampah organik di lingkungan sekitar, untuk membantu
revitalisasi produktivitas tanah, untuk meningkatkan kualitas produk (Suriadikarta
dkk, 2006).
Adapun keunggulan dari pupuk organik cair yaitu : (1) mudah untuk
membuatnya, (2) murah harganya, (3) tidak ada efek samping bagi lingkungan
maupun tanaman, (4) bisa juga dimanfaatkan untuk mengendalikan hama pada
daun (bio-control), seperti ulat pada tanaman sayuran. (5) aman karena tidak
meninggalkan residu, pestisida organik juga tidak mencemari lingkungan.
Kelemahan yang umum terdapat pada pupuk organik/ hayati cair, yaitu :
(1) viabilitas (daya hidup) mikroorganisme yang dikandungnya sangat rendah, (2)
populasi mikroorganisme kecil (< 106 cfu/ml), bahkan cenderung tidak ada/mati
seiring dengan waktu, (3) nutrisi yang terkandung cukup banyak. Umumnya
10
nutrisi yang ada berupa N, P, dan K, (4) mikroorganisme di dalamnya sangat
mudah berkurang bahkan mati, (5) tingkat kontaminasi sangat tinggi, (6)
seringkali menghasilkan gas (kemasan rusak) dan bau tidak sedap (busuk), (7)
tidak tahan lama (kurang dari setahun), (8) masalah dalam transportasi dan
penyimpanan, (9) perlu ketekunan dan kesabaran yang tinggi dalam membuatnya,
(10) hasilnya tidak bisa diproduksi secara massal (Suriadikarta dkk, 2006).
Nitrogen (Urea)
Nitrogen merupakan unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman, tanpa
nitrogen pertumbuhan tanaman akan lambat. Pentingnya nitrogen bagi tanaman
dipertegas dengan kenyataan bahwa dalam tanaman hanya karbon, oksigen dan
hidrogenlah yang jumlahnya lebih banyak dari nitrogen untuk memenuhi
kebutuhan tanaman terhadap unsur ini, biasanya dilakukan dengan pemberian
pupuk urea (Salisbury and Ross, 1995).
Unsur Nitrogen merupakan unsur yang paling dominan berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman selada dibandingkan unsur lainnya (Salisbury dan
Ross, 1995). Bila N cukup dan kondisi pertumbuhan yang baik maka protein akan
terbentuk. Pada kondisi karbohidrat sedikit disimpan pada bagian vegetatif, maka
protoplasma akan lebih banyak dibentuk, sehingga tanaman akan sukulen karena
protoplasma banyak mengandung air (Havlin et al., 1999).
Dari hasil penelitian Djamaan (2006), pemberian urea 0,3 g/pot
memberikan produksi lebih tinggi (61,1 g) dari tanpa pemberian Urea (60,4 g).
sedangkan fungsi nitrogen secara umum adalah merangsang pertumbuhan
tanaman secara keseluruhan yang merupakan bagian dari sel (organ) tanaman itu
sendiri, nitrogen berfungsi untuk sintesa asam amino dan protein dalam tanaman ,
11
merangsang pertumbuhan vegetatif (warna hijau) seperti daun. Namun tanaman
yang kekurangan unsur N akan menunjukkan gejala seperti : pertumbuhan
lambat/kerdil, daun hijau kekuningan, daun sempit, pendek dan tegak, daun-daun
tua cepat menguning dan mati.
Bahan Kering dan Bahan Organik
Bahan kering (BK) adalah total zat-zat pakan selain air dalam suatu bahan
pakan, kebutuhan bakan kering ini dipenuhi dari hijauan dan konsentrat. Bahan
kering merupakan faktor yang penting dalam menentukan jumlah danefisiensi
produktifitas ruminansia, dimana ukuran tubuh ternak sangat mempengaruhi
konsumsi pakan (Elita, 2006). Bahan kering meliputi senyawa organik yang
meliputi karbohidrat, protein, lipid dan non organik yang meliputi vitamin dan
mineral. Dalam sebuah pakan haruslah memenuhi kereteria bahan baku, bahan
kering terutama kadar air. Kadar air dalam suatu bahan pakan sangat
mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pakan tersebut. Apabila
kadar air bahan pakan tersebut cukup tinggi maka bahan pakan tersebut memiliki
kadar bahan kering yang relatife rendah karena kadar air yang tinggi pada pakan
akan mempengaruhi konsumsi sehingga bahan kering juga akan rendah hal ini
juga berkaitan dengan bahan organik (Winarno, 2004).
Nilai konsumsi pakan tinggi disebabkan oleh bentuk pakan lebih halus
juga karena bentuk kering udara menyebabkan kambing sering mengkonsumsi air
sehingga membantu proses hidrolisis, laju kecernaan pakan serta pengosongan isi
lambung cepat mengakibatkan konsumsi pakan meningkat (Ali, 2008). Jumlah
bahan kering pakan yang dapat dikonsumsi oleh seekor ternak selama satu hari
perlu diketahui. Kandungan bahan kering pakan tergantung dari hijauan yang
12
diberikan. Konsumsi bahan kering pada ternak kambing pada umumnya adalah 3-
3.8 % dari berat badan (Tarigan, 2009).
Bahan organik merupakan bagian terbesar nutrien yang dibutuhkan oleh
ternak. Kualitas bahan kering yang dimakan oleh ternak tidak saja tergantung dari
mutu bahan makanan yang dimakan, tetapi juga tergantung ukuran ternak yang
memakan bahan makanan tersebut. Konsumsi pakan dipengaruhi oleh laju
pencernaan pakan dan tergantung pada bobot badan ternak dan kualitas pakan.
Bahan organik berkaitan erat dengan bahan kering karena bahan organik
merupakan bagian terbesar dari bahan kering. Tinggi rendahnya konsumsi bahan
organik akan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya konsumsi bahan kering. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar komponen bahan kering terdiri dari komponen
bahan organik, perbedaan keduanya terletak pada kandungan abunya (Murni dkk,
2012).
Metode analisa proksimat pertama kali dikembangkan oleh Henneberg dan
Stohman pada tahun 1860 di sebuah laboratorium penelitian di Weende, Jerman
(Hartadi dkk, 1997). McDonald et al. (1995) menjelaskan bahwa analisa
proksimat dibagi menjadi enam fraksi nutrien yaitu kadar air, abu, protein kasar,
lemak kasar, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Berikut
ditampilkan analisis proksimat bahan pakan seperti pada gambar 2 dibawah.
13
Gambar 2. Skema analisa proksimat bahan pakan (McDonald et al., 1995).
Hipotesis
Diduga bahwa pemberian nutrisi yang berbeda pada dalam media tanam
hidroponik akan menghasilkan produksi bahan kering dan bahan organik fodder
jagung yang berbeda
Bahan
Makanan
Air
Bahan
Kering
Bahan
Organ
ik
Abu
Protein Kasar
BOTN
LemaK kasar
karbohi
drat
Serat
kasar
BETN
14
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian budidaya hidroponik fodder jagung dilakukan di Unit Pengujian
Pakan Terpadu dan analisis bahan kering dan bahan organik dilakukan di
Laboratorium Kimia Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak,
Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin. Penelitian ini dilakukan dari bulan
November 2016 sampai dengan Januari 2017.
Materi Penelitian
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain rak, tray
(nampan yang telah dilubangi dengan ukuran ukuran 32 cm x 25 cm), gayung,
sprayer kapasitas 2 L, gelas ukur kapasitas 2 L, ember, saringan, thermometer,
penggaris dan alat tulis, timbangan digital, rak besi dengan tinggi ± 2 meter, lebar
76 cm, dan tinggi masing-masing rak satu ke rak yang lain adalah 34 cm, serta
alat-alat laboratorium untuk analisis bahan kering dan bahan organik.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu biji jagung kuning
varietas lamuru 3 kg, air sumur, larutan nutrient urea, dan pupuk organik cair
komersial.
Metode Penelitian
Prosedur Penelitian
Persiapan Benih
Persiapan benih dilakukan dengan merendam benih didalam air untuk
mengetahui benih yang baik dan yang tidak baik, kemudian menyiapkan media
15
tampung berupa nampan yang agak besar dan datar. Rak besi di rakit bersusun
dengan tinggi ± 2 meter, lebar 76 cm, dan tinggi masing-masing rak 34 cm dan
setiap rak diletakkan nampan plastic yang sebelumnya telah dilubangi bagian
bawahnya agar air tidak tergenang. Ukuran wadah disesuaikan dengan dengan
jumlah 150 g benih jagung yang ditanam.
Penanaman dan Pemeliharaan Hijauan Pakan Hidroponik
Jagung yang digunakan terlebih dahulu disortir dengan cara direndam
dalam air. Jagung yang mengapung diatas permukaan air kemudian dibuang.
Setelah itu jagung ditiriskan dan ditimbang. Setelah 15 menit direndam dalam air,
jagung dicuci kembali dan kemudian direndam dalam air selama 24 jam. Setelah
24 jam jagung diangkat dan ditiriskan kemudian disebar pada nampan atau rak
sebanyak 150 g per nampan. Setiap 4 jam sekali benih jagung disemprot atau
disiram dengan larutan yang berbeda masing perlakuan. Kalau pembuatan
foddernya skala besar, baiknya menggunakan timer sprayer sehingga
mempermudah penyiraman. Penyiraman dilakukan selama 9 hari (sampai waktu
panen yang diharapkan)
Pemanenan fodder jagung
fodder jagung di panen pada umur 9 hari karena pertumbuhan daun dan
akar yang sudah sangat lebat. Pemanenan fodder jagung dilakukan dengan cara
menggulung foddernya dan menyiram air pada akar fodder supaya menghilangkan
aroma air yang masih tersisa di bagian akar, setelah itu mengangkat dan
memotong-motong fodder hingga beberapa bagian potongan dan diambil sampel
dari masing-masing perlakuan dari ke 5 ulangan pada nampan sebanyak 100 g.
Setelah sampel diambil dimasukkan kedalam plastik dan kemudian dimasukkan
16
kedalam oven selama 3 hari dengan suhu 600C hal ini dilakukan untuk
mengurangi kadar air didalam fodder jagung sampai 0 % air.
Analisis Proksimat
Analisa bahan kering dan bahan organik dilakukan dengan analisa
proksimat. Untuk mengetahui kandungan bahan kering dan bahan organik,
dilakukan menurut prosedur sebagai berikut (McDonald et al, 1995)
Bahan Kering
1. Cawan porselin yang bersih dimasukkan ke dalam oven pada suhu 105°C
selama 2 jam. Kemudian didinginkan di dalam desikator selama 30 menit
dan ditimbang (a gram).
2. Menimbang sampel sebanyak 1 gram kemudian dimasukkan ke dalam
cawan porselin (b gram).
3. Kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 105°C selama 24 jam
dan setelah kering didinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali (c
gram).
Rumus yang digunakan adalah :
Bahan kering
Kadar air = 100% ˗ bahan kering
Keterangan : a : berat cawan kosong (gram)
b : berat sampel sebelum oven (gram)
c : berat cawan + sampel setelah oven (gram)
Bahan Organik
1. Sampel ditambah cawan penetapan kadar air di atas dimasukkan ke dalam
tanur listrik selama 3 jam pada suhu 600°C.
17
2. Dibiarkan agak dingin (suhunya sekitar 200°C), kemudian dimasukkan
kedalam desikator selama 30 menit, lalu ditimbang (d gram).
Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar abu adalah:
Kadar Abu =
Kadar bahan organik = 100 % − % Abu
Keterangan : a = berat cawan kosong
b = berat cawan + sampel sebelum ditanur
d = berat cawan + sampel setelah ditanur
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) menurut (Gasperz,
V., 1994) dengan 3 perlakuan dan dengan 5 kelompok. Perlakuannya adalah
sebagai berikut :
P 1 = Media tanam hidroponik tanpa penambahan nutrisi
P 2 = Media tanam hidroponik dengan penambahan nitrogen sebesar 200 ppm
P 3= Media tanam hidroponik dengan penambahan pupuk cair (POC) komersial
0,5 %
Model matematikanya adalah sebagai berikut :
Yij = μ + αi + βj + εij
Di mana :
Y = nilai pengamatan atau pengukuran
μ = nilai rata-rata harapan
δi = pengaruh perlakuan
βj = pengaruh kelompok sebagai ulangan
ε = pengruh kesalahan percobaan
i = perlakuan 1-3
j = kelompok 1-5
18
Parameter Yang Diukur
Dalam penelitian ini parameter yang diukur adalah kandungan bahan
kering dan bahan organik Fodder jagung. Analisa bahan kering, bahan organik
dilakukan berdasarkan analisis proksimat.
A. Produksi Bahan Kering
Produksi bahan segar (g) x % BK
B. Produksi Bahan Organik
Produksi Bahan kering (g) x % BO
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai rataan produksi bahan kering dan bahan organik fodder jagung dari
media hidroponik dengan penambahan nutrisi yang berbeda dapat dilihat pada
Tabel 1. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian nutrient yang berbeda-
beda pada perlakuan tidak memberikan pengaruh nyata (P˃0,05) terhadap
produksi bahan kering dan bahan organik fodder jagung. Rataan hasil produksi
bahan kering dan bahan organik di tampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Produksi Bahan Kering dan Bahan Organik Fodder Jagung Dari
Media Hidroponik
Parameter
Perlakuan
P1 P2 P3
Produksi Bahan Kering (g) 76,72 78,40 79, 89
Produksi Bahan Organik (g) 75,15 77,38 78,72
Keterangan: P 1 = Media tanam hidroponik tanpa penambahan nutrisi
P 2 = Media tanam hidroponik dengan penambahan urea
P 3 = Media tanam hidroponik dengan penambahan (POC)
Produksi Bahan Kering
Rataan perlakuan masing-masing adalah sebesar P1 = 76,72 g, P2 = 78,40
g dan P3 = 79,89 g. Berdasarkan Tabel 1. Produksi bahan kering fodder jagung
dengan sistem hidroponik tidak berbeda dari setiap perlakuan (P˃0,05). Namun
ada kecendrungan perlakuan P3 yang menggunakan nutrient pupuk organik cair
(POC) produksinya lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan P1 yang
menggunakan air sumur dan P2 yang menggunakan urea. Masing-masing
perlakuan P2 dan P3 mampu meningkat yaitu sebesar 1,68 (P2) dan 3,17 (P3).
20
Pada perlakuan P1 hanya menggunakan air sumur saja menghasilkan
bahan kering dan bahan organik yang cukup rendah karena air sumur tidak
mengandung unsur hara makro dan mikro untuk pertumbuhan tanaman secara
vegetative, kemudian perlakuan P2 yang menggunakan nutrient urea ada
kecendrungan menghasilkan produksi bahan kering dan bahan organik yang
relatif tinggi dibandingkan dengan perlakuan P1 dengan air sumur. Hal ini karena
pada P2 diberikan penambahan nutrient berupa nitrogen yang merupakan unsur
hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman karena fungsi dari nitrogen (N) itu
sendiri adalah merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, untuk
sintesa asam amino dan protein dalam tanaman, merangsang pertumbuhan
vegetatif (warna hijau) seperti daun.
Pada perlakuan P3 menunjukkan peningkatan produksi bahan kering dan
bahan organik, hal ini disebabkan karena pada perlakuan P3 menggunakan pupuk
organik cair (POC) memiliki kandungan nutrisi cukup lengkap. Hal ini sesuai
dengan pendapat Melisa (2014) yang menyatakan bahwa perlakuan dengan
menggunakan larutan POC sebagai nutrient dapat menurunkan kadar air.
Rendahnya kadar air pada hijauan dapat pula menunjukan bahwa produksi
tanaman menghasilkan berat kering hijauan yang tinggi. Selanjutnya menurut
Chavan and Kadam (1989) menyatakan bahwa saat pemanenan biomassa hijauan
dapat diketahui karena pada kepadatan tanaman masih terdapat benih utuh yang
tidak tumbuh baik. Hal ini mempengaruhi produksi bahan kering. Diketahui
bahwa bahan kering biji jagung cukup tinggi 89.97%, maka produksi bahan
kering pun tetap tinggi yang dikarenakan masih terdapatnya benih utuh tersebut.
Hal ini disebabkan dengan pemberian POC dapat meningkatkan ketersediaan dan
21
serapan unsur hara terutama unsur hara N yang sangat diperlukan tanaman,
sehingga tanaman dapat memacu pertumbuhan vegetatifnya. Seperti dikemukakan
oleh Marsono dan Sigit (2001) bahwa unsur hara makro dan mikro sangat
dibutuhkan oleh tanaman, terutama N diperlukan untuk pembentukan klorofil
yang diperlukan dalam proses fotosintesis dan memacu pertumbuhan vegetatif
tanaman. Phosphor untuk pembentukan batang dan daun, sehingga dapat
memenuhi kebutuhan tanaman jagung. Selanjutnya unsur kalium (K) berperan
sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti fotosintetis, akumulasi,
translokasi, transportasi karbohidrat, membuka menutupnya stomata, atau
mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel. Unsur mikro adalah unsur yang
diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit. Walaupun hanya diserap dalam jumlah
kecil, tetapi unsur hara mikro penting untuk menunjang keberhasilan dalam proses
pertumbuhan. Hal ini juga berhubungan dengan kompetisi tanaman untuk
mendapatkan unsur hara, air serta efisiensi dalam penggunaan cahaya matahari
(Gonggo et al., 2003). Penanaman melalui hidroponik ini dapat menghindari
kompetisi hijauan dalam mendapatkan nutrien.
Produksi Bahan Organik
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh rataan perlakuan
berturut-turut produksi bahan organik fodder jagung adalah P1 = 75,15 g, P2 =
77,38 g, dan P3 = 78,72 g. Dari masing-masing perlakuan tersebut ada
kecendrungan perlakuan P3 menunjukkan produksi bahan organik yang lebih
tinggi dibandingkan pada perlakuan P1 dan P2. Kenaikan bahan organik tersebut
pada perlakuan P3 di pengaruhi oleh nutrient yang diberikan yaitu penambahan
pupuk organik cair (POC). Pupuk organik cair (POC) mampu meningkatkan
22
produksi bahan organik fodder jagung sebesar 3,57 g, sedangkan pada
penggunaan urea meningkatkan produksi sebesar 2,23 g. Hal ini disebabkan
dengan pemberian POC dapat meningkatkan ketersediaan dan serapan unsur hara
sangat diperlukan untuk pembentukan senyawa organik seperti karbohidrat,
protein dan lipida. Unsur-unsur tersebut berperan dalam pembentukan organ-
organ tanaman. Seperti dikemukakan oleh Setyati (1995) bahwa hasil
metabolisme (karbohidrat, protein dan lipida) digunakan tanaman untuk keperluan
pembentukan dan pembesaran sel tanaman. Selanjutnya dijelaskan oleh
Dwidjoseputro (1991) bahwa tanaman akan tumbuh subur dan memberikan hasil
yang baik jika unsur hara yang dibutuhkannya tersedia dalam jumlah cukup dan
seimbang. Hal tersebut dikarenakan fungsi asam humat yang terkandung dalam
POC memadukan fungsi biokimia dari inti bahan aktif senyawa organik berupa
bahan humat (humic substances) yang didominasi oleh asam-asam humik dan
fulvik dan fungsi nutritif dari unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan
tanaman untuk tumbuh dan berproduksi secara menguntungkan (Goenadi dan
Sudharama, 2005).
23
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa produksi bahan kering dan bahan organik fodder jagung dari media
hidroponik dengan penambahan nutrisi yang berbeda menunjukkan hasil yang
tidak bebeda namun kecendrungan adanya peningkatan produksi bahan kering dan
bahan organik pada perlakuan P3 dengan nutrient pupuk organik cair (POC).
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kombinasi nutrient POC dan
urea, pengaruh suhu lingkungan serta dosis terbaik penggunaan larutan nutrient
untuk meningkatkan produksi tanaman fodder jagung dengan sistem hidroponik.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016 http://www.gagas pertanian.com/2016/07/fodder-jagung-
hidroponik-cara-mudah. html#axzz4O6fjVPi6, diakses pada tanggal 25
Oktober 2016
Ali, U. 2008. Pengaruh penggunaan onggok dan isi rumen sapi dalam pakan
komplit terhadap penampilan kambing peranakan etawah. Majalah Ilmiah
Peternakan. 9 (3) :15.
Aria, B dan Chozin, M.A. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Dan
Frekuensi Pemberian Pupuk Urea terhadap pertumbuhan Dan Produksi
Jagung (Zea mays L.) Di Lahan Kering. Makalah Ilmiah. Bogor :
Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor.
Ayub, S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi Dan Manfaatnya. Edisi 1. Penerbit
PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. Hal 2.
Chavan, J. and Kadam, S.S. (1989). Nutritional improvement of cereals by
sprouting. Critical Reviews in Food Science and Nutrition 28 (5): 401-437.
Dara, B. P., 2010. Uji Efektivitas Pupuk Organik Cair (Poc) Terhadap
Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.), dan Sifat
Kimia Tanah Pada Tanah Ultisol Cijayanti. Skripsi. Bogor: Institut
Pertanian Bogor. Hal 29-43
Djamaan, 2006. Pemberian nitrogen (urea) terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung (Zea mays L.). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Sumatera Barat. Hal 1-26
Dwidjoseputro, D. 1991. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta
Elita, A. S. 2006. Studi Perbandingan Penampilan Umum dan Kecernaan Pakan
Pada Kambing dan Domba Lokal. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor, Bogor. Hal 13.
Gasperz, V., 1994. Metode Perancangan Percobaan untuk Ilmu - Ilmu Pertanian,
Teknik dan Biologi. CV. Armico. Jakarta.
Goldsworthy, P. R, Fisher. NM. 1980. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Susilo
H, Penerjemah: Universitas gajah Mada Press. Terjemahan dari: Physiology
of Tropical Field crops. Yogyakarta.
Gonggo, B., Turmidi E, Brata W. 2003. Respon pertumbuhan dan hasil ubi jalar
pada sistem tumpangsari ubi jalar jagung manis di lahan bekas alang-alang.
JIPI. 5 (1) : 34-39.
25
Goenadi, D.H., dan I.M. Sudharama. 2005. Shoot initiation by humic acids of
selected tropical crops grows in tissue culture. Plant Cell Report 15 : 59-62.
Havlin, J.L., J.D. Beaton, SM. Tisdale and W.L. Nelson .1999. Soil Fertility and
Fertilizers 6 th. Colition. Perintice. Hall. New Jersey. 499 p.
Handayanto, E. G. Cadisch and Giller, K.E. (1997). Regulating N mineralization
from plant residues by manipulation of quality. In Driven by Nature Plant
Litter Quality and Decomposition , (E ds Cadisch, G. and Giller, K.E.), pp.
175 - 186. Department of Biological Sciences, Wey College.,University of
London, UK.
Hartadi, H., Soedomo R., Soekanto L., Allen D. Tillman. 1997. Tabel-tabel Dari
Komposisi Bahan Makanan Ternak Untuk Indonesia. Fakultas Peternakan
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Idha, S. R.. 2014, Pemanfaatan lahan dengan menggunakan sistem hidroponik.
Jurnal Universitas Tulung Agung Bonorowo. 1 (2) : 1-2.
Kusumaningrum, B. I. 2009. Kajian Kualitas Ransum Kambing Peranakan Ettawa
Di Balai Pembibitan Dan Budidaya Ternak Ruminansi Kendal. Laporan
Praktek Kerja Lapangan. Fakultas Peternakan Universitas diponegoro,
Semarang. Hal. 21.
Marsono dan Siigit. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Mc Donald, P., RA. Edwards. JFG Greenhalgh, and CA. Morgan. 1995. Animal
Nutrition Prentice Hall.
Melisa, D. 2014. Evaluasi Produksi dan Kualitas Nutrisi Hijauan Jagung (Zea
mays L) Dari Penanaman Hidroponik. Skipsi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Muhadjir, F. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Bogor. Hal 423.
Murni, A.M., dan Arief, R.W. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Balai
Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Seri Buku Inovasi : TP/04/2008.
Hal 17.
Mulyadi, Sutardi, dan Sudaryabto, B., 2011. Pengkajian Penggunaan Urea dan
Kompos Pada Pertanaman Jagung Verietas Lamuru Di Lahan Kering
Beriklim Kering. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta.
Seminar Nasional Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian Sebagai
Penggerak Ketahanan Pangan. Mataram. Prosiding, Jilid I. Hal : 51 – 53.
26
Murni, R., Akmal, dan Y. Okrisandi. 2012. Kecernaan Bahan Kering Dan Bahan
Organik Kulit Buah Kakao yang Difermentasi dengan Kapang
Phanerochaete chrysosporium sebagai Pengganti Hijauan dalam ransum
Ternak Kambing. Agronak. 2 : 6-10.
Parwati, I.A.P., Sudaratmaja, I.G.A.K., Trisnawati, N.W. Suratmini, P. Suyasa, N.
Sunanjaya, W. Budiari, L. Pardi., 2008. Prima Tani di LKDTIB Desa
Belanga, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Laporan Hasil
Penelitian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Rochani, S. 2007. Bercocok Tanam Jagung. Azka Press. Jakarta. Hal 59.
Sarief, S.E. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana,
Bandung. Hal 28.
Setyati Harjadi, S. M.M. 1995. Pengantar Ilmu Agronomi. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta. Hal 9.
Sneath R and McIntosh F. 2003. Review of hydroponic fodder production for beef
cattle (bibliografi). Queensland (AUS): Department of Primary Industries.
Steel, G.D.R and H.J. Torrie. 1981. Principles And Procedures of Statistics A
Biometrical Approach. Mc Graw-Hill Broh Company.
Syafruddin. 2002. Tolak Ukur dan Konsentrasi Al untuk Penapisan Tanaman
Jagung Terhadap Ketenggangan Al. Ha l 3-4.
Salisbury, F.B., dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi tumbuhan. Jilid 1 Terjemahan
Diah R. Lukman dan Sumaryo. ITB, Bandung.
Sofyan A. 2000. Pedoman Teknis Perluasan Areal Kebun Hijauan Makanan
Ternak. Kementrian Pertanian. Jakarta.
Suhardiyanto, H. 2009. Teknologi Rumah Tanaman untuk lklim Tropika Basah:
Pemodelan dan Pengendalian Lingkungan. Bogor : IPB Pr.
Sutanto dan Rachman. 2002. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan &
Pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta. Hal
Suriadikarta, Didi Ardi., Simanungkalit, R.D.M. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk
Hayati. Jawa Barat:Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Lahan Pertanian. Hal 2.
Sodarmodjo. 2008. Hidroponik. Parung Farm. Bogor . Hal 22.
Sutoro, Y., Soelaeman dan Iskandar. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Balai
Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan . Bogor.
27
Tarigan, A. 2009. Produktivitas dan Pemanfaatan Jagung Sebagai Pakan Ternak
Kambing Pada Interval dan Intensitas Pemotongan Yang Berbeda. Institut
Pertanian Bogor, Bogor. hlm 19.
Winarno. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
28
LAMPIRAN
Tabel 2 .Rataan Produksi Bahan Kering dan Bahan Organik Fodder Jagung
Berbasis dengan Sumber Nutrient Yang Berbeda
Kelompok
Perlakuan
Total
Air Sumur
(p1)
Urea
(p2)
POC
(p3)
I 82.00 77.22 90.64 249.86
Ii 75.05 70.85 78.00 223.90
Iii 73.63 80.60 78.93 233.16
Iv 63.61 74.74 72.68 211.03
V 87.24 88.59 79.76 255.59
total 381.53 392.00 400.01 1173.54
rata - rata 76.31 78.40 80.00 234.71
Table 2. Hasil Perhitungan Sidik Ragam Produksi Bahan Kering
SK DB JK KT F hitung F table
0,05 0,01
Perlakuan 2 34,35 17,17 0,30 3,89
Sisa 12 674,36 56,20
Total 14 708,71
29
Tabel 3. Hasil Perhitungan Sidik Ragam Produksi Bahan Organik
kelompok
Perlakuan
Total
Air Sumur
(p1)
Urea
(p2)
POC
(p3)
I 80.73 76.16 88.96 245.86
Ii 73.84 69.83 76.84 220.52
Iii 72.46 79.70 77.71 229.89
Iv 62.69 73.82 71.34 207.87
V 86.02 87.39 78.75 252.17
total 375.77 386.92 393.63 1156.31
rata - rata 75.15 77.38 78.73 231.26
Table 4. Hasil Perhitungan Sidik Ragam Produksi Bahan Organik
SK DB JK KT F hitung F table
0,05 0,01
Perlakuan 2 34,09 17,04 0,31 3,89
Sisa 12 649,39 54,116
Total 14 684,48
30
Hasil Analisis Ragam dan Uji Duncan Produksi Bahan Kering
Descriptives
hasil
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
p1 5 76.3060 8.97080 4.01186 65.1673 87.4447 63.61 87.24
p2 5 78.4000 6.71689 3.00389 70.0599 86.7401 70.85 88.59
p3 5 80.0020 6.55733 2.93253 71.8600 88.1440 72.68 90.64
Total 15 78.2360 7.11495 1.83707 74.2959 82.1761 63.61 90.64
Test of Homogeneity of Variances
Hasil
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.380 2 12 .692
ANOVA
Hasil
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 34.353 2 17.176 .306 .742
Within Groups 674.362 12 56.197
Total 708.715 14
Hasil
Perlaku
an N
Subset for alpha
= 0.05
1
Duncana p1 5 76.3060
p2 5 78.4000
p3 5 80.0020
Sig. .473
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
31
Hasil Analisis Ragam dan Uji Duncan Produksi Bahan Organik
Descriptives
hasil
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
p1 5 75.1530 8.85082 3.95820 64.1633 86.1427 62.70 86.02
p2 5 77.3838 6.64611 2.97223 69.1316 85.6360 69.83 87.39
p3 5 78.7252 6.40112 2.86267 70.7772 86.6732 71.35 88.97
Total 15 77.0873 7.00249 1.80804 73.2095 80.9652 62.70 88.97
Test of Homogeneity of Variances
Hasil
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.411 2 12 .672
ANOVA
Hasil
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 32.561 2 16.280 .299 .747
Within Groups 653.928 12 54.494
Total 686.489 14
hasil
Perlaku
an N
Subset for alpha
= 0.05
1
Duncana p1 5 75.1530
p2 5 77.3838
p3 5 78.7252
Sig. .481
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
32
DOKUMENTASI
Gambar 1. Penyemaian hari pertama Gambar 2. Penyemaian hari ke -1
Gambar 3. Fodder Jagung hari ke 1 Gambar 4. Fodder jagung hari ke-2
33
Gambar 5. Fodder hari ke-4 Gambar 6. Fodder hari ke-5
Gambar 7. Pemeliharaan fodder hari ke-4 Gambar 8. Pemanenan fodder
34
Gamabar 9. Pemotongan dan Pengambiilan sampel fodder
35
Gambar 10. Analisis Kandungan nutrisi fodder jagung
36
RIWAYAT HIDUP
Edi Tompo, lahir di Sumberdadi pada tanggal 07
November 1994, bangsa Indonesia, agama Islam, alamat Jl.
Andi Pangeran Pettarani, 3 No 24 B. Anak ke- 8 dari 9
bersaudara dari pasangan bapak Dg. Tompo dan Sitti
Aisyah. Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh
adalah Sekolah Dasar Negeri (SDN) 108 Minna dan lulus tahun 2006. Kemudian
setelah lulus, melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 Bone-Bone
lulus tahun 2009 dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), lulus pada tahun 2012.
Setelah menyelesaikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), saya diterima di
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) melalui jalur tertulis, Seleksi Bersama Masuk
Perguruan Tinngi Negeri (SBMPTN) Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin, Makasssar. Hingga akhirnya lulus Pendidikan Sarjana (S1) Program
Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar pada
tahun 2017. Selama menjadi mahasiswa penulis juga aktif menjadi pengurus
Himpunan Nutrisi dan Makanan Ternak (HUMANIKA UNHAS) dan menjadi
anggota pengurus Forum Studi Ilmiah Fakultas Peternakan (FOSIL), aktif dalam
event Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional, Penerima hibah PKM 5 Bidang tahun
2017, dan Penerima Hibah PKM Tanoto Student Research Award 2015, serta
menjadi Peserta Charoen Pokphand Best Student Appreciation (CPBSA) Bangkok,
Thailand 2017 dan yang terakhir sebagai Best Paper Presentation bangkok,
Thailand 2017.