Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh...

82
Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat (Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah (S.sy) Oleh : Abduloh 107044202013 KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM PROGRAM STUDI HUKUM KELUWARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432 H / 2011 M

Transcript of Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh...

Page 1: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat(Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia)

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syari’ah(S.sy)

Oleh :

Abduloh107044202013

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAMPROGRAM STUDI HUKUM KELUWARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUMUIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A1432 H / 2011 M

Page 2: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

ii

Praktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat(Perspektik Hukum Islam Dan Hukum Positif)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:Abduloh

NIM: 107044202013

Di Bawah Bimbingan:

Dr. H. Umar Al Hadad, MANIP: 196809041994011001

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

PROGRAM STUDI HUKUM KELUWARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1432 H /2011 M

Page 3: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Praktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa

Barat, (Perspektik Hukum Islam dan Hukum Positif) telah di ujikan dalam sidang

munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada

Tanggal 24 Agustus 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Ahwal Al

Syakhsiyyah.

Jakarta, 13 September 2011Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah Dan Hukum

Prof.DR.H.M.Amin Suma,SH. MA. MM NIP. 19550505 198203 1 012

PANITIA UJIAN

Ketua : Drs. H. A. Basiq Djalil. SH, MANIP: 19500306 197603 1001 : (.................................)

Sekertaris : Hj.Rosdiana, MANIP. 1969 06102003122001 : (.................................)

Pembimbing : Dr. Umar Al-Haddad.MANIP.196809041994011001 : (.................................)

Penguji I : Dr, JM. Muslimin. MANIP. 150295489 : (…………………….)

Penguji II : Dr. H. M. Nurul Irfan. M.AgNIP. 1973080220031 : (.................................)

Page 4: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 24 Juni 2011

Abduloh

Page 5: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahNya, terucap dengan tulus dan ikhlas Alhamdulillāhi Rabbil ‘ālamīn tiada

henti karena dapat terselesaikannya penulisan skripsi ini. Salawat seiring salam

semoga selalu tercurah limpahkan kepada insan pilihan Tuhan khātamul anbiyā’i

walmursalīn Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat dan kita sebagai

umatnya yang terus istiqomah mengikuti ajaran dan sunahnya hingga yaumil akhir.

Dengan setulus hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh

dari kesempurnaan. Namun demikian, skripsi ini hasil usaha dan upaya yang

maksimal dari penulis. Tidak sedikit hambatan, cobaan dan kesulitan yang ditemui.

Banyak hal yang tidak dapat dihadirkan oleh penulis didalamnya karena keterbatasan

pengetahuan dan waktu. Namun patut disyukuri karena banyak pengalaman yang

didapat dalam penulisan skripsi ini.

Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada

semua pihak Bapak:

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM., Selaku Dekan Fakultas

Syariah dan Hukum serta para Pembantu Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 6: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

vi

2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH, MA, Selaku Ketua Program Studi Ahwal

Syakhsiyyah dan Ibu Hj. Rosdiana, MA selaku Sekretaris Program Studi

Ahwal Syakhsiyyah.

3. Dr. H. Umar Al Haddad, MA yang telah membimbing, memberikan arahan

dan meluangkan waktu dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.

4. Seluruh dosen dan civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Pimpinan dan seluruh karyawan perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Lurah dan Para Staf di Kelurahan Tapos, Bapak Kepala KUA

Cimanggis dan Ketua Pengadilan Depok yang telah meluangkan waktu disela-

sela kesibukannya untuk berwawancara dan memberikan informasi kepada

penulis.

7. Kedua orang tua tercinta H. Saepudin dan Hj. Maemunah yang sejak kecil

mendidiku hingga sekarang bisa menyelesaikan skripsi ini. Tak akan terbalas

segala apa yang di berikan oleh bapa dan umi hanya doa yang bisa penulis

panjatkan semoga Allah pangjangkan umur beliau dan keberkahan selalu

menaunginya.

8. Kepada kakak ku Abdulrahman dan adik ku Muhammad Zaenudin. Terima

kasih telah memberikan semangat dan dukungan, tak lupa kepada belahan

jiwa ku Aulia Selviana yang selalu mensuport penulis.

Page 7: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

vii

(Penulis)

9. Teman-teman kosan Arif (babeh), Maulana Yusuf (rony), Sofyan (ojan) dan

Saefullah (degel). Canda dan guyonan kalian tak bisa terlupakan.

10. Sahabat perjuangan, teman-teman Konsertasi Administrasi Keperdataan Islam

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta angkatan 2007.

11. Semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, atas jasa bantuan semua pihak baik berupa moril dan

materiil, sampai detik ini penulis panjatkan do’a semoga Allah memberikan

balasan yang berlipat dan menjadikannya amal jariyah yang tidak pernah berhenti

mengalir hingga hari akhir penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi penuis khususnya dan para pembaca umumnya. Semoga Allah senantiasa

memberikan kemudahan bagi kita semua dalam menjalani hari esok ada dan apa

yang kita lakukan diridhai oleh Allah swt, amin.

Jakarta: 20 Rajab 1432 H

24 Juni 2011 M

Page 8: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN.................................................................................. iii

KATA PENGANTAR.............................................................................................. iv

DAFTAR ISI............................................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.................................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah.............................................. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 8

D. Review Studi Terdahulu….............................................................. 9

E. Metodologi Penelitian dan Teknik Penulisan ................................. 10

F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 11

BAB II CERAI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM

POSITIF

A. Pengertian Perceraian...................................................................... 13

B. Talak Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif........................... 16

C. Macam-macam Thalak Menurut Hukum Islam .............................. 23

D. Akibat Hukum Thalak..................................................................... 26

E. Cerai Ilegal, Pengertian dan Batasannya......................................... 28

BAB III POTRET DESA TAPOS

A. Sejarah Singkat Berdirinya Kota Depok. ........................................ 29

B. Jumlah Warga Tapos Depok ........................................................... 34

C. Profesi Warga Tapos Depok ........................................................... 35

D. Pendapatan dan Tingkat Pendidikan Warga Tapos Depok............. 36

Page 9: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

ix

BAB IV ANALISIS TERHADAP KASUS PRAKTEK PERCERAIAN

MASYARAKAT TAPOS, DEPOK

A. Faktor-faktor Terjadinya Perceraian Ilegal ..................................... 38

B. Pemahaman Masyarakat Tentang Cerai Ilegal................................ 41

C. Peran Ulama Dalam Menyikapi Terjadinya Perceraian Ilegal Pada

Masyarakat Tapos Depok................................................................ 43

D. Analisis Penulis............................................................................... 46

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 50

B. Saran-saran...................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 55

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Dosen Pembimbing ....................................... 58

2. Surat Permohonan Data/Wawancara............................................ 59

3. Surat Keterangan Dari Kelurahan Tapos ..................................... 60

4. Surat Keterangan Dari KUA ........................................................ 61

5. Surat Keterangan Dari Pengadilan Agama Depok....................... 62

6. Data Dari Pengadilan Agama Depok…………………………… 62

7. Data Dari Kelurahan Tapos.......................................................... 64

8. Hasil Wawancara Dengan Para Pihak.......................................... 65

9. Hasil Wawancara Dengan Ketua Kantor Urusan Agama ............ 66

10. Hasil Wawancara Dengan Panitera Muda Hukum Pengadilan

Agama Depok............................................................................... 67

Page 10: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan menurut Hukum Islam merupakan suatu ikatan yang paling suci

dan paling kokoh antara suami dan istri. Oleh karena itu Islam menetapkan ikatan

tersebut untuk jangka waktu yang tak terbatas (kecuali nikah mut’ah dalam syi’ah)

kelanggengannya.1 Tujuan perkawinan menurut undang-undang perkawinan No.1

Tahun 1974 adalah membentuk keluarga bahagia dan kekal. Pasal 1 undang-undang

ini menegaskan perkawinan ialah ikatan lahir batin antara pria dengan seorang wanita

sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2

Adapun aspek utama yang diperhatikan dalam membangun rumah tangga

ialah aspek fisik, etika, dan cinta.3 Allah swt menanamkan rasa cinta kepada lawan

jenis dalam diri setiap manusia. Kaum wanita tertarik kepada kaum lelaki begitu pula

sebaliknya. Sesungguhnya manusia itu (laki-laki dan perempuan) saling

membutuhkan, untuk saling mendapatkan ketenangan dan kasih sayang. Fiqihpun

telah menggariskan bahwa nikah berfungsi sebagai kehalalan untuk jiwa. Perkawinan

merupakan jalan alami dan sah untuk mengeluarkan dan memuaskan naluri seksual,

1 Djama’ah Nur, Fiqh Munakahat, (Jakarta : Dina Utama Semarang, 1993), Cet Ke-3. h.1302 UU. Perkawinan No.1 Tahun 1974 Pasal 1. (Bandung : Fokus Media, 2005), Cet. Pertama

h.23 Muhdor Ahmad Assegaf, Perceraian Salah Siapa, (Jakarta : PT. Lentera Basritama, 2001),

cet.1, h.113

Page 11: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

2

namun bukanlah menjadi tujuan utama sebuah pernikahan. Kemudian efek dari

perkawinan menjadikan badan menjadi sehat, jiwa terasa tenang. Maka terpelihara

dari pandangan haram dan ketenangan jiwa menikmati sesuatu yang halal.4 Selain itu

keduanya saling membutuhkan untuk saling mencurahkan perasaan dan pikiran serta

bersama-sama merasakan pahit dan manisnya kehidupan dalam suka maupun duka,

sehingga dapat menyelesaikan segala kesulitan dan penderitaan yang dihadapi. Modal

pertama untuk membangun suatu kehidupan bersama adalah adanya saling parcaya

antara anggotanya.5 Begitu pula dalam rumah tangga saling parcaya antara pasangan

suami isteri itu sangat penting agar tidak saling curiga mencurigai.

Penyatuan sepasang suami istri bukanlah hanya sekedar hasil rekayasa hidup

manusia, tetapi telah menjadi kodrat alam semesta sejak pertama kali diciptakan.

Islam memandang hubugan suami istri sangatlah penting, karena dalam

kehidupan bersuami istri (keluarga) itulah awal masa interaksi seseorang sebelum ia

(suami istri) mengenal masyarakat luas, keharmonisan suami istri merupakan faktor

penentu bagi keharmonisan masyarakat. Apabila kehidupan suami istri baik maka

baik pula masyarakat. Sebaliknya apabila kehidupan suami istri rusak, maka

masyarakat pun menjadi rusak.

Melihat arti pentingnya hubungan suami istri serta pengaruhnya dalam

pembangunan masyarakat seutuhnya, maka Islam telah memberikan perhatian yang

4 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid , (Kairo: Daar al-Fath, tth ), cet ke-1 jilid 2 h.95 Satjipto Rahardjo, Hukum dan Prilaku, (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2009), h.5

Page 12: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

3

sangat besar. Islam mengatur sistem kehidupan yang menjamin terciptanya

kebahagian. 6

Dari penjelasan yang cukup singkat diatas, tidaklah berarti bahwa suatu ikatan

perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan adalah suatu hal atau keadaan

yang dapat dijamin keabadian atau kekekalannya. Karena suatu ikatan perkawinan itu

di ikat oleh suatu akad, dan suatu akad adalah temporer sifatnya. Pemahaman ini

dapat diambil dari suatu “mafhum mukholafah” dan definisi akad:

Akad adalah suatu yang dengannya akan sempurna perpaduan antara dua

macam kehendak, baik dengan kata atau yang lain, dan kemudian keadaannya timbul

ketentuan atau kepastian pada dua sisinya”.7

Definisi di atas memberikan pemahaman yang cukup sederhana bahwa suatu

perkawinan sebagai suatu bentuk perikatan yang dapat terputus apabila terdapat dua

macam kehendak yang tidak dapat lagi disatukan, dengan kata lain peluang

perceraian selalu ada dalam sebuah ikatan perkawinan. Namun demikian peluang

perceraian yang diberikan dalam Islam bukanlah sebuah peluang yang dapat

digunakan kapan dan dimana saja. Prosesnya pun tidak semudah seperti akan

melangsungkan suatu ikatan perkawinan. Sebuah perceraian adalah suatu yang

dimurkai oleh Allah.8 Talaq menurut istilah ialah memutuskan tali perkawinan yang

sah dari pihak suami dengan kata-kata yang khusus atau dengan apa yang dapat

6 Muhammad Utsman, Problematika Suami Istri, (Jakarta: Amar Press, 1998), Cet Ke-2 h.47 Ahmad Kuzada, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1981), cet ke-2

h.298 Ahmad Kuzada, Nikah Sebagai Perikatan, h.40

Page 13: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

4

mengganti kata-kata tersebut.9 Selain itu perceraian merupakan alternative terakhir

(pintu darurat) yang dapat dilalui oleh suami istri bila ikatan perkawinan (rumah

tangga) tidak dapat dipertahankan keutuhan dan kelanjutannya.10 Jika melihat sejarah

dalam undang-undang Ibrani lama, seorang suami dapat menceraikan isterinya

dengan alasan apapun, ketika itu aturannya sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali

yang mencegah penggunaan hak suami itu, sehingga suami cenderung

berbuat semena-mena. Wanita tidak di perkenankan meminta cerai dari suaminya

dengan alasan apapun juga.11

Kitab-kitab Fiqih telah menjelaskan tentang bagaimana proses sebuah

perceraian itu selayaknya terjadi baik syarat, rukun serta keadaan-keadaan seseorang

dalam menjatuhkan talak atau melakukan suatu perceraian.

Meskipun tujuan dari pernikahan itu sendiri adalah untuk membentuk

keluarga yang bahagia (sakinah) yang kekal, tapi perjalanan dan fakta sejarah

menunjukan bahwa tidak semua perkawinan berjalan sesuai dengan tujuan yang ingin

dicapainya, mengingat kenyataan menunjukan bahwa teramat banyak pasangan suami

isteri yang perkawinannya “terpaksa” harus berakhir di tengah jalan.12

Di Indonesia perceraian telah diatur oleh Undang-Undang No. 1 tahun 1974

tentang perkawinan. Persoalan ini cukup diatur dalam satu bab yaitu dalam bab VII

9 S. Ziyad Abbas, Fiqh Wanita Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimai, 1991), h.4310 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), cet ke-2

h. 7311 H. Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1995), cet.1, h.4512 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004) Cet. Ke-1, h.101

Page 14: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

5

tentang putusnya perkawinan serta akibat-akibatnya dalam pasal 38-41 dan PP. no.9

tahun 1975 sebagaiman yag telah dicantumkan dalam pasal 18 yang isinya sama

dengan KHI pada pasal 118-122 tentang macam-macam talak dan dalam KHI

(Kompilasi Hukum Islam) hal ini diatur dalam bab XVI tentang putusnya perkawinan

(pasal 113-148) dan bab XVII tentang akibat putusnya perkawianan (pasal 149-162)

Di dalam Islam terdapat berbagai jenis perceraian diantaranya dengan cara

talak, khulu, dan fasakh yang semua itu memberikan sinyal bahwasanya Islam dalam

hal perceraian tidak memihak pada satu pihak (laki-laki) dan mendiskriminasikan

pihak lain (prempuan). Karena sesunguhnya, meskipun talak hanya jatuh oleh

perkataan atau isyarat seorang suami, tetapi seorang istri pun berhak menentukan

nasibnya sendiri dalam suatu ikatan perkawinan. Apabila ia ingin “melepaskan” diri

dari suaminya, ia dapat menempuh dengan cara khulu, tetapi sudah barang tentu

harus disertai dengan alasan-alasan yang jelas, tepat dan harus memenuhi syarat-

syarat yang telah diatur oleh ketentuan fiqh maupun undang-undang hak talak yang

hanya di tangan suami kekuasaannya itu. Tidak boleh dipergunakan sekehendak

hatinya karena hal tersebut sangat di cela oleh agama.

Di zaman modern ini kekuasaan lelaki benar-benar disoroti khususnya dalam

hal perceraian.akan tetapi sebenarnya,kebahagiaan dan kerukunan dalam rumah

tangga itu hanya bisa di capai dengan adanya kesesuaian dan tumbuhnya sikap saling

memahami di antara suami istri. Keadaan akan berbeda apabila rumah tangga yang

akan di bentuk atas azas kesucian dan saling memahami maka biasanya akan

menimbulkan konflik yang pada akhirnya berakibat pada suatu perceraian. Namun,

Page 15: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

6

persoalannya adalah, apakah perceraian yang resmi sebagai hukum yang dapat

memberikan perlindungan hak masing-masing dari suatu perceraian, kebanyakan

kasus di lapangan masyarakat yang bercerai secara illegal, berbanding terbalik ketika

ingin menikah kedua pasangan ingin nikahnya dicatatkan pada kantor urusan agama

(KUA) namun manakala keluarganya karam ditengah jalan dan memutuskan untuk

bercerai seakan tidak mau kedua pasangan ini membawa kemeja pengadilan

melainkan melakukan perceraian dihadapan kiyai atau tokoh masyarakat mereka

menganggap kalau cerai melalui kiyai atau tokoh masyarakat lebih cepat dan efisien

di karenakan proses yang sulit dan biaya yang tidak memadai. Oleh karena itu banyak

suami istri bercerai secara ilegal (cerai bodong) karena menginginkan proses yang

singkat dan murah. Seperti halnya kasus yang terjadi Aceh, Sumatera Barat dan

Sulawesi, talak liar sering terjadi banyak istri datang ke PA dengan secarik kertas saja

menyatakan bahwa suaminya telah menceraikannya. Terjadi dualisme hukum di

Indonesia yang tak kunjung terselesaikan hukum positif disatu pihak dan hukum

agam di pihak lain, dalam doktrin fikih dapat dianggap telah jatuh talaknya.

Sementara menurut Undang-undang, talak tersebut belum terjadi karena ikrar itu tak

dilakukan di depan pengadilan.13 Bukankah Hukum yang baik adalah norma

antisipatif, responsive, mampu beradaptasi dan mengakomodasi perubahan yang

terjadi.14 Tidak bisa disangkal bahwa hukum sebagai norma adalah realitas ideal.15

13 Arskal Salim dkk, Demi Keadilan dan Kesetaraan, (Jakarta: PUSKUMHAM dan AsiaFoundation, 2009), hal.59-60

14 Noryamin Aini,” Budaya Hukum: Melintas Batas Formalisme-Yuridis (SentralitasKompilasi Hukum Islam dan Kitab Kuning dalam Putusan Pengadilan Agama)”, Era Hukum JurnalIlmiah Hukum, No.3/Th.9/Mei (2002).

15 Hans Kelsen, Pengantar Teori Hukum, (Bandung : Nusa Media, 2010), Cet. Ke-3, h.47

Page 16: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

7

Dari permasalahan di atas, peneliti merasa sangat perlu untuk mencoba

membahas dan memecahkan beberapa permasalahan yang muncul. Untuk itu penulis

melakukan penelitian dengan tema “Praktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos

Depok Jawa Barat (Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif di Indonesia).

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan dan agar penelitian ini lebih akurat dan

terarah sehingga tidak menimbulkan masalah baru serta meluas maka penulis

membatasi pembahasan ini pada masalah cerai. Untuk objek penelitiannya,

penulis membatasi objek penelitian di Desa Tapos Kec. Tapos Depok.

Merujuk kepada undang-undang No.1 tahun 1974 pasal 39 tentang proses

perceraian bahwa perceraian yang sah harus dilakukan di muka pengadilan. Jadi

apabila suatu perceraian dilakukan di luar pengadilan disebut perceraian ilegal

2. Rumusan Masalah

Menurut Undang-undang No.1 tahun 1974 pasal 39 tentang proses

perceraian bahwa perceraian yang sah harus dilakukan di muka pengadilan,

namun kenyataannya di lapangan masih banyak terjadi praktek cerai pada

masyarakat Tapos Depok Jawa Barat.

Page 17: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

8

Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perceraian

illegal tersebut terjadi maka dalam penelitian ini penulis membuat rumusan

sebagai berikut:

a. Bagaimana praktek Perceraian di Tapos Depok?

b. Faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya perceraian di bawah tangan di

masyarakat Tapos dan bagaimana dampaknya?

c. Bagaimana penyelesaian kasus perceraian ilegal oleh hakim Pengadilan

Agama, Pegawai pencatat Nikah dan Ulama setempat terhadap cerai di bawah

tangan?

C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Melihat dari pembatasan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui praktek cerai yang dilakukan oleh masyarakat Tapos

merujuk pada ketentuan hukum fikih dan hukum positif (KHI/UU No.1 tahun

1974 dan akibat hukumnya.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya

perceraian yang illegal.

c. Untuk mengetahui cara menanggulangi tingkat perceraian illegal.

Page 18: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

9

2. Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah ilmu dan memperluas wawasan

intelektualitas bagi mahasiswa atau masyarakat yang membaca hasil

penelitian ini, khususnya penulis sendiri.

b. Sebagai pengembangan wawasan mengenai masalah perceraian, terutama

yang berkaitan dengan perceraian illegal yang ada di Tapos Depok.

c. Menjadi sumbangan pemikiran bagi mahasiswa dan masyarakat yang ingin

mendalami hukum cerai di Indonesia, Khususnya Fakultas Syariah dan

Hukum Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Review Studi Terdahulu

Dalam studi review yang penulis lakukan terhadap tulisan sebelumnya, ada

beberapa skripsi yang penulis angkat antara lain yang di tulis oleh. Dede Rohyadi

(NIM: 102044125037) di dalam skripsinya yang berjudul Perceraian di Luar Prosedur

PA di Kecamatan Sodonghilir, Tasikmalaya dan akibat hukumnya, ada beberapa poin

yang disoroti antara lain hak isteri dan anak pasca perceraian tanpa melalui

pengadilan agama terabaikan karena tidak ada kekuatan hukum.

Sedangkan pada skripsi yang akan diangkat oleh penulis lebih menyoroti

kepada sejauh mana tingkat kesadaran masyarakat tentang peraturan perundang-

undngan yang berlaku mengenai perceraian yang harus dilakukan di Pengadilan

Agama.

Page 19: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

10

E. Metodologi Penelitian dan Teknik Penulisan

Penulisan skripsi ini tentu membutuhkan data, baik data khusus maupun data

penunjang, data tersebut diperoleh melalui metode penelitian sebagai berikut:

Dan hal ini tidak terlepas dari tehnik pengumpilan data, yaitu:

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ilmiah jelas harus menggunakan metode, karena ciri khas ilmu

adalah dengan menggunakan metode.16 Dalam menggunakan pendekatan kasus,

yang perlu dipahami oleh peneliti adalah ratio decidendi, yaitu alasan-alasan

hukum yang digunakan dalam menganalisis permasalahan.17 Pada penelitian ini

dilakukan melalui pendekatan kualitatif untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya prilaku, persepsi motivasi, tindakan

dan lain-lain. dan dengan cara deskriptif dalam membentuk kata-kata dan bahasa

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode ilmiah.18 Dalam hal ini apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis

maupun lisan dan juga prilakunya yang nyata, yang dipelajari adalah objek

penelitian yang utuh.19

2. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini penulis memperoleh data penelitian dari

berbagai sumber anataralain sebagai berikut:

16 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang : BayumediaPublishing, 2007) Cet. Ke-3, h.294

17 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana, 2008), hal.11918 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,

2005) Cet. Ke 21, h.619 Sorjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia,

1984), hal 32

Page 20: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

11

a. Melalui studi kepustakaan atau library research, yaitu metode pengumpulan

data yang dipergunakan bersama-sama metode lain seperti wawancara dan

pengamatan (observasi).20 Dalam aplikasinya penulis mencari informasi data

dari literatur-literatur yang berkaitan dengan pembahasan skripsi. Seperti:

buku-buku, kitab-kitab fiqh klasik dan Undang-undang yang berlaku.

b. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan

cara mengumpulkan data-data yang ada relevansinya dengan skripsi ini

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, penulis menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data, antara lain:

a. Observasi

b. Wawancara

c. Studi pustaka

4. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dalam penulisab skripsi ini adalah menggunakan

"Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Mengenai sistematika penulisan, dalam hal ini peneliti membaginya kedalam

lima bab yang secara garis besar sebagai berikut:

20 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta : Sinar Grafika, 2006), cet.Ke 2, h.50

Page 21: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

12

Bab Pertama Tentang : Pendahuluan. Dalam bab ini akan dijelaskan alasan

pemilihan judul, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan penulisan, metode penelitian dan pengumpulan data

serta sistematika penulisan.

Bab Kedua Tentang : Analisa teoritis tentang cerai. Dalam bab ini akan

menjelaskan tentang pengertian talak/cerai dalam

perspektif hukum Islam dan hukum positif (KHI dan UU

No. 1 tahun 1974), dasar hukum, macam-macam talak dan

akibat hukum.

Bab Ketiga Tentang : Pemahaman masyarakat tentang talak menurut hukum

positif (KHI dan UU No.1 tahun 1974). Dalam bab ini akan

membahas tentang manusia sebagai objek hukum,

pemahaman warga: jumlah penduduk, profesi, pendapatan,

dan tingkat pendidikan.

Bab Keempat Tentang : Dalam bab ini dijelaskan tentang faktor-faktor terjadinya

perceraian illegal pada masyarakat Tapos, tanggapan dari

petugas pencatat pernikahan, pengadilan agama Depok dan

ulama setempat disertai analisis penulis.

Bab Kelima Tentang : Penutup, meliputi kesimpulan dan saran-saran.

Page 22: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

13

BAB II

CERAI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

A. Pengertian Perceraian

Putusnya perkawinan adalah istilah hukum yang digunakan dalam Undang-

undang perkawinan untuk menjelaskan “perceraian” atau berakhirnya ikatan

pernikahan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan selama hidup sebagai

suami isteri. Untuk maksud dari perceraian itu, fiqh menggunakan istilah furqah. 21

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata cerai diartikan dengan pisah atau

putus.22 Cerai yang dalam bahasa Arab disebut dengan talak adalah isim masdar dari

kata –– yang semakna dengan kata dan , yaitu melepaskan

atau meninggalkan. Dalam istilah Agama talak artinya melepaskan ikatan perkawinan

atau bubarnya hubungan perkawinan. Sedangkan dalam Ensiklopedia Islam Indonesia

talak menurut istilah adalah melepaskan tali perkawinan atau mengakhiri hubungan

perkawinan.23

Adapun beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ulama, di

antaranya:

21 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006) Cet.Ke-1 h.189

22 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 1998), Cet. ke-1, h. 163

23 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 8, (Bandung: Al-Ma’arif), 1990, Cet. ke-7, h.9

Page 23: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

14

Menurut Sayyid Sabiq dalam kitabnya, Fikih al-sunnah mengartikan talak

dengan:

٢٤

Artinya: “Talak adalah lepasnya ikatan perkawinan dan Berakhirnya hubunganperkawinan antara suami istri”.

Sedangkan Abdurrahman al-Jaziri dalam kitabnya, al-Fiqih ala al-Mazahib

al-Arba’ah mendefinisikan talak dengan “

٢٥

Artinya: “Talak adalah menghilangkan ikatan perkawinan atau mengurangi (ikatan)pelepasan dengan kata-kata tertentu,”

Definisi thalak yang lebih panjang dapat dilihat dalam kitab kifayat al-Akhyar

yang menjelaskan thalak sebagai sebuah nama untuk melepaskan ikatan nikah dan

thalak adalah lafadz jahiliyah yang setelah Islam datang meneteapkan lafadz itu

sebagai kata untuk melepaskan nikah. Dalil-dalil tentang thalak itu berdasarkan al-

Kitab, al-Hadits, Ijma’ ahli agama dan ahli sunnah.26

Mazhab Hanafi dan mazhab Hanbali mendefinisikan talak sebagai pelepasan

sebagai pelepasan ikatan perkawinan secara langsung atau pelepasan perkawinan di

masa yang akan datang. Yang dimaksud “secara langsung” adalah tanpa terkait

dengan sesuatu dan hukumnya langsung berlaku ketika ucapan talak tersebut

24 Abdurrahman bin Ismail kinani, Zawaidu ibnu ‘ala’ Kutub al-khamsah, (Beirut Daar Kutubal-Ilmiah, 1993), h.288

25 Abdurrahman al-Jazir, al-Fiqh ala’ al-Arba’ah, (Beirut: Daar al-fiqh, 1972), Juz IV, h.27826 Imam Tqiyuddin, Kifayat al-Akhyar fi Hal Ghoyat al-Ikhtiyar, (Surabaya: Darul Ihya), juz

II, h.84

Page 24: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

15

dinyatakan suami. Adapun yang dimaksud dengan “di masa yang akan datang”

adalah berlakunya hukum talak tersebut tertunda oleh suatu hal.

Mazhab Syafi’i mendefinisikan talak sebagai pelepasan akad nikah dengan

lafal atau itu. Dengan definisi ini, baik hukum talak ba’in maupun raj’i langsung

berlaku ketika pernyataan talak disampaikan oleh suami dan resiko talak tersebut

berlaku ketika pernyataan talak disampaikan oleh suami dan segala resiko talak

tersebut berlaku untuk kedua belah pihak. Di pihak lain Mazhab Maliki

mendefinisikan talak sebagai suatu sifat hukum yang menyebabkan gugurnya

kehalalan suami isteri.27 Sedangkan menurut Subekti, perceraian ialah penghapusan

perkawinan dengan putusan hakim, atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan

itu.28

Dari beberapa definisi talak di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

talak adalah hilangnya atau lepasnya ikatan perkawinan, hanya saja ada beberapa

mainstream yang mengakibatkan perbedaan dalam mendefinisikan arti talak.

Sebagian ulama ada yang menekankan pada akibat hukum dari adanya talak, yaitu

hilangnya hubungan suami istri dan segala sesuatu yang berkaitan dengan hak dan

kewajiban suami istri. Sedangkan ulama yang lainnya berorientasi pada tindakan

seseorang yang bertujuan untuk melepaskan ikatan perkawinan dengan menggunakan

lafadz tertentu. Sedangkan arti mengurangi pelepasan ikatan perkawinan yang

diungkapkan oleh Abdurrahman al-Jajiri adalah berkurangnya hak talak bagi suami

yang mengakibatkan berkurangnya jumlah talak yang menjadi hak suami dari tiga

27 Ensiklopedia Islam, Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, (Jakarta : PT. Ikhtiar Baru VanHoeve, 1997), Cet, Ke-4, h.53

28 Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, (Jakarta : PT. Intermasa, 2003), cet, ke-13, h.42

Page 25: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

16

menjadi dua, dari dua menjadi satu, dari satu menjadi hilang hak talak itu yaitu yang

terjadi dalam talak raj’i.

Dalam Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan maupun dalam

putusan pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang No. 1

tahun 1974 tentang perkawinan tidak terdapat pengertian perceraian secara khusus,

hanya saja dalam pasal 38 Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan

menyebutkan bahwa perceraian merupakan salah satu sebab putusnya perkawinan.

Senada dengan Kompilasi Hukum Islam bahwa putusnya perkawinan dapat pula

terjadi karena talak.

B. Thalak Menurut Hukum Islam dan Hukum Positif

1. Talak Menurut Hukum Islam

Pada dasarnya pernikahan dalam Islam mengandung dasar kelanggengan,

namun pada perakteknya dalam menjalankan kehidupan rumah tangga terkadang

terjadi ketidakcocokan di antara masing-masing kedua belah pihak. Kondisi

tersebut bila dibiarkan berlarut-larut akan menimbulkan dampak yang negatif dan

sulit untuk mewujudkan kehidupan yang sakinah, mawaddah, warahmah. Untuk

mengatasi dampak yang buruk itu, Islam memberikan solusi yang paling terakhir

digunakan, yaitu dengan cara melalui “thalaq” adapun dasar hukum talak

dinyatakan dalam beberapa surah di antaranya sebagai berikut:

a. Q.S. al-Baqarah ayat 131:

Page 26: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

17

)/١٣١: ٢(Artinya: Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir

iddahnya, Maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atauceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). janganlahkamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengandemikian kamu Menganiaya mereka. Barangsiapa berbuat demikian,Maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, daningatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allahkepadamu Yaitu Al kitab dan Al Hikmah (As Sunnah). Allahmemberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nyaitu. dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanyaAllah Maha mengetahui segala sesuatu. (QS Al-Baqarah/2: 131).

b. Q.S. Thalaq ayat 1:

)/١: ٦٥(

Artinya: Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Makahendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat(menghadapi) iddahnya (yang wajar). dan hitunglah waktu iddah ituserta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamukeluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka

Page 27: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

18

(diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yangterang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya Dia telahberbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak mengetahuibarangkali Allah Mengadakan sesudah itu sesuatu hal yangbaru.(Thalaq/65: 1)

Hal ini diperjelas oleh hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Abu

Hurairah :

: : : ، ،) .(٢٩

Artinya: “Dari Abu Hurairah, ia berkata : telah bersabda Rasulullah saw,:ada tiga perkara yang disungguhkan jadi dan dipermainkanpun jadi,yaitu : nikah, thalaq dan ruju’. (diriwayatkan dia 4, kecuali nasaidan disahihkan oleh hakim).

Menurut H.A.S Al-Hamdani, ia menyatakan bahwa menurut asalnya

perceraian atau talak itu hukumnya makruh berdasarkan sabda Rasullah SAW:

: .) .(٣٠

Artinya: “Sesuatu perbuatan yang halal yang paling dibenci Allah adalahtalak (perceraian)”. (Riwayat Abu Dawud, Ibn Majah, dan al-Hakim, dari Ibn’Umar).

Selain itu ada hadits Nabi yang menyatakan kebolehan (Ibahah) dalam

hal talak seperti:

29 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulugh al-Maram, (Jakarta: Dar Al-Kutub Al-Islamiyah, 2002),Cet. I, h. 230

30 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulugh al-Maram, ...... h.245

Page 28: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

19

:

)(٣١

Kemudian dengan memperhatikan aspek kemaslahatan dan aspek

kemadharatan dari sebuah perceraian, maka hukumnya bisa menjadi: (1)

wajib; (2) sunnah; (3) haram; (4) makruh dengan penjelasan-penjelasan

sebagai berikut:

Perceraian dapat menjadi wajib hukumnya dalam dua keadaan.

a. Adanya perselisihan antara suami istri (syiqaq) yang tidak mungkin lagi

dapat didamaikan, sementara dua orang hakim yang mengurus perkara

mereka ini, menempuh jalur perceraian.

b. Bilamana seorang suami mengadakan sumpah ‘ila untuk tidak menggauli

istrinya untuk selama-lamanya ataupun selama empat bulan berturut-turut,

maka hukum talaq baginya wajib. Sebab, bagaimana mungkin

kebahagiaan perkawinan dapat terwujud jikalau setelah akad perkawinan,

sang suami bersumpah untuk tidak mau memberikan nafkah batin kepada

istrinya.32

Perceraian dapat menjadi sunnah hukumnya juga dalam dua keadaan.

a. Apabila suami sudah tidak sanggup lagi membayar atau pun memenuhi

kewajibannya selaku suami terhadap isterinya secara cukup dalam

31 Abu Abdillah Muhammad bin Ismail, Shahih al-Bukhari, (Beirut : Daar al-Fikr t.th.) juzIV, h.71

32 Imam Abu Ishaq Ibrahim bin ‘Ali bin Yusuf al-Fairuzzabadi al-Syirazi, al-Muhadzdzab fiFikih al-Imam al-Syafi’i, (Beirut: Dar al- Fikr, [t.th]), jilid II, h.78

Page 29: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

20

penghidupan atau selainnya. Lalu pihak isteri pun telah menuntutnya agar

memenuhi kewajibannya tersebut.

b. Jika pihak istri mengabaikan kewajiban-kewajibannya kepada Allah,

seperti sengaja meninggalkan shalat tanpa halangan syara’, sedangkan

suami sudah tidak mampu lagi memaksakanya agar menjalankan

kewajibannya itu. Maka dalam hal ini, adalah disunnahkan untuk

mengambil jalan perceraian. Disamping itu, seorang istri yang tidak bisa

lagi menjaga kehormatan dirinya dan keluarganya juga sunnah hukumnya

untuk diceraikan.33

Adapun hukum talak yang diharamkan adalah talak bid’ah, yaitu ada

dua macam: pertama, seorang suami mentalak isteri yang sudah digauli ketika

si isteri tersebut sedang dalam keadaan haidh; ataupun yang kedua,

menjatuhkan talak saat isteri dalam keadaan suci namun sudah dicampuri

akan tetapi belum diketahui apakah ia dalam keadaan hamil atau tidak. Alasan

pengharaman kedua macam talak ini ialah bilamana menjatuhkan talak kepada

isteri yang sedang haidh, maka akan berakibat lebih memberikan pihak isteri

dengan lamanya masa ‘iddah yang harus ia jalani. Sementara bila

mentalaknya dalam keadaan suci, maka tidak menutup kemungkinan saat itu

ia sedang dalam keadaan hamil dan adalah dosa besar bagi suami yang

33 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam Lengkap, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004), Cet.-37,h.402

Page 30: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

21

mentalak isterinya sementara mengandung anaknya. Itulah sebabnya mengapa

kedua macam talak ini diharamkan.34

Adapun hukum talak yang makruh ialah bilamana tidak terdapat di

dalamnya indikasi-indikasi yang mensunnahkannya dan tidak ada pula

indikasi-indikasi yang mengharamkannya. Inilah hukum asal yang sebenarnya

dari talak, sebagaimana sabda Nabi SAW: “perbuatan halal yang paling

dibenci oleh Allah SWT adalah talak.”

Talak merupakan seburuk-buruknya perbuatan yang dibenci Allah,

lantaran talak tersebut menyebabkan terputusnya keturunan yang merupakan

maksud tujuan paling mulia dari adanya ikatan perkawinan dan lantaran talak

itu mengandung maksud menghinakan dan merendahkan martabat para isteri,

keluarganya dan anak-anaknya. 35

2. Talak Menurut Hukum Positif

Menurut Kompilasi Hukum Islam, cerai (talak) adalah ikrar suami

dihadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya

perkawinan dengan cara sebagaimana dimaksud dalam pasal 129,130,131 sesuai

dengan pasal 117 Kompilasi Hukum Islam.36

34 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam Lengkap, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,2004), Cet.-37,h.402

35 Abu Bakar bin Sayyid Muhammad Syatha al-Dimyati, I’anat al-Thalibin, (Beirut: Dar al-Fikr,1993), juz IV,h.7

36 Abdul Manan, M. Fauzan, Pokok-pokok Hukum Perdata Wewenang Pengadilan Agama,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. Ke-5,h.28

Page 31: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

22

Sedangkan menurut Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan

cerai talak adalah seseorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan

sidang isterinya mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk mengadakan

sidang guna penyaksian ikrar talak. Menurut hukum positif, bahwa dalam setiap

perceraian yang terjadi harus mengajukan gugatan perceraian ke Pengadilan

Agama bagi warga negara yang beragama Islam dan Pengadilan Negeri bagi

warga negara non Muslim, sesuai dengan Undang-undang Hukum Perdata pasal

2007,”tuntutan untuk perceraian perkawinan, harus diajukan kepada Pengadilan

Negeri.”

Didalam PP No.9 tahun 1975 pasal 16 dinyatakan hal-hal yang

menyebabkan terjadinya perceraian. Perceraian dapat terjadi karena alasan

sebagai berikut:

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan

lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama (2) tahun berturut-turut

tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal yang lain di

luar kemampuannya.

c. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak lain;

d. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak

dapat menghilangkan kewajibannya sebagai suami atau isteri;

Page 32: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

23

e. Antara suami isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan

tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

Selanjutnya pada pasal 39 UUP dinyatakan:

a. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah

pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan

kedua belah pihak.

b. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa suami isteri tidak

akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri.

c. Tata cara perceraian di depan sidang pengadilan diatur dalam peraturan

perundangan sendiri.

C. Macam-macam Talak Menurut Hukum Islam

Ditinjau dari sebab ada tidaknya praktek Rasullah SAW dan para sahabatnya

mengenai penjatuhan talak, maka talak dapat dikategorikan menjadi dua macam

yaitu: talak sunni dan talak bid’i.

Talak sunni ialah yang dijatuhkan suami kepada istri pada saat istri dalam

keadaan suci dan selama suci ini ia belum dicampuri.37 Atau definisi lain

mengungkapkan bahwa talak yang disunnahkan atau diajarkan Rasullah SAW. Maka

termasuk jenis talak ini adalah talak yang dijatuhkan kepada istri yang suci dan

37 A. Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan (NTCR), (Bandung: Al-Bayan, 1995),Cet.-2, h.93

Page 33: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

24

selama masa suci itu belum dicampuri, ataupun talak yang dijatuhkan kepada istri

yang tidak sedang dalam keadaan hamil.38

Sementara talak bid’i ialah talak yang dijatuhkan suami kepada istri yang

sedang dalam keadaan haidh, ataupun dalam keadaan suci akan tetapi sudah ia

campuri.39

Bila ditinjau dari dapat tidaknya seseorang kembali lagi kepada bekas istri

yang diceraikannya, maka talak dapat di kategorikan menjadi dua macam, yaitu: (1)

talaq raj’i; (2) talaq ba’in sugra dan kubra. Pembagian ini berdasarkan bunyi dua buah

firman Allah SWT dibawah ini:40

)/٢٣٠-٢٢٩: ٢(

Artinya: Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengancara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagikamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepadamereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankanhukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri)

38 Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), Cet.-3, h.17039 Kamal Muchtar, Asas-asas Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), Cet.-3, h.17040 A. Zuhdi Muhdlor, Memahami Hukum Perkawinan (NTCR), (Bandung: Al-Bayan, 1995),

Cet.-2, h.93-95

Page 34: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

25

tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa ataskeduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebusdirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya.Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim. Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talakyang kedua), Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Diakawin dengan suami yang lain. kemudian jika suami yang lain itumenceraikannya, Maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertamadan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya berpendapat akan dapatmenjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui. (QS.Al-Baqarah/2: 229-230)

Talak raj’i ialah talak satu dan dua tanpa adanya penebusan talak (‘iwad) dari

istri untuk suami, yang masih, yang masih memberikan kesempatan kepada bekas

suami untuk kembali lagi (rujuk) kepada bekas istrinya itu selam masa ‘iddahnya

tanpa disertai dengan akad yang baru.41

Adapun talak ba’in sugra ialah talak satu dan dua, baik dijatuhkan sekaligus

maupun berturut-turut dengan disertai ‘iwad dari istri untuk suami dan suami masih

berhak kembali lagi dengan bekas istrinya itu hanya saja dengan akad yang baru.

Talak ba’in sugra ini ada tiga macam yaitu: (1) talak yang terjadi sebelum dukhul; (2)

talak dengan tebusan (khulu); (3) talak yang dijatuhkan oleh pengadilan (hakim).42

Sementara talak ba’in adalah talak tiga, baik dijatuhkan sekaligus maupun

berturut-turut, yang menyebabkan seorang suami tidak dapat kembali lagi kepada

bekas istrinya kecuali ia sudah menikah dengan suami yang baru kemudian keduanya

bercerai setelah bercampur dan masa ‘iddahnya pun telah berakhir pula. Barulah

41 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 8, (Bandung: Al-Ma’arif, 1994), h.6042 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 8, (Bandung: Al-Ma’arif, 1994), h.69

Page 35: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

26

dengan persyaratan tersebut si suami boleh menikah lagi dengan bekas istri yang

diceraikan dengan talak tiga.43

D. Akibat Hukum Thalak

Ketika sebuah ikatan perkawinan telah berakhir maka ada konsekwensi logis

yang diterima bagi pihak suami dan pihak isteri yang menjadi hak dan kewajiban bagi

kedua belah pihak. Hal ini tersebut dan tercantum dalam Kompilasi Hukum Islam.

Dalam hal putusnya perkawinan dengan proses cerai talak, akibat hukum yang

terjadi diatur dalam pasal 149 KHI yaitu:

1. Memberikan Mut’ah (sesuatu) yang layak kepada bekas isteri, baik berupa uang

atau benda kecuali bekas isteri tersebut qabla dukhul.

2. Memberikan nafkah, makan dan kiswah (tempat tinggal dan pakaian) kepada

bekas isteri selama dalam masa iddah, kecuali bekas isteri telah dijatuhi talak

ba’in atau nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil.

3. Melunasi mahar yang masih terhutang seluruhnya dan separuh bila qabla al-

dukhul.

4. Memberikan biaya hadhanah (pemeliharaan anak) untuk anak yang belum

mencapai 21 tahun.

Selain itu KHI juga mengatur tentang akibat hukum karena perceraian (cerai

gugat) dalam pasal 156 yaitu:

43 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 8, (Bandung: Al-Ma’arif, 1994), h.70

Page 36: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

27

1. Anak yang belum Mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dari ibunya, kecuali

bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya diganti oleh:

a. Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ibu;

b. Ayah;

c. Wanita-wanita dalam garis lurus keatas dari ayah;

d. Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan;

e. Wanita-wanita dari kerabat sedarah menurut garis samping dari ibu;

f. Wanita-wanita dari kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah.

2. Anak yang sudah Mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah dari

ayah atau ibunya.

3. Apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan jasmani

dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah dicukupi, maka atas

permintaan kerabat yang bersangkutan pengadilan dapat memindahkan hak

hadhanah kepada kerabat yang lain yang mempunyai hak hadhanah pula.

4. Semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggungan ayah menurut

kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut dewasa dan dapat

mengurus dirinya sendiri (21 tahun).

5. Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak, Pengadilan

Agama memberikan putusannya berdasarkan huruf (a), (b), (c), dan (d).

6. Pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya menetapkan

jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yang tidak turut

padanya.44

44 Kompilasi Hukum Islam, Departemen Agama 1996, h.74-75

Page 37: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

28

E. Cerai Ilegal, Pengertian dan Batasannya

Untuk mempertajam permasalahan dalam menganalisis tentang cerai ilegal

maka uraian penulis terlebih dahulu membahas tentang pengertian cerai bawah

tangan (ilegal).

Dalam Islam terdapat beberapa macam cara lepasnya ikatan suami isteri hal

ini dipertegas dengan pendapat ulama klasik antara lain disebabkan oleh thalaq,

khulu, fasakh, nusyuz, li’an, ila’ dan zihar kesemuanya dapat dianggap sah apbila

telah memenuhi sarat-saratnya.

Sedangkan menurut Undang-undang No.1 tahun 1974 tantang perkawinan

pasal 39 yang isinya (1) Perceraian hanya dapat dilakukan didepan Sidang Pengadilan

setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan

kedua belah pihak. (2) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa

antara suami isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami isteri. (3) Tatacara

perceraian didepan sidang Pengadilan diatur dalam peraturan perundangan tersendiri.

Dari kedua penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perceraian illegal

ialah perceraian yang dilakukan secara liar tidak dilakukan di depan pengadilan.

Sebagai warga negara yang baik tentunya harus mentaati peraturan pemerintah.

Memang terjadi dualisme hukum tentang sah dan tidaknya perceraian di mata

agama dan di mata hukum formal. Secara agama perceraian sah apabila telah

memenuhi unsur-unsurnya sedangkan menurut hukum formal perceraian dianggap

sah apabila dilakukan di muka persidangan.

Page 38: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

29

BAB III

POTRET DESA TAPOS

A. Sejarah Singkat Berdirinya Kota Depok

Depok bermula dari sebuah kecamatan yang berada dalam lingkungan

kewedanaan (pembantu bupati) wilayah Parung kabupaten Bogor, kemudian pada

tahun 1967 perumahan mulai dibangun baik oleh Perum Perumnas maupun

pengembangan yang kemudian diikuti dengan dibangunnya kampus Universitas

Indonesia (UI), serta meningkatnya perdagangan dan jasa, yang semakin pesat,

sehingga diperlukan kecepatan pelayanan.

Pada tahun 1981 pemerintah membentuk kota administratif Depok

berkembang dengan pesat baik di bidang pemerintah, pembangunan dan

kemasyarakatan, khususnya bidang pemerintah semua desa berubah menjadi

kelurahan dan adanya pemekaran kelurahan, sehingga pada akhirnya Depok terdiri

dari 3 (tiga) kecamtan dan 23 (dua puluh tiga) kelurahan. Dengan semakin pesatnya

perkembangan dan tuntutan aspirasi masyarakat yang semakin mendesak agar kota

administratif Depok ditingkatkan menjadi kota madya dengan harapan pelayanan

menjadi maksimum. Disisi lain pemerintah kabupaten bogor bersama – sama

pemerintah propinsi jawa barat memperhatikan perkembangan tersebut dan

mengusulkannya kepada pemerintah pusat dan dewan perwakilan rakyat.

Berdasarkan undang- undang nomr 15 tahun 1999, tentang pembentukan kota

madya daerah tingkat dua Depok, yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1999, dan

Page 39: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

30

diresmikan pada tanggal 27 April 1999 berbarengan dengan pelantikan pejabat

walikota madya kepala daerah tingkat dua Depok yang dipercayakan kepada

Drs.H.Badrul Kamal yang pada waktu itu menjabat sebagai walikota administratif

Depok.

Berdasarkan undang – undang nomor 15 tahun 1999 wilayah kota Depok

meliputi kota administratif kota Depok, terdiri dari 3 (tiga)kecamatan sebagaimana

tersebut diatas ditambah dengan sebagian wilayah kabupaten daerah tingkat II bogor

yaitu :

1. Kecamatan cimanggis, yang terdiri dari 1 (satu) kelurahan dan 12(dua belas)desa

yaitu kelurahan Cilangkap, Desa Pasir Gunung Selatan, Desa Tubu, Desa Mekar

Sari, Desa Cisalak Pasar, Desa Curug, Desa Harja Mukti, Desa Sukatani, Desa

Sukamaju Baru, Desa Jati Jajar, Desa Tapos, Desa Cimpaeun, Desa

Luwinanggung.

2. Kecamatan Sawangan, yang terdiri dari 14 (empat belas) Desa yaitu : Desa

Sawangan, Desa Sawangan Baru, Desa Cinangka, Desa Kedaung, Desa Serua,

Desa Pondok Petir, Desa Curug, Desa Bojong Sari, Desa Bojong Sari Baru, Desa

Duren Seribu, Desa Duren Mekar, Desa Pengasinan, Desa Bedahan, Desa Pasir

Putih.

3. Kecamatan Limo, yaitu terdiri dari 8 (delapan) desa yaitu : Desa Limo, Desa

Meruyung, Desa Cinere, Desa Gandul, Desa Pangkalan Jati, Desa Pangkalan Jati

Baru, Desa Krukut, Desa Grogol.

Page 40: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

31

4. Dan ditambah 5 (lima) desa dari kecamatan bojong gede yaitu : Desa Cipayung,

Desa Cipayung Jaya, Desa Ratu Jaya, Desa Pondok Terong, Desa Pondok Jaya.

Kota Depok selain merupakan pusat pemerintah yang berbatasan langsung

dengan wilayah daerah khusus Ibu Kota Jakarta, juga merupakan wilayah penyangga

ibu kota negara yang diarahkan untuk kota pemukiman, kota pendidikan, pusat

pelayanan perdagangan dan jasa kota pariwisata sekaligus sebagai kota resapan air.

Para walikota Depok :

• Drs. Moch. Rukasah Suradimadja (1982-1984)

• Drs.H.M.I. Tamdjid (1984-1988)

• Drs. H.Abdul Wachyan (1988-1991)

• Drs. H. Sofyan Safari Hamim (1992-1996)

• Drs. H. Badrul Kamal (1997-2005)

• Dr. Ir. H. Nur Mahmudi Ismail,Msc (2005-2010)

• Dr. Ir. H. Nur Mahmudi Ismail,Msc (2010-2015)

Terbentuknya Kota Administratif Depok

Waktu terus bergulir seiring pertumbuhan ekonomi masyarakat. Tahun 1976,

pemukiman warga mulai dibangun dan berkembang terus hingga akhirnya pada tahun

1981 Pemerintah membentuk Kota Administratif (Kotif) Depok. Pembentukan Kotif

Depok itu diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri, yang saat itu dijabat oleh H Amir

Mahmud.

Page 41: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

32

Bersamaan dengan perubahan status tersebut, berlaku pula Peraturan

Pemerintah (PP) Republik Indonesia No 43 tahun 1981, tentang pembentukan Kotif

Depok yang meliputi tiga kecamatan. Yakni, kecamatan Pancoran Mas, Kecamatan

Beji, dan Kecamatan sukmajaya. Ketiga Kecamatan itu memiliki luas wilayah 6.794

hektare dan terdiri atas 23 Kelurahan.

Lantaran tingginya tingkat kepadatan penduduk yang secara administratif

talah mencapai 49 orang per hektare dan secara fungsional mencapai 107 orang per

hektare, pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, yaitu 6,75 persen per tahun, dan

pemikiran regional, nasional dan internasional akhirnya konsep pengembangan Kotif

Depok mulai dirancang menuju kerangka Kota Depok.

Untuk memenuhi tuntutan tesebut, maka diperlukan beragam upaya

perwujudan organisasi yang memiliki otonom sendiri, yaitu Kota Madya Depok atau

Kota Depok

Terbentuknya Kota Depok

Pesatnya perkembangan dan tuntutan aspirasi masyarakat yang kian

mendesak, tuntutan menjadi kota madya menjadi semakin maksimum. Di sisi lain

Pemda Kabupaten Bogor bersama pemda Propinsi Jawa Barat memperhatikan

perkembangan tersebut, dan mengusulkan kepada Pemerintah Pusat dan Dewan

Perwakilan Rakyat.

Memperhatikan aspirasi masyarakat sebagaimana tertuang dalam surat

keputusan DPRD Kabupaten Bogor, 16 Mei 1994 Nomor 135/SK, DPRD/03/1994

tentang persetujuan pembentukan Kota Madya Daerah Tingkat II Depok dan

Page 42: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

33

keputusan DPRD Propinsi Jawa Barat, 7 Juli 1997 Nomor 135/Kep, Dewan. 061

DPRD/1997 tentang persetujuan pembentukan Kota Madya Daerah Tingkat II Depok

maka pembentukan Kota Depok maka pembentukan Kota Depok sebagai wilayah

administratif baru ditetapkan berdasarkan Undang-undang No. 15 tahun 1999, tentang

pembentukan Kota Madya Daerah Tk. II Depok yang ditetapkan pada 20 April 1999.

Kota Depok itu sendiri diresmikan 27 April 1999 berbarengan dengan

pelantikan Pejabat Wali Kota Madya Kepala Daerah Tk. II Depok, Drs. H. Badrul

Kamal, yang pada waktu itu menjabat sebagai Wali Kota Administratif Depok.

Momentum peresmian kotamadya ini dapat dijadikan landasan bersejarah dan tepat

dijadikan hari jadi Kota Depok. Wilayah Kota Depok diperluas ke Kabupaten Bogor

lainnya, yaitu Kecamatan Limo, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Sawangan dan

sebagian Kecamatan Bojong Gede yang terdiri dari Desa Bojong, Pondok Terong,

Ratu Jaya, Cipayung, dan Cipayung Jaya. Hingga kini wilayah Depok terdiri dari

enam kecamatan terbagi menjadi 63 kelurahan, 772 RW, 3.850 RT serta 218.095

Rumah Tangga.

Depok menjadi salah satu wilayah termuda di Jawa Barat dengan luas wilayah

sekitar 207.006 km2 yang berbatasan dengan tiga kabupaten dan satu provinsi.

Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang dan

masuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebelah timur berbatasan dengan

Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi, dan Kecamatan Gunung Putri, kabupaten

Bogor. Sebelah selatan berbatasan dengan dengan kecamatan Cibinong dan

Page 43: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

34

Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor. Sebelah barat berbatasan dengan

Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor.

Sekelumit sejarah singkat Kota Depok menjadi sebuah gambaran singkat

untuk mengenal Kota Depok secara menyeluruh data di peroleh dari pegawai

kelurahan Tapos.

B. Jumlah Warga Tapos Depok

Jumlah penduduk Desa Tapos berdasarkan laporan tahun 2010, sesuai sesus

yang dilakukan oleh pegawai kelurahan melalui seksi kepemerintahan. Jumlah

penduduk di Kelurahan/Desa Tapos sampai akhir bulan Desember 2010 tercatat

12.477 jiwa yang terdiri dari:

a. Laki-laki : 6.475 jiwa

b. Perempuan : 6.002 jiwa

c. Jumlah KK : 2.783 jiwa

d. Jumlah penduduk miskin : 414 jiwa

e. Jumlah penduduk buta aksara latin dan Al-Qur’an : 351 jiwa

Jumlah penduduk berdasarkan usia :

- 00-05 tahun : 1.016 orang

- 06-10 tahun : 1.117 orang

- 11-15 tahun : 1.197 orang

- 16-20 tahun : 957 orang

- 21-25 tahun : 999 orang

Page 44: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

35

- 26-30 tahun : 1.049 orang

- 31-35 tahun : 1.054 orang

- 36-40 tahun : 1.099 orang

- 41-45 tahun : 1.035 orang

- 46-50 tahun : 880 orang

- 51-55 tahun : 693 orang

- 56-60 tahun : 533 orang

- 61-74 tahun : 728 orang

- 75 tahun keatas : 120 orang

C. Profesi Warga Tapos Depok

Dari data sensus yang saya terima dari pegawai kelurahan Tapos terdapat

keaneka ragaman profesi warga tapos dengan rincian lapangan pekerjaan sebagai

berikut berikut:

- Pegawai Negeri Sipil : 48 orang

- TNI/POLRI : 8 orang

- Pegawai Swasta : 1.967 orang

- Pedagang : 572 orang

- Petani : 384 orang

- Wiraswasta : 153 orang

- Jasa : 125 orang

- Lainnya : 874 orang

Page 45: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

36

D. Pendapatan dan Tingkat Pendidikan Warga Tapos Depok

Dari data yang saya terima dari Kelurahan Tapos bahwa masyarakat Tapos

mempunyai pendapatan perkapita tiap bulannya berbeda-beda tergantung profesi

masyarakat itu sendiri. Adapun pegawai kelurahan khususnnya mengambil pendapat

perkapita masyarakat kelurahan Tapos adalah 400.000,- S/d 1.000.000,- perbulannya.

Apabila melihat data diatas dapat digolongkan masyarakat kelurahan Tapos

tergolong masyarakat serba berkecukupan hal ini menjadi sebuah indikasi bahwa

masyarakat Tapos masih hidup dalam standar minimum sejahtera sedangkan rasio

pengangguran di kelurahan Tapos terdapat 3% pada tahun 2009 sedangkan pada

tahun 2010 terdapat 4%.

Adapun tingkat pendidikan masyarakat di desa Tapos, saya merujuk pada data

laporan tahunan kelurahan Tapos sebagai berukut:45

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan :

- Tidak Sekolah : 759 orang

- Tamat SD / MI : 1.543 orang

- Tamat SLTP (SMP / Tsanawiyah) : 3.871 orang

- Tamat SLTA (SMA / SLTA Kejuruan) : 1.923 orang

- D-1 / D-2 / D-3 / D-4 : 368 orang

- Sarjana Strata 1 : 129 orang

- Sarjana Starata 2 : 27 orang

45 Bpk. Drs. Jarkasih, Data dari kelurahan Tapos, Depok-Jawa Barat

Page 46: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

37

Dari data yang tertera di atas masyarakat Tapos Depok 85% mempunyai

pendidikan yang bagus dan kebanyakan bisa baca tulis, hal ini berdampak positif

menandakan warga Tapos memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan terdapat

pula warga yang tidak sekolah dengan jumlah 759 orang, rata-rata warga yang tidak

sekolah mereka sudah lanjut usia mungkin di era mereka pendidikan belum menjadi

sebuah kebutuhan utama.

Masyarakat Tapos dalam masalah pendidikan sangat antusias terutama dalam

pendidikan putra-putri mereka, sebab bagi mereka pendidikan menjadi nomor satu

dijaman yang sudah maju seperti saat ini, baik itu bidang ilmu Agama maupun ilmu

Umum.

Page 47: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

38

BAB IV

ANALISIS TERHADAP KASUS PRAKTEK PERCERAIAN PADA

MASYARAKAT TAPOS, DEPOK

A. Faktor-faktor Terjadinya Perceraian

Dari beberapa serangkaian wawancara dengan para pihak pelaku cerai dapat

disimpulkan bahwa ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya cerai

ilegal antara lain dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Faktor hukum yang berlaku

Hukum yang berlaku khususnya dalam masalah kepercayaan telah diatur oleh

undang-undang pasal 29 ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan bahwa negara menjamin

tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah

menurut agama dan kepercayaannya itu. Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang

perkawinan dalam pasal 2 “perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum

masing-masing agamanya”. Dan pasal 63 UU perkawinan menyatakan: (1) yang

dimaksud Pengadilan dalam Undang-undang ini adalah: a. Peradilan Agama bagi

mereka yang beragama Islam”.46

Undang-undang No.7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama pasal 49 ayat 1

mengundangkan : “Peradilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus

dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang beragama Islam di

bidang:

46 Zainal Abidin bin Abu Bakar, Kumpulan Peraturan Dalam Lingkungan Peradilan Agama,Pernerbit Pengadilan Tinggi Agama Surabaya tahun 1992, h. 149

Page 48: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

39

a. Perkawinan

b. Kewarisan, wasiat, dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum Islam.

c. Wakaf dan shadaqah.47

Adapun masalah perceraian telah diatur oleh Kompilasi Hukum Islam yang

dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 10 Juni 1991 yang disetujui oleh Presiden

Republik Indonesia Soeharto. Dan keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No.

154 tahun 1991 tentang pelaksanaan Kompilasi Hukum Islam.

Adapun masalah perceraian telah diatur dalam Kompilasi Hukum Islam pada

Bab XVI (putusnya perkawinan). Diatur dalam pasal 113-148 yang mengatur

bagaimana cara perceraian yang resmi menurut Kompilasi Hukum Islam.

Adapun tatacara perceraian yang diakui oleh Negara diatur dalam pasal 129-

148 adapun pasal 129 yang berbunyi: Seorang suami yang akan menjatuhkan talak

kepada isterinya mengajukan permohonan baik lisan maupun tulisan kepada

Pengadilan Agama yang mewilayahi tampat tinggal isteri disertai dengan

alas an serta minta diadakan siding untuk keprluan itu.48

Di dalam masalah perceraian khususnya pada Kompilasi Hukum Islam

masyarakat awam kurang mengerti tentang cara perceraian yang resmi menurut

hukum positif ini menjadi salah satu faktor mengapa hukum menjadi penyebab

47 Zainal Abidin bin Abu Bakar, Kumpulan Peraturan Dalam Lingkungan Peradilan Agama,Pernerbit Pengadilan Tinggi Agama Surabaya tahun 1992, h. 299

48 H.A Basiq Djalil, Pernikahan Lintas Agama Dalam Perspektif Fiqh dan Kompilasi HukumIslam, (Jakarta: Qolbun Salim, 2005)h, 245-253

Page 49: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

40

terjadinya peceraian ilegal, karena kurangnya publikasi dari pejabat Pengadilan

terhadap masyarakat.49

Asas dari hukum acara Peradilan Agama salah satunya:

1. Hakim bersifat menunggu (pasal 2 ayat (1) UU. No.14 tahun 1970). Inisiatif

untuk mengajukan perkara adalah pada pihak yang berkepentingan (inde ne

proeedat ex officio). Hakim hanya menunggu datangnya perkara, kalau sudah

ada tuntutan maka yang menyelenggarakan prose itu adalah negara.

2. Hakim pasif (pasal 118 ayat (1) HIR, pasal 142 ayat (1) R.Bg). Ruang lingkup

pokok sengketa ditentukan oleh pihak yang berkepentingan, bukan oleh Hakim.50

2. Faktor Ekonomi Masyarakat Tapos Depok

Dari hasil keterangan pegawai kecamatan Tapos Depok, masyarakat Tapos

Depok mempunyai tingkat ekonomi menengah ke bawah.

Faktor ini sangat mendukung terjadinya perceraian illegal walaupun tingkat

perekonomian masyarakat cukup bagus.

Tetapi masyarakat Tapos kurang memahami tentang hukum yang berlaku

terutama masalah cerai dalam hukum positif, melainkan mereka lebih paham masalah

cerai menurut agama cukup dengan mengucapkan kata-kata talaq, yang jelas-jelas

telah di terangkan oleh agama dalam surat al-Baqarah ayat 229.

49 Data dari hasil interviw terhadap pelaku cerai illegal.50 H.A. Mukti Arto, Peraktek Perkara Perdata Pada Peradilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 1996).h.11

Page 50: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

41

)/٢:٢٢٩ (

Artinya: Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengancara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagikamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepadamereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankanhukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri)tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa ataskeduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebusdirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya.Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim.(Al-Baqarah/2: 229)

Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 229 telah dijelaskan bahwa talak dan

ruju’ hanya bagi yang melakukan talak bain sugra.

Memang agama Islam tidak pernah menyulitkan hambanya dalam maslah

ibadah oleh karena itu talak dalam agama Islam cukup dengan cara mengucapkan

kata-kata talak dan disaksikan oleh dua orang saksi itu menurut agama Islam adalah

sah tetapi menurut hukum Negara hal ini dilarang karena perceraian tersebut illegal.

B. Pemahaman Masyarakat Tentang Cerai Ilegal

Masyarakat Tapos pada umumnya tau bahawa perceraian harus di pengadilan

karena berdasarkan data dari keluruhan desa Tapos latar belakang pendidikan mereka

tergolong tinggi namun belum mengetahui secara detail tentang tatacara beracara di

Page 51: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

42

pengadilan bisa dikatakan masih buta akan hukum, ada dua hal yang penulis cermati

berdasarkan wawancara dari para pihak dan beberapa masyarakat Tapos ditemukan

beberapa sebab kenapa mereka enggan ke pengadilan di antaranya:

1. Rata-rata masyarakat Tapos berfikiran bahwa kalau mereka melakukan cerai

kepengadilan terlalu rumit dan prosesnya lama.

2. Adanya oknum (MARKUS) yang memanfaatkan situasi ini dengan cara

membantu para pihak namun mengenakan biaya di atas rata.51

Oleh sebab itu mereka berfikir ulang untuk melakukan cerai di Pengadilan

mereka lebih memilih dengan cara ilegal ketimbang dengan cara resmi, menurut

Kompilasi Hukum Islam (KHI) bab XVI tentang putusnya perkawinan pasal 129:

Seorang suami yang akan menjatuhkan talak kepada isterinya mengajukan

permohonan baik lisan maupun tulisan kepada pengadilan agama yang mewilayahi

tempat tinggal isteri dengan alasan serta minta diadakan sidang untuk keperluan itu.

Masyarakat Tapos khususnya yang belum mengerti hukum lebih memilih

cerai bawah tangan (ilegal), mereka tidak sadar bahwa perceraian ilegal akan

menimbulkan suatu hukum yang tidak mempunyai hukum tetap.

Beberapa kerugiann bagi orang yang melakukan cerai ilegal yang diatur dalam

Bab XVII akbit putusnya perkawinan diatur dalam pasal 149-162 antara lain:

1. Tidak adanya akta ikrar talak yang resmi

2. Tidak jelasnya hak asuh terhadap anak yang mempunyai hukum tetap

3. Pembagian harta gino-gini yang tidak sesuai dengan aturan hukum yang berlaku

51 Wawancara Dengan Bpk. Drs. Encep Syaripudin, Panitera Muda Hukum, di PengadilanAgama Depok.

Page 52: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

43

4. Pembagian waris yang tidak sesuai dengan aturan hukum Islam

5. Tidak dibolehkan nikah kembali secra resmi tanpa adanya ikrar talak

6. Tidak mendapatkan nafkah idah yang jelas

7. Dan lain-lain diatur dalam kompilasi hukum Islam

C. Peran Ulama Dalam Terjadinya Perceraian Ilegal Pada Masyarakat Tapos

Depok

Peran ulama dalam menaggapi masalah perceraian itu sangat menunjang

disebabkan hukum yang ada di negara merupakan hukum yang wajib bagi mereka

yang berada dalam lingkungan Negara tersebut untuk mentaati selagi hukum hukum

tersebut tidak menyimpang dari ajaran agama sesuai firman an-Nisaa’ ayat 59 yang

berbunyi:

)/٥٩: ٤(

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapattentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan harikemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baikakibatnya. (QS. An-Nissa/4: 59)

Ayat di atas jelas menegaskan bahwa kita sebagai hamba Allah untuk

mentaati Allah, Rasul dan Ulil Amri (pemimpin/pemerintah) dalam hal Ulil Amri

Page 53: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

44

adalah seorang pemimpin Negara yang mana ia bertugas untuk mengatur dan

menjaga rakyatnya menjadi rakyat yang baldatun tayyibah. Dan kita dilarang oleh

Allah SWT untuk mengikuti atau mentaati perintah seorang pemimpin yang sesat, hal

ini dijelaskan dalam kitab qowaidul fiqhiyah yaitu:

Artinya: “tidak ada ketaatan terhadap mahluk apabila untuk ma’siat kepada Allah”.:

)(٥٢

Artinya: “Dari ibnu Umar dari Nabi SAW. Sesungguhnya telah bersabda: seorangmuslim wajib mendengarkan dan taat menyambut apa saja (yangdiperintahkan oleh Ulil Amri) suka atau tidak suka, kecuali jika iadiperintahkan berbuat maksiat maka ketika tidak boleh mendengarkan tidakpula taat. (H.R. Muslim)

Jadi peran seorang ulama sangat penting bagi kesejahteraan dalam hidup

beragama terutama masalah ibadah yang mana jelas telah diatur oleh Kompilasi

Hukum Islam (KHI) yaitu hukum agama Islam yang telah di formalkan. Adapun

perintah Allah dalam masalah dalam menyelesaikan suatu perkara dalam rumah

tangga dengan menggunakan hakim di jelaskan dalam firman Allah :

)/٣٥: ٤(

Artinya: dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, makakirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam darikeluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakanperbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu.

52 Imam Muslim, Shahih al-Muslim, (Jakarta: Maktabah Dar al-ihya al-Kutub al-Arabiyyahindo, tth), juz2, h.131

Page 54: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

45

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. an-Nisa/4: 35)

Di sini tugas seorang ulama dalam membantu tugas seorang pemimpin Negara

(Ulil Amri) sangat dibutuhkan terutama memberikan suatu pemahaman tentang tata

cara perceraian yang resmi. Di samping itu pula peran seorang pegawai Peradilan

Agama pun dibutuhkan.

Tugas seorang ulama bukan saja memberikan ceramah agama melainkan ikut

turut serta dalam masalah urusan Negara. Karena ulama adalah seorang pemimpin

dari pada umatnya. Yang mana ulama adalah pewaris para nabi yang patut kita taati.

Peran ulama dalam hal ini sebagai qodi (hakim) yang menyelesaikan dan

memutuskan suatu perkara. Sesuai firman Allah:

)/٤:٦٥ (

Artinya: Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hinggamereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang merekaperselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatukeberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerimadengan sepenuhnya. (Q.S. an-Nisa/4: 65)

Dan dalam qoidah fiqhiyah juga diterangkan apabila ada suatu perselisihan

maka pendapat ulil amri’ yang dimenangkan. Sesuai dengan qoidah:

٥٣

Artinya : “Putusan hakim atau pemerintah menghapus pertentangan”.

53 Jalaluddin as-Suyuthi, Al-Asyabah wa al-Nadhair, (Semarang : Toha Putera, t,th), h.293

Page 55: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

46

D. Analisis Penulis Tentang Cerai Ilegal

Setelah penulis menelaah dari buku-buku refrensi dan serangkaian

wawancara maka penulis sedikit akan menganalisis tentang perceraian ilegal.

Salah satu fungsi penting dari peraturan adalah sebagai penuntun perilaku.

Dalam teori prilaku hukum, ada yang namanya model cost-benefit (modal biaya-

manfaat atau untung rugi). Sebelum seseorang bertindak ia menghitung untung

ruginya. Ia hanya bertindak jika dalam pendapatnya ia akan mendapatkan untung dari

prilakunya.54

Merujuk pada teori di atas hampir semua para pelaku cerai ilegal sedikit

memikirkan untung ruginya padahal seharusnya dalam melakukan perceraian jangan

mengambil yang mudah saja, karena apa yang mereka telah perbuat justru akan

mempersulit di kemudian hari karena tidak mengikuti prosedur yang berlaku, yaitu

mengikuti ketentuan (UU Perkawinan No.1 tahun 1974), dampak negatif yang

ditimbulkan dari perceraian diluar prosedur yang resmi apabila mereka ingin menikah

kembali tidak bisa di catatkan di KUA (kantor urusan agama) karena yang

bersangkutan tidak mempunyai akta ikrar talaq yang di keluarkan oleh Pengadilan

Agama, oleh sebab itu KUA tidak akan melayani pernikahannya. Karena mereka

masih dianggap suami isteri.

Undang-undang dibuat untuk ketertiban dan kemaslahatan masyarakat. Oleh

karena itu masyarakat harus taat dan patuh selagi peraturan tersebut tidak

bertentangan dengan norma-norma Agama.

54 Lawrence M. Friedman, Sistem Hukum Persoektif Ilmu Sosial, Penerjemah M. Khozim,(Bandung : Nusa Media, 2009), cet.II, h.80

Page 56: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

47

Adanya perceraian yang dilakukan di Pengadilan Agama, guna untuk

kemaslahatan masyarakat, barangkali dengan diadakannya suatu perceraian di depan

sidang peradilan agama yang berulang-ulang dengan diawali mediasi tersebut akan

menjadikan suami isteri rukun kembali. Adapun mengenai biaya, kalau memang

ingin melakukan perceraian di pengadilan agama dan mereka tidak mampu secara

finansial pemerintah memfasilitasi dengan jalan mengajukan prodeo (kasus yang

biayanya secara cuma-cuma), bahkan di pengadilan agama menyadiakan pos bantuan

hukum guna membantu para pihak untuk konsultasi tentang hukum.

Tokoh masyarakat dalam hal ini ulama setempat, semestinya menghimbau

kepada masyarakat kalau melakukan percerian hendaknya di pengadilan agama

setempat. Karena undang-undang dalam hal ini KHI dapat dipandang sebagai hasil

ijtihad kolektif ulama-ulama se-Indonesia. Hal ini guna memfasilitasi kebutuhan

masyarakat khususnya yang beragama Islam.

Adapun para alim ulama dalam melakukan ijtihad tidak terlepas dari al-

Qur’an, al-Sunnah serta kitab-kitab fiqih klasik. Salah satu contoh : di dalam

kompilasi hukum Islam di terangkan tentang masalah perceraian dalam surat al-

Baqarah ayat 229 :

)/٢٢٩: ٢(

Page 57: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

48

Artinya: Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengancara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagikamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepadamereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankanhukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri)tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa ataskeduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebusdirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya.Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim. (Q.S. al-Baqarah/2: 229)

Ayat di atas menjelaskan bagaimana tata cara menceraikan serta merujuk

seorang isteri dengan cara yang baik. Dalam hadist pun menjelaskan tentang tatacara

talaq yang baik:

ئضهللا

شا٥٥)عليهمتفق(

Artinya: “Dari Ibnu Umar sesungguhnya Ibnu Umar telah menthalaq isterinya,sedang isterinya dalam keadaan haid pada masa Rasulullah saw, makaUmar Ibnu Khatab menerangkan hal yang demikian kepada Rasulullah saw,beliau bersabda : Suruhlah agar merujuk isterinya itu. Kemudian hendaklahia menahan isterinya itu hingga suci, kemudian sesudah itu jika ia mau iaboleh memegang (tetetap menggaulinya) isterinya sesudah itu dan jika iamau, ia boleh menthalaqnya diwaktu suci dan belum dicampuri, itulahiddah yang diperintahkan Allah bahwa menthalaq isteri agar iamenjalankan masa iddahnya”. (H.R. Bukhari Muslim)

Dari keterangan kedua dalil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa talaq di

lakukan secara baik tidak semena-mena dan tidak dengan cara ilegal.

55 Muhammad Fu’ad ‘Abd. Baqi, al-Lu’lu wal-Marjan, Terj. H. Salim Bahreisy, (Surabaya :PT. Bina Ilmu, 1996), Cet. ke-3, h.513

Page 58: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

49

Sedangkan kompilasi hukum Islam (KHI) telah mengatur bagaimana tata cara

perceraian yang resmi menurut pasal 114 yang berbunyi :“Putusnya perkawinan yang

disebabkan perceraian dapat terjadi karena talaq atau berdasarkan gugatan

perceraian”.

Dilanjutkan pada pasal 115 yang menjelaskan bahwa “Perceraian hanya dapat

dilakukan di depan sidang pengadilan agama setelah pengadilan agama tersebut

berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak”.

Sangat ketatnya peraturan perundang-undangan dalam hal perkara talaq hal ini

sejalan dengan dengan ketentuan agama Islam yang mengusahakan agar perceraian

tidak terjadi pada umatnya.

Page 59: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

50

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang penulis lakukan sebagaimana dikemukakan pada bab-bab

sebelumnya, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Adapun penjelasan mengenai perceraian menurut hukum positif dalam hal ini

(KHI) yaitu, perceraian yang t melalui prosedur yang resmi di Peradilan Agama

dalam pasal 129-148 (KHI) secara tegas mengatur perihal ini salah satunya pada

pasal 129 : “seorang suami yang akan menjatuhkan talak pada isterinya

mengajukan permohonan baik lisan maupun tertulis kepada pegawai Peradilan

Agama yang mewilayahi tempat tinggal isteri disertai dengan alasan serta

meminta agar diadakan sidang untuk keperluan itu”. Sedangkan yang menjadi

landasan tidak bolehnya melakukan perceraian ilegal terdapat dalam pasal 115

(KHI) yang berbunyi: “percerian hanya bisa dilakukan didepan sidang

pengadilan agama setelah pengadilan agama tersebut berusaha dan tidak

berhasil mendamaikan kedua belah pihak”.56

Secara tegas hukum positif mengatur perceraian tanpa ada tolerir, begitu

ketatnya ketentuan yang ditetapkan oleh petaturan perundang-undangan sejalan

dengan ketentuan agama Islam yang sangat tidak menginginkan perceraian terjadi

terlebih tidak mentaati peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Karena Allah

56 Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Qolbun Salim, 2005),h.245

Page 60: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

51

memerintahkan kita untuk selalu mentaati perintah yang dibuat oleh ulil amri

dalam hal ini pemerintah sejauh dalam hal kebaikan dan tidak memerintahkan

untuk menyekutukan Allah, sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nissa

ayat 59.

Kewajiban pemerintah mengatur warga negaranya untuk terciptanya sebuah

ketertiban serta kemaslahatan bagi seluruh warga negaranya, dan kita sebagai

warga negara yang baik harus mentaati peraturan yang telah dibuat oleh

pemimpin kita selama dal hal kebaikan dan tidak menyimpang dari ajaran Agama

Islam. Pemahaman masyarakat masih sangat kurang mengenai prosedur cerai

hanya sekedar tau tapi mereka masih enggan untuk datang ke pengadilan apabila

akan cerai mereka labih memilih cerai secara agama saja ketimbang di

pengadilan. Dari data Pengadilan Agama Depok tahun 2010 tercatat perkara cerai

thalaq yang diterima sejumlah 600, sedangkan perkara yang diputus tercatat

438.57 Namun masih ada kasus cerai yang tidak di selesaikan di pengadilan

khususnya di daerah tapos terdapat 8 kasus praktek cerai, walupun data cerai yang

masuk ke Pengadilan Agama lebih banyak, tidak menutup kemungkinan di

daerah-daerah yang masih dalam wilayah yuridiksi Pengadilan Agama Depok

banyak melakukan cerai illegal.

2. Dari pengakuan beberapa pihak, rata-rata para pelaku cerai ilegal disebabkan

faktor sering terjadinya cekcok (syiqaq) karena suami selingkuh dengan wanita

lain. Sedangkan dampak perceraian ilegal lebih banyak merugikan isteri dan

57 Data Diperoleh Dari Pengadilan Agama Depok.

Page 61: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

52

anak-anak, ketimbang pihak suami setidaknya ada tiga hal yang merugikan antara

lain:

a. Tidak punya akta ikrar talak (surat cerai) yang resmi dari pengadilan agama

yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

b. Tidak adanya nafkah iddah selama tiga (3) kali suci.

c. Tidak bisa menuntut nafkah anak sebelum adanya perjanjian yang mempunyai

kekuatan hukum tetap.

3. Dalam upaya menyelesaikan permasalahan ini setidaknya ada tiga elemen yang

berperan aktif antara lain:

a. Hakim melalui lembaga peradilan secara tegas mengatakan bahwa cerai harus

di depan Pengadilan hal ini tidak bisa ditawar-tawar lagi karena Undang-

undang telah mengatur hal ini. Adapun penyelesaian perkara ini hakim akan

mengusahakan memberikan penyuluhan dan arahan kepada masyarakat agar

masyarakat mengetahui dan memahami Undang-undang yang berlaku

khususnya mengenai cerai, dengan cara melibatkan beberapa elemen

masyarakat seperti aparatur pemerintah mulai dari tingkat Rt/Rw dan

Kelurahan.

b. Pegawai pencatat perkawinan dalam hal ini penghulu akan bersikap proaktif

dan peka karena berawal dari penghululah suatu pernikahan dapat dikatakan

sah maka dalam hal perceraian pun penghulu harus mengetahui dan bertindak

ikut membantu peran hakim.

Page 62: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

53

c. Ulama sebagai basis pembinaan umat akan lebih meningkatkan kembali

pembinaan dan pembelajaran agama kepada masyarakat, diharapkan melalui

pembelajaran ruhani yang lebih intensif masyarakat akan lebih memahami

ajaran agama yang berimplikasi pada tidak adanya perceraian. Telah diketahui

walaupun suatu perceraian itu dibolehkan tapi suatu perbuatan yang dibenci

Allah.

B. Saran-saran

Berlandaskan hasil penelitian, penulis menyampaikan saran-saran sebagai

berikut :

1. KUA dan Pengadilan Agama sebagai sebagai lembaga yang resmi seharusnya

lebih peka akan terjadinya cerai ilegal karena masih banyak masyarakat yang buta

akan prosedur hukum, setidaknya kedua lembaga tersebut dapat mengadakan

penyuluhan atau bahkan seminar tentang perceraian kepada masyarakat. Hal ini

bertujuan agar masyarakat memahami dan mengerti peraturan dan Undang-

undang yang berlaku mengenai cerai sehingga diharapkan kedepannya tidak

terjadi cerai-cerai yang ilegal.

2. Pihak KUA sebagai lembaga yang resmi sekaligus institusi keagamaan harus

selalu menjalin hubungan yang kooperatif dengan amil dan juga tokoh

masyarakat, agar tidak terjadinya penyimpangan khususnya perceraian ilegal

(bawah tangan) yang dilakukan Amil (pembantu penghulu) tanpa sepengetahuan

Page 63: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

54

KUA dan peradialan agama. Hal ini yang menjadikan tumbuh suburnya peraktek

liar ini.

3. Adanya kesadaran dari semua pihak agar lebih memahami tentang peraturan yang

telah ada. Tanpa adanya kesadaran dari masyarakat yang mustahil peraturan ini

akan berjalan sebagai mana yang telah diamanatkan oleh Undang-undang No.1

tahun 1974 pasal 39 dan kompilasi hukum Islam (KHI) pasal 115, adapun

masyarakat yang belum mengetahui akan peraturan tentang cerai yang resmi,

lembaga KUA dan peradilan agama harus mensosialisasikan dengan cara

mengadakan penyuluhan agar masyarakat lebih mengenal dan memahami kedua

lembaga tersebut, yang berujung tidak terjadi peraktek makelar kasus,

memanfaatkan ketidak tahuan masyarakat mengenai tata cara berperkara yang

benar. Hal ini menjadi sebuah perkara yang serius untuk di hadapi karena apabila

ini terus dibiarkan mustahil masyarakat akan mematuhi peraturan yang ada kalau

praktek ini masih berjalan.

Page 64: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

55

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, S. Ziyad Fiqh Wanita Islam, Jakarta: Pustaka Panjimai, 1991.

Ali, Zainuddin, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, 2007.

al-Jaziri,Abdurrahman, al-Fiqh ala’ al-Arba’ah, Beirut: Daar al-fiqh, 1972.

al-Dimyati, Abu Bakar bin Sayyid Muhammad Syatha, I’anat al-Thalibin, Beirut:Dar al-Fikr,1993.

Abidin, Zainal, bin Abu Bakar, Kumpulan Peraturan Dalam Lingkungan PeradilanAgama, Pernerbit Pengadilan Tinggi Agama Surabaya tahun 1992.

Assegaf, Muhdor Ahmad, , Perceraian Salah Siapa, Jakarta : PT. Lentera Basritama,2001.

Arto, H.A. Mukti, Peraktek Perkara Perdata Pada Peradilan Agama, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 1996.

al-Syirazi, Imam Abu Ishaq Ibrahim bin ‘Ali bin Yusuf al-Fairuzzabadi, al-Muhadzdzab fi Fikih al-Imam al-Syafi’i, Beirut: Dar al- Fikr, [t.th]

as-Suyuthi, Jalaluddin, Al-Asyabah wa al-Nadhair, Semarang : Toha Putera, t,th

‘Abd. Baqi, Muhammad Fu’ad, , al-Lu’lu wal-Marjan, Terj. H. Salim Bahreisy,Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1996.

Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Bulugh al-Maram, Jakarta: Dar Al-Kutub Al-Islamiyah,2002.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 1998.

Djalil, H.A Basiq, Pernikahan Lintas Agama Dalam Perspektif Fiqh dan KompilasiHukum Islam, Jakarta: Qolbun Salim, 2005.

Djaelani, H. Abdul Qadir, Keluarga Sakinah, Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1995.

Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam, Jakarta : PT. Ikhtiar BaruVan Hoeve, 1997.

Fakultas Syariah dan Hukum, Buku Pedoman Penulisan Skripsi, (Ciputat: 2007)

Page 65: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

56

Ibrahim, Johnny, Teori Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: BayumediaPublishing

Friedman, Lawrence M, Sistem Hukum Persoektif Ilmu Sosial, Penerjemah M.Khozim, Bandung : Nusa Media, 2009.

Kelsen, Hans, Pengantar Teori Hukum, Bandung: Nusa Media 2010

Kinani, Abdurrahman bin Ismail, Zawaidu ibnu ‘ala’ Kutub al-khamsah, Beirut-Libanon Daar Kutub al-Ilmiah, 1993.

Kompilasi Hukum Islam, Departemen Agama 1996.

Kuzada, Ahmad, Nikah Sebagai Perikatan, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1981.

Manan, Abdul, dan M. Fauzan, Pokok-pokok Hukum Perdata Wewenang PengadilanAgama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. RemajaRosdakarya, 2005

Muslim, Imam, Shahih al-Muslim, Jakarta: Maktabah Dar al-ihya al-Kutub al-Arabiyyah indo, tth.

Al-Bukhari, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail, , Shahih al-Bukhari, Beirut : Daaral-Fikr t.th.

Muhdlor, A. Zuhdi, Memahami Hukum Perkawinan (NTCR), Bandung: Al-Bayan,1995.

Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana, 2008.

Muchtar, Kamal, Asas-asas Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993.

Nur, Djama’ah, Fiqh Munakahat, Jakarta : Dina Utama Semarang, 1993.

Rahardjo, Satjipto, Hukum dan Prilaku, Jakarta: Kompas Media Nusantara, :2009

Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam Lengkap, Bandung: Sinar Baru Algensindo,2004.

Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta : PT. Intermasa, 2003.

Page 66: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

57

Salim, Arskal dkk, Demi Keadilan dan Kesetaraan, Jakarta : PUSKUMHAM danAsia Foundation, 2009.

Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah 8, Bandung: Al-Ma’arif, 1990.

Suma, Muhammad Amin, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004.

Soekanto, Sorjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit UniversitasIndonesia, 1984

Syarifuddin,Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006.

Taqiyuddin, Imam, Kifayat al-Akhyar fi Hal Ghoyat al-Ikhtiyar, Surabaya: Darul Ihya

Utsman, Muhammad, Problematika Suami Istri, Jakarta: Amar Press, 1998.

UU. Perkawinan No.1 Tahun 1974 Pasal 1. Bandung : Fokus Media, 2005.

Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta : Sinar Grafika, 2006.

Wawancara dan Jurnal

Aini, Noryamin,” Budaya Hukum: Melintas Batas Formalisme-Yuridis SentralitasKompilasi Hukum Islam dan Kitab Kuning dalam Putusan PengadilanAgama”, Era Hukum Jurnal Ilmiah Hukum, No.3/Th.9/Mei (2002).

Bpk. Drs. Jarkasih, Data dari kelurahan Tapos, Depok-Jawa Barat

Bpk. Drs. Encep Syaripudin, Panitera Muda Hukum, di Pengadilan Agama Depok.

Data dari hasil wawancara terhadap pelaku cerai illegal.

Page 67: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

58

Page 68: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

59

Page 69: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

60

Page 70: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

61

Page 71: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

62

Page 72: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

63

Page 73: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

64

Page 74: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

65

DAFTAR WAWANCARA

Nama : Midah

Pekerjaan : Ibu Rumahtangga

Alamat : Tapos-Depok

Tanggal Menikah : 17-12-1987

Tanggal Bercerai : 23-05-1998

Daftar Pertanyaan :

a. Berapa lama usia pernikahan anda?

b. 11 tahun

a. Apa yang menyebabkan anda bercerai?

b. Karena ada orang ketiga dan cekcok terus menerus

a. Dimana anda melakukan perceraian?

b. Di rumah saya

a. Faktor apa saja yang menyebabkan anda bercerai di luar pengadilan?

b. Biayanya tidak ada dan kalo di pengadilan ribet

a. Siapa saja yang memutuskan bahwa perceraian anda dianggap sah?

b. Amil dan ustadz setempat

a. Apakah ada bukti lain selain saksi yang membuktikan anda telah bercerai?

b. Tidak ada bukti apa-apa

a. Bagaimana proses terjadinya perceraian?

b. Sangat cepat prosesnya suami mengucap talak di depan saksi dan setelah itu

selesai

a. Apakah ketua Rt atau ulama setempat memberitahukan agar perkara perceraian

ini di ajukan kepengadilan?

b. Memberitahukan, cuman ada beberapa kendala yang menyebabkan saya tidak

kepengadilan salah satunya biaya.

Page 75: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

66

a. Apakah anda melaporkan kepihak KUA bahwa anda telah bercerai?

b. Tidak melaporkan

a. Apakah anda menemukan kesulitan setelah melakukan perceraian diluar

pengadilan?

b. Sejauh ini tidak ada kesulitan apa-apa, kecuali apabila saya ingin menikah lagi

a. Setelah bercerai, apakah mantan suami anda memberikan nafkah hidup kepada

anda dan anak anda?

b. Tidak mendapat nafkah, kalo anak dikasih karena setelah bercerai anak diurus

oleh suami.

a. Bagaimana dengan hak asuh anak?

b. Hak asuh di pegang oleh suami

a. Apakah anda mengetahui tentang hukum perceraian? Bahwa perceraian harus

dilakukan melalui Pengadilan.

b. Mengetahui namun tidak mengetahui secara rinci cukup tau aja.

Page 76: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

67

DAFTAR WAWANCARA

Nama : Wahyudin

Pekerjaan : Sopir

Alamat : Tapos-Depok

Tanggal Menikah : 12-februari-2000

Tanggal Bercerai : 23-Maret-2009

Daftar Pertanyaan :

c. Berapa lama usia pernikahan anda?

d. 9 tahun

a. Apa yang menyebabkan anda bercerai?

b. Adanya orang ketiga dalam rumah tangga

a. Dimana anda melakukan perceraian?

b. Di rumah orang tua saya

a. Faktor apa saja yang menyebabkan anda bercerai di luar pengadilan?

b. Faktor Biaya yang menyebabkan tidak kepengadilan.

a. Siapa saja yang memutuskan bahwa perceraian anda dianggap sah?

b. Orang tua dan amil

a. Apakah ada bukti lain selain saksi yang membuktikan anda telah bercerai?

b. Bukti cerai dari amil

a. Bagaimana proses terjadinya perceraian?

b. Prosesnya suami mengucapkan cerai di depan kedua orang tua saya

a. Apakah ketua Rt atau ulama setempat memberitahukan agar perkara

perceraian ini di ajukan kepengadilan?

b. Tidak memberitahukan kepengadilan

a. Apakah anda melaporkan kepihak KUA bahwa anda telah bercerai?

b. Tidak melaporkan

Page 77: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

68

a. Apakah anda menemukan kesulitan setelah melakukan perceraian diluar

pengadilan?

b. Menemukan

a. Setelah bercerai, apakah mantan suami anda memberikan nafkah hidup

kepada anda dan anak anda?

b. Ke saya tidak tapi kalo ke anak saya Masih memberikan nafkah

a. Bagaimana dengan hak asuh anak?

b. Hak asuh ada pada saya

a. Apakah anda mengetahui tentang hukum perceraian? Bahwa perceraian harus

dilakukan melalui Pengadilan.

b. Mengetahui cerai ke pengadilan.

Pewawancara Para Pihak

Abduloh Wahyudin

Page 78: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

69

Page 79: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

70

Page 80: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

71

Page 81: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

72

Page 82: Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/5642/1/ABDULOH...Peraktek Perceraian Pada Masyarakat Tapos Depok Jawa Barat

73