SKRIPSI -...
Transcript of SKRIPSI -...
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Auditing
a. Pengertian Auditing
Untuk mengetahui dengan jelas pengertian auditing, maka berikut
ini akan dikemukakan definisi-definisi pengauditan yang diambil dari
beberapa sumber yaitu:
1) Pengertian auditing menurut PSAK - Tim Sukses UKT Akuntansi
2006 adalah
―Suatu proses sistematik yang bertujuan untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti yang dikumpulkan atas pernyataan atau asersi
tentang aksi-aksi ekonomi dan kejadian-kejadian dan melihat
bagaimana tingkat hubungan antara pernyataan atau asersi dengan
kenyataan dan menkomunikasikan hasilnya kepada yang
berkepentingan.‖
2) Menurut Arens dan Loebbecke (2008: 4), auditing sebagai:
―Suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang
informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang
dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat
menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria-
kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh
seorang yang independen dan kompeten.‖
3) Menurut Sukrisno Agoes (2003: 3), auditing adalah
―Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh
pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah
disusun manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-
bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.‖
12
4) Menurut Mulyadi (2002: 7), auditing merupakan:
―Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan
dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria
yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada
pemakai yang berkepentingan.‖
Menurut Mulyadi (2002: 9), berdasarkan beberapa pengertian
auditing di atas maka audit mengandung unsur-unsur:
1) Suatu proses sistematis, artinya audit merupakan suatu langkah atau
prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi. Auditing
dilakukan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan,
terorganisasi dan bertujuan.
2) Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, artinya
proses sistematik ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari
pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha serta untuk
mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-
bukti tersebut.
3) Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi, artinya
pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi merupakan
hasil proses akuntansi.
4) Menetapkan tingkat kesesuaian, artinya pengumpulan bukti
mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti
tersebut dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian
13
antara pernyataan dengan kriteria tersebut kemungkinan dapat
dikuantifikasikan, kemungkinan pula bersifat kualitatif.
5) Kriteria yang telah ditetapkan, artinya kriteria atau standar yang
dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan (berupa hasil
akuntansi) dapat berupa:
(a) peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif
(b) anggaran atau ukuran prestasi yang ditetapkan oleh manajemen
(c) prinsip akuntansi berterima umum (PABU) di indonesia
6) Penyampaian hasil (atestasi), dimana penyampaian hasil dilakukan
secara tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report).
7) Pemakai yang berkepentingan, pemakai yang berkepentingan
terhadap laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan,
misalnya pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor,
organisasi buruh dan kantor pelayanan pajak.
b. Jenis-Jenis Pengauditan
Pengauditan dapat dibagi dalam beberapa jenis. Pembagian ini
dimaksudkan untuk menentukan tujuan atau sasaran yang ingin dicapai
dengan adanya pengauditan tersebut.
Menurut Sukrisno Agoes (2004: 10), ditinjau dari luasnya
pemeriksaan, maka audit dapat dibedakan atas:
1) Pemeriksaan Umum (General Audit), yaitu suatu pemeriksaan umum
atas laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik
14
(KAP) yang independen dengan maksud untuk memberikan opini
mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
2) Pemeriksaan Khusus (Special Audit), yaitu suatu bentuk
pemeriksaan yang hanya terbatas pada permintaan auditee yang
dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan memberikan
opini terhadap bagian dari laporan keuangan yang diaudit, misalnya
pemeriksaan terhadap penerimaan kas perusahaan.
Masih menurut sumber yang sama, menurut Sukrisno Agoes
(2004: 10), ditinjau dari jenis pemeriksaan maka audit dapat dibedakan
atas:
1) Audit Operasional (Management Audit), yaitu suatu pemeriksaan
terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan
akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditetapkan oleh
manajemen dengan maksud untuk mengetahui apakah kegiatan
operasi telah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.
2) Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit), yaitu suatu pemeriksaan
yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan telah mentaati
peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik
yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern
perusahaan.
3) Pemeriksaan Intern (Internal Audit), yaitu pemeriksaan yang
dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan yang mencakup
laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan yang
15
bersangkutan serta ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang
telah ditentukan.
4) Audit Komputer (Computer Audit), yaitu pemeriksaan yang
dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap perusahaan
yang melakukan proses data akuntansi dengan menggunakan sistem
Electronic Data Processing (EDP).
2. Audit Internal
a. Pengertian Audit Internal
1) Pengertian menurut IIA
Definisi audit internal menurut Institute of Internal Auditor yang
dikutip oleh Boynton (2001: 980), dapat diterjemahkan sebagai
berikut:
―Audit internal adalah kegiatan konsultasi dan assurance yang
independen yang dirancang untuk meningkatkan nilai dan kegiatan
operasi perusahaan. Audit internal membantu organisasi untuk
mencapai tujuannya dengan cara melakukan pendekatan yang
sistematis dan berdisiplin dalam mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas dari manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata
kelola (governance process).‖
2) Pengertian menurut Sawyer (2005: 10) adalah:
―Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan obyektif
yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang
berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1)
informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan;
(2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan
diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur
internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang
memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara
efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara
efektif—semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan
dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam
menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.‖
16
3) Pengertian menurut Board of Director IIA yang dikutip oleh Akmal
dalam buku Pemeriksaan Intern (Internal Audit) adalah sebagai
berikut:
“Internal audit is an independent, objective assurance and
consulting activity designed to add value and improve an
organiation’s operations. Its help an organization accomplish its
objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate
and improve the effectiveness of risk management, control, and
governance processes.” (2007; 3)
Maksud dari pengertian di atas menjelaskan bahwa audit internal
adalah aktivitas pengujian yang memberikan keandalan/jaminan yang
independen, dan objektif serta aktivitas konsultasi yang dirancang untuk
memberikan nilai tambah dan melakukan perbaikan terhadap operasi
organisasi. Aktivitas tersebut membantu organisasi dalam mencapai
tujuannya dengan pendekatan yang sistematis, disiplin untuk
mengevaluasi dan melakukan perbaikan keefektifan manajemen risiko,
pengendalian dan proses yang jujur, bersih dan baik.
Secara lengkap berdasarkan ISO 19011:2002 menyatakan bahwa:
“Internal audits, sometimes called first-party audits, are conducted
by, or on behalf of the organization itself for management review and
other internal purpose, and may form the basis for an organization’s
self-declaration of conformity. In many cases, particularly in smaller
organizations, independence can be demonstrated by the freedom from
responsibility for the activity being auditee.” (2002:1)
Maksud dari definisi di atas menyatakan bahwa audit internal yang
terkadang disebut audit pihak pertama, dilaksanakan oleh, atau atas nama
organisasi itu sendiri untuk kaji ulang manajemen dan tujuan internal
lainnya, dan dapat menjadi dasar untuk ―Pernyataan Diri Kesesuaian
17
Organisasi‖. Dalam beberapa hal khususnya untuk organisasi skala kecil,
independensi dapat diperagakan melalui kebebasan tanggung jawab
auditor dari kegiatan yang diaudit.
b. Audit Internal yang Efektif
Beberapa hal yang harus diperhatikan agar suatu perusahaan dapat
memiliki departemen audit internal yang efektif adalah (Agoes, 2005:
227):
1) IAD harus mempunyai kedudukan yang independen dalam
organisasi perusahaan. Independensi auditor internal antara lain
tergantung pada:
(a) Kedudukan IAD tersebut dalam organisasi perusahaan,
maksudnya kepada siapa IAD bertanggung jawab.
(b) Apakah IAD dilibatkan dalam kegiatan operasional. Jika ingin
independen, IAD tidak boleh terlibat dalam kegiatan operasional
perusahaan. Misalnya IAD tidak boleh ikut serta dalam kegiatan
penjualan dan pemasaran, penyusunan sistem akuntansi, proses
pencatatan transaksi dan penyusunan laporan keuangan
perusahaan.
2) IAD harus memiliki job description. Dengan demikian, setiap
internal auditor mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tugas,
wewenang dan tanggung jawabnya.
3) IAD harus mempunyai Internal Audit Manual (IAM).
18
4) Harus ada dukungan yang kuat dari manajemen puncak (top
management) kepada IAD. Dukungan ini antara lain berupa:
(a) Penempatan IAD dalam posisi yang independen.
(b) Penempatan audit staff yang superior dengan rata-rata gaji dan
insentif yang menarik (diatas rata-rata).
(c) Penyediaan waktu yang cukup dari top management untuk
mendengarkan, membaca, dan mempelajari laporan-laporan
yang dibuat IAD dan respons yang cepat dan tegas terhadap
saran-saran perbaikan yang ditujukan bagian internal audit.
(d) Adanya ―company policy‖ yang dikeluarkan top management
dan ditujukan ke seluruh bagian dalam organisasi perusahaan
mengenai kewajiban mereka dalam menunjang pelaksanaan
tugas bagian internal audit.
5) IAD harus memiliki orang-orang yang professional, memiliki
keahlian, bisa bersifat objektif dan mempunyai integritas serta
loyalitas yang tinggi.
6) Internal auditor harus bisa bekerja sama dengan akuntan publik.
Dalam menjalankan pemeriksaannya akuntan publik antara lain akan
menilai apa yang dikerjakan internal auditor dan laporan serta saran-
saran apa saja yang telah dibuat oleh internal auditor sebagai hasil
pemeriksaannya. Walaupun akuntan publik tidak bisa menjadikan
hasil pekerjaan internal auditor sebagai ganti dari dari prosedur audit
yang harus dilakukannya, namun akuntan publik tetap harus
19
bekejasama dengan staff dari perusahaan yang diaudit dan terutama
dengan bagian internal audit.
1. Audit Mutu Internal
a. Pengertian
Pengertian menurut Iskandar Indranata berdasarkan ISO
19011:2002 adalah:
―Audit mutu yang dilakukan dalam suatu organisasi untuk menentukan
efektivitas dari penerapan sistem mutu yang mereka gunakan. Audit
mutu inernal dilakukan secara obyektif, sistematis dan terdokumentasi.‖
(2006; 25)
Dari istilah-istilah yang terdapat pada definisi di atas dapat
dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:
1) Obyektif, auditor dapat meminimal unsur subyektivitas atau tidak
mencampur aduk fakta dengan opini. Auditor harus melihat dan
menilai persoalan apa adanya tanpa rekayasa.
2) Sistematis, proses pemeriksaan dan penilaian dilakukan secara
metodis atau menerapkan azaz-azaz manajemen. Audit mutu internal
direncanakan, dilaksanakan, dikendalikan, dievaluasi dan
ditindaklanjuti.
3) Terdokumentasi, semua yang dilakukan dalam proses audit mulai
dari perencanaan, perlaksanaan, pelaporan dan hasil tindak lanjut
oleh auditee harus dicatat dan catatan dikelola dengan baik sehingga
mudah ditelusur dan ditemukan bila sewaktu-waktu diperlukan.
Pengertian lain berdasarkan SNI 19-19011:2005 sebagai berikut:
20
―Audit mutu adalah proses sistematik, independen dan terdokumentasi
untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara obyektif
untuk menentukan sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi.‖
(2005:1)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa audit mutu
internal harus direncanakan dalam kurun waktu yang ditetapkan.
Dengan pelaksanaan yang terencana dan teratur, organisasi akan dapat
melakukan perbaikan berkelanjutan.
b. Tujuan Audit Mutu Internal
Audit mutu internal hanyalah suatu proses untuk membantu
organisasi telah mencapai tujuan-tujuan yang direncanakan dan sistem
tetap dipertahankan. Melalui audit mutu internal, para pelaku bisnis,
pemilik proses, pelaku sistem mendapatkan data dan informasi faktual
dari hasil audit yang akan digunakan sebagai landasan untuk
memastikan dicapainya kondisi kesesuaian, efektivitas, dan efisiensi
dalam mengelola kegiatan usaha. Dengan demikian, tujuan audit secara
spesifik menurut Iskandar Indranata (2006:32) dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Memberikan umpan balik tentang kinerja organisasi.
2) Mengarahkan pencapaian sasaran.
3) Memberikan sence of urgency.
4) Menemukan peluang perbaikan.
5) Memastikan apakah sistem diterapkan secara efektif.
6) Memastikan sistem manajemen mutu terpelihara secara terus-
menerus.
21
7) Mendeteksi penyimpangan-penyimpangan terhadap kebijakan mutu
sedini mungkin.
c. Prinsip Audit Mutu Internal
Audit mutu internal terdiri dari beberapa prinsip untuk membuat
audit efisien dan alat pendukung kebijakan manajemen dan
pengendalian, menyajikan informasi untuk meningkatkan kinerja.
Antara enam (6) prinsip audit mutu internal berdasarkan SNI 19-
19011:2005 adalah:
1) Kode Etik
2) Penyajian Objektif (fair)
3) Profesional
4) Independen
5) Pendekatan berdasarkan bukti
6) Bukti audit dapat diverifikasi
Penjelasan dari enam (6) pirinsip di atas adalah sebagai berikut:
1) Kode Etik
Dapat dipercaya, punya intergritas, dapat menjaga kerahasiaan dan
berpendirian, adalah penting dalam perlaksanaan audit.
2) Penyajian Obyektif (fair)
Kewajiban untuk melaporkan secara benar dan akurat. Temuan
audit, kesimpulan audit dan laporan audit mencerminkan
pelaksanaan kegiatan audit secara benar dan akurat. Hambatan
22
signifikan yang ditemukan selama audit dan perbedaan pendapat
yang tidak terselesaikan antara tim audit dan auditee dilaporkan.
3) Profesional
Kesungguhan dan ketepatan penilaian dalam audit. Auditor
senantiasa memelihara profesionalisme sesuai dengan pentingnya
tugas yang dilaksanakan dan kepercayaan yang diberikan oleh klien
audit dan pihak berkepentingan lainnya. Memiliki kompetensi yang
diperlukan merupakan suatu faktor penting.
4) Independen
Dasar untuk tidak ketidakberpihakan audit dan objektivitas
kesimpulan audit. Auditor tidak terkait dengan kegiatan yang sedang
diaudit dan bebas dari keberpihakan dan konflik kepentingan.
Selama proses audit, auditor menjaga pemikiran yang obyektif untuk
menjamin bahwa temuan dan kesimpulan audit hanya didasarkan
pada bukti audit.
5) Pendekatan berdasarkan bukti
Metode yang rasional untuk mencapai kesimpulan audit yang dapat
dipercaya dan terjaga konsistennya (reproducible) melalui proses
audit yang sistematis.
6) Bukti dapat diverifikasi
Hal ini dapat didasarkan pada sampel informasi yang tersedia,
mengingat audit dilaksanakan dalam periode waktu dan sumber daya
23
yang terbatas. Pengambilan sampel yang sesuai sangat terkait dengan
kepercayaan terhadap kesimpulan audit.
d. Kegiatan Audit Mutu Internal
1) Perencanaan dan persiapan audit
a. Pemilihan anggota tim/auditor kepala
b. Menyusun jadwal
c. Membuat daftar periksa dan dokumen kerja
d. Pemberitahuan kepada auditee
2) Pelaksanaan proses audit
a. Pertemuan pembukaan
b. Pelaksanaan audit
c. Teknik audit
d. Temuan audit
e. Diskusi auditor
f. Pertemuan penutup
3) Pelaporan hasil audit
4) Tindak lanjut hasil audit
a. Memastikan tindak lanjut audit
b. Tahapan dalam proses tindak lanjut.
Penjelasan dari kegiatan audit mutu internal adalah:
1) Perencanaan dan persiapan audit
a. Pemilihan anggota tim/auditor kepala
24
Manajer mutu atau wakil manajemen (manajer
representatif/MR) yang bertugas mengkoordinir
implementasi sistem mutu dari suatu organisasi berwenang
menunjuk auditor yang akan bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan kegiatan audit, mulai dari perencanaan sampai
pelaporan hasil audit. Dalam menyeleksi tim audit, hal-hal
berikut perlu dijadikan patokan utama yaitu:
1. Memahami standar SMM ISO 9001:2000.
2. Memahami teknik audit.
3. Memahami masalah (sektor industri), divisi/bagian yang
diaudit.
4. Berpengalaman dalam mengaudit SMM atau telah
mendapat pelatihan yang sesuai.
b. Menyusun jadwal
Jadwal audit merupakan pengaturan dan pembagian waktu
audit mutu untuk seluruh fungsi diorganisasi dalam kurun
waktu tertentu, biasanya setahun. Menetapkan beberapa kali
setiap divisi/bagian terkena audit mutu dalam kurun waktu
satu tahun.
c. Membuat daftar periksa dan dokumen kerja
Daftar periksa (checklist) yang telah disiapkan oleh tim audit,
pada saat pelaksanaan audit, harus dapat digunakan secara
efektif. Tujuan penggunaan daftar periksa adalah untuk
25
membantu pelaksanaan audit agar sesuai dengan rencana audit
yang telah dibuat. Dalam mengaudit, auditor diberikan
keleluasaan untuk membuat daftar periksa didesain lebih daripada
―alat bantu ingat‖ (aide memoire). Daftar periksa ini merupakan
alat yang sangat bermanfaat dalam perlaksanaan audit antara lain:
1. Untuk mengatur dan mengendalikan waktu pelaksanaan audit.
2. Untuk mengatur dan mengendalikan ruang lingkup audit agar
sesuai dengan rencana dan jadwal yang telah dibuat.
3. Untuk memberikan panduan dalam menelusuri dokumen
referensi yang diperlukan.
4. Sebagai alat bantu dalam penyusunan hasil audit yang
dilakukan. Sebelum sampai pada daftar periksa, sebaiknya
auditor kepala dan tim meninjau (review) dokumen yang akan
diaudit. Dokumen tersebut bisa berupa prosedur, formulir-
formulir yang dimiliki auditee.
d. Pemberitahuan kepada auditee
Pemberitahuan kepada auditee sebaiknya dilakukan minimal
seminggu sebelum pelaksanaan audit. Pemberitahuan kepada
auditee bisa dilakukan oleh manajer mutu/MR atau oleh auditor
kepala yang telah ditunjuk.
26
2) Pelaksanaan proses audit
a. Pertemuan pembukaan
Salah satu aspek penting yang menentukan berhasil tidaknya
suatu audit ialah pelaksanaan pertemuan pembukaan. Dalam
pertemuan pembukaan, auditor kepala akan menjelaskan kepada
pihak manajemen organisasi dan auditee tentang maksud, tujuan
dan ruang lingkup yang mereka lakukan, menyampaikan jadwal
audit, memperkenalkan semua anggota tim audit, klarifikasi hal-
hal yang masih meragukan dalam proses audit dan menyetujui
jadwal tentative pertemuan penutup. Pertemuan pembukaan harus
dihadiri oleh manajemen puncak, MR, dan seluruh lapisan
manajemen yang terkait untuk memberikan gambaran yang jelas
kepada semua pihak tentang jalannya audit.
b. Pelaksanaan audit
Untuk memperoleh bukti kesesuaian dan efektivitas sistem mutu
dalam rangka memberikan jaminan mutu, ada tiga teknik yang
dapat digunakan, yaitu:
1. Pengamatan pada saat pekerjaan berlangsung.
2. Penilaian kecukupan sumber daya dan fasilitas.
3. Diskusi dan tanya jawab.
Pengamatan pada saat pekerjaan berlangsung memberikan bukti:
1. Kesesuaian implementasi prosedur kerja.
2. Pemahamanan prosedur dan sistem mutu.
27
3. Kecukupan sumber daya.
4. Efektivitas sistem dalam mencapai mutu yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan audit memerlukan teknik-teknik yang tidak dapat
diperoleh melalui pendidikan formal dan akan lahir dari
pengalaman-pengalaman mengaudit, seseorang auditor tidak
dapat dicetak secara mendadak (instant).
c. Teknik audit
Melaksanakan audit mutu adalah kegiatan seni dan ilmu, seni
diperlukan karena auditor tidak boleh memaksakan kehendaknya
dalam menemukan ―ketidaksesuaian‖ dari bagian yang diaudit.
Caranya adalah dilakukan dengan teknik-teknik audit yang
dimiliki yang pada akhirnya dapat menemukan bukti-bukti dari
ketidaksesuaian dengan persyaratan-persyaratan dari standar
sistem mutu yang digunakan.
d. Temuan audit
Untuk mengaudit organisasi dengan menggunakan ISO
9001:2008 secara efektif, auditor diharuskan untuk memahami
cara memantau dan mengukur informasi sedemikian rupa
sehingga informasi tersebut, dapat diketahui sejauh mana audit
bisa memberikan kontribusi peningkatan berkesinambungan
terhadap SMM organisasi. Temuan audit bisa menunjukkan
kesesuaian/ketidaksesuaian dengan persyaratan. Temuan audit
bisa dibuat dalam bentuk kegiatan kegiatan sesuai rencana audit.
28
Bukti objektif ini diperlukan sebagai bukti penerapan sistem mutu
yang ada.
e. Diskusi auditor
Selesai melakukan audit maka diadakan pertemuan tim untuk
membahas temuan-temuan yang diperoleh dan menentukan
apakah ada dari hasil pengamatan yang dikategorikan sebagai
ketidaksesuaian berdasarkan kriteria yang telah ditentukan pada
prosedur audit mutu internal mereka, serta mengategorisasikan
ketidaksesuaian untuk menarik kesimpulan sehubungan dengan
temuan tersebut.
f. Pertemuan penutup
Dalam pertemuan penutup sesudah audit dilaksanakan, akan
dipaparkan hasil-hasil audit yang diperoleh, baik temuan positif
maupun yang berupa ketidaksesuaian selama audit. Pertemuan
penutup dihadiri oleh seluruh personel yang sama pada waktu
pertemuan pembukaan.
3) Pelaporan hasil audit
Laporan audit mutu internal adalah hasil kerja seorang auditor mutu,
yang disampaikan kepada auditee untuk ditindaklanjuti. Laporan
hasil audit mutu memuat informasi faktual, signifikan dan relevan
yang disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang
mudah dipahami. Laporan hasil audit mutu internal biasanya
disajikan dalam format yang telah dirancang terlebih dahulu.
29
4) Tindak lanjut hasil audit
a. Memastikan tindak lanjut audit
Tindak lanjut audit adalah melaksanakan tindakan koreksi
berdasarkan rekomendasi auditor yang disusun dalam laporan
audit berdasarkan data hasil pemeriksaan. Atas dasar kesepakatan
auditor dan auditee untuk menyelesaikan ketidaksesuaian, auditor
akan melakukan verifikasi tindakan koreksi. Verifikasi tindakan
koreksi didasarkan bukti objektif perbaikan, untuk memverifikasi
apakah tindak koreksi yang dilakukan sudah sesuai dan mampu
mencegah terulangnya kembali ketidaksesuaian yang sama, maka
auditor kepala melakukan tindak lanjut sesuai jadwal waktu yang
telah disepakati dan dituliskan dalam lembar permintaan tindak
koreksi/CAR (corrective action request).
b. Tahapan dalam proses tindak lanjut
1. Membuat rencana perbaikan
Proses ini memerlukan komunikasi internal agar mekanisme
audit mutu internal dipahami oleh seluruh personil dan menjadi
bagian tugas dan tanggung jawab setiap personil yang ada
dalam satu bagian.
30
2. Melaksanakan perbaikan dan pencegahan
Tanggung jawab perbaikan dan pencegahan selanjutnya berada
pada personil yang telah ditugaskan untuk menyelesaikan
permasalahan. Namun akuntanbilitas permasalahan secara
keseluruhan tetap ada pada pimpinan unit yang diaudit.
3. Melakukan evaluasi hasil perbaikan dan pencegahan
Evaluasi perlu dilakukan oleh pimpinan unit setelah tindak
koreksi dan pencegahan dilaksanakan untuk menilai apakah
tindakan yang diambil telah efektif dan sesuai dengan dampak
permasalahan yang ditemukan.
4. Sistem Manajemen Mutu
a. Pengertian
1) Pengertian Sistem
Menurut Azhar Susanto sebagai berikut:
―Sistem adalah kumpulan/group dari subsistem/bagian/komponen
apapun baik fisik ataupun nonfisik yang saling berhubungan satu
sama lain dan bekerjasama secara harmonis untuk mencapai satu
tujuan tertentu.‖
Dengan definisi di atas dapat bisa menggambarkan sistem dengan
menentukan bagian-bagiannya, bagaimana bagian-bagian tersebut
berhubungan dan bagaimana ciri-ciri dari tujuan yang harus dicapai.
2) Pengertian Manajemen
Pengertian manajemen menurut Robert N. Anthony dan Vijay
Govindarajan, yang dikutip oleh F.X Kurniawan Tjakrawala adalah:
31
―Sebuah organisasi terdiri dari sekelompok orang yang bekerja
bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu bersama yaitu dalam
sebuah organisasi bisnis tujuannya adalah mencapai tingkatan profit
yang memuaskan.‖ (2000; 3)
3) Pengertian Manajemen Mutu
Menurut Syahrul dan Muhammad Afdi Nizar (2000:684) adalah:
1. Prosedur untuk meningkatkan tingkat optimal kinerja
pemeriksaan oleh para praktisi. Termasuk di dalamnya
pengawasan terhadap bidang tugas yang tepat, evaluasi kontrol
internal dan penggunaan standar pemeriksaan yang diterima
secara umum.
2. Kebijakan-kebijakan dan teknik yang digunakan untuk
memastikan bahwa beberapa tingkat kinerja telah tercapai.
Termasuk di dalamnya control dalam rancangan atau inspeksi.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa
manajemen mutu adalah kegiatan terkoordisasi untuk
mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam hal mutu.
Dengan ini setiap kebijakan mutu dan teknik yang benar dapat
memastikan bahwa tingkat kinerja dapat dicapai.
4) Pengertian Sistem Manajemen Mutu
Suatu sistem manajemen mutu (SMM) merupakan sekumpulan
prosedur terdokumentasi dan praktik-praktik standar untuk
manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari
suatu proses dan produk (barang/jasa) terhadap kebutuhan atau
32
persyaratan tertentu. Kebutuhan atau persyaratan itu ditentukan
atau dispesifikasikan oleh pelanggan atau organisasi.
Menurut Vincent Gaspersz adalah:
―Struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur-prosedur, proses-
proses, dan sumber-sumber daya untuk penerapan manajemen
mutu. Suatu sistem manajemen mutu merupakan sekumpulan
prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk
manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari
suatu proses dan produk (barang/jasa) terhadap kebutuhan atau
persyaratan tertentu.‖ (2005:10)
5) Pengertian Mutu
Menurut Badan Standarisasi Nasional (BSN) adalah:
―Derajat yang dicapai oleh karakteristik yang inheren dalam
memenuhi kebutuhan atau harapan yang dinyatakan biasanya
tersirat atau wajib.‖
Berarti dapat diuraikan bahwa istilah mutu dapat dipakai dengan
kata sifat seperti buruk, baik atau baik sekali. Sedangkan inheren
adalah lawan dari ―diberikan‖, berarti ada pada sesuatu, terutama
sebagai karakteristik yang tetap.
5. International Organization for Standardization (ISO)
a. Sekilas tentang ISO
The International Organization for Standardization (ISO) menurut
Iskandar Indranata adalah:
―Suatu federasi badan standar nasional seluruh dunia yang berasal lebih
dari 100 negara, satu dari tiap negara. ISO adalah organisasi non-
pemerintah yang didirikan pada tahun 1947. ISO mempunyai misi
meningkatkan standarisasi dan aktivitas yang terkait di dunia dengan
pandangan mempermudah pertukaran internasional dari barang dan
jasa, dan untuk mengembangkan kerjasama dalam bidang aktivitas
intelektual, sains, teknik dan ekonomi. Hasil pekerjaan ISO dalam
persetujuan internasional yang mana dipubikasikan sebagai standar
internasional.‖ (2006:6)
33
Manakala berdasarkan SNI 19-9000:2001 adalah:
―The International Organization for Standardization (ISO) adalah
federasi dunia badan-badan standar nasional (badan anggota ISO).
Pekerjaan penyiapan standar nasional biasanya dilakukan melalui
komite teknik ISO. Tiap badan anggota yang berminat dalam suatu
subyek, yang komite teknik telah ditetapkan, berhak diwakili pada
komite itu. Organisasi internasional, pemerintah dan bukan pemerintah,
bersama ISO, juga ikut serta dalam pekerjaan itu. ISO bekerja sama erat
dengan Komisi Elektroteknik Internasional (IEC) dalam semua masalah
standardisasi elektroteknik.‖ (2001:III)
b. Pengertian
1) Pengertian ISO 9000-2000
Berdasarkan SNI 19-9000:2001 adalah sebagai berikut:
―Menguraikan dasar-dasar sistem manajemen mutu dan merincikan
istilah bagi sistem manajemen mutu.‖ (2001:1)
2) Pengertian ISO 9001:2000
Menurut Iskandar Indranata menjelaskan pengertian ISO 9001:2000
bahwa:
―Persyaratan sistem manajemen mutu. Berisi persyaratan standar
yang digunakan untuk mengakses kemampuan organisasi dalam
memenuhi persyaratan pelanggan dan peraturan yang
sesuai.‖(2006:9)
Sedangkan berdasarkan SNI 19-9000:2001 dalam buku Sistem
Manajemen Mutu—Dasar-Dasar dan Kosakata menjelaskan bahwa:
―ISO 9001 merinci persyaratan dalam sistem manajemen mutu, bila
organisasi perlu menunjukkan kemampuannya dalam menyediakan
produk yang memenuhi persyaratan pelanggan dan peraturan yang
berlaku serta meningkatkan kepuasan pelanggan.‖ (2001:V)
Dari kedua pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa ISO
9001:2000 adalah persyaratan sistem manajemen mutu generik dan
34
berlaku bagi organisasi dalam industri atau sektor ekonomi manapun
tidak bergantung pada kategori produk yang ditawarkan. Persyaratan
produk dapat diperinci oleh pelanggan atau oleh organisasi sebagai
antisipasi persyaratan pelanggan, atau oleh regulasi. Persyaratan
produk dan dalam beberapa hal proses terkait dapat dituangkan
dalam, misalnya, spesifikasi teknik, standar produk, standar proses,
kesepakatan dengan kontrak dan persyaratan peraturan.
3) Pengertian ISO 19-9004:2000
Berdasarkan SNI 19-9004:2002 bahwa:
―ISO 9004 memberikan sasaran pada sistem manajemen mutu yang
lebih luas untuk dibandingkan dengan ISO 9001, terutama untuk
perbaikan berkesinambungan kinerja dan efisiensi menyeluruh
organisasi, serta juga keefektifannya. ISO 9004 disarankan sebagai
panduan bagi organisasi yang pimpinan puncaknya ingin bergerak
melampaui persyaratan ISO 9001, dalam usahanya untuk perbaikan
kesinambungan.‖ (2002:VIII)
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa standar ini
memberikan panduan dalam mempertimbangkan keefektifan dan
efisiensi manajemen mutu, yang berarti potensi perbaikan kinerja
sebuah organisasi. Standar ini dapat diaplikasikan pada proses
organisasi, sehingga prinsip manajemen mutu yang dipakai sebagai
dasar, dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan diseluruh
organisasi. Fokus standar ini adalah pencapaian perbaikan terus-
menerus, yang diukur melalui kepuasan pelanggan dan pihak lain
yang berkepentingan.
35
4) Pengertian ISO 19011:2002
Berdasarkan SNI 19-19011:2005 bahwa:
―Standar ini memberikan panduan untuk pengelolaan program audit,
pelaksanaan audit internal atau eksternal terhadap sistem manajemen
mutu dan/atau lingkungan, serta kompetensi dan evaluasi auditor.‖
(2005:III)
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa standar ini
memberikan panduan tentang prinsip audit, pengolahan program
audit, pelaksanaan audit sistem manajemen mutu dan/atau audit
sistem manajemen lingkungan, serta panduan tentang kompentensi
auditor sistem manajemen mutu dan/atau sistem manajemen
lingkungan. Standar ini dapat diterapkan oleh semua organisasi yang
memerlukan pelaksanaan audit internal atau eksternal terhadap
sistem manajemen mutu, atau mengelola program audit. Penerapan
standar ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk jenis audit lainnya
namun pertimbangan khusus perlu diberikan untuk mengidentifikasi
kompetensi yang dibutuhkan oleh anggota tim audit.
5) Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
Manfaat dari penerapan ISO 9001:2008 telah diperoleh
banyak organisasi. Beberapa manfaat yang dapat dicatat menurut
Vincent Gaspersz adalah:
1. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui
jaminan mutu yang terorganisasi dan sistematik.
2. Perusahaan yang telah bersertifikat ISO 9001:2000 diijinkan
untuk mengiklankan pada media massa bahwa sistem
36
manajemen mutu dari perusahaan telah diakui secara
internasional.
3. Audit sistem manajemen mutu dari perusahaan telah
memperoleh sertifikat ISO 9001:2000 dilakukan secara periodik
oleh registrari dari lembaga registrasi.
4. Perusahaan yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2000
secara otomatis terdaftar pada lembaga registrasi.
5. Meningkatkan mutu dan produktivitas dari manajemen melalui
kerjasama dan komunikasi yang lebih baik.
6. Meningkatkan kesadaran mutu dalam perusahaan.
7. Memberikan pelatihan secara sistematik kepada seluruh
karyawan dan manajer organisasi.
8. Terjadi perubahan positif dalam hal dan kultur mutu dari
organisasi.
c. Persyaratan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
Menurut Vincent Gaspersz (2005:26) terdapat beberapa persyaratan
sistem manajemen mutu yaitu:
1. Sistem manajemen mutu
Persyaratan dokumentasi
2. Tanggung jawab manajemen
a. Komitmen manajemen
b. Fokus pelanggan
c. Kebijakan mutu
37
d. Perencanaan
e. Tanggung jawab, wewenang dan komunikasi
f. Peninjauan ulang manajemen
3. Manajemen sumber daya
a. Penyediaan sumber daya
b. Sumber daya manusia
c. Infrastruktur
d. Lingkungan kerja
4. Realisasi Produk
a. Perencanaan realisasi produk
b. Proses yang terkait dengan pelanggan
c. Desain dan pengembangan
d. Ketentuan produksi dan pelayanan
e. Pengendalian peralatan pengukuran dan pemantauan
5. Pengukuran, analisis dan peningkatan
a. Umum
b. Pengukuran dan pemantauan
c. Pengendalian produk nonkonformans
d. Analisis data
e. Peningkatan.
38
Gambar 2.1
Model Proses Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
Sumber: Standar ISO 9001:2008
Penjelasan dari beberapa persyaratan sistem manajemen mutu adalah
sebagai berikut:
1. Sistem manajemen mutu
Persyaratan dokumentasi
Dokumentasi sistem manajemen mutu harus mencakup:
1) Pernyataan tertulis tentang kebijakan mutu dan tujuan mutu.
2) Manual (buku panduan) mutu. Manual mutu merupakan dokumen yang
menspesifikasikan sistem manajemen mutu dari suatu organisasi.
3) Spesifikasi di sini didefinisikan sebagai dokumen yang menyatakan
persyaratan-persyaratan.
4) Prosedur-prosedur tertulis yang dibutuhkan oleh Standar Internasional
ISO 9001:2008. Beberapa prosedur tertulis standar yang dibutuhkan
oleh ISO 9001:2008 adalah pengendalian dokumen, pengendalian
39
catatan mutu, audit internal, pengendalian produk nonkonformans,
tindakan korektif, dan tindakan preventif.
5) Dokumen-dokumen yang dibutuhkan oleh organisasi agar menjamin
efektivitas perencanaan, operasional dan pengendalian proses-proses,
termasuk proses-proses di luar organisasi (outsource), apabila proses itu
mempengaruhi mutu produk sesuai persyaratan yang ditetapkan.
6) Catatan-catatan yang dibutuhkan oleh Standar Internasional ISO
9001:2008. Catatan didefinisikan sebagai dokumen yang menyatakan
hasil-hasil yang dicapai atau memberikan bukti dari aktivitas yang
dilakukan.
2. Tanggung jawab manajemen
a. Komitmen manajemen
Menekankan pada komitmen manajemen puncak (top
management commitment). Manajemen komitmen harus memberikan
komitmen menuju pengembangan dan peningkatan sistem manajemen
mutu ISO 9001:2008 melalui hal-hal berikut:
1) Memiliki kesadaran yang cukup terhadap persyaratan-persyaratan
dan peraturan-peraturan yang ada serta diterapkan pada lingkup
organisasi dari produk yang ditawarkan.
2) Memulai atau mengajukan tindakan/ukuran-ukuran serta
mengkomunikasikannya ke seluruh organisasi tentang pentingnya
memenuhi kebutuhan pelanggan.
40
3) Menerapkan kebijakan mutu (quality policy) dan tujuan mutu
(quality objectives).
4) Meninjau ulang persyaratan-persyaratan sumber daya, memiliki
ukuran-ukuran dan data serta pada saat yang sama menyediakan
sumber-sumber daya guna mencapai tujuan-tujuan mutu.
5) Memberikan bukti bahwa telah menerapkan prinsip-prinsip
manajemen mutu. Prinsip-prinsip manajemen mutu berdasarkan
ISO 9001:2008 yang perlu diperhatikan, akan dibahas kemudian.
6) Melakukan peninjauan-ulang manajemen (management review)
pada sistem manajemen mutu ISO 9001:2008.
b. Fokus Pelanggan
Memaksa (menguatkan) keterlibatan manajemen puncak dengan
kebutuhan-kebutuhan pelanggan. Manajemen puncak harus menjamin
bahwa kebutuhan pelanggan ditetapkan dan dipenuhi dengan tujuan
peningkatan kepuasan pelanggan. Manajemen organisasi harus
memiliki metodologi yang menjamin bahwa kebutuhan-kebutuhan dan
ekspektasi pelanggan telah ditetapkan melalui sistem manajemen mutu
ISO 9001:2008 dan dikonversikan ke dalam persyaratan-persyaratan
serta sesuai dengan tujuan untuk mencapai kepuasan pelanggan.
c. Kebijakan mutu
Manajemen organisasi harus memperhatikan hal-hal berikut agar
memenuhi persyaratan dalam kebijakan mutu adalah:
1) Memiliki kebijakan mutu dari organisasi.
41
2) Kebijakan mutu itu ditandatangani oleh manajemen puncak.
3) Kebijakan mutu itu sesuai dengan tujuan dari organisasi.
4) Kebijakan mutu itu mencakup pernyataan komitmen untuk
memenuhi persyaratan-persyaratan, kepuasan pelanggan dan
peningkatan terus menerus.
5) Kebijakan mutu itu dikomunikasikan dan dipahami pada tingkat
yang tepat dalam organisasi melalui ukuran-ukuran yang sesuai.
6) Menetapkan mekanisme untuk meninjau-ulang kesesuaian kebijakan
mutu.
7) Mengendalikan kebijakan mutu.
d. Perencanaan
1) Manajemen organisasi harus menetapkan tujuan-tujuan mutu, pada
fungsi dan tingkat yang relevan di dalam organisasi yang
menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2000. Tujuan-tujuan
mutu harus dapat diukur dan konsisten dengan kebijakan mutu untuk
peningkatan terus menerus.
2) Perencanaan sistem manajemen mutu untuk kejelasan dan menjamin
bahwa manajemen perubahan telah dimasukkan dalam perencanaan.
Manajemen puncak harus menjamin bahwa perencanaan sistem
manajemen mutu dilakukan agar memenuhi persyaratan yang
diberikan yaitu tujuan-tujuan mutu dan integritas dari sistem
manajemen mutu ISO 9001:2000 tetap terpelihara apabila
42
perubahan-perubahan pada sistem manajemen mutu itu direncanakan
dan dilaksanakan.
e. Tanggung jawab, wewenang, dan komunikasi
Tanggung jawab dan wewenang bahwa manajemen organisasi
harus memperhatikan hal-hal berikut:
1) Mengidentifikasikan fungsi-fungsi dan hubungan keterkaitannya
guna memudahkan pencapaian efektivitas sistem manajemen mutu.
2) Mendefinisikan komposisi dari manajemen organisasi.
3) Membuat struktur organisasi yang secara tegas dan jelas
mengidentifikasi berbagai hubungan keterkaitan fungsional.
4) Mendefinisikan tanggung jawab dan wewenang serta
mengomunikasikan kepada mereka yang terlibat dalam operasional
dari sistem manajemen mutu ISO 9001:2008.
Komunikasi internal menyatakan bahwa manajemen puncak harus
menjamin bahwa proses komunikasi yang tepat ditetapkan dalam
organisasi dan bahwa komunikasi itu berkaitan dengan upaya-upaya
pencapaian efektivitas dari sistem manajemen mutu ISO 9001:2008.
f. Peninjauan-ulang manajemen
Manajemen puncak harus meninjau-ulang sistem manajemen mutu
ISO 9001:2000 serta menetapkan dan merencanakan periode waktu
peninjauan-ulang manajemen agar menjamin keberlangsungan
kesesuaian, kelengkapan, dan efektivitas dari sistem manajemen mutu
ISO 9001:2008.
43
3. Manajemen sumber daya
a. Penyediaan sumber daya
Suatu organisasi harus menetapkan dan memberikan sumber-sumber
daya yang diperlukan secara tepat untuk menerapkan dan
mempertahankan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 serta
meningkatkan efektivitas terus-menerus, dan meningkatkan kepuasan
pelanggan.
b. Sumber daya manusia
Menyatakan bahwa personel yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugas harus didefinisikan dalam sistem manajemen mutu
ISO 9001:2008 serta memiliki kompentensi yang berkaitan dengan
pendidikan yang relevan, pelatihan, keterampilan dan pengalaman.
c. Infrakstruktur
Manajemen organisasi harus menetapkan, menyediakan, dan
memelihara infrastruktur yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian
terhadap persyaratan produk. Infrastruktur mencakup adalah:
1) Bangunan, ruang kerja dan fasilitas yang sesuai.
2) Peralatan proses (perangkat keras dan perangkat lunak).
3) Pelayanan pendukung (transportasi dan komunikasi).
d. Lingkungan kerja
Menyatakan bahwa organisasi harus mendefinisikan lingkungan kerja
yang sesuai serta menetapkan dan mengelola lingkungan kerja itu untuk
mencapai kesesuaian terhadap persyaratan produk.
44
4. Realisasi produk
a. Perencanaan realisasi produk
Manajemen harus memerhatikan beberapa aspek berikut:
1) Menetapkan hal-hal berikut secara tepat dalam perencanaan proses
untuk realisasi produk.
2) Merencanakan agar realisasi produk konsisten dengan persyaratan-
persyaratan lain dari sistem manajemen mutu ISO 9001:2008, serta
telah didokumentasikan dalam bentuk yang sesuai dengan metode-
metode operasional yang digunakan oleh organisasi.
b. Proses yang terkait dengan pelanggan
Identifikasi persyaratan yang terkait dengan produk adalah:
1) Persyaratan-persyaratan yang tidak dinyatakan oleh pelanggan, tetapi
dianggap perlu untuk dispesifikasikan atau diterapkan dalam
penggunaan.
2) Persyaratan-persyaratan hukum dan peraturan-peraturan yang terkait
dengan produk.
3) Persyaratan pertambahan lain yang ditentukan oleh organisasi.
Peninjauan-ulang persyaratan yang terkait dengan pelanggan adalah:
1) Meninjau ulang persyaratan-persyaratan dari pelanggan dan
persyaratan lain yang ditentukan oleh organisasi sebelum
memberikan komitmen untuk menawarkan produk.
2) Menetapkan tahap-tahap peninjauan-ulang.
45
3) Menjamin bahwa proses peninjauan-ulang terhadap perubahan
persyaratan-persyaratan produk telah dilakukan dan disadari oleh
personel yang relevan dalam organisasi.
4) Mencatat dan mendokumentasikan hasil-hasil peninjauan-ulang dan
tindak lanjut yang berkaitan.
c. Desain dan pengembangan
Manajemen organisasi harus memperhatikan hal-hal berikut:
1) Perencanaan desain dan pengembangan.
2) Input desain dan pengembangan output desain dan pengembangan.
3) Peninjauan-ulang desain dan pengembangan.
4) Verifikasi desaian dan pengembangan.
5) Validasi desain dan pengembangan.
6) Pengendalian perubahan desain dan pengembangan.
d. Ketentuan produksi dan pelayanan
Ketentuan produksi dan pelayan mencakup:
1) Ketentuan pengendalian produksi dan pelayanan.
2) Validasi dari proses untuk pengoperasian produksi dan pelayanan.
3) Identifikasi dan kemampuan-telusur (traceability).
4) Hak milik pelanggan.
5) Penjagaan atau pemeliharaan produk.
6) Pengendalian peralatan pengukuran dan pemantauan.
46
Organisasi harus melakukan hal-hal berikut:
1) Menidentifikasikan pengukuran-pengukuran yang dibuat beserta
peralatan-peralatan pengukuran dan pemantauan yang diperlukan
untuk menjamin kesesuaian produk terhadap persyaratan yang
dispesifikasikan.
2) Menggunakan dan mengendalikan peralatan pengukuran dan
pemantauan, agar menjamin bahwa kapabilitas pengukuran konsisten
dengan persyaratan pengukuran.
3) Melakukan validasi terhadap perangkat lunak (softwares) yang
digunakan untuk pengukuran dan pemantauan terhadap persyaratan
yang dispesifikasikan.
5. Pengukuran, analisis dan peningkatan
a. Umum
Organisasi harus menetapkan rencana-rencana dan menerapkan
proses-proses pengukuran, pemantauan, analisis dan peningkatan yang
diperlukan agar menjamin kesesuaian dari produk, menjamin
kesesuaian dari sistem manajemen mutu, dan meningkatkan terus-
menerus efektivitas dari sistem manajemen mutu.
b. Pengukuran dan pemantauan
Organisasi harus memperhatikan hal-hal berikut:
1) Menetapkan tahap-tahap yang tepat untuk mengukur dan memantau
karakteristik produk.
47
2) Memiliki bukti-bukti yang mengonfirmasikan bahwa karakteristik
produk memenuhi persyaratan untuk produk itu.
3) Memiliki bukti-bukti kesesuaian dengan kriteria penerimaan yang
didokumentasikan.
4) Menjamin bahwa catatan-catatan pengukuran dan pemantauan
menunjukan kewenangan personel yang bertanggungjawab untuk
mengeluarkan atau meluluskan produk.
5) Menjamin bahwa produk akan diserahkan kepada pelanggan, apabila
semua aktivitas yang dispesifikasikan telah diselesaikan secara
memuaskan kecuali hal-hal lain yang disetujui oleh pelanggan.
c. Pengendalian produk nonkonformans
Organisasi harus memperhatikan aspek-aspek berikut:
1) Menetapkan prosedur tertulis yang mendefinisikan proses-proses
yang dilibatkan dalam pengendalian nonkonformans
(ketidaksesuaian).
2) Menjamin bahwa produk yang tidak sesuai dengan persyaratan,
diidentifikasi dan dikendalikan untuk mencegah dari penggunaan
yang tidak diinginkan atau penyerahan.
3) Produk nonkonformans yang diperbaiki ulang, maka hasil perbaikan
ulang itu diverifikasi kembali agar menjamin kesesuaian.
4) Menjamin bahwa tindakan yang tepat dilakukan, berkaitan dengan
konsekuensi dari ketidaksesuaian itu, apabila produk nonkonformans
48
itu tidak diketahui setelah penyerahan atau setelah dimulainya
penggunaan produk itu oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
5) Apabila diperlukan, melaporkan untuk memperoleh konsesi
(kelonggaran-kelonggaran) kepada pelanggan, pengguna akhir,
lembaga hukum atau lembaga lainnya berkaitan dengan perbaikan
yang diajukan dari produk yang tidak sesuai itu.
d. Analisis data
Sebagai penambahan terhadap persyaratan teknik-teknik statistika
dalam ISO 9001:1994, maka dalam ISO 9001:2000, memfokuskan
perhatian pada analisis data yang tepat sebagai satu alat untuk
menentukan di mana peningkatan terus-menerus dari sistem manajemen
mutu dapat dilakukan. Organisasi harus menganalisis data untuk
memberikan informasi tentang:
1) Kepuasan pelanggan.
2) Kesesuaian terhadap persyaratan produk.
3) Karakteristik dan kecenderungan dari proses-proses dan produk,
termasuk kesempatan untuk tindakan preventif.
4) Pemasok-pemasok.
e. Peningkatan
Peningkatan mencakup hal-hal berikut:
1) Peningkatan terus-menerus.
2) Tindakan korektif.
3) Tindakan preventif.
49
d. Prinsip-Prinsip Manajemen Mutu Berdasarkan ISO 9001:2008
Menurut Vincent Gaspersz adalah untuk memimpin dan
mengoperasikan sebuah organisasi dengan berhasil, perlu untuk
mengarahkan dan mengendalikannya dengan sistematis dan transparan.
Keberhasilan dapat tercapai dari implementasi dan pemeliharaan
9001:2008 adalah:
1. Fokus kepada pelanggan
2. Kepimpinan
3. Keterlibatan orang
4. Pendekatan Proses
5. Pendekatan sistem manajemen mutu
6. Peningkatan terus-menerus
7. Pendekatan pada pengambilan fakta
8. Hubungan pemasok saling menguntungkan.
Penjelasan dari delapan (8) prinsip tersebut adalah:
1. Fokus Pelanggan
Organisasi tergantung pada pelanggan mereka. Karena itu,
manajemen organisasi harus memahami kebutuhan pelanggan dan
giat berusaha melebihi ekspektasi pelanggan.
2. Kepimpinan
Pemimpin organisasi menetapkan kesatuan tujuan dan arah dari
organisasi. Mereka harus menciptakan dan memelihara lingkungan
50
internal agar orang-orang dapat menjadi terlibat secara penuh dalam
mencapai tujuan-tujuan organisasi.
3. Keterlibatan orang
Orang pada semua tingkat merupakan faktor yang sangat penting
dari suatu organisasi dan keterlibatan mereka secara penuh akan
memungkinkan kemampuan mereka digunakan untuk manfaat
organisasi.
4. Pendekatan proses
Suatu hasil yang diinginkan akan tercapai secara lebih efisien,
apabila aktivitas dan sumber-sumber daya yang berkaitan dikelola
sebagai suatu proses. Suatu proses dapat didefinisikan sebagai
integrasi sekuensial dari orang, material, metode, mesin dan
peralatan, dalam suatu lingkungan guna menghasilkan nilai tambah
output terukur melalui sejumlah langkah sekuensial yang
terorganisasi.
5. Pendekatan sistem manajemen mutu
Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan, dari proses-proses
yang saling berkaitan sebagai suatu sistem, akan memberikan
kontribusi pada efektivitas dan efisiensi organisasi dalam mencapai
tujuan-tujuannya.
6. Peningkatan terus-menerus
Peningkatan terus-menerus dari kinerja organisasi secara
keseluruhan harus menjadi tujuan tetap dari organisasi. Peningkatan
51
terus-menerus didefinisikan sebagai suatu proses yang berfokus pada
upaya terus-menerus menigkatkan efektivitas dan/atau efisiensi
organisasi untuk memenuhi kebijakan dan tujuan dari organisasi itu.
Peningkatan terus-menerus membutuhkan langkah-langkah
konsolidasi yang progresif, menanggapi perkembangan kebutuhan
dan ekspektasi pelanggan, dan akan menjamin suatu evolusi dinamik
dari sistem manajemen mutu.
7. Pendekatan pada pengambilan fakta
Keputusan yang efektif adalah yang berdasarkan pada analisis data
dan informasi untuk menghilangkan akar penyebab masalah,
sehingga masalah-masalah mutu dapat terselesaikan secara efektif
dan efisien. Keputusan manajemen organisasi, seyogianya ditujukan
untuk meningkatkan kinerja organisasi dan efektivitas implementasi
sistem manajemen mutu.
8. Hubungan pemasok saling menguntungkan
Suatu organisasi dan pemasoknya adalah saling tergantung, dan
suatu hubungan yang saling menguntungkan akan meningkatkan
kemampuan bersama dalam menciptakan nilai tambah.
e. Perubahan–Perubahan pada SMM ISO 9000:2008
Secara umum, penekanan versi 2008 adalah pada kepatuhannya
terhadap perundang-undangan yang berlaku, seperti juga pada
persyaratan pelanggan dan produk dalam rangka kesesuaiannya dengan
sistem yang lain, seperti environment management system (EMS ISO
52
14000) dan ocupational health and safety management (OHSAS
18000).
Berikut ini adalah ringkasan perubahan-perubahannya:
a. Klausul 4.1: kata mengidentifikasikan (identify) pada butir (a)
diganti dengan menetapkan (determine). Catatan 2 ditambahkan
guna merefleksikan kenyataan bahwa proses luar (outsourced) dapat
dikaitkan juga ke pasal 7.4. Catatan 3 menguraikan jenis-jenis
pengendalian yang dapat diterapkan pada proses luar tersebut.
b. Klausul 4.2.1: Butir (e) mengenai rekaman (records) dihilangkan
dan digabungkan ke butir (c). Tambahan pada catatan 1
mengklarifikasikan bahwa satu dokumen tunggal dapat berisi lebih
dari satu prosedur terdokumentasi yang dipersyaratkan atau
sebaliknya, satu prosedur terdokumentasi yang dipersyaratkan dapat
dapat didokumentasikan lebih dari satu dokumen.
c. Klausul 4.2.3: Klarifikasi pada butir (f) bahwa dokumen eksternal
ditetapkan oleh perusahaan terkait dengan keperluan perencanaan
dan pelaksanaan SMM.
d. Klausul 4.2.4: Redaksional dibuat lebih ringkas, namun persyaratan
tetap, tidak berubah.
e. Klausul 5.5.2: Klarifikasi bahwa wakil manajemen diambil dari
anggota manajemen perusahaan.
53
f. Klausul 6.2.1: Penekanan pada kalimat, ―… yang mempengaruhi
mutu produk …‖ menjadi, ―… yang mempengaruhi kesesuaian
terhadap persyaratan produk …‖.
g. Klausul 6.2.2: Penekanan pada butir (b) bahwa pelatihan adalah
dalam rangka peningkatan kompetensi personil. Penekanan pada
butir (c) bahwa ketimbang evaluasi keefektifan pelatihan,
perusahaan hendaknya memastikan kompetensi yang diperlukan
terpenuhi.
h. Klausul 6.3: Penambahan sistem informasi pada butir (c).
i. Klausul 6.4: Catatan ditambahkan guna menjelaskan istilah
lingkungan kerja.
j. Klausul 7.1: Penambahan pengukuran (measurement) pada butir (c).
k. Klausul 7.2.1: Penekanan pada kalimat, ― … dan kegiatan pasca
penyerahan,‖ menjadi, ―… dan untuk kegiatan pasca penyerahan,‖
pada butir (a). Perubahan kata berkaitan (related) menjadi diterapkan
(applicable) pada butir (c). Perubahan kata ditetapkan (determined)
menjadi dipertimbangkan keperluannya (considered necessary) pada
butir (d). Catatan ditambahkan guna menjelaskan apa yang dimaksud
dengan kegiatan pasca penyerahan itu.
l. Klausul 7.3.1: Catatan ditambahkan untuk menjelaskan bahwa
tinjauan, verifikasi dan validasi desain adalah kegiatan yang terpisah,
namun dapat dilakukan sendiri-sendiri ataupun bersamaan.
54
m. Klausul 7.3.3: Kalimat, ― … harus disajikan dalam bentuk … ( …
shall be provided in a form …)‖ menjadi, ― … harus dalam bentuk
…( … shall be in a form …)‖. Catatan ditambahkan guna
memasukan informasi rinci mengenai preservasi produk harus
dimasukkan dalam informasi penyediaan jasa dan proses produksi.
n. Klausul 7.5.3: Penekanan bahwa identifikasi status produk
hendaknya diseluruh proses realisasi produk.
o. Klausul 7.5.4: Penekanan bahwa perusahaan harus melaporkan
kepada pelanggan atas ketidaksesuain milik pelanggan yang
diketemukan. Data personal ditambahkan pada catatan yang
menjelaskan mengenai definisi milik pelanggan.
p. Klausul 7.5.5: Penekanan pada pemeliharaan kesesuaian terhadap
persyaratan selama proses internal dan penyerahan.
q. Klausul 7.6: Kata peralatan (devices) diganti dengan perangkat
(equipment). Acuan ke 7.2.1 ditiadakan. Penekanan pada butir (c)
bahwa perangkat pemantauan dan pengukuran harus memiliki
identitas. Perubahan pada catatan, bahwa referensi ISO 10012-1 dan
ISO 10012-2 dihilangkan dan diganti dengan penjelasan mengenai
verifikasi dan manajemen konfigurasi perangkat lunak
f. Hubungan Audit Mutu Internal Dalam Penerapan Sistem Manajemen
Mutu ISO 9001:2008
Menurut Vocational Education Development Center Malang yang
dikutip dari ISO 9001:2008 adalah:
55
―Audit mutu internal merupakan salah satu persyaratan yang harus
dipenuhi oleh Lembaga Pendidikan untuk meninjau kesesuaian dan
efektivitas penerapan SMM. Direksi hendaknya memastikan penetapan
proses audit internal yang efektif dan efisien untuk mengakses kekuatan
dan kelemahan SMM. Proses Audit Mutu Internal berfungsi sebagai
alat manajemen untuk asesmen mandiri dari proses atau kegiatan
manapun yang ditunjuk dalam SMM. Proses Audit Mutu Internal
dengan menyediakan perangkat untuk memperoleh bukti objektif
bahwa persyaratan yang ada telah dipenuhi, karena Audit Mutu Internal
menilai keefektifan dan efisiensi perusahaan.‖
Dari keterangan diatas dapat dijelaskan bahwa audit mutu internal
merupakan sarana yang sangat penting dan efektif untuk melihat sejauh
mana perusahaan dapat menerapkan serta mengimplementasikan SMM.
Oleh karena itu audit harus direncanakan dalam kurun waktu yang
ditetapkan. Dengan pelaksanaan yang terencana dan teratur, lembaga
pendidikan akan dapat melakukan perbaikan berkelanjutan. Kegiatan
audit harus dilakukan oleh personil yang tidak berasal dari bagian yang
diaudit, maksudnya yaitu untuk mendapatkan bukti-bukti secara
objektif. Audit mutu internal dilakukan secara objektif, sistematis, dan
terdokumentasi.
B. Penelitian Sebelumnya
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian–penelitian
sebelumnya, yang peneliti jadikan landasan dasar pengujian hipotesis dalam
56
penelitian ini diantaranya penelitian yang telah dilakukan oleh dengan judul :
―Peran Audit Internal Sebagai Alat Bantu Manajemen Dalam Menunjang
Impelementasi Manajemen Mutu Pada Perusahaan Jasa Telekomunikasi‖
menyimpulkan bahwa pelaksanaan aktivitas audit internal manajemen mutu
telah memadai karena telah mendukung tujuan dari audit internal dan telah
memenuhi keeenam unsur/elemen dari audit internal dan audit internal dalam
menunjang implementasi sistem manajemen mutu.
Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Artha L. Tambunan pada
tahun 2009 dalam skripsinya yang berjudul ―Peranan Audit Internal Dalam
Memelihara Sistem Manajemen Mutu Pada PT. Socfin Indonesia Medan.‖
Penelitian ini menyimpulkan bahwa internal audit pada PT. Socfin berfungsi
secara efektif, internal audit melakukan pemeriksaan secara rutin selama satu
periode tahun buku, kesesuaian penerapan sistem manajemen mutu dengan
standar internasional Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 yang berlaku
telah sangat sesuai, dan peranan audit internal sangat bermanfaat dalam
memelihara sistem manajemen mutu.
Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Arif Suryono pada tahun
2011 melalui skripsinya yang berjudul ―Audit Internal Dalam Penerapan
Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di SMK Muhammadiyah 1
Wonosobo.‖ Penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) Audit internal tanggal 7
Mei 2011 di SMK Muhammadiyah 1 Wonosobo belum optimal dalam
menentukan semua unsur standar yang harus diaudit dari auditor yang
ditunjuk masih diperlukan peningkatan kualitas pemahaman dalam penerapan
57
SMM ISO 9001:2008 di SMK dan khususnya bagaimana menetapkan semua
unsur standar diaudit oleh auditor yang ditunjuk terlihat di SMK
Muhammadiyah 1 Wonosobo dalam menentukan unsur yang diaudit sudah
berusaha akan tetapi belum menyentuh semua unsur standar dalam Sistem
Manajemen Mutu, (2) Auditor yang ditunjuk telah mengikuti pelatihan
pemahaman SMM ISO 9001:2008 dan sistem pendokumentasiannya, namun
belum seluruh personil memahami dengan baik tentang SMM ISO 9001:2008
dan sistem pendokumentasiannya, personil sebagai auditor diambil dari
mereka yang sudah memiliki sertifikat pelatihan audit internal, namun
meskipun pelatihan audit internal sudah dilaksanakan dan sertifikat telah
dimiliki oleh para auditor tidak semua memiliki kedalaman pemahaman yang
cukup sebagai auditor sehingga kedalaman dan kedangkalan pemahaman
tentang pelaksanaan audit internal ini berdampak dalam kemampuan
mengaudit seperti yang terjadi di SMK Muhammadiyah 1 Wonosobo, (3)
WMM menetapkan waktu yang disetujui bersama auditee lebih banyak dari
sisi non formal perorangan tidak secara formal karena tidak ditemukan
dokumen dokumen tentang penetapan waktu bersama auditee, dan (4) KTS
yang ditemukan selama audit internal maka audit tindak lanjut dilaksanakan
oleh para auditor untuk memeriksa dan memastikan tindakan perbaikan /
tindakan koreksi telah dilakukan oleh ketua unit kerja sebagai auditee yang
ditemukan KTS tersebut karena hanya pada unit kerja yang ditemukan KTS
tersebut perlu dipastikan apakah KTS yang ditemukan sudah dilakukan
tindakan perbaikan / tindakan koreksi yang dilakukan oleh ketua unit kerja.
58
WMM membuat Log status audit internal dengan menggunakan form dan
diidentifikasi F/822/WMM/3 tentang Log Status Audit.
Tabel 2.1
Ringkasan Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Peneliti Tahun
Penelitian
Judul Variabel Hasil Penelitian
Tulus
Pahala
Simatupang
2005 Peran Audit
Internal Sebagai
Alat Bantu
Manajemen
Dalam
Menunjang
Impelementasi
Manajemen
Mutu Pada
Perusahaan Jasa
Telekomunikasi.
1. Pelaksanaan
aktivitas audit
internal
manajemen
mutu telah
memadai.
2. Audit internal
dalam
menunjang
implementasi
sistem
manajemen
mutu.
Artha L.
Tambunan
2009 Peranan Audit
Internal Dalam
Memelihara
Sistem
Manajemen
Mutu Pada PT.
Socfin
Indonesia
Medan.
1. Internal audit
pada PT. Socfin
berfungsi secara
efektif
2. Internal audit
melakukan
pemeriksaan
secara rutin
selama satu
periode tahun
buku
3. Kesesuaian
penerapan
sistem
manajemen
mutu dengan
standar
internasional
Sistem
Manajemen
Mutu ISO
9001:2000 yang
berlaku telah
59
Peneliti Tahun
Penelitian
Judul
Variabel Hasil Penelitian
sangat sesuai
4. Peranan audit
internal sangat
bermanfaat
dalam
memelihara
sistem
manajemen
mutu.
Arif
Suryono
2011 Audit Internal
Dalam
Penerapan
Sistem
Manajemen
Mutu ISO
9001:2008 di
SMK
Muhammadiyah
1 Wonosobo.
1. Audit internal
tanggal 7 Mei
2011 di SMK
Muhammadiyah
1 Wonosobo
belum optimal
dan SMK
Muhammadiyah
1 Wonosobo
dalam
menentukan
unsur yang
diaudit sudah
berusaha akan
tetapi belum
menyentuh
semua unsur
standar dalam
Sistem
Manajemen
Mutu.
2. Auditor yang
ditunjuk telah
mengikuti
pelatihan
pemahaman
SMM ISO
9001:2008 dan
sistem
pendokumentasi
an, namun
belum seluruh
personil
memahaminya
dengan baik.
60
Peneliti
Tahun
Penelitian
Judul
Variabel
Hasil Penelitian
3. WMM
menetapkan
waktu yang
disetujui
bersama auditee
lebih banyak
dari sisi non
formal
perorangan tidak
secara formal
karena tidak
ditemukan
dokumen
dokumen
tentang
penetapan waktu
bersama auditee.
KTS yang
ditemukan
selama audit
internal maka
audit tindak
lanjut
dilaksanakan
oleh para
auditor
untukmemeriksa
dan memastikan
tindakan
perbaikan /
tindakan koreksi
telah dilakukan
oleh ketua unit
kerja sebagai
auditee yang
ditemukan KTS
tersebut karena
hanya pada unit
kerja yang
ditemukan.
5.WMM membuat
Log status audit
internal
61
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menuangkan kerangka
pemikirannya dalam bentuk skema kerangka pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.2
Skema Kerangka Pemikiran Teoritis
Audit Internal
Program Audit
Perencanaan dan
Persiapan Audit
(0
Pelaksanaan Audit
(0
Pelaporan Hasil Audit
(0
Tindak Lanjut Hasil Audit
(0
Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008
(0
Persyaratan
(0
Tanggung Jawab
Manajemen
(0
Manajemen Sumber Daya
(0
Realisasi Produk
(0
Pengukuran, Analisa, dan
Perbaikan
(0
Continual Improvement
(0