SKRIPSI 2017 KARAKTERISTIK PENDERITA DIARE PADA BALITA...
Transcript of SKRIPSI 2017 KARAKTERISTIK PENDERITA DIARE PADA BALITA...
SKRIPSI
2017
KARAKTERISTIK PENDERITA DIARE PADA BALITA YANG DIRAWAT
INAP DI RSUD DAYA KOTA MAKASSAR PERIODE
JANUARI – DESEMBER 2016
OLEH:
A.Ayu Selvia
C11114076
PEMBIMBING:
dr. Lisa Tenriesa M, MMedSc
DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN
STUDI PADA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
KARAKTERISTIK PENDERITA DIARE PADA BALITA YANG DIRAWAT
INAP DI RSUD DAYA KOTA MAKASSAR PERIODE
JANUARI – DESEMBER 2016
Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin
Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran
A.Ayu Selvia
C11114076
Pembimbing :
Dr.Lisa Tenriesa M,MMedSc
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2017
HALAMAN PENGESAIIAN
Telah disetujui untuk dibacakan pada seminar akhir di Bagian Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran UNHAS dengan judul :
diraw"at inap diRSUD Daya Kota
Tempat n UNHAS
7
: 20 November 2Ol7
:IIWITA-Selesai
HALA&[{N PENGESAILAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : A.Avu Selvia
NIM . ClI I 14 476
F akultas/Program Studi
Judul Skripsi
Penguji I
Penguji 2
Ditetapkan di
Tanggal
: Kedokteran/Pendidikan Dokter
di RS
2416
ita d:iare pada balita yang dirawat inap
periode J anuari-Desember
. Makassar
. 20 November 2017
Telah berhasil dipertahankan di hadapan dewan penguji dan diterima setragai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar sarjana
kedokteran pada Fakultas Ked okteran Universitas Hasan uddin
DEWAN PENGUJI
Pembimbing : dr. Lisa Tenriesa M,MMedSc
: dr. Firdaus Hamid, Ph.D
.# r:-. ,, ini,!:,iS*;*Emv$fuir.::)
: dr. Rizalinda sjahril, M.Sc, Ph.D
,Nt:l
(......... ... ,. , .. )
ilt
BAGIAI{ MIKROBIOLOGI
FAKTILTAS KEDOKTf, RAN UNIVERSITAS IIASAN TIDDIN
2017
K DAN DIPERBANYAK
tv
Judul Skripsi :
'oKarakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap di RSUD Daya Kota
Makassar periode Januari -Desember 201 6"
HALAMAN PERNYATAAN A1\TI PLAGIARISME
Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh skripsi ini adalah hasil karya
saya. Apabila ada kutipan atau pemakaian dari hasii kar:1'a criiirg i:liii bitii- *eii;p;
tulisan, data, gambar, atau ilustrasi baik yang telah dipublikasi atau belum dipublikasi,
telah direferensi sesuai dengan ketentuan akademis.
Saya menyadari plagiarisme adalah kejahatan akademik, dan melakukannya
akan menyebabkan sanksi yang berat berupa pembatalan skripsi dan sanksi akademik
yang lain.
Makassar, 20 November 2017
Pen-ulis.( \
z'uiV, /",-f\-/ (NA.Ayu SelviaNIM Cl1114076
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua dengan segala
keterbatasan yang penulis miliki, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap di
RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember 2016” sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi pada program studi pendidikan dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanudddin.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT atas kekuatan dan nikmat yang tak terhingga sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan tepat waktu.
2. Orang tua penulis yang senantiasa membantu dalam memotivasi, mendorong,
mendukung dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Direktur RSUD Daya Kota Makassar dan staf pegawai yang telah memberikan
izin dan bantuan kepada kami untuk melakukan pengambilan data rekam
medik sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
4. Dr. Lisa Tenriesa M,MMedSc selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan skripsi ini dan
membantu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
5. Dr. Rizalinda Sjahril M.Sc,Ph.D dan dr.Firdaus Hamid Ph.D selaku dosen
penguji yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk perbaikan
penyusunan skripsi ini.
vii
6. Teman-teman kelompok belajar penulis (glomerulus) yang senantiasa
memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini
7. Teman-teman seperjuangan bone medstud ( Fadly,reny, kwan, eka, arwidya)
yang selalu memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman – teman KKN bontomangiring yang senantiasa memberi semangat dan
motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-teman dan kakak-kakak yang sudah membantu melalui sumbangsih
pikiran maupun bantuan fisik dan moril secara langsung maupun tidak
langsung dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan secara satu per satu yang terlibat
dalam memberi dukungan dan doanya kepada penulis
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
sehingga dengan rasa tulus penulis akan menerima kritik dan saran serta koreksi
membangun dari semua pihak.
Makassar, 20 November 2017
Penulis
viii
SKRIPSI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
NOVEMBER 2017
A.Ayu Selvia
dr. Lisa Tenriesa M, MMedSc
Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap di RSUD Daya
Kota Makassar periode Januari-Desember 2016
ABSTRAK
Pendahuluan : Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih sering
menjadi Kejadian Luar Biasa ( KLB ) karena dapat menyebabkan kematian. Penyebab
utama kematian diare adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui
feses. Menurut World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu
kematian balita di seluruh dunia dan angka kesakitan diare pada tahun 2011 yaitu
berkisar 411 penderita per 1000 penduduk. Menurut data WHO tahun 2013 setiap
tahunnya terjadi kematian akibat diare sebesar 760.000 jiwa dan lebih banyak terjadi
pada anak berumur di bawah lima tahun dan 21% terjadi kematian pada anak-anak
karena diare di negara berkembang, salah satunya di Indoneisa. Menurut hasil
riskesdas tahun 2007, diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi (
31,4%) dan pada balita ( 25,2 %).
Metode : Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional, melalui
penggunaan rekam medik pasien diare pada balita sebagai data penelitian. Teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan metode total sampling.
Hasil : Jumlah penderita diare pada balita di RSUD Daya Kota Makassar periode
Januari-Desember 2016 didapatkan sebanyak 120 orang. Diketahui bahwa secara
keseluruhan kelompok penderita umur 7-24 bulan mencatat angka tertinggi yaitu 73,3
%, laki-laki mencatat angka tertinggi yaitu 63,3 %, sebagian besar memiliki status gizi
normal yaitu 68,3 %, banyak pasien dengan skor dehidrasi ringan yakni 46,7%, semua
pasien mengalami diare selama < 14 hari, sebagian besar pasien datang dengan
keluhan bab encer disertai demam dan muntah yakni 42,5 %, pasien yang melakukan
pemeriksaan lab paling banyak dengan hasil leukositosis yakni 5,8 %, sebagian besar
pasien mendapat terapi antibiotik yaitu 61,7 % dan hampir seluruh pasien pulang
dengan keadaan sembuh yaitu 99,2 %.
Kesimpulan : Sebagian besar kasus diare pada balita yang dirawat inap di RSUD
Daya Kota Makassar periode Januari-Desember 2016 adalah umur 7-24 bulan, laki-
laki, status gizi normal, dehidrasi ringan, mengalami diare < 14 hari. Selain itu,
sebagian besar dari mereka datang dengan keluhan bab encer disertai demam dan
muntah, mendapat terapi antibiotik, mengalami leukositosis dan pulang dalam keadaan
sembuh.
Kata kunci : Karakteristik , diare, balita, rawat inap, RSUD Daya Kota Makassar
ix
THESIS
FACULTY OF MEDICINE
HASANUDDIN UNIVERSITY
NOVEMBER 2017
A.Ayu Selvia
dr. Lisa Tenriesa M, MMedSc
Characteristics of under-five diarrhea patients who are hospitalized in RSUD
Daya Makassar City within period of January-December 2016
ABSTRACT
Introduction: Diarrhea is one of the health issues that are still often into Extraordinary
Events (KLB) because it can cause death. The primary cause of death of diarrhea is
dehydration due to fluid and electrolyte losses through the feces. According to the
World Health Organization (WHO), diarrhea is the number one cause of infant
mortality worldwide and diarrhea morbidity in 2011 is around 411 people per 1000
population. According to WHO data in 2013 every year there are diarrhea deaths of
760,000 people and more common in children under five years old and 21% of deaths
occur in children due to diarrhea in developing countries, one of them in Indonesia.
According to the results of riskesdas in 2007, diarrhea is the number one cause of death
in infants (31.4%) and for toddler (25.2%).
Method: This research is descriptive with cross sectional design using medical record
of diarrhea patient in under five as research data. Sampling technique used is total
sampling
Results: The number of diarrhea sufferers in under-five at RSUD Daya Kota Makassar
period January-December 2016 was found as many as 120 people. It is known that the
whole group of patients aged 7-24 months recorded the highest number which is
73.3%, men recorded the highest number of 63.3%, mostly, they have normal
nutritional status of 68.3%, many patients with mild dehydration score ie 46.7%, all
patients had diarrhea for <14 days, most patients came with defecate which is dilute
complaint with fever and vomiting ie 42.5%, patients who did most lab tests with
leukocytosis yields 5.8%, partially large patients received antibiotic therapy that is
61.7% and almost all patients returned with a state of cure that is 99.2%.
Conclusions: Most cases of diarrhea in under five children admitted to RSUD Daya
Kota Makassar during January-December 2016 are 7-24 months old, male, nomral
nutritional statys, mild dehydrarion, diarrhea < 14 days. In addition, most of them
come with a watery complaints accompanied by fever and vomiting , antibiotic
therapy, leukocytosis and home healing.
Keywords: Characteristics, diarrhea, toddler, hospitalization, RSUD Daya Kota
Makassar
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN CETAK ...................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ANTI PLAGIAT ...................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR SKEMA ........................................................................................ xv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ . xiv
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.. ...................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.. ................................................................. 3
1.3. Tujuan Penelitian.. .................................................................. 4
xi
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................... 4
1.3.2.Tujuan Khusus ............................................................ 4
1.4. Manfaat Penelitian.. ................................................................ 5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi diare ......................................................................... 6
2.2. Etiologi .................................................................................. 6
2.3. Cara penularan dan faktor resiko.. ........................................ 9
2.4. Klasifikasi diare .. ................................................................ 10
2.5. Patofisiologi.. ......................................................................... 13
2.6. Manifestasi klinis .. ............................................................... 14
2.7. Diagnosis .. ............................................................................. 15
2.7.1. Anamnesis.................................................................. .. 15
2.7.2. Pemeriksaan fisis........................................................ .. 16
2.7.3. Pemeriksaan penunjang............................................... . 16
2.7.4. Penatalaksanaan......................................................... .. 18
2.7.5. Komplikasi................................................................. .. 21
2.7.6. Prognosis.................................................................... .. 22
BAB 3. KERANGKA KONSEP
3.1. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti .................................. 23
3.2. Kerangka Teori ....................................................................... 24
3.3. Kerangka Konsep .................................................................... 24
xii
3.4 Definisi Operasional.............................................................. . 25
BAB 4. METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian .................................................................... 28
4.2. Lokasi Penelitian................................................................... .. 28
4.3 Waktu Penelitian ...................................................................... 28
4.4. Populasi dan Sampel ............................................................... 28
4.4.1 Populasi .......................................................................... 28
4.4.2 Sampel ............................................................................ 28
4.4.3 Cara Pengambilan Sampel ............................................. 29
4.5. Kriteria Seleksi ........................................................................ 29
4.5.1 Kriteria Inklusi ............................................................... 29
4.5.2 Kriteria Eksklusi ............................................................ 29
4.6. Jenis Data dan Instrumen Penelitian ....................................... 29
4.6.1. Jenis Data.................................................................... .. 29
4.6.2 Instrumen Penelitian..................................................... . 29
4.7. Manajemen Penelitian ............................................................. 30
4.7.1. Pengumpulan Data ........................................................ 30
4.7.2. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ........................... 30
xiii
4.7.3. Penyajian Data............................................................ .. 30
4.8. Etika Penelitian ....................................................................... 30
BAB 5. HASIL PENELITIAN
5.1. Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
kelompok umur di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember
2016 ............................................................................................... 34
5.2. Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
jenis kelamin di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember
2016................................................................... ............................. 35
5.3 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
status gizi penderita di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-
Desember 2016 .............................................................................. 37
5.4. Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
skor dehidrasi di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember
2016 ................................................................................................ 39
5.5. Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
lama kejadian di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember
2016 ................................................................................................ 40
5.6. Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
gejala masuk rumah sakit di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-
Desember 2016 .............................................................................. 42
xiv
5.7. Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
hasil pemeriksaan laboratorium di RSUD Daya Kota Makassar periode
Januari-Desember 2016 .................................................................. 45
5.8. Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
terapi yang diberikan di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-
Desember 2016 .............................................................................. 49
5.9. Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
keadaan sewaktu pulang di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-
Desember 2016 .............................................................................. 54
5.10. Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
waktu kejadian di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember
2016 ................................................................................................ 55
BAB 6. PEMBAHASAN ........................................................................... 55
BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 65
LAMPIRAN
xv
DAFTAR SKEMA
3.1 Kerangka Teori ................................................................................................. 24
3.2 Kerangka Konsep ............................................................................................. 24
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.2.1 ....................................................................................................... 8
Tabel 2.2.2 ...................................................................................................... 8
Tabel 2.4.1 ...................................................... ................................................ 11
Tabel 2.4.2 ....................................................................................................... 12
Tabel 5.1.1 ...................................................................................................... 34
Tabel 5.2.1 ...................................................... ................................................ 35
Tabel 5.2.2 ....................................................................................................... 36
Tabel 5.3.1 ....................................................................................................... 37
Tabel 5.4.1..................................................... .................................................. 39
Tabel 5.5.1 ...................................................................................................... 40
Tabel 5.6.1 ....................................................................................................... 42
Tabel 5.6.2 ....................................................................................................... 44
Tabel 5.7.1 ....................................................................................................... 45
Tabel 5.7.2 ....................................................................................................... 47
Tabel 5.8.1 ....................................................................................................... 49
Tabel 5.8.2 ....................................................................................................... 50
Tabel 5.8.3 ....................................................................................................... 52
Tabel 5.8.4 ....................................................................................................... 53
Tabel 5.9.1 ....................................................................................................... 54
Tabel 5.10.1 ..................................................................................................... 55
xvii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 5.1.1 .................................................................................................... 34
Grafik 5.2.1 ...................................................... .............................................. 36
Grafik 5.3.1 ..................................................................................................... 38
Grafik 5.4.1 ..................................................................................................... 39
Grafik 5.5.1 ...................................................... .............................................. 41
Grafik 5.6.1 .................................................................................................... 43
Grafik 5.7.1 ..................................................................................................... 46
Grafik 5.8.1 ..................................................................................................... 50
Grafik 5.9.1 ..................................................................................................... 54
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel data penelitian
2. Surat permohonan izin penelitian
3. Surat permohonan rekomendasi etik
4. Surat rekomendasi persetujuan etik
5. Lembar persetujuan judul
6. Lembar persetujuan proposal
7. Lembar persetujuan hasil
8. Surat izin pengambilan data rekam medik di RSUD Daya
9. Biodata peneliti
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Diare merupakan keluhan yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang
air besar lebih dari 3 kali sehari berupa tinja berbentuk cair atau setengah cair dan
dapat disertai lendir dan darah.1 Diare masih sering menjadi Kejadian Luar Biasa
( KLB ) karena dapat menyebabkan kematian. Penyebab utama kematian diare
adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Sementara
penyebab lainnya adalah disentri, gizi dan infeksi.2 Menurut World Health
Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh
dunia dan angka kesakitan diare pada tahun 2011 yaitu berkisar 411 penderita per
1000 penduduk. Menurut data WHO tahun 2013 setiap tahunnya terjadi kematian
akibat diare sebesar 760.000 jiwa dan lebih banyak terjadi pada anak berumur di
bawah lima tahun dan 21% terjadi kematian pada anak-anak karena diare di negara
berkembang.3,4
Diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang seperti Indonesia karena morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi.
Menurut hasil riskesdas tahun 2007, diare merupakan penyebab kematian nomor
satu pada bayi ( 31,4%) dan pada balita ( 25,2 %), sedangkan pada golongan semua
umur merupakan penyebab kematian yang keempat ( 13,2 %) sedangkan pada
tahun 2012, angka kesakitan diare pada semua umur sebesar 214 per 1000
penduduk dan angka kesakitan diare pada balita 900 per 1000 penduduk.5 Survei
2
morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun
2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR penyakit
Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun
2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000
penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi dengan CFR
yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah
kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di
24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang dengan kematian 100 orang (CFR
1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.). 6
Pada tahun 2013 terjadi 8 KLB di Indonesia yang tersebar di 6 Propinsi, salah
satunya Sulawesi Selatan dengan period prevalence diare 10,1 % dan insiden diare
pada balita di indonesia berkisar 6,7 persen. Lima provinsi dengan insiden diare
tertinggi pada balita adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%),
Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%). Pada tahun 2014 terjadi 6 KLB
Diare yang tersebar di 5 propinsi ( Sumatera Utara, Sulawesi Selatan,Lampung,
NTT dan Jawa Timur), 6 kabupaten/kota dengan jumlah penderita 2.549 orang
dengan kematian 29 orang (CFR 1,14%).5
Sulawesi Selatan menjadi salah satu propinsi dengan KLB diare terbesar pada
tahun 2014 di mana angka kesakitan diare tertinggi terjadi di kota Makassar, Gowa,
Bulukumba, Takalar, Pangkep, dan Luwu Utara. Bila dikelompokkan ke dalam
kelompok umur maka jumlah kasus yang tertinggi berada pada kelompok umur <
5 tahun sebanyak 93.560 kasus. Dari kasus tersebut, angka kesakitan diare tertinggi
3
terjadi di kota Makassar dengan 26.485 kasus dari seluruh jumlah penduduk
sebanyak 1.429.242 jiwa.7
Tingginya angka kejadian diare diperkirakan terjadi akibat banyaknya faktor
seperti sanitasi lingkungan, sosial ekonomi dan faktor gizi serta tata laksana diare
yang kurang cepat dan tepat. Jika melihat kondisi yang terjadi, angka kesakitan
diare bisa diturunkan dengan adanya intervensi pencegahan yang efektif seperti
upaya meningkatkan pemberian air susu ibu, kebiasaan mencuci tangan,
penyediaan dan penggunaan air bersih, pengelolaan makanan dengan bersih dan
penggunaan jamban yang benar.
Diare pada balita yang lambat ditangani dapat menyebabkan beberapa
komplikasi seperti gangguan elektrolit pada tubuh, dehidrasi bahkan sampai
kematian. Oleh karena itu, penting untuk diketahui bagaimana karakteristik diare
dan gejalanya agar bisa diinformasikan ke masyarakat sehingga diare bisa cepat
ditangani. Atas pertimbangan tingginya angka kejadian diare di kota Makassar
maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk melihat karakteristik diare pada balita
di kota Makassar khususnya yang dirawat inap di RSUD Daya kota Makassar
periode Januari – Desember 2016.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah di atas, maka penulis berniat
mengangkat rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah karakteristik
penderita diare pada balita yang dirawat inap di RSUD Daya kota Makassar pada
periode Januari – Desember 2016”
4
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Memperoleh informasi mengenai karakteristik penderita diare pada balita
yang dirawat inap di RSUD Daya kota Makassar pada periode Januari –Desember
2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
a. Mengetahui distribusi penderita diare pada balita menurut kelompok
umur
b. Mengetahui distribusi penderita diare pada balita menurut jenis kelamin
c. Mengetahui distribusi penderita diare pada balita menurut status gizi
d. Mengetahui distribusi penderita diare pada balita menurut skor dehidrasi
e. Mengetahui distribusi penderita diare pada balita menurut lama kejadian
f. Mengetahui distribusi penderita diare pada balita menurut hasil
pemeriksaan laboratorium
g. Mengetahui distribusi penderita diare pada balita menurut terapi yang
diberikan.
h. Mengetahui distribusi penderita diare pada balita menurut keadaan
sewaktu pulang.
i. Mengetahui distribusi penderita diare pada balita menurut gejala masuk
RS
j. Mengetahui distribusi penderita diare pada balita menurut waktu
kejadian
5
1.4 Manfaat Penelitian
1. Diperolehnya gambaran penderita diare pada balita yang dirawat inap di
RSUD Daya Kota Makassar Januari- Desember 2016
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pihak
terkait khususnya instansi kesehatan untuk meningkatkan mutu kesehatan di
masa mendatang, menyediakan sarana kesehatan yang cukup, serta melakukan
upaya promotif dan preventif dalam menangani kasus diare di masa yang akan
datang.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dan dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan bacaan serta acuan rujukan bagi penelitian
mengenai Diare.
4. Menambah pengalaman berharga bagi peneliti dalam rangka pengembangan
diri khususnya dalam bidang penelitian
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Diare adalah buang air besar ( defekasi ) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair ( setengah padat), kandungan air lebih besar 200 gram atau 200ml/24
jam.1 definisi lain dari diare adalah pasase feses dengan konsistensi lebih encer
dan frekuensi lebih sering ( >2x dalam satu hari ).9 Berdasarkan
perlangsungannya, diare dibagi menjadi diare akut ( berlangsung <14 hari),diare
kronik ( berlangsung >14 hari) dan diare persisten yang merupakan istilah yang
dipakai di luar negeri yang menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari yang
merupakan kelanjutan dari diare diare akut ( peralihan antara diare akut dan
kronik, dimana lama diare kronik yang dianut yaitu yang berlangsung lebih dari
30 hari). Sedangkan diare menurut etiologinya dibagi menjadi diare infeksi
(apabila penyebabnya infeksi),diare non infeksi ( tidak ditemukan infeksi sebagai
penyebab), diare organik (ditemukan penyebaab anatomil,bakteriologik,
hormonal atau toksikologik) dan diare fungsional ( apabila tidak ditemukan
penyebab organik). 1
2.2 Etiologi
Menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines, etiologi
diare yaitu :
a. Infeksi
7
-Bakteri : Shigella sp.,Escherichia coli.,Vibrio sp.,Salmonella
sp.,Bacillus cereus, Campylobacter jejuni, Staphylococcus auerus, Klebsiella,
Clostridium perfringens.
-Virus : Rotavirus, Adennovirus, Norwalk virus, astrovirus,
Coronavirus, Echovirus
-Parasit- Protozoa : Entamobe histolytica, Giardia Lamblia, Balantidium coli,
Cryptosporidium parvum.
-Cacing : Acsaris sp., Trichuris sp., Strongyloides stercoralis.
-Jamur : Candida sp.
b. Non infeksi : Malabsorpsi ( intoleransi laktosa), keracunan makanan , alergi
(susu sapi dan protein kedelai ),efek obat-obatan dan sebab lain.1
Penyebab diare terbanyak pada anak di bawah 5 tahun pada negara
berkembang adalah rotavirus ( grup A ), astrovirus, adenovirus serotype 40 dan
41. 10 Bakteri penyebab diare terbanyak yaitu Enteropathogenic Escherichia
coli dan Enterotoxigenic Escherichia coli yang menyebabkan acute watery
diarrhea. 11 Shigella sp., dan Entamoeba histolytica merupakan penyebab
terbanyak dari acute bloody diarrhea (disentri ), Campylobacter sp.,invasive
Escherichia coli, Salmonella dan Yersinia sp. juga dapat menyebabkan diare
disertai darah ( disentri ). 12
8
Tabel 2.2.1 Data Virus Penyebab Diare pada Anak
Virus Genom
Usia
penjamu
Cara penularan
Prodromal/
penularan lama
sakit
Rotavirus dsRNA 6-24
bulan
Makanan,air,orang
ke orang
2 hari/3-5 hari
Calisivirus ssRNA Anak
dan
dewasa
Makanan,air,orang
ke orang
1-3 hari / 4 hari
Adenovirus
enteric
dsDNA Anak < 2
tahun
Orang ke orang 3-10 hari / 7 hari
Astrovirus ssRNA anak Air, orang ke
orang
24-36 hari/ 1- 4
hari
Sumber : robun dan kotran. Dasar Patologi Penyakit. Edisi 7. 13
Tabel 2.2.2 Data Bakteri Penyebab Diare
Organisme Masa inkubasi
Gejala
dan Tanda
Staphylococcus aureus 1-8 jam Mual dan muntah
Enterotoxigenic
Escherichia coli
24-72 jam Watery diarrhea
9
Enteroinvasive
Escherichia coli
48-72 jam Disentri
Escherichia coli (Shiga-
toxin producing: STEC )
24-72 jam Watery diarrhea
dan disentri
Enteropathogenic
Escherichia coli
Slow onset Watery diarrhea
Vibrio cholera 24-72 jam Watery diarrhea
Shigella dysentriae 24-72 jam Disentri
Sumber : Jawetz, Melnick & Adelberg`s 2010. Medical Microbiology. 25rh
Edition:Patogenesis of bacterial infection. 14
2.3 Cara Penularan dan Faktor Risiko
Cara penularan diare melalui faecal-oral yaitu melalui makanan atau minuman
yang tercemar kuman atau kontak langsung dengan tangan penderita atau tidak
langsung melalui lalat ( faeces, flies, food, fluid, finger). Faktor risiko terjadinya
diare dapat dibedakan menjadi faktor perilaku dan faktor lingkungan. 15
Faktor perilaku antara lain :
1. Pemberian ASI eksklusif. Anak tidak mendapat ASI/ASI eksklusif, pemberian
makanan pendamping. MPASI yang terlalu dini akan mempercepat dan
mempermudah bayi kontak terhadap kuman.
2. Kebiasaan cuci tangan. Tidak membiasakan kebiasaan mencuci tangan
menggunakan sabun sebelum memberikan ASI/makan, setelah buang air
besar, dan setelah membersihkan BAB anak.
10
3. Penyimpanan/penyediaan makanan yang tidak higienis.
Faktor lingkungan dan faktor penderita antara lain :
Ketersediaan air bersih yang tidak memadai dan kebersihan lingkungan dan
pribadi yang buruk. Menurut Kemenkes RI tahun 2011 ada beberapa faktor
dari penderita yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk terjadinya diare
antara lain : Umur anak, kurang gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk,
penyakit imunodefisiensi/imunosupresi dan penderita campak. Diare juga
merupakan salah satu komplikasi dari kejadian malnutrisi berat.15
2.4 Klasifikasi
Terdapat beberapa pembagian diare yaitu: 1
1. Berdasarkan lama kejadian diare:
a. Diare akut : berlangsung <14 hari
b. Diare kronik : berlangsung > 14 hari
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologi:
a. Diare sekretorik
b. Diare osmotik
3. Berdasarkan derajat dehidrasi:
a. Diare tanpa dehidrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan-sedang
c. Diare dengan dehidrasi berat
11
Tabel 2.4.1 Klasifikasi Diare Menurut Derajat Dehidrasi
Klasifikasi Tanda dan gejala
Dehidrasi berat
(kehilangan cairan >10% berat badan)
dua atau lebih tanda berikut :
-Kondisi umum lemah,letargis/tidak
sadar
-ubun-ubun besar. Mata sangat cekung
-malas minum/tidak dapat minum
-cubitan perut kembali sangat lambat
(>2 detik)
Dehidrasi ringan-sedang
(kehilangan cairan 5-10% berat badan)
Dua atau lebih tanda berikut:
-Rewel,gelisah,cengeng
- ubun-ubun besar. Mata sedikit
cekung
-tampak kehausan, minum lahap
-cubitan perut kembali lambat
Tanpa dehidrasi
(kehilangan cairan <5% berat badan)
Tidak ada cukup tanda untuk
diklasifikasikan ke dua kriteria di atas
Sumber : kapita selekta kedokteran.edisi IV. Jilid I
12
Tabel 2.4.2 Skor Derajat Dehidrasi
Penilaian
Skor
1 2 3
Keadaan umum Baik Lesu/haus Gelisah,lemas,ngantuk,sy
ok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Pernapasan <30x/menit 30-40x/menit >40x/menit
Turgor Baik Kurang Jelek
Nadi <120x/menit 120-
140x/menit
>140x/menit
Sumber : SPM Kesehatan Anak FK UNHAS
Skor :
6 = tanpa dehidrasi
7-12 = dehidrasi ringan-sedang
≥13 = dehidrasi berat
13
2.5 Patofisiologi
Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi/patomekanisme di
bawah ini: 1
a. Diare sekretorik
Diare tipe ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus,
menurunnya fungsi absorpsi dari usus. Bakteri dalam usus akan mengeluarkan
toksin yang mana toksin tersebut akan menstimulasi c-AMP dan c-GMP yang
mengakibatkan peningkatan sekresi cairan dan elektrolit sehingga terjadi diare.
Yang khas pada diare ini yaitu secara klinis ditemukan diare dengan volume
tinja yang banyak sekali.
b. Diare osmotik
Diare tipe ini disebabkan meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari usus
halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang hiperosmotik ( antara lain
MgSO4. Mg(OH)2), malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi mukosa usus
misalnya pada defisiensi disakarida,malabsorpsi glukosa/galaktosa. Diare
osmotik ditegakkan bila osmotic gap feses > 125 mosmol/kg (normal <50
mosmol/kg). Osmotic gap dihitung dengan cara : osmolaritas serum (290
mosmol/kg) – [2x(konsentrasi natrium + kalium feses )].
c. Motilitas dan Waktu Transit Usus yang Abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregulitas motilitas usus sehingga
menyebabkan absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain:
DM, pasca vagotomi, hipertiroid.
14
d. Diare infeksi
Jenis diare yang paling sering terjadi adalah diare karena infeksi, seperti infeksi
rotavirus, protozoa dan fungi. Dilihat dari sudut kelainan usus yang terjadi pada
diare oleh bakteri dibagi atas non invasif ( tidak merusak mukosa) dan invasif
( merusak mukosa usus). Bakteri non invasif dapat menyebabkan diare karena
toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut yang disebut diare toksigenik.
Contoh diare toksigenik adalah diare yang disebabkan oleh bakteri Vibrio
cholera. Enterotoksin yang dihasilkan oleh bakteri ini menempel pada
permukaan epitel usus, kemudian akan membentk adenosin monofosfat siklik
(AMP siklik) di dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif dari anion klorida
yang diikuti oleh air, ion bikarbonat dan kation natrium serta kalium. Diare
karena bakteri yang invasif biasanya merusak dinding usus, kerusakan brush
border disertai ulseratif dan nekrosis. Karakteristik berupa feses dengan lendir
dan darah dan dalam pemeriksaan feses menunjukkan leukosit positif.
2.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis bergantung pada lokasi anatomis dan agen penyebab.
Infeksi di usus halus biasanya tidak invasif, sementara infeksi di kolon bersifat
invasif. Diare karena kelainan usus halus biasanya banyak, cair, sering
berhubungan dengan malabsorpsi dan sering ditemukan dehidrasi. Sedangkan
manifestasi sistemik bervariasi bergantung pada penyebabnya. Penderita
dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium,
klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada
muntah. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik, dan
15
hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena
dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovascular dan kematian bila
tidak mendapatkan tatalaksana yang tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut
tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik, atau
dehidrasi hipotonik. 16
Diare akut karena infeksi dapat disertai mual muntah,demam,diare
bercampur darah segar, nyeri perut dan atau kejang perut. Komplikasi yang
paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat
adalah kematian. Seseorang yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat
badan menurun, mata cekung, bibir kering dan turgor kulit menurun. Keluhan
dan gejala ini disebabkan oleh karena terjadinya deplesi air yang cepat. Karena
kehilangan bikarbonat maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang yang mengakibatkan penurunan Ph darah (asidosis metabolik) yang
merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan
lebih dalam ( pernapasan kusmaul ). Imbalance natrium dan kalium pada diare
akut juga dapat menyebaban aritmia jantung. Penurunan tekanan darah akan
menyebabkan penurunan perfusi ke organ seperti perfusi ke ginjal sehingga
terjadi oligouria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatasi akan timbul
berbagai macam komplikasi yang dapat meningkatkan mortalitas penderita. 16
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal seperti lama diare berlangsung,
frekuensi diare, volume diare, konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidaknya lendir
16
dan darah, disertai muntah atau tidak, ada demam atau tidak. Tanyakan pula
tingkah laku anak (rewel,gelisah, lemah), buang air kecil, riwayat makan dan
minum, penderita di sekitar, riwayat obat-obatan.
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung
penyebab dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare
karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, tinja seperti air yang
sering berhubungan dengan malabsorpsi dan sering disertai dehidrasi. Diare
karena kelainan kolon seringkali berhubungan dengan tinja yang berjumlah
sedikit tapi sering , bercampur darah dan adanya tenesmus ( sensasi ingin ke
belakang). Pasien dengan diare akut infektif datang dengan keluhan khas yaitu
mual, muntah, nyeri abdomen, demam, tinja sering malabsorptif atau berdarah
bergantung bakteri patogen yang spesifik. Secara umum, patogen usus halus
tidak invasif dan patogen ileokolon lebih mengarah ke invasif. Muntah yang
terjadi beberapa jam sejak mengkonsumsi makanan akan mengarahkan kita pada
kejadian keracunan makanan karena toksin yang dihasilkan. 1
2.7.2 Pemeriksaan Fisis
1. Periksa keadaan umum,kesadaran, tanda-tanda vital dan berat badan.
2. Selidiki tanda-tanda dehidrasi : rewel/gelisah,letargi/kesadaran menurun,
mata cekung, cubitan kulit perut kembali lambat, haus/minum lahap,malas
atau tidak dapat minum, ubun-ubun cekung, air mata berkurang/tidak ada,
keadaan mukosa mulut.
17
3. Tanda-tanda ketidakseimbangan asam basa dan elektrolit: kembung akibat
hipokalemia, kejang akibat gangguan natrium, napas cepat dan dalam
akibat asidosis metabolik. 17
2.7.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang tidak selalu dibutuhkan, namun beberapa pemeriksaan
yang biasanya diperlukan adalah 18
1. Darah : darah lengkap, serum elektrolit, glukosa darah, analisa gas darah,
kultur dan kepekaan terhadap antibiotik
2. Urin : urin lengkap, kultur dan tes kepekaan antibiotik.
3. Tinja : feses lengkap, kultur dan tes kepekaan antibiotik
a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita
dengan diare meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan.
Pemeriksaan makroskopik meliputi pemeriksaan warna tinja, konsistensi,
bau, adanya lendir, adanya darah dan adanya busa. Tinja yang berbusa
menunjukkan adanya gas dalam tinja akibat fermentasi bakteri. Tinja yang
berminyak, lengket dan berkilat menunjukkan adanya lemak dalam tinja.
Lendir dalam tinja menggambarkan adanya kelainan di kolon, khusunya
akibat infeksi bakteri. Pemeriksaan PH tinja menggunakan kertas lakmus
dapat dilakukan untuk menentukan adanya kejadian asam dan basa dalam
tinja. Asam dalam tinja tersebut adalah asam lemak rantai pendek yang
dihasilkan karena fermentasi laktosa yang tidak diserap di usus halus
sehingga masuk ke usus besar yang banyak mengandung bakteri komensial.
18
Bila Ph tinja <6 dapat dianggap sebagai malabsorpsi laktosa. Ph normal tinja
6-6,5. 19
b. Pemeriksaan mikroskopik.
Infeksi bakteri invasif ditandai dengan ditemukannya sejumlah besar
leukosit dalam tinja yang menunjukkan adanya proses inflamasi.
Pemeriksaan leukosit tinja dengan cara mengambil bagian tinja yang
berlendir seujung lidi dan diberi ½ tetes eosin atau NaCl kemudian diperiksa
dengan mikroskop cahaya. 20
2.7.4 Penatalaksanaan
Menurut Kemenkes RI ( 2011 ), prinsip penatalaksanaan diare pada balita
adalah LIMA LANGKAH TUNTASKAN DIARE ( LINTAS ) yang didukung
oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO. Program
LINTAS DIARE yaitu : 17
1. Rehidrasi menggunakan oralit
2. Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut
3. Teruskan pemberian ASI dan makanan
4. Antibiotik selektif
5. Edukasi kepada orang tua/pengasuh
1. Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan sejak dari rumah
tangga dengan memberikan oralit dengan osmolaritas rendah dan bila tidak
tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur atau air
19
matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran merupakan oralit yang baru
dengan osmolaritas yang rendah yang dapat mengurangi rasa mual dan
muntah. Oralit merupakan cairan rehidrasi yang terbaik bagi penderita
diare untuk mengganti cairan yang hilang. Akan tetapi bila penderita tidak
bisa minum harus segera di bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat
pertolongan cairan melalui jalur intravena. Banyaknya pemberian oralit
tersebut didasarkan pada derajat dehidrasi.
Diare tanpa dehidrasi
Umur <1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak diare
Umur 1-4 tahun : ½-1 gelas setiap kali anak diare
Umur ≥ 5 tahun : 1- 1 ½ gelas setiap kali anak diare
Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Larutan oralit diberikan dalam waktu 3 jam pertama sebanyak 75
cc/KgBB
Diare dengan dehidrasi berat
Rehidrasi intravena 100 cc/KgBB cairan ringer laktat atau ringer
asetat dengan ketentuan
Umur < 1 tahun : pertama berikan 30 cc/KgBB dalam 1 jam ,
selanjutnya 70 cc/KgBB dalam 5 jam
Umur ≥ 1 tahun : pertama berikan 30 cc/KgBB dalam 30 menit ,
selanjutnya 70 cc/KgBB dalam 2,5 jam.
20
II. Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam
tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS ( Inducible Nitric Oxide
Synthase ) , di mana ekskresi enzim ini akan meningkat selama proses
diare dan dapat mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga
berperan dalam proses epitelisasi dinding usus yang mengalami
kerusakan baik secara morfologi dan fungsinya selama terjadi diare. 21
Zinc diberikan 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah
berhenti pada anak. Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau
dilarutkan dalam 1 sendok air matang atau ASI.
Umur < 6 bulan : diberi 10 mg ( ½ tablet ) per hari
Umur > 6 bulan : diberi 20 mg ( 1 tablet ) per hari
III. Dukungan Nutrisi
Pemberian makanan selama diare dapat membuat anak tetap
kuat dan tumbuh dengan baik serta mencegah kehilangan berat badan.
Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI sedangkan
anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari
biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah
mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah
dicerna dan diberikan lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare
berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk
membantu pemulihan berat badan. 21
21
IV. Pemberian Antibiotik
Antibiotik pada umumnya tidak diperlukan pada semua
penderita diare akut. Antibiotik diindikasikan pada pasien diare yang
disertai dengan demam, feses berdarah, leukosit pada feses,suspek
kolera dan infeksi berat lainnya. 21
Menurut PERMENKES no 2406 tahun 2011 mengenai
pemakaian antibiotik menyatakan bahwa terapi antibiotik dapat
digunakan sebagai terapi empiris dan definitif . Antibiotik sebagai
terapi empiris yang digunakan adalah tetrasiklin, doxyciclin,
cotrimoxazole dan eritromisin dengan jangka waktu atau lama
pemberian antibiotik yang disarankan adalah 2-3 hari . Setelah itu,
maka harus segera dievaluasi berdasarkan kondisi klinis dan hasil
pemeriksaan seperti lab dan mikrobiologi.
Apabila bakteri penyebab diare diketahui maka dapat diberikan
antibiotik pada anak sebagai berikut :
Bakteri Antibiotik
Aeromonas Trimetoprim/sulfametoksasol
(TMP/SMX)
Campylobacter Eritromisin
Clostridium diffficale Vankomisin atau metronidazol
Escherichia coli TMP/SMX
22
Salmonella Ampisili/kloramfenikol /cefotaxim
Shigella TMP/SMX,cefixim,ciprofloxacin
Vibrio cholerae Tetrasiklin/doksisiklin atau
TMP/SMX
Sumber :Behman,Kliegman dan Arvin. 2012. Ilmu kesehatan anak edisi
15. Jakarta;EGC
V. Edukasi//Nasihat pada Orang Tua
1. cara memberikan cairan di rumah
2. kapan harus membawa anak kembali ke petugas kesehatan:
a. berak cair lebih sering
b. muntah berulang
c. sangat haus
d. makan dan minum sangat sedikit
e. demam
f. berak berdarah
g. tidak membaik dalam 3 hari
2.7.5 Komplikasi
1. Gangguan elektrolit
Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan
pemantauan berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar
natrium secara perlahan-lahan. Penurunan kadar natrium plasma yang
23
cepat sangat berbahaya oleh karena dapat menimbulkan terjadinya
edema otak. 18
Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang
mengandung sedikit garam dapat menyebabkan terjadinya
hiponatremia ( Na+ <130 mmol/L). Hiponatremia sering terjadi pada
anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan edema.
Oralit terbukti aman dan efektif untuk terapi ini. 18
Hiperkalemia
Jika K+ >5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium
glukonase 10%n0,5 -1 ml/kgBB IV pelan-pelan dalam 5-10 menit
dengan monitoring detak jantung. 18
Hipokalemia
Dapat menyebabkan terjadinya kelemahan otot, paralitik usus,
gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia dapat dan
dapat dikoresi dengan menggunakan makanan yang kaya kalium
selama diare dan sesudah diare berhenti. 18
2. Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya
basa pada cairan ekstraselular. Sebagai kompensasi asidosis metabolik
maka terjadi alkalosis respiratorik yang ditandai dengan pernafasan
yang dalam dan cepat. Pemberian oralit yang cukup mengandung
bikarbonat atau sitrat dapat memperbaiki asidosis.
24
3. Penurunan Berat Badan
4. Kematian
2.7.6 Prognosis
Prognosis ditentukan dari ketepatan diagnosis dan penanganan pada pasien
diare.
25
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Dasar-Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti
Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama
di Indonesia. Ini ditunjukkan dengan tingginya tingkat morbiditas dan mortalitas
yang disebabkan oleh diare khususnya yang terjadi pada balita. Banyak faktor
yang dapat mendorong terjadinya diare. Faktor tersebut antara lain sanitasi
lingkungan, sosial ekonomi dan faktor gizi serta ketersediaan air bersih.
Pada setiap populasi, tiap individu anggota tersebut mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda untuk setiap penyakit tertentu. Berdasarkan tinjauan pustaka,
tujuan penelitian, dan manfaat penelitian maka Penulis akan mendeskripsikan
karakteristik penderita diare pada balita seperti: umur, jenis kelamin, status gizi
penderita, lama kejadian , skor dehidrasi, terapi yang diberikan, hasil
pemeriksaan lab, keadaan sewaktu pulang dan gejala masuk RS.
26
3.2 Kerangka Teori
3.3 Kerangka Konsep
Skema pola pikir variabel penelitian
Variabel independen
1.umur
2 jenis kelamin
3. status gizi
4. skor dehidrasi
5. lama kejadian
6. hasil pemeriksaan lab
7. terapi yang diberikan
8. keadaan sewaktu
pulang
9. Gejala masuk RS
Etiologi
1. Infeksi :
bakteri,virus,parasit
,jamur
2. Non infeksi :
Malabsorpsi
keracunan makanan
alergi
efek obat-obatan
sebab lain
Faktor risiko
1. Faktor Perilaku
-Pemberian ASI eksklusif
-Kebiasaan cuci tangan
-Penyimpanan/
penyediaan makanan
yang tidak higienis
2. faktor lingkungan
dan penderita
- Ketersediaan air bersih
-Kebersihan lingkungan
-Umur anak
-Kurang gizi/malnutrisi
-Imunodefisiensi
- Campak
Variabel
dependen
DIARE
Kejadian diare pada balita
27
3.4 Definisi Operasional
a. Umur
Yang dimaksud dengan umur adalah kelompok umur anak balita yang
menjalani perawatan rawat inap diare di RSUD Daya kota makassar.
Usia balita dikelompokkan atas
I. 0-6 bulan
II. 7-24 bulan
III. 24-60 bulan
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah sifat jasmani dan rohani yang membedakan dua
mahkluk sebagai pria dan wanita. Jenis kelamin di sini tercatat dalam
status pasien
-laki-laki
-perempuan
c. Status Gizi
Yang dimaksud dengan status gizi balita dalam penelitian ini adalah
keadaan gizi balita yang dinilai melalui pengukuran antropometrik
berdasarkan standar antropometri penilaian status gizi anak yang
dikeluarkan oleh kementerian kesehatan RI. Status Gizi anak yang dinilai
berdasarkan berat badan (BB) menurut tinggi badan (TB).
Gemuk : > 2 SD
Normal : - 2 SD sampai dengan 2 SD
28
Kurus : -3 SD sampai <-2 SD
Sangat kurus : <-3 SD
d. Skor dehidrasi
Skor dehidrasi didasarkan pada gejala klinis yang tampak. Penilaian
lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Dehidrasi ringan jika skor dehidrasinya 7-9
Dehidrasi sedang jika skor dehidrasinya 10-12
Dehidrasi berat jika skor dehidrasinya ≥ 13
e. Lama kejadian
Yang dimaksud lama kejadian adalah lamanya perlangsungan diare yang
dialami penderita, yaitu akut (<14 hari ) atau kronik (>14 hari ) terhitung
mulai saat pasien mengalami bab encer hingga pasien tidak lagi
mengalami bab encer > 3 kali
f. Hasil pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium yang dinilai adalah hasil pemeriksaan
yang tercatat dalam rekam medik pasien seperti pemeriksaan darah rutin
dan elektrolit.
g. Terapi yang diberikan
Yang akan dinilai adalah terapi antibiotik yang diberikan pada balita
penderita diare yang diawat inap dan tercatat dalam rekam medik
terhitung mulai dari saat masuk rumah sakit sampai sebelum pasien
meninggalkan rumah sakit.
h. Keadaan sewaktu pulang
29
Keadaan pasien saat meninggalkan rumah sakit atau tidak lagi menjalani
rawat inap di rumah sakit.
Kondisi pasien yang dimaksud adalah
- Sembuh klinis
- Meninggal
i. Gejala masuk rumah sakit
Keluhan atau gejala yang dirasakan oleh pasien saat pertama kali masuk
rumah sakit dan tercatat dalam rekam medik.
j. Waktu kejadian
Periode kejadian diare yang diamati berdasarkan bulan dalam tahun.
Waktu kejadian diambil mulai dari pasien mendapatkan perawatan inap
di RSUD Daya Kota Makassar.
30
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan menggunakan metode
penelitian deskriptif, yang mana pengukuran variabel dilakukan pada saat tertentu
yang sama untuk mengetahui karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat
inap di RSUD Daya kota Makassar dengan menggunakan data rekam medik sebagai
data penelitian.
4.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini direncanakan diadakan di bagian rekam medik di RSUD Daya Kota
Makassar
4.3 Waktu Penelitian
Data Penelitian ini direncanakan diambil mulai tanggal 1 Januari 2016 hingga 31
Desember 2016. Penelitian ini akan dilakukan mulai bulan Agustus sampai bulan
Oktober 2017.
4.4 Populasi dan Sampel Penelitian
4.4.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah pasien balita penderita diare yang dirawat inap di RSUD
Daya Kota Makassar periode Januari – Desember 2016.
4.4.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah pasien balita penderita diare yang dirawat inap
di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari – Desember 2016 yang memenuhi
kriteria inkluasi dan tidak termasuk dalam kriteria eksklusi.
31
4.4.3 Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan metode total
sampling yaitu semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi dijadikan sebagai
sampel.
4.5 Kriteria Seleksi
4.5.1 Kriteria Inklusi
1. Balita yang berusia 0-60 bulan penderita diare yang menjalani rawat
inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari – Desember 2016.
2. Catatan medik dengan pengisian lengkap
4.5.2 Kriteria Eksklusi
Balita yang berusia 0-60 bulan yang di diagnosis Diare dan menjalani
rawat inap dengan catatan medik yang tidak lengkap dari variabel yang
dibutuhkan atau tidak jelas terbaca.
4.6 Jenis Data dan Instrumen Penelitian
4.6.1 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh
melalui rekam medik subjek penelitian.
4.6.2 Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data dan instrumen penelitian yang dipergunakan dalan
penelitian ini yaitu tabel-tabel tertentu untuk mencatat data yang dibutuhkan dari
rekam medik.
32
4.7 Manajemen Penelitian
4.7.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengakumulasi
seluruh jumlah status pasien penderita diare usia balita dalam rentang waktu
Januari-Desember 2016 yang memenuhi kriteria.
4.7.2 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Data diolah secara manual dengan bantuan sistem pencatatan SPSS 16.0
kalkulator dan Microsoft Excel untuk memperoleh hasil statistik deskriptif yang
diharapkan.
4.7.3 Penyajian Data
Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel dan/atau diagram
disertai dengan penjelasan dalam bentuk narasi.
4.8 Etika Penelitian
Hal-hal yang terkait dengan etika dalam penelitian ini adalah:
1. Menyertakan surat ke RSUD Daya Kota Makassar untuk permintaan data
rekam medik dan permohonan izin penelitian.
2. Berusaha menjaga kerahasiaan identitas pasien yang terdapat pada rekam
medik, sehinga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas
penelitian yang dilakukan.
3. Diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat kepada semua pihak
yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang telak disebutkan
sebelumnya.
33
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Telah dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita diare pada balita
yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari – Desember 2016.
Pengumpulan data dimulai pada bulan September hingga Oktober 2017. Penelitian ini
dilakukan dengan mengambil data sekunder dari rekam medik penderita diare pada
balita yang dirawat inap pada periode waktu tersebut. Pada penelitian ini, sampel yang
diperoleh berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 120 sampel.
Sampel yang telah diambil dari data rekam medik RSUD Daya kota Makassar
periode Januari – Desember 2016 kemudian diolah untuk mengetahui karakteristik
diare berdasarkan umur, jenis kelamin, skor dehidrasi, status gizi, lama kejadian, gejala
klinis, hasil pemeriksaan laboratorium, terapi yang diberikan dan keadaan sewaktu
pulang, sehingga diketahui distribusi dari penderita diare pada balita yang dirawat inap
berdasarkan hal tersebut.
Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS
yang hasilnya dapat dilihat sebagai berikut
34
5.1 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
kelompok umur di RSUD Daya Kota makassar periode Januari – Desember
2016.
Tabel 5.1.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
berdasarkan kelompok umur
Kelompok umur Frekuensi %
0-6 bulan 20 16,7
7-24 bulan 88 73,3
25-60 bulan 12 10
Total 120 100
Grafik 5.1.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
berdasarkan kelompok umur
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0-6 bulan 7-24 bulan 25-60 bulan
umur
umur
35
Berdasarkan tabel dan grafik 5.1.1 dapat dilihat bahwa penderita diare pada balita
yang dirawat inap di RSUD Daya kota makassar periode Januari-Desemeber 2016
banyak pada kelompok umur 7-24 bulan yaitu sebanyak 88 orang atau 73,3 % ,
diurutan kedua yang terbanyak adalah pada kelompok umur 0-6 bulan yaitu 20 orang
atau 16,7 % dan yang terendah ada pada kelompok umur 25-60 bulan yaitu sebanyak
12 orang atau 10 %.
5.2 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan jenis
kelamin di RSUD Daya Kota makassar periode Januari – Desember 2016
Tabel 5.2.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Frekuensi %
Laki-laki 76 63,3
Perempuan 44 36,7
Total 120 100
Grafik 5.2.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
berdasarkan jenis kelamin
36
Berdasarkan tabel dan grafik 5.2.1 dapat dilihat bahwa penderita diare pada balita
yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember 2016
lebih banyak pada laki-laki yaitu 76 orang atau 63,3 % sedangkan perempuan
sebanyak 44 orang atau 36,7 %.
Tabel 5.2.2 Distribusi jenis kelamin terhadap umur
Jenis kelamin
Umur n (%)
0-6 bulan 7-24 bulan 25-60
Laki-laki 10 (8,3) 57 (47,5) 10 (8,3)
Perempuan 10 (8,3) 31 (25,8 ) 2 (1,6)
Dari tabel 5.2.2 dapat dilihat bahwa laki-laki dan perempuan paling banyak
terkena diare di usia 7-24 bulan yaitu sebanyak 57 laki-laki ( 47,5%) dan 31
perempuan (25,8%). Dalam rentang usia 7-24 bulan, paling banyak mengalami diare
di usia 12 bulan yaitu sebanyak 15 orang dan diusia 24 bulan sebanyak 14 orang. Hal
0
10
20
30
40
50
60
70
laki-laki perempuan
jenis kelamin
jenis kelamin
37
ini disebabkan karena pada usia tersebut, balita sudah mulai mendapatkan makanan
pendamping ASI di mana saluran pencernaan perlu beradaptasi terhadap bentuk dan
zat makanan yang masuk setelah sebelumnya balita tersebut hanya mendapatkan ASI.
Selain itu, makanan pendamping ASI juga merupakan salah satu faktor masuknya
kuman ke dalam tubuh akibat penyajian makanan yang kurang bersih. Sebagian besar
juga balita mendapatkan asupan susu formula di mana berdasarkan kepustakaan yang
ada, sebagian besar balita alergi terhadap susu sapi maupun protein kedelai sehingga
hal-hal tersebut dapat mencetuskan terjadinya diare.
5.3 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan Status
Gizi di RSUD Daya Kota makassar periode Januari – Desember 2016.
Tabel 5.3.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
berdasarkan status gizi
Status gizi Frekuensi %
Gemuk 1 0,8
Kurus 24 20
Normal 82 68,3
Sangat kurus 13 10,8
Total 120 100
38
Grafik 5.3.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
berdasarkan status gizi
Berdasarkan tabel dan grafik 5.3.1 dapat dilihat bahwa penderita diare pada balita
yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember 2016
lebih banyak memiliki status gizi normal/baik yaitu sebanyak 82 orang atau 68,3 % ,
diurutan kedua penderita diare memiliki status gizi kurus yaitu sebanyak 24 orang atau
20% kemudian disusul dengan status gizi sangat kurus yaitu 13 orang atau 10,8 % dan
yang terendah adalah status gizi gemuk sebanyak 1 orang atau 0,8 %.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
gemuk kurus normal sangat kurus
Status Gizi
Status Gizi
39
5.4 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan Skor
Dehidrasi di RSUD Daya Kota makassar periode Januari – Desember 2016.
Tabel 5.4.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
berdasarkan skor dehidrasi
Skor dehidrasi Frekuensi %
Dehidrasi berat 11 9,2
Dehidrasi ringan 56 46,7
Dehidrasi sedang 9 7,5
Tidak dehidrasi 44 36,7
Total 120 100
Grafik 5.4.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
berdasarkan skor dehidrasi
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
dehidrasi berat dehidrasi ringan dehidrasi sedang tidak dehidrasi
skor dehidrasi
skor dehidrasi
40
Berdasarkan tabel dan grafik 5.4.1 dapat dilihat bahwa penderita diare pada balita
yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember 2016
lebih banyak mengalami dehidrasi ringan yaitu sebanyak 56 orang atau sebesar 46,7
% , diurutan kedua penderita diare pada balita tidak mengalami dehidrasi sebanyak 44
orang atau 36,7 %, yang mengalami dehidrasi berat sebanyak 11 orang atau sebesar
9,2 % dan hanya sebanyak 9 orang atau 7,5 % yang mengalami dehidrasi sedang.
5.5 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan Lama
kejadian di RSUD Daya Kota makassar periode Januari – Desember 2016.
Tabel 5.5.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
berdasarkan lama kejadian
Lama kejadian Frekuensi %
<14 hari 120 100
>14 hari 0 0
Total 120 100
41
Grafik 5.5.1 karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
berdasarkan lama kejadian
Berdasarkan tabel dan grafik 5.5.1 dapat dilihat bahwa semua penderita diare pada
balita yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember
2016 mengalami kejadian diare < 14 hari yaitu sebanyak 120 orang atau sebesar 100%
dari total sampel yang diperoleh.
0
20
40
60
80
100
120
<14 hari >14 hari
lama kejadian
lama kejadian
42
5.6 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan Gejala
masuk rumah sakit di RSUD Daya Kota makassar periode Januari –
Desember 2016.
Tabel 5.6.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
berdasarkan gejala masuk rumah sakit.
Gejala masuk rumah sakit frekuensi %
bab encer 10 8,3
bab encer demam 18 15
bab encer demam muntah nyeri perut 2 1,7
bab encer muntah 36 30
bab encer muntah demam 51 42,5
bab encer muntah demam sesak 1 0,8
bab encer muntah nyeri perut 1 0,8
bab encer nyeri perut demam 1 0,8
Total 120 100
43
Grafik 5.6.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
berdasarkan gejala masuk rumah sakit
Berdasarkan tabel dan grafik 5.6.1 dapat dilihat bahwa penderita diare pada balita
yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember 2016
masuk rumah sakit dengan gejala tertinggi adalah bab encer disertai muntah dan
demam sebanyak 51 orang atau 42,5 %, bab encer disertai muntah sebanyak 36 orang
atau 30 % , bab encer disetai demam sebesar 18 orang atau 15 % , bab encer sebanyak
10 orang atau 8,3 %, bab encer disertai demam muntah dan nyeri perut sebanyak 2
orang atau 1,7 %, dan tiga terendah dengan gejala bab encer disertai muntah demam
dan sesak sebanyak 1 orang atau 0.8 %, bab encer disertai muntah dan nyeri perut
sebanyak 1 orang atau 0,8 % dan bab encer disertai demam dan nyeri perut sebanyak
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
bab encer bab encerdemam
bab encerdemammuntah
nyeri perut
bab encermuntah
bab encermuntahdemam
bab encermuntahdemamsesak
bab encermuntah
nyeri perut
bab encernyeri perut
demam
gejala masuk rumah sakit
gejala masuk rumah sakit
44
1 orang atau 0,8 %. Dari 51 pasien yang mengalami gejala bab encer disertai demam
dan muntah, sebanyak 25 orang menglami diare ≤ 3 hari dan 26 orang mengalami diare
> 3 hari.
Tabel 5.6.2 Distribusi gejala klinis terhadap skor dehidrasi
Gejala masuk rumah sakit
Skor dehidrasi n (%)
Tidak
dehidrasi ringan Sedang Berat
bab encer 4 (3,3) 5 (4,2) 0 (0,0) 1 (0,8)
bab encer demam 8 (6,6) 10 (8,3) 0 (0,0) 0 (0,0)
bab encer demam muntah nyeri
perut
1 (0,8) 1 (0,8) 0 (0,0) 0 (0,0)
bab encer muntah 14 (11,6) 14 (11,6) 4 (3,3) 4 (3,3)
bab encer muntah demam 16 (13,3) 25 (20,8) 5 (4,16) 5 (4,16)
bab encer muntah demam sesak 0 (0,0) 1 (0,8) 0 (0,0) 0 (0,0)
bab encer muntah nyeri perut 1 (0,8) 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0)
bab encer nyeri perut demam 0 (0,0) 0 (0,0) 0 (0,0) 1 (0,8)
Berdasarkan distribusi gejala masuk rumah sakit yang paling banyak adalah bab
encer disertai muntah dan demam sedangkan skor dehidrasi paling tinggi adalah
dehidrasi ringan. Sehubungan dengan hal tersebut, dibuatlah tabel untuk melihat
distribusi gejala terhadap skor dehidrasi. Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa
pasien dengan gejala bab encer disertai muntah dan demam paling banyak mengalami
dehidrasi ringan ( 20,8 %). Pasien dengan gejala bab encer disertai muntah dengan
45
dehidrasi ringan dan tidak dehidrasi mempunyai perbandingan yang sama ( 11,6 %)
dan hanya 4 orang yang mengalami dehidrasi berat (3,3%). Pasien dengan bab encer
disertai demam paling banyak mengalami dehidrasi ringan (8,3%). Dari hasil tersebut,
sehubungan dengan teori yang ada bahwa pasien yang mengalami diare disertai
muntah dan demam cenderung mengalami dehidrasi mulai dari ringan hingga berat.
Hal ini disebabkan karena pasien lebih banyak kehilangan sejumlah ion natrium,
klorida, bikarbonat melalui tinja dan muntah, terlebih jika disertai demam maka tubuh
juga bisa kehilangan cairan melalui permukaan kulit sehingga dapat menambah
terjadinya dehidrasi.
5.7 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan hasil
pemeriksaan laboratorium di RSUD Daya Kota makassar periode Januari –
Desember 2016.
Tabel 5.7.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium.
Hasil pemeriksaan Lab Frekuensi %
Tidak ada hasil pemeriksaan 94 78,3
Anemia 6 5
Anemia + trombositopeni 1 0,8
Leukopenia 2 1,7
Anemia+leukopenia 1 0,8
Leukositosis 7 5,8
46
Leukositosis + anemia +
trombositosis
1
0,8
Leukositosis + anemia 4 3,3
Normal 3 2,5
Trombositosis 1 0,8
Total 120 100
Grafik 5.7.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Hasil pemeriksaan lab
Hasil pemeriksaan lab
47
Berdasarkan tabel 5.9 dan grafik 5.7 dapat dilihat bahwa penderita diare pada
balita yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember
2016 menunjukkan ada 94 orang atau 78.3 % yang tidak mempunyai hasil pemeriksaan
laboratorium berupa pemeriksaan darah rutin sedangkan yang melakukan pemeriksaan
laboratorium sebanyak 24 orang dengan hasil yang cukup beragam. Hasil pemeriksaan
laboratorium lebih banyak menunjuukan hasil berupa leukositosis sebanyak 7 orang
atau 5,8 %, kemudian anemia sebanyak 6 orang atau 5 % , leukositosis disertai anemia
sebanyak 4 orang atau 3,3 %, hasil normal sebanyak 3 orang atau 2,5 %, dan tiga hasil
terendah adalah anemia disertai trombositopeni sebanyak 1 orang atau 0,8 %, anemia
disertai leukopenia sebanyak 1 orang atau 0,8 % , leukositosis disertai anemia dan
trombositosis sebanyak 1 orang atau 0,8 %, dan trombositosis 1 orang atau 0,8 %.
Tabel 5.7.2 Distribusi gejala klinis terhadap pasien tanpa pemeriksaan
laboratorium.
Gejala masuk rumah sakit n
bab encer 8
bab encer demam 11
bab encer demam muntah nyeri perut 2
bab encer muntah 32
bab encer muntah demam 40
bab encer muntah demam sesak 0
bab encer muntah nyeri perut 1
bab encer nyeri perut demam 0
Total 94
48
Berdasarkan distribusi hasil pemeriksaan laboratorium, sebanyak 94 orang tidak
mempunyai hasil pemeriksaan laboratorium di data rekam medik. Pemeriksaan
laboratorium merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang amat penting dalam
mengetahui penyebab diare dan seberapa berat dehidrasi yang dialami pasien
dibanding hanya mencari penyebab melalui pengamatan terhadap gejala klinis yang
dialami pasien. Selain itu, penyebab diare juga dapat diketahui melalui pemeriksaan
mikrobiologi. Namun pada penelitian ini tidak didapatkan adanya hasil pemeriksaan
mikrobiologi.
Pada tabel distribusi gejala klinis menunjukkan bahwa gejala yang paling banyak
adalah bab encer disertai muntah dan demam sebanyak 51 orang.. Dari tabel 5.7.2
dapat dilihat bahwa sebanyak 40 orang pasien dengan gejala bab encer disertai muntah
dan demam tidak mempunyai hasil pemeriksaan laboratorium. Padahal, pasien dengan
gejala ini cenderung mengalami dehidrasi sehingga dianggap sangat perlu melakukan
pemeriksaan laboratorium selain untuk mengetahui penyebabnya, juga penting untuk
mengetahui keadaan elektrolit pasien sehingga terapi dapat diberikan dengan tepat
sesuai kondisi yang dialami penderita diare. Ketepatan terapi terhadap pasien diare
dapat mencegah pasien mengalami komplikasi dan lama perawatan di rumah sakit
akan lebih singkat.
49
5.8 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan terapi
yang diberikan di RSUD Daya Kota makassar periode Januari – Desember
2016.
Tabel 5.8.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
berdasarkan terapi yang diberikan.
Terapi yang
diberikan
Frekuensi %
Antibiotik+probiotik 60 50
Probiotik + zinc 36 30
Probiotik 5 4,2
Antibiotik 15 12,5
Zinc 4 3,3
Total 120 100
Grafik 5.8.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
berdasarkan terapi yang diberikan.
50
Berdasarkan tabel dan grafik 5.8.1 dapat dilihat bahwa penderita diare pada balita
yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember 2016
lebih banyak mendapatkan terapi berupa antibiotik +probiotik yaitu sebanyak 60 orang
atau 50 % dan yang mendapatkan terapi probiotik + zinc yaitu sebanyak 36 orang atau
30 %, yang mendapat antibiotik saja sebanyak 15 orang atau 12,5 , yang mendapat
probiotik sebanyak 5 orang atau 4,2 % dan yang hanya mendapatkan zinc sebanyak 4
orang atau 3,3 %
Tabel 5.8.2 Distribusi golongan antibiotik secara keseluruhan yang
digunakan sebagai terapi
Antibiotik Frekuensi %
Beta laktam 14 18,7
Sulfonamid 61 81,3
Total 75 100
0
10
20
30
40
50
60
antibiotik antibiotik +probiotik
probiotik + zinc probiotik zinc
terapi yang diberikan
terapi yang diberikan
51
Tabel diatas menjabarkan golongan antibiotik yang digunakan sebagai terapi diare
di rumah sakit daya periode januari-desember 2016 di mana golongan antibiotik
sulfonamid merupakan golongan yang paling banyak digunakan sebagai terapi
antibiotik yaitu sebanyak 61 orang diterapi dengan sulfonamid dari total 75 orang yang
diberi terapi golongan antibiotik. Antibiotik golongan sulfonamid yang digunakan
adalah cotrimoxazole. Sedangkan golongan lain yang digunakan adalah beta laktam
sebanyak 14 orang dari total 75 orang yang diberi antibiotik dengan uraian 8 orang
mendapat terapi cefadroxil, 2 orang mendapat terapi cefotaxim , 2 orang mendapat
amoxicilin dan 2 orang mendapat terapi ceftriaxon.
Berdasarkan kepustakaan, pemberian antibiotik diindikasikan pada pasien diare
dengan demam, berdarah, suspek kolera, leukosit pada feses dan infeksi berat lainnya
misalnya pasien diare yang immunocompromised. Namun berbeda dengan infeksi
diare akibat Enterohemorrhagic E.coli yang menyebabkan diare berdarah. Saat ini,
telah banyak laporan kasus bahwa EHEC telah resisten terhadap antibiotik. Salah satu
penelitian menyatakan bahwa EHEC resisten terhadap sebagian besar antibiotik
golongan beta laktam, fosfomisin dan quinolon. Resistensi antibiotik bisa terjadi akibat
penggunaan antibiotik yang tidak rasional seperti dosis yang tidak tepat,waktu
penggunaan yang tidak diperhatikan dam pemilihan antibiotik tidak sesuai dengan
penyebab infeksi. Penelitian juga menyatakan bahwa antibiotik yang masih sensitif
terhadap kejadian diare akibat EHEC adalah ceftriaxon dan cefotaxim.
Adanya pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan mikrobiologi atau
pemeriksaan laboratorium dianggap sangat penting sebagai dasar pemberian terapi
antibiotik agar tepat sasaran dan mencegah terjadinya resistensi terhadap antibiotik.
52
Tabel 5.8.3 distribusi terapi antibiotik+probiotik pada pasien diare
Antibiotik
+ probiotik
Frekuensi %
Sulfonamid + L bio 49 81,7
Beta laktam + L bio 11 18,3
Total 60 100
Terapi yang digunakan sebagai terapi diare bukan hanya antibiotik namun ada
pula probiotik. Terapi probiotik dikombinasikan dengan terapi antibiotik yang
diberikan kepada 60 orang dengan kombinasi berupa antibiotik sulfonamid + Lbio
sebanyak 49 orang dan beta laktam + L bio sebanyak 11 orang.. Probiotik merupakan
mikroorganisme hidup yang bila diberikan dalam jumlah adekuat dapat memberikan
dampak positif bagi kesehatan pejamu. Pemberian probiotik dianggap efektif karena
dapat menghalangi kolonisasi mikroorgansime patogen dalam usus.
Selain kombinasi antibiotik dan probiotik, ada pula pasien yang diberikan
kombinasi berupa probiotik dan zinc sebanyak 36 orang tanpa pemberian antibiotik.
Zinc merupakan salah satu prinsip penatalaksanaan diare pada balita yang berperan
dalam proses epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan selama terjadi diare.
53
Tabel 5.8.4 Distribusi terapi antibiotik terhadap lama kejadian
Antibiotik
Lama kejadian n (%)
≤ 3 hari >3 hari
Beta laktam 5 (6,75 ) 9 (12,1)
Sulfonamid 34 (45,3) 26 (34,6)
Dari tabel 5.8.4 dapat dilihat bahwa penggunaan antibiotik beta laktam diberikan
kepada 14 pasien. Dari 14 pasien, ada 5 orang yang mengalami diare ≤ 3 hari sekaligus
mengalami perbaikan ≤ 3 hari dengan gejala masuk rumah sakit berupa bab encer
demam pada 3 orang dan 2 orang mengalami bab encer demam dan muntah.
Sedangkan 9 orang lainnya mengalami perbaikan > 3 hari dengan gejala masuk rumah
sakit dengan bab encer, demam dan muntah sebanyak 4 orang, bab encer 1 orang, bab
encer muntah 3 orang dan bab encer demam muntah sesak sebanyak 1 orang. Pasien
yang menggunakan sulfonamid lebih banyak yang mengalami diare ≤ 3 hari yaitu
sebanyak 34 orang dengan sebagian besar gejalanya adalah bab encer,demam dan
muntah. Sedangkan 26 orang lainnya mengalami diare > 3 hari dengan .gejala pada
umumnya adalah bab encer,demam dan muntah.
54
5.9 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
keadaan sewaktu pulang di RSUD Daya Kota makassar periode Januari –
Desember 2016.
Tabel 5.9.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
berdasarkan keadaan sewaktu pulang
Keadaan sewaktu
pulang
Frekuensi %
Sembuh 119 99,2
Meninggal 1 0,8
Total 120 100
Grafik 5.9.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan
keadaan sewaktu pulang
0
20
40
60
80
100
120
sembuh meninggal
keadaan sewaktu pulang
keadaan sewaktu pulang
55
Berdasarkan tabel dan grafik 5.9.1 dapat dilihat bahwa penderita diare pada balita
yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember 2016
hampir seluruhnya pulang dalam keadaan sembuh yaitu sebanyak 119 orang atau 99,2
% sedangkan yang meninggal hanya 1 orang atau 0,8 %.
Pasien yang pulang dalam keadaan sembuh paling banyak mengalami kejadian
diare selama 3 hari dan hanya 1 orang yang mengalami diare selama 12 hari. Pasien
yang keluar rumah sakit dengan keadaan meninggal mengalami diare selama 4 hari.
5.10 Distribusi penderita diare pada balita yang dirawat inap berdasarkan waktu
kejadian diare di RSUD Daya Kota makassar periode Januari – Desember
2016
Tabel 5.10.1 Karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
berdasarkan waktu kejadian
BULAN N
Januari 18
Februari 4
Maret 21
April 16
Mei 5
Juni 13
Juli 38
Agustus 45
56
September 51
Oktober 85
November 59
Desember 25
Berdasarkan waktu kejadian menurut bulan dalam tahun, angka kejadian diare
pada balita yang dirawat inap paling banyak pada bulan oktober sebanyak 85
pasien, kemudian november 59 pasien dan september 51 pasien. Kejadian diare
paling sedikit pada bulan februari yaitu sebanyak 4 orang.
57
BAB 6
PEMBAHASAN
Penelitian mengenai karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap
di RSUD Daya kota Makassar periode Januari – Desember 2016 telah dilakukan mulai
dari bulan September -Oktober 2017 di RSUD Daya Kota Makassar. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif yang melihat berdasarkan rekam medik pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran diare berdasarkan umur, jenis
kelamin, status gizi, skor dehidrasi, lama kejadian, gejala masuk rumah sakit, hasil
pemeriksaan laboratorium, terapi yang diberikan dan keadaan sewaktu pulang. Dari
hasil penelitian ditemukan bahwa jumlah penderita diare pada balita yang dirawat inap
di RSUD Daya Kota Makassar sebanyak 120 pasien berdasarkan kriteria inklusi dan
eksklusi. Hasil penelitian diperoleh sebagai berikut :
6.1 Umur
Presentasi kasus diare pada balita berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada
tabel 5.1.1 yang menunjukkan bahwa kejadian diare pada balita yang dirawat inap di
RSUD Daya Kota Makassar paling banyak terjadi pada kelompok umur 7-24 bulan
(73,3 % ) dan paling sedikit terjadi pada kelompok umur 25 – 60 bulan (10 %). Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan di ruang rawat inap anak di
RSUD Dr Zainoel Abidin Banda Aceh pada tahun 2011 yang menunjukkan bahwa
kejadian diare pada anak banyak terjadi pada kelompok umur 7- 24 bulan dan paling
sedikit terjadi pada kelompok umur > 2 tahun. Tingginya angka kejadian diare pada
kelompok umur 7-24 bulan berkaitan dengan daya tahan tubuh anak di mana anak usia
58
kurang dari 5 tahun khususnya umur 7-24 bulan masih memiliki daya tahan tubuh yang
rendah, berbeda dengan balita yang hanya mendapatkan ASI pada usia 0-6 bulan yang
masih memiliki kadar antibodi dari ibu sehingga masih mendapatkan proteksi dari
berbagai macam infeksi. Selain itu anak yang sudah memasuki umur 7 bulan ke atas
sudah mulai mendapatkan makanan pendamping ASI di mana saluran cerna anak perlu
beradaptasi terhadap bentuk dan zat makanan yang masuk setelah selama ini hanya
mendapatkan ASI sebagai asupan nutrisi. Di samping itu, makanan pendamping ASI
yang didapatkan anak memiliki peluang lebih besar terkontaminasi dengan mikroba
yang bisa menyebabkan infeksi dan anak yang sudah mulai mendapatkan makanan
pendamping ASI juga sudah mulai aktif bermain misalnya merangkak dan memainkan
benda-benda di sekitarnya sehingga resiko terkena infeksi lebih besar dibanding anak
yang belum aktif bermain atau beraktivitas. 22
6.2 Jenis kelamin
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 120 sampel penderita diare
pada anak yang dirawat inap diperoleh angka kejadin diare paling banyak terjadi pada
balita laki-laki yaitu 63,3 % sedangkan pada perempuan sebanyak 36,7 %. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya
seperi penelitian di ruang perawatan anak RS kandou Manado yang juga mendapatkan
hasil bahwa anak laki-laki lebih banyak terkena diare (73,5 % ) dibanding anak
perempuan (26,5%).23 Begitu pula dengan penelitian kejadian diare yang dilakukan di
puskesmas Tamamaung pada tahun 2014 yang menggambarkan angka kejadian diare
59
pada balita banyak terjadi pada anak laki-laki ( 56,4 %) sedangkan perempuan (43,6
%) dari jumlah penderita diare yang datang berobat di puksesmas Tamamaung. 24.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa tidak dijumpai perbedaan bermakna
antara anak laki-laki dan perempuan yang terkena diare pada usia balita.
6.3 Status Gizi
Pada penelitian ini, presentasi status gizi penderita diare dapat dilihat pada grafik
5.3.1 yang menunjukkan bahwa pasien diare yang dirawat inap di RSUD Daya paling
banyak masuk rumah sakit dengan keadaan status gizi baik/normal yaitu 68,3 %
kemudian disusul dengan status gizi kurus/kurang (20%) dan status gizi sangat
kurus/buruk sebesar 10 %. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Fahmi pada tahun 2013 di puskesmas karanganyar Surakarta pada
tahun 2013 yang menggambarkan bahwa pasien diare yang datang berobat ke
puskesmas lebih banyak berstatus gizi baik/normal.25 Namun, hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Jeanette di RSU Kandou Manado
dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pasien diare banyak yang datang ke
rumah sakit dengan status gizi kurang atau gizi buruk.
Berdasarkan kepustakaan yang ada, anak dengan status gizi kurang atau gizi buruk
lebih rentan terhadap infeksi karena daya tahan tubuhnya rendah. Anak dengan status
gizi kurang atau buruk yang terkena diare dapat meningkatkan beratnya penyakit dan
lamanya penyakit.
60
6.4 Skor dehidrasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita diare pada balita yang dirawat inap
di RSUD Daya paling banyak mengalami dehidrasi ringan ( 46,7 %), tidak dehidrasi
sebesar 36,7 % dan paling sedikit mengalami dehidrasi sedang ( 7,5 %). Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulaiman yusuf di RSUD Dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh yang menunjukkan bahwa paling banyak pasien diare mengalami
dehidrasi ringan (65 %). 22
Dehidrasi merupakan salah satu keadaan yang sering menyertai diare. Dehidrasi
dapat terjadi karena kehilangan air dan elektrolit yang disebabkan oleh tinja yang
keluar mengandung sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Dehidrasi adalah
keadaan yang paling berbahaya dan paling sering menyebabkan kematian pada pasien
diare.26
6.5 Lama kejadian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama kejadian diare pada semua balita yang
dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar adalah < 14 hari (100%). Hal ini berarti
bahwa semua balita yang menderita diare mengalami diare akut berdasarkan lama
kejadiannya. Menurut penelitian Yusuf tahun 2011, diare yang paling banyak dialami
balita adalah diare akut sebesar 80%.
Lamanya kejadian diare dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti status gizi dan
terapi. Kejadian diare pada balita dengan Status gizi kurang dapat lebih lama karena
terjadi perlambatan dalam perbaikan sel –sel di mukosa usus halus. 28 Terapi yang tepat
dan cepat dapat mengurangi durasi diare, salah satu terapi yang berpengaruh terhadap
61
lama kejadian diare adalah probiotik.29 Pengetahuan mengenai langkah penanganan
dini terhadap diare pada anak juga perlu diketahui oleh orang tua sehingga dapat
dilakukan penanganan awal sebelum anak dibawa ke rumah sakit sehingga hal ini bisa
mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut dan durasi diare bisa lebih singkat.
6.6 Gejala masuk rumah sakit
Pasien diare yang dirawat inap di RSUD Daya kota Makassar paling banyak
mengalami diare atau bab encer disertai muntah dan demam (42,5 %) dan paling
sedikit diare disertai sesak napas dan nyeri perut. (0,8 %).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di ruang perawatan
anak RS kandou Manado yang menunjukkan bahwa gejala yang paling banyak
menyertai diare adalah muntah dan demam sebanyak 73,3 %. Gejala yang dialami
penderita diare tergantung pada penyebabnya. Pada umumunya diare akut karena
infeksi menunjukkan gejala berupa muntah, demam, nyeri perut bahkan kejang.
6.7 Hasil pemeriksaan laboratorium
Penderita diare pada balita yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar tidak
semua menjalani pemeriksaan laboratorium. Dari 120 sampel, ada 94 orang yang tidak
mempunyai hasil laboratorium. Untuk pasien yang memiliki hasil pemeriksaan
laboratorium, hasilnya yang paling banyak adalah leukositosis (5,8 %). Menurut
kepustakaan, Leukositosis menunjukkan adanya proses infeksi yang terjadi di dalam
tubuh. Sehubungan dengan kejadian diare, leukositosis menunjukkan bahwa diare
yang terjadi adalah diare karena infeksi khusunya apabila neutrofil yang meningkat
62
menunjukkan adanya reaksi tubuh dalam melawan infeksi yang bersifat akut. Dari
hasil penelitian di RSUD Daya, penderita diare yang mengalami leukositosis rata-rata
menunjukkan neutrofil yang meningkat. Leukositosis juga dapat disebabkan karena
pasien didominasi gizi kurang sehingga sistem imun yang menurun akan
mempermudah terjadinya infeksi sekunder. 22
6.8 Terapi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi yang diberikan paling banyak berupa
antibiotik dikombinasikan dengan probiotik (50%). Penelitian yang dilakukan oleh
pramita pada tahun 2005 di beberapa RS swasta di Jakarta menunjukkan bahwa
penggunaan antibiotik sebagai terapi diare pada balita masih merupakan hal rutin yang
dilakukan.29
Antibiotik yang sering digunakan pada penelitian ini adalah cotrimoxazole yang
merupakan golongan sulfonamid. Selain cotrimoxazole, antibiotik yang juga
digunakan adalah golongan beta laktam seperti cefadroxil, cefotaxim, amoxicilin dan
ceftriaxon. Untuk pasien yang tidak mendapatkan terapi antibiotik, mereka diberikan
terapi probiotik saja atau zinc saja ataupun kombinasi keduanya.
Berdasarkan kepustakaan, pemberian antibiotik diindikasikan pada pasien
diare dengan demam, berdarah, suspek kolera, leukosit pada feses dan infeksi berat
lainnya misalnya pasien diare yang immunocompromised. Ikatan dokter anak
Indonesia mengatakan bahwa terapi antibiotik rutin tidak direkomendasikan karena
terbukti tidak efektif. Antibiotik diberikan hanya jika terdapat tanda-tanda infeksi baik
63
infeksi intestinal maupun ekstra-intestinal. Jika dalam tinja didapatkan darah, segera
diberikan antibiotik yang sensitif untuk shigellosis.
Menurut PERMENKES no 2406 tahun 2011 mengenai pemakaian antibiotik
menyatakan bahwa terapi antibiotik dapat digunakan sebagai terapi empiris dan
definitif . Antibiotik sebagai terapi empiris yang digunakan adalah tetrasiklin,
doxyciclin, cotrimoxazole dan eritromisin dengan jangka waktu atau lama pemberian
antibiotik yang disarankan adalah 2-3 hari . Setelah itu, maka harus segera dievaluasi
berdasarkan kondisi klinis dan hasil pemeriksaan seperti lab dan mikrobiologi.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, pemberian antibiotik sebagai terapi
empiris harus mencakup jenis bakteri patogen yang pada umumnya diketahui sebagai
penyebab diare, antibiotik yang dipilih tidak menimbulkan efek samping pada organ
vital lain dan dalam penggunaannya tidak menimbulkan tanda-tanda toxisitas.
Pemberian probiotik bermanfaat untuk menghalangi kolonisasi
mikroorganisme patogen dalam usus sehingga dapat menurunkan durasi diare akut
pada anak-anak sedangkan zinc sendiri merupakan salah satu prinsip penatalaksanaan
diare pada balita yang mempunyai peran dalam proses epitelisasi dinding usus yang
mengalami kerusakan baik secara morfologi dan fungsinya selama terjadi diare.
6.9 Keadaan sewaktu pulang
Pasien diare pada balita yang dirawat inap paling banyak pulang dalam keadaan
sembuh (99,2 %) dan hanya ada 1 anak yang pulang dalam keadaan meninggal. Tidak
ada data yang cukup jelas yang dapat menjelaskan penyebab anak tersebut meninggal.
Pasien yang meninggal tersebut masuk dalam keadaan diare disertai sesak dan tidak
64
membaik setelah diberi penanganan di rumah sakit. Keadaan lain yang mungkin terjadi
pada pasien adalah adanya komplikasi lain misalnya dehidrasi makin memberat
maupun adanya infeksi lain yang memperberat keadaan pasien sehingga pasien tidak
dapat tertolong. Selain itu, kemungkinan skoring dehidrasi yang tidak dilakukan
dengan baik dan umur balita tersebut masih 4 bulan..
Pasien yang pulang dalam keadaan sembuh kemungkinan besar mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat serta keadaan ketika pasien masuk rumah sakit tidak
terlalu berat, kondisi sebelum dibolehkan pulang sudah membaik dan sudah tidak
mengalami dehidrasi. Prognosis diare tergantung dari ketepatan terapinya.
6.10 Waktu Kejadian
Jumlah kejadian diare setiap sepanjang periode penelitian mengalami fluktuasi,
penderita diare pada balita yang dirawat inap di RSUD Daya paling banyak pada bulan
oktober yaitu sebanyak 85 orang dan paling sedikit pada bulan februari yaitu 4 kasus.
Jika dilihat dari musim yang ada di indonesia, pada bulan oktober hingga maret maka
curah hujan cukup tinggi dalam artian terjadi musim hujan di indoensia sedangkan
pada bulan april hingga september merupakan periode terjadinya musim kemarau di
Indonesia. Bedasarkan tabel 5.10.1 angka kejadian diare mulai meningkat pada bulan
agustus dan mulai menurun pada bulan Januari. Penelitian ini menunjukkan bahwa
secara umum angka kejadian diare cukup banyak pada musim hujan dan menurun pada
musim kemarau.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh syafei dan rini pada tahun 2014
mengenai pengaruh curah hujan terhadap penyakit diare ditemukan bahwa curah hujan
65
berpengaruh terhadap kejadian diare. Faktor cuaca merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam penularan penyakit menular termasuk diare.Curah hujan berpengaruh
melalui kecukupan dan kebersihan/kesehatan air. Curah hujan yang tinggi dapat
menyebabkan banjir di suatu wilayah sehingga akses air di wilayah tersebut menjadi
tercemar akibat banjir, sedangkan apabila curah hujan rendah maka kebutuhan air
bersih menjadi kurang dan berdampak buruk terhadap sanitasi air dan lingkungan.
Selain itu, menurut putri wijayanti dalam penelitiannya mengatakan bahwa salah satu
penyebab diare adalah tercemarnya makanan dan minuman oleh bakteri yang dibawa
oleh lalat. Lalat sangat suka hinggap ditempat lembab dan kotor seperti sampah,
perkembangbiakan lalat dan penyebarannya dipengaruhi oleh suhu. Musim hujan
sangat mendukung penyebaran dan perkembangbiakan lalat karena dapat mencapai
kelembaban yang optimal. Hal –hal inilah yang mempengaruhi tingginya angka
kejadian diare pada musim hujan.
66
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian karakteristik yang dilakukan pada penderita diare
pada balita yang dirawat inap di RSUD Daya Kota Makassar periode Januari –
Desember 2016, dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Berdasarkan kriteria umur penderita diare diperoleh hasil bahwa kelompok
umur pada balita yang paling banyak terkena diare adalah 7-24 bulan atau
sebesar 73,3 % di RSUD Daya kota Makassar tahun 2016
2. Berdasarkan kriteria jenis kelamin penderita diare diperolah hasil bahwa laki-
laki lebih banyak terkena diare dibanding perempuan yakni sebanyak 76 orang
atau sebesar 63,3 % di RSUD Daya kota Makassar tahun 2016
3. Berdasarkan kriteria status gizi penderita diare diperoleh hasil bahwa yang
paling tinggi adalah pasien dengan status gizi normal yakni sebanyak 82 orang
atau 68,3 % di RSUD Daya kota Makassar tahun 2016
4. Berdasarkan kriteria skor dehidrasi diperoleh hasil bahwa dehidrasi ringan
adalah dehidrasi yang paling banyak dialami oleh penderita diare yang dirawat
inap yakni 56 orang atau 46,7 % di RSUD Daya kota Makassar tahun 2016
5. Berdasarkan kriteria lama kejadian diare diperoleh bahwa semua pasien yang
dirawat inap di RSUD Daya kota Makassar tahun 2016 mengalami diare < 14
hari atau sebesar 100 % mengalami diare akut
67
6. Berdasarkan kriteria gejala masuk rumah sakit diperoleh bahwa yang paling
tinggi adalah gejala bab encer disertai demam dan muntah sebanyak 51 orang
atau 42,5 % yang dirawat inap di RSUD Daya kota Makassar tahun 2016
7. Berdasarkan kriteria hasil pemeriksaan lab diperoleh bahwa leukositosis
merupakan hasil yang paling tinggi yakni sebesar 5,8 %
8. Berdasarkan kriteria pemberian terapi diperoleh bahwa pasien diare pada
balita yang dirawat inap paling banyak mendapatkan terapi antibiotik yakni
sebanyak 74 orang atau sebesar 61,7 %
9. Berdasarkan kriteria keadaan sewaktu pulang diperoleh bahwa hampir semua
pulang dengan keadaan sembuh yakni 119 orang atau sebesar 99,2 % dan
hanya 1 orang yang meninggal dunia
7.2 Saran
1. Bagi masyarakat
Lebih meningkatkan pengetahuan mengenai diare hingga penanganan dini.
Khususnya para ibu, meningkatkan pengetahuan mengetahui penanganan dini
yang perlu dilakukan jika anak diare sebelum membawa anak ke pusat
pelayanan kesehatan agar tidak timbul komplikasi yang lebih lanjut. Selain itu,
tidak menunda membawa anak ke pusat pelayanan kesehatan jika anak terkena
diare. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat agar dapat mencegah berbagai
penyakit khususnya penyakit infeksi.
68
2. Bagi Instansi Kesehatan
Mengisi data rekam medik dengan lengkap dengan pengisisan yang mudah
dibaca, serta menyimpan data rekam medik di tempat yang aman dan disimpan
dengan rapi dan teratur agar tidak ada data rekam medik yang hilang dan
mudah didapatkan ketika data tersebut dibutuhkan. Jika perlu, data rekam
medik juga disimpan dalam bentuk soft file di komputer. Selain itu, untuk kasus
diare pada khususnya perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium dan
mikrobiologi demi terapi yang efektif.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti lain dapat melanjutkan penelitian ini dengan
meneliti variabel lain serta menggunakan metode yang lain.
69
Daftar Pustaka
1. Setiati, siti et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6 jilid II Jakata:
Interna publishing.Hal 1899.
2. Christy,Melia.2014. faktor yang berhubungan dengan kejadian dehidrasi diare
pada balita di wilayah kerja puskesmas kalijudan. Jurnal berkala epidemiologi.
Vol 2 no 3 September. PP 297-308
3. Estiani, Suparno. 2015. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare
pada balita di kelurahan saung naga kecamatan baturaja barat tahun 2014.
Jurnal keperawatan sriwijaya. Vol. 2 no 1 januari.
4. Farthing M, et al. 2012.Acute Diarrhea in adults and children. A global
perspective. World Gastroenterology Organization.
5. Sutarjo,Untung et al. 2015. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
6. Kementerian kesehatan Republik Indonesia. 2011. Situasi diare di Indonesia.
Buletin diare triwulan II Volume 2. Jakarta
7. Syahrir, et al. 2015. Profil kesehatan Sulawesi Selatan tahun 2014. Makassar:
Dinas Kesehatan Provinsi sulawesi selatan. Hal 29-30
8. Setiati, siti et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6 jilid II Jakata:
Interna publishing.Hal 1899
9. Tanto,chris et al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Essensial of medicine. Edisi
IV jilid II. Jakarta: Media Aesculapius. Hal 584-90.
10. Behrman, kliegman, Arvin. 2012. Ilmu kesehatan Anak. Edisi 15 vol 2. Jakarta:
EGC.
70
11. Claudio F.L,et al. 2013. Global causes of Diarrhea Disease Mortality in
Children < 5 years of Age : Systematic Review. Child Health Epidemiology
Reference Group of the World Health Organization and UNICEF.
12. Clifton Y, Douglas L, Jorge RM. 2011. Diarrhea and Dehydration.
International Module of Diarrhea
13. Kumar,Abbas, Fausto. 2010. Dasar Patologis Penyakit Robins & Cotran. Edisi
7. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Diare.Hal : 885
14. Jawetz, Melnick & Adelberg`s 2010. Medical Microbiology. 25rh
Edition:Patogenesis of bacterial infection
15. Abel HI, Mwate M.,Veronica M. 2011. Diarrhea is a Major Killer Of children
with Severe Acute Malnutrition admitted to Inpatient set up in Lusaka, Zambia.
UK : Oxford and Departement of Pediatric, School of Medicine, University of
Zambia
16. Juffrie,Mohammad.2010. Gastroenterologi-hepatologi Jilid 1. Jakarta : Ikatan
dokter anak Indonesia.
17. Tanto,chris et al. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Essensial of medicine. Edisi
IV jilid I. Jakarta: Media Aesculapius. Halaman 41-3
18. Subagyo B, Santoso NB. 2010. Diare akut dalam Buku Ajar
Gastroenterohepatologi. Edisi 1 jilid 1. Jakarta: Badan Penerbit UKK
Gastroenterologi-Hepatologi IDAI. : 87-110
19. Setiati, siti et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6 jilid II Jakarta:
Interna publishing.Hal 1899.
71
20. Suratmaja S. 2007. Masalah Rehidrasi Oral dalam Kapita selekta
Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung seto. Hal 44-53
21. Kementerian kesehatan Republik indonesia. 2011. Tatalaksana diare pada
balita. Jakarta: Direktorat jenderal pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan 2011.
22. Yusuf,Sulaiman.2011.profil diare di ruang rawat inap anak RSUD Dr.Zainoel
Abidin Banda Aceh.vol.13 no.4,Desember.
23. Jeanette,manopo . 2010. Profil diare akut dengan dehidrasi berat di ruang
perawatan intensif anak RSUP prof Dr. R.D Kandou Manado.vol.12 no 3
Oktober
24. 2015.Karakteristik diare balita di puskesmas tamamung periode januari-
desember 2014. Fakultas kedokteran universitas hasanuddin. Makassar
25. Afif,fahmi. 2013.Hubungan status gizi dengan kejadian diare pada balita usia
2-5 tahun di wilayah kerja puskesmas kecamatan karanganyar kabupaten
karanganyar. Fakultas kedokteran universitas muhammadiyah surakarta
26. Fatkhiyah.2016. Gambaran kejadian diare pada balita di wilayah kerja
puskesmas wedung II. fakultas kesehatan masyarakat universitas semarang.
27. Noviana, hera. 2004. Pola kepekaan antibiotik Eschericia coli yang diisolasi
dari berbagai spesimen klinis. Jurnal kedokteran vol. 23 no 4.
28. Kemeterian kesehatan republik indonesia. Peraturan menteri kesehatan
republik indonesia nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang pedoman
umum penggunaan antibiotik
72
29. Pramita. 2005. Pola tatalakasana diare akut di beberpa rumah sakit swasta di
Jakarta. Sari pediatri. Vol 6 no 4.
30. Ikatan Dokter Anak Indonesia.2011. Pedoman pelayanan medis Ikatan Dokter
Anak Indonesia.Jakarta; Badan Penerbit ikatan dokter anak indonesia
31. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis.
Edisi kedua. Jakarta; Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
32. Fithria,risha dan di`fai, akroman. 2015. Rasionalitas terapi anitbiotik pada
pasien diare akut anak usia 1-4 tahun di rumah sakit banyumanik semarang
tahun 2013. Vol 12 no 2.
33. Wibisono, ekky. 2015. Korelasi status gizi dan durasi diare pada balita dengan
diare akut di ruang rawat inap anak RSUD arifin achmad Provinsi Riau. JOM
FK vol 2 no 2.
34. Riandari,F dan Priyantini, Sri. 2011. Perbedaan lama rawat inap balita diare
akut dengan probiotik dan tanpa probiotik. Vol. 3 no.1
35. Syafei dan rini. 2014. Pengaruh ketinggian tempat dan curah hujan pada
penyakit diare. journal Agromet Indonesia 28(1). Insitut pertanian bogor
36. Wijayanti, puteri. 2009. Hubungan kepadatan Lalat dengan kejadian
diare.FKMUI.depok
Lampiran 1 Tabel data penelitian
NO RM UMUR JK SD SG LK GEJALA MRS LAB TERAPI KSP
1 199896 12 laki-laki tdk
dehidrasi normal
7 hari
berak encer muntah demam
0 cotrimoxazole
sembuh
2 190509 12 laki-laki tdk dehidrasi
kurus 5 hari
berak encer muntah
0 cotrimoxazole zinc L-bio
sembuh
3 199772 48 laki-laki tdk dehidrasi
normal 3 hari
berak encer muntah demam
leukositosis cotrimoxazole
sembuh
4 119890 48 perempuan tdk dehidrasi
normal 3 hari
bab encer muntah
0 cotrimoxzole L Bio zinc
sembuh
5 199961 7 laki-laki D.ringan normal 7 hari
bab encer muntah demam
0 cotrimoxzole L Bio zinc
sembuh
6 202138 14 laki-laki D.ringan sangat kurus
5 hari
bab encer muntah demam
normal
cotrimoxazole L Bio zinc
sembuh
7 20337 9 laki-laki D.ringan normal 4 hari
bab encer muntah demam
0 cotrimoxazole zinc L BIO
sembuh
8 203373 48 laki-laki tdk dehidrasi
normal 6 hari
bab encer muntah nyeri perut
0 Cotrimoxazole zinc L bio
sembuh
9 203567 14 perempuan tdk dehidrasi
normal 3 hari
bab encer demam
anemia cefadroxil L bio
sembuh
10 201447 7 laki-laki D.ringan normal 7 hari
bab encer demam muntah
leukopenia
cefadroxil L bio zinc IVFD
sembuh
11 201598 24 laki-laki D.ringan normal 4 hari
bab encer demam muntah
0 cefadroxil L bio zinc
sembuh
12 179774 17 lperempuan tdk dehidrasi
normal 3 hari
bab encer demam muntah
anemia cotrimoxazole sembuh
13 2E+06 7 laki-laki D.ringan kurus 4 hari
bab encer muntah demam
0 L-bio zInc
sembuh
14 203450 8 laki-laki tdk dehidrasi
sangat kurus
3 hari
bab encer muntah demam
leukopenia anemia
L-BIO zinc
sembuh
15 201474 20 perempuan tdk dehidrasi
kurus 3 hari
bab encer muntah demam
0 cotrimoxazole L bio
sembuh
16 201377 16 laki-laki D.ringan kurus 6 hari
bab encer muntah demam
0 cotrimoxazole L bio zinc
sembuh
17 203779 6 laki-laki tdk dehidrasi
normal 2 hari
bab encer muntah demam
0 L bio sembuh
18 201311 7 perempuan D.ringan normal 4 hari
bab encer muntah
0 cotrimoxazole L bio zinc
sembuh
19 201028 12 perempuan D.ringan normal 4 hari
bab encer demam muntah
anemia cotrimxazole L bio zinc
sembuh
20 201183 3 perempuan D.berat normal 6 hari
bab encer demam muntah
0 L bio zinc
sembuh
21 201035 24 perempuan tdk dehidrasi
normal 3 hari
bab encer muntah demam nyeri perut
0 cotrimoxazole L bio zinc
sembuh
22 203831 36 laki-laki tdk dehidrasi
kurus 6 hari
bab encer muntah
0 L bio zinc sembuh
23 204037 9 perempuan tdk dehidrasi
normal 3 hari
bab encer muntah demam
anemia trombositopeni
cotrimoxazole
sembuh
24 204216 11 laki-laki tdk dehidrasi
normal 3 hari
bab encer muntah
0 L BIO sembuh
25 204112 24 laki-laki D.ringan sangat kurus
2 hari
bab encer demam muntah nyeri perut
0 cotrimoxazole sembuh
26 200448 24 laki-laki tdk dehidrasi
sangat kurus
6 hari
bab encer 0 cotrimoxazole zinc L bio
sembuh
27 200450 18 laki-laki D.ringan normal 3 hari
bab encer 0
cotrimoxazole zinc L bio
sembuh
28 200653 4 laki-laki D.ringan normal 4 hari
bab encer muntah demam sesak
leukopenia cefotaxim Meninggal
29 200693 8 perempuan tdk dehidrasi
normal 2 hari
berak encer demam
0 amoxicilin L bio sembuh
30 200470 3 perempuan tdk dehidrasi
normal 7 hari
bab encer 0 cotrimoxazole L bio zinc
sembuh
31 200855 15 laki-laki D.ringan kurus 4 hari
bab encer muntah demam
anemia ceftriaxone L bio
sembuh
32 173666 7 laki-laki D.ringan normal 2 hari
bab encer muntah demam
0 L bio
sembuh
33 218248 6 perempuan D.ringan kurus 2 hari
bab encer demam muntah
0 cotrimoxazole zinc L bio
sembuh
34 202236 12 laki-laki D.ringan normal 2 hari
bab encer demam kejang batuk
leukositosis cefadroxil zinc L bio
sembuh
35 195960 27 laki-laki D.berat kurus 5 hari
bab encer nyeri perut demam
anemia cotrimoxazole zinc L bio
sembuh
36 203108 1 laki-laki D.ringan normal 3 hari
bab encer demam muntah
0 zinc L bio
sembuh
37 117353 36 laki-laki D.ringan kurus 5 hari
bab encer demam muntah
0 zinc L bio
sembuh
38 203197 16 laki-laki tdk dehidrasi
normal 2 hari
Bab encer demam
leukositosis anemia
cotrimoxazole sembuh
39 202501 20 laki-laki tdk dehidrasi
kurus 3 hari
bab encer muntah demam batuk
0 cotrimoxazole sembuh
40 203294 18 laki-laki D.ringan kurus 3 hari
bab encer demam muntah
0 zinc L bio
sembuh
41 202423 30 laki-laki tdk dehidrasi
normal 2 hari
bab encer muntah
anemia zinc L bio
sembuh
42 202348 18 laki-laki D.berat sangat kurus
6 hari
bab encer muntah demam
0 cotrimoxazole L bio cefadroxil
sembuh
43 202040 9 perempuan tdk dehidrasi
normal 9 hari
bab encer demam
0 cotrimoxazole zinc L bio
sembuh
44 217106 4 laki-laki D.ringan normal 4 hari
bab encer demam
leukositosis anemia trombositosis
zinc L bio
sembuh
45 217399 24 laki-laki D.ringan kurus 6 hari
bab encer muntah
0 ceftriaxone L bio
sembuh
46 217087 18 laki-laki D.berat kurus 3 hari
bab encer 0 zinc L bio
sembuh
47 217086 17 perempuan D.ringan sangat kurus
5 hari
bab encer muntah demam
0
cotrimoxazole zinc
sembuh
48 217024 4 laki-laki tdk dehidrasi
gemuk 3 hari
bab encer muntah
0 zinc L bio
sembuh
49 216887 8 perempuan D.sedang normal 3 hari
bab encer muntah demam
0 L bio zinc
sembuh
50 216172 24 perempuan D.ringan normal 5 hari
bab encer muntah
0 cotrimoxazole zinc l bio
sembuh
51 203023 12 perempuan D.berat kurus 3 hari
bab encer muntah
0 cotrimoxazoleL bio zinc
sembuh
52 199146 4 perempuan D.sedang normal 12 hari
bab encer demam muntah
0 cotrimoxazole zinc L bio
sembuh
53 199174 24 laki-laki tdk dehidrasi
normal 2 hari
bab encer demam
0 L bio zinc
sembuh
54 198768 17 perempuan D.ringan normal 6 hari
bab encer 0 cotrimoxazole zinc L bio
sembuh
55 198660 5 laki-laki D.ringan normal 6 hari
bab encer demam
0 cotrimoxazole L bio zinc
sembuh
56 198306 2 perempuan D.berat normal 3 hari
bab encer demam muntah
0 cotrimoxazole domperidon
sembuh
57 218932 7 laki-laki D.ringan normal 4 hari
bab encer muntah
0 zinc L bio
sembuh
58 217240 12 laki-laki D.berat normal 5 hari
bab encer muntah
0 cotrimoxazole L bio
sembuh
59 218794 12 perempuan D.ringan normal 3 hari
bab encer demam
0 Cotrimoxazole L bio
sembuh
60 218792 8 laki-laki D.ringan normal 3 hari
bab encer demam muntah
0 cotrimoxazole L bio
sembuh
61 218900 21 perempuan D.ringan sangat kurus
4 hari
bab encer muntah
0 zinc L bio
sembuh
62 197728 9 perempuan D.berat normal 2 hari
bab encer muntah demam
0 cotrimoxazole L bio
sembuh
63 197824 45 laki-laki D.sedang kurus 4 hari
bab encer demam muntah
0 cotrimoxazole zinc L bio
sembuh
64 197766 2 perempuan D.ringan normal 2 hari
bab encer muntah
0 L Bio sembuh
65 181888 10 laki-laki tdk dehidrasi
kurus 3 hari
bab encer muntah demam
leukositosis L bio zinc
sembuh
66 197841 22 perempuan tdk dehidrasi
kurus 3 hari
bab encer muntah demam
0 cotrimoxazole sembuh
67 197131 1 laki-laki D.sedang normal 2 hari
bab encer muntah
0 zinc sembuh
68 196935 24 perempuan D.berat normal 2 hari
bab encer demam muntah
0 zinc sembuh
69 201027 24 perempuan D.ringan sangat kurus
3 hari
bab encer muntah
0 cotrimoxazole L bio
sembuh
70 196446 3 perempuan D.ringan normal 3 hari
bab encer demam
leukositosis cotrimoxazole L bio zinc
sembuh
71 195107 12 laki-laki D.ringan normal 2 hari
bab encer demam
leukositosis zinc L bio sembuh
72 194719 3 perempuan D.ringan normal 4 hari
bab encer demam muntah
0 zinc L bio
sembuh
73 195512 19 laki-laki D.ringan sangat kurus
4 hari
bab encer 0 zinc L bio
sembuh
74 192891 24 laki-laki D.ringan normal 4 hari
bab encer demam
0 cotrimoxazole zinc L bio
sembuh
75 194948 21 perempuan D.ringan sangat kurus
2 hari
bab encer demam muntah
0 zinc L bio
sembuh
76 194941 6 laki-laki D.ringan kurus 4 hari
bab encer muntah
0 zinc sembuh
77 195094 13 perempuan D.ringan kurus 9 hari
bab encer muntah
normal cefotaxim L bio zinc
sembuh
78 194984 11 laki-laki D.ringan sangat kurus
3 hari
bab encer muntah
leukositosis anemia
cotrimoxazole zinc L bio
sembuh
79 194789 4 perempuan tdk dehidrasi
normal 9 hari
bab encer leukositosis cefadroxil L bio zinc
sembuh
80 196090 7 laki-laki tdk dehidrasi
kurus 5 hari
bab encer demam muntah
trombositosis
zincL bio sembuh
81 194148 12 perempuan D.ringan normal 6 hari
bab encer demam
0
cotrimoxazole zinc
L bio sembuh
82 195370 12 perempuan D.ringan normal 4 hari
bab encer demam
0 zinc L bio
sembuh
83 195152 24 laki-laki tdk dehidrasi
sangat kurus
3 hari
bab encer muntah
normal zinc
sembuh
84 195262 9 laki-laki D.ringan normal 2 hari
bab encer demam muntah
0 zinc L bio
sembuh
85 195380 7 laki-laki D.ringan normal 2 hari
bab encer muntah
0 cotrimoxazole zinc L bio
sembuh
86 195257 4 laki-laki D.ringan normal 4 hari
bab encer demam muntah
0 zinc L bio
sembuh
87 218072 18 laki-laki D.ringan normal 4 hari
bab encer muntah
0 cotrimoxazole zinc L bio
sembuh
88 210651 48 laki-laki D.ringan normal 3 hari
bab encer muntah
0 zinc L bio
sembuh
89 199642 13 laki-laki D.berat normal 2 hari
bab encer muntah
0 cotrimoxazole zinc L bio
sembuh
90 218150 16 laki-laki D.berat normal 2 hari
bab encer muntah
0 cotrimoxazole zinc L bio
sembuh
91 206858 36 laki-laki D.ringan normal 3 hari
bab encer demam muntah
leukositosis cefadroxil L bio
sembuh
92 218109 8 perempuan D.ringan normal 2 hari
bab encer demam 0
cotrimoxazole zinc L bio
sembuh
93 218202 8 laki-laki D.ringan normal 2 hari
bab encer demam muntah
0 pct cotrimoxazole
sembuh
94 199714 7 laki-laki tdk dehidrasi
normal 3 hari
bab encer demam muntah
0 cefadroxil sembuh
95 200313 8 laki-laki tdk dehidrasi
normal 4 hari
bab encer demam muntah
0 zinc L bio
sembuh
96 192021 22 perempuan D.ringan sangat kurus
4 hari
bab encer demam muntah
0 zinc L bio
sembuh
97 195215 3 perempuan D.ringan normal 3 hari
bab encer demam muntah
0 zinc L bio
sembuh
98 195118 15 perempuan D.ringan kurus 4 hari
bab encer 0 cotrimoxazole L bio zinc
sembuh
99 196001 14 laki-laki tdk dehidrasi
normal 5 hari
bab encer muntah
0 L bio zinc
sembuh
100 204886 7 perempuan tdk dehidrasi
normal 4 hari
bab muntah
0 L bio zinc
sembuh
101 200238 12 laki-laki tdk dehidrasi
normal 3 hari
bab encer demam
0 L bio zinc
sembuh
102 205205 11 laki-laki tdk dehidrasi
kurus 2 hari
bab encer muntah
0 L bio zinc
sembuh
103 205344 12 perempuan D.sedang normal 8 hari
bab encer demam muntah
0 zinc L bio
sembuh
104 206505 12 laki-laki tdk dehidrasi
normal 5 hari
bab encer demam muntah
0 amoxicilin sembuh
105 206909 36 laki-laki D.sedang normal 5 hari
bab encer muntah
0 cotrimoxazole zinc L bio
sembuh
106 168547 24 laki-laki tdk dehidrasi
normal 3 hari
bab encer demam
0 cotrimoxazole L bio
sembuh
107 194358 18 laki-laki D.sedang kurus 2 hari
bab encer muntah
0 cotrimoxazole L bio zinc
sembuh
108 206589 11 laki-laki tdk dehidrasi
kurus 4 hari
bab encer muntah demam
0 cotrimoxazole L bio
sembuh
109 177270 24 laki-laki D.ringan normal 2 hari
bab encer anemia leukositosis
cotrimoxazole L bio zinc
sembuh
110 207285 7 perempuan tdk dehidrasi
normal 2 hari
bab encer muntah
0 cotrimoxazole L bio zinc
sembuh
111 206333 11 laki-laki D.sedang normal 5 hari
bab encer muntah
0 zinc L bio cefadroxil
sembuh
112 206860 20 perempuan tdk dehidrasi
normal 2 hari
bab encer 0 L bio sembuh
113 205443 36 perempuan tdk dehidrasi
normal 3 hari
bab encer muntah
0 cotrimoxazole domperidon
sembuh
114 187816 12 laki-laki tdk dehidrasi
normal 4 hari
bab encer muntah
0 cotrimoxazole zinc L bio
sembuh
115 197555 18 laki-laki D.ringan normal 3 hari
bab encer muntah
0 cotrimoxazole zinc L bio
sembuh
116 205270 17 laki-laki tdk dehidrasi
normal 2 hari
bab encer demam
leukositosis anemia
cotrimoxazole sembuh
117 207743 24 laki-laki tdk dehidrasi
normal 2 hari
bab encer demam muntah
0 cotrimoxazole zinc L bio
sembuh
118 206232 9 laki-laki D.ringan normal 6 hari
bab encer muntah demam
0 L bio zinc
sembuh
119 206333 11 laki-laki D.sedang normal 3 hari
bab encer muntah demam
0 L Bio zinc
sembuh
120 207872 24 perempuan tdk dehidrasi
normal 2 hari
bab encer muntah
0 L bio zinc sembuh
Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Rekomendasi
Lampiran 4. Surat Rekomendasi Persetujuan etik
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Judul
LEMBAR PERSETUJUAN JfIDI.IL
Kami selaku pembimbing skripsi mahasiswa:
Nama : A.Ayu Selvia
Stambuk : Cl1l 14 076
Judul : karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap di
RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember 2016
Menyatakan bahwa mahasiswa ini telah mendapatkan persetujuan judul
penelitian skripsi pada :
HNiltanggal : Selasa, 2lMaret2}l7
Waktu : 10.00 WITA
Tempat : Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unhas
Makassar, 2l Maret2}l7
Pembimbing,
,l-,4ff\E4\\)
^\dr. Lisa Tenriesa M.MMedSc
NrP 1 98303 042A12122403
Lampiran 7 . Lembar Persetujuan Hasil
LEMBAR PERSETUJUAN HASIL
Kami selaku pembimbing skripsi mahasiswa:
Nama
Stambuk
Judul
: A.Ayu Selvia
: C111 14 076
: karakteristik penderita diare pada balita yang dirawat inap di
RSUD Daya Kota Makassar periode Januari-Desember 2016
Menyatakan bahwa mahasiswa ini telah mempresentasikan hasil penelitian
skripsi pada :
Hadltanggal : 20 November 2017
Waktu : 11.00 WITA - selesai
Tempat : Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran LINHAS
Makassar, 20 November 2017
NIP 1 98303 A42012122003
Pembimbing,
Lampiran 8. Surat izin pengambilan data rekam medik di RSUD Daya
Lampiran 9. Data Diri Peneliti
DATA DIRI PENELITI
Nama Lengkap : A.Ayu Selvia
Nama Panggilan : Ayusa
NIM : C111 14 076
Tempat, Tanggal Lahir : Kel,Maroanging,20 Juli 1996
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Jurusan/Fakultas : Pendidikan Dokter/Kedokteran
Nama Orang Tua : Ayah = Drs H.Syamsul Alam
Ibu = Hj.Andi Irawati S.Pd
Anak ke : 5
Alamat : Jalan sahabat Raya no 17 kompleks unhas
Telepon : 085299292878
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. SD Inpres 10/73 Maroanging (2002-2008)
2. SMP Negeri 1 Sibulue (2008-2011)
3. SMA Negeri 2 Watampone (2011-2014)
4. Fakultas Kedokteran UNHAS (2014-sekarang)
Pengalaman Organisasi :
1. BEM KEMA FK UNHAS periode 2015/2016 – 2016/2017
2. MEDICAL YOUTH RESEARCH CLUB 2015-sekarang
3. PB MEDIK FK UNHAS 2015-2016
4. Asisten Gizi periode 2016/2017