APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT...

54

Transcript of APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT...

Page 1: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional
Page 2: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

ii

ii

APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT MEMPREDIKSI CEDERA ROTATOR CUFF? PENELITIAN

PADA PASIEN NYERI BAHU UNILATERAL DI MAKASSAR

CAN ACROMIO-HUMERAL DISTANCE DIFFERENCE PREDICTS ROTATOR CUFF LESION? - A STUDY AMONG UNILATERAL

SHOULDER PAIN PATIENTS IN MAKASSAR

ZUWANDA

KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU PROGRAM STUDI BIOMEDIK SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

Page 3: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

iii

iii

APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT MEMPREDIKSI CEDERA ROTATOR CUFF? PENELITIAN

PADA PASIEN NYERI BAHU UNILATERAL DI MAKASSAR

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi Biomedik

Pendidikan Dokter Spesialis Terpadu

Disusun dan diajukan oleh

ZUWANDA

Kepada

KONSENTRASI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS TERPADU PROGRAM STUDI BIOMEDIK SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

ii

Page 4: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

4

Page 5: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

5

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Zuwanda No. Pokok : P1507213065 Program Studi : Biomedik

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan

tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Makassar, 27 Januari 2018

Yang menyatakan,

Zuwanda

iv

Page 6: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

6

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala

berkat dan limpahan karunia kepada penulis mulai dari awal timbulnya

ide pemikiran, pelaksanaan sampai penyelesaian karya akhir ini penulis

tidak kekurangan sesuatu apapun. Pada kesempatan ini saya

mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah

berperan dalam penyusunan karya akhir ini.

Terimakasih saya ucapkan kepada Rektor Universitas

Hasanuddin, Dekan Fakultas Kedokteran, Ketua Departemen Orthopaedi

dan Traumatologi, Ketua Program Studi Orthopaedi dan Traumatologi

dan Ketua Konsentrasi program pendidikan dokter spesialis dan combine

degree Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin atas kesempatan

yang telah diberikan kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan PPDS dan Combine Degree Fakultas Kedokteran Universitas

Hasanuddin.

Terimakasih saya ucapkan para Guru Besar dan seluruh staf

pengajar bagian Orthopaedi dan Traumatologi atas segala bimbingan

dan arahannya selama saya mengikuti program pendidikan dokter

spesialis ortopedi. Semoga ilmu yang saya dapatkan selama pendidikan

ini dapat saya amalkan dan manfaatkan sebaik baiknya untuk

kepentingan masyarakat luas.

Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada pembimbing

saya, kepada Dr. dr. M. Sakti, Sp.OT(K), dr. M. Ruksal Saleh, Ph.D,

Sp.OT(K), dr. Henry Yurianto, M.Phil, Ph.D, Sp.OT(K), Dr. dr. Karya

Triko Biakto, Sp.OT(K) dan Dr. dr. Burhanuddin bahar, MS atas

bimbingannya dalam menyelesaikan karya akhir ini. Tak lupa saya

mengucapkan banyak terimakasih kepada rekan-rekan residen ortopedi

v

Page 7: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

7

yang telah membantu dalam menyelesaikan karya akhir ini hingga

selesai tepat pada waktunya.

Terima kasih juga kepada seluruh staf pegawai bagian Ortopedi

dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin terutama

kepada Hardis, M. Yusri dan Arhamsyah yang selalu siap sedia

menolong, semoga kalian selalu mendapat lindungan Yang Maha Kuasa

dan memperoleh rejeki dan kebahagian yang penuh berkah.

Saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan

karya akhir ini dan tidak menutup kemungkinan penulis mempunyai khilaf

dan salah terhadap saudara saudara yang turut serta dalam penyusunan

karya akhir ini, untuk itu saya mengucapkan permohonan maaf yang

sebesar-besarnya.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih banyak kepada semua

pihak yang turut berperan serta dalam penyelesaian karya akhir ini yang

tidak bisa saya sebutkan namanya satu persatu. Semoga Tuhan

memberikan rahmat, kesehatan dan berkat yang melimpah serta semoga

kita dapat dipertemukan kembali dalam suasana bahagia dan semoga

karya akhir ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu

pengetahuan.

Makassar, 27 Januari 2018

Zuwanda

vi

Page 8: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

8

ABSTRAK

ZUWANDA. Apakah Selisih Jarak Akromion-Humerus Dapat Memprediksi Cedera Rotator Cuff? Penelitian pada Pasien Nyeri Bahu Unilateral di Makassar (dibimbing oleh Muhammad Sakti dan Muhammad Ruksal Saleh).

Penelitian ini bertujuan membuktikan korelasi Selisih JAH antara bahu simtomatik dan asimtomatik dengan cedera rotator cuff pada MRI pada pasien dengan nyeri bahu unilateral di Makassar dan untuk menilai sensitivitas dan spesifisitas selisih JAH dalam mendiagnosis cedera rotator cuff.

Penelitian ini adalah cross sectional. Tiga puluh pasien nyeri bahu unilateral, dengan defisit rentang gerak, usia 45-65 tahun diikutkan dalam penelitian ini. Pemeriksaan sinar-X thorax AP diambil, JAH diukur. MRI dari bahu yang simtomatik dilakukan untuk memastikan cedera rotator cuff. Pemeriksaan sinar-X thorax AP juga diambil dari pasien tanpa nyeri bahu untuk perbandingan.

Analisis statistik menggunakan Uji Spearman, Uji Independent Sample T, dan kurva ROC. Selisih JAH berkorelasi secara positif dengan adanya cedera rotator cuff pada MRI pada pasien dengan nyeri bahu unilateral (koefisien 0,749 (p < 0,05)). Selisih JAH 1,05 mm dapat mendeteksi setidaknya robekan supraspinatus parsial dengan sensitivitas 85,7% dan spesifisitas 88,9%. Selisih JAH 1,75 mm dapat mendeteksi robekan supraspinatus total dengan sensitivitas 80% dan spesifisitas 90%. Selisih JAH pada pemeriksaan sinar-X berkorelasi dengan adanya cedera rotator cuff pada MRI, dan dapat dipertimbangkan sebagai alat bantu diagnostic cedera rotator cuff di tempat yang mana MRI tidak tersedia.

Kata kunci : jarak akromio-humeral, rotator cuff, nyeri bahu.

viii

Page 9: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

9

ABSTRACT

ZUWANDA. Can Acromio-Humeral Distance Difference Predicts Rotator Cuff Lesion? - A Study Among Unilateral Shoulder Pain Patients in Makassar (supervised by Muhammad Sakti dan Muhammad Ruksal Saleh)

This study aims to prove the correlation of AHD difference between symptomatic and asymptomatic shoulder with rotator cuff lesion in MRI among Unilateral shoulder pain in Makassar and to measure sensitivity and specificity of AHD difference in diagnosing rotator cuff tear.

This is a cross sectional controlled study. Thirty patients with unilateral shoulder pain, motion range deficit, age 45 – 65 year old, was included in this study. Chest AP X-ray was taken, AHD difference was measured. MRI of symptomatic shoulder was taken to confirm rotator cuff lesion. Chest AP X-ray also taken from healthy subject for significance comparison.

Statistical analysis was conducted using Spearman’s test, Independent Sample T-test and ROC curve. AHD difference correlates positively with presence of rotator cuff lesion in MRI among unilateral shoulder pain (coefficient 0,749 (p < 0,05)). AHD difference 1,05 mm detects at least partial supraspinatus tear with sensitivity 85,7 % and specificity 88,9%. AHD difference 1,75 mm detects a total supraspinatus tear with sensitivity 80% and specificity 90%. AHD difference on X-ray correlates with rotator cuff tear seen in MRI, and be considered as diagnostic aid in places where MRI is not available Key Words : Acromio-humeral distance, rotator cuff, shoulder pain.

ix

Page 10: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

10

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN ................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ................................................... iv

KATA PENGANTAR.......................................................................... v

ABSTRAK ......................................................................................... viii

ABSTRACT ....................................................................................... ix

DAFTAR ISI ...................................................................................... x

DAFTAR TABEL................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................... xiv

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................... 3

C. Hipotesis Penelitian ...................................................... 3

D. Tujuan Penelitian .......................................................... 3

E. Manfaat Penelitian ........................................................ 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................... 5

A. Anatomi dan Fisiologi Sendi Bahu................................ 5

B. Anatomi dan Biomekanik Rotator Cuff.......................... 7

C. Ruang Subakromial ..................................................... 9

D. Robekan Rotator Cuff .................................................. 10

x

Page 11: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

11

BAB III. KERANGKA KONSEP ................................................... 17

A. Kerangka Pemikiran .................................................... 17

B. Variabel Penelitian ....................................................... 18

C. Defenisi Operasional ................................................... 18

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN ......................................... 20

A. Desain Penelitian.......................................................... 20

B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................... 20

C. Populasi dan Sampel ................................................... 20

D. Alat dan Bahan ............................................................ 21

E. Prosedur Penelitian ..................................................... 22

F. Alur Penelitian .............................................................. 22

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 24

A. Hasil Penelitian ................................................................ 24

1. Karakteristik Sampel dan Kontrol ................................ 24

2. Korelasi antara Selisih Jarak Akromio-humerus dengan Temuan MRI bahu pada kelompok sampel ... 27

3. Perbedaan Selisih jarak akromio-humeral pasien dengan nyeri bahu dan pasien tanpa nyeri bahu (kontrol) ....................................................................... 28

4. Sensitivitas dan spesifisitas jarak akromio-humeral pada kelompok sampel terhadap temuan MRI bahu .. 28

B. Pembahasan .................................................................... 31

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 37

A. Kesimpulan ...................................................................... 37

B. Saran ................................................................................ 37

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 38

LAMPIRAN

xi

Page 12: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

12

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1. Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin ............. 24

Tabel 2. Karakteristik sampel berdasarkan usia ........................... 25

Tabel 3. Karakteristik sampel berdasarkan sisi bahu yang nyeri .. 25

Tabel 4. Karakteristik sampel berdasarkan Temuan pada MRI Bahu ............................................................................... 26

Tabel 5. Jarak akromio-humerus pada kelompok kontrol/asimtomatik......................................................... 26

Tabel 6. Uji Korelasi Spearman antara Selisih Jarak Akromio-humerus dengan Temuan MRI bahu .............................. 27

Tabel 7. Perbandingan Selisih jarak akromio-humeral sampel dan kontrol...................................................................... 28

Tabel 8. Koordinat kurva ROC grafik 1......................................... 29

Tabel 9. Koordinat kurva ROC grafik 2......................................... 30

Tabel 10. Koordinat kurva ROC grafik 3......................................... 31

xii

Page 13: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

13

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1. Sendi Bahu................................................................. 5

Gambar 2. Anatomi Rotator Cuff.................................................. 7

Gambar 3. Anatomi Rotator Cuff dilihat dari aspek superior ........ 7

Gambar 4. Anatomi Ruang Subakromial...................................... 9

Gambar 5. Pengukuran Jarak Akromion-Humerus ...................... 10

Gambar 6. Kaskade “lingkaran setan” lesi Rotator Cuff................. 12

Gambar 7. Robekan rotator cuff terdeteksi pada pemeriksaan MRI bahu.................................................................... 14

Gambar 8. Kurva ROC untuk menentukan robekan pada otot supraspinatus............................................................. 28

Gambar 9. Kurva ROC untuk menentukan robekan total otot supraspinatus atau robekan rotator cuff multipel........ 29

Gambar 10. Kurva ROC untuk menentukan robekan rotator cuff multipel....................................................................... 30

xiii

Page 14: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

14

DAFTAR SINGKATAN

JAH : Jarak Akromion Humerus

AHD : Acromion Humeral Distance

MRI : Magnetic Resonance Imaging

USG : Ultrasonografi

ROC : Receiver Operating Characteristic

xiv

Page 15: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nyeri bahu adalah masalah yang sering ditemukan pada

kehidupan sehari-hari. Prevalensi pasien yang mengeluhkan nyeri bahu

adalah sebesar dua pertiga dari populasi manusia (Luime J, 2004).

Setidaknya terdapat 1 persen orang dewasa yang datang ke praktek

dokter umum dengan keluhan nyeri bahu setiap tahunnya (Linsell L et

al., 2006). Selain keluhan nyeri bahu, pasien juga biasanya mengelukan

kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional tangan

sehari-hari (Murphy R and Carr A, 2011). Hal ini dikarenakan fungsi

ekstremitas atas adalah suatu kesatuan mulai dari bahu, lengan, siku,

pergelangan tangan dan tangan.

Cedera Rotator Cuff sering ditemukan dalam praktek klinik

orthopaedi (Linsell L et al., 2006), dan meliputi hampir 70 persen kasus

bahu dalam praktek klinik orthopaedi. Diagnosis Cedera Rotator Cuff

didapatkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

radiologis. Modalitas radiologi Magnetic Resonance Imaging (MRI)

adalah gold standard untuk menegakkan diagnosis Cedera Rotator Cuff.

Namun, MRI masih sulit tersedia di Indonesia Timur karena harganya

yang relatif mahal.

Page 16: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

2

Cedera Rotator Cuff dapat diprediksi melalui beberapa

pemeriksaan sinar-X yang sederhana, diantaranya adalah Jarak

Akromion-Humerus (Keener J.D et al., 2009; Saupe et al., 2006).

Meskipun begitu, MRI tetap menjadi gold standard (Franca F.O et al.,

2016). Pemeriksaan sinar-X yang sederhana dapat sangat membantu

praktisi orthopaedi di daerah-daerah yang tidak memiliki akses MRI,

dalam memprediksi kemungkinan cedera Rotator Cuff.

Pada penelitian oleh Saupe et al (2006), dan Mayerhoefer et al

(2009), dikatakan bahwa penyempitan Jarak Akromion-Humerus

berkorelasi secara signifikan dengan robekan Rotator Cuff dan

degenerasi otot yang bersangkutan. Penelitian lain mengatakan bahwa

Jarak Akromion-Humerus mencerminkan kondisi klinis pasien dengan

gangguan otot supraspinatus yang berada pada ruang subakromial

(Mayerhoefer et al., 2009). Namun, penelitian lain oleh Gumina et al

(2016), mengatakan bahwa Jarak Akromion-Humerus lebih banyak

dipengaruhi faktor genetik dibandingkan adaptif/lingkungan Gumina et al

(2015). Oleh sebab itu, pasien dengan Jarak Akromion-Humerus yang

sempit belum tentu mengalami cedera Rotator Cuff, sementara pasien

dengan Jarak Akromion-Humerus yang lebar belum tentu juga terbebas

dari cedera Rotator Cuff.

Oleh karena itu, kami memutuskan untuk meneliti selisih Jarak

Akromion-Humerus antara bahu yang simptomatik dan asimtomatik apakah

berkorelasi secara signifikan dengan cedera/ robekan Rotator Cuff.

Page 17: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

3

B. Rumusan Masalah

1. Apakah selisih Jarak Akromion-Humerus antara bahu yang simtomatik

dan bahu yang asimtomatik dapat memprediksi robekan Rotator Cuff

pada populasi nyeri bahu Makassar ?

2. Berapa nilai normal Jarak Akromion-Humerus pada bahu asimtomatik

pada populasi Makassar ?

C. Hipotesis Penelitian

Selisih Jarak Akromion-Humerus pada pemeriksaan sinar-X

antara bahu simtomatik dan bahu asimtomatik berkorelasi secara positif

dengan derajat robekan Rotator Cuff yang terdeteksi pada pemeriksaan

MRI.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk membuktikan korelasi selisih Jarak Akromion-Humerus

antara bahu yang simtomatik dan asimtomatik kaitannya dengan

robekan Rotator Cuff pada MRI pada pasien dengan nyeri bahu

unilateral di Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengukur selisih Jarak Akromion-Humerus pada pasien

dengan nyeri bahu unilateral.

Page 18: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

4

b. Untuk mengevaluasi korelasi antara selisih Jarak Akromion-

Humerus dengan robekan Rotator Cuff pada pemeriksaan MRI.

c. Untuk mengukur Jarak Akromion-Humerus normal pada populasi

Makassar.

d. Untuk menilai sensitivitas dan spesifitas selisih Jarak Akromion-

humerus terhadap robekan otot rotator cuff pada MRI bahu.

E. Manfaat Penelitian

1. Untuk mendapatkan informasi ilmiah (evidence based) mengenai

korelasi pemeriksaan X-ray bahu dengan MRI bahu, dalam

mendiagnosis cedera/robekan Rotator Cuff.

2. Membantu rekan-rekan yang bekerja di daerah dimana tidak memiliki

akses MRI untuk mendiagnosis cedera/ robekan Rotator Cuff.

3. Menemukan nilai normal Jarak Akromion-Humerus pada populasi

Makassar.

4. Sebagai acuan data untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan

dengan cedera/robekan Rotator Cuff; serta bermanfaat bagi

perkembangan ilmu orthopaedi secara khusus.

Page 19: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi dan Fisiologi Sendi Bahu

Bahu adalah sendi yang menghubungkan antara badan dengan

ekstremitas atas. Fungsi utama sendi bahu adalah untuk menggerakkan

lengan dan tangan ke segala posisi dalam hubungannya dengan tubuh.

Konsekuensinya, sendi bahu sangat dinamis, sehingga relatif tidak stabil

(Anonymous, 2013; Thompson J.C, 2010).

Sendi bahu terbagi menjadi 5 sendi, yaitu :

1. Sendi glenohumeral,

2. Sendi akromioklavikular,

3. Sendi sternoklavikular,

4. Sendi subakromial dimana terdapat ruang Akromion-Humerus yang

menjadi topik penelitian kami, adalah ruang antara dasar

korakoarkomial dengan aspek superior caput humerus.

5. Sendi skapulo-thorasik, yaitu sendi fungsional yang terbentuk

antara aspek anterior skapula dengan dinding posterior thoraks.

Page 20: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

6

Gambar 1. Sendi Bahu. (1) sendi glenohumeral, (2) sendi akromioklavikula, (3) sendi sternoklavikula, (4) sendi subakromial, (5) sendi skapulo-thorasik.

Sendi bahu memiliki arah gerakan yang luas, paling luas di

seluruh tubuh (Thompson J.C, 2010). Gerakan yang memungkinkan

pada sendi bahu antara lain :

1. Aksis horisontal : fleksi (0-170 derajat) dan ekstensi (0-60 derajat)

2. Aksis sagittal : adduksi dan abduksi (0-180 derajat)

3. Aksis vertikal : eksternal rotasi (hingga 70 derajat) dan internal

rotasi (hingga vertebra thorakal) (Thompson J.C, 2010).

Ketika pasien melakukan elevasi lengan, gerakan awal melibatkan

sendi glenohumeral, kemudian pada skapula akan mengikuti dengan

cara rotasi secara berkesinambungan. Dikatakan oleh Wallace et al

bahwa setiap 2 derajat elevasi glenohumeral, akan diikuti 1 derajat rotasi

skapula. Gerakan ini disebut ritme skapulo-humeral (Anonymous, 2013).

Setiap gerakan pada sendi bahu memiliki otot-otot yang

bertanggung jawab atas gerakan tersebut :

• Adduksi : m. Teres minor dan m. Teres mayor, m. Pectoralis mayor

dan m. Lattisimus dorsi.

• Abduksi : m. Supraspinatus dan m. Deltoid.

Page 21: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

7

• Internal Rotasi : m. Teres mayor, m. Pectoralis mayor, m.

Subscapularis dan m. Latissimus dorsi.

• Eksternal Rotasi : m. Infraspinatus, m. Teres minor.

• Fleksi : m. Coracobrachialis, m. Pectoralis mayor, m. Deltoid, m.

Subscapularis, m. Biceps brachii.

B. Anatomi dan Biomekanik Rotator Cuff

Rotator Cuff adalah kompleks empat otot yang ber-origo dari

skapula dan memiliki insersi pada tuberositas humerus. Rotator cuff

terdiri dari : 1) m. Teres minor, 2) m. Supraspinatus, 3) m. Infraspinatus

dan 4) m. Subscapularis (DeFranco M.J & Cole B.J, 2009). Meskipun

otot-otot ini secara superfisial saling terpisah, pada bagian dalam,

mereka saling bergabung satu sama lain bersama dengan kapsul di

bawahnya dan tendon biceps kaput longus.

Gambar 2. Anatomi Rotator Cuff. (1) bursa subdeltoid, (2) m. Teres mayor, (3) m. Subscapularis, (4) m. Supraspinatus, (5) m. Infraspinatus, (6) m. Teres minor, (7) tendon biceps kaput longum.

Page 22: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

8

Gambar 3. Anatomi Rotator Cuff dilihat dari aspek superior.

Pada gambar di atas tampak tiga otot rotator cuff yaitu m.

Subscapularis di anterior, m. Supraspinatus di superior dan m.

Infraspinatus di posterior. M. Teres minor tidak tampak pada gambar di

atas.

Otot-otot rotator cuff saling berhubungan satu dengan lainnya, dan

dikarenakan oleh lokasinya yang unik, rotator cuff memiliki fungsi

sebagai berikut :

• Memutar humerus sesuai dengan posisi skapula.

• Memberikan stabilitas sendi glenohumeral dengan menekan caput

humerus terhadap fossa glenoid, menguncinya pada posisi yang

aman sementara tetap menjaga mobilitas sendi glenohumeral.

• Memberikan keseimbangan otot. Otot rotator cuff bekerja secara

sinergistik dan antagonistik untuk menciptakan gerakan dengan

satu arah tertentu. Untuk fungsi ini juga rotator cuff bekerja sama

dengan otot lain seperti m. Deltoid, m. Latissimus dorsi, m.

Pectoralis mayor, m. Pectoralis minor.

• Berperan sebagai stabilisator dinamik sendi glenohumeral.

Page 23: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

9

Persarafan otot-otot rotator cuff berasal dari : 1) n.

Suprascapularis (untuk m. Supraspinatus dan m. Infraspinatus), 2) n.

Axillaris (untuk m. Teres minor), dan 3) n. Subscapularis superior et

inferior (untuk m. Subscapularis). Vaskularisasi otot-otot rotator cuff

berasal dari cabang-cabang a. dan v. Subclavia.

C. Ruang Subakromial

Ruang Subakromial adalah rongga yang terdapat di antara

akromion dan caput humerus. Rongga ini berisi bursa subakromial dan

tendon dari m. Supraspinatus. Penyempitan dari ruang ini tercermin dari

berkurangnya jarak Akromion-Humerus pada pemeriksaan sinar-X bahu

proyeksi anteroposterior (AP).

Gambar 4. Anatomi Ruang Subakromial. (1) Akromion, (2) m. Supraspinatus, (3) m. Deltoid, (4) Bursa subakromial, (5) klavikula, (6) humerus, (7) skapula.

Mekanisme berkurangnya jarak Akromio-humerus pada cedera

Rotator Cuff belum dapat dijelaskan sepenuhnya. Dugaan penyebab

Page 24: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

10

berkurangnya jarak Akromio-humerus yaitu akibat : (Franca F.O et al.,

2016)

• Traksi deltoid ke arah superior tanpa adanya tahanan dari otot

Rotator Cuff yang sudah cedera.

• Kegagalan fungsi m. Infraspinatus.

• Robekan m. supraspinatus yang menyebabkan volume ruang

subakromial mengecil.

Pengukuran jarak Akromion-Humerus dapat dilihat pada gambar

5. Jarak Akromion-Humerus adalah jarak terdekat/ tersempit antara

batas inferior korteks akromion dan kaput humerus (Petersson C.J &

Redlund-Johnell I, 1984).

Gambar 5. Pengukuran Jarak Akromion-Humerus. (panah) Jarak terdekat/ tersempit antara batas inferior korteks akromion dan kaput humerus (Petersson C.J & Redlund-Johnell I, 1984).

D. Robekan Rotator Cuff

1. Patofisiologi

Robekan pada Rotator cuff menandakan bahwa proses patologi

rotator cuff sudah tahap lanjut. Rotator cuff yang sebelumnya hanya

mengalami inflamasi kemudian akan mengalami fibrosis progresif dan

Page 25: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

11

akan robek, dapat secara parsial maupun total (partial-thickness atau full-

thickness). Pasien umumnya berusia di atas 45 tahun dan mengeluhkan

nyeri bahu berulang dengan intesitas nyeri yang progresif, disertai

kekakuan bahu (Pavlou P & Cole A, 2010).

Robekan parsial (partial tears) dapat terjadi di dalam tendon atau

pada permukaan tendon. Robekan total (full thickness tears) dapat terjadi

setelah lama mengalami tendinitis kronik, namun dapat juga terjadi

setelah mengalami trauma pada bahu. Ada nyeri bahu akur dan pasien

tidak dapat melakukan abduksi bahu. Abduksi bahu dapat dilakukan

secara pasif, namun terbatas nyeri. Jika diagnosis masih meragukan,

nyeri dapat dihilangkan dengan injeksi anestetik lokal ke ruang

subakromial. Jika abduksi aktif dapat dilakukan, robekan mungkin hanya

parsial, namun jika samas sekali abduksi aktif tidak dapat dilakukan,

robekan adalah total.

Jika cedera terjadi setelah beberapa minggu, kedua tipe mudah

untuk dibedakan. Pada robekan total, nyeri telah berkurang dan abduksi

aktif tidak dapat dilakukan sehingga pasien berusaha untuk mengangkat

bahu dengan meninggikan bahu (shrug). Namun abduksi pasif penuh dan

ketika lengan telah diangkat, pasien dapat menahannya di atas dengan

menggunakan otot deltoid. Inilah disebut sebagai “abduction paradox”.

Ketika pasien menurunkan tangannya, maka tangannya langsung jatuh

(“drop arm sign”).

Pada kasus robekan rotator cuff yang lama, akan memicu

Page 26: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

12

osteoarthritis sekunder dan semakin memperberat rentang gerakan bahu.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lesi rotator cuff yaitu proses

degeneratif yang dipicu trauma berulang akan menyebabkan reaksi

vaskuler yang pada akhirnya akan menjepit tendon. Jepitan ini

meningkatkan risiko robekan tendon. Robekan tendon meningkatkan

risiko osteoarthritis.

Gambar 6. Kaskade “lingkaran setan” lesi Rotator Cuff (Pavlou P & Cole A, 2010)

2. Pemeriksaan Fisik

Untuk mendiagnosis robekan rotator cuff, selain melakukan

anamnesis seperti yang telah dijelaskan di atas, perlu dilakukan

pemeriksaan fisik, yaitu dengan inspeksi (apakah ada atrofi, scar),

palpasi (apakah ada nyeri tekan), pemeriksaan rentang gerakan bahu

(fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, eksternal rotasi, internal rotasi) dan

sejumlah uji spesifik.

Uji Spesifik yang umumnya dilakukan antara lain :

Page 27: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

13

a. Supraspinatus – empty can test (Jobe test). Pasien melakukan fleksi

bahu ke depan tangan dengan posisi ibu jari menghadap ke inferior.

Adanya nyeri menandakan uji yang positif.

b. Infraspinatus – resisted external rotation. Pasien berdiri dengan

merapatkan kedua lengannya ke tubuh dan siku dalam posisi fleksi

90 derajat. Pasien diinstruksikan untuk menalkukan eksternal rotasi

kedua lengan disertai tahanan oleh pemeriksa. Nyeri menandakan uji

yang positif.

c. Infraspinatus dan posterior cuff – the lag sign dan drop sign. Untuk

eksternal rotasi lag sign, lengan pasien diangkat sedikit menjauhi

tubuh dan ditempatkan pada posisi eksternal rotasi penuh. Uji positif

yaitu jika pasien tidak dapat mempertahankan posisi tersebut dan

membiarkan lengan jatuh ke posisi yang neutral. Hal ini menandakan

robekan pada m. infraspinatus dan m. supraspinatus. Drop sign –

pemeriksa mengangkat dan menempatkan lengan pada posisi

abduksi 90 derajat, siku pada 90 derajat dan lengan eksternal rotasi

penuh; ketika pemeriksa melepaskan lengannya, pasien biasanya

dapat menahan posisi tersebut, namun jika lengannya jatuh

menandakan uji yang positif. Uji Hal ini tampak pada robekan

infraspinatus dan teres minor.

d. Subscapularis – the lift off test. Pasien diminta untuk berdiri dan

menampatkan satu lengan dibelakang punggung dengan punggung

tangan merapat pada punggung bawah. Pemeriksa kemudian

Page 28: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

14

mengangkat tangan ke belakang dan pemeriksa menahannya.

Ketidakmampuan dan nyeri untuk mengangkat tangan menandakan

uji yang positif. Hal ini digunakan untuk mendeteksi robekan m.

subscapularis.

3. Pemeriksaan Radiologis

Untuk menunjang diagnosis robekan rotator cuff, diperlukan

pemeriksaan radiologis sebagai berikut :

a. Pemeriksaan sinar-X bahu. Pemeriksaan sinar-X bahu umumnya

normal pada gangguan tahap awal, namun pada tendinitis kronik dapat

ditemukan sklerosis dan kista pada insersi rotator cuff di tuberkulum

mayor. Osteoarthritis sendi Akromioklavikular banyak ditemukan pada

orang tua. Kadang dapat juga dilihat kalsifikasi tendon supraspinatus

(Petersson C.J & Redlund-Johnell I, 1984). Dapat juga ditemukan

penyempitan jarak Akromion-Humerus atau Migrasi superior dari kaput

humerus (Keener J.D et al., 2009; Saupe et al., 2006).

b. Magnetic resonance imaging (MRI). MRI dapat secara efektif dan

akurat memperlihatkan struktur pada bahu dan memberikan informasi

yang adekuat. Labrum, kapsul dan otot sekitar dapat dilihat dengan

jelas. Namun harus diingat bahwa hingga 1/3 individu asimtomatik

memiliki kelainan pada pemeriksaan MRI. Perubahan MRI harus

dikonfirmasi dengan pemeriksaan klinis (Pavlou P & Cole A, 2010).

Page 29: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

15

Gambar 7. Robekan rotator cuff terdeteksi pada pemeriksaan MRI bahu. (panah) menunjukkan daerah robekan pada insersi m. supraspinatus.

c. Ultrasonografi (USG). USG memiliki akurasi mendekati MRI untuk

mendeteksi dan mengukur robekan parsial atau total. Namun

kerugiannya adalah tidak mampu mendeteksi sisa robekan otot.

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan robekan rotator cuff dibagi menjadi 2 jenis,

yaitu: 1) konservatif dan 2) operatif.

a. Penatalaksanaan konservatif

pada kasus dengan nyeri dan disabilitas ringan umumnya self-

limiting dan gejala hilang setelah aktivitas pencetus dihilangkan.

Pasien harus diajari cara menghindari posisi yang menjepit rotator

cuff. Fisioterapi dapat berguna untuk mengurangi gejala. Obat anti

inflamasi non steroid dapat mengurangi gejala sementara gejala

berkurang juga melalui istirahat. Jika metode-metode ini gagal maka

diperlukan injeksi kortikosteroid ke dalam ruang subakromial.

Umumnya pasien memerlukan modifikasi aktivitas dan pemantauan

gejala selama 6 bulan sebelum kembali ke aktivitas penuh.

Page 30: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

16

Pemberian beban yang terburu-buru akan mencetuskan serangan

lainnya (Pavlou P & Cole A, 2010).

b. Penatalaksanaan bedah

Indikasi untuk terapi bedah adalah nyeri yang tidak berkurang

setelah 3 terapi konservatif 3 bulan, atau jika gejala kambuh secara

menetap setelah periode terapi. Hal ini ditujukan untuk mengurangi

konsumsi obat-obatan dan imobilisasi lama pada modalitas

konservatif. Terutama jika memang ditemukan robekan rotator cuff

(parsial atau total) pada usia muda (Pavlou P & Cole A, 2010).

Terapi pembedahan yang dapat dilakukan antara lain :

1. Akromioplasti terbuka

2. Akromioplasti arthroskopik

3. Repair rotator cuff terbuka

4. Repair rotator cuff arthroskopik

Page 31: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

17

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Usia

Nyeri bahu unilateral dan kekakuan bahu

Selisih Jarak Akromion-Humerus

Robekan rotator cuff pada

pemeriksaan MRI

Pemeriksaan sinar-X dan MRI bahu

Page 32: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

18

Variabel Kendali Variabel Bebas

Variabel Tergantung Variabel moderator

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas: Selisih Jarak Akromion-Humerus

2. Variabel tergantung: robekan rotator cuff pada MRI

3. Variabel moderator: pemeriksaan sinar-X dan MRI

4. Variabel kendali: nyeri bahu unilateral dan kekakuan bahu pada

Populasi Makassar; dan usia.

C. Definisi Operasional

1. Jarak Akromion-Humerus : Jarak tersempit antara batas korteks

inferior akromion dengan batas superior humerus secara tangensial

2. Selisih Jarak Akromion-Humerus : Selisih antara Jarak Akromion-

Humerus sisi asimtomatik dengan Jarak Akromion-Humerus sisi

simtomatik.

3. Robekan rotator cuff : ditemukannya robekan salah satu dari otot

rotator cuff pada pemeriksaan MRI (supraspinatus, infraspinatus,

subscapularis atau teres minor).

Page 33: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

19

4. Pemeriksaan X-ray bahu : Pemeriksaan X-ray bahu AP tegak,

dengan posisi lengan pada posisi netral, simetris (abduksi ringan 10 -

20 derajat), difoto dengan jarak beam 100 cm.

5. Pemeriksaaan MRI bahu : Pemeriksaan MRI bahu dengan mode T1

dan T2 potongan koronal, sagittal dan aksial berpusat pada sendi

glenohumeral yang sakit.

6. Nyeri bahu Unilateral : nyeri bahu satu sisi, dimana sisi yang

kontralateral tidak memiliki keluhan nyeri ataupun kekakuan.

7. Kekakuan bahu Unilateral : Suatu bahu dikatanya kaku jika rentang

geraknya lebih rendah dibandingkan dengan rentang gerak sisi

kontralateralnya yang tidak memiliki keluhan nyeri.

Page 34: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

20

Page 35: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

21

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Cross sectional.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Makassar, September 2016 – Juli 2017.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah pasien dengan nyeri dan kekakuan

bahu unilateral.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah pasien dengan nyeri dan kekakuan

bahu unilateral setidaknya 3 bulan, yang datang ke praktek klinik

orthopaedi usia 45 tahun – 65 tahun.

3. Besar Sampel dan Kontrol

Besar sampel yang diharapkan pada penelitian ini adalah 30

pasien. Besar populasi kontrol yang diharapkan pada penelitian ini

adalah 30 pasien.

Page 36: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

22

4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria Inklusi

1) Pria atau Wanita usia 45 – 65 tahun.

2) Nyeri bahu unilateral disertai defisit rentang gerak bahu.

3) Durasi keluhan setidaknya 3 bulan

4) Tidak memiliki riwayat gangguan neurologis ekstremitas atas.

b. Kriteria Eksklusi

1) Tidak menyelesaikan pemeriksaan sinar-X dan MRI bahu.

2) Keluhan nyeri dan kekakuan bahu bilateral

3) Ditemukan tanda fraktur baru atau fraktur lama sekitar bahu

pada pemeriksaan radiologis.

4) Melakukan aktivitas bahu berlebihan sebelum melakukan

pemeriksaan radiologis.

D. Alat dan Bahan

1. Rekam Medis pasien

2. Neon box/ light box

3. Film sinar-X bahu bilateral

4. Film MRI bahu

5. MRI machine 1,5 T GE BRIVO MR 3551

6. GE X-ray VILLIA S.M. G100 Rad 50 KV

7. Software Radiologi RADIANT DICOM viewer 4.0.3, FCR PICO system

8. Laptop ASUS X201E

Page 37: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

23

9. SPSS versi 22

E. Prosedur Penelitian

1. Cara Kerja

Diagram Alur dan Cara Kerja Penelitian

F. Alur Penelitian

1. Pasien yang datang ke Poliklinik Orthopaedi dengan nyeri bahu

unilateral akan diperiksa secara anamnesis, pemeriksaan fisik dan uji

provokatif untuk robekan rotator cuff.

2. Pasien dijelaskan untuk dilakukan pemeriksaan radiologis berupa

sinar-X dan MRI bahu serta efek samping pemeriksaan tersebut.

3. Profil pasien dicocokkan dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pasien

yang memenuhi kriteria akan dimasukkan kelompok sampel.

Page 38: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

24

4. Pasien yang telah melengkapi pemeriksaan sinar-X thorax AP tampak

2 bahu dan MRI bahu akan diukur beberapa hal: 1) jarak Akromion-

Humerus bahu asimtomatik; 2) jarak Akromion-Humerus bahu

simtomatik; 3) selisih kedua jarak 1) dan 2); 4) Ada/ tidak robekan

rotator cuff pada pemeriksaan MRI bahu.

5. Pasien yang termasuk kelompok kontrol (tanpa keluhan bahu)

dilakukan pemeriksaan sinar-X tampak 2 bahu. Kemudian jarak

akromio-humerus kedua bahu diukur dan dihitung selisihnya.

6. Uji deskriptif untuk jenis kelamin, usia, nyeri bahu, dan temuan MRI.

7. Uji Komparasi (Independent Sample T test) jarak Akromion-humerus

kanan dan kiri, terhadap jenis kelamin, pada populasi kontrol.

8. Analisa statistik komparatif (Independent Sample T test) perbedaan

selisih jarak akromion-humerus antara kelompok sampel dan kelompok

kontrol.

9. Analisa statistik untuk menilai korelasi (uji Spearman) selisih jarak

Akromion-Humerus dengan temuan robekan rotator cuff pada MRI

bahu, dan menilai kemampuan prediktif jarak Akromion-Humerus

terhadap robekan rotator cuff pada MRI bahu.

10. Analisa kurva ROC untuk menilai sensitivitas dan spesifisitas selisih

jarak akromion-humerus untuk mendeteksi robekan rotator cuff pada

MRI bahu.

Page 39: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

25

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan data yang dikumpulkan dari pasien

yang datang ke poliklinik Ortopaedi RS Awal Bros Makassar dengan

nyeri bahu unilateral periode September 2016 hingga Juli 2017.

Didapatkan 30 subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Selain

itu, dikumpulkan juga sebanyak 30 pasien kontrol untuk penelitian ini.

1. Karakteristik Sampel dan Kontrol

Karakteristik subjek penelitian dan kontrol yang meliputi jenis

kelamin, usia, sisi bahu yang nyeri, dan temuan MRI dapat dilihat

pada Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 1. Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin

Kelompok Jenis Kelamin n %

Sampel Laki-laki 14 46.7%

Perempuan 16 53.3%

Total 30 100.0%

Kontrol Laki-laki 15 50.0%

Perempuan 15 50.0%

Total 30 100.0%

Page 40: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

26

Berdasarkan Tabel 1, didapatkan bahwa subjek penelitian

perempuan berjumlah sedikit lebih bantak dibandingkan subjek

penelitian laki-laki, dengan selisih 2 subjek. Untuk kelompok kontrol

diambil dengan jumlah yang sama yaitu masing-masing jenis kelamin

15 orang.

Tabel 2. Karakteristik sampel berdasarkan usia

Kelompok n Min

(tahun) Max

(tahun) Mean

(tahun) SD

(tahun)

Sampel 30 45 65 54.63 6.489

Kontrol 30 46 65 55.23 6.196

Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa rata-rata umur subjek

penelitian yaitu 54 (±6) tahun dengan rentang usia dari 45 tahun

sampai dengan 65 tahun. Sedangkan rata-rata umur kontrol yaitu 55

tahun (±6) tahun dengan rentang usia dari 46 tahun sampai dengan

65 tahun.

Tabel 3. Karakteristik sampel berdasarkan sisi bahu yang nyeri

Sisi bahu yang nyeri n %

Kiri 12 40.0%

Kanan 18 60.0%

Total 30 100.0%

Page 41: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

27

Tabel 4. Karakteristik sampel berdasarkan Temuan pada MRI Bahu

Temuan MRI bahu n %

Tidak ada robekan rotator cuff 9 30.0%

Robekan supraspinatus parsial 11 36.7%

Robekan supraspinatus total 3 10.0%

Robekan rotator cuff multipel 7 23.3%

Total 30 100.0%

Berdasarkan Tabel 3 dan 4, tampak bahwa subjek penelitian

dengan nyeri bahu kanan lebih banyak (18 subjek) daripada nyeri

bahu kiri (12 subjek). Berdasarkan temuan nyeri bahu, kategori

robekan supraspinatus parsial adalah yang paling banyak, diikuti

kategori tidak ada robekan rotator cuff, robekan supraspinatus total

dan robekan rotator cuff multipel.

Tabel 5. Jarak akromio-humerus pada kelompok kontrol/asimtomatik

Variabel Jenis Kelamin n Mean (mm)

SD (mm) p*

Laki-laki 15 10.17 1.32 Jarak Akromio-

humerus Bahu

Kanan

perempuan 15 9.12 0.80

0,016

Laki-laki 15 9.98 1.55 Jarak Akromio-

humerus Bahu Kiri perempuan 15 8.94 0.62 0,027

*,menggunakan Uji Independent Sampe T, Signifikan bila p < 0,05

Berdasarkan Tabel 5, tampak bahwa pada populasi laki-laki

normal usia 45-65 tahun, rata-rata jarak akromio-humerus bahu

kanan adalah 10,17 ± 1,32 mm, bahu kiri adalah 9,98 ± 1,55 mm.

Page 42: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

28

sementara pada populasi perempuan normal usia 45-65 tahun, rata-

rata jarak akromio-humerus bahu kanan adalah 9,12 ± 0,8 mm, bahu

kiri adalah 8,94 ± 0,62 mm. Jarak akromio-humerus pria dan wanita

berbeda secara signifikan (p = 0,016 untuk bahu kanan, dan p =

0,027 untuk bahu kiri).

2. Korelasi antara Selisih Jarak Akromio-humerus dengan Temuan

MRI bahu pada kelompok sampel

Tabel 6. Uji Korelasi Spearman antara Selisih Jarak Akromio-humerus dengan Temuan MRI bahu

Variabel Selisih Jarak

Akromio-humeral

Temuan MRI bahu

Koefisien korelasi 1.000 0,749** p (1-tailed) . 0,000

Selisih Jarak Akromio-humeral N 30 30

Koefisien korelasi 0,749** 1.000

p (1-tailed) 0,000 .

Spearman'

s rho

Temuan MRI bahu

N 30 30

**. Korelasi termasuk signifikan pada tingkat 0.01 (1-tailed).

Pada Tabel 5, tampak bahwa dengan uji Spearman ditemukan

korelasi positif antara selisih jarak akromio-humeral dengan temuan

pada MRI bahu. Artinya semakin besar jarak akromio-humeral,

semakin berat derajat robekan yang ditemukan pada MRI bahu yang

nyeri. Koefisien korelasi adalah 0,749 menandakan bahwa kedua hal

ini berkorelasi kuat (rentang untuk korelasi kuat adalah (0,50 – 0,75)

secara signifikans dengan p < 0.05 (0,000).

Page 43: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

29

3. Perbedaan Selisih jarak akromio-humeral pasien dengan nyeri bahu dan pasien tanpa nyeri bahu (kontrol)

Tabel 7. Perbandingan Selisih jarak akromio-humeral sampel dan kontrol

Kelompok N Mean (mm) SD (mm) p

Sampel 30 1.42 0.85 Selisih jarak akromio-humeral Kontrol 30 0.82 0.38

0.001

Pada Tabel 6, ditemukan bahwa rata-rata selisih jarak

akromio-humeral pada subjek penelitian (sampel) adalah 1.42 mm

(±0.85mm) dan rata-rata selisih jarak akromio-humeral pada kontrol

adalah 0.25 mm (±0.18mm). Selisih jarak akromio-humeral subjek

dan kontrol berbeda secara signifikan dengan p < 0.05 (0.001).

4. Sensitivitas dan spesifisitas jarak akromio-humeral pada

kelompok sampel terhadap temuan MRI bahu.

Gambar 8. Kurva ROC untuk menentukan robekan pada otot supraspinatus.

Page 44: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

30

Dari hasil analisis kurva ROC pada Grafik 1, diperoleh cut off

point sebesar 1,05 mm. Selisih jarak akromio-humeral sebesar 1,05

mm memiliki sensitivitas sebesar 85.7% dan spesifisitas 89.9% untuk

menentukan robekan otot supraspinatus pada MRI bahu (total, parsial

ataupun multipel).

Tabel 8. Koordinat kurva ROC grafik 1

Selisih jarak akromio-humeral (mm) Sensitivitas 1 - Spesifisitas

0.75 0.952 0.333

1.05 0.857 0.111

1.25 0.762 0.111

1.45 0.714 0.111

1.60 0.524 0.000

Gambar 9. Kurva ROC untuk menentukan robekan total otot supraspinatus atau robekan rotator cuff multipel.

Page 45: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

31

Dari hasil analisis kurva ROC pada Grafik 2, diperoleh cut off

point sebesar 1,75 mm. Selisih jarak akromio-humeral sebesar 1,75

mm memiliki sensitivitas sebesar 80.0% dan spesifisitas 90.0% untuk

menentukan robekan total supraspinatus atau robekan rotator cuff

multipel pada MRI bahu.

Tabel 9. Koordinat kurva ROC grafik 2

Selisih jarak akromio-humeral (mm) Sensitivitas 1 - Spesifisitas

1.05 0.900 0.500

1.25 0.900 0.400

1.45 0.900 0.350

1.60 0.800 0.150

1.75 0.800 0.100 1.85 0.700 0.100

Gambar 10. Kurva ROC untuk menentukan robekan rotator cuff multipel.

Page 46: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

32

Dari hasil analisis kurva ROC pada Grafik 3, diperoleh cut off

point sebesar 1,75 mm. Selisih jarak akromio-humeral sebesar 1,75

mm memiliki sensitivitas sebesar 71.4% dan spesifisitas 78.3% untuk

menentukan robekan rotator cuff multipel pada MRI bahu.

Tabel 10. Koordinat kurva ROC grafik 3

Selisih jarak akromio-humeral (mm) Sensitivitas 1 - Spesifisitas

1.05 0.857 0.565

1.25 0.857 0.478

1.45 0.857 0.435

1.60 0.714 0.261

1.75 0.714 0.217

1.85 0.571 0.217

B. Pembahasan

Robekan pada tendon rotator cuff dapat menyebabkan

penyempitan Jarak Akromio-Humerus. Saupe dkk, menyebutkan bahwa

ukuran robekan dan degenerasi otot rotator cuff mempengaruhi derajat

penyempitan tersebut, terutama pada robekan otot infraspinatus (Saupe

et al., 2006). Penelitian lain mengatakan bahwa robekan otot

supraspinatus lebih berperan dalam menentukan derajat penyempitan

(Mayerhoefer M.E et al., 2009). Terlepas dari semua itu, Gumina et al

(2016), meneliti jarak akromio-humerus pada subjek-subjek kembar yang

dikaitkan dengan pekerjaan mereka, mengatakan bahwa Jarak Akromio-

Page 47: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

33

Humerus lebih banyak dipengaruhi faktor genetik dibandingkan faktor

pekerjaan/adaptif/lingkungan.

Peneliti berpendapat sama dengan apa yang dikatakan Gumina

dkk. Peneliti berasumsi bahwa jarak akromio-humeral fisiologis/ normal

setiap orang adalah individual. Ada kalanya pasien memiliki jarak

akromiohumeral yang kecil namun tidak mengalami robekan rotator cuff,

namun ada juga kalanya pasien memiliki jarak akromiohumeral yang

besar namun mengalami robekan rotator cuff. Sehingga, memutuskan

untuk mengkaji selisih antara jarak akromio-humeral bahu yang nyeri

(simtomatik) dengan yang tidak nyeri (asimtomatik), daripada hanya

mengkaji sisi bahu yang nyeri tanpa pembanding.

Subjek penelitian kami memiliki rata-rata usia yang relatif sama

dengan kontrol (54 ± 6 tahun untuk kelompok subjek vs 55 ± 6 tahun

untuk kelompok kontrol). Hal ini menyerupai dengan penelitian deskriptif

oleh Petersson dimana usia rata-rata penderita robekan otot

supraspinatus adalah 55 tahun.

Jumlah nyeri bahu kanan lebih banyak daripada nyeri bahu kiri

dengan perbandingan 2:3. Hal ini mungkin disebabkan dominansi tangan

kanan yang lebih sering dibandingkan dominansi tangan kiri (kidal).

Sedangkan untuk temuan MRI bahu, didapatkan jumlah robekan

supraspinatus parsial lebih banyak (11 subjek), diikuti tanpa robekan

rotator cuff (9 pasien), robekan rotator cuff multipel (7 pasien) dan

robekan supraspinatus total (3 pasien). Namun dikategorikan sebagai

Page 48: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

34

tanpa robekan dan dengan robekan, maka jumlahnya adalah 9 pasien

tanpa robekan vs 21 pasien dengan robekan.

Pada populasi Makassar, rata-rata jarak akromio-humeral pada

laki-laki normal yaitu 10,17 ± 1,32 mm pada bahu kanan dan 9,98 ± 1,55

mm pada bahu kiri. Sedangkan pada perempuan normal adalah 9,1 ± 0,8

mm pada bahu kanan dan 8,9 ± 0,62 mm pada bahu kiri. Secara statistik

perbedaan ini signifikan (p = 0.016 untuk bahu kanan, dan p = 0,027

untuk bahu kiri). Temuan kami mendekati dengan temuan peneliti

sebelumnya. Petersson C.J and Redlund-Johnell I (1984), pada

penelitiannya menyatakan bahwa rata-rata jarak akromio-humeral 10,2

mm pada laki-laki dan 9,5 mm pada perempuan dengan rentang jarak

6,6-13,8 mm pada laki-laki dan 7,1-11,9 mm pada perempuan.

Penjelasan yang mungkin untuk perbedaan ini adalah, karena ukuran

tendon dan otot rotator cuff pada laki-laki lebih besar dari pada

perempuan mencerminkan bentuk badan laki-laki yang secara umum

lebih besar dibandingkan perempuan, dan beban kerja bahu kanan lebih

besar dibandingkan bahu kiri sehingga tendon dan otot rotator cuff relatif

lebih hipertrofik/besar dan menghasilkan jarak akromio-humeral yang

lebih besar.

Hipotesis kami adalah selisih Jarak Akromio-Humerus pada

pemeriksaan sinar-X antara bahu simtomatik dan bahu asimtomatik

berkorelasi secara positif dengan derajat robekan Rotator Cuff yang

terdeteksi pada pemeriksaan MRI. Sejauh ini belum ada penelitian yang

Page 49: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

35

mengkaji selisih jarak akromio-humerus dalam kaitannya dengan kondisi

rotator cuff. Pada uji Spearman ditemukan korelasi positif antara selisih

jarak akromio-humeral dengan temuan pada MRI bahu. Artinya semakin

besar jarak akromio-humeral, semakin berat derajat robekan yang

ditemukan pada MRI bahu yang nyeri. Koefisien korelasi adalah 0,749

menandakan bahwa kedua hal ini berkorelasi kuat (rentang untuk

korelasi kuat adalah (0,70 – 0,89) secara signifikan dengan p < 0.05

(0,000). Hipotesis kami terbukti pada penelitian ini.

Penelitian oleh Keener dkk, menemukan bahwa migrasi humerus

ke arah proksimal berkorelasi secara signifikan jumlah robekan otot

rotator cuff (1,01 ± 1,5 mm pada otot supraspinatus dan infrapinatus vs -

0,09 ± 1,5 mm pada otot supraspinatus saja) pada nyeri bahu dengan

VAS lebih dari 5 (Keener J.D et al., 2009). Menurut kami, migrasi

humerus ke arah proksimal relatif dapat disamakan dengan selisih jarak

akromio-humerus pada pasien dengan catatan kelainan fisiologi anatomi

adalah unilateral.

Saupe et al (2006), menyatakan bahwa penyempitan jarak

akromio-humeral reliabel untuk menilai robekan rotator cuff. Penelitian

tahun 1970 oleh Weiner and Macnab (1970), mengatakan bahwa AHD

pada bahu yang normal rata-rata 10,5 mm, dimana pada bahu yang

mengalami robekan rotator cuff hanya 8,2 mm. sementara itu penelitian

lain ada yang menggunakan cut off di bawah 7 mm sebagai bukti

robekan total rotator cuff. Sementara Petersson C.J and Redlund-Johnell

Page 50: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

36

I (1984), menggunakan cut off di bawah 6 mm untuk menentukan adanya

robekan tendon supraspinatus.

Berdasarkan analisa kurva ROC (receiver operating characteristic)

pada penelitian kami, didapatkan bahwa dengan cut off selisih jarak

akromio-humeral sebesar 1,05 mm, variabel ini memiliki sensitivitas

85,7% dan spesifisitas 89,9% untuk mendeteksi robekan apapun pada

MRI bahu simptomatik. Secara statistik hal ini sangat berguna, namun

menurut kami, pada penerapannya, hal ini kurang applicable karena

membandingkan jarak sebesar 1 mm secara akurat dengan mata

telanjang menggunakan mistar relatif sulit.

Selisih Jarak akromio-humeral memiliki sensitivitas sebesar 80,0%

dan spesifisitas 90,0% untuk menentukan robekan total supraspinatus

atau robekan rotator cuff multipel pada MRI bahu dengan Cut off 1,75

mm. Selisih Jarak akromio-humeral juga memiliki sensitivitas sebesar

71,4% dan spesifisitas 78,3% untuk menentukan robekan rotator cuff

multipel pada MRI bahu dengan cut off 1,75 mm. Kita lihat bahwa selisih

jarak akromio-humeral lebih akurat mendeteksi/ menyingkirkan adanya

robekan total otot supraspinatus dibandingkan mendeteksi robekan otot

lainnya. Dari temuan-temuan ini dapat kita simpulkan bahwa

kemungkinan otot supraspinatus lebih berperan dalam menentukan

tinggi akromio-humeral. Hal ini kontradiktif dengan temuan Saupe et al

(2006), dimana infraspinatus disimpulkan lebih berperan dalam

menentukan jarak akromio-humeral. Sementara Keener et al (2009),

Page 51: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

37

menyebutkan bahwa supraspinatus dan infraspinatus bersama-sama

berperan dalam menentukan penyempitan Jarak acromion-humerus.

Kami mencatat beberapa kekurangan pada penelitian kami. Salah

satunya yaitu, pengukuran dengan sofware di monitor radiologi relatif

operator dependent dimana titik-titik pengukuran secara manual

ditentukan dengan pointer mouse. Subjek penelitian kami hanya 30

pasien dimana dibutuh penelitian dengan sampel yang lebih besar untuk

medapatkan hasil yang lebih akurat dan reliabel. Berkaitan dengan hal

itu, kami tidak dapat mengevaluasi pasien yang mengalami robekan

pada otot teres minor saja, infraspinatus saja dan subscapularis saja

dikarenakan tidak ada subjek penelitian yang mengalami hal tersebut.

Peneliti juga tidak menyingkirkan pengaruh osteoartritis sendi bahu

dikarenakan menurut pengalaman peneliti bahwa sulit menemukan

pasien dengan robekan rotator cuff tanpa perubahan osteoartritik sendi

bahu.

Page 52: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

38

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Selisih jarak Akromio-humeral berkorelasi positif dengan derajat

robekan rotator cuff pada MRI bahu. Selisih jarak Akromio-humeral dapat

dipertimbangkan sebagai pembantu diagnosis klinik robekan rotator cuff

pada pasien usia 45-65 tahun dengan nyeri dan kekakuan bahu

unilateral, dimana pemeriksaan MRI tidak tersedia, terutama jika selisih

jarak Akromio-humeral lebih dari 1,75 mm.

Jarak akromio-humeral laki-laki relatif lebih lebar dibandingkan

perempuan pada populasi Makassar. Pada penelitian ini, otot

supraspinatus tampak sebagai otot yang berperan sebagai penentu jarak

Akromio-humeral.

B. Saran

1. Diperlukan penelitian dengan sampel yang lebih besar

2. Diperlukan penelitian yang membandingkan selisih jarak akromio-

humerus dengan parameter bahu lainnya yang sudah diakui (jarak

akromio-humerus saja atau pergeseran proksimal caput humerus )

Page 53: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

39

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. Applied Anatomy of Shoulder. In: Ludwig Ombregt: A System of Orthopaedic Medicine. Churchill Livingstone. 2013. e39-50. Diunduh dari URL : http://www.orthopaedicmedicineonline.com/downloads/pdf/B9780702031458000636_web.pdf

DeFranco MJ, Cole BJ. Current Perspectives of Rotator Cuff Anatomy. The Journal of Arthroscopic and Related Surgery, Vol 25, No 3 (March), 2009: pp 305-320

Franca FO, Godinho AC, Ribiero EJS, Falster L, Burigo LEG, Nunes RB. Evaluation of Acromiohumeral distance by means of MRI humerus. Rev Bras Ortop. 2016;51(2):169-174

Gumina S et al. Subacromial Space Width: does overuse or genetics play a greater role in determining it? J Bone Surg Am. 2015;97:1647-52.

Keener JD, Wei AS, Kim M, Steger-May K, Yamaguchi K. Proximal Humeral Migration in Shoulders with Symptomatic and Asymptomatic Rotator Cuff Tears. J Bone Joint Surg Am. 2009;91:1405-13.

Linsell L, et al. Prevalence and Incidence of adults consulting for shoulder conditions in UK primary care; patterns of diagnosis and referral. Rheumatology 2006;45:215-221

Luime JJ. Prevalence and Incidence of shoulder pain in general population; a systematic review. Scand J Rheumatol. 2004;33(2):73-81.

Mayerhoefer ME, Breitenseher MJ, Wurnig C, Roposch A. Shoulder Impingement: relationship of clinical symptoms and Imaging criteria. Clin J Sport Med. 2009 Mar;19(2):83-9

Murphy R, Carr A. Shoulder Pain. Am Fam Physician 2011. Jan 15;83(2):137-138

Pavlou P, Cole A. Chapter 13: The shoulder and pectoral girdle. In: Solomon L, Warwick D, Nagayam S. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures. 9th edition. Hodder Arnold. 2010. p. 345

Petersson CJ, Redlund-Johnell I. The Subacromial space in normal shoulder radiographs. Acta Orthop Scand 55, 57-58, 1984.

Page 54: APAKAH SELISIH JARAK AKROMION-HUMERUS DAPAT …digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/YjQ... · kekakuan sendi bahu yang mengakibatkan limitasi fungsional

40

Saupe N, Pfirrmann CWA, Schmid MR, Jost B, Werner CML, Zanetti M. Association between Rotator Cuff Abnormalities and Reduced Acromiohumeral Distance. AJR 2006; 187:376-382

Thompson JC. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy. 2nd edition. Saunders Elsevier. Philadelphia, 2010. p. 85-87

Weiner DS, Macnab I. Superior migration of humeral head. A radiological aid in the diagnosis of tears of rotator cuff. J Bone Joint Surg Br, 52 (1970), pp. 524-527.