Skizofrenia
-
Upload
fiska-oktori -
Category
Documents
-
view
218 -
download
0
description
Transcript of Skizofrenia
Skizofrenia
a. Pengertian
Skizofrenia adalah kelainan psikiatrik kronis, termasuk gangguan mental yang sangat
berat. (Docherty,Hall & Gordiner, 1998).
Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang bersifat kronis atau kambuh di tandai
dengan terdapatnya perpecahan (schism) atara pikiran, emosi dan perilaku pasien
yang terkena. Perpecahan pada pasien digambarkan dengan adanya gejala
fundamental (primer) spesifik, yaitu gangguan asosiasi, khususnya kelonggaran
asosiasi. Gejala fundamental lainnya adalah gangguan afektif, autisme, dan
ambivalensi. Sedangkan gejala sekundernya adalah waham dan halusinasi (Kaplan &
Sadock, 2004)
b. Etiologi
Teori tentang penyebab skizofrenia:
Diatesis-Stres Model
Teori ini menggabungkan antara faktor biologis, psikososial, dan lingkungan
yang secara khusus mempengaruhi diri seseorang sehingga dapat
menyebabkan berkembangnya gejala skizofrenia. Dimana ketiga faktor
tersebut saling berpengaruh secara dinamis (Kaplan & Sadock, 2004).
Faktor Biologis
Dari faktor biologis dikenal suatu hipotesis dopamin yang menyatakan bahwa
skizofrenia disebabkan oleh aktivitas dopaminergik yang berlebihan di bagian
kortikal otak, dan berkaitan dengan gejala positif dari skizofrenia(Kaplan &
Sadock, 2004).
Genetika
Faktor genetika telah dibuktikan secara meyakinkan. Resiko masyarakat
umum 1% pada orang tua resiko 5% pada saudara kandung 8 % dan pada anak
12% apabila salah satu orang tua menderita skizofrenia, walaupun anak telah
dipisahkan dari orang tua menderita skizofrenia, anak dari orang tua sejak
lahir , anak dari kedua orang tua skizofrenia 40%. Pada kembar monozigot
47%, sedangkan untuk kembar dizigot sebesar 12% (Kaplan & Sadock, 2004).
Faktor Psikososial
Teori Perkembangan
Ahli teori Sullivan dan Erikson mengemukakan bahwa kurangnya
perhatian yang hangat dan penuh kasih sayang di tahun-tahun awal
kehidupan berperan dalam menyebabkan kurangnya identitas diri,
salah interpretasi terhadap realitas dan menarik diri dari hubungan
sosial pada penderita skizofrenia (Sirait, 28008).
Teori belajar
Menurut ahli teori belajar (learning theory), anak-anak yang menderita
skizofrenia mempelajari reaksi dan cara berpikir irasional orang tua
yang mungkin memiliki masalah emosional yang bermakna. Hubungan
interpersonal yang buruk dari penderita skizofrenia akan berkembang
karena mempelajari model yang buruk selama anak-anak (Sirait,
2008).
Teori Keluarga
Tidak ada teori yang terkait dengan peran keluarga dalam
menimbulkan skizofrenia. Namun beberapa penderita skizofrenia
berasal dari keluarga yang disfungsional (Sirait, 2008).
c. Tipe-Tipe Skizofrenia
Berdasarkan defenisi dan kriteria diagnostik tersebut, skizofrenia di dalam DSM IV
dapat dikelompokkan menjadi beberapa subtipe, yaitu(Kaplan & Sadock, 2004):
Skizofrenia Paranoid
Tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
Preokupasi dengan satu atau lebih delusi atau halusinasi dengar yang
menonjol secara berulang-ulang.
Tidak ada yang menonjol dari berbagai keadaan berikut ini:
pembicaraan yang tidak terorganisasi, perilaku yang tidak terorganisasi
katatonik, atau afek yang datar atau tidak sesuai.
Skizofrenia Terorganisasi
Tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
Di bawah ini semua menonjol :
Pembicaraan tidak terorganisir
Perilaku yang tidak terorganisasi
Afek yang datar atau tidak sesuai
Tidak memenuhi kriteria untuk tipe katatonik
Skizofrenia Katatonik
Tipe skizofrenia dengan gambaran klinis yang didominasi oleh sekurang-
kurangnya dua hal berikut ini:
Imobilitas motorik, seperti ditunjukkan adanya katalepsi (termasuk
fleksibilitas lilin) atau stupor.
Aktivitas motorik yang berlebihan ( tidak bertujuan dan tidak
dipengaruhi oleh stimulus eksternal).
Negativisme yang berlebihan (sebuah resistensi yang tampak tidak
adanya motivasi terhadap semua bentuk perintah atau mempertahankan
postur yang kaku dan menentang semua usaha untuk
menggerakkannya) atau mutism.
Gerakan-gerakan sadar yang aneh, seperti yang ditunjukan oleh
pousturing (mengambil postur yang tidak lazim atau aneh secara
disengaja), gerakkan stereotipik yang berulang-ulang, manerism yang
menonjol, atau bermakna menyeringai secara menonjol.
Ekolalia atau ekopraksia (pembicaraan tidak bermakna).
Skizofrenia Tidak Tergolong
Tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria A (fase aktif gejala), tetapi tidak
memenuhi kriteria untuk tipe paranoid, terdisorganisasi, dan katatonik.
Skizofrenia Residual
Tipe skizofrenia yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
Tidak adanya delusi, halusinasi, pembicaraan yang tidak terorganisasi,
dan perilaku yang tidak terorganisasi atau katatonik yang menonjol.
Terdapatnya terus menerus tanda-tanda gangguan, seperti adanya
gejala negatif atau dua atau lebih tanda kriteria di atas, walaupun
ditemukan dalam bentuk yang lemah (misalnya, keyakinan yang aneh,
pengalaman persepsi yang tidak lazim)
d. Gejala dan Gambaran Klinis Skizofrenia
Berdasarkan DSM IV ( Kaplan & Sadock, 2004) , ciri yang terpenting dari skizofrenia
adalah adanya campuran dari karakteristik (baik gejala positif maupun gejala negatif)
(APA, 2000). Secara umum, karakteristik gejala skizofrenia , dapat di golongkan
dalam tiga kelompok:
Gejala positif adalah tanda yang biasanya pada orang kebanyakan tidak ada,
namun pada pasien skizofrenia justru muncul. Gejala positif adalah gejala
yang bersifat aneh, antara lain berupa delusi, halusinasi, ketidakteraturan
dalam berbicara, dan perubahan prilaku.
Gejala negatif adalah menurunnya atau tidak adanya perilaku tertentu, seperti
perasaan datar, tidak adanya perasaan yang bahagia dan gembira, menarik diri,
ketiadaan pembicaraan yang berisi, mengalami gangguan sosial, serta
kurangnya motivasi untuk beraktivitas.
Disfungsi sosial atau pekerjaaan. Untuk kurun waktu yang signifikan sejak
munculnya onset gangguan, ketidakberfungsian ini meliputi satu atau lebih
fungsi utama; seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri,
yang jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset( atau jika onset pada
masa anak-anak atau remaja, adanya kegagalan untuk mencapai beberapa
tingkatan hubungan interpersonal, prestasi akademik, atau pekerjaan yang
diharapkan).
Durasi. Adanya tanda-tanda gangguan yang terus menerus atau menetap
selama sekurangnya enam bulan.
ANALISA
Dari film tersebut dapat diketahui bahwa John Nash menderita skizofrenia paranoid, yang
ditandai dengan simpton – simpton/ indikasi sebagai berikut:
1. adanya delusi atau waham, yakni keyakinan palsu yang dipertahankan.
- Waham Kejar (delusion of persecution), yaitu keyakinan bahwa orang atau kelompok
tertentu sedang mengancam atau berencana membahayakan dirinya, dalam film tersebut yaitu
agen pemerintah dan mata – mata rusia. Waham ini menjadikannya paranoid, yang selalu
curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan karena merasa diperhatikan, diikuti, serta
diawasi.
- Waham Kebesaran (delusion of grandeur), yaitu keyakinan bahwa dirinya memiliki
suatu kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang penting. John Nash menganggap dirinya
adalah pemecah kode rahasia terbaik dan mata – mata/agen rahasia.
- Waham Pengaruh (delusion of influence), adalah keyakinan bahwa kekuatan dari luar
sedang mencoba mengendalikan pikiran dan tindakannya. Adegan yang menunjukkan waham
ini yaitu ketika disuruh membunuh isterinya, ketika disuruh menunjukkan bahwa dia jenius,
dan ketika diyakinkan bahwa dia tidak berarti oleh para teman halusinasinya.
2. adanya halusinasi, yaitu persepsi palsu atau menganggap suatu hal ada dan nyata padahal
kenyataannya hal tersebut hanyalah khayalan. John Nash mengalami halusinasi bertemu
dengan tiga orang yang secara nyata tidak ada yaitu Charles Herman (teman sekamarnya),
William Parcher (agen pemerintah) dan Marcee (keponakan Charles Herman). Selain itu juga
laboratorium rahasia, dan juga nomer kode yang dipasang pada tangannya.
3. gejala motorik dapat dilihat dari ekpresi wajah yang aneh dan khas diikuti dengan
gerakan tangan, jari dan lengan yg aneh. Indikasi ini sangat jelas ketika John Nash
berkenalan dengan teman – temannya dan juga jika dilihat dari cara berjalannya.
4. adanya gangguan emosi, adegan yang paling jelas yaitu ketika John Nash menggendong
anaknya dengan tanpa emosi sedikitpun.
5. social withdrawl (penarikan sosial), John Nash tidak bisa berinteraksi sosial seperti
orang – orang pada umumnya, dia tidak menyukai orang lain dan menganggap orang lain
tidak menyukai dirinya sehingga dia hanya memiliki sedikit teman.
Stressor atau kejadian – kejadian yang menekan yang membuat skizofrenia John Nash
bertambah parah, yaitu :
- Kalah bermain dari temannya
- Merasa gagal berprestasi untuk mendapatkan cita – citanya
- Merasa tidak dapat melayani isterinya
- Tidak bisa bekerja atau mendapatkan pekerjaan kembali
Karakter Pribadi John Nash, yaitu:
- Pemalu, introvert, penyendiri, rendah diri (merasa dirinya tidak disukai orang lain), kaku,
tidak suka bergaul (tidak menyukai orang lain), penarikan diri dari lingkungan sosial.
- Dalam kenyataannya (cerita sebenarnya bukan di film ini) John Nash adalah pribadi yang
pemarah, suka bermain wanita, keras, kaku dan antisemit.
Dalam film tersebut John Nash dibawa ke rumah sakit jiwa dan mendapatkan
perawatan ECT (Electroshock Therapy) atau terapi elektrokonvulsif 5 kali seminggu
selama 10 minggu. ECT merupakan terapi yang sering digunakan pada tahun 1940 – 1960
sebelum obat antipsikotik dan anti depresan mudah diperoleh. Cara kerja terapi ini yaitu
mengalirkan arus listrik berdaya sangat rendah ke otak yang cukup untuk menghasilkan
kejang yang mirip dengan kejang epileptik. Kejang inilah yang menjadi terapetik bukan arus
listriknya. Sebelum dilakukan ECT pasien disuntikkan insulin sebagai pelemas otot yang
akan mencegah spasme konvulsif otot-otot tubuh dan kemungkinan cedera. Efek samping
penggunaan ECT adalah kelupaan atau gangguan memori. Efek samping ini dapat dihindari
dengan menjaga rendahnya arus listrik yang dialirkan.
Setelah menjalani perawatan di rumah sakit jiwa, John Nash menjalani perawatan di rumah
dengan Obat Psikoterapetik. Obat ini harus terus diminum secara teratur oleh penderita
skizofrenia. Meskipun obat ini tidak dapat menyembuhkan skizofrenia, namun obat – obat
antipsikotik akan membantu penderita untuk menghilangkan halusinasi dan konfusi, serta
memulihkan proses berpikir rasional. Cara kerja obat – obat antipsikotik yaitu menghambat
reseptor dopamin dalam otak. Efek dari pemakaian obat tersebut yaitu : Sulit berkosentrasi,
menghambat proses berpikir, tidak memiliki gairah seksual.
Selain terapi biologis, John Nash juga mendapat terapi dari isterinya yaitu berupa dukungan
sosial yang diberikan kepadanya, rasa empati, penerimaan, mendorong untuk mulai
berinteraksi sosial (dengan tukang sampah), dan dorongan untuk tidak berputus asa dan terus
berusaha. Terapi Sosial ini sangat membantu penderita skizofrenia dalam menghadapi
peristiwa – peristiwa yang menjadi stressor bagi penderita.
Stressor atau kejadian – kejadian yang menekan yang membuat skizofrenia John Nash
bertambah parah, yaitu :
- Kalah bermain dari temannya
- Merasa gagal berprestasi untuk mendapatkan cita – citanya
- Merasa tidak dapat melayani isterinya
- Tidak bisa bekerja atau mendapatkan pekerjaan kembali
Daftar Pustaka
Chaplin, J.P. 2001. Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini Kartono. Jakarta : PT RajaGrafindo Perkasa. Kartono, Kartini. 2000. Hygiene Mental. Bandung: CV. Mandar Maju.Maslim, Rusdi, ed. Buku Saku PPDGJ III, Jakarta, 1995.
Kaplan,H & Sadock , B.2004. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis (Edisi 7 jilid 2). Jakarta: Bina Aksara.
Jurnal USU