skizofrenia

34
Skizofrenia Amelia Putri Santosa 10-2009-049* *mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat: Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510 E-mail: [email protected] I. Pendahuluan Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang banyak terdapat dalam masyarakat, dan sering dikonotasikan dengan keadaan gila. Frekuensi di Indonesia adalah 1-3 orang setiap 1000 orang, dan pada negara maju terdapat 1 orang skizofrenia pada setiap 100 orang. Hal ini bersebab pada penelitian yang dilakukan di Indonesia masih kurang. Diagnosis skizofrenia lebih banyak ditemukan di kalangan golongan dengan sosio- ekonomi rendah. Beberapa pola interaksi keluarga dan faktor genetik diduga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya skizofrenia.

description

blok 22

Transcript of skizofrenia

Skizofrenia

Amelia Putri Santosa10-2009-049**mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaAlamat: Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510E-mail: [email protected]

I. PendahuluanSkizofrenia merupakan gangguan jiwa yang banyak terdapat dalam masyarakat, dan sering dikonotasikan dengan keadaan gila. Frekuensi di Indonesia adalah 1-3 orang setiap 1000 orang, dan pada negara maju terdapat 1 orang skizofrenia pada setiap 100 orang. Hal ini bersebab pada penelitian yang dilakukan di Indonesia masih kurang. Diagnosis skizofrenia lebih banyak ditemukan di kalangan golongan dengan sosio-ekonomi rendah. Beberapa pola interaksi keluarga dan faktor genetik diduga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya skizofrenia.Skizofrenia adalah psikotik, dan gangguan psikotik tidak hanya skizofrenia. Psikotik ditandai dengan terdapatnya gangguan pada daya nilai realita, yang dapat dibuktikan dengan adanya tingkah laku yang kacau, persepsi yang salah, proses berpikir yang terganggu, disertai alam perasaan yang terganggu. Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir, kadang-kadang merasa dirinya dikendalikan oleh kekuatan dari luar, terdapatnya waham, gangguan persepsi, afek abnormal dan autisme. Kesadaran yang jernih dan kapasitas intelektual biasanya tidak terganggu.Penyakit ini sangat menyusahkan bagi penderita maupun keluarganya karena onset terjadinya pada saat dewasa muda produktif yaitu dibawah 45 tahun, dan dalam perjalanannya akan mengalami keruntuhan (deteriorasi) diri. Penderita sukar untuk bersosialisasi, dan tidak dapat bekerja seperti sebelumnya karena sifat regresif serta kemunduran dalam perawatan diri. Pola keluarga dan faktor genetik tampaknya menunjukkan kecenderungan dalam hal timbulnya kekambuhan.Gejala yang sering terdapat adalah halusinasi, misalnya halusinasi auditorik berupa suara-suara yang memperbincangkan atau suara yang menghina. Wahamnya juga sering didapatkan berupa waham yang majemuk, terpecah atau aneh (bizarre). Gangguan khas dalam beberapa aspek seperti isi dan bentuk pikir, persepsi, afek, kesadaran tentang dirinya, dorongan kehendak, hubungan dengan dunia luar dan tingkah laku psikomotor jelas terdapat pada penderita skizofreniaTerdapat keyakinan atau perasaan bahwa pikirannya dapat disiarkan keluar hingga orang lain dapat mendengar. Pikirannya bukan berasal dari dirinya tetapi dimasukkan dari luar, dikeluarkan dari kepalanya atau terdapat perasaan bahwa pikiran atau tindakannya bukan berasal dari dirinya, tetapi dipaksakan oleh kekuatan dari luar. Kebanyakan penderita dibawa berobat pada fase aktif karena pada fase podromal gejalanya sering tidak diperhatikan oleh anggota keluarganya.

II. Pembahasan1. AnamnesisMulai dengan berbicara pada pasien tentang keadaan sebelum sakit daripada tentang masalah gejalanya sekarang, agar menempatkan pasien dalam keadaan santai serta untuk mengetahui keadaan dasar pasien dibandingkan dengan keadaan berfungsinya saat ini. Tindak lanjut dalam pendekatan kronologik terhadap riwayat pasien ialah menentukan manifestasi paling dini yang mengarah pada suatu awal-mula penyakitnya (podroma), kemudian diikuti oleh gejala fase aktif. Gangguan pikir, tiadanya motivasi, pikiran paranoid, dan tidak mempunyai daya tilik ke dalam diri-sendiri, semua dapat mengarah pada kesulitan menunjukkan riwayat. Orang terdekat yang memberikan keterangan tentang pasien mungkin lebih jelas memberinya daripada pasien itu sendiri.Tanyakan secara detail tentang pengalaman yang aneh dan ajaib dan segala sesuatu yang pernah dirasakan pasien. Bila pasien tidak dapat melukiskan gejalanya, tanyakan tentang adanya pengalaman yang amat spesifik, dimulai dengan pengalaman pra-psikotiknya, seperti dejavu, rasa baal, derealisasi, dan depersonalisasi berbagai masalah yang tidak segera mengidentifikasikan kearah kondisi psikotik. Halusinasi yang berbunga-bunga dapat ditanya kemudian. Bila pasien ternyata memprotes pertanyaan itu, netralkan masalah itu dengan menyatakan bahwa pertanyaan itu hanya suatu urutan yang rutin pada pemeriksaan. Bila perlu, tunda dahulu pertanyaan yang menyangkut gejala psikotik, dan alihkan pada pertanyaan yang menyangkut afek dan fungsi kognitif, yang kurang mengancam bagi pasien.Tanyakan tentang gagasan bunuh diri; 10% dari pasien skizofrenik mati karena bunuh diri, biasanya pada masa dini dari perjalanan penyakitnya. Pemeriksaan tentang fungsi kongnitif juga penting, karena berbagai kondisi medik dapat menampilkan tanda seperti skizofrenia, sedikitnya pada awal gangguan, tetapi biasanya tidak menyangkut hendaya kognitif.1

2. Pemeriksaan Fisik (Neurologis)-. Pemeriksaan Kesadaran pemeriksa mengamati kesadaran pasien dan responsnya terhadap lingkungan pemeriksa mengajak pasien bicara dan memperhatikan respons terhadap suara biasa dan keras pemeriksa memberi rangsang nyeri (pilih satu : tekan sternum, supra orbita, tendon, pinsil pada kuku)-. Pemeriksaan Pupil Dan Gerakan mataUkuran pupil : perhatikan pupil mata kiri dan kanan catat apakah pupil kiri dan kanan sama (isokor) atau tidak sama (un-isokor) catat besar pupil : normal, mengecil (miosis) atau melebar (midriasis)Refleks cahaya pasien disuruh melihat jauh mata kanan disinari dengan senter perhatikan reaksi pada pupil kanan (refleks cahaya langsung) perhatikan reaksi pada pupil kiri (refleks cahaya tidak langsung / konsensual) mata kiri disinari senter perhatikan reaksi pada pupil kiri (refleks cahaya langsung) perhatikan reaksi pada pupil kanan (refleks cahaya tidak langsung / konsensual)-. Pemeriksaan Tanda Rangsang Meningeal Kaku kuduk : letakkan tangan di belakang kepala pasien, fleksikan kepala sampai menyentuh dada Tanda Brudzinski : letakkan tangan di belakang kepala pasien, fleksikan kepala kearah dada, perhatikan pergerakan pinggul dan lutut Tanda Laseque : angkat satu tungkai pasien dengan fleksi di sendi panggul. Tungkai lain dalam keadaan lurus. Perhatikan timbulnya nyeri atau tahanan. Tanda Kernig : fleksi tungkai pada sendi panggul dan lutut, ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut. Perhatikan timbulnya nyeri atau tahanan-. Pemeriksaan Saraf Kranial Nervus III, IV, VI. Perhatikan apakah kelopak mata jatuh (ptosis) ? pasien diminta mengikuti gerakan jari pemeriksa dengan matanya membentuk huruf H perhatikan gerakan mata mulus / jerky, adakah nistagmus? tanyakan apakah ada diplopia Nervus VII. Pasien diminta mengangkat alis dan mengerutkan dahi pasien diminta memejamkan mata pasien diminta menyeringai, mencucurkn bibir, menggembungkan pipi Nervus XII. Pasien disuruh menjulurkan lidah, lihat apa ada deviasi, tremor, fasikulasi? pasien disuruh menggembungkan pipi kemudian disuruh mendorong sisi dalam pipi kiri dan kanan dengan lidah-. Pemeriksaan Motorik (Ekstremitas Atas) melakukan inspeksi untuk menilai sikap, bentuk, ukuran, gerak abnormal melakukan palpasi untuk menilai tonus otot (angkat, jatuhkan ekstremitas) pemeriksaan gerakan pasif (Rigidity, Cogwheel phenomene) pemeriksaan gerakan aktif: Deltoid : penderita rentangkan lengan ke samping dan tahan. Pemeriksa menekan lengan penderita ke bawah. Lakukan pada kedua lengan. Biceps : fleksi lengan pada siku. Pemeriksa memberi tahanan. Lakukan pada kedua lengan Triceps : ekstensi lengan bawah. Pemeriksa memberi tahanan. Lakukan pada kedua lengan Wrist flexion : pasien mengepalkan tangan dalam posisi plantarfleksi. Pemeriksa berusaha ekstensi. Lalukan pada kedua lengan. Ekstensi jari-jari : pasien diminta mengekstensikan jari-jari keduan tangan. Pemeriksa memberi tahanan. Fleksi jari-jari : pasien mengepalkan tangan, taruh 2 jari pemeriksa dalam kepalanya. Pemeriksa menarik jarinya.-. Pemeriksaan Refleks Patologis Babinski : dengan menggunakan alat yang runcing tidak tajam, gores sisi lateral telapak kaki mulai dari tumit ke arah lengkung pangkal jari-jari. Pemeriksa menilai hasilnya. Klonus kaki : sanggah lutut posisi fleksi ringan. Dengan tangan lain lakukan dorsofleksi tiba-tiba dan pertahankan beberapa saat. Pemeriksa menilai hasilnya.-. Pemeriksaan Koordinasi percobaan telunjuk-hidung : pasien disuruh meluruskan lengan ke samping. Pasien disuruh menyentuh ujung hidung dengan telunjuk berulang-ulang. Test Romberg : pasien berdiri dengan kaki rapat, mata terbuka. Pasien diminta menutup mata.2

3. Diagnosis-. Working Diagnosis : SkizofreniaSkizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar. Ada waham yang aneh, disertai dengan gangguan persepsi, afek abnormal yang tidak terpadu dengan situasi yang sebenarnya.Gangguan skizofrenia, pada umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh afek yang tidak serasi (inappropriate) atau tumpul (blunted), dan ternyata kesadaran serta kemampuan intelektual biasanya tetap dapat dipertahankan, walaupun terjadi defisit kognitif.Pikiran, perasaan dan perbuatan yang paling mendalam dirasakan seakan diketahui oleh orang lain, dan waham-waham yang timbul menjelaskan bahwa kekuatan alam dan supernatural sedang bekerja mempengaruhi pikiran dan perbuatan penderita dengan cara-cara yang tidak masuk akal atau bizarre (aneh).Halusinasi auditorik sering ditemukan dalam bentuk komentar tentang diri pasien atau berbicara secara langsung kepadanya. Sering terjadi penghentian dan interpolasi dalam arus proses pikir, dengan akibat pikiran menjadi terputus-putus. Interpolasi (sisipan-sisipan) pikiran tersebut dikirakan oleh pasien atau yakin bahwa pikirannya disedot (withdrown) oleh kekuatan dari luar. Alam perasaan dapat menjadi dangkal (shallow), berubah-ubah (capsicious), atau tidak sesuai (incongruous). Ambivalensi dan gangguan dorongan kehendak dapat bermanifestasi sebagai inersia, negativisme, atau supor. Mungkin terdapat perilaku yang katatonia. 3- Differential Diagnosis Gangguan Mental OrganikSeringkali menunjukkan gejala yang meyerupai skizofrenia, misalnya didapatkan waham, halusinasi, inkoherensi, dan efek , tumpul atau tidak serasi. Sindrom Waham Organik akibat amfetamin atau feksiklidin, gambarannya sangat mirip dengan gejala skizofrenia. Walaupun suatu fase aktif skizofrenia dapat dimulai dengan kebingungan, adanya disorientasi atau gangguan daya ingat memberi petunjuk kuat bahwa gangguan tersebut adalah gangguan mental organik. Gangguan SkizofreniformGejala mungkin identik dengan skizofrenia, tetapi lamanya kurang dari enam bulan. Deteriorasi lebih ringan dan prognosis lebih baik. Psikosis Reaksi SingkatGejala berlangsung kurang dari 1 bulan sebagai akibat stress psikosial. Gangguan Afektif BeratPada gangguan afektif berat, perkembangan waham atau halusinasi timbul sesudah suatu periode gangguan afektif. Atas dasar itu diagnosis skizofrenia tidak ditegakkan. Gangguan skizofrenia dapat disertai dengan sindrom afektif berupa episode manik atau episode depresi berat yang timbulnya sesudah gejala psikotik apapun, atau apabila jangka waktu sindrom afektif itu secara relatif lebih pendek dari jangka waktu gejala psikotik yang khas itu. Gangguan SkizoafektifGangguan mood (alam perasaan) muncul serempak dengan gejala skizofrenia, tapi delusi dan halusinasi harus terdapat selama 2 minggu tanpa gejala mood (alam perasaan) mencolok selama fase tertentu penyakit itu. Prognosis gangguan ini lebih baik daripada yang diharapkan untuk skizofrenia lainnya dan lebih buruk dari gangguan mood (alam perasaan). Gangguan DelusionalDelusi yang sistematis, kepribadiannya utuh dan relatif berfungsi baik, tanpa halusinasi mencolok ataupun gejala skizofrenia lain. Timbul di usia dewasa pertengahan sampai pada usia lanjut. Gangguan Kepribadian Umumnya tanpa gejala psikotik dan jika ada, cenderung berlangsung transien (sementara) dan tak mencolok. Gangguan kepribadian yang sering membingungkan untuk diferensial ini adalah gangguan kepribadia skizotipal, skizoid, dan paranoid. Gangguan Perkembangan PervasifDiagnosis ini dibuat jika muncul diantara usia 30 bulan dan 12 tahun. Meski perilaku mungkin sangat aneh dan deteriorasi, tak dijumpai waham, halusinasi atau gangguan bentuk pikiran yang jelas, misalnya longgarnya asosiasi. Retardasi MentalMenunjukkan gangguan intelek, perilaku dan suasana perasaan yang mirip skizofrenia. Tidak ditemukan tanda psikotik yang mencolok dan terdapat fungsi bertingkah rendah dan konstan yang tidak bersifat deteriorasi. Jika terdapat skizofrenia, maka diagnosis dapat dibuat serempak. Gangguan Obsesif Kompulsif Hipokondriasis-FobiaHipokondriasis lebih jarang lagi gangguan fobik sering mempunyai ide berlebihan sehingga gejalanya sukar dibedakan dengan waham.Kepercayaan atau Penghayatan dari Kelompok Agama atau Tradisi Kebudayaan TertentuSulit dibedakan dari halusinasi atau waham. Bila hal ini berlaku atau diterima di kalangan tersebut, hendaknya keadaan itu tidak dinyatakan sebagai bukti terdapatnya gangguan psikosis.4

4. Manifestasi Klinis Kriteria diagnosis skizofrenia pada saat ini:A. Gejala karateristik: dua (atau lebih) berikut ini masing-masing ditemukan selama periode 1 bulan (atau kurang, jika diobati dengan berhasil). waham halusinasi bicara terdisorganisasi (misalnya: sering menyimpang atau inkoheren) perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas gejala negatif yaitu, pendataran afektif, alogia atau tidak ada kemauan (avolition) Catatan : hanya satu gejala kriteria diatas yang diperlukan jika terdapat waham yang kacau atau halusinasi terdiri dari suara yang terus-menerus mengomentari perilaku dan pikiran pasien, atau dua atau lebih suara yang bercakap satu sama lainnya.B. Disfungsi sosial / pekerjaan : untuk waktu yang bermakna sejak onset gangguan terjadi disfungsi sosial / pekerjaan untuk satu atau lebih fungs utama, seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri. Keadaan ini jelas dibawah tingkat yang dipakai sebelum onset (atau jika onset pada masa kanak-kanak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik atau pekerjaan yang diharapkan.C. Durasi : tanda gangguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurang-kurangnya satu bulan gejala (atau kurang jika diobati dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu gejala fase aktif) dan mungkin termasuk periode gejala prodomal atau residual. Selama periode prodomal atau residual, tanda gangguan mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negatif, dua atau lebih gejala yang dituliskan dalam kriteria A (misalnya keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim).D. Penyingkiran gangguan skizofrenia dan gangguan alam perasaan : gangguan skizoafektif dan gangguan suasana perasaan dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena:-. Tidak terdapat episode depresi berat, manik atau campuran yang terjadi bersama-sama dalam fase aktif-. Jika episode suasana perasaan terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya relatif lebih singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residualE. Penyingkiran zat / kondisi medis umum : gangguan tidak disebabkan oleh afek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan, atau suatu medikasi) dan karena suatu kondisi medis umum.F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif : jika terdapat riwayat adanya gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya, maka diagnosis tambahan sizofrenia dibuat jika waham atau halusinasi yang menonjol, ditemukan untuk waktu sekurang-kurangnya satu bulan (atau kurang jika diobati secara berhasil).Klasifikasi perjalanan penyakit longitudinal dapat diterapkan bila sekurangnya 1 tahun telah dilewati sejak onset awal (gejala fase aktif). Episodik dengan gejala residual inter episode (episode didefinisikan oleh timbulnya kembali gejala psikotik yang menonjol). Sebutkan jika ada gejala negatif yang menonjol. Episode tanpa gejala residual inter episode; kontinu (gejala psikotik yang menonjol ditemukan di seluruh periode observasi); dengan gejala negatif yang menonjol. Episode tunggal dalam remisi parsial; dengan gejala negatif yang menonjol. Episode tunggal dalam remisi penuh.3-5 5. Klasifikasi SkizofreniaKlasifikasi skizofrenia berdasarkan PPDGJ II dikelompokan sebagai berikut:-. Skizofrenia Tipe HebefrenikGambaran utama terdapatnya: inkoherensi yang jelas (pikiran yang disorganized) efek yang mendatar, tak serasi (incongrous) atau ketolol-tololan (silly). Sering disertai dengan cara tertawa kekanak-kanakan (giggling), senyum yang menunjukkan rasa puas diri, atau senyum yang hanya dihayati sendiri. tidak ada waham sistematis yang jelas, tetapi sering terdapat waham atau halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisir sebagai suatu kesatuanKeadaan seperti tersebut di atas akan menyebabkan hendaya sosial yang parah, disertai dengan kepribadian pramorbid yang buruk, onset pada usia muda (biasanya antara 15-25 tahun) dan berlangsung perlahan-lahan, serta perjalanan penyakit yang kronik tanpa remisi (penyembuhan) yang berarti.-. Skizofrenia Tipe KatatonikMerupakan salah satu tipe skizofrenia yang gambaran klinisnya didominasi oleh salah satu hal berikut ini, yaitu: strupor katatonik : menunjukan pengurangan hebat dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan atau pengurangan dari pergerakan atau aktivitas spontan atau mutisme. negativisme katatonik : suatu perlawanan tanpa motif terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakan dirinya kekakuan (rigiditas) katatonik : mempertahankan sikap kaku terhadap semua upaya untuk menggerakan dirinya kegaduhan katatonik : kegaduhan aktivitas motorik yang tidak bertujuan dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan yang datangnya dari luar.. sikap tubuh katatonik : secara volunter mengambil sikap tak wajar atau aneh-. Skizofrenia Tipe ParanoidSuatu skizofrenia yang gambaran klinisnya didominasi oleh satu atau lebih hal berikut ini, yaitu: waham kejar waham kebesaran waham cemburu halusinasi yang berisi kejaran atau kekerasanKadangkala disertai dengan kecemasan yang tak berfokus, suka bertengkar / berdebat, dan tindak kekerasan. Terdapat kebingungan tentang identitas jenis. Hendaya dalam fungsi tidak menonjol apabila isi wahamnya tidak disentuh. Kekacauan perilakunya jarang terjadi. Demikian pula respon afektifnya seringkali tetap baik. Kadang-kadang ditemukan hubungan interpersonal yang kaku, formal atau sangat mendalam. Onset skizofrenia tipe paranoid pada umumnya terjadi dalam usia lebih lanjut dibanding tipe lainnya.-. Skizofrenia Tipe Tak TergolongkanTerdapat gejala psikotik yang jelas, yang tidak dapat diklasifikasikan dalam salah satu kategori yang telah disebut diatas, atau yang memenuhi lebih dari kriteria satu tipe. suatu tipe skizofrenia yang gambaran klinisnya ditandai dengan waham yang jelas, halusinasi, inkoherensi, atau tingkah laku kacau tak memenuhi kriteria dari salah satu tipe yang telah disebut diatas atau memenuhi lebih dari kriteria satu tipe.-. Skizofrenia Tipe ResidualKriteria diagnostik: dalam riwayat penyakit terdapat paling sedikit satu periode skizofrenia dengan gejala psikotik yang menonjol dalam gambaran klinis pada saat diperiksa atau dirawat tidak dapat gejala psikotik yang Menonjol terbukti bahwa penyakit itu sedang berlanjut, seperti afek yang tumpul atau tak serasi (inappropriate), penarikan diri dari pergaulan sosial, tingkah laku eksentrik, pikiran tak logis, atau pelonggaran asosiasi.4

6. Etiologi-. KeturunanDapat dipastikan bahwa ada faktor keturunan yang juga menentukan timbulnya skizofrenia. Hal ini telah dibuktikan dengan penelitian tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia dan terutama anak-anak kembar satu telur. Angka kesakitan bagi saudara tiri ialah 0,9-1,8%; bagi saudara kandung 7-15%; bagi anak dengan salah satu orangtuaa yang menderita skizofrenia 7-16%; bila kedua orangtua menderita skizofrenia 40-68%; bagi kembar dua telur (heterozigot) 2-15%; bagi kembar satu telur (monozigot) 61-86%.Tetapi pengaruh keturunan tidak sederhana seperti hukum-hukum Mendel tentang hal ini. Disangka bahwa potensi untuk mendapatkan skizofrenia diturunkan (bukan penyakit itu sendiri) melalui gene resesif. Potensi ini mungkin kuat, mungkin juga lemah, tetapi selanjutnya tergantung pada lingkungan individu itu apakah akan terjadi skizofrenia atau tidak (mirip hal genetik pada diabetes melitus).-. EndokrinDahulu dikira bahwa skizofrenia mungkin disebabkan oleh suatu gangguan endokrin. Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium. Tetapi hal ini tidak dapat dibuktikan.-. MetabolismeAda orang yang menyangka bahwa skizofrenia disebabkan oleh suatu gangguan metabolisme, karena penderita dengan skizofrenia tanpa pucat dan tidak sehat. Ujung ekstremitas agak sianotis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun. Pada penderita dengan strupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini tidak dibenarkan oleh banyak sarjana. Belakangan ini teori metabolisme mendapat perhatian lagi berhubung dengan penelitian dengan memakai obat halusinogenik, seperti meskalin dan asam lisergik diethilamide (LSD-25). Obat-obat ini dapat menimbulkan gejala-gejala yang mirip gejala-gejala skizofrenia, tetapi reversibel. Mungkin skizofrenia disebabkan oleh suatu inborn error of metabolism, tetapi hubungan terakhir belum ditemukan.-. Susunan saraf pusatAda yang mencari penyebab skizofrenia kearah kelainan susunan saraf pusat, yaitu pada diensefalon atau kortex otak. Tetapi kelainan patologis yang ditemukan itu mungkin disebabkan oleh perubahan-perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan.3,57. PatofisiologiGejala pramorbid (sebelum sakit) dimulai dengan tanda awal penyakit. Arti gejala hanya dikenali secara retrospektif (melihat ke belakang). Secara karateristik, gejala skizofrenia dimulai pada masa remaja, diikuti dengan perkembangan gejala prodromal (mendahuui) pada fase akut, yang berlangsung dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, bahkan bertahun-tahun.-. Tanda dan GejalaDidalam rumusan teoritis perjalanan skizofrenia, ditandai dan gejala pramorbid sebelum fase prodromal. Riwayat pramorbid yang tipikal pada pasien skizofrenia, pada umumnya mempunyai kepribadian skizoid atau skizopital. Kepribadian tersebut ditandai dengan tanda-tanda pendiam, pasif, dan intrrovert (menarik diri). Akibatnya mereka hanya memiliki sedikit teman.Seorang remaja pra skizofrenik, menghindari olahraga dalam bentuk kelompok (team). Remaja tersebut lebih senang menonton film atau televisi atau mendengarkan musik agar mereka tidak harus ikut dalam aktivitas sosial. Tanda dan gejala prodromal dikenali secara retrospektif, setelah diagnosis skizofrenia ditegakkan. Gejala ini dimulai dengan beberapa macam keluhan, berupa gejala somatik, misalnya nyeri kepala, nyeri punggung dan otot, serta gangguan pencernaan.Pada fase prodromal didapatkan tanda dan gejala yang khas yaitu: terdapatnya deteriorasi (pengurangan) yang jelas dari taraf fungsi penyesuaian sebelumnya. penarikan diri dari kehidupan sosial hendaya dalam fungsi peran tingkah laku aneh hendaya dalam higiene diri dan berpakaian afek yang tumpul atau tak serasi gangguan komunikasi ide-ide yang mirip wahamKeluarga dan teman-temannya memperhatikan yang bersangkutan telah berubah, tidak berfungsi, sebagaimana biasanya, misalnya di dalam aktivitas pekerjaan, sosial dan pribadi. Selama stadium prodromal, pasien mulai mengembangkan minat baru di dalam gagasan abstrak, filosofi, ilmu gaib, atau masalah keagamaan. Jangka waktu fase prodromal sangat bervariasi, sukar ditentukan secara tepat, kapan saat mulai timbulnya. Prognosis sangat buruk apabila fase prodromal terjadi secara perlahan-lahan, dan makin menurun dalam jangka waktu beberapa tahun. Skizofrenia secara klinis mempunyai gejala khas pada semua fungsi psikologis, termasuk alam pikir, alam perasaan, alam perbuatan, pembicaraan, persepsi dan fungsi ego. Dalam perjalanan penyakit, terdapat gejala tertentu, seperti waham dan halusinasi auditorik, yang merupakan gejala patognomonik pada skizofrenia.4

8. PenatalaksanaanPengobatan harus secepat mungkin, karena keadaan psikotik yang menimbulkan kemungkinan yang lebih besar bahwa penderita menuju ke kemunduran mental. Terapist jangan melihat kepada penderita skizofrenia sebgai yang tidak dapat disembuhkan lagi atau sebagai suatu makhluk yang aneh dan inferior. Bila sudah dapat diadakan kontak, maka dilakukan bimbingan tentang hal-hal yang praktis.Biarpun peenderita mungkin tidak sempurna sembuh, tetapi dengan pengobatan dan bimbingan yang baik penderita dapat ditolong untuk berfungsi terus, bekerja sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di lingkungan penderita diberi penerangan (manipulasi lingkungan) agar mereka lebih sabar menghadapinya.-. Farmakoterapi Neroleptika dengan dosis efektif rendah lebih bermanfaat pada penderita dengan skizofrenia yang menahun, yang dengan dosis efektif tinggi lebih berfaedah pada penderita dengan psikomotorik yang meningkat. Pada penderita paranoid trifluoperazin rupanya lebih berhasil. Dengan fenotiazin biasanya waham dan halusinasi hilang dalam waktu 2-3 minggu. Bila tetap masih ada waham dan halusinasi, maka penderita tidak begitu terpengaruh agi dan menjadi lebih kooperatif, mau ikut serta dengan kegiatan lingkungannya dan mau turut terapi bekerja.Sesudah gejala-gejala menghilang, maka dosis dipertahankan selama beberapa bulan lagi, jika serangan itu baru yang pertama kali. Jika serangan skizofrenia itu sudah lebih dari satu kali, maka sesudah gejala-gejala mereda, obat diberi terus selama satu atau dua tahun. Kepada pasien dengan skizofrenia menahun, neroleptika diberi dalam jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya dengan dosis yang naik-turun sesuai dengan keadaan pasien (seperti juga pemberian obat kepada pasien dengan penyakit badaniah yang menahun, umpamanya diabetes melitus, hipertensi, payah jantung, dan sebagainya). Senantiasa kita harus awas terhadap gejala sampingan. Hasilnya lebih baik bila neroleptika mulai diberi dalam dua tahun pertama dari penyakit. Tidak ada dosis standart untuk obat ini, tetapi dosis ditetapkan secara individual.- Terapi Elektro-Konvulsi (TEK)Seperti juga dengan terapi konvulsi yang lain, cara bekerjanya elektrokonvulsi belum diketahui dengan jelas. Dapat dikatakan bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek serangan skizofrenia dan mempermudah kontak dengan penderita. Akan tetapi terapi ini tidak dapat mencegah serangan yang akan datang. Bila dibandingkan dengan terapi koma insulin, maka dengan TEK lebih sering terjadi serangan ulangan. Akan tetapi TEK lebih mudah diberikan, dapat dilakukan secara ambulant, bahaya lebih kurang, lebih murah dan tidak memerlukan tenaga yang khusus seperti pada terapi koma insulin.TEK baik hasilnya pada jenis katatonik terutama strupor. Terhadap skizofrenia simpleks efeknya mengecewakan. Bila gejala hanya ringan lantas diberi TEK, kadang-kadang gejala menjadi lebih berat.-. Terapi Koma InsulinMeskipun pengobatan ini tidak khusus, bila dberikan pada permulaan penyakit hasilnya memuaskan. Presentasi kesembuhan lebih besar bila dimulai dalam waktu 6 bulan sesudah penderita jatuh sakit. Terapi koma insulin memberi hasil yang baik pada katatonia dan skizofrenia paranoid.-. Psikoterapi dan RehabilitasiPsikoterapi dalam bentuk psikoanalisa tidak membawa hasil yang diharapkan bahkan ada yang berpendapat tidak boleh dilakukan pada penderita dengan skizofrenia karena justru dapat menambah isolasi dan otisme. Yang dapat membantu penderita ialah psikoterapi suportif individual atau kelompok, serta bimbingan yang praktis dengan maksud untuk mengembalikan penderita ke masyarakat.Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi, karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama. Pemikiran masalah falsafat atau kesenian bebas dalam bentuk melukis bebas atau bermain musik bebas, tidak dianjurkan sebab dapat menambah otisme. Bila dilakukan juga, maka harus ada pemimpin dan ada tujuan yang lebih dahulu sudah ditentukan.Perlu juga diperhatikan lingkungan penderita. Bila mungkin diatur sedemikian rupa sehingga ia tidak mengalami stress terlalu banyak. Bila mungkin sebaiknya ia dikembalikan ke pekerjaan sebelum sakit, dan tergantung pada kesembuhannya apakah tanggung jawabnya dalam pekerjaan itu akan penuh atau tidak.-. Lobotomi PrefrontalDapat dilakukan bila terapi lain secara intensif tidak berhasil dan bila penderita sangat mengganggu lingkungannya.3,6

9. PrognosisUntuk menetapkan prognosa kita harus mempertimbangkan semua faktor dibawah ini: kepribadian prepsikotik : bila skizoid dan hubungan antar-manusia memang kurang memuaskan, maka prognosa lebih jelek. bila skizofrenia timbul secara akut, maka prognosa lebih baik daripada bila penyakit itu mulai secara pelan-pelan. jenis: prognosa jenis katatonik yang paling baik dari semua jenis. Sering penderita- penderita dengan katatonia sembuh dan kembali ke kepribadian prepsikotik. Kemudian menyusul jenis paranoid. Banyak dari penderita ini dapat dikembalikan ke masyarakat. Hebefrenia dan skizofrenia simplex mempunyai prognosa yang sama jelek. Biasanya penderita dengan jenis skizofrenia ini menuju ke arah kemunduran mental. umur : makin muda umur permulaannya, makin jelek prognosanya pengobatan : makin lekas diberikan pengobatan, makin baik prognosanya. dikatakan bahwa bila terdapat faktor penerus, seperti penyakit badaniah atau stress psikologik, maka prognosa lebih baik faktor keturunan : prognosa menjadi lebih berat bila di dalam keluarga terdapat seorang atau lebih yang juga menderita skizofrenia.4

III. PenutupSkizofrenia adalah sekelompok gangguan mental berat yang terjadi pada akhir usia remaja atau dewasa muda. Kondisi yang semacam ini memang menyulitkan terutama disebabkan perubahan emosi, rasa bingung dan takut yang ditimbulkan , atau karena akibat sosial yang tampak pada pasien dan juga keluarganya. Pada kebanyakan masyarakat gangguan pasien dianggap sebagai suatu stigma. Ada yang menganggap gangguan tersebut dapat menular dan diturunkan melalui keluarga.Penyakit skizofrenia tidak diketahui, sehingga pencegahanya tidak diketahui. Adanya faktor keturunan namun tidak ditemukan gen tunggal untuk skizofrenia. Prevalensi skizofrenia lebih tinggi pada golongan sosioekonomi rendah. Sedangkan kondisi hidup yang penuh dengan stres ditanyakan mempunyai andil dalam menimbulkan skizofrenia.

IV. Daftar Pustaka1. Kaplan HI, Sadlock BJ. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Penerbit Widya Medika. Jakarta; 2000; p.407-413.2. Juwono T. Pemeriksaan Klinik Neurologik Dalam Praktek. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta; 20003. Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya; 2008; p.215-2344. Ibrahim AS. Skizofrenia Spliting Personality. Jelajah Nusa. Jakarta; 20115. Hidayat D, Inkiriawan E, Evalina, Oely, Hubertus, Siregar, dkk. Bahan kuliah Blok 22 Neurology and Behaviour Science. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta; 20116. Wiria MSS. Farmakologi dan Terapi .Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 2009; p.139-160