skizofrenia

9

Click here to load reader

description

penelitian skizofrenia di RSJ bangli provinsi bali

Transcript of skizofrenia

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang bersifat kronis dan paling sering di temukan di masyarakat, skizofrenia ditandai dengan adanya waham, pada penderita biasanya terjadi kekambuhan serta kekacauan kepribadian dan ketidakmampuan untuk berfungsi dalam kehidupan sehari hari. Penderita skizofrenia akan kehilangan pekerjaan, teman, dan minat, karena tidak bias melakukan sesuatu, bahkan ada penderita yang hidupnya di pasung oleh keluarganya. (Sadock dkk, 2007)Di masyarakat, kususnya indonesia masih banyak yang belum memahami tentang gangguan kejiwaan skizofrenia, sedangkan angka insiden pada penderita skizofrenia sudah mulai meningkat, karena penderita skizofrenia bisa dikatakan kurang mendapatkan perhatian dan penanganan secara dini dari pihak terdekat maupun tenaga medis, semakin dini penanganan penderita skizofrenia, akan semakin besar kemungkinan dan kesempatan penderita untuk dapat kembali berfungsi dengan lebih baik dan menjalankan kehidupan layaknya orang orang lainnya. (Sadock dkk, 2007)Penyakit ini menyusahkan bagi penderita maupun keluarga karena onset terjadinya kekambuhan pada dewasa di mulai umur 25 tahun. Berdasarkan jenis kelamin, pada jenis kelamin lakilaki mulai terganggu di usia 15-25 tahun, sedangkan pada jenis kelamin perempuan di usia 25-35 tahun, bias dikatakan bahwa prognosis pada jenis kelamin lakilaki lebih buruk dibandingkan dengan perempuan, dan jarang juga muncul pada anakanak. (Hfner dkk,1997)Skizofrenia dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : factor genetik, factor biologis, dan factor psikoanalitik. Namun factor genetik masih sangat berpengaruh dalam timbulnya gangguan kepribadian, dari hasil penelitian di Amerika Serikat mengatakan bahwa dari 15.000 pasangan kembar monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian lebih tinggi dibandingkan dengan kembar dizigotik. Selain itu kondisi fisik seperti neoplasma serebral, kususnya di dairah osipitalis dan temporalis dapat menyebabkan halusinasi pada penderita gangguan akibat zat. Di dalam memeriksa penderita psikotik, kemungkinan bahwa psikosis disebabkan oleh kondisi medis umum. Pemeriksaan dengan CTscan menunjukan adanya abnormalitas korteks cerebral, talamus, dan batang otak pada penderita skizofrenia. Selain faktor yang berkaitan dengan biologis tadi, faktor psikososial juga berperan dalam timbulnya skizofrenia. (Sadock dkk, 2007, Amir,2009)Namun sampai saat ini masih belum ada data yang relevan untuk epinemiologi skizofrenia, karena gangguan psikotik karena kondisi medis umum. Saat ini sering ditemukan pasien yang disebabkan oleh penyalahgunaan alkoholik dan zat lain atas dasar jangka panjang. Namun epidemiologi tanpa adanya kriteria diagnostik yang sepesifik, insidensi depresi pascapsikotik dari skizofrenia yang dilaporkan sangat bervariasi, mulai kurang dari 10% hingga lebih dari 70%, perkiraan yang dapat di percaya dari penelitian besar adalah kira kira 25% walaupun sampai saat ini angka insiden pasti harus menunggu hasil penelitian terkontrol yang menggunakan kriteria Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder edisi ke empat (DSM-IV). (Sadock dkk, 2007)Akan tetapi masyarakan masih memiliki pemahaman yang salah terkait dengan gangguan skizofrenia, sebagian besar orang masih banyak yang belum mendapatkan edukasi terkait dengan gangguan skizofrenia, sehingga jika salah satu dari keluarga yang mengalami gangguan psikotik tidak mendapat penanganan dengan baik dari pihak keluarga maupun petugas kesehatan. Sebagai Negara berkembang, kususnya di Indonesia sedang menjalani sumber daya manusia kususnya di bidang pelayanan kesehatan, akan memberikan edukai kepada masyarakat untuk meaplikasi tentang gangguan skizofrenia untuk mencegah atau mengurangi angka insiden gangguan skizofrenia yang di pengaruhi oleh kekerasan, dimana peran keluarga sangan penting untuk mengurangi angka insiden gangguan psikotik kususnya pada gangguan skizofrenia, selain itu untuk mencegah adanya kekerasan. (Hfner dkk,1997, Amir,2009, PPDGJ III, 1993)Kekerasan adalah segala bentuk yang akan menyakiti secara fisik, psikis, seksual dan ekonomi, ataupun ancaman, perampasan kebebasan, sehingga para dokter dan praktisi kesehatan menyarankan agar masyarakat tadak melakukan kekerasan dalam bentuk apapun, jika mengalami suatu masalah sebaiknya di selesaikan dengan santai dan tidak menggunakan emosi untuk mengindari terjadinya kekerasan atau pertengkaran, sehingga anak anak tidak mendapat tekanan batin dan merasa nyaman dan tenang. Sehingga angka insiden gangguan skizofrenia yang di pengaruhi oleh kekerasan bisa menurun dan tanpa ada peningkatan. (Solihin, 2004,Wahab, 2003)Penelitian yang dilakukan di Universitas Muhammadiyah Malang, menyatakan bahwa skizofrenia biasanya di pengaruhi oleh faktor ekonomi karena tidak bisa menebus obat, Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan dan perlakuan keluarga memberikan pengaruh besar pada penderita.Akan tetapi, hasil-hasil penelitian tersebut tidak dapat diaplikasikan pada masyarakat Indonesia, mengingat terdapatnya berbagai perbedaan, baik dari segi individu, lingkungan, ras, dan maupun kebiasaan yang terdapat di masyarakat Indonesia sendiri. Oleh sebab itu, penulis membuat suatu proposal penelitian yang berjudul, Prevalensi Penderita Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Bangli Provinsi Bali yang di Pengaruhi oleh Kekerasan. Dalam proposal ini dilakukan suatu studi deskriptif kekerasan yang menjadi salah satu penyebab gangguan skizofrenia, mengedukasi masyarakat dan mengurangi terjadinya kekerasan. Sehingga dapat dijadikan suatu pertimbangan untuk melakukan studi lanjutan terhadap pencegahan kekerasan.

1.2 Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat di tarik beberapa permasalahan dengan rumusan sebagai berikut. 1. Berapa prevalensi penderita skizofrenia yang di pengaruhi oleh kekerasan di Rumah Ssakit Jiwa Bangli Provinsi Bali?

1.3 Tujuan PenelitianSeiring dengan permasalahan-permasalahan yang diangkat, adapun tujuan yang diharapkan dapat tercapai dalam penelitian ini, antara lain: 1.3.1 Tujuan UmumMengetahui prevalensi penderita skizofrenia yang dipengaruhi oleh kekerasan.1.3.2 Tujuan Khusus1. Mengetahui jenis kelamin yang lebih rentang mengalami kekerasan pada penderita skizofrenia2. Mengetahui kelompok umur yang mengalami kekerasan pada penderita skizofrenia

1.4 Luaran yang DiharapkanMelalui penelitian ini, peneliti berharap dapat memperoleh suatu hasil studi awal terkait jumlah penderita yang mengalami gangguan kejiwaan (Skizofrenia) akibat kekerasan dengan stratifikasi berdasarkan pada jenis kelamin, mengetahui jumlah penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Bangli Provinsi Bali.

1.5 Kegunaan Penelitian 1. Sebagai sebuah peluang untuk memperluas ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran.2. Memberikan kesempatan kepada para penulis untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan difokuskan terhadap upaya pengembangan kedokteran komunitas.3. Sebagai studi dasar untuk melakukan studi lanjutan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan tindakan preventif primer terhadap gangguan skizofrenia.4. Untuk memberikan edukasi kepada masyarakat kususnya di masyarakat tentang pengertian gangguan skizofrenia.5. Untuk memperkecil angka insiden pada kasus gangguan skizofrenia di masyarakat.6. Untuk mengurangi adanya pemasungan terhadap pihak keluarga yang mengalami gangguan.