SKIZOFRENIA

28
SKIZOFRENIA Menurut Davidson (2006) skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku yang terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis, persepsi dan perhatian yang keliru, afek yang datar atau tidak sesuai, dan berbagai gangguan aktivitas motorik yang ganjil. Pasien skizofren menarik diri dari orang lain dan kenyataan dan masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan halusinasi. Dalam rujukan ringkas dari PPDGJ-III, skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Gangguan ini kadang berawal pada mas kanak-kanak tapi gangguan ini biasanya muncul pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Orang-orang yang menderita skizofrenia umumnya mengalami beberapa episode akut simptom-simptom, diantara setiap episode mereka sering mengalami simptom-simptom yang tidak terlalu parah, nmaun tetap sangat mengganggu keberfungsian mereka. Pada suatu saat, orang-orang dengan skizofrenia berpikir dan berkomunikasi dengan

Transcript of SKIZOFRENIA

SKIZOFRENIA

Menurut Davidson (2006) skizofrenia adalah gangguan psikotik yang

ditandai dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi, dan perilaku yang

terganggu, dimana berbagai pemikiran tidak saling berhubungan secara logis,

persepsi dan perhatian yang keliru, afek yang datar atau tidak sesuai, dan berbagai

gangguan aktivitas motorik yang ganjil. Pasien skizofren menarik diri dari orang

lain dan kenyataan dan masuk ke dalam kehidupan fantasi yang penuh delusi dan

halusinasi.

Dalam rujukan ringkas dari PPDGJ-III, skizofrenia adalah suatu deskripsi

sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan

penyakit (tak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah

akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial

budaya.

Gangguan ini kadang berawal pada mas kanak-kanak tapi gangguan ini

biasanya muncul pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa. Orang-orang

yang menderita skizofrenia umumnya mengalami beberapa episode akut simptom-

simptom, diantara setiap episode mereka sering mengalami simptom-simptom

yang tidak terlalu parah, nmaun tetap sangat mengganggu keberfungsian mereka.

Pada suatu saat, orang-orang dengan skizofrenia berpikir dan berkomunikasi

dengan sangat jelas, memiliki pandangan yang tepat atas realita, dan berfungsi

secara baik dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat yang lain, pemikiran dan kata-

kata mereka terbalik-balik, mereka kehilangan sentuhan dengan realita, dan

mereka tidak mampu memelihara diri mereka sendiri bahkan dalam banyak tugas-

tugas mendasar (Susan Nolen Hoeksema, 2011).

SIMPTOM KLINIS SKIZOFRENIA

Simptom-simptom dari gangguan skizofrenia terbagi menjadi 2 kategori

utama yaitu simptom positif dan simptom negatif. Simptom positif maksudnya

adalah simptom yang biasanya paling menonjol dari gangguan ini, misalnya

munculnya persepsi, pemikiran, dan tingkah laku yang tidak biasa. Sedangkan

simptom negatif menunjukkan ketiadaan atau penurunan di domain-domain

tertentu.

1. Simptom Positif (Tipe I)

Simptom positi mencakup hal-hal yang berlebihan dan distorsi, seperti

halusinasi dan waham.

a. Delusi (Waham)

Delusi (waham) merupakan keyakinan yang berlawanan dengan

kenyataan. Gambaran waham menurut Mellor (1970).

1. Pasien yakin bahwa pikiran bukan berasal dari dirinya dimasukkan ke

dalam pikirannya oleh suatu sumber ekstrenal.

2. Pasien yakin bahwa pikiran mereka disiarkan dan ditransmisikan

sehingga orang lain mengetahui apa yang mereka pikirkan

3. Pasien berpikir bahwa pikiran mereka telah dicuri secara tiba-tiba dan

tanpa terduga oleh suatu kekuatan ekstrenal

4. Beberapa pasien yakin bahwa perasaan atau perilaku mereka

dikendalikan oleh suatu kekuatan eksternal.

Terdapat beberapa bentuk delusi yang umum muncul pada pasien

skizofrenia. Presecutory delusions adalah merupakan keyakinan yang salah

bahwa dirinya atau orang yang dicintainya telah disiksa, dikuntit, atau menjadi

korban konspirasi orang-orang. Misalnya yakin bahwa ada agen-agen inteligen

atau polisi yang berusaha menangkap dirinya. Delusion of reference

merupakan keyakinan bahwa kejadian-kejadian tertentu yang terjadi secara

acak ditujukan pada dirinya. Misalnya keyakinan bahwa ada reporter yang

memberitakan setiap gerakannya. Grandiose delusion atau waham kebesaran,

merupakan keyakinan yang salah bahwa ia memiliki kekuatan, pengetahuan,

atau bakat yang besar, atau ia merupakan seorang yang terkenal dan orang

yang kuat. Misalnya keyakinan bahwa dia adalah reinkarnasi dewa ataupun

merupakan seorang superhero. Delusions of being controlled, ialah menyakini

bahwa pikiran, perasaan, dan perilakunya dikendalikan oleh kekuatan

eksternal. Misalnya yakin adanya makhluk asing telah menguasai badannya

dan mengendalikan perilakunya. Delusions of guilt or sin merpakan keyakinan

yang salah bahwa seseorang terlibat dalam suatu hal yang mengerikan dan

bertanggung jawab terhadap kejadian yang mengerikan. Misalnya keyakinan ia

telah membunuh seseorang. Somatic delusion merupakan keyakinan yang salah

bahwa salah satu bagian tubuhnya sakit atau diubah. Misalnya keyakinan

bahwa di dalam tubuhnya organ dalam tubuhnya digantikan oleh ular.

b. Halusinasi

Halusinai adalah distorsi persepsi pada pengalaman indrawi tanpa adanya

stimulus dari lingkungan (Davidson, 2006)

Halusinasi pada orang skizofrenia lebih aneh dan lebih bermasalah jika

dibandingkan dengan halusinasi pada mahasiswa dan tidak hanya disebabkan

oleh kurang tidur, stres, atau obat-obatan (Long, dalam Nolen, 2011).

Halusinasi ini berkaitan dengan panca indera yaitu halusinasi dengar,

penglihatan, penciuman, dan bahkan halusinasi somatis yang melibatkan

persepsi bahwa sesuatu terjadi di dalam tubuh seseorang. Halusinasi yang

paling umum adalah halusinasi dengar misalnya mendengar suara ataupun

musik yang tidak ada sumber suaranya.

c. Disorganisasi pemikiran dan cara bicara

Satu dari banyak kelaziman bentuk disorganisasi dalam skizofrenia, yaitu

kecenderungan untuk melompat dari satu topik kepada topik lain yang nampak

jelas sekali tidak berhubungan, melalui peralihan yang sedikit sekali masuk

akal, sering juga disebut sebagai kehilangan asosiasi (loosing of association)

atau keluar dari alur berpikir (derailment).

Penderita skizofrenia mungkin menjawab pertanyaan dengan komentar

yang sangat sedikit berhubungan dengan isi pertanyaan, atau sama sekali tidak

berhubungan. Sebagai contoh, ketika ditanya mengapa ia berada di rumah

sakit, seorang penderita skizofrenia menjawab: "Spaghetti terlihat seperti

cacing. Saya benar-benar berpendapat bahwa itu adalah cacing. Tikus tanah

menggali terowongan, tetapi tikus membangun sarang". Pada suatu waktu,

orang dengan skizofrenia berbicara dengan sangat tidak terorganisir sebagai

suatu hal yang secara total inkoheren bagi pendengar, sehingga seringkali

bercampur aduk. Orang tersebut mungkin membuat kata-kata yang memiliki

arti tertentu bagi dirinya, yang dikenal dengan neologism. Orang-orang yang

diagnosis skizofrenia mungkin membuat asosiasi antara kata-kata yang

berdasarkan bunyi kata, dibandingkan dengan maksud dari kata itu sendiri dan

ini dikenal dengan clangs. Disorganisasi cara bicara dan pemikiran pada

skizofrenia berkaitan dengan kekurangan utama dalam kognitif dan atensi

(Barch, 2005 dalam Nolen, 2011). Selian itu, pasien skizofrenia juga

menunjukkan penurunan kemampuan dalam working memory dimana

penurunan tersebut mempengaruhi kemampuan dalam menahan dan mengolah

informasi. Oleh karenanya pasien skizofrenia sulit untuk menahan informasi

yang tidak relevan ataupun memperhatika informasi yang relevan. Penurunan

working memory juga mempengaruhi pasien dalam belajar ataupun menerima

informasi baru.

d. Disorganisasi Perilaku ataupun kataton

Disorganisasi tingkah laku pada penderita skizofrenia sering mengarahkan

atau membuat orang disekitarnya menjadi takut terhadap mereka. Orang-orang

skizofrenia mungkin menunjukkan agitasi yang tidak dapat diprediksikan dan

jelas sekali tanpa pemicu (unpredictable and untrigger agitation). Tiba-tiba

berteriak dan menyumpah-nyumpah, atau berjalan maju mundur dengan cepat

di jalanan. Mereka mungkin melakukan perilaku yang tidak disukai (disetujui)

secara sosial, seperti public masturbation (onani di depan umum). Berpakaian

tidak rapi dan jorok, pada suatu waktu menggunakan sedikit pakaian di hari

yang dingin dan mengenakan banyak pakaian di hari yang sangat panas.

Pendeknya, dari tingkah laku yang sangat janggal ini, orang-orang dengan

schizophrenia seringkali memilih masalah dalam mengorganisasikan rutinitas

mereka sehari-hari. Hal ini sebagai gejala dimana seluruh konsentrasi mereka

harus dikerahkan untuk menyelesaikan sebuah tugas yang sederhana, seperti

menggosok gigi mereka dan tugas-tugas lain yang belum diselesaikan.

Kataton adalah sekelompok tingkah laku yang disorganisasi yang

mencerminkan kekurangresponsifan yang ekstrim terhadap dunia luar. Salah

satu periode kataton sering disebut sebagai cataton excitement dimana ia akan

tampak liar dan gelisah tanpa alasan dan sangat sulit untuk ditenangkan.

Selama periode ini, ia mungkin akan membicarakan delusi atau halusinasinya

ataupun menjadi sangat inkoheren.

2. Simptom Negatif (Tipe II)

Simptom negatif meliputi defisit behavioral diantara lain adalah avolition,

alogia, anhedonia, afek datar, dan asosialitas.

a. Affective Flattening

Adalah suatu reduksi atau pengurangan yang sangat parah atau bahkan

tidak ada sama sekali respon emosi atau afeksi terhadap lingkungan. Wajah

pasien skizofrenia biasanya tidak akan menunjukkan perubahan ekspresi,

tidak peduli apapun yang terjadi, dan bahasa tubuhnya tidak merespon apa

yang terjadi di sekitarnya. Mereka biasanya akan berbicara dengan suara yang

monoton, tanpa ekspresi emosi, dan mereka tidak berusaha untuk membuat

kontak mata dengan orang lain. Orang-orang dengan skizofrenia yang tidak

menunjukkan emosi apapun mungkin saja mengalami emosi yang intens

namun tidak mampu mengekspresikannya.

b. Alogia

Adalah pengurangan atau bahkan ketiadaan dalam berbicara atau dengan

kata lain mutism. Penderita mungkin tidak berinisiatif untuk berbicara dengan

orang lain, dan jika ditanya secara langsung (direct question), ia

menjawabnya dengan singkat dengan isi jawaban yang tidak berbobot.

Kurang atau kerusakan berbicara orang tersebut mungkin menggambarkan

kekurangan atau kerusakan dalam berpikir, meskipun hal itu mungkin untuk

sebagian disebabkan oleh kurangnya motivasi berbicara.

c. Avolition

Adalah ketidakmampuan untuk bertahan dalam melakukan suatu tugas

yang umum dan memiliki tujuan. Tidak hanya tidak mampu, tetapi penderita

skizofrenia juga tidak peduli dan tidak memiliki motivasi untuk melakukan

tugas-tugas tersebut. Misalnya ketidakmampuan untuk berpakaian,

menggosok gigi, sarapan, dan sebagainya. Mereka mungkin saja duduk

seharian tanpa melakukan kegiatan apa pun dan kadang mereka menarik diri

dari lingkungan sosialnya.

Simptom negatif pada skizofrenia agak sulit didignosa dan terkadang

diragukan reliabilitasnya. Pertama, tidak seperti simptom postif yang

menunjukkan kemunculan tingkah laku tertentu, simptom negatif melibatkan

tingkah laku yang hilang ataupun tidak ada pada pasien, sehingga agak sulit untuk

mendeteksinya. Kedua, simptom ini bergerak dari rentang normal sampai

abnormal. Berbeda dengan simptom positif terlihat dari keanehan tingkah laku

yang benar-benar tampak. Ketiga, simptom ini mungkin saja disebabkan oleh

faktor-faktor selain skizofrenia. Misalnya karena depresi ataupun efek samping

dari pengobatan.

Terdapat beberapa simptom yang tidak dikelompokkan ke dalam simptom

positif dan negatif. Simptom-simptom tersebut adalah sebagai berikut:

1. Afek yang tidak tepat

Orang dengan skizofrenia sering menunjukkan respon afeksi yang tidak

sesuai dengan stimulusnya. Misalnya mereka tertawa ketika menghadapi

situasi yang sedih ataupun sebaliknya. Hal ini terjadi mungkin karena mereka

sedang memikirkan hal lain yang sama sekali berbeda dengan apa yang

terjadi di luar dirinya. Keadaan ini pada pasien tedapat dengan cepat berubah

dari satu kondisi emosional ke kondisi emosional lain tanpa alasan yang jelas.

Meskipun simptom ini cukup jarang terjadi, namun jika terjadi, simptom ini

memiliki kepentingan diagnostik yang besar karena relatif spesifik bagi

skizofrenia (Davidson, 2006).

2. Anhedonia

Beberapa penderita skizofrenia mengalamai anhedonia yang parah.

Anhedonia adalah kehilangan minat terhadap segala sesuatu di dalam hidup.

Mereka kehilangan kemampuan untuk merasakan emosi, tidak peduli apa pun

yang terjadi, mereka tidak merasa senang atau sedih.

3. Kemampuan sosial yang terganggu

Penderita skizofrenia dengan segala simptom yang ada pada mereka

menjadi sulit untuk menjalin interaksi sosial yang normal dengan orang lain.

Penderita skizofrenia memiliki kemampuan sosial yang terganggu dalam

cakupan yang luas, termasuk kesulitan dalam mempertahankan percakapan,

hubungan, ataupun percakapan. Hal ini lebih disebabkan oleh simptom negatif

daripada simptom positif walaupun simptom positif tampak lebih aneh.

DIAGNOSIS SKIZOFRENIA

Diagnosis dalam DSM IV TR

Terdapat enam kriteria diagnostic skizofrenia menurut DSM – IV TR:

1. Simptom – simptom khas

Dua atau lebih dari yang berikut ini, masing – masing muncul cukup jelas

selama jangka waktu satu bulan (atau kurang, bila ditangani dengan baik):

a)      Delusi

b)      Halusinasi

c)      Pembicaraan kacau

d)     Tingkah laku kacau atau katatonik

e)      Simptom – simptom negatif

2.   Disfungsi social/ukopasional

3.   Durasi

Simptom – simptom gangguan ini tetap ada untuk paling sedikit 6 bulan.

Periode 6 bulan ini mencakup paling tidak 1 bulan dimana simptom –

simptom muncul.

4.   Tidak termasuk gangguan schizoaffective atau gangguan mood

5.    Tidak termasuk gangguan karena zat atau karena kondisi medis

6.    Hubungan dengan Pervasive Autistic Disorder atau gangguan PDD

lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia hanya dibuat bila ada halusinasi

atau delusi yang menonjol, selama paling tidak 1 bulan (atau kurang bila

tertangani dengan baik).

Diagnosis PPDGJ III

Berdasarkan PPDGJ-III, kriteria untuk menegakkan diagnosis skizofrenia

adalah apabila ditemukan satu gejala utama (a-d) secara jelas , atau dua dari gejala

tambahan (f-h) apabila gejala utama kurang jelas. Gejala sudah berlangsung lebih

dari 1 bulan dan pasien dalam keadaan kompos mentis.

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua

gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :

a. - “Thought echo” : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,

walaupun isinya sama, namun kulitasnya berbeda; atau

- “Thought insertion or withdrawal”: isi pikiran yang asingdari luar masuk

kedalam pikirannya (insertion)atau isi pikirannya diambil keluar oleh

sesuatu dari luar (withdrawal); dan

- “Thought broadcasting”: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain

atau umum mengetahuinya;

b. -“delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dati luar; atau

- “delusion of influence”: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau

- “delusion of passivity”: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang ‘dirinya”: secara jelas

merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan

atau penginderaan khusus);

- “delusional perception”: pengalaman inderawi yang tak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau

mukjizat;

c. Halusinasi auditori

Dapat berupa suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus

terhadap perilaku pasien. Terkadang mendiskusikan perihal pasien di

antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau

jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan

diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau

berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara

jelas :

e. Halusinasi yang menetap dari pancaindera apa saja, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan

(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari

selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus.

f. Arus pikiran yang terputus (blocking) atau yang mengalami sisipan,

yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau

neologisme.

g. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi

tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas lilin, negativisme, mutisme,

dan stupor.

h. Gejala-gejala “negatif”, seperti sikap yang sangat apatis, bicara yang

jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,

biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan

menurunnya kinerja sosial. Tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut

tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

prodromal).

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai (personal

behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak

berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan

penarikan diri secara sosial.

KLASIFIKASI SKIZOFRENIA

Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di

muka, dalam PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang

mempunyai spesifikasi masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-

hal sebagai berikut :

1. Skizofrenia Paranoid

Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia

Sebagai tambahan :

Halusinasi dan atau waham harus menonjol :

(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi

pluit, mendengung, atau bunyi tawa.

(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau

lain-lain perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang

menonjol.

(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan

(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau

“Passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang

beraneka ragam, adalah yang paling khas.

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatonik secara relatif tidak nyata / menonjol.

Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada

pasien skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami

episode pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau

30 tahunan biasanya mencapai kehidupan social yang dapat membantu

mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung

lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik

paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuanmentalnya,

respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien

skizofrenik.

Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga,

berhati-hati, dan tak ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau

agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan

diri mereka secara adekuat didalam situasi social. Kecerdasan mereka

tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka.

2. Skizofrenia Hebefrenik

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia

remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).

Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang

menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan

diagnosis.

Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan

pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan

bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :Perilaku

yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta

mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan

perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;

Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering

disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied),

senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty

manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara

bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang

diulang-ulang (reiterated phrases);

Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu

(rambling) serta inkoheren.

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir

umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya

tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations).

Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang

serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan

ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa maksud (empty

of purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-

buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin

mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.

Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe

terdisorganisasi.

3. Skizofrenia Katatonik

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.

Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran

klinisnya :

(a) stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan

dan dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak

berbicara):

(b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan,

yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

(c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan

mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);

(d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif

terhadap semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau

pergerakkan kearah yang berlawanan);

(e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan

upaya menggerakkan dirinya);

(f) Fleksibilitas cerea / ”waxy flexibility” (mempertahankan anggota

gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan

(g) Gejala-gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan

secara otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata

serta kalimat-kalimat.

Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari

gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai

diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.

Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk

diagnostik untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh

penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta

dapat juga terjadi pada gangguan afektif.

Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik

memerlukan pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai

dirinya sendiri atau orang lain. Perawatan medis mungkin ddiperlukan

karena adanya malnutrisi, kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang

disebabkan oleh dirinya sendiri.

4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated).

Seringkali. Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah

dimasukkan kedalam salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien

tersebut sebagai tipe tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III

yaitu:

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid,

hebefrenik, atau katatonik.

Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca

skizofrenia.

5. Depresi Pasca-Skizofrenia

Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :

(a) Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis

umum skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;

(b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi

mendominasi gambaran klinisnya); dan

(c) Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling

sedikit kriteria untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu

paling sedikit 2 minggu.

Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis

menjadi episode depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas

dan menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia

yang sesuai.

6. Skizofrenia Residual

Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus

dipenuhi semua :

(a) Gejala “negative” dari skizofrenia yang menonjol misalnya

perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang

menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam

kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk

seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan

posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;

(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa

lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;

(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana

intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan

halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul

sindrom “negative” dari skizofrenia;

(d) Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik

lain, depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan

disabilitas negative tersebut.

Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang

terus menerus adanya gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan

lengkap gejala aktif atau gejala yang cukup untuk memenuhi tipe lain

skizofrenia. Penumpulan emosional, penarikan social, perilaku eksentrik,

pikiran yang tidak logis, dan pengenduran asosiasi ringan adalah sering

ditemukan pada tipe residual. Jika waham atau halusinasi ditemukan maka

hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek yang kuat.

7. Skizofrenia Simpleks

Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena

tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan

progresif dari :

- gejala “negative” yang khas dari skizofrenia residual tanpa

didahului riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari

episode psikotik, dan

- disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang

bermakna, bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang

mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan

penarikan diri secara sosial.

- Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan

subtipe skizofrenia lainnya.

Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa

pubertas. Gejala utama pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan

kemunduran kemauan. Gangguan proses berpikir biasanya sukar

ditemukan. Waham dan halusinasi jarang sekali terdapat. Jenis ini

timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan mungkin penderita mulai

kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik diri dari

pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran

dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang

menolongnya ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.

8. Skizofrenia lainnya

9. Skizofrenia YTT

Selain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya

(yang tidak berdasarkan DSM IV TR), antara lain :

· Bouffe delirante (psikosis delusional akut).

Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas

dasar lama gejala yang kurang dari tiga bulan. Diagnosis adalah mirip

dengan diagnosis gangguan skizofreniform didalam DSM-IV. Klinisi

Perancis melaporkan bahwa kira-kira empat puluh persen diagnosis

delirante berkembang dalam penyakitnya dan akhirnya diklasifikasikan

sebagai media skizofrenia.

· Skizofrenia laten.

Konsep skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat

terdapat konseptualisasi diagnostic skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien

harus sangat sakit mental untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia; tetapi

pada konseptualisasi diagnostik skizofrenia yang luas, pasien yang sekarang

ini tidak terlihat sakit berat dapat mendapatkan diagnosis skizofrenia.

Sebagai contohnya, skizofrenia laten sering merupakan diagnosis yang

digunakan gangguan kepribadian schizoid dan skizotipal. Pasien tersebut

mungkin kadang-kadang menunjukkan perilaku aneh atau gangguan pikiran

tetapi tidak terus menerus memanifestasikan gejala psikotik. Sindroma juga

dinamakan skizofrenia ambang (borderline schizophrenia) di masa lalu.

· Oneiroid.

Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien

mungkin pasien sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi

terhadap waktu dan tempat. Istilah “skizofrenik oneiroid” telah digunakan

bagipasien skizofrenik yang khususnya terlibat didalam pengalaman

halusinasinya untuk mengeluarkan keterlibatan didalam dunia nyata. Jika

terdapat keadaan oneiroid, klinisi harus berhati-hati dalam memeriksa

pasien untuk adanya suatu penyebab medis atau neurologist dari gejala

tersebut.

· Parafrenia.

Istilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim untuk “skizofrenia

paranoid”. Dalam pemakaian lain istilah digunakan untuk perjalanan

penyakit yang memburuk secara progresif atau adanya system waham yang

tersusun baik. Arti ganda dari istilah ini menyebabkannya tidak sangat

berguna dalam mengkomunikasikan informasi.

· Pseudoneurotik.

Kadang-kadang, pasien yang awalnya menunjukkan gejala tertentu

seperti kecemasan, fobia, obsesi, dan kompulsi selanjutnya menunjukkan

gejala gangguan pikiran dan psikosis. Pasien tersebut ditandai oleh gejala

panansietas, panfobia, panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas yang

kacau. Tidak seperti pasien yang menderita gangguan kecemasan, mereka

mengalami kecemasan yang mengalir bebas (free-floating) dan yang sering

sulit menghilang. Didalam penjelasan klinis pasien, mereka jarang menjadi

psikotik secara jelas dan parah.

· Skizofrenia Tipe I.

Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah

simptom positif yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan

bertambah banyaknya pembicaraan. Disertai dengan struktur otak yang

normal pada CT dan respon yang relatif baik terhadap pengobatan.

· Skizofrenia tipe II.

Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah

simptom negative yaitu pendataran atau penumpulan afek, kemiskinan

pembicaraan atau isi pembicaraan, penghambatan (blocking), dandanan

yang buruk, tidak adanya motivasi, anhedonia, penarikan sosial, defek

kognitif, dan defisit perhatian. Disertai dengan kelainan otak struktural pada

pemeriksaan CT dan respon buruk terhadap pengobatan.