skenario1 Respirasi.docx
-
Upload
ferry-juniansyah -
Category
Documents
-
view
231 -
download
0
Transcript of skenario1 Respirasi.docx
7/27/2019 skenario1 Respirasi.docx
http://slidepdf.com/reader/full/skenario1-respirasidocx 1/19
1
FERRY JUNIANSYAH
1102011105
A-6 SKENARIO 1
BLOK RESPI
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi saluran pernafasan
1.1 Makro
Berdasarkan anatomi saluran pernafasan terdiri dari 2 bagian :
1.saluran nafas bagian atas (Upper Respiratory Tract) > mulai dari nares hidung sampai
cartilage cricoid larynx.
2. saluran nafas bagian bawah (Lower Respiratory Tract) > dari tracea sampai ductus
alveolaris / alveoli paru)
Skematis Proses Respirasi :
Pada waktu inspirasi udara di tarik masuk hidung melalui lubang atau nares anterior (aperture
nasalis anterior) -> melalui vestibulum nasi masuk cavum nasi, cavum nasi yang terbagi dua
oleh sekat hidung yaitu septum nasi. Udara dari cavum nasi masuk nares posterior = choanae
-> nasopharynx -> oropharynx selanjutnya (epiglottis yang berfungsi membuka aditus
larungis (pintu larynx) -> udara masuk daerah larynx. Sampai disini termasuk saluran nafas
bagian atas.
Selanjutny udara masuk saluran nafas bagian bawah -> mulai trakea -> bronchus primer -> bronchus sekunder -> bronchioles segmentalis (tersier) -> bronchioles terminalis -> organ
7/27/2019 skenario1 Respirasi.docx
http://slidepdf.com/reader/full/skenario1-respirasidocx 2/19
2
paru melalui bronchioles respiratorius -> ductus alveolaris -> alveoli paru -> terjadi diffuse
pertukaran O2 dan CO2.
2. Mikro
1.Epiglottis
Kerangkaepiglotti terbentuk dari tulang rawan elastin. Kerangka ini dilapisi oleh epitel yang
berbeda. Permukaan laryngeal, dilapisi epitel bertingkat torak dengan silia dan sel goblet,
sama seperti epitel saluran pernafasan lainnya. Sedangkan permukaan lingual dilapisi oleh
epitel rongga mulut. Di bawah epitel terdapat lamina propria yang terisi oleh kelenjar
campur. Pada daerah epiglottis dapat deralihan kedua jenis epitel ini.
2.Trachea
Kerangka trakea terbentuk dari tulang rawan hialin (disebut pars cartilaginea trachea)
berbentuk cincin seperti „C‟. keduaa ujung tulang rawan tersebut dihubungkan oleh jaringanikat yang disebut pars membranacea trachea. Pada pars membranacea terdapat muscular otot
polos. Mucosa trachea juga dilapisi oleh epitel beringkat torak dengan silia dan sel goblet.
Dibagian luar, trachea di bungkus oleh jaringan ikat jarang, yaitu tunuka adventisia.
2. Memahami dan menjelaskan fisiologi pernafasan
Proses fisiologi pernapsan yaitu proses O2 dipindahkan dari udara ke jaringan-
jaringan,dan CO2 dikeluarkan ke udara ekspirasi, dapat dibagai menjadi tiga stadium, yaitu
ventilasi,transportasi, dan repirasi sel.
1. Ventilasi
7/27/2019 skenario1 Respirasi.docx
http://slidepdf.com/reader/full/skenario1-respirasidocx 3/19
3
Merupakan gerak udara masuk paru yang terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara
atmosfer dan alveoli akibat gerakan paru dalam rongga dada yang diperkuat oleh otot-otot
pernapasan. Tekanan intrapleura menjadi lebih negatif selama inspirasi dan kurang negatif
selama ekspirasi. Udara bergerak ke dalam paru selama inspirasi bila tekanan alveolus lebih
rendah daripada tekanan atmosfir, dan udara keluar dari paru selama ekspirasi bila tekanan
atmosfir.
2. Transportasia. Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru (respirasi eksterna) dan antara darah
sistemik dan sel-sel jaringan. Penggerak kekuatan difusi gas melewati membran
alveolokapiler terdiri dari perbedaan tekanan parsial antara darah dan rongga alveolar.
Perbedaan tekanan parsial untuk difusi O2 relatif besar : O2 alveolar kira-kira 100 mmHg dan
sekitar 40 mmHg dalam darah kapilar paru venosa campuran. Difusi CO2 dari darah ke
alveolus membutuhkan perbedaan tekanan parsial yang lebih kecil daripada O2 karena CO2
lebih dapat larut dalam lipid.
b. Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonar dan penyesuaiannya dengan distribusi
udara dalam alveolus-alveolus. Hal ini berkaitan dengan hubungan antara ventilasi(dalam paru)-perfusi(aliran darah dalam kapiler). Idealnya, efisiensi pertukaran gas yang optimal
akan diberikan melalui distribusi dan perfusi sehingga ventilasi-perfusi hampir seimbang
(pada orang normal). Keseluruhan V/Q normal adalah 0,8(4L/menit : 5L/menit). Karena gaya
gravitasi aliran darah pulmonal, V/Q pada apex paru lebih tinggi dari 0,8 (V lebih tinggi dari
Q), sedangkan V/Q pada basis paru lebih rendah dari 0,8(V lebih rendah dari Q).
Ketidaksamaan V/Q yang menyebabakan hipoksemi terjadi pada kebanyakan penyakit
pernapasan.
i. Unit untung rugi (V/Q > 0,8), ventilasi normal tanpa perfusi (pada embolisme paru)
ii. Unit pirau (V/Q <0,8), tanpa ventilasi perfusi normal (pada edema paru, pneumonia)
iii. Unit diam , tanpa ventilasi dan perfusi
c. Reaksi kimia dan fisik dari O2 dan CO2 dengan darah.
i. Transpor O2 dalam darah
Hampir semua O2 yang dibawa ke jaringan dalam darah terikat pada hemoglobin , dan
hanya sedikit jumlah yang larut dalam plasma (karena O2 tidak larut dalam plasma).
Meskipun kebutuhan jaringan bervariasi , namun sekitar 75% Hb masih berikatan dengan O 2
pada waktu Hb kembali ke paru dalam bentuk darah vena campuran. Jadi hanya 25% O2
dalam darah arteri yang digunakan untuk keperluan jaringan.
ii. Transpor CO2 dalam darah
Transpor CO2 dari jaringan ke paru untuk dibuang dilakukan dengan tiga cara
-
Sekitar 10% CO2 secara fisik larut dalam plasma,- Sekitar 20% CO2 berikatan dengan gugus amino pada Hb dalam eritrosit.
- Sekitar 70% CO2 diangkut dalam bentuk bikarbonat plasma
3. Respirasi selMerupakan stadium akhir respirasi, yaitu saat zat-zat dioksidasi untuk mendapatkan
energi, dan CO2 terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel.
Menjelaskan Mekanisme Batuk
Inspirasi dalam, diikuti ekspirasi kuat melawan glotis yang tertutup. Peningkatan
tekanan intrapleura 100mmHg atau lebih. Glotis tiba-tiba terbuka mengakibatkan redakan
aliran udara ke luar dengan kecepatan 965km atau (600mil)/jam.
7/27/2019 skenario1 Respirasi.docx
http://slidepdf.com/reader/full/skenario1-respirasidocx 4/19
4
Mekanisme batuk dibagi menjadi 3 fase:
Fase 1 (Inspirasi), paru2 memasukan kurang lebih 2,5 liter udara , oesofagus dan pita suara
menutup, sehingga udara terjerat dalam paru2
Fase 2 (Kompresi), otot perut berkontraksi, so diafragma naik dan mnekan paru2, diikuti pula
dengan kontraksi intercosta internus. yang pada akhirnya akan menyebabkan tekanan pada paru2 meningkat hingga 100mm/hg.
Fase 3 (Ekspirasi), Spontan oesofagus dan pita suara terbuka dan udara meledak keluar dari
paru
Batuk adalah mekanisme pertahanan tubuh yang berguna untuk membersihkan saluran
trakeobronkial. Batuk yang tidak efektif dapat menimbulkan berbagai efek yang tidak
mengun-tungkan berupa penumpukan sekret yang berlebihan, atelektasis, gangguan
pertukaran gas dan lain-lain. Batuk yang tidak efektif mungkin terjadi karena gangguan di
saraf aferen, pusat batuk atau di saraf eferen yang ada. Batuk yang berlebihan akan terasa
mengganggu. Penyebab batuk juga amat beragam, mulai dari kebiasaan merokok sampai
pada berbagai penyakit baik di paru maupun di luar paru. Keluhan batuk juga dapatmenimbulkan berbagai komplikasi mulai dari yang ringan sampai yang berat
Menjelaskan Mekanisme Bersin
Reflek bersin mirip dengan reflek batuk kecuali bahwa refleks ini berlangsung pada
saluran hidung, bukan pada saluran pernapasan bagian bawah. Rangsangan awal
menimbulkan refleks bersin adalah iritasi dalam saluran hidung, impuls saraf aferen berjalan
dalam nervus ke lima menuju medulla tempat refleks ini dicetuskan. Terjadi serangkaian
reaksi yang mirip dengan refleks batuk tetapi uvula ditekan, sehingga sejumlah besar udara
dengan cepat melalui hidung, dengan demikian membantu membersihkan saluran hidung dari
benda asing.Mekanisme Bernafas
Inspirasi dan ekspirasi terjadi karena adanya kontraksi dan relaksasi otot-otot
pernafasan Selama inspirasi tenang, difragma dan m. interkonta ekterna berkontraksi dan
volume thorax meningkat.
Selama ekspirasi tenang. Otot-otot tersebut relaksasi dan recoil elastis paru-paru dan thorak
yang menyebabkan penurunan volume thoraxKekuatan inspirasi dan ekspirasi dibantu oleh
kontraksi otot pernafasan asesoris.
3. memahami dan Menjelaskan Rhinitis Alergi
3.1 Definisi
-Rhinitis alergi merupakan suatu proses inflamasi dari mukosa hidung yang diperantai oleh
Immunoglobulin E (IgE).
Rhinitis alergi merupakan suatu kumpulan gejala kelainan hidung yang disebabkan proses
inflamasi yang diperantai oleh immunoglobulin E (IgE) akibat paparan allergen pada mukosa
hidung.
3.2 Etiologi
Rinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh interaksi dari pasien yang secaragenetik memiliki potensi alergi dengan lingkungan. Genetik secara jelas memiliki peran
7/27/2019 skenario1 Respirasi.docx
http://slidepdf.com/reader/full/skenario1-respirasidocx 5/19
5
penting. Pada 20 – 30 % semua populasi dan pada 10 – 15 % anak semuanya atopi. Apabila
kedua orang tua atopi, maka risiko atopi menjadi 4 kali lebih besar atau mencapai 50 %.Peran
lingkungan dalam dalam rinitis alergi yaitu alergen, yang terdapat di seluruh lingkungan,
terpapar dan merangsang respon imun yang secara genetik telah memiliki kecenderungan
alergi.
Adapun alergen yang biasa dijumpai berupa alergen inhalan yang masuk bersama udara pernapasan yaitu debu rumah, tungau, kotoran serangga, kutu binatang, jamur, serbuk
sari,dan lain-lain.
3.3 Klasifikasi
Dahula rhinitis alergi dibedakan dalam 2 macam berdasarkan sifat berlangsungnya, yaitu :
1. rhinitis alergi musiman
2. rhinitis alergi sepanjang tahun.
Gejala keduanya hamper sama, hanya berbeda dalam sifat berlangsungnya. Saat ini
digunakan klasifikasi rhinitis alergi berdasarkan dari WHO inative ARIA tahun 2000, yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi :
1 intermiten (kadang-kadang) : bila gejala dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.
2. persisten/menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu atau lebih dari 4 minggu.
Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rhinitis alergi dibagi menjadi :
1.ringan, bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktifitas
harian,bersantai,berolahraga,belajar, berkerja dan hal0hal lainnya yang mengganggu.
2. sedang atau berat bila terdapat satu atau lebih gangguan tersebut diatas.
3.4 Patofisiologi
SensitisasiRinitis alergi merupakan penyakit inflamasi yang diawali oleh adanya proses sensitisasi
terhadap alergen sebelumnya. Melalui inhalasi, partikel alergen akan tertumpuk di mukosa
hidung yang kemudian berdifusi pada jaringan hidung. Hal ini menyebabkan sel (APC) akan
menangkap alergen yang menempel tersebut.
Reaksi Alergi Fase Cepat
Reaksi cepat terjadi dalam beberapa menit, dapat berlangsung sejak kontak denganallergen sampai 1 jam setelahnya. Mediator yang berperan pada fase ini yaitu histamin,
tiptase dan mediator lain seperti leukotrien, prostaglandin (PGD2) dan bradikinin. Mediator-
mediatortersebut menyebabkan keluarnya plasma dari pembuluh darah dan dilatasi dari
anastomosis arteriovenula hidung yang menyebabkan terjadinya edema, berkumpulnya darah
pada kavernosus sinusoid dengan gejala klinis berupa hidung tersumbat dan oklusi dari
saluran hidung. Rangsangan terhadap kelenjar mukosa dan sel goblet menyebabkan
hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore. Rangsangan pada
ujung saraf menyebabkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin.
Reaksi Alergi Fase Lambat
Reaksi alergi fase lambat terjadi setelah 4 – 8 jam setelah fase cepat. Reaksi inidisebabkan oleh mediator yang dihasilkan oleh fase cepat beraksi terhadap sel endotel
7/27/2019 skenario1 Respirasi.docx
http://slidepdf.com/reader/full/skenario1-respirasidocx 6/19
6
postkapiler yang akan menghasilkan suatu Vascular Cell Adhesion Mollecule (VCAM)
dimana molekul ini menyebabkan Sel leukosit seperti eosinofil menempel pada sel hidung.
Gejala klinis yang ditimbulkan pada fase ini lebih didominasi oleh sumbatan hidung.
3.5 Manisfestasi Klinis
Rinitis alergi menurut WHO (2001) adalah kelainan pada hidung setelah mukosa hidungterpapar oleh alergen yang diperantarai oleh IgE dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa
gatal pada hidung dan hidung tersumbat.
Klasifikasi rhinitis alergi :
Rinitis alergi intermitten (kadang-kadang). Gejalanya <4 hari/minggu atau > <4 minggu.
sebaliknya yang persisten > 4 hari per minggu atau > 4 minggu
Rinitis alergi ringan. Tidak mengganggu aktivitas harian, tidur, bersantai, olahraga,
belajar & bekerja.
Rinitis alergi sedang & berat. Mengganggu 1 atau lebih aktivitas tersebut
Gejala klinik rinitis alergi, yaitu :
• Bersin patologis. Bersin yang berulang lebih 5 kali setiap serangan bersin.
• Rinore. Ingus yang keluar.
• Gangguan hidung. Hidung gatal dan rasa tersumbat. Hidung rasa tersumbat merupakan
gejala rinitis alergi yang paling sering kita temukan pada pasien anak-anak.
• Gangguan mata. Mata gatal dan mengeluarkan air mata (lakrimasi).
• Allergic shiner. Perasaan anak bahwa ada bayangan gelap di daerah bawah mata
akibat stasis vena sekunder. Stasis vena ini disebabkan obstruksi hidung. Allergic
salute. Perilaku anak yang suka menggosok-gosok hidungnya akibat rasa gatal.
Allergic crease. Tanda garis melintang di dorsum nasi pada 1/3 bagian bawah akibat
kebiasaan menggosok hidung.
3.6 Diagnosis & diagnosis banding
A. AnamnesisPerlu ditanyakan gejala-gejala spesifik yang mengganggu pasien (seperti hidung
tersumbat, gatal-gatal pada hidung, rinore, bersin), pola gejala (hilang timbul, menetap)
beserta onset dan keparahannya, identifikasi faktor predisposisi, respon terhadap pengobatan,
kondisi lingkungan dan pekerjaan. Karena rinitis alergi seringkali berhubungan dengan
konjungtivitis alergi, maka adanya gatal pada mata dan lakrimasi mendukung diagnosis rinitis
alergi. Riwayat keluarga merupakan petunjuk yang cukup penting dalam menegakkan
diagnosis.B. Diagnosis dan DD
Secara khas dimulai pada usia yg sangat muda dengan gejala kongesti hidung,bersin,air
mata,gatal, keluhan yg sama seperti polip hidung ialah hidung tersumbat dan rinorea.bila
terjadi pula sinusitis berupa gejala nyeri pada kepala,daerah tulang pipi.
Diagnosis rinitis alergika berdasarkan pada keluhan penyakit, tanda fisik dan uji
laboratorium. Keluhan pilek berulang atau menetap pada penderita dengan riwayat keluarga
atopi atau bila ada keluhan tersebut tanpa adanya infeksi saluran nafas atas merupakan kunci
penting dalam membuat diagnosis rinitis alergika. Pemeriksaan fisik meliputi gejala utama
dan gejala minor. Uji laboratorium yang penting adalah pemeriksaan in vivo dengan uji kulit
goresan, IgE total, IgE spesifik, dan pemeriksaan eosinofil pada hapusan mukosa hidung. UjiProvokasi nasal masih terbatas pada bidang penelitian.
7/27/2019 skenario1 Respirasi.docx
http://slidepdf.com/reader/full/skenario1-respirasidocx 7/19
7
DD Rinitis alergika harus dibedakan dengan :
1. Rhinitis vasomotorik
2. Rhinitis medikamentosa
3. Rhinitis virus4. Rhinitis iritan ( Irritant Contact Rhinitis)
1. Rhinitis vasomotorik
Pasien-pasien dengan rhintis vasomotorik datang dengan gejala sumbatan hidung dan
sekret nasal yang jernih.gejala-gejalanya sering berhubungan dengan temperatur
,makan,paparan terhadap bau dan zat-zat kimia atau konsumsi alkohol. Beberapa klinisi
mengusulkan bahwa regulasi otonom yang abnormal dari fungsi hidung adalah penyebabnya.
pada rhinitis vasomotor tidak ditemukan adanya skin tes yang(+) dan tes alergen
yang (+), sedangkan pada yang alergika murni mempunyai skin tes yang (+) dan laergen yang
jelas.
Rinitis alergika sering ditemukan pada pasien dengan usia < 20
tahun,sedangkan pada rinitis vasomotor lebih banyak dijumpai pada usia > 20 tahun
danpaling sering diderita oleh perempuan.
2. Rinitis medikamentosa ( Drug induced rhinitis)
karena penggunaan tetes hidung dalam jangkalama, reserpin, klonidin, alfa
metildopa, guanetidin, klorpromasin, dan fenotiasin yang lain.
3. RhinitisV irus
Rhinitis virus sangat umum terjadi dan sering berhubungan denganmanifestasi
lain dari penyakit virus seperti sakit kepala, malaise, tubuh pegal, danbatuk. Sekret
nasal yang dihasilkan pada rhinitis viral seringnya jernih atauberwarna putih dan
bisa disertai dengan kongesti hidung dan bersin -bersin.
4. Rhinitis iritan (irritant contact rhinitis)
karena merokok, iritasi gas, bahan kimia, debu pabrik, bahan kimia pada makanan.Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis yang cermat,pemeriksaan alergi yang negatif.
Faktor yg berhubungan dengan diagnosis rinusitis
Mayor : Muka nyeri ,Rasa tersumbat, Secret purulen, Hiposmia, Demam
Minor :Sakit kepala, Demam, Lesu, Batuk, Sakit gigi, Telinga sakit, ,penuh, atau
tertekan.
C. Pemeriksaan fisik
7/27/2019 skenario1 Respirasi.docx
http://slidepdf.com/reader/full/skenario1-respirasidocx 8/19
8
Rinusitis : Lakrimasi berlebihan,sclera, dan konjungtiva yg memerah,pembengkakan
konka nasalis, skret encer keriput lateral pada Krista hidung. Polip hidung : sering
terlihat di bagian atas dinding hidung lateral, mengelilingi konka media, khasnya licin lunak
dan mengkilap bewarna kebiruan. Pada sinusitis : terdapat nyeri tekan pada daerah sinus yg
terkena.
Mukosa hidung yg alergi biasanya basah,pucat, dan bewarna pink serta konka tampak membengkak,bila terjadi infeksi sekret bias purulen atau bahkan kering sama sekali.
Pemeriksaan biasanya dimulai dengan inspeksi hidung luar. Inspeksi dan palpasi
merupakan teknik penting yang paling sering dipakai pada pemeriksaan fisik. ada cara lain
antara lain mendengarkan pernapasan dan bicara pasien yang dapat menunjuk kelainan di
hidung.
- Inspeksi dan palpasi hidung luar
- Pemeriksaan dengan pantulan cahaya
- Pemeriksaan dengan sonde hidung
-
Inspeksi dengan kaca nasofaring tidak langsung- Inspeksi dengan nasofaringoskop
- Pemeriksaan rongga postnasal dengan jari
- Pemeriksaan biopsi
Pemeriksaan penunjangPemeriksaan sitologi hidung tidak memastikan diagnosis, tetapi berguna sebagai
pemeriksaan pelengkap. Ditemukannya eosinofil dalam jumlah banyak (5 sel/lapang
pandang) menunjukkan kemungkinan alergi. Hitung jenis eosinofil dalam darah tepi dapat
normal atau meningkat. Pemeriksaan IgE total seringkali menunjukkan nilai normal, kecuali
bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu penyakit. Lebih bermakna adalah pemeriksaan
IgE spesifik dengan cara RAST (Radioimmuno Sorbent Test) atau ELISA (Enzyme LinkedImmuno Sorbent Test).
Uji kulit alergen penyebab dapat dicari secara invivo. Ada dua macam tes kulit yaitu tes
kulit epidermal dan tes kulit intradermal. Tes epidermal berupa tes kulit gores (scratch)
dengan menggunakan alat penggores dan tes kulit tusuk (skin prick test). Tes intradermal
yaitu tes dengan pengenceran tunggal (single dilution) dan pengenceran ganda (Skin
Endpoint Titration – SET). SET dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntikkan
alergen dalam berbagai konsentrasi. Selain dapat mengetahui alergen penyebab, juga dapat
menentukan derajat alergi serta dosis inisial untuk imunoterapi. Selain itu, dapat pula
dilakukan tes provokasi hidung dengan memberikan alergen langsung ke mukosa hidung.
Untuk alergi makanan, dapat pula dilakukan diet eliminasi dan provokasi atau IntracutaneousProvocative Food Test (IPFT).
3.7 Tatalaksana
a. Penghindaran alergen.
Merupakan terapi yang paling ideal. Cara pengobatan ini bertujuan untuk mencegah
kontak antara alergen dengan IgE spesifik dapat dihindari sehingga degranulasi sel mastosit
tidak berlangsung dan gejala pun dapat dihindari. Namun, dalam praktek adalah sangat sulit
mencegah kontak dengan alergen tersebut. Masih banyak data yang diperlukan untuk
mengetahui pentingnya peranan penghindaran alergen.
b. Pengobatan medikamentosa
7/27/2019 skenario1 Respirasi.docx
http://slidepdf.com/reader/full/skenario1-respirasidocx 9/19
9
Cara penngobatan ini merupakan konsep untuk mencegah dan atau menetralisasi kinerja
molekul-molekul mediator yang dilepas sel-sel inflamasi alergis dan atau mencegah pecahnya
dinding sel dengan harapan gejala dapat dihilangkan. Obat-obat yang digunakan untuk rinitis
pada umumnya diberikan intranasal atau oral.
Antihistamin yang dipakai adalah antagonis histamin H-1, yang bekerja secara inhibitor
kompetitif pada reseptor H-1 sel target, dan merupakan preparatfarmakologik yang palingsering dipakai sebagai lini pertama pengobatan rinitisalergi. Antihistamin diabsorbsi secara
oral dengan cepat dan mudah serta efektifuntuk mengatasi gejala pada respons fase cepat
seperti rinore, bersin, gatal, tetapitidak efektif untuk mengatasi obstruksi hidung pada fase
lambat.
Preparat simpatomimetik golongan agonis adrenergik alfa dipakai sebagai dekongestan
hidung oral dengan atau tanpa kombinasi denfgan antihistamin atau topikal. Namun
pemakaian secara topiukal hanya boleh untuk beberapa hari saja untuk menghindari
terjadinya rinitis alergi medikamentosa.
Preparat kortikosteroid dipilih bila gejala sumbatan hidung akibat respons fase lambat
tidak dapat diatasi dengan obat lain. Kortikosteroid topikal bekerja untuk mengurangi jumlah
sel mastosit pada mukosa hidung, mencegah pengeluaran protein sitotoksik dari eosinofil,mengurangi aktifitas limfosit.
Preparat antikolinergik topikal bermanfaat untuk mengatasi rinore, karena aktifitas
inhibisi reseptor kolinergik pada permukaan sel efektor. Pengobatan baru lainnya untuk rinitis
alergi di masa yang akan datang adalah anti leukotrien, anti IgE, DNA rekombinan.
Obat-obat tidak memiliki efek jangka panjang setelah dihentikan. Karenanya pada
penyakit yang persisten, diperlukan terapi pemeliharaan.
c. Imunoterapi spesifik
Imunoterapi spesifik efektif jika diberikan secara optimal. Imunoterapi subkutan masih
menimbulkan pertentangan dalam efektifitas dan keamanan. Oleh karena itu, dianjurkan
penggunaan dosis optimal vaksin yang diberi label dalam unit biologis atau dalam ukuran
masa dari alergen utama. Dosis optimal untuk sebagian besar alergen utama adalah 5 sampai
20µ g. Imunoterapi subkutan harus dilakukan oleh tenaga terlatih dan penderita harus
dipantau
selama 20 menit setelah pemberian subkutan. Indikasi imunoterapi spesifik subkutan:
Penderita yang tidak terkontrol baik dengan farmakoterapi konvensional
Penderita yang gejala-gejalanya tidak dapat dikontrol baik dengan antihistamin H1dan farmakoterapi
Penderita yang tidak menginginkan farmakoterapi
Penderita dengan farmakoterapi yang menimbulkan efek samping yang tidak
diinginkan Penderita yang tidak ingin menerima terapi farmakologis jangka panjang.
Imunoterapi spesifik nasal dan sublingual dosis tinggi:
Imunoterapi spesifik oral dapat digunakan dengan dosis sekurang-kurangnya 50-100
kali lebih besar daripada yang digunakan untuk imunoterapi subkutan.
Pada penderita yang mempunyai efek samping atau menolak imunoterapi subkutan
Indikasinya mengikuti indikasi dari suntikan subkutanPada anak-anak, imunoterapi spesifik adalah efektif. Namun tidak direkomendasikan
untuk melakukan imunoterapi pada anak dibawah umur 5 tahun.
d. Imunoterapi non-spesifik
Imunoterapi non-spesifik menggunakan steroid topikal. Hasil akhir sama seperti
pengobatan imunoterapi spesifik-alergen konvensional yaitu sama- sama mampu menekan
7/27/2019 skenario1 Respirasi.docx
http://slidepdf.com/reader/full/skenario1-respirasidocx 10/19
10
reaksi inflamasi, namun ditinjau dari aspek biomolekuler terdapat mekanisme yang sangat
berbeda.
Glukokortikosteroid (GCSs) berikatan dengan reseptor GCS yang berada di dalam
sitoplasma sel, kemudian menembus membran inti sel dan mempengaruhi DNA sehingga
tidak membentuk mRNA. Akibat selanjutnya menghambat produksi sitokin pro-
inflammatory.
e. Edukasi
Pemeliharaan dan peningkatan kebugaran jasmani telah diketahui berkhasiat dalam
menurunkan gejala alergis. Mekanisme biomolekulernya terjadi pada peningkatan populasi
limfosit TH yang berguna pada penghambatan reaksi alergis, serta melalui mekanisme
imunopsikoneurologis.
f. Operatif
Tindakan bedah dilakukan sebagai tindakan tambahan pada beberapa penderita yang
sangat selektif. Seperti tindakan konkotomi (pemotongan konka inferior) perlu dipikirkan bila
konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi memakaiAgNO3 25 % atau triklor asetat.
Bisa dilakukan pada polip hidung dan terutama sinusitis berkaitan dengan gagalnya
terapi obat dan injeksi allergen, tindakan ini memungkinkan drainase dan ventilasi hidung
dan sinus yg memadai.
a. Antihistamin (AH-1)
Farmakodinamik
AH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus, dan bermacam-macam otot polos; selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi
hipersensitivitas/keadaan yang disertai penglepasan histamin endogen berlebihan Peninggian permeabilitas kapiler dan edema akibat hisatmin, dapat di hambat dengan
efektif oleh AH1.
AH1 dapat menhambat sekresi saliva dan sekresi kelenjar eksokrin lain akibat
histamin
Farmakokinetik
Setelah pemberian oral atau parental, AH1 diabsorpsi secara baik. Efeknya maksimal
timbul 15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2jam.
Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru sedangkan pada limpa, ginjal, otak, otot, dan
kulit kadarnya lebih rendah. Tempat utama Biotransformasi AH1 adalah hati, tetapi dapat juga pada paru-paru dan
ginjal.
AH1 diekresi melalui urin setelah 24 jam, terutama dalam bentuk metabolitnya.
Indikasi
AH1 berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan mencegah
atau mengobati mabuk perjalanan.
Penyakit alergi. AH1 berguna untuk mengobati alergi tipe eksudatif akut misalnya
pada polinosis dan urtikaria. Efeknya bersifat paliatif, membatasi dan menghambat efek
histamin yang dilepaskan sewaktu reaksi alergen-antibodi terjadi. AH1 dapat juga
7/27/2019 skenario1 Respirasi.docx
http://slidepdf.com/reader/full/skenario1-respirasidocx 11/19
11
menghilangkan bersin,rinore, dan gatal pada mata,hidung dan tenggorokan pada pasien
seasonal hay fever .
Mabuk perjalan dan keadaan lain. AH1 efektif untuk dua pertiga kasus
vertigo,mual dan muntah. AH1 efektif sebagai antimuntah, pascabedah, mual dan muntah
waktu hamil dan setelah radiasi. AH1 juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit
Meniere dan gangguan Vestibular lain.
Efek samping
Efek yang paling sering ialah sedasi, yang justru menguntungkan pasien yang di rawat
di RS atau pasien yang perlu banyak tidur.
Efek samping yang berhubungan dengan efek sentral AH1 ialah vertigo, tinitus, lelah,
penat, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euforia, gelisah, insomia, dan tremor.
Efek samping yang paling sering juga di temukan ialah nafsu makan berkurang, mual,
muntah, keluhan pada epigastrium, konstipasi, atau diare; efek ini akan berkurang bila AH1
diberikan sewaktu makan.
Efek samping lain yang mungkin timbul oleh AH1 ialah mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat dan lemah pada tangan
b. Nasal dekongestan
7/27/2019 skenario1 Respirasi.docx
http://slidepdf.com/reader/full/skenario1-respirasidocx 12/19
12
α agonis banyak digunakan sebagai dekongestan nasal pada pasien rinitis alergika ataurinitis vasomotor dan pada pasien ispa dengan rinitis akut. Obat ini menyebabkan
venokontriksi dalam mukosa hidung melalui reseptor α1 sehingga mengurangi volume
mukosa dan dengan demikian mengurangi penyumbatan hidung.
Pengobatan dengan dekongestan nasal dapat menyebabkan hilangnya efektivitasrebound hiperimia dan memburuknya gejala pda pemberian kronik atau bila obat dhentikan.
Dalam praktek, dekongestan dapat digunakan secara sistemik (oral), yakni efedrin,
fenil propanolamin dan pseudo-efedrin atau secara topikal dalam betuk tetes hidung maupun
semprot hidung yakni fenileprin, efedrin dan semua derivat imidazolin. Dekongestan topikal
terutama berguna untuk rinitis akut karena tempat kerjanya yang lebih selektif. Penggunaan
dekongestan jenis ini hanya sedikit atau sama sekali tidak diabsorbsi secara sistemik.
Penggunaan secara topikal lebih cepat dalam mengatasi penyumbatan hidung dibandingkan
dengan penggunaan sistemik.
Indikasinya per oral atau secara topikal. Eferdin oral sering menimbulkan efek sntral.
Pseudoeferdrin
Selain itu efek samping yang dapat ditimbulkan topical dekongestan antara lain rasa
terbakar, bersin, dan kering pada mukosa hidung. Untuk itu penggunaan obat ini memerlukan
konseling bagi pasien.
Fenilpropanolamin obat ini harus digunakan secara hati2 pada pasien hipertensi dan pria
dengan hipertrofi prostat .
Pemberian dekongestan oral tidak dianjurkan untuk jangka panjang, terutama karena
memepunyai efek samping stimulan SSP sehingga menyebabkan peningkatan denyut jantung
dan tekanan darah. Obat ini tidak boleh diberikan kepada penderita hipertensi, penyakit jantung, koroner, hipertiroid, dan hipertropi prostat. Dekongestan oral pada umumnya
terdapat dalam bentuk kombinasi dengan antihistamin atau dengan obat lain seperti
antipiretik dan antitusif yang dijual sebagai obat bebas.
c. Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah obat antiinflamasi yang kuat dan berperan penting dalam
pengobatan RA. Penggunaan secara sistemik dapat dengan cepat mengatasi inflamasi yang
akut sehingga dianjurkan hanya untuk penggunaan jangka pendek yakni pada gejala buntu
hidung yang berat.
Gejala buntu hidung merupakan gejala utama yang paling sering mengganggu penderita RA yang berat. Pada kondisi akut kortikosteroid oral diberikan dalam jangka
pendek 7-14 hari dengan tapering off, tergantung dari respon pengobatan.
Kortikosteroid meskipun mempunyai khasiat antiinflamasi yang tinggi, namun juga
mempunyai efek sistemik yang tidak menguntungkan. Pemakaian intranasal akan
memaksimalkan efek topikal pada mukosa hidung dan mengurangi efek sistematik. Berbagai
produk kortikosteroid intranasal dipasarkan dengan menggunakan berbagai karakteristik.
Untuk meningkatkan keamanan kortikosteroid intranasal digunakan obat yang
mempunyai efek topikal yang kuat dan efek sistemik yang rendah. Kepraktisan dalam
pemakaian serta rasa bau obat akan mempengaruhi kepatuhan penderita dalam menggunakan
7/27/2019 skenario1 Respirasi.docx
http://slidepdf.com/reader/full/skenario1-respirasidocx 13/19
13
obat jangka panjang. Dosis sekali sehari lebih disukai daripada dua kali sehari karena lebih
praktis sehingga meningkatkan kepatuhan.
Beberapa kortikosteroid intranasal yang banyak digunakan adalah beklometason,
flutikason, mometason, dan triamisolon. Keempat obat tersebut mempunyai efektifitas dan
keamanan yang tidak berbeda. Obat yang biasa digunakan lainnya antara lain sodiumkromolin, dan ipatropium bromida.
Mekanisme kerja
Bekerja mempengaruhi kecepatan sintesis protein, molekul hormon memasuki sel
melewati membran plasma secara difusi pasif, mensintesis protein yg sifatnya menghambat
atau toksik terhadap sel limfoid.mempengaruhi metabolisme karbohidrat,protein,dan
lemak,dan sebagai antiinflamasi kuat.
Pemberian glucocorticoid (eg, prednisone, dexamethasone) mengurangi ukuran dan
isi lymphoid dari limfonodi dan limpa, tdk memiliki efek toksik pada mieloid yg sdg
berproliferasi atau stem sel erythroid dalam sumsum tulang.
Glucocorticoid menghambat produksi mediator inflamasi, termasuk PAF, leukotrien,
prostaglandin, histamin, dan bradikinin
Toksisitas berat dpt tjd pd penggunaan glukokortikoid dosis tinggi, jangka panjang
7/27/2019 skenario1 Respirasi.docx
http://slidepdf.com/reader/full/skenario1-respirasidocx 14/19
14
d. Antagonis Leukotrien
Leukotrien adalah asam lemak tak jenuh yang mengandung karbon yang dilepaskan
selama proses inflamasi. Leukotrien, prostaglandin dan tromboksan merupakan bagian dari
grup asam lemak yang disebut eikosanoid. Senyawa ini diturunkan melalui aktivasi berbagi
tipe sel oleh lipooksigenasi asam arakhidonat yang dibebaskan oleh fosfolipase A2 di
membran perinuklear yang memisahkan nukleus dari sitoplasma. Asam arakhidonat sendiri
merupakan substrat dari siklooksigenase yang aktivitasnya menghasilkan prostglandin dan
7/27/2019 skenario1 Respirasi.docx
http://slidepdf.com/reader/full/skenario1-respirasidocx 15/19
15
tromboksan. Dengan kata lain, leukotrien juga merupakan mediator yang penting dalam
terjadinya buntu hidung pada rinitis alergi.
Dewasa ini telah berkembang obat antileukotrien yang dinilai cukup besar manfaatnya
bagi pengobatan RA. Ada dua macam antileukotrien yakni inhibitor sintesis leukotrien dan
antagonis reseptor leukotrien. Yang terbaru dapat satu inhibitor sintesis leukotrien dan tigaantagonis reseptor leukotrien, yakni CysLT1 dan CYsLT2. Yang pertama merupakan reseptor
yang sensitif terhadap antagonis leukotrien yang dipakai pada pengobatan RA.
Pada dasarnya antileukotrien bertujuan untuk menghambat kerja leukotrien sebagai
mediator inflamasi yakni dengan cara memblokade reseptor leukotrien atau menghambat
sintesis leukotrien. Dengan demikian diharapkan gejala akibat proses inflamasi pada RA
maupun asma dapat ditekan. Tiga obat antileukotrien yang pernah dilaporkan penggunaannya
yakni dua nataginis reseptor (zafirlukast dan montelukast), serta satu inhibitor lipooksigenase
(zileuton). Laporan hasil penggunaan obat tersebut pada RA belum secara luas dipublikasikan
sehingga efektifitasnya belum banyak diketahui.
Penanganan Rhinitis alergi yang terakhir adalah dengan imunoterapi. Terapi ini disebut
juga sebagai terapi desensitisasi. Imunoterapi merupakan proses yang panjang dan bertahap
dengan cara menginjeksikan antigen dengan dosis yang ditingkatkan. Imunoterapi memiliki
biaya yang mahal serta risiko yang besar, serta memerlukan komitmen yang besar dari
pasien.
3.8 Komplikasi
Komplikasi rhinitis alergi yang sering ialah :
a. polip hidung yang memiliki tanda patognomonis : inspisited muscous gland, akumulasi sel-
sel inflamasi yang luar biasa banyaknya (lebih eosinophil dan limfosit T CD4+), hyperplasiaepitel, hyperplasia goblet, dan metaplasia skuamosa.
b.otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak.
c. sinusitis paranasal merupakan inflamasi mukosa satu atau lebih sinus paranasal. Terjadi
akibat edema ostia sinus oleh proses alergis dalam mukosa yang menyebabkan sumbatan
ostia sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan udara rongga sinus. Hal tersebut
akan menuburkan pertumbuhan bakteri tertama anaerob dan akan menyebabkan rusaknya
fungsi barrier epitel antara lain akibat desktruksi mukosa oleh mediator protein basa yang
dilapisi sel eosinophil (MBP) dengan akibat sinusitis akan semakin parah.
3.9 Prognosis
Ada kesan klinis bahwa gejala rhinitis alergika dapat berkurang dengan bertambahnya
usia. Sementara penderita polip hidung akan tetap mengalami kekambuhan meskipun telah
mendapat terapi bedah maupun obat.
3.10 Pencegahan
Tindakan pencegahan pun perlu dilakukan agar tak merangsang kambuhnya rinitis alergi.
1. Menghindari makanan dan obat-obatan yang dapat menimbulkan alergi.
2. jangan biarkan hewan berbulu masuk kedalam rumah, jika alergi terhadap bulu hewan.
7/27/2019 skenario1 Respirasi.docx
http://slidepdf.com/reader/full/skenario1-respirasidocx 16/19
16
3. bersihkan debu dengan menyedot dan lap basah, minimal 2-3 kali dalam satu minggu,
jangan menggunakan sapu yang dapat menyebarkan debu.
4. gunakan pembersih udara elektris (AC) untuk membuang debu rumah, jamur dan pollen
dari udara. Cuci dang anti filter secara berkala.
5. tutup perabotan berbahan kain dengan lapisan yang bisa dicuci sesering mungkin.
6. jangan menggunakan bahan atau perabotan yang dapat menampung debu didalam debu
kamar.
7. untuk menghindari kontak dengan allergen, gunakan sarung tangan dan masker ketika
sedang bersih-bersih di dalam maupun diluar rumah.
8. larang rokok dan penggunaan yang beraroma di rumah.
4.Memahami dan menjelaskan pernafasan menurut islam
4.1 Adab bersin
Bersin adalah sesuatu yang disukai oleh Allah s.w.t. sebagaimana yang telah dijelaskan
dalam hadis yang pertama di atas. Di antara sebab ia disukai adalah, bersin membersihkan
rongga hidung dan tekak dari habuk, debunga, bakteria dan apa-apa lain yang mungkin
memenuhi rongga tersebut. Bersin juga adalah satu cara untuk sistem badan menyesuaikan
diri dengan perbezaan cuaca yang berlaku secara mendadak. Oleh kerana itulah seseorang itu
lazim bersin jika dia bergerak dari tempat yang sejuk kepada panas atau panas kepada sejuk.Bahkan seseorang itu juga akan bersin semata-mata dengan melihat kepada keterikan sinaran
matahari.
Mengingatkan banyak kebaikan bersin, ditambahi dengan faktor bahawa ia adalah sesuatu
yang disukai oleh Allah, seeorang itu dituntut untuk memuji Allah ketika bersin. Bacaan pujian tersebut ialah “Alhamdulillah „ala kulli hal” yang bermaksud
“Segala puji bagi Allah dalam segala sesuatu”
Pernah seorang lelaki bersin ketika berada di tepi Abdullah bin „Umar al-Khattab. Lalu lelaki
tersebut berdoa: “Alhamdulillah, wassalamu „ala Rasulullah (Segala puji bagi Allah dansalam ke atas Rasulullah).” Berkata Abdullah bin „Umar: “Alhamdulillah, wassalamu „alaRasulullah? Bukan begitu yang diajarkan kepada kami oleh Rasulullah s.a.w., (sebaliknya)
baginda mengajar kami berdoa: Alhamdulillah „ala kulli hal (Segala puji bagi Allah dalam
segala sesuatu).”
[Shahih Sunan al-Tirmizi, hadis no: 2738].
Seterusnya, apabila kita mendengar saudara kita yang bersin memuji Allah, hendaklah kita
mendoakannya dengan berkata: “YarhamukalLah” yang bermaksud: “Semoga Allahmerahmati kamu”. Kemudian bagi yang bersin, dia mendoakan kembali orang yang
mendoakannya tadi dengan berkata: “YaghfirulLahu lana wa Lakum” yang bermaksud:“Semoga Allah mengampuni bagi kami dan bagi kalian”. [Shahih al-Jami‟ al-Shagheir, hadis no: 686]
Hikmah di sebalik semua ini ialah terjalinnya ikatan ukhuwah dan kasih sayang sesama umat
Islam. Apabila kita mendoakan saudara kita yang bersin, dia akan merasa senang dengan kita.
Seterusnya apabila dia mendoakan kita pula, kita pula akan merasa senang kepadanya.
Hingga akhirnya terjalinlah ikatan ukhuwah dan kasih sayang semata-mata kerana bersin.
Seandainya orang yang bersin tidak memuji Allah, kita tidak dituntut mendoakannya. Pernah
dua orang bersin berdekatan Rasulullah s.a.w., lalu baginda mendoakan seorang danmembiarkan seorang yang lain. Orang yang dibiarkan itu bertanya, mengapa baginda tidak
7/27/2019 skenario1 Respirasi.docx
http://slidepdf.com/reader/full/skenario1-respirasidocx 17/19
17
mendoakannya? Baginda menjawab: “Orang itu memuji Allah (setelah bersin) manakalakamu tidak memuji Allah (setelah bersin).”
[Shahih al-Bukhari, hadis no: 6225]
Adab terakhir ketika bersin ialah menutup mulut dan hidung dengan tangan atau kain. Pada
waktu yang sama hendaklah merendahkan muka dan suara. Jangan bersin sehingga
menghamburkan air liur, bersin ke arah muka orang lain atau bersin dengan suara yang kuat.Abu Hurairah mener angkan adab Rasulullah s.a.w. ketika bersin: “Apabila Rasulullah s.a.w.
bersin, baginda meletakkan tangannya atau bajunya ke atas mukanya (mulut dan hidung)
sambil merendahkan (atau sambil menundukkan muka dan) suaranya.” [Shahih Sunan AbuDaud, hadis no: 5029]
- Tidak Perlu Mendo’akan Orang Yang Sudah Bersin Tiga Kali Berturut-Turut
Demikianlah sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu „alihi wa sallam. Beliau
bersabda:
ح
خ خ ث
“Jika salah seorang dari kalian bersin, hendaklah orang yang ada di dekatnya
mendo‟akannya. Dan jika (ia bersin) lebih dari tiga kali berarti ia sakit. Janganlah kalian
men-tasymit bersinnya setelah tiga kali.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 5034; Ibnus
Sunni, no. 251; dan Ibnu „Asakir, 8/257. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam
Shohiih al- Jaami‟, no. 684)
Dalam redaksi lainnya disebutkan, Rasulullah shallallahu „alaihi wa sallam bersabda:
ث
“Do‟akanlah saudaramu yang bersin tiga kali dan bila lebih dari itu berarti ia sedang
sakit.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud, no. 5034 dan al-Baihaqi dalam Syu‟abul Iiman, 7/32.
Hadits ini dinilai hasan oleh al-Albani dalam al-Misykah, no. 4743)
Ada seorang laki-laki bersin di hadapan Nabi shallallahu „alaihi wa salla. Maka Nabi
shallallahu „alaihi wa sallam berkata, “Yarhamukalloh.” Kemudian ia bersin lagi, maka
Rasulullah shallallahu „alihi wa sallam bersabda:
“Laki-laki ini sedang sakit.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 2993)
- Untuk khusus dalam shalat, membaca pujian setelah bersin, adalah boleh bagi orang
yang bersin, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Rifa‟ah bin Rafi‟. Hadits tersebut adalah:
Dari Rifa‟ah bin Rafi‟, dia berkata;
ط
كزا
حدا
ل
اد
سم
ص
سر
خ
ص ىر ب ك كر كرمس ص سر ص ضز
7/27/2019 skenario1 Respirasi.docx
http://slidepdf.com/reader/full/skenario1-respirasidocx 18/19
18
اوت ه ام ق مث دح م م ة ا ما ه فزواة ا ق مث دح م م و ة رت ه راع اه زاء ا ما ه ت ا
كر كر ط كزا حدا ل دا ق ق ق ك ق سرك رى بت ردا د سم اذ و دي ص ىا ضز
د م نث ث“Aku shalat dibelakang Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa Sallam, lal aku bersin, dan aku berkata:
Alhamdulillah hamdan katsiran thayyiban mubarakan fihi mubarakan „alaih kama yuhibbu rabbuna wa yardha
(segala puji bagi Allah, dengan pujian yang banyak lagi baik dan keberkahan di dalamnya, dan keberkahan
atasnya, sebagaimana yang disukai Tuhan kami dan diridhaiNya). Ketika Rasulullah Shallallahu „Alaihi wa
Sallam selesai shalat, dia bertanya: “Siapa yang mengatakan tadi dalam shalat?”. Tidak ada satu pun yangmenjawab. Beliau bertanya lagi kedua kalinya: “Siapa yang mengatakan tadi dalam shalat?”. Tidak ada satu punyang menjawab. Beliau bertanya lagi ketiga kalinya: “siapa yang yang mengatakan tadi dalam shalat?” maka,
berkatalah Rifa‟ah bin Rafi‟ bin „Afra: “Saya wahai Rasulullah!” Beliau bersabda: “Bagaimana engkaumengucapkannya?” dia menjawab: “Aku mengucapkan: ” Alhamdulillah hamdan katsiran thayyiban
mubarakan fihi mubarakan „alaih kama yuhibbu rabbuna wa yardha.” Maka, Nabi Shallallahu „Alaihi wa
Sallam bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, sebanyak tiga puluh Malaikat saling merebutkansiapa di antara mereka yang membawanya naik (kelangit).” (HR. At Tirmidzi No. 402, katanya: hasan .
Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Misykah Al M ashabih No. 992)
4.2 Menguap dalam islam
Menguap dilakukan karena beberapa penyebab, antara lain: mengantuk, gelisah, butuhtambahan oksigen.
Islam juga mengatur bagaimana menguap yg „baik‟.
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasululloh SAW bersabda: “Menguap adalah dari setan, jika salah seorang dari kalian menguap, maka hendaknya
ditahan semampu dia, sesungguhnya jika salah seorang dari kalian (ketika menguap)
mengatakan (keluar bunyi): „hah‟, maka setan tertawa.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan ini
lafazh riwayat Al-Bukhari)
Di hadits lain:
“Menguap ketika sholat adalah dari setan, jika salah seorang dari kalian menguap, maka
tahanlah semampunya.” (HR Tirmidzi)
Dengan kata lain, Islam MENYARANKAN kita untuk menahan (tidak) menguap. Jika tidak
kuat, maka hendaknya menguap dengan menutup mulut dan tidak mengeluarkan bunyi „hah‟,apalagi hingga „huaaahhh‟.
4.3 Bersandawa
MERENDAHKAN SUARA
( ض ش ) شت تص ري ير ف ش ( طس) فت ب ) ج ت) ي ) ن ع) ) ر
7/27/2019 skenario1 Respirasi.docx
http://slidepdf.com/reader/full/skenario1-respirasidocx 19/19
19
ل ر ج (ت ع ع ج ة حت أى ج
“Bila salah seorang diantara kalian bersendawa (glege‟en-java-pent.) atau bersin maka
janganlah mengeraskan suaranya karena sesungguhnya syetan suka terhadap suara kerasnya”
maka ia mentertawakan dan mengejekmu, karenanya disunahkan sedapat mungkinmerendahkan suara dan dimakruhkan mengeraskannya terlebih bila menyakitkan orang lain
maka hukumnya sangat makruh bahkan bisa menjadi haram.
Sendawa ialah suara disertai bau tidak sedap yang keluar dari mulut akibat kekenyangan
Faidh alQadiir I/405
4.4 Istinjak
Istinja adalah membersihkan apa-apa yang telah keluar dari suatu jalan (di antara dua jalan :
qubul atau dubur) dengan menggunakan air atau dengan batu atau yang sejenisnya (benda
yang bersih dan suci [1]). Adapun hukumnya adalah wajib berdasarkan sebuah hadits dari
Aisyah Radhiyallahu „anha bahwasanya Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Apabila salah seorang di antara kamu pergi ke tempat buang hajat besar, maka bersihkanlah dengan menggunakan tiga batu karena sesungguhnya dengan tiga batu itu bisa
membersihkannya” [Hadits Riwayat Ahmad VI/108, Nasa‟i no. 44, dan Abu Dawud no 40.Dan asal perintah menggunakan tiga batu ada dalam riwayat Bukhari dari Abdullah bin
Mas‟ud Radhiyallahu „anhu hadits no. 155]
Dari Anas Radhiyallahu „anhu dia berkata.
“Artinya : Adalah Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam masuk ke tempat buang hajat lalusaya dan seorang pemuda sebaya saya membawakan satu bejana dari air dan satu tombak
kecil lalu beliau beristinja (bersuci) dengan air itu” [Hadits Shahih Riwayat Bukhari no. 151dan Muslim no. 271]