Skenario PHE

50
Skenario 4 PHE Ida seorang ibu rumah tangga dengan 3 anak balita yang tinggal di desa Madudu, lima hari yang lalu ida telah membawa Rio anak sulungnya yang berusia 5 tahun ke puskesmas dimana dr.Eko berada, dikatakan Rio mengidap Demam Dengue. Setelah di obati dr.Eko, anak sulung ida telah berangsur membaik. Menurut ida, Rio adalah anak yang sangat aktif sehingga di PAUD Melati yang ada di desanya, dimana Rio belajar dan bermain, lebih menonjol di banding anak-anak lainnya. Dua hari ini kecemasan ida bertambah karena anak bungsunya Rini yang baru berusia 20 bulan demam tinggi, ida merasa heran melihat anaknya itu tiba-tiba demam karena baru dua hari yang lalu dia membawa anaknya itu ke posyandu. Hari ini juga ida membawa Rini ke puskesmas yang ternyata di Puskesmas ida berjumpa dengan tetangga rumahnya yang juga membawa anaknya dengan gejala yang sama. Desa Madudu dengan wilayah yang bergunung ditengahnya dibelah olehsungai kecil yang menjadi sumber air bagi kehidupan desa. Penduduk di desa ini mayoritas petani karet dan umumnya berpendidikan setingkat SMP, walaupun demikian mereka sangat kental dengan ritual adat/traditional culture.

description

PHE

Transcript of Skenario PHE

Page 1: Skenario PHE

Skenario 4 PHE

Ida seorang ibu rumah tangga dengan 3 anak balita yang tinggal di desa Madudu,

lima hari yang lalu ida telah membawa Rio anak sulungnya yang berusia 5 tahun

ke puskesmas dimana dr.Eko berada, dikatakan Rio mengidap Demam Dengue.

Setelah di obati dr.Eko, anak sulung ida telah berangsur membaik. Menurut ida,

Rio adalah anak yang sangat aktif sehingga di PAUD Melati yang ada di desanya,

dimana Rio belajar dan bermain, lebih menonjol di banding anak-anak lainnya.

Dua hari ini kecemasan ida bertambah karena anak bungsunya Rini yang baru

berusia 20 bulan demam tinggi, ida merasa heran melihat anaknya itu tiba-tiba

demam karena baru dua hari yang lalu dia membawa anaknya itu ke posyandu.

Hari ini juga ida membawa Rini ke puskesmas yang ternyata di Puskesmas ida

berjumpa dengan tetangga rumahnya yang juga membawa anaknya dengan gejala

yang sama.

Desa Madudu dengan wilayah yang bergunung ditengahnya dibelah olehsungai

kecil yang menjadi sumber air bagi kehidupan desa. Penduduk di desa ini

mayoritas petani karet dan umumnya berpendidikan setingkat SMP, walaupun

demikian mereka sangat kental dengan ritual adat/traditional culture.

Dokter Eko telah membuat laporan kepada kepala dina skesehatan tentang

kurangnya social Support dan accessibility of information adalah salah satu

penyebab dari tersebarnya penyakit demam dengue didesa Madudu ini. Dokter

Eko juga menyadari sejak awal untuk meningkatkan derajad kesehatan

masyarakat desa Madudu ini diperlukan analisa sistim yang komprihensif dan

holistik. Demam Dengue di desa Madudu ini tidak akan pernah terselesaikan bila

tidak menggunakan strategi komunikasi/ promosi kesehatan.

Dan anda sebagai dokter puskesmas yang bertugas bersama dr.Eko di minta untuk

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat desa Madudu tersebut.

Page 2: Skenario PHE

I. Klarifikasi Istilah

1. Puskesmas : Unit pelaksanaan teknis dinkes kabupaten

atau kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pelayanan kesehatan di

wilayah kerja administrasi

2. Demam Dengue : Penyakit menular yang di sebabkan oleh

virus dengue melalui gigitan nyamuk aedes

aegepty

3. Posyandu :

4. Social support : Dukungan tokoh masyarakat baik secara

formal maupun informal

5. Traditional culture :

6. Komprihensif :

7. Holistic :

8. Promosi kesehatan : Pesan-pesan kesehatan sebagai upaya

kesehatan sehingga masyarakat berprilaku

hidup sehat

9. Accessibility of information : Keterjangkauan informasi mengenai

kesehatan

II. Identifikasi Masalah

1. Ibu ida 5 hari yang lalu membawa anak sulungnya ke puskesmas karena

mengidap demam dengue,selanjutnya beberapa hari kemudian ibu Ida

membawa anak bungsunya karena demam tinggi dan bertemu dengan tetangga

yang membawa anaknya dengan gejala yang sama.

2. Ibu Ida tinggal di desa Madudu dengan wilayah yang bergunung dan ada

sungai kecil, mayoritas penduduk desa Madudu adalah petani karet dan

berpendidikan setingkat SMP, serta sangat kental dengan ritual adat.

3. Salah satu penyebab tersebarnya penyakit demam dengue didesa Madudu

adalah kurangnya social supportdan accessibility of information.

4. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat desa Madudu diperlukan

Page 3: Skenario PHE

analisis system yang komprihensif dan hilistik

5. Diperlukan strategi komunikasi /promosi kesehatan untuk menyelesaikan

masalah demam dengue.

III.Analisis Masalah

1. Demam Dengue

a. Apa yang dimaksud dengan Demam dengue ( definisi) ?

b. Apa vektor demam dengue dan bagaimana siklus

hidupnya?

c. Bagaimana cara penularan demam dengue?

d. Apa saja gejala demam dengue?

e. Masa inkubasi demam dengue ?

f. Bagaimana cara pencegahanya?

2. Bagaimana hubungan peningkatan jumlah kasus demam dengue dengan

kesehatan masyarakat secara umum dan

a. wilayah yang bergunung, dan ada sungai?

b. Penduduk yang pekerjaannya mayoritas petani karet?

c. Pendidikan pendudk yang umumnya setingkat SMP?

d. Penduduk yang ritual adatnya sangat kuat?

3. Bagaimana mengatasi kurangnya social support dan accessibility of

information agar penyebaran demam dengue dapat teratasi dan

bagaimana peran dari social support dan accessibility itu sendiri dalam

mengatasi masalah tersebut?

4. Bagaimana cara menganalisa sistem kesehatan koprihensif dan holistik agar

derajad kesehatan masyarakat desa Madudu meningkat?

5. Apa yang dimaksud dengan strategi promosi kesehatan?

6. Bagaimana strategi promosi kesehatan untuk menyelesaikan masalah

peningkatan jumlah kasus demam dengue?

Page 4: Skenario PHE

IV. Hipotesis

Untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat diperlukan strategi

promosi kesehatan yang komprihensif dan holistik serta perilaku individu

masyarakat tersebut.

V. Sintesis

Demam Dengue

a. Definisi Demam Dengue

Demam Dengue (DD) adalah penyakit akut yang disebabkan virus dengue,

termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang

dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis

serotipe, yaitu ; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4.

b. Vektor Demam Dengue dan Siklus hidupnya

Vektor menurut WHO 1993 adalah seekor binatang yang membawa bibit

penyakit dari seekor binatan atau seorang manusia kepada binatang atau manusia

lainnya.

Demam Dengue ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk betina

Aedes yang terinfeksi virus dengue. Penyakit ini tidak dapat ditularkan langsung

dari orang ke orang. Penyebar utama virus dengue yaitu nyamuk Aedes aegypti,

tidak ditemukan di Hong Kong, namun virus dengue juga dapat disebarkan oleh

spesies lain yaitu Aedes albopictus.

c. Cara penularan dan masa inkubasi Demam Dengue

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus

dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan

kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes

albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga

menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk

Page 5: Skenario PHE

Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia

yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur

berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum

dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya.

Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya

(transovanan transmission), namun perannya dalam penularan virus tidak penting.

Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk

tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh

manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari (intrinsic incubation period)

sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya

dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia,

yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Setelah tergigit

nyamuk pembawa virus, masa inkubasi akan berlangsung antara 3 sampai 15 hari

sampai gejala demam dengue muncul.

Menurut teori infeksi sekunder, seseorang yang hanya terkena infeksi satu

macam virus dengue saja tidak akan jatuh sakit, kecuali hanya merasa demam

ringan.Namun bila orang tersebut terinfeksi oleh 2 macam virus dengue, barulah

yang bersangkutan akan menderita sakit DD. Penyebaran berbagai tipe virus

dengue ini dari suatu wilayah ke wilayah lain dibawa oleh orang-orang yang

terinfeksi virus dengue yang berpindah tempat dari suatu tempat ke tempat yang

lain. Ditempat yang baru melalui gigitan nyamuk penular DD seperti Aedes

Aedupty dan Aedes Albopictus menyebarkannya kepada orang lain disekitarnya.

d. Gejala Demam Dengue

Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi berikut: nyeri

kepala, nyeri retroorbita,   mialgia, manifestasi perdarahan, dan leukopenia.

•Dapat disertai trombositopenia.

• Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.

Page 6: Skenario PHE

Gejala demam dengue akan diawali oleh perasaan menggigil, nyeri kepala, nyeri

saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung. Kesakitan pada tungkai dan

sendi akan terjadi beberapa jam sejak gejala demam dengue mulai dirasakan.

Suhu tubuh akan meningkat dengan cepat mencapai 40 derajat celcius dengan

detak nadi yang normal serta tekanan darah yang cenderung turun. Bola mata akan

tampak kemerahan. Kemerahan juga tampak pada wajah yang dengan cepat akan

menghilang. Kelenjar pada leher dan tenggorokan terkadang ikut membesar.

e. Pencegahan Demam Dengue

Pembersihan jentik:

1. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan gerakan 3M (menutup

dan menguras tempat penampungan air, mengubur barang bekas, dan

membersihkan tempat yang berpotensi bagi perkembangbiakan nyamuk)

2. Larvasidasi selektif atau abatisasi selektif, yaitu kegiatan memberikan atau

menaburkan larvasida ke dalam penampungan air yang positif terdapat jentik

aedes

3. Menggunakan ikan (tempalo, cupang, sepat)

Pencegahan gigitan nyamuk :

1. Penyemprotan/ fogging focus, yaitu kegiatan menyemprot dengan insektisida

(malation, losban) untuk membunuh nyamuk dewasa dalam radius 1 RW per 400

rumah per 1 dukuh.

2. Menggunakan kelambu

3. Menggunakan obat nyamuk

4. Tidak melakukan kegiatan yang berisiko (menggantung baju)

Pemeriksaan jentik nyamuk secara berkala, yaiu kegitan regular 3 bulan

sekali, dengan cara mengambil sampel 100 rumah/ desa/ kelurahan. Pengambilan

sampel dapat dilakukan secara random atau metode spiral atau metode zigzag.

Dengan kegiatan ini akan didapatkan angka kepadatan jentik atau house index.

Page 7: Skenario PHE

Hubungan peningkatan jumlah kasus demam dengue dengan kesehatan

masyarakat berdasarkan

a. Wilayah yang bergunung, dan ada sungai

Ketinggian merupakan faktor penting yang membatasi penyebaran Aedes

aegypti. di India Aedes aegypti tersebar mulai dari ketinggian 0 hingga 100 meter

diatas permukaan laut. Di dataran rendah (kurang dari 500 m) tingkat populasi

nyamuk dari sedang hingga tinggi, sementara di daerah pegunungan (lebih dari

500 m) populasi rendah. Di negara-negara asia tenggara ketinggian 100-1500 m

merupakan batas penyebaran Aedes aegypti.

b. Penduduk yang pekerjaannya mayoritas petani karet

Pada daerah perkebunan merupakan salah satu tempat hidup nyamuk hal ini

kerana penampungan air sebagai sumber kebutuhan di perkebunan dan juga pada

saat musim hujan yang akan menyebabkan banyak nyamuk pada daerah tersebut.

Dan biasanya banyak petani yang sering membawa anak merka saat berkebun dan

tidak menutup kemunkinan anak-anak akan tergigit oleh nyamuk.

c. Pendidikan penduduk yang umumnya setingkat SMP

Tingkat pendidikan masyarakat yang hanya SMP menyebabkan masih

kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan

sehat, pengetahuan yang kurang tentang faktor penyebab, cara penularan, dan cara

pencegahan DD.

d. Penduduk yang ritual adatnya sangat kuat

Masyarakat tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan

dan percaya pada cara-cara tradisional dalam menyelesaikan masalah-masalah

kesehatan yang dihadapi.

Page 8: Skenario PHE

Cara mengatasi kurangnya social support dan accessibility of information

agar penyebaran demam dengue dapat teratasi dan peran dari social support

dan accessibility itu sendiri dalam mengatasi masalah tersebut

Dukungan sosial (social Support) adalah dukungan dari tokoh masyarakat.

Adanya dukungan sosial merupakan salah satu dari strategi promosi kesehatan.

Sebagai contoh, jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat

bahwa tokoh - tokoh masyarakat atau pemimpin kader yang disegani ikut serta

maka mereka akan tertarik pula berperanserta. Namun, di desa Madudu dukungan

sosial sangat kurang. Hal ini menyebabkan Dukungan sosial di desa Madudu

dapat diperoleh dari kepala desa, ulama, ataupun tokoh yang diseganinya. Peran

tokoh masyarakat ini juga bermanfaat sebagai faktor penguat terjadinya perilaku.

Hal ini berarti, bahwa untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh

masyarakat.

1. Peran social support: dengan adanya dukungan sosial melalui tokoh-tokoh

masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal yang

berperilaku hidup sehat dapat menjadi contoh bagi masyarakat disekitarnya untuk

berperilaku hidup sehat

2. Peran accessibility of information: dengan teraksesnya informasi maka

masyarakat tahu bahwa telah tersedia pelayanan kesehatan yang mereka

butuhkan.

3. Cara mengatasinya: melakukan promosi kesehatan. Informasi ini dapat

diharapkan dapat mengubah perilaku masyarakat yang mulanya tidak pernah

memanfaatkan pelayanan kesehatan karena tidak tahu kini memanfaatkan

pelayanan kesehatan yang tersedia

Untuk mengatasi kurangnya dukungan sosial, perlu juga dilakukan bina suasana.

Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk membentuk opini publik dengan

berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti tokoh masyarakat dan

Page 9: Skenario PHE

tokoh agama. Kemitraan dalam kesehatan berarti meningkatkan harkat hidup dan

derajat kesehatan, semua sektor, kelompok masyarakat. Metode bina suasana

berguna untuk menciptakan suasana yang mendukung, menggerakan masyaralat

secara partisipatif dan kemitraan.

Metode bina suasana dapat berupa :

- Pelatihan

- Semiloka

- Konferensi pers

- Dialog terbuka

- Sarasehan

- Penyuluhan

- Pendidikan

- Lokakarya mini

- Pertunjukkan tradisional

- Diskusi meja bundar (Round table discussiaon)

- Pertemuan berkala di desa

- Kunjungan lapangan

- Studi banding

- Traveling seminar

Kemitraan dalam kesehatan berarti menggalang partisipasi semua sektor untuk

meningkatkan harkat hidup dan derajat kesehatan, semua sektor, kelompok

masyarakat, lembaga pemerintah dan non pemerintah bekerjasama berdasarkan

kesepakatan dan fungsi masing-masing.

Untuk menjaga kelanggengan dan keseimbangan bina suasana diperlukan :

- forum komunikasi

- dokumen dan data yang up to date (selalu baru)

- mengikuti perkembanagan kebutuhan masyarakat

- hubungan yang terbuka, serasi dan dinamis dengan mitra

- menumbuhkan kecintaan terhadap kesehatan

Page 10: Skenario PHE

- memanfaatkan kegiatan dan sumber-sumber dana yang

mendukung upaya pembudayaan perilaku hidup bersih

dan sehat

- adanya umpan balik dan penghargaan

ANALISIS YANG KOMPREHENSIF DAN HOLISTIK

Analisis yang dilakukan adalah analisis situasi yang meliputi:

1. Analisis derajat kesehatan

a. Analisa derajat kesehatan akan menjelaskan masalah kesehatan

apa yang dihadapi

b. Analisis ini akan menghasilkan ukuran-ukuran derajat

kesehatan secara kuantitatif, penyebaran masalah menurut

kelompok umur penduduk, menurut tempat dan waktu

c. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan epidemologis

d. Ukuran yang digunakan adalah angka kematian (mortalitas)

dan angka kesakitan (morbiditas)

e. Oleh karena pada kasus merupakan penyakit akut, maka

diperlukan perhitungan insidens.

2. Analisis faktor kependudukan

Yang dianalisis adalah

Jumlah penduduk

Pertumbuhan penduduk

Struktur umur

Mobilitas penduduk

pekerjaan

3. Analisis faktor perilaku kesehatan

a. Analisis ini memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap

dan perilaku masyarakat sehubungan dengan kesehatan

maupun upaya kesehatan

Page 11: Skenario PHE

b. Dapat menggunakan teori pengetahuan, sikap praktek, atau

health belief model atau teori lainnya

4. Analisis faktor lingkungan kesehatan

a. Analisis lingkungan fisik

Mengambarkan masalah air bersih

Keadaan rumah dan pekaranagan (ventilasi, lantai,

pencahayaan maupun kebisingan)

Limbah rumah tangga (SPAL)

Limbah industry, dll

b. Analisis lingkungan biologis

Analisis lingkungan biologi mengambarkan vektor penyakit,

ternak dansebagainya

c. Analisis lingkungan sosial budaya

5. Analisis faktor upaya kesehatan

a. Pelayanan atau upaya kesehatan meliputi upaya promotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif

b. Analisis ini menghasilkan data tau informasi tentang input,

proses, out put dan dampak dari pelayanan kesehatan

i. Input :aspek ketenagaan kesehatan, biaya, sarana dan

prasarana kesehatan

ii. Proses pelayanan :pengorganisasian, koordinasi,

supervisi

iii. Output pelayanan :cakupan pelayanan, pemanfaatan

pelayanan

Page 12: Skenario PHE

INTERVENSI PERILAKU KESEHATAN

Masalah kesehatan masyarakat, termasuk penyakit ditentukan 2 faktor yaitu

perilaku dan non perilaku (fisik, social, ekonomi, politik dsb). Upaya

pemberantasan penyakit menular, penyediaan sarana air bersih dan pembuangan

tinja, penyediaan pelayanan kesehatan, dsb adalah upaya intervensi terhadap

faktor fisik Inon-perilaku). Sedangkan upaya faktor perilaku yaitu :

1. Pendidikan (education)

Pendidikan adalah upaya pembelajaran untuk masyarakat agar mau melakukan

tindakan-tindakan dan meningkatkan kesehatannya dari perubahan karena

pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran sehingga perilaku

yang diharapkan akan berlangsung lama dan menetap. Namun kelemahan

dalam hal ini adalah prosesnya dalam waktu lama

2. Paksaan atau tekanan (coercion)

Upaya paksaan dan tekanan adalah upaya agar masyarakat mau melakukan

tindakan-tindakan yang diharapkan, namun hal ini tidak akan langgeng karena

tidak didasari oleh pemahaman dan kesadaran tentang perubahan perilaku

yang dijalani.

Promosi kesehatan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku kesehatan,

maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-aktor yang menentukan perubahan

perilaku tersebut dengan perkataan lain kegiatan promosi kesehatan harus di

sesuaikan dengan determinan ( faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri) .

berikut adalah tiga faktor utama yang menentukan perilaku menurut Lawrence

Green (1980)

1). Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor)

Faktor-faktor ini mencakup, pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan, sistem nilai atau norma yang dianut masyarakat, persepsi,

tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal ini dapat

Page 13: Skenario PHE

dijelaskan sebagai berikut. Untuk berperilaku kesehatan, misalnya : pemeriksaan

kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut

tentang manfaat pemeriksaan hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya.

Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat

juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk periksa hamil. Misalnya, orang

hamil tidak boleh disuntik (pemeriksa hamil termasuk memperoleh suntikan anti

tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama

yang positif akan mempermudah terwujudnya perilaku baru maka sering disebut

faktor yang memudahkan.

2). Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor ini yaitu faktor lingkungan yang memfasilitasi perilaku seseorang,

mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi

masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat

pembuangan tinja, tersedianya makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk

juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,

posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek suasta (BPS), dan

sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan

prasarana pendukung, misalnya : perilaku pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang

mau periksa hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil

saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau

tempat periksa hamil, misalnya : puskesmas, polindes, bidan praktik, ataupun

rumah sakit. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung untuk atau memungkinkan

terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung,

atau faktor pemungkin.

3). Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor ini merupakan perilaku orang lain yang berpengaruh yang dapat

mendorong orang untuk berperilaku, meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk

Page 14: Skenario PHE

petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan

baik dari pusat maupun pemerintahan daerah yang terkait dengan kesehatan.

Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu

pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan

perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas,

dan lebih-lebih para petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga

diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti perilaku

pemeriksaan hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas pemeriksaan hamil,

juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu

hamil melakukan periksa hamil. Oleh sebab itu intervensi pendidikan hendaknya

dimulai mendiagnosis 3 faktor penyebab (determinan) tersebut kemudian

intervensinya juga diarahkan terhadap 3 faktor tersebut.

Berdasarkan tiga faktor determinan perilaku tersebut, maka kegiatan promosi

kesehatan sebagai pendekatan perilaku hendaknya diarahkan kepada tiga faktor

tersebut:

a. kegiatan promosi kesehatan yang di tujukan kepada faktor predisposisi

berupa pemberian informasi atau pesan kesehatan atau penyuluhan

kesehatan. Tujuannya untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan

dan sikap tentang kesehatan, yang di perlukan oleh seseorang atau

masyarakat sehingga akan memudahkan terjadinya perilaku sehat pada

mereka. Upaya ini juga dilakukan untuk meluruskan tradisi-tradisi,

kepercayaan atau nilai-nilai dan sebagainya yang tidak kondusif bagi

perilaku sehat, dan akhirnya berakibat buruk pada kesehatan mereka.

b. Kegiatan promosi kesehatan yang di tujukan pada faktor pemungkin adalah

dengan memberdayakan masyarakat melalui perorganisasian atau

pengembangan masyarakat. Dengan kegiatan ini di harapkan masyarakat

mampu dalam menfasilitasi diri mereka atau masyarakat sendiri untuk

berperilaku sehat.

c. Kegiatan promosi kesehatan yang di tujukan kepada faktor penguat yaitu

berupa pelatihan-pelatihan kepada para tokoh masyarakat baik secara formal

Page 15: Skenario PHE

maupun informal. Kita sadari bahwa saat ini masyarakat indonesia masih

paternalistik, yang masih mengacu pada perilaku pemimpin-pemimpin kita

baik formal maupun informal. Oleh sebab itu tujuan dari kegiatan ini adalah

agar para tokoh masyarakat mampu berperilaku contoh (perilaku sehat) bagi

masyarakat sekitarnya dan agar para tokoh masyarakat dapat

mentransformasikan pengetahuan-pengetahuan tentang kesehatan kepada

orang lain atau masyarakat sesuai dengan ketokohan mereka.

Teori Snehandu B. Karr

Karr seorang staf pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu

Perilaku, Universitas Kalifornia di Los Angeles, mengidentifikasi adanya 5

determinan perilaku, yaitu:

1) Adanya niat (intention).

2) Adanya dukungan dan masyarakat sekitarnya (social support).

3) Terjangkaunya informasi (accessibility of information).

4) Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personnal autonomy) untuk

mengambil keputusan. Di Indonesia, terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya

masih terbatas, terutama lagi di pedesaan. Seorang istri, dalam pengambilan

keputusan masih sangat tergantung kepada suami.

Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation).

Teori WHO

Tim kerja pendidikan kesehatan dan WHO merumuskan determinan perilaku ini

sangat sederhana. Mereka mengatakan, bahwa mengapa seseorang berperilaku,

karena adanya 4 alasan pokok (determinan), yaitu:

5) Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling).

6) Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai

(personnal references).

7) Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk

terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.

Page 16: Skenario PHE

8) Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap

terbentuknya perilaku seseorang.

Aspek Sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan

1. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan

Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan, antara lain

adalah: 1) umur, 2) jenis kelamin, 3) pekerjaan, 4) sosial ekonomi.

Menurut H. Ray Elling, (1970), ada beberapa faktor sosial yang berpengaruh

pada perilaku kesehatan, antara lain: 1) self concept, dan 2) image kelompok. Di

samping itu, G.M Foster (1973) menambahkan, bahwa identifikasi individu

kepada kelompoknya juga berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.

a. Pengaruh Self Concept terhadap Perilaku Kesehatan

Self concept kita ditentukan oleh tingkatan kepuasaan atau ketidakpuasan

yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin

memperlihatkan diri kita kepada orang lain. Apabila orang lain melihat kita

positif dan menerima apa yang kita lakukan, kita akan meneruskan perilaku

kita. Tetapi apabila orang lain berpandangan negatif terhadap perilaku kita

dalam jangka waktu yang lama, kita akan merasa suatu keharusan untuk

melakukan perubahan perilaku. Oleh karena itu, secara tidak langsung self

concept kita cenderung menentukan, apakah kita akan menerima keadaan diri

kita seperti adanya atau berusaha untuk mengubahnya.

b. Pengaruh Image Kelompok terhadap Perilaku Kesehatan

Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelomok. Sebagai

contoh, anak seorang dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan

orang-orang dengan pendidikan tinggi, sedangkan anak buruh atau petani

tidak terpapar dengan Lingkungan medis dan besar kemungkinan juga tidak

bercita-cita untuk menjadi dokter. Dengan demikian, kedua anak tersebut

mempunyai perbedaan konsep tentang peranan dokter. Ttau dengan kata lain,

perilaku dari masing-masing individu cenderung merefleksikan kelompoknya.

Page 17: Skenario PHE

c. Pengaruh Identifikasi Individu kepada Kelompok Sosialnya terhadap Perilaku

Kesehatan.

2. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan

Menurut G.M. Foster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan

seseorang antara lain adalah : 1) tradisi, 2) sikap fatalism, 3) nilai, 4)

ethnocentrism, 5) unsur budaya.

Hubungan promosi kesehatan dengan determinan perilaku

Strategi promosi/ strategi komunikasi kesehatan secara umum

Pengertian Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan diartikan sebagai “upaya memasarkan, menyebarluaskan,

mengenalkan atau menjual kesehatan”. Dengan perkataan lain, promosi kesehatan

adalah memasarkan atau menjual atau memperkenalkan pesan-pesan kesehatan

atau upaya-upaya kesehatan, sehingga masyarakat menerima, atau membeli

(dalam arti menerima perilaku kesehatan) atau mengenal pesan-pesan kesehatan

tersebut, yang akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat.

Lawrence Green (1984) merumuskan definisi promosi kesehatan sebagai:

“segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait

dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan

perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan”. Dari batasan ini jelas,

Promosi Kesehatan

Faktor Predisposisi

Faktor Pemungkin

Faktor Penguat

Perilaku Sehat

Page 18: Skenario PHE

bahwa promosi kesehatan adalah pendidikan kesehatan plus, atau promosi

kesehatan adalah lebih dari pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan bertujuan

untuk menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif

bagi kesehatan.

Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter:1986). Sebagai hasil rumusan

Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada, menyatakan

bahwa: “Health promotion is the process of enabling people to increase control

over, and improve their health. to reach a state of complete physical, mental, and

social well being. an individual or group must be able to indentify and realize

aspiration, to satisfy needs, and to change or cope with the environment”.

Batasan promosi kesehatan yang lain dirumuskan oleh Yayasan Kesehatan

yang lain dirumuskan oleh Yayasan Kesehatan Victoria (Victorian Health

Foundation-australia, 1997), sebagai berikut: ”Health promotion is programs are

design to bring about change within people, organization, communities, and their

environment”.

Sejarah Timbulnya Promosi Kesehatan

Bergesernya pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan, tidak terlepas

dari sejarah praktik pendidikan kesehatan didalam kesehatan masyarakat di

Indonesia, maupun secara praktik kesehatan masyarakat secara global. Praktik

pendidikan kesehatan pada waktu yang lampau, sekurang-kurangnya pada tahun

90-an, terlalu menekankan perubahan perilaku masyarakat. Pada praktisi

pendidikan kesehatan telah bekerja keras untuk memberikan informasi kesehatan

melalui berbagai media dan teknologi pendidikan kepada masyarakat dengan

harapan masyarakat mau melakukan hidup sehat seperti yang diharapkan. Tetapi

pada kenyataannya, perubahan perilaku hidup sehat tersebut sangat lambat,

sehingga dampaknya terhadap perbaikan kesehatan sangat kecil.

Dari hasil-hasil studi yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) dan para ahli pendidikan kesehatan terungkap memang benar bahwa

pengetahuan masyarakat tentang kesehatn sudah tinggi, tetapi praktik mereka

masih rendah. Hal ini ber4artiu bahwa perubahan atau peningkatan pengetahuan

Page 19: Skenario PHE

masyarakat tentang kesehatan tidak diimbangii dengan peningkatan atau

perubahan perilakunya. Dari penelitian-penelitian yang telah ada, terungkap 80%

masyarakat tahu cara mencegah penyakit demam berdarah dengan melakukan 3 M

(menguras,. Menutup, dan mengubur) barang – barang yang dapat menampung

air, tetapi hanya 35% dari masyarakat tersebut yang benar-benar melalkukan atau

mempraktikan 3 M.

Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi

promosi kesehatan secara global ini terdiri dari 3 hal, yaitu:

1. Advokasi

Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain

tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam

konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat

keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat,

sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita

inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa

kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan

pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya.

2. Dukungan Sosial (social support)

Suatu kegiatan untuk mencari dukungan social melaliu tokoh-tokoh

masyarakat dengan tujuan sebagai jembatan antara sector masyarakat (pelaksana

program) dengan masyarakat (penerima program) kesehatan agar masyarakat mau

menerima dan berpartisipasi terhadap program kesehatan tsb.

3. Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada

masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan

kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka

Page 20: Skenario PHE

sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat

diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain: penyuluhan kesehatan,

pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya:

koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga

(income generating skill). Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga

akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka,

misalnya: terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya

polindes, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyarakat sering

disebut “gerakan masyarakat” untuk kesehatan. Dari uraian tersebut dapat

disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat (sasaran

primer)

Perencenanaan Strategi Promosi Kesehatan pada kasus :

1. Advokasi berkoordinasi dengan dinkes dan pemda

2. Dukungan Sosial

3. Pemberdayaan Masyarakat Penyuluhan dan Sosialisasi.

Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan (tempat

pelaksanaan)

a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)

Dalam pelaksanaan promosi kesehatan keluarga ini, sasaran utamanya

adalah orang tua, terutama ibu. Karena ibulah di dalam keluarga itu yang

sangat berperan dalam meletakkan dasar perilaku sehat pada anak-anak mereka

sejak lahir.

b. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah

Sekolah merupakan perpanjangan tangan keluarga, artinya, sekolah

merupakan tempat lanjutan untuk meletakkan dasar perilaku bagi anak,

termasuk perilaku kesehatan.

c. Promosi kesehatan pada tempat kerja

Page 21: Skenario PHE

Promosi kesehatan di tempat kerja ini dapat dilakukan terhadap pimpinan

perusahaan atau tempat kerja agar memfasilitasi tempat kerja yang kondusif

bagi perilaku sehat bagi karyawan atau pekerjanya.

d. Promosi kesehatan di tempat-tempat umum (TTU)

Menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilaku sehat

bagi pengunjungnya, misalnya tersedianya tempat sampah, tempat cuci tangan,

tempat pembuangan air kotor, ruang tunggu bagi perokok dan non-perokok,

kantin dan sebagainya. Pemasangan poster, penyediaan leaflet atau selebaran

yang berisi cara-cara menjaga kesehatan atau kebersihan adalah juga

merupakan bentuk promosi kesehatan.

e. Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan

Pelaksanaan promosi kesehatan di institusi pelayanan kesehatan ini dapat

dilakukan baik secara individual oleh para petugas kesehatan kepada para

pasien atau keluarga pasien, atau dapat dilakukan terhadap kelompok-

kelompok.

Berikut gambaran dari kerangka PRECEDE-PROCEED

Page 22: Skenario PHE

Program Promosi kesehatan Berikut gambaran dari kerangka PRECEDE-PROCEED

Program Promosi kesehatan

1. Perencanaan Promosi Kesehatan

Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab

masalah, penetapan prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk

mencapai tujuan. Oleh sebab itu, dalam membuat perencanaan promosi kesehatan,

perencana harus terdiri dari masyarakat, profesional kesehatan dan promotor

kesehatan. Kelompok ini harus bekerja bersama-sama dalam proses perencanaan

promosi kesehatan, sehingga dihasilkan program yang sesuai, efektif dalam biaya

(cost effective) dan berkesinambungan. Di samping itu, dengan melibatkan orang

orang yang terkait maka akan menciptakan rasa memiliki, sehingga timbul rasa

tanggung jawab dan komitmen.

Langkah-Langkah Dalam Perencana Promosi Kesehatan

I. Menentukan kebutuhan promosi kesehatan:

Page 23: Skenario PHE

1. Diagnosis masalah

2. Menetapkan prioritas masalah

II. Mengembangkan komponen promosi kesehatan:

1. Menentukan tujuan promosi kesehatan

2. Menentukan sasaran promosi kesehatan

3. Menentukan isi promosi kesehatan

4. Menentukan metode yang akan digunakan

5. Menentukan media yang akan digunakan

6. Menyusun rencana evaluasi

7. Menyusun jadwal pelaksanaan

Diagnosis Masalah

Langkah-langkah PRECEDE (perencanaan) dibagi dalam 5 fase, antara lain:

Fase 1 :Diagnosis Sosial (Social Need Assesment)

Diagnosis sosial adalah proses penentuan persepsi masyarakat terhadap

kebutuhannya atau terhadap kualitas hidupnya dan aspirasi masyarakat untuk

meningkatkan kualitas hidupnya melalui partisipasi dan penerapan berbagai

informasi yang didesign sebelumnya.

Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus ataupun vital statistic

yang ada, maupun dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dari

masyarakat. Bila data langsung dikumpulkan dari masyarakat, maka pengumpulan

datanya dapat dilakukan dengan cara: wawancara dengan informan kunci, forum

yang ada di masyarakat, focus group discussion (FGD), nominal group process,

dan survei.

Pada kasus: Diagnosis Sosial Peningkatan penyebaran penyakit Demam

Dengue

Fase 2 :Diagnosis Epidemiologi

Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap

kualitas hidup seseorang. Efek yang ditimbulkannya dapat timbul secara

Page 24: Skenario PHE

langsung, sebagai contoh premature heart disease, langsung mempengaruhi

kualitas hidup seseorang, sedangkan malnutrisi memberikan efek tidak langsung

terhadap kualitas hidup, karena hanya akan menurunkan produktivitas kerja

seseorang.

Pada fase ini dicari faktor kesehatan yang mempengaruhi kualitas hidup

seseorang atau ,masyarakat. Oleh sebab itu, masalah kesehatan harus digambarkan

secara rinci berdasarkan data yang ada, baik yang berasal dari data lokal, regional

maupun nasional. Pada fase ini harus diidentifikasi siapa atau kelompok mana

yang terkena masalah kesehatan (umur, jenis kelamin, lokasi, suku, dll),

bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan tersebut (mortalitas,

morbiditas, disability, tanda dan gejala yang ditimbulkan) dan bagaimana cara

untuk menanggulangi masalah kesehatan tersebut (imunisasi, perawatan atau

pengobatan, perubahan lingkungan maupun perubahan perilaku). Informasi ini

sangat diperlukan untuk menetapkan prioritas masalah, yang biasanya didasarkan

atas besarnya masalah dan akibat yang ditimbulkan serta kemungkinan untuk

diubah.

Prioritas masalah kesehatan harus tergambar pada tujuan program dengan

ciri who will benefit how much of what outcome by when.

Pada kasus : Diagnosis Epidemiologi terjangkit penyakit Demam Dengue 2

anak ibu Ida dan anak tetangga,

Fase 3: Diagnosis perilaku dan lingkungan.

Pada fase ini selain diidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi

masalah kesehatan juga diidentifikasi masalah lingkungan (fisik dan sosial) yang

mempengaruhi perilakudan status kesehatan ataupun kualitas hidup seseorang

atau masyarakat. Di sini seorang perencana harus dapat membedakan antara

masalah perilaku yang dapat dikontrol secara individual maupun yang harus

dikontrol secara institusi. Misalnya pada kasus malnutrisi yang disebabkan karena

ketidakmampuan membeli bahan makanan maka intervensi pendidikan tidak

Page 25: Skenario PHE

dapat bermanfaat, jadi health promoter perlu melakukan pendekatan perubahan

sosial (behavioral change) untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan.

Untuk mengidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi status

kesehatan seseorang, digunakan indikator perilaku seperti: pemanfaatan pelayanan

kesehatan (utilization), upaya pencegahan (preventive action), pola konsumsi

makanan (consumption pattern), kepatuhan (compliance), upaya pemeliharaan

kesehatan sendiri (self care). Dimensi perilaku yang digunakan adalah: earliness,

quality, persistence, frequency dan range. Indikator lingkungan yang digunakan

meliputi: keadaan sosial, ekonomi, fisik dan pelayanan kesehatan dengan

dimensinya yang terdiri dari: keterjangkauan, kemampuan dan pemerataan.

Langkah yang harus dilakukan dalam diagnosis prilaku dan lingkungan

adalah: 1) memisahkan faktor perilaku dan non perilaku penyebab timbulnya

masalah kesehatan; 2) mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya

masalah kesehatan dan perilaku yang berhubungan dengan tindakan perawatan /

pengobatan, sedangkan untuk faktor lingkungan yang harus dilakukan adalah

mengeliminasi faktor non perilaku yang tidak dapat diubah, seperti: faktor genetis

dan demografis; 3) urutkan faktor perilaku dan linkungan berdasarkan besarna

pengaruh terhadap masalah kesehatan; 4) urutkan faktor perilaku dan lingkungan

berdasarkan kemungkinan untuk diubah; 5) tetapkan perilaku dan lingkungan

yang menjadi sasaran program. Setelah itu tetapkan tujuan perubahan perilaku dan

lingkungan yang ingin dicapai program.

Pada kasus : Diagnosis lingkungan dan perilaku

- Wilayah desa yang bergunung

- Perkebunan karet

- Sungai kecil tempat penanmpungan air di tiap rumah

- Ritual adat yang sangat kental

Page 26: Skenario PHE

Fase 4: Diagnosis Pendidikan dan Organisasional

Determinan perilaku yang mempengaruhi status kesehatan seseorang atau

masyarakat dapat dilihat dari faktor:

1). Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor)

2). Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors)

3). Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)

Pada fase ini setelah diidentifikasi faktor pendidikan dan organisasional,

maka langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang akan

dicapai berdasarkan faktor predisposisi yang telah diidentifikasi. Selain itu,

berdasarkan faktor pemungkin dan penguat yang telah diidentifikasi ditetapkan

tujuan organisasional yang akan dicapai melalui upaya pengembangan organisasi

dan sumber daya.

Pada kasus :

a. Pendidikan dan Organisasi

Predisposisi

1. Setingkat SMP ketebatasan pengetahuan terhadap penyakit

2. Keterbatasan pengetahuan dan keterjangkauan informasi.

Pemungkin kurangnya peran dokter puskesmas

Penguat kurangnya social support terutama dari tokoh adat.

Fase 5: Diagnosis Administratif dan Kebijakan

Pada fase ini dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan yang

berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan program

promosi kesehatan. ”Kebijakan” yang dimaksud disini adalah seperangkat

Page 27: Skenario PHE

peraturan yang digunakan sebagai petunjuk untuk melaksanakan suatu kegiatan.

Sedangkan ”peraturan” adalah penerapan kebijakan dan penguatan hukum serta

perundang-undangan dan ”organisasional” adalah kegiatan memimpin atau

mengkoordinasi sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program.

Pada diagnosis administratif dilakukan tiga penilaian, yaitu: sumber daya yang

dibutuhkan untuk melaksanakan program, sumber daya yang ada di organisasi dan

masyarakat serta hambatan pelaksanaan program. Sedangkan pada diagnosis

kebijakan dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan politis, peraturan dan

organisasional yang memfasilitasi program dan pengembangan lingkungan yang

dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.

Pada fase ini kita melangkah dari perencanaan dengan PRECEDE ke

implementasi dan evaluasi dengan PROCEED. PRECEDE digunakan untuk

meyakinkan bahwa program akan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan individu

atau masyarakat sasaran. Sedangkan PROCEED untuk meyakinkan bahwa

program akan tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima, dan dapat

dipertanggungjawabkan.

Pada kasus ; Diagnosis administratif dan kebijakan

Kurangnya SDM ( hanya ada dokter Eko)

Masyarakat masih kental dengan ritual adat

Sumber daya yang sudah ada ( posyandu)

Prioritas Masalah

1. Perilaku dan Pendidikan Kental dengan ritual adat, Pendidikan

setingkat SMP

2. Lingkungan geografis : perkebunan karet dan pegunungan.

2 Pelaksanaan Promosi Kesehatan

Page 28: Skenario PHE

Pelaksanaan adalah penerapan dari hal-hal yang telah direncanakan.

Kesalahan sewaktu membuat perencanaan akan terlihat selama proses

pelaksanaan, demikian pula halnya dengan kekuatan dan kelemahan yang muncul

selama waktu pelasanaan merupakan refleksi dari baik tidaknya suatu proses

perencanaan.

3 Pemantauan dan Evaluasi Promosi Kesehatan

Pemantauan adalah suatu upaya agar proses pelaksanaan dari hal-hal yang

telah direncanakan berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Bila

pada saat pemantauan ada hal-hal yang tidak sesuai dengan prosedur /

perencanaan maka hal tersebut bisa segera diperbaiki.

Evaluasi adalah suatu masa di mana dilakukan pengukuran hasil (outcome)

dari promosi kesehatan yang telah dilakukan. Pada fase ini juga dilihat apakah

perencanaan dan pelaksanaan yang telah dilakukan dapat dilanjutkan. Selain itu,

evaluasi diperlukan untuk pemantauan efficacy dari promosi kesehatan dan

sebagai alat bantu untuk membuat perencanaan selanjutnya.

Pada prinsipnya, evaluasi promosi kesehatan sama dengan evaluasi kesehatan

lainnya, Karakteristiknya ialah indikator yang digunakan bukan hanya indikator

epidemiologik sebagai indikator dampak seperti pada upaya kesehatan lainnya,

namun juga menggunakan indikator perilaku untuk pengukuran efek.

Metode dan tehnik promosi kesehatan

Cara atau alat yang digunakan untuk promosi kesehatan untuk

menyampaikan pesan-pesan kesehatan atau mentransformasikan perilaku

kesehatan kepada sasaran atau masyarakat.

1. Metode promosi kesehatan individual berkomunikasi langsung/face

to face/ konseling

2. Metode promosi kesehatan kelompok digunakan untuk sasaran

kelompok, yaitu dengan metode diskusi kelompok, curah pendapat, bola

salju, Tanya jwab, ceramah dll.

Page 29: Skenario PHE

3. Metode promosi kesehatan massa metode promosi kesehatan tidak

akan efektif bila tidak menggunakan metode promosi kesehatan massa,

karena sasarannya adalah public sangat hiterogen yang sangat variatif dan

berpengaruh terhadap cara merespon, mempersepsikan dan pemahaman

terhadap pesan-pesan kesehatan. Tehnik yang dilakukan yaitu berupa

ceramah umum misalnya dilapangan terbuka, penggunaan media massa

elektronik atau media cetak.

Komunikasi Kesehatan

Komunikasi diperlukan untuk mengkondisikan faktor-faktor predisposisi.

Komunikasi kesehatan adalah “usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara

positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan

metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi interpersonal, maupun

komunikasi massa”. Tujuan utama komunikasi kesehatan adalah perubahan

perilaku kesehatan masyarakat.

Bentuk-Bentuk Komunikasi

Bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam program-program kesehatan

masyarakat adalah komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) dan

komunikasi massa (mass communication).

A.Komunikasi Antar Pribadi

Adalah komunikasi langsung, tatap muka antara satu orang dengan orang lain

baik perorangan maupun kelompok. Komunikasi ini tidak melibatkan kamera,

artis, penyiar, atau penulis skenario. Komunikasi antar pribadi dapat efektif bila

memenuhi tiga hal di bawah ini, yaitu:

empathy, yakni menempatkan diri pada kedudukan orang lain (orang

yang diajak berkomunkasi)

Respect terhadap perasaan dan sikap orang lain

Jujur dalam menanggapi pertanyaan orang lain yang diajak

berkomunikasi.

Page 30: Skenario PHE

Metode komunikasi antar pribadi yang paling baik adalah konseling

(councelling), karena di dalam cara ini antara komunikator atau konselor dengan

komunikan atau klien terjadi dialog. Klien dapat lebih terbuka menyampaikan

masalah dan keinginan-keinginannya, karena tidak ada pihak ketiga yang hadir.

B. Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah penggunaan media massa untuk menyampaikan

pesan-pesan atau informasi-informasi kepada khalayak atau masyarakat.

Komunikasi di dalam kesehatan masyarakat berarti meyampaikan pesan-pesan

kesehatan kepada masyarakat melalui berbagai media massa (TV, radio, media

cetak, dsb.), dengan tujuan agar masyarakat berperilaku hidup sehat.

Komunikasi Kesehatan/ promosi kesehatan masyarakat saat ini sudah

mengalami perubahan sangat pesat dan mendasar. Dari strategi yang bersifat

partial menjadi komprihensif berdasarkan hasil studi empiris. Orientasinya yang

semula berfokus pada hasil atau produksi kini telah menjadi studi yang

berorientasi pada klien. Komunikasi juga saat ini telah memanfaatkan teknologi

baru yang dimodifikasi dengan komunikasi pembangunan, prinsip-prinsip

pemasaran sosial analisis perilaku serta manajemen yang berorientasi pada

pelanggan.

Program Komunikasi kesehatan merupakan upaya promosi yang di mulai dari

perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan yang di desain dengan tujuan jangka

panjang agar terjadi perubahan perilaku yang lestari pada kelompok sasaran.

Seperti halnya dalam promosi kesehatan dan pemasaran social, program

komunikasia kesehatan dianggap kurang efektif di banding dengan promosi atau

komunikasi produk-produk komersial. Agar upaya komunikasi lebih efektif maka

perlu mengadopsi strategi yang digunakan oleh komunikasi produk komersial.

Keberhasilan upaya komersial bukan terletak pada anggaran yang besar, tetapi

dibutuhkan langkah-langkah penting yang strategis.

Secara umu strategi komunikasi kesehatan terdiri dari 3 langkah yang merupakan

siklus yang berkesinambungan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan.

Secara rinci langkah-langkahnya terdiri dari:

Page 31: Skenario PHE

1. Tahap Perencanaan

Tahapan-tahapannya terdiri dari :

a. Analisis masalah kesehatan

b. Riset pengembangan

c. Pengembangan strategi

d. Uji coba bahan

e. Rencana operasional

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap-tahapnya :

a. produksi

b. pelatihan

c. distribusi

3. Tahap Pemantaun dan Evaluasi

Tahap-tahapnya :

a.Evaluasi keluaran

b. Evaluasi akibat

c.Evaluasi dampak

Kesimpulan

Model PRECEDE digunakan sebagai model perencanaan promosi kesehatan.

Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah,

penetapan prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai

tujuan. PRECEDE merupakan akronim dari predisposing, reinforcing and

enabling causion in educational diagnosis and evaluation. Terdapat 5 langkah /

fase PRECEDE yaitu; 1)diagnosis sosial adalah proses penetuan persepsi

masyarakat terhadap kebutuhannya atau terhadap kualitas hidupnya dan aspirasi

masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya ; 2) diagnosis Epidemiologi

yaitu dicari faktor kesehatan yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang atau

masyarakat. Oleh sebab itu, masalah kesehatan harus digambarkan secara rinci

Page 32: Skenario PHE

berdasarkan data yang ada ; 3) diagnosis perilaku dan lingkungan yaitu

mengidentifikasi masalah perilaku dan lingkungan yang mempunyai pengaruh

terhadap status kesehatan ataupun kualitas hidup seseorang dan masyarakat ;4)

diagnosis pendidikan dan organisasional yaitu melakukan identifikasi faktor

pendidikan dan operasional sehingga didapatkan tujuan pembelajaran dan tujuan

organisasional ; 5) diagnosis Administratif dan Kebijakan, pada fase ini dilakukan

analisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan yang berlaku yang dapat

memfasilitasi atau menghambat pengembangan program promosi kesehatan.

Dengan demikian PRECEDE digunakan untuk meyakinkan bahwa program akan

sesuai dengan kebutuhan dan keadaan individu atau masyarakat sasaran.

Page 33: Skenario PHE

Daftar Pustaka

1. Be the best. 2007. Posisi Pendidikan Kesehatan Dalam Menentukan Status

Kesehatan. Diambil dari: http://ferryefendi.blogspot.com/2007/11/posisi-

pendidikan-kesehatan-dalam.html (Tanggal akses: 18 Mei 2010)

2. Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka

Cipta.

3. Anonim. Diambil dari: www.enotes.com/public-health-encyclopedia/precede-

proceed-model (Tanggal akses: 18 Mei 2010)

4. Anonim. Diambil dari: www.igreen.net/precede.htm (Tanggal akses: 18 Mei

2010)

5. Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan

Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.

6. IT dr. mariatul fadilah