Skenario PHE
-
Upload
gita-tanelvi -
Category
Documents
-
view
99 -
download
3
description
Transcript of Skenario PHE
Skenario 4 PHE
Ida seorang ibu rumah tangga dengan 3 anak balita yang tinggal di desa Madudu,
lima hari yang lalu ida telah membawa Rio anak sulungnya yang berusia 5 tahun
ke puskesmas dimana dr.Eko berada, dikatakan Rio mengidap Demam Dengue.
Setelah di obati dr.Eko, anak sulung ida telah berangsur membaik. Menurut ida,
Rio adalah anak yang sangat aktif sehingga di PAUD Melati yang ada di desanya,
dimana Rio belajar dan bermain, lebih menonjol di banding anak-anak lainnya.
Dua hari ini kecemasan ida bertambah karena anak bungsunya Rini yang baru
berusia 20 bulan demam tinggi, ida merasa heran melihat anaknya itu tiba-tiba
demam karena baru dua hari yang lalu dia membawa anaknya itu ke posyandu.
Hari ini juga ida membawa Rini ke puskesmas yang ternyata di Puskesmas ida
berjumpa dengan tetangga rumahnya yang juga membawa anaknya dengan gejala
yang sama.
Desa Madudu dengan wilayah yang bergunung ditengahnya dibelah olehsungai
kecil yang menjadi sumber air bagi kehidupan desa. Penduduk di desa ini
mayoritas petani karet dan umumnya berpendidikan setingkat SMP, walaupun
demikian mereka sangat kental dengan ritual adat/traditional culture.
Dokter Eko telah membuat laporan kepada kepala dina skesehatan tentang
kurangnya social Support dan accessibility of information adalah salah satu
penyebab dari tersebarnya penyakit demam dengue didesa Madudu ini. Dokter
Eko juga menyadari sejak awal untuk meningkatkan derajad kesehatan
masyarakat desa Madudu ini diperlukan analisa sistim yang komprihensif dan
holistik. Demam Dengue di desa Madudu ini tidak akan pernah terselesaikan bila
tidak menggunakan strategi komunikasi/ promosi kesehatan.
Dan anda sebagai dokter puskesmas yang bertugas bersama dr.Eko di minta untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat desa Madudu tersebut.
I. Klarifikasi Istilah
1. Puskesmas : Unit pelaksanaan teknis dinkes kabupaten
atau kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan di
wilayah kerja administrasi
2. Demam Dengue : Penyakit menular yang di sebabkan oleh
virus dengue melalui gigitan nyamuk aedes
aegepty
3. Posyandu :
4. Social support : Dukungan tokoh masyarakat baik secara
formal maupun informal
5. Traditional culture :
6. Komprihensif :
7. Holistic :
8. Promosi kesehatan : Pesan-pesan kesehatan sebagai upaya
kesehatan sehingga masyarakat berprilaku
hidup sehat
9. Accessibility of information : Keterjangkauan informasi mengenai
kesehatan
II. Identifikasi Masalah
1. Ibu ida 5 hari yang lalu membawa anak sulungnya ke puskesmas karena
mengidap demam dengue,selanjutnya beberapa hari kemudian ibu Ida
membawa anak bungsunya karena demam tinggi dan bertemu dengan tetangga
yang membawa anaknya dengan gejala yang sama.
2. Ibu Ida tinggal di desa Madudu dengan wilayah yang bergunung dan ada
sungai kecil, mayoritas penduduk desa Madudu adalah petani karet dan
berpendidikan setingkat SMP, serta sangat kental dengan ritual adat.
3. Salah satu penyebab tersebarnya penyakit demam dengue didesa Madudu
adalah kurangnya social supportdan accessibility of information.
4. Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat desa Madudu diperlukan
analisis system yang komprihensif dan hilistik
5. Diperlukan strategi komunikasi /promosi kesehatan untuk menyelesaikan
masalah demam dengue.
III.Analisis Masalah
1. Demam Dengue
a. Apa yang dimaksud dengan Demam dengue ( definisi) ?
b. Apa vektor demam dengue dan bagaimana siklus
hidupnya?
c. Bagaimana cara penularan demam dengue?
d. Apa saja gejala demam dengue?
e. Masa inkubasi demam dengue ?
f. Bagaimana cara pencegahanya?
2. Bagaimana hubungan peningkatan jumlah kasus demam dengue dengan
kesehatan masyarakat secara umum dan
a. wilayah yang bergunung, dan ada sungai?
b. Penduduk yang pekerjaannya mayoritas petani karet?
c. Pendidikan pendudk yang umumnya setingkat SMP?
d. Penduduk yang ritual adatnya sangat kuat?
3. Bagaimana mengatasi kurangnya social support dan accessibility of
information agar penyebaran demam dengue dapat teratasi dan
bagaimana peran dari social support dan accessibility itu sendiri dalam
mengatasi masalah tersebut?
4. Bagaimana cara menganalisa sistem kesehatan koprihensif dan holistik agar
derajad kesehatan masyarakat desa Madudu meningkat?
5. Apa yang dimaksud dengan strategi promosi kesehatan?
6. Bagaimana strategi promosi kesehatan untuk menyelesaikan masalah
peningkatan jumlah kasus demam dengue?
IV. Hipotesis
Untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat diperlukan strategi
promosi kesehatan yang komprihensif dan holistik serta perilaku individu
masyarakat tersebut.
V. Sintesis
Demam Dengue
a. Definisi Demam Dengue
Demam Dengue (DD) adalah penyakit akut yang disebabkan virus dengue,
termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang
dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis
serotipe, yaitu ; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4.
b. Vektor Demam Dengue dan Siklus hidupnya
Vektor menurut WHO 1993 adalah seekor binatang yang membawa bibit
penyakit dari seekor binatan atau seorang manusia kepada binatang atau manusia
lainnya.
Demam Dengue ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk betina
Aedes yang terinfeksi virus dengue. Penyakit ini tidak dapat ditularkan langsung
dari orang ke orang. Penyebar utama virus dengue yaitu nyamuk Aedes aegypti,
tidak ditemukan di Hong Kong, namun virus dengue juga dapat disebarkan oleh
spesies lain yaitu Aedes albopictus.
c. Cara penularan dan masa inkubasi Demam Dengue
Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus
dengue, yaitu manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan
kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes
albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga
menularkan virus ini, namun merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk
Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit manusia
yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur
berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic incubation period) sebelum
dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan berikutnya.
Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya
(transovanan transmission), namun perannya dalam penularan virus tidak penting.
Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak di dalam tubuh nyamuk, nyamuk
tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif). Di tubuh
manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari (intrinsic incubation period)
sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya
dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia,
yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam timbul. Setelah tergigit
nyamuk pembawa virus, masa inkubasi akan berlangsung antara 3 sampai 15 hari
sampai gejala demam dengue muncul.
Menurut teori infeksi sekunder, seseorang yang hanya terkena infeksi satu
macam virus dengue saja tidak akan jatuh sakit, kecuali hanya merasa demam
ringan.Namun bila orang tersebut terinfeksi oleh 2 macam virus dengue, barulah
yang bersangkutan akan menderita sakit DD. Penyebaran berbagai tipe virus
dengue ini dari suatu wilayah ke wilayah lain dibawa oleh orang-orang yang
terinfeksi virus dengue yang berpindah tempat dari suatu tempat ke tempat yang
lain. Ditempat yang baru melalui gigitan nyamuk penular DD seperti Aedes
Aedupty dan Aedes Albopictus menyebarkannya kepada orang lain disekitarnya.
d. Gejala Demam Dengue
Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih manifestasi berikut: nyeri
kepala, nyeri retroorbita, mialgia, manifestasi perdarahan, dan leukopenia.
•Dapat disertai trombositopenia.
• Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis membaik.
Gejala demam dengue akan diawali oleh perasaan menggigil, nyeri kepala, nyeri
saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung. Kesakitan pada tungkai dan
sendi akan terjadi beberapa jam sejak gejala demam dengue mulai dirasakan.
Suhu tubuh akan meningkat dengan cepat mencapai 40 derajat celcius dengan
detak nadi yang normal serta tekanan darah yang cenderung turun. Bola mata akan
tampak kemerahan. Kemerahan juga tampak pada wajah yang dengan cepat akan
menghilang. Kelenjar pada leher dan tenggorokan terkadang ikut membesar.
e. Pencegahan Demam Dengue
Pembersihan jentik:
1. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan gerakan 3M (menutup
dan menguras tempat penampungan air, mengubur barang bekas, dan
membersihkan tempat yang berpotensi bagi perkembangbiakan nyamuk)
2. Larvasidasi selektif atau abatisasi selektif, yaitu kegiatan memberikan atau
menaburkan larvasida ke dalam penampungan air yang positif terdapat jentik
aedes
3. Menggunakan ikan (tempalo, cupang, sepat)
Pencegahan gigitan nyamuk :
1. Penyemprotan/ fogging focus, yaitu kegiatan menyemprot dengan insektisida
(malation, losban) untuk membunuh nyamuk dewasa dalam radius 1 RW per 400
rumah per 1 dukuh.
2. Menggunakan kelambu
3. Menggunakan obat nyamuk
4. Tidak melakukan kegiatan yang berisiko (menggantung baju)
Pemeriksaan jentik nyamuk secara berkala, yaiu kegitan regular 3 bulan
sekali, dengan cara mengambil sampel 100 rumah/ desa/ kelurahan. Pengambilan
sampel dapat dilakukan secara random atau metode spiral atau metode zigzag.
Dengan kegiatan ini akan didapatkan angka kepadatan jentik atau house index.
Hubungan peningkatan jumlah kasus demam dengue dengan kesehatan
masyarakat berdasarkan
a. Wilayah yang bergunung, dan ada sungai
Ketinggian merupakan faktor penting yang membatasi penyebaran Aedes
aegypti. di India Aedes aegypti tersebar mulai dari ketinggian 0 hingga 100 meter
diatas permukaan laut. Di dataran rendah (kurang dari 500 m) tingkat populasi
nyamuk dari sedang hingga tinggi, sementara di daerah pegunungan (lebih dari
500 m) populasi rendah. Di negara-negara asia tenggara ketinggian 100-1500 m
merupakan batas penyebaran Aedes aegypti.
b. Penduduk yang pekerjaannya mayoritas petani karet
Pada daerah perkebunan merupakan salah satu tempat hidup nyamuk hal ini
kerana penampungan air sebagai sumber kebutuhan di perkebunan dan juga pada
saat musim hujan yang akan menyebabkan banyak nyamuk pada daerah tersebut.
Dan biasanya banyak petani yang sering membawa anak merka saat berkebun dan
tidak menutup kemunkinan anak-anak akan tergigit oleh nyamuk.
c. Pendidikan penduduk yang umumnya setingkat SMP
Tingkat pendidikan masyarakat yang hanya SMP menyebabkan masih
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya perilaku hidup bersih dan
sehat, pengetahuan yang kurang tentang faktor penyebab, cara penularan, dan cara
pencegahan DD.
d. Penduduk yang ritual adatnya sangat kuat
Masyarakat tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan
dan percaya pada cara-cara tradisional dalam menyelesaikan masalah-masalah
kesehatan yang dihadapi.
Cara mengatasi kurangnya social support dan accessibility of information
agar penyebaran demam dengue dapat teratasi dan peran dari social support
dan accessibility itu sendiri dalam mengatasi masalah tersebut
Dukungan sosial (social Support) adalah dukungan dari tokoh masyarakat.
Adanya dukungan sosial merupakan salah satu dari strategi promosi kesehatan.
Sebagai contoh, jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat
bahwa tokoh - tokoh masyarakat atau pemimpin kader yang disegani ikut serta
maka mereka akan tertarik pula berperanserta. Namun, di desa Madudu dukungan
sosial sangat kurang. Hal ini menyebabkan Dukungan sosial di desa Madudu
dapat diperoleh dari kepala desa, ulama, ataupun tokoh yang diseganinya. Peran
tokoh masyarakat ini juga bermanfaat sebagai faktor penguat terjadinya perilaku.
Hal ini berarti, bahwa untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh
masyarakat.
1. Peran social support: dengan adanya dukungan sosial melalui tokoh-tokoh
masyarakat (toma), baik tokoh masyarakat formal maupun informal yang
berperilaku hidup sehat dapat menjadi contoh bagi masyarakat disekitarnya untuk
berperilaku hidup sehat
2. Peran accessibility of information: dengan teraksesnya informasi maka
masyarakat tahu bahwa telah tersedia pelayanan kesehatan yang mereka
butuhkan.
3. Cara mengatasinya: melakukan promosi kesehatan. Informasi ini dapat
diharapkan dapat mengubah perilaku masyarakat yang mulanya tidak pernah
memanfaatkan pelayanan kesehatan karena tidak tahu kini memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang tersedia
Untuk mengatasi kurangnya dukungan sosial, perlu juga dilakukan bina suasana.
Bina suasana adalah menjalin kemitraan untuk membentuk opini publik dengan
berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti tokoh masyarakat dan
tokoh agama. Kemitraan dalam kesehatan berarti meningkatkan harkat hidup dan
derajat kesehatan, semua sektor, kelompok masyarakat. Metode bina suasana
berguna untuk menciptakan suasana yang mendukung, menggerakan masyaralat
secara partisipatif dan kemitraan.
Metode bina suasana dapat berupa :
- Pelatihan
- Semiloka
- Konferensi pers
- Dialog terbuka
- Sarasehan
- Penyuluhan
- Pendidikan
- Lokakarya mini
- Pertunjukkan tradisional
- Diskusi meja bundar (Round table discussiaon)
- Pertemuan berkala di desa
- Kunjungan lapangan
- Studi banding
- Traveling seminar
Kemitraan dalam kesehatan berarti menggalang partisipasi semua sektor untuk
meningkatkan harkat hidup dan derajat kesehatan, semua sektor, kelompok
masyarakat, lembaga pemerintah dan non pemerintah bekerjasama berdasarkan
kesepakatan dan fungsi masing-masing.
Untuk menjaga kelanggengan dan keseimbangan bina suasana diperlukan :
- forum komunikasi
- dokumen dan data yang up to date (selalu baru)
- mengikuti perkembanagan kebutuhan masyarakat
- hubungan yang terbuka, serasi dan dinamis dengan mitra
- menumbuhkan kecintaan terhadap kesehatan
- memanfaatkan kegiatan dan sumber-sumber dana yang
mendukung upaya pembudayaan perilaku hidup bersih
dan sehat
- adanya umpan balik dan penghargaan
ANALISIS YANG KOMPREHENSIF DAN HOLISTIK
Analisis yang dilakukan adalah analisis situasi yang meliputi:
1. Analisis derajat kesehatan
a. Analisa derajat kesehatan akan menjelaskan masalah kesehatan
apa yang dihadapi
b. Analisis ini akan menghasilkan ukuran-ukuran derajat
kesehatan secara kuantitatif, penyebaran masalah menurut
kelompok umur penduduk, menurut tempat dan waktu
c. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan epidemologis
d. Ukuran yang digunakan adalah angka kematian (mortalitas)
dan angka kesakitan (morbiditas)
e. Oleh karena pada kasus merupakan penyakit akut, maka
diperlukan perhitungan insidens.
2. Analisis faktor kependudukan
Yang dianalisis adalah
Jumlah penduduk
Pertumbuhan penduduk
Struktur umur
Mobilitas penduduk
pekerjaan
3. Analisis faktor perilaku kesehatan
a. Analisis ini memberikan gambaran tentang pengetahuan, sikap
dan perilaku masyarakat sehubungan dengan kesehatan
maupun upaya kesehatan
b. Dapat menggunakan teori pengetahuan, sikap praktek, atau
health belief model atau teori lainnya
4. Analisis faktor lingkungan kesehatan
a. Analisis lingkungan fisik
Mengambarkan masalah air bersih
Keadaan rumah dan pekaranagan (ventilasi, lantai,
pencahayaan maupun kebisingan)
Limbah rumah tangga (SPAL)
Limbah industry, dll
b. Analisis lingkungan biologis
Analisis lingkungan biologi mengambarkan vektor penyakit,
ternak dansebagainya
c. Analisis lingkungan sosial budaya
5. Analisis faktor upaya kesehatan
a. Pelayanan atau upaya kesehatan meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif
b. Analisis ini menghasilkan data tau informasi tentang input,
proses, out put dan dampak dari pelayanan kesehatan
i. Input :aspek ketenagaan kesehatan, biaya, sarana dan
prasarana kesehatan
ii. Proses pelayanan :pengorganisasian, koordinasi,
supervisi
iii. Output pelayanan :cakupan pelayanan, pemanfaatan
pelayanan
INTERVENSI PERILAKU KESEHATAN
Masalah kesehatan masyarakat, termasuk penyakit ditentukan 2 faktor yaitu
perilaku dan non perilaku (fisik, social, ekonomi, politik dsb). Upaya
pemberantasan penyakit menular, penyediaan sarana air bersih dan pembuangan
tinja, penyediaan pelayanan kesehatan, dsb adalah upaya intervensi terhadap
faktor fisik Inon-perilaku). Sedangkan upaya faktor perilaku yaitu :
1. Pendidikan (education)
Pendidikan adalah upaya pembelajaran untuk masyarakat agar mau melakukan
tindakan-tindakan dan meningkatkan kesehatannya dari perubahan karena
pengetahuan dan kesadarannya melalui proses pembelajaran sehingga perilaku
yang diharapkan akan berlangsung lama dan menetap. Namun kelemahan
dalam hal ini adalah prosesnya dalam waktu lama
2. Paksaan atau tekanan (coercion)
Upaya paksaan dan tekanan adalah upaya agar masyarakat mau melakukan
tindakan-tindakan yang diharapkan, namun hal ini tidak akan langgeng karena
tidak didasari oleh pemahaman dan kesadaran tentang perubahan perilaku
yang dijalani.
Promosi kesehatan sebagai pendekatan terhadap faktor perilaku kesehatan,
maka kegiatannya tidak terlepas dari faktor-aktor yang menentukan perubahan
perilaku tersebut dengan perkataan lain kegiatan promosi kesehatan harus di
sesuaikan dengan determinan ( faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri) .
berikut adalah tiga faktor utama yang menentukan perilaku menurut Lawrence
Green (1980)
1). Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor)
Faktor-faktor ini mencakup, pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kesehatan, sistem nilai atau norma yang dianut masyarakat, persepsi,
tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. Ikhwal ini dapat
dijelaskan sebagai berikut. Untuk berperilaku kesehatan, misalnya : pemeriksaan
kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut
tentang manfaat pemeriksaan hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya.
Disamping itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat
juga dapat mendorong atau menghambat ibu untuk periksa hamil. Misalnya, orang
hamil tidak boleh disuntik (pemeriksa hamil termasuk memperoleh suntikan anti
tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama
yang positif akan mempermudah terwujudnya perilaku baru maka sering disebut
faktor yang memudahkan.
2). Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors)
Faktor ini yaitu faktor lingkungan yang memfasilitasi perilaku seseorang,
mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi
masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat
pembuangan tinja, tersedianya makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk
juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek suasta (BPS), dan
sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan
prasarana pendukung, misalnya : perilaku pemeriksaan kehamilan. Ibu hamil yang
mau periksa hamil tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat periksa hamil
saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau
tempat periksa hamil, misalnya : puskesmas, polindes, bidan praktik, ataupun
rumah sakit. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung untuk atau memungkinkan
terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung,
atau faktor pemungkin.
3). Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)
Faktor ini merupakan perilaku orang lain yang berpengaruh yang dapat
mendorong orang untuk berperilaku, meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk
petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan
baik dari pusat maupun pemerintahan daerah yang terkait dengan kesehatan.
Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu
pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan
perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas,
dan lebih-lebih para petugas kesehatan. Disamping itu undang-undang juga
diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Seperti perilaku
pemeriksaan hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas pemeriksaan hamil,
juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu
hamil melakukan periksa hamil. Oleh sebab itu intervensi pendidikan hendaknya
dimulai mendiagnosis 3 faktor penyebab (determinan) tersebut kemudian
intervensinya juga diarahkan terhadap 3 faktor tersebut.
Berdasarkan tiga faktor determinan perilaku tersebut, maka kegiatan promosi
kesehatan sebagai pendekatan perilaku hendaknya diarahkan kepada tiga faktor
tersebut:
a. kegiatan promosi kesehatan yang di tujukan kepada faktor predisposisi
berupa pemberian informasi atau pesan kesehatan atau penyuluhan
kesehatan. Tujuannya untuk memberikan atau meningkatkan pengetahuan
dan sikap tentang kesehatan, yang di perlukan oleh seseorang atau
masyarakat sehingga akan memudahkan terjadinya perilaku sehat pada
mereka. Upaya ini juga dilakukan untuk meluruskan tradisi-tradisi,
kepercayaan atau nilai-nilai dan sebagainya yang tidak kondusif bagi
perilaku sehat, dan akhirnya berakibat buruk pada kesehatan mereka.
b. Kegiatan promosi kesehatan yang di tujukan pada faktor pemungkin adalah
dengan memberdayakan masyarakat melalui perorganisasian atau
pengembangan masyarakat. Dengan kegiatan ini di harapkan masyarakat
mampu dalam menfasilitasi diri mereka atau masyarakat sendiri untuk
berperilaku sehat.
c. Kegiatan promosi kesehatan yang di tujukan kepada faktor penguat yaitu
berupa pelatihan-pelatihan kepada para tokoh masyarakat baik secara formal
maupun informal. Kita sadari bahwa saat ini masyarakat indonesia masih
paternalistik, yang masih mengacu pada perilaku pemimpin-pemimpin kita
baik formal maupun informal. Oleh sebab itu tujuan dari kegiatan ini adalah
agar para tokoh masyarakat mampu berperilaku contoh (perilaku sehat) bagi
masyarakat sekitarnya dan agar para tokoh masyarakat dapat
mentransformasikan pengetahuan-pengetahuan tentang kesehatan kepada
orang lain atau masyarakat sesuai dengan ketokohan mereka.
Teori Snehandu B. Karr
Karr seorang staf pengajar Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku, Universitas Kalifornia di Los Angeles, mengidentifikasi adanya 5
determinan perilaku, yaitu:
1) Adanya niat (intention).
2) Adanya dukungan dan masyarakat sekitarnya (social support).
3) Terjangkaunya informasi (accessibility of information).
4) Adanya otonomi atau kebebasan pribadi (personnal autonomy) untuk
mengambil keputusan. Di Indonesia, terutama ibu-ibu, kebebasan pribadinya
masih terbatas, terutama lagi di pedesaan. Seorang istri, dalam pengambilan
keputusan masih sangat tergantung kepada suami.
Adanya kondisi dan situasi yang memungkinkan (action situation).
Teori WHO
Tim kerja pendidikan kesehatan dan WHO merumuskan determinan perilaku ini
sangat sederhana. Mereka mengatakan, bahwa mengapa seseorang berperilaku,
karena adanya 4 alasan pokok (determinan), yaitu:
5) Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling).
6) Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai
(personnal references).
7) Sumber daya (resources) yang tersedia merupakan pendukung untuk
terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.
8) Sosio budaya (culture) setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap
terbentuknya perilaku seseorang.
Aspek Sosial budaya yang mempengaruhi perilaku kesehatan
1. Aspek Sosial yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan
Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status kesehatan, antara lain
adalah: 1) umur, 2) jenis kelamin, 3) pekerjaan, 4) sosial ekonomi.
Menurut H. Ray Elling, (1970), ada beberapa faktor sosial yang berpengaruh
pada perilaku kesehatan, antara lain: 1) self concept, dan 2) image kelompok. Di
samping itu, G.M Foster (1973) menambahkan, bahwa identifikasi individu
kepada kelompoknya juga berpengaruh terhadap perilaku kesehatan.
a. Pengaruh Self Concept terhadap Perilaku Kesehatan
Self concept kita ditentukan oleh tingkatan kepuasaan atau ketidakpuasan
yang kita rasakan terhadap diri kita sendiri, terutama bagaimana kita ingin
memperlihatkan diri kita kepada orang lain. Apabila orang lain melihat kita
positif dan menerima apa yang kita lakukan, kita akan meneruskan perilaku
kita. Tetapi apabila orang lain berpandangan negatif terhadap perilaku kita
dalam jangka waktu yang lama, kita akan merasa suatu keharusan untuk
melakukan perubahan perilaku. Oleh karena itu, secara tidak langsung self
concept kita cenderung menentukan, apakah kita akan menerima keadaan diri
kita seperti adanya atau berusaha untuk mengubahnya.
b. Pengaruh Image Kelompok terhadap Perilaku Kesehatan
Image seorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelomok. Sebagai
contoh, anak seorang dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan
orang-orang dengan pendidikan tinggi, sedangkan anak buruh atau petani
tidak terpapar dengan Lingkungan medis dan besar kemungkinan juga tidak
bercita-cita untuk menjadi dokter. Dengan demikian, kedua anak tersebut
mempunyai perbedaan konsep tentang peranan dokter. Ttau dengan kata lain,
perilaku dari masing-masing individu cenderung merefleksikan kelompoknya.
c. Pengaruh Identifikasi Individu kepada Kelompok Sosialnya terhadap Perilaku
Kesehatan.
2. Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Kesehatan dan Perilaku Kesehatan
Menurut G.M. Foster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan
seseorang antara lain adalah : 1) tradisi, 2) sikap fatalism, 3) nilai, 4)
ethnocentrism, 5) unsur budaya.
Hubungan promosi kesehatan dengan determinan perilaku
Strategi promosi/ strategi komunikasi kesehatan secara umum
Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan diartikan sebagai “upaya memasarkan, menyebarluaskan,
mengenalkan atau menjual kesehatan”. Dengan perkataan lain, promosi kesehatan
adalah memasarkan atau menjual atau memperkenalkan pesan-pesan kesehatan
atau upaya-upaya kesehatan, sehingga masyarakat menerima, atau membeli
(dalam arti menerima perilaku kesehatan) atau mengenal pesan-pesan kesehatan
tersebut, yang akhirnya masyarakat mau berperilaku hidup sehat.
Lawrence Green (1984) merumuskan definisi promosi kesehatan sebagai:
“segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait
dengan ekonomi, politik, dan organisasi, yang dirancang untuk memudahkan
perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan”. Dari batasan ini jelas,
Promosi Kesehatan
Faktor Predisposisi
Faktor Pemungkin
Faktor Penguat
Perilaku Sehat
bahwa promosi kesehatan adalah pendidikan kesehatan plus, atau promosi
kesehatan adalah lebih dari pendidikan kesehatan. Promosi kesehatan bertujuan
untuk menciptakan suatu keadaan, yakni perilaku dan lingkungan yang kondusif
bagi kesehatan.
Berdasarkan Piagam Ottawa (Ottawa Charter:1986). Sebagai hasil rumusan
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada, menyatakan
bahwa: “Health promotion is the process of enabling people to increase control
over, and improve their health. to reach a state of complete physical, mental, and
social well being. an individual or group must be able to indentify and realize
aspiration, to satisfy needs, and to change or cope with the environment”.
Batasan promosi kesehatan yang lain dirumuskan oleh Yayasan Kesehatan
yang lain dirumuskan oleh Yayasan Kesehatan Victoria (Victorian Health
Foundation-australia, 1997), sebagai berikut: ”Health promotion is programs are
design to bring about change within people, organization, communities, and their
environment”.
Sejarah Timbulnya Promosi Kesehatan
Bergesernya pendidikan kesehatan menjadi promosi kesehatan, tidak terlepas
dari sejarah praktik pendidikan kesehatan didalam kesehatan masyarakat di
Indonesia, maupun secara praktik kesehatan masyarakat secara global. Praktik
pendidikan kesehatan pada waktu yang lampau, sekurang-kurangnya pada tahun
90-an, terlalu menekankan perubahan perilaku masyarakat. Pada praktisi
pendidikan kesehatan telah bekerja keras untuk memberikan informasi kesehatan
melalui berbagai media dan teknologi pendidikan kepada masyarakat dengan
harapan masyarakat mau melakukan hidup sehat seperti yang diharapkan. Tetapi
pada kenyataannya, perubahan perilaku hidup sehat tersebut sangat lambat,
sehingga dampaknya terhadap perbaikan kesehatan sangat kecil.
Dari hasil-hasil studi yang dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) dan para ahli pendidikan kesehatan terungkap memang benar bahwa
pengetahuan masyarakat tentang kesehatn sudah tinggi, tetapi praktik mereka
masih rendah. Hal ini ber4artiu bahwa perubahan atau peningkatan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan tidak diimbangii dengan peningkatan atau
perubahan perilakunya. Dari penelitian-penelitian yang telah ada, terungkap 80%
masyarakat tahu cara mencegah penyakit demam berdarah dengan melakukan 3 M
(menguras,. Menutup, dan mengubur) barang – barang yang dapat menampung
air, tetapi hanya 35% dari masyarakat tersebut yang benar-benar melalkukan atau
mempraktikan 3 M.
Strategi Promosi Kesehatan Berdasarkan rumusan WHO (1994), strategi
promosi kesehatan secara global ini terdiri dari 3 hal, yaitu:
1. Advokasi
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain, agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam
konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat
keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat,
sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita
inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan tersebut dapat berupa
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-undang, peraturan
pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya.
2. Dukungan Sosial (social support)
Suatu kegiatan untuk mencari dukungan social melaliu tokoh-tokoh
masyarakat dengan tujuan sebagai jembatan antara sector masyarakat (pelaksana
program) dengan masyarakat (penerima program) kesehatan agar masyarakat mau
menerima dan berpartisipasi terhadap program kesehatan tsb.
3. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri (visi promosi kesehatan). Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat
diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain: penyuluhan kesehatan,
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya:
koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga
(income generating skill). Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga
akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka,
misalnya: terbentuknya dana sehat, terbentuknya pos obat desa, berdirinya
polindes, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan semacam ini di masyarakat sering
disebut “gerakan masyarakat” untuk kesehatan. Dari uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat (sasaran
primer)
Perencenanaan Strategi Promosi Kesehatan pada kasus :
1. Advokasi berkoordinasi dengan dinkes dan pemda
2. Dukungan Sosial
3. Pemberdayaan Masyarakat Penyuluhan dan Sosialisasi.
Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan (tempat
pelaksanaan)
a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan keluarga ini, sasaran utamanya
adalah orang tua, terutama ibu. Karena ibulah di dalam keluarga itu yang
sangat berperan dalam meletakkan dasar perilaku sehat pada anak-anak mereka
sejak lahir.
b. Promosi kesehatan pada tatanan sekolah
Sekolah merupakan perpanjangan tangan keluarga, artinya, sekolah
merupakan tempat lanjutan untuk meletakkan dasar perilaku bagi anak,
termasuk perilaku kesehatan.
c. Promosi kesehatan pada tempat kerja
Promosi kesehatan di tempat kerja ini dapat dilakukan terhadap pimpinan
perusahaan atau tempat kerja agar memfasilitasi tempat kerja yang kondusif
bagi perilaku sehat bagi karyawan atau pekerjanya.
d. Promosi kesehatan di tempat-tempat umum (TTU)
Menyediakan fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilaku sehat
bagi pengunjungnya, misalnya tersedianya tempat sampah, tempat cuci tangan,
tempat pembuangan air kotor, ruang tunggu bagi perokok dan non-perokok,
kantin dan sebagainya. Pemasangan poster, penyediaan leaflet atau selebaran
yang berisi cara-cara menjaga kesehatan atau kebersihan adalah juga
merupakan bentuk promosi kesehatan.
e. Pendidikan kesehatan di institusi pelayanan kesehatan
Pelaksanaan promosi kesehatan di institusi pelayanan kesehatan ini dapat
dilakukan baik secara individual oleh para petugas kesehatan kepada para
pasien atau keluarga pasien, atau dapat dilakukan terhadap kelompok-
kelompok.
Berikut gambaran dari kerangka PRECEDE-PROCEED
Program Promosi kesehatan Berikut gambaran dari kerangka PRECEDE-PROCEED
Program Promosi kesehatan
1. Perencanaan Promosi Kesehatan
Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab
masalah, penetapan prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan. Oleh sebab itu, dalam membuat perencanaan promosi kesehatan,
perencana harus terdiri dari masyarakat, profesional kesehatan dan promotor
kesehatan. Kelompok ini harus bekerja bersama-sama dalam proses perencanaan
promosi kesehatan, sehingga dihasilkan program yang sesuai, efektif dalam biaya
(cost effective) dan berkesinambungan. Di samping itu, dengan melibatkan orang
orang yang terkait maka akan menciptakan rasa memiliki, sehingga timbul rasa
tanggung jawab dan komitmen.
Langkah-Langkah Dalam Perencana Promosi Kesehatan
I. Menentukan kebutuhan promosi kesehatan:
1. Diagnosis masalah
2. Menetapkan prioritas masalah
II. Mengembangkan komponen promosi kesehatan:
1. Menentukan tujuan promosi kesehatan
2. Menentukan sasaran promosi kesehatan
3. Menentukan isi promosi kesehatan
4. Menentukan metode yang akan digunakan
5. Menentukan media yang akan digunakan
6. Menyusun rencana evaluasi
7. Menyusun jadwal pelaksanaan
Diagnosis Masalah
Langkah-langkah PRECEDE (perencanaan) dibagi dalam 5 fase, antara lain:
Fase 1 :Diagnosis Sosial (Social Need Assesment)
Diagnosis sosial adalah proses penentuan persepsi masyarakat terhadap
kebutuhannya atau terhadap kualitas hidupnya dan aspirasi masyarakat untuk
meningkatkan kualitas hidupnya melalui partisipasi dan penerapan berbagai
informasi yang didesign sebelumnya.
Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus ataupun vital statistic
yang ada, maupun dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dari
masyarakat. Bila data langsung dikumpulkan dari masyarakat, maka pengumpulan
datanya dapat dilakukan dengan cara: wawancara dengan informan kunci, forum
yang ada di masyarakat, focus group discussion (FGD), nominal group process,
dan survei.
Pada kasus: Diagnosis Sosial Peningkatan penyebaran penyakit Demam
Dengue
Fase 2 :Diagnosis Epidemiologi
Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap
kualitas hidup seseorang. Efek yang ditimbulkannya dapat timbul secara
langsung, sebagai contoh premature heart disease, langsung mempengaruhi
kualitas hidup seseorang, sedangkan malnutrisi memberikan efek tidak langsung
terhadap kualitas hidup, karena hanya akan menurunkan produktivitas kerja
seseorang.
Pada fase ini dicari faktor kesehatan yang mempengaruhi kualitas hidup
seseorang atau ,masyarakat. Oleh sebab itu, masalah kesehatan harus digambarkan
secara rinci berdasarkan data yang ada, baik yang berasal dari data lokal, regional
maupun nasional. Pada fase ini harus diidentifikasi siapa atau kelompok mana
yang terkena masalah kesehatan (umur, jenis kelamin, lokasi, suku, dll),
bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan tersebut (mortalitas,
morbiditas, disability, tanda dan gejala yang ditimbulkan) dan bagaimana cara
untuk menanggulangi masalah kesehatan tersebut (imunisasi, perawatan atau
pengobatan, perubahan lingkungan maupun perubahan perilaku). Informasi ini
sangat diperlukan untuk menetapkan prioritas masalah, yang biasanya didasarkan
atas besarnya masalah dan akibat yang ditimbulkan serta kemungkinan untuk
diubah.
Prioritas masalah kesehatan harus tergambar pada tujuan program dengan
ciri who will benefit how much of what outcome by when.
Pada kasus : Diagnosis Epidemiologi terjangkit penyakit Demam Dengue 2
anak ibu Ida dan anak tetangga,
Fase 3: Diagnosis perilaku dan lingkungan.
Pada fase ini selain diidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi
masalah kesehatan juga diidentifikasi masalah lingkungan (fisik dan sosial) yang
mempengaruhi perilakudan status kesehatan ataupun kualitas hidup seseorang
atau masyarakat. Di sini seorang perencana harus dapat membedakan antara
masalah perilaku yang dapat dikontrol secara individual maupun yang harus
dikontrol secara institusi. Misalnya pada kasus malnutrisi yang disebabkan karena
ketidakmampuan membeli bahan makanan maka intervensi pendidikan tidak
dapat bermanfaat, jadi health promoter perlu melakukan pendekatan perubahan
sosial (behavioral change) untuk mengatasi masalah-masalah lingkungan.
Untuk mengidentifikasi masalah perilaku yang mempengaruhi status
kesehatan seseorang, digunakan indikator perilaku seperti: pemanfaatan pelayanan
kesehatan (utilization), upaya pencegahan (preventive action), pola konsumsi
makanan (consumption pattern), kepatuhan (compliance), upaya pemeliharaan
kesehatan sendiri (self care). Dimensi perilaku yang digunakan adalah: earliness,
quality, persistence, frequency dan range. Indikator lingkungan yang digunakan
meliputi: keadaan sosial, ekonomi, fisik dan pelayanan kesehatan dengan
dimensinya yang terdiri dari: keterjangkauan, kemampuan dan pemerataan.
Langkah yang harus dilakukan dalam diagnosis prilaku dan lingkungan
adalah: 1) memisahkan faktor perilaku dan non perilaku penyebab timbulnya
masalah kesehatan; 2) mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya
masalah kesehatan dan perilaku yang berhubungan dengan tindakan perawatan /
pengobatan, sedangkan untuk faktor lingkungan yang harus dilakukan adalah
mengeliminasi faktor non perilaku yang tidak dapat diubah, seperti: faktor genetis
dan demografis; 3) urutkan faktor perilaku dan linkungan berdasarkan besarna
pengaruh terhadap masalah kesehatan; 4) urutkan faktor perilaku dan lingkungan
berdasarkan kemungkinan untuk diubah; 5) tetapkan perilaku dan lingkungan
yang menjadi sasaran program. Setelah itu tetapkan tujuan perubahan perilaku dan
lingkungan yang ingin dicapai program.
Pada kasus : Diagnosis lingkungan dan perilaku
- Wilayah desa yang bergunung
- Perkebunan karet
- Sungai kecil tempat penanmpungan air di tiap rumah
- Ritual adat yang sangat kental
Fase 4: Diagnosis Pendidikan dan Organisasional
Determinan perilaku yang mempengaruhi status kesehatan seseorang atau
masyarakat dapat dilihat dari faktor:
1). Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factor)
2). Faktor-faktor pemungkin (Enabling factors)
3). Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)
Pada fase ini setelah diidentifikasi faktor pendidikan dan organisasional,
maka langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai berdasarkan faktor predisposisi yang telah diidentifikasi. Selain itu,
berdasarkan faktor pemungkin dan penguat yang telah diidentifikasi ditetapkan
tujuan organisasional yang akan dicapai melalui upaya pengembangan organisasi
dan sumber daya.
Pada kasus :
a. Pendidikan dan Organisasi
Predisposisi
1. Setingkat SMP ketebatasan pengetahuan terhadap penyakit
2. Keterbatasan pengetahuan dan keterjangkauan informasi.
Pemungkin kurangnya peran dokter puskesmas
Penguat kurangnya social support terutama dari tokoh adat.
Fase 5: Diagnosis Administratif dan Kebijakan
Pada fase ini dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan yang
berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan program
promosi kesehatan. ”Kebijakan” yang dimaksud disini adalah seperangkat
peraturan yang digunakan sebagai petunjuk untuk melaksanakan suatu kegiatan.
Sedangkan ”peraturan” adalah penerapan kebijakan dan penguatan hukum serta
perundang-undangan dan ”organisasional” adalah kegiatan memimpin atau
mengkoordinasi sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan program.
Pada diagnosis administratif dilakukan tiga penilaian, yaitu: sumber daya yang
dibutuhkan untuk melaksanakan program, sumber daya yang ada di organisasi dan
masyarakat serta hambatan pelaksanaan program. Sedangkan pada diagnosis
kebijakan dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan politis, peraturan dan
organisasional yang memfasilitasi program dan pengembangan lingkungan yang
dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.
Pada fase ini kita melangkah dari perencanaan dengan PRECEDE ke
implementasi dan evaluasi dengan PROCEED. PRECEDE digunakan untuk
meyakinkan bahwa program akan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan individu
atau masyarakat sasaran. Sedangkan PROCEED untuk meyakinkan bahwa
program akan tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Pada kasus ; Diagnosis administratif dan kebijakan
Kurangnya SDM ( hanya ada dokter Eko)
Masyarakat masih kental dengan ritual adat
Sumber daya yang sudah ada ( posyandu)
Prioritas Masalah
1. Perilaku dan Pendidikan Kental dengan ritual adat, Pendidikan
setingkat SMP
2. Lingkungan geografis : perkebunan karet dan pegunungan.
2 Pelaksanaan Promosi Kesehatan
Pelaksanaan adalah penerapan dari hal-hal yang telah direncanakan.
Kesalahan sewaktu membuat perencanaan akan terlihat selama proses
pelaksanaan, demikian pula halnya dengan kekuatan dan kelemahan yang muncul
selama waktu pelasanaan merupakan refleksi dari baik tidaknya suatu proses
perencanaan.
3 Pemantauan dan Evaluasi Promosi Kesehatan
Pemantauan adalah suatu upaya agar proses pelaksanaan dari hal-hal yang
telah direncanakan berjalan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Bila
pada saat pemantauan ada hal-hal yang tidak sesuai dengan prosedur /
perencanaan maka hal tersebut bisa segera diperbaiki.
Evaluasi adalah suatu masa di mana dilakukan pengukuran hasil (outcome)
dari promosi kesehatan yang telah dilakukan. Pada fase ini juga dilihat apakah
perencanaan dan pelaksanaan yang telah dilakukan dapat dilanjutkan. Selain itu,
evaluasi diperlukan untuk pemantauan efficacy dari promosi kesehatan dan
sebagai alat bantu untuk membuat perencanaan selanjutnya.
Pada prinsipnya, evaluasi promosi kesehatan sama dengan evaluasi kesehatan
lainnya, Karakteristiknya ialah indikator yang digunakan bukan hanya indikator
epidemiologik sebagai indikator dampak seperti pada upaya kesehatan lainnya,
namun juga menggunakan indikator perilaku untuk pengukuran efek.
Metode dan tehnik promosi kesehatan
Cara atau alat yang digunakan untuk promosi kesehatan untuk
menyampaikan pesan-pesan kesehatan atau mentransformasikan perilaku
kesehatan kepada sasaran atau masyarakat.
1. Metode promosi kesehatan individual berkomunikasi langsung/face
to face/ konseling
2. Metode promosi kesehatan kelompok digunakan untuk sasaran
kelompok, yaitu dengan metode diskusi kelompok, curah pendapat, bola
salju, Tanya jwab, ceramah dll.
3. Metode promosi kesehatan massa metode promosi kesehatan tidak
akan efektif bila tidak menggunakan metode promosi kesehatan massa,
karena sasarannya adalah public sangat hiterogen yang sangat variatif dan
berpengaruh terhadap cara merespon, mempersepsikan dan pemahaman
terhadap pesan-pesan kesehatan. Tehnik yang dilakukan yaitu berupa
ceramah umum misalnya dilapangan terbuka, penggunaan media massa
elektronik atau media cetak.
Komunikasi Kesehatan
Komunikasi diperlukan untuk mengkondisikan faktor-faktor predisposisi.
Komunikasi kesehatan adalah “usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara
positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan
metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi interpersonal, maupun
komunikasi massa”. Tujuan utama komunikasi kesehatan adalah perubahan
perilaku kesehatan masyarakat.
Bentuk-Bentuk Komunikasi
Bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam program-program kesehatan
masyarakat adalah komunikasi antar pribadi (interpersonal communication) dan
komunikasi massa (mass communication).
A.Komunikasi Antar Pribadi
Adalah komunikasi langsung, tatap muka antara satu orang dengan orang lain
baik perorangan maupun kelompok. Komunikasi ini tidak melibatkan kamera,
artis, penyiar, atau penulis skenario. Komunikasi antar pribadi dapat efektif bila
memenuhi tiga hal di bawah ini, yaitu:
empathy, yakni menempatkan diri pada kedudukan orang lain (orang
yang diajak berkomunkasi)
Respect terhadap perasaan dan sikap orang lain
Jujur dalam menanggapi pertanyaan orang lain yang diajak
berkomunikasi.
Metode komunikasi antar pribadi yang paling baik adalah konseling
(councelling), karena di dalam cara ini antara komunikator atau konselor dengan
komunikan atau klien terjadi dialog. Klien dapat lebih terbuka menyampaikan
masalah dan keinginan-keinginannya, karena tidak ada pihak ketiga yang hadir.
B. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah penggunaan media massa untuk menyampaikan
pesan-pesan atau informasi-informasi kepada khalayak atau masyarakat.
Komunikasi di dalam kesehatan masyarakat berarti meyampaikan pesan-pesan
kesehatan kepada masyarakat melalui berbagai media massa (TV, radio, media
cetak, dsb.), dengan tujuan agar masyarakat berperilaku hidup sehat.
Komunikasi Kesehatan/ promosi kesehatan masyarakat saat ini sudah
mengalami perubahan sangat pesat dan mendasar. Dari strategi yang bersifat
partial menjadi komprihensif berdasarkan hasil studi empiris. Orientasinya yang
semula berfokus pada hasil atau produksi kini telah menjadi studi yang
berorientasi pada klien. Komunikasi juga saat ini telah memanfaatkan teknologi
baru yang dimodifikasi dengan komunikasi pembangunan, prinsip-prinsip
pemasaran sosial analisis perilaku serta manajemen yang berorientasi pada
pelanggan.
Program Komunikasi kesehatan merupakan upaya promosi yang di mulai dari
perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan yang di desain dengan tujuan jangka
panjang agar terjadi perubahan perilaku yang lestari pada kelompok sasaran.
Seperti halnya dalam promosi kesehatan dan pemasaran social, program
komunikasia kesehatan dianggap kurang efektif di banding dengan promosi atau
komunikasi produk-produk komersial. Agar upaya komunikasi lebih efektif maka
perlu mengadopsi strategi yang digunakan oleh komunikasi produk komersial.
Keberhasilan upaya komersial bukan terletak pada anggaran yang besar, tetapi
dibutuhkan langkah-langkah penting yang strategis.
Secara umu strategi komunikasi kesehatan terdiri dari 3 langkah yang merupakan
siklus yang berkesinambungan yaitu perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan.
Secara rinci langkah-langkahnya terdiri dari:
1. Tahap Perencanaan
Tahapan-tahapannya terdiri dari :
a. Analisis masalah kesehatan
b. Riset pengembangan
c. Pengembangan strategi
d. Uji coba bahan
e. Rencana operasional
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap-tahapnya :
a. produksi
b. pelatihan
c. distribusi
3. Tahap Pemantaun dan Evaluasi
Tahap-tahapnya :
a.Evaluasi keluaran
b. Evaluasi akibat
c.Evaluasi dampak
Kesimpulan
Model PRECEDE digunakan sebagai model perencanaan promosi kesehatan.
Perencanaan promosi kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab masalah,
penetapan prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan. PRECEDE merupakan akronim dari predisposing, reinforcing and
enabling causion in educational diagnosis and evaluation. Terdapat 5 langkah /
fase PRECEDE yaitu; 1)diagnosis sosial adalah proses penetuan persepsi
masyarakat terhadap kebutuhannya atau terhadap kualitas hidupnya dan aspirasi
masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya ; 2) diagnosis Epidemiologi
yaitu dicari faktor kesehatan yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang atau
masyarakat. Oleh sebab itu, masalah kesehatan harus digambarkan secara rinci
berdasarkan data yang ada ; 3) diagnosis perilaku dan lingkungan yaitu
mengidentifikasi masalah perilaku dan lingkungan yang mempunyai pengaruh
terhadap status kesehatan ataupun kualitas hidup seseorang dan masyarakat ;4)
diagnosis pendidikan dan organisasional yaitu melakukan identifikasi faktor
pendidikan dan operasional sehingga didapatkan tujuan pembelajaran dan tujuan
organisasional ; 5) diagnosis Administratif dan Kebijakan, pada fase ini dilakukan
analisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan yang berlaku yang dapat
memfasilitasi atau menghambat pengembangan program promosi kesehatan.
Dengan demikian PRECEDE digunakan untuk meyakinkan bahwa program akan
sesuai dengan kebutuhan dan keadaan individu atau masyarakat sasaran.
Daftar Pustaka
1. Be the best. 2007. Posisi Pendidikan Kesehatan Dalam Menentukan Status
Kesehatan. Diambil dari: http://ferryefendi.blogspot.com/2007/11/posisi-
pendidikan-kesehatan-dalam.html (Tanggal akses: 18 Mei 2010)
2. Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
Cipta.
3. Anonim. Diambil dari: www.enotes.com/public-health-encyclopedia/precede-
proceed-model (Tanggal akses: 18 Mei 2010)
4. Anonim. Diambil dari: www.igreen.net/precede.htm (Tanggal akses: 18 Mei
2010)
5. Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
6. IT dr. mariatul fadilah