Skenario 6

39
Skenario 6: Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Puskesmas I. Pendahuluan Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD merupakan penyakit menular terutama menyerang anak - anak. 1 Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak daerah yang endemik. Daerah endemik DBD pada umumnya merupakan sumber penyebaran penyakit ke wlayah lain. Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai dengan peningkatan jumlah kasus di wilayah tersebut. Untuk membatasi penyebaran penyakit DBD diperlukan pengasapan (fogging) secara masaal, abatisasi massal, serta penggerakan pembrantasan sarang nyamuk (PSN) yang terus menerus. 1 Penyakit DBD mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganannya yang terlambat. Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga hemorrhagic fever (DHF), dengue fever (DF), demama dengue (DD), dan dengue shock syndrome (DSS). 1 1

description

hanya membantu

Transcript of Skenario 6

Page 1: Skenario 6

Skenario 6:

Program Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Puskesmas

I. Pendahuluan

Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya

semakin luas. Penyakit DBD merupakan penyakit menular terutama menyerang anak - anak. 1

Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak

daerah yang endemik. Daerah endemik DBD pada umumnya merupakan sumber penyebaran

penyakit ke wlayah lain. Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai dengan

peningkatan jumlah kasus di wilayah tersebut. Untuk membatasi penyebaran penyakit DBD

diperlukan pengasapan (fogging) secara masaal, abatisasi massal, serta penggerakan

pembrantasan sarang nyamuk (PSN) yang terus menerus. 1

Penyakit DBD mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering menjadi fatal karena

banyak pasien yang meninggal akibat penanganannya yang terlambat. Demam berdarah dengue

(DBD) disebut juga hemorrhagic fever (DHF), dengue fever (DF), demama dengue (DD), dan

dengue shock syndrome (DSS). 1

II. Pembahasan

Istilah yang tidak diketahui:

Endemik: penyakit yang asli atau menyebar terbatas pada populasi, masyarakat atau

wilayah tertentu.

1

Page 2: Skenario 6

Sporadik: terjadi satu demi satu; tersebar secara luas; bukan merupakan epidemic atau

endemic. 2

Pengertian DBD

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)

adalah penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus Dengue dan terutama menyerang

anak- anak dengan ciri- ciri demam tinggi mendadak dengan manifestasi perdarahan dan

bertendensi menimbulkan shock dan kematian. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti dan mungkin juga Albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh

pelosok Indonesia kecuali ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut. Masa inkubasi

penyakit ini diperkirakan lebih kurang 7 hari. Penyakit Demam Berdarah Dengue dapat

menyerang semua golongan umur. Sampai saat ini penyakit Demam Berdarah Dengue lebih

banyak menyerang anak-anak tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan

kenaikan proporsi penderita Demam Berdarah Dengue pada orang dewasa. Indonesia termasuk

daerah endemik untuk penyakit Demam Berdarah Dengue. Serangan wabah umumnya muncul

sekali dalam 4 - 5 tahun. Faktor lingkungan memainkan peranan bagi terjadinya wabah.

Lingkungan dimana terdapat banyak air tergenang dan barang-barang yang memungkinkan air

tergenang merupakan tempat ideal bagi penyakit tersebut. 3

2.1 Epidemiologi DBD

Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Karibia.

Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran di seluruh wilayah tanah air. Insiden DBD

di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100,000 penduduk (1989 hingga 1995) dan pernah meningkat

tajam saat kejadian luar biasa hingga 35 per 100,000 penduduk pada tahun 1998, sedangkan

mortalitas DBD cenderung menurun hingga mencapai 2% pada tahun 1999. 4

Ditinjau dari sudut ekologis, ada tiga faktor yang dapat menimbulkan suatu kesakitan,

kecacatan, ketidak mampuan, atau kematian pada manusia. Tiga faktor itu disebut sebagai

ecological atau epidemiological triad yang terdiri atas agen penyakit, manusia, dan

lingkungannya. Dalam keadaan normal, ketiga komponen tersebut atau dengan kata lain orang

disebut sehat. Pada suatu keadaan saat keseimbangan dinamis tersebut terganggu, misalnya saat

kualitas lingkungan hidup menurun sampai tingkatan tertentu, agens penyakit dapat dengan

mudah masuk kedalam tubuh manusia dan menimbulkan sakit. 5

2

Page 3: Skenario 6

Penyakit

Riwayat alamiah perjalanan penyakit atau sering disebut sebagai natural history of disease

merupakan riwayat alamiah perjalanan penyakit pada manusia yang terdiri atas : 5

1. Fase Prepatogenesis

Pada fase ini mulai terjadi gangguan keseimbangan antara agens penyakit, manusia, dan

lingkungan. Disini, kondisi lingkungan lebih menguntungkan agen penyakit dan merugikan

manusia.

2. Fase Patogenesis

Bila keadaan lingkungan yang menguntungkan agen penyakit berlangsung terus menerus dalam

waktu yang cukup lama, akan timbul gejala dan tanda klinis. Manusia menjadi sakit selanjutnya

dapat menjadi sembuh atau penyakit berjalan terus menyebabkan ketidakmampuan, cacat kronis,

atau kematian.

Agen penyakit

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-

borne virus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Virus ini termasuk genus Flavivirus dari

famili Flaviviridae. Virus dengue memiliki kode genetic (genom) RNA rantai tunggal, yang

dikelilingi oleh selubung inti (nukleokapsid) ikosahedral dan terbungkus oleh selaput lipid

(lemak). Virus ini memiliki 4 tipe, DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Virus dengue bersifat labil

terhadap panas (termolabil). Sifat ini mesti diperhatikan ketika hendak melakukan isolasi ataupun

mengultur virus. Masing-masing dari virus ini dapat dibedakan melalui isolasi virus di lab. Infeksi

oleh satu tipe virus dengue akan memberikan imunitas yang menetap terhadap infeksi virus yang

sama pada masa yang akan datang. Namun, hanya memberikan imunitas sementara dan parsial

terhadap infeksi tipe virus lainnya. 1

Manusia (Host)

Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya akan sakit demam

berdarah dengue. Ada yang demam ringan dan sembuh dengan sendirinya, bahkan ada yang sama

sekali tanpa gejala sakit.3 Dalam hal ini faktor imunologis host beserta virulensi sangat

3

Page 4: Skenario 6

berpengaruh. Pada faktor kelompok yang memiliki keterbatasan imunologis seperti ; anak – anak

yang telah mengalami infeksi dengue sebelumnya, dan bayi dengan penyusutan kadar antibodi

dengue maternal. Di Indonesia, penderita penyakit DHF terbanyak berusia 5-11 tahun. Perilaku

individu yang meliputi kebersihan individu serta kebersihan lingkungan juga berpengaruh

terhadapa berperannya penyakit DHF. Selain itu, Kepadatan penduduk yang tinggi akan

mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan

meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut. 1

Lingkungan (Enviroment)

Pola siklus peningkatan penularan bersamaan dengan musim hujan telah teramati di

beberapa negara. Interaksi suhu dan turunnya hujan adalah determinan penting dari penularan

dengue, karena makin dingin suhu mempengaruhi ketahanan hidup nyamuk dewasa, jadi

mempengaruhi laju penularan. Lebih jauh lagi, turunnya hujan dan suhu dapat mempengaruhi

pola makan dan reproduksi nyamuk, dan meningkatkan kepadatan populasi nyamuk. . 4

Vektor

Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah perkotaan) dan

Aedes albopticus (di daerah pedesaan). Ciri – cirri nyamuk Aedes aegypti adalah : 1

Sayap dan badannya belang – belang atau bergaris – garis putih

Berkembang biak dia ir jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC, tempayan,

drum, dan barang – barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air,

tempat minum burung, dan lain – lain.

Jarak terbang ±100 m

Nyamuk betina bersifat ‘multiple biters’ (menggigit beberapa orang karena sebelum nyamuk

tersebut kenyang sudah berpindah tempat).

Tahan dalam suhu panas dan kelembapan tinggi

Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk ini meletakkan telur pada permukaan air bersih secara individual. Setiap hari

nyamuk Aedes aegypti betina dapat bertelur rata-rata 100 butir. Telurnya berbentuk elips bewarna

hitam dan terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam satu sampai dua hari menjadi

4

Page 5: Skenario 6

larva. Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut instar. Perkembangan dari

instar satu ke instar empat memerlukan waktu sekitar lima hari. Setelah mencapai instar keempat,

larva berubah menjadi pupa dimana larva memasuki masa dorman (tidak aktif, tidur). 4

Gambar 1. Siklus hidup Aedes aegypti

Gambar 2. Lamanya siklus hidup masing – masing stadium Aedes aegypti

Pupa bertahan selama dua hari sebelum akhirnya nyamuk dewasa keluar dari pupa.

Perkembangan dari telur hingga nyamuk dewasa membutuhkan waktu tujuh hingga delapan hari,

tetapi dapat lebih lama jika kondisi lingkungan tidak mendukung. Telur Aedes aegypti tahan

terhadap kondisi kekeringan, bahkan bisa bertahan hingga satu bulan dalam keadaan kering. Jika

terendam air, telur kering dapat menetas menjadi larva. Sebaliknya, larva sangat membutuhkan air

yang cukup untuk perkembangannya. Kondisi larva saat berkembang dapat memengaruhi kondisi

nyamuk deawa yang dihasilkan. Sebagai contoh, populasi larva yang melebihi ketersediaan

makanan akan menghasilkan nyamuk dewasa yang cenderung lebih rakus dalam menghisap

darah. 4

5

Page 6: Skenario 6

Pola Aktivitas Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti bersifat diurnal, yakni aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan

penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang menghisap darah. Hal

itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein, antara lain prostaglandin, yang diperlukan

untuk bertelur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh sumber energy dan

nectar bunga ataupun tumbuhan. 4

Nyamuk Aedes aegypti menyukai area yang gelap dan benda-benda bewarna hitam atau

merah. Penyakit DHF/DBD kerap menyerang anak-anak. Hal ini disebabkan karena anak-anak

cenderung duduk di dalam ruang kelas selama pagi hingga siang haari dan kaki mereka yang

tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini. 4

Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang

mengarah pada peningkatan kompetensi vector, yaitu kemampuan untuk menyebarkan virus.

Infeksi virus dengue dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam menghisap darah,

berkali-kali menusukkan alat penusuk dan pengisap darahnya (prosboscis), tetapi tidak berhasil

menghisap darah, sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, resiko

penularan penyakit DHF menjadi semakin besar. 4

Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber

penularan penyakit demam berdarah. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2

hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah

akan ikut terisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri

dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1

minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang

lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang

hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes Aegypti yang telah mengisap virus dengue itu

menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk

menusuk/mengigit, sebelum mengisap darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya

(proboscis) agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue

dipindahkan dari nyamuk ke orang lain. 4

Di Indonesia, nyamuk Aedes aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan

perumahan, tempat terdapat banyak penampungan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan

yang menjadi sarang berkembang biaknya. 4

Selain itu, di dalam rumah juga banyak terdapat baju yang tergantung atau lipatan gorden,

di tempat-tempat inilah biasanya nyamuk Aedes aegypti betina dewasa bersembunyi. 4

6

Page 7: Skenario 6

Distribusi Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti merupakan spesies nyamuk tropis dan subtropics yang banyak ditemukan

antara garis lintang 350U dan 350S. distribusi nyamuk ini dibatasi oleh ketinggian, biasanya tidak

dapat dijumpai pada daerah dengan ketinggian lebih dari 1.000m, meski pernah ditemukan pada

ketinggian 2.121m di India dan 2.200m di Kolombia. 4

Nyamuk Aedes aegypti betina merupakan vector penyakit DHF yang paling efektif dan utama.

Hal ini karena sifatnya yang sangat senang tinggal berdekatan dengan manusia dan lebih senang

menghisap darah manusia, bukan darah hewan (antropofilik). Selain Aedes aegypti, ada pula

nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis, dan Aedes scutellaris yang dapat berperan sebagai

vector DHF, tetapi kurang efektif. 4

Penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue di daerah perkotaan lebih intensif dari pada di

daerah pedesaan. Hal ini disebabkan kepadatan jumlah penduduk yang tinggi didaerah perkotaan.

Jarak antara rumah yang satu dengan yang lain sangat berdekatan sehingga memudahkan nyamuk

penular Demam Berdarah Dengue (Aedes Aegypti) menyebarkan virus dengue dari satu orang

keorang lain yang ada disekitarnya (jarak terbang nyamuk Aedes aegypti biasanyatidak lebih

dari 100 meter). Selain itu mobilitas penduduk dikota pada umumnya jauh lebih tinggi

dibandingkan di pedesaan. Jumlah Dati II yang terjangkit penyakit Demam Berdarah Dengue dari

tahun ke tahun meningkat. Dalam tahun 1992 hanya ada 187 Dati II terjangkit, dan pada tahun

1996 meningkat menjadi 211 Dati ll. Masih terus meningkatnya jumlah Dati II yang terjangkit

penyakit Demam Berdarah Dengue salah satu penyebabnya karena masih kurangnya upaya

penggerakkan masyarakat dalam Pemberantasan Sarang nyamuk penular penyakit Demam

Berdarah Dengue (PSN DBD), di berbagai daerah. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya rata-

rata Angka Bebas Jentik (ABJ) Hasil Pemantauan Jentik Berkala (pm) di seluruh Propinsi dalam 6

tahun terakhir (1991-1996) berkisar 78,6-83,69. Angka ini masih jauh lebih rendah dari 95% yaitu

angka yang diharapkan untuk dapat membatasi penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue.

ABJ yang dicapai di beberapa daerah, sifatnya sangat dinamis, selalu berubah-ubah dari waktu ke

waktu tergantung dari upaya penggerakkan masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuknya

(PSN DBD). Hal ini tampak dari data lampiran 2, dimana ratarata ABJ meningkat dari tahun

1991 s/d 1994, namun kemudian menurun kembali mulai tahun 1995 dan 1996. 4

Interaksi agen penyakit, manusia (host), lingkungan (Enviroment), dan vector.

Musim hujan merupakan saat terjadinya peningkatan penyakit DBD. Karena saat musim

hujan terjadi banyak genangan air yang memudahkan perkembang biakan nyamuk Aedes aegypti.

7

Page 8: Skenario 6

Nyamuk yang menjadi vector penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat

menggigit manusia yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam darahnya). Menurut

laporan terakhir, virus dapat ditularkan secara transovarial dari nyamuk ke telur – telurnya.1

Virus berkembang biak dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar air

liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue akan dipindahkan bersama

air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4 -6 hari dan orang

tersebut akan mengalami sakit DBD. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan

berada dalam darah selama satu minggu. 1

Pada saat nyamuk menggigit tubuh manusia, kemudian virus akan masuk ke dalam darah

manusia yang kemudian bereplikasi. Sebagai perlawanan, tubuh akan membentuk antibody,

selajutnya akan terbentuk kompleks virus-antibodi dengan virus yang berfungsi sebagai

antigennya. 1

Kompleks antigen-antibodi tersebut akan melepaskan zat – zat yang merusak sel – sel

pembuluh darah yang disebut proses autoimun. Proses tersebut menyebabkan permeabilitas

kapiler meningkat yang salah satunya ditunjukkan dengan melabarnya pori – pori pembuluh darah

kapiler. Hal tersebut akan mengakibatkan bocornya sel – sel darah, antara lan trombosit dan

eritrosit. Akibatnya, tubuh akan mengalami perdarahan mulai dari bercak sampai perdarahan

hebat pada kulit, saluran pencernaan (muntah darah, berak darah), saluran pernapasan (mimisan,

batuk darah), dan organ vital (jantung, hati, ginjal) yang sering ,emgakibatkan kematian. 1

2.2 Kejadian luar biasa (KLB) dan endemis DHF

- Kejadian luar biasa (KLB)

Pengertian

Kejadian yang melebihi keadaan biasa, pada satu /sekelompok masyarakat tertentu (Mac

Mahon and Pugh, 1970; Last, 1983, Benenson, 1990).

Peningkatan frekuensi penderita penyakit, pada populasi tertentu, pada tempat dan musim atau

tahun yang sama (Last, 1983).

Timbulnya suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian

kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk

dalam kurun waktu tertentu (Undang –undang Wabah, 1969).8

Page 9: Skenario 6

Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara

epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu (Peraturan Menteri Kesehatan RI

No. 949/MENKES/SK/VII/2004).

Sedangkan Wabah adalah berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang

jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu

dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri menetapkan dan, mencabut

daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai daerah wabah. 6

Kriteria

Kriteria Kejadian Luar Biasa (Keputusan Dirjen PPM No 451/91) tentang Pedoman

Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Jika tergolong Kejadian luar biasa,

apabila ada unsur : 6

Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal.

Peningkatan kejadian penyakit terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut

penyakitnya (jam, hari, minggu).

Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode

sebelumnya (jam,hari,minggu,bulan, tahun).

Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila

dibandingkan dengan angka rata – rata per bulan dalam tahun sebelumnya.

7 (tujuh) Kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB) Menurut Permenkes 1501 Tahun 2010 adalah : 7

a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada

suatu daerah

b. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau

minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya

c. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya

dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya

d. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau

lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya

9

Page 10: Skenario 6

e. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua

kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan pada tahun

sebelumnya

f. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu

menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian

kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama

g. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan

kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama

- Endemis

Pengertian

Suatu keadaan berjangkitnya prevalensi suatu jenis penyakit yang terjadi sepanjang tahun

dengan frekuensi yang rendah di suatu tempat. 7

Penyebaran

1. Afrika 8

Virus ini diketahui endemis di 20 negara

KLB (wabah baru – baru ini) di Komoro dan Eritrea

Di Afrika tidak pernah dilaporkan terjadi penderita Demam Berdarah Dengue

2. Timur Tengah 8

Virus ini diketahui endemis di 4 negara

Penularan terakhir terjadi di Arab Saudi, Jiboti, dan Pakistan

Telah terjadi kasus DBD secara sporadic

3. Negara – Negara bagian barat Pasifik 8

Virus ini diketahui endemis di 29 negara

Wabah terakhir terjadi di Singapura, Kamboja, Vietnam, Filipina, Fiji, Tahiti, dan Palau

10

Page 11: Skenario 6

Ditemukan ke-4 tipe virus penyebab

4. Amerika 8

Virus ini diketahui endemis di 42 negara

Wabah DBD terakhir terjadi di Amerika Tengah, Kolumbia, Peru, Veneuzuela, Brazilia,

Kuba, Puerto Rico, Barbados, dan Trinidad

Ditemukan ke-4 tipe virus penyebab

5. Asia Tenggara 8

Virus ini diketahui endemis di 7 negara

Wabah DBD terakhir di India, Sri Lanka, Thailand, Myanmar, dan Indonesia

Ditemukan ke4 tipe virus penyebab

6. Indonesia 8

Hampir seluruh kota provinsi sudah terjangkit Demam Berdarah, dan hampir tiap tahun

terjadi KLB DBD, meskipun bergantian dari satu kota ke kota lain

Pernah wabah meluas di seluruh tanah air pada tahun 1988.

Gambar 3. Pemetaan kasus DBD di Indonesia.

11

Page 12: Skenario 6

2.3 Health promotion

a. Strategi Promosi Kesehatan

Menurut Depkes RI (2005), kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi

dasar promosi kesehatan, yaitu: 9

1. Gerakan pemberdayaan adalah proses pemeberian informasi secara terus menerus dan

berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran

tersebut berubah dari tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau

(aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek

practice). Sarasan utama pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat.

2. Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu

anggota masyarakat mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong

untuk melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah,

orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain bahkan

masyarakat umum) memiliki opini positif terhadap perilaku tersebut.

Terdapat tiga pendekatan bina suasana, antara lain:

a. Bina suasana individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat. Dengan

pendekatan ini diharapkan mereka akan menyebarkan opini yang positif terhadap perilaku yang

sedang diperkenalkan seperti

“gerakan 3M”. Di samping itu diharapkan mereka juga bersedia memperkenalkan atau mau

mempraktekkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut (misal seorang pemuka agama rajin

melakukan 3M yaitu menguras, mengubur dan menutup).

b. Bina suasana kelompok ditujukan kepada kelompok masyarakat seperti Kepala Lingkungan,

majelis pengajian, majelis gereja, organisasi pemuda dan lain-lain. Pendekatan ini dilakukan

bersama tokoh masyarakat sehingga mereka perduli dan mau mendukung perubahan perilaku

yang sedang diperkenalkan dan menyetujui untuk mempraktekkan perilaku yang sedang

diperkenalkan yaitu 3M tersebut.

c. Bina suasana masyarakat umum dilakukan terhadap masyarakat umum dengan membina dan

memanfaatkan media-media komunikasi seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet dan

lain-lain, sehingga dengan media komunikasi tersebut diharapkan media-media massa tersebut 12

Page 13: Skenario 6

perduli dan mendukung perubahan perilaku yang diperkenalkan. Dengan demikian media massa

tersebut dapat menjadi mitra dalam rangka penyebarluasan informasi dan akhirnya diharapkan

terbentuklah sebuah opini publik yang positif terhadap perubahan perilaku baru yang

diperkenalkan dan akhirnya mereka masyarakat mau melaksanakan perilaku baru tersebut dalam

kehidupannya.

3. Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis atau terencana untuk mendapatkan komitmen

adan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Advokasi diarahkan untuk

mendapatkan dukungan yang berupa kebijakan (misal dalam bentuk perundang-undangan), dana,

sarana, dan lain-lain sejenisnya. Stakeholders yang dimaksud bisa berupa tokoh masyarakat

formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintah dan penyandang dana

pemerintah. juga dapat berupa tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya berperan

sebagai penentu kebijakan di bidangnya.

b. Promosi Kesehatan oleh Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung

jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Tujuan pembangunan

kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, agar

terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka mencapai visi “Indonesia

Sehat”. Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan tiga fungsi, yaitu

sebagai: (1) pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, (2) pusat pemberdayaan

masyarakat, dan (3) pusat pelayanan kesehatan strata pertama. 9

Promosi kesehatan secara umum

Secara umum tindakan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ini meliputi beberapa

kegiatan, yaitu : 4

a. Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan

b. Memberi nutrisi yang sesuai standar

c. Meningkatkan kesehatan mental

d. Penyediaan perumahan yang sehat

13

Page 14: Skenario 6

e. Rekreasi yang cukup

f. Pekerjaan yang sesuai

g. Melakukan konseling perkawinan

h. Melaksanakan pemeriksaan berkala

Pada DBD Promosi kesehatan penyakit tidak sekedar membuat leaflet atau poster saja

melainkan suatu komunikasi perubahan Perilaku dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui

pesan pokok “3M PLUS”, merupakan suatu kegiatan yang terencana sejak dari tahap analisa

situasi, perencanaan kegiatan hingga ke pelaksanaan dan evaluasi. Saat ini kegiatan diintensifkan

menjadi sub program Peran Serta Masyarakat dalam PSN dan telah diterbitkan buku panduan

untuk ini. Diharapkan setiap wilayah memilih daerah uji coba untuk meningkatkan peran serta

masyarakat dalam PSN DBD. Contoh salah satu kota yang telah berhasil dalam penggerakkan

peran serta masyarakat bekerja sama dengan PKK dan LSM Rotary adalah Purwokerto.

Pelaksana kegiatan tidak hanya sektor kesehatan tapi melibatkan semua pihak yang terkait anak

sekolah, pramuka Saka Bhakti Husada, mahasiswa, kader-kader, tokoh masyarakat, petugas

sektoral, pemilik bangunan/ pertokoan dll. 4

Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang nyamuk).

Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur- jalur

informasi yang ada: 4

1. Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok agama, guru,

murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.

2. Penyuluhan perorangan:

(1) Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu

(2) Kepada penderita/keluarganya di Puskesmas

(3) Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas

3. Penyuluhan melalui media massa: TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I dan

pusat). Menggerakkan masyarakat untuk PSN penting terutama sebelum musim penularan (musim

hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah setempat. Kegiatan PSN oleh

masyarakat ini seyogyanya diintegrasikan ke dalam kegiatan di wilayah dalam rangka program 14

Page 15: Skenario 6

Kebersihan dan Keindahan Kota. Di tingkat Puskesmas, usaha/kegiatan pemberantasan sarang

nyamuk (PSN) demam berdarah ini seyogyanya diintegrasikan dalam program Sanitasi

Lingkungan.

Cara MelakukanPenyuluhan Kelompok

a. Penyuluhan kelompok dapat dilaksanakan di kelompok Dasawisma, pertemuan arisan atau

pada pertemuan Warga RT/RW, pertemuan dalam kegiatan keagamaan atau pengajian, dan

sebagainya.

b. Langkah-langkah dalam melakukan penyuluhan kelompok:

- Usahakan agar setiap peserta pertemuan dapat duduk dalam posisi saling bertatap muka

satu sama lain. Misalnya berbentuk huruf U, O atau setengah lingkaran.

- Mulailah dengan memperkenakan diri dan perkenalan semua peserta

- Kemudian disampaikan pentingnya membicarakan demam berdarah dengue, antara lain

bahayanya, dapat menyerang sewaktu-waktu pada semua umur terutama anak-anak.

- Jelaskan materi yang telah disiapkan sebelumnya secara singkat dengan menggunakan

gambar-gambar atau alat peraga misalnya lembar balik (flipchart) atau leaflet/poster

- Setelah itu beri kesempatan kepada peserta untuk berbicara atau mengajukan pertanyaan

tentang materi yang dibahas

15

Page 16: Skenario 6

Gambar 4. Pamflet penyuluhan DBD

Pada akhir penyuluhan, ajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana materi yang

disampaikan telah dipahami.4

Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan

a) Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan penderita demam

berdarah dengue menggunakan formulir : 4

(1) W1/laporan KLB (wabah)

(2) W2/laporan mingguan wabah

(3) SP2TP: LB 1/laporan bulanan data kesakitan, LB 2/laporan bulanan data kematian.

Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir LB3/laporan bulanan kegiatan

Puskesmas (SP2TP).

b) Penderita demam berdarah/suspect demam berdarah perlu diambil specimen darahnya

(akut dan konvalesens) untuk pemeriksaan serologis. Specimen dikirim bersama-sama ke Balai

Laboratorium Kesehatan (BLK) melalui Dinas Kesehatan Dati II setempat. 4

Informasi Penanggulangan Demam Berdarah

Mengingat demam berdarah merupakan penyakit yang tergolong baru dan berbahaya maka

menjadi salah satu masalah kesehatan yang harus ditangani di Indonesia. Apalagi hal itu

16

Page 17: Skenario 6

dihubungkan dengan adanya kenyataan, sampai dewasa ini belum diketemukan vaksin untuk

mengatasi virus demam berdarah. Thomas Suroso dalam Sumarno et al mengatakan bahwa

penyakit ini mengakibatkan banyak kematian terutama pada anak-anak, selain penyebarannyapun

luas. 4

Untuk itu, berbagai usaha dilakukan untuk menanggulangi penyakit ini. Salah satu upaya yang

dilakukan ialah dengan memberikan informasi penanggulangan demam berdarah kepada

masyarakat luas. Sebagai perbandingan misalnya, di Singapura telah dilaksanakan suatu sistem

tepadu untuk menanggulangi demam berdarah. Hal ini, dilakukan dengan melaksanakan sistem

terpadu penyuluhan, peraturan pemerintah dan pengamatan dalam. 4

kontrol spesies aides (Sudarmo, 1980 : 60).

Penanggulangan demam berdarah ini harus dilakukan oleh semua lapisan masyarakat secara

terpadu. Karena itu secara umum informasi penanggulangan demam berdarah ialah informasi

yang berhubungan dengan gejala dan tanda penyakit, ciri nyamuk pembawa virus, cara

pemberantasan nyamuk, upaya pencegahan panyakit, pertolongan dini serta tindakan

penanggulangan terhadap penderita demam berdarah. 4

Selain itu, masyarakat perlu tahu bagaimana tanda-tanda dan gejala kasus demam berdarah antara

lain : demam tinggi, perdarahan (terutama perdarahan kulit), hepatomegali dan kegagalan

peredaran darah (Sudarmo, 1988 :35). Hal ini harus diketahui sejak awal, terutama sejak anak

demam tinggi, nyeri kepala dan berbagai bagian tubuh, rasa menggigil, anoreksi dan malaise. Jika

tanda-tanda tersebut ada, anak harus segera dibawa ke rumah sakit untuk memperoleh pengobatan

dan perawatan. 4

2.4 Preventif

Secara garis besar kegiatan ini meliputi : 1

a. Pembersihan jentik

Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

Larvasidasi

Menggunakan ikan (ikan kepala timah, cupang, sepat)

b. Pencegahan gigitan nyamuk17

Page 18: Skenario 6

Menggunakan kelambu

Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles)

Tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang, menggantung baju)

penyemprotan

Pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD seperti juga penyakit menular lainnya

didasarkan pada usaha pemutusan rantai penularannya. Pada penyakit DBD yang merupakan

komponen epidemiologi adalah terdiri dari virus dengue, nyamuk Aedes aegypti dan manusia.

Oleh karena sampai saat ini belum terdapat vaksin atau obat yang efektif untuk virus dengue,

maka pemberantasan ditujukan terutama pada manusia dan vektornya. Yang sakit diusahakan agar

sembuh guna menurunkan angka kematian, sedangkan yang sehat terutama pada kelompok yang

paling tinggi terkena resiko, diusahakan agar jangan mendapatkan infeksi penyakit DBD dengan

cara memberantas vektornya. 10

Menurut Harmadi Kalim (1976), sampai saat ini pemberantasan vector masih merupakan

pilihan yang terbaik untuk mengurangi jumlah penderita DBD. Strategi pemberantasan vektor ini

pada prinsipnya sama dengan strategi umum yang telah dianjurkan oleh WHO dengan diadakan

penyesuaian tentang ekologi vektor penyakit di Indonesia. Strategi tersebut terdiri atas

perlindungan perseorangan, pemberantasan vektor dalam wabah dan pemberantasan vektor untuk

pencegahan wabah, dan pencegahan penyebaran penyakit DBD. Untuk mencapai sasaran sebaik-

baiknya perlu diperhatikan empat prinsip dalam membuat perencanaan pemberantasan vektor,

yaitu: 10

1. Mengambil manfaat dari adanya perubahan musiman keadaan nyamuk oleh pengaruh alam,

dengan melakukan pemberantasan vektor pada saat kasus penyakit DBD paling rendah.

2. Memutuskan lingkaran penularan dengan cara menahan kepadatan vector pada tingkat yang

rendah untuk memungkinkan penderita-penderita pada masa viremia sembuh sendiri.

3. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah dengan potensi penularan tinggi, yaitu

daerah padat penduduknya dengan kepadatan nyamuk cukup tinggi.

4. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat-pusat penyebaran seperti sekolah, Rumah Sakit,

serta daerah penyangga sekitarnya. Pemberantasan vektor dapat dilakukan pada stadium dewasa

maupun stadium jentik.

a. Pemberantasan vektor stadium dewasa

18

Page 19: Skenario 6

Pemberantasan vektor penyakit DBD pada waktu terjadi wabah sering dilakukan fogging

atau penyemprotan lingkungan rumah dengan insektisida malathion yang ditujukan pada nyamuk

dewasa. Caranya adalah dengan menyemprot atau mengasapkan dengan menggunakan mesin

pengasap yang dapat dilakukan melalui darat maupun udara. interval 1 minggu. Pada

penyemprotan siklus pertama, semua nyamuk yang mengandung virus dengue (nyamuk infektif)

dan naymuk-nyamuk lainnya akan mati. Tetapi akan segera muncul nyamuk-nyamuk baru

diantaranya akan mengisap darah penderita viremia yang masih ada yang dapat menimbulkan

terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan siklus kedua.

Penyemprotan yang kedua dilakukan satu minggu sesudah penyemprotan yang pertama agar

nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempat menularkan pada orang lain

(Depkes RI, 2005: 13).

Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengasapan rumah dengan malathion sangat

efektif untuk pemberantasan vektor. Namun kegiatan ini tanpa didukung dengan aplikasi abatisasi,

dalam beberapa hari akan meningkat lagi kepadatan nyamuk dewasanya, karena jentik yang tidak

mati oleh pengasapan akan menjadi dewasa, untuk itu dalam pemberantasan vektor stadium

dewasa perlu disertai aplikasi abatisasi.

b. Pemberantasan vektor stadium jentik.

Pemberantasan jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang

Nyamuk Demam Berdarah (PSN DBD).

1. Fisik

Menurut Erik Tapan (2004: 92), untuk mencegah dan membatasi penyebaran penyakit

Demam Berdarah, setiap keluarga perlu melakukan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue

(PSN-DBD) dengan cara “3M” yaitu:

1. Menguras dengan menyikat dinding tempat penampungan air (tempayan,drum, bak mandi,

dan lain-lain) atau menaburkan bubuk abate/altosid bila tempat-tempat tersebut tidak bisa

dikuras

2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapatmasuk dan

berkembang biak di dalamnya

3. Mengubur/membuang barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan misalnya

ban bekas, kaleng bekas, tempat minuman mineral dan lain-lain.

Gerakan 3 M Plus adalah kegiatan yang dilakukan serentak oleh seluruh masyarakat untuk

memutuskan rantai kehidupan (daur hidup) nyamuk Aedes aegypti penular penyakit. Daur hidup

nyamuk Aedes aegypti terdiri dari telur, jentik, kepompong hidup dalam air yang tidak beralaskan

19

Page 20: Skenario 6

tanah dan akan mati bilaairnya dibuang. Agar telur, jentik dan kepompong tersebut tidak menjadi

naymuk,maka perlu dilakukan 3M Plus” secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali

dengan gerakan “3M Plus”. Yang dimaksud Plus yaitu: 10

Mengganti air vas bunga,tempat minum burung, atau tempat tempat lainnyasejenis

seminggu sekali 

Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak

Menutup lubang lubang pada potongan bambu / pohon dan lain lain (dengantana san lain

lain)

Menaburkan bubuk larvasida , misalnya ditempat tempat yang sulit dikurasatau didaerah

yang sulit air

Memelihara ikan pemakan jentik di kolam / bak bak penampungan air

Memasang kawat kasa

Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar

Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai

Menggunakan kelambu

Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk 

2. Kimia

Cara memberantas jentik Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik

(larvasida) ini antara lain dikenal istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan antara lain

adalah bubuk abate (temephos). Formulasi temephos yangdigunakan adalah granules (sand

granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10gram (± 1 sendok makan rata) untuk setiap 100

liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan. Selain itu dapat pula

digunakan golongan insect growth regulator. Teknik penggunaan temefos: 10

a. aplikasi I dilakukan 2 bulan sebelum musim penularan di suatu daerah atau pada daerah

yang belum pernah terjangkit DBD.

b. aplikasi II dilakukan 2-21/2 bulan berikutnya (pada masa penularan/populasi Aedes yang

tertinggi)

c. aplikasi III dapat dilakukan 2-21/2 bulan setelah aplikasi II.

Menggunakan Altosid 1,3 G (bahan aktif: Metopren 1,3%) – Takaran penggunaan Altosid

1,3 G adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan 2,5 gram bubuk Altosid 1,3 G atau

5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran khusus yang sudah tersedia dalam setiap kantong

Altosid 1,3 G. Bila tidak ada - alat penakar, gunakan sendok teh, satu sendok teh peres (yang

20

Page 21: Skenario 6

diratakan atasnya) berisi 5 gram Altosid 1,3 G. Selanjutnya tinggal membagikan atau

menambahkannya sesuai dengan banyaknya air. Takaran tidak perlu tepat betul. 10

Menggunakan Sumilarv 0,5 G (DBD) (bahan aktif:piriproksifen 0,5%) – Takaran

penggunaan Sumilarv 0,5 G (DBD) adalah sebagai berikut: Untuk 100 liter air cukup dengan 0,25

gram bubuk Sumilarv 0,5 G (DBD) atau 0.5 gram untuk 200 liter air. Gunakan takaran khusus

yang tersedia (sendok kecil ukuran kurang lebih 0,5 gram). Takaran tidak perlu tepat betul. 10

3. Biologi

Misalnya memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi,ikan

cupang/tempalo dan lain-lain). Dapat juga digunakan Bacillus thuringensisvar, Israeliensis (Bti)

(Depkes RI, 2005: 14). 10

2.5 Pemberdayaan masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau

kekuatan (strength) kepada masyarakat, peningkatan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi,

bernegosiasi, mempengaruhi dan mengendalikan kelembagaan masyarakat secara bertanggung

gugat demi perbaikan kehidupannya. 4

Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK)

Salah satu bentuk langsung peran serta masyarakat adalah kegiatan Pemantauan Jentik

Berkala (PJB) yang dilakukan oleh masyarakat melalui Juru Pemantau jentik (Jumantik). Kegiatan

Jumantik sangat perlu dilakukan untuk mendorong masyarakat agar dapat secara mandiri dan

sadar untuk selalu peduli dan membersihkan sarang nyamuk dan membasmi jentik nyamuk Aedes

Aegypti. Tujuan Umum rekrutmen Jumantik adalah menurunkan kepadatan (populasi) nyamuk

penular demam berdarah dengue (Aedes Aegypti) dan jentiknya dengan meningkatkan peran serta

masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD),

melalui penyuluhan yang dilakukan secara terus menerus. Tugas pokok seorang Jumantik adalah

melakukan pemantauan jentik, penyuluhan kesehatan, menggerakkan pemberantasan sarang

nyamuk secara serentak dan periodik serta melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada Supervisor

dan Petugas Puskesmas sehingga akan dapat dihasilkan sistem pemantauan jentik berkala yang

berjalan dengan baik. Untuk itu peran Jumantik akan dapat maksimal apabila masyarakat dapat

21

Page 22: Skenario 6

membantu kelangsungan kegiatan dengan kesadaran untuk memberikan kesempatan kepada

Jumantik memantau jentik dan sarang nyamuk di rumahnya. 4

Jumantik adalah petugas yang berasal dari masyarakat setempat atau petugas yang

ditunjuk oleh unit kerja (pemerintah atau swasta) yang secara sukarela mau bertanggung jawab

melakukan pemantauan jentik secara rutim, maksimal seminggu sekali di wilayah kerja serta

melaporkan hasil kegiatan secara berkesinambungan ke kelurahan setempat. Jumantik tidak hanya

terdiri dari petugas pusat kesehatan masyarakat tetapi juga dari masyarakat sekitar dan anak-anak

sekolah. Memantau jentik tidaklah terlalu sulit jika kita sudah mengenal cirri-ciri jentik nyamuk

Aedes aegypti. Jentik nyamuk ini memiliki cirri yang khas yaitu selalu bergerak aktif di dalam air.

Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas, kemudian turun

kembali ke bawah untuk mencari makanan dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir

tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada disekitar dinding tempat penampungan air.

Setelah 6-8 hari jentik itu akan berkembang/berubah menjadi kepompong. Bentuk kepompong

adalah seperti koma, gerakannya lamban dan sering berada di permukaan air. Setelah 1-2 hari

akan menjadi nyamuk baru. 4

Pemeriksaan jentik dilakukan dengan memeriksa tempat penampungan air  di sekitar

rumah. Jika tidak ditemukan jentik di permukaan, tunggu selama kurang lebih 1 menit karena

untuk bernafas jentik akan muncul ke permukaan.  ocokkan ciri jentik dengan ciri-ciri jentik aedes

aegypti. Jika sudah dipastikan jentik tersebut adalah jentik aedes aegypti, maka dilakukan

abatisasi dan pencatatan. 4

Abatisasi yaitu memberikan abate pada tempat penampungan air di mana jentik ditemukan

untuk membunuh jentik yang ada. Sedangkan pencatatan yang dilakukan meliputi tanggal

pemeriksaan, kelurahan tempat dilakukan pemantauan jentik, nama  dan alamat keluarga, jumlah

semua penampungan air yang diperiksa, serta jumlah container yang di temukan jentik. Data

tersebut akan digunakan untuk menghitung angka bebas jentik. Hasil pencatatan ini dilaporkan ke

Puskesmas setempat dan kemudian diserahkan ke Dinas Kesehatan. 4

Angka Bebas Jentik (ABJ)

Merupakan salah satu indikator keberhasilan program pemberantasan vector penularDBD.

Angka Bubas Jentik kubagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui gerakanPSN-3M

menunjukan tingkat partisipaki masyarakat dalam mencegah DBD. Apabila angka bebas jentik

suatu daerah rendah, maka kemungkinan penduduk daerah tersebut untuk terkena demam

berdarah adalah lebih besar dibanding daerah lain yang angka bebas jentiknya lebih besar. ABJ

yang diharapkan adalah >95%. Cara menghitung Angka Bebas Jentik (ABJ): 1

22

Page 23: Skenario 6

2.6 Manajemen program DHF di puskesmas

Setiap puskesmas dengan penuh tanggung jawab harus melaksanakan pencatatan

pelaporan sesuai dengan system yang berlaku dengan bimbingan petugas tingkat kabupaten,

melaksanakan tindakan sesuai dengan arahan yang diberikan dalam alternative tindakan

berdasarkan hasil pemantauan. (Depkes RI, 1998).4

Dalam penanggulangan DBD, menurut WHO, suatu panitia pengorganisasian atau

pengkoordinasian harus dibuat dan harus terdiri atas administrator, ahli epidemiologi, praktisi,

ahli entomologi, dan pekerja dari laboratorium virus. Tanggung jawab dari panitia yang dibuat ini

biasanya ditetapkan surat keputusan menteri kesehatan. Panitia tersebut harus: 4

- Menyusun dan mendistribusikan protokol untuk diagnosis klinis dan pengobatan DBD/DSS.

- Menyiapkan dan menyebarkan DBD/DSS untuk petugas perawatan kesehatan, masyarakat, dan

media massa.

- Merencanakan dan menerapkan program pelatihan untuk petugas perawatan kesehatan dan

pembantunya (misalnya staf rumah sakit, peserta didik kedokteran, perawat, teknisi laboratorium).

- Mengkaji kebutuhan terhadap cairan intravena, obat-obatan, produk darah, peralatan perawatan

intensif, materi penyuluhan dan peralatan untuk memindahkan pasien.

- Mengawasi penggunaan suplai dan hasil program perawatan klinis (setiap hari bila perlu).

- Mengkoordinasikan penelitian klinis tentang DBD/DSS selama wabah.

Hasil dari penerapan tindakan diatas, maka suatu program pemberantasan dan

penanggulangan dapat dibuat untuk selanjutnya dilaksanakan oleh organisasi kesehatan yang

berurusan langsung dengan masyarakat, di Indonesia dikenal sebagai PUSKESMAS. 4

Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan

kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan

secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan

pokok (Depkes RI, 1991). Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan

23

Page 24: Skenario 6

tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Menurut

Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas

kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di

suatu wilayah kerja. 4

Manajemen puskesmas dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang bekerja

secara senergik, sehingga menghasilkan keluaran yang efisien dan efektif. Manajemen puskesmas

tersebut terdiri dari perencanaan (untuk mencapai tujuan dan sasaran), pelaksanaan, pengendalian

serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Seluruh kegiatan diatas merupakan satu kesatuan

yang saling terkait dan berkesinambungan (Depkes RI, 2006). 4

Bentuk manajemen program oleh PUSKESMAS dalam menanggulangi Demam Berdarah

Dengue adalah sebagai berikut: 1

1. Tujuan :

Menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit DBD.

Mencegah dan menanggulangi KLB.

Meningkatkan peran serta masyarakat (PSM) dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

2. Sasaran :

Sasaran nasional (2000)

Morbiditas di kecamatan endemik DBD < 2 per 10.000 penduduk.

CFR <2,5%

3. Pelaksanaan :

Menjalankan delapan pokok program yaitu :

Surveilans epidemiologi

Pemberantasan vektor dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa

Tatalaksana klinis

Penyuluhan

24

Page 25: Skenario 6

Kemitraan

Peran serta masyarakat

Pelatihan

Penelitian dan pengembangan

4. Monitoring dan evaluasi :

Indikator pemerataan

Indikator efektivitas perlindungan

Indikator efisiensi program

25

Page 26: Skenario 6

Daftar Pustaka

1. Widoyono. Penyakit tropis : Epidemiologi, penularan, pencegahan & pemberantasannya.

Jakarta : Erlangga, 2008. h. 59-66.

2. Saunders WB. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC, 2004. h. 1012.

3. Siregar FA. Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (DBD). FKM

Sumatera Utara : USU digital library, 2006. h. 1 – 3.

4. World Health Organization. Demam Berdarah Dengue : Diagnosis, pengobatan, pencegahan

dan pengendalian. Jakarta : EGC, 2004. h. 72-105.

5. Chandra B. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : EGC, 2007. h. 6 – 18.

6. Wibowo TA. Investigasi wabah. 2007. Diunduh dari :

http://www.kmpk.ugm.ac.id/images/Semester_1/Epidemiologi/Investigasi_Wabah. 17 Juni 2012.

26

Page 27: Skenario 6

7. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan komunitas. Jakarta : EGC, 2009. h. 22-4.

8. Yatim F. Macam – macam penyakit menular dan pencegahannya. Jakarta : Pustaka Popular

Obor, 2005. h. 3-19.

9. Karmila. Peran Keluarga Dan Petugas Puskesmas Terhadap Penanggulangan Penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD). Sumatera Utara : USU, 2008. h. 34-6.

10. Widiyanto T. Kajian manejemn lingkungan terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue

(DBD). Semarang : UNDIP, 2007. h. 39 -42.

27