Skenario 6 Blok 10

19
Ginjal dan Keseimbangan Asam Basa dalam Tubuh. Nama Kelompok B3: 1. Claudia Husin 102012183 2. Glenn Jhosua Sumadi 102013089 3. Oktaviana Linda Fermina 102013133 4. Hendra Susanto 102013188 5. Ansarti Dalien Yigibalom 102013230 6. I Made Marshall Handisurya 102013353 7. Ignasia Raisha Rizky Oktaviomelinda 102013361 8. Syahmi Syafiq bin Azmei 102013534 1 | Page

description

makalah

Transcript of Skenario 6 Blok 10

Ginjal dan Keseimbangan Asam Basa dalam Tubuh.

Nama Kelompok B3:

1. Claudia Husin 1020121832. Glenn Jhosua Sumadi 1020130893. Oktaviana Linda Fermina 1020131334. Hendra Susanto 1020131885. Ansarti Dalien Yigibalom 1020132306. I Made Marshall Handisurya 1020133537. Ignasia Raisha Rizky Oktaviomelinda 1020133618. Syahmi Syafiq bin Azmei 102013534

Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta Barat

1 | P a g e

ABSTRAK

Sistem kemih adalah salah satu sistem yang terpenting untuk manusia. Ini karena sistem

kemih mempertahankan keseimbangan air, meregulasikan jumlah ion dalam cairan tubuh,

mempertahankan keseimbangan asam basa dan mempertahankan volume plasma. Selain itu,

sistem kemih juga berfungsi mensekresi renin dan eritropoietin. Hormon ini penting untuk

pembentukan sel darah merah dan memregulasi tekanan darah. Sistem kemih terdiri dari

daripada ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. Jika kerusakan berlaku pada sistem kemih, ini

akan menyebabkan manusia mudah mendapat penyakit contohnya dehidrasi.

Kata kunci: Sistem kemih, keseimbangan air, ginjal, dehidrasi

ABSTRACT

Urinary system is one of the most important systems for humans. This is because the

urinary system maintains water balance, regulate the amount of ions in body fluids, maintain

acid-base balance and maintain plasma volume. In addition, the urinary system also secrete

renin and erythropoietin hormone in the body. These hormone are important for producing

blood and to regulate blood pressure. Urinary system consists of the kidneys, ureters, bladder

and urethra. If the damage effect on the urinary system, this will lead to human diseases for

example easily get dehydrated.

Keywords: urinary system, water balance, kidneys, dehydration

PENDAHULUAN

Tractus Urinarius atau dikenali sebagai sistem kemih adalah salah satu sistem yang

terpenting pada manusia. Dalam sistem kemih organ yang terpenting adalah ginjal. Namun,

terdapat organ lain yang terdapat dalam sistem kemih contohnya ureter, kandung kemih, dan

uretra. Melalui sistem ini manusia dapat mempertahankan keseimbangan air, dan ion contohnya

Na+, H+, K+ dan Cl- dalam tubuh. Selain itu, melalui sistem ini juga, manusia dapat

mempertahankan asam basa, menyaring darah dan memisahkan zat-zat beracun contohnya

bilirubin, kreatinin dan kreatinin.

2 | P a g e

Ginjal yang terdapat dalam sistem kemih juga penting untuk memproduksi eritropoietin

yaitu hormon yang merangsang produksi sel darah merah. Ginjal juga berfungsi untuk

memproduksi renin yang berfungsi sebagai stimulator untuk aktivasi sistem angiotensin-

aldosteron. Sistem ini memainkan peranan penting untuk mengendalikan tekanan darah. Ginjal

juga mengsekresi calcitriol ke dalam tubuh.

Skenario 6

Seorang remaja perempuan berusia 15 tahun tiba-tiba pingsan sewaktu apel 17 Agustus di

lapangan terbuka. Saat itu sinar matahari sangat terik.

Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada kali ini adalah seorang remaja perempuan 15 tahun tiba-tiba pingsan.

Hipotesis

Seorang remaja perempuan berusia 15 tahun pengsan akibat dehidrasi.

Sasaran Pembelajaran

Sasaran pembelajaran dalam perbahasan pada kali ini ialah mahasiswa dapat penyebab

pengsan. Selain itu juga mahasiswa dapat memahami mekanisme keseimbangan asam basa.

ISI PERBAHASAN

Pada perbahasan kali ini saya akan membahas tentang struktur makroskopis dan

mikroskopis ginjal, fungsi sistem kemih, metabolisma air dan keseimbangan asam basa.

1. Sktruktur Makroskopis

Sktruktur makroskopis yang akan saya bahas pada kali ini adalah ginjal. Ginjal atau ren

terletak diantara peritoneum parietale dan fascia transversa abdominis dan pada sebelah kanan

dan kiri columna vertebralis. Ren sinistra terletak setinggi costa 11 atau vertebra lumbal 2-3

sedangkan ren yang dextra terletak setinggi costa ke 12 atau vertebral lumbal 3-4. Ren sebelah

3 | P a g e

kanan lebih kebawah karena terdapat hepar di bagian superior ren dextra. Ren berbentuk seperti

kacang dan memiliki extremitas superior dan extremitas inferior dimana kedua extremitas

superior ditempati oleh glandula suprarenalis. Ren juga memiliki dua margo yaitu margo

medialis yang berbentuk konkaf dan margo lateralis yang berbentuk konveks. Pada margo

medialis terdapat hilus renalis yang merupakan tempat masuknya pembulu-pembuluh darah,

saraf, limfe dan ureter.

Ginjal dibungkus oleh dua capsula yaitu capsula fibrosa dan capsula adiposa. Capsula

fibrosa melekat pada ren dan mudah dikupas. Selain itu, capsula fibrosa juga hanya

menyelubungi ginjal dan tidak membungkus glandula supra renalis. Manakala, capsula adiposa

mengandung banyak lemak dan membungkus ginjal dan glandula suprarenalis. Ginjal

dipertahankan oleh tempatnya oleh fascia adiposa. Capsula adiposa ini bisa sangat tipis pada

keadaan tertentu sehingga jaringan ikat yang menghubungkan capsula fibrosa dan capsula renalis

kendor sehingga ginjal turun yang disebutkan sebagai nephrotosis. Fascia renalis terletak di luar

capsula fibrosa dan terdiri dari 2 lembar yaitu prerenalis dibagian depan ginjal dan fascia

retrorenalis di bagian belakang ginjal. Kedua lembar ini terpisah dibagian caudal manakala

kearah cranial bersatu. Ini menyebabkan kantong ginjal terbuka ke bawah dan sering terjadi

ascanding infection.

Ginjal terdiri daripada dua bagian yaitu cortex dan medulla. Cortex renalis terdiri dari

glomerulus dan pembuluh darah. Dalam glomerulus, darah akan disaring dan disalurkan ke

dalam medulla. Saluran-saluran yang berada di medulla tersebut akan bermuara pada papilla

renalis sehingga tampak garis-garis pada medulla yang disebut sebagai processus medullaris.

Dalam medulla renalis juga terdapat pyramid renalis, ductuli papilares, columna renalis,

beberapa calyx minor, calyx major, pyolum dan ureter.

Kedua ginjal tersebut diperdarahi oleh A. renalis. Arteri ini berasal dari aorta

abdominalis. A. renalis kanan lebih panjang dari a. renalis kiri karena harus menyilang vena cava

inferior dibelakangnya. Selanjutnya, arteri ini akan masuk kedalam ginjal melalui hillus renalis

dan mempercabangkan 2 cabang besar. Yang pertama akan berjalan ke depan ginjal dan

memperdarahi ginjal bagian depan dan kedua akan berjalan ke belakang dan memperdarahi

ginjal bagian belakang. Cabang bagian depan ginjal adalah lebih panjang dari cabang bagian

4 | P a g e

belakang ginjal. Dua cabang tadi akan bertemu di lateral pada garis tengah ginjal disebut sebagai

garis Brodel. A. renalis juga selanjutnya bercabang di lobus ginjal menjadi a. interlobaris.

A. interlobaris akan bercabang menjadi a. arcuata pada perbatasan cortex dan medulla.

Arteri ini selanjutnya akan berjalan mengelilingi cortex dan medulla sehingga disebut sebagai a.

arciformis. A. arcuata mempercabangkan a. interlobularis dan berjalan sampai tepi ginjal.

Selanjutnya akan menjadi vasa afferens pada glomerulus. Manakala dari vasa afferens berlanjut

menjadi vasa efferens dan menuju ke v. interlobaris. V. interlobaris menuju ke v.arcuata ke vena

interlobaris, vena renalis dan akhir ke vena cava inferior.1

Ginjal dipersarafi oleh serat saraf simpatis yang tidak bermielin yang membentuk pleksus

renalis. Badan sel serat saraf kemungkinan terletak pada pleksus aorta dan seliaka. Serat saraf

simpatis didistribusi oleh percabangan arteri renalis dan pembuluh diatur oleh sebagian serat

saraf ini. Serat saraf simpatis lainnya mencapai epitel tubulus renalis, sel jukstaglomerulus dan

interstitial serta sampai ginjal. Persarafan praganglion simpatis ini bermula dari segmen torakal

bawah dan lumbal atas medula spinalis. Serat saraf parasimpatis pula di persarafi oleh nervus

vagus. Manakala saluran limfe ginjal terbagi dalam dua aspek yaitu superfisial dan profunda.

Keduanya masing-masing berturutan berada di daerah subkapsularis dan medula. Kedua sistem

tersebut berhubungan dekat hilus dan membentuk beberapa trunkus limfatik besar. Nodus

limfatik di sekitar vena cava dan aorta abdominalis menampung cairan limfe dari ginjal.

Beberapa pembuluh limfe yang tidak berdampingi arteri besar bermuara pada pleksus limfatik di

hilus. 2,3

5 | P a g e

Gambar 1. Ginjal dan Alat Sekitarnya.4

2. Struktur Mikroskopis

Ginjal mempunyai unit fungsional yang disebut sebagai tubulus uriniferus. Tubulus ini

terdiri daripada dua bagian yaitu nefron dan tubulus pengumpul. Nefron ini ada sekitar 1,3 juta

nefron dalam tiap ginjal. Beberapa nefron bermuara pada satu tubulus pengumpul dan beberapa

tubulus pengumpul bergabung pada bagian lebih dalam di medula membentuk duktus yang

semakin lama semakin besar. Duktus yang paling besar adalah duktus Bellini. menembus pada

papila renalis pada bagian area cribrosa.

Dalam manusia terbagi kepada dua nefron yaitu nefron kortikal dan nefron

jukstamedular. Nefron kortikal lebih pendek manakala nefron jukstamedular adalah lebih

panjang. Nefron kortikal lebih pendek karena ia hanya mencapai luar medula sementara nefron

jukstamedular berada di korteks namun bagian tubularnya mencapai dalam medula.

Nephron terbagi kepada dua bagian besar yaitu korpuskel renalis dan tubulus renalis.

Korpuskel ginjal adalah struktur yang berbentuk oval sampai bulat yang disusun oleh kapiler

bergelung, glomerulus yang mengalami invaginasi ke dalam kapsula Bowman yang berdilatasi

dan membentuk struktur seperti kantong yang merupakan ujung proksimal nefron. Glomerulus

mempunyai dua lapisan epitel membran yaitu lapisan parietal luar dan lapisan parietal dalam

6 | P a g e

yang melapisi lapisan viseral yang disusun oleh modifikasi sel epitel yang disebut sebagai

podosit. Pada bagian korpuskel ginjal terdapat tempat pembuluh darah masuk dan keluar disebut

sebagai kutub vaskular sementara bagian muara pertemuan ruang Bowman dengan tubulus

proksimal disebut sebagai kutub urinarius. Pembuluh darah yang masuk ke glomerulus adalah

arteriol afferen manakala aliran darah baliknya dibawa oleh arteriol efferen. Cairan filtrat yang

keluar menembus glomerulus masuk ke dalam ruang Bowman melewati kompleks sawar filtasi

yang disusun oleh dinding endotel kapilar, lamina basal endotel dan lapisan Bowman pars

viseral. Pada kapiler di glomerulus terdapat jaringan ikat yang berbeda dari sel-sel jaringan ikat

pada umumnya yaitu sel mesangial. Sel mesangial ini diduga memiliki kemampuan fagositosis

dan berfungsi dalam resopsi pada lamina basal. Sel ini juga dapat berkontraksi karena memiliki

reseptor untuk vasokonstriktor seperti angiotensin П untuk mengurangi aliran darah glomerulus.

Pada cairan ultrafiltrat dari ruang Bowman dialirkan menuju ke tubulus proksimal

melalui kutub tubular. Tubulus ini terbagi kepada dua yaitu bagian yang sangat bergelung yang

disebut sebagai tubulus kontortus proksimal yang terletak di dekat korpuskel ginjal. Manakala

terdapat bagian yang kedua yang lurus disebut tubulus rektus proksimal atau ansa Henle segmen

tebal pars desendens. Jika diamati dengan mikroskop cahaya, tubulus kontortus proksimal

disusun oleh epitel kuboid dengan granula sitoplasma eosinofilik. Sel-selnya memiliki brush

border yang padat dan menyebabkan lumennya tidak jelas dilihat. Selain itu, inti selnya

mempunyai jarak yang berjauhan. Selanjutnya ultrafilrat tadi akan melalui ke tubulus rektus

proksimal yang epitalnya serupa tubulus kontortus proksimal tetapi selnya lebih rendah.

Seterusnya akan ke ansa Henle segmen tipis yang disusun oleh epitel selapis gepeng. Panjang

segmen tipis ini bervariasi sesuai dengan letak nefron. Pada nefron kortikal, panjang segmen

tipisnya hanya 1 - 2, manakala pada nefron jukstamedular adalah lebih panjang yaitu 9 - 10 mm.

Pada tubulus distal pula terdapat bagian yang dinamakan sebagai tubulus rektus distal dan

tubulus kontortus distal. Ultrafiltar tadi akan berlanjut ke tubulus rektus distal yang epitelnya

adalah epitel selapis kuboid rendah. Epitel ini sama seperti tubulus kontortus distal namun selnya

lebih pendek dan intinya menonjol ke lumen. Tubulus kontortus distal berbeda dengan epitelnya

dengan tubulus kontortus proksimal karena ia bersifat basogil dengan inti sel dengan jarak

berdekatan dan lumennya jelas karena tidak mempunyai brush border. Saat ansa Henle segmen

tebal pars asendens (tubulus rektus distal) berjalan dekat korpuskel ginjalnya sendiri, maka ansa

7 | P a g e

Henle tersebut berada di daerah antara arteriol afferen dan arteriol efferen glomerulus. Di daerah

ini, tubulus distal diberi nama makula densa. Ini karena sel makula densa lebih tinggi dan

langsing maka inti selnya terlihat jauh lebih rapat daripada inti sel tubulus distal di lokasi lain.

Pada makula densa ini terdapatnya apparatus jukstaglomerular. Sel ini merupakan modifikasi sel-

sel otot polos tunika media arteriol afferen glomerulus. Sel jukstaglomerular mengandung

granula spesifik yang merupakan enzim proteolitik yang bernama renin.

Duktus koligen atau tubulus pengumpul bukan merupakan bagian nefron karena saluran

ini berasal dari jaringan embryologi ang bereda. Namun ia bergabung dengan nefron membentuk

struktur yang kontinu.Tubulus kontortus distal dari beberapa nefron bergabung membentuk

saluran pendek yaitu tubulus penghubung yang kemudian bermuara pada duktus koligen. Duktus

koligen mempunyai sitoplasma yang pucat dan batas selnya jelas.

Duktus koligen tadi selanjutnya berjalan ke dalam berkas medula menuju ke medula.

Beberapa duktus koligen tadi bertemu dan membentuk duktus papilaris Bellini apabila

bermauara pada apeks papila. Duktus ini besar dan bermuara pada area cribrosa papila ginjal

untuk kemudian dialirkan ke dalam calyx minor. 2

3. Fisiologis

Darah yang masuk ke glomerulus melalui arteriol glomerular afferen, bertemu dengan

tekanan yang berbeda, dimana tekanan darah intrakapiler lebih besar dari tekanan cairan ruang

Bowman, memaksa cairan dari kapiler masuk ke ruang tersebut. Ini karena, tekanan hidrostatik

kapiler dilawan oleh tekanan hidrostatik kapsula Bowman. Selain itu, terdapat faktor tambahan

yaitu tekanan osmotik koloid protein darah yang melawan cairan yang masuk ke ruang Bowman.

Cairan yang masuk ke glomerulus disebut sebagai ultrafiltrat. Dalam ultrafiltrat tidak ditemukan

makromolekul karena terdapat tiga unsur sawar filtrasi yaitu sel endotel, lamina basalis dan celah

filtrasi.

8 | P a g e

Gambar 2. Laju filtrasi glomerulus.5

Ultrafiltrat tadi selanjutnya akan ke tubulus kontortus proksimal dan materi akan

direabsorpsi dari lumennya dan kemudian dieksositosis ke jaringan ikat interstisial. Disini

substansi yang direabsorpsi akan masuk ke jejaring kapiler peritubular dan kembali ke tubuh

melalui aliran darah. Hampir semua proses reabsorpsi berlaku di tubulus proksimal. Contohnya

100% glukosa, ion kalium dan asam amino akan direabsorpsi, 100% ion bikarbonat, 67% - 80%

ion natrium dan klorida, dan 67% - 80% air. Di tubulus proksimal terdapat pompa Na+ - K+ -

ATPase yang memompa natrium ke interstitium ginjal. Ini akan menyebabkan natrium

meninggalkan ultrafiltrat dan masuk ke sel melalui bagian apikal membran sel. Seluruh

perpindahan natrium terjadi dengan cara ini dari ultrafiltrat ke jaringan ikat pada ginjal. Bagi

mempertahankan muatan elektrik di jaringan interstitium ginjal menjadi neutral, ion klorida

secara pasif masuk mengikut natrium. Selanjutnya air akan turut masuk secara pasif mengikut

natrium (secara osmosis) bagi mempertahankan keseimbangan osmotik. Selain itu terdapat

pompa yang membutuhkan energi sebagai ko transport glukosa dan asam amina dengan natrium

ke dalam interstitium ginjal. Pada tubulus proksimal terdapat substansi yang disekresi contohnya

ion H+, amonia, asam hipurat, asam urat dan ion organik yang lain.

9 | P a g e

Pada ansa Henle terjadinya counter current multiplier. Ini berlaku karena sel pada segmen

tipis pars desenden sangat permeabel terhadap air. Oleh sebab itu, pergerakan air bereaksi

terhadap tekanan osmotik dari lingkungan mikro sekitarnya. Manakala ansa Henle segmen tipis

pars asenden relatif tidak permeabel terhadap air, tapi garam dapat masuk dan keluar tubulus

tergantung dari kondisi interstisum. Ansa Henle segmen tebal pars asenden sangat impermeabel

terhadap air, tetapi terdapat pompa klorida yang secara aktif memindahkan ion klorida dari

lumen tubulus dan ion ini masuk ke interstium ginjal. Selanjutnya ion natrium akan mengikuti

secara pasif. Ini akan menyebabkan osmolaritas menjadi kurang. Bagi mempertahankan

osmolaritas di interstisium ginjal, air akan keluar dari ansa Henle pars desenden. Ini kan

menyebabkan pemekatan kemih berlaku. Hal ini menyebabkan ansa Henle pars desenden

dinamakan sebagai hiperosmotik dan ansa Henle pars asenden menjadi hiposmotik. Seterusnya

terdapat counter current exchanger yang berfungsi mempertahankan hiperosmolaritas medulla

dan mengangkut nutrient dan O2 ke tubulus.

Pada tubulus kontortus distal terdapat hormon yang berperan dalam reabsorpsi Na+.

Hormon yang berperan tersebut adalah aldosteron. Hormon ini juga berperan dalam mensekresi

ion K. Selain itu ion H juga di sekresi namun tergantung pada pH cairan. Pada tubulus kontortus

distal terdapat sel makula densa yang bertugas mengawasi volume dan kosentrasi filtrat. Bila

konsentrasi filtrat di bawah ambang batas, sel makula densa akan melakukan dilatasi arteriol

afferen glomerulus sehingga meningkatkan aliran darah ke glomerulus dan memerintahkan sel

jukstaglomerulus untuk mengeluarkan enzim renin ke dalam sirkulasi. Enzim ini mengubah

angiotensinogen menjadi angiotensin І. Pada kapiler paru, ginjal dan organ lain akan

mengeluarkan angiotensin-converting enzyme (ACE) yang menyebabkan perubahan angiotensin

І kepada angiotensin П. Selanjutnya akan menyebabkan diameter lumen pembuluh darah

berkurang dengan konstriksi arteriol efferen glomerulus dan mengakibatkan peningkatan laju

filtrasi berlaku. Angiotensin П juga berfungsi dalam mempengaruhi korteks adrenal untuk

mengeluarkan aldosteron tadi.

10 | P a g e

Pada duktus koligen atau tubulus penggumpul terdapat hormon yang berperan yaitu anti

diuretik (ADH). Hormon ini berfungsi dengan menyebabkan sel tubulus kontortus distal dan

duktus koligens menjadi lebih permeabel terhadap air dan urea. Ini menyebakan air

meninggalkan lumen dan masuk ke interstisium. Jadi dengan adanya ADH, urin menjadi lebih

terkonsentrasi dan hipertonik. Jika hormon itu tidak ada, sel duktus koligen menjadi

impermeabel terhadap air dan oleh sebab itu urin atau filtrat tidak dimodifikasi pada duktus

koligen dan urin tetap encer. 2,3

Gambar 3. Pembentukan Urin pada Ginjal.6

4. Biokimia

Urin pada manusia dewasa adalah 600ml-2500ml. Zat padat yang terbanyak dalam urin

adalah urea dan mineral yang terbanyak pula adalah NaCl. Komposisi urin yang normal adalah

urea, kreatinin, amoniak, asam urat, asam amino, allantoin, sulfat, klorida, vitamin, hormon,

fosfat dan oksalat. Manakala komposisi urin yang tidak normal pula adalah protein, glukosa,

porfirin, bilirubin, darah, gula lain dan keton bodies.

11 | P a g e

Urin pada manusia ini dipengaruhi oleh beberapa faktor contohnya water intake,

temperatur lingkungan, makanan yang diambil dan keadaaan mental dan fisik. Contohnya jika

seseorang minum air lebih banyak maka volume urinnya akan meningkat. Jika temperatur

lingkungan panas contohnya di daerah gurun pada siang hari, maka manusia akan lebih

berkeringat dan volume urin yang dihasilkan adalah berkurang. Keseimbangan water intake dan

water loss adalah sangat penting untuk dijaga. Ini karena, jika tidak dijaga, maka apabila water

loss lebih tinggi dari water intake, maka dihidrasi akan berlaku.2,7

Selain itu ginjal amat berperan dalam tubuh manusia karena ia mengontrol keseimbangan

asam basa dalam tubuh. Keseimbangan asam basa dalam tubuh dilakukan di tubulus proksimal

dan tubulus distal dan duktus koligen. Tubulus proksimal dan distal seperti sel kelenjar lambung

menyekresi ion hidrogen. Sekresi ion hidrogen ditukar dengan reabsorpsi oleh ion natrium ke

dalam interstisial. Ion hidrogen ini berasal dari reaksi disosiasi H2CO3 intrasel dan HCO3- yang

terbentuk akan berdifusi ke dalam cairan interstisial. Karbonat anhidrase mengatalisis

pembentukan H2CO3. Jadi yang terjadi sekresi ion hidrogen dan reabsorpsi NaHCO3. Ion

hidrogen dalam lumen tubuli akan bereaksi dengan HCO3- menjadi H2CO3 dan selanjutnya

menjadi CO2 dan H2O. Difusi ke dalam sel tubuli selanjutnya digunakan lagi untuk mengsekresi

ion hidrogen.

Di tubuli distal, ion hidrogen diimbangai oleh HCO3-. Selepas semua sisa ion tadi

digunakan, sekresi ion hidrogen di imbangi pula oleh ion fosfat. Ion H+ akan bereaksi dengan

fosfat (HPO42-) untuk membentuk fosfat monobasa (H2PO4

-). Hal ini terjadi sebagian besar di

tubulus distal dan duktus koligen. Ini karena disinilah fosfat yang luput dari reabsorpsi di

proksimal menjadi sangat pekat akibat reabsorpsi air. PH fitrat turun dari 7,4 menjadi 6,0.

Setelah semua fosfat habis dipakai, ion hidrogen diimbangi oleh ion NH3+.

NH3 berasal dari deaminasi asam amino glutamin. Dalam urin NH3 bereaksi dengan H+

untuk membentuk NH4+ dan NH4

+ tetap dalam urin. Dengan adanya NH4Cl dalam urin akan

menyebabkan urin menjadi semakin asam. Pembentukan NH4+ akan meningkat pada asidosis.

Oleh itu pada asidosis kronik, jumlah NH4+ yang disekresikan pada sembarang nilai pH urin juga

meningkat. Ini karena NH3 yang masuk dalam urin tubulus lebih banyak.3

12 | P a g e

KESIMPULAN

Berdasarkan perbahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sistem kemih

adalah penting karena ia berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan air, meregulasi jumlah

ion dalam tubuh, mempertahankan keseimbangan asam basa dan sebagainya. Selain itu, kita

hendaklah mengkosumsi air yang secukupnya supaya water intake sama dengan water loss. Jika

keseimbangan ini tidak dijaga, maka kita akan lebih mudah untuk menjadi dehidrasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Inggriani YK. Buku ajar traktus urogenitalis. 2nd ed. Jakarta: Bagian Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana, 2012. h. 20-25.

2. Suryono IAS, Lia D, Wonodirekso S, editor. Buku ajar berwarna histologi. 3rd ed.

Jakarta: Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, 2013.h. 355-

399.

3. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. 22th ed. Jakarta: Buku kedokteran EGC,

2005. h. 725-57.

4. Netter FH. Atlas of human anatomy. 5th ed. Philadelphia: Saunders Elsevier, 2011. h. 308.

5. Silverthorn DU. Human physiology an integrated approach. 3rd ed. 2004. Pearson

Education. h. 7. Diunduh pada 28 september 2014 :

http://faculty.pasadena.edu/dkwon/chapter%2019%20web%20page/chapter

%2019%20urinary_files/frame.htm

6. Riyanto R. Pembentukan urin pada ginjal. Diunduh pada 28 September 2014 :

http://rianzbiologi.blogspot.com/2012/02/dari-yang-kecil-yang-kita-punya-untuk.html

7. Fullick A. Edexcel AS Biology 1st ed. London: Pearson Company, 2010.h. 56-120.

13 | P a g e