Skenario 3 Filariasis
-
Upload
etriinromas -
Category
Documents
-
view
12 -
download
1
description
Transcript of Skenario 3 Filariasis
Bengkak pada Kaki Kiri yang Disertai Edema Non-Pitting
Paskalia Endosetriani Romas102011326
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510
Telephone: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-1731
e-mail: [email protected]
Pendahuluan
Filariasis atau biasa disebut penyakit kaki gajah merupakan penyakit menular menahun
yang disebabkan oleh infeksi cacing filarial yang ditularkan oleh berbagai jenis (spesies)
nyamuk. Penyakit ini umumnya sering terjadi pada daerah yang beriklim tropis dibandingkan
daerah yang beriklim sedang ataupun dingin. Pada umumnya penyakit filaria ini bersifat
menahun atau kronis Jika tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap
berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Namun
penyakit ini tidak membunuh penderita, akan tetapi penderitaan orang yang terkena penyakit ini
akan mengakibatkanpenderita tidak dapat bekerja secara optimal karena dapat menurunkan
produktivitas secara individual, keluarga, maupun masyarakat.1,2.
Di Indonesia, penyakit ini tersebar luas hampir di seluruh provinsi. Berdasarkan laporan
dari hasil survei pada tahun 2000 yang lalu, tercatat sebanyak 1553 desa di 647 puskesmas,
tersebar di 231 kabupaten merupakan lokasi yang endemis, dengan jumlah kasus kronis 6.233
orang. Hasil survei laboratorium, melalui pemeriksaan darah jari, rata-rata Mikrofilaria rate (Mf
rate) 3,1% berarti sekitar 6 juta orang mempunyai risiko tinggi untuk tertular karena nyamuk
penular cacing filaria tersebar luas. Cacing filaria yang ditemukan dan penting bagi masyarakat
Indonesia ada 3 spesies, yaitu spesies Wuchereria bancrofi, brugia malayi, dan Brugia timori
yang disebarkan oleh nyamuk Anopheles, Culex, dan Mansonia. Namun yang sering terjadi di
perkotaan adalah spesies Wuchereria bancrofti yang dibawa oleh nyamuk Culex fatigans.
1
Penyakit ini baru menimbulkan gejala setelah beberapa tahun, oleh sebab itu pada anak-anak
jarang mengalami filariasis klinis yang bermakna.1,3
Skenario 3
Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan bengkak pada
tungkai kiri sejak 1 bulan yang lalu. Bengkak awalnya muncul dari telapak kaki kemudian
membesar sampai ke tungkai bawah yang disertai dengan rasa nyeri sampai menyebabkan pasien
sulit berjalan. Selain itu, keluhan juga disertai demam naik turun setiap 3 hari namun tidak
terlalu tinggi dan BAK berwarna keputihan seperti susu. Pasien tinggal di daerah padat dan
kumuh sehingga sering terkena gigitan nyamuk pada malam hari.
Hasil pemeriksaan fisik:
Keadaan umum= tampak sakit sedang, kesadaran = Compos Mentis , Tekanan darah: 120/80
mmHg, respiratory rate: 20x/menit, Nadi: 80x/menit, suhu : 37,20C . Ekstremitas: edema non
pitting di tungkai kiri , nyeri tekan (+). Pemeriksaan penunjang belum dilakukan.
Pembahasan
Anamnesis
Hal yang biasa dilakukan saat pasien datang pertama kali kita harus menganamnesis
pasien bila pasien dalam kesadaran dan keadaan yang baik dan normal. Bila pasien tidak
sadarkan diri, maka kita harus melakukan anamnesis kepada keluarga atau orang yang
mengetahui riwayat penyakit pasien tersebut. Biasanya anamnesis itu dilakukannya terutama
untuk mendapatkan keluhan utama dan riwayat penyakit pasien sekarang dan juga pendukung-
pendukung penyebab sakitnya tersebut. Keluhan utama adalah keluhan yang mendorong pasien
datang ke rumah sakit atau puskesmas atau praktek dokter. Kalau RPS adalah riwayat perjalanan
penyakit secara kronologis yang merupakan keluhan pasien dari awal dirasakan kemudian
keluhan berkembang, meluas dan makin berat sehingga sampai pada keluhan utama. Terdapat
beberapa pertanyaan yang bisa ditanyakan pada pasien berdasarkan skenario yang ada untuk
mengetahui riwayat penyakit dan keluhan utama yang terjadi pada pasien tersebut. Tapi kita juga
harus tahu terlebih dahulu onset pasien tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan
yaitu :
2
Apakah bapak tersebut pernah digigit nyamuk atau tidak?
Saat buang air kecil ada nyeri atau tidak?
Ada demam atau tidak?
Saat kencing, kencingnya warna apa?
Apakah kencingnya terdapat nanah?
Pemeriksaan
Setelah melakukan anamnesa tentang pasien tersebut, maka kita sudah dapat beberapa
diagnosis tapi untuk lebih menspesifikan diagnosisnya dibutuhkan beberapa pemeriksaan-
pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu ada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang dilakukan bila hasil pada pemeriksaan fisik itu normal atau tidak terjadi
keanehan pada pemeriksaan pasien tersebut.
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan biasanya adalah pemeriksaan tanda-tanda vital
pada pasien, bila ada berhubungan dengan paru-paru, ginjal, hati, lambung, atau
limpa ada beberapa pemeriksaan fisik yang khusus terhadap organ-organ itu.
Pemeriksaan Tanda-tanda vital yang dilakukan adalah :
Pemeriksaan Suhu : Pada skenario ini didapatkan suhu adalah 37,2oC yang
terhitung normal. Karena suhu normal adalah 36-38oc.
Pemeriksaan Nadi/HR: untuk pemeriksaan nadi yang umumnya adalah sekitar
60-100 kali/menit berarti pasien tersebut normal karena dia hasilnya adalah
90x/menit.
Pemeriksaan RR( Respiration Rate) : Respiration rate normal itu sekitar 12-20
kali/ menit. Di atas 20 atau dibawah 12 dikatakan abnormal. Karena bapak
tersebut RR nya 20, maka dia dibilang normal.
Pemeriksaan tekanan darah : Tekanan darahnya normal yaitu 120/80.
2. Pemeriksaan Penunjang
Biasanya ditambahkan pemeriksaan penunjang untuk memperkuat diagnosis kerja
dan menyingkirkan diagnosis banding yang ada.
3
Untuk masalah pada kasus tersebut yang bisa dilakukan untuk pemeriksaan
penunjang adalah dengan:
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar getah bening (KGB)
inguinal pasien tersebut. KGB inguinal itu akan memberikan gambaran cacing yang
bergerak-gerak. Ini berguna terutama untuk evaluasi hasil pengobatan. Pemeriksaan
ini hanya dapat digunakan untuk infeksi filaria oleh Wuchereria bancrofti.4
Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang
ditandai dengan zat radioaktif menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik
sekalipun ada penderita yang asimptomatik mikrofilaremia.4
Deteksi parasit yaitu menemukan microfilaria di dalam darah, cairan hidrokel atau
cairan kiluria pada pemeriksaan sediaan darah tebal dan teknik konsentrasi Knott,
membrane filtrasi. Pengambilan darah harus dilakukan pada malam hari (setelah
pukul 20.00) karena periodisitas microfilaria adalah nokturna. Pada pemeriksaan
histopatologi, kadang-kadang potongan cacing dewasa dapat dijumpai di saluran dan
kelenjar limfe darijaringan yang dicurigai tumor.4
Teknik biologi molekuler dapat digunakan untuk mendeteksi parasit melalui DNA
parasit dengan menggunakan reaksi rantai polymerase (Polymerase Chain Reaction/
PCR ) Teknik ini mampu memperbanyak DNA sehingga dapat digunakan untuk
mendeteksi parasit pada cryptic infection.4
Pemeriksaan terhadap antigen W.bancrofti yang bersirkulasi dapat membantu
penegakan diagnosis . Dua test yang dilakukan adalah ICT dan ELISA . Sensitivitas
keduanya berkisar antara 96-100% dan spesifik mendekati 100% . Tekniknya
dengan menggunakan antibody monoclonal. Terdapat dua jenis antibody yang
digunakan yaitu : AD12 dan Og4C3. Untuk pemeriksaan antigen brugia pada saat ini
belum tersedia.5
Gejala Klinis
Filariasis Akut biasanya ditandai dengan demam berulang-ulang selama 3 - 5 hari,
Demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat, pembengkakan kelenjar
getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiap (lymphadenitis) yang tampak
kemerahan, panas dan sakit, radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit
4
yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis),
filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan
mengeluarkan nanah serta darah, pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang
terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema).2 Sedangkan gejala kronis dari
penyakit ini berupa elephantiasis, yaitu pembesaran menetap pada tungkai, lengan, buah dada,
buah zakar atau elephantiasis skrotum.6
Diagnosis Kerja
Penyakit kaki gajah atau Bancriftian filariasis adalah infeksi cacing nematoda Wuchereria
bancrofti yang mengalami perubahan siklus hidup (stadium seksual) dan menjadi dewasa di
dalam kalenjar getah bening manusia sebagai pejamu definitif.7
Nyamuk Culex fatigans adalah vektor dari penyakit filariasis Wuchereria bancrofti dan
Brugia malayi. Culex quinquefasciatu adalah nyamuk penggigit di lingkungan perumahan dan
yang terjadi di daerah perkotaan yang berkembang biak dalam air setengah kotor sekitar tempat
tinggal manusia. Namun pada umumnya, laki-laki lebih banyak yang terkena infeksi, karena
lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan infeksi (exposure) dan juga gejala penyakit lebih
nyata pada laki-laki, karena pekerjaan fisik yang lebih berat.8
Diagnosis Banding
1. Limfadenitis Tuberkulosis
Limfadenitis tuberkulosis (TB) merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah
bening yang disebabkan oleh basil tuberculosis.9
Etiologi
1. Wuchereria bancrofti
Penyebab utama kaki gajah di daerah perkotaan adalah cacing Wuchereria bancrofti,
seperti yang telah ditemukan di kota Jakarta, Tangerang, Pekalongan dan Semarang. Cacing ini
menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama dalam kelenjar getah bening dan
darah. Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 – 6 tahun dan
dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang
beredar dalam darah terutama malam hari. Cacing tersebut mempunyai vektor atau perantaranya
5
adalah nyamuk Cullex fatigans. Wuchereria bancrofti, hidup terutama di saluran limfe, dapat
juga pada kelenjar limfe terutama diafragma, antara lain inguunal epitrochlear dan axiler.
Mikrofilaria terdapat di dalam darah perifer. Hospes, manusia merupakan tuan rumah definitif
nematode jaringan dan darah, sedangkan hospes perantaranya adalah nyamuk, lalat, sebangsa
Copepoda.Vektor utama dari mikrofilaria vektor Wuchereria bancrofti ini adalah nyamuk Culex
fatigans yang hidup di dalam rumah, tempat perindukannya pada air kotor sekitar rumah seperti
got, selokan, dan tempat-tempat yang dapat menampung air kotor.10
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit
nyamuk yang mengandung larva stadium III (3). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil
(mikrofilaria) sewaktu mengisap darah penderita yang mengandung mikrofilaria atau binatang
reservoir yang mengandung mikrofilia.11
2. Brugia malayi dan Brugia timori
Mikrofilaria B.malayi mempunyai periodisitas nokturna dan nonperiodik sementara B.
Timori bersifat nokturna. B.malayi yang hidup pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles
barbirostris. Masa pertumbuhan parasit ini dalam tubuh nyamuk sekitar 10 hari dan dalam
tubuh manusia kurang lebih 3 bulan. Fase perkembangan kedua parasit ini sama dengan
perkembangan w.Bancrofti.3
Morfologi dan Siklus Hidup
1. Wuchereria bancrofti
Cacing dewasa (Wuchereria bancrofti), berwarna putih kening-kuningan, lapisan luarnya
diliputi kutikula halus, memilki bentuk silindris seperti benang, kedua ujung tumpul, bagian
anterior membekak, terdapat mulut berupa lubang sederhana tanpa bibir ataupun alat lainnya,
langsung menuju esofagus dengan sebuah rongga bukal tetapi tanpa tonjolan maupun konstrikso
seperti tanda khas yang terdapat pada beberapa nematode.Cacing jantan ukurannya kurang lebih
40 mm x 0,1 mm, ujung kaudal melengking ke ventral, didapat 12 pasang papilla perianal, terdiri
atas 8 pasang posana. Ekor melingkar mempunyai 2 spikula dengan gubernakulum yang
berbentuk bulan sabit.10
Cacing betina, berukuran 80-100 mm x 0,24-0,30 mm, ekor lurus berujung tumpul dan
memiliki vulva yang terletak di daerah servikal, vagina pendek dengan sebuah segmen keluar
6
dari uterus selanjutnya organ genitalia ini berpasangan. Embrio yang masih muda terdapat di
bagian dalam uterus dilapisi lapisan hialin yang tipis, kurang lebih berukuran 38 x 25 mm, jika
terdorong ke bagian uterus, bungkusnya memanjang menyesuaikan dengan bentuk embrio
sampai embrio lahir tetap terbungkus sarung, embrio ini disebut mikrofilaria.11,12
Cacing betina akan memproduksi mikrofilaria yang masuk ke dalam aliran darah perifer
manusia pada malam hari (nocturnal periodicity)dengan konsentrasi tinggi pada jam antara 10.00
malam dan 02.00 pagi. Sedangkan pada siang harinya, mikrofilaria terdapat di kapiler alat dalam
(paru,jantung, ginjal, dan sebagainya). Bentuk lainnya terdapat di uterus dalam aliran darah
perifer manusia dalam konsentrasi tinggi pada siang hari.Penyakit ini, endemis di daerah pasifik
selatan tempat vektor nyamuk mempunyai kebiasaan menggigit pada siang hari dan banyak
berjangkit.8
Gambar no.1 Daur Hidup Wuchereria bancrofti8
7
Sesuai dengan periodisitasnya, mikrofilaria ini sampai di pembuluh darah perifer.Darah diisap
oleh nyamuk yang bertindak sebagai vektor, mikrofilaria turut terhisap, sampai di lambung
nyamuk.Di sini mikrofilaria melepaskan sarung-sarungnya, terjadi 1-6 jam setelah berada dalam
tubuh nyamuk.Kemudian dengan ujung cephalicnya, dinding lambung nyamuk ditembus dan
menuju ke otot thorax.Mula-mula parasit ini memendek, bentuknya menyerupai dosis dan
disebut larva stadium 1. Dalam waktu kurang lebih seminggu, larva ini bertukar kulit, tumbuh
menjadi lebih gemuk dan panjang, disebut larva stadium II. Pada hari kesepuluh dan selanjutnya,
larva bertukar kulit sekali lagi, tumbuh makin panjang dan lebih kurus, disebut larva stadium III.
Gerak larva stadium III sangat aktif. Bentuk ini bermigrasi, mula-mula ke rongga abdomen
kemudian ke kepala dan alat tusuk nyamuk. Melalui luka tusukan nyamuk, larva bergerak aktif
menembus kulit hospes menuju kelenjar limfe perifer manusia.Mikrofilaria kemudian hidup
dalam manusia dan berubah menjadi cacing dewasa.Cacing filaria yang sudah dewasa bertempat
di pembuluh limfe, sehingga akan menyumbat pembuluh limfe dan akan terjadi pembengkakan.
Sedangkan nyamuk tersebut akan menjadi pejamu intermediate. Seandainya nyamuk infeksius
ini menggigit orang lain, maka air liur nyamuk yang banyak mengandung mikrofilaria akan
masuk ke dalam aliran darah orang tadi dan akan berubah menjadi cacing dewasa.8,10
2. Brugia malayi dan Brugia timori
Cacing dewasa jantan dan betina hidup di pembuluh limfe. Bentuknya halus seperti benang dan
berwarna putih susu. Cacing betina berukuran 55mm x 0,16mm (B.malayi), 21-39mm x 0,1mm
(B.timori), dan yang jantan 22-23mm x 0,09 (B.malayi), 13-23 mm x 0,08mm (B.timori)
Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung. Ukuran mikrofilaria B.malayi adalah
200-260 mikron x 8 mikron dan B.timori 280-310 mikron x 7 mikron.
Periodisitas mikrofilaria B.malayi adalah periodik nokturna, subperiodik nokturna atau
nonperiodik, sedangkan mikrofilaria B.timori mempunyai sifat periodik nokturna. B.malayi dan
B.timori yang hidup pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles barbirostris dan yang
hidup pada manusia dan hewan ditularkan oleh nyamuk Mansonia.9
8
Patofisiologi2
Cara penularan filariasis secara garis besar yaitu seseorang dapat tertular atau terinfeksi
penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang
mengandung larva stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil
(mikrofilaria) sewaktu menghisap darah penderita mengandung microfilaria atau binatang
reservoir yang mengandung microfilaria. Siklus Penularan penyakit kaki gajah ini melalui dua
tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk (vektor) dan tahap kedua perkembangan dalam
tubuh manusia (hospes) dan reservoair. Atau dengan kata lain penyakit kaki gajah atau filariasis
ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah seseorang yang telah tertular
sebelumnya.Darah yang terinfeksi yang mengandung larva dan di tularkan ke orang lain. Pada
nyamuk yang terinfeksi, kemudian menggigit atau menghisap darah orang tersebut.
Epidemiologi2
Penyakit filariasis terutama ditemukan di daerah khatulistiwa dan merupakan masalah di
daerah dataran rendah. Kadang-kadang juga ditemukan di daerah bukit yang tidak terlalu tinggi.
Pada umumnya, parasit ini lebih sering dijumpai di daerah pedesaan, namun filariasis yang
terjadi di daerah perkotaan hanya disebabkan oleh wuchereria bancrofti yang telah ditemukan di
kota Jakarta, Tanggerang, Pekalongan, Semarang, bahkan kota-kota lainnya. Filariasis yang
terjadi di perkotaan itu ditularkan oleh nyamuk culex. Kelompok umur dewasa muda merupakan
kelompok penduduk yang paling sering menderita, terutama mereka yang tergolong penduduk
berpenghasilan rendah ataupun tinggal di daerah perkotaan yang kumuh dan kotor. Obat DEC
tidak mempunyai khasiat pencegahan. Oleh sebab itu, penduduk perlu dididik untuk selalu
melindungi dirinya dari gigitan nyamuk. Untuk dapat memahami epidemiologi filariasis, perlu
diperhatikan faktor-faktor seperti hospes, vektor, dan keadaan lingkungan yang sesuai.
Penatalaksanaan
1. Perawatan Umum13
Istirahat di tempat tidur, bila dipindahkan ke daerah dingin akan mengurangi derajat
serangan akut.
Antibiotik dapat diberikan untuk mengatasi infeksi sekunder dan abses .
Pengikatan di daerah pembendungan akan mengurangi edema.
9
2. Medika Mentosa
Pengobatan dilakukan dengan novarsfenamin atau novarsenobenzol, sedangkan
pengobatan spesifik di lakukan di daerah endemis dengan menggunakan obat Diethyl
Carbamazine Citrate (DEC) dikombinasikan dengan Albendazol sekali setahun selama 5-
10 tahun, untuk mencegah reaksi samping seperti demam, diberikan Parasetamol.Selain
itu, bagi penderita filariasis diberikan diethylcarbanazine selama 10 hari berturut-turut.
Gejala-gejala akut segera berkurang dan mikrofilaria segera dihancurkan. Pada pemberian
peroral cepat menghilangkan mikrofilaria dalam daerah perifer dan terkumpul di dalam
pembuluh darah visceral yang kemudian diserang oleh fagosit. Dosis yang dianjurkan (0,5-
2) mg/kg berat badan, diberikan setelah makan, 3 kali per hari dalam waktu 2-3 minggu,
cepat mengjilangkan mikrofilaria dalam darah walaupun efek terhadap cacing dewasa
lambat. Toleransinya terhadap filariasis bancrofti cukup baik.2,6
Tabel 1. Pemberian Dosis Obat Berdasarkan Umur6
Umur DEC Albendazole Paracetamol
(tahun) (100 mg/tablet) (400 mg/tablet) (500 mg/tablet)
2 - 6 1 1 0,25
6 – 14 2 1 0,50
>14 3 1 1
Obat-obat kemoterapi yang dapat diberikan antara lain dengan preparat antimony dan
arsen dapat membunuh mikrofilaria dalam darah, tetapi tidak jelas dapat membunuh cacing
dewasa, kecuali jika dilakukan pengobatan dalam waktu yang lebih lama. lebih spesifik, efeknya
lebih cepat dari pada preparat antimony atau arsen serta toleransinya cukup baik, akan tetapi
karena pemberian intravena, obat ini tidak berkembang luas serta tidak diberikan pada
pengobatan masal di daerah hiperendemik.6
10
Komplikasi
Penyakit yang telah terjadi bertahun-tahun yang hanya pada satu organ biasanya akan
menyebar ke bagian dan organ-organ lain yang menimbulkan gejala-gejala atau keluhan-
keluhan lain pada pasien tersebut. Biasanya ini dikatakan komplikasi.
a. cacat menetap pada bagian tubuh yang terkena
b. Elephantiasis tungkai
c. Limfedema : Infeksi Wuchereria mengenai kaki dan lengan, skrotum, penis,vulva vagina
dan payudara
d. Hidrokel (40-50% kasus), adenolimfangitis pada saluran limfe testis berulang: pecahnya
tunika vaginalisHidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan
parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam
rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh
sistem limfatik di sekitarnya.
e. Kiluria : Kencing seperti susu karena bocornya atau pecahnya saluran limfe oleh cacing
dewasa yang menyebabkan masuknya cairan limfe ke dalam saluran kemih.
Prognosis
Stadium microfilaria, limfangitis dan limfedema dapat disembuhkan dengan pengobatan
DEC , tetapi kasus lanjut seperti elefantiatis prognosisnya bisa jadi lebih buruk..6 Pada kasus
dini dan sedang, prognosis baik terutama bila pasien pindah dari daerah endemic . 5
Pengawasan daerah endemik tersebut dapat dilakukan dengan pemberian obat, serta
pemberantasan vektornya . Pada kasus-kasus lanjut terutama dengan edema tungkai,
prognosis lebih buruk. Dietilkarbamazin merupakan obat pilihan utama untuk filariasis. Obat
ini dipasarkan sebagai garam sitrat, berbentuk Kristal, tidak berwarna dan rasanya tidak
enaka dan mudah larut di dalam air.5
Pencegahan
Pencegahan ditujukkan kepada pengobatan penderita sebagai sumber infeksi serta
kepada vektor yang memindahkan penyakit. Pemberian DEC bersama-sama dengan penggunaan
11
insektisida, yaitu penyemprotan di dalam dan di sekitar rumah dengan DDT, dieldrine atau
organophospat baytex, dan penggunaan larvisidal dengan penyemprotan pada tempat perindukan
nyamuk.10Selain itu dapat pula dilakukan denganberusaha menghindarkan diri dari gigitan
nyamuk vektor (culex), misalnya dengan menggunakan kelambu saat tidur, menutup ventilasi
rumah dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk, memberantas nyamuk dengan cara
membersihkan lingkungan yang mempunyai kemungkinan perindukan nyamuk terutama got-got
dan selokan sekitar rumah yang dapat diisi oleh air kotor dan membersihkan semak-semak di
sekitar rumah.4
Kesimpulan
Filariasis adalah penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan oleh cacing
Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Di daerah perkotaan disebabkan oleh cacing
Wuchereria bancrofti dan nyamuk yang membawa cacing Filaria ini adalah Culex
fatigans.Gigitan dari nyamuk yang sudah terinfeksi ini tidak akan langsung terlihat dampaknya
tetapi efeknya akan terlihat setelah bertahun-tahun.
Keadaan lingkungan tempat tinggal yang kotor, selalu berair, lembab, dan tidak terawat
dapat menjadi sarang nyamuk. Kondisi yang seperti ini akan mendukung berkembangnya banyak
bibit penyakit termasuk vektor kaki gajah yakni nyamuk Culex fatigans. Oleh karena itu menjaga
kebersihan dan kesehatan lingkungan sangatlah penting untuk mencegah dan menghindari
penyebaran penyakit, bukan saja kaki gajah tetapi juga untuk menghindari berbagai penyakit
lainnya.
12
Daftar pustaka
1. Muslim HM. Parasitologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC; 2009.h. 93-8.2. Karmana O, Nurdyansah A. Biologi kelas X1 sekolah menengah atas. Edisi 1. Bandung:
Grafindo Media Pratama; 2008.h.142.3. Natadisastra D. Parasitologi kedokteran: ditinjau dari organ tubuh yang diserang. Jakarta:
EGC; 2005.h.62.4. Staf pengajar Departemen Parasitologi FKUI Jakarta . Parasitologi kedokteran. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI 2008 :ed.4: h.34-8.5. Sudoyo Aru W, Setiyohadi Bambang, Alwi idrus, Simadibrata Marcellus K, Setiati
Siti.Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : Interna Publishing 2009 : 1 ; h. 2931-2937.6. Siswanto H. Kamus populer kesehatan lingkungan. Jakarta: EGC; 2003.h.41.7. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: EGC; 2009.h.32.8. Chandra B. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: EGC; 2007.h.28.9. Filariasis Tuberkulosis. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31369/4/Chapter%20II.pdf. Pada tanggal 12 Agustus 2015.
10. Natadisastra D, Agoes R. Parasitologi kedokteran ditinjau dari organ tubuh yang diserang. Jakarta: EGC; 2009.h.150-6.
11. Pickett G, Hanlon JJ, Gufron A. Kesehatan masyarakat administrasi dan praktik. Jakarta: EGC; 2008.h.142.
12. Purnomo, Gunawan J, Magdalena LJ, Ayda R, Harijani AM. Atlas helmintologi kedokteran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2005.h.34.
13. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani Wahyu I, Setiowulan W . Kapita Selekta Kedokteran .Jakarta :Media Aesculaptus FKUI; ed.3 ;1 :h.
13