Skenario 3 Filariasis

21
Bengkak pada Kaki Kiri yang Disertai Edema Non- Pitting Paskalia Endosetriani Romas 102011326 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510 Telephone: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-1731 e-mail: [email protected] Pendahuluan Filariasis atau biasa disebut penyakit kaki gajah merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filarial yang ditularkan oleh berbagai jenis (spesies) nyamuk. Penyakit ini umumnya sering terjadi pada daerah yang beriklim tropis dibandingkan daerah yang beriklim sedang ataupun dingin. Pada umumnya penyakit filaria ini bersifat menahun atau kronis Jika tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Namun penyakit ini tidak membunuh penderita, akan tetapi penderitaan orang yang terkena penyakit ini akan mengakibatkanpenderita tidak dapat bekerja secara optimal karena 1

description

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCIQFjABahUKEwi3v_HJlODHAhUUvo4KHbtoAxo&url=https%3A%2F%2Fid.scribd.com%2Fdoc%2F118212015%2FGangguan-Mental-Dan-Perilaku-Akibat-Penggunaan-Zat-Psikoaktif&usg=AFQjCNFR0KZdJwRlao1rkELgpfrw_pHkxA&bvm=bv.102022582,d.c2E

Transcript of Skenario 3 Filariasis

Bengkak pada Kaki Kiri yang Disertai Edema Non-Pitting

Paskalia Endosetriani Romas102011326

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510

Telephone: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-1731

e-mail: [email protected]

Pendahuluan

Filariasis atau biasa disebut penyakit kaki gajah merupakan penyakit menular menahun

yang disebabkan oleh infeksi cacing filarial yang ditularkan oleh berbagai jenis (spesies)

nyamuk. Penyakit ini umumnya sering terjadi pada daerah yang beriklim tropis dibandingkan

daerah yang beriklim sedang ataupun dingin. Pada umumnya penyakit filaria ini bersifat

menahun atau kronis Jika tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap

berupa pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Namun

penyakit ini tidak membunuh penderita, akan tetapi penderitaan orang yang terkena penyakit ini

akan mengakibatkanpenderita tidak dapat bekerja secara optimal karena dapat menurunkan

produktivitas secara individual, keluarga, maupun masyarakat.1,2.

Di Indonesia, penyakit ini tersebar luas hampir di seluruh provinsi. Berdasarkan laporan

dari hasil survei pada tahun 2000 yang lalu, tercatat sebanyak 1553 desa di 647 puskesmas,

tersebar di 231 kabupaten merupakan lokasi yang endemis, dengan jumlah kasus kronis 6.233

orang. Hasil survei laboratorium, melalui pemeriksaan darah jari, rata-rata Mikrofilaria rate (Mf

rate) 3,1% berarti sekitar 6 juta orang mempunyai risiko tinggi untuk tertular karena nyamuk

penular cacing filaria tersebar luas. Cacing filaria yang ditemukan dan penting bagi masyarakat

Indonesia ada 3 spesies, yaitu spesies Wuchereria bancrofi, brugia malayi, dan Brugia timori

yang disebarkan oleh nyamuk Anopheles, Culex, dan Mansonia. Namun yang sering terjadi di

perkotaan adalah spesies Wuchereria bancrofti yang dibawa oleh nyamuk Culex fatigans.

1

Penyakit ini baru menimbulkan gejala setelah beberapa tahun, oleh sebab itu pada anak-anak

jarang mengalami filariasis klinis yang bermakna.1,3

Skenario 3

Seorang laki-laki berusia 45 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan bengkak pada

tungkai kiri sejak 1 bulan yang lalu. Bengkak awalnya muncul dari telapak kaki kemudian

membesar sampai ke tungkai bawah yang disertai dengan rasa nyeri sampai menyebabkan pasien

sulit berjalan. Selain itu, keluhan juga disertai demam naik turun setiap 3 hari namun tidak

terlalu tinggi dan BAK berwarna keputihan seperti susu. Pasien tinggal di daerah padat dan

kumuh sehingga sering terkena gigitan nyamuk pada malam hari.

Hasil pemeriksaan fisik:

Keadaan umum= tampak sakit sedang, kesadaran = Compos Mentis , Tekanan darah: 120/80

mmHg, respiratory rate: 20x/menit, Nadi: 80x/menit, suhu : 37,20C . Ekstremitas: edema non

pitting di tungkai kiri , nyeri tekan (+). Pemeriksaan penunjang belum dilakukan.

Pembahasan

Anamnesis

Hal yang biasa dilakukan saat pasien datang pertama kali kita harus menganamnesis

pasien bila pasien dalam kesadaran dan keadaan yang baik dan normal. Bila pasien tidak

sadarkan diri, maka kita harus melakukan anamnesis kepada keluarga atau orang yang

mengetahui riwayat penyakit pasien tersebut. Biasanya anamnesis itu dilakukannya terutama

untuk mendapatkan keluhan utama dan riwayat penyakit pasien sekarang dan juga pendukung-

pendukung penyebab sakitnya tersebut. Keluhan utama adalah keluhan yang mendorong pasien

datang ke rumah sakit atau puskesmas atau praktek dokter. Kalau RPS adalah riwayat perjalanan

penyakit secara kronologis yang merupakan keluhan pasien dari awal dirasakan kemudian

keluhan berkembang, meluas dan makin berat sehingga sampai pada keluhan utama. Terdapat

beberapa pertanyaan yang bisa ditanyakan pada pasien berdasarkan skenario yang ada untuk

mengetahui riwayat penyakit dan keluhan utama yang terjadi pada pasien tersebut. Tapi kita juga

harus tahu terlebih dahulu onset pasien tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan

yaitu :

2

Apakah bapak tersebut pernah digigit nyamuk atau tidak?

Saat buang air kecil ada nyeri atau tidak?

Ada demam atau tidak?

Saat kencing, kencingnya warna apa?

Apakah kencingnya terdapat nanah?

Pemeriksaan

Setelah melakukan anamnesa tentang pasien tersebut, maka kita sudah dapat beberapa

diagnosis tapi untuk lebih menspesifikan diagnosisnya dibutuhkan beberapa pemeriksaan-

pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu ada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan penunjang dilakukan bila hasil pada pemeriksaan fisik itu normal atau tidak terjadi

keanehan pada pemeriksaan pasien tersebut.

1. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan biasanya adalah pemeriksaan tanda-tanda vital

pada pasien, bila ada berhubungan dengan paru-paru, ginjal, hati, lambung, atau

limpa ada beberapa pemeriksaan fisik yang khusus terhadap organ-organ itu.

Pemeriksaan Tanda-tanda vital yang dilakukan adalah :

Pemeriksaan Suhu : Pada skenario ini didapatkan suhu adalah 37,2oC yang

terhitung normal. Karena suhu normal adalah 36-38oc.

Pemeriksaan Nadi/HR: untuk pemeriksaan nadi yang umumnya adalah sekitar

60-100 kali/menit berarti pasien tersebut normal karena dia hasilnya adalah

90x/menit.

Pemeriksaan RR( Respiration Rate) : Respiration rate normal itu sekitar 12-20

kali/ menit. Di atas 20 atau dibawah 12 dikatakan abnormal. Karena bapak

tersebut RR nya 20, maka dia dibilang normal.

Pemeriksaan tekanan darah : Tekanan darahnya normal yaitu 120/80.

2. Pemeriksaan Penunjang

Biasanya ditambahkan pemeriksaan penunjang untuk memperkuat diagnosis kerja

dan menyingkirkan diagnosis banding yang ada.

3

Untuk masalah pada kasus tersebut yang bisa dilakukan untuk pemeriksaan

penunjang adalah dengan:

Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) pada skrotum dan kelenjar getah bening (KGB)

inguinal pasien tersebut. KGB inguinal itu akan memberikan gambaran cacing yang

bergerak-gerak. Ini berguna terutama untuk evaluasi hasil pengobatan. Pemeriksaan

ini hanya dapat digunakan untuk infeksi filaria oleh Wuchereria bancrofti.4

Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran atau albumin yang

ditandai dengan zat radioaktif menunjukkan adanya abnormalitas sistem limfatik

sekalipun ada penderita yang asimptomatik mikrofilaremia.4

Deteksi parasit yaitu menemukan microfilaria di dalam darah, cairan hidrokel atau

cairan kiluria pada pemeriksaan sediaan darah tebal dan teknik konsentrasi Knott,

membrane filtrasi. Pengambilan darah harus dilakukan pada malam hari (setelah

pukul 20.00) karena periodisitas microfilaria adalah nokturna. Pada pemeriksaan

histopatologi, kadang-kadang potongan cacing dewasa dapat dijumpai di saluran dan

kelenjar limfe darijaringan yang dicurigai tumor.4

Teknik biologi molekuler dapat digunakan untuk mendeteksi parasit melalui DNA

parasit dengan menggunakan reaksi rantai polymerase (Polymerase Chain Reaction/

PCR ) Teknik ini mampu memperbanyak DNA sehingga dapat digunakan untuk

mendeteksi parasit pada cryptic infection.4

Pemeriksaan terhadap antigen W.bancrofti yang bersirkulasi dapat membantu

penegakan diagnosis . Dua test yang dilakukan adalah ICT dan ELISA . Sensitivitas

keduanya berkisar antara 96-100% dan spesifik mendekati 100% . Tekniknya

dengan menggunakan antibody monoclonal. Terdapat dua jenis antibody yang

digunakan yaitu : AD12 dan Og4C3. Untuk pemeriksaan antigen brugia pada saat ini

belum tersedia.5

Gejala Klinis

Filariasis Akut biasanya ditandai dengan demam berulang-ulang selama 3 - 5 hari,

Demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat, pembengkakan kelenjar

getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiap (lymphadenitis) yang tampak

kemerahan, panas dan sakit, radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit

4

yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis),

filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan

mengeluarkan nanah serta darah, pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang

terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema).2 Sedangkan gejala kronis dari

penyakit ini berupa elephantiasis, yaitu pembesaran menetap pada tungkai, lengan, buah dada,

buah zakar atau elephantiasis skrotum.6

Diagnosis Kerja

Penyakit kaki gajah atau Bancriftian filariasis adalah infeksi cacing nematoda Wuchereria

bancrofti yang mengalami perubahan siklus hidup (stadium seksual) dan menjadi dewasa di

dalam kalenjar getah bening manusia sebagai pejamu definitif.7

Nyamuk Culex fatigans adalah vektor dari penyakit filariasis Wuchereria bancrofti dan

Brugia malayi. Culex quinquefasciatu adalah nyamuk penggigit di lingkungan perumahan dan

yang terjadi di daerah perkotaan yang berkembang biak dalam air setengah kotor sekitar tempat

tinggal manusia. Namun pada umumnya, laki-laki lebih banyak yang terkena infeksi, karena

lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan infeksi (exposure) dan juga gejala penyakit lebih

nyata pada laki-laki, karena pekerjaan fisik yang lebih berat.8

Diagnosis Banding

1. Limfadenitis Tuberkulosis

Limfadenitis tuberkulosis (TB) merupakan peradangan pada kelenjar limfe atau getah

bening yang disebabkan oleh basil tuberculosis.9

Etiologi

1. Wuchereria bancrofti

Penyebab utama kaki gajah di daerah perkotaan adalah cacing Wuchereria bancrofti,

seperti yang telah ditemukan di kota Jakarta, Tangerang, Pekalongan dan Semarang. Cacing ini

menyerupai benang dan hidup dalam tubuh manusia terutama dalam kelenjar getah bening dan

darah. Cacing ini dapat hidup dalam kelenjar getah bening manusia selama 4 – 6 tahun dan

dalam tubuh manusia cacing dewasa betina menghasilkan jutaan anak cacing (microfilaria) yang

beredar dalam darah terutama malam hari. Cacing tersebut mempunyai vektor atau perantaranya

5

adalah nyamuk Cullex fatigans. Wuchereria bancrofti, hidup terutama di saluran limfe, dapat

juga pada kelenjar limfe terutama diafragma, antara lain inguunal epitrochlear dan axiler.

Mikrofilaria terdapat di dalam darah perifer. Hospes, manusia merupakan tuan rumah definitif

nematode jaringan dan darah, sedangkan hospes perantaranya adalah nyamuk, lalat, sebangsa

Copepoda.Vektor utama dari mikrofilaria vektor Wuchereria bancrofti ini adalah nyamuk Culex

fatigans yang hidup di dalam rumah, tempat perindukannya pada air kotor sekitar rumah seperti

got, selokan, dan tempat-tempat yang dapat menampung air kotor.10

Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit

nyamuk yang mengandung larva stadium III (3). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil

(mikrofilaria) sewaktu mengisap darah penderita yang mengandung mikrofilaria atau binatang

reservoir yang mengandung mikrofilia.11

2. Brugia malayi dan Brugia timori

Mikrofilaria B.malayi mempunyai periodisitas nokturna dan nonperiodik sementara B.

Timori bersifat nokturna. B.malayi yang hidup pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles

barbirostris. Masa pertumbuhan parasit ini dalam tubuh nyamuk sekitar 10 hari dan dalam

tubuh manusia kurang lebih 3 bulan. Fase perkembangan kedua parasit ini sama dengan

perkembangan w.Bancrofti.3

Morfologi dan Siklus Hidup

1. Wuchereria bancrofti

Cacing dewasa (Wuchereria bancrofti), berwarna putih kening-kuningan, lapisan luarnya

diliputi kutikula halus, memilki bentuk silindris seperti benang, kedua ujung tumpul, bagian

anterior membekak, terdapat mulut berupa lubang sederhana tanpa bibir ataupun alat lainnya,

langsung menuju esofagus dengan sebuah rongga bukal tetapi tanpa tonjolan maupun konstrikso

seperti tanda khas yang terdapat pada beberapa nematode.Cacing jantan ukurannya kurang lebih

40 mm x 0,1 mm, ujung kaudal melengking ke ventral, didapat 12 pasang papilla perianal, terdiri

atas 8 pasang posana. Ekor melingkar mempunyai 2 spikula dengan gubernakulum yang

berbentuk bulan sabit.10

Cacing betina, berukuran 80-100 mm x 0,24-0,30 mm, ekor lurus berujung tumpul dan

memiliki vulva yang terletak di daerah servikal, vagina pendek dengan sebuah segmen keluar

6

dari uterus selanjutnya organ genitalia ini berpasangan. Embrio yang masih muda terdapat di

bagian dalam uterus dilapisi lapisan hialin yang tipis, kurang lebih berukuran 38 x 25 mm, jika

terdorong ke bagian uterus, bungkusnya memanjang menyesuaikan dengan bentuk embrio

sampai embrio lahir tetap terbungkus sarung, embrio ini disebut mikrofilaria.11,12

Cacing betina akan memproduksi mikrofilaria yang masuk ke dalam aliran darah perifer

manusia pada malam hari (nocturnal periodicity)dengan konsentrasi tinggi pada jam antara 10.00

malam dan 02.00 pagi. Sedangkan pada siang harinya, mikrofilaria terdapat di kapiler alat dalam

(paru,jantung, ginjal, dan sebagainya). Bentuk lainnya terdapat di uterus dalam aliran darah

perifer manusia dalam konsentrasi tinggi pada siang hari.Penyakit ini, endemis di daerah pasifik

selatan tempat vektor nyamuk mempunyai kebiasaan menggigit pada siang hari dan banyak

berjangkit.8

Gambar no.1 Daur Hidup Wuchereria bancrofti8

7

Sesuai dengan periodisitasnya, mikrofilaria ini sampai di pembuluh darah perifer.Darah diisap

oleh nyamuk yang bertindak sebagai vektor, mikrofilaria turut terhisap, sampai di lambung

nyamuk.Di sini mikrofilaria melepaskan sarung-sarungnya, terjadi 1-6 jam setelah berada dalam

tubuh nyamuk.Kemudian dengan ujung cephalicnya, dinding lambung nyamuk ditembus dan

menuju ke otot thorax.Mula-mula parasit ini memendek, bentuknya menyerupai dosis dan

disebut larva stadium 1. Dalam waktu kurang lebih seminggu, larva ini bertukar kulit, tumbuh

menjadi lebih gemuk dan panjang, disebut larva stadium II. Pada hari kesepuluh dan selanjutnya,

larva bertukar kulit sekali lagi, tumbuh makin panjang dan lebih kurus, disebut larva stadium III.

Gerak larva stadium III sangat aktif. Bentuk ini bermigrasi, mula-mula ke rongga abdomen

kemudian ke kepala dan alat tusuk nyamuk. Melalui luka tusukan nyamuk, larva bergerak aktif

menembus kulit hospes menuju kelenjar limfe perifer manusia.Mikrofilaria kemudian hidup

dalam manusia dan berubah menjadi cacing dewasa.Cacing filaria yang sudah dewasa bertempat

di pembuluh limfe, sehingga akan menyumbat pembuluh limfe dan akan terjadi pembengkakan.

Sedangkan nyamuk tersebut akan menjadi pejamu intermediate. Seandainya nyamuk infeksius

ini menggigit orang lain, maka air liur nyamuk yang banyak mengandung mikrofilaria akan

masuk ke dalam aliran darah orang tadi dan akan berubah menjadi cacing dewasa.8,10

2. Brugia malayi dan Brugia timori

Cacing dewasa jantan dan betina hidup di pembuluh limfe. Bentuknya halus seperti benang dan

berwarna putih susu. Cacing betina berukuran 55mm x 0,16mm (B.malayi), 21-39mm x 0,1mm

(B.timori), dan yang jantan 22-23mm x 0,09 (B.malayi), 13-23 mm x 0,08mm (B.timori)

Cacing betina mengeluarkan mikrofilaria yang bersarung. Ukuran mikrofilaria B.malayi adalah

200-260 mikron x 8 mikron dan B.timori 280-310 mikron x 7 mikron.

Periodisitas mikrofilaria B.malayi adalah periodik nokturna, subperiodik nokturna atau

nonperiodik, sedangkan mikrofilaria B.timori mempunyai sifat periodik nokturna. B.malayi dan

B.timori yang hidup pada manusia ditularkan oleh nyamuk Anopheles barbirostris dan yang

hidup pada manusia dan hewan ditularkan oleh nyamuk Mansonia.9

8

Patofisiologi2

Cara penularan filariasis secara garis besar yaitu seseorang dapat tertular atau terinfeksi

penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang

mengandung larva stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil

(mikrofilaria) sewaktu menghisap darah penderita mengandung microfilaria atau binatang

reservoir yang mengandung microfilaria. Siklus Penularan penyakit kaki gajah ini melalui dua

tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk (vektor) dan tahap kedua perkembangan dalam

tubuh manusia (hospes) dan reservoair. Atau dengan kata lain penyakit kaki gajah atau filariasis

ini ditularkan melalui nyamuk yang menghisap darah seseorang yang telah tertular

sebelumnya.Darah yang terinfeksi yang mengandung larva dan di tularkan ke orang lain. Pada

nyamuk yang terinfeksi, kemudian menggigit atau menghisap darah orang tersebut.

Epidemiologi2

Penyakit filariasis terutama ditemukan di daerah khatulistiwa dan merupakan masalah di

daerah dataran rendah. Kadang-kadang juga ditemukan di daerah bukit yang tidak terlalu tinggi.

Pada umumnya, parasit ini lebih sering dijumpai di daerah pedesaan, namun filariasis yang

terjadi di daerah perkotaan hanya disebabkan oleh wuchereria bancrofti yang telah ditemukan di

kota Jakarta, Tanggerang, Pekalongan, Semarang, bahkan kota-kota lainnya. Filariasis yang

terjadi di perkotaan itu ditularkan oleh nyamuk culex. Kelompok umur dewasa muda merupakan

kelompok penduduk yang paling sering menderita, terutama mereka yang tergolong penduduk

berpenghasilan rendah ataupun tinggal di daerah perkotaan yang kumuh dan kotor. Obat DEC

tidak mempunyai khasiat pencegahan. Oleh sebab itu, penduduk perlu dididik untuk selalu

melindungi dirinya dari gigitan nyamuk. Untuk dapat memahami epidemiologi filariasis, perlu

diperhatikan faktor-faktor seperti hospes, vektor, dan keadaan lingkungan yang sesuai.

Penatalaksanaan

1. Perawatan Umum13

Istirahat di tempat tidur, bila dipindahkan ke daerah dingin akan mengurangi derajat

serangan akut.

Antibiotik dapat diberikan untuk mengatasi infeksi sekunder dan abses .

Pengikatan di daerah pembendungan akan mengurangi edema.

9

2. Medika Mentosa

Pengobatan dilakukan dengan novarsfenamin atau novarsenobenzol, sedangkan

pengobatan spesifik di lakukan di daerah endemis dengan menggunakan obat Diethyl

Carbamazine Citrate (DEC) dikombinasikan dengan Albendazol sekali setahun selama 5-

10 tahun, untuk mencegah reaksi samping seperti demam, diberikan Parasetamol.Selain

itu, bagi penderita filariasis diberikan diethylcarbanazine selama 10 hari berturut-turut.

Gejala-gejala akut segera berkurang dan mikrofilaria segera dihancurkan. Pada pemberian

peroral cepat menghilangkan mikrofilaria dalam daerah perifer dan terkumpul di dalam

pembuluh darah visceral yang kemudian diserang oleh fagosit. Dosis yang dianjurkan (0,5-

2) mg/kg berat badan, diberikan setelah makan, 3 kali per hari dalam waktu 2-3 minggu,

cepat mengjilangkan mikrofilaria dalam darah walaupun efek terhadap cacing dewasa

lambat. Toleransinya terhadap filariasis bancrofti cukup baik.2,6

Tabel 1. Pemberian Dosis Obat Berdasarkan Umur6

Umur DEC Albendazole Paracetamol

(tahun) (100 mg/tablet) (400 mg/tablet) (500 mg/tablet)

2 - 6 1 1 0,25

6 – 14 2 1 0,50

>14 3 1 1

Obat-obat kemoterapi yang dapat diberikan antara lain dengan preparat antimony dan

arsen dapat membunuh mikrofilaria dalam darah, tetapi tidak jelas dapat membunuh cacing

dewasa, kecuali jika dilakukan pengobatan dalam waktu yang lebih lama. lebih spesifik, efeknya

lebih cepat dari pada preparat antimony atau arsen serta toleransinya cukup baik, akan tetapi

karena pemberian intravena, obat ini tidak berkembang luas serta tidak diberikan pada

pengobatan masal di daerah hiperendemik.6

10

Komplikasi

Penyakit yang telah terjadi bertahun-tahun yang hanya pada satu organ biasanya akan

menyebar ke bagian dan organ-organ lain yang menimbulkan gejala-gejala atau keluhan-

keluhan lain pada pasien tersebut. Biasanya ini dikatakan komplikasi.

a. cacat menetap pada bagian tubuh yang terkena

b. Elephantiasis tungkai

c. Limfedema : Infeksi Wuchereria mengenai kaki dan lengan, skrotum, penis,vulva vagina

dan payudara

d. Hidrokel (40-50% kasus), adenolimfangitis pada saluran limfe testis berulang: pecahnya

tunika vaginalisHidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan

parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam

rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh

sistem limfatik di sekitarnya.

e. Kiluria : Kencing seperti susu  karena bocornya atau pecahnya saluran limfe oleh cacing

dewasa yang menyebabkan masuknya cairan limfe ke dalam saluran kemih.

Prognosis

Stadium microfilaria, limfangitis dan limfedema dapat disembuhkan dengan pengobatan

DEC , tetapi kasus lanjut seperti elefantiatis prognosisnya bisa jadi lebih buruk..6 Pada kasus

dini dan sedang, prognosis baik terutama bila pasien pindah dari daerah endemic . 5

Pengawasan daerah endemik tersebut dapat dilakukan dengan pemberian obat, serta

pemberantasan vektornya . Pada kasus-kasus lanjut terutama dengan edema tungkai,

prognosis lebih buruk. Dietilkarbamazin merupakan obat pilihan utama untuk filariasis. Obat

ini dipasarkan sebagai garam sitrat, berbentuk Kristal, tidak berwarna dan rasanya tidak

enaka dan mudah larut di dalam air.5

Pencegahan

Pencegahan ditujukkan kepada pengobatan penderita sebagai sumber infeksi serta

kepada vektor yang memindahkan penyakit. Pemberian DEC bersama-sama dengan penggunaan

11

insektisida, yaitu penyemprotan di dalam dan di sekitar rumah dengan DDT, dieldrine atau

organophospat baytex, dan penggunaan larvisidal dengan penyemprotan pada tempat perindukan

nyamuk.10Selain itu dapat pula dilakukan denganberusaha menghindarkan diri dari gigitan

nyamuk vektor (culex), misalnya dengan menggunakan kelambu saat tidur, menutup ventilasi

rumah dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk, memberantas nyamuk dengan cara

membersihkan lingkungan yang mempunyai kemungkinan perindukan nyamuk terutama got-got

dan selokan sekitar rumah yang dapat diisi oleh air kotor dan membersihkan semak-semak di

sekitar rumah.4

Kesimpulan

Filariasis adalah penyakit menular (penyakit kaki gajah) yang disebabkan oleh cacing

Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Di daerah perkotaan disebabkan oleh cacing

Wuchereria bancrofti dan nyamuk yang membawa cacing Filaria ini adalah Culex

fatigans.Gigitan dari nyamuk yang sudah terinfeksi ini tidak akan langsung terlihat dampaknya

tetapi efeknya akan terlihat setelah bertahun-tahun.

Keadaan lingkungan tempat tinggal yang kotor, selalu berair, lembab, dan tidak terawat

dapat menjadi sarang nyamuk. Kondisi yang seperti ini akan mendukung berkembangnya banyak

bibit penyakit termasuk vektor kaki gajah yakni nyamuk Culex fatigans. Oleh karena itu menjaga

kebersihan dan kesehatan lingkungan sangatlah penting untuk mencegah dan menghindari

penyebaran penyakit, bukan saja kaki gajah tetapi juga untuk menghindari berbagai penyakit

lainnya.

12

Daftar pustaka

1. Muslim HM. Parasitologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC; 2009.h. 93-8.2. Karmana O, Nurdyansah A. Biologi kelas X1 sekolah menengah atas. Edisi 1. Bandung:

Grafindo Media Pratama; 2008.h.142.3. Natadisastra D. Parasitologi kedokteran: ditinjau dari organ tubuh yang diserang. Jakarta:

EGC; 2005.h.62.4. Staf pengajar Departemen Parasitologi FKUI Jakarta . Parasitologi kedokteran. Jakarta:

Balai Penerbit FKUI 2008 :ed.4: h.34-8.5. Sudoyo Aru W, Setiyohadi Bambang, Alwi idrus, Simadibrata Marcellus K, Setiati

Siti.Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta : Interna Publishing 2009 : 1 ; h. 2931-2937.6. Siswanto H. Kamus populer kesehatan lingkungan. Jakarta: EGC; 2003.h.41.7. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan dan komunitas. Jakarta: EGC; 2009.h.32.8. Chandra B. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: EGC; 2007.h.28.9. Filariasis Tuberkulosis. Diunduh dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31369/4/Chapter%20II.pdf. Pada tanggal 12 Agustus 2015.

10. Natadisastra D, Agoes R. Parasitologi kedokteran ditinjau dari organ tubuh yang diserang. Jakarta: EGC; 2009.h.150-6.

11. Pickett G, Hanlon JJ, Gufron A. Kesehatan masyarakat administrasi dan praktik. Jakarta: EGC; 2008.h.142.

12. Purnomo, Gunawan J, Magdalena LJ, Ayda R, Harijani AM. Atlas helmintologi kedokteran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2005.h.34.

13. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani Wahyu I, Setiowulan W . Kapita Selekta Kedokteran .Jakarta :Media Aesculaptus FKUI; ed.3 ;1 :h.

13

14