Ske 3 Psikiatri

8
A. Gangguan Somatoform (F 45) Kelompok gangguan yang memiliki keluhan berupa gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) yang menonjol, tidak dapat ditemukan penjelasan medis (Kaplan dan Sadock, 2010). Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi: F.45.0 gangguan somatisasi F.45.1 gangguan somatoform tak terperinci F.45.2 gangguan hipokondriasis F.45.3 disfungsi otonomik somatoform F.45.4 gangguan nyeri somatoform menetap F.45.5 gangguan somatoform lainnya F.45.6 gangguan somatoform YTT DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari PPDGJ ditambah dengan gangguan konversi dan gangguan dismorfik tubuh (Kaplan dan Sadock, 2010). F. 45.0 Gangguan somatisasi Kriteria diagnostik menurut DSM-IV untuk Gangguan Somatisasi 1. Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode beberapa tahun 2. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, 4 gejala (G) nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi)

description

oo

Transcript of Ske 3 Psikiatri

Page 1: Ske 3 Psikiatri

A. Gangguan Somatoform (F 45)

Kelompok gangguan yang memiliki keluhan berupa gejala fisik (sebagai

contohnya, nyeri, mual, dan pusing) yang menonjol, tidak dapat ditemukan

penjelasan medis (Kaplan dan Sadock, 2010).

Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi:

F.45.0 gangguan somatisasi

F.45.1 gangguan somatoform tak terperinci

F.45.2 gangguan hipokondriasis

F.45.3 disfungsi otonomik somatoform

F.45.4 gangguan nyeri somatoform menetap

F.45.5 gangguan somatoform lainnya

F.45.6 gangguan somatoform YTT

DSM-IV, ada tujuh kelompok, lima sama dengan klasifikasi awal dari PPDGJ

ditambah dengan gangguan konversi dan gangguan dismorfik tubuh (Kaplan dan

Sadock, 2010).

F. 45.0 Gangguan somatisasi

Kriteria diagnostik menurut DSM-IV untuk Gangguan Somatisasi

1. Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode beberapa

tahun

2. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan,

4 gejala (G) nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan

(misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum,

selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau selama miksi)

2 G gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya mual,

kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau intoleransi

terhadap beberapa jenis makanan)

1 G seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya indiferensi

seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur,

perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan).

1 G pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau deficit yang

mengarahkan pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri

(gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis, sulit menelan, retensi

urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan,

Page 2: Ske 3 Psikiatri

ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran

selain pingsan).

3. Salah satu (1)atau (2):

Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat

dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau

efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau

alkohol)

Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau

pekerjaan yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dari

riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.

4. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan

buatan atau purapura).

(Kaplan dan Sadock, 2010)

F.45.2 Gangguan hipokondriasis

Hipokondriasis adalah keterpakuan (preokupasi) pada ketakutan menderita, atau

keyakinan bahwa seseorang memiliki penyakit medis yang serius, meski tidak ada

dasar medis untuk keluhan yang dapat ditemukan.

Kriteria Diagnostik menurut DSM-IVuntuk Hipokondriasis:

Perokupasi (keterpakuan) dengan ketakutan menderita, ide bahwa ia menderita

suatu penyakit serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap

gejala-gejala tubuh.

Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat

Tidak disertai dengan waham dan tidak terbatas pada kekhawatiran tentang

penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).

Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain. Lama

gangguan sekurangnya 6 bulan.

Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum,

gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas

perpisahan, atau gangguan somatoform lain.

(Kaplan dan Sadock, 2010).

F.45.3 Gangguan disfungsi otonomik somatoform

Kriteria diagnostik berdasarkan PPDGJ-III yang diperlukan :

Page 3: Ske 3 Psikiatri

Ada gejala bangkitan otonomik contohnya palpitasi, berkeringat, tremor, muka

panas, yang sifatnya menetap dan mengganggu.

Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau organ tertentu (tidak khas).

Preokupasi dengan penderitaan mengenai kemungkinan adanya gangguan yang

serius yang menimpanya, yang tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaan

maupun penjelasan dari dokter.

Tidak terbukti adanya gangguan tang cukup berarti pada struktur/fungsi dari

sistem/organ yang dimaksud.

Gangguan konversi

Adalah suatu tipe gangguan somatoform yang ditandai oleh kehilangan atau

kendala dalam fungsi fisik, namun tidak ada penyebab organis yang jelas. Gangguan

ini dinamakan konversi karena adanya keyakinan psikodinamika bahwa gangguan

tersebut mencerminkan penyaluran, atau konversi, dari energi seksual atau agresif

yang direpresikan ke simtom fisik.

Kriteria diagnostik menurut DSM-IV untuk Gangguan Konversi:

Satu atau lebih gejala/defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau

sensorik yang mengarah pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain,

disertai dengan kejang/konvulsi.

Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala/defisit karena

awal atau eksaserbasi dari gangguan ini biasanya didahului oleh konflik atau

stresor lain.

Tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat

Gejala atau defisis (setelah penelitian yang diperlukan) tidak dapat dijelaskan

sepenuhnya oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau

sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural.

Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau

memerlukan pemeriksaan medis.

Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak

terjadi semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat

diterangkan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.

(Kaplan dan Sadock, 2010).

Gangguan dismorfik tubuh

Page 4: Ske 3 Psikiatri

Pada gangguan dismorfik tubuh, individu diliputi dengan bayangan mengenai

kekurangan dalam penampilan fisik mereka. Membuatnya bisa berlama-lama berkaca

di depan cermin memandang bentuk tubuh yang dianggapnya kurang, sering pasien

mendatangi spesialis bedah dan kecantikan.

Kriteria Diagnostik menurut DSM-IVuntuk Gangguan Dismorfik Tubuh:

Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit

anomali tubuh,kekhawatiran orang tersebut menjadi berlebihan.

Preokupasi menyebabkan Penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.

Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain

(misalnya, ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia

nervosa).

(Kaplan dan Sadock, 2010).

B. F 54 Faktor Psikologis Dan Perilaku Yang Berhubungan Dengan

Gangguan Atau Penyakit Yang Diklasifikasikan Di Tempat Lain

Kategori ini harus digunakan untuk mencatat adanya pengaruh psikologik

atau perilaku yang diperhitungkan mempunyai peranan besar dalam etiologi

terjadinya gangguan fisik yang diklasifikasikan di tempat lain.

Contoh: asma bronkiale, dermatitis dan eksema, tukak lambung, kolitis

ulseratif dan urtikaria

termasuk : “psychological factors affecting physical condition”

(PPDGJ-III)

Terapi

Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan kecemasan menyeluruh

adalah pengobatan yang mengkombinasikan psikoterapi dan farmakoterapi.

Pengobatan mungkin memerlukan cukup banyak waktu bagi klinisi yang terlibat.

1. Psikoterapi

Pendekatan psikoterapi untuk gangguan kecemasan menyeluruh meliputi :

a. Terapi kognitif perilaku, terapi ini memiliki keunggulan jangka panjang dan

jangka pendek. Pendekatan kognitif secara langsung menjawab distorsi kognitif

pasien dan pendekatan perilaku menjawab keluhan somatik secara langsung.

Page 5: Ske 3 Psikiatri

b. Terapi suportif, terapi yang menawarkan ketentraman dan kenyamanan bagi

pasien.

c. Terapi berorientasi tilikan, memusatkan untuk mengungkapkan konflik bawah

sadar dan mengenali keuatan ego pasien.

2. Farmakoterapi

Golongan benzodiazepine sebagai “drug of choice” dari semua obat yang

mempunyai efek anti-anxietas, disebabkan spesifitas, potensi dan keamanannya.

Spektrum klinis benzodiazepine meliputi efek antianxietas, anti konvulsan, anti

insomnia, premdikasi tindakan operatif.

a. Diazepam : ” broadspektrum”

b. Nitrazepam : dosis anti-anxietas dan anti insomnia berdekatan lebih efektif

sebagai anti insomnia

c. Clobazam : ”psychomotor performance” paling kurang terpengaruh, untuk

pasien dewasa dan usia lanjut yang ingin tetap aktif

d. Lorazepam : ” short half life benzodiazepine ” , untuk pasien-pasien dengan

kelainan fungsi hati dan ginjal.

e. Alprazolam : efektif untuk anxietas antisipatorik ” onset of action lebih cepat

dan mempunyai komponen efek anti depresi.

Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis obat Psikotropika ed. Ketiga. Jakarta : Bagian ilmu kedokteran Jiwa FK-UNIKA Atmajaya; 2001

Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001.

Kaplan HI, Saddock BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Binarupa Aksara; 1997. p. 1-62.

Maslim, R. 2001. Diagnosis gangguan jiwa, rujukan ringkas dari PPDGJ III. Jakarta:

PT Nuh jaya