Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

54
LILO LI1. Memahami dan Menjelaskan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) LI2. Memahami dan Menjelaskan Status Gizi Anak dan Ibu Hamil LI3. Memahami dan Menjelaskan RISKESDAS LI4. Memahami dan Menjelaskan Gaya Hidup yang Mencerminkan Hidup Sehat LI5. Memahami dan Menjelaskan PHBS Menurut Pandangan Islam 1

description

alalla

Transcript of Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

Page 1: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

LILO

LI1. Memahami dan Menjelaskan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

LI2. Memahami dan Menjelaskan Status Gizi Anak dan Ibu Hamil

LI3. Memahami dan Menjelaskan RISKESDAS

LI4. Memahami dan Menjelaskan Gaya Hidup yang Mencerminkan Hidup Sehat

LI5. Memahami dan Menjelaskan PHBS Menurut Pandangan Islam

1

Page 2: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

LI1. Memahami dan Menjelaskan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

a. DefinisiPerilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.Menurut Lawrence Green (1980), dalam Notoatmodjo (2007), dalam Jariston (2009), ada tiga faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku hidup bersih dan sehat yaitu:1. Faktor Pemudah (Predisposing factors)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap anak-anak terhadap perilaku hidup bersih dan sehat.Dimana faktor ini menjadi pemicu atau antesenden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi tindakannya akibat tradisi, kebiasaan, kepercayaan, tingkat pendidikan, dan tingkat sosial ekonomi.

2. Faktor pemungkin (enambling factors)Faktor pemicu teradap perilaku yang memungkinkan suatu motivasi atau tindakan terlaksana.Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi anak-anak, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, jamban, ketersediaan makanan bergizi, dan sebagainya.Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat.

3. Faktor penguat (reinforcing factors)Faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak.Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan perilaku pengasuh anak-anak atau orangtua yang merupakan tokoh yang dipercaya atau dipanuti anak-anak.Contoh pengasuh anak-anak memberikan keteladanan dengan melakukan cuci tangan sebelum makan atau selalu minum air yang sudah dimasak. Maka hal ini akan menjadi penguat untuk perilaku hidup bersih dan sehat bagi anak-anak.

Tujuan PHBS:1. Tujuan Umum

Meningkatnya rumah tangga sehat di desa kabupaten/kota di seluruh Indonesia.

2. Tujuan Khusus Meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan anggota rumah

tangga untuk melaksanakan PHBS. Berperan aktif dalam gerakan PHBS di masyarakat.

Manfaat PHBS:1. Manfaat PHBS bagi rumah tangga:

a. Setiap rumah tangga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit.b. Anak tumbuh sehat dan cerdas.

2

Page 3: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

c. Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan, pemenuhan gizi keluarga dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.

2. Manfaat PHBS bagi masyarakat:a. Masyarakat mampu mengupa yakan lingkungan yang sehat.b. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah

kesehatan.c. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.d. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber

Masyarakat (UKBM) seperti3. posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan, tabungan bersalin (tabulin),

arisan jamban, kelompok4. pemakai air, ambulans desa dan lain-lain.

Strategi PHBSStrategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu:1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah pindah dari mau ke mampu melaksanakan boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang sering kali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi.Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan).Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan yang didukungnya.

2. Bina Suasana (Social Support)Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut.

3

Page 4: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok, dan pendekatan masyarakat umum.

3. Pendekatan Pimpinan (Advocacy)Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa brupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan yang lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu “kebijakan” (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu yang singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu: a) mengetahui atau menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, c) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan e) memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

b. Jenis

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mam-pu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang melakukan 10 PHBS yaitu :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan2. Memberi ASI ekslusif3. Menimbang balita setiap bulan4. Menggunakan air bersih5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun6. Menggunakan jamban sehat7. Memberantas jentik dd rumah sekali seminggu8. Makan buah dan sayur setiap hari9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari10.Tidak merokok di dalam rumah 

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Institusi Kesehatan

4

Page 5: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

PHBS di Institusi Kesehatan adalah upaya untuk memberdayakan pasien, masyarakat pengunjung dan petugas agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan berperan aktif dalam mewujudkan Institusi Kesehatan Sehat dan mencegah penularan penyakit di institusi kesehatan.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di Institusi Kesehatan yaitu :

1. Menggunakan air bersih2. Menggunakan Jamban3. Membuang sampah pada tempatnya4. Tidak merokok di institusi kesehatan5. Tidak meludah sembarangan6. Memberantas jentik nyamuk

Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah

PHBS di Sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu :

1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat4. Olahraga yang teratur dan terukur5. Memberantas jentik nyamuk6. Tidak merokok di sekolah7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan8. Membuang sampah pada tempatnya

5

Page 6: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat Kerja

PHBS di Tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan Tempat Kerja Sehat.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat kerja antara lain :

1. Tidak merokok di tempat kerja2. Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja3. Melakukan olahraga secara teratur/aktifitas fisik4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah buang

air besar dan   buang air kecil5. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja6. Menggunakan air bersih7. Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar8. Membuang sampah pada tempatnya9. Mempergunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat - tempat Umum

PHBS di Tempat-tempat Umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat Umum Sehat.

Tempat Umum adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta, atau perorangan yang digunakan untuk kegiatan bagi masyarakat seperti sarana pariwisata, transportasi, sarana ibadah, sarana perdagangan dan olahraga, rekreasi dan sarana sosial lainnya.

Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di Tempat - Tempat Umum yaitu :

6

Page 7: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

1. Menggunakan air bersih2. Menggunakan jamban3. Membuang sampah pada tempatnya4. Tidak merokok di tempat umum5. Tidak meludah sembarangan6. Memberantas jentik nyamuk

LI2. Memahami dan Menjelaskan Status Gizi Anak dan Ibu Hamil

Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam  pemenuhan nutrisi untuk anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

1. Faktor External

Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:

Pendapatan Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).

Pendidikan Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001).

Pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang  menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).

Budaya Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan (Soetjiningsih, 1998).

2. Faktor Internal

Faktor Internal yang mempengaruhi status gizi antara lain :

Usia Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).

Kondisi Fisik Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all,  1986).

7

Page 8: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

Infeksi Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all,  1986).

Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi secara langsung menunit Supariasa (2001) dapat   dilakukan dengan:

1. AntropometriAntropometri adalah ukuran tubuh manusia. Sedangkan antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dan tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat keseimbangan asupan protein dan energi.

2. Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode untuk menilai status gizi berdasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi, seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral atau organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

3. Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

4. Biofisik Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melibat kemamapuan fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

Penilaian status gizi secara tidak Iangsung menurut Supariasa, IDN  (2001)  dapat dilakukan dengan:

1. Survey Konsumsi Makanan

Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat dan gizi yang dikonsumsi.

Kesalahan dalam survey makanan bisa disebabkan oleh perkiraan yang tidak tepat dalam menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi balita, kecenderungan untuk mengurangi makanan yang banyak dikonsumsi dan menambah makanan yang sedikit dikonsumsi ( The Flat Slope Syndrome ), membesar-besarkan konsumsi makanan yang bernilai sosial tinggi, keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan kesalahan dalam mencatat (food record).

2. Statistik Vital

Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

3. Faktor Ekologi

8

Page 9: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara beberapa faktor fisik, biologisdan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dan keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.

Bentuk aplikasi penilaian status gizi dengan antropometri antara lain dengan penggunaan teknik Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). IMT ini merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Dengan IMT ini antara lain dapat ditentukan berat badan beserta resikonya. Misalnya berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif.

Berikut contoh penggunaan metode IMT ini untuk mementukan kondisi berat badan kita. Pada contoh ini akan disampaikan penjelasan tentang cara-cara yang dianjurkan untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT yang kemudian disesuaikan dengan keseimbangan konsumsi sehari-hari.

Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan.Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.

Untuk mengetahui nilai IMT ini, dipergunakan formula sebagai berikut :

Berat Badan (Kg)

IMT = -------------------------------------------------------

Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

Berdasarkan perhitungan diatas maka akan dapat ditentukan standard IMT seseorang dengan berpedoman sebagai berikut :

  Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <>

Kurus sekali Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4

Normal Normal 18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0

Obes Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

9

Page 10: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut:

a. Umur.

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat.Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).

b. Berat Badan

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).

c. Tinggi Badan

Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).

Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).

10

Page 11: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.

Macam Klasifikasi Status Gizi

1. Klasifikasi Status Gizi

Tabel 1.Tabel Status Gizi

INDEKS STATUS GIZI AMBANG BATAS *)

Berat badan menurut umur (BB/U)

Gizi Lebih > + 2 SD

Gizi Baik ≥ -2 SD sampai +2 SD

Gizi Kurang < -2 SD sampai ≥ -3 SD

Gizi Buruk < – 3 SD

Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Normal ≥ 2 SD

Pendek (stunted) < -2 SD

Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

Gemuk > + 2 SD

Normal ≥ -2 SD sampai + 2 SD

Kurus (wasted) < -2 SD sampai ≥ -3 SD

Kurus sekali < – 3 SD

Sumber : Depkes RI, 2002.

2. Klasifikasi di atas berdasarkan parameter antropometri yang dibedakan atas:

Berat Badan / Umur Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap umur dalam bulan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 1.

11

Page 12: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

Tinggi Badan / Umur Status gizi ini diukur sesuai dengan tinggi badan terhadap umur dalam bulan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 1.

Berat Badan / Tinggi Badan Status gizi ini diukur sesuai dengan berat badan terhadap tinggi badan yang hasilnya kemudian dikategorikan sesuai dengan tabel 1

Lingkar Lengan Atas / Umur Lingkar lengan atas (LILA) hanya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu gizi kurang dan gizi baik dengan batasan indeks sebesar 1,5 cm/tahun.

3. Menurut Depkes RI (2005) Parameter berat badan / tinggi badan berdasarkan kategori Z-Score diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:

1. Gizi Buruk  ( Sangat Kurus)    : <-3 SD

2. Gizi Kurang (Kurus)                :-3SDs/d<-2SD

3. Gizi Baik (Normal)                  :-2SDs/d+2SD

4. Gizi Lebih (Gemuk)                :>+2SD

Dalam bidang gizi, antropometri telah diaplikasikan secara luas untuk menilai status gizi masyarakat. Ukuran tubuh yang sering digunakan adalah berat badan dan panjang badan atau tinggi badan. Selain itu, ukuran tubuh lainnya seperti lingkar lengan atas, lapisan lemak dibawah kulit, tinggi duduk, lingkaran perut, dan lingkaran pinggul juga sering digunakan dalam penilaian status gizi.Penilaian status gizi masyarakat dengan antropometri pada dasarnya adalah mengukur perubahan pertumbuhan anak yang mencakup pengukuran berat badan dan panjang badan atau tinggi badan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan baku sesuai indeks antropometri yang digunakan, seperti indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat Badan menurut Panjang Badan atau Tinggi Badan (BB/PB, BB/TB), Panjang Badan atau Tinggi Badan menurut Umur (PB/U atau TB/U), atau dengan indeks antropometri yang lainnya

STATUS GIZI ANAK

Status Gizi anak umur 6-18 tahun dikelompokan menjadi tiga kelompok umur yaitu 6-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun.Indikator status gizi yang digunakan untuk kelompok umur ini didasarkan pada pengukurran antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) yang disajikan dalam bentuk tinggi badan menurut umur (TB/U) dan Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U). Indeks massa tubuh anak dihitung berdasarkan rumus berikut: Dengan menggunakan baku antropometri anak 5-19 tahun WHO 2007 dihitung nilai Z_score TB/U dan IMT/U masing-masing anak.

Standar Deviasi Unit (SD) atau Z-Skor

SD disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan:

12

Page 13: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

1 SD unit (1 Z-skor) + sama dengan 11% dari median BB/U1 SD unit (1 Z-skor) kira-kira 10% dari median BB/TB1 SD unit (1 Z-skor) kira-kira 5% dari median TB/U

Waterlow juga merekomendasikan penggunaan SD untuk menyatakan ukuran pertumbuhan (Growth Monitoring). WHO memberikan gambaran perhitungan SD unit terhadap baku NCHS Contoh: 1 SD unit = 11-12% unit dari median BB/U, misalnya seorang anak berada pada 75% median BB/U berarti 25% unit berada di bawah median atau -2. Pertumbuhan nasional untuk suatu populasi dinyatakan dalam positif dan negatif 2 SD unit (Z-skor) dari median, yang termasuk hampir 98% dari orang-orang yang diukur yang berasal dari referensi populasi. Di bawah -2 SD unit dinyatakan sebagai kurang gizi yang ekuivalen dengan:78% dari median untuk BB/U (+ 3 persentil)80% median untuk BB/TB90% median untuk TB/U

Rumus perhitungan Z-skor:Z-skor =        Nilai Individu Subjek – Nilai Median Baku Rujukan

Nilai Simpang Baku Rujukan

13

Page 14: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

Secara umum prevalensi kependekan pada anak umur 6-18 tahun adalah 34,6 persen, masih tidak jauh berbeda dengan pada anak balita, sedangkan prevalensi kekurusan dan kegemukan lebih rendah dari prevalensi pada balita. Prevalensi kependekan pada kelompok umur 6-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun masih tinggi yaitu masih diatas 30,0%, tertinggi pada umur 6-12 tahun (35,6 persen) dan terendah pada kelompok umur 16-18 tahun yaitu 31,2 persen. Prevalensi kekurusan pada kelompok umur 6-12 tahun sama dengan pada umur 13-15 tahun yaitu 11,2 persen dan 11,1 persen dan terendah pada kelompok umur 16-18 tahun yaitu 8,9 persen. Prevalensi kegemukan tertinggi pada kelompok umur 6-12 tahun yaitu 9,2 persen dan terendah pada kelompok umur 16-18 tahun yaitu 1,4 persen, sedangkan pada kelompok umur 13-15 tahun sebesar 2,5 persen.

Seperti halnya pada balita, prevalensi kependekan, kekurusan dan kegemukan secara umum lebih tinggi pada anak laki-laki dibanding dengan anak perempuan.Prevalensi kependekan dan kekurusan di perkotaan lebih rendah dibanding perdesaan, sebaliknya prevalensi kegemukan lebih tinggi di perkotaan dari perdesaan.

Masalah kependekan pada kelompok umur 6-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan kepala rumahtangga serta keadaan ekonomi rumahtangga.Semakin baik tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan kepala rumahtangga serta keadaan ekonomi rumahtangga semakin rendah prevalensi kependekan.

Sedangkan prevalensi kekurusan tidak memiliki pola hubungan yang jelas dengan ketiga karakteristik responden tersebut.

Masalah kegemukan memiliki keterkaitan dengan tingkat pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga.Semakin tinggi tingkat pendidikan kepala rumahtangga dan semakin baik keadaan ekonomi rumahtangga prevalensi kegemukan cenderung meningkat.

Implikasi untuk upaya perbaikan gizi anak umur 6-18 tahun

Masih tingginya prevalensi kekurusan pada kelompok umur 6-12 tahun (usia sekolah) mengindikasikan adanya risiko terganggunya konsentrasi belajar bagi sekitar sepertiga jumlah siswa SD/MI atau yang sederajat. Masalah kependekan yang masih tinggi, dimana prevalensi kependekan pada anak perempuan juga tinggi yaitu sekitar 30 persen, dimana 12 persen diantaranya adalah sangat pendek. Hal ini merupakan keadaan yang berisiko sebagai calon ibu rumahtangga yang akan melahirkan generasi penerus. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di atas maka perlu diintensifkan upaya perbaikan gizi anak sekolah, melalui:

Peningkatan edukasi gizi bagi anak sekolah baik di sektor pendidikan formal maupun informal untuk pencapaian KADARZI UNTUK SEMUA. Untuk ini diperlukan kerjasama dengan sektorpendidikan baik negeri maupun swasta untuk merumuskan kurikulum gizi yang memadaisesuai dengan tingkatan sekolah (SD, SLTP, SLTA atau yang sederajat).

14

Page 15: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

Penyediaan makanan tambahan bagi anak sekolah (PMT-AS) terutama untuk daerah-daerahmiskin, terutama untuk anak usia sekolah (6-12 tahun). Untuk ini diperlukan kerjasama antara sektor kesehatan dengan lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta serta sektor terkaitlainnya

STATUS GIZIIBU HAMIL

Penambahan berat badan ibu hamil dicatat setiap bulan. Perkembangan status gizi ibu hamil (LiLA) dicatat pada awal dan akhir pelaksanaan PMT Pemulihan serta dilaporkan oleh Kepala Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Selanjutnya Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan perkembangan status gizi ke Pusat dengan tembusan ke Dinas Kesehatan Provinsi.

Ibu hamil KEK Sasaran Pemberian Makanan Tambahan ibu hamil adalah ibu hamil yang berisiko KEK dengan pita LiLA < 23,5 cm. Untuk menentukan sasaran penerima PMT Pemulihan, balita dan ibu hamil dengan kriteria tersebut di atas perlu dikonfirmasi kepada Tenaga Pelaksana Gizi atau petugas puskesmas.

GIZI KURANG & GIZI BURUKMasalah Kekurangan Gizi Utama• Kurang Energi Protein (KEP)

Kurang Energi Protein atau Kurang Kalori Protein adalah keadaan kurang gizi pada anak yang disebabkan oleh kurangnya asupan energi dan protein. Kurang energi dan Protein (KEP) pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak 13,0% berstatus gizi kurang, diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk. Data yang sama menunjukkan 13,3% anak kurus, diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan 17,1% anak memiliki kategori sangat pendek.

• Anemia Gizi BesiAdalah suatu keadaan dimana kadar Haemoglobin (Hb) dalam darahkurang dari normal. Batas normal kadar Hb dalam darah berbeda-beda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin.

- B a l i t a : 11 gr%

- Anak usia sekolah : 12 gr%

- Wanita dewasa : 12 gr%

15

Page 16: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

- Pria dewasa : 13 gr%

- Ibu hamil : 11 gr%

- Ibu menyusui>3 bulan : 12 gr%

AGB menjadi masalah kesehatan masyarakat, jika prevalensi ≥ 30 %(WHO). Anemia Gizi Besi (AGB) yang diderita oleh 8,1 juta anak balita, 10 juta anak usia sekolah, 3,5 juta remaja putri dan 2 juta ibu hamil

• Kurang Vitamin A (KVA)Keadaan dimana simpanan vitamin A dalam tubuh kurang. Tahapawal ditandai dengan gejala rabun senja dan secara sub-klinis dinyatakan defisiensi jika kadar serum retinol dalam darah <20 mcg/dl. Sekitar 10 juta balita menderita Kurang vitamin A (KVA).Secara klinis menjadi masalah kesehatan masyarakat, jika prevalensixeropthalmianya > 0,5%

• Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY)Gejala yang timbul karena tubuh seseorang kekurangan yodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. GAKY menjadi masalah kesehatan masyarakat, jika prevalensinya >5% .Masalah Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY) diderita oleh sekitar 3,4 juta anak usia sekolah. Klasifikasi daerah endemik:

- Daerah GAKY berat, bila TGR ≥ 30%

- Daerah GAKY sedang, bila TGR 20-29,9%

- Daerah GAKY ringan, bila TGR 5-19,9%

- Daerah non-endemik, bila TGR ≤ 5%

• Total Goitre Rate (TGR)Angka prevalensi gondok yang dihitung berdasarkan seluruh stadium pembesaran kelenjar gondok, baik yang teraba (palpable) maupun yang terlihat (visible). TGR digunakan untuk menentukan endemisitas GAKY

16

Page 17: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

• Kurang Energi Kronik (KEK)Sekitar 30 juta wanita usia subur menderita kurang energi kronis (KEK), yang bila hamil dapat meningkatkan risiko melahirkan BBLR. Setiap tahun,diperkirakan sekitar 350 ribu bayi yang BBLR (≤ 2500 gram), sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka gizi kurang dan kematian balita. Pada tahun 2005 terdapat sekitar 5 juta balita gizi kurang; 1,7 juta diantaranya menderita gizi buruk.

Sementara masalah gizi kurang dan gizi buruk masih tinggi, ada kecenderungan peningkatan masalah gizi lebih sejak beberapa tahun terakhir. Hasil survei di perkotaan menunjukkan bahwa sekitar 12 % penduduk dewasa menderita gizi lebih. Data lain menunjukkan adanya peningkatan prevalensi penyakit degeneratif yang berkaitan dengan gaya hidup.

Dalam rangka menurunkan angka kematian Anak akibat gizi buruk,sangat diperlukan keterlibatan Pemerintah Daerah secara langsung, serta melibatkan partisipasi masyarakat terutama tokoh masyarakat, untuk mengelola penanganan anak gizi buruk baik, sehingga diharapkan semua kasus gizi buruk dapat ditangani dengan baik. Penanganan anak gizi buruk dapat dilakukan secara rawat jalan maupun rawat inap.Penanganan dengan rawat inap hanya dilakukan di Puskesmas. Sedangkan penanganan anak gizi buruk dengan rawat jalan, merupakan pelayanan

yang diberikan dan dilakukan di fasilitas kesehatan lain seperti, Puskesmas Pembantu ataupun Poskesdes, dan lebih membutuhkan partisipasi masyarakat

17

Page 18: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

KELEBIHAN GIZIKegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada

energi yang dikeluarkan. Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi makanan sumber energi dan lemak tinggi, sedangkan pengeluaran energi yang rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan sedentary life style.

Masalah kegemukan dan obesitas di Indonesia terjadi pada semua kelompok umur dan pada semua strata sosial ekonomi. Pada anak sekolah, kejadian kegemukan dan obesitas merupakan masalah yang serius karena akan berlanjut hingga usia dewasa. Kegemukan dan obesitas pada anak berisiko berlanjut ke masa dewasa, dan merupakan faktor risiko terjadinya berbagai penyakit metabolik dan degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker, osteoartritis, dll. Pada anak, kegemukan dan obesitas juga dapat mengakibatkan berbagaimasalah kesehatan yang sangat merugikan kualitas hidup anak seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep apneu

Disamping kegiatan promosi peningkatan kesadaran gizi dan pencegahan kegemukan dan obesitas pada anak sekolah, juga dapat dilakukan kegiatan penemuan kasus kegemukan dan obesitas. Namun untuk menghindari stigmatisasi anak di sekolah, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan selanjutnya dilaksanakan di Puskesmas/Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya.a. Penemuan Kasus : dilaksanakan setiap tahun melalui kegiatan penjaringan kesehatan di sekolah. Langkah-langkah kegiatan :

1) Pengukuran Antropometria) Penimbangan Berat Badanb) Pengukuran Tinggi BadanSetelah dilakukan pengukuran antropometri oleh petugas gizi atau tenaga kesehatan lainnya bersama guru UKS.Selanjutnya data yang diperoleh dilaporkan ke Puskesmas, untuk ditentukan status gizinya dan tindak lanjut.

2) Penentuan Status Gizi (di Puskesmas)a) Menghitung nilai IMTb) Membandingkan nilai IMT dengan Grafik IMT/U berdasarkan Standar WHO 2005c) Menentukan status gizi anak :

Kurus : < - 2 SD Normal : - 2 SD s/d 1 SD Gemuk : >1 s/d 2 SD Obesitas : > 2 SD

18

Page 19: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

3) Tindak lanjut :Kesimpulan hasil penjaringan kesehatan di sekolah termasuk hasil pemeriksaan status gizi disampaikan kepada orang tua dalam amplop tertutup melalui sekolah dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi kurus, maka anak dirujuk ke Puskesmas untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut

Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi normal, maka dianjurkan untuk melanjutkan pola hidup sehat

Jika ditemukan anak sekolah dengan status gizi gemuk atau obesitas, maka anak dirujuk ke puskesmas untuk pemeriksaan lebih lanjut

Pihak sekolah/UKS bertugas memberikan dukungan dan motivasi agar anak melaksanakan pola hidup sehat sesuai anjuran dari puskesmas, serta berusaha menyediakan lingkungan yang kondusif untuk anak.

POLA HIDUP SEHAT CEGAH KEGEMUKAN Konsumsi buah dan sayur ≥ 5 porsi per hari Membatasi menonton TV, bermain komputer, game/playstation < 2

jam/hari Tidak menyediakan TV di kamar anak Mengurangi makanan dan minuman manis Mengurangi makanan berlemak dan gorengan Kurangi makan diluar Biasakan makan pagi dan membawa makanan bekal kesekolah Biasakan makan bersama keluarga minimal 1 x sehari Makanlah makanan sesuai dengan waktunya Tingkatkan aktivitas fisik minimal 1 jam/hari Melibatkan keluarga untuk perbaikan gaya hidup untukpencegahan

gizi lebih Target penurunan BB yang sehat

Klasifikasi Gizi Buruk

1. Kurang kalori ( marasmus)

Marasmus adalah kekurangan energy pada makanan yang menyebabkan cadangan protein tubuh terpakai sehingga anak kurus dan keriput.

Etiologi :

Penyebab utama dari kekurangan makanan yang mengandung kalori Penyebab umum: Kegagalan menyusui anak : ibunya meninggal dan Tidak

adanya makanan tambahan

Tanda & gejala

19

Page 20: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

Tampak sangat kurus, sehingga tulang terbungkus kulit Wajah seperti orang tua Cengeng Kulit keriput , jari lemak subtikus sangat sedikit sampai tidak ada Perut cekung Sering disertai penyakit kronis ; diare kronik

Patofisiologi

Defisiensi kalori yang lama Penghancuran jaringan lemak (kebutuhan energy) Menghilangnya lemak dibawah kulit Penciutan/pengecilan otot Pelisutan tubuh yang menyeluruh

2. Kurang protein ( kwashiorkor )

Kwashiorkor adalah penyebab utama dari kekurangan makanan yang mengandung protein hewani.Penyakit ini biasanya diderita oleh golongan sosial ekonomi rendah.Etiologi :

Defisiensi asupan protein

Tanda & gejala

Kegagalan pertumbuhan tampak dengan berat badan rendah maupun ada edema

Edema pada kaki Wajah membulat dan sembab Pandangan mata sayu Cengeng Cracy papement Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung mudah dicabut tanpa

rasa sakit dan rontok Pembesaran hati Otot mengecil, lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri dan duduk Sering disertai infeksi anemia , diare.

3. Kurang kalori dan protein ( marasmus – kwashiorkor )

Penatalaksanaan

Makanan /minuman dengan biologic tinggi gizi kalori / protein. Pemberian secara bertahap dari bentuk dan jumlah mula – mula cair (seperti susu) lunak (bubur) biasa ( nasi lembek)

20

Page 21: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

Prinsif pemberian nutrisi

Porsi kecil,sering,rendah serat, rendah laktosa Energy / kalori : 100 K kal / kg BB/ hari Protein : 1 – 1,5 g / kg BB / hari Cairan : 130 ml / kg BB / hari Ringan – sedang : 100 ml / kg BB / hari Edema

BeratObati / cegah infeksi

AntibioticBila tampak komlikasi : Cotrymoksasol 5 mlBila anak sakit berat : Ampicillin 50 mg / kg BB IM/ IV Setiap 6 Jam Selama 2 Hari

Untuk Melihat kemajuan / perkembangan anak

Timbang berat badan setiap pagi sebelum diberi makan Catat kenaikan BB anak tiap minggu

Wawancara khusus untuk mengetahui tentang pola asuh dan pola makan dengan memakai instrumen Food Frequency Questioner (FFQ) :

Wawancara masalah kesehatan kepada masing-masing tempat tinggal sasaran Melakukan pemeriksaan psikologis dan aktifitas anak-anak secara terpadu Melaksanakan pengukuran status gizi, meliputi : berat badan (BB), tinggi

badan (TB), tebal lemak, kepadatan masa tulang, lingkar lengan atas (LILA) Melakukan pengambilan sampel darah kapiler (umur 6-23 bulan) dan darah

vena (usia 2-12 bulan) untuk pemeriksaan golongan darah, hemoglobin serta kimia darah lengkap.

Sebelum dilakukan pengambilan darah, kelompok sasaran penelitian itu diperiksa kesehatan jasmaninya oleh tim dokter, apakah ada indikasi medis untuk diambil spesimen darahnya. Untuk kelancaran kegiatan penelitian tersebut, tim peneliti mengharapkan bantuan bersama petugas puskesmas untuk menyiapkan tempat fokus penelitian untuk mengumpulkan sasaran, melakukan edukasi dan komunikasi kepada masyarakat di tempat penelitian.

Pencegahan Gizi Buruk

Secara teratur menimbang anak di Posyandu Berikan ASI saja pada bayi berusia 2 tahun Berikan makanan pendamping ASI sesuai usia dan kesehatan anak Berikan makanan beraneka ragam bagi anggota keluarga lainnya Beritahukan petugas kesehatan/kader bila anak sakit atau mengalami

gangguan pertumbuhan.

Biasakan Makan Aneka Ragam Makanan

21

Page 22: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

Makan 2-3 kali sehari yang terdiri dari 4 macam kelompok bahan makanan Makanan pokok (sumber zat tenaga): beras, jagung, ubi, singkong, mie, dll. Lauk pauk (sumber zat pembangun): ikan, telor, ayam, daging, tempe,

kacang-kacangan, tahu, dll). Sayuran dan buah (sumber zat pengatur): bayam, kangkung, wortel , buncis,

kacang panjang, daun singkong, daun katuk, pepaya, pisang, jeruk, semangka, dll.

Dari tiap kelompok bahan makanan dan jenis yang dikonsumsi, maka makin banyak jenisnya makin baik dan ditambah dengan susu.

Mencegah penyakit Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), yang ditandai dengan membesarnya kelenjar gondok do daerah leher, sehingga mengurangi daya tarik seseorang. Dan pertumbuhan anak tidak normal (kerdil).

Biasakan makan pagi

Untuk menjaga tubuh, agar dapat berkerja atau belajar dengan baik Membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan

pelajaran Membantu mencukupi zat gizi

Menjaga kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarga, khususnya balita dan ibu hamil

Ibu hanya memberikan ASI saja pada bayi sampai usia 4 bulan ASI, makanan bayi yang paling sempurna, murah dan mudah memberikannya ASI saja mencukupi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dengan

normal sampai bayi berumur 4 bulan ASI yang pertama keluar (kolustrum) berwarna kekuningan, mengandung zat

kekebalan untuk mencegah timbulnya penyakit. Oleh karena itu, harus diberikan kepada bayi dan jangan sekali-kali dibuang

Keluarga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi 0-4 bulan Dengan ASI mempererat ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi.

22

Page 23: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

23

Page 24: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

LI3. Memahami dan Menjelaskan RISKESDAS

DEFINISI

Riset Kesehatan Dasar adalah riset berbasis masyarakat untuk mendapatkan gambaran kesehatan dasar masyarakat, termasuk biomedis yang menggunakan sampel Susenas Kor dan informasinya mewakili tingkat kabupaten/kota, Propinsi dan nasional.

TUJUAN dan MANFAAT

a.Tujuan UmumMengetahui data dasar kesehatan untuk keperluan perencanaan di tingkat kabupaten / kota, provinsi dan nasional.

b. Tujuan khusus:a. Mengukur prevalensi penyakit menular dan tidak menular, riwayat penyakit

keturunan termasuk data biomedisnya

b. Mengetahui faktor risiko penyakit menular dan tidak menular

c. Mengetahui ketanggapan sistem kesehatan di unit pelayanan kesehatan

d. Mengukur angka kematian dan menelusuri sebab kematian

MANFAAT PENELITIAN1. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota:

  - Mampu merencanakan, melaksanakan survei kesehatan lanjutan di wilayahnya.

  - Mampu menyusun perencanaan program lebih akurat, sesuai situasi dan kondisi tiap kabupaten/kota.

  - Mempunyai bahan advokasi yang berbasis bukti.

2. Untuk Provinsi dan Pusat

  - Mampu memetakan masalah kesehatan dan menajamkan prioritas pembangunan kesehatan antar wilayah.

24

Page 25: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

METODOLOGI  1. Kerangka Konsep 

2. Disain RisetDisain penelitian adalah survei berskala besar, potong lintang (cross-sectional), non-intervensi/observasi 

3. Tempat dan Waktu Lokasi riset adalah seluruh provinsi (33 provinsi), di seluruh kabupaten/ kota (+ 400 kabupaten/ kota), di Indonesia.

4. Populasi dan Sampel Populasi riset untuk Riskesdas adalah semua rumah-tangga di Indonesia. Sampel untuk Riskesdas adalah rumah-tangga terpilih di BS terpilih menurut sampling yang dilakukan oleh BPS untuk Susenas 2007 (sampel Kor). 

Seluruh anggota rumah-tangga terpilih merupakan unit observasi/ pengamatan dalam rumah-tangga, sesuai dengan kuesioner yang telah disiapkan.Instrumen untuk wawancara, pemeriksaan antropometri dipergunakan untuk seluruh anggota rumah tangga terpilih.

Sampel garam rumah-tangga untuk pemeriksaan titrasi kadar Yodium dan sampel pemeriksaan yodium dalam urin sebesar 10 persen dari BS terpilih. Responden pemeriksaan urin adalah anak usia sekolah (6-12 tahun), laki-laki atau perempuan.

25

Page 26: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

Untuk data biomedis dengan pengambilan spesimen darah, hanya 10 persen BS yang dipilih di daerah perkotaan dan pedesaan, atau sebesar 28 ribu rumah-tangga.Sampel untuk biomedis sebanyak 4 anggota rumah tangga dengan klasifikasi 2 orang dewasa laki-laki dan perempuan (kepala rumah tangga dengan istri/suami), satu anak balita (1-4 tahun), dan satu anak (5-14 tahun).

5. Kerangka Sampel Kerangka pengambilan sampel (sampling frame) menggunakan blok sensus (BS) dari Badan Pusat Statistik (BPS). Cara pengambilan sampel adalah cluster sampling dengan menggunakan blok sensus BPS. Rancangan sampel 2 tahap di daerah perkotaan dan 3 tahap di daerah perdesaan. Untuk rancangan sampel 2 tahap, tahap-1 dari kerangka sampel BS dipilih sejumlah BS secara PPS (probability proportional to size) menggunakan linear systematic sampling dengan size adalah banyaknya rumah-tangga hasil listing di setiap BS hasil P4B (Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan). Pada tahap-2, dari jumlah rumah-tangga hasil listing di tiap BS terpilih, dipilih 16 rumah-tangga secara linear systematic sampling. Untuk rancangan sampel 3 tahap, hampir sama dengan 2 tahap, hanya sesudah tahap-1, dibentuk sejumlah sub-BS. Selanjutnya dipilih satu sub-BS secara PPS dengan size banyaknya rumah-tangga hasil listing di setiap sub-BS hasil P4B.Pada tahap-3, dari jumlah rumah-tangga hasil listing di tiap BS terpilih, dipilih 16 rumah-tangga secara linear systematic sampling. 

6. Besar SampelBerdasarkan perhitungan dengan rumus:

                      n = Z2 x P (1-P) x DE                                      d2

Bila digunakan p=50%, z=1,96 dan d=0,15 maka besar sampel adalah 171 rumah tangga / kecamatan. Penggunaan cluster sampling memerlukan design effect, yang biasanya dipakai angka 2, sehingga jumlah sampel per kecamatan adalah 171 x 2 = 342 rumah tangga. Perkiraan drop out sebesat 10%, maka sampel yang dibutuhkan adalah 100/90 x 342 = 381 rumah tangga. Untuk kepraktisan di lapangan maka dibulatkan besar sampel per kabupaten adalah 400 rumah tangga. 

Dengan menggunakan kerangka sampling BPS dan perkiraan jumlah sampel di atas, di seluruh Indonesia didapatkan 280 ribu rumah-tangga terpilih. Jumlah rumah-tangga tiap provinsi dan kabupaten/ kota berbeda sesuai dengan prinsip PPS tersebut.

Rumah tangga terpilih oleh BPS dalam KOR Susenas 2007, apabila dalam proses pengumpulan data Riskesdas menolak, tidak dapat digantikan dengan rumah-tangga lainnya

26

Page 27: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

7. Kriteria Inklusi dan EksklusiSeluruh anggota rumah tangga dalam rumah tangga terpilih dijadikan sebagai responden untuk wawancara dengan kuesioner yang telah disiapkan, dan dilakukan pengukuran antropometri.Pemeriksaan visus pada responden usia ≥ 5 tahun.Pemeriksaan gigi permanen.pada responden usia ≥ 12 tahun.Pemeriksaan tekanan darah pada responden usia ≥ 12 tahun Sampel responden pemeriksaan yodium dalam urin adalah anak usia sekolah (6-12 tahun) laki-laki atau perempuan.

Sedangkan pengambilan spesimen darah dilakukan dengan kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria inklusiSemua orang yang terpilih dalam DSRT-BPS dimasukkan sebagai responden dengan kriteria sebagai berikut :   Anak usia 12-59 bulan   Anak usia 5-14 tahun   Perempuan dewasa usia ≥ 15 tahun   Laki-laki dewasa usia ≥ 15 tahun

b. Kriteria eksklusi    Usia diluar kriteria inklusi    Ibu hamil    Sakit berat    Jompo    Menolak menjadi responden

8. Data yang DikumpulkanJenis data yang dikumpulkan secara lengkap dapat dilihat pada Instrumen terlampir. Secara garis besar data yang dikumpulkan terdiri dari blok-blok pertanyaan sebagai berikut:

a. Pengenalan Tempat

b. Keterangan Rumah-tangga

c. Keterangan Pewawancara

d. Keterangan Anggota Rumah-tangga

e. Mortalitas

f. Autopsi Verbal untuk Kejadian Kematian

g. Manajemen Pelayanan Kesehatan

27

Page 28: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

h. Sanitasi Lingkungan

i. Konsumsi Makanan Rumah-tangga

j. Penyakit Menular, Tidak Menular, dan riwayat penyakit turunan

k. Ketanggapan Pelayanan Kesehatan (Rawat Inap dan Rawat Jalan)

l. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Kesehatan

m. Disabilitas/ ketidak mampuan

n. Kesehatan Mental

o. Imunisasi dan Pemantauan Pertumbuhan Balita

p. Kesehatan bayi

q. Pengukuran dan Pemeriksaan

Jenis data biomedis dari spesimen darah yang dikumpulkan menghasilkan data tentang:

a. Penyakit menular (DHF, TB paru, malaria, rubella, HIV, demam typhoid, PMS, CMV).

b. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (DPT, polio, campak, hepatitis).

c. Penyakit tidak menular/ kronik degeneratif (DM, dislipidemia, thyroid, kardiovaskuler, thrombosis, neoplasma).

d. Kelainan gizi (anemia, defisiensi mikronutrien).

e. Penyakit kelainan bawaan (thalasemia).

Semua sampah biomedis akan dikelola oleh RS yang ditunjuk untuk dimusnahkan sesuai prosedur universal precaution.

9. Prosedur Pengambilan, Transportasi, Penyimpanan dan Pemeriksaan Spesimen Darah

*Prosedur Pengambilan, Transportasi, Penyimpanan dan Pemeriksaan Spesimen Darah.

*Untuk pemeriksaan spesimen secara biologi molekuler dan imunologi akan dilakukan secara bertahap. Seluruh spesimen darah akan disimpan di laboratorium Badan Litbang Kesehatan, Jakarta.

28

Page 29: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

*Sebagian hasil pemeriksaan akan disampaikan kepada responden, sebagian ke Puskesmas, sebagian ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat untuk ditindak-lanjuti.

*Seluruh pemeriksaan spesimen darah dilakukan sesuai prosedur baku yang dilakukan di laboratorium kesehatan.

10. Instrumen dan Prosedur Pengumpulan DataPengembangan instrumen kuesioner dilakukan oleh Pokja Persiapan Riskesdas berdasarkan indikator yang telah disepakati di tingkat global seperti Millennium Development Goals (MDGs), Grand Strategy Kesehatan, Standar Pelayanan Minimal (SPM), maupun masukan dari Unit Utama Depkes. 

Instrumen dan peralatan terdiri dari:

a. Kuesioner (Daftar Sampel Rumah Tangga/ DSRT, instrumen rumah-tangga dan Individu).

b. Kantong plastik untuk sampel garam

c. Peralatan medis (pengukur tekanan darah digital, alat pemeriksaan visus, alat pemeriksaan gigi)

d. Peralatan antropometri (alat ukur tinggi dan panjang badan (microtoise, length measuring board), timbangan berat badan digital, pita lingkar lengan atas/ LILA, pita ukur lingkar perut).

e. Pot penampung urin

f. Peralatan pengambilan darah vena

g. Peralatan penyimpanan spesimen darah (sebelum dikirim ke Badan Litbang Kesehatan).

Prosedur pengumpulan data akan dilakukan dengan membentuk tim yang terdiri dari 4 orang yaitu: 1 orang ketua tim sekaligus sebagai koordinator lapangan 3 orang pewawancara, sekaligus melakukan pengukuran dan pemeriksaan

Setiap tim bertanggung jawab pada 10 - 15 BS yang akan diselesaikan dalam waktu 4-6 minggu. Jumlah tim pengumpul data di tiap Kabupaten/ Kota bervariasi, tergantung pada jumlah BS. Pengumpulan data Riskesdas dilakukan sesudah pengumpulan data Susenas 2007 (yang dilakukan oleh BPS). Bila pengumpulan data Susenas dilakukan bulan Juli - Agustus 2007, pelaksanaan pengumpulan data Riskesdas akan dilakukan segera sesudahnya yaitu bulan September - November 2007.

29

Page 30: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

Semua sampel Susenas (Kor) sebanyak 280 ribu rumah-tangga merupakan juga sampel Riskesdas (tidak dapat dilakukan penggantian sample).Pengukuran antropometri, pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan visus dan gigi-mulut, dilakukan sesuai dengan prosedur baku (lihat lampiran).Untuk pengumpulan data biomedis (spesimen darah), dilakukan oleh tim tersendiri yang terdiri dari 2 orang petugas laboratorium yang ditunjuk. Pengumpulan data biomedis dilakukan hanya pada sub-sampel (10 persen dari BS terpilih di daerah perkotaan dan pedesaan). Untuk pengambilan spesimen, berdasarkan kelaziman di lapangan, diputuskan hal-hal sebagai berikut:

1. Bayi tidak diambil darah.

2. Anak balita (1-4 tahun) dan anak (5-14 tahun) diambil darahnya sebanyak 5 cc, separuh untuk pemeriksaan langsung di lapangan, separuh disimpan untuk selanjutnya dikirim ke pusat (Balitbangkes) untuk pemeriksaan serologis.

3. Dewasa perempuan dan laki-laki diambil darahnya sebanyak 15 cc, 5 cc untuk pemeriksaan langsung di lapangan dan sisanya disimpan untuk selanjutnya dikirim ke pusat (Balitbangkes) untuk pemeriksaan serologis.

Jumlah subyek yang diambil darahnya adalah sebagai berikut:

Subyek Volume Peruntukan

Anak balita 5 cc2 cc untuk pemeriksaan langsung3 cc untuk pemeriksaan serologis

Anak 5 cc2 cc untuk pemeriksaan langsung3 cc untuk pemeriksaan serologis

Dewasa perempuan 15 cc5 cc untuk pemeriksaan langsung 10 cc untuk pemeriksaan serologis

Dewasa laki-laki 15 cc5 cc untuk pemeriksaan langsung 10 cc untuk pemeriksaan serologis

Darah untuk pemeriksaan serologis akan dimasukkan ke dalam tabung dan secara berkala (diperkirakan setiap 3 hari atau 2 kali seminggu) dibawa oleh kurir ke laboratorium terdekat yang mempunyai fasilitas penyimpanan darah.

11. Bahan Pengumpulan DataBahan pengumpulan data terdiri dari instrumen pengumpulan data (kwesioner) dan peralatan. Kuesioner untuk wawancara telah diuji-coba terlebih dahulu untuk mengetahui masalah dalam tingkat kesulitan, pemahaman bahasa dan istilah kesehatan, alur pertanyaan.Kuesioner hari uji coba direvisi. Alat pengukuran akan

30

Page 31: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

ditera sebelumnya, untuk meningkatkan validitasnya.12. Organisasi Pengumpulan DataOrganisasi pengumpulan data Riskesdas adalah sebagai berikut:

1. Di tingkat pusat dibentuk Tim Penasehat, Tim Pengarah, Tim Pakar, Tim Teknis, Tim Manajemen dan Tim Pelaksana Pusat:

  - Tim Penasehat terdiri dari Menkes dan Kepala BPS, Kepala BKKBN dan Pejabat eselon I Depkes.

  - Tim Pengarah terdiri dari Kabadan, Pejabat eselon I, eselon II Depkes dan sektor terkait.

  - Tim Pakar terdiri dari para ahli di bidangnya masing-masing.

  - Tim Teknis terdiri dari Pejabat eselon II di lingkungan Balitbangkes dan BPS

  - Tim Manajemen terdiri dari Pejabat eselon II, eselon III Balitbangkes

  - Tim Pelaksana Pusat membentuk Koordinator Wilayah (korwil), setiap korwil mengkoordinir beberapa provinsi.

2. Di tingkat provinsi dibentuk Tim Pelaksana Riskesdas Provinsi:

  - Tim Pelaksana di tingkat provinsi diketuai oleh Kadinkes Provinsi, Kasubdin Bina Program, Peneliti Balitbangkes, dan Kasie Litbang/ Kasie Puldata Dinkes Provinsi.

3. Di tingkat kabupaten/kota dibentuk Tim Pelaksana Riskesdas Kabupaten/Kota :

  - Tim Pelaksana di tingkat kabupaten/ kota diketuai oleh Kadinkes Kabupaten, Kasubdin Bina Program tingkat kabupaten, Peneliti Balitbangkes, Politeknik Kesehatan (Poltekes), dan Kasie Litbangda.

Di tingkat Kabupaten/ Kota dibentuk Tim Pengumpul Data. Banyaknya tim pengumpul data tergantung kepada jumlah Blok Sensus (BS) di Kabupaten/ Kota tersebut. Setiap tim pengumpul data mencakup 10 - 15 BS. Tiap tim pengumpul data terdiri dari 4 orang yang diketuai oleh Ketua Tim (Katim). Kriteria tim pengumpul data (termasuk Katim) adalah minimal D3 bidang kesehatan terutama keperawatan, dapat bekerja penuh selama pengumpulan data Riskesdas yang diperkirakan selama 1 bulan di lapangan.Tenaga pengumpul data akan direkrut dari tenaga Poltekkes, tenaga Stikes. Kekurangan tenaga pengumpul data dapat menggunakan staf Dinas Kesehatan kabupaten dengan persetujuan kepala bidang masing-masing untuk dibebaskan dari

31

Page 32: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

tugas rutin.Tenaga pengumpul darah adalah tenaga laboratorium yang telah disepakati

13. Manajemen dan Analisis Data

Data hasil pengukuran dan wawancara tiap tim dikumpulkan di Tim Pelaksana tingkat Kabupaten. Kelengkapan data tersebut telah diverifikasi oleh Ketua Tim.Manajemen data dilakukan oleh Korwil masing-masing.Manajemen data di korwil meliputi penomoran, editing, pemrosesan data (data entry, dan cleaning).Program komputer untuk manajemen data tersebut disiapkan oleh Badan Litbang Kesehatan.Untuk data autopsi verbal (sebab kematian), setelah diberi nomor/dibukukan, dikirim ke tingkat pusat (Balitbangkes) untuk dianalisis dan ditegakkan diagnosis penyebab kematian, sesuai International Classification of Diseases, tenth revision (edisi 2006).

Setelah masing-masing korwil menyelesaikan manajemen data, data dikirim ke pusat (Balitbangkes) untuk disatukan, dilakukan verifikasi akhir dan pembobotan. Analisis awal tingkat nasional akan dilakukan di tingkat pusat. Data yang telah bersih, akan dikembalikan ke masing-masing korwil guna dilakukan analisis. Analisis data di tingkat Kabupaten/Kota berupa frekuensi distribusi dan tabulasi silang terhadap berbagai variabel. Untuk data yang representatif pada tingkat provinsi, akan dianalisis di tingkat provinsi. Dinas Kesehatan Povinsi melakukan analisis data untuk membandingkan indikator kesehatan antar kabupaten dan profil kesehatan tingkat provinsi.Balitbangkes melakukan analisis di tingkat pusat untuk membandingkan indikator kesehatan antar provinsi, profil kesehatan nasional dan membuat analisis kecenderungan, membandingkan dengan hasil survei sejenis yang sudah dilakukan pada periode sebelumnya dan membandingkan hasil survei serupa dengan negara lain

LI4. Memahami dan Menjelaskan Gaya Hidup yang Mencerminkan Hidup Sehat

Berikut ini 10 perilaku tidak sehat yang sering kita lakukan, serta cara mengatasinya:

1. Stress Berlebihan

 Sejak dulu, kita tahu bahwa stres yang berlebihan dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang dan memacu resiko penyakit jantung, serta membuat kita tidak nyaman.Stres yang berlebihan juga memacu penuaan dini.Ibu-ibu yang memiliki anak-anak dengan penyakit kronis merupakan orang-orang yang mengalami stres, dan mengalami penuaan dini yang paling ekstrim.

32

Page 33: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

Cara cepat untuk mengurangi stres adalah dengan menarik nafas dalam-dalam yang disebut dengan pernafasan difragmatik.Untuk jangka panjangnya, luangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang dapat mengurangi stres Anda.

2. Minum Alkohol

Bukan merupakan suatu kebetulan bila alkohol merupakan kabar buruk mengenai stres.Para wanita sebaiknya membatasi diri meminum minuman beralkohol.Berbagai gangguan kesehatan juga bisa timbul dari kebiasaan minum alkohol yang berlebihan.Termasuk serangan jantung, kangker hati, kanker tenggorokan, dan kanker payudara.

3. Kurang Bergerak

Dengan sedikit menggerakkan tubuh, kita dapat memperpanjang hidup serta mengurangi kelebihan berat, mengurangi stres, dan bahkan mencegah penyakit Alzheimer. Langkah pertama yang perlu dilakukan yaitu hanya dengan berjanji pada diri sendiri bahwa kita akan lebih aktif. Parkirlah mobil dari jauh pintu masuk, menggunakan tangga dan tidak menggunakan lift, melakukan olahraga/senam, jalan kaki selama 30 menit atau lebih banyak selama lima kali atau lebih dalam satu minggu.

4. Mengkonsumsi Makanan Berlemak

Lemak yang dikonsumsi secara berlebihan dapat memacu kolesterol tinggi dan merangsang penyakit jantung.Biasakan diri Anda untuk mengkonsumsi makanan yang non-kolesterol dan berkadar lemak rendah.

Tips: Takar asupan lemak, jangan lebih dari 10 persen (atau kurang) dari seluruh kalori.

5. Merokok

Untuk mengurangi bahaya kanker dan kerutan dini, Anda dapat mengganti rokok dengan permen karet rasa nikotin.Berdasarkan penelitian di tahun 2004, permen karet rasa nikotin memberikan hasil dua kali lipat dimana perokok berhenti merokok dibandingkan dengan keinginan/janji si perokok untuk berhenti merokok.

6. Menghirup Udara Polusi

Polusi udara dapat menyebabkan batuk dan sakit mata/mata perih dan hal ini berhubungan dengan serangan pada penyakit asma dan saluran pernafasan. Usahakan untuk berada di dalam ruangan sebanyak yang Anda bisa bila kadar udara sedang tinggi.

7. Terlalu Sering Kena Sinar Matahari

Batasi diri Anda dari sengatan sinar matahari dan gunakan tabir matahari, paling tidak yang mengandung SPF 15 untuk mencegah resiko kanker kulit dan juga kerutan.

8. Kurang Tidur

33

Page 34: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

Kurang tidur berhubungan dengan obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi dan masalah ingatan. Singkirkan segera televisi dan benda-benda elektronik lain yang mengganggu ketenangan dari kamar tidur Anda. Tata ulang kamar tidur Anda dan ciptakan suasana kamar tidur yang nyaman dengan lampu yang temaram yang membuat Anda tidur dengan nyenyak.

9. Kelebihan Berat Badan

Kelebihan berat badan dapat memicu kemungkinan penyakit serangan jantung, diabetes, bahkan kanker. Penelitian mutakhir menyatakan jenis diet yang dilakukan kurang penting dibandingkan dengan komitmen Anda untuk melakukan diet tersebut dengan disiplin.

10. Mengonsumsi Gula Berlebih

Gula yang berlebihan dapat menaikkan berat badan dan kemungkinan terserang penyakit jantung.Ahli nutrisi menyarankan untuk menjaga tambahan gula pada makanan kecil/cemilan dan kue-kue kering sampai 12 sendok teh per hari pada diet berkalori 2200. Selain itu ganti makanan yang manis-manis dengan buah-buahan dan sayuran segar

LI5. Memahami dan Menjelaskan PHBS Menurut Pandangan Islam

Dalam kehidupan manusia pasti melewati tiga hal, yaitu sehat, sakit dan mati. Sehat dan sakit merupakan rona dan dinamika yang abadi selama manusia masih hidup di muka bumi. Ini yang harus disikapi dengan bijak dan adil bagi umat beragama. Sehat menurut batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. WHO pada tahun 1984 menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian kesehatan seutuhnya. Bila sebelumnya pada tahun 1947 WHO memberikan batasan sehat hanya dari 3 aspek saja, yaitu sehat dalam arti fisik (organobiologik), sehat dalam arti mental (psikologik/psikiatrik) dan sehat dalam arti sosial; maka sejak 1984 batasan tersebut sudah ditambah dengan aspek agama (spiritual).

Islam sejak awal sangat mementingkan hidup sehat melalui tindakan promotif-preventif-protektif. Langkah dimulai dari pembinaan terhadap manusia sebagai subjek sekaligus objek persoalan kesehatan itu sendiri. Islam menanamkan nilai-nilai tauhid dan manifestasi dari tauhid pada diri manusia. Nilai-nilai tersebut mampu merubah persepsii tentang kehidupan manusia yang pada gilirannya tentu saja dapat merubah perilakunya. perilaku yang diharapkan dari manusia yang bertauhid adalah perilaku yang merealisasikan ketaatan kepada perintah dan larangan Allah SWT.

Islam memandang kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena itu Rasulullah saw. menegaskan bahwa orang Islam

34

Page 35: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

yang kuat lebih baik dan lebih disenangi di mata Allah daripada orang mukmin yang lemah seperti diungkapkan dalam hadis berikut:

�ف� الض�ع�ي الم ؤ�م�ن� م�ن� الله� �لى� إ ح�ب�� و�أ �ر� ي خ� الق�و�ي� الم ؤ�م�ن

“Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disenangi di mata Allah daripada orang mukmin yang lemah”. (HR. Muslim)

Senada dengan hadis ini, ada pepatah Arab yang menyatakan:

� �م �ي ل الس� � م الج�س� ف�ي� �م �ي ل الس� الع�ق�ل

“Akal yang sehat terdapat dalam jiwa yang sehat”.

Mengingat pentingnya kesehatan sebagaimana diungkapkan dalam hadits di atas, maka menjaga kesehatan merupakan perintah wajib bagi setiap muslim. Karena dalam kaidah hukum Islam “perintah terhadap sesuatu juga berarti perintah untuk melaksanakan perantaranya”. Artinya jika membangun badan/fisik yang sehat merupakan perintah wajib, maka melakukan perbuatan untuk menjaga kesehatan hukumnya wajib pula.

Secara filosofis, makna kesehatan menurut ajaran Islam adalah kesehatan dalam diri manusia yang meliputi sehat jasmani dan rohani atau lahir dan batin. Orang yang sehat secara jasmani dan rohani adalah orang berperilaku yang lebih mengarah pada tuntunan nilai-nilai ruhaniyah, sehingga melahirkan amal saleh. Ada empat faktor utama yang mempengaruhi kesehatan, ialahh lingkungan (yang utama), perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik. Bila ditilik semuanya tetaplah bemuara pada manusia. Faktor lingkungan yang mencakup fisik, biologi, sosial, dan ekonomi  mempunyai pengaruh paling besar terhadap kondisi kesehatan. Manusialah yang paling memiliki kemampuan untuk memperlakukan dan menata lingkungan hidup

Ketika Islam memandang kesehatan merupakan faktor yang sangat penting, maka Islam juga memberikan petunjuk bagaimana hidup sehat. Di antara yang sangat ditekankan dalam Islam adalah faktor makanan. Islam menyuruh kaum muslim tidak memakan makanan kecuali makanan yang halal dan bergizi seperti dalam firman Allah SWT:

&ا )ب ط�ي ح�الال األر�ض� ف�ي م�م�ا وا ل ك �اس الن �ه�ا ي� أ ا

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik (bergizi) dari apa yang terdapat di bumi….”. (QS. Al-Baqarah: 168)

Makanan yang halal dan bergizi akan membuat tubuh kuat dan tahan terhadap serangan penyakit. Dengan tubuh yang sehat dan kuat ini maka kemungkinan tertular penyakit menjadi kecil. Orang yang mudah terserang penyakit adalah orang-orang yang tidak memiliki antibody yang kuat yang biasanya disebabkan kondisi fisik yang tidak sehat. Karena itu, kesehatan tubuh harus benar-benar diperhatikan dengan mengonsumsi makanan-makanan yang halal dan bergizi. Makanan yang halal dalam Islam adalah makanan-makanan yang terpilih tidak saja dari segi substansi makanannya tetapi juga dari segi asal makanan diperoleh. Konsep

35

Page 36: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

kesehatan dalam Islam tidak hanya mengutamakan kesehatan fisik tetapi juga psikis.

Sedangkan makanan yang bergizi adalah makanan-makanan yang lebih spesifik lagi dari sekian banyak makanan yang halal. Sehingga dengan kriteria makanan yang halal dan bergizi ini, makanan yang masuk ke dalam perut manusia benar-benar makanan yang terpilih. Islam menyadari betul bahwa perut adalah sumber munculnya berbagai macam penyakit, karena itu agar tubuh sehat, makanan yang akan masuk ke dalam perut harus disaring terlebih dahulu, baik aspek gizi maupun kehalalannya.

Urgensi Kebersihan dan Kesehatan

Islam tidak membiarkan manusia di alam ini terbelenggu dalam persoalan yang tidak dapat dipecahkan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:

)ب� الط�ي م�ن� �يث� ب �خ� ال �م�يز� ي �ى ح�ت �ه� �ي ع�ل م� �ت ن� أ م�ا ع�ل�ى �ين� �م ؤ�م�ن ال �ذ�ر� �ي ل �ه الل �ان� ك ا

“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk dari yang baik”. (QS. Ali Imran: 179)

Landasan nilai tauhid mengajarkan agar setiap muslim bergaya hidup bersih dan sehat. Ini merupakan cara efektif untuk menghindari sakit. Kebersihan misalnya, sangat ditekankan oleh Islam dan dinilai sebagai cerminan dari Iman seseorang. Kewajiban membersihkan dari najis, hadats kecil, janabah, sunnah untuk bersiwak membuktikan bahwa Islam sangat perduli terhadap kebersihan fisik dan jiwa. Dengan berwudhu, seorang muslim akan secara langsung membersihkan tangan (yang biasanya menjadi pangkal masuknya penyakit ke dalam mulut) dan muka. Kemudian, mencuci kemaluan dengan air setelah buang air kecil atau buang air besar. Adapun, ibadah puasa memberikan pengaruh sangat baik terhadap kesehatan perut. Dengan puasa, sistem pencernaan yang bekerja, laksana mesin mendapatkan kesempatan untuk diistirahatkan

Dari hidup bersih menuju hidup sehat. Islam mengantisipasi sesuatu yang mengganggu kesehatan, yaitu penyakit. Penyakit dalam pandangan Islam merupakan sesuatu yang harus diberantas. Sebab, orang yang terjangkit penyakit pastilah mengganggu pelaksanaan ibadah secara sempurna dan menghambat produktifitas manusia. Islam mengajarkan pengobatan, tetapi Islam lebih menekan pada pencegahan terkena penyakit. Oleh karena itu, perlu umat Islam mempunyai perspektif bahwa membangun kesadaran hidup bersih, sehat dan mengobati penyakit adalah bagian dari dakwah Islam

Karena itu, salah satu tujuan dari ajaran Islam ialah menghilangkan kemadharatan/bahaya (daf’u al-dharar) yang menimpa  manusia baik bahaya yang mengancam fisik maupun psikis. Tujuannya adalah agar manusia dapat

36

Page 37: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

menjalankan tugasnya sebagai makhluk Allah SWT. -menyembah dan mengabdi kepada-Nya- di muka bumi ini dengan baik. Jika kondisi fisik atau psikis seseorang tidak sehat tentu ia tidak akan dapat menunaikan tugas tersebut dengan baik. Karena itu, Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan dan menganjurkan agar manusia menjaga kesehatan.Di samping itu, untuk mencapai tubuh yang sehat, dalam pandangan Islam tidak cukup hanya mengandalkan faktor internal tubuh manusia saja, tetapi juga faktor lingkungan. Sebaik apapun makanan yang dikonsumsi manusia, jika lingkungannya tidak sehat atau tidak bersih, maka ancaman penyakit masih tetap besar. Karena penyakit bisa datang melalui makanan yang dikonsumsi dan bisa juga melalui udara dan hewan yang kotor. Maka dari itu, Islam juga sangat menekankan kebersihan.

Kesimpulan

Dua konsep Islam tentang kebersihan dan kesehatan sangat tepat untuk membangut sumber daya manusia yang berkualitas. Karena untuk menjadi manusia yang produktif dan kreatif prasyaratnya harus bergaya hidup bersih dan sehat. Kondisi sehat ialah manusianya yang memiliki ketahanan tubuh yang kuat, sehingga tercipta generasi dan masyarakat yang tercantum dalam firman Allah SWT:

ق�و�ال وا �ق ول �ي و�ل �ه� الل �ق وا �ت �ي ف�ل �ه�م� �ي ع�ل خ�اف وا ض�ع�اف&ا �ة& ي ذ ر) �ف�ه�م� ل خ� م�ن� وا ك �ر� ت �و� ل �ذ�ين� ال �خ�ش� �ي و�لد�يد&ا س�

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. (an Nisaa’:9)

�اس� �لن ل �ف�ع ه م� ن� أ الله� �د� ن ع� �اس� الن �ر ي خ�

"Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain." (Al-Hadits)

DAFTAR PUSTAKA

10 Langkah Tatalaksana Gizi Buruk diunduh 29 Mei 2013 dari: http://pkm-banjarsari-lebak.blogspot.com/2011/02/10-langkah-tatalaksana-gizi-buruk.html

Draft Panduan Gerakan Nasional Sadar Gizi Menuju Manusia Indonesia Prima diunduh 28 Mei 2013 dari: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/02/Draft-Pedoman-Gerakan-Nasional-Sadar-Gizi-Februari-2012.pdf

Fikawati, Sandra. 2008. Kumpulan Materi Gizi Kesehatan Masyarakat. Depok : FKM UIHubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29777/4/Chapter%20II.pdf

Mensucikan Diri diunduh 27 Mei 2013 dari: http://www.dzikir.org/index.php/syariat-islam/shalat?start=1

Notoatmodjo, Soekidjo (2003). Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta : Rineka Cipta

37

Page 38: Tugas Mandiri Ske 3 Hasil Riskesdas 2010

Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang (Bantuan Oprasional Kesehatan) diunduh 29 Mei 2013 dari: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Panduan-PMT-BOK-2011.pdf

Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari: http://dinkes-sulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdf

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari: http://dinkes.malangkota.go.id/index.php/artikel-kesehatan/119-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Penyakit Berbasis Lingkungan diunduh 27 Mei 2013 dari: www.pamsimas.org/index.php?option=com... penyakit

Rancangan Undang-Undang RI Tentang Pemberian Makanan Tambahan dan Pemeriksaan Kesehatan Berkala Bagi Anak Usia 1 (Satu) sampai dengan 12 (Dua Belas) Tahun diunduh 29 Mei 2013 dari: http://staff.blog.ui.ac.id/wiku-a/files/2009/02/ruu-ttg-pemberian-makanan-tambahan.pdf

Suhardjo. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta : Kanisius

38