sitektur 11 | kreativitas tanpa batas · PDF fileBentuk kontribusi,dapat berupa artikel...

24
ruang | kreativitas tanpa batas majalah elektronik arsitektur 2011 prospektus: inisiasi berkontribusi

Transcript of sitektur 11 | kreativitas tanpa batas · PDF fileBentuk kontribusi,dapat berupa artikel...

ruang | kreativitas tanpa batas

m a j a l a h e l e k t r o n i k a r s i t e k t u r

2011prospektus: inisiasi berkontribusi

ruang | kreativitas tanpa batas

Cover ruang #2: Arsitektur Hijau

Ivan K. Nastuion | ruang #2

3

ruang

ruang adalah sebuah wadah menyuarakan hati dan pikiran

insan kreatif yang memiliki ketertarikan pada arsitektur, kota serta

permasalahan sosial disekitarnya.

bermula dari sebuah kekosongan, ruang akan bermakna ketika telah terisi. makna sebuah ruang

tergantung pada siapa dan apa yang mengisinya.

ruang meyakini pentingnya kolektifitas dari ilmu pengetahuan dalam berbagi informasi. karena itu ruang hadir untuk memasyarakatkan arsitektur kepada

seluruh masyarakat Indonesia melalui majalah elektronik arsitektur.

ma

j al a

h e

l ek

tr

on

i k a

rs i t

ek

tu

r

Silakan mengunjungi web-blog ruang: http://www.akudanruang.wordpress.com

ruang | kreativitas tanpa batas

5Realita JakartaAnastasia Widyaningsih ruang #2

2010ruang edisi perdana dirilis dengan tiga edisi tematik yang berkaitan dengan arsitektur, kota dan permasalahan sosialnya. edisi #1 | tema : ruang (Maret)edisi #2 | tema : Arsitektur hijau (Agustus)edisi #3 | tema : Jakarta (Desember)

ruang telah dibaca oleh lebihdari tiga ribu netizen.

Sembilan belas kontributor ikut berpartisipasi pada tiga edisi pertama ruang.

Distribusi ruang melalui: Socio-media seperti facebook, twitter dan LinkedInweb-blog ruang(www.akudanruang.wordpress.com)Sharing media: Slideshare, Issuu, Scribd, dan Evolitera Website komunitas atau organisasi(IA Arsitektur ITB, rujak.org, dll)Melalui milis-milis.

.

.

.

.

.

TARGET

ruang | kreativitas tanpa batas

2011ruang terus berdedikasi untuk memasyarakatkan arsitektur kepada masyarakat Indonesia

ruang terus berusaha meningkatkan kinerja melalui optimalisasi website, tampilan visual yang lebih menarik, serta konten yang lebih menarik dan bersahabat

ruang terus memperluas jejaring, baik dari segi pembaca maupun kontributor.

ruang telah menyiapkan 4 edisi tematik yang akan diinvestigasi sebagai rencana periode satu tahun

7

...Spaces in SnapshotsFauzan Rahmat Purnomo | ruang #1

ruang | kreativitas tanpa batas

9

Perahu di Kampung Luar BatangAgus Prabowo | ruang #3

ruang | kreativitas tanpa batas

Berkontribusi!Melalui “prospektus: inisasi berkontribusi 2011”, ruang ingin mengajak rekan-rekan insan kreatif untuk turut berpartisipasi dalam ruang 2011. Bentuk kontribusi,dapat berupa artikel (esai), foto, desain, lukisan, wawancara atau segala bentuk karya seni lainnya. Karya kita, apapun bentuknya, bisa sangat berarti demi kemajuan arsitektur. Yuk mari kita berkontribusi!

Dalam berkontribusi, hal yang perlu diperhatikan:A.

B.

C.

D.

E.

F.

G.

H.

I.

Kontributor dapat memilih berkontribusi sesuai dengan tema yang diajukan per edisi (pilihan tema ada pada halaman 12-13 dan call for papers #1-4 ada pada halaman 14-21) .Kontributor diharapkan menggunakan pilihan kata dan bahasa yang dimengerti masyarakat umum atau memberikan penjelasan (footnote) terhadap istilah-istilah tertentu.Karya dapat bersifat informatif, edukatif, persuasif atau kombinasi diantara ketiganya.Jika kontribusi berbentuk artikel / essai, maka maksimal terdiri atas 1500 kata dan disertai gambar maksimal 8 gambar.Setiap foto, ilustrasi dan gambar diberi keterangan berisi: sumber, nama author atau fotograferKontributor berhak untuk mendesain lay-out untuk karyanya sendiri. Jika kontributor mengolah lay-out karyanya sendiri, file yang dikirimkan adalah file *.indd (maksimal edisi CS3) beserta file link-nya. Jumlah halaman satu karya kontributor maksimal berjumlah 4 (empat) halaman A5Jika kontributor tidak mendesain lay-out sendiri, file yang dapat dikirimkan berupa Word (.doc) dan atau gambar (JPG atau PSD).Ruang tidak membeli intellectual property untuk material yangditampilkan.Tulisan dan gambar akan dicek kembali untuk kesalahan eja dan kesesuaian layout.

Sertakan pula biodata diri: foto dan profil singkat (± 200 kata), untuk dimasukkan pada halaman khusus profil kontributor.

Saran dan pertanyaan mengenai kontribusi dapat dikirimkan ke:[email protected]

11

Bamboo House (architect: Budi Faisal)

Andhang Trihamdani | ruang #2

ruang | kreativitas tanpa batas

ruang bincang: CEO Bakrieland, Hiramsyah S. ThaibGiri N. Suhardi | ruang #2

Tema 2011

13

Tema 2011

#4 (Q1-2011)rencana terbit:April 2011

#5 (Q2-2011)Juni 2011

#6 (Q3-2011)Sept 2011

#7 (Q3-2011)Des 2011

Karya arsitekIndonesia diluar negeri

Arsitektur

Ruang Publik

Metropolis Asia

08 April

30 Mei

15 Agust

31 Okt

kompetisi, riset, karya terbangun,esai, foto esai oleh arsitek Indonesiayang berkarya di luar Indonesia

Apa definisi arsitektur saat ini? arsitektur dengan segala keterbatasannya. untuk siapakah arsitektur?

Definisi ‘publik’, kriteria atau bentuk ruang ‘publik’

Menggali kespesifikan, kelokalan sebuah metropolis dari kualitas generik-nya sebagai kota global.

edisi tema waktu* keterangan

*) merupakan tenggat waktu pengiriman karya kontributor

Note:Kontributor dapat memilih salah satu tema dari pilihan tema di atas.Untuk membaca call of paper per tema, dapat melihat halaman 14-21

ruang | kreativitas tanpa batas

call for papers edisi #4:Ruang #4: Karya arsitek Indonesia di luar Indonesia.

Deskripsi Arsitek merupakan profesi yang erat kaitannya dalam proses penghadiran arsitektur. Di Indonesia, begitu banyak rumah pribadi, galeri, kantor, rumah ibadah, atau pusat perbelanjaan yang telah dirancang oleh arsitek. Terkadang, arsitek internasional diundang untuk merancang di Indonesia karena berbagai prestasi yang telah mereka dapatkan. Arsitek lokal dan internasional saling berlomba untuk menghasilkan karya-karya arsitektur di Indonesia.

Di lain sisi, tak banyak pula arsitek Indonesia yang telah berkarya dan berhasil menghasilkan karya arsitektur di luar negeri. Arsitek Indonesia ikut berkontribusi dalam proses pembangunan arsitektur, baik secara mikro maupun makro di banyak negara di belahan dunia ini. ruang sangat tertarik untuk menyelidiki manifesto, karya, discovery, peranan, kontribusi, bahkan eksploitasi arsitek Indonesia yang telah berkarya di luar negeri.

ruang mencari nilai-nilai apa yang para arsitek Indonesia bawa. Apa yang telah mempengaruhi karya mereka, atmosfir kantor mereka dan lingkungan mereka; menjadi hal yang menarik untuk dibahas. Apa bentuk atau peranan secara arsitektural dan makro (kota) yang telah mereka intervensi. Apa arti kehadiran mereka untuk arsitektur, apa investigasi mereka, dan dimana mereka berdiri? ruang tertarik untuk mengamati negosiasi para arsitek Indonesia dengan nilai-nilai globalisasi, eksposur filosofi barat dan berbagai stylistic starchitect di luar negeri.

Dengan melihat karya-karya arsitek Indonesia yang berada di luar Indonesia, dalam bentuk esai, foto esai, kompetisi, proyek terbangun, riset, paper architecture, sketsa, intervensi urban dan lain-lain; kita dapat mencari benang merah peranan diantara mereka. Atau mungkin masing-masing berdiri menyesuaikan diri secara kontekstual.

Tujuan Mengajak pembaca ruang mengetahui sejauh mana para arsitek Indonesia telah berkarya sampai ke level internasional.

Mengajak pembaca ruang untuk melihat bagaimana karya arsitektur di luar negeri yang merupakan hasil karya arsitek Indonesia, dapat dihargai dan diapresiasi oleh lingkungannya.

Mengajak para pembaca ruang untuk lebih mengenali profesi arsitek (melalui karya arsitek Indonesia di luar negeri) dan lebih mengapresiasi profesi arsitek.

15

Social Mall: Barter, Trade,Exchange: Reinventing Public SpaceSHAU (Daliana Suryawinata) + Andra Matin architect+ stba (Alex Wall) | ruang #3

ruang | kreativitas tanpa batas

call for papers

edisi #5:arsitektur

Ruang #5: arsitektur?Deskripsi Setelah mengangkat karya arsitek Indonesia pada edisi #4, kami melakukan pendekatan flash back untuk mempertanyakan hal yang mendasar: apakah arsitektur itu?

Di Indonesia, dalam esai oleh Iwan Sudrajat mengenai sejarah arsitektur Indonesia1, pencarian akan identitas arsitektur Indonesia telah dimulai semenjak berdirinya institusi arsitektur pertama pada tahun 1950-an. V.R van Romondt kemudian berambisi untuk mendefinisikan ‘arsitektur Indonesia’ sebagai penggenapan gagasan fungsionalisme, rasionalisme, dan kesederhanaan dari desain modern, namun terinspirasi oleh prinsip arsitektur tradisional. Membaiknya perekonomian bangsa berimbas pada pertukaran langgam arsitektur dari luar negeri. Tempelan Romawi, Yunani dan Spanyol; serta romantisme arsitektur tradisional hadir pada arsitektur di masa-masa pembangunan Indonesia. Kini arsitektur berkonfrontasi dengan postmodernisme yang membuat para arsitek berlomba-lomba mendesain bangunan inovatif dan unik2. Terlepas dari konteks Indonesia, apakah arsitektur itu sebenarnya? Siapakah golongan yang kerap menikmati kata “arsitektur”?

Dengan banyaknya role model arsitek yang mengambil berbagai peranan dalam masyarakat: ada yang memfokuskan diri membantu kalangan atas untuk membangun segala macam pusat komersil, perumahan mewah dan gated community di kota; di ekstrim yang lain ada yang membantu merehabilitasi kampung kota dengan perencanaan partisipatifnya; ada pula yang mengusung slogan good design is good business, mencoba mengedukasi klien-klien agar melek desain tanpa harus kehilangan profit; bahkan arsitek pun merangkap berbagai peran sebagai perencana kota, memimpin komunitas kreatif, kampanye lingkungan hidup dengan desain green roof nya yang eksesif, mencoba membuat model ekonomi baru hingga terjun ke pengembangan energi.

Benarkah arsitektur bersifat ekslusif hanya dimiliki oleh kaum elitis? Dimana arsitektur harus memposisikan dirinya ditengah-tengah banyaknya elemen pembentuk kota? Siapa yang harus arsitektur bela?

Tujuan Mengajak pembaca ruang mengetahui dan memikirkan ulang apa sebenarnya definisi dari arsitektur itu, dimana posisi arsitektur kini dan apa peranan penting arsitektur di kehidupan modern manusia kini.

Mengajak pembaca ruang untuk mengapresiasi kehadiran arsitektur pada peradaban masa kini.

1 Iwan Sudrajat. Arsitektur Indonesia (1950-1990): Sebuah telaah historis singkat. Borneo publication, 2005. P viii Indone-sian architecture now oleh Imelda Akmal2 ibid

17Kawasan Gerbang Utara ITB”.Tiyok Prasetyoadi & PDW architects | ruang #2

ruang | kreativitas tanpa batas

Layout artikel ruangruang #1, #2, #3

Ruang #6: Pencarian ruang ‘publik’ di Indonesia

Deskripsi Perbedaan mendasar dari publik dan privat dapat dilihat secara jelas pada model tipologi ruang polis Yunani: oikia dan agora. Oikia bermakna keluarga, rumah tangga atau rumah; bersifat introvert, bangunan berorientasi ke dalam halaman dan terlihat solid dari luar. Oikia adalah manifestasi ruang privat yang menampung kehidupan keluarga, juga tempat produksi dan ‘bengkel’ kerja. Agora bermakna berkumpul. Agora adalah ruang terbuka dimana aktivitas publik diluar oikia berlangsung: politik (berdemokrasi dan berfilosofi) dan komersial (pasar). Semua penduduk (citizen) di ruang publik (Agora) adalah setara dan bebas untuk berpendapat dan merepresentasikan diri mereka didepan umum. Ruang publik harus bersifat netral.

Ruang publik, setelah keluarga, akan membentuk seseorang1; individu akan berinteraksi, berkomunikasi dan berkonfrontasi dengan nilai-nilai individu lain atau bahkan masyarakat; nilai-nilai tersebut dibawa kembali ke keluarga, dan membentuk individu berikutnya.

Ruang ‘publik’ yang kita sempat percaya: jalan, pedestrian, taman-taman, plaza, fasilitas transportasi umum, lapangan olahraga dan museum2 kini diprivatisasi. Infrastruktur jalan Toll dimiliki oleh sektor privat, pedestrian dan halte di apropriasi oleh pedagang kaki lima, plaza, taman dan lapangan olahraga diinteriorisasi oleh mall. Ruang publik tidak lagi netral. Nilai-nilai yang kita bawa dari ruang publik pun tidak lagi netral, sudah dikendalikan oleh sektor privat yang cenderung mengacu kepada nilai-nilai konsumerisme.

Seringkali dalam mematerialisasikan ruang publik, secara disadari atau tidak, seorang arsitek akan menjawab dengan ruang terbuka, plaza, lapangan atau taman. Namun apakah ini sesuai untuk masyarakat Indonesia? Atau ini hanyalah sebuah romantisme dan kekaguman kita terhadap bangsa Eropa, kita ingin membuat ulang piazza Navona, taman Versailles, trevi fountain atau Spanish steps. Apakah plaza, taman dan ruang terbuka adalah sebenar-benarnya manifestasi ruang ‘publik’? Ataukah kita hanya memaksakan diri untuk membawa sebagian Eropa ke tanah air. Bukankah kita memiliki potensi ruang publik di gang-gang kampung, lapangan musholla, alun-alun, halaman depan rumah, tempat negosiasi dan komunikasi berlangsung.

Apa kehadiran fasilitas ‘publik’ di kota sudah menghilang? Benarkah kota sekarang adalah milik sektor privat? Seperti feudalisme baru, dimana sebagian besar lahan kota milik beberapa orang saja. Apakah makna ‘publik’ masih relevan untuk didiskusikan ketika kebanyakan orang sudah mulai tidak percaya akan kata ini?

Tujuan Mengajak pembaca ruang mengenali dan mempertanyakan kembali makna ruang publik di Indonesia

Mengajak pembaca ruang untuk berinisiasi menghadirkan kembali kehadiran ruang publik di Indonesia

1 “…the new-born infant first starts to form into a person when it enters into social interaction. And that infant first becomes a person by entering the public space of a social world which awaits him with open arms.” (Jürgen Habermas. Commemorative Lecture, Kyoto Nov. 11, 2004)2 Project for Public Spaces in New York (1984) 19

call for papers edisi #6: Ruang Publik

Ruang #7: 10 Metropolis Asia

“More than half of the world’s population will live in cities by 2008,

most of them in developing countries, a report by the UN Population Fund says... And

by 2030 the UN Population Fund says the number of city inhabitants will be over five billion, or 60% of world

population...” (BBC News, 27 June 2007)

Manusia urban, sudah sangat tergantung kepada kota,dan kota sudah sangat tergantung kepada manusianya. Kota selalu menjadi pusat kehidupan manusia. Berbagai harapan seolah ditawarkan oleh kota, mulai dari ekonomi, kultur, lifestyle, teknologi, informasi, kehidupan modern, hingga hiburan. Kota seolah sebuah tempat impian yang dapat menyediakan apa saja, yang mampu mengubah hidup seseorang. Berbondong-bondonglah orang ke kota mengejar impian-impian dan tawaran-tawaran tersebut. Kota-kota Asia telah menjadi pusat urbanisasi (berasal dari kata urbs1) dalam 20 tahun terakhir ini, dikarenakan pesatnya pertumbuhan ekonomi; begitu juga sebaliknya, pertumbuhan ekonomi pun dipacu oleh urbanisasi.

Seketika ledakan populasi terjadi, dan kota-kota asia harus dengan cepat mengakomodasi permasalahan ini. Kota mulai mengembangkan dirinya secara vertikal, dengan solusi yang cepat kota mulai menyusun rencana lantai tipikal dan menumpuknya satu diatas yang lain. Belum cukup dengan hal itu, skyscraper2 tipikal tadi pun di copy and paste disebar diseluruh kota untuk

1 agglomerasi massa terbangun2 “The skyscraper looks as if it will be the final, definitive typology. It has swallowed everything else. It can exist anywhere: in a rice field, or downtown – it makes no difference anymore. The towers no longer stand together; they are spaced so that they didn’t interact. Density in isolation is the ideal.” Rem Koolhaas. The Generic City from the book “S,M,L,XL”. Ed. The Monacelli Press 1995.

Deskripsi

ruang | kreativitas tanpa batas

call for papers

edisi#7

Metropolis A

sia

menyedot u r b a n i s a s i

tadi.

Urbanisasi secara spontan membuat kota menjadi generic3.

Kota menjadi kumpulan copy paste architecture, repetisi dari hal yang sama di

berbagai sudut kota. Kota kehilangan kespesifikannya, sekuens kota tidak lagi terbaca, kota tidak lagi terencana

dan terbedakan satu dengan lainnya. Jika disederhanakan, yang membedakan Singapura, Beijing dan Jakarta hanyalah merlion, forbidden city dan monas, selebihnya generic. Ikon pun menjadi identitas kota. Dan arsitektur pun berlomba-lomba menghadirkan ikon-ikon baru di kota, sehingga lagi-lagi ketika kota dipenuhi oleh ikon, kota pun menjadi generic. Apakah ikon kota Beijing: forbidden city, CCTV, Bird nest stadium, Olympic water cube, atau Beijing national theater?

Berbagai kota metropolis Asia, seperti Singapore, Bangkok, Kuala Lumpur, Shanghai, Beijing, Mumbai, New Delhi, Seoul, Tokyo; memiliki pendekatan tata kelola yang berbeda-beda. Perencanaan kota menghasilkan gaya hidupnya masing-masing. Kita perlu mengamati perilaku kota-kota tersebut secara parsial atau bahkan secara menyeluruh dan kemudian mengambil pembelajaran di baliknya sebagai tolak ukur untuk menghasilkan pembangunan yang lebih baik.

Mengajak pembaca ruang mengenali karakteristik kota-kota metropolis di Asia

Mengajak pembaca ruang untuk mengambil pembelajaran dari pembangunan metropolis Asia

3 “The Generic City is fractal, an endless repetition of the same simple structural module...” Rem Koolhaas. The Generic City from the book “S,M,L,XL”. Ed. The Monacelli Press 1995.

Tujuan

21

Menuju Jakarta Hemat Energi dan Bebas Emisi

Khairul I. Mahadi | ruang #3

ruang | kreativitas tanpa batas

23Cover ruang #1, 2 & 3;Web blog ruang

Giri Narasoma SuhardiMahasiswaLondon

Ivan Kurniawan NasutionArsitek & MahasiswaRotterdam

Anna Silalahi SjoehoedArsitekKusuma Agustianto Architect, Jakarta

Tiyok PrasetyoadiArsitek & Urban DesignerPDW architects, Jakarta

Realrich SjariefArsitek & Urban DesignerDOT workshop, Bandung

Fauzan Rahmat PurnomoArsitekAedas architects, Singapore

EDITORS

CONTRIBUTORS

CONSULTANT EDITORS

Khairul I. Mahadi Endy Subijono Agus Prabowo Woerjantari Soedarsono

Ridwan Kamil Rossie Indira Daliana Suryawinata Meditya Wisesa Adji Krisbandono Goris Mustaqim Anastasia Widyaningsih

Andhang Trihamdani Fachmi Pradifta Annesa Hasibuan

ruang #3

ruang #3

ruang #3

ruang #3

ruang #2

ruang #3

ruang #3

ruang #3

ruang #3

ruang #2

ruang #3

ruang #2

ruang #3

ruang #3

Menuju Jakarta Hemat Energi dan Bebas Emisi

Menteng

Jakarta Melalui Lukisan

Memperkuat Karakter Kawasan Pemugaran Menteng & Kebayoran Baru

Going Green is Good Business

Jakarta – mana pantaimu?

Social Mall: Barter, Trade, Exchange: Reinventing Public Space

Kemacetan Lalu Lintas dan Rendahnya Efisiensi Pengguaan Kontainer Transportasi

Menata (kembali) Kotaku: Mungkinkah

Menikmati Green Lighthouse di Kopenhagen, Denmark

Foto: REALITA JAKARTA

Bamboo House : karya Budi Faisal

TITAN CITY: Utopia Sebuah Metropolis

Kantong Komunitas:Isolasi atau Solusi