Verawaty -Arsitek n Wisata

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Medan merupakan kota yang terletak di Pulau Sumatera sebelah utara. Letaknya yang berdekatan dengan negeri Jiran, kota Medan menjadi pintu gerbang wisatawan wilayah Indonesia bagian barat. Letaknya yang strategis itu pula, membuat kota ini menjadi kota Multietnis. Dari berbagai etnis yang ada, sehingga mewujudkan keberagaman dari bentuk fisik, sistem religi, hukum, arsitektur, makanan, dan keseniannya. Namun dari sekian keberagaman tersebut, yang paling terlihat keunikan dan keberagamannya adalah dari segi arsitektur. Hal itu dapat diamati dari tempat ibadah yang tersebar di seluruh kota dan telah dijadikan aset wisata oleh pemerintah kota Medan. Tempat ibadah di kota Medan lahir karena adanya multikultural sehingga ornamen, simbolis, atau ciri khas dari budaya luar masuk ke dalam religi Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari keunikan arsitektur yang indah pada beberapa tempat ibadah terutama pada Vihara Gunung Timur berada di Jalan Hang Tuah 16, Medan. Vihara ini didirikan sekitar tahun 1930, oleh banyak donatur. Warna pada Vihara ini dominan berwarna merah. Vihara Gunung Timur dipenuhi dengan ornamen dan bentuk yang berciri khas arsitektur Tionghoa, yaitu adanya patung singa di depan pintu gerbang, dan terdapat lampion-lampion di atas atap. Patung ikan

Transcript of Verawaty -Arsitek n Wisata

Page 1: Verawaty -Arsitek n Wisata

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Medan merupakan kota yang terletak di Pulau Sumatera sebelah utara.

Letaknya yang berdekatan dengan negeri Jiran, kota Medan menjadi pintu gerbang

wisatawan wilayah Indonesia bagian barat. Letaknya yang strategis itu pula, membuat

kota ini menjadi kota Multietnis. Dari berbagai etnis yang ada, sehingga mewujudkan

keberagaman dari bentuk fisik, sistem religi, hukum, arsitektur, makanan, dan

keseniannya. Namun dari sekian keberagaman tersebut, yang paling terlihat keunikan

dan keberagamannya adalah dari segi arsitektur. Hal itu dapat diamati dari tempat

ibadah yang tersebar di seluruh kota dan telah dijadikan aset wisata oleh pemerintah

kota Medan. Tempat ibadah di kota Medan lahir karena adanya multikultural sehingga

ornamen, simbolis, atau ciri khas dari budaya luar masuk ke dalam religi Indonesia.

Hal ini dapat terlihat dari keunikan arsitektur yang indah pada beberapa tempat ibadah

terutama pada Vihara Gunung Timur berada di Jalan Hang Tuah 16, Medan. Vihara

ini didirikan sekitar tahun 1930, oleh banyak donatur. Warna pada Vihara ini dominan

berwarna merah. Vihara Gunung Timur dipenuhi dengan ornamen dan bentuk yang

berciri khas arsitektur Tionghoa, yaitu adanya patung singa di depan pintu gerbang,

dan terdapat lampion-lampion di atas atap. Patung ikan berkepala naga juga terlihat

gagah berdiri di atas vihara (Medan panduan wisata). Dari beberapa deskripsi tentang

bangunan religi yang ada di Medan, dapat disimpulkan bahwa kota Medan memiliki

aset wisata yang potensial terutama dari segi arsitekturnya. Disamping itu untuk

menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990, Tentang:

Kepariwisataan pada penjelasan Pasal 4, bab III, menegaskan bahwa saat ini

pengembangan pariwisata di Indonesia dititikberatkan di setiap daerah, karena setiap

daerah memiliki potensi serta objek dan daya Tarik wisata (ODTW). Dengan adanya

otonomi daerah yang diberlakukan di Indonesia, maka setiap daerah di Indonesia

dituntut harus dapat meningkatkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD),

agar dapat membiayai pembangunan daerah itu sendiri.

Page 2: Verawaty -Arsitek n Wisata

1.2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini, yaitu:

Bagaimana cara untuk mempertahankan keunikan arsitektural dalam desain, komposisi bentuk dan warna dalam bangunan vihara pada Vihara Gunung Timur?

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan penelitian, yaitu:

Untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat mengenai tempat ibadah yang sudah berkembang menjadi tempat pariwisata.

Untuk mempertahankan keunikan bangunan ibadah arsitektural pada Vihara Gunung Timur.

1.4. Metode Penelitian

Metoda penelitian yang digunakan meliputi:

a. Metode deskriptif, yaitu dengan melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data

ditempuh dengan cara : studi pustaka / studi literatur, wawancara dengan peminat robot,

observasi lapangan serta browsing internet.

b. Metode dokumentatif, yaitu mendokumentasikan data yang menjadi bahan penyusunan

penulisan ini. Cara pendokumentasian data adalah dengan membuat gambar dari

kamera digital.

c. Metode komparatif, yaitu dengan mengadakan studi banding terhadap kasus serupa.

d. Analisa, yaitu melakukan analisis terhadap data-data yang sudah dikumpulkan dari

lokasi dengan meninjau kembali studi literatur dan studi banding untuk menentukan

konsep perancangan yang akan direncanakan.

e. Bimbingan langsung dari dosen, yaitu data juga diperoleh pada saat asistensi dengan

dosen pembimbing yang berupa masukan dan koreksi atas laporan.

Page 3: Verawaty -Arsitek n Wisata

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Pengertian Topik

Hubungan Arsitektur dan Pariwisata

Dalam perkembangan dunia yang sangat cepat dan sangat tidak bisa dievaluasi dengan tepat, maka yang akan terjadi adalah sebuah perkembangan didunia pariwisata dan dunia arsitekturnya. Pada saat sebuah negara memacu diri untuk turut serta dalam situasi perkembangan seperti ini, maka yang akan terjadi adalah sebuah fenomena dimana dunia arsitektur akan sangat berperan dalam mengajak seluruh orang yang terlibat dalam dunia pariwisata.

Dalam era globalisasi, sebuah karya arsitektur akan benar-benar mandapat pengujian dari para ahli dibidang pariwisata sedang hasil dari ujian ini akan dinikmati oleh para pelaku wisata dari seluruh wilayah negara baik dari dalam maupun dari luar negeri. Arsitektur adalah sebuah dasar dari petualangan imajinasi seorang manusia dalam memenuhi kebutuhan dirinya. Sedang dunia pariwisata adalah tempat dimana seseorang mencari tempat dimana dia dapat menikmati apa yang dia inginkan dan tempat dimana dia dapat merasakan dirinya dengan lingkungan sekitar dalam suatu kebersamaan yang sesuai dengan keinginannya.

Sebuah tempat pariwisata yang sangat menggugah minat para wisatawan adalah sebuah tempat yang menampilkan keunikan negaranya dengan berbagai atraksi kedaerahan dan juga atraksi kemampuan masyarakatnya, sehingga orang akan benar benar merasakan suatu kebersamaan dirinya dengan lingkungannya saat dia berada ditempat tersebut. Sebuah tempat pariwisata akan sangat menarik jika didalamnya ada sebuah fasilitas bersama dimana para wisatawan dapat merasakan betapa dirinya menjadi teramat penting untuk menjadi bagian dari kebersamaan alam yang membuat dirinya menjadi satu dengan alam sekitarnya

Sebuah obyek wisata akan menjadi sangat berkesan dan akan menjadi sebuah tempat yang selalu diinginkan oleh para wisatawan, apabila disana mereka merasakan sebuah kebersamaan dengan lingkungan dengan kenyamanan yang maksimal. Seperti halnya seorang wanita yang sangat menginginkan dirinya menarik minat kaum pria untuk melihatnya, maka sebuah tempat pariwisatapun memerlukan upaya yang maksimal untuk dapat menarik minat wisatawan untuk melihatnya.

Page 4: Verawaty -Arsitek n Wisata

II.2. Terminologi Judul

Dalam sub-bab ini akan dibahas pengertian judul , yakni :

“PARIWISATA ARSITEKTURAL PADA VIHARA GUNUNG TIMUR “

1. PARIWISATA

Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi, merupakan definisi oleh Organisasi Pariwisata Dunia. Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa mulai dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan, minuman, dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Dan juga menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya.

Banyak negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal.

Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

2. ARSITEKTURAL

Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Arsitektur tidak akanpernah lepas dari karya arsitektur itu sendiri. Karya arsitektur berbeda dengan bangunan gedung. Menurut Nicolaus Pavsner, segala jenis naungan yang memberi keleluasaan kepada manusia untuk bergerak bebas di dalamnya adalah sebuah bangunan gedung, sedangkan karyaarsitektur adalah bangunan gedung yang dibuat dengan keterarahan estetik. Sehingga sebuah karya arsitektur sesungguhnya adalah bangunan gedung yang ditingkatkan kualitasnya.

Arsitektur adalah menyangkut suatu masalah penataan suatu kota dimana padapermulaannya, yakni arsitek tersebut mengerahkan semua ambisinya untuk mendapatkan suatu jarak panjang yang paling baik dari suatu struktur bangunan yang dibuatnya, serta dilihat dari segala sudut pandang.

Page 5: Verawaty -Arsitek n Wisata

3. PADA

Pengertian arti kata “pada” yang menjelaskan tentang suatu tempat atau tujuan yang ditunjukkan.

4. VIHARA

Vihara adalah rumah ibadah agama Buddha, bisa juga dinamakan kuil. Klenteng adalah rumah ibadah penganut taoisme, maupun konfuciusisme. Tetapi di Indonesia, karena orang yang ke wihara/kuil/klenteng umumnya adalah etnis Tionghoa, maka menjadi agak sulit untuk dibedakan, karena umumnya sudah terjadi sinkritisme antara Buddhisme, Taoisme, dan Konfuciusisme. Banyak umat awam yang tidak mengerti perbedaan antara klenteng dan wihara. Klenteng dan wihara pada dasarnya berbeda dalam arsitektur, umat dan fungsi. Klenteng pada dasarnya berarsitektur tradisional Tionghoa dan berfungsi sebagai tempat aktivitas sosial masyarakat selain fungsi spiritual. Wihara berarsitektur lokal dan biasanya mempunyai fungsi spiritual saja. Namun, wihara juga ada yang berarsitektur tradisional Tionghoa seperti pada wihara Buddhis aliran Mahayana yang memang berasal dari Tiongkok.

Perbedaan antara klenteng dan wihara kemudian menjadi rancu karena peristiwa G30S pada tahun 1965. Imbas peristiwa ini adalah pelarangan kebudayaan Tionghoa, termasuk kepercayaan tradisional Tionghoa, oleh pemerintah Orde Baru.[2] Klenteng yang ada pada masa itu terancam ditutup secara paksa. Banyak klenteng yang kemudian mengadopsi istilah dari bahasa Sanskerta ataupun bahasa Pali, mengubah nama sebagai wihara dan mencatatkan surat izin dalam naungan agama Buddha demi kelangsungan peribadatan. Dari sinilah kemudian umat awam sulit membedakan klenteng dengan wihara.

Setelah Orde Baru digantikan oleh Orde Reformasi, banyak wihara yang kemudian mengganti nama kembali ke nama semula yang berbau Tionghoa dan lebih berani menyatakan diri sebagai klenteng daripada wihara.

5. GUNUNG

Gunung adalah sebuah bentuk tanah yang menonjol di atas wilayah sekitarnya. Gunung adalah bagian dari permukaan bumi yang menjulang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari sebuah bukit, tetapi ada kesamaaan, dan penggunaan sering tergantung dari adat lokal. Beberapa otoritas mendefinisikan gunung dengan puncak lebih dari besaran tertentu; misalnya, Encyclopædia Britannica membutuhkan ketinggian 2000 kaki (610 m) agar bisa didefinisikan sebagai gunung.

Gunung adalah suatu bentuk permukaan tanah yang letaknya jauh lebih tinggi daripada tanah-tanah di daerah sekitarnya. Gunung pada umumnya lebih besar dibandingkan dengan bukit, tetapi bukit di suatu tempat bisa jadi lebih tinggi

Page 6: Verawaty -Arsitek n Wisata

dibandingkan dengan apa yang disebut gunung ditempat yang lain. Gunung pada umumnya memiliki lereng yang curam dan tajam atau bisa juga dikelilingi oleh puncak-puncak atau pegunungan. Pada beberapa ketinggian gunung bisa memiliki dua atau lebih iklim, jenis tumbuh- tumbuhan, dan kehidupan yang berbeda.

6. TIMUR

Timur adalah sebuah arah mata angin dalam kompas. Timur merupakan arah mata angin yg arahnya berlawanan dengan barat dan merupakan asal matahari terbit. Digunakan untuk menjelaskan arah-arah lainnya. Karena itulah dalam peta arah utara selalu ditunjukkan dengan sebuah tanda panah. Timur biasanya berada di kanan peta.

Oleh karena itu jika ditarik kesimpulan maka pengertian dari judul “PARIWISATA ARSITEKTURAL PADA VIHARA GUNUNG TIMUR “ adalah menjelaskan bagaimana masyarakat dapat menanggapi hasil karya arsitektural atau seni seni yang dituangkan arsitek pada bangunan Vihara Gunung Timur yang dojadikan sebagai tempat ibadah dan tempat wisata yang bersejarah.

II.3. Sejarah Vihara Gunung Timur

Vihara Gunung Timur adalah kelenteng Tionghoa (Taoisme) yang terbesar di Kota Medan, Indonesia dan mungkin juga di pulau Sumatra. Kelenteng ini dibangun pada tahun 1930-an. Vihara Gunung Timur ini terletak di Jalan Hang Tuah, sekitar 500 meter dari Kuil Sri Mariamman dan berada persis di tepi Sungai Babura sehingga dianggap sebagian oleh orang, mempunyai fengshui yang baik lantaran dekat dengan air.

Vihara Gunung Timur merupakan vihara milik semua orang, bahkan mungkin tidak hanya umat Buddha. Sebab, vihara yang dibangun tahun 1960-an didirikan dari banyak sekali penyumbang yang tidak bisa disebut satu per satu namanya. Tidak ada yang lebih menonjol dari penyumbang yang lain. Pada awalnya, vihara itu merupakan rumah petak dengan pelataran yang luasnya tidak lebih dari 50 meter persegi.

Sekarang tanah curam di tepi Sungai Babura sudah berubah menjadi area vihara dengan luas sekitar satu hektar. Suasananya langsung mengingatkan saya waktu kunjungan ke vihara-vihara di Hong Kong saat Mensa Annual Gathering di sela-sela Mensa IBD 2007 yang lalu.

Page 7: Verawaty -Arsitek n Wisata

BAB III

STUDI BANDING

III.1. Kelenteng Soei Goeat Kiang

Salah satu tempat yang harus dikunjungi jika berwisata di Sungai Musi yang

melintasi kota Palembang, yakni Kelenteng Tri Dharma Chandra Nadi (Soei Goeat

Kiong) atau yang lebih dikenal sebagai Klenteng Dewi Kwan Im. Kelenteng ini

terletak di Jalan Perikanan, 10 Ulu, Palembang. Mengunjungi kelenteng Chandra

Nadi dapat melalui darat dan sungai. Dari darat, kita harus menyeberangi Jembatan

Ampera, lurus ke Jalan Gubernur Ahmad Bastari, kemudian balik ke arah jalan di

bawah Jembatan Ampera, kemudian menuju Jalan Perikanan. Kelenteng tepat berada

di tepi jalan, sebelum menuju Dermaga 10 Ulu.

Di depan kelenteng ini terdapat lima warung kopi, pempek dan kerupuk.

Pempek dan kerupuk 10 Ulu cukup terkenal di Palembang maupun di daerah lain di

Indonesia. Tak heran kita menemukan warung pempek di Jakarta, misalnya, dengan

merk "Pempek 10 Ulu". Jika melalui jalan sungai. Kita dapat menuju kelenteng ini

dengan naik perahu ketek, baik dari dermaga 16 Ilir—dermaga yang terdekat—

maupun dermaga lainnya seperti dermaga Benteng Kuto Besak. Biaya naik perahu

ketek ini sebesar Rp 2.500 per orang. Jika ingin menyewanya buat menyeberang

dengan lima penumpang cukup membayar Rp 50 ribu.

Kelenteng Kwan Im dibangun pada masa Kesultanan Palembang Darussalam

dan Kolonial Belanda yakni tahun 1733. Klenteng ini didirikan sebagai ganti

Page 8: Verawaty -Arsitek n Wisata

kelenteng yang terbakar di kampung 7 Ulu. Lalu, mengapa di kampung 10 Ulu

dibangun kelenteng. Ternyata di sana terdapat makam seorang panglima Palembang

keturunan Tionghoa bernama Ju Sin Kong atau biasa disebut Apek Tulong. Dia

beragama Islam. Sebelum dijadikan klenteng, setiap orang berziarah di sini

mendapatkan keberkahan atau terbebas dari penyakit.

III.2. Vihara Mahavira Graha Pusat

Pada mulanya bangunan yang didirikan adalah semi permanen dengan fungsi sebagai Kuti (tempat tinggal Sangha) dan tempat pelatihan meditasi. Akhirnya tahun 1993 pemancangan tiang utama pendirian Buddhist Building Indonesia, Wihara Mahavira Graha Pusat dilaksanakan yang terus dilanjutkan pembangunan gedung hingga pengecoran atap bangunan. Tahun 1995 diadakan Upacara Pemberkatan oleh Sangha se-dunia yang dihadiri ± 160 Bhiksu dari manca negara dan sekaligus diadakanpuja Sangha Dana Internasional.

Pada tahun 1996, pembangunan Buddhist Bulding Indonesia telah hampir memasuki tahap penyelesaian. Pada saat itu, wihara telah mengembangkan misinya menjadi wadah tempat ibadah seta kegiatan- kegiatan religious. Wihara mahavira Graha Pusat yang dipimpin oleh anggota Sangha berusaha mewujudkan tanah suci para Buddha di abad moderen dengan pembinaan umat untuk senantiasa menerapkan Buddha Dharma didalam kehidupan seharihari serta mewujudkan pendidikan Buddha Dharma dalam kehidupan berkeluarga, sosial dan bermasyarakat. Wihara Mahavira Graha Pusat mewujudkannya melalui kegiatan spiritual, pendidikan, seni budaya, kebajikan sosial masyarakat dan pelaksanaan toleransi antar lintas agama, konferensi, seminar ditingkat Nasional hingga Internasional.

Page 9: Verawaty -Arsitek n Wisata

III.3. Kelenteng Kwan Sing Bio

Bukan hanya menjadi salah satu kelenteng yang terindah di Indonesia, Kelenteng Kwan Sing Bio pun menjadi kelenteng terbesar di Asia Tenggara dengan luas 4 hektar. Kelenteng Kwan Sing Bio yang dibangun pada abad ke-18 ini berada di Jalan Raya R.E. Martadinata , Tuban – Jawa Timur. Kelenteng Kwan Sing Bio ini adalah satu-satunya kelenteng di Indonesia yang menghadap ke laut. Jika di kelenteng-kelenteng lain yang menjadi simbol di pintu masuknya adalah naga, maka simbol di pintu masuk Kelenteng Kwan Sing Bio ini adalah kepiting.

Klenteng Kwan Sing Bio memilki beberapa arsip yang berisi tentang sejarah berdirinya Klenteng Kwan Sing Bio, akan tetapi arsip tersebut terbakar pada saat zaman penjajahan. Hingga saat ini, sejarahnya sendiri merupakan cerita yang diceritakan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, untuk mengetahui tahun berdirinya Klenteng Kwan Sing Bio secara pasti cukup sulit. Pada masa Orde Baru, klenteng ini merupakan sebuah rumah ibadah yang diperuntukkan bagi tiga umat agama. Oleh karena itu, klenteng ini sering dikenal dengan nama TITD (Tempat Ibadah Tri Dharma), yaitu umat Budha, Taoisme dan Konghucu.

Berbeda dengan klenteng pada umumnya, ketika akan memasuki area klenteng yang menempati tanah yang luasnya lebih dari 5 hektar ini, kita akan melihat seekor kepiting besar yang ada di atas gapura sebagai lambangnya. Sedangkan naga yang menjadi symbol dari sebuah klenteng pada umunya, bisa kita lihat di atas bangunan tempat pemujaan dan berdoa. Di samping bangunan ini terdapat tempat pembelajaran bahasa mandarin, peramal jiamsi dan kantor sekretariat. Menuju ke bagian belakang, ada sebuah bangunan hall yang bersebelahan dengan bangunan berasitektur Tiongkok yang dibangun di atas sebuah danau kecil lengkap dengan jembatan penyebrangan. Di bagian paling belakang terdapat bangunan serbaguna, terdiri dari empat lantai. Biasanya bangunan ini digunakan sebagai tempat menginap pada saat perayaan Ulang Tahun Klenteng Kwan Sing Bio yang diperingati sekitar bulan Agustus. Dan di samping danau kecil itu terdapat dapur umum yang menyediakan makanan secara cuma-cuma untuk para pengunjung klenteng.

Page 10: Verawaty -Arsitek n Wisata

BAB IV

ANALISIS DATA

IV.1. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :1. Studi Literatur maupun kepustakaan yang berhubungan dengan judul penelitian.2. Studi lapangan atau pengamatan lapangan terhadap objek penelitian untuk

memahami fenomena dan kejadian sebenarnya yang ada pada kawasan kajian untuk kemudian di analisis dan untuk mendapat suatu usulan dan rekomendasi terhadap penelitian.

IV.2. Lokasi PenelitianLokasi penelitian yang diambil pada Jl. Jendral Sudirman (Vihara Gunung

Timur) dengan fokus khusus terhadap pariwisata Vihara Gunung Timur di Medan. Alasan pengambilan lokasi tersebut karena berdekatan dengan pusat kota dan merupakan daerah yang didominasi oleh daerah dengan tingkat kepariwisataan yang lumayan bagus.

Gambar 4.1. Peta Kawasan Jendral Sudirman Sumber : Peta Kota Medan.

Vihara Gunung Timur

Page 11: Verawaty -Arsitek n Wisata

Gambar 4.2. Fasad Depan Vihara Gambar 4.3. View Depan ViharaSumber : Survei Pribadi Sumber : Survei Pribadi

Gambar 4.4. Sirkulasi Antar Dua Bangunan Gambar 4.5. Fasad Kiri ViharaSumber : Survei Pribadi Sumber : Survei Pribadi

IV.3. Metode Analisa DataMetode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

dimana fenomena-fenomena yang ditemukan dari data lapangan dianalisis dan digambarkan atau dibandingkan dengan standar-standar ataupun norma-norma yang berlaku mengenai wisata bangunan vihara.

IV.4. Fisik Kawasan KajianSecara umum kondisi fisik pada daerah kawasan penelitian ini dapat dijelaskan

sebagai berikut : 1. Tata guna lahan kawasan kajian. Kondisi eksisting tata guna lahan yang ada site

ini adalah tata guna lahan campuran yang didominasi oleh daerah perdagangan, pusat perbelanjaan, pusat wisata,perhotelan, dll.

2. Kondisi eksisting pada Vihara Gunung Timur didapat dari hasil survey lapangan menunujukkan bahwa Vihara Gunung Timur ditempatkan pada daerah dengan kawasan yang sesuai.

IV.5. Infrastruktur Kawasan KajianKondisi Infrastruktur yang ada pada kawasan Jalan Jendral Sudirman sangat baik.

Penataan penghijauan pada jalan Jendral Sudirman sangat baik. Lampu jalan juga cukup terang untuk menerangi sepanjang jalan.

Page 12: Verawaty -Arsitek n Wisata

IV.6. Aktivitas Kawasan KajianAktivitas yang ada pada kawasan kajian tidak bergitu padat. Kawasan pada jalan

menuju Vihara Gunung Timur cukup lancar karena memasuki gang yang lebar jalannya lebih kurang 4 meter. Pada malam hari kawasan ini lumayan baik karena diterangi dengan lampu jalan.

Tabel 4.1. Tabel Vihara Gunung Tmiur pada Jl. Jendral SudirmanN

NO. GAMBAR KETERANGAN

11.

Bagian dalam Vihara diambil dari pintu masuk, memperlihatkan deretan pilar kuat penyangga atap, yang diukir dengan huruf Cina di permukaannya. Lentera Cina dengan bentuk bulat dan memanjang terlihat menggelantung di bawah langit-langit.

22.

Keempat penjaga atap bangunan yang bergaya khas Cina dilihat dari jarak yang lebih dekat, dengan dua singa batu putih di pintu masuk, sementara beberapa lentera Cina bergelantungan di langit-langit untuk memberi penerangan pada malam hari.

33.

Halaman kelenteng ini sangat luas dan mampu menampung ratusan kendaraan roda empat, serta pada saat yang sama memberi pandangan luas tanpa halangan bagi pengunjung yang melakukan ritual di pintu masuk Vihara menghadap ke langit luas. Dua naga tampak menjaga gagah di atap vihara, dengan dua ekor ikan raksasa berkepala naga ikut menjaga di belakang mereka.

Page 13: Verawaty -Arsitek n Wisata

44.

Gambar ini diambil dari sudut kiri dari pintu masuk bangunan Vihara Gunung Timur ini. Pada bagian gambar ini terdapat patung buddha yang sangat dihormati dan juga terdapat dua patung singa gagah di depan pintu seolah menjaga kedamaian kuil dari unsur negatif yang berniat mengganggu. Demikian pula dengan patung Dewa Kang Jian Jun yang berdiri tegak di sisi kanan pintu vihara.

55.

Bagian dalam ruangan Vihara Gunnung Timur ini terdapat CCTV atau kamera pengintai yang dipasang pada setiap sudut ruangan yang berfungsi untuk merekam setiap kejadian-kejadian yang baik maupun buruk demi kenyamanan dan keamanan pengunjung.

66.

Warna dominan vihara sebagian besar berwarna merah menyala berpadu kuning emas menghadirkan keistimewaan arsitek asal negeri tirai bambu ini. Dua patung singa gagah di depan pintu seolah menjaga kedamaian kuil dari unsur negatif yang berniat mengganggu.

Sumber : Survei Lapangan (9 Juni 2015)

Page 14: Verawaty -Arsitek n Wisata

ISTPFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

JURUSAN ARSITEKTUR

TAHUN 2014-2015

KAPITA SELEKTA

JUDUL : PARIWISATA ARSITEKTURAL PADA VIHARA GUNUNG TIMUR

DISUSUN OLEH :

NAMA :VERAWATY

NIM :12.184.0018

DOSEN : YUANITA SIDABUTAR ,ST,MSI