Sistem Saraf Pusat

6

Click here to load reader

Transcript of Sistem Saraf Pusat

Page 1: Sistem Saraf Pusat

DATA PENGAMATAN

Gambar sel syaraf

Gambar sistem saraf pusat (otak dan spinalis cordata)

Page 2: Sistem Saraf Pusat

PEMBAHASAN

Sistem saraf pusat (SSP) meliputi otak (bahasa Latin: ensephalon) dan sumsum tulang belakang (bahasa Latin: medulla spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang sangat penting maka perlu perlindungan. Selain tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, otak juga dilindungi 3 lapisan selaput meninges. Bila membran ini terkena infeksi maka akan terjadi radang yang disebut meningitis.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada katak normal, katak memiliki aktivitas yang tinggi dalam pernapasan, gerak melompat, posisi kepala (condong ke atas), gerak buka-tutup mata. Pada percobaan pengamatan refleks, katak akan menarik kakinya secara spontan ketika salah satu jari kaki kanannya dijepit menggunakan pinset saat katak pada posisi tergantung dengan kaki depan terikat. Katak juga akan segera membalikkan tubuhnya ketika tubuhnya ditelungkupkan, begitu juga ketika dada dan pahanya dibasahi dengan larutan asam asetat (CH3COOH) 2% sebagai reaksi terhadap rasa perih pada kulit yang sensitif. Ketika katak berada dalam toples ½ penuh berisi air, ia akan berenang-renang/melompat-lompat ketika seluruh tubuhnya terendam ke dalam air. Gerakan buka-tutup kelopak mata katak terjadi jarang sekali, hal ini bisa dikarenakan penyimpanan katak sebelum digunakan adalah di dalam karung yang mungkin menyebabkan katak kekurangan oksigen dan kelelahan.

Percobaan selanjutnya dilakukan percobaan yang sama seperti pada katak normal, namun dengan katak yang otaknya ditusuk menggunakan jarum secara lurus, kemudian jarum tersebut digoyangkan kekiri dan kekanan masing-masing sekali, kemudian terakhir diluruskan dan dicabut. Pada saat pertama kali jarum mengenai (menusuk) otak, tubuh katak mengalami kejang dan berlangsung kontinu beberapa saat. Katak yang otaknya dirusak menunjukkan masih dapat melakukan gerk refleks pada percobaan pengamatan gerak refleks, hal ini dikarenakan gerak refleks merupakan suatu mekanisme gerak yang dimulai dari stimulus→reseptor→saraf sensoris→spinalis cordata(pusat integrasi)→saraf motorik→efektor. Namun karena otak yang mengatur fungsi pernapasan, gerak sadar dan keseimbangan (cerebellum/otak kecil) rusak, maka pernapasan pada katak tersebut jadi tidak berarturan, ketika ditetesi asam asetat tidak menunjukkan reaksi dan posisi kepala yang menjadi lebih menunduk dibandingkan pada keadaan normal. Gerakan buka-tutup mata tidak terjadi sama sekali, dan kemampuan berenang menurun ketika seluruh tubuhnya dicelupkan ke dalam air.

Percobaan ketiga adalah pengamatan pada katak yang otak dan spinalis cordatanya diruak/ditusuk dengan menggunakan jarum. Pada saat bagian spinalis cordata katak ditusuk menggunakan jarum, katak tidak menunjukkan reaksi yang sama dengan saat otaknya ditusuk, yaitu kejang, hal ini kemungkinan dikarenakan penghantaran impuls yang terhambat/terhenti pada sel syaraf yang rusak sehingga impuls yang dihantrakan menuju otak tidak dapat diintegrasi untuk menentukan respon. Pada pengamatan gerak refleks, katak tidak menunjukkan kemampuan melakukan gerak refleks lagi dikarenakan spinalis cordata yang rusak. Aktivitas katak dalam bernapas, bereaksi terhadap larutan asamasetat yang diteteskan pada dada dan pahanya pun menurun drastis. Katak tidak melakukan penyeimbangan posisi

Page 3: Sistem Saraf Pusat

tubuh saat berada pada posisi miring, hal ini dikarenakan fungsi keseimbangan yang dipegang oleh otak dan spinalis cordata telak mengalami kerusakan, posisi kepala katak juga lebih merunduk dibandingkan dengan katak dengan otak yang rusak. Katak tidak melakukan pergerakan kelopak mata, namun kelopak matanya nampak lebih rileks dibandingkan pada katak normal.

Pada katak yang mengalami otak hilang, hanya tersisa sedikit pergerakan setelah sesaat otaknya diangkat yaitu berupa hembus-hembusan napas terakhir. Peristiwa napas terakhir ini disebabkan oleh penghantaran impuls yang terhenti karena tidak mencapai otak sedangkan sistem saraf otonom yang mengatur aktivitas tubuh di bawah kesadaran mengisyaratkan untuk dilakukan pernapasan sebagai upaya menghantarkan oksigen ke bagian-bagian tubuh yang memerlukan.

Jalur saraf otonom terdiri dari suatu rantai dua neuron, dengan neurontransmiter terakhir yang berbeda antara saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Dalam hal ini serabut saraf simpatis memiliki hasil kerja yang berlawanan dari serabut saraf parasimpatis. Serabut saraf parasimpatis berguna untuk meningkatkan (pada umumnya) aktivitas/dilatasi dalam percobaan ini adalah kontriksi dan dilatasi otot pupil. Sedangkan serabut saraf simpatis bekerja dengan efek yang berlawanan yaitu menghambat aktivitas/kontriksi otot pupil. Pada percobaan sistem saraf otonom terhadap katak, dilakukan pembedahan pada bagian rahang katak yang mengandung bola mata utuh. Rahang atas katak kemudian dibagi menajdi dua bagian, yaitu kiri dan kanan. Bagian kiri yang memiliki mata kiri memiliki ukuran pupil 0,09 mm dan bagian kanan yang meiliki mata kanan memiliki ukuran pupil 0.07 mm. Kemudian setelah mata kiri ditetesi dengan asetilkolin mengalami dilatasi otot pupil menjadi 0,19 mm sedangkan mata kanan yang ditetesi epinefrin (adrenalin) mengalami kontriksi otot pupil menjadi 0,03 mm. Hal ini disebabkan larutan asetilkolin bersifat merangsang kerja saraf simpatis sehingga otot pupil berkontriksi, sedangkan larutan epinefrin merangsang kerja saraf parasimpatis sehingga otot pupil berdilatasi.

KESIMPULAN

o Pada dasarnya struktur sistem saraf pada katak mirip dengan struktur sistem saraf

pada manusia, sehingga semua yang terjadi pada katak dalam berbagai keadaan (normal, otak rusak, otak rusak+spinalis cordata rusak, otak hilang) meliputi aktivitas pernapasan, menyeimbangkan posisi tubuh terhadap gaya gravitasi bumi, gerak refleks, kemampuan pergerakan otot sadar, pergerakan otot pupil dan lain sebagianya kemungkinan besar juga terjadi pada manusia pada keadaan yang sama.

o Pada katak normal, aktivitas secara keseluruhan terjadi dengan baik, terkendali dan

cepat.

o Katak yang otaknya dirusak mengalami penurunan fungsi keseimbangan, serta

penurunan kemampuan beraktivitas.

Page 4: Sistem Saraf Pusat

o Katak yang otak dan spinalis cordatanya dirusak, mengalami kehilangan fungsi

kontrol keseimbangan, gerak refleks dan penurunan bahkan disfungsi beberapa organ dan bagian tubuh.

o Katak yang kehilangan otak mengalami kematian, setelah beberapa saat pengangkatan

otak.

o Pada percobaan sistem saraf otonom menggunakan mata katak, asetilkolin bekerja

merangsang saraf simpatik menyebabkan terjadinya kontriksi otot pupil, sedangkan epinefrin bekerja merangsang saraf parasimpatik menyebabkan terjadinya dilatasi otot pupil.

DAFTAR PUSTAKA

http://sadam-informatika.blogspot.com/2010/09/pengaruh-epinefrin-dan-asetilkolin.html, diakses pada hari selasa, 6 maret 2012

http://arsis-adhinatha.blogspot.com/2011/01/parasimpatomimetik-atau-kolinergik.html, diakses pada hari selasa, 6 maret 2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_saraf_pusat, diakses pada hari selasa, 6 maret 2012

http://gurungeblog.wordpress.com/category/sistem-koordinasi-dan-indera/, dikases pada hari selasa, 6 maret 2012

http://biofarmasiumi.wordpress.com/2010/11/26/sistem-saraf/, diakses pada hari selasa, 6 maret 2012