Sistem Perencanaan Dan Penganggaran

16
TUGAS SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN Disusun oleh : KELOMPOK 1 Alim Syaiful Fuad NIM 041414253018 Titik Setiawati NIM 041414253019 Barda Suraidah NIM 041414253020 MAGISTER AKUNTANSI STAR BPKP

Transcript of Sistem Perencanaan Dan Penganggaran

T U G A S S I S T E M A K U N T A N S I P E M E R I N T A H A N

SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

Disusun oleh :

KELOMPOK 1

Alim Syaiful Fuad NIM 041414253018Titik Setiawati NIM 041414253019Barda Suraidah NIM 041414253020

MAGISTER AKUNTANSI STAR BPKPFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2014

SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN

Pembangunan nasional merupakan upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam mencapai tujuan bernegara. Agar pembangunan nasional dapat berjalan dengan baik tidak dapat dilepaskan dari tataran demokrasi dan mengacu pada prinsip-prinsip penting yang tidak boleh diabaikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional. Agar kegiatan pembangunan berjalan efektif, efisien, dan bersasaran, diperlukan adanya suatu perencanaan pembangunan yang matang.

Perencanaan sangat bermanfaat dalam mengurangi ketidakpastian serta perubahan di masa ating, mengarahkan semua aktivitas pada pencapaian visi dan misi organisasi, serta sebagai wahana untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan kinerja suatu organisasi. Perencanaan dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam konteks perencanaan pembangunan pemerintahan, maka penyusunannya terutama berpedoman pada UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Sementara itu, penganggaran merupakan suatu proses untuk menyusun sebuah rencana keuangan tahunan pemerintahan yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah dan DPR serta ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1. SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMERINTAH PUSAT

Ketentuan tentang perencanaan ini diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Sistem Pembangunan Pembangunan Nasional (SPPN) merupakan suatu “proses untuk mementukan tindakan masa depan yang tepat,

melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.” Rencana kerja terdiri dari beberapa komponen utama antara lain:

a. Jangka panjang dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dengan jangka waktu 20 tahun. Proses penyusunan RPJP dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan. Penyusunan RPJP dilakukan dalam 4 tahap, yaitu: Penyiapan Rancangan RPJP, dimana kegiatan ini dibutuhkan guna mendapatkan

gambaran awal dari visi, misi, dan arah pembangunan nasional. Musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) jangka panjang yang

dilaksanakan untuk mendapatkan masukan dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan/stakeholders terhadap rancangan RPJP.

Penyusunan Rancangan Akhir RPJP. Seluruh masukan d a n komitmen hasil Musrenbang menjadi masukan utama penyempurnaan rancangan.

Penetapan undang-undang tentang RPJP, di bawah koordinasi Bappenas yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi hukum. Rancangan akhir RPJP beserta lampirannya disampaikan kepada DPR sebagai inisiatif Pemerintah, untuk diproses lebih kanjut menjadi undang-undang tentang RPJP Nasional.

b. Jangka menengah dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) yang berjangka waktu 5 tahun. Dalam penyusunannya, RPJM Nasional harus berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program baik di dalam maupun lintas Kementerian/Lembaga, dalam satu maupun lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro. Termasuk di dalamnya adalah arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Tahapan Penyusunan RPJM meliputi : Penyiapan Rancangan awal RPJM Nasional oleh Bappenas sebagai lembaga yang

bertanggung jawab mengkoordinasikan perencanaan pembangunan secara nasional. Penyiapan rancangan Rencana Strategis Kementrian/Lembaga (rancangan Renstra

K/L), yang dilakukan oleh seluruh kementerian dan lembaga. Penyusunan rancangan Renstra ini bertujuan untuk merumuskan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan tugas dan fungsi kementerian/lembaga, agar selaras dengan program prioritas kepala negara terpilih.

Penyusunan rancangan RPJM Nasional oleh Kementerian Perencanaan. Tahap ini merupakan upaya mengintegrasikan rancangan awal RPJM Nasioal dengan rancangan Renstra K/L, yang menghasilkan rancangan RPJM Nasioal.

Penyelenggaraan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) jangka menengah nasional. Kegiatan yang dilaksanakan paling lambat dua bulan setelah presiden dilantik ini dilaksanakan guna memperoleh berbagai masukan dan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) atas rancangan RPJM Nasional.

Penyusunan Rancangan Akhir RPJM Nasional, dimana seluruh masukan dan komitmen hasil Musrenbang Jangka Menengah Nasional menjadi masukan utama penyempurnaan rancangan RPJM Nasional.

Penetapan Peraturan Presiden tentang RPJM Nasional, di bawah koordinasi kementerian yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi hukum.

c. Jangka pendek dalam bentuk Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dengan periode tahunan (1 tahun).Rencana Pembangunan Jangka Tahunan adalah perencanaan yang meliputi periode satu tahun yang dalam hal ini disebut sebagai Rencana Kerja Pemerintah dan merupakan penjabaran dari RPJM Nasional. Selain RKP, pada tingkat kemeterian/lembaga disusun Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL). Renja-KL disusun berpedoman pada Renstra-KL yang telah ada lebih dulu dan mengacu pada prioritas pembangunan Nasional. Penyusunan Renja-KL dilakukan secara bersamaan dengan penyusunan RKP karena keduanya saling terkait. Adapun tahap penyusunan RKP adalah sebagai berikut: penyiapan rancangan awal RKP sebagai penjabaran RPJM Nasional; penyiapkan rancangan Renja-KL sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan

mengacu kepada rancangan awal RKP Bappenas mengkoordinasikan penyusunan rancangan RKP dengan

menggunakan rancangan Renja-KL; musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang); penyusunan rancangan akhir rencana kerja berdasarkan hasil Musrenbang; dan Penetapan RKP dalam bentuk Peraturan Presiden yang menjadi pedoman dalam

menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Renja-KL menjadi pedoman untuk menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL).

Pemerintah setiap tahun memiliki hak dan sekaligus kewajiban untuk menyusun anggaran. Anggaran yang disusun oleh pemerintah merupakan wujud perencanaan pembangunan tahunan sekaligus sebagai pedoman pelaksanaan tugas kenegaraan selama satu tahun. Anggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistematis menunjukkan alokasi sumber daya manusia, material dan sumber daya lainnya.

Pendekatan penyusunan anggaran menjadi acuan bagi pemangku kepentingan bidang penganggaran dalam merancang dan menyusun anggaran. Pendekatan yang digunakan dalam penganggaran terdiri dari:

1) Penganggaran Terpadu (unified budget)

Pendekatan penganggaran yang dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan dan penganggaran di lingkungan K/L untuk menghasilkan dokumen RKA-KL sesuai dengan dengan klasifikasi anggaran menurut organisasi, fungsi, dan jenis belanja. Dengan pengintegrasian tersebut diharapkan keterpaduan proses perencanaan dan penganggaran dapat dilaksanakan dan menghindari terjadinya duplikasi dalam penyediaan dana untuk K/L baik yang bersifat investasi maupun untuk keperluan biaya operasional. Pada sisi yang lain penerapan penganggaran terpadu juga diharapkan dapat mewujudkan Satuan Kerja (Satker) sebagai satu-satunya entitas akuntansi yang bertanggung jawab terhadap aset dan kewajiban yang dimilikinya, serta adanya akun (pendapatan dan/atau belanja) yang seragam untuk satu transaksi sehingga dipastikan tidak ada duplikasi dalam penggunaannya.

Mulai penyusunan tahun 2011, penyusunan RKA-K/L menggunakan hasil restrukturisasi program/kegiatan dalam kaitannya dengan klasifikasi anggaran menurut program dan kegiatan, serta penataan bagian anggaran dan satker untuk pengelolaan anggaran dalam kaitannya dengan klasifikasi anggaran menurut organisasi.

2) Penganggaran Berbasis Kinerja (performance based budgeting)

Pendekatan penganggaran ini dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut. Landasan konseptual yang mendasari penerapan PBK antara lain:

Pengalokasian anggaran berorientasi pada kinerja (output and outcome oriented); Pengalokasian anggaran Program/Kegiatan didasarkan pada tugas-fungsi Unit Kerja yang

dilekatkan pada struktur organisasi (Money follow function); Terdapatnya fleksibilitas pengelolaan anggaran dengan tetap menjaga prinsip akuntabilitas

(let the manager manages).

Agar penerapan PBK tersebut dapat dioperasionalkan maka PBK menggunakan instrumen sebagai berikut:

Indikator kinerja, merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur Kinerja; Standar biaya, adalah satuan biaya yang ditetapkan baik berupa standar biaya masukan

maupun standar biaya keluaran sebagai acuan perhitungan kebutuhan anggaran; Evaluasi Kinerja, merupakan penilaian terhadap capaian Sasaran Kinerja, konsistensi

perencanan dan implementasi, serta realisasi penyerapan anggaran.

Perumusan hasil pada program dan keluaran pada kegiatan dalam penerapan PBK merupakan hal penting disamping perumusan indikator kinerja program/kegiatan. Rumusan

indikator kinerja ini menggambarkan tanda-tanda keberhasilan program/kegiatan yang telah dilaksanakan beserta output/outcome yang diharapkan. Indikator kinerja inilah yang akan digunakan sebagai alat ukur keberhasilan setelah berakhirnya program/kegiatan. Indikator kinerja yang digunakan baik pada tingkat program atau kegiatan dalam penerapan PBK dapat dilihat dari sisi:

Masukan (input) : untuk melaporkan jumlah sumber daya yang digunakan dalam menjalankan suatu kegiatan atau program;

Keluaran (output) : untuk melaporkan unit barang/jasa yang dihasilkan suatu kegiatan atau program.

Hasil (outcome) : untuk melaporkan hasil (termasuk kualitas pelayanan) suatu program atau kegiatan.

3) Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (medium term expenditure framework) :

Pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan yang menimbulkan implikasi anggaran dalam jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran.

Penyusunan RKAKL dan APBN

Penyusunan RKA-KL diawali dengan penyusunan Renja-KL yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan yang dilengkapi sasaran kinerja dengan mengacu pada prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif serta prakiraan maju untuk tahun anggaran berikutnya. Tahap ini merupakan tahap dimulainya mengaitkan rencana kerja dengan jumlah anggaran yang tersedia dan persiapan untuk menyusun RKA-KL. Selanjutnya Renja dimaksud ditelaah oleh Bappenas berkoordinasi dengan Menteri Keuangan. Koordinasi ini dilakukan atas pendaanan dan pengkodean.

Berdasarkan hasil pembahasan pokok-pokok kebijakan umum fiskal dan RKP antara pemerintah dengan DPR, Menteri Keuangan menerbitkan SE tentang Pagu Sementara bagi masing-masing program pada K/L pada pertengahan bulan Juni. Pagu Sementara ini merupakan dasar bagi K/L untuk menyesuakan Rencana Kerja mereka menjadi RKA-KL yang dirinci per kegiatan untuk setiap unit kerja yang ada di K/L. Selanjutnya hasil penyusunan RKA ini akan dibahas oleh K/L dengan komisi di DPR yang mitra kerjanya.

RKA-K/L hasil pembahasan kemudian diserahkan kepada Menteri Perencanaan untuk ditelaah. Penelaahan dilakukan oleh Menteri Perencanaan untuk kesesuaiannya dengan RKP dan oleh Menkeu untuk kesesuaiannya dengan Pagu Sementara. Hal ini dilakukan untuk menjaga konsistensi penganggaran dengan perencanaan dan prioritas pembangunan nasional serta tidak melampaui pagu.

Tahap akhir dari penyusunan RKA-KL ini adalah menghimpun seluruh RKA hasil telaahan untuk dijadikan bahan menyusun rancangan APBN dan nota keuangan.Tahap ini dilakukan oleh Menkeu dan hasilnya akan dibahas dalam sidang kabinet.

Pembahasan RAPBN di DPR dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan Oktober. Sehubungan dengan pembahasan RAPBN ini, DPR mempunyai hak budget yaitu hak untuk menyetujui anggaran. Dalam hal DPR tidak setuju dengan RAPBN yang diajukan oleh pemerintah, DPR dapat mengajukan usulan perubahan atau menolaknya, namun DPR tidak berwenang untuk mengubah dan mengajukan usulan RAPBN.

Apabila DPR tetap tidak menyetujuinya maka yang berlaku adalah APBN tahun sebelumnya. APBN yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan organisasi, fungsi, program/kegiatan, dan jenis belanja. Dengan APBN yang demikian berarti DPR telah memberikan otorisasi kepada Kementerian Negara/Lembaga untuk melaksanakan program/kegiatan dengan pagu anggaran yang dimilikinya. APBN yang telah disetujui oleh DPR dan disahkan Presiden menjadi UU APBN dan selanjutnya dimuat dalam Lembaran Negara. UU APBN dilengkapi dengan rincian APBN yang dituangkan dalam Peraturan Presiden tentang Rincian APBN.

2. SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

Pembangunan Daerah diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, keadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan daerah. Perencanaan Pembangunan Daerah disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan tanggap terhadap perubahan dan diselenggarakan berdasarkan asas umum penyelenggaraan pemerintahan. Sistem Penganggaran Daerah diselenggarakan berdasarkan asas-asas umum pengelolaan keuangan negara yang meliputi: akuntabilitas, berorientasi pada hasil, profesionalitas, proporsionalitas, keterbukaan dan pemeriksaan keuangan oleh Badan Pemeriksa yang bebas dan mandiri. Sistem Perencanaan dan Penganggaran Daerah bertujuan untuk:

mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar daerah, ruang, waktu,

fungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan dan pengawasan mengoptimalkan partisipasi masyarakat menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,

berkeadilan dan berkelanjutan memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Negara Kesatuan

Republik Indonesia

Perencanaan Pembangunan Daerah mencakup penyelenggaraan perencanaan makro semua fungsi pemerintahan daerah yang meliputi semua bidang kehidupan secara terpadu. Proses Perencanaan Pembangunan Daerah meliputi :

a. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP Daerah) RPJP Daerah merupakan suatu dokumen Perencanaan Pembangunan untuk periode 20

(dua puluh) tahun yang memuat visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang daerah. RPJP Daerah mengacu pada RPJP Nasional dan RPJP Provinsi serta memperhatikan hasil

analisis dan prediksi kondisi umum daerah Dipergunakan sebagai acuan dalam penyusunan RPJM Daerah.

b. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah) RPJM Daerah merupakan suatu dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah untuk

periode 5 (lima) tahun sebagai penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional serta RPJM Daerah Provinsi.

RPJM Daerah memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program satuan kerja perangkat daerah, lintas satuan kerja perangkat daerah dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif

Dipergunakan sebagai acuan dalam penyusunan Renstra SKPD dan penyusunan RKPD.

c. Rencana Pembangunan Jangka Menengah atau Rencana Strategis Satuan Kerja perangkat Daerah (Renstra SKPD) Renstra SKPD merupakan suatu dokumen perencanaan pembangunan satuan kerja

perangkat daerah untuk periode 5 (lima) tahun, yang penyusunannya berpedoman pada RPJM Daerah.

Renstra SKPD memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah dan bersifat indikatif

Dipergunakan sebagai acuan dalam penyusunan Renja SKPD.

d. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah atau Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) RKPD merupakan suatu dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah untuk periode 1

(satu) tahun, sebagai penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu kepada RKP dan RKPD Provinsi.

RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang terukur serta pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat

Dipergunakan sebagai acuan dalam penyusunan Renja SKPD dan dijadikan pedoman dalam penyusunan Kebijakan Umum APBD.

e. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) Renja SKPD merupakan suatu dokumen perencanaan pembangunan Satuan Kerja

Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun, disusun dengan berpedoman kepada Renstra SKPD dan mengacu kepada RKPD.

Renja SKPD memuat kebijakan program dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh Pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Renja SKPD dipergunakan sebagai pedoman bagi penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) yang bersangkutan.

Penganggaran Daerah mencakup penyusunan keseluruhan proses perencanaan anggaran daerah yang meliputi :

a. Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) KUA merupakan dokumen perencanaan anggaran untuk periode 1 (satu) tahun yang

disusun berdasarkan RKPD dan sebagai pedoman penyusunan APBD sesuai yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun.

KUA menjadi dasar pembahasan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) antara Pemerintah Daerah dan DPRD yang akanmenjadi landasan penyusunan RAPBD.

Tahap penyusunan KUA antara lain :1) Kepala daerah menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS

berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun.

2) Pedoman penyusunan APBD memuat antara lain: pokok-pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi kebijakan pemerintah d engan pemerintah daerah; prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran berkenaan; teknis penyusunan APBD.

3) Dalam menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS, kepala daerah dibantu oleh TAPD yang dipimpin oleh sekretaris daerah.

4) Rancangan KUA dan rancangan PPAS yang telah disusun, disampaikan oleh sekretaris daerah selaku ketua TAPD kepada kepala daerah, paling lambat pada minggu pertama bulan Juni.

5) Rancangan KUA memuat kondisi ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, kebijakan pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah, dan strategi pencapaiannya.

b. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) PPAS merupakan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang diberikan

kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam menyusun RKA-SKPD. Rancangan PPAS disusun dengan tahapan sebagai berikut:

1) menentukan skala prioritas pembangunan daerah

2) menentukan prioritas program untuk masing-masing urusan3) menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program/kegiatan.

c. Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA), Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD), dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) ditetapkan oleh Kepala Daerah berdasarkan PPAS

yang telah disepakati bersama-sama dengan DPRD sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD).

RKA-SKPD disusun oleh masing- masing Satuan Kerja Perangkat Daerah berdasarkan Renja SKPD dan PPA/PPAS selanjutnya disampaikan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) sebagai bahan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD).

Rancangan APBD disusun oleh PPKD bersama-sama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) dibawah koordinasi Sekretaris Daerah selaku Ketua TAPD.

d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) APBD merupakan dasar dan wujud Pengelolaan Keuangan Daerah dalam masa 1

(satu) tahun anggaran, terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember yang ditetapkan setiap tahun dengan Peraturan Daerah.

APBD disusun dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan Pendapatan Daerah yang terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan.

APBD berpedoman kepada PPA dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara.

Proses penetapan APBD secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:1) Penyampaian dan Pembahasan Raperda APBD

a) Kepala daerah menyampaikan Raperda APBD kepada DPRD disertai penjelasan dan dokumen pendukungnya pada minggu pertama bulan Oktober untuk dibahas dalam rangka memperoleh persetujuan bersama.

b) Pembahasan tersebut menitikberatkan pada kesesuaian antara KUA dan PPAS dengan program dan kegiatan yang diusulkan dalam Raperda APBD.

2) Persetujuan Raperda APBD

a) Pengambilan keputusan bersama DPRD dan kepala daerah terhadap Raperda APBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. Atas dasar persetujuan bersama tersebut, kemudian kepala daerah menyiapkan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

b) Apabila DPRD sampai batas waktu tersebut tidak mengambil keputusan bersama dengan kepala daerah terhadap Raperda APBD, kepla daerah

melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya untuk membiayai keperluan setiap bulan, yang disusun dalam rancangan kepala daerah tentang APBD.

3) Evaluasi Raperda tentang APBD dan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD

e. Penjabaran APBD dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD).

REFERENSI

Mulyana, Budi. 2010. Modul Perencanaan dan Penganggaran Daerah. Jakarta: Badan Pelatihan dan Pendidikan Keuangan Kementerian Keuangan RI