Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

52
MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN I DAN II Drs. Salamoen Soeharyo, MPA Drs. Nasri Effendy, M.Sc Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia 2006

Transcript of Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Page 1: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN I DAN II

Drs. Salamoen Soeharyo, MPA Drs. Nasri Effendy, M.Sc

Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia 2006

Page 2: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Hak Cipta© Pada: Lembaga Administrasi Negara Edisi Tahun 2006 Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110 Telp. (62 21) 3868201-06 Ext. 193, 197 Fax. (62 21) 3800188 Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Jakarta – LAN – 2006 100 hlm: 15 x 21 cm ISBN: 979-8619-82-X

iii

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2005 – 2009 telah menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah: (1) terwujudnya kehidupan masyarakat yang aman, bersatu, rukun dan damai; (2) terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi manusia; serta (3) terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan visi ini, mutlak diperlukan peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil (PNS), khususnya para Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang akan menjadi PNS. PNS memainkan peran dan tanggung jawabnya yang sangat strategis dalam mendorong dan mempercepat perwujudan visi tersebut. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS mengamanatkan bahwa Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Prajabatan dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika PNS, disamping pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang tugas, dan budaya organisasi agar mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat. Untuk mewujudkan PNS yang memiliki kompetensi sesuai dengan amanat PP 101 Tahun 2000 maka seorang CPNS harus mengikuti dan lulus Diklat Prajabatan sebagai syarat untuk dapat diangkat menjadi PNS.

Page 3: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

iv

Untuk mempercepat upaya meningkatkan kompetensi tersebut, Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan desentralisasi dengan pengendalian kualitas dengan standar tertentu dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan. Dengan kebijakan ini, jumlah penyelenggaraan dapat lebih menyebar disamping jumlah alumni yang berkualitas dapat meningkat pula. Standarisasi meliputi keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan strukturnya, metode dan skenario pembelajaran dan lain-lain sampai pada aspek administrasi seperti persyaratan peserta, administrasi penyelenggaraan, dan sebagainya. Dengan standarisasi ini, maka kualitas penyelenggaraan dan alumni diharapkan dapat lebih terjamin. Salah satu unsur Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang mengalami penyempurnaan antara lain modul atau bahan ajar untuk para peserta. Oleh karena itu, kami menyambut baik penerbitan modul yang telah disempurnakan ini, sebagai antisipasi dari perubahan lingkungan stratejik yang cepat dan luas diberbagai sektor. Dengan kehadiran modul ini, kami mengharapkan agar peserta Diklat dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali keluasan dan kedalaman substansinya bersama melalui diskusi sesama dan antar peserta dengan fasilitator para Widyaiswara dalam proses kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung. Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami haturkan terima kasih. Semoga buku hasil perbaikan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 2006

KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

SUNARNO

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................iii

DAFTAR ISI...............................................................................v

BAB I PENDAHULUAN .......................................................1

A. Deskripsi Singkat .................................................1

B. Manfaat Pembelajaran..........................................1

C. Tujuan Pembelajaran............................................1

BAB II SISTEM PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN NEGARA....................................3

A. Pengertian ............................................................3

B. Penyelenggaraan Kekuasaan Pemerintahan

Negara...................................................................4

C. Rangkuman...........................................................6

D. Latihan/Diskusi ....................................................6

BAB III PENYELENGGARAAN NEGARA YANG

BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI,

KOLUSI DAN NEPOTISME ....................................7

A. Asas-asas Umum Penyelenggaraan Negara .........7

B. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah...........9

C. Rangkuman.........................................................11

D. Latihan/Diskusi ..................................................12

BAB IV LEMBAGA-LEMBAGA PEMERINTAH...............13

A. Urusan Pemerintahan yang Menjadi

Kewenangan Pemerintah....................................14

Page 4: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

vi

B. Urusan Pemerintahan yang Menjadi

Kewenangan Daerah...........................................17

C. Lembaga Pemerintah Pusat.................................20

D. Lembaga Pemerintah Tingkat Daerah ................42

E. Lembaga Perekonomian Negara.........................49

F. Rangkuman.........................................................53

G. Latihan/Diskusi...................................................55

BAB V PROSES MANAJEMEN PEMERINTAH................56

A. Perencanaan .......................................................56

B. Pengorganisasian ................................................59

C. Pelaksanaan ........................................................63

D. Pengawasan ........................................................74

E. Rangkuman.........................................................86

F. Latihan/Diskusi...................................................88

BAB VI PENUTUP.................................................................90

A. Tes.......................................................................90

B. Tindak Lanjut......................................................91

DAFTAR PUSTAKA...............................................................43

PANDUAN BAGI FASILITATOR .........................................44

Page 5: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

1

BAB I P E N D A H U L U A N

A. Deskripsi Singkat Mata Diklat Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia membahas pengertian sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara RI, penyelenggaraan

negara yang bersih dan bebas dari KKN, lembaga-lembaga

pemerintah RI, dan proses menajemen pemerintahan dengan

mengacu kepada UUD 1945 dan perubahannya serta peraturan

perundang-undangan lain yang berlaku.

B. Manfaat Pembelajaran Dengan mempelajari mata Diklat ini peserta Diklat akan

memperoleh pengetahuan tentang Pelaksanaan Sistem

Penyelenggaraan Negara Kesatuan RI yang diharapkan dapat

mendukung pelaksanaan tugas peserta.

C. Tujuan Pembelajaran 1. Tujuan Pembelajaran Umum

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan

mampu memahami hal ikhwal tentang penyelenggaraan

pemerintahan negara kesatuan Republik Indonesia.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan

mampu:

Page 6: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

2

a. Menjelaskan sistem penyelenggaraan pemerintahan

negara;

b. Menjelaskan penyelenggaraan negara yang bersih dan

bebas dari KKN;

c. Menjelaskan lembaga-lembaga pemerintah;

d. Menjelaskan proses manajemen pemerintahan.

3

BAB II SISTEM PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN NEGARA

A. Pengertian Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara pada hakikatnya

merupakan uraian tentang bagaimana mekanisme pemerintahan

negara dijalankan oleh Presiden sebagai pemegang kekuasaan

Pemerintahan Negara. Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan

Negara ialah sistem bekerjanya Pemerintahan sebagai fungsi

yang ada pada Presiden.

Pada dasarnya Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara

tidak membicarakan Sistem Penyelenggaraan Negara oleh

lembaga-lembaga Negara secara keseluruhan. Dalam arti sempit,

istilah Penyelenggaraan Negara tidak mencakup Lembaga-

lembaga Negara yang tercantum dalam UUD 1945. Sedangkan

dalam arti luas, istilah penyelenggaraan negara mengacu pada

tataran supra struktur politik (lembaga negara dan lembaga

pemerintah), maupun pada tataran infrastruktur politik

(organisasi politik dan organisasi kemasyarakatan).

Dengan demikian, yang dimaksud dengan Sistem

Penyelenggaraan Pemerintahan Negara sebenarnya adalah

mekanisme bekerjanya lembaga eksekutif, yang dipimpin oleh

Page 7: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

4

Presiden baik selaku Kepala Pemerintahan maupun sebagai

Kepala Negara.

B. Penyelenggaraan Kekuasaan Pemerintahan

Negara

Menurut UUD 1945, Presiden adalah sebagai penyelenggara atau

pemegang kekuasaan Pemerintahan Negara. Dalam melakukan

kewajibannya, Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden.

Selain itu, dalam menjalankan fungsinya Presiden dibantu oleh

Menteri-Menteri Negara, dimana setiap Menteri Negara

membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Menteri-

Menteri Negara ini diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.

Sebagai Kepala Lembaga Eksekutif atau Kepala Pemerintahan,

Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang dan

menetapkan peraturan pemerintah untuk melaksanakan undang-

undang sebagaimana mestinya. Presiden tidak dapat

membekukan dan atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat

(DPR).

Dalam penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia, sebagai Kepala Negara, Presiden:

1. Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat,

Angkatan Udara, dan Angkatan Laut;

2. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian

dengan negara lain dengan persetujuan DPR;

3. Dalam membuat perjanjian lainnya yang menimbulkan

akibat luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

5

dengan beban keuangan negara, dan/atau mengharuskan

perubahan atau pembentukan Undang-undang harus dengan

persetujuan DPR;

4. Menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibat

keadaan bahaya ditetapkan dengan Undang-Undang;

5. Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta,

memperhatikan pertimbangan DPR;

6. Menerima penempatan duta negara lain dengan

memperhatikan pertimbangan DPR;

7. Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan

pertimbangan Mahkamah Agung (MA);

8. Memberi abolisi dan amnesti dengan memperhatikan

pertimbangan DPR;

9. Memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan

yang diatur dengan Undang-undang;

10. Membentuk dewan pertimbangan yang bertugas memberi

nasehat dan pertimbangan kepada Presiden, yang selanjutnya

diatur dengan Undang-undang;

11. Membahas rancangan undang-undang untuk mendapatkan

persetujuan bersama DPR;

12. Mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui

bersama DPR untuk menjadi Undang-Undang;

13. Dalam hal ikhwal kegentingan memaksa, Presiden berhak

menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti

Undang-Undang;

14. Mengajukan rancangan Undang-Undang APBN untuk

dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan

DPD (Dewan Perwakilan Daerah);

Page 8: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

6

15. Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang telah

dipilih oleh DPR atas dasar pertimbangan DPD;

16. Menetapkan calon hakim agung yang diusulkan Komisi

Yudisial dan telah mendapat persetujuan DPR untuk menjadi

hakim agung;

17. Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial

dengan persetujuan DPR;

18. Menetapkan dan mengajukan anggota hakim konstitusi.

C. Rangkuman Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara tidak

membicarakan sistem penyelenggaraan negara oleh lembaga-

lembaga negara secara keseluruhan akan tetapi adalah

membicarakan mekanisme bekerjanya lembaga-lembaga

eksekutif yang dipimpin oleh Presiden baik selaku Kepala

Pemerintahan maupun sebagai Kepala Negara.

D. Latihan/Diskusi 1. Apakah yang dimaksud dengan Sistem Penyelenggaraan

Pemerintahan Negara?

2. Apa saja tugas Presiden sebagai Kepala Pemerintahan dan

sebagai Kepala Negara?

3. Mengapa Menteri-Menteri tidak bertanggung jawab kepada

DPR?

7

BAB III PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS DARI KORUPSI,

KOLUSI DAN NEPOTISME

A. Asas-Asas Umum Penyelenggaraan Negara

Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi,

kolusi dan nepotisme ditetapkan dalam Ketetapan MPR No. XI

Tahun 1998.

Sebagai tindak lanjut dan Ketetapan MPR tersebut, kemudian

diterbitkan Undang-undang No. 28 Tahun 1999, tentang

Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme. Dalam Undang-Undang ini dinyatakan

bahwa dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan negara yang

mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-

sungguh dan penuh tanggung jawab, perlu diletakkan asas-asas

penyelenggaraan negara. Adapun yang dimaksud dengan

penyelenggara negara adalah pejabat negara yang menjalankan

fungsi eksekutif, legislatif atau yudikatif dan pejabat lain yang

fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan

negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Penyelenggara negara tersebut meliputi: pejabat-pejabat negara

pada lembaga-lembaga negara, Menteri, Gubernur, Hakim,

pejabat negara lain sesuai dengan ketentuan peraturan

Page 9: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

8

perundang-undangan yang berlaku; pejabat lain yang memiliki

fungsi strategis dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Asas-asas umum penyelenggaraan negara sebagaimana

disebutkan dalam UU No. 28 Tahun 1999 adalah: asas kepastian

hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan

umum, asas keterbukaan, asas proporsionalitas, asas

profesionalitas dan asas akuntabilitas.

1. Asas Kepastian Hukum, yaitu asas dalam negara hukum

yang mengutamakan landasan peraturan perundang-

undangan, kepatuhan, dan keadilan dalam setiap kebijakan

penyelenggaraan negara.

2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara, yaitu menjadi landasan

keteraturan, keserasian, dan keseimbangan dalam pengabdian

penyelenggaraan negara.

3. Asas Kepentingan Umum, yaitu asas yang mendahulukan

kesejahteraan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif

dan kolektif.

4. Asas Keterbukaan, yaitu asas yang membuka diri terhadap

hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar,

jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara

dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi

pribadi, golongan, dan rahasia negara.

5. Asas Proporsionalitas, yaitu asas yang mengutamakan

keseimbangan antara hak dan kewajiban Penyelenggara

Negara.

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

9

6. Asas Profesionalitas, yaitu asas yang mengutamakan

keahlian yang berlandaskan kode etik dan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7. Asas Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa

setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan

negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan

tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

B. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang

berdayaguna, berhasilguna, bersih dan bertanggungjawab, telah

diterbitkan Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).

Pelaksanaannya lebih lanjut didasarkan atas Pedoman

Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

yang diterbitkan oleh Lembaga Administrasi Negara (Keputusan

Kepala LAN No. 589/IX/6/4/1999 dan telah diubah dengan

Keputusan Kepala LAN No. 239/IX/6/8/2003).

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan

kewajiban suatu instansi pemerintah untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan

misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah

ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.

Page 10: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

10

1. Pengertian Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan

pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan

kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan suatu

organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau

berkewenangan untuk meminta keterangan atau

pertanggungjawaban. Berdasarkan pengertian ini, maka

semua instansi pemerintah, badan dan lembaga negara di

pusat dan daerah sesuai dengan tugas pokok masing-masing

harus memahami lingkup akuntabilitasnya masing-masing,

karena akuntabilitas yang diminta meliputi keberhasilan dan

juga kegagalan pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan.

2. Prinsi-Prinsip Akuntabilitas

Dalam pelaksanaan akuntabilitas di lingkungan instansi

pemerintah, perlu memperhatikan Prinsi-Prinsip sebagai

berikut:

a. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf

instansi untuk melakukan pengelolaan pelaksanaan misi

agar akuntabel;

b. Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin

penggunaan sumber-sumber daya secara konsisten

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

c. Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan;

d. Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta

hasil dan manfaat yang diperoleh;

e. Harus jujur, obyektif, transparan, dan inovatif sebagai

katalisator perubahan manajemen instansi pemerintah

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

11

dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik

pengukuran kinerja dan penyusunan laporan

akuntabilitas.

C. Rangkuman Sejalan dengan paradigma baru dalam administrasi negara dan

untuk memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme berdasarkan

TAP MPR NO. XI/MPR/1998 telah diterbitkan Undang-Undang

No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Dalam undang-

undang ini ditetapkan asas-asas umum penyelenggaraan negara;

yaitu Asas Kepastian Hukum, Asas Tertib Penyelenggaraan

Negara, Asas Kepentingan Umum, Asas Keterbukaan, Asas

Proporsionalitas, Asas Profesionalitas, dan Asas Akuntabilitas.

Dengan memperhatikan dan melaksanakan asas-asas

penyelenggaraan negara ini diharapkan para penyelenggara

negara mampu menjalankan fungsi dan tugasnya secara sungguh-

sungguh dan penuh tanggung jawab.

Di samping itu untuk mengetahui kinerja aparatur pemerintah

telah diterbitkan Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Akuntabilitas kinerja

adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk

mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan

misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-

sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban

secara periodik.

Page 11: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

12

D. Latihan/Diskusi 1. Sebutkan Asas-asas Umum Penyelenggaraan Negara

berdasarkan UU No. 28 Tahun 1999?

2. Apa pengertian akuntabilitas yang resmi dianut pemerintah

dan apa saja prinsip-prinsipnya?

3. Mengapa para penyelenggara negara perlu

mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan

pencapaian misi atau tujuan organisasinya?

13

BAB IV LEMBAGA-LEMBAGA PEMERINTAH

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, pemerintah

membentuk lembaga-lembaga pemerintah seperti Departemen,

Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan Lembaga-lembaga

lainnya. Pada dasarnya lembaga-lembaga pemerintah ini dapat dibagi

dua, yaitu lembaga-lembaga pemerintah tingkat pusat dan lembaga-

lembaga pemerintah tingkat daerah. Lembaga-lembaga

penyelenggara pemerintahan negara tersebut merupakan aparatur

pemerintah atau disebut juga sebagai birokrasi pemerintah. Presiden

bersama-sama lembaga-lembaga pemerintah menyelenggarakan

tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan dalam rangka

mewujudkan tujuan nasional.

Tugas umum pemerintahan adalah tugas-tugas atau urusan-urusan

pemerintahan yang sejak dahulu dilaksanakan oleh pemerintah

dimana saja dalam rangka memenuhi kebutuhan dan kepentingan

masyarakat, seperti pemeliharaan keamanan dan ketertiban,

penyelenggaraan pendidikan, pelayanan kesehatan dan lain-lain.

Sedangkan tugas pembangunan adalah tugas-tugas atau urusan-

urusan dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan.

Dengan adanya lembaga-lembaga pemerintah ini, maka urusan-

urusan pemerintahan akan terbagi habis ke dalam lembaga-lembaga

pemerintahan yang ada. Akan tetapi tidak harus setiap urusan

pemerintahan diwadahi dalam satu lembaga pemerintahan.

Page 12: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

14

A. Urusan Pemerintahan Yang Menjadi

Kewenangan Pemerintah

Urusan pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan

pemerintah adalah urusan-urusan yang menyangkut terjaminnya

kelangsungan hidup bangsa dan negara secara keseluruhan.

Urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah tersebut

adalah:

1. Politik Luar Negeri, antara lain meliputi: a. Mengangkat pejabat politik dan menunjuk warga negara

untuk duduk dalam jabatan lembaga internasional;

b. Menetapkan kebijakan luar negeri;

c. Melaksanakan perjanjian dengan negara lain;

d. Menetapkan kebijakan perdagangan luar negeri.

2. Pertahanan, antara lain meliputi: a. Mendirikan dan membentuk angkatan bersenjata;

b. Menyatakan damai dan perang;

c. Menyatakan negara atau sebagai wilayah negara dalam

keadaan bahaya;

d. Membangun dan mengembangkan sistem pertahanan

negara dan persenjataan;

e. Menetapkan kebijakan untuk wajib militer, bela negara

bagi setiap warga negara.

3. Keamanan, antara lain meliputi: a. Mendirikan dan membentuk kepolisian negara;

b. Menetapkan kebijakan keamanan nasional;

c. Menindak setiap orang yang melanggar hukum negara;

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

15

d. Menindak kelompok atau setiap organisasi yang

kegiatannya melanggar keamanan negara.

4. Moneter dan Fiskal, antara lain: a. Mencetak uang dan menentukan nilai mata uang;

b. Menetapkan kebijakan moneter;

c. Mengendalikan peredaran uang.

5. Yustisi, antara lain: a. Mendirikan lembaga peradilan;

b. Mengangkat hakim dan jaksa;

c. Mendirikan lembaga pemasyarakatan;

d. Menetapkan kebijakan kehakiman dan keimigrasian,

memberi grasi, amnesti, abolisi, membentuk Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah, dan peraturan lain yang

berskala nasional.

6. Agama, antara lain: a. Menetapkan hari libur keagamaan yang berlaku secara

nasional;

b. Memberikan pengakuan terhadap keberadaan suatu

agama;

c. Menetapkan kebijakan dalam penyelenggaraan

kehidupan keagamaan.

Di samping itu terdapat bagian urusan pemerintah yang

bersifat concurrent, artinya urusan pemerintahan yang

penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat

dilaksanakan bersama antara Pemerintah dan Pemerintah

Daerah. Dengan demikian setiap urusan yang bersifat

concurrent senantiasa ada bagian urusan yang menjadi

Page 13: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

16

kewenangan Pemerintah, ada bagian urusan yang diserahkan

kepada Provinsi, dan ada bagian urusan yang diserahkan

kepada Kabupaten/ Kota.

Dengan kata lain bahwa Pemerintah dapat:

a. Menyelenggarakan sendiri sebagian urusan

pemerintahan;

b. Melimpahkan sebagian urusan pemerintahan kepada

Gubernur selaku Wakil Pemerintah; atau

c. Menugaskan sebagian urusan kepada pemerintahan

daerah dan/atau pemerintahan dengan berdasarkan asas

tugas pembantuan.

Untuk mewujudkan pembagian kewenangan yang

concurrent secara proporsional antara Pemerintah, Daerah

Provinsi, Daerah Kabupaten dan Kota, maka disusun kriteria

yang meliputi: eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi

dengan mempertimbangkan keserasian hubungan

pengelolaan urusan pemerintahan antar tingkat pemerintahan.

Kriteria Eksternalitas adalah pendekatan dalam pembagian

urusan pemerintahan dengan mempertimbangkan dampak/

akibat yang ditimbulkan dalam penyelenggaraan urusan

pemerintahan tersebut.

Apabila dampak yang ditimbulkan bersifat lokal, maka

urusan pemerintahan tersebut menjadi kewenangan

Kabupaten/Kota, apabila regional menjadi kewenangan

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

17

Provinsi, dan apabila nasional menjadi kewenangan

Pemerintah.

Kriteria Akuntabilitas adalah pendekatan dalam pembagian

urusan pemerintahan dengan pertimbangan bahwa tingkat

pemerintahan yang menangani sesuatu bagian urusan adalah

tingkat pemerintahan yang lebih langsung/dekat dengan

dampak/akibat dari urusan yang ditangani tersebut. Dengan

demikian akuntabilitas penyelenggaraan bagian urusan

pemerintahan tersebut kepada masyarakat akan lebih

terjamin.

Kriteria Efisiensi adalah pendekatan dalam pembagian

urusan pemerintahan dengan mempertimbangkan tersedianya

sumber daya (personil, dana, dan peralatan) untuk

mendapatkan ketepatan, kepastian, dan kecepatan hasil yang

harus dicapai dalam penyelenggaraan bagian urusan.

B. Urusan Pemerintahan Yang Menjadi

Kewenangan Daerah

Urusan yang menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan wajib

dan urusan pilihan. Urusan pemerintahan wajib adalah urusan

pemerintahan yang berkaitan dengan pelayanan dasar seperti

pendidikan dasar, kesehatan, pemenuhan kebutuhan hidup

minimal, prasarana lingkungan dasar. Sedangkan urusan

pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi

unggulan dan kekhasan daerah.

Page 14: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

18

Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah

provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi:

1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman

masyarakat;

4. Penyediaan sarana dan prasarana umum;

5. Penanganan bidang kesehatan;

6. Penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya

manusia potensial;

7. Penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota;

8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota;

9. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan

menengah termasuk lintas kabupaten/kota;

10. Pengendalian lingkungan hidup;

11. Pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/ kota;

12. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;

13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;

14. Pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas

kabupaten/kota;

15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat

dilaksanakan oleh kabupaten/kota; dan

16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan

perundang-undangan.

Urusan pemerintahan provinsi yang bersifat pilihan meliputi

urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi,

kekhasan dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

19

Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah

Kabupaten/Kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota

meliputi:

1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman

masyarakat;

4. Penyediaan sarana dan prasarana umum;

5. Penanganan bidang kesehatan;

6. Penyelenggaraan pendidikan;

7. Penanggulangan masalah sosial;

8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan;

9. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan

menengah;

10. Pengendalian lingkungan hidup;

11. Pelayanan pertanahan;

12. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;

13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan;

14. Pelayanan administrasi penanaman modal;

15. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan

16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan

perundang-undangan.

Urusan pemerintahan Kabupaten/Kota yang bersifat pilihan

meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan

berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai

dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah yang

bersangkutan.

Page 15: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

20

Gambar: Pembagian Urusan Pemerintahan Provinsi, Kabupaten/Kota

Sumber : Undang-undang No. 32 Tahun 2004

C. Lembaga Pemerintah Pusat

Dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 dikatakan bahwa

Pemerintah Pusat atau Pemerintah adalah Presiden RI yang

memegang kekuasaan pemerintahan negara RI. Dalam

penyelenggaraan pemerintahan, lembaga-lembaga pemerintah

tingkat pusat meliputi: Kementerian Negara, Lembaga

Pemerintah Non Departemen (LPND), Kesekretariatan yang

membantu Presiden; Kejaksaan Agung; Perwakilan RI di Luar

Negeri; Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara RI

(Polri); Badan/Lembaga Ekstra Struktural.

1. Kementerian Negara Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2005 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

21

Kerja Kementerian Negara, disebutkan bahwa Kementerian

Negara terdiri dari Kementerian Koordinator, Kementerian

Negara yang berbentuk Departemen dan Kementerian

Negara.

a. Kementerian Koordinator

Kedudukan

Kementerian Koordinator adalah unsur pelaksana

Pemerintah yang dipimpin oleh Menteri Koordinator

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Presiden.

Tugas

Kementerian Koordinator mempunyai tugas membantu

Presiden dalam mengkoordinasikan perencanaan dan

penyusunan kebijakan, serta mensinkronkan pelaksanaan

kebijakan di bidangnya.

Fungsi

Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian

Koordinator menyelenggarakan fungsi:

1) Koordinasi perencanaan dan penyusunan kebijakan

di bidangnya;

2) Sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya;

3) Pengendalian penyelenggaraan kebijakan,

sebagaimana dimaksud pada huruf 1) dan 2);

4) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang

menjadi tanggung jawabnya;

5) Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

Page 16: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

22

6) Pelaksanaan tugas tertentu yang diberikan oleh

Presiden;

7) Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan

pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada

Presiden.

Dalam Kabinet Indonesia Bersatu dibawah pimpinan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ada tiga

Kementerian Koordinator, yaitu: Kementerian

Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan;

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian; dan

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

1) Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan mengkoordinasikan: Departemen

Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri,

Departemen Pertahanan; Departemen Hukum dan

HAM; Kejaksanaan Agung; BIN; TNI; POLRI; dan

Instansi yang dianggap perlu.

2) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

mengkoordinasikan: Departemen Keuangan;

Departemen Energi dan SDM; Departemen

Perindustrian; Departemen Perdagangan;

Departemen Pertanian; Departemen Kehutanan;

Departemen Perhubungan; Departemen Kelautan dan

Perikanan; Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi; Departemen Pekerjaan Umum;

Departemen Kominfo; Kementerian Negara Ristek;

Kementerian Negara Koperasi dan UKM;

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

23

Kementerian Negara Pembangunan Daerah

Tertinggal; dan Instansi yang dianggap perlu.

3) Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan

Rakyat mengkoordinasikan: Departemen Kesehatan;

Departemen Pendidikan Nasional; Departemen

Sosial; Departemen Agama; Departemen

Kebudayaan dan Pariwisata; Kementerian Negara

Lingkungan Hidup; Kementerian Negara PP;

Kementerian Negara PAN; Kementerian Negara

Perumahan Rakyat; Kementerian Negara Pemuda

dan Olah Raga; dan Instansi lain yang dianggap

perlu.

Susunan Organisasi

Kementerian Koordinator dibantu oleh:

1) Sekretariat Kementerian Koordinator;

2) Deputi;

3) Staf Ahli;

4) Di lingkungan Kementerian Koordinator dapat

diangkat tiga orang Staf Khusus Menteri (Perpres

No.62 Tahun 2005).

b. Departemen

Kedudukan

Departemen adalah unsur pelaksana Pemerintah yang

dipimpin oleh Menteri yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Presiden.

Page 17: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

24

Tugas

Departemen mempunyai tugas membantu Presiden

dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan.

Fungsi

Dalam pelaksanaan tugasnya, Departemen

menyelenggarakan fungsi:

1) Perumusan kebijakan nasional, kebijakan

pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidangnya;

2) Pelaksanaan urusan pemerintahan sesuai dengan

bidang tugasnya;

3) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang

menjadi tanggung jawabnya;

4) Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

5) Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan

pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada

Presiden.

Dalam Kabinet Indonesia Bersatu (2004-2009) ada 20

(dua puluh) Departemen, yaitu:

1) Departemen Dalam Negeri;

2) Departemen Luar Negeri;

3) Departemen Pertahanan;

4) Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia;

5) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral

6) Departemen Perindustrian;

7) Departemen Perdagangan;

8) Departemen Pertanian;

9) Departemen Kehutanan;

10) Departemen Perhubungan;

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

25

11) Departemen Kelautan dan Perikanan;

12) Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi;

13) Departemen Pekerjaan Umum;

14) Departemen Kesehatan;

15) Departemen Pendidikan Nasional;

16) Departemen Sosial;

17) Departemen Agama;

18) Departemen Kebudayaan dan Pariwisata;

19) Departemen Komunikasi dan Informatika;

20) Departemen Keuangan.

Susunan Organisasi

Departemen terdiri dari:

1) Menteri;

2) Sekretariat Jenderal, bertugas melaksanakan

pembinaan dan koordinasi pelaksanan tugas dan

administrasi Departemen;

3) Direktorat Jenderal, bertugas melaksanakan rumusan

dan pelaksanaan kebijakan serta standarisasi teknis

di bidangnya;

4) Inspektorat Jenderal, bertugas melaksanakan

pengawasan fungsional;

5) Badan dan/atau Pusat;

6) Staf Ahli;

7) Di lingkungan Departemen dapat diangkat 3 (tiga)

orang Staf Khusus Menteri (Perpres No. 62 Tahun

2005).

Page 18: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

26

Departemen yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan yang tidak diserahkan kepada Daerah

dapat membentuk Instansi Vertikal yang ditetapkan

dengan Peraturan Presiden. Departemen secara selektif

dapat membentuk UPT sebagai pelaksana tugas teknis

operasional dan/atau tugas teknis penunjang.

c. Kementerian Negara

Kedudukan

Kementerian Negara adalah unsur pelaksana pemerintah

yang dipimpin oleh Menteri Negara yang berada di

bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Tugas

Kementerian Negara mempunyai tugas membantu

Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di

bidang tertentu dalam kegiatan pemerintahan negara.

Fungsi

Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Negara

menyelenggarakan fungsi:

1) Perumusan kebijakan nasional di bidangnya;

2) Koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya;

3) Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang

mengabdi tanggung jawabnya;

4) Pengawasan atas pelaksanaan tugasnya;

5) Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan

pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada

Presiden;

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

27

Berdasarkan Perpres No. 62 Tahun 2005, Kementerian

Negara Koperasi dan UKM, Kementerian Negara

Perumahan Rakyat, dan Kementerian Negara Pemuda

dan Olah Raga, di samping melaksanakan fungsi-fungsi

sebagaimana tersebut diatas, juga melaksanakan fungsi

teknis pelaksanaan/fungsi operasionalisasi kebijakan di

bidang masing-masing.

Dalam Kabinet Indonesia Bersatu, Kementerian Negara

terdiri dari:

1) Kementerian Negara Riset dan Teknologi;

2) Kementerian Negara Koperasi dan UKM;

3) Kementerian Negara Lingkungan Hidup;

4) Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan;

5) Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara;

6) Kementerian Negara Pembangunan Daerah

Tertinggal;

7) Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Bappenas (Keppres No.

171/M/Tahun 2005 tentang Perubahan Kedua

Keppres No. 187/M/ Tahun 2005);

8) Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara;

9) Kementerian Negara Perumahan Rakyat;

10) Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga.

Page 19: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

28

Susunan Organisasi

Kementerian Negara dibantu oleh:

1) Sekretariat Kementerian Negara;

2) Deputi;

3) Staf Ahli;

4) Di lingkungan Kementerian Negara dapat diangkat 3

(tiga) orang Staf Khusus Menteri (Perpres No. 62

Tahun 2005).

2. Lembaga Pemerintahan Non Departemen (LPND)

LPND diatur dengan Keppres No. 103 Tahun 2001 yang

telah enam kali mengalami perubahan terakhir perubahannya

dengan Peraturan Presiden No. 64 Tahun 2005.

Kedudukan

LPND dalam Pemerintahan Negara RI adalah lembaga

pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas

pemerintahan tertentu dari Presiden. LPND berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Tugas

LPND mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan

tertentu dari Presiden sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dalam Perpres No. 11

Tahun 2005 tentang Perubahan Kelima atas Keppres No. 103

Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja LPND,

pada Pasal 3-nya menyebutkan bahwa LPND terdiri dari:

1) Lembaga Administrasi Negara (LAN);

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

29

2) Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI);

3) Badan Kepegawaian Negara (BKN);

4) Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas);

5) Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(Bappenas);

6) Badan Pusat Statistik (BPS);

7) Badan Standarisasi Nasional (BSN);

8) Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN);

9) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN);

10) Badan Intelijen Negara (BIN);

11) Lembaga Sandi Negara (LEMSANEG);

12) Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN);

13) Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN);

14) Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional

(BAKOSURTANAL);

15) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

(BPKP);

16) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI);

17) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT);

18) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM);

19) Badan Pertanahan Nasional (BPN);

20) Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM);

21) Lembaga Ketahanan Nasional (LEMHANAS);

22) Badan Meterologi dan Geofisika (BMG).

Sesuai dengan Perpres No. 64 Tahun 2005, masing-masing

LPND melaksanakan tugasnya dikoordinasikan oleh Menteri,

yang meliputi:

Page 20: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

30

1) Menteri Dalam Negeri bagi BPN;

2) Menteri Pertahanan bagi LEMHANAS dan

LEMSANEG;

3) Menteri Perdagangan bagi BKPM;

4) Menteri Kesehatan bagi BPOM dan BKKBN;

5) Menteri Pendidikan Nasional bagi PERPUSNAS;

6) Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara bagi

LAN, BKN, BPKP, dan ANRI;

7) Menteri Negara Riset dan Teknologi bagi LIPI,

LAPAN, BPPT, BATAN, BAPETEN,

BAKOSURTANAL, dan BSN;

8) Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional

bagi BPS;

9) Menteri Perhubungan bagi BMG.

Dalam Keppres No. 103 Tahun 2001, Susunan Organisasi

LPND diatur sebagai berikut:

1) Kepala;

2) Bila dipandang perlu Kepala dapat dibantu oleh seorang

Wakil Kepala;

3) Sekretariat Utama, sebagai pelaksana fungsi

staf/penunjang dan mengkoordinasikan perencanaan,

pembinaan dan pengendalian terhadap program

administrasi dan sumber daya yang dipimpin oleh

seorang Sekretaris Utama;

4) Deputi, pelaksana fungsi lini dan membawahi Direktorat

dan/atau pusat Direktorat digunakan sebagai

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

31

nomenklatur unit yang fungsinya pembinaan. Sedangkan

Pusat untuk unit yang fungsinya pelaksanaan;

5) Unit pengawasan dapat berbentuk Inspektorat Utama

atau Inspektorat, dan bertugas untuk melaksanakan

pengawasan fungsional;

3. Kesekretariatan yang Membantu Presiden

a. Sekretariat Negara

Berdasarkan Kepres No. 117 Tahun 2000, Sekretariat

negara adalah lembaga pemerintah yang berkedudukan di

bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden

dan mempunyai tugas untuk memberikan dukungan staf

dan pelayanan administrasi kepada Presiden selaku

Kepala Negara dalam menyelenggarakan kekuasaan

pemerintahan negara. Sekretariat Negara dipimpin oleh

Sekretaris Negara.

b. Sekretariat Kabinet

Berdasarkan Kepres No. 111 Tahun 2000, Sekretariat

Kabinet adalah lembaga pemerintah yang berkedudukan

dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada

Presiden dan mempunyai tugas memberikan dukungan

staf dan pelayanan administrasi kepada Presiden selaku

Kepala Pemerintahan dalam menyelenggarakan

kekuasaan pemerintahan negara. Sekretariat Kabinet

dipimpin oleh Sekretaris Kabinet.

Page 21: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

32

4. Kejaksaan Agung

Berdasarkan Undang-undang No. 16 Tahun 2004 tentang

Kejaksaan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut

Kejaksaan adalah lembaga pemerintahan yang melaksanakan

kekuasaan negara secara merdeka di bidang penuntutan serta

kewenangan lain berdasarkan undang-undang. Kejaksaan

adalah satu dan tidak terpisahkan.

Pelaksanaan kekuasaan negara bidang penuntutan ini

diselenggarakan oleh Kejaksaan Agung, Kejaksaan Tinggi,

dan Kejaksaan Negeri.

Kejaksaan Agung berkedudukan di Ibukota Negara RI dan

daerah hukumnya meliputi wilayah kekuasaan negara RI.

Kejaksaan Tinggi berkedudukan di Ibukota Provinsi dan

daerah hukumnya meliputi wilayah Provinsi.

Kejaksaan Negeri berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota

yang daerah hukumnya meliputi wilayah daerah

kabupaten/kota.

Dalam hal tertentu di daerah hukum kejaksaan negeri dapat

dibentuk cabang Kejaksaan Negeri:

a. Tugas dan Wewenang

Umum

1) Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan

wewenang:

(a) Melakukan penuntutan;

(b) Melaksanakan penetapan hakim dan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap;

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

33

(c) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan

putusan pidana bersyarat, putusan pidana

pengawasan, dan putusan lepas bersyarat;

(d) Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana

tertentu berdasarkan UU;

(e) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu

dapat melakukan pemeriksaan tambahan

sebelum dilimpahkan kepengadilan yang dalam

pelaksanaannya dikoordinasikan dengan

penyidik;

2) Di bidang perdata dan tata usaha negara, kejaksaan

dengan kuasa khusus dapat bertindak baik di dalam

maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama

negara atau pemerintah;

3) Dalam bidang ketertiban dan ketenteraman umum,

kejaksaan turut menyelenggarakan kegiatan:

(a) Peningkatan kesadaran hukum;

(b) Pengamanan kebijakan penegakkan hukum;

(c) Pengawasan peredaran barang cetakan;

(d) Pengawasan aksi kepercayaan yang dapat

membahayakan masyarakat dan negara;

(e) Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan

agama;

(f) Penelitian dan pengembangan hukum serta

statistik kriminal.

4) Kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain

berdasarkan Undang-undang;

Page 22: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

34

5) Kejaksaan berwenang menangani perkara pidana

yang diatur dalam Qanun sebagaimana dimaksud

dalam Undang-undang No. 18 Tahun 2001 tentang

Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa

Aceh sebagai Provinsi NAD sesuai Undang-undang

No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Khusus

Jaksa Agung mempunyai tugas dan wewenang:

1) Menetapkan serta mengendalikan kebijakan

penegakkan hukum dan keadilan dalam ruang

lingkup tugas dan wewenang kejaksaan;

2) Mengefektifkan proses penegakkan hakim yang

diberikan oleh Undang-undang;

3) Mengesampingkan perkara demi kepentingan umum;

4) Mengajukan kasasi demi kepentingan hukum kepada

Mahkamah Agung dalam perkara pidana, perdata,

dan tata usaha negara;

5) Mengajukan pertimbangan teknis hukum kepada

Mahkamah Agung dalam pemeriksaan kasasi perkara

pidana;

6) Mencegah atau menangkal orang tertentu untuk

masuk atau keluar wilayah NKRI karena

keterlibatannya dalam perkara pidana sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

35

5. Perwakilan RI di Luar Negeri

Perwakilan RI di luar negeri adalah satu-satunya Aparatur

yang mewakili kepentingan Negara RI secara keseluruhan di

negara lain atau pada Organisasi Internasional, dan dapat

berupa Kedutaan Besar RI (KBRI), Konsulat Jenderal RI

(KONJENRI), Konsulat RI, Perutusan Tetap RI (PTRI) pada

PBB maupun Perwakilan RI tertentu yang bersifat sementara.

Perwakilan RI terdiri atas Perwakilan Diplomatik dan

Perwakilan Konsulat.

a. Perwakilan Diplomatik

Cakupan kegiatan Perwakilan Diplomatik menyangkut

semua kepentingan Negara RI dan wilayah kerjanya

meliputi seluruh wilayah negara penerima atau yang

bidang kegiatannya meliputi bidang kegiatan suatu

Organisasi Internasional.

Perwakilan Diplomatik terdiri atas Kedutaan Besar RI

dan Perwakilan Tetap RI yang dipimpin oleh seorang

Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh dan

bertanggungjawab kepada Presiden selaku Kepala

Negara melalui Menteri Luar Negeri.

Tugas Pokok Perwakilan Diplomatik adalah mewakili

Negara RI dalam melaksanakan hubungan diplomatik

dengan negara penerima atau Organisasi Internasional

serta melindungi segenap kepentingan negara dan warga

negara RI di negara penerima sesuai dengan kebijakan

pemerintah yang ditetapkan dan berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku termasuk hukum dan

tata cara hubungan internasional.

Page 23: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

36

b. Perwakilan Konsuler Kegiatan Perwakilan Konsuler meliputi semua

kepentingan negara RI di bidang konsuler dan

mempunyai wilayah kerja tertentu dalam wilayah negara

penerima.

Perwakilan Konsuler terdiri atas Konsulat Jenderal RI

dan Konsulat RI yang dipimpin oleh Konsul Jenderal dan

Konsul, yang bertanggung jawab kepada Duta Besar

Luar Biasa dan Berkuasa Penuh, bertanggung jawab

langsung kepada Menteri Luar Negeri.

Tugas Pokok Perwakilan Konsuler adalah mewakili

negara RI dalam melaksanakan hubungan konsuler

dengan negara penerima di bidang perekonomian,

perdagangan, perhubungan, kebudayaan dan ilmu

pengetahuan serta mengeluarkan izin prinsip penanaman

modal asing di Indonesia untuk Menteri Luar Negeri atas

nama Menteri yang bertanggungjawab di bidang

investasi sesuai dengan kebijakan pemerintah yang

ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

6. Tentara Nasional Indonesia (TNI)

Peran, tugas, susunan dan kedudukan TNI secara pokok-

pokoknya diatur dalam TAP No. VI/MPR /2000 tentang

Pemisahan Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian

Negara Republik Indonesia; TAP No. VII/MPR/2000 tentang

Peran Tentara Nasional Indonesia dan Peran Kepolisian

Negara Republik Indonesia, dan kemudian diatur dengan

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

37

Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara

Nasional Indonesia.

Kedudukan

Sesuai dengan Undang-undang No. 34 Tahun 2004

kedudukan TNI diatur sebagai berikut:

a. Dalam pengesahan dan penggunaan kekuatan militer,

TNI berkedudukan di bawah Presiden;

b. Dalam kebijakan dan strategi pertahanan serta dukungan

administrasi; TNI di bawah koordinasi Departemen

Pertahanan.

TNI terdiri dari TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut,

dan TNI Angkatan Udara yang melaksanakan tugasnya

secara merata atau gabungan di bawah pimpinan Panglima.

Tiap-tiap angkatan (AD, AL, dan AU) mempunyai

kedudukan yang sama dan sederajat.

Peran

TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang

dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan

keputusan politik negara.

Fungsi

Sebagai alat pertahanan negara, TNI berfungsi sebagai:

a. Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan

ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap

kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa;

Page 24: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

38

b. Penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana

tersebut butir a;

c. Pemulihan terhadap kondisi keamanan negara yang

terganggu akibat kekacauan keamanan.

Dalam melaksanakan fungsi tersebut, TNI merupakan

komponen utama Sistem Pertahanan Negara.

Tugas Pokok

TNI mempunyai tugas pokok untuk:

a. Menegakkan kedaulatan negara;

b. Mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945;

c. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah

Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan

bangsa dan negara.

Susunan Organisasi

Organisasi TNI terdiri dari:

a. Markas Besar TNI membawahi: Markas Besar TNI

Angkatan Darat, Markas Besar TNI Angkatan Laut, dan

Markas Besar TNI Angkatan Udara.

b. Markas Besar TNI terdiri dari: unsur pimpinan, unsur

pembantu pimpinan, unsur pelayanan, badan pelaksana

pusat, dan Komando Utama Operasi.

c. Markas Besar Angkatan terdiri atas unsur pimpinan,

unsur pembantu pimpinan, unsur pelayanan, badan

pelaksana pusat, dan komando utama pembinaan.

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

39

TNI dipimpin oleh seorang Panglima yang diangkat dan

diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat persetujuan

DPR.

Angkatan dipimpin oleh seorang Kepala Staf Angkatan dan

berkedudukan di bawah Panglima serta bertanggungjawab

kepada Panglima. Kepala Staf Angkatan diangkat dan

diberhentikan oleh Presiden atas usul Panglima.

7. Kepolisian Negara RI (Polri) Peran, tugas, susunan dan kedudukan POLRI, sebagaimana

TNI secara pokok-pokoknya diatur dalam TAP No.

VI/MPR/2000 dan TAP No. VII/MPR/ 2000. Kemudian

diatur dalam UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia.

Peran dan Tugas POLRI

a. POLRI merupakan alat negara yang berperan dalam

memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,

menegakkan hukum, memberikan pengayoman dan

pelayanan kepada masyarakat.

b. Selain tugas pokok tersebut di atas, POLRI juga

melaksanakan tugas bantuan:

1) Dalam keadaan darurat memberikan bantuan kepada

TNI yang diatur dengan undang-undang;

2) Turut secara aktif dalam tugas-tugas penanggulangan

kejahatan internasional sebagai anggota

Page 25: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

40

International Criminal Police Organization –

Interpol;

3) membantu secara aktif tugas pemeliharaan

perdamaian dunia (peace keeping operation) di

bawah bendera PBB.

Susunan dan Kedudukan POLRI:

a. POLRI merupakan Kepolisian Nasional yang

organisasinya disusun secara berjenjang dari tingkat

pusat sampai tingkat daerah;

b. POLRI berada di bawah Presiden;

c. POLRI dipimpin oleh Kepala Kepolisian Negara RI

(KAPOLRI) yang diangkat dan diberhentikan oleh

Presiden dengan persetujuan DPR;

d. Anggota POLRI tunduk pada kekuasaan peradilan

umum;

Lembaga Kepolisian Nasional

a. Presiden dalam menetapkan arah kebijakan Kepolisian

Negara RI dibantu oleh lembaga kepolisian nasional,

yang dibentuk oleh Presiden yang diatur dengan undang-

undang.

b. Lembaga Kepolisian Nasional memberikan

pertimbangan kepada Presiden dalam pengangkatan dan

pemberhentian KAPOLRI.

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

41

Keikutsertaan POLRI dalam penyelenggaraan negara:

a. POLRI bersikap netral dalam politik dan tidak

melibatkan diri pada kegiatan politis praktis;

b. Anggota POLRI dapat menduduki jabatan diluar

kepolisian setelah mengundurkan diri atau pensiun dari

dinas kepolisian.

8. Badan/Lembaga Ekstra Struktural

Badan/Lembaga Ekstra Struktural pada dasarnya adalah

badan/lembaga yang bersifat penunjang dan/atau pelengkap

tatanan organisasi pemerintahan yang melaksanakan

fungsifungsi khusus di bidang tertentu untuk menunjang

pelaksanaan urusan pemerintahan. Badan/Lembaga ini secara

organik tidak termasuk dalam struktur organisasi

Kementerian Negara (Kementerian Koordinator,

Departemen, Kementerian Negara) dan/atau LPND.

Badan/Lembaga Ekstra Struktural dapat dipimpin atau di

Ketuai oleh Menteri, bahkan Presiden atau Wakil Presiden.

Badan/Lembaga ini mempunyai karakteristik yang berbeda

satu dengan yang lainnya. Perbedaan yang signifikan terletak

pada dasar hukum pembentukannya. Nomenklatur yang

digunakan juga beragam seperti: Dewan, Badan, Komisi,

Komite, Lembaga, dan Tim.

Badan/Lembaga Ekstra Struktural yang terbentuk:

a. Dewan, antara lain: Dewan Ekonomi Nasional, Dewan

Ketahanan Pangan, Dewan Maritim Nasional, Dewan

Pertimbangan Otonomi Daerah.

Page 26: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

42

b. Badan, antara lain: Badan Koordinasi Nasional

Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi

(BAKORNAS PBP), Badan Koordinasi Penempatan

Tenaga Kerja Indonesia (BKPTKI), Badan Rehabilitasi

dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat

Provinsi NAD dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera

Utara, Badan Pertimbangan dan Pendidikan Nasional.

c. Komisi, antara lain: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia

(Komnas HAM), Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi (KPK), Komisi Pemilihan Umum (KPU),

Komisi Ombudsman, Komisi Pengawas Persaingan

Usaha (KPPU).

d. Komite, antara lain: Komite Kebijakan Sektor Keuangan,

Komite Nasional Keselamatan Transportasi, Komite

Olah Raga Nasional, Komite Standar Nasional Untuk

Satuan Ukuran.

e. Lembaga, antara lain: Lembaga Sensor Film, Lembaga

Koordinasi Pangan dalam Peningkatan Kesejahteraan

Sosial Penyandang Cacat.

D. Lembaga Pemerintah Tingkat Daerah Penyelenggara Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Sedangkan

Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan

Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan

daerah. Dengan demikian lembaga pemerintah tingkat daerah

disebut perangkat daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-

Undang No. 32 Tahun 2004. Dalam penyelenggaraan

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

43

pemerintahan daerah, Kepala Daerah dibantu oleh perangkat

daerah.

Secara umum perangkat daerah terdiri dari:

1. Unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan

koordinasi, diwadahi dalam Lembaga Sekretariat;

2. Unsur pendukung tugas Kepala Daerah dalam penyusunan

dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik,

diwadahi dalam Lembaga Teknis Daerah;

3. Unsur pelaksana urusan daerah, diwadahi dalam Lembaga

Dinas Daerah.

Perangkat Daerah Provinsi terdiri dari :

1. Sekretariat Daerah;

2. Sekretariat DPRD;

3. Dinas Daerah; dan

4. Lembaga Teknis Daerah.

Perangkat Daerah Kabupaten /Kota, terdiri atas:

1. Sekretariat Daerah;

2. Sekretariat DPRD;

3. Dinas Daerah;

4. Lembaga Teknis Daerah;

5. Kecamatan; dan

6. Kelurahan.

Sekretariat Daerah

Sekretariat Daerah dipimpin oleh Sekretaris Daerah. Sekretaris

Daerah Provinsi diangkat dan diberhentikan oleh Presiden atas

Page 27: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

44

usul Gubernur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota diangkat dan diberhentikan

oleh Gubernur atas usul Bupati/Walikota sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Sekretaris Daerah diangkat dari pegawai negeri sipil yang

memenuhi persyaratan dan karena kedudukannya Sekretaris

Daerah sebagai pembina pegawai negeri sipil di daerahnya.

Sekretaris Daerah mempunyai tugas dan kewajiban membantu

kepala daerah dalam menyusun kebijakan dan

mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah.

Dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya, Sekretaris Daerah

bertanggung jawab kepada kepala daerah.

Sekretariat DPRD

Sekretariat DPRD dipimpin oleh Sekretaris DPRD. Sekretaris

DPRD diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur/Bupati/

Walikota dengan persetujuan DPRD.

Tugas Sekretaris DPRD adalah:

1. Menyelenggarakan administrasi kesekretariatan DPRD;

2. Menyelenggarakan administrasi keuangan DPRD;

3. Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD;

4. Menyediakan dan mengkoordinasi tenaga ahli yang

diperlukan oleh DPRD dalam melaksanakan fungsinya sesuai

dengan kemampuan keuangan daerah.

Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretariat DPRD secara teknis

operasional berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

45

pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung jawab

kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

Dinas

Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang

dipimpin oleh Kepala Dinas. Kepala Dinas diangkat dan

diberhentikan oleh Kepala Daerah dari pegawai negeri sipil yang

memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah.

Lembaga Teknis Daerah

Lembaga teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas

kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan

daerah yang bersifat spesifik. Lembaga teknis daerah berbentuk

badan, kantor, atau rumah sakit umum daerah.

Badan, Kantor, atau Rumah Sakit Umum Daerah masing-masing

dipimpin oleh Kepala yang diangkat oleh Kepala Daerah dari

pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris

Daerah.

Kepala Badan, Kepala Kantor, atau Kepala Rumah Sakit Umum

Daerah bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui

Sekretaris Daerah.

Kecamatan

Kecamatan dibentuk di wilayah Kebupaten/Kota dengan

peraturan daerah (Perda) dengan berpedoman pada peraturan

pemerintah.

Page 28: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

46

Kecamatan dipimpin oleh Camat yang dalam pelaksanaan

tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati

atau Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah.

Di samping itu, Camat juga menyelenggarakan tugas umum

pemerintahan yang meliputi:

1. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat;

2. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentuan dan

ketertiban umum;

3. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakkan peraturan

perundang-undangan;

4. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas

pelayanan umum;

5. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan

di tingkat kecamatan;

6. Membina penyelenggaraan pemerintahan dasar dan/atau

kelurahan;

7. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang

lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan

pemerintahan daerah atau kelurahan.

Camat diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Sekretaris Daerah

Kabupaten/Kota dari pegawai negeri sipil yang menguasai

pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Camat dibantu oleh

Perangkat Kecamatan dan bertanggung jawab kepada

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

47

Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota.

Perangkat kecamatan bertanggung jawab kepada Camat.

Kelurahan

Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan dengan peraturan

daerah (Perda).

Kelurahan dipimpin oleh Lurah yang dalam pelaksanaan

tugasnya memperoleh pelimpahan dari Bupati/ Walikota.

Di samping itu, Lurah mempunyai tugas:

1. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan;

2. Pemberdayaan masyarakat;

3. Pelayanan masyarakat;

4. Penyelenggaraan ketentuan dan ketertiban umum;

5. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.

Lurah diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Camat dari

pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan teknis

pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas-tugasnya, Lurah dibantu oleh

perangkat kelurahan dan bertanggung jawab kepada Bupati/

Walikota melalui Camat. Perangkat kelurahan bertanggung

jawab kepada Lurah. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas lurah,

pada kelurahan dapat dibentuk lembaga lainnya sesuai dengan

kebutuhan yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Page 29: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

48

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu

organisasi adalah adanya urusan pemerintahan yang perlu

ditangani. Akan tetapi tidak berarti bahwa setiap penanganan

urusan pemerintahan harus dibentuk atau diwadahi dalam

organisasi tersendiri.

Besaran organisasi atau susunan organisasi perangkat daerah

sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor:

1. Kemampuan keuangan;

2. Kebutuhan daerah;

3. Cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus

diwujudkan;

4. Jenis dan banyaknya tugas;

5. Luas wilayah kerja dan kondisi geografis;

6. Jumlah dan kepadatan penduduk;

7. Potensi daerah yang bertahan dengan urusan yang akan

ditangani;

8. Sarana dan prasarana penunjang tugas.

Dengan demikian kebutuhan organisasi perangkat daerah bagi

masing-masing daerah tidak selalu sama.

Susunan organisasi perangkat daerah ditetapkan dalam Peraturan

Daerah dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu (beban

tugas, cakupan wilayah, jumlah pegawai) dan berpedoman pada

Peraturan Pemerintah tentang Pedoman Organisasi Perangkat

Daerah (catatan: pada waktu penulisan modul ini Peraturan

Pemerintah tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

49

adalah PP No. 8 Tahun 2003 dalam proses Revisi karena akan

disesuaikan dengan makna Undang-undang No. 32 Tahun 2004

dan kondisi obyektif lainnya).

Pengendalian penataan organisasi perangkat daerah dalam arti

penerapan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan

simplifikasi dilakukan oleh:

1. Pemerintah untuk perangkat daerah provinsi; dan

2. Gubernur untuk perangkat daerah Kabupaten/Kota dengan

tetap berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

E. Lembaga Perekonomian Negara Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, juga

dikenal adanya lembaga perekonomian negara yang disebut

dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha

Milik Daerah (BUMD).

1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

BUMN saat ini diatur dengan UU No.19 Tahun 2003.

BUMN yang seluruh atau sebagian besar modalnya berasal

dari kekayaan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu

pelaku ekonomi dalam Sistem Perekonomian Nasional, di

samping usaha swasta dan koperasi. Dalam menjalankan

kegiatan usahanya, BUMN, Swasta dan Koperasi

melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan

demokrasi ekonomi. Dalam sistem perekonomian nasional,

BUMN ikut berperan menghasilkan barang dan/atau jasa

yang dipasarkan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya

kemakmuran masyarakat.

Page 30: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

50

Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor

dan/atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum

diminati usaha swasta. Di samping itu, BUMN juga

mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan

publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan

turut membantu pengembangan usaha kecil/koperasi.

BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan

negara yang signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak,

dividen dan hasil privatisasi.

a. Maksud dan Tujuan Pendirian BUMN.

Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 UU No. 19

Tahun 2003, maksud dan tujuan pendirian BUMN

adalah:

1) Memberikan sumbangan bagi perkembangan

perekonomian nasional pada umumnya dan

penerimaan negara pada khususnya;

2) Mengejar keuntungan;

3) Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa

pengendalian barang dan/atau jasa yang bermutu

tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup

orang banyak;

4) Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum

dapat diselesaikan oleh sektor swasta dan koperasi;

5) Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan

kepada pengusaha kalangan ekonomi lemah,

koperasi dan masyarakat.

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

51

b. Jenis BUMN.

BUMN terdiri dari: Perusahaan Perseroan (Persero) dan

Perusahaan Umum (Perum).

1) Perusahaan Perseroan (Persero) adalah BUMN yang

berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi

dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 %

(lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh

Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya

mengejar keuntungan.

Perusahaan Perseroan Terbuka yang selanjutnya

disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal

dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria

tertentu atau Persero yang melakukan penawaran

umum yang sesuai dengan peraturan perundang-

undangan di bidang pasar modal.

Terhadap Persero berlaku segala ketentuan dan

prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas

sebagaimana diatur dalam UU No. 1 Tahun 1995

tentang Perseroan Terbatas.

Maksud dan Tujuan Pendirian Persero adalah:

a) Menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu

tinggi dan berdaya saing kuat;

b) Mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai

perusahaan.

Organ Persero adalah: Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS), Direksi, dan Komisaris.

2) Perusahaan Umum (Perum) adalah BUMN yang

seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi

Page 31: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

52

atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan

umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang

bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan

berdasarkan prinsip pengolahan perusahaan.

Maksud dan Tujuan pendirian Perum adalah untuk

kemanfaatan umum berupa pengendalian barang

dan/atau jasa yang berkualitas dengan harga yang

terjangkau oleh masyarakat berdasarkan prinsip

pengolahan perusahaan yang sehat.

Organ Perum adalah: Menteri, Direksi, dan Dewan

Pengawas.

2. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004; Pasal 177

disebutkan bahwa Pemerintah Daerah dapat memiliki BUMD

yang pembentukan penggabungan, pelepasan kepemilikan,

dan/atau pembubarannya ditetapkan dengan Peraturan

Daerah yang berpedoman pada peraturan perundang-

undangan.

Perusahaan Daerah dibentuk berdasarkan Undang-Undang

No. 5 Tahun 1992 tentang Perusahaan Daerah dan yang

dimaksud adalah semua perusahaan yang modal seluruhnya

atau sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan,

kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang-

undang. Perusahaan Daerah didirikan dengan Peraturan

Daerah. Pembinaan umum terhadap Perusahaan Daerah

dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri.

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

53

Agar pengelolaan Perusahaan Daerah dapat diselenggarakan

secara efisien, efektif dan produktif, sehingga benar-benar

dapat menunjang perwujudan otonomi seluas-luasnya, maka

sambil menunggu berlakunya undang-undang yang baru

tentang Perusahaan Daerah, sudah diterbitkan Instruksi

Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1990 tentang Perubahan

Bentuk Badan Usaha Milik Daerah ke dalam dua bentuk,

yaitu Perumda dan Perseroda.

a. Perumda (Perusahaan Umum Daerah Public

Corporation/ Service)

Didirikan dengan maksud, tujuan dan sifat usahanya

adalah mengutamakan penyelenggaraan pelayanan

umum di samping mencari keuntungan sebagai sumber

pendapatan asli daerah, dengan tetap berpegang teguh

pada: (1) syarat-syarat efisiensi dan efektivitas, (2)

prinsip-prinsip ekonomi perusahaan dan (3) pelayanan

yang baik pada masyarakat.

b. Perseroda (Perusahaan Perseroan Daerah)

Maksud dan tujuan usaha Perseroda adalah untuk

memupuk keuntungan dalam arti baik pelayanan dan

pembinaan organisasinya harus secara efektif dan efisien

dengan orientasi bisnis.

F. Rangkuman Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara, pemerintah

membentuk lembaga-lembaga pemerintah baik di tingkat pusat

Page 32: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

54

maupun di tingkat daerah dengan memperhatikan peraturan

perundang-undangan yang terkait.

Setiap lembaga-lembaga pemerintah melaksanakan urusan

pemerintahan tertentu. Urusan-urusan yang menjadi kewenangan

pemerintah pusat adalah politik luar negeri, pertahanan,

keamanan, moneter dan fiskal, yustisi, dan agama. Sedangkan

urusan-urusan yang menjadi kewenangan daerah terbagi ke

dalam dua pula, yaitu: urusan wajib dan urusan pilihan.

Lembaga pemerintah tingkat pusat meliputi: Kementerian

Koordinator, Departemen, Kementerian Negara, LPND,

Kesekretariatan yang membantu Presiden, Kejaksaan Agung,

Perwakilan RI di Luar Negeri, TNI, POLRI, Badan/Lembaga

Ekstra Struktural. Lembaga pemerintah tingkat daerah meliputi:

Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga

Teknis Daerah, Kecamatan, dan Kelurahan. Lembaga

Perekonomian Negara meliputi: Badan Usaha Milik Negara dan

Badan Usaha Milik Derah. BUMN berbentuk Persero dan Perum.

Sedangkan BUMD berbentuk Perseroda dan Perumda.

Dasar utama penyusunan lembaga-lembaga pemerintah dalam

bentuk organisasi baik di tingkat pusat maupun di daerah adalah

adanya urusan pemerintahan yang harus ditangani. Namun tidak

semua urusan-urusan pemerintahan tersebut dibentuk dalam

organisasi tersendiri.

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

55

G. Latihan/Diskusi 1. Sebutkan urusan-urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan Pemerintah Pusat?

2. Sebutkan urusan-urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan Pemerintah Daerah?

3. Apa saja yang termasuk lembaga-lembaga pemerintah

tingkat Pusat?

4. Apa saja yang termasuk lembaga-lembaga pemerintah

tingkat Daerah?

5. Apa tujuan dibentuknya Lembaga Perekonomian Negara?

Page 33: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

56

BAB V PROSES MANAJEMEN

PEMERINTAHAN

Dalam modul ini uraian tentang proses manajemen pemerintahan

mencakup empat aspek, yaitu perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan dan pengawasan.

A. Perencanaan

Landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan baik oleh

Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah adalah Undang-

Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional. Dalam undang-undang ini ditetapkan

bahwa Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu

kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk

menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang,

jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur

penyelenggara pemerintahan di pusat dan daerah dengan

melibatkan masyarakat. Perencanaan Pembangunan Nasional

terdiri dari atas perencanaan pembangunan yang disusun secara

terpadu oleh Kementerian/Lembaga dan perencanaan

pembangunan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan

kewenangannya.

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bertujuan untuk:

1. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan;

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

57

2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik

antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi

pemerintah maupun antar Pusat dan Daerah;

3. Menjamin keterkaitan dan konstitusi antara perencanaan,

penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan;

4. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat;

5. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara

efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

Sebagai tindak lanjut dari UU No. 25 Tahun 2004 ini, Presiden

mengeluarkan Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional

Tahun 2004 – 2009.

RPJM Nasional Tahun 2004 – 2009 merupakan penjabaran dari

visi, misi, dan program Presiden hasil Pemilihan Umum yang

dilaksanakan secara langsung pada tahun 2004. RPJM Nasional

ini menjadi pedoman bagi:

1. Kementerian/Lembaga dalam menyusun Rencana Strategis

Kementerian/Lembaga;

2. Pemerintah Daerah dalam menyusun RPJM Daerah;

3. Pemerintah dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah.

Tahap-tahap Perencanaan Pembangunan:

1. Penyusunan Rencana

Dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu

sistem rencana yang siap untuk ditetapkan, yang terdiri dari 4

(empat) langkah yaitu:

Page 34: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

58

a) Penyiapan rancangan rencana pembangunan yang

bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur;

b) Masing-masing instansi pemerintah menyiapkan

rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada

rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan;

c) Melibatkan masyarakat (stakeholders) dan

menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan

masing-masing jenjang pemerintahan melalui

musyawarah perencanaan pembangunan;

d) Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.

2. Penetapan Rencana

Menjadi produk hukum sehingga mengikat semua pihak

untuk melaksanakannya.

Menurut UU No. 25 Tahun 2004, Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional/Daerah (20 Tahun) ditetapkan

sebagai UU/Perda, Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional/Daerah (5 Tahun) ditetapkan sebagai

Perpres/Kepala Daerah, dan Rencana Pembangunan Tahunan

Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Perpres/Kepala Daerah.

3. Pengendalian Pelaksanaan Rencana

Dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan

sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui

kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama

pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan

Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Selanjutnya, Menteri/Kepala Bappeda menghimpun dan

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

59

menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana

pembangunan dari masing-masing pimpinan

Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah

sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

4. Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara

sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan

informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan

kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilakanakan berdasarkan

indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen

rencana pembagunan.

B. Pengorganisasian

Fungsi pengorganisasian sangat erat kaitannya dengan fungsi

perencanaan. Pengorganisasian dapat diartikan sebagai penetapan

pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan, pengelompokkan

tugas-tugas dan pembagian pekerjaan kepada setiap pegawai dan

penetapan hubungan-hubungan kerja. Misalnya jika

pengorganisasian dilaksanakan dengan baik, maka organisasi

yang dihasilkan pun akan lebih baik dan tujuan organisasi relatif

akan mudah dicapai.

Untuk membentuk atau menyempurnakan organisasi/

kelembagaan perlu diperhatikan prinsip pengorganisasian dan

pertimbangan-pertimbangan yang rasional lainnya seperti

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dari hasil

analisis jabatan.

Page 35: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

60

Dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.

21 Tahun 1990 tentang Pedoman dan Proses Pembentukan atau

Penyempurnaan Kelembagaan di lingkungan Instansi Pemerintah

Pusat, Perwakilan RI di luar negeri dan pemerintah di Daerah,

disebutkan prinsip-prinsip pengorganisasian sebagai berikut:

1. Prinsip Pembagian Habis Tugas

Prinsip ini dimaksudkan agar supaya tugas pokok dan fungsi

pemerintah terbagi habis dalam Departemen-Departemen dan

Lembaga-lembaga Non Departemen, sehingga bagaimanapun

cara yang dipergunakan untuk menyusun organisasi aparatur

pemerintah secara fungsional, ada yang mengurus dan

bertanggung jawab atas setiap fungsi.

2. Prinsip Perumusan Tugas Pokok dan Fungsi yang Jelas

Usaha yang sungguh-sungguh harus dilaksanakan untuk

menjamin bahwa tugas pokok dan fungsi instansi pemerintah

adalah jelas, sehingga dapat dihindarkan timbulnya duplikasi,

ataupun overlapping atau paling tidak dapat dikurangi.

3. Prinsip Fungsionalisasi

Prinsip fungsionalisasi dimaksudkan di dalam

penyelenggaraan pemerintahan ada organisasi yang secara

fungsional bertanggungjawab atas sesuatu bidang dan tugas

pemerintahan dan prinsip ini juga menentukan batas-batas

kewenangannya. Dalam kerjasama dengan instansi lain

fungsionalisasi menentukan instansi mana yang harus

memprakarsai kerjasama tersebut.

4. Prinsip Koordinasi, Integrasi dan Sinkronisasi

Mengingat bahwa tidak ada satupun kegiatan pemerintahan,

baik tugas umum pemerintahan maupun pembangunan yang

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

61

sepenuhnya dapat dilaksanakan hanya oleh satu instansi

pemerintah saja, maka mutlak diperlukan organisasi yang

benar-benar sadar terhadap kerjasama dengan instansi lain.

Lebih-lebih kegiatan pembangunan pada dasarnya harus

ditangani secara multifungsional dan interdisipliner, baik di

dalam perumusan kebijakan maupun pelaksanaannya.

Kebijakan-kebijakan yang dirumuskan oleh berbagai instansi

harus serasi satu sama lainnya (mutually consistent policies).

5. Prinsip Kontinuitas

Pelaksanaan kegiatan pemerintah yang efektif dan efisien

akan lebih terjamin apabila ada kontinuitas dalam perumusan

kebijakan, perencanaan penyusunan program dan

pelaksanaan kegiatan-kegiatan operasional. Aparatur

pemerintah tidak seharusnya menggantungkan diri pada

individu pejabat tetapi kepada kelangsungan kelembagaan.

6. Prinsip Lini dan Staf

Bentuk organisasi yang dipandang baik yaitu apabila

menggunakan bentuk lini dan staf. Bentuk ini dipandang

cocok untuk digunakan di Indonesia terutama karena dengan

bentuk lini dan staf terdapat pembagian tugas dan fungsi

yang jelas antara unit-unit organisasi yang bertanggung

jawab untuk melaksanakan tugas pokok organisasi dengan

unit-unit organisasi yang bertanggung jawab untuk

melaksanakan kegiatan yang bersifat penunjang.

7. Prinsip Kesederhanaan

Organisasi yang efektif adalah organisasi yang bentuknya

sederhana dalam arti bahwa bentuknya disesuaikan dengan

Page 36: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

62

tugas pokok dan fungsi, besar kecilnya organisasi itu

ditentukan oleh beban kerja yang harus dilaksanakan.

8. Prinsip Fleksibilitas

Fleksibilitas menghendaki agar organisasi dapat mengikuti

dan menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan

keadaan sehingga dapat dihindari kekacauan dalam

pelaksanaan tugasnya.

9. Prinsip Pendelegasian Wewenang Yang Jelas

Mengingat luasnya wilayah Republik Indonesia dan

mengingat pula kondisi geografisnya, maka perlu ada

pendelegasian wewenang pelaksanaan tugas-tugas umum

pemerintahan maupun pembangunan kepada unit organisasi

atau pejabat pada eselon di tingkat bawah untuk bertindak

secara efektif tanpa setiap kali memerlukan petunjuk dari

pusat.

10. Prinsip Pengelompokkan Yang Homogen

Karena sedemikian luasnya tugas-tugas yang harus dilakukan

oleh pemerintah baik tugas umum pemerintahan maupun

pembangunan, maka sudah barang tentu tidak semua tugas

tersebut dapat dituangkan kedalam bentuk Departemen

pemerintahan atau Lembaga Pemerintah Non Departemen.

Oleh karena itu, sesuai pula dengan prinsip kesederhanaan

maka pengelompokkan tugas-tugas harus diusahakan

sehomogen mungkin, karena dengan demikian maka prinsip

KIS akan dapat diterapkan dengan lebih mudah.

11. Prinsip Rentang/Jenjang Pengendalian

Mengingat terbatasnya kemampuan seseorang pimpinan/

atasan untuk mengadakan pengendalian terhadap

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

63

bawahannya, maka perlu diperhitungkan secara rasional

dalam menentukan jumlah unit atau orang yang dibawahkan

oleh seorang pejabat pimpinan.

12. Prinsip Akordion

Pada prinsipnya kegiatan pemerintah baik berupa tugas

umum pemerintahan maupun pembangunan dapat diperluas

atau dipersempit sesuai dengan beban kerja/kondisi dan

situasi, demikian pula susunan organisasinya.

C. Pelaksanaan

Dalam penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan

pembangunan, setiap aparatur pemerintah atau lembaga-lembaga

pemerintah bertugas melaksanakan sebagian tugas-tugas umum

pemerintahan dan pembangunan di bidang masing-masing.

Namun demikian tujuan dan sasaran yang harus dicapai oleh

pemerintah selalu menyangkut kegiatan-kegiatan atau tugas lebih

dari satu aparatur pemerintah. Oleh karena itu dalam pencapaian

tujuan atau sasaran tersebut perlu dilakukan pendekatan

multifungsional. Artinya bahwa setiap persoalan harus ditinjau

dari berbagai fungsi aparatur pemerintah yang terkait, baik antar

dan antara instansi ditingkat pusat maupun daerah. Dengan

demikian setiap pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan

dan pembangunan mau tidak mau melibatkan berbagai aparatur

pemerintah yang terkait sebagaimana dimaksud di atas.

Sehubungan dengan itu baik dalam rangka pelaksanaan tugas-

tugas umum pemerintahan maupun dalam rangka menggerakkan

dan memperlancar pelaksanaan pembangunan, kegiatan aparatur

Page 37: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

64

pemerintah perlu dipadukan, diserasikan dan diselaraskan untuk

mencegah timbulnya tumpang tindih, perbenturan,

kesimpangsiuran dan atau kekacauan. Oleh karena itu, dalam

pelaksanaan kegiatan-kegiatan pemerintahan, koordinasi antar

kegiatan aparatur pemerintah harus dilakukan.

Atas dasar hal tersebut maka koordinasi dalam pelaksanaan

tugas-tugas pemerintahan pada hakekatnya merupakan upaya

memadukan (mengintegrasikan), menyerasikan dan

menyelaraskan berbagai kepentingan dan kegiatan yang saling

berkaitan, beserta segenap gerak, langkah dan waktunya dalam

rangka pencapaian tujuan dan sasaran bersama. Koordinasi perlu

dilaksanakan mulai dari proses perumusan kebijakan,

perencanaan, pelaksanaan sampai pada pengawasan dan

pengendaliannya.

1. Jenis Koordinasi

Koordinasi dalam kegiatan pemerintahan dan pembangunan

dapat dibedakan atas:

a. Koordinasi hierarkis (vertical) yang dilakukan oleh

seorang pejabat pimpinan dalam suatu instansi

pemerintah terhadap pejabat (pegawai) atau instansi

bawahannya. Misalnya Kepala Biro terhadap Kepala

Bagian dalam lingkungannya, Direktur Jenderal terhadap

Kepala Direktorat dan sebagainya.

b. Koordinasi fungsional, yang dilakukan oleh seorang

pejabat atau suatu instansi terhadap pejabat atau instansi

lainnya yang tugasnya saling berkaitan berdasarkan asas

fungsionalisasi. Dalam Peraturan Pemerintah No. 6

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

65

Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi

Vertikal di Daerah, koordinasi ini disebut dengan

koordinasi instansional. Koordinasi ini dapat dibedakan

atas koordinasi fungsional horizontal, koordinasi

fungsional diagonal dan koordinasi fungsional teritorial.

1) Koordinasi fungsional horizontal, dilakukan oleh

seorang pejabat atau suatu unit/instansi terhadap

pejabat atau unit/instansi lain yang setingkat.

Misalnya Sekretaris Jenderal mengkoordinasikan

para Direktur Jenderal, Inspektur Jenderal dan

Kepala Badan dalam menyusun rencana di

lingkungan departemennya. Dinas Kesehatan

mengkoordinasikan kegiatan Dinas Pendidikan dan

Pengajaran, Dinas Kebersihan dan lain-lain yang

mempunyai kaitan tugas dengan pelaksanaan

program kesehatan;

2) Koordinasi fungsional diagonal, dilakukan oleh

seorang pejabat atau instansi terhadap pejabat atau

instansi lain yang lebih rendah tingkatannya tetapi

bukan bawahannya. Misalnya Biro Keuangan pada

Sekretariat Jenderal mengkoordinasikan kegiatan-

kegiatan Bagian Keuangan dari Sekretariat

Direktorat Jenderal dalam lingkungan departemen

yang bersangkutan, Badan Kepegawaian Negara

mengkoordinasikan Biro-biro Kepegawaian pada

Departemen atau Instansi Pemerintah lainnya dalam

bidang Kepegawaian;

Page 38: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

66

3) Koordinasi fungsional teritorial, dilakukan oleh

seorang pejabat pimpinan atau instansi lainnya yang

berada dalam suatu wilayah (teritorial) tertentu

dimana dalam semua urusan yang ada dalam wilayah

(teritorial) tersebut menjadi wewenang atau tanggung

jawab pejabat/pimpinan yang bersangkutan.

Misalnya, koordinasi yang dilakukan oleh

Administrator Pelabuhan, koordinasi oleh Pembina

Lokasi Transmigrasi yang belum diserahkan kepada

pemerintah daerah, koordinasi oleh Gubernur selaku

kepala wilayah, wakil Pemerintah Pusat terhadap

instansi-instansi vertikal yang ada diwilayahnya.

2. Pedoman Koordinasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan atau dipedomani dalam

koordinasi antara lain:

a. Koordinasi sudah harus dimulai pada saat perumusan

kebijakan;

b. Perlu ditentukan secara jelas siapa atau satuan kerja

mana yang secara fungsional berwenang dan

bertanggung jawab atas sesuatu masalah;

c. Pejabat atau instansi yang secara fungsional berwenang

dan bertanggung jawab menangani sesuatu masalah,

berkewajiban memprakarsai penyelenggaraan

koordinasi;

d. Perlu kejelasan wewenang, tanggung jawab dan tugas

unit/instansi yang terkait;

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

67

e. Perlu dirumuskan program kerja organisasi secara jelas

yang memperlihatkan keserasian kegiatan di antara

satuan-satuan kerja;

f. Perlu ditetapkan prosedur dan tata cara melaksanakan

koordinasi;

g. Perlu dikembangkan komunikasi dan konsultasi timbal-

balik untuk menciptakan kesatuan bahasa dan kerjasama;

h. Koordinasi akan lebih efektif apabila pejabat yang

berkewajiban mengkoordinasikan mempunyai

kemampuan kepemimpinan dan kredibilitas yang tinggi;

i. Dalam pelaksanaan koordinasi perlu dipilih sarana

koordinasi yang paling tepat.

3. Sarana atau Mekanisme Koordinasi

a. Kebijakan

Kebijakan sebagai alat koordinasi memberikan arah

tujuan yang harus dicapai oleh segenap organisasi atau

instansi sebagai pedoman, pegangan atau bimbingan

untuk mencapai kesepakatan sehingga tercapai

keterpaduan, keselarasan dan keserasian dalam

pencapaian tujuan.

b. Rencana

Rencana dapat digunakan sebagai alat koordinasi karena

di dalam rencana yang baik tertuang secara jelas, sasaran,

cara melakukan, waktu pelaksanaan, orang yang

melaksanakan dan alokasi.

Page 39: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

68

c. Prosedur dan Tata Kerja

Prosedur dan tata kerja pada prinsipnya dapat digunakan

sebagai alat untuk kegiatan yang sifatnya berulang-ulang.

Prosedur dan tata kerja dapat digunakan sebagai alat

koordinasi karena di dalamnya memuat ketentuan siapa

melakukan apa, kapan dilaksanakan dan dengan siapa

harus berhubungan. Untuk itu prosedur perlu dituangkan

dalam manual, petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk

teknis (juknis) atau pedoman kerja agar mudah diikuti

oleh semua pihak-pihak yang berkepentingan.

d. Rapat (Briefing)

Untuk menyatukan bahasa dan saling pengertian

mengenai sesuatu masalah, rapat dapat digunakan

sebagai sarana koordinasi. Rapat sebagai sarana

koordinasi digunakan untuk memberikan pengarahan,

memperjelas atau menegaskan kebijakan sesuatu

masalah.

e. Surat Keputusan Bersama (SKB)/Surat Edaran Bersama

(SEB)

Untuk memperlancar penyelesaian sesuatu kegiatan yang

tidak dapat dilaksanakan hanya oleh satu instansi, dapat

diterbitkan Surat Keputusan Bersama atau Surat Edaran

Bersama. Sarana koordinasi ini sangat efektif dalam

mewujudkan kesepakatan dan kesatuan gerak dalam

pelaksanaan tugas antara dua atau lebih instansi yang

terkait. Namun demikian, SKB/SEB perlu ditindaklanjuti

dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

69

disusun oleh masing-masing instansi secara serasi dan

saling menunjang.

f. Tim, Panitia, Kelompok Kerja, Gugus Tugas atau Satuan

Tugas

Apabila sesuatu kegiatan yang dilakukan bersifat

kompleks, mendesak, multisektor, multidisiplin,

multifungsi sehingga asas fungsionalisasi secara teknis

operasional sulit dilaksanakan, maka untuk lebih

memantapkan koordinasi dapat dibentuk Tim, Panitia,

Kelompok Kerja, Gugus Tugas atau Satuan Tugas yang

bersifat sementara dengan anggota-anggota dari berbagai

instansi terkait.

g. Dewan atau Badan

Dewan atau Badan sebagai sarana koordinasi, untuk

menangani masalah yang sifatnya kompleks, sulit dan

terus menerus, serta belum ada sesuatu instansi yang

secara fungsional menangani atau tidak mungkin

dilaksanakan oleh sesuatu instansi fungsional yang sudah

ada. Misalnya, Dewan Ketahanan Pangan, Dewan

Maritim Nasional, Badan Pertimbangan Pendidikan

Nasional, Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan

Bencana dan Penanganan Pengungsi (BAKORNAS

PBP).

h. Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (SAMSAT

atau One Roof System) dan Sistem Pelayanan Satu Pintu

(One Door Service):

1) SAMSAT dibentuk untuk memperlancar dan

mempercepat pelayanan kepentingan masyarakat

Page 40: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

70

yang kegiatannya diselenggarakan dalam satu atap.

Misalnya dalam pengurusan surat-surat kendaraan

bermotor, pelayanan pembayaran pajak kendaran

bermotor dan bea balik nama diberikan oleh Dinas

Pendapatan Daerah, asuransi kecelakaan lalu lintas

oleh Perum Asuransi Jasa Raharja, sedangkan

pengurusan surat-surat kendaraan bermotor seperti

BPKB dan plat nomor serta STNK diberikan

kepolisian, yang semuanya dilakukan pada satu

tempat.

2) Sistem pelayanan satu pintu diselenggarakan untuk

memperlancar dan mempercepat pelayanan

kepentingan masyarakat oleh satu instansi yang

mewakili berbagai instansi lain yang masing-masing

mempunyai kewenangan tertentu atas sebagian

urusan yang harus diselesaikan. Misalnya dalam

proses penanaman modal yang dilakukan oleh Badan

Koordinasi Penanaman Modal.

Baik pelayanan satu atap maupun satu pintu

dimaksudkan juga untuk mempermudah masyarakat

dalam mengurus kepentingannya yang melibatkan

berbagai instansi.

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

71

4. Pelaksanaan Koordinasi dalam Sistem Penyelenggaraan

Pemerintahan Negara

a. Sidang Kabinet

Sidang Kabinet adalah suatu forum koordinasi tertinggi

yang dipimpin langsung oleh Presiden. Sidang Kabinet

itu ada dua macam:

1) Sidang Kabinet Paripurna yaitu Sidang Kabinet

lengkap yang dihadiri oleh seluruh anggota Kabinet

dan pejabat-pejabat lain yang dianggap perlu oleh

Presiden.

2) Sidang Kabinet Terbatas yaitu Sidang Kabinet yang

dihadiri oleh Menteri-Menteri tertentu sesuai dengan

bidang yang akan dibahas. Sidang Kabinet ini

dihadiri pula oleh pejabat lainnya yang bukan

Menteri yang ditunjuk oleh Presiden.

b. Rapat di Lingkungan Menteri Koordinator

Oleh karena menteri-menteri yang harus dikoordinasikan

oleh Presiden jumlahnya banyak, dengan beraneka ragam

permasalahan, maka Presiden mengangkat Menteri

Koordinator, seperti dalam Kabinet Indonesia Bersatu

sekarang ini ada Menteri Koordinator Politik, Hukum

dan Keamanan; Menteri Koordinator Perkonomian; dan

Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat. Rapat rapat

Menteri Koordinator sesuai dengan bidangnya dipimpin

oleh Menteri Koordinator yang bersangkutan dengan

dihadiri oleh Menteri dan pejabat-pejabat lain bukan

Menteri yang tugasnya berkaitan erat dengan bidang

permasalahan yang sedang dibahas. Hasil rapat-rapat

Page 41: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

72

Menteri Koordinator yang dipimpin oleh Menteri

Koordinator ini dilaporkan kepada Presiden.

c. Koordinasi antara Departemen/Instansi pemerintah

Tingkat Pusat

Dilaksanakan antara Departemen/Instansi Pemerintah

Tingkat Pusat yang satu dengan Departemen/Instansi

Pemerintah Tingkat Pusat lainnya, yang dalam

pelaksanaannya dapat terjadi baik tanpa wadah tertentu,

maupun dengan menggunakan suatu wadah seperti Rapat

Koordinasi Sektor-sektor, Panitia-panitia antar

Departemen dan lain-lain.

Pola koordinasi tersebut berlaku pula untuk koordinasi

antara suatu satuan organisasi dalam suatu

Departemen/Instansi Pemerintah Tingkat Pusat dengan

satuan organisasi Departemen/Instansi Pemerintah

Tingkat Pusat lainnya. Peningkatan koordinasi tersebut

merupakan suatu keharusan dalam pelaksanaan

pembangunan nasional.

d. Koordinasi Aparatur Pemerintah Pusat di Luar Negeri

Untuk melaksanakan kebijakan hubungan Luar Negeri

antara lain dibentuk perwakilan Pemerintah Republik

Indonesia di Luar Negeri yang pembinaannya dilakukan

oleh Departemen Luar Negeri.

Sebagai wakil dari Pemerintah Republik Indonesia,

perwakilan-perwakilan di luar negeri itu mempunyai

hubungan fungsional dengan instansi-instansi

Pemerintah Tingkat Pusat. Jika dipandang perlu instansi-

instansi tersebut dapat mempunyai Atase di dalam

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

73

Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri di negara-

negara tertentu sesuai dengan kebutuhan, seperti Atase

Kebudayaan, Atase Pertahanan, setelah berkonsultasi

dengan Departemen Luar Negeri. Dalam pelaksanaan

tugasnya di Luar Negeri, para Atase tersebut

dikoordinasikan oleh Kepala Perwakilan RI setempat.

e. Koordinasi Pemerintah Pusat terhadap Pemerintah

Daerah

1) Selaku aparatur pusat yang secara fungsional

membantu Presiden dalam urusan-urusan daerah

pada umumnya, Menteri Dalam Negeri:

(a). Secara fungsional horizontal

mengkoordinasikan departemen dan instansi

tingkat pusat lainnya sepanjang mengenai

masalah-masalah umum di daerah.

(b). Secara fungsional diagonal

mengkoordinasikan provinsi, kabupaten dan

kota.

2) Menteri/Departemen dan instansi teknis melakukan

koordinasi baik terhadap instansi pusat lainnya

(koordinasi fungsional horizontal) maupun terhadap

provinsi, kabupaten dan kota (koordinasi fungsional

diagonal) sepanjang mengenai bidang tugas

pokoknya.

f. Koordinasi Tingkat Daerah

1) Gubernur selaku Wakil Pemerintah Pusat

melakukan koordinasi fungsional teritorial di

Page 42: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

74

samping terhadap instansi vertikal, juga terhadap

Bupati dan Walikota;

2) Kepala Daerah, di samping mengkoordinasikan

aparatur daerahnya sendiri (koordinasi hierarkis),

berwenang pula secara operasional

mengkoordinasikan instansi-instansi lain yang

berada di daerahnya (koordinasi fungsional

teritorial).

5. Koordinasi dan Hubungan Kerja

Koordinasi dan hubungan kerja merupakan dua hal yang

tidak identik, namun sulit untuk dibedakan secara tegas,

apalagi dipisahkan. Untuk mengefektifkan koordinasi mutlak

diperlukan adanya hubungan kerja, baik formal maupun

informal.

Koordinasi selalu bersifat hubungan kerja, namun demikian,

hubungan kerja tidak selalu bersifat koordinatif, karena

hubungan kerja dapat pula bersifat konsultatif dan informatif

saja.

D. Pengawasan Pengawasan adalah salah satu fungsi organik manajemen, yang

merupakan proses kegiatan pimpinan untuk memastikan dan

menjamin bahwa tujuan dan sasaran serta tugas-tugas organisasi

akan dan telah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana,

kebijakan, instruksi dan ketentuan-ketentuan yang telah

ditetapkan. Pengawasan sebagai fungsi manajemen sepenuhnya

adalah tanggung jawab setiap pimpinan pada tingkat manapun.

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

75

Hakekat pengawasan adalah untuk mencegah sedini mungkin

terjadinya penyimpangan, pemborosan, penyelewengan,

hambatan, kesalahan dan kegagalan dalam pencapaian tujuan dan

sasaran serta pelaksanaan tugas-tugas organisasi.

1. Jenis-jenis Pengawasan

a. Pengawasan Melekat (Waskat)

Waskat menurut Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989

adalah serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai

pengendalian yang terus menerus dilakukan oleh atasan

langsung terhadap bawahannya, secara preventif atau

represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut

berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana

kegiatan dan peraturan perundangan yang berlaku.

Berhasil tidaknya pencapaian tujuan dan pelaksanaan

tugas-tugas suatu organisasi, atau baik buruknya citra

suatu organisasi dalam pandangan masyarakat adalah

merupakan tanggung jawab atasan langsung/

pimpinannya. Demikian pula, masalah-masalah yang

telah, sedang dan mungkin akan dihadapi, termasuk

bagaimana kualitas orang-orang yang ada dalam

organisasi semuanya menjadi tanggung jawab pimpinan

untuk menyelesaikan dan membinanya sebaik mungkin.

Setiap pimpinan instansi pemerintah ataupun pimpinan

satuan/unit kerja termasuk pimpinan proyek, pimpinan

kelompok kerja yang ada dalam organisasi tersebut

memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang melekat

pada dirinya untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan di

organisasinya. Untuk itu pimpinan harus selalu berusaha

Page 43: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

76

sedini mungkin dapat memonitor dan mengetahui

kemungkinan akan terjadinya penyimpangan, hambatan,

kesalahan dan atau kegagalan dari pelaksanaan tugas-

tugas satuan kerja yang dipimpinnya dalam rangka

pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan.

Selanjutnya pimpinan berkewajiban pula untuk secepat

mungkin mengadakan langkah-langkah tindak lanjut

(follow up) guna dapat meniadakan dan mencegah

terjadinya atau berlanjutnya keadaan tersebut. Pimpinan

juga perlu berusaha untuk mempertahankan hal-hal yang

sudah baik, dan bahkan bila masih mungkin juga

meningkatkannya. Semuanya itu hanya dapat

diwujudkan dengan baik, kalau pimpinan melakukan

pengawasan sendiri dengan sebaik-baiknya atas kegiatan

organisasi dan bawahan yang dipimpinnya.

Sasaran Waskat:

1) Meningkatkan disiplin, prestasi kerja, pencapaian

sasaran pelaksanaan tugas;

2) Menekan hingga sekecil mungkin penyalahgunaan

wewenang;

3) Menekan hingga sekecil mungkin kebocoran,

pemborosan keuangan negara dan segala bentuk

pungutan liar;

4) Mempercepat penyelesaian perizinan dan

peningkatan pelayanan kepada masyarakat;

5) Mempercepat penyusunan kepegawaian sesuai

ketentuan perundangan yang berlaku.

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

77

Prinsip-Prinsip Pokok Waskat

Agar pelaksanaan Waskat dapat tercapai dengan baik,

maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pokoknya, yaitu:

1) Berjenjang

Pada prinsipnya Waskat dilakukan secara berjenjang.

Namun demikian setiap pimpinan pada saat-saat

tertentu dapat melakukan Waskat pada setiap jenjang

yang ada di bawahnya.

2) Kesadaran dan Kewajiban

Waskat harus dilaksanakan oleh setiap pimpinan

secara sadar dan wajar sebagai salah satu fungsi

manajemen yang penting dan tak terpisahkan dari

perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan.

3) Pencegahan

Waskat lebih diarahkan pada usaha pencegahan

terhadap penyimpangan, karena itu perlu ada sistem

yang jelas yang dapat mencegah terjadinya

penyimpangan. Dalam setiap fungsi manajemen

perlu dilakukan Waskat untuk menjamin agar tujuan

dapat dicapai secara efisien dan efektif.

4) Pembinaan

Waskat harus bersifat membina, karena itu

penentuan adanya suatu penyimpangan harus

didasarkan pada kriteria yang jelas dan

penyimpangan tersebut harus dapat dideteksi sedini

mungkin.

Page 44: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

78

5) Obyektif

Tindak lanjut terhadap temuan-temuan dalam

Waskat harus dilakukan secara tepat dan tertib,

didasarkan pada penilaian yang obyektif melalui

analisis yang cermat sesuai dengan kebijakan dan

peraturan perundangan yang berlaku termasuk tindak

lanjut berupa penghargaan bagi pegawai yang

berprestasi baik.

6) Terus menerus

Waskat harus merupakan kegiatan yang dilakukan

secara terus menerus dan berkesinambungan sebagai

kegiatan rutin sehari-hari dalam rangka pelaksanaan

tugas umum pemerintahan dan pembangunan.

7) Sistematis

Waskat harus dilaksanakan secara tertib dan teratur,

mengikuti prosedur dan ketentuan-ketentuan yang

berlaku.

8) Diterministik

Waskat merupakan pengawasan yang pokok dan

menentukan, sedangkan pengawasan-pengawasan

lainnya menunjukkan keberhasilan Waskat.

Di samping memperhatikan Prinsip-Prinsip Waskat,

dalam pelaksanaan Waskat baik pimpinan manapun

bawahan harus pula berpedoman pada Sarana Waskat

(Sarwaskat), yaitu: struktur organisasi, kebijakan

pelaksanaan, rencana kerja, prosedur kerja dan

pencatatan hasil kerja dan pelaporan.

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

79

Dengan berpedoman pada Sarwaskat ini, pimpinan dapat

dengan mudah memastikan:

1) Apakah bawahan telah bekerja sesuai dengan bidang

pekerjaan, wewenang dan tanggung jawabnya;

2) Apakah bawahan telah melaksanakan tugas/

pekerjaan, wewenang dan tanggung jawab dengan

hasil yang baik.

b. Pengawasan Fungsional (Wasnal)

Wasnal adalah pengawasan yang dilakukan oleh

aparat/pegawai yang tugas pokoknya khusus membantu

pimpinan untuk melaksanakan tugasnya masing-masing.

Wasnal pada dasarnya bersifat intern. Oleh karena itu,

aparat Wasnal dalam suatu instansi secara umum disebut

Satuan Pengawasan Intern (SPI).

Pada dasarnya peranan SPI atau aparat wasnal hanyalah

membantu pimpinan agar dapat melakukan

manajemennya, melakukan Waskat atau

pengendaliannya dengan baik. Dengan demikian, SPI

melaksanakan pengawasan atas nama pimpinan.

Beda dengan Waskat, aparat Wasnal tidak berwenang

mengambil tindak lanjut sendiri. Untuk hal-hal yang

bersifat teknis dan tidak prinsipil, aparat wasnal dapat

langsung memberikan petunjuk-petunjuk perbaikan.

Tetapi untuk hal-hal yang prinsipil, aparat Wasnal hanya

berkewajiban melaporkan temuannya kepada pimpinan

disertai saran-saran tindak lanjutnya. Tindak lanjut

merupakan wewenang pimpinan, oleh karena itu Wasnal

Page 45: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

80

bukan pengendalian. Walaupun Waskat ditingkatkan,

Wasnal tetap masih diperlukan.

Di lingkungan instansi pemerintah, aparat wasnal dapat

dibedakan, sebagai berikut:

1) Aparat Wasnal Intern Instansi, meliputi:

a) Inspektorat Jenderal di Departemen;

b) Inspektorat/Inspektorat Utama di LPND;

c) Badan Pengawas Daerah Provinsi, Kabupaten/

Kota;

d) Satuan Pengawas Intern di berbagai BUMN/

BUMD.

2) Aparat Wasnal Ekstern Instansi/Intern Pemerintah.

BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan).

c. Pengawasan Teknis Fungsional

Setiap instansi berkewajiban untuk melakukan

pengawasan agar kebijakan-kebijakan Negara/

Pemerintah, sesuai dengan bidang tugas pokoknya

masing-masing, ditaati oleh masyarakat dan/atau

aparatur. Pengawasan ini merupakan konsekuensi dari

pelaksanaan asas fungsionalisasi dan merupakan fungsi

lini/operasional, dari instansi tersebut.

Sesuai dengan bidang tugas pokoknya, berkaitan dengan

pengawasan dalam rangka asas fungsionalisasi, instansi

Pemerintah dapat dibedakan menjadi:

1) Pengawasan yang ditujukan kepada aparatur saja,

yaitu pengawasan yang dilakukan oleh instansi-

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

81

instansi pemerintah yang secara keseluruhan

melaksanakan fungsi staf, misalnya:

a) Kantor MENPAN, di bidang pendayagunaan

aparatur;

b) BKN, di bidang kepegawaian;

c) LAN, di bidang Diklat Pegawai Negeri dan

Litbang Administrasi Negara;

d) Ditjend Anggaran, di bidang anggaran;

e) Bappenas, di bidang perencanaan pembangunan

nasional.

2) Pengawasan yang ditujukan kepada masayarakat dan

aparatur, yaitu instansi-instansi pemerintah yang

secara keseluruhan berkewajiban melaksanakan

fungsi pengayoman, pelayanan dan pemberdayaan

kepada masyarakat, yang pada dasarnya juga

mencakup Aparatur Pemerintah sendiri. Misalnya

yang dilakukan oleh:

a) Dinas Tata Kota, mengenai bangunan;

b) BPN, mengenai pertanahan;

c) Depdiknas, mengenai pendidikan sekolah, baik

sekolah negeri/swasta, termasuk kedinasan;

d) Kepolisian, mengenai keamanan dan ketertiban.

d. Pengawasan Legislatif (Wasleg) atau Pengawasan Politik

(Waspol)

Berdasarkan Pasal 20A ayat (1) UUD 1945, DPR

memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi

pengawasan.

Page 46: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

82

Dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2003 tentang

Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD,

masing-masing fungsi ini dijelaskan sebagai berikut:

Fungsi Legislasi adalah fungsi membentuk Undang

Undang yang dibahas dengan Presiden untuk

mendapatkan persetujuan bersama.

Fungsi Anggaran adalah fungsi menyusun dan

menetapkan APBN bersama Presiden dengan

memperhatikan pertimbangan DPD.

Fungsi Pengawasan adalah fungsi melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan UUD Republik

Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang dan peraturan

pelaksanaannya.

Dalam Pasal 20A ayat (2), dikatakan bahwa dalam

melaksanakan fungsinya, DPR mempunyai hak

interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.

Dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2003, masing-

masing hak ini dijelaskan sebagai berikut:

Hak Interpelasi adalah hak DPR untuk meminta

keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan

pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak

luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Hak Angket adalah hak DPR untuk melakukan

penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah yang

penting dan strategis serta berdampak luas pada

kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang diduga

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

83

Hak Menyatakan Pendapat adalah hak DPR untuk

menyatakan pendapat terhadap kebijakan pemerintah

atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi ditanah air

atau situasi dunia internasional disertai dengan

rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak lajut

pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket atau terhadap

dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden

melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan

terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat

lainnya atau perbuatan tercela maupun tidak lagi

memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil

Presiden.

Setiap pejabat/instansi berkewajiban memberi tanggapan

terhadap pandangan, kritik, saran ataupun pertanyaan

dari DPR/DPRD, dengan sebaik-baiknya. Pandangan,

kritik, saran ataupun pertanyaan itu harus dimanfaatkan

sebagai masukan baik bagi pelaksanaan waskat maupun

wasnal, termasuk dalam rangka mengambil langkah-

langkah tindak lanjut. Pandangan, kritik, saran, temuan,

pertanyaan dari DPR/DPRD harus dijadikan salah satu

indikator keberhasilan waskat dan wasnal pada

khususnya, dan pelaksanaan tugas pemerintahan dan

pembangunan pada umumnya.

e. Pengawasan Masyarakat (Wasmas)

Pengawasan masyarakat (Wasmas) atau kontrol sosial

adalah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat

sendiri atas penyelenggaraan pemerintahan dan

Page 47: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

84

pembangunan. Wasmas perlu sekali

ditumbuhkembangkan, sehingga merupakan pengawasan

yang efisien dan efektif. Adapun alasan-alasannya, antara

lain adalah seperti berikut:

1) Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan

demokrasi, di mana kedaulatan ditangan rakyat.

Pegawai Negeri bukan saja unsur aparatur negara

dan abdi negara, tetapi sekaligus juga abdi

masyarakat;

2) Keberhasilan penyelenggaraan negara antara lain

tergantung kepada partisipasi seluruh rakyat.

Wasmas merupakan suatu bentuk partipasi

masyarakat tersebut;

3) Salah satu arah kebijakan bidang penyelenggara

negara adalah membersihkan penyelenggara negara

dari praktek KKN dengan memberikan sanksi

seberat-beratnya sesuai dengan ketentuan hukum

yang berlaku, meningkatkan efektivitas pengawasan

intern dan fungsional serta pengawasan masyarakat

dan mengembangkan etika dan moral.

4) Wasmas diperlukan karena keterbatasan kemampuan

waskat dan wasnal. Wasmas mendukung

keberhasilan Waskat dan Wasnal.

5) Tujuan pengembangan Wasmas yang sehat dan

positif adalah makin tumbuh dan meningkatnya

tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan negara. Oleh karena itu aparatur

pemerintah berkewajiban untuk selalu memberikan

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

85

kesempatan agar masyarakat mampu melaksanakan

wasmas atau kontrol sosial dengan sebaik-baiknya.

Bagaimanapun kecilnya nilai informasi yang

disampaikan, wasmas harus diperhatikan dan

dihargai pula. Surat kaleng sekalipun misalnya, perlu

mendapat perhatian, karena seringkali informasi

yang disampaikan ternyata memang benar dan sangat

berharga.

Kriteria Wasmas yang baik

Wasmas yang baik antara lain memiliki kriteria

berikut:

1) Obyektif tidak bersifat memfitnah;

2) Dimaksudkan untuk adanya perbaikan;

3) Memberitahukan faktanya dengan jelas dan

lengkap dengan bukti-buktinya;

4) Memberitahukan bentuk-bentuk pelanggaran,

penyimpangan, penyelewengan, penyalahgunaan

wewenang, kesalahan atau kelemahan yang

terjadi;

5) Menjelaskan patokan-patokan yang dilanggar;

6) Memuat saran-saran;

7) Jelas identitas yang menyampaikannya.

Memang tidak dapat selalu diharapkan, wasmas

memenuhi kriteria tersebut. Adalah kewajiban

instansi untuk berusaha melengkapi, memperjelas,

memastikan kebenaran serta mengungkapnya lebih

lanjut, sehingga dapat diambil langkah-langkah

tindak lanjut yang tepat.

Page 48: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

86

f. Pengawasan Yudikatif

Salah satu fungsi Mahkamah Agung adalah mengawasi

peraturan perundang-undangan yang antara lain

dilaksanakan dengan:

1) Menguji secara material terhadap Peraturan

Perundangan di bawah Undang-Undang;

2) Menyatakan tidak sah semua Peraturan Perundangan

di bawah Undang-Undang apabila bertentangan

dengan Peraturan Perundangan yang lebih tinggi.

Mahkamah Konstitusi mempunyai kewenangan bersifat

formal untuk menguji Undang-Undang terhadap

Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan demikian, Mahkamah Agung dan Mahkamah

Konstitusi memiliki wewenang sekaligus kewajiban

untuk melakukan pengawasan ekstern terhadap

pemerintah. Pengawasan ini sangat penting, karena

negara Indonesia adalah negara hukum, sehingga:

1) Dapat dicegah penyalahgunaan wewenang baik yang

disengaja maupun tidak;

2) Kepastian dan tertib hukum dapat diwujudkan

dengan baik.

E. Rangkuman

Proses manajemen pemerintahan negara pada dasarnya meliputi

empat aspek, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan

dan pengawasan.

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

87

Perencanaan pembangunanan Nasional dasar hukumnya adalah

UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional. Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional bertujuan untuk: mendukung koordinasi antar pelaku

pembangunan; menjamin terciptanya integrasi; sinkronisasi dan

sinergi baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi

pemerintah maupun antara pusat dan daerah; menjamin

keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan dan pengawasan; mengoptimalkan partisipasi

masyarakat; tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien,

efektif, berkeadilan dan berkelanjutan.

Pengorganisasian dapat diartikan sebagai penetapan pekerjaan-

pekerjaan yang harus dilaksanakan, pengelompokkan tugas dan

pembangunan pekerjaan kepada setiap pegawai dan penetapan

hubungan kerja. Agar pengorganisasian dapat dilaksanakan

dengan baik perlu diperhatikan prinsip-prinsip pengorganisasian.

Pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan pada

dasarnya terbagi habis kepada setiap aparat pemerintah atau

lembaga-lembaga pemerintah. Dengan kata lain bahwa setiap

aparat pemerintah atau masing-masing lembaga-lembaga

pemerintah melaksanakan sebagian urusan-urusan pemerintahan

di bidangnya masing-masing. Agar pelaksanaan tugas-tugas

pemerintahan tersebut berjalan dengan baik maka sangat

diperlukan koordinasi yang baik pula. Koordinasi sudah harus

dimulai sejak penyusunan kebijakan dan perencanaan. Pada

dasarnya koordinasi ada dua jenis, yaitu koordinasi vertikal dan

koordinasi fungsional. Koordinasi fungsional dapat dibedakan

Page 49: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI

88

atas koordinasi fungsional horizontal, koordinasi fungsional

diagonal dan koordinasi fungsional teritorial.

Dalam pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan negara secara

menyeluruh koordinasi dapat dilaksanakan melalui: sidang

kabinet; rapat-rapat koordinasi oleh Menko; rapat-rapat

koordinasi antar Departemen di tingkat pusat dan daerah, rapat

koordinasi antara aparat pusat dan aparat daerah, dan lain-lain.

Pengawasan, yang pada dasarnya adalah kegiatan pimpinan yang

berupa agar tugas-tugas terlaksana sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan atau dapat mencapai hasil sebagaimana yang

diharapkan.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan negara terdapat berbagai

jenis pengawasan seperti: pengawasan melekat; pengawasan

fungsional; pengawasan teknis fungsional; pengawasan legislatif;

pengawasan masyarakat; dan pengawasan yudikatif.

F. Latihan/Diskusi 1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional? Dan apa pula yang dimaksud

dengan RPJM Nasional?

2. Mengapa pengorganisasian diperlukan dalam

penyelenggaraan pemerintahan negara? Sebutkan pula

prinsip-prinsip pengorganisasian.

3. Mengapa koordinasi sangat diperlukan dalam pelaksanaan

tugas-tugas pemerintahan?

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

89

4. Apa saja fungsi DPR dan apa saja hak yang dimiliki DPR

dalam rangka pelaksanaan pengawasan bagi pemerintah?

5. Mengapa waskat merupakan pengawasan intern yang paling

pokok?

6. Bagaimana sikap aparatur pemerintah sebaiknya dalam

menghadapi wasmas?

Page 50: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

90

BAB VI P E N U T U P

A. TES

Dari uraian yang telah disajikan dalam Bab II sampai dengan

Bab V, diharapkan peserta dapat memahami pengertian dari

beberapa hal penting dalam sistem penyelenggaraan

pemerintahan negara.

Sebagai salah satu sarana untuk mengukur keberhasilan

pembangunan tersebut, di bawah ini disiapkan bahan tes yang

dapat membantu peserta.

1. Apakah sebenarnya yang dimaksud dengan Sistem

Penyelenggaraan Pemerintahan Negara berdasarkan UUD

1945?

2. Berapa kali seseorang bisa dipilih menjadi Presiden atau

Wakil Presiden?

3. Sebutkan asas-asas umum penyelenggaraan negara yang

baik?

4. Apakah akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah itu?

5. Jelaskan persamaan dan perbedaan antara Departemen dan

Lembaga Non Departemen?

6. Dalam penyelenggaran pemerintahan daerah, apakah

perbedaan pokok antara Sekretariat, Dinas, Badan dan

Kantor?

7. Sebutkan jenis-jenis pengawasan?

Modul Diklat Prajabatan Golongan I dan II

91

B. Tindak Lanjut Sistem penyelenggaraan pemerintahan negara mencakup bahasan

yang sangat luas. Apa yang telah diuraikan dalam Bab II sampai

dengan Bab V, baru memberikan pengertian tentang sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara dan beberapa hal yang

penting saja. Masih banyak lagi hal-hal penting yang tidak

disampaikan dalam modul ini. Ada di antaranya yang telah

menjadi mata pelajaran tersendiri dalam Diklat ini. Di samping

itu ada pula bagian-bagian lain yang menjadi mata Diklat pada

program Diklat jenjang yang lebih tinggi.

Oleh karena itu untuk lebih memahami tentang sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara ini, peserta dianjurkan

untuk mempelajari, antara lain:

� bahan bacaan yang telah digunakan untuk menulis modul

ini, sebagaimanan tersebut dalam referensi.

� Modul mata pelajaran lain seperti tentang kepegawaian,

administrasi keuangan dan lain-lain.

Page 51: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

92

REFERENSI

Undang-undang Dasar RI Tahun 1945.

Undang-undang No. 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan

MPR, DPR, DPD dan DPRD.

Undang-undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

Negara.

Undang-undang No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-

undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1999 tentang

Bank Indonesia.

Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Nasional.

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan

Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan

Nepotisme.

TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara

Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Keputusan Presiden No. 103 tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas,

Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Pemerintah Non Departemen.

Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 –

2009.

Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,

Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementeri

an Negara.

93

Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan

Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia.

Peraturan Presiden No. 11 Tahun 2005 tentang Perubahan Kelima

Atas Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan

Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

Departemen.

Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2005 tentang Perubahan Keenam

Atas Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001

tentang Unit Organisasi dan Tugas eselon I Lembaga

Pemerintah Non Departemen.

Peraturan Presiden No. 62 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas

Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia.

Peraturan Presiden No. 64 Tahun 2005 tentang Perubahan Keenam

Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001

tentang Kedududkan, Tugas, Fungsi, Kewenang an,

Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

Pemerintah Non Departemen.

Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1983 tentang Pengawasan.

Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1989 tentang Pengawasan Melekat

Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah.

Instruksi Presiden No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 21 Tahun

1998 tantang Pedoman dan Proses Pemben tukan

Page 52: Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri

94

Kelembagaan di Lingkungan Instansi Pusat, Perwakilan,

Republik Indonesia di Luar dan Pemerintah Daerah.