SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PERENCANAAN … · Salah satu produk daerah adalah Pepaya Gunung yang...
Transcript of SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PERENCANAAN … · Salah satu produk daerah adalah Pepaya Gunung yang...
i
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PERENCANAANAGROINDUSTRI PEPAYA GUNUNG (Carica pubescens)
DENGAN PEMBIAYAAN SYARIAH
DHONY ERFANTO
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2008
ii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Sistem Penunjang Keputusan
Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung (Carica pubescens) adalah karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Bogor, Agustus 2008
Dhony ErfantoNIM F34104017
iii
RINGKASAN
DHONY ERFANTO. F34104017. Sistem Penunjang Keputusan PerencanaanAgroindustri Pepaya Gunung (Carica pubescens) dengan PembiayaanSyariah. Dibimbing oleh ERIYATNO.
Salah satu cara mendapatkan keunggulan komparatif adalah denganmengembangkan sektor yang didukung oleh sumber daya domestik yang memilikipeluang usaha. Potensi daerah harus digali dan dikembangkan sehingga mampumendukung perekonomian nasional dan dapat mensejahterakan masyarakat.Membangun agroindustri yang kuat berarti membangun pertumbuhan sekaliguspemerataan dan keseimbangan antar sektor dan wilayah. Salah satu produk daerahadalah Pepaya Gunung yang dikembangkan di Kabupaten Wonosobo.Keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan dana membuat budidaya dan usahapengolahannya masih dalam skala kecil dan hanya dipasarkan di pasar lokal sertadengan pengolahan yang sederhana.
Usaha kecil dan mikro mencakup 95 persen dari keseluruhan perusahaan diIndonesia. Usaha kecil dan mikro justru lebih bisa bertahan dalam menghadapikrisis ekonomi yang melanda perekonomian nasional. Kemampuan bertahanUKM ini disebabkan oleh karakteristiknya yang tidak terlalu banyak bergantungpada sektor eksternal seperti hutang dan bahan baku impor, kandungan lokal yangbesar, padat karya, orientasi pasar dalam negeri, harga terjangkau, organisasiramping dan fleksibel, dan pengusahaan pasar lokal yang baik.
Sumber pembiayaan yang dapat digunakan untuk pengembanganagroindustri pepaya gunung adalah lembaga keuangan mikro syariah (LKMS)dengan pola musyarakah berdasarkan skema bagi hasil dan bagi risiko. Denganpola ini keuntungan yang diterima LKMS ditentukan oleh tingkat laba yangdiperoleh. Dengan posisi seperti ini maka diperlukan adanya evaluasi kelayakanpembiayaan yang dapat memperkirakan keuntungan yang diperoleh olehpengusaha dan LKMS dan memperkirakan tingkat risiko yang ada.
Tujuan penelitian ini adalah mempelajari faktor-faktor yang berpengaruhdalam perencanaan dan pengembangan agroindustri pepaya gunung, sertamerancang dan mengembangkan model sistem penunjang keputusan perencanaanagroindustri pepaya gunung dengan pembiayaan syariah.
Model evaluasi kelayakan perencanaan agroindustri pepaya gunung denganpola syariah dibuat dalam sebuah perangkat lunak Sistem Penunjang Keputusanyang diberi nama Cap’S. Sistem ini memiliki model untuk mengevaluasi tingkatrisiko pembiayaan berdasarkan penilaian pakar (expert judgement), model untukmenentukan bagi hasil berdasarkan risiko pembiayaan dan porsi modal, modeluntuk menentukan kelayakan finansial, model untuk memprakirakan jumlahpenjualan dengan menggunakan metode regresi linier dan deret waktu, dan model
iv
untuk menentukan lokasi yang cocok untuk agroindustri pepaya gunung.Verifikasi model dilakukan pada agroindustri pepaya gunung di KabupatenWonosobo.
Berdasarkan hasil perhitungnan penentuan lokasi unggulan denganmenggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE) diperoleh lokasi yangpaling cocok adalah Kecamatan Wonosobo. Selain itu, lokasi lain yang patutdipertimbangkan adalah Kecamatan Kertek dan Kecamatan Selomerto.
Hasil verifikasi model menunjukkan rata-rata tingkat penjualan manisanpepaya gunung dari tahun 2008 sampai 2017 dengan menggunakan metoderegresi linier adalah sebanyak 2.267.750 botol dengan berat bersih 360 gram.
Tingkat risiko pembiayaan diperoleh dari nilai rata-rata terbobot faktorrisiko usaha dan risiko industri. Risiko pembiayaan yang diperoleh adalah sebesar2,34 yang dikategorikan ke dalam risiko sedang. Bagi hasil ditentukanberdasarkan tingkat risiko pembiayaan dan porsi modal. Modal diperoleh dariLKS dan modal sendiri dengan perbandingan 50:50. Dengan menggunakan keduafaktor maka diperoleh bagi hasil untuk bank adalah sebesar 40,19 persen darikeuntungan yang diperoleh.
Analisis kelayakan finansial membandingkan pembiayaan dengan polasyariah dengan pembiayaan konvensional. Agorindustri pepaya gunung layakdijalankan dan diperoleh nilai BEP untuk pembiayaan syariah sebesar 199.334botol dan 214.168 botol untuk pembiayaan konvensional. Nilai B/C ratio untukpembiayaan syariah adalah sebesar 1,221 dan 1,270 untuk pembiayaankonvensional. PBP yang diperlukan pada pembiayaan syariah adalah selama 2tahun 1 bulan dan untuk pembiayaan konvensional adalah selama 2 tahun.
Analisis sensitivitas dilakukan dengan kondisi penurunan harga jual produkdan kenaikan harga BBM. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa denganpembiayaan syariah, agroindustri pepaya gunung mempunyai titik kritis terhadappenurunan harga produk sebesar 16,875 persen sedangkan dengan pembiayaankonvensional hanya sebesar 16,25 persen, sedangkan analisis sensitivitas terhadapkenaikan BBM pembiayaan syariah mempunyai titik kritis sebesar 22 persen danpembiayaan konvensional sebesar 21 persen. Hal ini menunjukkan bahwapembiayaan syariah memiliki toleransi yang lebih besar terhadap penurunan hargajual produk maupun kenaikan BBM. Hal ini disebabkan pada pembiayaan syariahbagi hasil dihitung berdasarkan laba yang diperoleh, sedangkan pada pembiayaankonvensional bunga pinjaman sudah ditetapkan dari awal.
Model CAP’S dapat digunakan untuk LKMS dalam menentukan kelayakanpembiayaan agroindustri pepaya gunung. Model ini mudah dalam penggunaandan memiliki fasilitas database yang mudah diubah, ditambah, dan dihapus. Akantetapi masih diperlukan adanya pengembangan model yang dapat mengakses basispengetahuan mengenai kualitas produk, referensi konsumen, dan teknologipengolahan alternatif.
v
ABSTRACT
DHONY ERFANTO. F34104017. Decision Support System of MountainPapaya Agroindustry Planning with Syariah. Supervised by ERIYATNO.
The objective of this research is to design feasibility evaluation model ofprofit and risk sharing for financing mountain papaya agroindustry. The DecisionSupport System (DSS) model was built to support Syariah Finance Institution(SFI). Analitycal tools used are Linier Regression, Times Series Method,Exponential Comparison Method and Expert Judgment.
The DSS software is named Cap’S that consists of modules for forecastingproduct sold, evaluating the agroindustry priority location, evaluating of risk theindustry finance, and evaluating feasibility finance.
The model was verified through case study on mountain papaya agroindstryin Wonosobo Regency. Based on the result from determination factory location,the chosen location is Wonosobo district. Based on the result from soldforecasting by linier regression, product sold rate from 2008 to 2017 is 2.267.450units per years.
The source of fund provided by bank and private capital. There are two kindalternatives of bank loan, which are conventional and syariah systems and eachalternative has own assumption and method.
The determination of profit sharing is depend on upcoming risk level anddebt equity ratio. Debt equity ratio were assumption 50:50. Risk value iscalculated on the rate 2,34 as medium risk. Profit sharing is 40,19 percent forsyariah bank.
Financing analysis compare both of the bank loan alternatives. Based oninvestment criteria such as Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Break Event Point(BEP) and Pay Back Period (PBP), mountain papaya agroindstry is feasible to beestablished, this is used for two kind banks alternatives. For syariah bank the B/CRatio value was 1,221, BEP value was 199.334 units and PBP was 2 years and 1month. For conventional bank the B/C Ratio value was 1,270, BEP value was214.168 units and PBP was 2 years.
Based on the sensitivity analysis, syariah bank has a critical point for thedecreasing price of product around 22 percent, while conventional bank hasaround 21 percent. Besides that, syariah bank reach critical point for the risingprice of fuel around 16,875 percent, while conventional bank has 16,25 percent.The conclusion from this analysis was syariah finance system has more flexibletowards changes of prices. This is happened because the syariah bank has thecompensation system based on profit sharing, mean while the conventional bankthe compensation based on the credit accumulative.
vi
© Hak cipta milik IPB, tahun 2008Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dariInstitut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
vii
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PERENCANAANAGROINDUSTRI PEPAYA GUNUNG (Carica pubescens)
DENGAN PEMBIAYAAN SYARIAH
DHONY ERFANTO
SkripsiSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian padaDepartemen Teknologi Industri Pertanian
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR
2008
ix
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKUTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PERENCANAANAGROINDUSTRI PEPAYA GUNUNG (Carica pubescens)
DENGAN PEMBIAYAAN SYARIAH
SKRIPSISebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIANPada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi PertanianInstitut Pertanian Bogor
Oleh
DHONY ERFANTO
F34104017
Dilahirkan pada tanggal 11 Desember 1985
di Wonosobo
Tanggal Lulus: Agustus 2008
Menyetujui,
Bogor, September 2008
Prof. Dr. Ir. H. Eriyatno, MSAEDosen Pembimbing
x
Judul Skripsi : Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri Pepaya
Gunung (Carica pubescens) dengan Pembiayaan Syariah
Nama : Dhony Erfanto
NIM : F34104017
Disetujui,
Prof. Dr. Ir. H. Eriyatno, MSAEDosen Pembimbing
Tanggal lulus:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung (Carica
pubescens) dengan Pembiayaan Syariah pada Departemen Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini
merupakan hasil karya yang dibuat oleh penulis sendiri dan bukan suatu karya
orang lain.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1) Prof. Dr. Ir. H. Eriyatno, MSAE, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan, bimbingan, dan dukungan yang tak kenal lelah selama
penulis melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini,
2) Prof. Dr. Ir. Djumali, DEA dan Dr. Ir. Indah Yuliasih, Msi sebagai dosen
penguji atas arahannya,
3) Bapak Misyono, Bapak Bukheri, dan Bapak Sunaryo atas masukan yang
diberikan dan informasi tentang Pepaya Gunung,
4) Bapak Trisila Juwantara, Ibu Pit, Bapak Edi, Ibu Nafingah, Bapak Sucipto,
Bapak Tri, Bapak Azis, Bapak Trimo, Bapak Ismail, Bapak Jasman yang telah
memberikan informasi dan masukan tentang usaha manisan Pepaya Gunung,
5) Bank Muamalat Cabang Bogor yang telah memberikan informasi tentang
pembiayaan syariah,
6) Bapak, Mae, dan adik-adikku tersayang, atas segala doa, dukungan, dan kasih
sayang,
7) Aklesta atas bantuan dan dukungan kepada penulis,
8) Arianne sebagai rekan satu bimbingan atas masukan dan dukungannya.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan ini, sehingga saran
dan kritik sangat membantu dalam penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga minta
maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan atau kata-kata yang kurang berkenan
dalam skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, Agustus 2008
Dhony Erfanto
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wonosobo pada tanggal 11 Desember 1985 dari ayah
Taryono dan ibu Sundiyah. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Wonosobo dan pada tahun
yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih jurusan Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.
Pada tahun 2007 penulis melaksanakan praktek lapang di PT Perkebunan
Tambi Wonosobo, Jawa Tengah dengan topik “Mempelajari Manajemen Produksi
di PT Perkebunan Tambi”. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten
mata kuliah Penerapan Komputer pada tahun 2006/2007.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1A. Latar Belakang ....................................................................................... 1B. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 3C. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 4D. Keluaran Hasil Penelitian ....................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5A. Komoditas Pepaya Gunung ..................................................................... 5B. Investasi Syariah ..................................................................................... 8C. Akuntansi Syariah ................................................................................... 12D. Usaha Kecil dan Mikro Syariah .............................................................. 13E. Manajemen Risiko .................................................................................. 15F. Sistem Penunjang Keputusan................................................................... 18
III. LANDASAN TEORI ................................................................................ 27A. Teori Heuristik ....................................................................................... 27B. Metode Perbandingan Eksponensial ........................................................ 27C. Metode Prakiraan .................................................................................... 29D. Analisis Finansial ................................................................................... 31
IV. METODE PENELITIAN .......................................................................... 37A. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 37B. Tahapan Penelitian .................................................................................. 38C. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................................ 39D. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 40
V. ANALISIS SISTEM .................................................................................. 41A. Analisis Situasional ................................................................................ 41B. Pendekatan Sistem .................................................................................. 58
VI. PERMODELAN SISTEM ........................................................................ 66A. Konfigurasi Sistem ................................................................................. 66B. Rancang Bangun Sistem ......................................................................... 71
iv
VII. MODEL CAP’S ...................................................................................... 76A. Analisis Pemilihan Lokasi Unggulan ...................................................... 78B. Prakiraan Penjualan ................................................................................ 87C. Evaluasi Risiko Pembiayaan ................................................................... 88D. Analisis Kelayakan Finansial .................................................................. 95
VIII. RANCANGAN IMPLEMENTASI......................................................... 103A. Verifikasi Model ..................................................................................... 103B. Rekomendasi Operasional ....................................................................... 104
IX. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 106A. Kesimpulan ............................................................................................ 106B. Saran ...................................................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 110
LAMPIRAN ................................................................................................... 114
v
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perbedaan antara bagi hasil dan bunga ..................................................... 10
2. Perbedaan bank syariah dan bank konvensional........................................ 11
3. Kerangka penunjang keputusan ................................................................ 21
4. Persamaan dan bentuk transformasi metode pendugaan regresi tunggal delapan kurva ........................................................................................... 30
5. Unsur-unsur biaya produksi dengan metode full costing dan variable costing ..................................................................................................... 33
6. Kebutuhan ruang industri manisan pepaya gunung ................................... 56
7. Bagi hasil berdasarkan nilai risiko ............................................................ 73
8. Pemberian nilai untuk kriteria ketersediaan lahan ..................................... 81
9. Pemberian nilai untuk kriteria harga lahan ................................................ 81
10. Pemberian nilai untuk kriteria kemudahan akses dengan bahan baku ........ 81
11. Pemberian nilai untuk kriteria kemudahan akses dengan bahan penunjang ................................................................................................ 82
12. Pemberian nilai untuk kriteria ketersediaan sarana utilitas ........................ 82
13. Pemberian nilai untuk kriteria ketersediaan sarana transportasi ................. 83
14. Pemberian nilai untuk kriteria ketersediaan tenaga kerja ........................... 83
15. Pemberian nilai untuk kriteria kemudahan akses dengan bahan penunjang ................................................................................................ 84
16. Pemberian nilai untuk kriteria kondisi sosial budaya ................................ 84
17. Bobot penilaian untuk setiap kriteria yang dipertimbangkan ..................... 85
18. Hasil verifikasi model pemilihan lokasi unggulan..................................... 86
19. Perbandingan nilai lokasi unggulan terpilih .............................................. 87
20. Tingkat penjualan produk pepaya gunung lima tahun terakhir .................. 88
21. Prakiraan penjualan produk pepaya gunung selama masa pembiayaan ...... 89
22. Hasil evaluasi risiko ketersediaan bahan baku .......................................... 90
23. Hasil evaluasi risiko pemasaran ................................................................ 91
24. Hasil evaluasi risiko harga bahan baku ..................................................... 93
25. Hasil evaluasi risiko permintaan dan penawaran produk ........................... 93
26. Hasil evaluasi risiko harga produk ............................................................ 94
27. Nilai risiko pembiayaan berdasarkan rata-rata terbobot nilai parameter .... 95
vi
28. Sumber pendanaan ................................................................................... 98
29. Komposisi modal kerja industri manisan pepaya gunung .......................... 99
30. Hasil analisis kelayakan finansial pada kondisi normal ........................... 101
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Proses pengambilan keputusan ................................................................. 20
2. Karakteristik dan kapabilitas sistem penunjang keputusan ........................ 23
3. Skema sistem penunjang keputusan .......................................................... 24
4. Skema struktur sistem manajemen basis data ............................................ 25
5. Struktur model sistem manajemen model dan skema struktur sistem manajemen basis model............................................................................ 26
6. Tanaman Pepaya Gunung ......................................................................... 41
7. Perbandingan buah Pepaya Gunung dan buah pepaya ............................... 42
8. Skema penanaman tanaman Pepaya Gunung ............................................ 43
9. Buah Pepaya Gunung muda dan buah Pepaya Gunung matang ................. 46
10. Krat penyimpanan buah Pepaya Gunung .................................................. 47
11. Pengupasan buah Pepaya Gunung ............................................................ 48
12. Pemisahan biji buah Pepaya Gunung ........................................................ 48
13. Pemotongan buah Pepaya Gunung ........................................................... 49
14. Perebusan Pepaya Gunung dan air gula .................................................... 49
15. Diagram pengolahan manisan Pepaya Gunung ......................................... 50
16. Penyaringan hasil perebusan air gula ........................................................ 51
17. Pembotolan manisan Pepaya Gunung ....................................................... 51
18. Manisan Pepaya Gunung .......................................................................... 52
19. Tata letak usaha pengolahan manisan Pepaya Gunung (UD Cipto Roso) .. 53
20. Bagan keterkaitan antar aktivitas .............................................................. 55
21. Diagram keterkaitan antar aktivitas .......................................................... 57
22. Tata letak industri manisan Pepaya Gunung ............................................. 58
23. Pohon industri Pepaya Gunung................................................................. 59
24. Diagram sebab akibat Sistem Penunjang Keputusam Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah ....................... 64
25. Diagram input-output Sistem Penunjang Keputusam Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah ....................... 65
26. Konfigurasi Sistem Penunjang Keputusam Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah ........................................... 67
viii
27. Diagram alir permodelan Sistem Penunjang Keputusam Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah ....................... 69
28. Diagram alir deskripsi model penentuan lokasi unggulan ........................ 72
29. Diagram alir penentuan tingkat risiko pembiayaan ................................... 74
30. Diagram alir analisis kelayakan finansial .................................................. 75
31. Tampilan login Cap’S .............................................................................. 77
32. Tampilan menu utama Cap’S ................................................................... 78
33. Tampilan data statis Cap’S ....................................................................... 78
34. Tampilan Masukan model analisis lokasi unggulan .................................. 80
35. Tampilan keluaran model lokasi unggulan................................................ 88
36. Tampilan keluaran model prakiraan penjualan.......................................... 89
37. Grafik evaluasi risiko usaha ..................................................................... 90
38. Grafik evaluasi risiko industri .................................................................. 92
39. Tampilan masukan model analisis risiko pembiayaan ............................... 94
40. Tampilan keluaran model analisis risiko pembiayaan ............................... 95
41. Tampilan masukan asumsi-asumsi pada model kelayakan finansial .......... 97
42. Tampilan keluaran laporan laba rugi pada model kelayakan finansial ..... 100
43. Tahapan implementasi SPK CAP’S ........................................................ 106
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta letak budidaya pepaya gunung dan usaha pengolahan manisanpepaya gunung di Kabupaten Wonosobo ................................................ 115
2. Jarak lokasi dengan sumber bahan baku ................................................. 116
3. Jarak lokasi dengan sumber bahan penunjang dan pusat pemasaran ........ 116
4. Jumlah pencari kerja (job seeker) di 15 kecamatan Kabupaten Wonosobo .............................................................................................. 117
5. Luas lahan yang tersedia di 15 kecamatan Kabupaten Wonosobo ........... 117
6. Harga lahan di 15 kecamatan Kabupaten Wonosobo .............................. 118
7. Penilaian pakar terhadap kriteria yang berpengaruh dalam penentuan lokasi agroindustri pepaya gunung ......................................................... 119
8. Perhitungan Metode Perbandingan Eksponensial penentuan lokasi unggulan ................................................................................................ 120
9. Kuesioner evaluasi risiko pembiayaan syariah ........................................ 121
10. Investasi tetap agroindustri pepaya gunung ............................................ 125
11. Biaya tenaga kerja langsung dan tak langsung agroindustripepaya gunung ....................................................................................... 126
12. Biaya bahan baku dan bahan penunjang agroindustri pepaya gunung ..... 126
13. Nilai, nilai sisa, asuransi, pemeliharaan, dan penyusutan investasi tetap agroindustri pepaya gunung.................................................................... 127
14. Biaya operasional agroindustri pepaya gunung ....................................... 129
15. Laporan rugi-laba agroindustri pepaya gunung dengan pembiayaansyariah ................................................................................................... 130
16. Arus kas agroindustri pepaya gunung dengan pembiayaan syariah ......... 131
17. Laporan Laba Rugi Agroindutri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Konvensional ......................................................................................... 132
18. Arus Kas Agroindustri Pepaya Gunung dengan PembiayaanKonvensional ......................................................................................... 133
19. Petunjuk Penggunaaan Aplikasi ............................................................. 134
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pepaya merupakan buah yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Sekarang ini ditemukan satu spesies buah pepaya yang mempunyai nilai ekonomi
yang tinggi dan diperkirakan akan menjadi buah yang penting dalam
perekonomian Indonesia. Buah tersebut adalah Pepaya Gunung atau pepaya kecil
dan biasa disebut Carica (Carica pubescens) (Hidayat, 2001). Tanaman tersebut
sebenarnya sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat di dataran tinggi Dieng,
Wonosobo dan sudah diolah menjadi produk manisan dalam sirup. Akan tetapi
keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan dana membuat budidaya maupun
usaha pengolahannya masih dalam skala kecil dan hanya dipasarkan di pasar lokal
serta dengan pengolahan yang sederhana. Pengkajian lebih mendalam tentang
prospek buah tersebut sangat diperlukan terutama usaha pengolahan dan budidaya
buah tersebut.
Strategi pembangunan nasional seharusnya didasarkan pada keunggulan
komparatif yang dimiliki Indonesia. Salah satu cara mendapatkan keunggulan
komparatif adalah dengan mengembangkan sektor yang didukung oleh sumber
daya domestik yang memiliki peluang usaha. Sumber ini berasal dari seluruh
daerah yang ada di Indonesia. Potensi daerah harus selalu digali dan
dikembangkan sehingga mampu menyokong perekonomian nasional dan dapat
mensejahterakan masyarakat. Agroindustri sangat tepat untuk dikembangkan
karena Indonesia memiliki kekayaan hayati yang melimpah. Membangun
agroindustri yang kuat berarti membangun pertumbuhan sekaligus pemerataan
dan keseimbangan antar sektor dan wilayah.
Sektor pertanian dan agroindustri merupakan salah satu tulang punggung
perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian dan
agroindustri tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana tercermin dari
kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja,
dan kontribusinya terhadap perolehan devisa (Jiaravanon, 2007). Antara tahun
2002 hingga 2006 sektor pertanian termasuk peternakan, perikanan dan kehutanan
mampu memberikan kontribusi sebesar Rp298,8 triliun hingga Rp430,5 triliun
atau sekitar 14,44 persen dari total PDB Nasional. Akan tetapi jika dibandingkan
2
dengan sektor pengolahan yang juga banyak memanfaatkan bahan baku berupa
produk-produk pertanian nilai PDB sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan
perhutanan masih lebih rendah daripada nilai PDB sektor industri pengolahan.
Antara tahun 2002 hingga 2006, nilai PDB sektor industri pengolahan
berkembang dari Rp553,8 triliun menjadi Rp934,4 triliun atau sekitar 28,12
persen dari total PDB Nasional. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa proses
pengolahan produk-produk pertanian telah memberikan nilai tambah jauh lebih
besar, sehingga mampu memberikan nilai ekonomis yang lebih tinggi.
Pendirian suatu agroindustri membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan
membutuhkan persiapan yang matang. Pengusaha agoinindustri pepaya gunung
enggan memakai kredit dari perbankan konvensional sebagai sumber permodalan
karena katidakmampuannya dalam memberikan agunan dan mengemban risiko
bunga dari pengembalian kredit. Sumber permodalan yang digunakan hanya
berasal dari keluarga sehingga umumnya agroindustri pepaya gunung merupakan
usaha dengan skala kecil. Di lain pihak struktur administrasi bank besar yang
seharusnya mampu memberikan kredit pada pengusaha skala kecil ironisnya
justru menghindari pemberian kredit kepada pengusaha kecil. Oleh karena itu
untuk menunjang pengembangan agroindustri pepaya gunung diperlukan bentuk
lain pola pembiayaan. Salah satu bentuk pola pembiayaan adalah pembiayaan
dengan pola syariah melalui sistem bagi hasil dan bagi risiko yang disediakan oleh
lembaga keuangan syariah (LKS). Pola ini diperkirakan sesuai untuk usaha pasca
panen dan budidaya pepaya gunung karena tidak menggunakan sistem bunga dan
risiko yang ada tidak ditanggung sendiri oleh pengusaha.
Ide dasar sistem perbankan Islam sebenarnya dapat dikemukakan dengan
sedehana. Operasi institusi keuangan Islam terutama berdasarkan prinsip PLS
(profit-and-loss-sharing) atau bagi untung dan rugi. Pada sistem perbankan Islam
tidak menetapkan bunga, melainkan mengajak berpartisipasi dalam bidang usaha
yang didanai. Dalam perekonomian Islam segala macam bentuk yang berkaitan
dengan penambahan pembayaran atau yang biasa disebut riba adalah haram
(Antonio, 2001).
Akan tetapi pembiayaan dengan pola syariah masih memiliki beberapa
kendala yang menghambat berkembangnya pembiayaan ini. Kendala tersebut
3
adalah belum ditemukan suatu metode dan formula yang efektif untuk
mengevaluasi kelayakan pembiayaan. Tingkat keuntungan pembiayaan yang
diterima LKS tergantung pada tingkat laba yang diperoleh dan nisbah bagi hasil
yang ditetapkan. Oleh karena itu diperlukan analisis proyeksi laba usaha yang
akurat dan nisbah bagi hasil yang dapat diterima oleh LKS dan pengusaha. Sifat
dinamis dari parameter-parameter penentu laba operasional usaha dapat
menyebabkan tingkat keuntungan pembiayaan menjadi rendah bahkan merugi
atau menyebabkan tingkat keuntungan pembiayaan menjadi tinggi. Ketidakpastian
tingkat keuntungan pembiayaan ini menyebabkan model evaluasi kelayakan
pembiayaan konvensional yang memakai prinsip bunga tidak sesuai untuk
diterapkan.
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh dalam perencanaan dan
pengembangan agroindustri pepaya gunung,
2) Merancang dan mengembangkan model sistem penunjang keputusan
perencanaan agroindustri pepaya gunung dengan pembiayaan syariah,
3) Merekomendasikan strategi pengembangan usaha agroindustri pepaya gunung
dengan pembiayaan syariah sebagai upaya dalam mendukung pembangunan
daerah dan pengembangan potensi masyarakat.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak yaitu:
1) Lembaga keuangan syariah termasuk bank syariah dapat memanfaatkan hasil
penelitian sebagai alat penunjang keputusan dalam mengevaluasi kelayakan
pembiayaan agroindustri dengan skema bagi hasil dan bagi risiko,
2) Pengusaha agroindutri dapat memanfaatkannya sebagai alat penunjang
keputusan dalam mencari sumber modal yang tidak memberatkan untuk
mengembangkan usaha agroindustri pepaya gunung,
3) Bagi akademisi dan pengembangan iptek, hasil penelitian merupakan
kontribusi pemikiran dalam pengembangan aplikasi pola syariah melalui
pendekatan sistem,
4
4) Bagi pemerintah sebagai Pembina UMK, hasil penelitian dapat dijadikan
sebagai alat untuk memfasilitasi alternatif pembiayaan dengan pola syariah
untuk mendukung pengembangan agroindustri pepaya gunung.
C. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari masalah khusus ini meliputi analisis lokasi unggulan,
prakiraan penjualan, analisisrisiko pembiayaan syariah, analisis nisbah bagi hasil,
dan analisis kelayakan finansial. Pemilihan lokasi unggulan yang dilakukan
dengan menganalisis daerah-daerah di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah yang
memiliki potensi untuk pendirian dan pengembangan agroindustri pepaya gunung.
Agroindustri pepaya gunung yang dimaksud dalam sistem dibatasi hanya
pada industri pengolahan pepaya gunung yang menghasilkan produk berupa
manisan pepaya gunung. Proses perhitungan yang dilakukan adalah berdasarkan
pembiayaan musyarakah.
Verifikasi dilakukan dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari
hasil wawancara dengan berbagai pakar budidaya buah pepaya gunung dan
pengusaha agroindustri pepaya gunung serta data sekunder yang berasal dari
Badan Pusat Statistik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Departemen
Pertanian, Laboratorium Teknik dan Manajemen Industri FATETA-IPB, dan
sumber-sumber lain yang berkaitan dengan pengkajian masalah khusus ini.
D. Keluaran Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini adalah suatu perangkat lunak sistem penunjang
keputusan perencanaan agroindustri pepaya gunung dengan pembiayaan syariah.
Perangkat lunak ini dapat dimanfaatkan oleh koperasi atau kelompok petani,
pengusaha agroindustri, lembaga keuangan syariah, investor, dan pemerintah
dalam menentukan keputusan agroindustri pepaya gunung.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Komoditas Pepaya Gunung
Pepaya Gunung (Carica pubescens) termasuk ke dalam famili caricaceae
dan genus carica L dan termasuk satu genus dengan pepaya (Carica papaya)
(Bermejo dan Leon, 1994). Taksonomi tanaman Pepaya Gunung adalah sebagai
berikut:
kingdom : Plantae (Tumbuhan)
kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
superdivisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)
divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
kelas : Magnoliopsida (Dikotil)
kelas : Dilleniidae
ordo : Violales
famili : Caricaceae (Famili papaya)
genus : Carica L.
spesies : Carica pubescens (Pepaya Gunung).
(Anonymous, 2007).
Menurut Hidayat (2001) terdapat tiga jenis Pepaya Gunung yaitu:
1) Carica quercifolia (st. Hil.) Solms-Laub, buahnya berwarna kuning keemasan,
daunnya besar dengan pinggiran rata atau bercuping 3,
2) Carica goudotiana Planch dan Triana, buahnya berwarna kuning dan daunnya
menjari dengan cuping sangat dalam,
3) Carica candamarcensis hook.f, jenis ini disebut mountain papaya yang
mempunyai batang tebal, daun bundar besar dengan 5 cuping yang dalam dan
setiap cupingnya bersirip.
Menurut Verhey dan Coronel (1997), Pepaya Gunung mempunyai beberapa
nama yaitu Carica candamarcensis, Carica (Wonosobo), Gedang Memedi (Bali),
pepaya mini. Pepaya Gunung berasal dari wilayah Andes dari Panama sampai
Bolivia dan tumbuh pada ketinggian 1500-3000 meter di atas permukaan laut
(dpl). Tanaman ini dibudidayakan di beberapa negara seperti Amerika Serikat
(Florida dan Hawai), Cili, Srilanka, Indonesia (dataran tinggi Dieng di Jawa
6
Tengah, dan Bali). Di dekat ekuator, Pepaya Gunung hanya tumbuh dengan baik
di dataran tinggi di atas 1500 meter di atas permukaan laut.
Menurut Hendro (2005) tanaman jenis pepaya dapat hidup di daerah yang
banyak hujan (cukup tersedia air) dengan curah hujan 1000-3000 mm per tahun
dan merata sepanjang tahun. Di daerah yang beriklim kering dengan musim hujan
2-5 bulan dan musim kemarau 6-8 bulan tanaman jenis pepaya masih mampu
berbuah dengan syarat kedalaman air tanahnya 50-150 cm. Menurut Tohir (1981)
tanaman pepaya membutuhkan banyak air dan tanahnya harus gembur. Pada
musim kemarau tanaman pepaya kurang menghasilkan buah tetapi pada musim
penghujan tanaman ini bisa menghasilkan buah tiap minggu. Menurut Hendro
(2005) tanaman pepaya bisa tumbuh dengan baik di tanah yang mempunyai
porositas yang baik, mengandung kapur, dan mempunyai pH 6-7. Tanaman
pepaya menyenangi daerah terbuka (tidak ternaungi) dan tidak tergenang air.
Tanah dengan drainase kurang baik akan menyebabkan tanaman mudah terserang
penyakit akar.
Menurut Verhey dan Coronel (1997) tanaman Pepaya Gunung merupakan
pohon kecil atau perdu, mirip dengan pepaya biasa (Carica papaya L.), tetapi
mempunyai cabang yang lebih banyak dan ukuran semua bagian tanaman lebih
kecil. Hidayat (2001) menambahkan Pepaya Gunung merupakan tanaman
berbatang basah dengan tinggi rata-rata 1-2 meter. Bunga jantan memiliki tangkai
yang panjang hingga 15 cm dan bunga betina berukuran lebih besar dengan
tangkai yang keras dan pendek. Menurut Verhey dan Coronel (1997) Bunga
jantannya tumbuh pada gagang perbungaan yang panjangnya 15 centimeter dan
bercabang-cabang, bunga betinanya yang ukurannya lebih besar terletak pada
tangkai yang kuat dan bercabang-cabang.
Hidayat (2001) menuturkan bahwa buah Pepaya Gunung berbentuk bulat
telur dengan ukuran panjang 6-10 cm dan diameter 3-4 cm. Menurut Verhey dan
Coronel (1997) buah matang berbentuk bulat telur sungsang, berukuran 6-15 cm x
3-8 cm, dagingnya keras, berwarna kuning-jingga, rasanya agak asam tetapi
harum baunya, di sekeliling rongganya terdapat banyak sekali biji yang
terbungkus oleh sarkotesta yang putih dan berair. Hidayat (2001) menambahkan
kulit buah yang masih hijau berwarna hijau gelap dan akan berubah menjadi
7
kuning cerah setelah masak. Biji buah berwarna hitam dengan jumlah yang
banyak dan padat. Daun bercuping sangat dalam dan tangkainya berwarna hijau
gelap, urat daun lebih tebal dibandingkan pepaya.
Menurut Hendro (2005) buah pepaya mempunyai getah. Getah ini akan
semakin berkurang pada saat buah mendekati matang. Getah ini mengandung
papain yang bersifat proteolitik (merombak protein).
Menurut Krajewski et al. (1997) Pepaya Gunung mengandung banyak
komponen volatil dan merupakan turunan dari asam lemak. Sebagian besar
komponen tersebut merupakan senyawa 3-hidroksiester, yaitu etil 3-O -D-
glokopiranosilbutanoat, butil 3-O -D-glukopiranosilbutanoat, dan 3-oxo-oktil 1-
O -D-glukopiranosid. Senyawa ini juga ditemukan pada beberapa tanaman
tropik lainnya seperti nanas, mangga, gooseberry, tamarillo, dan Spondias spp.
Hidayat (2001) menuturkan bahwa Pepaya Gunung atau pepaya mini
merupakan sumber kalsium, gula, vitamin A dan C. Buah ini dapat dijadikan sirup
dan jus atau makanan seperti manisan dan selai. Buah ini sangat cocok dimakan
oleh orang yang mempunyai perut lemah terhadap buah-buahan lain karena
mempunyai sifat memperbaiki sistem pencernaan. Selain itu, buah ini dapat dibuat
sebagai minuman non alkohol. Menurut Verhey dan Coronel (1997) daging buah
masak Pepaya Gunung dapat dimakan dalam keadaan segar, tetapi biasanya
disetup dahulu dan diberi gula. Di Jawa, buahnya dijual kepada wisatawan,
digunakan untuk konsumsi setempat atau dikalengkan. Di Amerika Selatan, buah
Gedang Memedi digunakan pada minuman ringan (tanpa alkohol) dan dijadikan
selai.
Hidayat (2001) menyebutkan bahwa buah yang masih muda dikeringkan
untuk dibuat serbuk sebagai bahan pembuatan obat penyakit kulit atau sebagai
obat peluruh cacing dan dapat digunakan sebai bahan kosmetik. Daunnya dapat
digunakan sebagai pelunak daging karena mengandung zat papain. Selain itu, zat
papain juga digunakan dalam berbagai keperluan industri seperti minuman,
makanan, dan farmasi. Di daerah Dieng buah Pepaya Gunung masih merupakan
buah konsumsi lokal dalam jumlah terbatas dan lebih banyak dibiarkan terbuang
membusuk. Buah ini sudah dibuat minuman awetan dalam kaleng, tetapi
jumlahnya masih sangat terbatas dibandingkan potensi keberadaan tumbuhannya.
8
Menurut Verhey dan Coronel (1997) Pepaya Gunung merupakan tanaman
yang menarik untuk lahan yang beriklim terlalu dingin untuk pepaya biasa.
Selanjutnya ketahanannya yang tinggi terhadap virus pepaya sangat bernilai
dalam tugas penangkaran pepaya. Hidayat (2001) menambahkan tumbuhan
Pepaya Gunung sangat cocok untuk area dimana pepaya biasa tidak hidup normal
dan tanaman ini tahan terhadap ringspot virus yang biasa menyerang tanaman
pepaya.
B. Investasi Syariah
Islam berasal dari bahasa arab dan diambil dari kata salimah yang
mempunyai arti selamat, damai, tunduk pasrah, dan berserah diri. Penyerahan diri
ini ditujukan kepada pencipta seluruh alam semesta yaitu Allah SWT. Agama
Islam memiliki 3 aspek utama yaitu aqidah, syariah, dan akhlak. Akidah disebut
juga iman, syariah disebut Islam, dan akhlak disebut ikhsan. Aqidah menunjukkan
kebenaran Islam, syariah menunjukkan keadilan Islam, dan akhlak menunjukkan
keindahan Islam (Karim, 2003).
Ekonomi Islam merupakan ekonomi anti riba dimana pelaku ekonominya
hanya melakukan usaha yang halal menurut ajaran Islam dan senantiasa berpikir
untuk menyamakan harga dengan biaya yang dikeluarkan. Semangat anti riba ini
sudah diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sejarah hidupnya
(Cahyono, 1995).
Menurut Wibowo dan Untung (2005) riba secara etimologis sinonim dengan
ziyadah, yang artinya tambahan. Secara linguistik riba diartikan sebagai tumbuh
dan membesar. Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan
tambahan dari harta pokok (modal) secara batil. Secara batil maksudnya
pengambilan tambahan dari modal pokok itu tanpa disertai imbalan pengganti
(konpensasi) yang dapat dibenarkan oleh hukum syariah.
Manurut Zulkifli (2003), ditinjau dari sisi fiqh maka riba harus dilakukan
secara hati-hati. Yusuf Qurdhawi menafsirkan bahwa bunga bank sama dengan
riba yang hukumnya jelas-jelas haram.
Menurut Wibowo dan Untung (2005) secara garis besar riba diklasifikasikan
menjadi dua kelompok yaitu riba utang piutang dan riba jual beli. Riba utang
piutang dibagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyah, sedangkan riba jual beli
9
dibagi menjadi riba fadl dan riba nasiah. Riba qard adalah suatu manfaat atau
tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap debitur (muqtaridh). Riba
jahiliyah adalah kelebihan yang terjadi karena utang dibayar melebihi pokok
utangnya, karena debitur terlambat membayarnya dari jatuh tempo yang telah
ditetapkan. Riba fadhl adalah kelebihan kadar yang terjadi pada pertukaran
dengan kadar yang berbeda antarbarang ribawi yang sejenis. Riba nasi ah adalah
tambahan pembayaran atas jumlah modal yang disyaratkan lebih dahulu yang
harus dibayar oleh debitur kepada kreditor tanpa risiko, sebagai imbalan dari jarak
waktu pembayaran yang diberikan kepada debitur.
Terkait dengan hal di atas, terdapat beberapa dalil Islam yang melarang
sistem riba. Dasar hukum dari pelarangan riba adalah sebagai berikut:
1) Allah SWT memberikan pengertian bahwa riba tidak akan menambah
kebaikan di sisi Allah SWT. Allah berfirman : “Dan sesuatu riba (tambahan)
yang kamu berikan agar bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak
akan menambah apapun di sisi Allah. Dan apabila kamu mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang
melipatgandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Rum : 39).
2) Allah memberikan gambaran siksaan bagi seorang yahudi dengan salah satu
karakternya suka memakan riba. Allah SWT berfirman: “Maka disebabkan
kezaliman orang-orang Yahudi kami haramkan atas mereka (memakan
makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan
karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan
disebabkan karena mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka
telah dilarang daripadanya, dan karena mereka telah memakan harta orang
dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang
kafir diantara mereka siksaan yang pedih.” (QS. An-Nisa’ : 160-161).
3) Allah SWT melarang memakan riba yang berlipat ganda. Allah SWT
berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu
mendapatkan keuntungan.” (QS Ali Imran : 130).
4) Allah melarang dengan keras dan tegas segala jenis riba. Allah SWT
berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
10
tinggalkan sisa-sisa (dari segala jenis) riba jika kamu orang-orang yang
beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan maka ketahuilah bahwa Allah
dan rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat, maka bagimu
pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.” (QS. Al-
Baqarah : 278-279).
Islam mendorong praktik bagi hasil dan mengharamkan riba. Keduanya
sama-sama memberikan keuntungan bagi pemilik dana, namun keduanya
mempunyai perbedaan yang begitu nyata seperti ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan antara bagi hasil dan bunga
Bagi Hasil Bunga
1. Penentuan besarnya risiko atau nisbah
bagi hasil dibuat pada waktu akad
dengan berpedoman pada
kemungkinan untung rugi.
1. Penentuan bunga dibuat pada waktu
akad dengan asumsi selalu untung.
2. Risiko bagi hasil berdasarkan
keuntungan yang diperoleh.
2. Besarnya persentase berdasarkan
pada jumlah uang (modal) yang
dipinjamkan.
3. Bagi hasil bergantung pada keuntungan
proyek yang dijalankan. Bila usaha
merugi, kerugian akan ditanggung
bersama oleh kedua belah pihak.
3. Pembayaran bunga tetap seperti yang
dijanjikan tanpa mempertimbangkan
apakah proyek yang dijalankan
untung atau rugi.
4. Jumlah pembagian laba akan
meningkat sesuai dengan peningkatan
pendapatan.
4. Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun jumlah
keuntungan berlipat.
5. Tidak ada yang meragukan keabsahan
bagi hasil
5. Eksistensi bunga diragukan oleh
semua agama termasuk agama Islam.
Sumber : Antonio (2002).
Di Indonesia, Bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah
Bank Muamalat Indonesia (BMI). Pada 2005 jumlah bank syariah di Indonesia
bertambah menjadi 20 unit, yaitu 3 bank umum syariah dan 17 unit usaha syariah.
Walaupun perkembangan bank syariah agak terlambat dibandingkan dengan
negara-negara muslim lainnya, perkembangan syariah di Indonesia akan terus
berkembang (Karim, 2003).
11
Menurut Wibowo dan Untung (2005) bank syariah merupakan bank yang
beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bank ini tata cara
beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam maksudnya
adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah
Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam
tata cara bermuamalat dijauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung
unsur-unsur riba. Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai
seluruh hubungan transaksinya adalah efisiensi, keadilan, dan kebersamaan.
Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbedaan bank syariah dan bank konvensional
Bank Konvensional Bank Syariah
1. Memakai metode bunga
2. Profit oriented
3. Hubungan dengan nasabah dalam
bentuk hubungan debitur-kreditur
4. Creator of money supply
5. Tidak membedakan investasi yang
halal dan haram
6. Tidak memiliki Dewan Pengawas
Syariah
1. Berdasarkan margin keuntungan
2. Profit & falah oriented
3. Kemitraan
4. Users of real funds
5. Investasi hanya pada bidang usaha
yang halal
6. Operasinya harus sesuai dengan
arahan Dewan Pengawas Syariah
Sumber: Wibowo dan Untung (2005).
Perbedaan bank syariah dan bank konvensional dalam praktik perbankan
dapat terlihat jelas ketika diterapkannya kebijakan uang ketat, yaitu sebagai
berikut:
1) Bank konvensional akan menaikkan tingkat suku bunga simpanan yang diikuti
dengan suku bunga pinjaman. Kenaikan ini dapat mengganggu pertumbuhan
ekonomi yang sekaligus mengganggu pertumbuhan kesempatan kerja.
2) Pada bank syariah, pengurangan uang yang beredar akan menekan laju inflasi
dan menurunkan biaya produksi pada investasi debitur sehingga debitur akan
memperoleh tambahan keuntungan yang akan dibagihasilkan kepada bank.
Tambahan keuntungan pada bank ini akan dibagihasilkan kepada nasabah
12
penyimpan dana untuk mempercepat kegiatan ekonomi. Dengan demikian laju
pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja akan tetap terpelihara.
Bagi hasil yang diterapkan dalam bank sayriah menggunakan prinsip
musyarakah, mudharabah, muzara’ah, dan musaqah (Setijawan dan Mulya, 2003).
Musyarakah adalah investasi yang melibatkan kerjasama pihak-pihak yang
memiliki dana dan keahlian dimana pihak yang berkongsi sepakat untuk membagi
keuntungan dan risiko sesuai dengan kontribusinya. Mudharabah adalah
kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan keseluruhan dana
dan pihak kedua menjadi pengelola. Kedua pihak sepakat membagi keuntungan
sesuai dengan kesepaatan, sedangkan risiko kerugian ditanggung oleh pemilik
dana. Muzara’ah adalah adalah kerjasama pengelolaan pertanian antara pemilik
lahan dan penggarap. Musaqah adalah bentuk sederhana dari muzara’ah dimana si
penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan.
C. Akuntansi Syariah
Menurut Muhammad (2005) akuntansi secara tradisional dipahami sebagai
seperangkat prosedur rasional yang digunakan untuk menyediakan informasi bagi
pengambilan keputusan dan pengendalian. Pengertian akuntansi ini menunjukkan
bahwa akuntansi adalah teknologi yang statis dan bebas dari nilai masyarakat
dimana akuntansi tersebut dipraktikkan. Akan tetapi sejak tahun 1980-an
pengertian akuntansi berkembang menjadi lebih luas dengan mempertimbangkan
konteks sosial dan organisasi dimana akuntansi dipraktikkan.
Islam sebagai ideologi, masyarakat, dan ajaran tentunya sangat sarat dengan
nilai-nilai, sehingga akuntansi yang berlaku dalam masyarakat Islam haruslah
sesuai dengan nilai-nilai Islam (Indrawanto, 2007). Akuntansi menurut Islam
harus memiliki bentuk yang sarat dengan nilai pertanggung jawaban, keadilan,
dan kebenaran. Prinsip kebenaran dan keadilan berarti masalah pengakuan,
pengukuran, dan pelaporan dalam akuntansi harus dilakukan dengan benar
sehingga memberikan informasi yang benar kepada masyarakat yang akhirnya
akan memberikan rasa keadilan dalam dunia bisnis. Wibowo dan Untung (2005)
menambahkan akuntansi syariah harus mempunyai prinsip efisiensi, keadilan, dan
kebersamaan. Kebersamaan mengacu pada prinsip saling membantu dan dapat
meningkatkan produktivitas. Dalam konteks ini harus diterima bahwa akuntansi
13
syariah memainkan peranan untuk menyesuaikan kelompok-kelompok yang
berkepentingan bisnis dalam masyarakat. Hal ini merupakan letak posisi sosial
akuntansi syariah.
Menurut Indrawanto (2007) akuntansi syariah yang berorientasi sosial
adalah akuntansi yang menyajikan atau mengungkapkan dampak sosial
perusahaan terhadap masyarakat. Untuk dapat mengungkapkan dampak
perusahaan terhadap masyarakat, maka pengembangan akuntansi harus dengan
cara memperluas dan menerapkan konsep zakat. Konsekuensi pada organisasi
bisnis dari konsep ini adalah orientasi bisnis tidak lagi pada laba usaha semata,
tetapi pada kesejahteraan masyarakat yang dituangkan dalam bentuk zakat.
Adanya zakat ini menjadikan akuntansi syariah berbeda dengan akuntansi
konvensional. Perbedaan tersebut terletak pada distribusi nilai tambah yang
didapatkan dari usaha yang dilakukan. Pada akuntansi syariah nilai tambah yang
didapatkan oleh investor dicatat pada bagi hasil untuk investor, nilai tambah
masyarakat ditambah pada zakat yang harus dibayar, dan nilai tambah perusahaan
adalah laba bersih setelah bagi hasil dikurangi pembayaran pajak dan zakat. Pada
akuntansi konvensional, investor mendapatkan keuntungan berupa bunga dan
pengusaha mendapatkan keuntungan bersih setelah keuntungan operasi dikurangi
biaya bunga dan pajak.
Hasan (2005) menyatakan bahwa harta yang telah mencapai nisab wajib
dizakatkan. Nisab adalah batas minimal dari jumlah uang yang dimiliki. Jika
jumlahnya kurang dari batas tersebut maka dianggap sedikit dan tidak diwajibkan
zakat. Nisab uang mengacu pada nilai emas dan perak pada saat itu yaitu 85 gram
untuk emas dan 595 gram untuk perak. Besarnya zakat yang dikeluarkan adalah
sebesar 2,5 persen dari laba yang didapatkan. Zakat ini diwajibkan dibayar satu
kali dalam setahun.
D. Usaha Kecil dan Miko Syariah
Usaha kecil dan mikro mencakup 95 persen dari keseluruhan perusahaan di
Indonesia. Akan tetapi kontribusinya kepada perekonomian nasional sangat kecil
(Setijawan dan Mulya, 2003). Usaha kecil dan mikro justru lebih bisa bertahan
dalam menghadapi krisis ekonomi yang melanda perekonomian nasional.
14
Kemampuan bertahan UKM ini disebabkan oleh karakteristiknya yang tidak
terlalu banyak bergantung pada sektor eksternal seperti hutang dan bahan baku
impor, kandungan local yang besar, padat karya, orientasi pasar dalam negeri,
harga terjangkau, organisasi ramping dan fleksibel, dan pengusahaan pasar lokal
yang baik.
Disamping keunggulan tersebut, UKM juga memiliki berbagai kendala
untuk berkembang. Setijawan dan Mulya (2003) menyebutkan beberapa
kendalanya antara lain lemahnya manajemen keuangan, pengelolaan dengan
manajemen keluarga yang umumnya lemah dalam pengendalian, SDM dengan
kualitas yang terbatas, orientasi jangka pendek, rendahnya kesadaran akan mutu,
terbatasnya akses informasi dan sumberdaya keuangan serta tidak menguasai jalur
distribusi.
Untuk mengembangkan UKM tidaklah cukup hanya dengan menyediakan
akses kepada perbankan tanpa memperbaiki kelemahan UKM. Penyaluran kredit
tanpa diiringi dengan pemahaman yang baik akan kebutuhan UKM baik yang
bersifat finansial maupun non-finansial hanya akan menghasilkan tingkat
pengembalian yang rendah. Pembentukan kelompok beserta institusi pendamping
yang dilakukan oleh Bank Indonesia telah mampu meningkatkan manfaat kredit
dengan pengembalian yang tinggi. Akan tetapi adanya UU No. 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia maka BI tidak lagi dapat memberikan kredit secara
langsung kepada masyarakat. Oleh sebab itu diperlukan pendekatan baru agar
sektor UKM ini tetap mendapatkan akses jasa keuangan dan perbankan. Salah
satu alternatifnya adalah pembiayaan syariah.
Menurut Setijawan dan Mulya (2003), bank syariah memiliki kinerja yang
lebih baik daripada perbankan konvensional selama periode krisis ekonomi. Hal
ini dapat dilihat dari relatif lebih rendahnya pembiayaan yang bermasalah (non
performing loans) pada bank syariah dan tidak terjadi negative spread dalam
kegiatan operasionalnya. Hal tersebut terjadi karena pengembalian pada bank
syariah tidak mengacu pada tingkat suku bunga. Hal ini menunjukkan bahwa bank
syariah memberikan harapan kepada masyarakat sebagai sumber pembiayaan
alternatif.
15
Permasalahan yang dihadapai bank syariah adalah masih rendahnya share
perbankan dan jaringan perbankan syariah masih sangat terbatas dibandingkan
nasabah potensialnya. Dengan demikian kontribusi terhadap peningkatan
pembiayaan bagi UKM juga masih relatif kecil. Pengusaha UKM sendiri masih
memiliki pemahaman yang rendah akan produk syariah.
E. Manajemen Risiko
Risiko merupakan akibat dari setiap keputusan yang diambil atau perubahan
kondisi luar. Risiko dapat menimpa setiap tahap aktivitas perusahaan baik dari
penyediaan bahan baku, proses pengolahan dan pemasaran (Djohanputro, 2006).
Risiko pada umumnya mempunyai potensi yang merugikan, sehingga diperlukan
suatu manajemen untuk mengidentifikasi dan mengkuantifikasi potensi kerugian
dari risiko tersebut. Hanafi (2006) menyatakan manajemen risiko adalah suatu
sistem pengolahan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif
untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan. Pengertian dasar risiko terkait
dengan keadaan adanya ketidakpastian yang terukur secara kuantitatif.
Menurut Kontur (2004), ketidakpastian yang dihadapi perusahaan bisa
berdampak merugikan atau mungkin saja menguntungkan. Bila risiko dianggap
menguntungkan maka disebut kesempatan (opportunity), sedangkan
ketidakpastian yang berdampak merugikan disebut risiko (risk).
Suatu keputusan pembiayaan suatu agroindustri Pepaya Gunung akan
memiliki risiko rendahnya tingkat keuntungan atau bahkan mengalami kerugian
hingga hilangnya modal pembiayaan yang telah dikeluarkan. Menurut Indrawanto
(2007), sumber yang dapat menyebabkan terjadinya risiko keputusan pembiayaan
adalah tidak berjalannya operasional usaha sesuai dengan kondisi yang
diasumsikan. Kondisi ini disebut risiko usaha. Selain itu, terjadinya dinamika
industri yang menyebabkan asumsi dalam evaluasi kelayakan menjadi tidak
tercapai yang dapat disebut sebagai risiko industri.
Parameter risiko industri yang dapat menyebabkan terjadinya risiko
pembiayaan adalah harga bahan baku yang lebih tinggi dari prakiraan dan harga
produk yang lebih rendah dari prakiraan. Kedua kondisi ini menyebabkan laba
operasional yang didapat menjadi lebih rendah, sehingga tingkat keuntungan
pembiayaan juga menjadi lebih rendah.
16
Indrawanto (2007) menyebutkan empat parameter risiko usaha yang dapat
menyebabkan terjadinya risiko pembiayaan yaitu (1) ketersediaan bahan baku
yang lebih rendah dari prakiraan, (2) operasional pengolahan dengan tingkat
kinerja yang rendah, dan (3) pemasaran produk yang tidak efisien dengan biaya
pemasaran tinggi.
1. Manajemen Risiko pengadaan Bahan Baku
Risiko pengadaan bahan baku merupakan parameter penting dalam usaha
agroindustri. Hal ini disebabkan ketersediaan bahan baku sangat tergantung
pada sektor pertanian yang memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi
(Soekartiwi, 2000). Potensi risiko pengadaan bahan baku terletak pada (1) sifat
produksinya yang musiman, mudah rusak, bervariasi, dan bervolume besar, (2)
sifat produsennya yang resisten terhadap inovasi, dan (3) sifat pasarnya yang
tersebar secara geografis dan dalam unit-unit yang kecil dalam jumlah yang
banyak (Austin, 1992).
Brown (1994) menyebutkan altenatif pola pengadaan bahan baku untuk
memperkecil risiko antara lain (1) memproduksi sendiri bahan baku, (2)
mengadakan kontrak pembelian dengan petani, (3) membeli langsung di pasar
terbuka, dan (4) kombinasi dari 1, 2, dan 3.
2. Manajemen Risiko Proses Pengolahan
Pemilihan teknologi pengolahan yang tepat merupakan faktor penting
dalam manajemen risiko pengolahan. Selain itu, faktor yang perlu diperhatikan
adalah kerusakan alat pengolahan, serta keahlian dan perilaku sumber daya
manusia (Indrawanto, 2007).
Risiko pengolahan dapat berakibat pada terjadinya variasi proses atau
bahkan berhentinya proses produksi. Upaya untuk memperkecil risiko
pengolahan dapat dilakukan dengan cara melakukan pengujian kemampuan
produksi melalui simulasi kondisi operasi aktual secara beragam, menelaah
variasi proses yang terjadi dan penyebabnya, dan menentukan alternatif
perbaikan yang dapat dilakukan (Kolarik, 1995).
17
3. Manajemen Risiko Pemasaran
Risiko pemasaran yang dapat terjadi adalah tidak tercapainya target
penjualan baik dari segi volume maupun nilai pendapatan. Beberapa faktor
yang menyebabkan terjadinya risiko pemasaran adalah kekurangsiapan
perusahaan memasuki pasar seperti tidak tepatnya program bauran pemasaran
yang diterapkan dan situasi eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh
perusahaan (Indrawanto, 2007). Menurut Leod (1995) manajemen risiko
pemasaran dilakukan melalui pengenalan dan diagnosa masalah, menentukan
sumber masalah, membuat dan menerapkan rencana pemasaran yang tepat,
serta melakukan evaluasi penerapan rencana pemasaran.
4. Strategi Pengurangan Risiko
Untuk mengurangi risiko perusahaan maka diperlukan suatu perencanaan
industri yang baik. Menurut Berlo (1993) dalam suatu agribisnis terdapat
banyak keputusan yang diambil dalam kondisi tidak menentu. Hal ini
disebabkan adanya perubahan kualitas bahan pertanian tiap waktu yang bisa
disebabkan oleh perubahan iklim maupun faktor lain yang mempengaruhinya.
Suatu perencanaan yang efektif dan efisien dapat membantu menyelesaikan
masalah yang ada. Faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keberlangsungan agroindustri adalah pasar, industri, dan pertanian. Faktor-
faktor tersebut berpengaruh terhadap kebijakan taktis maupun strategis dalam
perusahaan. Kebijakan taktis yang diperlukan antara lain kebutuhan
operasional, teknik pemanenan, dan perencanaan teknik proses.
Perencanaan terhadap pasar yang diharapkan sangat diperlukan dalam
menentukan strategi pemasaran. Penentuan suplai bahan baku harus
berdasarkan jumlah permintaan terhadap produk jadi. Produk-produk pertanian
mempunyai karakteristik yang mudah rusak sehingga harus direncanakan
jumlah bahan baku yang diperlukan untuk memenuhi permintaan pasar dan
berdasarkan kapasitas industri yang ada. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
tingkat kerusakan bahan baku dan memperoleh keuntungan yang optimal
(Berlo, 2003).
Untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan dalam perencanaan pasar
maka diperlukan suatu perencanaan produksi. Perencanaan produksi merupakan
18
perencanaan jumlah produk yang harus diproduksi pada setiap harinya.
Perencanaan produksi ini menyangkut bahan-bahan yang diperlukan untuk
proses produksi seperti bahan baku, bahan penunjang, dan jumlah karyawan
yang diperlukan. Dalam perencanaan produksi jumlah dan jenis produk
didasarkan pada permintaan konsumen. Kapasitas produksi harus disesuaikan
dengan jumlah permintaan yang ada dan besarnya kapasitas produksi lebih baik
jangan melebihi jumlah permintaan yang ada.
F. Sistem Penunjang Keputusan
Pengertian sistem menurut Indrajid (2001) adalah kumpulan dari
komponen-komponen yang memiliki keterkaitan antara satu dan lainnya. Menurut
Marimin (2005) sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-
bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam
suatu lingkungan kompleks. Turban (2005) juga menuturkan bahwa sistem
merupakan sekumpulan dari objek seperti orang, sumberdaya, konsep, dan
prosedur yang teratur untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian-pengertian
tersebut mencerminkan adanya beberapa bagian dan hubungan antar bagian yang
menunjukkan kompleksitas dari sistem yang meliputi kerja sama antara bagian
yang interdependen satu sama lain. Selain itu juga sistem berusaha untuk
mencapai suatu tujuan. Definisi tersebut menunjukkan bahwa sistem sebagai
gugus dari elemen-elemen yang saling berinteraksi secara teratur dalam rangka
mencapai tujuan atau subtujuan.
Menurut Zakiyah (2007) sistem memiliki beberapa sifat dasar antara lain (1)
dinamisasi dan perubahan berkelanjutan sistem dalam pencapaian tujuan, (2)
sinergi, (3) keterbukaan terhadap lingkungan, (4) transformasi yaitu proses
perubahan input menjadi output, (5) hubungan antar bagian yang memerlukan
analisis dasar pemahaman yang luas, (6) mekanisme pengendalian yang memberi
informasi kepada sistem mengenai efek dari perilaku sistem terhadap pencapaian
tujuan atau pemecahan persoalan yang dihadapi.
Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari kompenen-komponen
dalam perusahaan atau organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan
dan pengaliran informasi (Indrajid, 2001). Menurut Marimin (2006) sistem
informasi adalah suatu yang menerima sumber data sebagai input dan
19
mengolahnya menjadi produk informasi sebagai output. Sistem informasi
merupakan satu sistem yang terdiri dari beberapa sistem yang terdiri dari beberapa
sistem atau komponen hardware, software, dan brainware, data dan prosedur
untuk menjalankan input, proses, output, penyimpanan, dan pengontrolan yang
mengubah sumber data menjadi informasi.
Manajemen merupakan proses yang berkaitan dengan tujuan suatu
organisasi dan sumber daya yang dimiliki. Kesuksesan suatu manajemen
tergantung pada kemampuan dari fungsi-fungsi yang dimiliki, yaitu planning,
organizing, directing, dan controlling. Semua aktivitas manajemen tersebut
berkaitan dengan pengambilan keputusan yang optimum (Turban et al., 2005).
Menurut Marimin (2006) manajemen dengan menggunakan pendekatan sistem
informasi merupakan langkah yang mengarah pada peningkatan kemampuan
sumberdaya manusia. Perubahan kebiasaan dari menggunakan sistem manual
menjadi sistem elektronik diharapkan dapat menghasilkan suatu ketepatan,
kecepatan, dam keakuratan terhadap hasil pengolahan data dan informasi di segala
bidang.
Turban et al. (2005) menyebutkan beberapa piranti yang dapat digunakan
oleh pihak manajemen dalam pengambilan keputusan antara lain Decision
Support System (DSS), Management Science (MS), Business Analytics, Data
Mining, Data Warehousing, Group Support System (GSS), Expert System (ES),
dan Artificial Neural Networks (ANN). Tabel 3 menunjukkan penunjang
keputusan yang dapat digunakan dalam berbagai tipe keputusan dan tipe kontrol.
Sistem Penunjang Keputusan (SPK) adalah pendekatan secara sistematis
untuk menentukan teknologi ilimiah yang tepat dalam mengambil keputusan dan
merupakan konsep spesifik yang menghubungkan sistem komputerisasi informasi
dengan para pengambil keputusan sebagai pengguna (Eriyatno, 1999). Menurut
Indrajid (2001) sistem penunjang keputusan merupakan produk perangkat lunak
yang dikembangkan untuk membantu manajemen dalam proses pengambilan
keputusan. Turban et al. (2003) menyebutkan bahwa sistem penunjang keputusan
merupakan sistem yang digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dari
berbagai alternatif yang ada.
20
Gambar 1. Proses pengambilan keputusan.
Fase IntelegenTujuan organisasiProsedur pencarian dan pengamatanPengumpulan dataIdentifikasi masalahPengklasifikasian masalahPernyataan masalah
Fase DisainFormulasi model (asumsi)Penentuan kriteria-kriteriaPenentuan alernatif-alternatifPengukuran dan prediksi
Fase DisainSolusi modelAnalisis sensitivitasPemilihan alternatif terbaikDesain control system
Implementasi solusiyang telah diputuskan
Kenyataan Pemeriksaan
Gagal
Berhasil
Validasi model
Verifikasi dan ujisolusi yang diinginkan
21
Tabel 3. Kerangka penunjang keputusan
Tipe keputusanTipe kontrol
Operasional Manajemen Strategi Piranti yang dibutuhkanTerstruktur Jumlah penerimaan
dan pemesanan
Analisis anggaran belanja,
prakiraan jangka pendek,
laporan personal, analisis
pembelian
Manajemen finansial,
lokasi gudang, sistem
distribusi
Sistem informasi manajemen,
management science models,
model finansial dan statistik
Semiterstruktur Jadwal produksi,
pengaturan inventori
Evaluasi piutang, persiapan
anggaran belanja, perencanaan
layout, penjadwalan proyek,
disain sistem penghargaan
Perencanaan jangka
panjang, perencanaan
produk baru, perencanaan
asuransi kualitas
Sistem penunjang
keputusan
Tidak terstruktur Penentuan sampul
majalah, pembelian
perangkat lunak,
penyetujuan
pinjaman
Negosiasi, perekrutan manajer,
pembelian perangkat keras,
lobbying
Perencanaan penelitian
dan pengembangan,
perencanaan social
responsibility
Sistem penunjang
keputusan, sistem pakar,
neural network
Piranti yang dibutuhkan Sistem informasi
manajemen,
Management science
Management science, sistem
penunjang keputusan, sistem
pakar
Sistem pakar, neural
network -
Sumber: Turban et al. (2003).
21
22
Haag et al. (2004) menyebutkan sistem penunjang keputusan adalah sistem
yang sangat fleksibel dan interaktif yang didisain untuk menunjang dalam
pengambilan keputusan suatu permasalahan yang tidak terstruktur. Menurut
Turban et al. (2005), sistem penunjang keputusan merupakan sebuah sistem yang
digunakan untuk menunjang pembuat keputusan manajemen. Menurut Post dan
David (2003) sistem penunjang keputusan dibuat untuk membantu manajer dalam
membuat keputusan taktis dan menurut Indrajid (2001) sistem penunjang
keputusan digunakan sebagai second opinion atau sumber informasi yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh manajer dalam memutuskan
kebijakan. Secara umum pengambilan keputusan terdiri atas lima tahap yaitu
(1) identifikasi bobot objek, (2) identifikasi alternatif yang ada, (3) memprediksi
kemungkinan yang bisa terjadi, (4) mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan
tersebut dengan menggunakan skala, dan (5) memilih alternatif yang mempunyai
nilai tertinggi (McCown, 2002). Terdapat perbedaan antara produksi dan
manajemen pada pertanian dan produksi dan manajemen pada industri sehingga
membutuhkan suatu sistem yang dapat memecahkan permasalahan tersebut.
Sistem penunjang keputusan dapat digunakan untuk membantu memecahkan
masalah tersebut.
Menurut Turban et al. (2005) karakteristik sistem penunjang keputusan
antara lain mendukung individu dan tim, dapat digunakan secara berulang dan
konstan, mempunyai tiga komponen utama yaitu data, model, dan user interface.
Selain itu, karakteristik SPK yang lain yaitu menggunakan data objektif, personal,
dan objektif, dapat digunakan dalam sektor privat, dan membantu pengguna
dalam mengambil keputusan yang lebih cepat dan akurat. Karakteristik ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
23
Gambar 2. Karakteristik dan kapabilitas sistem penunjang keputusan (Turbanet al. , 2005).
Menurut Sprague dan Barbara (1993) SPK mempunyai lima karakteristik
utama yaitu (1) sistem yang berbasis komputer, (2) digunakan untuk membantu
para pengambil keputusan, (3) dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
rumit yang tidak mungkin dilakukan dengan kalkulasi manual, (4) sistem
interaktif, dan (5) komponen utamanya data dan model analisis.
Turban et al. (2005) menyebutkan bahwa SPK harus dibuat lebih interaktif
dan mudah dimengerti oleh penggunanya. Hal ini disebabkan sebagian pengguna
bukan programer sehingga membutuhkan suatu prosedur yang mudah dipahami
dan digunakan. Menurut Indrajid (2001) SPK harus menggunakan format grafik
agar pengguna lebih mudah untuk memahami dan mengerti.
Komponen-komponen SPK menurut Indrajid (2001) yaitu database,
modelbase, dan software system. Turban et al. (2005) menyebutkan komponen
SPK yaitu data, model, dan user interface serta knowledge (opsional).
Permasalahan yang semiterstruktur dan tidak terstruktur
Mendukung semuatingkatan manajemen
Mendukung individudan tim/grup
Keputusan interdependenatau skuensial
Mendukung desainintelegen
Mendukung banyakproses keputusan
Adaptable dan fleksibel
Interaktif dan mudahpenggunaannya
Berdiri sendiri, integrasi,dan web-based
Efektif bukan efisien
Mesin terkontrol manusia
Pengembangan berdasarkanpengguna akhir
Permodelan dan analisis
Akses data
Terintegrasi
SistemPenunjangKeputusan
24
Turban et al. (2005) menyebutkan komponen sistem penunjang keputusan
sebagai berikut:
1) Sistem manajemen basis data yang didalamnya terdapat database dengan data
yang relevan dan diatur oleh software (Gambar 4),
2) Sistem manajemen basis model yang merupakan perangkat software yang
terdiri atas model finansial, statistik, manajemen ilmu, atau model kuantifikasi
lainnya yang mendukung kemampuan analisis sistem (Gambar 5),
3) User interface atau human-machine communication yang merupakan
pernyataan atau perintah yang berhubungan langsung dengan pengguna,
4) Manajemen basis pengetahuan.
Gambar 3. Skema sistem penunjang keputusan (Turban et al., 2005).
Turban et al. (2005) menyebutkan elemen dari sistem manajemen basis data
terdiri atas (1) database sistem penunjang keputusan, (2) database management
system, (3) data directory, dan (4) query facility. Gambar 4 menunujukkan skema
struktur sistem manajemen basis data.
Data eksternal daninternal Manajemen
dataManajemen
modelModel
eksternal
Subsistem basispengetahuan
Userinterface
Komputer lain Jaringan internet,intranet, atau ekstranet
Pengguna
25
Gambar 4. Skema struktur sistem manajemen basis data.
Ekstraksi
Finansial Pemasaran Produksi SDM
Sumber data internal Lainnya
Data personal
Corporate datawarehouse
Sumber dataeksternal
Basis pengetahuanorgaisnasi
Basis data penunjangkeputusan
Sistem manajemenbasis data
- retrieval- inquiry- update- report generation- delete
Query facility
Data directory
Interfacemanagement
Modelmanagement
Knowledgebased
26
(a)
(b)
Gambar 5. Struktur model sistem manajemen model (a) dan skemastruktur sistem manajemen basis model (b).
Basis model- strategi, taktik, operasional- statistika, finansial, pemasaran,ilmu manajemen, akuntansi, dll.- model building blocks
Manajemen basis model- perintah model : kreasi- maintenance : update- database interface- bahasa model
Model directoty
Model executionintegration, and
command processor
Manajemendata
Interfacemanagement
Knowledge-based
subsystem
Manajemendata dan DBMS
Konwledge-basedsubsystem
Manajemen modeldan MBMS
User interfacemanagement system
(UIMS)
Bahasa processor
InputBahasa perintah
OutputBahasa tampilan
Tampilan dikomputer
Printer, plotter
Pengguna
27
III. LANDASAN TEORI
A. Teknik Heuristik
Teknik Heuristik adalah suatu cara mendekati suatu permasalahan yang
kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk
mendapatkan hubungan-hubungan dalam permasalahan yang dikaji, atau dengan
kata lain yaitu berupa bentuk pemecahan masalah dengan menggunakan
kecerdasan manusia dan ditulis dengan program komputer (Simon di dalam
Thierauf dan Klekamp, 1975). Menurut Eriyatno (1999), teknik heuristik
merupakan pengembangan operasi aritmatika dan matematika logika.
Menurut Eriyatno (1999) teknik heuristik mempunyai ciri-ciri umum (1)
adanya operasi aljabar yang terdiri dari penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian, (2) adanya suatu perhitungan yang bertahap, dan (3) mempunyai
tahapan yang terbatas sehingga dapat dibuat algoritma komputernya.
Eriyatno (1999) juga menyebutkan bahwa teknik heuristik digunakan karena
alasan-alasan sebagai berikut:
1) Heuristik mempermudah lingkungan pembuat keputusan sehingga
memungkinkan membuat suatu keputusan dengan cepat tanpa tergantung
caranya,
2) Jumlah permasalahan begitu kompleks dan tidak ada perangkat keras
(komputer) yang dapat menyelesaikannya walaupun intisari dari permasalahan
dapat dibuat pola matematikanya,
3) Masalah perencanaan dan kebijakan yang harus diatasi oleh seorang manajer
sulit untuk dikuantitatifkan dan bersifat ill-structure, sehingga tidak dapat
diperoleh faktor-faktor yang dapat diperlukan dalam model matematika,
4) Pengguna model sering tidak mengerti tahapan sebelum sampai pada
permodelan walaupun model matematika berhasil dikembangkan.
B. Metode Perbandingan Eksponensial
Metode Pebandingan Eksponensial (MPE) merupakan salah satu metode
untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak.
Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu dalam pengambilan
28
keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi
dengan baik pada tahapan proses. MPE akan menghasilkan nilai alternatif yang
mempunyai perbedaan kontras (Marimin, 2003).
Marimin (2003) menyebutkan beberapa tahapan yang harus dilakukan
dalam menggunakan metode perbandingan eksponensial yaitu meyusun alternatif-
alternatif keputusan yang akan dipilih, menentukan kriteria atau perbandingan
kriteria keputusan yang penting untuk dievaluasi, menentukan tingkat kepentingan
dari setiap kriteria keputusan atau perbandingan kriteria, melakukan penilaian
terhadap semua alternatif pada semua kriteria, menghitung nilai total setiap
alternatif, dan menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada nilai total
masing-masing alternatif. Formulasi penghitungan nilai untuk setiap alternatif
dalam metode perbandingan eksponensial adalah sebagai berikut:
Keterangan:
TNi = total nilai alternatif ke-i,
RKij = derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i,
TKKj = derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j; TKKj > 0; bilangan
bulat,
n = jumlah pilihan keputusan,
m = jumlah kriteria keputusan.
Menurut Marimin (2003), penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan
dengan cara wawancara dengan pakar atau melalui kesepakatan curah pendapat,
sedangkan penentuan nilai alternatif pada kriteria tertentu dilakukan dengan
memberi nilai setiap alternatif berdasarkan nilai kriterianya. Semakin besar nilai
alternatif maka semakin besar pula nilai alternatif tersebut. Nilai alternatif
keputusan akan relatif berbeda nyata karena adanya fungsi eksponensial.
Keuntungan menggunakan metode perbandingan eksponensial adalah
adanya pengurangan bias yang mungkin terjadi dalam analisis. Nilai yang
menggambarkan urutan prioritas menjadi besar (fungsi eksponensial) akan
mengakibatkan urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata (Marimin, 2003).
29
C. Metode Prakiraan
Prakiraan merupakan suatu usaha untuk menduga apa yang akan terjadi
pada masa mendatang dengan menggunakan suatu metode ilmiah (Machfud,
1999). Metode prakiraan (forecasting) merupakan suatu teknik untuk
memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang (Makridakis et al.,
1995 di dalam Machfud, 1999).
Machfud (1999) menuturkan bahwa keadaan yang dihadapi dalam
melakukan prakiraan sangat bervariasi, yaitu dari segi horizon waktu, faktor-
faktor yang menentukan hasil aktual dari kejadian yang diduga, dan tipe pola data
yang digunakan sebagai dasar melakukan prakiraan. Menurut Machfud (1999),
secara garis besar metode peramalan dikelompokkan menjadi dua yaitu metode
kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua
yaitu metode deret waktu (time series) dan metode kausal. Demikian pula dengan
metode kualitatif dibagi menjadi dua yaitu metode yang bersifat eksploratif dan
metode yang bersifat normatif.
Pada teknik atau model time series, pendugaan terhadap masa mendatang
dilakukan atas dasar nilai-nilai peubah dan atau galat (error) masa lalu. Teknik
time series bertujuan untuk mengungkapkan pola deret waktu data masa lalu dan
kemudian mengekstrapolasikan pola deret data tersebut ke masa mendatang,
sedangkan metode kausal berasumsi bahwa kejadian yang diramalkan (sebagai
peubah terikat) mempunyai hubungan sebab akibat dengan satu atau lebih peubah
bebas. Model kausal bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana bentuk
hubungan sebab akibat tersebut dan kemudian bentuk hubungan yang diperoleh
tersebut digunakan untuk menduga nilai peubah terikat pada masa mendatang.
Model regresi dan ekonometri merupakan salah satu dari model kausal (Machfud,
1999).
1. Analisis Regresi
Analisis regresi merupakan penelaahan hubungan fungsional dua variabel
atau lebih untuk mencari bentuk persamaan yang sesuai dan berguna dalam
meramal keadaan atau kejadian dari peubah variabel tertentu.
Analisis regresi terdiri dari dua macam, yaitu regresi linier dan regresi tak
linier. Model-model regresi ini sangat menentukan dalam pencarian persamaan
30
yang cocok untuk menerangkan data-data yang ada dan meramal keadaan yang
ditimbulkan. Model regresi yang termasuk model regresi tak linier terdiri dari
banyak model, tetapi untuk persoalan pertumbuhan produksi dapat terwakili
dalam delapan kurva (persamaan), sehingga model analisis regresi terdapat
dalam delapan macam kurva (Pantumsinchai et al., 1983 di dalam Kusuma,
2003). Persamaan untuk pendugaan regresi disajikan dalam tabel 4.
Tabel 4. Persamaan dan bentuuk transformasi metode pendugaan regresitunggal delapan kurva
Kurva Persamaan Bentuk Transformasi
1 Y = a + bX Y = a + bX
2 Y = aebx Ln Y = ln a + bX
3 Y = aXb Ln Y = ln a + b ln X
4 Y = a + (b/X) Y = a + b/X
5 Y = 1 / (a+bX) 1/Y = a + bX
6 Y = X / (aX + b) 1/Y = a + b/X
7 Y = a + b log X Y = a + b ln X
8 Y = e(a+bX) Ln Y = a +bX
Dalam persamaan di atas, Y merupakan variabel tak bebas sedangkan X
merupakan variabel bebas. Nilai koefisien dari persamaan kurva dapat dihitung
dengan mentransformasikan masing-masing persamaan kurva ke dalam
persamaan linier, sehingga semua persamaannya dapat dicari dengan
menggunakan kuadrat kecil.
Nilai a dan b dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut:
Keterangan:
n = jumlah data (1,2,…,n),Y = variabel tidak bebas (yang diramalkan),X = variabel bebas,a = nilai Y jika X=0,b = peubah rata-rata Y terhadap peubah per unit X.
31
Untuk mengukur ketepatan model yang digunakan (goodness of fit) maka
ukuran yang biasa digunakan adalah ukuran determinasi (R2). Koefisien
determinasi menunjukkan persentase dari total variasi yang dapat dijelaskan
oleh garis yang dibentuk. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai 1
(Walpole, 1988). Persamaan yang digunakan untuk menghitung koefisien
determinasi adalah sebagai berikut:
2. Metode Deret Waktu
Metode rata-rata bergerak (moving average) merupakan salah satu teknik
atau metode time series (Machfud, 1999). Prakiraan dengan menggunakan
metode moving average didasarkan pada proyeksi serial data yang dimuluskan
dengan rata-rata bergerak. Nilai prakiraan untuk suatu periode merupakan rata-
rata dari nilai observasi N periode terakhir (Herjanto, 2006).
Secara matematis, rumus prakiraan dengan metode rata-rata bergerak
sederhana adalah sebagai berikut:
dimana:
Xt = data observasi peroode t
N = panjang serial waktu yang digunakan
Ft+1 = nilai prakiraan periode t+1
D. Analisis Finansial
1. Analisis Biaya
Menurut Hansen dan Mowen (2006), biaya didefinisikan sebagai sumber
daya yang dikorbankan untuk mencapai tujuan. Sumber biaya tersebut selalu
dikonversikan ke dalam unit nilai mata uang. Terdapat tiga kategori utama
32
biaya dalam produksi manufaktur yaitu biaya bahan langsung, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya manufakturing tidak langsung.
Biaya bahan langsung adalah biaya seluruh bahan yang dipakai pada
usaha manufakturing yang secara layak ekonomi dikategorikan sebagai objek
biaya bahan langsung. Biaya bahan baku seperti buah Pepaya Gunung, gula,
dan kemasan merupakan contoh biaya bahan baku langsung dalam industri
Pepaya Gunung. Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya kompensasi
untuk seluruh tenaga kerja pada usaha manufaktur yang secara layak ekonomi
dapat dikategorikan sebagai objek biaya tenaga kerja langsung. Biaya tenaga
kerja pengolahan pada usaha Pepaya Gunung merupakan contoh tenaga kerja
langsung, sedangkan biaya tenaga kerja administrasi dapat dimasukkan dalam
kategori lainnya. Biaya manufakturing tidak langsung adalah seluruh biaya
manufaktur yang tidak dapat secara layak ekonomi dikategorikan sebagai objek
biaya tersendiri. Terminologi lain dari kategori ini adalah biaya overhead.
Berdasarkan sifat respon terhadap perubahan tingkat produksi, biaya
digolongkan ke dalam dua tipe dasar yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
tetap merupakan tipe biaya yang nilainya tetap walaupun terjadi perubahan
tingkat produksi, sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang nilainya
berubah secara proporsional terhadap perubahan tingkat produksi. Biaya tetap
dapat dikategorikan menjadi biaya tetap langsung dan tidak langsung. Biaya
variabel dikategorikan menjadi dua yaitu biaya variabel langsung dan tidak
langsung.
Perhitungan biaya produksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
metode full costing dan metode variable costing. Pada metode full costing
unsur-unsur biaya dikategorikan ke dalam biaya bahan langsung, biaya tenaga
kerja langsung, biaya manufakturing tidak langsung tetap, dan biaya
manufakturing tidak langsung variabel. Jumlah semua unsur tersebut
menghasilkan biaya produksi dan bila ditambah dengan biaya administrasi dan
umum, serta biaya pemasaran akan menjadi biaya penjualan total. Biaya
penjualan total jika dibagi dengan total unit yang diproduksi akan menjadi
harga pokok penjualan.
33
Pada metode variable costing, unsur-unsur biaya dikategorikan ke dalam
biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya manufakturing
tidak langsung variabel. Jumlah semua unsur tersebut menghasilkan biaya
operasional produksi. Untuk mendapatkan biaya penjualan total maka biaya
tersebut harus ditambah dengan biaya administrasi dan umum, serta biaya
pemasaran tetap. Tabel 5 menunjukkan unsur-unsur biaya produksi dengan
metode full costing dan variable costing.
Tabel 5. Unsur-unsur biaya produksi dengan metode full costing dan variablecostingMetode Unsur Biaya
Full Costing Biaya bahan langsung
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya manufakturing tidak langsung tetap
Biaya manufakturing tidak langsung variabel
Biaya produksi
Biaya administrasi dan umum
Biaya pemasaran
Harga pokok penjualan
Variable Costing Biaya bahan langsung
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya manufakturing langsung variabel
Biaya produksi
Biaya administrasi dan umum variabel
Biaya pemasaran variabel
Biaya periode
Biaya manufakturing tidak langsung tetap
Biaya administrasi dan umum tetap
Biaya pemasaran tetap
Harga pokok penjualan
2. Bagi Hasil
Sistem pembiayaan yang digunakan adalah pembiayaan musyarakah
dimana modal diperoleh dari gabungan dua pihak atau lebih dengan persentase
bagi hasil yang disepakati di awal perjanjian. Persentase bagi hasil berdasarkan
34
tingkat risiko usaha yang dijalankan, bila tingkat risiko rendah maka bagi hasil
untuk bank adalah 0–30%, bila tingkat risiko sedang bagi hasil untuk bank
sebesar 30–70%, dan bila tingkat risiko besar bagi hasil untuk bank sebesar
70–90%. Bagi hasil yang dilakukan hanya pada saat peminjam mengalami
keuntungan dan bila peminjam tidak mengalami keuntungan maka bank tidak
akan mengambil bagi hasil dari peminjam.
3. Arus Kas
Arus kas menggambarkan kinerja keuangan usaha dalam periode tertentu.
Arus kas didapat dari pengurangan penerimaan kas terhadap penggunaan kas.
Kumulatif arus kas yang bernilai positif pada suatu periode mencerminkan
kemampuan usaha untuk membangkitkan surplus kas pada periode tertentu.
Pada pembiayaan usaha dengan pola bagi hasil, pendugaan proyeksi kumulatif
arus kas yang memberikan keyakinan akan terjadinya kumulatif arus kas yang
positif pada periode pembiayaan tersebut. Pengaturan terhadap besar dan lama
pembiayaan yang akan mempengaruhi besarnya nilai pengembalian
pembiayaan pada setiap periode menjadi sangat penting untuk mendapatkan
kumulatif arus kas yang positif.
Penerimaan kas merupakan kas yang diterima pada suatu periode tertentu.
Sumber penerimaan kas terdiri atas investasi pengusaha, investasi dari
pembiayaan usaha yang diberikan oleh lembaga keuangan syariah, laba
operasional yang didapat, dan depresiasi dan amortisasi. Sedangkan
penggunaan kas merupakan kas yang digunakan pada periode tertentu.
Penggunaan kas terdiri atas pengeluaran untuk investasi tetap, biaya modal
kerja, pengembalian pembiayaan investasi, bagi hasil untuk lembaga keuangan
syariah, pajak, dan zakat.
4. Kriteria Investasi
a. Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) adalah suatu titik dimana terjadi
keseimbangan antara dua alternatif yang berbeda, kondisi yang berada di
luar titik keseimbangan akan menghasilkan alternatif keputusan yang
berbeda. BEP juga merupakan suatu keadaan tingkat produksi tertentu yang
35
menyebabkan besarnya hasil penjualan. Menurut Gittinger (1991), untuk
menghitung BEP digunakan persamaan sebagai berikut :
Keterangan:
Q = Kuantitas produk yang dihasilkan
Q* = Kuantitas penjualan pada titik BEP
P = Harga produk per unit
P* = Harga penjualan pada titik BEP
FC = Total biaya tetap
v = Biaya variabel per unit
b. Play Back Period (PBP)
Playback Period (PBP) adalah jangka waktu untuk mengembalikan
investasi semula, dimana keputusan yang diambl berdasarkan kriteria waktu.
Nilai PBP dijabarkan sebagai jangka waktu atau periode (t) dalam tahun,
dimana kumulatif dari nilai PBP dengan metode interpolasi sebagai berikut :
PBP = t + AKKt Akkt – AKKt+1
Dimana t adalah tahun proyek pada saat AKK (Arus Kas Komulatif)
bernilai negatif dan t+1 adalah tahun proyek pada saat AKK bernilai positif.
Apabila nilai PBP lebih pendek dari nilai yang telah disyaratkan misalnya
umur proyek, maka proyek dikatakan menguntungkan. Sebaliknya jika
waktunya lebih panjang maka proyek dinyatakan tidak layak. Kelemahan
dari metoda ini ialah diabaikannya nilai waktu uang walaupun nilai waktu
uang nantinya diperhitungkan. Kelemahan lainnya ialah diabaikannya aliran
kas setelah periode pengembalian (Husnan dan suwarsono, 1997).
36
c. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)
Nilai B/C merupakan angka perbandingan antara keuntungan yang
diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan. Persamaan yang digunakan ialah
sebagai berikut :
B/C Ratio = Total Gross Benefit Total Production Cost
Kriteria keputusan yang diambil ialah :
Jika B/C > 1, layak diterima
Jika B/C < 0, tidak layak
Jika B/C = 0, tidak dapat dibedakan antara diterima atau tidak
(Husnan dan Suwarsono, 1997).
5. Analisis Sensitivitas
Tujuan dari analisis sensitivitas ialah untuk melihat apa yang akan terjadi
dengan hasil analisis proyek jika terjadi perubahan dalam dasar-dasar
perhitungan biaya atau pendapatan. Perubahan yang mungkin ialah fluktuasi
harga bahan baku, harga jual serta jumlah produksi. Jika terjadi perubahan
terhadap komponen tersebut maka dikatakan proyek tersebut sensitif terhadap
perubahan (Gray et al., 1992).
37
IV. METODE PENELITIAN
A. Kerangka Pemikiran
Sistem agribisnis merupakan perangkat kegiatan ekonomi masyarakat yang
mewadahi proses transformasi dan pembentukan nilai tambah yang terkait dengan
proses dari hulu sampai hilir, termasuk di dalamnya kegiatan agroindustri. Nilai
tambah yang dihasilkan dari kegiatan agroindustri mempunyai peluang yang
sangat besar untuk dikembangkan dalam menghadapi era pasar bebas yang
semakin kompetitif. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu upaya untuk
menjadikan pertanian sebagai sektor unggulan dan andalan yang mampu
menopang perekonomian Indonesia.
Pertanian daerah merupakan pondasi dari pertanian nasional. Pertanian
daerah yang kuat akan menjadikan pertanian nasional yang kuat pula, demikian
pula sebaliknya. Masing-masing daerah mempunyai potensi tersendiri dalam
bidang pertanian. Pengembangan dan penelitian terhadap potensi tersebut sangat
diperlukan untuk menggali potensi daerah sehingga dapat berkembang dengan
maksimal.
Faktor yang mendukung prospek pengembangan usaha Pepaya Gunung
antara lain daya dukung wilayah. Pepaya Gunung merupakan tanaman yang
tumbuh dan berkembang di daerah dataran tinggi dan pegunungan. Sifat buah
menyerupai pepaya dan mudah mengalami kerusakan sehingga faktor transportasi
sangat berpengaruh. Walaupun mempunyai daya tahan terhadap penyakit yang
biasa menyerang pepaya biasa (Carica papaya), buah Pepaya Gunung mempunyai
ukuran yang lebih kecil. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kebutuhan bahan
baku untuk produksi.
Permasalahan yang dihadapi untuk mendirikan agroindustri pepaya gunung
adalah kesulitan dalam memperoleh dana dan tingkat bunga pinjaman yang sangat
memberatkan bagi pengguna dana. Pada dasarnya prinsip bank konvensional
adalah selalu mendapatkan keuntungan baik pengguna dana mengalami
keuntungan maupun kerugian. Investasi melalui pembiayaan syariah merupakan
investasi tanpa melibatkan perhitungan bunga, tetapi berdasarkan bagi hasil dari
keuntungan yang diperoleh oleh pengguna dana. Bagi hasil dihitung berdasarkan
besarnya risiko dari pembiayaan dan dilakukan di awal perjanjian berdasarkan
38
kesepakatan antara pengguna dana dan pemberi pinjaman sehingga kesejahteraan
kedua belah pihak dapat tercapai.
Untuk menunjang kemudahan menganalisis kelayakan perencanaan
agroindustri pepaya gunung berdasarkan pembiayaan syariah maka diperlukan
suatu sistem penunjang keputusan yang dapat mengevaluasi kelayakan
agroindustri tersebut. Pengembangan model sistem penunjang keputusan
perencanaan agroindustri pepaya gunung memerlukan suatu pandangan dan
pendekatan yang meyeluruh terhadap faktor-faktor dan parameter yang terlibat di
dalamnya. Rencana pendirian dan pengembangan agroindustri pepaya gunung
merupakan salah satu upaya untuk menjadikan komoditas Pepaya Gunung
mempunyai daya saing tinggi sehingga akan mendatangkan devisa baik bagi
daerah setempat maupun negara.
B. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:
1) Tahap pendahuluan melalui studi pustaka tantang buah Pepaya Gunung,
teknologi dan proses pengolahan manisan pepaya gunung, produk Pepaya
Gunung, pasar produk Pepaya Gunung, dan pola pembiayaan usaha dengan
sistem bagi hasil dan bagi risiko melalui pola syariah.
2) Analisis situasional dilakukan melalui survei lapang lembaga keuangan
syariah dan agroindustri pepaya gunung.
3) Tahap pengembangan model yang dilakukan melalui pendekatan sistem yang
mencakup analisis kebutuhan, perumusan masalah, dan identifikasi sistem.
4) Tahap disain model yang terdiri atas (1) model prakiraan penjualan, (2) model
analisis lokasi unggulan, (3) model evaluasi risiko pembiayaan, dan (4) model
penentuan kelayakan pembiayaan.
5) Tahap rancang bangun model Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan
Agroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah yang terdiri dari
sistem manajemen basis data statis, sistem manajemen basis data dinamis,
sistem manajemen basis model, sistem manajemen pengolahan terpusat, dan
sistem manajemen dialog. Keluaran dari tahap ini adalah CAP’S.
39
6) Verifikasi model yang dikembangkan dalam program komputer diuji dengan
menggunakan data aktual untuk mengetahui apakah model tersebut cukup
layak untuk digunakan dan dapat memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
7) Validasi model untuk mengetahui apakah hasil verifikasi benar atau tidak,
yaitu dengan perhitungan manual untuk meyakinkan kebenarannya dan
sebagai pembanding.
C. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengumpulan data dilakukan berdasarkan atas kebutuhan sistem dan
dikelompokkan sebagai berikut:
1) Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data dan informasi tentang
karakteristik komoditas Pepaya Gunung, prospek pengembangan, cara
pengolahan produk, faktor yang mempengaruhi produksi, dan potensi risiko,
serta pola pembiayaan syariah.
2) Survei lapang dilakukan untuk mendapatkan data tentang lembaga keuangan
syariah, sistem produksi Pepaya Gunung, investasi dan biaya usaha
agroindustri Pepaya Gunung yang diperlukan, tingkat rendemen Pepaya
Gunung, tingkat penjualan, dan harga buah dan produk Pepaya Gunung.
Metode pengolahan data yang dilakukan untuk menunjang sistem penunjang
keputusan perencanaan agroindustri pepaya gunung dengan pembiayaan syariah
meliputi:
1) Prakiraan penjualan produk menggunakan metode linier regresi dan deret
waktu.
2) Penentuan lokasi unggulan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial
(MPE).
3) Penentuan risiko pembiayaan menggunakan penilaian pakar. Pakar yang
dimaksud adalah para pengusaha manisan pepaya gunung yang sudah
berpengalaman lebih dari 5 tahun.
4) Penentuan bagi hasil berdasarkan porsi modal dan tingkat risiko pembiayaan.
5) Penentuan kelayakan pembiayaan berdasarkan Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio),
Break Even Point (BEP), dan Pay Back Periode (PBP). Pembiayaan dengan
pola syariah dibandingkan dengan pembiayaan konvensional.
40
D. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2008 sampai dengan bulan Mei
2008 di Kabupaten Wonosobo. Pemilihan Kabupaten Wonosobo untuk keperluan
verifikasi model dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra usaha
Pepaya Gunung.
41
V. ANALISIS SISTEM
Metodologi sistem didasari oleh tiga pola pikir dasar keilmuan tentang
sistem, yaitu sibernetik atau berorientasi pada tujuan, holistik yaitu cara pandang
yang utuh terhadap keseluruhan sistem, dan efektif yaitu mendahulukan hasil
guna yang operasional baru dipikirkan efisiensi keputusan. Pendekatan sistem
dimulai dengan penetapan tujuan melalui analisis kebutuhan. Berdasarkan pola
pikir ini metodologi sistem bertujuan untuk mendapatkan gugus alternatif sistem
yang telah diidentifikasi dan diseleksi (Eriyatno, 1999). Metodologi ini terdisi atas
dua tahapan yaitu tahapan analisis sistem dan tahapan sintesis atau permodelan
sistem.
A. Analisis Situasional
1. Usaha Budidaya
Tanaman Pepaya Gunung mempunyai karakteristik yang hampir sama
dengan pepaya biasa (Carica papaya) dilihat dari segi fisik tanaman.
Kemiripan ini terdapat pada bentuk daun, bentuk batang, dan akar. Pepaya
Gunung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian di atas 1500 m di atas
permukaan laut. Tanaman ini memerlukan suhu yang dingin yaitu 15o-20o C.
Tanaman Pepaya Gunung mempunyai tinggi sampai 4 meter. Semakin tinggi
tanaman ukuran batang akan semakin kecil, daun lebih sedikit, dan buah
mempunyai ukuran lebih kecil dan jumlahnya sedikit. Perlakuan yang
dilakukan ketika tanaman sudah mencapai ketinggian lebih dari 3 meter adalah
dengan memotong batang tersebut dan membiarkan tunas tumbuh. Hal ini
bertujuan agar tanaman memiliki produktivitas tinggi. Produktivitas tanaman
yang paling baik adalah tanaman yang mempunyai tinggi 2-3 meter
Gambar 6. Tanaman Pepaya Gunung.
42
Dibandingkan dengan pepaya (Carica papaya) daun Pepaya Gunung
lebih tebal, batang lebih bertekstur kayu dan bercabang banyak, serta buahnya
kecil. Berat rata-rata buah adalah 200-250 gram dengan panjang 6-10 cm dan
lebar 3-5 cm. Kulit buah lebih tebal dan memiliki getah yang lebih banyak.
Bentuk buah bulat telur dan menyerupai bentuk buah belimbing. Banyaknya
getah yang terdapat pada buah Pepaya Gunung membuat buah ini tidak dapat
dimakan secara langsung karena akan menyebabkan gatal di lidah. Buah yang
sudah matang mempunyai ciri-ciri warna kuning, bertekstur empuk, dan
mempunyai aroma khas.
Gambar 7. Perbandingan buah Pepaya Gunung dan buah pepaya.
Perbanyakan tanaman bisa menggunakan biji atau stek batang.
Perbanyakan dengan stek batang tidak bisa diterapkan pada tanaman pepaya.
Perbanyakan tanaman dengan biji dilakukan dengan cara menghamparkan biji
Pepaya Gunung pada media tanah ditambah pupuk kandang secukupnya
kemudian biji yang tumbuh dipindahkan ke dalam polybag. Sedangkan
perbanyakan dengan menggunakan stek batang adalah dengan cara memilih
cabang yang bagus yaitu dengan kriteria cabang tidak berpenyakit, berukuran
30-100 cm. Cara perbanyakan dengan stek batang adalah batang yang sudah
dipotong dibiarkan sehari semalam untuk menghilangkan getahnya kemudian
ujung batang diberi tanah dan diikat. Akar dan tunas pertama akan tumbuh
sekitar 1-1,5 bulan dan tanaman harus dipindahkan ke media yang lebih besar.
Setelah daun cukup banyak tanaman siap ditanam di area sawah. Perbanyakan
tanaman dengan menggunakan stek batang akan menghasilkan buah yang
lebih cepat daripada perbanyakan dengan biji. Pada perbanyakan tanaman
dengan stek batang rata-rata buah dapat dipanen pertama 7-10 bulan setelah
Buah carica
Buah pepayaBuah pepaya
Buah carica
43
tanaman dipindah ke lahan pertanian. Sedangkan pada perbanyakan tanaman
dengan menggunakan biji buah pertama yang dapat dipanen adalah 1,5-1,8
tahun. Selain itu keuntungan perbanyakan dengan menggunakan stek adalah
anakan mempunyai sifat mirip dengan induknya, jika induknya bagus maka
anakan akan mempunyai sifat yang bagus pula. Akan tetapi perbanyakan
dengan biji akan menghasilkan anakan yang berbeda-beda tergantung kondisi
biji dan perlakuan selama pembibitan.
Perbanyakan dengan biji dapat dilakukan dengan cara menyemai biji di
polybag dan ditanam setelah berumur tiga bulan. Seleksi dilakukan saat
tanaman mulai berbunga. Lubang tanam dibuat berukuran 60 cm x 60 cm x 40
cm kemudian diisi pupuk kandang yang telah matang sebanyak 20 kg/lubang.
Jarak tanam dibuat 4 m x 5 m. Jarak ini dibuat lebar karena tanaman Pepaya
Gunung mempunyai cabang yang banyak sehingga membutuhkan ruang yang
lebih lebar dalam pertumbuhannya. Pemindahan bibit harus hati-hati disertai
tanah yang membungkus akar bibit. Kerusakan akar bibit mengakibatkan
tanaman layu atau mati. Skema penanaman tanaman Pepaya Gunung dapat
dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Skema penanaman tanaman Pepaya Gunung.
Pipa air digunakan untuk menyirami tanaman pada musim kemarau. Hal
ini dikarenakan tanaman Pepaya Gunung membutuhkan air yang cukup
4 meter
5m
eter
Tanaman carica
Pipa air
44
banyak dalam pertumbuhan dan pembuahannya. Pada musim penghujan, satu
tanaman dapat menghasilkan 2-3 kg untuk sekali panen. Akan tetapi pada
musim kemarau satu tanaman hanya bisa menghasilkan 3 buah Pepaya
Gunung per 2 minggu. Jarak panen pada musim penghujan adalah 2 minggu
setelah panen pertama dan akan terus berlanjut sampai musim kemarau tiba.
Penyiraman dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu sekali pada musim
kemarau.
Pupuk buatan yang diberikan berupa NPK sebanyak 25-200 g per
tanaman, tergantung umurnya. Dosis pemupukan mulai dari 25 g, kemudian
meningkat dengan interval 25 gram per tanaman. Pupuk diberikan 3-4 bulan
sekali.
Tanaman Pepaya Gunung terdiri atas dua macam yaitu jantan dan betina.
Tanaman jantan biasanya berbuah lebih sedikit dibandingkan betina. Pada
tanaman jantan satu tangkai terdiri dari beberapa buah yang berkonstruksi
seperti buah anggur sehingga sering disebut dengan nama buah rantai,
sedangkan pada tanaman betina satu tangkai hanya terdiri dari satu buah. Daun
pada tanaman jantan biasanya lebih kecil dan batangnya sedikit bercabang.
Buah yang dihasilkan oleh tanaman jantan mempunyai daging yang lebih tipis
dan berukuran lebih kecil.
Pohon Pepaya Gunung jantan mudah dikenal karena memiliki bunga
majemuk yang bertangkai panjang dan bercabang. Tanda-tanda dari bunga
jantan adalah putik atau bakal buah yang tidak berkepala. Fungsi dari pohon
jantan adalah proses penyerbukan dengan bunga betina. Seperti pada pepaya
pohon Pepaya Gunung jantan biasanya terdapat bunga sempurna elongata yang
bisa melakukan penyerbukan sendiri. Buah yang dibentuk berukuran kecil,
lonjong dan menggantung.
Penyerbukan yang terjadi adalah penyerbukan silang dengan bantuan
angin. Serangga (lebah) tidak senang mengunjungi bunga Pepaya Gunung
karena getahnya mematikan.
Tanaman Pepaya Gunung lebih tahan terhadap penyakit dan virus yang
sering menyerang tanaman pepaya. Tanaman ini dibudidayakan secara organik
yaitu tidak menggunakan pestisida dan bahan kimia lainnya. Akan tetapi
45
petani Pepaya Gunung tidak mengetahui adanya pertanian organik, sehingga
buah Pepaya Gunung dipasarkan tanpa label organik. Dengan menambahkan
label organik pada buah yang dijual maka akan meningkatkan nilai jual buah
Pepaya Gunung dan akan meningkatkan kesejahteraan petain.
2. Penanganan Pascapanen
Buah mudah sekali mengalami perubahan fisiologis, kimia, dan fisik bila
tidak ditangani secara cepat. Akibatnya mutu buah akan mengalami penurunan
dan harga jual buah tersebut akan turun. Buah dapat menjadi tidak segar dalam
waktu yang singkat. Penanganan yang kurang hati-hati pada saat pemanenan,
pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan akan menyebabkan kerusakan
buah yang tinggi. Kerusakan tersebut dapat mencapai 30% dan hal ini dapat
menyebabkan kerugian terutama bagi petani.
Kerusakan pada buah dapat berupa kerusakan mekanis, fisiologis,
kimiawi, dan mikrobiologis. Akibat pemanenan yang kurang hati-hati, buah
dapat menjadi lecet atau memar. Jumlah kerusakan dapat bertambah besar bila
pengemasan dilakukan kurang baik dan pengangkutan dilakukan sembarangan.
Mutu buah dipengaruhi oleh keadaan fisik yaitu penampilan, warna,
tingkat kesegaran, dan rasa. Selain itu mutu buah juga dipengaruhi oleh
kandungan gizi. Rasa buah dipengaruhi oleh tingkat ketuaan pada saat
pemanenan. Buah yang dipanen pada tingkat ketuaan yang optimal akan
mempunyai rasa yang enak. Rasa manis lebih dominan daripada rasa asam.
Sebaliknya jika buah dipanen belum cukup tua atau masih muda maka rasanya
akan pahit, asam, dan hambar.
Tahap-tahap pertumbuhan buah Pepaya Gunung meliputi pembelahan
sel, pembesaran sel (maturation), pematangan (ripening), penuaan (senesence),
dan pembusukan (deteriotion). Pembelahan sel terjadi setelah pembuahan dan
pembesaran sel akan terus berlangsung sampai ukuran maksimum buah
tercapai. Setelah itu sel-sel dalam buah akan mengalami proses pendewasaan,
pematangan, penuaan, dan pembusukan.
Buah Pepaya Gunung yang terlalu muda mempunyai daya simpan yang
lebih lama dibandingkan buah tua. Akan tetapi rasanya tidak enak dan
cenderung pahit. Petani biasanya memperlakukan buah yang muda dengan
46
cara diperam. Buah yang diperam ini akan mengalami proses pematangan
yang kurang sempurna. Warna buah yang diperam akan menjadi kuning pucat,
rasanya masih cenderung pahit, dan aromanya kurang enak. Buah yang
dipanen terlalu tua juga kurang baik karena tekstur buah tersebut terlalu lunak
dan akan mudah mengalami kerusakan. Selain itu rasa buah yang terlalu tua
cenderung pahit.
(a) (b)Gambar 9. Buah Pepaya Gunung muda (a) dan buah Pepaya Gunung matang (b).
Dalam pemanenan buah Pepaya Gunung terdapat 2 faktor yang
diperhatikan yaitu (1) kematangan komersial, dan (2) kematangan fisiologis.
Kematangan komersial adalah pertumbuhan dari buah dimana semua organnya
sudah siap panen untuk dimanfaatkan dan dipasarkan. Kematangan ini terjadi
pada tahap perkembangan dan penuaan. Kematangan fisiologis adalah tahap
perkembangan buah dimana syarat proses kematangan terpenuhi secara
sempurna.
Setelah buah dipanen buah harus disortasi dengan tujuan memisahkan
buah yang matang, belum matang, dan buah rusak. Buah yang belum matang
ditempatkan dalam satu wadah dan dilakukan proses peram. Peram adalah
proses pematangan buah dengan menambahkan zat karbit pada buah. Proses
pematangan yang dilakukan dengan cara ini sebenarnya menghasilkan buah
matang yang tidak rata, tetapi proses ini dilakukan untuk buah yang belum
matang yang ikut terpetik.
Buah matang yang sudah disortasi selanjutnya dilakukan grading yaitu
proses pemisahan buah berdasarkan mutu buah. Mutu buah Pepaya Gunung
dibedakan berdasarkan ukuran buah dan warna. Semakin besar ukuran buah
47
maka semakin tinggi pula mutu buah tersebut dan semakin rata dan kuning
warna buah maka mutu buah juga semakin bagus.
Buah hasil grading ditempatkan pada krat penyimpanan yang dilapisi
dengan sterofoam pada sisi dalamnya. Pelapisan ini dilakukan untuk
menghindari kerusakan buah secara fisik.
Gambar 10. Krat penyimpanan buah Pepaya Gunung.
3. Proses Pembuatan Manisan Pepaya Gunung
Bahan baku yang dibutuhkan dalam membuat manisan pepaya gunung
adalah buah Pepaya Gunung yang matang, gula, dan air. Manisan ini tidak
menggunakan bahan pengawet dan bahan kimia. Pengawetan produk dengan
menggunakan gula dengan kepekatan 70 persen. Umur simpan produk bisa
mencapai 1,5 tahun.
Proses yang pertama kali dilakukan adalah memilih buah Pepaya
Gunung yang matang. Pemilihan buah dilakukan untuk menjamin kualitas
manisan pepaya gunung yang dihasilkan. Buah yang belum matang memiliki
rasa pahit dan warnanya hijau sehingga jika buah yang belum matang
dijadikan bahan baku pembuatan manisan pepaya gunung maka produk yang
dihasilkan memiliki kualitas yang tidak baik. Buah yang terlalu matang juga
kurang baik untuk bahan baku pembuatan manisan pepaya gunung karena
buah tersebut memiliki tekstur yang terlalu lunak dan rasanya tidak enak.
Diagram alir proses pembuatan manisan pepaya gunung dapat dilihat pada
Gambar 15. Proses pengolahan manisan pepaya gunung adalah sebagai
berikut:
1) Pengupasan buah dilakukan dengan menggunakan pisau stainless steel dan
harus menggunakan sarung tangan karet. Hal ini dikarenakan buah Pepaya
48
Gunung mengandung getah yang cukup banyak dan menimbulkan rasa
gatal jika mengenai kulit. Wadah yang digunakan untuk menampung hasil
proses pengupasan terbuat dari plastik karena getah buah Pepaya Gunung
juga bersifat korosif.
Gambar 11. Pengupasan buah Pepaya Gunung.
2) Biji dipisahkan dari buah dan ditampung dalam wadah terpisah.
Pengambilan biji dilakukan dengan menggunakan sendok stainless steel.
Setelah dipisahkan biji diperas untuk diambil airnya. Air biji ini
mengandung aroma khas yang menimbulkan manisan pepaya gunung
mempunyai aroma yang enak.
Gambar 12. Pemisahan biji buah Pepaya Gunung.
3) Buah hasil kupasan dipotong menjadi beberapa bagian dan direndam
dalam air kapur 10 persen selama 30 menit. Tujuan perendaman dengan air
49
kapur adalah membuat dinding buah menjadi keras sehingga rasanya lebih
enak dan tidak hancur pada saat perebusan. Setelah direndam, buah dicuci
sampai bersih pada air yang mengalir.
Gambar 13. Pemotongan buah Pepaya Gunung.
4) Setelah dicuci buah direbus selama 15 menit pada suhu 100OC. Pada
proses perebusan ini air terlebih dahulu didihkan kemudian buah
dimasukkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari pelunakan buah yang
berlebihan. Tujuan perebusan buah adalah menjadikan enzim yang ada
dalam buah menjadi tidak aktif dan mematikan mikroba.
Gambar 14. Perebusan Pepaya Gunung dan air gula.
5) Air perasan biji direbus bersama gula dan ditambahkan air sehingga
kepekatan air gula menjadi 70 persen. Kepekatan ini bisa mengawetkan
produk sampai beberapa bulan. Kemudian hasil rebusan disaring sehingga
menjadi bersih.
50
Gambar 15. Diagram pengolahan manisan Pepaya Gunung.
Buah Carica
Pengupasan
Kulit
Pemisahan biji
Pemotongan
Biji
Perendamandengan air kapur
Pencucian
Pemerasan biji
Air bijiBotol
Pencucian
Sterilisasi
Penutupan botol
Perebusan
Air + Gula
Sterilisasi
Pelabelan
PengemasanManisan PepayaGunung (Carica)
Perebusan
51
Gambar 16. Penyaringan hasil perebusan air gula.
6) Kemasan yang digunakan adalah botol dengan mulut lebar atau jar.
Sebelum digunakan untuk mengemas produk, botol terlebih dahulu dicuci
dengan menggunakan sabun. Pada saat pencucian botol dilakukan juga
pemeriksaan kerusakan pada botol, botol yang rusak tidak bisa digunakan
untuk mengemas produk. Setelah itu, botol disterilkan dengan
menggunakan autoclave selama 15 menit pada suhu 121oC untuk
mematikan mikorba.
7) Proses pengisian manisan ke dalam botol berkisar 180 gram buah per botol
kemudian dimasukkan larutan gula pada suhu 70oC hingga memenuhi
badan rongga botol lalu ditutup. Pengisian pada suhu hangat bertujuan
untuk menghindari kontaminasi mikroba yang lebih banyak.
Gambar 17. Pembotolan manisan Pepaya Gunung.
52
8) Setelah itu dilakukan sterilisasi produk dengan menggunakan autoclave.
Setelah agak dingin, proses selanjutnya adalah pelabelan botol, penutupan
botol dengan plastik dan pengemasan dengan menggunakan kardus.
Gambar 18. Manisan Pepaya Gunung.
4. Usaha Pengolahan Manisan Pepaya Gunung
Usaha manisan pepaya gunung yang ada pada saat ini masih dalam skala
kecil dengan kapasitas produksi 80-800 botol per hari. Produksi manisan
pepaya gunung ini sangat tergantung pada ketersediaan buah. Buah Pepaya
Gunung bersifat musiman. Hal ini menyebabkan usaha pengolahan tidak bisa
berproduksi secara kontinu. Jumlah pekerja pada usaha pengolahan berkisar
antara 2-15 orang dan statusnya adalah pekerja harian. Jumlah pekerja yang
dipekerjakan tidak tetap tergantung pada jumlah buah yang akan diproduksi.
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa usaha manisan pepaya
gunung sangat tergantung pada petani. Dari sisi lain, petani hanya
memanfaatkan tanaman Pepaya Gunung sebagai usaha sampingan dengan
teknologi yang sederhana dan pengetahuan seadanya. Oleh karena itu
diperlukan adanya kerjasama antara petani, pengusaha, dan pemerintah untuk
meningkatkan sektor budidaya. Selain itu, diperlukan adanya packing house
atau rumah pengemasan yang berfungsi sebagai penyimpan buah pada saat
panen raya serta mengemasnya sehingga daya simpan buah menjadi lebih
lama. Dengan adanya packing house ini diharapkan tidak terjadi kelangkaan
buah yang menyebabkan usaha pengolahan tidak bisa berproduksi dan
kelebihan buah yang menyebabkan petani mengalami kerugian karena banyak
buah yang tidak terjual.
53
Usaha pengolahan manisan pepaya gunung ini merupakan usaha rumah
tangga yang menggunakan sebagian ruangan rumahnya untuk berproduksi.
Ruangan yang digunakan mempunyai luas area yang sempit, kurang steril, dan
mempunyai sanitasi yang kurang baik. Tata letak ruangan juga tidak tertata
dengan baik, sehingga efisiensi produksinya tidak maksimal. Oleh karena itu
diperlukan adanya rancang bangun bangunan industri yang baik. Gambar tata
letak bangunan produksi pada usaha pengolahan manisan pepaya gunung pada
saat ini dapat diliah pada Gambar 19.
Gambar 19. Tata letak usaha pengolahan manisan pepaya gunung
(UD Cipto Roso).
5. Penentuan Tata Letak Pabrik
Terdapat dua tipe tata letak pabrik yaitu tata letak berorientasi produk
(product layout) dan tata letak berorientasi proses (process layout). Tata letak
berorientasi produk dibuat untuk memproduksi satu produk dalam satu lini
produksi. Tata letak ini mengatur mesin dan peralatan sedimikian hingga
mesin dan peralatan tersebut dalam bentuk garis sesuai dengan urutan proses
untuk produk atau jasa tertentu, sedangkan tata letak berorientasi proses dibuat
untuk memproduksi bermacam-macam produk sesuai dengan tahapan dan
spesifikasinya. Dalam tata letak ini satu mesin bisa digunakan untuk
memproduksi berbagai macam produk.
54
Industri manisan pepaya gunung hanya menghasilkan satu jenis produk
sehingga tata letak yang sesuai adalah tata letak berorientasi produk. Menurut
Machfud dan Yudha (1990) tata letak berorientasi produk (product layout)
adalah tata letak dimana pusat-pusat kerja dan mesin serta peralatan disusun
dalam satu lini sesuai dengan urutan proses atau operasi untuk menghasilkan
satu jenis produk tertentu.
Dari diagram alir proses maka dilakukan analisis keterkaitan antar
aktivitas untuk menentukan tata letak pabrik. Salah satu alat untuk menganalisi
dan merancang keterkaitan antar kegiatan ini disebut Bagan Keterkaitan Antar
Kegiatan atau AR-Chart. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam
merancang hubungan antar kegiatan adalah persyaratan khusus yang harus
dipenuhi untuk kegiatan atau ruang tertentu, karakteristik bangunan, fasilitas
eksternal, dan kemungkinan perluasan. Bagan keterkaitan antar kegiatan dalam
penentuan tata letak industri manisan pepaya gunung disajikan pada Gambar
20.
Setelah aktivitas telah dikaitkan dalam bentuk diagram, maka dapat
dibuat diagram keterkaitan antar kegiatan. Diagram tersebut merupakan dasar
untuk merencanakan hubungan antar pola aliran bahan dengan lokasi kegiatan-
kegiatan penunjang yang berkaitan dengan kegiatan produksi. Diagram
keterkaitan antar kegiatan dalam penentuan tata letak industri manisan pepaya
gunung disajikan pada Gambar 21.
Analisis kebutuhan ruang untuk mengetahui luasan ruang yang
dibutuhkan. Luasan ruang yang dibutuhkan berdasarkan pada jumlah mesin
dan peralatan, jumlah tenaga kerja, dan jumlah sarana lainnya yang
mendukung kegiatan produksi.
6. Potensi Pengembangan Pepaya Gunung
Pada saat ini Pepaya Gunung hanya dibuat menjadi manisan. Sebenarnya
Pepaya Gunung dapat dijadikan berbagai macam produk yang bisa bersaing di
pasaran. Pengembangan produk diperlukan untuk memaksimalkan manfaat
dari Pepaya Gunung. Pengembangan produk juga dapat menjadikan usaha
pengolahan menjadi lebih efisien.
55
No Ruang/Proses
1 Gudang bahan baku
2 Pengupasan
3 Perendaman + pencucian buah
4 Gudang gula
5 Gudang botol
6 Pencucian botol
7 Perebusan buah dan air+gula
8 Pemasukan buah cairan
9 Sterilisasi
10 Pendinginan dan pengemasan
11 Gudang produk
12 Kantor
13 Toilet
14 Ruang istirahat
15 Mushola
Keterangan :A : Absolute E : Especially importantI : Important U : UnimportantO : Ordinary X : UndesirableAlasan:1. Transporatsi bahan 5. Kebutuhan peralatan dan sumberdaya2. Penanganan bahan 6. Pemantauan3. Faktor kebersihan 7. Mobilitas karyawan4. Kebutuhan ruang 8. Kenyamanan karyawan
Gambar 20. Bagan keterkaitan antar aktivitas.
A1 A
1 I5 U
UU
UU
UU
UX
UU
3,2
A
U
O
E
A
E
A
A
A
A
I
A
A
1
5
1
1
1
1,2
1
1
6
7,8
7,8
7,8
U
U
U
U
A1U
U
U
U
X2,3I
7,8A7
U
A4,5E1E1I1U
U
U
U
U
A7,8
U5E5I5A5U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
X
U
U
3,2
U
U
U
U
U
U
U
U
U
U
X
U
U
3,2
U
U
U
U
U
U
U
E7,8
U
U
55
55
55
55
55
55
55
55
55
55
5
55
55
55
55
5
5
5
5
5
5
5
55
55
55
55
5
55
5
55
55
55
55
55
5
55
55
5
55
55
55
555
56
Tabel 6. Kebutuhan ruang industri manisan pepaya gunung
No Ruang/Proses Luas (m2)1 Gudang bahan baku 122 Pengupasan 243 Perendaman air kapur + pencucian buah 34 Gudang gula 65 Gudang botol 66 Pencucian botol 67 Perebusan buah dan air+gula 98 Pemasukan buah dan cairan ke botol 99 Sterilisasi 910 Pendinginan dan pengemasan 1511 Gudang produk 2012 Kantor 2013 Toilet 1014 Ruang istirahat 2015 Mushola 10
Tanaman pepaya terdiri dari beberapa bagian yang dapat dimanfaatkan
yaitu daun, daging buah, kulit buah, dan biji. Daun Pepaya Gunung
mempunyai kandungan zat papain yang dapat dijadikan pelunak daging. Selain
itu, daun Pepaya Gunung dapat dijadikan sayuran. Biji Pepaya Gunung dilapisi
sarkotesta dan dapat diperas, air perasan ini mempunyai aroma yang wangi.
Air perasan ini dapat dijadikan sirup dan flavor.
Buah yang masih muda dapat dijadikan obat peluruh cacing, obat kulit,
dan bahan kosmetik, sedangkan buah yang sudah matang dapat dijadikan
manisan, selai, minuman buah, dan keripik buah. Buah yang sudah matang
berwarna kuning dan rasanya manis keasaman. Kulit buah dapat dijadikan
pupuk organik dan pelunak daging. Kulit buah mempunyai kandungan papain
yang cukup tinggi. Gambar 23 menyajikan prospek pengembangan produk
dari Pepaya Gunung.
57
Keterangan :: Aliran bahan
1. Gudang bahan baku2. Pengupasan buah3. Perendaman buah dalam air
kapur dan pencucian buah4. Gudang gula5. Gudang bahan pengemasan6. Pencucian botol
7. Perebusan buah PepayaGunung
8. Pemasukan buah dan cairanke botol
9. Sterilisasi produk10. Ruang pengemasan produk11. Gudang produk12. Kantor13. Toilet
Gambar 21. Diagram keterkaitan antar aktivitas.
A-1,2,6 E-7
X-
3I- O-
A-13,15 E-2
X-
14I-12 O-
A-1,3 E-6,14
X-
2I- O-
A-8 E-3,4,6
X-
7I- O-
A-2,3 E-
X-13
1I- 4 O-
A-5,3 E-7
X-
6I- 9 O-
A-12,13,14 E-
X-
15I- O-
A-13,15 E-
X-
12I- 11,14 O-
A-6,7,9 E-5
X-
8I- 4 O-
A-5,8,10 E-
X-
9I-6 O-
A-9,11 E-
X-
10I- O-
A-6,9 E-4,8
X-13
5I- O-
A- E-5,7
X-13
4I-1,8 O-
A- 10 E-
X-13
11I-12 O-
A-12,14,15 E-
X-1,4,5,11
13I- O-
58
Gambar 22. Tata letak industri manisan pepaya gunung.
B. Pendekatan Sistem
Sistem merupakan suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian
yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu
lingkungan kompleks (Marimin, 2003). Turban (2005) menyebutkan sistem
adalah sekumpulan dari objek seperti orang, sumber daya, konsep, dan prosedur
yang teratur untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Pendekatan sistem adalah suatu analisis organositoris yang menggunakan
ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Dengan demikian manajemen sistem
dapat diterapkan dengan mengarahkan perhatian kepada berbagai ciri dasar sistem
yang perubahan dan gerakannnya akan mempengaruhi keberhasilan suatu sistem
(Marimin, 2003).
59
Gambar 23. Pohon industri Pepaya Gunung.
Marimin (2003) juga menjelaskan pada dasarnya pendekatan sistem adalah
penerapan dari sistem ilmiah dalam manajemen. Dengan cara ini hendak diketahui
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku dan keberhasilan suatu
organisasi atau suatu sistem. Pendekatan ilmiah dapat menghindarkan manajemen
mengambil keputusan-keputusan yang sederhana dan simplistis searah oleh suatu
masalah yang disebabkan oleh penyebab tunggal. Pendekatan sistem dapat
memberi landasan untuk pengertian yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku sistem dan memberikan dasar untuk memahami multiple
causation dari suatu masalah dalam kerangka sistem.
Pepayagunung
Daun
Buah
Daging buah
Kulit buah
Pelunak daging
Pupuk organik
Pelunak daging
Sirup
Flavor
Biji
Manisan
Selai
Keripik buah
Peluruh cacing
Kosmetik
Obat kulit
60
Untuk dapat bekerja secara sempurna, suatu pendekatan sistem harus
mempunyai delapan unsur yaitu metodologi untuk perencanaan dan pengalahan,
suatu tim yang multidisipliner, pengorganisasian, disiplin untuk bidang yang non-
kuantitatif, teknik model matematik, teknik simulasi, teknik optimasi, dan aplikasi
komputer (Marimin, 2003).
Untuk melakukan pendekatan sistem dapat menggunakan komputer atau
tanpa menggunakan komputer. Akan tetapi adanya komputer memudahkan
pengguna model dan teknik simulasi dalam sistem, terutama jika menghadapi
masalah yang cukup luas dan kompleks (Marimin, 2003).
1. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem.
Dalam melakukan analisis kebutuhan ini dinyatakan kebutuhan-kebutuhan
yang ada, kemudian dilakukan tahap pengembangan terhadap kebutuhan-
kebutuhan yang dideskripsikan. Identifikasi ini menyangkut interaksi antara
respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya
sistem. Identifikasi ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat seorang ahli,
diskusi, observasi lapang, dan sebagainya.
Identifikasi dari Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri
Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah ini meliputi aktor-aktor dan
kebutuhannya yang dijabarkan sebagai berikut:
1) Petani Pepaya Gunung :
a) Pendapatan meningkat,
b) Harga jual tinggi,
c) Kelangsungan usaha terjamin,
d) Kesejahteraan meningkat.
2) Lembaga Keuangan Syariah :
a) Investasi yang dibangun terlepas dari riba dan segala sesuatunya
berdasarkan hukum agama Islam,
b) Produk yang dikeluarkan merupakan produk yang halal dan dapat
bersaing dipasaran,
c) Peningkatan jumlah nasabah,
d) Kelancaran pengembalian pembiayaan,
61
e) Jaminan kelancaran usaha.
3) Pemerintah :
a) Produk yang dihasilkan bermutu tinggi,
b) Memperluas kesempatan kerja,
c) Taraf kehidupan petani meningkat,
d) Persaingan tidak sehat terhindari.
4) Konsumen :
a) Harga produk yang terjangkau dan stabil,
b) Kualitas produk tinggi dan terjamin,
c) Kemudahan memperoleh produk.
5) Agroindustri :
a) Kontinuitas bahan baku terjamin,
b) Biaya produksi rendah,
c) Kelangsungan agroindustri terjamin,
d) Permintaan pasar terpenuhi,
e) Kelancaran pengembalian pinjaman.
2. Formulasi Permasalahan
Pengembangan usaha pepaya gunung pada saat ini selalu dihadapkan
pada berbagai kendala, diantaranya adalah pola pengusahaan pepaya gunung
yang masih dilakukan secara konvensional, teknologi budidaya dan
pengolahan yang kurang memadahi, perancangan produk yang kurang
memadai, metode pemasaran yang sempit dan kurang berkembang, skala
usaha yang kecil, tersebar, dan tidak terintegrasi dengan baik. Selain itu,
pengembangan agroindustri pepaya gunung dihadapkan kepada berbagai
permasalahan seperti terbatasnya informasi tentang potensi nasional dan
internasional dalam kemampuan produksi dan permintaan baik secara
kuantitatif maupun kualitatif dan terbatasnya informasi mengenai pasar
potensial Pepaya Gunung. Oleh sebab itu diperlukan suatu kajian secara
menyeluruh menyangkut aspek perencanaan dan pengembangan usaha yang
diharapkan dapat memberikan solusi atau pemecahan terhadap berbagai
permasalahan yang dihadapi.
62
Keberhasilan dalam perencanaan proyek memerlukan pengetahuan
tentang pengambilan suatu keputusan yang tepat. Dengan mengetahui rencana
proyek yang baik maka pemilik modal akan dihadapkan pada dua pilihan,
yaitu apakah ikut serta dalam investasi dengan cara menanamkan modal
karena investasi dianggap layak atau tidak melakukan apapun.
Permasalahan yang paling mendasar adalah bagaimana dalam
melakukan suatu pembiayaan berdasarkan syariah Islam sehingga
kesejahteraan dan kemakmuran pengguna dana dan pemberi dana meningkat.
Pada saat ini konsep ekonomi konvensional masih digunakan dalam
menentukan kelayakan suatu pendirian industri maupun invetasi dan
permasahan yang dihadapi adalah sistem bunga yang memberatkan pengguna
modal dan di pihak bank tidak mempedulikan apakah pengguna dana tersebut
mengalami kerugian atau mengalami keuntungan.
Perencanaan yang tepat serta terintegrasi dengan baik sangat
menentukan keberhasilan pengusaha pepaya gunung. Perencanaan dilakukan
dengan menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh meliputi faktor
internal dan eksternal serta asumsi-asumsi untuk masa mendatang.
Penggunaan sistem penunjang keputusan diharapkan dapat memberikan
kemudahan dalam menyajikan rangkaian alternatif secara efektif dan akurat.
3. Identifikasi Sistem
Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan pernyataan dari
kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus
dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut (Eriyatno, 1989).
Identifikasi sistem bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem
yang dikaji. Diagram yang digunakan dalam identifikasi sistem adalah sebagai
berikut:
1) Diagram sebab-akibat
Diagram sebab-akibat memberikan gambaran hubungan antar
komponen di dalam sistem. Gambar 24 menggambarkan diagram sebab-
akibat Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri Pepaya
Gunung dengan Pembiayaan Syariah.
63
2) Diagram input-output
Menurut Eriyatno (1989) hal yang penting dalam identifikasi sistem
adalah melanjutkan interpretasi diagram lingkar ke dalam konsep kotak gelap
(black box). Marimin (2003) menyatakan bahwa dalam penyusunan kotak
gelap, perlu diketahui macam informasi yang dikategorikan menjadi tiga
golongan yaitu peubah input, peubah output, dan parameter-parameter yang
membatasi struktur sistem. Input terdiri dari dua golongan yaitu eksogen atau
yang berasal dari luar sistem (masukan dari ligkungan) dan overt input yang
berasal dari dalam sistem dan ditentukan oleh fungsi dari sistem itu sendiri.
Sedangkan output terdiri dari dua golongan yaitu output yang dikehendaki
dan tidak dikehendaki. Output yang dikehendaki berasal dari dampak yang
akan ditimbulkan bersama-sama. Gambar 25 menunjukkan diagram input-
output Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri Pepaya
Gunung dengan Pembiayaan Syariah.
Input terkendali merupakan peubah variabel yang dapat divariasukan
dengan tujuan keluaran yang tidak terkendali tidak terjadi. Apabila terjadi
output yang tidak dikehendaki maka input terkendali harus diubah
besarannya. Input terkendali bersama dengan input tak terkendali dan input
lingkungan diproses dalam kotak hitam sistem sehingga menghasilkan output
yang dikehendaki.
Input terkendali dalam model perencanaan agroindustri pepaya gunung
dengan pembiayaan syariah terdiri atas kebutuhan bahan baku, kapasitas
produksi, kebutuhan tenaga kerja, dan mutu produk. Pengendalian input
terkendali merupakan langkah kritis untuk mencapai output yang dikehendaki
yaitu pangsa pasar yang tinggi, penghasilan meningkat, target pasar
terpenuhi, kelangsungan usaha, dan perluasan lapangan kerja. Dengan
mengendalikan input terkendali maka diharapkan dapat mencegah timbulnya
output yang tidak dikehendaki yaitu kerusakan lingkungan, kredit macet,
biaya operasional meningkat, dan pembiayaan tidak menguntungkan.
Input tak terkendali meliputi permintaan pasar, harga bahan baku, harga
produk dan tarif utilitas. Input tak terkendali ini akan mempengaruhi sistem
dan menentukan terjadinya output yang dikehendaki atau tidak dikehendaki.
64
Gambar 24. Diagram sebab akibat Sistem Penunjang Keputusam PerencanaanAgroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah.
Pendapatan
Kesejahteraan
Permintaan PasarTerpenuhi
KetersediaanProduk
Target ProduksiTerpenuhi
Target Produksi
KelangsunganAgroindustri
KelayakanAgroindustri
Risiko Usaha
PenggunaanManajemen Risiko
PembiayaanSyariah
LembagaPembiayaan Syariah
Bagi Hasil
KeuntunganAgroindustri
KeuntunganPetani
Pasokan BahanBaku Terjamin
Pasokan BahanBaku
KelangsunganBudidaya
Permintaan Pasar
Konsumen
Lapangan Pekerjaan
Pembangunan Daerah
65
Gambar 25. Diagram input-output Sistem Penunjang Keputusam PerencanaanAgroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah.
Sistem PenunjangKeputusan Perencanaan
Agroindustri Carica denganPembiayaan Syariah
INPUT LINGKUNGAN
1. Kondisi sosial ekonomi2. Peraturan pemerintah3. Kondisi sosial budaya
INPUT TIDAK TERKENDALI
1. Permintaan pasar2. Harga bahan baku3. Harga produk4. Tarif utilitas
INPUT TERKENDALI
1. Kebutuhan bahan baku2. Kapasitas produksi3. Tenaga kerja4. Mutu produk
OUTPUT DIKEHENDAKI
1. Pangsa pasar tinggi2. Penghasilan meningkat3. Target pasar terpenuhi4. Kelangsungan usaha5. Perluasan lapangan kerja
OUTPUT TIDAK DIKEHENDAKI
1. Kerusakan lingkungan2. Kredit macet3. Biaya operasional meningkat4. Pembiayaan tidak
menguntungkan
MANAJEMEN PENGENDALIAN
66
VI. PERMODELAN SISTEM
A. Konfigurasi Sistem
Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung
dengan Pembiayaan Syariah dirancang sebagai alat bantu yang berguna dalam
pengambilan keputusan untuk perencanaan agroindustri pepaya gunung dan
sebagai pertimbangan lembaga keuangan syariah untuk membiayai agroindustri
tersebut. Sistem Penunjang Keputusan ini terdiri atas 5 bagian utama, yaitu:
1) Sistem Pengolahan Terpusat,
2) Sistem Manajemen Basis Data Statis,
3) Sistem Manajemen Basis Data Dinamis,
4) Sistem Manajemen Basis Model,
5) Sistem Manajemen Dialog.
Sistem Manajemen Basis Data merupakan bagian yang memberikan fasilitas
pengolahan data, yaitu mengendalikan dan memanipulasi data yang tersimpan.
Proses tersebut meliputi input data, ubah data, dan hapus data.
Sistem Manajemen Basis Model merupakan bagian yang memberikan
fasilitas pengeloloaan model untuk perhitungan dalam pengambilan keputusan.
Model-model yang terdapat pada sistem ini adalah model analisis lokasi
unggulan, model prakiraan penjualan, model analisis risiko pembiayaan, model
analisis bagi hasil, dan model analisis finansial.
Sistem Manajemen Dialog adalah sistem dari Sistem Penunjang Keputusan
Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung yang menyediakan fasilitas interaktif
antara model dengan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Sistem
Pengolahan Terpusat merupakan bagian yang berfungsi sebagai koordinator dan
pengendalian dari operasi Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri
Pepaya Gunung secara menyeluruh.
Perancangan perangkat lunak ini adalah menggunakan Borland Delphi 7
dengan bahasa pemrograman pascal. Manajemen basis data dinamis dirancang
menggunakan Microsoft Acces 2003. Gambar 26 menunjukkan konfigurasi Sistem
Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung dengan
Pembiayaan Syariah.
67
Gambar 26. Konfigurasi Sistem Penunjang Keputusam Perencanaan AgroindustriPepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah.
Sistem ManajemenBasis Data Statis
Pembiayaansyariah
Informasi wilayah
Budidaya buahcarica
Usaha pascapanen buah carica
Diskripsi buahcarica
Pengolahan buahcarica
Sistem Manajemen BasisData Dinamis
Data lokasi
Data harga bahan baku
Data harga produk
Data penjualanproduk
Data struktur biaya
Evaluasi risiko usaha(risiko ketersediaanbahan baku, risikopengolahan, risiko
pemasaran)
Evaluasi risikoindustri (risikopenawaran dan
permintaan produk,risiko harga bahanbaku, risiko harga
produk)
Sistem Manajemen BasisModel
Sub model lokasi unggulan
Sub model prakiraanpenjualan
Sub model evaluasitingkat risiko
Sub model penentuannisbah bagi hasil
Sub model analisisfinansial
Sistem Pengolahan Terpusat
Sistem Manajemen Dialog
Pengguna
68
1. Sistem Pengolahan Terpusat
Sistem Pengolahan Terpusat merupakan bagian sistem yang mengelola
dan mengatur seluruh komponen, serta memungkinkan sistem berinteraksi
secara timbal balik dengan sistem lainnya. Sistem pengolahan terpusat
berfungsi sebagai koordinator dan pengendalian dari operasi SPK Perencanaan
Agroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah secara menyeluruh.
2. Sistem Manajemen Basis Data
Sistem Menajemen Basis Data ini terdiri atas dua bagian yaitu Sistem
Manajemen Basis Data Statis dan Sistem Manajemen Basis Data Dinamis.
Sistem Manajemen Basis Data Statis merupakan bagian sistem yang di
dalamnya berisi data yang bersifat tetap atau statis. Data-data ini digunakan
untuk memberikan informasi yang bersifat tetap dan berfungsi sebagai
masukan bagi pengembangan sistem. Sistem Manajemen Basis Data Dinamis
merupakan bagian sistem yang berisi data yang diperlukan sebagai masukan
pada Sistem Manajemen Basis Model.
3. Sistem Manajemen Basis Model
Sistem Manajemen Basis Model merupakan bagian yang memberikan
fasilitas pengolahan model untuk mengkomputasi pengambilan keputusan.
Model yang dikembangkan adalah model analisis lokasi unggulan, model
prakiraan penjualan, model evaluasi tingkat risiko pembiayaan syariah, model
perhitungan nisbah bagi hasil, dan model analisis kelayakan finansial.
4. Sistem Manajemen Basis Dialog
Sistem Manajemen Basis Dialog merupakan fasilitas interaksi antara
model dan pengguna dalam pengambilan keputusan. Sistem ini akan
mempermudah pengguna dalam menggunakan program karena dibuat user
friendly. Gambar 27 menunjukkan diagram alir permodelan Sistem Penunjang
Keputusan Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan
Syariah.
69
Gambar 27. Diagram alir permodelan Sistem Penunjang Keputusam PerencanaanAgroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah.
Mulai
Analisis Risiko
Input penentuan bagi hasil :- Porsi modal- Bobot risiko
Output :Nisbah bagi hasil untuk LKS dan
pengusaha
Analisis Kelayakan Finansial
Input Pembiayaan Musyarakah:- Umur proyek- Pinjaman modal (%)- Asumsi pembiayaan- Bagi hasil- Data struktur biaya- Zakat
LayakA Ya Tidak
70
Gambar 27. Diagram alir permodelan Sistem Penunjang Keputusan PerencanaanAgroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah(lanjutan).
A
Input Analisis TingkatPenjualan
Input analisis lokasi unggulan:- Alternatif lokasi- Kriteria lokasi- Bobot kriteria- Bobot lokasi
Perhitungan Tingkat Penjualan
Output:Prakiraan Penjualan
Penentuan Lokasi Unggulan
Output:Lokasi Unggulan
Selesai
71
B. Rancang Bangun Sistem
1. Sistem Manajemen Basis Data
Sistem Manajemen Basis data terdiri atas dua bagian yaitu Sistem
Manajemen Basis Data Statis dan Sistem Manajemen Basis Data Dinamis.
Sistem Manajemen Basis Data Statis terdiri atas beberapa informasi yaitu
(1) informasi pembiayaan syariah, (2) informasi wilayah Kabupaten
Wonosobo yang meliputi letak geografis, luas wilayah, potensi wilayah,
jumlah penduduk, dan daerah perbatasan dengan Kabupaten Wonosobo,
(3) deskripsi buah Pepaya Gunung, (5) informasi budidaya buah Pepaya
Gunung, (6) informasi usaha pasca panen buah Pepaya Gunung, dan (7) cara
pengolahan buah Pepaya Gunung.
Sistem Manajemen Basis Data Dinamis terdiri atas data lokasi, data
harga bahan baku, data harga poduk, data permintaan produk, data struktur
biaya, dan evaluasi risiko pembiayaan.
2. Sistem Manajemen Basis Model
a. Model Analisis Lokasi Unggulan
Model analisis lokasi unggulan merupakan model yang digunakan
untuk menentukan daerah yang paling sesuai untuk dujadikan lokasi
pendirian agroindustri pepaya gunung. Model matematik yang digunakan
adalah Metode Perbandingan Eksponensial (MPE).
Kriteria yang digunakan adalah ketersediaan lahan, harga lahan,
kemudahan akses dengan bahan baku, kemudahan akses dengan bahan
penunjang, kemudahan akses pemasaran, ketersediaan sarana transportasi,
ketersediaan sarana utilitas, ketersediaan tenaga kerja, dan kondisi sosial
budaya. Nilai alternatif yang diperoleh dimasukkan ke dalam perhitungan
dengan menggunakan MPE. Hasil penjumlahan nilai alternatif dari setiap
daerah akan dijadikan nilai akhir dari alternatif tersebut dan nilainya akan
diurutkan untuk melihat daerah yang potensial yaitu daerah yang mempunyai
nilai tertinggi.
72
Gambar 28. Diagram alir deskripsi model penentuan lokasi unggulan.
Mulai
Kabupaten Wonosobo:Kecamatan Wonosobo, Kejajar, Garung,
Mojotengah, Watumalang, Kertek,Sukoharjo, Leksono, Selomerto, Kalikajar,
Kaliwiro, Sapuran, Wadaslintang,Kalibawang, Kepil
Kriteria Lokasi:- Ketersediaan lahan- Kemudahan akses dengan bahan baku- Kemudahan akses dengan bahan
penunjang- Ketersediaan sarana transportasi- Ketersediaan sarana utilitas- Ketersediaan tenaga kerja- Kondisi sosial budaya
Metode Perbandingan Eksponensial
Lokasi Unggulan
Selesai
73
b. Model Prakiraan Penjualan
Model ini digunakan untuk memprakirakan jumlah penjualan produk
pada masa pembiayaan dengan menggunakan data historial yang ada.
Perhitungan prakiraan permintaan menggunakan metode regresi linier dan
deret waktu.
c. Model Evaluasi Tingkat Risiko Pembiayaan
Model ini terdiri atas dua bagian yaitu evaluasi risiko usaha dan
evaluasi risiko industri. Evaluasi risiko usaha terdiri atas risiko ketersediaan
bahan baku, risiko pengolahan, risiko pemasaran, dan risiko mitra usaha.
Sedangkan evaluasi risiko industri terdiri atas risiko penawaran dan
permintaan produk, risiko harga bahan baku, risiko harga produk. Penentuan
tingkat risiko dilakukan berdasarkan rata-rata terbobot nilai setiap parameter
dari risiko usaha dan risiko industri. Diagram alir penentuan tingkat risiko
pembiayaan disajikan pada Gambar 29.
d. Model Penentuan Nisbah bagi Hasil
Model ini digunakan untuk menentukan besarnya bagi hasil antara
pihak lembaga keuangan syariah dan pengguna dana. Bagi hasil ditentukan
berdasarkan tingkat risiko pembiayaan dan akan digunakan dalam
perhitungan kelayakan finansial berdasarkan ekonomi syariah. Besarnya bagi
hasil untuk lembaga keuangan syariah dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Bagi hasil berdasarkan nilai risiko
Nilai Risiko Bagi Hasil untuk Lembaga Keuangan Syariah
Tinggi
Sedang
Rendah
70 – 90 %
30 – 70 %
0 – 30 %
Sumber : Santosa (2006).
e. Model Analisis Kelayakan Finansial
Model ini digunakan untuk menentukan kelayakan financial
berdasarkan kriteria kelayakan. Kriteria kelayakan yang digunakan adalah
Benefit-Cost Ratio, Break Even Point, dan Pay Back Periode. Pembiayaan
syariah dibandingkan dengan pembiayaan konvensional. Apabila nilai
kelayakan pembiayaan syariah lebih baik atau sama dengan nilai kelayakan
74
pembiayaan konvensional, maka pembiayaan syariah dapat diterima untuk
perencanaan agroindustri. Diagram alir analisis kelayakan finansial disajikan
pada Gambar 30.
Gambar 29. Diagram alir penentuan tingkat risiko pembiayaan (Indrawanto, 2007)
Ya
Tidak
Mulai
Nilai hasil evaluasi risiko dari setiap faktor risikousaha dan parameter risiko usaha
Bobot setiap faktor
Nilai terbobot dari setiap faktor
Jumlah nilai risiko pembiayaan
Nilai terbobot risikopembiayaan (NRP)
Penentuan tingkat risiko pembiayaan:Tinggi : 3,66 < NRP 5,00Sedang : 2,33 < NRP 3,66Rendah : 1,00 NRP 2,33
Tingkat RisikoPembiayaan (TRP)
TRP tinggi?
Selesai
Lakukan upayapenurunan TRP
Lakukan ulangevaluasi risiko
75
Gambar 30. Diagram alir analisis kelayakan finansial.
Tidak
Ya
Mulai
Data Struktur Biaya
Layak?
Pembiayaan Syariah Pembiayaan Konvensional
Asumsi-asumsi Asumsi-asumsi
Analisis KelayakanFinansial
Analisis KelayakanFinansial
Ya
Layak?
Syariah > Konvensional?
Ya
TidakTolakpembiayaan
syariah
Terimapembiayaan
syariah
Selesai
76
VII. MODEL CAP’S
Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung
dirancang dalam sebuah paket program komputer yang diberi nama Cap’S.
Program ini dirancang sebagai alat bantu bagi para pengambil keputusan dalam
mengambil keputusan yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan pendirian
agroindustri pepaya gunung.
Pengguna program ini adalah pengusaha atau calon pengusaha agroindustri
dan lembaga keuangan syariah. Selain itu, pihak-pihak yang berkaitan langsung
maupun tidak langsung dalam perencanaan agroindutri pepaya gunung dapat
menggunakan program ini. Pihak-pihak tersebut diantaranya kelopok petani,
pengusaha agroindustri, pemerintah, investor, lembaga keuangan syariah dan
peneliti.
Keluaran yang dihasilkan dari program ini adalah rekomendasi bagi para
pengambil keputusan dalam memilih dan menentukan lokasi usaha yang memiliki
potensi baik dari segi biaya, kondisi geografis, dan kondisi sosial budaya. Selain
itu, pengambil keputusan akan memperoleh gambaran mengenai kemampuan
produksi agroindustri, risiko usaha, prakiraan penjualan, rencana produksi yang
harus dicapai, dan analisis finansial agroindustri. Pengambil keputusan diharapkan
dapat menganalisis dan mempertimbangkan dengan baik dalam merencanakan
kebutuhan sumberdaya produksi yang akan menunjang keberhasilan produksi.
Pengambil keputusan akan dihadapkan pada suatu faktor yang menjadi
ukuran terpenting dalam rencana pendirian suatu industri yaitu apakah industri
tersebut layak atau tidak untuk didirikan. Untuk memberikan informasi kepada
pengambil keputusan mengenai kondisi dan kebutuhan finansial industri, program
ini memberikan fasilitas yang dapat menganalisis kelayakan finansial
agroindustri.
Cap’S dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman Borland
Delphi 7. Program ini menerapkan Sistem Manajemen Dialog yang menyediakan
fasilitas interaktif antara model dan pengguna. Cap’S dibuat dengan interface
berbasis windows menyediakan pilihan-pilihan menu yang mudah dimengerti dan
digunakan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Program akan memberikan respon
77
sesuai dengan kebutuhan dalam bentuk teks, gambar, angka, dan grafik. Tampilan
login Cap’S dapat dilihat pada Gambar 31.
Gambar 31. Tampilan login Cap’S
Sistem Manajemen Basis Data terdiri atas dua bagian yaitu Sistem
Manajemen Basis Data Statis dan Sistem Manajemen Basis Data Dinamis.
Tampilan menu utama dalam Cap’S dapat dilihat pada Gambar 32. Sistem
Manajemen Basis Data Statis terdiri atas beberapa informasi yaitu informasi
tentang pembiayaan syariah, informasi wilayah, informasi budidaya Pepaya
Gunung, informasi tanaman dan buah Pepaya Gunung, dan informasi proses
pembuatan produk manisan pepaya gunung. Tampilan salah satu contoh data
statis dalam Cap’S dapat dilihat pada Gambar 33.
Sistem Manajemen Basis Data Dinamis Cap’S terdiri atas analisis lokasi
unggulan, analisis risiko pembiayaan, analisis bagi hasil, prakiraan penjualan, dan
analsisis finansial.
78
Gambar 32. Tampilan menu utama Cap’S
Gambar 33. Tampilan data statis Cap’S
A. Model Analisis Pemilihan Lokasi Unggulan
Model lokasi merupakan model yang digunakan untuk menganalisis lokasi-
lokasi tertentu yang memiliki potensi dilihat dari segi karakteristik wilayah, biaya,
dan sosial budaya bagi pendirian dan pengembangan agroindustri pepaya gunung.
Output yang dihasilkan dari model ini adalah merekomendasikan lokasi-lokasi
tertentu yang terpilih menjadi lokasi unggulan yang patut dipertimbangkan oleh
79
pengambil keputusan dalam rencana pendirian dan pengembangan agroindustri
pepaya gunung.
Input data untuk model lokasi adalah data ketersediaan lahan, harga lahan,
kemudahan akses dengan bahan baku, kemudahan akses dengan bahan penunjang,
ketersediaan sarana utilitas, ketersediaan sarana transportasi, kemudahan akses
pemasaran, keterseidaan tenaga kerja, dan kondisi sosial budaya. Metode yang
digunakan untuk menganalisis pemilihan lokasi unggulan adalah metode
perbandingan eksponensial.
Verifikasi model dilakukan dengan menentukan lokasi yang akan dianalisis.
Lokasi yang dipilih adalah Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah yang mempunyai
15 kecamatan. Pertimbangan-pertimbangan yang menjadikan Kabupaten
Wonosobo sebagai ruang lingkup pengkajian sistem ini adalah berdasarkan
karakteristik wilayahnya Kabupaten Wonosobo memiliki potensi iklim dan cuaca
yang sangat baik untuk pertumbuhan Pepaya Gunung. Selain itu, di Kabupaten
Wonosobo sudah terdapat usaha kecil dan menengah yang mengolah Pepaya
Gunung menjadi manisan pepaya gunung yang mempunyai nilai tambah dan daya
simpan yang lebih tinggi.
Perhitungan yang dilakukan adalah dengan memberikan pembobotan tingkat
kepentingan suatu kriteria terhadap kriteria yang lain. Nilai bobot didapatkan
setelah melakukan wawancara dengan para pakar yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung dalam perencanaan dan pengembangan agroindustri
pepaya gunung yaitu para industriawan.
1. Kriteria Pemberian Nilai
Penilaian berdasarkan penilaian pakar dan metode persentil. Pakar yang
dipilih adalah industriawan yang sudah menjalankan usaha manisan pepaya
gunung lebih dari 5 tahun. Nilai maksimum untuk setiap kriteria adalah 5 dan
nilai minimum adalah 1. Pemberian penilaian dengan metode persentil
dilakukan dengan cara mengurutkan data dari yang paling besar hingga paling
kecil. Data yang telah diurutkan dibagi menjadi 5 kelompok dengan persentil
(k) masing-masing 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1. Metode persentil digunakan pada
kriteria ketersediaan lahan, harga lahan, kemudahan akses dengan bahan baku,
kemudahan akses dengan bahan penunjang, kemudahan akses dengan pasar,
80
dan ketersediaan tenaga kerja. Penilaian pakar digunakan pada kriteria kondisi
sosial budaya.
a. Ketersediaan lahan
Ketersediaan lahan merupakan kriteria yang menggambarkan luas lahan
yang masih kosong untuk mendirikan usaha agroindustri. Lahan yang dihitung
dalam penilaian adalah lahan sawah dan lahan bukan sawah selain lahan yang
digunakan untuk bangunan atau pemukiman. Data luas lahan yang telah
diurutkan dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 8 menyajikan pemberian nilai
untuk kriteria ketersediaan lahan secara lengkap.
Gambar 34. Tampilan Masukan model analisis lokasi unggulan.
b. Harga lahan.
Harga lahan merupakan harga tanah per m2 yang akan digunakan untuk
mendirikan bangunan industri manisan pepaya gunung. Data harga lahan telah
diurutkan dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 9 menyajikan kriteria pemberian
nilai secara lengkap.
81
Tabel 8. Pemberian nilai untuk kriteria ketersediaan lahan.
Jarak lokasi dengan sumber bahan baku (ha) Nilai
jarak 4457 1
4457 < jarak 5276 2
5276 < jarak 6519 3
6519 < jarak 8859 4
jarak > 8859 5
Tabel 9. Pemberian nilai untuk kriteria harga lahan
Harga lahan per m2 (Rp) Nilaiharga 40.000 5
40.000 < harga 50.000 450.000 < harga 77.000 3
77.000 < harga 100.000 2harga > 100.000 1
c. Kemudahan akses dengan bahan baku
Kemudahan akses dengan bahan baku merupakan kriteria yang
menggambarkan kemudahan untuk mendapatkan bahan baku utama yaitu buah
Pepaya Gunung. Di Kabupaten Wonosobo, buah Pepaya Gunung hanya tumbuh
di Kecamatan Kejajar. Data jarak dari sumber bahan baku yang telah diurutkan
dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 10 menyajikan kriteria pemberian nilai
secara lengkap.
Tabel 10. Pemberian nilai untuk kriteria kemudahan akses dengan bahan baku
Jarak lokasi dengan sumber bahan baku (km) Nilai
jarak 15 5
15 < jarak 26 4
26 < jarak 34,5 3
34,5 < jarak 40 2
jarak > 40 1
d. Kemudahan akses dengan bahan penunjang.
Bahan penunjang yang digunakan antara lain kemasan gelas, kemasan
kardus, label, dan gula. Sumber bahan penunjang yang ada di Kabupaten
Wonosobo terletak di pusat kota Wonosobo. Data jarak dari sumber bahan
82
penunjang yang telah diurutkan dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 11
menyajikan kriteria pemberian nilai secara lengkap.
Tabel 11. Pemberian nilai untuk kriteria kemudahan akses dengan bahanpenunjang
Jarak lokasi dengan sumber bahan penunjang (km) Nilai
jarak 7 5
7 < jarak 11 4
11 < jarak 15 3
15 < jarak 21,5 2
jarak > 21,5 1
e. Ketersediaan sarana utilitas
Parameter yang dipertimbangkan dalam kriteria ketersediaan sarana
utilitas adalah ketersediaan air, listrik, telepon, dan prasarana umum. Pasokan
air berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Ketersediaan listrik
merupakan kriteria yang menggambarkan baik atau tidaknya pasokan listrik di
lokasi yang bersangkuan. Ketersediaan listrik merupakan faktor yang penting
karena dalam proses agroindustri terdapat mesin dan peralatan proses serta
peralatan kantor yang memerlukan listrik sebagai sumber energi. Tabel 12
menyajikan pemberian nilai secara lengkap untuk kriteria sarana utilitas.
Tabel 12. Pemberian nilai untuk kriteria ketersediaan sarana utilitas
Parameter Nilai
Semua parameter terpenuhi 5
Terdapat satu parameter yang tidak terpenuhi 4
Terdapat dua parameter yang tidak terpenuhi 3
Terdapat tiga parameter yang tidak terpenuhi 2
Terdapat empat parameter yang tidak terpenuhi 1
f. Ketersediaan sarana transportasi
Parameter yang digunakan dalam kriteria ketersediaan sarana transportasi
adalah kemudahan mendapatkan kendaraan atau sarana trasportasi lain untuk
pemasaran produk, pengangkutan bahan baku dan bahan penunjang, serta
kondisi jalan di daerah yang bersangkutan. Selain itu, sarana transportasi
83
berhubungan dengan sarana transportasi umum. Sarana transportasi umum
merupakan sarana untuk mobilitas karyawan.
Tabel 13. Pemberian nilai untuk kriteria ketersediaan sarana transportaasi
Parameter Nilai
Semua parameter terpenuhi 5
Terdapat satu parameter yang tidak terpenuhi 4
Terdapat dua parameter yang tidak terpenuhi 3
Terdapat tiga parameter yang tidak terpenuhi 2
Terdapat empat parameter yang tidak terpenuhi 1
g. Ketersediaan tenaga kerja
Data yang digunakan pada kriteria ini adalah data jumlah pencari kerja
(job seeker). Data jumlah pencari kerja yang telah diurutkan dapat dilihat pada
Lampiran 4. Tabel 14 menyajikan pemberian nilai untuk kriteria ketersediaan
tenaga kerja secara lengkap.
Tabel 14. Pemberian nilai untuk kriteria ketersediaan tenaga kerja
Jarak lokasi dengan sumber bahan penunjang (km) Nilai
jarak 309 1
309 < jarak 397 2
397 < jarak 548 3
548 < jarak 881 4
jarak > 881 5
h. Kemudahan akses pemasaran
Pusat pemasaran yang terdapat di Kabupaten Wonosobo terletak di pusat
kota Wonosobo. Data jarak dari pusat pemasaran yang telah diurutkan dapat
dilihat pada Lampiran 3. Tabel 15 menyajikan kriteria pemberian nilai secara
lengkap.
i. Kondisi sosial budaya
Parameter yang diperhatikan dalam kriteria sikap masyarakat adalah
respon masyarakat sekitar terhadap kemungkinan pendirian agroindustri Pepaya
Gunung di daerah yang bersangkutan. Respon yang diberikan adalah sangat
84
baik, baik, sedang, cukup baik, dan kurang baik. Pemberian nilai secara lengkap
untuk kriteria sikap masyarakat dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 15. Pemberian nilai untuk kriteria kemudahan akses dengan bahanpenunjang
Jarak lokasi dengan sumber bahan penunjang (km) Nilai
jarak 7 5
7 < jarak 11 4
11 < jarak 15 3
15 < jarak 21,5 2
jarak > 21,5 1
Tabel 16. Pemberian nilai untuk kriteria kondisi sosial budaya
Respon masyarakat Nilai
Sangat baik 5
Baik 4
Sedang 3
Cukup baik 2
Kurang baik 1
2. Pembobotan Kriteria
Pembobotan untuk masing-masing kriteria ditentukan berdasarkan
penilaian pakar (expert judgment) yang diminta kesediaannya untuk menjadi
responden dalam pengkajian masalah khusus. Responden berasal dari kalangan
profesional (industriawan) yang dipilih berdasarkan kapabilitas dan
kapasitasnya sebagai pihak yang terlibat dalam perencanaan dan pengembangan
agroindustri pepaya gunung.
Responden diminta memberikan jawaban kualitatif terhadap pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan selama wawancara. Kriteria diberikan nilai 1 sampai
9 seperti disajikan pada Lampiran 7. Jumlah penilaian pada masing-masing
kriteria dijumlah dan dihitung rata-ratanya. Rata-rata ini digunakan sebagai
bobot penilaian yang akan masuk ke dalam perhitungan sebagaimana
diperlihatkan pada Tabel 17.
85
Berdasarkan hasil pembobotan kriteria pada Tabel 17, kriteria
ketersediaan sarana utilitas mempunyai nilai tertinggi yaitu 7,2. Hal ini
menunjukkan bahwa kriteria tersebut merupakan prioritas utama yang dijadikan
pertimbangan dalam rencana pendirian dan pengembangan agroindustri pepaya
gunung.
Tabel 17. Bobot penilaian untuk setiap kriteria yang dipertimbangkan
No Kriteria Bobot
1 Ketersediaan lahan 3,42 Harga lahan 3,53 Kemudahan akses dengan bahan baku 64 Kemudahan akses dengan bahan penunjang 3,45 Ketersediaan sarana transportasi 56 Ketersediaan sarana utilitas 7,27 Ketersediaan tenaga kerja 58 Kondisi sosial budaya 6,59 Kemudahan akses pemasaran 6,7
Kebutuhan akan air, listrik, telepon, dan sarana umum sangat berpengaruh
terhadap kelangsungan usaha suatau agroindustri. Dalam proses pembuatan
produk manisan pepaya gunung, air bersih sangat diutamakan. Hal ini berkaitan
dengan keamanan pangan dan kualitas dari produk yang diproduksi. Air yang
kurang bersih akan menyebabkan produk dapat tercemar oleh berbagai macam
mikroorganisme dan akan membahayakan bagi konsumen. Kontinuitas pasokan
air harus tetap terjaga karena air merupakan bahan baku pembuatan produk.
Selain ketersediaan air, ketersedian listrik sangat berpengaruh terhadap
proses produksi. Listrik diperlukan sebagai sumber energi untuk berjalannya
mesin dan peralatan lain serta sumber penerangan. Apabila terjadi pemadaman
listrik, proses produksi secara otomatis akan terhenti. Kondisi ini dapat
menyebabkan kerugian pada perusahaan. Oleh karena itu harus disediakan
sumber listrik cadangan untuk mengendtisipasi terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan.
Prioritas kedua dalam perencanaan suatu agroindustri adalah kemudahan
akses pemasaran. Menurut Kotler & Keller (2007) pemasaran merupakan kunci
86
keberhasilan suatu industri. Seringkali keberhasilan keuangan diukur dengan
kemampuan penjualan produk atau kemampuan pemasaran produk. Letak
lokasi sangat berpengaruh terhadap pemasaran suatu produk. Lokasi yang dekat
dengan tempat pemasaran akan mempermudah dalam pemasaran produk.
Kemudahan pemasaran erat hubungannya dengan ketersediaan sarana
transportasi dan komunikasi. Hal ini berkaitan dengan pengangkutan produk ke
lokasi pemasaran dan kemudahan dalam pemesanan produk.
3. Keluaran model
Model dirancang untuk menghitung nilai akhir dari masing-masing
alternatif lokasi. Nilai akhir tersebut diurutkan dari nilai tertinggi sampai
terendah. Data penilaian alternatif lokasi yang dimasukkan akan dihitung
menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE) untuk masing-masing
alternatif lokasi. Lokasi yang memiliki nilai tertinggi merupakan lokasi
unggulan untuk pendirian agroindustri pepaya gunung.
Model pemilihan lokasi unggulan akan memilih 3 lokasi yang menjadi
prioritas untuk pendirian agroindustri pepaya gunung yaitu lokasi unggulan I,
unggulan II, dan unggulan III seperti disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18. Hasil verifikasi model pemilihan lokasi unggulan
Prioritas Lokasi Nilai Akhir
Unggulan I Kecamatan Wonosobo 168.929,175
Unggulan II Kecamatan Kertek 127.009,028
Unggulan III Kecamatan Selomerto 95.970,257
Berdasarkan hasil perhitungan model analisis lokasi unggulan di atas,
lokasi yang paling potensial adalah Kecamatan Wonosobo. Tampilan model
lokasi unggulan dapat dilihat pada Gambar 35. Alternatif lain yang patut
dipertimbangkan juga adalah Kecamatan Kertek dan Selomerto. Perbandingan
nilai ketiga lokasi unggulan tersebut disajikan pada Tabel 19.
Pada saat ini industri rumah tangga yang ada pada saat ini banyak terdapat
di Kecamatan Mojotengah dan Kecamatan Wonosobo seperti disajikan pada
Lampiran 1. Kecamatan Kejajar dan Kecamatan Garung merupakan daerah yang
87
paling dekat dengan bahan baku. Kedua daerah ini juga patut dipertimbangkan
karena pengangkutan bahan baku lebih mudah.
Tabel 19. Perbandingan nilai lokasi unggulan terpilih
KriteriaNilai
Wonosobo Kertek Selomerto
Ketersediaan lahan 1 3 1
Harga Lahan 1 1 3
Kemudahan akses dengan bahan baku 4 4 4
Kemudahan akses dengan bahan penunjang 5 4 5
Ketersediaan sarana transportasi 5 5 4
Ketersediaan sarana utilitas 5 5 4
Ketersediaan tenaga kerja 5 4 5
Kondisi sosial budaya 3,3 1,4 4,5
Kemudahan akses pasar 5 4 5
B. Model Prakiraan Penjualan
Model prakiraan penjualan menggunakan perangkat lunak WIN QSB yang
terintegrasi dengan program Cap’S. Model prakiraan penjualan digunakan untuk
mengetahui tingkat penjualan pada masa yang akan datang selama periode
pembiayaan. Data penjualan diperoleh dari industri rumah tangga yang ada di
Kabupaten Wonosobo dari tahun 2003 hingga 2007 seperti disajikan pada Tabel
20.
Metode yang digunakan dalam prakiraan penjualan adalah regresi linier,
simple average, moving average, moving average with linier trend, dan single
eksponensial smoothing. Metode-metode tersebut kemudian dibandingkan nilai
MAPE (Mean Absolute Percentage Error) dan determinasinya (R2) untuk
menentukan metode terbaik yang digunakan. Metode yang dipilih untuk
menentukan rata-rata tingkat penjualan 10 tahun kemudian adalah metode yang
memiliki nilai R2 mendekati satu dan MAPE terkecil.
88
Gambar 35. Tampilan keluaran model lokasi unggulan.
Tabel 20. Tingkat penjualan produk manisan pepaya gunung lima tahun terakhir
Tahun Tingkat Penjualan (botol)2003 474.0002004 603.5002005 982.5002006 1.085.5002007 1.169.500
Berdasarkan hasil analisis, nilai terbaik adalah prakiraan dengan
menggunakan regresi linier yang mempunyai nilai MAPE terkecil dan R2
mendekati 1. Hal ini berarti metode yang paling baik digunakan untuk
memprakirakan tingkat penjualan produk selama masa pembiayaan adalah metode
regresi linier.
C. Model Evaluasi Risiko Pembiayaan
1. Evaluasi Risiko Usaha
Risiko usaha digunakan untuk mengevaluasi tingkat risiko operasional
usaha dengan kondisi yang diasumsi dalam analisis kelayakan pembiayaan.
89
Parameter yang digunakan dalam evaluasi risiko usaha adalah risiko
ketersediaan bahan baku, risiko pengolahan, dan risiko pemasaran.
Tabel 21. Prakiraan penjualan manisan pepaya gunung selama masa pembiayaan
Tahun SA MA (2) MAT SES LRPers. 1
2008 474000 1127500 1253500 789288 14249002009 603500 1127500 1337500 789288 16122002010 982500 1127500 1421500 789288 17995002011 1085500 1127500 1505500 789288 19868002012 1169500 1127500 1589500 789288 21741002013 474000 1127500 1673500 789288 23614002014 603500 1127500 1757500 789288 25487002015 982500 1127500 1841500 789288 27360002016 1085500 1127500 1925500 789288 29233002017 1169500 1127500 2009500 789288 3110600
MAPE 34,0313 27,8992 17,4817 39,0679 7,2460R2 2,7728 21,4300 12,0548 3,4795 0,9320
Keterangan:SA : Simple AverageMA : Moving AverageMAT : Moving Average with Linier TrendSES : Single Exponential SmoothingLR : Linier Regression
Gambar 36. Tampilan keluaran model prakiraan penjualan.
90
Hasil evaluasi risiko usaha disajikan pada Gambar 37, menunjukkan
risiko usaha dengan parameter ketersediaan bahan baku merupakan risiko
utama yang harus dihadapi dalam perencanaan agroindustri pepaya gunung.
Hasil evaluasi risiko ketersediaan bahan baku yang disajikan pada Tabel 22
menunjukkan risiko pada tingkat sedang dengan nilai 2,85.
Gambar 37. Grafik evaluasi risiko usaha.
Indikator yang perlu diperhatikan adalah tingkat persaingan mendapatkan
bahan baku. Peningkatan permintaan manisan pepaya gunung mengakibatkan
peningkatan kebutuhan akan bahan baku. Ketidaktentuan hasil panen buah
Pepaya Gunung dan terdapat pesaing yang memproduksi produk yang sama
mengakibatkan buah Pepaya Gunung cukup susah didapatkan. Untuk
mengurangi tingkat persaingan dalam mendapatkan buah Pepaya Gunung
adalah dengan membuat petani binaan yang akan mensuplai buah Pepaya
Gunung ke industri yang bersangkutan. Dengan adanya petani binaan yang
bekerja sama dengan pabrik akan mengurangi tingkat persaingan dan
mengurangi risiko kelangkaan bahan baku.
Tabel 22. Hasil evaluasi risiko ketersediaan bahan baku
No Indikator Nilai1 Tingkat persaingan mendapatkan bahan baku 3,12 Kemudahan mencari bahan baku 2,6
Risiko ketersediaan bahan baku 2,85
Parameter kedua adalah ketersediaan bahan baku. Hasil evaluasi risiko
pemasaran yang disajikan pada Tabel 23. menunjukkan risiko pada tingkat
Tinggi
Sedang
Rendah
91
sedang dengan nilai risiko 2,67. Biaya penjualan merupakan indikator yang
mempunyai risiko tertinggi. Hal ini berkaitan dengan transportasi produk dan
promosi produk. Manisan pepaya gunung dikemas dengan menggunakan
kemasan jar yang terbuat dari kaca sehingga mempunyai berat yang besar. Hal
ini mengakibatkan biaya pengiriman produk ke pasar menjadi lebih tinggi.
Tingginya biaya pemasaran produk juga disebabkan oleh jaringan distributor
pemasaran produk yang belum luas sehingga produsen harus mengantarkan
langsung produk yang diproduksinya. Lingkup pemasaran yang masih sempit
dan orang yang mengetahui produk belum banyak mengakibatkan produsen
harus melakukan promosi produk lebih banyak. Hal ini akan semakin
menambah biaya pemasaran produk.
Tabel 23. Hasil evaluasi risiko pemasaran
No Indikator Nilai1 Biaya penjualan 3,92 Jumlah orang yang mengetahui produk manisan pepaya gunung 2,63 Jumlah toko, warung, atau tempat lain untuk pemasaran produk 2,64 Jaringan distributor untuk pemasaran produk 2,85 Lingkup pemasaran 2,26 Kondisi posisi tawar perusahaan 1,9
Risiko pemasaran 2,67
Hasil evaluasi risiko pengolahan menunjukkan risiko pada tingkat rendah
dengan nilai 1,4. Hal ini berarti pengolahan manisan pepaya gunung
mempunyai tingkat risiko yang rendah dan tingkat kegagalan produksi juga
rendah. Indikator yang digunakan adalah kemudahan mendapatkan bahan
penunjang seperti botol, label, dan kemasan kardus. Bahan penunjang dapat
didapatkan dengan mudah karena terdapat perusahaan yang memproduksinya
secara kontinu.
2. Evaluasi Risiko Industri
Risiko industri digunakan untuk mengevaluasi dinamika industri yang
menyebabkan asumsi dalam evaluasi kelayakan menjadi tidak tercapai.
Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi risiko industri adalah risiko
permintaan, risiko harga bahan baku, dan risiko harga produk.
92
Gambar 38. Grafik evaluasi risiko industri.
Hasil evaluasi risiko industri yang disajikan pada Gambar 38
menunjukkan bahwa harga bahan baku merupakan risiko tertinggi dengan
tingkat risiko sedang. Kondisi fluktuasi harga bahan baku mempunyai nilai
tertinggi seperti disajikan pada Tabel 24. Fluktuasi harga bahan baku satu tahun
terakhir mengalami kenaikan lebih dari 20 persen dari harga normal. Hal ini
disebabkan adanya kelangkaan bahan baku yang diproduksi oleh petani.
Kelangkaan bahan baku ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kondisi
iklim, berkurangnya jumlah petani Pepaya Gunung, dan kurangnya perhatian
pemerintah daerah terhadap petani Pepaya Gunung. Tanaman Pepaya Gunung
membutuhkan air untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Kondisi iklim
yang tidak menentu menyebabkan tanaman Pepaya Gunung berbuah tidak
optimal. Pada kondisi iklim dimana curah hujan tinggi tanaman Pepaya Gunung
mampu memproduksi buah sebanyak 1500 kg per hektar per bulan, tetapi
sebaliknya pada kondisi iklim dimana curah hujan rendah tanaman Pepaya
Gunung hanya berbuah 187 kg per bulan per hektar.
Manurut penuturan para petani, pada tahun 2000 pemerintah daerah
mengeluarkan kebijakan tentang pelarangan penanaman Pepaya Gunung di
lahan milik pemerintah. Hal ini diduga menjadi salah satu penyebab adanya
kelangkaan buah Pepaya Gunung. Sebelum adanya kebijakan tersebut diduga
terdapat puluhan petani Pepaya Gunung yang menggunakan lahan milik
pemerintah daerah dengan luas 0,5 ha hingga 2 ha. Selain itu, petani Pepaya
Tinggi
Sedang
Rendah
93
Gunung hanya menanam tanaman Pepaya Gunung sebagai usaha sampingan.
Tanaman Pepaya Gunung ditanam disela-sela lahan yang ditanami tanaman
kentang dan tanaman Pepaya Gunung tidak terlalu diperhatikan
pertumbuhannya, sehingga hasil panen Pepaya Gunung tidak maksimal.
Tabel 24. Hasil evaluasi risiko harga bahan baku
No Indikator Nilai1 Kondisi fluktusai harga bahan baku dalam satu tahun terakhir 4,62 Jumlah penjual bahan baku 2,1
Risiko harga bahan baku 3,35
Hasil evaluasi risiko permintaan dan penawaran produk disajikan pada
Gambar 38 menunjukkan risiko pada tingkat sedang dengan nilai 2,75.
Indikator yang berpengaruh adalah jumlah pesaing yang memproduksi produk
yang sama seperti disajikan pada Tabel 25. Pada saat ini terdapat 12 industri
rumah tangga yang memproduksi manisan pepaya gunung dengan berbagai
skala industri. Kondisi ini mengakibatkan penawaran produk semakin banyak
dan tingkat persaingan dalam memasarkan produk cukup tinggi.
Tabel 25. Hasil evaluasi risiko permintaan dan penawaran produk
No Indikator Nilai1 Jumlah permintaan 1,62 Jumlah pesaing yang memproduksi produk yang sama 3,9
Risiko permintaan dan penawaran produk 2,75
Hasil evaluasi risiko harga produk menunjukkan tingkat risiko rendah.
Harga jual produk dalam satu tahun terakhir mengalami kenaikan yang cukup
signifikan yaitu dari Rp6500,00 - Rp7000,00 per botol menjadi Rp9000,00 -
Rp10000,00 per botol. Kenaikan harga jual produk disebabkan oleh naiknya
biaya produksi terutama harga bahan baku. Selain itu, kenaikan harga bahan
bakar minyak juga berpengaruh terhadap kenaikan harga produk. Dengan harga
jual tersebut produsen memperoleh keuntungan lebih dari 20 persen.
94
Tabel 26. Hasil evaluasi risiko harga produk
No Indikator Nilai
1 Kondisi harga jual manisan pepaya gunung dibandingkan harga pokokproduksi 1,1
2 Kondisi fluktuasi harga manisan pepaya gunung dalam satu tahunterakhir 1
Risiko harga produk manisan pepaya gunung 1,05
Gambar 39. Tampilan masukan model analisis risiko pembiayaan.
3. Evaluasi Risiko Pembiayaan
Penentuan tingkat risiko pembiayaan (TRP) dilakukan dengan
menggunakan hasil evaluasi risiko usaha dan risiko industri berdasarkan pakar
di atas. Risiko pembiayaan diperoleh dengan cara mencari rata-rata setiap nilai
parameter yang diperoleh. Tabel 27 menyajikan tingkat risiko pembiayaan
dengan nilai 2,34. Hal ini berarti tingkat risiko pembiayaan adalah sedang.
Risiko industri sedikit lebih tinggi nilainya dibandingkan risiko usaha. Hal ini
berarti kedua parameter tersebut mempunyai tingkat kepentingan yang sama.
Keluaran model evaluasi risiko pembiayaan disajikan pada Gambar 40.
95
Tabel 27. Nilai risiko pembiayaan berdasarkan rata-rata terbobot nilaiparameter
Parameter Risiko NilaiRisiko Pembiayaan 2,345
- Risiko usaha - Ketersediaan bahan baku - Pengolahan - Pemasaran
2,312,851,4
2,67
- Risiko industri - Harga bahan baku - Permintaan dan penawaran produk - Harga produk
2,383,352,751,05
Gambar 40. Tampilan keluaran model analisis risiko pembiayaan.
D. Model Analisis Kelayakan Finansial
Model analisis kelayakan finansial merupakan model yang digunakan untuk
menentukan rencana perencanaan agroindustri melalui perhitungan dan manfaat
yang diharapkan dengan membandingkan pengeluaran dan pendapatan yang
diperoleh. Output yang dihasilkan dari model ini adalah pernyataan layak atau
tidaknya perencanaan agroindustri Pepaya Gunung. Selain itu, model ini juga
96
menghasilkan output kapasitas industri yang harus dicapai, proyeksi laba rugi, dan
arus kas selama pembiayaan.
Untuk menentukan prakiraan biaya diperlukan asumsi-asumsi yang menjadi
dasar perhitungan biaya. Asumsi-asumsi tersebut antara lain adalah sebagai
berikut:
1) Umur ekonomi proyek adalah selama 10 tahun,
2) Nilai sisa bangunan pada masa akhir proyek bernilai 50 persen dari nilai awal
dan nilai tanah tetap pada masa akhir proyek,
3) Nilai sisa mesin dan peralatan adalah sebesar 10 persen dari nilai awal, biaya
pemeliharaan sebesar 5 persen, dan biaya asuransi sebesar 2 persen,
4) Nilai depresiasi dihitung dengan menggunakan metode penjumlahan angka
tahun (sum-of-years depreciation),
5) Kapasitas maksimum produksi adalah sebesar 2000 botol per hari,
6) Biaya investasi merupakan jumlah dari total biaya tetap dan biaya modal kerja
selama enam bulan dan dikeluarkan seluruhnya pada tahun ke-0,
7) Porsi modal adalah sebesar 50 persen dari bank dan 50 persen merupakan
modal sendiri,
8) Proyek dimulai pada tahun ke-0 dan mulai produksi tahun ke-1 dengan
kapasitas produksi 80 persen dari kapasitas maksimum, tahun ke-2
berproduksi 85 persen dari kapasitas maksimum, tahun ke-3 berproduksi 95
persen dari kapasitas maksimum, dan tahun ke-4 dan seterusnya berproduksi
dengan kapasitas penuh,
9) Produk terjual 85 persen pada tahun ke-1, tahun ke-2 produk terjual 88 persen
dari total produk yang diproduksi, tahun ke-3 produk terjual 90 persen, tahun
ke-4 dan seterusnya produk terjual 95 persen, setiap tahun terdapat produk
yang tidak terjual dan memiliki biaya penyimpanan 1 persen dari harga
jualnya,
10) Besarnya pajak ditentukan berdasarkan Undang-Undang no. 17 tahun 2000,
yaitu sebagai berikut:
Ø jika pendapatan < 50 juta maka besarnya pajak sebesar 10 persen dari
pendapatan total,
97
Ø jika pendapatan yang diperoleh sebesar 50 juta sampai dengan 100 juta
maka besarnya pajak sebesar 10 persen dari 50 juta ditambah 15 persen
dikalikan dengan sisa pendapatan,
Ø jika besarnya pendapatan >100 juta maka pajak yang harus dibayar adalah
sebesar 10 persen dikalikan 50 juta ditambah 15 persen dari 100 juta
ditambah 30 persen dikalikan sisa pendapatan.
11) Untuk bank konvensional, bunga bank bank yang digunakan adalah sebesar 18
persen,
12) Pengembalian pinjaman dilakukan selama 5 tahun.
Gambar 41. Tampilan masukan asumsi-asumsi pada model kelayakan finansial.
Pembiayaan investasi terdiri atas dua sumber dana, yaitu dana pinjaman dari
bank dan modal sendiri. Pembiayaan dilakukan secara syariah dengan jenis
pinjaman adalah musyarakah. Pembiyaan secara musyarakah merupakan kerja
sama usaha patungan antara dua pihak atau lebih pemilik modal (syarik/shahibul
maal) untuk membiayai suatu jenis usaha (masyru) yang halal dan produktif. Porsi
pendanaan dari bank syariah adalah sebesar 50 persen dan sisanya merupakan
modal sendiri seperti disajikan pada Tabel 28. Penentuan nisbah bagi hasil
berdasarkan tingkat risiko usaha dan porsi pendanaan.
98
Tabel 28. Sumber pendanaan
Sumber Dana Besarnya (Rp) Porsi (%)Bank syariah 830.260.000 50Modal sendiri 830.260.000 50Jumlah 1.660.520.000 100
Bagi hasil. Bagi hasil ditentukan berdasarkan besarnya risiko pembiayaan
dan besarnya nisbah modal yang dipinjam dari bank. Analisis risiko pembiayaan
menunjukkan bahwa risko berada pada tingkat sedang. Seperti disajikan pada
Tabel 7 bahwa pada tingkat risiko sedang, bagi hasil untuk bank adalah sebesar
30-70 persen dari bersih. Dengan menggunakan interpolasi didapatkan besarnya
bagi hasil untuk bank berdasarkan risiko pembiayaan adalah sebesar 30,3 persen.
Besarnya modal yang dipinjam dari bank adalah sebanyak 50 persen dari modal
yang diperlukan. Berdasarkan modal yang dipinjam dari bank maka besarnya bagi
hasil untuk bank adalah sebesar 50 persen. Dengan menggunakan kedua faktor
tersebut maka didapatkan bagi hasil untuk bank adalah sebesar 40,15 persen dari
laba bersih. Besarnya bagi hasil tergantung dari besarnya laba yang dihasilkan dan
setiap tahun akan berubah. Ketentuan ini dapat berubah tergantung dari kebijakan
kedua belah pihak pada saat pembuatan akad.
Biaya investasi. Biaya investasi merupakan biaya yang diperlukan pada
saat akan mendirikan suatu industri. Biaya ini terdiri atas dua komponen yaitu
biaya tetap dan biaya modal kerja. Biaya tetap merupakan biaya yang diperlukan
untuk keperluan fisik dari pabrik yang terdiri atas biaya pembangunan pabrik,
pembelian peralatan dan mesin, dan peralatn kantor. Perincian dari biaya tetap
beserta biaya pemeliharaan, nilai sisa, asuransi, dan penyusutan disajikan pada
Lampiran 13.
Modal kerja adalah biaya operasional yang diperlukan untuk memproduksi
produk pertama kali. Perhitungan modal kerja tergantung pada kebijakan
perusahaan (Husnan dan Suwarsono, 2000). Asumsi yang dilakukan adalah biaya
variabel enam bulan pertama termasuk ke dalam biaya investasi dan barang yang
diproduksi terjual semuanya sehingga pada bulan berikutnya industri sudah
mampu memproduksi dari penerimaan penjualan tersebut.
99
Modal kerja pada industri manisan pepaya gunung terdiri atas biaya tenaga
kerja tak langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku dan bahan
penunjang, serta biaya utilitas. Komposisi dari modal kerja tersebut disajikan pada
Tabel 29. Pada tahun pertama jumlah produk yang diproduksi sebesar 80 persen
dari kapasitas maksimum. Hal ini dilakukan dengan tujuan menghindari
banyaknya produk yang tidak terjual karena industri ini pertama kali berproduksi.
Modal kerja merupakan biaya operasional selama 6 bulan atau sebesar 50 persen
dari total modal kerja pada tahun pertama.
Tabel 29. Komposisi modal kerja industri manisan pepaya gunung
No Komponen Nilai (Rp)
1
2
3
4
Biaya tenaga kerja tak langsung
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya bahan baku dan bahan penunjang
Biaya utilitas
69.600.000
168.000.000
1.007.400.000
21.120.000
Total 1.266.120.000
Besarnya modal tetap industri manisan pepaya gunung disajikan pada
Lampiran 10 yaitu sebesar Rp394.400.000,00. Besarnya modal tetap sebanyak
23,75 persen dari total investasi dan modal kerja besarnya 76,25 persen dari total
investasi yang diperlukan. Investasi tersebut dikeluarkan pada tahun ke-0 yaitu
pada saat pendirian pabrik.
Harga dan prakiraan penerimaan. Harga manisan pepaya gunung
dipasaran pada saat ini adalah sebesar Rp6.000,00 sampai Rp10.000,00 per botol.
Dengan asumsi bahwa harga industri menerapkan kebijakan harga sebesar
Rp8.000,00 per botol maka keuntungan yang diperoleh setiap botol adalah sebesar
46,1 persen dari harga pokok produksi.
Penerimaan tahunan industri diperoleh dari hasil penjualan dan kapasitas
produksi pada tahun tersebut. Asumsi yang digunakan adalah pada tahun pertama
kapasitas produksi sebesar 80 persen dari kapasitas terpasang dengan jumlah
produk yang terjual sebesar 85 persen. Pada tahun kedua kapasitas produksi naik
menjadi 87 persen dan produk yang terjual juga naik menjadi 88 persen. Pada
tahun ketiga juga terjadi peningkatan kapasitas menjadi 95 persen dengan produk
100
yang terjual sebanyak 90 persen. Pada tahun keempat dan seterusnya produksi 100
persen dari kapasitas terpasang dengan asumsi produk yang tidak terjual sebanyak
5 persen dari total produk yang ada. Penerimaan industri ini disajikan pada
Lampiran 15.
Proyeksi laba rugi. Proyeksi laba rugi digunakan untuk mengetahui tingkat
keuntungan suatu usaha. Bagi hasil untuk bank dihitung dari laba operasional
dikalikan besarnya nisbah bagi hasil untuk bank. Pajak dihitung berdasarkan
Undang-Undang no. 17 tahun 2000 dengan mengalikan persentase pajak dengan
laba operasional yang telah dikurangi bagi hasil untuk bank. Besarnya zakat
adalah sebesar 2,5 persen dari laba setelah dikurangi pajak. Setelah mengurangkan
laba operasional dengan bagi hasil untuk bank, pajak, dan zakat maka diperoleh
laba bersih. Seperti yang disajikan pada Lampiran 15, industri ini telah
memberikan nilai positif pada tahun pertama dan pada tahun berikutnya laba
semakin besar seiring dengan kenaikan kapasitas dan besarnya produk yang
terjual. Keluaran laporan laba rugi pada model analisis kelayakan finansial
disajikan pada Gambar 42.
Gambar 42. Tampilan keluaran laporan laba rugi pada model kelayakan finansial.
Dari perhitungan laba rugi tersebut didapat besarnya zakat pada tahun
pertama sebesar Rp7.409.070,00 dan pada tahun kedua naik menjadi
101
Rp19.578.176,00 dan mengalami kenaikan pada tahun berikutnya. Dengan adanya
zakat ini diharapkan kesejahteraan masyarakat miskin terutama di sekitar industri
dapat meningkat.
Analisis Kelayakan Finansial. Analisis kelayakan finansial menggunakan
pembiayaan syariah dengan kriteria kelayakan finansial yang digunakan adalah
benefit-cost ratio (B/C Ratio), payback periode (PBP), dan break event point
(BEP). Alasan penggunaan kriteria tersebut adalah kriteria tersebut dapat dihitung
niainya tanpa menggunakan bunga (i).
Pada analisis finansial, pembiayaan syariah dibandingkan dengan
pembiayaan konvensional. Apabila hasil analisis menunjukkan pembiayaan
syariah mempunyai nilai kelayakan yang sama atau lebih besar dari konvensional,
maka pembiayaan syariah dapat diterima untuk digunakan dalam pembiayaan
perencanaa industri. Akan tetapi apabila nilai kelayakannya lebih kecil, maka
pembiayaan syariah tidak diterima.
Tabel 30. Hasil analisis kelayakan finansial pada kondisi normal
No Uraian Syariah Konvensional1 Bagi Hasil 40,15 % -2 Bunga - 18 %3 PBP 2 tahun 1 bulan 2 tahun4 BC Rasio 1,221 1,2705 BEP 199.334 214.168
Hasil Layak Layak
Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa pada kondisi normal atau sesuai
dengan asumsi agroindustri layak dijalankan dengan kedua pembiayaan. Nilai
BEP untuk pembiayaan syariah sebesar 199.334 unit dan 214.168 unit untuk
pembiayaan konvensional. Nilai B/C ratio untuk pembiayaan syariah adalah
sebesar 1,221 dan 1,270 untuk pembiayaan konvensional. PBP yang diperlukan
pada pembiayaan syariah adalah selama 2 tahun 1 bulan dan untuk pembiayaan
konvensional adalah selama 2 tahun.
Analisis Sensitivitas. Analisis sensitivitas dilakukan dengan kondisi
penurunan harga jual produk dan kenaikan harga BBM. Hasil analisis sensitivitas
102
menunjukkan bahwa dengan pembiayaan syariah, agroindustri pepaya gunung
mempunyai titik kritis terhadap penurunan harga produk sebesar 16,875 persen
sedangkan dengan pembiayaan konvensional hanya sebesar 16,25 persen.
Sedangkan analisis sensitivitas terhadap kenaikan BBM pembiayaan syariah
mempunyai titik kritis sebesar 22 persen dan pembiayaan konvensional sebesar 21
persen. Hal ini menunjukkan bahwa pembiayaan syariah memiliki toleransi yang
lebih besar terhadap penurunan harga jual produk maupun kenaikan BBM. Hal ini
disebabkan pada pembiayaan syariah bagi hasil dihitung berdasarkan laba yang
diperoleh sedangkan pada pembiayaan konvensional bunga pinjaman sudah
ditetapkan dari awal.
103
VIII. RANCANGAN IMPLEMENTASI
A. Verifikasi Model
1. Kelebihan Model
Permodelan suatu sistem memiliki kelebihan dan kekurangan. Model
CAP’S memiliki kelebihan dalam implementasi sebagai berikut:
1) Model ini dapat digunakan oleh lembaga keuangan syariah dalam
mengevaluasi kelayakan permohonan pembiayaan usaha oleh calon pengusaha
Pepaya Gunung.
2) Model ini dapat digunakan untuk melakukan simulasi kelayakan pembiayaan
dengan pola musyarakah dan konvensional.
3) Model ini dapat digunakan untuk membandingkan pembiayaan syariah dan
konvensional dengan asumsi-asumsi yang bisa disesuaikan dengan kondisi
sesungguhnya.
4) Model prakiraan menggunakan perangkat lunak WinQSB yang berisikan
metode regresi linier dan deret waktu secara lengkap.
5) Data yang digunakan dapat menggunakan data yang sudah ada atau
menggunakan data baru yang terkini. Dengan demikian model ini dapat
digunakan di masa datang dengan data terbaru.
6) Pengguna dibedakan menjadi dua macam yaitu pengguna umum dan
administrator dengan tingkat akses yang berbeda. Pengguna administrator
memiliki akses untuk memanipulasi data yang ada sedangkan pengguna
umum tidak. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keamanan data yang ada.
Pada administrator disediakan fasilitas penggantian password sehingga
keamanan dapat lebih terjaga.
7) Model memiliki evaluasi risiko pembiayaan yang dapat digunakan oleh
lembaga keuangan syariah untuk mengetahui tingkat risiko pembiayaan,
sehingga dapat menentukan seberapa besar risiko yang ada.
8) Sistem bagi hasil berdasarkan tiga optional yaitu porsi modal, risiko
pembiayaan, dan kombinasi keduanya. Hal ini lebih memudahkan pengguna
apabila terjadi kebijakan.
104
2. Kekurangan Model
Selain kelebihan, model CAP’S juga memiliki kekurangan yaitu sebagai
berikut:
1) Kriteria dalam evaluasi risiko pembiayaan tidak dapat diubah, sehingga
kurang fleksibel terhadap perubahan yang kemungkinan bisa terjadi.
2) Model prakiraan penjualan menggunakan perangkat lunak lain sehingga
mengharuskan pengguna untuk mempelajari lebih lanjut perangkat lunak
tersebut.
3) Data penjualan yang didapat hanya sebanyak 5 tahun sehingga prakiraan
penjualan produk kurang akurat.
4) Respon pada model analisis finansial masih lambat karena menggunakan
banyak database.
5) Lokasi yang dievaluasi hanya Kabupaten Wonosobo dan tidak bisa untuk
mengevaluasi daerah lain.
B. Rekomendasi Operasional
Penggunaan perangkat lunak CAP’S ini lebih dikhususkan kepada lembaga
keuangan syariah termasuk bank syariah dan pengusaha agroindustri pepaya
gunung. Selian itu, pihak-pihak lain yang terlibat dalam pengembangan industri
pepaya gunung dapat pula menggunakan program ini. Perangkat lunak ini dapat
dioperaikan dengan mudah baik oleh institusi maupun perorangan.
Data dalam perangkat lunak CAP’S mudah untuk diubah, diperbarui,
ditambah, dan dihapus dengan menggunakan fasilitas update, edit, dan delete
dalam menu. Perubahan, penambahan, dan penghapusan data dilakukan jika
terdapat data yang lebih baru seperti harga bahan baku dan harga produk manisan
pepaya gunung. Untuk keperluan pengamanan data maka tidak semua pengguna
dapat menggunakan fasilitas update, edit, dan delete data. Perangkat lunak ini
membagi dua akses pengguna yaitu pengguna umum dan administrator.
Pengguna umum dapat melakukan evaluasi kelayakan pembiayaan, tetapi
tidak bisa menggunakan fasilitas update, edit, dan delete data. Administrator
dapat memanipulasi semua data yang tersedia dengan menggunakan fasilitas
update, edit, dan delete data. Administrator harus mengetahui cara penggunaan
105
perangkat lunak CAP’S, konfigurasi model, dan basis datanya. Dengan adanya
administrator maka pemeliharaan dan perawatan perangkat lunak CAP’S dapat
dilakukan agar selalu mengikuti perkembangan data yang ada.
1. Asumsi implementasi model
Asumsi dalam implemetasi model ini adalah (1) lembaga keuangan syariah
yang akan menggunakan model mampu menyediakan pembiayaan usaha
agroindustri pepaya gunung dengan pola musyarakah dengan jangka waktu 5
tahun. Dengan demikian LKS tersebut harus memiliki kemampuan untuk
memberikan pembiayaan yang cukup besar. Selain itu LKS harus memiliki SDM
dengan keampuan untuk mengoperasikan komputer dan mampu memahami cara
kerja perangkat lunak komputer. (2) Usaha agroindustri pepaya gunung yang akan
dibiayai merupakan usaha kecil dan menengah dengan produk manisan pepaya
gunung. Selain itu, SDM yang dimiliki agroindustri tersebut harus memahami
cara pengelolaan keuangan perusahaan dengan baik dan dapat melakukan
pembukuan keuangan perusahaan dengan baik.
2. Prasyarat implementasi
Prasyarat yang harus dipenuhi oleh LKS sebelum menerapkan model ini
adalah (1) sehat dalam aspek keuangan, manajemen, dan kelembagaan serta
melaksanakan prinsip-prinsip syariah dalam operasionalnya. (2) Memiliki
perangkat keras komputer dengan spesifikasi prosesor minimal setara Pentium III,
RAM 128 MB, Harddisk 10 GB. (3) SDM mampu mengoperasikan komputer dan
perangkat lunak CAP’S dengan baik. (4) LKS harus memiliki SDM yang mampu
memahami dan menangani perangkat lunak CAP’S sebagai administrator yang
akan selalu memperbarui data yang dibutuhkan perangkat lunak ini dalam
mengevaluasi kelayakan. (5) Dialog dengan pengusaha calon mitra usaha sangat
diperlukan dalam melakukan evaluasi keayakan pembiayaan usaha agar didapat
titik temu yang memuaskan kedua belah pihak.
Prasyarat yang diperlukan oleh pengusaha adalah memiliki akhlak yang baik
berdasarkan keterangan informal yang didapat dari lingkungannya, tidak memiliki
hutang usaha atau mendapatkan pembiayaan usaha lain, tidak memiliki catatan
hubungan yang buruk dengan lembaga keuangan lain.
106
Tahapan implementasi. Tahapan yang harus dilalui untuk dapat
menggunakan CAP’S disajikan pada Gambar 27.
Gambar 43. Tahapan implementasi SPK CAP’S.
Mulai
Pengadaan perangkat keras komputer dengan prosesor minimal setaraPentium III, RAM 128, dan harddisk 10 GB
Instalasi perangkat lunak CAP’S
PRASYARAT
Prosposal pembiayaan usahaagroindustri pepaya gunung
Pemasukan data:Biaya investasi, biaya operasional, biaya model
kerja, nisbah bagi hasil, asumsi pembiayaan
Evaluasi kelayakan finansial
Hasil evaluasi kelayakanfinansial
Layak?Tidak
Ya
Selesai
EVALUASI
KELYAKAN
Pelatihan penggunaan dan pemeliharaan program CAP’S
Pemasukan data terbaru
Evaluasi tingkat risiko pembiyaan
107
IX. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Buah Pepaya Gunung (Carica pubescens) merupakan salah satu komoditas
pertanian yang mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Buah
tersebut dapat dijadikan berbagai macam produk dan salah satunya adalah
manisan pepaya gunung. Proses pembuatannya cukup sederhana yang meliputi
pencucian buah, pengupasan, perebusan, dan pengemasan. Permasalahan yang
dihadapi untuk mendirikan agroindustri pepaya gunung adalah kesulitan dalam
memperoleh dana dan tingkat bunga pinjaman yang sangat memberatkan bagi
pengguna dana. Pada dasarnya prinsip bank konvensional adalah selalu
mendapatkan keuntungan baik pengguna dana mengalami keuntungan maupun
kerugian. Investasi melalui pembiayaan syariah merupakan investasi tanpa
melibatkan perhitungan bunga, tetapi berdasarkan bagi hasil dari keuntungan yang
diperoleh oleh pengguna dana. Untuk menunjang kemudahan menganalisis
kelayakan perencanaan agroindustri pepaya gunung berdasarkan pembiayaan
syariah maka diperlukan suatu sistem penunjang keputusan yang dapat
mengevaluasi kelayakan agroindustri tersebut.
Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung
dirancang untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam merencanakan
suatu agroindustri pepaya gunung. Perencanaan agroindustri ini dimulai dari
penentuan lokasi potensial, penentuan risiko pembiayaan, prakiraan penjualan,
dan menganalisis kelayakan agroindustri. Sistem Penunjang Keputusan
Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung dirancang dalam sebuah paket program
komputer yang diberi nama Cap’S.
Pengguna program ini adalah pengusaha atau calon pengusaha agroindustri
dan lembaga keuangan syariah. Pihak-pihak yang berkaitan langsung maupun
tidak langsung dalam perencanaan agroindutri pepaya gunung dapat
menggunakan program ini. Pihak-pihak tersebut diantaranya kelompok petani,
pengusaha agroindustri, pemerintah, investor, lembaga keuangan syariah dan
peneliti.
108
Keluaran yang dihasilkan dari program ini adalah rekomendasi bagi para
pengambil keputusan dalam memilih dan menentukan lokasi usaha yang memiliki
potensi baik dari segi biaya, kondisi geografis, dan kondisi sosial budaya.
Pengambil keputusan akan memperoleh gambaran mengenai kemampuan
produksi agroindustri, risiko usaha, prakiraan penjualan, rencana produksi yang
harus dicapai, dan analisis finansial agroindustri.
Sistem ini memiliki model untuk mengevaluasi tingkat risiko pembiayaan
berdasarkan penilaian pakar (expert judgement), model untuk menentukan bagi
hasil berdasarkan risiko pembiayaan dan porsi modal, model untuk menentukan
kelayakan finansial, model untuk memprakirakan jumlah penjualan dengan
menggunakan metode regresi linier dan deret waktu, dan model untuk
menentukan lokasi yang cocok untuk agroindustri pepaya gunung. Verifikasi
model dilakukan pada agroindustri pepaya gunung di Kabupaten Wonosobo.
Berdasarkan hasil perhitungnan penentuan lokasi unggulan dengan
menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE) diperoleh lokasi yang
paling cocok adalah Kecamatan Wonosobo. Selain itu, lokasi lain yang patut
dipertimbangkan adalah Kecamatan Kertek dan Kecamatan Selomerto.
Hasil verifikasi model menunjukkan rata-rata tingkat penjualan manisan
pepaya gunung dari tahun 2008 sampai 2017 dengan menggunakan metode
regresi linier adalah sebanyak 2.267.750 botol dengan berat bersih 360 gram.
Hasil prakiraan penjualan menunjukkan adanya peningkatan dalam penjulaan
produk setiap tahunnya.
Tingkat risiko pembiayaan diperoleh dari nilai rata-rata terbobot faktor
risiko usaha dan risiko industri. Risiko pembiayaan yang diperoleh adalah sebesar
2,34 yang dikategorikan ke dalam risiko sedang. Bagi hasil ditentukan
berdasarkan tingkat risiko pembiayaan dan porsi modal. Modal diperoleh dari
lembaga keuangan syariah dan modal sendiri dengan perbandingan 50:50. Dengan
menggunakan kedua faktor maka diperoleh bagi hasil untuk bank adalah sebesar
40,19 persen dari keuntungan yang diperoleh.
Pada analisis kelayakan finansial, pembiayaan dengan pola syariah
dibandingkan dengan pembiayaan konvensional sehingga diketahui pembiayaan
yang lebih baik digunakan. Hasil verifikasi model kelayakan finansial
109
menunjukkan agorindustri pepaya gunung layak dijalankan dan diperoleh nilai
BEP untuk pembiayaan syariah sebesar 199.334 botol dan 214.168 botol untuk
pembiayaan konvensional. Nilai B/C ratio untuk pembiayaan syariah adalah
sebesar 1,221 dan 1,270 untuk pembiayaan konvensional dengan bunga 18 persen.
PBP yang diperlukan pada pembiayaan syariah adalah selama 2 tahun 1 bulan dan
untuk pembiayaan konvensional adalah selama 2 tahun. Hal ini menunjukkan
pembiayaan dengan pola syariah bisa diterima karena tidak beda nyata dengan
pembiayaan konvensional.
Analisis sensitivitas dilakukan dengan kondisi penurunan harga jual produk
dan kenaikan harga BBM. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa dengan
pembiayaan syariah, agroindustri pepaya gunung mempunyai titik kritis terhadap
penurunan harga produk sebesar 16,875 persen sedangkan dengan pembiayaan
konvensional hanya sebesar 16,25 persen, sedangkan analisis sensitivitas terhadap
kenaikan BBM pembiayaan syariah mempunyai titik kritis sebesar 22 persen dan
pembiayaan konvensional sebesar 21 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
pembiayaan syariah memiliki toleransi yang lebih besar terhadap penurunan harga
jual produk maupun kenaikan BBM. Hal ini disebabkan pada pembiayaan syariah
bagi hasil dihitung berdasarkan laba yang diperoleh, sedangkan pada pembiayaan
konvensional bunga pinjaman sudah ditetapkan dari awal.
B. Saran
Diperlukan adanya pengembangan lebih lanjut model CAP’S dengan
melengkapi sub model pendukung yang dapat mengakses basis pengetahuan
mengenai kualitas produk, referensi konsumen, dan teknologi pengolahan
alternatif. Model prakiraan penjualan dan permintaan perlu dikembangkan dengan
teknik-teknik pada analisis numerik, sehingga diperoleh prakiraan penjualan yang
lebih akurat. Implementasi model Cap’S memerlukan adanya pelatihan
administrator yang dapat menggunakan model tersebut, sehingga tidak terjadi
kesalahan dalam memasukkan data. Pengembangan agroindustri Pepaya Gunung
memerlukan adanya SNI sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan terjadi
keseragaman produk.
110
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. Classification for Kingdom Plantae Down to Species Caricapubescens (A. DC.) Solms-Laub. http://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet? source=display&classid=CAPU39. 27 Agustus 2007.
Antonio-Syafi’I, M. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Gema Insani,Jakarta.
Austin, J.E. 1992. Agroindustrial Project Analysis. Critical Design Factor. EDISeries in Economic Development. The Johns Hopkins University Press.
Bermejo, J.E.H dan J. Leon. 1994. Neglected Crops: 1492 from a DifferentPerspective. Plant Production and Protection Series No. 26. FAO, Rome,Italy. p. 181–191. http://www.hort.purdue.edu/newcrop/default.html. 27Agustus 2007.
Berlo, J.M.V. 1993. A Decision Support Tool for the Vegetable ProcessingIndustry; An Integrative Approach of Market, Industry and griculture.Agricultural Systems 43 (1993) 91-109.
Brown, J.G. 1994. Agroindutrial Investment and Operations. The World Bank,Washington D.C., USA.
Cahyono, B. 2002. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging. YayasanPustaka Nusantara, Yogyakarta.
Djohanputro, B. 2006. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Arga Putra,Jakarta.
Eriyatno. 1989. Analisa Sistem Industri Pangan. Pusat Antar Universitas Pengandan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
----------. 1999. Ilmu Sisten : Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen.IPB Press, Bogor.
Haag, S, et al. 2004. Management Information Systems for the Information Ageedisi keempat. McGraw Hill Companies, Inc., USA.
Hanafi-Mamduh, M. 2006. Manajemen Risiko. Unit Penerbitan dan PercetakanSekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta.
Hansen dan Mowen. 2006. Management Accounting. South-Western of ThomsonLearning, Singapura.
Hasan, A. 2005. Mata Uang Islami : Telah Komprehensif Sistem KeuanganIslami. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
111
Hendro, S. 2005. Seri Agribisnis : Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. PenebarSwadaya, Jakarta. Hal 58-65.
Herjanto, E. 2006. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. PT Grasindo, Jakarta.
Hidayat, S. 2001. Prospek Pepaya Gunung (Carica pubescens Lenne & K. Koch)dari Sikunang, pegunungan Dieng, Wonosobo. Prosiding Seminar Sehari :Menggali Potensi dan Meningkatkan Prospek Tanaman HortikulturaMenuju Ketahanan Pangan. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun RayaBogor-LIPI, Bogor.
Husnan, S dan Suwarsono. 2000. studi kelayakan proyek. Edisi keempat. PenerbitUPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Indrajit, R.E. 2001. Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi. ElexMedia Komputindo, Jakarta.
Indrawanto, C. 2007. Rekayasa Model Evaluasi Kelayakan PembiayaanAgroindustri Minyak Atsiri dengan Pola Syariah. Disertasi Sekolah PascaSarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Jiaravanon, S. 2007. Masa Depan Agribisnis Indonesia: Perspektif SeorangPraktisi. Orasi Ilmiah. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Karim, A. 2006. Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan. PT Raja GrafindoPersada, Jakarta.
Kotler, P dan K.L. Keller. 2007. Marketting Management. Pearson Education,Inc., USA.
Krajewski, D. et al. 1997. Aliphatic -D-Glucosides from Fruits of Caricapubescens. Phytochemistry Vol 45, No. 8, pp 1627-1631.
Kusuma, Y.C. 2001. Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan AgroindustriTerpadu dan Investasi Industri Tepung Tapioka. Skripsi MahasiswaFakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Kolarik, W.J. 1995. Creating Quality: Concepts, Systems, Strategies and Tools.International ed, Mc graw-Hill, New York.
Leod, R.J. 1995. Sistem Informasi Manajemen: Studi Sistem Informasi BerbasisKomputer. Prenhallindo, Jakarta.
Machfud. 1999. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Fakultas TeknologiPertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
112
Marimin. 2003. Teknik Pengambilan Keputusan Kriteria Jamak dan Aplikasinyadalam Perumusan Kebijakan Strategi. Fakultas Teknologi Pertanian, InstitutPertanian Bogor, Bogor.
--------. 2005. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial. IPBPress, Bogor.
-------. 2006. Sistem Informasi Manajemen Sumberdaya Manusia. Grasindo,Jakarta.
McCown, R.L. 2002. Locating Agricultural Decision Support Systems in theTroubled Past and Socio-technical Complexity of Model for Management.Agricultural Systems 74 (2002) 11-25.
Muhammad. 2005. Pengantar Akuntansi Syariah. Salemba Empat, Jakarta.
Post, G.V. dan David L.A. 2003. Management Information Systems edisi ketiga.McGraw Hill Companies, Inc., USA.
Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin : Proses HirarkiAnalitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. PTPustaka Binaman Pressindo, Jakarta.
Santosa, S.H. 2006. Sistem Penunjang Keputusan Investasi Berbasis DagingAyam dengan Pola Syariah. Skripsi Mahasiswa Fakultas TeknologiPertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Setijawan, E. dan Mulya E.S. 2003. Peran Perbankan Syariah dalamPengambangan Sektor Usaha Kecil dan Mikro. Bunga Rampai LembagaKeuangan Mikro. IPB Press, Bogor.
Soekartiwi, N. 2005. Ekonomi Rakyat: Usaha Mikro dan UKM dalamPerekonomian Indosesia. STEKPI, Jakarta.
Sprague dan Barbara C.M. 2001. Information System Management in Practice.Prentice Hall Inc., USA.
Thierauf, R dan R.C. Klekamp. 1975. Decision Making Through OperationResearch. John Wiley & Sons Inc., USA.
Tohir, K. 1981. Bercocok Tanam Pohon Buah-buahan. Praonya Paramita, Jakarta.
Turban, E, et al. 2003. Introducing to Information Technology edisi kedua. JohnWiley & Sons, Inc., USA.
Turban, E, et al. 2005. Decision Support System and Intelligent Systems SeventhEdition. Pearson Education, Inc., New Jersey, USA.
113
Verhey, E.W.M. dan R.E. Coronel. 1997. Prosea Sumber Daya Nabati AsiaTenggara 2 : Buah-buahan yang Dapat Dimakan. PT Gramedia PustakaUtama, Jakarta.
Walpole, R.E. 1998. Pengantar Statistika Edisi Ketiga. PT Gramedia, Jakarta.
Wibowo, E. dan Untung H.W. 2005. Mengapa Memilih Bank Syariah. GhaliaIndonesia, Bogor.
Zakiyah. 2007. Standar Sistem Manajemen. SNI Valuasi volume 1 No. 3, Jakarta.
Zulkifli, S. 2003. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Zikrul Hakim,Jakarta.
115
Lampiran 1. Peta letak budidaya pepaya gunung dan usaha pengolahan manisanpepaya gunung di Kabupaten Wonosobo
Keterangan: : jalan : usaha pengolahan : petani pepaya gunung
Jawa Tengah
Kabupaten Wonosobo
116
Lampiran 2. Jarak lokasi dengan sumber bahan baku
No Kecamatan Jarak dengan sumber bahan baku(km)
1 Kejajar 02 Garung 93 Mojotengah 134 Wonosobo 175 Selomerto 236 Kertek 257 Leksono 278 Kalikajar 299 Sukoharjo 34
10 Sapuran 3511 Kaliwiro 3712 Kepil 4013 Watumalang 4014 Kalibawang 4515 Wadaslintang 54
Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo (2006)
Lampiran 3. Jarak lokasi dengan sumber bahan penunjang dan pusat pemasaran
No Kecamatan Jarak dengan sumber bahanpenunjang (km)
1 Wonosobo 02 Mojotengah 43 Selomerto 64 Garung 85 Kertek 86 Leksono 107 Kalikajar 128 Watumalang 139 Kejajar 17
10 Sukoharjo 1711 Sapuran 1812 Kaliwiro 2013 Kepil 2314 Kalibawang 2815 Wadaslintang 37
Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo (2006)
117
Lampiran 4. Jumlah pencari kerja (job seeker) di 15 kecamatan KabupatenWonosobo
No Kecamatan Jumlah pencari kerja (orang)
1 Kejajar 1382 Kalibawang 2303 Kepil 3034 Garung 3155 Sukoharjo 3396 Sapuran 3687 Mojotengah 4258 Watumalang 4769 Wadaslintang 511
10 Kalikajar 58411 Kertek 69812 Kaliwiro 80413 Selomerto 95814 Leksono 100215 Wonosobo 3345
Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo (2006)
Lampiran 5. Luas lahan yang tersedia di 15 kecamatan Kabupaten Wonosobo
No Kecamatan Luas lahan (ha)1 Wonosobo 3.237,8022 Selomerto 3.971,4993 Leksono 4.407,0004 Mojotengah 4.506,9265 Kalibawang 4.781,7836 Garung 5.122,0337 Sukoharjo 5.428,5408 Kejajar 5.761,9199 Kertek 6.214,36510 Watumalang 6.822,91211 Sapuran 7.772,74112 Kalikajar 8.329,64013 Kepil 9.386,91914 Kaliwiro 10.008,00015 Wadaslintang 12.716,000
Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo (2006)
118
Lampiran 6. Harga lahan di 15 kecamatan Kabupaten Wonosobo
No Kecamatan Harga lahanper m2 (Rp)
1 Watumalang 40.0002 Kaliwiro 40.0003 Kalibawang 40.0004 Wadaslintang 40.0005 Kepil 50.0006 Sukoharjo 50.0007 Leksono 50.0008 Mojotengah 75.0009 Selomerto 75.000
10 Kejajar 80.00011 Garung 80.00012 Sapuran 100.00013 Kalikajar 100.00014 Kertek 150.00015 Wonosobo 200.000
Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo (2006)
119
Lampiran 7. Penilaian pakar terhadap kriteria yang berpengaruh dalam penentuan lokasi agroindustri pepaya gunung
No KriteriaPakar
Total Rata-rata1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Ketersediaan lahan 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 34 3,4
2 Harga lahan 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 35 3,5
3 Kemudahan akses dengan bahan baku 6 6 7 5 6 6 6 5 6 7 60 6
4 Kemudahan akses dengan bahan penunjang 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 34 3,4
5 Ketersediaan sarana transportasi 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5
6 Ketersediaan sarana utilitas (air, listrik, telepon) 7 9 6 7 7 8 7 7 7 7 72 7,2
7 Ketersediaan tenaga kerja 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5
8 Kondisi sosial budaya 6 7 7 6 7 6 6 7 6 7 65 6,5
9 Kemudahan akses Pemasaran 7 6 7 6 6 7 7 7 7 7 67 6,7
Skala penilaian1 : sangat tidak penting3 : tidak penting5 : penting7 : sangat penting9 : ekstrim penting2,4,6,8 : nilai tengah di antara dua faktor nilai penilaian di atas
119
120
Lampiran 8. Perhitungan Metode Perbandingan Eksponensial penentuan lokasi unggulan
No Kecamatan
Kriteria
Total RankingKetersediaanLahan
HargaLahan
Kemudahanakses denganbahan baku
Kemudahan aksesdengan bahan
penunjang
Ketersediaansarana
transportasi
Ketersediaan saranautilitas (listrik, air,
telpon)
Ketersediaantenaga kerja
Kondisisosial budaya
Kemudahanakses pasar
1 Kejajar 3 2 5 3 1 1 1 4,1 3 26.914,282 6
2 Garung 2 2 5 4 4 3 2 2,8 4 31.154,479 5
3 Mojotengah 2 3 5 5 3 4 3 1,3 5 86.236,370 4
4 Wonosobo 1 1 4 5 5 5 5 3,3 5 168.929,175 1
5 Watumalang 4 5 1 3 1 2 3 3,8 3 8.267,209 9
6 Kertek 3 1 4 4 5 5 4 1,4 4 127.009,028 2
7 Sapuran 4 2 2 2 3 3 2 3,4 2 6.149,161 11
8 Kalikajar 4 2 3 3 4 3 4 2,6 3 7.737,110 10
9 Kepil 5 4 2 1 1 2 1 3,7 1 5.516,263 12
10 Selomerto 1 3 4 5 4 4 5 4,5 5 95.970,257 3
11 Sukoharjo 3 4 3 2 2 3 2 4 2 11.993,838 8
12 Leksono 1 4 3 4 4 3 5 4 4 26.844,253 7
13 Kaliwiro 5 5 2 2 1 2 4 2,7 2 2.504,620 13
14 Kalibawang 2 5 1 1 1 1 1 2,8 1 1.102,421 15
15 Wadaslintang 5 5 1 1 1 1 3 3,1 1 2.328,077 14
Bobot kriteria 3,4 3,5 6 3,4 5 7,2 5 6,5 6,7
Skala penilaian 1-5
120
121
Lampiran 9. Kuesioner evaluasi risiko pembiayaan syariah
A. Evaluasi Risiko Ketersediaan Bahan Baku
1. Tingkat persaingan mendapatkan bahan baku
a. Sangat rendah
b. Rendah
c. Sedang
d. Tinggi
e. Sangat tinggi
2. Kemudahan mencari bahan baku
a. Sangat mudah
b. mudah
c. Sedang
d. Sulit
e. Sangat sulit
B. Evaluasi Risiko Pengolahan
1. Bahan penunjang seperti botol, label kemasan, kardus
a. Sangat mudah didapat
b. Mudah didapat
c. Cukup mudah didapat
d. Sulit didapat
e. Sangat sulit didapat
C. Evaluasi Risiko Pemasaran
1. Biaya penjualan
a. Sangat murah
b. Murah
c. Cukup murah
d. Mahal
e. Sangat mahal
122
2. Jumlah orang yang mengetahui produk manisan carica
a. Sangat banyak
b. Banyak
c. Cukup banyak
d. Sedikit
e. Sangat sedikit
3. Jumlah toko, warung, supermarket, atau tempat lain untuk pemasaran manisan
carica
a. Sangat banyak
b. Banyak
c. Cukup banyak
d. Sedikit
e. Sangat sedikit
4. Jaringan distributor untuk pemasaran manisan carica
a. Sangat banyak
b. Banyak
c. Cukup banyak
d. Sedikit
e. Sangat sedikit
5. Lingkup pemasaran manisan carica
a. Sangat luas, sampai ke luar Jawa
b. Luas, di pulau Jawa
c. Cukup luas, Jawa tengah
d. Sempit, beberapa kota di sekitar Wonosobo
e. Sangat sempit, hanya di kota Wonosobo
6. Kondisi posisi tawar perusahaan
a. Sangat baik, jumlah pembeli sangat banyak
b. Baik, jumlah pembeli banyak
c. Sedang, jumlah pembeli cukup banyak
d. Kurang, jumlah pembeli sedikit
e. Sangat kurang, jumlah pembeli sangat sedikit
123
D. Evaluasi Permintaan dan Penawaran Produk
1. Jumlah permintaan
a. Sangat baik sepanjang tahun
b. Baik
c. Sedang
d. Kurang
e. Sangat kurang
2. Jumlah pesaing yang memproduksi manisan carica
a. Sangat sedikit
b. Sedikit
c. Cukup banyak
d. Banyak
e. Sangat banyak
E. Evaluasi Risiko Harga Bahan Baku
1. Kondisi fluktuasi harga bahan baku dalam sat tahun terakhir
a. Sangat baik, < 5%
b. Baik, 5 – 10%
c. Sedang, 10 – 15%
d. Kurang, 15 – 20%
e. Sangat kurang, >20%
2. Jumlah penjual bahan baku
a. Sangat banyak
b. Banyak
c. Cukup banyak
d. Sedikit
e. Sangat sedikit
124
F. Evaluasi Risiko Harga Produk
1. Kondisi harga jual produk manisan carica dibandingkan harga pokok produksi
a. Sangat baik, harga jual / harga pokok produksi 120%
b. Baik, harga jual / harga pokok produksi 115 – 120%
c. Sedang, harga jual / harga pokok produksi 110 – 115%
d. Kurang, harga jual / harga pokok produksi 105 – 110%
e. Sangat kurang, <105%
2. Kondisi fluktuasi harga produk manisan carica dalam satu tahun terakhir
a. Sangat baik, kenaikan harga manisan carica > 20%
b. Baik, kenaikan harga manisan carica 15 – 20%
c. Sedang, kenaikan harga manisan carica 10 – 15%
d. Kurang, kenaikan harga manisan carica 5 – 10%
e. Sangat kurang, kenaikan harga manisan carica <5%
125
Lampiran 10. Investasi tetap agroindustri pepaya gunung
Uraian Jumlah Satuan Hargasatuan (Rp)
Total(Rp)
A. Bangunan1. Sewa bangunan 1 unit 12.
Sub total 170.900.000B. Investasi peralatan dan mesin1. Pisau pengupas2. Wadah penampung buah3. Wadah penampung kulit4. Alat transportasi bahan5. Genset6. Pemadam api7. Kompor gas8. Autoclave9. Penghalau tikus10. Clemek11. Kursi ruang pengupasan12. Meja pengupasan13. Saringan14. Kipas angin15. Alarm kebakaran16. Wadah perebusan17. Pencedok18. Pengemas plastik19. Penutup kardus20. Penanda expired date
203020
912417
2020
55
10184525
BuahBuahBuahBuahUnitUnitUnitUnitUnitBuahUnitUnitBuahUnitUnitBuahBuahUnitUnitUnit
10.00050.00010.000
300.00010.000.000
300.000500.000
150.000.000500.00020.00050.000
100.00050.000
300.0001.000.000
200.00050.000
500.00050.00050.000
200.0001.500.000
200.0002.700.000
10.000.000600.000
2.000.000150.000.000
3.500.000400.000
1.000.000500.000250.000
3.000.0001.000.0001.600.000
200.0002.500.000
100.000250.000
Sub total 181.500.000C. Keperluan kantor1. Komputer2. Fax3. AC4. Furnitur
2111
UnitUnitUnitUnit
5.000.0001.000.0001.000.000
10.000.000
10.000.0001.000.0001.000.000
10.000.000 Sub total 22.000.000D. Keperluan lainnya1. Perlengkapan toilet2. Perlengkapan ruang istirahat3. Perlengkapan mushola
111
UnitUnitUnit
5.000.00010.000.0005.000.000
5.000.00010.000.0005.000.000
Sub total 20.000.000Total 394.400.000
126
Lampiran 11. Biaya tenaga kerja langsung dan tak langsung agroindustri pepayagunung
Jabatan Jum-lah
Gaji/orang/bulan (Rp)
Gaji/bulan(Rp)
Gaji/tahun(Rp)
A. Tenaga Kerja Langsung1. Persiapan bahan2. Pengupasan3. Perendaman4. Perebusan5. Pemasukan buah ke botol6. Sterilisasi7. Penggudangan
22024423
800.000800.000800.000800.000800.000800.000800.000
1.600.00016.000.0001.600.0003.200.0003.200.0001.600.0002.400.000
19.200.000192.000.00019.200.00038.400.00038.400.00019.200.00028.800.000
Sub total 336.000.000B. Tenaga Kerja Tak
Langsung1. Administrator2. Supervisor3.Satpam
223
1.500.0002.500.0001.200.000
3.000.0005.000.0003.600.000
36.000.00060.000.00043.200.000
Sub total 139.200.000Total 475.200.000
Lampiran 12. Biaya bahan baku dan bahan penunjang agroindustri pepaya gunung
Komponen Kebutuhanper tahun
Harga perunit (Rp)
Biaya pertahun (Rp)
A. Bahan Baku dan Penunjang1. Buah pepaya gunung 195.000 8.000 1.560.000.0002. Gula 45.000 7.000 315.000.0003. CaCo3 18.000 1.000 18.000.0004. Botol 600.000 1.000 600.000.0005. Kardus 51.000 500 25.500.000Sub total 2.518.500.000B. Biaya Utilitas1. Listrik 36.000 500 18.000.0002. Air 1.200 600 720.0003. Gas 192 60.000 11.520.0004. Telepon 12.000.000Sub total 42.240.000
Total 2.560.740.000
127
Lampiran 13. Nilai, nilai sisa, asuransi, pemeliharaan, dan penyusutan investasi tetap agroindustri pepaya gunung
Nama Jumlah Nilai(000)
Nilai sisa(000)
BV(000)
Asuran-si
(000)
Pemeliharaan(000)
Penyusutan tahun ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Investasi bangunan
Tanah 300 60.000 60.000 0 1.200 3.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Bangunan produksi 1 100.000 50.000 50.000 2.000 5.000 9.090.909 8.181.818 7.272.727 6.363.636 5.454.545 4.545.455 3.636.364 2.727.273 1.818.182 909.091
Investasi Peralatan
Pisau pengupas 20 200 0 0 0 0 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000
Wadah penampung buah 30 1.500 0 0 0 0 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000
Wadah penampung kulit 20 200 0 0 0 0 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000
Alat transportasi bahan 9 2.700 1.350 1.350 54 135 245.455 220.909 196.364 171.818 147.273 122.727 98.182 73.636 49.091 24.545
Genset 1 10.000 1.000 9.000 200 500 1.636.364 1.472.727 1.309.091 1.145.455 981.818 818.182 654.545 490.909 327.273 163.636
Pemadam api 2 600 60 540 12 0 98.182 88.364 78.545 68.727 58.909 49.091 39.273 29.455 19.636 9.818
Kompor gas 4 2.000 200 1.800 40 100 327.273 294.545 261.818 229.091 196.364 163.636 130.909 98.182 65.455 32.727
Autoclave 1 150.000 15.000 135.000 3.000 7.500 24.545.455 22.090.909 19.636.364 17.181.818 14.727.273 12.272.727 9.818.182 7.363.636 4.909.091 2.454.545
Penghalau tikus 7 3.500 350 3.150 70 175 572.727 515.455 458.182 400.909 343.636 286.364 229.091 171.818 114.545 57.273
Clemek 20 400 0 0 0 0 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000
Kursi ruang pengupasan 40 2.000 200 1.800 0 0 327.273 294.545 261.818 229.091 196.364 163.636 130.909 98.182 65.455 32.727
Meja pengupasan 5 500 50 450 10 0 81.818 73.636 65.455 57.273 49.091 40.909 32.727 24.545 16.364 8.182
Saringan 5 250 0 0 0 0 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000
Kipas angin 10 3.000 300 2.700 60 150 490.909 441.818 392.727 343.636 294.545 245.455 196.364 147.273 98.182 49.091127
128
Alarm kebakaran 1 1.000 100 900 20 0 163.636 147.273 130.909 114.545 98.182 81.818 65.455 49.091 32.727 16.364
Wadah perebusan 8 1.600 160 1.440 32 80 261.818 235.636 209.455 183.273 157.091 130.909 104.727 78.545 52.364 26.182
Pencedok 4 200 0 0 0 0 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000
Pengemas plastik 5 2.500 250 2.250 50 125 409.091 368.182 327.273 286.364 245.455 204.545 163.636 122.727 81.818 40.909
Penutup kardus 2 100 0 100 0 5 18.182 16.364 14.545 12.727 10.909 9.091 7.273 5.455 3.636 1.818
Penanda expired date 5 250 0 250 0 12 45.455 40.909 36.364 31.818 27.273 22.727 18.182 13.636 9.091 4.545
Keperluan kantor
Komputer 2 10.000 1.000 9.000 200 0 1.636.364 1.472.727 1.309.091 1.145.455 981.818 818.182 654.545 490.909 327.273 163.636
Fax 1 1.000 100 900 20 50 163.636 147.273 130.909 114.545 98.182 81.818 65.455 49.091 32.727 16.364
AC 1 1.000 100 900 20 50 163.636 147.273 130.909 114.545 98.182 81.818 65.455 49.091 32.727 16.364
Furnitur 1 10.000 1.000 9.000 200 0 1.636.364 1.472.727 1.309.091 1.145.455 981.818 818.182 654.545 490.909 327.273 163.636
Keperluan lainnya
Perlengkapan toilet 1 5.000 500 4.500 100 0 818.182 736.364 654.545 572.727 490.909 409.091 327.273 245.455 163.636 81.818
Perlengkapan ruang istirahat 1 10.000 1.000 9.000 200 0 1.636.364 1.472.727 1.309.091 1.145.455 981.818 818.182 654.545 490.909 327.273 163.636
Perlengkapan mushola 1 5.000 500 4.500 100 0 818.182 736.364 654.545 572.727 490.909 409.091 327.273 245.455 163.636 81.818
Total 7.588 16.882,5 47.937.273 43.418.545 38.899.818 34.381.091 29.862.364 25.343.636 20.824.909 16.306.182 11.787.455 7.268.727
128
129
Lampiran 14. Biaya operasional agroindustri pepaya gunung
KomponenTahun ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Biaya tetap
1. Tenaga kerja tak langsung 139.200.000 139.200.000 139.200.000 139.200.000 139.200.000 139.200.000 139.200.000 139.200.000 139.200.000 139.200.000
2. Depresiasi 47.937.273 43.418.545 38.899.818 34.381.091 29.862.364 25.343.636 20.824.909 16.306.182 11.787.455 7.268.727
3. Asuransi 7.588.000 7.588.000 7.588.000 7.588.000 7.588.000 7.588.000 7.588.000 7.588.000 7.588.000 7.588.000
4. Pemeliharaan 16.882.500 16.882.500 16.882.500 16.882.500 16.882.500 16.882.500 16.882.500 16.882.500 16.882.500 16.882.500
5. Angsuran pokok 166.052.000 166.052.000 166.052.000 166.052.000 166.052.000 0 0 0 0 0
Sub total 377.659.773 373.141.045 368.622.318 364.103.591 359.584.864 189.014.136 184.495.409 179.976.682 175.457.955 170.939.227
B. Biaya variabel
1. Bahan baku 1.500.000.000 1.593.750.000 1.781.250.000 1.875.000.000 1.875.000.000 1.875.000.000 1.875.000.000 1.875.000.000 1.875.000.000 1.875.000.000
2. Bahan penunjang 14.400.000 15.300.000 17.100.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
3. Bahan kemasan 500.400.000 531.675.000 594.225.000 625.500.000 625.500.000 625.500.000 625.500.000 625.500.000 625.500.000 625.500.000
4. Tenaga kerja langsung 336.000.000 336.000.000 336.000.000 336.000.000 336.000.000 336.000.000 336.000.000 336.000.000 336.000.000 336.000.000
5. Utilitas 42.240.000 42.240.000 42.240.000 42.240.000 42.240.000 42.240.000 42.240.000 42.240.000 42.240.000 42.240.000
Sub total 2.393.040.000 2.518.965.000 2.770.815.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000
Total 2.770.699.773 2.892.106.045 3.139.437.318 3.260.843.591 3.256.324.864 3.085.754.136 3.081.235.409 3.076.716.682 3.072.197.955 3.067.679.227
129
130
Lampiran 15. Laporan rugi-laba agroindustri pepaya gunung dengan pembiayaan syariah
UraianTahun ke
Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Penerimaan
1. Jumlah produk 470.400 570.360 627.043 650.704 620.535 619.027 618.951 618.948 618.947 606.947
2. Tingkat keberhasilan produksi 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98
3. Kapasitas produksi 80 85 95 100 100 100 100 100 100 100
4. Persentase terjual 85 88 90 95 95 95 95 95 95 95
5. Total produk terjual 399.840 501.917 564.339 618.169 589.508 588.075 588.004 588.000 600.000 600.000
6. Sisa produk 70.560 68.443 62.704 32.535 31.027 30.951 30.948 30.947 18.947 6.947
7. Harga produk 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000
Total penerimaan 3.198.720.000 4.015.334.400 4.514.711.040 4.945.352.832 4.716.067.642 4.704.603.382 4.704.030.169 4.704.001.508 4.800.000.000 4.800.000.000
B. Pengeluaran
1. Biaya tetap 401.659.773 397.141.045 392.622.318 388.103.591 383.584.864 213.014.136 208.495.409 203.976.682 199.457.955 194.939.227
2. Biaya variabel 2.393.040.000 2.518.965.000 2.770.815.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000
3. Biaya penyimpanan 5.644.800 5.475.456 5.016.346 2.602.817 2.482.141 2.476.107 2.475.805 2.475.790 1.515.790 555.790
Total pengeluaran 2.800.344.573 2.921.581.501 3.168.453.664 3.287.446.408 3.282.807.005 3.112.230.243 3.107.711.214 3.103.192.472 3.097.713.745 3.092.235.018 30.973.715.843
Laba operasional 398.375.427 1.093.752.899 1.346.257.376 1.657.906.424 1.433.260.637 1.592.373.139 1.596.318.955 1.600.809.036 1.702.286.255 1.707.764.982 14.129.105.130
Bunga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Pajak penghasilan 102.012.628 310.625.870 386.377.213 479.871.927 412.478.191 460.211.942 461.395.686 462.742.711 493.185.877 494.829.495 4.063.731.539
Laba setelah pajak 296.362.799 783.127.029 959.880.163 1.178.034.497 1.020.782.446 1.132.161.197 1.134.923.268 1.138.066.325 1.209.100.379 1.212.935.488
Zakat 7.409.070 19.578.176 23.997.004 29.450.862 25.519.561 28.304.030 28.373.082 28.451.658 30.227.509 30.323.387 251.634.340
Laba setelah zakat 288.953.729 763.548.853 935.883.159 1.148.583.634 995.262.885 1.103.857.167 1.106.550.187 1.109.614.667 1.178.872.869 1.182.612.101
Bagi hasil 116.014.922 306.564.865 375.757.088 461.156.329 399.598.048 0 0 0 0 0 1.659.091.253
Laba bersih 172.938.807 456.983.989 560.126.071 687.427.305 595.664.837 1.103.857.167 1.106.550.187 1.109.614.667 1.178.872.869 1.182.612.101 8.154.647.999
130
131
Lampiran 16. Arus kas agroindustri pepaya gunung dengan pembiayaan syariah
UraianTahun ke
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Kas Masuk
1. Nilai produksi 0 3.763.200.000 3.998.400.000 4.468.800.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000
2. Nilai sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 133.220.000
3. Pinjaman 830.260.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4. Modal sendiri 830.260.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total kas masuk 1.660.520.000 3.763.200.000 3.998.400.000 4.468.800.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.837.220.000
B. Kas Keluar
1. Biaya investasi 1.660.520.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Biaya tetap 0 401.659.773 397.141.045 392.622.318 388.103.591 383.584.864 213.014.136 208.495.409 203.976.682 199.457.955 194.939.227
3. Biaya variabel 0 2.393.040.000 2.518.965.000 2.770.815.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000
4. Bagi hasil 0 116.014.922 306.564.865 375.757.088 461.156.329 399.598.048 0 0 0 0 0
Total kas keluar 1.660.520.000 2.910.714.695 3.222.670.910 3.539.194.407 3.745.999.920 3.679.922.912 3.109.754.136 3.105.235.409 3.100.716.682 3.096.197.955 3.091.679.227
Kas bersih 0 852.485.305 775.729.090 929.605.593 958.000.080 1.024.077.088 1.594.245.864 1.598.764.591 1.603.283.318 1.607.802.045 1.745.540.773
Kas awal tahun 0 0 852.485.305 1.628.214.395 2.557.819.988 3.515.820.068 4.539.897.156 6.134.143.020 7.732.907.611 9.336.190.929 10.943.992.975
Kas akhir tahun 0 852.485.305 1.628.214.395 2.557.819.988 3.515.820.068 4.539.897.156 6.134.143.020 7.732.907.611 9.336.190.929 10.943.992.975 12.689.533.747
131
132
Lampiran 17. Laporan Laba Rugi Agroindutri Pepaya gunung dengan Pembiayaan Konvensional
UraianTahun ke
Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Penerimaan
1. Jumlah produk 470.400 570.360 627.043 650.704 620.535 619.027 618.951 618.948 618.947 606.947
2. Tingkat keberhasilan produksi 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98
3. Kapasitas produksi 80 85 95 100 100 100 100 100 100 100
4. Persentase terjual 85 88 90 95 95 95 95 95 95 95
5. Total produk terjual 399.840 501.917 564.339 618.169 589.508 588.075 588.004 588.000 600.000 600.000
6. Sisa produk 70.560 68.443 62.704 32.535 31.027 30.951 30.948 30.947 18.947 6.947
7. Harga produk 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000
Total penerimaan 3.198.720.000 4.015.334.400 4.514.711.040 4.945.352.832 4.716.067.642 4.704.603.382 4.704.030.169 4.704.001.508 4.800.000.000 4.800.000.000 45.102.820.973
B. Pengeluaran
1. Biaya tetap 431.549.133 427.030.405 422.511.678 417.992.951 413.474.224 213.014.136 208.495.409 203.976.682 199.457.955 194.939.227
2. Biaya variabel 2.393.040.000 2.518.965.000 2.770.815.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000
3. Biaya penyimpanan 5.644.800 5.475.456 5.016.346 2.602.817 2.482.141 2.476.107 2.475.805 2.475.790 1.515.790 555.790
Total pengeluaran 2.830.233.933 2.951.470.861 3.198.343.024 3.317.335.768 3.312.696.365 3.112.230.243 3.107.711.214 3.103.192.472 3.097.713.745 3.092.235.018 31.123.162.643
Laba operasional 368.486.067 1.063.863.539 1.316.368.016 1.628.017.064 1.403.371.277 1.592.373.139 1.596.318.955 1.600.809.036 1.702.286.255 1.707.764.982 13.979.658.330
Bunga 176.347.224 141.077.779 105.808.334 70.538.890 35.269.445 0 0 0 0 0 529.041.672
Laba sebelum pajak 192.138.843 922.785.759 1.210.559.682 1.557.478.174 1.368.101.832 1.592.373.139 1.596.318.955 1.600.809.036 1.702.286.255 1.707.764.982
Pajak penghasilan 40.141.653 259.335.728 345.667.905 449.743.452 392.930.550 460.211.942 461.395.686 462.742.711 493.185.877 494.829.495 3.860.184.997
Bagi hasil 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Laba bersih 151.997.190 663.450.032 864.891.777 1.107.734.722 975.171.283 1.132.161.197 1.134.923.268 1.138.066.325 1.209.100.379 1.212.935.488 9.590.431.661
132
133
Lampiran 18. Arus Kas Agroindustri Pepaya gunung dengan Pembiayaan Konvensional
UraianTahun ke
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A. Kas Masuk
1. Nilai produksi 0 3.763.200.000 3.998.400.000 4.468.800.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000
2. Nilai sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 133.220.000
3. Pinjaman 830.260.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4. Modal sendiri 830.260.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total kas masuk 1.660.520.000 3.763.200.000 3.998.400.000 4.468.800.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.837.220.000
B. Kas Keluar
1. Biaya investasi 1.660.520.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Biaya tetap 0 431.549.133 427.030.405 422.511.678 417.992.951 413.474.224 213.014.136 208.495.409 203.976.682 199.457.955 194.939.227
3. Biaya variabel 0 2.393.040.000 2.518.965.000 2.770.815.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000
4. Bunga 0 176.347.224 141.077.779 105.808.334 70.538.890 35.269.445 0 0 0 0 0
Total kas keluar 1.660.520.000 3.000.936.357 3.087.073.185 3.299.135.013 3.385.271.841 3.345.483.668 3.109.754.136 3.105.235.409 3.100.716.682 3.096.197.955 3.091.679.227
Kas bersih 0 762.263.643 911.326.815 1.169.664.987 1.318.728.159 1.358.516.332 1.594.245.864 1.598.764.591 1.603.283.318 1.607.802.045 1.745.540.773
Kas awal tahun 0 0 762.263.643 1.673.590.459 2.843.255.446 4.161.983.606 5.520.499.937 7.114.745.801 8.713.510.392 10.316.793.710 11.924.595.755
Kas akhir tahun 0 762.263.643 1.673.590.459 2.843.255.446 4.161.983.606 5.520.499.937 7.114.745.801 8.713.510.392 10.316.793.710 11.924.595.755 13.670.136.528
133