SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PERENCANAAN … · Salah satu produk daerah adalah Pepaya Gunung yang...

152
SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PERENCANAAN AGROINDUSTRI PEPAYA GUNUNG ( Carica pubescens) DENGAN PEMBIAYAAN SYARIAH DHONY ERFANTO DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

Transcript of SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PERENCANAAN … · Salah satu produk daerah adalah Pepaya Gunung yang...

i

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PERENCANAANAGROINDUSTRI PEPAYA GUNUNG (Carica pubescens)

DENGAN PEMBIAYAAN SYARIAH

DHONY ERFANTO

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2008

ii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Sistem Penunjang Keputusan

Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung (Carica pubescens) adalah karya saya

dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun

kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Bogor, Agustus 2008

Dhony ErfantoNIM F34104017

iii

RINGKASAN

DHONY ERFANTO. F34104017. Sistem Penunjang Keputusan PerencanaanAgroindustri Pepaya Gunung (Carica pubescens) dengan PembiayaanSyariah. Dibimbing oleh ERIYATNO.

Salah satu cara mendapatkan keunggulan komparatif adalah denganmengembangkan sektor yang didukung oleh sumber daya domestik yang memilikipeluang usaha. Potensi daerah harus digali dan dikembangkan sehingga mampumendukung perekonomian nasional dan dapat mensejahterakan masyarakat.Membangun agroindustri yang kuat berarti membangun pertumbuhan sekaliguspemerataan dan keseimbangan antar sektor dan wilayah. Salah satu produk daerahadalah Pepaya Gunung yang dikembangkan di Kabupaten Wonosobo.Keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan dana membuat budidaya dan usahapengolahannya masih dalam skala kecil dan hanya dipasarkan di pasar lokal sertadengan pengolahan yang sederhana.

Usaha kecil dan mikro mencakup 95 persen dari keseluruhan perusahaan diIndonesia. Usaha kecil dan mikro justru lebih bisa bertahan dalam menghadapikrisis ekonomi yang melanda perekonomian nasional. Kemampuan bertahanUKM ini disebabkan oleh karakteristiknya yang tidak terlalu banyak bergantungpada sektor eksternal seperti hutang dan bahan baku impor, kandungan lokal yangbesar, padat karya, orientasi pasar dalam negeri, harga terjangkau, organisasiramping dan fleksibel, dan pengusahaan pasar lokal yang baik.

Sumber pembiayaan yang dapat digunakan untuk pengembanganagroindustri pepaya gunung adalah lembaga keuangan mikro syariah (LKMS)dengan pola musyarakah berdasarkan skema bagi hasil dan bagi risiko. Denganpola ini keuntungan yang diterima LKMS ditentukan oleh tingkat laba yangdiperoleh. Dengan posisi seperti ini maka diperlukan adanya evaluasi kelayakanpembiayaan yang dapat memperkirakan keuntungan yang diperoleh olehpengusaha dan LKMS dan memperkirakan tingkat risiko yang ada.

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari faktor-faktor yang berpengaruhdalam perencanaan dan pengembangan agroindustri pepaya gunung, sertamerancang dan mengembangkan model sistem penunjang keputusan perencanaanagroindustri pepaya gunung dengan pembiayaan syariah.

Model evaluasi kelayakan perencanaan agroindustri pepaya gunung denganpola syariah dibuat dalam sebuah perangkat lunak Sistem Penunjang Keputusanyang diberi nama Cap’S. Sistem ini memiliki model untuk mengevaluasi tingkatrisiko pembiayaan berdasarkan penilaian pakar (expert judgement), model untukmenentukan bagi hasil berdasarkan risiko pembiayaan dan porsi modal, modeluntuk menentukan kelayakan finansial, model untuk memprakirakan jumlahpenjualan dengan menggunakan metode regresi linier dan deret waktu, dan model

iv

untuk menentukan lokasi yang cocok untuk agroindustri pepaya gunung.Verifikasi model dilakukan pada agroindustri pepaya gunung di KabupatenWonosobo.

Berdasarkan hasil perhitungnan penentuan lokasi unggulan denganmenggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE) diperoleh lokasi yangpaling cocok adalah Kecamatan Wonosobo. Selain itu, lokasi lain yang patutdipertimbangkan adalah Kecamatan Kertek dan Kecamatan Selomerto.

Hasil verifikasi model menunjukkan rata-rata tingkat penjualan manisanpepaya gunung dari tahun 2008 sampai 2017 dengan menggunakan metoderegresi linier adalah sebanyak 2.267.750 botol dengan berat bersih 360 gram.

Tingkat risiko pembiayaan diperoleh dari nilai rata-rata terbobot faktorrisiko usaha dan risiko industri. Risiko pembiayaan yang diperoleh adalah sebesar2,34 yang dikategorikan ke dalam risiko sedang. Bagi hasil ditentukanberdasarkan tingkat risiko pembiayaan dan porsi modal. Modal diperoleh dariLKS dan modal sendiri dengan perbandingan 50:50. Dengan menggunakan keduafaktor maka diperoleh bagi hasil untuk bank adalah sebesar 40,19 persen darikeuntungan yang diperoleh.

Analisis kelayakan finansial membandingkan pembiayaan dengan polasyariah dengan pembiayaan konvensional. Agorindustri pepaya gunung layakdijalankan dan diperoleh nilai BEP untuk pembiayaan syariah sebesar 199.334botol dan 214.168 botol untuk pembiayaan konvensional. Nilai B/C ratio untukpembiayaan syariah adalah sebesar 1,221 dan 1,270 untuk pembiayaankonvensional. PBP yang diperlukan pada pembiayaan syariah adalah selama 2tahun 1 bulan dan untuk pembiayaan konvensional adalah selama 2 tahun.

Analisis sensitivitas dilakukan dengan kondisi penurunan harga jual produkdan kenaikan harga BBM. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa denganpembiayaan syariah, agroindustri pepaya gunung mempunyai titik kritis terhadappenurunan harga produk sebesar 16,875 persen sedangkan dengan pembiayaankonvensional hanya sebesar 16,25 persen, sedangkan analisis sensitivitas terhadapkenaikan BBM pembiayaan syariah mempunyai titik kritis sebesar 22 persen danpembiayaan konvensional sebesar 21 persen. Hal ini menunjukkan bahwapembiayaan syariah memiliki toleransi yang lebih besar terhadap penurunan hargajual produk maupun kenaikan BBM. Hal ini disebabkan pada pembiayaan syariahbagi hasil dihitung berdasarkan laba yang diperoleh, sedangkan pada pembiayaankonvensional bunga pinjaman sudah ditetapkan dari awal.

Model CAP’S dapat digunakan untuk LKMS dalam menentukan kelayakanpembiayaan agroindustri pepaya gunung. Model ini mudah dalam penggunaandan memiliki fasilitas database yang mudah diubah, ditambah, dan dihapus. Akantetapi masih diperlukan adanya pengembangan model yang dapat mengakses basispengetahuan mengenai kualitas produk, referensi konsumen, dan teknologipengolahan alternatif.

v

ABSTRACT

DHONY ERFANTO. F34104017. Decision Support System of MountainPapaya Agroindustry Planning with Syariah. Supervised by ERIYATNO.

The objective of this research is to design feasibility evaluation model ofprofit and risk sharing for financing mountain papaya agroindustry. The DecisionSupport System (DSS) model was built to support Syariah Finance Institution(SFI). Analitycal tools used are Linier Regression, Times Series Method,Exponential Comparison Method and Expert Judgment.

The DSS software is named Cap’S that consists of modules for forecastingproduct sold, evaluating the agroindustry priority location, evaluating of risk theindustry finance, and evaluating feasibility finance.

The model was verified through case study on mountain papaya agroindstryin Wonosobo Regency. Based on the result from determination factory location,the chosen location is Wonosobo district. Based on the result from soldforecasting by linier regression, product sold rate from 2008 to 2017 is 2.267.450units per years.

The source of fund provided by bank and private capital. There are two kindalternatives of bank loan, which are conventional and syariah systems and eachalternative has own assumption and method.

The determination of profit sharing is depend on upcoming risk level anddebt equity ratio. Debt equity ratio were assumption 50:50. Risk value iscalculated on the rate 2,34 as medium risk. Profit sharing is 40,19 percent forsyariah bank.

Financing analysis compare both of the bank loan alternatives. Based oninvestment criteria such as Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Break Event Point(BEP) and Pay Back Period (PBP), mountain papaya agroindstry is feasible to beestablished, this is used for two kind banks alternatives. For syariah bank the B/CRatio value was 1,221, BEP value was 199.334 units and PBP was 2 years and 1month. For conventional bank the B/C Ratio value was 1,270, BEP value was214.168 units and PBP was 2 years.

Based on the sensitivity analysis, syariah bank has a critical point for thedecreasing price of product around 22 percent, while conventional bank hasaround 21 percent. Besides that, syariah bank reach critical point for the risingprice of fuel around 16,875 percent, while conventional bank has 16,25 percent.The conclusion from this analysis was syariah finance system has more flexibletowards changes of prices. This is happened because the syariah bank has thecompensation system based on profit sharing, mean while the conventional bankthe compensation based on the credit accumulative.

vi

© Hak cipta milik IPB, tahun 2008Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dariInstitut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam

bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

vii

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PERENCANAANAGROINDUSTRI PEPAYA GUNUNG (Carica pubescens)

DENGAN PEMBIAYAAN SYARIAH

DHONY ERFANTO

SkripsiSebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknologi Pertanian padaDepartemen Teknologi Industri Pertanian

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2008

viii

Penguji Skripsi : 1. Prof. Dr. Ir. Djumali, DEA

2.Dr. Ir. Indah Yuliasih, MSi

ix

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKUTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PERENCANAANAGROINDUSTRI PEPAYA GUNUNG (Carica pubescens)

DENGAN PEMBIAYAAN SYARIAH

SKRIPSISebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIANPada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi PertanianInstitut Pertanian Bogor

Oleh

DHONY ERFANTO

F34104017

Dilahirkan pada tanggal 11 Desember 1985

di Wonosobo

Tanggal Lulus: Agustus 2008

Menyetujui,

Bogor, September 2008

Prof. Dr. Ir. H. Eriyatno, MSAEDosen Pembimbing

x

Judul Skripsi : Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri Pepaya

Gunung (Carica pubescens) dengan Pembiayaan Syariah

Nama : Dhony Erfanto

NIM : F34104017

Disetujui,

Prof. Dr. Ir. H. Eriyatno, MSAEDosen Pembimbing

Tanggal lulus:

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung (Carica

pubescens) dengan Pembiayaan Syariah pada Departemen Teknologi Industri

Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini

merupakan hasil karya yang dibuat oleh penulis sendiri dan bukan suatu karya

orang lain.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1) Prof. Dr. Ir. H. Eriyatno, MSAE, selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan arahan, bimbingan, dan dukungan yang tak kenal lelah selama

penulis melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini,

2) Prof. Dr. Ir. Djumali, DEA dan Dr. Ir. Indah Yuliasih, Msi sebagai dosen

penguji atas arahannya,

3) Bapak Misyono, Bapak Bukheri, dan Bapak Sunaryo atas masukan yang

diberikan dan informasi tentang Pepaya Gunung,

4) Bapak Trisila Juwantara, Ibu Pit, Bapak Edi, Ibu Nafingah, Bapak Sucipto,

Bapak Tri, Bapak Azis, Bapak Trimo, Bapak Ismail, Bapak Jasman yang telah

memberikan informasi dan masukan tentang usaha manisan Pepaya Gunung,

5) Bank Muamalat Cabang Bogor yang telah memberikan informasi tentang

pembiayaan syariah,

6) Bapak, Mae, dan adik-adikku tersayang, atas segala doa, dukungan, dan kasih

sayang,

7) Aklesta atas bantuan dan dukungan kepada penulis,

8) Arianne sebagai rekan satu bimbingan atas masukan dan dukungannya.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan ini, sehingga saran

dan kritik sangat membantu dalam penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga minta

maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan atau kata-kata yang kurang berkenan

dalam skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis pada khususnya dan semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Agustus 2008

Dhony Erfanto

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Wonosobo pada tanggal 11 Desember 1985 dari ayah

Taryono dan ibu Sundiyah. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Wonosobo dan pada tahun

yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih jurusan Teknologi Industri

Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.

Pada tahun 2007 penulis melaksanakan praktek lapang di PT Perkebunan

Tambi Wonosobo, Jawa Tengah dengan topik “Mempelajari Manajemen Produksi

di PT Perkebunan Tambi”. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten

mata kuliah Penerapan Komputer pada tahun 2006/2007.

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix

I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1A. Latar Belakang ....................................................................................... 1B. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................ 3C. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 4D. Keluaran Hasil Penelitian ....................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5A. Komoditas Pepaya Gunung ..................................................................... 5B. Investasi Syariah ..................................................................................... 8C. Akuntansi Syariah ................................................................................... 12D. Usaha Kecil dan Mikro Syariah .............................................................. 13E. Manajemen Risiko .................................................................................. 15F. Sistem Penunjang Keputusan................................................................... 18

III. LANDASAN TEORI ................................................................................ 27A. Teori Heuristik ....................................................................................... 27B. Metode Perbandingan Eksponensial ........................................................ 27C. Metode Prakiraan .................................................................................... 29D. Analisis Finansial ................................................................................... 31

IV. METODE PENELITIAN .......................................................................... 37A. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 37B. Tahapan Penelitian .................................................................................. 38C. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ............................................ 39D. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 40

V. ANALISIS SISTEM .................................................................................. 41A. Analisis Situasional ................................................................................ 41B. Pendekatan Sistem .................................................................................. 58

VI. PERMODELAN SISTEM ........................................................................ 66A. Konfigurasi Sistem ................................................................................. 66B. Rancang Bangun Sistem ......................................................................... 71

iv

VII. MODEL CAP’S ...................................................................................... 76A. Analisis Pemilihan Lokasi Unggulan ...................................................... 78B. Prakiraan Penjualan ................................................................................ 87C. Evaluasi Risiko Pembiayaan ................................................................... 88D. Analisis Kelayakan Finansial .................................................................. 95

VIII. RANCANGAN IMPLEMENTASI......................................................... 103A. Verifikasi Model ..................................................................................... 103B. Rekomendasi Operasional ....................................................................... 104

IX. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 106A. Kesimpulan ............................................................................................ 106B. Saran ...................................................................................................... 109

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 110

LAMPIRAN ................................................................................................... 114

v

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perbedaan antara bagi hasil dan bunga ..................................................... 10

2. Perbedaan bank syariah dan bank konvensional........................................ 11

3. Kerangka penunjang keputusan ................................................................ 21

4. Persamaan dan bentuk transformasi metode pendugaan regresi tunggal delapan kurva ........................................................................................... 30

5. Unsur-unsur biaya produksi dengan metode full costing dan variable costing ..................................................................................................... 33

6. Kebutuhan ruang industri manisan pepaya gunung ................................... 56

7. Bagi hasil berdasarkan nilai risiko ............................................................ 73

8. Pemberian nilai untuk kriteria ketersediaan lahan ..................................... 81

9. Pemberian nilai untuk kriteria harga lahan ................................................ 81

10. Pemberian nilai untuk kriteria kemudahan akses dengan bahan baku ........ 81

11. Pemberian nilai untuk kriteria kemudahan akses dengan bahan penunjang ................................................................................................ 82

12. Pemberian nilai untuk kriteria ketersediaan sarana utilitas ........................ 82

13. Pemberian nilai untuk kriteria ketersediaan sarana transportasi ................. 83

14. Pemberian nilai untuk kriteria ketersediaan tenaga kerja ........................... 83

15. Pemberian nilai untuk kriteria kemudahan akses dengan bahan penunjang ................................................................................................ 84

16. Pemberian nilai untuk kriteria kondisi sosial budaya ................................ 84

17. Bobot penilaian untuk setiap kriteria yang dipertimbangkan ..................... 85

18. Hasil verifikasi model pemilihan lokasi unggulan..................................... 86

19. Perbandingan nilai lokasi unggulan terpilih .............................................. 87

20. Tingkat penjualan produk pepaya gunung lima tahun terakhir .................. 88

21. Prakiraan penjualan produk pepaya gunung selama masa pembiayaan ...... 89

22. Hasil evaluasi risiko ketersediaan bahan baku .......................................... 90

23. Hasil evaluasi risiko pemasaran ................................................................ 91

24. Hasil evaluasi risiko harga bahan baku ..................................................... 93

25. Hasil evaluasi risiko permintaan dan penawaran produk ........................... 93

26. Hasil evaluasi risiko harga produk ............................................................ 94

27. Nilai risiko pembiayaan berdasarkan rata-rata terbobot nilai parameter .... 95

vi

28. Sumber pendanaan ................................................................................... 98

29. Komposisi modal kerja industri manisan pepaya gunung .......................... 99

30. Hasil analisis kelayakan finansial pada kondisi normal ........................... 101

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Proses pengambilan keputusan ................................................................. 20

2. Karakteristik dan kapabilitas sistem penunjang keputusan ........................ 23

3. Skema sistem penunjang keputusan .......................................................... 24

4. Skema struktur sistem manajemen basis data ............................................ 25

5. Struktur model sistem manajemen model dan skema struktur sistem manajemen basis model............................................................................ 26

6. Tanaman Pepaya Gunung ......................................................................... 41

7. Perbandingan buah Pepaya Gunung dan buah pepaya ............................... 42

8. Skema penanaman tanaman Pepaya Gunung ............................................ 43

9. Buah Pepaya Gunung muda dan buah Pepaya Gunung matang ................. 46

10. Krat penyimpanan buah Pepaya Gunung .................................................. 47

11. Pengupasan buah Pepaya Gunung ............................................................ 48

12. Pemisahan biji buah Pepaya Gunung ........................................................ 48

13. Pemotongan buah Pepaya Gunung ........................................................... 49

14. Perebusan Pepaya Gunung dan air gula .................................................... 49

15. Diagram pengolahan manisan Pepaya Gunung ......................................... 50

16. Penyaringan hasil perebusan air gula ........................................................ 51

17. Pembotolan manisan Pepaya Gunung ....................................................... 51

18. Manisan Pepaya Gunung .......................................................................... 52

19. Tata letak usaha pengolahan manisan Pepaya Gunung (UD Cipto Roso) .. 53

20. Bagan keterkaitan antar aktivitas .............................................................. 55

21. Diagram keterkaitan antar aktivitas .......................................................... 57

22. Tata letak industri manisan Pepaya Gunung ............................................. 58

23. Pohon industri Pepaya Gunung................................................................. 59

24. Diagram sebab akibat Sistem Penunjang Keputusam Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah ....................... 64

25. Diagram input-output Sistem Penunjang Keputusam Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah ....................... 65

26. Konfigurasi Sistem Penunjang Keputusam Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah ........................................... 67

viii

27. Diagram alir permodelan Sistem Penunjang Keputusam Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah ....................... 69

28. Diagram alir deskripsi model penentuan lokasi unggulan ........................ 72

29. Diagram alir penentuan tingkat risiko pembiayaan ................................... 74

30. Diagram alir analisis kelayakan finansial .................................................. 75

31. Tampilan login Cap’S .............................................................................. 77

32. Tampilan menu utama Cap’S ................................................................... 78

33. Tampilan data statis Cap’S ....................................................................... 78

34. Tampilan Masukan model analisis lokasi unggulan .................................. 80

35. Tampilan keluaran model lokasi unggulan................................................ 88

36. Tampilan keluaran model prakiraan penjualan.......................................... 89

37. Grafik evaluasi risiko usaha ..................................................................... 90

38. Grafik evaluasi risiko industri .................................................................. 92

39. Tampilan masukan model analisis risiko pembiayaan ............................... 94

40. Tampilan keluaran model analisis risiko pembiayaan ............................... 95

41. Tampilan masukan asumsi-asumsi pada model kelayakan finansial .......... 97

42. Tampilan keluaran laporan laba rugi pada model kelayakan finansial ..... 100

43. Tahapan implementasi SPK CAP’S ........................................................ 106

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta letak budidaya pepaya gunung dan usaha pengolahan manisanpepaya gunung di Kabupaten Wonosobo ................................................ 115

2. Jarak lokasi dengan sumber bahan baku ................................................. 116

3. Jarak lokasi dengan sumber bahan penunjang dan pusat pemasaran ........ 116

4. Jumlah pencari kerja (job seeker) di 15 kecamatan Kabupaten Wonosobo .............................................................................................. 117

5. Luas lahan yang tersedia di 15 kecamatan Kabupaten Wonosobo ........... 117

6. Harga lahan di 15 kecamatan Kabupaten Wonosobo .............................. 118

7. Penilaian pakar terhadap kriteria yang berpengaruh dalam penentuan lokasi agroindustri pepaya gunung ......................................................... 119

8. Perhitungan Metode Perbandingan Eksponensial penentuan lokasi unggulan ................................................................................................ 120

9. Kuesioner evaluasi risiko pembiayaan syariah ........................................ 121

10. Investasi tetap agroindustri pepaya gunung ............................................ 125

11. Biaya tenaga kerja langsung dan tak langsung agroindustripepaya gunung ....................................................................................... 126

12. Biaya bahan baku dan bahan penunjang agroindustri pepaya gunung ..... 126

13. Nilai, nilai sisa, asuransi, pemeliharaan, dan penyusutan investasi tetap agroindustri pepaya gunung.................................................................... 127

14. Biaya operasional agroindustri pepaya gunung ....................................... 129

15. Laporan rugi-laba agroindustri pepaya gunung dengan pembiayaansyariah ................................................................................................... 130

16. Arus kas agroindustri pepaya gunung dengan pembiayaan syariah ......... 131

17. Laporan Laba Rugi Agroindutri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Konvensional ......................................................................................... 132

18. Arus Kas Agroindustri Pepaya Gunung dengan PembiayaanKonvensional ......................................................................................... 133

19. Petunjuk Penggunaaan Aplikasi ............................................................. 134

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pepaya merupakan buah yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.

Sekarang ini ditemukan satu spesies buah pepaya yang mempunyai nilai ekonomi

yang tinggi dan diperkirakan akan menjadi buah yang penting dalam

perekonomian Indonesia. Buah tersebut adalah Pepaya Gunung atau pepaya kecil

dan biasa disebut Carica (Carica pubescens) (Hidayat, 2001). Tanaman tersebut

sebenarnya sudah lama dibudidayakan oleh masyarakat di dataran tinggi Dieng,

Wonosobo dan sudah diolah menjadi produk manisan dalam sirup. Akan tetapi

keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan dana membuat budidaya maupun

usaha pengolahannya masih dalam skala kecil dan hanya dipasarkan di pasar lokal

serta dengan pengolahan yang sederhana. Pengkajian lebih mendalam tentang

prospek buah tersebut sangat diperlukan terutama usaha pengolahan dan budidaya

buah tersebut.

Strategi pembangunan nasional seharusnya didasarkan pada keunggulan

komparatif yang dimiliki Indonesia. Salah satu cara mendapatkan keunggulan

komparatif adalah dengan mengembangkan sektor yang didukung oleh sumber

daya domestik yang memiliki peluang usaha. Sumber ini berasal dari seluruh

daerah yang ada di Indonesia. Potensi daerah harus selalu digali dan

dikembangkan sehingga mampu menyokong perekonomian nasional dan dapat

mensejahterakan masyarakat. Agroindustri sangat tepat untuk dikembangkan

karena Indonesia memiliki kekayaan hayati yang melimpah. Membangun

agroindustri yang kuat berarti membangun pertumbuhan sekaligus pemerataan

dan keseimbangan antar sektor dan wilayah.

Sektor pertanian dan agroindustri merupakan salah satu tulang punggung

perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian dan

agroindustri tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana tercermin dari

kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja,

dan kontribusinya terhadap perolehan devisa (Jiaravanon, 2007). Antara tahun

2002 hingga 2006 sektor pertanian termasuk peternakan, perikanan dan kehutanan

mampu memberikan kontribusi sebesar Rp298,8 triliun hingga Rp430,5 triliun

atau sekitar 14,44 persen dari total PDB Nasional. Akan tetapi jika dibandingkan

2

dengan sektor pengolahan yang juga banyak memanfaatkan bahan baku berupa

produk-produk pertanian nilai PDB sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan

perhutanan masih lebih rendah daripada nilai PDB sektor industri pengolahan.

Antara tahun 2002 hingga 2006, nilai PDB sektor industri pengolahan

berkembang dari Rp553,8 triliun menjadi Rp934,4 triliun atau sekitar 28,12

persen dari total PDB Nasional. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa proses

pengolahan produk-produk pertanian telah memberikan nilai tambah jauh lebih

besar, sehingga mampu memberikan nilai ekonomis yang lebih tinggi.

Pendirian suatu agroindustri membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan

membutuhkan persiapan yang matang. Pengusaha agoinindustri pepaya gunung

enggan memakai kredit dari perbankan konvensional sebagai sumber permodalan

karena katidakmampuannya dalam memberikan agunan dan mengemban risiko

bunga dari pengembalian kredit. Sumber permodalan yang digunakan hanya

berasal dari keluarga sehingga umumnya agroindustri pepaya gunung merupakan

usaha dengan skala kecil. Di lain pihak struktur administrasi bank besar yang

seharusnya mampu memberikan kredit pada pengusaha skala kecil ironisnya

justru menghindari pemberian kredit kepada pengusaha kecil. Oleh karena itu

untuk menunjang pengembangan agroindustri pepaya gunung diperlukan bentuk

lain pola pembiayaan. Salah satu bentuk pola pembiayaan adalah pembiayaan

dengan pola syariah melalui sistem bagi hasil dan bagi risiko yang disediakan oleh

lembaga keuangan syariah (LKS). Pola ini diperkirakan sesuai untuk usaha pasca

panen dan budidaya pepaya gunung karena tidak menggunakan sistem bunga dan

risiko yang ada tidak ditanggung sendiri oleh pengusaha.

Ide dasar sistem perbankan Islam sebenarnya dapat dikemukakan dengan

sedehana. Operasi institusi keuangan Islam terutama berdasarkan prinsip PLS

(profit-and-loss-sharing) atau bagi untung dan rugi. Pada sistem perbankan Islam

tidak menetapkan bunga, melainkan mengajak berpartisipasi dalam bidang usaha

yang didanai. Dalam perekonomian Islam segala macam bentuk yang berkaitan

dengan penambahan pembayaran atau yang biasa disebut riba adalah haram

(Antonio, 2001).

Akan tetapi pembiayaan dengan pola syariah masih memiliki beberapa

kendala yang menghambat berkembangnya pembiayaan ini. Kendala tersebut

3

adalah belum ditemukan suatu metode dan formula yang efektif untuk

mengevaluasi kelayakan pembiayaan. Tingkat keuntungan pembiayaan yang

diterima LKS tergantung pada tingkat laba yang diperoleh dan nisbah bagi hasil

yang ditetapkan. Oleh karena itu diperlukan analisis proyeksi laba usaha yang

akurat dan nisbah bagi hasil yang dapat diterima oleh LKS dan pengusaha. Sifat

dinamis dari parameter-parameter penentu laba operasional usaha dapat

menyebabkan tingkat keuntungan pembiayaan menjadi rendah bahkan merugi

atau menyebabkan tingkat keuntungan pembiayaan menjadi tinggi. Ketidakpastian

tingkat keuntungan pembiayaan ini menyebabkan model evaluasi kelayakan

pembiayaan konvensional yang memakai prinsip bunga tidak sesuai untuk

diterapkan.

B. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Mempelajari faktor-faktor yang berpengaruh dalam perencanaan dan

pengembangan agroindustri pepaya gunung,

2) Merancang dan mengembangkan model sistem penunjang keputusan

perencanaan agroindustri pepaya gunung dengan pembiayaan syariah,

3) Merekomendasikan strategi pengembangan usaha agroindustri pepaya gunung

dengan pembiayaan syariah sebagai upaya dalam mendukung pembangunan

daerah dan pengembangan potensi masyarakat.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai

pihak yaitu:

1) Lembaga keuangan syariah termasuk bank syariah dapat memanfaatkan hasil

penelitian sebagai alat penunjang keputusan dalam mengevaluasi kelayakan

pembiayaan agroindustri dengan skema bagi hasil dan bagi risiko,

2) Pengusaha agroindutri dapat memanfaatkannya sebagai alat penunjang

keputusan dalam mencari sumber modal yang tidak memberatkan untuk

mengembangkan usaha agroindustri pepaya gunung,

3) Bagi akademisi dan pengembangan iptek, hasil penelitian merupakan

kontribusi pemikiran dalam pengembangan aplikasi pola syariah melalui

pendekatan sistem,

4

4) Bagi pemerintah sebagai Pembina UMK, hasil penelitian dapat dijadikan

sebagai alat untuk memfasilitasi alternatif pembiayaan dengan pola syariah

untuk mendukung pengembangan agroindustri pepaya gunung.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari masalah khusus ini meliputi analisis lokasi unggulan,

prakiraan penjualan, analisisrisiko pembiayaan syariah, analisis nisbah bagi hasil,

dan analisis kelayakan finansial. Pemilihan lokasi unggulan yang dilakukan

dengan menganalisis daerah-daerah di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah yang

memiliki potensi untuk pendirian dan pengembangan agroindustri pepaya gunung.

Agroindustri pepaya gunung yang dimaksud dalam sistem dibatasi hanya

pada industri pengolahan pepaya gunung yang menghasilkan produk berupa

manisan pepaya gunung. Proses perhitungan yang dilakukan adalah berdasarkan

pembiayaan musyarakah.

Verifikasi dilakukan dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari

hasil wawancara dengan berbagai pakar budidaya buah pepaya gunung dan

pengusaha agroindustri pepaya gunung serta data sekunder yang berasal dari

Badan Pusat Statistik, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Departemen

Pertanian, Laboratorium Teknik dan Manajemen Industri FATETA-IPB, dan

sumber-sumber lain yang berkaitan dengan pengkajian masalah khusus ini.

D. Keluaran Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini adalah suatu perangkat lunak sistem penunjang

keputusan perencanaan agroindustri pepaya gunung dengan pembiayaan syariah.

Perangkat lunak ini dapat dimanfaatkan oleh koperasi atau kelompok petani,

pengusaha agroindustri, lembaga keuangan syariah, investor, dan pemerintah

dalam menentukan keputusan agroindustri pepaya gunung.

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Komoditas Pepaya Gunung

Pepaya Gunung (Carica pubescens) termasuk ke dalam famili caricaceae

dan genus carica L dan termasuk satu genus dengan pepaya (Carica papaya)

(Bermejo dan Leon, 1994). Taksonomi tanaman Pepaya Gunung adalah sebagai

berikut:

kingdom : Plantae (Tumbuhan)

kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

superdivisi : Spermatophyta (Tumbuhan berbiji)

divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

kelas : Magnoliopsida (Dikotil)

kelas : Dilleniidae

ordo : Violales

famili : Caricaceae (Famili papaya)

genus : Carica L.

spesies : Carica pubescens (Pepaya Gunung).

(Anonymous, 2007).

Menurut Hidayat (2001) terdapat tiga jenis Pepaya Gunung yaitu:

1) Carica quercifolia (st. Hil.) Solms-Laub, buahnya berwarna kuning keemasan,

daunnya besar dengan pinggiran rata atau bercuping 3,

2) Carica goudotiana Planch dan Triana, buahnya berwarna kuning dan daunnya

menjari dengan cuping sangat dalam,

3) Carica candamarcensis hook.f, jenis ini disebut mountain papaya yang

mempunyai batang tebal, daun bundar besar dengan 5 cuping yang dalam dan

setiap cupingnya bersirip.

Menurut Verhey dan Coronel (1997), Pepaya Gunung mempunyai beberapa

nama yaitu Carica candamarcensis, Carica (Wonosobo), Gedang Memedi (Bali),

pepaya mini. Pepaya Gunung berasal dari wilayah Andes dari Panama sampai

Bolivia dan tumbuh pada ketinggian 1500-3000 meter di atas permukaan laut

(dpl). Tanaman ini dibudidayakan di beberapa negara seperti Amerika Serikat

(Florida dan Hawai), Cili, Srilanka, Indonesia (dataran tinggi Dieng di Jawa

6

Tengah, dan Bali). Di dekat ekuator, Pepaya Gunung hanya tumbuh dengan baik

di dataran tinggi di atas 1500 meter di atas permukaan laut.

Menurut Hendro (2005) tanaman jenis pepaya dapat hidup di daerah yang

banyak hujan (cukup tersedia air) dengan curah hujan 1000-3000 mm per tahun

dan merata sepanjang tahun. Di daerah yang beriklim kering dengan musim hujan

2-5 bulan dan musim kemarau 6-8 bulan tanaman jenis pepaya masih mampu

berbuah dengan syarat kedalaman air tanahnya 50-150 cm. Menurut Tohir (1981)

tanaman pepaya membutuhkan banyak air dan tanahnya harus gembur. Pada

musim kemarau tanaman pepaya kurang menghasilkan buah tetapi pada musim

penghujan tanaman ini bisa menghasilkan buah tiap minggu. Menurut Hendro

(2005) tanaman pepaya bisa tumbuh dengan baik di tanah yang mempunyai

porositas yang baik, mengandung kapur, dan mempunyai pH 6-7. Tanaman

pepaya menyenangi daerah terbuka (tidak ternaungi) dan tidak tergenang air.

Tanah dengan drainase kurang baik akan menyebabkan tanaman mudah terserang

penyakit akar.

Menurut Verhey dan Coronel (1997) tanaman Pepaya Gunung merupakan

pohon kecil atau perdu, mirip dengan pepaya biasa (Carica papaya L.), tetapi

mempunyai cabang yang lebih banyak dan ukuran semua bagian tanaman lebih

kecil. Hidayat (2001) menambahkan Pepaya Gunung merupakan tanaman

berbatang basah dengan tinggi rata-rata 1-2 meter. Bunga jantan memiliki tangkai

yang panjang hingga 15 cm dan bunga betina berukuran lebih besar dengan

tangkai yang keras dan pendek. Menurut Verhey dan Coronel (1997) Bunga

jantannya tumbuh pada gagang perbungaan yang panjangnya 15 centimeter dan

bercabang-cabang, bunga betinanya yang ukurannya lebih besar terletak pada

tangkai yang kuat dan bercabang-cabang.

Hidayat (2001) menuturkan bahwa buah Pepaya Gunung berbentuk bulat

telur dengan ukuran panjang 6-10 cm dan diameter 3-4 cm. Menurut Verhey dan

Coronel (1997) buah matang berbentuk bulat telur sungsang, berukuran 6-15 cm x

3-8 cm, dagingnya keras, berwarna kuning-jingga, rasanya agak asam tetapi

harum baunya, di sekeliling rongganya terdapat banyak sekali biji yang

terbungkus oleh sarkotesta yang putih dan berair. Hidayat (2001) menambahkan

kulit buah yang masih hijau berwarna hijau gelap dan akan berubah menjadi

7

kuning cerah setelah masak. Biji buah berwarna hitam dengan jumlah yang

banyak dan padat. Daun bercuping sangat dalam dan tangkainya berwarna hijau

gelap, urat daun lebih tebal dibandingkan pepaya.

Menurut Hendro (2005) buah pepaya mempunyai getah. Getah ini akan

semakin berkurang pada saat buah mendekati matang. Getah ini mengandung

papain yang bersifat proteolitik (merombak protein).

Menurut Krajewski et al. (1997) Pepaya Gunung mengandung banyak

komponen volatil dan merupakan turunan dari asam lemak. Sebagian besar

komponen tersebut merupakan senyawa 3-hidroksiester, yaitu etil 3-O -D-

glokopiranosilbutanoat, butil 3-O -D-glukopiranosilbutanoat, dan 3-oxo-oktil 1-

O -D-glukopiranosid. Senyawa ini juga ditemukan pada beberapa tanaman

tropik lainnya seperti nanas, mangga, gooseberry, tamarillo, dan Spondias spp.

Hidayat (2001) menuturkan bahwa Pepaya Gunung atau pepaya mini

merupakan sumber kalsium, gula, vitamin A dan C. Buah ini dapat dijadikan sirup

dan jus atau makanan seperti manisan dan selai. Buah ini sangat cocok dimakan

oleh orang yang mempunyai perut lemah terhadap buah-buahan lain karena

mempunyai sifat memperbaiki sistem pencernaan. Selain itu, buah ini dapat dibuat

sebagai minuman non alkohol. Menurut Verhey dan Coronel (1997) daging buah

masak Pepaya Gunung dapat dimakan dalam keadaan segar, tetapi biasanya

disetup dahulu dan diberi gula. Di Jawa, buahnya dijual kepada wisatawan,

digunakan untuk konsumsi setempat atau dikalengkan. Di Amerika Selatan, buah

Gedang Memedi digunakan pada minuman ringan (tanpa alkohol) dan dijadikan

selai.

Hidayat (2001) menyebutkan bahwa buah yang masih muda dikeringkan

untuk dibuat serbuk sebagai bahan pembuatan obat penyakit kulit atau sebagai

obat peluruh cacing dan dapat digunakan sebai bahan kosmetik. Daunnya dapat

digunakan sebagai pelunak daging karena mengandung zat papain. Selain itu, zat

papain juga digunakan dalam berbagai keperluan industri seperti minuman,

makanan, dan farmasi. Di daerah Dieng buah Pepaya Gunung masih merupakan

buah konsumsi lokal dalam jumlah terbatas dan lebih banyak dibiarkan terbuang

membusuk. Buah ini sudah dibuat minuman awetan dalam kaleng, tetapi

jumlahnya masih sangat terbatas dibandingkan potensi keberadaan tumbuhannya.

8

Menurut Verhey dan Coronel (1997) Pepaya Gunung merupakan tanaman

yang menarik untuk lahan yang beriklim terlalu dingin untuk pepaya biasa.

Selanjutnya ketahanannya yang tinggi terhadap virus pepaya sangat bernilai

dalam tugas penangkaran pepaya. Hidayat (2001) menambahkan tumbuhan

Pepaya Gunung sangat cocok untuk area dimana pepaya biasa tidak hidup normal

dan tanaman ini tahan terhadap ringspot virus yang biasa menyerang tanaman

pepaya.

B. Investasi Syariah

Islam berasal dari bahasa arab dan diambil dari kata salimah yang

mempunyai arti selamat, damai, tunduk pasrah, dan berserah diri. Penyerahan diri

ini ditujukan kepada pencipta seluruh alam semesta yaitu Allah SWT. Agama

Islam memiliki 3 aspek utama yaitu aqidah, syariah, dan akhlak. Akidah disebut

juga iman, syariah disebut Islam, dan akhlak disebut ikhsan. Aqidah menunjukkan

kebenaran Islam, syariah menunjukkan keadilan Islam, dan akhlak menunjukkan

keindahan Islam (Karim, 2003).

Ekonomi Islam merupakan ekonomi anti riba dimana pelaku ekonominya

hanya melakukan usaha yang halal menurut ajaran Islam dan senantiasa berpikir

untuk menyamakan harga dengan biaya yang dikeluarkan. Semangat anti riba ini

sudah diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW dalam sejarah hidupnya

(Cahyono, 1995).

Menurut Wibowo dan Untung (2005) riba secara etimologis sinonim dengan

ziyadah, yang artinya tambahan. Secara linguistik riba diartikan sebagai tumbuh

dan membesar. Sedangkan menurut istilah teknis, riba berarti pengambilan

tambahan dari harta pokok (modal) secara batil. Secara batil maksudnya

pengambilan tambahan dari modal pokok itu tanpa disertai imbalan pengganti

(konpensasi) yang dapat dibenarkan oleh hukum syariah.

Manurut Zulkifli (2003), ditinjau dari sisi fiqh maka riba harus dilakukan

secara hati-hati. Yusuf Qurdhawi menafsirkan bahwa bunga bank sama dengan

riba yang hukumnya jelas-jelas haram.

Menurut Wibowo dan Untung (2005) secara garis besar riba diklasifikasikan

menjadi dua kelompok yaitu riba utang piutang dan riba jual beli. Riba utang

piutang dibagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyah, sedangkan riba jual beli

9

dibagi menjadi riba fadl dan riba nasiah. Riba qard adalah suatu manfaat atau

tingkat kelebihan tertentu yang disyaratkan terhadap debitur (muqtaridh). Riba

jahiliyah adalah kelebihan yang terjadi karena utang dibayar melebihi pokok

utangnya, karena debitur terlambat membayarnya dari jatuh tempo yang telah

ditetapkan. Riba fadhl adalah kelebihan kadar yang terjadi pada pertukaran

dengan kadar yang berbeda antarbarang ribawi yang sejenis. Riba nasi ah adalah

tambahan pembayaran atas jumlah modal yang disyaratkan lebih dahulu yang

harus dibayar oleh debitur kepada kreditor tanpa risiko, sebagai imbalan dari jarak

waktu pembayaran yang diberikan kepada debitur.

Terkait dengan hal di atas, terdapat beberapa dalil Islam yang melarang

sistem riba. Dasar hukum dari pelarangan riba adalah sebagai berikut:

1) Allah SWT memberikan pengertian bahwa riba tidak akan menambah

kebaikan di sisi Allah SWT. Allah berfirman : “Dan sesuatu riba (tambahan)

yang kamu berikan agar bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak

akan menambah apapun di sisi Allah. Dan apabila kamu mencapai keridhaan

Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang

melipatgandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Rum : 39).

2) Allah memberikan gambaran siksaan bagi seorang yahudi dengan salah satu

karakternya suka memakan riba. Allah SWT berfirman: “Maka disebabkan

kezaliman orang-orang Yahudi kami haramkan atas mereka (memakan

makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan

karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan

disebabkan karena mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka

telah dilarang daripadanya, dan karena mereka telah memakan harta orang

dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang

kafir diantara mereka siksaan yang pedih.” (QS. An-Nisa’ : 160-161).

3) Allah SWT melarang memakan riba yang berlipat ganda. Allah SWT

berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba

dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu

mendapatkan keuntungan.” (QS Ali Imran : 130).

4) Allah melarang dengan keras dan tegas segala jenis riba. Allah SWT

berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

10

tinggalkan sisa-sisa (dari segala jenis) riba jika kamu orang-orang yang

beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan maka ketahuilah bahwa Allah

dan rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat, maka bagimu

pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak pula dianiaya.” (QS. Al-

Baqarah : 278-279).

Islam mendorong praktik bagi hasil dan mengharamkan riba. Keduanya

sama-sama memberikan keuntungan bagi pemilik dana, namun keduanya

mempunyai perbedaan yang begitu nyata seperti ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan antara bagi hasil dan bunga

Bagi Hasil Bunga

1. Penentuan besarnya risiko atau nisbah

bagi hasil dibuat pada waktu akad

dengan berpedoman pada

kemungkinan untung rugi.

1. Penentuan bunga dibuat pada waktu

akad dengan asumsi selalu untung.

2. Risiko bagi hasil berdasarkan

keuntungan yang diperoleh.

2. Besarnya persentase berdasarkan

pada jumlah uang (modal) yang

dipinjamkan.

3. Bagi hasil bergantung pada keuntungan

proyek yang dijalankan. Bila usaha

merugi, kerugian akan ditanggung

bersama oleh kedua belah pihak.

3. Pembayaran bunga tetap seperti yang

dijanjikan tanpa mempertimbangkan

apakah proyek yang dijalankan

untung atau rugi.

4. Jumlah pembagian laba akan

meningkat sesuai dengan peningkatan

pendapatan.

4. Jumlah pembayaran bunga tidak

meningkat sekalipun jumlah

keuntungan berlipat.

5. Tidak ada yang meragukan keabsahan

bagi hasil

5. Eksistensi bunga diragukan oleh

semua agama termasuk agama Islam.

Sumber : Antonio (2002).

Di Indonesia, Bank syariah yang pertama didirikan pada tahun 1992 adalah

Bank Muamalat Indonesia (BMI). Pada 2005 jumlah bank syariah di Indonesia

bertambah menjadi 20 unit, yaitu 3 bank umum syariah dan 17 unit usaha syariah.

Walaupun perkembangan bank syariah agak terlambat dibandingkan dengan

negara-negara muslim lainnya, perkembangan syariah di Indonesia akan terus

berkembang (Karim, 2003).

11

Menurut Wibowo dan Untung (2005) bank syariah merupakan bank yang

beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bank ini tata cara

beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam maksudnya

adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah

Islam, khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam

tata cara bermuamalat dijauhi praktik-praktik yang dikhawatirkan mengandung

unsur-unsur riba. Falsafah dasar beroperasinya bank syariah yang menjiwai

seluruh hubungan transaksinya adalah efisiensi, keadilan, dan kebersamaan.

Perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbedaan bank syariah dan bank konvensional

Bank Konvensional Bank Syariah

1. Memakai metode bunga

2. Profit oriented

3. Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk hubungan debitur-kreditur

4. Creator of money supply

5. Tidak membedakan investasi yang

halal dan haram

6. Tidak memiliki Dewan Pengawas

Syariah

1. Berdasarkan margin keuntungan

2. Profit & falah oriented

3. Kemitraan

4. Users of real funds

5. Investasi hanya pada bidang usaha

yang halal

6. Operasinya harus sesuai dengan

arahan Dewan Pengawas Syariah

Sumber: Wibowo dan Untung (2005).

Perbedaan bank syariah dan bank konvensional dalam praktik perbankan

dapat terlihat jelas ketika diterapkannya kebijakan uang ketat, yaitu sebagai

berikut:

1) Bank konvensional akan menaikkan tingkat suku bunga simpanan yang diikuti

dengan suku bunga pinjaman. Kenaikan ini dapat mengganggu pertumbuhan

ekonomi yang sekaligus mengganggu pertumbuhan kesempatan kerja.

2) Pada bank syariah, pengurangan uang yang beredar akan menekan laju inflasi

dan menurunkan biaya produksi pada investasi debitur sehingga debitur akan

memperoleh tambahan keuntungan yang akan dibagihasilkan kepada bank.

Tambahan keuntungan pada bank ini akan dibagihasilkan kepada nasabah

12

penyimpan dana untuk mempercepat kegiatan ekonomi. Dengan demikian laju

pertumbuhan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja akan tetap terpelihara.

Bagi hasil yang diterapkan dalam bank sayriah menggunakan prinsip

musyarakah, mudharabah, muzara’ah, dan musaqah (Setijawan dan Mulya, 2003).

Musyarakah adalah investasi yang melibatkan kerjasama pihak-pihak yang

memiliki dana dan keahlian dimana pihak yang berkongsi sepakat untuk membagi

keuntungan dan risiko sesuai dengan kontribusinya. Mudharabah adalah

kerjasama antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan keseluruhan dana

dan pihak kedua menjadi pengelola. Kedua pihak sepakat membagi keuntungan

sesuai dengan kesepaatan, sedangkan risiko kerugian ditanggung oleh pemilik

dana. Muzara’ah adalah adalah kerjasama pengelolaan pertanian antara pemilik

lahan dan penggarap. Musaqah adalah bentuk sederhana dari muzara’ah dimana si

penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan.

C. Akuntansi Syariah

Menurut Muhammad (2005) akuntansi secara tradisional dipahami sebagai

seperangkat prosedur rasional yang digunakan untuk menyediakan informasi bagi

pengambilan keputusan dan pengendalian. Pengertian akuntansi ini menunjukkan

bahwa akuntansi adalah teknologi yang statis dan bebas dari nilai masyarakat

dimana akuntansi tersebut dipraktikkan. Akan tetapi sejak tahun 1980-an

pengertian akuntansi berkembang menjadi lebih luas dengan mempertimbangkan

konteks sosial dan organisasi dimana akuntansi dipraktikkan.

Islam sebagai ideologi, masyarakat, dan ajaran tentunya sangat sarat dengan

nilai-nilai, sehingga akuntansi yang berlaku dalam masyarakat Islam haruslah

sesuai dengan nilai-nilai Islam (Indrawanto, 2007). Akuntansi menurut Islam

harus memiliki bentuk yang sarat dengan nilai pertanggung jawaban, keadilan,

dan kebenaran. Prinsip kebenaran dan keadilan berarti masalah pengakuan,

pengukuran, dan pelaporan dalam akuntansi harus dilakukan dengan benar

sehingga memberikan informasi yang benar kepada masyarakat yang akhirnya

akan memberikan rasa keadilan dalam dunia bisnis. Wibowo dan Untung (2005)

menambahkan akuntansi syariah harus mempunyai prinsip efisiensi, keadilan, dan

kebersamaan. Kebersamaan mengacu pada prinsip saling membantu dan dapat

meningkatkan produktivitas. Dalam konteks ini harus diterima bahwa akuntansi

13

syariah memainkan peranan untuk menyesuaikan kelompok-kelompok yang

berkepentingan bisnis dalam masyarakat. Hal ini merupakan letak posisi sosial

akuntansi syariah.

Menurut Indrawanto (2007) akuntansi syariah yang berorientasi sosial

adalah akuntansi yang menyajikan atau mengungkapkan dampak sosial

perusahaan terhadap masyarakat. Untuk dapat mengungkapkan dampak

perusahaan terhadap masyarakat, maka pengembangan akuntansi harus dengan

cara memperluas dan menerapkan konsep zakat. Konsekuensi pada organisasi

bisnis dari konsep ini adalah orientasi bisnis tidak lagi pada laba usaha semata,

tetapi pada kesejahteraan masyarakat yang dituangkan dalam bentuk zakat.

Adanya zakat ini menjadikan akuntansi syariah berbeda dengan akuntansi

konvensional. Perbedaan tersebut terletak pada distribusi nilai tambah yang

didapatkan dari usaha yang dilakukan. Pada akuntansi syariah nilai tambah yang

didapatkan oleh investor dicatat pada bagi hasil untuk investor, nilai tambah

masyarakat ditambah pada zakat yang harus dibayar, dan nilai tambah perusahaan

adalah laba bersih setelah bagi hasil dikurangi pembayaran pajak dan zakat. Pada

akuntansi konvensional, investor mendapatkan keuntungan berupa bunga dan

pengusaha mendapatkan keuntungan bersih setelah keuntungan operasi dikurangi

biaya bunga dan pajak.

Hasan (2005) menyatakan bahwa harta yang telah mencapai nisab wajib

dizakatkan. Nisab adalah batas minimal dari jumlah uang yang dimiliki. Jika

jumlahnya kurang dari batas tersebut maka dianggap sedikit dan tidak diwajibkan

zakat. Nisab uang mengacu pada nilai emas dan perak pada saat itu yaitu 85 gram

untuk emas dan 595 gram untuk perak. Besarnya zakat yang dikeluarkan adalah

sebesar 2,5 persen dari laba yang didapatkan. Zakat ini diwajibkan dibayar satu

kali dalam setahun.

D. Usaha Kecil dan Miko Syariah

Usaha kecil dan mikro mencakup 95 persen dari keseluruhan perusahaan di

Indonesia. Akan tetapi kontribusinya kepada perekonomian nasional sangat kecil

(Setijawan dan Mulya, 2003). Usaha kecil dan mikro justru lebih bisa bertahan

dalam menghadapi krisis ekonomi yang melanda perekonomian nasional.

14

Kemampuan bertahan UKM ini disebabkan oleh karakteristiknya yang tidak

terlalu banyak bergantung pada sektor eksternal seperti hutang dan bahan baku

impor, kandungan local yang besar, padat karya, orientasi pasar dalam negeri,

harga terjangkau, organisasi ramping dan fleksibel, dan pengusahaan pasar lokal

yang baik.

Disamping keunggulan tersebut, UKM juga memiliki berbagai kendala

untuk berkembang. Setijawan dan Mulya (2003) menyebutkan beberapa

kendalanya antara lain lemahnya manajemen keuangan, pengelolaan dengan

manajemen keluarga yang umumnya lemah dalam pengendalian, SDM dengan

kualitas yang terbatas, orientasi jangka pendek, rendahnya kesadaran akan mutu,

terbatasnya akses informasi dan sumberdaya keuangan serta tidak menguasai jalur

distribusi.

Untuk mengembangkan UKM tidaklah cukup hanya dengan menyediakan

akses kepada perbankan tanpa memperbaiki kelemahan UKM. Penyaluran kredit

tanpa diiringi dengan pemahaman yang baik akan kebutuhan UKM baik yang

bersifat finansial maupun non-finansial hanya akan menghasilkan tingkat

pengembalian yang rendah. Pembentukan kelompok beserta institusi pendamping

yang dilakukan oleh Bank Indonesia telah mampu meningkatkan manfaat kredit

dengan pengembalian yang tinggi. Akan tetapi adanya UU No. 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia maka BI tidak lagi dapat memberikan kredit secara

langsung kepada masyarakat. Oleh sebab itu diperlukan pendekatan baru agar

sektor UKM ini tetap mendapatkan akses jasa keuangan dan perbankan. Salah

satu alternatifnya adalah pembiayaan syariah.

Menurut Setijawan dan Mulya (2003), bank syariah memiliki kinerja yang

lebih baik daripada perbankan konvensional selama periode krisis ekonomi. Hal

ini dapat dilihat dari relatif lebih rendahnya pembiayaan yang bermasalah (non

performing loans) pada bank syariah dan tidak terjadi negative spread dalam

kegiatan operasionalnya. Hal tersebut terjadi karena pengembalian pada bank

syariah tidak mengacu pada tingkat suku bunga. Hal ini menunjukkan bahwa bank

syariah memberikan harapan kepada masyarakat sebagai sumber pembiayaan

alternatif.

15

Permasalahan yang dihadapai bank syariah adalah masih rendahnya share

perbankan dan jaringan perbankan syariah masih sangat terbatas dibandingkan

nasabah potensialnya. Dengan demikian kontribusi terhadap peningkatan

pembiayaan bagi UKM juga masih relatif kecil. Pengusaha UKM sendiri masih

memiliki pemahaman yang rendah akan produk syariah.

E. Manajemen Risiko

Risiko merupakan akibat dari setiap keputusan yang diambil atau perubahan

kondisi luar. Risiko dapat menimpa setiap tahap aktivitas perusahaan baik dari

penyediaan bahan baku, proses pengolahan dan pemasaran (Djohanputro, 2006).

Risiko pada umumnya mempunyai potensi yang merugikan, sehingga diperlukan

suatu manajemen untuk mengidentifikasi dan mengkuantifikasi potensi kerugian

dari risiko tersebut. Hanafi (2006) menyatakan manajemen risiko adalah suatu

sistem pengolahan risiko yang dihadapi oleh organisasi secara komprehensif

untuk tujuan meningkatkan nilai perusahaan. Pengertian dasar risiko terkait

dengan keadaan adanya ketidakpastian yang terukur secara kuantitatif.

Menurut Kontur (2004), ketidakpastian yang dihadapi perusahaan bisa

berdampak merugikan atau mungkin saja menguntungkan. Bila risiko dianggap

menguntungkan maka disebut kesempatan (opportunity), sedangkan

ketidakpastian yang berdampak merugikan disebut risiko (risk).

Suatu keputusan pembiayaan suatu agroindustri Pepaya Gunung akan

memiliki risiko rendahnya tingkat keuntungan atau bahkan mengalami kerugian

hingga hilangnya modal pembiayaan yang telah dikeluarkan. Menurut Indrawanto

(2007), sumber yang dapat menyebabkan terjadinya risiko keputusan pembiayaan

adalah tidak berjalannya operasional usaha sesuai dengan kondisi yang

diasumsikan. Kondisi ini disebut risiko usaha. Selain itu, terjadinya dinamika

industri yang menyebabkan asumsi dalam evaluasi kelayakan menjadi tidak

tercapai yang dapat disebut sebagai risiko industri.

Parameter risiko industri yang dapat menyebabkan terjadinya risiko

pembiayaan adalah harga bahan baku yang lebih tinggi dari prakiraan dan harga

produk yang lebih rendah dari prakiraan. Kedua kondisi ini menyebabkan laba

operasional yang didapat menjadi lebih rendah, sehingga tingkat keuntungan

pembiayaan juga menjadi lebih rendah.

16

Indrawanto (2007) menyebutkan empat parameter risiko usaha yang dapat

menyebabkan terjadinya risiko pembiayaan yaitu (1) ketersediaan bahan baku

yang lebih rendah dari prakiraan, (2) operasional pengolahan dengan tingkat

kinerja yang rendah, dan (3) pemasaran produk yang tidak efisien dengan biaya

pemasaran tinggi.

1. Manajemen Risiko pengadaan Bahan Baku

Risiko pengadaan bahan baku merupakan parameter penting dalam usaha

agroindustri. Hal ini disebabkan ketersediaan bahan baku sangat tergantung

pada sektor pertanian yang memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi

(Soekartiwi, 2000). Potensi risiko pengadaan bahan baku terletak pada (1) sifat

produksinya yang musiman, mudah rusak, bervariasi, dan bervolume besar, (2)

sifat produsennya yang resisten terhadap inovasi, dan (3) sifat pasarnya yang

tersebar secara geografis dan dalam unit-unit yang kecil dalam jumlah yang

banyak (Austin, 1992).

Brown (1994) menyebutkan altenatif pola pengadaan bahan baku untuk

memperkecil risiko antara lain (1) memproduksi sendiri bahan baku, (2)

mengadakan kontrak pembelian dengan petani, (3) membeli langsung di pasar

terbuka, dan (4) kombinasi dari 1, 2, dan 3.

2. Manajemen Risiko Proses Pengolahan

Pemilihan teknologi pengolahan yang tepat merupakan faktor penting

dalam manajemen risiko pengolahan. Selain itu, faktor yang perlu diperhatikan

adalah kerusakan alat pengolahan, serta keahlian dan perilaku sumber daya

manusia (Indrawanto, 2007).

Risiko pengolahan dapat berakibat pada terjadinya variasi proses atau

bahkan berhentinya proses produksi. Upaya untuk memperkecil risiko

pengolahan dapat dilakukan dengan cara melakukan pengujian kemampuan

produksi melalui simulasi kondisi operasi aktual secara beragam, menelaah

variasi proses yang terjadi dan penyebabnya, dan menentukan alternatif

perbaikan yang dapat dilakukan (Kolarik, 1995).

17

3. Manajemen Risiko Pemasaran

Risiko pemasaran yang dapat terjadi adalah tidak tercapainya target

penjualan baik dari segi volume maupun nilai pendapatan. Beberapa faktor

yang menyebabkan terjadinya risiko pemasaran adalah kekurangsiapan

perusahaan memasuki pasar seperti tidak tepatnya program bauran pemasaran

yang diterapkan dan situasi eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh

perusahaan (Indrawanto, 2007). Menurut Leod (1995) manajemen risiko

pemasaran dilakukan melalui pengenalan dan diagnosa masalah, menentukan

sumber masalah, membuat dan menerapkan rencana pemasaran yang tepat,

serta melakukan evaluasi penerapan rencana pemasaran.

4. Strategi Pengurangan Risiko

Untuk mengurangi risiko perusahaan maka diperlukan suatu perencanaan

industri yang baik. Menurut Berlo (1993) dalam suatu agribisnis terdapat

banyak keputusan yang diambil dalam kondisi tidak menentu. Hal ini

disebabkan adanya perubahan kualitas bahan pertanian tiap waktu yang bisa

disebabkan oleh perubahan iklim maupun faktor lain yang mempengaruhinya.

Suatu perencanaan yang efektif dan efisien dapat membantu menyelesaikan

masalah yang ada. Faktor-faktor yang sangat berpengaruh terhadap

keberlangsungan agroindustri adalah pasar, industri, dan pertanian. Faktor-

faktor tersebut berpengaruh terhadap kebijakan taktis maupun strategis dalam

perusahaan. Kebijakan taktis yang diperlukan antara lain kebutuhan

operasional, teknik pemanenan, dan perencanaan teknik proses.

Perencanaan terhadap pasar yang diharapkan sangat diperlukan dalam

menentukan strategi pemasaran. Penentuan suplai bahan baku harus

berdasarkan jumlah permintaan terhadap produk jadi. Produk-produk pertanian

mempunyai karakteristik yang mudah rusak sehingga harus direncanakan

jumlah bahan baku yang diperlukan untuk memenuhi permintaan pasar dan

berdasarkan kapasitas industri yang ada. Hal ini bertujuan untuk mengurangi

tingkat kerusakan bahan baku dan memperoleh keuntungan yang optimal

(Berlo, 2003).

Untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan dalam perencanaan pasar

maka diperlukan suatu perencanaan produksi. Perencanaan produksi merupakan

18

perencanaan jumlah produk yang harus diproduksi pada setiap harinya.

Perencanaan produksi ini menyangkut bahan-bahan yang diperlukan untuk

proses produksi seperti bahan baku, bahan penunjang, dan jumlah karyawan

yang diperlukan. Dalam perencanaan produksi jumlah dan jenis produk

didasarkan pada permintaan konsumen. Kapasitas produksi harus disesuaikan

dengan jumlah permintaan yang ada dan besarnya kapasitas produksi lebih baik

jangan melebihi jumlah permintaan yang ada.

F. Sistem Penunjang Keputusan

Pengertian sistem menurut Indrajid (2001) adalah kumpulan dari

komponen-komponen yang memiliki keterkaitan antara satu dan lainnya. Menurut

Marimin (2005) sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-

bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam

suatu lingkungan kompleks. Turban (2005) juga menuturkan bahwa sistem

merupakan sekumpulan dari objek seperti orang, sumberdaya, konsep, dan

prosedur yang teratur untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pengertian-pengertian

tersebut mencerminkan adanya beberapa bagian dan hubungan antar bagian yang

menunjukkan kompleksitas dari sistem yang meliputi kerja sama antara bagian

yang interdependen satu sama lain. Selain itu juga sistem berusaha untuk

mencapai suatu tujuan. Definisi tersebut menunjukkan bahwa sistem sebagai

gugus dari elemen-elemen yang saling berinteraksi secara teratur dalam rangka

mencapai tujuan atau subtujuan.

Menurut Zakiyah (2007) sistem memiliki beberapa sifat dasar antara lain (1)

dinamisasi dan perubahan berkelanjutan sistem dalam pencapaian tujuan, (2)

sinergi, (3) keterbukaan terhadap lingkungan, (4) transformasi yaitu proses

perubahan input menjadi output, (5) hubungan antar bagian yang memerlukan

analisis dasar pemahaman yang luas, (6) mekanisme pengendalian yang memberi

informasi kepada sistem mengenai efek dari perilaku sistem terhadap pencapaian

tujuan atau pemecahan persoalan yang dihadapi.

Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari kompenen-komponen

dalam perusahaan atau organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan

dan pengaliran informasi (Indrajid, 2001). Menurut Marimin (2006) sistem

informasi adalah suatu yang menerima sumber data sebagai input dan

19

mengolahnya menjadi produk informasi sebagai output. Sistem informasi

merupakan satu sistem yang terdiri dari beberapa sistem yang terdiri dari beberapa

sistem atau komponen hardware, software, dan brainware, data dan prosedur

untuk menjalankan input, proses, output, penyimpanan, dan pengontrolan yang

mengubah sumber data menjadi informasi.

Manajemen merupakan proses yang berkaitan dengan tujuan suatu

organisasi dan sumber daya yang dimiliki. Kesuksesan suatu manajemen

tergantung pada kemampuan dari fungsi-fungsi yang dimiliki, yaitu planning,

organizing, directing, dan controlling. Semua aktivitas manajemen tersebut

berkaitan dengan pengambilan keputusan yang optimum (Turban et al., 2005).

Menurut Marimin (2006) manajemen dengan menggunakan pendekatan sistem

informasi merupakan langkah yang mengarah pada peningkatan kemampuan

sumberdaya manusia. Perubahan kebiasaan dari menggunakan sistem manual

menjadi sistem elektronik diharapkan dapat menghasilkan suatu ketepatan,

kecepatan, dam keakuratan terhadap hasil pengolahan data dan informasi di segala

bidang.

Turban et al. (2005) menyebutkan beberapa piranti yang dapat digunakan

oleh pihak manajemen dalam pengambilan keputusan antara lain Decision

Support System (DSS), Management Science (MS), Business Analytics, Data

Mining, Data Warehousing, Group Support System (GSS), Expert System (ES),

dan Artificial Neural Networks (ANN). Tabel 3 menunjukkan penunjang

keputusan yang dapat digunakan dalam berbagai tipe keputusan dan tipe kontrol.

Sistem Penunjang Keputusan (SPK) adalah pendekatan secara sistematis

untuk menentukan teknologi ilimiah yang tepat dalam mengambil keputusan dan

merupakan konsep spesifik yang menghubungkan sistem komputerisasi informasi

dengan para pengambil keputusan sebagai pengguna (Eriyatno, 1999). Menurut

Indrajid (2001) sistem penunjang keputusan merupakan produk perangkat lunak

yang dikembangkan untuk membantu manajemen dalam proses pengambilan

keputusan. Turban et al. (2003) menyebutkan bahwa sistem penunjang keputusan

merupakan sistem yang digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dari

berbagai alternatif yang ada.

20

Gambar 1. Proses pengambilan keputusan.

Fase IntelegenTujuan organisasiProsedur pencarian dan pengamatanPengumpulan dataIdentifikasi masalahPengklasifikasian masalahPernyataan masalah

Fase DisainFormulasi model (asumsi)Penentuan kriteria-kriteriaPenentuan alernatif-alternatifPengukuran dan prediksi

Fase DisainSolusi modelAnalisis sensitivitasPemilihan alternatif terbaikDesain control system

Implementasi solusiyang telah diputuskan

Kenyataan Pemeriksaan

Gagal

Berhasil

Validasi model

Verifikasi dan ujisolusi yang diinginkan

21

Tabel 3. Kerangka penunjang keputusan

Tipe keputusanTipe kontrol

Operasional Manajemen Strategi Piranti yang dibutuhkanTerstruktur Jumlah penerimaan

dan pemesanan

Analisis anggaran belanja,

prakiraan jangka pendek,

laporan personal, analisis

pembelian

Manajemen finansial,

lokasi gudang, sistem

distribusi

Sistem informasi manajemen,

management science models,

model finansial dan statistik

Semiterstruktur Jadwal produksi,

pengaturan inventori

Evaluasi piutang, persiapan

anggaran belanja, perencanaan

layout, penjadwalan proyek,

disain sistem penghargaan

Perencanaan jangka

panjang, perencanaan

produk baru, perencanaan

asuransi kualitas

Sistem penunjang

keputusan

Tidak terstruktur Penentuan sampul

majalah, pembelian

perangkat lunak,

penyetujuan

pinjaman

Negosiasi, perekrutan manajer,

pembelian perangkat keras,

lobbying

Perencanaan penelitian

dan pengembangan,

perencanaan social

responsibility

Sistem penunjang

keputusan, sistem pakar,

neural network

Piranti yang dibutuhkan Sistem informasi

manajemen,

Management science

Management science, sistem

penunjang keputusan, sistem

pakar

Sistem pakar, neural

network -

Sumber: Turban et al. (2003).

21

22

Haag et al. (2004) menyebutkan sistem penunjang keputusan adalah sistem

yang sangat fleksibel dan interaktif yang didisain untuk menunjang dalam

pengambilan keputusan suatu permasalahan yang tidak terstruktur. Menurut

Turban et al. (2005), sistem penunjang keputusan merupakan sebuah sistem yang

digunakan untuk menunjang pembuat keputusan manajemen. Menurut Post dan

David (2003) sistem penunjang keputusan dibuat untuk membantu manajer dalam

membuat keputusan taktis dan menurut Indrajid (2001) sistem penunjang

keputusan digunakan sebagai second opinion atau sumber informasi yang dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan oleh manajer dalam memutuskan

kebijakan. Secara umum pengambilan keputusan terdiri atas lima tahap yaitu

(1) identifikasi bobot objek, (2) identifikasi alternatif yang ada, (3) memprediksi

kemungkinan yang bisa terjadi, (4) mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan

tersebut dengan menggunakan skala, dan (5) memilih alternatif yang mempunyai

nilai tertinggi (McCown, 2002). Terdapat perbedaan antara produksi dan

manajemen pada pertanian dan produksi dan manajemen pada industri sehingga

membutuhkan suatu sistem yang dapat memecahkan permasalahan tersebut.

Sistem penunjang keputusan dapat digunakan untuk membantu memecahkan

masalah tersebut.

Menurut Turban et al. (2005) karakteristik sistem penunjang keputusan

antara lain mendukung individu dan tim, dapat digunakan secara berulang dan

konstan, mempunyai tiga komponen utama yaitu data, model, dan user interface.

Selain itu, karakteristik SPK yang lain yaitu menggunakan data objektif, personal,

dan objektif, dapat digunakan dalam sektor privat, dan membantu pengguna

dalam mengambil keputusan yang lebih cepat dan akurat. Karakteristik ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

23

Gambar 2. Karakteristik dan kapabilitas sistem penunjang keputusan (Turbanet al. , 2005).

Menurut Sprague dan Barbara (1993) SPK mempunyai lima karakteristik

utama yaitu (1) sistem yang berbasis komputer, (2) digunakan untuk membantu

para pengambil keputusan, (3) dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah

rumit yang tidak mungkin dilakukan dengan kalkulasi manual, (4) sistem

interaktif, dan (5) komponen utamanya data dan model analisis.

Turban et al. (2005) menyebutkan bahwa SPK harus dibuat lebih interaktif

dan mudah dimengerti oleh penggunanya. Hal ini disebabkan sebagian pengguna

bukan programer sehingga membutuhkan suatu prosedur yang mudah dipahami

dan digunakan. Menurut Indrajid (2001) SPK harus menggunakan format grafik

agar pengguna lebih mudah untuk memahami dan mengerti.

Komponen-komponen SPK menurut Indrajid (2001) yaitu database,

modelbase, dan software system. Turban et al. (2005) menyebutkan komponen

SPK yaitu data, model, dan user interface serta knowledge (opsional).

Permasalahan yang semiterstruktur dan tidak terstruktur

Mendukung semuatingkatan manajemen

Mendukung individudan tim/grup

Keputusan interdependenatau skuensial

Mendukung desainintelegen

Mendukung banyakproses keputusan

Adaptable dan fleksibel

Interaktif dan mudahpenggunaannya

Berdiri sendiri, integrasi,dan web-based

Efektif bukan efisien

Mesin terkontrol manusia

Pengembangan berdasarkanpengguna akhir

Permodelan dan analisis

Akses data

Terintegrasi

SistemPenunjangKeputusan

24

Turban et al. (2005) menyebutkan komponen sistem penunjang keputusan

sebagai berikut:

1) Sistem manajemen basis data yang didalamnya terdapat database dengan data

yang relevan dan diatur oleh software (Gambar 4),

2) Sistem manajemen basis model yang merupakan perangkat software yang

terdiri atas model finansial, statistik, manajemen ilmu, atau model kuantifikasi

lainnya yang mendukung kemampuan analisis sistem (Gambar 5),

3) User interface atau human-machine communication yang merupakan

pernyataan atau perintah yang berhubungan langsung dengan pengguna,

4) Manajemen basis pengetahuan.

Gambar 3. Skema sistem penunjang keputusan (Turban et al., 2005).

Turban et al. (2005) menyebutkan elemen dari sistem manajemen basis data

terdiri atas (1) database sistem penunjang keputusan, (2) database management

system, (3) data directory, dan (4) query facility. Gambar 4 menunujukkan skema

struktur sistem manajemen basis data.

Data eksternal daninternal Manajemen

dataManajemen

modelModel

eksternal

Subsistem basispengetahuan

Userinterface

Komputer lain Jaringan internet,intranet, atau ekstranet

Pengguna

25

Gambar 4. Skema struktur sistem manajemen basis data.

Ekstraksi

Finansial Pemasaran Produksi SDM

Sumber data internal Lainnya

Data personal

Corporate datawarehouse

Sumber dataeksternal

Basis pengetahuanorgaisnasi

Basis data penunjangkeputusan

Sistem manajemenbasis data

- retrieval- inquiry- update- report generation- delete

Query facility

Data directory

Interfacemanagement

Modelmanagement

Knowledgebased

26

(a)

(b)

Gambar 5. Struktur model sistem manajemen model (a) dan skemastruktur sistem manajemen basis model (b).

Basis model- strategi, taktik, operasional- statistika, finansial, pemasaran,ilmu manajemen, akuntansi, dll.- model building blocks

Manajemen basis model- perintah model : kreasi- maintenance : update- database interface- bahasa model

Model directoty

Model executionintegration, and

command processor

Manajemendata

Interfacemanagement

Knowledge-based

subsystem

Manajemendata dan DBMS

Konwledge-basedsubsystem

Manajemen modeldan MBMS

User interfacemanagement system

(UIMS)

Bahasa processor

InputBahasa perintah

OutputBahasa tampilan

Tampilan dikomputer

Printer, plotter

Pengguna

27

III. LANDASAN TEORI

A. Teknik Heuristik

Teknik Heuristik adalah suatu cara mendekati suatu permasalahan yang

kompleks ke dalam komponen-komponen yang lebih sederhana untuk

mendapatkan hubungan-hubungan dalam permasalahan yang dikaji, atau dengan

kata lain yaitu berupa bentuk pemecahan masalah dengan menggunakan

kecerdasan manusia dan ditulis dengan program komputer (Simon di dalam

Thierauf dan Klekamp, 1975). Menurut Eriyatno (1999), teknik heuristik

merupakan pengembangan operasi aritmatika dan matematika logika.

Menurut Eriyatno (1999) teknik heuristik mempunyai ciri-ciri umum (1)

adanya operasi aljabar yang terdiri dari penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan

pembagian, (2) adanya suatu perhitungan yang bertahap, dan (3) mempunyai

tahapan yang terbatas sehingga dapat dibuat algoritma komputernya.

Eriyatno (1999) juga menyebutkan bahwa teknik heuristik digunakan karena

alasan-alasan sebagai berikut:

1) Heuristik mempermudah lingkungan pembuat keputusan sehingga

memungkinkan membuat suatu keputusan dengan cepat tanpa tergantung

caranya,

2) Jumlah permasalahan begitu kompleks dan tidak ada perangkat keras

(komputer) yang dapat menyelesaikannya walaupun intisari dari permasalahan

dapat dibuat pola matematikanya,

3) Masalah perencanaan dan kebijakan yang harus diatasi oleh seorang manajer

sulit untuk dikuantitatifkan dan bersifat ill-structure, sehingga tidak dapat

diperoleh faktor-faktor yang dapat diperlukan dalam model matematika,

4) Pengguna model sering tidak mengerti tahapan sebelum sampai pada

permodelan walaupun model matematika berhasil dikembangkan.

B. Metode Perbandingan Eksponensial

Metode Pebandingan Eksponensial (MPE) merupakan salah satu metode

untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak.

Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu dalam pengambilan

28

keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi

dengan baik pada tahapan proses. MPE akan menghasilkan nilai alternatif yang

mempunyai perbedaan kontras (Marimin, 2003).

Marimin (2003) menyebutkan beberapa tahapan yang harus dilakukan

dalam menggunakan metode perbandingan eksponensial yaitu meyusun alternatif-

alternatif keputusan yang akan dipilih, menentukan kriteria atau perbandingan

kriteria keputusan yang penting untuk dievaluasi, menentukan tingkat kepentingan

dari setiap kriteria keputusan atau perbandingan kriteria, melakukan penilaian

terhadap semua alternatif pada semua kriteria, menghitung nilai total setiap

alternatif, dan menentukan urutan prioritas keputusan didasarkan pada nilai total

masing-masing alternatif. Formulasi penghitungan nilai untuk setiap alternatif

dalam metode perbandingan eksponensial adalah sebagai berikut:

Keterangan:

TNi = total nilai alternatif ke-i,

RKij = derajat kepentingan relatif kriteria ke-j pada pilihan keputusan i,

TKKj = derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j; TKKj > 0; bilangan

bulat,

n = jumlah pilihan keputusan,

m = jumlah kriteria keputusan.

Menurut Marimin (2003), penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan

dengan cara wawancara dengan pakar atau melalui kesepakatan curah pendapat,

sedangkan penentuan nilai alternatif pada kriteria tertentu dilakukan dengan

memberi nilai setiap alternatif berdasarkan nilai kriterianya. Semakin besar nilai

alternatif maka semakin besar pula nilai alternatif tersebut. Nilai alternatif

keputusan akan relatif berbeda nyata karena adanya fungsi eksponensial.

Keuntungan menggunakan metode perbandingan eksponensial adalah

adanya pengurangan bias yang mungkin terjadi dalam analisis. Nilai yang

menggambarkan urutan prioritas menjadi besar (fungsi eksponensial) akan

mengakibatkan urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata (Marimin, 2003).

29

C. Metode Prakiraan

Prakiraan merupakan suatu usaha untuk menduga apa yang akan terjadi

pada masa mendatang dengan menggunakan suatu metode ilmiah (Machfud,

1999). Metode prakiraan (forecasting) merupakan suatu teknik untuk

memperkirakan apa yang terjadi pada masa yang akan datang (Makridakis et al.,

1995 di dalam Machfud, 1999).

Machfud (1999) menuturkan bahwa keadaan yang dihadapi dalam

melakukan prakiraan sangat bervariasi, yaitu dari segi horizon waktu, faktor-

faktor yang menentukan hasil aktual dari kejadian yang diduga, dan tipe pola data

yang digunakan sebagai dasar melakukan prakiraan. Menurut Machfud (1999),

secara garis besar metode peramalan dikelompokkan menjadi dua yaitu metode

kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua

yaitu metode deret waktu (time series) dan metode kausal. Demikian pula dengan

metode kualitatif dibagi menjadi dua yaitu metode yang bersifat eksploratif dan

metode yang bersifat normatif.

Pada teknik atau model time series, pendugaan terhadap masa mendatang

dilakukan atas dasar nilai-nilai peubah dan atau galat (error) masa lalu. Teknik

time series bertujuan untuk mengungkapkan pola deret waktu data masa lalu dan

kemudian mengekstrapolasikan pola deret data tersebut ke masa mendatang,

sedangkan metode kausal berasumsi bahwa kejadian yang diramalkan (sebagai

peubah terikat) mempunyai hubungan sebab akibat dengan satu atau lebih peubah

bebas. Model kausal bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana bentuk

hubungan sebab akibat tersebut dan kemudian bentuk hubungan yang diperoleh

tersebut digunakan untuk menduga nilai peubah terikat pada masa mendatang.

Model regresi dan ekonometri merupakan salah satu dari model kausal (Machfud,

1999).

1. Analisis Regresi

Analisis regresi merupakan penelaahan hubungan fungsional dua variabel

atau lebih untuk mencari bentuk persamaan yang sesuai dan berguna dalam

meramal keadaan atau kejadian dari peubah variabel tertentu.

Analisis regresi terdiri dari dua macam, yaitu regresi linier dan regresi tak

linier. Model-model regresi ini sangat menentukan dalam pencarian persamaan

30

yang cocok untuk menerangkan data-data yang ada dan meramal keadaan yang

ditimbulkan. Model regresi yang termasuk model regresi tak linier terdiri dari

banyak model, tetapi untuk persoalan pertumbuhan produksi dapat terwakili

dalam delapan kurva (persamaan), sehingga model analisis regresi terdapat

dalam delapan macam kurva (Pantumsinchai et al., 1983 di dalam Kusuma,

2003). Persamaan untuk pendugaan regresi disajikan dalam tabel 4.

Tabel 4. Persamaan dan bentuuk transformasi metode pendugaan regresitunggal delapan kurva

Kurva Persamaan Bentuk Transformasi

1 Y = a + bX Y = a + bX

2 Y = aebx Ln Y = ln a + bX

3 Y = aXb Ln Y = ln a + b ln X

4 Y = a + (b/X) Y = a + b/X

5 Y = 1 / (a+bX) 1/Y = a + bX

6 Y = X / (aX + b) 1/Y = a + b/X

7 Y = a + b log X Y = a + b ln X

8 Y = e(a+bX) Ln Y = a +bX

Dalam persamaan di atas, Y merupakan variabel tak bebas sedangkan X

merupakan variabel bebas. Nilai koefisien dari persamaan kurva dapat dihitung

dengan mentransformasikan masing-masing persamaan kurva ke dalam

persamaan linier, sehingga semua persamaannya dapat dicari dengan

menggunakan kuadrat kecil.

Nilai a dan b dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut:

Keterangan:

n = jumlah data (1,2,…,n),Y = variabel tidak bebas (yang diramalkan),X = variabel bebas,a = nilai Y jika X=0,b = peubah rata-rata Y terhadap peubah per unit X.

31

Untuk mengukur ketepatan model yang digunakan (goodness of fit) maka

ukuran yang biasa digunakan adalah ukuran determinasi (R2). Koefisien

determinasi menunjukkan persentase dari total variasi yang dapat dijelaskan

oleh garis yang dibentuk. Nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 sampai 1

(Walpole, 1988). Persamaan yang digunakan untuk menghitung koefisien

determinasi adalah sebagai berikut:

2. Metode Deret Waktu

Metode rata-rata bergerak (moving average) merupakan salah satu teknik

atau metode time series (Machfud, 1999). Prakiraan dengan menggunakan

metode moving average didasarkan pada proyeksi serial data yang dimuluskan

dengan rata-rata bergerak. Nilai prakiraan untuk suatu periode merupakan rata-

rata dari nilai observasi N periode terakhir (Herjanto, 2006).

Secara matematis, rumus prakiraan dengan metode rata-rata bergerak

sederhana adalah sebagai berikut:

dimana:

Xt = data observasi peroode t

N = panjang serial waktu yang digunakan

Ft+1 = nilai prakiraan periode t+1

D. Analisis Finansial

1. Analisis Biaya

Menurut Hansen dan Mowen (2006), biaya didefinisikan sebagai sumber

daya yang dikorbankan untuk mencapai tujuan. Sumber biaya tersebut selalu

dikonversikan ke dalam unit nilai mata uang. Terdapat tiga kategori utama

32

biaya dalam produksi manufaktur yaitu biaya bahan langsung, biaya tenaga

kerja langsung, dan biaya manufakturing tidak langsung.

Biaya bahan langsung adalah biaya seluruh bahan yang dipakai pada

usaha manufakturing yang secara layak ekonomi dikategorikan sebagai objek

biaya bahan langsung. Biaya bahan baku seperti buah Pepaya Gunung, gula,

dan kemasan merupakan contoh biaya bahan baku langsung dalam industri

Pepaya Gunung. Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya kompensasi

untuk seluruh tenaga kerja pada usaha manufaktur yang secara layak ekonomi

dapat dikategorikan sebagai objek biaya tenaga kerja langsung. Biaya tenaga

kerja pengolahan pada usaha Pepaya Gunung merupakan contoh tenaga kerja

langsung, sedangkan biaya tenaga kerja administrasi dapat dimasukkan dalam

kategori lainnya. Biaya manufakturing tidak langsung adalah seluruh biaya

manufaktur yang tidak dapat secara layak ekonomi dikategorikan sebagai objek

biaya tersendiri. Terminologi lain dari kategori ini adalah biaya overhead.

Berdasarkan sifat respon terhadap perubahan tingkat produksi, biaya

digolongkan ke dalam dua tipe dasar yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya

tetap merupakan tipe biaya yang nilainya tetap walaupun terjadi perubahan

tingkat produksi, sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang nilainya

berubah secara proporsional terhadap perubahan tingkat produksi. Biaya tetap

dapat dikategorikan menjadi biaya tetap langsung dan tidak langsung. Biaya

variabel dikategorikan menjadi dua yaitu biaya variabel langsung dan tidak

langsung.

Perhitungan biaya produksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

metode full costing dan metode variable costing. Pada metode full costing

unsur-unsur biaya dikategorikan ke dalam biaya bahan langsung, biaya tenaga

kerja langsung, biaya manufakturing tidak langsung tetap, dan biaya

manufakturing tidak langsung variabel. Jumlah semua unsur tersebut

menghasilkan biaya produksi dan bila ditambah dengan biaya administrasi dan

umum, serta biaya pemasaran akan menjadi biaya penjualan total. Biaya

penjualan total jika dibagi dengan total unit yang diproduksi akan menjadi

harga pokok penjualan.

33

Pada metode variable costing, unsur-unsur biaya dikategorikan ke dalam

biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya manufakturing

tidak langsung variabel. Jumlah semua unsur tersebut menghasilkan biaya

operasional produksi. Untuk mendapatkan biaya penjualan total maka biaya

tersebut harus ditambah dengan biaya administrasi dan umum, serta biaya

pemasaran tetap. Tabel 5 menunjukkan unsur-unsur biaya produksi dengan

metode full costing dan variable costing.

Tabel 5. Unsur-unsur biaya produksi dengan metode full costing dan variablecostingMetode Unsur Biaya

Full Costing Biaya bahan langsung

Biaya tenaga kerja langsung

Biaya manufakturing tidak langsung tetap

Biaya manufakturing tidak langsung variabel

Biaya produksi

Biaya administrasi dan umum

Biaya pemasaran

Harga pokok penjualan

Variable Costing Biaya bahan langsung

Biaya tenaga kerja langsung

Biaya manufakturing langsung variabel

Biaya produksi

Biaya administrasi dan umum variabel

Biaya pemasaran variabel

Biaya periode

Biaya manufakturing tidak langsung tetap

Biaya administrasi dan umum tetap

Biaya pemasaran tetap

Harga pokok penjualan

2. Bagi Hasil

Sistem pembiayaan yang digunakan adalah pembiayaan musyarakah

dimana modal diperoleh dari gabungan dua pihak atau lebih dengan persentase

bagi hasil yang disepakati di awal perjanjian. Persentase bagi hasil berdasarkan

34

tingkat risiko usaha yang dijalankan, bila tingkat risiko rendah maka bagi hasil

untuk bank adalah 0–30%, bila tingkat risiko sedang bagi hasil untuk bank

sebesar 30–70%, dan bila tingkat risiko besar bagi hasil untuk bank sebesar

70–90%. Bagi hasil yang dilakukan hanya pada saat peminjam mengalami

keuntungan dan bila peminjam tidak mengalami keuntungan maka bank tidak

akan mengambil bagi hasil dari peminjam.

3. Arus Kas

Arus kas menggambarkan kinerja keuangan usaha dalam periode tertentu.

Arus kas didapat dari pengurangan penerimaan kas terhadap penggunaan kas.

Kumulatif arus kas yang bernilai positif pada suatu periode mencerminkan

kemampuan usaha untuk membangkitkan surplus kas pada periode tertentu.

Pada pembiayaan usaha dengan pola bagi hasil, pendugaan proyeksi kumulatif

arus kas yang memberikan keyakinan akan terjadinya kumulatif arus kas yang

positif pada periode pembiayaan tersebut. Pengaturan terhadap besar dan lama

pembiayaan yang akan mempengaruhi besarnya nilai pengembalian

pembiayaan pada setiap periode menjadi sangat penting untuk mendapatkan

kumulatif arus kas yang positif.

Penerimaan kas merupakan kas yang diterima pada suatu periode tertentu.

Sumber penerimaan kas terdiri atas investasi pengusaha, investasi dari

pembiayaan usaha yang diberikan oleh lembaga keuangan syariah, laba

operasional yang didapat, dan depresiasi dan amortisasi. Sedangkan

penggunaan kas merupakan kas yang digunakan pada periode tertentu.

Penggunaan kas terdiri atas pengeluaran untuk investasi tetap, biaya modal

kerja, pengembalian pembiayaan investasi, bagi hasil untuk lembaga keuangan

syariah, pajak, dan zakat.

4. Kriteria Investasi

a. Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) adalah suatu titik dimana terjadi

keseimbangan antara dua alternatif yang berbeda, kondisi yang berada di

luar titik keseimbangan akan menghasilkan alternatif keputusan yang

berbeda. BEP juga merupakan suatu keadaan tingkat produksi tertentu yang

35

menyebabkan besarnya hasil penjualan. Menurut Gittinger (1991), untuk

menghitung BEP digunakan persamaan sebagai berikut :

Keterangan:

Q = Kuantitas produk yang dihasilkan

Q* = Kuantitas penjualan pada titik BEP

P = Harga produk per unit

P* = Harga penjualan pada titik BEP

FC = Total biaya tetap

v = Biaya variabel per unit

b. Play Back Period (PBP)

Playback Period (PBP) adalah jangka waktu untuk mengembalikan

investasi semula, dimana keputusan yang diambl berdasarkan kriteria waktu.

Nilai PBP dijabarkan sebagai jangka waktu atau periode (t) dalam tahun,

dimana kumulatif dari nilai PBP dengan metode interpolasi sebagai berikut :

PBP = t + AKKt Akkt – AKKt+1

Dimana t adalah tahun proyek pada saat AKK (Arus Kas Komulatif)

bernilai negatif dan t+1 adalah tahun proyek pada saat AKK bernilai positif.

Apabila nilai PBP lebih pendek dari nilai yang telah disyaratkan misalnya

umur proyek, maka proyek dikatakan menguntungkan. Sebaliknya jika

waktunya lebih panjang maka proyek dinyatakan tidak layak. Kelemahan

dari metoda ini ialah diabaikannya nilai waktu uang walaupun nilai waktu

uang nantinya diperhitungkan. Kelemahan lainnya ialah diabaikannya aliran

kas setelah periode pengembalian (Husnan dan suwarsono, 1997).

36

c. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

Nilai B/C merupakan angka perbandingan antara keuntungan yang

diperoleh terhadap biaya yang dikeluarkan. Persamaan yang digunakan ialah

sebagai berikut :

B/C Ratio = Total Gross Benefit Total Production Cost

Kriteria keputusan yang diambil ialah :

Jika B/C > 1, layak diterima

Jika B/C < 0, tidak layak

Jika B/C = 0, tidak dapat dibedakan antara diterima atau tidak

(Husnan dan Suwarsono, 1997).

5. Analisis Sensitivitas

Tujuan dari analisis sensitivitas ialah untuk melihat apa yang akan terjadi

dengan hasil analisis proyek jika terjadi perubahan dalam dasar-dasar

perhitungan biaya atau pendapatan. Perubahan yang mungkin ialah fluktuasi

harga bahan baku, harga jual serta jumlah produksi. Jika terjadi perubahan

terhadap komponen tersebut maka dikatakan proyek tersebut sensitif terhadap

perubahan (Gray et al., 1992).

37

IV. METODE PENELITIAN

A. Kerangka Pemikiran

Sistem agribisnis merupakan perangkat kegiatan ekonomi masyarakat yang

mewadahi proses transformasi dan pembentukan nilai tambah yang terkait dengan

proses dari hulu sampai hilir, termasuk di dalamnya kegiatan agroindustri. Nilai

tambah yang dihasilkan dari kegiatan agroindustri mempunyai peluang yang

sangat besar untuk dikembangkan dalam menghadapi era pasar bebas yang

semakin kompetitif. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu upaya untuk

menjadikan pertanian sebagai sektor unggulan dan andalan yang mampu

menopang perekonomian Indonesia.

Pertanian daerah merupakan pondasi dari pertanian nasional. Pertanian

daerah yang kuat akan menjadikan pertanian nasional yang kuat pula, demikian

pula sebaliknya. Masing-masing daerah mempunyai potensi tersendiri dalam

bidang pertanian. Pengembangan dan penelitian terhadap potensi tersebut sangat

diperlukan untuk menggali potensi daerah sehingga dapat berkembang dengan

maksimal.

Faktor yang mendukung prospek pengembangan usaha Pepaya Gunung

antara lain daya dukung wilayah. Pepaya Gunung merupakan tanaman yang

tumbuh dan berkembang di daerah dataran tinggi dan pegunungan. Sifat buah

menyerupai pepaya dan mudah mengalami kerusakan sehingga faktor transportasi

sangat berpengaruh. Walaupun mempunyai daya tahan terhadap penyakit yang

biasa menyerang pepaya biasa (Carica papaya), buah Pepaya Gunung mempunyai

ukuran yang lebih kecil. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kebutuhan bahan

baku untuk produksi.

Permasalahan yang dihadapi untuk mendirikan agroindustri pepaya gunung

adalah kesulitan dalam memperoleh dana dan tingkat bunga pinjaman yang sangat

memberatkan bagi pengguna dana. Pada dasarnya prinsip bank konvensional

adalah selalu mendapatkan keuntungan baik pengguna dana mengalami

keuntungan maupun kerugian. Investasi melalui pembiayaan syariah merupakan

investasi tanpa melibatkan perhitungan bunga, tetapi berdasarkan bagi hasil dari

keuntungan yang diperoleh oleh pengguna dana. Bagi hasil dihitung berdasarkan

besarnya risiko dari pembiayaan dan dilakukan di awal perjanjian berdasarkan

38

kesepakatan antara pengguna dana dan pemberi pinjaman sehingga kesejahteraan

kedua belah pihak dapat tercapai.

Untuk menunjang kemudahan menganalisis kelayakan perencanaan

agroindustri pepaya gunung berdasarkan pembiayaan syariah maka diperlukan

suatu sistem penunjang keputusan yang dapat mengevaluasi kelayakan

agroindustri tersebut. Pengembangan model sistem penunjang keputusan

perencanaan agroindustri pepaya gunung memerlukan suatu pandangan dan

pendekatan yang meyeluruh terhadap faktor-faktor dan parameter yang terlibat di

dalamnya. Rencana pendirian dan pengembangan agroindustri pepaya gunung

merupakan salah satu upaya untuk menjadikan komoditas Pepaya Gunung

mempunyai daya saing tinggi sehingga akan mendatangkan devisa baik bagi

daerah setempat maupun negara.

B. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

1) Tahap pendahuluan melalui studi pustaka tantang buah Pepaya Gunung,

teknologi dan proses pengolahan manisan pepaya gunung, produk Pepaya

Gunung, pasar produk Pepaya Gunung, dan pola pembiayaan usaha dengan

sistem bagi hasil dan bagi risiko melalui pola syariah.

2) Analisis situasional dilakukan melalui survei lapang lembaga keuangan

syariah dan agroindustri pepaya gunung.

3) Tahap pengembangan model yang dilakukan melalui pendekatan sistem yang

mencakup analisis kebutuhan, perumusan masalah, dan identifikasi sistem.

4) Tahap disain model yang terdiri atas (1) model prakiraan penjualan, (2) model

analisis lokasi unggulan, (3) model evaluasi risiko pembiayaan, dan (4) model

penentuan kelayakan pembiayaan.

5) Tahap rancang bangun model Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan

Agroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah yang terdiri dari

sistem manajemen basis data statis, sistem manajemen basis data dinamis,

sistem manajemen basis model, sistem manajemen pengolahan terpusat, dan

sistem manajemen dialog. Keluaran dari tahap ini adalah CAP’S.

39

6) Verifikasi model yang dikembangkan dalam program komputer diuji dengan

menggunakan data aktual untuk mengetahui apakah model tersebut cukup

layak untuk digunakan dan dapat memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

7) Validasi model untuk mengetahui apakah hasil verifikasi benar atau tidak,

yaitu dengan perhitungan manual untuk meyakinkan kebenarannya dan

sebagai pembanding.

C. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pengumpulan data dilakukan berdasarkan atas kebutuhan sistem dan

dikelompokkan sebagai berikut:

1) Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data dan informasi tentang

karakteristik komoditas Pepaya Gunung, prospek pengembangan, cara

pengolahan produk, faktor yang mempengaruhi produksi, dan potensi risiko,

serta pola pembiayaan syariah.

2) Survei lapang dilakukan untuk mendapatkan data tentang lembaga keuangan

syariah, sistem produksi Pepaya Gunung, investasi dan biaya usaha

agroindustri Pepaya Gunung yang diperlukan, tingkat rendemen Pepaya

Gunung, tingkat penjualan, dan harga buah dan produk Pepaya Gunung.

Metode pengolahan data yang dilakukan untuk menunjang sistem penunjang

keputusan perencanaan agroindustri pepaya gunung dengan pembiayaan syariah

meliputi:

1) Prakiraan penjualan produk menggunakan metode linier regresi dan deret

waktu.

2) Penentuan lokasi unggulan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial

(MPE).

3) Penentuan risiko pembiayaan menggunakan penilaian pakar. Pakar yang

dimaksud adalah para pengusaha manisan pepaya gunung yang sudah

berpengalaman lebih dari 5 tahun.

4) Penentuan bagi hasil berdasarkan porsi modal dan tingkat risiko pembiayaan.

5) Penentuan kelayakan pembiayaan berdasarkan Benefit-Cost Ratio (B/C Ratio),

Break Even Point (BEP), dan Pay Back Periode (PBP). Pembiayaan dengan

pola syariah dibandingkan dengan pembiayaan konvensional.

40

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2008 sampai dengan bulan Mei

2008 di Kabupaten Wonosobo. Pemilihan Kabupaten Wonosobo untuk keperluan

verifikasi model dengan pertimbangan daerah tersebut merupakan sentra usaha

Pepaya Gunung.

41

V. ANALISIS SISTEM

Metodologi sistem didasari oleh tiga pola pikir dasar keilmuan tentang

sistem, yaitu sibernetik atau berorientasi pada tujuan, holistik yaitu cara pandang

yang utuh terhadap keseluruhan sistem, dan efektif yaitu mendahulukan hasil

guna yang operasional baru dipikirkan efisiensi keputusan. Pendekatan sistem

dimulai dengan penetapan tujuan melalui analisis kebutuhan. Berdasarkan pola

pikir ini metodologi sistem bertujuan untuk mendapatkan gugus alternatif sistem

yang telah diidentifikasi dan diseleksi (Eriyatno, 1999). Metodologi ini terdisi atas

dua tahapan yaitu tahapan analisis sistem dan tahapan sintesis atau permodelan

sistem.

A. Analisis Situasional

1. Usaha Budidaya

Tanaman Pepaya Gunung mempunyai karakteristik yang hampir sama

dengan pepaya biasa (Carica papaya) dilihat dari segi fisik tanaman.

Kemiripan ini terdapat pada bentuk daun, bentuk batang, dan akar. Pepaya

Gunung dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian di atas 1500 m di atas

permukaan laut. Tanaman ini memerlukan suhu yang dingin yaitu 15o-20o C.

Tanaman Pepaya Gunung mempunyai tinggi sampai 4 meter. Semakin tinggi

tanaman ukuran batang akan semakin kecil, daun lebih sedikit, dan buah

mempunyai ukuran lebih kecil dan jumlahnya sedikit. Perlakuan yang

dilakukan ketika tanaman sudah mencapai ketinggian lebih dari 3 meter adalah

dengan memotong batang tersebut dan membiarkan tunas tumbuh. Hal ini

bertujuan agar tanaman memiliki produktivitas tinggi. Produktivitas tanaman

yang paling baik adalah tanaman yang mempunyai tinggi 2-3 meter

Gambar 6. Tanaman Pepaya Gunung.

42

Dibandingkan dengan pepaya (Carica papaya) daun Pepaya Gunung

lebih tebal, batang lebih bertekstur kayu dan bercabang banyak, serta buahnya

kecil. Berat rata-rata buah adalah 200-250 gram dengan panjang 6-10 cm dan

lebar 3-5 cm. Kulit buah lebih tebal dan memiliki getah yang lebih banyak.

Bentuk buah bulat telur dan menyerupai bentuk buah belimbing. Banyaknya

getah yang terdapat pada buah Pepaya Gunung membuat buah ini tidak dapat

dimakan secara langsung karena akan menyebabkan gatal di lidah. Buah yang

sudah matang mempunyai ciri-ciri warna kuning, bertekstur empuk, dan

mempunyai aroma khas.

Gambar 7. Perbandingan buah Pepaya Gunung dan buah pepaya.

Perbanyakan tanaman bisa menggunakan biji atau stek batang.

Perbanyakan dengan stek batang tidak bisa diterapkan pada tanaman pepaya.

Perbanyakan tanaman dengan biji dilakukan dengan cara menghamparkan biji

Pepaya Gunung pada media tanah ditambah pupuk kandang secukupnya

kemudian biji yang tumbuh dipindahkan ke dalam polybag. Sedangkan

perbanyakan dengan menggunakan stek batang adalah dengan cara memilih

cabang yang bagus yaitu dengan kriteria cabang tidak berpenyakit, berukuran

30-100 cm. Cara perbanyakan dengan stek batang adalah batang yang sudah

dipotong dibiarkan sehari semalam untuk menghilangkan getahnya kemudian

ujung batang diberi tanah dan diikat. Akar dan tunas pertama akan tumbuh

sekitar 1-1,5 bulan dan tanaman harus dipindahkan ke media yang lebih besar.

Setelah daun cukup banyak tanaman siap ditanam di area sawah. Perbanyakan

tanaman dengan menggunakan stek batang akan menghasilkan buah yang

lebih cepat daripada perbanyakan dengan biji. Pada perbanyakan tanaman

dengan stek batang rata-rata buah dapat dipanen pertama 7-10 bulan setelah

Buah carica

Buah pepayaBuah pepaya

Buah carica

43

tanaman dipindah ke lahan pertanian. Sedangkan pada perbanyakan tanaman

dengan menggunakan biji buah pertama yang dapat dipanen adalah 1,5-1,8

tahun. Selain itu keuntungan perbanyakan dengan menggunakan stek adalah

anakan mempunyai sifat mirip dengan induknya, jika induknya bagus maka

anakan akan mempunyai sifat yang bagus pula. Akan tetapi perbanyakan

dengan biji akan menghasilkan anakan yang berbeda-beda tergantung kondisi

biji dan perlakuan selama pembibitan.

Perbanyakan dengan biji dapat dilakukan dengan cara menyemai biji di

polybag dan ditanam setelah berumur tiga bulan. Seleksi dilakukan saat

tanaman mulai berbunga. Lubang tanam dibuat berukuran 60 cm x 60 cm x 40

cm kemudian diisi pupuk kandang yang telah matang sebanyak 20 kg/lubang.

Jarak tanam dibuat 4 m x 5 m. Jarak ini dibuat lebar karena tanaman Pepaya

Gunung mempunyai cabang yang banyak sehingga membutuhkan ruang yang

lebih lebar dalam pertumbuhannya. Pemindahan bibit harus hati-hati disertai

tanah yang membungkus akar bibit. Kerusakan akar bibit mengakibatkan

tanaman layu atau mati. Skema penanaman tanaman Pepaya Gunung dapat

dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Skema penanaman tanaman Pepaya Gunung.

Pipa air digunakan untuk menyirami tanaman pada musim kemarau. Hal

ini dikarenakan tanaman Pepaya Gunung membutuhkan air yang cukup

4 meter

5m

eter

Tanaman carica

Pipa air

44

banyak dalam pertumbuhan dan pembuahannya. Pada musim penghujan, satu

tanaman dapat menghasilkan 2-3 kg untuk sekali panen. Akan tetapi pada

musim kemarau satu tanaman hanya bisa menghasilkan 3 buah Pepaya

Gunung per 2 minggu. Jarak panen pada musim penghujan adalah 2 minggu

setelah panen pertama dan akan terus berlanjut sampai musim kemarau tiba.

Penyiraman dilakukan sekurang-kurangnya satu minggu sekali pada musim

kemarau.

Pupuk buatan yang diberikan berupa NPK sebanyak 25-200 g per

tanaman, tergantung umurnya. Dosis pemupukan mulai dari 25 g, kemudian

meningkat dengan interval 25 gram per tanaman. Pupuk diberikan 3-4 bulan

sekali.

Tanaman Pepaya Gunung terdiri atas dua macam yaitu jantan dan betina.

Tanaman jantan biasanya berbuah lebih sedikit dibandingkan betina. Pada

tanaman jantan satu tangkai terdiri dari beberapa buah yang berkonstruksi

seperti buah anggur sehingga sering disebut dengan nama buah rantai,

sedangkan pada tanaman betina satu tangkai hanya terdiri dari satu buah. Daun

pada tanaman jantan biasanya lebih kecil dan batangnya sedikit bercabang.

Buah yang dihasilkan oleh tanaman jantan mempunyai daging yang lebih tipis

dan berukuran lebih kecil.

Pohon Pepaya Gunung jantan mudah dikenal karena memiliki bunga

majemuk yang bertangkai panjang dan bercabang. Tanda-tanda dari bunga

jantan adalah putik atau bakal buah yang tidak berkepala. Fungsi dari pohon

jantan adalah proses penyerbukan dengan bunga betina. Seperti pada pepaya

pohon Pepaya Gunung jantan biasanya terdapat bunga sempurna elongata yang

bisa melakukan penyerbukan sendiri. Buah yang dibentuk berukuran kecil,

lonjong dan menggantung.

Penyerbukan yang terjadi adalah penyerbukan silang dengan bantuan

angin. Serangga (lebah) tidak senang mengunjungi bunga Pepaya Gunung

karena getahnya mematikan.

Tanaman Pepaya Gunung lebih tahan terhadap penyakit dan virus yang

sering menyerang tanaman pepaya. Tanaman ini dibudidayakan secara organik

yaitu tidak menggunakan pestisida dan bahan kimia lainnya. Akan tetapi

45

petani Pepaya Gunung tidak mengetahui adanya pertanian organik, sehingga

buah Pepaya Gunung dipasarkan tanpa label organik. Dengan menambahkan

label organik pada buah yang dijual maka akan meningkatkan nilai jual buah

Pepaya Gunung dan akan meningkatkan kesejahteraan petain.

2. Penanganan Pascapanen

Buah mudah sekali mengalami perubahan fisiologis, kimia, dan fisik bila

tidak ditangani secara cepat. Akibatnya mutu buah akan mengalami penurunan

dan harga jual buah tersebut akan turun. Buah dapat menjadi tidak segar dalam

waktu yang singkat. Penanganan yang kurang hati-hati pada saat pemanenan,

pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan akan menyebabkan kerusakan

buah yang tinggi. Kerusakan tersebut dapat mencapai 30% dan hal ini dapat

menyebabkan kerugian terutama bagi petani.

Kerusakan pada buah dapat berupa kerusakan mekanis, fisiologis,

kimiawi, dan mikrobiologis. Akibat pemanenan yang kurang hati-hati, buah

dapat menjadi lecet atau memar. Jumlah kerusakan dapat bertambah besar bila

pengemasan dilakukan kurang baik dan pengangkutan dilakukan sembarangan.

Mutu buah dipengaruhi oleh keadaan fisik yaitu penampilan, warna,

tingkat kesegaran, dan rasa. Selain itu mutu buah juga dipengaruhi oleh

kandungan gizi. Rasa buah dipengaruhi oleh tingkat ketuaan pada saat

pemanenan. Buah yang dipanen pada tingkat ketuaan yang optimal akan

mempunyai rasa yang enak. Rasa manis lebih dominan daripada rasa asam.

Sebaliknya jika buah dipanen belum cukup tua atau masih muda maka rasanya

akan pahit, asam, dan hambar.

Tahap-tahap pertumbuhan buah Pepaya Gunung meliputi pembelahan

sel, pembesaran sel (maturation), pematangan (ripening), penuaan (senesence),

dan pembusukan (deteriotion). Pembelahan sel terjadi setelah pembuahan dan

pembesaran sel akan terus berlangsung sampai ukuran maksimum buah

tercapai. Setelah itu sel-sel dalam buah akan mengalami proses pendewasaan,

pematangan, penuaan, dan pembusukan.

Buah Pepaya Gunung yang terlalu muda mempunyai daya simpan yang

lebih lama dibandingkan buah tua. Akan tetapi rasanya tidak enak dan

cenderung pahit. Petani biasanya memperlakukan buah yang muda dengan

46

cara diperam. Buah yang diperam ini akan mengalami proses pematangan

yang kurang sempurna. Warna buah yang diperam akan menjadi kuning pucat,

rasanya masih cenderung pahit, dan aromanya kurang enak. Buah yang

dipanen terlalu tua juga kurang baik karena tekstur buah tersebut terlalu lunak

dan akan mudah mengalami kerusakan. Selain itu rasa buah yang terlalu tua

cenderung pahit.

(a) (b)Gambar 9. Buah Pepaya Gunung muda (a) dan buah Pepaya Gunung matang (b).

Dalam pemanenan buah Pepaya Gunung terdapat 2 faktor yang

diperhatikan yaitu (1) kematangan komersial, dan (2) kematangan fisiologis.

Kematangan komersial adalah pertumbuhan dari buah dimana semua organnya

sudah siap panen untuk dimanfaatkan dan dipasarkan. Kematangan ini terjadi

pada tahap perkembangan dan penuaan. Kematangan fisiologis adalah tahap

perkembangan buah dimana syarat proses kematangan terpenuhi secara

sempurna.

Setelah buah dipanen buah harus disortasi dengan tujuan memisahkan

buah yang matang, belum matang, dan buah rusak. Buah yang belum matang

ditempatkan dalam satu wadah dan dilakukan proses peram. Peram adalah

proses pematangan buah dengan menambahkan zat karbit pada buah. Proses

pematangan yang dilakukan dengan cara ini sebenarnya menghasilkan buah

matang yang tidak rata, tetapi proses ini dilakukan untuk buah yang belum

matang yang ikut terpetik.

Buah matang yang sudah disortasi selanjutnya dilakukan grading yaitu

proses pemisahan buah berdasarkan mutu buah. Mutu buah Pepaya Gunung

dibedakan berdasarkan ukuran buah dan warna. Semakin besar ukuran buah

47

maka semakin tinggi pula mutu buah tersebut dan semakin rata dan kuning

warna buah maka mutu buah juga semakin bagus.

Buah hasil grading ditempatkan pada krat penyimpanan yang dilapisi

dengan sterofoam pada sisi dalamnya. Pelapisan ini dilakukan untuk

menghindari kerusakan buah secara fisik.

Gambar 10. Krat penyimpanan buah Pepaya Gunung.

3. Proses Pembuatan Manisan Pepaya Gunung

Bahan baku yang dibutuhkan dalam membuat manisan pepaya gunung

adalah buah Pepaya Gunung yang matang, gula, dan air. Manisan ini tidak

menggunakan bahan pengawet dan bahan kimia. Pengawetan produk dengan

menggunakan gula dengan kepekatan 70 persen. Umur simpan produk bisa

mencapai 1,5 tahun.

Proses yang pertama kali dilakukan adalah memilih buah Pepaya

Gunung yang matang. Pemilihan buah dilakukan untuk menjamin kualitas

manisan pepaya gunung yang dihasilkan. Buah yang belum matang memiliki

rasa pahit dan warnanya hijau sehingga jika buah yang belum matang

dijadikan bahan baku pembuatan manisan pepaya gunung maka produk yang

dihasilkan memiliki kualitas yang tidak baik. Buah yang terlalu matang juga

kurang baik untuk bahan baku pembuatan manisan pepaya gunung karena

buah tersebut memiliki tekstur yang terlalu lunak dan rasanya tidak enak.

Diagram alir proses pembuatan manisan pepaya gunung dapat dilihat pada

Gambar 15. Proses pengolahan manisan pepaya gunung adalah sebagai

berikut:

1) Pengupasan buah dilakukan dengan menggunakan pisau stainless steel dan

harus menggunakan sarung tangan karet. Hal ini dikarenakan buah Pepaya

48

Gunung mengandung getah yang cukup banyak dan menimbulkan rasa

gatal jika mengenai kulit. Wadah yang digunakan untuk menampung hasil

proses pengupasan terbuat dari plastik karena getah buah Pepaya Gunung

juga bersifat korosif.

Gambar 11. Pengupasan buah Pepaya Gunung.

2) Biji dipisahkan dari buah dan ditampung dalam wadah terpisah.

Pengambilan biji dilakukan dengan menggunakan sendok stainless steel.

Setelah dipisahkan biji diperas untuk diambil airnya. Air biji ini

mengandung aroma khas yang menimbulkan manisan pepaya gunung

mempunyai aroma yang enak.

Gambar 12. Pemisahan biji buah Pepaya Gunung.

3) Buah hasil kupasan dipotong menjadi beberapa bagian dan direndam

dalam air kapur 10 persen selama 30 menit. Tujuan perendaman dengan air

49

kapur adalah membuat dinding buah menjadi keras sehingga rasanya lebih

enak dan tidak hancur pada saat perebusan. Setelah direndam, buah dicuci

sampai bersih pada air yang mengalir.

Gambar 13. Pemotongan buah Pepaya Gunung.

4) Setelah dicuci buah direbus selama 15 menit pada suhu 100OC. Pada

proses perebusan ini air terlebih dahulu didihkan kemudian buah

dimasukkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari pelunakan buah yang

berlebihan. Tujuan perebusan buah adalah menjadikan enzim yang ada

dalam buah menjadi tidak aktif dan mematikan mikroba.

Gambar 14. Perebusan Pepaya Gunung dan air gula.

5) Air perasan biji direbus bersama gula dan ditambahkan air sehingga

kepekatan air gula menjadi 70 persen. Kepekatan ini bisa mengawetkan

produk sampai beberapa bulan. Kemudian hasil rebusan disaring sehingga

menjadi bersih.

50

Gambar 15. Diagram pengolahan manisan Pepaya Gunung.

Buah Carica

Pengupasan

Kulit

Pemisahan biji

Pemotongan

Biji

Perendamandengan air kapur

Pencucian

Pemerasan biji

Air bijiBotol

Pencucian

Sterilisasi

Penutupan botol

Perebusan

Air + Gula

Sterilisasi

Pelabelan

PengemasanManisan PepayaGunung (Carica)

Perebusan

51

Gambar 16. Penyaringan hasil perebusan air gula.

6) Kemasan yang digunakan adalah botol dengan mulut lebar atau jar.

Sebelum digunakan untuk mengemas produk, botol terlebih dahulu dicuci

dengan menggunakan sabun. Pada saat pencucian botol dilakukan juga

pemeriksaan kerusakan pada botol, botol yang rusak tidak bisa digunakan

untuk mengemas produk. Setelah itu, botol disterilkan dengan

menggunakan autoclave selama 15 menit pada suhu 121oC untuk

mematikan mikorba.

7) Proses pengisian manisan ke dalam botol berkisar 180 gram buah per botol

kemudian dimasukkan larutan gula pada suhu 70oC hingga memenuhi

badan rongga botol lalu ditutup. Pengisian pada suhu hangat bertujuan

untuk menghindari kontaminasi mikroba yang lebih banyak.

Gambar 17. Pembotolan manisan Pepaya Gunung.

52

8) Setelah itu dilakukan sterilisasi produk dengan menggunakan autoclave.

Setelah agak dingin, proses selanjutnya adalah pelabelan botol, penutupan

botol dengan plastik dan pengemasan dengan menggunakan kardus.

Gambar 18. Manisan Pepaya Gunung.

4. Usaha Pengolahan Manisan Pepaya Gunung

Usaha manisan pepaya gunung yang ada pada saat ini masih dalam skala

kecil dengan kapasitas produksi 80-800 botol per hari. Produksi manisan

pepaya gunung ini sangat tergantung pada ketersediaan buah. Buah Pepaya

Gunung bersifat musiman. Hal ini menyebabkan usaha pengolahan tidak bisa

berproduksi secara kontinu. Jumlah pekerja pada usaha pengolahan berkisar

antara 2-15 orang dan statusnya adalah pekerja harian. Jumlah pekerja yang

dipekerjakan tidak tetap tergantung pada jumlah buah yang akan diproduksi.

Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa usaha manisan pepaya

gunung sangat tergantung pada petani. Dari sisi lain, petani hanya

memanfaatkan tanaman Pepaya Gunung sebagai usaha sampingan dengan

teknologi yang sederhana dan pengetahuan seadanya. Oleh karena itu

diperlukan adanya kerjasama antara petani, pengusaha, dan pemerintah untuk

meningkatkan sektor budidaya. Selain itu, diperlukan adanya packing house

atau rumah pengemasan yang berfungsi sebagai penyimpan buah pada saat

panen raya serta mengemasnya sehingga daya simpan buah menjadi lebih

lama. Dengan adanya packing house ini diharapkan tidak terjadi kelangkaan

buah yang menyebabkan usaha pengolahan tidak bisa berproduksi dan

kelebihan buah yang menyebabkan petani mengalami kerugian karena banyak

buah yang tidak terjual.

53

Usaha pengolahan manisan pepaya gunung ini merupakan usaha rumah

tangga yang menggunakan sebagian ruangan rumahnya untuk berproduksi.

Ruangan yang digunakan mempunyai luas area yang sempit, kurang steril, dan

mempunyai sanitasi yang kurang baik. Tata letak ruangan juga tidak tertata

dengan baik, sehingga efisiensi produksinya tidak maksimal. Oleh karena itu

diperlukan adanya rancang bangun bangunan industri yang baik. Gambar tata

letak bangunan produksi pada usaha pengolahan manisan pepaya gunung pada

saat ini dapat diliah pada Gambar 19.

Gambar 19. Tata letak usaha pengolahan manisan pepaya gunung

(UD Cipto Roso).

5. Penentuan Tata Letak Pabrik

Terdapat dua tipe tata letak pabrik yaitu tata letak berorientasi produk

(product layout) dan tata letak berorientasi proses (process layout). Tata letak

berorientasi produk dibuat untuk memproduksi satu produk dalam satu lini

produksi. Tata letak ini mengatur mesin dan peralatan sedimikian hingga

mesin dan peralatan tersebut dalam bentuk garis sesuai dengan urutan proses

untuk produk atau jasa tertentu, sedangkan tata letak berorientasi proses dibuat

untuk memproduksi bermacam-macam produk sesuai dengan tahapan dan

spesifikasinya. Dalam tata letak ini satu mesin bisa digunakan untuk

memproduksi berbagai macam produk.

54

Industri manisan pepaya gunung hanya menghasilkan satu jenis produk

sehingga tata letak yang sesuai adalah tata letak berorientasi produk. Menurut

Machfud dan Yudha (1990) tata letak berorientasi produk (product layout)

adalah tata letak dimana pusat-pusat kerja dan mesin serta peralatan disusun

dalam satu lini sesuai dengan urutan proses atau operasi untuk menghasilkan

satu jenis produk tertentu.

Dari diagram alir proses maka dilakukan analisis keterkaitan antar

aktivitas untuk menentukan tata letak pabrik. Salah satu alat untuk menganalisi

dan merancang keterkaitan antar kegiatan ini disebut Bagan Keterkaitan Antar

Kegiatan atau AR-Chart. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam

merancang hubungan antar kegiatan adalah persyaratan khusus yang harus

dipenuhi untuk kegiatan atau ruang tertentu, karakteristik bangunan, fasilitas

eksternal, dan kemungkinan perluasan. Bagan keterkaitan antar kegiatan dalam

penentuan tata letak industri manisan pepaya gunung disajikan pada Gambar

20.

Setelah aktivitas telah dikaitkan dalam bentuk diagram, maka dapat

dibuat diagram keterkaitan antar kegiatan. Diagram tersebut merupakan dasar

untuk merencanakan hubungan antar pola aliran bahan dengan lokasi kegiatan-

kegiatan penunjang yang berkaitan dengan kegiatan produksi. Diagram

keterkaitan antar kegiatan dalam penentuan tata letak industri manisan pepaya

gunung disajikan pada Gambar 21.

Analisis kebutuhan ruang untuk mengetahui luasan ruang yang

dibutuhkan. Luasan ruang yang dibutuhkan berdasarkan pada jumlah mesin

dan peralatan, jumlah tenaga kerja, dan jumlah sarana lainnya yang

mendukung kegiatan produksi.

6. Potensi Pengembangan Pepaya Gunung

Pada saat ini Pepaya Gunung hanya dibuat menjadi manisan. Sebenarnya

Pepaya Gunung dapat dijadikan berbagai macam produk yang bisa bersaing di

pasaran. Pengembangan produk diperlukan untuk memaksimalkan manfaat

dari Pepaya Gunung. Pengembangan produk juga dapat menjadikan usaha

pengolahan menjadi lebih efisien.

55

No Ruang/Proses

1 Gudang bahan baku

2 Pengupasan

3 Perendaman + pencucian buah

4 Gudang gula

5 Gudang botol

6 Pencucian botol

7 Perebusan buah dan air+gula

8 Pemasukan buah cairan

9 Sterilisasi

10 Pendinginan dan pengemasan

11 Gudang produk

12 Kantor

13 Toilet

14 Ruang istirahat

15 Mushola

Keterangan :A : Absolute E : Especially importantI : Important U : UnimportantO : Ordinary X : UndesirableAlasan:1. Transporatsi bahan 5. Kebutuhan peralatan dan sumberdaya2. Penanganan bahan 6. Pemantauan3. Faktor kebersihan 7. Mobilitas karyawan4. Kebutuhan ruang 8. Kenyamanan karyawan

Gambar 20. Bagan keterkaitan antar aktivitas.

A1 A

1 I5 U

UU

UU

UU

UX

UU

3,2

A

U

O

E

A

E

A

A

A

A

I

A

A

1

5

1

1

1

1,2

1

1

6

7,8

7,8

7,8

U

U

U

U

A1U

U

U

U

X2,3I

7,8A7

U

A4,5E1E1I1U

U

U

U

U

A7,8

U5E5I5A5U

U

U

U

U

U

U

U

U

U

U

U

U

U

U

U

U

U

U

U

U

U

U

U

U

X

U

U

3,2

U

U

U

U

U

U

U

U

U

U

X

U

U

3,2

U

U

U

U

U

U

U

E7,8

U

U

55

55

55

55

55

55

55

55

55

55

5

55

55

55

55

5

5

5

5

5

5

5

55

55

55

55

5

55

5

55

55

55

55

55

5

55

55

5

55

55

55

555

56

Tabel 6. Kebutuhan ruang industri manisan pepaya gunung

No Ruang/Proses Luas (m2)1 Gudang bahan baku 122 Pengupasan 243 Perendaman air kapur + pencucian buah 34 Gudang gula 65 Gudang botol 66 Pencucian botol 67 Perebusan buah dan air+gula 98 Pemasukan buah dan cairan ke botol 99 Sterilisasi 910 Pendinginan dan pengemasan 1511 Gudang produk 2012 Kantor 2013 Toilet 1014 Ruang istirahat 2015 Mushola 10

Tanaman pepaya terdiri dari beberapa bagian yang dapat dimanfaatkan

yaitu daun, daging buah, kulit buah, dan biji. Daun Pepaya Gunung

mempunyai kandungan zat papain yang dapat dijadikan pelunak daging. Selain

itu, daun Pepaya Gunung dapat dijadikan sayuran. Biji Pepaya Gunung dilapisi

sarkotesta dan dapat diperas, air perasan ini mempunyai aroma yang wangi.

Air perasan ini dapat dijadikan sirup dan flavor.

Buah yang masih muda dapat dijadikan obat peluruh cacing, obat kulit,

dan bahan kosmetik, sedangkan buah yang sudah matang dapat dijadikan

manisan, selai, minuman buah, dan keripik buah. Buah yang sudah matang

berwarna kuning dan rasanya manis keasaman. Kulit buah dapat dijadikan

pupuk organik dan pelunak daging. Kulit buah mempunyai kandungan papain

yang cukup tinggi. Gambar 23 menyajikan prospek pengembangan produk

dari Pepaya Gunung.

57

Keterangan :: Aliran bahan

1. Gudang bahan baku2. Pengupasan buah3. Perendaman buah dalam air

kapur dan pencucian buah4. Gudang gula5. Gudang bahan pengemasan6. Pencucian botol

7. Perebusan buah PepayaGunung

8. Pemasukan buah dan cairanke botol

9. Sterilisasi produk10. Ruang pengemasan produk11. Gudang produk12. Kantor13. Toilet

Gambar 21. Diagram keterkaitan antar aktivitas.

A-1,2,6 E-7

X-

3I- O-

A-13,15 E-2

X-

14I-12 O-

A-1,3 E-6,14

X-

2I- O-

A-8 E-3,4,6

X-

7I- O-

A-2,3 E-

X-13

1I- 4 O-

A-5,3 E-7

X-

6I- 9 O-

A-12,13,14 E-

X-

15I- O-

A-13,15 E-

X-

12I- 11,14 O-

A-6,7,9 E-5

X-

8I- 4 O-

A-5,8,10 E-

X-

9I-6 O-

A-9,11 E-

X-

10I- O-

A-6,9 E-4,8

X-13

5I- O-

A- E-5,7

X-13

4I-1,8 O-

A- 10 E-

X-13

11I-12 O-

A-12,14,15 E-

X-1,4,5,11

13I- O-

58

Gambar 22. Tata letak industri manisan pepaya gunung.

B. Pendekatan Sistem

Sistem merupakan suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian

yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu

lingkungan kompleks (Marimin, 2003). Turban (2005) menyebutkan sistem

adalah sekumpulan dari objek seperti orang, sumber daya, konsep, dan prosedur

yang teratur untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Pendekatan sistem adalah suatu analisis organositoris yang menggunakan

ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Dengan demikian manajemen sistem

dapat diterapkan dengan mengarahkan perhatian kepada berbagai ciri dasar sistem

yang perubahan dan gerakannnya akan mempengaruhi keberhasilan suatu sistem

(Marimin, 2003).

59

Gambar 23. Pohon industri Pepaya Gunung.

Marimin (2003) juga menjelaskan pada dasarnya pendekatan sistem adalah

penerapan dari sistem ilmiah dalam manajemen. Dengan cara ini hendak diketahui

faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku dan keberhasilan suatu

organisasi atau suatu sistem. Pendekatan ilmiah dapat menghindarkan manajemen

mengambil keputusan-keputusan yang sederhana dan simplistis searah oleh suatu

masalah yang disebabkan oleh penyebab tunggal. Pendekatan sistem dapat

memberi landasan untuk pengertian yang lebih luas mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku sistem dan memberikan dasar untuk memahami multiple

causation dari suatu masalah dalam kerangka sistem.

Pepayagunung

Daun

Buah

Daging buah

Kulit buah

Pelunak daging

Pupuk organik

Pelunak daging

Sirup

Flavor

Biji

Manisan

Selai

Keripik buah

Peluruh cacing

Kosmetik

Obat kulit

60

Untuk dapat bekerja secara sempurna, suatu pendekatan sistem harus

mempunyai delapan unsur yaitu metodologi untuk perencanaan dan pengalahan,

suatu tim yang multidisipliner, pengorganisasian, disiplin untuk bidang yang non-

kuantitatif, teknik model matematik, teknik simulasi, teknik optimasi, dan aplikasi

komputer (Marimin, 2003).

Untuk melakukan pendekatan sistem dapat menggunakan komputer atau

tanpa menggunakan komputer. Akan tetapi adanya komputer memudahkan

pengguna model dan teknik simulasi dalam sistem, terutama jika menghadapi

masalah yang cukup luas dan kompleks (Marimin, 2003).

1. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem.

Dalam melakukan analisis kebutuhan ini dinyatakan kebutuhan-kebutuhan

yang ada, kemudian dilakukan tahap pengembangan terhadap kebutuhan-

kebutuhan yang dideskripsikan. Identifikasi ini menyangkut interaksi antara

respon yang timbul dari seorang pengambil keputusan terhadap jalannya

sistem. Identifikasi ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat seorang ahli,

diskusi, observasi lapang, dan sebagainya.

Identifikasi dari Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri

Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah ini meliputi aktor-aktor dan

kebutuhannya yang dijabarkan sebagai berikut:

1) Petani Pepaya Gunung :

a) Pendapatan meningkat,

b) Harga jual tinggi,

c) Kelangsungan usaha terjamin,

d) Kesejahteraan meningkat.

2) Lembaga Keuangan Syariah :

a) Investasi yang dibangun terlepas dari riba dan segala sesuatunya

berdasarkan hukum agama Islam,

b) Produk yang dikeluarkan merupakan produk yang halal dan dapat

bersaing dipasaran,

c) Peningkatan jumlah nasabah,

d) Kelancaran pengembalian pembiayaan,

61

e) Jaminan kelancaran usaha.

3) Pemerintah :

a) Produk yang dihasilkan bermutu tinggi,

b) Memperluas kesempatan kerja,

c) Taraf kehidupan petani meningkat,

d) Persaingan tidak sehat terhindari.

4) Konsumen :

a) Harga produk yang terjangkau dan stabil,

b) Kualitas produk tinggi dan terjamin,

c) Kemudahan memperoleh produk.

5) Agroindustri :

a) Kontinuitas bahan baku terjamin,

b) Biaya produksi rendah,

c) Kelangsungan agroindustri terjamin,

d) Permintaan pasar terpenuhi,

e) Kelancaran pengembalian pinjaman.

2. Formulasi Permasalahan

Pengembangan usaha pepaya gunung pada saat ini selalu dihadapkan

pada berbagai kendala, diantaranya adalah pola pengusahaan pepaya gunung

yang masih dilakukan secara konvensional, teknologi budidaya dan

pengolahan yang kurang memadahi, perancangan produk yang kurang

memadai, metode pemasaran yang sempit dan kurang berkembang, skala

usaha yang kecil, tersebar, dan tidak terintegrasi dengan baik. Selain itu,

pengembangan agroindustri pepaya gunung dihadapkan kepada berbagai

permasalahan seperti terbatasnya informasi tentang potensi nasional dan

internasional dalam kemampuan produksi dan permintaan baik secara

kuantitatif maupun kualitatif dan terbatasnya informasi mengenai pasar

potensial Pepaya Gunung. Oleh sebab itu diperlukan suatu kajian secara

menyeluruh menyangkut aspek perencanaan dan pengembangan usaha yang

diharapkan dapat memberikan solusi atau pemecahan terhadap berbagai

permasalahan yang dihadapi.

62

Keberhasilan dalam perencanaan proyek memerlukan pengetahuan

tentang pengambilan suatu keputusan yang tepat. Dengan mengetahui rencana

proyek yang baik maka pemilik modal akan dihadapkan pada dua pilihan,

yaitu apakah ikut serta dalam investasi dengan cara menanamkan modal

karena investasi dianggap layak atau tidak melakukan apapun.

Permasalahan yang paling mendasar adalah bagaimana dalam

melakukan suatu pembiayaan berdasarkan syariah Islam sehingga

kesejahteraan dan kemakmuran pengguna dana dan pemberi dana meningkat.

Pada saat ini konsep ekonomi konvensional masih digunakan dalam

menentukan kelayakan suatu pendirian industri maupun invetasi dan

permasahan yang dihadapi adalah sistem bunga yang memberatkan pengguna

modal dan di pihak bank tidak mempedulikan apakah pengguna dana tersebut

mengalami kerugian atau mengalami keuntungan.

Perencanaan yang tepat serta terintegrasi dengan baik sangat

menentukan keberhasilan pengusaha pepaya gunung. Perencanaan dilakukan

dengan menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh meliputi faktor

internal dan eksternal serta asumsi-asumsi untuk masa mendatang.

Penggunaan sistem penunjang keputusan diharapkan dapat memberikan

kemudahan dalam menyajikan rangkaian alternatif secara efektif dan akurat.

3. Identifikasi Sistem

Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan pernyataan dari

kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus

dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut (Eriyatno, 1989).

Identifikasi sistem bertujuan untuk memberikan gambaran terhadap sistem

yang dikaji. Diagram yang digunakan dalam identifikasi sistem adalah sebagai

berikut:

1) Diagram sebab-akibat

Diagram sebab-akibat memberikan gambaran hubungan antar

komponen di dalam sistem. Gambar 24 menggambarkan diagram sebab-

akibat Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri Pepaya

Gunung dengan Pembiayaan Syariah.

63

2) Diagram input-output

Menurut Eriyatno (1989) hal yang penting dalam identifikasi sistem

adalah melanjutkan interpretasi diagram lingkar ke dalam konsep kotak gelap

(black box). Marimin (2003) menyatakan bahwa dalam penyusunan kotak

gelap, perlu diketahui macam informasi yang dikategorikan menjadi tiga

golongan yaitu peubah input, peubah output, dan parameter-parameter yang

membatasi struktur sistem. Input terdiri dari dua golongan yaitu eksogen atau

yang berasal dari luar sistem (masukan dari ligkungan) dan overt input yang

berasal dari dalam sistem dan ditentukan oleh fungsi dari sistem itu sendiri.

Sedangkan output terdiri dari dua golongan yaitu output yang dikehendaki

dan tidak dikehendaki. Output yang dikehendaki berasal dari dampak yang

akan ditimbulkan bersama-sama. Gambar 25 menunjukkan diagram input-

output Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri Pepaya

Gunung dengan Pembiayaan Syariah.

Input terkendali merupakan peubah variabel yang dapat divariasukan

dengan tujuan keluaran yang tidak terkendali tidak terjadi. Apabila terjadi

output yang tidak dikehendaki maka input terkendali harus diubah

besarannya. Input terkendali bersama dengan input tak terkendali dan input

lingkungan diproses dalam kotak hitam sistem sehingga menghasilkan output

yang dikehendaki.

Input terkendali dalam model perencanaan agroindustri pepaya gunung

dengan pembiayaan syariah terdiri atas kebutuhan bahan baku, kapasitas

produksi, kebutuhan tenaga kerja, dan mutu produk. Pengendalian input

terkendali merupakan langkah kritis untuk mencapai output yang dikehendaki

yaitu pangsa pasar yang tinggi, penghasilan meningkat, target pasar

terpenuhi, kelangsungan usaha, dan perluasan lapangan kerja. Dengan

mengendalikan input terkendali maka diharapkan dapat mencegah timbulnya

output yang tidak dikehendaki yaitu kerusakan lingkungan, kredit macet,

biaya operasional meningkat, dan pembiayaan tidak menguntungkan.

Input tak terkendali meliputi permintaan pasar, harga bahan baku, harga

produk dan tarif utilitas. Input tak terkendali ini akan mempengaruhi sistem

dan menentukan terjadinya output yang dikehendaki atau tidak dikehendaki.

64

Gambar 24. Diagram sebab akibat Sistem Penunjang Keputusam PerencanaanAgroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah.

Pendapatan

Kesejahteraan

Permintaan PasarTerpenuhi

KetersediaanProduk

Target ProduksiTerpenuhi

Target Produksi

KelangsunganAgroindustri

KelayakanAgroindustri

Risiko Usaha

PenggunaanManajemen Risiko

PembiayaanSyariah

LembagaPembiayaan Syariah

Bagi Hasil

KeuntunganAgroindustri

KeuntunganPetani

Pasokan BahanBaku Terjamin

Pasokan BahanBaku

KelangsunganBudidaya

Permintaan Pasar

Konsumen

Lapangan Pekerjaan

Pembangunan Daerah

65

Gambar 25. Diagram input-output Sistem Penunjang Keputusam PerencanaanAgroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah.

Sistem PenunjangKeputusan Perencanaan

Agroindustri Carica denganPembiayaan Syariah

INPUT LINGKUNGAN

1. Kondisi sosial ekonomi2. Peraturan pemerintah3. Kondisi sosial budaya

INPUT TIDAK TERKENDALI

1. Permintaan pasar2. Harga bahan baku3. Harga produk4. Tarif utilitas

INPUT TERKENDALI

1. Kebutuhan bahan baku2. Kapasitas produksi3. Tenaga kerja4. Mutu produk

OUTPUT DIKEHENDAKI

1. Pangsa pasar tinggi2. Penghasilan meningkat3. Target pasar terpenuhi4. Kelangsungan usaha5. Perluasan lapangan kerja

OUTPUT TIDAK DIKEHENDAKI

1. Kerusakan lingkungan2. Kredit macet3. Biaya operasional meningkat4. Pembiayaan tidak

menguntungkan

MANAJEMEN PENGENDALIAN

66

VI. PERMODELAN SISTEM

A. Konfigurasi Sistem

Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung

dengan Pembiayaan Syariah dirancang sebagai alat bantu yang berguna dalam

pengambilan keputusan untuk perencanaan agroindustri pepaya gunung dan

sebagai pertimbangan lembaga keuangan syariah untuk membiayai agroindustri

tersebut. Sistem Penunjang Keputusan ini terdiri atas 5 bagian utama, yaitu:

1) Sistem Pengolahan Terpusat,

2) Sistem Manajemen Basis Data Statis,

3) Sistem Manajemen Basis Data Dinamis,

4) Sistem Manajemen Basis Model,

5) Sistem Manajemen Dialog.

Sistem Manajemen Basis Data merupakan bagian yang memberikan fasilitas

pengolahan data, yaitu mengendalikan dan memanipulasi data yang tersimpan.

Proses tersebut meliputi input data, ubah data, dan hapus data.

Sistem Manajemen Basis Model merupakan bagian yang memberikan

fasilitas pengeloloaan model untuk perhitungan dalam pengambilan keputusan.

Model-model yang terdapat pada sistem ini adalah model analisis lokasi

unggulan, model prakiraan penjualan, model analisis risiko pembiayaan, model

analisis bagi hasil, dan model analisis finansial.

Sistem Manajemen Dialog adalah sistem dari Sistem Penunjang Keputusan

Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung yang menyediakan fasilitas interaktif

antara model dengan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Sistem

Pengolahan Terpusat merupakan bagian yang berfungsi sebagai koordinator dan

pengendalian dari operasi Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri

Pepaya Gunung secara menyeluruh.

Perancangan perangkat lunak ini adalah menggunakan Borland Delphi 7

dengan bahasa pemrograman pascal. Manajemen basis data dinamis dirancang

menggunakan Microsoft Acces 2003. Gambar 26 menunjukkan konfigurasi Sistem

Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung dengan

Pembiayaan Syariah.

67

Gambar 26. Konfigurasi Sistem Penunjang Keputusam Perencanaan AgroindustriPepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah.

Sistem ManajemenBasis Data Statis

Pembiayaansyariah

Informasi wilayah

Budidaya buahcarica

Usaha pascapanen buah carica

Diskripsi buahcarica

Pengolahan buahcarica

Sistem Manajemen BasisData Dinamis

Data lokasi

Data harga bahan baku

Data harga produk

Data penjualanproduk

Data struktur biaya

Evaluasi risiko usaha(risiko ketersediaanbahan baku, risikopengolahan, risiko

pemasaran)

Evaluasi risikoindustri (risikopenawaran dan

permintaan produk,risiko harga bahanbaku, risiko harga

produk)

Sistem Manajemen BasisModel

Sub model lokasi unggulan

Sub model prakiraanpenjualan

Sub model evaluasitingkat risiko

Sub model penentuannisbah bagi hasil

Sub model analisisfinansial

Sistem Pengolahan Terpusat

Sistem Manajemen Dialog

Pengguna

68

1. Sistem Pengolahan Terpusat

Sistem Pengolahan Terpusat merupakan bagian sistem yang mengelola

dan mengatur seluruh komponen, serta memungkinkan sistem berinteraksi

secara timbal balik dengan sistem lainnya. Sistem pengolahan terpusat

berfungsi sebagai koordinator dan pengendalian dari operasi SPK Perencanaan

Agroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah secara menyeluruh.

2. Sistem Manajemen Basis Data

Sistem Menajemen Basis Data ini terdiri atas dua bagian yaitu Sistem

Manajemen Basis Data Statis dan Sistem Manajemen Basis Data Dinamis.

Sistem Manajemen Basis Data Statis merupakan bagian sistem yang di

dalamnya berisi data yang bersifat tetap atau statis. Data-data ini digunakan

untuk memberikan informasi yang bersifat tetap dan berfungsi sebagai

masukan bagi pengembangan sistem. Sistem Manajemen Basis Data Dinamis

merupakan bagian sistem yang berisi data yang diperlukan sebagai masukan

pada Sistem Manajemen Basis Model.

3. Sistem Manajemen Basis Model

Sistem Manajemen Basis Model merupakan bagian yang memberikan

fasilitas pengolahan model untuk mengkomputasi pengambilan keputusan.

Model yang dikembangkan adalah model analisis lokasi unggulan, model

prakiraan penjualan, model evaluasi tingkat risiko pembiayaan syariah, model

perhitungan nisbah bagi hasil, dan model analisis kelayakan finansial.

4. Sistem Manajemen Basis Dialog

Sistem Manajemen Basis Dialog merupakan fasilitas interaksi antara

model dan pengguna dalam pengambilan keputusan. Sistem ini akan

mempermudah pengguna dalam menggunakan program karena dibuat user

friendly. Gambar 27 menunjukkan diagram alir permodelan Sistem Penunjang

Keputusan Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan

Syariah.

69

Gambar 27. Diagram alir permodelan Sistem Penunjang Keputusam PerencanaanAgroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah.

Mulai

Analisis Risiko

Input penentuan bagi hasil :- Porsi modal- Bobot risiko

Output :Nisbah bagi hasil untuk LKS dan

pengusaha

Analisis Kelayakan Finansial

Input Pembiayaan Musyarakah:- Umur proyek- Pinjaman modal (%)- Asumsi pembiayaan- Bagi hasil- Data struktur biaya- Zakat

LayakA Ya Tidak

70

Gambar 27. Diagram alir permodelan Sistem Penunjang Keputusan PerencanaanAgroindustri Pepaya Gunung dengan Pembiayaan Syariah(lanjutan).

A

Input Analisis TingkatPenjualan

Input analisis lokasi unggulan:- Alternatif lokasi- Kriteria lokasi- Bobot kriteria- Bobot lokasi

Perhitungan Tingkat Penjualan

Output:Prakiraan Penjualan

Penentuan Lokasi Unggulan

Output:Lokasi Unggulan

Selesai

71

B. Rancang Bangun Sistem

1. Sistem Manajemen Basis Data

Sistem Manajemen Basis data terdiri atas dua bagian yaitu Sistem

Manajemen Basis Data Statis dan Sistem Manajemen Basis Data Dinamis.

Sistem Manajemen Basis Data Statis terdiri atas beberapa informasi yaitu

(1) informasi pembiayaan syariah, (2) informasi wilayah Kabupaten

Wonosobo yang meliputi letak geografis, luas wilayah, potensi wilayah,

jumlah penduduk, dan daerah perbatasan dengan Kabupaten Wonosobo,

(3) deskripsi buah Pepaya Gunung, (5) informasi budidaya buah Pepaya

Gunung, (6) informasi usaha pasca panen buah Pepaya Gunung, dan (7) cara

pengolahan buah Pepaya Gunung.

Sistem Manajemen Basis Data Dinamis terdiri atas data lokasi, data

harga bahan baku, data harga poduk, data permintaan produk, data struktur

biaya, dan evaluasi risiko pembiayaan.

2. Sistem Manajemen Basis Model

a. Model Analisis Lokasi Unggulan

Model analisis lokasi unggulan merupakan model yang digunakan

untuk menentukan daerah yang paling sesuai untuk dujadikan lokasi

pendirian agroindustri pepaya gunung. Model matematik yang digunakan

adalah Metode Perbandingan Eksponensial (MPE).

Kriteria yang digunakan adalah ketersediaan lahan, harga lahan,

kemudahan akses dengan bahan baku, kemudahan akses dengan bahan

penunjang, kemudahan akses pemasaran, ketersediaan sarana transportasi,

ketersediaan sarana utilitas, ketersediaan tenaga kerja, dan kondisi sosial

budaya. Nilai alternatif yang diperoleh dimasukkan ke dalam perhitungan

dengan menggunakan MPE. Hasil penjumlahan nilai alternatif dari setiap

daerah akan dijadikan nilai akhir dari alternatif tersebut dan nilainya akan

diurutkan untuk melihat daerah yang potensial yaitu daerah yang mempunyai

nilai tertinggi.

72

Gambar 28. Diagram alir deskripsi model penentuan lokasi unggulan.

Mulai

Kabupaten Wonosobo:Kecamatan Wonosobo, Kejajar, Garung,

Mojotengah, Watumalang, Kertek,Sukoharjo, Leksono, Selomerto, Kalikajar,

Kaliwiro, Sapuran, Wadaslintang,Kalibawang, Kepil

Kriteria Lokasi:- Ketersediaan lahan- Kemudahan akses dengan bahan baku- Kemudahan akses dengan bahan

penunjang- Ketersediaan sarana transportasi- Ketersediaan sarana utilitas- Ketersediaan tenaga kerja- Kondisi sosial budaya

Metode Perbandingan Eksponensial

Lokasi Unggulan

Selesai

73

b. Model Prakiraan Penjualan

Model ini digunakan untuk memprakirakan jumlah penjualan produk

pada masa pembiayaan dengan menggunakan data historial yang ada.

Perhitungan prakiraan permintaan menggunakan metode regresi linier dan

deret waktu.

c. Model Evaluasi Tingkat Risiko Pembiayaan

Model ini terdiri atas dua bagian yaitu evaluasi risiko usaha dan

evaluasi risiko industri. Evaluasi risiko usaha terdiri atas risiko ketersediaan

bahan baku, risiko pengolahan, risiko pemasaran, dan risiko mitra usaha.

Sedangkan evaluasi risiko industri terdiri atas risiko penawaran dan

permintaan produk, risiko harga bahan baku, risiko harga produk. Penentuan

tingkat risiko dilakukan berdasarkan rata-rata terbobot nilai setiap parameter

dari risiko usaha dan risiko industri. Diagram alir penentuan tingkat risiko

pembiayaan disajikan pada Gambar 29.

d. Model Penentuan Nisbah bagi Hasil

Model ini digunakan untuk menentukan besarnya bagi hasil antara

pihak lembaga keuangan syariah dan pengguna dana. Bagi hasil ditentukan

berdasarkan tingkat risiko pembiayaan dan akan digunakan dalam

perhitungan kelayakan finansial berdasarkan ekonomi syariah. Besarnya bagi

hasil untuk lembaga keuangan syariah dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Bagi hasil berdasarkan nilai risiko

Nilai Risiko Bagi Hasil untuk Lembaga Keuangan Syariah

Tinggi

Sedang

Rendah

70 – 90 %

30 – 70 %

0 – 30 %

Sumber : Santosa (2006).

e. Model Analisis Kelayakan Finansial

Model ini digunakan untuk menentukan kelayakan financial

berdasarkan kriteria kelayakan. Kriteria kelayakan yang digunakan adalah

Benefit-Cost Ratio, Break Even Point, dan Pay Back Periode. Pembiayaan

syariah dibandingkan dengan pembiayaan konvensional. Apabila nilai

kelayakan pembiayaan syariah lebih baik atau sama dengan nilai kelayakan

74

pembiayaan konvensional, maka pembiayaan syariah dapat diterima untuk

perencanaan agroindustri. Diagram alir analisis kelayakan finansial disajikan

pada Gambar 30.

Gambar 29. Diagram alir penentuan tingkat risiko pembiayaan (Indrawanto, 2007)

Ya

Tidak

Mulai

Nilai hasil evaluasi risiko dari setiap faktor risikousaha dan parameter risiko usaha

Bobot setiap faktor

Nilai terbobot dari setiap faktor

Jumlah nilai risiko pembiayaan

Nilai terbobot risikopembiayaan (NRP)

Penentuan tingkat risiko pembiayaan:Tinggi : 3,66 < NRP 5,00Sedang : 2,33 < NRP 3,66Rendah : 1,00 NRP 2,33

Tingkat RisikoPembiayaan (TRP)

TRP tinggi?

Selesai

Lakukan upayapenurunan TRP

Lakukan ulangevaluasi risiko

75

Gambar 30. Diagram alir analisis kelayakan finansial.

Tidak

Ya

Mulai

Data Struktur Biaya

Layak?

Pembiayaan Syariah Pembiayaan Konvensional

Asumsi-asumsi Asumsi-asumsi

Analisis KelayakanFinansial

Analisis KelayakanFinansial

Ya

Layak?

Syariah > Konvensional?

Ya

TidakTolakpembiayaan

syariah

Terimapembiayaan

syariah

Selesai

76

VII. MODEL CAP’S

Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung

dirancang dalam sebuah paket program komputer yang diberi nama Cap’S.

Program ini dirancang sebagai alat bantu bagi para pengambil keputusan dalam

mengambil keputusan yang berkaitan dengan kegiatan perencanaan pendirian

agroindustri pepaya gunung.

Pengguna program ini adalah pengusaha atau calon pengusaha agroindustri

dan lembaga keuangan syariah. Selain itu, pihak-pihak yang berkaitan langsung

maupun tidak langsung dalam perencanaan agroindutri pepaya gunung dapat

menggunakan program ini. Pihak-pihak tersebut diantaranya kelopok petani,

pengusaha agroindustri, pemerintah, investor, lembaga keuangan syariah dan

peneliti.

Keluaran yang dihasilkan dari program ini adalah rekomendasi bagi para

pengambil keputusan dalam memilih dan menentukan lokasi usaha yang memiliki

potensi baik dari segi biaya, kondisi geografis, dan kondisi sosial budaya. Selain

itu, pengambil keputusan akan memperoleh gambaran mengenai kemampuan

produksi agroindustri, risiko usaha, prakiraan penjualan, rencana produksi yang

harus dicapai, dan analisis finansial agroindustri. Pengambil keputusan diharapkan

dapat menganalisis dan mempertimbangkan dengan baik dalam merencanakan

kebutuhan sumberdaya produksi yang akan menunjang keberhasilan produksi.

Pengambil keputusan akan dihadapkan pada suatu faktor yang menjadi

ukuran terpenting dalam rencana pendirian suatu industri yaitu apakah industri

tersebut layak atau tidak untuk didirikan. Untuk memberikan informasi kepada

pengambil keputusan mengenai kondisi dan kebutuhan finansial industri, program

ini memberikan fasilitas yang dapat menganalisis kelayakan finansial

agroindustri.

Cap’S dirancang dengan menggunakan bahasa pemrograman Borland

Delphi 7. Program ini menerapkan Sistem Manajemen Dialog yang menyediakan

fasilitas interaktif antara model dan pengguna. Cap’S dibuat dengan interface

berbasis windows menyediakan pilihan-pilihan menu yang mudah dimengerti dan

digunakan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Program akan memberikan respon

77

sesuai dengan kebutuhan dalam bentuk teks, gambar, angka, dan grafik. Tampilan

login Cap’S dapat dilihat pada Gambar 31.

Gambar 31. Tampilan login Cap’S

Sistem Manajemen Basis Data terdiri atas dua bagian yaitu Sistem

Manajemen Basis Data Statis dan Sistem Manajemen Basis Data Dinamis.

Tampilan menu utama dalam Cap’S dapat dilihat pada Gambar 32. Sistem

Manajemen Basis Data Statis terdiri atas beberapa informasi yaitu informasi

tentang pembiayaan syariah, informasi wilayah, informasi budidaya Pepaya

Gunung, informasi tanaman dan buah Pepaya Gunung, dan informasi proses

pembuatan produk manisan pepaya gunung. Tampilan salah satu contoh data

statis dalam Cap’S dapat dilihat pada Gambar 33.

Sistem Manajemen Basis Data Dinamis Cap’S terdiri atas analisis lokasi

unggulan, analisis risiko pembiayaan, analisis bagi hasil, prakiraan penjualan, dan

analsisis finansial.

78

Gambar 32. Tampilan menu utama Cap’S

Gambar 33. Tampilan data statis Cap’S

A. Model Analisis Pemilihan Lokasi Unggulan

Model lokasi merupakan model yang digunakan untuk menganalisis lokasi-

lokasi tertentu yang memiliki potensi dilihat dari segi karakteristik wilayah, biaya,

dan sosial budaya bagi pendirian dan pengembangan agroindustri pepaya gunung.

Output yang dihasilkan dari model ini adalah merekomendasikan lokasi-lokasi

tertentu yang terpilih menjadi lokasi unggulan yang patut dipertimbangkan oleh

79

pengambil keputusan dalam rencana pendirian dan pengembangan agroindustri

pepaya gunung.

Input data untuk model lokasi adalah data ketersediaan lahan, harga lahan,

kemudahan akses dengan bahan baku, kemudahan akses dengan bahan penunjang,

ketersediaan sarana utilitas, ketersediaan sarana transportasi, kemudahan akses

pemasaran, keterseidaan tenaga kerja, dan kondisi sosial budaya. Metode yang

digunakan untuk menganalisis pemilihan lokasi unggulan adalah metode

perbandingan eksponensial.

Verifikasi model dilakukan dengan menentukan lokasi yang akan dianalisis.

Lokasi yang dipilih adalah Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah yang mempunyai

15 kecamatan. Pertimbangan-pertimbangan yang menjadikan Kabupaten

Wonosobo sebagai ruang lingkup pengkajian sistem ini adalah berdasarkan

karakteristik wilayahnya Kabupaten Wonosobo memiliki potensi iklim dan cuaca

yang sangat baik untuk pertumbuhan Pepaya Gunung. Selain itu, di Kabupaten

Wonosobo sudah terdapat usaha kecil dan menengah yang mengolah Pepaya

Gunung menjadi manisan pepaya gunung yang mempunyai nilai tambah dan daya

simpan yang lebih tinggi.

Perhitungan yang dilakukan adalah dengan memberikan pembobotan tingkat

kepentingan suatu kriteria terhadap kriteria yang lain. Nilai bobot didapatkan

setelah melakukan wawancara dengan para pakar yang terlibat secara langsung

maupun tidak langsung dalam perencanaan dan pengembangan agroindustri

pepaya gunung yaitu para industriawan.

1. Kriteria Pemberian Nilai

Penilaian berdasarkan penilaian pakar dan metode persentil. Pakar yang

dipilih adalah industriawan yang sudah menjalankan usaha manisan pepaya

gunung lebih dari 5 tahun. Nilai maksimum untuk setiap kriteria adalah 5 dan

nilai minimum adalah 1. Pemberian penilaian dengan metode persentil

dilakukan dengan cara mengurutkan data dari yang paling besar hingga paling

kecil. Data yang telah diurutkan dibagi menjadi 5 kelompok dengan persentil

(k) masing-masing 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1. Metode persentil digunakan pada

kriteria ketersediaan lahan, harga lahan, kemudahan akses dengan bahan baku,

kemudahan akses dengan bahan penunjang, kemudahan akses dengan pasar,

80

dan ketersediaan tenaga kerja. Penilaian pakar digunakan pada kriteria kondisi

sosial budaya.

a. Ketersediaan lahan

Ketersediaan lahan merupakan kriteria yang menggambarkan luas lahan

yang masih kosong untuk mendirikan usaha agroindustri. Lahan yang dihitung

dalam penilaian adalah lahan sawah dan lahan bukan sawah selain lahan yang

digunakan untuk bangunan atau pemukiman. Data luas lahan yang telah

diurutkan dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 8 menyajikan pemberian nilai

untuk kriteria ketersediaan lahan secara lengkap.

Gambar 34. Tampilan Masukan model analisis lokasi unggulan.

b. Harga lahan.

Harga lahan merupakan harga tanah per m2 yang akan digunakan untuk

mendirikan bangunan industri manisan pepaya gunung. Data harga lahan telah

diurutkan dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel 9 menyajikan kriteria pemberian

nilai secara lengkap.

81

Tabel 8. Pemberian nilai untuk kriteria ketersediaan lahan.

Jarak lokasi dengan sumber bahan baku (ha) Nilai

jarak 4457 1

4457 < jarak 5276 2

5276 < jarak 6519 3

6519 < jarak 8859 4

jarak > 8859 5

Tabel 9. Pemberian nilai untuk kriteria harga lahan

Harga lahan per m2 (Rp) Nilaiharga 40.000 5

40.000 < harga 50.000 450.000 < harga 77.000 3

77.000 < harga 100.000 2harga > 100.000 1

c. Kemudahan akses dengan bahan baku

Kemudahan akses dengan bahan baku merupakan kriteria yang

menggambarkan kemudahan untuk mendapatkan bahan baku utama yaitu buah

Pepaya Gunung. Di Kabupaten Wonosobo, buah Pepaya Gunung hanya tumbuh

di Kecamatan Kejajar. Data jarak dari sumber bahan baku yang telah diurutkan

dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 10 menyajikan kriteria pemberian nilai

secara lengkap.

Tabel 10. Pemberian nilai untuk kriteria kemudahan akses dengan bahan baku

Jarak lokasi dengan sumber bahan baku (km) Nilai

jarak 15 5

15 < jarak 26 4

26 < jarak 34,5 3

34,5 < jarak 40 2

jarak > 40 1

d. Kemudahan akses dengan bahan penunjang.

Bahan penunjang yang digunakan antara lain kemasan gelas, kemasan

kardus, label, dan gula. Sumber bahan penunjang yang ada di Kabupaten

Wonosobo terletak di pusat kota Wonosobo. Data jarak dari sumber bahan

82

penunjang yang telah diurutkan dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 11

menyajikan kriteria pemberian nilai secara lengkap.

Tabel 11. Pemberian nilai untuk kriteria kemudahan akses dengan bahanpenunjang

Jarak lokasi dengan sumber bahan penunjang (km) Nilai

jarak 7 5

7 < jarak 11 4

11 < jarak 15 3

15 < jarak 21,5 2

jarak > 21,5 1

e. Ketersediaan sarana utilitas

Parameter yang dipertimbangkan dalam kriteria ketersediaan sarana

utilitas adalah ketersediaan air, listrik, telepon, dan prasarana umum. Pasokan

air berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Ketersediaan listrik

merupakan kriteria yang menggambarkan baik atau tidaknya pasokan listrik di

lokasi yang bersangkuan. Ketersediaan listrik merupakan faktor yang penting

karena dalam proses agroindustri terdapat mesin dan peralatan proses serta

peralatan kantor yang memerlukan listrik sebagai sumber energi. Tabel 12

menyajikan pemberian nilai secara lengkap untuk kriteria sarana utilitas.

Tabel 12. Pemberian nilai untuk kriteria ketersediaan sarana utilitas

Parameter Nilai

Semua parameter terpenuhi 5

Terdapat satu parameter yang tidak terpenuhi 4

Terdapat dua parameter yang tidak terpenuhi 3

Terdapat tiga parameter yang tidak terpenuhi 2

Terdapat empat parameter yang tidak terpenuhi 1

f. Ketersediaan sarana transportasi

Parameter yang digunakan dalam kriteria ketersediaan sarana transportasi

adalah kemudahan mendapatkan kendaraan atau sarana trasportasi lain untuk

pemasaran produk, pengangkutan bahan baku dan bahan penunjang, serta

kondisi jalan di daerah yang bersangkutan. Selain itu, sarana transportasi

83

berhubungan dengan sarana transportasi umum. Sarana transportasi umum

merupakan sarana untuk mobilitas karyawan.

Tabel 13. Pemberian nilai untuk kriteria ketersediaan sarana transportaasi

Parameter Nilai

Semua parameter terpenuhi 5

Terdapat satu parameter yang tidak terpenuhi 4

Terdapat dua parameter yang tidak terpenuhi 3

Terdapat tiga parameter yang tidak terpenuhi 2

Terdapat empat parameter yang tidak terpenuhi 1

g. Ketersediaan tenaga kerja

Data yang digunakan pada kriteria ini adalah data jumlah pencari kerja

(job seeker). Data jumlah pencari kerja yang telah diurutkan dapat dilihat pada

Lampiran 4. Tabel 14 menyajikan pemberian nilai untuk kriteria ketersediaan

tenaga kerja secara lengkap.

Tabel 14. Pemberian nilai untuk kriteria ketersediaan tenaga kerja

Jarak lokasi dengan sumber bahan penunjang (km) Nilai

jarak 309 1

309 < jarak 397 2

397 < jarak 548 3

548 < jarak 881 4

jarak > 881 5

h. Kemudahan akses pemasaran

Pusat pemasaran yang terdapat di Kabupaten Wonosobo terletak di pusat

kota Wonosobo. Data jarak dari pusat pemasaran yang telah diurutkan dapat

dilihat pada Lampiran 3. Tabel 15 menyajikan kriteria pemberian nilai secara

lengkap.

i. Kondisi sosial budaya

Parameter yang diperhatikan dalam kriteria sikap masyarakat adalah

respon masyarakat sekitar terhadap kemungkinan pendirian agroindustri Pepaya

Gunung di daerah yang bersangkutan. Respon yang diberikan adalah sangat

84

baik, baik, sedang, cukup baik, dan kurang baik. Pemberian nilai secara lengkap

untuk kriteria sikap masyarakat dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 15. Pemberian nilai untuk kriteria kemudahan akses dengan bahanpenunjang

Jarak lokasi dengan sumber bahan penunjang (km) Nilai

jarak 7 5

7 < jarak 11 4

11 < jarak 15 3

15 < jarak 21,5 2

jarak > 21,5 1

Tabel 16. Pemberian nilai untuk kriteria kondisi sosial budaya

Respon masyarakat Nilai

Sangat baik 5

Baik 4

Sedang 3

Cukup baik 2

Kurang baik 1

2. Pembobotan Kriteria

Pembobotan untuk masing-masing kriteria ditentukan berdasarkan

penilaian pakar (expert judgment) yang diminta kesediaannya untuk menjadi

responden dalam pengkajian masalah khusus. Responden berasal dari kalangan

profesional (industriawan) yang dipilih berdasarkan kapabilitas dan

kapasitasnya sebagai pihak yang terlibat dalam perencanaan dan pengembangan

agroindustri pepaya gunung.

Responden diminta memberikan jawaban kualitatif terhadap pertanyaan-

pertanyaan yang diberikan selama wawancara. Kriteria diberikan nilai 1 sampai

9 seperti disajikan pada Lampiran 7. Jumlah penilaian pada masing-masing

kriteria dijumlah dan dihitung rata-ratanya. Rata-rata ini digunakan sebagai

bobot penilaian yang akan masuk ke dalam perhitungan sebagaimana

diperlihatkan pada Tabel 17.

85

Berdasarkan hasil pembobotan kriteria pada Tabel 17, kriteria

ketersediaan sarana utilitas mempunyai nilai tertinggi yaitu 7,2. Hal ini

menunjukkan bahwa kriteria tersebut merupakan prioritas utama yang dijadikan

pertimbangan dalam rencana pendirian dan pengembangan agroindustri pepaya

gunung.

Tabel 17. Bobot penilaian untuk setiap kriteria yang dipertimbangkan

No Kriteria Bobot

1 Ketersediaan lahan 3,42 Harga lahan 3,53 Kemudahan akses dengan bahan baku 64 Kemudahan akses dengan bahan penunjang 3,45 Ketersediaan sarana transportasi 56 Ketersediaan sarana utilitas 7,27 Ketersediaan tenaga kerja 58 Kondisi sosial budaya 6,59 Kemudahan akses pemasaran 6,7

Kebutuhan akan air, listrik, telepon, dan sarana umum sangat berpengaruh

terhadap kelangsungan usaha suatau agroindustri. Dalam proses pembuatan

produk manisan pepaya gunung, air bersih sangat diutamakan. Hal ini berkaitan

dengan keamanan pangan dan kualitas dari produk yang diproduksi. Air yang

kurang bersih akan menyebabkan produk dapat tercemar oleh berbagai macam

mikroorganisme dan akan membahayakan bagi konsumen. Kontinuitas pasokan

air harus tetap terjaga karena air merupakan bahan baku pembuatan produk.

Selain ketersediaan air, ketersedian listrik sangat berpengaruh terhadap

proses produksi. Listrik diperlukan sebagai sumber energi untuk berjalannya

mesin dan peralatan lain serta sumber penerangan. Apabila terjadi pemadaman

listrik, proses produksi secara otomatis akan terhenti. Kondisi ini dapat

menyebabkan kerugian pada perusahaan. Oleh karena itu harus disediakan

sumber listrik cadangan untuk mengendtisipasi terjadinya hal-hal yang tidak

diinginkan.

Prioritas kedua dalam perencanaan suatu agroindustri adalah kemudahan

akses pemasaran. Menurut Kotler & Keller (2007) pemasaran merupakan kunci

86

keberhasilan suatu industri. Seringkali keberhasilan keuangan diukur dengan

kemampuan penjualan produk atau kemampuan pemasaran produk. Letak

lokasi sangat berpengaruh terhadap pemasaran suatu produk. Lokasi yang dekat

dengan tempat pemasaran akan mempermudah dalam pemasaran produk.

Kemudahan pemasaran erat hubungannya dengan ketersediaan sarana

transportasi dan komunikasi. Hal ini berkaitan dengan pengangkutan produk ke

lokasi pemasaran dan kemudahan dalam pemesanan produk.

3. Keluaran model

Model dirancang untuk menghitung nilai akhir dari masing-masing

alternatif lokasi. Nilai akhir tersebut diurutkan dari nilai tertinggi sampai

terendah. Data penilaian alternatif lokasi yang dimasukkan akan dihitung

menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE) untuk masing-masing

alternatif lokasi. Lokasi yang memiliki nilai tertinggi merupakan lokasi

unggulan untuk pendirian agroindustri pepaya gunung.

Model pemilihan lokasi unggulan akan memilih 3 lokasi yang menjadi

prioritas untuk pendirian agroindustri pepaya gunung yaitu lokasi unggulan I,

unggulan II, dan unggulan III seperti disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18. Hasil verifikasi model pemilihan lokasi unggulan

Prioritas Lokasi Nilai Akhir

Unggulan I Kecamatan Wonosobo 168.929,175

Unggulan II Kecamatan Kertek 127.009,028

Unggulan III Kecamatan Selomerto 95.970,257

Berdasarkan hasil perhitungan model analisis lokasi unggulan di atas,

lokasi yang paling potensial adalah Kecamatan Wonosobo. Tampilan model

lokasi unggulan dapat dilihat pada Gambar 35. Alternatif lain yang patut

dipertimbangkan juga adalah Kecamatan Kertek dan Selomerto. Perbandingan

nilai ketiga lokasi unggulan tersebut disajikan pada Tabel 19.

Pada saat ini industri rumah tangga yang ada pada saat ini banyak terdapat

di Kecamatan Mojotengah dan Kecamatan Wonosobo seperti disajikan pada

Lampiran 1. Kecamatan Kejajar dan Kecamatan Garung merupakan daerah yang

87

paling dekat dengan bahan baku. Kedua daerah ini juga patut dipertimbangkan

karena pengangkutan bahan baku lebih mudah.

Tabel 19. Perbandingan nilai lokasi unggulan terpilih

KriteriaNilai

Wonosobo Kertek Selomerto

Ketersediaan lahan 1 3 1

Harga Lahan 1 1 3

Kemudahan akses dengan bahan baku 4 4 4

Kemudahan akses dengan bahan penunjang 5 4 5

Ketersediaan sarana transportasi 5 5 4

Ketersediaan sarana utilitas 5 5 4

Ketersediaan tenaga kerja 5 4 5

Kondisi sosial budaya 3,3 1,4 4,5

Kemudahan akses pasar 5 4 5

B. Model Prakiraan Penjualan

Model prakiraan penjualan menggunakan perangkat lunak WIN QSB yang

terintegrasi dengan program Cap’S. Model prakiraan penjualan digunakan untuk

mengetahui tingkat penjualan pada masa yang akan datang selama periode

pembiayaan. Data penjualan diperoleh dari industri rumah tangga yang ada di

Kabupaten Wonosobo dari tahun 2003 hingga 2007 seperti disajikan pada Tabel

20.

Metode yang digunakan dalam prakiraan penjualan adalah regresi linier,

simple average, moving average, moving average with linier trend, dan single

eksponensial smoothing. Metode-metode tersebut kemudian dibandingkan nilai

MAPE (Mean Absolute Percentage Error) dan determinasinya (R2) untuk

menentukan metode terbaik yang digunakan. Metode yang dipilih untuk

menentukan rata-rata tingkat penjualan 10 tahun kemudian adalah metode yang

memiliki nilai R2 mendekati satu dan MAPE terkecil.

88

Gambar 35. Tampilan keluaran model lokasi unggulan.

Tabel 20. Tingkat penjualan produk manisan pepaya gunung lima tahun terakhir

Tahun Tingkat Penjualan (botol)2003 474.0002004 603.5002005 982.5002006 1.085.5002007 1.169.500

Berdasarkan hasil analisis, nilai terbaik adalah prakiraan dengan

menggunakan regresi linier yang mempunyai nilai MAPE terkecil dan R2

mendekati 1. Hal ini berarti metode yang paling baik digunakan untuk

memprakirakan tingkat penjualan produk selama masa pembiayaan adalah metode

regresi linier.

C. Model Evaluasi Risiko Pembiayaan

1. Evaluasi Risiko Usaha

Risiko usaha digunakan untuk mengevaluasi tingkat risiko operasional

usaha dengan kondisi yang diasumsi dalam analisis kelayakan pembiayaan.

89

Parameter yang digunakan dalam evaluasi risiko usaha adalah risiko

ketersediaan bahan baku, risiko pengolahan, dan risiko pemasaran.

Tabel 21. Prakiraan penjualan manisan pepaya gunung selama masa pembiayaan

Tahun SA MA (2) MAT SES LRPers. 1

2008 474000 1127500 1253500 789288 14249002009 603500 1127500 1337500 789288 16122002010 982500 1127500 1421500 789288 17995002011 1085500 1127500 1505500 789288 19868002012 1169500 1127500 1589500 789288 21741002013 474000 1127500 1673500 789288 23614002014 603500 1127500 1757500 789288 25487002015 982500 1127500 1841500 789288 27360002016 1085500 1127500 1925500 789288 29233002017 1169500 1127500 2009500 789288 3110600

MAPE 34,0313 27,8992 17,4817 39,0679 7,2460R2 2,7728 21,4300 12,0548 3,4795 0,9320

Keterangan:SA : Simple AverageMA : Moving AverageMAT : Moving Average with Linier TrendSES : Single Exponential SmoothingLR : Linier Regression

Gambar 36. Tampilan keluaran model prakiraan penjualan.

90

Hasil evaluasi risiko usaha disajikan pada Gambar 37, menunjukkan

risiko usaha dengan parameter ketersediaan bahan baku merupakan risiko

utama yang harus dihadapi dalam perencanaan agroindustri pepaya gunung.

Hasil evaluasi risiko ketersediaan bahan baku yang disajikan pada Tabel 22

menunjukkan risiko pada tingkat sedang dengan nilai 2,85.

Gambar 37. Grafik evaluasi risiko usaha.

Indikator yang perlu diperhatikan adalah tingkat persaingan mendapatkan

bahan baku. Peningkatan permintaan manisan pepaya gunung mengakibatkan

peningkatan kebutuhan akan bahan baku. Ketidaktentuan hasil panen buah

Pepaya Gunung dan terdapat pesaing yang memproduksi produk yang sama

mengakibatkan buah Pepaya Gunung cukup susah didapatkan. Untuk

mengurangi tingkat persaingan dalam mendapatkan buah Pepaya Gunung

adalah dengan membuat petani binaan yang akan mensuplai buah Pepaya

Gunung ke industri yang bersangkutan. Dengan adanya petani binaan yang

bekerja sama dengan pabrik akan mengurangi tingkat persaingan dan

mengurangi risiko kelangkaan bahan baku.

Tabel 22. Hasil evaluasi risiko ketersediaan bahan baku

No Indikator Nilai1 Tingkat persaingan mendapatkan bahan baku 3,12 Kemudahan mencari bahan baku 2,6

Risiko ketersediaan bahan baku 2,85

Parameter kedua adalah ketersediaan bahan baku. Hasil evaluasi risiko

pemasaran yang disajikan pada Tabel 23. menunjukkan risiko pada tingkat

Tinggi

Sedang

Rendah

91

sedang dengan nilai risiko 2,67. Biaya penjualan merupakan indikator yang

mempunyai risiko tertinggi. Hal ini berkaitan dengan transportasi produk dan

promosi produk. Manisan pepaya gunung dikemas dengan menggunakan

kemasan jar yang terbuat dari kaca sehingga mempunyai berat yang besar. Hal

ini mengakibatkan biaya pengiriman produk ke pasar menjadi lebih tinggi.

Tingginya biaya pemasaran produk juga disebabkan oleh jaringan distributor

pemasaran produk yang belum luas sehingga produsen harus mengantarkan

langsung produk yang diproduksinya. Lingkup pemasaran yang masih sempit

dan orang yang mengetahui produk belum banyak mengakibatkan produsen

harus melakukan promosi produk lebih banyak. Hal ini akan semakin

menambah biaya pemasaran produk.

Tabel 23. Hasil evaluasi risiko pemasaran

No Indikator Nilai1 Biaya penjualan 3,92 Jumlah orang yang mengetahui produk manisan pepaya gunung 2,63 Jumlah toko, warung, atau tempat lain untuk pemasaran produk 2,64 Jaringan distributor untuk pemasaran produk 2,85 Lingkup pemasaran 2,26 Kondisi posisi tawar perusahaan 1,9

Risiko pemasaran 2,67

Hasil evaluasi risiko pengolahan menunjukkan risiko pada tingkat rendah

dengan nilai 1,4. Hal ini berarti pengolahan manisan pepaya gunung

mempunyai tingkat risiko yang rendah dan tingkat kegagalan produksi juga

rendah. Indikator yang digunakan adalah kemudahan mendapatkan bahan

penunjang seperti botol, label, dan kemasan kardus. Bahan penunjang dapat

didapatkan dengan mudah karena terdapat perusahaan yang memproduksinya

secara kontinu.

2. Evaluasi Risiko Industri

Risiko industri digunakan untuk mengevaluasi dinamika industri yang

menyebabkan asumsi dalam evaluasi kelayakan menjadi tidak tercapai.

Parameter yang digunakan untuk mengevaluasi risiko industri adalah risiko

permintaan, risiko harga bahan baku, dan risiko harga produk.

92

Gambar 38. Grafik evaluasi risiko industri.

Hasil evaluasi risiko industri yang disajikan pada Gambar 38

menunjukkan bahwa harga bahan baku merupakan risiko tertinggi dengan

tingkat risiko sedang. Kondisi fluktuasi harga bahan baku mempunyai nilai

tertinggi seperti disajikan pada Tabel 24. Fluktuasi harga bahan baku satu tahun

terakhir mengalami kenaikan lebih dari 20 persen dari harga normal. Hal ini

disebabkan adanya kelangkaan bahan baku yang diproduksi oleh petani.

Kelangkaan bahan baku ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kondisi

iklim, berkurangnya jumlah petani Pepaya Gunung, dan kurangnya perhatian

pemerintah daerah terhadap petani Pepaya Gunung. Tanaman Pepaya Gunung

membutuhkan air untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Kondisi iklim

yang tidak menentu menyebabkan tanaman Pepaya Gunung berbuah tidak

optimal. Pada kondisi iklim dimana curah hujan tinggi tanaman Pepaya Gunung

mampu memproduksi buah sebanyak 1500 kg per hektar per bulan, tetapi

sebaliknya pada kondisi iklim dimana curah hujan rendah tanaman Pepaya

Gunung hanya berbuah 187 kg per bulan per hektar.

Manurut penuturan para petani, pada tahun 2000 pemerintah daerah

mengeluarkan kebijakan tentang pelarangan penanaman Pepaya Gunung di

lahan milik pemerintah. Hal ini diduga menjadi salah satu penyebab adanya

kelangkaan buah Pepaya Gunung. Sebelum adanya kebijakan tersebut diduga

terdapat puluhan petani Pepaya Gunung yang menggunakan lahan milik

pemerintah daerah dengan luas 0,5 ha hingga 2 ha. Selain itu, petani Pepaya

Tinggi

Sedang

Rendah

93

Gunung hanya menanam tanaman Pepaya Gunung sebagai usaha sampingan.

Tanaman Pepaya Gunung ditanam disela-sela lahan yang ditanami tanaman

kentang dan tanaman Pepaya Gunung tidak terlalu diperhatikan

pertumbuhannya, sehingga hasil panen Pepaya Gunung tidak maksimal.

Tabel 24. Hasil evaluasi risiko harga bahan baku

No Indikator Nilai1 Kondisi fluktusai harga bahan baku dalam satu tahun terakhir 4,62 Jumlah penjual bahan baku 2,1

Risiko harga bahan baku 3,35

Hasil evaluasi risiko permintaan dan penawaran produk disajikan pada

Gambar 38 menunjukkan risiko pada tingkat sedang dengan nilai 2,75.

Indikator yang berpengaruh adalah jumlah pesaing yang memproduksi produk

yang sama seperti disajikan pada Tabel 25. Pada saat ini terdapat 12 industri

rumah tangga yang memproduksi manisan pepaya gunung dengan berbagai

skala industri. Kondisi ini mengakibatkan penawaran produk semakin banyak

dan tingkat persaingan dalam memasarkan produk cukup tinggi.

Tabel 25. Hasil evaluasi risiko permintaan dan penawaran produk

No Indikator Nilai1 Jumlah permintaan 1,62 Jumlah pesaing yang memproduksi produk yang sama 3,9

Risiko permintaan dan penawaran produk 2,75

Hasil evaluasi risiko harga produk menunjukkan tingkat risiko rendah.

Harga jual produk dalam satu tahun terakhir mengalami kenaikan yang cukup

signifikan yaitu dari Rp6500,00 - Rp7000,00 per botol menjadi Rp9000,00 -

Rp10000,00 per botol. Kenaikan harga jual produk disebabkan oleh naiknya

biaya produksi terutama harga bahan baku. Selain itu, kenaikan harga bahan

bakar minyak juga berpengaruh terhadap kenaikan harga produk. Dengan harga

jual tersebut produsen memperoleh keuntungan lebih dari 20 persen.

94

Tabel 26. Hasil evaluasi risiko harga produk

No Indikator Nilai

1 Kondisi harga jual manisan pepaya gunung dibandingkan harga pokokproduksi 1,1

2 Kondisi fluktuasi harga manisan pepaya gunung dalam satu tahunterakhir 1

Risiko harga produk manisan pepaya gunung 1,05

Gambar 39. Tampilan masukan model analisis risiko pembiayaan.

3. Evaluasi Risiko Pembiayaan

Penentuan tingkat risiko pembiayaan (TRP) dilakukan dengan

menggunakan hasil evaluasi risiko usaha dan risiko industri berdasarkan pakar

di atas. Risiko pembiayaan diperoleh dengan cara mencari rata-rata setiap nilai

parameter yang diperoleh. Tabel 27 menyajikan tingkat risiko pembiayaan

dengan nilai 2,34. Hal ini berarti tingkat risiko pembiayaan adalah sedang.

Risiko industri sedikit lebih tinggi nilainya dibandingkan risiko usaha. Hal ini

berarti kedua parameter tersebut mempunyai tingkat kepentingan yang sama.

Keluaran model evaluasi risiko pembiayaan disajikan pada Gambar 40.

95

Tabel 27. Nilai risiko pembiayaan berdasarkan rata-rata terbobot nilaiparameter

Parameter Risiko NilaiRisiko Pembiayaan 2,345

- Risiko usaha - Ketersediaan bahan baku - Pengolahan - Pemasaran

2,312,851,4

2,67

- Risiko industri - Harga bahan baku - Permintaan dan penawaran produk - Harga produk

2,383,352,751,05

Gambar 40. Tampilan keluaran model analisis risiko pembiayaan.

D. Model Analisis Kelayakan Finansial

Model analisis kelayakan finansial merupakan model yang digunakan untuk

menentukan rencana perencanaan agroindustri melalui perhitungan dan manfaat

yang diharapkan dengan membandingkan pengeluaran dan pendapatan yang

diperoleh. Output yang dihasilkan dari model ini adalah pernyataan layak atau

tidaknya perencanaan agroindustri Pepaya Gunung. Selain itu, model ini juga

96

menghasilkan output kapasitas industri yang harus dicapai, proyeksi laba rugi, dan

arus kas selama pembiayaan.

Untuk menentukan prakiraan biaya diperlukan asumsi-asumsi yang menjadi

dasar perhitungan biaya. Asumsi-asumsi tersebut antara lain adalah sebagai

berikut:

1) Umur ekonomi proyek adalah selama 10 tahun,

2) Nilai sisa bangunan pada masa akhir proyek bernilai 50 persen dari nilai awal

dan nilai tanah tetap pada masa akhir proyek,

3) Nilai sisa mesin dan peralatan adalah sebesar 10 persen dari nilai awal, biaya

pemeliharaan sebesar 5 persen, dan biaya asuransi sebesar 2 persen,

4) Nilai depresiasi dihitung dengan menggunakan metode penjumlahan angka

tahun (sum-of-years depreciation),

5) Kapasitas maksimum produksi adalah sebesar 2000 botol per hari,

6) Biaya investasi merupakan jumlah dari total biaya tetap dan biaya modal kerja

selama enam bulan dan dikeluarkan seluruhnya pada tahun ke-0,

7) Porsi modal adalah sebesar 50 persen dari bank dan 50 persen merupakan

modal sendiri,

8) Proyek dimulai pada tahun ke-0 dan mulai produksi tahun ke-1 dengan

kapasitas produksi 80 persen dari kapasitas maksimum, tahun ke-2

berproduksi 85 persen dari kapasitas maksimum, tahun ke-3 berproduksi 95

persen dari kapasitas maksimum, dan tahun ke-4 dan seterusnya berproduksi

dengan kapasitas penuh,

9) Produk terjual 85 persen pada tahun ke-1, tahun ke-2 produk terjual 88 persen

dari total produk yang diproduksi, tahun ke-3 produk terjual 90 persen, tahun

ke-4 dan seterusnya produk terjual 95 persen, setiap tahun terdapat produk

yang tidak terjual dan memiliki biaya penyimpanan 1 persen dari harga

jualnya,

10) Besarnya pajak ditentukan berdasarkan Undang-Undang no. 17 tahun 2000,

yaitu sebagai berikut:

Ø jika pendapatan < 50 juta maka besarnya pajak sebesar 10 persen dari

pendapatan total,

97

Ø jika pendapatan yang diperoleh sebesar 50 juta sampai dengan 100 juta

maka besarnya pajak sebesar 10 persen dari 50 juta ditambah 15 persen

dikalikan dengan sisa pendapatan,

Ø jika besarnya pendapatan >100 juta maka pajak yang harus dibayar adalah

sebesar 10 persen dikalikan 50 juta ditambah 15 persen dari 100 juta

ditambah 30 persen dikalikan sisa pendapatan.

11) Untuk bank konvensional, bunga bank bank yang digunakan adalah sebesar 18

persen,

12) Pengembalian pinjaman dilakukan selama 5 tahun.

Gambar 41. Tampilan masukan asumsi-asumsi pada model kelayakan finansial.

Pembiayaan investasi terdiri atas dua sumber dana, yaitu dana pinjaman dari

bank dan modal sendiri. Pembiayaan dilakukan secara syariah dengan jenis

pinjaman adalah musyarakah. Pembiyaan secara musyarakah merupakan kerja

sama usaha patungan antara dua pihak atau lebih pemilik modal (syarik/shahibul

maal) untuk membiayai suatu jenis usaha (masyru) yang halal dan produktif. Porsi

pendanaan dari bank syariah adalah sebesar 50 persen dan sisanya merupakan

modal sendiri seperti disajikan pada Tabel 28. Penentuan nisbah bagi hasil

berdasarkan tingkat risiko usaha dan porsi pendanaan.

98

Tabel 28. Sumber pendanaan

Sumber Dana Besarnya (Rp) Porsi (%)Bank syariah 830.260.000 50Modal sendiri 830.260.000 50Jumlah 1.660.520.000 100

Bagi hasil. Bagi hasil ditentukan berdasarkan besarnya risiko pembiayaan

dan besarnya nisbah modal yang dipinjam dari bank. Analisis risiko pembiayaan

menunjukkan bahwa risko berada pada tingkat sedang. Seperti disajikan pada

Tabel 7 bahwa pada tingkat risiko sedang, bagi hasil untuk bank adalah sebesar

30-70 persen dari bersih. Dengan menggunakan interpolasi didapatkan besarnya

bagi hasil untuk bank berdasarkan risiko pembiayaan adalah sebesar 30,3 persen.

Besarnya modal yang dipinjam dari bank adalah sebanyak 50 persen dari modal

yang diperlukan. Berdasarkan modal yang dipinjam dari bank maka besarnya bagi

hasil untuk bank adalah sebesar 50 persen. Dengan menggunakan kedua faktor

tersebut maka didapatkan bagi hasil untuk bank adalah sebesar 40,15 persen dari

laba bersih. Besarnya bagi hasil tergantung dari besarnya laba yang dihasilkan dan

setiap tahun akan berubah. Ketentuan ini dapat berubah tergantung dari kebijakan

kedua belah pihak pada saat pembuatan akad.

Biaya investasi. Biaya investasi merupakan biaya yang diperlukan pada

saat akan mendirikan suatu industri. Biaya ini terdiri atas dua komponen yaitu

biaya tetap dan biaya modal kerja. Biaya tetap merupakan biaya yang diperlukan

untuk keperluan fisik dari pabrik yang terdiri atas biaya pembangunan pabrik,

pembelian peralatan dan mesin, dan peralatn kantor. Perincian dari biaya tetap

beserta biaya pemeliharaan, nilai sisa, asuransi, dan penyusutan disajikan pada

Lampiran 13.

Modal kerja adalah biaya operasional yang diperlukan untuk memproduksi

produk pertama kali. Perhitungan modal kerja tergantung pada kebijakan

perusahaan (Husnan dan Suwarsono, 2000). Asumsi yang dilakukan adalah biaya

variabel enam bulan pertama termasuk ke dalam biaya investasi dan barang yang

diproduksi terjual semuanya sehingga pada bulan berikutnya industri sudah

mampu memproduksi dari penerimaan penjualan tersebut.

99

Modal kerja pada industri manisan pepaya gunung terdiri atas biaya tenaga

kerja tak langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya bahan baku dan bahan

penunjang, serta biaya utilitas. Komposisi dari modal kerja tersebut disajikan pada

Tabel 29. Pada tahun pertama jumlah produk yang diproduksi sebesar 80 persen

dari kapasitas maksimum. Hal ini dilakukan dengan tujuan menghindari

banyaknya produk yang tidak terjual karena industri ini pertama kali berproduksi.

Modal kerja merupakan biaya operasional selama 6 bulan atau sebesar 50 persen

dari total modal kerja pada tahun pertama.

Tabel 29. Komposisi modal kerja industri manisan pepaya gunung

No Komponen Nilai (Rp)

1

2

3

4

Biaya tenaga kerja tak langsung

Biaya tenaga kerja langsung

Biaya bahan baku dan bahan penunjang

Biaya utilitas

69.600.000

168.000.000

1.007.400.000

21.120.000

Total 1.266.120.000

Besarnya modal tetap industri manisan pepaya gunung disajikan pada

Lampiran 10 yaitu sebesar Rp394.400.000,00. Besarnya modal tetap sebanyak

23,75 persen dari total investasi dan modal kerja besarnya 76,25 persen dari total

investasi yang diperlukan. Investasi tersebut dikeluarkan pada tahun ke-0 yaitu

pada saat pendirian pabrik.

Harga dan prakiraan penerimaan. Harga manisan pepaya gunung

dipasaran pada saat ini adalah sebesar Rp6.000,00 sampai Rp10.000,00 per botol.

Dengan asumsi bahwa harga industri menerapkan kebijakan harga sebesar

Rp8.000,00 per botol maka keuntungan yang diperoleh setiap botol adalah sebesar

46,1 persen dari harga pokok produksi.

Penerimaan tahunan industri diperoleh dari hasil penjualan dan kapasitas

produksi pada tahun tersebut. Asumsi yang digunakan adalah pada tahun pertama

kapasitas produksi sebesar 80 persen dari kapasitas terpasang dengan jumlah

produk yang terjual sebesar 85 persen. Pada tahun kedua kapasitas produksi naik

menjadi 87 persen dan produk yang terjual juga naik menjadi 88 persen. Pada

tahun ketiga juga terjadi peningkatan kapasitas menjadi 95 persen dengan produk

100

yang terjual sebanyak 90 persen. Pada tahun keempat dan seterusnya produksi 100

persen dari kapasitas terpasang dengan asumsi produk yang tidak terjual sebanyak

5 persen dari total produk yang ada. Penerimaan industri ini disajikan pada

Lampiran 15.

Proyeksi laba rugi. Proyeksi laba rugi digunakan untuk mengetahui tingkat

keuntungan suatu usaha. Bagi hasil untuk bank dihitung dari laba operasional

dikalikan besarnya nisbah bagi hasil untuk bank. Pajak dihitung berdasarkan

Undang-Undang no. 17 tahun 2000 dengan mengalikan persentase pajak dengan

laba operasional yang telah dikurangi bagi hasil untuk bank. Besarnya zakat

adalah sebesar 2,5 persen dari laba setelah dikurangi pajak. Setelah mengurangkan

laba operasional dengan bagi hasil untuk bank, pajak, dan zakat maka diperoleh

laba bersih. Seperti yang disajikan pada Lampiran 15, industri ini telah

memberikan nilai positif pada tahun pertama dan pada tahun berikutnya laba

semakin besar seiring dengan kenaikan kapasitas dan besarnya produk yang

terjual. Keluaran laporan laba rugi pada model analisis kelayakan finansial

disajikan pada Gambar 42.

Gambar 42. Tampilan keluaran laporan laba rugi pada model kelayakan finansial.

Dari perhitungan laba rugi tersebut didapat besarnya zakat pada tahun

pertama sebesar Rp7.409.070,00 dan pada tahun kedua naik menjadi

101

Rp19.578.176,00 dan mengalami kenaikan pada tahun berikutnya. Dengan adanya

zakat ini diharapkan kesejahteraan masyarakat miskin terutama di sekitar industri

dapat meningkat.

Analisis Kelayakan Finansial. Analisis kelayakan finansial menggunakan

pembiayaan syariah dengan kriteria kelayakan finansial yang digunakan adalah

benefit-cost ratio (B/C Ratio), payback periode (PBP), dan break event point

(BEP). Alasan penggunaan kriteria tersebut adalah kriteria tersebut dapat dihitung

niainya tanpa menggunakan bunga (i).

Pada analisis finansial, pembiayaan syariah dibandingkan dengan

pembiayaan konvensional. Apabila hasil analisis menunjukkan pembiayaan

syariah mempunyai nilai kelayakan yang sama atau lebih besar dari konvensional,

maka pembiayaan syariah dapat diterima untuk digunakan dalam pembiayaan

perencanaa industri. Akan tetapi apabila nilai kelayakannya lebih kecil, maka

pembiayaan syariah tidak diterima.

Tabel 30. Hasil analisis kelayakan finansial pada kondisi normal

No Uraian Syariah Konvensional1 Bagi Hasil 40,15 % -2 Bunga - 18 %3 PBP 2 tahun 1 bulan 2 tahun4 BC Rasio 1,221 1,2705 BEP 199.334 214.168

Hasil Layak Layak

Hasil analisis finansial menunjukkan bahwa pada kondisi normal atau sesuai

dengan asumsi agroindustri layak dijalankan dengan kedua pembiayaan. Nilai

BEP untuk pembiayaan syariah sebesar 199.334 unit dan 214.168 unit untuk

pembiayaan konvensional. Nilai B/C ratio untuk pembiayaan syariah adalah

sebesar 1,221 dan 1,270 untuk pembiayaan konvensional. PBP yang diperlukan

pada pembiayaan syariah adalah selama 2 tahun 1 bulan dan untuk pembiayaan

konvensional adalah selama 2 tahun.

Analisis Sensitivitas. Analisis sensitivitas dilakukan dengan kondisi

penurunan harga jual produk dan kenaikan harga BBM. Hasil analisis sensitivitas

102

menunjukkan bahwa dengan pembiayaan syariah, agroindustri pepaya gunung

mempunyai titik kritis terhadap penurunan harga produk sebesar 16,875 persen

sedangkan dengan pembiayaan konvensional hanya sebesar 16,25 persen.

Sedangkan analisis sensitivitas terhadap kenaikan BBM pembiayaan syariah

mempunyai titik kritis sebesar 22 persen dan pembiayaan konvensional sebesar 21

persen. Hal ini menunjukkan bahwa pembiayaan syariah memiliki toleransi yang

lebih besar terhadap penurunan harga jual produk maupun kenaikan BBM. Hal ini

disebabkan pada pembiayaan syariah bagi hasil dihitung berdasarkan laba yang

diperoleh sedangkan pada pembiayaan konvensional bunga pinjaman sudah

ditetapkan dari awal.

103

VIII. RANCANGAN IMPLEMENTASI

A. Verifikasi Model

1. Kelebihan Model

Permodelan suatu sistem memiliki kelebihan dan kekurangan. Model

CAP’S memiliki kelebihan dalam implementasi sebagai berikut:

1) Model ini dapat digunakan oleh lembaga keuangan syariah dalam

mengevaluasi kelayakan permohonan pembiayaan usaha oleh calon pengusaha

Pepaya Gunung.

2) Model ini dapat digunakan untuk melakukan simulasi kelayakan pembiayaan

dengan pola musyarakah dan konvensional.

3) Model ini dapat digunakan untuk membandingkan pembiayaan syariah dan

konvensional dengan asumsi-asumsi yang bisa disesuaikan dengan kondisi

sesungguhnya.

4) Model prakiraan menggunakan perangkat lunak WinQSB yang berisikan

metode regresi linier dan deret waktu secara lengkap.

5) Data yang digunakan dapat menggunakan data yang sudah ada atau

menggunakan data baru yang terkini. Dengan demikian model ini dapat

digunakan di masa datang dengan data terbaru.

6) Pengguna dibedakan menjadi dua macam yaitu pengguna umum dan

administrator dengan tingkat akses yang berbeda. Pengguna administrator

memiliki akses untuk memanipulasi data yang ada sedangkan pengguna

umum tidak. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keamanan data yang ada.

Pada administrator disediakan fasilitas penggantian password sehingga

keamanan dapat lebih terjaga.

7) Model memiliki evaluasi risiko pembiayaan yang dapat digunakan oleh

lembaga keuangan syariah untuk mengetahui tingkat risiko pembiayaan,

sehingga dapat menentukan seberapa besar risiko yang ada.

8) Sistem bagi hasil berdasarkan tiga optional yaitu porsi modal, risiko

pembiayaan, dan kombinasi keduanya. Hal ini lebih memudahkan pengguna

apabila terjadi kebijakan.

104

2. Kekurangan Model

Selain kelebihan, model CAP’S juga memiliki kekurangan yaitu sebagai

berikut:

1) Kriteria dalam evaluasi risiko pembiayaan tidak dapat diubah, sehingga

kurang fleksibel terhadap perubahan yang kemungkinan bisa terjadi.

2) Model prakiraan penjualan menggunakan perangkat lunak lain sehingga

mengharuskan pengguna untuk mempelajari lebih lanjut perangkat lunak

tersebut.

3) Data penjualan yang didapat hanya sebanyak 5 tahun sehingga prakiraan

penjualan produk kurang akurat.

4) Respon pada model analisis finansial masih lambat karena menggunakan

banyak database.

5) Lokasi yang dievaluasi hanya Kabupaten Wonosobo dan tidak bisa untuk

mengevaluasi daerah lain.

B. Rekomendasi Operasional

Penggunaan perangkat lunak CAP’S ini lebih dikhususkan kepada lembaga

keuangan syariah termasuk bank syariah dan pengusaha agroindustri pepaya

gunung. Selian itu, pihak-pihak lain yang terlibat dalam pengembangan industri

pepaya gunung dapat pula menggunakan program ini. Perangkat lunak ini dapat

dioperaikan dengan mudah baik oleh institusi maupun perorangan.

Data dalam perangkat lunak CAP’S mudah untuk diubah, diperbarui,

ditambah, dan dihapus dengan menggunakan fasilitas update, edit, dan delete

dalam menu. Perubahan, penambahan, dan penghapusan data dilakukan jika

terdapat data yang lebih baru seperti harga bahan baku dan harga produk manisan

pepaya gunung. Untuk keperluan pengamanan data maka tidak semua pengguna

dapat menggunakan fasilitas update, edit, dan delete data. Perangkat lunak ini

membagi dua akses pengguna yaitu pengguna umum dan administrator.

Pengguna umum dapat melakukan evaluasi kelayakan pembiayaan, tetapi

tidak bisa menggunakan fasilitas update, edit, dan delete data. Administrator

dapat memanipulasi semua data yang tersedia dengan menggunakan fasilitas

update, edit, dan delete data. Administrator harus mengetahui cara penggunaan

105

perangkat lunak CAP’S, konfigurasi model, dan basis datanya. Dengan adanya

administrator maka pemeliharaan dan perawatan perangkat lunak CAP’S dapat

dilakukan agar selalu mengikuti perkembangan data yang ada.

1. Asumsi implementasi model

Asumsi dalam implemetasi model ini adalah (1) lembaga keuangan syariah

yang akan menggunakan model mampu menyediakan pembiayaan usaha

agroindustri pepaya gunung dengan pola musyarakah dengan jangka waktu 5

tahun. Dengan demikian LKS tersebut harus memiliki kemampuan untuk

memberikan pembiayaan yang cukup besar. Selain itu LKS harus memiliki SDM

dengan keampuan untuk mengoperasikan komputer dan mampu memahami cara

kerja perangkat lunak komputer. (2) Usaha agroindustri pepaya gunung yang akan

dibiayai merupakan usaha kecil dan menengah dengan produk manisan pepaya

gunung. Selain itu, SDM yang dimiliki agroindustri tersebut harus memahami

cara pengelolaan keuangan perusahaan dengan baik dan dapat melakukan

pembukuan keuangan perusahaan dengan baik.

2. Prasyarat implementasi

Prasyarat yang harus dipenuhi oleh LKS sebelum menerapkan model ini

adalah (1) sehat dalam aspek keuangan, manajemen, dan kelembagaan serta

melaksanakan prinsip-prinsip syariah dalam operasionalnya. (2) Memiliki

perangkat keras komputer dengan spesifikasi prosesor minimal setara Pentium III,

RAM 128 MB, Harddisk 10 GB. (3) SDM mampu mengoperasikan komputer dan

perangkat lunak CAP’S dengan baik. (4) LKS harus memiliki SDM yang mampu

memahami dan menangani perangkat lunak CAP’S sebagai administrator yang

akan selalu memperbarui data yang dibutuhkan perangkat lunak ini dalam

mengevaluasi kelayakan. (5) Dialog dengan pengusaha calon mitra usaha sangat

diperlukan dalam melakukan evaluasi keayakan pembiayaan usaha agar didapat

titik temu yang memuaskan kedua belah pihak.

Prasyarat yang diperlukan oleh pengusaha adalah memiliki akhlak yang baik

berdasarkan keterangan informal yang didapat dari lingkungannya, tidak memiliki

hutang usaha atau mendapatkan pembiayaan usaha lain, tidak memiliki catatan

hubungan yang buruk dengan lembaga keuangan lain.

106

Tahapan implementasi. Tahapan yang harus dilalui untuk dapat

menggunakan CAP’S disajikan pada Gambar 27.

Gambar 43. Tahapan implementasi SPK CAP’S.

Mulai

Pengadaan perangkat keras komputer dengan prosesor minimal setaraPentium III, RAM 128, dan harddisk 10 GB

Instalasi perangkat lunak CAP’S

PRASYARAT

Prosposal pembiayaan usahaagroindustri pepaya gunung

Pemasukan data:Biaya investasi, biaya operasional, biaya model

kerja, nisbah bagi hasil, asumsi pembiayaan

Evaluasi kelayakan finansial

Hasil evaluasi kelayakanfinansial

Layak?Tidak

Ya

Selesai

EVALUASI

KELYAKAN

Pelatihan penggunaan dan pemeliharaan program CAP’S

Pemasukan data terbaru

Evaluasi tingkat risiko pembiyaan

107

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Buah Pepaya Gunung (Carica pubescens) merupakan salah satu komoditas

pertanian yang mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Buah

tersebut dapat dijadikan berbagai macam produk dan salah satunya adalah

manisan pepaya gunung. Proses pembuatannya cukup sederhana yang meliputi

pencucian buah, pengupasan, perebusan, dan pengemasan. Permasalahan yang

dihadapi untuk mendirikan agroindustri pepaya gunung adalah kesulitan dalam

memperoleh dana dan tingkat bunga pinjaman yang sangat memberatkan bagi

pengguna dana. Pada dasarnya prinsip bank konvensional adalah selalu

mendapatkan keuntungan baik pengguna dana mengalami keuntungan maupun

kerugian. Investasi melalui pembiayaan syariah merupakan investasi tanpa

melibatkan perhitungan bunga, tetapi berdasarkan bagi hasil dari keuntungan yang

diperoleh oleh pengguna dana. Untuk menunjang kemudahan menganalisis

kelayakan perencanaan agroindustri pepaya gunung berdasarkan pembiayaan

syariah maka diperlukan suatu sistem penunjang keputusan yang dapat

mengevaluasi kelayakan agroindustri tersebut.

Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung

dirancang untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam merencanakan

suatu agroindustri pepaya gunung. Perencanaan agroindustri ini dimulai dari

penentuan lokasi potensial, penentuan risiko pembiayaan, prakiraan penjualan,

dan menganalisis kelayakan agroindustri. Sistem Penunjang Keputusan

Perencanaan Agroindustri Pepaya Gunung dirancang dalam sebuah paket program

komputer yang diberi nama Cap’S.

Pengguna program ini adalah pengusaha atau calon pengusaha agroindustri

dan lembaga keuangan syariah. Pihak-pihak yang berkaitan langsung maupun

tidak langsung dalam perencanaan agroindutri pepaya gunung dapat

menggunakan program ini. Pihak-pihak tersebut diantaranya kelompok petani,

pengusaha agroindustri, pemerintah, investor, lembaga keuangan syariah dan

peneliti.

108

Keluaran yang dihasilkan dari program ini adalah rekomendasi bagi para

pengambil keputusan dalam memilih dan menentukan lokasi usaha yang memiliki

potensi baik dari segi biaya, kondisi geografis, dan kondisi sosial budaya.

Pengambil keputusan akan memperoleh gambaran mengenai kemampuan

produksi agroindustri, risiko usaha, prakiraan penjualan, rencana produksi yang

harus dicapai, dan analisis finansial agroindustri.

Sistem ini memiliki model untuk mengevaluasi tingkat risiko pembiayaan

berdasarkan penilaian pakar (expert judgement), model untuk menentukan bagi

hasil berdasarkan risiko pembiayaan dan porsi modal, model untuk menentukan

kelayakan finansial, model untuk memprakirakan jumlah penjualan dengan

menggunakan metode regresi linier dan deret waktu, dan model untuk

menentukan lokasi yang cocok untuk agroindustri pepaya gunung. Verifikasi

model dilakukan pada agroindustri pepaya gunung di Kabupaten Wonosobo.

Berdasarkan hasil perhitungnan penentuan lokasi unggulan dengan

menggunakan metode perbandingan eksponensial (MPE) diperoleh lokasi yang

paling cocok adalah Kecamatan Wonosobo. Selain itu, lokasi lain yang patut

dipertimbangkan adalah Kecamatan Kertek dan Kecamatan Selomerto.

Hasil verifikasi model menunjukkan rata-rata tingkat penjualan manisan

pepaya gunung dari tahun 2008 sampai 2017 dengan menggunakan metode

regresi linier adalah sebanyak 2.267.750 botol dengan berat bersih 360 gram.

Hasil prakiraan penjualan menunjukkan adanya peningkatan dalam penjulaan

produk setiap tahunnya.

Tingkat risiko pembiayaan diperoleh dari nilai rata-rata terbobot faktor

risiko usaha dan risiko industri. Risiko pembiayaan yang diperoleh adalah sebesar

2,34 yang dikategorikan ke dalam risiko sedang. Bagi hasil ditentukan

berdasarkan tingkat risiko pembiayaan dan porsi modal. Modal diperoleh dari

lembaga keuangan syariah dan modal sendiri dengan perbandingan 50:50. Dengan

menggunakan kedua faktor maka diperoleh bagi hasil untuk bank adalah sebesar

40,19 persen dari keuntungan yang diperoleh.

Pada analisis kelayakan finansial, pembiayaan dengan pola syariah

dibandingkan dengan pembiayaan konvensional sehingga diketahui pembiayaan

yang lebih baik digunakan. Hasil verifikasi model kelayakan finansial

109

menunjukkan agorindustri pepaya gunung layak dijalankan dan diperoleh nilai

BEP untuk pembiayaan syariah sebesar 199.334 botol dan 214.168 botol untuk

pembiayaan konvensional. Nilai B/C ratio untuk pembiayaan syariah adalah

sebesar 1,221 dan 1,270 untuk pembiayaan konvensional dengan bunga 18 persen.

PBP yang diperlukan pada pembiayaan syariah adalah selama 2 tahun 1 bulan dan

untuk pembiayaan konvensional adalah selama 2 tahun. Hal ini menunjukkan

pembiayaan dengan pola syariah bisa diterima karena tidak beda nyata dengan

pembiayaan konvensional.

Analisis sensitivitas dilakukan dengan kondisi penurunan harga jual produk

dan kenaikan harga BBM. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa dengan

pembiayaan syariah, agroindustri pepaya gunung mempunyai titik kritis terhadap

penurunan harga produk sebesar 16,875 persen sedangkan dengan pembiayaan

konvensional hanya sebesar 16,25 persen, sedangkan analisis sensitivitas terhadap

kenaikan BBM pembiayaan syariah mempunyai titik kritis sebesar 22 persen dan

pembiayaan konvensional sebesar 21 persen. Hal ini menunjukkan bahwa

pembiayaan syariah memiliki toleransi yang lebih besar terhadap penurunan harga

jual produk maupun kenaikan BBM. Hal ini disebabkan pada pembiayaan syariah

bagi hasil dihitung berdasarkan laba yang diperoleh, sedangkan pada pembiayaan

konvensional bunga pinjaman sudah ditetapkan dari awal.

B. Saran

Diperlukan adanya pengembangan lebih lanjut model CAP’S dengan

melengkapi sub model pendukung yang dapat mengakses basis pengetahuan

mengenai kualitas produk, referensi konsumen, dan teknologi pengolahan

alternatif. Model prakiraan penjualan dan permintaan perlu dikembangkan dengan

teknik-teknik pada analisis numerik, sehingga diperoleh prakiraan penjualan yang

lebih akurat. Implementasi model Cap’S memerlukan adanya pelatihan

administrator yang dapat menggunakan model tersebut, sehingga tidak terjadi

kesalahan dalam memasukkan data. Pengembangan agroindustri Pepaya Gunung

memerlukan adanya SNI sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan terjadi

keseragaman produk.

110

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. Classification for Kingdom Plantae Down to Species Caricapubescens (A. DC.) Solms-Laub. http://plants.usda.gov/java/ClassificationServlet? source=display&classid=CAPU39. 27 Agustus 2007.

Antonio-Syafi’I, M. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Gema Insani,Jakarta.

Austin, J.E. 1992. Agroindustrial Project Analysis. Critical Design Factor. EDISeries in Economic Development. The Johns Hopkins University Press.

Bermejo, J.E.H dan J. Leon. 1994. Neglected Crops: 1492 from a DifferentPerspective. Plant Production and Protection Series No. 26. FAO, Rome,Italy. p. 181–191. http://www.hort.purdue.edu/newcrop/default.html. 27Agustus 2007.

Berlo, J.M.V. 1993. A Decision Support Tool for the Vegetable ProcessingIndustry; An Integrative Approach of Market, Industry and griculture.Agricultural Systems 43 (1993) 91-109.

Brown, J.G. 1994. Agroindutrial Investment and Operations. The World Bank,Washington D.C., USA.

Cahyono, B. 2002. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging. YayasanPustaka Nusantara, Yogyakarta.

Djohanputro, B. 2006. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Arga Putra,Jakarta.

Eriyatno. 1989. Analisa Sistem Industri Pangan. Pusat Antar Universitas Pengandan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

----------. 1999. Ilmu Sisten : Meningkatkan Mutu dan Efektivitas Manajemen.IPB Press, Bogor.

Haag, S, et al. 2004. Management Information Systems for the Information Ageedisi keempat. McGraw Hill Companies, Inc., USA.

Hanafi-Mamduh, M. 2006. Manajemen Risiko. Unit Penerbitan dan PercetakanSekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, Yogyakarta.

Hansen dan Mowen. 2006. Management Accounting. South-Western of ThomsonLearning, Singapura.

Hasan, A. 2005. Mata Uang Islami : Telah Komprehensif Sistem KeuanganIslami. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

111

Hendro, S. 2005. Seri Agribisnis : Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. PenebarSwadaya, Jakarta. Hal 58-65.

Herjanto, E. 2006. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. PT Grasindo, Jakarta.

Hidayat, S. 2001. Prospek Pepaya Gunung (Carica pubescens Lenne & K. Koch)dari Sikunang, pegunungan Dieng, Wonosobo. Prosiding Seminar Sehari :Menggali Potensi dan Meningkatkan Prospek Tanaman HortikulturaMenuju Ketahanan Pangan. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun RayaBogor-LIPI, Bogor.

Husnan, S dan Suwarsono. 2000. studi kelayakan proyek. Edisi keempat. PenerbitUPP AMP YKPN, Yogyakarta.

Indrajit, R.E. 2001. Manajemen Sistem Informasi dan Teknologi Informasi. ElexMedia Komputindo, Jakarta.

Indrawanto, C. 2007. Rekayasa Model Evaluasi Kelayakan PembiayaanAgroindustri Minyak Atsiri dengan Pola Syariah. Disertasi Sekolah PascaSarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Jiaravanon, S. 2007. Masa Depan Agribisnis Indonesia: Perspektif SeorangPraktisi. Orasi Ilmiah. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Karim, A. 2006. Bank Islam : Analisis Fiqh dan Keuangan. PT Raja GrafindoPersada, Jakarta.

Kotler, P dan K.L. Keller. 2007. Marketting Management. Pearson Education,Inc., USA.

Krajewski, D. et al. 1997. Aliphatic -D-Glucosides from Fruits of Caricapubescens. Phytochemistry Vol 45, No. 8, pp 1627-1631.

Kusuma, Y.C. 2001. Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan AgroindustriTerpadu dan Investasi Industri Tepung Tapioka. Skripsi MahasiswaFakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Kolarik, W.J. 1995. Creating Quality: Concepts, Systems, Strategies and Tools.International ed, Mc graw-Hill, New York.

Leod, R.J. 1995. Sistem Informasi Manajemen: Studi Sistem Informasi BerbasisKomputer. Prenhallindo, Jakarta.

Machfud. 1999. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Fakultas TeknologiPertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

112

Marimin. 2003. Teknik Pengambilan Keputusan Kriteria Jamak dan Aplikasinyadalam Perumusan Kebijakan Strategi. Fakultas Teknologi Pertanian, InstitutPertanian Bogor, Bogor.

--------. 2005. Teori dan Aplikasi Sistem Pakar dalam Teknologi Manajerial. IPBPress, Bogor.

-------. 2006. Sistem Informasi Manajemen Sumberdaya Manusia. Grasindo,Jakarta.

McCown, R.L. 2002. Locating Agricultural Decision Support Systems in theTroubled Past and Socio-technical Complexity of Model for Management.Agricultural Systems 74 (2002) 11-25.

Muhammad. 2005. Pengantar Akuntansi Syariah. Salemba Empat, Jakarta.

Post, G.V. dan David L.A. 2003. Management Information Systems edisi ketiga.McGraw Hill Companies, Inc., USA.

Saaty, T.L. 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin : Proses HirarkiAnalitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks. PTPustaka Binaman Pressindo, Jakarta.

Santosa, S.H. 2006. Sistem Penunjang Keputusan Investasi Berbasis DagingAyam dengan Pola Syariah. Skripsi Mahasiswa Fakultas TeknologiPertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Setijawan, E. dan Mulya E.S. 2003. Peran Perbankan Syariah dalamPengambangan Sektor Usaha Kecil dan Mikro. Bunga Rampai LembagaKeuangan Mikro. IPB Press, Bogor.

Soekartiwi, N. 2005. Ekonomi Rakyat: Usaha Mikro dan UKM dalamPerekonomian Indosesia. STEKPI, Jakarta.

Sprague dan Barbara C.M. 2001. Information System Management in Practice.Prentice Hall Inc., USA.

Thierauf, R dan R.C. Klekamp. 1975. Decision Making Through OperationResearch. John Wiley & Sons Inc., USA.

Tohir, K. 1981. Bercocok Tanam Pohon Buah-buahan. Praonya Paramita, Jakarta.

Turban, E, et al. 2003. Introducing to Information Technology edisi kedua. JohnWiley & Sons, Inc., USA.

Turban, E, et al. 2005. Decision Support System and Intelligent Systems SeventhEdition. Pearson Education, Inc., New Jersey, USA.

113

Verhey, E.W.M. dan R.E. Coronel. 1997. Prosea Sumber Daya Nabati AsiaTenggara 2 : Buah-buahan yang Dapat Dimakan. PT Gramedia PustakaUtama, Jakarta.

Walpole, R.E. 1998. Pengantar Statistika Edisi Ketiga. PT Gramedia, Jakarta.

Wibowo, E. dan Untung H.W. 2005. Mengapa Memilih Bank Syariah. GhaliaIndonesia, Bogor.

Zakiyah. 2007. Standar Sistem Manajemen. SNI Valuasi volume 1 No. 3, Jakarta.

Zulkifli, S. 2003. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Zikrul Hakim,Jakarta.

114

LAMPIRAN

115

Lampiran 1. Peta letak budidaya pepaya gunung dan usaha pengolahan manisanpepaya gunung di Kabupaten Wonosobo

Keterangan: : jalan : usaha pengolahan : petani pepaya gunung

Jawa Tengah

Kabupaten Wonosobo

116

Lampiran 2. Jarak lokasi dengan sumber bahan baku

No Kecamatan Jarak dengan sumber bahan baku(km)

1 Kejajar 02 Garung 93 Mojotengah 134 Wonosobo 175 Selomerto 236 Kertek 257 Leksono 278 Kalikajar 299 Sukoharjo 34

10 Sapuran 3511 Kaliwiro 3712 Kepil 4013 Watumalang 4014 Kalibawang 4515 Wadaslintang 54

Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo (2006)

Lampiran 3. Jarak lokasi dengan sumber bahan penunjang dan pusat pemasaran

No Kecamatan Jarak dengan sumber bahanpenunjang (km)

1 Wonosobo 02 Mojotengah 43 Selomerto 64 Garung 85 Kertek 86 Leksono 107 Kalikajar 128 Watumalang 139 Kejajar 17

10 Sukoharjo 1711 Sapuran 1812 Kaliwiro 2013 Kepil 2314 Kalibawang 2815 Wadaslintang 37

Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo (2006)

117

Lampiran 4. Jumlah pencari kerja (job seeker) di 15 kecamatan KabupatenWonosobo

No Kecamatan Jumlah pencari kerja (orang)

1 Kejajar 1382 Kalibawang 2303 Kepil 3034 Garung 3155 Sukoharjo 3396 Sapuran 3687 Mojotengah 4258 Watumalang 4769 Wadaslintang 511

10 Kalikajar 58411 Kertek 69812 Kaliwiro 80413 Selomerto 95814 Leksono 100215 Wonosobo 3345

Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo (2006)

Lampiran 5. Luas lahan yang tersedia di 15 kecamatan Kabupaten Wonosobo

No Kecamatan Luas lahan (ha)1 Wonosobo 3.237,8022 Selomerto 3.971,4993 Leksono 4.407,0004 Mojotengah 4.506,9265 Kalibawang 4.781,7836 Garung 5.122,0337 Sukoharjo 5.428,5408 Kejajar 5.761,9199 Kertek 6.214,36510 Watumalang 6.822,91211 Sapuran 7.772,74112 Kalikajar 8.329,64013 Kepil 9.386,91914 Kaliwiro 10.008,00015 Wadaslintang 12.716,000

Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo (2006)

118

Lampiran 6. Harga lahan di 15 kecamatan Kabupaten Wonosobo

No Kecamatan Harga lahanper m2 (Rp)

1 Watumalang 40.0002 Kaliwiro 40.0003 Kalibawang 40.0004 Wadaslintang 40.0005 Kepil 50.0006 Sukoharjo 50.0007 Leksono 50.0008 Mojotengah 75.0009 Selomerto 75.000

10 Kejajar 80.00011 Garung 80.00012 Sapuran 100.00013 Kalikajar 100.00014 Kertek 150.00015 Wonosobo 200.000

Sumber: BPS Kabupaten Wonosobo (2006)

119

Lampiran 7. Penilaian pakar terhadap kriteria yang berpengaruh dalam penentuan lokasi agroindustri pepaya gunung

No KriteriaPakar

Total Rata-rata1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Ketersediaan lahan 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 34 3,4

2 Harga lahan 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 35 3,5

3 Kemudahan akses dengan bahan baku 6 6 7 5 6 6 6 5 6 7 60 6

4 Kemudahan akses dengan bahan penunjang 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 34 3,4

5 Ketersediaan sarana transportasi 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5

6 Ketersediaan sarana utilitas (air, listrik, telepon) 7 9 6 7 7 8 7 7 7 7 72 7,2

7 Ketersediaan tenaga kerja 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5

8 Kondisi sosial budaya 6 7 7 6 7 6 6 7 6 7 65 6,5

9 Kemudahan akses Pemasaran 7 6 7 6 6 7 7 7 7 7 67 6,7

Skala penilaian1 : sangat tidak penting3 : tidak penting5 : penting7 : sangat penting9 : ekstrim penting2,4,6,8 : nilai tengah di antara dua faktor nilai penilaian di atas

119

120

Lampiran 8. Perhitungan Metode Perbandingan Eksponensial penentuan lokasi unggulan

No Kecamatan

Kriteria

Total RankingKetersediaanLahan

HargaLahan

Kemudahanakses denganbahan baku

Kemudahan aksesdengan bahan

penunjang

Ketersediaansarana

transportasi

Ketersediaan saranautilitas (listrik, air,

telpon)

Ketersediaantenaga kerja

Kondisisosial budaya

Kemudahanakses pasar

1 Kejajar 3 2 5 3 1 1 1 4,1 3 26.914,282 6

2 Garung 2 2 5 4 4 3 2 2,8 4 31.154,479 5

3 Mojotengah 2 3 5 5 3 4 3 1,3 5 86.236,370 4

4 Wonosobo 1 1 4 5 5 5 5 3,3 5 168.929,175 1

5 Watumalang 4 5 1 3 1 2 3 3,8 3 8.267,209 9

6 Kertek 3 1 4 4 5 5 4 1,4 4 127.009,028 2

7 Sapuran 4 2 2 2 3 3 2 3,4 2 6.149,161 11

8 Kalikajar 4 2 3 3 4 3 4 2,6 3 7.737,110 10

9 Kepil 5 4 2 1 1 2 1 3,7 1 5.516,263 12

10 Selomerto 1 3 4 5 4 4 5 4,5 5 95.970,257 3

11 Sukoharjo 3 4 3 2 2 3 2 4 2 11.993,838 8

12 Leksono 1 4 3 4 4 3 5 4 4 26.844,253 7

13 Kaliwiro 5 5 2 2 1 2 4 2,7 2 2.504,620 13

14 Kalibawang 2 5 1 1 1 1 1 2,8 1 1.102,421 15

15 Wadaslintang 5 5 1 1 1 1 3 3,1 1 2.328,077 14

Bobot kriteria 3,4 3,5 6 3,4 5 7,2 5 6,5 6,7

Skala penilaian 1-5

120

121

Lampiran 9. Kuesioner evaluasi risiko pembiayaan syariah

A. Evaluasi Risiko Ketersediaan Bahan Baku

1. Tingkat persaingan mendapatkan bahan baku

a. Sangat rendah

b. Rendah

c. Sedang

d. Tinggi

e. Sangat tinggi

2. Kemudahan mencari bahan baku

a. Sangat mudah

b. mudah

c. Sedang

d. Sulit

e. Sangat sulit

B. Evaluasi Risiko Pengolahan

1. Bahan penunjang seperti botol, label kemasan, kardus

a. Sangat mudah didapat

b. Mudah didapat

c. Cukup mudah didapat

d. Sulit didapat

e. Sangat sulit didapat

C. Evaluasi Risiko Pemasaran

1. Biaya penjualan

a. Sangat murah

b. Murah

c. Cukup murah

d. Mahal

e. Sangat mahal

122

2. Jumlah orang yang mengetahui produk manisan carica

a. Sangat banyak

b. Banyak

c. Cukup banyak

d. Sedikit

e. Sangat sedikit

3. Jumlah toko, warung, supermarket, atau tempat lain untuk pemasaran manisan

carica

a. Sangat banyak

b. Banyak

c. Cukup banyak

d. Sedikit

e. Sangat sedikit

4. Jaringan distributor untuk pemasaran manisan carica

a. Sangat banyak

b. Banyak

c. Cukup banyak

d. Sedikit

e. Sangat sedikit

5. Lingkup pemasaran manisan carica

a. Sangat luas, sampai ke luar Jawa

b. Luas, di pulau Jawa

c. Cukup luas, Jawa tengah

d. Sempit, beberapa kota di sekitar Wonosobo

e. Sangat sempit, hanya di kota Wonosobo

6. Kondisi posisi tawar perusahaan

a. Sangat baik, jumlah pembeli sangat banyak

b. Baik, jumlah pembeli banyak

c. Sedang, jumlah pembeli cukup banyak

d. Kurang, jumlah pembeli sedikit

e. Sangat kurang, jumlah pembeli sangat sedikit

123

D. Evaluasi Permintaan dan Penawaran Produk

1. Jumlah permintaan

a. Sangat baik sepanjang tahun

b. Baik

c. Sedang

d. Kurang

e. Sangat kurang

2. Jumlah pesaing yang memproduksi manisan carica

a. Sangat sedikit

b. Sedikit

c. Cukup banyak

d. Banyak

e. Sangat banyak

E. Evaluasi Risiko Harga Bahan Baku

1. Kondisi fluktuasi harga bahan baku dalam sat tahun terakhir

a. Sangat baik, < 5%

b. Baik, 5 – 10%

c. Sedang, 10 – 15%

d. Kurang, 15 – 20%

e. Sangat kurang, >20%

2. Jumlah penjual bahan baku

a. Sangat banyak

b. Banyak

c. Cukup banyak

d. Sedikit

e. Sangat sedikit

124

F. Evaluasi Risiko Harga Produk

1. Kondisi harga jual produk manisan carica dibandingkan harga pokok produksi

a. Sangat baik, harga jual / harga pokok produksi 120%

b. Baik, harga jual / harga pokok produksi 115 – 120%

c. Sedang, harga jual / harga pokok produksi 110 – 115%

d. Kurang, harga jual / harga pokok produksi 105 – 110%

e. Sangat kurang, <105%

2. Kondisi fluktuasi harga produk manisan carica dalam satu tahun terakhir

a. Sangat baik, kenaikan harga manisan carica > 20%

b. Baik, kenaikan harga manisan carica 15 – 20%

c. Sedang, kenaikan harga manisan carica 10 – 15%

d. Kurang, kenaikan harga manisan carica 5 – 10%

e. Sangat kurang, kenaikan harga manisan carica <5%

125

Lampiran 10. Investasi tetap agroindustri pepaya gunung

Uraian Jumlah Satuan Hargasatuan (Rp)

Total(Rp)

A. Bangunan1. Sewa bangunan 1 unit 12.

Sub total 170.900.000B. Investasi peralatan dan mesin1. Pisau pengupas2. Wadah penampung buah3. Wadah penampung kulit4. Alat transportasi bahan5. Genset6. Pemadam api7. Kompor gas8. Autoclave9. Penghalau tikus10. Clemek11. Kursi ruang pengupasan12. Meja pengupasan13. Saringan14. Kipas angin15. Alarm kebakaran16. Wadah perebusan17. Pencedok18. Pengemas plastik19. Penutup kardus20. Penanda expired date

203020

912417

2020

55

10184525

BuahBuahBuahBuahUnitUnitUnitUnitUnitBuahUnitUnitBuahUnitUnitBuahBuahUnitUnitUnit

10.00050.00010.000

300.00010.000.000

300.000500.000

150.000.000500.00020.00050.000

100.00050.000

300.0001.000.000

200.00050.000

500.00050.00050.000

200.0001.500.000

200.0002.700.000

10.000.000600.000

2.000.000150.000.000

3.500.000400.000

1.000.000500.000250.000

3.000.0001.000.0001.600.000

200.0002.500.000

100.000250.000

Sub total 181.500.000C. Keperluan kantor1. Komputer2. Fax3. AC4. Furnitur

2111

UnitUnitUnitUnit

5.000.0001.000.0001.000.000

10.000.000

10.000.0001.000.0001.000.000

10.000.000 Sub total 22.000.000D. Keperluan lainnya1. Perlengkapan toilet2. Perlengkapan ruang istirahat3. Perlengkapan mushola

111

UnitUnitUnit

5.000.00010.000.0005.000.000

5.000.00010.000.0005.000.000

Sub total 20.000.000Total 394.400.000

126

Lampiran 11. Biaya tenaga kerja langsung dan tak langsung agroindustri pepayagunung

Jabatan Jum-lah

Gaji/orang/bulan (Rp)

Gaji/bulan(Rp)

Gaji/tahun(Rp)

A. Tenaga Kerja Langsung1. Persiapan bahan2. Pengupasan3. Perendaman4. Perebusan5. Pemasukan buah ke botol6. Sterilisasi7. Penggudangan

22024423

800.000800.000800.000800.000800.000800.000800.000

1.600.00016.000.0001.600.0003.200.0003.200.0001.600.0002.400.000

19.200.000192.000.00019.200.00038.400.00038.400.00019.200.00028.800.000

Sub total 336.000.000B. Tenaga Kerja Tak

Langsung1. Administrator2. Supervisor3.Satpam

223

1.500.0002.500.0001.200.000

3.000.0005.000.0003.600.000

36.000.00060.000.00043.200.000

Sub total 139.200.000Total 475.200.000

Lampiran 12. Biaya bahan baku dan bahan penunjang agroindustri pepaya gunung

Komponen Kebutuhanper tahun

Harga perunit (Rp)

Biaya pertahun (Rp)

A. Bahan Baku dan Penunjang1. Buah pepaya gunung 195.000 8.000 1.560.000.0002. Gula 45.000 7.000 315.000.0003. CaCo3 18.000 1.000 18.000.0004. Botol 600.000 1.000 600.000.0005. Kardus 51.000 500 25.500.000Sub total 2.518.500.000B. Biaya Utilitas1. Listrik 36.000 500 18.000.0002. Air 1.200 600 720.0003. Gas 192 60.000 11.520.0004. Telepon 12.000.000Sub total 42.240.000

Total 2.560.740.000

127

Lampiran 13. Nilai, nilai sisa, asuransi, pemeliharaan, dan penyusutan investasi tetap agroindustri pepaya gunung

Nama Jumlah Nilai(000)

Nilai sisa(000)

BV(000)

Asuran-si

(000)

Pemeliharaan(000)

Penyusutan tahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Investasi bangunan

Tanah 300 60.000 60.000 0 1.200 3.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Bangunan produksi 1 100.000 50.000 50.000 2.000 5.000 9.090.909 8.181.818 7.272.727 6.363.636 5.454.545 4.545.455 3.636.364 2.727.273 1.818.182 909.091

Investasi Peralatan

Pisau pengupas 20 200 0 0 0 0 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000

Wadah penampung buah 30 1.500 0 0 0 0 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000

Wadah penampung kulit 20 200 0 0 0 0 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000

Alat transportasi bahan 9 2.700 1.350 1.350 54 135 245.455 220.909 196.364 171.818 147.273 122.727 98.182 73.636 49.091 24.545

Genset 1 10.000 1.000 9.000 200 500 1.636.364 1.472.727 1.309.091 1.145.455 981.818 818.182 654.545 490.909 327.273 163.636

Pemadam api 2 600 60 540 12 0 98.182 88.364 78.545 68.727 58.909 49.091 39.273 29.455 19.636 9.818

Kompor gas 4 2.000 200 1.800 40 100 327.273 294.545 261.818 229.091 196.364 163.636 130.909 98.182 65.455 32.727

Autoclave 1 150.000 15.000 135.000 3.000 7.500 24.545.455 22.090.909 19.636.364 17.181.818 14.727.273 12.272.727 9.818.182 7.363.636 4.909.091 2.454.545

Penghalau tikus 7 3.500 350 3.150 70 175 572.727 515.455 458.182 400.909 343.636 286.364 229.091 171.818 114.545 57.273

Clemek 20 400 0 0 0 0 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000 400.000

Kursi ruang pengupasan 40 2.000 200 1.800 0 0 327.273 294.545 261.818 229.091 196.364 163.636 130.909 98.182 65.455 32.727

Meja pengupasan 5 500 50 450 10 0 81.818 73.636 65.455 57.273 49.091 40.909 32.727 24.545 16.364 8.182

Saringan 5 250 0 0 0 0 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000

Kipas angin 10 3.000 300 2.700 60 150 490.909 441.818 392.727 343.636 294.545 245.455 196.364 147.273 98.182 49.091127

128

Alarm kebakaran 1 1.000 100 900 20 0 163.636 147.273 130.909 114.545 98.182 81.818 65.455 49.091 32.727 16.364

Wadah perebusan 8 1.600 160 1.440 32 80 261.818 235.636 209.455 183.273 157.091 130.909 104.727 78.545 52.364 26.182

Pencedok 4 200 0 0 0 0 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000

Pengemas plastik 5 2.500 250 2.250 50 125 409.091 368.182 327.273 286.364 245.455 204.545 163.636 122.727 81.818 40.909

Penutup kardus 2 100 0 100 0 5 18.182 16.364 14.545 12.727 10.909 9.091 7.273 5.455 3.636 1.818

Penanda expired date 5 250 0 250 0 12 45.455 40.909 36.364 31.818 27.273 22.727 18.182 13.636 9.091 4.545

Keperluan kantor

Komputer 2 10.000 1.000 9.000 200 0 1.636.364 1.472.727 1.309.091 1.145.455 981.818 818.182 654.545 490.909 327.273 163.636

Fax 1 1.000 100 900 20 50 163.636 147.273 130.909 114.545 98.182 81.818 65.455 49.091 32.727 16.364

AC 1 1.000 100 900 20 50 163.636 147.273 130.909 114.545 98.182 81.818 65.455 49.091 32.727 16.364

Furnitur 1 10.000 1.000 9.000 200 0 1.636.364 1.472.727 1.309.091 1.145.455 981.818 818.182 654.545 490.909 327.273 163.636

Keperluan lainnya

Perlengkapan toilet 1 5.000 500 4.500 100 0 818.182 736.364 654.545 572.727 490.909 409.091 327.273 245.455 163.636 81.818

Perlengkapan ruang istirahat 1 10.000 1.000 9.000 200 0 1.636.364 1.472.727 1.309.091 1.145.455 981.818 818.182 654.545 490.909 327.273 163.636

Perlengkapan mushola 1 5.000 500 4.500 100 0 818.182 736.364 654.545 572.727 490.909 409.091 327.273 245.455 163.636 81.818

Total 7.588 16.882,5 47.937.273 43.418.545 38.899.818 34.381.091 29.862.364 25.343.636 20.824.909 16.306.182 11.787.455 7.268.727

128

129

Lampiran 14. Biaya operasional agroindustri pepaya gunung

KomponenTahun ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. Biaya tetap

1. Tenaga kerja tak langsung 139.200.000 139.200.000 139.200.000 139.200.000 139.200.000 139.200.000 139.200.000 139.200.000 139.200.000 139.200.000

2. Depresiasi 47.937.273 43.418.545 38.899.818 34.381.091 29.862.364 25.343.636 20.824.909 16.306.182 11.787.455 7.268.727

3. Asuransi 7.588.000 7.588.000 7.588.000 7.588.000 7.588.000 7.588.000 7.588.000 7.588.000 7.588.000 7.588.000

4. Pemeliharaan 16.882.500 16.882.500 16.882.500 16.882.500 16.882.500 16.882.500 16.882.500 16.882.500 16.882.500 16.882.500

5. Angsuran pokok 166.052.000 166.052.000 166.052.000 166.052.000 166.052.000 0 0 0 0 0

Sub total 377.659.773 373.141.045 368.622.318 364.103.591 359.584.864 189.014.136 184.495.409 179.976.682 175.457.955 170.939.227

B. Biaya variabel

1. Bahan baku 1.500.000.000 1.593.750.000 1.781.250.000 1.875.000.000 1.875.000.000 1.875.000.000 1.875.000.000 1.875.000.000 1.875.000.000 1.875.000.000

2. Bahan penunjang 14.400.000 15.300.000 17.100.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000

3. Bahan kemasan 500.400.000 531.675.000 594.225.000 625.500.000 625.500.000 625.500.000 625.500.000 625.500.000 625.500.000 625.500.000

4. Tenaga kerja langsung 336.000.000 336.000.000 336.000.000 336.000.000 336.000.000 336.000.000 336.000.000 336.000.000 336.000.000 336.000.000

5. Utilitas 42.240.000 42.240.000 42.240.000 42.240.000 42.240.000 42.240.000 42.240.000 42.240.000 42.240.000 42.240.000

Sub total 2.393.040.000 2.518.965.000 2.770.815.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000

Total 2.770.699.773 2.892.106.045 3.139.437.318 3.260.843.591 3.256.324.864 3.085.754.136 3.081.235.409 3.076.716.682 3.072.197.955 3.067.679.227

129

130

Lampiran 15. Laporan rugi-laba agroindustri pepaya gunung dengan pembiayaan syariah

UraianTahun ke

Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. Penerimaan

1. Jumlah produk 470.400 570.360 627.043 650.704 620.535 619.027 618.951 618.948 618.947 606.947

2. Tingkat keberhasilan produksi 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98

3. Kapasitas produksi 80 85 95 100 100 100 100 100 100 100

4. Persentase terjual 85 88 90 95 95 95 95 95 95 95

5. Total produk terjual 399.840 501.917 564.339 618.169 589.508 588.075 588.004 588.000 600.000 600.000

6. Sisa produk 70.560 68.443 62.704 32.535 31.027 30.951 30.948 30.947 18.947 6.947

7. Harga produk 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000

Total penerimaan 3.198.720.000 4.015.334.400 4.514.711.040 4.945.352.832 4.716.067.642 4.704.603.382 4.704.030.169 4.704.001.508 4.800.000.000 4.800.000.000

B. Pengeluaran

1. Biaya tetap 401.659.773 397.141.045 392.622.318 388.103.591 383.584.864 213.014.136 208.495.409 203.976.682 199.457.955 194.939.227

2. Biaya variabel 2.393.040.000 2.518.965.000 2.770.815.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000

3. Biaya penyimpanan 5.644.800 5.475.456 5.016.346 2.602.817 2.482.141 2.476.107 2.475.805 2.475.790 1.515.790 555.790

Total pengeluaran 2.800.344.573 2.921.581.501 3.168.453.664 3.287.446.408 3.282.807.005 3.112.230.243 3.107.711.214 3.103.192.472 3.097.713.745 3.092.235.018 30.973.715.843

Laba operasional 398.375.427 1.093.752.899 1.346.257.376 1.657.906.424 1.433.260.637 1.592.373.139 1.596.318.955 1.600.809.036 1.702.286.255 1.707.764.982 14.129.105.130

Bunga 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pajak penghasilan 102.012.628 310.625.870 386.377.213 479.871.927 412.478.191 460.211.942 461.395.686 462.742.711 493.185.877 494.829.495 4.063.731.539

Laba setelah pajak 296.362.799 783.127.029 959.880.163 1.178.034.497 1.020.782.446 1.132.161.197 1.134.923.268 1.138.066.325 1.209.100.379 1.212.935.488

Zakat 7.409.070 19.578.176 23.997.004 29.450.862 25.519.561 28.304.030 28.373.082 28.451.658 30.227.509 30.323.387 251.634.340

Laba setelah zakat 288.953.729 763.548.853 935.883.159 1.148.583.634 995.262.885 1.103.857.167 1.106.550.187 1.109.614.667 1.178.872.869 1.182.612.101

Bagi hasil 116.014.922 306.564.865 375.757.088 461.156.329 399.598.048 0 0 0 0 0 1.659.091.253

Laba bersih 172.938.807 456.983.989 560.126.071 687.427.305 595.664.837 1.103.857.167 1.106.550.187 1.109.614.667 1.178.872.869 1.182.612.101 8.154.647.999

130

131

Lampiran 16. Arus kas agroindustri pepaya gunung dengan pembiayaan syariah

UraianTahun ke

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. Kas Masuk

1. Nilai produksi 0 3.763.200.000 3.998.400.000 4.468.800.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000

2. Nilai sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 133.220.000

3. Pinjaman 830.260.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4. Modal sendiri 830.260.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total kas masuk 1.660.520.000 3.763.200.000 3.998.400.000 4.468.800.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.837.220.000

B. Kas Keluar

1. Biaya investasi 1.660.520.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2. Biaya tetap 0 401.659.773 397.141.045 392.622.318 388.103.591 383.584.864 213.014.136 208.495.409 203.976.682 199.457.955 194.939.227

3. Biaya variabel 0 2.393.040.000 2.518.965.000 2.770.815.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000

4. Bagi hasil 0 116.014.922 306.564.865 375.757.088 461.156.329 399.598.048 0 0 0 0 0

Total kas keluar 1.660.520.000 2.910.714.695 3.222.670.910 3.539.194.407 3.745.999.920 3.679.922.912 3.109.754.136 3.105.235.409 3.100.716.682 3.096.197.955 3.091.679.227

Kas bersih 0 852.485.305 775.729.090 929.605.593 958.000.080 1.024.077.088 1.594.245.864 1.598.764.591 1.603.283.318 1.607.802.045 1.745.540.773

Kas awal tahun 0 0 852.485.305 1.628.214.395 2.557.819.988 3.515.820.068 4.539.897.156 6.134.143.020 7.732.907.611 9.336.190.929 10.943.992.975

Kas akhir tahun 0 852.485.305 1.628.214.395 2.557.819.988 3.515.820.068 4.539.897.156 6.134.143.020 7.732.907.611 9.336.190.929 10.943.992.975 12.689.533.747

131

132

Lampiran 17. Laporan Laba Rugi Agroindutri Pepaya gunung dengan Pembiayaan Konvensional

UraianTahun ke

Total1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. Penerimaan

1. Jumlah produk 470.400 570.360 627.043 650.704 620.535 619.027 618.951 618.948 618.947 606.947

2. Tingkat keberhasilan produksi 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98

3. Kapasitas produksi 80 85 95 100 100 100 100 100 100 100

4. Persentase terjual 85 88 90 95 95 95 95 95 95 95

5. Total produk terjual 399.840 501.917 564.339 618.169 589.508 588.075 588.004 588.000 600.000 600.000

6. Sisa produk 70.560 68.443 62.704 32.535 31.027 30.951 30.948 30.947 18.947 6.947

7. Harga produk 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000

Total penerimaan 3.198.720.000 4.015.334.400 4.514.711.040 4.945.352.832 4.716.067.642 4.704.603.382 4.704.030.169 4.704.001.508 4.800.000.000 4.800.000.000 45.102.820.973

B. Pengeluaran

1. Biaya tetap 431.549.133 427.030.405 422.511.678 417.992.951 413.474.224 213.014.136 208.495.409 203.976.682 199.457.955 194.939.227

2. Biaya variabel 2.393.040.000 2.518.965.000 2.770.815.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000

3. Biaya penyimpanan 5.644.800 5.475.456 5.016.346 2.602.817 2.482.141 2.476.107 2.475.805 2.475.790 1.515.790 555.790

Total pengeluaran 2.830.233.933 2.951.470.861 3.198.343.024 3.317.335.768 3.312.696.365 3.112.230.243 3.107.711.214 3.103.192.472 3.097.713.745 3.092.235.018 31.123.162.643

Laba operasional 368.486.067 1.063.863.539 1.316.368.016 1.628.017.064 1.403.371.277 1.592.373.139 1.596.318.955 1.600.809.036 1.702.286.255 1.707.764.982 13.979.658.330

Bunga 176.347.224 141.077.779 105.808.334 70.538.890 35.269.445 0 0 0 0 0 529.041.672

Laba sebelum pajak 192.138.843 922.785.759 1.210.559.682 1.557.478.174 1.368.101.832 1.592.373.139 1.596.318.955 1.600.809.036 1.702.286.255 1.707.764.982

Pajak penghasilan 40.141.653 259.335.728 345.667.905 449.743.452 392.930.550 460.211.942 461.395.686 462.742.711 493.185.877 494.829.495 3.860.184.997

Bagi hasil 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Laba bersih 151.997.190 663.450.032 864.891.777 1.107.734.722 975.171.283 1.132.161.197 1.134.923.268 1.138.066.325 1.209.100.379 1.212.935.488 9.590.431.661

132

133

Lampiran 18. Arus Kas Agroindustri Pepaya gunung dengan Pembiayaan Konvensional

UraianTahun ke

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

A. Kas Masuk

1. Nilai produksi 0 3.763.200.000 3.998.400.000 4.468.800.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000

2. Nilai sisa 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 133.220.000

3. Pinjaman 830.260.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

4. Modal sendiri 830.260.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total kas masuk 1.660.520.000 3.763.200.000 3.998.400.000 4.468.800.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.704.000.000 4.837.220.000

B. Kas Keluar

1. Biaya investasi 1.660.520.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2. Biaya tetap 0 431.549.133 427.030.405 422.511.678 417.992.951 413.474.224 213.014.136 208.495.409 203.976.682 199.457.955 194.939.227

3. Biaya variabel 0 2.393.040.000 2.518.965.000 2.770.815.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000 2.896.740.000

4. Bunga 0 176.347.224 141.077.779 105.808.334 70.538.890 35.269.445 0 0 0 0 0

Total kas keluar 1.660.520.000 3.000.936.357 3.087.073.185 3.299.135.013 3.385.271.841 3.345.483.668 3.109.754.136 3.105.235.409 3.100.716.682 3.096.197.955 3.091.679.227

Kas bersih 0 762.263.643 911.326.815 1.169.664.987 1.318.728.159 1.358.516.332 1.594.245.864 1.598.764.591 1.603.283.318 1.607.802.045 1.745.540.773

Kas awal tahun 0 0 762.263.643 1.673.590.459 2.843.255.446 4.161.983.606 5.520.499.937 7.114.745.801 8.713.510.392 10.316.793.710 11.924.595.755

Kas akhir tahun 0 762.263.643 1.673.590.459 2.843.255.446 4.161.983.606 5.520.499.937 7.114.745.801 8.713.510.392 10.316.793.710 11.924.595.755 13.670.136.528

133