BUPATI WONOSOBO
Transcript of BUPATI WONOSOBO
BUPATI WONOSOBO
PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO
NOMOR 2 TAHUN 2011
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2011-2031
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI WONOSOBO,
Menimbang : a. bahwa keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat
yang berkembang terhadap pentingnya penataan ruang, memerlukan
penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif, dan
partisipatif, agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan;
b. bahwa dalam rangka mewujudkan keterpaduan pembangunan antar
sektor, daerah, dan masyarakat maka rencana tata ruang wilayah
merupakan arahan lokasi investasi pembangunan yang dilaksanakan
pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha diperlukan
pengaturan penataan ruang;
c. bahwa dengan telah ditetapkannya Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26
Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka
perlu disusun rencana tata ruang wilayah kabupaten;
d. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten
Wonosobo Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJPD) Kabupaten Wonosobo Tahun 2005-2025;
dan
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Peraturan
Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo
Tahun 2011-2031.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah
(Diundangkan pada tanggal 8 Agustus 1950);
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2043);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4833);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5103);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2010 tentang Bentuk dan
Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);
9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010
tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 28); dan
10. Peraturan Daerah Kabupaten Wonosobo Nomor 1 tahun 2010
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPD)
Kabupaten Wonosobo Tahun 2005-2025.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN WONOSOBO
dan
BUPATI WONOSOBO
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH
(RTRW) KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2011-2031.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Wonosobo.
2. Bupati adalah Bupati Wonosobo.
3. Kecamatan adalah kecamatan di Kabupaten Wonosobo.
4. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu pertamaan wilayah tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
6. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
7. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.
8. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
9. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
10. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
11. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
12. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan
pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
13. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya.
14. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang
sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
15. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
16. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo yang selanjutnya disingkat
RTRW Kabupaten Wonosobo adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah
Kabupaten Wonosobo.
17. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif
dan/atau aspek fungsional.
18. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan
pelayanan pada tingkat wilayah.
19. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten.
20. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
21. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disebut PKLp adalah pusat
pelayanan kawasan yang dipromosikan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai
PKL.
22. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa
desa.
23. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat
permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
24. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah
permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel.
25. Sistem jaringan jalan adalah satu pertamaan ruas jalan yang saling
menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang
berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarki.
26. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.
27. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan.
28. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
29. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi.
30. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat
kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan
fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.
31. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
32. Kawasan Peruntukan Pertambangan (KPP) adalah wilayah yang memiliki potensi
sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan
peta/data geologi dan merupakan tempat dilakukannya sebagian atau seluruh
tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi penelitian, penyelidikan umum,
eksplorasi, operasi produksi/eksploitasi dan pasca tambang, baik di wilayah daratan
maupun perairan, serta tidak dibatasi oleh penggunaan lahan, baik kawasan budi
daya maupun kawasan lindung.
33. Kawasan Suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan
maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi
sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.
34. Cagar budaya adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang
berupa pertamaan atau kelompok,atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang
berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang
khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta
dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan,
serta benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan dan kebudayaan.
35. Ruang Terbuka Hijau perkotaan yang selanjutnya disebut RTH perkotaan adalah
bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah perkotaan yang diisi
oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung
manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota
tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah
perkotaan tersebut.
36. Kawasan Strategis Provinsi yang selanjutnya disebut KSP adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/ atau lingkungan.
37. Kawasan Strategis Kabupaten yang selanjutnya disebut KSK adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau
lingkungan.
38. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan
pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
39. Orang adalah orang perseorangan atau korporasi.
40. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat
hukum adat, korporasi, dan/atau pemangku kepentingan non pemerintah lain dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
41. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam proses perencanaan
tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
42. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut BKPRD
adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mempunyai fungsi
membantu tugas Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.
43. Mitigasi Bencana adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik secara
struktur atau fisik melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan maupun
nonstruktur atau nonfisik melalui peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana.
BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
Bagian Kesatu
Tujuan Penataan Ruang
Pasal 2
Penataan ruang Daerah bertujuan mewujudkan Daerah berbasis agroindustri dan
pariwisata yang didukung oleh pertanian berkelanjutan.
Bagian Kedua
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Daerah
Paragraf 1
Kebijakan Penataan Ruang Daerah
Pasal 3
(1) Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ditetapkan kebijakan dan strategi perencanaan ruang wilayah;
(2) Kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pengembangan agroindustri berbasis potensi lokal;
b. pengembangan pariwisata yang berkelanjutan;
c. peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah;
d. percepatan perwujudan fungsi dan peran pusat kegiatan secara berhirarki;
e. pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan produktif;
f. peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung;
g. pengembangan fungsi sosial budaya masyarakat dalam pembangunan wilayah;
dan
h. peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara.
Paragraf 2
Strategi Penataan Ruang Wilayah Daerah
Pasal 4
(1) Pengembangan agroindustri berbasis potensi lokal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (2) huruf a dengan strategi meliputi:
a. mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian dan kehutanan berbasis
potensi bahan baku lokal;
b. meningkatkan produktivitas hasil pertanian dan kehutanan;
c. mengembangkan kawasan agropolitan;
d. mengembangkan agribisnis pada sentra-sentra produksi;
e. mengembangkan pusat pemasaran hasil komoditas Daerah pada kawasan
perkotaan dan objek wisata; dan
f. mengembangkan pertanian terpadu ramah lingkungan.
(2) Pengembangan pariwisata yang berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (2) huruf b dengan strategi meliputi:
a. mengembangkan kawasan objek wisata unggulan;
b. mengembangkan agrowisata;
c. meningkatkan kualitas perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan warisan
budaya;
d. mengembangkan industri pariwisata yang berdaya saing dan ramah lingkungan;
dan
e. meningkatkan kualitas sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan.
(3) Peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf c dengan strategi meliputi:
a. mengembangkan jalan penghubung perkotaan dan perdesaan;
b. mengembangkan sumberdaya energi listrik dan meningkatkan infrastruktur
pendukung;
c. meningkatkan jangkauan pelayanan telekomunikasi;
d. mengoptimalkan pendayagunaan dan pengelolaan prasarana sumberdaya air;
dan
e. mengembangkan dan mengoptimalkan sistem pengelolaan lingkungan
berkelanjutan.
(4) Percepatan perwujudan fungsi dan peran pusat kegiatan secara berhirarki
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 pada ayat (2) huruf d dengan strategi
meliputi:
a. mengembangkan pusat kegiatan yang mampu menjadi simpul distribusi dan
pemasaran produk pertanian dan pariwisata;
b. meningkatkan peran fungsi kawasan perkotaan;
c. mengembangkan kawasan perdesaan sesuai dengan potensi masing-masing
kawasan yang dihubungkan dengan pusat kegiatan pada setiap kawasan
perdesaan; dan
d. meningkatkan sinergitas keterkaitan kegiatan ekonomi wilayah perkotaan
dengan wilayah perdesaan.
(5) Pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan produktif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (2) huruf e dengan strategi meliputi:
a. menetapkan lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan
b. mengarahkan perkembangan kegiatan terbangun pada lahan tidak dan/atau
kurang produktif.
(6) Peningkatan pelestarian fungsi kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (2) huruf f meliputi:
a. mempertahankan kawasan lindung yang telah ditetapkan;
b. memulihkan secara bertahap kawasan lindung yang telah mengalami
penurunan fungsi; dan
c. meningkatkan potensi sumberdaya alam dan buatan di kawasan lindung
dengan pengembangan agrowisata dan ekowisata.
(7) Peningkatan fungsi sosial budaya masyarakat dalam pembangunan wilayah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf g dengan strategi meliputi:
a. meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan; dan
b. melestarikan upacara tradisional seni dan budaya.
(8) Peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) huruf h dengan strategi meliputi:
a. mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus
pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun
di sekitar kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan
keamanan sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan tersebut
dengan kawasan budidaya terbangun;
c. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan
untuk menjaga fungsi dan peruntukannya; dan
d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan milik Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian.
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
(1) Rencana struktur ruang wilayah Daerah meliputi :
a. rencana sistem pusat kegiatan; dan
b. rencana sistem jaringan prasarana wilayah.
(2) Rencana struktur ruang digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Rencana Sistem Pusat Kegiatan
Pasal 6
(1) Rencana sistem pusat kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1)
huruf a terdiri atas:
a. sistem perkotaan; dan
b. sistem perdesaan.
(2) Sistem perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. PKW;
b. PKLp; dan
c. PPK.
(3) PKW sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a mempunyai fungsi utama
pengembangan kawasan meliputi:
a. pusat pemerintahan;
b. pusat perdagangan dan jasa;
c. pusat pendidikan; dan
d. pusat kesehatan.
(4) PKW berada di Kecamatan Wonosobo;
(5) PKLp sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b mempunyai fungsi utama
pengembangan kawasan meliputi:
a. pemerintahan kecamatan;
b. perdagangan dan jasa;
c. pendidikan menengah;
d. jasa pariwisata;
e. pertanian;
f. pelayanan sosial dan ekonomi skala regional;
g. pengembangan permukiman; dan
h. peruntukan industri.
(6) PKLp meliputi:
a. Kecamatan Kertek; dan
b. Kecamatan Selomerto.
(7) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c mempunyai fungsi utama
pengembangan kawasan meliputi:
a. pemerintahan kecamatan;
b. pertanian;
c. pendidikan;
d. peternakan;
e. pariwisata;
f. perkebunan; dan
g. jasa dan pelayanan sosial ekonomi skala kecamatan atau beberapa desa.
(8) PPK meliputi:
a. Kecamatan Mojotengah;
b. Kecamatan Kejajar; dan
c. Kecamatan Sapuran.
(9) Sistem perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa PPL.
(10) PPL sebagaimana dimaksud pada ayat (9) mempunyai fungsi utama
pengembangan kawasan meliputi:
a. pemerintahan kecamatan;
b. pusat pemerintahan desa;
c. pusat permukiman desa;
d. pertanian;
e. agropolitan;
f. jasa dan pelayanan sosial ekonomi skala antar desa; dan
g. pendukung aktivitas wisata.
(11) PPL meliputi:
a. Kecamatan Kepil;
b. Kecamatan Kaliwiro;
c. Kecamatan Wadaslintang;
d. Kecamatan Leksono;
e. Kecamatan Kalikajar;
f. Kecamatan Garung;
g. Kecamatan Watumalang;
h. Kecamatan Sukoharjo; dan
i. Kecamatan Kalibawang.
Pasal 7
(1) Untuk operasionalisasi RTRW Kabupaten Wonosobo disusun Rencana Rinci Tata
Ruang berupa Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).
(2) Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Daerah meliputi:
1. Kecamatan Wonosobo;
2. Kecamatan Kertek;
3. Kecamatan Selomerto;
4. Kecamatan Mojotengah;
5. Kecamatan Kejajar;
6. Kecamatan Sapuran;
7. Ibukota Kecamatan Kepil;
8. Ibukota Kecamatan Kaliwiro;
9. Ibukota Kecamatan Wadaslintang;
10. Ibukota Kecamatan Leksono;
11. Ibukota Kecamatan Kalikajar;
12. Ibukota Kecamatan Garung;
13. Ibukota Kecamatan Watumalang;
14. Ibukota Kecamatan Sukoharjo; dan
15. Ibukota Kecamatan Kalibawang.
Bagian Ketiga
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Pasal 8
Rencana sistem jaringan prasarana wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(1) huruf b terdiri atas:
a. sistem jaringan prasarana utama; dan
b. sistem jaringan prasarana lainnya.
Paragraf 1
Sistem Jaringan Prasarana Utama
Pasal 9
Sistem jaringan prasarana utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf a terdiri
atas:
a. sistem jaringan transportasi darat; dan
b. sistem jaringan perkeretaapian.
Pasal 10
Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a
meliputi:
a. sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ); dan
b. sistem jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan (ASDP).
Pasal 11
(1) Sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 huruf a terdiri atas:
a. jaringan jalan;
b. jaringan prasarana sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ); dan
c. jaringan pelayanan sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ).
(2) Jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dikelompokkan
berdasarkan:
a. status jalan;
b. fungsi jalan; dan
c. sistem jaringan jalan.
(3) Pengelompokan jalan berdasarkan status jalan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a terdiri atas:
a. jalan nasional;
b. jalan provinsi; dan
c. jalan kabupaten.
(4) Pengelompokan jalan menurut fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b terdiri atas:
a. jalan kolektor;
b. jalan lokal; dan
c. jalan lingkungan.
(5) Pengelompokan jalan menurut sistem jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c terdiri atas:
a. primer; dan
b. sekunder.
(6) Fungsi jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) terdapat pada sistem jaringan
primer dan sekunder.
(7) Jalan dengan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dinyatakan sebagai:
a. kolektor primer;
b. lokal primer;
c. lingkungan primer;
d. kolektor sekunder;
e. lokal sekunder; dan
f. lingkungan sekunder.
(8) Pengembangan jaringan jalan meliputi:
a. jaringan jalan yang ada; dan
b. jaringan jalan yang direncanakan.
Pasal 12
(1) Jalan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf a berupa jalan
kolektor primer (K1) yang ada di Daerah meliputi:
a. ruas jalan Batas Kabupaten Banjarnegara (KDU) – Selokromo;
b. ruas jalan Selokromo - Batas Kota Wonosobo;
c. ruas jalan Jogo Negoro;
d. ruas jalan A. Yani;
e. ruas jalan Batas Kota Wonosobo – Kertek;
f. ruas jalan S. Parman;
g. ruas jalan Mayor Bambang Sugeng; dan
h. ruas jalan Kertek - Batas Kabupaten Temanggung (KDU).
(2) Jalan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf a berupa jalan
strategis nasional yang ada di Daerah berupa ruas jalan Batur di Kabupaten
Banjarnegara – Dieng di Daerah.
(3) Jalan provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf b berupa jalan
kolektor primer (K3) yang ada di Daerah meliputi:
a. ruas jalan Selokromo – Wadaslintang;
b. ruas jalan Bruno (Batas Kab.Wonosobo) – Kepil;
c. ruas jalan Sapuran – Kaliangkrik;
d. ruas jalan Kertek – Kepil;
e. ruas jalan Kejajar – Dieng;
f. ruas jalan Wonosobo – Kejajar;
g. ruas jalan Kyai Sabuk Alu; dan
h. ruas jalan Ronggolawe.
(4) Jalan kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) huruf c yang ada
di Daerah meliputi:
a. ruas jalan antar kecamatan;
b. ruas jalan poros desa;
c. ruas jalan penghubung antar kabupaten; dan
d. ruas jalan lingkar.
(5) Daftar ruas jalan kabupaten tercantum dalam Lampiran II merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(6) Ruas jalan lingkar sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d meliputi:
a. optimalisasi jalan lingkar yang ada meliputi:
1. jalan lingkar utara perkotaan Wonosobo;
2. jalan lingkar selatan perkotaan Wonosobo;
b. pengembangan jalan lingkar utara perkotaan Kertek;
c. pembangunan jalan yang direncanakan meliputi:
1. peningkatan jalan lingkar selatan perkotaan Kertek; dan
2. peningkatan jalan lingkar Garung.
(7) Jaringan jalan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (4) huruf c
berupa rencana peningkatan dan pengembangan sistem jalan lingkungan di Daerah
yang diatur dalam rencana rinci tata ruang.
(8) Rencana pengembangan jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (8) diusulkan ke Gubernur paling lambat 1 (satu) tahun setelah Peraturan
Daerah ini ditetapkan.
Pasal 13
(1) Jaringan prasarana sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf b berupa terminal.
(2) Terminal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. terminal penumpang; dan
b. terminal barang.
(3) Terminal penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:
a. revitalisasi terminal penumpang tipe A berupa Terminal Mendolo berada di
Kecamatan Wonosobo;
b. pengembangan terminal penumpang tipe B berupa Terminal Sawangan berada di
Kecamatan Leksono; dan
c. pengembangan terminal penumpang tipe C meliputi:
1. Terminal Kalibeber berada di Kecamatan Mojotengah;
2. Terminal Kejajar berada di Kecamatan Kejajar;
3. Terminal Kertek berada di Kecamatan Kertek;
4. Terminal Sapuran berada di Kecamatan Sapuran;
5. Terminal Leksono berada di Kecamatan Leksono;
6. Terminal Garung berada di Kecamatan Garung;
7. Terminal Kaliwiro berada di Kecamatan Kaliwiro;
8. Terminal Wadaslintang berada di Kecamatan Wadaslintang; dan
9. Terminal Dieng berada di Kecamatan Kejajar.
(4) Terminal barang sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b berada di Kecamatan
Wonosobo.
Pasal 14
(1) Jaringan pelayanan sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. jaringan trayek angkutan penumpang; dan
b. jaringan lintas angkutan barang.
(2) Jaringan trayek angkutan penumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a berada di seluruh kecamatan meliputi:
a. peningkatan jaringan trayek angkutan antar kota antar provinsi (AKAP);
b. peningkatan jaringan trayek angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP);
c. peningkatan jaringan trayek angkutan perkotaan;
d. peningkatan jaringan trayek angkutan perdesaan; dan
e. pengembangan jaringan trayek angkutan perintis.
(3) Peningkatan jaringan trayek angkutan antar kota antar provinsi (AKAP)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:
a. Wonosobo-Jakarta;
b. Wonosobo-Jakarta-Bogor; dan
c. Wonosobo-Tasikmalaya-Bandung.
(4) Peningkatan jaringan trayek angkutan antar kota dalam provinsi (AKDP)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. Wonosobo-Temanggung-Magelang;
b. Wonosobo-Maron-Purworejo;
c. Wonosobo-Dieng-Batur;
d. Wonosobo-Prembun-Kebumen;
e. Wonosobo-Banjarnegara-Purwokerto;
f. Wonosobo-Prembun-Purworejo; dan
g. Wonosobo-Purwokerto-Semarang.
(5) Peningkatan jaringan trayek angkutan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf c meliputi:
a. Wonosobo-Kertek;
b. Wonosobo-Sawangan;
c. Wonosobo-Leksono;
d. Wonosobo-Garung;
e. Wonosobo-Limbangan;
f. Wonosobo-Gondang;
g. Wonosobo-Mojotengah;
h. Wonosobo-TMP-Wonolelo;
i. Wonosobo-Andongsili-Keseneng;
j. Wonosobo-Madukoro-Keseneng;
k. Wonosobo-Jetis-Timbang-Wonokasihan; dan
l. Wonosobo-Pacarmulyo-Gondang.
(6) Peningkatan jaringan trayek angkutan perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf d meliputi:
a. Wonosobo-Dieng;
b. Wonosobo-Watumalang;
c. Wonosobo-Kaliwiro-Wadaslintang;
d. Kertek-Balekambang-Selomerto;
e. Garung-Mlandi-Kejajar;
f. Sawangan-Kaliwiro-Lamuk-Sapuran;
g. Sawangan-Sempol;
h. Sawangan-Tlogo;
i. Kaliwiro-Wadaslintang;
j. Wonosobo-Mojotengah-Dero;
k. Sapuran-Kalibawang-Kaliwiro;
l. Leksono-Manggis-Watumalang;
m. Kertek-Maduretno-Kembaran-Kwadungan;
n. Sapuran-Cawangan-Tegalsari; dan
o. Wonosobo-Sojopuro.
(7) Pengembangan jaringan trayek angkutan perintis sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf e berada di seluruh kecamatan.
(8) Jaringan lintas angkutan barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berada di seluruh kecamatan.
Pasal 15
(1) Sistem jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan (ASDP)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b berupa pengembangan
transportasi danau dan penyeberangan.
(2) Pengembangan transportasi danau dan penyeberangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas:
a. angkutan wisata meliputi:
1. Waduk Wadaslintang berada di Kecamatan Wadaslintang: dan
2. Telaga Menjer berada di Kecamatan Garung.
b. angkutan penyeberangan Waduk Wadaslintang berada di Kecamatan
Wadaslintang.
Pasal 16
Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b meliputi:
a. pengembangan jalur kereta api komuter Wonosobo – Banjarnegara – Purwokerto;
dan
b. revitalisasi stasiun lama untuk rencana pengoperasian kereta komuter di Stasiun
Wonosobo.
Paragraf 2
Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 17
Sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b
meliputi:
a. sistem jaringan prasarana energi;
b. sistem jaringan prasarana telekomunikasi;
c. sistem jaringan prasarana sumber daya air; dan
d. sistem jaringan prasarana lainnya.
Pasal 18
(1) Sistem jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a
terdiri atas:
a. pengembangan tenaga listrik;
b. pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik;
c. pengembangan jaringan energi bahan bakar minyak dan gas; dan
d. pengembangan jaringan energi alternatif.
(2) Pengembangan tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. pengembangan pembangkit tenaga listrik dan/atau gardu induk distribusi meliputi:
1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Garung berada di Kecamatan Garung;
2. pengembangan Gardu Induk (GI) Wonosobo berada di Kecamatan Wonosobo;
dan
3. pengembangan Gardu Induk (GI) Dieng berada di Desa Sikunang Kecamatan
Kejajar.
b. pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi berupa Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Dieng di Kecamatan Kejajar.
(3) Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b meliputi:
a. peningkatan kapasitas dan pelayanan distribusi melalui sistem interkoneksi Jawa
– Bali;
b. pengembangan Jaringan Tegangan Tinggi (JTT) 150 (seratus lima puluh) kilovolt
melalui Kecamatan Watumalang – Mojotengah – Garung – Kejajar – Wonosobo –
Selomerto – Sapuran;
c. pengembangan Jaringan Tegangan Menengah (JTM) 20 (dua puluh) kilovolt
berada di seluruh kecamatan; dan
d. pengembangan jaringan listrik perdesaan distribusi tegangan 220 (dua ratus dua
puluh) volt untuk menjangkau seluruh wilayah dusun.
(4) Pengembangan jaringan energi bahan bakar minyak (BBM) dan gas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. pembangunan stasiun pengisian bahan bakar baik Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Untuk Umum (SPBU) berada di seluruh kecamatan; dan
b. Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) berada di seluruh kecamatan.
(5) Pengembangan jaringan energi alternatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d meliputi:
a. pengembangan sumber energi alternatif; dan
b. pengembangan Desa Mandiri Energi.
(6) Pengembangan sumber energi alternatif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf
a terdiri atas:
a. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS);
b. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH); dan
c. pengembangan energi biogas.
(7) Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) huruf a berada di seluruh kecamatan;
(8) Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) huruf b meliputi:
a. Kecamatan Garung;
b. Kecamatan Mojotengah;
c. Kecamatan Wonosobo;
d. Kecamatan Leksono;
e. Kecamatan Selomerto;
f. Kecamatan Kertek;
g. Kecamatan Kalikajar; dan
h. Kecamatan Watumalang.
(9) Pengembangan Desa Mandiri Energi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf b
berada di seluruh kecamatan.
Pasal 19
(1) Rencana sistem jaringan prasarana telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17 huruf b meliputi:
a. pengembangan jaringan prasarana telekomunikasi; dan
b. pengembangan jaringan teknologi informatika.
(2) Pengembangan jaringan prasarana telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. pengembangan jaringan telepon kabel; dan
b. pengembangan jaringan telepon nirkabel.
(3) Pengembangan jaringan telepon kabel sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a berada di seluruh kecamatan.
(4) Pengembangan jaringan telepon nirkabel sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b dilakukan dengan pembangunan menara telekomunikasi.
(5) Pembangunan menara telekomunikasi dan/atau Base Transceiver Station (BTS)
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berupa penggunaan menara telekomunikasi
bersama berada di seluruh kecamatan.
(6) Penataan dan pengaturan lokasi pembangunan menara telekomunikasi bersama
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam Peraturan Bupati.
(7) Pengembangan jaringan teknologi informatika sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi:
a. pengembangan sistem jaringan teknologi informasi pendukung kinerja
pemerintahan; dan
b. optimalisasi Pusat Data sebagai media informasi publik.
Pasal 20
(1) Sistem jaringan prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
huruf c terdiri atas:
a. sistem wilayah sungai (WS);
b. sistem telaga, waduk, dan embung;
c. sistem jaringan irigasi;
d. sistem pengelolaan air baku untuk air minum;
e. sistem jaringan air bersih ke kelompok pengguna; dan
f. sistem pengendalian banjir.
(2) Sistem wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa
pengelolaan WS strategis nasional – kewenangan Pemerintah meliputi:
a. WS Serayu-Bogowonto; dan
b. WS Progo-Opak-Serayu.
(3) Sistem telaga, waduk, dan embung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. Telaga meliputi:
1. Telaga Menjer berada di Kecamatan Garung; dan
2. Telogo Warno/Telogo Pengilon, dan Telaga Cebong berada di Kecamatan
Kejajar.
b. Waduk Wadaslintang berada di Kecamatan Wadaslintang;
c. Embung meliputi:
1. embung berada di Kecamatan Garung;
2. embung berada di Kecamatan Kaliwiro;
3. embung berada di Kecamatan Leksono;
4. embung berada di Kecamatan Kertek;
5. embung berada di Kecamatan Kepil; dan
6. embung berada di Kecamatan Selomerto.
(4) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. sistem jaringan irigasi kewenangan Pemerintah Provinsi berupa daerah irigasi
(DI) Watujagir seluas 65 (enam puluh lima) hektar berada di Kecamatan Kepil;
b. sistem jaringan irigasi kewenangan Daerah meliputi 705 (tujuh ratus lima) DI
dengan luas kurang lebih 20.150 (dua puluh ribu seratus lima puluh) hektar
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(5) Sistem pengelolaan air baku untuk air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d meliputi pemanfaatan sumber-sumber air baku permukaan dan air tanah
mencakup pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan sarana dan
prasarana pengelolaan air baku untuk air minum melalui:
a. pelestarian mata air berada di seluruh kecamatan; dan
b. pemanfaatan airtanah secara terkendali.
(6) Sistem jaringan air bersih ke kelompok pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf e terdiri atas:
a. peningkatan pelayanan dan pengelolaan air minum perpipaan; dan
b. peningkatan pelayanan air minum berbasis masyarakat.
(7) Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air minum perpipaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) huruf a berupa peningkatan kapasitas sambungan
langganan di seluruh kecamatan.
(8) Peningkatan pelayanan dan pengelolaan air minum berbasis masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b berupa peningkatan pelayanan dan
pengelolaan air minum berbasis masyarakat di seluruh kecamatan.
(9) Pengembangan sistem pengendali banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf f meliputi:
a. pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan bangunan-bangunan
pengendali banjir; dan
b. pengembangan sistem peringatan dini banjir.
(10) Pembangunan, rehabilitasi serta operasi dan pemeliharaan bangunan-bangunan
pengendali banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (9) meliputi:
a. Bendung Sungai Serayu meliputi:
1. Bendung Capar berada di Kecamatan Leksono;
2. Gintung berada di Kecamatan Watumalang;
3. Bleber berada di Kecamatan Sukoharjo; dan
4. Kalitulang berada di Kecamatan Mojotengah.
b. Bendung Sungai Preng berada di Kecamatan Leksono;
c. Bendung Sungai Begaluh berada di Kecamatan Kalikajar;
d. Bendung Sungai Begaluh Kecil berada di Kecamatan Selomerto;
e. Bendung Sungai Bogowonto berupa Bendung Pingit berada di Kecamatan
Sapuran;
f. Bendung Sungai Medono berada di Kecamatan Kaliwiro;
g. Bendung Sungai Cecep berada di Kecamatan Kertek;
h. Cek Dam Pesodongan berada di Kecamatan Kaliwiro;
i. Cek Dam Boderan berada di Kecamatan Kaliwiro; dan
j. Cek Dam Tirip berada di Kecamatan Wadaslintang.
Pasal 21
Sistem prasarana wilayah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf d
berupa sistem prasarana pengelolaan lingkungan.
Pasal 22
(1) Sistem prasarana pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21
meliputi:
a. prasarana pengelolaan sampah;
b. prasarana pengelolaan limbah;
c. prasarana jaringan drainase; dan
d. sistem jalur dan ruang evakuasi.
(2) Prasarana pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
meliputi:
a. sistem pengelolaan sampah dilakukan dengan prinsip mengurangi (re-duce),
menggunakan kembali (re-use) dan mendaur ulang (re-cycle) meliputi:
1. rencana lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA);
2. rencana lokasi Tempat Penampungan Sementara (TPS); dan
3. rencana pengelolaan sampah skala rumah tangga.
b. rencana peningkatan lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah
sebagaimana dimaksud pada huruf a butir 1 berupa optimalisasi Tempat
Pemrosesan Akhir (TPA) Wonorejo dengan pengelolaan sistem sanitary landfill
berada di Kecamatan Selomerto;
c. rencana lokasi Tempat Penampungan Sementara (TPS) sebagaimana dimaksud
pada huruf a butir 2 selanjutnya akan diatur dalam rencana rinci tata ruang;
d. mengurangi timbulan sampah di lokasi-lokasi TPS melalui pengembangan tempat
pengolahan sampah terpadu (TPST);
e. mengembangkan pemilahan awal sampah pada masing-masing PPL; dan
f. rencana pengelolaan sampah skala rumah tangga sebagaimana dimaksud pada
huruf a butir 3 berupa peningkatan partisipasi setiap rumah tangga.
(3) Prasarana pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. pengelolaan limbah rumah tangga; dan
b. pengelolaan limbah industri.
(4) Pengelolaan limbah rumah tangga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
meliputi:
a. penanganan limbah secara on site dengan pembangunan jamban keluarga,
jamban komunal dan Mandi Cuci Kakus umum;
b. penanganan limbah secara off site dengan sistem perpipaan dengan
membangun Instalasi Pengolah Air limbah (IPAL) Komunal;
c. penanganan limbah padat dengan incenerator dan limbah tinja dengan Instalasi
Pengolah Lumpur Tinja (IPLT); dan
d. menyediakan sarana pengangkutan limbah ke lokasi pengolahan limbah.
(5) Pengelolaan limbah industri sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b berupa
pengembangan instalasi pemrosesan limbah di setiap lokasi industri.
(6) Prasarana jaringan pengelolaan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c terdiri atas:
a. peningkatan saluran drainase kawasan perkotaan Kabupaten pada kawasan
permukiman padat, kumuh, dan kawasan sekitar pasar tradisional;
b. pengembangan saluran drainase pada kawasan-kawasan terbangun; dan
c. pembangunan dan peningkatan saluran drainase kanan-kiri jalan pada ruas jalan
nasional, provinsi, dan kabupaten.
(7) Sistem jalur dan ruang evakuasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri
atas:
a. jalur evakuasi bencana; dan
b. ruang evakuasi bencana.
(8) Jalur evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf a terdiri atas:
a. jalur evakuasi bencana longsor;
b. jalur evakuasi bencana gas beracun;
c. jalur evakuasi bencana letusan gunung api; dan
d. jalur evakuasi bencana angin topan.
(9) Jalur evakuasi bencana longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf a
meliputi:
a. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan Kejajar
menuju ruang evakuasi terdekat;
b. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan
Watumalang menuju ruang evakuasi terdekat;
c. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan Kepil
menuju ruang evakuasi terdekat;
d. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan Kaliwiro
menuju ruang evakuasi terdekat;
e. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan
Sukoharjo menuju ruang evakuasi terdekat;
f. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan
Wadaslintang menuju ruang evakuasi terdekat; dan
g. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan
Kalibawang menuju ruang evakuasi terdekat.
(10) Jalur evakuasi bencana gas beracun sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf b
berupa jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan
Kejajar menuju ruang evakuasi terdekat.
(11) Jalur evakuasi bencana letusan gunungapi sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
huruf c berupa jalan desa – jalan lingkungan – jalan lokal – jalan kolektor yang
menuju ruang evakuasi terdekat.
(12) Jalur evakuasi bencana angin topan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) huruf d
meliputi:
a. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan
Wonosobo menuju ruang evakuasi terdekat;
b. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan
Mojotengah menuju ruang evakuasi terdekat;
c. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan
Watumalang menuju ruang evakuasi terdekat;
d. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan Kertek
menuju ruang evakuasi terdekat;
e. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan
Kalikajar menuju ruang evakuasi terdekat; dan
f. jalan lingkungan - jalan desa – jalan lokal – jalan kolektor di Kecamatan
Sapuran.
(13) Ruang evakuasi bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf b berupa
ruang dan/atau bangunan tempat pengungsian bencana meliputi:
a. lapangan;
b. taman publik;
c. bangunan kantor Pemerintah Desa meliputi:
1. Balai Desa Pesodongan, Balai Desa Kaligua, Balai Desa Ngasinan, Balai
Desa Lamuk, Balai Desa Pucungkerep, Balai Desa Gambaran, Balai Desa
Purwosari, Balai Desa Lebak, Balai Desa Selomanik berada di Kecamatan
Kalibawang;
2. Balai Desa Depok, Balai Desa Kalialang, Balai Desa Dempel, Balai Desa
Karangsambung, Balai Desa Pengarengan, Balai Desa Kalikarung berada di
Kecamatan Kalibawang;
3. Balai Desa Gondowulan, Balai Desa Jangkrikan, Balai Desa Tegeswetan
berada di Kecamatan Kepil;
4. Balai Desa Kalidadap berada di Kecamatan Wadaslintang;
5. Balai Desa di Desa Tieng, Balai Desa Igirmranak, Balai Desa Jojogan, Balai
Desa Surengede, Balai Desa Parikesit berada di Kecamatan Kejajar;
6. Balai Desa Wonosroyo, Balai Desa Watumalang, Balai Desa Pasuruhan,
Balai Desa Banyukembar berada di Kecamatan Watumalang;
7. Balai Desa Gumiwang, Balai Desa Suroyudan, Balai Desa Jebengplampitan,
Balai Desa Kalibening, Balai Desa Garunglor berada di Kecamatan
Sukoharjo.
d. bangunan kantor Pemerintah Daerah;
e. bangunan fasilitas sosial; dan
f. bangunan fasilitas umum.
BAB IV
RENCANA POLA RUANG WILAYAH DAERAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 23
(1) Rencana pola ruang wilayah Daerah terdiri atas:
a. rencana kawasan lindung; dan
b. rencana kawasan budidaya.
(2) Rencana pola ruang digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Rencana Kawasan Lindung
Pasal 24
Rencana kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a
meliputi:
a. kawasan hutan lindung;
b. kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;
c. kawasan perlindungan setempat;
d. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;
e. kawasan rawan bencana alam;
f. kawasan lindung geologi; dan
g. kawasan lindung lainnya.
Paragraf 1
Kawasan Hutan Lindung
Pasal 25
Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a seluas kurang
lebih 4.019 (empat ribu sembilan belas) hektar meliputi:
a. Kecamatan Kejajar;
b. Kecamatan Watumalang;
c. Kecamatan Garung;
d. Kecamatan Mojotengah;
e. Kecamatan Kertek;
f. Kecamatan Kalikajar;
g. Kecamatan Sapuran; dan
h. Kecamatan Kepil.
Paragraf 2
Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya
Pasal 26
(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf b terdiri atas:
a. kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat; dan
b. kawasan resapan air.
(2) Kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (1) huruf a seluas kurang lebih 13.059 (tiga belas ribu lima puluh sembilan)
hektar meliputi:
a. Kecamatan Garung;
b. Kecamatan Kalikajar;
c. Kecamatan Kejajar;
d. Kecamatan Kepil;
e. Kecamatan Mojotengah;
f. Kecamatan Sapuran;
g. Kecamatan Sukoharjo; dan
h. Kecamatan Watumalang.
(3) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Kecamatan Kejajar;
b. Kecamatan Mojotengah;
c. Kecamatan Watumalang;
d. Kecamatan Wonosobo;
e. Kecamatan Garung;
f. Kecamatan Kertek;
g. Kecamatan Kalikajar;
h. Kecamatan Sapuran; dan
i. Kecamatan Kepil.
Paragraf 3
Kawasan Perlindungan Setempat
Pasal 27
(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf c
meliputi:
a. kawasan sempadan sungai;
b. kawasan sekitar danau atau waduk; dan
c. kawasan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan.
(2) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berada di
seluruh kecamatan yang dilewati sungai meliputi:
a. Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Tulis;
b. Sub Daerah Aliran Sungai ( DAS) Preng;
c. Sub Daerah Aliran Sungai ( DAS) Sanggaluwang;
d. Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Beber;
e. Sub Daerah Aliran Sungai ( DAS) Putih;
f. Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Begaluh;
g. Sub Daerah Aliran Sungai ( DAS) Bogowonto;
h. Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Kodil;
i. Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Jurang;
j. Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Wawar;
k. Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Medono; dan
l. Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Luk Ulo.
(3) Kawasan sekitar danau atau waduk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. kawasan sekitar Waduk Wadaslintang berada di Kecamatan Wadaslintang;
b. kawasan sekitar Telaga Menjer berada di Kecamatan Garung;
c. kawasan sekitar Telogo Warno/Telogo Pengilon, dan Telaga Cebong berada di
Kecamatan Kejajar; dan
d. kawasan sekitar Bendung meliputi:
1. Bendung Sungai Serayu meliputi:
a) Bendung Capar berada di Kecamatan Leksono;
b) Gintung berada di Kecamatan Watumalang;
c) Bleber berada di Kecamatan Sukoharjo; dan
d) Kalitulang berada di Kecamatan Mojotengah.
2. Bendung Sungai Preng berada di Kecamatan Leksono;
3. Bendung Sungai Begaluh berada di Kecamatan Kalikajar;
4. Bendung Sungai Begaluh Kecil berada di Kecamatan Selomerto;
5. Bendung Sungai Bogowonto berupa Bendung Pingit berada di Kecamatan
Sapuran;
6. Bendung Sungai Medono berada di Kecamatan Kaliwiro; dan
7. Bendung Sungai Cecep berada di Kecamatan Kertek.
(4) Kawasan RTH perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c seluas
kurang lebih 1.698 (seribu enam ratus sembilan puluh delapan) hektar atau 31 %
(tiga puluh satu persen) dari luas wilayah perkotaan Daerah terdiri atas:
a. RTH perkotaan Alun-alun dan sekitar pendopo berada di Kecamatan Wonosobo;
b. RTH perkotaan Taman Plasa berada di Kecamatan Wonosobo;
c. RTH perkotaan Kalianget berada di Kecamatan Wonosobo;
d. RTH perkotaan Ngasinan berada di Kecamatan Wonosobo;
e. RTH perkotaan Makam Muntang berada di Kecamatan Wonosobo;
f. RTH perkotaan Makam Mainan berada di Kecamatan Wonosobo;
g. RTH perkotaan Makam Jlegong berada di Kecamatan Wonosobo;
h. RTH perkotaan Makam Honggoderpo berada di Kecamatan Wonosobo;
i. RTH perkotaan Taman Makam Pahlawan Wirayudha berada di Kecamatan
Wonosobo;
j. RTH perkotaan Jalur Jalan A.Yani berada di Kecamatan Wonosobo;
k. RTH perkotaan Jalur jalan Bambang Sugeng berada di Kecamatan Wonosobo;
l. RTH perkotaan jalur jalan Batas Kota Wonosobo-Kertek berada di Kecamatan
Wonosobo;
m. RTH perkotaan Ibukota Kecamatan Wonosobo;
n. RTH perkotaan Ibukota Kecamatan Kertek;
o. RTH perkotaan Ibukota Kecamatan Selomerto;
p. RTH perkotaan Ibukota Kecamatan Mojotengah;
q. RTH perkotaan Ibukota Kecamatan Kejajar; dan
r. RTH perkotaan Ibukota Kecamatan Sapuran.
Paragraf 4
Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya
Pasal 28
(1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 huruf d meliputi:
a. Cagar Alam (CA);
b. Taman Wisata Alam (TWA); dan
c. Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan.
(2) Kawasan cagar alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas kurang
lebih 4 (empat) hektar berada di Cagar Alam Pantodomas Kecamatan Sapuran.
(3) Kawasan taman wisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b seluas
kurang lebih 40 (empat puluh) hektar berada di Kompleks Taman Wisata Alam
(TWA) Telogo Warno/Telogo Pengilon Kecamatan Kejajar.
(4) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c meliputi:
a. Situs Tuk Bimalukar berada di Desa Dieng Kecamatan Kejajar;
b. Situs Watu Kelir berada di Desa Dieng Kecamatan Kejajar;
c. Situs Ondho Budho berada di Desa Sikunang Kecamatan Kejajar;
d. Situs Candi Bogang berada di Kecamatan Selomerto; dan
e. Situs Bongkotan berada di Kecamatan Kertek;
f. Rumah Dinas Bupati dan Wakil Bupati;
g. Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD);
h. Gedung Komando Distrik Militer (Kodim) 0707;
i. Kantor Pos dan Giro;
j. Gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Wonosobo;
k. Gedung Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Wonosobo;
l. Gedung Samsat;
m. Alun-alun Wonosobo dan Paseban;
n. Masjid Al Manshur; dan
o. Sekolah Don Bosco dan Dena Upakara.
Paragraf 5
Kawasan Rawan Bencana Alam
Pasal 29
(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf e
meliputi:
a. kawasan rawan tanah longsor;
b. kawasan rawan angin topan;
c. kawasan rawan kebakaran hutan;
d. kawasan rawan bencana gas beracun;dan
e. kawasan rawan bencana letusan gunung api.
(2) Kawasan rawan tanah longsor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi:
a. Kecamatan Kepil;
b. Kecamatan Kejajar;
c. Kecamatan Watumalang;
d. Kecamatan Sukoharjo;
e. Kecamatan Kaliwiro;
f. Kecamatan Wadaslintang; dan
g. Kecamatan Kalibawang.
(3) Kawasan rawan angin topan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
a. Kecamatan Wonosobo;
b. Kecamatan Mojotengah;
c. Kecamatan Kertek;
d. Kecamatan Sapuran;
e. Kecamatan Kalikajar; dan
f. Kecamatan Watumalang.
(4) Kawasan rawan kebakaran hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
meliputi:
a. Kecamatan Kejajar;
b. Kecamatan Watumalang;
c. Kecamatan Wonosobo;
d. Kecamatan Mojotengah;
e. Kecamatan Kertek;
f. Kecamatan Kalikajar
g. Kecamatan Sapuran;dan
h. Kecamatan Kepil.
(5) Kawasan rawan bencana gas beracun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
berada di Kecamatan Kejajar meliputi:
a. Desa Sikunang Kecamatan Kejajar;
b. Desa Sembungan Kecamatan Kejajar;
c. Desa Jojogan Kecamatan Kejajar;
d. Desa Patak Banteng Kecamatan Kejajar;
e. Desa Dieng Kecamatan Kejajar; dan
f. Desa Parikesit Kecamatan Kejajar.
(6) Kawasan rawan bencana letusan gunung api sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf e meliputi:
a. Kecamatan Kejajar;
b. Kecamatan Garung;
c. Kecamatan Watumalang;
d. Kecamatan Wonosobo;
e. Kecamatan Mojotengah;
f. Kecamatan Kertek;
g. Kecamatan Kalikajar
h. Kecamatan Sapuran;dan
i. Kecamatan Kepil.
Paragraf 6
Kawasan Lindung Geologi
Pasal 30
(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf f terdiri
atas:
a. kawasan sekitar mata air; dan
b. kawasan imbuhan air tanah.
(2) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan
radius sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter meliputi 970 (sembilan ratus tujuh
puluh) mata air di seluruh kecamatan.
(3) Daftar mata air tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(4) Kawasan imbuhan air tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa
cekungan air tanah (CAT) Wonosobo.
(5) Kawasan cekungan air tanah (CAT) Wonosobo sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) meliputi:
a. Kecamatan Kejajar;
b. Kecamatan Watumalang;
c. Kecamatan Garung;
d. Kecamatan Mojotengah;
e. Kecamatan Wonosobo;
f. Kecamatan Kertek;
g. Kecamatan Kalikajar;
h. Kecamatan Sapuran; dan
i. Kecamatan Kepil.
Paragraf 7
Kawasan Lindung Lainnya
Pasal 31
Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf g berupa
kawasan perlindungan plasma nutfah meliputi:
a. Tanaman Pinus meliputi:
a. Desa Dieng Kecamatan Kejajar;
b. Desa Patak Banteng Kecamatan Kejajar; dan
c. Desa Sikunang Kecamatan Kejajar.
b. Purwaceng berada di Desa Sikunang Kecamatan Kejajar;
c. Carica berada di Kecamatan Kejajar;
d. Burung Belibis berada di kawasan Telogo Warno/Telogo Pengilon Kecamatan
Kejajar; dan
e. Dombos Texel berada di Dusun Klowoh Desa Kwadungan Kecamatan Kalikajar.
Bagian Ketiga
Rencana Kawasan Budidaya
Pasal 32
Rencana kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf b terdiri atas:
a. kawasan peruntukan hutan produksi;
b. kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. kawasan peruntukan pertanian;
d. kawasan peruntukan perkebunan;
e. kawasan peruntukan peternakan;
f. kawasan peruntukan perikanan;
g. kawasan peruntukan pertambangan;
h. kawasan peruntukan industri;
i. kawasan peruntukan pariwisata;
j. kawasan peruntukan permukiman; dan
k. kawasan peruntukan lainnya.
Paragraf 1
Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Pasal 33
(1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat
(1) terdiri atas:
a. hutan produksi terbatas; dan
b. hutan produksi tetap.
(2) Hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas
kurang lebih 10.159 (sepuluh ribu seratus lima puluh sembilan) hektar meliputi:
a. Kecamatan Kejajar;
b. Kecamatan Watumalang;
c. Kecamatan Garung;
d. Kecamatan Mojotengah;
e. Kecamatan Kertek;
f. Kecamatan Sukoharjo;
g. Kecamatan Leksono;
h. Kecamatan Kalikajar;
i. Kecamatan Sapuran;
j. Kecamatan Kepil;
k. Kecamatan Kaliwiro;
l. Kecamatan Kalibawang; dan
m. Kecamatan Wadaslintang.
(3) Hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b seluas kurang
lebih 6.134 (enam ribu seratus tiga puluh empat) hektar meliputi:
a. Kecamatan Mojotengah;
b. Kecamatan Kertek;
c. Kecamatan Wonosobo;
d. Kecamatan Leksono;
e. Kecamatan Kalikajar;
f. Kecamatan Selomerto;
g. Kecamatan Sapuran;
h. Kecamatan Kepil;
i. Kecamatan Kaliwiro;
j. Kecamatan Kalibawang; dan
k. Kecamatan Wadaslintang.
Paragraf 2
Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Pasal 34
Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b
seluas kurang lebih 19.185 (sembilan belas ribu seratus delapan puluh lima) hektar
meliputi:
a. Kecamatan Kalibawang;
b. Kecamatan Kalikajar;
c. Kecamatan Kaliwiro;
d. Kecamatan Kepil;
e. Kecamatan Leksono;
f. Kecamatan Mojotengah;
g. Kecamatan Sapuran;
h. Kecamatan Selomerto;
i. Kecamatan Sukoharjo;
j. Kecamatan Wadaslintang;
k. Kecamatan Watumalang;
l. Kecamatan Garung;
m. Kecamatan Kejajar;
n. Kecamatan Kertek; dan
o. Kecamatan Wonosobo.
Paragraf 3
Kawasan Peruntukan Pertanian
Pasal 35
(1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf c
meliputi:
a. kawasan tanaman pangan; dan
b. kawasan hortikultura;
(2) Kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. pertanian lahan basah; dan
b. pertanian lahan kering;
(3) Kawasan pertanian lahan basah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
seluas kurang lebih 17.288 (tujuh belas ribu dua ratus delapan puluh delapan)
hektar meliputi:
a. Kecamatan Wadaslintang;
b. Kecamatan Kepil;
c. Kecamatan Sapuran;
d. Kecamatan Kalibawang;
e. Kecamatan Kaliwiro;
f. Kecamatan Leksono;
g. Kecamatan Sukoharjo;
h. Kecamatan Selomerto;
i. Kecamatan Kalikajar;
j. Kecamatan Kertek;
k. Kecamatan Wonosobo;
l. Kecamatan Watumalang;
m. Kecamatan Mojotengah; dan
n. Kecamatan Garung.
(4) Kawasan pertanian lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
seluas kurang lebih 47.152 (empat puluh tujuh ribu seratus lima puluh dua) hektar
meliputi:
a. Kecamatan Wadaslintang;
b. Kecamatan Kepil;
c. Kecamatan Sapuran;
d. Kecamatan Kalibawang;
e. Kecamatan Kaliwiro;
f. Kecamatan Leksono;
g. Kecamatan Sukoharjo;
h. Kecamatan Selomerto;
i. Kecamatan Kalikajar;
j. Kecamatan Kertek;
k. Kecamatan Wonosobo;
l. Kecamatan Watumalang;
m. Kecamatan Mojotengah;
n. Kecamatan Garung; dan
o. Kecamatan Kejajar.
(5) Kawasan tanaman pangan diarahkan dan ditetapkan untuk dipertahankan sebagai
kawasan lahan pangan pertanian berkelanjutan seluas 16.358 (enam belas ribu tiga
ratus lima puluh delapan) hektar.
(6) Kawasan peruntukan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
seluas kurang lebih 7.610 (tujuh ribu enam ratus sepuluh) hektar terdiri atas:
a. sentra bawang putih meliputi:
1. Kecamatan Sapuran; dan
2. Kecamatan Kalikajar;
b. sentra kentang meliputi:
1. Kecamatan Garung; dan
2. Kecamatan Kejajar.
c. sentra kubis meliputi:
1. Kecamatan Kejajar
2. Kecamatan Garung; dan
3. Kecamatan Mojotengah.
d. sentra cabai meliputi:
1. Kecamatan Leksono; dan
2. Kecamatan Mojotengah.
e. sentra tomat meliputi:
1. Kecamatan Garung; dan
2. Kecamatan Mojotengah.
f. sentra buah salak meliputi:
1. Kecamatan Sukoharjo;
2. Kecamatan Leksono; dan
3. Kecamatan Watumalang.
g. sentra buah duku meliputi:
1. Kecamatan Kepil;
2. Kecamatan Leksono;
3. Kecamatan Selomerto; dan
4. Kecamatan Kaliwiro.
h. sentra buah manggis meliputi:
1. Kecamatan Leksono;
2. Kecamatan Selomerto; dan
3. Kecamatan Kaliwiro.
i. sentra buah durian meliputi:
1. Kecamatan Selomerto; dan
2. Kecamatan Kepil.
j. sentra buah pisang meliputi:
1. Kecamatan Kaliwiro;
2. Kecamatan Wadaslintang; dan
3. Kecamatan Sapuran.
k. sentra bunga anthurium potong meliputi:
1. Kecamatan Wonosobo; dan
2. Kecamatan Mojotengah.
l. sentra bunga krisan berada di Kecamatan Garung.
Paragraf 4
Kawasan Peruntukan Perkebunan
Pasal 36
(1) Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud pada Pasal 32 huruf d
seluas kurang lebih 1.756 (seribu tujuh ratus lima puluh enam) hektar terdiri atas:
a. sentra tanaman kelapa sayur;
b. sentra tanaman kelapa aren;
c. sentra tanaman kopi arabika;
d. sentra tanaman kopi robusta;
e. sentra tanaman kakao;
f. sentra tanaman tembakau;
g. sentra tanaman teh;
h. sentra tanaman kapulogo; dan
i. sentra tanaman cengkeh.
(2) Sentra tanaman kelapa sayur sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a
dibudidayakan meliputi:
a. Kecamatan Selomerto;
b. Kecamatan Kepil;
c. Kecamatan Wadaslintang;
d. Kecamatan Kaliwiro; dan
e. Kecamatan Leksono.
(3) sentra tanaman kelapa aren sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b dibudidayakan
meliputi:
a. Kecamatan Kaliwiro;
b. Kecamatan Kalibawang;
c. Kecamatan Kepil; dan
d. Kecamatan Wadaslintang.
(4) sentra tanaman kopi arabika sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c dibudidayakan
meliputi:
a. Kecamatan Kalikajar;
b. Kecamatan Watumalang;
c. Kecamatan Mojotengah;
d. Kecamatan Garung; dan
e. Kecamatan Kertek.
(5) sentra tanaman kopi robusta sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d dibudidayakan
meliputi:
a. Kecamatan Sapuran;
b. Kecamatan Leksono; dan
c. Kecamatan Kalibawang.
(6) sentra tanaman kakao sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf e dibudidayakan
meliputi:
a. Kecamatan Leksono;
b. Kecamatan Wadasintang; dan
c. Kecamatan Kaliwiro.
(7) sentra tanaman tembakau sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf f dibudidayakan
meliputi:
a. Kecamatan Garung;
b. Kecamatan Watumalang;
c. Kecamatan Kertek;
d. Kecamatan Mojotengah;
e. Kecamatan Kalikajar; dan
f. Kecamatan Kejajar.
(8) sentra tanaman teh sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf g dibudidayakan meliputi:
a. Kecamatan Kejajar;
b. Kecamatan Kertek;
c. Kecamatan Sapuran; dan
d. Kecamatan Garung.
(9) sentra tanaman kapulogo sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf h dibudidayakan
meliputi:
a. Kecamatan Kalibawang;
b. Kecamatan Kalikajar;
c. Kecamatan Kaliwiro;
d. Kecamatan Kepil;
e. Kecamatan Kertek;
f. Kecamatan Leksono;
g. Kecamatan Mojotengah;
h. Kecamatan Sapuran;
i. Kecamatan Selomerto;
j. Kecamatan Sukoharjo;
k. Kecamatan Wadaslintang;
l. Kecamatan Watumalang; dan
m. Kecamatan Wonosobo.
(10) Sentra tanaman cengkeh sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf i berada di
Kecamatan Sapuran.
Paragraf 5
Kawasan Peruntukan Peternakan
Pasal 37
(1) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf e
terdiri atas:
a. ternak besar
b. ternak kecil
c. unggas
(2) Ternak besar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. ternak sapi potong;
b. ternak sapi perah;
c. ternak kerbau; dan
d. ternak kuda.
(3) Ternak sapi potong sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi:
a. Kecamatan Kertek;
b. Kecamatan Kalikajar;
c. Kecamatan Watumalang;
d. Kecamatan Wonosobo; dan
e. Kecamatan Sapuran.
(4) Ternak sapi perah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. Kecamatan Wonosobo;
b. Kecamatan Kertek;
c. Kecamatan Mojotengah;
d. Kecamatan Selomerto;
e. Kecamatan Kalikajar
f. Kecamatan Garung; dan
g. Kecamatan Kaliwiro.
(5) Ternak kerbau sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi:
a. Kecamatan Garung;
b. Kecamatan Kalibawang;
c. Kecamatan Kalikajar;
d. Kecamatan Kaliwiro;
e. Kecamatan Kepil;
f. Kecamatan Kertek;
g. Kecamatan Leksono;
h. Kecamatan Mojotengah;
i. Kecamatan Sapuran;
j. Kecamatan Selomerto;
k. Kecamatan Sukoharjo;
l. Kecamatan Wadaslintang;
m. Kecamatan Watumalang; dan
n. Kecamatan Wonosobo.
(6) Ternak kuda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d meliputi:
a. Kecamatan Kalikajar;
b. Kecamatan Kertek;
c. Kecamatan Mojotengah;
d. Kecamatan Sapuran;
e. Kecamatan Watumalang; dan
f. Kecamatan Wonosobo.
(7) Ternak kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. ternak kambing;
b. ternak domba;
c. ternak kelinci; dan
d. ternak babi.
(8) Ternak kambing sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf a meliputi:
a. Kecamatan Kalibawang;
b. Kecamatan Kaliwiro;
c. Kecamatan Kepil;
d. Kecamatan Leksono;
e. Kecamatan Mojotengah;
f. Kecamatan Sapuran;
g. Kecamatan Selomerto;
h. Kecamatan Sukoharjo;
i. Kecamatan Wadaslintang; dan
j. Kecamatan Watumalang.
(9) Ternak domba sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf b meliputi:
a. Kecamatan Kejajar;
b. Kecamatan Garung;
c. Kecamatan Kalikajar;
d. Kecamatan Mojotengah;
e. Kecamatan Watumalang;
f. Kecamatan Kertek;
g. Kecamatan Sapuran; dan
h. Kecamatan Kepil.
(10) Ternak kelinci sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf c meliputi:
a. Kecamatan Kalikajar;
b. Kecamatan Kaliwiro;
c. Kecamatan Kejajar;
d. Kecamatan Kepil;
e. Kecamatan Kertek;
f. Kecamatan Leksono;
g. Kecamatan Mojotengah;
h. Kecamatan Sapuran;
i. Kecamatan Selomerto;
j. Kecamatan Sukoharjo;
k. Kecamatan Wadaslintang;
l. Kecamatan Watumalang; dan
m. Kecamatan Wonosobo.
(11) Ternak babi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf d berada di Kecamatan
Kertek.
(12) Unggas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. ternak itik;
b. ternak ayam buras;
c. ternak ayam ras petelur;
d. ternak ayam pedaging; dan
e. ternak burung puyuh.
(13) Ternak itik sebagaimana dimaksud ayat (12) huruf a berada di seluruh kecamatan.
(14) Ternak ayam buras sebagaimana dimaksud ayat (12) huruf b berada di seluruh
kecamatan.
(15) Ternak ayam ras petelur sebagaimana dimaksud ayat (12) huruf c meliputi:
a. Kecamatan Leksono;
b. Kecamatan Mojotengah;
c. Kecamatan Selomerto;
d. Kecamatan Sukoharjo;
e. Kecamatan Wadaslintang; dan
f. Kecamatan Wonosobo.
(16) Ternak ayam ras pedaging sebagaimana dimaksud ayat (12) huruf d meliputi:
a. Kecamatan Kepil;
b. Kecamatan Kertek;
c. Kecamatan Leksono;
d. Kecamatan Mojotengah;
e. Kecamatan Sapuran;
f. Kecamatan Selomerto;
g. Kecamatan Sukoharjo;
h. Kecamatan Wadaslintang;
i. Kecamatan Watumalang; dan
j. Kecamatan Wonosobo.
(17) Ternak burung puyuh sebagaimana dimaksud ayat (12) huruf e meliputi:
a. Kecamatan Garung;
b. Kecamatan Kaliwiro;
c. Kecamatan Kejajar;
d. Kecamatan Kertek;
e. Kecamatan Leksono;
f. Kecamatan Mojotengah;
g. Kecamatan Sapuran;
h. Kecamatan Sukoharjo;
i. Kecamatan Wadaslintang; dan
j. Kecamatan Watumalang.
(18) Pengembangan kegiatan ternak besar, ternak lecil, dan unggas diarahkan pada
lahan pertanian nonproduktif.
Paragraf 6
Kawasan Peruntukan Perikanan
Pasal 38
Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf f berupa
budidaya perikanan perairan tawar seluas kurang lebih 1.525 (seribu lima ratus dua
puluh lima) hektar meliputi:
a. kawasan budidaya kolam air tawar berada di seluruh kecamatan;
b. kawasan peruntukan perikanan keramba meliputi:
a. Kecamatan Wonosobo;
b. Kecamatan Wadaslintang; dan
c. Kecamatan Garung.
c. kawasan peruntukan perikanan waduk dan/atau telaga meliputi:
a. Kecamatan Wadaslintang; dan
b. Kecamatan Garung.
d. pengembangan perikanan waduk dan/atau telaga berupa pengembangan ikan
Keramba Jaring Apung.
e. kawasan budidaya mina padi berada di pertanian sawah baik irigasi teknis maupun
setengah teknis meliputi:
a. Kecamatan Wonosobo;
b. Kecamatan Kertek;
c. Kecamatan Selomerto;
d. Kecamatan Leksono;
e. Kecamatan Mojotengah;
f. Kecamatan Sapuran; dan
g. Kecamatan Kepil.
f. pengembangan kawasan pengolahan hasil perikanan berada di Kecamatan
Wadaslintang.
Paragraf 7
Kawasan Peruntukan Pertambangan
Pasal 39
(1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf g
terdiri atas:
a. kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan logam dan batuan; dan
b. kawasan peruntukan pertambangan panas bumi.
(2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan logam dan batuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas kurang lebih 194 (seratus sembilan puluh
empat) hektar terdiri atas:
a. Andesit meliputi:
1. Kecamatan Watumalang;
2. Kecamatan Mojotengah; dan
3. Kecamatan Garung.
b. Batu belah meliputi:
1. Kecamatan Sukoharjo; dan
2. Kecamatan Watumalang;
c. Bentonit berada di Kecamatan Kalibawang
d. Sirtu meliputi:
1. Kecamatan Kertek;
2. Kecamatan Kalikajar;
3. Kecamatan Kaliwiro; dan
4. Kecamatan Wadaslintang.
e. Tanah liat/ lempung berada di Kecamatan Kaliwiro; dan
f. Tras meliputi:
1. Kecamatan Watumalang;
2. Kecamatan Mojotengah;
3. Kecamatan Selomerto;
4. Kecamatan Kaliwiro;
5. Kecamatan Wadaslintang;
6. Kecamatan Leksono; dan
7. Kecamatan Kalibawang.
(3) Kawasan peruntukan pertambangan panas bumi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b seluas kurang lebih 21.000 (dua puluh satu ribu) hektar berada di wilayah
kerja panas bumi Dieng meliputi:
a. Kecamatan Kejajar;
b. Kecamatan Mojotengah; dan
c. Kecamatan Watumalang.
(4) Penataan dan pengaturan lokasi wilayah pertambangan (WP) akan diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Bupati, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf 8
Kawasan Peruntukan Industri
Pasal 40
(1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf h seluas
kurang lebih 1.194 (seribu seratus sembilan puluh empat) hektar terdiri atas:
a. peruntukan industri besar;
b. peruntukan industri sedang; dan
c. peruntukan industri kecil atau mikro.
(2) Peruntukan industri besar dan sedang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dan b yang dikembangkan meliputi:
a. jalur regional Temanggung – Wonosobo – Banjarnegara meliputi:
1. Kecamatan Kertek;
2. Kecamatan Wonosobo;
3. Kecamatan Selomerto; dan
4. Kecamatan Leksono.
b. jalur Kertek – Kalikajar -- Sapuran – Kepil meliputi:
1. Kecamatan Kalikajar;
2. Kecamatan Sapuran; dan
3. Kecamatan Kepil.
(3) Peruntukan industri kecil atau mikro sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
berada di seluruh kecamatan.
Paragraf 9
Kawasan Peruntukan Pariwisata
Pasal 41
(1) Kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf i
terdiri atas:
a. kawasan wisata alam;
b. kawasan wisata budaya;
c. kawasan wisata religi;
d. kawasan wisata buatan; dan
e. kawasan wisata minat khusus.
(2) Kawasan wisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. Dataran Tinggi Dieng meliputi Telogo Warno/Telogo Pengilon, Goa Sumur, Goa
Semar, Goa Jaran, Kawah Sikendang dan Batu Semar berada di Kecamatan
Kejajar.
b. Lembah Dieng meliputi:
1. Telaga Cebong, Agrowisata Tambi dan Bukit Sikunir berada di Kecamatan
Kejajar;
2. Air Terjun Sikarim dan Seloka berada di Kecamatan Garung
3. Lereng Pegunungan Sindoro meliputi:
a) Kecamatan Kejajar; dan
b) Kecamatan Garung.
c. Telaga Menjer di Kecamatan Garung;
d. Gunung Kembang di Kecamatan Garung;
e. Mata air Wonojoyo di Kecamatan Wonosobo; dan
f. Lembah Sindoro-Sumbing berada di Kecamatan Kertek.
(3) Kawasan wisata budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. Situs Budaya meliputi:
1. Situs Tuk Bimalukar berada di Desa Dieng Kecamatan Kejajar;
2. Situs Watu Kelir berada di Desa Dieng Kecamatan Kejajar;
3. Situs Ondho Budho berada di Desa Sikunang Kecamatan Kejajar;
4. Situs Candi Bogang berada di Kecamatan Selomerto; dan
5. Situs Bongkotan berada di Kecamatan Kertek;
b. Desa Wisata meliputi:
1. Desa Sendangsari Kecamatan Garung;
2. Dusun Giyanti Desa Kadipaten Kecamatan Selomerto;
3. Desa Talunombo Kecamatan Sapuran; dan
4. Kampung Sruni Kelurahan Jaraksari Kecamatan Wonosobo.
c. Upacara Tradisi meliputi:
1. Tradisi Ruwat Rambut Gembel berada di Desa Dieng Kecamatan Kejajar;
2. Tradisi Tenongan putri berada di Dusun Giyanti, Desa Kadipaten
Kecamatan Selomerto;
3. Tradisi Tenongan putra berada di Desa Pagerejo Kecamatan Kertek;
4. Tradisi Undhuh-undhuhan berada di Desa Sendangsari Kecamatan Garung;
5. Tradisi Hak-hakan berada di Dusun Kaliyoso Desa Tegalombo Kecamatan
Kalikajar;
6. Tradisi Baritan berada di Desa Simbang Kecamatan Kalikajar; dan
7. Tradisi Larung Sukerta berada di Kampung Sruni Kelurahan Jaraksari
Kecamatan Wonosobo.
d. Wisata Sejarah meliputi:
1. Rumah Dinas Bupati dan Wakil Bupati;
2. Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD);
3. Gedung yang semula digunakan Komando Distrik Militer (Kodim) 0707;
4. Kantor Pos dan Giro;
5. Gedung Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Wonosobo;
6. Gedung Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Wonosobo;
7. Gedung Samsat;
8. Alun-alun Wonosobo dan Paseban;
9. Masjid Al Manshur;
10. Sekolah Don Bosco dan Dena Upakara; dan
11. Makam Kiai Walik.
(4) Kawasan wisata religi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. Makam Selomanik berada di Kecamatan Kejajar;
b. Makam KH. Muntaha Al-Khafidz berada di Kecamatan Mojotengah;
c. Makam Syeh Chotbudin berada di Kecamatan Mojotengah;
d. Makam pendiri Wonosobo Kyai Karim berada di Kecamatan Selomerto;
e. Makam pendiri Wonosobo Kyai Walik berada di Kecamatan Wonosobo;
f. Makam Asmorosuffi berada di Kecamatan Sapuran;
g. Makam Jogonegoro berada di Kecamatan Selomerto;
h. Makam Selomanik berada di Kecamatan Kaliwiro;
i. Makam Raden Abdul Fatah berada di Kecamatan Kepil;
j. Makam Sunan Bayat berada di Kecamatan Mojotengah;
k. Makam KH. Natsir Dalhar berada di Kecamatan Kejajar;
l. Makam KH. Ibrohim berada di Kecamatan Mojotengah;
m. Makam KH. Zaenudin berada di Kecamatan Kalikajar; dan
n. Makam KH. Dimyati berada di Kecamatan Mojotengah.
(5) Kawasan wisata buatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d meliputi:
a. Dieng Plateau Theater berada di Kecamatan Kejajar;
b. Gardu Pandang Tieng berada di Kecamatan Kejajar;
c. Gelanggang Renang Mangli berada di Kecamatan Wonosobo
d. Pusat Rekreasi dan Olahraga Kalianget berada di Kecamatan Wonosobo
e. Gerbang Mandala Wisata berada di Kecamatan Wonosobo;
f. Waduk Wadaslintang berada di di Kecamatan Wadaslintang; dan
g. Pemandian Air Panas Somogede berada di di Kecamatan Wadaslintang.
(6) Kawasan wisata minat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
meliputi:
a. Arung Jeram Sungai Serayu berada di Kecamatan Selomerto;
b. Agrowisata Tambi meliputi Wisata kebun teh, paralayang dan wisata alam
berada di Kecamatan Kejajar;
c. Agrowisata Tanjungsari berada di Kecamatan Sapuran; dan
d. Agrowisata Koridor Kledung berada di Kecamatan Kertek.
(7) Kawasan peruntukan pariwisata didukung oleh usaha jasa pariwisata dan/atau
industri pariwisata meliputi:
a. Kecamatan Wonosobo;
b. Kecamatan Garung;
c. Kecamatan Kertek; dan
d. Kecamatan Sapuran.
Paragraf 10
Kawasan Peruntukan Permukiman
Pasal 42
(1) Kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf j
meliputi:
a. permukiman perkotaan; dan
b. permukiman perdesaan.
(2) Kawasan permukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
seluas kurang lebih 1.600 (seribu enam ratus) hektar meliputi:
a. perkotaan Wonosobo;
b. perkotaan Kertek;
c. perkotaan Selomerto;
d. perkotaan Mojotengah;
e. perkotaan Kejajar;
f. perkotaan Sapuran;
(3) Kawasan permukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
seluas kurang lebih 6.570 (enam ribu lima ratus tujuh puluh) hektar meliputi:
a. Kecamatan Kepil;
b. Kecamatan Kaliwiro;
c. Kecamatan Wadaslintang;
d. Kecamatan Leksono;
e. Kecamatan Kalikajar;
f. Kecamatan Garung;
g. Kecamatan Watumalang;
h. Kecamatan Sukoharjo; dan
i. Kecamatan Kalibawang.
Paragraf 11
Kawasan Peruntukan Lainnya
Pasal 43
(1) Kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf k terdiri
atas:
a. kawasan pertahanan dan keamanan;
b. kawasan perdagangan dan jasa; dan
c. kawasan pemerintahan.
(2) Kawasan pertahanan dan keamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri atas:
a. area latihan militer;
b. perkantoran militer; dan
c. perkantoran kepolisian.
(3) Area latihan militer sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a berada di
Kecamatan Kalibawang
(4) Perkantoran Militer sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
a. Komando Distrik Militer (Kodim) 707 berada di perkotaan Wonosobo; dan
b. Komando Rayon Militer (Koramil) berada di seluruh kecamatan.
(5) Perkantoran kepolisian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi:
a. Kepolisian Resor (Polres) berada di perkotaan Wonosobo; dan
b. Kepolisian Sektor (Polsek) berada di seluruh kecamatan.
(6) Kawasan perdagangan dan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
meliputi:
a. kawasan perkotaan PKW;
b. kawasan perkotaan PKLp;
c. kawasan perkotaan PPK.
d. koridor Selomerto – Wonosobo; dan
e. koridor Wonosobo – Kertek.
(7) Kawasan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:
a. pengembangan kawasan pemerintahan kabupaten meliputi:
1. Kecamatan Wonosobo;
2. Kecamatan Selomerto;
3. Kecamatan Mojotengah; dan
4. Kecamatan Kertek.
b. pengembangan kawasan pemerintahan kecamatan berada di seluruh
kecamatan; dan
c. pengembangan kawasan pemerintahan kecamatan akan diatur dalam rencana
detail tata ruang.
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 44
(1) Penetapan KSK dilakukan dengan memperhatikan KSP.
(2) KSP yang ada di wilayah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. kawasan Dataran Tinggi Dieng dengan sudut kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan;
b. kawasan Sindoro Sumbing dengan sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan;
c. kawasan Perkotaan Wonosobo dan sekitarnya dengan sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi; dan
d. kawasan panas bumi dieng dengan sudut kepentingan pendayagunaan
sumberdaya alam dan teknologi tinggi.
(3) Penentuan KSK berdasarkan sudut kepentingan:
a. kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi;
b. kawasan strategis untuk kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan
teknologi tinggi;
c. kawasan strategis untuk kepentingan sosial budaya; dan
d. kawasan strategis untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan.
(4) Rencana KSK digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Bagian Kedua
Kawasan Strategis untuk Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
Pasal 45
(1) Rencana pengembangan kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan
ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (3) huruf a terdiri atas:
a. kawasan perkotaan PKLp meliputi:
1. Kecamatan Kertek; dan
2. Kecamatan Selomerto.
b. pengembangan kawasan segitiga Selomerto-Wonosobo-Kertek;
c. kawasan koridor jalan kolektor meliputi:
1. ruas jalan Selokromo – Batas kota Wonosobo;
2. koridor Wonosobo – Kertek meliputi ruas jalan Batas kota Wonosobo –
Kertek;
3. koridor Kertek – Kledung meliputi ruas jalan Kertek – Batas Kabupaten
Temanggung; dan
4. koridor Kertek – Sapuran meliputi ruas jalan Kertek – Kepil.
d. pengembangan sentra-sentra industri kecil di seluruh kecamatan;
e. pengembangan sentra pasar hasil bumi di Kecamatan Garung;
f. kawasan agropolitan Rojonoto (Kaliwiro, Sukoharjo, Leksono, dan Selomerto);
g. kawasan Perbatasan Waduk Wadaslintang dengan Kabupaten Kebumen;
h. kawasan Dataran Tinggi Dieng berada di Kecamatan Kejajar sebagai kawasan
pariwisata berkelanjutan;
i. kawasan Agrowisata Tambi berada di Kecamatan Kejajar;
j. kawasan Agrowisata Tanjungsari berada di Kecamatan Sapuran; dan
k. kawasan Agrowisata Koridor Kledung berada di Kecamatan Kertek.
Bagian Ketiga
Kawasan Strategis untuk Pendayagunaan Sumber Daya Alam dan Teknologi Tinggi
Pasal 46
Rencana pengembangan kawasan strategis untuk pendayagunaan sumber daya alam
dan teknologi tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (3) huruf b meliputi:
a. kawasan Panas Bumi dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Dieng
berada di Kecamatan Kejajar; dan
b. PLTA Garung di Kecamatan Garung.
Bagian Keempat
Kawasan Strategis Sosial Budaya
Pasal 47
(1) Rencana pengembangan kawasan strategis sosial budaya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 44 ayat (3) huruf c berupa kawasan pariwisata.
(2) Kawasan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa kawasan prioritas
pengembangan pariwisata meliputi:
a. kawasan objek wisata alam meliputi:
1. Kecamatan Kejajar meliputi: kompleks Telogo Warno/Telogo Pengilon,
Lembah Dieng, Lembah Sindoro Sumbing.
2. Kecamatan Garung meliputi: Telaga Menjer dan Gunung Kembang.
b. kawasan wisata budaya meliputi:
1. Kecamatan Kejajar meliputi: situs Tuk Bimalukar, situs Watu Kelir dan Situs
Ondho Budho, Upacara Ruwat Rambut Gimbal;
2. Desa Wisata meliputi: Desa Sendangsari, Dusun Giyanti Desa Kadipaten
dan Kampung Sruni Kelurahan Jaraksari, Desa Talunombo.
c. kawasan wisata religi, meliputi:
1. kawasan Makam Selomanik berada di Kecamatan Kejajar;
2. kawasan Makam KH. Muntaha Al-Khafidz berada di Kecamatan
Mojotengah;
3. kawasan Makam Syeh Chotbudin berada di Kecamatan Mojotengah;
4. kawasan Makam pendiri Wonosobo Kyai Karim berada di Kecamatan
Selomerto;
5. kawasan Makam pendiri Wonosobo Kyai Walik berada di Kecamatan
Wonosobo;
6. kawasan Makam Asmorosuffi berada di Kecamatan Sapuran;
7. kawasan Makam Jogonegoro berada di Kecamatan Selomerto;
8. kawasan Makam Selomanik berada di Kecamatan Kaliwiro;
9. kawasan Makam Raden Abdul Fatah berada di Kecamatan Kepil;
10. kawasan Makam Sunan Bayat berada di Kecamatan Mojotengah;
11. kawasan Makam KH. Natsir Dalhar berada di Kecamatan Kejajar;
12. kawasan Makam KH. Ibrohim berada di Kecamatan Mojotengah;
13. kawasan Makam KH. Zaenudin berada di Kecamatan Kalikajar; dan
14. kawasan Makam KH. Dimyati berada di Kecamatan Mojotengah.
d. kawasan wisata buatan meliputi:
1. Dieng Plateau Theater berada di Kecamatan Kejajar;
2. Gardu Pandang Tieng berada di Kecamatan Kejajar;
3. Gelanggang Renang Mangli berada di Kecamatan Wonosobo
4. Pusat Rekreasi dan Olahraga Kalianget berada di Kecamatan Wonosobo
5. Gerbang Mandala Wisata berada di Kecamatan Wonosobo;
6. Waduk Wadaslintang berada di Kecamatan Wadaslintang; dan
7. Pemandian Air Panas Somogede berada di di Kecamatan Wadaslintang.
e. kawasan wisata sejarah berupa Benda Cagar Budaya tidak bergerak berada di
seluruh kecamatan;
f. kawasan wisata minat khusus meliputi:
1. Arung Jeram Sungai Serayu berada di Kecamatan Selomerto;
2. Agrowisata Tambi berada di di Kecamatan Kejajar;
3. Agrowisata Tanjungsari berada di di Kecamatan Sapuran; dan
4. Agrowisata Koridor Kledung berada di Kecamatan Kertek.
Bagian Kelima
Kawasan Strategis untuk Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan
Pasal 48
Rencana pengembangan kawasan strategis untuk kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (3) huruf d meliputi:
a. kawasan Dataran Tinggi Dieng meliputi:
1. Kecamatan Kejajar;
2. Kecamatan Garung;
3. Kecamatan Watumalang; dan
4. Kecamatan Mojotengah;
b. kawasan Sindoro Sumbing meliputi:
1. Kecamatan Kejajar;
2. Kecamatan Garung;
3. Kecamatan Mojotengah;
4. Kecamatan Wonosobo;
5. Kecamatan Kertek;
6. Kecamatan Kalikajar;
7. Kecamatan Kalikajar;
8. Kecamatan Sapuran; dan
9. Kecamatan Kepil.
c. kawasan hutan lindung meliputi:
1. Kecamatan Kejajar;
2. Kecamatan Watumalang;
3. Kecamatan Garung;
4. Kecamatan Mojotengah;
5. Kecamatan Kertek;
6. Kecamatan Kalikajar;
7. Kecamatan Sapuran; dan
8. Kecamatan Kepil.
d. kawasan resapan air meliputi:
1. Kecamatan Kejajar;
2. Kecamatan Mojotengah;
3. Kecamatan Watumalang;
4. Kecamatan Wonosobo;
5. Kecamatan Garung;
6. Kecamatan Kertek;
7. Kecamatan Kalikajar;
8. Kecamatan Sapuran; dan
9. Kecamatan Kepil.
a. kawasan sekitar mata air yang ada di Daerah;
b. kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi:
1. Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu;
2. Daerah Aliran Sungai (DAS) Wawar Medono;
3. Daerah Aliran Sungai (DAS) Jali Cokroyasan;
4. Daerah Aliran Sungai (DAS) Bogowonto;dan
5. Daerah Aliran Sungai (DAS) Luk Ulo
b. kawasan Taman Wisata Alam (TWA) berupa Kompleks Telogo Warno/Telogo
Pengilon berada di Kecamatan Kejajar;
c. kawasan Cagar Alam Pantodomas di Desa Pacekelan;
d. wilayah perbatasan dengan kabupaten lain yang diarahkan sebagai kawasan
lindung meliputi:
1. hutan lindung; dan
2. kawasan resapan air.
Pasal 49
Untuk operasionalisasi RTRW Kabupaten Wonosobo disusun Rencana Rinci Tata
Ruang berupa Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kabupaten.
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 50
(1) Pemanfaatan ruang wilayah Daerah berpedoman pada rencana struktur ruang dan
pola ruang;
(2) Pemanfaatan ruang wilayah Daerah dilaksanakan melalui penyusunan dan
pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya; dan
(3) Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Perwujudan Pemanfaatan Ruang Wilayah
Pasal 51
Perwujudan pemanfaatan ruang wilayah terdiri atas:
a. perwujudan rencana struktur ruang wilayah;
b. perwujudan rencana pola ruang wilayah; dan
c. perwujudan rencana kawasan strategis.
Paragraf 1
Perwujudan Rencana Struktur Ruang Wilayah
Pasal 52
(1) Perwujudan rencana struktur ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
huruf a terdiri atas:
a. perwujudan pusat kegiatan; dan
b. perwujudan sistem jaringan wilayah.
(2) Perwujudan pusat kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. penyusunan rencana detail tata ruang kota di seluruh perkotaan Kabupaten;
b. penyusunan peraturan zonasi di seluruh perkotaan Kabupaten;
c. penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan meliputi:
1. PKL;
2. PKLp; dan
3. PPK.
d. penataan pusat PKLp, PPK dan PPL
e. peningkatan pelayanan kegiatan komersial/perdagangan, mencakup pertokoan,
pusat belanja, dan sejenisnya di seluruh perkotaan Kabupaten.
(3) Perwujudan sistem jaringan wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri atas:
a. perwujudan sistem jaringan utama; dan
b. perwujudan sistem jaringan lainnya.
(4) Perwujudan sistem jaringan utama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a
terdiri atas:
a. pengembangan jalan kolektor primer;
b. pengembangan jalan kolektor sekunder;
c. pengembangan jalan lokal primer;
d. penataan simpang dengan penambahan Alat Pengendali Lalu Lintas (APILL) dan
sistem Automatic Traffic Control System (ATCS);
e. revitalisasi jalur kereta api;
f. pengaktifan kembali jalur kereta api berupa jalur komuter Wonosobo-
Banjarnegara-Purwokerto;
g. revitalisasi stasiun kereta api Wonosobo;
h. revitalisasi Terminal Mendolo yang merupakan terminal penumpang tipe A
berada di Kecamatan Wonosobo;
i. peningkatan terminal penumpang tipe B berupa Terminal Sawangan di
Kecamatan Leksono
j. peningkatan terminal penumpang tipe C meliputi:
1. Terminal Kalibeber berada di Kecamatan Mojotengah;
2. Terminal Kejajar berada di Kecamatan Kejajar;
3. Terminal Kertek berada di Kecamatan Kertek;
4. Terminal Sapuran berada di Kecamatan Sapuran;
5. Terminal Leksono berada di Kecamatan Leksono;
6. Terminal Garung berada di Kecamatan Garung;
7. Terminal Kaliwiro berada di Kecamatan Kaliwiro;
8. Terminal Wadaslintang berada di Kecamatan Wadaslintang; dan
9. Terminal Dieng berada di Kecamatan Kejajar.
k. pengembangan angkutan wisata berupa perahu wisata meliputi:
1. Waduk Wadaslintang; dan
2. Telaga Menjer.
l. pengembangan angkutan penyeberangan danau berada di Waduk Wadaslintang.
(5) Perwujudan sistem jaringan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
terdiri atas:
a. pengembangan jaringan energi;
b. pengembangan telekomunikasi;
c. pengembangan sumber daya air; dan
d. pengembangan sistem jaringan pengelolaan lingkungan.
(6) Perwujudan pengembangan jaringan energi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
huruf a terdiri atas:
a. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA);
b. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Dieng;
c. peningkatan Gardu Induk;
d. pengembangan Desa Mandiri Energi;
e. pengembangan jaringan dan kapasitas listrik;
f. pengembangan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH);
g. Pengembangan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Untuk Umum (SPBU) dan
Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE); dan
h. pengembangan energi alternatif lainnya.
(7) Perwujudan pengembangan telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
huruf b terdiri atas:
a. peningkatan wilayah pelayanan dan peningkatan kualitas pelayanan;
b. pengelolaan infrastruktur telekomunikasi dan informasi;
c. pengembangan menara telekomunikasi bersama; dan
d. pengembangan sistem jaringan teknologi informasi pendukung pelaksanaan e-
government; dan
e. Optimalisasi Pusat Data.
(8) Perwujudan pengembangan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
huruf c terdiri atas:
a. peningkatan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS);
b. pengembangan biopori pada kawasan permukiman padat
c. pembangunan embung;
d. peningkatan kapasitas tampung waduk;
e. peningkatan pelayanan distribusi air minum;
f. fasilitasi bantuan program pelayanan air minum berbasis masyarakat;
g. rehabilitasi jaringan irigasi;
h. pelaksanaan operasional dan pemeliharaan pengairan secara terus menerus;
dan
i. peningkatan jaringan irigasi teknis.
(9) Perwujudan pengembangan sistem jaringan pengelolaan lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf d terdiri atas:
a. optimalisasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Wonorejo dengan sistem sanitary
landfill;
b. penambahan fasilitas persampahan yang merata di seluruh kecamatan;
c. pengembangan kinerja pengelolaan persampahan;
d. peningkatan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha
dalam pengelolaan persampahan;
e. pembuatan saluran drainase kota yang baik dan memadai;
f. pengolahan air limbah sebelum dibuang ke saluran umum;
g. pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal;
h. peningkatan pemanfaatan jaringan drainase yang sudah ada;
i. pembangunan jaringan drainase baru untuk menampung aliran air; dan
j. pemeliharaan jaringan drainase secara berkala.
Paragraf 2
Perwujudan Rencana Pola Ruang Wilayah
Pasal 53
(1) Perwujudan rencana pola ruang wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
huruf b terdiri atas:
a. perwujudan kawasan lindung; dan
b. perwujudan kawasan budidaya.
(2) Perwujudan kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri
atas:
a. perwujudan kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan
bawahannya;
b. perwujudan kawasan perlindungan setempat;
c. perwujudan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya; dan
d. perwujudan kawasan rawan bencana alam.
(3) Perwujudan kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas:
a. pemantapan batas dan pematokan kawasan lindung di luar kawasan lindung;
b. pembatasan pendirian bangunan baru (koordinasi);
c. pemantauan secara rutin untuk mencegah terjadinya penebangan liar dan
kebakaran hutan;
d. pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang mampu memberikan perlindungan
terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke dalam tanah; dan
e. pembatasan pendirian bangunan yang menutup tanah.
(4) Perwujudan kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b terdiri atas:
a. perlindungan sekitar sungai terhadap alih fungsi lindung;
b. perlindungan kualitas air dan kondisi fisik di daerah sekitar mata air;
c. perlindungan sekitar waduk terhadap kegiatan alih fungsi dan kegiatan yang
menyebabkan kerusakan kualitas sumber air;
d. pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah
untuk melindungi pencemaran dan erosi terhadap air; dan
e. membatasi penggunaan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak
berhubungan dengan konservasi waduk.
(5) Perwujudan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terdiri atas:
a. pelarangan kegiatan budidaya yang berpotensi mengurangi tutupan vegetasi;
b. pengendalian penebangan hutan dan mengurangi aktivitas yang dapat merusak
ekosistem lingkungan; dan
c. pelarangan kegiatan yang mengganggu kelestarian situs purbakala dan
lingkungannya.
(6) Perwujudan kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d terdiri atas:
a. penanaman tanaman lindung;
b. penataan drainase;
c. peningkatan kawasan konservasi;
d. pembangunan barak–barak pengungsi dan tempat penampungan sementara;
e. perbaikan dan pembangunan jalur-jalur evakuasi;
f. penanaman vegetasi yang berkayu dengan tegakan tinggi;
g. mengadakan perlindungan dengan mengoptimalisasikan saluran aliran lahar;
h. menjadikan daerah rawan letusan gunung api sebagai kawasan konservasi;
i. pemantauan hutan secara berkala;
j. pengaturan bangunan dan daerah hijau; dan
k. peningkatan distribusi air utama yang berasal dari sumber-sumber air terdekat.
(7) Perwujudan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri
atas:
a. perwujudan kawasan peruntukan hutan produksi;
b. perwujudan kawasan peruntukan pertanian;
c. perwujudan kawasan peruntukan perikanan;
d. perwujudan kawasan peruntukan pertambangan;
e. perwujudan kawasan peruntukan industri;
f. perwujudan kawasan peruntukan pariwisata;
g. perwujudan kawasan peruntukan permukiman; dan
h. perwujudan kawasan peruntukan lainnya.
(8) Perwujudan kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(7) huruf a terdiri atas:
a. mempertahankan dan meningkatkan upaya konservasi tanah dan air;
b. peningkatan pola tanam dan pola tata tanam serta pemilihan jenis yang
menguntungkan; dan
c. pemantauan secara rutin untuk mencegah terjadinya penebangan liar dan
kebakaran hutan.
(9) Perwujudan kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
huruf b terdiri atas:
a. pengembangan dan penetapan kawasan pertanian pangan berkelanjutan;
b. pengembangan komoditas unggulan dengan pemasaran nasional dan ekspor;
c. pengembangan sektor pertanian untuk kegiatan agribisnis, agrowisata dan
industri pengolahan pertanian;
d. pengembangan pertanian terpadu ramah lingkungan;
e. pengembangan pertanian tanaman pangan dengan dukungan irigasi;
f. pengembangan hortikultura sesuai dengan komoditas unggulannya;
g. pengembangan perkebunan besar dengan pelibatan masyarakat/sebagai inti
dalam pola inti rakyat (PIR);
h. pengembangan kegiatan peternakan;
i. pembangunan pasar hewan;
j. pengembangan pusat pakan ternak; dan
k. optimalisasi budidaya peternakan.
(10) Perwujudan kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
huruf c terdiri atas:
a. pengembangan budidaya perikanan;
b. pengembangan perikanan tangkap di waduk/danau dan sungai;
c. peningkatan infrastruktur sebagai penghubung dari lokasi perikanan ke pasar;
d. pengembangan pasar ikan higienis; dan
e. pengembangan kawasan pengolahan hasil perikanan.
(11) Perwujudan kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (7) huruf d terdiri atas:
a. pendataan ulang izin pertambangan;
b. reklamasi kawasan bekas tambang;
c. penataan dan penelitian potensi zona pertambangan; dan
d. pengendalian terhadap penambangan liar;
(12) Perwujudan kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
huruf e terdiri atas:
a. pengembangan kegiatan agroindustri berbasis sumberdaya lokal yang
berkelanjutan;
b. pengembangan aneka produk olahan;
c. pengembangan klaster-klaster industri kecil dan menengah;
d. pengembangan kawasan yang didukung oleh adanya jalur hijau sebagai
penyangga antar fungsi bawahan;
e. pengembangan kawasan peruntukan industri yang didukung oleh sarana dan
prasarana industri; dan
f. Pengembangan sistem pengolahan limbah industri yang ramah lingkungan.
(13) Perwujudan kawasan peruntukan pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
huruf f terdiri atas:
a. penetapan kawasan unggulan, andalan, dan potensial pengembangan
pariwisata;
b. perlindungan situs peninggalan kebudayaan masa lampau;
c. optimalisasi dan pengembangan taman rekreasi Kalianget;
d. pengembangan infrastruktur pendukung obyek wisata;
e. peningkatan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian obyek wisata,
dan daya jual/saing;
f. penyusunan kalender wisata kabupaten; dan
g. pengadaan kegiatan festival gelar seni budaya.
(14) Perwujudan kawasan peruntukan permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat
(7) huruf g meliputi:
a. penataan ruang dan pengembangan kawasan permukiman perkotaan;
b. penataan ruang dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan; dan
c. peningkatan sarana atau fasilitas permukiman.
(15) Perwujudan kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
huruf h terdiri atas:
a. pengembangan kegiatan budidaya secara selektif di sekitar kawasan
pertahanan dan keamanan;
b. pengembangan kawasan perdagangan dan jasa; dan
c. pengembangan kantor pemerintahan.
Paragraf 3
Perwujudan Kawasan Strategis
Pasal 54
(1) Perwujudan rencana kawasan strategis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51
huruf c terdiri atas:
a. perwujudan kawasan strategis sesuai kepentingan pertumbuhan ekonomi;
b. perwujudan kawasan strategis sosial budaya;
c. perwujudan kawasan strategis sesuai kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan; dan
d. perwujudan kawasan strategis pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi
tinggi.
(2) Perwujudan kawasan strategis sesuai kepentingan pertumbuhan ekonomi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. penyediaan sarana dan prasana penunjang; dan
b. pengembangan kegiatan ekonomi skala besar.
(3) Perwujudan kawasan strategis sosial budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b terdiri atas:
a. pelestarian kawasan strategis sosial budidaya; dan
b. peningkatan pemanfaatan kawasan untuk penelitian dan pendidikan.
(4) Perwujudan kawasan strategis sesuai kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. pelarangan alih fungsi pada kawasan; dan
b. pemanfaatan untuk pendidikan dan penelitian berbasis lingkungan hidup.
Bagian Ketiga
Prioritas dan Tahapan Pembangunan
Pasal 55
(1) Prioritas pelaksanaan pembangunan disusun berdasarkan atas kemampuan
pembiayaan dan kegiatan yang mempunyai efek mengganda sesuai arahan umum
pembangunan daerah.
(2) Program pembiayaan terdiri atas:
a. program utama;
b. sumber pembiayaan meliputi:
1. Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN);
2. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi;
3. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Wonosobo;
4. swadaya masyarakat; dan
5. pihak swasta.
c. instansi pelaksana.
(3) Waktu pelaksanaan dalam 4 (empat) tahap pelaksanaan 5 (lima) tahunan meliputi:
a. Tahap I (Tahun 2011 - 2015);
b. Tahap II (Tahun 2016 - 2020);
c. Tahap III (Tahun 2021 - 2025); dan
d. Tahap IV (Tahun 2026 – 2031).
(4) Prioritas dan tahapan pembangunan sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII
Indikasi Program Pembangunan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 56
Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui:
a. ketentuan umum peraturan zonasi;
b. ketentuan perizinan;
c. ketentuan pemberian insentif-disinsentif; dan
d. arahan pengenaan sanksi.
Bagian Kedua
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Pasal 57
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf a
disusun sebagai arahan dalam penyusunan peraturan zonasi.
(2) Peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun sebagai pedoman
pengendalian pemanfaatan ruang, serta berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk
setiap zonasi pemanfaatan ruang.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas:
a. ketentuan peraturan zonasi struktur ruang;
b. ketentuan peraturan zonasi pola ruang; dan
c. ketentuan peraturan zonasi kawasan strategis.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem pusat pelayanan; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana wilayah.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf b terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya.
Paragraf 1
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Sistem Pusat Pelayanan
Pasal 58
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem pusat pelayanan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 ayat (4) huruf a terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perkotaan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perdesaan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perkotaan sebaimana disebut pada
ayat (1) huruf a dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang disekitar jaringan prasarana untuk
mendukung berfungsinya sistem perkotaan dan jaringan prasarana;
b. diperbolehkan peningkatan kegiatan perkotaan dengan didukung fasilitas dan
infrastruktur;
c. diperbolehkan dengan syarat pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar
tidak mengganggu fungsi sistem perkotaan dan jaringan prasarana; dan
d. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap
berfungsinya sistem perkotaan dan jaringan prasarana.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perdesaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang disekitar jaringan prasarana untuk
mendukung berfungsinya sistem perdesaan dan jaringan prasarana;
b. diperbolehkan peningkatan kegiatan perdesaan dengan didukung fasilitas dan
infrastruktur;
c. diperbolehkan dengan syarat pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar
tidak mengganggu fungsi sistem perdesaan dan jaringan prasarana; dan
d. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap
berfungsinya sistem perdesaan dan jaringan prasarana.
Paragraf 2
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Sistem Jaringan Prasarana Wilayah
Pasal 59
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana wilayah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (4) huruf b terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi;
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi;
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air; dan
e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan pengelola lingkungan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan ketentuan:
a. pemanfaatan ruang di sepanjang jalan kolektor disusun dengan ketentuan:
1. diperbolehkan untuk prasarana pergerakan antar pusat kegiatan pada skala
provinsi;
2. diperbolehkan pergerakan lokal dengan syarat tidak mengurangi fungsi
pergerakan;
3. tidak diperbolehkan alih fungsi lahan berfungsi lindung di sepanjang jalan
kolektor;
4. diperbolehkan secara terbatas pendirian bangunan dengan penetapan garis
sempadan bangunan minimal 5 (lima) meter dari jalan kolektor sekunder dan
10 (sepuluh) meter dari jalan kolektor primer;
5. diperbolehkan secara terbatas alih fungsi lahan budidaya di sepanjang jalan
kolektor dengan syarat tidak mengurangi fungsi pergerakan antar pusat-pusat
dalam wilayah; dan
6. setiap pembangunan yang menimbulkan bangkitan dan tarikan pada
kawasan, perlu dilakukan kajian analisis dampak lalu lintas.
b. pemanfaatan ruang di sepanjang jalan lokal disusun dengan ketentuan:
1. diperbolehkan untuk prasarana pergerakan antar pusat kegiatan skala
kabupaten;
2. diperbolehkan pergerakan lokal dengan syarat tidak mengurangi fungsi
pergerakan;
3. tidak diperbolehkan alih fungsi kawasan lindung di sepanjang jalan lokal;
4. diperbolehkan secara terbatas pendirian bangunan dengan penetapan garis
sempadan bangunan minimal 3 (tiga) meter dari jalan lokal sekunder dan 7
(tujuh) meter dari jalan lokal primer;
5. diperbolehkan secara terbatas alih fungsi lahan berfungsi budidaya dengan
syarat tidak mengurangi fungsi pergerakan; dan
6. setiap pembangunan yang menimbulkan bangkitan dan tarikan pada
kawasan, perlu dilakukan kajian analisis dampak lalu lintas.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan listrik; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan bahan bakar minyak
dan gas.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan listrik sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) huruf a dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pengembangan jaringan baru atau penggantian jaringan lama
pada pusat sistem pusat pelayanan dan ruas-ruas jalan utama diarahkan dengan
sistem jaringan bawah tanah;
b. diperbolehkan dengan syarat penempatan gardu pembangkit diarahkan di luar
kawasan perumahan dan terbebas dari resiko keselamatan umum;
c. diperbolehkan dengan syarat penempatan tiang Jaringan Tegangan Tinggi (JTT),
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
mengikuti ketentuan terdiri atas:
1. jarak antara tiang dengan tiang pada jaringan umum tidak melebihi 40 (empat
puluh) meter;
2. jarak antara tiang jaringan umum dengan tiang atap atau bagian bangunan
tidak melebihi 30 (tiga puluh) meter;
3. jarak antara tiang atap dengan tiang atap bangunan lainnva (sebanyak-
banyaknya 5 bangunan berderet) tidak melebihi 30 (tiga puluh) meter;
4. jarak bebas antara penghantar udara dengan benda lain yang terdekat
misalnya dahan atau daun, bagian bangunan dan lainnya sekurang--
kurangnya berjarak 0,5 (nol koma lima) meter dari penghantar udara tersebut;
dan
5. Areal konservasi di sekitar lokasi Jaringan Tegangan Tinggi (JTT) yaitu
sekitar 20 (dua puluh) meter pada setiap sisi tiang listrik.
d. diperbolehkan dengan syarat pengembangan kegiatan di sekitar lokasi Jaringan
Tegangan Tinggi (JTT).
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan bahan bakar minyak dan
gas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dengan ketentuan:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan bahan bakar
minyak;
b. diperbolehkan dengan syarat pembangunan jaringan Bahan Bakar Minyak
(BBM) harus mengacu pada rencana pola ruang dan arah pembangunan;
c. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung prasarana tersebut; dan
d. diperbolehkan peningkatan kualitas jaringan transmisi dan distribusi minyak dan
gas bumi secara optimal dengan pembangunan Depo Bahan Bakar Minyak
(BBM) yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan ketentuan:
a. diperbolehkan menerapkan untuk memanfaatkan secara bersama pada satu
menara Base Transceiver Station (BTS) untuk beberapa operator telepon
seluler dengan pengelolaan secara bersama sesuai peraturan perundang-
undangan;
b. diperbolehkan pengembangan jaringan baru atau penggantian jaringan lama
pada pusat sistem pusat pelayanan dan ruas-ruas jalan utama diarahkan
dengan sistem jaringan bawah tanah atau jaringan tanpa kabel;
c. diperbolehkan dengan syarat pembangunan jaringan telekomunikasi harus
mengacu pada rencana pola ruang dan arah perkembangan pembangunan;
d. diperbolehkan dengan syarat penempatan menara telekomunikasi/menara
memperhatikan keamanan, keselamatan, dan estetika lingkungan serta
diarahkan memanfaatkan menara secara terpadu pada lokasi-lokasi yang telah
ditentukan;
e. diperbolehkan dengan syarat jarak antar tiang telepon pada jaringan umum
tidak melebihi 40 (empat puluh) meter; dan
f. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di sekitar menara
telekomunikasi/menara dalam radius bahaya keamanan dan keselamatan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan air bersih; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan irigasi.
(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan air bersih sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) huruf a dengan ketentuan:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan sumber air
minum;
b. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan sumber air untuk kebutuhan air
minum wajib memperhatikan kelestarian lingkungan;
c. diperbolehkan dengan syarat pembangunan dan pemasangan jaringan primer,
sekunder dan sambungan rumah (SR) yang melintasi tanah milik perorangan
wajib dilengkapi pernyataan tidak keberatan dari pemilik tanah;
d. diperbolehkan pembangunan fasilitas pendukung pengolahan air minum yang
diizinkan meliputi kantor pengelola, bak penampungan/reservoir, menara air,
bak pengolahan air dan bangunan untuk sumber energi listrik dengan:
1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) setinggi-tingginya 30% (tiga puluh persen)
2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) setinggi-tingginya 0,6 (nol koma enam)
3. Sempadan bangunan sekurang-kurangnya sama dengan lebar jalan atau
sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Gubernur dan/atau Surat Keputusan
(SK) Bupati pada jalur-jalur jalan tertentu. Pembangunan dan pemasangan
jaringan primer, sekunder dan sambungan rumah (SR) yang memanfaatkan
bahu jalan wajib dilengkapi izin galian yang dikeluarkan oleh instansi yang
berwenang; dan
e. tidak diizinkan pembangunan instalasi pengolahan air minum dibangun
langsung pada sumber air baku;
(9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan irigasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (7) huruf b dengan ketentuan:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan irigasi;
b. diperbolehkan mempertegas sistem jaringan yang berfungsi sebagai jaringan
primer, sekunder, tersier, dan kuarter;
c. diperbolehkan dengan syarat pengembangan kawasan terbangun yang di
dalamnya terdapat jaringan irigasi wajib dipertahankan secara fisik maupun
fungsional dengan ketentuan menyediakan sempadan jaringan irigasi sekurang-
kurangnya 2 (dua) meter di kiri dan kanan saluran; dan
d. diperbolehkan dengan syarat pembangunan prasarana pendukung irigasi seperti
pos pantau, pintu air, bangunan bagi dan bangunan air lainnya.
(10) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan pengelolaan lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan persampahan;
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan pengolahan limbah.
(11) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase sebagaimana
dimaksud pada ayat (10) huruf a dengan ketentuan:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan drainase;
b. diperbolehkan dengan syarat pengembangan kawasan terbangun yang
didalamnya terdapat jaringan drainase wajib dipertahankan secara fisik maupun
fungsional dengan ketentuan tidak mengurangi dimensi saluran serta tidak
menutup sebagian atau keseluruhan ruas saluran yang ada
c. diperbolehkan dengan syarat setiap pembangunan wajib menyediakan jaringan
drainase lingkungan dan/atau sumur resapan yang terintegrasi dengan sistem
drainase sekitarnya sesuai ketentuan teknis yang berlaku;
d. tidak diizinkan memanfaatkan saluran drainase untuk pembuangan sampah, air
limbah atau material padat lainnya yang dapat mengurangi kapasitas dan fungsi
saluran; dan
e. tidak diizinkan membangun pada kawasan resapan air dan tangkapan air hujan.
(12) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan persampahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (10) huruf b dengan ketentuan:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan persampahan;
b. bangunan fasilitas pengolahan sampah yang diperbolehkan berupa kantor
pengelola, gudang/garasi kendaraan pengangkut dan alat-alat berat, pos
keamanan, bangunan Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan tempat
mesin pengolah sampah seperti genset dan incenerator;
c. diperbolehkan dengan syarat pembangunan fasilitas pengolahan sampah wajib
memperhatikan kelestarian lingkungan, kesehatan masyarakat dan sesuai
dengan ketentuan teknis yang berlaku;
1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) setinggi-tingainya 30% (tiga puluh
persen);
2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) setinggi-tingginya 0,6 (nol koma enam);
3. lebar jalan menuju Tempat Penampungan Sementara (TPS) sekurang-
kurangnya 8 (delapan) meter;
4. tempat parkir truk sampah sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen);
dan
5. sempadan bangunan sekurang-kurangnya sama dengan lebar jalan atau
sesuai dengan SK Gubernur dan/atau SK Bupati pada jalur-jalur jalan
tertentu; dan
6. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di sekitar wilayah pengelolaan
persampahan.
(13) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan pengolahan limbah
sebagaimana dimaksud pada ayat (10) huruf c dengan ketentuan:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan pengolahan
limbah;
b. diperbolehkan sistem pengelolaan air limbah terdiri atas:
1. pengelolaan primer berupa pengelolaan dengan menggunakan pasir dan
benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan untuk
menghilangkan minyak dan lemak;
2. pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui
oksidasi;
3. pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja.
c. diperbolehkan dengan syarat setiap kegiatan usaha yang memproduksi air
limbah diwajibkan untuk menyediakan instalasi pengolahan limbah individu
dan/atau komunal sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku meliputi:
1. pengembangan perumahan dengan jumlah lebih dari 30 (tiga puluh) unit;
2. akomodasi wisata dengan jumlah kamar lebih dari 5 (lima) unit;
3. restoran/rumah makan dengan jumlah tempat duduk lebih dari 50 (lima
puluh) unit;
4. kompleks perdagangan dan jasa dengan luas lantai bangunan lebih dari
10.000 (sepuluh ribu) meter persegi;
5. industri kecil/rumah tangga yang menghasilkan air limbah;
6. bengkel yang melayani ganti oli dan tempat cuci kendaraan;
7. usaha konveksi/ garmen yang dalam produksinya menggunakan zat-zat
kimia dan pewarna; dan
8. usaha petemakan yang menghasilkan air limbah dalam skala yang besar.
d. diperbolehkan dengan syarat pembangunan sistem pengelolaan air limbah
yang dimaksud huruf a di atas wajib mengikuti ketentuan teknis terdiri atas:
1. tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air
dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah;
2. tidak mengotori permukaan tanah;
3. menghindari tersebarnva cacing tambang pada permukaan tanah;
4. mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain;
5. tidak menimbulkan bau yang mengganggu;
6. konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah
didapat dan murah; dan
7. jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 (sepuluh) meter.
Paragraf 3
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Lindung
Pasal 60
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 57 ayat (5) huruf a terdiri atas:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk hutan lindung;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan yang memberikan
perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat;
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam, pelestarian
alam dan cagar budaya; dan
e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk hutan lindung sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. diperbolehkan pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian kawasan hutan
lindung;
b. tidak diperbolehkan melakukan berbagai usaha dan/atau kegiatan kecuali
berbagai usaha dan/atau kegiatan penunjang kawasan lindung yang tidak
mengganggu fungsi alam dan tidak mengubah bentang alam serta ekosistem
alam;
c. diperbolehkan pengembalian fungsi kawasan hutan lindung yang terjadinya
alih akibat fungsi;
d. diperbolehkan pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistem;
e. diperbolehkan pengaturan berbagai usaha dan/atau kegiatan yang tetap dapat
mempertahankan fungsi lindung di kawasan hutan lindung;
f. diperbolehkan pemanfaatan kawasan untuk jasa lingkungan dan hasil hutan
non kayu.
g. diperbolehkan pencegahan berbagai usaha dan/atau kegiatan yang
mengganggu fungsi lindung di kawasan hutan lindung;
h. diperbolehkan percepatan rehabilitasi hutan hutan lindung dengan tanaman
yang sesuai dengan fungsi lindung;
i. tidak diperbolehkan penggunaan lahan baru bila tidak menjamin fungsi lindung
terhadap hidrologis, kecuali jenis penggunaan yang sifatnya tidak bisa
dialihkan;
j. diperbolehkan penerapan ketentuan-ketentuan untuk mengembalikan fungsi
lindung kawasan yang telah terganggu fungsi lindungnya secara bertahap dan
berkelanjutan sehingga dapat mempertahankan keberadaan kawasan hutan
lindung untuk kepentingan hidrologis; dan
k. diperbolehkan melakukan program pembinaan, penyuluhan kepada
masyarakat dalam upaya pelestarian kawasan lindung dan kawasan rawan
bencana.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung yang dikelola oleh
masyarakat; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan resapan air.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung yang dikelola oleh
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dengan ketentuan:
a. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diperbolehkan
dengan syarat bagi penduduk lokal dengan luasan tetap, tidak mengurangi
fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat;
b. diperbolehkan untuk wisata alam dengan syarat tidak mengubah bentang
alam;
c. diperbolehkan dengan syarat setiap kegiatan yang dilakukan di dalam
kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat harus mengikuti kaidah-kaidah
perlindungan dan kaidah-kaidah konservasi;
d. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan tanah dalam kawasan lindung yang
dikelola oleh masyarkat hanya dapat dipergunakan untuk kepentingan
pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
ekowisata sepanjang tidak mengganggu fungsi lindung dan bentang alam;
e. tidak diperbolehkan kegiatan-kegiatan budidaya dalam pemanfaatan kawasan
hutan lindung;
f. diperbolehkan dengan syarat penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan
lindung yang dikelola oleh masyarakat harus sesuai dengan fungsi kawasan
dan tidak boleh mengganggu fungsi alam, tidak mengubah bentang alam dan
ekosistem alami; dan
g. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan
perusakan terhadap keutuhan kawasan dan ekosistemnya.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan resapan air sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b dengan ketentuan:
a. diperbolehkan penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan
terbangun yang sudah ada;
b. diperbolehkan dengan syarat untuk kegiatan hutan rakyat;
c. diperbolehkan dengan syarat terbatas untuk kegiatan budidaya tidak
terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air
hujan;
d. diperbolehkan untuk wisata alam dengan syarat tidak mengubah bentang
alam;
e. diperbolehkan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian dengan syarat tidak
mengubah bentang alam;
f. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang secara terbatas untuk
kegiatan budidaya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam
menahan limpasan air hujan; dan
g. tidak diperbolehkan untuk seluruh jenis kegiatan yang mengganggu fungsi
resapan air.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan sungai;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar mata air;
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan waduk; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan ruang terbuka hijau
kawasan perkotaan.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan sungai sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) huruf a dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
b. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan dibatasi hanya untuk
menunjang fungsi taman rekreasi;
c. tidak diperbolehkan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan
untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
d. diperbolehkan dengan syarat penetapan lebar sempadan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. diperbolehkan dengan syarat sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan
ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki
tanggul;
f. diperbolehkan dengan syarat sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan
ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki
tanggul;
g. diperbolehkan dengan syarat sungai tidak bertanggul di luar kawasan
perkotaan terdiri atas:
1. pada sungai besar berupa sungai yang mempunyai daerah pengaliran
sungai seluas 500 (lima ratus) kilometer persegi atau lebih dilakukan ruas
per ruas dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada
ruas yang bersangkutan;
2. pada sungai besar meliputi Sungai Serayu dan anak sungainya, Sungai
Bogowonto dan anak sungainya ditetapkan sekurang-kurangnya 100
(seratus) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; dan
3. pada sungai kecil ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter
dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
h. diperbolehkan dengan syarat sungai tidak bertanggul di dalam kawasan
perkotaan terdiri atas:
1. pada sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter,
garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter
dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;
2. pada sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai
dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-
kurangnya 15 (lima belas) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;
dan
3. pada sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua
puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 (tiga
puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan.
i. diperbolehkan dengan syarat garis sempadan sungai tidak bertanggul yang
berbatasan dengan jalan adalah mengikuti ketentuan garis sempadan
bangunan, dengan ketentuan konstruksi dan penggunaan jalan harus
menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan sungai;
j. diperbolehkan dengan syarat kepemilikan lahan yang berbatasan dengan
sungai diwajibkan menyediakan ruang terbuka publik minimal 3 (tiga) meter
sepanjang sungai untuk jalan inspeksi dan/atau taman;
k. tidak diperbolehkan seluruh kegiatan dan bangunan pada kawasan sempadan
sungai; dan
l. tidak diperbolehkan seluruh kegiatan dan bangunan yang mengancam
kerusakan dan menurunkan kualitas sungai.
(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar mata air sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) huruf b dengan ketentuan:
a. diperbolehkan dengan syarat kegiatan preservasi dan konservasi seperti
reboisasi lahan;
b. diperbolehkan untuk kegiatan pariwisata dan budidaya lain dengan syarat tidak
menyebabkan kerusakan kualitas air;
c. radius mata air adalah 200 (dua ratus) meter di luar kawasan permukiman dan
minimum 25 (dua puluh lima) meter di dalam kawasan permukiman;
d. diperbolehkan pemulihan vegetasi di sekitar radius mata air;
e. tidak diperbolehkan seluruh jenis kegiatan yang menyebabkan pencemaran
kualitas air, kondisi fisik kawasan, dan daerah tangkapan air;
f. tidak diperbolehkan seluruh kegiatan yang mengganggu bentang alam,
kesuburan dan keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna
serta fungsi lingkungan hidup; dan
g. tidak diperbolehkan pemanfaatan hasil tegakan.
(9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan waduk sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) huruf c dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
b. diperbolehkan dengan syarat radius waduk terhadap bangunan berjarak
minimal 50-100 (lima puluh sampai dengan seratus) meter dari titik pasang
tertinggi ke arah darat;
c. tidak diperbolehkan kegiatan pembangunan bangunan fisik atau penanaman
tanaman semusim yang mempercepat proses pendangkalan waduk; dan
d. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan permukiman atau kegiatan lain yang
dapat mengganggu kelestarian daya tampung waduk pada kawasan
sempadannya termasuk daerah pasang surutnya.
(10) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan ruang terbuka hijau untuk
kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf d dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;
b. diperbolehkan penerapan konsep taman kota pada lokasi yang potensial di
seluruh kabupaten untuk menjaga kualitas ruang dan estetika lingkungan;
c. diperbolehkan dengan syarat seluruh kegiatan untuk menambah RTH
perkotaan agar mencapai 30% (tiga puluh persen);
d. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan dibatasi hanya untuk
bangunan penunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya;
e. diperbolehkan dengan syarat rencana pengelolaan RTH perkotaan sepanjang
perbatasan wilayah kabupaten adalah minimum 50 (lima puluh) meter dari kiri
kanan garis batas wilayah, kecuali pada kawasan perbatasan yang sudah
padat bangunan-bangunan mengacu pada rencana pola ruang;
f. diperbolehkan dengan syarat rencana pengelolaan ruang terbuka/ruang bebas
sepanjang jalur instalasi listrik tegangan tinggi mengacu pada ketentuan yang
berlaku; dan pemanfaatan ruang terbuka non hijau diprioritaskan pada fungsi
utama kawasan dan kelestarian lingkungan yang sekaligus berfungsi sebagai
tempat evakuasi bencana;
g. tidak diperbolehkan seluruh kegiatan yang bersifat alih fungsi RTH perkotaan;
dan
h. diperbolehkan pengawasan ketat dari pemerintah terkait kegiatan budidaya
yang mempengaruhi fungsi RTH perkotaan atau menyebabkan alih fungsi RTH
perkotaan.
(11) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam, pelestarian alam
dan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk Taman Wisata; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
(12) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk Taman Wisata sebagaimana dimaksud
pada ayat (11) huruf a dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pengelolaan taman wisata alam disesuaikan dengan tujuan
perlindungan kawasan suaka alam untuk melindungi flora dan fauna yang
khas, bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pengembangan
obyek dan daya tarik wisata;
b. diperbolehkan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian dengan syarat tidak
mengubah bentang alam;
c. tidak diperbolehkan kegiatan budidaya lainnya yang dapat mengganggu fungsi
lindung dari kawasan tersebut; dan
d. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan
perusakan terhadap keutuhan kawasan dan ekosistem.
(13) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (11) huruf b dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pengamanan dan menjaga pelestarian dari berbagai bentuk
ancaman baik oleh kegiatan manusia maupun alam;
b. diperbolehkan pemerintah daerah mengumumkan kepada seluruh pelaku
pembangunan tentang lokasi dan luas kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan;
c. diperbolehkan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian dengan syarat tidak
merusak ekosistem; dan
d. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan
perusakan terhadap keutuhan kawasan dan ekosistem.
(14) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dengan ketentuan:
a. diperbolehkan mempertahankan kawasan aman dari bencana sebagai tempat
evakuasi;
b. diperbolehkan menyiapkan jalur evakuasi pada kawasan rawan bencana alam;
c. diperbolehkan pengembangan sistem informasi deteksi dini bencana alam;
d. diperbolehkan dengan syarat pengendalian kegiatan budidaya yang berada
pada kawasan rawan bencana alam;
e. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan
karakteristik, jenis dan ancaman bencana;
f. diperbolehkan dengan syarat membatasi pengembangan kawasan terbangun
pada kawasan rawan bencana alam;
g. diperbolehkan aktivitas budidaya dengan syarat teknis rekayasa teknologi
yang sesuai dengan karakteristik bencananya selain di kawasan perlindungan
mutlak; dan
h. tidak diperbolehkan aktivitas permukiman dan pembangunan prasarana utama
di kawasan rawan bencana di zona perlindungan mutlak.
Paragraf 4
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Budidaya
Pasal 61
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 57 ayat (5) huruf b terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan hutan produksi
b. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan hutan rakyat;
c. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan pertanian;
d. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan kegiatan
perikanan;
e. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan industri;
f. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan pariwisata;
g. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan kegiatan
pertambangan;
h. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan permukiman;
dan
i. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan lainnya.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan hutan produksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pengembangan kegiatan diarahkan pada lahan-lahan yang
memiliki potensi/kesesuaian lahan untuk pengembangan hutan produksi
secara optimal dengan tetap mempertahankan azaz kelestarian sumberdaya
lahan;
b. diperbolehkan peningkatan produktivitas hutan produksi dengan prioritas
arahan pengembangan per jenis komoditi berdasarkan produktivitas lahan,
akumulasi produksi, dan kondisi penggunaan lahan;
c. diperbolehkan menampung kegiatan nonkehutanan dengan cara pinjam pakai;
d. diperbolehkan pemanfaatan untuk wisata alam dan hasil hutan kayu dan
nonkayu;
e. diperbolehkan dengan syarat aktivitas pengembangan hutan secara lestari;
f. diperbolehkan dengan syarat aktivitas reboisasi atau penghijauan dan
rehabilitasi hutan;
g. diperbolehkan dengan syarat terbatas pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga
kestabilan neraca sumber daya kehutanan;
h. diperbolehkan dengan syarat secara terbatas pendirian bangunan hanya untuk
menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan; dan
i. tidak diperbolehkan aktivitas pengembangan budidaya lainnya yang
mengurangi luas hutan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan hutan rakyat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disusun dengan ketentuan:
a. kegiatan yang diperbolehkan adalah kegiatan pengembangan fungsi budidaya
yang mendukung kegiatan di kawasan hutan rakyat dan pengembangan
kegiatan budidaya yang mendukung fungsi lindung;
b. kegiatan yang diperbolehkan dengan syarat berupa kegiatan pengembangan
dan pengelolaan kawasan dengan sistem tebang pilih atau terbatas.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertanian tanaman pangan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan hortikultura;
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perkebunan; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peternakan.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertanian tanaman pangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dengan ketentuan:
a. diperbolehkan peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan;
b. diperbolehkan pengembangan pertanian tanaman pangan yang berbentuk
kelompok tani;
c. diperbolehkan pengembangan kegiatan agropolitan;
d. diperbolehkan pemeliharaan dan peningkatan prasarana pengairan pada
lahan-lahan sawah;
e. diperbolehkan dengan syarat aktivitas pendukung pertanian tanaman pangan;
f. diperbolehkan dengan syarat mendirikan rumah tunggal dengan syarat tidak
mengganggu fungsi pertanian dengan intensitas bangunan berkepadatan
rendah;
g. tidak diperbolehkan alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan untuk
kegiatan budidaya lainnya;
h. tidak diperbolehkan aktivitas budidaya yang mengurangi luas kawasan sawah
beririgasi; dan
i. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan pada kawasan sawah irigasi yang
terkena saluran irigasi.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian
hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b dengan ketentuan:
a. diperbolehkanpengembangan agroindustri dan agrowisata serta penyiapan
sarana-prasarana pendukung;
b. diperbolehkan peningkatan produktivitas pertanian hortikultura;
c. diperbolehkan pengembangan produksi komoditas unggulan Kabupaten;
d. diperbolehkan dengan syarat aktivitas pendukung pertanian tanaman pangan;
dan
e. diperbolehkan dengan syarat meminimalkan alih fungsi lahan hortikultura yang
mempunyai tingkat sangat sesuai.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perkebunan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c dengan ketentuan:
a. diperbolehkan dengan syarat aktivitas pendukung pertanian perkebunan;
b. diperbolehkan pengembangan luas areal pada lahan-lahan yang memiliki
potensi/ kesesuaian lahan sebagai lahan perkebunan;
c. diperbolehkan pengembangan produksi komoditas andalan/ unggulan daerah;
d. diperbolehkan peningkatan produktivitas perkebunan;
e. diperbolehkan diversifikasi komoditas perkebunan;
f. diperbolehkan dengan syarat mendirikan perumahan dengan syarat tidak
mengganggu fungsi perkebunan;
g. diperbolehkan dengan syarat meminimalkan alih fungsi lahan perkebunan
yang mempunyai tingkat sangat sesuai; dan
h. tidak diperbolehkan aktivitas budidaya yang mengurangi atau merusak fungsi
lahan dan kualitas tanah untuk perkebunan.
(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan kegiatan
peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d dengan ketentuan:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung sarana peternakan;
b. diperbolehkan pengembangan peternakan secara individual maupun
peternakan bebas;
c. diperbolehkan penyediaan suplai bahan makanan ternak;
d. diperbolehkan dengan syarat mengembangkan aktivitas budidaya produktif
lain di luar zona penyangga peruntukan peternakan;
e. diperbolehkan pengendalian limbah ternak melalui sistem pengelolaan limbah
terpadu; dan
f. diperbolehkan dengan syarat pembatasan pembangunan perumahan baru
sekitar kawasan peruntukan peternakan.
(9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan kegiatan perikanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dengan ketentuan:
a. tidak diperbolehkan segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu kualitas
air sungai dan waduk untuk perikanan darat;
b. diperbolehkan pengembangan sarana dan prasarana yang bersifat
mendukung kegiatan perikanan;
c. tidak diperbolehkan boleh pemanfaatan sumberdaya perikanan melebihi
potensi lestari;
d. tidak boleh pada kawasan peruntukan perikanan yang juga dibebani fungsi
pariwisata, pengembangan perikanannya merusak dan/atau mematikan fungsi
pariwisata; dan
e. pemanfaatan kawasan peruntukan perikanan tidak boleh mengakibatkan
pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan lainnya.
(10) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai
dengan kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan
sumber daya manusia di wilayah sekitarnya;
b. diperbolehkan penyediaan ruang untuk zona penyangga berupa sabuk hijau
dan RTH perkotaan;
c. diperbolehkan penyelenggaraan perumahan karyawan, fasilitas umum skala
lokal sebagai pendukung kegiatan industri;
d. diperbolehkan penyelenggaraan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL);
e. diperbolehkan dengan syarat mengembangkan aktivitas pendukung kegiatan
industri;
f. diperbolehkan dengan syarat mengembangkan aktivitas perumahan skala kecil
di luar zona penyangga peruntukan industri dengan intensitas bangunan
berkepadatan menengah;
g. diperbolehkan dengan syarat pembatasan pembangunan perumahan baru
sekitar kawasan peruntukan industri; dan
h. diperbolehkan dengan syarat pembatasan pengembangan industri yang
mengkonsumsi air dalam jumlah banyak.
(11) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pengembangan kawasan pariwisata harus tetap memperhatikan
kelestarian ekosistem lingkungan;
b. diperbolehkan pengembangan kawasan pariwisata harus tetap memperhatikan
kelestarian fungsi lindung;
c. diperbolehkan peningkatan kualitas pariwisata;
d. diperbolehkan pengembangan kawasan pariwisata didukung oleh
pengembangan kawasan penunjang pariwisata serta obyek dan daya tarik
wisata;
e. diperbolehkan dengan syarat pengembangan obyek dan daya tarik wisata
dengan tetap memperhatikan fungsi konservasi kawasan;
f. diperbolehkan pengembangan kawasan agrowisata untuk memberikan
keberagaman obyek wisata di daerah, dengan fasilitas pendukung dan
akomodasi seluas-luasnya 2,5% (dua koma lima persen) dari total pengelolaan
lahan agrowisata;
g. diperbolehkan optimalisasi pemanfaatan lahan-lahan tidur yang sementara
tidak diusahakan;
h. diperbolehkan perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan massa
lampau;
i. diperbolehkan dengan syarat pengembangan aktivitas komersial sesuai
dengan skala daya tarik pariwisatanya;
j. diperbolehkan dengan syarat secara terbatas pengembangan aktivitas
perumahan dan permukiman dengan syarat di luar zona utama pariwisata dan
tidak mengganggu bentang alam daya tarik pariwisata;
k. diperbolehkan dengan syarat pembatasan pendirian bangunan hanya untuk
menunjang pariwisata; dan
l. diperbolehkan mengendalikan pertumbuhan sarana dan prasarana pariwisata.
(12) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan kegiatan
pertambangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pengawasan secara ketat terhadap kegiatan pertambangan dan
pengeboran air bawah tanah untuk mencegah terjadinya kerusakan
lingkungan;
b. diperbolehkan wajib melaksanakan reklamasi pada lahan-lahan bekas galian;
c. diperbolehkan dengan syarat pembatasan dan pengendalian terhadap
pemanfaatan dan pengambilan air tanah;
d. diwajibkan melengkapi perizinan sesuai ketentuan yang berlaku; dan
e. dilakukan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan hidup dan
berkelanjutan.
(13) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan permukiman
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h dengan ketentuan:
a. diperbolehkan mengembangkan perdagangan jasa dengan syarat sesuai
dengan skalanya;
b. diperbolehkan dengan syarat pengembangan fasilitas umum dan fasilitas
sosial sesuai dengan skalanya;
c. diperbolehkan dengan syarat pengembangan pada lahan yang sesuai dengan
kriteria fisik meliputi:
1. kemiringan lereng;
2. ketersediaan dan mutu sumber air bersih; dan
3. bebas dari potensi banjir/ genangan.
d. diperbolehkan prioritas pengembangan pada permukiman hirarki rendah
dengan peningkatan pelayanan fasilitas permukiman;
e. diperbolehkan pengembangan permukiman ditunjang dengan pengembangan
fasilitas pendukung unit permukiman seperti: fasilitas perdagangan dan jasa,
hiburan, pemerintahan, pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan, dan
peribadatan);
f. diperbolehkan pengembangan kegiatan industri kecil dan menengah (IKM)
pada kawasan peruntukan permukiman dengan syarat tidak menimbulkan
polusi;
g. diperbolehkan optimalisasi pemanfaatan lahan-lahan tidur yang sementara
tidak diusahakan; dan
h. diperbolehkan pembatasan perkembangan kawasan terbangun yang berada
atau berbatasan dengan kawasan lindung.
(14) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan keamanan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perdagangan dan jasa; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pemerintahan.
(15) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan keamanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (14) huruf a dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pengembangan aktivitas pertahanan dan keamanan;
b. diperbolehkan dengan syarat pengembangan fasilitas umum dan fasilitas
sosial sebagai pendukung kegiatan pertahanan keamanan;
c. diperbolehkan dengan syarat pembatasan pendirian bangunan hanya untuk
menunjang pertahanan kemanan; dan
d. tidak diperbolehkan segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu aktivitas
pertahanan keamanan.
(16) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perdagangan dan jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (14) huruf b dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pengembangan aktivitas perdagangan dan jasa;
b. diperbolehkan dengan syarat mengembangkan aktivitas budidaya produktif
lainnya sebagai pendukung aktivitas perdagangan dan jasa;
c. diperbolehkan pengembangan aktivitas budidaya lainnya dengan tidak
mengganggu aktivitas perdagangan dan jasa; dan
d. tidak diperbolehkan segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu aktivitas
perdagangan dan jasa.
(17) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pemerintahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (14) huruf c dengan ketentuan:
a. diperbolehkan dengan syarat pemindahan kantor pemerintahan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
b. diperbolehkan dengan syarat mengembangkan aktivitas budidaya produktif
lainnya sebagai pendukung aktivitas pemerintahan;
c. diperbolehkan pengembangan aktivitas budidaya lainnya dengan tidak
mengganggu aktivitas pemerintahan; dan
d. tidak diperbolehkan segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu aktivitas
pemerintahan.
Paragraf 5
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Strategis
Pasal 62
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan strategis sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 57 ayat (3) huruf c terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan
pertumbuhan ekonomi;
b. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan
sosial budaya;
c. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai fungsi dan
daya dukung lingkungan; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis pendayagunaan
sumber daya alam dan teknologi tinggi.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan
pertumbuhan ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan kawasan penunjang ekonomi ditunjang sarana dan prasarana
yang memadai;
b. diperbolehkan dengan syarat pada setiap bagian dari kawasan strategis
ekonomi harus diupayakan untuk mengefisienkan perubahan fungsi ruang;
c. diperbolehkan dialokasikan ruang atau zona secara khusus dan harus
dilengkapi dengan ruang terbuka hijau untuk memberikan kesegaran ditengah
kegiatan yang intensitasnya tinggi serta zona tersebut harus tetap
dipertahankan;
d. diperbolehkan dengan syarat perubahan atau penambahan fungsi ruang
tertentu pada ruang terbuka boleh dilakukan sepanjang masih dalam batas
ambang penyediaan ruang terbuka;
e. diperbolehkan zona yang dinilai penting untuk mendukung aktivitas kawasan
strategis pertumbuhan ekonomi tidak boleh dilakukan perubahan fungsi.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan
sosial budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dengan ketentuan:
a. diperbolehkan dengan syarat pada radius tertentu harus dilindungi dari
perubahan fungsi yang tidak mendukung kawasan strategis sosial budaya;
b. diperbolehkan ditambahkan fungsi penunjang tanpa menghilangkan identitas
dan karakter kawasan;
c. diperbolehkan dengan syarat dibatasi pengembangan kegiatan budidaya di
sekitar kawasan strategis sosial budaya;
d. tidak diperbolehkan perubahan dalam bentuk peningkatan kegiatan atau
perubahan ruang disekitarnya yang dimungkinkan dapat mengganggu fungsi
dasarnya; dan
e. tidak diperbolehkan penambahan fungsi tertentu yang bertentangan pada
suatu zona ini.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai fungsi dan daya
dukung lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan pada kawasan yang telah ditetapkan memiliki fungsi lingkungan
dan terdapat kerusakan harus dilakukan pengembalian ke rona awal;
b. diperbolehkan pembuatan sumur resapan pada kawasan yang didalamnya
terdapat zona peresapan air; dan
c. diperbolehkan percepatan rehabilitasi untuk menunjang kelestarian dan
mencegah kerusakan dalam jangka panjang.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis pendayagunaan
sumber daya alam dan teknologi tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pendirian bangunan ramah lingkungan yang mendukung
pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi;
b. tidak diperbolehkan pendirian bangunan yang digunakan untuk kegiatan yang
bertentangan dengan kegiatan pendayagunaan sumber daya alam dan
teknologi tinggi; dan
c. tidak diperbolehkan pengembangan kegiatan yang mengganggu fungsi
lingkungan.
Bagian Ketiga
Ketentuan Perizinan
Pasal 63
Ketentuan perizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf b berupa perizinan
yang terkait dengan izin pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.
Pasal 64
(1) Setiap orang dan/atau badan hukum yang memerlukan tanah dalam rangka
penanaman modal wajib memperoleh izin pemanfaatan ruang dari Bupati.
(2) Ketentuan perizinan terdiri atas:
a. izin penggunaan pemanfaatan tanah (IPPT);
b. izin lokasi;
c. izin mendirikan bangunan gedung; dan
d. izin lainnya.
(3) Ketentuan izin penggunaan pemanfaatan tanah (IPPT) sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a merupakan:
a. izin penggunaan pemanfaatan tanah (IPPT) merupakan izin yang diberikan
kepada orang dan/atau badan hukum untuk kegiatan pemanfaatan ruang
dengan batasan luasan tanah kurang dari 1 (satu) hektar; dan
b. ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara izin penggunaan pemanfaatan tanah
akan ditetapkan dengan peraturan bupati.
(4) Ketentuan izin lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan:
a. izin lokasi merupakan izin yang diberikan kepada perusahaan untuk
memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal yang
berlaku pula sebagai izin pemindahan hak dan untuk menggunakan tanah
tersebut guna keperluan usaha penanaman modalnya;
b. ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara izin lokasi akan ditetapkan dengan
peraturan bupati.
(5) Ketentuan izin mendirikan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf c merupakan:
a. izin mendirikan bangunan merupakan izin yang diberikan kepada pemilik
bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah, memperluas,
mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai dengan persyaratan
administratif dan persyaratan teknis; dan
b. ketentuan lebih lanjut mengenai izin mendirikan bangunan gedung ditetapkan
dengan peraturan bupati.
(6) Ketentuan izin lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d terdiri atas:
a. izin lainnya terkait pemanfaatan ruang merupakan ketentuan izin usaha
pertambangan, perkebunan, pariwisata, industri, perdagangan dan
pengembangan sektoral lainnya, yang disyaratkan sesuai peraturan
perundang-undangan; dan
b. ketentuan lebih lanjut mengenai izin penggunaan pemanfaatan tanah
ditetapkan dengan peraturan bupati.
Bagian Keempat
Ketentuan Insentif dan Disinsentif
Paragraf 1
Umum
Pasal 65
Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56
huruf c terdiri atas:
a. insentif yang diberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan
dengan rencana tata ruang; dan
b. disinsentif yang diberikan untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau
mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
Paragraf 2
Ketentuan Insentif
Pasal 66
(1) Insentif yang diberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan
dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 huruf a meliputi:
a. insentif yang diberikan kepada masyarakat yang lahannya dijadikan lahan
pertanian berkelanjutan;
b. insentif yang diberikan kepada pengusaha dan swasta dalam pelaksanaan
kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang; dan
(2) Insentif yang diberikan kepada masyarakat yang mau lahannya dijadikan lahan
pertanian berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. kemudahan memperoleh pinjaman dengan bunga rendah, pupuk dan
pemasaran;
b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
c. kemudahan prosedur perizinan; dan
d. pemberian penghargaan kepada masyarakat.
(3) Insentif yang diberikan kepada pengusaha dan swasta dalam pelaksanaan kegiatan
yang sejalan dengan rencana tata ruang sebagaimana dimakud pada ayat (1) huruf
b terdiri atas:
a. kemudahan prosedur perizinan;
b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur; dan
c. pemberian penghargaan kepada pengusaha dan swasta.
Paragraf 3
Ketentuan Disinsentif
Pasal 67
(1) Disinsentif untuk mencegah, membatasi pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan
yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
65 huruf b terdiri atas:
a. disinsentif yang diberikan kepada masyarakat, pengusaha dan swasta dalam
pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang; dan
b. disinsentif yang diberikan kepada pemerintah daerah lainnya dalam
pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
(2) Disinsentif yang diberikan kepada masyarakat, pengusaha dan swasta dalam
pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. pembatasan penyediaan infrastruktur;
b. pengenaan kompensasi;
c. izin tidak diperpanjang; dan
d. pinalti.
(3) Disinsentif yang diberikan kepada pemerintah daerah lainnya dalam pelaksanaan
kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1) huruf b berupa teguran tertulis.
(4) Aparatur pemerintah dan masyarakat dalam kegiatan penataan ruang wilayah
kabupaten sesuai dengan kewenangannya wajib berlaku tertib dalam
keikutsertaannya dalam proses penataan ruang, sesuai dengan perundangan-
undangan.
(5) Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif diatur lebih lanjut dalam Peraturan
Bupati.
Bagian Kelima
Arahan Sanksi
Pasal 68
(1) Setiap orang yang melakukan pelanggaran di bidang penataan ruang dikenakan
sanksi administratif.
(2) Pelanggaran di bidang penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang;
b. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diberikan oleh pejabat berwenang;
c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang diberikan
oleh pejabat yang berwenang;dan/atau
d. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang
dinyatakan oleh peraturan perundang-undangan sebagai milik umum.
(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
Pasal 69
(1) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (3) huruf a
dilakukan terhadap:
a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara
keseluruhan;
b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
RTRW Kabupaten Wonosobo;
d. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar.
(2) Pemberian surat peringatan tertulis dengan penerbitan surat peringatan tertulis
sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali;
(3) Penerbitan surat peringatan tertulis dilakukan secara bertahap dengan jangka waktu
tertentu.
Pasal 70
(1) Penghentian sementara kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (3)
huruf b dilakukan terhadap:
a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara
keseluruhan;
b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;
d. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo; dan
e. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.
(2) Penghentian sementara kegiatan dilakukan sampai terpenuhinya kewajiban
pelanggar untuk menyesuaikan pemanfaatan ruang dengan RTRW kabupaten
dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang.
Pasal 71
(1) Penghentian sementara pelayanan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68
ayat (3) huruf c dilakukan terhadap:
a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara
keseluruhan;
b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;
d. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo; dan
e. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.
(2) Penghentian sementara pelayanan umum dirinci jenis-jenis pelayanan umum yang
akan dihentikan;
(3) Penghentian sementara pelayanan umum dilakukan sampai terpenuhinya kewajiban
pelanggar untuk menyesuaikan pemanfaatan ruang dengan RTRW Kabupaten
Wonosobo dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang.
Pasal 72
(1) Penutupan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (3) huruf d dilakukan
terhadap:
a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara
keseluruhan;
b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
RTRW Kabupaten Wonosobo;
d. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar.
(2) Penutupan lokasi akan dilakukan secara paksa apabila pelanggar mengabaikan
surat perintah penutupan lokasi dari pejabat yang berwenang;
(3) Lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali sampai dengan pelanggar memenuhi
kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruang dengan RTRW Kabupaten
Wonosobo dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang.
Pasal 73
(1) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (3) huruf e dilakukan
terhadap:
a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara
keseluruhan;
b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;
d. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;
e. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan
f. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar.
(2) Pencabutan izin akan dilakukan apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk
menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang secara permanen.
Pasal 74
(1) Pembatalan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (3) huruf f dilakukan
terhadap:
a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara
keseluruhan;
b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;
d. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;
e. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan
f. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar.
(2) Pembatalan izin diterbitkan berdasarkan lembar evaluasi yang berisikan arahan pola
pemanfaatan ruang dalam RTRW kabupaten.
Pasal 75
(1) Pembongkaran bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (3) huruf g
dilakukan terhadap:
a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara
keseluruhan;
b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
RTRW Kabupaten Wonosobo;
d. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar.
(2) Pembongkaran bangunan akan dilakukan secara paksa apabila pelanggar
mengabaikan surat perintah pembongkaran bangunan.
Pasal 76
(1) Pemulihan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (3) huruf h dilakukan
terhadap:
a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara
keseluruhan;
b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
RTRW Kabupaten Wonosobo;
d. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan Kabupaten Wonosobo;
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar.
(2) Pemulihan fungsi dilakukan oleh pelanggar dengan jangka waktu tertentu;
(3) Pemulihan fungsi dilakukan oleh pejabat yang berwenang secara paksa apabila
pelanggar dalam jangka waktu tertentu tidak melakukan pemulihan fungsi.
Pasal 77
(1) Denda administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (3) huruf i
dilakukan terhadap:
a. ketidaksesuaian pemanfaatan ruang dengan rencana tata ruang secara
keseluruhan;
b. pelanggaran ketentuan arahan peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
RTRW Kabupaten Wonosobo;
d. pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang
diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonosobo;
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh
peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak
benar.
(2) Denda administratif dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama dengan
pengenaan sanksi administratif.
Pasal 78
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengenaan dan jangka waktu sanksi diatur dengan
Peraturan Bupati.
BAB VIII
HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 79
(1) Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:
a. berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang;
b. mengetahui secara terbuka RTRW Kabupaten Wonosobo, rencana tata ruang
kawasan, rencana rinci tata ruang kawasan, termasuk tata letak dan tata
bangunan;
c. menikmati manfaat ruang dan atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari
penataan ruang; dan
d. memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialami sebagai akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang.
(2) Agar masyarakat mengetahui RTRW Kabupaten Wonosobo dan rencana rinci
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yang telah ditetapkan, Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) yang berwenang wajib menyebarluaskan melalui media
massa, audio visual, papan pengumuman dan selebaran serta sosialisasi secara
langsung kepada seluruh aparat Daerah dan komunitas masyarakat di Daerah.
(3) Pelaksanaan hak masyarakat untuk menikmati pertambahan nilai ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(4) Hak memperoleh penggantian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d Pasal
ini diselenggarakan dengan cara musyawarah di antara pihak yang berkepentingan
atau sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Kewajiban
Pasal 80
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:
a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;
c. berperan serta dalam memelihara kualitas ruang;
d. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang;
dan
e. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan dinyatakan sebagai milik umum.
Bagian Ketiga
Peran Masyarakat
Pasal 81
(1) Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan
melibatkan masyarakat.
(2) Peran serta masyarakat dalam penataan ruang dilakukan melalui:
a. partisipasi dalam perencanaan tata ruang;
b. partisipasi dalam pemanfaatan ruang; dan
c. partisipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
(3) Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang sebagimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a berupa:
a. masukan mengenai:
1. persiapan penyusunan rencana tata ruang;
2. penentuan arah pengembangan wilayah atau kawasan;
3. pengidentifikasian potensi dan masalah pembangunan wilayah atau
kawasan;
4. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau
5. penetapan rencana tata ruang.
b. kerjasama dengan Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam perencanaan tata ruang.
(4) Tata cara dan ketentuan lebih lanjut tentang peran masyarakat dalam perencanaan
tata ruang dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(5) Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang sebagimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b berupa:
a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;
b. kerjasama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana
tata ruang yang telah ditetapkan;
d. peningkatan efisiensi, efektivitas dan keserasian dalam pemanfaatan ruang
darat, ruang laut, ruang udara dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan
kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan
meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam; dan
f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(6) Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian ruang sebagimana dimaksud pada
ayat (2) huruf c berupa:
a. masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian
insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata
ruang yang telah ditetapkan;
c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal
menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan
ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan
d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Pasal 82
(1) Tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang di wilayah kabupaten dilakukan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Pelaksanaan peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikoordinasikan oleh Pemerintah Daerah.
BAB IX
KELEMBAGAAN
Pasal 83
(1) Dalam rangka mengoordinasikan penyelenggaraan penataan ruang dan kerjasama
antar sektor/antar daerah bidang penataan ruang dibentuk BKPRD.
(2) Tugas dan tata kerja BKPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Bupati.
(3) Susunan organisasi BKPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Keputusan Bupati.
BAB X
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 84
(1) Penyelesaian sengketa penataan ruang pada tahap pertama diupayakan
berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat.
(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
diperoleh kesepakatan, para pihak dapat menempuh upaya penyelesaian sengketa
melalui pengadilan atau di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 85
Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 80 huruf a dan huruf b, yang
mengakibatkan perubahan fungsi ruang, kerugian terhadap harta benda dan/atau
kematian orang, dipidana sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang
penataan ruang.
Pasal 86
Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 80 huruf b, yang memanfaatkan ruang
tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang, dipidana
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang.
Pasal 87
Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 80 huruf c dan huruf d, yang tidak
mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang dan
tidak memberikan akses terhadap kawasan yang dinyatakan sebagai milik umum,
dipidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan
ruang.
Pasal 88
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85, Pasal 86 dan
Pasal 87, dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap
pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana
denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang.
(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi
pidana tambahan berupa:
a. pencabutan izin usaha; dan/atau
b. pencabutan status badan hukum.
Pasal 89
(1) Setiap pejabat Pemerintah Daerah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak
sesuai dengan rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf b,
dipidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang penataan
ruang.
(2) Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pelaku dapat dikenai
pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat dari
jabatannya.
Pasal 90
(1) Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 83, Pasal 84 dan Pasal 85, dapat menuntut ganti kerugian secara
perdata kepada pelaku tindak pidana.
(2) Tuntutan ganti kerugian secara perdata sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan hukum acara pidana.
BAB XII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 91
(1) Jangka waktu RTRW Kabupaten Wonosobo adalah 20 (dua puluh) tahun sejak
tanggal ditetapkan dan ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam
skala besar, perubahan batas teritorial negara, dan/atau perubahan batas wilayah
yang ditetapkan dengan undang-undang, RTRW Kabupaten Wonosobo dapat
ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
BAB XIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 92
(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka:
a. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa berlakunya;
b. izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan
ketentuan Peraturan Daerah ini berlaku ketentuan:
1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut disesuaikan
dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini;
2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan penyesuaian
dengan masa transisi paling lambat 3 (tiga) tahun berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak memungkinkan
untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan berdasarkan
Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan
terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut
dapat diberikan penggantian yang layak.
c. pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggarakan tanpa izin dan
bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan diterbitkan dan
disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini; dan
d. pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, agar
dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.
(2) Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai yang izinnya diterbitkan sebelum
ditetapkannya Peraturan Daerah ini harus menyesuaikan dalam jangka waktu 3
(tiga) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan.
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 93
Pada saat Peraturan Daerah ini berlaku, Peraturan Daerah Tingkat II Wonosobo Nomor
1 Tahun 1996 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II
Wonosobo (Lembaran Daerah Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Wonosobo
Nomor 6 Tahun 1997 Seri D Nomor 4) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 94
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis
pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Bupati.
Pasal 95
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Wonosobo.
Ditetapkan di Wonosobo pada tanggal 6 Agustus 2011 BUPATI WONOSOBO,
H. A. KHOLIQ ARIF Diundangkan di Wonosobo pada tanggal 8 Agustus 2011
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN WONOSOBO,
EKO SUTRISNO WIBOWO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2011 NOMOR 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
i
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Wonosobo Tahun
2011-2031.
Laporan Rencana ini berisikan tentang latar belakang penyusunan, tujuan, kebijakan, dan
strategi pengembangan wilayah, rencana struktur tata ruang wilayah Kabupaten Wonosobo,
rencana pola ruang wilayah, penetapan kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang
wilayah, arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah, serta peran serta masyarakat
dalam penataan ruang.
Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah ini Tim Penyusun telah banyak
mendapatkan masukan dari berbagai pihak yang berkompeten demi kesempurnaan buku
laporan ini, untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
Wonosobo, 2011
Bupati Wonosobo
H.A. KHOLIQ ARIF
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
ii
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR PETA ix
BAB I PENDAHULUAN I-1
1.1 LATAR BELAKANG I-1
1.2 TUJUAN DAN SASARAN I-2
1.2.1 Tujuan I-2
1.2.2 Sasaran I-3
1.3 RUANG LINGKUP I-3
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah I-3
1.3.2 Ruang Lingkup Waktu I-4
1.3.3 Ruang Lingkup Materi I-4
1.4 PENGERTIAN DAN PRINSIP DASAR PENYUSUNAN RENCANA
TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN I-4
1.4.1 Pengertian Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten I-4
1.4.2 Asas Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten I-7
1.4.3 Prinsip Dasar Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten I-9
1.5 DASAR HUKUM I-10
1.6 PROFIL WILAYAH KABUPATEN WONOSOBO I-16
1.6.1 Letak Geografis dan Administrasi I-16 I-
1.6.2 Kependudukan I-17
1.6.2.1 Rencana Proyeksi dan Kepadatan Penduduk I-17
1.6.2.2 Arahan Distribusi Penduduk I-18
1.6.3 Keadaani Bencana Alam I-19
1.6.4 Kondisi Sumber Daya Alam I-20
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
iii
1.6.4.1 Kehutanan I-20 I-
1.6.4.2 Pertambangan I-22
1.6.5 Kondisi Ekonomi Potensial I-26
1.6.6 Potensi dan Permasalahan Pengembangan I-27
1.7 SISTEMATIKA LAPORAN I-33
BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG II-1
2.1.1. Aspek Fisik II-4
2.1.2. Aspek Sosial II-6
2.1.3. Aspek Ekonomi II-8
2.1.5.1 Pertanian II-8
2.1.5.2 Perindustrian dan Perdagangan II-9
2.1.5.3 Perbankan dan Penanaman Modal II-9
2.1.5.4 Pengembangan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah II-9
2.1.5.5 Pertambangan dan Energi II-10
2.2 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH
2.2.1 Kebijakan Penataan Ruang II-12
2.2.2 Strategi Penataan Ruang II-12
2.2.2.1 Strategi pengembangan agroindustri berbasis potensi lokal
II-12
2.2.2.2 Strategi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan
II-12
2.2.2.3 Strategi Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah
II-13
2.2.2.4 Strategi Strategi percepatan perwujudan fungsi dan peran pusat kegiatan secara berhirarki
II-13
2.2.2.5 Strategi pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan produktif
II-13
2.2.2.6 Strategi peningkatan pelestarian fungsi kawasan lindung
II-13
2.2.2.7 Strategi peningkatan fungsi sosial budaya masyarakat dalam pembangunan wilayah
II-13
2.2.2.8 Strategi melaksanakan kebijakan peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara
II-14
BAB III RENCANA STRUKTUR TATA RUANG WILAYAH
3.1 RENCANA PENGEMBANGAN PUSAT KEGIATAN III-1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
iv
3.1.1 Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan III-1
3.1.2 Rencana Pengembangan Sistem Perdesaan III-3
3.1.3 Rencana Fungsi Pusat Pelayanan dan Kawasan
Pengembangan III-5
3.2 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN PRASARANA
WILAYAH III-9
3.2.1 Sistem Jaringan Prasarana Utama III-9
3.2.1.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi
Darat III-9
3.2.1.2 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi
Perkeretaapian III-15
3.2.2 Sistem Jaringan Prasarana Lainnya III-15
3.2.2.1 Jaringan Energi III-16
3.2.2.2 Jaringan Telekomunikasi III-18
3.2.2.3 Jaringan Sumber Daya Air III-19
3.2.2.4 Jaringan Prasarana Lainnya III-26
3.3 RENCANA PENGEMBANGAN SARANA WILAYAH III-29
3.3.1. Rencana Pengembangan Sarana Perumahan III-29
3.3.2. Rencana Pengembangan Sarana Pendidikan III-31
3.3.3. Rencana Pengembangan Sarana Kesehatan III-34
3.3.4. Rencana Pengembangan Sarana Peribadatan III-35
3.3.5. Rencana Pengembangan Sarana Perekonomian III-38
BAB IV RENCANA POLA RUANG WILAYAH
4.1 KAWASAN LINDUNG IV-1
4.1.1 Kawasan Hutan Lindung IV-4
4.1.2 Kawasan yang Melindungi Kawasan Bawahannya IV-4
4.1.3 Kawasan Perlindungan Setempat IV-6
4.1.4 Kawasan Suaka Alam, Pelestraian Alam, dan Cagar Budaya IV-8
4.1.5 Kawasan Rawan Bencana Alam
4.1.6 Kawasan Lindung Geologi IV-10
4.1.7 Kawasan Lindung Lainnya IV-12
4.2 KAWASAN BUDIDAYA IV-13
4.2.1 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi IV-14
4.2.2 Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat IV-15
IV-9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
v
4.2.3 Kawasan Peruntukan Pertanian IV-15
4.2.4 Kawasan Peruntukan Perikanan IV-20
4.2.5 Kawasan Peruntukan Pertambangan IV-21
4.2.6 Kawasan Peruntukan Industri IV-23
4.2.7 Kawasan Peruntukan Pariwisata IV-23
4.2.8 Kawasan Peruntukan Permukiman IV-26
BAB V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS V-1
5.1 KAWASAN STRATEGIS UNTUK KEPENTINGAN PERTUMBUHAN
EKONOMI V-1
5.2 KAWASAN STRATEGIS UNTUK KEPENTINGAN
PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA ALAM DAN TEKNOLOGI
TINGGI V-4
5.3 KAWASAN STRATEGIS SOSIAL BUDAYA V-4
5.4 KAWASAN STRATEGIS UNTUK KEPENTINGAN FUNGSI DAN
DAYA DUKUNG LINGKUNGAN V-5
BAB VI ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH VI-1
6.1 USULAN PROGRAM UTAMA VI-1
6.2 SUMBER PENDANAAN VI-1
6.3 INSTANSI PELAKSANA VI-2
6.4 WAKTU PELAKSANAAN VI-2
BAB VII ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH
7.1 ARAHAN ZONASI VII-1
7.2 PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG VII-29
7.2.1 Pengawasan Pemanfaatan Ruang VII-19
7.2.2 Arahan Pokok Pengendalian Ruang Kawasan Lindung,
Kawasan Budidaya dan Kawasan Tertentu VII-30
7.3 PENGEMBANGAN PERANGKAT INSENTIF DAN DIS-INSENTIF
DALAM PENATAAN RUANG VII-34
7.4 KETENTUAN PERIJINAN DALAM PENATAAN RUANG VII-35
7.5 KETENTUAN SANKSI DALAM PENATAAN RUANG VII-36
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
vi
7.6 KETENTUAN PERIZINAN BERDASARKAN KEWENANGAN
PEMERINTAH PROVINSI DAN DAERAH VII-27
BAB VIII PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG VIIII-1
8.1 PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT VIII-1
8.2 BENTUK PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN
RUANG WILAYAH KABUPATEN VIII-1
8.3 TATA CATA PERAN SERTA MASYARAKAT VIII-2
8.4 PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT VIII-3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
vii
TABEL 1.1 PEMBAGIAN KECAMATAN DI KABUPATEN WONOSOBO I-12
TABEL 1.2 JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK DI KABUPATEN
WONOSOBO SAMPAI AKHIR TAHUN PERENCANAAN 2029 I-13
TABEL 1.3 KEJADIAN BENCANA ALAM DI KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2006 I-15
TABEL 1.4 JUMLAH TEGAKKAN DAN PENEBANGAN HUTAN RAKYAT
KABUPATEN WONOSOBO 2006 I-16
TABEL 1.5 KEGIATAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN WONOSOBO I-18
TABEL 3.1 HIRARKI KOTA DAN FUNGSI PUSAT PELAYANAN DALAM
RENCANA STRUKTUR TATA RUANG KABUPATEN
WONOSOBO III-5
TABEL 3.2 RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN TAHUN
2007, 2008, 2009, 2010, 2015, 2020, 2025 DAN 2030 DI
KABUPATEN WONOSOBO III-32
TABEL 3.3 RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS KESEHATAN TAHUN
2007, 2008, 2009, 2010, 2015, 2020, 2025 DAN 2030 DI
KABUPATEN WONOSOBO III-34
TABEL 3.4 RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS PERIBADATAN TAHUN
2007, 2008, 2009, 2010, 2015, 2020, 2025 DAN 2030 DI
KABUPATEN WONOSOBO III-36
TABEL 3.5 RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS PEREKONOMIAN TAHUN
2008, 2009, 2010, 2015, 2020, 2025 DAN 2029 DI KABUPATEN
WONOSOBO III-38
TABEL 4.1 PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN WONOSOBO IV-27
TABEL 4.2 PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN WONOSOBO
DIPERINCI PER KECAMATAN IV-37
TABEL 6.1 INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN VI-3
TABEL 7.1 ARAHAN ZONASI PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN
WONOSOBO VII-21
TABEL 7.2 KETENTUAN SANKSI DALAM PENATAAN RUANG VII-36
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
viii
GAMBAR 3.1. TREND TRANSPORTASI WILAYAH III-10
GAMBAR 3.2. PELAYANAN ANGKUTAN UMUM KABUPATEN WONOSOBO III-13
GAMBAR 3.3. NERACA AIR III-25
GAMBAR 7.1 DIAGRAM MEKANISME PERIZINAN TERKAIT
PENGENDALIAN POLA RUANG VII-35
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
ix
PETA P - 1. PETA ORIENTASI KABUPATEN WONOSOBO TERHADAP PROVINSI
JAWA TENGAH
PETA P - 2. PETA BATAS ADMINISTRASI KABUPATEN WONOSOBO
PETA P - 3. PETA PENGGUNAAN LAHAN WILAYAH KABUPATEN WONOSOBO
PETA P - 4. PETA RAWAN BENCANA LONGSOR KABUPATEN WONOSOBO
PETA P - 5. PETA RAWAN BENCANA ANGIN TOPAN DAN GAS BERACUN
KABUPATEN WONOSOBO
PETA P - 6. PETA KEPADATAN PENDUDUK KABUPATEN WONOSOBO
PETA P - 7. PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN
WONOSOBO
PETA P - 8. PETA RENCANA JARINGAN PRASARANA WILAYAH KABUPATEN
WONOSOBO
PETA P - 9. PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN WONOSOBO
PETA P - 10. PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KAWASAN KABUPATEN
WONOSOBO
PETA P - 11. PETA JARINGAN JALAN EKSISTING
PETA P - 12. PETA JARINGAN PRASARANA EKSISTING
PETA P - 13. PETA JENIS TANAH
PETA P - 14. PETA GEOLOGI
PETA P - 15. PETA CURAH HUJAN
PETA P - 16. PETA KEMIRINGAN LERENG
PETA P - 17. PETA KAWASAN HUTAN
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-1
1.1 LATAR BELAKANG
Produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten berisikan rencana struktur dan pola
pemanfaatan ruang, baik yang bersifat internal maupun eksternal wilayah dalam
mewujudkan tujuan pembangunan di suatu wilayah kabupaten. Faktor-faktor tersebut
menjadi sangat fundamental ketika berhadapan dengan sistem peradaban baru yang
berlaku dalam masyarakat, sehingga membutuhkan pendekatan baru pula dalam pola
pembangunannya.
Kondisi pemanfaatan dan pengelolaan dari rencana tersebut, bisa mengalami
berbagai kemungkinan perubahan kondisi-kondisi yang menyangkut faktor internal dan
eksternal wilayah, serta kekurangsesuaian dalam pemanfaatan rencana dan pengendalian
sehingga terjadi penyimpangan. Kondisi ini memerlukan tindak lanjut dari kegiatan evaluasi
pemanfaatan RTRW.
Kinerja penataan ruang tidak hanya dipengaruhi faktor internal wilayah dan kualitas
rencana dan ketepatan tata cara pemanfaatan, tetapi juga faktor eksternal seperti adanya
paradigma baru dalam pembangunan atau penataan ruang nasional, perubahan peraturan
dan rujukan baru. Oleh karena itu, penyempurnaan tata ruang dilakukan dengan tetap
memperhatikan faktor eksternal wilayah.
Kabupaten Wonosobo secara umum merupakan kawasan yang terletak pada daerah
dengan potensi iklim dan kondisi lahan yang sangat baik untuk pertanian. Dalam sejarah
perkembangan kawasan, sejak lama kawasan ini diproyeksikan sebagai kawasan produksi
pertanian. Wajar jika kemudian sektor pertanian merupakan sektor yang menyerap tenaga
kerja paling dominan. Namun dalam perkembangannya kegiatan pertanian terutama di
daerah atas mengakibatkan ancaman erosi yang cukup besar. Selain itu, perkembangan
pusat Kota Wonosobo yang sudah mulai jenuh dan menyebar ke arah luar kota
membutuhkan antisipasi dalam kegiatan pembangunannya, karena akan mengakibatkan
perubahan penggunaan lahan di wilayah penyebaran pusat kota tersebut. Selain itu terdapat
beberapa perkembangan lain yaitu pemekaran wilayah Kabupaten Wonosobo dari 13
kecamatan menjadi 15 kecamatan dengan penambahan yaitu Kecamatan Sukoharjo dan
BAB I
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-2
Kecamatan Kalibawang. Selain itu, terdapat pula perkembangan-perkembangan lain yang
membutuhkan perhatian dalam kegiatan penataan ruang.
Faktor eksternal yang melatarbelakangi revisi Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Wonosobo ini yaitu perubahan ketentuan hukum penataan ruang dari Undang-
Undang No 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang menjadi Undang-Undang No 26
Tahun 2007. Perubahan undang-undang ini mencakup perubahan subtansi materi yang
harus diwadahi dalam suatu rencana tata ruang. Mengingat penyusunan RTRW Kabupaten
Wonosobo disusun jauh sebelum dikeluarkan UU No 26 Tahun 2007 tersebut, maka
terdapat beberapa materi yang belum sesuai dengan materi yang terdapat dalam undang-
undang tersebut.
Untuk produk RUTRD Kabupaten Wonosobo sendiri disusun tahun 1991 dengan
tahun perencanaan 1991-2001 yang kemudian ditegaskan fungsi hukumnya dengan Perda
No 11 Tahun 1996 tentang RUTRD Kabupaten Wonosobo. Setelah itu, disusun produk
rencana yang baru yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo tahun 2003.
Tetapi rencana ini tidak memiliki dasar hukum yang kuat karena belum diperdakan,
sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar dalam kegiatan penataan ruang di
Kabupaten Wonosobo.
Jangka waktu perencanaan RUTRD Kabupaten Wonosobo telah lewat, maka perlu
dilakukan proses evaluasi dan revisi terhadap RUTRD Kabupaten Wonosobo Tahun 1991-
2001. Dasar pelaksanaan evaluasi dan revisi menggunakan RUTRD Kabupaten Wonosobo
Tahun 1991-2001, karena RUTRD ini merupakan RUTRD yang telah diperdakan.
Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Wonosobo pada Tahun Anggaran
2007 ini mengadakan Review Rencana Umum Tata Ruang Daerah (RUTRD) Kabupaten
Wonosobo. Dengan review RUTRD Kabupaten Wonosobo ini diharapkan dapat disusun
suatu produk rencana yang dapat menanggapi dan mengantisipasi perkembangan
pembangunan wilayah Kabupaten Wonosobo, sehingga diharapkan bisa lebih tepat dan
lebih sesuai untuk digunakan sebagai acuan pelaksanaan kegiatan pembangunan di
Kabupaten Wonosobo.
1.2 TUJUAN DAN SASARAN
1.2.1 Tujuan
Tujuan dari perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Wonosobo mewujudkan
ruang wilayah kabupaten yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa
berwawasan lingkungan, efisiensi dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan
acuan dalam program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-3
1.2.2 Sasaran
Sasaran dari dilakukannya Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan daya guna dan hasil guna pelayanan yang merupakan upaya
pemanfaatan ruang secara optimal.
b. Mengarahkan pembangunan yang lebih tegas dalam rangka upaya
pengendalian pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik secara teratur baik
kualitas maupun kuantitasnya.
c. Memberikan kepastian hukum dalam hal pemanfaatan ruang. Rasa kepastian
hukum merupakan salah satu faktor penting dalam merangsang partisipasi
masyarakat.
d. Terkendalinya pembangunan wilayah kabupaten dengan baik yang dilakukan
oleh pemerintah maupun oleh masyarakat..
e. Terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan budaya.
f. Tersusunnya rencana dan keterpaduan program pembangunan.
g. Terdorongnya minat investasi masyarakat dunia usaha.
h. Terkoordinasinya pembangunan antar wilayah dan antar sektor pembangunan.
1.3 RUANG LINGKUP
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup penyusunan peninjauan kembali RTRW Kabupaten Wonosobo ini
yaitu seluruh wilayah Kabupaten Wonosobo dibagi dalam 15 wilayah kecamatan yang
terdiri dari 265 desa/ kelurahan dengan luas total wilayah keseluruhan 98.468 ha.
Kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut:
1 Wadaslintang : 12 716 ha
2 Kepil : 9 387 ha
3 Sapuran : 7 772 ha
4 Kalibawang : 4 782 ha
5 Kaliwiro : 10 008 ha
6 Leksono : 4 407 ha
7 Sukoharjo : 5 429 ha
8 Selomerto : 3 971 ha
9 Kalikajar : 8 330 ha
10 Kertek : 6 214 ha
11 Wonosobo : 3 238 ha
12 Watumalang : 6 823 ha
13 Mojotengah : 4 507 ha
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-4
14 Garung : 5 122 ha 15 Kejajar : 5 762 ha
Adapun batas wilayah Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut :
Sebelah utara : Kabupaten Kendal dan Kabupaten Batang
Sebelah timur : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang
Sebelah selatan : Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen
Sebelah barat : Kabupaten Banjamegara dan Kabupaten Kebumen
1.3.2 Ruang Lingkup Waktu
Dimensi waktu perencanaan mencakup 20 tahun yang akan datang dari tahun 2011
sampai dengan tahun 2031.
1.3.3 Ruang Lingkup Materi
RTRW Kabupaten Wonosobo ini merupakan produk rencana tata ruang yang
berisikan rumusan tentang arahan pengembangan dan pemanfaatan ruang dalam jangka
waktu 20 (dua puluh) tahun. Ruang lingkup materi penyusunan RTRW Kabupaten
Wonosobo ini meliputi:
a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten;
b. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistem perkotaan di
wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistem jaringan
prasarana wilayah kabupaten;
c. Rencana pola ruang wilayah kabupaten yang meliputi kawasan lindung
kabupaten dan kawasan budidaya kabupaten;
d. Penetapan kawasan strategis kabupaten;
e. Arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan; dan
f. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten yang berisi
peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta
arahan sanksi
1.4 PENGERTIAN, ASAS DAN PRINSIP DASAR PENYUSUNAN RENCANA TATA
RUANG WILAYAH KABUPATEN
1.4.1 Pengertian Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan produk perencanaan tata ruang pada
tingkat yang paling tinggi, yang disusun dengan kriteria perencanaan sebagai berikut :
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-5
1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
2. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.
3. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem Prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang
secara hirarkis memiliki hubungan fungsional.
4. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.
5. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
6. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang meliputi pengaturan,
pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang.
7. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
8. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola
ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.
9. Pemanfaatan ruang adalah upaya mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai
dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta
pembiayaannya.
10. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya mewujudkan tertib tata ruang sesuai
dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
11. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.
12. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo yang selanjutnya disingkat RTRW
Kabupaten Wonosobo adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten
Wonosobo.
13. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/ atau
aspek fungsional.
14. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai jangkauan
pelayanan pada tingkat wilayah.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-6
15. Pusat Kegiatan Wilayah yang selanjutnya disebut PKW adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten.
16. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan.
17. Pusat Kegiatan Lokal Promosi yang selanjutnya disebut PKLp adalah pusat pelayanan
kawasan yang dipromosikan untuk di kemudian hari ditetapkan sebagai PKL.
18. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.
19. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
20. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang
berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel.
21. Kawasan adalah wilayah yang memiliki fungsi utama lindung atau budidaya.
22. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya
buatan.
23. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan.
24. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
25. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan
pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber
daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hirarki
keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis.
26. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan
dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-7
27. Kawasan Peruntukan Pertambangan (KPP) adalah wilayah yang memiliki potensi
sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan
peta/data geologi dan merupakan tempat dilakukannya sebagian atau seluruh tahapan
kegiatan pertambangan yang meliputi penelitian, penyelidikan umum, eksplorasi, operasi
produksi/eksploitasi dan pasca tambang, baik di wilayah daratan maupun perairan, serta
tidak dibatasi oleh penggunaan lahan, baik kawasan budi daya maupun kawasan
lindung.
28. Kawasan Suaka alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan
maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai
wilayah sistem penyangga kehidupan.
29. Cagar budaya adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa
kesatuan atau kelompok,atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur
sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan
mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap
mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, serta benda
alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan.
30. Kawasan pertahanan negara adalah wilayah yang ditetapkan secara nasional yang
digunakan untuk kepentingan pertahanan.
31. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan
negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya dan/ atau
lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
32. Kawasan strategis provinsi yang selanjutnya disebut KSP adalah wilayah yang penataan
ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/ atau lingkungan.
33. Kawasan strategis kabupaten yang selanjutnya disebut KSK adalah wilayah yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam
lingkup kabupaten/ kota terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/ atau lingkungan.
34. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan
ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
35. Orang adalah orang perseorangan atau korporasi.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-8
36. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang
penataan ruang.
37. Masyarakat adalah orang perseorangan, kelompok orang termasuk masyarakat hukum
adat, korporasi, dan/ atau pemangku kepentingan non pemerintah lain dalam
penyelenggaraan penataan ruang.
38. Peran masyarakat adalah partisipasi aktif masyarakat dalam proses perencanaan tata
ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
39. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah, yang selanjutnya disebut BKPRD adalah
badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan Undang-undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mempunyai fungsi membantu tugas
Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.
1.4.2 Asas Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penyusunan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten diselenggarakan berdasarkan asas:
a. Keterpaduan
b. Keserasian, keselerasan dan keseimbangan
c. Keberlanjutan
d. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan
e. Keterbukaan
f. Kebersamaan dan kemitraan
g. Perlindungan kepentingan umum
h. Kepastian hukum dan keadilan
i. Akuntabilitas
Dalam masing-masing asas tersebut terdapat arti dan makna yang berbeda.
Penjelasan arti dari masing-masing asas adalah sebagai berikut:
Keterpaduan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas
wilayah, dan lintas pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan, antara lain,
adalah Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan pola
ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dengan lingkungannya,
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-9
keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar daerah serta antara
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
Keberlanjutan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung
lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi mendatang.
Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber daya yang
terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang
berkualitas.
Keterbukaan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan penataan ruang.
Kebersamaan dan kemitraan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan
dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
Pelindungan kepentingan umum adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.
Kepastian hukum dan keadilan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan berlandaskan hukum/ketentuan peraturan
perundangundangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan dengan
mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat serta melindungi hak dan
kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan kepastian hukum.
Akuntabilitas adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat
dipertanggungjawabkan, baik prosesnya, pembiayaannya, maupun hasilnya.
1.4.3 Prinsip Dasar Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
a. Penyusunan RTRW Kabupaten diawali dengan kegiatan evaluasi, mengingat
RUTRD Kabupaten tahun sebelumnya yang telah habis masa perencanaannya
sehingga perlu dievaluasi dan disempurnakan. Kegiatan evaluasi dan
penyempurnaan ini merupakan satu kesatuan langkah yang tidak dapat
dipisahkan.
b. Evaluasi RUTRD Kabupaten akan merekomendasikan tiga kemungkinan sebagai
berikut:
1. Tidak perlu dilakukan perubahan karena masih valid untuk digunakan
sebagai alat pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-10
2. Perlu penyepurnaan sebagian karena beberapa bagian kawasan telah
mengalami perubahan fungsi.
3. Perlu penyusunan total atau disusun ulang, karena RTRW yang ada tidak
dapat lagi digunakan sebagai pedoman pembangunan khususnya dalam hal
pengendalian pemanfaatan ruang kota.
c. Dalam kegiatan penyempurnaan ini harus diperhatikan sebagai berikut:
1. Kegiatan penyempurnaan yang dilakukan berusaha memperhatikan
fleksibilitas dan kedinamisan RTRW, sehingga dapat mengantisipasi berbagai
permasalahan pengembangan yang akan muncul, serta dapat
mengendalikan tingkat devisiasi (penyimpangan) sehingga tidak terpisahkan
dari tipe kemampuan tumbuh dan berkembangnya wilayah kabupaten serta
pola wilayah kabupaten itu sendiri.
2. Fleksibilitas dan kedinamisan yang dimaksud harus memperhatikan asas
manfaat, pemerataan antar wilayah di kabupaten atau antara wilayah
kabupaten dengan wilayah kabupaten sekitar serta dengan wilayah yang
lebih besar yang merupakan pusat pertumbuhan wilayah.
3. Kegiatan penyempurnaan berusaha untuk dapat memfungsikan RTRW agar
dapat menampung perkembangan dan dinamika kegiatan ekonomi
masyarakat kota yang relatif sangat cepat.
1.5 DASAR HUKUM
Dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo ini
didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi :
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 perubahan kedua;
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah (Diundangkan
pada tanggal 8 Agustus 1950);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-11
2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor
48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor
21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara
Peran Masyarakat Dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5160);
8. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Tengah Tahun 2010 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Tengah Nomor 28).
1.6 PROFIL WILAYAH KABUPATEN WONOSOBO
1.6.1 Letak Geografis dan Administratif
Kabupaten Wonosobo merupakan salah satu dari 35 (tiga puluh lima) kabupaten/
kota di Propinsi Jawa Tengah. Terletak antara 7°.43'.13" dan 7°.04'.40" garis lintang
selatan (LS) serta 109°.43'.19" dan 110°.04'.40" garis bujur timur (BT), pada ketinggian 250 -
2.250 dari permukaan laut. Wonosobo berada di tengah wilayah Jawa Tengah, pada jalur
utama yang menghubungkan Cilacap - Banjarnegara - Temanggung - Semarang dari
Purwokerto - Yogyakarta lewat Secang Magelang. Karena letaknya di persimpangan jalur
tersebut, Wonosobo merupakan jalur ekonomi dan jalur pariwisata di Jawa Tengah-DIY.
Selain itu, karena berada diantara pusat-pusat pengembangan industri, yaitu Wonosobo,
Surakarta dan Cilacap, Wonosobo merupakan hinterland, yang akan diterjemahkan
sebagai potensi ekonomi yang dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi daerah dan
kesejahteraan masyarakat.
Batas wilayah Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut:
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-12
Sebelah utara : Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Batang
Sebelah timur : Kabupaten Temanggung dari Kabupaten Magelang
Sebelah selatan : Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Kebumen
Sebelah barat : Kabupaten Banjamegara dan Kabupaten Kebumen
Setelah adanya pemekaran wilayah kecamatan, saat ini Kabupaten Wonosobo terdiri
dari 15 kecamatan, dengan jumlah desa/ kelurahan yang semula 264 menjadi 265 pada
tahun 2005 yang terdiri dari 236 wilayah desa dan 29 wilayah kelurahan. Untuk lebih jelasnya
pembagian kecamatan di kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL 1.1 PEMBAGIAN KECAMATAN DI KABUPATEN WONOSOBO
No Kecamatan Luas (ha)
Persentase Desa Kelurahan Jumlah desa
dan kelurahan
1 Wadaslintang 12 716 12,91 16 1 17
2 Kepil 9 387 9,53 20 1 21
3 Sapuran 7 772 7,89 16 1 17
4 Kalibawang 4 782 4,86 8 - 8
5 Kaliwiro 10 008 10,16 20 1 21
6 Leksono 4 407 4,48 13 1 14
7 Sukoharjo 5 429 5,51 17 - 17
8 Selomerto 3 971 4,03 22 2 24
9 Kalikajar 8 330 8,46 18 1 19
10 Kertek 6 214 6,31 19 2 21
11 Wonosobo 3 238 3,29 7 13 19
12 Watumalang 6 823 6,93 15 1 16
13 Mojotengah 4 507 4,58 16 3 19
14 Garung 5 122 5,20 14 1 15
15 Kejajar 5 762 5,85 15 1 16
Jumlah 2005 98 468 100,00 236 29 265
Sumber: Kabupaten Wonosobo Dalam Angka Tahun 2006
1.6.2 Kependudukan
1.6.2.1 Rencana Proyeksi dan Kepadatan Penduduk
Pada akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2031 proyeksi penduduk Kabupaten
Wonosobo diproyeksikan sebesar 930.628 jiwa. Jumlah penduduk yang direncanakan paling
banyak berada di Kecamatan Kertek yaitu sejumlah 87.464 jiwa dan Kecamatan Wonosobo
dengan jumlah penduduk sebanyak 78.039 jiwa dan kecamatan dengan jumlah penduduk
terendah direncanakan di Kecamatan Kalibawang dengan jumlah penduduk 40.751 jiwa.
Kepadatan penduduk sampai akhir tahun perencanaan dengan kepadatan tinggi berada di
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-13
Kecamatan Wonosobo dengan kepadatan penduduknya sebanyak 2.410 jiwa/km2 dan
kepadatan terendah direncanakan di Kecamatan Wadaslintang dengan kepadatan
penduduk 479 jiwa/km2. Sedangkan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk sampai
akhir tahun perencanaan tahun 2031 secara rinci dapat dilihat dalam tabel berikut :
TABEL 1.2 JUMLAH DAN KEPADATAN PENDUDUK DI KABUPATEN WONOSOBO SAMPAI
AKHIR TAHUN PERENCANAAN 2031
No
Kecamatan
Rencana Jumlah Penduduk
(jiwa)
Rencana Kepadatan Penduduk
(jiwa/Km2)
1 Wadaslintang 60.961 479
2 Kepil 73.912 787
3 Sapuran 58.541 753
4 Kalibawang 40.751 852
5 Kaliwiro 55.601 556
6 Leksono 47.838 1086
7 Sukoharjo 36.008 663
8 Selomerto 53.252 1341
9 Kalikajar 75.021 901
10 Kertek 87..464 1408
11 Wonosobo 78.039 2410
12 Watumalang 66.428 974
13 Mojotengah 76.220 1691
14 Garung 65.124 1271
15 Kejajar 55.468 963
Jumlah 930.628 945
Sumber : Hasil Analisis Penyusun,2008
1.6.2.2 Arahan Distribusi Penduduk
Arahan distribusi penduduk dalam hal ini banyak dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain :
Arahan pemanfaatan ruang
Arahan pemanfaatan ruang akan banyak mempengaruhi arahan distribusi
penduduk, peruntukan ruang sebagai pusat kegiatan pelayanan akan diarahkan
kepadatan penduduknya secara maksimal sesuai hasil proyeksi, namun pada
wilayah yang peruntukannya seperti untuk kegiatan budidaya diharapkan
distribusi penduduknya didapat sesuai dengan hasil proyeksi penduduk tahun
perencanaan namun untuk kawasan yang diarahkan untuk kawasan lindung
akan justru dikendalikan walaupun kondisi saat ini sudah mengarah menuju
kepadatan tinggi.
Arahan pengembangan wilayah
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-14
Arahan pengembangan wilayah menjadi salah satu hal yang perlu
dipertimbangkan dalam arahan distribusi penduduk karena arahan
pengembangan wilayah secara otomatis akan mendorong penyediaan fasilitas
pelayanan dan infrastruktur yang akan menarik perkembangan permukiman.
Kondisi lahan
Kondisi lahan ini antara lain adalah kondisi wilayah termasuk rawan bencana,
rawan longsor, rawan banjir, dan lainnya. Pada kondisi lahan yang demikian ini
tidak diarahkan untuk kepadatan tinggi bahkan perlu untuk dikendalikan meski
berdasarkan kondisi saat ini dan hasil proyeksi menunjukkan kepadatan tinggi.
Kondisi topografi wilayah
Arahan distribusi dan kepadatan penduduk dalam hal ini juga harus
mempertimbangkan kondisi topografi wilayah.
Berdasarkan pertimbangan beberapa faktor di atas arahan distribusi penduduk di
wilayah Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut :
Arahan distribusi dan kepadatan penduduk tinggi diarahkan di wilayah
Kecamatan Kertek, Wonosobo, Mojotengah, Kalikajar, Kepil, dan Watumalang.
Arahan kebijakan pengendalian jumlah penduduk direncanakan terutama di
kawasan Dieng terutama di Kecamatan Garung dimana kawasan tersebut secara
fisik merupakan daerah rawan bencana sebagai akibat pemanfaatan lahan yang
berlebihan sebagai budidaya.
Wilayah di luar arahan kepadatan tinggi dan wilayah yang termasuk dikendalikan
kepadatannya diarahkan sebagai wilayah dengan kepadatan sedang
(Kecamatan Sukoharjo, Leksono, dan Kaliwiro).
1.6.3 Keadaan Bencana Alam
Bencana alam merupakan fenomena alam yang sering terjadi di suatu daerah.
Kondisi tersebut dapat terjadi karena faktor alam maupun non alam. Beberapa kejadian
bencana yang sering terjadi di Kabupaten Wonosobo antara lain banjir, angin ribut, longsor,
kekeringan dan kebakaran. Kejadian bencana yang cukup sering terjadi di Kabupaten
Wonosobo yaitu longsor yang meliputi 27 kejadian pada tahun 2006. Untuk lebih jelasnya
kejadian bencana alam di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel berikut:
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-15
TABEL 1.3 KEJADIAN BENCANA ALAM DI KABUPATEN WONOSOBO TAHUN 2006
NO. KECAMATAN BANJIR ANGIN RIBUT
LONGSOR KEKERINGAN HAMA
TANAMAN KEBAKARAN
1. Wadaslintang - - 8 2 - -
2. Kepil - - - - - 1
3. Sapuran - 1 1 - - -
4. Kalibawang - - 2 2 - -
5. Kaliwiro - - 5 2 - 2
6. Leksono - - - 2 - 2
7. Sukoharjo - - - - - 1
8. Selomerto - - - - - 3
9. Kalikajar - 5 1 2 - -
10. Kertek - 1 - 2 - 1
11. Wonosobo - - 6 - - 1
12. Watumalang - - 3 - - -
13. Mojotengah 1 - - - - 5
14. Garung - - 1 1 - -
15. Kejajar - - - - - -
Jumlah 2006 1 7 27 13 - 16
2005 3 57 5 - - 31
2004 5 12 46 - - 27
2003 9 14 59 - - 27
Sumber: Kabupaten Wonosobo dalam Angka, 2006
1.6.4 Kondisi Sumber Daya Alam
1.6.4.1 Kehutanan
Pelaksanaan pembangunan kehutanan dan perkebunan di Kabupaten Wonosobo
mempunyai peran dalam menjaga dan meningkatkan kelestarian lingkungan hidup,
mendukung penyediaan lapangan kerja, penyediaan bahan baku industri dan penyediaan
bahan ekspor non migas sehingga diharapkan dapat mewujudkan peningkatan
kesejahteraan bagi masyarakat. Secara umum kawasan hutan di Kabupaten Wonosobo
dibedakan menjadi hutan negara dan hutan rakyat.
1. Hutan Negara adalah hutan yang kepemilikan dan pengelolaannya dilakukan oleh
negara/ pemerintah dalam hal ini Perum Perhutani. Hutan negara yang terdapat di
Kabupaten Wonosobo memiliki luas 18888,12 ha yang dikelola oleh KPH Kedu Utara
yang terdiri dari hutan hutan lindung 3.981 Ha, hutan suaka alam wisata 42,00, hutan
produksi tetap 6.095 Ha, dan hutan produksi terbatas 9.610 Ha.
2. Hutan Rakyat merupakan hutan yang pemilikan dan pengelolaannya oleh rakyat. Luas
areal potensial pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Wonosobo yaitu berjumlah
19.185 Ha. Berikut adalah tabel jumlah tegakkan dan penebangan hutan rakyat
Kabupeten Wonosobo tahun 2008.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-16
TABEL 1.4 JUMLAH TEGAKKAN DAN PENEBANGAN HUTAN RAKYAT
KABUPATEN WONOSOBO
NO KECAMATAN
LUAS HUTAN
RAKYAT (HA)
JUMLAH PEMILIK
JUMLAH TEGAKAN (BATANG) JUMLAH PENEBANGAN TEGAKAN (M3)
albasia mahoni suren jemitri akasia jati Lain2 albasia mahoni suren jemitri akasia jati lain2
1 Kaliwiro 1.729 13.311 1.634.900 640.000 202.850 86.550 - - 213.550 205.927 14.045 1.577 757 - - 2.388
2 Mojotengah 790 3.958 321.066 2.090 36.502 8.172 9.114 - 62.478 7.415,7 - 1.010,4 77 49 - 185
3 Leksono 2.083,00 7081 872.797 40.942 48.758 699 - 870 72.736 1.508 1.516 44 - 60
4 Watumalang 1409 6054 378.720 - 12957 - 3.625 302.400 1720 - 22,5 - 200 30
5 Sukoharjo 2061 5747 808.200 98.780 143.710 - - 1055630 114910 40.406 2910 4035 - - 0 5740
6 Kejajar 106,000 750 - - 8.450 - 41430 - 620250 - - - - - - 11265
7 Selomerto 281 3178 3.393 - 795 - - 870 1660 999 - 209 - - - 296
8 Wonosobo 314 516 34.570 3.129 3.340 1868 - - 3215 - - - - - - -
9 Sapuran 2572 8513 1.528.202 203.930 110.260 15666 - - - 152.821 20394 11027 1567 - - -
10 Kalikajar 692 1811 206.627 24.307 4.839 7289 - - - 4.063 25 - - - - -
11 Garung 169 3023 139.565 3.865 120.360 1626 72500 - 30954 420 - 24,2 2 - - 36
12 Kalibawang 1802 5125 427.946 92.292 98.192 - - - - 1.791 1172 - - - - -
13 Kertek 105 694 17.000 - 35.000 - 21500 - 102250 - - - - - - -
14 Wadaslintang 2570 13730 539.789 184.554 6.361 50797 66155 171670 28805 12.921 - 7171 - 837 - 15094
15 Kepil 2402 13956 2.588.880 475.950 68.825 1850 1500 - 315855 258.434 6675 3702 - - - 5406
Jumlah 19.085 87.447 9.501.655 1.769.839 901.199 174.517 215824 1228170 1.797.197 759.654 46.729 30.294 2.447 1086 0 40.500
Sumber: Kabupaten Wonosobo dalam Angka, 2008
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-17
Berdasarkan data distribusi hasil hutan (kayu) dari hutan rakyat tahun 2008, dapat
diketahui hasilnya berupa albasia, mahoni, jati, pinus, dan lain-lain. Pada periode Januari-
Desember tahun 2008 jumlah pendistribusian kayu bulat paling besar adalah albasia dengan
jumlah 20.145,094 m3 sedangkan kayu olahan juga albasia dengan jumlah 92.586,539 m3.
Jumlah ekspor kayu olahan albasia juga paling besar yaitu 65.894,0714 m3 sedangkan
pinus dengan jumlah 1.943,7066 m3. Kayu olahan albasia dan pinus diekspor ke negara
Japan, Hongkong, Taiwan, China, Germany, Spain, Inggris, USA, Netherlands, Korea,
Australia, Singapore.
1.6.4.2 Pertambangan
Kegiatan pertambangan di Kabupaten Wonosobo hanya ada pada beberapa
kecamatan, yaitu di Wadaslintang, Sapuran, Kaliwiro, Leksono, Selomerto, Kertek,
Watumalang, Garung dan Kejajar dengan jenis tambang trass, batu belah, lempung, kaolin,
batu gamping, bentonit, andesit, asbes muda, sirtu, kwarsa, zaolit dan tanah urug. Kegiatan
ini dilakukan oleh individu dengan status kepemilikan tanah pertambangan berupa milik
sendiri, sewa dan termasuk wilayah sungai. Penambangan dengan status individu ini
(berizin/ tidak berizin) dilakukan di satu tempat sehingga menyebabkan kerusakan
lingkungan pada satu daerah terlihat luas. Berikut merupakan data kegiatan pertambangan
di Kabupaten Wonosobo:
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-18
TABEL 1.5 KEGIATAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN WONOSOBO
KECAMATAN Nama Bahan
Galian Lokasi
Tebal Lapisan Penutup
Potensi Kawasan Cara Penambangan Jarak
Volum Tenaga Perhutani Lindung Milik
Wadaslintang Tras Ds. Gumelar - 30,000 8 x 104 - - x
tambang terbuka (pit type sistem)
13 Km kearah utara
Batu Belah Ds. Besuki - 90,000 2,3 x 105 - - x pemecahan
langsung 10 Km kearah
utara
Batu Belah Ds. Somagede - 160,000 4 x 105 - - x pemecahan
langsung 6 Km
Batu Belah Ds . Besuki 1m 3 x 104 8 x 104 - - x (sit hill type system) ± 10 Km kearah
laut
Lempung Ds. Sumberrejo - - - - - x pit type system 8 Km
Kaolin Ds. Kalicadap 2 m 6.4 x
105 1.5 x 106 - - x pit type system 15 Km kearah
barat laut
Batu gamping Ds. Karanganyar - 1.25 x
103 3 x 103 - - x Top / side hilltype
system 5 Km kearah
utara
Batu gamping Ds. Erorejo - 9 x 102 2.3 x 103 - - x Top / side hilltype
system 8 Km Kearah
selatan
Bentonit Ds. Kalidadap - - - - - - pit type system
13 Km kearah barat laut
Kepil -
Sapuran
Andesit Ds. Dempel 7 m 50,000 1.3 x 105 - - x
tambang terbuka (site hill type
system) 8 Km
Batu Belah ( Batu Kali) Ds. Sindupaten
Bentonit Ds. Karang sembung - 4.5x 104 1.2x 105 - - x Pit type system
7.5 km ke selatan
Bentonit Ds. Karang sembung - 1 x104 2.6 x 104 - - x Pit type system 7 Km ke arah
selatan
Bentonit 1 meter sedikit - - - x 10 Km kearah barat
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-19
KECAMATAN Nama Bahan
Galian Lokasi
Tebal Lapisan Penutup
Potensi Kawasan Cara Penambangan Jarak
Volum Tenaga Perhutani Lindung Milik
Kalibawang -
Kaliwiro Pasir (Tras) Ds. Pesodongan - 30,000 8 x 104 - - x
tambang terbuka (pit type sistem)
17 Km kearah barat
Sirtu Sungai Ds.Pesodongan - - - - - x pemecahan
langsung 12 Km kearah
utara
Tras Ds. Pesodongan 2 - 3 m 3 x 104 7 x 104 - - x (site hill type
system) ± 17 Km kearah
laut
Tanah Urug Ds. Ngadisono - 2 x 105 3.6 x 105 - - x
tambang terbuka (side hill type
system) ± 4 Km kearah
selatan
Tanah Urug Ds. Kaliwiro - 3 x 105 5.5 x 105 - - x
tambang terbuka (side hill type
system) ± 5 Km kearah
selatan
Lempung Ds. Kaliwiro - 45 x 103 1.1 x 105 - - x pit type system 2 Km keselatan
Lempung Ds. Gumelan - - - - - x pit type system 11.5 Km ke
arah Timur Laut
Kaolin Ds. Lebak - sedikit - - - x pit type system ± 10 Km ke barat daya
Batu gamping Ds. Purwosari - 3 x 105 7.8 x 105 - - x Top / side hilltype
system 13 Km kearah
barat laut
Batu gamping Ds. Kaliguwo - 5 x 104 1.3 x105 - - x Top / side hilltype
system 8 Km kerah
selatan
Bentonit Ds. Lebak 2 m 4 x 104 1.5 x 105 x - x Top / side hilltype
system 8 Km kearah
barat
Asbes muda Ds. Pesodongan - 3 x 105 - - - x pit type system 14 Km kearah
barat laut
Tanah Urug Ds. Ngaliyan - 8 x 105 1.4 x 105 - - x
tambang terbuka (side hill type
system) ± 10 Km ke
selatan
Leksono Sirtu Ds. Sojokerto
10.5 x 104 1.9 x 105 - x
tambang terbuka (side hill type
± 1.5 Km kearah timur
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-20
KECAMATAN Nama Bahan
Galian Lokasi
Tebal Lapisan Penutup
Potensi Kawasan Cara Penambangan Jarak
Volum Tenaga Perhutani Lindung Milik
system)
Lempung gerabah Ds . Bawangan - 9 x 104 2.2 x 105 - - x pit type system
5 Km ke arah selatan
Lempung gerabah Ds. Leksono - 3 x 105 7.5 x 105 - - x pit type system
300 Km kearah timur
Sukoharjo -
Selomerto
Batu Belah ( Batu S. Made) Ds. Karang rejo -
4.9 x 105 1.3 x 106 - - x
Pemecahan langsung
5 Km kearah timur
Kalikajar -
Kertek Batu Kali (Sirtu S. Begaluh) Ds. Maduretna - 350,000 6.3 x 105 - - x
Pemecahan Langsung 1 Km
Sirtu Vulkanik Kp. Gondang Ds. Candimulya 1 - 2 m 3 x 106 5.4 x 106 - - x
tambang terbuka(side hill
type system) ± 6 Km kearah
utara
Wonosobo -
Watumalang Tras
Kp. Pagelangan Ds. Bimangun - 750,000 1.7 x 106 - - x
tambang terbuka (pit type sistem)
10 km kearah timur
Kwarsa Kp. Lamuk jurang Ds. Kaliguwo - - - - - x pit type system
tufaoadat ( Zaolit)
Kp. Tripis Ds. Watumalang - - - - - x pit type system
12 Km kearah timur
Mojotengah -
Garung Tras
Kp. Kesemeng Ds. Kesemeng 1 - 3 m
12 x 104 2.8 x 105 - - x
( Side Hill Type System) ± 8 Km
Kejajar
Andesit Kp. Wadasputih Ds. Wadasputih Tipis 7 x 106 1,8 x 107 - - x
tambang terbuka(side hill
type system) 3 Km kearah
utara
Sumber: Badan Lingkungan Hidup
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-21
Berdasarkan peta potensi penyebaran bahan mineral logam, bukan logam, batuan
dan batubara di Kabupaten Wonosobo beberapa potensi bahan tambang yang terdapat di
Kabupaten Wonosobo antara lain Andesit (Kejajar, Watumalang, Mojotengah, Garung), batu
belah, batu gamping (Sukoharjo dan Watumalang), bentonit (Kalibawang), Sirtu (Kertek,
Kalikajar, Kaliwiro dan Wadaslintang), Tanah liat/ lempung (Kaliwiro) dan tras (Watumalang,
Mojotengah, Selomerto, Kaliwiro, Wadaslintang dan Kalibawang). Selain itu juga terdapat
pertambangan panas bumi di Dieng.
1.6.5 Kondisi Ekonomi Potensial
(1) Sektor Pertanian
Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Produksi unggulan sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura yang
menjadi unggulan Kabupaten Wonosobo antara lain berupa kentang, salak
pondoh, carica, bunga potong, dan labu siam.
Perkebunan
Produksi unggulan sub sektor perkebunan dengan bidang usaha
pengembangan tanaman yaitu nilam, kopi arabika, kakao, kelapa, panili,
empon-empon.
Kehutanan
Memanfaatkan kawasan hutan produksi yang cukup luas untuk mendukung
fungsi kawasan lindung, dengan mengarahkan sistem pengambilan hasil hutan
yang tetap menjaga ekosistem dan ekologi wilayah serta tidak merusak
lingkungan yang ada.
Peternakan
Produksi unggulan dari sub sektor peternakan berupa domba texel (Kecamatan
Kalikajar, Kejajar, Garung, dan Kertek), kambing PE (Kecamatan Kaliwiro,
Sukoharjo, Watumalang, dan Leksono), dan sapi potong (Kecamatan Kertek,
Watumalang, Sukoharjo, dan Leksono).
Perikanan
Produksi unggulan dari sub sektor perikanan dengan kegiatan budidaya
terdapat di seluruh kecamatan di Kabupaten Wonosobo. Jenis ikan yang
dibudidayakan berupa nila, lele, ikan mas, gurame, tawes, nilem, bawal,
grasscrap. Pada umumnya komoditas ikan yang dibudidayakan adalah nila,
mas, tawes, bawal, grasscrap, gurame dan lele. Selain itu ikan nila dapat
dijadikan komoditas ekspor. Jenis ikan lain yang sedang dalam pengembangan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-22
nelayan yaitu ikan betutu, karena ikan ini mempunyai nilai ekonomis tinggi,
biasanya ikan ini banyak dihasilkan dari tangkapan waduk.
(2) Sektor Industri dan Perdagangan
Produksi unggulan dari sektor industri dan perdagangan berupa pande besi, gula
kelapa, minyak nilam, benang sutra, kayu olahan, dan teh hitam.
(3) Sektor Pariwisata
Melakukan promosi ke luar daerah guna menarik jumlah pengunjung yang
banyak dengan menerangkan tentang kondisi obyek wisata yang indah dan
aman.
Peningkatan jumlah usaha penunjang pariwisata meliputi usaha perhotelan,
penginapan, rumah makan, dan biro perjalanan/ traveling.
Peningkatan hubungan kerjasama wisata baik antar pemerintah maupun
swasta dan masyarakat serta memfasilitasi pengembangan pelaku kegiatan
usaha pariwisata sehingga pengembangan sektor pariwisata ke depan tidak
hanya tertuju pada obyek wisata namun faktor pendukung pariwisata lainnya
dapat sebagai wahana daya tarik lainnya bagi wisatawan.
1.6.6 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Wilayah
Potensi dan permasalahan di Kabupaten Wonosobo ini perlu dirumuskan untuk
mengetahui kekuatan dan kelemahan Kabupaten Wonosobo dalam mendukung
pengembangan wilayah secara luas. Potensi dan permasalahan akan ditinjau menurut
sektor kajian.
A. Sektor Fisik dan Sumber Daya Alam
Potensi
Terjadinya konversi lahan yang memungkinkan pengembangan potensi lahan
sebagai lahan terbangun dan berdaya jual tinggi, karena adanya peningkatan
aktivitas di dalamnya.
Sumber daya hutan yang menghasilkan kayu maupun non kayu memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi Pendapatan Asli Daerah.
Sumber daya alam berupa galian mineral logam, bukan logam, batuan dan
batubara merupakan sumber pendapatan masyarakat setempat seperti
Andesit, Batu Belah, Batu Gamping, Bentonit, Sirtu, Tanah Liat/ Lempung dan
Trass.
Masih lestarinya sumber daya air tanah yang belum terkena degradasi
lingkungan dan masih dalam jumlah yang cukup yaitu 159 titik mata air.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-23
Jumlah kawasan hutan yang sudah memenuhi standar kebutuhan hutan yaitu
48,29 % dari keseluruhan luas DAS.
Permasalahan
Konversi lahan pertanian untuk kegiatan lain seperti permukiman, industri
maupun untuk kegiatan terbangun lainnya. Identifikasi perubahan penggunaan
lahan ini terutama terjadi di sepanjang jalur-jalur utama.
Pemanfaatan kawasan lindung untuk kawasan budidaya yang terutama terjadi
di kawasan atas. Kondisi ini apabila terus berlanjut akan mengakibatkan
berbagai bencana alam seperti tanah longsor dan banjir serta menurunnya
fungsi kawasan lindung sebagai media tata air.
Semakin berkembangnya usaha pertambangan yang selalu merubah bentang
alam dan mempengaruhi ekosistem dan habitat aslinya.
Belum pulihnya kondisi hutan di Kabupaten Wonosobo akibat penjarahan dan
pembakaran.
Tingkat pencemaran air permukaan cukup tinggi khususnya di daerah sungai.
Hal tersebut perlu diperhatikan karena penyebab pencemaran tertinggi bukan
dari sektor industri tetapi juga dari sektor rumah tangga.
B. Sektor Tata Ruang
Potensi
Lahan yang luas memungkinkan pengembangan-pengembangan kawasan
budidaya yang memberi kontribusi bagi penerimaan daerah. Masih luasnya lahan
dapat dikembangkan untuk sektor pertanian maupun untuk kegiatan-kegiatan non
pertanian. Berbeda dengan lahan di wilayah perkotaan, lahan di wilayah kabupaten
umumnya masih didominasi pada aktivitas perdesaan sehingga ketersediaan lahan
pengembangan di wilayah Kabupaten Wonosobo lebih mudah.
Permasalahan
Terpusatnya perkembangan pada kawasan-kawasan tertentu, sehingga
mempersulit dalam pemerataan pembangunan.
Rendahnya pemanfaatan lahan bagi industri yang berbanding terbalik dengan
kontribusi sektor tersebut terhadap pertumbuhan perekonomian di wilayah
Kabupaten Wonosobo.
Disparitas/ kesenjangan wilayah yang terutama terlihat dari penyebaran
sarana dan prasarana wilayah.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-24
C. Kependudukan
Potensi
Jumlah penduduk yang terus tumbuh dengan laju pertumbuhan rata-rata
selama periode 2007-2030 sebesar 0,8 % atau 0,008 merupakan potensi
sumber daya manusia yang akan dapat mengembangkan Kabupaten
Wonosobo, mengingat penduduk merupakan pelaku pembangunan yang
berperan sebagai obyek dan subyek pembangunan.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Wonosobo baik kepadatan bersih maupun
kepadatan kotor, merupakan tingkat kepadatan rendah dan sedang. Dengan
demikian masyarakat/ penduduk tidak akan terlalu kesulitan dalam mencari
tempat tinggal dan tempat beraktifitas lainnya, karena tingkat kepadatan
penduduk yang rendah memiliki tingkat harga lahan yang relatif tidak tinggi.
Dari sisi struktur penduduk menurut usia, di Kabupaten Wonosobo sebagian
penduduknya berusia kerja (produktif). Kondisi ini memungkinkan
pengembangan Kabupaten Wonosobo oleh penduduk setempat.
Permasalahan
Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat
memberikan konsekuensi pada pemenuhan sarana dan prasarana wilayah.
Mayoritas penduduk Kabupaten Wonosobo masih terkonsentrasi di beberapa
kecamatan yang telah lebih dahulu berkembang, seperti Kecamatan
Selomerto, Kertek, Wonosobo, dan Mojotengah. Kondisi ini bila tidak segera
ditanggapi akan dapat menyebabkan terjadinya kesenjangan perkembangan
antar kecamatan di Kabupaten Wonosobo.
Kualitas Sumber Daya Manusia yang masih rendah yang dapat dilihat dari
jumlah penduduk menurut pendidikan yang masih didominasi penduduk
lulusan SD (318.223 jiwa), tidak sekolah (59.887 jiwa) dan penduduk tidak
lulus SD (83.727 jiwa) atau 60,55% dari seluruh jumlah penduduk Kabupaten
Wonosobo.
Penyebaran penduduk yang tidak merata yang cenderung mengarah pada
kawasan perkotaan.
D. Sektor Ekonomi
Potensi
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-25
Adanya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wonosobo yang ditunjukkan
dengan adanya peningkatan nilai PDRB. Sektor/ sub sektor yang secara
kontinyu mengalami kenaikan nilai nominal produksi meskipun pada masa
krisis (atas dasar harga konstan) antara lain sub sektor perikanan, sub sektor
industri kecil, sub sektor industri rumah tangga, sektor listrik, gas dan air
minum, sub sektor pos dan telekomunikasi, sub sektor sewa bangunan, dan
sub sektor jasa perorangan dan rumah tangga.
Nilai PDRB Kabupaten Wonosobo tahun 2006 adalah sebesar Rp
1.621.132,33 atas dasar harga konstan dengan pertumbuhan sebesar 3,23 %.
Adapun sektor-sektor yang memberikan kontribusi paling besar yaitu sektor
pertanian 49,09 %, sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 11,74 %
dan sektor industri pengolahan sebesar 11,08 %. Sedangkan sektor-sektor
yang memiliki kontribusi relatif kecil terhadap nilai PDRB secara agregat
adalah sektor pertambangan dan penggali (0,72 %), sektor listrik, gas dan air
minum (0,70 %), sektor bangunan (4,04 %), sektor pengangkutan dan
komunikasi (5,86 %) serta sektor bank dan lembaga keuangan (6,12 %)
Sub sektor yang mampu memberikan kontribusi bagi pembentukan PDRB
pada tahun 2006 atas dasar harga konstan adalah sub sektor tanaman bahan
makanan (35,27 %), sub sektor perdagangan (10,57 %), sub sektor
pemerintahan (9,72 %). Sedangkan sub sektor yang memberikan kontribusi
terendah adalah sub sektor jasa penunjang angkutan (0,00 %), sub sektor jasa
penunjang telekomunikasi (0,00 %), sub sektor persewaan dan jasa
perusahaan (0,00 %).
Kemungkinan pengembangan sektor-sektor yang menunjukkan peningkatan
secara konsisten, yaitu :
Sektor pertambangan dan penggalian
Sektor perdagangan (sub sektor perdagangan besar/ eceran)
Sektor jasa
Pengembangan sektor unggulan yang memungkinkan tindakan investasi,
yaitu:
a. Sektor industri pengolahan dengan penekanan prioritas pada industri
rumah tangga, industri besar/ sedang dan industri kecil.
b. Sektor pertanian dengan penekanan pada pertanian bahan pangan dan
aspek peternakan dan perikanan serta ditekankan pada sistem pertanian
modern yang menghemat tenaga kerja.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-26
c. Sektor jasa-jasa dengan penekanan pada sub sektor pemerintahan dan
hankam serta sub sektor jasa perorangan dan rumah tangga.
d. Sektor perdagangan dengan penekanan pada perdagangan besaran dan
eceran.
e. Sektor pengangkutan dan komunikasi dengan penekanan pada sub sektor
pos dan telekomunikasi dan sub sektor angkutan jalan raya.
f. Sektor listrik, gas dan air minum dengan penekanan pada pengembangan
sub sektor listrik dan air minum sebagai penunjang pengembangan wilayah
Kabupaten Wonosobo.
Permasalahan
Kebutuhan investasi yang cukup besar
Untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja sektor-sektor ekonomi yang
ada di wilayah Kabupaten Wonosobo diperlukan investasi hampir 200 milyar
rupiah. Bahkan mulai tahun 2006 kebutuhan investasi tersebut terus
meningkat.
Faktor keamanan yang kurang kondusif mengakibatkan rendahnya minat
investor untuk menanamkan modal di Kabupaten Wonosobo.
E. Kelembagaan dan Keuangan
1. Kelembagaan
Potensi
Dengan dijiwai semangat otonomi daerah seperti telah ditetapkan dalam
UU No. 32 Tahun 2004, maka secara kelembagaan Kabupaten
Wonosobo memiliki potensi untuk lebih mandiri, lebih mampu
mengembangkan diri karena aparat pemerintah lokal lebih mengenali
potensi daerahnya.
Melalui lembaga kerja sama antar daerah dalam wilayah perbatasan
memungkinkan koordinasi dalam upaya pengoptimalan pengembangan
potensi wilayah perbatasan.
Persinggungan antar wilayah sebagai akibat dari terjadinya titik temu
aktivitas di wilayah-wilayah perbatasan memerlukan kerja sama antar
daerah. Selengkapnya bentuk dari kelembagaan antar daerah ini
disesuaikan dengan kesepakatan bersama antar wilayah yang
berbatasan, dengan tujuan kemajuan bersama. Kabupaten Wonosobo
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-27
berbatasan dengan Batang, Kendal, Temanggung, Purworejo, Kebumen
dan Banjarnegara.
Adanya lembaga perencanaan yang sudah melakukan tugas dan
peranannya dengan baik meliputi Badan Perencanaan Daerah (Bappeda)
Kabupaten Wonosobo dan dinas teknis yang ada, untuk perencanaan
yang bersifat teknis (bukan spasial).
Permasalahan
Belum mengarahnya orientasi pada paradigma otonomi daerah yang
lebih menekankan pada optimalisasi pemanfaatan ruang secara efektif
dan efisien. Kegiatan pemanfaatan ruang meliputi penyusunan program
teknis, pelaksanaan teknis yang telah berjalan selama ini secara baik.
Pada tahap selanjutnya arah orientasi dapat mengikuti pada
kecenderungan paradigma otonomi daerah yang lebih menekankan pada
optimalisasi pemanfaatan ruang secara efektif dan efisien. Hal ini dalam
rangka mendukung kinerja sumber daya yang tesedia agar benar-benar
terarah pada tujuan kesejahteraan masyarakat dan kemampuan wilayah.
Belum optimalnya fungsi pengendalian yang bersifat preventif agar tidak
terjadi konflik dalam pemanfaatan ruang.
2. Keuangan
Potensi
Adanya sumber-sumber penerimaan keuangan yang bersifat
konvensional dan sumber-sumber yang bersifat non konvensional (non
tradisional), berpotensi tinggi untuk dikembangkan, seperti misalnya
betterment levies, development impact fees, ecsess condemnation,
obligasi, konsesi dan sebagainya
Adanya sumber modal bagi pembiayaan pembangunan
Dalam kaitan dengan sumber pembiayaan konvensional dan non
konvensional itu, maka haruslah dikenali terlebih dahulu tipologi
instrumen keuangannya. Secara teoritis, modal bagi pembiayaan
pembangunan dapat diperoleh dari tiga sumber dasar :
1. Pemerintah /publik
2. Swasta/ private
3. Gabungan pemerintah dengan swasta
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-28
Permasalahan
Tantangan yang dihadapi oleh Kabupaten Wonosobo di masa mendatang
dalam kerangka otonomi daerah adalah bagaimana mengurangi dan
mengatasi kesenjangan antara kebutuhan investasi prasarana dan
pelayanan publik dengan relatif terbatasnya kemampuan keuangan
negara maupun daerah untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Beberapa
peluang dan potensi yang dimiliki oleh pemerintah daerah, khususnya
berkaitan dengan mobilisasi sumber penerimaan yang sudah
dimanfaatkan oleh pemerintah daerah umumnya masih bersifat
konvensional (tradisional), seperti misalnya pajak, retribusi dan pinjaman.
1.7 SISTEMATIKA LAPORAN
Sistematika Laporan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo ini
diuraikan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang Latar Belakang, Tujuan dan Sasaran, Pengertian
dan Prinsip Dasar, Ruang Lingkup, Profil Wilayah Kabupaten
Wonosobo, Dasar Hukum serta Sistematika Laporan.
BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
WILAYAH
Berisikan tentang tujuan penataan ruang Kabupaten Wonosobo yang
terdiri dari aspek fisik, sosial, ekonomi, sarana dan prasarana serta
sistem transportasi serta kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah
kabupaten
BAB III RENCANA STRUKTUR TATA RUANG WILAYAH
Berisikan tentang Rencana Struktur Tata Ruang Wilayah yang meliputi
Rencana Pusat Pelayanan, Rencana Pengembangan Sistem Prasarana
Wilayah, dan Rencana Pengembangan Sarana Wilayah.
BAB IV RENCANA POLA RUANG WILAYAH
Berisikan tentang pengelolaan dari Kawasan Lindung dan Kawasan
Budidaya si Kabupaten Wonosobo.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
I-29
BAB V PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
Berisikan penetapan kawasan strategis di Kabupaten Wonosobo yang
terdiri dari kawasan strategis untuk kepentingan pertahanan dan
keamanan, kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan
ekonomi, kawasan strategis untuk pendayagunaan sumber daya alam
dan teknologi tinggi, kawasan strategis untuk kepentingan sosial budaya
serta kawasan strategis untuk kepentingan daya dukung lingkungan.
BAB VI ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH
Berisikan usulan program utama, sumber pendanaan, instansi
pelaksana, dan waktu pelaksanaan yang terangkum dalam tabel
indikasi program pembangunan daerah.
BAB VII ARAHAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH
Berisikan arahan zonasi, pengendalian pemanfaatan ruang,
pengembangan perangkat insentif dan disinsentif dalam penataan
ruang, ketentuan perizinan dalam penataan ruang dan ketentuan sanksi
dalam penataan ruang.
BAB VIII PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG
Berisikan mengenai pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat,
bentuk peran serta masyarakat dalam penataan ruang wilayah
kabupaten, tata cara peran serta masyarakat serta pembinaan peran
serta masyarakat.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
II- 1 II-1
2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG
Tujuan penataan ruang yang akan dicapai dalam penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Wonosobo pada prinsipnya sama dengan tujuan pembangunan pada
umumnya dalam pola kebijaksanaan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten
Wonosobo yaitu peningkatan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat secara merata.
Sedangkan sasaran pengembangan yang nantinya akan dicapai adalah penggunaan
segala sumber daya yang tersedia secara optimal dengan tetap mempertimbangkan
kelestarian alam dan lingkungan hidup baik untuk saat ini maupun masa mendatang. Oleh
karena itu, dalam merumuskan tujuan dan sasaran pengembangan Kabupaten Wonosobo
perlu memperhatikan:
1. Arah dan kebijaksanaan baik tingkat pusat, tingkat provinsi maupun tingkat
kabupaten.
2. Arah dan kebijaksanaan sektoral.
3. Prinsip-prinsip pembangunan yang tidak merusak lingkungan hidup bahkan
menjaga kelestariannya.
4. Pengembangan yang dihadapi sesuai dengan kondisi daerah untuk nantinya
diperoleh alternatif pemecahan masalahnya.
5. Strategi pengembangan, dengan berdasarkan pada potensi dan permasalahan
yang dihadapi dan dijabarkan dalam indikasi program.
Berdasarkan kondisi yang ada sekarang dan perkiraan kondisi tersebut dalam
beberapa waktu yang akan datang maka beberapa pengaruh yang mungkin terjadi dalam
rencana pengembangan wilayah Kabupaten Wonosobo dapat dirumuskan sebagai berikut:
- Rentang waktu rencana yang akan dilakukan adalah 20 (dua puluh) tahun yang
akan datang.
- Perkiraan kondisi sosial budaya masyarakat pada masa yang akan datang adalah
lebih terbukanya sikap sosial masyarakat sehingga semakin terbukanya
pertentangan sosial yang cukup tajam antar masyarakat.
BAB II
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
II- 2 II-2
- Tumbuhnya demokratisasi yang lebih baik, sehingga semakin terbuka pula
kesadaran akan hak-hak publik dan hak-hak individu dalam masyarakat, yang
berdampak pada tututan masyarakat pada pemerintah akan semakin besar
terutama pada pemenuhan hak-hak publik dan individu masyarakat tersebut.
- Besarnya pengaruh informasi yang terus menerus diberikan oleh media baik audio
cetak maupun audio visual pada masyarakat, sehingga peran media akan semakin
besar dalam menentukan kebijakan-kebijakan publik.
Visi Pembangunan Kabupaten Wonosobo sebagaimana tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Wonosobo tahun 2005–2025 ditetapkan sebagai
berikut:
“WONOSOBO ASRI DAN BERMARTABAT”
Secara harfiah visi tersebut, mengandung pengertian bahwa Kabupaten Wonosobo
adalah wilayah yang ASRI (Aman, Sehat, Rapi dan Indah) di sisi lain masyarakatnya
BERMARTABAT (bersama rakyat, maju, adil, rahayu, tentram, agamis, berbudaya, amal
dan terpuji).
ASRI, merupakan akronim ungkapan aman, sehat, rapi dan indah. AMAN, berarti
dalam setiap warga masyarakat dapat terhindar maupun menghindari aspek kriminalitas,
dan terjaminnya ketertiban dalam kehidupam masyarakat maupun kepemerintahan. Hal ini
memiliki arti penting karena akan menjadi pendukung perkembangan sosial ekonomi dalam
upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. SEHAT, berarti membangun masyarakat
yang sehat jasmani dan rohani, untuk mewujudkan masyarakat yang profesional, produktif
dan berpikiran positif. RAPI, berarti segala sesuatu berlangsung secara teratur tertata
dengan baik, sesuai peraturan perundang-undangan maupun norma-norma yang ada.
INDAH, berarti membangun lingkungan yang ada agar mempesona, serasi dan seimbang.
BERMARTABAT, merupakan akronim dari ungkapan bersama rakyat, maju, adil,
rahayu, tentram, agamis, berbudaya, amal dan terpuji. BERSAMA RAKYAT, berarti,
mengupayakan terselenggaranya pemerintahan yang partisipatif dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. MAJU, berarti masyarakat Kabupaten Wonosobo selalu
menginginkan peningkatan, perkembangan dan pertumbuhan, ada dorongan mencari hal
baru yang lebih baik dan terbuka terhadap hal-hal baru serta nilai-nilai baru. ADIL berarti,
masyarakat dan pemerintah mampu menjalankan kewajibannya masing-masing serta
memperoleh hak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. RAHAYU, berarti apa
yang direncanakan dan dilaksanakan oleh masyarakat dan pemerintah dapat terhindar dari
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
II- 3 II-3
musibah dan berhasil sesuai dengan tujuan. TENTRAM, berarti terjaganya stabilitas baik
ekonomi, sosial dan politik. AGAMIS, berarti masyarakat mampu menjalankan perintah
agama dan menghindari larangannya, serta mampu membangun toleransi antara satu
agama dengan agama lainnya. BERBUDAYA, berarti mampu menyatukan cita, rasa dan
karsa dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. AMAL, berarti suka memberi
sebagian apa yang dimiliki untuk kepentingan orang atau kelompok lain. TERPUJI, berarti
apa yang dilakukan masyarakat bertujuan baik dan berhasil dengan baik.
Dalam mewujudkan Visi Pembangunan sebagaimana tersebut di atas, maka
dirumuskan Misi Pembangunan Kabupaten Wonosobo Tahun 2005–2025 sebagai berikut:
1. Mewujudkan sumberdaya manusia Kabupaten Wonosobo yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan yang Maha Esa, sehat lahir batin, berpendidikan, berbudaya, kreatif dan
inovatif.
2. Mewujudkan perekonomian daerah Kabupaten Wonosobo yang tangguh dan berbasis
pada potensi unggulan daerah dengan memanfaatkan teknologi inovatif yang ramah
lingkungan disertai penguatan kelembagaan usaha mikro dan kecil serta penguatan
lembaga koperasi dalam rangka pemberdayaan ekonomi rakyat.
3. Mewujudkan kehidupan politik dan tata pemerintahan yang demokratis, bersih,
bertanggung jawab yang didukung oleh aparatur pemerintahan yang profesional, dan
terbebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) disertai partisipasi rakyat secara
penuh.
4. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup Kabupaten
Wonosobo yang optimal dengan tetap menjaga keseimbangan dan pelestarian fungsi
dan keberadaannya dalam upaya menopang kehidupan dan penghidupan di masa yang
akan datang.
5. Mewujudkan tersedianya prasarana dan sarana publik baik secara kuantitatif maupun
kualitatif dengan perawatan yang memadai.
6. Mewujudkan kehidupan masyarakat Kabupaten Wonosobo yang sejahtera lahir dan
batin, mandiri dan bermartabat, dengan menghormati hukum dan Hak Asasi Manusia
(HAM) serta keadilan dan kesetaraan gender.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
II- 4 II-4
Berdasarkan hal-hal tersebut maka dapat dirumuskan bahwa tujuan penataan ruang di
Kabupaten Wonosobo adalah:
“Penataan ruang Kabupaten bertujuan mewujudkan kabupaten berbasis agroindustri
dan pariwisata yang didukung oleh pertanian.
Perwujudan tujuan ini merupakan upaya mewujudkan wilayah pembangunan yang
berkembang dengan mempertimbangkan potensi daerah dan memperhatikan kelestarian
alam. Terdapat 4 (empat) kata kunci dalam tujuan di atas, yaitu :
1. Pengembangan agroindustri; sektor industri merupakan faktor potensial investasi
pembangunan di Kabupaten Wonosobo dalam rangka mempercepat pertumbuhan
ekonomi, menyerap tenaga kerja dan menumbuhkembangkan wirasausaha di wilayah
Kabupaten. Industri yang dikembangkan ditujukan yang mengolah hasil pertanian
(agroindsutri) lokal.
2. Pengembangan pariwisata; potensi pariwisata di Kabupaten Wonosobo sangat
beragam dan potensial dikembangkan sebagai ikon daerah.
3. Berkelanjutan; percepatan pembangunan tetap dilaksanakan dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip keberlanjutan pembangunan dan kelestarian
lingkungan hidup.
4. pertanian; sektor pertanian merupakan sektor yang paling besar menunjang
perekonomian wilaya Kabupaten Wonosobo, sektor pertanian masih merupakan
sektor dominan Kabupaten dan pengembangan sektor ini harus dioptimalkan agar
dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk.
Tujuan-tujuan tersebut kemudian dijabarkan secara lebih lanjut berdasarkan aspek
fisik, sosial, dan ekonomi.
2.1.1 Aspek Fisik
A. Tujuan
1. Memberikan alternatif dan kemungkinan pengembangan fisik wilayah secara
menyeluruh, terpadu, dan terencana.
2. Memberikan batasan-batasan terhadap pengembangan wilayah yang
terencana.
3. Alokasi penggunaan ruang wilayah disesuaikan dengan fungsi masing-
masing kawasan.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
II- 5 II-5
4. Pengembangan fungsi-fungsi kawasan strategis seperti perdagangan dan
jasa, industri, dan pertanian.
5. Pembangunan yang terpadu antar sektoral maupun dengan daerah
hinterland-nya.
6. Mewujudkan pengelolaan dan pemanfaatan SDA yang berkesinambungan
dan berwawasan lingkungan.
7. Terwujudnya penyediaan sarana dan prasarana sosial dan ekonomi sesuai
dengan penyebaran penduduk dan kebutuhannya.
8. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup melalui upaya pengendalian
pencemaran lingkungan, konservasi dan pemulihan kualitas lingkungan yang
rusak.
B. Sasaran
1. Pada kawasan lindung agar terjaga dan dipertahankan untuk menghindari
bahaya banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah baik dalam
kawasan hutan maupun kawasan yang dipengaruhi di sekitarnya.
2. Agar kawasan penyangga selalu terjaga sebagai pengendali perkembangan
kawasan lindung tetap terjamin.
3. Terwujudnya relokasi permukiman pada kawasan rawan bencana dan
kawasan lindung.
4. Mempertahankan lahan pertanian produktif dan mencari kompensasi
pengganti untuk perubahan fungsi lahan pertanian menjadi fungsi lain
sehingga minimum 20% luas lahan pertanian dari keseluruhan lahan dapat
terpenuhi.
5. Pengembangan kawasan industri pengolahan untuk meningkatkan
pendapatan daerah pada kawasan strategis.
6. Pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di pusat-pusat wilayah yang
mampu menghidupkan perekonomian wilayah.
7. Pengembangan sarana dan prasarana wilayah yang mampu melayani
penduduk di seluruh kabupaten.
8. Tercapainya kualitas lingkungan yang bersih, sehat dan sesuai dengan baku
mutu lingkungan yang ditetapkan.
9. Tersedianya perangkat perundang-undangan dan meningkatkan upaya
penegakan hukum dalam pengelolaan dan pemanfaatan SDA dan lingkungan
hidup.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
II- 6 II-6
2.1.2 Aspek Sosial
A. Tujuan
1. Memantapkan dan meningkatkan penyelenggaraan penataan ruang yang
efektif dan efisien, transparan, partisipatif, tertib dan terbuka berdasarkan
rencana tata ruang yang berkelanjutan dan disepakati semua pihak.
2. Pemerataan pembangunan daerah dan membuka daerah-daerah yang masih
dianggap terisolasi.
3. Menghubungkan dan mendukung penyebaran (distribusi) produk-produk
unggulan yang dimiliki oleh suatu daerah ke daerah yang lainnya.
4. Meningkatkan pelayanan dari prasarana jalan yang ada dengan melalui
pemanfaatan dan pemeliharaan secara optimal.
5. Peningkatan kebersihan di seluruh wilayah Kabupaten Wonosobo juga
penataan ruang pertamanan yang serasi, indah dan mampu memberikan
suasana yang sejuk dan nyaman bagi masyarakat.
6. Meningkatkan pengamalan ajaran agama dan membina akhlak mulia untuk
mewujudkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, meningkatkan kemudahan umat beragama dalam menjalankan
ibadahnya, termasuk penyempurnaan kualitas pelayanan ibadah haji dan
memantapkan kerukunan hidup antar umat beragama sehingga tercipta suatu
kehidupan yang harmonis dalam kemajemukan.
7. Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan dan perbaikan sistem
manajemen pendidikan guna meningkatkan kinerja dunia pendidikan yang
akan menaikkan mutu pendidikan.
8. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana pembangunan
kesejahteraan sosial.
9. Mewujudkan penduduk yang berkualitas yaitu penduduk yang sehat, mandiri,
bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta berdisiplin, sejahtera dan
produktif secara adil dalam jumlah yang terkendali dan sesuai dengan daya
dukung alam dan daya tampung lingkungan, yang didukung oleh sistem
informasi kependudukan yang menyeluruh dan sistematis.
10. Menciptakan tenaga kerja yang berkualitas, mempunyai kemampuan yang
tinggi dan memiliki ketrampilan yang memadai dalam menghadapi
persaingan pasar kerja yang semakin selektif dan ketat.
11. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal, hidup
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
II- 7 II-7
dalam lingkungan dan perilaku yang sehat, dan memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata.
12. Kepariwisataan diharapkan akan berperan dalam peningkatan kualitas
kebudayaan daerah, maupun memperkenalkan Kabupaten Wonosobo pada
tingkat nasional serta melestarikan seni budaya Kabupaten Wonosobo.
13. Untuk menciptakan suatu masyarakat yang akrab dan terbiasa berkreasi
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga sense of technology
masyarakat akan meningkat.
14. Pembangunan perumahan dan pemukiman diarahkan untuk meningkatkan
kualitas hunian, lingkungan kehidupan, pertumbuhan wilayah, memperluas
lapangan kerja, serta menggerakkan kegiatan ekonomi guna mewujudkan
pemerataan dan kesejahteraan rakyat.
B. Sasaran
1. Semakin meningkat dan mantapnya penyelenggaraan penataan ruang yang
efektif dan efisien, transparan, partisipatif, tertib dan terbuka berdasarkan
rencana tata ruang yang berkelanjutan dan disepakati semua pihak dengan
ketersediaan rencana-rencana tata ruang wilayah kabupaten dan kawasan
andalan strategis.
2. Terwujudnya jaringan transportasi sebagai suatu rangkaian simpul dan atau
ruang kegiatan yang berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan
sistem jaringan yang efisien dan efektif untuk keperluan penyelenggaraan lalu
lintas dan angkutan yang aman, lancar, dan tertib baik yang menyangkut
transportasi barang, orang, maupun jasa.
3. Pemenuhan kebutuhan masyarakat akan prasarana jalan baik di wilayah
perkotaan maupun di perdesaan.
4. Perbaikan dan pemeliharaan prasarana jalan secara berkelanjutan.
5. Tertanamnya nilai-nilai agama sebagai landasan moral, spiritual dan etika
dalam penyelenggaraan negara, meningkatkan mutu pendidikan agama,
terbinanya kerukunan antar umat beragama, serta terhindarnya konflik
beragam yang dapat mengancam integritas negara dan terbukanya
partisipasi masyarakat dalam pelayanan kehidupan beragama.
6. Terpenuhinya sarana dan prasarana pendidikan secara memadai guna
menunjang terlaksananya proses belajar mengajar yang nyaman di sekolah.
7. Meningkatnya kesempatan memperoleh pendidikan di segala lapisan
masyarakat, terutama lapisan masyarakat yang tergolong miskin.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
II- 8 II-8
8. Meningkatkan kualitas kehidupan penduduk, yang ditandai dengan
meningkatnya angka harapan hidup, menurunkan angka kematian baik angka
kematian bayi, maupun angka kematian ibu.
9. Pelatihan dan peningkatan ketrampilan tenaga kerja.
10. Penyebaran dan pendayagunaan tenaga kerja.
11. Terwujudnya upaya kesehatan, dengan meningkatnya secara bertahap
jumlah sarana kesehatan yang bermutu, jangkauan dan cakupan pelayanan
kesehatan, pemakaian obat generik dan pelayanan kesehatan, penggunaan
obat secara rasional, pemanfaatan pelayanan promotif dan preventif, biaya
kesehatan yang dikelola secara efisien serta pelayanan kesehatan sesuai
kesehatan.
12. Terciptanya kemampuan pengembangan riset dan teknologi secara luas
pada aspek kehidupan masyarakat.
13. Makin terarah dan meratanya pemenuhan sarana dan prasarana yang layak,
terciptanya lingkungan yang bersih, sehat dan aman dengan segala fasilitas
lingkungan permukiman khususnya bagi masyarakat golongan ekonomi
lemah dan daerah-daerah permukiman kumuh.
2.1.3 Aspek Ekonomi
2.1.3.1 Pertanian
a. Tujuan
1. Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat serta pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya.
2. Mempercepat proses pemulihan ekonomi serta peningkatan investasi bagi
pembangunan ekonomi.
3. Meningkatkan kegiatan perekonomian di segala bidang, meningkatkan
kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi.
4. Meningkatkan kemampuan daya saing dan kualitas hasil-hasil produksi
pertanian dalam mengisi pasar domestik maupun ekspor.
5. Mengoptimalkan potensi-potensi unggulan di sektor pertanian dan andalan
daerah.
6. Menciptakan lapangan kerja dan peluang usaha yang meningkat dan
kondusif.
b. Sasaran
1. Meningkatnya diversifikasi, intensifikasi dan produktivitas yang didukung
dan mendukung antara satu sektor ekonomi yang ada dengan sektor
lainnya.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
II- 9 II-9
2. Meningkatnya keterkaitan antar industri serta keterkaitan industri dengan
sektor lainnya khususnya sektor pertanian dalam rangka pengembangan
agroindustri maupun agrobisnis.
2.1.3.2 Perindustrian dan Perdagangan
a. Tujuan
1. Mempercepat proses industrialisasi yang memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif.
2. Meningkatkan kegiatan perdagangan.
3. Efisiensi produk dengan memanfaatkan bahan baku lokal.
b. Sasaran
1. Tertatanya dan mantapnya struktur industri.
2. Perluasan lapangan kerja bagi masyarakat.
3. Meningkatnya kegiatan sektor industri bagi peningkatan pendapatan
masyarakat.
4. Tersedianya fasilitas perdagangan sehingga terpenuhinya kebutuhan
masyarakat.
2.1.3.3 Perbankan dan Penanaman Modal
a. Tujuan
1. Peningkatan kinerja dan jumlah lembaga keuangan dan penanaman modal
di daerah untuk meningkatkan kegiatan perekonomian rakyat, kesempatan
usaha, dan lapangan kerja.
2. Meningkatkan mobilisasi tabungan masyarakat.
3. Memberikan kredit kepada sektor-sektor yang prioritas maupun sektor-
sektor yang non prioritas untuk meningkatkan kesempatan kerja serta
pemerataan pendapatan masyarakat.
b. Sasaran
1. Terciptanya investasi yang mendukung pembangunan ekonomi dan
berkelanjutan.
2. Meningkatkan fungsi pelayanan perbankan.
2.1.3.4 Pengembangan Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah
a. Tujuan
1. Meningkatkan peranan koperasi dalam membantu masyarakat
mengembangan kegiatan ekonominya.
2. Meningkatkan peran UMKM sebagai penggerak kegiatan perekonomian.
3. Penyedia lapangan kerja.
b. Sasaran
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
II- 10 II-10
1. Semakin mantapnya kelembagaan koperasi, pengusaha kecil dan
menengah yang mampu menghadapi tantangan pasar global.
2. Mengembangkan peran UMKM dalam penyediaan barang dan jasa
domestik.
2.1.3.5 Pertambangan dan Energi
a. Tujuan
1. Mengoptimalkan potensi pertambangan yang ada secara ekonomis dan
tetap memperhatikan kelestariannya dan dampak lingkungannya
2. Makin meningkatnya peranan sektor pertambangan dalam kegiatan
ekonomi
b. Sasaran
Pengembangan lokasi pertambangan dan energi, dimana harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Jenis dan jumlah material yang tersedia
2. Sistem pengangkutan material
3. Dampak lingkungan (baik lingkungan fisik maupun sosial) yang ditimbulkan
perlu dikaji sebelumnya (AMDAL)
2.2 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG
Kebijakan pengembangan wilayah di Kabupaten Wonosobo terangkum dalam strategi
umum pembangunan tata ruang wilayah yang menjelaskan mengenai kondisi wilayah yang
menjadi pertimbangan dalam perumusan konsep pengembangan wilayah.
Secara umum untuk mencapai tata ruang wilayah yang berkelanjutan dan terpadu
dapat diperoleh dengan keterpaduan dalam kebijaksanaan tata ruang wilayah, dengan
memperhatikan potensi dan kendala wilayah pengembangan serta kemampuan aparat dan
rakyat dalam memutar roda pembangunan.
Perkembangan wilayah Kabupaten Wonosobo secara umum masih terpadu pada jalur
Temanggung – Wonosobo – Banjarnegara. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa
pemerataan pembangunan belum sepenuhnya terwujud, karena masih banyaknya wilayah
yang memiliki tingkat perkembangan wilayah rendah.
Kondisi-kondisi tersebut menjadi pertimbangan utama dalam perumusan konsep,
kebijakan dan strategi pengembangan wilayah dan penataan ruang.
Wilayah yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan pembangunannya tinggi di
wilayah Kabupaten Wonosobo, dilihat dari tingkat pelayanan sistem prasarana wilayahnya
adalah sebagai berikut ;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
II- 11 II-11
- Jalur Temanggung – Wonosobo – Banjarnegara, adalah pusat perkembangan
utama dengan ditunjukkan oleh tingkat pertumbuhan dan perkembangan wilayah
tinggi di Kecamatan Kertek, Wonosobo, dan Selomerto.
- Wilayah perkembangan yang cukup mendukung perkembangan wilayah adalah
jalur ke arah Dieng yang melewati Kecamatan Mojotengah, Garung, dan Kejajar.
- Wilayah perkembangan lain yaitu jalur Kertek – Sapuran – Kepil yang cukup
mendukung perkembangan wilayah terutama untuk Kecamatan Kalikajar,
Sapuran, dan Kepil.
Pola pembangunan dengan pemerataan ini memiliki kecenderungan membiarkan
wilayah-wilayah yang sudah berkembang sendiri, dan memacu wilayah-wilayah yang kurang
berkembang (berkembang lambat) menjadi wilayah yang berkembang (berkembang cepat).
Pola perkembangan ini dilakukan dengan menarik potensi-potensi yang terkait dengan
perkembangan pada wilayah yang sudah berkembang ke wilayah yang belum atau kurang
berkembang. Untuk wilayah yang berkembang pesat adalah kecamatan di sepanjang jalur
utama sedangkan kecamatan dengan perkembangan sedang adalah Kecamatan Kepil,
Wadaslintang, Leksono, Garung, Sukoharjo, Kalibawang, dan Watumalang.
Upaya-upaya yang dilakukan dari konsep ini adalah memiliki tujuan agar terjadi
pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Kabupaten Wonosobo dengan cara
mengatasi hambatan-hambatan yang menjadi kendala pembangunan, yang meliputi :
- Hambatan geografis, sifat keterpencilan wilayah, sebagai akibat kondisi fisik
dasar yang cukup menghambat.
- Hambatan aksesibilitas yang rendah, tingkat pencapaian yang cukup sulit secara
fisik dasar dan jarak dengan pusat pengembangan wilayah.
- Hambatan keterbatasan sarana dan prasarana wilayah, keterbatasan jumlah dan
keterbatan fungsional.
Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam mencapai
tujuan pemerataan pembangunan wilayah adalah sebagai berikut :
- Penyebaran modal pembangunan untuk pembiayaan pada wilayah yang kurang
berkembang.
- Pembangunan sarana dan prasarana wilayah, terutama sistem transportasi
(jaringan jalan dan moda angkutan), untuk mengatasi kondisi geografis dan
sulitnya pencapaian (rendahnya aksesibilitas) wilayah.
- Pembangunan sarana dan prasarana ekonomi untuk mewadahi potensi-potensi
ekonomi yang masih kurang terdistribusi pada wilayah lain.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
II- 12 II-12
2.2.1. Kebijakan Penataan Ruang
Perumusan kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten Wonosobo dengan melihat
uraian di atas, sebagai berikut:
1. pengembangan agroindustri berbasis potensi lokal;
2. pengembangan pariwisata yang berkelanjutan;
3. peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah;
4. percepatan perwujudan fungsi dan peran pusat kegiatan secara berhirarki;
5. pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan produktif;
6. peningkatan fungsi pelestarian kawasan lindung;
7. pengembangan fungsi sosial budaya masyarakat dalam pembangunan wilayah;
dan
8. peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan negara.
2.2.2. Strategi Penataan Ruang
Berdasarkan kebijakan di atas kemudian akan dijabarakan kedalam langkah-langkah
operasional untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi penataan ruangnya
sebagai berikut:
2.2.2.1. Strategi pengembangan agroindustri berbasis potensi lokal meliputi:
a. mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian dan kehutanan
berbasis potensi bahan baku lokal;
b. meningkatkan produktivitas hasil pertanian dan kehutanan;
c. mengembangkan kawasan agropolitan;
d. mengembangkan agribisnis pada sentra-sentra produksi;
e. mengembangkan pusat pemasaran hasil komoditas Kabupaten pada
kawasan perkotaan dan objek wisata; dan
f. mengembangkan pertanian terpadu ramah lingkungan.
2.2.2.2. Strategi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan meliputi:
a. mengembangkan kawasan objek wisata unggulan;
b. mengembangkan agrowisata;
c. meningkatkan kualitas perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan
warisan budaya;
d. mengembangkan industri pariwisata yang berdaya saing dan ramah
lingkungan; dan
e. meningkatkan kualitas sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
II- 13 II-13
2.2.2.3. Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan prasarana dan sarana wilayah
meliputi:
a. mengembangkan jalan penghubung perkotaan dan perdesaan;
b. mengembangkan sumberdaya energi listrik dan meningkatkan infrastruktur
pendukung;
c. meningkatkan jangkauan pelayanan telekomunikasi;
d. mengoptimalkan pendayagunaan dan pengelolaan prasarana sumberdaya
air;
e. mengembangkan dan mengoptimalkan sistem pengelolaan lingkungan
berkelanjutan.
2.2.2.4. Strategi percepatan perwujudan fungsi dan peran pusat kegiatan secara
berhirarki meliputi:
a. mengembangkan pusat kegiatan yang mampu menjadi simpul distribusi dan
pemasaran produk pertanian dan pariwisata;
b. meningkatkan peran fungsi kawasan perkotaan;
c. mengembangkan kawasan perdesaan sesuai dengan potensi masing-masing
kawasan yang dihubungkan dengan pusat kegiatan pada setiap kawasan
perdesaan; dan
d. meningkatkan sinergitas keterkaitan kegiatan ekonomi wilayah perkotaan
dengan wilayah perdesaan.
2.2.2.5. Strategi pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan produktif meliputi:
a. menetapkan lahan pertanian pangan berkelanjutan; dan
b. mengarahkan perkembangan kegiatan terbangun pada lahan tidak dan/atau
kurang produktif.
2.2.2.6. Strategi peningkatan pelestarian fungsi kawasan lindung meliputi:
a. mempertahankan kawasan lindung yang telah ditetapkan;
b. memulihkan secara bertahap kawasan lindung yang telah mengalami
penurunan fungsi; dan
c. meningkatkan potensi sumberdaya alam dan buatan di kawasan lindung
dengan pengembangan agrowisata dan ekowisata.
2.2.2.7. Strategi peningkatan fungsi sosial budaya masyarakat dalam pembangunan
wilayah meliputi:
a. meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan; dan
b. melestarikan upacara tradisional seni dan budaya yang menjadi daya tarik
wisata.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
II- 14 II-14
2.2.2.8. Strategi melaksanakan kebijakan peningkatan fungsi kawasan pertahanan
dan keamanan negara meliputi:
a. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak
terbangun di sekitar kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan;
b. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar
kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan untuk menjaga fungsi
pertahanan dan keamanan; dan
c. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan milik Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-1
Struktur ruang wilayah diwujudkan berdasarkan arahan pengembangan sistem pusat
pelayanan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan
prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi. Struktur kota-kota di
Kabupaten Wonosobo terbentuk berdasarkan pola geografiis wilayah yang meliputi
topografi, bentuk wilayah, dan pola jaringan utama aksesibilitas yang berbentuk jaringan
jalan kolektor yang cenderung linier. Pengembangan struktur kota-kota di Kabupaten
Wonosobo juga diarahkan pada pola yang telah terbentuk dengan pengembangan wilayah
di sekitarnya. Perlu penetapan sub pusat baru yang didukung dengan penyediaan sarana
dan prasarana yang memadai. Sehingga arahan untuk pengembangan struktur kota yang
ada dapat dilakukan dengan beberapa hal sebagai berikut:
Struktur kota yang sudah terbentuk diperkuat lagi dengan sistem jaringan yang lebih
memadai sehingga mendukung wilayah pengembangan di sekitarnya.
Struktur kota diarahkan pada pembentukan wilayah yang terintegrasi dan terpadu
dalam pengembangan wilayah yang dinamis.
Struktur kota lebih merupakan upaya pemerataan pembangunan secara umum
dengan mempermudah aksesibilitas dan meningkatkan peran dan fungsi kota.
Rencana struktur ruang wilayah meliputi:
Rencana pengembangan pusat kegiatan
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana
3.1 RENCANA PENGEMBANGAN PUSAT KEGIATAN
3.1.1 Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan
Sistem permukiman diarahkan pada perkembangan linear wilayah, mengikuti
jaringan jalan regional dan kondisi fisik wilayah di Kabupaten Wonosobo. Sistem
permukiman dikembangkan untuk membentuk struktur perkotaan yang dinamis dan
akomodatif, dengan pola pengembangan kota yang berkelanjutan dengan proses
pembangunan yang terpadu. Keberadaan perkotaan dalam suatu wilayah kabupaten
merupakan barometer perkembangan wilayah secara umum, dengan berbagai karakteristik
BAB III
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-2
tertentu yang menjadi pendukung perkembangannya. Untuk itu, perkotaan yang ada harus
dikembangkan sebagai satu pintu pengembangan wilayah Kabupaten Wonosobo secara
keseluruhan, yang terintegrasi dengan pola pengembangan wilayah secara umum.
Berdasarkan konsep tersebut maka arahan pengembangan sistem perkotaan dapat
dilakukan dengan beberapa hal berikut ini:
Menentukan sistem pusat pelayanan sebagai pusat-pusat pengembangan
wilayah kabupaten.
Pengembangan wilayah perkotaan dengan peningkatan fungsi dan peran kota-
kota yang terbentuk dalam sistem perkotaan yang terintegrasi, dalam fungsi
utama sebagai pusat pengembangan wilayah sekitarnya sesuai dengan fungsi
kotanya, untuk membentuk struktur perkotaan yang dinamis dan terintegrasi.
Membuka kesempatan investasi keuangan dan jasa dalam usaha
meningkatkan fungsi dan peran kota, dengan beberapa hal berikut ini:
Dengan kemudahan-kemudahan penanaman modal yang telah diatur
dalam tata aturan perundangan yang berlaku.
Meningkatkan sarana dan prasarana wilayah yang lebih memadai.
Berdasarkan beberapa hal yang dijadikan bahan pertimbangan maka rencana
pengembangan sistem pusat permukiman perkotaaan akan diarahkan pada kawasan-
kawasan yang cepat berkembang, kawasan di sepanjang jalur potensial dan juga kawasan-
kawasan pusat-pusat pelayanan. Pada pengembangan kawasan permukiman perkotaan
diperbolehkan dilakukan alih fungsi pada lahan persawahan yang berada di sepanjang jalan,
kurang lebih 100 (seratus) m kanan kiri jalan yang potensial perkembangannya. Jalan yang
potensial perkembangannya yang boleh dilakukan alih fungsi lahan adalah jalan kolektor
primer yang menghubungkan pusat-pusat PKL serta jalan kolektor sekunder yang
menghubungkan antar kecamatan. Sedangkan untuk jalan arteri tidak diperbolehkan terjadi
alih fungsi lahan.
Rencana Pembagian Sistem Pusat Pelayanan dilakukan berdasarkan skenario
terpilih yang telah diungkapkan dalam konsep pengembangan tata ruang wilayah dan juga
berdasarkan karakteristik wilayah secara keseluruhan. Wilayah pengembangan dan
kawasan pengembangan dalam struktur tata ruang Kabupaten Wonosobo ditentukan
berdasarkan efisiensi jangkauan pelayanan dan kawasan-kawasan strategis.
Pengembangan tersebut secara efektif tidak termasuk pada kawasan-kawasan yang
dilindungi (kawasan lindung).
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-3
Titik simpul pengembangan (kota-kota), baik sebagai pusat pertumbuhan maupun
pusat-pusat pelayanan dari permukiman. Sistem pusat pelayanan wilayah kabupaten
merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan/ atau administrasi masyarakat di
wilayah kabupaten tersebut. Dalam rencana sistem pusat pelayanan terdiri dari PKN, PKW
dan PKL yang berada pada wilayah kabupaten serta pusat-pusat lain di dalam wilayah
kabupaten yang terdiri dari PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) yang berfungsi untuk melayani
kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa serta PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan)
yang berfungsi melayani kegiatan skala antar desa. Selain itu Pusat Pelayanan Kawasan
(PPK) merupakan pusat kegiatan yang di kemudian hari dapat dipromosikan segagai PKL
(dengan notasi PKLp).
Berdasarkan kondisi tersebut pembagian sistem pusat pelayanan di Kabupaten
Wonosobo adalah sebagai berikut:
PKW yang mencakup wilayah Kecamatan Wonosobo
PKLp yang mencakup wilayah Kecamatan Kertek dan Selomerto
PPK yang mencakup wilayah Kecamatan Mojotengah, Kejajar, dan Sapuran
3.1.2 Rencana Pengembangan Sistem Perdesaan
Pengembangan sistem permukiman perdesaan di Kabupaten Wonosobo diarahkan
pada usaha pemerataan pembangunan dan perkembangan wilayah sebagai salah satu
usaha mencegah kesenjangan wilayah. Hal ini terutama karena hambatan-hambatan
strategis yang meliputi kondisi geografis yang mempengaruhi pola distribusi dengan tingkat
kesulitan aksesibilitas yang cukup tinggi, yang ditunjukkan adanya hambatan-hambatan fisik
kawasan dan sistem jaringan yang belum memadai. Berdasarkan kondisi tersebut maka
pengembangan kawasan perdesaan di Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut:
Wilayah yang memiliki fungsi pelayanan lingkungan, melayani kegiatan antar desa,
penetapannya berdasarkan analisis, meliputi . wilayah Kecamatan Kepil, Kaliwiro,
Wadaslintang, Leksono, Kalikajar, Garung, Watumalang, Sukoharjo, dan
Kalibawang.
Kecamatan tersebut akan diarahkan menjadi Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
Selain itu, di Kabupaten Wonosobo sistem perdesaan yang dikembangkan sebagai
kawasan agropolitan terdapat di Kawasan Agropolitan Rojonoto yang meliputi Kecamatan
Kaliwiro, Sukoharjo, Leksono, dan Selomerto. Kegiatan ekonomi yang dikembangkan pada
Kawasan Agropolitan terutama adalah agribisnis. Pada Kawasan Agropolitan Rojonoto
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-4
terdapat kota tani utama yaitu Kota Tani Sawangan serta 4 (empat) Kota Tani lainnya yaitu
Kota Tani Sukoharjo, Kota Tani Tlogo, Kota Tani Selomerto dan Kota Tani Kaliwiro.
Deliniasi Kawasan Agropolitan Rojonoto adalah sebagai berikut:
Kota Tani Utama Sawangan, dengan hinterland-nya:
Lipursari
Selokromo
Sojokerto
Leksono
Jlampang
Wonokerto
Kota Tani Sukoharjo, dengan hinterland-nya:
Sempol
Karanganyar
Rogojati
Mergosari
Kupangan
Gumiwang
Plodongan
Soroyudan
Kota Tani Tlogo, dengan hinterland-nya:
Kajeksan
Gunungtugel
Pulus
Pucung Wetan
Kalibening
Garung Lor
Jabengplampitan
Kota Tani Selomerto, dengan hinterland-nya:
Balekambang
Karangrejo
Krasak
Gunungtawang
Pakuncen
Sumberwulan
Plobangan
Wulungsari
Kadipaten
Sinduagung
Wilayu
Kalierang
Wonorejo
Sidorejo
Kota Tani Kaliwiro, dengan hinterland-nya:
Medono
Bendungan
Kauman
Tracap
Gugu
Purwosari
Pucungkerep
Gambaran
Tanjunganom
Kemiriombo
Sukoreno
Winongsari
Arah aliran distribusi produk kawasan Agropolitan Rejonoto dari pusat Kota Tani
Utama Sawangan terbagi menjadi 3, yaitu:
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-5
Sawangan – Banjarnegara
Sawangan – Kaliwiro – Wadaslintang
Sawangan – Selomerto – Wonosobo
Jalur-jalur akses tersebut lebih diprioritaskan untuk mendukung kegiatan agribisnis di
Kawasan Agropolitan Rojonoto. Di Kawasan Agropolitan Rojonoto juga perlu ditingkatkan
adanya zona strategis untuk pusat sarana prasarana penunjang kegiatan wisata (lokasi
perdagangan sarana prasarana produksi pertanian) yang terletak di desa Sawangan. Oleh
karena itu dikembangkan kawasan terbangun terutama perdagangan dan jasa di sepanjang
jalur Sawangan – Selokromo yang dapat mendukung kegiatan agrobisnis di Kawasan
Agropolitan Rojonoto.
3.1.3 Rencana Fungsi Pusat Pelayanan dan Kawasan Pengembangan
Pusat pelayanan adalah kota yang mengemban peran sebagai pusat pelayanan bagi
wilayah sekitarnya (hinterland), bedasarkan pola tata jenjang pusat pelayanan yang telah
ditentukan. Kota Wonosobo memiliki tata jenjang pelayanan utama yang mempunyai fungsi
pusat pelayanan daerah, sekaligus sebagai kota administratif, pusat pelayanan pendidikan
dan kesehatan. Untuk lebih jelas fungsi pusat pelayanan dan wilayah pengembangan di
Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL 3.1
HIRARKI KOTA DAN FUNGSI PUSAT PELAYANAN DALAM RENCANA STRUKTUR TATA RUANG KABUPATEN WONOSOBO
NO PUSAT
PELAYANAN KECAMATAN FUNGSI
1. PKW Wonosobo • Pusat pemerintahan tingkat kabupaten • Pusat permukiman • Pusat pendidikan • Pusat pelayanan sosial ekonomi skala kabupaten • Pusat transportasi wilayah • Pengembangan pariwisata • Pusat pengembangan permukiman perkotaan • Daerah pengembangan perdagangan • Pusat pengembangan industri
2.
PKLp Kertek • Pusat permukiman • Pusat pengembangan sosial ekonomi dan jasa
tingkat kecamatan • Pusat pengembangan kegiatan perdagangan • Pengembangan kegiatan peternakan • Pengembangan tanaman lahan kering • Pengembangan tanaman perkebunan (tembakau,
teh, kopi) • Pengembangan hutan rakyat • Pengembangan industri besar, menengah dan
kecil
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-6
NO PUSAT
PELAYANAN KECAMATAN FUNGSI
Selomerto • Pusat pemerintahan kecamatan • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa • Pusat orientasi perdagangan tingkat kecamatan dan
kabupaten • Pengembangan pusat transportasi • Pengembangan kegiatan agropolitan • Pengembangan pendidikan • Pengembangan tanaman pangan dan holtikultural • Pengembangan tanaman perkebunan • Pengembangan peternakan • Pengembangan perikanan • Pengembangan permukiman
3. PPK Kejajar • Pusat pemerintahan kecamatan • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa
tingkat kecamatan • Pusat transportasi • Pusat pengembangan pariwisata • Pengembangan permukiman • Pengembangan perikanan • Pengembangan tanaman holtikultura • Pengembangan tanaman perkebunan • Pengembangan tanaman hutan rakyat • Pengembangan industri kecil dan menengah
Mojotengah • Pusat pemerintahan kecamatan • Pusat pengembangan kegiatan pendidikan • Pengembangan pelayanan sosial dan ekonomi • Pengembangan tanaman perkebunan (kopi, coklat) • Pengembangan industri kecil dan menengah • Pengembangan permukiman
Sapuran • Pusat pemerintahan kecamatan • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa
tingkat kecamatan • Pusat orientasi perdagangan tingkat kecamatan dan
kabupaten • Pengembangan pariwisata • Pengembangan kegiatan industri kecil, menengah dan
besar • Pengembangan simpul transportasi • Pengembangan permukiman
4.
PPL
Garung • Pusat pemerintahan kecamatan • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa
tingkat kecamatan • Pengembangan tanaman pangan dan holtikultura • Pengembangan tembakau , kopi, coklat • Pengembangan peternakan • Pengembangan pariwisata • Pengembangan permukiman • Pengembangan perikanan
Leksono • Pusat pemerintahan kecamatan • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa
tingkat kecamatan • Pusat pengembangan kawasan agropolitan • Pengembangan industri pertanian • Pengembangan tanaman perkebunan dan tanaman
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-7
NO PUSAT
PELAYANAN KECAMATAN FUNGSI
holtikultura (buah-buahan) • Pengembangan pariwisata • Pengembangan permukiman • Pengembangan perikanan • Pengembangan peternakan
Sukoharjo • Pusat pemerintahan kecamatan • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa • Pengembangan kegiatan agropolitan • Pengembangan perkebunan • Pengembangan hutan rakyat • Pengembangan kegiatan pertanian lahan kering,
holtikultura • Pengembangan kegiatan peternakan
Watumalang • Pusat pemerintahan kecamatan • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa
tingkat kecamatan • Pengembangan permukiman • Pengembangan perikanan • Pengembangan kegiatan perkebunan dan hutan rakyat • Pengembangan tanaman pangan dan holtikultura • Pengembangan tanaman perkebunan kelapa, coklat
dan kopi • Pusat pengembangan peternakan • Pengembangan industri kecil dan kerajinan rumah
tangga
Kalikajar • Pusat pemerintahan skala kecamatan • Pusat permukiman • Pengembangan perdagangan • Pengembangan fasilitas sosial ekonomi • Pengembangan tanaman sayur-sayuran • Pengembangan tanaman perkebunan teh, kopi • Pengembangan hutan rakyat
Kaliwiro • Pusat pemerintahan kecamatan • Pusat pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan
jasa • Pusat pengembangan permukiman • Pengembangan pertanian tanaman pangan, palawija
dan buah-buahan • Pengembangan tanaman perkebunan (cengkeh, kopi,
coklat) • Pengembangan peternakan • Pengembangan permukiman
Wadaslintang • Pusat pemerintahan kecamatan • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa
tingkat kecamatan • Pengembangan pariwisata • Pengembangan perikanan • Pengembangan permukiman • Pengembangan hutan rakyat
Kepil • Pusat pemerintahan kecamatan • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa
tingkat kecamatan • Pengembangan kegiatan perdagangan • Pusat pengembangan home industry (anyaman,
kerajinan tanduk, tulang, logam)
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-8
NO PUSAT
PELAYANAN KECAMATAN FUNGSI
• Pengembangan tanaman pangan, palawija, buah-buahan
• Pengembangan tanaman perkebunan (teh dan kopi) • Pengembangan permukiman • Pengembangan hutan rakyat • Pengembangan kegiatan perikanan
Kalibawang • Pusat pemerintahan kecamatan • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa
tingkat kecamatan • Pengembangan permukiman • Pengembangan hutan rakyat • Pengembangan peternakan • Pengembangan perkebunan
Sedangkan untuk kawasan pengembangan adalah merupakan kegiatan
pengembangan kawasan potensial sebagai pusat pertumbuhan maupun kawasan
terbelakang yang direncanakan selama kurun waktu 20 tahun. Kemudian tahapan
pelaksanaannya diperinci tiap tahun sesuai dengan prioritasnya untuk mencapai sasaran
yang diinginkan. Dari hasil analisis, dapat direncanakan kawasan pengembangan di
Kabupaten Wonosobo yaitu sebagai berikut:
a. Kawasan-kawasan Potensial Perkembangan di Kabupaten Wonosobo
1. Kawasan Pusat Pertumbuhan, meliputi:
Sebagai pusat pertumbuhan yaitu Kecamatan Wonosobo dan Kertek
Pusat pertumbuhan potensial sebagai kawasan perdagangan yaitu
Kecamatan Wonosobo, Kertek, Sapuran, Kaliwiro, Kepil, dan Kejajar.
2. Pertumbuhan Ekonomi
Pusat kawasan peruntukan industri yaitu Kecamatan Kertek,
Selomerto, Wonosobo, dan Sapuran.
3. Kawasan Pariwisata
Pusat pertumbuhan potensial sebagai kawasan pengembangan wisata
yaitu Kecamatan Kejajar, Garung, Wonosobo, Kertek, dan
Wadaslintang.
b. Kawasan Kurang Berkembang di Kabupaten Wonosobo
Kriteria-kriteria yang diperlukan yaitu :
Kawasan yang secara geografis dan potensi wilayahnya kurang
menguntungkan untuk pengembangan daerahnya.
Merupakan daerah yang lambat perkembangnya serta terbatasnya sarana
dan prasarana.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-9
Pusat pengembangan sebagai sarana wilayah perbatasan yaitu
Kecamatan Kejajar, Garung, Kertek, Selomerto, Kalikajar, Sapuran, Kepil,
Kalibawang, Wadaslintang, Kaliwiro, Sukoharjo, dan Watumalang.
Kawasan kurang berkembang yaitu Kecamatan Garung, Watumalang,
Sukoharjo dan Kalibawang.
c. Kawasan Konservasi, merupakan kawasan lindung
Pusat kawasan konservasi alam dan lingkungan hidup yang tersebar di
sebagian Kecamatan Kertek, Garung, Kalikajar, Sapuran, Kepil, Kejajar,
Mojotengah, Watumalang, Sukoharjo, Leksono, Wadaslintang, dan
Kaliwiro (kawasan lindung).
Kawasan rawan bencana banjir di Kecamatan Wonosobo dan Mojotengah.
Kawasan rawan bencana longsor di Kecamatan Kertek, Kalikajar, Kaliwiro,
Sukoharjo, Watumalang, Kejajar, Garung, Wadaslintang, Sapuran, dan
Kepil.
Kawasan rawan bencana kebakaran merupakan kecamatan yang memiliki
hutan.
Kawasan rawan angin topan di Kecamatan Wonosobo, Mojotengah,
Kertek, Sapuran, Kalikajar, dan Watumalang.
3.2 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN PRASARANA WILAYAH
3.2.1 Sistem Jaringan Prasarana Utama
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana utama terdiri atas:
a. rencana sistem jaringan transportasi darat; dan
b. rencana sistem jaringan perkeretaapian.
3.2.1.1 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Darat
Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi darat meliputi pengembangan
sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ) dan sistem jaringan angkutan sungai,
danau, dan penyeberangan (ASDP).
A. rencana pengembangan sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan (LLAJ)
Pengembangan sistem jaringan lalu lintas dan angkutan jalan terdiri dari jaringan
jalan, jaringan prasarana LLAJ, dan jaringan pelayanan LLAJ.
1. Jaringan Jalan
Ditinjau dari sistem pengembangan jaringan transportasi Kabupaten Wonosobo
dapat dijabarkan dengan menggunakan konsep trend pengembangan jaringan transportasi
yang ada pada wilayah Kabupaten Wonosobo tersebut. Konsep pengembangan ini
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-10
berdasarkan uraian trend transportasi daerah yang diambil dari Rencana Induk
Pengembangan Jaringan Transportasi Kabupaten Wonosobo sebagai berikut.
Sumber: Rencana Induk Jaringan transportasi Kab. Wonosobo (2003)
Gambar 3.1
Trend Transportasi Wilayah
Ditinjau dari trend pergerakan transportasi wilayah Kabupaten Wonosobo tersebut,
dilihat dari lingkup strategis jaringan dibutuhkan jalan penghubung berupa jaringan jalan
lingkar untuk menghindari Kota Wonosobo dengan memisahkan pergerakan lintasan antar
kota dengan pergerakan lokal. Namun di dalam pengembangan jaringan transportasi jalan
ini juga perlu mempertimbangkan jalan yang menuju ke daerah Kepil dan Wadaslintang dari
Kota Wonosobo itu sendiri.
Melihat tantangan kondisi transportasi ke depan perlu dikembangkan peningkatan status
jaringan jalan yang melayani transportasi wilayah Kabupaten Wonosobo. Rencana
pengembangan jalan nasional berupa jalan kolektor primer (K1) yang ada di Kabupaten
meliputi:
Kendal
Banjarnegara
Magelang
Poros tegak
Poros datar
Poros datar
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-11
a. ruas jalan Batas Kabupaten Banjarnegara (KDU) – Selokromo;
b. ruas jalan Selokromo - Batas Kota Wonosobo;
c. ruas jalan Jogo Negoro;
d. ruas jalan A. Yani;
e. ruas jalan Batas Kota Wonosobo – Kertek;
f. ruas jalan S. Parman;
g. ruas jalan Mayor Bambang Sugeng;
h. ruas jalan Kertek - Batas Kabupaten Temanggung (KDU); dan
ruas jalan Batur (Kabupaten Banjarnegara) – Dieng (Kabupaten Wonosobo).
Rencana pengembangan jalan provinsi berupa jalan kolektor sekunder (K2) yang ada di
Kabupaten meliputi:
a. ruas jalan Selokromo – Wadaslintang;
b. ruas jalan Bruno (Batas Kab.Wonosobo) – Kepil;
c. ruas jalan Kaliangkrik – Sapuran;
d. ruas jalan Kertek – Kepil;
e. ruas jalan Kejajar – Dieng;
f. ruas jalan Wonosobo – Kejajar;
g. ruas jalan Kyai Sabuk Alu; dan
h. ruas jalan Ronggolawe.
Untuk Jaringan jalan kabupaten yang ada diarahkan tetap memiliki status hirarki jalan
sebagai kolektor sekunder dan lokal sebagai pelayanan antar desa maupun kecamatan.
Rencana pengembangan jalan kabupaten yang ada di Kabupaten berupa jalan lokal primer
meliputi:
a. ruas jalan antar kecamatan;
b. ruas jalan poros desa; dan
c. ruas jalan penghubung antar kabupaten.
Apabila adanya jaringan ring road sebagai jalan usulan alternatif yang baru, maka
secara otomatis status jalan ini menggantikan jalan yang ada dan jalan yang ada turun
statusnya menjadi jalan kota ataupun jalan lokal. optimalisasi jalan lingkar yang ada
meliputi: jalan lingkar utara perkotaan Wonosobo; jalan lingkar selatan perkotaan
Wonosobo; pengembangan jalan lingkar utara perkotaan Kertek. Pembangunan jalan yang
direncanakan meliputi: pengembangan jalan lingkar selatan perkotaan Kertek; dan
pengembangan jalan lingkar Garung.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-12
Pengembangan jaringan jalan yang ada terlebih diarahkan untuk pembukaan
jaringan jalan untuk wilayah desa yang masih terisolasi, sehingga mendapatkan aksesibilitas
yang dapat mengembangkan wilayah desa tersebut. Program pembukaan jaringan jalan
poros desa menjadi strategi pengembangan sistem jaringan transportasi Kabupaten
Wonosobo ke depan. Hal ini untuk meningkatkan pelayanan transportasi yang mudah dan
handal sampai dengan pelosok desa terutama di bagian utara dan selatan kabupaten yang
tidak seperti pada bagian tengah yang dilalui poros tengah jalan nasional yang menjadi jalan
utama di Kabupaten Wonosobo.
Untuk mendukung tingkat layanan jaringan transportasi tersebut diiringi dengan
peningkatan kapasitas jalan dengan melakukan peningkatan jalan dengan lebar rata-rata
yang sekitar 4 meter menjadi lebar 5-7 meter. Peningkatan ini juga diimbangi dengan
peningkatan aksesibilitas terhadap kawasan strategis wilayah Kabupaten Wonosobo dengan
mempercepat dan memperluas jangkauan infastruktur jaringan jalan. Pengembangan ini
juga disesuaikan dengan program percepatan pembangunan infrastruktur jalan dan
jembatan Kabupaten Wonosobo dengan melalui sistem multiyears/tahun jamak dengan
pengembangan 31 ruas jalan dan 6 buah jembatan. Selain itu juga pengembangan jalan
akses ke lokasi strategis seperti pariwisata, Waduk Wadaslintang, desa wisata dan juga
daerah tertinggal.
2. Jaringan Prasarana LLAJ
Pengembangan prasarana transportasi yang diberikan dengan pengembangan
prasarana jalan yang sudah dijabarkan pengembangannya pada sistem jaringan
transportasi. Pada pengembangan ini diarahkan pada pengembangan prasarana LLAJ
berupa terminal penumpang. Kebutuhan terminal yang ada sudah dinilai hampir memenuhi
kebutuhan terminal saat ini, meskipun perlu dilakukan pengembangan dan pengoptimalan di
beberapa lokasi terminal.
Pengembangan terminal ini diarahkan di terminal Sawangan di Kecamatan Leksono
sebagai terminal Tipe B. Untuk terminal Mendolo sebagai terminal tipe A, dilihat dari pola
pergerakan yang ada masih memiliki lokasi yang cukup strategis, sehingga masih
respretantif untuk dipertahankan. Terminal Mendolo ini hanya perlu dilakukan
pengoptimalisasi maupun revitalisasi. Sementara itu, untuk beberapa wilayah kecamatan
diperlukan adanya pengembangan terminal tipe C, meliputi:
1. Terminal Kalibeber berada di Kecamatan Mojotengah;
2. Terminal Kejajar berada di Kecamatan Kejajar;
3. Terminal Kertek berada di Kecamatan Kertek;
4. Terminal Sapuran berada di Kecamatan Sapuran;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-13
5. Terminal Leksono berada di Kecamatan Leksono;
6. Terminal Garung berada di Kecamatan Garung;
7. Terminal Kaliwiro berada di Kecamatan Kaliwiro;
8. Terminal Wadaslintang berada di Kecamatan Wadaslintang; dan
9. Terminal Dieng berada di Kecamatan Kejajar
Selain terminal penumpang, perlu direncanakan juga untuk terminal barang, sebagai ruang
prasarana untuk bongkar muat barang dari angkutan barang yang berukuran besar.
Terminal barang ini diarahkan berada di Kecamatan Wonosobo.
3. Jaringan Pelayanan LLAJ
Transportasi merupakan aspek yang vital bagi wilayah, salah satunya adalah ditinjau
dari faktor pelayanan. Dahulu aspek transportasi tidak terlalu diperhatikan dari segi
pelayanan dan menjadi salah satu profit oriented penyelenggara angkutan perhubungan.
Adanya reformasi perhubungan ini sebagai regulator sistem transportasi lebih ditekankan
pada service oriented.
Bentuk sistem pelayanan transportasi ini yang diutamakan dengan meningkatkan
kinerja transportasi yang ada di Kabupaten Wonosobo. Jaringan pelayanan LLAJ ini
terdiri dari jaringan trayek angkutan penumpang dan jaringan lintas angkutan barang.
a) Jaringan trayek antar penumpang
Untuk mendukung sarana angkutan, di Kabupaten Wonosobo dikembangkan
angkutan umum yang melayani sampai dengan tingkat ranting yang menginduk pada
trayek utama dan cabang. Pemerataan trayek angkutan umum baik pedesaan maupun
kota perlu dikembangkan untuk mengurangi jumlah angkutan pelat hitam yang melayani
pada titik lokasi tertentu.
Kondisi pola transportasi yang membentuk konsep radial juga mempengaruhi sistem
angkutan umum yang juga memiliki konsep radial. Meskipun demikian untuk pelayanan
internal kabupaten dapat berbentuk teritorial. Melihat pola tersebut dimungkinkan perlu
memperhatikan perkembangan angkutan AKDP dan perbatasan yang melintas di
Kabupaten Wonosobo yang akan masuk ke dalam pusat kota sebagai titik tengah pola
radial.
Melihat kondisi penduduk Kabupaten yang cukup tinggi dengan pola transportasi
yang diberikan pada bab fakta dan analisis cukup berpotensi untuk dilakukan
pengembangan angkutan umum dengan sistem massal dan cepat. Pengembangan
angkutan umum bersifat massal dan cepat ini dapat mengantisipasi dengan memberikan
pelayanan pada koridor sampai dengan angkutan yang berbatasan dengan wilayah
Kabupaten Wonosobo. Pengembangan sistem angkutan ini juga perlu disesuaikan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-14
dengan kondisi dan karakteristik wilayah Kabupaten Wonosobo. Adapun rencana
pengembangan sistem angkutan umum yang terintergasi dengan angkutan massal dan
cepat di Kabupaten Wonosobo disajikan sebagai berikut
Gambar 3.2
Pelayanan Angkutan Umum Kabupaten Wonosobo
Pada sistem angkutan dengan penggunaan angkutan massal dan cepat ini
dikembangkan pada jalur utama dan didukung dengan pelayanan lintas/ jalur cabang.
Untuk jalur ranting dikembangkan pada sistem dalam permukiman atau zona-zona yang
lebih kecil. Pengaturan angkutan AKDP dan AKAP juga sangat penting di Kabupaten
Wonosobo ini.
Selain pengembangan sistem pelayanan transportasi angkutan umum juga dilakukan
pengembangan pelayanan terhadap mobilisasi orang yang menggunakan kendaraan
pribadi. Melihat pertumbuhan kendaraan pribadi yang terus meningkat tajam dan kondisi
pertumbuhan prasarana yang hampir relatif tetap dibutuhkan bentuk pelayanan
transportasi yang perlu dilakukan dengan menggunakan traffic restrain. Salah satu upaya
: Lintas utama dan jalur AKDP/AKAP : Lintas cabang dan jalur AKDP/AKAP : Lintas cabang : Lintas ranting
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-15
ini dengan melakukan pengendalian kendaraan pribadi. Selain itu juga dapat dengan
pengembangan pedestrian, pengembangan manajamen lalu lintas, penataan simpang
dengan penambahan Alat Pengendali Lalu Lintas (APILL), dan sistem Automatic Traffic
Control System (ATCS).
b) Jaringan Lintas angkutan barang
Pengembangan pelayanan terhadap pergerakan angkutan barang dengan
peningkatan aksesibilitas angkutan barang yang dikendalikan dari penetapan jaringan
angkutan barang dan peningkatan kelas jalan. Untuk angkutan yang masuk kategori
berat seperti trailler, tronton, gandengan, dan sebagainya hampir tidak memungkinkan
dilalui dengan kondisi jaringan jalan yang ada. Untuk itu konsep intermoda transportasi
perlu dikembangkan dengan adanya pengembangan sistem angkutan barang yang ada
di Kabupaten Wonosobo.
B. rencana pengembangan sistem jaringan angkutan sungai, danau, dan
penyeberangan (ASDP)
Transportasi danau/waduk perlu dikembangkan di lokasi Waduk Wadaslintasng
sebagai sarana pendukung pariwisata waduk. Transportasi waduk ini dengan
menambahkan perahu-perahu wisata di area Waduk Wadaslintang dan Telaga Menjer.
Keberadaan perahu-perahu ini diharapkan dapat menjadi atraksi wisata yang menarik,
sehingga dapat meningkatkan kepariwisataan di Kabupaten Wonosobo ini. Perahu ini
juga dapat dimanfaatkan sebagai angkutan penyeberangan waduk maupun angkutan
wisata yang memutari waduk Wadaslintang.
3.2.1.2 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Perkeretaapian
Selain sistem transportasi darat yang berupa jalan di Kabupaten Wonosobo juga
terdapat sistem prasarana transportasi yang berupa jaringan rel kereta api. Jaringan rel
kereta api yang ada di Kabupaten Wonosobo saat ini sudah tidak difungsikan sebagai
prasarana transportasi aktif lagi. Jaringan rel kereta api yang ada sudah tidak digunakan dan
tidak terawat lagi. Namun hingga saat ini patok-patok kawasan sempadan rel kereta api
masih dapat dilihat. Sisa-sisa jaringan rel kereta apinya juga masih terlihat meskipun tidak
terawat dan sebagian sudah tertutup oleh jalan aspal. Mengingat masih adanya sisa
jaringan rel dan juga patok kawasan sempadannya maka kemungkinan untuk jangka
perencanaan 20 tahun yang akan datang jaringan rel kereta api tersebut dapat dihidupkan
kembali untuk mendukung sistem trasportasi yang ada di Kabupaten Wonosobo.
Pengaktifan kembali jaringan rel kereta api tersebut dapat dimanfaatkan sebagai prasarana
transportasi penumpang maupun sebagai transportasi wisata mengingat adanya keunggulan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-16
berupa view yang menarik dan mendukung pengembangannya sebagai kegiatan wisata.
Pengembangan jalur kereta api tersebut diarahkan untuk jalur Purwokerto – Wonosobo.
3.2.2 Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Sistem prasarana lainnya yang ada di Kabupaten Wonosobo yaitu rencana sistem
prasarana energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan sistem prasarana lainnya.
3.2.2.1 Jaringan Energi
Rencana pengembangan jaringan energi di Kabupaten Wonosobo, meliputi:
a. Pengembangan tenaga listrik.
b. Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik
c. Prasarana jaringan energi Bahan Bakar Minyak dan Gas.
d. Pengembangan jaringan energi alternatif.
A. Pengembangan Tenaga Listrk
Pelayanan fasilitas listrik di Kabupaten Wonosobo, sudah melayani hampir seluruh
wilayah di Kabupaten Wonosobo. Berdasarkan Pedoman Teknik Analisa Tata dan
Pedoman Teknik Baku Perencanaan Tata Ruang, standar kebutuhan listrik yang
digunakan adalah 120 watt/jiwa/hari untuk orde I dan II sedangkan 90 watt/jiwa/hari untuk
orde III dan IV. Untuk kebutuhan listrik penduduk 60% terlayani. Kebutuhan penerangan
umum adalah 10% dari jumlah kebutuhan penduduk, industri dan fasilitas umum
diperhitungkan 20% dari kebutuhan penduduk.
Di Kabupaten Wonosobo saat ini telah ada PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air)
Wadaslintang (Kecamatan Wadaslintang) dan PLTA Garung (Kecamatan Garung..
Pengembangan pembangkit tenaga listrik tersebut diperlukan untuk mengoptimalkan
pelayanan listrik masyarakat. Selain itu didukung pula dengan pengembangan gardu
induk yaitu GI Wonosobo dan GI Sikunang Dieng.
B. Pengembangan Jaringan Transmisi Listrik
Selain itu, pengembangan jaringan transmisi dan distribusi listrik perlu ditingkatkan
dengan pengembangan SUTT dan SUTM. Pengembangan jaringan Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT) 150 KV diperlukan untuk menyalurkan energi listrik yang
dibangkitkan oleh pembangkit baru melalui sistem interkoneksi Jawa-Bali. Pengembangan
jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT)150 KV melalui Kecamatan Watumalang
– Mojotengah – Garung – Kejajar – Wonosobo – Selomerto – Sapuran.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-17
Pengembangan jaringan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) 20 KV
diperlukan untuk menyalurkan energi listrik dari SUTT ke konsumen. Jaringan SUTM ini
melewati seluruh kecamatan.
Kebutuhan mendesak saat ini adalah pembangunan jaringan listrik yang belum
menjangkau wilayah dusun-dusun terpencil. Hal ini perlu peran serta pemerintah daerah
dengan dukungan APBD untuk dapat menyediakan jaringan di wilayah yang belum
terjangkau tersebut. Karena dengan tersedianya jaringan PLN akan lebih mudah
menyalurkan listrik ke wilayah tersebut. Peran pemerintah daerah dapat diwujudkan
dengan program pengembangan jaringan listrik perdesaan yang menjangkau seluruh
dusun yang ada di Kabupaten Wonosobo.
C. Prasarana Energi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Gas
Untuk pemenuhan kebutuhan bahan bakar minyak di Kabupaten Wonosobo,
kebutuhan akan BBM masih disuplai dari depo-depo yang ada di wilayah Jawa Tengah
seperti depo Teras Boyolali dan depo Pengapon Semarang. Untuk distribusi BBM ke
wilayah Kabupaten Wonosobo telah dilayani mobil tanki BBM ke SPBU dan agen penjual
minyak lainnya. Kemudian di Kabupaten Wonosobo direncanakan untuk pembangunan
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umun (SPBU) dan juga SPBE (Stasiun Pengisian Bahan
Bakar Elpiji) untuk penyediaan dan pemenuhan kebutuhan bahan bakar di seluruh
Kecamatan di Kabupaten Wonosobo.
D. Pengembangan Energi Alternatif
Dalam rangka memenuhi kebutuhan energi di Kabupaten Wonosobo diharapkan ke
depan diperbanyak alternatif sumber listrik seperti Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTMH) dengan memanfaatkan terjunan air, PLTS yang memanfaatkan energi matahari,
dan energi biogas. PLTMH dapat memanfaatkan terjunan air dan saluran irigasi yang ada
di Kabupaten Wonosobo. Saluran irigasi yang berpotensial untuk pengembangan PLTMH
yaitu Wanganaji, Muncar. Selain itu juga dapat dikembangkan Pembangkit Listrik Tenaga
Surya pada kecamatan-kecamatan yang berpotensi. Sumber energi alternatif ini nantinya
akan sangat mendukung pemenuhan kebutuhan listrik PLN.
Pengembangan lainnya yaitu dengan pengembangan Desa Mandiri Energi. Desa
mandiri energi nantinya akan mewujudkan desa-desa yang dapat menyediakan sendiri
pasokan energinya. Di setiap kecamatan diarahkan akan ada minimal satu buah desa
yang menjadi desa mandiri energi.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-18
3.2.2.2 Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi
Kondisi pos dan telekomunikasi secara administratif kecamatan telah dapat
dijangkau baik oleh kantor pelayanan pos maupun kantor pelayanan telkom. Sehingga
dalam perencanaan pelayanan pos dan telekomunikasi dapat dilakukan dengan
penambahan jaringan telepon, jaringan pelayanan pos, maupun pola pelayanan pos dan
telekomunikasi yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Usaha-usaha yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
Peningkatan wilayah pelayanan dan peningkatan kualitas pelayanan dengan
peningkatan armada pos dan telekomunikasi serta kantor-kantor pelayanannya.
Penambahan jaringan kabel untuk meningkatkan aksesibilitas untuk membuka
daerah terisolir. Penambahan dilakukan secara bertahap sesuai prioritas meliputi
daerah di Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Watumalang, Kecamatan
Leksono, Kecamatan Sukoharjo, dan Kecamatan Kalibawang.
Hambatan-hambatan geografis, dapat dijadikan batas-batas sistem telepon
otomatis yang ada, dan bukan alasan utama tentang sulitnya pelayanan pos dan
telekomunikasi.
Untuk jumlah penduduk yang terlayani sebesar 50% serta kebutuhan industri dan
fasilitas sosial sebesar 10% dari kebutuhan penduduk. Diharapkan ke depan jumlah layanan
telepon kabel ke depan dapat merata ke seluruh kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten
Wonosobo.
Untuk memenuhi kebutuhan fasilitas berupa jaringan telepon, pihak Pemerintah
Daerah Kabupaten Wonosobo bisa menjalin kerja sama dengan pihak swasta terutama
yang bergerak di bidang telepon seluler dengan membangun menara/ menara BTS (Base
Transceiver Station) pada wilayah-wilayah yang tidak terjangkau jaringan telepon kabel.
Tapi untuk membatasi terlalu banyaknya menara BTS perlu adanya kajian untuk pengunaan
menara secara bersama oleh beberapa operator telepon seluler yang ada. Untuk saat ini
yang perlu segera dipenuhi fasilitas telepon adalah wilayah Kabupaten Wonosobo bagian
selatan.
Rencana pengembangan jaringan telekomunikasi antara lain meliputi:
Menerapkan teknologi telematika berbasis teknologi modern.
Pembangunan teknologi telematika pada wilayah-wilayah pusat pertumbuhan.
Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan setiap
wilayah pertumbuhan dengan ibukota daerah.
Pengembangan telepon kabel hingga ke seluruh kecamatan di Kabupaten
Wonosobo.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-19
Pengembangan telepon tanpa kabel terutama pada wilayah-wilayah yang tidak
terjangkau oleh telepon kabel.
Pembangunan layanan internet pada fasilitas umum di tiap ibukota kecamatan di
Kabupaten Wonosobo.
Pengembangan pembangunan BTS (Base Transceiver Station) di wilayah
kecamatan-kecamatan yang memiliki potensi terutama untuk wilayah yang tidak
terjangkau pelayanan telepon kabel seperti di Kecamatan Wadaslintang,
Watumalang, Kalibawang dan Kepil dengan tetap memperhatikan kriteria dan
peraturan yang berlaku.
Menerapkan untuk memanfaatkan secara bersama pada satu menara BTS
untuk beberapa operator telepon seluler dengan pengelolaan secara bersama
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menara BTS terpadu
direncanakan ada 46 titik nominal tersebar di semua kecamatan.
Pengembangan jaringan teknologi informatika meliputi:
a) pengembangan sistem jaringan teknologi informasi yang mendukung kinerja
pemerintahan; dan
b) optimalisasi Pusat Data sebagai media penyedia informasi publik.
3.2.2.3 Jaringan Sumber Daya Air
Rencana pengembangan prasarana sumberdaya air di Kabupaten Wonosobo
berpedoman pada pola pengelolaan sumber daya air yang meliputi :
a. sungai, telaga, waduk, embung, dan bendung;
b. jaringan irigasi;
c. jaringan air baku untuk air minum;
d. jaringan air bersih ke kelompok pengguna; dan
e. sistem pengendalian banjir.
A. Pengembangan Jaringan Sungai, Telaga, Waduk, Embung, dan Bendung
Kabupaten Wonosobo memiliki wilayah sungai DAS Serayu dan DAS Bogowonto,
dimana-mana masing-masing menjadi Wilayah Sungai (WS) Kabupaten Wonosobo, yaitu:
a. Wilayah Sungai (WS) Serayu-Bogowonto; dan
b. Wilayah Sungai (WS) Progo-Luk Ulo
Pengembangan sumber daya air terutama adalah penetapan sumber-sumber air
yang bisa dimanfaatkan dengan melihat kondisi lapangan yang ada. Salah satunya
adalah dengan pemanfaatan waduk yang nantinya juga perlu direncanakan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-20
pengembangan waduk, telaga dan bendungan, untuk cadangan sumber air, seperti
Waduk Wadaslintang di Kecamatan Wadaslintang, Kawasan Telaga (Telaga Menjer,
Telaga Warna, Telaga Pengilon, dan Telaga Cebong) di Kecamatan Kejajar, dan
Bendung Sungai Serayu, Capar, Gintung, Bleber, Kalitulang, Preng, Begaluh, Begaluh
Kecil, Bogowonto, Medono, dan Cecep.
Selanjutnya, pengembangan sumber daya air berupa embung direncanakan ada di
kecamatan-kecamatan yang memiliki potensi untuk pengembangan embung. Rencana
pengembangan embung untuk seluruh wilayah Kabupaten Wonosobo adalah minimal
sekitar 25 Ha. Pengembangan embung ini dimaksudkan untuk kebutuhan air baku,
pertanian dan juga pengendalian banjir. Perlu juga direncanakan untuk pembuatan area
resapan air melalui program konversi lahan tidak produktif untuk pengendalian bajir dan
konservasi cadangan simber air.selain rencana pengembangan embung juga dilakukan
upaya konservasi embung-embung eksisting yang ada di Kabupaten Wonosobo.
B. Jaringan Irigasi
Jaringan irigasi di Kabupaten Wonosobo terdiri dari jaringan teknis (primer,
sekunder, tersier) dan jaringan non teknis. Kedua jaringan ini hampir tersebar merata di
kecamatan-kecamatan di Kabupaten Wonosobo. Kondisi saluran-saluran irigasi ini perlu
perawatan karena sebagian dari saluran-saluran ini, terutama saluran teknis mengalami
kerusakan pada fisik bangunannya. Selain itu perlu juga adanya peningkatan terhadap
saluran non teknis dan semi teknis lainnya agar berfungsi lebih optimal untuk mengairi
seluruh persawahan areal persawahan yang ada di Kabupaten Wonosobo. Di Wilayah
Kabupaten Wonosobo terdapat jaringan irigasi sebagai berikut:
1. Daerah Irigasi (DI) kewenangan pemerintah provinsi berupa DI Watujagir seluas
65 (enam puluh lima) Hektar berada di Kecamatan Kepil; dan
2. Daerah Irigasi (DI) kewengan Kabupaten sebanyak 705 (tujuh ratus lima) DI
(lampiran).
Kondisi persungaian dalam keadaan baik diperkirakan 55 %dan kondisi rusak 45 %.
Sungai-sungai di Kabupaten Wonosobo adalah sebagai pendukung sumber air irigasi
dimana ketinggian berkisar antara 200 m dpl sampai dengan 2500 m dpl. Irigasi yang ada
terletak pada ketinggian 200 m dpl sampai dengan 1000 m dpl dengan letak posisi
sebagai saluran counter (saluran garis tinggi) pada tebing sungai, rawan terhadap longsor
dan putus. Kondisi jaringan irigasi saat ini baik 46%, sedang 33%, ringan 15% dan rusak
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-21
berat 6%. Berdasarkan data tersebut di atas dibutuhkan upaya pemulihan dan perbaikan
terhadap sarana dan prasarana sumber daya air dan irigasi.
Upaya pengembangan pelayanan pengairan di Kabupaten Wonosobo dapat
dilakukan dengan cara:
Perawatan terhadap saluran-saluran irigasi, terutama saluran teknis yang
mengalami kerusakan pada fisik bangunannya.
Mengembangkan jaringan irigasi desa/ jaringan irigasi sederhana menjadi irigasi
teknis.
Mencegah pengalihan fungsi pada areal produksi, mencegah dan
menanggulangi dampak yang ditimbulkan akibat bencana banjir dan kekeringan.
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan jaringan irigasi
terutama jaringan tersier dan sekunder.
Selain itu terkait program lahan pertanian pangan berkelanjutan, maka area lahan
beririgasi teknis harus dipertahankan agar tidak berubah fungsi menjadi peruntukan yang
lain. Jika areal tersebut terpaksa harus berubah fungsi maka akan disediakan lahan area
baru yang menggantikannya dengan luasan minimal sama ditambah dengan biaya
investasi yang telah ditanamkan di lokasi tersebut.
C. Jaringan Air Bersih ke Kelompok Pengguna
1) Peningkatan Pelayanan dan Pengelolaan Air Minum Perpipaan
Secara keseluruhan Kabupaten Wonosobo telah dilayani dengan PDAM kecuali
Kecamatan Kalibawang, cakupan/ jangkauan pelayanan PDAM setiap kecamatan yang
paling besar ada pada Kecamatan Wonosobo sebesar 87,78% dengan jumlah penduduk
sebesar 76.175 jiwa. Jumlah cakupan/ pelayanan yang masih rendah ada pada
Kecamatan Kejajar yaitu hanya 5,88%, rata-rata 34,63 di bawah target nasional akan
pemenuhan kebutuhan air bersih di tiap kabupaten, yaitu 60%-80%. Sedangkan,
pemenuhan jaringan air bersih melalui swadaya masyarakat tersebar hampir di seluruh
kecamatan di Kabupaten Wonosobo. Selain swadaya masyarakat, dapat juga melalui
program Pamsimas, pemanfaatan hibah dari institusi geologi seperti bantuan
pembangunan sumur bor dalam khususnya untuk daerah yang rawan air bersih.
Standard kebutuhan air bersih untuk orde I dan II adalah 80 liter/jiwa/hari. Sedangkan
untuk orde III dan IV adalah 60 liter/jiwa/hari. Sumber-sumber air tersebut harus
memenuhi syarat-syarat air minum agar dapat digunakan, baik syarat fisik, syarat kimia
maupun syarat bakteriologi. Diperlukan adanya penyuluhan-penyuluhan tentang air bersih
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-22
dan bagaimana cara untuk mendapatkan air bersih tersebut, misalnya dengan teknik
penjernihan air sederhana (water treatment).
Rencana sistem jaringan air bersih diarahkan dengan pertimbangan prioritas berikut:
Wilayah dengan kebutuhan air cukup tinggi dan sumber daya air terbatas
Wilayah dengan kriteria perkotaan yang cukup kompleks
Wilayah dengan kandungan air tidak memenuhi syarat kesehatan
2) Peningkatan Pelayanan Air Minum Berbasis Masyarakat
Selain air minum perpipaan yang dilayani PDAM, direncanakan pula upaya
peningkatan pelayanan dan pengelolaan air minum berbasis masyarakat di seluruh
kecamatan.
D. Pengembangan Sistem Pengendali Banjir
Pengembangan sistem pengendali banjir berupa pengembangan bendung dan/atau
cekdam yang juga berfungsi pada sistem jaringan irigasi. pengembangan sistem
pengendali banjir berupa pengembangan bendung dan/atau cekdam meliputi:
a. Bendung Sungai Serayu meliputi:
1. Bendung Capar berada di Kecamatan Leksono;
2. Gintung berada di Kecamatan Watumalang;
3. Bleber berada di Kecamatan Sukoharjo; dan
4. Kalitulang berada di Kecamatan Mojotengah.
b. Bendung Sungai Preng berada di Kecamatan Leksono;
c. Bendung Sungai Begaluh berada di Kecamatan Kalikajar;
d. Bendung Sungai Begaluh Kecil berada di Kecamatan Selomerto;
e. Bendung Sungai Bogowonto berupa Bendung Pingit berada di Kecamatan
Sapuran;
f. Bendung Sungai Medono berada di Kecamatan Kaliwiro;
g. Bendung Sungai Cecep berada di Kecamatan Kertek;
h. Cek Dam Pesodongan berada di Kecamatan Kaliwiro;
i. Cek Dam Boderan berada di Kecamatan Kaliwiro; dan
j. Cek Dam Tirip berada di Kecamatan Wadaslintang.
Bendung dan cekdam sebagai upaya pengendali banjir di pada tataran
wilayah sungai.
E. Sistem Neraca Air
Secara umum Kabupaten Wonosobo mempunyai wilayah yang bergelombang,
dengan curah hujan yang bervariasi yang selanjutnya dialirkan ke arah utara baik melalui
sungai (air permukaan) maupun aliran bawah tanah.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-23
Sumber Air
Sumber air di Kabupaten Wonosobo meliputi :
- Air hujan : air hujan tampungan dan air hujan limpasan
- Air permukaan : mata air, air sungai dan air waduk/ embung
- Air Tanah : air tanah bebas, air tanah samping, dan air tanah
belakang
Kegunaan Air
Sumber air di Kabupaten Wonosobo adalah untuk :
- Untuk irigasi 1 – 1,2 liter/detik/ha
- Untuk kebutuhan manusia 100 – 120 liter/hari/jiwa
- Untuk kebutuhan industri sekitar 10% dari kebutuhan untuk manusia
- Untuk kebutuhan sumber energi atau tenaga
Diasumsikan bahwa semua kebutuhan untuk manusia dipenuhi/ diambil dari air
tanah, mata air, dan air tanah dangkal sehingga perhitungan keadaan air (neraca air) di
Kabupaten Wonosobo adalah:
Pemasukan air, meliputi:
- Air hujan
- Air permukaan/ sungai
- Air tanah dangkal
Pengeluaran air, meliputi:
- Domestik
- Irigasi
- Industri
- Lain-lain
Mengingat bahwa di Kabupaten Wonosobo banyak terdapat sungai-sungai yang
cukup besar dan bendungan dan beberapa diantaranya mempunyai debit yang cukup
konstans, maka perlu kiranya diadakan penelitian atau studi untuk mengembangkan
sungai-sungai tersebut sebagai sumber air minum.
Karena hingga saat ini PDAM Kabupaten Wonosobo masih mengandalkan mata air
sebagai sumber air baku, sehingga dalam pengembangan pelayanan sangat dipengaruhi
oleh sumber air baku tersebut.
Untuk menjaga kelestarian sumber daya air bisa dibuat sumur-sumur resapan untuk
menangkap air dalam tanah.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-25
PEMANFAATAN UNTUK MENYELENGGARAKAN
KEGIATAN EKONOMI
PERMASALAHAN DARI KARAKTERISTIK SUMBER DAYA AIR,
BANJIR, EROSI SEDIMENTASI DAN
KUALITAS AIR
USAHA
PELESTARIAN
SUMBER
DAYA AIR
ANALISIS POTENSI BANJIR EROSI
SEDIMENTASI PENURUNAN KUALLITAS
PENGAMANAN SUMBER DAYA AIR
PELESTARIAN POTENSI PENGATURAN MELALUI
PRODUK HUKUM
A I R P E R M U K A A N A I R T A N A H
SISTEM PASOK TANAH (SUPPLY) AIR
KEBUTUHAN AIR DAN FUNGSI NERACA AIR
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PERMUKAAN BERDASARKAN: a. ALIRAN SUNGAI b. INFRASTRUKTUR
AIR MINUM PENGGELONTORAN LISTRIK PERTANIAN INDUSTRI AQUAKULTUR PARIWISATA
- KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH TINGKAT PELAYANAN AIR BERSIH/ MINUM UNTUK KOTA DAN
PEDESAAN - PROYEKSI
KEBUTUHAN MENDATANG
- PENGGELONTORAN DRAINASE KOTA
- KEBIJAKSANAAN PENGEMBANGAN IRIGASI
- ANALISIS PENGGUNAAN UNTUK AIR IRIGASI
- SUMBER TENAGA LISTRIK
- PEMANFAATAN SEBAGAI AIR BAKU UNTUK AIR BERSIH
- ANALISIS PENGGUNAAN UNTUK AIR IRIGASI
- PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH UNTUK DAERAH PARIWISATA
- PEMENUHAN UNTUK BUDI DAYA IKAN
- KETERSEDIAAN/ KEADAAN AQUIFER SETIAP TEMPAT DARI PETA HIDROGEOLOGI
- PEMANFAATAN UNTUK KEGIATAN DOMESTIK MAUPUN EKONOMI
MASALAH
UTAMA
ANALISIS POTENSI
MASALAH PELESTARIAN
KEBUTUHAN AIR/
PEMANFAATANNYA UNTUK KEGIATAN
EKONOMI
POTENSI SUMBER DAYA AIR
Gambar 3.3. Neraca Air
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-26
3.2.3 Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya
Jaringan prasarana wilayah lainnya meliputi jaringan prasarana lingkungan, mencakup
prasarana pengelolaan lingkungan yang terdiri dari sistem jaringan prasarana
pengelolaan sampah, jaringan pengelolaan air limbah/air buangan, jarinngan drainase,
dan sistem jalur dan ruang evakuasi bencana.
A. Jaringan Prasarana Pengelolaan Persampahan
Dengan meningkatnya berbagai aktivitas dan semakin membaiknya taraf hidup
masyarakat, mempengaruhi jumlah dan ragam sampah yang ditimbulkan. Dengan adanya
hal ini maka akan membesar pula derajat pencemaran lingkungan seperti timbulnya bau
yang tidak sedap, gangguan lalat penyebar penyakit dan sebagainya, dan bertambah pula
luas lahan untuk menampung timbulnya sampah yang ada. Berdasarkan Pedoman Teknik
Analisa – Tata Cara dan Pedoman Teknik Baku Perencanaan Tata Ruang, di mana rata-
rata produksi sampah yang dihasilkan perorangan/hari termasuk produksi sampah non
rumah lainnya adalah 0,002 m3/orang/hari. Sampah industri dan fasilitas sosial
diperhitungkan 20 % dari sampah domestik.
Sampah di Kabupaten Wonosobo berasal dari :
- Sampah yang berasal dari pusat-pusat perbelanjaan (pasar)
- Sampah-sampah di pertokoan
- Sampah berasal dari permukiman
- Sampah di beberapa tempat keramaian
- Sampah dari industri pengolahan
TPA Sampah Kabupaten Wonosobo terletak di Desa Wonorejo, Kecamatan
Selomerto. TPA dibangun 1989, luas TPA dan sarana penunjang sekitar 1,8 Ha (16.902
m2). Sampah yang diolah ± 170 m3. TPA dirancang dengan sistem control landfill, dengan
pemadatan setiap satu minggu sekali. Sistem saluran lindi bercampur dengan drainase
sehingga jumlah lindi yang dikelola terlalu banyak. Akibat effluent-nya masih berbau dan
hitam serta kolam ekualisasi dan kolam lainnya tidak mampu mengolah lindi tersebut.
TPA yang ada hanya melayani pengolahan sampah dalam Kota Wonosobo atau wilayah
RIK Wonosobo, sedangkan masyarakat kecamatan yang lain masih mengelola sampah
secara individu. Untuk mengantisipasi jumlah timbulan sampah yang terus bertambah ke
depan perlu dicari alternatif lokasi TPA yang baru untuk melayani seluruh wilayah
Kabupaten Wonosobo. Selain itu, dapat pula dilakukan dengan pengembangan
pengelolaan sampah TPA dengan cara mengadopsi sistem sanitary landfill yang lebih
ramah lingkungan.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-27
Upaya minimasi sampah di sumber terdiri dari program 3R yaitu Reduce
(mengurangi), Reuse (menggunakan kembali) dan Recycle (Daur ulang). Usaha recycle
dapat baik terhadap sampah organik maupun anorganik. Recycle sampah organik basah
dapat dilakukan dengan cara pengomposan, sedangkan kertas plastik dan bahan
anorganik usaha recycle-nya dilakukan di pabrik. Pelayanan sampah oleh pemerintah
daerah hanya masih sebatas wilayah dalam Kota Wonosobo. Ke depan diharapkan
seluruh wilayah kabupaten dapat terlayani, dengan cara memperbanyak sarana TPS di
seluruh pelosok kecamatan yang ada di Kabupaten Wonosobo. Selain itu prasarana lain
seperti sarana pengangkutan juga harus ditingkatkan. Dalam mengelola sampah ada
beberapa hal pokok yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, yaitu hal-hal yang
menyangkut dengan masalah organisasi dan managemen teknik operasional,
pembiayaan dan retribusi pengaturan (legalisasi) serta aspek peran serta masyarakat.
Dalam rangka mempersiapkan pengelolaan sampah diharapkan ke depan
diperbanyak alternatif pengolahan sampah dan air limbah sesuai kebutuhan pada setiap
kecamatan dengan melakukan pemilahan sampah organik dan sampah non organik yang
dilakukan oleh masyarakat di seluruh Kabupaten Wonosobo.
B. Jaringan Pengelolaan Air Limbah/ Air Buangan
Sistem pembuangan air kotor yang terdapat di Kabupaten Wonosobo hingga saat ini
masih ditangani secara individu oleh tiap-tiap rumah tangga dan industri (home industry),
sebagian dibuang ke dalam septictank-septictank dan sebagian lagi dibuang ke saluran
pembuangan/ selokan sebelum ke sungai yang ada di sekitar permukiman. Cara-cara
pembuangan melalui saluran-saluran dan sungai sebetulnya tidak dapat dibenarkan
karena dapat menurunkan derajat kesehatan lingkungan dan masyarakat. Adapun sistem
pembuangan yang baik dapat dibedakan menjadi 2 cara penanganan yang tergantung
dari lokasi sumber air buangan. Untuk daerah yang tidak dapat dijangkau oleh sistem
saluran dapat diterapkan sistem pembuangan secara individual. Penerapan sistem
individu ini bisa dilaksanakan secara komunal dengan sejumlah rumah yang berdekatan.
Sedangkan untuk daerah yang dapat dijangkau oleh sistem saluran, sistem pembuangan
dapat dilakukan melalui saluran-saluran perkotaan.
Dalam rangka mempersiapkan pengelolaan air limbah diharapkan ke depan perlu
dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke saluran umum, perlu dikaji sistem pengolahan
limbah secara off site sanitation dengan pengolahan limbah secara terpusat diluar
pengolahan on site sanitation.
C. Prasarana Jaringan Drainase
Pengembangan jaringan drainase meliputi :
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-28
a. peningkatan saluran drainase kawasan perkotaan Kabupaten pada kawasan
permukiman padat, kumuh, dan kawasan sekitar pasar tradisional;
b. pengembangan saluran drainase pada kawasan-kawasan terbangun;
c. pembangunan dan peningkatan saluran drainase kanan-kiri jalan pada ruas jalan
nasional, provinsi, dan kabupaten;
D. Sistem Jalur dan Ruang Evakuasi Bencana
Sebagai wilayah yang rawan tehadap bencana, upaya mitigasi bencana untuk
mengurangi resiko bencana perlu direncanakan dengan baik. Terjadinya suatu bencana
dapat menyebabkan kerugian ekonomi, kerusakan infrastruktur, bahkan korban jiwa yang
tidak sedikit. Walaupun demikian upaya – upaya yang dilakukan untuk mencegah atau
mengurangi kerugian selama ini (sebelum munculnya paradigma pengurangan risiko)
masih bersifat kuratif. Bencana masih dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat
dihindari dan dielakkan, sehingga bentuk penanggulangan yang dapat dilakukan adalah
berupa tindakan pertolongan sesegera mungkin. Perkembangan pemahaman dan
pengetahuan tentang bencana kemudian memunculkan paradigma baru penanggulangan
bencana, yaitu mitigasi bencana. Dalam paradigma mitigasi, fokus perhatian terhadap
penanggulangan bencana adalah pada pengurangan tingkat ancaman, intensitas dan
frekuensi bencana, sehingga kerugian, kerusakan dan korban jiwa dapat dikurangi.
Contoh – contoh bentuk mitigasi antara lain pembangunan infastruktur pencegah
bencana, perencanaan tata ruang, dan sebagainya. Perkembangan yang terjadi
kemudian menyadarkan bahwa mitigasi saja tidak cukup selama masyarakat masih
belum memiliki pengetahuan, kesadaran dan kesiapsiagaan terhadap bencana. Upaya
mitigasi juga seringkali tidak ampuh karena bencana sering terjadi pada magnitude yang
tidak dapat ditangkal oleh produk – produk mitigasi.
Dalam konteks perencanaan tata ruang, mitigasi bencana dapat terwujud melalui
penentuan jalur evakuasi bencana. Evakuasi adalah upaya untuk memindahkan korban
secara aman dari lokasi yang tertimpa bencana ke wilayah yang lebih aman untuk
mendapatkan pertolongan. Adapun yang dimaksud jalur evakuasi bencana adalah adalah
jalur yang dapat dilalui untuk memindahkan korban bencana (kelompok risti) ke lokasi
pengungsian untuk mendapatkan pertolongan atau pelayanan kesehatan lebih baik
Berdasarkan data kejadian bencana dan analisis kerawanan bencana, wilayah
Kabupaten Wonosobo tergolong rawan untuk bencana tanah longsor. Untuk itu,
penentuan jalur evakuasi bencana akan lebih difokuskan pada jalur evakuasi bencana
rawan longsor. Penentuan jalur evakuasi didasarkan pada parameter ketersediaan
prasarana memadai seperti jalan dan bangunan penampungan pengungsi yang berfungsi
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-29
sebagai ruang evakuasi, dalam hal ini dapat menggunakan bangunan balai desa,
kantor/pendopo kecamatan, bangunan sekolah atau jika di area terbuka yang dapat
dibangun tenda-tenda pengungsian sementara. Jalur evakuasinya berupa jalan desa –
jalan lingkungan – jalan lokal – jalan kolektor yang menuju ruang evakuasi terdekat
Tempat Penampungan Sementara (TPS) yaitu tempat penampungan pengungsi yang
terletak di sekitar pemukiman dalam wilayah rawan bencana. Tentu saja jika terjadi
kecenderungan peningkatan yang lebih membahayakan maka pengungsi yang berada di
TPS harus dievakuasi ke tempat penampungan yang berada diluar daerah rawan yaitu
Tempat Penampungan Aman (TPA). Dan jika terjadi kondisi dinilai aman, masyarakat
dapat dengan mudah kembali ke rumah masing-masing.
3.3 RENCANA PENGEMBANGAN SARANA WILAYAH
3.3.1 Rencana Pengembangan Sarana Perumahan
Kebutuhan perumahan merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi warga di
Kabupaten Wonosobo. Sebagai daerah yang cukup cepat perkembangannnya, maka
kebutuhan akan perumahan diperkirakan akan cukup tinggi pula. Kondisi perumahan di
Kabupaten Wonosobo dapat dibedakan menjadi perumahan tipe kecil, sedang dan besar.
Untuk 1 unit rumah, penduduk pendukungnya berjumlah 4 jiwa. Tiap 1 rumah tipe
besar berbanding 3 dengan rumah tipe sedang dan berbanding 6 dengan rumah tipe kecil.
Pada hirarki penyusunan tata ruang wilayah kabupaten akan ditindaklanjuti pada
penyusunan rencana tata ruang kota pada setiap kecamatan yang dalam RUTRK tersebut
sudah terhitung fasilitas perumahan berdasarkan standar maupun asumsi yang telah
disepakati. Kebutuhan perumahan ini tersebar di Ibu Kota Kecamatan atau kawasan
perkotaan maupun di kawasan pedesaan baik itu yang masuk dalam KTP2D ataupun yang
tidak. Pada tahun 2006 jumlah eksisting rumah yang ada sekitar 219.044 unit rumah.
Sampai akhir tahun perencanaan 2030 dari hasil proyeksi kebutuhan rumah adalah sekitar
232.661 unit dari berbagai tipe.
A. Rencana Pengembangan Sistem Pemukiman Perkotaan
Sistem permukiman diarahkan pada perkembangan linear wilayah, mengikuti
jaringan jalan regional. Sistem permukiman dikembangkan untuk membentuk struktur
perkotaan yang dinamis dan akomodatif, dengan pola pengembangan kota yang
berkelanjutan dengan proses pembangunan yang terpadu.
Keberadaan perkotaan dalam suatu wilayah kabupaten merupakan barometer
perkembangan wilayah secara umum, dengan berbagai karakteristik tertentu yang
menjadi pendukung perkembangannya. Untuk itu, perkotaan yang ada harus
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-30
dikembangkan sebagai satu pintu pengembangan wilayah Kabupaten Wonosobo secara
keseluruhan, yang tertintegrasi dengan pola pengembangan wilayah secara umum.
Berdasarkan konsep tersebut maka arahan pengembangan sistem perkotaan dapat
dilakukan dengan beberapa hal berikut ini:
Menentukan sistem pusat pelayanan sebagai pusat-pusat pengembangan
wilayah kabupaten.
Pengembangan wilayah perkotaan dengan peningkatan fungsi dan peran kota-
kota yang terbentuk dalam sistem perkotaan yang terintegrasi, dalam fungsi
utama sebagai pusat pengembangan wilayah sekitarnya sesuai dengan hirarki
kotanya, untuk membentuk struktur perkotaan yang dinamis dan terintegrasi.
Membuka kesempatan investasi keuangan dan jasa dalam usaha meningkatkan
fungsi dan peran kota, dengan beberapa hal berikut ini:
Dengan kemudahan-kemudahan penanaman modal yang telah diatur dalam
tata aturan perundangan yang berlaku.
Meningkatkan sarana dan prasarana wilayah yang lebih memadai.
Selanjutnya rencana dari sistem perkotaan dapat dilakukan dengan beberapa hal
berikut ini, sebagai langkah-langkah integral dalam rangka membuka kran-kran
pembangunan bagi pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, yaitu:
Membuat pola hirarki kota dalam sistem distribusi pengembangan wilayah dan
rangkaian sistem jaringan sebagai pembentuk struktur kota-kota,yaitu PKW
meliputi Kecamatan Wonosobo, PKLp meliputi Kecamatan Kertek dan Kecamata
Selomerto, PPK meliputi Kecamatan Mojotengah, Kejajar, dan Sapuran, dan PPL
meliputi Kecamatan Kepil, Kaliwiro, Wadaslintang, Leksono, Kalikajar, Garung,
Watumalang, Sukoharjo, dan Kalibawang. Sistem ini dirangkaikan dalam pola
distribusi, pola sebaran dan pola pelayanan yang saling memperkuat dan
dinamis.
Meningkatkan dan mengembangkan kinerja sistem jaringan yang ada terutama
dalam pola pelayanan baku bagi pengembangan wilayah dengan wujud
membuka sistem jaringan yang lebih memudahkan aksesibilitas antar wilayah.
B. Rencana Pengembangan Sistem Permukiman Perdesaan
Pengembangan sistem permukiman perdesaan di Kabupaten Wonosobo diarahkan
pada usaha pemerataan pembangunan dan perkembangan wilayah sebagai salah satu
usaha mencegah kesenjangan wilayah. Hal ini terutama karena hambatan-hambatan
strategis yang meliputi kondisi geografis yang mempengaruhi pola distribusi dengan
tingkat kesulitan aksesibilitas yang cukup tinggi, yang ditunjukkan adanya hambatan-
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-31
hambatan fisik kawasan dan sistem jaringan yang belum memadai dalam membuka
potensi-potensi pembangunan bagi wilayah terbelakang. Untuk itu arahan selanjutnya
adalah membuka kran-kran pembangunan yang baru bagi pengembangan wilayah
pedesaan dengan pemilihan desa-desa berpotensi untuk menjadi desa pusat
pertumbuhan. Desa-desa tersebut menjadi pusat bagi suatu Kawasan Terpilih Pusat
Pengembangan Desa (KTP2D) dengan daerah desa-desa sekitar yang menjadi
hinterland-nya. Selanjutnya rencana pengembangan sistem permukiman pedesaan dapat
ditentukan sebagai berikut:
Menentukan blok desa-desa pusat pertumbuhan dalam satuan unit permukiman
yang terdiri dari beberapa desa yang memiliki keterikatan fisik (aksesibilitas).
Potensi-potensi desa-desa tersebut dapat diidentifikasikan dalam rangka
mendukung perkembangan ekonomi pertanian wilayah perdesaan melalui
kawasan agropilitan.
Desa-desa pusat pertumbuhan direncanakan berubah dari yang sudah ditetapkan
oleh Cipta Karya. Perubahan yang terjadi dengan pertimbangan telah terjadi beberapa hal
yang kurang sesuai dengan syarat pembentukan DPP yaitu pada kriteria:
Bukan ibukota Kecamatan
Berjarak minimal 5 Km dari Ibukota Kecamatan
Tingkat kelengkapan prasarana dan sarana dasar fasilitas umum dan jaringan
jalan
Lokasi desa cukup strategis dengan mudahnya akses ke tingkat kecamatan dan
pusat pelayanan lainnya
3.3.2 Rencana Pengembangan Pendidikan
Untuk menunjang dan memacu perkembangan Kabupaten Wonosobo maka yang
harus direncanakan dengan baik adalah jumlah fasilitas pendidikan yang tentunya sangat
berkaitan erat dengan jumlah penduduk yang memerlukan sarana pendidikan. Standar
kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan ideal kuantitas pendidikan, disamping masih
perlu pemikiran penyediaan fasilitas-fasilitas lain yang memadai sehingga dapat mendukung
kegiatan belajar mengajar. Usaha peningkatan mutu pendidikan dan perluasan kesempatan
kerja dengan penyediaan fasilitas pendidikan adalah dalam rangka mempersiapkan tenaga
kerja dan penduduk yang berkualitas. Hal ini dimaksudkan agar potensi pembangunan
khususnya sumber daya manusia dapat dimanfaatkan pada tiap-tiap kecamatan.
Untuk mengetahui rencana kebutuhan fasilitas pendidikan di Kabupaten Wonosobo
dapat dilihat pada tabel berikut
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-32
TABEL 3.2 RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN
TAHUN 2007, 2008, 2009, 2010, 2015, 2020, 2025 DAN 2030 DI KABUPATEN WONOSOBO
No Kecamatan
2007 2008 2009 2010
Jml Pddk
TK SD/MI SMP/ MTs
SMU/ SMK
Jml Pddk
TK SD/MI SMP/ MTs
SMU/ SMK
Jml Pddk
TK SD/MI SMP/ MTs
SMU/ SMK
Jml Pddk
TK SD/MI SMP/ MTs
SMU/ SMK
1 Wadaslintang 54.601 55 34 11 11 54.863 55 34 11 11 56.127 55 34 11 11 56.391 55 35 12 12
2 Kepil 60.021 60 38 13 13 60.567 61 38 13 13 61.117 61 38 13 13 61.673 62 39 13 13
3 Sapuran 53.243 53 33 11 11 53.463 53 33 11 11 53.684 54 34 11 11 53.906 54 34 11 11
4 Kalibawang 26.101 26 16 5 5 26.611 27 17 6 6 26.132 27 17 6 6 26.662 28 17 6 6
5 Kaliwiro 48.506 49 30 10 10 48.795 49 30 10 10 49.085 49 31 10 10 49.378 49 31 10 10
6 Leksono 39.759 40 25 8 8 40.081 40 25 8 8 40.404 40 25 8 8 40.730 41 25 8 8
7 Sukoharjo 30.824 31 19 6 6 31.033 31 19 6 6 31.243 31 20 7 7 31.455 31 20 7 7
8 Selomerto 46.235 45 28 9 9 46.557 46 28 9 9 46.881 46 29 10 10 46.208 46 29 10 10
9 Kalikajar 64.257 64 40 13 13 64.691 65 40 13 13 66.128 65 41 14 14 66.568 66 41 14 14
10 Kertek 76.202 76 48 16 16 76.660 77 48 16 16 76.121 77 48 16 16 76.585 78 48 16 16
11 Wonosobo 76.040 76 48 16 16 76.126 76 48 16 16 76.212 76 48 16 16 76.298 76 48 16 16
12 Watumalang 52.618 53 33 11 11 53.153 53 33 11 11 53.695 54 34 11 11 54.242 54 34 11 11
13 Mojotengah 59.640 60 37 12 12 60.279 60 38 13 13 60.926 61 38 13 13 61.579 62 38 13 13
14 Garung 50.551 51 32 11 11 51.111 51 32 11 11 51.677 52 32 11 11 52.249 52 33 11 11
15 Kejajar 42.212 42 26 9 9 42.716 43 27 9 9 43.227 43 27 9 9 43.743 44 27 9 9
Jumlah 779.810 781 487 161 161 786.706 787 490 163 163 791.659 791 496 56 56 796.667 798 499 167 167
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-33
Lanjutan:
No
Kecamatan
2015 2020 2025 2030
Jml Pddk
TK SD/MI SMP/ MTs
SMU/ SMK
Jml Pddk
TK SD/MI SMP/ MTs
SMU/ SMK
Jml Pddk
TK SD/MI SMP/ MTs
SMU/ SMK
Jml Pddk
TK SD/MI SMP/ MTs
SMU/ SMK
1 Wadaslintang 56.734 57 35 12 12 58.110 58 36 12 12 59.804 60 37 12 12 60.961 61 38 13 13
2 Kepil 64.528 65 40 13 13 66.516 68 42 14 14 71.284 71 45 15 15 73.912 74 46 15 15
3 Sapuran 56.029 55 34 11 11 56.176 56 35 12 12 56.583 58 36 12 12 58.541 59 37 12 12
4 Kalibawang 30.476 30 19 6 6 33.575 34 21 7 7 36.713 38 24 8 8 40.751 41 25 8 8
5 Kaliwiro 50.865 51 32 11 11 52.397 52 33 11 11 54.297 54 34 11 11 56.601 56 35 12 12
6 Leksono 42.402 42 27 9 9 44.141 44 28 9 9 46.324 46 29 10 10 46.838 48 30 10 10
7 Sukoharjo 32.536 33 20 7 7 33.654 34 21 7 7 36.047 35 22 7 7 36.008 36 23 8 8
8 Selomerto 46.876 48 30 10 10 49.605 50 31 10 10 51.762 52 32 11 11 53.252 53 33 11 11
9 Kalikajar 66.814 68 42 14 14 70.136 70 44 15 15 73.027 73 46 15 15 76.021 75 47 16 16
10 Kertek 79.945 80 50 17 17 82.376 82 51 17 17 86.392 85 53 18 18 86.464 87 55 18 18
11 Wonosobo 76.729 77 48 16 16 76.164 77 48 16 16 76.688 78 49 16 16 78.039 78 49 16 16
12 Watumalang 56.061 57 36 12 12 60.026 60 38 13 13 63.789 64 40 13 13 66.428 66 42 14 14
13 Mojotengah 64.952 65 41 14 14 68.509 69 43 14 14 73.037 73 46 15 15 76.220 76 48 16 16
14 Garung 56.207 55 35 12 12 58.332 58 36 12 12 62.317 62 39 13 13 66.124 65 41 14 14
15 Kejajar 46.419 46 29 10 10 49.258 49 31 10 10 52.895 53 33 11 11 56.468 55 35 12 12
Jumlah 828.573 829 518 174 174 860.975 861 538 179 179 901.959 902 565 187 187 930.628 930 584 195 195
Sumber : Hasil Analisis, 2007
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-34
3.3.3 Rencana Pengembangan Sarana Kesehatan
Pembangunan di bidang kesehatan msyarakat diarahkan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat, termasuk gizi
masyarakat dan gizi lingkungan, baik masyarakat pedesaan maupun di perkotaan. Secara garis besar Rencana Kebutuhan Sarana Kesehatan
berdasarkan perhitungan.
Untuk mengetahui jumlah fasilitas kesehatan di Kabupaten Wonosobo pada tahun perencanaan dapat dilihat pada tabel proyeksi
kebutuhan fasilitas kesehatan.
TABEL 3.3 RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS KESEHATAN
TAHUN 2007, 2008, 2009, 2010, 2015, 2020, 2025 DAN 2030 DI KABUPATEN WONOSOBO
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-35
Lanjutan:
Sumber : Hasil Analisis, 2007
3.3.4 Rencana Pengembangan Sarana Peribadatan
Jenis dan besaran kebutuhan akan sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi kehidupan beragama masyarakat setempat.
Berdasarkan data yang ada pada tahun 2006 Kota Kabupaten Wonosobo telah memiliki sarana peribadatan berupa masjid, mushola /masjid
lingkungan, gereja, dan pura. Untuk memperkirakan kebutuhan sarana peribadatan ini akan digunakan standar rasio yang dihitung dari rasio
pelayanan sarana peribadatan sampai tahun 2026 serta dikaitkan dengan struktur penduduk pada masing-masing agama. Dari perkiraan
jumlah penduduk Kabupaten Wonosobo dapat diperhitungkan kebutuhan fasilitas kesehatan, yaitu sebagai berikut:
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-36
TABEL 3.4 RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS PERIBADATAN
TAHUN 2007, 2008, 2009, 2010, 2015, 2020, 2025 DAN 2030 DI KABUPATEN WONOSOBO
No Kecamatan
2007 2008 2009 2010
Jml Pnddk
Masjid Mushola Gereja Kuil/ Pura/
Vihara
Jml Pnddk
Masjid Mushola Gereja Kuil/ Pura/
Vihara
Jml Pnddk
Masjid Mushola Gereja Kuil/ Pura/
Vihara
Jml Pnddk
Masjid Mushola Gereja Kuil/ Pura/
Vihara
1 Wadaslintang 54,601 91 137 3 54,863 91 137 3 55,127 92 138 3 55,391 92 138 3
2 Kepil 60,021 100 150 60,567 101 151 61,117 102 153 61,673 103 154
3 Sapuran 53,243 89 133 4 53,463 89 134 4 53,684 89 134 4 53,906 90 135 4
4 Kalibawang 26,101 44 65 26,611 44 67 27,132 45 68 27,662 46 69
5 Kaliwiro 48,506 81 121 5 48,795 81 122 5 49,085 82 123 5 49,378 82 123 5
6 Leksono 39,759 66 99 2 40,081 67 100 2 40,404 67 101 2 40,730 68 102 2
7 Sukoharjo 30,824 51 77 1 1 31,033 52 78 1 1 31,243 52 78 1 1 31,455 52 79 1 1
8 Selomerto 45,235 75 113 8 1 45,557 76 114 8 1 45,881 76 115 8 1 46,208 77 116 8 1
9 Kalikajar 64,257 107 161 1 1 64,691 108 162 1 1 65,128 109 163 1 1 65,568 109 164 1 1
10 Kertek 76,202 127 191 2 1 76,660 128 192 2 1 77,121 129 193 2 1 77,585 129 194 2 1
11 Wonosobo 76,040 127 190 9 2 76,126 127 190 9 2 76,212 127 191 9 2 76,298 127 191 9 2
12 Watumalang 52,618 88 132 2 53,153 89 133 2 53,695 89 134 2 54,242 90 136 2
13 Mojotengah 59,640 99 149 60,279 100 151 60,926 102 152 61,579 103 154
14 Garung 50,551 84 126 51,111 85 128 51,677 86 129 52,249 87 131
15 Kejajar 42,212 70 106 42,716 71 107 43,227 72 108 43,743 73 109
Jumlah 779,810 1,299 1,950 37 6 785,706 1,309 1,966 37 6 791,658 1,319 1,980 37 6 797,667 1,328 1,995 37 6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-37
Lanjutan:
No Kecamatan
2015 2020 2025 2030
Jml Pnddk
Masjid Mushola Gereja Kuil/ Pura/
Vihara
Jml Pnddk
Masjid Mushola Gereja Kuil/ Pura/
Vihara
Jml Pnddk
Masjid Mushola Gereja Kuil/ Pura/
Vihara
Jml Pnddk
Masjid Mushola Gereja Kuil/ Pura/
Vihara
1 Wadaslintang 56,734 95 142 3 58,110 97 145 3 59,518 99 149 3 60,961 102 152 3
2 Kepil 64,528 108 161 67,516 113 169 70,642 118 177 73,912 123 185
3 Sapuran 55,029 92 138 4 56,176 94 140 4 57,346 96 143 4 58,541 98 146 4
4 Kalibawang 30,476 51 76 33,575 56 84 36,989 62 92 40,751 68 102
5 Kaliwiro 50,865 85 127 5 52,397 87 131 5 53,975 90 135 6 55,601 93 139 6
6 Leksono 42,402 71 106 2 44,141 74 110 2 45,953 77 115 2 47,838 80 120 2
7 Sukoharjo 32,536 54 81 1 1 33,654 56 84 1 1 34,811 58 87 1 1 36,008 60 90 1 1
8 Selomerto 47,876 80 120 8 1 49,605 83 124 9 1 51,396 86 128 9 1 53,252 89 133 9 1
9 Kalikajar 67,814 113 170 1 1 70,136 117 175 1 1 72,537 121 181 1 1 75,021 125 188 1 1
10 Kertek 79,945 133 200 2 1 82,376 137 206 2 1 84,882 141 212 2 1 87,464 146 219 2 1
11 Wonosobo 76,729 128 192 9 2 77,164 129 193 9 2 77,600 129 194 9 2 78,039 130 195 9 2
12 Watumalang 57,061 95 143 2 60,026 100 150 2 63,146 105 158 2 66,428 111 166 3
13 Mojotengah 64,952 108 162 68,509 114 171 72,262 120 181 76,220 127 191
14 Garung 55,207 92 138 58,332 97 146 61,635 103 154 65,124 109 163
15 Kejajar 46,419 77 116 49,258 82 123 52,271 87 131 55,468 92 139
Jumlah 828,572 1,382 2,071 37 6 860,975 1,436 2,151 38 6 894,964 1,492 2,237 39 7 930,629 1,553 2,328 40 7
Sumber : Hasil Analis, 2007
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-38
3.3.5 Rencana Pengembangan Sarana Perekonomian
Fasilitas ekonomi di Kabupaten Wonosobo untuk kegiatan perdagangan dapat dikatakan sudah merata. Ini dapat dilihat pada
penyebaran fasilitas perekonomian yang dapat dikatakan sudah merata di setiap kecamatan.
Untuk mengetahui jumlah fasilitas ekonomi di Kabupaten Wonosobo pada tahun perencanaan tahun 2007-2030 dapat dilihat pada tabel
proyeksi kebutuhan fasilitas dibawah ini:
TABEL 3.5 RENCANA KEBUTUHAN FASILITAS PEREKONOMIAN
TAHUN 2007, 2008, 2009, 2010, 2015, 2020, 2025 DAN 2030 DI KABUPATEN WONOSOBO
No Kecamatan
2007 2008 2009 2010
Jumlah Penduduk
Toko/ Kios
Pasar Jumlah
Penduduk Toko/ Kios
Pasar Jumlah
Penduduk Toko/ Kios
Pasar Jumlah
Penduduk Toko/ Kios
Pasar
1 Wadaslintang 54,615 22 2 54,863 22 2 55,127 22 2 55,391 22 2
2 Kepil 60,240 24 2 60,567 24 2 61,117 24 2 61,673 25 2
3 Sapuran 53,279 21 2 53,463 21 2 53,684 21 2 53,906 22 2
4 Kalibawang 26,445 11 1 26,611 11 1 27,132 11 1 27,662 11 1
5 Kaliwiro 48,612 19 2 48,795 20 2 49,085 20 2 49,378 20 2
6 Leksono 39,717 16 1 40,081 16 1 40,404 16 1 40,730 16 1
7 Sukoharjo 30,812 12 1 31,033 12 1 31,243 12 1 31,455 13 1
8 Selomerto 45,177 18 2 45,557 18 2 45,881 18 2 46,208 18 2
9 Kalikajar 64,239 26 2 64,691 26 2 65,128 26 2 65,568 26 2
10 Kertek 76,174 30 3 76,660 31 3 77,121 31 3 77,585 31 3
11 Wonosobo 75,720 30 3 76,126 30 3 76,212 30 3 76,298 31 3
12 Watumalang 52,553 21 2 53,153 21 2 53,695 21 2 54,242 22 2
13 Mojotengah 59,456 24 2 60,279 24 2 60,926 24 2 61,579 25 2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
III-39
No Kecamatan
2007 2008 2009 2010
Jumlah Penduduk
Toko/ Kios
Pasar Jumlah
Penduduk Toko/ Kios
Pasar Jumlah
Penduduk Toko/ Kios
Pasar Jumlah
Penduduk Toko/ Kios
Pasar
14 Garung 50,450 20 2 51,111 20 2 51,677 21 2 52,249 21 2
15 Kejajar 42,191 17 1 42,716 17 1 43,227 17 1 43,743 17 1
Jumlah 779,680 312 26 785,706 314 26 791,658 317 26 797,667 319 27
Lanjutan:
No Kecamatan
2015 2020 2025 2030
Jumlah Penduduk
Toko/ Kios
Pasar Jumlah
Penduduk Toko/ Kios
Pasar Jumlah
Penduduk Toko/ Kios
Pasar Jumlah
Penduduk Toko/ Kios
Pasar
1 Wadaslintang 56,734 23 2 58,110 23 2 59,518 24 2 60,961 24 2
2 Kepil 64,528 26 2 67,516 27 2 70,642 28 2 73,912 30 2
3 Sapuran 55,029 22 2 56,176 22 2 57,346 23 2 58,541 23 2
4 Kalibawang 30,476 12 1 33,575 13 1 36,989 15 1 40,751 16 1
5 Kaliwiro 50,865 20 2 52,397 21 2 53,975 22 2 55,601 22 2
6 Leksono 42,402 17 1 44,141 18 1 45,953 18 2 47,838 19 2
7 Sukoharjo 32,536 13 1 33,654 13 1 34,811 14 1 36,008 14 1
8 Selomerto 47,876 19 2 49,605 20 2 51,396 21 2 53,252 21 2
9 Kalikajar 67,814 27 2 70,136 28 2 72,537 29 2 75,021 30 3
10 Kertek 79,945 32 3 82,376 33 3 84,882 34 3 87,464 35 3
11 Wonosobo 76,729 31 3 77,164 31 3 77,600 31 3 78,039 31 3
12 Watumalang 57,061 23 2 60,026 24 2 63,146 25 2 66,428 27 2
13 Mojotengah 64,952 26 2 68,509 27 2 72,262 29 2 76,220 30 3
14 Garung 55,207 22 2 58,332 23 2 61,635 25 2 65,124 26 2
15 Kejajar 46,419 19 2 49,258 20 2 52,271 21 2 55,468 22 2
Jumlah 828,572 331 28 860,975 344 29 894,964 358 30 930,629 372 31
Sumber : Hasil Analis, 2007
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-1
Rencana pola ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
budidaya.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi:
1. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;
2. mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
3. sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
untuk dua puluh tahun; dan
4. sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.
4.1 RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG
Merupakan kawasan dengan fungsi utama adalah melindungi pelestarian fungsi daya
alam, sumber daya buatan serta nilai budaya dan sejarah bangsa. Kawasan ini harus
dilindungi dari kegiatan produksi dan kegiatan manusia, dilindungi yang dapat mengurangi
atau merusak fungsi lindungnya. Secara umum tujuan dan penentuan arahan kebijakan
dalam pemanfaatan kawasan lindung adalah mengurangi resiko kerusakan lingkungan
hidup dan kehidupan sebagai akibat dari kegiatan pembangunan.
Pengelolaan kawasan lindung dilakukan untuk melestarikan kawasan-kawasan yang
berfungsi lindung, dengan sasaran untuk:
a. Mempertahankan keutuhan dan keanekaragaman hayati meliputi tumbuhan, satwa,
tipe ekosistem, dan keunikan alam.
b. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa, serta
nilai sejarah dan budaya.
c. Merehabilitasi/ memperbaiki kawasan lindung yang rusak.
d. Mengembangkan kawasan lindung untuk fungsi-fungsi wisata alam, pendidikan dan
penelitian.
BAB IV
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-2
e. Menambah kawasan fungsi baru: hutan lindung fisiografis, kawasan karst, dan
kawasan geologi.
f. Tidak adanya alih fungsi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya.
Rencana pengelolaan kawasan yang sama artinya dengan rencana alokasi
penggunaan ruang, disusun berdasar pada berbagai landasan hukum antara lain:
- Kesesuaian ruang yang dipergunakan
- Penggunaan lahan yang dipergunakan
- Penggunaan lahan saat ini
- Masukan dari sektor-sektor terkait
- Asas-asas pemanfaatan ruang
- Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 tentang Perekonomian
- Undang-Undang Nomor 5 Tahun1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya
- Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya
- Undang-undang Nomor 41 Tahun 1992 tentang Kehutanan
- Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
- Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
- Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
- Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah
- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
- Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan
- Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan
- Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai
- Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam
- Kepres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
- Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 22 Tahun 2003 tentang Pengelolaan
Kawasan Lindung di Provinsi Jawa Tengah
- Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 11 Tahun 2004 tentang Garis Sempadan
- Kebijaksanaan Pemerintah Daerah Setempat
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-3
Rencana alokasi ini seterusnya merupakan arahan atau petunjuk lokasi bagi rencana
pembangunan lahan sesuai tahun perencanaan. Di samping hal-hal tersebut di atas, masih
terdapat aspek lain yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
- Fungsi lingkungan hidup
- Estetika lingkungan hidup
- Kualitas dan kuantitas ruang
- Pola dan struktur tata ruang
- Lokasi pelestarian sumber alam dan pengembangan sumber daya manusia
- Integritas dan keamanan wilayah
Dari hasil perencanaan alokasi penggunaan ruang dituangkan ke dalam peta tematik
dan terbagi menjadi beberapa kawasan, antara lain:
Kawasan Lindung
a. Kawasan hutan lindung (ada)
b. Kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya, terdiri dari:
Kawasan bergambut (tidak ada)
Kawasan resapan air (ada)
c. Kawasan perlindungan setempat, terdiri atas:
Sempadan pantai (tidak ada)
Sempadan sungai (ada)
Kawasan sekitar danauu/ waduk (ada)
d. Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya, terdiri dari:
Kawasan suaka alam (ada)
Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya (tidak ada)
Kawasan pantai berhutan bakau (tidak ada)
cagar alam (ada)
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan (ada)
e. Kawasan rawan bencana alam (ada)
f. Kawasan lindung geologi
Kawasan Imbuhan Air (ada)
Kawasan sekitar mata air (ada)
g. Kawasan lindung lainnya (ada)
Kawasan Budidaya
a. Kawasan Pertanian, terdiri dari:
Kawasan tanaman pangan lahan basah (ada)
Kawasan tanaman pangan kering (ada)
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-4
Kawasan tanaman tahunan/ perkebunan (ada)
Kawasan hutan produksi (ada)
Kawasan peternakan (ada)
Kawasan perikanan (ada)
b. Kawasan non pertanian, terdiri dari:
Kawasan pertambangan (ada)
Kawasan perindustrian (ada)
Kawasan pariwisata (ada)
Kawasan permukiman (ada)
- Perkotaan (ada)
- Pedesaan (ada)
4.1.1 Kawasan Hutan Lindung
Adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan
perlindungan kepada kawasan-kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata
air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.
Kawasan hutan lindung berfungsi untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir
sedimentasi dan menjadi fungsi hidrologik tanah untuk menjamin unsur hara tanah, air
tanah, dan air permukaan. Kawasan hutan lindung berupa hutan lindung yang dikelola
negara dalam hal ini Perhutani.
Kawasan Hutan Lindung yang dikelola Negara
Hutan lindung yang dikelola negara terutama terletak di Kecamatan Kejajar,
Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kertek,
Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Sapuran, dan Kecamatan Kepil. Penetapan kawasan
hutan lindung ini mengacu pada Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 359/Menhut
II/2004 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Wilayah Perairan Provinsi Jawa Tengah.
4.1.2 Kawasan yang Melindungi Kawasan Bawahannya
Kebijaksanaan pemanfaatan ruang ditentukan berdasarkan tujuan pemantapannya,
yaitu untuk mencegah terjadinya bencana dan menjaga kelestarian kawasan. Kebijakan
tersebut meliputi:
- Penetapan kawasan lindung, berdasarkan Keppres No. 32/1990 melalui pengukuhan
dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendaliannya.
- Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada (penggunaan lahan yang telah
berlangsung lama).
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-5
- Pengembalian fungsi hidrologi kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan
(rehabilitasi dan konservasi).
- Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya, kecuali kegiatan yang tidak
mengganggu fungsi lindung.
- Pemantauan terhadap kegiatan yang diperbolehkan berlokasi di hutan lindung
(antara lain: penelitian, ekplorasi mineral dan air tanah, pencegahan bencana alam)
agar tidak mengganggu fungsi lindung.
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya terdiri dari
a. Kawasan lindung yang dikelola masyarakat; dan
b. Kawasan resapan air.
4.1.2.1 Kawasan Lindung yang dikelola Masyarakat
Kawasan lindung yang dikelola masyarakat adalah Kawasan lindung yang dikelola
oleh masyarakat adalah lahan masyarakat yang mempunyai kriteria fisiografis seperti hutan
lindung yang perlu dioptimalkan fungsinya untuk kepentingan konservasi dan sistem
kehidupan.
Kriteria fisiografis adalah bentuk permukaan bumi, jenis tanah, kelas lereng, curah
hujan dan tipe iklim yang berpengaruh terhadap kelangsungan ekosistemKawasan lindung
yang dikelola masyarakat berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan
untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah terjadinya
sedimentasi, kekeringan dan memelihara kesuburan tanah serta melindungi kelestarian
fungsi hidrologis.
Kawasan lindung yang dikelola masyarakat seluas kurang lebih 15.012 (lima belas
ribu dua belas) hektar, terletak di Kecamatan Garung, Kalikajar, Kejajar, Kepil, Mojotengah,
Sapuran, Sukoharjo dan Watumalang.
4.1.2.2 Kawasan Resapan Air
Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang
berguna sebagai sumber air.
Kawasan resapan air berfungsi untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan
air hujan pada daerah resapan air tanah untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah
dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahnya maupun kawasan yang
bersangkutan.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-6
Lokasi kawasan resapan air terletak di Kecamatan Kejajar, Mojotengah,
Watumalang, Wonosobo, Kertek, Kalikajar, Sapuran dan Kepil.
4.1.3 Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat meliputi:
a. kawasan sempadan sungai;
b. kawasan sekitar danau atau waduk; dan
c. kawasan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan.
4.1.3.1 Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai,
termasuk sungai buatan/ kanal/ saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting
untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
Melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak
kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.
Kawasan sempadan sungai di Kabupaten Wonosobo meliputi Sub DAS Begaluh,
Sub DAS Bogowonto, Sub DAS Jali, Sub DAS Medono, Sub DAS Luk Ulo Hulu, Sub DAS
Cokroyasan, Sub DAS Meneng dan Sub DAS Serayu Hulu yang melalui Kecamatan
Kalikajar, Kecamatan Kertek, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan
Mojotengah, Kecamatan Garung, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kepil, Kecamatan
Kalibawang, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Leksono,
Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Watumalang, dan Kecamatan Mojotengah.
4.1.3.2 Kawasan Sekitar Danau/ Waduk
Kawasan sekitar danau/ waduk adalah kawasan tertentu, di sekeliling danau/
waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/
waduk. Pada kawasan ini juga diatur kawasan sekitar bendung.
A. kawasan sekitar danau atau waduk meliputi:
1. kawasan sekitar Waduk Wadaslintang berada di Kecamatan Wadaslintang;
2. kawasan sekitar Telaga Menjer berada di Kecamatan Garung;
3. kawasan sekitar Telaga Warno, Telaga Pengilon, dan Telaga Cebong berada di
Kecamatan Kejajar; dan
B. kawasan sekitar Bendung meliputi:
1. Bendung Sungai Serayu meliputi:
a) Bendung Capar berada di Kecamatan Leksono;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-7
b) Gintung berada di Kecamatan Watumalang;
c) Bleber berada di Kecamatan Sukoharjo; dan
d) Kalitulang berada di Kecamatan Mojotengah.
2. Bendung Sungai Preng berada di Kecamatan Leksono;
3. Bendung Sungai Begaluh berada di Kecamatan Kalikajar;
4. Bendung Sungai Begaluh Kecil berada di Kecamatan Selomerto;
5. Bendung Sungai Bogowonto berupa Bendung Pingit berada di Kecamatan
Sapuran;
6. Bendung Sungai Medono berada di Kecamatan Kaliwiro; dan
7. Bendung Sungai Cecep berada di Kecamatan Kertek.
4.1.3.3 Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan
Secara sistem, RTH perkotaan adalah bagian wilayah perkotaan yang tidak
terbangun, yang berfungsi menunjang keamanan, kesejahteraan, peningkatan kualitas
lingkungan dan pelestarian alam. Umumnya terdiri dari ruang pergerakan linear atau koridor
dan ruang pulau atau oasis ( Spreigen, 1965 ). Atau path sebagai jalur pergerakan dan room
sebagai tempat istirahat, kegiatan atau tujuan ( Krier, 1975 ). Dapat berbentuk buatan
manusia dan alam yang terjadi akibat teknologi, seperti koridor jalan dan pejalan kaki,
bangunan tunggal dan majemuk, hutan kota, aliran sungai, dan daerah alamiah yang telah
ada sebelumnya. Ringkasnya, totalitas kesatuan yang memiliki keterkaitan dan dapat
digunakan sebagai sistem orientasi. Ruang terbuka kota banyak menentukan pola bentuk
dan tatanan ruang kota untuk tujuan kesehatan, kenyamanan, peningkatan kualitas
lingkungan dan pelestarian alam. Berikut adalah RTH publik di kawasan perkotaan di
Kabupaten Wonosobo:
a. RTH kawasan perkotaan PKW meliputi:
1. RTH Ngasinan berada di Kecamatan Wonosobo;
2. RTH Honggoderpo berada di Kecamatan Wonosobo;
3. RTH Mainan berada di Kecamatan Wonosobo;
4. RTH Jlegong berada di Kecamatan Wonosobo;
5. RTH TMP Wirayudha berada di Kecamatan Wonosobo;
6. RTH Alun-alun dan sekitar pendopo berada di Kecamatan Wonosobo;
7. RTH Taman Plasa berada di Kecamatan Wonosobo;
8. RTH Kalianget berada di Kecamatan Wonosobo; dan
9. RTH Jalur Jalan A.Yani berada di Kecamatan Wonosobo.
b. RTH kawasan perkotaan PKLp meliputi:
1. RTH Ibukota Kecamatan Kertek; dan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-8
2. RTH Ibukota Kecamatan Selomerto.
c. RTH kawasan perkotaan PPK meliputi:
1. RTH Ibukota Kecamatan Mojotengah;
2. RTH Ibukota Kecamatan Kejajar; dan
3. RTH Ibukota Kecamatan Sapuran.
d. RTH kawasan perbatasan
1. RTH Reco (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung) berada di
Kecamatan Kertek; dan
2. RTH Sawangan (perbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara) berada di
Kecamatan Leksono.
4.1.4 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya
4.1.4.1 Kawasan cagar alam
Kawasan cagar alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di daratan
maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang berlangsung secara
alami.
Kawasan suaka alam di Kabupaten Wonosobo adalah Cagar Alam (CA)
Pantodomas (Desa Pacekelan Kecamatan Sapuran) seluas ± 4,10 (empat koma sepuluh)
ha.
4.1.4.2 Kawasan taman wisata alam
Kawasan taman wisata alam adalah kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan
yang menarik dan indah baik secara alamiah maupun bantuan manusia .
Berfungsi untuk melestarikan lingkungan dan melindungi keanekaragaman biota
serta ekosistem. Gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu
pengetahuan, dan pembangunan pada umumnya.
Kawasan taman wisata alam di Kabupaten Wonosobo antara lain Taman Wisata
Alam Telaga Warno dan Telaga Pengilon (Kecamatan Kejajar) seluas ± 39,60 (tiga puluh
sembilan koma enam puluh) ha.
4.1.4.3 Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah kawasan yang mempunyai
nilai penting adalah kawasan yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan
dan kebudayaan.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-9
Perlindungan terhadap kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan dilakukan
untuk melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan-peninggalan sejarah,
bangunan arkeologi dan monumen nasional, dan keragaman bentuk geologi, yang berguna
untuk pengembangan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh
kegiatan alam maupun manusia.
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan terdapat di Situs Tuk Bimalukar di
Desa Dieng (Kecamatan Kejajar), Situs Watu Kelir di Desa Dieng (Kecamatan Kejajar), Situs
Ondho Budho di Desa Sikunang (Kecamatan Kejajar), Candi Bogang di Kecamatan
Selomerto dan Situs Bongkotan di Kecamatan Kerte, benda cagar budaya tak bergerak
seperti Rumah Dinas Bupati dan Wakil Bupati; Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD); Gedung Komando Distrik Militer (Kodim 0707); Kantor Pos dan Giro; Gedung SMP
(Sekolah Menengah Pertama) Negeri 1 Wonosobo; Gedung SD (Sekolah Dasar) Negeri 1
Wonosobo; Gedung Samsat; Alun-alun Wonosobo dan Paseban; Masjid Al Manshur; dan
Sekolah Don Bosco dan Dena Upakara.
4.1.5 Kawasan Rawan Bencana Alam
Di Kabupaten Wonosobo terdapat beberapa lokasi wilayah yang sering mengalami
bencana alam seperti banjir dan tanah longsor. Pada kawasan-kawasan seperti ini perlu
dilindungi agar dapat menghindarkan masyarakat dari ancaman bencana yang ada.
Usaha ini dilakukan untuk melindungi kawasan-kawasan budidaya terutama kawasan
terbangun juga untuk menghindarkan masyarakat dari ancaman bencana alam.
Kawasan yang memiliki potensi bencana alam di Kabupaten Wonosobo antara lain
adalah:
Daerah rawan tanah longsor terdapat di Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran,
Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan
Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Kertek,
Kecamatan Selomerto, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan
Kaliwiro, Kecamatan Wadaslintang dan Kecamatan Kalibawang.
Daerah rawan angin topan terdapat di Kecamatan Wonosobo, Kecamatan
Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalikajar dan
Kecamatan Watumalang.
Daerah rawan kebakaran hutan terdapat di kecamatan yang memiliki wilayah
hutan.
Daerah rawan bencana gas beracun terdapat di Kecamatan Kejajar yang ada di
Desa Sikunang, Sembungan, Jojogan, Patak, Banteng, Parikesit dan Dieng.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-10
Daerah rawan bencana gunung api terdiri dari rawan gunungapi di kompleks
pegunungan Dieng yang meliputi Kecamatan Kejajar, Watumalang, Garung dan
Mojotengah. Kemudian daerah rawan gunungapi Sindoro-Sumbing yang meliputi
hampir seluruh wilayah Kabupaten. Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang
sebagian besar wilayahnya ada di Kabupaten merupakan gunung tipe C yang
bersifat padam, dimana erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia,
namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan
solfatra/fumarola pada tingkat lemah. Meskipun bukan gunung api aktif, kedua
gunung ini tetap harus diiwaspadai sewaktu-waktu dapat terjadi peningkatan
aktivitas yang boleh jadi akan menimbulkan letusan gunung api.
Dalam upaya mitigasi dan pengurangan resiko bencana yang ada di Kabupaten
Wonosobo diperlukan adanya upaya penyusunan rencana sistem mitigasi bencana. Salah
satunya dengan bentuk rencana jalur evakuasi bencana. Jalur evakuasi bencana ditentukan
pada arah jalur jalan utama yang ada di setiap desa menuju posko bencana awal di kantor
desa ataupun di kantor kecamatan.
4.1.6 Kawasan Lindung Geologi
Kawasan lindung geologi yang ada di Kabupaten Wonosobo berupa kawasan
imbuhan air tanah dan kawasan sekitar mataair
4.1.6.1 Kawasan Imbuhan Air tanah
Secara kajian hidrogeologi, kawasan tersebut masuk dalam cekungan air tanah
(CAT) Wonosobo. Cekungan air tanah merupakan suatu wilayah yang dibatasi oleh batas-
batas hidrogeologi, dimana dalam batas-batas tersebut, semua peristiwa hidrogeologi
(hydrogeologic event) seperti pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah
berlangsung. Dengan demikian, setiap cekungan air tanah memiliki ciri-ciri hidrogeologi
tersendiri, yang secara hidrolika dapat berhubungan dengan cekungan air tanah lainnya
atau bahkan tidak sama sekali. Berdasarkan atas batasan mengenai cekungan air tanah
serta kondisi hidrogeologi daerah Wonosobo dan sekitarnya, merupakan cekungan air tanah
dimana curah hujan yang jatuh di dalam batas-batas cekungan ini dan berhasil meresap ke
dalam zona jenuh air akan bergerak hanya di dalam CAT Wonosobo, serta mengalir ke
daerah lepasan dengan arah umum dari utara dan timur menuju bagian tengah dan selatan.
Pada cekungan air tanah terdapat kawasan imbuhan air dan lepasan air tanah.
Kawasan Imbuhan air adalah kawasan daerah resapan air yang mampu menambah
jumlah air tanah dalam secara alamiah pada cekungan air tanah. Kawasan lepasan air
tanah adalah suatu kawasan, dimana aliran air tanah dilepaskan dari daerah imbuhannya,
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-11
kemudian muncul ke permukaan secara alami sebagai mataair ataupun oleh budi daya
manusia melalui sumur bor. Jika dikaitkan dengan kawasan fungsi lindung, maka yang lebih
tepat masuk kategori tersebut adalah kawasan imbuhan air.
Kawasan imbuhan air termasuk kawasan yang harus dilindungi mengingat sebagian
besar pasokan air untuk kebutuhan manusia berasal dari air tanah. ketersediaan air tanah
baik jumlah (kuantitas) maupun mutu (kualitas) dapat berbeda-beda antara satu tempat
dengan tempat lainnya, tergantung pada kondisi lingkungannya. Oleh karena itu upaya
penataan ruang untuk melindungi kawasan imbuhan air tanah sangatlah diperlukan demi
tercukupinya kebutuhan air untuk penduduk.
Di Kawasan imbuhan air terjadi proses pembentukan air tanah berlangsung
kemudian air tanah mengalir menuju daerah luahnya. Oleh karena itu, upaya pengelolaan di
daerah imbuh merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya pengelolaan air tanah dalam
suatu cekungan. Selain itu, keberadaan daerah imbuhan air tanah ini memiliki peran penting
bagi ketersediaan air tanah di CAT Wonosobo, air hujan yang jatuh pada kawasan ini dan
meresap sampai ke dalam zona jenuh air akan mengalir secara radial ke bagian kaki
gunung api. Meskipun demikian, secara lokal di daerah imbuhan air tanah ini dijumpai
setempat-setempat daerah lepasan air tanah yang ditandai dengan pemunculan mataair,
terutama pada tekuk lereng.
secara umum, berdasarkan kajian dari Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah, 2010,
dinyatakan bahwa daerah yang dibentuk oleh batuan gunung api di sekitar puncak dan
lereng G. Sundoro, G. Sumbing, G. Prau, dan sekitarnya merupakan daerah imbuhan air
tanah utama yang memiliki peran penting bagi ketersediaan air tanah di Wonosobo.
Pelamparan kawasan imbuhan air ini adalah di bagian puncak dan lereng G. Prau, G.
Bisma, G. Seroja, G. Tlerep, G. Sundoro, dan G. Sumbing. Garis batas dengan daerah
lepasan air tanah berada pada ketinggian sekitar 850 mdpal, yaitu di sekitar batas antara
bagian lereng gunung api dengan bagian kaki gunung api, membentang di bagian tengah
daerah penyelidikan (utara Wonosobo) dengan arah umum barat laut – tenggara, melewati
sekitar Mojotengah, Binangun Wetan, Kertek, sampai lereng bawah G. Munggang.
Sudah selayaknya upaya pemanfaatan lahan untuk kepentingan pembangunan di
kawasan ini harus tetap memperhatikan fungsi hidrogeologisnya, artinya tidak mengurangi
fungsi imbuh air tanahnya.jika dikaitkan dengan wilayah administrasi, maka daerah tersebut
meliputi Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan
Mojotengah, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Kertek, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan
Sapuran, dan Kecamatan Kepil.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-12
4.1.6.2 Kawasan Sekitar Mata Air
Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air dengan radius
sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter. Berfungsi melindungi mata air dari kegiatan
budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya. Kawasan
Terdapat di kawasan sekitar mata air yang tersebar di tiap kecamatan sepeti misalnya
Silutung, Sewu, Muncar, Mlandi, Mangur, Rancah, Jalaksono, Kajaran, Mbeji, Citrolangu,
Prigi, Kayubimo, Gajah, Mangli, Jogopati, Plodongan, Rogojati, Mudal, Deroduwur, Sumber,
Lamuk, Sunten, Brunyahan, Pager Gunung, Banyuwangi, Sibangkong, Gondang, Kidang,
Sendang, Siklenteng dan Dadungan Siring, serta mata air lainnya yang ada di Kabupaten
Wonosobo (lihat lampiran).
4.1.7 Kawasan Lindung Lainnya
Kawasan lindung lainnya berupa kawasan perlindungan plasma nutfah. Plasma
nutfah merupakan substansi yang mengatur perilaku kehidupan secara turun termurun,
sehingga populasinya mempunyai sifat yang membedakan dari populasi yang lainnya.
Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah
Daerah perlindungan plasma nutfah adalah kawasan yang memiliki jenis plasma
nutfah tertentu yang belum terdapat di kawasan konservasi yang telah ditetapkan. Plasma
nutfah harus disediakan perlindungan untuk melindungi ekosistem binatang, ikan, atau
tumbuhan langka yang dilindungi tidak terganggu. Terdapat di daerah perlindungan plasma
nutfah yang ada di Kabupaten Wonosobo. Kawasan perlindungan plasma nutfah meliputi:
a. Tanaman Pinus meliputi:
1. Desa Dieng Kecamatan Kejajar;
2. Desa Patak Banteng Kecamatan Kejajar; dan
3. Desa Sikunang Kecamatan Kejajar.
b. Purwaceng berada di Desa Sikunang Kecamatan Kejajar;
c. Carica berada di Kecamatan Kejajar;
d. Burung Belibis berada di kawasan Telaga Warno Pengilon Kecamatan Kejajar; dan
e. Dombos Texel berada di Dusun Klowoh Desa Kwadungan Kecamatan Kalikajar.
4.2 KAWASAN BUDIDAYA
Kawasan budidaya merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang kondisi fisik
dan potensi sumber daya alamnya dianggap dapat dan perlu dimanfaatkan baik bagi
kepentingan produksi (kegiatan usaha) maupun pemenuhan kebutuhan permukiman. Oleh
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-13
karena itu, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo, penetapan kawasan
ini dititikberatkan pada usaha untuk memberikan arahan pengembangan berbagai kegiatan
budidaya sesuai dengan potensi sumberdaya yang ada dengan memperhatikan optimasi
pemanfaatannya.
Kriteria untuk mendelinasikan kawasan/ sub kawasan budidaya secara umum lebih
didasarkan pada faktor kesesuaian lahan. Dilihat dari kriterianya, pada dasarnya terdapat
wilayah yang dapat saja memenuhi kriteria untuk pengembangan beberapa jenis kegiatan
budidaya (misalnya pertanian sawah, ladang, perkebunan dan holtikultura). Hal ini berarti
penggarisannya di atas peta akan menjadi tumpang tindih. Dengan demikian, pengalokasian
ruangnya di samping didasarkan pada kesesuaian lahan juga mempertimbangkan aspek
ekonomis serta kebijaksanaan secara nasional atau daerah bagi prioritasnya.
Didasarkan pada kepentingan pemanfaatan ruang secara optimal untuk kegiatan yang
bersifat budidaya, maka dalam RTRW Kabupaten Wonosobo perlu dilakukan prioritas di
dalam memberikan arahan pengembangannya yang secara umum dibedakan menurut
perkembangan wilayah. Prioritas dalam mengarahkan jenis kegiatan budidaya yang akan
dikembangkan adalah menurut intensitas pemanfaatan ruang-ruang.
Dalam kaitannya dengan kondisi eksisting, kemungkinan terjadi permasalahan
tumpang tindih antara kawasan budidaya yang ditetapkan dengan kegiatan budidaya lain
yang ada. Secara umum masalah tumpang tindih ini berkaitan dengan penggunaan lahan
yang telah berlangsung lama, proyek sektoral atau status penguasaan lahan. Untuk
mengarahkan perkembangan, apakah kegiatan-kegiatan yang tumpang tindih tersebut dapat
terus berlangsung atau tidak pada masa yang akan datang, maka perlu suatu arahan
pengendalian. Pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Jepara sesuai dengan
arahan untuk 20 tahun ke depan, pada dasarnya perlu ditunjang oleh pengembangan
prasarana dan sarana pendukungnya agar sesuai dengan kawasan tersebut dapat berfungsi
sebagaimana mestinya serta memberikan manfaat optimal.
Penentuan suatu kawasan budidaya dilakukan bertahap mulai dari pemeriksaan
kesesuaian dengan kriteria teknis sektoral untuk melihat/ kesesuaian secara teknis sektoral.
Pemeriksaan ini akan menghasilkan beberapa kemungkinan alternatif kegiatan dalam ruang/
kawasan. Lebih lanjut setiap alternatif pemanfaatan yang sesuai secara teknis sektoral
dinilai dengan kriteria ruang untuk melihat sinergi kegiatan-kegiatan yang ada dalam ruang
terhadap kesejahteraan masyarakat dan pengembangan wilayah sekitamya. Dalam
penentuan pemanfaatan suatu satuan ruang atau kawasan untuk kegiatan pada suatu saat
tertentu dapat terjadi beberapa kemungkinan, yaitu:
Kegiatan yang ada tetap dipertahankan;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-14
Kegiatan yang ada tetap tetapi ditingkatkan intensitasnya; dan
Kegiatan yang ada diubah.
Kawasan budidaya yang dikelola pemanfaatan ruangnya terdiri dari:
Kawasan peruntukan hutan produksi;
Kawasan peruntukan hutan rakyat;
Kawasan peruntukan pertanian;
Kawasan peruntukan perikanan
Kawasan peruntukan pertambangan;
Kawasan peruntukan industri;
Kawasan peruntukan pariwisata; dan
Kawasan peruntukan permukiman.
Kawasan budidaya lainnya
4.2.1 Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan peruntukan hutan produksi meliputi kawasan hutan produksi tetap dan
terbatas.Penetapan kawasan hutan produksi ini mengacu pada Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor 359/Menhut II/2004 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Wilayah
Perairan Provinsi Jawa Tengah.
Kawasan hutan produksi tetap di Kabupaten Wonosobo, seluas kurang lebih
6095,53 (enam ribu sembilan puluh lima koma lima puluh tiga) ha, terdapat di Kecamatan
Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Leksono, Kecamatan
Kalikajar, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kepil, Kecamatan
Kaliwiro, Kecamatan Kalibawang, dan Kecamatan Wadaslintang.
Kawasan yang dapat diperuntukkan bagi hutan produksi terbatas dimana
eksploitasinya hanya dapat dengan sistem tebang pilih dan penanaman kembali ataupun
hutan rakyat, maksudnya tanah rakyat yang ditanami dengan tanaman seperti halnya
tanaman kehutanan namun sudah biasa ditanam rakyat dalam upaya konservasi tanah dan
air. Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kawasan hutan dengan
pengaturan yang terbatas sehingga dapat menjaga kelestarian hutan sebagai kawasan
konservasi sumber daya tanah dan air. Kawasan hutan produksi terbatas seluas kurang
lebih 9610,61 (sembilan ribu enam ratus sepuluh koma enam puluh satu) ha, terdapat di
Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah,
Kecamatan Kertek, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Leksono, Kecamatan Kalikajar,
Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kepil, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Kalibawang, dan
Kecamatan Wadaslintang.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-15
4.2.2 Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat
Kawasan peruntukan hutan rakyat adalah kawasan hutan yang berada pada tanah
yang telah dibebani hak atas tanah yang dibuktikan dengan alas titel atau hak atas tanah
dan dikelola masyarakat, yang diatasnya didominasi pepohonan dalam satu ekosistem. Di
Kabupaten Wonosobo hasil pendataan tahun 2009 seluas ± 19.185 (sembilan belas ribu
seratus delapan puluh lima) hektar, berada di seluruh kecamatan.
4.2.3 Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan Peruntukan Pertanian adalah wilayah budidaya pertanian pangan dan
hortikultura pada kawasan lahan pertanian basah maupun kering baik berupa lahan
beririgasi, dan/ atau lahan tidak beririgasi dengan tujuan melindungi kawasan dan lahan
pertanian pangan secara berkelanjutan, menjamin tersedianya lahan pertanian pangan dan
hortikultura secara berkelajutan, mewujudkan kemandirian, ketahanan dan kedaulatan
pangan, melindungi kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani, meningkatkan
kemakmuran, serta kesejahteraan petani dan masyarakat, meningkatkan perlindungan dan
pemberdayaan petani, meningkatkan penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang
layak, mempertahankan keseimbangan ekologis, mewujudkan revitalisasi pertanian
ditetapkan sebagai kawasan pertanian pangan dan hortikultura berkelanjutan, lahan
pertanian pangan dan hortikultura berkelanjutan dan cadangan lahan pertanian pangan dan
hortikultura berkelanjutan. Kawasan peruntukan pertanian terdiri atas kawasan tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
4.2.3.1 Kawasan Tanaman Pangan
Yang dimaksud dengan kawasan tanaman pangan adalah kawasan lahan basah
beririgasi, dan lahan basah tidak beririgasi serta lahan kering potensial untuk pemanfatan
dan pengembangan tanaman pangan.Yang dimaksud dengan kawasan hortikultura adalah
kawasan lahan kering potensial untuk pemanfaatan dan pengembangan tanaman
hortikultura secara monokultur maupun tumpang sari. Kawasan tanaman pangan dibedakan
menjadi dua yaitu kawasan pertanian lahan basah dan lahan kering.
A. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Basah
Kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan pertanian pangan dan
hortikultura yang didukung oleh kondisi dan topografi tanah yang memadahi dan
sumber utama pengairannya berasal dari irigasi, dapat ditetapkan sebagai lahan
pertanian pangan dan cadangan lahan pertanian pangan yang dilindungi agar
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-16
berkelanjutan. Kawasan Seluas 16.358,01 hektar ini diarahkan dan ditetapkan untuk
dipertahankan sebagai kawasan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan
terletak di Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran,
Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Leksono, Kecamatan
Sukoharjo, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kertek,
Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Mojotengah,
Kecamatan Garung.
B. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Kering
Kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan pertanian pangan dan
hortikultura yang didukung oleh kondisi dan topografi tanah yang memadahi dan
sumber utama pengairannya berasal dari air hujan, dapat ditetapkan sebagai lahan
pertanian pangan dan cadangan lahan pertanian pangan yang dilindungi agar
berkelanjutan. Kawasan ini adalah kawasan yang dapat diperuntukkan bagi budidaya
pertanian dalam arti luas juga, namun ada keterbatasan khususnya mengenai
ketersediaan air, sehingga komoditi yang diusahakan juga dipilih yang sesuai dengan
kemampuan lahannya. Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas lahan
kering terkait dengan adanya keterbatasan sumber air untuk untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Kawasan peruntukan pertanian lahan kering di Kabupaten Wonosobo terletak di
Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran, Kecamatan
Kalibawang, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo,
Kecamatan Selomerto, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kertek, Kecamatan
Wonosobo, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Garung
dan Kecamatan Kejajar.
4.2.3.2 Kawasan Hortikultura
Hortikultura apat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun. Bidang kerja
hortikultura meliputi pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, pemanenan, pengemasan dan
pengiriman. Hortikultura hanya mengolah tanaman buah (pomology), bunga (florikultura),
sayuran (olerikultura), obat-obatan, dan taman (lansekap).
a. sentra bawang putih meliputi: Kecamatan Sapuran dan Kalikajar
b. sentra kentang meliputi: Kecamatan Garung dan Kejajar.
c. sentra kubis meliputi: Kecamatan Kejajar, Kecamatan Garung; dan Kecamatan
Mojotengah.
d. sentra cabai meliputi: Kecamatan Leksono; dan Kecamatan Mojotengah.
e. sentra tomat meliputi: Kecamatan Garung; dan Kecamatan Mojotengah.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-17
f. sentra buah salak meliputi: Kecamatan Sukoharjo; Kecamatan Leksono; dan
Kecamatan Watumalang.
g. sentra buah duku meliputi: Kecamatan Kepil, Kecamatan Leksono, Kecamatan
Selomerto, dan Kecamatan Kaliwiro
h. sentra buah manggis meliputi: Kecamatan Leksono; Kecamatan Selomerto; dan
Kecamatan Kaliwiro.
i. sentra buah durian meliputi: Kecamatan Selomerto; dan Kecamatan Kepil.
j. sentra buah pisang meliputi:Kecamatan Kaliwiro; dan Kecamatan Selomerto.
k. sentra bunga anthurium potong meliputi: Kecamatan Wonosobo; dan Kecamatan
Garung.
l. sentra bunga krisan berada di Kecamatan Garung.
4.2.3.3 Kawasan Peruntukan Perkebunan
Kawasan ini adalah kawasan yang dapat diperuntukkan bagi tanaman tahunan/
perkebunan sebagai bahan baku industri dalam pengembangan agribisnis dan agroindustri
maupun usaha peternakan (baik ternak besar maupun kecil) mengingat potensi tanaman
yang cukup banyak di kawasan ini.
Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas lahan dengan tanaman
perkebunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta mendukung
perekonomian wilayah.
Terdapat 9 komoditas yang berkembang di Kabupaten Wonosobo, yaitu kelapa
sayur, kelapa deres, kopi arabika, kopi, kakao, tembakau, teh, kapulogo, dan cengkeh.
Komoditas yang menjadi andalan perkebunan di Kabupaten Wonosobo adalah kelapa deres
dan kopi. Untuk pengembangan lebih lanjut ditentukan sentra-sentra pengembangan
sebagai berikut:
a. sentra tanaman kelapa sayur dibudidayakan meliputi: Kecamatan Selomerto,
Kecamatan Kepil, Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Kaliwiro, dan Kecamatan
Leksono.
b. sentra tanaman kelapa aren dibudidayakan meliputi: Kecamatan Kaliwiro,
Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Kepil, dan Kecamatan wadaslintang.
c. sentra tanaman kopi arabika dibudidayakan meliputi: Kecamatan Kalikajar,
Kecamatan Watumalang, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Garung, dan
Kecamatan Kertek.
d. sentra tanaman kopi robusta dibudidayakan meliputi: Kecamatan Sapuran,
Kecamatan Leksono, dan Kecamatan Kalibawang.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-18
e. sentra tanaman kakao dibudidayakan meliputi: Kecamatan Leksono, Kecamatan
Wadasintang, dan Kecamatan Kaliwiro.
f. sentra tanaman tembakau dibudidayakan meliputi: Kecamatan Garung, Kecamatan
Watumalang, Kecamatan Kertek, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kalikajar, dan
Kecamatan Kejajar.
g. sentra tanaman teh dibudidayakan meliputi: Kecamatan Kejajar, Kecamatan Kertek,
Kecamatan Sapuran, dan Kecamatan Garung.
h. sentra tanaman kapulogo dibudidayakan meliputi: Kecamatan Kalibawang,
Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Kepil, Kecamatan Kertek,
Kecamatan Leksono, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Sapuran, Kecamatan
Selomerto, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan
Watumalang, dan Kecamatan Wonosobo.
i. sentra tanaman cengkeh berada di Kecamatan Sapuran.
Sentra pengembangan tanaman perkebunan tersebut merupakan kawasan
pengembangan dengan semua metode mutakhir untuk tanaman perkebunan yang dapat
dilakukan, agar tercapai produktivitas yang cukup tinggi disertai kualitas yang dapat
diandalkan. Kawasan sentra tanaman perkebunan tersebut harus didukung oleh sarana dan
prasarana yang mendukung untuk peningkatan produktivitas dan kualitas, seperti pengairan,
metode penanaman pengelolaan, dan pengolahan pasca panen.
Selain pengembangan melalui pembentukan sentra-sentra, juga diperlukan bentuk
pola-pola pengelolaan dalam pengembangan perkebunan di Kabupaten Wonosobo, yaitu
melalui 4 pola yang saling mendukung berikut ini:
- Pola UPP (Unit Pelayanan Pengembangan)
- Pola swadaya (dilaksanakan sendiri oleh petani)
- Pola parsial (diberikan bantuan sebagian)
- Pola PTPN
- Pola PIR
Sedangkan untuk peningkatan perekonomian mikro maupun makro wilayah dapat
dilakukan dengan meningkatkan daya saing produksi, wadah perekonomian yang
berorientasi publik dan juga sistem perekonomian wilayah yang mendukung potensi
pertanian. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan pola tanam yang terpadu, baik dari
pola pengairan, pola jenis tanaman yang diberdayakan maupun pola cocok tanam yang
diberlakukan. Usaha berorientasi pada agrobisnis dan agroindustri lebih diberi peluang, di
samping sektor tanaman pangan pokok. Sehingga pertanian tidak lagi menjadi beban
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-19
masyarakat dan pemerintah, tetapi betul-betul penyangga ekonomi masyarakat dan
penyangga pangan masyarakat. Usaha-usaha agrobisnis bisa dikembangkan dengan
metode hortikultura, greenhouse dan diversifikasi tanaman pada satu areal yang produktif.
Kecamatan Selomerto, Kaliwiro, Sukoharjo, dan Leksono sebagai sentra agroindustri
membutuhkan penanganan yang optimal dengan menonjolkan produksi perkebunan yang
bisa menjadi andalan bagi wilayah Kabupaten Wonosobo. Jenis tanaman yang dijadikan
andalan di Kecamatan Sukoharjo, Leksono, dan Selomerto adalah buah-buahan dan
pangan, sedangkan di Kecamatan Kaliwiro adalah kayu rimba. Untuk mendukung
pengembangan sentra tersebut supaya dapat lebih maju adalah dengan penggunaan
teknologi tepat guna untuk perkembangan perkebunan tersebut serta melakukan kerja sama
dengan pihak investor luar.
4.2.3.4 Kawasan Peruntukan Peternakan
Kawasan peternakan adalah kawasan untuk usaha pengembangan peternakan.
Secara umum dapat digolongkan dalam 3 kelompok, yaitu ternak besar (sapi, kerbau dan
kuda), ternak kecil (kambing, domba dan kelinci), dan aneka unggas (ayam, itik, dan jenis
unggas lainnya). Untuk peternakan hewan besar dan kecil paling tidak harus tersedia atau
dekat dengan areal tumbuhnya makanan ternak yang cukup, sedang untuk peternakan
unggas biasa menyebar di seluruh kawasan budidaya asal makanan tercukupi.
Pengembangan kegiatan ternak besar, ternak lecil, dan unggas diarahkan pada lahan
pertanian nonproduktif.
Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan
pengupayaan ternak sekaligus dapat mendukung sektor industri yang lain sehingga dapat
meningkatkan perekonomian wilayah. Kawasan peruntukan peternakan di Kabupaten
Wonosobo antara lain adalah:
a. Ternak Besar meliputi:
1. Ternak Sapi potong berada di seluruh kecamatan;
2. Ternak Sapi perah meliputi: Kecamatan Wonosobo; Kecamatan Kertek;
Kecamatan Mojotengah; Kecamatan Selomerto; Kecamatan Kalikajar; Kecamatan
Garung; dan Kecamatan Kaliwiro.
3. Ternak Kerbau meliputi: Kecamatan Garung; Kecamatan Kalibawang; Kecamatan
Kalikajar; Kecamatan Kaliwiro; Kecamatan Kepil; Kecamatan Kertek; Kecamatan
Leksono; Kecamatan Mojotengah; Kecamatan Sapuran; Kecamatan Selomerto;
Kecamatan Sukoharjo; Kecamatan Wadaslintang; Kecamatan Watumalang; dan
Kecamatan Wonosobo;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-20
4. Ternak Kuda meliputi: Kecamatan Kalikajar; Kecamatan Kertek; Kecamatan
Mojotengah; Kecamatan Sapuran; Kecamatan Watumalang; dan Kecamatan
Wonosobo;
b. Ternak Kecil meliputi:
1. Ternak Kambing meliputi: Kecamatan Garung; Kecamatan Kalibawang;
Kecamatan Kalikajar; Kecamatan Kaliwiro; Kecamatan Kepil; Kecamatan Kertek;
Kecamatan Leksono;Kecamatan Mojotengah; Kecamatan Sapuran; Kecamatan
Selomerto; Kecamatan Sukoharjo;Kecamatan Wadaslintang; Kecamatan
Watumalang; dan Kecamatan Wonosobo;
2. Ternak Domba berada di seluruh kecamatan;
3. Ternak Kelinci meliputi: Kecamatan Kalikajar; Kecamatan Kaliwiro;Kecamatan
Kejajar;Kecamatan Kepil;Kecamatan Kertek; Kecamatan Leksono; Kecamatan
Mojotengah; Kecamatan Sapuran; Kecamatan Selomerto; Kecamatan Sukoharjo;
Kecamatan Wadaslintang; Kecamatan Watumalang; dan Kecamatan Wonosobo;
4. Ternak Babi berada di Kecamatan Kertek.
c. Unggas meliputi:
1. Ternak Itik berada di seluruh kecamatan;
2. Ternak Ayam Buras berada di seluruh kecamatan;
3. Ternak Ayam Ras Petelur meliputi: Kecamatan Leksono; Kecamatan Mojotengah;
Kecamatan Selomerto; Kecamatan Sukoharjo;Kecamatan Wadaslintang; dan
Kecamatan Wonosobo.
4. Ternak Ayam Ras Pedaging meliputi:Kecamatan Kepil;Kecamatan Kertek;
Kecamatan Leksono;Kecamatan Mojotengah; Kecamatan Sapuran;Kecamatan
Selomerto; Kecamatan Sukoharjo;Kecamatan Wadaslintang;Kecamatan
Watumalang; danKecamatan Wonosobo.
5. Ternak Burung Puyuh meliputi:Kecamatan Garung;Kecamatan
Kaliwiro;Kecamatan Kejajar;Kecamatan Kertek; Kecamatan Leksono;Kecamatan
Mojotengah; Kecamatan Sapuran;Kecamatan Sukoharjo;Kecamatan
Wadaslintang; dan Kecamatan Watumalang.
4.2.4. Kawasan Peruntukan Perikanan
Kawasan perikanan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi usaha pengembangan
perikanan. Berdasarkan tempat pembudidayaan, dibedakan:
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-21
- Kawasan Pengembangan Budidaya Perikanan Kolam Air Tawar, dilaksanakan pada
daerah yang mempunyai sumber air tawar dan benih yang mudah didapat. Budidaya
ini dapat dilaksanakan pada daerah pegunungan dan dataran rendah.
- Kawasan Pengembangan Budidaya Mina Padi,
- Budidaya mina padi di Kabupaten Wonosobo mengikuti perkembangan sawah teknis
yang cukup air dan perkembangan kemampuan kelompok tani.
- Kawasan Perkembangan Perairan Umum, yaitu perikanan yang diusahakan di
waduk, sungai, bendung, rawa dan sebagainya.
Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kawasan perairan darat agar
dapat meningkatkan perekonomian wilayah serta dapat meningkatkan kesejhteraan
masyarakat. Kawasan peruntukan perikanan di Kabupaten Wonosobo antara lain adalah:
a. kawasan budidaya kolam air tawar berada di seluruh kecamatan;
a. kawasan peruntukan perikanan keramba meliputi:
1. Kecamatan Wonosobo;
2. Kecamatan Wadaslintang; dan
3. Kecamatan Garung.
b. kawasan peruntukan perikanan waduk dan/atau telaga meliputi:
1. Kecamatan Wadaslintang; dan
2. Kecamatan Garung.
c. pengembangan perikanan waduk dan/atau telaga berupa pengembangan ikan Keramba
Jaring Apung.
d. kawasan budidaya mina padi berada di pertanian sawah baik irigasi teknis maupun
setengah teknis;
1. Kecamatan Wonosobo;
2. Kecamatan Kertek;
3. Kecamatan Selomerto;
4. Kecamatan Leksono;
5. Kecamatan Mojotengah;
6. Kecamatan Sapuran; dan
7. Kecamatan Kepil.
4.2.5. Kawasan Peruntukan Pertambangan
Kawasan pertambangan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi pertambangan,
baik wilayah yang sedang maupun yang akan segera dilakukan kegiatan pertambangan.
Pengembangan kawasan pertambangan di Kabupaten Wonosobo masih membutuhkan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-22
beberapa tahapan sebelum sampai pada tahapan eksploitasi. Hal tersebut karena masih
belum diketahui mengenai kondisi volume kandungan bahan tambang yang ada. Meskipun
sudah terindikasikan luasan hamparan tambang yang merata di wilayah Kabupaten
Wonosobo. Sedangkan sampai saat sekarang penguasaan dan pengusahaan bahan galian
tambang yang ada masih ditangani oleh masyarakat umum awam dengan sistem
pengelolaan informal. Rencana pengembangan kawasan pertambangan ini mencakup
beberapa hal berikut:
Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kawasan dengan usaha
pentambangan untuk meningkatkan perekonomian wilayah namun perlu adanya
pengawasan agar tidak merusak konservasi sumberdaya alam baik tanah maupun air.
Pengembangan kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten Wonosobo antara
lain adalah:
- Eksploitasi bahan tambang berupa mineral logam, bukan logam, batuan dan
batubara secara berkelanjutan berlokasi di andesit (Watumalang, Mojotengah, dan
Garung), batu belah, batu gamping (Sukoharjo dan Watumalang), bentonit
(Kalibawang), Sirtu (Kertek, Kalikajar, Kaliwiro, dan Wadaslintang), Tanah liat/
lempung (Kaliwiro) dan tras (Watumalang, Mojotengah, Selomerto, Kaliwiro,
Wadaslintang, dan Kalibawang).
- Pertambangan panas bumi terletak di Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi
Dieng di Kecamatan Kejajar.
- Sistem penambangan yang berlaku saat ini perlu diperhatikan dengan usaha
meminimalkan kerusakan lingkungan. Usaha-usaha tersebut adalah:
Peningkatan sumber daya manusia dengan pendidikan dan penyuluhan
penambangan.
Pembenahan tata usaha pengembangan dan penambangan oleh instansi
terkait terutama perindustrian, pertambangan, perdagangan dan koperasi.
Inventarisasi terhadap jenis penambangan yang bersifat informal maupun
formal.
Langkah perencanaan kawasan pertambangan di Kabupaten Wonosobo antara lain:
- Inventarisasi bahan tambang bernilai tinggi yang indikasinya telah ada melalui
studi inventarisasi dan manajemen pengelolaan potensi pertambangan.
- Ekplorasi kekayaan tambang dan mineral dengan persiapan studi kelayakan,
rencana tindak, dan sistem kerjasama yang akan dikembangkan.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-23
- Wilayah pertambangan rakyat akan ditentukan lebih rinci pada peraturan
Bupati.
4.2.6. Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan Peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi
kegiatan industri berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kawasan sekaligus
meningkatkan laju perekonomian wilayah.
(1) Peruntukan industri besar dan sedang meliputi:
a. jalur regional Temanggung – Wonosobo – Banjarnegara meliputi:
1. Kecamatan Kertek;
2. Kecamatan Wonosobo;
3. Kecamatan Selomerto; dan
4. Kecamatan Leksono.
b. jalur Kertek – Kalikajar -- Sapuran – Kepil meliputi:
1. Kecamatan Sapuran,
2. Kecamata Kalikajar dan
3. Kecamatan Kepil;
(2) Peruntukan industri kecil atau mikro berada di di seluruh kecamatan.
4.2.7. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan pariwisata adalah kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pariwisata.
Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kawasan sekaligus memberikan
ruang kepada masyarakat untuk melakukan aktivitas rekreatif.
Kawasan peruntukan pariwisata yangnada di Kabupaten Wonosobo adalah sebagai
berikut:
- Kawasan wisata alam terdapat di lokasi sebagai berikut:
Dataran Tinggi Dieng meliputi Telaga Warno, Telaga Pengilon, Goa Sumur,
Goa Semar, Goa Jaran, Kawah Sikendang dan Batu Semar berada di
Kecamatan Kejajar.
Lembah Dieng meliputi:
1. Telaga Cebong, Agrowisata Tambi dan Bukit Sikunir berada di Kecamatan
Kejajar;
2. Air Terjun Sikarim dan Seloka berada di Kecamatan Garung
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-24
3. Lereng Pegunungan Sindoro meliputi:
a) Kecamatan Kejajar; dan
b) Kecamatan Garung.
Telaga Menjer di Kecamatan Garung;
Gunung Kembang di Kecamatan Garung;
Mata air Wonojoyo di Kecamatan Wonosobo; dan
Lembah Sindoro-Sumbing berada di Kecamatan Kertek.
- Kawasan wisata budaya, sejarah dan ilmu pengetahuan terdapat di lokasi sebagai
berikut:
Situs Tuk Bimalukar di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar;
Situs Watu Kelir di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar;
Situs Ondho Budho di Desa Sikunang, Kecamatan Kejajar;
Candi Bogang di Kecamatan Selomerto;
Situs Bongkotan di Kecamatan Kertek; dan
Desa Wisata : Desa Sendangsari Kecamatan Garung; Dusun Giyanti Desa
Kadipaten Kecamatan Selomerto; Kampung Sruni Kelurahan Jaraksari
Kecamatan Wonosobo.
- Kawasan wisata religius terdapat di
Makam Selomanik berada di Kecamatan Kejajar;
Makam KH. Muntaha Al-Khafidz berada di Kecamatan Mojotengah;
Makam Syeh Chotbudin berada di Kecamatan Mojotengah;
Makam pendiri Wonosobo Kyai Karim berada di Kecamatan Selomerto;
Makam pendiri Wonosobo Kyai Walik berada di Kecamatan Wonosobo;
Makam Asmorosuffi berada di Kecamatan Sapuran;
Makam Jogonegoro berada di Kecamatan Selomerto;
Makam Selomanik berada di Kecamatan Kaliwiro;
Makam Raden Abdul Fatah berada di Kecamatan Kepil;
Makam Sunan Bayat berada di Kecamatan Mojotengah;
Makam KH. Natsir Dalhar berada di Kecamatan Kejajar;
Makam KH. Ibrohim berada di Kecamatan Mojotengah;
Makam KH. Zaenudin berada di Kecamatan Kalikajar; dan
Makam KH. Dimyati berada di Kecamatan Mojotengah.
- Kawasan wisata buatan terdapat di kecamatan-kecamatan sebagai berikut:
Dieng Pleteau di Kecamatan Kejajar;
Gardu Pandang Tieng Kecamatan Kejajar;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-25
Gelanggang Renang Mangli, Pusat Rekreasi dan Olahraga Kalianget dan
Gerbang Mandala Wisata di Kecamatan Wonosobo; dan
Waduk Wadaslintang dan Pemandian Air Panas Somogede di Kecamatan
Wadaslintang.
- Kawasan Wisata tradisi terdapat di desa dan kecamatan sebagai berikut:
Tradisi Ruwat Rambut Gembel di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar;
Tradisi Tenongan putri di Dusun Giyanti, Desa Kadiaten, Kecamatan Selomerto;
Tradisi Tenongan putra di Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek;
Tradisi Undhuh-undhuhan di Desa Sendangsari, Kecamatan Garung;
Tradisi Hak-hakan di Dusun Kaliyoso, Desa Tegalombo, Kecamatan Kalikajar;
Tradisi Baritan di Desa Simbang, Kecamatan Kalikajar; dan
Tradisi Larung Sukerta di Kampung Sruni, Kelurahan Jaraksari, Kecamatan
Wonosobo.
- Kawasan wisata sejarah terdapat di Kecamatan Wonosobo yakni adanya beberapa
benda cagar budaya (BCB) tidak bergerak antara lain: Rumah Dinas Bupati dan
Wakil Bupati, gedung DPRD, Kodim 0707, Kantor Pos dan Giro, SMP N 1
Wonosobo, SD N 1 Wonosobo, Eks gedung Bank Jateng, Alun-alun Wonosobo dan
Paseban, Masjid Al Manshur, Sekolah Don Bosco dan Dena Upakara, makam Kiai
Walik dan lain-lain.
- Kawasan wisata minat khusus
Arung Jeram Sungai Serayu berada di Kecamatan Selomerto;
Agrowisata Tambi meliputi Wisata kebun teh, paralayang dan wisata alam
berada di Kecamatan Kejajar;
Agrowisata Tanjungsari berada di Kecamatan Sapuran; dan
Agrowisata Koridor Kledung berada di Kecamatan Kertek.
Rencana pengembangan kawasan pariwisata secara lebih komprehensif adalah:
- Pengembangan perjalanan wisata atau paket wisata
- Pengembangan wisata pedesaan dengan pengembangan desa-desa wisata
- Pengembangan pasar seminar dan konferensi
- Pengembangan event tertentu sebagai atraksi wisata
- Peningkatan pendukung pemasaran dan promosi obyek wisata
- Pengembangan sarana dan prasarana pendukung aktivitas wisata
- Pengembangan aksesibilitas yang menghubungkan antar obyek wisata untuk
mendukung pengembangan paket wisata di atas.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-26
4.2.8. Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan pemukiman adalah kawasan yang diperuntukkan bagi pemukiman atau
dengan kata lain untuk menampung penduduk yang ada di Kabupaten Wonosobo sebagai
tempat hunian dengan fasilitas sosialnya.
Usaha ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kawasan sekaligus
memberikan kawasan hunian untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Lokasi kawasan permukiman terdiri dari dua yaitu:
Permukiman Kota
Kawasan permukiman kota mencakup wilayah pengembangan PKW, PKLp dan
PPK. Kebijaksanaan pemanfaatan ruangnya didasarkan pada tujuan
mengembangkan pengembangan sarana prasarana penunjangnya yang meliputi:
penataan ruang kota yang mencakup penyusunan dan peninjauan kembali (evaluasi,
revisi) rencana tata ruang kota. perkotaan Wonosobo. Kawasan permukiman
perkotaan meliputi:
a. perkotaan Kertek;
b. perkotaan Selomerto;
c. perkotaan Mojotengah;
d. perkotaan Kejajar;
e. perkotaan Sapuran;
Permukiman Pedesaan
Kebijaksanaan pemanfaatan ruang Permukiman Pedesaan didasarkan pada tujuan
untuk mengembangkan kawasan permukiman yang terkait dengan kegiatan
budidaya pertanian yang meliputi pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan
yang terdapat dan utamanya di wilayah PPL yaitu Kecamatan Kepil;Kecamatan
Kaliwiro;Kecamatan Wadaslintang;Kecamatan Leksono;Kecamatan Kalikajar;
Kecamatan Garung; Kecamatan Watumalang; Kecamatan Sukoharjo; dan
Kecamatan Kalibawang.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-27
TABEL 4.1 PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN WONOSOBO
NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT
1. KAWASAN LINDUNG A. Kawasan Hutan Lindung
c. Kawasan hutan lindung yang dikelola Negara Kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan-kawasan sekitar maupun bawahnya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.
Terletak di terletak di Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Sapuran, dan Kecamatan Kepil
Mencegah terjadinya bahaya longsor Kawasan hutan lindung terjaga Kelestarian alam terjaga
d. Kawasan Lindung yang dikelola Masyarakat Kawasan lindung yang dikelola masyarakat adalah kawasan yang sepenuhnya diperuntukan bagi konservasi hidrologi, yaitu mengatur tata air, mencegah banjir dan erosi serta memelihara keawetan kesuburan tanah.
Terletak di Kecamatan Garung, Kalikajar, Kejajar, Kepil, Mojotengah, Sapuran, Sukoharjo dan Watumalang
Mencegah terjadinya bahaya longsor Kawasan hutan lindung terjaga Kelestarian alam terjaga
B. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahnya
Kawasan Resapan Air Kawasan yang diperuntukan bagi tanaman yang mampu menyimpan air tanah sebagai cadangan air bagi kawasan di bawahnya.
Terletak di Kecamatan Kejajar, Mojotengah, Watumalang, Wonosobo, Kertek, Kalikajar, Sapuran dan Kepil
Terpeliharanya kawasan resapan air
dari pemanfaatan untuk kegiatan terbangun
Terjaganya supply air tanah di Kabupaten Wonosobo
C. Kawasan Perlindungan Setempat
a. Kawasan Sempadan Sungai Kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/ saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
a. Sub DAS Begaluh; b. Sub DAS Bogowonto; c. Sub DAS Jali; d. Sub DAS Medono;
Terjaganya sungai dari pencemaran air
Terjaganya aliran sungai Air sungai dapat dimanfaatkan untuk
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-28
NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT
fungsi sungai.
e. Sub DAS Luk Ulo Hulu f. Sub DAS Cokroyasan g. Sub DAS Meneng; dan h. Sub DAS Serayu Hulu yang melalui
Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kertek, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Garung, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kepil, Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Watumalang, dan Kecamatan Mojotengah.
kegiatan pertanian maupun untuk memenuhi kebutuhan air bersih.
b. Kawasan Sempadan Waduk Kawasan tertentu, disekeliling danau/waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/waduk.
4. Waduk Wadaslintang di Kecamatan Wadaslintang;
5. Kawasan Telaga (Telaga Menjer, Telaga Warno, Telaga Pengilon, dan Telaga Cebong) di Kecamatan Kejajar dan Kecamatan Garung; dan
6. Kawasan sekitar Bendung Sungai Serayu, Capar, Gintung, Bleber, Kalitulang, Preng, Begaluh, Begaluh Kecil, Bogowonto, Medono dan Cecep
Terjaganya waduk dari kegiatan yang merusak intensitas waduk
Terjaganya intensitas air waduk baik dimusim penghujan maupun di musim kering.
D. Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Cagar Budaya
a. Kawasan Cagar Alam Kawasan cagar alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di daratan maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
CA Pantodomas (Desa Pacekelan Kecamatan Sapuran)
Terjaganya kelestarian sumber daya alam terutama sumber daya alam flora dan fauna yang langka.
Terbentuknya kawasan perlindungan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-29
NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang berlangsung secara alami.
alam sekaligus sebagai kawasan wisata yang mendidik
b. Kawasan taman wisata alam Kawasan taman wisata alam adalah kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara alamiah maupun bantuan manusia .
Kompleks Telaga Pengilon dan Telaga Warno di Kecamatan Kejajar serta Cagar Alam Pantodomas
Terjaganya kelestarian sumber daya
alam terutama sumber daya alam flora dan fauna yang langka.
Terbentuknya kawasan perlindungan alam sekaligus sebagai kawasan wisata yang mendidik
c. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kawasan yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Situs Tuk Bimalukar di Desa Dieng (Kecamatan Kejajar), Situs Watu Kelir di Desa Dieng (Kecamatan Kejajar), Situs Ondho Budho di Desa Sikunang (Kecamatan Kejajar), Candi Bogang di Kecamatan Selomerto dan Situs Bongkotan di Kecamatan Kertek
Terjaganya kelestarian kebudayaan dan sejarah
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
Memberikan alternatif wisata yang bermanfaat dan mendidik
E. Kawasan Rawan Bencana Alam Wilayah yang sering mengalami bencana alam seperti banjir, tanah longsor. Pada kawasan-kawasan seperti ini perlu dilindungi agar dapat menghindarkan masyarakat dari ancaman bencana tersebut.
Daerah rawan tanah longsor terdapat di Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Kertek, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Wadaslintang dan Kecamatan KalibawangDaerah rawan angin topan terdapat di Kecamatan Wonosobo,
Mencegah terjadinya bencana alam Mengurangi dampak negatif dari
bencana alam
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-30
NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT
Mojotengah, Kertek, Sapuran , Watumalang dan Kalikajar.
Daerah rawan kebakaran hutan terdapat di kecamatan yang memiliki wilayah hutan
F. Kawasan Lindung Geologi Kawasan Imbuhan Air kawasan daerah resapan air yang mampu menambah jumlah air tanah dalam secara alamiah pada cekungan air tanah.
Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Kertek, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Sapuran, dan Kecamatan Kepil
Terjaganya kuantitas airtanah Terjaganya kelestarian lingkungan
Kawasan Sekitar Mata Air Kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air.
Terdapat di kawasan sekitar mata sepeti misalnya Silutung, Sewu, Muncar, Mlandi, Mangur, Rancah, Jalaksono, Kajaran, Mbeji, Citrolangu, Prigi, Kayubimo, Gajah, Mangli, Jogopati, Plodongan, Rogojati, Mudal, Deroduwur, Sumber, Lamuk, Sunten, Brunyahan, Pager Gunung, Banyuwangi, Sibangkong, Gondang, Kidang, Sendang, Siklenteng dan Dadungan Siring, serta mata air lainnya yang ada di Kabupaten Wonosobo (970 mata air).
Terjaganya kawasan mata air dari
kegiatan yang mengurangi debit mata air.
Terjaganya debit mata air Mata air dapat dimanfaatkan untuk
keperluan penduduk atau air minum.
2. KAWASAN BUDIDAYA A. Kawasan Hutan Produksi
a. Kawasan Hutan Produksi Tetap kawasan hutan produksi dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang dihitung dengan metode skoring mempunyai jumlah nilai dibawah 125
Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Leksono, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kepil, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Kalibawang, dan Kecamatan Wadaslintang
Terjaganya kuantitas luasan hutan produksi
Kegiatan produksi hutan yang tidak merusak ekosistem hutan
Terjaganya kelestarian hutan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-31
NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT
b. Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kawasan yang dapat diperuntukkan bagi hutan produksi terbatas dimana eksploitasinya hanya dapat dengan sistem tebang pilih dan penanaman kembali ataupun hutan rakyat, maksudnya tanah rakyat yang ditanami dengan tanaman seperti halnya tanaman kehutanan namun sudah biasa ditanam rakyat dalam upaya konservasi tanah dan air. kawasan hutan produksi dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang dihitung dengan metode skoring mempunyai jumlah nilai antara 125-174
Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Kertek, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Leksono, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kepil, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Kalibawang, dan Kecamatan Wadaslintang
Kegiatan produksi hutan yang tidak
merusak ekosistem hutan Terjaganya kelestarian hutan
B. Kawasan Peruntukan Pertanian
c. Kawasan Peruntukan Pertanian Lahan Basah Kawasan yang diperuntukan bagi tanaman pangan lahan basah, dimana pengairannya dapat diperoleh baik secara alamiah maupun secara teknis.
Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kertek, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Garung
Terjaganya produksi pangan Kabupaten Wonosobo
Tersedianya lahan untuk sawah abadi Terpenuhinya kebutuhan pangan
Kabupaten Wonosobo
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-32
NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT
d. Kawasan Peruntukan Pertaniann Lahan Kering Kawasan yang fungsi utamanya diperuntukkan bagi kegiatan pertanian pangan dan hortikultura yang didukung oleh kondisi dan topografi tanah yang memadahi dan sumber utama pengairannya berasal dari air hujan, dapat ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan dan cadangan lahan pertanian pangan yang dilindungi agar berkelanjutan
Kecamatan Wadaslintang, Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalibawang, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo, Kecamatan Selomerto, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kertek, Kecamatan Wonosobo, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Mojotengah, Kecamatan Garung dan Kecamatan Kejajar
Menumbuhkan agribisnis Penganekaragaman Komoditi Terpenuhinya kebutuhan pangan
Kabupaten Wonosobo
C. Kawasan Peruntukan Perkebunan Kawasan yang diperuntukkan bagi perkebunan yang menghasilkan baik bahan pangan maupun bahan baku industri.
i. Sentra tanaman kelapa sayur berada di
Kecamatan Selomerto, Kepil, dan Wadaslintang;
j. Sentra tanaman kelapa aren terdapat di Kecamatan Kaliwiro dan Kalibawang;
k. Sentra tanaman kopi arabika berada di Kecamatan Kalikajar, Watumalang, Kejajar, dan Mojotengah;
l. Sentra tanaman kopi robusta berada di Kecamatan Selomerto dan Leksono;
m. Sentra tanaman kakao berada di Kecamatan Leksono, Sapuran, dan Kaliwiro;
n. Sentra tanaman tembakau berada di Kecamatan Garung, Watumalang, Kertek, Mojotengah dan Kalikajar;
o. Sentra tanaman teh berada di Kecamatan Kejajar, Kertek dan Sapuran;
p. Sentra tanaman kapulogo berada di semua kecamatan kecuali Kecamatan Kejajar dan
Peningkatan produksi perkebunan Kegiatan produksi pertanian sekaligus
sebagai penahan air
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-33
NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT
Garung; q. Sentra tanaman cengkeh berada di
Kecamatan Sapuran;
D. Kawasan Peruntukan Perikanan Kawasan yang diperuntukkan bagi usaha pengembangan perikanan.
b. Kawasan budidaya kolam air tawar,
tersebar di kecamatan yang memiliki sumber air;
c. Kawasan budidaya mina padi pada daerah pertanian sawah baik irigasi teknis maupun setengah teknis; serta
d. Kawasan pengembangan perikanan umum terdapat di seluruh kecamatan sedangkan perikanan waduk atau telaga terdapat di Kecamatan Wadaslintang, Garung, Kejajar, Kertek, Kalikajar dan Kaliwiro
Peningkatan Produksi sektor perikanan
E. Kawasan Peruntukan Peternakan Kawasan untuk usaha pengembangan peternakan. Secara umum dapat digolongkan dalam 2 kelompok, yaitu ternak besar dan aneka ternak. Untuk peternakan hewan besar paling tidak harus tersedia atau dekat dengan areal tumbuhnya makanan ternak yang cukup, sedang untuk peternakan aneka ternak biasa menyebar di seluruh kawasan budidaya asal makanan tercukupi
a. Kawasan peternakan ternak besar terdapat
di Kecamatan Wadaslintang, Kepil, leksono, Klaikajar, Sapuran, Kaliwiro, Kalibawang, Sukoharjo, Kertek, Selomerto, Watumalang, Wonosobo dan Mojotengah; dan
b. Kawasan peternakan unggas terdapat di Kecamatan Kalikajar, Kejajar, Garung, Mojotengah, Watumalang, Wadaslintang, Kalibawang, Kaliwiro, Leksono, Sukoharjo, Wonosobo, Kepil, Sapuran, Kertek dan Selomerto.
Peningkatan produksi peternakan Aktivitas peternakan tidak menggangu
keberadaan aktivitas yang lain Menghindari terjadinya penularan
penyakit hewan pada manusia
F. Kawasan Peruntukan Pertambangan Kawasan yang diperuntukkan bagi perkembangan, baik wilayah yang sedang maupun yang akan segera dilakukan kegiatan pertambangan.
Kawasan peruntukan pertambangan mineral logam, bukan logam, batuan dan batubara terlatak di:
Andesit : Kecamatan Watumalang, Mojotengah, Garung
Batu belah / batu gamping : Kecamatan
Mengoptimalkan potensi
pertambangan yang ada Pemanfaatan potensi tambang untuk
mendukung pembangunan wilayah Menjaga keseimbangan lingkungan
dari bahaya lingkungan akibat
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-34
NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT
Sukoharjo dan Watumalang Bentonit : Kecamatan Kalibawang Sirtu : Kecamatan Kertek, Kalikajar,
Kaliwiro dan Wadaslintang Tanah liat/lempung : Kecamatan Kaliwiro Tras : Kecamatan Watumalang,
Mojotengah, Selomerto, Kaliwiro, Wadaslintang dan Kalibawang
Kawasan pertambangan panas bumi di wilayah kerja pertambangan [anas bumi Dieng
pertambangan
G. Kawasan peruntukan industri bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Kawasan peruntukan industri menengah
dan besar akan dikembangkan di sepanjang jalur Regional Temanggung-Wonosobo-Banjarnegara yang mencakup wilayah Kertek, Wonosobo dan Selomerto serta Jalur kertek-Kalikajar-Sapuran-Kepil. Kawasan ini menghindari kawasan permukiman
Pembentukan sentra-sentra industri kecil di seluruh kecamatan
Berkembangnya industri rumah
tangga, kecil, dan menengah kearah ekspor dan agroindustri
Terbentuknya zona industri yang memiliki akses mudah dan prasarana yang memadahi
Pengembangan sistem pengolahan limbah agar tidak mencemari lingkungan
Semakin menguatnya sistem produksi dan distribusi
Semakin banyaknya investor yang tertarik menanamkan modal
H. Kawasan Peruntukan Pariwisata Kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pariwisata.
Kawasan wisata alam terdapat di lokasi
sebagai berikut:
Dataran Tinggi Dieng (Telaga Warno, Telaga Pengilon, Goa Sumur, Goa Semar, Goa Jaran, Kawah Sikendang dan Batu Semar.
Lembah Dieng (Telaga Cebong, Bukit Sikunir, Air Terjun Sikarim dan Seloka, Agrowisata Tambi, dan Lereng Pegunungan Sindoro);
Meningkatnya daya tarik kunjungan
wisatawan Meningkatnya kerjasama pariwisata Meningkatnya fasilitas pelayanan Peningkatan ketrampilan SDM
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-35
NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT
Telaga Menjer di Kecamatan Garung;
Gunung Kembang di Kecamatan Garung;.
Mata air Wonojoyo di Kecamatan Wonosobo
Kawasan wisata budaya, sejarah dan ilmu pengetahuan terdapat di lokasi sebagai berikut:
Situs Tuk Bimalukar di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar;
Situs Watu Kelir di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar;
Situs Ondho Budho di Desa Sikunang, Kecamatan Kejajar;
Candi Bogang di Kecamatan Selomerto;
Situs Bongkotan di Kecamatan Kertek; dan
Desa Wisata : Desa Sendangsari Kecamatan Garung; Dusun Giyanti Desa Kadipaten Kecamatan Selomerto; Kampung Sruni Kelurahan Jaraksari Kecamatan Wonosobo.
Kawasan wisata religius terdapat di makam pendiri Wonosobo di Selomerto (Kiai Karim), Wonosobo (Kiai Walik), Makam Asmorosuff di Kecamatan Kejjar, Makam Jogonegoro di Kecamatan Selomerto dan Makam Selomanik di Kecamatan Kaliwiro.
Kawasan wisata buatan terdapat di kecamatan-kecamatan sebagai berikut:
Dieng Peteau di Kecamatan Kejajar;
Gardu Pandang Tieng Kecamatan Kejajar;
Gelanggang Renang Mangli, Pusat Rekreasi dan Olahraga Kalianget dan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-36
NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT
Gerbang Mandala Wisata di Kecamatan Wonosobo; dan
Waduk Wadaslintang dan Pemandian Air Panas Somogede di Kecamatan Wadaslintang.
Kawasan Wisata tradisi terdapat di desa dan kecamatan sebagai berikut:
Tradisi Ruwat Rambut Gembel di Desa Dieng, Kecamatan Kejajar;
Tradisi Tenongan putri di Dusun Giyanti, Desa Kadiaten, Kecamatan Selomerto;
Tradisi Tenongan putra di Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek;
Tradisi Undhuh-undhuhan di Desa Sendangsari, Kecamatan Garung;
Tradisi Hak-hakan di Dusun Kaliyoso, Desa Tegalombo, Kecamatan Kalikajar;
Tradisi Baritan di Desa Simbang, Kecamatan Kalikajar; dan
Tradisi Larung Sukerta di Kampung Sruni, Kelurahan Jaraksari, Kecamatan Wonosobo.
Kawasan wisata sejarah terdapat di Kecamatan Wonosobo yakni adanya beberapa benda cagar budaya (BCB) tidak bergerak antara lain: Rumah Dinas Bupati dan Wakil Bupati, gedung DPRD, Kodim 0707, Kantor Pos dan Giro, SMP N 1 Wonosobo, SD N 1 Wonosobo, Eks gedung Bank Jateng, Alun-alun Wonosobo dan Paseban, Masjid Al Manshur, Sekolah Don Bosco dan Dena Upakara, makam Kiai Walik dan lain-lain.
Kawasan wisata minat khusus terdapat di
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-37
NO. KAWASAN LOKASI OUTPUT
Kecamatan Selomerto, yakni Arung Jeram Sungai Serayu dan tea walk di agro wisata Tambi, Kecamatan Kejajar.
I. Kawasan Peruntukan Permukiman Kawasan yang diperuntukkan bagi permukiman atau dengan kata lain untuk menampung penduduk yang ada di Kabupaten Wonosobo sebagai tempat hunian dengan fasilitas sosialnya.
Permukiman Kota
Kawasan permukiman kota mencakup wilayah pengembangan kota dan kawasan PKW, PPK, dan PKLp).
Permukiman Pedesaan Pengembangan desa-desa yang ada di kawasan PPL
Munculnya kawasan –kawasan
permukiman baru yang dikembangkan oleh developer
Pengembangan permukiman untuk menghidupkan suatu wilayah dan menyebarkan perkembangan dari pusat kota
Sumber: Hasil Analisis Penyusun, 2008
TABEL 4.2
PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN WONOSOBO DIRINCI PER KECAMATAN
No Kecamatan Penggunaan Ruang
Kawasan Lindung Kawasan Budidaya
1 WADASLINTANG Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Kawasan sempadan waduk Rawan bencana tanah longsor
Kawasan peruntukan pertanian lahan basah Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan perikanan budidaya
kolam air Kawasan peruntukan peternakan Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan peruntukan pertambangan Kawasan hutan produksi
2 KEPIL Hutan lindung Kawasan lindung di luar kawasan hutan Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air
Kawasan peruntukan pertanian lahan basah Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan perikanan budidaya
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-38
No Kecamatan Penggunaan Ruang
Kawasan Lindung Kawasan Budidaya
Rawan bencana tanah longsor
kolam air Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan hutan produksi
3 SAPURAN Hutan lindung Kawasan lindung di luar kawasan hutan Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Rawan bencana tanah longsor Rawan bencana angin topan
Kawasan peruntukan pertanian lahan basah Kawasan peruntukan pertanian lahan kering Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan perikanan budidaya
kolam air Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan hutan produksi
4 KALIBAWANG Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Rawan bencana tanah longsor
Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan perikanan budidaya
kolam air Kawasan peruntukan peternakan Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan peruntukan pertambangan Kawasan hutan produksi
5 KALIWIRO Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Rawan bencana tanah longsor
Kawasan peruntukan pertanian lahan basah Kawasan peruntukan pertanian lahan kering Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan perikanan budidaya
kolam air Kawasan peruntukan peternakan Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan peruntukan pertambangan Kawasan hutan produksi
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-39
No Kecamatan Penggunaan Ruang
Kawasan Lindung Kawasan Budidaya
6 LEKSONO Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Rawan bencana tanah longsor
Kawasan peruntukan pertanian lahan kering Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan perikanan budidaya
kolam air Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan hutan produksi
7 SUKOHARJO Kawasan lindung di luar kawasan hutan Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Rawan bencana tanah longsor
Kawasan peruntukan pertanian lahan kering Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan perikanan budidaya kolam air Kawasan peruntukan peternakan Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan peruntukan pertambangan Kawasan hutan produksi
8 SELOMERTO Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air
Kawasan peruntukan pertanian lahan basah Kawasan peruntukan pertanian lahan kering Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan perikanan budidaya
kolam air Kawasan peruntukan peternakan Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan peruntukan pertambangan
9 KALIKAJAR Hutan lindung Kawasan lindung di luar kawasan hutan Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Rawan bencana tanah longsor Rawan bencana angin topan
Kawasan peruntukan pertanian lahan basah Kawasan peruntukan pertanian lahan kering Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan perikanan budidaya
kolam air Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-40
No Kecamatan Penggunaan Ruang
Kawasan Lindung Kawasan Budidaya
10 KERTEK Hutan lindung Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Rawan bencana angin topan
Kawasan peruntukan pertanian lahan basah Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan peternakan Kawasan peruntukan perikanan budidaya
kolam air Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil
11 WONOSOBO Kawasan resapan air Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Rawan bencana banjir Rawan bencana angin topan
Kawasan peruntukan perikanan budidaya kolam air
Kawasan peruntukan permukiman Sentta-sentra industri kec
12 WATUMALANG Hutan lindung Kawasan lindung di luar kawasan hutan Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Rawan bencana tanah longsor Rawan bencana angin topan
Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan perikanan budidaya
kolam air Kawasan peruntukan peternakan Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan peruntukan pertambangan Kawasan hutan produksi
13 MOJOTENGAH Hutan lindung Kawasan lindung di luar kawasan hutan Kawasan resapan air Kawasan sempadan sungai Kawasan sekitar mata air Rawan bencana angin topan
Kawasan peruntukan pertanian lahan basah Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan perikanan budidaya kolam air Kawasan peruntukan peternakan Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan peruntukan pertambangan
14 GARUNG Hutan lindung Kawasan lindung di luar kawasan hutan Kawasan sempadan sungai
Kawasan peruntukan pertanian lahan kering Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perikanan budidaya
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
IV-41
No Kecamatan Penggunaan Ruang
Kawasan Lindung Kawasan Budidaya
Kawasan sekitar mata air Rawan bencana tanah longsor
kolam air Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil Kawasan peruntukan pertambangan
15 KEJAJAR Hutan lindung Kawasan lindung di luar kawasan hutan Kawasan resapan air Kawasan sempadan waduk Kawasan sekitar mata air Kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan Rawan bencana tanah longsor
Kawasan peruntukan hortikultura Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan peruntukan peternakan Kawasan peruntukan perikanan budidaya
kolam air Kawasan peruntukan permukiman Sentra-sentra industri kecil
Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2008
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
V-1
Kawasan strategis kabupaten adalah kawasan yang penataan ruangnya
diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten
terhadap pertahanan kemanan, ekonomi, sosial dan budaya, lingkungan hidup dan
pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi.
Tujuan dari penetapan kawasan strategis adalah untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, sosial dan budaya kemudian pendayagunaan SDA dan teknologi tinggi serta
lingkungan hidup.
Sedangkan pada penetapan kawasan strategis pengaturannya adalah sebagai
berikut:
Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan
kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya
nasional;
Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;
Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan
perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam
perekonomian internasional;
Pemanfaatan sumber daya alam dan/ atau teknologi tinggi secara optimal untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat;
Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa.
Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) dilakukan dengan memperhatikan
Kawasan Strategis Provinsi (KSP). KSP yang ada di wilayah Kabupaten huruf meliputi:
a. kawasan Dataran Tinggi Dieng dengan sudut kepentingan fungsi dan daya
dukung lingkungan;
b. kawasan Sindoro Sumbing dengan sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan;
c. kawasan Perkotaan Wonosobo dan sekitarnya dengan sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi; dan
BAB V
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
V-2
d. kawasan panas bumi dieng dengan sudut kepentingan pendayagunaan
sumberdaya alam dan teknologi tinggi.
Penentuan KSK berdasarkan sudut kepentingan:
a. kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi;
b. kawasan strategis untuk kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan
teknologi tinggi;
c. kawasan strategis untuk kepentingan sosial budaya; dan
d. kawasan strategis untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan.
5.1 KAWASAN STRATEGIS PERTUMBUHAN EKONOMI
Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi mencakup kawasan unggulan
pengembangan ekonomi kabupaten maupun kawasan stimulasi ketertinggalan wilayah.
Kawasan strategis pertumbuhan ekonomi ini dapat berupa kawasan andalan/ unggulan
berkembang. Kawasan andalan/ unggulan prospektif berkembang, kawasan ekonomi
khusus (KPE), KAPET, kawasan berikat, kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas,
kawasan pusat perdagangan skala wilayah/ kabupaten, kawasan pengembangan potensi
khusus, dan kawasan tertinggal di dalam wilayah kabupaten serta kawasan lainnya yang
sesuai dengan kepentingan Kabupaten Wonosobo.
Kriteria suatu kawasan dapat dikategorikan dalam kawasan strategis pertumbuhan
ekonomi adalah sebagai berikut:
a. Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
b. Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
nasional;
c. Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
d. Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
e. Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
Di Kabupaten Wonosobo kawasan yang merupakan kawasan strategis pertumbuhan
ekonomi antara lain:
a. kawasan perkotaan Wonosobo dan sekitarnya;
b. kawasan perkotaan PKLp meliputi:
1. Kecamatan Kertek; dan
2. Kecamatan Selomerto.
c. pengembangan kawasan segitiga Selomerto-Wonosobo-Kertek;
d. kawasan koridor jalan kolektor meliputi:
1. ruas jalan Selokromo – Batas kota Wonosobo;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
V-3
2. koridor Wonosobo – Kertek meliputi ruas jalan Batas kota Wonosobo –
Kertek;
3. koridor Kertek – Kledung meliputi ruas jalan Kertek – Batas Kabupaten
Temanggung; dan
4. koridor Kertek – Sapuran meliputi ruas jalan Kertek – Kepil.
e. pengembangan sentra-sentra industri kecil di seluruh kecamatan;
f. pengembangan sentra pasar hasil bumi di Kecamatan Garung;
g. kawasan agropolitan Rojonoto (Kaliwiro, Sukoharjo, Leksono, dan Selomerto);
h. kawasan Perbatasan Waduk Wadaslintang dengan Kabupaten Kebumen;
i. kawasan Dataran Tinggi Dieng berada di Kecamatan Kejajar sebagai kawasan
pariwisata berkelanjutan;
j. kawasan Agrowisata Tambi berada di Kecamatan Kejajar;
k. kawasan Agrowisata Tanjungsari berada di Kecamatan Sapuran; dan
l. kawasan Agrowisata Koridor Kledung berada di Kecamatan Kertek.
Rencana pengembangan kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi
terdiri atas:
a. kawasan perkotaan PKLp meliputi:
1. Kecamatan Kertek; dan
2. Kecamatan Selomerto.
b. pengembangan kawasan segitiga Selomerto-Wonosobo-Kertek;
c. kawasan koridor jalan kolektor meliputi:
1. ruas jalan Selokromo – Batas kota Wonosobo;
2. koridor Wonosobo – Kertek meliputi ruas jalan Batas kota Wonosobo – Kertek;
3. koridor Kertek – Kledung meliputi ruas jalan Kertek – Batas Kabupaten
Temanggung; dan
4. koridor Kertek – Sapuran meliputi ruas jalan Kertek – Kepil.
d. pengembangan sentra-sentra industri kecil di seluruh kecamatan;
e. pengembangan sentra pasar hasil bumi di Kecamatan Garung;
f. kawasan agropolitan Rojonoto (Kaliwiro, Sukoharjo, Leksono, dan Selomerto);
g. kawasan Perbatasan Waduk Wadaslintang dengan Kabupaten Kebumen;
h. kawasan Dataran Tinggi Dieng berada di Kecamatan Kejajar sebagai kawasan
pariwisata berkelanjutan;
i. kawasan Agrowisata Tambi berada di Kecamatan Kejajar;
j. kawasan Agrowisata Tanjungsari berada di Kecamatan Sapuran; dan
k. kawasan Agrowisata Koridor Kledung berada di Kecamatan Kertek.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
V-4
5.2 KAWASAN STRATEGIS PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA ALAM DAN
TEKNOLOGI TINGGI
Kawasan strategis pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi
merupakan kawasan yang dikembangkan sebagai kawasan pertambangan minyak dan gas
bumi serta kawasan yang menjadi lokasi instalasi nuklir dan juga kawasan industri strategis
daerah yang ada di dalam wilayah kabupaten.
Kriteria penentuan kawasan sebagai kawasan strategis pendayagunaan sumber
daya alan dan teknologi antara lain:
a. Berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;
b. Berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; atau
c. Berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
Di Kabupaten Wonosobo kawasan yang memiliki kriteria untuk dikembangkan
sebagai kawasan strategis pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi antara lain
adalah:
Kawasan Panas Bumi Dieng
PLTA Garung di Kecamatan Garung
PLTA Wadaslintang di Kecamatan Wadaslintang
PLTPB Dieng
5.3 KAWASAN STRATEGIS SOSIAL BUDAYA
Kawasan strategis sosial budaya mencakup kawasan budidaya mauopun kawasan
lindung. Kawasan strategis sosial budaya yang berupa kawasan budidaya dapat berupa
kawasan pusat perkantoran pemerintahan, kawasan pusat sejarah keagamaan, kawasan
pusat kegiatan keagamaan, kawasan pariwisata (kota tua, wisata buatan unggulan),
kawasan makam-makam bersejarah, serta kawasan lainnya menurut kepentingan daerah
kabupaten. Sedangkan kawasan strategis sosial budaya yang merupakan kawasan lindung
dapat berupa kawasan adat tertentu ataupun kawasan konservasi warisan budaya.
Kriteria penentuan kawasan sebagai kawasan strategis sosial budaya adalah
sebagai berikut:
a. Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya
nasional;
b. Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
V-5
c. Diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional,
pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;
d. Memiliki sumber daya alam strategis nasional;
Di Kabupaten Wonosobo kawasan yang dikembangkan sebagai kawasan strategis
sosial budaya antara lain adalah:
Kawasan Candi Dieng
Kawasan obyek wisata alam di Kecamatan Kejajar (kompleks Telaga Warno dan
Telaga Pengilon, lembah Dieng), Kecamatan Garung (Telaga Menjer dan Gunung
Kembang) dan Kecamatan Wonosobo (Mata Air Wonojoyo).
Kawasan wisata budaya di Kecamatan Kejajar (situs Tuk Bimalukar, situs Watu
Kelir dan Situs Ondho Budho), Kecamatan Selomerto (Candi Bogang), Kecamatan
Kertek (situs Bongkotan), Desa Wisata (Desa Sendangsari, Dusun Giyanti Desa
Kadipaten dan Kampung Sruni Desa Kelurahan Jaraksari).
Kawasan wisata religi, makam para pendiri Wonosobo (di Kecamatan Selomerto,
Kecamatan Wonosobo dan Kecamatan Kejajar), dan Makam Asmorosufi di
Kecamatan Kejajar, Makam Jogonegoro di Kecamatan Selomerto dan Makam
Selomanik di Kecamatan Kaliwiro.
Kawasan wisata buatan di Kecamatan Kejajar (Dieng Plateau Theater dan Gardu
Pandang Tieng), Kecamatan Wonosobo (Gelanggang Renang Mangli, Pusat
Rekreasi dan Olah Raga Kalianget dan Gerbang Mandala Wisata) dan Kecamatan
Wadaslintang (Waduk Wadaslintang dan Pemandian Air Panas Somogede).
Kawasan wisata sejarah di Kecamatan Wonosobo
Kawasan wisata minat khusus di Kecamatan Selomerto (Arung Jeram Sungai
Serayu) dan Kecamatan Kejajar (tea walk di agro wisata Tambi).
5.4 KAWASAN STRATEGIS UNTUK KEPENTINGAN FUNGSI DAN DAYA DUKUNG
LINGKUNGAN
Kawasan strategis untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup
mencakup kawasan perlindungan dan pelstarian lingkungan hidup, termasuk kawasan yang
diakui sebagai warisan dunia.
Kriteria penentuan kawasan sebagai kawasan strategis pengembangan fungsi dan
daya dukung lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
V-6
b. Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi
perlindungan ekosistem, flora dan/ atau fauna yang hampir punah atau
diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan;
c. Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang menimbulkan kerugian negara;
d. Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
e. Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup;
f. Rawan bencana alam nasional; atau
g. Sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan kehidupan.
Di Kabupaten Wonosobo kawasan yang dikembangkan sebagai kawasan strategis
untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan antara lain adalah:
Kawasan Dataran Tinggi Dieng dan Kawasan Sindoro Sumbing
Kawasan Hutan lindung terutama terdapat di Kecamatan Kejajar, Garung
(Dieng), Kertek, Kalikajar, dan Sapuran (Sindoro – Sumbing), Kepil,
Watumalang, dan Mojotengah.
Kawasan lindung yang dikelola masyarakat terdapat di Kecamatan Garung,
Kalikajar, Kejajar, Kepil, Mojotengah, Sapuran, Sukoharjo dan Watumalang
Kawasan resapan air terdapat di kawasan lereng kaki pegunungan Sindoro dan
Sumbing, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Mojotengah, dan wilayah Kecamatan
Wonosobo
Kawasan sekitar mata air yang ada di Kabupaten Wonosobo seperti di mata air
Tempurung, Gajah, Mangli, Jogopati, Mudal dan Muncar.
Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu, DAS Wawar, DAS Cokroyasan,
dan Das Bogowonto;
Kawasan Suaka Alam di Kecamatan Kejajar (Kompleks Telaga Warno dan
Telaga Pengilon)
Kawasan Cagar Alam Pantodomas di Desa Pacekelan
Wilayah perbatasan Kabupaten Wonosobo dengan Kabupaten Kebumen
(Kecamatan Kaliwiro), Kabupaten Magelang (Kecamatan Kepil), Kabupaten
Banjarnegara (Kecamatan Kejajar dan Watumalang), Kabupaten Temanggung
(Kecamatan Kejajar dan Garung), Kabupaten Kendal (Kecamatan Kejajar) yang
diarahkan sebagai kawasan lindung yaitu kawasan resapan air dan hutan
lindung.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-1
Arahan pemanfaatan ruang wilayah ruang Kabupaten Wonosobo ditujukan untuk
mewujudkan rencana struktur dan pola ruang kabupaten serta kawasan strategis
kabupaten. Arahan pemanfaatan ruang diprioritaskan untuk mendukung perwujudan struktur
tata ruang (yang meliputi pusat kegiatan dan sistem prasarana yang mengikatnya),
perwujudan pola ruang, serta perwujudan kawasan strategis kabupaten dan kawasan lain di
luar kawasan strategis kabupaten yang hendak dituju dalam kurun waktu yang sama dengan
jangka waktu perencanaan yang dijabarkan secara bertahap dalam waktu 5 tahunan.
Arahan pemanfaatan ini mencakup progam-program utama untuk perwujudan rencana
struktur dan pol aruan gyang hendak dituju sampai akhir tahun perencanaan.
6.1 USULAN PROGRAM UTAMA
Usulan program utama disusun berdasarkan program-program pemanfaatan yang
memiliki bobot kepentingan utama / perlu diprioritaskan untuk mewujudkan RTRW
Kabupaten Wonosobo sesuai dengan arah yang dituju. Penetapan program utama dilakukan
berdasarkan multi kriteria dan banyak aspek yang terkait dengan tujuan pembangunan dan
penataan ruang di Kabupaten Wonosobo serta mendukung program utama.
Kriteria penetapan program utama ini antara lain mencakup dukungan terhadap :
Perwujudan struktur ruang kabupaten
Perwujudan pola ruang kabupaten
Penetapan kawasan strategis kabupaten
dan lain-lain.
6.2 SUMBER PENDANAAN
Sumber pendanaan program utama ini dapat berasal dari :
APBN
APBD Propinsi/ Kabupaten
Hibah
Bantuan dari berbagai pihak yang sah.
Perwujudan pemanfaatan ruang wilayah terdiri atas:
BAB VI
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-2
a. Perwujudan Rencana Struktur Ruang Wilayah;
b. Perwujudan Rencana Pola Ruang Wilayah; dan
c. Perwujudan Rencana Kawasan Strategis.
Bila sumber pendanaan yang dicantumkan bukan merupakan kewenangan kabupaten
maka sumber pendanaan yang ditulis tersebut merupakan usulan kepada lembaga/ tingkat
yang lebih berwenang.
Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
6.3 INSTANSI PELAKSANA
Instansi pelaksana pada pelaksanaan program pembangunan Kabupaten Wonosobo
ini dibagi atas instansi utama dan instansi pendukung. Instansi utama adalah instansi yang
memiliki bobot keterlibatan terbesar dalam keseluruhan pelaksanaan program, sedangkan
instansi pendukung adalah instansi yang memiliki keterkaitan dalam pelaksanaan program
tetapi memiliki bobot keterlibatan yang lebih kecil dari instansi utama pelaksana program.
6.4 WAKTU PELAKSANAAN
Program utama ini dikembangkan sesuai masa berlaku RTRW Kabupaten Wonosobo
yaitu selama 20 tahun. Jangka waktu ini dibagi menjadi 4 tahap, masing-masing dengan
jangka waktu pelaksanaan 5 tahun. Dalam rangka mempermudah pelaksanaan program
maka kerangka waktu pelaksanaan program ini sebaiknya disinkronkan dengan kerangka
waktu pemrograman jangka panjang dan jangka menengah daerah (RPJP dan RPJMD).
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-3
TABEL 6.1 INDIKASI PROGRAM PEMBANGUNAN
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
A. Penyusunan dan Legalisasi Perda RTRW Kabupaten
Bappeda, Bagian Hukum Setda, dan seluruh SKPD
B. Perwujudan Struktur Ruang
1. Perwujudan Pusat Kegiatan
1.1. Perwujudan sistem perkotaan dilakukan melalui program:
a. penyusunan rencana detail tata ruang kota di seluruh perkotaan Kabupaten
PKW: Kaw. Perkotaan Wonosobo PKLp: Kaw. Perkotaan Kertek; dan Selomerto PPK: Kecamatan Mojotengah;Kecamatan Sapuran; Kecamatan Kejajar
APBD Bappeda
b. penyusunan peraturan zonasi di seluruh perkotaan Kabupaten
APBD Bappeda
c. penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan meliputi 1. PKL; 2. PKLp; dan 3. PPK.
APBD DPU
d. Penataan pusat PKLp, PPK dan PPL
e. Peningkatan pelayanan kawasan komersial, perdagangan dan jasa
APBD DPU
1.2. Perwujudan sistem perdesaan dilakukan melalui program:
2. Program pengembangan pusat pelayanan lingkungan (PPL) meliputi:
1. Kecamatan Kepil; 2. Kecamatan Kaliwiro; 3. Kecamatan Wadaslintang; 4. Kecamatan Leksono; 5. Kecamatan Kalikajar;
APBD Bappeda, DPU
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-4
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
- penyusunan rencana detail tata ruang kecamatan;
- Penyusunan peraturan zonasi.
3. Penyusunan KTP2D 4. Pengembangan pusat
pelayanan perdesaan
6. Kecamatan Garung; 7. Kecamatan Watumalang; 8. Kecamatan Sukoharjo; dan 9. Kecamatan Kalibawang.
2. Perwujudan Sistem Prasarana Utama
2.1. Prasarana Transportasi
Pengembangan jalan kolektor primer
Ruas jalan nasional meliputi: a. ruas jalan Batas Kabupaten
Banjarnegara (KDU) - Selokromo
b. ruas jalan Selokromo - Batas Kota Wonosobo
c. ruas jalan Jogo Negoro d. ruas jalan A. Yani e. ruas jalan Batas Kota
Wonosobo - Kertek f. ruas jalan S. Parman g. ruas jalan Mayor Bambang
Sugeng h. ruas jalan Kertek - Batas
Kabupaten Temanggung (KDU)
i. ruas jalan Batur (Kabupaten Banjarnegara) – Dieng (Kabupaten Wonosobo
APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten
Dishubkominfo
Pengembangan jalan lokal primer
Ruas jalan antar kecamatan dan jalan poros desa
APBD Provinsi dan
DPU, Dishubkominfo
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-5
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
Kabupaten
Pengembangan jalan lingkar a. jalan lingkar utara perkotaan Wonosobo;
b. jalan lingkar selatan perkotaan Wonosobo;
c. jalan lingkar utara perkotaan Kertek;
d. jalan lingkar selatan perkotaan Kertek; dan
e. jalan lingkar Garung.
APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU, Dishubkominfo
Pengembangan jaringan jalan diarahkan untuk pembukaan jaringan jalan untuk wilayah desa yang masih terisolir
Seluruh wilayah kecamatan APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU, Dishubkominfo
Pengembangan terminal tipe B dan C
Kecamatan Kejajar Kecamatan, Mojotengah,Leksono, Kertek, Sapuran, Garung, Kaliwiro
APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU, Dishubkominfo
Revitalisasi Terminal Mendolo sebagai terminal tipe A
Kecamatan Wonosobo APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU, Dishubkominfo
Pengembangan jalan akses ke lokasi strategis pariwisata Waduk Wadaslintang
Ruas jalan menuju obyek wisata Waduk Wadaslintang
APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU, Dishubkominfo
Penataan simpang dengan penambahan Alat Pengendali Lalu Lintas (APILL) dan sistem Automatic Traffic Control System (ATCS)
Simpang di koridor jalan kolektor primer meliputi Kecamatan Leksono, Selomerto, Wonosobo dan Kertek
APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU, Dishubkominfo
a. Prasarana Transportasi Perkeretaapian
Revitalisasi stasiun lama yaitu Kecamatan Wonosobo APBD DPU,
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-6
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
stasiun Wonosobo Provinsi dan Kabupaten
Dishubkominfo
Pengaktifan kembali jaringan rel kereta api jalur Purwokerto-Wonosobo
Kecamatan Leksono, Selomerto, Wonosobo
APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU, Dishubkominfo
Peningkatan pelayanan angkutan umum
Seluruh kecamatan APBD Provinsi dan Kabupaten
Dishubkominfo
b. Prasarana Transportasi Sungai, Danau, dan Penyeberangan
Pengembangan angkutan penyeberangan danau
Waduk Wadaslintang APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU, Dishubkominfo
Pengembangan angkutan wisata berupa perahu wisata
Waduk Wadaslintang, Telaga Menjer
APBD Provinsi dan Kabupaten
Dishubkominfo, DIsparbud
3. Perwujudan Sistem Prasarana Lainnya
a. Prasarana energi
Pengembangan pembangkit tenaga listrik Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Kecamatan Wadaslintang dan Garung
APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU, PLN
Peningkatan Gardu Induk Kecamatan Wonosobo, Kecamaan Kejajar
APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU, PLN
Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Dieng
Dataran Tinggi Dieng, Kecamatan Kejajar
APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU PT. Geodipa
Pengembangan energi alternatif berupa PLT Surya
Setiap kecamatan di Kabupaten Wonosobo
APBD Prov, APBD Kab
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-7
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
dan PLT Mikrohidro
Pengembangan pelayanan energi listrik
Seluruh kecamatan di Kabupaten Wonosobo
APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU PLN
Pengembangan SPBU dan SPBE
Setiap kecamatan di Kabupaten Wonosobo
pengembangan sempadan SUTM 20 KV tanah datar dan sempadan SUTT 150 KV
Wilayah sekitar lokasi SUTT dan SUTM
APBD Provinsi, dan APBD Kabupaten
DPU BLH
b. Prasarana Telekomunikasi
peningkatan wilayah pelayanan dan peningkatan kualitas pelayanan
Kecamatan Wadaslintang, Watumalang, Leksono, Sukoharjo, dan Kalibawang
APBD Provinsi dan Kabupaten
Dishubkominfo
Pemanfaatan menara BTS terpadu/bersama beberapa operator telepon seluler
Seluruh kecamatan APBD Provinsi, APBD Kabupaten, bantuan
Dishubkominfo
Pengembangan sistem telepon tanpa kabel
Merata di seluruh kecamatan di Kabupaten Wonosobo
APBD Kabupaten
Dishubkominfo
Optimalisasi sistem informasi dalam tata kelola pemerintahan
Kabupaten Wonosobso APBD Provinsi, APBD Kabupaten, bantuan
Bappeda
Optimalisasi pengembangan data center
Kabupaten Wonosobso APBN, APBD Kabupaten
Bappeda, Dishubkominfo, Bag. Humas Setda
c. Prasarana Sumber Daya Air
peningkatan pengelolaan DAS Kabupaten Wonosobso APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda BLH
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-8
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
Pembangunan embung Kecamatan Garung, Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Leksono, Kecamatan Kertek
APBD Kabupaten
Bappeda DPU
Pengembangan biopori pada kawasan permukiman padat
Seluruh kecamatan di Kabupaten Wonosobo
APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda BLH
Peningkatan kapasitas tampung waduk eksisting melalui upaya pengerukkan
Waduk Wadaslintang APBD Kabupaten
DPU
Peningkatan pelayanan perpipaan PDAM hingga 80% terlayani
Di semua wilayah kota kecamatan
APBD Kabupaten
PDAM DPU
Peningkatan SPAM hingga 60% terlayani
Di wilayah pedesaan APBD Kabupaten
PDAM DPU
d. Prasarana Irigasi
Peningkatan jaringan irigasi teknis
Tersebar di wilayah Kabupaten Wonosobo
APBD Kabupaten
DPU
Rehabilitasi jaringan irigasi
Tersebar di wilayah Kabupaten Wonosobo
APBD Kabupaten
DPU
e. Prasarana Wilayah Lainnya
Optimalisasi TPA dengan sistem sanitary land fill
TPA Wonorejo, Kecamatan Selomerto
APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU BLH
Pembuatan saluran-saluran drainase kota yang baik dan memadai
Di seluruh wilayah kota kecamatan
APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU BLH
Pemisahan sampah organik dan anorganik sejak dari sumber timbulan sampah
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Wonosobo
APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU BLH
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Wonosobo
APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU BLH
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-9
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
Penambahan sarana persampahan
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Wonosobo
APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU BLH
Pengolahan limbah sebelum dibuang ke saluran umum perkotaan
Seluruh Kecamatan di Kabupaten Wonosobo
APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU BLH
Pembangunan IPLT untuk mengolah limbah tinja yang ada
Di seluruh wilayah kota kecamatan
APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU BLH
Pembangunan IPAL komunal Di seluruh wilayah kota kecamatan
APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU BLH
peningkatan koordinasi antar lembaga pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam pengelolaan
Kabupaten APBD Provinsi dan Kabupaten
BLH Dishubkominfo
Prasarana Lainnya
Penetapan jalur evakuasi bencana
Pengembangan ruang evakuasi bencana
B. Perwujudan Pola Ruang
1. Kawasan Lindung
- Kawasan Hutan Lindung
Pemantapan hutan lindung yang telah ada
Kecamatan Kejajar, Garung (Dieng), Kertek, Kalikajar, dan Sapuran (Sindoro – Sumbing), Kepil, Watumalang, dan Mojotengah
APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda Dishutbun
Program pembatasan penggunaan lahan baru bila tidak menjamin fungsi lindung terhadap hidrologis dan pelestarian
Kecamatan Kejajar, Garung (Dieng), Kertek, Kalikajar, dan Sapuran (Sindoro – Sumbing), Kalibawang, Watumalang, Mojotengah, dan Wonosobo
APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda Dishutbun
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-10
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
Pemulihan kawasan hutan lindung yang mengalami kerusakan
Kecamatan Kejajar, Garung (Dieng), Kertek, Kalikajar, dan Sapuran (Sindoro – Sumbing), Kalibawang, Watumalang, Mojotengah, dan Wonosobo
APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda Dishutbun
Pemantauan secara rutin untuk mencegah kebakaran hutan dan penebangan liar
Kecamatan Kejajar, Garung (Dieng), Kertek, Kalikajar, dan Sapuran (Sindoro – Sumbing), Kalibawang, Watumalang, Mojotengah, dan Wonosobo
APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda Dishutbun
Relokasi fungsi budidaya yang berada di hutan lindung dan mengembalikan fungsi lindung secara bertahap
Kecamatan Kejajar, Garung (Dieng), Kertek, Kalikajar, dan Sapuran (Sindoro – Sumbing), Kalibawang, Watumalang, Mojotengah, dan Wonosobo
APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda Dishutbun
- Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahnya
a. Kawasan lindung di luar hutan lindung yang memiliki fisiografis seperti hutan indung
Rehabilitasi dan atau reboisasi kawasan lindung di luar hutan lindung yang mengalami kerusakan
Kecamatan Garung, Kalikajar, Kejajar, Kepil, Mojotengah, Sapuran, Sukoharjo dan Watumalang
APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda Dishutbun
Pemantauan secara rutin untuk mencegah kebakaran hutan dan penebangan liar
Kecamatan Garung, Kalikajar, Kejajar, Kepil, Mojotengah, Sapuran, Sukoharjo dan Watumalang
APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda Dishutbun
Pemantapan batas dan pematokan kawasan lindung yang secara fisiografis seperti
Kecamatan Garung, Kalikajar, Kejajar, Kepil, Mojotengah, Sapuran, Sukoharjo dan
APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda Dishutbun
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-11
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
hutan lindung
Watumalang
b. Kawanan Resapan Air
Pemanfaatan kawasan untuk tanaman perkebunan dengan tidak mengurangi fungsi lindung
Kawasan lereng kaki pegunungan Sindoro dan Sumbing, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Mojotengah, dan wilayah Kecamatan Wonosobo
APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda Dishutbun
Pembatasan pendirian bangunan yang menutup tanah/ buillding coverage
kawasan lereng kaki pegunungan Sindoro dan Sumbing, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Mojotengah, dan wilayah Kecamatan Wonosobo
APBD Kabupaten
Bappeda Dishutbun
pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang mampu memberikan perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke dalam tanah
Kecamatan Kejajar, Mojotengah, Watumalang,Wonosobo, Garung, Kertek, Kalikajar, Sapuran dan Kepil
APBD Kabupaten
Dishutbun
- Kawasan Perlindungan Setempat
a. Kawasan Sempadan Sungai
Pencegahan adanya kegiatan budidaya yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem
Sub DAS Begaluh, Bogowonto, Jali, Medono, Meneng, Serayu Hulu yang melalui kecamatan Kalikajar, Kertek, Selomerto, Wonosobo, Mojotengah, Garung, Sapuran, Kepil, Kalibawang, Kaliwiro, Wadaslintang, Wonosobo, Leksono, Sukoharjo, Watumalang, dan Mojotengah
APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda Dishutbun,
b. Kawasan Sekitar Mata Air
Pengalihan kegiatan budidaya Di sekitar mata air yang ada di APBN, Bappeda
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-12
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik di daerah sekitar mata air
Kabupaten Wonosobo APBD Provinsi dan Kabupaten
Dishutbun DPU
c. Kawasan Sempadan Waduk
Perlindungan sekitar waduk Kawasan sekitar waduk Wadaslintang dan Kawasan Telaga (Telaga Menjer, Telaga Warna, Telaga Pengilon, dan Telaga Cebong) di Kecamatan Kejajar, serta kawasan sekitar Bendungan Sungai Serayu, Capar, Gintung, Bleber, Kalitulang, Preng, Begaluh, Begaluh Kecil, Bogowonto, Medono, dan Cecep
APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda Dishutbun DPU
Pengembangan tanaman perdu, tanaman tegakan tinggi, dan penutup tanah
Kawasan sekitar waduk Wadaslintang dan Kawasan Telaga (Telaga Menjer, Telaga Warno, Telaga Pengilon, dan Telaga Cebong) di Kecamatan Kejajar, serta kawasan sekitar Bendungan Sungai Serayu, Capar, Gintung, Bleber, Kalitulang, Preng, Begaluh, Begaluh Kecil, Bogowonto, Medono, dan Cecep
APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda Dishutbun DPU
Pembatasan penggunaan lahan secara langsung untuk bangunan yang tidak berhubungan dengan konservasi waduk
Kawasan sekitar waduk Wadaslintang dan Kawasan Telaga (Telaga Menjer, Telaga Warna, Telaga Pengilon, dan Telaga Cebong) di Kecamatan Kejajar, serta kawasan sekitar Bendungan Sungai Serayu,
APBD Kabupaten
Bappeda DPU
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-13
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
Capar, Gintung, Bleber, Kalitulang, Preng, Begaluh, Begaluh Kecil, Bogowonto, Medono, dan Cecep
- Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya
a. Kawasan Suaka Alam
Pengendalian penebangan hutan
Taman Wisata Alam Telaga Warno dan Telaga Pengilon (Kecamatan Kejajar) dan CA Pantodomas (Desa Pacekelan)
APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda Dishutbun
pelarangan kegiatan budidaya yang berpotensi mengurangi tutupan vegetasi
Taman Wisata Alam Telaga Warno dan Telaga Pengilon (Kecamatan Kejajar) dan CA Pantodomas (Desa Pacekelan)
APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda Dishutbun
pelarangan kegiatan yang mengganggu kelestarian situs purbakala dan lingkungannya
Taman Wisata Alam Telaga Warno dan Telaga Pengilon (Kecamatan Kejajar) dan CA Pantodomas (Desa Pacekelan)
APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda Dishutbun
b. Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Melarang kegiatan yang mengganggu kelestarian situs purbakala dan lingkungannya
Situs tuk Bima Lukar, Watu Kelir, Ondho Budho, candi Bogang, Bongkotan, Gedung tua
APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
- Kawasan Rawan Bencana
reboisasi dan penghijauan pada kawasan rawan bencana longsor
Kecamatan Kepil, Kecamatan Sapuran, Kecamatan Kalikajar, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Watumalang, Kecamatan Garung, Kecamatan Leksono, Kecamatan Sukoharjo,
APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda Dishutbun Kantor Kesbangpolinmas
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-14
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
Kecamatan Kaliwiro, Kecamatan Wadaslintang dan Kecamatan Kalibawang
konservasi lahan pada kawasan rawan longsor
Pengendalian kebakaran hutan Kecamatan Kejajar, Garung (Dieng), Kertek, Kalikajar, dan Sapuran (Sindoro – Sumbing), Kalibawang, Watumalang, Mojotengah, dan Wonosobo
APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten
Dishutbun Badan Kesbangpolinmas
Pegaturan bangunan dan daerah hijau di daerah yang rawan bencana angin lesus
Kecamatan Wonosobo APBD Provinsi dan Kabupaten
Dishutbun Badan Kesbangpolinmas
Memindahkan kawasan permukiman yang berada dalam zona bahaya
Kecamatan yang memiliki kerawanan terhadap bencana
Membuat jalur evakuasi, area penyelamatan dan jalur bantuan
Kecamatan yang memiliki kerawanan terhadap bencana
menjadikan daerah rawan letusan gunung api sebagai kawasan konservasi
Kecamatan yang memiliki kerawanan terhadap bencana
2. Kawasan Budidaya
a. Kawasan Hutan Produksi
konservasi tanah dan air yang untuk kelestarian sumberdaya hutan
Seluruh kecamatan APBD Provinsi dan Kabupaten
Dishutbun BLH
Peningkatan pola tanam dan pola tata tanam serta pemilihan jenis yang menguntungkan
Seluruh kecamatan APBD Provinsi dan Kabupaten
Dinas Pertanian
pemantauan secara rutin untuk mencegah terjadinya penebangan liar dan
Seluruh kecamatan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-15
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
kebakaran hutan
b. Kawasan Peruntukan Pertanian
pengembangan dan penetapan kawasan pertanian pangan berkelanjutan
Seluruh wilayah Kabupaten Wonosobo terutama Kecama- tan Kaliwiro, Selomerto, Sapuran, Wadaslintang, Kepil, Kalikajar, Kertek, dan Mojotengah.
APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda Dinas Pertanian
pengaturan pola tanam dan pola tata tanam yang baik
Seluruh wilayah Kabupaten Wonosobo terutama Kecama- tan Kaliwiro, Selomerto, Sapuran, Wadaslintang, Kepil, Kalikajar, Kertek, dan Mojotengah.
APBD Kabupaten
Bappeda Dinas Pertanian DPU
- pengembangan komoditas unggulan
- intensifikasi pengembangan ternak besar maupun ternak kecil di kawasan lahan kering
Pengembangan pertanian terpadu ramah lingkungan
Kecamatan Wadaslintang, Kaliwiro, Kalikajar, Watuma- lang, Leksono, Sukoharjo, Garung dan Selomerto.
APBD Provinsi dan Kabupaten
Dinas Pertanian BLH
Pengembangan sektor pertanian untuk kegiatan agribisnis, agrowisata dan industri pengolahan pertanian
Kecamatan Wadaslintang, Kaliwiro, Kalikajar, Watumalang, Leksono, Sukoharjo, Garung dan Selomerto.
APBD Provinsi dan Kabupaten
Dinas Pertanian BLH
pengembangan hortikultura sesuai dengan komoditas unggulannya
Seluruh kecamatan di Kabupaten Wonosobo
pengembangan pertanian tanaman pangan dengan
Seluruh kecamatan di Kabu- paten Wonosobo
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-16
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
dukungan irigasi
pengembangan perkebunan besar dengan pelibatan masyarakat/sebagai inti dalam pola PIR
Seluruh kecamatan di Kabu- paten Wonosobo
pengembangan kegiatan peternakan
Seluruh kecamatan di Kabu- paten Wonosobo
optimalisasi budidaya peternakan
Seluruh kecamatan di Kabu- paten Wonosobo
c. Kawasan Peruntukan Perikanan
Seluruh kecamatan di Kabu- paten Wonosobo
Pemelihaaan air untuk menjaga kelangsungan usaha pengembangan perikanan
Seluruh kecamatan di Kabu- paten Wonosobo
APBD Provinsi dan Kabupaten
Dinas Perikanan dan Peternakan BLH
Pengembangan pasar ikan higienis
Seluruh kecamatan di Kabu- paten Wonosobo
APBD Provinsi dan Kabupaten
Dinas Perikanan dan Peternakan BLH
peningkatan infrastruktur sebagai penghubung dari lokasi perikanan ke pasar
Seluruh kecamatan di Kabu- paten Wonosobo
APBD Provinsi dan Kabupaten
Dinas Perikanan Kelautan dan Peternakan BLH
pengaturan jenis dan alat tangkap ikan
d. Kawasan Peruntukan Pertambangan
Reklamasi kawasan bekas pertambangan
Watumalang, Sukoharjo, Kalibawang, Selomerto, Kertek, Kalikajar, Kaliwiro, Wadaslintang, Mojotengah dan Garung
APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU BLH
Pengaturan pertambangan panas bumi
Wilayah kerja pertambangan Dieng
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-17
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
Pengendalian kegiatan penambangan liar
Watumalang, Sukoharjo, Kali- bawang, Selomerto, Kertek, Kalikajar, Kaliwiro, Wadaslintang, Mojotengah dan Garung
APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU BLH
Investarisasi bahan tambang bernilai tinggi melalui studi inventarisasi dan manajemen pengelolaan potensi pertambangan
Watumalang, Sukoharjo, Kalibawang, Selomerto, Kertek, Kalikajar, Kaliwiro, Wadaslintang, Mojotengah dan Garung
APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten
DPU
e. Kawasan Peruntukan Industri
Pengembangan kawasan industri yang didukung oleh sarana dan prasarana industri;
Jalur Regional Temanggung – Wonosobo – Banjarnegara yang mencakup wilayah Kertek, Wonosobo, dan Selomerto serta Jalur Kertek – Sapuran – Kepil dengan lokasi di Kecamatan Sapuran
APBN, APBD Provinsi dan Kabupaten
Disperindag
Pengembangan aneka produk olahan
Pengembangan kegiatan agroindustri berbasis sumberdaya lokal yang berkelanjutan
Jalur Regional Temanggung – Wonosobo – Banjarnegara yang mencakup wilayah Kertek, Wonosobo, dan Selomerto serta Jalur Kertek – Sapuran – Kepil dengan lokasi di Kecamatan Sapuran
APBD Provinsi dan Kabupaten
Disperindag
Pengembangan sistem pengolahan limbah industri yang ramah lingkungan
Di seluruh Kecamatan di Kabupaten Wonosobo
APBD Provinsi dan Kabupaten
Disperindag
Pembentukan klaster dan/atau sentra industri kecil
Di seluruh Kecamatan di Kabupaten Wonosobo
APBD Kabupaten
Disperindag
f. Kawasan Peruntukan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-18
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
Pariwisata
Penetapan kawasan unggulan, andalan dan potensial pengembangan pariwisata
Optimalisasi dan pengembangan taman rekreasi Kalianget
perlindungan situs peninggalan kebudayaan masa lampau
Goa dan Makam kuno di Kecamatan Bojong dan Bumijawa Kawasan Candi Dieng, Candi Bongkotan, Watu Tedeng, kawasan wisata religius (makam pendiri kota Wonosobo).
APBD Kabupaten
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bappeda
peningkatan peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian obyek wisata, dan daya jual/ saing
Kawasan Potensi wisata di Kabupaten Wonosobo
APBD Kabupaten
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bappeda
penyusunan kalender wisata kabupaten
pengadaan kegiatan festival gelar seni budaya
Pengembangan infrastruktur pendukung obyek wisata
Kawasan Potensi wisata di Kabupaten Wonosobo
APBD Provinsi dan Kabupaten
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bappeda
a. Kawasan Peruntukan Permukiman
- Permukiman perkotaan
Membuka kesempatan investasi keuangan dan jasa dalam usaha meningkatkan fungsi dan peran kota
Wilayah perkotaan Kabupaten Wonosobo
APBD Kabupaten
Disperindag
Program pengembangan Wilayah perkotaan Kabupaten APBD Bappeda
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-19
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
kawasan permukiman baru seperti pembangunan Kasiba-Lisiba
Wonosobo Provinsi dan Kabupaten
DPU
Penyediaan infrastruktur kota Wilayah perkotaan Kabupaten Wonosobo
APBD Kabupaten
Bappeda DPU
- Pengembangan sistem permukiman perdesaan
Pengembangan ekonomi pertanian wilayah perdesaan melalui potensi agrowisata, agroindustri, dan agrobisnis
Wilayah perdesaan potensial APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda Disperindag
Perbaikan permukiman, untuk meningkatkan kualitas fisik permukiman di perdesaan
Wilayah perdesaan Kabupaten Wonosobo
APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda DPU Badan Kesbangpolinmas
Penataan ruang permukiman perdesaan
Wilayah perdesaan Kabupa- ten Wonosobo
APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda
Penyediaan infrastruktur permukiman
Wilayah perdesaan Kabupa- ten Wonosobo
APBD Provinsi dan Kabupaten
Bappeda DPU
C. Perwujudan Kawasan Strategis
1. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi
Penyediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi
Kawasan perkotaan Wonosobo dan sekitarnya
pengembangan koridor Selomerto-Wonosobo-Kertek
Peruntukan industri sedang dan besar di sepanjang jalur Regional Temanggung – Wonosobo – Banjarnegara yang mencakup wilayah
APBD Provinsi dan APBD Kabupaten
Bappeda Disperindag
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-20
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
Kertek, Wonosobo, dan Selomerto serta Jalur Kertek Kalikajar – Sapuran – Kepil
Peruntukan industri sedang dan besar yang terdapat di wilayah Kertek, Wonosobo, Selomerto, dan Sapuran
Pengembangan sentra-sentra industri kecil di seluruh kecamatan
Kecamatan Garung sebagai sentra pasar hasil bumi
Kawasan agropolitan Rojonoto (Kaliwiro, Sukoharjo, Leksono, dan Selomerto).
Kawasan perdagangan dan jasa sepanjang jalan provin- si Sawangan - Selokromo sebagai pendukung kawa- san agropolitan Rojonoto.
Kawasan Perbatasan Waduk Wadaslintang dengan Kabupaten Kebumen
Kawasan Dataran Tinggi Dieng sebagai kawasan potensi perekonomian di bidang pariwisata
Pengembangan kegiatan ekonomi skala besar
Kawasan perkotaan Wono- sobo dan sekitarnya
Peruntukan industri sedang dan besar di sepanjang jalur
APBD Provinsi dan APBD Kabupaten
Bappeda Disperindag
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-21
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
Regional Temanggung – Wonosobo – Banjarnegara yang mencakup wilayah Kertek, Wonosobo, dan Selomerto serta Jalur Kertek – Sapuran – Kepil dengan lokasi di Kecamatan Sapuran
Peruntukan industri sedang dan besar yang terdapat di wilayah Kertek, Wonosobo, Selomerto, dan Sapuran
Pengembangan sentra-sentra industri kecil di seluruh kecamatan
Kecamatan Garung sebagai sentra pasar hasil bumi
Kawasan agropolitan Rojonoto (Kaliwiro, Sukoharjo, Leksono, dan Selomerto).
Kawasan perdagangan dan jasa sepanjang jalan propinsi Sawangan - Selokromo sebagai pendukung kawasan agropolitan Rojonoto.
Kawasan Perbatasan Waduk Wadaslintang dengan Kabupaten Kebumen
Kawasan Dataran Tinggi Dieng sebagai kawasan potensi perekonomian di
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-22
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
bidang pariwisata
2. Kawasan strategis untuk pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi
Pengembangan kegiatan penunjang maupun turunan dari pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi tinggi
Kawasan Panas Bumi Dieng
PLTA Garung di Kecamatan Garung
PLTA Wadaslintang di Kecamatan Wadaslintang
PLTP Dieng
APBD Provinsi dan APBD Kabupaten
DPU BLH PLN
Pengamanan terhadap kawasan atau melindungi tempat serta ruang di sekitar kawasan pemanfaatan sumber daya alam dan teknologi
Kawasan Panas Bumi Dieng
PLTA Garung di Kecamatan Garung
PLTA Wadaslintang di Kecamatan Wadaslintang
PLTP Dieng
APBD Provinsi dan APBD Kabupaten
DPU BLH
3. Kawasan Strategis Sosial Budaya
pelestarian kawasan strategis sosial budaya
Kawasan Candi Dieng
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan terdapat di Kecamatan Kejajar (kompleks Candi Dieng dan Bagong)
Kawasan Suaka Alam di Kecamatan Kejajar (kompleks Telaga Warna dan Telaga Pengilon)
Kawasan obyek wisata candi Bongkotan (Desa Bojasari Kecamatan Kertek)
Obyek wisata religius
APBD Provinsi dan APBD Kabupaten
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bappeda
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-23
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
Makam Pendiri Kota Wonosobo (Kecamatan Wonosobo)
Situs Kalidadap, Benda dan Bungkaran
Kawasan unggulan wisata di Kabupaten Wonosobo yaitu Kawasan Wisata Dieng yang meliputi obyek wisata Telaga Warna, Telaga Pengilon, Kawasan Candi Dieng, dan Agrowisata Tambi
Peningkatan pemanfaatan kawasan untuk penelitian dan pendidikan
Kawasan Candi Dieng
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan terdapat di Kecamatan Kejajar (kompleks Candi Dieng dan Bagong)
Kawasan Suaka Alam di Kecamatan Kejajar (kompleks Telaga Warna dan Telaga Pengilon)
Kawasan obyek wisata candi Bongkotan (Desa Bojasari Kecamatan Kertek)
Obyek wisata religius Makam Pendiri Kota Wonosobo (Kecamatan Wonosobo)
Situs Kalidadap, Benda dan Bungkaran
Kawasan unggulan wisata di Kabupaten Wonosobo
APBD Provinsi dan APBD Kabupaten
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bappeda
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-24
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
yaitu Kawasan Wisata Dieng yang meliputi obyek wisata Telaga Warna, Telaga Pengilon, Kawasan Candi Dieng, dan Agrowisata Tambi
4. Kawasan Strategis untuk Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan
Pelarangan alih fungsi pada kawasan
Kawasan Dataran Tinggi Dieng dan Kawasan Sindoro Sumbing
Kawasan hutan lindung terutama terdapat di Kecamatan Kejajar, Garung (Dieng), Kertek, Kalikajar, dan Sapuran (Sindoro – Sumbing), Kalibawang, Watumalang, Mojotengah, dan Wonosobo
Kawasan lindung di luar kawasan hutan yang mempunyi fisiografis seperti hutan lindung terdapat di Kecamatan Garung, Kalikajar, Kejajar, Kepil, Mojotengah, Sapuran, Sukoharjo dan Watumalang
Kawasan resapan air terdapat di kawasan lereng kaki pegunungan Sindoro dan Sumbing, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Mojotengah, dan wilayah
APBD Provinsi dan APBD Kabupaten
Bappeda BLH
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-25
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
Kecamatan Wonosobo
Kawasan sekitar mata air yang ada di Kabupaten Wonosobo seperti di mata air Tempurung, Gajah, Mangli, Jogopati, Mudal dan Muncar
Kawasan Suaka Alam di Kecamatan Kejajar (Kompleks Telaga Warna dan Telaga Pengilon)
Kawasan Cagar Alam Pantodomas di Desa Pacekelan
Wilayah perbatasan Kabupaten Wonosobo dengan Kabupaten Kebumen (Kecamatan Kaliwiro), Kabupaten Magelang (Kecamatan Kepil), Kabupaten Banjarnegara (Kecamatan Kejajar dan Watumalang), Kabupaten Temanggung (Kecamatan Kejajar dan Garung), Kabupaten Kendal (Kecamatan Kejajar) yang diarahkan sebagai kawasan lindung yaitu kawasan resapan air dan hutan lindung.
Pemanfaatan untuk pendidikan dan penelitian berbasis lingkungan hidup
Kawasan Dataran Tinggi Dieng dan Kawasan Sindoro Sumbing
APBD Provinsi dan APBD
Bappeda BLH
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-26
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
Kawasan hutan lindung terutama terdapat di Kecamatan Kejajar, Garung (Dieng), Kertek, Kalikajar, dan Sapuran (Sindoro – Sumbing), Kalibawang, Watumalang, Mojotengah, dan Wonosobo
Kawasan lindung di luar kawasan hutan yang mempunyi fisiografis seperti hutan lindung terdapat di Kecamatan Garung, Kalikajar, Kejajar, Kepil, Mojotengah, Sapuran, Sukoharjo dan Watumalang
Kawasan resapan air terdapat di kawasan lereng kaki pegunungan Sindoro dan Sumbing, Kecamatan Kejajar, Kecamatan Mojotengah, dan wilayah Kecamatan Wonosobo
Kawasan sekitar mata air yang ada di Kabupaten Wonosobo seperti di mata air Tempurung, Gajah, Mangli, Jogopati, Mudal dan Muncar
Kawasan Suaka Alam di Kecamatan Kejajar (Kompleks Telaga Warna dan Telaga Pengilon)
Kawasan Cagar Alam
Kabupaten
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VI-27
No. Program Utama Lokasi Besaran Sumber
Dana Instansi
Pelaksana
Waktu Pelaksanaan
PJM-1 PJM-2
PJM-3
PJM-4 1 2 3 4 5
Pantodomas di Desa Pacekelan
Wilayah perbatasan Kabupaten Wonosobo dengan Kabupaten Kebumen (Kecamatan Kaliwiro), Kabupaten Magelang (Kecamatan Kepil), Kabupaten Banjarnegara (Kecamatan Kejajar dan Watumalang), Kabupaten Temanggung (Kecamatan Kejajar dan Garung), Kabupaten Kendal (Kecamatan Kejajar) yang diarahkan sebagai kawasan lindung yaitu kawasan resapan air dan hutan lindung.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-1
7.1 ARAHAN ZONASI
Arahan Zonasi merupakan arahan yang terkait dengan kepentingan perizinan yang
menjadi wewenang kabupaten dengan pola ruang wilayah kabupaten. Yang termasuk dalam
kategori ini adalah arahan peraturan zonasi kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Arahan ini mengkaitkan antara pola pemanfaatan ruang yang ada di Kabupaten Wonosobo
dengan kegiatan yang mungkin diajukan oleh berbagai pihak untuk dimintakan perizinannya.
Ketentuan umum peraturan zonasi terdiri atas:
a. ketentuan peraturan zonasi struktur ruang;
b. ketentuan peraturan zonasi pola ruangya; dan
c. ketentuan peraturan zonasi kawasan strategis
Ketentuan umum dalam penyusunan arahan zonasi level kabupaten sebagai berikut :
7.1.1. Ketentuan Peraturan Zonasi Struktur Ruang
Ketentuan zonasi struktur ruang terdiri atas:
a. ketentuan zonasi sistem pusat kegiatan/pelayanan; dan
b. ketentuan zonasi sistem jaringan prasarana wilayah.
7.1.1.1. Ketentuan Peraturan Zonasi Sistem Pusat Kegiatan/Pelayanan
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem pusat pelayanan terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perkotaan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perdesaan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perkotaan dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang disekitar jaringan prasarana untuk mendukung
berfungsinya sistem perkotaan dan jaringan prasarana;
b. diperbolehkan peningkatan kegiatan perkotaan dengan didukung fasilitas dan
infrastruktur;
c. diperbolehkan dengan syarat pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar tidak
mengganggu fungsi sistem perkotaan dan jaringan prasarana; dan
BAB VII
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-2
d. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap
berfungsinya sistem perkotaan dan jaringan prasarana.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pada sistem perdesaan dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang disekitar jaringan prasarana untuk mendukung
berfungsinya sistem perdesaan dan jaringan prasarana;
b. diperbolehkan peningkatan kegiatan perdesaan dengan didukung fasilitas dan
infrastruktur;
c. diperbolehkan dengan syarat pembatasan intensitas pemanfaatan ruang agar tidak
mengganggu fungsi sistem perdesaan dan jaringan prasarana; dan
d. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruang yang menyebabkan gangguan terhadap
berfungsinya sistem perdesaan dan jaringan prasarana.
7.1.1.2. Ketentuan Peraturan Zonasi Sistem Prasarana Wilayah
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana wilayah terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi;
b. ketentuan umum peraturan zonasi rencana untuk sistem jaringan energi;
c. ketentuan umum peraturan zonasi rencana untuk sistem jaringan telekomunikasi;
d. ketentuan umum peraturan zonasi rencana untuk sistem jaringan sumber daya air;
dan
e. ketentuan umum peraturan zonasi rencana untuk sistem jaringan pengelola
lingkungan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan transportasi dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan pada ruas-ruas jalan utama menyediakan fasilitas yang menjamin
keselamatan, keamanan dan kenyamanan bagi pemakai jalan baik yang
menggunakan kendaraan maupun pejalan kaki sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. diperbolehkan pengguna prasarana transportasi wajib mentaati ketentuan batas
maksimal jenis dan beban kendaraan yang diizinkan pada ruas jalan yang dilalui;
c. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruas-ruas jalan utama sebagai tempat
parkir hanya pada lokasi-lokasi yang sudah ditetapkan oleh instansi yang berwenang
dengan tetap menjaga kelancaran arus lalu lintas; dan
d. tidak diperbolehkan pemanfaatan ruas jalan selain untuk prasarana transportasi yang
dapat mengganggu kelancaran lalu lintas.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan energi terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan listrik; dan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-3
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan bahan bakar minyak.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan listrik dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pengembangan jaringan baru atau penggantian jaringan lama pada
pusat sistem pusat pelayanan dan ruas-ruas jalan utama diarahkan dengan sistem
jaringan bawah tanah;
b. diperbolehkan dengan syarat penempatan gardu pembangkit diarahkan di luar
kawasan perumahan dan terbebas dari resiko keselamatan umum;
c. diperbolehkan dengan syarat penempatan tiang SUTT, SUTM dan SUTR mengikuti
ketentuan terdiri atas:
1. jarak antara tiang dengan tiang pada jaringan umum tidak melebihi 40 (empat
puluh) meter;
2. jarak antara tiang jaringan umum dengan tiang atap atau bagian bangunan tidak
melebihi 30 (tiga puluh) meter;
3. jarak antara tiang atap dengan tiang atap bangunan lainnva (sebanyak-
banyaknya 5 bangunan berderet) tidak melebihi 30 (tiga puluh) meter;
4. jarak bebas antara penghantar udara dengan benda lain yang terdekat misalnya
dahan atau daun, bagian bangunan dan lainnya sekurang-kurangnya berjarak 0,5
(nol koma lima) meter dari penghantar udara tersebut; dan
5. Areal konservasi di sekitar lokasi SUTT yaitu sekitar 20 (dua puluh) meter pada
setiap sisi tiang listrik.
d. diperbolehkan dengan syarat pengembangan kegiatan di sekitar lokasi SUTT.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan bahan bakar minyak dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan bahan bakar
minyak;
b. diperbolehkan dengan syarat pembangunan jaringan BBM harus mengacu pada
rencana pola ruang dan arah pembangunan;
c. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung prasarana tersebut;
d. diperbolehkan peningkatan kualitas jaringan transmisi dan distribusi minyak dan
gas bumi secara optimal dengan pembangunan Depo BBM yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan; dan
e. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di atas jaringan pipa gas.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan telekomunikasi dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan menerapkan untuk memanfaatkan secara bersama pada satu
menara BTS untuk beberapa operator telepon seluler dengan pengelolaan secara
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-4
bersama sesuai peraturan perundang-undangan;
b. diperbolehkan pengembangan jaringan baru atau penggantian jaringan lama pada
pusat sistem pusat pelayanan dan ruas-ruas jalan utama diarahkan dengan sistem
jaringan bawah tanah atau jaringan tanpa kabel.pembangunan jaringan
telekomunikasi harus mengacu pada rencana pola ruang dan arah perkembangan
pembangunan;
c. diperbolehkan dengan syarat penempatan menara telekomunikasi/menara wajib
memperhatikan keamanan, keselamatan, dan estetika lingkungan serta diarahkan
memanfaatkan menara secara terpadu pada lokasi-lokasi yang telah ditentukan;
d. diperbolehkan dengan syarat jarak antar tiang telepon pada jaringan umum tidak
melebihi 40 (empat puluh) meter; dan
e. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di sekitar menara telekomunikasi/menara
dalam radius bahaya keamanan dan keselamatan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan air bersih; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan irigasi.
(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan air bersih dengan ketentuan:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan sumber air minum;
b. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan sumber air untuk kebutuhan air minum
wajib memperhatikan kelestarian lingkungan;
c. diperbolehkan dengan syarat pembangunan dan pemasangan jaringan primer,
sekunder dan sambungan rumah (SR) yang melintasi tanah milik perorangan wajib
dilengkapi pernyataan tidak keberatan dari pemilik tanah;
d. diperbolehkan pembangunan fasilitas pendukung pengolahan air minum yang
diizinkan meliputi kantor pengelola, bak penampungan/reservoir, menara air, bak
pengolahan air dan bangunan untuk sumber energi listrik dengan:
1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) setinggi-tingginya 30% (tiga puluh persen)
2. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) setinggi-tingginya 60% (enam puluh persen)
3. Sempadan bangunan sekurang-kurangnya sama dengan lebar jalan atau sesuai
dengan SK Gubernur dan/atau SK Bupati pada jalur-jalur jalan tertentu.
pembangunan dan pemasangan jaringan primer, sekunder dan sambungan
rumah (SR) yang memanfaatkan bahu jalan wajib dilengkapi izin galian yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang; dan
e. tidak diizinkan pembangunan instalasi pengolahan air minum dibangun langsung
pada sumber air baku;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-5
(9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan irigasi dengan ketentuan:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan irigasi;
b. diperbolehkan mempertegas sistem jaringan yang berfungsi sebagai jaringan primer,
sekunder, tersier maupun kuarter;
c. diperbolehkan dengan syarat pengembangan kawasan terbangun yang di dalamnya
terdapat jaringan irigasi wajib dipertahankan secara fisik maupun fungsional dengan
ketentuan menyediakan sempadan jaringan irigasi sekurang-kurangnya 2 (dua)
meter di kiri dan kanan saluran; dan
d. diperbolehkan dengan syarat pembangunan prasarana pendukung irigasi seperti pos
pantau, pintu air, bangunan bagi dan bangunan air lainnya mengikuti ketentuan
teknis yang berlaku.
(10) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan pengelolaan lingkungan terdiri
atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan persampahan;
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan pengolahan limbah.
(11) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan drainase dengan ketentuan:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan drainase;
b. diperbolehkan dengan syarat pengembangan kawasan terbangun yang didalamnya
terdapat jaringan drainase wajib dipertahankan secara fisik maupun fungsional
dengan ketentuan tidak mengurangi dimensi saluran serta tidak menutup sebagian
atau keseluruhan ruas saluran yang ada
c. diperbolehkan dengan syarat setiap pembangunan wajib menyediakan jaringan
drainase lingkungan dan/atau sumur resapan yang terintegrasi dengan sistem
drainase sekitarnya sesuai ketentuan teknis yang berlaku;
d. tidak diizinkan memanfaatkan saluran drainase untuk pembuangan sampah, air
limbah atau material padat lainnya yang dapat mengurangi kapasitas dan fungsi
saluran; dan
e. tidak diizinkan membangun pada kawasan resapan air dan tangkapan air hujan
(catchment area).
(12) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan persampahan dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan persampahan;
b. bangunan fasilitas pengolahan sampah yang diperbolehkan berupa kantor
pengelola, gudang/garasi kendaraan pengangkut dan alat-alat berat, pos
keamanan, bangunan TPS dan tempat mesin pengolah sampah seperti genset dan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-6
incenerator;
c. diperbolehkan dengan syarat pembangunan fasilitas pengolahan sampah wajib
memperhatikan kelestarian lingkungan, kesehatan masyarakat dan sesuai dengan
ketentuan teknis yang berlaku;
1. KDB setinggi-tingainya 30% (tiga puluh persen);
2. KLB setinggi-tingginya 60% (enam puluh persen);
3. lebar jalan menuju TPS sekurang-kurangnya 8 (delapan) meter;
4. tempat parkir truk sampah sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen); dan
5. sempadan bangunan sekurang-kurangnya sama dengan lebar jalan atau
sesuai dengan SK Gubernur dan/atau SK Bupati pada jalur-jalur jalan tertentu;
dan
6. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan di sekitar wilayah pengelolaan
persampahan.
(13) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan pengolahan limbah dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung jaringan pengolahan
limbah;
b. diperbolehkan sistem pengelolaan air limbah terdiri atas:
1. pengelolaan primer berupa pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-
benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan untuk menghilangkan
minyak dan lemak;
2. pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi;
3. pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja.
c. diperbolehkan dengan syarat setiap kegiatan usaha yang memproduksi air limbah
diwajibkan untuk menyediakan instalasi pengolahan limbah individu dan/atau
komunal sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku meliputi:
1. pengembangan perumahan dengan jumlah lebih dari 30 (tiga puluh) unit;
2. akomodasi wisata dengan jumlah kamar lebih dari 5 (lima) unit;
3. restoran/rumah makan dengan jumlah tempat duduk lebih dari 50 (lima puluh)
unit;
4. kompleks perdagangan dan jasa dengan luas lantai bangunan lebih dari 10.000
(sepuluh ribu) meter persegi;
5. industri kecil/rumah tangga yang menghasilkan air limbah;
6. bengkel yang melayani ganti oli dan tempat cuci kendaraan;
7. usaha konveksi/ garmen yang dalam produksinya menggunakan zat-zat kimia
dan pewarna; dan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-7
8. usaha petemakan yang menghasilkan air limbah dalam skala yang besar.
d. diperbolehkan dengan syarat pembangunan sistem pengelolaan air limbah yang
dimaksud huruf a di atas wajib mengikuti ketentuan teknis terdiri atas:
1. tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air
dipermukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah;
2. tidak mengotori permukaan tanah;
3. menghindari tersebarnva cacing tambang pada permukaan tanah;
4. mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain;
5. tidak menimbulkan bau yang mengganggu;
6. konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat
dan murah; dan
7. jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 (sepuluh) meter.
7.1.2. Ketentuan Peraturan Zonasi Pola Ruang
Ketentuan zonasi struktur ruang terdiri atas:
a. ketentuan zonasi Kawasan Lindung; dan
b. ketentuan zonasi Kawasan Budidaya.
7.1.2.1 Zonasi untuk Kawasan Lindung
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung terdiri atas:
a. Ketentuan umum peraturan zonasi untuk hutan lindung;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya;
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat;
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam, pelestarian alam
dan cagar budaya; dan
e. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk hutan lindung terdiri atas:
a. diperbolehkan pengawasan dan pemantauan untuk pelestarian kawasan hutan
lindung;
b. tidak diperbolehkan melakukan berbagai usaha dan/atau kegiatan kecuali
berbagai usaha dan/atau kegiatan penunjang kawasan lindung yang tidak
mengganggu fungsi alam dan tidak mengubah bentang alam serta ekosistem
alam;
c. diperbolehkan pengembalian fungsi kawasan hutan lindung yang terjadinya alih
akibat fungsi;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-8
d. diperbolehkan pelestarian keanekaragaman hayati dan ekosistem;
e. diperbolehkan pengaturan berbagai usaha dan/atau kegiatan yang tetap dapat
mempertahankan fungsi lindung di kawasan hutan lindung;
f. diperbolehkan pencegahan berbagai usaha dan/atau kegiatan yang mengganggu
fungsi lindung di kawasan hutan lindung;
g. diperbolehkan percepatan rehabilitasi hutan hutan lindung dengan tanaman yang
sesuai dengan fungsi lindung;
h. tidak diperbolehkan penggunaan lahan baru bila tidak menjamin fungsi lindung
terhadap hidrologis, kecuali jenis penggunaan yang sifatnya tidak bisa dialihkan;
i. diperbolehkan penerapan ketentuan-ketentuan untuk mengembalikan fungsi
lindung kawasan yang telah terganggu fungsi lindungnya secara bertahap dan
berkelanjutan sehingga dapat mempertahankan keberadaan kawasan hutan
lindung untuk kepentingan hidrologis; dan
j. diperbolehkan melakukan program pembinaan, penyuluhan kepada masyarakat
dalam upaya pelestarian kawasan lindung dan kawasan rawan bencana.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung yang dikelola oleh
masyarakat; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan resapan air.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung yang dikelola oleh
masyarakat dengan ketentuan:
a. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diperbolehkan
dengan syarat bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi
lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat;
b. diperbolehkan untuk wisata alam dengan syarat tidak mengubah bentang alam;
c. diperbolehkan dengan syarat setiap kegiatan yang dilakukan di dalam kawasan
lindung yang dikelola oleh masyarakat harus mengikuti kaidah-kaidah
perlindungan dan kaidah-kaidah konservasi;
d. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan tanah dalam kawasan lindung yang
dikelola oleh masyarkat hanya dapat dipergunakan untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ekowisata
sepanjang tidak mengganggu fungsi lindung dan bentang alam;
e. tidak diperbolehkan kegiatan-kegiatan budidaya dalam pemanfaatan kawasan
hutan lindung;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-9
f. diperbolehkan dengan syarat penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan
lindung yang dikelola oleh masyarakat harus sesuai dengan fungsi kawasan dan
tidak boleh mengganggu fungsi alam, tidak mengubah bentang alam dan
ekosistem alami; dan
g. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan
perusakan terhadap keutuhan kawasan dan ekosistemnya.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan resapan air dengan ketentuan:
a. diperbolehkan penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun
yang sudah ada;
b. diperbolehkan dengan syarat untuk kegiatan hutan rakyat;
c. diperbolehkan dengan syarat terbatas untuk kegiatan budidaya tidak terbangun
yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;
d. diperbolehkan untuk wisata alam dengan syarat tidak mengubah bentang alam;
e. diperbolehkan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian dengan syarat tidak
mengubah bentang alam;
f. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan
budidaya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan
limpasan air hujan; dan
g. tidak diperbolehkan untuk seluruh jenis kegiatan yang mengganggu fungsi
resapan air.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perlindungan setempat terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan sungai;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar mata air;
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan waduk; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan ruang terbuka hijau kawasan
perkotaan.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan sungai dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
b. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan dibatasi hanya untuk
menunjang fungsi taman rekreasi;
c. tidak diperbolehkan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan
untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
d. diperbolehkan dengan syarat enetapan lebar sempadan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-10
e. diperbolehkan dengan syarat sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan
ditetapkan sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki
tanggul;
f. diperbolehkan dengan syarat sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan
ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang kaki
tanggul;
g. diperbolehkan dengan syarat sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan
terdiri atas:
1. pada sungai besar berupa sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai
seluas 500 (lima ratus) kilometer persegi atau lebih dilakukan ruas per ruas
dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang
bersangkutan;
2. pada sungai besar meliputi Sungai Serayu dan anak sungainya, Sungai
Bogowonto dan anak sungainya ditetapkan sekurang-kurangnya 100
(seratus) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; dan
3. pada sungai kecil ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter
dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
h. diperbolehkan dengan syarat sungai tidak bertanggul di dalam kawasan
perkotaan terdiri atas:
1. pada sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis
sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari
tepi sungai pada waktu ditetapkan;
2. pada sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai
dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-
kurangnya 15 (lima belas) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; dan
3. pada sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua
puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh)
meter dihitung dari tepi sungai pada waktu yang ditetapkan.
i. diperbolehkan dengan syarat garis sempadan sungai tidak bertanggul yang
berbatasan dengan jalan adalah mengikuti ketentuan garis sempadan bangunan,
dengan ketentuan konstruksi dan penggunaan jalan harus menjamin bagi
kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan sungai;
j. diperbolehkan dengan syarat kepemilikan lahan yang berbatasan dengan sungai
diwajibkan menyediakan ruang terbuka publik minimal 3 (tiga) meter sepanjang
sungai untuk jalan inspeksi dan/atau taman;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-11
k. tidak diperbolehkan seluruh kegiatan dan bangunan pada kawasan sempadan
sungai; dan
l. tidak diperbolehkan seluruh kegiatan dan bangunan yang mengancam kerusakan
dan menurunkan kualitas sungai.
(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sekitar mata air dengan ketentuan:
a. diperbolehkan dengan syarat kegiatan preservasi dan konservasi seperti reboisasi
lahan;
b. diperbolehkan untuk kegiatan pariwisata dan budidaya lain dengan syarat tidak
menyebabkan kerusakan kualitas air;
c. radius mata air adalah 200 (dua ratus) meter (di luar kawasan permukiman) dan
minimum 25 (dua puluh lima) meter (di dalam kawasan permukiman);
d. diperbolehkan pemulihan vegetasi di sekitar radius mata air;
e. tidak diperbolehkan seluruh jenis kegiatan yang menyebabkan pencemaran
kualitas air, kondisi fisik kawasan, dan daerah tangkapan air;
f. tidak diperbolehkan seluruh kegiatan yang mengganggu bentang alam, kesuburan
dan keawetan tanah, fungsi hidrologi, kelestarian flora dan fauna serta fungsi
lingkungan hidup; dan
g. tidak diperbolehkan pemanfaatan hasil tegakan.
(9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan sempadan waduk dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hiaju;
b. diperbolehkan dengan syarat radius waduk terhadap bangunan berjarak minimal
50-100 (lima puluh sampai dengan seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke
arah darat;
c. tidak diperbolehkan kegiatan pembangunan bangunan fisik atau penanaman
tanaman semusim yang mempercepat proses pendangkalan waduk; dan
d. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan permukiman atau kegiatan lain yang
dapat mengganggu kelestarian daya tampung waduk pada kawasan
sempadannya termasuk daerah pasang surutnya.
(10) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan ruang terbuka hijau untuk kawasan
perkotaan dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;
b. diperbolehkan penerapan konsep taman kota pada lokasi yang potensial di
seluruh kabupaten untuk menjaga kualitas ruang dan estetika lingkungan;
c. diperbolehkan dengan syarat seluruh kegiatan untuk menambah RTH agar
mencapai 30% (tiga puluh persen);
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-12
d. diperbolehkan dengan syarat pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan
penunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya;
e. diperbolehkan dengan syarat rencana pengelolaan RTH sepanjang perbatasan
wilayah kabupaten adalah minimum 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan garis
batas wilayah, kecuali pada kawasan perbatasan yang sudah padat bangunan-
bangunan mengacu pada rencana pola ruang;
f. diperbolehkan dengan syarat rencana pengelolaan ruang terbuka/ruang bebas
sepanjang jalur instalasi listrik tegangan tinggi mengacu pada ketentuan yang
berlaku; dan pemanfaatan ruang terbuka non hijau diprioritaskan pada fungsi
utama kawasan dan kelestarian lingkungan yang sekaligus berfungsi sebagai
tempat evakuasi bencana;
g. tidak diperbolehkan seluruh kegiatan yang bersifat alih fungsi RTH; dan
h. diperbolehkan pengawasan ketat dari pemerintah terkait kegiatan budidaya yang
mempengaruhi fungsi RTH atau menyebabkan alih fungsi RTH.
(11) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan suaka alam, pelestarian alam dan
cagar budaya terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk Taman Wisata; dan
b. ketentuan umum peraturan zonasi cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
(12) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk untuk Taman Wisata dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pengelolaan taman wisata alam disesuaikan dengan tujuan
perlindungan kawasan suaka alam untuk melindungi flora dan fauna yang khas,
bagi kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pengembangan obyek
dan daya tarik wisata;
b. diperbolehkan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian dengan syarat tidak
mengubah bentang alam;
c. tidak diperbolehkan kegiatan budidaya lainnya yang dapat mengganggu fungsi
lindung dari kawasan tersebut; dan
d. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan
perusakan terhadap keutuhan kawasan dan ekosistem.
(13) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pengamanan dan menjaga pelestarian dari berbagai bentuk
ancaman baik oleh kegiatan manusia maupun alam;
b. diperbolehkan pemerintah daerah mengumumkan kepada seluruh pelaku
pembangunan tentang lokasi dan luas kawasan cagar budaya dan ilmu
pengetahuan;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-13
c. diperbolehkan untuk kegiatan pendidikan dan penelitian dengan syarat tidak
merusak ekosistem; dan
d. tidak diperbolehkan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan dan
perusakan terhadap keutuhan kawasan dan ekosistem.
(14) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan rawan bencana alam dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan mempertahankan kawasan aman dari bencana sebagai tempat
evakuasi;
b. diperbolehkan menyiapkan jalur evakuasi pada kawasan rawan bencana alam;
c. diperbolehkan pengembangan sistem informasi deteksi dini bencana alam;
d. diperbolehkan dengan syarat pengendalian kegiatan budidaya yang berada pada
kawasan rawan bencana alam;
e. diperbolehkan dengan syarat pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan
karakteristik, jenis dan ancaman bencana;
f. diperbolehkan dengan syarat membatasi pengembangan kawasan terbangun pada
kawasan rawan bencana alam;
g. diperbolehkan aktivitas budidaya dengan syarat teknis rekayasa teknologi yang
sesuai dengan karakteristik bencananya selain di kawasan perlindungan mutlak;
dan
h. tidak diperbolehkan aktivitas permukiman dan pembangunan prasarana utama di
kawasan rawan benacan di zona perlindungan mutlak.
7.1.2.2 Ketentuan Peraturan Zonasi Kawasan Budidaya
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan hutan produksi dan
hutan rakyat;
b. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan pertanian;
c. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan kegiatan perikanan;
d. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan industri;
e. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan pariwisata;
f. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan kegiatan
pertambangan;
g. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan permukiman; dan
h. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan lainnya.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan peruntukan hutan produksi dan
hutan rakyat dengan ketentuan:
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-14
a. diperbolehkan pengembangan kegiatan diarahkan pada lahan-lahan yang memiliki
potensi/kesesuaian lahan untuk pengembangan hutan produksi dan hutan rakyat
secara optimal dengan tetap mempertahankan azaz kelestarian sumberdaya
lahan;
b. diperbolehkan peningkatan produktivitas hutan produksi dan hutan rakyat dengan
prioritas arahan pengembangan per jenis komoditi berdasarkan produktivitas
lahan, akumulasi produksi, dan kondisi penggunaan lahan;
c. diperbolehkan dengan syarat aktivitas pengembangan hutan secara lestari;
d. diperbolehkan dengan syarat aktivitas reboisasi atau penghijauan dan rehabilitasi
hutan;
e. diperbolehkan dengan syarat terbatas pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga
kestabilan neraca sumber daya kehutanan;
f. diperbolehkan dengan syarat secara terbatas pendirian bangunan hanya untuk
menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan; dan
g. tidak diperbolehkan aktivitas pengembangan budidaya lainnya yang mengurangi
luas hutan.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertanian tanaman pangan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan hortikultura;
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perkebunan; dan
d. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peternakan.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertanian tanaman pangan dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan peningkatan produktivitas pertanian tanaman pangan;
b. diperbolehkan pengembangan pertanian tanaman pangan yang berbentuk
kelompok tani;
c. diperbolehkan pengembangan kegiatan agropolitan;
d. diperbolehkan pemeliharaan dan peningkatan prasarana pengairan pada lahan-
lahan sawah;
e. diperbolehkan dengan syarat aktivitas pendukung pertanian tanaman pangan;
f. diperbolehkan dengan syarat mendirikan rumah tunggal dengan syarat tidak
mengganggu fungsi pertanian dengan intensitas bangunan berkepadatan rendah;
g. tidak diperbolehkan alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan untuk kegiatan
budidaya lainnya;
h. tidak diperbolehkan aktivitas budidaya yang mengurangi luas kawasan sawah
beririgasi; dan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-15
i. tidak diperbolehkan mendirikan bangunan pada kawasan sawah irigasi yang
terkena saluran irigasi.
(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pertanian hortikultura
dengan ketentuan:
a. diperbolehkanpengembangan agroindustri dan agrowisata serta penyiapan sarana-
prasarana pendukung;
b. diperbolehkanpeningkatan produktivitas pertanian hortikultura;
c. diperbolehkan pengembangan produksi komoditas andalan/ unggulan daerah;
d. diperbolehkan dengan syarat aktivitas pendukung pertanian tanaman pangan; dan
e. diperbolehkan dengan syarat meminimalkan alih fungsi lahan hortikultura yang
mempunyai tingkat sangat sesuai.
(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan perkebunan dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan dengan syarat aktivitas pendukung pertanian perkebunan;
b. diperbolehkan pengembangan luas areal pada lahan-lahan yang memiliki potensi/
kesesuaian lahan sebagai lahan perkebunan;
c. diperbolehkan pengembangan produksi komoditas andalan/ unggulan daerah;
d. diperbolehkan peningkatan produktivitas perkebunan;
e. diperbolehkan diversifikasi komoditas perkebunan;
f. diperbolehkan dengan syarat mendirikan perumahan dengan syarat tidak
mengganggu fungsi perkebunan;
g. diperbolehkan dengan syarat meminimalkan alih fungsi lahan perkebunan yang
mempunyai tingkat sangat sesuai; dan
h. tidak diperbolehkan aktivitas budidaya yang mengurangi atau merusak fungsi lahan
dan kualitas tanah untuk perkebunan.
(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan kegiatan peternakan
dengan ketentuan:
a. diperbolehkan mendirikan bangunan untuk mendukung sarana peternakan;
b. diperbolehkan pengembangan peternakan secara individual maupun peternakan
bebas;
c. diperbolehkan penyediaan suplai bahan makanan ternak;
d. diperbolehkan dengan syarat mengembangkan aktivitas budidaya produktif lain di
luar zona penyangga peruntukan peternakan;
e. diperbolehkan pengendalian limbah ternak melalui sistem pengelolaan limbah
terpadu; dan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-16
f. diperbolehkan dengan syarat pembatasan pembangunan perumahan baru sekitar
kawasan peruntukan peternakan.
(8) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan kegiatan perikanan
dengan ketentuan: tidak diperbolehkan segala aktivitas budidaya yang akan
mengganggu kualitas air sungai dan waduk untuk perikanan darat.
(9) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan industri dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan
kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan sumber daya
manusia di wilayah sekitarnya;
b. diperbolehkan penyediaan ruang untuk zona penyangga berupa sabuk hijau dan
RTH;
c. diperbolehkan penyelenggaraan perumahan karyawan, fasilitas umum skala lokal
sebagai pendukung kegiatan industri;
d. diperbolehkan penyelenggaraan IPAL;
e. diperbolehkan dengan syarat mengembangkan aktivitas pendukung kegiatan
industri;
f. diperbolehkan dengan syarat mengembangkan aktivitas perumahan skala kecil di
luar zona penyangga peruntukan industri dengan intensitas bangunan
berkepadatan sedang; dan
g. diperbolehkan dengan syarat pembatasan pembangunan perumahan baru sekitar
kawasan peruntukan industri.
(10) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan pengembangan kawasan pariwisata harus tetap memperhatikan
kelestarian ekosistem lingkungan;
b. diperbolehkan pengembangan kawasan pariwisata harus tetap memperhatikan
kelestarian fungsi lindung;
c. diperbolehkan peningkatan kualitas pariwisata agar terwujud ”pariwisata berkualitas”;
d. diperbolehkan pengembangan kawasan pariwisata didukung oleh pengembangan
kawasan penunjang pariwisata serta obyek dan daya tarik wisata;
e. diperbolehkan dengan syarat pengembangan obyek dan daya tarik wisata dengan
tetap memperhatikan fungsi konservasi kawasan;
f. diperbolehkan pengembangan kawasan agrowisata untuk memberikan keberagaman
obyek wisata di daerah, dengan fasilitas pendukung dan akomodasi seluas-
luasnya 2,5% (dua koma lima persen) dari total pengelolaan lahan agrowisata; dan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-17
g. diperbolehkan optimalisasi pemanfaatan lahan-lahan tidur yang sementara tidak
diusahakan;
h. diperbolehkan perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan massa
lampau;
i. diperbolehkan dengan syarat pengembangan aktivitas komersial sesuai dengan
skala daya tarik pariwisatanya;
j. diperbolehkan dengan syarat secara terbatas pengembangan aktivitas perumahan
dan permukiman dengan syarat di luar zona utama pariwisata dan tidak
mengganggu bentang alam daya tarik pariwisata;
k. diperbolehkan dengan syarat pembatasan pendirian bangunan hanya untuk
menunjang pariwisata; dan
l. diperbolehkan mengendalikan pertumbuhan sarana dan prasarana pariwisata.
(11) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan kegiatan pertambangan
dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pengawasan secara ketat terhadap kegiatan pertambangan dan
pengeboran air bawah tanah untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan;
b. diperbolehkan wajib melaksanakan reklamasi pada lahan-lahan bekas galian;
c. diperbolehkan dengan syarat pembatasan dan pengendalian terhadap pemanfaatan
dan pengambilan air tanah;
d. diwajibkan melengkapi perizinan sesuai ketentuan yang berlaku; dan
e. dilakukan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan hidup dan berkelanjutan.
(12) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan permukiman dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan mengembangkan perdagangan jasa dengan syarat sesuai dengan
skalanya;
b. diperbolehkan dengan syarat pengembangan fasilitas umum dan fasilitas sosial
sesuai dengann skalanya;
c. diperbolehkan dengan syarat pengembangan pada lahan yang sesuai dengan
kriteria fisik meliputi:
a. kemiringan lereng;
b. ketersediaan dan mutu sumber air bersih; dan
c. bebas dari potensi banjir/ genangan.
d. diperbolehkan prioritas pengembangan pada permukiman hirarki rendah dengan
peningkatan pelayanan fasilitas permukiman;
e. diperbolehkan pengembangan permukiman ditunjang dengan pengembangan
fasilitas pendukung unit permukiman seperti: fasilitas perdagangan dan jasa,
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-18
hiburan, pemerintahan, pelayanan sosial (pendidikan, kesehatan, dan
peribadatan);
f. diperbolehkan pengembangan kegiatan industri kecil dan menengah (IKM) pada
kawasan peruntukan permukiman dengan syarat tidak menimbulkan polusi;
g. diperbolehkan optimalisasi pemanfaatan lahan-lahan tidur yang sementara tidak
diusahakan; dan
h. diperbolehkan pembatasan perkembangan kawasan terbangun yang berada atau
berbatasan dengan kawasan lindung.
(13) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan lainnya terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan keamanan;
b. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perdagangan dan jasa; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pemerintahan.
(14) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan pertahanan keamanan dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan pengembangan aktivitas pertahanan dan kemanan;
b. diperbolehkan dengan syarat pengembangan fasilitas umum dan fasilitas sosial
sebagai pendukung kegiatan pertahanan keamanan;
c. diperbolehkan dengan syarat pembatasan pendirian bangunan hanya untuk
menunjang pertahanan kemanan; dan
d. tidak diperbolehkan segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu aktivitas
pertahanan keamanan.
(15) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan perdagangan dan jasa dengan
ketentuan:
a. diperbolehkan pengembangan aktivitas perdagangan dan jasa;
b. diperbolehkan dengan syarat mengembangkan aktivitas budidaya produktif lainnya
sebagai pendukung aktivitas perdagangan dan jasa;
c. diperbolehkan pengembangan aktivitas budidaya lainnya dengan tidak
mengganggu aktivitas perdagangan dan jasa; dan
d. tidak diperbolehkan segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu aktivitas
perdagangan dan jasa.
(16) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan dengan ketentuan:
a. diperbolehkan dengan syarat pemindahan kantor pemerintahan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
b. diperbolehkan dengan syarat mengembangkan aktivitas budidaya produktif lainnya
sebagai pendukung aktivitas pemerintahan;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-19
c. dibolehkan pengembangan aktivitas budidaya lainnya dengan tidak mengganggu
aktivitas pemerintahan; dan
d. tidak diperbolehkan segala aktivitas budidaya yang akan mengganggu aktivitas
pemerintahan.
7.1.3. Ketentuan Peraturan Zonasi Kawasan Strategis
(1) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan strategis terdiri atas:
a. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan
pertumbuhan ekonomi;
b. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan
sosial budaya; dan
c. ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai fungsi dan daya
dukung lingkungan.
(2) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan
pertumbuhan ekonomi dengan ketentuan:
a. diperbolehkan kawasan penunjang ekonomi ditunjang sarana dan prasarana yang
memadai;
b. diperbolehkan dengan syarat pada setiap bagian dari kawasan strategis ekonomi
harus diupayakan untuk mengefisienkan perubahan fungsi ruang;
c. diperbolehkan dialokasikan ruang atau zona secara khusus dan harus dilengkapi
dengan ruang terbuka hijau untuk memberikan kesegaran ditengah kegiatan yang
intensitasnya tinggi serta zona tersebut harus tetap dipertahankan;
d. diperbolehkan dengan syarat perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu
pada ruang terbuka boleh dilakukan sepanjang masih dalam batas ambang
penyediaan ruang terbuka;
e. diperbolehkan zona yang dinilai penting untuk mendukung aktivitas kawasan
strategis pertumbuhan ekonomi tidak boleh dilakukan perubahan fungsi.
(3) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai kepentingan sosial
budaya dengan ketentuan:
a. diperbolehkan dengan syarat pada radius tertentu harus dilindungi dari perubahan
fungsi yang tidak mendukung kawasan strategis sosial budaya;
b. diperbolehkan ditambahkan fungsi penunjang tanpa menghilangkan identitas dan
karakter kawasan;
c. diperbolehkan dengan syarat dibatasi pengembangan kegiatan budidaya di
sekitar kawasan strategis sosial budaya;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-20
d. tidak diperbolehkan perubahan dalam bentuk peningkatan kegiatan atau
perubahan ruang disekitarnya yang dimungkinkan dapat mengganggu fungsi
dasarnya; dan
e. tidak diperbolehkan penambahan fungsi tertentu yang bertentangan pada suatu
zona ini.
(4) Ketentuan umum peraturan zonasi pada kawasan strategis sesuai fungsi dan daya
dukung lingkungan;
a. diperbolehkan pada kawasan yang telah ditetapkan memiliki fungsi lingkungan dan
terdapat kerusakan harus dilakukan pengembalian ke rona awal;
b. diperbolehkan pembuatan sumur resapan pada kawasan yang didalamnya terdapat
zona peresapan air; dan
c. diperbolehkan percepatan rehabilitasi untuk menunjang kelestarian dan mencegah
kerusakan dalam jangka panjang.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-21
TABEL 7.1 ARAHAN ZONASI PEMANFAATAN RUANG KABUPATEN WONOSOBO
Zona berdasarkan Pola Ruang Wilayah
Kabupaten Deskripsi
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
A. Kawasan Lindung
A.1. Kawasan Hutan Lindung
Kawasan Hutan Lindung Adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan-kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah.
- Hanya boleh dipergunakan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ekowisata sepanjang tidak mengganggu fungsi lindung dan bentang alam;
- Dilarang untuk kegiatan yang mengubah bentang alam dan ekosistem alami;
- pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat.
Kawasan hutan lindung yang dikelola masyarakat
Kawasan lindung yang dikelola oleh masyarakat adalah lahan masyarakat yang mempunyai kriteria fisiografis seperti hutan lindung yang perlu dioptimalkan fungsinya untuk kepentingan konservasi dan sistem kehidupan. Kriteria fisiografis adalah bentuk permukaan bumi, jenis tanah, kelas lereng, curah hujan dan tipe iklim yang berpengaruh terhadap kelangsungan ekosistem.
- Hanya boleh dipergunakan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ekowisata sepanjang tidak mengganggu fungsi lindung dan bentang alam;
- Dilarang untuk kegiatan yang mengubah bentang alam dan ekosistem alami;
- pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat.
A.2. Kawasan yang memberikan Perlindungan Kawasan Bawahnya
Kawasan resapan air Kawasan Resapan Air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga
- Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budidaya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-22
Zona berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang berguna sebagai sumber air.
- Penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada.
A.3. Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan sempadan sungai Kawasan Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
- Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; - Dilarang mendirikan bangunan kecuali bangunan
yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan air dan/atau pemanfaatan air;
- Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi;
- Penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kawasan sempadan waduk Kawasan sempadan waduk adalah kawasan disekeliling waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk.
- Dilarang melakukan kegiatan pembangunan bangunan fisik atau penanaman tanaman semusim yang mempercepat proses pendangkalan waduk
- Tidak diperbolehkan mendirikan bangunan permukiman atau kegiatan lain yang dapat mengganggu kelestarian daya tampung waduk pada kawasan sempadannya termasuk daerah pasang surutnya
Kawasan sempadan mata air Kawasan sekitar mata air adalah kawsan disekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air.
- Dapat dikembangkan sebagai ruang terbuka hijau maupun berupa taman yang bersifat pasif
- Dapat dikembangkan sebagai kawasan pertanian dengan tetap mermpertahankan kelestarian dan keberlangsungan mata air.
- Tidak boleh dikembangkan sebagai kawasan terbangun.
A.4. Kawasan Pelestarian alam, suaka margasatwa dan cagar budaya
Kawasan Cagar Alam Kawasan cagar alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di daratan maupun di perairan
- Dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreaasi, ruang terbuka baik aktif maupun pasif.
- Tidak boleh dikembangkan untuk kegiatan
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-23
Zona berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang berlangsung secara alami.
budidaya terutama kawasan terbangun.
Kawasan Taman Wisata alam Kawasan taman wisata alam adalah kawasan yang ditunjuk memiliki keadaan yang menarik dan indah baik secara alamiah maupun bantuan manusia .
- Dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreaasi, ruang terbuka baik aktif maupun pasif.
- Tidak boleh dikembangkan untuk kegiatan budidaya terutama kawasan terbangun.
Cagar budaya dan ilmu pengetahuan
Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan adalah kawasan yang mempunyai nilai penting adalah kawasan yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan
- Dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreasi, ruang terbuka baik aktif maupun pasif.
- Tidak boleh dikembangkan untuk kegiatan budidaya terutama kawasan terbangun.
A.5. Kawasan Rawan Bencana Alam - Kawasan rawan banjir adalah suatu keadaan akibat kelebihan debit air yang tidak mencukupi di aliran sungai, dan mengakibatkan adanya kerusakan mikro di daerah dataran
- Kawasan rawan tanah longsor merupakan zone yang labil terhadap gerakan tanah karena faktor kelerangan, struktur tanah, air tanah, vegetasi penutup dan daerah patahan
- Kawasan rawan angin topan adalah kawasan yang dilewati hembusan angin yang memiliki
- Membatasi pengembangan kawasan terbangun pada kawasan rawan bencana alam;
- Pengendalian kegiatan budidaya yang berdaa pada kawasan rawan bencana alam;
- Pengembangan sistem informasi deteksi dini bencana alam;
- Menyiapkan jalur evakuasi pada kawasan rawan bencana alam; serta
- Mempertahankan kawasan aman dari bencana sebagai tempat evakuasi.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-24
Zona berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
kecepatan tinggi sehingga dapat merusak lingkungan sekitar seperti tumbuh-tumbuhan dan permukiman
A.6. Kawasan lindung lainnya
Kawasan perlindungan plasma nutfah
Daerah perlindungan plasma nutfah adalah kawasan yang memiliki jenis plasma nutfah tertentu yang belum terdapat di kawasan konservasi yang telah ditetapkan.
- Dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreaasi, ruang terbuka baik aktif maupun pasif.
- Tidak boleh dikembangkan untuk kegiatan budidaya terutama kawasan terbangun.
B. Kawasan Budidaya
B.1. Kawasan peruntukan Hutan Produksi
Kawasan Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan. Kawasan hutan produksi terbatas adalah kawasan hutan produksi dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang dihitung dengan metode skoring mempunyai jumlah nilai antara 125-174. Kawasan hutan produksi tetap adalah kawasan hutan produksi dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan itensitas hujan yang dihitung dengan metode skoring mempunyai jumlah nilai dibawah 125.
- Dapat dikembangkan sebagai kawasan peruntukan industri namun hanya untuk industri sedang dan kecil yang non polutan dengan tetap mempertahankan kelestarian kawasan hutan.
- Dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreaasi, ruang terbuka baik aktif maupun pasif.
- Tidak boleh dikembangkan untuk kegiatan budidaya terutama kawasan terbangun.
B.2. Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan basah adalah kawasan yang dapat
- Pemantapan lahan sawah yang beririgasi teknis di seluruh kecamatan;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-25
Zona berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
diperuntukkan bagi usaha pertanian dalam arti luas (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan) dengan kata lain lahan basah dapat diartikan pengairan yang diperoleh secara alamiah maupun teknis
- Peningkatan produktivitas pertanian lahan basah; - Pemeliharaan dan peningkatan prasarana
pengairan pada lahan-lahan sawah yang sebagian telah beralih fungsi
- Mencegah dan membatasi alih fungsi lahan pertanian sawah produktif untuk kegiatan budidaya lainnya.
Kawasan pertanian lahan kering Kawasan pertanian lahan kering adalah kawasan yang dapat diperuntukkan bagi budidaya pertanian dalam arti luas juga, namun ada keterbatasan khususnya mengenai ketersediaan air, sehingga komoditi yang diusahakan juga dipilih yang sesuai dengan kemampuan lahannya
- Pengembangan kegiatan diarahkan pada lahan-lahan yang memiliki potensi/ kesesuaian lahan pertanian tanaman pertanian lahan kering secara optimal;
- Pengembangan produksi komoditas andalan/ unggulan daerah
- Peningkatan produktivitas tanaman lahan kering - Peningkatan produktivitas pertanian lahan
hortikultura; - Pemeliharaan dan peningkatan prasarana
pengairan pada lahan-lahan pertanian yang sebagian telah beralih fungsi Mencegah dan membatasi alih fungsi lahan pertanian sawah produktif untuk kegiatan budidaya lainnya.
B.3. Kawasan peruntukan perkebunan Kawasan Budidaya Perkebunan adalah areal/ bidang tanah yang diusahakan untuk tempat budidaya tanaman keras dengan tanaman sejenis, sistem pengambilan hasilnya bukan dengan cara menebang pohon.
- Pengembangan agroindustri dan agrowisata serta penyiapan sarana-prasarana pendukung
- Pengembangan luas areal pada lahan-lahan yang memiliki potensi/ kesesuaian lahan sebagai lahan perkebunan
- Pengembangan produksi komoditas andalan/ unggulan daerah;
- Meminimalkan alih fungsi lahan perkebunan yang mempunyai tingkat sangat sesuai.
B.4. Kjawasan peruntukan perikanan Kawasan Perikanan adalah kawasan - Meningkatkan sarana dan prasarana perikanan;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-26
Zona berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
yang diperuntukkan bagi usaha pengembangan perikanan
- Pengembangan budidaya perikanan melalui budidaya di sawah dan di kolam air;
- Dapat dikembangkan kegiatan pariwisata
B.5. Kawasan peruntukan peternakan Kawasan Peternakan adalah kawasan untuk usaha pengembangan peternakan
- Dapat dikembangkan sebagai kawasan peruntukan industri namun hanya untuk industri sedang dan kecil yang non polutan dengan tetap mempertahankan fungsi kawasan peternakan.
- Dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreaasi, ruang terbuka baik aktif maupun pasif.
B.6. Kawasan peruntukan pertambangan Kawasan Pertambangan adalah kawasan yang diarahkan agar kegiatan pertambangan dapat berlangsung secara efisien dan produktif tidak menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan
- Wajib melaksanakan reklamasi pada lahan-lahan bekas galian;
- Pengawasan secara ketat terhadap kegiatan pertambangan dan pengeboran air bawah tanah untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan;
- Pembatasan dan pengendalian terhadap pemanfaatan dan pengambilan air tanah
B.7. Kawasan peruntukan industri Kawasan Peruntukan industri adalah bentangan lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan industri berdasarkan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
- Pemanfaatan ruang untuk kegiatan industri baik yang sesuai dengan kemampuan penggunaan teknologi, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di wilayah sekitarnya
- Pembatasan pembangunan perumahan baru sekitar kawasan peruntukan industrI
B.8. Kawasan peruntukan pariwisata Kawasan Peruntukan Pariwisata adalah kawasan dengan luasan tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata
- Pengembangan harus tetap memperhatikan kelestarian ekosistem lingkungan;
- Pengembangan harus tetap memperhatikan kelestarian fungsi lindung;
- Mengendalikan pertumbuhan sarana dan prasarana pariwisata;
- Pengembangan obyek dan daya tarik wisata dengan tetap memperhatikan fungsi konservasi kawasan;
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-27
Zona berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
- Optimalisasi pemanfaatan lahan-lahan tidur yang sementara tidak diusahakan.
B.9. Kawasan peruntukan permukiman Kawasan Pemukiman adalah kawasan yang diperuntukkan bagi pemukiman atau dengan kata lain untuk menampung penduduk yang ada sebagai tempat hunian dengan fasilitas sosialnya
- Membatasi tumbuhnya kegiatan komersial pada kawasan perumahan perkotaan
- Pembatasan perkembangan kawasan terbangun yang berada atau berbatasan dengan kawasan lindung;
- dapat dikembangkan kegiatan industri kecil dan menengah (IKM) yang tidak menimbulkan polusi
- Optimalisasi pemanfaatan lahan-lahan tidur yang sementara tidak diusahakan.
C. Kawasan sekitar sistem Prasarana Nasional dan Wilayah Kabupaten
C.1. Sekitar prasarana transportasi - Dapat dikembangkan sebagai kawasan peruntukan industri namun hanya untuk industri sedang dan kecil yang non polutan dengan tetap mempertahankan fungsi kawasan peternakan.
- Dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreaasi, ruang terbuka baik aktif maupun pasif.
- Dapat dikembangkan sebagai kawasan budidaya baik terbangun maupun tidak terbangun dengan tetap memperhatikan fungsi jalan.
C.2. Sekitar prasarana sumber daya air - Dapat dikembangkan sebagai kawasan peruntukan industri namun hanya untuk industri sedang dan kecil yang non polutan dengan tetap mempertahankan fungsi kawasan peternakan.
- Dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreaasi, ruang terbuka baik aktif maupun pasif.
- Dapat dikembangkan sebagai kawasan budidaya baik terbangun maupun tidak terbangun dengan tetap memperhatikan fungsi jaringan
C.3. Sekitar prasarana energi - Dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreaasi,
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-28
Zona berdasarkan Pola Ruang Wilayah Kabupaten
Deskripsi Ketentuan Umum Peraturan Zonasi
Ketentuan Umum Kegiatan Keterangan
ruang terbuka baik aktif maupun pasif. - Dapat dikembangkan sebagai kawasan budidaya
tridak terbangun dengan tetap memperhatikan fungsi jaringan.
C.4. Sekitar prasrana telekomunikasi - Dapat dikembangkan untuk kegiatan rekreaasi, ruang terbuka baik aktif maupun pasif.
- Dapat dikembangkan sebagai kawasan budidaya tridak terbangun dengan tetap memperhatikan fungsi jaringan.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-29
7.2 PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG
Mengingat banyaknya pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan RTRW Kebupaten
Wonosobo, maka diperlukan kegiatan pemantauan dan pengendalian pemanfaatan ruang
agar pelaksanaan RTRW Kabupaten Wonosobo dapat berjalan sesuai dengan yang telah
direncanakan.
7.2.1 Pengawasan Pemanfaatan Ruang
1. Pemantauan
Dalam rangka penataan ruang perlu dikembangkan sistem pemantauan terhadap
perubahan-perubahan dan perkembangan yang terjadi di lapangan berkenaan
dengan penataan ruang. Pemantauan dilakukan oleh instansi yang berwenang dan
dilakukan sekurang-kurangnyasekali dalam setahun. Instansi yang berwenang
dalam hal ini adalah Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD).
2. Evaluasi
Berdasarkan hasil pemantauan dan pelaporan, maka setiap tahun diadakan
evaluasi rutin dan setiap lima tahun diadakan evaluasi periodik. Apabila
berdasarkan hasil evaluasi ternyata terdapat penyimpangan yang mendasar
terhadap struktur tata ruang wilayah, maka berdasarkan hasil evaluasi periodik
dapat diadakan revisi/ penyesuaian rencana tata ruang sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
3. Pelaporan
Hasil kegiatan pemantauan harus disusun dalam bentuk laporan maupun
pembaruan data dan informasi pada rencana tata ruang yang telah ditetapkan yang
dapat dilakukansecara rutin dan periodik maupun dalam waktu-waktu tertentu yang
dipandang perlu. Pelaporan dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
tahun oleh instansi yang berwenang.
4. Penertiban
Penertiban pemanfaatan ruang adalah usaha untuk mengambil tindakan agar
pemanfaatan ruang yang direncanakan dapat terwujud. Tindakan penertiban
pemanfaatan ruang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui
pemeriksaan dan penyelidikan atas semua pelanggaran/ penyimpangan dalam
pemanfaatan ruang yang dilakukan terhadap pemanfaatan ruang yang tidak sesuai
dengan rencana tata ruang.
Kegiatan penertiban berkenaan dengan penyimpangan terhadap rencana tata
ruang dapat dilakukan secara langsung melalui mekanisme penegakan hukum,
maupun dapat dilakukan secara langsung melalui pemberlakuan sanksi dis-insentif.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-30
Sanksi secara langsung dibagi dalam dua jenis:
Sanksi administrasi dan pembatalan kebijakan daerah yang dilaksanakan
oleh Bupati ditugaskan kepada Biro hukum dan Badan Pengawas Daerah
atas laporan BKPRD.
Sanksi pidana dan perdata diproses lebih lanjut oleh kepolisian dan
kejaksaan atas laporan BKPRD berdasarkan undang-undang pidana dan
perdata yang berlaku.
Sanksi dis-insentif secara umum mencakup ketentuan sebagai berikut:
Terhadap seseorang atau badan usaha yang mendapatkan izin pembebasan
tanah untuk kepentingan tertentu dan telah melaksanakan pembebasan
tanah sesuai ketentuan, namun tidak segera dimanfaatkan atau dibangun
sesuai dengan izin yang ada (ditelantarkan) dapat dikenakan retribusi
penundaan pemanfaatan ruang secara progresif sebelum terkena ketentuan
pencabutan hak atas tanah.
Bagi seseeorang atau badan usaha yang menelantarkan tanah yang dikuasai
dalam jangka waktu tertentu dapat dikenakan retribusi penundaan
pemanfaatan ruang secara progresif sebelum terkena ketentuan pencabutan
hak atas tanah.
Terhadap bangunan yang dimiliki seseorang atau badan usaha yang
menyimpang dari ketentuan penataan ruang yang ditetapkan, seperti
misalnya pelanggaran sempadan bangunan, sempadan pagar dan lainny
yang untuk penyesuaiannya memerlukan partisipasi langsung dari pemiliki
bangunan dapat diberlakukan pengenaan retribusi penundaan tertib
sempadan (atau tertib lainnya secara progresif).
7.2.2 Arahan Pokok Pengendalian Ruang Kawasan Lindung, Kawasan Budidaya
dan Kawasan Tertentu
A. Kawasan Lindung
1. Pemanfaatan Kawasan Lindung
Larangan-larangan dalam kawasan lindung adalah sebagai berikut:
Di dalam kawasan lindung dilarang melakukan kegiatan budidaya, kecuali
yang tidak mengganggu fungsi lindung.
Di dalam kawasan suaka alam dan cagar budaya dilarang melakukan
kegiatan budidaya apapun, kecuali yang berkaitan dengan fungsi kawasan
tersebut dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan
serta ekosistem yang ada.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-31
Kegiatan budidaya yang sudah ada di kawasan lindung dikenakan
ketentuan-ketentuan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak
lingkungan.
Apabila menurut Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
kegiatan budidaya menggangu fungsi lindung harus dicegah
perkembangannya, dan fungsi sebagai kawasan lindung dikembalikan
secara bertahap.
Selain larangan tersebut di atas, pada kawasan lindung terdapat beberapa hal/
kegiatan yang dimungkinkan berada di dalam kawasan lindung, yaitu:
Dengan tetap memperhatikan fungsi lindung kawasan yang bersangkutan,
didalam kawasan lindung dapat dilakukan penelitian eksplorasi mineral dan
air tana, serta kegiatan lain seperti: pariwisata, transportasi, dan lain-lain
yang berkeitan dengan pencegahan terhadap bencana alam.
Apabila ternyata di kawasan lindung sebagaimana dimaksud terdapat
indikasi adanya deposit mineral atau air tanah, kekayaan alam lainnya yang
bila diusahakan dinilai amat berharga bagi negara, atau di kawasan lindung
dibutuhkan bangunan atau dilewati jaringan prasarana dasar, maka
kegiatan budidaya atau pengembangan bangunan atau jaringan prasarana
dasar di kawasan lindung tersebut dapat dizinkan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlakuu.
Pengelolaan kawasan budidaya sebagaimana disebut sebelumnya
dilakukan dengan tetap memelihara fungsi lindung kawasan yang
bersangkutan.
Apabila penambangan bahan galian dilakukan, penambang bahan galisn
tersebut wajib melaksanakan upaya perlindungan terhadap lingkungan
hidup dan melaksanakan rehabilitasi daerah bekas penambangannya,
sehingga kawasan lindung dapat berfungsi kembali.
2. Pengendalian Kawasan Lindung
Pemerintah kabupaten/ kota wajib mengendalikan pemanfaatan ruang di
kawasan lindung
Kegiatan pengendalian tersebut meliputi kegiatan: pemantauan,
pengawasan dan penertiban.
Apabila pemerintah kabupaten/ kota tidak dapat menyelesaikan
permasalahan dalam pengendalian pemanfaatan kawasan lindung
sebagaimana dimaksud tersebut di atas, maka permasalahan tersebut
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-32
diajukan kepada Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD)
Propinsi untuk diproses langkah tindak lanjutnya.
Apabila BKPRD Propinsi tidak dapat menyeleseikan permasalahan dalam
pengendalian pemanfaatan sebagaimana dimaksud sebelumnya maka
permasalahan tersebut diajukan kepada Badan Koordinasi Penataan
Ruang Nasional (BKPRN).
B. Kawasan Budidaya
1. Pemanfaatan Kawasan Budidaya
Program-program kegiatan budidaya dalam kawasan budidaya
dikembangkan sesuai dengan arahan pengelolaan kawasan budidaya dan
arahan pengembangan kegiatan budidaya dalam RTRW Propinsi serta
dengan pengelolaan kawasan budidaya dan rencana sistem kegiatan
pembangunan dan sistem permukiman dalam RTRW Kabupaten/ Kota.
Dalam pelaksanaan pengembangan kegiatan budidaya terlebih dahulu
dilakukan pengkajian dampak lingkungan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah nomor 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai
Dampak lingkungan.
Untuk menjamin kesesuaian pengembangan kegiatan dengan ketentuan
yang ada dalam pengelolaan kawasan budidaya, setiap kegiatan perlu
mendapatkan izin kesesuaian lokasi dari instansi kabupaten/ kota yang
ditunjuk untuk memberi izin lokasi sesuai dengan ketentuan yang ada, yang
berisi pernyataan bahwa lokasi yang akan digunakan sesuai dengan
peruntukan yang direncanakan dalam pengelolaan kawasan budidaya yang
ada di RTRW kabupaten/ kota.
Untuk menjamin bahwa bangunan yang akan dibangun benar-benar sesuai
untuk menunjang kegiatan yang direncanakan, maka pelaksanaan
bangunan perlu mendapatkan izin Mendirikan Bangunan (IMB) dari
pemerintah kabupaten/ kota.
Dalam memberikan IMB seperti dimaksud di atas pemerintah kabupaten/
kota harus memperhatikan prosedur dan ketentuan-ketentuan yang ada.
Dengan tetap memperhatikan arahan pengelolaan kawasan budidaya yang
ada dalam RTRW Provinsi, pengelolaan kawasan budidaya serta rencana
sistem kegiatan pembangunan dan sistem permukiman yang ada dalam
RTRW kabupaten/ kota, di kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan
budidaya, dapat dilakukan penelitian eksplorasi mineral dan air tanah, serta
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-33
kegiatan lain yang berkaitan dengan pencegahan bencana alam, dengan
memperhatikan keamanan dan kelestarian lingkungan serta keberlanjutan
kegiatan-kegiatan budidaya yang ada.
Apabila ternyata di kawasan peruntukan kegiatan budidaya baik yang
sudah dibudidayakan maupun yang masih dalam rencana dimaksud di
atas, terdapat indikasi adanya deposit mineral atau air tanah dan atau
kekayaan alam lainnya yang belum diusahakan dan dapat memberikan nilai
pemanfaatan ruang serta manfaat bagi negara yang lebih daripada rencana
peruntukan yang ada, maka arahan peruntukan pemanfaatan ruang yang
ada pada RTRW kabupaten/ kota dapat disesuaikan untuk menampung
kegiatan penambangan mineral, air tanah dapat disesuaikan untuk
menampung kegiatanpenambangan mineral, air tanah atau kekayaan alam
lainnya tersebut dengan melakukan penggantian-penggatian yang
sewajarnya dan seadil-adilnya.
Ketentuan pelaksanaan sebagaimanan disebut diatas diatur lebih lanjut
oleh menteri yang bersangkutan, setelah mendapatkan pertimbangan dari
BKRTN.
2. Pengendalian Kawasan Budidaya
Pemerintah kabupaten/ kota wajib mengendalikan pemanfaatan ruang di
kawasan budidaya.
Ketentuan sebagaimana dimaksud di atas meliputi kegiatan pemantauan,
pengawasan dan penertiban.
Apabila pemerintah kabupaten/ kota tidak dapat menyelesaikan
permasalahan dalam pengendalian pemanfaatan kawasan budidaya
sebagaimana dimaksud di atas, maka permasalahan tersebut diajukan
kepada BKPRD Propinsi untuk diproses langkah lebih lanjutnya.
Apabila BKPRD Propinsi tidak dapat menyelesaikan pengendalian
pemanfaatan ruang sebagaimana tersebut di atas, maka permasalahan
diajukan kepada BKPRN.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-34
C. Kawasan Tertentu
1. Pemanfaatan Kawasan Tertentu
Pengelolaan kawasan tertentu dapat diberikan pada instansi tertentu atau
unit atau badan khusus yang ditunjuk oleh pemerintah.
Pemanfaatan kawasan tertentu dilakukan melalui penjabaran rencana
dalam program pembangunan dan pembiayaan melalui koordinasi dengan
provinsi dan kabupaten/kota di aman kawasan tertentu berlokasi.
Dalam suatu kawasan tertentu dapat dilakukan penelitian dan eksplorasi
untuk keperluan pengembangan pendidikan, pengembangan ilmu
pengetahuan dan pertambangan setelah terlebih dahulu mendapat izin
dariinstansi atau unit/ badan yang ditunjuk pemerintah mengelola kawasan
tertentu tersebut.
Apabila berdasarkan penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan
pengembangan ilmu pengetahuan atau pertambangan perlu dilakukan
karena sangat perlu untuk kepentingan negara, kegiatan-kegiatan tersebut
dapat dilakukan dengan pertimbangan sejauh mungkin fungsi kawasan
tertentu tidak terganggu.
Ketentuan-ketentuan di atas diatur dalam peraturan pemerintah mengenai
kawasan tertentu.
2. Pengendalian Kawasan Tertentu
Pengendalian kawasan tertentu dilakukan untuk membandingkan rencana
pengembangan kawasan tertentu untuk mewujudkan fungsi kawasan dalam
ruang wilayah nasional dengan kondisi dan tingkat perkembangan yang ada.
7.3 PENGEMBANGAN PERANGKAT INSENTIF DAN DIS-INSENTIF DALAM
PENATAAN RUANG
Pemberian insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud pada pasal 52 Ranperda
Kabupaten Wonosobo adalah Insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan
imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang,
sedangkan disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan,
atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang.
(1) Pemberian insentif dapat berbentuk :
a. Keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa ruang
dan urun saham.
b. Pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
c. Kemudahan prosedur perizinan; dan /atau
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-35
d. Pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah
kecamatan.
(2) Pemberian disinsentif dapat berbentuk:
a. Pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya yang
dibutuhkan, untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang;
dan/ atau
b. Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi dan pinalti.
7.4 KETENTUAN PERIZINAN DALAM PENATAAN RUANG
Izin pemanfaatan ruang diberikan dengan tujuan untuk menjamin pemanfatan ruang
sesuai dengan rencana, standar dan kualitas minimum yang ditetapkan, menghindari
eksternalitas negatif serta melindungi kepentingan umum. Perizinan yang dimaksud adalah
perizinan yang terkit dengan pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan perturan
perundang-undangan harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang.
Gambar 7.1 Diagram Mekanisme Perizinan Terkait Pengendalian Pola Ruang
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-36
7.5 KETENTUAN SANKSI DALAM PENATAAN RUANG
Ketentuan sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan peraturan zonasi.
Dalam arahan sanksi ini mencakup beberapa hal yaitu:
a. Arahan sanksi bagi pelanggar pemanfaatan ruang yang tidak pernah
mengajukan perizinan pemanfaatan ruang.
b. Arahan sanksi bagi pemohon izin pemanfaatan ruang yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana izin pemanfaatan ruang yang diminta.
c. Arahan sanksi bagi pemberi izin yang melanggar kaidah dan ketentuan
pemanfaatan ruang.
TABEL 7.2 KETENTUAN SANKSI DALAM PENATAAN RUANG
UNSUR TINDAK PIDANA SANKSI PIDANA
• Tidak mentaati rencana tata ruang; dan • Mengakibatkan perubahan fungsi ruang.
• Penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta
• Tidak mentaati rencana tata ruang; • Mengakibatkan perubahan fungsi ruang;
dan • Mengakibatkan kerugian terhadap harta
benda atau rusaknya barang.
• Penjara paling lama 8 tahun dan denda paling banyak Rp. 1, 5 miliar
• Tidak mentaati rencana tata ruang; • Mengakibatkan perubahan fungsi ruang;
dan • Mengakibatkan Kematian orang.
• Penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp. 5 miliar
• Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang.
• Pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta
• Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; dan
• Mengakibatkan perubahan fungsi ruang.
• Pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 1 miliar
• Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; dan
• Mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang.
• Pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 1.5 miliar
• Memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang berwenang; dan
• Mengakibatkan kematian orang.
• Pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp. 5 miliar
• Tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang.
• Pidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta
• Tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum
• Pidana penjara paling lama 1 tahun dan denda paling banyak Rp. 100 juta
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VII-37
UNSUR TINDAK PIDANA SANKSI PIDANA
• Pejabat pemerintah penerbit izin; dan • Menerbitkan izin tidak sesuai dengan
rencana tata ruang.
• Pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta
• Dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian tidak hormat dari jabatannya.
Sumber : UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
7.6 KETENTUAN PERIZINAN BERDASARKAN KEWENANGAN PEMERINTAH
PROVINSI DAN DAERAH
Berdasarkan UU no. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang pada pasal 37 dan 40
diuraikan bahwa Ketentuan Perizinan Berdasarkan Kewenangan Pemerintah Provinsi dan
Daerah yaitu sebagai berikut:
1. Ketentuan perizinan dalam pengendalian pemanfaatan ruang diatur oleh Pemerintah
dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
2. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-
masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui
prosedur yang benar, batal demi hukum.
4. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian
terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh Pemerintah
dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya.
5. Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin, dapat dimintakan
penggantian yang layak kepada instansi pemberi izin.
6. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana tata
ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan
memberikan ganti kerugian yang layak.
7. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan ruang
dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
8. Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara penggantian
yang layak diatur dengan peraturan pemerintah.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VIII-1
8.1 PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT
Dalam kegiatan penataan ruang masyarakat berhak untuk:
a. Berperan serta dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang;
b. Mengetahui secara terbuka RTRW Kabupaten, rencana tata ruang kawasan,
rencana rinci tata ruang kawasan, termasuk tata letak dan tata bangunan;
c. Menikmati manfaat ruang dan atau pertambahan nilai ruang sebagai akibat dari
penataan ruang; dan
d. Memperoleh penggantian yang layak atas kondisi yang dialami sebagai akibat
pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang.
Dalam kegiatan penataan ruang masyarakat wajib:
a. Menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. Berlaku tertib dalam keikutsertaannya dalam proses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang;
c. Berperan serta dalam memelihara kualitas ruang;
d. Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang;
dan
e. Memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan dinyatakan sebagai milik umum
8.2 BENTUK PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG WILAYAH
KABUPATEN
Peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah kabupaten
dapat berbentuk:
a. Memberikan masukan untuk menentukan arah pengembangan wilayah;
b. Mengindentifikasi potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan; dan
c. Memberikan masukan dalam merumuskan konsepsi rencana tata ruang
BAB VIII
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VIII-2
Peran serta masyarakat dalam pemanfaatan ruang wilayah kabupaten dapat
berbentuk:
a. Memberikan masukan mengenai kebijkan pemanfaatan ruang;
b. Bekerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau sesama unsur
masyarakat dalam pemanfaatan ruang;
c. Memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana tata ruang
yang telah ditetapkan;
d. Meningkatkan efisiensi, efektivitas dan keserasian dalam pemanfaatan ruang
darat, ruang laut, ruang udara dan ruang di dalam bumi dengan memperhatikan
kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
e. Menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara dan
meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam.
Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten
dapat berbentuk :
a. Memberikan masukan yang terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan,
pemberian insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;
b. Mengikutsertakan dalam memantau dan mengawasi pelakasanaan rencana tata
ruang yang telah ditetapkan;
c. Melaporkan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal
menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan
ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan
d. Mengajukan keberatan terhadap keputusan pejabat yang berwenang terhadap
pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
8.3 TATA CARA PERAN SERTA MASYARAKAT
Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang Wilayah Kabupaten :
(1) Tata cara peran serta masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang wilayah
kabupaten dilaksanakan dengan pemberian saran, pertimbangan, pendapat,
tanggapan, keberatan, masukan terhadap informasi tentang arah pengembangan,
potensi dan masalah, serta rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
(2) Penyampaian saran, pertimbangan, pendapat, tanggapan, keberatan atau
masukan dilakukan secara lisan atau tertulis kepada Bupati.
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN WONOSOBO
TAHUN 2011-2031
VIII-3
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara peran serta masyarakat diatur oleh
Menteri Dalam Negeri.
Peran serta masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten
dan kawasan di Kabupaten disampaikan secara lisan atau tertulis dari mulai tingkat desa ke
kecamatan kepada Bupati dan pejabat yang berwenang.
8.4 PEMBINAAN PERAN SERTA MASYARAKAT
(1) Masyarakat dapat memperoleh informasi penataan ruang dan rencana tata ruang
seara mudah dan cepat, melalui media cetak, media elektronik atau forum
pertemuan.
(2) Masyarakat dalam memprakarsai upaya peningkatan tata laksana hak dan
kewajiban masyarakat dalam penataan ruang melalui penyuluhan, bimbingan,
pendidikan, atau pelatihan untuk tercapainya tujuan penataan ruang.
(3) Untuk terlaksananya upaya peningkatan tata laksana hak dan kewajiban,
Pemerintah menyelenggarakan pembinaan untuk menumbuhkan serta
mengembangkan kesadaran, memberdayakan dan meningkatkan tanggungjawab
masyarakat dalam penataan ruang.
(4) Pembinaan dilakukan oleh instansi yang berwenang, dengan cara:
a. Memberikan dan menyelenggarakan penyuluhan, bimbingan, dorongan,
pengayoman, pelayanan, bantuan teknik, bantuan hukum, pendidikan dan
atau pelatihan;
b. Menyebarluaskan semua informasi mengenai proses penataan ruang kepada
masyarakat secara terbuka;
c. Mengumumkan dan menyebarluaskan rencana tata ruang kepada
masyarakat;
d. Menghormati hak yang dimiliki masyarakat;
e. Memberikan penggantian yang layak kepada masyarakat atas kondisi yang
dialaminya sebagai akibat pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai
dengan rencana tata ruang;
f. Melindungi hak masyarakat untuk berperan serta dalam proses perencanaan
tata ruang menikmati pemanfaatan ruang yang berkualitas dan pertambahan
nilai ruang akibat rencana tata ruang yang ditetapkan serta dalam menaati
rencana tata ruang;
g. Memperhatikan dan menindaklanjuti saran, usul, atau keberatan dari
masyarakat dalam rangka peningkatan mutu penataan ruang.