SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar,...

127
SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum frutescens) DI DESA CIGEDUG KECAMATAN CIGEDUG KABUPATEN GARUT SKRIPSI ASMAYANTI H34080034 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

Transcript of SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar,...

Page 1: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum

frutescens) DI DESA CIGEDUG KECAMATAN CIGEDUG

KABUPATEN GARUT

SKRIPSI

ASMAYANTI

H34080034

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 2: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

RINGKASAN

ASMAYANTI. Sistem Pemasaran Cabai Rawit Merah (Capsicum frutescens)

Di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut. Skripsi. Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di

bawah bimbingan RITA NURMALINA).

Salah satu komoditas unggulan nasional hortikultura adalah cabai. Cabai

merupakan komoditas agribisnis yang besar pengaruhnya terhadap dinamika

perekonomian nasional sehingga dimasukkan dalam jajaran komoditas

penyumbang inflasi yang terjadi setiap tahun, inflasi di tahun 2010 cabai rawit

merah menyumbang 0,22 persen. Cabai rawit merah memiliki harga yang sangat

fluktuasi bila dibandingkan dengan jenis cabai lainnya. Belum lama ini,

masyarakat Indonesia dikejutkan pada tingginya harga cabai rawit merah yang

mencapai Rp 120.000 per kg. Fluktuasi harga cabai rawit merah dipasaran

menyebabkan ketidakpastian penerimaan yang akan diperoleh sehingga petani

cabai rawit merah menanggung risiko usaha yang tinggi.

Desa Cigedug merupakan salah satu sentra produksi cabai rawit merah di

Jawa Barat. Jaringan pemasaran cabai rawit merah di desa ini menempatkan

pedagang pengumpul desa pada posisi tawar yang lebih kuat dibandingkan dengan

petani produsen cabai rawit merah pada penentuan harga jual. Selain itu,

terbatasnya akses informasi pasar yang diterima petani dimana informasi pasar

berasal dari pedagang pengumpul desa serta kurangnya jalinan kerjasama antar

petani atau antar kelompok. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan pada sistem

pemasaran cabai rawit merah.

Tujuan penelitian ini adalah (1) menganalisis saluran pemasaran, fungsi

pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis

marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya, serta keterpaduan

pasar vertikal cabai rawit merah antara pasar di tingkat petani di Desa Cigedug

sebagai pasar lokal dengan Pasar Induk Kramat Jati sebagai pasar acuan.

Penelitian ini dilakukan di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten

Garut. Pengambilan responden petani dilakukan dengan metode purposive

sebanyak 30 orang, sedangkan untuk pedagang dilakukan dengan mengikuti alur

distribusi cabai rawit merah yang dimulai dari petani. Responden pedagang terdiri

dari 7 pedagang pengumpul desa, 8 pedagang besar, dan 7 pedagang pengecer.

Terdapat lima saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug yang

melibatkan beberapa lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul desa (PPD),

pedagang besar, dan pedagang pengecer. Saluran I : petani – pedagang pengumpul

desa (PPD) – pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati Jakarta – pedagang

pengecer – konsumen Jakarta, saluran II : petani – PPD – pedagang besar Pasar

Induk Cikajang – konsumen Kecamatan Cikajang, saluran III: petani – PPD –

pedagang besar Pasar Induk Cikajang – pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati

Jakarta – pedagang pengecer – konsumen Jakarta, saluran IV: petani – PPD –

pedagang besar Pasar Induk Caringin Bandung – pedagang pengecer – konsumen

Bandung, dan saluran V: petani – PPD – pedagang besar Pasar Induk Caringin

Bandung – pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati Jakarta – pedagang pengecer

– konsumen Jakarta. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh masing-masing

Page 3: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

lembaga pemasaran sebagian besar melakukan ketiga fungsi utama yaitu fungsi

pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas, namun fungsi penyimpanan yang

termasukdalam fungsi fisik hanya dilakukan oleh pedagang pengecer. Struktur

pasar yang dihadapi oleh lembaga pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug

yaitu cenderung berada pada kondisi pasar oligopsoni. Hal ini dikarenakan jumlah

pembeli lebih sedikit dari jumlah penjual, penentuan harga dilakukan secara

tawar-menawar namun pihak pedagang besar memiliki kekuatan yang lebih tinggi

dalam penentuan harga. Perilaku pasar yang terjadi di tingkat petani jika dilihat

dari praktik penjualan langsung dengan menggunakan sistem pembayaran tunai.

Adapun di tingkat pedagang pengumpul desa dan pedagang pengecer adalah

sistem pembayaran tunai dan kemudian. Sedangkan di tingkat pedagang besar

menggunakan sistem pembayaran kemudian. Pembayaran kemudian dilakukan

satu hingga tiga hari ke depan.

Hasil analisis marjin bahwa marjin pemasaran terkecil terdapat pada

saluran II yaitu 55 persen. Farmer’s share terbesar terdapat pada saluran II

sebesar 45,00 persen dan rasio πi/Ci terbesar terdapat pada saluran IV sebesar

3,251. Walaupun saluran I memiliki perolehan marjin terkecil ketiga diantara lima

pola saluran yang terbentuk yaitu sebesar 75 persen dan farmer’s share tertinggi

ketiga sebesar 25 persen. Namun jika dilihat dari harga jual cabai rawit merah di

tingkat petani, saluran I memiliki harga jual yang paling tinggi dan volume

penjualan terbesar sebanyak 1.490 kilogram dengan tujuan pemasaran yaitu

wilayah Jakarta (Pasar Induk Kramat Jati Jakarta). Nilai rasio πi/Ci pada saluran I

lebih besar dari 1 yaitu 3,203. Tingginya volume penjualan cabai rawit merah

pada saluran I menunjukkan tingginya kontinuitas pemasaran pada saluran I ini

sehingga saluran I dinilai sebagai alternatif saluran yang efisien.

Analisis keterpaduan pasar menunjukkan nilai IMC > 1, yaitu sebesar 4,2

artinya tidak terdapat keterpaduan jangka pendek dan nilai koefisien b2 memiliki

nilai < 1, yaitu sebesar 0,493 menunjukkan tidak ada keterpaduan jangka panjang.

Hal ini mengindikasikan bahwa informasi mengenai perubahan harga di Pasar

Induk Kramat Jati, Jakarta tidak diteruskan atau diterima di pasar lokal (tingkat

petani) secara proporsional. Artinya perubahan harga cabai rawit merah di Pasar

Induk Kramat Jati pada kurun waktu sebelumnya tidak ditrasmisikan ke harga saat

ini di tingkat petani. Tidak adanya keterpaduan pasar ini menunjukkan tidak

lancarnya arus informasi dan komunikasi. Arus informasi tidak berjalan dengan

lancar dan seimbang, menyebabkan petani tidak mengetahui informasi yang

dihadapi oleh pedagang besar di Pasar Induk Kramat jati, sehingga petani di Desa

Cigedug tidak dapat menentukan posisi tawarnya dalam pembentukan harga.

Tidak lancarnya arus informasi harga ini sesuai dengan struktur pasar yang terjadi

dimana pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati memiliki kekuatan oligopsoni,

dapat mengendalikan harga beli dari petani. Komunikasi yang terjadi tidak

transparan dan sehingga menyulitkan terjadinya integrasi harga dengan baik.

Di Desa Cigedug, infrastruktur transportasi, sistem informasi harga, dan

fasilitas pasar desa dan pasar yang transparan relatif belum tersedia secara

memadai. Infrastruktur transportasi dari lahan petani cabai rawit merah ke pasar

induk relatif buruk dimana kondisi lahan di Desa Cigedug yang berbukit-bukit

sehingga aksesibilitas ke dan dari sentra produksi petani relatif sulit. Demikian

juga dengan fasilitas-fasilitas dasar seperti pasar desa belum tersedia. Sistem

informasi harga yang mestinya dibangun oleh pemerintah juga belum tersedia.

Page 4: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

Struktur pasar yang oligopsoni pada lembaga pemasaran cabai rawit merah di

Desa Cigedug juga menjadi penyebab rendahnya integrasi harga di tingkat petani

dengan pedagang besar di pasar induk Kramat Jati.

Saran yang dapat diberikan a untuk petani yaitu sebaiknya memilih

saluran pemasaran I (petani – pedagang pengumpul desa – pedagang besar

Pasar Induk Kramat Jati Jakarta – pedagang pengecer – konsumen Jakarta) yang

merupakan saluran pemasaran yang paling efisien dibandingkan saluran lainnya

dan saluran ini merupakan saluran yang paling banyak digunakan dalam

pendistribusian cabai rawit merah, dan diperlukan pengaktifan kembali kelompok

tani yang sudah ada di Desa Cigedug sehingga dapat meningkatkan posisi tawar

petani dalam penentuan harga serta pemasaran dapat dilakukan secara bersama

untuk mengurangi biaya pemasaran. Ketidakterpaduan pasar terjadi akibat

ketidaklancaran aliran informasi harga. Oleh karena itu, pemerintah daerah

sebaiknya menciptakan lembaga Sub Terminal Agribisnis (STA) yang membantu

untuk pembukaan akses pasar. Selain itu pemerintah perlu menyediakan fasilitas

dasar seperti pasar di Desa Cigedug, dengan tersedianya pasar di Desa ini

diharapkan para petani dapat memperoleh informasi harga yang lebih mudah.

Page 5: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum

frutescens) DI DESA CIGEDUG KECAMATAN CIGEDUG

KABUPATEN GARUT

ASMAYANTI

H34080034

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2012

Page 6: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

Judul Skripsi : Sistem Pemasaran Cabai Rawit Merah (Capsicum

frutescens) Di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug

Kabupaten Garut.

Nama : Asmayanti

NIM : H34080034

Tanggal Lulus :

Disetujui,

Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina MS

NIP. 195507131987032001

Diketahui,

Ketua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002

Page 7: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Sistem

Pemasaran Cabai Rawit Merah (Capsicum frutescens) Di Desa Cigedug

Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut adalah karya saya sendiri dan belum

diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2012

Asmayanti

H34080034

Page 8: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gorontalo pada tanggal 26 Desember 1989. Penulis

adalah anak ketiga dari empat bersaudara pasangan Bapak Abdullah dan Ibunda

Djani Inaku.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Mangkura IV Makassar

pada tahun 2002 dan pendidikan menengah pertama SMPN 5 Makassar pada

tahun 2005. Selanjutnya menyelesaikan pendidikan lanjutan menengah atas di

SMAN 5 Makassar pada tahun 2008.

Penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB

(USMI) pada tahun 2008.

Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis tercatat aktif pada

organisasi yaitu sebagai pengurus Himpunan Profesi Mahasiswa Pecinta

Agribisnis (HIPMA) Fakultas Ekonomi dan Manajemen (2010-2011) dan aktif di

berbagai kepanitian intra kampus baik di lingkungan Departemen maupun

Fakultas (2009-2011).

Page 9: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat serta

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Sistem

Pemasaran Cabai Rawit Merah (Capsicum frutescens) Di Desa Cigedug

Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut. Penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi dan menganalisis sistem pemasaran cabai rawit merah secara

kualitatif meliputi saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar dan

perilaku pasar cabai rawit merah maupun secara kuantitatif meliputi marjin

pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya serta keterpaduan pasar

secara vertikal antara petani dengan Pasar Induk Kramat Jati.

Bogor, Desember 2012

Asmayanti

Page 10: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesempatan dan

nikmat yang diberikan-Nya, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih dan

penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS. selaku dosen pembimbing skripsi dan juga

dosen pembimbing akademik atas arahan, motivasi, kesabaran, dan waktu

yang diluangkan kepada penulis selama penulisan skripsi serta

mengikutsertakan dalam Penelitian Unggulan Departemen.

2. Dr. Ir. Heny K Daryanto, M. Ec. dan Ir. Narni Farmayanti, M Sc selaku dosen

penguji pada ujian siding penulis yang telah meluangkan waktunya serta

memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.

3. Orangtua, Ayahanda Abdullah, Ibunda Djani Inaku, kakanda Ahmad Yani dan

Ariyani serta adik satu-satunya Aryanto atas bantuan, motivasi, cinta kasih,

serta doa yang diberikan. Semoga skripsi ini menjadi hasil yang terbaik.

4. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.

5. Dr. M. Syukur selaku dosen dari Departemen Agronomi dan Holtikutura IPB

atas waktu dan informasi yang telah diberikan.

6. Masyarakat Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut, khususnya

Bapak Jajang Soleh, Bapak Uus Bachtiar, dan Bapak Muhtar atas bantuan,

kemudahan, arahan, kesempatan yang telah diberikan serta waktu yang telah

diluangkan, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

7. Teman satu lokasi penelitian Tubagus, Syifa Maulia, dan Eka atas

kebersamaan dan kerja keras selama ini.

8. Teman-teman tercinta, Dila, Arin, Prisca, Gena, Stevi, Arifah, Frida, Hera,

Amelia, dan Hanny atas dorongan, motivasi, dan bantuan selama ini.

9. Semua teman-teman Agribisnis 45 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu,

atas kekeluargaan, kebersamaan, dan kekeluargaan selama tiga tahun ini.

Bogor, Desember 2012

Asmayanti

Page 11: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

xi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv

I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ................................................................................... 6

1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 8

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 9

1.5 Ruang Lingkup .......................................................................................... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 10

2.1 Karakteristik Cabai Rawit ....................................................................... 10

2.2 Fluktuasi Harga Komoditas Sayuran ....................................................... 11

2.3 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 12

III. KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................ 15

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................................. 15

3.1.1 Sistem Pemasaran ......................................................................... 15

3.1.2 Saluran Pemasaran........................................................................ 16

3.1.3 Fungsi Pemasaran ......................................................................... 17

3.1.4 Struktur Pasar ............................................................................... 17

3.1.5 Perilaku Pasar ............................................................................... 21

3.1.6 Marjin Pemasaran ......................................................................... 22

3.1.7 Farmer’s Share ............................................................................. 23

3.1.8 Rasio Keuntungan dan Biaya ....................................................... 24

3.1.9 Keterpaduan Pasar ........................................................................ 24

3.1.10 Efisiensi Pemasaran ...................................................................... 28

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................................ 29

IV. METODE PENELITIAN ............................................................................ 32

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................... 32

4.2 Data dan Instrumentasi ............................................................................ 32

4.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 32

4.4 Pengolahan dan Analisis Data ................................................................. 33

4.4.1 Analisis Saluran Pemasaran ......................................................... 33

4.4.2 Analisis Fungsi Pemasaran ........................................................... 33

4.4.3 Analisis Struktur Pasar ................................................................. 33

4.4.4 Analisis Perilaku Pasar ................................................................. 34

4.4.5 Analisis Marjin Pemasaran ........................................................... 34

4.4.6 Analisis Farmer’s Share............................................................... 35

4.4.7 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya ......................................... 35

4.4.8 Analisis Keterpaduan Pasar .......................................................... 36

4.4.9 Pengujian Hipotesis ...................................................................... 36

Page 12: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

xii

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ........................................................ 40

5.1 Keadaan Pertanian di Kabupaten Garut .................................................. 40

5.2 Keadaan Umum Wilayah Desa Cigedug ................................................. 44

5.3 Gambaran Umum Usahatani Cabai Rawit Merah ................................... 45

5.4 Karakteristik Responden Petani .............................................................. 51

5.5 Karakteristik Responden Pedagang ......................................................... 54

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................... 56

6.1 Saluran dan Lembaga Pemasaran Cabai Rawit Merah ........................... 56

6.1.1. Saluran Pemasaran 1..................................................................... 58

6.1.2. Saluran Pemasaran 2..................................................................... 60

6.1.3. Saluran Pemasaran 3..................................................................... 60

6.1.4. Saluran Pemasaran 4..................................................................... 62

6.1.5. Saluran Pemasaran 5..................................................................... 62

6.2 Fungsi Pemasaran .................................................................................... 63

6.2.1 Fungsi Pemasaran di Tingkat Petani ............................................ 63

6.2.2 Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Pengumpul Desa........... 65

6.2.3 Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Besar ............................. 67

6.2.4 Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Pengecer ....................... 69

6.3 Struktur Pasar .......................................................................................... 71

6.4 Perilaku Pasar .......................................................................................... 73

6.4.1 Praktek Penjualan dan Pembelian ................................................ 73

6.4.2 Sistem Penentuan Harga ............................................................... 75

6.4.3 Sistem Pembayaran ...................................................................... 76

6.4.4 Kerjasama Antar Lembaga Pemasaran ......................................... 77

6.5 Analisis Marjin Pemasaran ...................................................................... 78

6.6 Analisis Farmer’s Share ......................................................................... 82

6.7 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya Pemasaran .................................. 84

6.8 Analisis Keterpaduan Pasar ..................................................................... 90

VII. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 95

7.1 Kesimpulan .............................................................................................. 95

7.2 Saran ........................................................................................................ 96

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 98

LAMPIRAN ........................................................................................................ 101

Page 13: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Konsumsi Cabai Rawit Dalam Rumah Tangga di

Indonesia, 2004-2010 Serta Prediksi Tahun 2011-2012 .......................2

2. P erkembangan Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Cabai

Rawit Menurut Provinsi Jawa Barat Tahun 2007-2010 ........................3

3. Karakteristik dan Struktur Pasar ..........................................................20

4. Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung, dan Kedelai di

Kabupaten Garut Tahun 2008-2010 ....................................................41

5. Produksi, dan Produktivitas Kentang, Tomat, dan Cabai di

Kabupaten Garut Tahun 2009-2011 ...................................................42

6. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Cabai Rawit di Tingkat

Kecamatan Kabupaten Garut tahun 2009-2011 ...................................44

7. Karakteristik Responden Petani Berdasarkan Usia di Desa

Cigedug ................................................................................................52

8. Tingkat Pendidikan Petani Responden ................................................53

9. Luas Lahan Garapan Cabai Rawit Merah di Tingkat Petani

Responden ...........................................................................................53

10. Pengalaman Berdagang dan Bentuk Usaha dari Masing-masing

Jenis Pedagang yang Terlibat Dalam Tataniaga Cabai Rawit

Merah Desa Cigedug ...........................................................................55

11. Fungsi Lembaga Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa

Cigedug ................................................................................................70

12. Struktur Pasar Yang Dihadapi Oleh Tiap Lembaga Pemasaran

Cabai Rawit Merah ..............................................................................71

13. Perilaku Pasar Antara Tingkat Lembaga Pemasaran Cabai Rawit

Merah ...................................................................................................73

14. Praktek Penjualan dan Pembelian ........................................................74

15. Analisis Marjin Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa

Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut ...............................79

16. Farmer’s Share Pada Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah di

Desa Cigedug .......................................................................................83

17. Rasio Keuntungan dan Biaya Untuk Setiap Saluran Pemasaran

Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug ..................................................85

18. Nilai Efisiensi Pemasaran Pada Masing-masing Pola Saluran

Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug ................................89

Page 14: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Perkembangan Harga Cabai Tahun 2009-2011 .....................................4

2. Marjin Pemasaran.................................................................................22

3. Kerangka Pemikiran Operasional ........................................................31

4. Perbandingan Luas Lahan Padi, Jagung, Kedelai, Kentang,

Tomat, Cabai Besar, dan Cabai Rawit di Kabupaten Garut

Tahun 2011 ..........................................................................................40

5. Perbandingan Luas Tanam Kentang, Tomat dan Cabai di

Kabupaten Garut Tahun 2009-2011 ....................................................42

6. Komoditas Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug ................................45

7. Kegiatan Pemasangan Mulsa di Desa Cigedug ....................................47

8. Kegiatan Pembibitan Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug ................48

9. (a) Pemasangan Ajir, (b) Penggunaan Pupuk dan Obat-obatan ...........50

10. Kegiatan Pemanenan dan Pengemasan Cabai Rawit Merah ................51

11. Pola Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug

Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut ..................................................57

12. Pola Saluran Pemasaran Petani Mitra Cabai Rawit Merah di

Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut ..........................57

13. Kegiatan Sortasi dan Pengemasan Cabai Rawit Merah di Tingkat

Pedagang Pengumpul Desa ...................................................................67

14. Kegiatan Bongkar Muat dan Penimbangan Cabai Rawit Merah di

Tingkat Pedagang Besar ........................................................................68

15. Kegiatan Penjualan dan Pengemasan Cabai Rawit Merah di

Tingkat Pedagang Pengecer ..................................................................70

16. Farmer’s Share di Setiap Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah ......84

Page 15: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Perkembangan Konsumsi Cabai Dalam Rumah Tangga di

Indonesia Tahun 2004-2010 ............................................................... 102

2. Produksi Cabai Rawit Menurut Provinsi Tahun 2007-2010 ............... 103

3. Produktivitas Cabai Rawit Menurut Provinsi Tahun 2007-2010 ........ 104

4. Luas Areal Tanam Cabai Rawit Tahun 2005-2010 Menurut

Kabupaten dan Kota Jawa Barat ......................................................... 105

5. Peta Administratif Desa Cigedug Kecamatan Cigedug

Kabupaten Garut ................................................................................. 106

6. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas

Komoditas Unggulan Sayuran Kabupaten Garut ............................... 106

7. Biaya Yang Dikeluarkan Lemabaga Pemasaran Pada Setiap

Saluran ............................................................................................... 107

8. Analisis Marjin Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug,

Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut .............................................. 108

9. Harga Rata-rata Mingguan Caai Rawit Merah di Tingkat Petani

dan Pasar Induk Kramat Jati ............................................................... 110

10. Hasil Estimasi Model Pasar Petani dengan Pasar Induk Kramat

Jati ...................................................................................................... 111

11. Pengujian Keterpaduan Pasar Jangka Pendek dan Jangka Panjang

antara Tingkat Petani di Desa Cigedug dengan Pasar Induk

Kramat Jati ......................................................................................... 112

Page 16: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hortikultura merupakan sektor penting untuk memenuhi kebutuhan pokok

manusia. Khususnya tanaman buah dan sayuran merupakan komoditas

hortikultura yang berkembang pesat di Indonesia. Kebanyakan sayuran

mempunyai nilai komersial yang cukup tinggi disebabkan produk hortikultura ini

senantiasa dikonsumsi setiap saat. Komoditas unggulan nasional hortikultura

adalah pisang, mangga, manggis, jeruk, durian, anggrek, rimpang, kentang,

bawang merah, dan cabai (Direktorat Jenderal Hortikultura 2008)1.

Cabai merupakan komoditas agribisnis yang besar pengaruhnya terhadap

dinamika perokonomian nasional sehingga dimasukkan dalam jajaran komoditas

penyumbang inflasi yang terjadi setiap tahun. Angka inflasi tahun 2010 sebesar

6,96 persen dan jenis bahan makanan yang memberikan andil besar dalam inflasi

antara lain beras sebesar 1,29 persen, cabai merah sebesar 0,32 persen, dan cabai

rawit sebesar 0,22 persen (BPS 2011)2. Hal ini karena produk cabai digunakan

dalam berbagai produk pangan baik olahan masakan tradisional maupun modern.

Hampir seluruh menu masakan di Indonesia menggunakan cabai. Selain itu, cabai

tidak dapat disubstitusi oleh komoditas lain.

Tanaman cabai dapat dikelompokkan menjadi dua jenis: (1) cabai besar

(C. annum) yang terdiri dari cabai merah dan cabai keriting, (2) cabai kecil

dikenal dengan nama cabai rawit (Capsicum frustescens, C. pendulum, C.

baccatum, dan C. chinense). Bila dibandingkan dengan cabai besar,

pembudidayaan cabai rawit relatif lebih mudah karena cabai rawit memiliki

keunggulan lebih tahan terhadap serangan hama penyakit serta dapat ditanam di

lahan apapun (Setiadi 1999).

Cabai rawit digemari untuk dijadikan bahan bumbu masakan karena

memiliki rasa yang sangat pedas dibandingkan cabai besar. Selain itu, cabai rawit

dapat membuat tampilan masakan menjadi cerah dan mampu meningkatkan selera

1 http://hortikultura.go.id/download/6_Pilar.pdf [diakses tanggal 22 Januari 2012]

2 http://dds.bps.go.id/download_file/IP_Februari_2011.pdf [diakses tanggal 17 Februari 2012]

Page 17: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

2

makan. Kebutuhan akan cabai rawit semakin meningkat seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk dan variasi menu masakan.

Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Cabai Rawit Dalam Rumah Tangga di

Indonesia, 2004-2010 Serta Prediksi 2011-2012 Tahun Kilogram/kapita Pertumbuhan (%)

2004 1,147

2005 1,272 10,91

2006 1,168 -8,20

2007 1,517 29,91

2008 1,444 -4,81

2009 1,288 -10,83

2010 1,298 0,81

Rata-rata 1,305 2,965

2011*) 1,307 0,66

2012*) 1,316 0,66

Sumber : Susenas, BPS (2012)

Keterangan : *) angka prediksi pusdatin, Kementrian Pertanian

Konsumsi cabai rawit selama periode tahun 2004-2010 relatif berfluktuasi

namun cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dapat dilihat pada

Tabel 2, konsumsi cabai rawit pada tahun 2004 mencapai 1,147 kilogram/kapita

kemudian berfluktuasi namun mengalami peningkatan menjadi 1,298 pada tahun

2010 atau meningkat sebesar 2,49 persen per tahun. Peningkatan konsumsi cabai

rawit diprediksi masih akan terjadi pada tahun 2011 sehingga menjadi sebesar

1,307 kilogram/kapita atau naik 2,49 persen dibandingkan tahun 2010, kemudian

diprediksikan kembali naik menjadi 1,316 kilogram/kapita pada tahun 2012.

Permintaan masyarakat Indonesia akan kebutuhan cabai rawit terus meningkat

terutama saat menjelang hari besar seperti hari raya.

Untuk menghadapi prediksi permintaan yang cenderung meningkat maka

harus didukung dengan peningkatan produksi cabai rawit. Sentra penghasil cabai

rawit yaitu Provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah yang merupakan

kontributor utama produksi cabai rawit nasional. Namun provinsi yang memiliki

tingkat kesuburan tanah yang cocok dan mendukung untuk ditanami cabai rawit

Page 18: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

3

yang menunjukkan nilai produktivitas terbesar berada di Provinsi Jawa Barat

(Lampiran 3).

Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Rawit

Menurut Provinsi Jawa Barat Tahun 2007-2010

Tahun Luas Panen

(Ha)

Produksi

(Ton)

Produktivitas

(Ton/Ha)

2007 6.623 79.713 12,04

2008 6.773 73.261 10,82

2009 7.106 106.304 14,96

2010 8.466 78.906 9,32

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2010)3

Berdasarkan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa luas panen di Provinsi

Jawa Barat mengalami peningkatan tiap tahunnya. Sedangkan produksi dan

produktivitas cenderung mengalami fluktuasi. Fluktuasi ini diperkiraan karena

faktor perubahan cuaca yang mengganggu pola tanam dan kuantitas produksi

cabai rawit. Musim hujan yang berkepanjangan pada tahun 2010 membuat

produksi cabai rawit turun sebesar 25,77 persen. Selain itu, genangan air pada

daerah penanaman dapat mengakibatkan kerontokan daun dan terserang penyakit

akar. Pukulan air hujan dapat menyebabkan bunga dan bakal buah berguguran.

Sementara itu, kelembaban udara yang tinggi meningkatkan penyebaran dan

perkembangan hama serta penyakit tanaman (Harpenas dan Dermawan 2011).

Apabila dicermati, hubungan antara produksi cabai rawit dan harga di tingkat

pasar adalah negatif atau produksi berpengaruh nyata terhadap harga cabai rawit,

artinya naik dan turunnya produksi selalu diikuti dengan turun dan naik harga

cabai rawit.

Cabai rawit memiliki beberapa jenis yaitu C. frutescens, C.baccatum,dan

C. chinense. Keberadaan jenis C.baccatum dan C. chinense masih belum

diketahui di Indonesia, sehingga yang teridentifikasi keberadaannya di Indonesia

hanya jenis C. frutescens (Setiadi 1999). Capsicum frutescens memiliki beberapa

varietas salah satunya cabai rawit cakra putih atau di pasaran dikenal dengan

3 http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=55&notab=19 [diakses tanggal 21 Januari 2012].

Page 19: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

4

nama cabai rawit merah (Prajnanta 2004). Cabai rawit merah memiliki harga

yang sangat fluktuasi bila dibandingkan dengan jenis cabai lainnya termasuk

cabai rawit hijau dikarenakan pasokan cabai rawit merah di pasaran yang

fluktuatif disamping permintaan yang cenderung stabil (Lampiran 2).

Gambar 1. Perkembangan Harga Cabai Tahun 2009-2011 . Sumber : Pasar Induk Kramat Jati (2012)

DKI Jakarta (melalui Pasar Induk Kramat Jati) merupakan daerah tujuan

pasar tertinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya di Jawa sehingga Pasar

Induk Kramat Jati sebagai pusat pasokan pasar cabai untuk wilayah Jabotabek dan

sekitarnya, dapat digunakan sebagai patokan harga cabai dari titik produksi. Harga

rata-rata tertinggi cabai rawit merah terjadi pada bulan Januari 2011 yang

mencapai Rp 75.964,00 per kilogram. Tetapi delapan bulan kemudian harga cabai

rawit merah jatuh hingga mencapai Rp 8.957,00 per kilogram. Ketidakmampuan

para petani cabai rawit merah untuk melaksanakan dengan peramalan produksi

dan pasar dapat menyebabkan banyak petani yang tidak mampu menjaga

kesinambungan produksinya. Hal ini yang membuat harga cabai rawit merah

cenderung mengalami fluktuasi disamping permintaannya yang cenderung stabil.

Page 20: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

5

Kabupaten penghasil cabai rawit di wilayah Jawa Barat dengan luas areal

tanam terbesar berada di Kabupaten Garut (Lampiran 4). Sesuai dengan

karakteristik wilayah Kabupaten Garut, peran sektor pertanian masih merupakan

sektor andalan. Hal ini tercermin dari mata pencaharian masyarakat Kabupaten

Garut sampai tahun 2008 sebesar 32,57% bertumpu pada sektor pertanian,

meningkat dari sebesar 31,45% pada tahun 2007, serta dilihat dari kontribusi

sektor pertanian terhadap PDRB pada tahun 2008 sebesar 48,36% paling tinggi

bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. Subsektor hortikultura telah

berperan besar dalam pembangunan Kabupaten Garut, baik peran langsung

terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), penyediaan lapangan

kerja, sumber pendapatan masyarakat, dan penciptaan ketahanan pangan, maupun

peran tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan

pembangunan dan hubungan sinergis dengan subsektor dan sektor lain (LPPD

Kabupaten Garut 2010). Sayuran yang teridentifikasi sebagai komoditas unggulan

di Kabupaten Garut salah satunya yaitu cabai rawit merah, tepatnya berada di

Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug.

Pada umumnya, petani cabai tidak menjual langsung hasil produksinya ke

pasar-pasar di kota besar disebabkan oleh keterbatasan yang dimiliki petani,

seperti alat transportasi, pengepakan, dan kegiatan lainnya yang berhubungan

dengan pemasaran komoditi tersebut. Selain itu, adanya keterikatan petani kepada

pedagang pengumpul dalam permodalan untuk pembelian benih atau bibit, pupuk,

pestisida, dan lainnya, yang berjumlah cukup besar. Hal ini mendorong petani

untuk menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul. Sebaliknya, bagi

petani yang tidak terikat pinjaman, bebas dalam menentukan pilihan kepada siapa

ia akan jual hasil produksinya seperti menjual langsung kepada konsumen

pemakai melalui pasar-pasar di tingkat desa atau pasar tingkat kecamatan.

Biasanya petani yang demikian mencari pembeli dengan harga tertinggi (Setiadi

1995; Hutabarat dan Rahmanto 2004).

Sama halnya dengan yang terjadi di Kabupaten Garut yaitu mekanisme

pemasaran untuk komoditas cabai rawit merah di Kabupaten Garut adalah

mekanisme yang menganut sistem pasar terbuka. Sistem pasar terbuka pada

komoditas cabai rawit merah menempatkan pedagang pengumpul pada posisi

Page 21: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

6

tawar yang lebih kuat dibandingkan dengan petani produsen cabai rawit merah

pada penentuan harga jual. Masa panen pada komoditas cabai rawit merah

seringkali hanya ditangani oleh satu orang pengumpul dari awal panen hingga

akhir panen. Kondisi ini telah membatasi kebebasan petani dalam menjual cabai

rawit merah kepada pengumpul lain pada saat panen berikutnya. Pemasaran cabai

rawit merah selalu melibatkan berbagai lembaga pemasaran pada berbagai tingkat

saluran distribusi. Banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat berarti pula sistem

pemasaran yang terjadi tidak efisien dan farmer’s share yang diperoleh tidak

sebanding atau tidak proporsional dengan harga di tingkat konsumen akhir (LPPD

Kabupaten Garut 2010).

1.2 Perumusan Masalah

Harga komoditas cabai rawit merah sulit diprediksi, mengingat fluktuasi

harga cabai rawit merah yang berubah-ubah. Pada dasarnya, fluktuasi harga cabai

ini terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara jumlah pasokan dengan

jumlah permintaan yang dibutuhkan konsumen. Kelebihan jumlah pasokan ini

akan berdampak pada turunya harga komoditas, dan sebaliknya jika terjadi

kekurangan jumlah pasokan. Faktor yang menjadi penyebab terjadinya

ketidakseimbangan tersebut disebabkan karena pola produksi (adanya on season

dan off season) dan pola tanamnya.

Selama ini budidaya cabai rawit merah dilakukan secara musiman

(seasonal) dengan umur panen 4 hingga 8 bulan lamanya. Kebanyakan petani

cabai rawit merah di Desa Cigedug melakukan budidaya setelah musim hujan atau

pada bulan Desember - Januari sehingga saat panen pada bulan Mei sampai

dengan puncak panen raya pada bulan Juli dan Agustus harga cenderung

menurun. Sedangkan pada musim penghujan, produksinya akan menurun

sehingga membuat harga cabai rawit merah melambung tinggi. Oleh karena itu

dikatakan prospek pasarnya tidak stabil dan pola ini hampir terjadi setiap

tahunnya. Belum lama ini, masyarakat Indonesia dihadapkan pada kelangkaan

cabai rawit merah saat menjelang hari besar yang berakibat pada kenaikan harga

yaitu mencapai Rp 120.000,00 per kilogram. Kenaikan harga ini bahkan melebihi

harga cabai merah besar yang hanya mencapai Rp 90.000,00 per kilogram.

Page 22: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

7

Kenaikan ini didorong permintaan yang tinggi menjelang Hari Raya dan musim

hujan sepanjang tahun (Lukman Ismail 2011)4.

Menurut Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut

(2009), kondisi ini disebabkan karena tidak adanya koordinasi dan kerjasama

antar kabupaten sentra produksi dalam hal jaringan informasi pasar,

perkembangan produksi, perkembangan luas tanam, penggunaan teknologi, dan

tidak ada informasi alur distribusi atau jaringan pemasaran baik di tingkat regional

maupun pasar lokal5. Selain itu, karena persebaran produksinya tidak merata

sepanjang tahun di seluruh daerah, maka menyebabkan harganya tidak merata dan

menjadi tidak stabil. Hal ini berdampak pada keputusan investasi petani cabai

rawit merah akibat ketidakpastian penerimaan yang akan diperoleh karena petani

menanggung risiko usaha yang tinggi.

Desa Cigedug Kecamatan Cigedug sebagai salah satu sentra produksi

cabai rawit merah dengan rata-rata nilai produktivitas sebesar 26 ton/ha6. Sistem

tanam yang dilakukan oleh petani di desa ini yaitu monokultur dan tumpang sari.

Jaringan pemasaran cabai rawit merah di Kecamatan Cigedug pada tahun 2011

dimana 97 persen hasil produksi disalurkan melalui pedagang pengumpul desa

dan pedagang pengecer (BP3K Kecamatan Cigedug 2011). Cabai rawit merah ini

kemudian disalurkan ke pasar induk serta industri makanan seperti Indofood.

Namun, dominan hasil panen disalurkan ke pasar induk dikarenakan pedagang

pengumpul desa lebih memilih menghadapi fluktuasi harga yang dapat

memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Dilihat dari sisi petani, para petani cabai rawit merah di Desa Cigedug

memiliki ketergantungan dengan pihak pedagang pengumpul desa. Hal ini terjadi

akibat adanya masalah keterbatasan ilmu dan pengalaman serta diperlukan modal

yang besar seperti menyewa alat transportasi dalam mendistribusikan cabai rawit

merah sehingga menjadikan petani di Desa Cigedug tidak berani untuk terjun

langsung ke pasar sehingga keuntungan yang didapat di tingkat petani relatif

kecil. Kondisi ini melemahkan posisi petani karena daya tawar petani yang lemah

4 http://m.politikana.com/baca/2011/01/08/kupipaste-rencana-pemerintah-terkait-kenaikan-harga-cabai [diakses tanggal 25

Januari 2012] 5 http://www.garutkab.go.id/galleries/pdf_link/sda/profil_cabe.pdf [diakses tanggal 25Januari 2012]

6 Monografi Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 (diolah).

Page 23: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

8

khususnya dalam penetapan harga. Selain itu, terbatasnya akses informasi pasar

yang diterima petani dimana informasi pasar berasal dari pedagang pengumpul

desa serta kurangnya jalinan kerjasama antar petani atau antar kelompok.

Berdasarkan kondisi tersebut petani menjadi pihak yang sering kali

dirugikan akibat adanya fluktuasi harga dan para pedaganglah yang mendapatkan

akses lebih untuk memperoleh harga yang lebih tinggi. Sebagai produsen, petani

tidak memiliki posisi tawar yang tinggi dalam hal penentuan harga dipasar

sehingga petani hanya berperan sebagai price taker. Oleh karena itu, perlu adanya

perbaikan pada sistem pemasaran, sehingga para petani cabai rawit merah

diharapkan dapat memperoleh bagian harga yang memadai bagi peningkatan

usahataninya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Bagaimana saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, dan

perilaku pasar cabai rawit merah di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug

Kabupaten Garut.

2. Bagaimana marjin pemasaran, farmer’s share, serta rasio keuntungan dan

biaya serta keterpaduan pasar vertikal cabai rawit merah antara pasar di

tingkat petani di Desa Cigedug dengan Pasar Induk Kramat Jati?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui sistem pemasaran cabai rawit

merah di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut meliputi:

1. Menganalisis saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, dan

perilaku pasar cabai rawit merah di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug

Kabupaten Garut.

2. Menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan dan

biaya, serta keterpaduan pasar vertikal cabai rawit merah antara pasar di

tingkat petani di Desa Cigedug dengan Pasar Induk Kramat Jati.

Page 24: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

9

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberi manfaat bagi:

1. Produsen cabai rawit merah, sebagai informasi untuk membantu dalam

perencanaan produksi dan pemasarannya sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan petani.

2. Lembaga terkait, sebagai bahan masukan dalam membuat kebijakan.

3. Pihak peneliti lainnya, sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

4. Mahasiswa, sebagai salah satu referensi mengenai sistem pemasaran cabai

rawit merah untuk menambah pengetahuan para pembaca.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten

Garut dengan berfokus pada komoditas cabai rawit merah segar. Responden

dalam penelitian ini adalah petani yang berada di Desa Cigedug sebagai produsen

dan lembaga pemasaran yang terkait. Wilayah ini dipilih secara sengaja

(purposive) karena Desa Cigedug merupakan salah satu sentra produksi cabai

rawit merah. Analisis penelitian difokuskan menganalisis sistem pemasaran cabai

rawit merah segar. Analisis sistem pemasaran mengkaji saluran pemasaran cabai

rawit merah segar, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, marjin

pemasaran, farmer’s share, serta rasio keuntungan dan biaya serta keterpaduan

pasar vertikal. Model yang digunakan untuk menganalisis keterpaduan pasar

vertikal cabai rawit merah di tingkat petani di Desa Cigedug Pasar Induk Kramat

Jati yaitu menggunakan model pendekatan Autoregressive Distributited Lag.

Page 25: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Cabai Rawit

Cabai rawit (Capsicum frutescens) memiliki ukuran buah yang kecil

dengan rasa yang pedas bila dibandingkan dengan cabai besar. Tanaman cabai

rawit dikenal sebagai tanaman cabai paling mudah beradaptasi dengan lingkungan

tempat tumbuhnya dan tanaman yang luwes dibudidayakan. Namun daerah

tumbuh yang paling cocok yaitu dataran dengan ketinggian 0-500 meter dari

permukaan laut. Kondisi tanah secara umum harus subur dengan derajat keasaman

(ph) tanah antara 6,0 ‐7,0. Kelembaban tanahnya harus cukup dengan ditandai

oleh kandungan air yang tidak berlebihan dan tidak kekurangan. Tanah tersebut

juga mempunyai suhu yang sedang, tidak terlalu panas, dan tidak terlalu tinggi

yaitu berkisar antara 15° ‐ 28 ° C. Hanya saja, cabai rawit yang ditanam di tempat

yang berbeda akan menghasilkan produksi yang berbeda pula. Oleh karena itu,

cabai rawit lebih unggul dibandingkan dengan cabai besar. Keunggulan tersebut

yaitu cabai rawit lebih tahan terhadap hama penyakit khususnya penyakit layu

bakteri, busuk buah, dan bercak daun (Setiadi 1999).

Umumnya, para petani di Pulau Jawa mengenal tiga musim dalam

menanam cabai rawit, yaitu musim labuhan (saat hujan mulai turun), musim

marengan (saat hujan akan berakhir), dan musim kemarau. Namun petani cabai

rawit di Kabupaten Garut umumnya memiliki umur pemanenan yaitu berkisar

antara 7-12 bulan dan pada umumnya melakukan penanaman bibit pada musim

marengan. Pemanenan dilakukan tiap minggu atau dua minggu sekali. Pada situasi

lapang, kebanyakan petani melakukan pemanenan berdasarkan pada keadaan

pasar. Bila pasar cabai kurang menguntungkan, buah dipanen dalam keadaan yang

benar-benar tua. Sebaliknya bila keadaan pasar menguntungkan, petani menanam

cabai rawit dengan selang waktu pendek dengan warna yang belum merah merata.

Page 26: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

11

Cabai rawit memiliki beberapa varietas, salah satunya yaitu cakra putih.

Cakra putih merupakan varietas cabai rawit merah yang berwarna putih

kekuningan saat muda dan akan berubah merah cerah saat masak. Pertumbuhan

tanaman varietas ini sangat kuat dan membentuk banyak percabangan. Posisi buah

tegak ke atas dengan bentuk agak pipih dan rasa sangat pedas. Optimal hasil

panen varietas ini mampu menghasilkan buah 12 ton per hektarnya dengan rata-

rata 300 buah per tanaman. Cakra putih dapat dipanen pada umur 85-90 hari

setelah tanam. Keunggulan dari varietas ini yaitu tahan terhadap serangan

penyakit antraknose (Rukmana 2002).

2.2 Fluktuasi Harga Komoditas Sayuran

Fluktuasi harga yang tinggi merupakan salah satu isu sentral yang sering

muncul dalam pemasaran komoditas hortikultura. Harga yang sangat berfluktuatif

secara teoritis akan menyulitkan prediksi bisnis, baik dalam perhitungan rugi laba

maupun manajemen risiko. Harga yang demikian seringkali hanya

menguntungkan para spekulan yang umumya para pedagang tertentu yang

mampu mengelola pasokan secara baik dan benar.

Menurut Irawan (2007), fluktuasi harga komoditas pada dasarnya terjadi

akibat ketidakseimbangan antara jumlah pasokan dan permintaan yang dibutuhkan

konsumen. Jika pasokan berlebih maka harga komoditas akan turun, sebaliknya

jika terjadi kekurangan pasokan. Dalam proses pembentukan harga, perilaku

petani dan pedagang menjadi penting karena mereka dapat mengatur volume

penjualan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Hal ini mengindikasikan bahwa

pada dasarnya fluktuasi harga yang relatif tinggi pada komoditas sayuran terjadi

akibat kegagalan petani dan pedagang sayuran dalam mengatur volume

pasokannya sesuai dengan kebutuhan konsumen. Kondisi demikian dapat

disebabkan oleh:

1. Adanya konsentrasi produksi sayuran pada daerah-daerah tertentu,

misalnya 82 persen produksi cabai dihasilkan di 7 provinsi. Kondisi ini

menjadi tidak kondusif bagi stabilitas harga karena jika terjadi anomali

produksi (misalnya gagal panen akibat hama atau lonjakan produksi akibat

pengaruh iklim) di salah satu daerah sentra produksi maka akan

berpengaruh besar terhadap keseimbangan pasar secara keseluruhan.

Page 27: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

12

2. Konsentrasi produksi secara regional diperparah pula oleh pola produksi

yang tidak sinkron antar daerah produsen sehingga total produksi sayuran

cenderung terkonsentrasi pada bulan-bulan tertentu. Konsentrasi produksi

secara temporer tersebut misalnya dapat dilihat pada pola produksi cabai

merah di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang merupakan

sentra cabai merah. Di ketiga provinsi tersebut sekitar 60-65 persen

produksi cabai merah hanya dihasilkan pada bulan Juni hingga Agustus

sehingga pada bulan-bulan tersebut harga cabai merah cenderung

mengalami penurunan tajam.

3. Umumnya permintaan komoditas sayuran sangat sensitif terhadap

perubahan kesegaran produk yang mana sifat komoditas sayuran

umumnya relatif cepat busuk sehingga petani dan pedagang tidak mampu

menahan penjualannya terlalu lama. Akibatnya adalah pengaturan volume

pasokan yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen tidak mudah

dilakukan karena setelah dipanen petani cenderung segera menjual hasil

panennya agar sayuran yang dipasarkan masih dalam keadaan segar.

4. Dibutuhkan sarana penyimpanan yang mampu mempertahankan kesegaran

produk secara efisien sehingga pengatur volume pasokan yang sesuai

dengan kebutuhan konsumen dapat dilakukan. Namun ketersediaan sarana

penyimpanan tersebut umumnya relatif terbatas akibat kebutuhan investasi

yang cukup besar sedangkan teknologi penyimpanan sederhana yang dapat

diterapkan oleh petani sangat terbatas.

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi acuan tentang sistem pemasaran dalam

penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan Agustian dan Anugrah (2008)

yang meneliti tentang perkembangan harga dan rantai pemasaran komoditas cabai

merah di Provinsi Jawa Barat, penelitian yang dilakukan Azir (2002) tentang

kajian sistem pemasaran dan integrasi pasar cabai merah keriting di DKI Jakarta

dan penelitian yang dilakukan Muslikh (2000) tentang analisis sistem tataniaga

cabai rawit merah di DKI Jakarta.

Sistem pemasaran yang dianalisis meliputi saluran pemasaran, struktur

pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar meliputi analisis marjin, farmer’s share,

Page 28: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

13

dan keterpaduan pasar cabai (Muslikh 2000; Azir 2002; Agustian dan Anugrah

2008). Pemasaran cabai merah dimulai dari petani cabai menjual ke pedagang

pengumpul desa atau ke pedagang besar sekitar petani, dan selanjutnya dijual ke

pedagang besar, dan pedagang besar menjual cabai merah yang diperolehnya ke

berbagai tujuan seperti ke pasar-pasar yang ada di Kabupaten Garut dan ke Pasar

Induk Cibitung, ke Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang, ke Pasar Induk Kramat

Jati dan Ke Pasar Kemang di Bogor (Agustian dan Anugrah, 2008). Sedangkan

saluran pemasaran cabai merah keriting di DKI Jakarta dimulai dari pedagang

besar, pedagang eceran, selanjutnya diteruskan kepada konsumen (Azir 2002).

Struktur pasar cabai rawit merah di tingkat pedagang besar Pasar Induk

Kramat Jati cenderung tidak bersaing sempurna (oligopoli). Hal ini dapat

ditunjukkan dalam perilaku pasar, penentuan harga ditentukan oleh pedagang

besar Pasar Induk Kramat Jati yang kekuatan tawar-menawar yang lebih tinggi

dibanding pedagang pengecer. Berbeda dengan cabai merah keriting, struktur

pasar di tingkat pedagang besar cenderung bersifat bersaing monopolistik

dikarenakan tidak adanya kebebasan dalam memasuki maupun keluar dari pasar

serta cabai merah keriting telah terdiferensiasi dari segi harga maupun kualitas

(Muslikh 2000; Azir 2002). Perilaku pasar cabai yang dilakukan oleh masing-

masing lembaga pemasaran diamati melalui praktek pembelian dan penjualan,

penentuan harga, sistem pembayaran, serta kerjasama yang terjadi antar lembaga

pemasaran (Muslikh 2000; Azir 2002).

Pendekatan efisiensi secara operasional dapat diukur melalui marjin

pemasaran, farmer’s share dan biaya pemasaran. Jika penyebaran marjin

pemasaran, farmer’s share dan biaya pemasaran tersebar merata maka dari segi

operasional sistem pemasaran akan semakin efisien.

Analisis marjin pemasaran menunjukkan bahwa sebaran marjin kurang

merata atau besarnya perbedaan marjin yang diperoleh antar satu lembaga dengan

lembaga lainnya yang disebabkan oleh adanya perbedaan fungsi yang dilakukan,

dan dapat pula disebabkan adanya ketidakefisienan dalam menjalankan fungsi

yang sama. Rendahnya farmer’s share disebabkan oleh dua hal yaitu tingginya

biaya pemasaran atau dapat pula disebabkan keuntungan yang diambil oleh

lembaga pemasaran tinggi. Dengan kata lain farmer’s share mempunyai

Page 29: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

14

hubungan negatif dengan marjin pemasaran artinya semakin tinggi marjin

pemasaran, maka bagian yang diterima oleh petani semakin rendah. Rasio

keuntungan dan biaya adalah persentase keuntungan yang diterima lembaga

pemasaran terhadap biaya pemasaran yang secara teknis untuk mengetahui tingkat

efisiensinya.

Analisis keterpaduan pasar dalam jangka panjang dapat dilihat dari nilai b2

=1, dimana koefisien ini menunjukan pengaruh perubahan harga di pasar acuan

terhadap harga di tingkat pasar yang dipengaruhi (pasar lokal) pada waktu t.

Semakin dekat nilai parameter dugaan b2 dengan satu maka keterpaduan jangka

panjang akan semakin baik. Diperoleh nilai b2 sebesar 0,453 dan 0,522, keadaan

ini menunjukkan bahwa tidak terdapat keterpaduan pasar jangka panjang di

tingkat pedagang pengecer dengan pedagang besar atau perubahan harga yang

terjadi di pedagang besar tidak dapat diteruskan sepenuhnya ke pedagang

pengecer. Hal ini disebabkan karena posisi pedagang pengecer berada pada pihak

yang lemah (kekuatan tawar lemah). Sedangkan keterpaduan pasar dalam jangka

pendek dapat dilihat dari nilai IMC = 0. Apabila IMC<1 maka dapat disimpulkan

pasar acuan ada hubungan yang kuat, sebaliknya apabila IMC>1 maka pasar

acuan tidak ada hubungan dengan pasar lokal. Diperoleh nilai IMC pedagang

pengecer dengan pedagang besar sebesar 0,286 (nilai IMC lebih mendekati 0)

dibandingkan dengan nilai IMC sebesar 0,645. Hal ini menunjukkan telah terjadi

keterpaduan pasar dalam jangka pendek artinya perubahan harga yang terjadi di

pedagang besar diteruskan sepenuhnya ke pedagang pengecer. Hal ini disebabkan

informasi akan permintaan dan penawaran di kedua pasar telah terhubung dengan

baik (Muslikh 2000; Azir 2002).

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut, diperoleh persamaan yaitu

menggunakan alat analisis yang sama, sedangkan perbedaannya terletak pada

waktu dan lokasi penelitian yang dilakukan serta analisis keterpaduan pasar secara

vertikal dengan mengambil titik yang berbeda yaitu pasar lokal (di tingkat petani)

dengan pasar acuan (Pasar Induk Kramat Jati).

Page 30: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

15

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Penelitian ini menggunakan teori sistem pemasaran dengan mengkaji

saluran pemasaran, fungsi pemasaran, struktur pasar, perilaku pasar, marjin

pemasaran, farmer’s share, serta rasio keuntungan dan biaya cabai rawit merah.

Adapun analisis keterpaduan pasar dilihat antara tingkat petani cabai rawit merah

dengan pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ). Keterpaduan pasar ini

diukur dengan menggunakan pendekatan model Autoregressive Distributed Lag.

3.1.1 Sistem Pemasaran

Kotler (2002) berpendapat pemasaran adalah suatu proses sosial dan

manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang

mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan

mempertukarkan prosuk yang bernilai kepada pihak lain. Menurut Purcell (1979),

pemasaran adalah suatu proses atau sistem yang menjembatani gap antara apa

yang diproduksi dan apa yang diinginkan konsumen. Pemasaran juga dapat

diartikan sebagai salah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu dalam

menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga barang

dan jasa. Faktor penting dalam menciptakan nilai tersebut adalah produksi,

pemasaran dan konsumsi. Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan

produksi dan konsumsi sehingga sistem pemasaran merupakan suatu kesatuan

konseptual yang secara fisik terdiri dari bagian-bagian yang bekerja bersama

dalam suatu kesatuan yang terorganisasi (Purcell 1979).

Dalam kegiatan pemasaran ini, aktivitas pertukaran merupakan hal

sentral. Pertukaran merupakan kegiatan pemasaran dimana seseorang berusaha

menawarkan sejumlah barang atau jasa dengan sejumlah nilai keberbagai macam

kelompok sosial untuk memenuhi kebutuhannya. Pemasaran sebagai kegiatan

manusia diarahkan untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses

pertukaran.

Menurut Limbong dan Sitorus (1985), sistem pemasaran mencakup segala

kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik

Page 31: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

16

dari barang-barang hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari produsen

ke tangan konsumen termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang

menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang dimaksud untuk lebih

memudahkan penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada

konsumennya. Bila ditinjau dari segi ekonomi, kegiatan pemasaran merupakan

kegiatan produktif karena memberikan kegunaan benda, waktu, tempat dan hak

milik.

3.1.2 Saluran Pemasaran

Menurut Limbong dan Sitorus (1985), saluran pemasaran adalah rangkaian

lembaga-lembaga niaga yang dilalui barang dalam penyalurannya dari produsen

ke konsumen dimana di dalamnya terlibat beberapa lembaga pemasaran.

Lembaga pemasaran menurut fungsi yang dilakukan dibedakan atas: (1) lembaga

fisik pemasaran yaitu lembaga-lembaga yang menjalankan fungsi fisik, misalnya

badan pengangkut atau transportasi, (2) lembaga perantara pemasaran adalah

suatu lembaga yang khusus mengadakan fungsi pertukaran, (3) lembaga fasilitas

pemasaran adalah lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsi-fungsi fasilitas

seperti Bank Desa, Kredit Desa, KUD. Adapun lembaga pemasaran menurut

penguasaan terhadap barang terdiri atas: (1) lembaga yang tidak memiliki tetapi

menguasai barang misalnya agen, perantara dan broker, (2) lembaga pemasaran

yang memiliki dan menguasai barang misalnya pedagang pengumpul, pedagang

pengecer, grosir, eksportir dan importir, (3) lembaga pemasaran yang tidak

memiliki dan tidak menguasai adalah fasilitas pengangkut, pergudangan, asuransi,

dan lain-lain.

Ada beberapa faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan

saluran pemasaran yaitu sebagai berikut:

1. Pertimbangan pasar, meliputi konsumen akhir dengan melihat potensi

pembeli, geografi pasar, kebiasaan pembeli, dan volume tataniaga.

2. Pertimbangan barang, meliputi nilai barang per unit, besar, berat, harga,

tingkat kerusakan, dan jenis barang.

3. Pertimbangan intern perusahaan, meliputi sumber permodalan,

pengalaman manajemen, pengawasan, penyaluran dan pelayanan.

Page 32: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

17

4. Pertimbangan terhadap lembaga dalam rantai tataniaga, meliputi segi

kemampuan lembaga perantara dan kesesuaian lembaga perantara dengan

kebijakan perusahaan.

Banyaknya jumlah lembaga yang terlibat dalam saluran pemasaran

dipengaruhi oleh jarak dari podusen ke konsumen, semakin jauh jarak antara

produsen ke konsumen akan mengakibatkan panjangnya rantai pemasaran serta

banyaknya aktivitas bisnis yang dilakukan perlu melibatkan sejumlah pelaku-

pelaku pemasaran. Selain itu banyaknya lembaga yang terlibat dalam saluran

pemasaran juga dipengaruhi oleh sifat komoditinya apakah cepat rusak atau tidak.

Komoditi yang cepat rusak membutuhkan rantai pemasaran yang pendek dan

harus dengan cepat diolah atau langsung diterima oleh konsumen. Kemudian

saluran pemasaran tergantung pula pada skala produksi. Bila produksi

berlangsung dalam ukuran-ukuran kecil, maka jumlah produk yang dihasilkan

berukuran kecil pula, dan akan tidak menguntungkan bila produsen menjual

langsung ke pasar. Dalam keadaan yang demikian kehadiran pedagang perantara

diharapkan, dan saluran yang akan dilalui produk cenderung panjang. Kekuatan

modal dan sumberdaya yang dimiliki juga berpengaruh bagi keterlibatan lembaga-

lembaga tersebut dalam saluran pemasaran karena produsen atau pedagang yang

posisi modalnya kuat akan dapat melakukan lebih banyak fungsi pemasaran

sehingga pemasaran dapat diperpendek.

3.1.3 Fungsi Pemasaran

Lembaga pemasaran di setiap saluran melakukan fungsi-fungsi pemasaran.

Fungsi dari pemasaran tersebut dinyatakan sebagai kegiatan, tindakan ataupun

jasa dalam proses pengalirannya dari produsen sampai konsumen. Menurut

Limbong dan Sitorus (1985), secara garis besar fungsi pemasaran dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

1. Fungsi pertukaran merupakan fungsi yang mencakup perpindahan hak

milik barang atau jasa dari penjual kepada pembeli. Fungsi ini terdiri atas

fungsi pembelian dan penjualan.

a. Fungsi pembelian diperlukan untuk menentukan jenis barang yang

akan dibeli yang sesuai dengan kebutuhannya baik untuk dikonsumsi

langsung maupun untuk kebutuhan produksi . Kegiatan utama dari

Page 33: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

18

fungsi ini adalah menentukan jenis, jumlah, kualitass, tempat

pembelian, serta cara pembelian barang dan jasa yang akan dibeli

b. Fungsi penjualan diperlukan untuk mencari tempat dan waktu yang

tepat untuk melakukan penjualan barang sesuai dengan yang

diinginkan konsumen baik dilihat dari jumlah, mutu bentuk, dan

mutunya.

2. Fungsi fisik merupakan fungsi yang mencakup aktivitas penanganan,

pergerakan, dan perubahan fisik dari komoditas pemasaran. Fungsi ini

mencakup fungsi penyimpanan, fungsi pengangkutan, dan fungsi

pengolahan.

a) Fungsi penyimpanan diperlukan untuk menyimpan barang selama

belum dikonsumsi atau menunggu diangkut ke daerah pemasaran atau

menunggu sebelum diolah. Fungsi penyimpanan ini terutama sangat

penting bagi hasil-hasil pertanian yang biasanya dihasilkan secara

musiman tetapi dikonsumsi sepanjang tahun. Pelaksanaan

penyimpanan akan memberikan kegunaan waktu dan selama

pelaksanaan penyimpanan dilakukan beberapa tindakan untuk

menjaga mutu, hal ini terutama bagi hasil-hasil pertanian yang

mempunyai sifat mudah busuk.

b) Fungsi pengangkutan bertujuan untuk menyediakan barang dan jasa di

daerah konsumen sesuai dengan kebutuhan konsumen baik menurut

waktu, jumlah dan mutunya. Fungsi pengangkutan mempunyai

kegiatan perencanaan jenis alat angkutan yang digunakan, volume

yang diangkut, waktu pengangkutan, dan jenis barang yang akan

diangkut.

c) Fungsi pengolahan bertujuan untuk meningkatkan kualitas barang

bersangkutan baik dalam rangka memperkuat daya tahan barang

maupun meningkatkan nilainya serta untuk memenuhi kebutuhan

konsumen.

3. Fungsi fasilitas merupakan fungsi yang mencakup aktivitas yang

memperlancar atau sebagai perantara antara fungsi pertukaran dan fungsi

fisik yang terjadi antara produsen dan konsumen. Fungsi fasilitas

Page 34: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

19

mencakup fungsi standardisasi dan grading, fungsi keuangan, fungsi

penanggungan risiko, dan fungsi informasi pasar, dan fungsi pembiayaan.

a) Fungsi standarisasi adalah suatu ukuran atau penentuan mutu suatu

barang seperti warna, susunan kimia, ukuran bentuk, kekuatan dan

ketahanan, kadar air, tingkat kematangan, rasa, dan kriteria lainnya.

Sedangkan grading merupakan tindakan menggolongkan atau

mengklasifikasikan hasil-hasil pertanian menurut standarisasi yang

diinginkan sehingga kelompok-kelompok barang yang terkumpul

sudah menurut satu ukuran standar. Fungsi standarisasi dan grading

akan mempermudah memberikan nilai terhadap barang bersangkutan,

mudah pelaksanaan jual beli, mengurangi biaya pemasaran terutama

biaya pengangkutan dan dapat memperluas pasaran.

b) Fungsi penanggungan risiko, risiko yang mungkin terjadi di dalam

proses pemasaran dapat dibedakan atas dua macam yaitu risiko fisik

berupa kebakaran, kehilangan, susut dan lainnya serta risiko ekonomi

atau risiko penurunan harga akibat kebijakan moneter dan adanya

perubahan harga.

c) Fungsi informasi pasar merliputi kegiatan pengumpulan informasi

pasar serta menafsirkan data informasi pasar tersebut. Dengan

mendapat informasi pasar yang lengkap, maka akan dapat lebih

terarah pelaksanaan proses produksi baik dilihat dari jumlah yang

diinginkan, kapan dibutuhkan, barang apa yang diinginkan dan

dimana diinginkan.

d) Fungsi pembiayaan adalah penyediaan biaya untuk keperluan selama

proses pemasaran dan juga kegiatan pengelolaan biaya tersebut. Biaya

ini dapat berupa kontan maupun kredit. Dengan sistem pemberian

kredit bagi para pembeli akan dapat memperluas pasar dari suatu

barang maupun jasa yang dipasarkan.

Page 35: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

20

3.1.4 Struktur Pasar

Struktur pasar merupakan tipe atau jenis pasar yang didefinisikan sebagai

hubungan antara pembeli dan penjual yang secara strategi mempengaruhi

penentuan harga dan pengorganisasian pasar (Asmarantaka 2009). Struktur pasar

mempengaruhi efektivitas pasar dalam realitas sehari-hari yang diukur dengan

variabel-variabel seperti harga, biaya dan jumlah produksi. Empat faktor penentu

dari karakteristik struktur pasar yaitu jumlah atau ukuran perusahaan, kondisi atau

keadaan produk, kondisi keluar masuk pasar, dan tingkat pengetahuan yang

dimiliki partisipan dalam pemasaran. Berikut lima jenis struktur pasar dengan

berbagai karakteristiknya.

Tabel 3. Karakteristik dan Struktur Pasar

Karakteristik Struktur pasar dan produk

Jumlah

perusahaan Sifat produk

Kemudahan

Masuk

Pasar

Pengaruh

perusahaan

terhadap harga

Sudut

pembeli Sudut penjual

Banyak Homogen Mudah,

tidak ada

hambatan

Tidak

berpengaruh

Persaingan

sempurna

Persaingan

sempurna

Banyak Diferensiasi Relatif

mudah

Sedikit

berpengaruh,

dibatasi oleh

subtitusi

Persaingan

monopilistik

Persaingan

monopolistik

Sedikit Homogen Sulit dengan

beberapa

hambatan

Berpengaruh,

dibatasi oleh

pesaing

Oligopsoni

murni

Oligopoli

murni

Sedikit Diferensiasi Sulit dengan

beberapa

hambatan

Berpengaruh,

dibatasi oleh

pesaing

Oligopsoni

diferensiasi

Oligopoli

diferensiasi

Satu Unik Tertutup Berpengaruh Monopsoni Monopoli

Sumber: Hammond dan Dahl (1977), Kolhs dan Uhl (1985)

Menurut Kirana (2003), berdasarkan sifat dan bentuknya, pasar dibedakan

menjadi dua macam struktur pasar yaitu: (1) pasar persaingan sempurna, (2) pasar

tidak bersaing sempurna. Pasar dapat digolongkan ke dalam struktur pasar

bersaing sempurna jika memenuh ciri-ciri antara lain: terdapat banyak penjual

maupun pembeli, pembeli dan penjual hanya menguasai sebagian kecil dari

barang dan jasa yang dipasarkan sehingga tidak dapat mempengaruhi harga pasar

sehingga penjual dan pembeli berperan sebagai penerima harga (price taker),

barang dan jasa yang dipasarkan bersifat homogen, penjual dan pembeli bebas

Page 36: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

21

keluar masuk pasar. Namun pada umumnya, karakteristik jumlah penjual dan

keadaan komoditi yang diperjualbelikan merupakan karakteristik utama dalam

menentukan struktur pasar.

3.1.5 Perilaku Pasar

Menurut Asmarantaka (2009), perilaku pasar adalah seperangkat strategi

dalam pemilihan yang ditempuh baik oleh penjual maupun pembeli untuk

mencapai tujuannya masing-masing. Perilaku pasar adalah strategi produksi dan

konsumsi dari lembaga pemasaran dalam struktur pasar tertentu yang meliputi

kegiatan pembelian dan penjualan, penentuan harga, dan kerjasama antara

lembaga-lembaga pemasaran yang ada. Perilaku pasar sering juga disebut sebagai

saluran tingkah laku dari lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur

pasar tempat lembaga tersebut melakukan kegiatan pembelian dan penjualan.

Perilaku suatu pemasaran akan sangat jelas terlihat pada saat beroperasi, misalnya

pada saat penentuan harga, lokasi, promosi, penjualan, pembelian dan strategi

pemasaran.

Sedangkan menurut Kohl dan Uhl (2002), ada empat hal yang harus

diperhatikan untuk mengetahui perilaku pasar yaitu: (1) Input-output system,

sistem input-output ini menerangkan bagaimana tingkah laku perusahaan dalam

mengelola sejumlah input menjadi satu set output, (2) Power system, menjelaskan

bagaimana suatu perusahaan dalam suatu sistem pemasaran, misalnya kedudukan

perusahaan dalam suatu sistem pemasaran sebagai perusahaan yang memonopoli

suatu produk sehingga perusahaan tersebut dapat sebagai penentu harga, (3)

Communications system, mempelajari tentang perilaku perusahaan mengenai

mudah tidaknya mendapatkan informasi dan, (4) System for adapting to internal

and external change, menerangkan bagaimana perilaku perusahaan dalam

beradaptasi pada suatu sistem pemasaran agar dapat bertahan di pasar.

Perilaku pasar dapat diketahui dengan mengamati praktik penjualan dan

pembelian yang dilakukan oleh masing-masing lembaga pemasaran, sistem

penentuan harga, kemampuan pasar menerima jumlah produk yang dijual,

stabilitas pasar dan pembayaran serta kerjasama diantara berbagai lembaga

pemasaran.

Page 37: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

22

M

3.1.6 Marjin Pemasaran

Marjin pemasaran adalah perbedaan antara harga di tingkat lembaga

pemasaran di dalam sistem pemasaran. Pengertian marjin sering digunakan untuk

menjelaskan fenomena yang menjebatani gap antara pasar di tingkat petani

dengan pasar di tingkat eceran (Asmarantaka 2009).

Tomek dan Robinson (1990), memberikan dua alternatif dari definisi

marjin pemasaran yaitu: (1) perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan

harga yang diterima produsen (petani) yang secara matematis dapat dirumuskan

yaitu M=Pr-Pf, (2) harga dari kumpulan jasa-jasa pemasaran sebagai akibat

adanya aktivitas-aktivitas bisnis yang terjadi dalam sistem pemasaran tersebut.

Secara grafis, marjin pemasaran dapat digambarkan sebagai jarak vertikal antara

kurva permintaan primer dengan kurva permintaan turunan, atau antara kurva

penawaran primer dengan kurva penawaran turunan.

Harga (P) Dr Sr

Pr Df Sf

Pf

Qr, f

Gambar 2. Marjin Pemasaran

Keterangan :

Sr –Penawaran tingkat pengecer, Sf – Penawaran tingkat petani,

Dr–Permintaan tingkat pengecer, Df –Permintaan tingkat petani,

Q – Jumlah keseimbangan di tingkat M – Marjin pemasaran

petani dan pengecer,

Perbedaan harga jual dari lembaga yang satu dengan lembaga lain sampai

ke tingkat konsumen akhir disebabkan karena adanya perbedaan kegiatan dari

etiap lembaga. Semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat dalam

Page 38: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

23

penyaluran suatu komoditas dari titik produsen sampai ke titik konsumen, maka

akan semakin besar perbedaan harga komoditas tersebut di titik produsen

dibandingkan harga yang akan dibayarkan oleh konsumen. Perbedaan harga yang

terjadi antara lembaga pemaasaran satu dengan lembaga pemasaran lainnya dalam

saluran pemasaran suatu komoditas yang sama disebut sebagai marjin pemasaran.

Pada umumnya besarnya marjin pemasaran merupakan indikator yang

paling sering digunakan untuk mendeteksi terjadinya efisiensi pemasaran. Marjin

pemasaran yang rendah belum tentu dapat mencerminkan pasar itu sudah efisien.

Namun, marjin yang tinggi juga tidak selalu ditunjukkan oleh adanya keuntungan

pedagang yang berlebihan. Hal ini karena besarnya marjin pemasaran tersebut

pada dasarnya merupakan total biaya pemasaran yang meliputi biaya operasional

pemasaran yang dikeluarkan pedagang (biaya pengangkutan, penyimpanan,

sortasi, grading) dan keuntungan pedagang (Irawan 2007).

Ketika nilai margin pemasaran tinggi sebagai akibat adanya pengolahan

dan penanganan produk lebih lanjut dan berdampak pada peningkatan kepuasan

konsumen maka tingginya marjin pemasaran mengindikasikan sistem pemasaran

tersebut berlangsung secara efisien.

Nilai marjin pemasaran dipengaruhi oleh sifat barang yang

diperdagangkan, tingkat pengolahan, biaya pemasaran, keuntungan lembaga

pemasaran, harga eceran dan harga produsen. Sifat komoditas atau barang juga

mempengaruhi marjin pemasaran dan jarak antar daerah produsen dengan

konsumen, serta biaya-biaya tidak resmi (Azzaino 1982 : Mubyarto 1979).

3.1.7 Farmer’s Share

Salah satu indikator untuk melihat efisiensi pemasaran yaitu dapat dilihat

dengan membandingkan bagian yang diterima petani (farmer’s share) terhadap

harga yang dibayarkan konsumen akhir (Limbong dan Sitorus 1985). Farmer’s

share mempunyai hubungan negatif dengan marjin pemasaran artinya semakin

tinggi marjin pemasaran, maka bagian yang diterima oleh petani semakin rendah

yang secara matematis farmer’s share dapat dirumuskan sebagai berikut:

Fs x 100%

Page 39: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

24

Keterangan :

Fs = Persentase yang diterima petani,

Pf = Harga di tingkat petani,

Pr = Harga di tingkat konsumen

3.1.8 Rasio Keuntungan dan Biaya

Asmarantaka (2009), efisiensi operasional lebih tepat menggunakan rasio

antara keuntungan (π) dengan biaya (C) karena pembanding oppurtunity cost dari

biaya adalah keuntungan, sehingga indikatornya adalah π/C dan nilainya harus

positif ( > 0). Menurut Limbong dan Sitorus (1985), tingkat efisiensi suatu sistem

pemasaran dapat dilihat dari penyebaran rasio keuntungan dan biaya. Meratanya

penyebaran rasio keuntungan dan biaya serta marjin pemasaran terhadap biaya

pemasaran, maka secara teknis sistem pemasaran tersebut semakin efisien. Untuk

mengetahui penyebaran rasio keuntungan dan biaya pada masing-masing lembaga

pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :

Rasio keuntungan biaya (π/C)

Keterangan :

πi = keuntungan lembaga pemasaran,

Ci = biaya pemasaran.

3.1.9 Keterpaduan Pasar

Keterpaduan pasar penting dilakukan untuk melihat sejauh mana

kelancaran informasi dan efisiensi pemasaran pada pasar. Menurut Asmarantaka

(2009), keterpaduan pasar merupakan indikator dari efisiensi pemasaran,

khususnya efisiensi harga yaitu suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh

perubahan harga yang terjadi pada pasar acuan akan menyebabkan terjadi

perubahan pada pasar pengikutnya. Keterpaduan pasar dapat terjadi jika terdapat

informasi pasar yang memadai dan informasi ini disalurkan dengan cepat dari satu

pasar ke pasar lainnya misalnya perubahan harga dari salah satu pasar disalurkan

atau ditransfer secara cepat ke pasar lain sehingga fluktuasi perubahan harga

terjadi pada suatu pasar dapat segera tertangkap oleh pasar lain dengan ukuran

Page 40: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

25

perubahan yang sama. Hal tersebut pada gilirannya merupakan faktor yang dapat

digunakan sebagai sinyal dalam pengambilan keputusan bagi produsen (Heytens

1986).

Analisis keterpaduan pasar erat kaitannya dengan analisis struktur pasar.

Menurut Comforti (2004), integrasi harga yang simetris terjadi pada pasar yang

menganut prinsip law of one price artinya jika harga pada suatu pasar mengalami

peningkatan maka pasar yang menjual produk yang sama akan merespon

perubahan harga tersebut mengikuti harga yang terjadi di pasar. Hal ini

menandakan bahwa pasar sudah terintegrasi dengan baik dan sudah efisien karena

persebaran informasinya merata yang dapat dilihat melalui respon yang

ditimbulkan terhadap perubahan harga tersebut. Keterpaduan pasar digunakan

untuk melihat tingkat keeratan hubungan antar pasar produsen (petani) dan pasar

acuan (Pasar Induk Kramat Jati). Suatu pasar dikatakan terpadu dengan baik

apabila harga pada suatu lembaga pemasaran diteruskan kepada lembaga

pemasaran lainnya dalam satu rantai pemasaran.

Adanya keterpaduan pasar juga menunjukkan transmisi harga yang baik

antara pelaku. Hal ini dapat terjadi karena kedekatan hubungan dan pola

komunikasi yang baik antar pelaku. Tingkat keterpaduan pasar yang tinggi

menunjukkan telah lancarnya arus informasi diantara lembaga pemasaran

sehingga harga yang terjadi pada pasar yang dihadapi oleh lembaga pemasaran

yang lebih rendah dipengaruhi oleh lembaga pemasaran yang lebih tinggi. Hal ini

dikarenakan apabila arus informasi berjalan dengan lancar dan seimbang, tingkat

lembaga pemasaran yang lebih rendah mengetahui informasi yang dihadapi oleh

lembaga pemasaran di atasnya, sehingga dapat menentukan posisi tawarnya dalam

pembentukan harga (Sianturi 2005).

Keterpaduan pasar dapat diukur dengan menggunakan pendekatan, yaitu

1) metode korelasi (r), 2) metode regresi sederhana, 3) hubungan lag bersebaran

autoregresif (Autoregressive Distribute Lag) antara harga di tingkat pasar acuan

dan pasar pengikut. Menurut Ravallion (1986) model keterpaduan pasar

autoregresif dapat digunakan untuk mengukur bagaimana harga di pasar lokal

dipengaruhi oleh harga di pasar acuan dengan mempertimbangkan harga pada

waktu yang lalu (t-1) dan harga pada saat ini (t). Aktivitas pasar-pasar tersebut

Page 41: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

26

dihubungkan oleh adanya arus komoditi, sehingga harga dan jumlah komoditi

yang dipasarkan akan berubah jika terjadi perubahan harga di pasar lain.

Hubungan antara kedua pasar dapat dibedakan ke dalam hubungan jangka pendek

dan jangka panjang. Model statistik yang mampu menjelaskan perubahan harga

pada pasar lokal sebagai fungsi dari beberapa variabel bebas menurut Heytens

(1986) adalah sebagai berikut :

Pit - Pit-1 = ß0 + (1+ ß1)Pit-1 + ß 2 (Pjt - Pjt-1) + (ß 3- ß1) Pjt-1 + ß 4Xt + et……..(1)

Keterangan:

Pit = Harga di tingkat pasar lokal pada waktu ke-t (rupiah/kilogram)

P it-1 = Harga di tingkat pasar lokal pada waktu ke t-1 (rupiah/kilogram)

Pjt = Harga di tingkat pasar rujukan/acuan pada waktu ke-t (rupiah/kilogram)

Pjt-1 =Harga di tingkat pasar rujukan/acuan pada waktu ke t-1

(rupiah/kilogram)

X t = Peubah exogenus (musim panen atau regional)

ßi = Parameter estimasi dengan i = 1,2,3,....n

et = Random error

Jika diasumsikan bahwa deret waktu di pasar lokal dan pasar

acuanmempunyai pola musim yang sama, maka tidak perlu memasukkan peubah

boneka (Xt) untuk musim setempat, persamaan dapat disederhanakan lagi

menjadi:

Pit = b0 + b1Pit-1 + b2 (Pjt - Pjt-1) + b3Pjt-1 + et………..(2)

Dimana: b1 = 1+ ß1, b2 = ß 2, b3 = ß 3- ß1

b1 = Koefisien perubahan harga di tingkat pasar lokal

b2 = Koefisien perubahan margin harga di tingkat pasar acuan

b3 =Koefisien perubahan harga di tingkat pasar acuan

Berdasarkan persamaan (2) dapat diketahui bahwa koefisien b2 mengukur

bagaimana perubahan harga di pasar acuan diteruskan ke pasar lokal.

Keterpaduan pasar dalam jangka panjang dicapai jika b2 = 1, maka perubahan

harga yang terjadi bersifat netral dan proposional dengan persentase yang

Page 42: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

27

sama.Tentunya b2 tidak harus sama dengan satu, meskipun informasi perubahan

harga ditingkat pasar acuan secara langsung diteruskan ke pasar lokal.

Jika Pjt - Pjt-1= 0, maka pasar acuan berada pada keseimbangan jangka

pendek, berarti koefisien b2 dikeluarkan dari persamaan. Koefisien yang

menghubungkan dua bentuk harga (1+ ß1) dan (ß 3- ß1) menjelaskan kontribusi

relatif dari pasar lokal pada saat diinginkan. Kedua bentuk harga yang diperoleh

ini dapat digunakan untuk mengetahui indeks keterpaduan pasar (IMC = Index

Market connection). IMC merupakan rasio dari kedua bentuk harga tersebut, yaitu

bentuk harga pasar lokal terhadap bentuk harga pasar acuannya. Nilai IMC ini

dapat digunakan untuk mengetahui keterpaduan pasar dalam jangka pendek.

Secara matematik dapat dirumuskan sebagai berikut :

IMC = atau IMC =

Jika harga yang terjadi di pasar rujukan pada waktu sebelumnya

merupakan faktor utama yang mempengaruhi harga yang terjadi di suatu pasar

lokal tertentu, berarti kedua pasar tersebut terhubungkan dengan baik. Hal ini

menunjukkan bahwa informasi permintaan dan penawaran di pasar rujukan

diteruskan ke pasar lokal dan akan mempengaruhi harga yang terjadi di pasar

lokal tersebut. Jika koefisien b1 = 0 dan b3 > 0 maka nilai IMC = 0 artinya harga di

tingkat pasar lokal pada waktu sebelumnya tidak berpengaruh terhadap harga

yang diterima pada pasar lokal sekarang. Hal ini berarti pasar tersebut berada

dalam keadaan integrasi jangka pendek yang kuat. Jika koefisien b1 > 0 dan

koefisien b3 = 0, maka IMC menjadi tak hingga. Hal ini menunjukkan pasar

tersebut mengalami segmentasi pasar. Integrasi pasar jangka pendek akan

cenderung terjadi pada kondisi dimana b1< b3 sehingga nilai IMC antara 0 dan 1.

Semakin mendekati nol maka derajat integrasi pasar jangka pendek relatif tinggi.

Jika nilai b2= 1 berarti bahwa pasar berada dalam keseimbangan jangka panjang

yang kuat dimana kenaikan harga di pasar rujukan akan segera diteruskan ke pasar

lokal.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui bahwa koefisien b2

digunakan untuk mengetahui keterpaduan jangka panjang dan IMC untuk

mengetahui ketertpaduan pasar jangka pendek. Keterpaduan jangka pendek

Page 43: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

28

disebut juga keterkaitan pasar dalam menjelaskan bagaimana pelaku pemasaran

berhasil menghubungkan pasar-pasar yang secara geografis terpisah melalui aliran

informasi dan komoditas.

3.1.10 Efisiensi Pemasaran

Menurut Asmarantaka (2009), pemasaran yang efisien adalah pasar

persaingan sempurna, namun struktur pasar ini secara nyata tidak dapat

ditemukan. Ukuran efisien adalah kepuasan dari konsumen, produsen, maupun

lembaga-lembaga yang terlibat dalam mengalirkan barang dan jasa. Ukuran untuk

menentukan tingkat kepuasan tersebut sulit dan sangat relatif. Kegiatan

pemasaran dikatakan efisien apabila biaya pemasaran dapat ditekan sehingga

keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, persentase perbedaan harga yang

dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi.

Efisiensi pemasaran dapat ditinjau dari input output yaitu efisiensi

operasional dan efisiensi harga. Efisiensi operasional berhubungan dengan

penanganan aktivitas-aktivitas yang dapat meningkatkan rasio dari output-input

pemasaran. Input pemasaran adalah sumberdaya (tenaga kerga, pengepakan,

mesin-mesin, dan lainnya) yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi-fungsi

pemasaran. Output pemasaran termasuk di dalamnya adalah kegunaan waktu,

tempat, bentuk, dan kepemilikan yang berhubungan dengan kepuasan konsumen.

Oleh sebab itu sumberdaya adalah biaya, sedangkan kegunaan (utilities) adalah

benefit dari rasio efisiensi pemasaran. Rasio efisiensi pemasaran (operasional)

dapat dilihat dari peningkatan dalam dua cara yaitu :

1. Pada perubahan sistem pemasaran dengan mengurangi biaya perlakuan

pada fungsi-fungsi pemasaran tanpa mengubah manfaat atau kepuasaan

konsumen.

2. Meningkatkan kegunaan output dari proses pemasaran tanpa

meningkatkan biaya pemasaran.

Pengukuran efisiensi operasional juga dapat diketahui dengan

menganalisis marjin pemasaran atau sebaran harga antara harga di tingkat petani

dengan di tingkat pengecer. Efisiensi harga adalah bentuk kedua dari efisiensi

pemasaran. Efisiensi ini menekankan kepada kemampuan dari sistem pemasaran

Page 44: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

29

yang sesuai dengan keinginan konsumen. Sasaran dari efisiensi harga adalah

efisiensi alokasi sumberdaya dan maksimum output (ekonomi). Efisiensi harga

dapat tercapai apabila masing-masing pihak yang terlibat dalam pemasaran

merasa puas atau responsif terhadap harga yang berlaku. Efisiensi harga dapat

dianalisis melalui ada atau tidaknya keterpaduan pasar antara pasar acuan dengan

pasar pengikutnya, misalnya antara pasar di tingkat petani dengan pasar di tingkat

konsumen akhir.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Cabai merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan nasional dan

memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Kebutuhan cabai rawit merah terus

meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan

berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai rawit merah.

Selain itu, cabai tidak dapat disubstitusi oleh komoditas lain, sehingga bila terjadi

ketidakseimbangan antara produksi dan serapan pasar pasti akan terjadi fluktuasi

harga. Salah satu faktor yang menjadi penyebab terjadinya ketidakseimbangan

tersebut yaitu pola produksi (adanya on season dan off season) dan pola tanam

yang tidak terencana dan tidak terkoodinasi antar tiap kabupaten sentra produksi

cabai rawit merah sehingga petani-petani cabai rawit merah memperoleh

pendapatan yang fluktuatif sehingga pendapatan menjadi tidak pasti.

Salah satu sentra produksi cabai rawit merah berada di Desa Cigedug

Kecamatan Cigedug. Jaringan pemasaran cabai rawit merah di Kecamatan

Cigedug pada umumnya melalui pedagang pengumpul desa, semua petani di Desa

Cigedug menjual hasil panennya kepada pihak pedagang pengumpul desa atau

dengan kata lain petani bergantung kepada pedagang pengumpul desa dalam

pemasaran cabai rawit merah. Kondisi ini terjadi akibat petani memiliki

kelemahan memasarkan sendiri dikarenakan butuh modal yang besar khususnya

dalam menyewa alat transportasi dan pengalaman yang cukup sehingga

pengambilan keputusan dalam penetapan harga lebih cenderung kepada pihak

pedagang pengumpul desa. Selain itu, akses informasi harga cabai rawit merah

yang diterima petani tidak lancar. Kondisi ini melemahkan posisi petani karena

daya tawar petani yang lemah. Selanjutnya cabai rawit merah disalurkan ke pasar

Page 45: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

30

induk seperti Pasar Induk Cikajang, Pasar Induk Kramat Jati dan Pasar Induk

Caringin.

Berdasarkan kondisi yang terjadi di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug,

Kabupaten Garut maka perlu dianalisis sistem pemasaran sehingga dapat diambil

kebijakan yang tepat untuk memperbaiki mekanisme pasar dan rekomendasi bagi

para petani yang memberikan bagian keuntungan yang layak untuk petani maupun

lembaga pemasaran.

Page 46: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

31

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional

Salah satu sentra produksi cabai rawit merah

(Capsicum frutescens) di Desa Cigedug

Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut.

Fluktuasi harga cabai rawit merah tinggi

Adanya ketergantungan petani kepada pengumpul

sehingga posisi tawar petani rendah.

Analisis Sistem Pemasaran

Analisis saluran pemasaran

Analisis fungsi pemasaran

Analisis struktur pasar

Analisis perilaku pasar

Analisis marjin pemasaran

Analisis farmer’s share

Analisis rasio keuntungan dan biaya

Analisis keterpaduan pasar petani cabai rawit merah di

Desa Cigedug dengan Pasar Induk Kramat Jati

Rekomendasi

Page 47: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

32

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten

Garut, Provinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

(purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan yang

merupakan salah satu sentra produksi cabai rawit di Jawa Barat. Penelitian

dilakukan pada bulan Mei – Juni 2012.

4.2 Data dan Instrumentasi

Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh dengan melakukan observasi langsung melalui pembagian kuisioner

yang telah disiapkan dengan teknik wawancara kepada petani cabai rawit merah

dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat seperti pedagang pengumpul desa

dan pedagang pengecer cabai rawit merah.

Data sekunder diperoleh dari instansi terkait yaitu Departemen Pertanian,

Badan Pusat Statistik (BPS), Pusat Data dan Informasi, Pasar Induk Kramat Jati,

dan hasil penelitian dari PSEKP. Selain itu diperoleh informasi melalui situs web

internet, buletin, literatur-literatur serta sumber-sumber yang terkait dengan judul

penelitian.

4.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara langsung kepada

petani responden dengan menggunakan kuisioner. Responden yang akan diambil

dalam penelitian ini adalah para petani cabai rawit merah yang berada di wilayah

Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut dan lembaga pemasaran

terkait. Penentuan petani responden dilakukan secara purposive yaitu petani cabai

cabai rawit merah yang sedang melakukan pemanenan. Jumlah petani responden

sebanyak 30 orang. Penarikan sampel pada lembaga-lembaga pemasaran

dilakukan dengan mengikuti alur perdagangan cabai rawit merah, diambil

berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden sebelumnya yaitu dari

tingkat petani. Jumlah pedagang respoden sebanyak 22 orang.

Page 48: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

33

4.4 Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis

kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan untuk menganalisis

saluran pemasaran, fungsi-fungsi pemasaran, struktur pasar serta perilaku pasar

melalui wawancara dan pengisian kuisioner. Pengolahan data dilakukan secara

deskriptif.

Analisis data kuantitatif digunakan untuk menganalisis marjin pemasaran,

farmer’s share, rasio keuntungan terhadap biaya, serta keterpaduan pasar vertikal

cabai rawit merah yang terjadi pada tingkat petani dengan Pasar Induk Kramat

Jati. Pengolahan data analisis kuantitatif menggunakan Microsoft Excel dan sistem

tabulasi data. Sedangkan untuk keterpaduan pasar menggunakan pendekatan

model Autoregressive Distributed Lag dengan penggunaan software yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu program Minitab versi 14.

4.4.1 Analisis Saluran Pemasaran

Analisis saluran pemasaran dilakukan dengan mengamati rantai distribusi

cabai rawit merah yang terjadi mulai dari produsen hingga ke konsumen akhir.

Jalur pemasaran ini dapat menggambarkan pola saluran pemasaran. Saluran

pemasaran yang semakin panjang akan menunjukkan marjin yang semakin tinggi

pula (Limbong dan Sitorus 1985).

4.4.2 Analisis Fungsi Pemasaran

Analisis fungsi pemasaran digunakan untuk mengamati fungsi - fungsi

pemasaran yang dilakukan dalam saluran pemasaran cabai rawit merah, meliputi

yaitu fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik (pengangkutan,

pengemasan, penyimpanan), dan fungsi fasilitas (sortasi, penanganan risiko,

pembiayaan, dan informasi pasar) (Limbong dan Sitorus 1985).

4.4.3 Analisis Struktur Pasar

Struktur pasar cabai rawit merah dianalisis secara deskriptif dengan

berdasarkan pada jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, mudah tidaknya

memasuki pasar, dan pengaruh perusahaan terhadap harga (Kolhs dan Uhl 1985;

Hammond dan Dahl 1977). Analisis struktur pasar dilakukan pada setiap interaksi

Page 49: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

34

antara dua pelaku lembaga pemasaran yang melakukan aktivitas pembelian dan

penjualan kemudian menentukan struktur pasar yang terjadi.

4.4.4 Analisis Perilaku Pasar

Perilaku pasar cabai rawit merah dianalisis secara deskriptif dengan tujuan

untuk memeperoleh informasi perilaku lembaga pemasaran. Adapun perilaku

yang diamati adalah : (1) praktek penjualan dan pembelian, yaitu bagaimana

proses penjualan dan pembelian berlangsung, (2) penentuan harga yaitu pada

tingkat lembaga manakah yang lebih dominan dalam penentuan harga, (3) sistem

pembayarannya secara tunai atau kredit, (4) adanya kerjasama antara lembaga-

lembaga pemasaran yaitu bentuk kerjasama yang terjalin antar lembaga

pemasaran (Asmarantaka 2009).

4.4.5 Analisis Marjin Pemasaran

Efisiensi suatu pemasaran dapat dilihat dari penyebaran marjin pemasaran,

farmer’s share serta rasio keuntungan dan biaya. Menurut Asmarantaka (2009),

marjin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayarkan konsumen (Pr) dengan

harga yang diterima produsen (M=Pr-Pf). Marjin pemasaran ini termasuk semua

ongkos yang dikeluarkan oleh pelaku-pelaku pemasaran sehingga marjin

pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut:

Mi = Ci + πi

Selain itu marjin pemasaran digunakan untuk mengetahui perbedaan

pendapatan yang diterima oleh masing- masing lembaga yang terkait dengan

membandingkan perbedaan harga pada masing-masing lembaga. Besarnya

pendapatan yang diperoleh lembaga pemasaran pada tingkat ke-i adalah:

πi = Pji – Pbi – Ci

Sehingga besarnya marjin pemasaran pada suatu saluran pemasaran

tertentu dapat dinyatakan sebagai jumlah dari marjin pada masing-masing

lembaga pemasaran yang terlibat (Asmarantaka, 2009; Limbong dan Sitorus

1985). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

M = Σ Mi

Page 50: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

35

Keterangan:

Mi = Marjin pemasaran pada pasar tingkat ke-i ,

Pji = Harga penjualan pada pasar tingkat ke-i ,

Pbi = Harga pembelian pada pasar tingkat ke-i,

Ci = Biaya pembelian pada pasar tingkat ke-i,

πi = Keuntungan pemasaran pada pasar tingkat ke-i, i= 1,2,3,…….,n.

4.4.6 Analisis Farmer’s Share

Farmer’s share merupakan bagian yang diterima petani atau perbandingan

persentase harga yang diterima petani dengan harga yang dibayar oleh konsumen

akhir (Limbong dan Sitorus 1985). Secara matematis farmer’s share dapat

dirumuskan sebagai berikut :

Keterangan:

Fs = Farmer’s share,

Pf = Harga di tingkat petani,

Pr = Harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir.

4.4.7 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya

Rasio keuntungan dan biaya adalah persentase keuntungan yang diterima

lembaga pemasaran terhadap biaya pemasaran yang secara teknis untuk

mengetahui tingkat efisiensinya (Limbong dan Sitorus 1985). Rasio keuntungan

dan biaya setiap lembaga pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut:

Rasio keuntungan biaya (π/C)

Keterangan : π i = keuntungan lembaga pemasaran, Ci = biaya pemasaran

Apabila π/C lebih dari satu (π/C >1), maka usaha tersebut efisien, dan

apabila π/C kurang dari satu (π/C < 1), maka usaha tersebut tidak efisien.

Meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya maka secara teknis sistem

pemasaran tersebut semakin efisien.

Page 51: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

36

4.4.8 Analisis Keterpaduan Pasar

Analisis keterpaduan pasar bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh

pembentukan harga cabai rawit merah pada suatu tingkat lembaga pemasaran

dipengaruhi oleh harga di tingkat lembaga pemasaran lainnya. Penelitian ini

menganalisis keterpaduan pasar tingkat petani dengan Pasar Induk Kramat Jati.

Data harga yang digunakan adalah data mingguan. Analisis indeks keterpaduan

pasar antara harga di pasar lokal dan harga dipasar acuan (rujukan) dapat diukur

dengan menggunakan metode IMC. Penyusunan persamaan dilakukan dengan

menggunakan pendekatan regresi sederhana (OLS) dimana persamaannya sebagai

berikut:

Pit = b1 Pit-1 + b2 (Pjt - Pjt-1) + b3 Pjt-1 + et

Keterangan :

P it = Harga cabai rawit merah di tingkat pasar lokal pada waktu ke t

(rupiah/kilogram)

P it-1 = Harga cabai rawit merah di tingkat pasar lokal pada waktu ke t-1

(rupiah/kilogram)

Pjt = Harga cabai rawit merah di tingkat pasar rujukan/acuan pada waktu ke t

(rupiah/kilogram)

Pjt-1 = Harga cabai rawit merah di tingkat pasar rujukan/acuan pada waktu ke

t-1 (rupiah/kilogram)

bi = Parameter estimasi dengan i = 1,2,3,....n

et = Random error

4.4.9 Pengujian Hipotesis

Untuk menguji apakah secara statistik peubah bebas yang dipilih

berpengaruh nyata atau tidak terhadap peubah tidak bebas dapat dilakukan uji

statistik t dan uji statistik F. Uji statistik t dapat digunakan untuk menguji

koefisien regresi dari masing-masing peubah, apakah secara terpisah dan apakah

peubah ke-i berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas. Uji F digunakan

untuk menguji koefisien regresi secara serentak, apakah peubah-peubah bebas

secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi dari peubah tidak bebas.

Page 52: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

37

Pengujian dari masing-masing koefisien regresi dilakukan dengan uji t-student,

dengan hipotesis:

H0 : b1 = 0

H1 : b1 ≠ 0

Pengujian dengan t hitung :

bi - 0

t hitung =

Se (bi )

Keterangan: Se (bi) adalah standar error parameter dugaan bi

Kriteria uji : t hitung < t tabel : terima H0

t hitung > t tabel : tolak H0

Jika hipotesa nol ditolak, berarti peubah yang diuji berpengaruh nyata

terhadap peubah tidak bebas. Sebaliknya jika hipotesa nol diterima, maka peubah

yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap peubah bebas. Sedangkan mekanisme

yang digunakan untuk menguji koefisien regresi secara serentak adalah :

H0 : b1 = b2 = ...... = b k= 0

H0 : b1 ≠ b2 ≠ ...... ≠ b k≠ 0

Statistik uji yang digunakan dalam uji F adalah :

SSR/ (k-1)

Fhit =

SSR/ (n-k)

Dengan derajat bebas (k-1), (N-k),

Keterangan :

SSR = Jumlah kuadrat regresi

SSE = Jumlah kuadrat sisa

N = Jumlah pengamatan

k = Jumlah parameter

Kriteria uji : t hitung < t tabel : terima H0

t hitung > t tabel : tolak H0

Page 53: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

38

Jika hipotesa nol ditolak berarti minimal ada satu peubah yang digunakan

berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas. Sebaliknya jika hipotesa nol

diterima berarti secara bersama peubah yang digunakan tidak bisa menjelaskan

variasi dari peubah tidak bebas. Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah

ada korelasi antar pengamatan. Uji autokorelasi ini menggunakan uji Durbin

Watson. Pengujian dengan metode ini dilakukan karena di dalam model terdapat

variabel lag. Pengujian ini digunakan dengan hipotesa :

H0 : ρ = 0 dan H1: ρ ≠ 0

Sedangkan koefisien Durbin-h diperoleh dari perhitungan sebagai berikut :

∑(et-et-1)

dw =

∑(e2t)

Keterangan :

dw = Nilai Durbin Watson

et-et-1 = Lag nilai kesalahan e

e2t = Kuadrat nilai kesalahan

Koefisien Durbin watson (d) hitung dibandingkan dengan nilai tabel dU

dan nilai dL. Jika nilai d hitung < dL maka terdapat autokorelasi (+) dan (d)

hitung > 4-dL terdapat autokorelasi (-). Jika nilai (d) hitung terdapat pada daerah

lain, maka tidak terdapat autokorelasi antar pengamatan. Artinya model dapat

digunakan dalam pembahasan selanjutnya.

Untuk mengetahui apakah suatu pasar terpadu dalam jangka panjang

maupun jangka pendek, maka dilakukan pengujian hipotesis terhadap keterpaduan

pasar.

1. Keterpaduan Pasar Jangka Panjang

H0 : b2 = 1

H0 : b2 ≠ 1

Pengujian dengan t hitung :

b2 - 1

t hitung =

Se (b2 )

Keterangan : Se (b2) adalah standar error parameter dugaan b2.

Page 54: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

39

Apabila t hitung < t tabel maka terima H0 yang artinya kedua pasar

terpadu dalam jangka panjang. Sebaliknya t hitung > t tabel, maka tolak H0

hipotesis al alternatif diterima secara statistik, artinya kedua pasar tidak

terpadu dalam jangka panjang.

2. Keterpaduan Pasar Jangka Pendek

H0 : b1/b3 = 0

H0 : b1/b3 ≠ 0

Keterangan : b1/ b3 = 0 setara dengan b1 = 0, sehingga hipotesis sebagai

berikut:

H0 : b1 = 0

H0 : b1 ≠ 0

b1 - 0

t hitung =

Se (b1)

Apabila t hitung < t tabel maka terima H0 secara statistik, yang

artinya kedua pasar terpadu dalam jangka pendek. Sebaliknya jika t hitung

> t tabel, maka tolak H0 dan hipotesa alternatif diterima secara statistik,

artinya kedua pasar tidak terpadu dalam jangka pendek.

Page 55: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

40

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

5.1 Keadaan Pertanian di Kabupaten Garut

Kabupaten Garut terletak di Propinsi Jawa Barat bagian selatan dan

memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha (3.065,19 km²). Secara

administratif, sampai saat ini Kabupaten Garut mempunyai 42 kecamatan, 21

kelurahan dan 403 desa. Sesuai dengan karakteristik wilayah Kabupaten Garut,

pertanian masih merupakan sektor andalan. Secara nasional, Kabupaten Garut

belum menjadi salah satu sentra produksi pangan, tetapi untuk lingkup Jawa Barat

berpotensi kuat menjadi sentra produksi padi, jagung, dan kedelai. Namun dari

sektor hortikultura, Kabupaten Garut menjadi salah satu sentra produksi

sayuran.dan sebagian besar sayuran yang dibudidayakan oleh petani di Kabupaten

Garut adalah sayuran dataran tinggi yang mempunyai nilai ekonomis cukup

tinggi. Beberapa sayuran yang teridentifikasi sebagai komoditas unggulan

pertama adalah kentang, cabai (cabai besar dan cabai rawit ), dan tomat (LPPD

Kabupaten Garut 2010). Berikut perbandingan luas tanam ketujuh komoditas

tersebut pada tahun 2011 dapat dilihat pada gambar 4 dimana luas tanam dan luas

panen ketiga komoditas tersebut mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Gambar 4. Perbandingan Luas Lahan Padi, Jagung, Kedelai, Kentang, Tomat,

Cabai Besar, dan Cabai Rawit di Kabupaten Garut Tahun 2011. Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Garut (2012).

Page 56: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

41

Padi, jagung, dan kedelai jika dilihat produksi dan produktivitasnya

mengalami peningkatan setiap tahunnya. Realisasi produksi padi tahun 2009

mencapai 804.457 ton atau 110,18 persen bila dibandingkan dengan realisasi

tahun 2008 (730.167) atau naik sebesar 9,23 persen bila dibandingkan dengan

produksi pada tahun 2009 dan di tahun 2010 terus mengalami peningkatan sebesar

21,44 persen. Sedangkan komoditas jagung juga mengalami peningkatan sebesar

12,91 persen pada tahun 2010. Adapun produksi kedelai tahun 2009 mencapai

12.647 ton biji kering dan terus mengalami peningkatan sebesar 32 persen di

tahun 2010.

Tabel 4. Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung, dan Kedelai di Kabupaten

Garut Tahun 2008-2010.

Komoditas Produksi (Ton)

2008 2009 2010

Padi 730.167 804.457 918.735

Jagung 336.025 367.790 422.309

Kedelai 7.857 12.647 18.601

Komoditas Produktivitas (Ton/Ha)

Padi 5,596 5,938 6,224

Jagung 6,016 6,513 6,92

Kedelai 1,407 1,516 1,624

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Garut (2012)

Dilihat dari sektor hortikultura khususnya sayuran, secara ekologis, faktor

alam (tipe iklim) di beberapa daerah Kabupaten Garut sangat cocok untuk

pengembangan komoditas sayuran seperti kentang, tomat, dan cabai. Varietas

kentang yang dominan digunakan di Kabupaten Garut ialah granola dan atlantik.

Adapun tomat yang sering diusahakan oleh petani di Kabupaten Garut terdiri dari

berbagai jenis, dari jenis lokal hingga benih hasil hibrida. Sedangkan untuk

komoditas cabai merah yang sering diusahakan oleh petani di Garut terdiri dari

berbagai jenis, dari jenis lokal hingga benih hasil hibrida. Varietas cabai besar

yang dominan digunakan oleh petani yaitu di Kabupaten Garut ialah biola,

fantastic, dan tanjung. Sedangkan varietas cabai rawit yang dominan digunakan di

Kabupaten Garut ialah inul yang merupakan varietas lokal.

Page 57: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

42

Gambar 5. Perbandingan Luas Tanam Kentang, Tomat dan Cabai di

Kabupaten Garut Tahun 2009-2011. Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Garut (2012)

Pada gambar 5 dapat dilihat luas tanam kentang mengalami peningkatan

setiap tahunnya. Pada tahun 2011 luas tanam kentang mencapai 6.065 ha atau

mengalami peningkatan 2,407 persen dari tahun 2010 seluas 5.919 ha. Sedangkan

produksi dan produktivitas mengalami fluktuasi. Tanaman tomat, cabai besar, dan

cabai rawit merupakan tanaman tumpang sari sehingga luas tanam, produksi, dan

produktivitas setiap tahunnya cenderung fluktuasi.

Tabel 5. Produksi, dan Produktivitas Kentang, Tomat, dan Cabai di Kabupaten

Garut Tahun 2009-2011

Komoditas Produksi (Ton)

2009 2010 2011

Kentang 120.048 143.342 127.090

Tomat 100.912 100.248 98.142

Cabai Besar 70.641 79.492 80.390

Cabai Rawit 19.251 17.178 22.628

Komoditas Produktivitas (Ton/Ha)

Kentang 23,42 22,05 22,22

Tomat 28,17 27,23 27,41

Cabai Besar 14,85 14,41 14,45

Cabai Rawit 12,73 12,13 12,51

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Garut (2012)

Page 58: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

43

Varietas granola biasa dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan pasar-

pasar tradisional sedangkan untuk varietas atlantik biasa dibudidayakan untuk

memenuhi kebutuhan industri-industri seperti keripik kentang baik dalam skala

industri kecil maupun besar. PT. Indofood Fritolay Sukses Makmur merupakan

salah satu pelaku industri yang menjalin sebuah hubungan kemitraan dengan

banyak petani kentang di berbagai daerah termasuk Kabupaten Garut guna

memenuhi kebutuhan supply input ke pabriknya. Berdasarkan hasil wawancara

dengan beberapa petani, harga yang diberikan oleh PT. Indofood Fritolay Sukses

Makmur terhadap petani kentang adalah berkisar antara Rp 5.000 – Rp 5.250 per

kilogram. Harga tersebut berada diatas rata-rata harga pasar yang hanya

berkisarRp 4.000 – Rp 4.500 per kilogram untuk kentang yang termasuk varietas

atlantik.

Adapun komoditas tomat yang menunjukkan nilai produktivitas paling

tinggi jika dibandingkan dengan kentang dan cabai, namun produktivitas ini tidak

diikuti dengan harga pasar yang baik. Harga rata-rata tomat di tingkat pasar

berkisar antara Rp 3.000 - Rp 6.000 per kilogram sedangkan di tingkat petani

hanya berkisar Rp 500 - Rp 3.000 per kilogram.

Komoditas cabai besar memiliki kisaran harga rata-rata yang diterima di

tingkat produsen berkisar antara Rp 5.000 – Rp 7.000 per kilogram dan dapat

mencapai Rp 70.000 per kilogram di tingkat pasar sedangkan komoditas cabai

rawit merah memiliki kisaran harga antara Rp 4.000 – Rp 20.000 per kilogram di

tingkat petani dan dapat mencapai Rp 29.000 per kilogram di tingkat pasar. Hal

tersebut terjadi akibat tingginya permintaan di pasar pada hari perayaan seperti

Idul Fitri. Beberapa daerah sentra produksi utama tanaman cabai rawit yaitu

berada di Kecamatan Caringin, Kecamatan Talegong, Kecamatan Bungbulang,

dan Kecamatan Cigedug.

Page 59: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

44

Tabel 6. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Cabai Rawit di Tingkat

Kecamatan Kabupaten Garut Tahun 2009-2011

Kecamatan Luas Panen (Ha)

2009 2010 2011

Caringin 318 180 283

Talegong 266 107 152

Bungbulang 162 142 139

Cigedug 162 152 254

Produksi (Ton)

Caringin 4.410 231 3.667

Talegong 3.134 1.220 1.831

Bungbulang 1.963 1.601 1.669

Cigedug 1.865 1.869 3.304

Produktivitas (Ton/Ha)

Caringin 138,68 128,17 129,58

Talegong 117,82 113,99 120,46

Bungbulang 121,17 112,75 120,07

Cigedug 115,12 122,94 130,08

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Garut (2012)

5.2 Keadaan Umum Wilayah Desa Cigedug

Desa Cigedug merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Cigedug, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat. Desa ini terletak di daerah

dataran tinggi dengan ketinggian 1.200 meter dpl dengan tingkat kemiringan 75

persen berbukit, 20 persen landai dan 5 persen curam. Desa Cigedug terletak di

sebelah selatan dari kabupaten Garut dengan jarak 30 km dari ibu kota kabupaten

dan secara administrasi batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan Desa

Sukahurip, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Barusuda, sebelah Timur

berbatasan dengan Gunung Cikuray, dan sebelah Barat berbatasan dengan

Kecamatan Cikajang. Desa Cigedug memiliki luas wilayah sekitar 1138,2 ha,

yang terdiri dari tanah sawah 3,90 ha, tanah kering 644,87 ha, lahan perkebunan

67 ha, fasilitas umum 4,14 ha, dan tanah hutan 172,39 ha. Tanah kering

dimanfaatkan untuk tanaman sayuran dan buah-buahan 76,9 persen, tanaman

keras 22 persen, dan kolam air 1,1 persen.

Page 60: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

45

Penduduk Desa Cigedug berjumlah 10.201 jiwa yang terdiri dari 5.117

jumlah laki-laki dan 5.084 jumlah perempuan, dengan jumlah KK sebanyak 2.647

KK yang mayoritas memeluk agama islam. Secara umum masyarakat Desa

Cigedug bermatapencaharian di sektor pertanian sebagai petani dan buruh tani

(59,3 persen).

Jenis tanahnya terdiri dari Regosol 60 persen, Latosol 25 persen dan tanah

Alluvial 15 persen dengan keadaan drainase 70 persen baik, 20 persen cukup baik

dan 10 persen kurang baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya penanaman

tanaman sepanjang tahun. Berdasarkan hasil analisis pengamatan curah hujan tiga

tahun terakhir menunjukan bahwa rata-rata jumlah hari hujan 156 hari dan tipe

iklim untuk Kecamatan Cigedug termasuk tipe iklim C (agak basah), dimana

setiap tahunnya antara 7-8 bulan basah dan 3-4 bulan kering. Keadaan iklim

seperti ini membuat wilayah Desa Cigedug sesuai untuk pengembangan budidaya

sayuran, seperti tomat, kentang,kol, cabai, terong, jagung, pecay, dan wortel.

5.3 Gambaran Umum Usahatani Cabai Rawit Merah

Produksi cabai rawit merah di Desa Cigedug melalui beberapa tahapan,

mulai dari penyiapan lahan, penyemaian benih dan pembibitan, pemasangan

mulsa, penanaman, pemeliharaan, hingga pemanenan dan pasca panen.

Gambar 6. Komoditas Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug

1. Persiapan Lahan

Pada tahap pertama dilakukan pengolahan tanah dengan cara lahan

dibersihkan terlebih dahulu dari sisa-sisa tanaman sebelumnya, plastik mulsa, dan

sampah lainnya. Kemudian tanah dibajak dengan menggunakan alat cangkul

dengan tujuan yaitu mengembalikan kondisi kesuburan tanah agar tetap gembur.

Page 61: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

46

Kedalaman cangkul berkisar antara 20 cm hingga 30 cm agar akar tanaman dapat

dengan leluasa memperoleh zat hara yang ada di dalam tanah. Pada umumnya

petani cabai rawit merah di Desa Cigedug memiliki lahan dengan luas kurang dari

0,5 ha sehingga penggunaan cangkul akan lebih efisien dibandingkan

menggunakan traktor.

Setelah gembur tanah dibuat bedengan setinggi 30 cm hingga 40 cm,

dengan lebar bedengan ± 100 cm, serta jarak antar bedengan ± 40 cm hingga 50

cm dengan tujuan agar bisa dilalui oleh petani. Sedangkan untuk panjang

bedengan bergantung pada bentuk dan luas lahan yang dimiliki oleh petani.

Pemupukan dasar siap dilakukan pada bedengan yang telah terbentuk,

dengan pupuk kandang yaitu kotoran ayam maupun dari kotoran kambing atau

domba. Dosis rata-rata pemupukan yang diberikan berkisar 1 ton per patok (0,04

ha) dengan asumsi 1 kg pada satu tanaman. Pada tanah yang pHnya rendah, maka

pengapuran dilakukan bersamaan dengan pemupukan. Tanah bedengan diaduk

secara merata dan dibiarkan selama 2 minggu. Persiapan lahan ini pada umumnya

menggunakan tenaga kerja pria sebanyak 2-3 orang, namun untuk lahan di atas

10.000 m2 menggunakan tenaga kerja borongan.

2. Pemasangan Mulsa

Pada umumnya, petani di Desa Cigedug melakukan pemasangan mulsa

untuk menghindari gangguan gulma, hama penyakit, dapat menjaga suhu tanah

dan kelembaban tanah relatif stabil serta dapat menghindari tercucinya pupuk oleh

air hujan. Cara pemasangan yaitu tarik kedua ujung mulsa ke masing-masing

ujung bedengan dengan arah memanjang dan kuatkan dengan pasak bilah bambu

berbentuk U yang ditancapkan di setiap sisi bedengan, kemudian tarik sisi kanan

dan kiri hingga permukaan atas bedengan tertutup rapat dan kuatkan lagi dengan

pasak bilah bambu berbentuk U.

Setelah pemasangan mulsa, selanjutnya mulsa dilubangi dengan

menggunakan alat pembolong mulsa dengan jarak tanam yang diinginkan. Di desa

Cigedug, pola mulsa yang dilubangi oleh para petani ada yang berbentuk sejajar

dan ada pula yang berbentuk pola menyilang . Hal ini tergantung dari jenis

tanaman sayuran yang ditumpangsarikan dengan cabai rawit merah.

Page 62: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

47

Rata-rata petani responden menggunakan pola menyilang pada setiap

bedengan. Dua lubang pada kedua sisi kanan dan kiri dengan masing jarak antar

lubang 50 x50 cm atau 50 x 75 cm dan satu lubang yang berada di tengah kedua

lubang kanan dan kiri dengan jarak antar lubang 30 x 30 cm. Plastik mulsa yang

telah diukur kemudian dilubangi menggunakan alat pembolong mulsa yang dapat

dibeli pada toko Saprotan seharga Rp 50.000,00 per buah.

Gambar 7. Kegiatan Pemasangan Mulsa di Desa Cigedug

3. Penyemaian Benih dan Pembibitan

Pembibitan dapat dilakukan oleh petani responden sendiri. Namun pada

umumnya petani responden lebih memilih untuk membeli bibit langsung kepada

petani lain yang melakukan pembibitan. Petani lebih memilih untuk membeli bibit

yang telah jadi karena luas lahan yang dimiliki oleh rata-rata petani tidak terlalu

besar.

Penyemaian benih cabai rawit merah secara umum dapat dilakukan pada

bedengan yang dibuat khusus untuk pembibitan atau menggunakan suatu media

yang dinamakan “complong”. Media ini terbuat dari daun pisang yang dibentuk

menyerupai tabung kecil yang berisikan campuran tanah dan kompos sebagai

media.

Jika disemai diatas bedengan maka jarak tebaran antara 3–6 cm. Setelah

benih ditebarkan, di atas benih tersebut ditaburkan pupuk kandang dan kompos.

Setiap meter persegi luas bedengan diberi 5–10 kilogram pupuk kandang. Benih

yang ditebarkan harus dilindungi dari terpaan sinar matahari langsung ataupun air

hujan. Di atas bedengan diberi naungan yang tingginya sekitar 1 m di bagian barat

dan 1,5 m di bagian timur.

Page 63: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

48

Untuk mendapatkan bibit yang siap tanam, tentunya semaian harus dirawat

dengan baik. Secara umum, perawatan yang dilakukan antara lain penyiraman

serta pengendalian serangan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan dua kali

sehari, yaitu pagi dan sore bila di bedengan penyemaian sangat panas. Bila udara

dingin atau terjadi hujan, penyiraman dapat ditiadakan atau hanya sekali

penyiraman saja yaitu pada pagi hari saja.

Persemaian perlu dijaga dari kemungkinan serangan hama dan penyakit.

Hama dan penyakit yang sering mengganggu persemaian antara lain semut,

cacing dan jamur. Biasanya petani responden melakukan pengendalian hama dan

penyakit dengan menggunakan pengobatan secara alami, yaitu menggunakan

daun sirsak, daun surai, ataupun bisa juga dengan daun sereh.

Setelah berumur 1–2 minggu setelah penebaran, bibit cabai rawit merah

sudah mulai bertunas. Bila umur calon bibit sudah dua minggu, sebagian

naungannya dibuang. Sisa naungannya dapat dibuang setelah umur bibit tersebut

sudah 3 minggu dan bibit sudah siap dipindah kepada lahan untuk ditanam.

Gambar 8. Kegiatan Pembibitan Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug

4. Penanaman

Sebelum penanaman, perlu dilakukan penyemprotan insektisida ke dalam

lubang tanam. Bibit cabai rawit merah ditempatkan di tengah lubang tanam dan

selanjutnya dimasukkan sambil ditimbun media tanam hingga cukup padat. Hal

ini bertujuan agar akar tanaman lebih kokoh dan tanaman tidak mudah goyah.

Tanaman cabai rawit merah biasanya hanya mampu ditanam sebanyak 15.000

pohon.

Waktu penanaman sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 07.00-

09.00 WIB atau sore hari setelah pukul 15.00 WIB. Setelah penanaman,

Page 64: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

49

penyiraman dapat langsung dilakukan. Terkadang pelindung tanaman juga

diperlukan untuk tanaman cabai merah, fungsinya untuk melindungi tanaman agar

tanaman tidak terkena sengatan sinar matahari secara langsung serta terhindar dari

terpaan air hujan dan angin kencang. Setelah penanaman bibit, dilakukan

penyemprotan awal untuk menghindari hama penyakit. Tenaga kerja yang

digunakan cukup 2-3 orang, namun untuk lahan seluas 10.000 m2 menggunakan

tenaga kerja borongan sebanyak 20 orang.

5. Pemeliharaan

Pemeliharaan dilakukan selama masa proses produksi cabai rawit merah

berlangsung. Pada tahap ini diperlukan perhatian dan waktu luang untuk

mengawasi dan memelihara tanaman. Adapun kegiatan pemeliharaan tanaman

cabai rawit merah yaitu penyulaman, penyiraman, pemasangan ajir, pemupukan

tambahan, dan pengendalian hama penyakit.

Penyulaman tanaman pada cabai rawit merah diperlukan untuk mengganti

tanaman utama yang gagal tumbuh atau mati. Proses penyulaman ini dilakukan

sejak satu hingga dua minggu setelah tanam. Caranya adalah dengan mengganti

tanaman yang mati dengan tanaman yang baru. Bibit yang digunakan untuk

penyulaman adalah sisa bibit yang masih ada. Adapun kegiatan penyiraman perlu

dilakukan tiap hari terutama pada musim kemarau atau jika kondisi tanah tampak

kering. Namun pada musim hujan, tidak perlu dilakukan secara rutin.

Pemeliharaan selanjutnya yaitu pemasangan ajir yang dilakukan saat

umur cabai rawit merah mencapai 4 minggu. Pemasangannya dilakukan dengan

sistem ajir miring, caranya yaitu menancapkan dua bilah bambu secara

menyilang secara sejajar pada percabangan tanaman cabai rawit merah mengikuti

arah panjang bedengan. Masing-masing tanaman dipasangkan satu ajir. Antara

ajir yang satu dengan ajir yang lainnya dihubungkan dengan bilah bambu

memanjang atau melintang kemudian diikat dengan tali galar atau tali rafia.

Page 65: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

50

(a) (b)

Gambar 9. (a) Pemasangan Ajir, (b) Penggunaan Pupuk dan Obat-obatan

Seminggu setelah penanaman, dapat pula dilakukan pemupukan tambahan.

Tujuan pemupukan ini adalah agar cabai rawit merah yang ditanam mendapatkan

cukup nutrisi makanan yang tersedia dalam tanah tanpa terjadi perebutan makanan

antara masing-masing tanaman. Proses pemupukan dilakukan dengan teknik

kocoran larutan hasil campuran pupuk dengan air dengan dosis tertentu. Hal ini

dilakukan agar tanah yang sudah tetutup mulsa pada permukaan mudah menyerap

nutrisi pupuk. Pupuk yang biasa digunakan petani responden adalah campuran

dari pupuk kimia seperti TSP, KCL, KNO, dan NPK.

Sedangkan untuk pemberian obat-obatan seperti fungisida dan insektisida

pada umumnya dilakukan dua minggu sekali. Namun jika serangan hama penyakit

lebih parah dari biasanya maka penyemprotan dilakukan 1-2 kali dalam seminggu.

Adapun jenis obat-obatan yang biasa digunakan oleh petani responden antara lain

Dakonil, Antrakol, Prepaton, Polaram, Cekpoin, Unicef, Ekuisen, Oktanil, Manep,

Bion M, Klorotaronil, Afidor, Confidor, Demolis, Gramaxon, Kolikron,

Kurakron, ABSA, Napel, Supergo, Abamektin dan obat sejenis lainnya.Tenaga

kerja yang digunakan pada pemeliharaan tanaman cabai rawit merah adalah

tenaga kerja pria atau dilakukan sendiri tanpa tenaga kerja tambahan. Namun, jika

lahan seluas 10.000 m2, maka tenaga kerja yang digunakan sebanyak 25 orang.

6. Panen dan Pasca Panen

Tanaman cabai rawit merah dapat dipanen setiap 1 minggu sekali hingga

umur tanaman maksimal mencapai 1,5 tahun Proses panen pada tanaman cabai

Page 66: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

51

rawit merah akan dapat dilakukan pertama kalinya pada usia 5-7 bulan setelah

masa tanam dan panen dapat dilakukan selama 48-72 kali. Namun pada umumnya

masa panen cabai rawit merah di Desa Cigedug hanya dilakukan sebanyak 48 kali

atau selama 1 tahun lamanya. Masa panen cabai rawit merah lebih lama dari jenis

cabai lainnya. Produksi cabai rawit merah setiap panen hasilnya tidak selalu sama.

Pada awal hingga panen ke-5 , hasil yang diperoleh belum optimal yaitu rata-rata

mencapai 305 kilogram setiap panennya untuk 10.000 m2.

. Pada panen ke-8 akan

menunjukkan kenaikan produksi hingga ke panen ke-12 yang akan mencapai

produksi optimal sebanyak 1.543 kilogram kemudian akan menunjukkan

kestabilan jumlah produksi hingga panen ke-20 yaitu rata-rata mencapai 996

kilogram setiap panennya untuk 10.000 m2 dan akan menurun dengan lambat

sampai habis masa produksinya hingga hanya mencapai 10 kilogram.

Panen biasanya dilakukan pada pagi hari dan tenaga kerja yang digunakan

yaitu tenaga kerja wanita yang diupah Rp 12.000,00 per orang. Penyortiran

dilakukan saat panen berlangsung dimana para pekerja hanya memetik cabai rawit

merah yang berwarna orange dan merah serta tidak terjangkit penyakit busuk

buah. Cabai rawit merah kemudian siap dikemas menggunakan karung bekas

pupuk dimana satu karung berisi 50 kilogram cabai rawit merah. Setiap

pemanenan membutuhkan tenaga kerja dengan maksimum kekuatan setiap tenaga

kerja dalam sehari adalah 10 hingga 15 kg.

Gambar 10. Kegiatan Pemanenan dan Pengemasan Cabai Rawit Merah

5.4 Karakteristik Responden Petani

Responden petani dalam penelitian ini adalah petani cabai rawit merah

yang berada di wilayah Desa Cigedug yaitu sebanyak 30 orang. Cara bercocok

Page 67: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

52

tanam yang digunakan oleh petani responden adalah dengan menggunakan sistem

tumpang sari. Tanaman cabai rawit merah sebagai tanaman tumpang sari dengan

tanaman utama yaitu kentang, tomat, kol, dan pecay. Cabai rawit merah memiliki

masa panen dan umur tanaman yang cukup lama yaitu masa panen selama 6,7

atau 8 bulan dan umur tanaman selama 1,5 tahun.

Identitas responden dalam penelitian ini meliputi usia, tingkat pendidikan,

luas lahan garapan, dan kepemilikan lahan. Berdasarkan data yang diperoleh

menunjukkan bahwa umur petani responden di Desa Cigedug berkisar antara 31-

80 tahun. Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa kelompok usia tertinggi

terdapat pada usia 31 – 40 tahun sebanyak 10 petani atau sebesar 33.33 persen.

Kelompok usia ini termasuk ke dalam usia produktif atau usia kerja. Di desa ini

juga terdapat petani dengan kelompok usia ≥ 61 atau sebesar 26,67 persen. Hal

ini menggambarkan bahwa petani yang berusia relatif tua ( ≤ 61 tahun) juga masih

mampu untuk mengelola lahan untuk kebutuhan hidup. Berikut karakteristik

responden petani berdasarkan usia pada Tabel 7.

Tabel 7. Karakteristik Responden Petani Berdasarkan Usia di Desa Cigedug

Kelompok Umur

(tahun)

Jumlah Responden

(orang)

Persentase

(%)

31 - 40 10 33.33

41 - 50 7 23.33

51 - 60 5 16,67

≥ 61 8 26,67

Total 30 100

Sumber : Data Primer 2012 (diolah)

Petani responden memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi karena

ada beberapa petani yang sudah menyelesaikan pendidikan hingga ke tingkat

perguruan tinggi. Persentase pendidikan petani responden tertinggi adalah sekolah

dasar sebesar ada umumnya memiliki tingkat pendidikan sekolah dasar sebesar

43,33 persen, sedangkan persentase terendah adalah tingkat perguruan tinggi yaitu

6,67 persen (Tabel 8).

Page 68: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

53

Tabel 8. Tingkat Pendidikan Petani Responden

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

SD 13 43,33

SMP 9 30

SMA 6 20

S1 2 6,67

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2012 (diolah)

Rata-rata luas lahan yang digarap petani responden sebesar 5.140 m2

(0,514 hektar) dengan luas lahan terkecil adalah 1.000 m2 (0,1 hektar) dan luas

terbesar adalah 40.000 m2 (4 hektar). Data luas lahan petani responden dapat

dilihat pada Tabel 5. Status kepemilikan lahan petani responden sebagian besar

merupakan milik sendiri dengan persentase sebesar 90 persen dan 10 persen

merupakan lahan sewa. Karakteristik luas lahan yang dimiliki petani responden di

Desa Cigedug dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Luas Lahan Garapan Cabai Rawit Merah di Tingkat Petani Respoden.

Luas Lahan (m2) Jumlah (orang) Persentase (%)

≤ 2.000 13 43,33

2.001 – 5.000 8 26,67

5.001 – 8.000

8.000 – 12.000

5

1

16,67

3,33

≥ 12.000 3 10

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2012 (diolah)

Kebanyakan petani responden berjenis kelamin laki-laki (93,33 persen)

dan hanya terdapat dua petani yang berjenis kelamin perempuan (6,67 persen).

Petani merupakan pekerjaan utama penduduk Desa Cigedug dan hampir semua

kepala keluarga melakukan kegiatan pertanian sedangkan istri membantu suami

Page 69: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

54

untuk melakukan pemeliharaan dan pemanenan. Kegiatan pertanian juga

dilakukan bersama anggota keluarga lainnya.

Para petani yang menjadi responden dalam penelitian ini mengelola

kegiatan usaha budidaya dan pemasaran secara individu. Berdasarkan

karakteristik petani di Desa Cigedug dilihat dari usia kebanyakan berada pada

rentang 31 – 40 tahun, dengan latar belakang belakang pendidikan SD serta luas

lahan kepemilikan ≤ 2.000 m2. Namun tidak ada perbedaan pada kegiatan

pemasaran yang dilakukan oleh petani cabai rawit merah di Desa Cigedug karena

semua hasil panen cabai rawit merah dijual ke para pedagang pengumpul desa.

Petani responden, tidak melakukan penjualan langsung ke pasar, dikarenakan

jarak antara lokasi produksi dengan pasar tujuan cukup jauh, sehingga

memerlukan biaya transportasi yang besar.

5.5 Karakteristik Responden Pedagang

Pedagang yang terlibat dalam saluran pemasaran cabai rawit merah di

Desa Cigedug ini berjumlah 22 orang yan terdiri dari 7 orang pedagang

pengumpul desa, 8 orang pedagang besar, 7 orang pedagang pengecer. Pedagang

pengumpul berasal dari Desa Cigedug dimana pedagang pengumpul desa

memperoleh pasokan cabai rawit merah dari petani langsung dengan mencari

petani cabai rawit merah yang mulai panen dengan kesepakatan jumlah yang

diminta dan kesepakatan harga oleh kedua belah pihak. Pedagang besar terbagi

atas dua wilayah yaitu pedagang besar di Pasar Induk Cikajang Kecamatan

Cikajang dan luar Kabupaten Garut seperti pedagang besar di Pasar Induk Kramat

Jati Jakarta dan Pasar Induk Caringin Bandung. Sedangkan pedagang pengecer

yang dikunjungi berlokasi di dua kota yaitu Pasar Ciroyom Bandung dan Pasar

Kramat Jati Jakarta. Karakteristik yang diperhatikan terhadap pedagang responden

diantaranya umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman berdagang cabai

rawit merah.

Berdasarkan karakteristik umur, pedagang responden memiliki umur yang

bervariasi dengan jumlah kelompok umur tebanyak adalah pedagang berumur

antara 31 – 40 tahun yaitu sebanyak sebelas pedagang atau 50 persen. Sedangkan

tujuh pedagang lainnya atau sebesar 31,82 persen berumur lebih dari 41 tahun.

Namun ada pula pedagang yang berada pada kelompok usia muda ( ≤ 30 tahun)

Page 70: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

55

yaitu sebanyak empat pedagang yang sudah memulai berdagang di usia ini

dikarenakan usaha ini merupakan usaha turun-temurun keluarga.

Pada umumnya pedagang responden berjenis kelamin laki-laki yaitu

sebanyak 20 pedagang atau sebesar 90,91 persen dan dua pedagang berjenis

kelamin perempuan yang berdagang sebagai pedagang pengecer. Jika dilihat dari

tingkat pendidikan pedagang cabai rawit merah juga bervariasi didominasi oleh

pedagang yang tamat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak sepuluh orang atau

sebesar 45,45 persen, enam orang yang tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP)

dan enam orang yang tamat lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Tabel 10. Pengalaman Rata-rata Berdagang dan Bentuk Usaha dari Masing-

masing Jenis Pedagang yang Terlibat Dalam Pemasaran Cabai Rawit

Merah Desa Cigedug.

Jenis Pedagang Pengalaman Berdagang (Tahun) Bentuk

Usaha

Pedagang Pengumpul 11 Perorangan

Pedagang Besar 13 Perorangan

Pedagang Pengecer 13 Perorangan

Sumber : Data Primer 2012 (diolah)

Pengalaman berdagang rata-rata dari pedagang responden berbeda-beda

tetapi bentuk usaha dari masing-masing jenis pedagang adalah sama yaitu

perorangan (Tabel 11) dan terlihat bahwa masing-masing jenis pedagang

cenderung memiliki pengalaman berdagang yang relatif cukup lama sehingga

sudah terbentuk kepercayaan dari masing-masing lembaga atau pihak yang

berhubungan langsung dengannya.

Page 71: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

56

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah

Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu

cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai rawit merah

yang dijual ke PT Indofood (petani mitra). Penelitian ini berfokus pada petani non

mitra yang penyaluran cabai rawit merah di jual ke pasaran yang terkait dengan

beberapa lembaga pemasaran, meliputi pedagang pengumpul desa, pedagang

besar, dan pedagang pengecer. Saluran pemasaran cabai rawit merah ini sangat

dipengaruhi oleh hubungan dagang dan saling percaya antar masing-masing.

Begitu pula antara pedagang pengumpul desa dan pedagang besar memiliki

hubungan yang sama berdasarkan saling kepercayaan. Hubungan dagang ini

sangat sulit berubah karena telah terjalin selama bertahun-tahun.

Para petani menjual cabai rawit merah kepada pedagang pengumpul desa

dikarenakan adanya akses kemudahan serta hemat biaya dalam hal pemasaran.

Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug secara rinci dapat dilihat

pada Gambar 11. Terdapat lima saluran pemasaran cabai rawit merah yaitu:

1. Petani – Pedagang pengumpul desa – Pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati

Jakarta – Pedagang Pengecer – Konsumen Jakarta.

2. Petani – Pedagang pengumpul desa – Pedagang besar Pasar Induk Cikajang –

Konsumen di Kecamatan Cikajang.

3. Petani – Pedagang pengumpul desa – Pedagang besar Pasar Induk Cikajang –

Pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati Jakarta – Pedagang pengecer –

Konsumen Jakarta.

4. Petani – Pedagang pengumpul desa – Pedagang besar Pasar Induk Caringin

Bandung – Pedagang pengecer – Konsumen Bandung.

5. Petani – Pedagang pengumpul desa – Pedagang besar Pasar Induk Caringin

Bandung – Pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati Jakarta – Pedagang

Pengecer – Konsumen Jakarta.

Page 72: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

57

63

,

9

%

33,2%

36,1%

Gambar 11. Pola Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug

Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut.

Keterangan:

: Saluran pemasaran I

: Saluran pemasaran II

: Saluran pemasaran III

: Saluran pemasaran IV

: Saluran pemasaran V

: Diluar cakupan penelitian

Untuk pola saluran pemasaran petani mitra cabai rawit merah dapat dilihat

pada Gambar 12.

Gambar 12. Pola Saluran Pemasaran Petani Mitra Cabai Rawit Merah di

Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut.

Petani Vendor PT Indofood

66,8 %

91,5%

91,5 %

8,5 %

36

,

1

%

63,9 %

4,45 %

100 %

10,49 %

33,2 %

91,5 % 85,0

5

%

63,9%

PB

PIKJ

Konsumen

(Jakarta dan

Bandung)

Pedagang

Besar Luar

Jawa

Petani

PPD

PB (Pasar

Induk

Caringin)

PB (Pasar

Induk

Cikajang)

Pedagang

Pengecer

Konsumen

(Cijakang)

Page 73: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

58

Jumlah cabai rawit merah yang dipasarkan dari Desa Cigedug mencapai

5.279 kilogram tiap minggunya. Berdasarkan kelima saluran pemasaran tersebut,

terlihat bahwa 100 persen cabai rawit merah dipasarkan melalui pedagang

pengumpul desa. Dari 30 orang responden, 22 orang petani responden pada

saluran I menjual hasil panennya sebesar 85,05 persen atau sebanyak 4.490

kilogram kepada 5 orang pedagang pengumpul desa kemudian cabai rawit merah

ini dijual ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta. Pada saluran II dan saluran III,

sebanyak 3 orang petani responden menjual hasil panennya sebesar 4,45 persen

atau sebanyak 235 kilogram kepada 2 orang pedagang pengumpul desa dan

selanjutnya cabai rawit merah ini dijual ke pedagang besar yang ada di Pasar

Induk Cikajang, Garut.

Pada saluran IV dan saluran V, terdapat 5 orang petani responden menjual

hasil panennya kepada 2 orang pedagang pengumpul desa sebesar 10,49 persen

atau sebanyak 554 kilogram. Tujuan pemasaran cabai rawit merah pada saluran

ini adalah Pasar Induk Caringin, Bandung.

6.1.1 Saluran Pemasaran 1

Pada pola saluran pemasaran I merupakan pola saluran yang paling banyak

digunakan oleh petani dan pedagang pengumpul desa. Petani menjual langsung

kepada pedagang pengumpul desa, kemudian pedagang pengumpul desa

menjualnya kepada pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, kemudian

ke pedagang pengecer yang ada di Pasar Kramat Jati yang berhadapan langsung

dengan konsumen akhir. Pedagang pengumpul desa biasanya mensortir cabai

rawit merah yang telah mereka beli dari petani sebelum menjualnya kepada pihak

pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati. Penyerahan cabai rawit merah ini

dilakukan dengan memotong berat cabai rawit merah sebanyak 1 kilogram kepada

masing-masing petani. Penyerahan ini dilakukan dengan memotong berat cabai

rawit merah sebanyak 1 kilogram kepada masing-masing petani. Pemotongan 1

kilogram ini diperhitungkan sebagai berat karung yang digunakan untuk

pengemasan cabai rawit merah oleh petani dan diperhitungkan sebagai biaya

penyusutan yang ditanggung oleh pihak petani (cabai rawit merah yang

mengalami pembusukan). Harga yang diterima petani adalah Rp 5.000,00 per

kilogram.

Page 74: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

59

Cabai rawit merah yang telah disortir ini kemudian dikemas dengan

menggunakan karung dan langsung didistribusikan ke pedagang besar di Pasar

Induk Kramat Jati. Pengangkutan cabai rawit merah ke Pasar Induk Kramat Jati

dilakukan dengan menggunakan mobil truk. Biaya sewa truk ditanggung oleh

pedagang pengumpul desa. Pengangkutan cabai rawit merah dilakukan bersamaan

dengan sayuran lain seperti kol, tomat, wortel dan kentang. Harga yang terjadi

antara pedagang pengumpul desa dengan pedagang besar di Pasar Induk Kramat

Jati yaitu Rp 8.500,00 per kilogram. Harga ini digunakan sebagai patokan para

pedagang besar di pasar lain dan pedagang pengumpul desa dalam menetapkan

harga beli kepada para petani. Volume rata-rata penjualan cabai rawit merah dari

pedagang pengumpul desa responden ke pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati

berkisar 3.000-5.000 kilogram per minggu.

Jumlah cabai rawit merah yang dipasarkan oleh pedagang pengumpul

desa pada pola saluran ini sebanyak 4.490 kilogram, kemudian didistribusikan ke

pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati. Pedagang besar pada saluran I

melakukan aktivitas pembelian tidak terfokus pada komoditas cabai rawit merah

saja, namun juga melakukan pembelian terhadap komoditas sayuran lainnya

seperti bawang merah, bawang putih, cabai rawit hijau, cabai merah besar, dan

cabai merah keriting. Pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati juga melakukan

kegiatan penyortiran cabai rawit merah yang telah mereka beli dari pedagang

pengumpul desa sebelum menjualnya kepada pihak pedagang pengecer dan

pedagang besar luar Jawa. Setelah disortir, cabai rawit merah ini langsung

didistribusikan ke pedagang besar luar Jawa sebanyak 3.000-5.000 kilogram,

sedangkan sisanya akan dijual ke pedagang pengecer. Cabai rawit merah yang

disalurkan ke luar Jawa merupakan luar lingkup dari penelitian ini.

Pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati memberikan batas minimal

pembelian sebanyak 5 kilogram kepada pihak pedagang pengecer. Volume rata-

rata cabai rawit merah yang dibeli oleh para pedagang pengecer adalah 10

kilogram. Harga yang terjadi antara pedagang besar dengan pedagang pengecer

yaitu Rp 10.500,00 per kilogram dan selanjutnya cabai rawit merah ini akan

dipasarkan langsung ke konsumen akhir di Jakarta dengan harga sebesar

Rp 20.000,00 per kilogram.

Page 75: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

60

6.1.2 Saluran Pemasaran 2

Pada pola saluran pemasaran II digunakan oleh 3 orang petani yang

menjual hasil panennya kepada 2 responden pedagang pengumpul desa. Volume

rata-rata penjualan cabai rawit merah dari pedagang pengumpul desa responden

ke pedagang besar Pasar Induk Cikajang berkisar 500-1.000 kilogram per

minggu. Pedagang pengumpul desa biasanya mensortir cabai rawit merah yang

telah mereka beli dari petani sebelum menjualnya kepada pihak pedagang besar

di Pasar Induk Cikajang. Harga yang diterima oleh petani adalah Rp 4.500,00 per

kilogram.

Cabai rawit merah yang dikumpulkan oleh pedagang pengumpul desa

dikirim ke Pasar Induk Cikajang dengan menggunakan motor dengan biaya

Rp 5.000,00 - Rp 10.000,00 per karung, dimana 1 karung berisi 50 kilogram cabai

rawit merah, biaya pengangkutan ini ditanggung oleh pedagang pengumpul desa.

Harga yang terjadi antara pedagang pengumpul desa dengan pedagang besar

Pasar Induk Cikajang adalah Rp 7.00,000 per kilogram. Pedagang besar di Pasar

Induk Cikajang juga melakukan kegiatan penyortiran cabai rawit merah yang

telah mereka beli dari pedagang pengumpul desa. Pedagang besar pada saluran II

melakukan aktivitas pembelian tidak terfokus pada komoditas cabai rawit merah

saja, namun juga melakukan pembelian terhadap komoditas sayuran lainnya

seperti bawang merah, bawang putih, cabai rawit hijau, cabai merah besar, cabai

merah keriting, kol, kentang, dan wortel.

Pedagang besar di Pasar Induk Cikajang tidak memberikan batas minimal

pembelian karena pedagang besar di pasar induk ini langsung berhadapan dengan

pihak konsumen akhir di Kecamatan Cikajang yang membeli cabai rawit merah

sesuai dengan kebutuhan dapur dengan harga sebesar Rp 10.000,00 per kilogram.

Volume rata-rata cabai rawit merah yang dijual di tingkat pedagang besar berkisar

antara 15-20 kilogram.

6.1.3 Saluran Pemasaran 3

Sama halnya pada saluran II, pola saluran pemasaran III digunakan oleh 3

orang petani yang menjual hasil panennya kepada 2 responden pedagang

pengumpul desa. Volume rata-rata penjualan cabai rawit merah dari pedagang

Page 76: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

61

pengumpul desa responden ke pedagang besar Pasar Induk Cikajang berkisar 500-

1.000 kilogram per minggu. Pedagang pengumpul desa biasanya mensortir cabai

rawit merah yang telah mereka beli dari petani. Harga yang diterima oleh petani

adalah Rp 4.500,00 per kilogram.

Pengangkutan ke Pasar Induk Cikajang dilakukan dengan menggunakan

motor dengan biaya Rp 5.000,00 - Rp 10.000,00 per karung, biaya pengangkutan

ini ditanggung oleh pedagang pengumpul desa. Cabai rawit merah yang tidak laku

terjual pada saluran II, maka pada saluran III cabai rawit merah ini didistribusikan

ke Pasar Induk Kramat Jati. Pedagang besar di Pasar Induk Cikajang juga

melakukan penyortiran cabai rawit merah yang telah mereka beli dari pedagang

pengumpul desa sebelum menjualnya kepada pihak pedagang besar di Pasar Induk

Kramat Jati. Harga yang terjadi antara pedagang besar di Pasar Induk Cikajang

dengan pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati yaitu Rp 9.000,00 per

kilogram. Pengangkutan ke Pasar Induk Kramat Jati dilakukan dengan

menggunakan mobil truk bersama dengan sayuran lainnya seperti wortel, kentang,

tomat, dan kol. Biaya pengangkutan ini ditanggung oleh pihak pedagang besar di

Pasar Induk Cikajang. Pengiriman ke Pasar Induk Kramat Jati ini bertujuan untuk

menghindari pembusukan cabai rawit merah yang lebih banyak yang dapat

mempengaruhi harga jualnya. Oleh karena itu, fungsi penyimpanan tidak

dilakukan oleh pedagang besar di Pasar Induk Cikajang.

Penyortiran juga dilakukan oleh pedagang besar di Pasar Induk Kramat

Biasanya cabai rawit merah yang busuk (hasil dari kegiatan penyortiran) dijual

setengah harga dari harga normal kepada para konsumen yang berprofesi sebagai

pedagang gerobak seperti tukang bakso dan tukang siomai.

Pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati memberikan batas minimal

pembelian sebanyak 5 kilogram kepada pihak pedagang pengecer. Volume rata-

rata cabai rawit merah yang dibeli oleh para pedagang pengecer adalah 10

kilogram dengan harga jual sebesar Rp 10.500,00per kilogram. Pedagang

pengecer akan langsung menjual cabai rawit merah kepada konsumen akhir di

Jakarta dengan harga Rp 20.000,00 per kilogram.

Page 77: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

62

6.1.4 Saluran Pemasaran 4

Pada pola saluran pemasaran IV digunakan oleh 5 orang petani yang

menjual hasil panennya kepada 2 pedagang pengumpul desa. Pada saluran ini

petani menjual langsung hasil panennya ke pedagang pengumpul desa dengan

harga yang diterima oleh petani adalah Rp 4.700,00 per kilogram. Pedagang

pengumpul desa pada saluran IV juga melakukan penyortiran cabai rawit merah

yang telah mereka beli dari petani sebelum menjualnya kepada pihak pedagang

besar di Pasar Induk Caringin Bandung.

Selanjutnya cabai rawit merah langsung didistribusikan ke pedagang besar

di Pasar Induk Caringin Bandung. Volume rata-rata penjualan cabai rawit merah

dari pedagang pengumpul desa responden ke pedagang besar Pasar Induk

Caringin berkisar 500-1.000 kilogram per minggu. Pengangkutan ke Pasar Induk

Caringin dilakukan dengan menggunakan mobil truk. Biaya sewa truk ini

ditanggung oleh pedagang pengumpul desa. Pedagang besar di Pasar Induk

Caringin pada saluran ini juga melakukan pembelian terhadap komoditas sayuran

lainnya seperti bawang merah, bawang putih, cabai rawit hijau, cabai merah besar,

dan cabai merah keriting.

Sama halnya yang terjadi di Pasar Induk Kramat Jati, pedagang besar di

Pasar Induk Caringin Bandung juga memberikan batas minimal pembelian

sebanyak 5 kilogram kepada pihak pedagang pengecer wilayah Bandung. Volume

rata-rata cabai rawit merah yang dibeli oleh para pedagang pengecer adalah 10

kilogram dengan harga jual sebesar Rp 10.000,00 per kilogram. Cabai rawit

merah ini kemudian dijual kepada konsumen akhir di wilayah Bandung sebesar

Rp 18.000,00 per kilogram.

6.1.5 Saluran Pemasaran 5

Pada pola saluran pemasaran V digunakan oleh 5 orang petani yang

menjual hasil panennya kepada 2 pedagang pengumpul desa. Sama halnya

dengan saluran III, pada saluran V para pedagang besar di Pasar Induk Caringin

Bandung juga melakukan penjualan cabai rawit merah kepada pedagang besar di

Pasar Induk Kramat Jati. Pengiriman ke Pasar Induk Kramat Jati ini bertujuan

untuk menghindari pembusukan cabai rawit merah yang lebih banyak yang dapat

Page 78: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

63

mempengaruhi harga jualnya sehingga fungsi penyimpanan tidak dilakukan.

Cabai rawit merah yang di jual ke Pasar Induk Kramat Jati dijual dengan harga

Rp 9.000,00 per kilogram. Pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati tidak

memberi batasan jumlah dalam mekanisme penerimaan cabai rawit merah.

Pengangkutan ke pasar induk dilakukan dengan menggunakan mobil pick up

Biaya pengangkutan ini ditanggung oleh pihak pedagang besar di Pasar Induk

Caringin.

Pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati akan melakukan kegiatan

penjualan kepada pedagang pengecer dengan harga jual sebesar Rp 10.500,00 per

kilogram. Pedagang pengecer akan langsung menjual cabai rawit merah kepada

konsumen akhir di Jakarta dengan harga Rp 20.000,00 per kilogram.

6.2 Fungsi Pemasaran

Lembaga-lembaga yang terlibat dalam pemasaran cabai rawit merah,

masing-masing menjalankan fungsi-fungsi pemasaran dimana setiap lembaga

memiliki fungsi yang berbeda-beda. Fungsi pemasaran bertujuan untuk

memperlancar penyaluran cabai rawit merah dari petani ke konsumen.

Pengelompokan fungsi pemasaran menggunakan teori Limbong dan Sitorus

(1985) yaitu fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik

(pengangkutan, pengemasan, penyimpanan), dan fungsi fasilitas (sortasi,

penanganan risiko, pembiayaan, dan informasi pasar).

6.2.1 Fungsi Pemasaran di Tingkat Petani

Secara umum petani di Desa Cigedug melakukan fungsi pertukaran yaitu

menjual cabai rawit merah ke para pedagang pengumpul desa, sebagian petani

melakukan fungsi fisik (pengangkutan dan pengemasan), dan fungsi fasilitas

(sortasi, penanganan risiko, pembiayaan, dan informasi pasar). Petani dalam lima

pola saluran pemasaran melakukan fungsi tersebut. Proses penjualan cabai rawit

merah dilakukan secara bebas oleh petani dengan sistem cabai rawit merah dijual

kepada para pedagang pengumpul desa yang menawarkan harga tertinggi kepada

petani dan biasanya para pedagang pengumpul desa yang menghubungi para

petani melalui telepon seluler. Para petani melakukan pemilihan jalur pemasaran

Page 79: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

64

ini karena lebih mudah dan tidak membutuhkan biaya banyak. Adapun petani

yang menjual cabai rawit merah kepada satu pedagang pengumpul desa saja

dikarenakan adanya ikatan keluarga sehingga loyalitaspun terbentuk.

Fungsi pengangkutan dilakukan oleh 25 petani responden, dari lahan

mereka hingga ke pinggir jalan dengan menggunakan motor (ojeg) dengan biaya

Rp 25,00 per kilogram hingga Rp 150,00 per kilogram dan selanjutnya akan

diambil oleh para pedagang pengumpul desa. Pengangkutan sendiri ini terjadi jika

lahan mereka jauh dari jalan utama, sehingga pengemasan juga dilakukan sendiri.

Namun jika lahan berada di dekat jalan utama maka para pedagang pengumpul

desa akan mendatangi lahan petani untuk mengangkut cabai rawit merah.

Pengemasan dilakukan dengan menggunakan karung bekas pupuk untuk

mengemas cabai rawit merah dan satu karung dapat memuat cabai rawit merah

sebanyak 50 kilogram.

Fungsi fasilitas seperti sortasi dilakukan langsung di lahan petani saat

panen yaitu dengan memetik cabai rawit merah yang dalam kondisi baik atau

tidak terkena patek yang sangat parah yang menyebabkan busuk buah secara

keseluruhan. Fungsi penaggungan risiko yang dilakukan petani antara lain adalah

risiko produksi seperti terserang hama penyakit sehigga jumlah cabai rawit merah

yang dipanen lebih kecil dari yang semestinya. Selain itu, risiko harga juga sering

dihadapi petani yaitu harga jual cabai rawit merah yang terkadang sangat rendah

dan fluktuasi harga yang tajam. Dua orang petani respoden menghadapi risiko ini

dengan cara melakukan siasat atau strategi pola tanam cabai rawit merah sehingga

pemanenan tidak dilakukan secara serempak yang menyebabkan pasokan cabai

rawit merah di pasaran menumpuk dan harga otomatis akan menurun.

Petani responden juga melakukan fungsi pembiayaan dan informasi harga.

Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh petani yaitu menanggung dan

mengusahakan biaya-biaya untuk produksi dan biaya pasca panen seperti biaya

input, biaya produksi, biaya tenaga kerja, biaya pengemasan, biaya penyusutan

dan biaya pengangkutan. Sumber pembiayaan usahatani petani cabai rawit merah

berasal dari modal sendiri dan lembaga keuangan, baik formal maupun non

formal. Namun, sedikit sekali yang mengajukan permohonan dana ke lembaga

keuangan formal. Lembaga keuangan non formal yang menjadi sumber

Page 80: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

65

pembiayaan yaitu keluarga. Informasi pasar seperti informasi harga yang diterima

petani bersifat tidak transparan atau dapat dikatakan informasi harga sering tidak

tersampaikan dengan baik kepada petani. Para petani memperoleh informasi dari

sesama petani dan juga pedagang pengumpul desa melalui nota penjualan, dimana

berdasarkan hasil lapang ternyata ada beberapa pedagang pengumpul desa yang

melakukan tindak kecurangan seperti pemalsuan nota penjualan.

6.2.2 Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Pengumpul Desa

Pedagang pengumpul desa hampir melakukan kegiatan yang sama dalam

setiap saluran pemasaran cabai rawit merah. Pedagang pengumpul memperoleh

cabai rawit merah dari para petani langsung yang ada di Desa Cigedug. Pedagang

pengumpul desa dan petani saling merundingkan syarat-syarat jual beli seperti

sistem pembayaran serta penetapan harga jual. Selain itu, para pedagang

pengumpul juga menentukan tempat pembelian (yaitu dengan mendatangi lahan

petani langsung, namun jika lahan jauh dari jalan utama maka petani harus

mengantar cabai rawit merah ke pinggir jalan utama). Sedangkan fungsi

penjualan, pedagang pengumpul menjual hasil pembeliannya kepada pasar

pengumpul lokal atau Pasar Cikajang dan pedagang besar non lokal. Pedagang

pengumpul melakukan kesepakan kepada pedagang besar seperti penetapan

jumlah cabai rawit merah yang diminta, harga jual serta sistem pembayaran

kepada para pedagang besar, pemesanan dilakukan melalui telepon selular.

Biasanya sistem pembayaran dilakukan dengan nota penjualan, dimana hasil

penjualan hari ini akan dibayar keesokan harinya atau dua hari kedepan.

Penggunaan nota ini sebagai pedoman penetapan harga di tingkat petani cabai

rawit merah.

Pengangkutan dilakukan secara dua kali yaitu dari lahan petani atau

pinggir jalan menuju ke rumah pedagang pengumpul desa dan dari rumah

pedagang pengumpul desa menuju ke pasar-pasar tujuan. Pengangkutan dari lahan

petani atau pinggir jalan biasanya menggunakan motor pribadi atau menyewa

ojeg. Jika jarak dekat, pengangkutan cabai rawit merah dikenakan biaya sebesar

Rp 75,00 per kilogram dan jika jaraknya jauh dikenakan biaya sebesar Rp 150,00

per kilogram, sedangkan jika tujuannya ke pasar maka pengangkutan dilakukan

dengan menggunakan mobil truk dalam jumlah besar yang tidak hanya memuat

Page 81: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

66

cabai rawit merah saja melainkan sayuran lain seperti kol, kentang, tomat, pecai,

sawi, dan wortel. Untuk pengemasan cabai rawit merah ini menggunakan karung

bekas pupuk yang memuat 50 kilogram cabai rawit merah per karung.

Fungsi fasilitas yang dilakukan pedagang pengumpul yaitu sortasi,

penanganan risiko, pembiayaan, dan informasi pasar. Sortasi dilakukan dengan

memilih cabai rawit merah yang dibeli dari para petani yaitu memisahkan cabai

rawit merah busuk yang terkena patek dan yang tidak, karena jika tidak

dipisahkan maka cabai rawit merah yang tidak terkena patek akan ikut terjangkit

sehingga penyusutan saat pengiriman akan lebih besar yang akan berdampak pada

harga jual nantinya. Cabai rawit merah yang terkena patek ini tidak dibuang

melainkan diberikan kepada para pekerja sortasi untuk dikonsumsi sendiri. Fungsi

penanganan risiko yang dihadapi oleh pedagang pengumpul yaitu risiko harga

yang dapat berubah sesuai kesepakan awal dan risiko keuangan seperti hasil

penjualannya tidak dibayar oleh pedagang besar atau kejahilan tenaga kerja

angkut yang mengambil cabai rawit merah secara diam-diam saat harga jual cabai

rawit merah tinggi di pasaran. Risiko harga ini tidak dapat diatasi karena harga

beli yang diterima oleh pedagang pengumpul ini berdasarkan harga jual yang

terbentuk di pasar induk langsung. Sedangkan risiko keuangan diatasi dengan cara

mencari pedagang besar lain yang dapat dipercaya serta melakukan pemecatan

kepada pegawai yang melakukan kecurangan tersebut.

Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh pedagang pengumpul ini yaitu

penyediaan modal untuk membayar cabai rawit merah kepada pedagang

pengumpul, biaya pengangkutan, tenaga kerja, pengemasan, retribusi (biaya

masuk pasar), penyusutan, bongkar muat, sortasi, dan sewa lapak dengan sumber

modal berasal dari modal sendiri. Informasi pasar mengenai perkembangan harga

cabai rawit merah diperoleh pedagang pengumpul dari pedagang besar di pasar

induk.

Page 82: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

67

Gambar 13. Kegiatan Sortasi dan Pengemasan Cabai Rawit Merah di Tingkat

Pedagang Pengumpul Desa.

6.2.3 Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Besar

Biasanya volume permintaan yang dipesan oleh pedagang besar di Pasar

Induk Kramat Jati lebih besar dibandingkan Pasar Induk Caringin Bandung

sehingga pengiriman lebih banyak dikirim ke pasar tersebut. pabila cabai rawit

merah telah terkumpul maka akan langsung didistribusikan ke pedagang besar di

Kecamatan Cikajang dan luar kota Garut seperti wilayah Bandung dan Jakarta.

Pedagang besar di Pasar Cikajang, Pasar Caringin dan di Pasar Induk Kramat Jati

melakukan fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik

(pengangkutan dan pengemasan), dan fungsi fasilitas (sortasi, penanganan risiko,

pembiayaan, dan informasi pasar).

Fungsi pertukaran, transaksi pembelian baik antara pedagang pengumpul

dengan pedagang besar maupun antar pedagang besar awalnya dilakukan melalui

telepon untuk menentukan jumlah pesanan yang diminta serta penetapan harga

beli. Jika kedua belah pihak setuju maka cabai rawit merah langsung dikirim ke

pasar tujuan. Penjualan yang terjadi antar pedagang besar bertujuan untuk

menghabiskan pasokan cabai rawit merah sehingga tidak diperlukan fungsi

penyimpanan. Selain itu, menghindari biaya penyusutan yang dapat

mempengaruhi harga jual nantinya. Fungsi pembelian ini dilakukan dengan sistem

nota penjualan dan pembayaran dilakukan pada keesokan harinya. Setelah sampai

ke tempat pedagang besar, cabai rawit merah yang telah dikemas diturunkan dari

mobil truk atau mobil pick- up kemudian ditimbang dan siap untuk dijual.

(Gambar 14)

Begitupun dengan fungsi penjualan kepada pedagang besar dan pedagang

pengecer yang dilakukan secara nota yaitu sistem keluar masuk atau barang keluar

Page 83: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

68

lebih dulu dan pembayaran dilakukan 2 hari atau bahkan 3 hari kedepan dan

adapula yang membayar secara tunai. Khusus untuk penjualan ke pedagang

pengecer, pedagang besar memberikan batas minimal pembelian yaitu 5 kilogram.

Fungsi fisik seperti pengemasan yang digunakan untuk pengiriman ke

pedagang besar lain menggunakan karung sedangkan jika pembelinya adalah

pengecer maka cabai rawit merah dikemas dalam plastik bening besar yang dapat

memuat 10 kilogram cabai rawit merah.

Fungsi fasilitas yang dilakukan oleh pedagang besar yaitu kegiatan

penyortiran. Kegiatan ini dilakukan dengan memisahkan cabai rawit merah yang

terkena patek dan yang tidak untuk mengurangi biaya penyusutan yang ada.

Cabai rawit merah yang patek ini akan dijual setengah harga dari cabai rawit

merah segar. Risiko yang dihadapi oleh pedagang besar yaitu tunggaknya bayaran

dari para pedagang pengecer dan bahkan cabai rawit merah yang terjual tidak

dibayar. Penanganannya yaitu dengan memilih-milih pembeli yang dapat

dipercaya. Fungsi pembiayaan yang dilakukan oleh pedagang besar diantaranya

modal untuk pembelian cabai rawit merah kepada pedagang pengumpul, biaya

pengangkutan, pengemasan, tenaga kerja, penyusutan, bongkar muat, penyortiran,

dan sewa lapak dimana sumber modalnya berasal dari modal sendiri. Informasi

pasar berupa perkembangan harga beli dan harga jual cabai rawit merah langsung

terbentuk di pasar dengan melihat jumlah pasokan cabai rawit merah yang ada di

pasar serta banyaknya permintaan yang ada.

Gambar 14. Kegiatan Bongkar Muat dan Penimbangan Cabai Rawit Merah di

Tingkat Pedagang Besar.

Page 84: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

69

6.2.4 Fungsi Pemasaran di Tingkat Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer melakukan kegiatan yang sama pada semua saluran

pemasaran cabai rawit merah, baik saluran pemasaran I, II, III, IV maupun V.

Kegiatan tersebut yaitu fungsi pertukaran (pembelian dan penjualan), fungsi fisik

(pengangkutan, pengemasan, dan penyimpanan), dan fungsi fasilitas (sortasi,

penanganan risiko, pembiayaan, dan informasi pasar).

Pedagang pengecer adalah pedagang yang berhubungan langsung dengan

konsumen akhir dan memperoleh pasokan cabai dari para pedagang besar dengan

jumlah pembelian lebih dari lima kilogram. Pedagang pengecer biasanya langsung

mendatangi pedagang besar untuk melakukan pembelian cabai rawit merah

sehingga transaksi langsung terjadi di pasar induk. Oleh karena itu, biaya

transportasi menjadi tanggungan pedagang pengecer. Pengangkutan biasanya

menggunakan motor atau mobil angkutan umum. Sedangkan untuk pengemasan

dilakukan dengan menggunakan kantong plastik untuk memudahkan pembeli

dalam membawanya. Fungsi penyimpanan kadang-kadang dilakukan, apabila

cabai rawit merah tidak laku terjual. Penyimpanan yang dilakukan oleh pedagang

pengecer biasa saja tanpa ada perlakuan khusus seperti menyimpan di kios untuk

pendagang pengecer yang memiliki kios sedangkan pedagang pengecer yang tidak

memiliki kios (hanya sekedar lapak) maka cabai rawit merah akan dibawa pulang

ke rumah mereka.

Fungsi fasilitas seperti sortasi dilakukan sendiri oleh pedagang pengecer

saat tidak ada pembeli dengan memisahkan cabai rawit merah yang busuk dan

tidak. Cabai rawit merah yang busuk akan dijual setengah harga dari cabai rawit

merah segar. Penanganan risiko berupa penyusutan akibat penyimpanan, fungsi

pembiayaan berupa modal untuk membeli cabai rawit merah, biaya pengangkutan,

retribusi, tenaga kerja, pengemasan, penyusutan, dan sewa lapak. Sedangkan

fungsi informasi berupa perkembangan harga beli dan jual yang diperoleh dari

pedagang besar dan sesama pengecer di pasar tersebut.

Page 85: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

70

Gambar 15. Kegiatan Penjualan dan Pengemasan Cabai Rawit Merah di Tingkat

Pedagang Pengecer.

Tabel 11. Fungsi Lembaga Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug Saluran

dan

Lembaga

Pemasaran

Fungsi Pemasaran

Pertukaran Fisik Fasilitas

Beli Jual Angkut Kemas Simpan Sortasi Risiko Biaya Informasi

Pasar

Saluran I

Petani - v * * - v v v v

PPD v v v v - v v v v

PB Kramat

Jati v v v v - v v v v

Pengecer v v v v v v v v v

Saluran II

Petani - v * * - v v v v

PPD v v v v - v v v v

PB

Cikajang v v v v - v v v v

Saluran

III

Petani - v * * - v v v v

PPD v v v v - v v v v

PB

Cikajang v v v v - v v v v

PB Kramat

Jati v v v v - v v v v

Pengecer v v v v v v v v v

Saluran

IV

Petani - v * * - v v v v

PPD v v v v - v v v v

PB

Caringin v v v v - v v v v

Pengecer v v v v v v v v v

Saluran V

Petani - v * * - v v v v

PPD v v v v - v v v v

PB

Caringin v v v v - v v v v

PB Kramat

Jati v v v v - v v v v

Pengecer v v v v v v v v v

Keterangan : v: dijalankan -: tidak dijalankan *: dijalankan sebagian

PPD: Pedagang Pengumpul Desa PB: Pedagang Besar Sumber : Data Primer 2012 (diolah)

Page 86: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

71

6.3 Struktur Pasar

Struktur pasar merupakan karakteristik organisasi pasar yang

mempengaruhi sifat kompetisi dan harga di dalam pasar. Struktur pasar cabai

rawit merah dapat diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat

produk, mudah tidaknya memasuk pasar, dan informasi mengenai harga cabai

rawit merah di pasar.

Tabel 12. Struktur Pasar Yang Dihadapi Oleh Tiap Lembaga Pemasaran Cabai

Rawit Merah.

Karakteristik

Tingkat

Petani PPD PB

Pedagang

Pengec

er

Jumlah penjual Sedikit Sedikit Sedikit Sedikit

Jumlah pembeli Sedikit Sedikit Sedikit Banyak

Sifat produk Homogen Homogen Homogen Homogen

Pengaruh

terhadap harga Sedikit Banyak Banyak Sedikit

Hambatan Rendah Tinggi Tinggi Rendah

Struktur Pasar Oligopsoni Oligopsoni Oligopoli Oligopoli

Sumber : Data Primer 2012

Struktur pasar yang dihadapi oleh petani cabai rawit merah di Desa

Cigedug terhadap pedagang pengumpul desa mengarah kepada struktur pasar

oligopsoni. Jumlah petani cabai rawit merah lebih banyak dari jumlah pedagang

pengumpul desa sehingga posisi tawar petani lebih rendah. Jika dikaitkan dengan

perilaku pasar, penentuan harga yang terjadi ditentukan oleh pihak pedagang

pengumpul desa sedangkan petani cabai rawit merah sebagai penerima harga.

Informasi pasar mengenai harga cabai rawit merah biasanya dibawa oleh para

pedagang pengumpul desa langsung dengan memperlihatkan nota penjualan dari

pasar induk. Sifat produk yang dijual adalah homogen. Petani menjual hasil

panennya ke beberapa pedagang pengumpul desa. Adapun dilihat dari hambatan

masuk pasar petani relatif rendah karena petani bebas keluar masuk pasar serta

tidak ada ikatan bagi petani untuk memasarkan cabai rawitnya kepada para

Page 87: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

72

pedagang pengumpul desa. Selain itu, jika terjadi kerugian seperti harga cabai

rawit merah rendah di pasaran, para petani dapat dengan mudah untuk beralih

dengan mengkonversi ke tanaman lain yang dinilai lebih menguntungkan.

Struktur pasar di tingkat pedagang pengumpul desa terhadap pedagang

besar mengarah kepada kondisi pasar oligopsoni. Hal ini dikarenakan jumlah

pedagang pengumpul desa lebih banyak dari jumlah pedagang besar. Jika

dikaitkan dengan perilaku pasar, penentuan harga dilakukan secara tawar-

menawar, namun penentu harga dominan kepada pedagang besar. Sifat produk

yang diperjualbelikan bersifat homogen dan tidak terdapat diferensiasi secara

nyata. Hambatan keluar masuk pasar di tingkat pedagang pengumpul desa relatif

tinggi karena untuk masuk ke dalam pasar diperlukan modal yang cukup besar.

Modal yang diperlukan besar karena harus menanggung biaya transportasi dan

biaya penyusutan yang cukup tinggi. Pedagang pengumpul desa memperoleh

informasi harga melalui pedagang besar yang berada di Pasar Induk Caringin

Bandung dan Pasar Induk Kramat Jati Jakarta. Informasi ini diakses dengan

menghubungi pedagang besar secara langsung.

Struktur pasar di tingkat pedagang besar terhadap pedagang pengecer

mengarah kepada struktur pasar oligopoli. Jumlah pedagang pengecer lebih

banyak dari jumlah pedagang besar. Proses penentuan harga didasarkan pada

proses tawar-menawar, namun penentuan harga ditentukan oleh pedagang besar di

pasar induk yang kekuatan tawar-menawar yang lebih tinggi dibanding pedagang

pengecer dengan informasi harga yang diperoleh dari sesama pedagang besar

maupun dari pedagang pengecer. Produk yang diperjualbelikan bersifat homogen

yaitu cabai rawit merah segar. Hambatan keluar masuk pasar di tingkat pedagang

pengumpul desa relatif tinggi karena untuk masuk ke dalam pasar diperlukan

modal yang cukup besar serta dipengaruhi oleh sulitnya mendapatkan izin

berdagang dari pengelola pasar induk serta semakin tingginya harga kios di dalam

pasar induk.

Adapun pasar yang terjadi di tingkat pedagang pengecer terhadap

konsumen akhir kondisi seperti oligopoli. Jumlah pedagang pengecer lebih sedikit

dari jumlah konsumen akhir. Proses penentuan harga didasarkan pada proses

tawar-menawar, namun penentu harga tetap di tangan pedagang pengecer.

Page 88: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

73

Informasi harga yang terjadi di tingkat pedagang pengecer diperoleh dari

pedagang besar dan sesama pedagang pengecer di pasar yang sama sehingga

informasi dapat diperoleh pedagang pengecer dengan mudah. Jumlah produk yang

dipertukarkan bersifat homogen yang dikemas dengan menggunakan kantong

plastik. Sedangkan hambatan keluar masuk pasar cenderung rendah karena skala

usaha pedagang pengecer relatif kecil dan jika pedagang pengecer tidak

memperoleh keuntungan maka pedagang pengecer dapat meninggalkan usaha

tersebut.

6.4 Perilaku Pasar

Perilaku pasar adalah strategi produksi dan konsumsi dari lembaga

pemasaran dalam struktur pasar tertentu yang meliputi kegiatan pembelian dan

penjualan, penentuan harga, sistem pembayaran, dan kerjasama antara lembaga

pemasaran yang ada. Perilaku pasar sering juga disebut sebagai saluran tingkah

laku dari lembaga pemasaran yang menyesuaikan dengan struktur pasar tempat

lembaga tersebut melakukan kegiatan pembelian dan penjualan. Perilaku pasar

antara tiap lembaga pemasaran akan diuraikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Perilaku Pasar Antara Tingkat Lembaga Pemasaran Cabai Rawit Merah

No Kegiatan Tingkat

Petani - PPD PPD - PB Antar PB PB - Pengecer

1. Penjualan dan

pembelian

Bebas dan

terikat

Bebas Bebas Bebas

2. Penentuan

harga

Tawar-

menawar,

namun dominan

oleh PPD

Tawar-

menawar,

namun dominan

oleh PB

Kesepakatan

(Patokan harga

oleh PB PIKJ)

Tawar-menawar,

namun dominan

oleh PB

3. Pembayaran Tunai Tunai dan

Kemudian

Kemudian Tunai dan

Kemudian

4. Kerjasama

antar lembaga

pemasaran

Saling

kepercayaan

Saling

kepercayaan

(langganan)

Saling

kepercayaan

(langganan)

Saling

kepercayaan

(langganan)

Sumber : Data Primer 2012

6.4.1 Praktek Penjualan dan Pembelian

Praktek penjualan dan pembelian cabai rawit merah melibatkan beberapa

lembaga, terkecuali petani yang hanya melakukan praktek penjualan dan

konsumen yang hanya melakukan praktik pembelian.

Page 89: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

74

Tabel 14. Praktek Penjualan dan Pembelian

Lembaga Pemasaran Praktek Pembelian Praktek Penjualan

Petani - v

PPD v v

Pedagang Besar v v

Pedagang Pengecer v v

Konsumen Akhir v -

Sumber : Data Primer 2012

Petani melakukan proses penjualan dengan menjual cabai rawit merah

kepada para pedagang pengumpul desa yang ada di desa Cigedug. Proses

penjualan cabai rawit merah dilakukan secara bebas oleh petani dimana cabai

rawit merah akan dijual kepada pedagang pengumpul desa yang menawaran harga

tertinggi. Transaksi awal dilakukan melalui telepon seluler, jika kedua belah pihak

telah sepakat mengenai harga maka proses penjualan akan dilaksanakan sesuai

dengan tempat yang telah disepakati. Adapula petani yang pembelinya tetap

seperti kepada satu pedagang pengumpul saja dikarenakan adanya hubungan

kerabat keluarga yang menciptakan rasa segan menjual kepada pedagang

pengumpul desa lain. Hampir seluruh petani masih menggantungkan pemasaran

cabai rawit merah kepada para pedagang pengumpul karena jalur ini lebih mudah

baik dalam hal pembayaran secara tunai, tidak membutuhkan biaya banyak seperti

biaya transportasi dan biaya penyusutan. Petani juga tidak memiliki alternatif

pemasaran lain karena keterbatasan fasilitas yang dimiliki oleh petani.

Biasanya penyerahan cabai rawit merah dilakukan langsung di lahan

petani atau pinggir jalan utama dan selanjutnya cabai rawit merah akan diangkut

menggunakan motor pribadi atau ojeg menuju ke rumah pedagang pengumpul

desa. Penyerahan ini dilakukan dengan memotong berat cabai rawit merah

sebanyak 1 kilogram kepada masing-masing petani. Pemotongan 1 kilogram ini

diperhitungkan sebagai berat karung yang digunakan untuk pengemasan cabai

rawit merah oleh petani, selain itu diperhitungkan sebagai biaya penyusutan yang

ditanggung oleh pihak petani (cabai rawit merah yang mengalami pembusukan).

Cabai rawit merah kemudian langsung didistribusikan kepada pedagang

besar di Pasar Induk Cikajang Garut, Pasar Induk Caringin Bandung dan Pasar

Induk Kramat Jati Jakarta, biaya pengangkutan ditanggung oleh pedagang

Page 90: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

75

pengumpul desa. Sistem penjualan ini menggunakan nota penjualan yaitu

pembayaran dilakukan tidak langsung saat transaksi, tetapi saat transaksi

berikutnya. Hal ini dikarenakan harga cabai rawit merah belum terbentuk. Namun,

terkadang pedagang pengumpul melakukan kecurangan berupa pemalsuan nota

penjualan khususnya harga. Harga yang diterima oleh pedagang pengumpul

berimplikasi pada harga yang akan diterima oleh para petani.

Kebanyakan pedagang besar sudah memiliki langganan namun tidak ada

keterikatan antara kedua belah pihak. Praktek pembelian dan penjualan juga

terjadi di antar para pedagang besar. Sifat cabai rawit merah yang mudah busuk

ini membuat pedagang besar menghindari fungsi penyimpanan. Akibatnya cabai

rawit merah yang tidak laku terjual di Pasar Cikajang dan Pasar Induk Caringin

Bandung maka akan dikirim ke Pasar Induk Kramat Jati. Pengiriman dilakukan

dengan menggunakan mobil pick up. Penyerahan cabai rawit merah berlangsung

di Pasar Induk Kramat Jati. Selanjutnya dilakukan kegiatan penjualan kepada

pedagang pengecer. Kegiatan penjualan juga berlangsung di tempat pedagang

besar. Praktek penjualan dilakukan pedagang pengecer dengan konsumen akhir.

6.4.2 Sistem Penentuan Harga

Pada umumnya sistem penentuan harga dalam pemasaran cabai rawit

merah di Desa Cigedug dilakukan dengan cara tawar menawar antara penjual dan

pembeli dengan kisaran perbedaan harga dari harga sebelumnya yaitu Rp 100-

200 per kilogram. Harga di tingkat petani ditentukan oleh para pedagang

pengumpul desa yang merupakan lembaga pemasaran yang lebih tinggi. Hal ini

dikarenakan para pedagang pengumpul desa memiliki informasi harga yang lebih

banyak. Pedagang pengumpul desa memperoleh informasi harga langsung dari

Pasar Induk Caringin dan Pasar Induk Kramat Jati yang merupakan pasar acuan

dalam pembentukan harga sayuran termasuk cabai rawit merah.

Sedangkan penentuan harga yang terjadi antara pedagang pengumpul desa

dan pedagang besar ditentukan oleh pedagang besar di pasar induk karena

pedagang besar memiliki kekuatan lebih besar dalam penentuan harga. Penetapan

harga ini dilakukan dengan melihat jumlah pasokan cabai rawit merah yang ada di

pasar saat itu juga dan jumlah permintaan yang ada yang dapat diamati dengan

banyaknya pedagang pengecer yang datang ke pasar. Jika pasokan cabai rawit

Page 91: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

76

merah melimpah maka harga akan jatuh atau lebih rendah dan sebaliknya jika

pasokan cabai rawit merah sedikit di pasaran maka secara otomatis pedagang

besar tidak ragu-ragu penetapkan harga tinggi. Namun penetapan harga ini juga

didasarkan pada biaya pemasaran dan keuntungan yang ingin diambil oleh

pedagang besar. Harga pada tingkat konsumen lebih ditentukan oleh pedagang

pengecer. Penetapan harga di tingkat pengecer ditetapkan dari harga beli ditambah

dengan biaya pemasaran dan keuntungan. Pada umumnya petani cabai rawit

merah di Desa Cigedug hanya bisa menerima harga yang diberikan karena petani

bergantung kepada para pedagang pengumpul desa untuk menjual dan

memasarkan hasil panennya. Penetapan harga di tingkat petani disesuaikan

dengan harga pasar yang sedang berlaku melalui nota penjualan dari pedagang

pengumpul desa. Petani akan tetap melakukan penanaman meskipun harga cabai

rawit merah di pasar rendah, dengan harapan harga akan melambung tinggi

kembali.

6.4.3 Sistem Pembayaran

Sistem pembayaran yang digunakan oleh lembaga pemasaran cabai rawit

merah di Desa Cigedug beragam yaitu sistem pembayaran secara tunai dan sistem

pembayaran kemudian.

1. Sistem Pembayaran Tunai

Sistem pembayaran tunai diterapkan oleh pedagang pengumpul desa

kepada petani cabai rawit merah, 2 orang pedagang besar Pasar Induk

Cikajang ke 2 orang pedagang pengumpul desa, 1 orang pedagang pengecer

wilayah Bandung ke 1 orang pedagang besar Pasar Induk Caringin Bandung,

serta konsumen ke pedagang pengecer baik di wilayah Bandung maupun

Jakarta.

2. Sistem Pembayaran Kemudian

Sistem pembayaran kemudian adalah sistem yang diterapkan oleh 2 orang

pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta ke 5 orang pedagang

pengumpul desa, 2 orang pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati ke 2

orang pedagang besar di Pasar Induk Cikajang dan 4 orang pedagang besar di

Pasar Induk Caringin Bandung. Pembayaran dilakukan satu hari setelah cabai

Page 92: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

77

rawit merah telah habis terjual. Hal ini disebabkan karena harga cabai rawit

merah belum terbentuk.

Selain itu, sistem pembayaran kemudian juga dilakukan oleh . 1 orang

pedagang pengecer kepada 3 orang pedagang besar Pasar Induk Caringin

Bandung dan 5 orang pedagang pengecer wilayah Jakarta ke 2 orang pedagang

besar di Pasar Induk Kramat Jati. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh

kedua belah pihak ini biasanya disebut dengan sistem keluar masuk. Maksud

dari “keluar” cabai rawit merah akan diambil terlebih dahulu oleh para

pedagang pengecer wilayah Bandung dan Jakarta dan “masuk” diartikan

sebagai uang yang masuk ke pedagang besar di Pasar Induk Caringin Bandung

dan Pasar Induk Kramat Jati Jakarta dimana pembayaran yang dilakukan oleh

pedagang pengecer ini akan dilakukan dua hingga tiga hari setelah cabai rawit

merah terjual habis ke konsumen. Pedagang pengecer melakukan pembayaran

sekaligus mengambil cabai rawit merah untuk dijual pada hari berikutnya

dimana pembayaran akan dilakukan dua atau tiga hari ke depan pula. Sistem

pembayaran ini merupakan kesepakatan antara kedua lembaga pemasaran.

6.4.4 Kerjasama Antar Lembaga Pemasaran

Kerjasama telah dilakukan oleh lembaga pemasaran dalam pendistribusian

cabai rawit merah dari produsen ke konsumen. Kerjasama antar petani belum

berjalan dengan baik walaupun dengan keberadaan kelompok tani di desa ini,

karena kelompok tani belum dimanfaatkan dengan baik. Pemasaran dilakukan

secara individu tanpa koordinasi melalui kelompok tani sehingga harga jual petani

cabai rawit merah akan sangat dipengaruhi oleh pedagang pengumpul desa. Petani

sudah menjalin kerjasama yang terjalin lama dan baik dengan pihak pedagang

pengumpul desa, meskipun kejadian seperti penipuan atau kejahilan masih dapat

ditemukan diantara mereka seperti pemalsuan nota penjualan cabai rawit merah

yang dilakukan pihak pedagang pengumpul desa dengan mengubah harga jual

dengan kisaran perbedaan harga sebesar Rp 1.000-Rp 2.000 per kilogram dari

harga sebelumnya kepada pihak petani cabai rawit merah di Desa Cigedug.

Adapun, petani responden yang melakukan penjualan kepada satu pedagang

pengumpul desa, kerjasama yang terjalin ini biasanya disebabkan adanya ikatan

Page 93: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

78

keluarga sehingga mereka sudah saling percaya satu sama lain dan penipuan

seperti pemalsuan nota dapat dihindari.

Selain itu, kerjasama juga terjadi antara pedagang pengumpul desa

dengan pedagang besar, dan antara pedagang besar dengan pedagang pengecer

dalam transaksi jual beli cabai rawit merah. Kerjasama yang terjalin antara

pedagang besar dan pedagang pengumpul desa serta pedagang besar dengan

pedagang pengecer atas dasar lamanya mereka melakukan hubungan dagang dan

rasa saling percaya sehingga tercipta hubungan langganan diantara mereka.

Kerjasama antara lembaga pemasaran ini bertujuan agar kontinuitas cabai rawit

merah tetap terpenuhi dan dapat meringankan biaya dalam proses pencarian

pasar.

6.5 Analisis Marjin Pemasaran

Analisis marjin dihitung berdasarkan pengurangan harga jual dengan harga

beli pada setiap lembaga pemasaran cabai rawit merah. Marjin pemasaran

dihitung dengan melihat besarnya biaya pemasaran cabai rawit merah dan

keuntungan yang diambil oleh lembaga pemasaran yang terlibat. Biaya pemasaran

merupakan biaya yang dikeluarkan dalam memasarkan cabai rawit merah hingga

ke konsumen akhir. Jenis biaya yang dikeluarkan setiap lembaga pemasaran

berbeda-beda meliputi biaya pengangkutan, pengemasan, tenaga kerja, retribusi,

dan penyusutan, dan sewa lapak. Sedangkan keuntungan pemasaran merupakan

selisih antara harga jual dengan harga beli dikurangi dengan biaya pemasaran oleh

lembaga pemasaran yang terlibat.

Pada Tabel 15 mendapatkan bahwa harga jual petani untuk komoditas

cabai rawit merah berbeda untuk setiap saluran pemasaran. Hal tersebut terjadi

karena informasi dan kesepakatan harga yang didapat antar petani berbeda dari

pedagang pengumpul desa. Selain itu harga jual cabai rawit merah di tingkat

pedagang besar berbeda-beda. Perbedaan harga ini dikarenakan setiap saluran

pemasaran memiliki daerah pemasaran yang berbeda-beda serta pembentukan

harga terjadi langsung di pasar induk sehingga harga jual lembaga pemasaran

berbeda-beda disesuaikan dengan tingkat keuntungan yang ingin diperoleh.

Page 94: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

79

Tabel 15. Analisis Marjin Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug,

Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut.

Uraian (Rp/kilogram) Saluran Pemasaran

I II III IV V

Petani

a. Harga jual 5000,00 4500,00 4500 4700,00 4700,00

b. Biaya Pemasaran 1391,40 1373,10 1373,10 1405,50 1405,50

PPD

a. Harga Beli 5000,00 4500,00 4500,00 4700,00 4700,00

b. Biaya Pemasaran 619,10 763,15 763,15 616,76 616,76

c. Keuntungan 2880,90 1736,85 1736,85 2183,23 2183,23

d. Harga Jual 8500,00 7000,00 7000,00 7500,00 7500,00

e. Marjin 3500,00 2500,00 2500,00 2800,00 2800,00

PB di Pasar Induk Cikajang

a. Harga Beli - 7000,00 7000,00 - -

b. Biaya Pemasaran - 617,30 622,30 - -

a. Keuntungan - 2382,70 1377,70 - -

d. Harga Jual - 10000,00 9000,00 - -

e. Marjin - 3000,00 2000,00 - -

PB di Pasar Induk Caringin

a. Harga Beli - - - 7500,00 7500,00

b. Biaya Pemasaran - - - 699,80 703,30

c. Keuntungan - - - 1800,20 796,70

d. Harga Jual - - - 10000,00 9000,00

e. Marjin - - - 2500,00 1500,00

PB di PIKJ

a. Harga Beli 8500,00 - 9000,00 - 9000,00

b. Biaya Pemasaran 770,65 - 770,65 - 770,65

c. Keuntungan 1229,35 - 729,35 - 729,35

d. Harga Jual 10500,00 - 10500,00 - 10500,00

e. Marjin 2000,00 - 1500,00 - 1500,00

Pedagang Pengecer

a. Harga Beli 10500,00 - 10500,00 10000,00 10500,00

b. Biaya Pemasaran 2179,50 - 2179,50 1812,00 2179,50

c. Keuntungan 7320,50 - 7320,50 6188,00 8820,50

d. Harga Jual 20000,00 - 20000,00 18000,00 20000,00

Page 95: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

80

e. Marjin 9500,00 - 9500,00 8000,00 9500,00

Total Biaya Pemasaran 3569,25 1380,45 4335,60 3128,60 4270,25

Total Keuntungan 11430,75 4119,55 11164,40 10171,40 11029,75

Total Marjin 15000,00 5500,00 15500,00 13300,00 15300,00

Sumber : Data Primer 2012 (diolah)

Berdasarkan total marjin yang diperoleh pedagang perantara, marjin

pemasaran terbesar terdapat pada saluran III sebesar 77,50 persen dari harga jual

pedagang pengecer. Besarnya marjin ini dikarenakan saluran III melibatkan dua

pedagang besar yang saling melakukan transaksi penjualan cabai rawit merah,

cabai rawit merah yang tidak laku terjual di Pasar Induk Cikajang dan Pasar

Caringin akan didistibusikan ke pasar Induk Kramat Jati Jakarta, sehingga saluran

pemasaran III merupakan salah satu saluran pemasaran terpanjang. Kemudian

diikuti oleh saluran V yaitu sebesar 76,50 persen dimana kondisi pada saluran ini

hampir sama dengan saluran III yaitu terjadi transaksi antara dua pedagang besar

di Pasar Induk Caringin dan Pasar Induk Kramat Jati.

Adapun saluran I yang memiliki marjin sebesar 75,00 persen. Hal ini tidak

berbeda jauh dengan marjin yang diperoleh pada penelitian sebelumnya (Muslikh

1999) dengan tujuan pemasaran yang sama yaitu wilayah Jakarta sebesar 65,39

persen. Saluran I merupakan saluran yang pendistribusian cabai rawit merah

paling banyak karena Pasar Induk Kramat Jati yang merupakan pasar acuan dari

seluruh pasar induk yang ada di Jawa Barat dimana jika ada permintaan dari luar

di luar Pulau Jawa maka Pasar Induk Kramat Jati ini akan siap mengirim cabai

rawit merah sesuai permintaan. Adapun saluran IV memiliki marjin pemasaran

sebesar 73,89 persen. Sedangkan untuk saluran II dengan marjin pemasaran

sebesar 55,00 persen yang merupakan marjin pemasaran terkecil. Hal ini karena

saluran II melibatkan sedikit lembaga pemasaran dalam mendistribusikan cabai

rawit merah hingga ke konsumen akhir dan daerah tujuan pemasaran cabai rawit

merah dari pola saluran pemasaran ini tidak jauh dari lokasi penanaman cabai

rawit merah sehingga pedagang tidak menjual dengan harga yang tinggi.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan panjang pendeknya

saluran rantai pemasaran adalah penentu dari besar kecilnya marjin yang

Page 96: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

81

dihasilkan. Besar marjin yang dihasilkan untuk tiap saluran pemasaran juga

ditentukan dari jarak lokasi pemasaran.

Adapun total biaya pemasaran tertinggi terdapat pada saluran pemasaran

III yaitu sebesar Rp 4.335,60 per kilogram. Hal ini disebabkan karena pada

saluran ini, pendistribusian cabai rawit merah melibatkan banyak lembaga

pemasaran sehingga masing-masing lembaga melakukan fungsi-fungsi pemasaran

yang membutuhkan biaya. Biaya pemasaran tertinggi pada saluran ini berasal dari

tingkat pedagang pengecer wilayah Jakarta yaitu 50,27 persen dari total biaya

pemasaran pada saluran ini, dengan biaya penyusutan sebesar Rp 1.050,00 per

kilogram. Saluran pemasaran lain yang juga melibatkan banyak lembaga

pemasaran adalah saluran V, besarnya biaya pemasaran pada saluran ini adalah

Rp 4.270,25 per kilogram. Biaya pemasaran tertinggi pada saluran ini berasal dari

tingkat pedagang pengecer wilayah Jakarta yaitu 51,04 persen dari total biaya

pemasaran pada saluran ini, dengan biaya penyusutan sebesar Rp 1.050,00 per

kilogram. Perbedaan biaya pemasaran pada saluran III dan V adalah perbedaan

biaya pemasaran pada tingkat pedagang pengumpul desa dan pedagang besar

dimasing-masing saluran. Hal ini dikarenakan masing-masing daerah pemasaran

cabai rawit merah pada kedua saluran ini memiliki biaya pengangkutan, biaya

tenaga kerja, biaya retribusi, biaya bongkar muat, biaya penyusutan, biaya sortasi,

dan biaya sewa lapak yang berbeda-beda.

Total biaya pemasaran pada saluran I sebesar Rp 3.569,25 per kilogram.

Biaya pemasaran tertinggi berasal dari tingkat pedagang pengecer wilayah Jakarta

yaitu 61,06 persen dari total biaya pemasaran pada saluran ini, dengan biaya

penyusutan sebesar Rp 1.050,00 per kilogram. Total biaya pemasaran pada

saluran IV sebesar Rp 3.128,60 per kilogram. Biaya pemasaran tertinggi berasal

dari tingkat pedagang pengecer wilayah Bandung sebesar 57,92 persen, dengan

biaya penyusutan sebesar Rp 1.000,00 per kilogram. Perbedaan biaya pemasaran

pada saluran I dan IV dikarenakan masing – masing daerah pemasaran cabai rawit

merah pada kedua saluran ini memiliki biaya pengangkutan, biaya tenaga kerja,

biaya penyusutan, biaya sortasi, biaya restribusi, dan biaya sewa lapak pasar yang

berbeda–beda.

Page 97: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

82

Sedangkan biaya pemasaran terkecil terdapat pada saluran II yaitu sebesar

Rp1.380,45 per kilogram karena pada jalur ini jarak distribusinya cukup dekat dan

merupakan rantai pemasaran terpendek. Biaya terbesar berasal dari tingkat

pedagang pengumpul desa yaitu 55,28 persen dari total biaya pemasaran pada

saluran ini, dengan biaya penyusutan sebesar Rp 378,60 per kilogram.

Berdasarkan kelima saluran pemasaran yang ada, biaya pemasaran tertinggi

berasal dari biaya penyusutan. Hal ini sesuai dengan sifat cabai rawit merah yang

mudah rusak dan mengalami pembusukan (perishable).

Keuntungan pemasaran terbesar terdapat pada saluran I sebesar Rp

11.430,80 per kilogram. Keuntungan pemasaran ini terjadi karena pada saluran ini

terjadi keuntungan yang besar pada proses pengambilan keuntungan yang

dilakukan pedagang pengumpul desa, pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati

dan pedagang pengecer yang mendistribusikan cabai rawit merah ke konsumen

masing-masing sebesar Rp 2.880,90 per kilogram, Rp 1.229,35 per kilogram dan

7320,50 per kilogram. Kemudian disusul oleh saluran pemasaran III dan V yaitu

masing-masing sebesar Rp 11.164,40 per kilogram dan Rp 11.029,80 per

kilogram, hal ini disebabkan karena kedua saluran ini merupakan saluran yang

banyak melibatkan lembaga pemasaran, namun keuntungan yang diambil oleh

lembaga pemasaran pada kedua saluran ini lebih kecil dibandingkan saluran I.

Keuntungan pemasaran pada saluran IV yaitu sebesar Rp 10.171,40 per

kilogram, dengan keuntungan terbesar diambil oleh pedagang pengecer sebesar

Rp 6.188,00 per kilogram. Sedangkan keuntungan terkecil terdapat pada saluran

pemasaran II sebesar Rp 4.119,55 per kilogram. Hal ini dikarenakan saluran ini

memiliki jarak distribusi yang dekat dari Desa Cigedug.

6.6 Analisis Farmer’s Share

Analisis farmer’s share merupakan perbandingan harga yang diterima oleh

petani cabai rawit merah dengan harga yang dibayar oleh konsumen. Analisis

farmer’s share merupakan salah satu indikator untuk menentukan efisiensi

operasional pemasaran suatu komoditas. Hal ini tergantung dari upaya yang

dilakukan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam memberikan value added

pada produk sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan konsumen.

Analisis farmer’s share berbanding terbalik dengan analisis marjin pemasaran.

Page 98: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

83

Farmer’s share yang diterima petani pada saluran pemasaran cabai rawit merah di

Desa Cigedug dapat dilihat pada Tabel 16.

Berdasarkan data yang tersaji pada Pada Tabel 16 menunjukkan bahwa

bagian terbesar yang diterima petani terdapat pada saluran II yaitu sebesar 45

persen. Saluran II merupakan saluran dengan total marjin pemasaran terendah dan

saluran pemasaran terpendek jika dilihat dari jumlah lembaga pemasaran yang

terlibat.

Tabel 16. Farmer’s Share Pada Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa

Cigedug

Saluran

Pemasaran

Harga di tingkat

petani

(Rp/kilogram)

Harga di tingkat

konsumen

(Rp/kilogram)

Farmer’s Share

(%)

Saluran I 5000 20000 25,00

Saluran II

Saluran III

4500

4500

10000

20000

45,00

22,50

Saluran IV 4700 18000 26,11

Saluran V 4700 20000 23,50

Sumber : Data Primer 2012 (diolah)

Kemudian diikuti oleh saluran IV dan I masing-masing sebesar 26,11

persen dan 25 persen. Seperti pada penelitian sebelumnya (Muslikh 1999) farmer

share yang diperoleh yaitu sebesar 21,15 persen. Besarnya proporsi farmer’s

share ini dikarenakan harga jual petani yang cukup tinggi yaitu Rp 4.700,00 –

Rp 5.000,00 per kilogram dikarenakan cabai rawit merah ini didistribusikan

keluar Kabupaten Garut yaitu wilayah Jakarta dan Bandung, dan tingginya marjin

pemasaran yang diambil oleh pihak pedagang pengumpul desa, pedagang besar

dan pedagang pengecer. Marjin terbesar pada saluran ini terdapat pada pedagang

pengecer masing-masing sebesar Rp 8.000,00 per kilogram dan Rp 9.500,00 per

kilogram. Hal ini dikarenakan besarnya biaya penyusutan yang harus ditanggung

oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 1.000,00 per kilogram pada saluran IV

dan Rp 1.050,00 per kilogram pada saluran I akibat banyaknya cabai rawit merah

yang mengalami pembusukan atau rusak.

Adapun saluran pemasaran V dan III memiliki nilai farmer’s share yaitu

masing-masing sebesar 23,5 persen dan 22,5 persen yang merupakan nilai

Page 99: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

84

farmer’s share terkecil. Hal ini dikarenakan kedua saluran ini merupakan saluran

pemasaran terpanjang jika dilihat dari jumlah lembaga pemasaran yang terlibat

dengan tujuan akhir ke konsumen yang berada di daerah Jakarta dan kedua

saluran ini merupakan saluran dengan total marjin pemasaran tertinggi.

Pengambilan margin terbesar pada saluran ini terdapat pada pedagang pengecer

yaitu Rp 9.500,00 per kilogram. Untuk rincian farmer’s share yang diperoleh

pada tiap saluran pemasaran lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Farmer’s Share di Setiap Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah.

6.7 Analisis Rasio Keuntungan dan Biaya Pemasaran

Efisiensi operasional juga dapat ditunjukkan dengan membandingkan

antara besarnya keuntungan dengan biaya pemasaran suatu lembaga pemasar.

Indikator dikatakan efisien jika meratanya penyebaran nilai rasio keuntungan dan

25% 45 % 22,5 % 26,11 % 23,5%

Fs I Fs IIa Fs IIb Fs III Fs IV

FS I FS II FS III FS IV FS V

I

Harga di tingkat petani

Rp 4.500,00/kg

Harga di

tingkat petani

Rp 5.000,00/kg

Harga di

tingkat petani

Rp 4.500,00/kg

Harga di

tingkat petani

Rp 4.700,00/kg

Harga di

tingkat petani

Rp 4.700,00/kg

Harga jual di

tingkat

pengecer Rp

20.000,00/kg

Total Biaya

Rp 3.569,25/kg

Total

Keuntungan

Rp 11.430,80/kg

Total Marjin

Rp 15.000,00

Harga di

tingkat PB di Pasar Induk

Cikajang

Rp 10.000,00/kg

Total Biaya /kg Rp 1.380,45

Total

Keuntungan

Rp 4.119,55/kg

Total Marjin

Rp 5.500,00

Harga di tingkat

pengecer

Rp 18.000,00/kg

Total Biaya Rp 3.128,60/kg

Total Keuntungan

Rp

10.171,40/kg

Total Marjin

Rp 13.300,00

Harga di

tingkat

pengecer Rp

20.000,00/kg

Total Biaya

Rp 4.335,60/kg

Total

Keuntungan

Rp 11.164,40/kg

Total Marjin

Rp 15.500,00

Harga di tingkat

pengecer

Rp 20.000,00/kg

Total Biaya Rp 4.270,2/kg5

Total Keuntungan

Rp

11.029,80/kg

Total Marjin

Rp 15.300,00

Page 100: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

85

biaya di setiap lembaga pemasaran. Rasio keuntungan dan biaya cabai rawit

merah di Desa Cigedug dapat dilihat pada Tabel 17. Pada saluran pemasaran I

diperoleh nilai rasio keuntungan dan biaya sebesar 3,20, berbeda dengan nilai

rasio keuntungan dan biaya pada penelitian yang dilakukan oleh Muslikh (1999)

sebesar. Biaya yang dikeluarkan lembaga pemasaran pada saluran I sebesar Rp

3.569,25 per kilogram. Biaya terbesar ditanggung oleh pedagang pengecer yaitu

sebesar Rp 2179,50 per kilogram dan biaya pemasaran terendah ditanggung oleh

pedagang pengumpul desa yaitu sebesar Rp 619,10 per kilogram

Tabel 17. Rasio Keuntungan dan Biaya Untuk Setiap Saluran Pemasaran Cabai

Rawit Merah di Desa Cigedug.

Lembaga

Pemasaran

Saluran Pemasaran

I II III IV V

Pedagang Pengumpul Desa

Ci (Rp/kg) 619,10 763,15 763,15 616,78 619,10

Πi (Rp/kg) 2880,90 1736,85 1736,85 2183,23 2880,90

Rasio Πi /Ci 4,65 2,28 2,28 3,54 3,54

PB di Pasar Induk Cikajang Kabupaten Garut

Ci (Rp/kg) - 617,30 622,30 - -

Πi (Rp/kg) - 2382,70 1377,70 - -

Rasio Πi /Ci - 3,86 2,21 - -

PB di Pasar Induk Caringin Bandung

Ci (Rp/kg) - - - 699,80 703,30

Πi (Rp/kg) - - - 1800,20 796,70

Rasio Πi /Ci - - - 2,57 1,13

PB di PIKJ Jakarta

Ci (Rp/kg) 770,65 - 770,65 - 770,65

Πi (Rp/kg) 1229,35 - 729,35 - 729,35

Rasio Πi /Ci 1,59 - 0,95 - 0,95

Pedagang Pengecer

Ci (Rp/kg) 2179,50 - 2179,50 1812,00 2179,50

Πi (Rp/kg) 7320,50 - 7320,50 6188,00 7.320,50

Rasio Πi /Ci 3,36 - 3,36 3,42 3,36

Total

Ci (Rp/kg) 3569,25 1380,45 4335,60 3128,58 4270,23

Πi (Rp/kg) 11430,75 4119,55 11164,40 10171,43 11029,78

Page 101: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

86

Rasio Πi /Ci 3,20 2,98 2,56 3,25 2,58

Sumber : Data Primer 2012 (diolah)

Pada saluran I, pedagang pengecer mengeluarkan biaya pemasaran yang

cukup besar karena besarnya biaya penyusutan yang harus ditanggung, dimana

dari 10 kilogram cabai rawit merah yang dibeli terdapat 1 kilogram cabai rawit

merah yang busuk sehingga biaya penyusutan yang harus ditanggung sebesar Rp

1.050,00 per kilogram. Oleh karena itu, keuntungan yang diambil oleh pedagang

pengecer juga besar yaitu Rp 7.320,50 per kilogram, sedangkan besarnya

keuntungan yang diperoleh pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati adalah Rp

1.229,35 per kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 770,65 per kilogram.

Hal ini dikarenakan pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati melakukan

perlakuan biaya yang lebih banyak dan cukup besar dibandingkan pedagang

pengumpul desa seperti biaya pengangkutan, pengemasan, tenaga kerja, retribusi,

penyusutan, bongkar muat, dan biaya sewa lapak. Biaya penyusutan merupakan

biaya pemasaran yang paling tinggi yang harus ditanggung oleh pedagang besar

dan pedagang pengumpul desa.

Saluran pemasaran II memiliki nilai rasio keuntungan dan biaya sebesar

2,98. Total biaya yang dikeluarkan pada saluran II adalah sebesar Rp 1380,45 per

kilogram yang hanya dilakukan oleh pedagang pengumpul desa dan pedagang

besar di Pasar Induk Cikajang, diantara kedua lembaga pemasaran yang terlibat

pada saluran II, pedagang pengumpul desa yang lebih banyak mengeluarkan biaya

yaitu sebesar Rp 763,15 per kilogram. Hal ini dikarenakan pedagang pengumpul

desa melakukan perlakuan biaya yang lebih banyak dibandingkan pedagang besar

di Pasar Induk Cikajang seperti adanya biaya pengangkutan yang harus

ditanggung oleh pihak pedagang pengumpul desa dimana tidak dilakukan oleh

pihak pedagang besar di Pasar Induk Cikajang pada saluran ini. Sementara itu

keuntungan terbesar didapat oleh pedagang besar di Pasar Induk Cikajang yaitu

sebesar Rp 2.382,70 per kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 617,30 per

kilogram. Sedangkan pedagang pengumpul desa mendapatkan keuntungan

pemasaran sebesar Rp 1.736,85 per kilogram.

Adapun saluran III memiliki nilai rasio keuntungan dan biaya sebesar 2,56

dengan total biaya pemasaran adalah Rp 4.335,60 per kilogram yang dilakukan

Page 102: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

87

oleh pedagang pengumpul desa, pedagang besar di Pasar Induk Cikajang,

pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati, dan pedagang pengecer. Biaya

pemasaran terbesar dikeluarkan oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp

2.179,50 per kilogram. Besarnya biaya pemasaran pada tingkat pedagang

pengecer ini disebabkan oleh tingginya biaya penyusutan yang harus ditanggung

sebesar Rp 1.050,00 per kilogram. Keuntungan terbesar juga diperoleh oleh

pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 7.320,50 per kilogram, dimana keuntungan

pemasaran yang diperoleh pedagang pengecer ini dipengaruhi oleh harga jual

yang tinggi untuk menghindari penurunan permintaan cabai rawit merah dari

konsumen akhir yang dapat menyebabkan biaya penyusutan yang lebih besar.

Pedagang pengumpul desa mendapat keuntungan pemasaran sebesar Rp 1.736,85

per kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 763,15 per kilogram.

Keuntungan pemasaran terendah pada saluran ini terdapat pada pedagang besar di

Pasar Induk Kramat Jati yaitu sebesar Rp 729,35 per kilogram dengan biaya

pemasaran sebesar Rp 770,65 per kilogram. Keuntungan yang diperoleh ini

dipengaruhi oleh harga beli yang tinggi akibat cabai rawit merah dibeli dari pihak

pedagang besar di Pasar Induk Cikajang.

Saluran pemasaran IV memiliki nilai rasio keuntungan dan biaya sebesar

3,25. Total biaya yang dikeluarkan pada saluran IV adalah sebesar Rp 3.128,58

per kilogram yang dilakukan oleh pedagang pengumpul desa, pedagang besar di

Pasar Induk Caringin Bandung dan pedagang pengecer. Biaya pemasaran

terbesar dikeluarkan oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 1.812,00 per

kilogram. Besarnya biaya pemasaran pada tingkat pedagang pengecer ini

disebabkan oleh tingginya biaya penyusutan. Selain itu pedagang pengecer juga

harus mengeluarkan biaya pengangkutan, pengemasan, tenaga kerja, dan

retribusi pasar. Keuntungan terbesar juga diperoleh oleh pedagang pengecer

adalah sebesar Rp 6.188,00 per kilogram, yang mana keuntungan pemasaran

yang diperoleh pedagang pengecer ini dipengaruhi oleh harga jual yang tinggi

untuk menghindari penurunan permintaan cabai rawit merah dari konsumen

akhir yang dapat menyebabkan biaya penyusutan yang lebih besar. Pedagang

pengumpul desa mendapat keuntungan pemasaran sebesar Rp 2.183,23 per

kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 616,78 per kilogram. Keuntungan

Page 103: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

88

pemasaran terendah pada saluran ini terdapat pada pedagang besar Pasar Induk

Caringin, yaitu sebesar Rp 110,00 per kilogram dengan biaya pemasaran

sebesar Rp 1.800,20 per kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 699,80

per kilogram. Besarnya biaya pemasaran yang harus dikeluarkan oleh pedagang

besar di Pasar Induk Caringin ini disebabkan pedagang besar di Pasar Induk

Caringin melakukan perlakuan biaya yang lebih banyak dan cukup besar

dibandingkan pedagang pengumpul desa seperti biaya pengangkutan,

pengemasan, tenaga kerja, retribusi, penyusutan, bongkar muat, dan biaya sewa

lapak.

Adapun saluran pemasaran V, nilai rasio keuntungan dan biaya sebesar

2,58, total biaya pemasaran adalah Rp 4.270,23. Saluran V melibatkan pedagang

pengumpul desa, pedagang besar di Pasar Induk Caringin, pedagang besar di

Pasar Induk Kramat Jati, dan pedagang pengecer. Biaya pemasaran terbesar

dikeluarkan oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 2.179,50 per kilogram.

Besarnya biaya pemasaran pada tingkat pedagang pengecer ini disebabkan oleh

tingginya biaya penyusutan yang harus ditanggung. Keuntungan terbesar juga

diperoleh oleh pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 7.320,50 per kilogram,

dimana keuntungan pemasaran yang diperoleh pedagang pengecer ini dipengaruhi

oleh harga jual yang tinggi untuk menghindari penurunan permintaan cabai rawit

merah dari konsumen akhir yang dapat menyebabkan biaya penyusutan yang lebih

besar. Pedagang pengumpul desa mendapat keuntungan pemasaran sebesar Rp

2.183,23 per kilogram dengan biaya pemasaran sebesar Rp 616,76 per kilogram.

Keuntungan pemasaran terendah pada saluran ini terdapat pada pedagang besar di

Pasar Induk Kramat Jati yaitu sebesar Rp 729,35 per kilogram dengan biaya

pemasaran sebesar Rp 770,65 per kilogram. Keuntungan yang diperoleh ini

dipengaruhi oleh harga beli yang tinggi akibat cabai rawit merah dibeli dari pihak

pedagang besar di Pasar Induk Caringin.

Efisiensi merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam suatu

aktivitas pemasaran. Suatu saluran dikatakan efisien apabila penyebaran nilai

rasio keuntungan terhadap biaya pada masing-masing lembaga pemasaran merata.

Artinya setiap satu satuan rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran

Page 104: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

89

akan memberikan keuntungan yang tidak jauh beda dengan lembaga pemasaran

lainnya yang terdapat pada saluran tersebut.

Nilai total rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran cabai rawit merah

terbesar terdapat pada saluran IV yaitu sebesar 3,25. Artinya untuk setiap 1 satuan

rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran akan menghasilkan

keuntungan sebesar 3,25 rupiah. Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran

terbesar ditingkat lembaga pemasaran terjadi pada tingkat pedagang pengumpul

desa pada saluran I sebesar 4,65. Hal ini dikarenakan harga jual cabai rawit merah

pada saluran I lebih tinggi dibanding saluran lainnya. Adapun rasio terkecil

terdapat pada pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati pada saluran III dan V

sebesar 0,95.

Berdasarkan Tabel 18 untuk mengetahui saluran pemasaran cabai rawit

merah di Desa Cigedug yang paling efisien dapat ditinjau dari beberapa poin

analisis terhadap pola pemasaran cabai rawit merah diantaranya margin

pemasaran, farmer’s share, serta rasio keuntungan dan biaya. Selain itu dapat

dilihat dari pola saluran pemasaran yang terbentuk, berjalannya fungsi- fungsi

pemasaran, struktur pasar, dan perilaku pasar.

Tabel 18. Nilai Efisiensi Pemasaran pada masing – masing Pola Saluran

Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug. Saluran

Pemasaran

Harga

(Rp/kg)

Total Biaya

(Rp/kilogram)

Marjin

(%)

Farmer’s

Share (%) Πi/Ci

Volume

(kilogram)

Saluran I 5.000,00 3.569,30 75,00 25,00 3,20 1.490

Saluran II 4.500,00 1.380,50 55,00 45,00 2,98 20

Saluran III 4.500,00 4.335,60 77,50 22,50 2,56 215

Saluran IV 4.700,00 3.128,60 73,89 26,11 3,25 200

Saluran V 4.700,00 4.270,30 76,50 23,50 2,58 354

Sumber : Data Primer 2012 (diolah)

Berdasarkan Tabel 18 yang menyajikan data mengenai nilai efisiensi

pemasaran pada setiap pola saluran pemasaran yang terbentuk, saluran I

merupakan saluran yang paling efisien dibandingkan empat saluran yang lain. Jika

dilihat dari harga jual cabai rawit merah di tingkat petani, saluran I memiliki harga

jual yang paling tinggi dan volume penjualan terbesar sebanyak 1.490 kilogram

dengan tujuan pemasaran yaitu wilayah Jakarta (Pasar Induk Kramat Jati Jakarta).

Page 105: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

90

Nilai rasio πi/Ci pada saluran I lebih besar dari 1 yaitu 3,20 artinya setiap 1 satuan

rupiah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran pada saluran ini akan

menghasilkan keuntungan sebesar 3,20 rupiah.

Jika dilihat dari nilai marjin dan rasio keuntungan dan biaya maka saluran

IV yang penyebarannya paling merata namun volume penjualan pada saluran IV

berada kedua terkecil dari kelima saluran yang ada dengan tujuan pemasaran yaitu

wilayah Bandung (Pasar Induk Caringin Bandung). Cabai rawit merah yang tidak

laku terjual di Pasar Induk Caringin Bandung akan dijual ke Pasar Induk Kramat

Jati sehingga pengangkutan terjadi dua kali yang mempunyai risiko kerusakan

cabai rawit merah yang lebih besar dan akan berdampak pada harga jual cabai

rawit merah. Tingginya volume penjualan cabai rawit merah pada saluran I

menunjukkan tingginya kontinuitas pemasaran pada saluran I ini.

6.8 Analisis Keterpaduan Pasar

Keterpaduan pasar menunjukkan seberapa besar pembentukan harga suatu

komoditas pada suatu tingkat lembaga atau pasar dipengarhi oleh harga di tingkat

lembaga lainnya. Pada penelitian ini dilakukan analisis keterpaduan pasar secara

vertikal antara pasar petani dengan Pasar Induk Kramat Jati. Data harga ini

merupakan harga mingguan cabai rawit merah dari bulan Juni 2011 sampai bulan

Mei 2012 (Lampiran 9). Pengolahan data dianalisis dengan menggunakan model

Indeks of Market Connection (IMC) melalui pendekatan model Autoregressive

Distributed Lag yang diduga dengan Metode Kuadrat Terkecil Biasa (Ordinary

Least Square, OLS). Hasil estimasi persamaan regresi keterpaduan pasar pada

tingkat petani di Desa Cigedug dengan Pasar Induk Kramat Jati sebagai berikut:

Pit = - 383 + 0,765 Pit-1 + 0,493 Pjt-Pjt-1 + 0,182 Pjt-1

Keterangan :

b1 = parameter variabel harga cabai rawit merah di tingkat petani pada waktu

t-1

b2 = indikator keterpaduan pasar jangka panjang

b3 = parameter variabel harga cabai rawit merah di Pasar Induk Kramat Jati

pada waktu t-1

Hasil estimasi parameter koefisien penduga b1 (harga di tingkat petani

minggu lalu) adalah sebesar 0,765 dengan nilai P-value adalah 0,000 (Lampiran

Page 106: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

91

10). Model akan signifikan jika nilai P-value lebih kecil dari nilai taraf nyata lima

persen. Hal ini berarti berapapun harga yang terjadi di tingkat petani pada minggu

lalu berpengaruh nyata pada penentuan harga minggu ini, dimana peningkatan

perubahan harga pada minggu lalu sebesar 100 persen, cateris paribus, akan

meningkatkan harga pada minggu ini sebesar 76,5 persen pada taraf nyata lima

persen.

Nilai koefisien b2 adalah 0,493 dengan nilai P-value adalah 0,000

(Lampiran 10) yang menunjukkan bahwa peningkatan perubahan harga di pasar

acuan, Pasar Induk Kramat Jati sebesar 100 persen, cateris paribus, akan

meningkatkan harga di tingkat petani sebesar 49,3 persen. Keseimbangan jangka

panjang (b2) ditunjukkan oleh nilai b = 1. Semakin dekat nilai parameter dugaan

b2 dengan satu, maka keterpaduan jangka panjang akan semakin baik. Nilai b2 = 1

juga dapat diartikan bahwa pasar berada dalam kondisi persaingan sempurna,

sedangkan apabila nilai b2 kurang dari satu menunjukkan pasar dalam kondisi

tidak bersaing sempurna. Namun, apabila nilai b2 lebih besar dari satu maka

perubahan harga pada pasar acuan akan sangat berpengaruh terhadap

pembentukkan harga di pasar lokal, dengan kata lain akan terjadi keterpaduan

jangka panjang antara harga di pasar acuan dengan harga dipasar lokal. Pasar

cabai rawit merah di Desa Cigedug berada dalam kondisi tidak bersaing sempurna

karena memiliki nilai b2 yang lebih kecil dari satu.

Koefisien penduga b3 (harga di Pasar Induk Kramat Jati minggu lalu)

sebesar 0,182 dengan P-value 0,044 (Lampiran 10). Hal ini menunjukkan bahwa

pada taraf nyata lima persen peningkatan perubahan harga di Pasar Induk Kramat

Jati berpengaruh nyata pada peningkatan harga di tingkat petani dimana

peningkatan perubahan harga pada minggu lalu sebesar 100 persen, cateris

paribus, akan meningkatkan harga pada minggu ini sebesar 18,2 persen pada taraf

nyata lima persen. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan jarak Pasar Induk

Kramat Jati dengan pasar lokal (petani di Desa Cigedug) memberikan pengaruh

terhadap besar kecilnya perubahan harga minggu lalu di pasar acuan terhadap

minggu ini di pasar lokal. Perbedaan jarak ini akan menimbulkan biaya

transportasi bagi pedagang sehingga pedagang tidak meneruskan perubahan harga

tersebut kepada petani seutuhnya.

Page 107: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

92

IMC = = = 4,2

Berdasarkan hipotesis uji-t, maka dapat diukur tingkat keterpaduan

jangka pendek dan jangka panjang. Hipotesis uji-t untuk koefisien b1 memiliki t-

hitung lebih besar dari t-tabel sehingga hipotesis nol ditolak pada taraf nyata lima

persen (Lampiran 11). Artinya tidak terdapat keterpaduan jangka pendek antara

perubahan harga di Pasar Induk Kramat Jati dengan perubahan harga di tingkat

petani di Desa Cigedug. Indikator keterpaduan jangka pendek dapat dilihat dari

nilai IMC sebesar 4,2, artinya tidak terdapat keterpaduan jangka pendek karena

nilai IMC lebih besar dari satu. Keterpaduan jangka pendek akan terjadi jika nilai

IMC lebih kecil dari satu.

Adapun keterpaduan jangka panjang berdasarkan uji-t dengan melihat

indikator dari variabel bebas b2 menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak karena

nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel pada taraf nyata lima persen. Artinya

harga di pasar lokal tidak terpadu dengan harga di pasar acuan dalam jangka

panjang (Lampiran 11). Indikator tidak adanya keterpaduan jangka panjang dapat

dilihat dari nilai koefisien b2 yang lebih kecil dari satu, yaitu sebesar 0,493.

Keterpaduan jangka panjang akan terjadi apabila nilai koefisien b2 sama dengan

satu.

Uji F-hitung digunakan untuk uji hipotesis model dugaan secara bersama-

sama yang menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya ada satu dari peubah bebas

pada persamaan berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebas pada taraf nyata

lima persen. Hal ini dapat dilihat dari nilai P-value model yang lebih kecil dari

taraf nyata lima persen. Pengujian autokorelasi hasil uji Durbin-Watson bernilai

1,57, hal ini berarti secara statistik terima Ho pada taraf nyata lima persen. Dari

hasil tersebut menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat autokorelasi (error yang

berpola) pada pengujian tingkat pertama. Uji multikolinearitas yang dilakukan

terhadap model yang diduga dengan melihat Varian Inflation Factor (VIF). Hasil

VIF menunjukkan bahwa semua variabel yang memiliki nilai VIF < 10,

menunjukkan tidak adanya gejala multikolinearitas antar masing-masing variabel

bebas.

Page 108: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

93

Berdasarkan hasil analisis keterpaduan pasar melalui pendekatan analisis

harga di tingkat petani yang berperan sebagai pasar lokal selaku pengikut harga

dan Pasar Induk Kramat Jati yang berperan sebagai pasar acuan selaku penentu

harga, dapat diketahui bahwa pasar di tingkat petani cabai rawit merah di Desa

Cigedug dengan Pasar Induk Kramat Jati tidak terpadu baik dalam jangka pendek

maupun jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa informasi mengenai

perubahan harga di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta tidak diteruskan atau diterima

di tingkat petani secara proporsional. Artinya perubahan harga cabai rawit merah

di Pasar Induk Kramat Jati pada kurun waktu sebelumnya tidak ditrasmisikan ke

harga saat ini di tingkat petani.

Tidak adanya keterpaduan pasar ini menunjukkan tidak lancarnya arus

informasi dan komunikasi diantara lembaga pemasaran sehingga harga yang

terjadi pada pasar yang dihadapi oleh petani tidak dipengaruhi oleh Pasar Induk

Kramat Jati. Arus informasi tidak berjalan dengan lancar dan seimbang, petani

tidak mengetahui informasi yang dihadapi oleh pedagang besar di Pasar Induk

Kramat jati, sehingga petani di Desa Cigedug tidak dapat menentukan posisi

tawarnya dalam pembentukan harga. Tidak lancarnya arus informasi harga ini

sesuai dengan struktur pasar yang terjadi dimana pedagang besar di Pasar Induk

Kramat Jati memiliki kekuatan oligopsoni, dapat mengendalikan harga beli dari

petani sehingga walaupun harga di tingkat konsumen relatif tetap tetapi pedagang

besar di Pasar Induk Kramat Jati dapat menekan harga beli dari petani untuk

memaksimumkan keuntungannya. Begitupun jika terjadi kenaikan harga di

tingkat konsumen maka pedagang besar di Pasar Induk Kramat Jati dapat

meneruskan kenaikan harga tersebut secara tidak sempurna. Komunikasi yang

terjadi tidak transparan sehingga menyulitkan terjadinya integrasi harga dengan

baik.

Laping (1997), menyatakan respon harga dengan segera dapat terjadi jika

infrastruktur trasportasi, fasilitas pasar desa yang paling mendasar, sistem

informasi harga dan pasar yang transparan sudah terbangun dengan baik. Selama

faktor-faktor ini belum terbangun dan tersedia maka respon harga dengan segera

tersebut sukar untuk dapat terwujud. Di Desa Cigedug, infrastruktur transportasi,

sistem informasi harga, dan fasilitas pasar desa dan pasar yang transparan relatif

Page 109: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

94

belum tersedia secara memadai. Infrastruktur transportasi dari lahan petani cabai

rawit merah ke pasar induk relatif buruk dimana kondisi lahan di Desa Cigedug

yang berbukit-bukit sehingga aksesibilitas ke dan dari sentra produksi petani

relatif sulit. Demikian juga dengan fasilitas-fasilitas dasar seperti pasar desa

belum tersedia. Sistem informasi harga yang mestinya dibangun oleh pemerintah

juga belum tersedia. Struktur pasar yang oligopsoni pada lembaga pemasaran

cabai rawit merah di Desa Cigedug juga menjadi penyebab tidak terpadunya harga

di tingkat petani dengan pedagang besar di pasar induk Kramat Jati.

Page 110: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

95

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Terdapat lima saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug yang

melibatkan beberapa lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul desa (PPD),

pedagang besar, dan pedagang pengecer. Saluran I : petani – pedagang pengumpul

desa (PPD) – pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati Jakarta – pedagang

pengecer – konsumen Jakarta, saluran II : petani – PPD – pedagang besar Pasar

Induk Cikajang – konsumen Kecamatan Cikajang, saluran III: petani – PPD –

pedagang besar Pasar Induk Cikajang – pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati

Jakarta – pedagang pengecer – konsumen Jakarta, saluran IV: petani – PPD –

pedagang besar Pasar Induk Caringin Bandung – pedagang pengecer – konsumen

Bandung, dan saluran V: petani – PPD – pedagang besar Pasar Induk Caringin

Bandung – pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati Jakarta – pedagang pengecer

– konsumen Jakarta.

Sebagian besar lembaga pemasaran yang terlibat melakukan ketiga fungsi

utama yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas, namun fungsi

penyimpanan yang termasukdalam fungsi fisik hanya dilakukan oleh pedagang

pengecer. Struktur pasar yang dihadapi oleh lembaga pemasaran cabai rawit

merah di Desa Cigedug yaitu cenderung berada pada kondisi pasar oligopsoni.

Perilaku pasar yang terjadi di tingkat petani jika dilihat dari praktik penjualan

langsung dengan menggunakan sistem pembayaran tunai. Adapun di tingkat

pedagang pengumpul desa dan pedagang pengecer adalah sistem pembayaran

tunai dan kemudian. Sedangkan di tingkat pedagang besar menggunakan sistem

pembayaran kemudian. Pembayaran kemudian dilakukan satu hingga tiga hari ke

depan.

Hasil analisis marjin bahwa marjin pemasaran terkecil terdapat pada

saluran II yaitu 55 persen. Farmer’s share terbesar terdapat pada saluran II

sebesar 45,00 persen dan rasio πi/Ci terbesar terdapat pada saluran IV sebesar

3,251. Walaupun saluran I memiliki perolehan marjin terkecil ketiga diantara lima

pola saluran yang terbentuk yaitu sebesar 75 persen dan farmer’s share tertinggi

ketiga sebesar 25 persen. Namun jika dilihat dari harga jual cabai rawit merah di

Page 111: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

96

tingkat petani, saluran I memiliki harga jual yang paling tinggi dan volume

penjualan terbesar sebanyak 1.490 kilogram dengan tujuan pemasaran yaitu

wilayah Jakarta (Pasar Induk Kramat Jati Jakarta). Nilai rasio πi/Ci pada saluran I

lebih besar dari 1 yaitu 3,20. Tingginya volume penjualan cabai rawit merah pada

saluran I menunjukkan tingginya kontinuitas pemasaran pada saluran I ini

sehingga saluran I dinilai sebagai alternatif saluran yang efisien.

Adapun hasil analisis keterpaduan pasar antara petani cabai rawit merah di

Desa Cigedug dengan Pasar Induk Kramat Kati menghasilkan bahwa tidak

terdapat keterpaduan antar kedua pasar baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang. Artinya informasi perubahan harga yang terjadi di Pasar Induk Kramat

Jati tidak akan mempengaruhi perubahan harga yang terjadi di tingkat petani cabai

rawit merah di Desa Cigedug. Tidak adanya keterpaduan pasar ini menunjukkan

tidak lancarnya arus informasi dan komunikasi. Tidak lancarnya arus informasi

harga ini sesuai dengan struktur pasar yang terjadi dimana pedagang besar di

Pasar Induk Kramat Jati memiliki kekuatan oligopsoni, dapat mengendalikan

harga beli dari petani. Komunikasi yang terjadi tidak transparan sehingga

menyulitkan terjadinya integrasi harga dengan baik. Selain itu di Desa Cigedug,

infrastruktur transportasi, sistem informasi harga, dan fasilitas pasar desa dan

pasar yang transparan relatif belum tersedia secara memadai.

7.2 Saran

1. Disarankan untuk petani memilih saluran pemasaran I (petani –

pedagang pengumpul desa – pedagang besar Pasar Induk Kramat Jati

Jakarta – pedagang pengecer – konsumen Jakarta) yang merupakan saluran

pemasaran yang paling efisien dibandingkan saluran lainnya dan saluran

ini merupakan saluran yang paling banyak digunakan dalam

pendistribusian cabai rawit merah.

2. Diperlukan pengaktifan kembali kelompok tani yang sudah ada di Desa

Cigedug sehingga dapat meningkatkan posisi tawar petani dalam

penentuan harga serta pemasaran dapat dilakukan secara bersama untuk

mengurangi biaya pemasaran.

3. Ketidakterpaduan pasar terjadi akibat ketidaklancaran aliran informasi

harga. Oleh karena itu, pemerintah daerah sebaiknya menciptakan lembaga

Page 112: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

97

Sub Terminal Agribisnis (STA) yang membantu untuk pembukaan akses

pasar. Selain itu pemerintah perlu menyediakan fasilitas dasar seperti pasar

di Desa Cigedug, dengan tersedianya pasar di Desa ini diharapkan para

petani dapat memperoleh informasi harga yang lebih mudah.

Page 113: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

98

DAFTAR PUSTAKA

Agustian A, Anugerah IS. 2008. Analisis perkembangan harga dan rantai

pemasaran komoditas cabai merah di Provinsi Jawa Barat. Pusat Penelitian

Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor

Anonim. 2011. Rencana pemerintah terkait kenaikan harga cabai.

http://m.politikana.com/baca/2011/01/08/kupipaste-rencana-pemerintah-

terkait-kenaikan-harga-cabai. Diakses tanggal 25 Januari 2012.

Asmarantaka RW. 2009. Pemasaran Produk-Produk Pertanian. Dalam Bunga

Rampai Agribisnis Seri Pemasaran. Departemen Agribisnis, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen IPB. Bogor: IPB Press.

Azir R. 2002. Kajian sistem pemasaran dan integrasi pasar cabai merah keriting

(Capsicum Annuum) di DKI Jakarta (Studi Kasus: Pasar Induk Kramat

Jati, Pasar Tanah Abang, dan Pasar Jatinegara) [skripsi]. Bogor: Fakultas

Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Azzaino Z. 1982. Pengantar Pemasaran. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi.

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011.

http://dds.bps.go.id/download_file/IP_Februari_2011.pdf. Laporan

Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi 9 Februari 2011. Diakses tanggal 17

Februari 2012.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011.

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=55

&notab=19 . Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Cabai Rawit, 2007-

2010. Diakses tanggal 21 Januari 2012.

[Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat]. 2010.

http://diperta.jabarprov.go.id/. Luas Areal Tanaman Sayuran Tahun 2005

– 2009 Menurut Kabupaten dan Kota di Jawa Barat. Diakses tanggal 21

Januari 2012

[Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut]. 2009.

http://www.garutkab.go.id/galleries/pdf_link/sda/profil_cabe.pdf. Profil

Kawasan Cabai Merah di Garut. Diakses tanggal 25Januari 2012.

[Direktorat Jenderal Hortikultura]. 2008.

http://hortikultura.go.id/download/6_Pilar.pdf. Membangun Hortikultura

Berdasarkan Enam Pilar Pengembangan. Diakses tanggal 22 Januari

2012.

[Direktorat Jenderal Hortikultura]. 2009.

http://hortikultura.go.id/home/?q=node/218. Gambaran Kinerja Makro

Hortikultura 2008. Diakses tanggal 22 Januari 2012.

Page 114: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

99

Fadhla T, Nugroho BA, Mustadjab MM. 2008. Integrasi pasar komoditi pangan

(beras, kacang tanah kupas dan kedelai kuning) di Propinsi Nanggroe

Aceh Darussalam. Agritek. Vol. 6. No. 9. Universitas Brawijaya.

Hutabarat B, Rahmanto B. 2004. Dimensi oligopsonistik pasar domestik cabai

rawit. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. SOCA. Vol. 4.

No. 1. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar. hal 45 – 56.

Irawan B. 2003. Membangun agribisnis hortikultura terintegrasi dengan basis

kawasan pasar. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol. 21 No.1. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor

Irawan B. 2007. Fluktuasi harga, transmisi harga, dan marjin pemasaran sayuran

dan buah. Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 5 No 4. hal 358-373. Pusat

Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor

Kirana WJ. 2003. Ekonomi Industri. Edisi kedua., Fakultas Ekonomi dan

Manajemen UGM. Yogyakarta.

Kohls RL, Uhl JN. 1985. Marketing of Agriculture Product. Seventh Edition.

Purdue University. Maccmillan Publishing Company. New York.

Kotler P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Prenhalindo. Jakarta

Limbong WH, Sitorus P. 1985. Pengantar Pemasaran Pertanian. Bahan

Kuliah. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian.

Institut Pertanian Bogor.

Laping W. 1997. Food Price Differences and Market Integration in China. College

of Economics and Management. China Agricultural University.

Mubyarto. 1979. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Muslikh. 2000. Analisis sistem tataniaga cabai rawit merah (capsicum frustecens)

di DKI Jakarta (Studi Kasus: Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Jatinegara,

dan Pasar Tanah Abang) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor.

[Pemerintah Kabupaten Garut]. 2010. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah Kabupaten Garut Tahun 2009. Garut: Pemerintah Kabupaten

Garut.

Prajnanta F. 2004. Kiat Sukses Bertanam Cabai Dimusim Hujan. Jakarta: Penebar

Swadaya

Purcell WD. 1979. Agriculture Marketing System, Coordination. Cash and

Future Prices. Reston Publishing Company.Inc. Reston

Ravallion M. 1986. Testing market integration. Amerian Journal of Agricultural

Economics, 68 (1): 102-109

Setiadi. 1995. Pemasaran Cabai (agribisnis Cabai). Jakarta: Penebar Swadaya

Setiadi. 1999. Jenis dan Budidaya Cabai Rawit. Jakarta: Penebar Swadaya.

Page 115: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

100

Simatupang P. 1999. Industrialisasi pertanian sebagai strategi agribisnis dan

pembangunan pertanian dalam era globalisasi. Dalam Dinamika Inovasi

Ekonomi dan Kelembagaan Pertanian. Buku-2. Pusat Penelitian Sosial

Ekonomi Pertanian. Bogor

Tomek, WE dan Kenneth LR. 1990. Agricultural Product Prices. Second Edition.

Cornell University Press. Ithaca.

Kirana WJ. 2003. Ekonomi Industri. Edisi kedua., Fakultas Ekonomi dan

Manajemen UGM. Yogyakarta.

Page 116: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

101

LAMPIRAN

Page 117: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

102

Lampiran 1. Perkembangan Konsumsi Cabai Dalam Rumah Tangga di

Indonesia, 2004-2010

Tah

un

Cabai Merah Cabai Hijau Cabai Rawit Total

Kilogram/Ka

pita

Pertumbu

han (%)

Kilogram/Ka

pita

Pertumbu

han (%)

Kilogram/Ka

pita

Pertumbu

han (%)

Kilogram/Ka

pita

Pertumbu

han (%)

2004 1,361 0,240 1,147 2,748

2005 1,564 14,94 0,261 8,70 1,272 10,91 3,097 12,71

2006 1,382 -11,67 0,235 -10,00 1,168 -8,20 2,748 -10,10

2007 1,470 6,42 0,302 28,89 1,517 29,91 3,290 18,16

2008 1,549 5,32 0,266 -12,07 1,444 -4,81 3,259 -0,95

2009 1,523 -1,68 0,235 -11,76 1,288 -10,83 3,045 -6,56

2010 1,528 0,34 0,256 8,89 1,298 0,81 3,082 1,20

Rata

-rata 1,482 1,935 0,256 2,108 1,305 2,965 3,038 2,41

Sumber : Susenas, BPS (2012)

Page 118: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

103

Lampiran 2. Produksi Cabai Rawit Menurut Provinsi Tahun 2007-2010

Provinsi Tahun Pertumbuhan

2009 ke

2010 2007 2008 2009 2010

Aceh 11.207 10.238 14.093 28.825 104,53

Sumatera Utara 17.541 19.438 30.377 41.653 37,12

Sumatera Barat 2.826 5.132 5.745 6.665 16,01

R i a u 4.021 2.520 3.468 4.333 24,94

J a m b i 2.813 2.961 4.033 5.149 27,67

Sumatera Selatan 3.560 5.793 7.863 9.806 24,71

Bengkulu 4.979 7.541 7.562 12.694 67,87

Lampung 7.393 7.393 8.022 9.916 23,61

Bangka Belitung 2.919 2.638 2.791 2.989 7,09

Kep. Riau 1.647 1.792 1.589 1.441 -9,31

Jawa Barat 79.713 73.261 106.304 78.906 -25,77

Jawa Tengah 48.811 50.662 80.936 60.399 -25,37

DI Yogyakarta 1.825 1.617 1.892 2.056 8,67

Jawa Timur 140.552 130.490 177.795 142.109 -20,07

Banten 3.110 2.390 2.351 2.797 18,97

B a l i 14.677 14.713 14.506 11.826 -18,48

NTB 36.993 40.977 34.835 13.090 -62,42

NTT 3.923 7.072 5.639 3.331 -40,93

Kalimantan Barat 4.240 4.863 7.205 4.372 -39,32

Kalimantan Tengah 3.478 5.653 5.830 2.514 -56,88

Kalimantan Selatan 6.126 5.833 3.606 3.191 -11,51

Kalimantan Timur 7.728 9.781 8.653 7.721 -10,77

Sulawesi Utara 5.660 5.832 12.899 9.150 -29,06

Sulawesi Tengah 3.926 5.057 5.434 9.957 83,34

Sulawesi Selatan 8.721 11.443 9.660 14.429 49,37

Sulawesi Tenggara 1.489 915 2.600 4.952 90,46

Gorontalo 10.023 11.260 14.690 17.001 15,73

Sulawesi Barat 2.366 953 1.590 2.004 26,04

M a l u k u 1.908 617 245 768 213,47

Maluku Utara 554 1.081 290 362 24,83

Papua Barat 578 677 2.337 3.122 33,59

Papua 6.654 6.803 6.454 4.176 -35,30

Indonesia 451.965 457.353 591.294 521.704 -11,77

Sumber : Badan Pusat Statistik (2010)

Page 119: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

104

Lampiran 3. Produktivitas Cabai Rawit Menurut Provinsi Tahun 2007-2010

Provinsi Tahun Pertumbuhan

2009 ke 2010 2007 2008 2009 2010

Aceh 4,59 4,15 5,49 7,79 41,89

Sumatera Utara 6,70 7,13 8,07 8,43 4,46

Sumatera Barat 3,47 5,27 5,07 5,66 11,64

R i a u 3,74 2,48 3,14 3,57 13,69

J a m b i 2,91 3,30 3,67 3,74 1,91

Sumatera Selatan 2,64 3,79 5,22 4,78 -8,43

Bengkulu 2,43 3,38 4,52 5,89 30,31

Lampung 4,03 3,47 3,72 4,65 25,00

Bangka Belitung 3,81 3,35 4,71 5,86 24,42

Kep. Riau 5,58 6,29 3,48 3,83 10,06

Jawa Barat 12,04 10,82 14,96 9,32 -37,70

Jawa Tengah 3,80 3,79 5,28 4,38 -17,05

DI Yogyakarta 3,32 3,18 3,86 3,43 -11,14

Jawa Timur 3,96 3,51 3,79 3,24 -14,51

Banten 5,10 4,89 3,74 4,22 12,83

B a l i 5,76 7,08 5,72 4,22 -26,22

NTB 5,04 5,39 5,05 3,38 -33,07

NTT 4,93 6,65 6,16 3,85 -37,50

Kalimantan Barat 3,30 4,03 4,68 3,00 -35,90

Kalimantan Tengah 3,29 3,86 5,40 2,30 -57,41

Kalimantan Selatan 8,48 5,29 4,40 4,15 -5,68

Kalimantan Timur 4,18 4,35 4,63 4,05 -12,53

Sulawesi Utara 4,62 4,72 4,73 3,50 -26,00

Sulawesi Tengah 4,24 2,80 2,81 4,50 60,14

Sulawesi Selatan 2,42 2,86 2,61 3,72 42,53

Sulawesi Tenggara 3,05 2,40 3,50 3,99 14,00

Gorontalo 5,28 6,42 5,10 6,87 34,71

Sulawesi Barat 5,15 1,76 2,11 4,06 92,42

M a l u k u 6,04 4,90 3,95 3,04 -23,04

Maluku Utara 2,32 1,75 1,00 1,28 28,00

Papua Barat 3,42 3,11 6,81 9,16 34,51

Papua 4,49 4,37 5,55 4,93 -11,17

Indonesia 4,67 4,47 5,07 4,56 -10,06

Sumber : Badan Pusat Statistik (2010)

Page 120: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

105

Lampiran 4. Luas Areal Tanam Cabai Rawit Tahun 2005-2009 Menurut

Kabupaten dan Kota di Jawa Barat.

Kabupaten/Kota Tahun (Hektar)

2005 2006 2007 2008 2009

Bogor 226 322 371 286 253

Sukabumi 687 603 461 482 538

Cianjur 1061 924 1419 1482 921

Bandung 559 643 477 335 260

Garut 1314 1485 1343 1335 1463

Tasikmalaya 248 189 202 222 243

Ciamis 131 92 262 137 152

Kuningan 160 192 197 203 278

Cirebon 32 59 11 12 25

Majalengka 745 613 455 420 518

Sumedang 252 227 232 212 235

Indramayu 42 82 87 403 354

Subang 196 238 191 164 159

Purwakarta 95 203 146 175 224

Karawang 302 125 199 82 452

Bekasi 1 6 2 36 10

Bandung Barat 0 0 0 240 412

Bogor 15 12 12 15 26

Sukabumi 1 0 0 5 0

Bandung 2 7 7 7 5

Cirebon 7 10 4 2 2

Bekasi 4 5 8 0 4

Depok 0 0 0 0 0

Cimahi 0 2 8 2 16

Tasikmalaya 2 1 3 5 1

Banjar 13 5 5 24 16

Jumlah 6095 6045 6102 6286 6567

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010)

Page 121: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

106

Lampiran 5. Peta Administratif Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten

Garut.

Lampiran 6. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Komoditas

Unggulan Sayuran Kabupaten Garut. Tahun Komoditas Luas

Tanam (Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produksi

(Ton)

Produktivitas

(Ton/Ha)

2009 Kentang 5.342 5.126 120.048 23,42

Tomat 3.478 3.582 100.912 28,17

Cabai Besar 972 4.757 70.641 14,85

Cabai Rawit 1.476 1.512 19.251 12,73

2010 Kentang 5.919 6.502 143.342 22,05

Tomat 3.285 3.682 100.248 27,23

Cabai Besar 870 5.516 79.492 14,41

Cabai Rawit 1.149 1.416 17.178 12,13

2011 Kentang 6.065 5.720 127.090 22,22

Tomat 3.401 3.581 98.142 27,41

Cabai Besar 933 5.565 80.390 14,45

Cabai Rawit 2.186 1.809 22.628 12,51

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Garut (2012)

Page 122: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

107

Lampiran 7. Biaya Yang Dikeluarkan Lembaga Pemasaran Pada Setiap Saluran

Uraian Biaya (Rp/kg) Saluran Pemasaran

I II III IV V

Petani

Biaya Panen 1000,00 1000,00 1000,00 1000,00 1000,00

Biaya Pengangkutan 112,50 112,50 112,50 112,50 112,50

Biaya Penyusutan 258,90 240,60 240,60 273,00 273,00

Biaya Pengemasan 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00

Pedagang Pengumpul Desa

Biaya Pengangkutan 118,25 262,50 262,50 116,00 116,00

Biaya Pengemasan 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00

Biaya Retribusi 0,25 0,05 0,05 0,18 0,18

Biaya Penyusutan 378,60 378,60 378,60 378,60 378,60

Biaya Bongkar Muat 20,00 20,00 20,00 20,00 20,00

Biaya Sortasi 82,00 82,00 82,00 82,00 82,00

PB di Pasar Induk Cijakang

Biaya Pengangkutan - 5,00

Biaya Pengemasan 25,00 25,00

Biaya TK 65,00 65,00

Biaya Retribusi 3,10 3,10

Biaya Penyusutan 280,00 280,00

Biaya Bongkar Muat 22,00 22,00

Biaya Sortasi 200,00 200,00

Biaya Sewa lapak 22,20 22,20

PB di Pasar Induk Caringin

Biaya Pengangkutan - 3,50

Biaya Pengemasan 25,00 25,00

Biaya TK 3,50 3,50

Biaya Retribusi 0,22 0,22

Biaya Penyusutan 350,00 350,00

Biaya Bongkar Muat 20,00 20,00

Biaya Sortasi 300,00 300,00

Biaya Sewa lapak 1,10 1,10

PB di PIKJ

Biaya Pengangkutan - - -

Biaya Pengemasan 20,00 20,00 20,00

Biaya TK 3,40 3,40 3,40

Biaya Retribusi 0,45 0,45 0,45

Biaya Penyusutan 425,00 425,00 425,00

Biaya Bongkar Muat 20,00 20,0 20,00

Biaya Sortasi 300,00 300,00 300,00

Biaya Sewa lapak 1,80 1,80 1,80

Pedagang Pengecer

Biaya Pengangkutan 106,30 106,30 60,70 106,30

Biaya Pengemasan 50 5,00 5,00 5,00

Biaya TK 682,20 682,20 625,00 682,20

Biaya Retribusi 336,00 336,00 121,30 336,00

Biaya Penyusutan 1050,00 1050,00 1000,00 1050,00

Total Biaya Pemasaran 3569,25 1380,45 4335,60 3128,60 4270,25

Page 123: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

108

Lampiran 8. Analisis Marjin Pemasaran Cabai Rawit Merah di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut.

Uraian Saluran I Saluran II Saluran III Saluran IV Saluran V

Rp/kg % Rp/kg % Rp/kg % Rp/kg % Rp/kg %

Petani

a. Harga jual 5000,00 25,00 4500,00 45,00 4500 22,50 4700,00 26,11 4700,00 23,50

b. Biaya Pemasaran 1391,40 6,96 1373,10 13,73 1373,10 6,87 1405,50 7,81 1405,50 7,03

Pedagang Pengumpul Desa

a. Harga Beli 5000,00 25,00 4500,00 45,00 4500,00 22,50 4700,00 26,11 4700,00 23,50

b. Biaya Pemasaran 619,10 3,09 763,15 7,63 763,15 3,82 616,76 3,43 616,76 3,08

c. Keuntungan 2880,90 14,40 1736,85 17,37 1736,85 8,68 2183,23 12,13 2183,23 10,92

d. Harga Jual 8500,00 42,50 7000,00 70,00 7000,00 35,00 7500,00 41,67 7500,00 37,50

e. Marjin 3500,00 17,50 2500,00 25,00 2500,00 12,50 2800,00 15,56 2800,00 14,00

PB di Pasar Induk Cikajang

a. Harga Beli - 7000,00 70,00 7000,00 35,00 - -

b. Biaya Pemasaran - 617,30 6,17 622,30 3,11 - -

b. Keuntungan - 2382,70 23,83 1377,70 6,89 - -

d. Harga Jual - 10000,00 100,00 9000,00 45,00 - -

e. Marjin - 3000,00 30,00 2000,00 10,00 - -

PB di Pasar Induk Caringin

a. Harga Beli - - - 7500,00 41,67 7500,00 37,50

b. Biaya Pemasaran - - - 699,80 3,89 703,30 3,52

c. Keuntungan - - - 1800,20 10,00 796,70 3,98

d. Harga Jual - - - 10000,00 55,56 9000,00 45,00

e. Marjin - - - 2500,00 13,89 1500,00 7,50

PB di PIKJ

a. Harga Beli 8500,00 42,50 - 9000,00 45,00 - 9000,00 45,00

b. Biaya Pemasaran 770,65 3,85 - 770,65 3,85 - 770,65 3,85

c. Keuntungan 1229,35 6,15 - 729,35 3,65 - 729,35 3,65

d. Harga Jual 10500,00 52,50 - 10500,00 52,50 - 10500,00 52,50

e. Marjin 2000,00 10,00 - 1500,00 7,50 - 1500,00 7,50

Pedagang Pengecer

Page 124: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

109

a. Harga Beli 10500,00 52,50 - 10500,00 52,50 10000,00 55,56 10500,00 52,50

b. Biaya Pemasaran 2179,50 10,89 - 2179,50 10,89 1812,00 10,01 2179,50 10,89

c. Keuntungan 7320,50 36,60 - 7320,50 36,60 6188,00 34,38 8820,50 44,10

d. Harga Jual 20000,00 100,00 - 20000,00 100,00 18000,00 100,00 20000,00 100,00

e. Marjin 9500,00 47,50 - 9500,00 47,50 8000,00 44,44 9500,00 47,50

Total Biaya Pemasaran 3569,25 24,79 1380,45 27,53 4335,60 28,54 3128,60 25,14 4270,25 28,37

Total Keuntungan 11430,75 57,15 4119,55 41,20 11164,40 55,82 10171,40 56,51 11029,75 62,85

Total Marjin 15000,00 75,00 5500,00 55,00 15500,00 77,50 13300,00 73,89 15300,00 76,50

Sumber : Data Primer 2012 (diolah)

Page 125: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

110

Lampiran 9. Harga Rata-rata Mingguan Cabai Rawit Merah di Tingkat Petani dan

Pasar Induk Kramat Jati. Tahun

Bulan Harga di Tingkat Petani di Desa Cigedug*

Harga di Pasar Induk Kramat

Jati**

2011 Juni 10000 18.857

9200 16.286

9850 18.571

9900 20.429

Juli 9100 14.571

8600 12.000

8000 10.857

7300 9.643

Agustus 7800 10.071

7500 13.800

7425 9.143

8000 12.800

September 8200 10.400

8400 8.929

7400 8.714

5500 6.786

Oktober 5600 8.857

5500 10.043

7000 10.214

7200 10.571

November 7100 11.429

7325 12.429

7300 14.286

8125 15.714

Desember 8000 18.429

8500 22.714

8500 22.857

8100 23.286

2012 Januari 7500 19.714

10300 11.429

11800 12.429

11900 9.143

Februari 9700 14.429

10125 15.143

11000 12.571

11400 13.286

Maret 16725 22.000

21300 22.714

23200 29.429

29800 33.714

April 29000 35.857

29100 34.571

18300 21.429

7000 13.429

Mei 5500 11.714

5000 8.214

5000 8.571

5000 10.429

Sumber : * Data Primer, 2012

** Dari Dinas Pasar Induk Kramat Jati, 2012

Page 126: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

111

Lampiran 10. Hasil Estimasi Model Pasar Petani dengan Pasar Induk Kramat Jati

Regression Analysis: Pit versus Pit-1; Pjt-Pjt-1; Pjt-1

Pasar Petani dengan Pasar Induk Kramat Jati

The regression equation is

Pit = - 383 + 0,765 Pit-1 + 0,493 Pjt-Pjt-1 + 0,182 Pjt-1

47 cases used, 1 cases contain missing values

Predictor Coef SE Coef T P VIF

Constant -383,4 796,4 -0,48 0,633

Pit-1 0,76534 0,09831 7,79 0,000 3,6

Pjt-Pjt-1 0,49338 0,08774 5,62 0,000 1,1

Pjt-1 0,18174 0,08773 2,07 0,044 3,8

S = 2178,81 R-Sq = 88,7% R-Sq(adj) = 87,9%

PRESS = 287648449 R-Sq(pred) = 84,12%

Analysis of Variance

Source DF SS MS F P

Regression 3 1606724589 535574863 112,82 0,000

Residual Error 43 204129427 4747196

Total 46 1810854016

No replicates.

Cannot do pure error test.

Source DF Seq SS

Pit-1 1 1455797973

Pjt-Pjt-1 1 130556662

Pjt-1 1 20369954

Unusual Observations

Obs Pit-1 Pit Fit SE Fit Residual St Resid

30 7500 10300 4852 880 5448 2,73R

38 16725 21300 16767 471 4533 2,13R

40 23200 29800 24835 902 4965 2,50R

43 29100 18300 21687 1415 -3387 -2,04RX

44 18300 7000 13570 863 -6570 -3,28R

R denotes an observation with a large standardized residual.

X denotes an observation whose X value gives it large

influence.

Durbin-Watson statistic = 1,57005

Page 127: SISTEM PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH (Capsicum … · pemasaran cabai rawit merah, struktur pasar, dan perilaku pasar, (2) menganalisis marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan

112

Lampiran 11. Pengujian Keterpaduan Pasar Jangka Pendek dan Jangka Panjang

antara Tingkat Petani di Desa Cigedug dengan Pasar Induk

Kramat Jati

1. Keterpaduan Jangka Pendek

H0 : b1 = 0

H0 : b1 ≠ 0

b1 – 0

t hitung =

Se (b1 )

0,765-0

=

0,09831

= 7,782

t-tabel (lima persen) = 1,645

Karena t-hitung > t-tabel, pengujian nyata dalam taraf nyata lima persen.

Hipotesis nol ditolak secara statistik yang berarti kedua pasar tidak terpadu

dalam jangka pendek.

2. Keterpaduan Jangka Panjang

H0 : b2 = 1

H0 : b2 ≠ 1

b2 – 1

t hitung =

Se (b2 )

0,493 - 1

=

0,08774

|t|-hitung = 5,778

t-tabel (lima persen) = 1,645

Karena t-hitung > t-tabel, pengujian nyata dalam taraf nyata lima persen.

Hipotesis nol ditolak secara statistik yang berarti kedua pasar tidak terpadu

dalam jangka panjang.