SINTESIS MIKRO SELULOSA-POLI ASAM LAKTAT …digilib.unila.ac.id/28141/4/TESIS TANPA BAB...
-
Upload
truongquynh -
Category
Documents
-
view
225 -
download
2
Transcript of SINTESIS MIKRO SELULOSA-POLI ASAM LAKTAT …digilib.unila.ac.id/28141/4/TESIS TANPA BAB...
SINTESIS MIKRO SELULOSA-POLI ASAM LAKTAT SEBAGAI
BAHAN ENKAPSULASI OBAT ANTITUBERKULOSIS
(Tesis)
Oleh
RIDHO NAHROWI
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRACT
SYNTHESIS OF MICRO CELLULOSE-POLY LACTIC ACID LAKTAT
AS AN ENCAPSULATION AGENT OF ANTITUBERCULOSIS
MEDICINE
By
Ridho Nahrowi
Synthesis of cellulose-poly lactic acid (cellulose-PLA) has been conducted as an
encapsulation agent of antituberculosis medicine. The steps were isolation of
cellulose from cassava bagasse, synthesis of PLA, and synthesis of cellulose-PLA
using 3.5 M HCl solution and magnetic stirrer. The material was then analyzed
using Fourier Transform Infra Red (FTIR), Particles Size Analyzer (PSA),
Scanning Electron Microscope (SEM), and dissolution test. The uptake of
hydroxy (3446 to 3429 cm-1) and carbonyl (1757 to 1759 cm-1) indicated bond
between cellulose and PLA. Particle size distribution of cellulose-PLA was less
than PLA. The size distribution of PLA was 960-92780 nm while cellulose-PLA
was 100-17730 nm. Based on SEM image, rod like cellulose was entrapted in two
molecules of sheared PLA. Based on dissolution test, the optimum time of
cellulose-PLA-drug 0.3 % issolution was 12 hours, which dissolution value of
8.42 %.
Keywords: Cellulose, Poly Lactic Acid, Acid Hydrolysis, Tuberculosis,
Dissolution Test.
ABSTRAK SINTESIS MIKRO SELULOSA-POLI ASAM LAKTAT SEBAGAI BAHAN
ENKAPSULASI OBAT ANTITUBERKULOSIS
Oleh
Ridho Nahrowi Telah dilakukan sintesis selulosa-poli asam laktat (selulosa-PAL) sebagai bahan
enkapsulasi obat antituberkulosis. Tahap yang dilakukan adalah isolasi selulosa
dari onggok singkong, sintesis PAL, serta sintesis selulosa-PAL dengan
menggunakan larutan HCl 3,5 M dan menggunakan alat magnetic stirrer.
Material yang didapat kemudian dianalisis dengan menggunakan alat Fourier
Transform Infra Red (FTIR), Particles Size Analyzer (PSA), Scanning Electron
Microscope (SEM), dan uji disolusi. Adanya perngeseran serapan hidroksi (3446
ke 3429 cm-1) dan karbonil (1757 ke 1759 cm-1) menunjukkan bahwa telah terjadi
ikatan antara selulosa dan PAL. Distribusi ukuran partikel selulosa-PAL lebih
kecil daripada distribusi ukuran partikel PAL. Distribusi ukuran PAL sebesar 960-
92780 nm sedangkan distribusi ukuran selulosa-PAL sebesar 100-17730 nm.
Berdasarkan hasil analisis SEM, selulosa dengan morfologi batangan terjerat
dalam dua molekul PAL yang memiliki morfologi lembaran. Berdasarkan hasil
analisis uji disolusi, waktu optimum disolusi selulosa-PAL-obat 0,3 % adalah 12
jam, dengan nilai persen disolusi sebesar 8,42 %.
Kata Kunci : Selulosa, Poli Asam Laktat, Hidrolisis Asam, Tuberkulosis, Uji
disolusi
SINTESIS MIKRO SELULOSA-POLI ASAM LAKTAT SEBAGAI
BAHAN ENKAPSULASI OBAT ANTITUBERKULOSIS
Oleh
Ridho Nahrowi
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
MAGISTER SAINS
Pada
Program Pascasarjana Magister Kimia
Fakultas matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Margamulya pada tanggal 8 Mei 1993,
sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Supingi dan
Ibu Mujiah. Penulis mulai menempuh pendidikan di TK PGRI 5
Sribasuki, lulus pada tahun 1999 dan melanjutkan pendidikan di
SD Negeri 1 Margamulya dan lulus pada tahun 2005. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Batanghari dan selesai pada tahun 2008.
Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1
Batanghari dan lulus pada tahun 2011. Pendidikan penulis dilanjutkan di Jurusan
Kimis FMIPA Universitas Lampung dan lulus pada tahun 2015. Setelah itu
penulis melanjutkan pendidikan di Program Pascasarjana Magister Kimia
Universitas Lampung dengan bidang ilmu kimia organik.
Selama menempuh pendidikan di kampus, penulis pernah mengikuti Seleksi
Tingkat Kopertis Wilayah II Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Perguruan Tinggi Negeri (ONMIPA-PT) bidang kimia pada
tahun 2014 dan lolos ke tahap Seleksi Tingkat Nasional Olimpiade Nasional
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Perguruan Tinggi Negeri (ONMIPA-
PT). Pengalaman organisasi penulis dimulai sejak menjadi Kader Muda Himaki
tahun 2011-2012. Penulis pernah menjadi Anggota Bidang Sains dan Penalaran
Ilmu Kimia (SPIK) Himaki FMIPA Unila tahun 2012-2013, Ketua Bidang Sains
dan Penalaran Ilmu Kimia (SPIK) Himaki FMIPA Unila tahun 2013-2014, dan
Kepala Departemen Pengembangan Sains dan Lingkungan Hidup (PSLH) BEM
FMIPA Unila tahun 2014-2015. Setelah menyelesaikan pendidikan S1, penulis
mengajar di SMK IT MUTIARA BANGSA BATANG HARI dan LBB GENIUS
SOLUTION sekampung.
Atas Rahmat Allah SWT.. kupersembahkan karya
Sederhana ini teruntuk...
Bapak dan Ibu tercinta yang telah memberikan do’a,
cinta, kasih sayang, dan bimbingan kepada ananda
selama ini
Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. dan semua Dosen
Jurusan Kimia yang telah membimbing dan mendidik
ananda selama menempuh pendidikan di kampus
Keluarga Magister kimia 2015 yang telah memberikan
dukungan dan motivasi kepada penulis
SANWACANA
Alhamdulillah tsummal hamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta
alam yang telah memberikan nikmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis yang berjudul “Sintesis Mikro Selulosa-Poli Asam Laktat
sebagai Bahan Enkapsulasi Obat Antituberkulosis”. Bacaan Allahumma sholli
wasallim wabaarik ‘alaihi semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang memberikan syafa’atnya kepada seluruh umatnya di dunia dan di
akhirat, Aamiin.
Teriring do’a yang tulus, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku pembimbing I penulis
yang telah membimbing, mendidik, dan mengarahkan penulis dengan
kesabaran dan kasih sayang yang tulus sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
Semoga barokah Allah selalu menyertai Beliau.
2. Bapak Irza Sukmana, M.T., Ph.D. selaku pembimbing II penulis yang telah
membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan sehingga tesis
ini dapat terselesaikan. Semoga Allah membalasnya dengan kebaikan.
3. Ibu Prof. Dr. Buhani, M.Si., Bapak Andi Setiawan Ph.D., dan ibu Dr. Ni Luh
Gede Ratna Juliasih, M.Si. selaku pembahas penulis yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan nasihat kepada penulis sehingga tesis ini dapat
terselesaikan. Semoga Allah membalasnya dengan keberkahan.
4. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D. selaku dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
5. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Pascasarjana Universitas
Lampung.
6. Mbak Wiwit, Pak Gani, Mbak Nora, Mbak Liza, Uni Kidas, Mas Nomo, dan
Pak Man.
7. Matur nembah nuwun dumateng Bapak Supingi dan Ibu Mujiah yang telah
membesarkan, merawat, dan mendidik penulis dengan segala cinta, kasih
sayang, dan kesabaran yang tulus, serta Adinda Farhanulmajid dan Nila
Rahmasari yang telah memberikan semangat, dukungan, dan keceriaan kepada
penulis, semoga barokah Allah selalu menyertai mereka.
8. Spesial teruntuk sahabat karibku kang Hanif Amrullah, Mbak Hapin Afriyani,
tante faradilla Syani, bang Rahmat Kurniawan, Irkham Bariklana, Wagiran,
Miftahur Rahman, dan Ari Susanto yang selalu memberikan nasihat serta
mengingatkan penulis dengan ketulusan hati dan kesabaran apabila penulis
melakukan kesalahan. Semoga Allah membalasnya dengan keberkahan.
9. Spesial juga untuk rekan rekan Magister Kimia 2015 Bu Ema Hermawati, Bu
Annisa, Bu Eka Apriawati, Bu Sion, Bu Arum Widiasmara, Bu Miranti Safitri,
Ria Dwi Yunita dan Endah Gegek yang telah memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis.
10. Terimakasih juga kepada Babe Muhammad Nurissalam, Ibu Tati Fatimah, Ibu
Sri Murwatiningsih, dan mbak Endah wahyuningsih yang telah memberikan
motivasi, dukungan, dan semangat kepada penulis.
11. Tak lupa terimakasih juga kepada rekan-rekan ONMIPA 2014 mbak Julia
Muyas, kak Sudarman Rahman, Chairul Ihsan, dan Dea Fikyati.
12. Spesial juga untuk keluargaku tercinta kimia 2011 Ajeng Ayu Miranti, Ana
Febrianti W., Anggino Saputra, Aprilia Isma Denila, Arik Irawan, Asti Nurul
Aini, Ayu Berliana, Ayu Fitriani, Aziez Nur Dwiyansyah, Cindy Moyna Clara
L. A., Daniar Febriliani Pratiwi, Dewi Karlina, Dia Tamara, Endah Pratiwi,
Eva Dewi N. S., Fatimah Milasari, Fatma Maharani, Febri Windy Asmoro,
Frederica Geofanny T. S., Ivan Halomoan, J. Julianser Nicho, Jelita
Purnamasari S., Lewi Puji Lestari, Lusi Meliyana, Mardian Bagus S., Mega
Suci H., Melly Novita W., Melly Antika, M. Yusri Ahmadhani, Nico Mei
Chandra, Nira Dwi Puspita, Nopitasari, Pandegani Paratmadja, Ramos Vicher,
Rina Wijayanti, Rio Wicaksono, Sanjaya Yudha G., Umi fadilah, Uswatun
Hasanah, Vevi Aristiani, dan Yunia Hartina yang selalu memberikan
keceriaan dan kasih sayang kepada penulis. Semoga Allah membalasnya
dengan keberkahan.
13. Adik-adik bimbinganku Aul, Siti, Dona, Shela, Imah, dan adik bimbingan
2014.
14. Terimakasih juga teruntuk bapak Eko Sudarpriyanto, Bapak Suyanto, bapak
Sugiharto, dan keluarga besar SMK IT Mutiara Bangsa Batanghari sertan ibu
Herlin Faulina dan keluarga besar LBB Genius Solution Sekampung.
15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Akhir kata, penulis memohon maaf kepada semua pihak apabila tesis ini masih
terdapat kesalahan dan kekeliruan, semoga tesis ini dapat berguna dan bermanfaat
sebagaimana mestinya, Aamiin.
Bandar Lampung, Agustus 2017 Penulis Ridho Nahrowi
DAFTAR ISI
halaman
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
1. PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
C. Manfaat penelitian ..................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 5
A. Tuberkulosis .............................................................................................. 5
1. Transmisi Tuberkulosis kepada Manusia ............................................ 5
2. Gambaran Klinis Tuberkulosis ............................................................ 6
3. Pengobatan Tuberkulosis ..................................................................... 7
B. Selulosa-PAL ............................................................................................. 7
1. Selulosa ................................................................................................ 7
2. PAL .................................................................................................... 11
C. Karakterisasi ............................................................................................ 14
1. FTIR ................................................................................................... 14
2. PSA .................................................................................................... 15
3. SEM ................................................................................................... 17
4. Sistem Pelepasan Obat ....................................................................... 18
ii
III. METODOLOGI PENELITIAN...................................................................... 20
A. Waktu dan Tempat penelitian ................................................................. 20
B. Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... 20
C. Prosedur Penelitian ................................................................................. 21
1. Isolasi α-Selulosa dari Onggok Singkong......................................... 21
2. Sintesis Mikro PAL .......................................................................... 21
3. Sintesis Selulosa-PAL....................................................................... 22
4. Analisis FTIR Selulosa-PAL ............................................................ 22
5. Analisis PSA Selulosa-PAL.............................................................. 23
6. Analisis SEM Elulosa-PAL .............................................................. 23
7. Sintesis Mikrokapsul ........................................................................ 24
8. Uji Disolusi ....................................................................................... 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 26
A. Isolasi α-Selulosa dari Onggok Singkong .............................................. 26
B. Sintesis Mikro PAL dan Selulosa-PAL .................................................. 27
C. Analisis FTIR Selulosa-PAL .................................................................. 28
D. Analisis PSA Selulosa-PAL ................................................................... 30
E. Analisis SEM Selulosa-PAL ................................................................... 32
F. Uji Disolusi ............................................................................................. 35
V. SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 38
...... A …Simpulan………………………………………………………………38
…...B…..Saran…………………………………………………………………39
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 40
LAMPIRAN .................................................................................................................. 44
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Struktur selulosa ................................................................................................ 8
2. Struktur PAL ................................................................................................... 11
3. Spektrum FTIR ............................................................................................... 29
4. Hasil analisis PSA ........................................................................................... 31
5. Hasil analisis SEM .......................................................................................... 33
6. Hasil uji disolusi .............................................................................................. 36
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
Nilai bilangan gelombang selulosa-PAL ................................................................................. 16
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia
setelah virus HIV. Pada tahun 2014, sebanyak 9,6 juta kasus TB baru terjadi di
seluruh dunia. Selain itu, sekitar 1,5 juta orang meninggal dunia karena TB
(World Health Organization, 2015). Jumlah ini diprediksi akan terus meningkat
pada setiap tahunnya sehingga kasus TB menjadi perhatian yang serius di seluruh
dunia. Salah satu penyebab masih tingginya angka kematian yang disebabkan
oleh TB adalah masih terdapatnya permasalahan dalam pengobatan TB.
Permasalahan utama dalam pengobatan TB adalah ketidakteraturan siklus hidup
TB. Pengobatan TB yang dilakukan secara berkelanjutan menyebabkan resistensi
bakteri terhadap obat yang diberikan. Artinya, semakin sering pemberian obat TB
terhadap pasien, maka bakteri tersebut akan semakin kebal dan semakin kuat
untuk hidup di dalam sel inang. Selain itu, pemberian dosis obat yang lebih tinggi
juga menyebabkan daya tahan hidup bakteri yang semakin kuat di dalam sel inang
(Rajesh et al., 2013). Oleh karena itu diperlukan terobosan baru dalam
pengobatan TB sehingga dapat menurunkan angka kematian yang disebabkan
oleh TB.
2
Selama hampir dua dekade terakhir, nanomaterial merupakan topik yang sedang
dikembangkan oleh para peneliti di seluruh dunia untuk berbagai aplikasi, salah
satunya adalah bidang farmasi. Penggunaan nanomaterial dalam bidang farmasi
memiliki beberapa keuntungan, diantaranya sebagai berikut : desain nanomaterial
dapat disesuaikan dengan kebutuhan obat secara individu, selain itu, nanomaterial
dapat digunakan sebagai kontrol pelepasan enkapsulasi obat, meningkatkan
kemanjuran terapi, dan mengurangi efek samping (Amirah et al., 2014). Senyawa
yang sering digunakan sebagai bahan nanomaterial adalah polimer alami yang
ketersediaannya sangat melimpah di alam, salah satunya adalah selulosa.
Selulosa merupakan salah satu jenis polisakarida yang keberadaannya banyak
digunakan untuk berbagai aplikasi karena memiliki beberapa keunggulan,
diantaranya tidak beracun, dapat diperbarui, dan memerlukan biaya yang murah
dalam pengolahannya (Guo et al., 2012). Selain itu, selulosa merupakan polimer
yang kuat dan kaku sehingga sangat berpotensi sebagai agen penguat biopolimer
(Rahman et al., 2014). Salah satu biopolimer sering digunakan dalam sistem
pelepasan obat dan dapat ditambahkan agen penguat adalah PAL.
Penggunaan PAL dalam sistem pelepasan obat karena senyawa ini merupakan
polimer biodegradabel yang secara in vitro memiliki biokompatibilitas dan
bioabsorbilitas yang sangat bagus (Jayakumar et al., 2010). Polimer ini memiliki
struktur poliester alifatik (Guo et al., 2012). Senyawa bahan aktif obat yang
terjerat dalam molekul PAL akan lebih sulit terdegradasi di dalam perjalanan
sehingga lebih efektif menuju target.
3
Rahman et al., (2014) telah melakukan sintesis nanokristal selulosa dari rami
menggunakan metode hidrolisis asam sulfat. Setelah itu ditambahkan PAL
menggunakan metode ekstrusi dan heat press molding. Karakterisasi yang
dilakukan meliputi kestabilan mekanik, kestabilan termal, morfologi, dan
bioaktivitas. Stabilitas termal dan kristalinitas komposit meningkat jika komposit
ditambahkan polimer PAL serta memiliki sifat antimikroba yang baik. Guo et al.,
(2012) juga telah melakukan sintesis kopolimer selulosa-PAL menggunakan
metode kopolimerisasi graft homogen ionik liquid 1-n-butyl-3-methylimidazolium
chloride (BmimCl). Berdasarkan uji bioaktivitas, nilai efisiensi meningkat dengan
bertambahnya rantai samping.
Berdasarkan gagasan di atas, penelitian ini melakukan sintesis selulosa-PAL yang
digunakan dalam teknologi enkapsulasi obat anti-TB. Tahapan-tahapan yang
akan dilakukan meliputi isolasi α-selulosa yang berasal dari onggok singkong
dengan menggunakan metode delignifikasi. Selanjutnya dilakukan sintesis
selulosa-PAL dengan menggabungkan metode mekanik menggunakan alat
magnetic stirer dan metode hidrolisis menggunakan larutan HCl 3,5 M. Analisis
yang akan dilakukan antara lain analisis FTIR , analisis PSA, analisis SEM, dan
uji disolusi.
B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah
1. Melakukan sintesis selulosa-PAL yang digunakan dalam teknologi
enkapsulasi obat anti-TB.
4
2. Melakukan karakterisasi selulosa-PAL yang digunakan dalam teknologi
enkapsulasi obat anti-TB.
3. Mengetahui efektivitas selulosa-PAL yang digunakan sebagai enkapsulasi
obat anti-TB.
C. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dari obat anti-TB,
membantu memecahkan permasalahan dalam bidang pengobatan TB, serta
mengurangi angka kematian yang disebabkan karena TB.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Transmisi Tuberkulosis kepada Manusia Penyakit tuberkulosis disebabkan karena bakteri, yaitu Mycobacterium.
tuberculosis, Mycobacterium bovis, Mycobacterium africanum, Mycobacterium
microti dan Mycobacterium canetti. Mycobacterium. tuberculosis dapat masuk ke
dalam tubuh manusia melalui udara. Mycobacterium. Tuberculosis juga dapat
menyebar dari orang ke orang melalui droplet yang dikeluarkan oleh penderita
tuberkulosis dengan cara batuk, bersin, berbicara, dan bernyanyi. Droplet yang
berdiameter 1-5 µm dan mengandung 1-5 basil sangat mudah menginfeksi.
Kecilnya ukuran droplet ini memudahkannya untuk masuk ke ruang alveolar
dalam paru-paru, tempat dimana organisme bereplikasi. Satu kali batuk
menghasilkan 3000 droplet dan satu kali bersin menghasilkan jutaan droplet.
Dosis infeksi tuberkulosis adalah 1-10 basil.
Penularan biasanya terjadi di dalam ruangan gelap dan tidak ada ventilasi udara,
dimana droplet dapat berada dalam udara dalam jangka waktu lama. Sinar
matahari langsung dapat membunuh basil secara cepat, namun basil dapat
6
bertahan di ruangan gelap selama beberapa jam. Dalam sekali infeksi,
berkembangnya basil menjadi penyakit aktif tergantung imunitas masing-masing.
Dalam sistem imun normal, sekitar 10 % kasus akan berkembang menjadi
penyakit aktif. Orang dengan sistem imun yang lemah lebih rentan terhadap
penyakit TB dibandingkan dengan orang dengan sistem imun yang normal, sekitar
50-60 % penderita HIV akan terinfeksi TB yang akan menjadi penyakit aktif
(Departement of Health Republic of South Africa, 2014).
2. Gambaran Klinik Tuberkulosis Gambaran klinik penyakit TB paru-paru meliputi batuk kronis, mengeluarkan
dahak, kehilangan nafsu makan, kehilangan berat badan, dan berkeringat di
malam hari (Zumla et al., 2013). Setiap pasien yang memiliki gejala seperti di
atas harus dilakukan pemeriksaan. Tidak semua penderita TB mengalami batuk
sehingga diperlukan kewaspadaan, terutama kepada penderita HIV yang
mengalami gejala di atas. Riwayat kontak langsung dengan penderita TB
meningkatkan kemungkinan diagnosa dan gejala TB seperti kehilangan berat
badan. Beberapa pasien kemungkinan mengalami sesak nafas, nyeri dada karena
ketegangan otot, atau desir lokal karena tekanan luar pada bronkus yang
disebabkan oleh kelenjar getah bening (Departement of Health Republic of South
Africa, 2014).
7
3. Pengobatan Tuberkulosis Salah satu obat yang sering digunakan dalam pengobatan TB adalah rifampisin.
Keunggulan rifampisin yaitu sangat efektif dan tidak beracun. Rifampisin secara
in vitro dapat menghambat pertumbuhan bakteri Mycobacterium. Tuberculosis
dengan konsentrasi 0,005-0,02 µg/mL. Rifampisin dapat membentuk kompleks
enzim-obat yang stabil, menyebabkan penekanan inisiasi pembentukan rantai
dalam sintesis RNA. Secara spesifik, β subunit kompleks enzim merupakan situs
aktif obat (Asif, 2013) sehingga dapat menghambat transkripsi RNA dan translasi
protein.
Dalam pengobatan TB disarankan untuk melakukan kombinasi dengan obat
antibiotik yang lain karena Mycobacterium. Tuberculosis sangat mudah
membentuk resistensi dengan rifampisin. Resistensi yang ditimbulkan oleh TB-
rifsmpisin adalah mutasi genetik yang menyebabkan perubahan konformasi
sehingga mengurangi efektivitas rifampisin Efek samping yang ditimbulkan
antara lain anemia, pendarahan, dan demam (Kumar et al., 2012).
B. Selulosa-PAL 1. Selulosa Selulosa merupakan suatu polisakarida yang keberadaannya sangat melimpah dan
dapat diperbaharui. Sampai saat ini selulosa telah banyak digunakan sebagai
8
bahan baku di berbagai industri karena memiliki sifat-sifat yang unik seperti tidak
beracun, dapat didaur ulang, dan biaya yang digunakan cukup terjangkau. Selain
itu, kopolimerisasi selulosa dengan polimer lain menghasilkan polimer baru yang
memiliki sifat ampifilik sehingga lebih mudah untuk didegradasi. Dengan adanya
sifat baru tersebut, beberapa penelitian telah melakukan kopolimerisasi selulosa
dengan polimer lain, salah satunya untuk sistem pelepasan obat (Guo et al., 2012).
Adapun struktur dari selulosa disajikan pada Gambar 1.
Gambar1. Struktur selulosa (Rozialfi, 2010). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah onggok singkong karena
memiliki beberapa keunggulan diantaranya kandungan lingnoselulosa dalam
onggok singkong sangat banyak, yaitu sebesar 34,45 % yang merupakan
kandungan terbanyak kedua setelah pati (Wijayanti et al., 2012). Selain itu,
potensi produksi singkong di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Pada tahun 2008, produk singkong di Indonesia sebesar 20.794.929 ton (Hidayat,
2009), sedangkan pada tahun 2013 produk singkong di Indonesia meningkat
menjadi sebesar 23.936.921 ton (Ayuningsih et al., 2015). Produk singkong di
Indonesia diprediksi akan terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan pati di
Indonesia. Oleh karena itu limbah onggok singkong yang dihasilkan di Indonesia
9
juga akan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selain itu penggunaan
onggok singkong sebagai bahan baku di berbagai bidang, khususnya sistem
pelepasan obat, akan mengurangi pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari
onggok singkong.
Dalam limbah lignoselulosa terdapat tiga komponen utama, yaitu selulosa,
hemiselulosa, dan lignin. Proses isolasi selulosa dari limbah biomassa dapat
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, salah satunya adalah metode
delignifikasi. Metode tersebut memiliki lima tahapan, tahap pertama yaitu proses
degradasi hemiselulosa menggunakan larutan HNO3 3,5 % dengan katalis NaNO2.
Tahap kedua degradasi dengan menggunakan campuran larutan NaOH 2 % dan
larutan Na2SO3 2 %. Tahap ketiga pemutusan ikatan eter pada lignin
menggunakan larutan NaOCl 1,75 % sehingga selulosa yang didapatkan semakin
putih. Tahap keempat yaitu degradasi β-selulosa dan γ-selulosa menggunakan
larutan NaOH 17,5 %. Tahap terakhir adalah pemutihan menggunakan larutan
H2O2.
Metode delgnifikasi memiliki beberapa keunggulan, diantaranya bahan yang
digunakan sangat mudah dan terjangkau, prosesnya tidak terlalu sulit, serta kadar
selulosa yang dihasilkan sangat tinggi, yaitu sebesar 94,26 % (Nahrowi, 2015).
Disamping itu, Patraini (2013) telah melaporkan isolasi selulosa dari lignoselulosa
menggunakan metode delignifikasi dengan kadar selulosa yang diperoleh sebesar
97,04 %; hampir sama dengan kadar selulosa pada kapas komersial, yaitu sebesar
98,57 %.
10
Sintesis mikro selulosa dari selulosa memiliki beberapa tahapan. Tahap pertama
yaitu hidrolisis selulosa menggunakan asam sulfat. Ketika selulosa ditambahkan
larutan asam, ikatan glikosida pada selulosa akan terputus sehingga polimer akan
terpotong-potong menjadi oligomer bahkan menjadi monomer. Reaksi tersebut
akan lebih cepat jika suhu reaaksi dinaikkan hingga menjadi 50oC dan disertai
pengadukan menggunakan magnetic stirer. Konsentrasi asam sulfat optimum
yang digunakan sebesar 45 %. Apabila konsentrasi asam sulfat terlalu rendah,
maka asam tersebut kurang kuat menghidrolisis selulosa, sedangkan jika
konsentrasi selulosa terlalu tinggi, maka akan menyebabkan rusaknya struktur
selulosa hingga menjadi karbon yang berwarna hitam. Untuk memisahkan
selulosa dari larutan, maka dilakukan sentrifugasi selama 15 menit. Pemutusan
ikatan glikosida pada selulosa akan lebih sempurna jika dilakukan ultrasonikasi
dalam jangka waktu yang singkat sekitar lima menit. Pemisahan padatan
nanoselulosa dengan larutannya dapat dilakukan menggunakan pembekuan pada
suhu rendah atau menggunakan alat freeze-drying (Mandal and Chakrabarty,
2011).
Hal yang sama juga dilakukan oleh Teixeira et al (2009) yang melakukan
konversi selulosa menjadi mikro selulosa. Tahapan-tahapan yang dilakukan sama
dengan yang dilakukan oleh Mandal and Chakrabarty (2011). Penggunaan
metode tersebut untuk mendapatkan mikro selulosa memiliki beberapa
keuntungan, diantaranya alat yang digunakan sederhana, kondisi reaksi yang
mudah dicapai, dan asam sulfat yang digunakan sangat efektif untuk
menghidrolisis selulosa menjadi rantai-rantai pendek, sehingga metode tersebut
sangat cocok dan sesuai untuk mensintesis mikro selulosa dari selulosa.
11
2. PAL PolimerPAL merupakan poliester alifatik yang memiliki sifat biodegradable, yaitu
dapat terdegradasi atau hancur di dalam tubuh. Bahan ini telah banyak digunakan
untuk berbagai keperluan, salah satunya untuk agen pembawa obat di dalam tubuh
(Guo et al., 2012). Adapun struktur PAL disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Struktur PAL (Garlotta, 2002). Secara in vivo, telah diketahui bahwa PAL memiliki kemampuan untuk mengikat
dan membawa obat menuju sel target melalui saluran transportasi serta
melepaskan obat tersebut sehingga obat dapat bekerja sesuai dengan fungsinya.
Setelah obat berada pada sel target, PAL dapat hancur dan dan dikeluarkan dari
dalam tubuh melalui sistem ekskresi. Keuntungan lain dari PAL adalah tidak
bersifar racun. Pada saat di dalam tubuh, PAL tidak mengganggu sistem
metabolisme yang ada sehingga PAL aman untuk digunakan sebagai agen
pembawa obat.
Penggunaan PAL dalam sistem pelepasan obat memiliki suatu kendala.
Tingginya kristalinitas dan hidrofilitas yang rendah menyebabkan kecepatan
degradasi PAL di dalam tubuh berjalan lambat. Apabila PAL terlalu lama di
12
dalam tubuh dan terakumulasi dalam jumlah tertentu, maka akan dapat
menyebabkan penyumbatan saluran di dalam tubuh seperti pembentukan batu
ginjal. Untuk mengantisipasi hal tersebut, dapat dilakukan proses kopolimerisasi
PAL dengan polimer lain. Kopolimerisasi PAL dengan polimer lain yang
hidrofilik menyebabkan struktur kopolimer semakin tidak teratur dan mudah
larut di dalam tubuh sehingga semakin mudah untuk didegrasasi dan dikeluarkan
dari dalam tubuh (Jayakumar et al., 2010). Interaksi antara obat dengan
kopolimer PAL merupakan interaksi elektrostatik yang bersifat sementara.
Interaksi tersebut tidak menyebabkan perubahan struktur obat dan bioaktivitas
obat dapat dipertahankan sesuai dengan fungsinya (Jeevitha and Kanchana, 2014).
Proses sintesis mikro PAL dari butiran PAL komersil secara prinsip sama dengan
sintesis mikro selulosa dari selulosa. Jayakumar et al (2010) telah melaporkan
sintesis mikro PAL dengan menggunakan pelarut diklorometana. Proses tersebut
dilakukan dengan mengkombinasikan antara proses mekanik dengan proses reaksi
kimia. Secara mekanik, pemutusan ikatan poliester dari PAL dilakukan
menggunakan magnetic stirer dan juga sonikasi. Disisi lain, pemutusan ikatan
poliester juga dapat dilakukan dengan reaksi hidrolisis dalam suasana asam.
Untuk mendapatkan serbuk mikro PAL dapat dilakukan dengan membekukan
larutan pada suhu rendah.
Jeevitha dan Kanchana (2014) telah melaporkan sintesis mikro PAL dengan
menggunakan proses mekanik. Padatan PAL dilarutkan dalam pelarut kemudian
dilakukan pengadukan menggunakan magnetic stirer dan alat sonikasi pada suhu
13
ruang. Mikro PAL dan pelarut dipisahkan menggunakan alat sentrifuse dengan
kecepatan sebesar 10000 rpm selama 30 menit.
Dalam beberapa tahun terakhir terdapat beberapa penelitian yang telah
melaporkan sintesis selulosa-PAL yang digunakan dalam sistem pelepasan obat.
Salah satunya adalah Rahman et al., (2014) yang melakukan sintesis selulosa-
PAL yang diaplikasikan dalam biomedis. Sedangkan Guo et al., (2012)
melakukan sintesis selulosa-PAL yang digunakan sebagai penjerat obat Paclitaxel.
Selain itu, Kumar et al., (2010) telah melakukan sintesis mikro kapsul turunan
selulosa yaitu etil selulosa dengan PAL yang digunakan dalam sistem pelepasan
obat. Berdasarkan hasil penelitian mereka, mikro material yang dihasilkan oleh
Guo et al., (2012) memiliki efisiensi enkapsulasi 90 %, sedangkan mikro material
yang dihasilkan oleh Kumar et al., (2010) memiliki efisiensi enkapsulasi sebesar
90 %.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, reaksi kopolimerisasi selulosa-PAL dapat
dilakukan dan memiliki efisiensi dan efektivitas yang cukup besar apabila
digunakan dalam sistem pelepasan obat, sehingga selulosa-PAL yang disintesis
dalam penelitian ini secara teori dapat digunakan dalam sistem pelepasan obat TB.
Sintesis selulosa-PAL dilakukan dengan mengkombinasikan metode sintesis
mikro selulosa dan mikro PAL. Sintesis dilakukan dengan menggunakan proses
mekanik dan proses reaksi kimia. Selulosa dilarutkan dalam pelarut asam klorida
sedangkan PAL akan dilarutkan dalam pelarut kloroform. Kedua larutan tersebut
dicampurkan pada suhu 50oC sambil dilakukan pengadukan. Penggunaan HCl
sebagai pelarut memiliki keuntungan: selain menghidrolisis selulosa, larutan HCl
14
juga akan membantu hidrolisis PAL. Untuk mendapatkan padatan mikro partikel,
sampel diendapkan dengan menggunakan alat freeze drying.
C. Karakterisasi Untuk membuktikan sintesis selulosa-PAL yang digunakan dalam sistem
pelepasan obat, maka dilakukan beberapa karakterisasi. Beberapa karakterisasi
yang dilakukan antara lain analisis gugus fungsi, analisis ukuran partikel, analisis
morfologi permukaan, serta uji efisiensi dan pelepasan.
1. FTIR Spektrofotometer FTIR merupakan salah satu instrumen yang digunakan dalam
penentuan struktur molekul dengan megidentifikasi vibrasi ikatan dalam suatu
molekul. Jenis ikatan yang dapat diidentifikasi merupakan ikatan kovalen
sehingga spektrofotometer ini sering digunakan untuk mengidentifikasi molekul-
molekul organik misalnya alkohol, aldehid, keton, asam karboksilat, dan lain-lain.
Masing-masing gugus fungsi tersebut menunjukkan bilangan gelombang yang
berbeda-beda apabila diidentifikasi menggunakan spektrofotometer FTIR.
Selulosa merupakan suatu polimer yang mengandung gugus OH sedangkan PAL
merupakan suatu polimer yang mengandung gugud OH dan terbentuk melalui
ikatan poliester, sehingga salah satu cara untuk menentukan struktur polimer
tersebut adalah menggunakan spektrofotometer FTIR. Rahman et al., (2014)
15
melaporkan bahwa gugus fungsi OH pada selulosa teramati pada bilangan
gelombang 3369 cm-1, sedangkan vibrasi ulur C-H pada selulosa teramati pada
bilangan gelombang 2897 cm-1. Struktur tersebut diperkuat dengan adanya
vibrasi tekuk C-H yang teramati pada bilangan gelombang 1435-1253 cm-1.
Vibrasi pada bilangan gelombang 1751 cm-1 menunjukkan gugus karbonil yang
berasal dari ikatan poliester PAL. Selain itu, vibrasi C-H pada rantai utama PAL
teramati pada bilangan gelombang 2948 cm-1. Adanya rantai samping CH3
teramati pada bilangan gelombang 2996 dan 2877 cm-1. Pembentukan kopolimer
selulosa-PAL ditunjukkan dengan pergeseran bilangan gelombang dari 1751
menjadi 1761 cm-1 yang disebabkan karena terbentuknya ikatan hidrogen
intermolekular. Guo et al., (2012) juga melaporkan identifikasi kopolimer
selulosa-PAL menggunakan spektrofotometer FTIR. Adanya vibrasi pada
bilangan gelombang 1206, 1745, dan 2925 cm-1 menunjukkan vibrasi C-O-C,
uluran karbonil, dan uluran rantai samping metil pada PAL yang telah
terkopolimesisasi dengan selulosa. Untuk menguatkan data tersebut, pada proses
kopolimerisasi digunakan pelarut diklorometana untuk menghilangkan PAL yang
tidak terkopolimerisasi dengan selulosa. Nilai bilangan gelombang selulosa-PAL
disajikan pada Tabel 1
2. PSA Di dalam bidang farmasi dan obat-obatan, khususnya dalam bidang
nanoteknologi, ukuran partikel merupakan suatu parameter yang penting.
Besarnya partikel tersebut mempengaruhi kecepatan degradasi dan efektivitas
16
kerja obat tersebut. Besaran dari sebuah partikel yang sering diukur adalah
diameter karena biasanya partikel-partikel tersebut berbentuk seperti bola (Pabst
dan Gregorova, 2007).
Tabel 1. Nilai bilangan gelombang Selulosa-PAL
Molekul Gugus Fungsi Bilangan
Gelombang (cm-1) Referensi
Selulosa OH 3369 Rahman et al., (2014) C–H 2897 Rahman et al., (2014) 1435-1253 Rahman et al., (2014) PAL C=O 1751 Rahman et al., (2014) C–H 2948 Rahman et al., (2014) CH3 rantai
samping 2996 2877
Rahman et al., (2014)
Selulosa-PAL C=O 1761 Rahman et al., (2014) 1745 Guo et al., (2012) C–O–C 1206 Guo et al., (2012) CH3 rantai
samping 2925 Guo et al., (2012)
Partikel-partikel dalam sebuah padatan memiliki ukuran yang berbeda-beda.
Untuk mengetahui ukuran masing-masing partikel tersebut sangat sulit dan tidak
mungkin untuk dilakukan. Oleh karena itu, bahasa yang kita gunakan adalah
distribusi yang menyatakan rata-rata ukuran partikel secara keseluruhan.
Beberapa nilai yang menjelaskan tentang distribusi antara lain mean, median, dan
mode. Mean menyatakan nilai rata-rata dari distribusi ukuran partikel. Median
menyatakan distribusi yang membagi ukuran partikel menjadi dua, yaitu diatas
nilai tengah dan dibawah nilai tengah. Mode menyatakan ukuran partikel yang
sering muncul dalam distribusi. Beberapa teknik yang dilakukan untuk
17
mengetahui ukuran partikel antara lain difraksi laser, hamburan cahaya dinamis,
dan analisis gambar (Horiba, 2014).
Dalam sistem pelepasan obat, ukuran partikel sangat mempengaruhi kinerja dari
obat tersebut. Apabila ukuran obat terlalu besar, maka kecepatan degradasi obat
tersebut sangat lambat, akan tetapi apabila ukuran partikel terlalu kecil, maka
matriks pembawa obat tersebut akan masuk ke dalam sel dan mengendap di dalam
sel sehingga mengganggu siklus sel. Ukuran partikel matriks yang biasanya
dipakai sebagai pembawa obat sebesar100-400 nm. Semakin kecil ukuran
partikelnanomaterial, maka efisiensinya akan semakin menurun. Jayakumar et
al., (2010) telah melaporkan matriks pembawa obat anti-HIV dengan ukuran
partikel antara 100-350, obat tersebut memiliki efisiensi sebesar 75,4 %. Jeevitha
dan Kanchana (2014) telah melaporkan matriks pembawa obat dengan ukuran
partikel 127-253 nm, obat tersebut memiliki efisiensi sebesar 72,02 %.
3. SEM Instrumen SEM merupakan alat yang digunakan untuk melihat permukaan suatu
benda. Prinsip dari alat ini sama dengan mikroskop cahaya. Alat ini digunakan
untuk menutupi kelemahan dari mikroskop cahaya. Keunggulan dari alat ini
adalah kecepatan elektron yang sangat tinggi, panjang gelombang yang kecil, dan
memiliki resolusi yang cukup baik. Alat ini dapat digunakan untuk melihat benda
yang sangat kecil yaitu atom, sehingga dapat melihat morfologi permukaan dan
struktur dari suatu molekul, polimer, ataupun logam (Kaech, 2013).
18
Dalam sintesis suatu senyawa, alat SEM merupakan salah satu alat yang sering
digunakan untuk karakterisasi. Berdasarkan gambar SEM, dapat dilihat apakah
reaktan-reaktan telah tercampur dan bereaksi atau masing-masing reaktan
terkumpul membentuk gumpalan-gumpalan. Hal ini telah dilakukan oleh Rahman
et al., (2014) yang melakukan karakterisasi hasil sintesis selulosa-PAL
menggunakan alat SEM dengan perbesaran 200x. Berdasarkan gambar SEM,
selulosa dapat terdispersi secara seragam dalam matriks PAL. Selain itu, Kumar
et al., (2010) menjelaskan bahwa berdasarkan gambar SEM nanokapsul
etilselulosa-PAL memiliki bentuk seperti bola dan berpori, dengan demikian,
nanoselulosa dan nano PAL dapat terkopolimerisasi dan menghasilkan
keseragaman secara merata.
4. Sistem Pelepasan Obat Untuk meningkatkan terapi dari sebuah obat, dibuat sistem kontrol pelepasan.
Sistem kontrol pelepasan obat dilakukan untuk mengatur ledakan obat di luar
waktu yang ditentukan, membantu obat melewati halangan fisik, melindungi obat
dari eliminasi dini, mengarahkan obat menuju situs aktif dengan ledakan yang
minimum di bagian tubuh yang lain dan mengurangi frekuensi pemberian obat.
Memahami mekanisme kerja obat adalah hal yang penting dalam membuat sistem
kontrol pelepasan.
Salah satu mekanisme sistem kontrol pelepasan adalah disolusi. Disolusi meliputi
pepindahan obat dari fase padat menuju medium di sekitarnya. Kelarutan obat
19
merupakan sifat termodinamika dari obat dan medium, sedangkan kecepatan
disolusi merupakan sifat kinetik. Kecepatan disolusi akan meningkat dengan
kelarutan dan menurun dengan ukuran partikel (Siegal and Rathbone, 2012).
Ketika suatu obat ukuran partikelnya semakin kecil, menyebabkan kemungkinan
interaksi partikel dengan pelarut akan semakin besar sehingga obat tersebut akan
lebih mudah larut. Disamping itu, penurunan ukuran partikel akan meningkatkan
luas permukaan partikel tersebut sehingga meningkatkan kecepatan disolusinya
serta kinerja dan efisiensi obat tersebut akan lebih baik (Javadzadeh et al., 2015).
Pengujian disolusi obat dapat dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Medium yang digunakan adalah Phosphate Buffered
Saline (PBS) pada rentang pH tertentu sesuai dengan pH sel yang akan diuji.
Pengujian dilakukan pada interval waktu tertentu.
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 sampai dengan bulan Mei 2017 di
Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Analisis FTIR dilakukan di Institut
Teknologi Bandung, analisis SEM dan PSA dilakukan di Laboratorium Terpadu
dan Sentra Inovasi Teknologi Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan Penelitian Alat-alat yang digunakan antara lain alat gelas, oven , neraca analitik, batang
pengaduk, magnetic stirrer, lemari asam, spektrofotometer FTIR PRESTIGE
SHIMADZU, PSA FRITSCH ANALYSETTE 22, dan SEM ZEISS EVO MA 10.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain akuades onggok singkong, asam nitrat,
natrium nitrit, natrium hidroksida, natrium sulfit, natrium hipoklorit, hidrogen
peroksida, asam klorida, klorofrom, poli asam laktat, Phosphate Buffered Saline
(PBS), dan obat kemoterapi.
21
C. Prosedur Penelitian 1. Isolasi α-Selulosa dari Onggok Singkong Proses Isolasi α-Selulosa dilakukan dengan menggunakan metode delignifikasi
yang telah dilaporkan oleh Nahrowi (2015). Sebanyak 75 gram Onggok Singkong
dimasukkan ke dalam gelas beaker, ditambahkan 1 L HNO3 3,5 % dan 10 mg
NaNO2, dipanaskan pada suhu 90°C selama 2 jam, disaring, dan dicuci hingga
netral. Selanjutnya sampel direfluks dengan 750 ml larutan NaOH 2 % dan
Na2SO3 2 % pada suhu 50°C selama 1 jam, disaring dan dicuci hingga netral.
Kemudian sampel dididihkan dengan 250 ml larutan NaOCl 1,75 % selama 30
menit, disaring dan dicuci hingga netral. Setelah itu sampel dipanaskan dengan
500 ml larutan NaOH 17,5 % pada suhu 80°C selama 30 menit, disaring, dan
dicuci hingga netral. Tahap terakhir sampel diputihkan dengan H2O2 10 % pada
suhu 60°C dalam oven selama 1 jam. Langkah selanjutnya adalah sintesis nano-
PAL.
2. Sintesis Mikro PAL Sintesis nikro PAL dilakukan dengan cara sebanyak 5 gram PAL dilarutkan dalam
50 mL kloroform dan diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer selama 4
jam. Selanjutnya ditambahkan 50 mL etanol, dan diaduk dengan menggunakan
magnetic stirrer selama empat jam. Larutan dievaporasi dengan menggunakan
rotary evaporator hingga pelarutnya tersisa sedikit. Setelah itu ditambahkan 25
22
mL akuades dan diuapkan kembali untuk menghilangkan pelarut organik. Tahap
terakhir adalah pengeringan dengan menggunakan alat freeze-drying. Langkah
selanjutnya adalah sintesis selulosa-PAL.
3. Sintesis Selulosa-PAL Sintesis selulosa-PAL dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa metode
yang telah dilaporkan oleh Jayakumar et al (2010), Jeevitha and Kanchana (2014),
serta Mandal and Chakrabarty (2011). Langkah pertama, sebanyak 1 gram
selulosa dilarutkan dalam 50 mL HCl konsentrasi 3,5 M dan diaduk dengan
menggunakan magnetic stirrer selama dua jam pada suhu 50°C. Selanjutnya,
sebanyak 5 gram PAL dalam 50 ml kloroform dan diaduk selama empat jam
dengan menggunakan magnetic stirrer. Larutan PAL kemudian ditambahkan 50
mL etanol dan dicampurkan dengan larutan selulosa dalam HCl. Campuran
selulosa dan PAL diaduk selama 4 jam pada suhu ruang lalu dimasukkan ke
dalam corong pisah untuk memisahkan pelarut kloroform. Tahap terakhir
selulosa-PAL dipisahkan dengan menggunakan kertas saring dan dikeringkan
menggunakan alat freeze-drying. Tahap berikunya sampel dianalisis dengan
menggunakan alat FTIR, PSA, SEM, serta uji disolusi.
4. Analisis FTIR Selulosa-PAL Alat FTIR yang digunakan adalah FTIR Prestige Shimadzu buatan Jepang.
Sebelum dilakukan analisis, alat FTIR disiapkan sampai alat siap untuk digunakan
23
dan dilakukan scan blank. Selanjutnya, sampel dimasukkan ke dalam alat dan
dilakukan scanning terhadap sampel dengan mengklik measurement sample.
Setelah itu dilakukan baseline dengan cara mengklik 1 lalu baseline lalu
multipoint, kemudian dilakukan smoothing. Pada puncak spektrum diberi peak
dengan mengklik manipulatin 1 kemudian klik peaktable, lakukan secukupnya
hingga mencapai number of point 12.
5. Analisis PSA Selulosa-PAL Nano-PAL, dan selulosa-PAL selanjutnya dikarakterisasi dengan menggunakan
alat PSA merk Fritsch dengan seri Analysette 22 untuk mengetahui distribusi
ukuran partikelnya. Sejumlah sampel dimasukkan ke dalam chamber yang telah
berisi air pada Wet Dispersion Unit hingga indikator menunjukkan angka 10-12
(berwarna hijau).
6. Analisis SEM Selulosa-PAL Analisis SEM dilakukan dengan menggunakan alat SEM ZEISS EVO MA 10.
Sebelum dilakukan analisis, sampel dipreparasi dengan cara dilapisi logam emas
agar sampel bersifat konduktor. Selanjutnya, sampel dimasukkan ke dalam
spesimen. Intensitas elektron yang ditembakkan terhadap sampel diatur dengan
menggunakan lensa objektif dan lensa kondensor. Pantulan elektron dari sampel
ditangkap oleh detektor dan ditampilkan oleh image display.
24
7. Sintesis Mikrokapsul Sebanyan 0,65 gram selulosa-PAL dilarutkan dalam 6 ml kloroform. Setelah itu
ditambahkan rifampisin sebanyak 0,0025 dan 0,005 gram dan ditambah 50 mL
polivinil alkohol 0,5 %. Selanjutnya campuran diaduk selama satu jam dan
didispersikan dalam 250 mL akuades. Kemudian campuran diaduk lagi selama
satu jam dan disaring. Padatan dikeringanginkan selama 24 jam dan dioven
selama satu jam (Nuryahati et al., 2008).
8. Uji Disolusi Pengujian disolusi obat dilakukan dengan cara melarutkan 0,2 gram mikrokapsul
ke dalam 500 mL larutan buffer pH 1,2 dan 7,4. Setelah itu setiap interval waktu
tiga jam diambil 5 mL dan diencerkan menjadi 25 mL. Kemudian konsentrasi
diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
244 nm (Hildayati, 2011). Nilai disolusi obat diukur dengan menggunakan rumus
di bawah ini :
%D =M x fp x V x
11000000
W x 100 %
Ket :
%D : persen disolusi
M : konsentrasi (ppm)
fp : faktor pengenceran
25
V : volume (mL)
W : massa mikrokapsul yang dipakai (gram)
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Adapun simpulan pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Sintesis selulosa-PAL telah dilakukan dengan menggunakan metode mekanik dan
hidrolisis asam melalui mekanisme reaksi esterifikasi.
2. Adanya pergeseran bilangan gelombang hidroksi (3445-3429 cm-1) dan karbonil
(1757-1759cm-1) menunjukkan bahwa telah terjadi ikatan antara selulosa dengan
PAL.
3. Berdasarkan hasil analisis PSA, nanomaterial yang dihasilkan memiliki rentang
ukuran 100-17730 nm. kombinasi metode mekanik dan hidrolisis asam
meningkatkan efektivitas sintesis nanomaterial.
4. Berdasarkan analisis SEM, selulosa yang memiliku morfologi batangan terjerat dalam
dua lembaran partikel PAL.
5. Mikrokapsul yang bagus untuk digunakan dalam pengobatan TB adalah selulosa-
PAL-obat 0,3% dengan waktu disolusi optimum 12 jam. Pada pH 7,4 sekitar
8,42%obat telah terdisolusi.
39
B. Saran
Adapun saran untuk penelitian berikutnya adalah dilakukan sintesis selulosa-PAL
dengan memvariasikan berat selulosa dan PAL untuk meningkatkan kemampuan
farmatik selulosa-PAL yang digunakan dalam pengobatan penyakit TB. Selain
itu, disarankan untuk mengganti pelarut asam klorida dengan asam yang lebih
kuat sehingga dihasilkan material dengan ukuran nanometer.
40
DAFTAR PUSTAKA
Adapa, P.K., L.G. Tabil, G.J. Schoenau, T. Canam, and T. Dumonceaux. 2011. Quantitative Analysis of Lignocellulosic Components on Non-Treated and Steam Exploded Barley, Canola, Oat and Wheat Straw Using Fourier Transform Infrared Spectroscopy. Journal of Agriculturzl Science and Technology. 1:177-188. Amirah, M.G., A.A. Amirul, Habibah, and A. Wahab. 2014. Formulation and Characterization of Rifampicin-Loaded (P93HB-co-4HB) Nanoparticles. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 6. Asif, M. 2013. Rifampicin and Their Analogs : A Development of Antitubercular Drugs. World Journal of Organic Chemistry. 1:14-19. Astuti, T.D. 2016. Pembuatan Nanoselulosa dari Limbah Padat Tapioka dengan Menggunakan Metode Hidrolisis Asam. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Atyabi, F., M.E. Manesh, B. Darvishi, F.A. Ishkuh, E. Shahmoradi, A. Mohammadi, M. Javanbakht, and R. Dinarvand. 2016. Paclitaxel molecularly imprinted polymer-PEG-folate nanoparticles for targeting anticancer delivery: Characterization and cellular cytotoxicity. Mat Sci and Eng. 62:626-633. Ayuningsih, B., A. Putriani, dan A. Rochana. 2015. Pengaruh penambahan Molase pada Ensilase Kulit Singkong (Manihot Esculenta) terhadap Kecernaan Bahan Kering dan kecernaan Bahan Organik secara In Vitro. Jurnal Universitas Padjadjaran. Chow, W.S., R.Z. Khoo, and H. Ismail. 2016. Thermal and morphological Properties of Poly(lactic acid)/Nanocellulose Nanocomposites. Procedia Chemistry. 19:788-794. Departement Health republic of South Africa. 2014. National Tuberculosis Management Guidelines. Departement Health republic of South Africa. 120 pp.
41
Fonseca, C., S. Simoes, and R. Gaspar. 2002, Paclitaxel-loaded PLGA nanoparticles: preparation, physicochemical characterization and in vitro anti-tumoral activity. Journal of Control Released. 83:273-286. Garlotta, D. 2002. A literature Review of Poly(Lactic Acid). Journal of Polymer and the Environmental. 9. Guo, Y., X. Wang, X. Shu, Z. Sheng, and R.C. Sun. 2012. Self- Assembly and Pacitaxel Loading. Capacity of Cellulose-Graft-poly(lactide) Nanomicelles. Agricultural and Food Chemistry. 60:3900-3908. Hidayat, C. 2009. Peluang Penggunaan Kulit Singkong sebagai pakan Unggas. Seminar Nasional teknologi Peternakan dan Veteriner. Hildayati, A. 2011. Efisiensi Mikroenkapsulasi dan Uji Disolusi Ibuproven secara In Vitro dengan penyalut Polipaduan Poli(Asam Laktat) dan Polikaprolakton. (Skripsi). Universitas Indonesia. Depok. 66 pp. Horiba Instruments. 2014. A Guidebook to Partile Size Analysis. Horiba Instrument Inc. 32 pp. Jain, N.K., M. Nag, V. Gajbhiye, and P. Kesharwani. 2016. Transferrin functionalized chitosan-PEG nanoparticles for targeted delivery of paclitaxel to Cancer cells. Colloid and Surface B : Biointerfaced. 148:363- 370. Javadzadeh, Y., S.M. Dizaj, Z. Vazifehasl, and M. Mokhtarpor. 2015. Recystallization of Drugs. Intech. Jayakumar, R., A. Dev, N.S. Binulal, A. Anitha, S.V. Nair, T. Furuike, and H. Tamura. 2010. Preparation of Poly(Lactic Acid)/chitosan Nanoparticles for Anti-HIV Drug Delivery Application. Carbohydrate Polimers. 80:833- 838. Jeevitha, D. and Kanchana, A. 2014. Evaluation of Chytosan/Poly (Lactic Acid) Nanoparticles for the Delivery of Piceatannol, an Anti-cancer drug by Ionic Gelation Method. International Journal of Chemical, Environmental and Biological Sciences. 2. Kaech, A. 2013. An Introduction to electon Microscopy Instrumentation, Imaging, and Preparation. University of Zurich. 28 pp. Kumar, K.S., P.S. Kumar, V. Selvaraj, and M. Alagar. 2010. Drug Delivery Studies of Gold Nanoparticles Decorated Polylactic Acid-co-Ethyl Cellulose Nanocapsules. International Journal of Advanced Engineering Technology. 1:9-16.
42
Kumar, R., N. Shakya, G. Garg, and B. Agrawal. 2012. Chemotherapeutic Interventions Against Tuberculosis. Pharmaceuticals. 5:690-718. Laopaiboon, P., A. Thani, V. Leelavatcharamas, and L. Laopaiboon. 2009. Acid Hydrolysis of Sugarcane Baggase for Lactic Acid production. Bioresource Technology. Mandal, A. and Chakrabarty D. 2011. Isolation of Nanocellulose from Waste Sugarcane Bagasse (SCB) and its Characterization. Carbohydrate Polymers. 86:1291-1299. Nahrowi, R. 2015. Sintesis Karboksimetil Selulosa dari Tandan Kosong Sawit. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 77 pp. Nurhayati, L., S.S. Achmadi, dan Sudaryanto. 2008. Aplikasi Poli(Asam Laktat) Mikrosfer Pengungkung Obat Rematik. Jurnal sains Materi Indonesia. 10:39-43. Pabst, W. and Gregorova E. 2007. Characterization of Particles and Particle Systems. ICT Prague. 53 pp. Pajak, A. W., R.C. Biskup, J. Sikorski, A. Henke, P. Ulanski, and M. Rosiak. 2007. Aqueous Solution of Hydrochloric Acid as Simple Solvent of Chitosan for Viscosity and Light-Scattering-Based Molecular Weight determination. Polish Chitin Society. Patraini, C.G. 2014. Pembuatan Selulosa Asetat dari α-Selulosa Tandan Kosong Sawit (TKS). (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 62 pp. Rahman, M.M., S. Afrin, P. Haque, M.M. Islam, M.S. Islam, and M.A. Gafur. 2014. Preparation and Characterization of Jute Cellulose Crystals- Reinforced Poly (L-Lactic Acid) Biocomposite for Biomedical Application. International Journal of Chemical Engineering. Rajesh, H., K. Bhavin, and P.S. Aboti. 2013. Development of Oral Sustained Released RifampicinLoaded Chitosan Nanoparticles by Design of Experiment. Journal of Drug Delivery. Rozialfi. 2010. Dilute Sulfuric Acid Pretreatment for Cellulose Recovery from Sawdust. Universiti Malaysia Pahang. Malaysia. Sarfaraz, M.D., D. Hiremath, and K.P.R. Chowdary. 2010. Formulation and Characterization of Rifampicin Microcapsules. Indian Journal of Pharmaceutical Sciences. Siegel, R.A. and Rathbone, M.J. 2012. Overview of Controlled Release Mechanisms. Springer.
43
Siqueira, G., S.T. J. Lingua, D. Bras, S. Perez, and A. Dufresne. 2010. Morphological Investigation of Nanoparticles Obtained from Combined Mechanical Shearing, and Enzymatic and Acid Hydrolysis of Sisal Fibers. Cellulose. 17:1147-1158. Sulivan, E.M., R.J. Moon, and K. Kalaitzdou. 2015. Processing and Characterization of Cellulose Nanocrystals/Polylactic Acid Nanocomposite Silms. Materials. Szajnar, J., M. Stawarz, T. Wrobel, and W. Sebzda. 2014. Influence of Selected Parameters of Continous Casting in the Electromagnetic Field on the Distribution of Graphite and Properties of Grey Cast Iron. Archives of Metallurgy and Materials. Tadros, T.F. 2013. Emulsion Formulation and Stability. Wiley VCH Verlag GmbH. Teixeira, M.N.B., D. Pasquini, A.A.S. Curvelo, E. Corradini, M.N. Belgacem, and A. Dufresne. 2009. Cassava Bagasse Cellulose Nanofibrils Reinforced Thermoplastic Cassava Starch. Carbohydrate Polymers. 78:422-431. Wijayanti, D.K., C. Lestar., dan Mulyanto. 2012. Pengaruh Overliming pada Pembuatan Etanol dari Limbah Padat pabrik tepung Tapioka (Onggok) dengan Hidrolisis Asam dan Enzim. Jurnal Teknil Pomits. 1:1-3. World Health Organization. 2015. Global Tuberculosos Report. World Health Organization. 214 pp. Yang, H., R. Yan, H. Cen, D.H. Lee, and C. Zheng. 2007. Characteristics of Hemicellulose, Cellulose and Lignin Pyrolysis. Fuel. 86:1781-1788. Zumla, A., M. Raviglione, R. Hafiner, and C.F.V. Reyn. 2013. Curent Concepts Tuberculosis. The New England Journal of Medicine.