Sinopsis Hikayat Abu Nawas

11
[Sinopsis “Hikayat Abu Nawas” – Dionadya Pratisto (X-G)] Page 1 Tugas Bahasa Tugas Bahasa Indonesia Indonesia Sinopsis Hikayat Nama: Dionadya Pratisto Nama: Dionadya Pratisto (No. Absen 8) Kelas X-G SMAN 54 Jakarta SMAN 54 Jakarta

description

ini adalah contoh salah satu hikayat dari pelajaran Bahasa Indonesia kelas X, semester 2, beserta unsur intrinsik dan juga unsur ekstrinsiknya.smoga bermanfaat :)))))))

Transcript of Sinopsis Hikayat Abu Nawas

Page 1: Sinopsis Hikayat Abu Nawas

[Sinopsis “Hikayat Abu Nawas” – Dionadya Pratisto (X-G)] Page 1

Tugas BahasaTugas Bahasa

IndonesiaIndonesia

Sinopsis Hikayat

Nama: Dionadya Pratisto Nama: Dionadya Pratisto

(No. Absen 8)

Kelas X-G

SMAN 54 JakartaSMAN 54 Jakarta

Page 2: Sinopsis Hikayat Abu Nawas

Hikayat Abu Nawas:

Manusia Bertelur

Alkisah, tinggallah seorang pria yang dianggap ulama di Persia yang bernama Abu

Nawas. Sudah bertahun-tahun, ia mengabdikan dirinya kepada Baginda Raja Harun Al Rasyid.

Tetapi sudah bertahun-tahun pula Baginda Raja Harun Al Rasyid ingin mengalahkan Abu Nawas.

Baginda ingin mengalahkan Abu Nawas karena selalu memiliki akal cerdik dan cemerlang dalam

menemukan jalan keluar. Tiada hentinya dan tiada kapoknya Baginda memanggil Abu Nawas

untuk dijebak ke dalam berbagai tugas aneh. Namun, Abu Nawas selalu berhasil menyelesaikan

tugas-tugas aneh dari Baginda.

Suatu sore hari, ketika Baginda beserta delapan belas menterinya berendam di kolam

pemandian air hangat yang hanya dikunjungi para pangeran, bangsawan dan orang-orang

terkenal, beliau berkata kepada para menteri bahwa ia memiliki akal untuk menjebak Abu

Nawas. Saat salah seorang menteri bertanya jebakan apa yang akan dilakukan, Baginda sengaja

tak mau memberi tahu, beliau malah meminta para menteri untuk datang lebih awal besok

sore di tempat yang sama sebelum Abu Nawas datang, karena beliau akan mengundangnya

untuk mandi bersama mereka.

Esok sorenya, Abu Nawas diundang untuk mandi bersama Baginda dan para menteri di

pemandian air hangat yang terkenal itu. Seperti yang telah direncanakan, Baginda dan para

menteru sudah tiba terlebih dahulu. Ternyata, Baginda membawa Sembilan belas butir telur

ayam. Lalu beliau membagikan delapan belas telur ke menterinya dan satu butir telur untuk

dirinya sendiri. Lalu, Baginda memberi pengarahan singkat tentang jebakan Abu Nawas nanti.

Ketika Abu Nawas datang, Baginda dan para menteri sudah berendam di kolam. Abu

Nawas melepas pakainnya dan ikut berendam. Abu Nawas terlihat cemas. Kira-kira permainan

apa lagi yang akan ia hadapi. Mungkin permainan kali in lebih berat karena Baginda sepertinya

tidak memberi tenggang waktu untuk berpikir.

[Sinopsis “Hikayat Abu Nawas” – Dionadya Pratisto (X-G)] Page 2

Page 3: Sinopsis Hikayat Abu Nawas

Tak lama, Baginda mengatakan alasan mengundang Abu Nawas untuk mengajaknya ke

dalam permainan Baginda. Abu Nawas belum paham apa maksud dari Baginda. Baginda pun

mengatakan bahwa mereka harus melakukan apa yang dilakukan hewan, yaitu masing-masing

dari mereka harus bisa bertelur seperti ayam dengan cara masing-masing. Mereka akan masuk

ke dalam air, kemudian keluar dari permukaan air sambil menunjukkan telur masing-masing,

dan bagi siapa yang tidak bisa maka harus dihukum berat. Mendengar beliau, Abu Nawas tidak

berkata apa-apa. Wajahnya Nampak murung. Ia semakin yakin dirinya tak akan bisa lolos dari

jebakan Baginda dengan mudah. Melihat wajah Abu Nawas murung, wajah Baginda berseri-

seri.

Kemudian, Baginda dan para menteri mulai menyelam diikuti oleh Abu Nawas. Tak

lama, Baginda dan para menteri satu-persatu muncul ke permukaan air dengan telur masing-

masing. Sementara, Abu Nawas masih menyelamkan dirinya di dalam air kolam. Tentu saja ia

belum menyiapkan telur karena ia memang tidak tahu akan jebakan ini. Kini, Abu Nawas tahu

bahwa Baginda dan para menteri sudah menyiapkan telur masing-masing satu butir. Karena

dadanya terasa sesak, Abu Nawas muncul ke permukaan air kolam kemudian ia beranjak keluar

dari kolam dengan sikap tenang. Baginda pun mendekati Abu Nawas.

Tiba-tiba saja Abu Nawas mengeluarkan suara sama persis seperti ayam jantan yang

sedang berkokok dengan keras sehingga Baginda dan para menteri merasa heran. Kemudian,

Abu Nawas mengatakan bahwa ia tak bisa bertelur sambil membungkuk hormat. Baginda

terlihat senang dan mengatakan bahwa Abu Hawas harus dihukum. Tapi, Abu Nawas membela

diri dengan mengatakan bahwa ia tidak bertelur karena ia tidak sedang menjadi ayam betina.

Melainkan ia sedang menjadi ayam jantan, makanya tadi ia berkokok. Sambil membusungkan

dada, Abu Nawas pun kembali berkokok dengan keras.

Baginda Raja Harun Al Rasyid tidak bisa berkata apa-apa. Wajah Baginda dan para

menteri mendadak merah padam karena malu dianggap sebagai ayam betina. Abu

Nawasmemang lebih licin daripada belut. Karena merasa malu, Baginda dan para menteri

segera berpakaian dan kembali ke istana tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

[Sinopsis “Hikayat Abu Nawas” – Dionadya Pratisto (X-G)] Page 3

Page 4: Sinopsis Hikayat Abu Nawas

Unsur Intrinsik

1. Tema : Kecerdikkan dibalas dengan kecerdikkan

2. Latar : Terdapat tiga macam latar, antara lain:

Latar Waktu Sore hari

Bukti kalimat:

Suatu sore hari, ketika Baginda Raja beserta delapan belas

menterinya… [Terdapat dalam paragraf 2, baris pertama]

Esok sorenya, Abu Nawas diundang untuk bersama Baginda

Raja dan pera menteri di... [Paragraf 3, baris pertama]

Latar Tempat Kolam Pemandian Air Hangat

Bukti Kalimat:

…ketika Baginda Raja besera para menterinya sedang

berendam di kolam pemandian air hangat yang hanya

dikunjungi para pangeran, bangsawan dan orang-orang

terkenal,… [Paragraf 2, baris keempat]

…Abu Nawas diundang untuk mandi bersama Baginda Raja dan

para menteri di pemandian air hangat yang terkenal itu.

[Paragraf 3, baris kedua]

Latar Suasana Cemas / tegang

Bukti Kalimat:

Abu Nawas terlihat cemas. Kira-kira permainan apa lagi yang

akan ia hadapi. [Paragraf 4, baris kedua]

3. Penokohan : Terdapat dua tokoh utama yang mendukung alur cerita hikayat ini,

yaitu:

[Sinopsis “Hikayat Abu Nawas” – Dionadya Pratisto (X-G)] Page 4

Page 5: Sinopsis Hikayat Abu Nawas

Abu Nawas

Memiliki watak cerdik, pemikir, tidak mudah putus asa dan selalu

berusaha untuk menyelesaikan suatu masalah yang terjadi

walaupun masalah yang ia hadapi aneh, dan sulit untuk dilakukan.

Baginda Raja Harun Al Rasyid

Memiliki watak yang licik, orang yang curang, selalu berusaha

menjatuhkan Abu Nawas dengan perintah-perintah anehnya.

4. Alur (Plot) : Menggunakan alur/plot maju

Karena banyak menggunakan kata yang menunjukkan waktu,

seperti “Suatu sore hari”, “Esok sorenya”. Kemudian banyak

menggunakan kata yang menunjukkan sedang melukukan

sesuatu, seperti “sambil”, “kemudian”, “lalu, dan kata “setelah”.

5. Sudut Pandang : Orang ketiga, karena banyak menggunakan kata dia-an

6. Gaya Bahasa : Menggunakan majas asosiasi (simile) yang dibuktikan dari kutipan,

“Abu Nawas memang lebih licin daripada belut.”

7. Amanat : Terdapat empat amanat yang dapat kita petik dari hikayat ini, yaitu:

Janganlah mudah berputus asa dalam menghadapi suatu masalah

Karena, ketika kita memiliki suatu masalah yang sulit untuk dicari

solusinya, maka jangan terlalu cepat berputus asa dan memvonis

diri sendiri bahwa kita tak mampu melakukannya. Namun

berusahalah untuk menyelesaikannya, kerena selama kita mau

berusaha, kita akan menemukan jalan keluar.

Janganlah mencoba menjatuhkan mental seseorang dengan

berbuat licik maupun curang

Karena perilaku tersebut termasuk perbuatan tercela atau tidak

baik, seperti yang dilakukan Baginda Raja Harun Al Rasyid.

[Sinopsis “Hikayat Abu Nawas” – Dionadya Pratisto (X-G)] Page 5

Page 6: Sinopsis Hikayat Abu Nawas

Sebaiknya kita tidak berpengaruh ketika ada orang yang

berusaha menjatuhkan kita

Karena kadang kita terpengaruh dengan perkataan seseorang

yang sedang menjatuhkan mental kita, dan ketika kita

terpengaruh, rasa percaya diri kita bisa hilang. Namun jika kita

tidak terpengaruh, justru rasa percaya diri yang kita miliki malah

bertambah.

Jangan bertindak semena-mena hanya karena kedudukan tinggi

Jangan karena kita adalah seorang pejabat, raja atau pimpinan

apapun seperti Baginda Raja yang seenaknya memerintah hal-hal

aneh kepada seseorang yang memiliki jabatan di bawahnya

dengan maksud curang karena merasa dirinya memiliki

kewenangan sebagai raja.

[Sinopsis “Hikayat Abu Nawas” – Dionadya Pratisto (X-G)] Page 6

Page 7: Sinopsis Hikayat Abu Nawas

Unsur Ekstrinsik

1. Pengarang : MB. Rammsyah dari Penerbit Buku Sandi Tama Surabaya

2. Nilai Sosial : Dari kutipan paragraf di bawah, dapat disimpulkan bahwa Baginda

Raja Harun Al Rasyid masih membutuhkan bantuan para menteri

dalam melakukan misinya untuk menjebak Abu Nawas walaupun ia

adalah seorang raja.

Suatu sore hari, ketika Baginda beserta delapan belas

menterinya berendam di kolam pemandian air hangat yang hanya

dikunjungi para pangeran, bangsawan dan orang-orang terkenal,

beliau berkata kepada para menteri bahwa ia memiliki akal untuk

menjebak Abu Nawas. Saat salah seorang menteri bertanya jebakan

apa yang akan dilakukan, Baginda sengaja tak mau memberi tahu,

beliau malah meminta para menteri untuk datang lebih awal besok

sore di tempat yang sama sebelum Abu Nawas datang, karena beliau

akan mengundangnya untuk mandi bersama mereka.

3. Nilai Budaya : Ketika Baginda Raja Harun Al Rasyid memerintahkan para menteri

maupun Abu Nawas untuk melakukan sesuatu.

Karena, kebiasaan dimana seorang atasan menyuruh bawahannya

untuk melakukan sesuatu itu sudah turun-menurun.

4. Nilai Moral : Sebaiknya kita tidak mudah menyerah dalam berusaha, jangan mudah

berputus asa dalam menghadapi sesuatu

Karena jalan keluar dari masalah yang sedang kita hadapi dapat

muncul dengan sendirinya.

[Sinopsis “Hikayat Abu Nawas” – Dionadya Pratisto (X-G)] Page 7