HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN...

115
HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN PRINSIP EKOLOGI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Disusun Oleh Syarifah Bulan Alifiah Assegaf 11140130000041 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Transcript of HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN...

Page 1: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN PRINSIP

EKOLOGI SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP

PEMBELAJARAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd.)

Disusun Oleh

Syarifah Bulan Alifiah Assegaf

11140130000041

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 3: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 4: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 5: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

ABSTRAK

SYARIFAH BULAN A. ASSEGAF, 1114013000041, “Hikayat Panca

Logam:: Suntingan Teks dan Prinsip Ekologi dalam Teks serta Implikasinya

Terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah”. Jurusan Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosen Pembimbing:

Muhammad Nida’ Fadlan, M.Hum. September 2019.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan suntingan teks dan prinsip ekologi

dalam Hikayat Panca Logam. Pendekatan yang digunakan dalam analisis data

adalah pendekatan filologi dengan metode naskah tunggal. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian adalah Hikayat Panca Logam naskah koleksi dari

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan nomor panggil ML 385.

Berdasarkan penelitian, disimpulkan bahwa pada Hikayat Panca Logam adanya

kontradiktif naskah dengan keadaan saat ini. Prinsip ekologi digunakan untuk

menemukan keadaan kontradoktif antara penceritaan dalam hikata dengan

keadaan saat ini. Sebagai seorang makhluk yang memiliki akal dan budi pekerti,

manusia diajarkan untuk selalu mencintai alam sekitar dan tidak membuat

kerusakan yang dapat menimbulkan kemarahan alam bahkan sampai Tuhan.

Implikasi dalam pembelajaran sastra Indonesia di sekolah mengenai prinsip

ekologi dapat direpresentasikan pada tingkat SMA dengan standar kompetensi

membaca melalui materi memahami berbagai hikayat.

Kata Kunci: Filologi, Hikayat Panca Logam, Suntingan Teks, dan Prinsip

Ekologi.

Page 6: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

ABSTRACT

SYARIFAH BULAN A. ASSEGAF, 1114013000041, “Hikayat Panca Logam:

Edits Text and Ecological Principles in the text as well as the implication for

Learning Literature in School”. Education Department of Indonesian

Language and Literature, Faculty of Science and Teaching of MT, State

Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. Supervisor: Muhammad

Nida' Fadlan, M.Hum. September 2019.

This study aims to describe the edits of the text and ecological principles in the

Hikayat Panca Logam. The approach used in data analysis is the philological

approach with a single manuscript method. The source of the data used in this

research is the Hikayat Panca Logam manuscript collection from the National

Library of the Republic of Indonesia with a call number ML 385. Based on the

research, it was concluded that in the Hikayat Panca Logam there are

contradictory manuscripts to the current situation. The principle of ecology is used

to find contradictory states between storytelling in hikayat and current conditions.

As a creature that has reason and character, humans are taught to always love the

natural surroundings and not make damage that can cause natural anger even to

God. Implications in Indonesian literary learning in schools regarding the

principles of ecology can be represented at the high school level with the standard

of reading competency through the material to understand various stories.

Keywords: Philology, Hikayat Panca Logam, Text Editing, and Principles

Ecology.

Page 7: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikaan skripsi ini

dengan baik dan lancar. Salawat serta salam senantiasa teiring kepada Baginda

Nabi Agung Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Semoga kita tergolong umatnya yang kelak akan mendapatkan syafaat di akhir

zaman.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi

ini tidak luput dari kesalahan dan mungkin masih jauh dari kata sempurna.

Melalui motivasi dan dorongan yang tidak pernah putus dari berbagai pihak maka

skripsi ini dapat terselesaikaan. Penulis menyampaikaan rasa terima kasih kepada:

1. Dr. Sururin, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Dr. Makyun Subuki, M.Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia.

3. Muhammad Nida’ Fadlan, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing skripsi yang

telah memberikan semangat, bimbingan, saran, serta arahan kepada penulis

selama proses pembuatan skripsi ini.

4. Dr. Nuryani, M.A., selaku Dosen Penasehat Akademik yang selalu

memberikan saran dan arahan selama menjalani perkuliahan.

5. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

menyalurkan ilmunya, banyak membantu mengembangkan ilmu

pengetahuan selama mengikuti proses perkuliahan.

6. Teruntuk orang tua tercinta, Abba Ali Uroidy Assegaf (Alm) dan mama

Aminah Alkaff yang tidak pernah putus mendoakan, memberikan cinta

kasih, dukungan, nasihat, materi, motivasi, dan semangat yang luar biasa

kepada penulis.

Page 8: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

v

7. Teruntuk kakak tercinta, Syarifah Bintang Faradina Assegaf yang

mencurahkan kasih sayang, tidak pernah lelah memberikan dukungan dalam

bentuk moral maupun materil.

8. Sahabat-sahabat terbaik Chusnul Khotimah, Nurul Ardiyani, Hamia Intan

Sani, Fitriani, dan Misbahul Munir yang selalu bersedia berbagi keluh

kesah, cinta, kasih sayang, waktu, tenaga, serta pikirannya kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia angkatan 2014 untuk kebersamaan dan saling membantu dalam

proses belajar.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan pada skripsi ini. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pembelajaran

pada penulisan karya ilmiah berikutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pembaca, serta turut menyumbang ilmu pengetahuan dalam dunia

pendidikan. Akhir kata.

Jakarta, September 2019

Syarifah Bulan A. Assegaf

Page 9: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................................................1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................................................................5

C. Pembatasan Masalah .................................................................................................................5

D. Perumusan masalah ...................................................................................................................5

E. Tujuan Penelitian ......................................................................................................................6

F. Manfaat Penelitian ....................................................................................................................6

G. Metode Penelitian .....................................................................................................................7

BAB II LANDASAR TEORI

A. Hakikat Filologi ........................................................................................................................11

B. Hikayat ......................................................................................................................................14

C. Unsur Intrinsik ..........................................................................................................................15

D. Prinsip-Prinsip Ekologi Sastra ..................................................................................................21

E. Hakikat Pembelajaran Sastra ....................................................................................................23

F. Penelitian Terdahulu .................................................................................................................23

BAB III HIKAYAT PANCA LOGAM: NASKAH DAN TEKS

A. Inventarisasi Naskah .................................................................................................................25

B. Deskripsi Naskah ......................................................................................................................26

C. Pedoman Suntingan dan Terjemahan Teks ...............................................................................26

D. Suntingan dan Terjemahan Hikayat Panca Logam ..................................................................28

Page 10: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

v

BAB IV ANALISIS TEKS HIKAYAT PANCA LOGAM

A. Sinopsis Hikayat Panca Logam ................................................................................................42

B. Unsur Intrinsik Hikayat Panca Logam .....................................................................................45

C. Prinsip-Prinsip Ekologi dalam Hikayat Panca Logam .............................................................65

D. Implikasi dalam Pembelajaran Sastra Indonesia di Sekolah .....................................................70

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ...................................................................................................................................72

B. Saran .........................................................................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................................74

Page 11: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Lembar Uji Referensi

Lampiran II : RPP

Lampiran III : Naskah Hikayat Ali Kawin

Page 12: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan bangsa yang memiliki ragam kebudayaan yang

menyumbangkan dan menghasilkan suatu warisan yang akan berguna untuk

kehidupan selanjutnya. Warisan-warisan tersebut merupakan peninggalan

sejarah yang banyak memberikan informasi mengenai kehidupan masa lampau.

Informasi-informasi yang ditinggalkan pada masa lampau berkaitan

dengan berbagai hal seperti hukum, adat istiadat, kesehatan, agama, lingkungan

dan sebagainya. Berbagai peninggalan tersebut banyak ditemukan dalam

bentuk candi-candi, prasasti-prasasti, dan naskah-naskah. Dari sanalah dapat

diketahui pengetahuan yang dibuat oleh nenek moyang selama berabad-abad.

Nenek moyang Nusantara sejak dahulu memiliki berbagai kegiatan dalam

berbagai bidang. Kegiatan tersebut dapat diketahui melalui peninggalan tertulis

yang berupa naskah dan prasasti pada batu tulis. Karya tulis peninggalan nenek

moyang dapat dipelajari guna memperoleh gambaran kebudayaan pada

kehidupan masa lampau meskipun tidak lengkap dan tidak menyeluruh.1

Dari sekian banyak peninggalan Nusantara di masa lampau, naskah

merupakan dokumen tertulis yang paling menarik bagi para peneliti. Hal ini

disebabkan naskah memiliki kelebihan yaitu dapat memberikan informasi yang

luas dibandingkan peninggalan dalam bentuk yang lainnya. Isi naskah pada

umumnya panjang karena memuat cerita yang lengkap dan memiliki jumlah

yang banyak dibandingkan dengan peninggalan berbentuk puing seperti

prasasti yang pendek karena hanya memuat hal yang ringkas saja.

Isi yang terkandung dalam naskah-naskah Nusantara sangat kaya dengan

aneka ragam aspek kehidupan seperti masalah politik, ekonomi, agama,

1 Siti Baroroh Baried, dkk, Pengantar Teori Filologi (Yogyakarta:Badan Penelitian dan

Publikasi Fakultas Unoversitas Gajdah Mada, 1994) h. 85

Page 13: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

2

kebudayaan, bahasa, sampai sastra. Naskah yang berisi cipta sastra biasanya

mengandung pesan yang terbaca dalam teks secara fungsional berhubungan

erat dengan filsafah hidup dan dengan bentuk kesenian lainnya.2

Jumlah naskah Nusantara sangat banyak dan tersebar di hampir seluruh

wilayah seperti Jawa, Sunda, Bugis, dan wilayah lainnya. Semua naskah

tersebut ditulis menggunakan bahasa masing-masing daerah dan menggunakan

bahan yang berbeda-beda.3

Di antara tempat-tempat penyimpanan naskah adalah Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia. Salah satu naskah yang disimpan di lembaga ini

adalah naskah yang berjudul Hikayat Panca Logam. Naskah yang memiliki

nomor naskah ML 385 ini berisi teks cerita sastra dan menggunakan bahasa

Melayu.4

Naskah yang tidak diketahui nama pengarangnya ini kurang diminati oleh

masyarakat khususnya para pelajar masa kini. Hal ini disebabkan karena

sulitnya bahasa yang digunakan dalam teks naskah tersebut. Padahal

penceritaan hikayat tersebut sangat menarik.

Di awal cerita dalam Hikayat Panca Logam, seorang perempuan yang

ingin mencari Raja Jin di suatu hutan bertemu dengan pemuda gagah berani.

Pertemuan tersebut menghasilkan kerjasama antara keduanya untuk mencari

Raja Jin tersebut. Dengan ide dari sang pemuda akhirnya mereka berdua

memutuskan membakar hutan dengan maksud agar Raja Jin tersebut marah dan

datang ke hutan tersebut menemui kedua manusia itu. Setelah terbakarnya

hutan tersebut, datanglah para prajurit dari Raja Jin dan berperanglah mereka

hingga pasukan prajurit tersebut mati.

2 Elis Suryani NS, Filologi (Bogor: Ghalia Indonesia,2012) h. 4

3 Siti Zahra, Filologi (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009) h. 3.15

4 T.E Behrend, Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4, (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 1998) h. 289

Page 14: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

3

Setiap penceritaan dipenuhi dengan gambaran kesombongan manusia

terhadap alam. Seperti membakar hutan secara sengaja sehingga

mengakibatkan datangnya teguran Tuhan yang diumpamakan seorang

pangeran. Cerita diakhiri dengan menangnya pihak manusia yang merusak

alam.

Hikayat dengan panjang 18 halaman ini sebenarnya ingin menyampaikan

kehidupan atau cara berpikir masyarakat pada masa tingginya industrialisasi di

Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat bahwa pengarang menceritakan situasi

yang terjadi pada abad ke-18 sampai abad ke-19 yang pada saat itu

industrialisasi di Indonesia sedang aktif-aktifnya. Hikayat ini dapat

membuktikan bahwa sejak zaman dahulu para sastrawan memperhatikan

situasi alam. Hubungan alam dengan manusia diceritakan atau dikemas dalam

bentuk karya sastra berupa hikayat.

Sastra membutuhkan alam sebagai inspirasinya, begitu pula dengan alam

membutuhkan sastra sebagai alat konservasinya. Karya sastra yang berisi

kepedulian lingkungan atau ekosistem dapat disebut sebagai sastra ekologi.

Kaitan sastra dengan ekologi disebut sastra ekologi yang artinya karya sastra

yang banyak mengungkapkan hal lingkungan.5 Hal terpenting dalam sastra

ekologi adalah upaya menemukan hubungan antara sastra dan lingkungan

hidup.

Lingkungan dan budaya tidak dapat dipisahkan satu sama lain tetapi

terlibat dalam mempengaruhi dialektika yang disebut umpan balik.6 Kearifan

memandang alam terdapat dalam masyarakat Melayu. Hampir semua

masyarakat Melayu menempatkan alam pada bagian yang istimewa. Orang

Melayu memandang alam secara khusus karena alam dianggap memiliki

5 Suwardi Endraswara, Sastra Ekologi: Teori dan Praktik Pengkajian (Yogyakarta:

CAPS, 2016) h. 2

6 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Ekologi Sastra: Konsep, Langkah, dan

Penerapannya (Yogyakarta: CAPS, 2016) h. 4

Page 15: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

4

berbagai keistimewaan dan teladan bagi manusia.7 Ungkapan tersebut

membuktikan bahwa alam dapat memberikan banyak pelajaran untuk manusia.

Hal tersebut mendukung penceritaan Hikayat Panca Logam yang juga

menjelaskan bahwa manusia dapat memperoleh keselamatan apabila benar-

benar menjaga alam.

Berdasarkan pemaparan di atas, skripsi ini menggunakan Hikayat Panca

Logam sebagai objek penelitian. Hal ini dilakukan agar isi kandungan Hikayat

Panca Logam bisa menjadi salah satu naskah kuno yang bisa dipahami oleh

masyarakat masa kini. Selain itu Hikayat Panca Logam juga belum diteliti

secara filologis. Pengarang hikayat ini menceritakan keadaan dan pemikiran

masyarakat mengenai sikap terhadap alam secara kronologis dengan

menggunakan bahasa Melayu. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk

melakukan suntingan teks serta menganalisis struktur teks Hikayat Panca

Logam dengan membatasi fokus masalah pada ekologi sastra. Secara umum,

penelitian terkait ekologi sastra ini bertujuan untuk mendeskripsikan adanya

kontradiktif naskah dengan keadaan masa kini.

Penelitian yang dilakukan pada suatu karya sastra seperti hikayat bisa juga

dimanfaatkan dalam bidang pendidikan. Pengajaran sastra dalam pendidikan

harus mencakup empat manfaat, yaitu membantu keterampilan berbahasa,

meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta

menunjang pembentukan watak.8

Pembelajaran tentang menganalisis struktur hikayat dapat ditemukan pada

pembelajaran sastra Indonesia kelas X SMA. Pada materi pembelajaran ini,

peserta didik ditugaskan untuk menentukan struktur pembangun atau unsur

intrinsik pada hikayat yang telah dibaca. Berdasarkan penjelasan di atas,

peneliti tertarik untuk membuat karya tulis terkait dengan Hikayat Panca

7 Suwardi Endraswara, Op.Cit, h. 54

8B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra (Yogyakarta: Kanisius, 1998) h. 16

Page 16: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

5

Logam: Suntingan Teks dan Prinsip Ekologi serta Implikasinya terhadap

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini:

1. Naskah kuno merupakan warisan kebudayaan Indonesia. Naskah kuno saat

ini masih kurang diminati oleh pembaca karena aksara, ejaan, dan juga

bahasanya yang kurang dimengerti oleh masyarakat umum.

2. Di dalam naskah kuno terdapat banyak informasi. Oleh karena itu

membutuhkan keahlian khusus dalam mengkaji dan membaca naskah

kuno. Maka filologi dipilih sebagai metode yang tepat untuk menganalisis

teks dalam naskah.

3. Prinsip mencintai alam dan lingkungan perlu ditanamkan pada diri siapa

pun. Sekolah menjadi salah satu tempat menumbuhkan nilai-nilai cinta

alam dan lingkungan. Pembelajaran sastra lama berupa Hikayat dapat

membantu melestarikan nilai cinta kepada alam dan lingkungan. Hal ini

dapat dilakukan dengan salah satunya mempelajari hikayat serta

mengambil dan mengimplikasikan nilai-nilai yang terkandung ke dalam

kehidupan sehari-hari.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pembatasan masalah

dapat difokuskan pada suntingan teks, analisis prinsip ekologi yang terdapat

dalam Hikayat Panca Logam dan implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa

Indonesia di sekolah.

D. Perumusan Masalah

Page 17: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

6

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Bagaimana suntingan teks Hikayat Panca Logam agar dapat dimanfaatkan

oleh kalangan pembaca yang lebih luas?

2. Bagaimana prinsip ekologi dalam Hikayat Panca Logam?

3. Bagaimana implikasi prinsip ekologi sastra dalam Hikayat Panca Logam

terhadap pembelajaran sastra Indonesia di sekolah?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalampenelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Menyajikan suntingan teks Hikayat Panca Logam dengan baik dan benar.

Baik dalam arti teks mudah dipahami pembaca umumnya dan benar dalam

arti kebenaran isi teks tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah.

2. Menjelaskan prinsip ekologi pada Hikayat Panca Logam dengan

pendekatan ekokritik sastra.

3. Menjelaskan implikasi prinsip ekologi Hikayat Panca Logam terhadap

pembelajaran sastra Indonesia di sekolah.

F. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumpangan ilmu

pengetahuan, khususnya dalam pemahaman pembaca mengenai isi Hikayat

Panca Logam yang telah disunting secara baik dan benar. Sehingga dapat

dimanfaatkan untuk menambah wawasan dibidang pernaskahan.

2. Menyajikan informasi berupa prinsip ekologi yang berada dalam isi

Hikayat Panca Logam. Prinsip ekologi yang dianalisis dengan

menggunakan pendekatan ekokritik sastra dapat menambah pengetahuan

dalam hal mencintai lingkungan

Page 18: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

7

3. Memberikan manfaat dari analisis isi Hikayat Panca Logam dari segi

prinsip ekologi serta implikasinya terhadap pembelajaran sastra yaitu,

melalui telaah isi naskah Hikayat Panca Logam secara teoritis dapat

menambah keragaman penelitian pernaskahan, khususnya di jurusan

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

maupun penelitian pada umumnya.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan filologi sebagai metode yang

nantinya akan menghasilkan satu edisi kritis terkait dengan naskah Hikayat

Panca Logam. Hal tersebut digunakan karena penelitian ini ditujukan untuk

keperluan sekolah atau masyarakat umum maka metode tersebut yang akan

digunakan.9 Berikut tahapan penggunaan metode filologi :

Tahap pertama: Menentukan teks yang akan diteliti sesuai dengan latar

belakang pengetahuan peneliti. Penguasaan bahasa dan aksara pada teks akan

mempermudah penelitian dilakukan.10

Dalam penelitian ini, peneliti memilih

naskah ini karena terdapat teks yang menggunakan bahasa Melayu dan aksara

Latin.

Tahap kedua: Inventarisasi naskah. Pada tahap ini dilakukan penelusuran

dan pencatatan keberadaan naskah guna mengetahui salinan naskah yang akan

dikaji. Inventarisasi naskah dapat dilakukan dengan menelusuri berbagai

katalog cetak atau online, artiket, karya tulis dan buku yang membahas naskah

tersebut.11

Tahap ketiga: Deskripsi naskah. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi,

baik terhadap fisik naskah, isi teks, maupun identitas pengarang dan

9 Robson.S.O. Penerjemah: Kentjanawati Gunawan, Prinsi-prinsip Filologi Indonesia

(Jakata: RUL, 1994) h. 25

10 Oman Fathurahman, Filologi Indonesia Teori dan Metode, (Jakarta: Kencana

PrenadamediaGrup, 2015), h. 69

11Ibid, h. 74

Page 19: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

8

kepenyalinannya dengan tujuan menghasilkan sebuah deskrips naskah dan teks

secarautuh.12

Tahap keempat: Suntingan teks. Menyiapkan edisi teks dalam suatu

penelitian terdapat pada tahap ini. Naskah Hikayat Panca Logam merupakan

salah satu naskah yang disimpan di Perpustakaan Nasional RI dengan nomor

panggil ML 385. Berdasarkan dari beberapa sumber, belum ditemukan naskah

dengan judul atau penceritaan yang sama. Dalam naskah ini tidak ditemukan

nama pengarangnya.

Peneliti memutuskan untuk menggunakan metode naskah tunggal dengan

edisi kritis. Edisi kritis digunakan bertujuan untuk mempermudah para

pembaca memahami isi teks dengan menyesuaikan aksara yang akrab dengan

pembaca.13

Edisi kritis atau standar merupakan edisi yang menerbitkan naskah dengan

membetulkan kesalahan-kesalahan kecil dan meyesuaikan ejaan dengan

ketentuan yang berlaku. Semua perubahanyangdilakukan dicatat di tempat

tertentu agar selalu dapat diperiksa dengan aslinya sehingga masih

memungkinkan menafsiran lain oleh pembaca.14

Tahap kelima: Terjemahan teks. Padatahap ini teks diterjemahkan ke

bahasa yang berlaku pada masa kini agar dapat dinikmati oleh masyarakat luas.

Dalam menerjemahkan teks, tidak boleh sembarangan, harus sesuai dengan isi

teks aslinya. Terjemahan yang baik ialah terjemahan yang mampu melukiskan

isi dari teks yang diterjemahkan kedalam kalimat yang indah danmampu

mengekspresikan subtansi teks sebagaimana bahasa aslinya.15

Penelitian ini

melakukan terjemahan teks karena tidak semua orang menguasai bahasa

Melayu.

12

Ibid, h. 77

13 Siti Zahra,dkk, Op.Cit. h. 5.22

14 Nafron Hasjim, Pengantar Teori Filologi (Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa, 1983) h. 69

15 Nabilah Lubis, Naskah, Teks, dan Metode Penelitian Filologi, (Jakarta: Yayasan Media

Alo 2007), h. 83

Page 20: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

9

Tahap keenam: Analisis isi. Tahap akhir ini berisi analisis dan penafsiran

isi. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis prinsip ekologi

khususnya hubungan alam dengan manusia serta implikasinya terhadap

pembelajaran sastra Indonesia di sekolah.

Tahap pertama: Menentukan teks yang akan diteliti sesuai dengan latar

belakang pengetahuan peneliti. Penguasaan bahasa dan aksara pada teks akan

mempermudah penelitian dilakukan.16

Dalam penelitian ini, peneliti memilih

naskah ini karena terdapat teks yang menggunakan bahasa Melayu dan aksara

Latin.

Tahap kedua: Inventarisasi naskah. Pada tahap ini dilakukan penelusuran

dan pencatatan keberadaan naskah guna mengetahui salinan naskah yang akan

dikaji. Inventarisasi naskah dapat dilakukan dengan menelusuri berbagai

katalog cetak atau online, artiket, karya tulis dan buku yang membahas naskah

tersebut.17

Tahap ketiga: Deskripsi naskah. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi,

baik terhadap fisik naskah, isi teks, maupun identitas pengarang dan

kepenyalinannya dengan tujuan menghasilkan sebuah deskrips naskah dan teks

secara utuh.18

Tahap keempat: Suntingan teks. Menyiapkan edisi teks dalam suatu

penelitian terdapat pada tahap ini. Naskah Hikayat Panca Logam merupakan

salah satu naskah yang disimpan di Perpustakaan Nasional RI dengan nomor

panggil ML 385. Berdasarkan dari beberapa sumber, belum ditemukan naskah

dengan judul atau penceritaan yang sama. Dalam naskah ini tidak ditemukan

nama pengarangnya.

Peneliti memutuskan untuk menggunakan metode naskah tunggal dengan

edisi kritis. Edisi kritis digunakan bertujuan untuk mempermudah para

16

Oman Fathurahman, Filologi Indonesia Teori dan Metode, (Jakarta: Kencana

PrenadamediaGrup, 2015), h. 69

17Ibid, h. 74

18Ibid, h. 77

Page 21: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

10

pembaca memahami isi teks dengan menyesuaikan aksara yang akrab dengan

pembaca.19

Edisi kritis atau standar merupakan edisi yang menerbitkan naskah dengan

membetulkan kesalahan-kesalahan kecil dan menyesuaikan ejaan dengan

ketentuan yang berlaku. Semua perubahan yang dilakukan dicatat di tempat

tertentu agar selalu dapat diperiksa dengan aslinya sehingga masih

memungkinkan penafsiran lain oleh pembaca.20

Tahap kelima: Terjemahan teks. Pada tahap ini teks diterjemahkan ke

bahasa yang berlaku pada masa kini agar dapat dinikmati oleh masyarakat luas.

Dalam menerjemahkan teks, tidak boleh sembarangan, harus sesuai dengan isi

teks aslinya. Terjemahan yang baik ialah terjemahan yang mampu melukiskan

isi dari teks yang diterjemahkan ke dalam kalimat yang indah dan mampu

mengekspresikan subtansi teks sebagaimana bahasa aslinya.21

Penelitian ini

melakukan terjemahan teks karena tidak semua orang menguasai bahasa

Melayu.

Tahap keenam: Analisis isi. Tahap akhir ini berisi analisis dan penafsiran

isi. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis prinsip ekologi

khususnya hubungan alam dengan manusia serta implikasinya terhadap

pembelajaran sastra Indonesia di sekolah.

19

Siti Zahra,dkk, Op.Cit. h. 5.22

20 Nafron Hasjim, Pengantar Teori Filologi (Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa, 1983) h. 69

21 Nabilah Lubis, Naskah, Teks, dan Metode Penelitian Filologi, (Jakarta: Yayasan Media

Alo 2007), h. 83

Page 22: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Filologi

Filologi berasal dari bahasa Yunani philologia yaitu gabungan kata

philos yang berarti „teman‟ dan logos yang berarti „ilmu‟. Secara harfiah kata

filologi dapat diartikan „cinta kata-kata‟. Philologia dalam perkembangannya

diartikan „senang berbicara‟, dan berkembang menjadi „senang kepada ilmu‟

„senang kepada tulisan-tulisan‟, dan „senang kepada tulisan-tulisan yang

bernilai tinggi‟.1 Nabilah Lubis berpendapat bahwa filologi adalah

pengetahuan tentang sastra-sastra dalam arti luas, mencakup bidang bahasa,

sastra, dan kebudayaan.2

Filologi dipandang sebagai ilmu dan studi bahasa yang indah, seperti

yang saat ini dilakukan oleh linguistik. Filologi sebagai ilmu sastra tinggi

artinya ketika teks-teks yang dikaji itu berupa karya sastra yang bernilai

tinggi. Filologi sebagai studi teks artinya studi yang melakukan kegiatannya

dengan melakukan kritik terhadap teks atau kritik teks.3

Berdasarkan pengertian di atas, maka filologi dapat diartikan sebagai

suatu ilmu pengetahuan yang membahas tentang informasi masa lampau. Jika

di lihat dari ciri khususnya maka Filologi merupakan ilmu yang dapat di

gunakan untuk menyunting sebuah teks yang hampir mendekati teks aslinya,

mengungkapkan sejarah terjadinya teks serta perkembangannya, dan

mengungkap nilai-nilai budaya lama sebagai alternatif pengembangan

kebudayaan.4

Filologi berusaha mengungkapkan hasil kebudayaan suatu bangsa

melalui kajian bahasa pada peninggalan dalam bentuk tulisan. Peninggalan

budaya diungkapkan oleh teks klasik berupa tulisan atau yang bisa disebut

1 Kun Zachrun Istanti, dkk, Filologi (Tanggerang: Universitas Terbuka, 2016)h. 1.2

2 Nabilah Lubis, Naskah Teks dan Metode Penelitian Filologi (Jakarta: Yayasan Media Alo

Indonesia, 2007) h. 16 3 Elis Suryani NS, Filologi (Bogor: Ghalia Indonesia,2012) h. 3

4 Ibid, h.6

Page 23: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

12

naskah. Teks klasik merupakan peninggalan konkret maka dari itu

penyimpanan hanya dapat dilakukan oleh naskah. Dengan demikian, dapat

dikatakan bahwa teks klasik dan naskah merupakan objek dan sasaran kerja

filologi.

1. Naskah

Naskah adalah objek penelitian filologi yang di dalamnya terdapat

tulisan tangan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan sebagai hasil

kebudayaan bangsa di masa lampau. Bahan atau alas tulis tangan itu

disebut naskah (handschrift) dengan singkatan hs untuk tunggal hss untuk

jamak; manuscript dengan singkatan ms untuk tunggal, mss untuk jamak.

Jadi, naskah merupakan benda konkret yang dapat dilihat atau dipegang.5

Kata “naskah” dan “manuskrip” dapat dikatakan memiliki arti yang

sama saja. Kedua kata tersebut merujuk pada suatu dokumen yang di

dalamnya terdapat teks yang ditulis tangan dan biasanya terbuat dari bahan

kertas (kebanyakan kertas Eropa), daun saeh yang sering disebut daluwang

(kertas lokal), daun lontar, dan masih banyak lagi.6

Naskah juga merupakan hal yang menarik untuk dibicarakan. Selain

sebagai bahan tulisan tangan, naskah juga menyimpan berbagai ungkapan

rasa dan pikiran yang merupakan hasil dari budaya di masa lampau.

Sehingga naskah juga dapat dikatakan mengandung unsur historis.7 Isi

yang terkandung dalam naskah-naskah Nusantara sangat kaya dengan

aneka ragam aspek kehidupan yang dikemukakannya, mulai dari masalah

politik, ekonomi, agama, kebudayaan, bahasa, sampai sastra.

Sasaran kerja filologi berupa naskah, dipandang sebagai hasil budaya

berupa cipta sastra. Teks yang terdapat dalam naskah tersebut merupakan

suatu keutuhan dan mengungkapkan pesan maka dari itu dipandang

sebagai cipta sastra. Teks tersebut mengandung pesan secara fungsional

5 Siti Baroroh Baried, dkk, Pengantar Teori Filologi (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada,

1994) h. 55 6 Oman Fathurahman, Filologi Indonesia Teori dan Metode ((Jakarta: Kencana, 2015) h. 22

7 Titik Pudjiastuti, Naskah dan Studi Naskah (Bogor: Akademia, 2006) h. 9

Page 24: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

13

mengenai filsafat hidup dan bentuk kesenian lainnya.8 Naskah yang

digunakan dalam penelitian filologi adalah naskah yang hadir sebelum di

ciptakannya mesin cetak.9 Berdasarkan penjelasan di atas, maka naskah

merupakan sasaran kerja filologi berupa bahan tulis tangan yang

didalamnya berisi teks klasik dan terbuat dari bahan tertentu serta dapat

dilihat dan dipegang.

2. Teks

Teks merupakan kandungan atau muatan naskah, sesuatu yang abstrak

dan hanya bisa dilihat tanpa dipegang. Dalam sebuah teks terdapat isi, atau

bisa disebut sebagai ide-ide yang hendak disampaikan pengarang kepada

pembaca dan bentuk yaitu cerita dalam teks yang dapat dibaca menurut

berbagai pendekatan melalui alur, perwatakan, gaya bahasa, dan

sebagainya.10

Teks berasal dari kata text yang berarti tenunan. Teks dalam ruang

lingkup filologi dapat diartikan juga serangkaian kata-kata yang

berinteraksi membentuk satu kesatuan makna yang utuh bagaikan suatu

tenunan. Teks merupakan sesuatu yang abstrak karena teks itu sendiri

adalah kumpulan kata-kata yang sebenarnya menunjuk pada sesuatu yang

abstrak.11

Menurut De Haan, teks dapat terjadi melalui beberapa kemungkinan

yaitu pertama, teks yang asli sebenarnya hanya ada dalam ingatan

pengarangnya saja atau pembawa cerita melalui tradisi lisan kepada orang

lain yang ingin memiliki teks tersebut (didikte). Kedua, teks yang asli

adalah teks tertulis yang kurang lebih merupakan kerangka yang masih

memungkinkan dan memerlukan kebebasan seni. Ketiga, teks yang asli

telah disalin, dipinjam, diwarisi, atau dicuri. Keempat, aslinya merupakan

teks yang tidak mengizinkan kebebasan dalam pembawaannya karena

8 Elis Suryani NS, Op.Cit, h. 4

9 Oman Fathurahman, Op. Cit, h. 24

10 Baroroh Baried, Op.Cit, hlm. 57

11 Bani Sudardi, Dasar-Dasar Teori Filologi, (Surakarta: Badan Penerbit Sastra Indonesia,

2001), hlm. 4-5

Page 25: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

14

pengarang telah menentukan pilihan katanya sendiri.12

Teks berupa tulis

tangan dapat digunakan sebagai penelitian filologi jika teks tersebut sudah

berusia lebih dari 50 tahun dari waktu penelitian.13

Jadi, teks merupakan kata-kata yang terdapat dalam naskah yang

berisi informasi atau amanat tertentu. Naskah dan teks jelas berbeda,

naskah merupakan bentuk fisiknya sedangkan teks merupakan isi dari

naskah itu sendiri.

B. Hikayat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hikayat diartikan sebagai karya

sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisikan cerita, undang-undang,

dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis,atau gabungan dari

sifat-sifat tersebut yang dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat

juang, atau sekedar untuk meramaikan pesta.14

Sudjiman juga menjelaskan hikayat adalah jenis cerita rekaan dalam

sastra Melayu lama yang di dalamnya menceritakan keagungan dan

kepahlawanan. Terkadang juga dipakai dengan makna cerita sejarah atau

riwayat hidup.15

Terdapat ciri pokok hikayat. Pertama, hikayat biasanya menceritakan

kisah kehidupan lingkungan istana. Kedua, peristiwa yang diceritakan banyak

berhubungan dengan nilai-nilai agama. Ketiga, karakter tokoh diceritakan

memiliki kehebatan luar biasa. Keempat, peristiwa yang diceritakan

seringkali tidak logis dan sebagainya.16

Jadi, dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa hikayat merupakan

karya sastra berbentuk prosa yang di dalamnya menceritakan kisah raja-raja

atau orang-orang yang memiliki kehebatan tertentu.

12

Baroroh Baried,Op.Cit, hlm. 58-59 13

Muhammad Nida‟ Fadlan, Tesis : Surat-surat Eyang Hasan Maolani, Lengkong :

Suntingan teks dan analisis isi (Depok : Universitas Indonesia, 2015) h. 4 14

Warsiman, Pengantar Pembelajaran Sastra (Malang: UB Press,2017) h. 167 15

Ibid, h. 167 16

Emir dan Saifur Rohman, Teori dan Pengajaran Sastra (Jakarta: Rajawali Pers, 2015) h.

236-237

Page 26: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

15

C. Unsur Intrinsik Hikayat

Hikayat merupakan karya sastra yang di dalamnya juga terdapat unsur

pembangun cerita atau unsur intrinsik. Kepaduan antarunsur ini yang

membuat hikayat hadir sebagai karya sastra. unsur-unsur instrinsik tersebut

seperti tema, tokoh dan penokohan, latar, plot, sudut pandang, gaya bahasa,

dan amanat.

1. Tema

Setiap cerita haruslah mempunyai dasar atau tema yang merupakan

sasaran tujuan. Menurut Sayuti, tema dalam arti sederhana, merupakan makna

cerita, gagasan sentral, atau dasar yang terdapat dalam cerita.17

Tema juga

dapat dikatakan sebagai aspek cerita yang sejajar dengan makna pengalaman

manusia. Makna tersebut menjadikan suatu pengalaman selalu diingat.18

Menurut Siswanto, tema merupakan ide pokok yang menjadi dasar suatu

cerita. Tema menjadi pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya

rekaan yang diciptakannya.19

Sedangkan Brooks, Purser, dan Werren

mengatakan bahwa tema merupakan suatu pandangan hidup atau perasaan

tertentu yang melibatkan kehidupan dalam membentuk atau membangun

dasar utama suatu karya sastra.20

Tema dalam suatu cerita dapat diketahui melalui apresiasi menyeluruh

terhadap berbagai unsur karena tema bisa terdapat pada unsur penokohan,

plot, atau latar.21

Jadi, tema adalah gagasan utama pengarang yang

berhubungan dengan kehidupan dan dituangkan dalam suatu karya sastra

ciptaannya.

Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan „makna‟ kehidupan

manusia yaitu sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu diingat.22

Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya bersangkutan

yang menentukan hadirnya peristiwa, konflik, dan situasi tertentu.

17

Heru Kurniawan, Sastra Anak (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009) h. 75 18

Robert Stanton, Teori Fiksi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007) h. 36 19

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra (Jakarta: Grasindo, 2008) h. 161 20

Henry Guntur Tarigan, Prinsip-Prinsip Dasar Sastra (Bandung:Angkasa, 1993) h. 125 21

E. Kosasih , Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra (Bandung: Yrama Widya, 2012) h. 61 22

Robert Stanton, Op.Cit, h. 36

Page 27: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

16

Tema dapat digolongkan menjadi beberapa kategori yang berbeda dari

segi sudut pandang, yaitu penggolongan yang bersifat tradisional dan

nontradisional serta dari penggolongan tingkat keutamaannya, yaitu tema

utama dan tema tambahan.23

Tema tradisional dimaksudkan sebagai tema yang tidak memiliki

perubahan dari waktu- ke waktu, dalam arti tema tersebut telah lama

dipergunakan dan dapat ditemukan dalam beberapa cerita, termasuk cerita

lama. Tema-tema tradisional dapat dikatakan selalu berkaitan dengan

masalah kebenaran dan kejahatan. Selain tema tradisional, karya sastra juga

mungkin saja mengangkat tema nontradisional. Tema ini biasanya tema yang

tidak diharapkan oleh para pembaca karena menyampingkan masalah

kebenaran dan kejahatan.24

Makna cerita dari karya fiksi, mungkin saja lebih dari satu interpretasi.

Hal ini menyebabkan tidak mudahnya menentukan tema dari golongan

keutamaannya. Menentukan tema mayor atau bisa disebut sebagai tema

pokok cerita, merupakan aktivitas mengidentifikasi, memilih,

mempertimbangkan, dan menilai sejumlah makna yang ada di dalam karya

sastra bersangkutan.25

Pada sebuah karya fiksi, terdapat beberapa makna berbeda-beda yang

dapat ditemukan pada bagian-bagian tertentu sebagai tambahan. Makna

tambahan tersebut yang bisa dikatakan sebagai tema minor. Dengan

demikian makna tema minor tergantung dari banyak sedikitnya makna

tambahan yang ada pada karya sastra tersebut.

2. Tokoh dan Penokohan

Menurut Aminuddin, tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa

dalam cerita sehingga peristiwa tersebut menjalin suatu cerita, sedangkan

cara penyajian tokoh oleh pengarang disebut penokohan.26

Cara penyajian

tokoh dalam cerita rekaan yang dilakukan oleh pengarang pada umumnya

23

Burhan Nurgiyantoro, Op.Cit, h. 125 24

Ibid, h. 125-127 25

Ibid, h. 83 26

Wahyudi Siswanto, Op.Cit, h.142

Page 28: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

17

menggunakan dua metode, yaitu metode langsung (telling) dan metode tidak

langsung (showing).27

Tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh utama dan tokoh tambahan

berdasarkan pada peran dan pentingnya tokoh tersebut dalam cerita. Tokoh

utama (central character) adalah tokoh yang diutamakan dalam penceritaan

dan yang paling banyak diceritakan. Ia akan ditempatkan sebagai pelaku

kejadian maupun yang dikenakan kejadian. Sementara tokoh tambahan

(periferal character) adalah tokoh yang kehadirannya kurang dianggap atau

kurang dapat perhatian, karena kemunculannya yang hanya beberapa kali.28

Jika dilihat dari fungsi penampilan tokoh, maka dapat dibedakan

menjadi tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis merupakan

tokoh yang memiliki sifat sesuai dengan harapan kita, harapan pembaca.

Sedangkan antagonis merupakan tokoh yang menimbulkan konflik dalam

cerita yang beroposisi dengan tokoh protagonis.29

3. Latar

Menurut Abrams bahwa latar sama pada pengertian tempat, waktu, dan

lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan.30

Sedangkan Wellek dan Werren berpendapat bahwa latar

merupakan segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana yang

terjadi dalam karya sastra.31

Jadi, latar merupakan penjelasan waktu, tempat,

dan suasana yang terjadi pada suatu karya sastra. Latar akan terasa

sungguhan atau terjadi jika penceritaan seimbang antara persepsi dan

deskripsi.

4. Plot

Plot adalah rangkaian cerita yang terbentuk karena adanya tahapan-

tahapan peristiwa yang menjalin sebuah cerita yang dihadirkan oleh para

27

Albertine Minderop, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi (Jakarta: Pustaka Obor Indonesia,

2005) h. 6 28

Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi (Yogyakarta: PT. Gadjah Mada University,

1994) h. 176-177 29

Ibid, h. 260-261 30

Herman J Waluyo,Pengkajian Cerita Fiksi(Surakarta: Sebelas Maret University Press,

1994) h. 198 31

Burhan Nurgiyantoro, Sastra Anak (Yogyakarta: UGM Press, 2013) h. 249

Page 29: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

18

pelaku dalam cerita. Plot juga merupakan salah satu alasan mengapa sebuah

cerita terus dibaca karena untuk melihat apa yang terjadi selanjutnya.32

Sementara menurut Sudjiman, plot merupakan urutan peristiwa secara

temporal atau disusun dengan memperhatikan hubungan kausalnya.33

Unsur terpenting dalam plot adalah sebab akibat, maka sebab itu alur

adalah pengisahan kejadian yang mengutamakan sebab musabab, yang

terpenting bukan kejadian itu sendiri tapi alasan (motif) kejadian itu.34

Plot

juga memiliki tahapan-tahap untuk menghasilkan suatu cerita.

Plot merupakan unsur fiksi yang dianggap penting. Kejelasan plot dalam

suatu cerita fiksi mempermudah pembaca mengerti makna cerita tersebut.

Penceritaan plot dalam suatu karya fiksi dapat dilihat melalui beberapa

tahapan.

Menurut Tasrif, tahapan plot dibedakan menjadi lima. Pertama, tahapan

penyituasian yaitu tahapan yang berisi pelukisan dan pengenalan situai latar

dan tokoh cerita. Pada tahapan ini penginformasian awal cerita dijelaskan.

Kedua, tahap menunculan konflik, tahap ini menunjulkan awal terbentuknya

konflik. Ketiga, tahap peningkatan konflik, peristiwa-peristiwa dramatik

semakin mencengkam setelah tahapan sebelumnya muncul. Keempat, tahap

klimaks yaitu konflik yang terjadi pada cerita menemukan titik puncak.

Tahapan terakhir, tahapan penyelesaian yaitu tahapan yang berisi

penyelesaian dari konflik atau tahapan sebelumnya.35

Pembedaan plot berdasarkan urutan waktu. Urutan waktu yang dimaksud

adalah urutan waktu peristiwa yang diceritakan. Jika dilihat berdasarkan

urutan waktu, maka dapat dibedakan plot lurus, plot sorot-balik, dan

campuran.

a. Plot lurus (progresif)

Sebuah karya sastra dikatakan memiliki plot lurus jika penceritaan

peristiwa bersifat kronologis atau peristiwa pertama diikuti dengan

32

Mursal Esten, Kritik Sastra Indonesia (Padang:Angkasa Raya, 1984) h. 39 33

Panuti Sudjiman, Memahami Cerita Rekaan (Jakarta:Pustaka Jaya, 1988) h. 29-30 34

Pamusuk Eneste, Novel dan Film (Flores: Nusa Indah, 1991) h. 19 35

Ibid, h. 149-150

Page 30: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

19

peristiwa kemudian. Jika dituliskan dalam bentuk skema, plot progresif

akan berwujud sebagai beriku.

A B C D E

Simbol A melambangkan tahapawal cerita, B-C-D melanbangkan

kejadi-kejadian berikutnya, kemudian diakhiri dengan lambang E sebagai

penyelesaian. Karya sastra yang memiliki plot lurus (progresi) biasanya

menunjukkan kesederhanaan cara penceritaan.36

b. Plot Sorot-balik (regresif)

Karya sastra yang memiliki plot regresif tidak menceritakan kisah

secara kronologis melainkan memulainya dari tengah penceritaan atau

bahkan dari akhir penceritaan. Karyayang berplot seperti ini, biasanya

langsung menyajikan konflik-konflik atau barangkali konflik yang telah

runcing. Jika digambarkan melalui skema, maka plot regresif dapat

berupa sebagai berikut.

D1 A B C D2 E

Simbol D1 merupakan awal penceritaan yang berkaitan konflik

menuju akhir. A-B dan C adalah peristiwa yang diceritakan ulang yang

berintikan tentang penyebab D1. Sedangkan D2 sengaja dibuat demikian

untuk menegaskan peristiwa D1 dan E berupa kelanjutan langsung

peristiwa A-B-C menuju D1 hingga penyelesaian.

c. Plot Campuran

Pada sebuah karya sastra tidak mungkin semuanya berplot lurus atau

sorot-balik seutuhnya. Menentukan sebuah karya sastra itu berplot lurus

atau sorot-balik dapat dilihat melalui plot yang paling menonjol dalam

penceritaan. Plot campuran sebenarnya selalu ada pada sebuah karya.

Plot campuran biasanya bisa dimulai pada bagian akhir terlebih dahulu

lalu kebagian awal atau bisa juga tidak teratur. Pada bagian ini,

penceritaan akan menyulitkan pembaca untuk memahami sebuah cerita.

36

Ibid, h. 154

Page 31: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

20

5. Sudut Pandang

Sudut pandang (point of view) merupakan pemilihan strategi, teknik,

siasat secara sengaja oleh pengarang untuk mengemukakan gagasan dalam

cerita.37

Menurut Pradopo, sudut pandang merupakan cara pengarang untuk

memberitahukan siapa yang bercerita dalam penceritaan tersebut.38

Jadi,

semua pemikiran dan gagasan pengarang disalurkan atau disampaikan

melalui sudut pandang tokoh.

Albertine Minderop membagi jenis sudut pandang dalam karya sastra

sebagai berikut:

a. Sudut pandang persona ketiga “Diaan”

Sudut pandang ini digunakan dalam pengisahan yang memposisikan

narator di luar cerita menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan

menyebutkan nama atau kata ganti. Ada dua macam sudut pandang

persona ketiga “Diaan” yaitu sudut pandang orang ketiga “Dia”

mahatahu dan sudut pandang “Dia” sebatas sebagai pengamat.

b. Sudut pandang persona pertama “Akuan”

Sudut pandang persona pertama ini pengisahannya terletak pada

seorang narator yang ikut serta dalam penceritaan. Hal ini bisa dikatakan

bahwa narator menceritakan pengalamannya sendiri. Sudut pandang ini

terbagi menjadi dua, pertama “Akuan” tokoh utama yaitu pencerita yang

sebagai tokoh utama melaporkan cerita dari sudut pandang. Kedua,

“Akuan” tokoh tambahan yaitu pencerita yang tidak ikut serta dalam

cerita hanya sebagai tokoh tambahan yang aktif sebagai pendengar dan

hanya untuk melaporkan cerita kepada pembaca sebagai “aku” atau “I”.

c. Sudut pandang campuran

Pada sudut pandang ini, pengarang berpindah-pindah teknik

penceritaan dari teknik satu ke teknik lainnya.39

37

Burhan Nurgiyantoro, Op.Cit, h. 248 38

Rachmat Djoko Pradopo, Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995) h. 75 39

Albertine Minderop, Op.Cit, h. 96-97

Page 32: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

21

6. Gaya Bahasa

Gaya bahasa digunakan pengarang untuk membangun perceritaan dengan

pemilihan diksi, ungapan, majas, dan sebagainya yang dapat menimbulkan

kesan estetik dalam karya sastra tersebut. Dalam karya sastra, gaya bahasa

memiliki fungsi : a) memberi warna pada suatu cerita, b) alat melukiskan

suasana cerita dan mengintensifkan penceritaan. Pada kesusastraan Indonesia

dikenal bermacam-macam gaya bahasa seperti metafora, personifikasi,

hiperbola, simbolik, asosiasi, sarkasme, sinisme, dan sebagainya.40

7. Amanat

Menemukan tema suatu cerita, dapat menemukan nilai-nilai didaktis

yang berhubungan dengan masalah manusia dan kemanusiaan serta hidup dan

kehidupan. Nilai-nilai yang ada dalam suatu cerita bisa dilihat dari sudut

pandang pembaca atau pengarang. Dari sudut pandang pengarang, nilai ini

biasa disebut amanat. Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra,

pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.41

D. Prinsip-Prinsip Ekologi Sastra

Ekologi merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Yunani yaitu

oikos berarti rumah dan logos berarti ilmu. Secara harfiah ekologi adalah

kajian tentang hubungan organisme atau kelompok organisme terhadap

lingkungannya.42

Dengan kata lain, ekologi juga dapat diartikan hubungan

timbal-balik antara makluk hidup dengan lingkungannya. Pokok utama

ekologi sebenarnya mencari pengertian fungsi organisme di alam. Ekologi

berkaitan dengan berbagai cabang ilmu pengetahuan yang relevan dengan

kehidupan (peradaban) manusia.

Cabang ilmu yang juga berkaitan dengan keadaan lingkungan dan

kehidupan manusia salah satunya sastra atau karya sastra. Sastra merupakan

sebuah konsep yang menyatu dalam kehidupan manusia yang selalu

40

Zulfahnur ZF, dkk, Teori Sastra (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996)

h. 38-40 41

Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), h. 162 42

Zoer‟aini Djamal, Prinsip-Prinsip Ekologi (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) h. 6

Page 33: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

22

berhubungan dengan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia

menyatu dengan nilai-nilai masyarakat seperti pengaruh lingkungan alam,

sosial, dan lingkungan buatan. Dalam kaitannya dengan kesusastraan, suatu

perubahan lingkungan alam (ekologis) juga dapat membuat manusia

menyesuaikan berbagai gagasannya seperti politik, kesenian, pendidikan, dan

sebagainya. Hubungan lingkungan alam dan kesusastraan dapat disebut

ekologi sastra.

Ekologi sastra menekankan pentingnya eksploitasi kultural oleh manusia

terhadap lingkungan alam dan kondisi-kondisi suatu lingkungan.43

Demikian

pula, ekologi sastra juga dapat dikatakan sebagai unsur ekstrinsik sastra yang

mendalami masalah hubungan sastra dengan lingkungannya. Menurut

Harsono, dalam endraswara ada dua pendekatan utama dalam ekologi sastra,

yaitu pendekatan wacana dan pendekatan realitas. Pendekatan wacana

menekankan pada penelitian pustaka, sedangkan pendekatan realitas

menekankan pada penelitian lapangan.44

Prinsip ekologi sastra adalah melihat hubungan timbal balik antara sastra,

lingkungan, dan manusia. Prinsip ini dibuat guna menjelaskan adanya

kebutuhan untuk memperbaiki kembali beberapa kesadaran lingkungan untuk

melatih pembaca sastra. Fokus ekologi sastra terkait dengan hal sebagai

berikut: (1) pencemaran (pollution), (2) hutan belantara (wilderness), (3)

bencana (apocolypse), (4) perumahan/tempat tinggal (dwelling), (5) binatang

(animals), dan (6) bumi (earth).45

Jadi, fokus ekologi sastra sebenarnya

terletak pada keadaan alam dan lingkungan yang menguntungkan dan

merugikan suatu system secara timbal balik.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa adanya

hubungan antara ekologi dengan karya sastra. Hubungan tersebut dapat

dilihat dari suatu karya sastra yang menjadikan alam sebagai sumber

penceritaan. Alam pun juga membutuhkan sastra sebagai alat penyampaian

43

Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Ekologi Sastra (Yogyakarta: CAPS,2016) h.

18 44

Suwardi Endraswara, Ekokritik Sastra (Yogyakarya: Morfalingua,2016) h. 20 45

Ibid, h. 40

Page 34: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

23

situasi. Ekologi dan sastra dapat dijadikan sebagai konsep penelitian yang

disebut ekologi sastra atau ekokritik sastra.

E. Hakikat Pembelajaran Sastra

Pendidikan sastra merupakan pendidikan yang mencoba untuk

mengembangkan kompetensi apresiasi sastra, kritik sastra, dan proses kreatif

sastra. Sikap apresiasi yang diasah dalam pendidikan ini adalah kemampuan

menikmati dan menghargai karya sastra. Pendidikan semacam ini mengajak

peserta didik untuk langsung membaca, memahami, menganalisis, dan

menikmati karya sastra secara langsung.46

Hikayat yang dijadikan salah satu bahan ajar sastra perlu dipahami dan

dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam mencapai tujuan pembelajaran. Cara-

cara yang dapat dilakukan untuk memahami makna hikayat, antara lain

dengan pembacaan heuristik dan retroaktif. Pembacaan heuristik yang

dimaksud adalah pembacaan yang berdasarkan konvensi bahasa atau sistem

bahasa sesuai dengan kedudukan bahasa sebagai sistem semiotik tingkat

pertama. Sementara itu, pembacaan retroaktif adalah pembacaan bolak-balik

untuk menangkap maknanya.47

F. Penelitian Terdahulu

Pemaparan penelitian terdahulu dilakukan oleh peneliti guna

menghindari terjadinya pengulangan penelitian. Sepanjang penelitian yang

peneliti lakukan terdapat karya ilmiah yang hampir berkaitan dengan

penelitian ini. Acuan relevan yang peneliti cari yaitu pembahasan mengenai

struktur pada hikayat dan hikayat dalam pembelajaran sastra.

Penelitian skripsi terkait kritik ekologi sastra pada kumpulan cerpen

pernah dilakukan oleh Ammar Akbar, Mahasiswa Bahasa dan Sastra

Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2014 dengan judul Kritik

Ekologi dalam Kumpulan Cerpen Kayu Naga Karya Korrie Layun Rampan

Melalui Pendekatan Ekokritik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

46

Wahyudo Siswanto, Op.Cit h. 168 47

Warsiman, Op.Cit h. 170

Page 35: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

24

terdapat 26 data yang merupakan bentuk kritik ekologi dalam kumpulan

cerpen, 49 data hubungan interaksi tokoh pada alam, dan 3 bentuk interaksi

pengamatan tokoh pada alam.

Penelitian terkait hikayat dalam pembelajaran sastra pernah dilakukan

oleh Mei Ekawati, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP

Muhammadiyah Pringsewu Lampung tahun 2015 dengan judul Pembelajaran

Menentukan Unsur-unsur Intrinsik Hikayat Melalui Model Student Teams

Achivement Divisions (STAD) dalam jurnal Pesona Volume 01, Nomor 01,

Januari 2015. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan

pembelajaran menentukan unsur-unsur intrinsik hikayat melalui model

student teams achievement divisions mampu meningkatkan nilai atau hasil

belajar siswa. Maka dapat disimpulkan bahwa hikayat dalam pembelajaran

sastra dapat menggunakan berbagai model pembelajaran guna mencapai

keberhasilan belajar dalam memahami unsur-unsur intrinsik hikayat.

Penelitian terkait hikayat dalam pembelajaran pernah dilakukan oleh

Sanggar Evanirmala, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas

Tanjungpura tahun 2018 dengan judul Peningkatan Kemampuan

Mengidentifikasi Unsur Intrinsik Hikayat dengan Teknik Ecola Siswa SMA

Sinar Kasih Sintang. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pembelajaran

mengidentifikasi unsur intrinsik hikayat dapat ditingkatkan dengan teknik

Ecola. Peningkatan ini dicapai melalui beberapa siklus, dari siklus I (cukup)

kemudian siklus II (cukup baik) hingga siklus III (baik). Maka dari itu,

peningkatan kemampuan menganalisis unsur intrinsik hikayat dalam

pembelajaran dapat dilakukan dengan beberapa teknik salah satunya teknik

Ecola.

Page 36: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

25

BAB III

HIKAYAT PANCA LOGAM: NASKAH DAN TEKS

A. Inventarisasi Naskah

Penyelusuran suatu naskah dapat dilakukan dengan melihat katalog cetak

maupun online. Selain dengan katalog, menyelusuri naskah juga bisa

dilakukan dengan melihat artikel atau penelitian yang telah dipublikasikan

mengenai naskah terkait. Untuk mempermudah proses penyelusuran maka

katalog online sangat membantu.

Cerita Panca Logam ini merupakan lanjutan Hikayat Raja Kerang, yang

sudah diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Cerita

Hikayat Raja Kerang berakhir dengan kemenangan Indra Laksana atas Raja

Genda Dewa, yang kemudian melarikan diri ke Bukit Panca Logam. Hikayat

Panca Logam berdasarkan isinya digolongkan dalam hasil karya sastra zaman

peralihan Hindu Islam.1

Berdasarkan data yang diperoleh, penulis menemukan ada tiga teks

dengan judul Hikayat Panca Logam yaitu dengan nomor panggil ML616,

ML17, dan ML385. Penelusuran naskah dengan nomor panggil ML616

dilakukan dengan melihat katalog naskah yang ada di Perpustakaan Naisonal.

Hasilnya naskah ML616 tidak bisa dipinjam dikarenakan sudah dalam

keadaan tidak layak. Hal tersebut juga diperkuat dengan ditemukannya

naskah ML17 yang sudah dilakukan transiter dan diterbitkan dalam sebuah

buku. Dalam buku tersebut, ketiga naskah tersebut dijelaskan kondisinya

masing-masing. Melalui proses tersebut maka peneliti memutuskan untu

meneliti naskah ML385 yang dapat ditemukan di Perpustakaan Nasional.

Namun, memiliki judul yang sama dengan ML17, naskah ML385 memiliki

cerita yang berbeda atau bisa dikatakan lanjutan cerita ML17. Oleh karena

itu, penulis mengambil keputusan hanya menggunakan naskah Hikayat Panca

Logam dengan nomor panggil ML385.

1 Nikmah dan Putri Minerva, Hikayat Panca Logam I (Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, 1988) h. 3

Page 37: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

26

B. Deskripsi Naskah

Naskah Hikayat Panca Logam merupakan salah satu naskah kuno yang

ada di Perpustakaan Nasional dengan nomor panggil ML385 yang masuk

dalam golongan naskah Melayu. Judul naskah ditulis dengan menggunakan

aksara latin sama seperti isinya yang ditulis dengan aksara latin.

Naskah Hikayat Panca Logam berbentuk prosa dengan penceritaan

dibagi tiga bagian dalam naskah yang berbeda. Penceritaan pertama dapat

diperoleh dalam naskah dengan nomor panggil ML17 dengan menceritakan

pertemuan orang tua dari tokoh yang ada dalam teks yang penulis pilih.

Penceritaan kedua terdapat dalam naskah ML616, namun naskah tersebut

dalam kondisi tidak baik. Penceritaan ketiga terdapat dalam naskah ML385.

Demi kepentingan penelitian maka penulis memilih naskah ML385 karena

belum dilakukan terjemahan dan juga guna membantu pembaca melanjutkan

penceritaan dari naskah ML17.

Nama pengarang tidak dapat diketahui karena tidak dituliskan,

sedangkan tahun naskah dibuat tidak dituliskan. Naskah berukuran 22x17 cm,

jumlah halamannya 16 halaman, yang setiap halamannya terdiri atas 21 baris.

Teks ditulis dengan tinta biru dan cukup jelas.2

Permulaan teks ditulis dengan judul cerita. Awal penceritaan dimulai

dengan pertemuan kedua tokoh manusia untuk berperang dengan raja jin

(dalam judul ditulis dengan “Pri”). Penceritaan semakin diperjelas dengan

diperkenalkannya raja jin dalam tengah cerita dan diakhiri dengan

pertempuran hebat antara manusia dan kerajaan Jin di atas bukit.

C. Pedoman Suntingan dan Terjemahan Teks

1. Pedoman suntingan teks

Tugas filologi salah satunya adalah menyajikan teks yang dapat

dibaca oleh masyarakat masa kini dengan menggunakan metode kritis.

Tujuan suntingan teks dalam penelitian ini dimaksudkan untuk membantu

pembaca awam yang sulit mengerti teks dengan ejaan kuno dan dengan

2 Op.Cit, h. 6

Page 38: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

27

tulisan tangan yang cukup sulit dimengerti. Oleh karena itu beberapa

kaidah diperlukan agar terlaksananya suntingan teks.

Berikut kaidah yang digunakan dalam suntingan teks, yaitu:

a. Tanda garis miring dua (//) digunakan sebagai penanda pergantian

halaman dalam teks.

b. Tanda kurung siku [ ] digunakan sebagai penanda penghilangan huruf

atau teks.

c. Tanda kurung ( ) digunakan sebagai penanda penambahan huruf atau

teks.

d. Penggunaan nama orang, nama gelar yang disertai nama orang, dan

nama tempat menggunakan huruf kapital.

e. Bentuk perubahan maupun perbaikan yang dilakukan dalam suntigan

teks akan diletakkan dalam catatan kaki.

f. Pedoman transliterasi Melayu menggunakan Pedoman Bahasa dan

Satra Melayu dari J.J. de Hollander.

2. Terjemahan Teks

Terjemahan teks pada penelitian ini tetap dilakukan guna mengubah

teks yang aslinya menggunakan bahasa Melayu dan ejaan Van Ophuijsen

menjadi Ejaan Bahasa Indonesia. Hal tersebut dilakukan karena tidak

semua pembaca memahami bahasa dan ejaan yang dikaji. Tujuan

terjemahan ini agar pembaca dapat memperoleh pesan dari pengarang

dengan mudah.

Gaya penerjemahan yang terlalu harfiah mengakibatkan terjemahan

teks yang tidak mudah dipahami. Namun, penerjemahan yang terlalu bebas

juga dapat mengakibatkan hilangnya bagian teks tertentu.3

Dalam melakukan terjemahan pengungkapan kata dan gagasan yang

akan diterima pembaca harus sama seperti teks aslinya. Penerjemahan

yang dilakukan pada penelitian ini akan diletakkan berdampingan dengan

teks sumber aslinya.

3 Oman Fathurahman, Filologi Indonesia(Jakarta: Kencana, 2015) h.96

Page 39: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

28

D. Suntingan dan Terjemahan Hikayat Panca Logam

Suntingan dan Terjemahan Hikayat Panca Logam

Suntingan Teks Terjemahan

Ini Surat4 ceritakan

5 Djohan Perkasa

dan Laila Ambora berperang6 dengan

peri di atas bukit. //

Cerita ini mengisahkan tentang

Djohan Perkasa dan Laila Ambora

yang berperang dengan peri di atas

bukit.//

Alkisah7 maka tersebut perkataan

Djohan Perkasa dan Laila Ambora

berkeliling puncak bukit. Seketika itu

maka Laila Ambora itu pun bertemu

kepada8 suatu pohon

9 bidara terlalu

amat akan lebat buahnya10

maka pikir

Laila Ambora “adapun apakah

gunanya budha11

brahmana12

aku

maka baik aku coba coba aku minta

jadi13

monyet kecil” maka seketika itu

jadi monyet kecil lalu ia14

naik kepada

pohon bidara lalu dimakannya15

segala buah buahan.

Setelah itu maka dilihatnya oleh16

Djohan Perkasa halnya Laila Ambora

Pada suatu hari, Djohan Perkasa

dan Laila Ambora berkeliling puncak

bukit. Saat berkeliling di pucak bukit,

Laila Ambora melihat sebuah pohon

tinggi yang memiliki buah lebat dan

bisa dijadikan obat. Setelah melihat

pohon tersebut, Laila Ambora berpikir

untuk meminta kepada dewa

Brahmana agar dirinya dijadikan

seekor monyet. Seketika itu juga,

Laila Ambora berubah menjadi seekor

monyet dan langsung memanjat pohon

tersebut serta menikmati buahnya.

Melihat seekor monyet yang sangat

menggemaskan, Djohan Perkasa

4Soerat s[u]rat

5 Tjeritakan [c]eritakan

6 Beperang be(r)perang

7 Alkesa alk[i]sa(h)

8 Kapada k[e]pada

9 Poehoen p[u]h[u]n p[o]h[o]n

10 Boe[w]ahnja b[u]ahn[y]a

11 Boeda b[u]d(h)a

12 B[e]rhamana brahmana

13 Djadi [d]jadi

14 Iya i[y]a

15 Dimakanja dimaka[n]nya

16 Ole ole(h)

Page 40: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

29

bermakan buah itu pun. Tersenyum

melihat17

halnya Laila Ambora maka

lalu diambil anak panahnya yang18

bernama tersura dewa maka lalu di

panahnya kepada monyet itu yang

nakal maka kena ekor pinggangnya

maka lalu jatoh lalu ia menjadi Laila

Ambora kembali serta katanya “dan

sampe kali sungguh tuan19

ini //

langsung memanahnya dengan anak

panah yang diberi nama Tersura

Dewa. Anak panah itu mengenai

pinggang monyet tersebut dan

menjatuhkannya. Seketika itu monyet

tersebut berubah menjadi Laila

Ambora. Merasakan sakit

dipinggangnya, maka Laila Ambora

berkata, “tega sekali tuan//

memanah20

patik dan sampe sakit

akan pinggang patik buah bidara

yang patik pegang sampe terlepas21

maka Djohan Perkasa itu tertawa “hai

saudaraku aku sangkakan monyet

benar benar dari itu aku panahkan

maka aku lihat terlalu nakal”.

Setelah22

itu maka berkata Laila

Ambora “iya tuanku di mana kah

sekarang ini? patik cari raja jin

karena23

patik tidak tau akan

tempatnya tatkala24

di buangkan patik

dan patik tiada tau dari mana akan

datang raja jin.”

Maka kata Djohan Perkasa “hai

Laila Ambora dan jikalau demikian

memanah hamba sampai sakit

pinggang hamba dan juga terlepas

buah yang hamba pegang” maka

Djohan Perkasa tertawa dan berkata,

“hai saudaraku, aku kira monyet itu

sungguhan maka langsung aku

panah”.

Setelah mendengar penjelasan

Djohan Perkasa maka Laila Ambora

menjelaskan bahwa keberadaan ia di

bukit ini dengan maksud mencari

seorang raja jin. “Hamba berada di

mana sekarang tua? Hamba ingin

mencari raja jin tetapi hamba tidak tau

keberadaannya” kata Laila Ambora.

Maka Djohan Perkasa berkata, “hai

17

Malihat m[a]elihat 18

Njang [nj](y)ang 19

Toewan tu[w]an 20

Memana memana(h) 21

Telepas te(r)lepas 22

Setela setela(h) 23

Kerna kar(e)na 24

Telkala t(at)kala

Page 41: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

30

baikla kita binasakan tempatnya dan

balenya itu kita bakar dan kalo kalo ia

segera25

datang sebabnya dia lihat ada

asap”. Setelah didengar Laila Ambora

kata tuannya maka ia pun terlalu26

amat suka hatinya27

kata katanya

“baik sekarang kita binasakan lalu

diambil besi karsani yang bernama

kastayu yujana” //

Laila Ambora, kita bakar saja bukit ini

dengan begitu ia akan datang karena

melihat banyak asap”. Mendengar ide

dari Djohan Perkasa maka Laila

Ambora setuju dan langsung

membakar bukit tersebut dengan

menggunakan besi karsani yang diberi

nama kastayu yujana.//

Maka di palukan kepada bale itu

dengan sekali palu juga hancur akan

balenya serta berkeping keping dan

sekalian itu pun hastanya habis di

binasakan oleh28

Laila Ambora karena terlalu sakit

hatinya kepada Raja Kalunjintaka itu

maka apinya itu pun terlalu amat akan

besar dan asepnya itu pun kalang

kabut di udara dan segala pohon kayu

yang ada pada puncak bukit maka itu

pun abis dibakarnya dan sekalian buah

buahan dan pohon pohonan

semuanya29

dimakan oleh api.

Maka Djohan Perkasa itu pun

tersenyum senyum melihat halnya

Laila Ambora maka tiada tersebut

perkataannya “api terlalu amat

Maka dibakarnya semua yang ada

dibukit itu, mulai dari pohon kayu,

buah-buahan, dan semua pohon yang

ada di puncak bukit.

Laila Ambora sangat sakit hati

kepada Raja Kalunjintaka hingga

membakar semua bukit dan

mengakibatkan banyaknya asap yang

berterbangan di udara.

Melihat kekesalan Laila Ambora,

Djohan Perkasa hanya tersenyum-

senyum dan berkata, “api sudah

terlalu tinggi sampai hampir sama

dengan bukit”.

Raja Kalunjintaka yang berada di

bukit Batu Hitam sedang berkumpul

dengan//

25

Sigra s(e)g(e)ra 26

Telaloe te(r)lalu 27

Attinja (h)at[t]inya 28

Oleole(h) 29

Semoewanja semu[w]anya

Page 42: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

31

tingginya hampir sama sama juga

dengan bukit adanya”.

Alkisah maka tersebut

perkataannya Raja Kalunjintaka yang

ada kepada bukit batu hitam maka

pada ketika itu sedang //

lagi dihadap oleh palaranya bernama

Ladra Gumpita dan sekalian

rakyatnya mantri hulu balang raja

berbagai-bagai Jin dan hantu kapir

dan setan sekalian di bawah

perintahnya maka pada masa itu lagi

duduk maka ia pun melihat akan asap

ke udara kalangkabut maka bertanya

kepada rajanya, “hai Ladra Gumpita

dan asep apakah kelihatan di udara itu

kalangkabut dan coba engkau pergi

melihat”, maka patik itu pun pergi

melihat asap itu setelah dilihatnya itu

asap keluarnya dari atas bukit.

Lantaran maka itu pun segera

kembali lalu ia menyembah dikaki

sembahnya ia, “tuanku adapun asap

itu datangnya dari bukit.” Lantaran

maka setelah didengar Raja

Kalunjintaka itu maka itu pun terkejut

lalu ia pergi memitahkan empat orang

menteri dan lima ratus hulubalang raja

pergi kepada bukit lantaran melihat

apa yang tebakar dan mana datangnya

apa itu. Setelah//

palaranya yang bernama Ladra

Gumpita, rakyat, hulubalang, jin,

setan dan semua yang berada di

bawah pemerintahannya melihat asap

yang ada di udara. “Hai Landra

Gumpita, coba engkau lihat dari mana

asap di udara itu datang!” perintah

Raja Kalunjintaka kepada Ladra

Gumpita.

Maka segera Ladra Gumpita

melihat sumber datangnya asap

tersebut setelah dilihatnya ternyata

asap tersebut datang dari puncak

bukit. Setelah mengetahui hal tersebut

maka Ladra Gumpita segera

menghampiri Raja Kalunjintaka dan

berkata, “tuanku, asap tersebut

ternyata datang dari puncak bukit.”

Mendengar hal tersebut, maka Raja

Kalunjintaka segera memerintahkan

empat orang menteri dan lima ratus

rakyat untuk pergi ke puncak bukit

itu. Setelah//

Page 43: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

32

menteri itu mendengar kata tuannya

lalu ia pergi bermohon serta

diiringkan sekalian rakyat yang lima

ratus ada pun tiada berapa lamanya ia

terbang maka ia pun sampai kepada

puncak bukit itu.

Ada pun maka pada ketika itu

Djohan Perkasa dan Laila Ambora

melihatkan sekalian rakyat maka

berkata Laila Ambara “iya tuanku

adapun patik kira kira yang itu jin

juga”. Setelah itu maka datang

menteri yang empat orang kehadapan

Djohat Perkasa serta katanya “hai

manusia dan siapakah yang berani

membakar bukit ini istana tuanku dan

tiadalah engkau takut aku penggal

batang lehermu!”

setelah Laila Ambora mendengar kata

itu maka ia pun terlalu sangat akan

marahnya serta ia dihampirinya seraya

katanya, “hai menteri yang tau adat

dan mengapa engkau ini berani

melarang aku membakar bukit ini nini

moyangmu yang punya //

mendengar perintah tuannya, maka

empat orang menteri dan para rakyat

itu langsung pergi ke puncak bukit.

Tanpa butuh waktu lama, akhirnya

mereka sampai di puncak bukit itu.

Seketika itu juga, Djohat Perkasa

dan Laila Ambora melihat rakyat-

rakyat tersebut dan Laila Ambora

berkata, “tuanku, hamba kira mereka

itu jin juga”. Setelah itu datanglah

keempat meteri tersebut menghampiri

Djohan Perkasa serta berkata, “hai

manusia! Siapa yang berani

membakar bukit ini? Apakah engkau

tidak takut aku penggal batang

lehermu?”

lalu Laila Ambora mendengar kata-

kata itu dan langsung menghampiri

empat menteri tersebut serta berkata,

“hai menteri yang tau aturan!

Mengapa engkau berani melarang aku

membakar bukit ini? Memangnya

nenek moyangmu yang punya//

bukit ini? maka engkau ini melarang

dan akulah yang membakar dan

jangan sentara istana dan bale tiada

aku bakar dan jikalau rajamu datang

kemari mestinya aku bakar akan

kepalanya dan dahulu dapat akan

bukit ini? Akulah yang membakar ini

semua dan jika rajamu kemari maka

aku akan bakar juga kepalanya karena

sudah berani membuang aku”,

keempat materi itu pun sangat marah

mendengar perkataan Laila Ambora

Page 44: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

33

membuang aku ini jikalau sekarang

coba-coba membuang akan aku ini

jikalau ia hendak30

merasakan besi

aku ini”, setelah mantri yang empat

mendengar kata Laila Ambora maka

ia pun terlalu sangat marah31

seraya

katanya kepada rakyat yang lima ratus

“hai kamu sekalian segera datang

tangkap kepada aku” maka menteri

yang empat mendengar kata itu maka

berkata, “hai sekalian rakyatku

segeralah tangkap orang dua!” itu

maka masing-masing pada datang

mengerubungi32

pada Laila Ambora

dan Djohan Perkasa itu setelah dilihat

sekalian rakyatnya pada datang itu

dengan senjatanya maka ia pun

segera menghunus pedangnya yang

dari Brahmana dan Laila Ambora

mengumus //

yang juga menantang lima ratus

rakyat untuk bisa menangkapnya.

“Hai sekalian rakyatku, tangkap dua

orang itu!” memerintah empat meteri

itu kepada rakyat. Mendengar perintah

tuannya maka lima ratus rakyat

tersebut langsung mengerubungi

Djohan Perkasa dan Laila ambora

dengan membawa senjatanya masing-

masing.

Melihat lima ratus rakyat yang

mengeruminya maka Djohan Perkasa

mengeluarkan pedang yang ia dapat

dari Brahmana dan Laila Ambora

menghunuskan//

Kastayudana yang dari naga.

Lalu ia hendak mengerubungi

maka Djohan Perkasa itu pun

memerang dari dalam dirinya rakyat

banyak-banyak itu ke kanan dan ke

kiri kehadapan dan ke belakang33

dan

adalah34

yang seperti orang yang

Kastayudana yang ia terima dari naga.

Bagai seorang juara pemotong

ketimun, Djohan Perkasa

melenyapkan semua rakyat yang ada

di kanan, kiri, depan, dan

belakangnya. Hanya dengan sekejap

saja, mayat-mayat sudah bertimbun-

30

Henda Henda(k) 31

Mara Mara(h) 32

Mengrubungi meng(e)rubungi 33

Blakang B(e)lakang 34

Adala Adala(h)

Page 45: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

34

menetar ketimun juara akan lakunya.

Maka barang dimana yang dapat

ditempuhnya maka bangke pun

bertambun-tambunan35

darah pun

seperti air sungai mengalir akan

rupanya.

Adapun jikalau sepuluh dua puluh

yang berjejer maka dengan sekali juga

habis mati dan Laila Ambora itu

demikian juga dengan besi itu dan

barang dimana yang aku kena terpalu

maka hancur tulangnya sekalian

otaknya berhamburan darah36

jika

yang berkuda sama kudanya dan

rakyat yang hidup sebagian37

juga ia

memanah38

dan menembak dan

menikun39

maka Djohan Perkasa dan

Laila Ambora itulah tiadalah

diperasakan sebagian juga ia

mengamuk. Setelah//

timbunan, dan darah seperti air sungai

mengalir.

Jikalau ada sepuluh atau dua puluh

rakyat yang berjejer maka habis

dengan sekejap. Begitu pula dengan

Laila Ambora yang dengan senjata

besinya dapat menghancurkan tulang

dengan sekali pukul. Djohan Perkasa

dan Laila Ambora saat itu sangat

marah sehingga menghabisi lawannya

tanpa ampun. Setelah//

dilihat oleh menteri yang empat orang

rakyat banyak mati maka ia pun

terlalu amat marah lalu ia mengunus

pedangnya masing-masing mengusir

Djohan Perkasa dan Laila Ambora.

Setelah itu maka dilihat Djohan

Perkasa dan Laila Ambora menteri

//Melihat banyak rakyat yang

tewas, maka keempat menteri itu

langsung menghunus pedangnya

masing-masing untuk mengusir

Djohan Perkasa dan Laila Ambora.

Usaha tersebut dilihat oleh Djohan

Perkasa dan Laila Ambora, maka

35

Bertambun-tambunan bert[i]mbun-t[i]mbunan 36

Dara Dara(h) 37

Sebagi Sebagi(an) 38

Memana Memana(h) 39

Kata “menikun” ini tidak diketahui artinya. Diperkirakan kata “memukul”.

Page 46: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

35

itu, maka dipalu oleh Laila Ambora

dengan sekali palu juga itu pun mati

dan hancur menjadi sate. Maka

dilihatnya sekalian rakyat menteri

yang empat itu pun mati maka

masing-masing pada melarikan

dirinya dan adalah yang naik dipohon

kayu dan adalah yang masuk disela

batu.

Setelah dilihat Laila Ambora itu

rakyat sekalian lari maka ia pun

segera juga lari barang kemana

perginya dan yang mana melawan itu

pun maka habis dibunuhnya sambil ia

berkata, “dan tiadalah engkau mau

berbuat40

sahabat kepadamu ini” dan

yang mana dari pada pohon//

seketika itu juga keempat menteri itu

dipukul oleh Laila Ambora dengan

besinya sehingga tewas dan hancur

seperti sate.

Melihat keempat menterinya tewas,

maka sisa lima ratus rakyat tersebut

lari berhamburan menyelamatkan diri,

ada yang naik ke atas pohon kayu

hingga bersembunyi disela-sela batu.

kayu maka dipalunya juga dengan

pohon kayunya sekalian adanya yang

mana masuk disela batu maka

dipalunya dengan batu sekalian

hancur menjadi satu karena terlalu

sangat marahnya itu Laila Ambora.

Maka tiada berapa lamanya

mengamuk itu pun habis sekalian

rakyat yang lima ratus itu pun mati

hanya adalah seorang jiwa yang hidup

dapat akan lari terbang menuju bukit

batu hitam. Maka tiadalah berapa

Mengetahui hal itu, tanpa pikir

panjang Laila Ambora menghabisi

semua rakyat tersebut. Tiada beberapa

lama Laila Ambora menghabisi

seluruh rakyat yang ada di bukit.

Namun, ada satu rakyat yang

berhasil melarikan diri terbang ke

bukit batu hitam.

Ketika Raja Kalunjintaka sedang

berkumpul dengan saudaranya Ladra

Gumpita, Menteri, dan hulubalang

maka sampailah satu rakyat yang

40

Berbuwat berbu[w]at

Page 47: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

36

lamanya terbang sampai masuk ke

dalam istana itu tuannya. Adapun

ketika ketika itu Raja Kalunjintaka

sedang dihadap saudaranya Ladra

Gumpita dan serta menteri

hulubalang. Pada ketika itu maka

datang akan jin yang lari lalu sujut

kepada kaki tuannya cerita dengan

tangisnya maka kata Raja

Kalunjintaka, “apakah mulanya maka

engkau datang ini menangis dan

manalah sekalian temanmu itu?”

maka sahut jin itu, “tuanku patik //

berhasil melarikan diri dari

pertempuran dengan Djohan Perkasa

dan Laila Ambora itu di istana.

Setelah melihat rakyatnya datang

menyembah dalam keadaan menangis,

maka Raja Kalunjintaka berkata,

“Mengapa kau datang dengan keadaan

menangis seperti ini dan kemana

teman-temanmu?” maka sahut rakyat

itu, “mohon ampun tuanku,//

ini memohon ampun ke bawah

duliyang dipertuan adapun sekalian

rakyat itu telah akan habis dibunuh41

akan manusia adalah 2 orang tuanku

kepada puncak bukit lantaran dan ia

yang membakar bukit itu adapun patik

ini jikalau kurang-kurang akan cepat-

cepat kaki patik lari niscaya patik ini

tiada boleh bertemu lagi pada tuanku

karena terlalu sekali dan gagah42

manusia itu keduanya” setelah itu raja

kalunjintaka mendengar yang

demikian itu maka itu pun terlalu

sangat marah43

seperti ular berbelit44

lakunya seraya katanya, “dari mana

sembah kepadamu tuan. Semua

rakyat telah habis dibunuh oleh kedua

manusia yang membakar bukit itu.

Kalaupun hamba tadi tidak

melarikan diri dengan cepat maka bisa

saja hamba sudah tidak dapat bertemu

dengan tuanku. Kedua manusia itu

terlalu kuat dan hebat”.

Setelah mendengar hal itu, Raja

Kalunjintaka sangat marah bagai

seekor ular yang melilit dan berkata,

“dari mana datangnya kedua manusia

itu dan apa maksudnya datang kesini?.

41

Bunu bunu(h) 42

Gaga gaga(h) 43

Mara mara(h) 44

Berbulit berb[e]lit

Page 48: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

37

datang itu manusia dan apalah

kerjakannya manusia itu?”. Maka

sembah jin itu “iya tuanku adapun

kalinya patik kurang periksa45

tetapi

katanya itu tatkala46

di hulu tuanku

membuangkan padanya //

Maka jawab rakyat satu itu, “iya

tuanku, hamba pun kurang tahu

maksudnya tetapi katanya waktu itu

tuanku membuang//

kepada pusar laut itu sebabnya datang

membinasakan itu sekalian istana itu

dan dibakarnya sekalian gunung itu”.

Setelah didengar oleh rajanya

kata jin itu maka ia pun terlalu nakal

sangat kiranya sekali-kali dan

sungguh dan sungguh akan manusia

itu terlalu nakalnya maka merah akan

mukanya seperti api menyala-nyala

maka segala yang menghadap itu pun

terlalu takutnya memandang mukanya

Raja Kalunjintaka serta katanya, “hai

Ladra Gumpita segeralah

menghimpunkan rakyat kita pada ini

hari juga pergi kepada bukit lantaran

seperti aku putar manusia itu” maka

Ladra Gumpita itu pun menyembah

lalu ia berjalan pergi menghimpunkan

sekalian rakyat itu pun datang pada

ketika itu juga berhimpun. //

ia di sungai dan sampai ke pusar laut

makanya ia membakar habis bukit”.

Mengetahui hal tersebut, maka raja

sangat marah sampai wajahnya merah

bagaikan api yang menyala hingga

semua yang ada dihadapannya merasa

takut melihat wajah raja. Maka

berkata raja kepada Ladra Gumpita,

“hai Ladra Gumpita, segera

kumpulkan semua rakyat hari ini

untuk pergi ke bukit! Akan aku putar-

putar itu dua manusia”. Ladra

Gumpita langsung pergi untuk

mengumpulkan rakyat.//

Setelah itu maka Raja Kalunjintaka

itu berangkat serta naik naganya lalu

ia terbang dan Ladra Gumpita pun

Setelah dirasa sudah terkumpul

semua rakyatnya maka Raja

Kalunjintaka segera berangkat ke

45

Priksa P(e)riksa 46

Takala Ta(t)kala

Page 49: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

38

naik akan singanya serta diiringkan

segala rakyat tiada ternilai banyaknya

sekalian jin terbang hantu pun setan

masing-masing dengan senjatanya

ada yang membawa batu ada yang

membawa kayu maka masing-masing

pada memalu segala bunyi-bunyian

dengan caranya jin. Maka pada ketika

itu terbang tiadalah akan kelihatan

maka matahari47

pada pada sebab

kebanyakan jin.

Maka tiada berapa lamanya terbang

maka kelihatan bukit itu adapun pada

ketika itu terlihat kepada Djohan

Perkasa dan Laila Ambora akan

angkatan Raja Kalunjintaka maka

berkata Laila Ambora, “ia tuanku

adapun angkatan yang akan datang itu

patik kira-kira //

bukit dengan menunggang naganya

lalu ia terbang sedangkan Ladra

Gumpita menunggangi singanya serta

diikuti oleh seluruh rakyat sangat

banyak seperti jin, setan, dan hantu

dengan senjatanya masing-masing.

Bermodal batu dan kayu para jin,

hantu, dan setan menghasilkan sebuah

bunyi-bunyian sepanjang penjalanan

menuju bukit.

Membutuhkan waktu hanya

sebentar, tibalah pasukan Raja

Kalunjintaka di bukit, karena terlalu

banyak pasukannya hingga matahari

pun tidak terliat tertutup oleh jin,

hantu, dan setan yang datang. Di

kejauhan, Djohan Perkasa dan Laila

Ambora melihat pasukan Raja

Kalunjintaka maka berkata Laila

Ambora, “iya tuanku, sepertinya

pasukanyang datang itu adalah//

Raja Kalunjintaka karena terlalu

banyak akan rakyatnya serta panji-

panjinya”.

Setelah Djohan Perkasa mendengar

sembah Laila Ambora maka ia pun

tersenyum seraya diciptakan kemala

kikumat yang peroleh naga pertala

pada ketika itu juga datang Danta peri

pasukan Raja Kalunjintaka karena

banyak sekali rakyatnya dan para

panji-panjinya”.

Setelah mendengar perkataan Laila

Ambora maka Djohan Perkasa segera

membuat kemalakikumat yang

diperoleh dari naga dan seketika itu

datanglah peri yang bernama Danta

47

Mata hari Matahari

Page 50: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

39

keluar dengan sekalian rakyatnya dan

segala daripada peri maka datang

Danta peri pun sujud sembah pada

kaki Djohan Perkasa seraya katanya,

“apakah pekerjaan tuanku memanggil

patik ini serta rakyat patik?” maka ia

pun hamba hendak berperang kepada

Raja Kalunjintaka. Setelah didengar

oleh Danta peri dan sekalian

rakyatnya yang demikian itu maka ia

pun menyembah seraya katanya, “iya

tuanku adapun pekerjaan itu atas patik

yang menanggung”, maka segala

rakyat itu masing-masing dengan

senjatanya.

Adapun Raja Kalunnjintaka terbang

maka ia pun meli- //

serta para rakyatnya. Bersembah sujud

Danta peri dikaki Djohan Perkasa dan

berkata, “apakah perkerjaan yang bisa

hamba lakukan hingga tuanku

memanggil hamba dan rakyat

hamba?” lalu Djohan Perkasa

memberitahukan bahwa ia akan

berperang dengan Raja Kalunjintaka.

Setelah mendengar hal tersebut maka

Danta peri berkata, “iya tuanku,

hamba akan menanggung hal

tersebut” maka seluruh rakyat Danta

peri bersiap dengan senjatanya

masing-masing.

Raja Kalunjinta terkejut melihat//

hat kepada segala rakyat Djohan

Perkasa seraya katanya kepada jin

yang membawa kabar, “hai kamu dan

mengapa maka engkau ini

mengasihkan manusia ini ada 2 orang

dan sekarang ini aku lihat terlalu

banyak?” maka sembah jin itu,

“hampun tuanku bahwa sesungguhnya

tatkala dahulunya 2 orang yang patik

melihat”. Maka pada ketika itu sampai

rakyatnya Raja Kalunjintaka kepada

puncak bukit itu

maka Ladra Gumpita itu menyuruh

memalu gendang perang terlalu sangat

rakyat Djohan Perkasa yang sangat

banyak dan berkata kepada jin yang

membawa kabar, “hai kamu!

Mengapa kamu memberitahukan

bahwa hanya ada dua manusia dan

sekarang aku lihat banyak?” maka

sembah jin itu, “ampun tuanku,

sunggu hamba awalnya melihat hanya

ada dua manusia saja”. Sesampainya

rakyat Raja Kalunjintaka di bukit,

maka Ladra Gumpita menyuruh

memukul gendang perang dengan

sangat keras. Setelah kedua tentara itu

saling berhadapan sambil menghunus

Page 51: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

40

bunyinya. Maka kedua putak tentara

itu pun berhadapan dengan

bawaannya masing-masing pada

mengunus senjata. Setelah sudah

bertemu maka sama-sama ia tertikam-

tikaman, berpanah-panahan, dan yang

bertembak dengan tembaknya maka

terlalu sangat ramai usir-mengusir.

Hantu dan setan maka masing-masing

pada melontarkan dengan senjata //

pedangnya masing-masing. Serelah

bertemu, mereka pun saling bertikam-

tikaman, berpanah-panahan, dan

bertembak-tembakan. Kedua tentara

tersebut saling mengusir.

Hantu dan setan bersorak-sorai

sehingga suasana perang menjadi

ramai dan tidak satupun tentara

menyerah untuk kalah.

Maka Laku Duli berbangkit ke

udara maka menjadi terang juga maka

barulah kelihatan orang yang

berperang masing-masing dengan

lawannya dan tiada apa lagi yang

kelihatan halnya tampak sorak orang

juga. Maka tidak berapa lamanya

berperang itu maka itu pun pecahlah

perang sekalian jin dan hantu dengan

setan habis akan lari tiada berkata

tuan akan perginya dari pada akan

amuknya segala peri itu.

Ada pada ketika itu terlihat pada

pangerannya bernama Rangga Bajang

pahlawan setan itu pun terlalu amat

marahnya melihat rakyatnya lari lalu

ia mengusirkan rambutnya serta ia

membesarkan dirinya kepada rakyat

peri lalu //

Melihat situasi perang yang

semakin hebat karena kedua tentara

sama-sama kuat akhirnya Laku Duli

terbang ke udara untuk melihat

masing-masing orang yang berperang.

Laku Duli memberikan kekuatan

kepada para peri sehingga para hantu,

setan, dan jin lari ketakutan.

Ketika itu, dilihat oleh Pangeran

Rangga Bajang pahlawan dari para

setan dan sangat marah melihat

rakyatnya lari. Pangeran Rangga

Bajang menghempaskan rambutnya

serta mengubah dirinya menjadi sosok

yang sangat besar dan menangkap

para peri

ia tangkap pinggang sekalian rakyat

seperti anak ayam.

seperti menangkap anak ayam.

Para peri merasa takut setelah

Page 52: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

41

Dua lakunya setelah dilihat oleh

rakyatnya itu pada lari pada ia pun

berbalik lagi sebabnya terlalu kuat

amuknya tiada boleh ditahan akan

Rangga Bajang. Setelah dilihat oleh

Danta peri rakyat itu undur iapun

terlalu amat marahnya serta ia

membesarkan dirinya lalu ia mengusir

Rangga Bajang itu setelah bertemu

keduanya pahlawan itu.

melihat perbuatan Pangeran Rangga

Bajang dan mulai melarikan diri.

Setelah melihat hal tersebut, Danta

Peri akhirnya memutuskan untuk

berubah membesarkan diri dan

mengusir Pangeran Rangga Bajang

itu.

Page 53: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

42

BAB IV

ANALISIS TEKS HIKAYAT PANCA LOGAM

A. Sinopsis Hikayat Panca Logam

Alkisah Djohan Perkasa dan Laila Ambora berkeliling puncak bukit. Saat

berkeliling di pucak bukit, Laila Ambora melihat sebuah pohon tinggi yang

memiliki buah lebat dan bisa dijadikan obat. Setelah melihat pohon tersebut,

Laila Ambora berpikir untuk meminta kepada dewa Brahmana agar dirinya

dijadikan seekor monyet. Seketika itu juga, Laila Ambora berubah menjadi

seekor monyet dan langsung memanjat pohon tersebut serta menikmati

buahnya.

Melihat seekor monyet yang sangat menggemaskan, Djohan Perkasa

langsung memanahnya dengan anak panah yang diberi nama Tersura Dewa.

Anak panah itu mengenai pinggang monyet tersebut dan menjatuhkannya.

Seketika itu monyet tersebut berubah menjadi Laila Ambora. Merasakan sakit

dipinggangnya, maka Laila Ambora marah kepada Djohan Perkasa. Namun

Djohan Perkasa hanya tertawa dan menjelaskan bahwa dia tidak bermaksud

menyakiti Laila Ambora hanya saja tertarik dengan seekor monyet yang

dianggap monyet sungguhan.

Setelah mendengar penjelasan Djohan Perkasa maka Laila Ambora

memaafkannya dan menjelaskan bahwa keberadaan ia di bukit ini dengan

maksud mencari seorang raja jin namun ia tidak tahu cara bertemu dengan

raja jin tersebut. Maka Djohan Perkasa memberikan ide untuk membakar

habis bukit tersebut agar raja jin yang dicari oleh Laila Ambora datang.

Mendengar ide dari Djohan Perkasa maka Laila Ambora setuju dan langsung

membakar bukit tersebut dengan menggunakan besi karsani yang diberi nama

kastayu yujana.

Maka dibakarnya semua yang ada dibukit itu, mulai dari pohon kayu,

buah-buahan, dan semua pohon yang ada di puncak bukit. Laila Ambora

sangat sakit hati kepada Raja Kalunjintaka hingga membakar semua bukit dan

mengakibatkan banyaknya asap yang berterbangan di udara. Melihat

Page 54: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

43

kekesalan Laila Ambora, Djohan Perkasa hanya tersenyum-senyum sambil

melihat asap yang sudah hampir sama tingginya dengan bukit.

Di tempat lain, Raja Kalunjintaka yang berada di bukit Batu Hitam

sedang berkumpul dengan palaranya yang bernama Ladra Gumpita, rakyat,

hulubalang, jin, setan dan semua yang berada di bawah pemerintahannya

melihat asap yang ada di udara. Melihat asap tersebut maka Raja Kalunjitaka

menugaskan kepada Landra Gumpita untuk melihat dari mana asap di udara

itu datang. Ladra Gumpita segera melihat sumber datangnya asap dan

langsung memberitahu kepada Raja Kalunjintaka bahwa asap tersebut datang

dari atas bukit. Mendengar hal tersebut, maka Raja Kalunjintaka segera

memerintahkan empat orang menteri dan lima ratus rakyat untuk pergi ke

puncak bukit.

Setelah mendengar perintah tuannya, maka empat orang menteri dan para

rakyat itu langsung pergi ke puncak bukit. Tanpa butuh waktu lama, akhirnya

mereka sampai di puncak bukit. Seketika itu juga, Djohan Perkasa dan Laila

Ambora melihat rakyat-rakyat tersebut. Maka datanglah keempat meteri

tersebut menghampiri Djohan Perkasa serta menanyakan alasan membakar

bukit dan memberitahukan bahwa hukuman membakar bukit ini adalah

dipenggal batang lehernya. Laila Ambora mendengar kata-kata itu dan

langsung menghampiri empat menteri tersebut serta berkata bahwa menteri

itu tidak berhak melarangnya membakar bukit ini dan menantang jika Raja

Kalunjinta marah dan datang ke bukit maka akan dibakar juga tubuhnya.

Keempat menteri itu pun sangat marah mendengar perkataan Laila Ambora

dan menyuruh rakyatnya menangkap Djohan Perkasa dan Laila Ambora.

Mendengar perintah tuannya maka lima ratus rakyat tersebut langsung

mengerubungi Djohan Perkasa dan Laila ambora dengan membawa

senjatanya masing-masing. Melihat lima ratus rakyat yang mengeruminya

maka Djohan Perkasa mengeluarkan pedang yang ia dapat dari Brahmana dan

Laila Ambora menghunuskan Kastayudana yang ia terima dari naga.

Bagaikan seorang juara pemotong ketimun, Djohan Perkasa melenyapkan

semua rakyat yang ada di kanan, kiri, depan, dan belakangnya. Hanya dengan

Page 55: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

44

sekejap saja, mayat-mayat sudah bertimbun-timbunan, dan darah seperti air

sungai mengalir. Jikalau ada sepuluh atau dua puluh rakyat yang berjejer

maka habis dengan sekejap. Begitu pula dengan Laila Ambora yang dengan

senjata besinya dapat menghancurkan tulang dengan sekali pukul. Djohan

Perkasa dan Laila Ambora saat itu sangat marah sehingga menghabisi

lawannya tanpa ampun.

Melihat banyak rakyat yang tewas, maka keempat menteri itu langsung

menghunus pedangnya masing-masing untuk mengusir Djohan Perkasa dan

Laila Ambora. Usaha tersebut dilihat oleh Djohan Perkasa dan Laila Ambora,

maka seketika itu juga keempat menteri itu dipukul oleh Laila Ambora

dengan besinya sehingga tewas dan hancur seperti sate. Melihat keempat

menterinya tewas, maka sisa lima ratus rakyat tersebut lari berhamburan

menyelamatkan diri, ada yang naik ke atas pohon kayu hingga bersembunyi

disela-sela batu. Mengetahui hal itu, tanpa pikir panjang Laila Ambora

menghabisi semua rakyat tersebut. Tiada beberapa lama Laila Ambora

menghabisi seluruh rakyat yang ada di bukit. Namun, ada satu rakyat yang

berhasil melarikan diri terbang ke bukit batu hitam.

Ketika Raja Kalunjintaka sedang berkumpul dengan saudaranya Ladra

Gumpita, Menteri, dan hulubalang maka sampailah satu rakyat yang berhasil

melarikan diri dari pertempuran dengan Djohan Perkasa dan Laila Ambora itu

di istana. Setelah melihat rakyatnya datang menyembah dalam keadaan

menangis, maka Raja Kalunjintaka bertanya alasan tangisannya dan

keberadaan teman-temannya. Rakyat itu pun menjelaskan bahwa semua

teman-temannya mati terbunuh oleh dua orang manusia tersebut dan jika dia

tidak melarikan diri secepat mungkin maka dia juga bisa terbunuh. Setelah

mendengar hal itu, Raja Kalunjintaka sangat marah bagai seekor ular yang

melilit dan bertanya dari mana asal datangnya kedua manusia tersebut dan

apa tujuannya. Maka jawab rakyat satu itu bahwa dia tidak tahu dengan pasti

maksud kedatangannya namun dia mendengar bahwa salahsatu manusia itu

pernah dibuang oleh Raja Kalunjintaka ke sungai sampai pada ke pusar laut.

Page 56: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

45

Mengetahui hal tersebut, maka raja sangat marah sampai wajahnya

merah bagaikan api yang menyala hingga semua yang ada di hadapannya

merasa takut melihat wajah raja. Maka raja memerintahkan Ladra Gumpita

untuk segera mengumpulkan rakyat dan pergi ke bukit. Beberapa lama

kemudian, raja Kalunjintaka beserta rakyatnya tiba di bukit. Melihat

kedatangan Raja Kalunjintaka dan rakyatnya yang sangat banyak maka

Djohan perkasa meminta bantuan kepada Danta peri dan rakyatnya untuk

berperang dengan tentara dari Raja Kalunjintaka.

Kedua tentara dari pihak Djohan Perkasa dan Raja Kalunjintaka akhirnya

berperang dengan hebat. Para hantu, jin, dan setan membawa senjatanya

masing-masing berupa kayu dan batu begitu pula tentara Danta peri. Suasana

perang pun sangat ramai, banyak sorak-sorai yang terdengar dari dua tentara

tersebut dan saling mengusir satu sama lain. Melihat pertempuran yang

semakin memanas maka salah satu tentara yang bernama Laku Duli

memutuskan untuk terbang ke udara dan menghabisi tentara dari pihak Raja

Kalunjintaka. Semua tentara Raja Kalunjintaka lari ketakutan, hal ini

menimbulkan rasa marah dari pahlawan jin yang bernama pangeran Rangga

Bajang. Ia menghempaskan rambutnya dan mengubah diri menjadi besar,

maka Pangeran Rangga Bajang mengangkat para tentara Danta Peri seperti

ayam dan melemparnya.

Melihat para tentaranya berlarian ketakutan karena melihat keganasan

Pangeran Rangga Bajang, maka Danta Peri mengubah dirinya menjadi besar

pula. Mereka berdua bertemu dan Danta Peri mengusir Pangeran Ranngga

Bajang untuk pergi dari bukit.

B. Unsur Intrinsik Hikayat Panca Logam

1. Tema

Tema yang terdapat pada Hikayat Panca Logam jika dilihat dari segi

sudut pandang adalah tema tradisional. Tema tradisional merupakan

tema yang berkaitan dengan kebenaran dan kejahatan. Dalam Hikayat

Page 57: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

46

Panca Logam, tema tradisional dapat dibuktikan dengan perilaku tokoh

dalam cerita. Hal tersebut tampak dalam kutipan berikut:

Maka Djohan Perkasa berkata, “hai Laila Ambora, kita bakar

saja bukit ini dengan begitu ia akan datang karena melihat

banyak asap”. Mendengar ide dari Djohan Perkasa maka Laila

Ambora setuju dan langsung membakar bukit tersebut dengan

menggunakan besi karsani yang diberi nama kastayu yujana.1

Kutipan di atas menjelaskan bahwa perilaku jahat manusia terhadap

lingkungan yang menjadi salah satu pendukung tema tradisional. Selain

perilaku jahat, tema tradisional biasanya mengangkat kisah pertempuran

dan kerajaan. Makna cerita fiksi biasanya memiliki lebih dari satu yang

disebut dengan tema mayor dan minor.

Pada Hikayat Panca Logam, tema utama atau mayor adalah hubungan

manusia, alam, dan makluk lainnya yang ada di bumi. Jadi, tema utama

Hikayat Panca Logam adalah kesombongan manusia dalam menguasai

alam dan kemarahan alam pada kesombongan manusia. Hal tersebut

tampak pada kutipan berikut:

Maka dibakarnya semua yang ada dibukit itu, mulai dari pohon

kayu, buah-buahan, dan semua pohon yang ada di puncak bukit.

Laila Ambora sangat sakit hati kepada Raja Kalunjintaka hingga

membakar semua bukit dan mengakibatkan banyaknya asap

yang berterbangan di udara.2

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tindakan manusia terhadap alam

sangatlah tidak terpuji. Mengutamakan ego dan hawa nafsunya, manusia

merusak alam yang tidak bersalah. Membakar hutan yang seharusnya

tidak dilakukan menyebabkan polusi udara yang dapat berdampak bagi

kehidupan manusia pada masa tersebut dan masa yang akan datang.

Akibat dari pembakaran hutan, maka pengarang menjelaskan bahwa di

bumi ini tidak hanya manusia yang hidup namun ada golongan lain yang

juga mendapat dampak dari sikap manusia terhadap lingkungan.

1 Hikayat Panca Logam, h. 2

2 Ibid, h. 3

Page 58: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

47

Raja Kalunjintaka yang berada di bukit Batu Hitam sedang

berkumpul dengan palaranya yang bernama Ladra Gumpita,

rakyat, hulubalang, jin, setan dan semua yang berada di bawah

pemerintahannya melihat asap yang ada di udara.3

Raja Jin yang ada dalam cerita merupakan salah satu makluk yang

mendapatkan dampak dari pembakaran bukit. Raja jin ini digambarkan

sebagai penghuni bukit tersebut dan ia sangat marah melihat manusia

merusak alam. Selain penghuni bumi, Tuhan atau Dewa juga merasa

marah dengan sikap manusia yang merusak lingkungan. Hal tersebut

tampak pada kutipan berikut:

Ketika itu, dilihat oleh Pangeran Rangga Bajang pahlawan dari

para setan dan sangat marah melihat rakyatnya lari. Pangeran

Rangga Bajang menghempaskan rambutnya serta mengubah

dirinya menjadi sosok yang sangat besar dan menangkap para

peri seperti menangkap anak ayam.4

Hikayat Panca Logam memiliki latar waktu zaman peralihan Hindu-

Islam. Hal tersebut membuat pengarang memasukan unsur Hindu pada

penceritaan seperti sebutan untuk Tuhan, Nabi, dan Ulama yang lazim

digunakan pada agama Hindu menjadi Hyang-Sukma, Pangeran,

Sembahyang, dan lain-lain.5 Pembakaran Bukit yang dilakukan oleh

manusia menyebabkan Pangeran Rangga Bajang sangat marah dan

mengakibatkan pertempuran yang lebih lebat lagi. Jadi berdasarkan

beberapa kutipan di atas, dapat dikatakan bahwa tema utama atau mayor

Hikayat Panca Logam adalah hubungan sebab akibat antara manusia,

alam, dan makluk lainnya atau bisa disebut sebagai ekologi dalam sastra.

Selain tema mayor, ada tema yang disebut sebagai tema tambahan

atau minor. Tema minor pada Hikayat Panca Logam adalah pertempuran.

Tema ini sebenarnya adalah akibat dari tema mayor. Membakar bukit dan

merusak lingkungan mengakibatkan kemarahan dari penghuni bumi

3 Ibid, h. 3-4

4 Ibid, h. 15

5 Moehamad Habib Mustopp, Kebudayaan Islam di Jawa Timur: Kajian Beberapa Unsur

Budaya Masa Peralihan (Yogyakarta: Jendela, 2001) h. 180

Page 59: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

48

selain manusia bahkan sampai ke Tuhan. Hal tersebut tampak pada

beberapa kutipan berikut:

Setelah mendengar hal itu, Raja Kalunjintaka sangat marah

bagai seekor ular yang melilit…6

Sesampainya rakyat Raja Kalunjintaka di bukit, maka Ladra

Gumpita menyuruh memukul gendang perang dengan sangat

keras. Setelah kedua tentara itu saling berhadapan sambil

menghunus pedangnya masing-masing. Serelah bertemu,

mereka pun saling bertikam-tikaman, berpanah-panahan, dan

bertembak-tembakan.7

Ketika itu, dilihat oleh Pangeran Rangga Bajang pahlawan dari

para setan dan sangat marah melihat rakyatnya lari. Pangeran

Rangga Bajang menghempaskan rambutnya serta mengubah

dirinya menjadi sosok yang sangat besar dan menangkap para

peri seperti menangkap anak ayam.8

Berdasarkan beberapa kutipan di atas, pertempuran terjadi sangat

dasyat dan melibatkan semua pasukan dari kedua kelompok tersebut.

Penceritaan diakhiri dengan terusirnya Pangeran Rangga Bajang oleh

Danta Peri. Pengarang mengakhiri cerita dengan menangnya pihak para

pembakar hutan. Hal ini rupanya menggambarkan bahwa sesungguhnya

Tuhan yang diumpamakan sebagai Pangeran, selalu memberikan

kesempatan kepada manusia. Melalui pertempuran tersebut, sebenarnya

Tuhan hanya memberikan teguran bukan pembalasan.

2. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan dua hal yang saling terikat.

Tokoh merupakan pelaku atau orang yang ada pada cerita, sedangkan

penokohan merupakan sikap para tokoh. Tokoh dan penokohan yang

terdapat pada Hikayat Panca Logam, sebagai berikut:

a. Djohan Perkasa

Secara fisiologis, Djohan Perkasa digambarkan sebagai sosok laki-

laki kuat dan tangguh yang menjadi teman dari Laila Ambora. Dilihat

6 Hikayat Panca Logam, Op.Cit, h. 10

7 Ibid, h. 12

8 Ibid, h. 15

Page 60: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

49

dari aspek sosiologisnya, Djohan Perkasa merupakan seorang kesatria.

Apabila dilihat dari perkembangan plot, Djohan Perkasa merupakan

tokoh utama. Djohan Perkasa adalah tokoh yang selalu diceritakan dan

berhubungan dengan tokoh lain sekaligus mempengaruhi perkembangan

plot.

Bagai seorang juara pemotong ketimun, Djohan Perkasa

melenyapkan semua rakyat yang ada di kanan, kiri, depan, dan

belakangnya. Hanya dengan sekejap saja, mayat-mayat sudah

bertimbun-timbunan, dan darah seperti air sungai mengalir.9

Dalam kutipan tersebut, Djohan Perkasa digambarkan sebagai

sosok yang sangat tangguh dan pemberani dalam perang hal ini juga

membuktikan aspek psikolosis Djohan Perkasa. Djohan Perkasa juga

termasuk kategori tokoh statis yang artinya tidak berubah-ubah sikap atau

wataknya.

Maka Djohan Perkasa berkata, “hai Laila Ambora, kita bakar

saja bukit ini dengan begitu ia akan datang karena melihat

banyak asap”.10

Dalam kutipan tersebut, bahwa Djohan Perkasa termasuk kategori

tokoh Protagonis anti hero. Hal ini dikarenakan dari kutipan ide tersebut

mengakibatkan pertempuran dalam cerita. Ia mempengaruhi Laila

Ambora untuk membakar bukit yang mengakibatkan kemarahan Raja

Kalunjintaka sehingga menimpulkan pertempuran. Sikap protagonis anti

hero ini merupakan sikap yang mendukung tema cerita.

b. Laila Ambora

Dalam hikayat ini tokoh Laila Ambora secara fisiologi

digambarkan sebagai perempuan tangguh dan mudah emosi. Dilihat dari

aspek sosiologisnya, Laila Ambora merupakan ksatria. Apabila dilihat

dari perkembangan plotnya maka Laila Ambora adalah tokoh utama

namun Laila Ambora tidak mempengaruhi plot secara nyata.

Begitu pula dengan Laila Ambora yang dengan senjata besinya

dapat menghancurkan tulang dengan sekali pukul. Djohan

9 Ibid, h. 7

10 Ibid, h. 2

Page 61: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

50

Perkasa dan Laila Ambora saat itu sangat marah sehingga

menghabisi lawannya tanpa ampun.11

Kutipan di atas menggambarkan sikap Laila Ambora yang pemarah

karena menghabisi ratusan rakyat Raja Kalunjintaka tanpa ampun. Laila

Ambora juga merupakan sosok yang mudah terpengaruh oleh Djohan

Perkasa. Hal ini tergambar dari persetujuan Laila Ambora pada ide

Djohan Perkasa untuk membakar bukit.

Mendengar ide dari Djohan Perkasa maka Laila Ambora setuju

dan langsung membakar bukit tersebut dengan menggunakan

besi karsani yang diberi nama kastayu yujana.12

Dalam kutipan tersebut dapat dipahami bahwa Laila Ambora

menyetujui ide Djohan Perkasa yang secara jelas dapat merusak

lingkungan dan seharusnya sebagai manusia Laila Ambora dapat

memilih cara lain yang tidak merusak lingkungan.

Mengetahui hal itu, tanpa pikir panjang Laila Ambora

menghabisi semua rakyat tersebut. Tiada beberapa lama Laila

Ambora menghabisi seluruh rakyat yang ada di bukit.

Dalam kutipan tersebut, Laila Ambora termasuk kategori tokoh

antagonis. Awal cerita sampai akhir cerita, Laila Ambora digambarkan

sebagai tokoh protagonis yang artinya tokoh ini mendukung tema cerita.

c. Raja Kalunjintaka

Raja Kalunjintaka secara fisiologi digambarkan sebagai Jin laki-

laki yang kuat dan menyeramkan. Secara jelas, aspek sosiologinya

digambarkan pada tokoh ini yaitu Raja Jin yang menguasai bukit batu

hitam.

Ketika Raja Kalunjintaka sedang berkumpul dengan saudaranya

Ladra Gumpita, Menteri, dan hulubalang maka sampailah satu

rakyat yang berhasil melarikan diri…13

11

Ibid, h. 4 12

Ibid, h. 3 13

Ibid, h. 3-4

Page 62: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

51

Kutipan tersebut menjelaskan bahwa tokoh ini adalah Raja yang

memiliki menteri, hulubalang, dan rakyat yang berada di bawah

kepemimpinannya. Raja Kalunjintaka merupakan raja yang mudah marah

dan menyeramkan sehingga tidak ada satupun yang berani memandang

wajahnya saat ia marah.

Mengetahui hal tersebut, maka raja sangat marah sampai

wajahnya merah bagaikan api yang menyala hingga semua

yang ada dihadapannya merasa takut melihat wajah raja.14

Apabila dilihat dari segi perkembangan plot sebenarnya Raja

Kalunjintaka tidak begitu mempengaruhi. Raja Kalunjintaka merupakan

tokoh tambahan karena dalam cerita, Raja Kalunjintaka hanya

diceritakan dibeberapa situasi saja. Tokoh ini termasuk dalam kategori

tokoh statis karena tidak mengalami perubahan perilaku hingga cerita

mencapai tahap akhir. Tokoh ini juga merupakan tokoh antagonis karena

sikapnya yang menentang tema cerita.

d. Empat Menteri

Dalam penceritaan, ada tokoh yang selalu disebut secara

bersamaan yaitu empat menteri. Tokoh ini terdiri dari empat orang yang

tidak diberikan namanya masing-masing. Jika dilihat dari sosiologis,

empat menteri ini merupakan tokoh laki-laki yang berada di bawah

pimpinan Raja Kalunjintaka dan memiliki sikap yang patuh terhadap

Rajanya.

Setelah mendengar perintah tuannya, maka empat orang

menteri dan para rakyat itu langsung pergi ke puncak

bukit. Tanpa butuh waktu lama, akhirnya mereka sampai

di puncak bukit itu.15

Kutipan di atas membuktikan bahwa empat menteri tersebut

merupakan sosok yang patuh atas perintah rajanya. Kepatuhan tersebut

disebabkan karena keempat menteri adalah menteri kerajaan yang juga

14

Ibid, h. 11 15

Ibid, h. 5

Page 63: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

52

membuktikan aspek psikologis. Dilihat dari perkembangan plot, empat

menteri ini tidak terlalu mempengaruhi perkembangan plot karena tokoh

ini merupakan tokoh tambahan.

Keempat materi itu pun sangat marah mendengar

perkataan Laila Ambora yang juga menantang lima ratus

rakyat untuk bisa menangkapnya.16

Melihat banyak rakyat yang tewas, maka keempat menteri

itu langsung menghunus pedangnya masing-masing untuk

mengusir Djohan Perkasa dan Laila Ambora.17

Kedua kutipan di atas membuktikan bahwa tokoh empat menteri

ini merupakan tokoh antagonis. Semua perilaku yang dilakukan tokoh ini

atas dasar patuh terhadap kerajaannya dan rajanya. Tokoh ini juga

merupakan tokoh statis.

e. Ladra Gumpita

Secara fisiologi, tokoh ini merupakan laki-laki yang memiliki

sikap patuh terhadap rajanya. Dilihat dari aspek sosiologinya, Ladra

Gumpita merupakan saudara dari Raja Kalunjintaka yang juga bekerja di

istana sebagai kepercayaan raja.

Ketika Raja Kalunjintaka sedang berkumpul dengan

saudaranya Ladra Gumpita, Menteri, dan hulubalang …18

…perintah Raja Kalunjintaka kepada Ladra Gumpita.

Maka segera Ladra Gumpita melihat sumber datangnya

asap tersebut setelah dilihatnya ternyata asap tersebut

datang dari puncak bukit.19

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Ladra Gumpita yang

merupakan saudara dari Raja Kalunjintaka juga tetap mematuhi perintah

Rajanya. Mengumpulkan rakyat untuk berperang dilakukan Ladra

Gumpita guna mengikuti perintah Rajanya. Ladra Gumpita juga

16

Ibid, h. 6 17

Ibid, h. 8 18

Ibid, h. 3-4 19

Ibid, h. 4

Page 64: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

53

merupakan tokoh antagonis. Karena ia merupakan tokoh yang menentang

tema cerita.

f. Rakyat

Dalam hikayat ini, ada tokoh yang hanya disebut sebagai rakyat

untuk mewakili ratusan orang. Secara fisiologi tidak digambarkan secara

jelas jenis kelamis dari tokoh ini. Jika dilihat dari aspek sosilogis maka

sudah jelas bahwa tokoh ini adalah kumpulan rakyat suatu kerajaan jin.

Mendengar hal tersebut, maka Raja Kalunjintaka segera

memerintahkan empat orang menteri dan lima ratus rakyat untuk

pergi ke puncak bukit itu.20

…maka sampailah satu rakyat yang berhasil melarikan diri dari

pertempuran dengan Djohan Perkasa dan Laila Ambora itu di

istana. Setelah melihat rakyatnya datang menyembah dalam

keadaan menangis …21

Kutipan di atas menjelaskan bahwa rakyat yang dimaksud

adalah jumlah orang yang terdiri lebih dari lima ratus. Namun, jika hanya

satu orang saja tetap disebut sebagai rakyat. Tokoh rakyat juga

merupakan tokoh yang sangat patuh pada perintah-perintah yang

ditujukan padanya.

Apabila dilihat dari perkembangan plot, rakyat merupakan tokoh

tambahan. Tokoh yang hanya ada jika pertempuran terjadi. Tokoh rakyat

juga merupakan kategori tokoh protagonis yang keberadaannya tidak

terlalu berpengaruh dalam penceritaan.

g. Danta Peri

Secara fisiologi, Danta Peri merupakan sosok peri yang perkasa.

Jika dilihat dari aspek sosiologi, Danta Peri merupakan peri yang sangat

patuh pada Djohan Perkasa dan memiliki banyak rakyat.

Bersembah sujud Danta peri di kaki Djohan Perkasa dan

berkata, “apakah pekerjaan yang bisa hamba lakukan hingga

tuanku memanggil hamba dan rakyat hamba?”22

20

Ibid, 4-5 21

Ibid, h. 9 22

Ibid, h. 13

Page 65: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

54

Setelah mendengar hal tersebut maka Danta peri berkata, “iya

tuanku, hamba akan menanggung hal tersebut” maka seluruh

rakyat Danta peri bersiap dengan senjatanya masing-masing.23

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Danta Peri sangat patuh

kepada Djohan Perkasa. Membantu pertempuran Djohan Perkasa dengan

Raja Kalunjintaka serta membawa rakyatnya. Apabila dilihat dari

perkembangan plot, maka Danta Peri merupakan tokoh tambahan. Tokoh

yang hadir hanya saat puncak pertempuran.

h. Pangeran Rangga Bajang

Secara Fisiologi, Pangeran Rangga Bajang merupakan sosok

setan laki-laki yang gagah dan perkasa. Dilihat dari aspek sosiologi,

Pangeran Rangga Bajang merupakan Pahlawan dari kaum setan.

Ketika itu, dilihat oleh Pangeran Rangga Bajang pahlawan dari

para setan dan sangat marah melihat rakyatnya lari.24

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Pangeran Rangga Bajang

merupakan Pahlawan para setan yang memiliki sikap gagah dan pemarah

dilihat dari perkembangan plot, Pangeran Rangga Bajang merupakan

tokoh tambahan yang dibuat untuk melawan Danta Peri dan membantu

Raja Kalunjintaka. Pangeran Rangga Bajang termasuk kategori antagonis

karena sikapnya yang menentang tema dalam cerita. Kemunculannya

yang tidak signifikan dalam cerita membuatnya tidak banyak diceritakan.

3. Latar

a. Latar Tempat

Latar tempat merupakan keterangan lokasi peristiwa yang terjadi

dalam cerita. Dalam Hikayat Panca Logam, latar tempat yang digunakan

hanya ada dua yaitu bukit dan bukit batu hitam.

1) Bukit

Dalam cerita, lokasi bukit ini merupakan tempat terjadinya segala

peristiwa. Awal penceritaan pertemuan Djohan Perkasa dan Laila

Ambora terjadi di bukit ini. Berikut kutipannya :

23

Ibid, h. 13 24

Ibid, h. 15

Page 66: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

55

Saat berkeliling di pucak bukit, Laila Ambora melihat

sebuah pohon tinggi yang memiliki buah lebat dan bisa

dijadikan obat. Setelah melihat pohon tersebut, Laila

Ambora berpikir untuk meminta kepada dewa Brahmana

agar dirinya dijadikan seekor monyet.25

Melihat seekor monyet yang sangat menggemaskan,

Djohan Perkasa langsung memanahnya dengan anak panah

yang diberi nama Tersura Dewa. Anak panah itu mengenai

pinggang monyet tersebut dan menjatuhkannya.26

Saat berkeliling bukit, Laila Ambora menjelma menjadi seekor

monyet dan dilihat oleh Djohan Perkasa. Sejak saat itu, mereka

bertemu dan merencanakan pembalasan dendam kepada Raja

Kalunjintaka. Pembalasan dendam berupa pertempuran juga terjadi di

bukit ini. Berikut kutipannya :

Sesampainya rakyat Raja Kalunjintaka di bukit, maka Ladra

Gumpita menyuruh memukul gendang perang dengan sangat

keras. Setelah kedua tentara itu saling berhadapan sambil

menghunus pedangnya masing-masing. Setelah bertemu, mereka

pun saling bertikam-tikaman, berpanah-panahan, dan

bertembak-tembakan.27

Sesuai dengan paragraf pembuka hikayat ini, semua peristiwa

memang terjadi di bukit yang sering kali pengarang sebut sebagai

puncak bukit namun tidak dituliskan nama bukitnya.

2) Bukit Batu Hitam

Bukit Batu Hitam bisa dikatakan sebagai istana Raja jin. Semua

jin, setan, dan hantu tinggal di Bukit Batu Hitam. Raja Kalunjintaka

dan Rakyatnya tinggal di Bukit Batu Hitam.

Raja Kalunjintaka yang berada di bukit Batu Hitam sedang

berkumpul dengan palaranya yang bernama Ladra

Gumpita, rakyat, hulubalang, jin, setan dan semua yang

berada di bawah pemerintahannya …28

25

Ibid, h. 1 26

Ibid, h. 1 27

Ibid, h. 12 28

Ibid, h. 3-4

Page 67: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

56

Namun, ada satu rakyat yang berhasil melarikan diri

terbang ke bukit batu hitam. Ketika Raja Kalunjintaka

sedang berkumpul dengan saudaranya Ladra Gumpita,

Menteri, dan hulubalang maka sampailah satu rakyat yang

berhasil melarikan diri dari pertempuran dengan Djohan

Perkasa dan Laila Ambora itu di istana.29

Kutipan di atas menjelaskan bahwa peristiwa yang berhubungan

dengan Raja Kalunjintaka serta pengikutnya lebih banyak di Bukit

Batu Hitam. Perkumpulan Raja dengan para jajaran istana terjadi di

Bukit Batu Hitam, dikumpulkannya lima ratus rakyat, pengaduan

rakyat terhadap peristiwa di bukit, dan kemarahan Raja karena

pembakaran bukit juga diceritakan di lokasi yang sama.

b. Latar Waktu

Latar waktu adalah keterangan kapan peristiwa dalam cerita ini

terjadi. Selain penjelasan tentang pagi, siang, sore, dan malam,

penggunaan waktu dapat membantu menguatkan kejadian nyata yang

ada pada cerita. Dalam Hikayat Panca Logam latar waktu

digambarkan secara tidak langsung atau tersirat.

Dalam Hikayat Panca Logam menampilkan latar waktu dari

awal sampai akhir cerita yaitu zaman peralihan Hindu Islam karena di

dalam cerita masih terdapat unsur-usur Hindu dan Islam. Unsur Hindu

yang terdapat pada cerita ini dibuktikan dengan kutipan berikut :

Setelah melihat pohon tersebut, Laila Ambora berpikir

untuk meminta kepada dewa Brahmana agar dirinya

dijadikan seekor monyet. Seketika itu juga, Laila Ambora

berubah menjadi seekor monyet dan langsung memanjat

pohon tersebut serta menikmati buahnya.30

Berdasarkan kutipan tersebut jelas diketahui penjelmaan orang

menjadi binatang merupakan unsur Hindu. Unsur Hindu lain adalah

adanya raksasa atau penjelmaan sebagai ular, naga, garuda, dan

29

Ibid, h. 9 30

Ibid, h. 1

Page 68: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

57

raksasa ketika terjadinya peperangan menunjukkan pengaruh Hindu.31

Hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan berikut:

Ketika itu, dilihat oleh Pangeran Rangga Bajang pahlawan

dari para setan dan sangat marah melihat rakyatnya lari.

Pangeran Rangga Bajang menghempaskan rambutnya serta

mengubah dirinya menjadi sosok yang sangat besar dan

menangkap para peri seperti menangkap anak ayam.32

Kutipan di atas menjelaskan bawa adanya unsur Hindu dengan

berubahnya Pangeran Rangga Bajang menjadi raksasa untuk menakuti

pasukan lawan. Mengubah diri menjadi raksasa juga dilakukan oleh

Danta Peri yang pada akhirnya berhasil mengusir Pangeran Rangga

Bajang beserta pasukannya. Unsur adanya mukjizat dan pertolongan

terhadap tokoh utama merupakan unsur sastra zaman peralihan,

berikut kutipannya:

Setelah mendengar perkataan Laila Ambora maka Djohan

Perkasa segera membuat kemalakikumat yang diperoleh

dari naga dan seketika itu datanglah peri yang bernama

Danta serta para rakyatnya.33

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh utama yaitu Djohan

Perkasa mendapatkan bantuan dari Danta Peri untuk berperang dengan

pasukan Raja Kalunjintaka yang pada saat itu memiliki pasukan yang

sangat banyak. Unsur Islam yang terlihat dalam cerita ini yaitu

penggunaan nama pahlawan atau tokoh yang sudah menunjukan nama

Islam. Menurut Liaw Yock Fang, dikatakan bahwa ciri sastra zaman

peralihan itu setelah Islam masuk memberi nama Islam kepada

pahlawan ceritanya.34

Cerita ini mengisahkan tentang Djohan Perkasa dan Laila

Ambora yang berperang dengan peri di atas bukit.35

31

Nikmah dan Putri Minerva, Hikayat Panca Logam I (Jakarta: Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan, 1988) h. 4 32

Hikayat Panca Logam, Op.Cit, h. 15 33

Ibid, h. 13 34

Nikmah dan Putri Minerva, Op.Cit, h. 5 35

Hikayat Panca Logam, Op.Cit, h. 1

Page 69: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

58

Kutipan di atas menjelaskan bahwa nama kedua tokoh utama

sudah menggunakan nama Islam seperti Djohan dan Laila.

c. Latar Sosial

Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berkaitan dengan

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat. Latar sosial pada

umumnya mencakup tentang keadaan masyarakat, status sosial,

kebiasaan hidup, adat-istiadat, cara berpikir masyarakat, dan bahasa.

Dalam Hikayat Panca Logam tampak gambaran kebiasaan

hidup masyarakat terhadap alam sekitar. Kebiasaan ini sudah ada

sejak jaman dahulu seperti menebang pohon di hutan secara bebas,

membuang sampah di sungai, dan pembakaran bukit. Hal tersebut

terlihat dalam kutipan berikut:

Maka Djohan Perkasa berkata, “hai Laila Ambora, kita

bakar saja bukit ini dengan begitu ia akan datang karena

melihat banyak asap”. Mendengar ide dari Djohan Perkasa

maka Laila Ambora setuju dan langsung membakar bukit

tersebut dengan menggunakan besi karsani yang diberi

nama kastayu yujana.36

Selanjutnya latar sosial dalam cerita berupa cara berpikir

masyarakat. Tampak pada kutipan berikut:

Setelah mendengar hal itu, Raja Kalunjintaka sangat

marah bagai seekor ular yang melilit..37

Kutipan di atas menjelaskan bahwa cara pikir masyarakat pada

saat itu mengenai hukum alam. Jika manusia merusak alam maka

Dewa atau Tuhan akan marah melalui ciptaan lainnya seperti jin.

Masyarakat saat itu percaya bahwa di bukit tidak hanya dihuni oleh

tumbuhan ataupun hewan namun juga oleh jin, hantu, dan setan.

36

Ibid, h. 2 37

Ibid, h. 10

Page 70: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

59

4. Plot

Alur yang digunakan pada Hikayat Panca Logam ini adalah alur

maju. Penceritaan diawali dengan tahap penyituasian, yaitu tahap

pelukisan tokoh dan situasi latar. Tahap ini digambarkan dengan

memperkenalkan Djohan Perkasa dan Laila Ambora yang akan

berperang di atas bukit bersama peri. Tokoh utama sudah diperkenalkan

di awal penceritakan, begitu pula dengan latar yang akan menjadi pusat

penceritaan. Berikut kutipannya:

Cerita ini mengisahkan tentang Djohan Perkasa dan Laila Ambora

yang berperang dengan peri di atas bukit.38

Pada suatu hari, Djohan Perkasa dan Laila Ambora berkeliling

puncak bukit. Saat berkeliling di pucak bukit, Laila Ambora

melihat sebuah pohon tinggi yang memiliki buah lebat dan bisa

dijadikan obat.39

Kedua kutipan di atas merupakan tahapan penyituasian. Pengenalan

tokoh utama dan penggambaran latar yang dijelaskan bahwa di atas bukit

banyak sekali pohon-pohon yang memiliki buah lebat. Kedua, tahap

pemunculan konflik yang artinya pada tahap ini awal terbentuknya

konflik. Tahap ini digambarkan dengan pembakaran bukit yang

dilakukan oleh Djohan Perkasa dan Laila Ambora yang menimbulkan

kemarahan Raja Kalunjintaka. Pembakaran bukit tersebut sebenarnya

beermaksud untuk memanggil Raja Kalunjintaka dan membalaskan

dendam Laila Ambora kepadanya.

Maka Djohan Perkasa berkata, “hai Laila Ambora, kita bakar saja

bukit ini dengan begitu ia akan datang karena melihat banyak

asap”. Mendengar ide dari Djohan Perkasa maka Laila Ambora

setuju dan langsung membakar bukit tersebut dengan

menggunakan besi karsani yang diberi nama kastayu yujana.40

Kutipan di atas menjelaskan bahwa pemunculan awal konflik terjadi

karena rencana yang disarankan oleh Djohan Perkasa karena cerita Laila

38

Ibid, h. 1 39

Ibid, h. 1 40

Ibid, h. 2

Page 71: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

60

Ambora yang ingin membalas dendam kepada Raja Kalunjintaka.

Pembakaran bukit yang dilakukan kedua tokoh utama ini menimbulkan

kemarahan Raja Kalunjintaka yang pada akhirnya mengirimkan empat

menteri dan lima ratus rakyatnya.

Ketiga, tahap peningkatan konflik seperti peristiwa-peristiwa yang

semakin mencekam setelah tahapan sebelumnya muncul. Dalam cerita

ini, tahap peningkatan konflik terjadi saat Djohan Perkasa dan Laila

Ambora membunuh semua rakyat Raja Kalunjintaka dan empat menteri.

Peristiwa ini menimbulkan kemarahan Raja Kalunjintaka dan

keputusannya untuk melaksanakan perang.

Melihat keempat menterinya tewas, maka sisa lima ratus rakyat

tersebut lari berhamburan menyelamatkan diri, ada yang naik ke

atas pohon kayu hingga bersembunyi disela-sela batu. Mengetahui

hal itu, tanpa pikir panjang Laila Ambora menghabisi semua rakyat

tersebut. Tiada beberapa lama Laila Ambora menghabisi seluruh

rakyat yang ada di bukit.41

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Laila Ambora dan Djohan

Perkasa telah menghabisi semua wakil yang dikirim oleh Raja

Kalunjintaka untuk membunuh kedua manusia itu.

Mengetahui hal tersebut, maka raja sangat marah sampai wajahnya

merah bagaikan api yang menyala hingga semua yang ada

dihadapannya merasa takut melihat wajah raja. Maka berkata raja

kepada Ladra Gumpita, “hai Ladra Gumpita, segera kumpulkan

semua rakyat hari ini untuk pergi ke bukit! Akan aku putar-putar

itu dua manusia”. Ladra Gumpita langsung pergi untuk

mengumpulkan rakyat.42

Awal hal yang membuat konflik semakin meningkat adalah

kemarahan Raja Kalunjintaka terhadap sikap Djohan Perkasa dan Laila

Ambora yang membunuh pasukannya. Keempat, tahap klimaks yaitu titik

konflik yang paling puncak. Dalam cerita ini klimaks konflik berada pada

saat perang terjadi di atas bukit antara pasukan Djohan Perkasa dan

pasukan Raja Kalunjintaka.

41

Ibid, h. 8 42

Ibid, h. 11

Page 72: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

61

Sesampainya rakyat Raja Kalunjintaka di bukit, maka Ladra

Gumpita menyuruh memukul gendang perang dengan sangat keras.

Setelah kedua tentara itu saling berhadapan sambil menghunus

pedangnya masing-masing. Setelah bertemu, mereka pun saling

bertikam-tikaman, berpanah-panahan, dan bertembak-tembakan.43

Dalam kutipan tersebut, perang sudah dimulai dengan tanda

pemukulan gendang yang dilakukan para jin, setan, dan hantu. Kedua

pasukan tentara saling membunuh satu sama lain. Selain hal ini, konflik

klimaks juga terjadi sampai datangnya Pangeran Rangga Bajang yang

mengubah dirinya menjadi raksasa guna mengusir pasukan Danta Peri

dari pihak Djohan Perkasa dan Laila Ambora.

Pangeran Rangga Bajang menghempaskan rambutnya serta

mengubah dirinya menjadi sosok yang sangat besar dan

menangkap para peri seperti menangkap anak ayam.44

Tahap terakhir, tahap penyelesaian konflik dalam cerita. Tahap

penyelesaian ini terjadi saat Danta Peri merasa marah melihat tindakan

Pangeran Rangga Bajang yang menakuti para rakyatnya dan memaksa

untuk menyerah.

Para peri merasa takut setelah melihat perbuatan Pangeran Rangga

Bajang dan mulai melarikan diri. Setelah melihat hal tersebut,

Danta Peri akhirnya memutuskan untuk berubah membesarkan diri

dan mengusir Pangeran Rangga Bajang itu.45

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Danta Peri sangat marah dan

pada akhirnya memutuskan untuk mengubah dirinya menjadi raksasa dan

mengusir Pangeran Rangga Bajang beserta pasukannya.

Perbedaan plot berdasarkan urutan waktu. Urutan waktu yang

dimaksud adalah urutan waktu peristiwa yang diceritakan. Dilihat dari

uraian di atas, maka cerita Hikayat Panca Logam merupakan plot lurus

(progresif). Jika dituliskan dalam bentuk skema, plot progresif akan

berwujud sebagai berikut:

43

Ibid, h. 14 44

Ibid, h. 15 45

Ibid, h. 16

Page 73: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

62

A B C D E

Simbol A melambangkan tahapan penyituasian cerita, B – C – D

melambangkan kejadian yang adapada tahap pemunculan konflik,

peningkatan konflik, dan klimaks konflik. Kemudian diakhiri dengan

lambang E sebagai tahap penyelesaian.

Selain plot dibedakan berdasarkan waktu, plot juga dapat dibedakan

berdasarkan kepadatannya. Dalam cerita Hikayat Panca Logam,

berdasarkan kepadatannya yaitu plot padat karena penyajian ceritanya

cepat dan peristiwa yang terjadi susul-menyusul antarperistiwa terjalin

secara erat.

5. Sudut Pandang

Pada Hikayat Panca Logam menggunakan sudut pandang persona

ketiga yaitu “Diaan” yang memposisikan narator di luar cerita

menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebutkan nama atau kata

ganti. Penceritaan ini menggunakan sudut pandang orang ketiga “dia”

mahatahu. Pengarang mengetahui segala seluk-beluk yang terjadi pada

tokoh.

Setelah melihat pohon tersebut, Laila Ambora berpikir untuk

meminta kepada dewa Brahmana agar dirinya dijadikan seekor

monyet. Seketika itu juga, Laila Ambora berubah menjadi seekor

monyet dan langsung memanjat pohon tersebut serta menikmati

buahnya.46

Mengetahui hal tersebut, maka raja sangat marah sampai wajahnya

merah bagaikan api yang menyala hingga semua yang ada

dihadapannya merasa takut melihat wajah raja.47

Kedua kutipan di atas menjelaskan bahwa pengetahuan pengarang

sebagai orang ketiga mahatahu dapat meliputi pikiran dan perasaan yang

dirasakan tokoh. Selain itu, pengarang juga mengetahui percakapan

tokoh dan perbuatan tokoh.

46

Ibid, h. 1 47

Ibid, h. 11

Page 74: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

63

6. Gaya Bahasa

Pada Hikayat Panca Logam terdapat dua gaya bahasa yang

digunakan oleh pengarang dalam penceritaan. Sebenarnya bahasa yang

digunakan dalam hikayat ini adalah bahasa Melayu klasik yang masih

cukup dapat dimengerti. Berikut gaya bahasa yang ada pada Hikayat

Panca Logam :

a. Majas Simile

Simile adalah sebuah majas yang memepergunakan kata-kata

pembanding langsung atau eksplisit untuk membandingkan sesuatu

yang dibandingkan dengan pembandingnya. Majas simile

mempergunakan kata-kata tugas tertentu, misalnya kata-kata seperti,

bagai, bagaikan, sebagai, laksana, mirip, bak, dan sebagainya. Majas

tersebut terlihat dalam kutipan berikut:

Mengetahui hal tersebut, maka raja sangat marah sampai

wajahnya merah bagaikan api yang menyala hingga semua

yang ada dihadapannya merasa takut melihat wajah raja.48

Bagai seorang juara pemotong ketimun, Djohan Perkasa

melenyapkan semua rakyat yang ada di kanan, kiri, depan,

dan belakangnya. Hanya dengan sekejap saja, mayat-

mayat sudah bertimbun-timbunan, dan darah seperti air

sungai mengalir.49

Setelah mendengar hal itu, Raja Kalunjintaka sangat

marah bagai seekor ular yang melilit…50

Kutipan di atas menggambarkan perumpamaan yang terjadi di

dalam cerita. Beberapa tokoh atau lebih banyak yang menjadi tokoh

perumpamaan adalah Raja Kalunjintaka karena perbuatannya selalu

dibandingkan dengan ular, api, dan semua yang menakutkan.

b. Hiperbol

Gaya bahasa ini juga ada dalam penceritaan hikayat “Panca

Logam”. Adapun kutipannya:

48

Ibid, h. 11 49

Ibid, h. 4 50

Ibid, h. 10

Page 75: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

64

Usaha tersebut dilihat oleh Djohan Perkasa dan Laila Ambora,

maka seketika itu juga keempat menteri itu dipukul oleh Laila

Ambora dengan besinya sehingga tewas dan hancur seperti

sate.51

Kutipan di atas menjelaskan hal yang berlebihan pada peristiwa

atau perkataan tokoh dalam cerita. Seseorang yang dipukul dengan

besi mana mungkin bisa berubah menjadi sate.

7. Amanat

Amanat yang dapat diambil dari Hikayat Panca Logam adalah

mencintai sesama makhluk hidup dan lingkungan. Manusia sebagai

makhluk yang berakal, seharusnya menjadi contoh atau menjadi ciptaan

Tuhan yang memiliki sikap terpuji. Sikap terpuji tersebut tidak hanya

ditujukan kepada sesama manusia namun juga dengan alam dan

lingkungan sekitar. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut:

Maka Djohan Perkasa berkata, “hai Laila Ambora, kita

bakar saja bukit ini dengan begitu ia akan datang karena

melihat banyak asap”. Mendengar ide dari Djohan Perkasa

maka Laila Ambora setuju dan langsung membakar bukit

tersebut dengan menggunakan besi karsani yang diberi

nama kastayu yujana.52

Kutipan di atas menjelaskan bahwa sikap manusia yang kurang

terpuji dengan membakar bukit yang merupakan salah satu ciptaan Tuhan

yang harus dijaga dan dirawat. Sikap tidak terpuji tersebut menimbulkan

kemarahan dari makhluk lain yang ada di bumi. Jadi Hikayat Panca

Logam sebenarnya ingin memberitahukan bahwa sebagai makhluk

ciptaan Tuhan harus saling menjaga satusama lain. Hubungan manusia

dengan alam juga harus dalam keadaan baik dan tidak merugikan pihak

mana pun.

51

Ibid, h. 8 52

Ibid, h. 2

Page 76: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

65

C. Prinsip-Prinsip Ekologi dalam Hikayat Panca Logam

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Hikayat Panca Logam,

dapat ditemukan bentuk kontradiktif interaksi para tokoh terhadap alam dan

lingkungan sekitar pada masa ditulisnya Hikayat ini dengan kehidupan masa

sekarang. Pada Hikayat Panca Logam juga dapat ditemukan penggambaran

latar yang digunakan sebagai landasan cerita.

a. Pelukisan Latar oleh Pengarang

Pelukisan latar oleh tokoh digunakan dalam penceritaan Hikayat

Panca Logam. Bentuk interaksi terhadap lingkungan dan alam juga

dapat telihat jelas pada tokoh dalam Hikayat Panca Logam. Hikayat

Panca Logam merupakan karya sastra kuno yang berisikan hubungan

manusia dengan alam sekitarnya. Menceritakan tokoh-tokoh yang

sangat dekat dengan alam yang digambarkan dengan latar bukit. Hal

tersebut dibuktikan dengan kutipan berikut:

Laila Ambora melihat sebuah pohon tinggi yang memiliki

buah lebat dan bisa dijadikan obat.53

Kutipan di atas menjelaskan bahwa di atas bukit terdapat pohon-

pohon yang berukuran tinggi dan memiliki buah yang sangat lebat juga

nikmat. Tokoh menjelaskan bahwa ia mengerti buah-buah yang tumbuh

di atas bukit merupakan buah yang selain nikmat juga sehat. Selain

memahami lingkungan di atas bukit, tokoh juga memanfaatkan

lingkungan.

Laila Ambora berpikir untuk meminta kepada dewa

Brahmana agar dirinya dijadikan seekor monyet. Seketika itu

juga, Laila Ambora berubah menjadi seekor monyet dan

langsung memanjat pohon tersebut serta menikmati

buahnya.54

Tokoh Laila Ambora memanfaatkan buah yang tumbuh di atas

bukit untuk mengisi perutnya yang lapar mencari Raja Kalunjintaka.

Pemanfaatan buah yang tumbuh di atas bukit merupakan bukti bahwa

53

Ibid, h. 1 54

Ibid, h. 1

Page 77: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

66

adanya hubungan yang sangat erat antara manusia dan lingkungan.

Pemanfaatan lingkungan juga tidak hanya dilakukan oleh manusia

namun juga oleh makluk lainnya seperti Raja Jin.

Raja Kalunjintaka yang berada di bukit Batu Hitam sedang

berkumpul dengan palaranya yang bernama Ladra Gumpita,

rakyat, hulubalang, jin, setan dan semua yang berada di

bawah pemerintahannya melihat asap yang ada di udara.55

Tokoh yang juga memanfaatkan lingkungan atau alam salah

satunya Raja Kalunjintaka. Memanfaatkan atas bukit sebagai istananya

yang juga diisi oleh ratusan rakyatnya. Hikayat Panca Logam

menjelaskan bahwa yang hidup di bumi ini tidak hanya manusia dan

makluk hidup lainnya namun juga makluk yang berasal dari dunia lain

juga menempati bumi. Jika dilihat pada masa sekarang, masyarakat

yang mempercayai hal tersebut sepertinya sudah mulai berkurang.

Masyarakat saat ini kurang percaya adanya makhluk yang menghuni

hutan.

b. Perbuatan Tokoh

Pemanfaatan lingkungan dan perbuatan tokoh terhadap lingkungan

dapat membawa pembaca memahami tentang watak tokoh tersebut.

Perbuatan tokoh tersebut dapat berupa menebang pohon, berburu, dan

membuka lahan. Dalam Hikayat Panca Logam, tokoh utama sangat

menonjolkan perbuatan yang dilakukan pada lingkungan alam.

Maka dibakarnya semua yang ada di bukit itu, mulai dari

pohon kayu, buah-buahan, dan semua pohon yang ada di

puncak bukit. Laila Ambora sangat sakit hati kepada Raja

Kalunjintaka hingga membakar semua bukit dan

mengakibatkan banyaknya asap yang berterbangan di udara.56

Melihat seekor monyet yang sangat menggemaskan, Djohan

Perkasa langsung memanahnya dengan anak panah yang

diberi nama Tersura Dewa. Anak panah itu mengenai

pinggang monyet tersebut dan menjatuhkannya.57

55

Ibid, h. 3-4 56

Ibid, h. 3 57

Ibid, h. 2

Page 78: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

67

Dalam kutipan di atas menjelaskan bahwa tokoh Djohan Perkasa

berkerja sama dengan Laila Ambora membakar bukit karena

kepentingan pribadi tanpa memikirkan akibat dari perbuatannya.

Pembakaran bukit disarankan oleh Djohan Perkasa kepada Laila

Ambora dikarenakan keinginan balas dendam Laila Ambora pada Raja

Kalunjintaka. Selain membakar bukit, Djohan Perkasa juga memburu

binatang-binatang di atas bukit. Pemburuan bintang yang dilakukan

juga merupakan hal yang melanggar hubungan manusia dengan makluk

hidup lainnya.

Hikayat Panca Logam merupakan karya sastra yang ditulis pasa

masa bergejolaknya industrialisasi di Indonesia. Dalam penceritaan

sebenarnya pengarang menggambarkan bahwa sebagai seorang manusia

pada saat ini haruslah menjadi penguasa atas segalanya termaksud pada

alam. Penebangan pohon dan pembakaran hutan merupakan hal yang

harus dilakukan oleh manusia pada masa tersebut. Namun jika

dibandingkan dengan masa sekarang, perbuatan tersebut merupakan

perbuatan yang salah atau dapat dikatakan sangan kontradiktif antara

penceritaan dengan keadaan saat ini.

Ketelitian dalam mengamati lingkungan juga tergambarkan pada

Hikayat Panca Logam. Hampir semua tokoh dalam cerita memiliki

ketelitian dalam mengamati situasi lingkungan alam.

Saat berkeliling di pucak bukit, Laila Ambora melihat

sebuah pohon tinggi yang memiliki buah lebat dan bisa

dijadikan obat. Setelah melihat pohon tersebut, Laila

Ambora berpikir untuk meminta kepada dewa Brahmana

agar dirinya dijadikan seekor monyet.58

Kutipan di atas menjelaskan bahwa Laila Ambora mengamati

keadaan alam di atas bukit. Ia memperhatikan beberapa tumbuhan

dan menemukan satu pokon yang memiliki buah sangat lebat dan

nikmat. Selain Laila Ambora, tokoh lain juga memperhatikan

kelestarian lingkungan di atas bukit batu hitam.

58

Ibid, h. 1

Page 79: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

68

“Hai Landra Gumpita, coba engkau lihat dari mana asap di

udara itu datang!” perintah Raja Kalunjintaka kepada

Ladra Gumpita.59

Raja Kalunjintaka merupakan tokoh yang digambarkan sebagai

seorang raja yang sangat memperhatikan lingkungan daerah

kekuasaannya. Tokoh ini sangat marah saat mengetahui bahwa

lingkungan dekat istananya mengalami kebakaran dan dilakukan

oleh manusia.

Latar belakang sosial budaya juga mempengaruhi faktor terjadinya

hubungan manusia dengan alam. Beberapa permasalahan alam sering

terjadi secara tidak sengaja ataupun disengaja. Pembakaran bukit yang

terdapat dalam Hikayat Panca Logam adalah permasalahan lingkungan

yang disengaja atas dasar kepentingan pribadi. Kemarahan yang dirasakan

oleh Laila Ambora kepada Raja Kalunjintaka mengakibatkan pembakaran

bukit dan polusi udara. Hal tersebut didasari atas kepentingan pribadi yang

dapat dikategorikan pada latar belakang sosial.

Selain itu, mitos juga dimasukkan dalam penceritaan Hikayat Panca

Logam. Mitos yang digunakan sebenarnya juga merupakan kepercayaan

masyarakat Hindu yang pada saat itu masih terdapat di Indonesia. Mitos

yang sangat terlihat dalam cerita Hikayat Panca Logam adalah penghuni

atas bukit yang merupakan sosok Jin, Hantu, dan Setan.

Setelah mendengar hal itu, Raja Kalunjintaka sangat marah bagai

seekor ular yang melilit dan berkata, “dari mana datangnya kedua

manusia itu dan apa maksudnya datang kesini?.60

Kutipan di atas menjelaskan bahwa sosok Jin yang menjaga Bukit

sangat marah melihat ulah manusia yang merusak lingkungan dengan

membakar bukit. Kemarahan Raja Jin juga memicu kemarahan Pangeran

Rangga.

Ketika itu, dilihat oleh Pangeran Rangga Bajang pahlawan dari

para setan dan sangat marah melihat rakyatnya lari. Pangeran

59

Ibid, h. 4 60

Ibid, h. 10

Page 80: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

69

Rangga Bajang menghempaskan rambutnya serta mengubah

dirinya menjadi sosok yang sangat besar dan menangkap para peri

seperti menangkap anak ayam.61

Panggilan pangeran dalam Hikayat Panca Logam sebenarnya

menunjuk pada Tuhan. Kata Pangeran dalam masyarakat Hindu

merupakan panggilan atau nama lain dari Tuhan.62

Karma yang didapatkan

oleh Manusia dengan membakar bukit adalah kemarahan Tuhan yang

membuat pasukan manusia harus melawan atau berperang dengan pasukan

Tuhan.

Prinsip ekologi yang ada pada Hikayat Panca Logam adalah adanya

hubungan timbal balik seperti yang dilakukan oleh tokoh Laila Ambora

dan Djohan Perkasa yang membakar bukit atas latar belakang kepentingan

pribadi.

Maka dibakarnya semua yang ada dibukit itu, mulai dari pohon

kayu, buah-buahan, dan semua pohon yang ada di puncak bukit.

Laila Ambora sangat sakit hati kepada Raja Kalunjintaka hingga

membakar semua bukit dan mengakibatkan banyaknya asap yang

berterbangan di udara.63

Kutipan di atas menjelaskan bahwa pembakaran bukit atau pencemaran

lingkungan secara sengaja dilakukan atas latar belakang kepentingan

pribadi. Peristiwa ini menimbulkan reaksi yang tidak baik karena

kemarahan raja jin yang ada pada bukit tersebut. Selain menceritakan

tentang hubungan manusia dengan alam, karya sastra yang mengandung

ekologi yang memiliki tujuan untuk mengajak atau memberikan pola

berpikir pada pembaca agar tetap menjaga hubungan baik dengan alam.

Ketika itu, dilihat oleh Pangeran Rangga Bajang pahlawan dari

para setan dan sangat marah melihat rakyatnya lari. Pangeran

Rangga Bajang menghempaskan rambutnya serta mengubah

dirinya menjadi sosok yang sangat besar dan menangkap para peri

seperti menangkap anak ayam.64

61

Ibid, h. 15 62

Moehamad Habib Mustopp, Kebudayaan Islam di Jawa Timur : Kajian Beberapa

Unsur Budaya Masa Peralihan (Yogyakarta : Jendela Grafika, 2001) h.242 63

Ibid, h. 3 64

Ibid, h. 15

Page 81: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

70

Hikayat Panca Logam menjelaskan bahwa saat kesombongan manusia

terhdap alam maka Tuhan pun akan marah. Dalam Hikayat Panca Logam

yang masih menganut ajaran Hindu, Tuhan diumpamakan atau dipanggil

sebagai Pangeran. Selain pinsip ekologi sastra, Hikayat Panca Logam juga

mengandung fokus ekologi sastra seperti pencemaran, hutan belantara,

bencana, tempat tinggal, binatang, dan bumi.

Jadi, setelah menjelaskan semua interaksi yang ada dalam Hikayat

Panca Logam dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip ekologi sastra

digunakan untuk menemukan adanya kontradiktif naskah dengan masa

saat ini. Penceritaan yang terkesan memperbolehkan manusia selalu

unggul dalam segala hal termaksud pada alam jika dilihat pada masa

sekarang sebenarnya tidak sama. Sikap kesombongan manusia terhadap

alam pada saat ini sudah sangat diperhatikan oleh masyarakat luas.

Menjaga alam menjadi hal yang sangat diharuskan kepada seluruh

manusia di bumi.

D. Implikasi dalam Pembelajaran Sastra di Sekolah

Karya sastra biasanya dibaca hanya untuk kesenangan di waktu luang

saja. Sebenarnya karya sastra merupakan cerminan dari kehidupan. Bisa saja

karya sastra yang diciptakan merupakan penyampaian dari kehidupan atau

keadaan di sekitar kita. Selain keadaan sosial, karya sastra juga menjelaskan

hubungan manusia dengan alam. Hubungan manusia dengan alam sering kali

dipandang sebelah mata.

Setiap karya sastra biasanya tercipta dari keadaan lingkungan baik sosial

maupun alam. Karya-karya yang di dalamnya menceritakan tentang hubungan

manusia dengan alam sudah ada sejak zaman sastra Melayu. Hikayat

merupakan salah satu karya sastra yang menghubungkan kesusastraan dengan

keadaan alam. Kepedulian terhadap alam harus terus ditanamkan dalam diri

setiap manusia. Maka karya sastra seperti hikayatlah yang harus terus dibaca.

Nilai kepedulian terhadap alam perlu diterapkan sejak sedini mungkin.

Melalui pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa dapat mengetahui dan

Page 82: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

71

menumbuhkan rasa peduli lingkungan dengan membaca beberapa karya

sastra seperti hikayat. Pembelajaran ini ditujukan untuk mengetahui

pentingnya nilai-nilai yang ada di suatu karya sastra.

Prinsip kepedulian lingkungan atau ekologi dalam Hikayat Panca Logam

memperlihatkan prinsip keperdulian lingkungan. Hubungan manusia dengan

alam banyak diceritakan di dalam Hikayat Panca Logam. Oleh karena itu,

implikasi prinsip ekologi atau hubungan manusia dengan alam dapat

ditemukan dalam pembelajaran sastra Indonesia di kelas X semester 1.

Pembelajaran sastra dalam penilitian ini menggunakan Kurikulum 2013.

Pembelajaran hikayat di kelas X semester 1 dalam Mengembangkan sikap

apresiatif dalam menghayati karya sastra. Indikatornya adalah

mengidentifikasi dan menjelaskan karakteristik dan unsur intrinsik sastra

Melayu serta nilai-nilai yang terkandung dalam Hikayat. Dengan menemukan

prinsip ekologi dalam Hikayat Panca Logam diharapkan siswa mampu

merealisasikannya ke dalam kehidupan untuk diri sendiri khususnya dan

masyarakat pada umumnya.

Page 83: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

72

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam Hikayat Panca

Logam, dapat diambil beberapa simpulan, yaitu:

1. Naskah Hikayat Panca Logam dilakukan suntingan teks agar dapat dibaca

oleh kalangan luas. Penyuntingan teks yang telah dilaksanakan yaitu

dengan memberikan pembagian susunan kalimat dan paragraf. Selain

dilakukan penyuntingan, teks juga diberi terjemahan agar memudahkan

pembaca yang tidak terlalu memahami bahasa Melayu.

2. Prinsip Ekologi merupakan prinsip yang menjelaskan tentang hubungan

manusia dengan alam. Dalam sebuah karya sastra, prinsip ekologi berarti

penjelasan hubungan, manusia dengan alam guna mengajak para pembaca

untuk mengenal hubungan baik dengan alam. Prinsip Ekologi juga prinsip

yang harus dipahami dan diterapkan dalam kehidupan manusia dengan

lingkungan. Pembacaan kontemporer terhadap teks masa lampau dapat

menghasilkan simpulan yang kontradiktif.

3. Prinsip ekologi dalam Hikayat Panca Logam dapat diimplikasikan dalam

pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Materi pembelajaran

digunakan mengenai hikayat di SMA kelas X semester 1. Standar

kompetensinya adalah membaca, dimana siswa diharapkan mampu

memahami berbagai hikayat. Kompetensi dasar yang harus dicapai adalah

menemukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat. Unsur ekstrinsik

hikayat yang dapat ditemukan adalah prinsip ekologi yang ada dalam

hikayat, baik dari segi pelestarian ataupun pencemaran. Pembelajaran

sastra dalam memahami hikayat diharapkan dapat membantu siswa

menentukan prinsip ekologi. Oleh karena itu, setelah pembelajaran

hikayat, siswa mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari.

Page 84: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

73

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penulis mengajukan beberapa

saran, yaitu:

1. Hikayat diharapkan dapat dijadikan sumber pembelajaran apresiasi sastra

Melayu klasik di sekolah, khususnya mata pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia.

2. Pembelajaran prinsip ekologi yang terdapat dalam Hikayat Panca Logam

dapat diimplikasikan terhadap pembelajaran sastra dan diharapkan dapat

dijadikan pegangan serta dimaknai dengan tindakan nyata dalam

kehidupan.

3. Sekolah hendaknya mendukung pembelajaran sastra di sekolah dengan

cara menyediakan sastra Melayu klasik berupa hikayat yang bernuansa

cinta alam.

Page 85: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

74

DAFTAR PUSTAKA

Badudu, J.S. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia. Bandung: CV Pustaka Prima. 1985.

Baried, Siti Barooh, dkk, Pengantar Teori Filologi. Yogyakarta:Badan Penelitian

dan Publikasi Fakultas Unoversitas Gajdah Mada. 1994.

Behrend, T.E , Katalog Naskah-naskah Nuasantara Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 1998.

Djamal, Zoer’aini. Prinsip-Prinsip Ekologi. Jakarta: Bumi Aksara. 2010.

Emir dan Saifur Rohman. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: Rajawali Pers.

2015.

Endraswara, Suwardi. Ekokritik Sastra. Yogyakarya: Morfalingua. 2016.

Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Ekologi Sastra: Konsep, Langkah,

dan Penerapannya. Yogyakarta: CAPS. 2016.

Endraswara, Suwardi. Sastra Ekologi: Teori dan Praktik Pengkajian. Yogyakarta:

CAPS. 2016.

Eneste, Pamusuk. Novel dan Film. Flores: Nusa Indah. 1991.

Esten, Mursa.l Kritik Sastra Indonesia. Padang:Angkasa Raya. 1984.

Fathurahman ,Oman. Filologi Indonesia Teori dan Metode,. Jakarta: Kencana

PrenadamediaGrup.2015.

Hasjim, Nafron. Pengantar Teori Filologi. Jakarta: Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa.1983.

Hollander, J.J. de. Pedoman Bahasa dan Sastra Melayu. Jakarta: Balai Pustaka.

1986.

Istanti, Kun Zachrun dk., Filologi. Tanggerang: Universitas Terbuka. 2016.

Page 86: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

75

Kosasih , E. Dasar-Dasar Keterampilan Bersastra. Bandung: Yrama Widya.

2012.

Kurniawan, Heru. Sastra Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009.

Lubis, Nabilah. Naskah, Teks, dan Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Yayasan

Media Alo. 2007.

Minderop, Albertine. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Pustaka Obor

Indonesia. 2005.

Mustopp,Moehamad Habib. Kebudayaan Islam di Jawa Timur: Kajian Beberapa

Unsur Budaya Masa Peralihan. Yogyakarta: Jendela, 2001.

Nikmah dan Putri Minerva. Hikayat Panca Logam I. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. 1988.

NS, Elis Suryani. Filologi. Bogor: Ghalia Indonesia. 2012.

Nurgiyantoro, Burhan. Sastra Anak. Yogyakarta: UGM Press. 2013.

Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: PT. Gadjah Mada

University. 1994.

Pradopo, Rachmat Djoko. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan

Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1995.

Pudjiastuti, Titik. Naskah dan Studi Naskah. Bogor: Akademia. 2006.

Rahmanto, B. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. 1998.

Siswanto, Wahyudi. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT. Grasindo. 2008.

Staton, Robert. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Sudardi, Bani., Dasar-Dasar Teori Filologi,. Surakarta: Badan Penerbit Sastra

Indonesia. 2001.

Page 87: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

76

Sudjiman, Panuti. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta:Pustaka Jaya. 1988.

Tarigan, Henry Guntur. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung:Angkasa, 1993.

Waluyo,Herman J. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta: Sebelas Maret University

Press. 1994.

Warsiman, Pengantar Pembelajaran Sastra. Malang, UB Press. 2017.

Zahra, Siti. Filologi. Jakarta: Universitas Terbuka. 2009.

ZF, Zulfahnur, dkk, Teori Sastra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. 1996.

Page 88: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 89: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 90: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 91: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 92: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 93: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 94: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 95: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 96: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 97: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 98: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 99: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 100: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 101: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 102: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 103: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 104: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 105: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 106: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 107: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Scanned by CamScanner

Page 108: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Lampiran II

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMA KHODIJAH ISLAMIC SCHOOL

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : X / Ganjil

Materi Pokok : Hikayat

Alokasi Waktu : 2 X 40 Menit

A. Kompetensi Inti

KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KI 2

Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta

menerapkan pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan

bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 3

Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,

prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang

spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

KI 4

Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar

Pengetahuan

3.7 Mengidentifikasi nilai-nilai da isi yang

terkandung dalam cerita rakyat (hikayat)

baik lisan maupun tulis.

Keterampilan

4.7 Menceritakan kembali isi cerita rakyat

(hikayat) yang didengar dan dibaca.

Indikator

Page 109: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Pengetahuan Keterampilan

3.17.1 Mengidentifikasi karakeristik

hikayat, isi, dam nilai-nilai dalam

hikayat.

4.17.1 Memahami karakeristik

hikayat, isi, dan nilai-nilai

dalam hikayat.

C. Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikut proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:

1. Mengidentifikasi nilai-nilai dan isi yang terkandung dalam cerita rakyat (hikayat)

baik lisan maupun tulis.

2. Menceritakan kembali isi cerita rakyat (hikayat) yang didengar dan dibaca.

D. Materi pembelajaran

HIKAYAT

1. PENGERTIAN

Hikayat adalah salah satu jenis cerita rakyat yang disajikan dengan menonjolkan

unsur penceritaan berciri kemustahilan dan kesaktian tokoh-tokohnya.

2. KARAKTERISTIK/CIRI-CIRI HIKAYAT

Hikayat merupakan sebuah teks narasi yang berbeda dengan narasi lain. Adapun

karakteristik/ciri-ciri hikayat antara lain (a) terdapat kemustahilan dalam cerita, (b)

kesaktian tokoh-tokohnya, (c) anonim, (d) istana sentris, dan (e) menggunakan alur

berbingkai/cerita berbingkai.

a. Kemustahilan

Salah satu ciri hikayat adalah kemustahilan dalam teks, baik dari segi bahasa maupun

dari segi cerita. Kemustahilan berarti hal yang tidak logis atau tidak bisa dinalar.

b. Kesaktian

Selain kemustahilan, seringkali dapat kita temukan kesaktian para tokoh dalam

hikayat.

c. Anonim

Anonim berarti tidak diketahui secara jelas nama pencerita atau pengarang. Hal

tersebut disebabkan cerita disampaikan secara lisan. Bahkan, dahulu masyarakat

mempercayai bahwa cerita yang disampaikan adalah nyata dan tidak ada yang sengaja

mengarang.

d. Istana Sentris

Maksudnya hikayat seringkali bertema dan berlatar kerajaan.

3. NILAI-NILAI DALAM HIKAYAT

Hikayat banyak memiliki nilai kehidupan. Nilai-nilai kehidupan tersebut dapat berupa

nilai religius (agama), moral, budaya, sosial, edukasi (pendidikan), dan estetika

(keindahan).

4. UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK DALAM HIKAYAT

a. Unsur Intrinsik

Page 110: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Unsur intrinsik ialah unsur yang menyusun sebuah karya sastra dari dalam yang

mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti: (a) tema, (b) tokoh dan penokohan,

alur, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa.

b. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik ialah unsur yang membentuk karya sastra dari luar sastra itu sendiri

yang menyangkut sosiologi, psikologi, dan lain-lain.

5. KATA ARKAIS (KUNO)

Hikayat merupakan karya sastra klasik, artinya usia hikayat jauh lebih tua

dibandingkan usia Negara Indonesia. Meskipun bahasa yang digunakan adalah bahasa

Indonesia (berasal dari bahasa Melayu), tidak semua kata dalam hikayat dapat

dijumpai dalam bahasa Indonesia sekarang. Kata-kata yang sudah jarang digunakan

atau bahkan sudah asing tersebut disebut sebagai kata arkais.

6. GAYA BAHASA DAN KONJUNGSI

a. Gaya Bahasa (Majas)

Penggunaan gaya bahasa (majas) dalam hikayat berfungsi untuk membuat cerita lebih

menarik jika dibandingkan menggunakan bahasa yang bermakna lugas. Ada beberapa

gaya bahasa (majas) yang sering digunakan dalam hikayat yaitu:

1) Antonomasia

Antonomasia adalah penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri, gelar

resmi, dan jabatan. Contoh: Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini.

2) Metafora

Metafora adalah analogi yang membandingkandua hal secara langsung, tetapi dalam

bentuk yang singkat. Contoh: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan

sebagainya.

3) Hiperbola

Hiperbola merupakan gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang

berlebihan. Contoh: Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir meledak aku.

4) Perbandingan atau Simile

Perbandingan atau Simile adalah gaya bahasa (majas) yang membandingkan suatu hal

dengan hal lainnya menggunakan kata penghubung atau kata pembanding. Contoh:

seperti, laksana, bak dan bagaikan.

b. Konjungsi (Kata Penghubung)

Konjungsi yang digunakan dalam hikayat menggunakan konjungsi yang menyatakan

urutan waktu dan kejadian dalam menceritakan peristiwa atau alur. Contoh: “Pada...

Sebelum... Lalu...”, “Ketika... Selanjutnya...”

E. Metode Pembelajaran

Pendekatan : Scientific Learning

Model Pembelajaran : Discovery Learning (Pembelajaran Penemuan)

F. Media/alat, Bahan

Media :

Worksheet atau lembar kerja (siswa)

lembar penilaian

Page 111: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Cetak: buku

Manusia dalam lingkungan: guru.

Alat/Bahan :

Spidol, papan tulis

G. Sumber Belajar

Buku penunjang kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa Indonesia, Kelas X,

Kemendikbud, tahun 2016

Pengalaman peserta didik dan guru

H. Kegiatan Pembelajaran

Tahap Langkah-langkah Pembelajaran Aloksi

Waktu

Kegiatan

Awal

1. Peserta didik merespon salam tanda

mensyukuri anugerah Tuhan dan saling

mendoakan. (PPK)

2. Peserta didik merespon pertanyaan dari

guru berhubungan dengan pembelajaran

sebelumnya (tanya jawab).

3. Peserta didik menyimak kompetensi dan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai

dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-

hari

4. Peserta didik mendiskusikan informasi

dengan proaktif tentang keterkaitan

pembelajaran sebelumnya dengan

pembelajaran yang akan dilaksanakan.

5. Peserta didik menerima informasi tentang

hal-hal yang akan dipelajari, metode dan

media, langkah pembelajaran dan

penilaian pembelajaran

10 menit

Kegiatan

Inti

Sintak Model

Pembelajaran Langkah-langkah Pembelajaran

Aloksi

Waktu

Stimulation Mengamati 65 menit

Page 112: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

(Pemberian

Ransangan)

1. Kelas dibagi menjadi 3 kelompok, peserta

didik duduk sesuai kelompoknya

(heterogen, 4-5 orang). (4C)

2. Masing-masing kelompok mengamati dan

membaca hikayat dengan teliti dan

bertanggung jawab. (Literasi)

Problem Statement

(Mengidentifikasi

Masalah)

3. Siswa memperhatikan karakeristik hikayat

dengan teliti dan bertanggung jawab.

Menanya

1. Siswa diberikan kesempatan untuk

bertanya mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan karakteristik hikayat.

Data Collecting

(Mengumpulkan

Data)

Mengumpulkan Informasi

Siswa bekerja sama dalam kelompok dan

berbagi tugas untuk mencari informasi

atau data pendukung mengenai

karakeristik hikayat.

Siswa berbagi tugas untuk mengategorikan

data yang terkumpul ke dalam karakeristik

hikayat.

Data Processing

(Mengolah Data)

Mengasosiasi

Siswa berdiskusi dalam kelompok untuk

mengelompokkan karakeristik hikayat

hasil tukar gagasan bersama.

Siswa mencoba menyimpulkan dan

mengestimasikan karakeristik hikayat yang

dibahas.

Verification

(Memverifikasi)

Mengomunikasikan

1. Setiap kelompok mempresentasikan hasil

Page 113: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

Generalization

(Menyimpulkan)

diskusinya di depan kelas, sedangkan

kelompok lain melakukan penilaian dan

membandingkan dengan hasil diskusi

antar kelompok secara kritis. (4C)

2. Siswa mengomentari atau menyampaikan

pengorganisasian informasi berupa

karakeristik hikayat.

Catatan:

Selama pembelajaran berlangsung, cara mengamati sikap siswa dalam pembelajaran

yang meliputi sikap: disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh

menghadapi masalah tanggung jawab, rasa ingin tahu, dan peduli lingkungan.

Kegiatan

Penutup

Kegiatan guru bersama peserta didik

1. Membuat rangkuman/ simpulan

pelajaran.

2. Melakukan refleksi terhadap kegiatan

yang sudah dilaksanakan.

3. Memberikan umpan balik terhadap

proses dan hasil pembelajaran; dan

Kegiatan guru

1. Melakukan penilaian.

2. Memberikan tugas kepada peserta didik

untuk banyak membaca hikayat lainnya.

3. Menyampaikan rencana pembelajaran

yang akan dilakukan selanjutnya.

4. Menutup kegiatan belajar mengajar.

10 menit

I. Penilaian Pembelajaran dan Pengayaan

1. Teknik Penilaian

a. Pengetahuan

(1) Jenis Tagihan : Tugas kelompok, diskusi

(2) Bentuk Instrumen : Soal uraian

b. Keterampilan

(1) Jenis Tagihan : menceritakan kembali hikayat yang dibaca.

(2) Bentuk Instrumen : Rubik penilaian hasil

Page 114: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

2. Instrumen Penilaian

a. Teknik Jurnal

Jurnal Pengembangan Sikap Sosial

Nama Sekolah : SMA PLUS KHODIJAH ISLAMIC SCHOOL

Kelas/ Semester : X/I

Tahun Pelajaran : 2019/2020

Kompetensi Dasar

Mengidentifikasi nilai-nilai da isi yang

terkandung dalam cerita rakyat (hikayat)

baik lisan maupun tulis.

Nama Peserta Didik :

Tanggal :

Indikator PENILAIAN

Kurang baik Cukup baik Sangat baik

Mengidentifikasi karakeristik hikayat, isi,

dam nilai-nilai dalam hikayat.

Memahami karakeristik hikayat, isi, dan

nilai-nilai dalam hikayat.

Dicapai melalui: Komentar Guru :

Pertolongan Guru

Kelompok Kecil

Sendiri

Komentar Orang Tua

Jakarta, 9 September 2019

Mengetahui

Kepala SMA KHADIJAH Guru Mata Pelajaran

USMAN,M.Pd Syarifah Bulan A.A

.NIP/NRK.

Page 115: HIKAYAT PANCA LOGAM: SUNTINGAN TEKS DAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/49404...membaca melalui materi memahami berbagai hikayat. Kata Kunci: Filologi, Hikayat

TENTANG PENULIS

Syarifah Bulan Alifiah Assegaf lahir di Jakarta pada tanggal 6

April 1996. Wanita perpaduan Arab ini adalah anak ke dua dari

dua bersaudara. Peneliti yang memiliki hobi berorganisasi ini

menempuh pendidikan awal di SDN 02 Ceger, SMPN 160 Jakarta,

dan SMAN 58 Jakarta. Kemudian melanjutkan pendidikan S1 di

Universitas Islam Negeri Jakarta. Bidang studi yang dipilih adalah

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Sejak sekolah menengah pertama, penulis menyuka bidang bahasa.

Selama menempuh pendidikan sarjana, penulis juga terlibat dalam beberapa organisasi kampus

seperti Pojok Seni Tarbiyah dan Dewa Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan.