SINDROM LIMFEDEMA DISTICHIASIS.docx

download SINDROM LIMFEDEMA DISTICHIASIS.docx

of 5

Transcript of SINDROM LIMFEDEMA DISTICHIASIS.docx

SINDROM LIMFEDEMA DISTICHIASIS

A. DEFINISI

Sindrom limfedema distichiasis adalah salah satu contoh gangguan limfe primer yang disebabkan kelainan genetik. SLD ini jarang ditemukan karena adanya kemungkinan terjadi misdiagnosis dengan limfedema jenis lain. SLD adalah penyakit autosomal dominan, yang berarti SLD ini biasanya muncul pada setiap generasi keluarga yang memiliki kelainan, dan anak dari orang tua yang memiliki SLD mempunyai 50% kemungkinan mewarisi gen ini. Namun dalam beberapa kasus, mutasi gen baru dapat terjadi pada anak tanpa adanya riwayat SLD di keluarga sebelumnya.

B. ETIOLOGISindrom limfedema distichiasis ini disebabkan oleh mutasi gen FOXC2, yang berperan dalam pembentukan protein yang penting pada berbagai organ dan jaringan sebelum lahir. Protein FOXC2 adalah faktor transkripsi, yang akan menangkap bagian DNA spesifik dan membantu mengontrol aktifitas dari gen lain. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa gen FOXC2 ini berperan juga dalam proses pembentukan berbagai organ seperti paru-paru, mata, ginjal, system kardiovaskuler, traktus urinarius, dan system transport untuk sel imun.

C. GEJALA KLINISGejala klinis dari SLD adalah:1. Adanya limfedema pada ekstremitas, yang berupa bengkak terutama pada ektremitas bawah yaitu kedua tungkai dan kaki, atau kadang asimetris. Gejala ini muncul pada hampir semua pasien dengan SLD.

2. Distichiasis atau pertumbuhan bulu mata tambahan yang tumbuh di bagian dalam mata, yang bisa berupa tumbuhnya sedikit bulu mata atau sampai seluruh bulu mata atas dan bawah. Bulu mata abnormal ini dapat merusak kornea karena bulu mata ini sering menyentuh bola mata. Distichiasis ini terjadi pada 94% penderita SLD.

3. Ptosis, terjadi pada 30% pasien, dapat unilateral atau bilateral yang terjadi congenital dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda.

4. Kelainan jantung congenital, terjadi pada 7% pasien SLD. Abnormalitas struktur meliputi VSD, ASD, PDA, dan TOF. Aritmia jantung, terutama bradikardi, dapat juga terjadi5. Bibir sumbing, terjadi pada 4% pasien. 6. Kelainan lain seperti skoliosis, kista ekstradural spinal, gangguan uterus dan ginjal, serta strabismus dapat terjadi.

D. DIAGNOSISDiagnosis SLD dibuat berdasarkan manifestasi klinis berupa adanya limfedema primer dan distichiasis. Selain itu dapat juga dilakukan tes genetic molekuler dapat mengidentifikasi hingga 95% mutasi gen FOXC2.

E. KOMPLIKASI Komplikasi pada pasien SLD ini terjadi karena adanya bengkak dan infeksi. Bengkak pada ekstremitas dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan kesulitan dalam bergerak akibat rasa berat pada kaki. Permasalahan lain mengenai musculoskeletal, seperti nyeri punggung, dapat juga terjadi. Infeksi bakteri dan jamur juga sering terjadi pada pasien dengan limfedema. Hal ini berhubungan dengan menurunnya sistem imun karena adanya gangguan fungsi limfe. Gejala seperti demam, muntah, atau sakit kepala dapat timbul. Infeksi berulang dapat mempengaruhi kualitas hidup dan kemampuan bekerja pasien, sehingga 10% pasien dengan SLD terpaksa mengganti atau berhenti bekerja karena edema kronis. Pada beberapa kasus, limfedema juga dapat menimbulkan komplikasi ke arah keganasan kulit, yang paling banyak dilaporkan berupa linfangiosarkoma.

F. TERAPITerapi untuk pasien dengan SLD in meliputi:1. Manajemen konservatif untuk gejala distichiasis dengan lubrikasi, atau penanganan yang lebih definitive dengann cryotherapy, elektrolisis, atau lid splitting. Kemungkinan kambuh tetap ada walaupun dengan terapi defitinif.2. Limfedema bersifat irreversible atau menetap. Sehingga penanganan dengan pembalutan yang tepat mungkin dapat mengurangi ukuran bengkak.3. Operasi untuk ptosis disarankan pada pasien untuk memperbaiki visus dan kosmetik4. Konsultasi bedah saraf untuk pasien dengan keluhan kista spinal atau keluhan neurologi lain terutama pada ekstremitas bawah5. Terapi konservatif untuk varises vena jika memungkinkan, karena pembedahan dapat meningkatkan resiko infeksi atau selulitis6. Penanganan standar untuk skoliosis

Daftar PustakaBerry, F.B., Y. Tamimi, M.V. Carle, O.J. Lehmann, and M.A. Walter. 2005. The establishment of a predictive mutational model of the forkhead domain through the analyses of FOXC2 missense mutations identified in patients with hereditary lymphedema with distichiasis. Human Molecular Genetics 14:2619-2627.

Brice, G., S. Mansour, R. Bell, J.R.O. Collin, A.H. Child, A.F. Brady, M. Sarfarazi, K.G. Burnand, S. Jeffery, P. Mortimer, and V.A. Murday.2002. Analysis of the phenotypic abnormalities in lymphoedema-distichiasis syndrome in 74 patients with FOXC2 mutations or linkages to 16q24. Journal of Medical Genetics 39:478-483.

Connell, F., G., Brice, and P. Mortimer. 2008. Phenotypic characterization of primary lymphedema. Annals of the New York Academy of Science 1131:140-146

Fang, J., S.L. Dagenais, R.P. Erickson, M.F. Arlt, M.W. Glynn, J.L. Gorski, L.H. Seaver, and T.W. Glover. 2000. Mutations in FOXC2 (MFH-1), a forkhead family transcription factor, are responsible for the hereditary lymphedema-distichiasis syndrome. American Journal of Human Genetics 67:1382-1388.

Mansour, S., Brice, G.W., Jeffery, S., Mortimer, P. 2007. Lymphedema-distichiasis syndrome. In Gene Reviews. Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK1457/.

Online Mendelian Inheritance in Man. 2011. Lymphedema-distichiasis syndrome. Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/omim/153400.

Rockson, S.G. 2008. Diagnosis and management of lymphatic vascular disease. Journal of the American College of Cardiology 52:799-806.