Sindrom Guillain–Barré

3
Cari Wikipedia Sindrom Guillain–Barré Gejala dan penyebab Sindrom Guillain-Barré Klasifikasi dan bahan-bahan eksternal ICD-10 G 61.0 ICD-9 357.0 OMIM 139393 DiseasesDB 5465 MedlinePlus 000684 eMedicine emerg/222 neuro/7 pmr/48 neuro/598 MeSH D020275 Sindrom Guillain–Barré (disingkat SGB) atau radang polineuropati demyelinasi akut adalah peradangan akut yang menyebabkan kerusakan sel saraf tanpa penyebab yang jelas. Sindrom ini ditemukan pada tahun 1916 oleh Georges Guillain, Jean-Alexandre Barré, dan André Strohl. Mereka menemukan sindrom ini pada dua tentara yang menderita keabnormalan peningkatan produksi protein cairan otak. Diagnosis SGB dapat dilakukan dengan menganalisa cairan otak dan electrodiagnostic. Indikasi terjadinya infeksi adalah kenaikan sel darah putih pada cairan otak. Sedangkan bila menggunakan electrodiagnostic, dapat melalui pemeriksaan konduksi sel saraf. [1] Pada kondisi normal, tubuh akan menghasilkan antibodi untuk melawan antigen (zat yang merusak tubuh) ketika tubuh terinfeksi penyakit, virus, atau bakteri. Pada kasus SGB, antibodi malah menyerang sistem saraf tepi dan menyebabkan kerusakan sel saraf. Hal ini ditimbulkan karena antibodi merusak selaput myelin yang menyelubungi sel saraf (demyelinasi). Kerusakan yang ditimbulkan dimulai dari pangkal ke tepi atau dari atas ke bawah. Kerusakan tersebut akan menyebabkan kelumpuhan motorik dan gangguan sensibilitas. Jika kerusakan terjadi sampai pangkal saraf maka dapat terjadi kelainan pada sumsum tulang belakang. Gejala-gejala yang dapat timbul pada penderita SGB adalah kehilangan sensitivitas, seperti kesemutan, kebas (mati rasa), rasa terbakar, atau nyeri, dengan pola persebaran yang tidak teratur dan dapat berubah-ubah.

description

bagus

Transcript of Sindrom Guillain–Barré

  • Cari Wikipedia

    Sindrom GuillainBarr

    Gejala dan penyebab

    Sindrom Guillain-BarrKlasifikasi dan bahan-bahan eksternal

    ICD-10 G61.0ICD-9 357.0OMIM 139393

    DiseasesDB 5465MedlinePlus 000684eMedicine emerg/222 neuro/7 pmr/48 neuro/598

    MeSH D020275Sindrom GuillainBarr (disingkat SGB) atau radang polineuropatidemyelinasi akut adalah peradangan akut yang menyebabkan kerusakansel saraf tanpa penyebab yang jelas. Sindrom ini ditemukan pada tahun1916 oleh Georges Guillain, Jean-Alexandre Barr, dan Andr Strohl.Mereka menemukan sindrom ini pada dua tentara yang menderitakeabnormalan peningkatan produksi protein cairan otak. Diagnosis SGBdapat dilakukan dengan menganalisa cairan otak dan electrodiagnostic.Indikasi terjadinya infeksi adalah kenaikan sel darah putih pada cairanotak. Sedangkan bila menggunakan electrodiagnostic, dapat melaluipemeriksaan konduksi sel saraf.[1]

    Pada kondisi normal, tubuh akan menghasilkan antibodi untuk melawanantigen (zat yang merusak tubuh) ketika tubuh terinfeksi penyakit, virus,atau bakteri. Pada kasus SGB, antibodi malah menyerang sistem saraf tepidan menyebabkan kerusakan sel saraf. Hal ini ditimbulkan karena antibodimerusak selaput myelin yang menyelubungi sel saraf (demyelinasi).Kerusakan yang ditimbulkan dimulai dari pangkal ke tepi atau dari atas kebawah. Kerusakan tersebut akan menyebabkan kelumpuhan motorik dangangguan sensibilitas. Jika kerusakan terjadi sampai pangkal saraf makadapat terjadi kelainan pada sumsum tulang belakang.Gejala-gejala yang dapat timbul pada penderita SGB adalah kehilangansensitivitas, seperti kesemutan, kebas (mati rasa), rasa terbakar, atau nyeri,dengan pola persebaran yang tidak teratur dan dapat berubah-ubah.

  • Pengobatan

    Referensi

    Baca dalam bahasa lainLast modified 7 months ago

    Kelumpuhan pada pasien SGB biasanya terjadi dari bagian tubuh bawah keatas atau dari luar ke dalam secara bertahap, namun dalam waktu yangbervariasi. Penderita SGB parah, kerusakan dapat berdampak padaparu-paru dan melemahkan otot-otot pernapasan sehingga diperlukanventilator untuk menjaga pasien agar tetap bertahan. Kondisi penderitadapat bertambah parah karena kemungkin terjadi infeksi di dalamparu-paru akibat berkurangnya kemampuan pertukaran gas dankemampuan membersihkan saluran pernapasan. Kematian umumnyaterjadi karena kegagalan pernapasan dan infeksi yang ditimbulkan.[1]

    Pertukaran plasma, serupa dengan cuci darah, yaitu penggantian plasmadarah menggunakan alat plasmaferesis. Ini dapat membantu pasien untukbertahan dari sindrom GuillainBarr atau mencapai kondisi yang lebihbaik.

    Pemberikan imunoglobulin intravena (IVIg diberikan melalui darah) dosistinggi selama lima hari untuk peningkatan kekebalan tubuh.

    Pemberian kortikosteroid dosis tinggi sebagai antiradang. Pada beberapakasus, pemberian kortikosteroid dapat membantu proses penyembuhan.Pasien yang berhasil sembuh dari SGB tetap menyisakan kelemahan fungsitubuh karena sel saraf merupakan jaringan yang tidak bisa kembali dengansendirinya ketika mengalami kerusakan. Untuk dapat menggerakkananggota tubuhnya kembali, seperti berjalan, makan, berbicara, ataumenulis, pasien harus melakukan terapi dan latihan secara teratur. Dalamjangka waktu satu tahun atau lebih, 85% penderita SGB dapat kembalinormal.[1]

    Wikipedia Komputer | Telepon Genggam

    Artikel oleh kontributor seperti Anda

  • Content available under CC BY-SA 3.0 | Terms of UsePrivasi Tentang Penyangkalan