Simulasi pengetahuan 3M
-
Upload
sarastania-oktatriana -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
description
Transcript of Simulasi pengetahuan 3M
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Gambaran Umum Desa
1.1.1 Gambaran Umum Desa Secara Geografis
Desa Tanjung Pasir memiliki luas 564,25 Hektar (Ha) dengan luas wilayah desa terdiri dari
sawah seluas 79 Hektar, daratan seluas 108,185 Hektar dan empang seluas 377,065 hektar.
Pada daratan terdiri dari 2 Hektar pemakaman umum. (Profil Puskesmas Tegal Angus, 2012)
Jarak dari Ibukota Kabupaten Tangerang ke Desa Tanjung Pasir ± 47 Kilometer (km) atau ±
25 km dari pintu keluar M-1 (west gate) Bandara Soekarno-Hatta melalui jalan Marsekal Surya
Darma (Jalan Selapanjang). Desa ini terletak di Utara dari Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten yang merupakan daerah pesisir pantai (daerah dataran rendah)
dengan ketinggian 1-2 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan suhu udara berkisar antara 30°-
37°C. Topografi Kecamatan Teluk Naga meliputi daerah sawah, daerah pantai, daratan rendah
dengan ketinggian antara 1-2 mdpl, dan daerah tambak. (Profil Puskesmas Tegal Angus, 2012)
Prasarana perhubungan dan pengairan di Kecamatan Teluk Naga dihubungkan oleh jalan.
Panjang jalan yang ada di wilayah Kecamatan Teluk Naga sepanjang 108 km, dengan
klasifikasi sebagai berikut :
1. Berdasarkan status
a. Jalan Propinsi : 9,5 km
b. Jalan Kabupaten : 5 km
c. Jalan Desa : 93,5 km
2. Berdasarkan kondisi fisik
a. Jalan Hotmik : 17,5 km
b. Jalan Aspal : 67 km
c. Jalan Tanah : 14,5 km
d. Jembatan
Jembatan Besi : 1 km
Jembatan Beton : 7 km
e. Sungai/Kali
Sungai/Kali yang mengalir di wilayah Kecamatan Teluk Naga adalah Sungai Cisadane
dengan panjang saluran sejauh 12 km.
f. Irigasi/Pengairan
Irigasi/Pengairan dapat mengairi sawah seluas 20.593.649 Ha.
g. Bendungan air/Dam
1
Bendungan/Dam dapat digunakan Perusahaan Daerah Air Minum(PDAM) yang menjadi
salah satu sumber air bersih yangdimanfaatkan masyarakat.
Batas-batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada gambar adalah sebagai
berikut (Profil Puskesmas Tegal Angus, 2012) :
1. Utara : Laut Jawa
2. Barat : Desa Tanjung Burung
3. Timur : Desa Muara
4. Selatan : Desa Tegal Angus, Lemo dan Pangkalan
Gambar 1.1 Peta Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir
Sumber : Profil Puskesmas Tegal Angus, 2012
Transportasi untuk mencapai wilayah Desa Tanjung Pasir sebagian besar dapat
ditempuh dengan angkutan umum, baik sepeda motor maupun mobil. Namun demikian,
sebagian kecil wilayah hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Jarak tempuh dari pusat
pemerintahan Desa Tanjung Pasir dalam melaksanakan hubungan dan komunikasi kerja dengan
pemerintah diatasnya secara berjenjang sebagai berikut (Profil Puskesmas Tegal Angus, 2012):
a. Dengan Kantor Kecamatan berjarak : 12 km
b. Dengan Ibukota Kabupaten berjarak : 54 km
c. Dengan Ibukota Provinsi berjarak : 72 km
Sebelum memasuki Desa Tanjung Pasir akan melewati daerah Kampung Melayu
Teluk Naga, setelah pasar maju sekitar 200 meter mengambil arah kanan. Setelah itu akan
melewati Desa Tegal Angus sebelum sampai ke Desa Tanjung Pasir. Kondisi fisik jalan menuju
Desa Tanjung pasir dari arah Bandara Soekarno-Hatta maupun ke arah Tanjung Burung sudah
2
menggunakan aspal. (Profil Puskesmas Tegal Angus, 2012)
Pada tahun 2010 Desa Tanjung Pasir terdiri dari 6 Kepala Dusun, 18 Rukun Warga
(RW) dan 31 Rukun Tetangga (RT). Jumlah penduduk Desa Tanjung sekitar ± 9100 penduduk
dengan jumlah rumah tangga 2473 dan yang memenuhi syarat rumah sehat sebanyak 218.
Mayoritas masyarakat Tanjung Pasir bersuku bangsa Betawi dan beragama Islam. Mata
pencaharian utama penduduk Desa Tanjung Pasir adalah Nelayan, Kuli Bangunan,
danWiraswasta. Kepadatan jumlah penduduk desa Tanjung Pasir ± 1,625 penduduk/km2, yang
rata-rata penduduk tinggal didaerah pesisir pantai. Jumlah penduduk miskin masih cukup besar
menunjukan kondisi ekonomi di wilayah Desa Tanjung Pasir masih rendah. Tingkat pendidikan
masyarakat desa Tanjung Pasir juga masih sangat rendah sehingga kesadaran perilaku hidup
bersih dan sehat pada masyarakat masih kurang. (Profil Puskesmas Tegal Angus, 2012)
Di Desa Tanjung Pasir terdapat beberapaPelayanan Kesehatan seperti Posyandu,
Poskesdes, beberapa Bidan dan Puskesmas yang terletak di desa Tegal Angus. Posyandu di
Tanjung Pasir berjumlah 9 dengan jadwal kegiatan sebulan sekali, 1 Poskesdes terletak di
dalam area TNI Angkatan Laut dengan jadwal kegiatan 2 kali dalam seminggu. Masyarakat
Tanjung Pasir juga memiliki Pelayanan Kesehatan berupa Puskesmas di wilayah Tegal Angus
yang berjarak sekitar 7 km yang dapat ditempuh dengan kendaraan motor maupun mobil. Di
Puskesmas terdapat 2 dokter umum, 1 dokter gigi dan 17 bidan desa.Desa Tanjung Pasir
memiliki tiga musim yaitu musim penghujan, kemarau dan angin. Musim yang mempengaruhi
Desa Tanjung Pasir pada kurun waktu satu tahun ini adalah musim angin. Angin bertiup dari
arah barat atau barat daya dengan kecepatan 15 km/jam dengan curah hujan rata-rata 26,4
mm/tahun. (Profil Puskesmas Tegal Angus, 2012)
Puskesmas Tegal Angus terdapat di:
a) Desa Tegal Angus
b) Jalan Raya Tanjung Pasir
c) Kode Pos 15510
d) Status Kepemilikan Tanah : Tanah Pemerintah Kabupaten (Pemkab)
Terdapat 6 Desa Binaan Puskesmas :
1) Desa Lemo,
2) Desa Tanjung Pasir,
3) Desa Tanjung Burung,
4) Desa Pangkalan,
5) Desa Tegal Angus,
3
5) Desa Muara.
1.1.2 Gambaran Umum Secara Demografi
1.1.2.1 Jumlah Penduduk
Kepadatan penduduk rata-rata 1,625 jiwa/km2. Dengan jumlah rumah tangga 1.485 dan
rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga adalah 3,7 jiwa.
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Tangerang pada tahun 2012 jumlah penduduk di
wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus adalah 53.831 jiwa yang tersebar di 6 desa seperti yang
tercantum di tabel 1.1 dibawah ini :
Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga Dan
Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan Tanjung Pasir Tahun 2012
No Desa/Kel
Luas
Wilayah
(km2)
Jumlah
Rat
a-R
ata
Ji
wa/
Rum
ah
Kep
adat
anPe
ndud
uk
(km
2 )
Pend
uduk
(Jiw
a)
Pend
uduk
M
iski
n
(Jiw
a)
RT
RW
KK
Rum
ah
1 Lemo 3,61 6,682 734 32 15 1,408 1408 10.31 1850.9
7
2 Muara 5,14 3,566 490 22 6 793 793 7.19 693.77
3 Pangkalan 7,54 16,888 1,495 35 11 3,229 3229 4.08 2239.7
9
4 Tanjung
Burung
5,24 7,699 740 16 8 1,484 1572 3.10 1463.5
5
5 Tanjung
Pasir
5,64 9,513 1,348 31 18 1,936 2319 5.32 1686.7
0
6 Tegal
Angus
2,83 9,513 1,081 23 7 1,895 1895 3.30 3361.4
8
Jumlah 30,02 53,831 5,889 13
9
45 10,74
5
10,74
5
4.33 1794
Sumber : Data BPS Kecamatan Teluk Naga Tahun 2012
Klasifikasi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskemas Tegal 4
Angus dilihat pada tabel 1.2 dibawah ini :
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Puskesmas Tegal
Angus Tahun 2012
NO
.
KELOMPOK
UMUR
(TAHUN)
JUMLAH PENDUDUK
LAKI-
LAKI
PEREMPUANLAKI-LAKI +
PEREMPUAN
1 2 3 4 5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
2,702
2,657
2,896
2,980
2,910
2,877
2,336
1,994
1,704
1,401
1,135
741
546
337
252
203
2,505
2,511
2,563
2,895
2,960
2,790
2,153
1,888
1,613
1,262
925
656
533
318
281
307
5,207
5,168
5,459
5,875
5,870
5,667
4,489
3,882
3,317
2,663
2,060
1,397
1,079
655
533
510
JUMLAH 27,671 26,160 53,831
Sumber : Kantor Statistik Kabupaten Tangerang Tahun 2012
1.1.2.2 Lapangan Pekerjaan Penduduk
Lapangan pekerjaan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus cukup
beragam, hal ini berhubungan dengan letak geografis kecamatan Teluk Naga dimana
terdapat persawahan dan berbatasan dengan laut serta daerah kota Tangerang dan akses ke
daerah Jakarta.
1.1.2.3 Tingkat Pendidikan5
Aspek pendidikan merupakan salah satu indikator yang dapat mempengaruhi kualitas
kehidupan penduduk di wilayah Kecamatan Teluk Naga, khususnya daerah wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus seperti yang dapat dilihat pada grafik berikut :
Diagram 1.1 Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Jenjang Pendidikan di Wilayah Kerja
Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
Sumber : Profil Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
1.1.2.4 Sarana dan Prasarana
1. Gedung Puskesmas yang terdiri dari :
a. Ruang Kepala Puskesmasn : 1 Ruang
b. Ruang TU : 1 Ruang
c. Ruang Dokter : 1 Ruang
d. Ruang Aula : 1 Ruang
e. Ruang Imunisasi : 1 Ruang
f. Ruang Loket : 1 Ruang
g. Ruang Apotik : 1 Ruang
h. Ruang BP umum : 1 Ruang
i. Ruang BP Anak : 1 Ruang
j. Ruang BP Gigi : 1 Ruang
k. Ruang KIA dan KB : 1 Ruang
l. Ruang Gizi : 1 Ruang
m.Ruang Gudang Obat : 1 Ruang
n. Ruang TB : 1 Ruang
o. Ruang Lansia : 1 Ruang
p. Ruang Kesling : 1 Ruang
6
SD/MI43,37%
Tidak/belum tamat SD34,72%
SLTP/MTS11,19%
SLTA/MA9,92%
AK/Diploma0,44% Universitas
0,36%
q. Ruang Perpustakaan : 1 Ruang
r. Ruang Mushola : 1 Ruang
s. Ruang Bidan : 1 Ruang
t. Dapur : 1 Ruang
u. Ruang Gudang Perkakas : 1 Ruang
v. WC : 9 Ruang
2. Bidan di Desa : 6 orang
3. Posyandu 45 buah, terdiri dari :
a. Tegal Angus : 7 Posyandu
b. Pangkalan : 10 Posyandu
c. Tanjung Burung : 7 Posyandu
d. Tanjung Pasir : 9 Posyandu
e. Lemo : 6 Posyandu
f. Muara : 6 Posyandu
4. Pembinaan UKBM ( Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat ) :
a. Jumlah Posyandu : 45 buah
b. Jumlah Kader Posyandu dibina : 225 orang
c. Jumlah kader dasa wisma dibina : 34 orang
d. Jumlah TOMA (Tokoh Masyarakat) dibina : 60 orang
5. Sarana Sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus.
Tabel 1.3 Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus
No NAMA DESA
JUMLAH SEKOLAH
PAUDT
KRA
S
DMI SMP
MT
SSMA SMK MA
1 Pangkalan 1 2 0 5 1 2 1 0 1 0
2Tanjung
Burung1 0 0 2 1 0 0 0 0 0
3 Tegal Angus 0 1 0 2 2 2 1 1 0 0
4 Tanjung Pasir 0 2 0 2 1 0 1 0 0 0
5 Muara 0 0 0 3 0 0 0 0 0 07
6 Lemo 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0
PUSKESMAS 1 3 01
24 2 2 1 0 0
Sumber : Program UKS, Puskesmas Tegal Angus, 2012
Sarana pelayanan kesehatan wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 1.4 Sarana Pelayanan Kesehatan Kecamatan Teluk Naga Tahun 2012
No Sarana Pelayanan Kesehatan Jumlah
1 Apotik 0
2 Balai Pengobatan Swasta 2
Gudang Farmasi 0
Laboratorium Klinik Swasta 0
Optikal 0
Pos UKK 0
3 Polindes 0
4 Posbindu 1
5 Poskesdes 1
6 Posyandu 45
Praktek Bidan Swasta 8
7 Praktek dokter (perorangan)
Dokter umum 5
Dokter gigi 0
Dokter spesialis 0
8 Puskesmas 1
10 Puskesmas pembantu (pustu) 1
11 Rumah Sakit Bersalin 0
13 Rumah Sakit Pemerintah 0
14 Rumah Sakit Swasta 0
15 Toko obat 2
Sumber : Puskesmas Tegal Angus
1.1.2.5 Kesehatan Dasar
8
A. Pelayanan Kesehatan Dasar
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir untuk menurunkan angka kematian ibu dengan
instansi terkait, dalam hal ini puskesmas untuk pelayanan kesehatan masyarakat,
antara lain :
a. Kunjungan Ibu Hamil K1.
Kunjungan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sesuai standar yang
pertama kali pada masa kehamilan. Cakupan K1 di puskesmas Tegal Angus tahun
2012 adalah 96,4% dengan cakupan pemberian Fe1 sebesar 96,4%.
b. Kunjungan Ibu Hamil K4.
Kunjungan ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal sesuai standar paling
sedikit empat kali selama masa kehamilan, minimal satu kali pada triwulan pertama,
satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada triwulan ketiga kehamilan dan
mendapat 90 tablet Fe. Cakupan kunjungan K4 di puskesmas Tegal Angus tahun
2012 adalah 90% dengan cakupan pemberian Fe3 90%.
c. Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan.
Ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi kebidanan. Persalinan oleh tenaga kesehatan di puskesmas Tegal
Angus tahun 2012 adalah 90,5%.
d. Penanganan Bumil dan Neonatal Risiko Tinggi.
Deteksi dini kelompok bumil dan neonatal risti. Jika ditemukan lebih awal dapat
dilakukan intervensi untuk menangani risiko tersebut. Penemuan bumil risti dan
neonatal risti di puskesmas Tegal Angus pada tahun 2012 yaitu 173 bumil risti dari 215
sasaran bumil resti (80,5%) dan 113 neonatal risti dari 165 sasaran neonatal risti
(68,4%).
e. Pelayanan Neonatal.
Pelayanan kesehatan neonatus (0-28 hari) minimal dua kali, satu kali umur 0-7 hari
dan satu kali pada umur 8-28 hari.dalam melaksanakan pelayanan neonatus, petugas
kesehatan selain melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga melakukan konseling
perawatan bayi kepada ibu.
2. Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pemeriksaan kesehatan anak sekolah.
Puskesmas Tegal Angus melakukan deteksi tumbuh kembang balita dan pemeriksaan
kesehatan siswa SD/MI. Upaya yang dilakukan antara lain penyuluhan di posyandu dan
9
pembentukan kelas ibu balita.
3. Keluarga berencana.
a. Peserta KB Baru.
Puskesmas Tegal Angus melakukan edukasi melalui penyuluhan terus menerus.
b. Peserta KB Aktif.
4. Imunisasi
a. Desa UCI
Desa binaan di wilayah Puskesmas Tegal Angus ada 6 desa. Upaya yang dilakukan
sweeping imunisasi.
b. Drop Out imunisasi Campak-Polio.
Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi lengkap pada balita, sweeping imunisasi
campak dan meningkatkan cakupan imunisasi di posyandu.
5. Gizi
a. Penanganan balita BGM dan gizi buruk
Penanganan balita gizi buruk dengan diberikan PMT pemulihan di klinik gizi dan
MP-ASI untuk perawatan dirumah dan kegiatan kunjungan rumah untuk
pemantauan pemberian PMT serta rujukan untuk balita gizi buruk.
b. ASI Eksklusif
ASI merupakan makanan penting untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif adalah
pemberian makanan hanya ASI sampai bayi berumur 6 bulan. Zat gizi yang
terkandung dalam ASI cukup memenuhi kebutuhan nutrisi untuk bayi sampai
berumur 6 bulan. Keuntungan dari ASI adalah ASI mengandung zat kekebalan
tubuh, mengandung protein yang mudah diserap oleh tubuh bayi, mudah dan
murah diberikan untuk bayi serta membangun ikatan kasih sayang antara ibu dan
anak. Jumlah bayi yang diberikan ASI eksklusif di puskesmas tegal angus pada
tahun 2012 ini adalah 719 bayi dari 976 bayi (73,7%), meningkat dari tahun lalu
yang hanya sebesar 44, 53%.
c. Penanggulangan Kekurangan Vitamin A (KVA)
Program penanggulangan kekurangan vitamin telah dimulai sejak tahun 1970an
namun sampai saat ini masalah KV masih menjadi salah satu masalah gizi utama di
Indonesia. KVA tingkat berat (Xeroptalmia) yang dapat menyebabkan kebutaan
sudah jarang ditemui, tetapi KVA tingkat sub - klinis yaitu KVA yang belum
menampakkan gejala nyata masih diderita oleh sekitar 50% di Indonesia.
10
B. Pelayanan Kesehatan Pengembangan
Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Pelayanan kesehatan salah satunya ditujukan terhadap kelompok usia lanjut, dimana
pada kelompok ini biasanya banyak mengalami gangguan kesehatan degeneratif dan
fungsi tubuh lainnya. Dalam upaya meningkatkan status kesehatan usia lanjut telah
dilaksanakan program pelayanan kesehatan usia lanjut.
1.1.2.6 Perilaku Masyarakat
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Puskesmas dilakukan melalui
program promosi kesehatan yaitu penyebarluasan informasi kesehatan untuk meningkatkan
derajat kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di masyarakat dapat menggambarkan
derajat kesehatan wilayah tersebut, hal ini dapat disajikan dengan indikator PHBS, adapun
dari hasil kajian PHBS di wilayah Puskesmas Tegal Angus pada Tahun 2012 dapat
digambarkan sebagai berikut :
1. Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan ( 90,5% )
2. Rumah yang bebas jentik ( 72,83% )
3. Penimbangan bayi dan balita ( 100% )
4. Memberikan ASI ekslusif ( 73,67% )
5. Menggunakan air bersih ( 99,39% )
6. Menggunakan jamban sehat ( 15,74% )
7. Olahraga atau melakukan aktifitas fisik setiap hari ( 10,09% )
8. Mengkonsumsi makanan seimbang ( 23,5% )
9. Tidak merokok dalam rumah ( 23,5%)
10. Penduduk miskin yang dicakup JPKM ( 96,85% )
1.1.2.7 Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan merupakan aspek yang penting dibidang kesehatan, upaya
peningkatan kualitas lingkungan merupakan langkah yang tepat dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dan keluarga yang lebih baik. Berikut ini upaya-upaya
peningkatan kualitas lingkungan bagi kesehatan yang dilakukan di puskesmas Tegal Angus :
a) Penyehatan Perumahan
Rumah merupakan tempat berkumpul/ beristirahat bagi semua anggota keluarga dan
untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan
11
dapat berperan sebagai media penularan penyakit diantara anggota keluarga atau
tetangga sekitarnya. Rumah sehat adalah rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan, hasil pemantauan selama tahun 2012 menunjukkan dari 12.421 rumah yang
diperiksa sebanyak 11,2 % yang memenuhi syarat kesehatan.
b) Pemenuhan Kebutuhan Sarana Sanitasi Dasar
Pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar di wilayah Puskesmas Tegal Angus
sangat kurang sekali seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.5 Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar di Wilayah Puskesmas Tegal Angus
Tahun TEMPAH
SAMPAH
SPAL SAB
2010 532 188 2245
2011 3579 578 3877
2012 608 608 650
Sumber : Data Program Kesling PKM Tegal Angus tahun 2012
Seperti yang terlihat pada tabel di atas bahwa dari jumlah rumah yang diperiksa
mengalami penurunan, hal ini dikarenakan tidak adanya sanitarian di Puskesmas Tegal
Angus sehingga kurang tenaga untuk memeriksa sanitasi dasar. Berdasarkan jumlah
rumah yang diperiksa, rumah yang memiliki tempat sampah sehat hanya 15,7 % dan
jamban sehat hanya 5,3 %. Berbagai faktor seperti tingkat pengetahuan, pendidikan,
ekonomi, sosial dan kesadaran penduduk yang lebih rendah menyebabkan sulitnya
meningkatkan kesehatan sanitasi masyarakat.
c) Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU)
Pengawasan terhadap TTU dilakukan untuk meminimalkan faktor risiko sumber
penularan bagi masyarakat yang memanfaatkan TTU, Bentuk kegiatan yang dilakukan
antara lain meliputi pengawasan lingkungan TTU secara berkala, bimbingan, penyuluhan
dan sarana perbaikan. Tidak adanya tenaga sanitarian dan kurangnya tenaga di
Puskesmas Tegal Angus menyebabkan pembinaan di TTU tidak dapat dilakukan.
d) Penyehatan Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia dan sumber utama
kehidupan bagi umat manusia, maka dengan itu makanan yang tidak dikelola dengan 12
baik justru akan menjadi sumber media yang sangat efektif di dalam penularan penyakit
saluran pencernaan.
Upaya Puskesmas Tegal Angus adalah pemeriksaan tempat pengelolaan air bersih,
pengawasan terhadap kualitas penyehatan tempat–tempat umum pengelolaan makanan.
Tidak hanya tenaga sanitarian melainkan kurangnya tenaga di Puskesmas Tegal Angus
menyebabkan pembinaan penyehatan makanan dan minuman tidak dapat dilakukan.
e) Ketersediaan Pekarangan
Pada saat ini, desa Tanjung Pasir dijadikan sebagai percontohan dan
pembelajaran agar budi daya sayuran dapat dilakukan juga di tingkat rumah tangga
untuk mengurangi pengeluaran akan kebutuhan pangan serta meningkatkan pendapatan
keluarga.
Tabel 1.6 Laporan Cakupan Rumah Sehat Triwulan IV Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
N
O PUSKESMAS DESA
RUMAH
JUMLAH
SELURUHNYA
JUMLAH
DIPERIKSA
%
DIPERIKS
A
JUMLAH
DIPERIKSA
%
SEHAT
1
TEGAL
ANGUS
TANJUNG
BURUNG 2473 22 0,89 19 86,36
PANGKALAN 4132 28 0,68 22 78,57
TEGAL
ANGUS 2879 21 0,73 17 80,95
TANJUNG
PASIR 1787 15 0,84 15 100,00
MUARA 496 10 2,02 10 100,00
LEMO 648 13 2,01 12 92,31
JUMLAH 12415 13 2,01 12 92,31
Sumber : Data puskesmas Tegal Angus 2012
1.1.2.8 Situasi Derajat Kesehatan
Presentase tentang angka yang menderita ISPA, dan diare sesuai dari data Tegal
Angus tahun 2012 dan data 10 angka penyakit tersering pada tahun 2012 dapat di lihat pada
tabel berikut :
13
Tabel 1.7 Angka Kejadian 10 Besar Penyakit tahun 2012
No. Penyakit Jumlah Kejadian Presentase
1 ISPA 3113 33,1 %
2 Lain-lain 1391 14,8 %
3 Dermatitis 1016 10,8 %
4 Batuk 657 6,9 %
5 Obs febris 648 6,8 %
6 Hipertensi Esensial 594 6,3 %
7 Gastritis 585 6,2 %
8 Sakit kepala 556 5,9 %
9 Diare 427 4,5 %
10 TBC 411 4,3 %
Grafik 1.1 Sepuluh Besar Penyakit Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
ISPA
DERMATITIS DAN LAIN-LAIN
DEMAM YANG TIDAK DIKETAHUI PENYEBABNYA
DIABETES MELITUS YTT
HIPERTENSI ESSENSIAL
BATUK
SAKIT KEPALA
GASTRITIS
MYALGIA
TUBERKULOSIS PARU KLINIS ( SIMPLEK)
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
JUMLAH 10 PENYAKIT TERBAYAK PUSKESMAS TEGAL ANGUS BULAN JANUARI 2014
Sumber : Data Gambaran 10 penyakit terbanyak rawat jalan dan rawat inap Peserta Jamkesmas di Puskesmas Tegal Angus tahun 2012
1.1.2.9 Situasi Sumber Daya Kesehatan
Upaya pembangunan kesehatan membutuhkan sumber daya kesehatan yang
memadai untuk mencapai target yang ingin dicapai. Bab ini akan menguraikan situasi
sumber daya kesehatan yang ada di Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2012.
14
1.1.2.10 Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan karena merupakan penggerak dari program-program kesehatan.
Jumlah tenaga kesehatan di puskesmas tegal angus berjumlah 27 orang yang terdiri dari
dokter umum, dokter gigi, perawat, bidan, dan tenaga gizi seperti yang tergambar dalam
tabel dibawah ini.
Tabel 1.8 Kategori Tenaga di Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
No Kategori Tenaga
Status
JumlahPNS PTT/TKK
Lain-
Lain
1 AKBID 1 6 0 7
2 AKPER 1 0 0 1
3 Bidan 9 0 0 9
4 D3 Gizi 1 0 0 1
5 D3 Kesling 1 0 0 1
6 Dokter Gigi 1 0 0 1
7 Dokter Umum 2 0 0 2
8 Honor 0 0 4 4
9 Pekarya 1 0 0 1
10 Perawat 2 1 0 2
JUMLAH 21 3 4 29
Sumber : Ketatausahaan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
1.1.2.11 Pembiayaan Kesehatan
Salah satu faktor utama di dalam peningkatan pelayanan kesehatan adalah adanya
faktor pembiayaan yang mana dapat digunakan untuk transportasi, jasa kegiatan program
maupun belanja barang. Pembiayaan kesehatan dapat bersumber dari pemerintah pusat dari
APBN seperti dana jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat miskin) dan jampersal
(jaminan persalinan) serta BOK (Bantuan Operasional Kesehatan), sementara dana dari
pemerintah daerah dari APBD berupa dana operasional puskesmas dan jamkesda (jaminan
kesehatan daerah).
Jaminan Kesehatan Prabayar
Sebagai bagian dari amanat UUD 1945, negara harus mengurus masyarakat miskin.
15
Oleh karena itu pemerintah meluncurkan program jaminan kesehatan masyarakat miskin
(jamkesmas/askeskin).
Hampir 50% penduduk di wilayah tegal angus merupakan masyarakat miskin dan
tidak semua tercakup dalam program jamkesmas. Hal ini disebabkan pendataan yang
kurang akurat, kendala di lapangan adalah data kependudukan yang tidak lengkap, kriteria
miskin yang berbeda dan pemberian kartu jamkesmas yang tidak tepat.
Masyarakat miskin yang tidak mendapat jaminan melalui program jamkesmas, akan
dipenuhi biaya kesehatannya oleh pemerintah daerah melalui jaminan kesehatan daerah
(Jamkesda). Pemerintah daerah juga membiayai operasional puskesmas melalui dana
operasional puskesmas.
Tabel 1.9 Pembiayaan Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
No Sumber BiayaAlokasi Anggaran Kesehatan
(Rp)
1 BOK 70.347.000,-
2 Jamkesmas dan Jampersal 90.001.835,-
3 Operasional Puskesmas 69.891.259,-
TOTAL ANGGARAN 230.240.094,-
Sumber : Data TU Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
16
Gambar 1.2 Demah Keluarga Binaan Kampung Gaga RT 08/RW 03, Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang
17
Denah di atas adalah denah lingkungan keluarga binaan kelompok 7 dan Puskesmas Tegal
Angus. Keluarga binaan kelompok 7 terletak di kampung Gaga Rt 08 Rw 03 di Desa Tanjung Pasir
Kabupaten Tanggerang Provinsi Banten. Kampung Gaga terletak sekitar 5 km dari Puskesmas Tegal
Angus. Sebelum menuju lingkungan keluarga binaan harus melewati gang kecil sebelah kiri
sebelum lewat masjid dengan jarak kira – kira 1 km setelah itu letak kampung Gaga berada. Jalan
gang hanya cukup untuk satu mobil. Wilayah sekitar kampung Gaga merupakan daerah
pemancingan ikan dan tambak ikan.
Rumah binaan kelompok 7 berada di ujung kampung Gaga. Saling berhimpitan kecuali
rumah 5 dan 6 yang tidak berhimpitan dengan rumah 1,2,3 dan 4. Jamban umum teletak di belakang
rumah keluarga binaan dengan hanya satu jamban umum. Jamban terletak di atas sebuah empang
yang berisikan ikan dan banyak sampah keluarga. Dari rumah 1,2,3, dan 4 ke jamban kira-kira
berjarak 5 meter, dari rumah 5 kira-kira jarak dari rumah ke jamban sekitar 3 meter dan dari rumah
6 jarak dari rumah ke jamban cukup jauh yaitu sekitar 7 meter.
1.2 Gambaran Keluarga Binaan
1.2.1 Keluarga Tn. Karning
Tabel. 1.10 Profil Keluarga Tn.Karning,Kampung Gaga RT 08/RW 03, Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Bulan Juni Tahun 2014
No Nama Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
1 Tn.
Karning
Suami Laki – laki 40 thn SD Tambak Ikan Rp 1,8 juta /
bulan
2 Ny. Asni Istri Perempuan 33 thn SD Ibu Rumah
Tangga
-
3 Tn.
Hasan
Anak Laki-laki 24 thn SMK Penjahit Rp 1 juta / bulan
4 Ny. Een Menantu Perempuan 19 thn SMP Ibu Rumah
Tangga
-
5 By.
Nayla
Cucu Perempuan 5 bln - - -
Keluarga Tn. Karning tinggal di Kampung Gaga RT 08/RW 03, Kelurahan Tanjung Pasir,
Kecamata Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Propinsi Banten. Keluarga ini terdiri dari sepasang
suami istri, dan dua orang anak, salah satu orang anak tinggal serumah dengan membawa istri dan
18
anaknya yang masih bayi, dan satu orang anak lagi tinggal disebelah rumah Tn. Karning. Tn.
Karning sebagai kepala keluarga berusia 40 tahun dengan latar belakang pendidikan terakhir
sekolah dasar. Ny. Asni sebagai istri berusia 33 tahun dengan latar pendidikan sekolah dasar. Tn.
Karning dan Ny. Asni memiliki dua orang anak, satu laki-laki dan satu perempuan. Anak pertama
laki-laki bernama Hasan berusia 24 tahun dan sudah menikah dengan pekerjaan sebagai penjahit,
memiliki istri bernama Ny. Een berusia 19 tahun sebagai ibu rumah tangga, mereka memiliki anak
bernama Nayla yang berusia 5 bulan.
Tn. Karning berprofesi sebagai penjaga tambak ikan dengan pendapatan Rp 1.800.000,- tiap
bulan. Ny. Asni hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Keluarga Tn. Karning tinggal disebuah rumah bangunan semi permanen diatas tanah seluas
10 x 13 m2. Dinding rumah terbuat dari semen dan batu bata, lantai menggunakan keramik. Atap
rumah menggunakan genteng dan terdapat plafon. Rumah Tn. Karning terdiri dari dua kamar tidur,
satu ruang keluarga, satu dapur, dan satu kamar mandi. Ruang keluarga, dimana terdapat TV dan
merupakan tempat biasanya keluarga berkumpul, diruangan tersebut terdapat jendela yang dapat
dilewati cahaya matahari pada sisi rumah Tn. Karning terdapat adanya ventilasi udara.
Di rumah Tn. Karning tidak terdapat WC (jamban) dan hanya terdapar dapur dan kamar
mandi. Untuk buang air besar (BAB) mereka melakukannya di empang yang berjarak 100 meter
dari belakang rumahnya. Dengan kondisi dimana jamban tersebut disekitarnya dikelilingi oleh
sampah-sampah plastik maupun botol yang dibuang oleh keluarga Tn. Karning dan keluarga
sekitarnya. Jamban yang digunakan oleh keluarga Tn. Karning digunakan juga oleh beberapa
keluarga disekitar rumahnya. Air yang mereka pakai untuk membersihkan bokong setelah BAB
diambil dari air empang yang berada dibawah dari jamban tersebut. Tn. Karning dan keluarga
merasa kebiasaan dari membuang air besar di jamban tersebut mengganggu, tetapi karena
terbatasnya penghasilan yang didapatkan oleh Tn. Karning tidak cukup untuk membuat jamban
yang lebih layak. Dapur Tn. Karning menggunakan kompor gas. Sumber air bersih didapatkan dari
pompa air yang menyedot air dari PAM yang dibeli dengan harga Rp. 100.000/ bulan. Air bersih
tersebut di gunakan untuk mandi, masak, dan minum.
Keluarga Tn. Karning biasa melakukan cuci tangan sebelum makan, tetapi hanya sesekali
saja menggunakan sabun, kemudian apabila selesai makan, keluarga Tn. Karning terbiasa mencuci
tangan menggunakan air cuci tangan yang di taruh didalam mangkuk setelah selesai makan.
Rumah keluarga Tn. Karning terletak di daerah yang padat penduduk dengan jarak antar
rumah 0,5 meter disebelah kanan dan kiri dan di depan terdapat empang yang berjarak 100 meter
dari rumahnya. Keluarga Tn. Karning memiliki kebiasaan membuang sampah di tempat sampah,
lalu dibakar di belakang rumah.
Keluarga Tn. Karning memiliki pola makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Biasanya menu
19
yang biasa dimakan adalah sayur bayam, tahu, tempe, telur dan ikan asin. Tn. Karning memiliki
kebiasaan merokok namun tidak didalam rumah, biasanya merokok diluar rumah. Keluarga Tn.
Karning mengaku mencuci tangan sebelum dan sesudah makan tetapi tidak mengggunakan sabun.
Tn. Karning dan Ny. Asni mengaku jarang melakukan olahraga. Tn. Karning dan Ny. Asni tidak
memiliki masalah kesehatan dalam sebulan terakhir ini, penyakit yang sering dialami oleh Tn.
Karning, Ny. Asni adalah mual dan sakit perut. Biasanya apabila sakit mereka berobat dengan obat
dari warung dan apabila sakit tambah parah mereka berobat ke dokter puskesmas.
Gambar 1.2 Denah Rumah Keluarga Tn. Karning, Kampung Gaga RT 08/RW 03, Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Bulan Juni 2014
Tabel 1.11 Faktor Internal Keluarga Tn. Karning
No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Tn. Karning merokok sekitar setengah bungkus
dalam satu hari, biasanya kebiasaan merokok ini
dilakukan diluar rumah jauh dari anak dan
cucunya.
2 Olah raga Tn. Karning tidak memiliki kebiasaan
berolahraga.
3 Pola Makan Tn. Karning makan 3x/hari. Ny. Asni makan
2x/hari, selalu memasak sendiri setiap jam 7 20
pagi dan 2 sore dengan komposisi makanan nasi,
sayur, tahu/tempe, telor/ikan. Mengkonsumsi
daging ayam jarang, 3x/bulan. Makan buah-
buahan 3x/minggu, paling sering jeruk dan
pepaya. Ibu mengaku tidak pernah jajan
makanan.
4 Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka selalu pergi ke puskesmas.
5 Menabung Tn. Karning mengaku selalu menabung
100.000/bulan.
6 Mencuci tangan Tn. Karning, Ny. Asni selalu mencuci tangan
sebelum dan sesudah makan menggunakan air
bersih yang tidak mengalir dan memakai sabun
7 Aktivitas sehari-hari 1. Bapak bekerja sebagai penjaga tambak
ikan yang berangkat kerja dari jam 7
sampai jam 3 sore, sepulang kerja selalu
langsung istirahat, mempunyai kebiasaan
merokok setengah bungkus per hari.
2. Ibu bertindak sebagai ibu rumah tangga,
memasak 2x perhari
3. Anak pertama merupakan penjahit
dengan istri sebagai ibu rumah tangga
dan mempunyai anak bayi
Tabel 1.12 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Karning
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 10 x 13 m2
2. Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat dua kamar tidur, satu
ruang keluarga, satu gudang, satu dapur, dan satu
kamar mandi.
3. Ventilasi Terdapat ventilasi pada sisi rumah
4. Pencahayaan a. Terdapat jendela pada ruang tamu dan kamar
tidur selalu dalam keadaan terbuka dan tidak
21
ditutupi dengan kain.
b. Terdapat 3 buah lampu di dalam rumah, 3
berwarna putih. Lampu terdapat di ruang
keluarga, kamar tidur dan ruang tamu.
5. MCK Terdapat tempat untuk mandi dan cuci piring, air
dikumpulkan di beberapa ember dan terdapat
jentik nyamuk, tidak terdapat tempat untuk
buang air besar.
6. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Karning
menggunakan air PAM yang dibelinya dari
tukang air keliling di daerah tempat tinggalnya.
7. Saluran pembuangan limbah Air Limbah rumah tangga di buang ke parit
buatan sendiri yang di alirkan ke kolam empang
di belakang rumah
8. Tempat pembuangan sampah Sampah rumah tangga di kumpulkan dibelakang
rumah. Sampah ditumpuk terlebih dahulu
hingga cukup banyak lalu dibakar.
9. Lingkungan sekitar rumah Di samping kanan dan kiri rumah terdapat
rumah tetangga. Di lingkungan sekitar rumah
keluarga Tn. Karning masih banyak sampah
botol dan kaleng bekas dengan air yang
menggenang dikarenakan penduduk sekitar
kurang peduli dengan lingkungannya.
Penentuan Area Masalah
Masalah Non Medis
o Tidak terdapat jamban di dalam rumah.
o Terdapat jentik nyamuk pada sumber air.
o Kurangnya kesadaran lingkungan sekitar.
o Kurangnya ketersediaan air bersih.
o Kebiasaan merokok di dalam rumah terhadap kesehatan keluarga.
o Kurangnya kebiasaan mencuci tangan sebelum makan.
o Kebiasaan membakar sampah.
Masalah Medis
22
o Riwayat penyakit gastrointestinal : diare
1.2.2 Keluarga Tn. Sulaiman
Tabel. 1.13 Profil Keluarga Tn. Sulaiman, Kampung Gaga RT 08/RW 03, Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Bulan JuniTahun 2014
No Nama Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Usia Pendidikan Pekerjaan Penghasilan
1 Tn.
Sulaiman
Suami Laki –
laki
24 Sekolah
Menengah
Pertama
Buruh Ikan Rp. 1.000.000 –
Rp.
1.200.000/bulan
2 Ny.
Nurjanah
Istri Perempua
n
24 Sekolah
Menengah
Pertama
Buruh pabrik Rp. 900.000 - Rp.
1.000.000/bulan
3 Nurkifti Anak Laki-laki 6 Sekolah
Dasar
Pelajar -
Keluarga Tn. Sulaiman tinggal di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga. Keluarga ini
terdiri dari sepasang suami istri, dan seorang anak yang tinggal serumah. Tn. Sulaiman sebagai
kepala keluarga berusia 24 tahun dengan latar belakang pendidikan terakhir sekolah menengah
pertama. Tn. Sulaiman putus sekolah sejak duduk dibangku kelas 1 SMP karena keterbatasan biaya,
semenjak putus sekolah Tn. Sulaiman bekerja untuk membantu perekonomian keluargnya. Tn.
Sulaiman berprofesi sebagai buruh ikan dengan pendapatan tidak menentu, dengan penghasilan
kira-kira berkisar antara Rp. 1.000.000 hingga Rp. 1.200.000 per hari nya. Tn. Sulaiman biasanya
berangkat kerja pukul 06.00 WIB dan pulang ke rumah pukul 16.00 WIB.
Tn. Sulaiman memiliki seorang istri yang bernama Ny. Nurjanah berusia 24 tahun dengan
latar pendidikan terakhir sekolah menengah pertama. Ny. Nurjanah bekerja sebagai buruh pabrik
demi membantu perekonomian keluarganya yang masih dirasakan sangat kurang. Kesehariannya
mengurus rumah seperti memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, mengurus anak dan
sore hari nya berangkat kerja. Ny. Nurjanah berangkat kerja pukul 17.30 WIB dari rumah dan
pulang ke rumah pukul 00.30 WIB. Saat berangkat kerja, anak Ny. Nurjanah tinggal bersama ayah
nya yang pada malam hari ada di rumah karena sore hari nya sudah pulang kerja.
Anak pertama Tn. Sulaiman, bernama Nurkifti, sekarang berusia 6 tahun, lahir di rumah
dengan bantuan bidan setempat, secara normal, dengan berat badan 2900 gram. Ny. Nurjanah
mengaku anak pertamanya mendapatkan imunisasi lengkap dan mengaku rajin memeriksakan 23
kehamilan ketika masih mengandung. Nurkifti sekarang bersekolah duduk di bangku kelas 1 SD.
Bersekolah setiap hari senin – jumat, berangkat sekolah pukul 06.30 WIB dan pulang sekolah pukul
12.00 WIB.
Keluarga Tn. Sulaiman tinggal disebuah rumah bangunan permanen diatas tanah seluas 12 x
5 m2. Dinding rumah terbuat dari semen dan batu bata, sebagian berlantaikan keramik dan sebagian
berlantaikan tanah. Atap rumah menggunakan genteng dan dibuat plafon. Rumah Tn. Sulaiman
terdiri dari sebuah ruang tamu yang sekaligus dijadikan ruang keluarga, 1 buah kamar tidur, 1 ruang
dapur yang digabung dengan kamar mandi disebelahnya tanpa disertai sekat pembatas ruangan.
Ruang tamu berukuran 5 x 4 m2 beralaskan keramik dan dipergunakan untuk menerima tamu,
nonton televisi, dan berkumpul bersama keluarga. Diruangan tersebut terdapat 2 jendela dan
memiliki pintu dengan jenis pintu yang dapat dilewati cahaya matahari. Untuk sore hingga malam
hari keluarga Tn. Sulaiman menggunakan lampu sebagai penerangan.
Di rumah Tn. Sulaiman tidak terdapat WC ( jamban ) dan hanya terdapat dapur dan kamar
mandi yang bersebelahan. Untuk buang air besar (BAB) mereka melakukannya di empang yang
berjarak 150 meter dari belakang rumahnya. Jamban yang digunakan tidak memiliki sistem saluran
pembuangan yang memadai karna pembuangan di empang dan empang tersebut tidak mengalir.
Sedangkan untuk membasuh setelah BAB, Tn. Sulaiman dan keluarga biasanya menggunakan air
empang. Selama menggunakan jamban di empang, keluarga Tn. Sulaiman memiliki riwayat
masalah kesehatan seperti diare berulang dan anak nya pernah mengalami cacingan. Bak mandi
yang ada dirumah dikuras setiap 1 bulan 1 kali. Sumber air bersih didapatkan dari PAM yang dibeli
dengan harga Rp. 500/derigen. Air bersih tersebut digunakan untuk mandi, masak dan minum.
Dapur Tn. Sulaiman hanya terdapat kompor yang menggunakan kompor minyak.
Rumah keluarga Tn. Sulaiman terletak di daerah yang padat penduduk dengan jarak antar
rumah 0,5 meter disebelah kanan dan kiri dan 5 meter dengan rumah depan. Keluarga Tn. Sulaiman
memiliki kebiasaan membuang sampah di lahan kosong belakang rumah yang berjarak 10 meter
dari rumah. Biasanya sampah tersebut di bakar setelah terkumpul banyak.
Keluarga Tn. Sulaiman memiliki pola makan sebanyak 3 kali dalam sehari (pagi – siang –
sore/malam). Biasanya menu yang biasa dimakan adalah nasi, ikan asin, tahu, tempe dan kadang-
kadang makan ayam goreng. Keluarga Tn. Sulaiman jarang mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-
buahan.
Tn. Sulaiman memiliki kebiasaan merokok, biasanya Tn. Sulaiman menghabiskan setengah
bungkus rokok perhari, dan mengaku sering merokok di luar rumah dan saat bekerja karena ada
anak kecil didalam rumah.
Tn. Sulaiman dan Ny. Nurjanah mengaku jarang mencuci tangan sebelum atau sesudah
melakukan aktivitas. Biasanya Tn. Sulaiman dan Ny. Nurjanah mencuci tangan dengan air dari
24
gayung yang berasal dari bak mandi, dan jarang menggunakan sabun, sabun yang digunakan juga
bukan sabun khusus cuci tangan. Tangan yang dibasuh hanya bagian telapak tangan dan punggung
tangan. Setelah mencuci tangan Tn. Sulaiman dan Ny. Nurjanah mengeringkan tangannya dengan
mengelapnya ke pakaian yang sedang digunakan.
Tn. Sulaiman mengaku jarang melakukan olahraga, Tn. Sulaiman merasa tidak bersemangat
untuk berolahraga karena pagi hari harus berangkat kerja. Sedangkan Ny. Nurjanah tidak sempat
berolahraga karena sibuk untuk mengurus rumah dan anak nya serta malam hari nya harus
berangkat kerja.
Dalam segi kesehatan, Tn. Sulaiman, istri beserta anaknya mengaku memiliki masalah
kesehatan seperti diare yang kadang berulang serta cacingan. Biasanya apabila sakit mereka berobat
dengan obat warung terlebih dahulu, apabila sakit tidak sembuh mereka berobat ke Puskesmas atau
klinik terdekat. Jarak puskesmas dari rumah Tn. Sulaiman tidak terlalu jauh. Transportasi yang
biasa digunakan Tn Sulaiman dan keluarganya menggunakan kendaraan umum.
Gambar. 1.3 Denah Rumah Keluarga Tn. Sulaiman, Kampung Gaga RT 08/RW 03, Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Bulan Juni 2014
Tabel 1.14. Faktor Internal Keluarga Tn. Sulaiman
No Faktor Internal Permasalahan
25
1 Kebiasaan Merokok Tn. Sulaiman memiliki kebiasaan merokok ini
dilakukan diluar rumah atau saat sedang bekerja.
2 Olah raga Keluarga Tn. Sulaiman tidak ada yang memiliki
kebiasaan berolahraga.
3 Pola Makan Ny. Nurjanah memasak sendiri untuk makan
keluarga, menu makanan yang sering dimakan
adalah nasi, tahu, tempe, dan ikan asin. Terkadang
makan ayam goreng. Ny. Nurjanah dan seorang
anaknya makan 3x sehari di rumah (pagi - siang –
malam), tapi Tn. Sulaiman makan pada pagi dan
malam hari dirumah karena Tn. Sulaiman di siang
hari bekerja dan baru balik saat sore hari.
4 Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka membeli obat warung.
Apabila tidak sembuh, mereka baru berobat ke
Puskesmas atau klinik dokter umum terdekat.
5 Menabung Keluarga Tn. Sulaiman tidak memiliki kebiasaan
menabung, dikarenakan penghasilan yang
dihasilkan perharinya terkadang masih tidak cukup
untuk kebutuhan sehari-hari.
6 Kebiasaan Mencuci Tangan a. Tn. Sulaiman dan Ny. Nurjanah tidak selalu
mencuci tangan setiap memulai dan
mengakhiri aktivitas, mereka juga jarang men-
cuci tangan sebelum dan sesudah makan.
b. Mencuci tangan hanya punggung dan telapak
tangan.
c. Mencuci tangan tidak dengan menggunakan
sabun.
d. Mencuci tangan dengan airdari gayung yang
diambil dari bak mandi.
7 Aktivitas sehari-hari a. Tn. Sulaiman bekerja sebagai buruh ikan. Ia
berangkat kerja dari rumah pukul 06.00 WIB
dan pulang pada pukul 16.00 WIB
b. Ny. Nurjanah bekerja sebagai buruh pabrik,
dan sehari-hari mengurus rumah, anak dan
26
sore hari nya pukul 17.30 berangkat kerja dan
pulang ke rumah pukul 00.30
c. Anak sekolah dari pukul 07.00 – 12.00
Tabel 1.15 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Sulaiman
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah ±12 x 5 m2
2. Ruangan dalam
rumah
Dalam rumah terdapat ruang tamu yang sekaligus dijadikan ruang kumpul
keluarga dengan ukuran ± 5x4 m2, satu kamar tidur, dengan ukuran 5x3m2,
dan satu dapur yang digabung dengan kamar mandi disebelahnya, dengan
ukuran ±5 x 3m2
3. Ventilasi Terdapat 2 buah jendela berukuran 50x100 cm
4. Pencahayaan a. Terdapat dua jendela pada ruang tamu.
b. Terdapat 3 buah lampu di dalam rumah, dengan lampu berwarna kuning.
Lampu terdapat di ruang tamu, kamar tidur, dan dapur.
5. MCK a. Terdapat sarana MCK yang tidak lengkap dikarenakan tidak adanya la-
han dan biaya untuk membuat jamban sendiri dirumah, berlantai semen.
b. Terdapat 2 ember besar untuk menampung air
c. Tempat cuci baju dan piring bersamaan dengan tempat mandi
d. Terdapat jentik nyamuk di bak mandi
6. Sumber Air a. Membeli air bersih yang berasal dari PAM, sebanyak 6 jerigen setiap hari.
b. Air ini digunakan untuk air minum, mencuci, mandi dan buang air kecil.
c. Air berwarna kuning keruh, tidak berbau dan rasa asin.
7. Saluran
pembuangan
limbah
Air Limbah rumah tangga di buang ke kolam empang di belakang rumah.
Aliran limbah tidak lancar.
8. Tempat
pembuangan
sampah
Sampah rumah tangga dibuang ke lahan kosong belakang rumah. Sampah
ditumpuk terlebih dahulu hingga cukup banyak lalu dibakar.
27
9. Lingkungan
sekitar rumah
Di samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah tetangga. Di lingkungan
sekitar rumah keluarga Tn. Sulaiman masih banyak sampah yang
berserakan dikarenakan penduduk sekitar kurang peduli dengan
lingkungannya. Dibelakang pekarangan rumah terdapat empang yang
sangat kotor penuh dengan sampah.
Penentuan Area Masalah Keluarga Tn. Sulaiman
a) Non-Medis
- Kebiasaan membuang dan membakar sampah di halaman rumah.
- Terdapat jentik nyamuk pada penampungan air.
- Pada lingkungan keluarga Tn. Sulaiman tidak terdapat jamban sehat.
- Tidak tersedianya sumber air bersih di lingkungan rumah.
b) Medis
- Riwayat menderita demam.
1.2.3 Keluarga Tn. Yatmin
Tabel. 1.16 Profil Keluarga Tn. Yatmin, Kampung Gaga RT 08/RW 03, Desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Bulan JuniTahun 2014
No Nama Status
Keluarga
Jenis
Kelamin
Usia Pendidik
an
Pekerja
an
Penghasilan
1 Tn. Yatmin Suami Laki-laki 50th Tidak
Sekolah
Buruh
tambak
Rp.1.200.000/
bulan
2 Ny. Acoh Istri Perempua
n
35th Tamat SD Pedagan
g
Rp.500.000/
Bulan
3 Nn. Santi Anak Perempua
n
18th Tamat
SMA
Buruh
pabrik
Rp.1.500.000/
Bulan
4 An. Sinta Anak Perempua
n
12th SD Pelajar -
28
Keluarga binaan ini beralamat di Kampung Telaga Sukamana Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Keluarga ini terdiri dari seorang suami, seorang istri
dan dua orang anak. Seorang kepala keluarga yang bernama Tn. Yatmin, 50 tahun, bekerja sebagai
burah tambak ikan di empang daerah Tanjung Pasir dengan rata-rata pendapatan Rp.1.200.000 per
bulan. Tn. Yatmin berangkat ke tempat kerja pukul 06.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB. Tn. Yatmin
terkadang tidak berangkat ke tempat kerja dikarenakan tidak ada ikannya. Tn. Yatmin memiliki
kebiasaan merokok satu bungkus per hari dan sering merokok di dalam rumah dan di luar rumah.
Ny. Acoh adalah istri dari Tn. Yatmin berusia 35 tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga
dengan usaha membuka warung di depan rumahnya. Ny Acoh mempunyai pedapatan rata-rata Rp
500.000 per bulan.
Nn. Sinta adalah anak pertama dari Tn Yatmin dan Ny Acoh yang berusia 18 tahun dengan
pendidikan terakhir sekolah menengah atas. Nn. Sinta bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik di
daerah Tanjung Pasir dengan pendapatan rata-rata Rp. 1.500.000 per bulan. Nn. Sinta berangkat ke
tempat kerja tergantung dengan pembagian waktu kerja. Jika dapat waktu kerja pagi Nn Sinta
berangkat dari rumah sekitar pukul 06.30 WIB dan sampai rumah pukul 14.30 WIB, jika dapat
waktu kerja siang Nn. Sinta berangkat pukul 13.30 sampai rumah pukul 20.30 WIB, dan jika waktu
kerja malam Nn. Sinta berangkat pukul 19.30 sampai rumah pukul 07.00 WIB.
An. Sinta adalah anak kedua dari Tn. Yatmin dan Ny. Acoh yang berusia 12 tahun yang
sedang menempuh pendidikan tingkat sekolah dasar. Nn Sinta berangkat ke sekolah sekitar pukul
07.30 WIB dan sampai di rumah pukul 12.15 WIB.
Keluarga Tn. Yatmin tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah ±6x5 m. Rumah terdiri
dari satu buah ruang tamu, dua kamar tidur, dan satu dapur yang dan satu kamar mandi tanpa
adanya jamban. Lantai rumah sebagian terbuat dari semen dan sebagian lagi dari keramik. Dinding
rumah terbuat dari tembok. Untuk atap rumah terbuat dari genting tanpa plafon.
Pada bagian belakang rumah terdapat tanah kosong. Tanah kosong tersebut biasa digunakan
untuk kandang ayam dan menimbun sampah kemudian dibakar selama 1 minggu sekali.
Rumah keluarga Tn.Yatmin terdapat kamar mandi namun tidak disertai jamban. Kamar
mandi tersebut hanya digunakan untuk mandi, buang air kecil, mencuci baju dan piring. Kamar
mandi hanya dilengkapi oleh bak besar, kamar mandi tersebut seluas 1 x 3 m. Sehingga untuk
buang air besar mereka harus ke jamban umum yang berada di pinggir empang dengan jarak sekitar
2 meter dari rumah Tn. Yatmin. Jamban umum yang digunakan Tn. Yatmin dan keluarga merupakan
tipe jamban cemplung. Keluarga Tn. Yatmin menggunakan air bersih yang di bawanya dari rumah
untuk membersihkan setelah buang air besar. Jamban umum yang tidak sehat dan letaknya jauh dari
rumah merupakan masalah untuk Tn. Yatmin dan keluarga.
Kegiatan mencuci piring keluarga Tn.Yatmin dilakukan di kamar mandi yang juga
29
digunakan untuk buang air kecil. Piring – piring kotor ditumpuk di lantai kamar mandi tersebut,
tanpa alas apapun. Piring – piring yang telah dibersihkan, dikeringkan di rak piring yang berada di
dapur yang terletak tidak jauh dari kamar mandi. Kegiatan mencuci tangan di tiap anggota keluarga
sedikit kurang baik. Masing-masing keluarga memiliki kebiasaan mencuci tangan tetapi tidak
menggunakan sabun. Kebiasaan ini juga biasa dilakukan hanya ketika mereka setelah makan.
Gambar 1.3 Denah Rumah Keluarga Tn. Yatmin, Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Bulan Juni 2014
Tabel 1.17 Faktor Internal Keluarga Tn. Yatmin
No Faktor Internal Permasalahan
1 Kebiasaan Merokok Tn. Yatmin merokok sekitar setengah bungkus
dalam satu hari, biasanya kebiasaan merokok ini
dilakukan didalam dan diluar rumah jauh dari
anaknya.
2 Olah raga Tn. Yatmin memiliki kebiasaan berolahraga di
tempat kerjanya selama 30 menit 3x/minggu.
30
3 Pola Makan Tn. Yatmin makan 1x/hari karena ia mengaku lelah
setelah pulang bekerja. Ny.Acoh makan 2x/hari,
selalu memasak sendiri setiap jam 7 pagi dan 2
sore dengan komposisi makanan nasi, tahu/tempe,
terkadang ikan atau daging Mengkonsumsi daging
ayam jarang, 3x/bulan. Makan buah-buahan tidak
menentu. Ibu mengaku tidak pernah jajan
makanan. Nn. Santi dan An. Sinta makan 2x/hari.
4 Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, mereka membeli obat warung lalu
setelah beberapa hari tidak kunjung sembuh ke
puskesmas.
5 Menabung Tn. Yatmin mengaku selalu menabung
600.000/bulan.
6 Mencuci tangan Tn. Yatmin, Ny. Acoh, Nn. Santi dan An. Sinta
selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
menggunakan air bersih yang tidak mengalir dan
memakai sabun, masih belum tahu cara mencuci
tangan yang baik.
7 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai buruh tambak ikan
yang berangkat pukul 06.00 WIB kemudian
saat pulang selalu langsung istirahat, mem-
punyai kebiasaan merokok setengah
bungkus per hari.
b. Ibu bertindak sebagai ibu rumah tangga,
memasak 2x sehari
c. Anak pertama sebagai buruh pabrik yang
berangkat tergantung jadwal jaga dengan
durasi kerja 8 jam/hari
d. Anak kedua merupakan pelajar SD
Tabel 1.18 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Yatmin
No Kriteria Permasalahan31
1. Luas Bangunan Luas rumah ± 6x 5 m dengan lantai keramik
2. Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat ruang keluarga berukuran4
x 2,5 m, dua kamar tidur yang masing-masing
berukuran 3 x 3 m. Juga terdapat dapur yang
berukuran 2,5 x 1,5 m mencakup tempat mandi,
mencuci dan buang air kecil.
3. Ventilasi Terdapat lima buah ventilasi di ruang tamu
berukuran 15 x 30 cm yang selalu terbuka, dua
buah ventilasi di dalam kamar tidur berukuran 30 x
40 cm. 1 jendela di ruang keluarga yang tidak bisa
dibuka berukuran 40 x 70 cm. 2 jendela di dalam
kamar tidur yang masing-masing berukuran 40 x
70 cm yang selalu dibuka ketika pagi dan siang
hari. Hal ini sesuai dengan luas lantai rumah.(luas
ventilasi lebih dari 10% dari lantai rumah).
4. Pencahayaan a. Terdapat tiga buah jendela berukuran 40 x
70 cm yang berada di ruang keluarga dan
ruang kamar.
b. Hanya terdapat 1 buah lampu di luar dan
dalam rumah. Sehingga pencahayaan
rumah kurang baik.
5. MCK a. Tidak memiliki jamban, jika ingin buang
air besar Tn Yatmin pergi ke jamban umum
yang berada di pinggir empang berjarak 3
m dari rumahnya.
b. Tempat cuci piring dan baju bersamaan
dengan tempat mandi, bak, dan memasak.
c. Tersedia air pam yang dibeli dari warung.
d. Terdapat jentik nyamuk pada beberapa em-
ber untuk penampungan air
6. Sumber Air a. Tidak memiliki sumber air di rumahnya, se-
32
hingga harus membeli air pam di warung.
7. Saluran pembuangan limbah Limbah rumah tangga cair di buang ke empang
yang berjarak 3 m dari rumahnya.
8. Tempat pembuangan sampah Sampah dibuang di dekat empang, sampah ini
ditumpuk hingga penuh, lalu kemudian dibakar
oleh siapapun warga sekitar sekitar 1minggu
sekali.
9. Lingkungan sekitar rumah Depan rumah dan belakang rumah Tn. Darman
merupakan tanah yang dimiliki oleh tetangganya.
Sebelah kanan rumah langsung menempel dengan
rumah lain yang merupakan rumah saudaranya.
Sebelah kiri rumah adalah rumah warga lain.
Sekitar 3 m sebelah kanan dari rumah Tn. Yatmin
terdapat empang untuk membuang limbah, bab dan
terdapat sampah.
Penentuan Area Masalah Tn. Yatmin
a. Non-Medis
- Keluarga Tn. Yatmin mempunyai kebiasaan membakar sampah.
- Rendahnya penghasilan per bulan di keluarga yang belum bisa mencukupi ke-
butuhan sehari-hari.
- Keluarga Tn. Yatmin tidak mempunyai jamban di dalam rumah, mereka
menggunakan jamban yang terdapat di luar rumah yaitu di empang belakang
rumah dan jamban tersebut tidak termasuk jamban sehat.
- Kurangnya ketersediaan air bersih di lingkungan keluarga Tn. Yatmin.
- Terdapat jentik nyamuk pada penampungan air.
- Pencahayaan yang kurang pada rumah keluarga Tn. Yatmin
- Buruknya ventilasi dan sirkulasi udara dalam rumah Tn. Yatmin
b. Medis
- Keluarga Tn. Yatmin tidak pernah berobat ke Puskesmas karena terdapat
pemikiran bahwa jika berobat ke Puskesmas akan disuntik, sehingga hanya
membeli obat ke warung.
- Riwayat penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) : Batuk, pilek.
33
1.2.4 Keluarga Tn. Darhi
Tabel 1.19 Profil Keluarga Tn. Darhi, Kampung Gaga RT 08/RW 03, Desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Bulan JuniTahun 2014
N
o
Nama Status
Keluarg
a
JenisKelami
n
Usia Pendidika
n
Pekerjaa
n
Penghasila
n
1 Tn. Darhi Suami Laki-laki 35th Tamat SD Penjaga
empang
Rp.800.000/
Bulan
2 Ny. Ati Istri Perempuan 32th Tamat SD Ibu rumah
tangga
-
3 An.Marjay
a
Anak
pertama
Perempuan 12th Pelajar
SMP
Pelajar -
4 An.Nuraini Anak
kedua
Perempuan 4th Belum
sekolah
- -
Keluarga binaan ini beralamat di Kampung Gaga DesaTanjung Pasir, KecamatanTeluk Naga
RT 08/RW 03.Keluarga ini terdiri dari seorang ayah, ibu yang tinggal bersama 2 orang anak.
Seorang kepala keluarga yang bernama Tn. Darhi, 35 tahun. Ia berprofesi sebagai penjaga empang
dengan rata-rata pendapatan Rp.800.000 tiap bulan. Ia bekerja sebagai penjaga empang didekat
rumahnya. Ia berangkat ketempat kerja pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore. Ia memiliki kebiasaan
merokok satu bungkus per hari. Ia sering merokok di dalam rumah dan di luar rumah.
Ny. Ati berusia 32 tahun. Dahulu sebelum menikah dengan Tn.Darhi, Ny.Ati sempat bekerja
di sebuah pabrik di Kampung Melayu, Tanggerang . Namun sekarang sejak menikah dengan
Tn.Darhi Ny.Ati hanya lah seorang ibu rumah tanggadan mengurusi kedua orang anaknya.
An. Marjaya berusia 12 tahun, ia merupakan anak pertama. Jaya lahir secara normal di
rumahnya ditolong oleh bidan desa . Jaya diberikan ASI sejak lahir sampai usia 1,5 tahun lalu
dilanjutkan dengan susu formula.Sejak kehamilan Jaya, Ny.Ati rutin memeriksakan kandungannya
ke puskesmas dan posyandu terdekat. Sejak lahir Jayabaru mendapatkan 5x imunisasi yakni,
BCG, Hep.B, Polio, dan DPT . Sejak lahir Jaya belum pernah mengalami sakit yang berat kecuali
diare saat usianya 5 tahun .
An.Nuraini berusia 4 tahun, ia merupakan anak kedua . Nurainilahirsecara normal di
puskesmas terdekat. Nuraini diberikan ASI sejak lahir hingga usianya 6 bulan, lalu dilanjutkan
dengan susu formula serta sari buah . Sejak 2 bulan belakangan. Ny.Ati mengeluhkan bahwa 34
Nuraini mengalami BAB berdarah. Darah berwarna merah segar, dan terdapat benjolan yang masih
bisa masuk jikadimasukan dari lubang anus . Ny.Ati sudah membawa Nuraini berobat ke puskesmas
terdekat dan diberikan obat, sejak itu dirasakan benjolan semakin lama semakin mengecil dan
menghilang namun sekarang ada lagi. Ny.Ati mengatakan bahwa Nuraini tidak menyukai sayur-
sayuran dan lebih suka jajan di warung dekat rumahnya.Nuraini belum sekolah karena belum cukup
umur untuk memasuki SD.
Keluarga Tn. Darhi tinggal disebuah bangunan rumah diatas tanah ±6x5 m. Rumah terdiri
dari satu buah ruang tamu, dua buah kamar tidur, dan satu dapur yang bersatu dengan kamar mandi.
Lantai rumah sebagian terbuat dari semen dan sebagian lagi beralaskan tanah. Dinding rumah
terbuat dari sebagian bilik bamboo dan sebagian semen yang belum di cat.Untuk atap rumah terbuat
dari bilik bambu dan tidak mempunyai plafon.
Pada bagian depan rumah terdapat kandang ayam dan tumpukan bamboo serta tumpukan
sampah. Bagian depan rumah juga berbatas pagar semen yang langsung terhubung dengan empang .
Rumah keluarga Tn.Darhi terdapat kamar mandi namun tidak disertai jamban. Kamar mandi
tersebut hanya digunakan untuk mandi, buang air kecil, mencuci baju dan piring. Kamar mandi
hanyadilengkapi oleh ember besar, kamar mandi tersebut seluas 1 x 3 m. Sehingga untuk buang air
besar mereka harus ke jamban umum yang berada di pinggir empang. Jamban umum yang
digunakan Tn. Darhi dan keluarga merupakan tipe jamban cemplung. Tn.Darhi merasa kesulitan
dengan jamban umum dan letaknya yang jauh, tetapiTn.Darhi mengatakan mengalami kesulitan
secara ekonomi jika mereka harus membangun jamban sendiri .
Kegiatan mencuci piring keluargaTn.Darhi dilakukan di kamar mandi yang jugadigunakan
untuk buang air kecil. Piring – piring kotor ditumpuk di lantai kamar mandi tersebut, tanpa alas
apapun. Piring – piring yang telah dibersihkan, dikeringkan di rak piring yang berada di dapur yang
terletak tidak jauh dari kamar mandi. Kegiatan mencuci tangan di tiap anggota keluarga sedikit
kurang baik. Masing-masing keluarga memiliki kebiasaan mencuci tangan tetapi tidak
menggunakan sabun. Kebiasaan ini juga biasa dilakukan hanya ketika merekasetelah makan.
35
Gambar 1.5. Denah Rumah Keluarga Tn. Darhi, Kampung Gaga, Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang Bulan Juni 2014
Tabel 1.20 Faktor Internal Keluarga Tn. Darhi
No. Faktor Internal Permasalahan
1 KebiasaanMerokok Tn. Darhi merokok sekitar satu bungkus dalamsatuhari,
biasanya kebiasaan merokok ini dilakukan didalam rumah
dan di luar rumah.
2 Olah raga Keluarga Tn. Darhi tidak ada yang memiliki kebiasaan
berolahraga
3 PolaMakan Ny.Ati terkadang memasak sendiri dengan komposisi
makanan nasi, tahu, tempe, ikan, sayur. Jarang sekali
makan daging sapi atau ayam dan buah-buahan. Keluarga
ini jarang beli makanan di luar.
4 PolaPencarianPeng
obatan
Apabila sakit, mereka pergi kebidan dan dokter klinik
terdekat dan membeli obat di apotek dan terkadang
membeli di warung. Mereka juga sering untuk berobat ke
puskesmas.
5 Menabung Ny. Ati tidak menabung. Uang dari anak-anaknya dijdikan
36
untuk biaya Marjaya dan untuk kebutuhan sehari-hari.
6 Aktivitassehari-hari a. Tn. Darhi bekerja sebagai penjaga empang, bekerja dari
pk 09.00 sampai pk17.00
b. Ny.Ati tidak bekerja, hanya seorang ibu rumah tangga
dan mengurusi kedua orang anaknya
c. Marjaya adalah seorang pelajar SMP, ia merupakan
anak pertama dari dua bersaudara .
Tabel 1.21 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Darhi
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah ± 6x5 m dengan lantai semen
dantanah
2. Ruangan dalam rumah Dalam rumah terdapat ruang tamu berukuran3x2
m, duakamar tidur yang masing-masing berukuran
2x2m. Juga terdapat dapur disertai kamar mandi
yang berukuran3x2m dan ruangan ini tidak disertai
dengan adanya tempat pembuangan sampah.
3. Ventilasi Tidak terdapat ventilasi sama sekali yang
seharusnya luas ventilasi kurang dari 10% dari
lantai rumah.
4. Pencahayaan a. Tidak terdapat jendela pada ruang tamu rumah
b. Tidak terdapat jendela di kedua kamar
c. Hanya terdapat 3 buah lampu di dalam rumah
yang berwarna kuning untuk ruang tengah,
dapur dan kamar mandi.
5. MCK a. Tidak memiliki jamban, jika ingin buang air
besar mereka pergi ke jamban umum yang
berada di pinggir empang.
b. Kamar mandi beralaskan semen dengan ukuran
1x1m terletak di dalam rumah yang digunakan
untuk cucipiring
c. Tersedia air yang cukup untuk buang air kecil
di dalam ember.
6. Sumber Air a. Sumber Air berasaldari PAM yang dijual di 37
warungtetangga.
b. Anggota keluarga memiliki kebiasaan mencuci
tangan tetapi tidak menggunakan sabun.
Kebiasaan ini juga biasa dilakukan hanya ketika
mereka setelah makan.
7. Saluranpembuanganlimbah Limbah rumah tanggacair di buang keempang
yang berjarak 1 meter dari rumah dan limbah padat
di buang di pekarangan belakang rumah. Aliran
limbah ini tidak lancar.
8. Tempat pembuangan sampah Sampah dibuang di pekarangan belakang rumah,
sampah ini ditumpuk hingga penuh, lalu kemudian
dibakar oleh keluarga sehingga banyak lalat yang
menghinggapi tumpukan sampah tersebut, dan
menimbulkan bau. Keluarga biasa membakar 1
minggu sekali.
9. Lingkungan sekitar rumah Depan rumah Tn. Darhi berbataskan pagar semen
yang langsung terhubung dengan empang.
Samping kanan rumah terdapat kandang ayam dan
tumpukan bamboo serta sampah. Tn.Darhi tidak
memiliki bagian belakang rumah. Empang di
depan rumah Tn.Darhi tampak kotor dan banyak
sampah yang menumpuk. Sehingga banyak lalat
yang menghinggap di empang tersebut.
Penentuan Area Masalah :
Medis :
Saat ini anak kedua dari pasangan Tn.Dahir dan Ny. Ati sedang menderita
hemorrhoid dikarenakan kurangnya konsumsi sayuran.
Riwayat memiliki penyakit ISPA, pada Ny.Ati
Non - Medis :
Keluarga TnDahir dan warga sekitar mempunyai kebiasaan menumpuk sampah
dan bila sudah penuh lalu dibuang keempang yang berada di belakang kediaman
TnDahir
38
Keluarga ini memiliki hewan peliharaan tetapi keadaan kandang yang kotor dan
tidak terawat. Menurut pengakuan keluarga ini, ia jarang sekali membersihkan
kandang ayam tersebut dan membiarkannya kotor.
Pada keluarga ini tidak terdapat jamban.
Vantilasi dan sirkulasi rumah yang buruk
Kebiasaan merokok di dalam rumah
1.3 Penentuan Area Masalah Kesehatan
1.3.1 Alasan Pemilihan Area Masalah
Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah yaitu dengan menganalisis laporan
tahunan Puskesmas mengenai data-data penderita 10 penyakit terbesar yang ada di wilayah
Puskesmas Tegal Angus.
Kemudian informasi tersebut dibandingkan dengan laporan kader desa setempat. Setelah
mengamati, mewawancarai, dan melakukan observasi masing-masing keluarga binaan di Kampung
Gaga, Desa Tegal Angus terdapat berbagai area permasalahan pada keluarga binaan tersebut, yaitu:
1. Perilaku BAB yang tidak baik pada keluarga binaan
2. Kurangnya pengetahuan tentang pencegahan DBD
3. Banyaknya kasus DBD pada semua umur
4. Perilaku membuang sampah di sekitar rumah
5. Perilaku merokok di sekitar rumah
6. Kurang nya ventilasi pada rumah keluarga binaan
7. Banyaknya angka kejadian ISPA pada keluarga binaan
8. Perilaku mencuci tangan tidak memakai sabun
9. Kurangnya pencahayaan dalam rumah keluarga binaan
10. Perilaku melakukan pengobatan dengan tenaga non medis
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga tersebut, diputuskan untuk mengangkat
permasalahan “PENGETAHUAN TENTANG 3M PADA KELUARGA BINAAN KAMPUNG
GAGA RT 08 / RW 03, DESA TANJUNG PASIR”. Pemilihan area masalah kesehatan ini
didasarkan atas berbagai pertimbangan, yaitu:
- Selama melakukan kunjungan beberapa kali ke rumah keluarga binaan, terlihat keenam
keluarga binaan memiliki kebiasaan yang sama, yaitu kebiasaan membuang sampah di
sekitar rumah dan dibiarkan begitu saja.
- Terdapat jentik nyamuk pada tempat penampungan air di rumah keluarga binaan.
- Masih tingginya kasus DBD
39
Kurangnya pengetahuan tentang 3Mt berhubungan dengan penyakit demam berdarah dengue. Dari
data sekunder yang di dapat kan terdapat 10 penyakit besar padatahun 2012 di Puskesmas Tegal
Angus.
Sumber : Data Surveillance Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
40
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diagnosis dan intervensi komunitas
Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu
masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara pengumpulan data di lapangan
dan kemudian melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan
intervensi komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran
komunitas. Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari
bahwa yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam
melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan
masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen kesehatan, promosi
kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan gizi).
2.2 Teori Pengetahuan
2.2.1 Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu subyek tertentu.Pengindraan terjadi melalui
panca indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran penciuman, rasa, dan raba.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat berperan untuk terbentuknya suatu
tindakan seseorang.
2.2.2 Tingkat Pengetahuan
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall).
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan yang cukup dalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.Termasuk di dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “Tahu” ini adalah merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
apa yang telah dipelajari antara lain : menyabutkan, menguraikan, mendefinisikan,
41
menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar mengenai
obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan meteri tersebut secara benar.Orang
yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan,
contoh menyimpulkan, merencanakan, dan sebagainya terhadap obyek yang telah
dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan
aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam
konteks dan situasi yang lain. Dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan
masalah (problem solving cycle) didalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang
diberikan.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan masih
ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-
kata kerja.Dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk kesluruhan yang baru. Dengan kata
lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemapuan untuk melaksanakan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau obyek.Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu
kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan yang telah dimilki seseorang dipengaruhi oleh
faktor-faktor sebagai berikut:
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon yang datang
42
dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang rasional terhadap
informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan
mereka peroleh dari gagasan tersebut. Ibu hamil yang berpendidikan, tentu akan banyak
memberi perubahan terhadap apa yang mereka lakukan dimasa lalu.
2. Paparan media masa
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektrolik, berbagai informasi dapat
diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih sering mendengar atau melihat
media massa (TV, radio, majalah, pamflet,dan lain-lain) akan memperoleh informasi
yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah mendapat informasi
media. Ini berarti informasi media masa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang.
3. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun kebutuhan sekunder, keluarga dalam
status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibanding keluarga dengan status ekonomi
rendah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang termasuk
kebutuhan sekunder.
4. Lingkungan sosial ekonomi
Manusia adalah makhluk sosial, dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara
satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu akan lebih
besar terpapar informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi
kemampuan individu sebagai komunikasikan untuk menerima pesan menurut model
komunikasi media.
5. Pengalaman
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman pribadi maupun
dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran suatu pengetahuan.
6. Akses layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan
Mudah atau sulitnya dalam mengakses layanan kesehatan tentunya akan berpengaruh
terhadap pengetahuan khususnya dalam hal kesehatan.
2.3 Teori Pencegahan Demam Berdarah
2.3.1. Morfologi dan lingkaran hidup vektor DBD
2.2.6.1 Morfologi
1. Nyamuk dewasa
43
Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan
mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki.
3. Jentik (larva)
Ada 4 tingkat (instar) jentik sesuai dengan pertumbuhan larva
tersebut, yaitu:
Instar I : berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm
Instar II : 2,5-3,8 mm
Instar III : lebih besar sedikit dari larva instar II
Instar IV : berukuran paling besar 5mm
4. Telur
Telur berwarna hitam dengan ukuran ±0,08 mm, berbentuk oval yang mengapung satu persatu
pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding tempat penampung air.
2.3.2. Lingkaran hidup
Nyamuk Aedes aegypti seperti juga nyamuk lainnya mengalami metamorfosis sempurna,
yaitu: telur menjadi jentik kemudian kepompong dan fase yang terakir adalah nyamuk. Stadium
telur, jentik dan kepompong hidup di dalam air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik
dalam waktu ±2 hari setelah telur terendam dalam air.
Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari dan stadium kepompong berlangsung antara 2-
4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari. Umur nyamuk betina
dapat mencapai umur rata-rata antara 2-3 bulan.
2.3.3. Pemberantasan Vektor DBD
Pemberantasan nyamuk dewasa dilakukan dengan cara penyemprotan dengan insektisida.
Mengingat kebiasaan nyamuk senang hinggap pada benda-benda bergantungan, maka
penyemprotan tidak dilakukan di dinding rumah seperti pada pemberantasan nyamuk menular
malaria. Alat yang digunakan adalah mesin fog (pengasapan) dan penyemprotan dengan cara
pengasapan tidak mempunyai efek residu.
44
Untuk membasmi penularan virus dengue penyemprotan dilakukan dua siklus dengan
inetrval 1 minggu. Pada penyemprotan siklus pertama, semua nyamuk yang mengandung virus
dengue dan nyamuk-nyamuk lainnya akan mati. Tetapi akan segara muncul nyamuk-nyamuk baru
yang diantaranya akan menghisap darah pada penderita viremia (pasien yang positif terinfaksi
DBD) yang masih ada yang dapat menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu
dilakukan penyemprotan yang pertama agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi
sebelum sempat menularkan pada orang lain.
Tindakan penyemprotan dapat membasmi penularan, akan tetapi tindakan ini harus diikuti
dengan pemberantasan terhadap jentiknya agar populasi nyamuk penular dapat tetap ditekan
serendah-rendahnya.
2.3.4. Pemberantasan Jentik
Menurut (Depkes RI, 2005) dalam memberantasan jentik nyamuk Aedes aegypty yang dikenal
dengan PSN DBD dilakukan dengan cara:
1. Fisik
Pemberantasan dengan cara ini dikenal sebagai kegiatan 3 M yaitu menguras dan menyikat
bak mandi, bak WC, menutup tempat penampungan air, mengubur, menyingkirkan atau
memusnahkan barang-barang bekas. Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu
dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya satu minggu sekali agar nyamuk tidak dapat
berkembang biak di tempat itu. Pada saat ini telah dikenal pula dengan istilah 3M PLUS yaitu,
kegiatan 3M yang diperluas. Bila PSN-DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka
populasi nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga DBD tidak menular
lagi. Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi kapada masyarakat harus dilakukan secar terus-
menerus dan berkesinambungan, oleh karena keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan
perilaku masyarakat. Pada saat ini telah dikenal pula dengan istilah 3M PLUS yaitu, kegiatan 3M
yang diperluas. Bila PSN-DBD dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, maka populasi nyamuk
45
Aedes aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya, sehingga DBD tidak menular lagi. Untuk itu
upaya penyuluhan dan motivasi kapada masyarakat harus dilakukan secar terus-menerus dan
berkesinambungan, oleh karena keberadaan jentik nyamuk berkaitan erat dengan perilaku
masyarakat.
Upaya pemberantasan DBD yang dilakukan adalah pencegahan yaitu dengan Pemberantasan
Sarang Nyamuk yang (DBD) dilaksanakan melalui program Menguras, Menutup dan Mengubur
(3M). Melalui program ini diharapkan jentik Aedes aegypti tidak berubah menjadi nyamuk
dewasa sehingga tidak dapat menularkan Demam Berdarah Dengue. (Ditjen PPM dan PL, 2001)
Upaya lain untuk penanggulangan Demam Berdarah Dengue adalah dengan melakukan
penemuan, pertolongan dan pelaporan. Keluarga diharapkan dapat melakukan pertolongan
pertama kepada penderita Demam Berdarah Dengue misalnya dengan rehidrasi. Petugas
kesehatan diharapkan dapat melakukan pemeriksaan dan pengobatan kepada penderita yang
dicurigai terkena Demam Berdarah Dengue. Peran puskesmas juga dibutuhkan dengan
melakukan penelitian epidemiologi apabila ditemukan kasus Demam Berdarah Dengue (Ditjen
PPM dan PL, 2001)
Langkah – langkah pemberantasan penyakit menular antara lain pemgumpulan dan analisa
data tentang penyakit, melaporkan adanya penyakit menular, penyelidikan lapangan, tindakan
pertama untuk membatasi penyebaran penyakit, pengobatan penderita, pengebalan (imunisasi),
pemberantasan vektor, penyuluhan kesehatan (buku biru). Berbagai upaya penanggulangan
vektor DBD telah dilaksanakan, antara lain pengasapan, larvasidasi dan penggerakan peran serta
masyarakat, penyuluhan 3M PLUS, POKJANAL, belum berhasil menurunkan kasus. (SUB
DINAS P2P & Penyehatan Lingkungan DINKES PROP JATIM, 2006).
Program 3M di Indonesia pertama kali dilaksanakan pada tahun 1992 dengan berdasar pada
Keputusan Menkes No. 581/Menkes/SK/VII/92. Program 3M pada dasarnya adalah
pengembangan dari program PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) yang memfokuskan ke arah
perbaikan fisik (Andajani, 2006).
Upaya pemberantasan demam berdarah terdiri dari tiga hal yaitu peningkatan kegiatan
surveilans penyakit dan surveilans vektor, diagnosis dini dan pengobatan dini, dan peningkatan
upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD. Program yang dilakukan adalah gerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara massal dan nasional. PSN dilakukan dengan
menerapkan 3M (Menutup wadah-wadah tampungan air, Mengubur atau membakar barang-
barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk, dan Menguras atau mengganti air di tempat
46
tampungan air). Tujuan dari program 3M adalah untuk memutus mata rantai penularan DBD
dengan cara memutus rantai kehidupan nyamuk Aedes aegypti (Suroso, 2003).
Kegiatan 3M dihimbau untuk dilakukan oleh masyarakat satu minggu sekali. Gerakan ini
dicanangkan oleh Pemerintah setiap tahunnya pada saat musim penghujan di mana wabah
Demam Berdarah Dengue biasa terjadi. Pada program pembangunan 2004-2005, pencanangan
Gerakan PSN dimulai sejak November 2004 dan ditegaskan kembali oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada tanggal 11 Februari 2005 (Suroso, 2003).
Kegiatan 3M yang pertama yaitu menguras adalah kegiatan menguras tempat – tempat
penampungan air seperti bak air untuk mandi, tandon air, drum yang berisi air. Kegiatan
menguras dilakukan minimal satu kali dalam seminggu untuk mencegah perkembangan nyamuk
menjadi nyamuk dewasa. Hal ini karena siklus metamorfosis nyamuk memakan waktu minimal
seminggu (Suroso, 2003).
Kegiatan 3M yang berikutnya adalah menutup tempat – tempat penampungan air.
Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah nyamuk Aedes aegypti meletakkan telurnya di tempat
penampungan air tersebut. Kegiatan menutup tempat penampungan air dilakukan minimal untuk
tempat penampungan air yang susah untuk dikuras ataupun dikubur tetapi akan lebih baik lagi
apabila kegiatan menutup ini dilakukan untuk semua tempat penampungan air yang mungkin
untuk ditutup (Suroso, 2003).
Kegiatan 3M yang terakhir adalah mengubur barang – barang bekas ataupun tempat yang
dapat menjadi penampungan air saat hujan. Kegiatan mengubur ini tidak terbatas hanya untuk
barang – barang bekas seperti kaleng tetapi juga untuk lobang di tanah yang bias menampung
air. Kegiatan mengubur ini lebih bagus apabila minimal seminggu sekali karena berpatokan dari
siklus nyamuk (Suroso, 2003).
Pengembangan program 3M sampai saat ini sudah banyak dilakukan seperti yang terbaru
adalah 3M plus, yaitu 3M diatas ditambah dengan memakai repellent, tidak tidur pada jam – jam
dimana nyamuk Demam Berdarah Dengue berkeliaran, memakai kelambu saat tidur, memelihara
ikan pemakan jentik di tempat – tempat yang susah untuk dikuras, dan lain sebagainya. Semua
kegiatan baru ini juga bertujuan untuk mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue mengenai
masyarakat (Suroso, 2003).
2. Kimia
Pemberantasan jentik Aedes aegypti dengan mengunakan insektisida pembasmi jentik yang
dikenal dengan istilah larvasidasi.
3. Biologi
Pemberantasan cara ini menggunakan ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan 47
cupang). Dapat juga menggunakan Bacillus thuringiensis var Israeliensis (Bti).
2.5 Kerangka Teori
Gambar 2.8 Kerangka Teori Menurut Notoadmojo (2007)
2.6 Kerangka Konsep
Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang berhubungan
dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan RT 08/RW 03 Kampung Gaga,
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Kerangka
konsep ini terdiri dari variabel independen dari kerangka teori yang dihubungkan dengan area
permasalahan.
48
Pengetahuan tentang 3M
Pengalaman
Pendidikan
Ekonomi Lingkungan Sosial Ekonomi
Paparan Media Massa atau Informasi
Akses Layanan Kesehatan
atau Fasilitas Kesehatan
Gambar 2.9 Modifikasi Kerangka Konsep Menurut Notoadmojo (2007)
2.7 Definisi Operasional
Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti,
variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi operasional adalah definisi
yang didasarkan atas sifat-sifat variabel yang diamati. Definisi operasional mencakup hal-hal
penting dalam penelitian yang memerlukan penjelasan. Definisi operasional bersifat spesifik,
rinci, tegas dan pasti yang menggambarkan karakteristik variabel-variabel penelitian dan hal-hal
yang dianggap penting. Definisi operasional juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada
pengukuran atau pengamanan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta
mengembangkan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo, 2006). Adapun definisi operasional
dalam penelitian ini sebagai berikut:
Tabel 2.1 Definisi Operasional tiap variabel penelitian
NO VARIABEL DEFINISI ALAT CARA HASIL SKALA
1 Pengetahuan Informasi atau segala
sesuatu yang harus
diketahui responden
Kuesioner Wawancara Baik : 16 -
11
Cukup : 6-
Nominal
49
Pengetahuan tentang 3M
Pengalaman
Pendidikan
Ekonomi Lingkungan Sosial Ekonomi
Paparan Media Massa atau Informasi
Akses Layanan Kesehatan
atau Fasilitas Kesehatan
mengenai pencegahan
DBD khususnya 3M,
yaitu menguras dan
menyikat bak mandi/bak
WC, menutup tempat
penampungan air,
mengubur,
menyingkirkan atau
memusnahkan barang-
barang bekas.
Pengurasan tempat-
tempat penampungan air
perlu dilakukan secara
teratur sekurang-
kurangnya satu minggu
sekali agar nyamuk tidak
dapat berkembang biak
di tempat itu.
10
Kurang :
0-5
2 Pengalaman Segala sesuatu baik yang
dilihat,dilakukan ataupun
yang didengar mengenai
3M
Kuesioner Wawancara Baik : 5-6
Cukup : 3-
4
Kurang: 0-
2
Nominal
3 Pendidikan Jenjang pendidikan
formal terakhir yang
dijalani oleh keluarga
binaan.
Kuesioner Wawancara Tinggi =
Perguruan
Tinggi
Menengah
= SMP -
SMA
Rendah =
Tidak
Sekolah –
SD
Ordinal
4 Ekonomi Kemampuan
menyediakan biaya untuk
Kuisioner Wawancara Baik : ≥
Rp.
Nominal
50
pencegahan DBD
diantaranya dengan 3M
dilihat dari penghasilan
rata-rata responden
berdasarkan Upah
Minimum Regional Kota
Tangerang .
2
.400.000,-
Cukup :
Rp.
2
.400.000,-
Kurang :
<2.400.00
0
5 Lingkungan
Sosial
Ekonomi
Ada tidaknya komunikasi
dan kerjasama keluarga
binaan dengan tetangga
dan tokoh masyarakat
untuk mencegah demam
berdarah dengan 3M
Kuesioner Wawancara Baik : 5-6
Cukup : 3-
4
Kurang :
0-2
Nominal
6 Paparan
Media Massa
atau
Informasi
Ada tidaknya sarana
yang digunakan untuk
medapatkan informasi
tentang 3M di keluarga
binaan baik dari media
cetak, elektronik atau
penyuluhan dari tenaga
kesehatan.
Kuesioner Wawancara Ada
Tidak Ada
Nominal
7 Akses
Layanan
Kesehatan
atau Fasilitas
Kesehatan
Peran dan pemerintah
dan atau tenaga kerja di
bidang kesehatan yang
bertugas meninjau dan
memberikan informasi
kepada masyarakat
tentang 3M
Kuesioner Wawancara Ada
Tidak Ada
Nominal
BAB III
METODE
51
3.1. Penentuan Instrumen Pengumpulan Data
Kuisioner1. Apaa yang anda ketahui tentang demam berdarah?
2. Apakah anda / orang yang anda kenal pernah menderita demam berdarah?
- Jika ya, darimana anda tahu jika itu penyakit demam berdarah?
3. Apakah anda tahu tentang sumber penyakit demam berdarah?
4. Apakah anda tahu apa itu 3M?
5. Pernahkah anda mendapatkan penyuluhan tentang 3M?
6. Apakah anda pernah mendengan atau mendapatkan penyuluhan tetnag 3M plus?
- Jika pernah, sudahkan anda menerapkan 3M atau 3M plus?
52