Simulasi Proposal

51
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PENCEGAHAN DIABETES GESTASIONAL PADA MASA KEHAMILAN PROPOSAL PENELITIAN Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Riset Pada Program Studi Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung Disusun Oleh : ANISA AULIA RACHMA P17320312008 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR

description

haghghjabdsjka

Transcript of Simulasi Proposal

Page 1: Simulasi Proposal

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG PENCEGAHAN DIABETES GESTASIONAL PADA MASA KEHAMILAN

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Riset Pada Program Studi Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Disusun Oleh :

ANISA AULIA RACHMA

P17320312008

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR

2014

Page 2: Simulasi Proposal

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya

panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,

dan inayah-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis

Ilmiah ini yang berjudul “Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang pencegahan diabetes

gestasional pada masa kehamilan”. Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

dalam menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan pada Program Studi

Keperawatan Bogor Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.

Dalam penyusunan Proposal ini peneliti tidak lepas dari hambatan serta kesulitan. Namun

atas bimbingan, arahan serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya peneliti dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin

menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Susmadi, M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan Bogor Politeknik

Kesehatan Kemenkes Bandung.

2. DR. Atik Hodikoh M.Kep,Sp.Mat selaku pembimbing riset yang telah memberikan

bimbingan, arahan dan motivasi dalam penyusunan Proposal ini

3. Ida Farida M.Kes selaku pembimbing mata kuliah riset yang telah memberikan

bimbingan, arahan serta motivasi dalam penyusunan Proposal ini.

4. Ayah, Bunda dan kakak-kakakku tercinta yang senantiasa memberikan semangat,

kasih sayang dan doa terbaik untuk saya yang tiada hentinya.

Page 3: Simulasi Proposal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik,mental,spiritual dan sosial

yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (UU

No.36 Tahun 2009). Kesehatan jiwa adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan

dari kesehatan atau bagian integral dan merupakan unsur utama dalam

menjunjung terwujudnya kualitas hidup manusia yang utuh. Seseorang yang

memiliki kesehatan jiwa atau mental yang sejahtera hampir dipastikan memiliki

hidup harmonis dan produktif (Sumiati,2009).

Kehamilan adalah penyatuan sperma dari laki-laki dan ovum dari

perempuan. Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung

dari hari pertama haid terakhir.

Kehamilan dibagi dalam tiga triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari

konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan ke 4 sampai ke 6, triwulan

ketiga dari bulan ke 7 sampai ke 9 (Adriaansz, Wiknjosastro & Waspodo, 2007).

Kehamilan didefinissikan sebagai persatuan antara sebuah telur dan

sebuah sperma, yang menanadai awal suatu peristiwa yang terpisah, tetapi ada

suatu rangkaian kejadian yang mengelilinginya. Kejadian-kejadian itu ialah

pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan

1

Page 4: Simulasi Proposal

gamet dan implantasi embrio di dalam uterus. Jika peristiwa ini berlangsung baik,

maka proses perkembangan embrio dan janin dapat dimulai (Bobak, 2005)

2

Page 5: Simulasi Proposal

Diabetes Mellitus (kencing manis) adalah suatu penyakit dengan peningkatan glukosa

darah di atas normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan

kadar gula darah puasa di atas atau sama dengan 126 mg/dl. Ada beberapa tipe diabetes

mellitus yang berbeda, penyakit ini dibedakan berdasarkan penyebab, perjalanan klinik, dan

terapinya. Klasifikasi yang utama adalah Tipe I : Diabetes Mellitus yang tergantung insulin

(insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM)); Tipe II : Diabetes Mellitus tidak tergantung

insulin (non-insulin-dependent diabetes mellitus (NIDDM)); Diabetes Mellitus yang

berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya; Diabetes mellitus gestasional (Suzanne

& Brenda, 2001).

Beberapa tahun belakangan ini, insidensi diabetes selama kehamilan di Amerika

Serikat mengalami peningkatan menjadi sekitar 180.000 kehamilan per tahun (Langer, 1990).

Para penderita diabetes sekarang ini mampu mengandung dan mempertahankan kehamilan

karena adanya kemajuan dalam penatalaksanaan diabetes dan telah semakin meningkatnya

pengenalan terhadap bentuk diabetes gestasional yang paling ringan (intoleransi glukosa

yang pertama kali terdeteksi selama kehamilan). Diabetes gestasional terjadi pada 1% sampai

3% kehamilan, dan diabetes pregestasional, diabetes yang telah ada sebelum konsepsi, terjadi

pada 0,1% sampai 0,2% (Coustan, 1991).

Sekitar 15.000 bayi lahir dari ibu dengan diabetes setiap tahunnya. Sejak 1980,

international Workshop-Conference on Gestational Diabetes dan American Diabetic

Association telah merekomendasikan skrining unoversal untuk diabetes gestasional antara 24

sampai 28 minggu kehamilan.

Penyebab Diabetes Gestasional ini karena insulin tidak dapat bekerja sebagaimana

mestinya. Hormon kehamilan dapat menghalangi insulin untuk menjalankan fungsinya.

Akibatnya level gula darah/glukosa dalam tubuh menjadi tinggi.

Penyebabnya mirip dengan Diabetes Melitus Tipe 2. Oleh karena itu, diabetes gestasional

merupakan sub-tipe dari tipe 2.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menjadikan seseorang rentan terhadap

diabetes gestasional: Memiliki sejarah keluarga yang mengidap diabetes, berusia di atas 25

tahun saat hamil, memiliki tekanan darah tinggi, memiliki berat badan tinggi sebelum hamil,

pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4000g (makrosomia) sebelumnya.

Biasanya diabetes gestasional tidak menunjukkan gejala sama sekali. Jika memang ada, maka

gejala tersebut sangat ringan dan sering dihubungkan dengan situasi alamiah selama

kehamilan. Level gula darah/glukosa pun akan kembali normal setelah melahirkan. Gejala

3

Page 6: Simulasi Proposal

yang mungkin timbul adalah:, pandangan kabur, kelelahan, sering mengalami infeksi pada

daerah luka, kulit dan juga vagina, sering buang air kecil, mual hingga muntah, merasa

kehausan, berat badan menurun walaupun nafsu makan meningkat.

Seperti disebutkan di atas, bahwa umumnya diabetes gestasional tidak menunjukkan

gejala sama sekali, sehingga dibutuhkan proses tes dan screening pada setiap wanita hamil

untuk mendeteksi penyakit ini.

Diabetes melitus pada kehamilan terjadi di sekitar 2–5% dari semua kehamilan. GDM

bersifat temporer dan dapat meningkat maupun menghilang setelah melahirkan. GDM dapat

disembuhkan, namun memerlukan pengawasan medis yang cermat selama masa kehamilan.

Meskipun GDM bersifat sementara, bila tidak ditangani dengan baik dapat membahayakan

kesehatan janin maupun sang ibu. Resiko yang dapat dialami oleh bayi meliputi makrosomia

(berat bayi yang tinggi/diatas normal), penyakit jantung bawaan dan kelainan sistem saraf

pusat, dan cacat otot rangka. Peningkatan hormon insulin janin dapat menghambat produksi

surfaktan janin dan mengakibatkan sindrom gangguan pernapasan. Hyperbilirubinemia dapat

terjadi akibat kerusakan sel darah merah. Pada kasus yang parah, kematian sebelum kelahiran

dapat terjadi, paling umum terjadi sebagai akibat dari perfusi plasenta yang buruk karena

kerusakan vaskular. Induksi kehamilan dapat diindikasikan dengan menurunnya fungsi

plasenta. Operasi sesar dapat dilakukan bila ada tanda bahwa janin dalam bahaya atau

peningkatan resiko luka yang berhubungan dengan makrosomia, seperti distosia bahu.

[paragraf ini dikutip dari wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_melitus)]

Karena berhubungan dengan resiko pada janin apabila ibu mengalami Diabetes

Mellitus Gestasional maka sangat diperlukan pencegahan terhadab Diabetes Mellitus

Gestasional. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh ibu hamil untuk mencegah Diabetes

Gestasional antara lain; memeriksa bayi secara rutin, periksakan kesehatan ibu dan

kandungan secara teratur selama kehamilan, monitor kandungan untuk memeriksa ukuran

dan kesehatan janin, lakukan tes ringan yang tidak menimbulkan stres dan tidak sakit untuk

ibu dan bayi, seperti menggunakan mesin elektronik yang dapat mendengar detak jantung si

bayi dalam kandungan, sehingga dokter dapat mengetahui apakan keadaan janin sehat, dan

diet. Cara terbaik untuk meningkatkan kualitas diet wanita hamil adalah dengan

mengkonsumsi berbagai makanan sehat. Periksa setiap label makanan dan konsultasikan

dengan dokter untuk menentukan pola diet yang tepat selama kehamilan.Secara umum,

wanita yang terdiagnosa diabetes gestasional sebaiknya memperhatikan beberapa hal berikut:

tidak terlalu banyak mengkonsumsi lemak dan protein, penuhi karbohidrat melalui makanan

yang mengandung buah dan sayuran, serta karbohidrat kompleks (roti, sereal dan nasi),

4

Page 7: Simulasi Proposal

kurangi konsumsi makanan yang mengandung banyak gula seperti soft-drink, jus buah, dan

lain sebagainya. Senam kehamilan adalah aktivitas yang baik untuk ibu hamil. Hal tersebut

sangat berguna untuk ibu hamil dan kandungannya, sekaligus menjaga level glukosa di dalam

darah tetap normal.

Untuk itu ibu hamil harus tahu bagaimana prilaku yang dapat mencegah Diabetes

Mellitus Gestasional.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis membuat rumusan

masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah gambaran perilaku pencegahan diabetes gestasional

pada ibu hamil di poliklinik kebidanan RS

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku pencegahan Diabetes

Mellitus Gestasional pada Ibu hamil di Poliklinik kebidanan RS

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui gambaran perilaku pencegahan Diabetes Mellitus Gestasional pada Ibu

hamil

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Peneliti

a. Menambah wawasan, pengalaman dan meningkatkan pengetahuan tentang proses

dan cara-cara penelitian deskriptif.

b. Mendapatkan informasi mengenai perilaku pencegahan Diabetes Mellitus

Gestasional pada Ibu hamil

2. Bagi Institusi Prodi Keperawatan Bogor

a. Pendidikan dapat menggunakan penelitian ini sebagai dasar untuk

mengembangkan penelitian selanjutnya.

3. Bagi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)

5

Page 8: Simulasi Proposal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep dasar Diabetes Mellitusa. Definisi

“Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai

oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Kemampuan tubuh

untuk bereaksi terhadap insulin menurun, atau pankreas dapat menghentikan sama

sekali produksi insulin. Keadaan ini menimbulkan hiperglikemia yang dapat

menyebabkan komplikasi metabolik akut” (Brunner & Suddarth, Edisi 8, 2001).

Diabetes gestasional merupakan diabetes temporer yang timbul akibat

perubahan metabolisme karbohidrat selama kehamilan. Akibat yang ditimbulkan oleh

bentuk diabetes ini bisa sama beratnya seperti yang terjadi pada diabetes yang sudah

ada sebelumnya.

Semua wanita hamil harus menjalani tes urine yang rutin pada setiap kali kunjungan

prenatal untuk mendeteksi glikosuria. Tes yang positif merupakan indikasi untuk

pemeriksaan toleransi glukosa (GTT). GTT kini dilakukan sebagai pemeriksaan rutin

pada banyak rumah sakit di Australia bagi wanita hamil dengan usia kehamilan 32

minggu.

Diabetes gestasional adalah metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang

pertama kali didiagnosis selama kehamilan, dengan mengabaikan tingkat

keparahannya.

b. Klasifikasi

Diabetes gestasional dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Diabetes gestasional yang ditandai dengan uji toleransi glukosa/glucose tolerance

test (GTT) yang abnormal tanpa gejala lainnya. Glukosa puasa normal dan

diabetes dikontrol dengan diet (A1).

b) Diabetes gestasional ditandai dengan hasil GTT yang abnormal dan peningkatan

glukosa puasa. Tipe diabetes gestasional ini harus dikontrol dengan insulin (A2).

6

Page 9: Simulasi Proposal

c. Etiologi

Diabetes gestasional adalah gangguan (secara luas) pada kehamilan akhir,

yang disebabkan oleh peningkatan stimulasi pankreas yang berhubungan dengan

kehamilan.

d. Patofisiologi

Pada diabetes mellitus gestasional (tipe III, GDM), antagonisme insulin oleh

hormon-hormon plasenta, human placental lactogen, progesteron, kortisol, dan

prolaktin menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah. Efek hormon-hormon ini

memuncak pada 26 minggu gestasi. Ini disebut sebagai efek diabetogenik kehamilan.

Fungsi sel beta pankreas mengalami kerusakan sebagai respon terhadap peningkatan

stimulasi pankreas dan induksi resistensi insulin. Kehamilan yang dipersulit dengan

diabetes menempatkan ibu pada resiko tinggi untuk terjadinya komplikasi, misalnya

abortus spontan, gangguan hipertensi, persalinan preterm, infeksi dan komplikasi

kelahiran. Efek pada janin meliputi hipoglikemia, hiperglikemia, dan ketoasidosis.

Efek hiperglikemi dapat mencakup : kelainan kongenital, makrosomia, pertumbuhan

janin terhambat, kelahiran janin intra uterin, keterlambatan maturitas paru,

hipoglikemi neonatus, hiperbilirubinemia neonatus.

e. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis umum meliputi:

a) glikosuria pada dua kunjungan berturut-turut

b) vaginitis monilial berulang

c) makrosomia janin pada ultrasonografi

d) polihidramnion.

f. Komplikasi

Komplikasi akibat GDM bisa berlaku pada janin dan juga pada ibu.

Komplikasi janin termasuk makrosomia, hipoglikemia neonatal, kematian perinatal,

kelainan bawaan, hiperbilirubinemia, polisitemia, hypocalcemia, dan sindrom

7

Page 10: Simulasi Proposal

gangguan pernapasan. Makrosomia, yang didefinisikan sebagai berat lahir> 4.000 g,

terjadi pada 20-30% bayi yang ibunya menderita GDM. Faktorfaktor lain yang dapat

diperlihat pada ibu yang memicukan peningkatan insiden kelahiran janin makrosomia

termasuk hiperglikemia, Body Mass Index (BMI) tinggi, usia yang lebih tua,

multiparitas. Dengan ini, kasus makrosomia dapat menyebabkan untuk morbiditas

janin meningkat sewaktu dilahirkan, seperti distosia bahu, dan meningkatkan risiko

kelahiran secara sactio caesaria. Hipoglikemia neonatal dapat terjadi dalam beberapa

jam setelah dilahirkan . Hal ini adalah karena ibu yang hiperglikemia dapat

menyebabkan janin hiperinsulinemia Komplikasi jangka panjang pada janin dengan

ibu GDM termasuk peningkatan risiko intoleransi glukosa, diabetes, dan obesitas.

Komplikasi pada ibu GDM meliputi hipertensi, preeklampsia, dan peningkatan risiko

kelahiran secara sactio caesaria. Hipertensi ini mungkin terkait dengan resistensi

insulin. Oleh karena itu, intervensi yang menunjukkan peningkatkan sensitivitas

insulin dapat membantu mencegah komplikasi ini. Selain itu, wanita dengan riwayat

GDM memiliki peningkatan risiko diabetes setelah kehamilan dibandingkan dengan

populasi umum, dengan tingkat konversi hingga 3% per tahun.

g. Cara pencegahan

2. Konsep dasar pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

pancaindra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting terbentuknya tindakan seseorang

(overt behaviour) (Notoatmodjo, 2011).

‘Dalam Kamus Besar Indonesia (2005) yang dikutip dari Budiman dan

Riyanto (2013), pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses

pembelajaran’.

Dari beberapa uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan

adalah segala sesuatu yang diketahui atau hasil ‘tahu’ yang diperoleh dari

penginderaan terhadap suatu objek dan berkaitan dengan proses pembelajaran.

8

Page 11: Simulasi Proposal

b. Jenis pengetahuan

Pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks kesehatan

sangat beraneka ragam. Pengetahuan merupakan bagian perilaku kesehatan. Jenis

pengetahuan diantaranya sebagai berikut (Budiman & Riyanto, 2013).

1. Pengetahuan implisit

Pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk

pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata seperti

keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip.

2. Pengetahuan eksplisit

Pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah didokumentasikan atau

disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku kesehatan.

c. Tingkatan pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkat,

yakni (Notoatmodjo, 2011) :

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang

objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut dengan benar.

Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek

yang dipelajari.

9

Page 12: Simulasi Proposal

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat

diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke

dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat

dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,

sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada. Misalnya:

dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan,

dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan jastifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah

ada.

d. Cara memperoleh pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu

cara tradisional atau non ilmiah, yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara

modern atau cara ilmiah yakni proses penelitian (Notoatmodjo, 2010).

1) Cara memperoleh kebenaran nonilmiah

a) Cara coba salah (trial and error)

10

Page 13: Simulasi Proposal

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum

adanya peradaban. Pada waktu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah,

upaya pemecahannya dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba

kemungkinana yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba

kembali dengan kemungkinan ketiga dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat

terpecahkan. Itulah sebabnya cara ini disebut metode trial (coba) dan error (gagal

atau salah) atau metode coba-salah/coba-coba.

b) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang

bersangkutan.

c) Cara kekuasaan atau otoritas.

Dalam kehidupan manusia sehari-hari banyak sekali kebiasaan dan tradisi yang dilakukan

oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.

Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-oleh diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang

mutlak. Sumber pengetahuan tersebut berasal dari otoritas pemerintah, otoritas atau

kekuasaan ahli ilmu pengetahuan.

d) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung

maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau merupakan

suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman

pribadi pun merupakan digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini

dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi.

e) Cara akal sehat (Common Sense)

Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya

mau menuruti nasihat orang tuanya atau agar anak disiplin menggunakan cara

hukuman fisik bila anaknya berbuat salah. Ternyata cara menghukum anak ini sampai

sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran bahwa hukuman adalah

merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan anak.

11

Page 14: Simulasi Proposal

f) Kebenaran melalui wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui

para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama

yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab

kebenaran ini diterima oleh para nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil

usaha penalaran atau penyelidikan manusia.

g) Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar

kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir. Kebenaran yang

diperoleh melalui intiutif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan

cara-cara yang rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya

berdasarkan intuisi atau suarah hati atau bisikan hati saja.

h) Melalui jalan pikiran

Manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya,

baik melalui induksi maupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan

cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang

dikemukakan, kemudian dicari hubungannya sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan

melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi.

Sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum

kepada yang khusus.

2) Cara ilmiah dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih

sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih

popular disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh

Francis Balon (1561-1626). Ia adalah seorang tokoh yang mengembangkan metode

berfikir induktif. Mula-mula ia mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-

gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasil pengamatannya tersebut

dikumpulkan dan diklarifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum.

Kemudian metode berfikir induktif yang dikembangkan oleh Balon dilanjutkan oleh

Deobold Van Dollen. Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan

dengan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap

12

Page 15: Simulasi Proposal

semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga

hal pokok, yakni :

1) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan

pengamatan

2) Segala sesuatu yang negatif , yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan

pengamatan

3) Gejala yang muncul secara graviditasi yaitu gejala-gejala yang berubah-rubah pada

kondisi-kondisi tertentu.

Berdasarkan hasil pencatatan ini kemudian ditetapkan ciri-ciri atau unsur-unsur

yang pasti ada pada sesuatu gejala. Selanjutnya hal tersebut dijadikan dasar pengambilan

kesimpulan atau generalisasi. Prinsip-prinsip umum yang dikembangkan oleh Bacon ini

kemudian dijadikan dasar untuk mengembangkan metode penelitian yang lebih praktis.

Selanjitnya diadakan penggabungan antara proses berpikir deduktif induktif verivikatif

seperti yang dilakukan oleh Newton dan Galileo. Akhirnya lahir suatu cara melakukan

penelitian, yang desawa ini kita kenal dengan metode penelitian ilmiah (scientific

research method).

e. Karakteristik individu yang kurang pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) karakteristik individu yang kurang pengetahuan

adalah sebagai berikut :

1) Mengungkapkan informasi yang tidak adekuat. Informasi tidak disampaikan lengkap

sehingga maksudnya jadi bias.

2) Adanya salah pengertian atau salah persepsi karena tidak memiliki pengetahuan yang

cukup biasanya terjadi makna yang disampaikan menjadi salah.

3) Menanyakan kembali informasi yang telah diberikan, kemampuan menerima

informasi lambat sehingga pertanyaan diulang-ulang.

4) Tidak terampil dalam mendemonstrasikan sesuatu karena pengetahuan yang diterima

tidak cukup biasanya kurang mampu dalan mempergunakan sesuatu.

13

Page 16: Simulasi Proposal

f. Proses pengetahuan

Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku didasarkan oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) dalam diri orang tersebut terjadi proses

berurutan yang disebut AIETA yakni (Notoatmodjo, 2011) :

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus objek.

2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek

sudah mulai timbul.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang

dikehendaki oleh stimulus.

5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,

dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa

perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan

perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari dengan

pengetahuan dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long

lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran

akan tidak berlangsung lama (Notoatmodjo, 2011).

g. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1) Umur

Menurut Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa umur merupakan variabel yang

selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu

14

Page 17: Simulasi Proposal

hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya waktu hidup seseorang

dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan sampai berulang tahun yang terakhir.

Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada bertambahnya

pengetahuan yang diperoleh, tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut

kemampuan penerimaan atau pengingatan suatu pengetahuan akan berkurang.

2) Intelegensi atau kecerdasan

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak

guna menyesuaikan diri secara mental dan situasi yang baru. Intelegensi merupakan salah

satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.

Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan

mengelola informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasi lingkungan (Sunaryo,

2003). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi seseorang akan

berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan.

3) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan

orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menetukan manusia untuk berbuat dan

mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan

untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup.

Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama

dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003)

pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

4) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experient is the best teacher), pepatah

tersebut bisa diartikan bahwa pengalaman merupakan suatu sumber pengetahuan dan

pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan.

Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk

memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapi pada masa lalu

(Notoatmodjo, 2003)

15

Page 18: Simulasi Proposal

5) Informasi

Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat

pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi maka ia cenderung

mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Notoatmodjo, 2003).

6) Lingkungan

Menurut Ann Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003). Lingkungan merupakan

seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

Lingkungan tempat tinggal juga sangat berpengaruh terhadap pengetahuan.

Tempat tinggal adalah tempat menetap responden sehari-hari. Pengetahuan seseorang

akan lebih baik jika berada di perkotaan daripada di pedesaan karena di perkotaan akan

meluasnya kesempatan untuk melibatkan diri dalam kegiatan sosial maka wawasan sosial

makin kuat, di perkotaan mudah mendapatkan informasi (Hurlock, 2002).

7) Sosial budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Seseorang

memperoleh kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain karena hubungan ini

seseorang mengalami proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

h. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dalam subjek penelitian atau responden

(Notoatmodjo, 2003).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat

tes atau kuisioner tentang objek pengetahuan yang mau diukur, selanjutnya dilakukan

penilaian di mana setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 dan

jika salah diberi nilai 0.

Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor jawaban dengan

skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya berupa

presentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut :

Skema 2.1 Formula Perhitungan Pengetahuan

16

N = Sp x

100%

Page 19: Simulasi Proposal

Keterangan :

N = Nilai pengetahuan

Sp = Skor yang didapat

Sm = Skor tertinggi maksimum

Menurut Nursalam (2008), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif dengan acuan sebagai berikut :

Baik : Nilai = 76 - 100%

Cukup : Nilai = 56 - 75%

Kurang : Nilai = < 55%

3. Konsep dasar perilaku

a. Definisi perilaku

Dari sudut pandang biologis, perilaku adalah kegiatan atau aktivitas organisme

yang bersangkutan, yang dapat diamati, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sedangkan dari sudut pandang operasional perilaku dapat diartikan sebagai suatu respon

organisme atau individu terhadap rangsangan dari luar subjek tersebut (Irianti,2011).

Skiner merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap

stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku ini terjadi melalui adanya proses stimulus

terhadap organisme tersebut merespon, maka teori skiner ini disebut teori Stimulus

Organisme Respons (Notoatmodjo,2010).

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah kegiatan

individu terhadap rangsangan dari luar yang dapat diamati baik secara langsung maupun

tidak langsung.

b. Jenis Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2010), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus,

perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Perilaku tertutup (covert behavior)

17

Page 20: Simulasi Proposal

Perilaku tertutup apabila terjadi respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat

diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam

bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang

bersangkutan. Perilaku ini dapat diukur melalui pengetahuan dan sikap. Contoh : ibu hamil

tahu pentingnya periksa kehgamilan untuk kesehatan bayi dan dirinya sendiri

(pengetahuan), kemudian ibu tersebut bertanya kepada tetangga dimana tempat periksa

kehamilan yang dekat (sikap).

2) Perilaku terbuka (overt behavior)

Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut adalah berupa

tindakan atau praktik yang dapat diamati orang lain atau dari luar atau overt behavior.

Contohnya ibu hamil memeriksakan kandungannya secara rutin. Contoh tersebut adalah

tindakan nyata, dalam bentuk kegiatan, atau dalam bentuk praktik (practice).

c. Faktor yang mempengaruhi perilaku

Green (Notoatmodjo,2010) menjelaskan bahwa perilaku dipengaruhi oleh

faktor utama, yaitu:

1) Faktor predisposisi, yaitu faktor faktor yang mempermudah atau mempredisposisi

terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan,

kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin,

pendidikan, pendidikan, pekerjaan dan sebagainya. Seorang Ibu mau membawa

anaknya ke Posyandu, karena tahu bahwa di Posyandu akan dilakukan penimbangan

anak untuk mengetahui pertumbuhannya. Anaknya akan memperoleh imunisasi un

tuk pencegahan penyakit, dan sebagainya. Tanpa ada pengetahuan-pengetahuan ini,

ibu tersebut mungkin tidak akan membawa anaknya ke Posyandu.

2) Faktor-faktor pemungkin, adalah faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi

perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan

prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya puskesmas,

posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat olahraga, makanan bergizi,

keterjangkauan pelayanan kesehatan baik jarak maupun biaya serta adanya aturan atau

komitmen-komitmen masyarakat. Sebuah keluarga yang sudah tau masalah kesehatan,

mengupayakan keluarga untuk menggunakan air bersih, buang air besar di WC,

18

Page 21: Simulasi Proposal

makan makanan yang bergizi dan sebagainya. Tetapi apabila keluarga tersebut tidak

mampu untuk mengadakan fasilitas itu semua, maka dengan terpaksa buang air besar

di kali/kebun, menggunakan air kali untuk keperluan sehari-hari, makan seadanya dan

sebagainya.

3) Faktor penguat, adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Yang termasuk dalam faktor ini yaitu pendapat, dukungan, dan kritik, baik dari keluarga, lingkungan dan petugas kesehatan. Meskipun seseorang tahu dan mampu berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Seorang ibu hamil tahu manfaat periksa hamil dan didekat rumahnya ada polindes, dekat dengan bidan, tetapi ia tidak melakukan periksa hamil karena ibu lurah dan ibu-ibu tokoh lain tidak pernah periksa hamil namun anaknya tetap sehat. Hal ini berarti bahwa untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh masyarakat.

d. Domain perilaku

Benyamin Bloom (Notoatmodjo, 2010), membedakan 3 domain perilaku,

yaitu:

1) Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya).

2) Sikap (attitude)

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang

sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang, tidak

senang, setuju, tidak setuju, baik, tidak baik, dan sebagainya). Sikap mempunyai

tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut :

a) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang

diberikan (objek). Misalnya, sikap seseorang terhadap pemeriksaan kehamilan, dapat

diukur dari kehadiran si Ibu dalam mengikuti kegiatan penyuluhan tentang kehamilan

di lingkungannya.

b) Menanggapi

Menanggapi yaitu memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau

objek yang dihadapi. Misalnya, seorang ibu yang mengikuti penyuluhan antenatal care

menjawab atau menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh penyuluh.

19

Page 22: Simulasi Proposal

c) Menghargai

Menghargai yaitu memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus seperti

membahasnya dengan orang lain atau mempengaruhi orang lain untuk merespon.

Misalnya, setelah mengikuti penyuluhan, seorang ibu mendiskusikan kembali hal yang

dibahas dengan suaminya.

d) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakininya merupakan tingkatan sikap

yang paling tinggi, yaitu siap dan berani mengambil resiko atas apa yang telah

diyakininya. Misalnya, ibu yang sudah mengikuti penyuluhan ante natal care harus

berani mengorbankan waktunya atau penghasilannya.

3) Tindakan atau Praktik (practice)

Praktik atau tindakan ini dibedakan menjadi 3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu:

a) Praktik terpimpin (guided response)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntutan

atau menggunakan panduan, misalnya seorang klien TB mau berobat ke rumah sakit

bila diingatkan oleh keluarganya.

b) Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu hal secara otomatis maka disebut

tindakan praktik atau tindakan mekanis. Misalnya seorang ibu hamil memeriksakan

kandungannya secara rutin tanpa harus menunggu perintah dari petugas kesehatan.

c) Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang bukan hanya

suatu rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi menjadi

perilaku atau tindakan yang berkualitas. Misalnya, menggosok gigi, bukan sekedar

gosok gigi saja namun dengan teknik – teknik yang benar.

e. Pengukuran perilaku

Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku

manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement)

sikap. Perilaku merupakan salah satu struktur pembentuk sikap individu, sedangkan

sikap merupakan salah satu domain terbentuknya perilaku. Komponen perilaku dalam

struktur sikap menunjukan bagaimana perilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan

dengan objek yang dihadapinya. Sikap mendasari bentuk – bentuk perilaku secara

20

Page 23: Simulasi Proposal

konsisten diperlihatkan seseorang terhadap objek – objek sosial dalam waktu tertentu

(Azwar, 2005).

Menurut Notoatmodjo (2010), cara mengukur perilaku dapat dilakukan melalui

dua cara, yaitu:

1) Secara langsung

Pengukuran perilaku secara langsung adalah pengukuran perilaku yang paling baik

dengan cara pengamatan (observasi), yaitu mengamati tindakan subjek dalam rangka

memelihara kesehatannya, misalnya dimana responden membuang air besar,

makanan yang disajikan ibu dalam keluarga untuk mengamati praktik gizi dan

sebagainya.

2) Secara tidak langsung

Pengukuran perilaku secara tidak langsung dengan menggunakan metode mengingat

kembali (recall). Metode ini dilakukan dengan menggunakan pertanyaan –

pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan

kesehatan, misalnya untuk mengetahui gizi ibu terhadap balitanya, dengan

menanyakan makanan apa saja yang diberikan kepada anaknya selama 24 jam

terakhir. Untuk mengetahui perilaku ante natal care, dapat menanyakan apakah pada

kehamilan terakhir melakukan periksa hamil, berapa kali, dimana, dan sebagainya.

Teknik skala yang digunakan untuk mengukur perilaku adalah teknik skala Guttman.

Menurut Hidayat (2008) Skala Guttman merupakan skala yang bersifat tegas dan

konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti pertanyaan/pernyataan :

ya da tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Skala

Guttman ini pada umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian,

apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah nilainya 0 dan analisanya dapat

dilakukan seperti skala likert (Hidayat, 2008).

Pernyataan terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Untuk pernyataan positif

diberi nilai sebagai berikut : ya = 1 dan tidak = 0. Untuk pernyataan negatif diberi

nilai sebagai berikut : ya = 0 dan tidak = 1. Untuk hasil penilaian dapat

dikategorikan sebagai berikut:

1) Perilaku mencegah : jika skor > median.

2) Perilaku tidak mencegah : jika skor < median.

21

Page 24: Simulasi Proposal

B. Kerangka Teori

22

Faktor Predisposisi

1. Karakteristik masyarakat :

2. Pengetahuan

3. Perilaku

Faktor penguat

1. Dorongan dari keluarga

2. Sikap dan perilaku tenaga kesehatan

3. Sikap dan perilaku tokoh masyarakat

Faktor Pemungkin

1. Tersedianya fasilitas dan pelayanan kesehatan

2. Keterjangkauan pelayanan kesehatan baik jarak maupun biaya

Perilaku pencegahan diabetes gestasional

1. Mencegah2. Tidak mencegah

Page 25: Simulasi Proposal

BAB III

KERANGKA KONSEP

C. Kerangka Konsep

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Penelitian ini menggambarkan tentang pengetahuan ibu hamil dalam upaya

untuk mencegah terjadinya diabetes gestasional pada masa kehamilan dimana

pencegahan ini merupakan hal yang penting untuk menjaga kehamilannya agar

tetap baik dan sehat. Namun banyaknya masalah yang dihadapi ibu hamil dalam

upaya menjaga kesehatan kehamilannya membuat ibu hamil menjadi sasaran

untuk diberikan pendidikan kesehatan salah satu masalah yang dihadapi ibu

hamil adalah kurangnya pengetahuan.

Agar ibu hamil melaksanakan kegiatan untuk menjaga kesehatannya dengan

semestinya perlu upaya dalam meningkatkan pengetahuan ibu hamil hal ini

sangat penting terkait dengan perannya untuk menjadi seorang ibu. Dengan

dimilikinya pengetahuan yang baik dan sikap positif oleh ibu dalam menjaga

kesehatan kehamilannya maka seorang bayi akan lahir dengan baik. Sebaliknya

apabila ibu hamil memiliki pengetahuan yang kurang dan sikap negatif dalam

menjaga kesehatan kehamilannya maka seorang bayi akan lahir dengan keadaan

kesehatan yang kurang optimal.

Maka dari itu penelitian tentang pengetahuan ibu dalam pencegahan diabetes

gestasional pada masa kehamilan sangatlah penting untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan ibu dan anak yang setinggi-tingginya.

23

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pencegahan

Page 26: Simulasi Proposal

B. Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No VariabelDefinisi

OperasionalAlat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1

2

Pengetahuan Ibu hamil tentang pencegahan diabetes gestasional

Perilaku Ibu Hamil Terhadap pencegahan diabetes gestasional di masa kehamilan

Informasi yang responden ketahui tentang cara pencegahan diebetes gestasional pada masa kehamilan

Pandangan respon atau reaksi responden terhadap pencegahan diabetes gestasional di masa kehamilan

Kuesioner

Kuesioner yang berisikan pertanyaan tentang pengetahuan

Membagikan kuisioner yang berisikan 10 pertanyaan dengan mengisi salah satu pilihan jawaban dengan tepat.Benar: 1Salah : 0

Membagikan angket kuesioner yang memuat 10 pertanyaan tentang gambaran sikap ibu hamil tentang pencegahan diabetes gestasional

Baik :76 – 100%

Cukup :56 – 75%

Kurang :<55%

Hasil menggunakan skala likert dengan memakai “Sangat Setuju=4 Setuju=3 Tidak setuju=2Sangat Tidak Setuju=1

Ordinal

Ordinal

24

Page 27: Simulasi Proposal

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu

penelitian yang digunakan untuk mendeskripsinikan atau menggambarkan suatu

fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu.

Metode penelitian ini digunakan untuk menggambarkan atau memotret masalah

kesehatan serta yang terkait dengan kesehatan sekelompok penduduk yang tinggal dalam

komunitas tertentu. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah

pengumpulan data, klasifikasi, pengolahan atau analisi data, membuat kesimpulan dan

laporan (Notoatmodjo,2010).

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran perilaku pencegahan

Diabetes Mellitus Gestasional pada ibu hamil, selanjutnya hasil penelitian ini dapat

dijadikan data dasar untuk penelitian selanjutnya. Penelitian ini dilakukan dengan

mengumpulkan data melalui pertanyaan terstuktur atau keusioner penelitian. Setelah itu

dicari jenis perilaku klien dalam pencegahan penyakitnya dengan analisa dan

perhitungan statistik.

B. Waktu dan Tempat

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap yang dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu:

a) Tahap persiapan

Tahap persiapan meliputi pengajuan judul penelitian, pembuatan proposal,

permohonan izin penelitian, dan konsultasi dengan pembimbing. Waktu yang

dibutuhkan dalam tahap ini adalah 1 bulan ....

b) Tahap pelaksanaan

Tahap ini meliputi semua kegiatan yang berlangsung di lapangan yaitu seperti

pengumpulan data dan angket yang telah dibuat. Kegiatan ini merupakan kegiatan

lanjutan tahap persiapan yang di laksankan pada tanggal

25

Page 28: Simulasi Proposal

c). Tahap penyelesaian

Tahap terakhir ini meliputi analisis data, penyususnan laporan, dan bimbingan

laporan hasil penelitian serta pengolahan data.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini seluruh pasien Ibu Hamil Di Poli Kebidanan RS PMI

Bogor , Adapun kriteria inklusi dan eklusi dalam penelitian ini adalah :

a. Inklusi :

Seluruh pasien ibu hamil di Poli kebidanan RS PMI Bogor

b. Ekslusi :

1. Pasien ibu hamil di Poli kebidanan RS PMI Bogor yang tidak mau

berpartisipasi.

2. Pasien ibu hamil di RS PMI Bogor yang tidak termasuk kriteria

2. Sampel

Sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yang dilakukan di Poli

Kebidanan RS PMI Bogor, dengan mengambil secara sengaja pasien yang ada di Poli

Kebidanan RS PMI Bogor

Perkiraan besar sampel yang di gunakan pada penelitian ini menggunakan rumus :

Dimana

N = besar sample

Z2a/2 : nilai Z pada derajat kepercayaan 1-a/2 (1,96)

p : proporsi hal yang diteliti (0,55)

26

Page 29: Simulasi Proposal

d : tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1)

N : jumlah populasi 120

Dengan menggunakan rumus diatas, maka perhitungan sampel adalah :

.

1. Alat dan Metode Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengamatan (Observasi) adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara

lain meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada

gambaran dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Ingatan adalah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi

kesan.Dalam pengumpulan data melalui pengamatan ini diperlukan ingatan

yang cepat, setia, teguh, dan luas (Notoatmodjo, 2010).

2. Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data.

Instrument ini dipilih berdasarkan pertimbangan instrument yang digunakan

dapat mewakili tujuan penelitian dan variabel-variabel yang akan diukur.

27

Page 30: Simulasi Proposal

D. Metode Penarikan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling,

yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan

didasarkan atas strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu

karena adanya pertimbangan (Arikunto, 2006). Adapun rumus yang dipakai dalam

menentukan besar sampel adalah menurut Notoatmodjo (2005) yaitu :

n =     N

          1 +  N (d)2

Keterangan :

n : ukuran sampel

N : ukuran populasi

d :  tingkat kepercayaan/ ketepatan yang diinginkan

Maka perhitungannya :

n =            N

             1 +  N (d)2

= 120

            1 +  120 (0,1)2

= 120

            1 +  120 (0,01)

= 120

            1 + 1,2

= 120

            2,2

28

Page 31: Simulasi Proposal

= 54,54

Maka sempel yang digunakan sebanyak 54 Responden

Berdasarkan keterangan di atas untuk menentukan populasi dan sampel terdapat dua kriteria

yaitu :

a) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakterisitik yang dapat dimasukkan atau layak untuk diteliti,

karena inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Poli Obgyn dan Kebidanan Rumah Sakit PMI Bogor, yang merupakan ibu hamil

2. Poli Obgyn dan Kebidanan Rumah Sakit PMI Bogor, yang bersedia menjadi

responden

b) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah karakterisitik sampel yang tidak dapat dimasukkan atau tidak

layak untuk diteliti. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Poli Obgyn dan Kebidanan Rumah Sakit PMI Bogor, yang tidak bersedia menjadi

responden .

2. Poli Obgyn dan Kebidanan Rumah Sakit PMI Bogor, yang melakukan

pemeriksaan kesehatan reproduksi.

E. Prosedur pengumpulan Data jeje

1. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data

(Notoatmodjo, 2010). Penelitian menggunakan instrumen pengumpulan data berupa lembar

kuesioner, dengan daftar pertanyaan yang dibuat sendiri dengan mengacu pada konsep dan

teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka. Instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

2. Kuesioner

Kuesioner disini diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan

baik, sudah matang, dimana responden (dalam hal angket) dan interview (dalam hal

wawancara) tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu

29

Page 32: Simulasi Proposal

(Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini Kuesioner berisi yang bersi 10 pertanyaan untuk

pengukuran pengetahuandan untuk pengukuran perilaku 10 pertanyaan.

Kuesioner dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

1) Kuesioner A

Kuesioner A berisikan tentang karakteristik atau data demografi responden yaitu usia.

Pengisian dilakukan dengan cara responden mengisi pada tempat yang telah

disediakan.

2) Kuesioner B

Kuesioner B berisi 10 pertanyaan tentang pengetahuan. Pengisian dilakukan

dengan cara memberi tanda silang (x) diantara pilihan a, b, c dan d sesuai jawaban yang

menurut responden benar. Cara ukur dengan berisikan 10 peratnyaan. 5 Pertanyaan positif

(pertanyaan nomer 1, 2, 5, 8, 10. setiap jawaban skor YA = 1, TIDAK = 0). Dan 5 Pertanyaan

negatif (pertanyan nomer 3, 4, 6, 7,9. setiap jawaban skor YA= 0, TIDAK = 1). Hasil ukur

adalah baik 76%-100%, cukup 56%-75% dan kurang ≤ 55% (Arikunto, 2006).

Cara perhitungan menurut Nursalam (2008).:

N =

Keterangan :

N = Nilai pengetahuan

Sp = Skor yang didapat

Sm = Skor tertinggi maksimum

3) Kuesioner C

Kuesioner C berisikan 10 pertanyaan tentang perilaku yang terdiri dari 5 pernyataan

positif (Pernyataan nomer 1,4,5,7,10). dan 5 pernyataan negatif (Pernyataan nomer 2, 3,6,

8,9). Pengisian dilakukan dengan cara lembar wawancara berisi pernyataan tertutup dimana

responden menjawab dengan jelas apa isi dari pernyataan yang dibuat oleh peneliti dengan

30

Page 33: Simulasi Proposal

memberi tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia dengan pilihan Sangat Setuju (SS),

Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).

3. Alat tulis

Alat tulis yang digunakan adalah pulpen dan kertas untuk mencatat hasil pengumpulan

data.

4. Komputer

Komputer digunakan untuk mengolah data setelah data dari responden terkumpul.

5. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, data yang diperoleh merupakan data

primer (Notoatmodjo, 2010). Data primer adalah data yang langsung diambil dari sumbernya

Kuesioner terdiri dari kode responden, karakteristik responden atau data demografi (umur)

dan berisi pernyataan tertutup dimana responden menjawab dengan jelas apa isi dari

pernyataan yang dibuat oleh peneliti dengan memberi tanda silang (X) pada pernyataan

pengetahuan dan checklist (√) pada kolom penyataan sikap.

6. Prosedur Penelitian

Dalam pengumpulan data, peneliti mengacu pada tahapan yang ditetapkan dalam

prosedur di bawah ini:

1) Setelah proposal penelitian disetujui pembimbing dan koordinator mata

ajar maka peneliti mengajukan permohonan izin kepada pihak rumah sakit.

2) Menyerahkan surat izin penelitian pada pihak sekolah.

3) Setelah mendapatkan izin dari pihak sekolah, peneliti mulai melakukan

pendekatan untuk memberikan penjelasan dan informed consent.

4) Setelah calon responden setuju untuk jadi responden maka dilakukan

proses pengambilan data, selama mengisi lembar kuesioner peneliti

memberikan kesempatan pada responden untuk menjawab semua

pernyataan dan untuk meminta penjelasan terhadap pernyataan penelitian.

31

Page 34: Simulasi Proposal

5) Setelah semua data terkumpul peneliti langsung melakukan editing data

responden, berdasarkan hasil pengeditan tidak ada responden yang datanya

error.

A. Prosedur Pengolahan Data winay

32