simulasi digital

37
SMKN 1 BENGULU SELATAN JlnA..Yani.ibul.MANNA Kisah langit SMKN 1 BENGKULU SELATAN JLN.A.YANI.IBUL MANNA THP.2015/2016 Qanita KISAH LANGIT @Arum Effendi, 2013 Penyuting : Rini Nurul badariah proofreader : Endang S. Nugraha Hak cipta dilindungi undang-undang All right reserved Cetakan 1,juli 2013 DIterbitkan oleh Penerbit Qanita PT.Mizan pustaka Anggota IKAPI Jln.Cinambo no 135 ( Cisaranten Wetan ), Ujung berung, Bandung 40294 Telp.(022) 7834310- fask.(022) 7834311 e-mail:[email protected] millis. [email protected] http ://www.mizan com Facebook: penerbitmizan Twitter :@penerbitqanita Di ambil dari buku cerita ‘’KISAH LANGIT’’ NAMA NAMA KELOMPOK: KELOMPOK: ASRI YANI ASRI YANI MELVIA SARI MELVIA SARI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA OLAHRAGA SMK N 1 BENGKULU SELATAN SMK N 1 BENGKULU SELATAN THP.2015/2016 THP.2015/2016 TUGAS SIMULASI DIGITAL Buku digital BUNDA Ani sedang membalut luka di tangan Bayu dengan perban.gadis itu benar-benar takut dan ngeri melihat kondisi Bayu.Bayu baru saja di antar seorang teman.badannya penuh luka.dia baru saja dikeroyok karena masalah perempuan.Tapi,Ani tak tau apa-apa.dia Cuma terkejut kala menemukan bayu terletih-letih membuka pagar.gadis itu cepat-cepat membantu bayu dan segera mengambil kotak obat di rumahnya.Ani mengobati luka-luka di wajah dan tangan sahabatnya. ‘’Kamu kenapa bisa sampai begini sih,bay?’’ Bayu bersandar di sofa.mereka berdua duduk di sofa ruang televisi.saya juga ada di sana,tapi takk peduli.saya sudah bosan dengan kelakuan Bayu.dia Cuma bisa merintih di bahu sofa.dia masih menahan nyeri luar biasa di sekujur tubuhnya.keroyokan empat orang sekaligus membuat dirinya tak bisa melawan,bahkan membela diri.memang salahnya sendiri,pergi dengan perempuan yang jelas-jelas sudah milik orang lain. ‘’Bay,aku nggak mau kamu terlibat masalah kayak gini.’’ ‘’Kamu bisa diam kan, Ni?Berisik.’’Bayu berujar gusar .dia masih tertawa emosi. ‘’Aku Cuma khawatir,’’jawab gadis itu terbata- bata. ‘’Dan aku nggak perlukamu khwatirkan ,paham!’’

description

tugas simulasi digital

Transcript of simulasi digital

NAMA KELOMPOK:

SMKN 1 BENGULU SELATANJlnA..Yani.ibul.MANNA

Kisah langitSMKN 1 BENGKULU SELATANJln.a.yani.ibul mannathp.2015/2016[Year]QanitaKISAH LANGIT@Arum Effendi, 2013Penyuting : Rini Nurul badariah proofreader : Endang S. NugrahaHak cipta dilindungi undang-undangAll right reservedCetakan 1,juli 2013DIterbitkan oleh Penerbit QanitaPT.Mizan pustakaAnggota IKAPIJln.Cinambo no 135 ( Cisaranten Wetan ),Ujung berung, Bandung 40294Telp.(022) 7834310- fask.(022) 7834311e-mail:[email protected]. [email protected] ://www.mizan comFacebook: penerbitmizanTwitter :@penerbitqanita

Di ambildari buku cerita KISAH LANGIT

NAMA KELOMPOK:ASRI YANIMELVIA SARI

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGASMK N 1 BENGKULU SELATANTHP.2015/2016

TUGAS SIMULASI DIGITALBuku digital

BUNDAAni sedang membalut luka di tangan Bayu denganperban.gadis itu benar-benar takut dan ngeri melihat kondisi Bayu.Bayu baru saja di antar seorang teman.badannya penuh luka.dia baru saja dikeroyok karena masalah perempuan.Tapi,Ani tak tau apa-apa.dia Cuma terkejut kala menemukan bayu terletih-letih membuka pagar.gadis itu cepat-cepat membantu bayu dan segera mengambil kotak obat di rumahnya.Ani mengobati luka-luka di wajah dan tangan sahabatnya.Kamu kenapa bisa sampai begini sih,bay?Bayu bersandar di sofa.mereka berdua duduk di sofa ruang televisi.saya juga ada di sana,tapi takk peduli.saya sudah bosan dengan kelakuan Bayu.dia Cuma bisa merintih di bahu sofa.dia masih menahan nyeri luar biasa di sekujur tubuhnya.keroyokan empat orang sekaligus membuat dirinya tak bisa melawan,bahkan membela diri.memang salahnya sendiri,pergi dengan perempuan yang jelas-jelas sudah milik orang lain.Bay,aku nggak mau kamu terlibat masalah kayak gini.Kamu bisa diam kan, Ni?Berisik.Bayu berujar gusar .dia masih tertawa emosi.Aku Cuma khawatir,jawabgadis itu terbata-bata.Dan aku nggak perlukamu khwatirkan ,paham!Bayu!saya berseru kesal.Bayu tak pernah menghargai Ani.;;apa kamu nggak bisa bersikap sopan sama gadis yang sedang merawatmu sekarang.Ani tersenyum lemah.Aku nggak apa-apa kok,sa.Kemudian,Ani menyelesaikan pengobatan luka-luka Bayu.Bayu siap beranjak menuju kamar.saya Cuma menghela napas heran melihat Ani yang tak juga sadar oleh perlakuan Bayu.

BUNDAAni sedang membalut luka di tangan Bayu dengan perban.gadis itu benar-benar takut dan ngeri melihat kondisi Bayu.Bayu baru saja di antar seorang teman.badannya penuh luka.dia baru saja dikeroyok karena masalah perempuan.Tapi,Ani tak tau apa-apa.dia Cuma terkejut kala menemukan bayu terletih-letih membuka pagar.gadis itu cepat-cepat membantu bayu dan segera mengambil kotak obat di rumahnya.Ani mengobati luka-luka di wajah dan tangan sahabatnya.Kamu kenapa bisa sampai begini sih,bay?Bayu bersandar di sofa.mereka berdua duduk di sofa ruang televisi.saya juga ada disana,tapi takk peduli.saya sudah bosan dengan kelakuan Bayu.dia Cuma bisa merintih di bahu sofa.dia masih menahan nyeri luar biasa di sekujur tubuhnya.keroyokan empat orang sekaligus membuat dirinya tak bisa melawan,bahkan membela diri.memang salahnya sendiri,pergi dengan perempuan yang jelas-jelas sudah milik orang lain.Bay,aku nggak mau kamu terlibat masalah kayak gini.Kamu bisa diam kan, Ni?Berisik.Bayu berujar gusar .dia masih tertawa emosi.Aku Cuma khawatir,jawab gadis itu terbata-bata.Dan aku nggak perlukamu khwatirkan ,paham!Bayu!saya berseru kesal.Bayu tak pernah menghargai Ani.;;apa kamu nggak bisa bersikap sopan sama gadis yang sedang merawatmu sekarang.Ani tersenyum lemah.Aku nggak apa-apa kok,sa.Kemudian,Animenyelesaikan pengobatan luka-luka Bayu.Bayu siap beranjak menuju kamar.saya Cuma menghela napas heran melihat Ani yang tak juga sadar oleh perlakuan Bayu.

Mereka berdua masuk kamar.entah apa lagi yang Ani lakukan untuk menolong Bayu.saya Cuma bisa mendengar Bayu mulai pura-pura minta maaf dan menyesal.Maaf,Ni.Maafin aku.selama ini ,aku nggak pernah dengar kata-kata kamu.maaf,Ni,ujar Bayu dengan manis.Nggak apa-apa.kamu istirahat ya,Bay.aku pulang dulu.Lalu,tak terdengar apa-apa lagi.mereka berduasama-sama terdiam.Tapi,Ani tak juga keluar dari ruangan itu.Bayu mengganguk-angguk.saya tak tahan lagi.saya segera menyusul mereka ke dalam.di ambang pintu,saya berhenti.dan seperti yang saya duga saya lihat Bayu meraih tangan Ani mendekat,membuat gadis itu terduduk di tepi ranjang.Bayu mencoba bangkit dari ranjang,lalu mendekatkan wajahnya pada Ani.dia menyentuh bagian belakang kepala Ani dan berusaha mendekatkan wajahnya.Ani,ayo saya antar pulang sekarang.Bayu geram melihat saya berdiri di sana.Anicepat-cepat melepaskan genggaman tangan Bayu dan segera menjauh.dia bangkit dan mendekat pada saya.wajah gadis itu sudah memerah dan dia hanya menunduk.sedangkan Bayu langsung menghunjamkan tatapannya yang tajam dan sudah siap marah besar pada saya.saya sama sekali tak peduli.Berengsek!kamu bisa nggak sekali-kali jangan ikut campur sama urusanku dan Ani!Terserah Ani mau pulang kapan.dia bisa pulang sendiri!Ani semakin menunduk mendengarnya.dia takut kalau nantinya malah bertengkar.dan dia juga belumpernah mendengar Bayu semarah itu.Kamu kira saya akan diam saja,melihat Ani kamu perlakukan seperti itu?Aku nggak memperlakukannya dengan buruk.Saya membuang muka.saya sudah cukup sabar melihat perlakuan Bayu pada Ani.saya tak bisa membiasrkannya lagi.keliar dengan banyak perempuan lain,berkata kasar sama Ani yang sudah merawatnya,mempermainkan Ani,dan kemudian memberi harapan pada gadis itu demi memenuhi hawa nafsunya.Bagi saya,Bayu sudah kelewatan.Kamu nggak perlu repot-repot mencampuri urusanku sama Ani.Aku nggak akan menyia-nyiakan Ani.sekarang kamu keluar,sa!ujarnya dengan nada tinggi.dia beralih memandang Ani.Ni,kamu masih mau menemaniku di sini,kan?Saya memegang erat lengan gadis itu.kamu nggak perlu percaya lagi kata-katanya.Bayu kehabisan kesabaran.Ani,bodoh!kamu dengar aku,nggak?Ani gemetar mendengar teriakan itu.dia belum pernah mendengar bayu semarah itu padanya.saya meraih tubuhnya dan mendekap gadis itu.tubuh Ani mulai gemetar.Sudahlah,terserah kamu,Ni!pergikamu dari sini!Dasar ,bodoh kalian berdua!aku memang pernah menyukai melvi bukan Ani.kalau kemudian Ani menyukaiku ,itu bukan salahku.Saya tak menyangkah kalau Bayu akan mengatakan hal itu.Ani sudah dengar semuanya.lebih menyakitkan ketika mengira orang yang paling dekat dengannya justru menganggapnya apa-apa.saya segera menarik Ani keluar dari ruangan ituDua hari ini saya selalu berkunjung ke rumah Ani.gadis jadi pendiam sekali.dia sibuk merawat bundanya.dia sibuk berlatih harpa sewaktu bundanyasedang tidur,lalu berusaha memainkan di hadapan bundanya saat beliau sudah bangun.begitu selalu saya lihat dia lakukan untuk menghibur bundanya.saya Cuma duduk diam di ruang tamu ,melihat begitu banyak yang dilakukan Ani.dia membiarkan saya duduk sendiri mengamatinya.Ini pesawatmu.Ani tiba-tiba muncul dan duduk di sisi saya.dia mengulurkan sebuah kardus berisi miniatur pesawat.dari bagian transparan,saya bisa lihat kardus itu berisi miniatur KLM.itu pesawat yang sempat di beli Ani secara online.Apamaksudmu?tanya saya bingung.Kamu menyukai pesawat juga, kan?Maksudmu?saya bertanya lagi.Ani memutar bola mata.kau benar-benar nggak mengerti atau pura-pura bodoh.ini kuberikan untukmu,sa.tapi,itu miniatur KLM yang selama ini sudah kamucari-cari.nggak apa-apa.lagi pula,kamu inggin belajar ke belanda juga.KLM ini maskapai utama mereka,kan.anggap saja pesawat ini sebagai motivasi supaya kamu selalu ingat sama impian kamu.semoga kamu bisa melanjutkan studi di sana juga,ya!ujarnya.Saya akhirnya menerima miniatur pesawat itu dengan cangung,saya perhatikan detail pesawat itu sampai tak ada bagian yang lolos dari pengamatan saya.Saya benci pesawat,Ni.kamu nggak tau itu saya mengerutu.Tapi,kamu selalu mengambar pesawat.kamu tahu jenis-jenisnya.kamu juga bisa mengambarnya dengan sangat detail.Saya trauma naik pesawat.Trauma?Saya trauma.waktu kecil,pesawat yang menerbangkan saya dan papa,mengalami kecelakaan.pesawat itu jatuh di laut tenggah.Ani melebarkan bola matanya.Astaga.Sungguhkah,sa?Saya benar-benar beruntung karena masih bisa selamat.saya termasuk tiga korban yang bisa selamat.walaupun begitu kata Bibi,tubuh saya penuh luka.Tangan saya patah.dan saya koma selama seminggu.Ani menggeleng tak percaya.dia merinding mendengarnya.dia tak pernah menduga kalau hal seburuk itu pernah menimpa saya.Bekas luka jahitannya masih ada.saya menyingkapkan lengan sweater.tampak garis pajang terbujur dari balik siku sampai pergelangan tangan.bekas luka itu dijahitdan bekas jahitannya tampak menonjol.Lalu,gimana dengan papa kamu,sa?Papa termasuk ratusan korban yang meninggal.Ya tuhan,aku turut berduka cita mendengarnya,Sa.jadi karena itu kamu tinggal sendiri?Saya mengganguk.Sebelumnya di yogya,sayatinggal sama Bibi.tapi,ada rumah di Bandung yang ditinggalkan papa.saya kemudian boleh menempatinya setelah kulia.Lalu,Mama kamu?di mana beliau sekarang?Entah kenapa,saya tak bisa menjawab pertanyaannya tentang Mama.saya juga tak tahu apa-apa tentang beliau.kami sudah cukup lama berpisah,belasan tahun.tak ada yang tersisah di kepala tentang wanita itu.Ani mengerti,mungkin hal itu terlalu personal.Ani tak bertanya lebih jauh.hmmm.....apa yang membuat kamu harus ke Belanda waktu itu?Saya menolehsebentar,terdiam lama sebelum menjawabnya.Bukan apa-apa.ada sesuatu yang saya lakukan.saya inggin mencari seseorang.Tapi,semua berantakan dan sampai sekarang saya belum pernah menginjakkan kaki di Negeri itu.Karena itu,saya janji akan kesana lagi setelah lulus.Ani tahu,mungkin ada satu hal yang benar-benar tak bisa saya ceritakan sekarang.Tapi,dia tak bertanya macam-macam.kami mengontrol samapi larut malam.kami bercerita tentang banyak hal.tentang keluarga,impian-impian,tentang arsitektur,juga tentangrencana tentang melanjutkan kuliah di Belanda.kami punya alasan berbeda,tapi tujuan kami sama:leiden.Ini keempat kalinya saya tak menempati janjin untuk datang ke yogya,saya pun tak menjemput Raras ke Bandung.justru gadis itulah yang datang sendiri ke Bandung dengan naik mobil lancer-nya.diameencocokkan alamat rumah saya dengan sebuah berpagar hitam yang sendiri di hadapannya.Pintu rumah saya terbuka lebar.saya sedang memakai jaket sambil cepat-cepat menuruni tangga.badan saya mematung waktu melihatnyamelangkah memasuku halaman.kemudian,kami bertatapan lama.saya buru-buru berlari ke arahnya.Raras!Hai,Sa.maaf aku datang tanpa memberi tahu,ujar Raras.Saya terkejut mendapatinya sudah berdiri di hadapan saya.dia sudah tak nyata.dia menyetir sendiridari yogya.saya mencium rambut Raras sejenak.kenapa haris datang kesini sendiri?Nggak apa-apa.Cuma inggin memastikan kalau kamu baik-baik aja.sudah dua bulan,Sa.Saya tau apa yang di maksud gadis itu.sudah lama saya tak muncul di hadapannya.selama ini saya Cuma bertukar kabar seadanya.pasti gadis itu inggin tahu,apa alasan saya menjauh darinya selama ini.hubungan kami sudah terlalu renggang.Gadis itu Cuma inggi tahu apa yang terjadi di Bandung.dia tak pernah marah pada saya.Kamu mau ke mana,Sa? Kelihatannya buru-buru.Maaf,Ras.saya harus ke rumah sakit sekarang.kamu istirahat di dalam dulu,ya.Siapa yang sakit?Raras bertanya khawatir.Saya Cuma mau mengantar Bundanya Ani.keadaan beliau tiba-tiba kritis.Raras mengerutkan kening.Ani?Iya.dia teman saya.tetangga depan rumah.Oh,oke.pakai mobilku saja,Sa!Saya berpikir sejenak.sebenarnya saya merasa bersalah pada Raras.bagaimana mungkin,Raras yang baru saja datang langsung ikut dengan kami ke rumah sakit? Sedangkan saya pun belum sempat meminta maaf setelah dua bulan lalu hilanh telah memberi kabar.mana mungkin saya justru memanfaatkan kedatangan Raras dengan memakai mobilya? Tapi,Raras tampak memaksa.Raras mengikuti langkah saya ke seberang jalan.dia Cuma menunggu di samping mobil tuanya.kemudiam,dia melihat saya dan seorang gadis keluar dari rumah sambil membopong seorang ibu yang kondisinya mengkhawatirkan sekali.Beliau tampak kurus keering.Badan Bunda Ani panas dan mulutnya tak henti mengigau.Beliau duduk di bangku belakang bersama Ani,sementara saya duduk di belakang kemudi.Raras cepat-cepat masuk dan duduk di samping kemudi.Mobil langsung saya luncurkan ke rumah sakit yang paling dekat dengan kompleks perumahan.Ani mengusap-usap lengan Bunda.dia menidurkan kepala Bunda di bahunya.Badan Bunda gemetar.Bunda tak mau makan dua hari ini.Badannya demam tinggi.Beliau mengigau tak jelas,terus-menerus seperti itu.

Makasih sudah memberi tumpangan,Kak,ujar Ani pada Raras.Raras .panggil aku Raras saja.Ani mengangguk.Aku Ani,ujarnya.Maaf udah merepotkan.Raras Cuma tersenyum tak masalah. Dia senang karena bisa membantu.dia sudah melupakan rasa capeknya setelah menyetir beberapaa jam tadi.dia belum sempat istirahat.Tapi,bisa menolong keadaan Bunda Ani mungkin bisa menghapus rasa lelahnya.Bunda Ani langsung diopname karena beliau kekurangan cairan tubuh.Nenek Ani datang dari Palembang.Neneknya masih tampak segar dan cekatan.Beliau menenangkan Ani yang terus mengkhawatirkan keadaan Bundanya.sebenarnya bukan Cuma Ani yang khawatir.saya pun sangat mengkhawatirkan keadaan beliau.saya takut terjadi apa-apa.kalau sampai begitu,entah apa yang nantinya di rasakan Ani.dia tak akan punya siapa-siapa,kucuali sahabat dan kerabat.keluarga intinya habis sudah.Keadaan sudah cukup tenang.Bunda masih istirahat.Nenek menunggui beliau di kamar.Tapi,Ani kelihatan kacau.dia duduk sendiri di bangku dingin di koridor.saya baru saja mau menenangkannya ketika melihat Raras sedang berjalan dan duduk di sis gadis itu.saya cuman terdiam duduk di koridor.Jangan sedih,Bunda kamu pasti pulih.Ani terkejut menemukan gadis asing itu sudah duduk di sisinya.senyuman gadis itu tulus.Ani bahkan belum sempat tahu,siapa Raras.Ani tak pernah tau apa hubungan Raras dan saya.Ani memandang gadis itulama. Rambutnya ikal panjang,terurai rapi.kulitnya gelap tapi cantik.badannya terbentuk indah.dia seperti seorang atlet.dia memang menyukai renang.Aku dari yogya.tadi baru sampai di Bandung.untunglah aku nggak datang terlambat,jadi aku bisa membantu.Bunda sudah lama sakit.sudah tujuh tahun.Raras terhenyak mendengarnya.Beliau sakit apa?Ani menggeleng.Beliau sebenarnya sakit gara-gara kehilangan ayah dan kakak.Beliau belum bisa menrima kenyataan.mereka sangat berarti buat Bunda.Ayah dan kakak kamu pasti bersyukur di sana karena punya orang yang sangat menyayangi mereka.Saya takut sesuatu terjadi sama Bunda.saya nggak punya siapa-siapa lagi.Raras memeluk gadis itu.jangan bilang begitu.kamu masuh punya yang lain.Aku yakin, riksajuga selalu siap buat kamu,ujarnya,membuat saya menghela napas.Raras melirik sebentar ke arah saya,tersenyum.Mungkin Raras sudah tau semuanya.mungkin ini tak adil buat Raras. Tapi, saya bersyukur karena kekasih saya memang gadis yang baik.Raras bahkanbisa menghibur Ani, gadis yang tampaknaya selama ini sudah menyita pesrhatian saya.Raras Cuma punya waktu dua hari di Bandung.dan dia menghabiskan sehari di rumah sakit serta sehari lain di rumah orangtua Bayu.dia sudah cukup dekat dengan paman karena tiap ke Yogyakarta mereka sering berkunjung ke rumah Raras.ini adalah dua hari tanpa saya.tak ada acara jalan-jalan seperti yang pernah saya janjikan.tak ada cara pengamatan langit,seperti yang biasa kami lakukan di Yogyakarta.dan saya memang masih sibuk di rumah sakit.saya benar-benar menelantarkan gadis ituSaya semapat lupa kalau Raras pulang hari ini.saya harus buru-buru pulang dari rumah sakit dan mencari bus kota.di sepanjangjalan,saya terus berdoa supaya saya sempat bertemu Raras sebelum dia kembali ke Yogyakarta.Semalam dia menginap di rumah Paman.untungnya saya lihat mobillancer itu terparkir di depan. Saya beruntung karena masih sempat bicaradengannya.Saat saya tanyakanBibi,di mana gadis itu.Katanya Raras ada di dalam kamar bersama Bayu.Di depan pintu kamar Bayu,Sayadengar mereka menyebut nama Ani.Sudah kenal? Bagus. Jadi,kamu sudah tahu kenapa kekasihmu yang belagu itu nggak pernah mengunjungimu selama ini.Itu urusanku sam Riksa,Bay.kamu nggak perlu ngomong macam-macam.Mungkin awalnya Riksa cuman kasihan.Dia agak kelainan, kan. Dia enggak bias mendengar.Dan lagi pula ibunya sakit parah.Aku nggak tahu soal kemampuan mendengar Rahani yang agak berbeda. Tapi, aku nggak mempermasalahkan itu sama sekali. Bagiku,gadis itu baik-baik saja dan nggak ada yang perlu diribut-kan.Terdengar Bayu tertawa kecil.kamu sama Riksa udahempat tahun. Kamu mau semudah itu mengakhiri? Kamu nggak marah sama dia? Ka-mu punya emosi atau enggak sih,Ras? Malah bodohnya membiarkan Riksa sama gadis aneh begitu,ujarnya sambil tertawa.Saya sudah tak tahan dengan ucapan Bayu.yang membuat jengkel adalah ucapan-ucapan kurang ajarnya tentang Ani. Saya sebenarnya ingin sekali memberi pelajaran. Tapi,kemudian ada Bibi yang muncul.Raras adakan,sa?Saya mengangguk.Ada kok,Bi. Saya tunggu di depan saja.kemudian, pintu kamar terbuka. Raras keluar dari sana. Diamengembangkan senyum pada saya dan Bibi. Dia sekaligus pamit pulang ke Yogyakarta karena takut kemalaman.Kami mengantarkan Raras sampai depan rumah.Dia tampak berbeda hari itu. Dia memasakkan tasnya ke dalam mobil. Dia mencium tangan Bibi dan mereka berpelukan sejenak. Lalu, dia berusaha tersenyum pada saya. Taka da pelukan. Raras masuk mobil, bersiap-siap di balik kemudinya.Kamu nggak mau bicara apa-apa sama Raras?Susul dia, gih, ujar Bibi pelan.Saya terperanjat sejenak.Bibi tersenyum kecil,lalu masuk ke dalamSebelum mesin mobil itu dinyalakan, saya segera menyusulnya.Saya lihat Raras mengembang-kan senyum dari balik kaca.saya membuka pintu samping dan duduk di sebelah kemudi.Empat kali lupa mengunjungiku di malio-boro. Dua kali lupa menjemputku dari yogya untuk liburan ke Bandung, samapi akhirnya aku berangkat sendiri. Berkali-kali lupa pengamatan langit selatan.Raras baru saja mendata kesalahan saya sambil tertawa kecil.Banyak sekali?Oke, kartu merah. Pelanggaran kamu sudah lebih dari yang searusnya,sa kartu kuning, Ras. Please. Raras menggeleng. Dia mengusap kepala saya.Empat tahun.Sejak kami masih SMA.Dan selama ini,dia selalu mempertahankannya.Tapi,sekarang dia begitu mudah mengakhiri hubungan kami.Bagiku, Riksa selalu berbeda dari cowok-cowok lain. Aku mempertahankan Riksa sebisaku karena akunggak mau pengganti. But, long distan-ce relationship is not easy. I know it. And I am tired.Maaf, Ras. Saya nggak tahu harus gimana sekarang.Nggak akan mudah melupakan cowok menyebalkan sepertimu,Sa Saya memeluk gadis itu erat-erat. Perasaan saya sudah berbeda sekarang. Dan saya merasa bersalah karena perasaan saya berubah.Apalagi selama ini Raras sangat baik dan selalu mengalah.Dua hal itu membuat rasa bersalah saya semakin menjadi-jadi.Apa yang bias saya lakukan buatmu, Ras? Buat menebus semua pelanggaran?Raras melepaskan pelukan itu. Terbang ke leiden, menemukan mama kamu dan lieve. Lakukan itu, Sa. Riksa tersenyum. Oke. sekarang silakan turun, Tuan muda. Ini sudah sore, aku harus segera berangkat, ujar gadis itu sambil melihat kea rah pintusamping. Saya mengangguk.Be careful, bisik saya sambil melangkah turun.Raras menyalakan mesin dan mobilnya mulai berjalan meninggalkan tempat itu. Dia bias melihat di spion,saya masih berdiri di jalan, memandangnya lama. Dia tersenyum pedih.sebutirair mata menetes jatuh. Ini perpisahan paling aneh yang belum pernah dia bayangkan. Semudah menusuk balon dengan jarum. Sekali teriakan dan sakit. Lalu habis. Pudar dengan mudah, Seperti kenangan empat tahun yang menguap begitu saja.Leiden University. Master of Arts History: Architecture. Rahani mengajukan beasiswa ke Neso, Net-herlands Education support office. Dia sudah di terima di universitas yang dia inginkan, bahkan sebelum wisuda. Rahani memang yang terbaik diangkatannya.Jadi, taka da hambatan untuk mendapatkan beasiswayang diberikan pada mahasiswa-mahasiswa terbaik di kampus. Beberapa hari lagi,dia akan berangkat ke sebuah Negara di Eropa bagian barat laut. Dia akan meninggalkan cuaca tropis di negeri ini. Juga pakaiantipis dan rok yang selalu menempel di tubuhnya. Ya, negeri tulip terkenal dengan cuacanya yang selalu buruk. Kalau tidak dingin, ya hujan,berkabut,berangin.Atau semuanya dicampur menjadi satu. Jadi, dia harus mengucapkan selamat tinggal pada matahari.Mungkin ini terakhir kalinya Rahani masuk studio gambar di fakultasnya. Dia ingin merapikan alat-alat menggambarnya yang masih tertinggal di sana.Anehnya, di saat-saat seperti ini, dia justru bisa merasakan semuanya lebih mendalam. Rahani bisa mersakan aromakarbon dari pensil gambar, juga tekstur kertas gambarnya. Dia bisa melihat hitungan-hitungan bangunan yang dia tulis di kertas-kertas seadanya.Saya mengamati Rahani memasukkan penggaris berbagai macam jenis dan ukuran ke ransel. Kertas-kertas sketsa bertanda tangan Profesor Edo masih banyak yang terlantar di sana. Kali ini, entah kenapa gambar-gambar itu jadi terlihat penting di matanya.Rahani segera menggulungnya dan memasukkan ke dalam tabung Dia belum menyadari keberadaan saya di ambang pintu.Rahani.Saya mengejutkannya. Ani masih heran. Mungkin dia masih berpikir, bagaimana mungkin saya bisa menyelinap masuk ke studio gambar?Berita keberangkatanmu sudah tersebar di kompleks .Han, ujar saya membuka percakapan. Dia tertawa. Apa pedulinyadengan orang-orang kompleks?Aku ke Leiden. Gimana hasil apply-mu? Masih meragukan. Kemungkinan besar malah diterima di Groningen karena kuota di sana lebih banyak. Ujar saya sambil menghela napas berat.Rahani menunjukkan ekspresi simpatinya. Dia tahu benar tentang keinginan kuat saya ke Leiden.Akan lucu sekali kalau justru dia yang berhasil ke Leiden. Saya kalah dari Rahani. Kalaupun kamu di Groningen, aku akan menunggu di Leiden. Saya menggeleng-geleng. Saya Cuma mau masuk Universiteit Leiden dan bukan yang lain, Han. Banyak yang harus dilakukan di Leiden. Saya nggak mau kalau tujuan saya malah melenceng ke Groningen.Rahani menepuk bahu saya. Aku tunggu di Leiden. Dia tersenyum dan mengangguk yakin.Sebenarnya saya Cuma mau memastikan hari keberangkatanmu. Aku berangkat senin depan. Tapi, mulai besok aku sudah tinggal di Jakarta,di rumah pamanku.Beliau yang mengurus keperluanku,Sa.Oke.Pukul 5 sore pesawatku take off, tambahnya sambil merapikan meja gambar. Saya mengangguk-angguk. Kamu naik KLM?Iya. Fokker 70? ..Iya, Riksa berisik. Memangnya kenapa? Kamu iri?Enggak. Saya bisa naik KLM kecil yang ada di kamar tidurku.ujar saya sambil tersenyum kecil.Rahani mengingat miniatur Koninklijke Luchtvaartn Maatschappij yang pernahdi berikannya.Saya membantu Ani merapikan kertas-kertas yang masih tergelar di meja. Dia masukkan kertas-kertas gambar itu ke dalam drafting tube yang terbuka di lantai.Saya membereskan jangkaberukuran besar dan gulungan sketsa yang masih kosong tak terpakai.Rahani, ujar saya kemudian. Jangan berangkat sebelum saya sampai di Bandara. Saya diterima di Leiden atau tidak, saya akan dating ke bandara di hari keberangkatanmu,ujar saya.Rahani mengangguk mengerti.Selepas acara wisuda, mahasiswa-mahasiswa yang sudah lulus memang banyak yang terlihat masih sibuk di kampus. Mereka mengurus surat kelulusan yang birokrasinya rumit. Dan lagi, banyak yang sibuk mengurus berkas-berkas untuk melanjutkan studi. Saya salah satu dari kelompok yang kedua.Beberapa hari yang lalu, saya menemui profesor prayogo untuk meminta surat rekomendasi. Ya, saya butuh surat rekomendasi untuk pendaftaran. Sebelumnya, saya sudah mengantongi surat rekomendasi dari pak Hakim.Tahun lalu, beliau kerja beberapa bulan di Ob-servatorium Leiden. saya berharap surat rekomendasi yang beliau tulis bisa mempermudah langkah saya.Saya bukan orang yang dengan mudah melepas kesempatan begitu saja. Saya masih bersikeras untuk bisa masuk di Universiteit Leiden.Walaupun mungkin hal itu cukup mustahil karena 80%, aplikasi saya sudah lolos masuk di sebuah Universitas di Groningen.Tak Cuma itu. Kalau masih memaksa untuk keLeiden, say terlambat mencari beasiswa. Sekarang,tinggal satu program beasiswa yang tersisa. Program itu yang bisa saya harapkan. Tapi, nyatanya mengurus beasiswa di injury time memang tak semudah yang saya bayangkan. Saya sudah berusaha memenuhi berkas-berkas yang mereka minta. Saya pun sudah memenuhi jadwal wawancara. Tapi, beberapa hari kemudian, saya mengetahui bahwa saya ditolak karena sebuah alasan sederhana: saya fresh graduate, sementara program beasiswa itu di peruntukkan bagi profesional yang sudahbekerja. Saya gagal mendapat beasiswa terakhir, kesempatan terakhir ke Leiden.Sudahlah, kamu jangan menyerah dulu. Pasti ada cara lain, ujar Bayu. Kami berdua sudah akur.Kami tak pernah bisa lama-lama bertengkar. Bayu banyak membantu saya memenuhi arsip-arsip selam beberapa minggu kemarin. Dia sudah tenang karena aplikasinya ke Singapura sudah lengkap.Apa kau kira gampang mencari biaya sebelas ribu euro di minggu-minggu terakhir begini? ujar saya kesal,Bayu menghampiri saya yang masih berkutat dengan laptop. Dia kemudian membuka situs resmi Universiteit Leiden. Dia juga mencari beberapa penawaran beasiswa yang masih bisa saya daftar. Dia sibuk sendiri dengan aplikasi-aplikasi itu.Saya terduduk lemas dikursi . sudah terlambat,Bay. CumaGroningen pilihan buat saya.Jangan menyerah dulu. Kita harus coba semua cara, Sa.Tapi, saya sudah diterima di Groningen. Ku-ota bagi yang mendaftar ke sana cukup banyak. Beda dengan aplikasi ke Leiden. dan saya sudah dapat beasiswa diGroningen.Bayu menggeleng-geleng. Dia tak mau menyerah terlalu cepat.Saya sendiri sudah pasrah. Teringat pada KLM yang terduduk di meja belajar. Saya merasa sudah mengecewakan seseorang yang memberi miniatur pesawat itu.Orion.Bandung penghujung tahun.Sudah dua tahun aku meninggalkan Bunda untuk melanjutkan kuliah masterku di Leiden. Bunda Cuma tinggal bersama nenek,seorang wanita yang sudah cukup tua, tapi masih begitu cekatan dan bersemangat . Kondisi psikis Bunda masih sama seperti saat kutinggal dahulu. Tapi, kondisi fisiknya jauh lebih membaik. Selama ini, nenek selalu memaksa Bunda untuk makan teratur dan hidup sehat. Karena itu, tulang pipi Bunda sudah tak lagi terlihat menonjol dan tubuhnya tampak lebih berisi.Ada satu hal yang begitu kuingat di hari pertamaku sampai dirumah. Nenek menyambutku. Riksa membawakan travel bag di belakang. Aku bisa mengendalikan kursi rodaku sendiri. Nenek sudah tak terkejut lagi dengan kondisi kakiku. Nenek sudah mendengar semua dari paman. Dan lagi pula, Nenek adalah wanita yang sabar dan tabah. Dia bisa menerima musibah yang menimpaku di Leiden.Tapi semuanya sungguh berbeda hari itu .Siang itu Nenek langsung mendorong kursi rodaku menuju kamar Bunda. Riksa mengikuti kami dari belakang. Aku benar-benar sudah rindu dengan Bunda. Pada aroma kesturi yang selalu tercium dari tubuhnya. Dan Nenek menghentikanku di pintu. Saat itu, Bunda duduk di tepi ranjang, masih memandangi harpanya yang selama ini berdiri sendiri tanpa ada yang memainkanBunda kemudian menoleh ke arahku. Beliau mengamati putrinya ini lama sekali hingga aku tak yakin Bunda akan mengenaliku atau tidak. Detik-detik berlalu hanya seperti itu saja.Bunda memperhatikanku yang masih duduk di atas kursi roda. Bunda tak mungkin mengenaliku. Aku sudahpasrah. Pasti aku benar-benar seperti orang asing sekarang.Bunda mengamati rambutku. Rambut ikal yang selalu terkepang menyamping dan menggantung di depan bahu kanan. Saat kecil, beliau selalu mengepang rambutku seperti itu. Beliau melakukannya setiaphari hingga akupun terbiasa mengepangrambut sendiri sampai sekarang. Lalu, Bunda beralih memperhatikan wajahku. Secara wajah aku mirip dengan kak Rihan. Tapi, mataku lebih lebar dari mata kak Rihan sipit seperti Ayah.itulah yang memperbedakan kami.Di telingahku pun ada dua alat aneh yang menempel. Kak Rihan tak punya alat seperti itu. Lalu, Bunda beralih memandangi tangan, setelah itu jari-jemari. Bukan jari-jari lentik seorang harpist. Jari-jari itu lebih mahir memegang pensil dan kertas gambar, mencoret-coret garis penuh hitungan matematis, lalu menciptakan gambar utuh sebuah bangunan. Yang terakhir tatapan bunda turun ke kaki. Hari itu aku memakai rok di bawah lutut. Kaki kananku normal, memakai sebuah sepatu. Bunda lama sekali memperhatikan sepasangkaki yang tak kongruen ituLalu, mendadak Bunda bangkit dari tempat duduknya dan berjalan perlahan ke arahku. Bunda berlutut di hadapanku, memandangi mataku lekat-lekat. Tangannya menyentuh wajahku dengan bergetar. Itu pertama kalinya Bunda menyentuhku.Sejak Sembilan tahun berlalu. Bunda mencium dahiku, pipiku, dan menciumi kepalaku dengan rasa sayang. Dia bukanlah Rihan, ujar Nenek pelan. Bunda menggeleng.Bukan. Dia Rahani, putriku.aku memelukbunda dengan haru. Aku seolah tak mau lagi melepas pelukan itu pada beliau.Aku tak berani berharap kalau Bunda akan kembali seperti dulu. Tapi, ,mimpiku terwujud. Bunda kembali melihatku sebagai Rahani yang utuh.bukan Rahani yang ada di belakang bayang-bayang kak Rihan.Setiap pagi, aku dan Bunda duduk berdua di teras. Dua cangkir teh panas menemani. Kami sangat menikmati kebersamaan setelah terpisah cukup lama. Tapi, perpisahan yang lebih berat bukanlah karena jarak,melainkan berjauhan hati. Aku dan Bunda pernah begitudekat, tinggal di bawah atap yang sama. Tapi kami di batasi oeleh dindingmaya. Kami dekat, tapi kami tak saling terhubung. Dan sekarang segalanya berbeda.Sebuah harpa berdiri di antara aku dan Bunda. Aku menyentuh jari Bunda dank kubuat itu memetik sebuah dawai. Do. Aku membuat gerakan tangan Bunda tak telalu kaku dan terlalu dan tak terlalu lemah.karena memetiknya harus seimbang. Lalau, aku betulkan posisi pergelangan tangan Bunda.Kudorong jari-jari Bunda masuk ke dalam telapak tangan begitu selesai memetik. Begitulah semua teori dasar yang kuketahui dari Bunda saat aku masih kecil.Kuajari Bunda seperti beliau mengajariku.Bunda yang sudah memiliki bakat, tak perlu terlalu lama beradaptasi dengan dawai-dawai itu. Tak lama kemudian, Bunda membuat alat musik itu bersuara dengan indah. Dia menggunakan empat jari. Lalu, tangan kirinya tergerak untuk menyentuh dawai-dawai yang lain. Dan Bunda mulai bermain dengan delapan jari. Jari-jemarinya seolah ketagihan. Memetik terus dan terus hinggaBunda sendiri tak bisa menghentikan permainannya. Bunda memainkan suite Bach. Begitu memikat.Bunda sangat terhanyut dalam alunan musiknya. Mengingatkanku pada kakak yang selalu tampak lebih cantik sewaktu memainkan harpa. Bunda sangat piawai hingga membuatku terheran, secepat itu beliau bisa memainkan harpa lagi. Bunda mengakhiri permainannya, lalu tersenyum lembut.Bagus sekali Bunda, Bunda aku mendekatkan kursi rodaku ke hadapan beliau.Bunda memegang tanganku dan tatapan beliau begitu dalam. Maafkan Bunda, Rahani selama ini Bunda terlalu egois dan tak mau menerima kenyataan.Aku mengangguk. aku gak pernah marah sama Bunda. Aku selalu memaafkan Bunda..Bunda memelukku. kenapa keadaanmu jadi begini, Nak? Maaf, Bunda nggak ada di samping kamu waktu kamu membutuhkan. Sedangkan kamu selalu ada untuk Bunda, selalu merawat wanita yang sudah bersalah ini.Aku tenggelam dalam pelukan beliau. Bunda tak pernah tahu kalau yang terpenting bagiku adalah kembalinya senyum beliau. Dan aku takpernah mempermasalahkan yang sudah belalu.Kondisi Bunda membaik dari waktu ke waktu. Kabar yang akhirnya aku dapatkan dari beliau adalah bahwa Bunda akan kembali mengajar musik. Aku duduk di serambi depan rumah bersama Riksa. Kami membawa teleskop portabel di sana. Ada juga dua cangkir kopi yang masih panas,menemani malam itu.Orion, desisku. Riksa Cuma tersenyum mendengarkanya. Aku sudah bisa menangkap kemunculan Orion. orion tak pernah berdampingan dengan scorpio, lanjutku. oh, iya, kamu mau tahu mitologi yunani kuno soal du rasi itu? Tanya Riksa.Aku mengernyit. Awalnya aku berpikir ini cerita sejarah yang panjang dan membosankan. Tapi, Riksa sudah bersemangat memulai ceritanya, bahkan sebelum aku mengiyakan.Ini kisah tentang perseteruan abadi. Orion itu seorang pemburu yang hebat. Gagah, heroic,perkasa. Dia sangat sempurna. Sayangnya. dia sombong. Dia menganggap dirinya sebagai seorang pemburu besar di dunia.oh,ya? Dia nggak punya tandingan?Riksa mengangguk . karena mendengar kesombongannya itu, istri dewa zeus kemudian mengirimkan kalajengkingyang bisa menyengat Orion sampai dia mati.kalajengking?maksudmu rasi scorpio?Ya, karena itulah,orion dan scorpio bermusuhan. Nah,orion bisa mengingatkan manusia supaya nggak berlaku sombong.kemudian, dewa zeus menepatkan mereka di langit sebagai kenangan atas apa yang sudah terjadi. Tapi, posisi mereka bersebrangan. Waktu scorpio hendak muncul,perlahan orion tenggelam di kaki langitseberangnya.begitu sebaliknya. Jadi, dua pesaing itu nggak akan pernah bertemu.kok bisa begitu?Yah mungkin untuk menghindari pertarungan lebih lanjut, jawab periksa asal.karena itulah, kita nggak akan pernah menemukan mereka berdampingandalam satu malam, lanjutnya, pilosopisKami berdua jadi tak pernah melewatkan pemandangan indah di langit malam.kami melakukan penelitian kecil tentang distribusi sky brightness.kami tak kelewatan menyaksikan meteor shoewer leonidis.kami mengamati newmoon. Dan selalu mengamati venus dan JupiterTangga itu memiliki belokan yang agak luas. Tangga lebar yang terbuat dari marmer putih gading dengan corak luar biasa cantik.Aroma batuan kristalin itu lah yang biasa membuatku nyaman walaupun duduk seharian disana.dan bagian atas tangga itu berkelok derajat untuk selanjutnya harus ke lantai atas. Ditengah belokan itulah, jendela mozaik berdiri. Jendela yang sama luasnya dengan dindingAku dan Riksa duduk berdua disana.kami duduk seharian. Kami membawa apapunketempat mungil itu. Binokuler,harpa,teleskop portabel,dan tabung gambar dengan sketsa berserakan.kamu ingat, kapan pertama kali kita bertemu? suara Riksa terdengar menggema.di depan pagar rumahmu.Aku ingat, aku hendak masuk ke sini.betapa bodohnya aku. Padahal ada pemilik rumah yang menegurku, kenangku sambil tertawa kecil.Riksa menggeleng.Hmmmsalah. itu bukan pertama kali kita bertemu. Kamu mau dengar cerita yang sebenarnya?Pertama kali kita bertemu di hari pertama saya waktu sampaidi Bandung. Hari itu saya langsung menuju rumah ini. Saya suka rumah ini., walaupun umurnya sudah tua. Jadi, saya bersihkan ruangan-ruangan di lantai atas. Sejak pagi sampai sore, saya kerja sendiri membersihkannya.kemudian, saya ketiduran dikamar. Lagi pula, di luar hujan deras, jadi saya nikmati saja tidur siang. Tapi, nggak lama setelah itu,saya mendengar suara musik di bawah. Saya penasaran, siapa yang main musik dirumah sepi itu. Jangan-jangan hantu noni-noni peninggalan Belanda, candanya.Aku tertawa saja, walaupun belum ingat kisah mana yang nantinya terdapat kemunculanku.waktu saya keluar kamar ,saya lihat ada seorang gadis sedang memainkan alat musik petik. Hmmm apa nama alat itu?Harpa? Loh memangnya gadis itu aku?Iya. Saya Cuma lihat dari lantai atas . kamu main sendiri di depan jendela.kamu nggak dengar waktu saya memanggil-manggil kamu. Dan saya Cuma bisa melihat dari belakang. Serius, saya jadi mengira kamu benaran hantu noni Belanda, ujarnya.Kami tertawa. Sebenarnya aku tak ingat tentang hari itu. Tapi, mungkin saat itu aku sedang memakai hearing aid atau baterai hearing aid-ku habis. Mungkin hari itu aku sedang sibuk memainkan harpa di depan jendela leinden sehingga tak menyadari kalau ada orang yang sedang memperhatikan.Aku agak pintar memainkan harpa, saBagi saya yang sangat awam soal musik, yang penting kamu bisa membuatnya bersuara dengan bagus, sudah membuat saya terkesan.Rika mencium rambutku, mendekapku. Banyak hal sudah terjadi. Dirumah ini dan negeri kincir angin.terutama di leiden. leiden, we have much to remember.waktu kamu sedang sakit di leiden, sa