SIFILIS kongenital

10
Sifilis kongenital lanjut Umumnya terjadi antara umur tujuh sampai lima belas tahun. Guma dapat menyerang kulit, tulang, selaput lendir, dan organ dalam. Yang khas ialah guma pada hidung dan mulut. Jika terjadi kerusakan di septum nasi akan terjadi perforasi, bila meluas terjadi destruksi seluruhnya hingga hidung mengalami kolaps dengan deformitas. Guma pada palatum mole dan durum jugs sering terjadi sehingga menyebabkan perforasi pada palatum. 2 Periostitis sifilitika pada tibia umumnya mengenai sepertiga tengah tulang dan menyebabkan penebalan yang disebut sabre tibia. Osteoperiostitis setempat pada tengkorak berupa tumor bulat yang disebut Parrot nodus, umumnya terjadi pada daerah frontal dan parietal. 2 Keratitis interstisial merupakan gejala yang paling umum, biasanya terjadi antara umur tiga sampai tiga puluh tahun, insidensnya 25% dari penderita dengan sifilis kongenital dan dapat menyebabkan kebutaan. Akibat diserangnya nervus VIII terjadi ketulian yang biasanya bilateral. 2 Pada kedua sendi lutut dapat terjadi pembengkakan yang nyeri disertai efusi dan disebut Glutton's joints. Kelainan tersebut terjadi biasanya antara umur sepuluh sampai dua puluh tahun, bersifat kronik. Efusi akan menghilang tanpa meninggalkan kerusakan. 2 Neurosifilis berbentuk paralisis generalisata atau tabes dorsalis. Neurosifilis meningovaskular jarang, dapat menyebabkan palsi nervus kranial,

description

dadad

Transcript of SIFILIS kongenital

Page 1: SIFILIS kongenital

Sifilis kongenital lanjut

Umumnya terjadi antara umur tujuh sampai lima belas tahun. Guma dapat

menyerang kulit, tulang, selaput lendir, dan organ dalam. Yang khas ialah guma

pada hidung dan mulut. Jika terjadi kerusakan di septum nasi akan terjadi perforasi,

bila meluas terjadi destruksi seluruhnya hingga hidung mengalami kolaps dengan

deformitas. Guma pada palatum mole dan durum jugs sering terjadi sehingga

menyebabkan perforasi pada palatum.2

Periostitis sifilitika pada tibia umumnya mengenai sepertiga tengah tulang dan

menyebabkan penebalan yang disebut sabre tibia. Osteoperiostitis setempat pada

tengkorak berupa tumor bulat yang disebut Parrot nodus, umumnya terjadi pada

daerah frontal dan parietal.2

Keratitis interstisial merupakan gejala yang paling umum, biasanya terjadi antara

umur tiga sampai tiga puluh tahun, insidensnya 25% dari penderita dengan sifilis

kongenital dan dapat menyebabkan kebutaan. Akibat diserangnya nervus VIII terjadi

ketulian yang biasanya bilateral.2

Pada kedua sendi lutut dapat terjadi pembengkakan yang nyeri disertai efusi

dan disebut Glutton's joints. Kelainan tersebut terjadi biasanya antara umur

sepuluh sampai dua puluh tahun, bersifat kronik. Efusi akan menghilang tanpa

meninggalkan kerusakan.2

Neurosifilis berbentuk paralisis generalisata atau tabes dorsalis.

Neurosifilis meningovaskular jarang, dapat menyebabkan palsi nervus kranial,

hemianopia, hemiplegia, atau monoplegia. Paralisis generalisata juvenilia

biasanya terjadi antara umur sepuluh sampai tujuh betas tahun. Taber juvenilia

umumnya terjadi kemudian dan belum bermanifestasi hingga dewasa muds. Aortitis

sangat jarang terjadi.2

Stigmata

Lesi sifilis kongenital dini dan lanjut dapat sembuh Berta meninggalkan parut

dan kelainan yang khas. Parut dan kelainan demikian merupakan stigmata sifilis

kongenita, akan tetapi hanya sebagian penderita yang menunjukkan gambaran

tersebut.3

1. Stigmata lesi dini.3

a. Gambaran muka yang menunjukkan saddlenose.

Page 2: SIFILIS kongenital

b. Gigi menunjukkan gambaran gigi insisor Hutchinson dan gigi Mullberry

c. Ragades

d. Atrofi dan kelainan akibat peradangan

c. Koroidoretinitis, membentuk daerah parut putih dikelilingi pigmentasi pada

retina.

2. Stigmata dan lesi lanjut.3

a. Lesi pada kornea: kekaburan kornea sebagai akibat ghost vessels

b. Lesi tulang: sabre tibia, akibat osteoeriostitis

c. Atrofi optik, tersendiri tanpa iridoplegia

d. Ketulian syaraf

I. Pemeriksaan penunjang

Untuk menegakkan diagnosis sifilis, diagnosis klinis harus dikonfirmasikan

dengan pemeriksaan laboratorium berupa :3,4

1. a. Pemeriksaan lapangan gelap (dark field)

Ream sifilis primer, dibersihkan dengan larutan NaCl fisiologis. Serum

diperoleh dari bagian dasar/dalam lesi dengan cara menekan lesi sehingga serum akan

keluar. Diperiksa dengan mikroskop lapangan gelap menggunakan minyak imersi. T.

pall berbentuk ramping, gerakan lambat, dan angulasi. Hares hati-hati

membedakannya dengan Treponema lain yang ada di daerah genitalia. Karena di

dalam mulut banyak dijumpai Treponema komensal, maka bahan pemeriksaan dari

rongga mulut tidak dapat digunakan.3

b. Mikroskop fluoresensi

Bahan apusan dari lesi dioleskan pada gelas objek, difiksasi dengan aseton,

sediaan diberi antibodi spesifik yang dilabel fluorescein, kemudian diperiksa dengan

mikroskop fluoresensi. Penelitian lain melaporkan bahwa pemeriksaan ini dapat

memberi hasil nonspesifik dan kurang dapat dipercaya dibandingkan pemeriksaan

lapangan gelap. 3

2. Penentuan antibodi di dalam serum.

Pada waktu terjadi infeksi Treponema, baik yang menyebabkan sifilis,

frambusia, atau pinta, akan dihasilkan berbagai variasi antibodi. Beberapa tes yang

Page 3: SIFILIS kongenital

dikenal sehari-hari yang mendeteksi antibodi nonspesifik, akan tetapi dapat

menunjukkan reaksi dengan IgM dan juga IgG, ialah :3

a. Tes yang menentukan antibodi nonspesifik.

Tes Wasserman

Tes Kahn

Tes VDRL (Venereal Diseases Research Laboratory)

Cara pemerisaannya sebagai berikut:7

Prinsip: terbentuknya flokulasi

Cara kerja:antigen yang digunakan adalah ektrak jantung sapi

• Kualitatif

- Tandai slide vdrl lubang 1(test) dan lubang 2 ( kontrol)

- Pada lubang 1masukkan 50ul serum dan 18 ul antigen

- Pada lubang 2masukkan NaCl fisiologis 50 ul dan 18 ul antigen

- Masukkan dalam rotator kec 180 rpm selama 5 menit

- Lihat mikroskop perbesaran 100x

Hasil – jika berbentuk batang menyebar rata seluruh lapangan pandang

Hasil + jika terdapat flokulasi

• Kuantitatif

- Isi lubang 1-5 dengan 50 ul NaCl

- Masukkan 50 ul serum kelubang 1 dan encerkan kelubang lubang

berikutnya

- Lubang 1=1/2 x

Lubang 2=1/4 x

Lubang 3=1/8 x

Lub1ng 4=1/16 x

Lubang 5=1/32 x

Lubang 6=sebagai pembuangan yang digunakan untuk pengenceran

kembali apabila pengenceran 1/32 x masih menyatakan hasil + (terjadi

flokulasi)

- Masukkan 18 ul antigen kedalam masing masing lubang kecuali lubang 6.

- Masukkan dalam rotator dengan kec 180 selam 5 menit

Lihat mikroskop perbesaran 100x

Page 4: SIFILIS kongenital

Jika hasil kualitatif – maka titer nya adalah 1:1

Jika haisl kuantitatif pada pengenceran 1/16 x tidak terjadi flokulasi maka titer

tertinggi adalah 1/16.

Interpretasi

a. Kualitatif

Hasil non reaktif : tidak ada infeksi, masih dalam masa inkubasi atau

telah mendapat pengobatan yang efektif.

Jika terjadi flokulasi :

Gumpalan besar dan medium reaktif

Gumpalan kecil reaktif lemah

b. Kuantitatif

Laporan hasil pengamatan dengan pengenceran tertinggi yang masih

memberikan hasil reaktif dalam bentuk titer ½, ¼, 1/8, 1/16, 1/32

dan seterusnya.

Hasil reaktif : sedang terinfeksi atau pernah terinfeksi sifilis atau positif

semu.

Tes RPR (Rapid Plasma Reagin)

Tes Automated reagin

b. Antibodi terhadap kelompok antigen yaitu tes RPCF (Reiter Protein

Complement Fixation).

c. Yang menentukan antibodi spesifik yaitu:

Tes TPI (Treponema Pallidum Immobilization)

Tes FTA-ABS (Fluorescent Treponema Absorbed).

Tes TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination Assay)

Cara pemeriksaannya adalah sebagai berikut :7

Sampel: serum, plasma , LCS.

Reagen:

  TPHA diluent (tutup warna putih tabung kuning)

  Test cell (tutup warna merah, sel darah merah domba yang telah ditempeli

ekstrak treponema pallidum yang berfiungsi sebagai antigen

  Control cell ( tutup warna putih , tabung warna hijau),tidak akan terjadi

hemaglutinasi , karena tidak tejadi reaksi dengan Ab.

  Control positif (tutup warna merah kecil0

Page 5: SIFILIS kongenital

  Control negatif( tutup warna biru kecil)

Pada saat inkubasi disuhu ruang hendaknya dihindari adanya getaran agar

hemaglutinasinya tidak lepas.

Alat;

  Pipet 90, 10, 25 ul

  Mikroplate v

  Reading miror / kaca pembaca

  Solasi

Cara kerja:

1.    Masukkan 90 ul TPHA diluent + 10 ul kontrol positif pada sumur pertama

2.    Masukkan 25 ul TPHA diluent pada sumur ke2, 3, 4, 5 disamping sumur

pertama

3.    Homogenkan sumur pertama dengan pipet mikro 25 ul,

Ambil dari sumur pertama, 25 ul masukkan ke sumur 2, campur/

homogenkan, ambil 25 ul buang.

Ambil dari sumur pertama 25 ul masukkan ke sumur 3,homogenkan,

ambil 25 ul masukkan ke sumur ke 4, homogenkan, ambil 25 ul masukan

kesumur ke 5, ambil 25 ul masukkan kesumur 6.

4.    Tambahkan 75 ul control test pada sumur ke 2

5.    Tambahkan 75 ul tets cell pada sumur ke 3, 4, 5.

6.    Homogenkan keseluruhan dengan sedikit getaran.

Interpretasi

Hasil reaktif : sedang terinfeksi, pernah infeksi reaksi positif semu.

Hasil non reaktif : tidak pernah terinfeksi atau pada masa inkubasi (belum

terbentuk antibodi)

Tes Elisa (Enzyme linked immuno sorbent assay)

Sinar Rontgen dipakai untuk melihat kelainan khas pada tulang, yang dapat terjadi

pada S II, S Ill, dan sifilis kongenital. Juga pada sifilis kardiovaskular, misalnya untuk

melihat aneurisms aorta.2

Pada neurosifilis, tes koloidal emas sudah tidak dipakai lagi karena tidak khas.

Pemeriksaan jumlah set dan protein total pada likuor serebrospinalis hanya menunjukkan

adanya tanda inflamasi pada susunan saraf pusat dan tidak selalu berarti terdapat neurosifilis.

Harga normal ialah 0-3 sel/mm3, jika limfosit melebihi 5/mm3 berarti ada peradangan. Harga

Page 6: SIFILIS kongenital

normal protein total ialah /20-40 mg/100 mm3, jika melebihi 40 mg/mm3 berarti terdapat

peradangan.2

II. Diagnosis banding

Diagnosis banding SI

Dasar diagnosis S I sebagai berikut. Pada anamnesis dapat diketahui mass

inkubasi; gejala konstitusi tidak terdapat, demikian pula gejala setempat yaitu tidak

ada rasa nyeri. Pada afek primer yang penting ialah terdapat erosi/ulkus yang bersih,

solitar, bulat/lonjong, teratur, indolen dengan indurasi: T. pallidum positif. Kelainan

dapat nyeri jika disertai infeksi sekunder. Kelenjar regional dapat membesar, indolen,

tidak berkelompok, tidak ada periadenitis, tanpa supurasi. Tes serologik setelah

beberapa minggu bereaksi positif lemah.2

Sebagai diagnosis banding dapat dikemukakan berbagai penyakit.

1. Herpes simpleks

Penyakit ini residif dapat disertai rasa gataV nyeri, lesi berupa vesikel di alas

kulit yang eritematosa, berkelompok. Jika telah pecah tampak kelompok erosi, sering

berkonfluensi dan polisiklik, tidak terdapat indurasi.2

2. Ulkus piogenik

Akibat trauma misalnya garukan dapat terjadi infeksi piogenik. Ulkus tampak

kotor karena mengandung pus, nyeri, tanpa indurasi. Jika terdapat limfadenitis

regional disertai tanda-tanda radang akut dapat terjadi supurasi yang serentak, dan

terdapat leukositosis pada pemeriksaan darah tepi.2

3. Skabies

Pada skabies lesi berbentuk beberapa papul atau vesikel di genitalia eksterna,

terasa gatal pada malam hari. Kelainan yang sama terdapat pula pada tempat

predileksi, misalnya lipat jari Langan, perianal. Orang-orang yang serumah juga akan

menderita penyakit yang sama.2

4. Balanitis

Pada balanitis, kelainan berupa erosi superficial pada glans penis disertai

eritema, tanpa indurasi. Faktor predisposisi: diabetes melitus dan yang tidak

disirkumsisi.2

5. Limfogranuloma venereum (L.G.V.)

Page 7: SIFILIS kongenital

Afek primer pada L.G.V. tidak khas, dapat berupa papul, vesikel, pustul,

ulkus, dan biasanya cepat hilang. Yang khas ialah limfadenitis regional, disertai

tanda-tanda radang akut, supurasi tidak serentak, terdapat periadenitis. L.G.V. disertai

gejala konstitusi: demam, malese, dan artralgia.2

6. Karsinoma sel skuamosa

Umumnya terjadi pada orang usia lanjut yang tidak disirkumsisi. Kelainan

kulit berupa benjolan-benjolan, terdapat indurasi, mudah berdarah. Untuk diagnosis,

perlu biopsi.2

7. Penyakit Behcet