shb--achirulsoe-202-3-babii.pdf

34
 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pre Conference 1. Definisi Pre dan Post Conference Konferensi merupakan metode komunikasi keperawatan klinik antara perawat primer dengan perawat asosiate sebagai anggota untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas asuhan pasien selama 24 jam yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas  perawatan pelaksanaan. Konferensi sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar (Nursalam, 2003). Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu: a. Pre Conference Menurut Sitorus (2011), pre conference adalah komunikasi ketua tim dan perawat pelaksana setelah selesai timbang terima dinas untuk rencana kegiatan pada dinas shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana dari ketua tim dan penanggung jawab tim. Kegiatan dilaksanakan pada waktu setelah timbang terima dinas di meja masing-masing tim.

Transcript of shb--achirulsoe-202-3-babii.pdf

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pre Conference

    1. Definisi Pre dan Post Conference

    Konferensi merupakan metode komunikasi keperawatan klinik

    antara perawat primer dengan perawat asosiate sebagai anggota untuk

    mempertahankan dan meningkatkan kualitas asuhan pasien selama 24 jam

    yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah

    melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas

    perawatan pelaksanaan. Konferensi sebaiknya dilakukan di tempat

    tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar (Nursalam,

    2003).

    Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu:

    a. Pre Conference

    Menurut Sitorus (2011), pre conference adalah komunikasi

    ketua tim dan perawat pelaksana setelah selesai timbang terima dinas

    untuk rencana kegiatan pada dinas shift tersebut yang dipimpin oleh

    ketua tim atau penanggung jawab tim. Jika yang dinas pada tim

    tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre

    conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan

    tambahan rencana dari ketua tim dan penanggung jawab tim. Kegiatan

    dilaksanakan pada waktu setelah timbang terima dinas di meja

    masing-masing tim.

  • 8

    1) Kegiatan :

    a) Ketua tim atau penggung jawab tim membuka acara

    b) Ketua tim atau penanggung jawab tim menanyakan rencana

    harian masing-masing perawat pelaksana

    c) Ketuatim atau penanggung jawab tim memberikan masukan

    dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat

    itu

    d) Ketua tim atau penanggung jawab tim memberikan

    reinforcement

    e) Ketua tim atau penanggung jawab tim menutup acara

    2) Tujuan pre conference adalah:

    a) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien,

    merencanakan asuhan dan merencanakan evaluasi hasil

    b) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan

    c) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang keadaan

    pasien

    b. Post Conference

    Post conference adalah komunikasi ketua tim dan perawat

    pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum timbang

    terima kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil asuhan

    keperawatan tiap perawatan dan hal penting untuk timbanag terima

    (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh ketua tim atau

  • 9

    penanggung jawab tim. Kegiatan dilaksanakan pada waktu setelah

    timbang terima dinas di meja masing-masing tim.

    1) Kegiatan :

    a) Ketua tim atau penggung jawab tim membuka acara

    b) Ketua tim atau penanggung jawab tim menanyakan rencana

    harian masing-masing perawat pelaksana

    c) Ketua tim atau penanggung jawab tim memberikan masukan

    dan tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat

    itu

    d) Ketua tim atau penanggung jawab tim memberikan

    reinforcement

    e) Ketua tim atau penanggung jawab tim menutup acara

    2) Tujuan post conference adalah:

    Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan

    penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang

    dijumpai.Secara umum tujuan conference adalah untuk

    menganalisa masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan

    alternatif penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai

    situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun

    rencana antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri

    dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang

    efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie,

    1962). Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian

  • 10

    asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan,

    kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli,

    et.al, 1997).

    2. Syarat Pre dan Post Conference

    Menurut Nursalam (2003) untuk dapat berjalan dengan baik maka pre

    conference meliputi beberapa syarat , yaitu :

    a. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan

    dan post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan

    b. Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit

    c. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan

    pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu

    ditambahkan

    d. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan

    anggota tim

    3. Panduan perawat pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi

    Adapun panduan bagi perawat primer dalam melakukan konferensi

    adalah sebagai berikut: (Sitorus, 2006).

    a. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian

    dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal perawatan pelaksana.

    b. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan perawat asosiet dalam

    timnya masing-masing.

  • 11

    c. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil

    evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan oleh dinas

    malam.

    Hal-hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi; Nama

    klien, keluhan klien, tanda-tanda vital dan kesadaran, hasil

    pemeriksaan laboratorium atau diagnostik terbaru, masalah

    keperawatan, rencana asuhan keperawatan hari ini, perubahan

    keadaan terapi medis, rencana medis, perawat pelaksana

    mendiskusikan dan mengarahkan perawat asosiate tentang masalah

    yang terkait dengan perawatan klien yang meliputi; Klien yang terkait

    dengan pelayanan seperti: keterlambatan, kesalahan pemberian

    makan, kebisingan pengunjung lain, kehadiran dokter yang

    dikonsulkan, ketepatan pemberian infus. ketepatan pemantauan

    asupan dan pengeluaran cairan, ketepatan pemberian obat/injeksi,

    ketepatan pelaksanaan tindakan lain, ketepatan dokumentasi,

    menggiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan, menggiatkan

    kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran dan kemajuan

    masing-masing perawatan asosiate, membantu perawatan asosiate

    menyelesaikan masalah yang tidak dapat diselesaikan.

    Tahap-tahap inilah yang akan dilakukan oleh perawat-perawat

    ruangan ketika melakukan pre conference.

  • 12

    B. Perawat

    1. Perawat dan Keperawatan

    a. Definisi Perawat dan Keperawatan

    Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal

    dalam bidang keperawatan yang program pendidikannya telah

    disahkan oleh pemerintah (Paduppa, 2009). Keperawatan adalah suatu

    bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari

    pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,

    berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual yang komperhensif

    kepada individu, keluarga, masyarakat baik sakit maupun sehat yang

    mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Nursalam, 2007).

    b. Karakteristik Perawat

    Menurut Nursalam (2007), Keperawatan mempunyai

    karakteristik sebagai berikut:

    1) Profesional, yaitu terikat dengan pekerjaan seumur hidup yang

    merupakan sumber penghasilan utama.

    2) Mempunyai motivasi yang kuat atau panggilan sebagai landasan

    bagi pemilihan karier profesionalnya, dan mempunyai komitmen

    seumur hidup yang mantap terhadap kariernya.

    3) Memiliki kelompok ilmu pengetahuan yang mantap kokoh serta

    keterampilan khusus, yang diperolehnya melalui pendidikan dan

    latihan yang lama.

    4) Mengambil keputusan demi pasiennya berdasarkan aplikasi

  • 13

    prinsip dan teori keperawatan.

    5) Berorientasi kepada pelayanan, menggunakan keahlian demi

    kebutuhan pasien.

    6) Pelayanan yang diberikan kepada pasien didasarkan kepada

    kebutuhan obyektif pasien.

    7) Mengetahui apa yang baik untuk pasien, dan mempunyai otonomi

    dalam mempertimbangkan tindakannya.

    8) Membentuk perkumpulan profesi.

    9) Mempunyai kekuatan dan status dalam bidang keahliannya, dan

    pengetahuan mereka dianggap khusus. Sebagai pelaksana asuhan

    keperawatan di beberapa tatanan yang melakukan

    pelayanan/asuhan keperawatan profesional, serta sebagai bagian

    integral dari pelayanan kesehatan maka perawat perlu

    membangun citra keperawatan sebagai suatu profesi, meletakkan

    peran pelayanan/asuhan keperawatan dalam pengembangan

    pelayanan kesehatan kepada masyarakat, termasuk pada

    pelayanan/asuhan rumah sakit. Menerapkan standar profesional

    keperawatan pada pelaksanaan pelayanan/asuhan keperawatan,

    serta merealisasikan pelayanan keperawatan didasarkan pada ilmu

    dan kiat keperawatan (scientific nursing).

    c. Peran Perawat

    Menurut Nursalam (2007) peran perawat dalam memberikan

    asuhan keperawatan adalah sebagai berikut :

  • 14

    1) Peran perawat sebagai pelaksana, bertanggung jawab dalam

    memberi pelayanan perawatan, mulai dari yang paling sederhana

    sampai yang paling kompleks kepada individu, kelompok dan

    masyarakat.

    2) Peran perawat sebagai pengelola, perawat bertanggung jawab

    dalam administrasi pengelolaan pelayanan perawatan baik di

    masyarakat maupun di dalam institusi.

    3) Peran perawat sebagai pendidik, perawat bertanggungjawab

    dalam pendidikan kesehatan/perawatan kepada pasien, keluarga,

    dan masyarakat.

    4) Peran perawat sebagai peneliti, perawat melakukan penelitian

    keperawatan untuk mengembangkan ilmu dan praktek

    keperawatan serta ikut berperan secara aktif dalam kegiatan

    penelitian di bidang kesehatan.

    5) Sebagai advokat pasien, perawat berfungsi sebagai penghubung

    pasien dengan tim kesehatan yang lain, membela kepentingan

    pasien dan membantu klien dalam memahami semua informasi

    dan upaya kesehatan yang diberikan. Peran advokasi sekaligus

    mengharuskan perawat bertindak sebagai nara sumber dan

    fasilitator dalam pengambilan keputusan terhadap upaya

    kesehatan yang harus dijalani oleh pasien atau keluarganya.

    Sebagai koordinator, perawat memanfaatkan semua sumber-

    sumber dan potensi yang ada secara terkoordinasi.

  • 15

    6) Sebagai kolaborator, perawat bekerja sama dengan tim kesehatan

    lain dan keluarga dalam menentukan rencana maupun

    pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi kesehatan

    pasien.

    7) Sebagai pembaharu, perawat mengadakan inovasi dalam cara

    berpikir, bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan

    keterampilan pasien atau keluarga agar menjadi sehat.

    d. Tanggung Jawab Perawat

    Tanggung jawab perawat dalam memberikan asuhan

    keperawatan adalah sebagai berikut (Nursalam, 2007) :

    1) Tanggung jawab terhadap pasien. Perawat dalam pengabdiannya

    bertanggung jawab kepada pasien dan kebutuhannya tanpa

    membedakan bangsa, suku, agama dan status sosial.

    2) Tanggung jawab terhadap mutu pelayanan. Perawat bertanggung

    jawab pada mutu pelayanan keperawatan yang diberikan, jujur

    memegang rahasia jabatan dan mengutamakan kepentingan

    pasien diatas kepentingan pribadi.

    3) Tanggung jawab terhadap profesi perawat. Perawat senantiasa

    harus menjunjung tinggi nama baik profesi dengan selalu

    meningkatkan kemampuan profesional dan menunjukkan perilaku

    dan pribadi luhur.

    4) Tanggung jawab terhadap pemerintah, bangsa dan negara.

    Perawat senantiasa mematuhi dan melaksanakan peraturan yang

  • 16

    berlaku dan menyumbangkan pikiran kepada institusi dalam

    meningkatkan kesehatan kepada masyarakat.

    e. Fungsi Perawat

    Fungsi perawat menurut Nursalam (2007) dalam memberikan

    asuhan keperawatan adalah sebagai berikut :

    1) Fungsi mandiri artinya membantu individu, keluarga dan

    masyarakat baik sakit maupun sehat dalam melaksanakan

    kegiatan yang menunjang kesehatan atau penyembuhan atau

    menghadapi kematian.

    2) Fungsi pengobatan artinya perawat membantu individu, keluarga,

    dan masyarakat dalam melaksanakan rencana pengobatan yang

    ditentukan oleh dokter.

    3) Fungsi kolaborasi artinya perawat sebagai anggota tim kesehatan,

    bekerja sama saling membentuk dan merencanakan pencegahan

    penyakit, peningkatan kesehatan, penyembuhan dan rehabilitasi.

    f. Faktor-faktor yang Memperlambat Perkembangan Perawat Secara

    Profesional.

    Menurut Nursalam (2007), beberapa faktor yang

    memperlambat perkembangan perawat secara profesional adalah

    sebagai berikut :

    1) Antithetical terhadap perkembangan Ilmu Keperawatan; karena

    rendahnya dasar pendidikan profesi dan belum dilaksanakannya

    pendidikan keperawatan secara professional, perawat lebih

  • 17

    cenderung untuk melaksanakan perannya secara rutin dan

    menunggu perintah dari dokter. Mereka cenderung untuk menolak

    terhadap perubahan ataupun sesuatu yang baru dalam

    melaksanakan perannya secara professional.

    2) Rendahnya rasa percaya diri/harga diri (low self - confidence/self -

    esteem). Banyak perawat yang tidak melihat dirinya sebagai

    sumberinformasi dari klien. Perasaan rendah diri/kurang percaya

    dirinyatersebut timbul karena rendahnya penguasaan ilmu

    pengetahuan danteknologi yang kurang memadai serta sistem

    pelayanan kesehatanIndonesia yang menempatkan perawat

    sebagai second class citizen.Dimana perawat dipandang tidak

    cukup memiliki kemampuan yangmemadai dan kewenangan

    dalam pengambilan keputusan di bidangpelayanan kesehatan.

    3) Kurangnya pemahaman dan sikap untuk melaksanakan riset

    keperawatan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, lebih

    dari 90% perawat tidak melaksanakan perannya dalam

    melaksanakan riset. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan/

    keterampilan riset yang sangat kurang, keterbatasan waktu, tidak

    adanya anggaran karena policy yang tidak mendukung

    pelaksanaan riset.

    4) Pendidikan keperawatan hanya difokuskan pada pelayanan

    kesehatan yang sempit,Pembinaan keperawatan dirasakan kurang

    memenuhi sasaran dalam memenuhi tuntutan perkembangan

  • 18

    zaman. Pendidikan keperawatan dianggap sebagai suatu obyek

    untuk kepentingan tertentu dan tidak dikelola secara profesional.

    5) Rendahnya standar gaji bagi perawat, khususnya yang bekerja di

    instansi pemerintah dirasakan sangat rendah bila dibandingkan

    dengan Negara lain, baik di Asia ataupun Amerika. Keadaan ini

    berdampak terhadap kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan

    keperawatan yang profesional.

    g. Perawat dalam Keperawatan

    Perawat dalam keperawatan adalah seseorang yang telah lulus

    dalam bidang keperawatan, memberikan pelayanan secara profesional

    berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan serta dapat menjalankan tujuh

    peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang meliputi;

    perawat pelaksana, pengelola, pendidik, peneliti, advokat, kolaborator,

    dan pembaharu.

    KegiatanAsuhan Keperawatan dilaksanakan pada waktu

    setelah timbang terima dinas di meja masing-masing tim.

    Kegiatan :

    a) Ketua tim atau penggung jawab tim membuka acara

    b) Ketua tim atau penanggung jawab tim menanjakan rencana harian

    masing-masing perawat pelaksana

    c) Ketua tim atau penanggung jawab tim memberikan masukan dan

    tindakan lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu

    d) Ketua tim atau penanggung jawab tim memberikan reinforcement

  • 19

    e) Ketua tim atau penanggung jawab tim menutup acara

    C. Timbang Terima

    Timbang terima sering disebut dengan operan atau over hand. Operan

    adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang

    berkaitan dengan keadaan klien. Harus dilakukan seefektif mungkin dengan

    secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan

    kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan saat itu.Informasi

    yang disampaikan harus akurat, sehingga kesinambungan asuhan keperawatan

    dapat berjalan dengan sempurna.

    Tujuan umum mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan

    informasi yang penting.

    Tujuan Khusus:

    1. Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)

    2. Menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam pemberian asuhan

    keperawatankepada pasien

    3. Menyampaikan hal penting yang harus ditindaklanjuti oleh perawat dinas

    berikutnya

    4. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya

    Manfaat timbang terima :

    1. Manfaat bagi Perawat :

    a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat

  • 20

    b. Menjalin suatu hubungan kerjasama dan bertanggungjawab antar

    perawat

    c. Perawat dapat mengikuti perkembangan klien secara paripurna

    d. Peningkatan pemahaman pelaksanaan timbang terima pasien

    e. Terhindar dari kekeliruan pemberian tindakan keperawatan

    f. Menimbulkan rasa aman

    g. Meningkatkan percaya diri/bangga

    2. Manfaat bagi Pasien:

    Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang

    belum terungkap.

    3. Manfaat bagi Rumah sakit:

    Meningkatkan pelayanan keperawatan kepada klien secara

    komprehensif.

    Tahapan dan Bentuk Pelaksanaan timbang terima

    Menurut Lardner et.all (1996), operan memiliki 3 tahapanyaitu:

    a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan

    tanggungjawab. Meliputi faktor informasi yang akan disampaikan

    oleh perawat jaga sebelumnya.

    b. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan

    datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu

    sendiri yang berupa pertukaran informasi yang memungkin adanya

    komunikasi dua arah antara perawat yang shift sebelumnya kepada

    perawat shift yang datang.

  • 21

    c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang

    tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan. Merupakan aktivitas dari

    perawat yang menerima operan untuk melakukan pengecekan data

    informasi pada medical record atau pada pasien langsung.

    4. Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam melakukan timbang

    terima atau, diantaranya (Nursalam, 2002):

    a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap

    b. Shift yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan

    hal-hal apa yang disampaikan

    c. Perawat yang bertanggung jawab menyampaikan kepada penanggung

    jawab shift yang selanjutnya meliputi :

    1) Kondisi atau keadaan klien secara umum

    2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima operan

    3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima operan

    4) Penyampaian operan di atas (point 3) harus dilakukan secara jelas

    dan tidak terburu-buru

    5) Perawat penanggung jawab dan anggotanya dari kedua shift

    bersama-sama secara langsung melihat keadaan klien.

    5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur operan jaga (Nursalam,

    2002), meliputi:

    a. Persiapan

    b. Kedua kelompok dalam keadaan siap

    c. Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan

  • 22

    d. Pelaksanaan

    D. Dokumentasi Asuhan Keperawatan

    Dalam dokumentasi terdapat elemen proses keperawatan, menurut

    Kozier (1991) proses keperawatan adalah aktivitas yang ilmiah dan nasional

    yang dilakukan secara sistematis, terdiri dari 5 tahap yaitu pengkajian,

    diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Adapun model proses

    keperawatan dapat dilihat pada gambar berikut :

    Gambar 2.1. Proses Keperawatan

    Asessing

    Diagnosing

    Planning

    Evaluating

    Implementing

    The Nursing

    Proses

    Proses keperawatan adalah tindakan berurutan yang dilakukan secara

    sistematis untuk menentukan masalah pasien, membuat perencanaan untuk

    mengatasinya, melaksanakan rencana itu atau menugaskan kepada orang lain

    untuk melaksanakannya dan mengevaluasi keberhasilan secara efektif

    terhadap masalah yang dihadapinya.

  • 23

    Peran perawat sebagaimana kita ketahui adalah salah satunya

    dokumentasi sebagai pertanggungjawaban keperawatan.Akan tetapi akhir-

    akhir ini tanggung jawab perawat terhadap dokumentasi sudah

    berubah.Akibatnya, isi dan fokus dari dokumentasi telah dimodifikasi.Oleh

    karena perubahan tersebut, maka perawat perlu menyusun suatu model

    dokumentasi yang baru, lebih efisien, dan lebih bermakna dalam pencatatan

    dan penyimpanannya. Komponen yang digunakan mencakup tiga aspek yaitu :

    komunikasi, proses keperawatan dan standar keperawatan (Nursalam, 2001).

    1. Model Dokumentasi Keperawatan

    Kegiatan konsep pendokumentasian meliputi ketrampilan

    berkomunikasi, ketrampilan mendokumentasikan proses keperawatan, dan

    ketrampilan standar. Perawat perlu memberikan prioritas terhadap

    ketrampilan di atas. Efektifitas dan efisiensi sangat bermanfaat dalam

    mengumpulkan informasi yang relevan dan akan meningkatkan kualitas

    pencatatan keperawatan.

    a. Komunikasi

    Kapan saja perawat melihat pencatatan kesehatan, perawat

    memberi dan menerima pendapat dan pemikiran.Untuk lebih efektif

    penyaluran ide tersebut, perawat memerlukan ketrampilan dalam

    menulis.Dalam kenyataannya, dengan semakin kompleknya pelayanan

    keperawatan dan peningkatan kualitas keperawatan, perawat tidak

    hanya dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan, tetapi dituntut

    untuk dapat mendokumentasikan secara benar. Ketrampilan

  • 24

    dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk

    mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan

    menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan yang akan dikerjakan oleh

    perawat (Nursalam, 2001).

    b. Dokumentasi Proses Keperawatan

    Perawat memerlukan ketrampilan dalam mencatat proses

    keperawatan. Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang

    tepat untuk pengambilan keputusan yang sistematis, problem-solving,

    dan riset lebih lanjut. Format proses keperawatan merupakan kerangka

    atau dasar keputusan dan tindakan termasuk juga pencatatan hasil

    berfikir dan tindakan keperawatan. Dokumentasi adalah bagian

    integral proses, bukan sesuatu yang berbeda dari metode problem-

    solving. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian,

    identifikasi masalah, perencanaan, tindakan. Perawat kemudian

    mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang

    diberikan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga

    kesehatan lainnya. Pengkajian ulang dan evaluasi respon klien

    terhadap tindakan keperawatan dan tindakan medis dapat sebagai

    petunjuk dan kesinambungan dalam proses keperawatan, dan dapat

    sebagai petunjuk adanya perubahan dari setiap tahap (Nursalam,

    2001).

  • 25

    c. Standar Dokumentasi

    Perawat memerlukan suatu ketrampilan untuk dapat memenuhi

    standar yang sesuai Standar is a measure or model to which similar

    items should conform (Fisbach, 1991). Standar dokumentasi adalah

    suatu pernyataan tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi yang

    dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu.Dengan

    adanya standar dokumentasi memberikan informasi bahwa adanya

    suatu ukuran terhadap kualitas dokumentasi keperawatan.

    Perawat memerlukan suatu standar dokumentasi untuk

    memperkuat pola pencatatan dan sebagai petunjuk atau pedoman

    praktik pendokumentasian dalam memberikan tindakan

    keperawatan.Fakta tentang kemampuan perawat dalam

    pendokumentasian ditunjukan pada ketrampilan menuliskan sesuai

    dengan standar dokumentasi yang konsisten, pola yang efektif,

    lengkap dan akurat. Penggunaan pola standar dokumentasi yang

    efektif yaitu :

    1) Kepatuhan terhadap aturan pendokumentasian yang ditetapkan

    oleh profesi atau pemerintah. Pencatatan tersebut menyediakan

    pedoman penggunaan singkatan, tanda tangan, metode jika ada

    kesalahan, dan peraturan jika data terlambat masuk. Pengukuran

    keamanan, keperawatan khusus seperti hal-hal yang berhubungan

    dengan perioperatif, catatan terjadinya kejadian perlukaan klien,

  • 26

    dan anjuran dokter harus mencerminkan peraturan dan prosedur

    pendokumentasian yang berlaku.

    2) Standar profesi keperawatan dituliskan ke dalam catatan kesehatan.

    Data yang ada menjabarkan apa yang dilakukan perawat. Perawat

    mempunyai kewenangan untuk merumuskan diagnosa keperawatan

    dan intervensi keperawatan terhadap respon klien terhadap masalah

    kesehatan klien aktual dan risiko/potensial. Pencatatan yang ada

    menunjukkan bahwa perawat mempunyai ketrampilan dalam

    memberikan asuhan keperawatan secara profesional, mempunyai

    otoritas, sebagaimana dokter mempunyai otoritas dalam diagnosis

    dan pengobatan.

    3) Peraturan tentang praktik keperawatan dapat dilihat pada catatan

    pelayanan kesehatan. Data yang tertulis menunjukkan kegiatan

    perawat yang independen dan interdependen. Diagnosa

    keperawatan tidak secara khusus mempunyai ijin mendiagnosa

    masalah medis sebaliknya diagnosa medis tidak terdapat pada

    catatan keperawatan, tetapi diagnosa keperawatan dituliskan pada

    catatan keperawatan. Data yang dituliskan sering meliputi

    pengobatan dan program dokter, perawatan luka dan aktifitas.

    Demikian juga catatan intervensi keperawatan meliputi rencana

    tindakan keperawatan, pengukuran berkurangnya rasa nyeri, untuk

    mencegah terjadinya infeksi, atau mengurangi/mencegah

    kecemasan klien.

  • 27

    4) Pedoman akreditasi harus diikuti penekanan yang khusus pada data

    tentang kegiatan observasi dan evaluasi. Tahap pada proses

    keperawatan adalah dituliskannya data setiap klien pada waktu

    masuk rumah sakit sampai pulang. Data tersebut meliputi keadaan

    klien, pengobatan, tingkat kesadaran klien, tanda-tanda vital mulai

    masuk, sampai keluar dari rumah sakit.

    2. Tujuan Utama Dokumentasi

    Sebagai dokumen rahasia yang mencatat semua pelayanan

    keperawatan klien, catatan tersebut dapat diartikan sebagai suatu catatan

    bisnis dan hukum yang mempunyai banyak manfaat dan penggunaan.

    Tujuan utama dari pendokumentasian adalah untuk :

    a. Mengidentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat

    kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan keperawatan,

    dan mengevaluasi tindakan.

    b. Dokumentasi untuk penelitian, keuangan, hukum dan etika. Hal ini

    juga menyediakan :

    1) Bukti kualitas asuhan keperawatan

    2) Bukti legal dokumentasi sebagai pertanggungjawaban kepada

    klien

    3) Informasi terhadap perlindungan individu

    4) Bukti aplikasi standar praktik keperawatan

    5) Sumber informasi statistik untuk standar dan riset keperawatan

    6) Pengurangan biaya informasi

  • 28

    7) Sumber informasi untuk data yang harus dimasukkan

    8) Komunikasi konsep resiko tindakan keperawatan

    9) Informasi untuk murid

    10) Persepsi hak klien

    11) Dokumentasi untuk tenaga profesional dan tanggungjawab etik

    dan mempertahankan kerahasiaan informasi klien

    12) Suatu data keuangan yang sesuai

    13) Data perencanaan pelayanan kesehatan dimasa akan dating

    3. Perubahan yang berdampak terhadap dokumentasi

    Perubahan yang terjadi dalam sistem pelayanan kesehatan berpengaruh

    terhadap dokumentasi keperawatan dan masalah-masalah kegiatan

    pencatatan oleh perawat dalam melaksanakan kegiatan sehari-

    hari.Masalah yang timbul perlu diperhatikan dan dipertimbangkan

    sebelum penyelesaian masalah yang dapat ditemukan dalam dokumentasi.

    Masalah-masalah dokumentasi dan perubahan yang mempengaruhi

    pentingnya pendokumentasian keperawatan adalah sebagai berikut :

    a. Praktik Keperawatan

    Dengan terjadinya perubahan dalam sistem pelayanan kesehatan

    di Indonesia, maka peran perawat dalam praktik keperawatan

    profesional juga mengalami perubahan.Perubahan tersebut meliputi

    penemuan kasus penyakit yang baru, pendidikan kesehatan, konseling

    dan intervensi keperawatan dan medis terhadap respon klien aktual

    atau potensial. Perubahan lain adalah pengobatan oleh dokter atau

  • 29

    timkesehatan lainnya, kerjasama dengan tim kesehatan, serta metode

    pemberian pelayanan kesehatan. Perubahan tersebut berdampak

    terhadap kegiatan pencatatan keperawatan (Nursalam, 2001).

    b. Lingkup Praktik Keperawatan

    Perubahan dalam lingkup praktik keperawatan, berdampak

    terhadap pendokumentasian. Dalam berkembangnya lingkup praktik

    keperawatan berdasarkan tren praktik keperawatan di Indonesia,

    persyaratan akreditasi, peraturan pemerintah, perubahan sistem

    pendidikan keperawatan, meningkatnya masalah klien yang semakin

    kompleks, serta meningkatnya praktik keperawatan secara mandiri dan

    kolaborasi, maka persyaratan pencatatan keperawatan harus sesuai.

    Akibatnya data yang masuk harus semakin lengkap dan tajam sebagai

    manifestasi bukti dasar lingkup wewenang dan pertanggung

    jawaban.Kemampuan perawat sering disamakan dengan kemampuan

    dalam membuat keputusan dan kegiatan lainnya yang dapat dilihat

    pada dokumentasi (Nursalam, 2001).

    c. Data Statistik Keperawatan

    Pencatatan yang lengkap dan akurat sangat bermanfaat dalam

    memberikan asuhan keperawatan kepada klien, data statistik yang

    sangat bermanfaat dalam penelitian atau pengembangan pelayanan

    kesehatan serta penentuan jasa pelayanan (Nursalam, 2001).

  • 30

    d. Intensitas Pelayanan Keperawatan dan Kondisi Penyakit

    Pencatatan yang lengkap dan akurat tentang tingkat keparahan

    penyakit dan tipe atau jumlah tindakan yang diperlukan dapat sebagai

    dasar pertimbangan pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan

    kasus yang sama dan perkiraan pembiayaan yang diperlukan

    (Nursalam, 2001).

    e. Ketrampilan Keperawatan

    Meningkatnya justifikasi perawat dalam akurasi perumusan

    masalah dan tindakan keperawatan pada pendekatan proses

    keperawatan, terutama perubahan keadaan klien yang cepat akan

    sangat bermanfaat dalam pencatatan (Nursalam, 2001).

    f. Resiko Tindakan

    Ketergantungan terhadap dokumentasi yang komprehensif

    berarti mengurangi dan mencegah terjadinya faktor risiko manajemen

    atau pengelolaan.Manajemen risiko adalah pengukuran keselamatan

    klien untuk melindungi klien dan profesi keperawatan aspek legal

    serta melindungi perawat dari tindakan kelainan.Manajemen risiko

    ditekankan pada keadaan klien yang mempunyai risiko terjadinya

    perlukaan atau kecacatan. Pencatatan yang penting meliputi : catatan

    tentang kejadian, perintah verbal atau nonverbal, informed consent,

    dan catatan penolakan klien terhadap tindakan (Nursalam, 2001).

  • 31

    4. Standar Dokumentasi Keperawatan

    Standar diartikan sebagai ukuran atau model terhadap sesuatu yang

    hampir sama. Model tersebut mencakup kualitas, karakteristik, properti,

    dan performa yang diharapkan dalam suatu tindakan, pelayanan dan

    seluruh komponen yang terlibat.Nilai suatu standar ditentukan oleh adanya

    pemakaian konsistensi dan evaluasi.Standar keperawatan adalah suatu

    pernyataan yang menjelaskan kualitas, karakteristik, properti, atau

    performa yang diharapkan terhadap beberapa aspek praktik keperawatan.

    Perawat memerlukan suatu standar dokumentasi sebagai petunjuk

    dan arah terhadap penyimpanan dan teknik pencatatan yang benar. Oleh

    karena itu standar harus dipahami oleh teman sejawat dan tenaga

    kesehatan profesional lainnya, termasuk tim akreditasi. Siapa saja yang

    membutuhkan catatan keperawatan yang akurat dan informasi yang

    bermanfaat mempunyai hak terhadap dokumentasi tersebut sesuai dengan

    standar yang berlaku. Jika standar dapat diobservasi, perawat, pekerja, dan

    pasien akan dihargai dan dilindungi dari kesalahan (misconduct).

    Pelaksanaan standar dapat dicapai pada tingkat individu. Untuk

    individu perawat, berarti menunjukan adanya tanggung jawab terhadap

    dokumentasi praktik keperawatan dalam kontek proses keperawatan.

    Dengan mengasumsikan tanggung jawab dan mutu kerja yang baik dalam

    praktik keperawatan, termasuk di dalamnya dokumentasi terhadap

    tindakan independen dan interdependen.Keikutsertaan dalam

    melaksanakan kode (seperti kode American Nursing Association) bagian

  • 32

    perawat menunjukkan adanya tanggung jawab.Kode ini memberikan

    pedoman bagi individu praktisi sehingga tanggung jawab terhadap

    individu pasien dan masyarakat dapat dipenuhi (Nursalam, 2001).

    E. Proses keperawatan

    1. Pengkajian

    Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang

    bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada

    saat ini dan waktu sebelumnya (Carpenito Moyet, 2005 dalam Potter

    Perry, 2009).

    Pengkajian keperawatan meliputi dua tahap, yaitu :

    a. Mengumpulkan dan verifikasi data dari sumber primer (klien) dan

    sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan rekam medis).

    b. Analisis seluruh data sebagai dasar untuk menegakkan diagnosis

    keperawatan, mengidentifikasi berbagai masalah yang saling

    berhubungan dan mengembangkan rencana keperawatan yang besifat

    individual (Potter Perry, 2009).

    Tujuannnya adalah untuk menyusun data dasar (database)

    mengenai kebutuhan, masalah kesehatan dan respons klien terhadap

    masalah.Data harus menunjukkan pengalaman yang berhubungan,

    praktik kesehatan, tujuan, nilai, dan harapan terhadap sistem pelayanan

    kesehatan (Potter Perry 2009).

  • 33

    2. Diagnosis.

    Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis tentang respons

    individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan yang

    aktual dan potensial, atau proses kehidupan (NANDA International

    dalam Potter Perry, 2009).

    Diagnosis keperawatan berfokus pada respons aktual atau potensial

    klien terhadap masalah kesehatan dibandingkan dengan kejadian

    fisiologis, komplikasi atau penyakit (Potter Perry 2009).

    Ada empat tipe diagnosis keperawatan (Potter Perry, 2009):

    a. Diagnosis keperawatan aktual.

    Menggambarkan respon manusia terhadap kondisi kesehatan atau

    proses kehidupan yang terdapat dalam individu, keluarga atau

    komunitas.

    b. Diagnosis keperawatan resiko.

    Menggambarkan respon manusia terhadap kondisi kesehatan/ proses

    kehidupan yang mungkin menyebabkan individu, keluarga, atau

    komunitas menjadi rentan.

    c. Diagnosis keperawatan promosi kesehatan.

    Penilaian klinis terhadap motivasi individu, keluarga, atau komunitas

    serta keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan aktualisasi

    potensi kesehatan manusia sebagai ungkapan kesiapan mereka untuk

    meningkatkan perilaku kesehatan tertentu, seperti nutrisi dan

    olahraga.

  • 34

    d. Diagnosis keperawatan sejahtera

    Menggambarkan respons manusia terhadap tingkat kesejahteraan

    dalam individu, keluarga, atau komunitas yang memiliki kesiapan

    untuk peningkatan.Ini merupakan penilaian klinis tentang individu,

    keluarga, atau komunitas dalam transisi dari tingkat kesejahteraan

    tertentu ketingkat kesejahteraan yang lebih tinggi.

    3. Perencanaan.

    Menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan bagi klien serta

    mencapai tujuan dan hasil. Aspek lain dari perencanaan adalah penetapan

    prioritas bagi klien. Perencanaan yang baik membutuhkan kerjasama

    perawat dengan klien dan keluarganya, konsultasi dengan anggota tim,

    serta peninjauan kepustakaan terkait.

    Penetapan prioritas adalah penyusunan urutan diagnosis

    keperawatan/ masalah klien dengan menggunakan tingkat kedaruratan/

    kepentingan untuk memperoleh tahapan intervensi keperawatan yang

    dibutuhkan. Dalam menetapkan tujuan , batasan waktu bergantung pada

    sifat masalah, etiologi, kondisi keseluruhan pasien dan lingkungan terapi.

    Tujuan yang berpusat pada klien bersifat tunggal, dapat diamati, dapat

    diukur, terbatas oleh waktu, mutual, dan realistis (Potter Perry 2009).

    4. Implementasi/ Intervensi.

    Intervensi merupakan bentuk penanganan yang dilakukan oleh

    perawat berdasarkan pertimbangan dan pengetahuan klinis yang

  • 35

    bertujuan meningkatkan hasil perawatan klien (Bulechek, Butcher, dan

    Dochterman 2008 dalam Potter Perry 2009).

    Intervensi meliputi :

    a. Perawatan langsung, yaitu Penanganan yang dilaksanakan setelah

    berinteraksi dengan klien.

    b. Perawatan tidak langsung adalah penanganan yang dilakukan tanpa

    adanya klien, namun tetap bersifat representatif untuk klien

    (Bulechek 2008 dalam Potter Perry 2009).

    Proses implementasi terdiri atas (Potter Perry 2009) :

    1) Pengkajian ulang

    2) Meninjau dan merevisi rencana asuhan keperawatan yang ada

    3) Mengorganisasi sumber daya dan pemberian asuhan

    4) Mengantisipasi dan mencegah komplikasi

    5) Mengimplementasikan intervensi keperawatan

    5. Evaluasi

    Merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan

    perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil

    meningkatkan kondisi klien. Evaluasi meliputi dua komponen :

    a. Penilaian kondisi atau situasi

    b. Penilaian adanya perubahan

    Proses evaluasi meliputi lima unsur, yang terdiri atas :

    a. Mengidentifikasikan kriteria dan standar evaluasi

  • 36

    b. Mengumpulkan data untuk menentukan apakah kriteria dan standar

    telah dipenuhi

    c. Menginterpretasi dan meringkas data

    d. Mendokumentasikan temuan dan setiap pertimbangan klinis

    e. Menghentikan, meneruskan, atau merevisi rencana perawatan

    (Potter Perry 2009).

    F. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan proses keperawatan

    Perawat memiliki tanggung jawab untuk membuat keputusan klinis

    yang tepat dan akurat. Pengambilan keputusan klinis merupakan hal yang

    membedakan antara perawat dan staf teknis lainnya. Benner (1994) dalam

    Potter-Perry (2009) menjelaskan pengambilan keputusan klinis sebagai

    keputusan yang terdiri atas pemikiran kritis dan penuh pertimbangan, serta

    penerapan dari ilmu serta pikiran praktis. Berpikir kritis bisa juga dikatakan

    mempengaruhi proses keperawatan. Sebagai mana diungkapkan Potter

    Perry (2009) berpikir kritis merupakan tanda atau standar untuk perawat

    professional yang kompeten. Kemampuan untuk berpikir kritis, meningkatkan

    praktik klinik dan mengurangi kesalahan pada penilaian klinis adalah visi dari

    praktek keperawatan (Di Vito-Thomas, 2005 dalam Potter-Perry ,2009).

    Ada lima komponen berpikir kritis (Potter-Perry, 2009), yang terdiri

    atas :

  • 37

    1. Pengetahuan dasar spesifik.

    Pengetahuan ini bervariasi tergantung pada pengalaman pendidikan

    dasar perawat, kursus pendidikan berkelanjutan, dan kuliah tambahan.

    Dibutuhkan inisiatif perawat untuk membaca literature keperawatan

    mengikuti perkembangan terakhir ilmu keperawatan. Pengetahuan dasar

    meliputi informasi dan teori dari ilmu dasar, rasa kemanusiaan, ilmu

    perilaku dan keperawatan. Perawat menggunakan pengetahuan dasar

    namun dengan jalan yang berbeda dari ilmu kesehatan lainnya karena

    memikirkan masalah klien secara holistic.

    2. Pengalaman.

    Pengalaman belajar klinis diperlukan untuk memenuhi ketrampilan

    membuat keputusan klinis, Roche (2002) dalam Potter-Perry

    (2009).Pengalaman adalah laboratorium untuk menguji pengetahuan

    keperawatan.Pengalaman diperlukan untuk beradaptasi dan revisi dalam

    pendekatan pada klien, sehingga dapat mengakomodasi

    keadaan.Berdasar pengalaman dapat mengerti situasi klinis, mengenali

    pola kesehatan klien dan menilai apakah pola itu berkaitan dengan

    kesehatan klien.

    3. Kompetensi proses keperawatan.

    Kompetensi, terutama tentang proses keperawatan, adalah

    komponen ketiga dari model pemikiran kritis. Melalui bagian ini akan

    lebih mengerti hubungan antara pemikiran kritis dengan proses

    keperawatan.

  • 38

    4. Perilaku dalam pemikiran kritis.

    Terdapat 11 perilaku dalam berpikir kritis (Paul, 1993 dalam

    Potter-Perry 2009), yaitu; percaya diri, berpikir independen, keadilan,

    tanggung jawab dan otoritas, mau mengambil resiko, disiplin, persisten,

    kreatif, rasa ingin tahu, integritas, dan rendah hati. Perilaku tersebut

    menggambarkan bagaimana pendekatan seorang pemikir kritis yang

    berhasil dalam menyelesaikan masalah.

    5. Standar untuk berpikir kritis.

    Komponen standar ini meliputi standar intelektual dan standar

    professional, menurut Kataoka Yohiro dan Saylor (1994) dalam Potter-

    Perry (2009).

    a. Standar intelektual.

    Standar intelektual merupakan petunjuk atau prinsip untuk

    berpikir rasional.Saat memikirkan masalah klien, gunakan standar

    intelektual seperti ketepatan, akurasi, dan konsistensi untuk

    memastikan keputusan klinis kita benar. Ada 14 standar intelektual

    menurut Paul (1994) dalam Potter-Perry (2009), yaitu: jelas, tepat,

    spesifik, akurat, relevan, beralasan, konsisten, logis, dalam, luas,

    lengkap, signifikan, tercukupi (untuk tujuan), dan adil.

    b. Standar profesional.

    Standar profesional untuk pemikiran kritis merujuk pada

    kriteria etik penilaian keperawatan, kriteria berdasarkan bukti untuk

    evaluasi dan kriteria untuk tanggung jawab profesional (Paul, 1993

  • 39

    dalam Potter-Perry, 2009). Standar profesional didasarkan pada hasil

    penelitian atau pengalaman berdasarkan standar yang dikembangkan

    oleh ahli klinis dan inisiatif sebuah institusi.

    G. Kerangka Teori

    Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian

    (Nursalam,2002 dan Potter-Perry 2009)

    Conference

    - Pre Conference

    - Post Conference

    Pelaksanaan Dokumentasi

    Keperawatan

    1. Pengkajian

    2. Diagnosa Keperawatan

    3. Intervensi

    4. Implementasi

    5. Evaluasi

    Faktor-faktor yang mempengaruhi

    dokumentasi proses keperawatan

    (Berpikir kritis)

    1. Pengetahuan dasar spesifik.

    2. Pengalaman.

    3. Kompetensi Proses Keperawatan

    4. Perilaku dalam pemikiran kritis.

    5. Standar untuk berpikir kritis

  • 40

    H. Kerangka Konsep Penelitian

    Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

    Keterangan :

    : Diteliti

    : Tidak diteliti

    I. Hipotesis

    Ha : Ada hubungan antara preconference dengan pelaksanaan dokumentasi

    asuhan keperawatandi RSUD dr. R. Goetheng Taroenadibrata

    Purbalingga.

    H :Tidak ada hubungan antara preconference dengan pelaksanaan

    dokumentasi asuhan keperawatandi RSUD dr. R. Goetheng

    Taroenadibrata Purbalingga.

    Variabel Terikat :

    Pelaksanaan Dokumentsi

    keperawatan Perawat

    Variabel Bebas :

    1. Pre Conference

    Faktor faktor yang mempengaruhi

    dokumentasi proses keperawatan

    (Berpikir kritis)

    1. Pengetahuan dasar spesifik.

    2. Pengalaman.

    3. Kompetensi Proses Keperawatan

    4. Perilaku dalam pemikiran kritis.

    5. Standar untuk berpikir kritis