SGD Gonorea

5
Pemeriksaan Fisik 1. Gonorrhea Pria : muara uretra kemerahan, bengkak, ektropion, disertai duh tubuh purulen Wanita : serviks erosi dan sekret pururlen, kadang nyeri perut bagian bawah 2. Herpes Genital Keadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya tahan tubuh klien. Pada kondisi awal / saat proses peradangan, dapat terjadi peningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain. Pada pengkajian kulit, ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri. Perhatikan mukosa mulut, hidung, dan penglihatan klien. Pada pemeriksaan pada wanita berusia 55 tahun itu ditemukan vesikel multiple bergerombol tersebal secara dermatome diregio tungkai bawah sinistra dan kaki sinistra bagian medial dengan ukuran lentikular yang terletak diatas kulit eritematosa. Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon klien terhadap nyeri akut secara fisiologis atau melalui respon perilaku. Secara fisiologis, terjadi diaphoresis, peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah; pada perilaku, dapat juga dijumpai menangis, merintih, atau marah. Lakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10 untuk orang dewasa. Untuk anak-anak, pilih skala yang sesuai dengan usia perkembangannya, bisa menggunakan skala wajah untuk mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam pemilihan. 3. Trikomoniasis Wanita : Rabas vagina kuning,encer,berbau,lecet vagina,disuria (nyeri berkemih),dispareunia (nyeri saat berhubungan)

description

gonore

Transcript of SGD Gonorea

Pemeriksaan Fisik1. GonorrheaPria: muara uretra kemerahan, bengkak, ektropion, disertai duh tubuh purulenWanita : serviks erosi dan sekret pururlen, kadang nyeri perut bagian bawah

2. Herpes GenitalKeadaan umum klien bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya tahan tubuh klien. Pada kondisi awal / saat proses peradangan, dapat terjadi peningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yanglain. Pada pengkajian kulit, ditemukan adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri. Perhatikan mukosa mulut, hidung, dan penglihatan klien. Pada pemeriksaan pada wanita berusia 55 tahun itu ditemukan vesikel multiple bergerombol tersebal secara dermatome diregio tungkai bawah sinistra dan kaki sinistra bagian medial dengan ukuran lentikular yang terletak diatas kulit eritematosa.Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mengkaji respon klien terhadap nyeri akut secara fisiologis atau melalui respon perilaku. Secara fisiologis, terjadi diaphoresis, peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan tekanan darah; pada perilaku, dapat juga dijumpai menangis, merintih, atau marah. Lakukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10 untuk orang dewasa. Untuk anak-anak, pilih skala yang sesuai dengan usia perkembangannya, bisa menggunakan skala wajah untuk mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam pemilihan.3. TrikomoniasisWanita : Rabas vagina kuning,encer,berbau,lecet vagina,disuria (nyeri berkemih),dispareunia (nyeri saat berhubungan)Serviks strawberry (bintik-bintik kemerahan)25% tidak memperlihatkan gejala

Pria : Sebagian besar tanpa gejalaProtozoa ditemukan pada uretra dan urin

Pemeriksaan Penunjang1. Gonorrhea Pemeriksaan Gram :dengan ditemukannya kuman gram negative, bentuk biji kopi intra/ekstra sel. Pembiakan : pada media Thayer Martin Nampak koloni kuman tersangka yang khas berwarna putih keabuan, transparan, kemudian dilakukan tes oksidase, tes superoxol untuk identifikasi koloni kuman Nisseria, namun hasil ini tidak spesifik karena beberapa mikroorganisme lain bias memberikan hasil positif, sehingga perlu dilakukan tes fermentasi karbohidrat sebagai penentu, dimana kuman N.gonorrhoeae hanya memfermentasi glucose. Tes NGPP : meliputi tes penyaringan dan tes penegasan. Tes penyaringan dengan menggunakan 10 unit penicillin dise, positif bila zone hambatan kurang dari 19 mm. hasil yang positif ini dilanjutkan dengan tes penegasan apakah resistensi ini disebabkan karena kuman menghasilkan beta laktamase. Ada beberapa metode untuk mengidentifikasi adanya beta lactase yaitu dengan metode acidometri, metode iodometri, metode chromogenik cephalosporia, dan metode paper.

2. Herpes GenitalPemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menentukan virus herpes simplex yang ada di dalam tubuh. Pemeriksaan laboraturium terhadap virus herpes simplex sebagian besar dilakukan hanya untuk yang terinfeksi HSV tipe 2. Sedangkan untuk mengetahui apakah luka yang diderita penderita herpes simplex ini akibat virus HSV atau bukan, maka tes yang lain perlu dilakukan. Tanda-tanda pada permukaan sel yang terindeksi oleh virus herpes simplex akan diketahui dari hasil pemeriksaan laboraturium. Pemeriksaan laboratorium ini juga bisa mengungkap perbedaan HSV-1 atau HSV-2. Umumnya pemeriksaan laboratorium ini meliputi IgG dan IgM baik itu untuk HSV-1 maupun HSV-2.Pemeriksaan adanya infeksi HSV ada dua jenis yaitu :1. IgM anti HSV : Tes IgM menandakan bahwa sedang terjadi infeksi ataupun infeksi yang baru saja berlangsung.2. IgG anti HSV : Tes IgG menandakan bahwa infeksi telah terjadi dalam kurun waktu beberapa lama (lebih dari 6 bulan) dan penderita telah memiliki kekebalan tubuh.Pemeriksaan laboratorium yang paling sederhana adalah test tzank yang diwarnai dengan pengecatan gyemsa atau wright, akan terlihat sel raksasa berinti banyak. Sensitifitas dan spesifitas pemeriksaan ini umumnya rendah. Tes Tzanck dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit atau kurang. Caranya dengan membuka vesikel dan korek dengan lembut pada dasar vesikel tersebut lalu letakkan pada gelas obyek kemudian biarkan mengering sambil difiksasi dengan alkohol atau dipanaskan. Selanjutnya beri pewarnaan (5%methylene blue, Wright, Giemsa) selama beberapa detik, cuci dankeringkan, beri minyak emersi dan tutupi dengan gelas penutup. Jika positif terinfeksi hasilnya berupa keratinosit yang multinuklear dan berukuran besar berwarna biru (Frankel,2006).Identifikasi virus dengan PCR, mikroskop elektron, atau kultur (Sterry,2006). Tes serologi menggunakanenzyme-linked immunosorbent assay(ELISA) spesifik HSV tipe II dapat membedakan siapa yang telah terinfeksi dan siapa yang berpotensi besar menularkan infeksi (McPhee, 2007).

3. Trikomoniasis

Cara pengambilan spesimen pada wanita, yaitu spesimen berupa hapusan forniks posterior dan anterior yang diambil dengan lidi kapas atau sengkelit steril. Hendaknya spekulum yang dipakai jangan memakai pelumas. Pada pria, spesimen yang diambil dengan mengerok (scraping) dinding uretra secara hari-hati dengan menggunakan sengkelit steril. Pengambilan spesimen sebaiknya dilakukan sebelum kencing pertama.(4)Bila parasit tidak ditemukan, maka dilakukan pengambilan spesimen berupa sedimen dari 20 cc pertama urin pertama pagi-pagi. Spesimen tersebut, terutama yang diambil setelah masase prostat dapat menghasilkan 15% hasil positif pada kasus-kasus yang tidak terdiagnosis dengan pemeriksaan spesimen uretra. Pada spesimen tersebut dilakukan pemeriksaan :(4)1.Sediaan Langsung (Sediaan Basah)Lidi kapas dicelupkan ke dalam 1 cc garam fisiologis, dikocok. Satu tetes larutan tersebut diteteskan pada gelas objek, kemudian ditutup dengan kaca penutup. Spesimen pada ujung sengkelit dimasukkan pada satu tetes garam fisiologis yang telah diletakkan pada kaca objek.Sebelum diamati sediaan dipanaskan sebentar dengan hati-hati, untuk meningkatkan pergerakanT. vaginalis. Pada pemeriksaan diperhatikan pula jumlah leukosit.2.Sediaan Tidak LangsungBila pada sediaan langsungtidak ditemukan kuman penyebab, maka dilakukan biakan pada media Feinberg atau Kupferberg. Biakan diperlukan pada pemeriksaan kasus-kasus asimtomatik. Enam puluh persen spesimen yang diambil dari uretra pria dengan trikomoniasis akan menghasilkan biakan positif.Dikemukan bahwa hasil positif pada pemeriksaan sediaan basah pada wanita berkisar antara 40-80%, sedangkan biakan berkisar antara 95%. Biakan 10-15% lebih sensitif dari sediaan basah. Berdasarkan hal tersebut biakan masih tetap merupakan pemeriksaan yang dianjurkan untuk menunjang diagnosis trikomoniasis.

1.Daily SF. Trikomoniasis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi V. Jakarta: FKUI; 2009.1: 362-3.2.Siregar RS. Trikomoniasis. Dalam: Siregar RS, editor. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi II. Jakarta: EGC; 2005. 1: 177.3.Trikomoniasis. Klik Dokter Menuju Indonesia Sehat: Portal Komunikasi, Informasi, dan Edukasi; 2008. Diunduh dari URL:http://www.klikdokter.com/illness/detail/1874.Djajakusumah TS. Trikomoniasis. Dalam: Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J, editor. Penyakit Menular Seksual. Edisi II. Jakarta: FKUI; 2001. 1: 63-70.