SETENGAH ABAD PROGRAM STUDI JEPANG FIB...

21

Transcript of SETENGAH ABAD PROGRAM STUDI JEPANG FIB...

SETENGAH ABAD PROGRAM STUDI JEPANG FIB UI:A N T O L O G I T U L I S A N S TA F P E N G A J A R

SETENGAH ABAD PROGRAM STUDI JEPANG FIB UI:A N T O L O G I T U L I S A N S TA F P E N G A J A R

S E T E N G A H A B A D P R O G R A M S T U D I J E PA N G F I B U I :A N T O L O G I T U L I S A N S TA F P E N G A J A R

Program Studi Jepang FIB UI

Diterbitkan olehLINEA PUSTAKA

Jl. Nusantara A11/10, Bukit Cengkeh 1, Cimanggis, Depok, West Java 16951, IndonesiaEmail: [email protected]

Pertama kali diterbitkan pada September 2017

Hak cipta dilindungi undang-undang

Program Studi Jepang FIB UISETENGAH ABAD PROGRAM STUDI JEPANG FIB UI:ANTOLOGI TULISAN STAF PENGAJARDepok, Linea Pustaka 2017viii+230hlm.; 15,5cm x 24cmISBN: 978-602-19242-5-9

Kata Pengantar

Tidak terasa waktu berjalan demikian cepat, Seksi Jepang Jurusan Asia Ti-mur yang kini bernama Program Studi Jepang FIB UI yang dibangun pada bulan Agustus 1967, kini telah berusia 50 tahun. Dalam rangka merayakan “ulang tahun emas” Program Studi Jepang FIB UI, kami para staf pengajar berusaha memberikan kado ulang tahun berupa sebuah buku yang khusus diterbitkan untuk “perayaan” ini, dan kami beri judul Lima Puluh Tahun Program Studi Jepang FIB UI.

Isi buku ini merupakan kumpulan karya dari para pengajar Program Studi Jepang FIB UI yang terdiri dari beberapa tema. Tulisan dengan tema sejarah dibuat oleh Prof. Dr. I Ketut Surajaya, Dr. M. Mossadeq Bahri, Dr. Endah H. Wulandari, dan Dhini Afiatanti M.A. Kemudian, Sri Ratnaningsih M.Hum, Aldrie Alman Drajat M.Hum., Citra Rindu Prameswari M.Hum., dan Rouli Ester Ph.D., membuat tulisan dengan tema sastra. Selanjutnya, Lea Santiar M.Ed., Dr. Filia, Ariestyani Wahyu Perwita, M.Si., dan Fachril Subhandian M.Hum. membuat tulisan-tulisan dengan tema linguistik. Se-lanjutnya tulisan dengan tema budaya dan masyarakat Jepang diwakili oleh Bachtiar Alam M.A., Ph.D. dan Himawan Pratama, M. Si. Tentunya kami berharap kumpulan tulisan para dosen Program Studi Jepang FIB UI ini berguna bagi para pembaca, khususnya pemerhati studi Jepang. Kami pun berharap setelah “perayaan emas”, ke depannya Program Studi Jepang FIB UI semakin berkembang, dan semakin jaya.

Pada akhirnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada “Tim Pe-nyusun” dan pihak-pihak yang membantu pembuatan buku ini sehingga bisa terselesaikan dengan baik.

Depok, Agustus 2017Ketua Program Studi Jepang,

Endah H. Wulandari

Daftar Isi

Kata Pengantar • V

Depopulasi, Teknologi, dan Kosmopolitanisme sebagai Aspek Jepang di Masa Depan dalam Genre Sains FiksiA L DR I E A L M A N DR AJAT • 1

Ungkapan Gerak Perpindahan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa JepangA R I E S T YA N I WA H Y U P E R W I TA S A R I • 19

Kebangkitan Wacana dan Praktik Anti-Ujaran Kebencian di Jepang: Beberapa Tinjauan Awal Perspektif SosiologisB AC H T I A R A L A M • 3 5

Pencitraan Indonesia dan Jepang dalam Drama Jalan-jalan “Siapa Takut Jatuh Cinta Lagi”C I T R A R I N DU P R A M E S WA R I • 5 7

Hubungan Politik-Keamanan Jepang-ASEAN: Sebuah Kilas Balik Tiga Dekade (1972-1993)DH I N I A F I ATA N T I • 69

Studi Tentang Periode Perang di Wilayah Pendududukan Jepang di Indonesia (1942-1945): Catatan Kecil Atas Tema-Tema Skripsi Mahasiswa Program Studi Jepang FIB UI Dewasa IniE N DA H H . W U L A N DA R I • 8 5

Tanda Kursi Prioritas dalam KRL Commuter Line Jabodetabek dan Jr East Japan: Analisis Kajian PragmatikFAC H R I L S U BH A N DI A N • 9 5

Siapa yang Sedang Belajar di Prodi Jepang?F I L I A • 10 9

Membaca Jepang sebagai Tanda: Perspektif Semiotik dalam Studi JepangH I M AWA N P R ATA M A • 1 19

Lima Puluh Tahun Program Studi Jepang FIB UII K E T U T S U R AJAYA • 1 3 1

147

Implementasi Materi Mata Kuliah Linguistik dalam Pembelajaran Kemahiran Membaca Bahasa Jepang Menengah

L E A S A N T I A R

ABSTRAK

Dalam mempelajari linguistik, secara sistematis mahasiswa diperkenalkan pada ilmu-ilmu fonetik, fonologi, sintaksis dan semantik dan wacana (discourse). Teori linguistik dipelajari agar mahasiswa mampu mengkaji bahasa secara analitik dan kritis. Selain itu, pembelajaran teori linguistik diharapkan akan dapat mem-bantu mahasiswa lebih memahami bahasa asing yang sedang dipelajarinya. Na-mun tidak jarang pembelajaran teori linguistik terhenti pada tahap menghapal. Hal ini diperkirakan terjadi karena kurangnya latihan mengkaji bahasa secara metalinguistik, atau menggunakan teori-teori yang telah dipelajari dalam segala kesempatan yang ada. Oleh karena itu, sangat dirasa perlu untuk menemukan momentum yang tepat untuk mempraktekkan teori wacana pembelajaran ke-mahiran berbahasa dengan materi pembelajaran linguistik, sehingga bisa saling mengisi. Melalui pengamatan dan pengkajian materi ajar kemahiran bahasa dan linguistik, ditemukan irisan pada pembelajaran Bahasa Jepang tingkat mene-ngah, khususnya pada kemahiran membaca, dengan pembelajaran Kajian Waca-na Bahasa Jepang. Pada tingkat menengah ini, mahasiswa mulai membaca teks yang lebih rumit, kontekstual, dan abstrak. Pengetahuan wacana Bahasa Jepang sangat diperlukan agar dapat membaca lebih cepat dan tepat, yaitu antara lain pemarkah wacana, kohesi, koherensi, serta struktur wacana.

Kata kunci: Bahasa Jepang; Kemahiran Membaca; Kajian Wacana; pemarkah wacana; kohesi.

1 . L A T A R B E L A K A N G

Tidak dapat dipungkiri bahwa penguasaan kosakata merupakan kunci kesuksesan pembelajaran bahasa asing. Dalam hal belajar bahasa Jepang, penguasaan kosakata langsung terkait dengan penguasaan kosakata kanji, bentuk, cara baca serta maknanya. Selain kosakata dan kosakata kanji, dalam mempelajari bahasa Jepang pembelajar dihadapkan pada pola-pola kalimat yang tidak dapat dikatakan mudah dipelajari, mengingat banyak-nya struktur kalimatnya yang berbeda dengan Bahasa Indonesia maupun

148 S E T E N G A H A B A D P R O G R A M S T U D I J E P A N G F I B U I

Bahasa Inggris. Sebagai akibatnya, tidak sedikit kelas-kelas kemahiran membaca bahasa Jepang yang secara sengaja maupun tidak, menitik be-ratkan pembelajarannya pada mengasah kompetensi gramatikal atau me-nerjemahkan kalimat-kalimat bahasa Jepang ke dalam bahasa Indonesia

Sesungguhnya sistem bahasa tidak hanya terbentuk dari sistem leksi-kal dan gramatikal saja. Bahasa sebagai alat komunikasi juga melibatkan unsur-unsur lain seperti unsur pragmatis. Sebagaimana tercermin pada ilustrasi pohon sakura dari JF Standard. Melalui ilustrasi ini dapat terlihat bahwa selain kompetensi gramatikal, pembelajar perlu dibekali kompeten-si lain seperti kompetensi sosiolinguistik dan kompetensi pragmatik1 agar dapat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, baik lisan maupun tulis.

Pembelajaran bahasa Jepang di tingkat perguruan tinggi, dilaksana-kan dari tingkat dasar sampai tingkat menengah atau madya. Sebagian besar institusi penyelenggara pendidikan bahasa Jepang, menggunakan bahan ajar yang pendekatan pembelajarannya lebih fokus pada pengajaran tata bahasa, tapi juga menyertakan pembelajaran berbicara dan membaca bacaan singkat. Melalui pembelajaran berbicara dan membaca, dengan sendirinya akan mahasiswa akan bersentuhan dengan unsur pragmatik dan sosiolinguistik. Namun demikian penjelasan terhadap konsep yang berkaitan dengan unsur pragmatik maupun sosiolinguistik masih dirasa belum memadai mengingat jumlah jam tatap muka yang terbatas.

Berdasarkan kurikulum, setiap institusi wajib menyelenggarakan mata kuliah linguistik, namun tak jarang mata kuliah bidang linguistik tersebut seolah berdiri sendiri dan kurang terkait langsung dengan mata kuliah pembelajaran bahasa Jepang. Hal tersebut menyebabkan kemaknawian mata kuliah linguistik kurang optimal. Seharusnya, mata kuliah linguistik dapat menjadi pendukung mata kuliah kemahiran bahasa. Mata kuliah kemahiran bahasa dapat menjadi media untuk mengimplementasikan te-ori-teori linguistik yang telah dipelajari.

2 . R U M U S A N M A S A L A H , T U J U A N D A N M E T O D E P E N E L I T I A N

Pembelajaran bahasa Jepang di tingkat perguruan tinggi mencakup dua aspek yaitu kemahiran berbahasa dan kajian teoretis melalui mata kuliah linguistik. Permasalahannya, tidak jarang keduanya seolah berja-lan sendiri-sendiri. Padahal seharusnya pembelajaran kemahiran bahasa akan lebih optimal apabila dibarengi dengan adanya penjelasan atau ka-jian kebahasaan secara teoretis, sehingga mahasiswa bukan saja terampil memproduksi bahasa namun juga memahami kajian kebahasaan. Tulis-an ini diharapkan akan mampu menghimbau para pengajar untuk me-

1 Japan Foundation (2010)鉄JF 日本語教育スタンダード2010 利用者ガイドブック[第三版]、p.4

149I M P L E M E N T A S I M A T E R I M A T A K U L I A H L I N G U I S T I K

ngembangkan perkuliahan linguistik yang menunjang pemahaman dan kemahiran bahasa, dengan memuat penjelasan teoretis yang dikaitkan dengan penerapannya pada mata kuliah kemahiran bahasa. Untuk men-capai tujuan tersebut, Pada tulisan ini difokuskan pada bagaimana bentuk konkrit keterkaitan pembelajaran Kajian Wacana Bahasa Jepang dengan pembelajaran kemahiran Bahasa Jepang Menengah. Untuk itu digunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis, dengan menganalisis teori-teori terkait, silabus dan muatan kedua mata kuliah tersebut.

3 . K A J I A N P U S T A K A

Penelitian ini akan difokuskan pada penggalian unsur-unsur pembel-ajaran kemahiran membaca tingkat menengah dan pemahaman unsur--unsur wacana yang diajarkan melalui mata kuliah Kajian Wacana Bahasa Jepang.

2 .1 . Kegiatan Berbahasa dan Kompetensi Bahasa

Seperti terlihat pada ilustrasi pohon Sakura JF Standard Tree pada gam-bar berikut, batang pohon merefleksikan hubungan antara akar dan dahan pohon sakura.

150 S E T E N G A H A B A D P R O G R A M S T U D I J E P A N G F I B U I

Gambar 1. Sakura Tree, JF Standard 2010

Dahan dan ranting pohon menggambarkan kegiatan berbahasa komu-nikatif (communicative language activities) sedangkan akar pohon meng-gambarkan kompetensi berbahasa komunikatif (communicative language competences). Menurut KBBI, yang dimaksud dengan kompetensi adalah kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa secara abstrak atau bat-hiniah2. Tiga dahan utama pada pohon sakura menggambarkan 3 kegiatan berbahasa yaitu a) Kegiatan reseptif, b) Kegiatan produktif, dan c) Kegi-atan interaktif. Bagian bawah batang pohon Sakura terhubung dengan 3 cabang akar utama yang merepresentasikan 3 kompetensi komunikatif dalam bahasa, yaitu a) Kompetensi Struktur Gramatikal (linguistic compe-tences), b) Kompetensi Sosiolinguistik (sociolinguistic competences), dan c) Kompetensi Pragmatik (pragmatics competences). Kompetensi pragmatik terdiri dari kompetensi diskursus atau kompetensi wacana dan kompetensi fungsional yaitu kemampuan berbahasa secara fungsional, misalnya un-tuk meyakinkan atau melaporkan suatu fakta.3

2 . 2 . Cir i tekstualitas

Membaca dengan model Top Down akan menyingkat waktu membaca, karena pembaca tidak membaca kata demi kata. Agar mampu membaca dengan cara demikian, pembaca membutuhkan pengetahuan mengenai wacana (discourse). Dengan memahami struktur wacana, pembaca akan mampu mengidentifikasi bagian penting dari sebuah teks/wacana. Seba-gaimana disampaikan oleh Zaimar4 dalam bukunya Telaah Wacana, terd-apat 7 ciri tekstualitas, yakni 1) Keutuhan Wacana (koherensi=keterkaitan antara unsur2 dunia teks, sehingga teks dapat dipahami dan revelan), 2)

2 Sumber KBBI Online3 Japan Foundation. Op.cit. p.104 Zaimar, Okke K.S dan Ayu B. Harahap. 2005. Telaah Wacana: Teori dan Penerapannya, De-pok: Penerbit Komodo Books  .

151I M P L E M E N T A S I M A T E R I M A T A K U L I A H L I N G U I S T I K

Kepaduan Wacana (kohesi=ketergantungan gramatikal), 3) Maksusd Pe-ngirim (Intensionality), 4) Keberterimaan (Acceptability), 5) Memberikan Informasi (Informativity), 6) Situasi Pengujaran (Situanionality) dan 7) In-tertekstualitas (Intertextuality).

Kepaduan Wacana atau Kohesi dibagi menjadi dua jenis, yakni:1. Kohesi Gramatikal: 1) Referensi situasional/eksofora dan Referensi

tekstual /endofora, 2) Subsitusi (menggantikan referensi endofora), 3) Elipsis (pelesapan yang tidak mengganggu), 4) Kata sambung, yaitu a.penambahan, b.peningkatan, c.pertentangan, d.pemilih-an, e.hubungan waktu, f.konsesif (cth.walaupun), g.cara, h.syarat, i.pengandaian, j.kemiripan, k.tujuan, l.sebab-akibat, m.penjelasan (cth.bahwa), n.pegecualian, o.posisional.

2. Kohesi Leksikal: 1) Pengulangan, 2) Sinonim dan antonim, 3) Hiponi-mi dan hipernimi, 4) Generik (=hiperonim = lebih luas dari Hipernimi) dan 5) Isotopi (= kesamaan wilayah makna, meski berbeda generik).

Ciri tekstualitas ini tentunya dapat dimanfaatkan untuk memahami struk-tur wacana dan melatih keterampilan membaca pembelajar bahasa Jepang. Tulisan ini akan fokus pada kohesi yang dirasa sangat membantu dalam latihan membaca.

2 . 3 . Kemahiran Membaca

Melalui pembelajaran membaca, siswa diharapkan memiliki kompe-tensi membaca yang akan dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang nyata (real life). Mahasiswa juga diharapkan dapat membaca dengan kritis, cepat dan tepat, sehingga kemahiran membaca yang dimiliki dapat digunakan di tempat kerja. Di tempat kerja, mereka diharapkan memba-ca dalam bahasa Jepang baik untuk memperoleh informasi bagi dirinya, maupun bagi orang lain seperti atasan atau klien. Karena itu mahasiswa perlu mendapat pembelajaran strategi membaca.

Dilihat dari prosesnya, membaca dapat dikelompokkan menjadi 3 mo-del proses membaca, yaitu model Bottom Up, model Top Down dan model yang mengkombinasikan keduanya. Model Bottom Up adalah membaca huruf demi huruf sampai akhirnya membaca seluruh wacana. Membaca dengan model Top Down yaitu membaca yang dimulai dari memperhatikan judul atau sub judul, foto, tabel atau denah, memperkirakan atau menebak isi bacaan, baru dilanjutkan dengan membaca sambil memeriksa apakah perkiraan dan tebakannya benar atau salah. Karena pembaca memulai ke-giatan membaca dari perkiraannya, maka disebut sebagai model membaca top down, dari pikiran pembaca ke teks.

Dalam kajian kemahiran membaca, Barrett mengklasifikasikan kete-rampilan membaca sebagai berikut: 1)keterampilan memahami secara

152 S E T E N G A H A B A D P R O G R A M S T U D I J E P A N G F I B U I

harafiah (literal comprehension), 2)keterampilan menyusun kembali ide pokok wacana (reorganization of the ideas in the text), 3)kemampuan me-mahami yang tersirat (inferential ability), 4)kemampuan melakukan peni-laian (evaluation), dan 5) kemampuan apresiasi (appreciation).5 Taxonomi Barrett ini membantu pembelajar dan pengajar melatih berbagai kemahir-an pemahaman, melalui penjabaran dimensi kognitif dan afektif dalam kegiatan membaca. Butir-butir dalam tanxonomi Barrett lebih rincinya dapat dilihat sebagai berikut:6

Tabel 1. Taxonomi Barrett (dengan terjemahan)

Klasifikasi Kegiatan1. Pemahaman Harafiah (Literal Comprehension)

1.1 Pengenalan (Recognition)1.1.1 Pengenalan detail rinci (Recognition of details)1.1.2 Pengenalan ide pokok (Recognition of main ideas)1.1.3 Pengenalan urutan (Recognition of a sequence)1.1.4 Pengenalan perbandingan (Recognition of comparison)1.1.5 Pengenalan hubungan sebab akibat (Recognition of cause and effect relationships)1.1.6 Pengenalan karakter (Recognition of character traits)1.2 Mengingat kembali (Recall) 1.2.1 Mengingat kembali informasi rinci (Recall of details)1.2.2 Mengingat kembali ide pokok (Recall of main ideas)1.2.3 Mengingat kembali urutan (Recall of a sequence)1.2.4 Mengingat kembali perbandingan (Recall of comparison)1.2.5 Mengingat kembali hubungan sebab akibat (Recall of cause and effect relationships)1.2.6 Mengingat kembali ciri-ciri tokoh (Recall of character traits)2. Reorganisasi (Reorganization)

2.1 Mengklasifikasikan (Classifying)2.2 Membuat garis besar(Outlining)2.3 Merangkum (Summarizing)2.4 Mensintesakan (Synthesizing)

3.Pemahaman menyeluruh / simpulan (Inferential Comprehension)

3.1 Menyimpulkan data pendukung (Inferring supporting details)3.2 Menyimpulkan ide pokok (Inferring main ideas)3.3 Menyimpulkan urutan (Inferring sequence)3.4 Menyimpulkan perbandingan (Inferring comparisons)3.5 Menyimpulkan sebab akibat (Inferring cause and effect)3.6 Menyimpulkan ciri-ciri tokoh (Inferring character traits)3.7 Memperkirakan hasil (Predicting outcomes)3.8 Interpretasi bahasa kiasan (Interpreting figurative language)

5 T.C. Barrett, “What is “reading”?” dalam Innovation and change in reading instruction. 67 th Year Book of the National Society for the Study of Education, T. Clymer (ed) University of Chicago Press (1968) dalam Reading in a Foreign Language, J.C. Alderson & A.H.Urquhart (ed), Longman 1984, h.xvi. 6 Andrew Finch, Dr. “How to effectively teach reading skills to college students” (p.4). http://www.finchpark.com/ppp/reading/Handout.pdf (diakses 3 Juli 2014)

153I M P L E M E N T A S I M A T E R I M A T A K U L I A H L I N G U I S T I K

Klasifikasi Kegiatan

4. Evaluasi (Evaluation) 4.1 Menentukan realita atau fantasi(Judgment of reality or fantasy)4.2 Menentukan fakta atau opini(Judgments of fact or opinion)4.3 Menentukan ketepatan dan validitas(Judgments of adequacy and validity)4.4 Menentukan kesesuaian(Judgments of appropriateness)4.5 Menentukan nilai, minat dan keberterimaan(Judgments of worth, desirability and acceptability)

5.Apresiasi(Appreciation) 5.1 Respon emosional terhadap teks (Emotional response to the content)5.2 Identifikasi tokoh atau kejadian (Identification with characters or incidents)5.3 Reaksi terhadap penggunaan penulis (Reactions to the author’s use of language)5.4 Khayalan (Imagery)

Pembiasaan membaca teks Jepang akan meningkatkan intensitas sen-tuhan dengan teks Jepang. Pembelajaran membaca yang ditunjang oleh pembelajaran strategi membaca, pengetahuan teoretis wacana, dan latihan yang sistematis dan terarah akan lebih meningkatkan kompetensi mem-baca, sehingga pembelajar dapat memahami teks sebagai kesatuan pesan atau hasil komunikasi penulis kepada dirinya sebagai pembaca.

3 . M E T O D E P E N E L I T I A N

Tulisan ini disusun berdasarkan sebuah penelitian kualitatif, dengan pendekatan analisis deskriptif. Langkah-langkah yang ditempuh adalah 1) pengumpulan informasi, 2) penelitian literatur, 3) perencanan instru-men, 4) pengambilan data, 5) analisis, 6) menarik kesimpulan sementara, 7) perencanaan penelitian lanjut.

Pengumpulan informasi dilakukan dengan mengamati kurikulum dan silabus yang berkaitan dengan pembelajaran bahasa Jepang dan menga-mati implementasinya di dalam keseharian proses pembelajaran di dalam kelas kemahiran membaca pada mata kuliah Bahasa Jepang Menengah dan mata kuliah Kajian Wacana Bahasa Jepang, sehingga dapat dihasilkan se-buah instrumen strategi membaca. Penelitian literatur dilakukan dengan membaca, memahami dan membuat rangkuman terhadap literatur stra-tegi membaca dan kajian wacana. Analisis dilakukan dengan mengamati variasi alat kohesi yang mampu diidentifikasi oleh pembelajar, dan yang kurang mendapat perhatian pembelajar. Terakhir adalah menarik kesim-pulan dan mengajukan usulan

154 S E T E N G A H A B A D P R O G R A M S T U D I J E P A N G F I B U I

4 . P E M B A H A S A N

Dari hasil identifikasi metode pembelajaran membaca, diketahui bah-wa pembelajaran membaca belum mengajarkan strategi membaca secara sistematis dan terstruktur. Mahasiswa membaca bottom up, membaca ber-sama atau bergantian, kemudian mengemukakan isi bacaan secara lisan atau menjawab pertanyaan dari dosen atau pertanyaan yang tersedia pada buku ajar. Dalam menjawab, mahasiswa cenderung menerjemahkan ka-limat demi kalimat dan mengandalkan kamus. Pembelajaran pengenalan wacana bahasa Jepang dan strategi membaca wacana bahasa Jepang dapat diakomodir dalam perkuliahan kemahiran Bahasa Jepang. Namun meng-ingat jam tatap muka pembelajaran kemahiran membaca sangat sedikit, materi dari mata kuliah Kajian Wacana Bahasa Jepang dapat diintegrasi-kan sebagai acuan untuk meningkatkan kompetensi membaca para ma-hasiswa.

Tulisan ini akan menjabarkan bagimana kedua mata kuliah tersebut dapat terintegrasi, sehingga dapat meningkatkan pemerolehan kompetensi wacana (discourse competence7). Berbekal kompetensi wacana mahasiswa akan mampu membaca top down, yang dapat dilatih pada langsung pada mata kuliah kemahiran Bahasa Jepang. Dengan demikian kendala waktu tatap muka kemahiran membaca yang sedikitpun teratasi dengan meng-integrasikan materi ajar kedua mata kuliah ini.

Sebagaimana telah dikemukakan di atas, materi utama dari mata ku-liah Kajian Wacana Bahasa Jepang adalah pengenalan 7 ciri tekstualitas. Dari ketujuh ciri tersebut, pemahaman dan kemampuan mengidentifikasi alat kohesi sangat membantu mahasiswa agar dapat membaca top down. Materi ini yang harus diimplementasikan dan dilatihkan kepada maha-siswa sehingga kemaknawian materi mata kuliah Kajian Wacana Bahasa Jepang menjadi signifikan, dan terjadi peningkatan kemahiran membaca mahasiswa.

Berikut ini adalah unsur wacana dan kemahiran membaca yang dapat diintegrasikan menjadi sebuah materi pembelajaran membaca di tingkat menengah. Pembelajar dilatih agar memiliki kemampuan mengidentifi-kasi kohesi gramatikal dan leksikal, serta terampil dalam kegiatan me-mahami secara menyeluruh (inferential comprehension) dan evaluasi (evaluation).

7 http://elearning.la.psu.edu/aplng/802/lesson-3/four-areas-of-communicative-competence-discourse-and-strategic-competence

155I M P L E M E N T A S I M A T E R I M A T A K U L I A H L I N G U I S T I K

Tabel 2. Kompetensi Wacana dan Keterampilan Membaca

Kompetensi Wacana

Irisan Kompetensi Wacana denganKeterampilan Membaca(taxonomi Barett)

IdentifikasiKohesi GramatikalReferensi situasional dan Referensi tekstual , Subsitusi (menggantikan)Elipsis (pelesapan), Kata sambung.

(3. Inferential Comprehension)Menyimpulkan data pendukung (Inferring supporting details)(Kohesi Leksikal – Sinonim, Antonim, Hiponimi, Hipernimi, Isotopi)Menyimpulkan ide pokok (Inferring main ideas) (Kohesi Leksikal – Pengulangan)Menyimpulkan urutan (Inferring sequence)(Kohesi Gramatikal- Referensi situasional dan tekstual)Menyimpulkan perbandingan (Inferring comparisons)(Kohesi Gramatikal- Kata Sambung)Menyimpulkan sebab akibat (Inferring cause and effect)(Kohesi Gramatikal- Kata Sambung)Menyimpulkan ciri-ciri tokoh (Inferring character traits)(Kohesi Gramatikal- Elipsis)Memperkirakan hasil (Predicting outcomes)(Kohesi Gramatikal- Kata Sambung)Interpretasi bahasa kiasan (Interpreting figurative language)(Kohesi Gramatikal- Substitusi)

Identifikasi Kohesi LeksikalPengulanganSinonim – antonimHiponimi dan hipernimIsotopi (kesamaan wilayah makna).

(4. Evaluation) 1.Menentukan fakta atau opini(Judgments of fact or opinion)(Kohesi Gramatikal- Kata Tekstual)

Dalam praktik membaca di dalam kelas, pengajar kemahiran membaca dapat menerapkan hasil kajian ini, yaitu dengan mengembangkan bahan ajar yang dipakai, atau mengambil bahan bacaan autentik, kemudian di-rancang sebuah tatap muka yang mengimplementasikan pembelajaran yang mengasah kompetensi membaca berbasis pengetahuan dan kompe-tensi wacana. Rancangan pembelajaran membaca dengan mengintegra-sikan materi Kajian Wacana Bahasa Jepang adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Materi Pembelajaran Membaca Bahasa Jepang Menengah

Kompetensi Wacana

Kompetensi Membaca Mengacu pada Taxonomi Barett

Struktur dan informasi umum teks

Menyebutkan judul, gambar, jumlah alinea;Mengaktifkan/mengaitkan pengetahuan terdahulu Memperkirakan isi bacaan melalui skimming alinea.Mengidentifikasi pemarkah wacana.Menerapkan berbagai strategi membaca untuk memahami kalimat sulit.

No. 4. Menyimpulkan perbandingan No. 5. Menyimpulkan sebab akibat No. 7.Memperkirakan hasil No.8. Interpretasi bahasa kiasan

156 S E T E N G A H A B A D P R O G R A M S T U D I J E P A N G F I B U I

Kompetensi Wacana

Kompetensi Membaca Mengacu pada Taxonomi Barett

B. Fakta dan Opini

a.Membedakan kalimat opini dan fakta No.1*). menentukan fakta dan opini

C. Tokoh dan Tindakan

a. Mengidentifikasi tokoh dan tindakan No.6.Menyimpulkan ciri-ciri tokoh

D. Gagasan Utama dan fungsi alinea

Menentukan kalimat utama pada tiap alinea. Menentukan jenis alinea berdasarkan fungsinya dalam wacana.Menyusun rangkuman berdarkan analisis struktur dan fungsi wacana.

No. 1.Menyimpulkan data pendukung No.2. Menyimpulkan ide pokok

E. Sekuen Menceritakan sekuen (satuan isi cerita).Menata hubungan antar sekuen.Menyusun rangkuman berdarkan sekuen.

No.3. Menyimpulkan urutan

*) No. 1 dari bagian Evaluasi Taxonomi Barret

Dalam pembelajaran membaca tingkat menengah, mahasiswa dia-rahkan untuk mencapai kompetensi membaca teks autentik. Untuk me-mahami teks autentik, pembaca terampil menggunakan berbagai strate-gi membaca dan tidak selalu membaca kata demi kata. Oleh karena itu dengan target meningkatkan kompetensi membaca, mahasiswa dibekali dengan kompetensi wacana sebagai salah satu strategi membaca, meliputi kemampuan mengidentifikasi: 1) Struktur dan informasi umum teks, 2) Opini dan fakta, 3) Tokoh dan tindakan 4) Gagasan Utama dan fungsi ali-nea, serta 5) Sekuen atau alur paparan dalam teks.

Dari hasil kajian teoretik di atas, pembelajaran membaca Bahasa Jepang tingkat menengah telah mengalami perubahan. Mahasiswa tidak lagi ha-nya membaca bersuara, lalu menjawab pertanyaan bacaan atau mencerita-kan kemballi kata demi kata isi alinea-alinea teks. Mahasiswa diajak untuk mengidentifikasi berbagai pemarkah wacana, yang nantinya akan menjadi bekal strategi membaca top down. Berikut ini adalah contoh kegiatan mem-baca yang dilakukan, dengan mengidentifikasi bagian penting teks saja.

Data:

働き始めて最初の母の日、私はきれいなリボンの付いた赤い花を買った①。プレゼント

を手にした母は、一瞬笑おうとしたようだったが、「さあ、食事の準備」と言って、私の前

からいなくなった②。私はわけがわからなくて、 Ø1 機嫌が悪いのだろうか、それとも、 Ø1 私のプレゼントがうれしくて、泣きそうになった顔を見られたくなかったのだろうか

と、 Ø2いろいろ考えつつ、 Ø2何となく納得できないまま、自分の部屋に入った③。8

Sumber: Tema Betsu Chukyu kara Manabu Nihongo: Waaku Bukku (Kaiteiban), pel. 13

8 Hiroshi Matsud, et al. 2015. Tema Betsu Chukyu kara Manabu Nihongo: Waaku Bukku (Kai-teiban) .Tokyo: Kenkyusha.

157I M P L E M E N T A S I M A T E R I M A T A K U L I A H L I N G U I S T I K

Hatarakihajimete saisho no haha no hi, watashi wa kireina ribon no tsuita akai hana wo katta. Purezento wo te ni shita haha wa, isshun waraou to shita youdatta ga, “sa, shokuji no junbi” to itte, watashi no maekara inakunatta. Watashi wa wake ga wakaranakute, kigen ga wa-rui no darou ka, soretomo, watashino purezento ga ureshikute, nakisou ni natta kao wo miraretaku nakatta no darou ka to, iroiro kangaetsutsu, nantonaku nattoku dekinaimama, jibun no heya ni haitta.

Terjemahan:

Pada hari ibu pertama, setelah (saya) mulai bekerja, saya membeli bu-nga merah berpita indah. Ibu yang memegang hadiah, seperti akan tersenyum, tapi malah berkata “Siapin makan malam ah.”, lalu me-ninggalkan saya. Saya yang tidak paham, jadi terus berpikir, adakah yang tidak berkenan, atau saking senangnya ibu hampir menitikkan air mata, tapi tidak ingin memperlihatkannya)? Lalu saya masuk kamar tanpa tahu (ada apa).

Dengan mengidentifikasi unsur penting teks, mahasiswa akan mema-hami konten teks di atas, dengan membaca top down.

Analisis data

Tabel 4. Analisis Wacana dan Strategi Membaca

No. Makna Strategi Wacana Strategi Membaca鉄 Saya membeli bunga.

(Tanda lingkaran)Kohesi Leksikal Identifikasi tokoh dan

perilaku.鉄 Ibu yang menerimanya,

pergi dari hadapan saya.(karena tidak berkenan, atau saking senangnya(Tanda lingkaran putus-putus)

Kohesi Gramatikal: Elipsis, Kata Sambung (鉄鉄鉄鉄= atau).

Identifikasi tokoh dan perilaku.

鉄 Saya tidak bisa memahami; (Tanda kotak)

Kohesi Gramatikal: Elipsis

(Ø1=elipsis tokoh ibu) sedang tidak enak perasaan atau senang(Øa=elipsis tokoh saya.) terus berpikir, lalu masuk kamar tanpa memahaminya.

Dengan membaca bagian yang penting saja, mahasiswa sudah dapat memahami situasi yang disampaikan oleh penulis. Secara umum infor-masi dari penulis adalah

“Saya membeli bunga merah (sebagai hadiah). Ibu yang menerima ha-diah tersebut pergi begitu saja dari hadapan saya. Saya tidak paham,

158 S E T E N G A H A B A D P R O G R A M S T U D I J E P A N G F I B U I

dan berpikir terus apakah ibu (berbuat itu) karena tidak senang atau saking senangnya, lalu saya masuk kamar.”

Ketika membaca top down, tidak semua kata harus diartikan. Maha-siswa membaca sambil melakukan konfirmasi terhadap apa yang diper-kirakan akan muncul dalam kalimat-kalimat berikutnya dan juga me-longkap-longkap kata. Dalam tahapan membaca top down, ada informasi pendukung yang diabaikan untuk sementara waktu.

Pembelajaran untuk menerapkan model membaca top down, akan menjadi salah satu strategi yang bisa dimanfaatkan ketika pembaca ingin memperoleh informasi umum. Pembelajaran model membaca ini men-jadi lebih komprehensif dengan mengacu pada pembelajaran mengenai wacana. Mahasiswa tidak lagi membaca dengan menghabiskan banyak waktu, dan mempunyai pilihan lain selain model bottom up. Tentu saja, bilamana diperlukan, misalnya untuk menjawab pertanyaan atau sebagai bahan diskusi, mahaisiswa dapat membaca bottom up untuk menemukan jawaban yang tepat.

5 . K E S I M P U L A N

Pembelajaran kemahiran bahasa Jepang perlu mengakomodasi pem-belajaran kompetensi sosiolinguistik dan pragmatik. Di perguruan tinggi, intensitasnya perlu ditingkatkan secara teoretis, agar pembelajar lebih op-timal dalam melakukan kajian kebahasaan. Kemampuan mengkaji baha-sa akan menjadi bekal agar dapat mengaitkan dunia perkuliahan dengan dunia di luar kampus yang akan dihadapi setelah lulus.

Selain itu, dengan menerapkan teori linguistik yang dipelajari pada per-kuliahan kemahiran bahasa, dan sebaliknya, maka kemaknawian kedua mata kuliah tersebut akan lebih signifikan. Penelitian ini berhasil meng-identifikasi titik temu antara matakuliah kemahiran bahasa Jepang pada komponen pemahaman teks dengan mata kuliah Kajian Wacana bahasa Jepang, khususnya pada komponen pemahaman dan fungsi kohesi, pele-sapan, identifikasi tokoh dan tindakannya. Dalam pembelajaran kemahir-an bahasa, mahasiswa melakukan berbagai latihan yang sesungguhnya merupakan implementasi dari kajian teoretis yang dipelajari dalam mata kuliah Kajian Wacana Bahasa Jepang. Selain itu, pemahaman teoretis yang diperoleh melalui mata kuliah tersebut membekali mahasiswa dengan ke-mampuan mengkaji fenomena kebahasaan yang dijumpai baik dalam per-kuliahan maupun kelak dalam kehidupan riil berbahasa Jepang. Teks yang digunakan pada perkuliahan kemahiran bahasa juga dapat digunakan un-tuk dalam perkuliahan Kajian Wacana Bahasa Jepang sebagai sumber data.

Kelanjutan penelitian ini adalah menyusun bahan ajar, baik untuk ke-mahiran Bahasa Jepang Menengah maupun Kajian Wacana Bahasa Jepang,

159I M P L E M E N T A S I M A T E R I M A T A K U L I A H L I N G U I S T I K

yang dibuat lebih komprehensif, sehingga mampu lebih meningkatkan kompetensi bahasa Jepang pembelajar.

D A F T A R P U S T A K A

Borg and Gall. 1983. Educational Research:An Introduction.New York:Long-man Inc.

Japan Foundation 2010. JF Standard for Japanese-Language Education 2010: Guide Book for user (3rd Edition). Urawa: The Japan Foundation.

Matsuda, Hiroshi, et al. 2004. Tema Betsu Chukyu kara Manabu Nihongo: Waaku Bukku (Kaiteiban) . Tokyo: Kenkyusha.

Sakuma, Mayumi. 1990. “Bunshou to Danwa no Aida” dalam Keesu Su-tadi: Nihongo no bunshou-danwa. diedit oleh Teramura Hideo. Tokyo: Oufuusha.

Todorov, Tzvetan. 1985. Tata Sastra. Jakarta: Penerbit Djambatan.Urquhart A.H. J.C. & Alderson (ed). 1984. Reading in a Foreign Language.

New York: Longman Zaimar, Okke K.S dan Ayu B. Harahap. 2005. Telaah Wacana: Teori dan

Penerapannya. Depok: Penerbit Komodo BooksSumber InternetAndrew Finch, Dr. “How to effectively teach reading skills to college stu-

dents”, http://www.finchpark.com/ppp/reading/Handout.pdf (diakses 3 Juli 2014)Teachers College, Columbia University Working Papers in TESOL & Applied

Linguistics, Vol. 4, No. 2 The Forum 1 Task-based Performance Assess-ment for Teachers: Key Issues to Consider Hyunjoo Kim Teachers Colle-ge, Columbia University , http://www.tc.columbia.edu/academic/tesol/wjfiles/pdf/hyunjooforum.pdf (12 Juni 2015)