SESI 9-10 STRUKTUR MODAL
Click here to load reader
Transcript of SESI 9-10 STRUKTUR MODAL
SESI 9-10Struktur Modal
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mengetahui beberapa teori struktur modal
2. Memahami keputusan struktur modal modal
3. Memahami konsep leverage operasi dan keuangan
4. Mengukur derajat leverage operasi dan keuangan
Tujuan Instruksional Khusus Menjelaskan teori-teori struktur modal, keputusan dan konsep leverage
Sub Pokok Bahasan Teori struktur modal, keputusan struktur modal, konsep leverage dan aplikasinya.
Estimasi Waktu 300 menit
Daftar Bacaan Sundjaja & Barlian, Block & Hirt
TEORI STRUKTUR MODAL
58
PENDEKATAN TRADISIONAL
Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal.
Dengan kata lain struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan. Struktur modal bisa dirubah-rubah agar bisa diperoleh nilai
perusahaan yang optimal.
PENDEKATAN MODIGLIANI DAN MILLER (MM)
Pada tahun 1950-an, dua orang ekonom menentang pandangan tradisional
struktur modal. Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak
mempengaruhi nilai perusahaan. Kemudian pada awal tahun 1960-an, kedua
ekonom tersebut memasukkan faktor pajak ke dalam analisis mereka. Mereka
sampai pada kesimpulan bahwa nilai perusahaan dengan hutang lebih tinggi
dibandingkan nilai perusahaan tanpa hutang. Kenaikan nilai tersebut
dikarenakan adanya penghematan pajak dari penggunaan hutang.
Proposisi MM Tanpa Pajak
MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangun teori mereka:
1.Tidak ada pajak
2.Tidak ada biaya transaksi
3.Individu dan perusahaan meminjam pada tingkat yang sama.
Proposisi 1 (Tanpa Pajak)
Nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan sama dengan nilai
perusahaan yang tidak menggunakan hutang.
VL = VU
dimana VL = Nilai untuk perusahaan yang menggunakan hutang (value for leveraged companies)
VU = Nilai untuk perusahaan yang tidak menggunakan hutang (value for unlevered companies)
Dengan kata lain, dalam kondisi tanpa pajak, Modigliani dan Miller berpendapat
bahwa struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Tingkat
keuntungan dan risiko usaha (keputusan investasi) yang akan mempengaruhi
nilai perusahaan (bukannya keputusan pendanaan).
59
Proposisi 2 (Tanpa Pajak)
Proposisi 2 mengatakan bahwa tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk
perusahaan yang menggunakan hutang, naik proporsional terhadap
peningkatan rasio hutang dengan saham.
ks = ko + B/S (ko – kd)
dimana ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham
ko = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham perusahaan tanpa hutangB/S = rasio hutang dengan sahamkd = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk hutang (tingkat bunga)
Dengan menggunakan hutang yang semakin banyak, perusahaan bisa
menggunakan sumber modal yang lebih murah yang semakin besar.
Penggunaan sumber modal yang murah yang semakin banyak akan
menurunkan biaya modal rata-rata tertimbang perusahaan (WACC) tersebut,
jika tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham (ks) konstan. Tetapi
dengan semakin meningkatnya hutang, tingkat keuntungan yang disyaratkan
untuk saham (ks) juga akan meningkat. Dua efek yang saling berlawan tersebut
menghasilkan biaya modal rata-rata tertimbang yang konstan. Hasilnya, nilai
perusahaan akan konstan.
Proposisi MM dengan Pajak Ilustrasu pendekatan Roti menurut MM (dengan Pajak)
Dalam gambar (a), dimana hutang yang digunakan lebih sedikit, pajak yang dibayarkan menjadi lebih besar. Karena arus kas yang keluar (melalui pajak) semakin besar, roti yang tersisa menjadi semakin kecil. Gambar (b) menunjukkan penggunaan hutang yang semakin besar. Pajak yang dibayarkan semakin kecil, yang berarti perusahaan bisa menghemat arus kas keluar. Roti yang tersisa pada gambar (b) nampak lebih besar dibandingkan dengan roti yang tersisa pada (a). Ilustrasi tersebut menunjukkan
60
bahwa roti tersebut dibagi ke dalam tiga bagian: saham, hutang, dan pajak. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan arus kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak
a) b)
bahwa dengan memperhitungkan pajak, struktur modal bisa mempengaruhi nilai perusahaan.
61
Proposisi 1 (dengan Pajak)
Nilai perusahaan dengan hutang akan sama dengan nilai perusahaan tanpa
hutang plus penghematan pajak karena bunga hutang. Formula untuk
pernyataan tersebut:
VL = VU + T.B
EBIT (1 – T) T.kb.B= ---------------- + -----------
ko kb
dimanaT = tingkat pajak (perusahaan)B = besarnya hutangks = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk sahamkb = tingkat keuntungan hutang (tingkat bunga)ko = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham perusahaan tanpa hutangEBIT = Earning Before Interest and Taxes (Pendapatan sebelum pajak dan bunga)
Nilai perusahaan tanpa hutang merupakan present value dari EBIT,
didiskontokan dengan biaya modal saham tanpa hutang (ko). Penghematan
bunga didiskontokan dengan biaya modal hutang (kb). Perbedaan diskonto
tersebut disebabkan karena risiko yang berbeda antara EBIT (arus kas untuk
pemegang saham) dengan bunga (arus kas untuk kreditor).
Proposisi 2 (dengan Pajak)
mengatakan bahwa biaya modal saham akan meningkat dengan semakin
meningkatnya hutang. Tetapi penghematan dari pajak akan lebih besar
dibandingkan dengan penurunan nilai karena kenaikan biaya modal saham.
Pernyataan tersebut bisa dituliskan:
ks = ko + B / S (1 – T) (ko – kb)
Formula tersebut mempunyai implikasi bahwa penggunaan hutang yang
semakin banyak akan meningkatkan biaya modal saham. Tetapi penggunaan
hutang yang lebih banyak, berarti menggunakan modal yang lebih murah
(biaya modal hutang lebih kecil dibandingkan biaya modal saham), akan
menurunkan biaya modal rata-rata tertimbang (meski biaya modal sahamnya
meningkat).
62
Teori MM sangat kontroversial. Implikasi teori tersebut adalah perusahaan sebaiknya menggunakan hutang sebanyak-banyaknya
Teori Trade-Off dalam Struktur Modal
Dalam kenyataan, ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa
menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Satu hal yang terpenting adalah
dengan semakin tingginya hutang, akan semakin tinggi kemungkinan
(probabilitas) kebangkrutan
Biaya kebangkrutan tersebut bisa cukup signifikan terdiri dari dua faktor:
1. Biaya langsung: biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya
administrasi, biaya pengacara, biaya akuntan, dan biaya lainnya yang
sejenis.
2. Biaya tidak langsung: biaya yang terjadi karena dalam kondisi
kebangkrutan, perusahaan lain atau pihak lain tidak mau berhubungan
dengan perusahaan secara normal. Misal, supplier barangkali tidak akan
mau memasok barang karena mengkhawatirkan kemungkinan tidak
terbayar
Biaya lain dari peningkatan hutang adalah meningkatnya biaya keagenan
hutang (agency cost of debt). Jika hutang meningkat, maka konflik antara
pemegang hutang (kreditor) dengan pemegang saham (investor) akan
meningkat, karena potensi kerugian yang dialami oleh pemegang hutang akan
meningkat. Dalam situasi tersebut, pemegang hutang akan semakin
meningkatkan pengawasan (monitoring) terhadap perusahaan. Pengawasan
bisa dilakukan dalam bentuk biaya-biaya monitoring (persyaratan yang lebih
ketat, menambah jumlah akuntan, dsb) dan bisa juga dalam bentuk kenaikan
tingkat bunga. Dengan memasukkan biaya keagenan, persamaan nilai
perusahaan di atas bisa diperluas sebagai berikut ini.
dimanaVL = Nilai untuk perusahaan yang menggunakan hutang VU = Nilai untuk perusahaan yang tidak menggunakan hutang
63
VL = VU + PVts – (PVbc + PVac)
PVts= Nilai sekarang dari penghematan pajakPVbc= Nilai sekarang dari biaya kebangkrutanPVts= Nilai sekarang dari biaya keagenan
Gabungan antara teori struktur modal Modigiliani-Miller dengan memasukkan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan mengindikasikan adanya trade-off antara penghematan pajak dari hutang dengan biaya
kebangkrutan. Teori tersebut dikenal sebagai teori trade-off struktur modal, atau static trade-off capital structure theory. Tetapi teori tersebut tidak memberikan formula yang pasti yang bisa memberi petunjuk
berapa tingkat hutang yang optimal.
KEPUTUSAN STRUKTUR MODAL
Konsep Leverage
Arti leverage secara harfiah adalah pengungkit. Pengungkit biasanya
digunakan untuk membantu mengangkat beban yang berat dengan cara yang
lebih efektif. Dalam keuangan, leverage juga mempunyai maksud yang serupa.
Lebih spesifik lagi, leverage bisa digunakan untuk meningkatkan tingkat
keuntungan yang diharapkan.
Operating Leverage
Operating leverage adalah penggunaan biaya tetap dalam produksi atas biaya
variabel. Sebagai contoh, mengganti tenaga kerja produksi (biaya variable)
dengan robot (biaya tetap) akan menjadikan meningkatnya operating leverage.
Operating leverage bisa diartikan sebagai seberapa besar perusahaan
menggunakan beban tetap operasional. Beban tetap operasional biasanya
berasal dari biaya depresiasi, biaya produksi dan pemasaran yang bersifat
tetap (misal gaji bulanan karyawan). Sebagai kebalikannya adalah beban
(biaya) variabel operasional. Komposisi biaya tetap/variabel yang berbeda
mempunyai implikasi yang berbeda terhadap risiko dan keuntungan yang
diharapkan oleh perusahaan.
Perusahaan yang menggunakan biaya tetap dalam proporsi yang tinggi (relatif
terhadap biaya variabel) dikatakan menggunakan operating leverage yang
tinggi. Biaya tetap yang tinggi meningkatkan risiko bisnis. Dengan kata lain,
DOL untuk perusahaan tersebut tinggi. Perubahan penjualan yang kecil akan
mengakibatkan perubahan pendapatan yang tinggi (lebih sensitif). Jika
perusahaan mempunyai DOL yang tinggi, tingkat penjualan yang tinggi akan
menghasilkan pendapatan yang tinggi. Tetapi sebaliknya, jika tingkat
penjualan turun secara signifikan, perusahaan tersebut akan mengalami
64
kerugian. DOL bisa diartikan sebagai efek perubahan penjualan terhadap laba.
Formula DOL bisa dituliskan sebagai berikut
atau
Ilustrasi 5.1 - Menghitung Degree of Operating Leverage (DOL)
Informasi keuangan berasal dari laporan laba rugi:
Penjualan Rp 400.000Kurang Biaya variabel ( 330.000)Contribution Margin Rp 40,000
DOL = Rp40.000 / (Rp40.000 - Rp30.000 = 4,0
Leverage Keuangan (Financial Leverage)
Umumnya, penggunaan financial leverage akan meningkatkan kinerja
keuangan apabila hasil pengembalian (return) lebih tinggi dari biaya
memperoleh dana. Manajemen akan menyukai leverage lebih besar apabila
hasil pengembalian modal melebihi biaya hutang setelah pajak. Namun, return
yang lebih tinggi juga mendatangkan risiko yang lebih tinggi (risk return
65
Persentase perubahan labaDOL = ------------------------------------------------ Persentase perubahan unit yang terjual
Δ Laba / LabaDOL = ------------------- ΔQ / Q
Contribution MarginDOL = --------------------------------------- Contribution Margin – Fixed Cost
tradeoff). Oleh karenanya, penggunaan financial leverage merupakan perilaku
berimbang antara return yang lebih tinggi bagi pemegang sahan versus risiko
yang lebih tinggi bagi pemegang saham.
Leverage keuangan bisa diartikan sebagai besarnya beban tetap keuangan
(finansial) yang digunakan oleh perusahaan. Beban tetap keuangan tersebut
biasanya berasal dari pembayaran bunga untuk hutang yang digunakan oleh
perusahaan. Perusahaan yang menggunakan beban tetap (bunga) yang tinggi
berarti menggunakan hutang yang tinggi. Perusahaan tersebut dikatakan
mempunyai leverage keuangan yang tinggi, yang berarti Degree of Financial
Leverage (DFL) untuk perusahaan tersebut juga tinggi. DFL adalah persentase
perubahan laba bersih terhadap persentase perubahan laba usaha. Semakin
tinggi DFL semakin berisiko perusahaan.
DFL mempunyai implikasi terhadap Earning per-share (EPS) perusahaan. Untuk
perusahaan yang mempunyai DFL yang tinggi, perubahan EBIT (Earning Before
Interest and Taxes) akan menyebabkan perubahan EPS yang tinggi. Sama
seperti (DOL), DFL seperti pisau bermata dua: jika EBIT meningkat, EPS akan
meningkat secara signifikan, sebaliknya, jika EBIT turun, EPS juga akan turun
secara signifikan.
atau
dimana I = bunga; P = dividen saham preferen dan T = tarif pajak.
Ilustrasi 5.1 - Menghitung Degree of Financial Leverage (DFL)
Penjualan PT.Imut2 sebesar Rp 400.000 dengan total biaya operasi yang terdiri dari biaya variable Rp 330.000 dan biaya tetap Rp 30.000. Bunga
66
Persentase perubahan laba bersih setelah pajak (EAT)DFL = ------------------------------------------------------------------- Persentase perubahan laba usaha (EBIT)
EBITDFL = ------------------------- EBIT – I – {P/(1-T)}
Rp6.000 setahun dan dividen saham preferen Rp2.000 per tahun. Tarif pajak 20%.
Penjualan Rp 400.000Kurang Biaya variabel ( 330.000)Kurang Biaya tetap ( 30.000)EBIT Rp 40.000
DFL = Rp 40.000 / [Rp 40.000 - Rp 6.000 - (Rp 2.000 / 0,80)] = 1,27
Degree of Combined Leverage (DCL)
Leverage operasi berkaitan dengan efek perubahan penjualan terhadap EBIT
(laba sebelum bunga dan pajak). Sementara leverage keuangan berkaitan
dengan efek perubahan EBIT terhadap EAT (laba setelah pajak). Perusahaan
bisa mengkombinasikan keduanya untuk memperoleh leverage gabungan.
67
DISKUSI KELAS1. Jelaskan secara argumentatif, factor-faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam mengambil keputusan struktur modal
SOAL TEORI
2. Proposisi 2 dari teori MM mengatakan bahwa tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk perusahaan yang menggunakan hutang, naik proporsional terhadap peningkatan rasio hutang dengan saham. Jelaskan secara matematis pembuktiannya.
3. Jelaskan yang dimaksud dengan operating leverage dan financial leverage?
1. PT.Imut2 memiliki struktur modal yang terdiri dari hutang Rp.50juta dengan bunga 10% dan ekuitas Rp.70juta. Penjualan sebesar Rp.150juta, Biaya tetap Rp.60juta dan pada tahun tersebut operating profit margin 30%. Tarif pajak 30%. Hitung besarnya:
a. Degree of Operating Leverageb. Degree of Financial Leverage
SOAL APLIKASI
68